Catatan seorang kader ismakes (Ikatan seluruh mahasiswa kesehatan) Jabar
-
Upload
mochamad-salman-hasbyalloh -
Category
Leadership & Management
-
view
457 -
download
16
Transcript of Catatan seorang kader ismakes (Ikatan seluruh mahasiswa kesehatan) Jabar
“Catatan Seorang Kader Ismakes Jabar”
GERBANG I
“Organisasi tercintaku,
laboratorium kehidupanku,
wahana rekreasiku”
Oleh:
M.S. Hasbyalloh
(Ketua Forum Alumni Ismakes Jabar 2014)
”Satu Padu Tempa Diri Raih Cita Sehat Semua”
DAFTAR ISI
Prolog
Aku dan Gelas-gelas yang mereka hempaskan
Intrapersonal soft skills
Aku dan Ilmu, pengalaman, pengamalan ilmu
- Self managemengt (Manajemen diri)
- Leadership (Kepemimpinan)
- Public speaking (Kemampuan berbicara di depan umum)
- Personalities (Kepribadian)
Epilog
Aku dan perasaan mereka
PROLOG
Jika kawan berkunjung ke Bandung, bertandang untuk memenuhi undangan dari Ismakes
Jabar, sendirian, beramai-ramai atau sebagai utusan pengurus daerah atau korwil untuk satu
tugas nan mulia. Maka kawan akan hinggap pertama kali di Bumi Panyileukan. Sebab di
sanalah dermaga dan di sana pula sekretariat, tempat para mahasiswa yang menamakan
dirinya sebagai agent of change melabuhkan hati dan perasaan. Di sebuah bangunan yang
tidak terlalu bagus itu, segala ide digagas dan pergerakan digulirkan. Namun, jangan silap
mendengarku mengucapkan sekretariat, seakan-akan banyak perlengkapan di sana dan
uang kas nya banyak. Kenyataannya hanya beberapa peralatan saja dan tak ada uang,
karena organisasi kami tidak dibesarkan oleh uang.
Di sekretariat itu, kader-kader Ismakes mengisahkan nasibnya, menghempaskan gelas-
gelas terakhirnya di sudut ruang itu. Serombongan kader dari dalam dan luar kota
berbondong-bondong datang, demi untuk sebuah perkumpulan, merencanakan ini dan itu.
Lalu mereka pulang ke tempat masing-masing untuk kuliah, adakalanya menginap,
semuanya demi sebuah keberkawanan.
Suatu malam, di setiap kegiatan yang direncanakan ataupun kebencanaan, kamu akan
melihat mata-mata yang berbinar dengan semangat yang membakar, mereka bukan saudara
juga sanak keluarga, mereka saling membantu satu sama lain. Beberapa orang
membenamkan wajahnya dalam jaket yang menjadi selimut dari dinginnya malam, sebagian
bekerja menuntaskan pekerjaan mulia secara bergiliran, sebagian sibuk menyiapkan
makanan dan sebagian bersenda gurau menghibur malam hingga pagi.
Hujan, panas dan setumpuk tugas kuliah menggodai setiap kader yang akan bergerak dan
berkarya di organisasi ini. Perbedaan pendapat, perbedaan kepribadian, rasa sakit hati, iri
dan dengki, menggodai jiwa-jiwa yang tengah bergelut dalam pergerakan organisasi ini. Ada
yang kalah dan pulang, ada yang tetap bertahan dan menjunjung tinggi makna kerukunan
dalam kehidupan berkepribadian.
Adalah aku, menjadi saksi mereka yang bertahan, tak sekedar bertahan mereka
menyerang. Lebih dari itu, mereka belajar, menempa dan mengembangkan diri. Atas nama
loyalitas dan kecintaan pada organisasi ini, beberapa alumni angkatan milenium menggagas
wadah dan badan usaha, alasannya simpel ingin Ismakes mandiri dan melakukan ekspansi
besar-besaran ke pelosok nusantara. Kita punya mimpi besar, mahasiswa kesehatan
bersatu! Indonesia sehat semua!
Mereka berasal dari macam-macam jurusan kesehatan, beragam kampus kesehatan di
Jawa Barat, berbeda karakter kepribadian dan berbeda umur. Meski demikian moto mereka
sama, Satu Padu Tempa Diri Raih Cita Sehat Semua!.
(Bab Satu Padu) Self Management
Suatu hari, saya mendapat kabar gembira, menerima e-mail dari seseorang yang
tidak saya kenal sebelumnya. Mr Ajay Mudgil, seorang doktor dan koordinator pelatihan di
Centre for Development of Advanced Computing di ibu kota Punjab, India. Saya diselamati
karena berkesempatan mendapatkan shcolarship training selama satu bulan di sana.
Bukan main senangnya waktu itu, setelah sujud syukur saya langsung mengurus
tiket dan visa ke kedutaan India di Jakarta, menyiapkan segala kebutuhan selama tinggal di
sana, dan meminta izin meninggalkan segala aktivitas di dalam negri.
Sayangnya, saya harus berangkat dan menikmati perjalanan ini sendirian, karena
tidak diizinkan membawa keluarga selama pelatihan di sana. Dalam tiket tertulis saya akan
transit dua kali, pertama di Singapura dan yang kedua di Mumbay sebelum tiba di ibu kota
Punjab, Chandigarh. Dan saya akan dijemput oleh utusan C-DAC di sana.
Saat tiba di Shrivaji Mumbay, waktu itu pukul satu dini hari waktu setempat, saya
berpindah bandara menggunakan taksi yang direkomendasikan petugas bandara, tanpa fikir
panjang saya mengiyakan dengan asumsi paling tidak lebih aman karena direkomendasikan.
Dan saya tertipu!. Hal yang tidak diinginkan pun terjadi, terdampar di negri orang tanpa
sepeser pun dollar dan rupe. Sopir taksi dan kawannya telah merampas isi dompet saya.
Kartu atm tak bermanfaat karena sederet nomer pin nya tertinggal di handphone
yang nge-hank sejak tiba di Mumbay, fasilitas internet? Enggak akan berfaedah karena
password Wifi dikirim ke nomor handphone. Dan tak ada fasilitas PC internet umum di sana.
Gawat!.
Saya berusaha menguasai diri dan tetap tenang, beruntung saat check-in bagasi saya
hanya 14 kg karena penerbangan domestik hanya diperbolehkan 15 kg, Alhamdulillah
berarti saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk extra baggage.
Saat itu saya hanya tersenyum kecut, mendesah seraya geleng-geleng kepala.
Ampuni hamba jika ternyata musibah ini karena kelalaian hamba, Ya Rabb, bisik saya dalam
hati. Tetapi jika memang laki-laki itu sering melakukan hal yang serupa pada turis lain, saya
benar-benar didera beribu keprihatinan.
Apa yang kurang dari dia? Ia masih muda dan umurnya tak jauh dengan umur saya.
Sehat. Ia kuat. Andai dia seorang anak muda yang jujur dan bersungguh-sungguh dalam
pekerjaannya tentu dia akan mendapatkan sesuatu yang lebih. Seandainya dia mau lebih
banyak memutar otak, maka ia akan menemui sesuatu yang ia harapkan. Ia akan meniti
tangga kesuksesan yang lebih.
Ia akan menjadi seorang juara.
Akan tetapi, begitulah kehidupan. Ada yang baik, ada yang jahat. Ada yang pandai,
ada yang bodoh. Hanya saja yang perlu kita renungkan - segala bentuk kebaikan adalah
kehendak Allah - bahkan Allah tak pernah mengharapkan hambanya menjadi seorang yang
bodoh, miskin, pecundang, jahat. Sebagai bukti, setiap manusia terlahir dengan membawa
kelebihan yang jika dioptimalkan mampu menutup kekurangan yang ia miliki.
Menurut Samuel Butler, “Life is the art of drawing sufficient conclusions from
insuficient premises.” Hidup adalah seni menarik kesimpulan yang memadai dari alasan-
alasan yang tidak memadai. Hidup adalah menata rubik yang tak beraturan, menyusun
keselarasan warna, mendesak kesabaran dan ketelitian. Menjadi sesuatu yang berwujud,
bermakna, dan berguna bagi kehidupan kita.
***
Mari kita lupakan pria India tadi, yang telah mengabaikan kelebihan atas dirinya
dengan melakukan hal yang buruk. Mematikan kebintangan dalam dirinya yang telah
dianugrahkan oleh Allah SWT. Dalam bahasan bab pertama ini, ada beberapa pertanyaan
yang akan saya ajukan pada pembaca.
Apakah saat ini kamu sedang merasa bukan ‘siapa-siapa’?, tidak bisa ‘apa-apa’?, dan
tak mungkin menjadi ‘apa-apa’?.
Atau kamu ingin jadi ‘apa-apa’, yang bisa melakukan ‘apa-apa’, tapi bingung
bagaimana untuk memulai dan mewujudkannya?.
Berbahagialah karena itu tandanya kamu masih diberikan kehidupan oleh Allah
SWT, karena banyak orang yang merasa dirinya ‘apa-apa’ dan mampu melakukan ‘apa-apa’
padahal sesungguhnya ia tidak bisa ‘apa-apa’ dan bukan ‘siapa-siapa’.
Saya berharap setelah kamu membaca tulisan dalam buku ini, kamu mampu
menyibak awan gelap dalam dirimu dan berfokus pada potensi dalam dirimu, sebagaimana
kamu melihat bintang gemintang di malam hari yang menakjubkan.
Tak ada orang biasa di dunia ini, setiap orang berpotensi untuk menjadi luar biasa.
Yang ada hanyalah mereka yang gagal menjadikan dirinya istimewa dengan segala potensi
yang dimilikinya. Kegagalan itu mungkin disebabkan faktor lingkungan, karena sistem
manajemen diri yang tidak mendukung. Aktif di organisasi sehingga kuliah keteteran, nilai
jeblok, bahkan kesehatan terganggu yang pada akhirnya melehmahkan potensi yang ada
dalam diri. Atau karena tekun dan rajin mengikuti perkuliahan, menyelesaikan kuliah dengan
IP tinggi tapi minim pengalaman dalam berorganisasi, sehingga keteteran dalam pergaulan
di dunia kerja, bahkan kesehatan psikologi pun terganggu stres karena tekanan di dunia
kerja.
Kamu boleh menganggap dirimu sebagai objek hantaman faktor lingkungan, tapi jika
begitu kamu akan semakin terjebak dalam frustasi. Kamu harus mengubah
ketidaknyamanan itu, dengan memulai dari diri kamu sendiri. Menata diri dengan
memaksimalkan segala potensi dalam diri, dan kamu akan menjadi sang juara yang
sesungguhnya. You can if you think you can.
Asep Zaenal Mustafa, nama yang tidak asing bukan? Beliau salah satu anggota MPO
(Majelis Pertimbangan Organisasi) Ismakes jabar dan pejabat di Kemenkes RI, Pada masanya
tahun 1986 ia menggagas sebuah pergerakan organisasi mahasiswa kesehatan se-Jawa Barat
dengan tujuan mulia, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Mengajak mahasiswa
kesehatan berbuat nyata untuk bangsa, merubah paradigma berfikir mahasiswa apatis yang
hanya menyibukkan diri dengan diktat kuliah tanpa melsayakan apa-apa untuk bangsa.
Apakah upayanya dahulu terhenti begitu saja karena perkembangan zaman?, tidak!. Apa
yang dilsayakannya dulu bermanfaat hingga kini, organisasi yang pernah digagas olehnya
telah melahirkan banyak pemimpin-pemimpin muda, perjuangan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat masih tetap bergulir hingga saat ini. Dan bukankah Newton,
ketika menemukan teori gravitasi pun berawal dari ketika ia memikirkan sebutir apel yang
jatuh dari pohonnya.
Jika mengejewantahkan sebuah pemikiran menjadi karya nyata itu sulit, memang
itulah sunnatullah, no pain no gain!. Think big, start small, act now!. Berfikir besar, lalu
mulailah dari yang kecil, dan lsayakan sekarang juga!. Jika tak mampu bekerja sendiri,
berjamaahlah!.
***
#WHO AM I?
a. Kenali diri
Kesadaran dalam pengenalan diri dalam ajaran Islam adalah hal utama yang harus
dilsayakan oleh seorang muslim, tertuang dalam surat al-‘Alaq ayat pertama yang
berbunyi, “Iqra bismirabbika ladzii khalaq” (bacalah dengan nama Tuhanmu yang
telah menciptakan). Iqra (membaca) dalam konteks ini bisa bermakna luas. Namun
jika dikaitkan dengan ayat lain dalam surat adz-Dzaariyaat ayat 21, “wafii anfusikum
afala tubshiruun” (dan pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak
memperhatikan?), bisa dimaknai bahwa aktifitas ‘membaca diri’ merupakan hal
utama. Pengenalan terhadap diri sendiri akan melahirkan konsep diri yang mapan,
dan melahirkan prinsip hidup yang kuat.
Apakah tugas pertama dan utama dari manusia? Jawabannya singkat: menjadi
dirinya sendiri. menurut Henrik Ibsen, “What’s a man firsty duty? The answer is
brief: to be himself.”
Apakah kita sudah menjadi diri sendiri? atau sedang berproses ‘menjadi diri sendiri’,
atau sekian lama terjebak dalam diri yang bukan diri kita. Ketika saya terlahir dan
tumbuh menjadi dewasa, saya menjadi tahu potensi-potensi dalam diri saya,
misalnya saya memiliki bakat menggambar dan mudah bergaul dengan orang lain.
Pengetahuan akan potensi diri itu tentu tidak datang begitu saja, namu hadir melalui
proses belajar. Lalu setelah mengetahui potensi tersebut, lantas saya mampu
menjadi diri saya?.
Tidak!
Butuh aktualisasi, proses penempaan diri untuk menjadi diri saya yang optimal.
Proses yang secara aktif atau pasif, aktif berarti direncanakan, diorganisir,
diimplementasikan, dan dievaluasi. Dengan tujuan serta target tertentu. Pasif,
berarti saya melewati waktu demi waktu begitu saja, tanpa rencana, mengalir saja
seperti air. Menjadi obyek perputaran waktu, bukan menjadi subyek yang
menyesuaikan dengan perputaran waktu.
b. Konsep manusia
Seorang filsuf Yunani memberikan kesimpulannya tentang sebab apa manusia
diciptakan, Plato berkata:
“Sesuatu yang diciptakan harus tentunya diciptakan oleh suatu sebab.”
Jika para filsuf itu harus berfikir keras menyingkap hakekat hidup, sebagai seorang
muslim, sebenarnya kita patut bergembira karena telah memiliki panduan hidup, Al-
Quran dan as-Sunnah. Apa yang kita dapatkan dari Al-Quran tentang ‘sebab’
penciptaan manusia itu?
“Dan Saya tidak menciptakan jin dan manusia melankan supaya mereka
menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat: 56).
Setelah tugas ibadah yang dengan sendirinya melekat pada seorang manusia begitu
ia diciptakan dan mendapatkan kesempurnaan akal-budi, maka ia pun kembali
mendapat amanah yang agung. Amanah sebagai khalifatu fil ardhi. Penguasa di atas
muka bumi.
Allah berfirman, “Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat:
‘Sesungguhnya Saya hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka
berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?’ Rabb
berfirman: ‘Sesungguhnya Saya mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-
Baqarah: 30).
Mengapa Allah lebih memilih manusia dibanding malaikat yang senantiasa
bertasbih, memuji dan menyucikan Allah. Juga makhluk-makhluk lain seperti
gunung, bintang, hewan, tumbuhan dan sebagainya.
Mari simak, firman Allah berikut ini: “Sesungguhnya Kami menciptakan manusia
dalam bentuk sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4).
Ya, saya, kamu dan mereka adalah makhluk dengan sebaik-baik bentuk, Allah sendiri
yang memberikan legitimasi dalam ayat tersebut.
Manusia merupakan makhluk sempurna karena ia adalah perpaduan antara jasad
(fisik), fikriyah (akal) dan qalbun (hati). Ketiga hal itu menjadi satu, bersenyawa, tak
dapat dipisahkan satu sama lain. Kesempurnaan bentuk yang dimaksud dalam ayat
tersebut, bisa jadi terejawantahkan dalam ketiga unsur tersebut.
Selain diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, manusia adalah makhluk yang
unggul, itu suatu hal yang pasti. Proses penciptaan manusianya saja sangat
menakjubkan, jutaan sel sperma berkompetisi untuk bisa membuahi 1 sel telur yang
telah ‘menunggu’ di tuba falopi. Dan persis seperti sebuah sayembara cinta, jutaan
sel itu beradu kecepatan, keperkasaan, kekuatan dan akhirnya hanya akan ada 1 sel
sperma yang berhasil, sperma yang paling excellent.
Apakah kamu pernah mengikuti suatu kompetisi, misal memperebutkan juara kelas
saja yang harus bersaing dengan puluhan murid lainnya. Apa yang kamu anggap
kompetisi itu, belum ada apa-apanya bila dibanding apa yang dialami oleh 1 sel
sperma yang harus bersaing dengan jutaan pesaingnya.
Oleh karenanya, jangan pernah menyepelekan siapapun yang masih berwujud
manusia. Karena dari segi penciptaannya saja, prosesnya begitu luar biasa. Sesuatu
yang pada dasarnya berkualitas tinggi, jika diukir dengan sepenuh hati, akan
bermetamorfosis menjadi sosok manusia hebat yang mampu berkarya dan menebar
manfaat untuk sesama.
Yang menjadi masalahnya adalah, seberapa besar kita mampu memberikan
perawatan bagi si bibit unggul itu, apakah kita akan memupuknya dengan segala
kebaikan atau keburukan, menyiraminya dengan hal-hal positif atau negatif. Nick
Vujicic adalah salah satu orang sukses dengan segala keterbatasannya, hidup tanpa
kaki dan tangan tidak menjadikannya alasan untuk tidak sukses. Tapi banyak orang
mempunyai kaki dan tangan, mudah mengeluh dan mengaduh atas nasib yang
diterimanya sehingga membuatnya semakin jauh dari kasih sayang Tuhan.
#VISIONER
Visioner adalah memiliki visi yang jelas dan selalu berorientasi pada visi. Visi adalah
mimpi-mimpi kita di masa yang akan datang. Visi merupakan sesuatu yang ideal yang
ingin kita capai, yang tentunya berlandaskan pada sesuatu yang benar (haq), visi inilah
yang akan menuntun kita berproses seperti apa, tercetak menjadi apa, dan menghadapi
ending seperti apa.
Sejak kecil saya bercita-cita mengunjungi bangunan cantik bernama Taj Mahal, saya
telah jatuh hati saat pertama kali melihat bangunan itu di buku atlas waktu kelas satu
SD dulu, meski tak ada yang yakin saya bisa ke sana saya tetap teguh pada pendirian
saya bahwa pasti suatu saat Allah akan mengabulkan-Nya. Dua puluh tahun kemudian
saya berdiri tepat di depan bangunan cantik nan megah itu.
Modal dasar yang diperlukan adalah kamu harus berfikir bahwa kamu bisa, bahkan
prasangka Allah pun sesuai dengan prasangka hamba-Nya.
Dalam sebuah hadits qudsi, Abu Hurairah ra. Berkata: bersabda Rasulullah saw., “Allah
telah berfirman: Saya selalu mengikuti persangkaan hamba-Ku, dan Saya selalu
menyertai dia, di mana ia ingat kepada-Ku...” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi langkah awal yang mesti kamu lsayakan adalah menciptakan seperangkat mimpi
dalam pemikiranmu, mimpi bahwa kamu bisa menjadi apa yang kamu inginkan, mimpi
inilah yang disebut sebagai visi. Visi ini akan menggiring hidup kamu menjadi lebih
tertata dan terfokus, karena setiap aktivitas yang dilsayakan akan tertuju pada usaha-
usaha pencapaian visi tersebut.
Sekedar visi saja tidak cukup kawan, kamu juga haru menyusun misi, yaitu garis-garis
besar yang harus kita lsayakan untuk bisa mewujudkan visi tersebut. Ibarat saya
memimpikan pergi ke india untuk melihat Taj Mahal tapi tidak punya uang, dan tidak
melsayakan apapun termasuk usaha mencari beasiswa. Sampai kapan pun mimpi saya
tidak akan pernah terwujud, saya harus mempersiapkan kemampuan bahasa inggris
saya, mengikuti tes Ielts atau Toefl kemudian mencari beasiswa, setelah dapat saya
harus mengurus paspor, visa dan sebagainya.
Seorang juara harus memiliki visi dan misi hidup, dengan demikian kita akan
terfokuskan pada pencapaian visi misi itu, waktu yang terlewati akan termanfaatkan
dengan baik. Tak ada waktu untuk bersantai-santai apalagi menganggur, hidup menjadi
produktif dan mampu menebar manfaat kepada sesama.
Sebagai contoh, masih ingatkah kamu tentang kisah pencarian nabi Ibrahim as terhadap
Rabb-nya, telah menghasilkan kemampuannya memahami dirinya. Visi dan misi sebagai
rasul dan sebagai hamba, berhasil mengantarnya mendapatkan tempat yang utama di
sisi Allah SWT.
“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu;
(yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari
kemudian. Dan barang siapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dialah Yang
Maha Kaya lagi terpuji.” (QS. Al-Mumtahanah: 6).
Mari merancang visi dan misi, visi misi di bawah ini sebagai contoh saja dalam
menyusun visi misi berdasarkan peta diri di atas.
Visi
Manusia yang optimal menjalankan peran baik sebagai anak, pemuda, calon insan
bhakti husada, aktivis kesehatan, dan anggota masyarakat, yang mampu menjadikan
masa mudanya sebagai ajang dakwah dan bermanfaat bagi sesama, dalam rangka
mendapatkan keridhaan Allah Azza wa Jalla.
Misi
1. Beribadah dengan ikhlas serta sesuai dengan tuntunan syariat Islam, baik ibadah
secara khusus maupun secara umum.
2. Melakukan usaha-usaha untuk memperkuat IQ, EQ dan SQ dan menjadikan
setiap waktu yang terlewati sebagai aktivitas belajar.
3. Senantiasa bersilaturahmi dengan aktivis kesehatan lainnya, dan berkaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Berusaha menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, memberikan
hasil/prestasi yang baik di bidang akademik dan non-akademik, serta menjadi
pemuda yang kuat baik dalam metode maupun dalam pelaksanaannya.
Bagaimana jika visi misi kita membentur karang?, kata Afifah dalam bukunya ‘and the
star is Me!’ mengatakan, memang sudah jamak jika idealita tidak sama dengan realita.
Ketidak samaan itulah yang akan membuat seseorang kratif, inovatif dan bekerja keras
untuk – minimal – mendekatkan relita dengan idealita.
Sebagai ilustrasi, anda menginginkan aktif di organisasi kesehatan dan bergabung
dalam kepengurusan, ternyata kenyataannya tidak sesuai dengan harapan,
organisasinya tak jelas arah pemimpinnya tidak tegas dan anggota yang lain acuh tak
acuh dengan kondisi seperti itu. Belum lagi sulitnya merubah pola yang sudah
berlangsung lama, sehingga ruang untuk mereformasi sangatlah kecil. Seseorang yang
optimis akan berusaha untuk merubah keadaan, ia akan mengatasi segala
ketidaknyamanan dan memulai dengan hal-hal yang kecil, jika belum sanggup
memperbaikinya paling tidak kamu berupaya merubah cara pandangmu terhadap
situasi itu. Kamu bisa menghibur diri sendiri, dengan mengatakan bahwa inilah
dinamika dalam berorganisasi, karena nahkoda yang handal tidak berlayar di laut yang
tenang.
Kedua, saat menemui kebutuntuan atau ketidak selarasan dengan visi misi hidup tentu
akan timbul gejolak, atau barangkali frustasi dengan kemonotonan. Nampaknya ada
dua pilihan, pertama; kamu keluar dari organisasi tersebut jika hal itu dirasa membuat
nyaman dan merasa lebih hidup, lebih bermanfaat, lebih produktif dan lebih
bersemangat, mengapa tidak?.
Akan tetapi, sebagaimana tak semua orang bisa mengambil pilihan kedua, juga tak
semua orang bisa bertahan dengan pilihan yang pertama. Tipe-tipe introvert semacam
melankolis dan plegmatis, mungkin sanggup berdamai dengan pilihan pertama, tetapi
jika Anda ekstrovert semacam sanguinis maupun koleris, saya sarankan kamu ambil
pilihan yang kedua. setuju?!
#PETA DIRI
Sebelum melsayakan pengembangan diri, alangkah baiknya jika dimulai dengan
membuat peta diri, peta diri adalah gambaran tentang diri kita. Kita akan menjadi objek
yang tervisualisasikan, kita tidak akan memandang diri kita sebagai sesuatu yang
abstrak.
Untuk menyusun peta diri, kita perlu memahami, siapa diri kita, baik diri yang ideal
maupun diri kita yang faktual dengan baik. Langkah pertama, kita perlu mengetahui
potensi negatif dan potensi positif yang kita miliki. Kita membuat semacam analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat – atau kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan hambatan).
Setelah itu, kita perlu membuat daftar kategori ideal yang akan dicapai, membuat
bayangan sosok kita yang kita harapkan. Gambaran ideal tersebut, semestinya
didasarkan atas hasil analisis SWOT, sehingga segala proses yang terjadi pada diri kita,
adalah proses yang memang semsetinya trjadi kepada kita.
Selanjutnya, kita harus jujur dalam membuat draft gambaran tentang diri kita apa
adanya, mendeskripsikan kelemahan-kelemahan kita begitu pun kelebihan-kelebihan
kita. Kemudian bandingkan dengan draft gambaran ideal diri kita, jika memang masih
ada kesenjangan, maka kita menjadi mengerti bahwa yang harus dilsayakan adalah
melsayakan perbaikan-perbaikan, penajaman-penajaman yang mengarah pada sosok
ideal diri kita tersebut.
PETA DIRI FAKTUAL
Strength Weakness Opportunity Threat
Potensi Potensi Potensi Potensi
Bakat public Tidak disiplin Punya banyak
teman aktivis
Orang tua
tidak
speaking
Leadership
Bakat
menggambar
Hobby
membaca
Suka menulis
waktu
Kurang
produktif
Tidak tegas
dalam
mengambil
keputusan
organisasi
Banyak
kegiatan yang
membutuhkan
MC, Moderator,
Trainer
mendukung
keaktifan di
organisasi
Jadwal kuliah
padat
Teraktualisasi Teraktualisasi Terjadi Terjadi
Hobby baca
novel
dibanding
diktat
kuliah/tulisan
ilmiah
aktif menulis di
blog
Dicintai kawan
Sering menjadi
mc, moderator
Suka begadang
Kecanduan
kopi
Tidak fokus
Mudah marah
Ceroboh
Tidak sabaran
Aktif di Ismakes
Jabar
Aktif di
organisasi
kampus (BEM)
Aktif di
komunitas buku
Bentrok
dengan
jadwal kuliah
Jarang pulang
ke rumah
Orang tua
tidak tahu
aktivitas yang
diikuti
dan trainer
Peta diri adalah gambaran diri kita apa adanya (self image/self factual). Pada peta diri
tersebut di atas, kita melihat ada poin potensi dan aktualisasi/terjadi. Potensi adalah
sesuatu yang masih terpendam – namun masih menjadi suatu bakat yang suatu saat
bisa terejawantahkan. Sedangkan aktualisasi adalah sesuatu yang sudah kita wujudkan
dalam kehidupan sehari-hari, sudah menjadi bagian dari kebiasaan kita. Kesempatan
(opportunity) dan ancaman (threat) juga memiliki potensi yang sewaktu-waktu bisa
meledak menjadi sesuatu yang benar-benar terjadi.
PETA DIRI IDEAL
Strength Weakness Opportunity Threat
Potensi Potensi Potensi Potensi
Bakat public
speaking
Leadership
Bakat
menggambar
Hobby
membaca
Suka begadang
Kecanduan
kopi
Tidak fokus
Mudah marah
Ceroboh
Tidak sabaran
Punya banyak
teman aktivis
organisasi
Banyak kegiatan
yang
membutuhkan
MC, Moderator,
Trainer
Bentrok
dengan
jadwal kuliah
Jarang
pulang ke
rumah
Orang tua
tidak tahu
Suka menulis aktivitas
yang diikuti
Teraktualisasi Teraktualisasi Terjadi Terjadi
Amanah
Jujur
Dicintai kawan
Menerbitkan
buku
Menjadi public
speaker
profesional
Menguasi
beberapa
aplikasi untuk
mendisain
gambar
Keaktifan di
organisasi
menjadi peluang
untuk
mengembangkan
kemampuan
public speaking
Menulis dan
menerbitkan
buku bersama
kawan-kawan di
Ismakes Jabar
Orang tua
mendukung
Disiplin dan
pintar mengatur
waktu kuliah dan
organisasi
Keadaan akan semakin ideal jika kita terus mencoba menggali kekuatan-kekuatan yang
kita miliki, mencari kesempatan dan segera menyambut bola kesempatan yang datang
kepada kita dengan cepat dan efektif.
Jika dijabarkan secara rinci dan sangat detail, saya yakin peta diri kamu tidak
sesederhana ini, begitu banyak aspek mulai dari akal, fisik, dan ruhiyah yang bisa kamu
masukan. Agar lebih efektif dan hasilnya baik, alangkah baiknya kamu meluangkan diri
untuk membuatnya atau dengan bantuan sahabat agar penilaiannya lebih objektif.
#STRATEGI HIDUP
Langkah berikutnya adalah menyusun strategi hidup, dalam kamus bahasa indonesia
strategi berarti siasat perang atau akal untuk mencapai suatu maksud tertentu. Kita
memerangi musuh eksternal (syaitan) dan musuh internal (hawa nafsu), strategi
diperlukan agar kita mampu mencapai keinginan yang kita harapkan, karena pada
setiap langkah yang hendak kita tempuh, pasti akan banyak hal yang kita temui.
Setelah menyusun visi misi, kamu harus membuat strategi dalam hidup. Strategi yang
meliputi empat hal, planning, organizing, actuating dan controlling.
1. Merencanakan semua urusan (Planning)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr: 18).
Percayalah, hidup ini singkat kawan! Maka persiapan yang matang itu perlu,
hidup yang singkat penuh amal yang berkualitas, siapa yang tak mau?. Namun
dalam pelaksanaanya dibutuhkan proses perencanaan yang matang, orang bijak
berkata: orang yang merencanakan, berarti telah melsayakan separuh dari apa
yang akan dilsayakannya. Meskipun terkadang spontanitas juga perlu.
Belajar dari apa yang dicontohkan Allah SWT dalam penciptaan langit, bumi dan
kehidupan melalui tingkatan-tingkatan dan tahapan-tahapan, perencanaan
sebaiknya meliputi rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan
rencana jangka pendek.
“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).” (QS. Al-
Insyiqaq: 19)
a. Rencana Jangka Panjang (RJP)
Rencana jangka panjang – kita singkat RJP – meliputi sesuatu yang sifatnya
global, semacam blue print dari perjalanan kita selsaya manusia, alias
breakdown dari misi hidup kita.
Sebagai ilustrasi, kita bisa membuat RJP dengan kurun waktu 15 tahun
dengan membagi tiga tahap; RJP tahap I, tahap II dan seterusnya. Jika usia
kamu saat ini 20 tahun, jika Allah mengizinkan kamu berumur panjang
setidaknya akan mengalami 2 atau 3 tahap perencanaan jangka panjang.
Berikut ini contoh dalam penyusunan RJP, (barangkali) adalah sebagian RJP
anda!
1) RJP tahap I (usia 20 tahun-35 tahun)
Buku-bukunya mendapatkan penghargaan kelas nasional atau
regional.
Public speaker dan motivator di tingkat nasional dan
internasional.
Telah menghasilkan 50 judul buku (asumsi saat ini kamu belum
memulai menulis buku).
Menguasai dengan fasih 3 bahasa asing, Arab, Jepang dan
Inggris.
Mengelola jaringan media berupa jaringan radio, koran,
majalah, penerbit buku dan percetakan Ismakes skala nasional.
Merintis Ismakes indonesia, untuk wujud nyata membangun
derajat kesehatan masyarakat.
Memiliki rumah novel dan aktif di komunitas pecinta buku,
dengan jaringan di Bandung, Yogyakarta, Lampung, Aceh, dan
Bali.
Hapal Al-Quran 10 juz.
Naik Haji
Mengunjungi tujuh keajaiban dunia.
Menyelesaikan pendidikan S2 dan S3 di bidang keperawatan.
Telah mapan secara ekonomi (memiliki tempat tinggal yang
nyaman, kendaraan, dan sebagainya).
Dan seterusnya.
2) RJP tahap II (usia 36 tahun-50 tahun)
Public speaker di tingkat internasional.
Buku-buku tulisannya mendapatkan penghargaan kelas
internasional.
Telah menghasilkan 100 judul buku.
Mengusai dengan fasih 5 bahasa asing (Arab, Inggris, Perancis,
Jepang, Korea).
Memiliki pusat pendidikan pengembangan karakter, untuk
mahasiswa kesehatan yang berpengaruh terhadap peningkatan
mutu kesehatan masyarakat di tanah air.
Hapal Al-Quran 20 juz.
Memiliki jaringan media berupa jaringan radio, koran, majalah,
penerbit buku dan percetakan skala nasional.
Memiliki jaringan rumah novel dan rumah baca di seluruh ibu
kota provinsi pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
Dan seterusnya.
3) RJP tahap III (usia 51 tahun-65 tahun)
Motivator dan pendakwah.
Mendapatkan hadiah nobel di bidang sastra.
Memiliki jaringan rumah novel dan rumah baca di seluruh kota
provinsi dan kota madya/kabupaten se-Indonesia.
Hapal Al-Quran 30 juz.
Dan seterusnya.
b. Rencana Jangka Menengah (RJM)
Masing-masing dari rencana jangka panjang di atas, bisa dibreakdown
dalam perencanaan jangka menengah (RJM), kira-kira sekitar 5 tahun. Jika
RJP yang sudah disusun adalah 15 tahun, berarti kamu bisa memecah
masing-masing tahapan tersebut menjadi tiga.
Pada RJM, rencana yang kamu lsayakan akan lebih detail, dan kamu bisa
memilah rencana mana yang akan kamu prioritaskan. Disesuaikan dengan
tingkat kebutuhan, kemampuan, pembiayaan, kesempatan dan
sebagainya.
Berikut ini adalah contoh RJM untuk RJP tahap I (kamu berusia 20-25
tahun).
Menguasai bahasa Arab dan Inggris secara baik.
Mulai menulis buku, target 15 judul buku.
IPK cumlaude.
Mendapatkan beasiswa untuk study S2 di bidang keperawatan.
Merintis dan memulai pembentutkan Ismakes Indonesia di kota
besar di pulau jawa.
Mengelola jaringan radio, koran dan majalah Ismakes Jabar.
Hapal Al-Quran 5 juz.
Dan seterusnya.
Selanjutnya, RJM kedua dan ketiga, kamu harus mengembangkan apa-apa
yang telah rintis di RJM pertama, sehingga target-target untuk RJP tahap I
berhasil kamu raih step by step. Mungkin rencana naik haji atau memiliki
tempat tinggal dan kendaraan, baru bisa kamu raih di RJM kedua. Tak
masalah! Yang penting kamu tahu, bagaimana cara merealisasikan rencana
tersebut.
Demikian juga, RJP tahap II dan III, sebaiknya juga bisa kamu breakdown
menjadi RJM-RJM pertama, kedua dan ketiga.
c. Rencana Jangka Pendek (RJPK)
Rencana jangka pendek atau RJPK, idealnya adalah 1 tahun. Untuk RJPK ini,
kamu bisa membuat draft program kerja yang meliputi jenis kegiatan,
terget, waktu pelaksanaan, biaya yang kamu butuhkan dan berbagai
keterangan lain. Semakin detail semakin baik. Kamu juga perlu membagi
antara aktivitas yang insidental dan aktivitas yang rutin.
Berikut ini adalah contoh draft RJPK A untuk RJM pertama, RJP tahap I
(tahun ke 20 kamu).
No Kegiatan Target Pelaksanaan Biaya (Rp) Metode
/Sarana
1.
Kursus
broadcasti
ng
menjadi
penyiar radio,
Public
speaker
Desember-
februari 2.500.000
Masuk
sekolah
broadca
sting
2. Kursus
Ielts/Toefl
Mendapatka
n skor
5,5/580
Maret 2.000.000
Lembag
a bahasa
yang
disayai
3. les bahasa
Arab
Memahami
bacaan Al-
Quran
Januari-
Desember 600.000
Mengiku
ti kursus
bahasa
Arab
Dan seterusnya....
Untuk lebih efektif, kamu bisa membuat program bulanan, mingguan dan
harian. Misal, setiap akhir pekan (hari sabtu), kamu akan merancang
kembali program untuk satu pekan ke depan yang kemudian dibreakdown
pada program harian yang dijadwal pada setiap malam. Tentu, seorang
muslim yang baik saat malam hari, setelah mengevaluasi diri, akan
merancang apa yang harus ia lsayakan esok harinya. Untuk bekal kampung
akhirat.
“Hidup yang tak difikirkan, tak layak dijalani.” -Plato
2. Melakukan pengaturan terhadap urusan-urusan tersebut (Organizing)
Meskipun orang bijak mengatakan bahwa dengan merencanakan kita berarti
telah melsayakan separuh yang kita inginkan, tetap saja pengaturan itu perlu.
Dalam pengaturan ini, kita perlu menghitung biaya apa saja yang diperlukan, apa
saja yang diprioritaskan, mana saja aktivitas yang bisa disatukan, dan sebagainya.
Pengaturan akan membuat kita mampu melsayakan sesuatu dengan efisien.
Misalnya, sekali jalan menuju kampus, kita sekaligus kuliah, mengembalikan buku
ke perpustakaan, diskusi dengan dosen, diskusi kelompok dengan teman kuliah,
dan rapat organisasi.
3. Mengaktualisasikan apa yang telah direncanakan (Actuiting)
Banyak rencana-rencana dahsyat, pengaturan-pengaturan hebat, namun jika
tidak ada pelaksanaan, sama saja dengan omong besar. Para pakar manajemen
mengatakan, thing big, start small, act now! Act now, kalimat tersebutlah yang
sesungguhnya menjadi inti dari keberlangsungan suatu hal. Ia ibarat api yang
membakar sumbu petasan. Sehebat apapun petasan, tak akan pernah ada
ledakan, jika tak pernah disulut api.
4. Mengontrol semua urusan-urusan tersebut (Controlling)
Pengontrolan program adalah aktivitas vital yang pada prakteknya justru jarang
diperhatikan. Kita sering melihat berbagai macam selebrasi kegiatan organisasi,
misal acara musyawarah besar, pelantikan dan launching program ini itu... yang
ketika dilsayakan, seluruh pengurus tampak sangat bersemangat dan optimis.
Akan tetapi, baru berusia sebulan, program tersebut ternyata melamban dan
akhirnya terbengkalai.
Begitupun pada individu, ada seseorang yang tiba-tiba melejit dengan
prestasinya yang luar biasa, namun hanya hitungan bulan, namanya mendadak
tenggelam. Memang, meraih itu lebih gampang daripada mempertahankan.
Dengan adanya evaluasi yang berkelanjutan, maka rencana kita akan berjalan
dengan kontinyu.
Konsep kaizen, adalah sistem kontrol pada program yang dibuat oleh orang-
orang jepang. Begitu ada rencana, mereka atur, mereka aktualisasikan, mereka
kontrol dengan ketat. Evaluasi berlangsung terus menerus. Kesinambungan
tekhnologi mereka pun menjadi bukti kerjasama lintas generasi yang dahsyat.
#River of life
Sejauh ini, apakah hidupmu sudah sesuai dengan apa yang kamu inginkan? Ataukah
kamu masih menikmati proses panjang yang entah dimana ujungnya. Atau mungkin
saat ini kamu tengah menikmati setiap hasil dari pencapaian mimpi-mimpimu. Bahkan
hingga saat ini kamu berada dalam kebuntuan? Mengikuti ritme kehidupan ala
kadarnya tak ada mimpi dan tak ada cita-cita.
Apa pun itu, menyusuri perjalanan hidup sejak dulu, sekarang dan nanti amatlah
penting. Hidup ini tidaklah panjang, sayang jika hanya diisi dengan aktivitas yang sia-sia.
Pada dasarnya manusia sudah dibekali amanah yang luhur lengkap dengan potensi-
potensi dalam diri sebagai modal yang luar biasa, jika kita merencanakan hidup dengan
baik maka kebahagiaan dunia dan akhirat akan kita raih. Dalam praktiknya, tak ada
pribadi biasa-biasa saja di muka bumi ini, yang ada adalah pribadi yang gagal
menjadikan dirinya luar biasa.
"River of life", adalah sebuah metode narasi visual yang membantu orang-orang
menceritakan kisah-kisah masa lalu, sekarang dan masa depannya. Metode ini juga
sebagai alternatif bagi individu jika metode pertama di atas terasa ribet dan terlalu
rumit, metode ini bisa menjadi cara yang menyenangkan dalam mendeskripsikan masa
depan. Pengurus organisasi dapat menggunakannya untuk memahami dan
merenungkan masa lalu dan membayangkan proyek masa depan, dan dapat digunakan
untuk membangun sebuah pandangan bersama yang disusun berbeda dan mungkin
dalam perspektif yang berbeda.
River of Life lebih berfokus pada gambar dari pada teks, efektif jika digunakan dalam
group yang berbeda kebangsaan dan bahasa. Ketika digunakan dalam kelompok, river
of life adalah metode aktif, baik untuk melibatkan orang-orang dalam group.
Kapan metode ini bisa digunakan?; perkenalan, mengkaji suatu proyek, menyusun
rencana masa depan, dan merekonsiliasi persepsi yang berbeda dari proyek, situasi
atau masalah.
a. Membuat “river of life” pribadi
Jika kamu adalah seorang sanguinis, bisa jadi cara ini menyenangkan untuk dicoba.
Kamu cukup menyiapkan kertas dan alat tulis, dan mulailah menggambar.
Menggambar sungai secara horizontal, sepanjang aliran sungai itu mulailah dengan
menggambar masa lalu, kemudian masa sekarang, dan mimpi-mimpi di masa yang
akan datang. Selanjutnya, pajang di dinding kamarmu, sebagai pemantik
semangatmu dalam pencapaian mimpi-mimpimu.
b. Membuat “river of life” berkelompok
Kamu pun bisa menggunakannya secara berkelompok, mintalah kelompokmu
untuk mengatur adegan untuk latihan yang lebih besar. Misalnya, peserta
memasang 6 kertas flipchart di dinding untuk menciptakan area gambar dan
bersama-sama menciptakan lanskap yang siap untuk digambari sungai lengkap
dengan gambar masa lalu, masa sekarang dan masa depan.
Sebagai ilustrasi, membuat river of life untuk evaluasi program kerja organisasi,
undanglah setiap anggota kelompok atau pengurus untuk menggambar di atas
lanskap kertas secara bergiliran, menggambarkan kebersamaan dan pencapaian
visi bersama di masa lalu. Setelah semua anggota selesai menggambar, diskusikan
bersama fase ini, dan begitu seterusnya.
#Mastering your habits
Habits adalah segala sesuatu yang kita lsayakan secara otomatis, bahkan
melsayakannya tanpa berfikir. Habits adalah suatu aktivitas yang dilsayakan terus-
menerus sehingga menjadi bagian daripada seorang manusia. Dia adalah kebiasaan
kita.
Seorang pemain sepak bola profesional tampak begitu terampil saat menggiring bola,
tampak seperti ada perekat antara bola dengan sepatunya.
Bagi penggemar sepak bola itu hal yang istimewa dan berharap bisa memiliki keahlian
yang sama meski setengahnya, namun bagi pemain sepakbola profesional itu hal yang
biasa.
Biasa yang dimaksud adalah ‘hasil pembiasaan’ dari latihan yang berulang-ulang kali
dilsayakan, dengan kata lain mereka melsayakan hal-hal yang luar biasa berulang kali
sehingga hal yang luar biasa bagi kita adalah biasa bagi mereka.
Habits ibarat autopilot pada diri manusia yang menentukan bagaimana dia merespons
terhadap satu kondisi tertentu, atau pembiasaan respons terhadap kondisi tertentu.
Dalam satu penelitian disampaikan bahwa dari 11.000 sinyal yang diterima otak
manusia, hanya 40 yang diproses secara sadar, sedangkan sisanya diproses secara
otomatis. Hasil penelitian lain juga menyampaikan setidaknya 95% daripada respons
manusia terhadap satu kondisi tertentu terjadi secara otomatis.
Artinya, respons kita terhadap satu kondisi tertentu, baik respons itu berupa pemikiran,
perasaan ataupun perbuatan, sesungguhnya berasal dari kebiasaan atau habits yang
secara otomatis terjadi pada diri kita.
Kita menilai orang lain sebagai pemalas apabila kita menemukan dia bangun terlambat
setiap hari, datang telat sepanjang waktu dan seringkali tidak menyelesaikan tugas-
tugasnya dengan baik dan benar.
Sebaliknya, kita menilai orang lain dapat diandalkan apabila dia selalu ada kapanpun
kita butuhkan dan dia selalu menyelesaikan tugas yang diberikan tepat pada waktunya
dengan kualitas yang bagus.
Kita menilai seseorang berdasarkan kebiasaannya, habitsnya. Habits adalah penentu
nilai pribadi kita. Habits ialah pembentuk kepribadian kita di mata orang lain, yang
membuat kita berharga di hadapan yang lain.
Sederhananya, habits yang menentukan berhasil-tidaknya diri kita dalam hidup ini.
sayangnya, secara alami, biasanya yang muncul adalah habits yang buruk, bukan yang
baik. Namun, sungguh menyenangkan tentunya, jika kita bisa memanipulasi habits ini
untuk tujuan kita. Bukan malah membiarkannya mengendalikan hidup kita.
Perhatikan bagan yang menerangkan proses terbentuknya habits pada manusia.
Pemikiran adalah pangkal dari kepribadian, karena pemikiranlah yang akan
menentukan keyakinan, kecenderungan, tujuan hidup, cara hidup, pandangan hidup,
sampai aktivitas seorang manusia. Saat pemikiran mendasar satu orang dengan yang
lain berbeda, maka berbeda pula tujuan yang dia tetapkan, karena keyakinan
membentuk perbuatan. Perbuatan menentukan habits dan mencerminkan kepribadian.
Walaupun pada manusia habits yang dipilihnya dipengaruhi oleh cara berpikir. Namun,
dalam proses pembentukannya, peran akal tidaklah terlalu dominan. Faktor yang
menentukan apakah kita akan memiliki habits hanya 2 hal, yaitu practice (latihan) dan
repetition (pengulangan), yang tentu saja dilsayakan dalam rentang waktu tertentu.
Practice atau latihan berfungsi untuk menentukan apakah aktivitas yang akan
dilsayakan sudah benar atau belum, tepat sasaran atau tidak. Sedangkan repetition
Person alities Thoughts Purposes Actions Habits
atau pengulangan akan menyempurnakannya. Practice adalah efektivitas dan repetition
adalah efisiensi.
Sebagian ilmuan dan peneliti berpendapat bahwa manusia memerlukan waktu 21 hari
untuk melatih satu habits yang baru, sebagian lagi berpendapat 28-30 hari, bahkan ada
yang berpendapat 40 hari.
Walaupun habits akan semakin sollid seiring dengan waktu, namun bisa kita ambil
bahwa 30 hari atau 1 bulan adalah batas minimal habits dibentuk. Setidaknya ini
menjadi sebuah batasan bagi kita memulai membentuk habits.
Kabar baiknya adalah, untuk membentuk suatu habits, kita tidak perlu merasa ‘perlu
berubah’ ataupun ‘memiliki motivasi’ karena dalam banyak kasus habits bisa terbentuk
walaupun seseorang tidak memiliki motivasi sama sekali.
Habits bisa terbentuk baik ketika kita rela dengan repitisi aktivitas itu ataukah kita
terpaksa melaksanakannya. Rela ataupun terpaksa, habits akan tetap terbentuk,
walaupun habits yang dibentuk atas dasar kerelaan tetap akan lebih berkualitas
dibandingkan dengan habits yang terbentuk karena paksaan.
Bila digambarkan dengan bagan, proses membentuk habits sejatinya adalah melatih
dengan sengaja aktivitas yang awalnya kita lsayakan dengan sadar, menjadi bisa kita
lsayakan secara tidak sadar (otomatis).
Ketika dewasa, dan mengetahui pentingnya keahlian mengendarai mobil maka kita
akan mempelajarinya, setelah cukup mempelajari, kita pun bisa mengemudikan mobil.
Namun, semuanya masih dilsayakan dengan berpikir. Jalan; tekan kopling, oper
perseneling, injak gas perlahan sambil lepas kopling. Berhenti; matikan gas, tekan
kopling, oper perseneling netral, rem. Kemudian berulang kali proses ini dilsayakan,
sampai menjadi gerak refleks yang otomatis. Berjalan dan berhenti tanpa dia berpikir
prosesnya.
Habits adalah membiasakan yang pada awalnya dilakukan secara sadar menjadi
melakukan secara tidak sadar otomatisasi keahlian kita
Latih Ulang
Habits
Habits
Beginner
Learn Repetition incompetence
competence
con
siou
s
un
con
siou
s
Practice
Bila learn adalah proses mengetahui apa yang tidak kita ketahui, dan practice adalah
proses mempraktekkan apa yang kita ketahui dengan benar, maka repetition adalah
proses menjadikan aktivitas menjadi habits.
Baiklah, kita telah mengetahui bahwa habitslah yang bertanggung jawab atas sukses
atau tidaknya kita sebagai mahasiswa dan sebagai manusia. Habitslah yang
menentukan keahlian yang kita miliki dan yang tidak kita miliki. Habits adalah nilai diri
kita.
Tentu saja seorang mahasiswa tidak akan merasa puas dengan hanya membentuk
habits. Namun ia harus dikembangkan menjadi expertise (keahlian spesialis).
Expert berarti ahli, artinya ia benar-benar menguasai satu keahlian. Bukan hanya
sekedar menguasai suatu keahlian, seorang expert mampu memberikan manfaat tidak
hanya bagi dirinya namun juga bagi orang lain. Seorang expert menjadikan dirinya
sendiri sebagai role model, dan bisa menduplikasi keahlian yang sama pada orang lain,
berbagai keahlian.
Sedikit diantara manusia yang mampu membiasakan yang istimewa dan menjadikannya
habits. Namun, lebih sedikit lagi dari orang-orang yang mampu membentuk habits bisa
menjadikannya sebagai expertise.
Seorang expertise bukan hanya mampu membentuk dan mengendalikan habits. Dia
menguasai habits. Mastering Habits.
#Take Action
Terkadang, walaupun kita pandai menyusun rencana, namun kita lebih pandai lagi
untuk menundanya. Inilah habits buruk sebagian besar orang. Menunda. Padahal yang
penting dalam membentuk habits adalah action, amal nyata.
Sulitnya, seringkali kita justru tidak sadar, bahwa kita telah membentuk kebiasaan
menunda-menunda amal. Pernahkah kamu mendengar orang lain berucap, “Baiklah,
saya akan berhenti menunda, mulai besok”. Atau justru itu lahir dalam diri kamu
sendiri?
Bila ingin memulai berhenti menunda, berarti seharusnya kita laksanakan sekarang
juga. Dan kalau kita bersikeras menunda, maka ada satu penundaan yang baik, yaitu
menunda diri kamu melsayakan penundaan.
Seringkali kita menunda sesuatu karena memikirkan apa hasilnya nanti, lalu bersikap
pesimis. Menakutkan sesuatu yang belum tentu terjadi. Seringkali kita memikirkan
harga yang harus kita keluarkan untuk melsayakan sesuatu. Namun, jarang kita berfikir
tentang harga yang harus kita keluarkan ketika tidak melsayakannya.
Action adalah pertanda kesungguhan, ia pembeda antara orang munafik dan yang
beriman. Perhatikan ucapan Ibnu Qayyim
“Perbedaan antara Impian dan Khayalan adalah bahwa mengkhayal melibatkan
kemalasan, dimana seseorang tidak berusaha ataupun berjuang (untuk yang dia
inginkan). Impian, akan mengharuskan seseorang berjuang, usaha dan tawakal. Yang
pertama ibarat berharap tanah akan membajak dan menanam sendiri untuknya.
Sedang yang kedua benar-benar membajak, menanam dan berharap tanaman
tumbuh” (Madaarij As-Salikin)
Termotivasi saja tidak cukup, dan action setelah termotivasi itu lebih baik. Berbicara itu
murah, namun amal perbuatan itu tidak ternilai harganya. Semua orang mampu
mengemukakan ide, tapi tidak banyak yang mau take action.
#Menjadi seorang juara
a. Seorang juara harus mempunyai tujuan yang jelas
Florence Chadwick. Perempuan asal Amerika ini telah menetapkan tujuan yang
jelas untuk menjadi perempuan pertama yang berhasil menyebrangi Selat Catalina
dengan berenang. Setelah sempat menyebrangi selat Inggris, Florence sempat
melawan kabut dan hiu dalam menempuh jarak renang sejauh 35 km, namun
sayang kabut menghalanginya untuk menggapai pesisir Catalina. Dia pun gagal,
padahal saat itu dia sudah mencapai jarak 33 km.
Pada tahun selanjutnya, Florence kembali menetapkan tujuannya menyebrangi
Catalina. Dia menetapkan tujuan yang lebih jelas dengan sudah membayangkan
melihat pesisir pulau tujuannya. Kabut yang menghadangnya pun tidak dapat
membendung tujuannya. Dia berhasil.
b. Seorang juara harus berani membayar harga kenyamanan untuk sebuah kemajuan
Pak Asep Zaenal Mustofa, adalah salah satu pendiri Ismakes Jabar, pencetus
pergerakan mahasiswa kesehatan di Jawa Barat. 1986, tekadnya untuk
membangun bangsa di bidang kesehatan hingga kini tak pernah padam, dari
bangku kuliah hingga menjadi insan bhakti husada aksinya tak pernah surut.
Mungkin kamu bisa mengganggap ini sebuah keberuntungan, karena aksinya
didukung oleh statusnya sebagai pemangku kebijakan di dunia kesehatan. Tapi ini
bukanlah tentang keberuntungan, tapi kerja keras, aksinya dimulai sejak beliau
duduk di bangku kuliah. Menghimpun mahasiswa kesehatan, hingga membangun
pergerakan di bidang kesehatan.
Lalu apakah ia anak seorang konglomerat?, pejabat?. Tidak. Ia hanya seorang anak
yatim yang setiap pagi mengais rizki dengan berjualan minyak tanah menggunakan
gerobak keliling, siang hari kuliah, sore hari berorganisasi dan mengajar mengaji di
malam hari. Merelakan kenyamaan saat muda demi sebuah prestasi di masa
depan.
Juara itu bukan sebuah keberuntungan, tapi hasil kerja keras dan ketekunan dalam
pencapaian sebuah mimpi.
c. Selalu lakukan hal yang di luar biasanya untuk berhasil
Kisah vice President Citibank, Houtman Zinal Arif, juga menunjukkan karakter ini.
dia mengawali kariernya sebagai seorang office boy. Houtman selalu melsayakan
hal yang di luar biasanya dalam pekerjaannya, sehingga tugasnya yang hanya
mengurusi kebersihan dapat diseleseikan bahkan lebih dari itu.
Dia juga mengurusi fotokopi di tahun1960-an saat seorang office boy belum piawai
melsayakan tugas menggandakan data saat itu. Dia mau belajar usai menuntaskan
pekerjaannya. Alhasil, dia dipercaya untuk bertugas sebagai penanggung jawab
fotokopi kantor dan kembali melsayakan hal yang di luar biasanya. Usai
menuntaskan pekerjaannya, dia membantu proses administrasi, seperti
mengerjakan proses stempel dan hal-hal administrasi lainnya, sehingga pada satu
kesempatan dia diangkat menjadi staf kantor hingga kemudian merintis karier
sampai puncak sebagai vice president bank kelas dunia ini.
d. Apa yang kamu fokuskan, itulah yang harus kamu dalami
Seorang juara akan fokus pada hal-hal yang membantu pencapaian impian mereka
dan bukannya pada hal-hal yang menghambat pencapaian impian tersebut. Pada
bagian ini, kita hanya perlu membuka diri untuk melihat kesempatan dengan lebih
dalam dan lebih positif.
e. Untuk memiliki kupu-kupu di halaman dan rumah kamu, ada dua cara yang bisa
dilsayakan. Pertama, dengan membawa jaring, tetapi sedikit yang akan terjaring
sementara cara kedua adalah dengan membuat taman bunga sehingga kupu-kupu
yang akan datang sendiri kepada kamu.
Seorang juara akan terus mengembangkan dirinya untuk memiliki cara dan kualitas
yang banyak dicari oleh berbagai kalangan sehingga kesuksesan yang justru akan
mendekatinya.
Jadi, kamu siap menjadi seorang juara?.
Bab Tempa Diri; Leadership
Pengalaman dan ilmu Saya belum cukup untuk menulis tentang kepemimpinan.
Hingga pada akhirnya, Saya memberanikan diri menulis pandangan dan pemaknaan Saya
tentang kepemimpinan. Saya ingin belajar bersama Anda mengenai kepemimpinan. Saya
pun bukan penulis handal mampu menyajikan tulisan yang "lezat" untuk dibaca, seringnya
masih mengutip ilmu-ilmu yang maunya disusun rapi. Tak terkecuali buku ini. Ini adalah
tulisan hasil belajar Saya dari kisah orang-orang hebat dan bergaul dengan orang-orang
hebat. Imam Syafi’I menasihatkan untuk mengunci ilmu dengan pena alias tulisan. Saya
mencoba memaknainya dengan menulis sesuai pandangan yang Saya fahami dan episode
hidup yang Saya jalani. Ada banyak buku yang masih harus Anda baca selain buku ini.
Semoga tulisan ini memberikan manfaat kepada Anda para pembaca sebagai penambah
saldo pahala Saya, aamiin.
#Introducing Leadership
Pernah enggak sih diantara kita memiliki pengalaman menjadi seorang pemimpin? Pasti
pernah. Misalnya jadi ketua kelas atau ketua OSIS di sekolah atau jadi ketua Hima, Bem dan
lainnya. Bagaimana perasaanmu saat pertama kali menjalaninya? Bagaimana
pengalamanmu ketika diminta berbicara di depan umum untuk menyampaikan visi dan misi
atau program kerja? Nervous? Atau bingung harus ngomong apa? Merasa blank saat
pertama kali memimpin sebuah kelompok atau organisasi. Saat menjadi ketua kelas dan
harus tampil di depan kelas, bahkan mungkin pernah ditertawakan saat tampil di depan.
Bila semua adegan itu belum pernah dialami, mungkin kamu pernah melihat seseorang
yang menjadi Ketua Osis atau Hima/BEM tampil di depan umum? Atau pernahkan kamu
melihat film atau tayangan di televisi menayangkan seorang ketua kelompok/organisasi
berbicara di depan anggota kelompoknya? Saat melihat kemampuan interaksi dan gaya
orasi mereka, mungkin kita kagum? Dengan gesture khas seorang pemimpin karismatik nan
berwibawa, betapa hebatnya mereka berbicara hingga audiensnya terpukau. Mampukah
kita berlaku seperti itu, menjadi pemimpin yang tak hanya pandai berorasi atau berpidato
dengan memukau saja? Kita pasti bisa. Ya, kita pasti bisa.
A. Hakikat penciptaan manusia (from Hero to Hero)
Sebagai manusia kita sudah ditakdirkan terlahir menjadi Hero? sebagai muslim, Saya
memiliki referensi yang autentik dan patut diyakini kebenarannya, yakni Al Quran.
Allah Swt., berfirman dalam Q.S. Al Hijr ayat 28:
“Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sungguh, Saya akan
menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitang yang diberi bentuk).”
Surat An-Nisa ayat 1:
”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya
Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak...”
Ayat di atas menunjukan bahwa manusia pertama yang diciptakan adalah Nabi Adam AS
dan instrinya Siti Hawa AS dan berasal dari sari pati tanah. Nah lho… apakah tidak
bertentangan dengan ilmu biologi modern? Manusia kan berasal dari sperma kemudian
dikandung dalam rahim selama Sembilan bulan. Jika itu pernyataannya, maka Al Quran pun
menjawabnya dengan jelas dan lengkap dalam Surat Al Mu’minun ayat 12-14:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
Jika ditarik kesimpulan dan kronologi penciptaan manusia maka jelaslah bahwa kita
merupakan ciptaan Allah Swt. Dan merupakan keturunan Nabi Adam a.s. sebagai manusia
yang pertama kali diciptakan (dari tanah) dan seterusnya hingga kita keturunan selanjutnya
(dari sperma). Manusia, bukanlah keturunan monyet, setuju??? Al Quran menjawab dengan
indah setiap detail pertanyaan kita, dari mana kita berasal dan bagaimana prosesnya?
Subhanallah. Tapi, seringkali kita lupa siapa kita dan dari mana berasal. Kita sering sombong
seakan kita tidak ada yang menciptakan.
Allah Swt. Berfirman dalam Al Quran Surat At-Tin ayat 4:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Manusia telah diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, bentuk yang sempurna.
Kita memiliki otak untuk berpikir, memiliki rasa cinta, rasa malu hingga kita merasa perlu
untuk berpakaian. Artinya memiliki emosional dan perasaan. Bentuk tegak, paras cantik dan
gagah tampan. Itulah kesempurnaan yang dikaruniakan Allah kepada kita, Alhamdulillah.
Bukan seperti kera yang telanjang, berjalan merangkak dan tidak memiliki perasaan
layaknya manusia.
Seperti sebuah handphone yang diciptakan oleh pabriknya. Pasti handphone dibuat
memenuhi tujuan tertentu diantaranya agar seseorang mudah berkomunikasi dengan
orang lain walaupun jaraknya jauh. Atau ibarat sebuah pena yang dibuat untuk
memudahkan kita mencatat ilmu yang disampaikan oleh para guru kita. Begitu pula halnya
Allah Swt. menciptakan manusia menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
dan memiliki tujuan yang jelas.
Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Al Mu’minun:115:
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
Berdasarkan ayat di atas jelas bahwa manusia diciptakan bukan untuk main-main tetapi
dengan tujuan dan maksud yang jelas. Manusia diciptakan adalah untuk beribadah dan
hanya menyembah Allah Swt. Manusia diciptakan sebagai pemimpin (every man was born
as a leader), sebagaimana telah disinggung di bab sebelumnya.
Allah Swt., mengisyaratkan bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah (pemimpin) dan
merupakan delegasi (pemegang mandat) Allah Swt untuk mengemban amanah menjadi
pemimpin dan melestarikan bumi ini. Perhatikanlah, betapa mulianya Allah Swt. menjadikan
manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini. Walaupun golongan malaikat menyatakan
keraguannya atas kepemimpinan manusia, Allah telah menjaminnya dengan mengatakan
bahwa Allah lebih mengetahui daripada prasangka para malaikat. Artinya, manusia lahir
sudah dengan paket potensi menjadi pemimpin yang baik dan mampu menjaga amanah
melestarikan bumi ini. Lalu kenapa Kita masih suka menyakiti orang lain dengan perkataan
dan perbuataan Kita. Bahkan hingga menumpahkan darah saudara Kita sendiri? Sekali lagi,
manusia diciptakan dengan sifat kepemimpinannya yang sempurna. Maka, bersikap lebih
arif dan bijaksana. Ini adalah karunia Allah yang besar yang patut disyukuri, Alhamdulillah.
Hadist Abdullah bin Umar ra. bahwasannya Rasulullah Saw. bersabda: “Setiap kamu
adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Seorang amir (presiden, gubernur dll.) yang mengurusi keadaan rakyat adalah pemimpin. Ia
akan dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin
terhadap keluarganya di rumah. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya. Ia
akan diminta pertanggungjawaban tentang hal mereka itu. Seorang hamba adalah
pemimpin terhadap harta benda tuannya, ia akan diminta pertanggungjawaban tentang
harta tuannya. Ketahuilah, kamu semua adalah pemimpin dan semua akan diminta
pertanggungjawabannya” (HR. Bukhari-Muslim).
So, sudah siapkah Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kita dihadapan Allah? Kalo belom,
maka kita sudah melakukan salah satu langkah yang tepat dengan membaca buku ini. Mari
Kita sama belajar mempersiapkan diri Kita menjadi pemimpin yang sesungguhnya dan
sukses dalam LPJ Kita dihadapan Allah yang disaksikan para malaikat-Nya.
B. Manusia yang seutuhnya (seimbang IQ, EQ dan SQ )
Otak dalam struktur sistem syaraf adalah sistem syaraf pusat, di samping syaraf tulang
belakang. Otak disebut struktur karena otak sendiri terbagi atas beberapa bagian.
Pembagian otak dalam area yang paling mudah adalah pembagian otak dalam empat lobus,
yaitu lobus frontal, occipital, parietal, dan temporal. Setiap lobus terdiri dari struktur-
struktur yang masing-masing memiliki peran yang berbeda. Ketika suatu kapasitas dapat
dipahami sebagai suatu kemampuan untuk melakukan respon terhadap stimulasi, baik dari
dalam diri sendiri maupun dari lingkungan, maka setiap kapasitas memerlukan kemampuan
mengingat.
Kemampuan mengingat itu sendiri terkait pula dengan jenis penginderaan dan respon
yang dapat dilakukan. Kemampuan mengingat itu sendiri ketika dipetakan di otak ternyata
juga tersebar pada lobus yang berbeda. Stimulasi yang mayoritas bersifat visual akan
disimpan sebagai ingatan di struktur yang terdapat di lobus occipital (otak bagian belakang),
sementara yang auditif berada di struktur yang ada di lobus temporal (otak bagian samping).
Ingatan tentang penginderaan kulit akan di simpan di lobus parietal (otak bagian tengah).
Sementara itu, ada ingatan tentang kinestesi dan gerak di simpan di struktur yang berbeda,
yaitu cerebellum, atau otak kecil.
Otak tidak saja dibedakan atas lobus yang ada. Otak juga dibedakan atas belahannya,
yaitu otak kiri dan otak kanan, atau hemispherium kiri dan hemispherium kanan. Dalam
istilah fisiologi dikatakan ada proses lateralisasi yang dapat dipahami sebagai spesialisasi
peran di otak kiri atau kanan. Belahan kiri terfokus pada kemampuan yang sifatnya verbal,
atau menggunakan bahasa dalam operasinya. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan
bahasa, matematika, logika verbal. Sementara itu belahan kanan merupakan pusat untuk
kemampuan yang menggunakan materi non-verbal. Itulah sebabnya, dikatakan kecerdasan
yang terstimulasi oleh pengetahuan, yang sebagian besar dalam bentuk pengetahuan
verbal, atau menggunakan bahasa sebagai medianya, adalah kecerdasan otak kiri.
Bacaan, kegiatan belajar yang menggunakan bahasa, adalah kegiatan yang merangsang
perkembangan otak kiri. Sementara itu, semua pengetahuan yang muncul dalam bentuk
keterampilan, apresiasi, rangsangan-rangsangan perseptual, semuanya membentuk
kecerdasan otak kanan. Termasuk di dalam urusan otak kanan adalah kemampuan
mengembangkan kepekaan dan ekspresi emosi.
Kapasitas otak kiri dan kanan inilah yang memungkinkan setiap orang memiliki potensi
yang bagus untuk berbagai bidang, sehingga penampilan seseorang dalam setiap bidang
atau manifestasi potensi merupakan perkara yang berbeda terkait dengan stimulasinya. Itu
pula sebabnya, jika kemudian dikenal multiple intelligence sebagaimana dikemukakan
Howard Gardner (dalam Lim, 2002), maka dasarnya adalah kapasitas otak yang berkembang
sejak dalam kandungan tersebut.
#Intelligence Quotient (Kecerdasan Intelektual)
Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari
pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli
psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas
Stanford berusaha membsayakan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan
mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test
Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal
dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap
masing-masing individu tersebut.
Kecerdasan intelektual (IQ) diyakini menjadi sebuah ukuran standar kecerdasan
selama bertahun-tahun. Bahkan hingga hari ini pun masih banyak orangtua yang
mengharapkan anak-anaknya pintar, terlahir dengan IQ (intelligence quotient) di atas level
normal (lebih dari 100). Syukur-syukur kalau bisa jadi anak superior dengan IQ di atas 130.
Harapan ini tentu sah saja. Dalam paradigma IQ dikenal kategori hampir atau genius kalau
seseorang punya IQ di atas 140. Albert Einstein adalah ilmuwan yang IQ-nya disebut-sebut
lebih dari 160.
Orang yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang cukup tinggi dapat dilihat
selain dari hasil tes, dapat terlihat juga bawa biasanya orang tersebut memiliki kemapuan
matematis, memiliki kemampuan membayangkan ruang, melihat sekeliling secara runtun
atau menyeluruh, dapat mencari hubungan antara suatu bentuk dengan bentuk lain,
memiliki kemapuan untuk mengenali, menyambung, dan merangkai katakata serta mencari
hubungan antara satu kata dengan kata yang lainya, dan juga memiliki memori yang cukup
bagus.
#Emotional Quotient (Kecerdasan Emosi)
EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Goleman. Berdasarkan hasil
penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap
manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran
rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau yang popular dengan sebutan
“Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakan oleh emosi.
EQ merupakan serangkaian kemampuan mengontrol dan menggunakan emosi, serta
mengendalikan diri, semangat, motivasi, empati, kecakapan sosial, kerja sama, dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dengan berkembangnya teknologi pencritaan otak
(brain-imaging), yaitu sebuah teknologi yang kini membantu para ilmuwan dalam
memetakan hati manusia, semakin memperkuat keyakinan kita bawa otak memiliki bagian
rasional dan emosional yang saling bergantung.
Seseorang dengan kecerdasan emosi (EQ) tinggi diantaranya memiliki hal-hal sebagai
berikut :
Sadar diri, pandai mengendalikan diri, dapat dipercaya, dapat beradaptasi dengan
baik dan memiliki jiwa kreatif,
Bisa berempati, mampu memahami perasaan orang lain, bisa mengendaikan konflik,
bisa bekerja sama dalam tim,
Mampu bergaul dan membangun sebuah persahabatan,
Dapat mempengaruhi orang lain,
Bersedia memikul tanggung jawab,
Berani bercita-cita,
Bermotivasi tinggi,
Selalu optimis,
Memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan
Senang mengatur dan mengorganisasikan aktivitas
#Spiritual Quotient (Kecerdasan Spiritual)
Ketika seseorang dengan kemampuan EQ dan IQ-nya berhasil meraih prestasi dan
kesuksesan, seringkali orang tersebut disergap oleh perasaan “kosong” dan hampa dalam
celah batin kehidupanya. Setelah prestasi puncak telah dipijak, ketika semua pemuasan
kebedaan telah diraihnya, setelah uang hasil jeri payah berada dalam genggaman, ia tak
tahu lagi ke mana harus melangkah.
Untuk apa semua prestasi itu diraihnya? hingga hampir-hampir diperbudak oleh
uang serta waktu tanpa tahu dan mengerti di mana ia harus berpijak? Di sinilah kecerdasan
spiritual atau yang biasa disebut SQ muncul untuk melengkapi IQ dan EQ yang ada di diri
setiap orang. Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilsaya dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain, (Ifa Hanifah Misbach, 2008).
Orang yang miliki kecerdasan spiritual yang tinggi tidak dapat dilihat dengan mudah
karena kembali ke pengertian SQ, yaitu kemampuan seseorang untuk memecahkan
persoalan makna dan nilai, untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks
makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa jalan hidup yang kita pilih memiliki
makna yang lebih daripada yang lain, dari hal tersebut dapat dilihat bahwa kecerdasan
spiritual adalah kecakapan yang lebih bersifat pribadi, sehingga semua kembali kepada
individu itu sendiri dan kepada hubungannya dengan Sang Pencipta.
#Optimalisasi (seimbang) IQ, EQ, dan SQ
Seiring waktu berjalan, orang mengamati, dan pengalaman memperlihatkan, tidak
sedikit orang dengan IQ tinggi, yang sukses dalam studi, tetapi kurang berhasil dalam karier
dan pekerjaan. Dari realitas itu, lalu ada yang menyimpulkan, IQ penting untuk
mendapatkan pekerjaan, tetapi kemudian jadi kurang penting untuk menapak tangga karier.
Untuk menapak tangga karier, ada sejumlah unsur lain yang lebih berperan. Misalnya saja
seberapa jauh seseorang bisa bekerja dalam tim, seberapa bisa ia menenggang perbedaan,
dan seberapa luwes ia berkomunikasi dan menangkap bahasa tubuh orang lain. Unsur
tersebut memang tidak termasuk dalam tes kemampuan (attitude test) yang ia peroleh saat
mencari pekerjaan. Pertanyaan sekitar hal ini kemudian terjawab ketika Daniel Goleman
menerbitkan buku Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ (1995).
Hanifah Misbach (2008) mengemukakan upaya yang dapat kita lakukan untuk
mengoptimalisasikan IQ, EQ, dan SQ bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut: Selain
dengan asupan gizi yang cukup dan seimbang ke dalam tubuh, untuk mengoptimalisasikan
kecerdasan intelektual atau IQ dapat diupayakan dengan melatih 7 kemampuan primer dari
inteligensi umum, yaitu :
1. Pemahaman verbal,
2. Kefasihan menggunakan kata-kata,
3. Kemampuan bilangan,
4. Kemampuan ruang,
5. Kemampuan mengingat,
6. Kecepatan pengamatan,
7. Kemampuan penalaran.
Untuk mengoptimalisasikan kecerdasan emosi (EQ) seseorang dapat dilakukan dengan
mengasah kecerdasan emosi setiap individu yang meliputi :
Membiasakan diri menentukan perasaan dan tidak cepat-cepat menilai orang
lain/situasi
Membiasakan diri menggunakan rasa ketika mengambil keputusan
Melatih diri untuk menggambarkan kekhawatiran
Membiasakan untuk mengerti perasaan orang lain
Melatih diri menunjukan empati
Melatih bertanggung jawab terhadap perasaannya sendiri
Melatih diri untuk mengelola perasaan dengan baik
Menghadapi segala hal secara positif.
Sedangkan untuk mengoptimalisasikan atau memfungsikan kecerdasan spiritual dapat
dengan upaya sebagai berikut :
Menggunakan aspek spiritual dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan makna dan nilai
Dengan melalui pendidikan agama
Melatih diri untuk melihat sesuatu dengan mata hati.
Pakar EQ, Goleman berpendapat bahwa meningkatkan kualitas kecerdasan emosi
berbeda dengan IQ. IQ umumnya tidak berubah selama kita hidup. Sementara kemampuan
yang murni kognitif relative tidak berubah (IQ), maka kecakapan emosi dapat dipelajari
kapan saja. Tidak peduli orang itu peka atau tidak, pemalu, pemarah atau sulit bergaul
dengan orang lain sekalipun dengan motivasi dan usaha yang benar, kita dapat mempelajari
dan menguasai kecakapan emosi tersebut.
Tidak seperti IQ, kecerdasan emosi ini dapat meningkat dan terus ditingkatkan
sepanjang hidup. Kemudian sebuah pertanyaan muncul ke permukaan, mekanisme
pelatihan apa yang mampu memberikan suatu pelatihan kecerdasan emosi yang bisa
berjalan seumur hidup seperti yang diharapkan modern saat ini. Atau pelatihan jenis apa
yang bisa didapatkan pada lembaga training modern saat ini?
Karena umumnya sejumlah training yang dilakukan hanya memberi implikasi sesaat, dan
relative terbukti bahwa pelatihan sesingkat itu tidak banyak memberi arti dalam
pembentukan karakter. Yang dibutuhkan sekarang adalah pelatihan sepanjang waktu
(continuously improvement) yang mampu membentuk suatu karakter dengan tingkat
kecerdasan emosi yang tinggi (internalisasi).
Sebuah training di mana pesertanya mengikuti program pelatihan yang didasari oleh
kesadaran diri yang kuat, sesuai dengan suara hati. Insyaallah buku ini dan Ismakes
Leadership and Learning Center (ILLC) akan memberikan suatu metode pelatihan dan
pengasahan kecerdasan emosi dan spiritual yang bersifat independen dan bisa dilaksanakan
sepanjang waktu, sehingga menghasilkan peningkatan (I)ESQ secara berkesinambungan dan
berkelanjutan. Kecerdasan tingkat tinggi memadukan IQ, EQ, dan SQ. tidak hanya
mempertahankan kemampuan berfungsi, tetapi juga menjadikannya lebih hebat. Karena
kami mempunyai laboratoriumnya, Ismakes jabar.
Peran IQ (Intelektual Quotient) dulu begitu diagungkan, kini telah bergeser posisinya
siring dengan keberadaan EQ (Emotional Quotient) yang begitu menghebohkan. Dalam
dalam dunia kerja yang Saya alami, Saya banyak mendapat masukan bahwa keberadaan EQ
mutlak perlu selain IQ. Saya sedikit memberi contoh tentang pentingnya EQ selain IQ dalam
dunia kerja yang Saya geluti.
Pada tahun 2011 hingga tahun 2012, Saya pernah menjadi karyawan sebuah perusahaan
internasional di Jakarta. Waktu yang relative singkat tapi menurut Saya sarat akan makna
kehidupan sesungguhnya. Saya pernah ditugaskan ke Batam, Samarinda, Manado, dan
Medan. Selama itu Saya amati, bahwa tidak ada satupun mata kuliah yang mengajarkan
tentang pentingnya suatu kecerdasan emosi yang bisa mengajarkan tentang arti integritas,
komitmen, visi dan kemandirian yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh para guru/dosen
atau mahasiswa itu sendiri. Ini menggambarkan, betapa masih rendahnya kesadaran dan
apresiasi tentang hal tersebut.
Pertengahan tahun 2012, Saya memutuskan untuk resign. Alhamdulillah, diterima di
salah satu rumah sakit pemerintah daerah yang bernuansa Islami. Saya bertemu dengan
orang-orang yang relative masih muda tetapi telah memiliki posisi yang menjanjikan di
rumah sakit tersebut. Saya banyak sharing dengan mereka di luar aktivitas pekerjaan saya
sebagai perawat. Kesan Saya adalah luar biasa. Saya belajar tentang Ihsan.
Ihsan adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau “terbaik.”
Dalam istilah agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia
melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut
membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatan-Nya. Ihsan adalah lawan dari
isa’ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia mencurahkan kebaikan dan menahan diri
untuk tidak mengganggu orang lain. Mencurahkan kebaikan kepada hamba-hamba Allah
dengan harta, ilmu, kasih sayang dan tenagannya.
Pengalaman singkat di rumah sakit itu mungkin tidak semua orang bisa mengalaminya.
Saya bersyukur alhamdulillah, Allah telah mengaruniakannya kepada Saya. Saya mengingat
pelajaran dari pembicaraan Saya dengan seseorang bahwa kejujuran dalam bekerja itu
penting. Bagaimana jika seorang dokter tidak jujur memberikan jenis/dosis obat yang tidak
sesuai indikasi? Apa akibatnya bagi para pasien? Bukankah mereka datang kepada Kita
dengan penuh harap kesembuhan atas sakitnya mereka? Para pasien ini telah
mengorbankan waktu, tenaga dan harta mereka untuk ikhtiar mencari kesembuhan atas
sakit mereka. Sungguh keterlaluan jika ada dokter yang berperilaku seperti itu.
Bagaimana jika pasien tersebut adalah keluarga kita? Ibu yang yang sangat dicintai. Ibu
yang diharapkan panjang umurnya agar kita bisa berbakti lebih banyak. Contoh lain adalah
jika dokter sudah berlaku jujur, bagaimana jika perawat yang merawat para pasien ini tidak
berperilaku jujur? Obat yang disediakan untuk pasien yang seharusnya diberikan 3 x sehari
malah diberikan 2 x sehari? Kemudian obat tersebut dicuri untuk dijual agar mendapat
keuntungan. Na’udzubillah, (Saya memohon perlindungan dari Allah dari perilaku seperti
itu). Itulah satu pelajaran penting, yakni kejujuran dalam bekerja.
#Kisah pak hamid
Satu kisah lainya adalah ketika merawat seorang pasien. Sebut saja pak hamid
(samaran), yang datang dengan keluhan nyeri berkemih (kencing) dan demam tinggi. Bapak
ini telah dirawat kurang lebih satu minggu, sudah diperiksa laboratorium darah dan urine
(air kencing) serta rontgen dan BNO (foto untuk mengetahui apakah ada batu di saluran
kemih). Dari seluruh pemeriksaan tersebut dokter spesialis penyakit dalam belum bisa
menegakkan diagnosa karena hasil pemeriksaan menunjukan hasil yang mendekati nilai
normal. Pasien ini Nampak sudah hampir putus asa.
Satu minggu berlalu, pak hamid masih sering nyeri perut bagian bawah dan demam
tinggi. Suatu saat, insting Saya mendorong Saya untuk berkata kepadanya, “Pak, Saya Rafi
perawat yang merawat Bapak di ruangan ini. Saya ingin sekali membantu Bapak. Jika ada
masalah yang ingin Bapak katakan kepada Saya, Saya siap mendengarkan.” Waktu itu naluri
Saya mengatakan bahwa penyakit yang sedang dideritanya adalah buah dari perilakunya.
Waktu itu dokter juga mengindikasikan bahwa pak hamid terkena HIV hingga Tim Medis
memutuskan untuk memeriksakannya.
”Jika Bapak ingin ngobrol berdua saja, Bapak bisa minta istri Bapak untuk meninggalkan
Kita berdua sejenak”, bisik saya kepada pak hamid yang tengah terbaring lemah.
Benar saja keesokan harinya, pak hamid ini memanggil Saya ke ruang perawatannya
untuk menceritakan masalahnya.
“Pak Rafi, Saya ingin menceritakan sesuatu. Tapi, kalo bisa hanya kita berdua. Bisa
gak?” “Boleh pak, tapi mungkin siang bisanya karena pagi harus kerja dulu, gimana?” waktu
itu memang kebetulan Saya shift pagi.
Saya memahami betul bahwa nampaknya masalah pak hamid ini sifatnya pribadi. Siang
harinya, kami memulai pembicaraan setelah meminta istri pak hamid untuk meningalkan
Kami sejenak. Setelah beberapa lama, pak hamid masih belum memulai pembicaraan.
Bibirnya kelu, matanya menerawang kosong. Di saat suasana mulai hening, suara berat pak
hamid mulai terdengar.
“Saya seorang Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pertanian Provinsi, sering bepergian ke
daerah-daerah untuk mengisi pendidikan dan pelatihan di bidang pertanian. Saya juga sering
mengurus proyek pertanian, hingga para pengusaha yang ingin “lolos” tendernya sering
mengajak karaoke-an. Para pengusaha ini sering mengajak wanita-wanita untuk menemani
Saya”, lirihnya. Kata-katanya larut dalam isak tangis.
“Saya merasa sakit ini adalah terguran dari Allah, saya ingin bertaubat, saya ingin
bertaubat pak rafi....”
“Pak, bisa jadi sakit ini memang buah dari perbuatan Bapak selama ini. Yang pertama
yang harus Kita lakukan adalah taubat dengan mengucap istigfar sebanyak-banyaknya. Lalu
ikhlas menerima sakit ini dan tidak berputus asa. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah
Bapak harus meminta maaf kepada orang-orang yang pernah Bapak sakit terutama istri
Bapak, bisa?” Tanya Saya menenangkan.
Saat itu juga pak hamid memanggil istrinya dan kepada istrinya ia mengakui
perbuatannya sambil menangis dan memeluknya dengan erat. Dalam empati saya
merasakan rasa haru dari kejadian ini. Mereka berdua berjanji untuk menjadi keluarga yang
lebih baik dan saling memaafkan. Pak hamid akan belajar shalat dan ngaji, meski sudah
memasuki usia pensiun.
Singkat cerita, pak hamid kembali melakukan skrining test. Dokter mengatakan semua
hasilnya ternyata hanya mengarah pada infeksi saluran kemih biasa dan pak hamid Boleh
pulang setelah selesai perawatan. Subhanallah.
Pengalaman di atas mengajarkan Saya bahwa bekerja (hidup) ini tidak cukup hanya
mengandalkan IQ. Ternyata disamping IQ ada sisi emosi dan spiritual yang mampu membuat
perubahan lebih positif dan “dahsyat” terhadap sesuatu. Contohnya cerita di atas,
bayangkan jika waktu itu saya hanya bekerja mengandalkan IQ, Saya tidak akan pernah
mampu menyentuh sisi emosionalnya dan spiritualnya hingga dia mampu berubah lebih
positif secara horizontal kepada manusia dan vertikal kepada Tuhannya.
C. Being True Leader
“A true leader has the confidence to stand alone, the courage to make tough
decisions, and the compassion to listen to the needs others. He does not set out to be a
leader, but becomes one by the equality of his actions and the integrity of his insent.” (-
Douglas MacArthur-)
#Tak Perlu Jabatan untuk Menjadi Pemimpin
Pemimpim sejati tidak hanya membuat segalanya menjadi lebih baik untuk dirinya,
tetapi juga untuk orang lain. Entah menghasilkan imbalan finansial dan pengakuan sosial
atau tidak. Hanya sedikit pemimpin yang meraih kehebatan sekaligus dikenang. Kita dapat
membaca tentang mereka dalam buku-buku sejarah. Tetapi, sebagian besar orang yang Saya
anggap sebagai pemimpin adalah orang-orang tanpa jabatan. Mereka meraih kehebatan
dengan bekerja secara sederhana dalam organisasi dan lingkungan mereka, dalam
kehidupan mereka sendiri, dan dalam membantu orang-orang di sekeliling mereka.
Kita tak perlu jabatan untuk jadi pemimpin dalam kehidupan ini. Dan kenyataan
sederhana memilki jabatan tidak akan menjadikan kita pemimpin. Setiap orang memiliki
kesempatan untuk memimpin, setiap hari. Hal ini tidak tergantung pada posisi (jabatan) kita
atau berapa lama kita menjalani pekerjaan, atau bekerja untuk menggerakan ekonomi
keluarga, organisasi kampus, perusahaan, politik. Siapa saja di tingkatan apa saja bisa belajar
menjadi pemimpin dan membantu membentuk atau mempengaruhi dunia di sekelilingnya.
Pakar kepemimpinan John C. Maxwell mengambarkan kepemimpinan sebagi pengaruh
posistif. Itulah definisi kepemimpinan paling sederhana dan elegan yang Saya ketahui.
Bagaimana seorang pemimpin bertindak? Apa karakteristik kunci dari pemimpin dengan dan
tanpa jabatan? Ia adalah seseorang yang:
Percaya bahwa dirinya dapat membentuk hidup dan kariernya secara positif.
Memimpin lewat hubungannya dengan orang lain, sebagai lawan dari kendali yang
ia miliki atas orang lain.
Berkolaborasi, bukan mengendalikan.
Meyakinkan orang lain untuk berkontribusi , bukannya memerintah mereka.
Membuat orang lain mengikutinya karena rasa hormat dan komitmen, bukannya
rasa tsayat dan kepatuhan.
Mungkin selama ini kita tidak sadar betapa sebetulnya kita adalah pemimpin, mungkin
bagian dari kelompok besar orang yang mengalami “kurang jabatan”. Dengan kata lain,
jabatan saat ini tidak mencerminkan sesuatu yang ingin dicapai atau tidak sesuai dengan
harapan. Jika demikian, jangan biarkan kecilnya jabatan membuat kita rendah diri. Kita
adalah pemimpin. (Sebaliknya, kita semua tahu tentang “para pemimpin” yang memiliki
jabatan tinggi, tetapi sebenarnya bukanlah pemimpin.)
Mari pelajari teori kepemimpinan, berikut ini akan saya bahas dengan ilustrasi
sederhana.
D. Teori kepemimpinan
a. “Great Man Theory” (Bakat)
Ada yang berpendapat bahwa “pemimpin dilahirkan”(leaders are born). Teori ini baru
dicetuskan oleh Marquis dan Huston (1998), menekankan bahwa setiap orang adalah
pemimpin (pemimpin/kepemimpinan dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka
mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari lain. Seseorang
hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-bakat
kepemimpinannya. Jauh 15 abad silam Islam telah melahirkan teori ini. Teori ini sesuai
dengan konsep Islam yang percaya bahwa Tuhan telah menciptakan manusia sudah satu
paket dengan “label” kepemimpinannya (Q.S. Al Baqarah:30).
Meskipun bakat sangat penting, bakat bukanlah segalanya. Bakat yang dibawa sejak
lahir masih harus dikembangkan melalui dua jalur utama, yaitu kesempatan memperoleh
pendidikan dan latihan guna perluasan cakrawala pandangan yang bersifat teorikal dan
pengalaman di “dunia kenyataan.”
b. The Behavioral Theory (Perilaku)
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan dan bagaimana seorang
manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari sebuah
perilaku otoriter ke demokratis atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai. Menurut
Vedatal (1994) teori perilaku ini dinamakan dengan gaya kepemimpinan seorang manajer
dalam suatu organisasi.
“Pemimpin dibentuk dan ditempa” (leaders are made). Pendapat ini mengemukakan
bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa. Caranya adalah
dengan memberikan kesempatan yang luas kepada yang bersangkutan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan efektivitas kepemimpinannya melalui berbagai
kegiatan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan.
Efektivitas kepemimpinan dapat dipelajari, dengan pendidikan dan pelatihan yang
terarah dan intensif, berbagai hal yang menyangkut efektitivitas kepemimpinan, ciri-ciri
kepemimpinan, berbagai gaya kepemimpinan, fungsi-fungsi dan peran seorang pemimpin,
akan tiba saatnya orang yang bersangkutan akan menemukan “menemukan dirinya” dan
membentuk perilaku serta gaya kepemimpinan yang dipandangnya paling cocok dengan
persepsi dan kepribadiannya.
c. Situational Theory (Teori Situasional)
Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan dan pengalaman banyak orang
sukses dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinan, memberikan keyakinan yang
semakin mendalam bahwa kemungkinan tentang kemungkinan keberhasilan seseorang
sebagai pemimpin ternyata jauh lebih rumit dari sekedar mengidentifikasi ciri-ciri
kepemimpinan tertentu. Juga tidak hanya menganalisis berbagai perilaku manajerial.
Keyakinan demikian telah mendorong para ilmuan untuk telah mencari parameter lain.
Salah satu parameter keberhasilan manajerial tersebut ditemukan dalam pandangan yang
menyatakan bahwa ciri-ciri kepemimpinan yang digabung dengn perilaku tertentu masih
harus disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasi yang
dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang.
Dengan kata lain ditemukanlah apa yang dewasa ini secara luas dikenal dengan teori
situasional. Dinyatakan dengan cara lain, kini semakin diyakini kebenaran teori yang
mengatakan bahwa pada kondisi A, gaya manajerial X-lah yang tepat; pada kondisi B gaya Y
lebih menjamin keberhasilan dan pada kondisi C gaya Z dipandang lebih tepat. Demikian
seterusnya, sangat mudah membayangkan bahwa disamping tepatnya pendekatan
pemahaman faktor-faktor yang mengakibatkan seseorang menjadi pemimpin yang efektif
karena ragamnya situasi organisasional yang dihadapi.
Saya ingin mengajak Anda pembaca, untuk tidak mendikotomi pandangan tentang asal-
usul kepemimpinan. Ada kebenaran ilmiah dalam setiap pandangan di atas. Karena itu
paradigma ilmiah yang paling dapat dipertanggungjawabkan adalah terdapat di antara teori-
terori di atas. Dalam hal efektivitas kepemimpinan, paradigma yang lebih mendekati
kebenaran ilmiah (yang didukung pengalaman praktisi) mengatakan bahwa efektivitas
kepemimpinan seseorang dilandasi dengan modal bakat yang dibawa sejak lahir tetapi
ditumbuhkan dan dikembangkan melalui dua jalur, yaitu adanya kesempatan untuk
menduduki jabatan (peran) pimpinan dan tersedianya kesempatan yang cukup luas
menempuh pendidikan dan pelatihan kepemimpinan.
E. Tipologi (tipe) Kepemimpinan
“Kemenangan tersulit adalah mengalahkan diri sendiri.” (Aristoteles)
#Tipe Otokratik (otoriter)
Dilihat dari persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang
sangat egois. Egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya memutarbalikan
kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif
diinterpretasikannya sebagai kenyataan. Mislanya, dalam menginterpretasikan disiplin
bawahan dalam organisasi. Seorang pemimpin yang otokratik akan menerjemahkan disiplin
kerja yang tinggi yang ditunjukan oleh para bawahannya sebagai perwujudan kesetiaan para
bawahan itu kepadanya. Padahal sesungguhnya disiplin kerja itu didasarkan kepada
ketsayatan, bukan kesetiaan. Egonya yang sangat besar menumbuhkan dan
mengembangkan persepsinya bahwa tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadinya
dan oleh karenanya organisasi diperlakukannya sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi
tersebut.
Gaya kepemimpinan otoriter memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Lippith and White):
Wewenang mutlak berada pada pimpinan.
Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan (top down).
Pengawasan terhadap perilaku, sikap, dan kegiatan para bawahan dilakukan secara
ketat.
Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan.
Tidak ada kesempatnan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau
pendapat.
Tugas-tugas diberikan secara instruktif.
Lebih banyak kritik daripada pujian.
Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman.
Kasar dalam bersikap.
Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan.
#Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin yang paternalistic banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang
masih bersifat tradisional, umumnya di masyarakat yang agraris. Popularitas pemimpin yang
paternalistic di lingkungan masyarakat yang demikian mungkin sekali disebabkan beberapa
faktor:
a. Kuatnya ikat primordial,
b. “ekstend family system”,
c. Kehidupan masyarakat yang kominalistik,
d. Peran adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan bermasyarakat,
e. Masih dimungkinkannya hubungan pribadi yang intim antara seorang
anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya.
Salah satu ciri utama dari masyarakat tradisional demikian ialah rasa hormat yang
tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang
dituakan. Biasanya seorang pemimpin yang paternalistic mengutamakn kebersamaan. Nilai
demikian terungkap dalam kata-kata seperti “seluruh anggota organisasi adalah anggota
satu keluarga besar” dan pernyataan-pernyataan sejenis. Berdasarkan nilai kebersamaan itu,
dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang yang paternalistic kepentingan bersama dan
perlakuan yang seragam terlihat menonjol. Artinya, pemimpin yang bersangkutan berusaha
memperlakukan semua orang seadil dan serata mungkin.
#Tipe Laissez faire (liberal)
Kepemimpinan gaya liberal atau laissez faire adalah kemampuan mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai
kegiatan dan pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Seorang
pemimpin yang laissez faire umumnya memandang organisasi akan berjalan lancar dengan
sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang
mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai,
tugas apa yang harus dikerjakan oleh masing-masing anggota dan seorang pimpinan tidak
perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasi. Singkatnya, seorang
pemimpin yang laissez faire cenderung memilih peranannya yang pasif dan membiarkan
organisasi berjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana
organisasi harus dijalankan dan digerakkan.
Nilai-nilai yang dianut seorang pemimpin tipe laissez faire dalam menyelenggarakan
fungsi-fungsi kepemimpinannya biasanya bertolak dari filsafat hidup bahwa manusia pada
dasarnya memiliki rasa solidaritas dalam kehidupan bersama, mempunyai rasa tanggung
jawab yang besar terhadap tugas yang harus diembannya. Dengan sikap demikian, tidak ada
alasan kuat untuk memperlakukan para bawahan sebagai orang-orang yang tidak dewasa,
tidak bertanggung jawab, tidak setia dan sebagainya. Karena itu pandangan pemimpin yang
laissez faire, nilai yang tepat dalam hubungan atasan-bawahan adalah nilai yang didasarkan
kepada saling mempercai yang besar.
Pemimpin laissez faire dalam memimpin organisasi biasanya bersikap permisif,
dalam arti bahwa anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan
bisikan hati nuraninya asal saja tujuan organisasi tetap tercapai. Kontribusinya dalam
menyusun struktur tugas para bawahan dapat dikatakan minimum. Kepentingan dan
kebutuhan para bawahan itu, mereka akan dengan sendirinya berperilaku positif dalam
kehidupan organisasinya.
Dengan sikap yang permisif, perilaku pemimpin yang laissez faire cenderung
mengarah kepada memperlakukan bawahan sebagai rekan kerja. Hanya saja kehadirannya
sebagai pimpinan diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki organisasi.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan laissez faire adalah sebagai berikut:
Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan.
Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan.
Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan.
Hampir tidak ada pengawasan terhadap perilsaya bawahan.
Prakarsa selalu berasal dari bawahan.
Hampir tidak ada pengarahan dari bawahan.
Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok.
Kepentingan pribadi lebih penting daripada kepentingan kelompok.
Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan.
#Tipe Demokratik
Baik di kalangan ilmuwan maupun kalangan praktisi sepakat bahwa tipe pemimpin
yang paling ideal dan paling didambakan adalah tipe pemimpin yang demokratik. Memang
umum dakui bahwa pemimpin yang demokratik tidak selalu merupakan pemimpin yang
paling efektif dalam kehidupan organisasi. Karena, ada kalanya dalam bertindak dan
mengambil keputusan bisa terjadi keterlambatan sebagi konsekuensi keterlibatan para
bawahan dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Tetapi, dengan berbagai
kelemahannya, pemimpin yang demokratik tetap dipandang sebagai pemimpin terbaik
karena kelebihan-kelebihannya mengalahkan kekurangn-kekurangannya.
Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinantor
dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai
suatu totalitas. Pendekatan dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya adalah
pendekatan yang holistik dan integralistik. Tidak kecil peranan yang dimainkan oleh nila-nilai
yang dianut oleh seorang pemimpin yang demokratik dalam peningkatan usahanya menjadi
pemimpin yang efektif.
Keseluruhan nilai-nilai yang dianut berangkat dari filsafat hidup yang menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia. Pemimpin yang demokratik memperlakukan manusia
dengan cara yang manusiawi. Satu rumus yang nampaknya sangat sederhana, akan tetapi
sesungguhnya merupakan sumber dari semua persepsi, sikap perilaku dan gaya
kepemimpinan seseorang. Nilai demikian tidak dimiliki oleh pemimpin yang otokratik. Juga
tidak selalu dimiliki oleh pemimpin yang paternalistik. Tidak pula oleh seorang pemimpin
tipe laissez faire.
Ciri-ciri kepemimpinan gaya demokratik adalah:
Wewenang pimpinan tidak mutlak
Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan.
Keputusan dibuat bersama anatara pimpinan dan bawahan.
Komunikasi berlangsung timbal balik.
Pengawasan dilakukan secara wajar.
Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan.
Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada
instruktif.
Pujian dan kritik seimbang.
Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak.
Terdapat suasana saling percaya, saling hormat menghormati, dan saling
menghargai.
Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama.
Perlu diperhatikan bahwa pendekatan yang manusiawi, cara bertindak yang
mendidik bukanlah kelemahan, melainkan sebagai salah satu sumber kekuatan pemimpin
yang demikian. Dikatakan sebagai salah satu sumber kekuatannya karena dengan sikap
demikian ia menjadi seorang pemimpin yang disegani dan dihormati, bukan pemimpin yang
ditakuti. Seorang pemimpin yang dihormati dan disegani dan bukan ditakuti karena
perilakunya dalam kehidupan organisasi. Perilakunya mendorong para bawahannya
menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Dengan sungguh-
sungguh ia mendengarkan pendapat, saran dan bahkan kritik orang lain, terutama
bawahannya.
Jika terjadi kesalahan, pimpinan yang demokratik berada di samping bawahan yang
berbuat kesalahan itu bukan untuk menindak atau menghukumnya, melainkan
meluruskannya sedemikian rupa sehingga bawahan tersebut belajar dari kesalahannya itu
dan dengan demikian menjadi anggota organisasi yang lebih bertanggung jawab. Satu lagi
karakteristik penting seorang pemimpin yang demokratik yang sangat positif adalah dengan
cepat ia menunjukakan penghargaannya kepada para bawahan yang berprestasi.
F. Siap memimpin dan siap dipimpin
Kesiapan memimpin merupakan proses seumur hidup. Kita semua bisa belajar untuk
memimpin lebih baik. Tak ada di antara kita yang pernah sungguh-sungguh siap memimpin.
Kalau berkenaan dengan kepemimpinan, kita semua adalah WIP (works in progress). Yang
perlu kita lakukan adalah kesedian mengambil peran sebagai pemimpin. Artinya, bersikap
dan bertindak sebagai pemimpin dalam kehidupan sehari-hari, dengan atau tanpa jabatan
sekalipun.
Masing-masing kehidupan kita adalah laboratorium kepemimpinan. Kita tidak butuh
jabatan atau organisasi untuk memimpin karena hakikatnya masing-masing dari kita adalah
pemimpin (minimal bagi diri sendiri). Yang kita butuhkan tak lebih dari passion (gairah) dan
attitude (sikap) untuk membuat perbedaan positif dan kesadaran akan peluang memimpin
yang muncul setiap hari di tempat, di rumah, bersama teman dan sahabat, di dalam
lingkungan kita. Bila masing-masing dari kita memilih untuk memimpin pada saat yang tepat
dengan cara yang tepat, bayangkan seperti apa organisasi, perusahaan, lingkungan dan
dunia kita.
Tindakan dan sikap kita lebih penting daripada yang kita sadari. Orang yang bersikap
sebagai pemimpin mengerti bahwa segala yang mereka kerjakan dan tidak kerjakan adalah
berarti. Tugas pertama dari mereka yang siap memimpin adalah kesiapan untuk dipimpin.
Karena seseorang tidak akan pernah benar-benar menjadi pemimpin tanpa siap dipimpin
sebelumnya. Ketangguhan mental (EQ) dan spiritual (SQ) seperti ini adalah ciri-ciri orang
yang bertindak sebagai pemimpin dalam kehidupan ini. Mereka tidak khawatir dengan
apapun jabatan mereka. Sebaliknya, mereka menerima dan menjalani apa yang mereka
hadapi dengan lapang dada dan berjiwa pemimpin.
G. Meneladani Kepemimpinan tokoh dunia
Bagi Anda pembaca, mungkin pernah mendengar seorang tokoh bernama Abraham
Lincoln. Ia lahir 12 Februari 1809 di Kentucky, AS. Ia adalah Presiden Amerika Serikat ke-16.
Ia dikenang sebagai tokoh pemimpin pemerintahan yang berhasil sepanjang sejarah
amerika. Ia juga berjasa telah menghapuskan perbudakan dan menyatukan Amerika Utara
dan Selatan sehingga menjadi Negara federasi bersatu.
Namun, tahukah Anda bahwa sebenarnya Ia adalah seorang yang gagap hingga ibunya
khawatir akan masa depannya ini. Kadang Ia dianggap sebagai “homo” oleh para
tetangganya karena tingkah dan cara berpakainya. Pernikahannya pun dengan Marry Todd
dianggap sebagai pernikahan yang tidak bahagia menurut para sejarawan. Namun, Ia
tumbuh menjadi pemuda yang menentang perbudakan. Ia meninggal karea dibunuh oleh
John Wilkes Booth saat menyaksikan pertunjukan teater. Sayang, walaupun ia dianggap
sebagai pemimpin pemerintahan yang berhasil, ia kurang berhasil dalam kehidupan
pernikahannya.
Satu tokoh pemimpin lainya adalah Walter Elias Disney yang lahir di Chicago pada
tanggal 5 Desember 1901. Selama ini kehidupan Walt Disney dianggap sebagai pedoman
yang dapat ikuti oleh semua orang kaya. Barang siapa ingin sukses, harus bekerja keras dan
pantang menyerah. Disney bersama dengan seorang temannya, Ube Iwerks mendirikan
agen seni periklanannya yang pertama. Pada tahun 1920 Watl Disney memutuskan berdiri
sendiri dan memasuki dunia animasi kartun. Walt Disney berhasil membangun kerajaan
bisnis diantaranya Disney Studios dan mampu bertahan hingga saat ini. Dia juga berhasil
membangun fantasmagorik Walt Disney-Disneyland, proyek yang dianggap gila-gilaan oleh
bankir-bankirnya.
Saat ini Disneyland telah berdiri di berbagai Negara. Walt Disney termasuk orang
terkaya di dunia. Ia telah berhasil mewujudkan impiannya dan para karyawannya.
Perusahaanya juga banyak mendapat penghargaan. Namun, sayangnya Walt Disney hanya
berhasil di bidang seni dan ekonomi saja.
Kita dapat belajar tentang zuhud dan kesederhanaan dari kehidupan Nabi Isa a.s. akan
tetapi, kita tidak dapat menemukan sosok ayah dan suami teladan dari kehidupannya
karena ia tidak menikah. Kita juga tidak dapat menemukan sosok pemimpin pemerintahan
dalam kehidupannya karena ia tidak pernah berkuasa.
Dari kehidupan Nabi Sulaiman a.s., kita dapat menemukan sosok pemimpin yang adil
dan orang kaya yang bersyukur. Akan tetapi , kita tidak dapat menemukan kepribadian
orang tertindas, lemah dan miskin dari kehidupannya.
So, Kita harus belajar kepemimpinan yang sukses secara universal dari siapa?
Pertanyaan itu yang berusaha Saya jawab melalui buku yang Anda baca saat ini. Maka,
bersyukurlah karena Anda telah mendapatkannya, Alhamdulillah.
#the Most Influential Persons in History
“Leadership is influence.” (John C. Maxwell)
Kepribadian yang tidak ada duanya adalah kepribadian Rasulullah Muhammad Saw. Saya
menyatakan demikian bukan hanya karena Saya seorang muslim, tetapi itulah kenyataanya.
Allah Swt. Berfirman dalam Q.S. Al Ajzab: 21.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…”
Michael Hart (1978) dalam bukunya yang bertajuk The 100: A Rangking of the Most
Influential Persons in History telah menempatkan Nabi Muhammad Saw sebagai tokoh
nomor 1 yang paling berpengaruh sepanjang sejarah, dan hanya menempatkan Nabi Isa as
(Yesus Kristus) di urutan ketiga.
Michael Hart menulis:
“Jatuhnya pilihan Saya kepada Muhammad (Saw.) dalam urutan pertama daftar
Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca
dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tetapi Saya berpegang pada keyakinan
Saya, dialah Muhammad (Saw.) satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil
meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agam maupun lingkup duniawi.”
Selanjutnya Ia menulis:
“Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad *Saw.+ bukan semata
pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi, akan tetapi Nabi Isa [as.] tidak mendapat
kedudukan seperti itu. Pendek kata, keteladanan beliau dalam setiap hal
menggambarkan kepribadian beliau yang suci dalam corak yang semakin bertambah
terang.”
Demikian Michael Hart menulis secara objektif kedudukan Nabi Muhammad Saw
sebagai tokoh yang Berpengaruh Sepanjang Sejarah. Bagaimana tidak, Rasulullah Saw.
dilahirkan dalam kondisi yatim di padang pasir tandus di Makkah. Ia kehilangan ayahnya
sebelum dilahirkan dan kehilangan ibundanya pada awal-awal pertumbuhan. Ia tidak
memiliki saudara kandung, baik saudara laki-laki maupun saudara perempuan. Meski
demikian, beliau mampu memimpin berbagai kabilah yang saling bertikai yang memiliki
kebiasaan menggembala hewan ternak. Dalam waktu dua puluh tahun, ia mampu
menciptakan suatu bangsa yang memimpin bangsa-bangsa yang lain. Semua itu dapat diraih
dengan iman dan percaya pada Allah, perencanaan, pengorganisasian, pengorbanan serta
perjuangan dan keringat.
Orang-orang Barat mengenal pengembaraan, penelitian dan kerja keras setelah lahirnya
sejarah Rasulullah dan apa yang ia perbuat untuk kemanusiaan. Mereka mampu
menemukan benua Amerika dan mampu menyingkap jalan melalui Tanjung Harapan (Cape
Town, Afrika Selatan). Dari sejarah Rasulullah Saw., kita dapat belajar tentang nilai
kepemimpinan, kebebasan, keadilan, dan kesetaraaan.
Semua orang besar yang dikenal dalam sejarah memiliki pengaruh terbatas. Bahkan,
kebesaran mereka berkurang ketika Rasulullah datang dan mampu mengajarkan para
sahabat dan kaum muslim tentang keseimbangan aspek material dan spiritual.
Dalam diri Rasulullah Muhammad Saw. telah terkumpul semua status sosial
manusia. Beliau pernah hidup sebagai orang tertindas dan penguasa. Beliau pernah menjadi
panglima perang, pernah menang dan kalah. Beliau pernah berdiplomasi dan membuat
perjanjian. Maka, beliau adalah panutan yang terbaik dan teladan dalam segala kondisi.
Beliau pernah disakiti, tapi sabar. Beliau pernah menaklukan Makkah dengan rendah hati
dan keramahan. Beliau tidak pernah berpikir kemenangan untuk dirinya, tetapi kemenangan
untuk dakwahnya. Beliau pernah kelaparan hingga mengikatkan batu ke perutnya untuk
menahan rasa lapar itu.
#Pemimpin adil dan bijaksana
Contoh penampilan Rasulullah sehari-hari: Bila ada orang yang mengajaknya bicara,
ia mendengar dengan hati-hati sekali, tanpa menoleh kepada orang lain. Tidak hanya
mendengarkan kepada yang mengajaknya berbicara, bahkan ia memutarkan seluruh
tubuhnya. Bicara sedikit sekali, lebih banyak mendengarkan. Bila berbicara selalu
bersungguh-sungguh. Walaupun sungguh-sungguh, ia pun tidak melupakan ikut membuat
humor dan bercanda gurau, dan yang dikatakannya selalu sebenarnya. Kadang ia tertawa
sampai terlihat gerahamnya, (H.R. Tirmidzi).
Hampir terjadi perang saudara di Quraisy, ketika dua kelompok berselisih tentang
siapa yang mendapat kehormatan untuk meletakan batu “Hajar Aswad” di tempatnya.
Tatkala melihat mereka Muhammad, adalah orang pertama yang memasuki tempat itu,
mereka berseru: “Ini, Al Amin (orang yang dapat dipercaya); kami dapat menerima
keputusannya.” (Nabi Muhammad Saw diminta untuk membuat sebuah keputusan)” ia
berpikir sebentar, lalu berkata:”Kemarikan sehelai kain (sorban).” Setelah kain dibawakan,
dihamparkannya dan diambilnya batu itu, lalu diletakannya dengan tangannya sendiri,
kemudia berkata: ”Hendaknya setiap kabilah memegang ujung kainini.” Mereka (yang
berselisih) bersama-sama membawa kain tersebut ke tempat batu yang akan diletakan itu.
Lalu Muhammad mengeluarkan batu itu dan meletakannya di tempatnya. Dengan demikian
perselisihan itu berkahir dan bencana dapat dihindari.
Inilah contoh sifat pemimpin yang adil dan bijaksana. Pengikutnya akan merasa senang
untuk berada di dekatnya dan mereka akan mengikuti karena mereka merasakan perhatian,
kasih-sayang dan kejujuran Rasulullah.Dia mampu memupuk hubungan yang baik dengan
para sahabat dan lingkungannya.
#Jujur dan berintegritas
Nabi Muhammad Saw menghadapi tantangan yang sangat berat ketika pertama kali
harus meluruskan akhlak kaum Quraisy. Ia tahu benar, betapa kerasnya mereka itu. Dan
betapa kuatnya mereka berpegang kepada berhala yang disembah-sembah nenek
moyangnya itu. Di sinilah dibutuhkan suatu keberanian untuk mampu menegakkan
kebenaran dan meciptakan suatu perubahan. Keberanian ini pula yang membangun
kepercayaan dari pengikutnya kelak.
Nabi Muhammad dengan terang-terangan mencela berhala kaum Quraisy. Pemuka-
pemuka bangsawan kaum Quraisy dengan diketuai oleh Abu Sofyan bin Harb pergi menemui
Abu Thalib (Paman yang melindungi Nabi Muhammad Saw). “Abu Thalib” kata mereka,
“Kemenkananmu sudah memaki berhala-berhala kita, mencela agama kita, tidak
menghargai harapan-harapan kita. Sekarang kau harus menghentikannya, jika tidak maka
biarlah kami sendiri yang melsayakannya.” Kemudian Muhammad diminta datang (oleh Abu
Thalib) dan dicaritakannya maksud seruan Quraisy. Lalu Abu Thalib berkata, “Jagalah Saya,
begitu juga dirimu. Jangan dibebani dengan hal-hal yang tak dapat kupikul.” Sumber lain
mengatakan Utbah berkata kepada Muhammad.” Jiak Engkau menginginkan kekayaan, kami
bersedia mengumpulkan semua harta kekayaan kami untukmu hingga engkau menjadi
orang terkaya di anatara kami. Jika Engkau mencari kemuliaan, kami akan mengangkatmu
sebagai pemimpin kami.” Dengan penuh kekuatan dan kemauan, ia menoleh kepada
pamannya seraya berkata:
“Paman, demi Allah, kalaupun mereka meletakan matahari di tangan kananku dan
meletakan bulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya Saya meninggalkan tugas ini.
Sungguh tidak akan saya tinggalkan, biar nanti Allah yang membuktikan kemenangan itu: di
tanganku, atau saya binasa karenanya.”
Inilah contoh seorang pemimpin sejati, pemimpin yang jujur, dapat dipercaya. Ia
memegang teguh prinsip (integritas), tidak tergoda oleh rayuan harta atau kedudukan. Dan
prinsip inilah yang menciptakan kepercayaan dan pengaruh yang luar biasa dari pengikutnya
kelak. Muhammad bukanlah laki-laki yang memimpin didorong oleh ambisi harta,
kedudukan atau kerajaan melainkan orang yang ingin menunjukkan kebenaran, mengajak
orang kepada kebaikan.
#Sikap Terbuka dan kemampuan memotivasi
Pada peristiwa Perang Badar yang terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau
17 Ramadan tahun ke-2 Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang
bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang.
Pertempuran Badar adalah pertempuran skala besar pertama yang terjadi antara kedua
kekuatan itu. Berita tentang jumlah pasukan kaum Quraisy itu terdengar juga oleh
Rasulullah saw, dan menimbulkan suasana genting di pihak kaum Muslim. Tentara kaum
Quraisy jumlahnya tiga kali lipat lebih banyak dari pasukan kaum muslimin. Dalam keadaan
yang mendesak seperti ini Rasulullah saw segera mengumpulkan para Sahabat Muhajirin
dan mengadakan musyawarah untuk mencari solusi terbaik. Ternyata dari diskusi tersebut
para Sahabat yang berjumlah sedikit itu, menunjukkan semangatnya untuk berjihad, lebih-
lebih perang sudah diisyaratkan oleh Allah swt, melalui sabda Rasul-Nya.
Ketika kaum Muslimin sedang berdiskusi, kaum Quraisy di bawah pimpinan Abu
Jahal mulai merapat ke lembah Badar, menuju kaum Muslimin yang sedang berdiskusi.
Lembah ini memang sejak lama diincar oleh Abu Jahal untuk dikuasai. Ketika mereka sampai
di sisi lembah, Rasulullah Saw tampak gagah memimpin pasukan Muslim yang siap tempur
di sisi yang berseberangan. Posisi mereka nyaris berhadap-hadapan di dekat mata air Badar.
Ketika itu salah seorang Sahabat, Al-Habab bin Mundzir,bertanya kepada Rasulullah: “Ya
Rasulallah, apakah dalam memilih tempat ini, Anda menerima wahyu dari Allah swt yang
tidak bisa diubah lagi? ataukah berdasarkan taktik perang?”.
Rasulullah menjawab: “Tempat ini saya pilih berdasarkan pendapatku dan taktik
peperangan”.
Setelah mendengar jawaban Rasulullah saw, Al-Habab mengusulkan
pendapatnya, “Ya Rasulullah! jika demikian, ini bukan tempat yang tepat, ajaklah pasukan
ke tempat air yang dekat dengan musuh, kita membuat kubu pertahanan di sana dan
menggali sumur-sumur di belakangnya, kita membuka kubangan di sana dan kita isi air
hingga penuh. Dengan demikian kita akan berperang dalam keadaan persediaan air minum
yang cukup, sedangkan musuh tidak akan memperoleh air minum.”
Rasulullah saw menjawab, “Pendapatmu cukup baik”. Dengan keputusan itu, lalu
Rasulullah saw memberi aba-aba kepada kaum Muslimin untuk segera pindah ke tempat
yang telah diusulkan oleh Habab bin Mundzir.
Tentara Quraisy mulai bergerak maju. Dilihat dari sebrang bukit pasir yang
bergelombang itu, pasukan Mekkah tampak jauh lebih kecil dari jumlah sebenarnya. Tetapi,
Nabi betul-betul tahu jumlah mereka dan perbedaan besar antara ke dua pasukan yang akan
bertempur itu. Beliau kini kembali ke tempat pemberhentian bersama Abu Bakar dan
memohon pertolongan kepada Allah seperti yang telah Dia janjikan.
“(ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu di
perkenankanNya bagimu, sesungguhnya Saya akan mendatangkan bala bantuan kepada
kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut,” (QS. al-Anfal:9).
Suatu keadaan tak sadar menimpa Nabi. Ketika terbangun, beliau berkata:
“Bergembiralah, Abu Bakar! Pertolongan Allah pasti datang kepada kita. Jibril telah hadir,
tangannya memegang tali kendali kuda yang ia tunggangi, ia turut berperang bersama
kita.”
Nabi kini memeriksa seluruh pasukannya. Beliau lewat di depan semua pengikutnya,
memberikan semangat dan meluruskan barisan, mengobarkan semangat jihad. Menepis
rasa khawatir pasukan muslim yang jumlahnya lebih sedikit daripada pasukan Mekkah.
Rasulullah mampu menghadirkan motivasi kuat diantara pasukan muslim. Beberapa saat
kemudian semua tentara membeludak ke medan laga, pertarungan antara kubu Muslimin
dengan kubu Quraisy mulai berkecamuk, pertarungan pun berlangsung sengit. Janji Allah
swt, seperti yang diinginkan oleh Abu Bakar kepada Rasulullah saw, benar-benar terjadi.
Dengan pasukan kecilnya serta peralatan perang seadanya mampu mengalahkan kaum
Quraisy yang jumlahnya tiga kali lipat yang dilengkapi dengan peralatan perang. Hal ini di
luar nalar pikiran sehat, bagaimana mungkin pasukan kecil ini bisa menang dalam Perang
Badar tanpa kehendak Allah swt.
Sebagaimana firman-Nya:
“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam perangan Badar, padahal kamu adalah (ketika
itu) orang-orang yang lemah, karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu menjadi
orang yang bersukur. (ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin, Apakah
tidak cukup bagimu Allah swt membantumu dengan tiga ribu Malaikat yang diturunkan
(dari langit)? Ya, (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap siaga, dan mereka datang
menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah swt menolong kamu dengan lima
ribu Malaikat yang memakai tanda, dan kemenangan itu hanyalah dari Allah swt yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”. (Ali Imron: 123-126).
Setelah terjadinya pertempuran, pasukan Muslim berhasil menawan beberapa
orang Quraisy Mekkah. Perbedaan pendapat segera terjadi di antara pasukan Muslim
mengenai nasib bagi para tawanan tersebut. Kekhawatiran awal ialah pasukan Mekkah akan
menyerbu kembali dan kaum Muslim tidak memiliki orang-orang untuk menjaga para
tawanan. Sa'ad dan Umar berpendapat agar tawanan dibunuh, sedangkan Abu Bakar
mengusulkan pengampunan. Muhammad akhirnya menyetujui usulan Abu Bakar, dan
sebagian besar tawanan dibiarkan hidup, sebagian karena alasan hubungan kekerabatan
(salah seorang adalah menantu Muhammad), keinginan untuk menerima tebusan, atau
dengan harapan bahwa suatu saat mereka akan masuk Islam (dan memang kemudian
sebagian melakukannya).
Bab Raih Cita; Public Speaking
Pada zaman modern ini banyak diantara laki-laki dan perempuan yang menyebarkan
ide nya melalui public speaking. Di Amerika serikat misalnya Franklin Roosevelt, Martin
Luther King, Barack Obama. Di Inggris Margaret Thatcher, di Afrika Selatan Neslon Mandela,
di Burma Aung San Suu Kyi, dan tentunya di negeri kita tercinta ini Indonesia kita punya
tokoh besar yang hebat yaitu Bapak Soekarno, Bapak motivator yang saat ini terkenal Mario
Teguh.
Kalau melihat dari daftar nama diatas, tentulah kita akan bilang “Iya lah, orang
mereka presiden, orang penting, orang hebat”, kita bisa enggak ya? Kita juga bisa loh namun
ada syaratnya, pertama adanya keinginan untuk belajar. Untuk menjadi public speaker
handal itu bukan karena pernah berbicara di depan sekali dan langsung mahir, tapi butuh
proses praktek dan pengulangan yang panjang sehingga menjadi habits. Kemudian menjadi
keahlian.
1. Apa itu public speaking?
Ngomong-ngomong public speaking, apakah teman-teman tahu apa sih public speaking
itu? Dalam kamus bahasa Inggris kata “Public” artinya orang banyak, masyarakat umum
dan “Speaking” artinya berbicara. Jadi public speaking itu berbicara di depan orang
banyak atau masyarakat umum.
Istilah bahasa Indonesia yang paling sering digunakan untuk mengartikan public
speaking adalah “berbicara di depan umum”, “berbicara di depan publik”, atau
“pembicaraan publik”. Sering pula public speaking disebut “pidato” atau “ngomong di
depan orang banyak”.
Public speaking ini tentunya tidak terlepas dari ilmu komunikasi, karena merupakan
sebuah rumpun keluarga Ilmu Komunikasi (Retorika) termasuk didalamnya berdiskusi,
berdebat, pidato, memimpin rapat, moderator, MC dan presenter serta kemampuan
seseorang untuk dapat berbicara di depan publik.
Komunikasi dapat berlangsung ketika adanya komponen komunikasi di dalamnya yaitu
pengirim, pesan, media dan penerima. Berbicara tentang komunikasi saya jadi teringat
sesuatu, biasanya orang yang suka banyak bicara ia akan berani berbicara di depan
umum, tapi tidak semuanya seperti itu, karena public speaking ini bukan hanya asal
bicara tapi juga ada etika, trik dan tekniknya.
Jangan heran jika kamu menemukan orang yang tidak banyak bicara namun mahir
berpidato, dengan orang yang banyak bicara namun tak mahir berpidato. Itu pernah
saya alami, seorang teman dari satu sekolah saat saya masih di bangku kuliah mampu
menjuarai lomba pidato tingkat kabupaten, padahal ia adalah murid yang dalam
kesehariannya tak banyak bicara.
Jika demikian, kemampuan berbicara tidak dapat diukur hanya dari cara ia
berkomunikasi sehari-hari, kemampuan public speaking bukan hanya milik orang yang
sering berbicara di depan umum saja, tapi bagi mereka atau kamu yang memiliki
keinginan untuk dapat melsayakan public speaking.
Siapapun pasti pernah mengalami pengalaman berbicara di depan orang banyak, jadi
MC, moderator atau penyiar radio bahkan dalam hal yang paling kecil sekalipun
misalnya presentasi tugas kuliah di kelas dengan disaksikan puluhan mahasiswa lain.
#Kekuatan public speaking
Dapat berbicara di depan orang banyak merupakan hal yang didambakan oleh setiap
orang, namun tidak setiap orang dapat melsayakannya.
“Public Speaking” adalah sebuah nama yang digunakan untuk menyebarkan ide
didepan public atau umum, untuk berbagi dan untuk mempengaruhi orang lain.
Public Speaking tidak terlepas dari tujuan komunikasi, yaitu menyampaikan pesan atau
ide kepada publik dengan metode yang sesuai sehingga publik bisa memahami pesan
atau ide, dan kemudian memperoleh manfaat dari pesan tersebut. Inilah mengapa
pentingnya public speaking, dalam kegiatan promosi kesehatan selain teknologi
multimedia kemampuan public speaking pun menjadi modal yang utama dalam
pelaksanaannya. Dalam hal lain, kita sudah terbiasa melihat aktivitas suatu partai yang
melsayakan kampanye dengan mengumpulkan kader dan simpatisan kemudian
kegiatan diwarnai dengan orasi pemimpinnya. Atau di beberapa film yang
menyuguhkan tayangan peperangan, kita dapat melihat bagaimana seorang pemimpin
pasukan membakar semangat pasukannya dengan hanya melsayakan orasi saja. Dan
sebuah pertunjukkan sulap bisa memukau dengan penampilan dan penuturan gaya
bahasa yang direka sehingga mampu membuat penonton terkagum-kagum di akhir
pertunjukkan. Itu menunjukkan bahwa, public speaking bukan sekedar alat komunikasi,
lebih dari itu public speaking adalah seni. Seni mempengaruhi dan memikat orang yang
kita hadapi.
Banyak tokoh terkenal yang dicatat sejarah dunia, bukan karena kekayaan atau
jabatannya, melainkan karena kemampuan mereka dalam hal menginspirasi jutaan
orang. Kemampuan inilah yang dinamakan dengan public speaking. Mengikuti
perkembangan zaman, kemampuan ini mungkin tidak dapat membuat kita melsayakan
hal yang sama seperti tokoh-tokoh terdahulu. Akan tetapi, hampir dipastikan
kemampuan ini mampu membawa kita memperoleh kesuksesan di berbagai bidang.
Masih ingat bagaimana perjalanan menjadi presiden Amerika Serikat nya Barack
Obama? Ia menggunakan teknik public speaking yang hebat, yang dapat memikat
orang-orang amerika untuk memilihnya. Atau pemimpin diktator dunia yang terkenal
kejam dengan membantai ribuan kaum yahudi dan pelsaya perang dunia II, salah satu
modal pemimpin Nazi yang ditsayati itu adalah kemampuan orasinya, kemampuan
public speakingnya telah menghantarkan ia menjadi seorang pemimpin.
Di Indonesia sendiri, masyarakat cenderung menghargai dan menerima seseorang yang
mampu menyampaikan ide-idenya dalam bahasa yang dimengerti oleh publik. Hal ini
membuktikan bahwa kemampuan komunikasi, khususnya public speaking, menjadi
kemampuan yang mutlak harus dimiliki setiap individu agar mampu bersaing di zaman
yang semakin dinamis dalam perkembangan teknologi dan sains ini.
Tak kalah penting, kemampuan ini menjadi modal utama bagi siapa saja yang aktif
berorganisasi di Ismakes Jabar, berguna dalam kegiatan koordinasi, konsolidasi dan
konsiliasi. Tidak hanya itu, dalam melsayakan promosi kesehatan kemampuan ini
menjadi tombak adanya perubahan yang diharapkan, perubahan perilsaya yang
ditunjukkan oleh comunican dalam penerimaan informasi yang didapat. Hal lain, karena
komunikasi itu dilsayakan setiap saat, maka jika kita ingin apa yang kita sampaikan
diterima dan diikuti oleh orang lain maka kita harus pandai dan tahu cara
berkomunikasi yang baik dan benar.
Nah, itulah kenapa public speaking menjadi bagian penting dalam usaha meraih cita,
jika kamu menginginkan perubahan di sekitarmu mulailah dengan mempertajam
kemampuan komunikasi.
#Teknik Public Speaking
Dalam keterampilan berkomunikasi, kita disuguhkan berbagai macam contoh
komunikasi yang dilsayakan oleh pembicara, motivator atau tokoh-tokoh terkenal, ada
yang terbiasa menggunakan teks dalam penyampaiannya, ada yang tidak membawa
teks, bahkan ada yang spontan dalam menyampaikan ide-idenya.
Berikut ini beberapa metode public speaking yang bisa kita terapkan dalam
berkomunikasi:
1. Impromptu speech, artinya seseorang untuk menyampaikan gagasannya tidak
melakukan banyak persiapan. Dengan kata lain seorang public speaker bekerja
secara mendadak.
2. Manuscript speech, artinya seseorang dapat melihat naskah saat menyampaikan
gagasannya.
3. Extemporaneous speech, artinya seseorang tanpa menggunakan naskah dapat
menyampaikan gagasannya dengan lebih informatif dan komunikatif. Dalam hal ini
pembicara bebas berimprovisasi.
Lalu apa sih hambatan terbesar kita dalam berbicara di depan banyak orang? Malu,
takut, tidak percaya diri, sulit deh pokoknya, apalagi? Bukan kita aja lho yang merasakan
hal tersebut, coba simak poin dibawah ini:
”Saya sangat sering merasa cemas jika harus berbicara di depan publik, tapi apa boleh
buat, saya harus mengendalikannya.” Kata Margaret Thatcher.
Kecemasan presentasi (Lucas, Stephen E.: 2007) adalah ketsayatan atau sifat tsayat-
tsayat ketika berbicara di depan sekelompok orang, dan hal ini merupakan sesuatu yang
wajar bagi setiap individu (dalam arti semua orang memilikinya), hanya saja satu
permasalahan yang harus diselesaikan, yaitu bagaimana cara mengontrol kecemasan
tersebut.
Kecemasan berbicara di muka umum “demam panggung” (stage fright). diistilahkan
oleh Devito, Joseph A. (1995) dengan speaker apprehension, yaitu fenomena berbicara
yang berpusat pada pembicara.
Pada umumnya, hal-hal yang ditsayatkan dalam presentasi adalah:
1. Takut tidak mampu memenuhi harapan presentasi,
2. Takut materi yang disampaikan tidak cukup baik,
3. Takut tidak mampu menyampaikan dengan baik.
Gelisah, cemas, dan gugup saat berbicara di depan banyak orang itu hal yang biasa dan
normal, yang terpenting adalah bagaimana kita mampu mengendalikan semua itu, dan
mampu meminimalkan kesalahan-kesalahan dalam menyampaikan ide atau gagasan ke
halayak umum. Itu semua bisa diatasi dengan beberapa hal di bawah ini:
1. Pernah mendapatkan pengalaman berbicara di depan orang banyak
Artinya bahwa kita harus mencoba untuk berbicara di depan orang banyak, dari
pengalaman tersebut kita bisa belajar bagaimana menjadi pembicara yang baik.
Bisa dimulai dari diskusi kelompok sesama teman kuliah, presentasi tugas kuliah,
sampai mencoba menjadi MC, moderator di acara-acara yang dihadiri puluhan
bahkan ratusan orang. Bisa karena biasa, tidak bisa karena tidak biasa.
2. Persiapan yang matang
Kita tidak akan mengatakan apa yang tidak kita ketahui di depan banyak orang kan?
Oleh karena itu persiapan sangatlah penting. Lalu berapa lama waktu yang
diperlukan untuk persiapan? Setiap orang pasti memiliki waktu yang berbeda,
seorang konsultan public speaker profesional mengatakan bahwa persiapan yang
matang akan mengurangi ketsayatan dipanggung sampai 75%. Jadi kalau 75% sudah
terlewati dengan persiapan maka yang 25% nya bisa dihalau juga.
3. Berpikir Positif
Percaya diri merupakan salah satu kunci dan kekuatan dari berpikir positif. Jika kita
berpikir bahwa bisa melsayakannya maka kita akan bisa melsayakannya. Sebaliknya
jika energy yang dikeluarkan adalah pikiran negative maka hasilnya pun akan
negative. Tabel di bawah ini, mengilustrasikan bagaimana caranya agar kita bisa
mentransformasikan pikiran negative menjadi positif.
Pikiran Negative
Saya berharap bukan saya yang
berbicara didepan
Saya bukan public speaker yang
baik
Saya cemas dan tsayat kalau
berbicara didepan
Tidak ada yang akan mengerti dan
tertarik dengan topik yang saya
sampaikan
Pikiran Positif
Berbicara di depan ini merupakan
sebuah kesempatan bagi saya untuk
berbagi ide dan mendapatkan
pengalaman sebagai public speaker.
Tidak ada seorangpun yang sempurna,
tapi saya akan terus belajar menjadi
lebih baik di setiap kali tampil.
Semua orang pasti cemas dan tsayat,
jika orang lain dapat
mengendalikannya, saya juga pasti
bisa.
Saya mempunyai topik yang bagus dan
saya sudah melsayakan persiapan
yang baik, tentunya orang akan
tertarik dengan ide saya.
4. Gunakan kekuatan dari visualisasi
Visualisasikan atau gambarkan kalau kita dapat berbicara di depan orang banyak
dengan baik. Hal ini berkaitan dengan berpikir positif. Hal ini bisa dilsayakan dengan
latihan, jika ada bagian yang sulit maka visualisikan bahwa kita dapat melewatinya
tanpa harus tersentak.
5. Ketahuilah kecemasanmu dan kontrollah karena itu tidak terlihat
Kecemasan itu ada dalam diri kita, dan orang tidak akan melihat kalau kita sedang
cemas kalau kita dapat mengendalikannya. Dalam pelaksanaannya, kita sering
melihat para pembicara terkenal berjalan perlahan dari sudut ke sudut saat
menyampaikan materi, bola mata yang menyapa setiap audiens, serta gerakan
tangan yang mengikuti ritme pembicaraan yang sedang disampaikannya. Dengan
demikian kecemasan akan teratasi, dan terrefleksikan ke dalam gerakan yang sesuai
dengan ritme pembicaraan.
6. Jangan berharap kesempurnaan
Tidak ada seorangpun yang sempurna, tapi lsayakanlah yang terbaik. Dalam public
speaking banyak hal yang tak terduga, tidak seperti apa yang kita rencanakan, tapi
ingat audiens tidak akan tahu apa yang kita rencanakan tapi mereka akan
mendengarkan apa yang kita sampaikan saat itu. Oleh karena itu jangan
memperlihatkan kalau kita mengalami hal yang tidak diinginkan tetap fokus
terhadap apa yang dibicarakan.
#Tips sukses public speaking
1. Jadilah spontan.
Jangan menghapal isi pembicaraan anda. Dengan menghapal, maka gaya bicara kita
akan terlihat kaku dan kedekatan personal tidak akan terjalin. Apalagi jika kita
melupakan suatu kata dalam speech. Niscaya kita akan kelabakan, panik, dan bicara
kita jadi kacau.
2. Tulis materi yang ingin disampaikan dalam bentuk poin-poin.
Menulis poin-poin yang penting-penting saja, kemudian menjelaskannya secara
alami, itulah kunci untuk menciptakan komunikasi yang baik. Dengan demikian, anda
tidak melewatkan satu pun ilmu yang ingin disampaikan.
3. Interaksi dengan audience.
Penting untuk mendapatkan feedback dari audiens supaya komunikasi kita jadi lebih
hidup. Makanya, jangan lupa untuk berinteraksi. Dari feedback audience, kita bisa
mengukur level humor yang bisa diterima audiens.
4. Sisipkan humor.
Menurut Anthony Robbins, salah satu motivator dunia, humor adalah pelumas yang
dapat membantu penyampaian informasi menjadi lebih lembut.
5. Penguasaan materi melahirkan improvisasi.
Sebelum melsayakan speech, penting untuk menguasai materi supaya kita bisa
melsayakan improvisasi. Terutama apabila durasi anda masih panjang, sementara
materi anda sudah habis.
6. Time Management.
Atur waktu yang diberikan pada anda dengan baik. Dengan time management yang
sudah diperkirakan sebelumnya, anda bisa lebih mudah menyusun materi dan
menepati deadline.
7. Gunakan kekuatan cerita.
Jangan meremehkan kekuatan cerita. Pengalaman asli merupakan media yang
paling ampuh untuk meyakinkan audience. Apalagi jika disampaikan dengan gaya
yang meyakinkan. Mereka akan larut dengan cerita anda.
8. Bangun kredibilitas.
Percayalah bahwa kredibilitas pembicara mampu mempengaruhi tingkat
kepercayaan pendengar. Ada banyak cara untuk membangun kredibilitas, misalnya
dengan gaya yang lugas. Namun cara paling mudah adalah menyiapkan fakta berupa
data dan statistik untuk mendukung statement yang kita sampaikan.
9. Mix pesan yang akan disampaikan.
Mix materi, humor, cerita dan statistik di atas dalam sebuah informasi yang menarik
untuk didengarkan. Di sini, anda bisa membujuk sekaligus menghibur.
10. Berbicara dengan jelas.
Seorang pembicara harus terlatih untuk berbicara dengan jelas. Supaya setiap
informasi dapat diterima dengan baik. Maka bersyukurlah jika negara kita
menggunakan Bahasa Indonesia, di mana penulisan adalah sama dengan
pengucapan.
11. Gunakan intonasi yang berbeda.
Apabila kita hanya menggunakan 1 intonasi saja selama speech, maka speech kita
akan terdengar datar dan boring. Beri ledakan-ledakan bila perlu.
12. Kontak mata.
Kontak mata sangat penting dalam membangun suatu komunikasi. Mereka akan
merasa spesial. Perhatian mereka tidak sekedar bertepuk sebelah tangan.
13. Gunakan bahasa tubuh.
Seringkali seorang speaker tangannya mati ketika di depan publik. Padahal bahasa
tubuh mampu memberi penegasan-penegasan pada informasi yang ingin
ditekankan. Maka seringlah mengangkat tangan anda tinggi-tinggi di depan cermin
untuk menemukan pose yang khas anda banget.
14. Jangan ragu untuk “pause” dan ambil nafas.
Berbicara terus menerus tanpa nafas pasti capek banget, oleh karena itu jangan ragu
untuk ambil nafas misal saat mendengarkan sharing dari audiens.
15. Hindari kata “emm” atau “ehh”.
Daripada emm dan ehh, akan lebih baik bila anda menutup mulut dan kemudian
mengambil nafas. Setelah itu baru memikirkan apa yang ingin disampaikan
selanjutnya.
16. Be Interesting.
Posisikan diri anda sejajar. Jangan minder. Anda akan tampak lebih interesting untuk
dilihat.
17. Tunjukkan rasa percaya diri anda.
Seperti halnya singa, manusia punya cara untuk menyatakan rasa percaya dirinya.
Tersenyum, pegang dagu dan membusungkan dada adalah beberapa sikap yang
menunjukkan sikap percaya diri anda.
18. Buang tekanan yang anda rasakan.
Rasa gugup mungkin akan menyelimuti perasaan anda saat akan mulai berbicara.
Hal tersebut normal. Pembicara yang berpengalaman pun terkadap masih
dihinggapi rasa gugup. Cara paling mudah menghadapi rasa gugup tersebut adalah
merubah mindset anda. Berpikirlah bahwa anda di sini membawa informasi yang
berharga bagi audience anda.
19. Persiapan.
Siapkan segala hal yang mendukung speech anda. Mulai dari poin-poin yang paling
kecil sekalipun seperti sapu tangan di ssaya dan air mineral.
20. Jam terbang.
Langkah paling akhir untuk menjadi pembicara yang baik adalah terus berlatih.
berbicaralah sesering mungkin. Ambil setiap kesempatan yang ada. Sebab seiring
intensitas trial & error, anda baru bisa menemukan rumusan yang pas.
4. IQ Persuasive
apa yang membuat seseorang sukses? Mengapa sebagian orang mencapai
kekayaan, sedangkan yang lain tidak? Bagaimana mungkin kita meramalkan siapa
yang akan menjadi sangat berhasil, dan siapa yang akan gagal? Bagaimana cara kita
mengukur karakteristik-karakteristik orang-orang yang sangat sukses? Itu semua
dimulai pada 1905. Psikolog Perancis Alfred Binet mengembangkan salah satu tes IQ
(intelligence quotient) yang pertama. Kemudian, buku terobosan Daniel Goleman,
Emotional Intelligence, menunjukkan pada dunia bahwa kesuksesan tidak hanya
ditentukan oleh IQ, juga oleh EQ. Pada perkembangannya, ternyata manusia tidak
bisa bergantung pada keduanya, ada sisi dimana manusia tidak bisa bergantung
pada kemampuannya sebagai manusia, sebagai mahkluk, maka manusia harus
cerdas juga secara spiritual (SQ).
Dalam studi-studi yang dilakukan persuasion institute, menunjukkan bahwa mereka
yang menikmati kebahagiaan dan kesehatan yang lebih besar di dalam kehidupan
memiliki kemampuan tinggi dalam berpersuasi, mempengaruhi, menjual,
bernegosiasi, memotivasi, memimpin, dan memahami sifat manusia. Dalam
bukunya, mortensen menjelaskan, ini bukanlah kemampuan-kemampuan
pendahuluan yang dipelajari di sekolah, itu semua harus dikuasai untuk mencapai
kesuksesan utama di dalam kehidupan. Ia menyebutnya “kecerdasan membujuk”
atau “IQ Persuasi” (PQ).
Tracy Brian, seorang ahli persuasi yang terkenal mengatakan, “Orang-orang yang
tidak bisa menyajikan gagasan-gagasan mereka atau menawarkan diri mereka
secara efektif mempunyai pengaruh sangat kecil dan sangat tidak dihargai.”
Kebalikan dari pernyataan itu adalah jika kamu menyajikan gagasan-gagasan dan
kamu bisa meyakinkan orang lain, maka kamu akan menjadi sangat berpengaruh da
dihargai.
#kemampuan mempengaruhi orang lain
Pengaruh adalah wujud tertinggi dari persuasi. Mengapa? Karena mereka diilhami
diri kita seutuhnya, dibanding tindakan-tindakan eksternal kita. Persuasi adalah apa
yang kita katakan atau lakukan, yaitu teknik keterampilan berinteraksi dengan
orang-orang, sedangkan pengaruh adalah diri kita sebagaimana adanya.
Seseorang yang dikatakan berpengaruh, adalah saat dirinya mengembangkan diri
hingga ke titik di mana orang-orang akan bertindak karena sebuah gagasan yang
datang darinya, pengaruhnya mampu mendorong orang-orang, bahkan ketika orang
tersebut tidak ada.
Mortensen seorang penulis Persuasion IQ, mengemukakan bahwa para pelaku
persuasi setidaknya memiliki tujuh karakteristik penting dalam mempengaruhi
orang lain: Karisma, Gairah, Optimisme, Sikap, Empati, Visi, dan Penghargaan pada
diri sendiri.
Karisma
Karisma adalah energi yang berasal dari zona hati. Karisma terjadi ketika perasaan si
pembicara dipindahkan dalam wujud paling murni kepada orang lain. Karisma
bukanlah perasaan yang lemah. Bukan pula penyamaran. Karisma adalah
penyampaian energi murni kita, gairah murni kita, kepada orang lain. ~Gerry Spence
Profesor Jay Conger telah mengidentifikasi empat karakteristik umum para
pemimpin karismatik:
1. Mereka mempunyai visi yang jelas dan kuat, dan mereka tahu bagaimana
menyajikannya, sehingga menjadi yang paling cocok dengan konteks kebutuhan
pendengar mereka.
2. Mereka tahu bagaimana caranya menyajikan visi mereka dengan baik, mampu
melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan konteks kekinian.
3. Mereka memiliki riwayat keberhasilan, keahlian, dan visi untuk memperbaiki
kebiasaan lama yang mungkin kurang efektif.
4. Mereka menguasai perilaku yang mendorong orang lain untuk memeilikinya.
Mereka menconttohkan hasil-hasil dari perubahan diri sendiri dan memotivasi
pendengar untuk mampu melakukan hal yang sama.
Berikut ini adalah delapan cara spesifik yang digunakan oleh para pelaku persuasif
hebat dalam mengasah karisma mereka:
1. Percaya diri. Jangan menunjukkan kegugupan atau kegelisahan. Eksplorasi diri,
kenali hal-hal yang membuat kita merasakan emosi negatif ini, buhuh segala
bentuk ketidak percayaan diri. Percaya diri adalah keyakinan akan kemantapan
pemikiran, kata dan perbuatan.
2. Bangun selera humor. Humor yang sesuai dan tepat dengan keadaan akan
membuat proses interaksi lebih ringan dan menyenangkan. Pendengar akan
antusias dan bahagia.
3. Milikilah kepribadian dan energi yang mengesankan. Dengan membangun lima
K kepercayaan: Karakter, Kompetensi, Keyakinan, Kredibilitas, dan Kesesuaian.
4. Menguasai pengetahuan yang akan disampaikan dan mengetahui siapa yang
menjadi pendengar kita. Pahamilah latar belakang, pengetahuan dan
pengalaman pendengar sehubungan dengan pokok pembicaraan kita, dengan
begitu kita mampu menciptakan diskusi yang sehat.
5. Milikilah penampilan yang menyenangkan dan profesional. Pastikan pakaian,
rambut, sepatu, dan aksesoris kita sesuai dengan pesan dan keadaan.
Berbusanalah sesuai dengan tuntutan profesi.
6. Peka terhadap orang-orang dan kebutuhan-kebutuhan mereka. Binalah
hubungan dengan pendengar kita dengan berkoneksi dan menjadi pendengar
yang baik.
7. Pastikan pesan yang kita sampaikan jelas dan mudah dipahami. Pastikan ada
arus yang baik dari satu poin ke poin berikutnya. Jangan mencampuradukkan
pesan dengan terlalu banyak informasi; tetap bertahan pada poin-poin yang
berhubungan dan selalu singkat. Dengan cara ini kita tidak hanya akan
menguasai perhatian mereka, tetapi mereka juga akan lebih mengingat pesan
yang kita sampaikan.
8. Pastikan kita mengasyikkan dan menarik untuk didengarkan. Ceritakan kisah-
kisah yang memukau. Pastikan hal-hal yang kita bicarakan menarik, dan
tentunya tidak mengarang-ngarang.
Gairah
Lebih dari apa pun, gairah mampu mencuri hati dan pikiran pendengar kita. Para
pelaku persuasi yang hebat menyebarkan gairah sepenuh hati, karena gairah
penting untuk mempengaruhi orang lain.
Ketika kita mempunyai kegairahan akan sesuatu, kita ingin membaginya dengan
dunia, mengubah orang sebanyak mungkin menjadi seperti maksud kita, dan tak
tergoyahkan dengan pendapat-pendapat orang lain. Dengan gairah, kita
menghadirkan perasaan dalam mengerjakan tugas, merangsang imajinasi, dan
mendorong diri kita pada pencapaian-pencapaian yang lebih tinggi.
Ada perbedaan antara karisma dan gairah. Karisma adalah karakteristik, sementara
gairah adalah emosi. Persuasif adalah keterampilan memindahkan gairah pada
lawan bicara. Studi tim Ismakes leadership and training centre menunjukkan bahwa
beberapa kader yang berhasil memoresentasikan Ismakes Jabar melalui
merchandise atau kegiatan adalah mereka yang paling bergairah saat berinteraksi.
Antusiasme jatuh di bawah payung gairah, gairah selalu hadir menyertakan
antusiasme. Antusiasme digambarkan sebagai kegembiraan yang kuat atau
perasaan yang mewakili maksud atau subjek. Antusiasme menular, menjangkiti
orang-orang, sehingga mereka secara nyata merasakan energi dan kegembiraan
kita. Ralph Waldo Emerson berkata, “Tiada kehebatan bisa dicapai tanpa
antusiasme.”
Orang-orang lebih terbujuk oleh kedalaman keyakinan kita banding tingginya logika
kita; lebih oleh antusiasme kita dibanding setiap bukti yang kita berikan.
-David A. Peoples
Optimisme
Optimisme tidak hanya penting untuk mempengaruhi orang lain, tetapi juga penting
bagi kesuksesan hidup. Optimisme lebih dari sebuah sikap mental yang positif.
Bukan terus-menerus mengatakan berbagai hal positif kepada diri anda lalu
berharap semua akan sungguh-sungguh terjadi. Optimisme sejati adalah sebuah
keadaan dari pikiran yang mendikte cara kita memandang dunia.
Sebuah pandangan yang optimis tentang hidup dan dunia di sekitar kita dapat
mengilhami harapan dan keberanian orang lain. Kita semua ingin merasa terinspirasi
dan terdorong, melejit tanpa batas. Ketika seorang pelaku persuasi dapat
mengantarkan jenis pesan seperti ini, kita pasti tertarik dan ingin mengikuti orang
tersebut. Kecenderungan ini adalah bagaimana cara optimisme membantu kita
dalam mempengaruhi orang lain.
Studi-studi tak terbilang telah menunjukkan bahwa orang-orang yang optimis lebih
berhasil di sekolah, memersuai lebih baik di dalam karir mereka, dan hidup lebih
lama dibanding orang yang pesimis.
Untuk mencapai optimisme sejati, kita harus belajar mengendalikan dua suara
dalam diri yaitu pesimistis dan optimistis. Mana yang kita pilih?
Tak ada orang pesimis yang pernah menemukan rahasiabintang-bintang, atau
berlayar menuju daratan yang yang belum dipetakan, atau membuka sebuah surga
baru bagi jiwa manusia.
-Helen Keller
Sikap
Para pelaku persuasi yang hebat tahu bahwa memelihara sikap yang sehat adalah
kesanggupan yang berkelanjutan menuju sesuatu yang baik. Pada saat kita
memutuskan bagaimana caranya bereaksi terhadap keadaan, kita kemudian
menentukan tingkat kesuksesan kita. Kita tidak mempunyai kendali atas segala
sesuatu yang akan terjadi, tetapi kita sungguh-sungguh mempunyai 100 persen
kendali atas sikap-sikap kita sendiri.
Ahli jiwa Viktor Frankl berkata, “Segalanya bisa dirampas dari seorang manusia
kecuali ... akhir dari kebebasan manusia-untuk memilih sikapnya dalam menghadapi
kenyataan, untuk memilih caranya sendiri.” begitu kita menyadari bahwa sikap
adalah sebuah pilihan, kita harus mengingatkan diri sendiri bahwa itu adalah sebuah
pilihan yang harus kita buat sehari-hari-bahkan dari waktu ke waktu.
Sikap adalah sebuah kebiasaan, dan itu muncul dari ekspektasi-ekspektasi apa yang
diharapkan diri dan dari orang lain. Pelaku persuasi yang hebat menciptakan,
meningkatkan, dan memelihara ekspektasi dengan diri sendiri dan pendengar
mereka. Frustasi secara normal adalah hasil dari ekspektasi yang tidak tercapai, atau
sebuah kontradiksi antara realitas dan sikap.
Mengapa memiliki sikap sangat positif amat penting untuk mempengaruhi orang
lain? Karena sikap kita akan dicerminkan oleh cara kita mempengaruhi orang lain.
Energi positif itu akan diterima oleh pendengar kita, setelah itu kita akan
mempunyai pengaruh.
Empati
Kata “empati” berakar dari bahasa latin dan Yunani. Kedua bagian kata “menyelami”
dan “mata orang lain”. Kemampuan untuk menyelami mata orang lain menciptakan
pengaruh jangka panjang. Ketika orang-orang mengetahui bahwa kita dapat melihat
apa yang mereka lihat, merasakan apa yang mereka rasakan, merasakan terluka
seperti luka yang mereka rasakan, mereka akan bersedia dipengaruhi oleh kita.
Seperti Zig Ziglar yang dengan bijak berkata, “Cara terbaik untuk mendapatkan apa
yang kamu inginkan dari kehidupan adalah dengan membantu orang lain
mendapatkan apa yang mereka inginkan.”
Ketika kita menerima keseluruhan seseorang tanpa syarat, menerima kekuatan dan
kemenangan-kemenangannya beserta kelemahan, kegagalan, keraguan, dan
ketakutan-ketakutannya. Maka kita telah menciptakan empati.
Visi
Visi adalah kekuatan yang tangguh, karena itu membuat kita tetap berfokus pada
masa depan. Visi memberikan kesadaran akan tujuan yang terarah. Visi adalah alat
yang kuat dalam membantu orang lain. Seorang pelaku persuasi yang hebat
mempunyai dan bisa menanamkan pandangan menyeluruh akan masa depan
dengan pendengar mereka.
Ketika kita ingin mempengaruhi orang lain, adalah penting bahwa kita mempunyai
visi yang kuat dan bersih. Orang-orang ikut serta ketika mereka bisa melihat ada visi
yang hidup dan padat pada tempat yang mereka dapat sentuh, cicipi, rasakan atau
lihat. Karena tidak seorang pun mau ikut serta dalam bencana yang akan datang.
Penghargaan diri
Pelaku persuasi yang berpengaruh memiliki penghargaan diri yang sehat.
Penghargaan diri adalah seberapa besar kita menyukai diri kita, seberapa yakin kita
dan bagaimana kita puas akan diri kita apa adanya. Penghargaan diri yang tinggi
menyebabkan orang menjadi lebih murah hati, menyenangkan, berpikiran terbuka,
dan lebih berpengaruh. Mereka tidak hancur oleh kritik.
Kamu tidak akan pernah salah menawarkan pujian yang tulus. Karena itu hanya akan
membuat orang-orang merasa lebih baik, lebih bahagia, lebih giat, dan lebih
produktif. Kamu sendiri pernah mengalaminya, kan? Bermurah hatilah dengan
memberikan pujian tulus setiap hari kepada pendengar kita, karena itu akan
meningkatkan potensi kita saat mempengaruhi orang lain.
#memotivasi diri sendiri dan orang lain setiap saat
Motivasi adalah segalanya bagi pelaku persuasi yang hebat. Motivasi tidak hanya
diperlukan dalam mencapai langkah-langkah besar saja, tetapi juga untuk
menghasilkan semua langkah-langkah kecil di antaranya. Jika kita tidak digerakkan
atau dimotivasi, bukan saja tidak akan ada yang terlaksana, bahkan mungkin kita
tidak pernah memulainya. Ketika kita secara konstan termotivasi, maka fokus kita
berubah menjadi mengilhami dan memotivasi orang lain.
Motivasi adalah seni untuk membuat orang-orang ingin melakukan apa yang kamu
ingin mereka lakukan.
-Dwight D. Eisenhower
Motivasi dimulai dengan sebuah visi yang jelas, dan bergairah. Para pelaku persuasi
yang hebat mampu membantu orang lain percaya bahwa mereka akan berhasil,
sesuai dengan apa yang memotivasi mereka dalam melakukannya. Tidak seorang
pun menyukai kekalahan. Cara terbaik untuk mengalahkan rintangan-rintangan dari
keraguan dan kesangsian adalah menanamkan visi kemenangan di dalam diri
pendengar kita. Pemikiran bahwa kita akan menang dan melihat kemenangan di
dalam pikiran kita menggerakkan motivasi internal kita.
Motivasi adalah sebuah seni sejati. Ketika kita memahami sifat manusia dan
pengaruh peran yang bermain di dalamnya, maka kita tidak hanya akan meotivasi
tapi mengilhami orang lain.
Cara singkat merebut hati seseorang adalah berbicara dengannya mengenai hal-hal
yang sangat berharga.
-Dale Carnegie
Gangguan pada kemampuan kita untuk memotivasi diri adalah pola pikir. Jika
mimpi-mimpi kita menjadi tidak bernyawa, atau kita menyerah terhadap mimpi-
mimpi yang pernah dibuat, maka ketika kapasitas kita untuk memiliki mimpi lenyap,
bagian diri kita akan ikut mati. Tetapi jika kita terus berusaha menghidupkan mimpi-
mimpi itu, membuang segala pikiran negatif dengan terus mencoba ... mencoba ...
mencoba, hingga perlahan-lahan mimpi-mimpi itu terwujud, itulah yang disebut
dengan “ketidakberdayaan yang dipelajari.” Ketika kita tidak bertanggung jawab
atas ketidakberdayaan kita, Dr. Seligman mengatakan itu yang bisa mencetuskan
hasil-hasil negatif seperti gangguan-gangguan emosional, yaitu kekhawatiran,
permusuhan, ketakutan, dan depresi. Mari kenali sistem kamu selama ini, dengan
memahami grafik di bawah ini.
Lihatlah kuadran kiri yang lebih rendah, ketika kamu menemukan keputusasaan
eksternal. Bidang ini dapat digunakan untuk motivasi jangka pendek. Siapapun akan
termotivasi kalo berada dalam zona panas ini. Bidang kuadran ini dihuni oleh
kebanyakan orang. Itulah mereka melakukan hal-hal karena terpaksa atau harus
melakukannya.
Bergerak ke atas menuju kuadran kiri, keputusasaan internal. Kamu bergerak hanya
karena kamu harus melakukannya. Logika kamu memenangkan emosi kamu. Dan
kamu akan menemukan orang-orang yang menggunakan keputusasaan untuk
memotivasi diri mereka, tidak bahagia.
Sistem Motivasi
Gairah
Tujuan
Kewajiban
Tugas
Kekuatan
Ketakutan
Menghormati
Mencintai
keputusasaan Inspirasi
Tekanan
Eksternal
Tekanan Internal
Kepuasan
2008, Persuasion Institute
Berikutnya, mari kita perhatikan kuadran kanan yang lebih rendah, inspirasi
eksternal. Di sini, kamu ngerasa digerakkan oleh sumber dari luar yang mengilhami
kamu untuk melakukan apa yang perlu dilakukan. Kamu melakukan sesuatu
berdasarkan rasa hormat dan cinta. Ingat, bahwa inspirasi berakar di dalam emosi
kamu.
Jenis terbaik dari motivasi jangka panjang ditemukan pada kuadran kanan lebih atas,
inspirasi internal. Inspirasi internal adalah apa yang biasa kita sebut gairah. Kamu
sudah menemukan tujuan dalam hidup kamu. Temukan PASSION mu, sekarang!.
Berkaryalah di Ismakes, dan habiskan jatah kegagalan-kegagalan kamu sekarang. Di
sini. Kegagalan dan kemunduran akan membuat kamu berhasil atau hancur. Mereka
akan membuat kamu sedih atau bertumbuh. Mereka akan mengembangkan potensi
kamu atau bikin kamu mandek. Mana yang kamu pilih?.
Hanya ada dua hal yang memotivasi kita dalam hidup; Inspirasi dan Keputusasaan.
Kurt W. Mortensen
(BAB Sehat Semua) Personality
Pemimpin yang hebat adalah seseorang yang mampu memimpin dirinya sendiri dan
seseorang yang mau bersahabat dengan dirinya sendiri…
Setelah kamu menjelajah beberapa BAB di dalam buku ini, sampailah kamu di BAB
sehat semua. Bisa di bilang ini lah bab untuk lebih mengenal diri dan mengetahui seberapa
sehat diri kamu, sudahkah diri kamu ‘sehat semua?’ Atau hanya sehat fisik saja? Sedangkan
kepribadian kamu sakit hee…
Oke,,, kita mulai dengan proses menyehatkan kepribadian. Gimana caranya?
mulailah dengan mengenali diri sendiri kemudian mengenali diri orang lain, di rumah,
komplek, kampus maupun di organisasi. Mengapa harus mengenal kepribadian orang di
sekitar kita? Karena dengan begitu kita bisa meminimalisir konflik yang negatif, dan
memposisikan diri kita pada kondisi yang tepat dengan tidak memperburuk konflik. Setelah
mengetahui sisi positif atau negatif nya kamu dan orang lain, kamu bisa mulai proses ‘sehat
semua’; berteman dan bergaul dengan sehat, berkomunikasi dengan sehat, serta berpikir
dengan sehat.
Kadang dalam sebuah tim, baik berupa organisasi kampus (read-BEM,HIMA dll),
organisasi luar kampus, atau komunitas, kita akan menemukan banyak orang dengan
beragam kepribadian, dan biasanya pemahaman tentang kepribadian inilah yang berpotensi
menimbulkan konflik. Seperti kesel menghadapi “Si cuek” yang kadang enggak peka dengan
keadaan. “Si bossy” yang suka nyuruh ini-itu seenaknya. “Si pelupa” yang janji tapi selalu
bilang “ups! Sorry, gua lupa…” sambil tertawa, dan “Si queendrama” yang bakal galau badai
kalau barangnya di pindah ke tempat yang bukan semestinya, dan akhirnya tidak bisa
berjalan beriringan sebagai sebuah tim. Makanya butuh pemahaman tentang kepribadian
agar kita bisa menempatkan secara tepat bagaimana kita harus bersikap dan menyikapi
kepribadian dari orang –orang di sekitar kita.
”Ada seribu wajah yang harus kita pahami satu persatu agar terciptanya kerukunan
dalam kehidupan berkepribadian”.
Nah, untuk tahu dan kenal dengan kepribadian seseorang kita akan bahas empat
macam kepribadian dasar manusia, kita akan masuk ke bahasan kepribadian atau
personality. Kalau dalam anime “Bleach” ada Soul Society yaitu dunia ruh-ruh manusia dan
shinigami (malaikat kematian), di bab ini kita sebut saja Personal society yaitu dunia empat
kepribadian. Yups, empat kepribadian itu adalah Sanguinis, Melankolis, Koleris, dan
plegmatis.
Yes! Pasti udah pada nunggu bagian ini, check it out!
1. SANGUINIS
Si ceria sanguinis adalah tipe yang sangat gampang berteman. Bisa dibilang hidup si
sanguinis ini berwarna-warni, maka dari itu banyak orang yang akan nyaman berada di
sampingnya. Tipe ini suka menjadi seorang yang popular, pendengar yang baik dan easy
going walaupun kadang ia sangat moody. Yups, si sanguinis ini gampang sekali berubah-
ubah, ia bisa tertawa bahagia dan beberapa menit kemudian akan menangis tersedu-
sedu.
Si sanguinis senang menjadi pusat perhatian, tak jarang ia sering membuat iri teman-
temannya karena sifatnya yang menyenangkan. Terkadang kita harus banyak mengelus
dada ketika si sanguinis nyengir kuda sambil berkata “ups! Sorry, gue lupa hhee…”,
jangan terlalu berharap banyak dengan janji-janji sanguinis. Ia lebih cocok menjadi
penghibur dalam sebuah acara, biasanya si sanguinis akan didaulat menjadi MC. Dan di
bawah ini adalah kelemahan dan kelebihan si ceria sanguinis ini.
Kelebihan:
Suka bicara
Secara fisik memegang pendengar, emosional dan demonstrative
Antusias dan ekspresif
Ceria dan penuh rasa ingin tahu
Hidup di masa sekarang
Mudah berubah (banyak kegiatan / keinginan)
Berhati tulus dan kekanak-kanakan
Senang kumpul dan berkumpul (untuk bertemu dan bicara)
Umumnya hebat di permukaan
Mudah berteman dan menyukai orang lain
Senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian
Menyenangkan dan dicemburui orang lain
Mudah memaafkan (dan tidak menyimpan dendam)
Mengambil inisiatif/ menghindar dari hal-hal atau keadaan yang membosankan
Menyukai hal-hal yang spontan
Kelemahan:
Suara dan tertawa yang keras (terlalu keras)
Membesar-besarkan suatu hal / kejadian
Susah untuk diam
Mudah ikut-ikutan atau dikendalikan oleh keadaan atau orang lain (suka nge-
Gank)
Sering minta persetujuan, termasuk hal-hal yang sepele
RKP! (Rentang Konsentrasi Pendek)
Dalam bekerja lebih suka bicara dan melupakan kewajiban (awalnya saja
antusias)
Sebagian terlalu bahagia
Mudah marah
Suka menyela dan mendengarkan saat tuntas
Tampak palsu oleh sebagian orang
Suka mengeluh
Mudah berubah-ubah
Susah datang tepat waktu jam kantor
Prioritas kegiatan kacau
Mendominasi percakapan, suka menyela dan susah mendengarkan dengan
tuntas
Sering mengambil permasalahan orang lain, menjadi seolah-olah masalahnya
Egoistis
Sering berdalih dan mengulangi cerita-cerita yg sama
Konsentrasi ke “How to spend money” daripada “How to earn/save money”
2. MELANKOLIS
Melankolis mempunyai arti “yang sempurna”. Tipe ini bisa di bilang juga Si Perfectionist
dia adalah tipe yang paling berseberangan dengan si ceria Sanguinis, karena sifat
dasarnya yang teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola, sedangkan si sanguinis
yang serba tak beraturan. Maka jangan sampai kalian memindahkan barang-barang
milik si perfectionist ini karena ia sudah memperhitungkan tata letak barang-barang
yang ada di meja kerjanya secara teliti, jadi jika ada satu barang pun yang berpindah
tempat ia akan seharian mencari dan memikirkan mengapa barangnya dipindahkan.
Si melankolis ini sangat menyukai ketika bermain dengan fakta-fakta, data-data,
angaka-angka, dan kebanyakn dari mereka terlalu memikirkan sesuatu secara dalam
dan berlarut-larut. Maka, jangan heran ketika seseorang dengan tipe melankolis
berbicara, apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam.
Dalam sebuah organisasi kita sangat memerlukan si melankolis ini karena ia adalah
seorang penganalisa dan pemikir yang luar biasa, ide-ide dan konsepnya sangat matang
karena ia sudah sangat memikirkan secara mendalam. Dan mereka akan benar-benar
total mengerjakan sebuah kegiatan tanpa merasa merekalah sang konseptor acara itu.
Kelebihan:
Memiliki tujuan yang serius, serta selalu sesuai dengan jadwal.
Artistik dan kreatif, puitis dan menyukai filsafat. Bersedia untuk mengorbankan
diri dan idealis.
Perfeksionis sehingga memiliki standar yang tinggi.
Tekun, hemat, serba tertib, senang melsayakan perincian dan senang
keteraturan.
Selalu dapat melihat masalah dan dapat mencari solusi pemecahan secara
kreatif.
Senang menyelesaikan apa yang dimulainya.
Berhati-hati dengan teman.
Puas hanya dengan dibelakang layar, malah cenderung menghindari perhatian.
Pendengar yang baik, setia, dan memiliki pengabdian.
Sangat perhatian kepada orang lain.
Kelemahan:
Selalu melihat masalah dari sisi negatif, sehingga cenderung menjadi pemurung
dan tertekan.
Mengingat hal-hal negatif dan menjadikannya sebuah dendam.
Rendah diri dan mudah merasa bersalah.
Lebih menekankan prosesnya dari pada hasil akhirnya.
Selalu melewatkan banyak waktu untuk menganalisis dan merencanakan.
Memiliki standar yang terlalu tinggi, sehingga banyak yang tidak sempurna
dimatanya.
Susah untuk bersosialisasi karena terlalu banyak memilih.
Suka mengkritik, tetapi tidak suka dikritik.
Susah untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya sehingga sering
menahan kasih sayang.
Memiliki kecurigaan yang besar.
3. KOLERIS
Tipe yang mempunyai arti “yang Kuat” ini adalah si Bossy yang suka sekali mengatur
seseorang, telunjuknya sering sekali kesana-kesini. Tunjuk sana-sini kasih perintah ke
orang-orang di sekitarnya tanpa rasa segan. Maka jangan heran jika ia tidak disenangi
banyak temannya akibat sifat “Bossy” nya itu, karena malas menjadi korban suruhan si
Koleris ini mereka memilih kabur dan tidak terlalu dekat dengannya. Tapi jangan salah
tipe koleris ini sangat punya andil yang penting dalam sebuah tim. Pola pikir yang “goal
oriented” membuatnya selalu menjadi leader dalam sebuah tim, karena sifatnya yang
tegas, kuat, cepat dan tangkas dalam mengerjakan sesuatu sehingga tidak ada istilah
tidak mungkin dalam hidupnya. Ia merasa “hanya saya yang bisa menyelesaikan
segalanya, tanpa saya berantakan semuanya” , kalau si koleris ini sudah bertindak dan
semangatnya sudah berkobar “ ya pasti jadi…” maka hampir dapat di pastikan apa yang
ia lsayakan pasti tercapai seperti apa yang ia katakan. Semua itu bisa tercapai tidak lain
karena sifat paling positif dari seorang koleris adalah tidak mudah menyerah.
Kelebihan:
Orang yang memiliki tipe koleris adalah seorang yang kreatif.
Senang memimpin serta senang bila membuat suatu keputusan, dinamis dan aktif.
Selalu memerlukan suatu perubahan dan harus mengoreksi kesalahan.
Memiliki kemauan yang keras dan pasti untuk mencapai suatu sasaran atau target
yang sudah dibuatnya.
Biasanya orang ber tipe kepribadian koleris ini bersifat bebas dan memiliki
kemandirian.
Berani menghadapi segala tantangan dan masalah yang menghampiri.
Selalu memiliki prinsip bahwa setiap harinya harus lebih baik dari hari sebelumnya.
Selalu mencari cara yang praktis untuk memecahkan masalah dan bergerak
dengan cepat.
Tipe kepribadian koleris tidak ragu-ragu untuk mendelegasikan pekerjaan dan
selalu berfokus pada produktivitas.
Senang membuat dan menentukan tujuan, unggul dalam keadaan darurat.
Terdorong bila ada tantangan.
Kelemahan:
Tidak sabaran dan memiliki emosi yang tinggi sehingga mudah marah.
Selain itu suka memerintah orang.
Terlalu bergairah sehingga susah untuk santai.
Mungkin terdengar aneh, tetapi orang tipe kepribadian koleris ini senang dengan
yang namanya kontroversi dan pertengkaran.
Memiliki sifat yang ksaya dan keras, parahnya orang tipe ini tidak memiliki
perasaan simpatik terhadap orang lain.
Tidak menyukai sesuatu secara rinci dan sering kali membuat keputusan dengan
tergesa-gesa.
Senang memperalat orang lain, memanipulasi, dan menuntut orang lain.
Selain itu, orang tipe ini tidak segan-segan untuk menghalalkan segala cara demi
tercapainya tujuan.
Tidak pernah mau mengsayai kesalahan apalagi meminta maaf.
Pecinta pekerjaannya.
4. PLEGMATIS
Satu satunya tipe kepribadian yang “cinta damai”. Si cinta damai ini akan sangat
menjauh dari yang namanya konflik, bahkan ia mau melsayakan apapun meskipun ia
tidak suka, untuk menghindari konflik. Karena menurut si cinta damai ini kedamaian
adalah segala-galanya, jika terjadi masalah atau pertengkaran maka ia akan rela
melsayakan apapun, biar pun rasa sakit yang ia dapatkan, asalkan masalahnya nggak
terus berkepanjangan. Tapi si cinta damai ini mempunyai semangat yang sangat minim,
ia akan bersemangat ketika ada yang mengajak dan ada seseorang yang menganggap
mereka ada atau di butuhkan. Ia kurang teratur dalam melsayakan sesuatu dan tampak
serba dingin. Yah, sebutan lain dari si plegmatis ini adalah si “cuek” so pasti karena
sikapnya yang tampak serba dingin dan lebih memilih hidup “aman” sebisa mungkin
terhindar dari yang namanya masalah. Tipe ini cendrung diam dan kalem, tapi dalam
menyelesaikan masalah dan mencari solusi si plegmatis ini punya cara yang sangat
menyenangkan karena ia pun seorang pendengar yang baik, mereka siap
mendengarkan dengan antusias. Yah…, setidaknya ketika seorang sanguinis bicara
panjang lebar sampai mulutnya berbusa ada si plegmatis yang siap mendengarkan
hehee. Kadang kita akan serba salah menghadapi seorang plegmatis, ibarat kata “di
dorong ngambek, di biarin malah nggak jalan”, haduh… makanya ketika kita berada di
dekatnya kita harus rajin-rajin memotivasinya.
Kelebihan:
Mudah untuk diajak bergaul, memiliki pembawaan yang santai, tenang dan teguh.
Tipe kepribadian phlegmatis ini dapat menjadi seorang pendengar yang baik.
Bijaksana, sabar, dan tidak banyak bicara.
Memiliki hati yang baik dan simpatik yang tinggi terhadap orang lain.
Selalu ingin segala sesuatunya terorganisasi dengan baik.
Dapat menjadi penengah masalah yang baik.
Sering kali berusaha menemukan cara termudah untuk menyelesaikan sesuatu.
Dapat tetap baik meskipun sedang dibawah tekanan.
Tidak suka menyinggung perasaan orang lain dan selalu menyenangkan
pembawaannya.
Orang tipe kepribadian phlegmatis juga memiliki rasa humor yang tajam.
Senang bila melihat atau mengawasi sesuatu. Memiliki rasa belas kasihan dan
kepedulian terhadap sesama.
Mudah untuk diajak berdamai.
Kelemahan:
Kurang menyukai perubahan atau kegiatan-kegiatan baru.
Orang tipe kepribadian phlegmatis sering merasa tsayat dan khawatir.
Sering kali selalu menghindari konflik, dan yang paling parah adalah lari dari
tanggungjawab.
Selalu merasa benar sehingga sulit berkompromi dan keras kepala.
Pemalu dan pendiam, meskipun demikian juga sering mengejek.
Kurang bisa memotivasi diri dan lebih suka untuk duduk diam menjadi penonton
daripada terlibat langsung.
Tipe kepribadian phlegmatis juga tidak senang didesak, tetapi mereka suka
menunda-nunda atau menggantungkan masalah.
#Kuisioner Tipe Kepribadian
Berikan nilai dari 1-4 untuk gambaran diri paling tidak mendekati hingga paling mendekati
untuk menjelaskan karakter dan perilsaya anda.
Keterangan rating :
1: bukan pribadi saya
2: ya saya kadangkala begitu
3: saya seringkali begitu
4: ya ini mencerminkan pribadi saya
NO PERNYATAAN NILAI 1-4
1.
a. Saya seorang yang memiliki kemauan sangat kuat dan keras
kepala. Berusaha melsayakan apa saja yang diinginkan.
b. Saya seorang yang tidak pernah rileks atau santai. Selalu ingin
mengerjakan sesuatu walau waktu bekerja telah selesai dan
waktunya istirahat.
c. Saya sering menunjukkan perilsaya yang menyenangkan, lebih
banyak tersenyum dan tertawa daripada sedih dan menangis.
d. Ketika bertemu pertama kali dengan orang asing saya merasa
tidak nyaman, ada rasa tsayat. Mula-mula saya akan menarik
diri dan kemudian menyesuaikan diri perlahan-lahan.
.................
.................
.................
.................
2.
a. Saya suka bertindak cepat dan mandiri serta suka mengerjakan
sesuatu sendiri.
b. Saya menunjukkan perubahan emosi (naik dan turun) yang
sangat jelas dan sering bertindak berdasarkan perasaan.
Memiliki bakat untuk mengerjakan sesuatu secara dramatis.
c. Saya sering terlihat tenang dan ramah. Umumnya saya memiliki
reaksi yang tenang dan lembut terhadap suatu keadaan.
d. Saya menyukai privasi dan kadangkala terlihat senang
menyendiri dan tidak suka bergaul.
.................
.................
.................
.................
3.
a. Saya cenderung tidak memberikan tanggapan yang berlebihan
atas kasih sayang yang diberikan kepada saya. Memandang
curahan kasih sayang sebagai sesuatu yang kurang istimewa.
b. Saya terlihat optimis dan antusias dalam hampir setiap situasi.
c. Saya kurang aktif dalam mencoba hal-hal baru dan biasanya
lebih suka melsayakan hal yang telah diketahui dan telah saya
kenal.
d. Saya banyak mengajukan pertanyaan dan lebih suka
memikirkan sesuatu secara mendalam sebelum mengambil
keputusan.
.................
.................
.................
.................
4.
a. Saya seorang yang sangat aktif, suka menjelajah, dan mencoba
hal baru serta suka mengambil resiko.
b. Saya seorang yang mudah bergaul dan suka berada di
keramaian.
c. Saya mudah bekerja sama dengan orang lain dan biasanya
mudah cocok dengan orang lain.
d. Saya mengambil pendekatan yang berhati-hati terhadap
sesuatu hal atau keadaan yang baru. Penuh pertimbangan dan
analisis.
.................
.................
.................
.................
5.
a. Saya sulit dipimpin dan cenderung memilih siapa yang pantas
untuk diikuti.
b. Saya akan sering berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain,
biasanya tanpa menyelesaikan kegiatan tersebut.
c. Saya mudah menyerah bila mendapat tekanandan mungkin
meniru perilsaya, aturan, dan sifat orang lain secara berlebihan.
d. Saya memiliki level kegiatan fisik yang rendah atau rata-rata.
.................
.................
.................
.................
6.
a. Saya mudah marah dan memaksa untuk mendapatkan apa
yang saya inginkan.
b. Saya tidak rapi, berantakan, dan pelupa jika diminta
mengerjakan sesuatu.
.................
.................
c. Saya mengalami kesulitan untuk bisa menerima perubahan
yang bersifat mendadak. Saya sering berkeras untuk
mempertahankan keadaan agar tidak berubah. Ingin segalanya
tenang dan damai.
d. Saya cenderung memiliki emosi yang lembut sehingga reaksi
awal terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan adalah
berdiam diri dan terkendali. Meskipun reaksi internal saya jauh
lebih kuat.
.................
.................
7.
a. Saya sangat menyukai persaingan.
b. Saya sering terlalu peduli dengan apa yang dikerjakan orang
lain.
c. Saya tidak suka konflik dan cenderung menghindari
pertentangan.
d. Saya sering terlihat serius dan sering terlihat sedih.
.................
.................
.................
.................
8.
a. Saya mengatakan apa yang saya fikirkan dan memberitahukan
kepada orang lain apa yang saya inginkan darinya. Saya bisa
sangat kasar dalam mengatakan pada orang lain tentang siapa
dan apa yang saya tidak sukai.
b. Saya sangat gemar berbicara, bercerita. Saya suka
menceritakan kepada orang lain mengenai prestasi saya dan
juga kawan-kawan saya. saya bisa agak manipulatif ketika
menyampaikan sesuatu, saya memiliki kemampuan untuk
meyakinkan orang lain.
c. Saya lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.
d. Saya sering mengajukan pertanyaan (seringnya rumit)
mengenai hal-hal khusus dan meminta penjelasan atau
jawaban yang detail atas pertanyaan yang saya ajukan.
.................
.................
.................
.................
Sekarang, pindahkan angka yang anda tuliskan ke dalam kolom di bawah ini. Lalu jumlahkan
setiap kolom. Angka terbesar menunjukkan profil kepribadian anda yang dominan.
NO A B C D
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
∑ ................. ................. ................. .................
KD KHOLERIS SANGUINIS PHLEGMATIS MELANKOLIS
#Menjadi Pribadi Yang Menyenangkan Dan Supel
Setiap orang pasti ingin menjadi pribadi yang menyenangkan dan supel. Bisa punya
banyak teman, gampang di terima di lingkungan, gampang untuk berkomunikasi dengan
baik dan semua merasa senang bila ada di dekatnya. Sebagian orang ada juga yang hidupnya
selalu sendiri tidak bisa membuka pertemanan dengan siapapun, ia hanya fokus dengan
dirinya sendiri, tanpa orang lain ia merasa bisa melsayakannya sendiri tanpa bantuan dari
orang lain.
Dale Carnegie pernah mengatakan dalam bukunya yang berjudul “How to win
friends and influence people”, Dale berkata”salah satu hal yang paling diabaikan dari
keberadaan kita di dunia ini adalah penghargaan. Ya… penghargaan, untuk menjadi pribadi
yang menyenangkan dan supel kita harus bisa menghargai orang lain.
Mengahargai kepribadian yang berbeda-beda dari setiap manusia adalah salah satu
kunci untuk menjadi seorang yang menyenangkan dan supel. Seperti telah di bahas pada
poin kepribadian bahwa ada empat tipe kepribadian manusia yaitu sanguinis, melankolis,
koleris, dan plegmatis. Ada baiknya memang kita harus tahu tipe kepribadian orang-orang di
sekitar kita agar kita dapat memposisikan bagaimana sikap kita dalam menghadapi si
sanguinis misalnya kita harus banyak bersabar dengan pola pikirnya yang selalu
menganggap enteng pekerjaan misalnya, atau harus ber hati-hati dalam berbicara dengan si
melankolis. Karena setiap orang penting untuk di dengar kadang kita pun harus bisa bermain
dengan sisi-sisi plegmatis yaitu menjadi pendenganr yang baik.
Dalam sebuah artikel yang pernah saya baca di internet, bahwa “Setiap orang
memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada orang yang tergolong ramah dan supel, ada yang
bawaannya memang pendiam dan pemalu, bahkan ada pula orang yang memiliki karakter
cenderung menyebalkan.
Mereka yang tergolong ramah dan supel biasanya dianggap lebih menyenangkan
dan banyak disukai orang. Lingkungan pun biasanya akan lebih mudah menerima orang-
orang dengan karakter seperti itu. Namun, apakah hanya orang-orang yang bawaannya
ramah dan supel saja yang berkesempatan menjadi pribadi yang menyenangkan dalam
pergaulan? Tidak juga. Karena seperti apapun karakter yang dimiliki seseorang, ia akan tetap
mampu menjadi pribadi yang menyenangkan, sepanjang ia mau berusaha”. Yups, intinya
adalah berusaha, berusaha merubah sifat-sifat jelek yang kita punya menjadi sifat yang baik.
#Mengenali emosi diri, kemarahan, dan konflik
Emosi adalah reaksi subjektif terhadap sesuatu di dalam lingkungan, yang biasanya
didapat dari pengalaman kognisi terhadap kenyamanan ataupun ketidaknyamanan, yang
secara umum diiringi dengan perubahan fisiologis (detak jantung yang cepat, meningkatnya
hormon), dan sering diekspresikan dalam bentuk perilaku yang tampak. Bentuk-bentuk
emosi bisa berbentuk negatif maupun positif, seperti kemarahan, rasa senang, ketakutan,
dan sebagainya.
Dari definisinya kita bisa menyimpulkan dengan cukup mudah bahwa emosi bersifat
personal karena ia merupakan reaksi subjektif. Artinya, jika seseorang marah, sedih
gembira, takut, dan sebagainya, itu adalah sebuah reaksi yang tidak seragam antara satu
orang dengan yang lain. Orang lain mungkin akan marah jika kamu injak kakiknya, meskipun
tidak sengaja. Tapi mungkin juga memaafkan karena tahu kamu tidak sengaja. Emosi sangat
subjektif dan personal. Bentuk ekspresi emosinya pun bisa bermacam-macam, seorang yang
marah bisa saja: berteriak, wajah merah padam, atau merusak barang-barang di sekitarnya.
Tapi ada juga orang yang marah dengan cara diam, menghindar, atau merusak dirinya.
Kemunculan emosi bisa dipicu oleh hal-hal yang sepele dan sederhana, tetapi juga
bisa diredakan oleh hal-hal sepele dan sederhana pula. Seperti yang dikatakan Sartre, “in
emotion everything in the world is modified ... the world is magically transformed and
perceived in a different way.” Dalam emosi, dunia dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga
dunia secara ajaib ditransformasi dan dipandang dengan cara yang berbeda (dengan orang
lain). Itu sebabnya emosi sangat subjektif, personal, dan kadangkala tidak logis bagi orang
lain yang tidak mengalaminya atau kurang bisa berempati.
Seorang yang marah sebenarnya butuh pertolongan, bisa jadi ia dalam kondisi
stressfull, sehingga perlu orang lain untuk membantunya mengatasi kondisi yang menekan
itu.
Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam mengekspresikan emosi, dalam
hal mengenali emosi. Menurut L.R Brody (1996), “wanita dewasa lebih intens secara verbal
dalam masalah emosi dan wajahnya lebih ekspresif dalam mengkomunikasikan emosi. Dan
perempuan lebih akurat dalam mengenali ekspresi emosi yang tampak di wajah laki-laki.”
Itu sebabnya dalam membina pertemanan dalam ruang organisasi, untuk saling emosi
karena perbedaan gender ini butuh latihan yang terus menerus. Perempuan yang lebih terus
terang dan lebih ekspresif dalam mengungkapkan emosi harus berlatih mengatur kapan dan
dimana serta dalam situasi apa ia bisa mengungkapkan emosinya, sedangkan laki-laki harus
berlatih untuk lebih terus-terang (assertive) dalam mengungkapkan emosinya baik secara
verbal maupun dalam bentuk ekspresi wajah.
Kemarahan selalu dimasukkan dalam ciri-ciri emosi yang dikategorikan emosi
negatif. Alasannya, karena kemarahan adalah bagian integral dari agresi, kekerasan, dan
permusuhan. Kendati demikian, pengalaman dari kemarahan tidak selalu negatif. Bisa
dibayangkan jika seseorang tidak pernah marah, boleh jadi ia tampak tidak manusiawi.
Sebagai contoh, adanya kemungkinan mengontrol ekspresi marah justru akan
memperkuat hubungan pertemanan. Kemarahan muncul biasanya disebabkan karena
perhatian untuk mengevaluasi sesuatu yang dianggapnya salah. Karena standar masing-
masing dalam mengevaluasi sesuatu hal berbeda-beda maka tidak ada jalan lain untuk
menyamakan persepsi kecuali dengan kepala dingin, dan berupaya untuk secara empatik
dan objektif menetapkan standar yang adil bagi kepentingan bersama.
Dalam Islam, jelas bahwa kemarahan adalah perilaku yang kurang disukai.
Disebutkan dalam hadits: “Laa taghdhab walakal jannah.” Janganlah kamu marah, maka
bagimu surga. Larangan marah ini bukanlah kita tidak diperkenankan sama sekali, tetapi
bagaimana mengatasi dan mengupayakan agar kemarahan tersebut dilakukan dengan
proporsional, tepat, dan tidak berlebihan.
Tidak ada pertemanan yang lempeng-lempeng saja, selalu seia-sekata, selalu dalam
kesepakatan, dan tanpa konflik. Percayalah! Konflik adalah sesuatu yang menguras energi
dan sering dimaknai negatif. Padahal boleh jadi ada sisi positifnya. Saya termasuk yang
memiliki toleransi yang tinggi terhadap konflik, karena memiliki keyakinan bahwa tiap orang
memiliki self interest sehingga ketika dua orang atau kelompok, berkonflik dalam upaya
mencapai tujuan bersama dengan cara menang-menang (win-win solution) maka hal itu
harus dilakukan, karena komunikasi kemudian berkonflik kepentingan, adalah satu-satunya
jalan untuk menymakan langkah, dan membuat hubungan menjadi lebih dinamis. Tapi
jangan heran bila kawanmu berbeda. Misalkan, ia memandang konflik sangat menguras
energi emosionalnya, dan cenderung menghindari konflik. Itu sah-sah saja selama di
dalamnya tercipta kerukunan dan kesepakatan-kesepakatan, misal saya tidak terlalu ‘hobi’
berkonflik dan kawan kita bisa menjadi lebih ‘enjoy’ dengan konflik.
Ada empat tipe peran ketika sedang berkonflik menurut Kantor, 1980.
1. Tipe Mover, mereka yang cenderung menemukan atau berinisiatif terhadap
sebuah kegiatan atau aksi.
2. Tipe Follower, mereka yang hampir selalu setuju, mendukung, dan
melanjutkan kegiatan atau aksi.
3. Tipe Opposer, mereka yang cenderung menantang, berbeda pendapat
terhadap kegiatan atau aksi yang ditawarkan.
4. Tipe Bystander, mereka yang cenderung memperhatikan saja apa yang
terjadi tetapi tidak terlibat.
#Kuis kecenderungan tipe peran dalam konflik
NO PERNYATAAN YA TIDAK
1. Saya merasa bahwa persoalan saya sudah cukup banyak, sehingga saya memilih untuk tidak terlibat pada persoalan orang lain.
2. Saya orang yang senang menemukan masalah, mengemukakan hal itu pada orang lain, dan mendiskusikannya.
3. Saya senang jika orang lain mengikuti pendapat saya.
4. Ketika orang lain berpendapat, saya cenederung mencari pendapat alternatif dan mengikuti pendapat itu.
5. Saya lebih suka mengikuti pendapat orang lain.
6. Memiliki pendapat lain adalah sesuatu yang menyenangkan bagi saya.
7. Tidak melibatkan diri pada persoalan orang lain itu lebih nyaman bagi saya.
8. Menurut saya, orang lain lebih banyak memiliki pendapat yang lebih baik dari saya, sehingga saya cenderung untuk setuju.
9. Memulai dan mengemukakan pendapat adalah salah satu keahlian saya.
10. Melibatkan diri pada kegiatan atau persoalan orang lain adalah membuang waktu bagi saya.
11. Saya tidak suka berpendapat, karena saya tidak ahli dalam masalah mengemukakan pendapat.
12. Saya sangat senang jika bisa memberikan kritik dan pandangan yang berbeda terhadap pendapat orang lain.
Nilailah Diri Anda!
1. Anda Mover jika anda mengatakan “YA” pada poin : 2,3,9.
2. Anda Follower jika anda mengatakan “YA” pada poin : 5,8,11.
3. Anda Opposer jika anda mengatakan “YA” pada poin : 4,6,12.
4. Anda Bystander jika anda mengatakan “YA” pada poin : 1,7,10.
#Ada lima hal utama yang seharusnya dimiliki oleh seseorang bila ingin menjadi pribadi
yang menyenangkan dalam pergaulan. Apa saja?
1. Berpikiran Positif
Orang-orang yang berpikiran positif adalah orang-orang yang sangat menyenangkan.
Orang-orang seperti itu memiliki energi positif yang tentunya juga akan ditularkan ke
lingkungan sekitarnya. Mereka yang selalu berpikiran positif akan senantiasa
menghadirkan suasana dan aura yang positif ke lingkungannya meski dalam keadaan
yang buruk sekalipun. Mereka secara tidak langsung bisa membangkitkan mood dan
semangat positif ke orang-orang yang ada di sekitarnya.
Sebaliknya, mereka yang selalu berpikiran negatif adalah pribadi yang tergolong
menyebalkan. Orang-orang yang selalu berpikiran negatif cenderung melemahkan dan
memudarkan semangat orang-orang di sekitarnya. Coba bayangkan, siapa yang betah
berada di sekitar orang yang sepanjang hari, waktu, pikiran, dan perkataannya hanya
dipenuhi dengan hal-hal yang negatif. Secara tidak langsung hal-hal negatif itu juga
akan ikut tertular ke kita. Tentunya kita tidak mau seperti itu, ya kan?
Jadilah seperti spongebob selalu berpikir positif dalam segala hal, kepada squitward
pun yang selalu menyebalkan ia selalu tetap menganggapnya tetangga terbaiknya.
Positive thinking!.
Adalah cara yang selalu ada di otak sponge berwarna kuning itu sehingga apapun yang
terjadi ia akan tetap tersenyum. Berbeda dengan squitward hidupnya selalu penuh
keluhan, selalu menyalahkan mengapa hidupnya harus berada selalu dekat dengan
sponge bodoh bernama spongebob squarpants. Negative thinking ini lah yang
membuat hidup squidward selalu apes :D
2. Mampu Mengendalikan Emosi
Dalam pergaulan, kepandaian mengendalikan emosi sangatlah diperlukan. Dalam
keadaan seperti apapun, marah, sedih, kesal, kecewa, atau emosi-emosi lainnya, kita
harus mampu untuk mengendalikannya. Emosi-emosi yang sedang dirasakan akan
keluar dan terpancar di wajah kita yang sedang cemberut, muram, gelisah dan lain
sebagainya. Jika sedang marah, tak perlu meledak-ledak meluapkan amarah , karena
orang-orang di sekitar kita bukan tukang sulap yang bisa membaca pikiran orang lain.
Jika melihat keadaan sekarang banyak anak muda yang galau di media social, entah itu
facebook, twitter, path, line dan bla bla bla media social yang sedang hits di kalangan
anak muda jaman sekarang. Mereka sering sekali mengumbar apa yang sedang mereka
rasakan mulai dari “saya galau…” atau “ saya seneng bingits baca SMS dari kamu
beibs…:*”, atau “jangan ganggu gue lagi ok fix!!” atau banyak lagi celotehan –
celotehan yang mengungkapkan emosi yang sedang ia rasakan saat itu. Itu membuat
orang lain menilai bahwa kita tidak bisa mengendalikan emosi kita sendiri.
3. Enak diajak Bicara
Orang yang enak diajak bicara itu adalah orang yang asyik. Mereka bisa dengan mudah
membaur dalam lingkungan. Lalu, seperti apa sih orang yang enak diajak bicara itu?
Tentunya bukan orang yang hanya ingin mendominasi percakapan, hanya ingin
didengar (tanpa mau mendengar), dan bukan pula orang yang mengacuhkan lawan
bicaranya.
ketika kita sudah menjadi orang yang enak di ajak bicara maka apa pun topiknya akan
mengalir begitu saja. Apapun yang kita keluarkan akan mudah di terima orang lain, mau
itu kritik sekalipun. Maka dari itu skill “enak diajak bicara ini sangat kita butuhkan
dimana pun kita berada. Seperti misalnya di dalam organisasi, disana kiata akan dilatih
untuk menjadi orang yang enak di ajak bicara, karena biasa suatu organisasi
melsayakan banyak kegiatan yang membutuhkan kerja tim sehingga kita harus bisa di
ajak bicara dengan baik agar tidak timbul konflik yang dapat mengacaukan kerja tim.
4. Mudah Senyum
Jadilah orang yang murah senyum. Senyum tak hanya menyenangkan bagi orang yang
melihatnya, tapi juga akan memberikan pengaruh yang positif pada suasana hati kita.
Lihat saja spongebob dan patrik kemana pun ia pergi dan dengan siapaun ia bertemu
mereka selalu tersenyum seberat apapun persoalan hidupnya yang bertetangga dengan
orang yang paling membencinya seperti squidward dan bekerja tanpa di gaji di krasty
crabs dengan boss paling kejam seperti tuan crabs.
Karena senyum adalah sebagian dari ibadah apa salahnya kita banyak tersenyum dalam
menghadapi masalah apapun. Senyum tidak hanya membuat wajah kita enak
dipandang mata, tapi juga dapat membuat suasana hati menjadi tenang menjalani
hidup. Jadi KEEP SMILE guys!
5. Memiliki Sense of Humor
Siapa yang bisa menyangkal bahwa berada di dekat orang yang humoris itu sangatlah
menyenangkan. Siapapun akan merasa betah berada di dekat orang yang memiliki
sense of humor, karena setiap saat sepertinya selalu diwarnai dengan tawa dan tawa.
Jika memang kita merasa bukan termasuk orang yang humoris, setidaknya jadilah orang
yang masih bisa diajak bercanda.
Candaan dapat menimbulkan suasana yang ceria dan menghidupkan suasana. Candaan
juga akan melahirkan tawa yang akan membuat kita dan orang-orang di sekitar kita
merasa rileks dan sejenak terbebas dari beban pekerjaan yang berat. Yups, candaan di
saat siang hari di kampus misalnya saat otak sudah memanas jga sangat penting,
candaan juga bisa menimbulkan kedekatan emosi dengan teman-teman di kampus atau
di dalam organisasi karena ini sangat perlu supaya tidak menimbulkan ketegangan atau
ksaya dalam sebuah organisasi.
Ternyata nggak sesulit yang dibayangkan kan untuk bisa menjadi pribadi yang
menyenangkan? Mulailah untuk terbiasa melsayakan lima hal yang sudah disebutkan di
atas kalau kita ingin menjadi pribadi yang menyenangkan dan bisa diterima baik dalam
pergaulan. try it guys!
#Teknik Mencari Teman
Setiap manusia di bumi ini pasti butuh yang namanya teman, sesuai dengan
sebutannya manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang saling membutuhkan satu
sama lain.
Apa sih sebenarnya definisi dai TEMAN? Menurut KBBI Depdiknas “teman
mempunyai makna kawan, sahabat, orang yang bersama-sama bekerja (berbuat, berjalan),
lawan (bercakap-cakap), yang menjadi pelengkap (pasangan)”. Ada pula tujuan dari
berteman yang tertuang dalam Q.S. Al Hujurat ayat 13
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Dalam sebuah hubungan pertemanan setiap orang pasti ingin menjadi dan
mendapatkan teman terbaik. Ya… sebagai mahasiswa misalnya pertama kali menginjakkan
kaki ke kampus dan melsayakan ospek pasti ingin bisa di terima di lingkungan yang baru,
mendapat teman baru, dan ingin menarik orang-orang menajdi temannya. Itu adalah hal
yang wajar karena itu tadi, manusia terlahir sebagai makhluk sosial.
Alkisah, “saya adalah seorang mahasiswi di salah satu kampus kesehatan. Sejak
masuk kuliah diwajibkan untuk tinggal di asrama, hidup bersama dengan orang–orang yang
nggak pernah bertemu sebelumnya adalah hal yang sulit bagi saya. Lingkungan baru,
memulai perkenalan, ah itu hal berat.
Di asrama, saya tinggal sekamar dengan Nina, berbeda dengan saya Nina pandai
bergaul dan mudah mendapatkan teman di hari pertama kami tinggal di asrama. Ingin sekali
rasanya bisa seperti nina yang di sukai banyak orang, ceria, mudah beradaptasi dan asik jika
diajak ngobrol. Saya? Jalan pun seolah mencari koin yang jatuh, setiap hari menghabiskan
waktu dengan buku dan gadget, enggak asik dan aneh.
Setelah beberapa bulan, saya sadar aktivitas saya selama ini tidak baik, baik untuk
diri sendiri maupun pertemanan dengan yang lainnya. Siapapun pasti malas berteman
dengan tipe seperti saya saat itu.
Saya memang tidak pandai berinteraksi dengan orang lain kecuali keluarga sendir,
tapi pertemanan itu soal memberi lebih dulu, menebar senyum, menyapa dan mengajak.
Bukan sebaliknya. Mulai saat itu, segala bentuk ketidak percayaan diri saya dalam
berinteraksi saya kikis, dan melatih diri sendiri menjadi seorang yang peduli dan mau
memulai menyapa, tersenyum dan mengajak. Karena saya berfikir, apapun yang
mempengaruhi dan menyebabkan kita terkucilkan dari sebuah kumpulan adalah diri kita
sendiri. Karena pada prinsipnya, hidup itu saling tarik menarik atau dengan istilah low
attractions, jika kita memulai dengan hal positive maka kita akan menerima hal positive, kita
tersenyum maka kita mendapatkan senyum begitupun sebaliknya.
Beruntung nina banyak membantu, mendukung perubahan dalam diri saya,
merubah saya yang pemurung menjadi periang yang menyenangkan dan pandai bergaul.
Meski proses itu tidak sebentar, yakinlah bahwa habits bisa dibentuk melalui proses practice
dan repetition seperti yang telah dijelaskan di bab pertama.
Kebanyakan dari kita pasti menginginkan menjadi anak muda yang asik dan enggak
ngebosenin kan?, Pasti. Kita bisa memulainya dengan berkenalan dengan lingkungan sekitar,
atau mengikuti berbagai komunitas dan organisasi untuk menambah koneksi serta
hubungan pertemanan yang luas. Semua itu harus dimulai dengan membuka diri, dengan
memberi maka kita akan menerima. Seperti bagan dibawah ini kita akan mengulas
bangaimana caranya menjadi teman yang baik dan mendapat teman yang baik. Lets check it
out…
Dari bagan diatas dapat dilihat bahwa untuk menjadi dan mendapatkan teman
terbaik atau best friend kita harus bisa membuka diri untuk berkenalan, lalu kita harus tahu
potensi apa saja ynag ada pada diri kita sendiri dan bagaimana cara menghargainya sebelum
kita mulai menghargai potensi orang lain, setelah itu kita juga harus bisa mengidentifikasi
kesalahan-kesalahan dalam berteman, dan kemudian barulah kita mencari teman-teman
Mengharg
ai potensi
diri sendiri Perkenalan
Best Friend
Mencari
teman
Kesalahan
dalam
berteman
terbaik. Memulai pertemanan memang penting, perlu teknik-teknik tertentu dan harus
dimulai dari diri sendiri dalam membentuk sebuah pertemanan. Bagaimana caranya?
1. ADAPTASI, Teman berada di lingkungan sosial tempat kita belajar hidup bersama
orang lain.
2. PERSAMAAN TUJUAN, Pertemanan karena adanya persamaan tujuan contoh :
organisasi, perusahaan
3. KONFLIK, Pertemanan karena rasa aman dan nyaman
4. BENEFICIAL EXCHANGE, Pertemanan harus menghasilkan keuntungan
5. LABELLING, Pertemanan karena persamaan “label” atau julukan di masyarakat
Dari lima hal ini kita bisa banyak mengetahui bagaimana caranya memulai
pertemanan dengan baik. Mencari teman yang baik bisa di mulai dengan mengenal diri
sendiri dulu.
Ada beberapa kesalahan dalam berteman, hal yang biasanya terjadi saat memilih
teman adalah; Lets see it
Alasan berteman : apa sih alasan berteman kita? Kadang kita alasan kita salah, Cuma
numpang eksis, supaya bisa dilihat orang kalau kita punya genk yang ngehits etc.
Asumsi untuk mendapatkan keuntungan: nggak mau berteman dengan “low gank”, harus
dengan orang orang yang hits biar terlihat hits di kampusatau di sekolah
Menunjukan kelebihan atau pamer: terlalu show up apa yang kita punya “nih gue bisa ini”
atau “gue baru beli sepatu baru loh dengan harga…”
Berpikir bahwa teman akan datang dengan sendirinya: seperti halnya gula karena manis
maka semut akan datang dengan sendirinya, kita harus punya sesuatu yang menarik
Meminta dukungan: kita mau berteman karena mau mencalonkan diri sebagai presiden
BEM misalnya setelah terpilih lupa dengan orang-orang yang mendukungnya dlu.
sahabat mempunyai makna tersendiri, dimanapun ia di tempatkan ia tetap
mempunyai makna yang khusus…
#Ismakes adalah sahabatku
Saya, kamu, dia dan mereka, ya kami Ismakes Jabar. Ismakes Jabar ini lah wahana
rekreasiku banyak cerita di dalamnya. Mungkin bisa di bilang di sinilah kita dapat lebih
mengenal pribadi ‘aku’, ‘kamu’, dan ‘dia’ serta menghargai segala bentuk potensi yang ada
di dalamnya. Bagaimana tidak, kami semua di sini mempunyai latar belakang yang berbeda,
kampus yang berbeda, bidang yang berbeda, daerah yang berbeda, dan banyak lagi
perbedaan yang kami punya. Apa yang membuat kami begitu mencintai organisasi ini
dengan segala perbedaan kami? Kami berusaha menghargai segala perbedaan yang kami
punya, karena kami mempunyai kesamaan visi, berbeda-beda tapi tetap satu padu.
Masuk secara tidak sengaja, bahkan underestimate dengan orang-orang di
dalamnya, menjadi alasan kuat untuk tidak mencintai organisasi ini. Tapi setelah
berkecimpung dan bergumul dengan aktivitas di dalamnnya, saya paham inilah tempat
belajar. Laboratorium untuk segala bentuk keilmuan; human relationship, karakter dan
kepribadian serta penerapan berbagai jenis referensi ilmu organisasi.
Setiap karakter dan kepribadian orang berbeda, memang begitu. Semua orang tahu.
Tidak ada yang seunik di sini, menganalisis kepribadian sendiri dan orang lain untuk
menentukan sikap pertemanan yang baik yang menjunjung tinggi makna ‘kerukunan dalam
kehidupan berkepribadian’. Meski saya masih sering sekali dropmood, karena beberapa
tingkah kawan yang melanggar hak kita, tapi lama-lama perasaan itu hilang, tergerus dalam
kebersamaan yang dibangun dengan porsi yang lebih banyak. Ternyata disini saya
menemukan apa yang belum pernah saya pelajari di luar sana.
Satu padu tempa diri raih cita sehat semua, semboyan yang benar-benar menjadi
pemantik semangat pergerakan dan kebersamaan serta penggerus berbedaan, menempa
diri saya untuk benar-benar bisa mengatasi konflik yang ada, melatih diri memahami
keragaman kepribadian serta menerapkan seni dalam bergaul. Karena setiap orang itu
istimewa, berbakat dan penting untuk selalu di dengar.
Di sini saya di dengar dan menjadi pendengar yang baik. Saling menyadari sisi positif
dan sisi negatif dan menghargai serta memahami kepribadian masing-masing. Sulit?
Memang, tapi bagi pecinta perubahan ini penting, berkawan dengan menggunakan
pendekatan ilmiah sangatlah mungkin, demi terciptanya “kesadaran kerukunan dalam
kehidupan berkepribadian”.
Inilah wahana rekreasiku, semua permainan ada di di sini. Bermain dengan waktu,
bermain dengan konseptor-konseptor hebat, memacu adrenalin, membuat tertawa sampai
mual, berpikir keras hingga muntah, hingga menangis tersedu-sedu. Dan masih banyak lagi
permainan-permainan yang belum terungkap, keadaan ini menjadi seperti irama sirkadian
tubuh, menciptakan suasana baru, menyebabkan endorfin mengalir deras. Ismakes adalah
wahana rekreasiku.
EPILOG
Ismakes organisasi tercintaku
Tulisan-tulisan ini diambil dari postingan-postingan (fb) di group Ismakes jabar dengan
(hastag) #Ismakes berekspresi, sebagai bentuk apresiasi pada mereka yang bertaut hatinya
dengan Ismakes berikut kami hadirkan ke tengah-tengah suasana membaca anda.
Rudi Maulana Budianto: Mimpi-mimpi dan cita-cita saya selalu terwujud bersama Ismakes
... dan sekarang saya tidak takut lagi untuk terus bermimpi ...
Rozky Anugrah II: Saya tidak punya banyak pengetahuan tentang organisasi dan segala
sesuatu yang menyangkutnya ... saya Cuma punya satu mimpi, memandirikan organisasi ini.
Saya tidak mau organisasi ini jadi “pengemis intelektual”, bermodal audiensi lalu berharap
kucuran dana setiap tahunnya kepada instansi pemerintah yang notabene itu uang rakyat.
Kita sebenarnya bisa seperti itu, tapi ITU BUKAN CARA KITA. Sesuai moto, SATU PADU
TEMPA DIRI RAIH CITA SEHAT SEMUA, dalam hal ini tempa diri jadi acuan. Bagaimana kita
berpikir, berekspresi, dan menempa diri kalau segala sesuatunya masih disuapi. Emang bayi?
Emang orang lumpuh?.
So mumpung kita masih dalam proses belajar, manfaatkan momen ini sebaik-baiknya. Ini
ladang ilmu yang berharga, tanpa biaya, hanya “bersedia”. Silahkan berekspresi, silahkan
beropini, silahkan berimajinasi, tidak akan ada yang memarahi, hanya saja harus tahu diri.
Kenapa saya cinta organisasi ini? karena melalui organisasi ini saya berharap apa yang saya
lakukan bermanfaat bagi orang banyak. Amin. SPTDRCSS!
Sukma Ismaya: “Berdua lebih baik daripada sendiri. bertiga lebih baik daripada berdua.
Berempat lebih baik daripada bertiga. Hendaklah kamu sekalian berjamaah karena
sesungguhnya tangan Allah bersama dengan jamaah.” (HR. Ibnu ‘Asakir). Ternyata karena ini
apa yang tidak mungkin bisa kita buat menjadi mungkin. Ayo kita wujudkan
ketidakmungkinan yang lainnya saudara-saudaraku!
Wini Destiani Ismaya: Saking cintanya Ismakes, sampe bingung mau berekspresi apa ...
sampai detik ini mendengar kata “Ismakes Jabar” selalu membuat saya semangat. (sampai-
sampai lagi hamil 8 minggu aja maksa buat hadir ke LKL BPP) bertemu orang-orang hebat,
bertukar ide, bersama-sama menghasilkan acara-acara yang luar biasa. Sungguh sesuatu
yang tidak ternilai harganya. Saya yang tidak tahu apa-apa, bisa belajar segala di Ismakes.
tidak ada yang sia-sia ... penghargaan yang saya dapat saat wisuda itu adalah hasil dari
Ismakes. Satu Padu Tempa Diri Raih Cita Sehat Semua! semoga kata-kata itu selalu ada
dalam hati kita, sampai nanti dan entah kapan umur kita akan berhenti. Semoga kita tetap
cinta Ismakes. semoga kelak anak cucu saya bisa menjad penerus rasa cinta dan bangga saya
kepada Ismakes.
Heta Ulvia Riandheni: Aku belajar merubah “AKU menjadi KAMI.” Kami belajar merubah
“TAKUT menjadi BERANI.” KAMI belajar salah menjadi BENAR.” KAMI belajar merubah yang
“SULIT menjadi MUDAH.” KAMI belajar berhenti “MENYERAH untuk BANGKIT.” MENYERAH
untuk BANGKIT.” KAMI belajar berhenti mengeluh untuk BERJUANG.” Dan KAMI belajar
merubah “MIMPI menjadi NYATA.”
Di sini! Di organisasi ini KAMI MAMPU karena KAMI MAU-TAU.
Hayat Muljana: Ismakes mencetak insan berkarakter, berpengalaman, mempunyai banyak
teman dan siap menghadapi jaman.
Andri Muhamad Ramdani: Kenangan yang tak bisa dilupakan di Ismakes, kebersamaan dan
dituntut untuk bisa berbicara di depan orang banyak. Seru rame senang loba lah. Hahaha...
Pradita Utami: Hal yang masih dikenang dari Ismakes adalah seminar nasionalnya, baksos
dan kejadian LDKO I di ciparay. Hahaha...
Rafi Mardiana: Menjadi panitia kegiatan di Ismakes, pengelolaannya secara mandiri.
Gall An’z: Cul anak jeung pamajikan demi Ismakes.
Chandra Darmanto: Kebersamaan saat rapat dan acara LDKO serta Semnas, bisa cinlok oge.
Hahaha...
Mumu Cihuuy Prikitiw: Ismakes bukan organisasi tapi keluarga besar yang begitu erat tanpa
ada kecanggungan, buatku Ismakes selalu mengajarkan yang tak bisa menjadi bisa yang tak
dimengerti menjadi mengerti dalam memaknai arti kehidupan yang sebenarnya. Sepertinya
saya sudah lama tidak membuka group ini atau berkunjung ke keluargaku Ismakes jabar,
kangen kalian keluargaku ...
Helmy Gustina Firmansyah: Tentang sekretariat Ismakes Antapani, Egi dengan batagor
sangunya. Kang Hasby dengan inspirasi dan obsesinya kaya zavran 5 cm.
Nurasiha Jamil: I love Ismakes not because of the people in it, but i love it because i like it to
be in it. Wheter i hurt so much but i don’t care.
Rahmadiani Putri: Temen-temen di Ismakes seru, apalagi pas ada kegiatan yang dikejar
deadline.
Dimas Arya Putra: Rasa yang kurasakan dari awal hingga sampai saat ini, tak pernah
berubah. Ku simpan masa demi masa ketika berkarya, berkreasi, dan menimba ilmu di sini,
takkan ku lupa. Aku mendapatkan ilmu, teman, orang tua, dan keluarga baru. Masa-masa
itulah yang membuat saya cinta pada organisasi ini, mari nikmati suasana kebersamaan di
Ismakes Jabar. SPTDRCSS!
Mickey Strong: hanya di sini saya pernah belajar menjadi ketuplak, sekretaris, bendahara,
humas, kesekretariatan, logistik, seksi acara, danus, MC. Sungguh luar biasa banyak ilmu
yang didapatkan selain sharing mengenai masalah kesehatan, beda-beda profesi tapi tetap
SATU PADU, susah senang selalu bersama.
Mentari Puri Avriyani: Ismakes Jabar membantu mewujudkan yang tidak mungkin menjadi
mungkin, salah satu bentuk wujudnya adalah KA.Keb. berawal dari acara mitigasi, saya
dipertemukan dengan orang-orang hebat, dan mendapat dukungan dari aktivis-aktivis
kampus kesehatan dari seluruh Indonesia untuk membentuk himpunan di kampus sendiri.
Walau sofa gompal dan lecet-lecet saat dipinjam acara Ismakes, belum sebanding dengan
lahirnya KA. Keb (kakak asuh kebidanan) di kampusku. Berkat Ismakes Jabar. Ismakes Jabar
telah menyemangati, mengarahkan sampai terbentuknya himpunan di kampusku tahun
2012 sampai sekarang. Terima kasih telah membantu mewujudkan impianku ketika kuliah
dahulu.
Infokom Ismakes Jabar: Sekarang, Kini dan Nanti Kita Keluarga.
Yayang Astri Mayangsari: cerita saya di sini terangkum dalam “Saya, kesekretariatan, dan
ISMAKES JABAR”
Desy Rachmasari: Ingin sekali menunjukkan kehebatan organisasi ini lewat satu majalah
dengan satu judul besar IsMakes.
El-gha Abduh Salam: pang salam ken ka Ismakes Jabar jeung bejakeun nuhun anu saageung-
ageungna.
Ali Ansor Nurohman:
SPTDRCSS!
Di tempat ini kita Berkarya ...
Di tempat ini kita Ditempa ...
Di tempat ini kita Bersama ...
Di tempat ini kita Berkeluarga ...
Anggie Lidya Pratiwi: Ikatan ini semoga terus terjaga, baik untuk silaturahmi maupun
berkarya SPTDRCSS!!
Fuzhye Siti Nurfauziah: Kumpul di sekre, ketawa ketiwi gara-gara flashback tentang masalah
pribadi masing-masing bikin perut pegel, dan semua itu menghilangkan pusing di kepala.
Love you Ismakes.
Vera Dhie Adienadtha: Wonderfull and excited banget, apalagi waktu ikut jadi relawan
bareng WHO di Jakarta.
Latifa Laksmi Ulandari: Sedang menikmati proses pembelajaran kehidupan bermasyarakat
di ISMAKES .
Adik Nurdiansyah: Mengenal dan berada di Ismakes adalah sebuah kenikmatan. Sedangkan
menjauhinya adalah sebuah kesengsaraan.
Referensi
Afifah afra (2012), and the star is me. Surakarta: afra publishing.
Ali Sobri (2012), langkah menjadi sang juara – edukasi kompas. jakarta, kompas.com
Agustian, Ary Ginanjar (2001). Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual
ESQ: Emotional Quotient berdasarkan 6 rukun iman dan 5 rukun Islam. Jakarta: Arga.
Dale Carnagey (AKA Dale Carnegie) and J. Berg Esenwein, The Art of Public Speaking.
Dale Carnegie (1995). How to win friends and influence people. Jakarta: Binarupa Aksara
http://www.pustakalina.com/personality_plus/4kepribadian-manusia.
http://galuhristyanto.web.id/2010/mengenali-tipe-diri-pribadi-dan-orang-lain.html
Jannah Izzatul (2008). Psiko Harmoni Rumah Tangga. Surakarta: Indiva Media Kreasi
Khalid, Muhammad Khalid (2007). Rijal Hawlar-Rasul. Penerjemah: Muhil Dhofir, judul; 60
Sirah Sahabat Nabi Saw. Jakarta: Al-I’tishom.
Lings, Martin (2011). Muhammad: His life Based on the Earlist Sources. Penerjemah:
Qomaruddin. Judul: Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik. Jakarta:
Serambi.
Luthan Fred (2006). Perilsaya organisasi. Yogyakarta: ANDI.
Misbach, Ifa Hanifah (2008). Antara IQ, EQ dan SQ. Bandung: UPI.
Nursalam (2009). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Siauw Felix Y (2013). How to master your habits. Jakarta; AlFatih Press.
Stephen e. lucas. The art of public speaking tenth edition. University of Wisconsin Madison.
Sanborn, Mark (2007). You Don’t Need A Little To Be A Leader: How Anyone, Anywhere, Can
Make A Positive. Jakarta: Gramedia.
Siagian, Sondang P (1994). Teori dan Praktik Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.