case nana
-
Upload
andhika-perkasa -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
description
Transcript of case nana
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medik : XX-XX-XX
Ruang Perawatan : Cempaka
Nama Lengkap : Ny. Z
Nama Panggilan : F
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Oktober 1973
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : D3 Sastra Inggris
Pekerjaan : Saat ini tidak bekerja
Bangsa / Suku : Indonesia / Padang
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kosambi no. 18 Bungur – Senen RT 010/008
Tanggal Masuk RSJSH : 6 Juni 2013
Riwayat Perawatan
1. Tanggal 20 November 2007 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 4 Januari 2008
2. Tanggal 1 Desember 2010 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 24 Januari 2011
3. Tanggal 29 Januari 2011 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 28 Februari 2011
4. Tanggal 1 November 2011 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 29 November 2011
5. Tanggal 1 Desember 2011 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 27 Desember 2011
6. Tanggal 16 Februari 2012 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 7 Maret 2012
7. Tanggal 27 Maret 2012 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 17 April 2012
8. Tanggal 6 Juli 2012 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 18 Juli 2012
9. Tanggal 22 Oktober 2012 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 13 November 2012
10. Tanggal 10 Februari 2013 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 7 Maret 2013
11. Tanggal 5 April 2013 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 24 April 2013
12. Tanggal 6 Juni 2013 dirawat di RSJSH (saat ini), sudah pulang tanggal 21 Juni 2013
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
1
Autoanamnesis
Tanggal 14 Juni 2013, pukul 10:00, di ruang Cempaka RSJSH.
Tanggal 18 Juni 2013, pukul 10.30, di ruang Cempaka RSJSH.
Tanggal 20 Juni 2013, pukul 10.45, di ruang Cempaka RSJSH.
Alloanamnesis
Tanggal 16 Juni 2013, pukul 11.00
Tanggal 17 Juni 2013, pukul 14.00
A. Keluhan Utama
Pasien mengamuk sejak 2 hari SMRS
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien seorang perempuan dibawa ibunya ke IGD RS jiwa Soeharto Heerdjan
pada tanggal 6 Juni 2013 karena menurut ibu pasien, pasien joget-joget sendiri hingga
tidak tidur semalaman sejak 3 hari SMRS. Pasien juga banyak tertawa-tertawa sendiri
dan teriak-teriak sambil mondar-mandir hingga mengganggu ibu dan tetangganya.
Keesokan harinya hal yang sama terjadi. Sang ibu mengaku sempat
menasihatinya namun pasien menjadi ngamuk kepada ibunya tersebut. Ibunya juga
mengatakan bahwa pasien juga akan mengamuk jika keinginannya tidak dituruti.
Sesaat sebelum pasien masuk Rumah Sakit, menurut ibu pasien, pasien
mengamuk, berbicara kacau dan melantur, dan senyum-senyum sendiri. Ibu pasien
tahu bahwa pasien sedang kambuh, lalu dibawalah pasien ke IGD RSJSH. Dari situ
pasien dinyatakan untuk dirawat.
Pada saat wawancara, pasien mengatakan bahwa ia di bawa ke RS jiwa
Soeharto Heerdjan oleh ibunya. Pasien menyadari bahwa memang dirinya beberapa
hari ini tidak tidur karena pasien mengaku muncul bisikan-bisikan yang mengatakan
bahwa dirinya harus kurus, bahwa dirinya adalah seorang ratu / putri raja, maka dari
itu pasien joget-joget semalaman untuk berolahraga supaya kurus dan setelah itu
pasien mengaku merasa dirinya kurusan. Pasien mengatakan bahwa suara bisikan yang
mengatakan bahwa dirinya harus kurus tersebut seperti suara suaminya, (alm.) ayahnya
dan (alm.) kakaknya yang diakuinya selalu menghina pasien karena pasien gemuk.
Pasien juga mengaku mengkonsumsi obat kurus dan jamu “arma” yang disebutnya
dapat menguruskan badan. Selama mengkonsumsi obat dan jamu tersebut, pasien tidak
2
merasakan ada efek samping di tubuhnya, justru pasien merasa senang karena
badannya mengurus.
Pasien mengaku bahwa dia sudah berpisah dengan suaminya sejak lama. Pasien
mengatakan bahwa suaminya tersebut pelit dan suka memarahi dia karena tidak nurut.
Pasien juga mengatakan bahwa pernikahannya tidak berlangsung lama karena pasien
dijodohkan dengan ibunya namun pasien sebenarnya tidak mau dijodohkan. Selama
menikah, suaminya selalu mengeluh bahwa pasien gemuk dan harus menguruskan
badan. Dan hal tersebut menjadi sesuatu yang selalu diingat pasien. Pasien mempunyai
seorang anak laki-laki berumur 15 tahun yang sekarang ikut dengan suaminya. Pasien
mengaku sering rindu dengan anaknya tersebut.
Pasien juga mengaku merasa bahwa dia suka mengamuk kepada ibunya jika
keinginannya tidak diikuti.
Pasien bercerita bahwa ada beberapa bisikan-bisikan lainnya, seperti “nanti ke
Amerika”, “nanti tinggal di Amerika”, “harus ke Amerika”. Pasien mengatakan,
bisikan-bisikan tersebut membuat pasien menderita karena harus memikirkan
bagaimana caranya dia bisa ke Amerika karena pasien mengaku tidak mempunyai
uang untuk pergi ke sana.
Pada wawancara dengan ibu pasien, ibunya mengatakan memang pasien
dibawa ke RS karena pasien kambuh. Ibu pasien mengaku pasien rajin kontrol dan
rajin minum obat, namun pada saat kontrol terakhir + 2 minggu SMRS ada obat yang
diganti, dan sang ibu merasa pasien kali ini cepat kambuh dan cepat mengamuk akibat
obat yang diganti tersebut.
Ibu pasien mengatakan bahwa 3 hari SMRS pasien sedang nonton film sebelum
pasien mulai kambuh. Setelah itu pasien mulai bicara ngaco dan joget-joget hingga
tidak tidur. Keesokannya pasien sering bicara sendiri, tertawa sendiri, nyanyi-nyanyi
dan berteriak-teriak. Sang ibu mencoba untuk menasihati pasien karena takut
mengganggu tetangga, namun pasien mengamuk.
Ibu pasien juga mengetahui bahwa pasien menderita halusinasi, pasien sering
dibisikkan tentang cita-cita tinggi hingga ke Amerika, bagai seorang putri raja, mau
jadi bintang film, dsb. Namun sang ibu tidak dapat berbuat apa-apa sehingga yang
dapat dilakukannya hanyalah menuruti dan memberikan kebutuhan, serta yang
diinginkan anaknya tersebut.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Gangguan Psikiatrik
3
Pasien pertama kali menunjukan perubahan dan berperilaku aneh pada tahun
2001. Pasien mengaku awalnya mendengar suara bisikan-bisikan yang
dirasakannya seperti suara ayahnya yang baru saja meninggal pada tahun 2001 ini.
Bisikan tersebut mengatakan bahwa pasien harus mendengarkan kata-kata ibu,
pasien bagaikan putri raja / seorang ratu hingga harus merawat dan mempercantik
dirinya dengan baik, dan pasien harus mempunyai cita-cita yang tinggi hingga
dapat ke Amerika. Dan pada saat itu, pasien mengaku sering melihat bayangan
(alm.) ayahnya. Menurut ibunya, seletah ayahnya meninggal, pasien jadi berubah
tingkah lakunya. Pasien selalu merasa ingin menjadi bintang film hingga ke
Amerika dan pasien mulai sering berbicara sendiri. Ditambah, pada saat itu juga
pasien sempat sulit tidur dan gaduh gelisah serta tidak dapat berkonsentrasi selama
+ 1 bulan. Karena khawatir, sang ibu membawanya ke RS Cipto Mangunkusumo
pada saat itu dan pasien dirawat. Setelah keadaan pasien mulai membaik dan stabil,
pasien dibolehkan pulang.
Pada tahun 2002, gejala yang sama muncul lagi. Kali ini ditambah bisikan dari
kakaknya yang ke-2 yang pada tahun ini baru saja meninggal. Bisikan tersebut
seperti menghina pasien yang gemuk dan menyuruhnya untuk menguruskan badan.
Sejak saat itu, pasien mulai mengkonsumsi obat-obatan dan jamu kurus. Saat
dinasihati ibu dan suaminya, pasien mulai gampang mengamuk. Dari situ, setiap
kali keinginan pasien tidak dituruti, pasien mengamuk. Menurut pasien, suaminya
pelit, selalu marah dan mengatakan bahwa pasien tidak menurutinya. Hingga pada
tahun tersebut pasien berpisah dengan suaminya. Menurut ibunya, mulai saat itu
pasien pintar mengelak, selalu tidak mau disalahkan dan dinasihati. Pasien jadi
sering marah kepada ibunya karena dijodohkan. Padahal menurut sang ibu, pasien
tidak menolak untuk dijodohkan pada tahun 1995. Kemudian sang ibu kembali
membawanya ke RSCM dan pasien kembali dirawat + 1 bulan, membaik, dan
kembali pulang.
Hingga tahun 2007, pasien sudah + 4 kali melakukan pengobatan ke RSCM
dengan gejala yang sama. Pada tahun ini, pasien mencoba mencari pekerjaan.
Sepupu pasien menawarinya sebuah pekerjaan sebagai seorang sekretaris di
kantornya, namun tidak dapat bertahan lama dalam pekerjaan tersebut karena
kembali pasien mengatakan bahwa boss-nya selalu marah-marah tanpa alasan yang
jelas. Menurut ibunya, sepupunya tersebut tidak memarahinya, hanya saja pasien
tidak terima dikatakan lambat dalam bekerja. Kali ini penyakit pasien bertambah
4
parah. Menurut ibunya, pasien mulai berbicara melantur, senyum-senyum dan
tertawa sendiri, pasien juga mulai sering joget-joget dan merasa dirinya artis.
Kemudian pasien akhirnya dibawa ibunya masuk RSJSH.
Pasien kembali mengalami gangguan serupa pada bulan Desember tahun 2010.
Selama ini pasien tidak melakukan pekerjaan lagi. Kesibukan pasien hanya
menonton TV di rumah, membaca buku, dan mempercantik diri. Ibunya
mengatakan bahwa pasien makin bertingkah-laku aneh. Hampir setiap hari pasien
luluran, pasien juga sering senyum-senyum sendiri. Pasien sering meminta
peralatan kecantikan kepada ibunya. Jika tidak dituruti, pasien kembali mengamuk.
Ibunya memiliki sebuah warung sumber penghasilannya. Saat di warung, pasien
mengaku merasa bahwa laki-laki yang datang ke warungnya itu dikarenakan ingin
melihat dirinya. Pasien juga mengaku bahwa bisikan-bisikannya masih ada.
Bisikan tersebut berbunyi bahwa dia adalah seorang artis, maka dia harus terlihat
kurus dan cantik, sehingga hal tersebut dilakukannya. Melihat perubahan tingkah
laku pasien yang semakin memburuk, pasien kembali dibawa ibunya ke RSJSH
dan kemudian dirawat. Setelah keadaan pasien kembali membaik, pasien kemudian
diperbolehkan pulang.
Dari tahun 2011 hingga sekarang, pasien masih belum stabil. Dalam setahun
pasien masuk RS dan dirawat sebanyak 3-4 kali dengan keluhan dan keadaan yang
sama. Dalam jangka waktu tersebut, menurut ibu pasien, pasien juga makin pintar
bersandiwara. Dalam rangka memenuhi keinginannya, pasien berani menjual
barang-barang ibunya dan membeli alat kosmetik, baju, hingga sepatu. Saat
ditanya, pasien mengelak dan mengatakan bahwa dia tidak melakukannya. Pasien
juga masih senyum-senyum dan tertawa sendiri, sering mondar-mandir sendiri
tanpa suatu alasan yang jelas, dan saat dinasihati pasien bisa mengamuk. Pasien
mengakui bahwa pada saat itu pasien sadar akan apa yang dilakukannya, namun
pasien tidak dapat mengendalikannya karena keinginan pasien untuk mengikuti
bisikan-bisikan (alm.) ayah dan (alm.) kakaknya sangat kuat. Pasien juga masih
sering melihat bayangan-bayangan (alm.) ayahnya pada saat pasien mendengar
bisikannya tersebut. Menurut pasien, bisikan dan bayangan tersebut selalu timbul
sendiri dan langsung mengubah perasaan pasien menjadi lebih bersemangat untuk
menjalaninya.
2. Riwayat Gangguan Medik
5
Pasien tidak pernah mengalami sakit yang serius dari kecil hingga sekarang
yang menyebabkan pasien di rawat di rumah sakit.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien merokok sejak pasien mengalami perubahan perilaku. Menurut pasien,
ia senang merokok karena merasa lebih tenang dan sabar. Dalam sehari pasien
mengaku hanya menghisap 3-4 batang rokok. Pasien mengaku tidak pernah
meminum alkohol dan menggunakan obat-obat terlarang seperti pil beka, ganja,
dsb.
4. Skema perjalanan penyakit
Keterangan :
Tahun Keluhan Gejala Diagnosis Tatalaksana
2001 Sulit tidur
Gaduh gelisah
Tidak konsentrasi
Halusinasi auditorik (+)
Halusinasi visual (+)
Waham (+)
Skizoafektif Risperidon 1x2mg
THP 1x2mg
Depakote 1x500mg
2002 Mengamuk
Gaduh gelisah
Bicara sendiri
Halusinasi auditorik (+)
Halusinasi visual (+)
Waham (+)
Skizoafektif Risperidon 1x2mg
THP 1x2mg
Depakote 1x500mg
2004 Mengamuk Halusinasi auditorik (+)
Halusinasi visual (+)
Waham (+)
Skizoafektif Risperidon 1x2mg
THP 1x2mg
Depakote 1x250mg
2006 Mengamuk Halusinasi auditorik (+) Skizoafektif Risperidon 1x2mg
6
Tidak tidur dan
mengganggu orang
Waham (+) THP 1x2mg
Depakote 1x500mg
2007 Bicara melantur Halusinasi auditorik (+)
Halusinasi visual (+)
Waham (+)
Skizoafektif Risperidon 1x2mg
THP 1x2mg
Depakote 1x500mg
2010 Tingkah laku aneh
Bicara sendiri
Bicara melantur
Halusinasi auditorik (+)
Waham (+)
Skizoafektif Risperidon 1x2mg
THP 1x2mg
Depakote 1x500mg
2011 Marah-marah
Tingkah laku aneh
Halusinasi auditorik (+)
Waham (+)
Skizoafektif Risperidon 1x2mg
THP 1x2mg
Depakote 1x250mg
2012 Mengamuk
Aktivitas berlebih
Halusinasi auditorik (+)
Halusinasi visual (+)
Waham (+)
Skizoafektif Risperidon 1x2mg
THP 1x2mg
Depakote 1x500mg
2013 Teriak-teriak
Mengamuk
Tingkah laku aneh
Halusinasi auditorik (+)
Halusinasi visual (+)
Waham (+)
Skizoafektif Risperidon 1x2mg
THP 1x2mg
Depakote 1x500mg
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Selama kehamilan, ibu pasien tidak pernah mengalami masalah kesehatan. Pasien
merupakan anak yang diinginkan, dan merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara. Kakak-kakaknya laki-laki dan adiknya perempuan. Pasien lahir
spontan, cukup bulan dan di tolong oleh bidan. Tidak ada komplikasi persalinan
lain, trauma lahir ataupun cacat bawaan pada pasien.
2. Riwayat Perkembangan Keperibadian
a. Masa Kanak
i. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Masa ini dilalui dengan baik, pasien tergolong anak yang sehat dengan
proses tumbuh kembang dan tingkah laku sesuai anak seusianya. Pasien
tidak pernah sakit yang serius (berat), dan tidak pernah mengalami kejang
dan trauma kepala saat kecil.
ii. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
7
Pasien tergolong anak yang sehat dangan proses tumbuh kembang dan
tingkah laku sesuai dengan anak seusianya. Masa ini dilalui dengan baik,
walaupun pasien agak sedikit pendiam. Pasien menyelesaikan SD dengan
prestasi yang cukup baik.
b. Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan anak seusianya. Pasien
mengalami pubertas juga sesuai usianya. Pasien melanjutkan studi ke jenjang
SMP dan SMA dan dilaluinya dengan baik. Pasien masih merupakan anak yang
pendiam dan tidak banyak memiliki teman. Pasien juga mengaku belum pernah
mempunyai teman dekat lawan jenis pada masa ini.
c. Masa Dewasa
Pada masa ini, pasien mengalami perjodohan oleh ibunya. Menurut pasien,
pasien tidak suka dengan perjodohan tersebut, namun pasien juga tidak
menolaknya. Pada masa ini juga pasien harus kehilangan ayah yang sangat
disayanginya dan kakaknya yang ke-2. Mulai dari peristiwa-peristiwa tersebut,
perilaku pasien mulai berubah. Pasien mulai berbicara sendiri, bicara kacau,
senyum-senyum dan tertawa sendiri, merasa dirinya bagaikan seorang ratu dan
artis, sering ngamuk jika keinginannya tidak dituruti. Semua hal tersebut
diakuinya berawal dari bisikan dan bayangan yang didengar dan dilihat oleh
pasien.
3. Riwayat Pendidikan
Pasien mulai bersekolah di SD pada umur 6 tahun. Prestasi akademik pasien baik,
pasien tidak pernah tidak naik kelas, pasien selalu naik kelas dengan prestasi yang
cukup hingga pasien menyelesaikan SD pada usia 12 tahun. Walaupun begitu,
pasien kurang memiliki banyak teman di sekolahannya. Pasien juga merupakan
siswa yang pendiam. SMP dan SMA pun dilaluinya dengan nilai akademik yang
cukup. Hingga pasien melanjutkan kuliahnya dibidang sastra Inggris. Namun
pasien hanya menyelesaikan kuliahnya hingga D3.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja ditempat saudaranya sebagai seorang sekretaris tetapi tidak
bertahan lama dan hanya sekitar 1 bulan, kemudian berhenti karena faktor
kesehatan jiwanya. Pasien lupa kapan ia mulai bekerja. Pasien juga mengaku kalau
boss-nya sering marah dan mengeluh pekerjaannya terlalu lambat.
5. Kehidupan Beragama
8
Pasien beragama islam. Sebelum sakit sampai saat ini pasien masih rajin beribadah.
Pasien rajin sholat, 5 kali dalam sehari. Pasien juga hafal ayat-ayat Al-Quran.
6. Kehidupan Perkawinan/ Psikoseksual
Pasien sudah menikah tetapi sudah berpisah dengan suaminya pada tahun 2002.
Menurut pasien, bekas suaminya meninggalkannya karena pasien selalu tidak
menuruti kata-kata suaminya. Namun menurut ibunya, pasien suka marah-marah
kepada suaminya yang kemudian membuat suami pasien tersebut
meninggalkannya.
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum yang berat, tidak pernah
berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah terlibat dalam proses
peradilan yang terkait dengan hukum. Pasien juga tidak pernah melakukan
kekerasan atau memukul orang lain pada saat penyakitnya kambuh.
E. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak dari pasangan Tn.W (alm.) dan Ny.S. Pasien
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Hubungan pasien dengan saudaranya
baik, namun terkadang pasien sering merasa (alm.) kakak ke-2-nya suka menghina
tubuh pasien yang gemuk. Kakak tertua dan adik pasien sudah berkeluarga dan tinggal
sendiri-sendiri. Ayah pasien meninggal dunia pada tahun 2001. Adiknya juga sudah
meninggal pada tahun 2002. Nenek pasien dari ibunya juga mengalami hal serupa
dengan pasien yang menyebabkannya pernah dirawat beberapa kali. Sekarang
neneknya sudah tidak ada.
Keterangan :
9
- Laki-laki
- Perempuan
- Yang menderita (sakit)
- Meninggal
F. Situasi Kehidupan Sosial Ekonomi Sekarang
Pasien tinggal di rumah orang tua, yang tadinya dihuni oleh 6 orang termasuk
dirinya, ayah kandungnya, ibu kandungnya, 2 kakaknya dan adiknya. Namun setelah
ayah dan kakaknya meninggal serta kakak dan adiknya sudah mempunyai keluarga
masing-masing, pasien tinggal bersama ibu kandungnya saja di rumah. Keadaan
rumahnya baik. Pencahayaan dan ventilasi baik, kondisi rumah bersih dan terawat.
Ibunya masih rajin mengurus rumah, meskipun pasien jarang membantu pekerjaan
rumah. Interaksi pasien dengan ibunya kurang baik. Tetangga dan masyarakat sekitar
juga dapat memaklumi keadaan dan kondisi pasien. Biaya untuk kehidupan pasien dan
ibunya sekarang adalah dari pemerintah (pensiunan janda) dan dari kontrakan dan kos-
kosan yang dimiliki ibunya. Kesan kondisi sosial ekonomi keluarga cukup.
G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien sadar bahwa dirinya sedang berada di rumah sakit jiwa Soeharto
Heerdjan. Pasien juga sadar bahwa dirinya sakit jiwa dan ingin sembuh agar dapat
cepat pulang ke rumah. Tapi pasien tetap menyalahkan ibunya yang menyebabkan
gangguan kejiwaannya.
III. STATUS MENTAL (Tanggal , pukul WIB)
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan Umum
Pasien seorang perempuan, berusia 40 tahun, berpenampilan fisik sesuai usianya,
postur tubuh agak pendek dan gemuk, berkulit kecoklatan, berambut hitam
panjang, agak ikal, pada saat wawancara pasien mengenakan baju rumah sakit
10
berwarna coklat dengan celana pendek berwarna coklat serta memakai sandal jepit
putih. Setiap kali wawancara pasien mengenakan pakaian yang sama. Pasien duduk
tenang di samping pewawancara, kontak mata fokus, dan konsentrasi penuh.
2. Kesadaran
Compos Mentis
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Sebelum Wawancara :
Pasien sedang berdiri dan berjalan-jalan sendiri.
Selama Wawancara :
Pasien duduk dengan tenang didepan pemeriksa, Pasien melakukan kontak
mata dengan fokus. Konsentrasi pasien terhadap pemeriksa cukup baik.
Namun, perhatian pasien mudah teralih sehingga ketika ditanya pertanyaan dan
ada orang lain yang lewat ataupun bicara, perhatian pasien teralihkan.
Sesudah Wawancara :
Pasien berjalan-jalan, menyapa teman-teman lainnya dan menunggu makan
siang datang.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Kooperatif dan bersahabat.
5. Pembicaraan
Lancar, pasien dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Bicara pasien
spontan, intonasi cukup jelas dan nada suara cukup. Terkadang pasien kebingungan
saat mengingat kejadian yang sudah lampau. Namun pasien cukup banyak ide
untuk membuka dan membicarakan topic baru. Pasien dapat menceritakan
beberapa pengalamannya di rumah sakit. Jawaban pasien sudah konsisten pada tiap
wawancara. Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.
B. Alam Perasaan
1. Suasana Perasaan (mood) : Hiperthym
2. Afek / Ekspresi Afektif : Sesuai
Stabilitas : Stabil
11
Skala diferensiasi : Normal
Keserasian : Serasi
Pengendalian : Cukup
Dramatisasi : Ada
Empati : Dapat diraba rasakan
C. Gangguan Persepsi
a) Halusinasi
Halusinasi auditorik (+). Menurut pasien, ia sering mendengar bisikan misalnya
bisikan (alm.) ayah dan adiknya berupa suara-suara yang mengatakan bahwa
pasien merupakan putri raja, menyuruh pasien untuk menuruti ibunya, dan
menguruskan badan. Halusinasi visual (+). Menurut pasien, ia juga sering melihat
bayangan ayahnya.
b) Ilusi : Tidak ada
c) Depersonalisasi : Tidak ada
d) Derealisasi : Tidak ada
D. Fungsi Intelektual
1. Taraf Pendidikan Sesuai dengan tingkat pendidikan (D3 sastra inggris)
2. Pengetahuan Umum Baik (pasien mengetahui nama presiden Indonesia saat ini)
3. Kecerdasan Baik (Dapat membaca, menulis, dan berhitung)
4. Konsentrasi dan
Perhatian
Konsentrasi baik
Perhatian kurang (Pasien mudah teralih perhatiannya
terhadap orang yang lewat dan bicara ketika wawancara).
5. Orientasi
- Waktu Baik (Pasien dapat menyebutkan hari, tanggal, bulan dan
tahun pada saat wawancara dengan benar).
- Tempat Baik (Pasien dapat menyebutkan tempat sekarang pasien
berada dan dirawat)
- Orang Baik (Pasien mengenali temannya dengan benar dan
mengetahui sedang diwawancara oleh dokter muda).
- Situasi Baik (Pasien mengetahui situasi sekitar saat wawancara
berlangsung).
12
6. Daya Ingat
- Jangka Panjang Baik (Pasien dapat mengingat perjalanan sakitnya dari
awal keluhan muncul).
- Jangka Pendek Baik (Pasien dapat mengingat nama dokter muda setelah 1
hari dan menceritakan aktivitasnya dari pagi).
- Segera Baik (Pasien dapat menyebutkan urutan-urutan aktivitas
dari pagi ia bangun tidur pada pagi hari ini)
7. Pikiran Abstrak Baik (Dapat mengartikan bahwa pen dan pensil sama-sama
digunakan untuk menulis)
8. Visuospasial Baik
9. Bakat dan kreativitas Baik (Ketika diminta untuk menyanyi pasien bisa
melakukan dan sambil menari juga)
10. Kemampuan Menolong
Diri
Baik (pasien makan, mandi, dan berpakaian sendiri dengan
rapih).
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktifitas : Normal
b. Kontinuitas : Asosiasi longgar (pembicaraan yang melolncat-loncat)
c. Hendaya Berbahasa : Tidak terganggu
2. Isi Pikir
a. Preokupasi : Keinginan pasien untuk dijenguk dan pulang.
b. Waham : Waham kebesaran, waham erotomania
c. Obsesi : Ingin ke Amerika
d. Fobia : Tidak ada
e. Gagasan Rujukan : Tidak ada
f. Gagasan Pengaruh : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls
Baik (Saat pemeriksaan, pasien mampu mengendalikan diri dan bersikap sopan selama
wawancara, pasien juga tidak marah saat sesi wawancara diinterupsi oleh pasien lain.)
G. Daya Nilai
a. Daya Nilai Sosial : Baik (Pasien tahu bahwa memukul orang itu salah)
13
b. Uji Daya Nilai : Baik (Pasien mau menolong orang yang jatuh dan terluka)
c. Daya Nilai Realita: Terganggu (Adanya halusinasi)
H. Tilikan
Derajat 3 (Pasien sadar bahwa dirinya sakit tetapi menyalahkan faktor eksternal)
I. Reliabilitas : Taraf dapat dipercaya
IV. STATUS FISIK (Tanggal ,pukul WIB)
A. Status Internus
Keadaan Umum : Baik, tampak tidak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Suhu : 36,5 oC
Pernafasan : 22x/ menit
TB/BB : 155cm / 84kg
Kulit : Kecoklatan, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban
normal, efloresensi primer/sekunder (-)
Kepala : Normocephali, rambut agak ikal warna hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut.
Mata : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak
langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, oedem -/-.
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-), sekret -/-.
Telinga : Normotia, membran timpani intak +/+, nyeri tarik -/-.
Mulut : Bibir merah, tidak kering, sianosis (-), sariawan (-), trismus (-),
halitosis (-), candidiasis (-).
Lidah : Normoglosia, warna merah muda, lidah kotor (-).
Gigi geligi : Baik
Uvula : Letak di tengah, hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1 tenang, tidak hiperemis
14
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar,
trakea letak normal
Thorax
Paru
Inspeksi
Bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, efloresensi
primer/sekunder dinding dada (-), pulsasi abnormal (-), gerak napas simetris, irama
teratur, retraksi suprasternal (-)
Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : Tidak dilakukan
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Tidak dilakukan
Abdomen : Perut buncit, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
- Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
- Bawah : Akral hangat, sianosis (-), edema (-), deformitas (-)
Genitalia : Tidak diperiksa
B. Status Neurologis
1. Saraf kranial (I-XII) : Baik
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
3. Refleks fisiologis : Normal
4. Refleks patologis : Tidak ada
5. Motorik : Baik
15
6. Sensorik : Baik
7. Fungsi luhur : Baik
8. Gangguan khusus : Tidak ada
9. Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-)
tonus otot (N), tremor (+), distonia (-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Pemeriksaan Laboratorium tanggal 7 Juni
2013)
Tanggal
Pemeriksaan
Nama Test Hasil Flag Unit Nilai Rujukan
27-04-2012 HEMATOLOGI
Darah Lengkap:
Hemoglobin 10 g/dL 10,0 – 14,0
Hematokrit 29 % 30 - 42
Trombosit 276 ribu/uL 130 – 450 rb
Lekosit 8,8 ribu/uL 4 – 10 rb
Eritrosit 3,4 juta/mm3 3,2 – 4,6
LED 5 mm/1 jam < 20
KIMIA DARAH
GDS 87 mg/dL < 180
SGOT 25 U/L < 32
SGPT 24 U/L < 31
Ureum 25 mg/dL 15 – 45
Kreatinin 0,7 mg/dL 0,5 – 0,9
Asam Urat 7,6 mg/dL 2,4 – 5,7
URINE (tidak dilakukan pemeriksaan)
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien seorang perempuan dibawa ibunya ke IGD RS jiwa Soeharto Heerdjan
pada tanggal 6 Juni 2013 karena menurut ibu pasien, pasien joget-joget sendiri hingga
tidak tidur semalaman sejak 3 hari SMRS. Pasien juga banyak tertawa-tertawa sendiri
dan teriak-teriak sambil mondar-mandir hingga mengganggu ibu dan tetangganya.
16
Keesokan harinya hal yang sama terjadi. Sang ibu mengaku sempat menasihatinya
namun pasien menjadi ngamuk kepada ibunya tersebut. Ibunya juga mengatakan
bahwa pasien juga akan mengamuk jika keinginannya tidak dituruti.
Sesaat sebelum pasien masuk Rumah Sakit, menurut ibu pasien, pasien
mengamuk, berbicara kacau dan melantur, dan senyum-senyum sendiri. Ibu pasien
tahu bahwa pasien sedang kambuh, lalu dibawalah pasien ke IGD RSJSH. Dari situ
pasien dinyatakan untuk dirawat.
Pada saat wawancara, pasien mengatakan bahwa ia di bawa ke RS jiwa
Soeharto Heerdjan oleh ibunya. Pasien menyadari bahwa memang dirinya beberapa
hari ini tidak tidur karena pasien mengaku muncul bisikan-bisikan yang mengatakan
bahwa dirinya harus kurus, bahwa dirinya adalah seorang ratu / putri raja, maka dari
itu pasien joget-joget semalaman untuk berolahraga supaya kurus dan setelah itu
pasien mengaku merasa dirinya kurusan. Pasien mengatakan bahwa suara bisikan yang
mengatakan bahwa dirinya harus kurus tersebut seperti suara suaminya, (alm.) ayahnya
dan (alm.) kakaknya yang diakuinya selalu menghina pasien karena pasien gemuk.
Pasien juga mengaku mengkonsumsi obat kurus dan jamu “arma” yang disebutnya
dapat menguruskan badan. Selama mengkonsumsi obat dan jamu tersebut, pasien tidak
merasakan ada efek samping di tubuhnya, justru pasien merasa senang karena
badannya mengurus.
Pasien juga mengaku merasa bahwa dia suka mengamuk kepada ibunya jika
keinginannya tidak diikuti.
Pasien bercerita bahwa ada beberapa bisikan-bisikan lainnya, seperti “nanti ke
Amerika”, “nanti tinggal di Amerika”, “harus ke Amerika”. Pasien mengatakan,
bisikan-bisikan tersebut membuat pasien menderita karena harus memikirkan
bagaimana caranya dia bisa ke Amerika karena pasien mengaku tidak mempunyai
uang untuk pergi ke sana.
Pada wawancara dengan ibu pasien, ibunya mengatakan memang pasien
dibawa ke RS karena pasien kambuh. Ibu pasien mengaku pasien rajin kontrol dan
rajin minum obat, namun pada saat kontrol terakhir + 2 minggu SMRS ada obat yang
diganti, dan sang ibu merasa pasien kali ini cepat kambuh dan cepat mengamuk akibat
obat yang diganti tersebut.
Ibu pasien mengatakan bahwa 3 hari SMRS pasien sedang nonton film sebelum
pasien mulai kambuh. Setelah itu pasien mulai bicara ngaco dan joget-joget hingga
tidak tidur. Keesokannya pasien sering bicara sendiri, tertawa sendiri, nyanyi-nyanyi
17
dan berteriak-teriak. Sang ibu mencoba untuk menasihati pasien karena takut
mengganggu tetangga, namun pasien mengamuk.
Ibu pasien juga mengetahui bahwa pasien menderita halusinasi, pasien sering
dibisikkan tentang cita-cita tinggi hingga ke Amerika, bagai seorang putri raja, mau
jadi bintang film, dsb. Namun sang ibu tidak dapat berbuat apa-apa sehingga yang
dapat dilakukannya hanyalah menuruti dan memberikan kebutuhan, serta yang
diinginkan anaknya tersebut.
Selama dirawat di ruang Cempaka, pasien mengaku bahwa dirinya sakit, tapi
pasien tidak mengetahui sebab pasien sakit, pasien menyalahkan ibunya yang
menyebabkan dirinya menjadi seperti ini. Pasien masih mendengar bisikan dan melihat
bayangan namun frekuensinya semakin berkurang.
Dari pemeriksaan psikiatri didapatkan : Kesadaran neurologisnya compos
mentis. Tidak terdapat kelainan fisik ataupun penyakit fisik lainnya, tidak terdapat
riwayat penggunaan obat-obat terlarang dan alkohol. Halusinasi auditorik (+),
halusinasi visual (+), namun pembicaraan pasien koheren. Daya nilai realitanya
terganggu (adanya halusinasi). Tilikannya derajat 3. Pemeriksaan status internus,
neurologis dan penunjang laboratorium dalam batas normal.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I : Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian
Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan
kedalam :
1. Gangguan kejiwaan karena adanya :
Adanya gejala klinis yang bermakna : Halusinasi auditorik dan halusinasi
visual.
Gangguan fungsi/hendaya dan disabilitas : Gangguan dalam fungsi sosial
Distress/penderitaan : Bicara sendiri, bicara melantur, senyum-senyum
sendiri, marah-marah, mengamuk, sulit tidur serta merokok.
2. Gangguan jiwa ini bukan sebagai GMNO, karena :
Tidak ada gangguan jiwa yang disebabkan oleh penyakit organik
Tidak ada gangguan kesadaran
Tidak ada gangguan kognitif (orientasi)
18
Tidak ada gangguan akibat penyalahgunaan obat dan psikoaktif yang
berefek pada episode saat ini
3. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang
dibuktikan dengan adanya :
Halusinasi : Auditorik (+) Visual (+)
Perilaku terdisorganisasi : Marah–marah, senyum-senyum, tertawa dan
bicara sendiri, bicara melantur, tidak bisa tidur
Menurut PPDGJ III dan DSMIV-TR, gangguan psikosis ini adalah skizoafektif.
Skizoafektif ini termasuk tipe manik, karena :
Terdapat halusinasi auditorik dan halusinasi visual pada pasien.
Terdapat waham dan selama periode yang sama bisa terdapat pula
halusinasi selama paling kurang 2 minggu tanpa gejala mood yang
menonjol.
Terdapat gangguan afektif yang tidak menonjol.
Tidak didapatkan gejala mental organik dan bukan akibat penggunaan zat
psikoaktif.
Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari zat atau suatu kondisi
medis umum.
Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Tidak terdapat gangguan kepribadian dan retardasi mental.
Aksis III : Kondisi Medis Umum
Tidak ada diagnosis.
Aksis IV : Problem Psikososisal dan Lingkungan
- Masalah dengan “primary support group” (keluarga)
Hubungan pasien baik dengan keluarga. Tetapi terkadang pasien marah kepada
ibunya. Pasien sering menyalahkan ibunya sebagai alasan pasien menjadi
seperti sekarang ini. Pasien juga suka memikirkan ayah dan kakaknya yang
sudah meninggal.
Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global
19
GAF current : 70-61
GAF HLPY : 80-71
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Skizoafektif tipe manik (F25.0)
Aksis II : Tidak terdapat gangguan keperibadian dan retardasi mental
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah dengan “primary support group” (keluarga)
Aksis V : GAF current : 70-61
GAF HLPY : 80-71
IX. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik : Ditemukan faktor herediter, yaitu nenek pasien juga
mengalami hal serupa
B. Psikologik : Halusinasi auditorik dan halusinasi visual
C. Sosiobudaya : Pengetahuan pasien dan keluarga yang masih kurang tentang
penyakit pasien
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad bonam (pasien tidak pernah membahayakan diri
sendiri selama sakit dan tidak ada tanda-tanda pasien menderita gangguan mental
organik)
Quo ad functionam : Dubia ad bonam (pasien masih dapat melanjalankan
kegiatan sehari-..hari, dan fungsi sosialnya masih baik selama gejala-gejala
psikotiknya ..terkontrol)
Quo ad sanationam : Dubia ad malam (Merupakan kekambuhan gangguan
jiwa pasien ke-12 di mana pasien mengalami perubahan gangguan jiwa sejak tahun
2001. Tilikan.pasien saat ini derajat tiga, pasien tahu dirinya sakit jiwa dan ingin
sembuh tetapi menyalahkan faktor ekternal atas sakitnya tersebut.)
a. Faktor Yang Memperingan :
Pernah bersekolah
20
Tidak ada riwayat kelainan medik umum
Tidak ada perilaku assaultive atau suicidal.
Tilikannya derajat 3
b. Faktor Yang Memperberat :
Onset usia muda
Terdapat faktor herediter
Kambuh dengan frekuensi yang banyak
Tidak bekerja
Dukungan dari keluarga kurang
XI. PENATALAKSANAAN
1. Rawat Inap
Dengan indikasi :
Untuk menstabilkan medikasi.
Perilaku yang kacau dan emosi yang tidak stabil hingga mengganggu orang lain
Keluarga tidak sanggup menangani pasien dirumah.
2. Psikofarmaka
a. Injeksi lodomer : diazepam = 5mg : 5mg IM
b. Risperidon tab 2mg 2 kali per hari per oral.
c. Trihexifenidil tab 2mg 2 kali per hari per oral.
d. Merlopam tab 2mg 1 kali per hari per oral.
e. Depakote tab 500mg 1 kali per hari per oral.
3. Psikoterapi
Dilakukan melalui :
a. Psikoterapi suportif
b. Psikoterapi reedukatif
c. Terapi keluarga
4. Sosioterapi
a. Social Skills Training
XII. PEMBAHASAN
A. Psikofarmaka
Risperidon tab 2mg 2 kali per hari per oral.
21
Risperidon dapat diberikan selama masih ada gejala positif pada pasien. Pada
pasien ini masih terdapat gejala positif (halusinasi) dan dipakai dosis sebanyak
4mg/hari. Ini sesuai dengan dosis optimal sebagai dosis terapi untuk risperidon
yaitu 2-4mg/hari. Risperidon efektif untuk kasus yang baru. Dosis risperidon dapat
diturunkan perlahan sampai gejala pada pasien hilang. Pemberian risperidon juga
bisa diganti jika tidak efektif menurunkan gejala.
Risperidon merupakan antipsikotik atipikal kedua setelah clozapin. Efek
terapeutik pada dosis rendah, pada dosis tinggi dapat terjadi EPS. Dosis risperidon
dimulai dengan 1 mg/hari, selama beberapa hari, kemudian bila kurang atau belum
ada respon dapat dinaikan menjadi 2 mg/hari, kemudian dapat terus dinaikkan,
tetapi pada dosis 4 – 6 minggu perlu dilakukan evaluasi selama 2 – 3 minggu.
Dosis optimal pada dosis terapi adalah 2 – 4 mg/hr. Dosis masksimal yang
dianjurkan 6 mg/hr.
Efektif digunakan pada kasus yang baru atau pada kasus yang sudah kronis dari
skizofrenia. Dapat memperbaiki skizofrenia yang gagal terapi dengan APG 1
tetapi hasil pengobatan tidak sebaik clozapin. Efek samping yang sering terjadi
adalah EPS, peningkatan prolaktin (gangguan menstruasi, galaktorea, disfungsi
seksual), sindroma neuroleptik maligna, dan peningkatan berat badan. Efek
samping lainnya berupa sedasi, pusing, konstipasi dan takikardi.
Efek samping obat
Sindrom ekstrapiramidal yang diakibatkan efek samping dari antipsikotik dan
penatalaksanaannya.
a) Akut
i. Parkinsonism yang diinduksi karena obat
Manifestasi klinis : gerakan spontan yang menurun (bradikinesia),
meningkatkan tonus otot (muscular rigidity), dan resting tremor.
Terapi : penurunan dosis antipsikotik, diberi terapi dengan
antikolinergik seperti trihexyphenidyl (THP), 4-6 mg perhari selama 4-6
minggu.
ii. Distonia
Sering disebabkan karena APG 1 dengan high potensi, dan umumnya
terjadi pada awal pengobatan (beberapa jam sampai beberapa hari
pengobatan) atau pada peningkatan dosis secara bermakna.
22
Gejala : gerakan distonik yang disebabkan oleh kontraksi atau spasme
otot, onset yang tiba – tiba dan terus –menerus hingga terjadi kontraksi otot
yang tidak terkontrol. Otot yang sering terkena otot leher, otot rahang,
lidah. Atau pada seluruh otot tubuh. Distonia glosofaringeal menyebabkan
disartria, disfagia, dan kesulitan bernapas.
Terapi : antikolinergik seperti difenhidramin 50 mg inj im.
iii. Akatisia
Manifestasi : berupa subjektif kegelisahan yang panjang, dengan
gerakan yang gelisah, umumnya kaki yang tidak bisa tenang.
Terapi : antipsikotik diturunkan hingga dosis minimal. Pemberian
propanolol 30 -120mg/hari.
b) Kronik (late)
i. Tardive dyskinesia
Gerakan involunter dari mulut, lidah, batang tubuh dan ekstremitas
yang abnormal dan konsisten. Gerakan oral facial melliputi mengecap-ecap
bibir, menghisap dan mengerutkan bibir.
Terjadi setelah penggunaan antipsikotik minimal 3 bulan atau
penghentian penggunaan selama 4 minggu untuk oral.
ii. Tardive distonia
Gerakan distonik adalah lambat, berubah terus – menerus dan
involunter serta mempengaruhi daerah tungkai dan lengan. Biasanya
ireversibel.
iii. Lain – lain : Sindrom Neuroleptik Maligna
Manisfestasi : ketidakstabilan otonom seperti hipertermia, takikardi,
hipertensi, atau takipnu. Dapat disertai dengan rigiditas otot, penurunan
kesadaran.
Terapi : hentikan antipsikotik dan atas gejala yang ada seperti koreksi
cairan dan elektrolit.
Trihexifenidil tab 2mg 2 kali per hari per oral.
Trihexifenidil merupakan antikolinergik yang digunakan untuk mencegah
gejala ekstrapiramidal akibat penggunaan obat antipsikosis terutama yang high
potential.
23
B. Psikoterapi
Psikoterapi suportif
Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan kombinasi bimbingan serta terapi
kelompok. Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defence
(pertahanan) pasien terhadap stres. Hal ini dilakukan mengingat toleransi
(kemampuan) pasien mengahadapi stres (tekanan, kecewa, frustasi) rendah. Selain
itu pasien mudah marah bila ada masalah. Pasien akan diajarkan cara untuk
meningkatkan perawatan diri dan cara minum obat dengan teratur. Di terapi
kelompok pula, pasien diajarkan cara untuk berkomunikasi dan bersosialisasi
dengan baik.
Psikoterapi reedukatif
Tujuan psikoterapi reedukatif adalah untuk mencapai pengertian tentang
konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana
untuk menyesuaikan diri kembali, memodifikasikan tujuan dan membangkitkan
serta mempergunakan potensi kreatif yang ada.
Cara pendekatan yang dapat digunakan antara lain adalah terapi perilaku dan
kognitif (CBT). Terapi ini mengajarkan pasien untuk menilai pikiran dan persepsi
mereka sebenarnya, tidak mendengar suara-suara (halusinasi) dan tidak bersikap
apatis. Terapi ini efektif mengurangi gejala yang berat dan resiko relaps. Selain itu,
terapi perilaku kognitif juga membantu dalam menghadapi situasi penuh stres,
memperbaiki kemampuan berpikir dan memori serta belajar untuk bersosialisasi.
Terapi keluarga
Keluarga juga harus dilibatkan dalam terapi. Pada terapi ini, keluarga diajarkan
supaya mengerti kondisi yang dialami pasien sekarang supaya lebih bersedia dalam
menangani pasien saat pasien pulang ke rumah. Keluarga juga harus dilatih supaya
menjadi primary support group yang baik karena pasien mungkin akan mengalami
masalah stigma dengan masyarakat. Selain itu, keluarga harus direedukasi tentang
pentingnya mengawasi dan ikut serta dalam mendisiplinkan pasien untuk
mengkonsumsi obat yang diberi dan kontrol rutin setelah pulang dari RSJ Soeharto
Heerdjan guna perbaikan kualitas hidup pasien. Sejumlah penelitian menunjukkan
bahwa terapi keluarga efektif dalam menurunkan relaps. Angka relaps tahunan
tanpa terapi keluarga 25-50% sedangkan dengan terapi keluarga 5-10%.
24
C. Sosioterapi
Hal ini dilaksanakan dengan melibatkan pasien dalam berbagai aktivitas di RSJSH,
seperti kegiatan rehabilitasi dengan melatih keterampilan pasien, selain itu untuk
memotivasi pasien agar mudah bergaul dengan pasien lain dan diikut sertakan dalam
kegiatan rohani. Sosioterapi yang bisa diterapkan pada pasien adalah social skills
training.
Social Skills Training
Pelatihan ketrampilan sosial bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
performance dalam menghadapi situasi kehidupan sehari-hari, sehingga penderita
memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan interpersonal, perawatan diri, dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Mengenal dan memahami
manajemen medikasi sehingga dapat mengoptimalkan hidup penderita skizofrenia.
Pelatihan ini memfokuskan pada stressor-stresor lingkungan, dan defisit yang
karakteristik dari setiap pasien. Komponen ketrampilan social meliputi ketrampilan
dalam hal berkomunikasi, persepsi sosial, dan mengatasi masalah dalam situasi yang
khusus. Ketrampilan dalam hal berkomunikasi yang diberikan berupa kemampuan
untuk memulai, memelihara dan mengakhiri percakapn. Ketrampilan persepsi sosial
yang diberikan berupa kemampuan seseorang untuk mempersepsikan situasi social
secara akurat, melaksanakan ketrampilan interpersonal dan menganalisa situasi.
25