Case Report RADIOLOGI

33
BAB I LAPORAN KASUS I. Identitas Pasien Nama : ny. JMI Umur : 36 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Bumiharjo, karanganyar Pekerjaan : Buruh Status perkawinan : Menikah Tanggal pemeriksaan : 18 November2014 No. RM : 0849xx II. Anamnesis A. Keluhan Utama Bengkak pada pipi kiri B. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan bengkak pada pipi kiri sejak pagi hari smrs. Pipi kiri pasien terasa nyeri saat makan dan minum. Selain itu terdapat panas badan sejak pagi hari smrs. Tidak terdapat sakit kepala, batuk, pilek, mual, muntah, maupun sakit 1

description

kedokteran

Transcript of Case Report RADIOLOGI

Page 1: Case Report RADIOLOGI

BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identitas

Pasien Nama : ny. JMI

Umur : 36 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Bumiharjo, karanganyar

Pekerjaan : Buruh

Status perkawinan : Menikah

Tanggal pemeriksaan : 18 November2014

No. RM : 0849xx

II. Anamnesis

A. Keluhan Utama

Bengkak pada pipi kiri

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan bengkak pada pipi kiri sejak pagi

hari smrs. Pipi kiri pasien terasa nyeri saat makan dan minum.

Selain itu terdapat panas badan sejak pagi hari smrs. Tidak terdapat

sakit kepala, batuk, pilek, mual, muntah, maupun sakit perut. BAK

dan BAB tidak ada keluhan. Keluhan seperti ini baru pertama kali

dirasakan

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan serupa : Disangkal

Riwayat asma : Disangkal

Riwayat alergi : Disangkal

Riwayat OAT : Disangkal

1

Page 2: Case Report RADIOLOGI

Riwayat trauma : Disangkal

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat diabetes melitus : Disangkal

Riwayat Maag : Disangkal

D. Riwayat Keluarga dan Lingkungan

Riwayat keluhan serupa dalam keluarga : disangkal

Riwayat alergi dalam keluarga : disangkal

Riwayat asma dalam keluarga : disangkal

Riwayat OAT : disangkal

Riwayat hipertensi dalam keluarga : disangkal

Riwayat diabetes melitus dalam keluarga : disangkal

III. Pemeriksaan fisik

A. Vital Sign :

Tekanan darah : 127/79 mmHg

Nadi : 79 x/menit

Respiratory rate : 24 x/menit

Suhu : 36,2 derajat celcius

B. Pemeriksaan Fisik :

Kepala : konjungtiva anemis tidak ditemukan, sklera ikterik tidak

ditemukan, nafas cuping hidung tidak ditemukan.

Leher : retraksi supra sternal tidak ditemukan, deviasi trakea tidak

ditemukan, peningkatan JVP tidak ditemukan,

pembesaran kelenjar limfe tidak ditemukan.

Thorax :

Paru-paru

Inspeksi : gerak dada simetris, tidak ditemukan ketinggalan

gerak, tidak ditemukan retraksi intercostae.

2

Page 3: Case Report RADIOLOGI

Palpasi :

Ketinggalan gerak :

Depan

- -

- -

- -

Fremitus :

Perkusi :

Depan

Sonor Sonor

Sonor Sonor

Sonor Sonor

3

Belakang

- -

- -

- -

Depan

N N

N N

N N

Belakang

N N

N N

N N

Belakang

Sonor Sonor

Sonor Sonor

Sonor Sonor

Page 4: Case Report RADIOLOGI

Auskultasi :

SDV depan

+ +

+ +

+ +

Suara tambahan :

Wheezing :

Depan

- -

- -

- -

Ronkhi :

Depan

- -

- -

- -

4

SDV belakang

+ +

+ +

+ +

Belakang

- -

- -

- -

Belakang

- -

- -

- -

Page 5: Case Report RADIOLOGI

Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, bising jantung tidak

ditemukan.

Abdomen :

Inspeksi : bentuk abdomen simetris, tidak ada darm contour,

tidak ada darm steifung, tidak ada bekas luka

operasi.

Auskultasi : peristaltik usus normal

Palpasi : supel, nyeri tekan tidak ditemukan, hepar-lien tidak

teraba

Perkusi : timpani

Extremitas : clubbing finger tidak ditemukan, edema ekstremitas

tidak ditemukan

IV. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan foto rontgen (26 Maret 2014)

5

Page 6: Case Report RADIOLOGI

V. Assesment/Diagnosis Kerja dan Planning

No. Assesment Planning

diagnosa

Planning terapi Planning

monitoring

1. Suspect Parotitis -Darah

Lengkap

-Antibiotik

-Simptomatik

-Evaluasi hasil

pengobatan

-perbaiki

nutrisi

6

Page 7: Case Report RADIOLOGI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Parotitis epidemika ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang

kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas

yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotitis. Pada saluran

kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran

dan penyumbatan saluran. Menyerang pada anak dibawah usia 15 tahun

(sekitar 85% kasus).(2,3,4,5,6)

7

Page 8: Case Report RADIOLOGI

II.2 Etiologi

Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group

paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza,

measles, dan virus newcastle disease.(2) Ukuran dari partikel

paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ. Virus ini mempunyai dua komponen

yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble)

yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari

hemaglutinin permukaan (2)

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat

bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur

pada suhu <4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet

selama 30 detik.(3)

II.3 Epidemiologi

Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban.

Virus menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur

dengan saliva, dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya

imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas.(2) Parotitis merupakan

penyakit endemik pada komunitas besar, dan menjadi endemik setiap kurang

lebih 7 tahun. Relatif jarang terjadi epidemi, terbatas pada kelompok yang

berhubungan erat , yang hidup dalam rumah, perkemahan, barak-barak

8

Page 9: Case Report RADIOLOGI

tentara, atau sekolah. Ada penurunan insiden sejak pengenalan vaksin

parotitis epidemika pada tahun 1968.(3)

Dalam setahun, parotitis banyak terjadi pada musim dingin. Golongan

umur yang terkena 5 – 15 tahun. Juga ditemukan pada usia dibawah 30

tahun. Parotitis kadang juga terjadi pada usia dibawah 4 tahun dan diatas 40

tahun. Namun meskipun demikian, pada daerah yang terisolasi atau daerah

yang tidak ada sejarah pernah endemik parotitis ditemukan kejadian parotitis

pada usia dibawah 1 tahun sebesar 17% dan umur 3 – 4 tahun sebesar 70% -

80%. Gender juga berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis. Laki-laki

lebih sering terkena parotitis dibandingkan perempuan.(3)

II.4 Patogenesis

Masa inkubasi 15 sampai 21 hari kemudian virus berreplikasi di dalam

traktus respiratorius atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus

menyebar melalui aliran darah ke organ-organ lain, termasuk selaput otak,

gonad, pankreas, payudara, thyroidea, jantung, hati, ginjal, dan saraf otak.

(1,2,3,4,7)

Setelah masuk melalui saluran respirasi, virus mulai melakukan

multiplikasi atau memperbanyak diri dalam sel epithel saluran nafas. Virus

kemudian menuju ke banyak jaringan serta menuju kekelenjar ludah dan

parotis.(2,3,7)

9

Page 10: Case Report RADIOLOGI

Bila testis terkena maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel

epitel tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi

dan nekrosis jaringan.(6)

Adenitis kelenjar liur merupakan manifestasi dari viremia awal.

Viruria biasanya terjadi, dan disertai oleh gangguan ginjal.(7)

II.5 Manifestasi klinik

Masa inkubasi berkisar antara 14 - 24 hari, dengan puncak pada 17 -

18 hari dan rata-rata selama 18 hari. Batasan paling lama untuk masa

inkubasi yaitu 8 sampi 30 hari. Pada anak, manifestasi prodormal jarang

tetapi mungkin bersama dengan demam, nyeri otot (terutama pada leher),

nyeri kepala, anorexia, dan malaise. (1,2,3,4,5,6,8)

Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,5 – 39,5 C, kemudian timbul

pembengkakan kelenjar parotitis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian

bilateral.(2,4). Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan maupun

pada perabaan, terlebih-lebih jika penderita makan atau minum sesuatu yang

asam, ini merupakan gejala khas untuk penyakit parotitis epidemika. Ciri

khas lain adalah kelenjar parotitis membengkak sampai kebelakang (6,7,8).

Pembengkakan dapat terjadi dengan cepat biasanya puncaknya pada 1-

3 hari dan pembengkakan menghilang dalam satu minggu setelah

pembengkakan maksimal. Pembengkakan jaringan mendorong lobus telinga

keatas dan keluar dari sudut mandibula tidak lagi dapat dilihat. Kulit diatas

kelenjar yang membengakak tidak hangat atau eritem, berlawanan dengan

10

Page 11: Case Report RADIOLOGI

tanda yang ditemukan pada parotitis bakteri. Pembengkakan perlahan-lahan

menghilang dalam 8-10 hari. Satu kelenjar parotis biasanya membengkak

sehari atau dua hari sebelum yang lain, tetapi lazimnya pembengkakan

terbatas pada satu kelenjar (1,2,3,4,5,6,7,8)

II.6 Diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan turun,

sakit kepala, muntah, sakit waktu menelan dan nyeri otot. Kadang

dengan keluhan pembengkakan pada bagian pipi yang terasa nyeri baik

spontan maupun dengan perabaan , terlebih bila penderita makan atau

minum sesuatu yang asam.(1,2,3,4,5,6,7,8)

2. Klinik

1. Panas ringan sampai tinggi (38,5 – 39,5)°C

2. Keluhan nyeri didaerah parotis satu atau dikedua belah fihak disertai

pembesaran

3. Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia

dan rasa malas.

4. Kontak dengan penderita kurang lebih 2-3 minggu sebelumnya (masa

inkubasi 14-24 hari).

5. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak

aktif sampai sakit berat.

11

Page 12: Case Report RADIOLOGI

6. Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan

mastoid) (5,6)

2. Laboratorium

a. Darah rutin

Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya

leukopenia ringan dengan limfositosis relatif, namun komplikasi

sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang

(2,6,7,8)

b. Amilase serum

Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan

pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang

lebih 2 minggu.(2,6,8)

c. Pemeriksaan serologis

Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk

menunjukan adanya infeksi virus, yaitu:

» Hemaglutination inhibition (HI) test

Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset

cepat dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika

perbedaan titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka

kemungkinannya parotitis.(3)

» Neutralization (NT) test

Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk

biakan fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah

12

Page 13: Case Report RADIOLOGI

terjadi hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah

terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh titer antibodi parotitis

epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah metode yang paling

dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan

tidak mahal.(2,6,8)

» Complement – Fixation (CF) test

Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan

jumlah respon antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi

diagnosa infeksi parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap

antigen V mencapai titer puncak dalam 1 bulan dan menetap

selama 6 bulan berikutnya dan kemudian menurun secara lambat 2

tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada.

Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis standar apapun

menunjukan infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S

timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu

setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu.(8)

d. Pemeriksaan Virologi

Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus

dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin,

likuor serebrospinal atau darah.(6)

Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan

yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi

serum hiperimun.(6)

13

Page 14: Case Report RADIOLOGI

II.7 Komplikasi

1. Meningoensepalitis

Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan kelenjar

parotis. Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan,

yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh

yang tinggi (hiperpireksia).(6)

Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak

Insiden yang sebenarnya sukar diperkirakan karena infeksi subklinis

sistem syaraf sentral.

Manifestasi klinis terjadi pada lebih dari 10% penderita patogenesis

meningoensefalitis parotitis diuraikan sebagai berikut:

a. Infeksi primer neuron : parotitis sering muncul bersamaan atau

menyertai encephalitis

b. Ensefalitis pasca infeksi dengan demielinasi. Ensefalitis menyertai

parotitis pada sekitar 10 hari.

Meningoencepalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dengan

meningitis sebab lain, ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan

lain biasanya normal. Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukan tekanan

yang meninggi, pemeriksaan Nonne dan Pandy positif, jumlah sel

terutama limfosit meningkat, kadar protein meninggi, glukosa dan

Cairan cerebrospinal baisanya berisi sel kurang dari 500 sel/mm³

walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat melebihi 2.000. Selnya

hampir selalu limfosit, berbeda dengan meningitis aseptik enterovirus

14

Page 15: Case Report RADIOLOGI

dimana leukosit polimorfonuklear sering mendominasi pada awal

penyakit.(2,6)

2. Ketulian

Tulisaraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya

rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral,

kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen. (2,4)

3. Orkitis

Komplikasi dari parotitis dapat berupa orkitis yang dapat terjadi pada

masa setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil

mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis.

Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis

terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya

menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat

berlangsung dalam 3 – 14 hari.(1) Testis yang terkena menjadi nyeri dan

bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4

hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi. Gangguan

fertilitas diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang

terjadi.(2,4,6).

4. Ooforitis

Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada

penderita wanita pasca pubertas. (1,2,4)

5. Pankreatitis

15

Page 16: Case Report RADIOLOGI

Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.

Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah,

demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis

akibat mumps. Manifestasi klinisnya sering menyerupai gejala-gejala

gastroenteritis sehingga kadang diagnosis dikelirukan dengan

gastroenteritis.(1,2,4)

Pankreatitis ringan dan asimptomatik mungkin terdapat lebih sering

(sampai 40% kasus), terjadi pada akhir minggu pertama.(5)

6. Nefritis

Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan

viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-

anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari

sesudah parotitis.(2)

Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna

tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.(4)

7. Tiroiditis

Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat

terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan

perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.(2)

8. Miokarditis

Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi

ringan miokardium mungkin lebih sering dari pada yang diketahui.(2)

16

Page 17: Case Report RADIOLOGI

Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5 – 10 hari pada parotitis..

Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-

T, flattening atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi,

pembesaran jantung dan bising sistolik.(3,7)

9. Artritis

Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan

pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya

sempurna.(2)

Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah

poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1

sampai 2 minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena

adalah sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1

sampai 12 minggu dan sembuh sempurna.(7)

10. Kelainan pada mata

Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri,

biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis)

dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan pengelihatan sampai

kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10 – 20 hari;

uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata,

kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis,

tenonitis, dengan akibat eksoftalmus ; trombosis vena sentral.(2)

11. Embriopati parotitis

17

Page 18: Case Report RADIOLOGI

Tidak terdapat bukti yang kuat bahwa infeksi ibu menciderai janin,

kemungkinan hubungan endokardial fibroelastosis belum ditegakkan.

Parotitis pada awal kehamilan kemungkinan dapat terjadi abortus.(2,7)

II.8 Diagnosis Banding

1. Parotitis yang disebabkan oleh infeksi HIV, influenza, parainfluenza 1

dan 3 dan sitomegalovirus.(2)

2. Pembesaran kelenjar parotis asimptomatik

Disebabkan oleh kelainan metabolik dan nutrisi seperti diabetes mellitus,

kwasiorkor, malnutrisi, obesitas dan sirosis.(3)

3. Pembesaran kelenjar parotis simptomatik

Pembesaran kelenjar parotis akibat operasi.(3)

4. Parotitis supuratif

Disebabkan oleh bakteri dan ditemukan pus yang keluar dari duktus

kelenjar. Penyebabnya dari otitis media atau mastoiditis.(2,3)

5. Parotitis berulang

Suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tapi mungkin bersifat

alergi yang sering berulang dan mempunyai sialogram khas.(2)

6. Kalkulus salivarus

Menyumbat saluran parotis atau lebih sering saluran sub mandibularis,

menyebabkan pembengkakan intermitten.(1,2)

7. Limfo sarkoma atau tumor parotis.(2)

8. Adenitis servikal

18

Page 19: Case Report RADIOLOGI

disebabkan oleh streptokokus, difteria bullneck, mononukleosis

infeksiosa, cat-scrach disease, angina ludwig dan selulitis kanalis

auditorius eksterna. (2,7)

9. Reaksi obat

Obat sulfonamid atau yodium organik bisa menimbulkan pembengkakan

parotid dan kelenjar salivaria lain disertai nyeri tekan.(5) Parotitis

iodium, biasanya terjadi setelah prosedur seperti urografi intravena.

Obat antihipertensi seperti guanetidin dapat menyebabkan

pembengkakan parotis.(7)

10. Sindroma Sjorgen

Merupakan inflamasi kronik parotis dan kelenjar liur lainnya yang

seringkali disertai dengan atrofi kelenjar lakrimalis dan paling sering

terjadi pada wanita pascamenopause.(7)

II.9 Tatalaksana

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang

sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu.(1) Tidak ada

terapi spesifik bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan

parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.(2,5)

1. Penderita rawat jalan.(5)

Penderita baru dapat dirawat jalan bila : tidak ada komplikasi, keadaan

umum cukup baik.

a. Istirahat yang cukup

19

Page 20: Case Report RADIOLOGI

b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup

c. Medikamentosa

Analgetik-antipiretik bila perlu

- metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari

- parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

2. Penderita rawat inap.(5)

Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala

hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi

a. Diit lunak, cair dan TKTP

b. Analgetik-antipiretik

c. Penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya.(5)

3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi

a. Encephalitis

- simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk

mengurangi sakit kepala.(1)

b. Orkhitis

- istrahat yang cukup

- pemberian analgetik

- sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral,

selama 2-4 hari.(1,4,6,8)

c. Pankreatitis dan ooporitis

- Simptomatik saja.(1)

20

Page 21: Case Report RADIOLOGI

II.10 Pencegahan

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara

imunisasi pasif dan imunisasi aktif.

1. Pasif

Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis

atau mengurangi komplikasi.(2,3)

2. Aktif

Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis

epidemika yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck,

sharp and dohme) diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan.

Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak

menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan

imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan

rubella.(4,6)

Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam

menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada

individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi

15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun

dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis

atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.(8)

Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi

maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen

vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma;

21

Page 22: Case Report RADIOLOGI

sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang

mendapat radiasi.(8)

Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan

setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin

“Mumps” dalam situasi ini.(8)

II.11 Prognosis

Parotitis merupakan penyakit self-limited, dapat sembuh sendiri. Prognosis

parotitis adalah baik, dapat sembuh spontan dan komplit serta jarang

berlanjut menjadi kronis.(1,3,4,6) Sterilitas karena orkhitis jarang terjadi.(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. D’Brun, Fulginiti, Kempe, Silver : Current Pediatric, Diagnosis and

Treatment, Ed.IX, 1988, 817-818.

2. Maldonado Yvonne, Parotitis Epidemika (Gondong, Mumps), dalam Ilmu

Kesehatan Anak Nelson, 1999, Edisi XV, EGC, Jakarta, hal : 1074-1076.

22

Page 23: Case Report RADIOLOGI

3. Franklin H. Top, SR., Paul F. Wehrle, Mumps, dalam Communicable and

infectious Disease, Edisi IX, The C.V.Mosby company, 1972, hal: 427-

434.

4. Adam A. Rosenberg, David W. Kaplan, Gerald B. Merenstein, Mumps

(Epidemic Parotitis), dalam Handbook Of Pediatrics, Edisi XVI,

Colorado, 1991, hal: 442-444.

5. Komite Medis RSUP Dr. Sardjito dan FK UGM Yogyakarta, Parotitis

Epidemika, dalam Standar Pelayanan Medis, Edisi II, Komite Medis

RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, 1999, hal : 62-64.

6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI, Parotitis Epidemika, dalam

Ilmu Kesehatan Anak, Edisi VI, infomedika, Jakarta 2000, hal: 629-632.

7. Suprohaita, Arif Mansjoer, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan,

Parotitis Epidemika, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid II,

Media Aesculapius FK UI, Jakarta, 2000, hal: 418-419.

8. C.George Ray, Parotitis Epidemika, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Harrison, Edisi XIII,EGC, Jakarta, 1999, hal : 935-938.

23