case nana

39
STATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN No. Rekam Medik : XX-XX-XX Ruang Perawatan : Cempaka Nama Lengkap : Ny. Z Nama Panggilan : F Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Oktober 1973 Umur : 39 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Menikah Pendidikan Terakhir : D3 Sastra Inggris Pekerjaan : Saat ini tidak bekerja Bangsa / Suku : Indonesia / Padang Agama : Islam Alamat : Jl. Kosambi no. 18 Bungur – Senen RT 010/008 Tanggal Masuk RSJSH : 6 Juni 2013 Riwayat Perawatan 1. Tanggal 20 November 2007 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 4 Januari 2008 2. Tanggal 1 Desember 2010 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 24 Januari 2011 3. Tanggal 29 Januari 2011 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 28 Februari 2011 4. Tanggal 1 November 2011 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 29 November 2011 1

description

,l,

Transcript of case nana

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

No. Rekam Medik : XX-XX-XX

Ruang Perawatan : Cempaka

Nama Lengkap : Ny. Z

Nama Panggilan : F

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Oktober 1973

Umur : 39 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Menikah

Pendidikan Terakhir : D3 Sastra Inggris

Pekerjaan : Saat ini tidak bekerja

Bangsa / Suku : Indonesia / Padang

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kosambi no. 18 Bungur – Senen RT 010/008

Tanggal Masuk RSJSH : 6 Juni 2013

Riwayat Perawatan

1. Tanggal 20 November 2007 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 4 Januari 2008

2. Tanggal 1 Desember 2010 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 24 Januari 2011

3. Tanggal 29 Januari 2011 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 28 Februari 2011

4. Tanggal 1 November 2011 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 29 November 2011

5. Tanggal 1 Desember 2011 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 27 Desember 2011

6. Tanggal 16 Februari 2012 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 7 Maret 2012

7. Tanggal 27 Maret 2012 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 17 April 2012

8. Tanggal 6 Juli 2012 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 18 Juli 2012

9. Tanggal 22 Oktober 2012 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 13 November 2012

10. Tanggal 10 Februari 2013 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 7 Maret 2013

11. Tanggal 5 April 2013 dirawat di RSJSH, pulang tanggal 24 April 2013

12. Tanggal 6 Juni 2013 dirawat di RSJSH (saat ini), sudah pulang tanggal 21 Juni 2013

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

1

Autoanamnesis

Tanggal 14 Juni 2013, pukul 10:00, di ruang Cempaka RSJSH.

Tanggal 18 Juni 2013, pukul 10.30, di ruang Cempaka RSJSH.

Tanggal 20 Juni 2013, pukul 10.45, di ruang Cempaka RSJSH.

Alloanamnesis

Tanggal 16 Juni 2013, pukul 11.00

Tanggal 17 Juni 2013, pukul 14.00

A. Keluhan Utama

Pasien mengamuk sejak 2 hari SMRS

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien seorang perempuan dibawa ibunya ke IGD RS jiwa Soeharto Heerdjan

pada tanggal 6 Juni 2013 karena menurut ibu pasien, pasien joget-joget sendiri hingga

tidak tidur semalaman sejak 3 hari SMRS. Pasien juga banyak tertawa-tertawa sendiri

dan teriak-teriak sambil mondar-mandir hingga mengganggu ibu dan tetangganya.

Keesokan harinya hal yang sama terjadi. Sang ibu mengaku sempat

menasihatinya namun pasien menjadi ngamuk kepada ibunya tersebut. Ibunya juga

mengatakan bahwa pasien juga akan mengamuk jika keinginannya tidak dituruti.

Sesaat sebelum pasien masuk Rumah Sakit, menurut ibu pasien, pasien

mengamuk, berbicara kacau dan melantur, dan senyum-senyum sendiri. Ibu pasien

tahu bahwa pasien sedang kambuh, lalu dibawalah pasien ke IGD RSJSH. Dari situ

pasien dinyatakan untuk dirawat.

Pada saat wawancara, pasien mengatakan bahwa ia di bawa ke RS jiwa

Soeharto Heerdjan oleh ibunya. Pasien menyadari bahwa memang dirinya beberapa

hari ini tidak tidur karena pasien mengaku muncul bisikan-bisikan yang mengatakan

bahwa dirinya harus kurus, bahwa dirinya adalah seorang ratu / putri raja, maka dari

itu pasien joget-joget semalaman untuk berolahraga supaya kurus dan setelah itu

pasien mengaku merasa dirinya kurusan. Pasien mengatakan bahwa suara bisikan yang

mengatakan bahwa dirinya harus kurus tersebut seperti suara suaminya, (alm.) ayahnya

dan (alm.) kakaknya yang diakuinya selalu menghina pasien karena pasien gemuk.

Pasien juga mengaku mengkonsumsi obat kurus dan jamu “arma” yang disebutnya

dapat menguruskan badan. Selama mengkonsumsi obat dan jamu tersebut, pasien tidak

2

merasakan ada efek samping di tubuhnya, justru pasien merasa senang karena

badannya mengurus.

Pasien mengaku bahwa dia sudah berpisah dengan suaminya sejak lama. Pasien

mengatakan bahwa suaminya tersebut pelit dan suka memarahi dia karena tidak nurut.

Pasien juga mengatakan bahwa pernikahannya tidak berlangsung lama karena pasien

dijodohkan dengan ibunya namun pasien sebenarnya tidak mau dijodohkan. Selama

menikah, suaminya selalu mengeluh bahwa pasien gemuk dan harus menguruskan

badan. Dan hal tersebut menjadi sesuatu yang selalu diingat pasien. Pasien mempunyai

seorang anak laki-laki berumur 15 tahun yang sekarang ikut dengan suaminya. Pasien

mengaku sering rindu dengan anaknya tersebut.

Pasien juga mengaku merasa bahwa dia suka mengamuk kepada ibunya jika

keinginannya tidak diikuti.

Pasien bercerita bahwa ada beberapa bisikan-bisikan lainnya, seperti “nanti ke

Amerika”, “nanti tinggal di Amerika”, “harus ke Amerika”. Pasien mengatakan,

bisikan-bisikan tersebut membuat pasien menderita karena harus memikirkan

bagaimana caranya dia bisa ke Amerika karena pasien mengaku tidak mempunyai

uang untuk pergi ke sana.

Pada wawancara dengan ibu pasien, ibunya mengatakan memang pasien

dibawa ke RS karena pasien kambuh. Ibu pasien mengaku pasien rajin kontrol dan

rajin minum obat, namun pada saat kontrol terakhir + 2 minggu SMRS ada obat yang

diganti, dan sang ibu merasa pasien kali ini cepat kambuh dan cepat mengamuk akibat

obat yang diganti tersebut.

Ibu pasien mengatakan bahwa 3 hari SMRS pasien sedang nonton film sebelum

pasien mulai kambuh. Setelah itu pasien mulai bicara ngaco dan joget-joget hingga

tidak tidur. Keesokannya pasien sering bicara sendiri, tertawa sendiri, nyanyi-nyanyi

dan berteriak-teriak. Sang ibu mencoba untuk menasihati pasien karena takut

mengganggu tetangga, namun pasien mengamuk.

Ibu pasien juga mengetahui bahwa pasien menderita halusinasi, pasien sering

dibisikkan tentang cita-cita tinggi hingga ke Amerika, bagai seorang putri raja, mau

jadi bintang film, dsb. Namun sang ibu tidak dapat berbuat apa-apa sehingga yang

dapat dilakukannya hanyalah menuruti dan memberikan kebutuhan, serta yang

diinginkan anaknya tersebut.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Gangguan Psikiatrik

3

Pasien pertama kali menunjukan perubahan dan berperilaku aneh pada tahun

2001. Pasien mengaku awalnya mendengar suara bisikan-bisikan yang

dirasakannya seperti suara ayahnya yang baru saja meninggal pada tahun 2001 ini.

Bisikan tersebut mengatakan bahwa pasien harus mendengarkan kata-kata ibu,

pasien bagaikan putri raja / seorang ratu hingga harus merawat dan mempercantik

dirinya dengan baik, dan pasien harus mempunyai cita-cita yang tinggi hingga

dapat ke Amerika. Dan pada saat itu, pasien mengaku sering melihat bayangan

(alm.) ayahnya. Menurut ibunya, seletah ayahnya meninggal, pasien jadi berubah

tingkah lakunya. Pasien selalu merasa ingin menjadi bintang film hingga ke

Amerika dan pasien mulai sering berbicara sendiri. Ditambah, pada saat itu juga

pasien sempat sulit tidur dan gaduh gelisah serta tidak dapat berkonsentrasi selama

+ 1 bulan. Karena khawatir, sang ibu membawanya ke RS Cipto Mangunkusumo

pada saat itu dan pasien dirawat. Setelah keadaan pasien mulai membaik dan stabil,

pasien dibolehkan pulang.

Pada tahun 2002, gejala yang sama muncul lagi. Kali ini ditambah bisikan dari

kakaknya yang ke-2 yang pada tahun ini baru saja meninggal. Bisikan tersebut

seperti menghina pasien yang gemuk dan menyuruhnya untuk menguruskan badan.

Sejak saat itu, pasien mulai mengkonsumsi obat-obatan dan jamu kurus. Saat

dinasihati ibu dan suaminya, pasien mulai gampang mengamuk. Dari situ, setiap

kali keinginan pasien tidak dituruti, pasien mengamuk. Menurut pasien, suaminya

pelit, selalu marah dan mengatakan bahwa pasien tidak menurutinya. Hingga pada

tahun tersebut pasien berpisah dengan suaminya. Menurut ibunya, mulai saat itu

pasien pintar mengelak, selalu tidak mau disalahkan dan dinasihati. Pasien jadi

sering marah kepada ibunya karena dijodohkan. Padahal menurut sang ibu, pasien

tidak menolak untuk dijodohkan pada tahun 1995. Kemudian sang ibu kembali

membawanya ke RSCM dan pasien kembali dirawat + 1 bulan, membaik, dan

kembali pulang.

Hingga tahun 2007, pasien sudah + 4 kali melakukan pengobatan ke RSCM

dengan gejala yang sama. Pada tahun ini, pasien mencoba mencari pekerjaan.

Sepupu pasien menawarinya sebuah pekerjaan sebagai seorang sekretaris di

kantornya, namun tidak dapat bertahan lama dalam pekerjaan tersebut karena

kembali pasien mengatakan bahwa boss-nya selalu marah-marah tanpa alasan yang

jelas. Menurut ibunya, sepupunya tersebut tidak memarahinya, hanya saja pasien

tidak terima dikatakan lambat dalam bekerja. Kali ini penyakit pasien bertambah

4

parah. Menurut ibunya, pasien mulai berbicara melantur, senyum-senyum dan

tertawa sendiri, pasien juga mulai sering joget-joget dan merasa dirinya artis.

Kemudian pasien akhirnya dibawa ibunya masuk RSJSH.

Pasien kembali mengalami gangguan serupa pada bulan Desember tahun 2010.

Selama ini pasien tidak melakukan pekerjaan lagi. Kesibukan pasien hanya

menonton TV di rumah, membaca buku, dan mempercantik diri. Ibunya

mengatakan bahwa pasien makin bertingkah-laku aneh. Hampir setiap hari pasien

luluran, pasien juga sering senyum-senyum sendiri. Pasien sering meminta

peralatan kecantikan kepada ibunya. Jika tidak dituruti, pasien kembali mengamuk.

Ibunya memiliki sebuah warung sumber penghasilannya. Saat di warung, pasien

mengaku merasa bahwa laki-laki yang datang ke warungnya itu dikarenakan ingin

melihat dirinya. Pasien juga mengaku bahwa bisikan-bisikannya masih ada.

Bisikan tersebut berbunyi bahwa dia adalah seorang artis, maka dia harus terlihat

kurus dan cantik, sehingga hal tersebut dilakukannya. Melihat perubahan tingkah

laku pasien yang semakin memburuk, pasien kembali dibawa ibunya ke RSJSH

dan kemudian dirawat. Setelah keadaan pasien kembali membaik, pasien kemudian

diperbolehkan pulang.

Dari tahun 2011 hingga sekarang, pasien masih belum stabil. Dalam setahun

pasien masuk RS dan dirawat sebanyak 3-4 kali dengan keluhan dan keadaan yang

sama. Dalam jangka waktu tersebut, menurut ibu pasien, pasien juga makin pintar

bersandiwara. Dalam rangka memenuhi keinginannya, pasien berani menjual

barang-barang ibunya dan membeli alat kosmetik, baju, hingga sepatu. Saat

ditanya, pasien mengelak dan mengatakan bahwa dia tidak melakukannya. Pasien

juga masih senyum-senyum dan tertawa sendiri, sering mondar-mandir sendiri

tanpa suatu alasan yang jelas, dan saat dinasihati pasien bisa mengamuk. Pasien

mengakui bahwa pada saat itu pasien sadar akan apa yang dilakukannya, namun

pasien tidak dapat mengendalikannya karena keinginan pasien untuk mengikuti

bisikan-bisikan (alm.) ayah dan (alm.) kakaknya sangat kuat. Pasien juga masih

sering melihat bayangan-bayangan (alm.) ayahnya pada saat pasien mendengar

bisikannya tersebut. Menurut pasien, bisikan dan bayangan tersebut selalu timbul

sendiri dan langsung mengubah perasaan pasien menjadi lebih bersemangat untuk

menjalaninya.

2. Riwayat Gangguan Medik

5

Pasien tidak pernah mengalami sakit yang serius dari kecil hingga sekarang

yang menyebabkan pasien di rawat di rumah sakit.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien merokok sejak pasien mengalami perubahan perilaku. Menurut pasien,

ia senang merokok karena merasa lebih tenang dan sabar. Dalam sehari pasien

mengaku hanya menghisap 3-4 batang rokok. Pasien mengaku tidak pernah

meminum alkohol dan menggunakan obat-obat terlarang seperti pil beka, ganja,

dsb.

4. Skema perjalanan penyakit

Keterangan :

Tahun Keluhan Gejala Diagnosis Tatalaksana

2001 Sulit tidur

Gaduh gelisah

Tidak konsentrasi

Halusinasi auditorik (+)

Halusinasi visual (+)

Waham (+)

Skizoafektif Risperidon 1x2mg

THP 1x2mg

Depakote 1x500mg

2002 Mengamuk

Gaduh gelisah

Bicara sendiri

Halusinasi auditorik (+)

Halusinasi visual (+)

Waham (+)

Skizoafektif Risperidon 1x2mg

THP 1x2mg

Depakote 1x500mg

2004 Mengamuk Halusinasi auditorik (+)

Halusinasi visual (+)

Waham (+)

Skizoafektif Risperidon 1x2mg

THP 1x2mg

Depakote 1x250mg

2006 Mengamuk Halusinasi auditorik (+) Skizoafektif Risperidon 1x2mg

6

Tidak tidur dan

mengganggu orang

Waham (+) THP 1x2mg

Depakote 1x500mg

2007 Bicara melantur Halusinasi auditorik (+)

Halusinasi visual (+)

Waham (+)

Skizoafektif Risperidon 1x2mg

THP 1x2mg

Depakote 1x500mg

2010 Tingkah laku aneh

Bicara sendiri

Bicara melantur

Halusinasi auditorik (+)

Waham (+)

Skizoafektif Risperidon 1x2mg

THP 1x2mg

Depakote 1x500mg

2011 Marah-marah

Tingkah laku aneh

Halusinasi auditorik (+)

Waham (+)

Skizoafektif Risperidon 1x2mg

THP 1x2mg

Depakote 1x250mg

2012 Mengamuk

Aktivitas berlebih

Halusinasi auditorik (+)

Halusinasi visual (+)

Waham (+)

Skizoafektif Risperidon 1x2mg

THP 1x2mg

Depakote 1x500mg

2013 Teriak-teriak

Mengamuk

Tingkah laku aneh

Halusinasi auditorik (+)

Halusinasi visual (+)

Waham (+)

Skizoafektif Risperidon 1x2mg

THP 1x2mg

Depakote 1x500mg

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Selama kehamilan, ibu pasien tidak pernah mengalami masalah kesehatan. Pasien

merupakan anak yang diinginkan, dan merupakan anak ketiga dari empat

bersaudara. Kakak-kakaknya laki-laki dan adiknya perempuan. Pasien lahir

spontan, cukup bulan dan di tolong oleh bidan. Tidak ada komplikasi persalinan

lain, trauma lahir ataupun cacat bawaan pada pasien.

2. Riwayat Perkembangan Keperibadian

a. Masa Kanak

i. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)

Masa ini dilalui dengan baik, pasien tergolong anak yang sehat dengan

proses tumbuh kembang dan tingkah laku sesuai anak seusianya. Pasien

tidak pernah sakit yang serius (berat), dan tidak pernah mengalami kejang

dan trauma kepala saat kecil.

ii. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

7

Pasien tergolong anak yang sehat dangan proses tumbuh kembang dan

tingkah laku sesuai dengan anak seusianya. Masa ini dilalui dengan baik,

walaupun pasien agak sedikit pendiam. Pasien menyelesaikan SD dengan

prestasi yang cukup baik.

b. Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)

Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan anak seusianya. Pasien

mengalami pubertas juga sesuai usianya. Pasien melanjutkan studi ke jenjang

SMP dan SMA dan dilaluinya dengan baik. Pasien masih merupakan anak yang

pendiam dan tidak banyak memiliki teman. Pasien juga mengaku belum pernah

mempunyai teman dekat lawan jenis pada masa ini.

c. Masa Dewasa

Pada masa ini, pasien mengalami perjodohan oleh ibunya. Menurut pasien,

pasien tidak suka dengan perjodohan tersebut, namun pasien juga tidak

menolaknya. Pada masa ini juga pasien harus kehilangan ayah yang sangat

disayanginya dan kakaknya yang ke-2. Mulai dari peristiwa-peristiwa tersebut,

perilaku pasien mulai berubah. Pasien mulai berbicara sendiri, bicara kacau,

senyum-senyum dan tertawa sendiri, merasa dirinya bagaikan seorang ratu dan

artis, sering ngamuk jika keinginannya tidak dituruti. Semua hal tersebut

diakuinya berawal dari bisikan dan bayangan yang didengar dan dilihat oleh

pasien.

3. Riwayat Pendidikan

Pasien mulai bersekolah di SD pada umur 6 tahun. Prestasi akademik pasien baik,

pasien tidak pernah tidak naik kelas, pasien selalu naik kelas dengan prestasi yang

cukup hingga pasien menyelesaikan SD pada usia 12 tahun. Walaupun begitu,

pasien kurang memiliki banyak teman di sekolahannya. Pasien juga merupakan

siswa yang pendiam. SMP dan SMA pun dilaluinya dengan nilai akademik yang

cukup. Hingga pasien melanjutkan kuliahnya dibidang sastra Inggris. Namun

pasien hanya menyelesaikan kuliahnya hingga D3.

4. Riwayat Pekerjaan

Pasien pernah bekerja ditempat saudaranya sebagai seorang sekretaris tetapi tidak

bertahan lama dan hanya sekitar 1 bulan, kemudian berhenti karena faktor

kesehatan jiwanya. Pasien lupa kapan ia mulai bekerja. Pasien juga mengaku kalau

boss-nya sering marah dan mengeluh pekerjaannya terlalu lambat.

5. Kehidupan Beragama

8

Pasien beragama islam. Sebelum sakit sampai saat ini pasien masih rajin beribadah.

Pasien rajin sholat, 5 kali dalam sehari. Pasien juga hafal ayat-ayat Al-Quran.

6. Kehidupan Perkawinan/ Psikoseksual

Pasien sudah menikah tetapi sudah berpisah dengan suaminya pada tahun 2002.

Menurut pasien, bekas suaminya meninggalkannya karena pasien selalu tidak

menuruti kata-kata suaminya. Namun menurut ibunya, pasien suka marah-marah

kepada suaminya yang kemudian membuat suami pasien tersebut

meninggalkannya.

7. Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum yang berat, tidak pernah

berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah terlibat dalam proses

peradilan yang terkait dengan hukum. Pasien juga tidak pernah melakukan

kekerasan atau memukul orang lain pada saat penyakitnya kambuh.

E. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak dari pasangan Tn.W (alm.) dan Ny.S. Pasien

merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Hubungan pasien dengan saudaranya

baik, namun terkadang pasien sering merasa (alm.) kakak ke-2-nya suka menghina

tubuh pasien yang gemuk. Kakak tertua dan adik pasien sudah berkeluarga dan tinggal

sendiri-sendiri. Ayah pasien meninggal dunia pada tahun 2001. Adiknya juga sudah

meninggal pada tahun 2002. Nenek pasien dari ibunya juga mengalami hal serupa

dengan pasien yang menyebabkannya pernah dirawat beberapa kali. Sekarang

neneknya sudah tidak ada.

Keterangan :

9

- Laki-laki

- Perempuan

- Yang menderita (sakit)

- Meninggal

F. Situasi Kehidupan Sosial Ekonomi Sekarang

Pasien tinggal di rumah orang tua, yang tadinya dihuni oleh 6 orang termasuk

dirinya, ayah kandungnya, ibu kandungnya, 2 kakaknya dan adiknya. Namun setelah

ayah dan kakaknya meninggal serta kakak dan adiknya sudah mempunyai keluarga

masing-masing, pasien tinggal bersama ibu kandungnya saja di rumah. Keadaan

rumahnya baik. Pencahayaan dan ventilasi baik, kondisi rumah bersih dan terawat.

Ibunya masih rajin mengurus rumah, meskipun pasien jarang membantu pekerjaan

rumah. Interaksi pasien dengan ibunya kurang baik. Tetangga dan masyarakat sekitar

juga dapat memaklumi keadaan dan kondisi pasien. Biaya untuk kehidupan pasien dan

ibunya sekarang adalah dari pemerintah (pensiunan janda) dan dari kontrakan dan kos-

kosan yang dimiliki ibunya. Kesan kondisi sosial ekonomi keluarga cukup.

G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien sadar bahwa dirinya sedang berada di rumah sakit jiwa Soeharto

Heerdjan. Pasien juga sadar bahwa dirinya sakit jiwa dan ingin sembuh agar dapat

cepat pulang ke rumah. Tapi pasien tetap menyalahkan ibunya yang menyebabkan

gangguan kejiwaannya.

III. STATUS MENTAL (Tanggal , pukul WIB)

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan Umum

Pasien seorang perempuan, berusia 40 tahun, berpenampilan fisik sesuai usianya,

postur tubuh agak pendek dan gemuk, berkulit kecoklatan, berambut hitam

panjang, agak ikal, pada saat wawancara pasien mengenakan baju rumah sakit

10

berwarna coklat dengan celana pendek berwarna coklat serta memakai sandal jepit

putih. Setiap kali wawancara pasien mengenakan pakaian yang sama. Pasien duduk

tenang di samping pewawancara, kontak mata fokus, dan konsentrasi penuh.

2. Kesadaran

Compos Mentis

3. Perilaku dan Aktivitas Motorik

Sebelum Wawancara :

Pasien sedang berdiri dan berjalan-jalan sendiri.

Selama Wawancara :

Pasien duduk dengan tenang didepan pemeriksa, Pasien melakukan kontak

mata dengan fokus. Konsentrasi pasien terhadap pemeriksa cukup baik.

Namun, perhatian pasien mudah teralih sehingga ketika ditanya pertanyaan dan

ada orang lain yang lewat ataupun bicara, perhatian pasien teralihkan.

Sesudah Wawancara :

Pasien berjalan-jalan, menyapa teman-teman lainnya dan menunggu makan

siang datang.

4. Sikap Terhadap Pemeriksa

Kooperatif dan bersahabat.

5. Pembicaraan

Lancar, pasien dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Bicara pasien

spontan, intonasi cukup jelas dan nada suara cukup. Terkadang pasien kebingungan

saat mengingat kejadian yang sudah lampau. Namun pasien cukup banyak ide

untuk membuka dan membicarakan topic baru. Pasien dapat menceritakan

beberapa pengalamannya di rumah sakit. Jawaban pasien sudah konsisten pada tiap

wawancara. Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.

B. Alam Perasaan

1. Suasana Perasaan (mood) : Hiperthym

2. Afek / Ekspresi Afektif : Sesuai

Stabilitas : Stabil

11

Skala diferensiasi : Normal

Keserasian : Serasi

Pengendalian : Cukup

Dramatisasi : Ada

Empati : Dapat diraba rasakan

C. Gangguan Persepsi

a) Halusinasi

Halusinasi auditorik (+). Menurut pasien, ia sering mendengar bisikan misalnya

bisikan (alm.) ayah dan adiknya berupa suara-suara yang mengatakan bahwa

pasien merupakan putri raja, menyuruh pasien untuk menuruti ibunya, dan

menguruskan badan. Halusinasi visual (+). Menurut pasien, ia juga sering melihat

bayangan ayahnya.

b) Ilusi : Tidak ada

c) Depersonalisasi : Tidak ada

d) Derealisasi : Tidak ada

D. Fungsi Intelektual

1. Taraf Pendidikan Sesuai dengan tingkat pendidikan (D3 sastra inggris)

2. Pengetahuan Umum Baik (pasien mengetahui nama presiden Indonesia saat ini)

3. Kecerdasan Baik (Dapat membaca, menulis, dan berhitung)

4. Konsentrasi dan

Perhatian

Konsentrasi baik

Perhatian kurang (Pasien mudah teralih perhatiannya

terhadap orang yang lewat dan bicara ketika wawancara).

5. Orientasi

- Waktu Baik (Pasien dapat menyebutkan hari, tanggal, bulan dan

tahun pada saat wawancara dengan benar).

- Tempat Baik (Pasien dapat menyebutkan tempat sekarang pasien

berada dan dirawat)

- Orang Baik (Pasien mengenali temannya dengan benar dan

mengetahui sedang diwawancara oleh dokter muda).

- Situasi Baik (Pasien mengetahui situasi sekitar saat wawancara

berlangsung).

12

6. Daya Ingat

- Jangka Panjang Baik (Pasien dapat mengingat perjalanan sakitnya dari

awal keluhan muncul).

- Jangka Pendek Baik (Pasien dapat mengingat nama dokter muda setelah 1

hari dan menceritakan aktivitasnya dari pagi).

- Segera Baik (Pasien dapat menyebutkan urutan-urutan aktivitas

dari pagi ia bangun tidur pada pagi hari ini)

7. Pikiran Abstrak Baik (Dapat mengartikan bahwa pen dan pensil sama-sama

digunakan untuk menulis)

8. Visuospasial Baik

9. Bakat dan kreativitas Baik (Ketika diminta untuk menyanyi pasien bisa

melakukan dan sambil menari juga)

10. Kemampuan Menolong

Diri

Baik (pasien makan, mandi, dan berpakaian sendiri dengan

rapih).

E. Proses Pikir

1. Arus Pikir

a. Produktifitas : Normal

b. Kontinuitas : Asosiasi longgar (pembicaraan yang melolncat-loncat)

c. Hendaya Berbahasa : Tidak terganggu

2. Isi Pikir

a. Preokupasi : Keinginan pasien untuk dijenguk dan pulang.

b. Waham : Waham kebesaran, waham erotomania

c. Obsesi : Ingin ke Amerika

d. Fobia : Tidak ada

e. Gagasan Rujukan : Tidak ada

f. Gagasan Pengaruh : Tidak ada

F. Pengendalian Impuls

Baik (Saat pemeriksaan, pasien mampu mengendalikan diri dan bersikap sopan selama

wawancara, pasien juga tidak marah saat sesi wawancara diinterupsi oleh pasien lain.)

G. Daya Nilai

a. Daya Nilai Sosial : Baik (Pasien tahu bahwa memukul orang itu salah)

13

b. Uji Daya Nilai : Baik (Pasien mau menolong orang yang jatuh dan terluka)

c. Daya Nilai Realita: Terganggu (Adanya halusinasi)

H. Tilikan

Derajat 3 (Pasien sadar bahwa dirinya sakit tetapi menyalahkan faktor eksternal)

I. Reliabilitas : Taraf dapat dipercaya

IV. STATUS FISIK (Tanggal ,pukul WIB)

A. Status Internus

Keadaan Umum : Baik, tampak tidak sakit

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/ menit

Suhu : 36,5 oC

Pernafasan : 22x/ menit

TB/BB : 155cm / 84kg

Kulit : Kecoklatan, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban

normal, efloresensi primer/sekunder (-)

Kepala : Normocephali, rambut agak ikal warna hitam, distribusi merata, tidak

mudah dicabut.

Mata : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak

langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, oedem -/-.

Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-), sekret -/-.

Telinga : Normotia, membran timpani intak +/+, nyeri tarik -/-.

Mulut : Bibir merah, tidak kering, sianosis (-), sariawan (-), trismus (-),

halitosis (-), candidiasis (-).

Lidah : Normoglosia, warna merah muda, lidah kotor (-).

Gigi geligi : Baik

Uvula : Letak di tengah, hiperemis (-)

Tonsil : T1/T1 tenang, tidak hiperemis

14

Tenggorokan : Faring tidak hiperemis

Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar,

trakea letak normal

Thorax

Paru

Inspeksi

Bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, efloresensi

primer/sekunder dinding dada (-), pulsasi abnormal (-), gerak napas simetris, irama

teratur, retraksi suprasternal (-)

Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris

Perkusi : Sonor di semua lapangan paru

Auskultasi : Tidak dilakukan

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Tidak dilakukan

Abdomen : Perut buncit, nyeri tekan (-)

Ekstremitas

- Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)

- Bawah : Akral hangat, sianosis (-), edema (-), deformitas (-)

Genitalia : Tidak diperiksa

B. Status Neurologis

1. Saraf kranial (I-XII) : Baik

2. Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan

3. Refleks fisiologis : Normal

4. Refleks patologis : Tidak ada

5. Motorik : Baik

15

6. Sensorik : Baik

7. Fungsi luhur : Baik

8. Gangguan khusus : Tidak ada

9. Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-)

tonus otot (N), tremor (+), distonia (-)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Pemeriksaan Laboratorium tanggal 7 Juni

2013)

Tanggal

Pemeriksaan

Nama Test Hasil Flag Unit Nilai Rujukan

27-04-2012 HEMATOLOGI

Darah Lengkap:

Hemoglobin 10 g/dL 10,0 – 14,0

Hematokrit 29 % 30 - 42

Trombosit 276 ribu/uL 130 – 450 rb

Lekosit 8,8 ribu/uL 4 – 10 rb

Eritrosit 3,4 juta/mm3 3,2 – 4,6

LED 5 mm/1 jam < 20

KIMIA DARAH

GDS 87 mg/dL < 180

SGOT 25 U/L < 32

SGPT 24 U/L < 31

Ureum 25 mg/dL 15 – 45

Kreatinin 0,7 mg/dL 0,5 – 0,9

Asam Urat 7,6 mg/dL 2,4 – 5,7

URINE (tidak dilakukan pemeriksaan)

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien seorang perempuan dibawa ibunya ke IGD RS jiwa Soeharto Heerdjan

pada tanggal 6 Juni 2013 karena menurut ibu pasien, pasien joget-joget sendiri hingga

tidak tidur semalaman sejak 3 hari SMRS. Pasien juga banyak tertawa-tertawa sendiri

dan teriak-teriak sambil mondar-mandir hingga mengganggu ibu dan tetangganya.

16

Keesokan harinya hal yang sama terjadi. Sang ibu mengaku sempat menasihatinya

namun pasien menjadi ngamuk kepada ibunya tersebut. Ibunya juga mengatakan

bahwa pasien juga akan mengamuk jika keinginannya tidak dituruti.

Sesaat sebelum pasien masuk Rumah Sakit, menurut ibu pasien, pasien

mengamuk, berbicara kacau dan melantur, dan senyum-senyum sendiri. Ibu pasien

tahu bahwa pasien sedang kambuh, lalu dibawalah pasien ke IGD RSJSH. Dari situ

pasien dinyatakan untuk dirawat.

Pada saat wawancara, pasien mengatakan bahwa ia di bawa ke RS jiwa

Soeharto Heerdjan oleh ibunya. Pasien menyadari bahwa memang dirinya beberapa

hari ini tidak tidur karena pasien mengaku muncul bisikan-bisikan yang mengatakan

bahwa dirinya harus kurus, bahwa dirinya adalah seorang ratu / putri raja, maka dari

itu pasien joget-joget semalaman untuk berolahraga supaya kurus dan setelah itu

pasien mengaku merasa dirinya kurusan. Pasien mengatakan bahwa suara bisikan yang

mengatakan bahwa dirinya harus kurus tersebut seperti suara suaminya, (alm.) ayahnya

dan (alm.) kakaknya yang diakuinya selalu menghina pasien karena pasien gemuk.

Pasien juga mengaku mengkonsumsi obat kurus dan jamu “arma” yang disebutnya

dapat menguruskan badan. Selama mengkonsumsi obat dan jamu tersebut, pasien tidak

merasakan ada efek samping di tubuhnya, justru pasien merasa senang karena

badannya mengurus.

Pasien juga mengaku merasa bahwa dia suka mengamuk kepada ibunya jika

keinginannya tidak diikuti.

Pasien bercerita bahwa ada beberapa bisikan-bisikan lainnya, seperti “nanti ke

Amerika”, “nanti tinggal di Amerika”, “harus ke Amerika”. Pasien mengatakan,

bisikan-bisikan tersebut membuat pasien menderita karena harus memikirkan

bagaimana caranya dia bisa ke Amerika karena pasien mengaku tidak mempunyai

uang untuk pergi ke sana.

Pada wawancara dengan ibu pasien, ibunya mengatakan memang pasien

dibawa ke RS karena pasien kambuh. Ibu pasien mengaku pasien rajin kontrol dan

rajin minum obat, namun pada saat kontrol terakhir + 2 minggu SMRS ada obat yang

diganti, dan sang ibu merasa pasien kali ini cepat kambuh dan cepat mengamuk akibat

obat yang diganti tersebut.

Ibu pasien mengatakan bahwa 3 hari SMRS pasien sedang nonton film sebelum

pasien mulai kambuh. Setelah itu pasien mulai bicara ngaco dan joget-joget hingga

tidak tidur. Keesokannya pasien sering bicara sendiri, tertawa sendiri, nyanyi-nyanyi

17

dan berteriak-teriak. Sang ibu mencoba untuk menasihati pasien karena takut

mengganggu tetangga, namun pasien mengamuk.

Ibu pasien juga mengetahui bahwa pasien menderita halusinasi, pasien sering

dibisikkan tentang cita-cita tinggi hingga ke Amerika, bagai seorang putri raja, mau

jadi bintang film, dsb. Namun sang ibu tidak dapat berbuat apa-apa sehingga yang

dapat dilakukannya hanyalah menuruti dan memberikan kebutuhan, serta yang

diinginkan anaknya tersebut.

Selama dirawat di ruang Cempaka, pasien mengaku bahwa dirinya sakit, tapi

pasien tidak mengetahui sebab pasien sakit, pasien menyalahkan ibunya yang

menyebabkan dirinya menjadi seperti ini. Pasien masih mendengar bisikan dan melihat

bayangan namun frekuensinya semakin berkurang.

Dari pemeriksaan psikiatri didapatkan : Kesadaran neurologisnya compos

mentis. Tidak terdapat kelainan fisik ataupun penyakit fisik lainnya, tidak terdapat

riwayat penggunaan obat-obat terlarang dan alkohol. Halusinasi auditorik (+),

halusinasi visual (+), namun pembicaraan pasien koheren. Daya nilai realitanya

terganggu (adanya halusinasi). Tilikannya derajat 3. Pemeriksaan status internus,

neurologis dan penunjang laboratorium dalam batas normal.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Aksis I : Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian

Khusus

Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan

kedalam :

1. Gangguan kejiwaan karena adanya :

Adanya gejala klinis yang bermakna : Halusinasi auditorik dan halusinasi

visual.

Gangguan fungsi/hendaya dan disabilitas : Gangguan dalam fungsi sosial

Distress/penderitaan : Bicara sendiri, bicara melantur, senyum-senyum

sendiri, marah-marah, mengamuk, sulit tidur serta merokok.

2. Gangguan jiwa ini bukan sebagai GMNO, karena :

Tidak ada gangguan jiwa yang disebabkan oleh penyakit organik

Tidak ada gangguan kesadaran

Tidak ada gangguan kognitif (orientasi)

18

Tidak ada gangguan akibat penyalahgunaan obat dan psikoaktif yang

berefek pada episode saat ini

3. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang

dibuktikan dengan adanya :

Halusinasi : Auditorik (+) Visual (+)

Perilaku terdisorganisasi : Marah–marah, senyum-senyum, tertawa dan

bicara sendiri, bicara melantur, tidak bisa tidur

Menurut PPDGJ III dan DSMIV-TR, gangguan psikosis ini adalah skizoafektif.

Skizoafektif ini termasuk tipe manik, karena :

Terdapat halusinasi auditorik dan halusinasi visual pada pasien.

Terdapat waham dan selama periode yang sama bisa terdapat pula

halusinasi selama paling kurang 2 minggu tanpa gejala mood yang

menonjol.

Terdapat gangguan afektif yang tidak menonjol.

Tidak didapatkan gejala mental organik dan bukan akibat penggunaan zat

psikoaktif.

Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari zat atau suatu kondisi

medis umum.

Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental

Tidak terdapat gangguan kepribadian dan retardasi mental.

Aksis III : Kondisi Medis Umum

Tidak ada diagnosis.

Aksis IV : Problem Psikososisal dan Lingkungan

- Masalah dengan “primary support group” (keluarga)

Hubungan pasien baik dengan keluarga. Tetapi terkadang pasien marah kepada

ibunya. Pasien sering menyalahkan ibunya sebagai alasan pasien menjadi

seperti sekarang ini. Pasien juga suka memikirkan ayah dan kakaknya yang

sudah meninggal.

Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global

19

GAF current : 70-61

GAF HLPY : 80-71

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : Skizoafektif tipe manik (F25.0)

Aksis II : Tidak terdapat gangguan keperibadian dan retardasi mental

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah dengan “primary support group” (keluarga)

Aksis V : GAF current : 70-61

GAF HLPY : 80-71

IX. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologik : Ditemukan faktor herediter, yaitu nenek pasien juga

mengalami hal serupa

B. Psikologik : Halusinasi auditorik dan halusinasi visual

C. Sosiobudaya : Pengetahuan pasien dan keluarga yang masih kurang tentang

penyakit pasien

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Ad bonam (pasien tidak pernah membahayakan diri

sendiri selama sakit dan tidak ada tanda-tanda pasien menderita gangguan mental

organik)

Quo ad functionam : Dubia ad bonam (pasien masih dapat melanjalankan

kegiatan sehari-..hari, dan fungsi sosialnya masih baik selama gejala-gejala

psikotiknya ..terkontrol)

Quo ad sanationam : Dubia ad malam (Merupakan kekambuhan gangguan

jiwa pasien ke-12 di mana pasien mengalami perubahan gangguan jiwa sejak tahun

2001. Tilikan.pasien saat ini derajat tiga, pasien tahu dirinya sakit jiwa dan ingin

sembuh tetapi menyalahkan faktor ekternal atas sakitnya tersebut.)

a. Faktor Yang Memperingan :

Pernah bersekolah

20

Tidak ada riwayat kelainan medik umum

Tidak ada perilaku assaultive atau suicidal.

Tilikannya derajat 3

b. Faktor Yang Memperberat :

Onset usia muda

Terdapat faktor herediter

Kambuh dengan frekuensi yang banyak

Tidak bekerja

Dukungan dari keluarga kurang

XI. PENATALAKSANAAN

1. Rawat Inap

Dengan indikasi :

Untuk menstabilkan medikasi.

Perilaku yang kacau dan emosi yang tidak stabil hingga mengganggu orang lain

Keluarga tidak sanggup menangani pasien dirumah.

2. Psikofarmaka

a. Injeksi lodomer : diazepam = 5mg : 5mg IM

b. Risperidon tab 2mg 2 kali per hari per oral.

c. Trihexifenidil tab 2mg 2 kali per hari per oral.

d. Merlopam tab 2mg 1 kali per hari per oral.

e. Depakote tab 500mg 1 kali per hari per oral.

3. Psikoterapi

Dilakukan melalui :

a. Psikoterapi suportif

b. Psikoterapi reedukatif

c. Terapi keluarga

4. Sosioterapi

a. Social Skills Training

XII. PEMBAHASAN

A. Psikofarmaka

Risperidon tab 2mg 2 kali per hari per oral.

21

Risperidon dapat diberikan selama masih ada gejala positif pada pasien. Pada

pasien ini masih terdapat gejala positif (halusinasi) dan dipakai dosis sebanyak

4mg/hari. Ini sesuai dengan dosis optimal sebagai dosis terapi untuk risperidon

yaitu 2-4mg/hari. Risperidon efektif untuk kasus yang baru. Dosis risperidon dapat

diturunkan perlahan sampai gejala pada pasien hilang. Pemberian risperidon juga

bisa diganti jika tidak efektif menurunkan gejala.

Risperidon merupakan antipsikotik atipikal kedua setelah clozapin. Efek

terapeutik pada dosis rendah, pada dosis tinggi dapat terjadi EPS. Dosis risperidon

dimulai dengan 1 mg/hari, selama beberapa hari, kemudian bila kurang atau belum

ada respon dapat dinaikan menjadi 2 mg/hari, kemudian dapat terus dinaikkan,

tetapi pada dosis 4 – 6 minggu perlu dilakukan evaluasi selama 2 – 3 minggu.

Dosis optimal pada dosis terapi adalah 2 – 4 mg/hr. Dosis masksimal yang

dianjurkan 6 mg/hr.

Efektif digunakan pada kasus yang baru atau pada kasus yang sudah kronis dari

skizofrenia. Dapat memperbaiki skizofrenia yang gagal terapi dengan APG 1

tetapi hasil pengobatan tidak sebaik clozapin. Efek samping yang sering terjadi

adalah EPS, peningkatan prolaktin (gangguan menstruasi, galaktorea, disfungsi

seksual), sindroma neuroleptik maligna, dan peningkatan berat badan. Efek

samping lainnya berupa sedasi, pusing, konstipasi dan takikardi.

Efek samping obat

Sindrom ekstrapiramidal yang diakibatkan efek samping dari antipsikotik dan

penatalaksanaannya.

a) Akut

i. Parkinsonism yang diinduksi karena obat

Manifestasi klinis : gerakan spontan yang menurun (bradikinesia),

meningkatkan tonus otot (muscular rigidity), dan resting tremor.

Terapi : penurunan dosis antipsikotik, diberi terapi dengan

antikolinergik seperti trihexyphenidyl (THP), 4-6 mg perhari selama 4-6

minggu.

ii. Distonia

Sering disebabkan karena APG 1 dengan high potensi, dan umumnya

terjadi pada awal pengobatan (beberapa jam sampai beberapa hari

pengobatan) atau pada peningkatan dosis secara bermakna.

22

Gejala : gerakan distonik yang disebabkan oleh kontraksi atau spasme

otot, onset yang tiba – tiba dan terus –menerus hingga terjadi kontraksi otot

yang tidak terkontrol. Otot yang sering terkena otot leher, otot rahang,

lidah. Atau pada seluruh otot tubuh. Distonia glosofaringeal menyebabkan

disartria, disfagia, dan kesulitan bernapas.

Terapi : antikolinergik seperti difenhidramin 50 mg inj im.

iii. Akatisia

Manifestasi : berupa subjektif kegelisahan yang panjang, dengan

gerakan yang gelisah, umumnya kaki yang tidak bisa tenang.

Terapi : antipsikotik diturunkan hingga dosis minimal. Pemberian

propanolol 30 -120mg/hari.

b) Kronik (late)

i. Tardive dyskinesia

Gerakan involunter dari mulut, lidah, batang tubuh dan ekstremitas

yang abnormal dan konsisten. Gerakan oral facial melliputi mengecap-ecap

bibir, menghisap dan mengerutkan bibir.

Terjadi setelah penggunaan antipsikotik minimal 3 bulan atau

penghentian penggunaan selama 4 minggu untuk oral.

ii. Tardive distonia

Gerakan distonik adalah lambat, berubah terus – menerus dan

involunter serta mempengaruhi daerah tungkai dan lengan. Biasanya

ireversibel.

iii. Lain – lain : Sindrom Neuroleptik Maligna

Manisfestasi : ketidakstabilan otonom seperti hipertermia, takikardi,

hipertensi, atau takipnu. Dapat disertai dengan rigiditas otot, penurunan

kesadaran.

Terapi : hentikan antipsikotik dan atas gejala yang ada seperti koreksi

cairan dan elektrolit.

Trihexifenidil tab 2mg 2 kali per hari per oral.

Trihexifenidil merupakan antikolinergik yang digunakan untuk mencegah

gejala ekstrapiramidal akibat penggunaan obat antipsikosis terutama yang high

potential.

23

B. Psikoterapi

Psikoterapi suportif

Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan kombinasi bimbingan serta terapi

kelompok. Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defence

(pertahanan) pasien terhadap stres. Hal ini dilakukan mengingat toleransi

(kemampuan) pasien mengahadapi stres (tekanan, kecewa, frustasi) rendah. Selain

itu pasien mudah marah bila ada masalah. Pasien akan diajarkan cara untuk

meningkatkan perawatan diri dan cara minum obat dengan teratur. Di terapi

kelompok pula, pasien diajarkan cara untuk berkomunikasi dan bersosialisasi

dengan baik.

Psikoterapi reedukatif

Tujuan psikoterapi reedukatif adalah untuk mencapai pengertian tentang

konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana

untuk menyesuaikan diri kembali, memodifikasikan tujuan dan membangkitkan

serta mempergunakan potensi kreatif yang ada.

Cara pendekatan yang dapat digunakan antara lain adalah terapi perilaku dan

kognitif (CBT). Terapi ini mengajarkan pasien untuk menilai pikiran dan persepsi

mereka sebenarnya, tidak mendengar suara-suara (halusinasi) dan tidak bersikap

apatis. Terapi ini efektif mengurangi gejala yang berat dan resiko relaps. Selain itu,

terapi perilaku kognitif juga membantu dalam menghadapi situasi penuh stres,

memperbaiki kemampuan berpikir dan memori serta belajar untuk bersosialisasi.

Terapi keluarga

Keluarga juga harus dilibatkan dalam terapi. Pada terapi ini, keluarga diajarkan

supaya mengerti kondisi yang dialami pasien sekarang supaya lebih bersedia dalam

menangani pasien saat pasien pulang ke rumah. Keluarga juga harus dilatih supaya

menjadi primary support group yang baik karena pasien mungkin akan mengalami

masalah stigma dengan masyarakat. Selain itu, keluarga harus direedukasi tentang

pentingnya mengawasi dan ikut serta dalam mendisiplinkan pasien untuk

mengkonsumsi obat yang diberi dan kontrol rutin setelah pulang dari RSJ Soeharto

Heerdjan guna perbaikan kualitas hidup pasien. Sejumlah penelitian menunjukkan

bahwa terapi keluarga efektif dalam menurunkan relaps. Angka relaps tahunan

tanpa terapi keluarga 25-50% sedangkan dengan terapi keluarga 5-10%.

24

C. Sosioterapi

Hal ini dilaksanakan dengan melibatkan pasien dalam berbagai aktivitas di RSJSH,

seperti kegiatan rehabilitasi dengan melatih keterampilan pasien, selain itu untuk

memotivasi pasien agar mudah bergaul dengan pasien lain dan diikut sertakan dalam

kegiatan rohani. Sosioterapi yang bisa diterapkan pada pasien adalah social skills

training.

Social Skills Training

Pelatihan ketrampilan sosial bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

performance dalam menghadapi situasi kehidupan sehari-hari, sehingga penderita

memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan interpersonal, perawatan diri, dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Mengenal dan memahami

manajemen medikasi sehingga dapat mengoptimalkan hidup penderita skizofrenia.

Pelatihan ini memfokuskan pada stressor-stresor lingkungan, dan defisit yang

karakteristik dari setiap pasien. Komponen ketrampilan social meliputi ketrampilan

dalam hal berkomunikasi, persepsi sosial, dan mengatasi masalah dalam situasi yang

khusus. Ketrampilan dalam hal berkomunikasi yang diberikan berupa kemampuan

untuk memulai, memelihara dan mengakhiri percakapn. Ketrampilan persepsi sosial

yang diberikan berupa kemampuan seseorang untuk mempersepsikan situasi social

secara akurat, melaksanakan ketrampilan interpersonal dan menganalisa situasi.

25