case katarak
-
Upload
zhul-thaa-purpleholic -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
description
Transcript of case katarak
UJIAN KASUS GERIATRI MEDIK
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
IDENTITAS PASIEN
Nama : Oma Husna Aziz
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal lahir : Palembang, 4 Juni 1943
Umur : 71 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : S1 Psikologi
Alamat : Jl. Legenda Wisata, Depok
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Tanggal Masuk STW : 28 Desember 2010
ANAMNESA ( AUTOANAMNESA)
Tanggal Pemeriksaan : 19 Agustus 2014
Keluhan Utama : Hidung tersumbat saat pagi dan malam hari
Keluhan Tambahan : pilek,penglihatan berkabut, nyeri pada paha kanan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien sering mengeluh hidung tersumbat dan pilek saat pagi dan malam hari ataupun
ketika terkena udara dingin. Hal ini memang sudah sering dialami pasien sejak pasien masih
muda, tetapi seiring bertambahnya umur pasien merasa pilek dan hidung tersumbatnya
bertambah parah dan bisa mengganggu tidur bila tidak minum obat pilek. Pasien juga
mengeluh sering bersin-bersin jika ada hembusan udara yang dingin dan debu. Selama ini
pasien tidak mengalami demam, sakit kepala (-), batuk (-), sesak nafas (-), darah (-). Pasien
tidak merasakan adanya nyeri ataupun rasa tertekan pada sekitar wajah dan hidung. Saat
muda pasien pernah 1 kali berobat ke dokter THT dan dilakukan tindakan penyedotan cairan
dalam hidung pada tahun 1974 dan membaik.Tahun 1976 sempat kambuh dan dilakukan
penyedotan kembali dan keluhan juga menghilang.Keluhan yang sama kambuh lagi dan
pasien sering merasa hidungnya tersumbat terutama saat udara pagi hari.Rasa tersumbat
berkurang jika pasien meminum minuman hangat,dan berjemur.Pasien juga mengkonsumsi
obat Rhinos SR yang diberikan oleh dokter STWKB setiap kali merasa hidungnya tersumbat.
Pasien juga mengeluh pandangannya bertambah buram sejak 11 bulan yang lalu,
terutama pada mata sebelah kiri. Pasien sudah beberapa kali memeriksakan matanya ke
dokter spesialis mata di RS Medistra dan didiagnosa terdapat katarak pada mata kiri pasien.
Sehari-hari pasien hanya menggunakan obat tetes mata Catarlens yang didapatkan dari dokter
di STWKB. Pada tanggal 14 Mei 2014 pasien mengkontrolkan diri ke RS Ps.Rebo dan
dokter menganjurkan untuk dilakukan operasi yang dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2014.
Selain itu pasien juga kadang – kadang mengeluh nyeri pada bekas luka operasi patah
tulang terutama ketika pasien mencoba untuk belajar jalan sendiri tanpa bantuan. Untuk
mengurangi rasa nyeri tersebut pasien sering menaikan kakinya ke atas kursi dan minta untuk
di pijat. Pasien berusaha sebisa mungkin untuk tidak meminum obat pereda sakit.
Sehari-hari pasien beraktifitas dengan kursi roda,untuk berpindah tempat jika berada di
kamar menggunakan standart walker.
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Sejak SMA pasien memiliki riwayat gastritis dan sekarang pasien mengatur jenis dan
jadwal makannya secara teratur sehingga gastritisnya dapat terkontrol dengan baik
tanpa menggunakan obat.
• Pada tahun 2004 terdapat kardiomegali. Saat ini terkontrol dan tidak ad keluhan.
• Pada tahun 2010 pasien didiagnosa katarak pada mata kanannya dan sudah dilakukan
operasi.
• Post operasi pada Januari 2011 dilakukan pemasangan AMP (Austin moore
prothesis)pada femur dextra
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga :
Riwayat hipertensi, penyakit jantung, diabetes militus , dan asma pada keluarga
pasien disangkal.
Riwayat alergi + (ibu,kakak dan keponakan)
Riwayat Operasi :
Operasi fraktur intertrochanter dextra (Januari tahun 2010)
Riwayat makanan : Nafsu makan baik, teratur, 3x sehari, porsi cukup.
Riwayat BAK : Lancar, warna kuning jernih, nyeri (-), darah (-), lendir (-).
Riwayat BAB : Lancar, tidak sakit, konsistensi lunak, darah (-), lendir (-).
Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal, perinatal, masa kanak-kanak dan remaja
Pasien adalah seorang perempuan berusia 71 Tahun. Lahir di Palembang, 4 Juni 1943.
Ayah pasien meninggal sewaktu pasien SMA karena gastritis kronik.Beliau adalah anak
ke-5 dari 7 bersaudara (4 kakak laki-laki,1 adik permpuan dan 1 adik laki-laki).Setelah
lahir sampai SMP 3 pasien tinggal di Palembang.Kemudian meneruskan SMA dan
perguruan tinggi di Bandung.Kemudian berpindah ke Jakarta.
2. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah sarjana fakultas psikologi di universitas
Pajajaran,Bandung.
3. Riwayat masa dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai staf HRD sekaligus sebagai pengasuh di keluarga
kakak dari orangtua Bapak Akbar Tandjung.
b. Riwayat Perkawinan
Pada tahun 1965 beliau menikah di Jakarta dan dikaruniai 1 orang anak laki-
laki.Suami beliau meninggal akibat serangan jantung.Pasien mengaku sedih pada
mulanya,tetapi seiring berjalannya waktu pasien dapat menerima dan melanjutkan hidup.
c. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ke-5 dari 7 bersaudara. Oma berhubungan baik dengan saudara-
saudaranya dan terutama keponakan-keponakannya.
d. Riwayat Kehidupan Sosial
Selama tinggal di STW pasien dapat membina hubungan baik dengan sesama
penghuni dan perawat. Pasien masih aktif mengikuti kegiatan senam, rekreasi, dan pengajian
yang diadakan oleh STW. Pasien biasanya mengisi waktu sehari-hari dengan menonton tv,
tidur di dalam kamar dan jarang mengobrol dengan penghuni lainnya.
e. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam. Sejak kecil pasien rajin beribadah, sering shalat dan membaca
Al-Quran.
f. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien masuk ke STW atas kemauan sendiri. Pasien senang tinggal di STW karena
selain ada yang mengurusi,pasien juga mempunyai kegiatan seperti senam dan pengajian.
g. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien merasa puas dengan kehidupan dan pekerjaan yang sudah dijalaninya dahulu.
Pasien juga tidak merasa tertekan saat tinggal di STW. Setelah masuk panti pasien merasa
senang. Pasien juga memiliki relasi yang baik dengan sesama penghuni.
STATUS INTERNIS
Pemeriksaan Tanggal : 23 Agustus 2014
KEADAAN UMUM
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120 / 70 mmHg
Nadi : 84 x / menit
Pernapasan : 20 x / menit (thoraco-abdominal)
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 19.5 kg/m2 ( N : 18,5-23 )
Status Gizi Berat Badan Normal
BMI berdasarkan kriteria WHO Asia Pasifik :
Underweight : < 18,5
Normoweight : 18,5 – 22,9
BB lebih : 23
Dengan resiko : 23,00 - 24,9
Obesitas grade I : 25 – 29,9
Obesitas grade II : 30
KEADAAN REGIONAL
* Kulit : kulit keriput, warna kuning langsat, ikterus (-), sianosis (-)
* Kepala : bentuk bulat, tidak teraba benjolan, rambut putih terdistribusi merata, tidak
mudah dicabut
* Mata : bentuk normal, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), palpebra superior
et inferior tidak edema, pupil bulat isokor diameter 3 mm, refleks cahaya
+/+, arcus senilis +/+, shadow test -/+ OD= lensa jernih, OS= lensa keruh,
VOD = 6/60, VOS= 2/60.
*Telinga : bentuk normal, liang telinga lapang, sekret -/-
* Hidung : deviasi septum (-), sekret + / +, warna putih kental, mukosa hiperemis (+),
massa (-)
* Mulut : bentuk simetris, bibir tidak kering, perioral sianosis ( - ), lidah tidak kotor,
arkus faring simetris, faring hiperemis ( - ), tonsil T1-T1 tenang.
* Leher : trakea di tengah, tiroid dan kelenjar getah bening tidak teraba membesar.
Kesimpulan : Pada pemeriksaan Mata didapatkan OS= lensa keruh, shadow test -/+
VOD 6/60, VOS 2/60, pada pemeriksaan hidung didapatkan sekret +/+
dengan mukosa hiperemis, keadaan regional lain dalam batas normal
THORAX
Pulmo
Inspeksi : Simetris dalam statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Kesimpulan : Pulmo dalam batas normal, tidak ditemukan adanya kelainan .
Cor
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicula line sinistra
Perkusi : Redup
Batas atas : ICS III parasternal line sinistra
Batas kanan : ICS V sternal line dextra
Batas kiri : 2 jari medial ICS V midclavicula line sinistra
Auskultasi : BJ I&II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Kesimpulan : Cor dalam batas normal
ABDOMEN
Inspeksi : Tampak cembung, tidak tampak gambaran vena dan usus.
Palpasi : Datar, soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
Auskultas : Bising usus (+) normal (6x/menit)
Kesimpulan : Abdomen dalam batas normal
EXTREMITAS
Akral hangat, sianosis (-), terdapat bekas luka operasi pada lateral femur dextra.
STATUS NEUROLOGIS
1. Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 ( E4M6V5 )
2. Tanda-tanda perangsangan meningeal : (-)
3. Tanda-tanda peningkatan TIK : (-)
4. Mata : Pupil, Bulat, isokor, diameter 3mm/3mm,
refleks cahaya +/+
5. Nn. Craniales : Baik
6. Sistem sensorik : Baik
7. Kekuatan motorik : 5555 5555
Sulit dinilai 5555
7. Fungsi cerebellum dan koordinasi : Fungsi Cerebellum dan Koordinasi
Tes Rhomberg : (-)
Jari-Jari : (-) / (-)
Jari-Hidung : (-) / (-)
Tumit-Lutut : Tidak dilakukan
8. Fungsi luhur : Baik
9. Refleks fisiologis : +/+
10. Refleks patologis : -/-
11. Tanda-tanda regresi dan demensia : Tidak ada
Kesimpulan : Pada test kekuatan motorik pada kaki kanan (post operasi intertrochanter
dextra) sulit dinilai (pasien takut untuk menggerakan kakinya)
STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang wanita berusia 71 tahun, berperawakan sedang, rambut hitam beruban, lurus,
panjang, tersisir rapi, cara berpakaian rapi, dan bersih.
2. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan suara yang cukup jelas menggunakan bahasa Indonesia.
Perkataan dan kalimat jelas.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif terhadap pemeriksa, tidak menolak dilakukan pemeriksaan tertentu.
4. Pengendalian motorik
Pasien dapat menggerakkan ekstremitas superior dan inferior.
5. Kemampuan baca tulis
Baik. Tanpa menggunakan kacamata.
6. Perilaku dan aktifitas psikomotor
Pasien betah tinggal di Panti STW, karena banyak kegiatan yang dapat dilakukan.
Setiap pagi berkebun, lalu lebih banyak menghabiskan waktu mengobrol dengan penghuni
panti , menonton berita dan tidur.
b. Keadaan Mood, Afektif dan Keserasian
1. Mood : euthyme
2. Afek : luas
3. Keserasian : serasi
c. Gangguan Persepsi dan Gangguan Kognitif
1. Halusinasi auditorik : tidak ada
2. Halusinasi visual : tidak ada
3. Ilusi : tidak ada
4. Depersonalisasi : tidak ada
5. Apraksia : tidak ada
6. Agnosia : tidak ada
d. Pikiran
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : baik
b. Kontinuitas pikiran : baik
c. Hendaya dalam bahasa : tidak ada
2. Bentuk Pikir
a. Asosiasi Longgar : tidak ada
b. Ambivalensi : tidak ada
c. Flight of Ideas : tidak ada
d. Inkoherensi : tidak ada
e. Verbigerasi : tidak ada
f. Persevarasi : tidak ada
3. Isi Pikir
a. Fobia : tidak ada
b. Obsesi : tidak ada
c. Kompulsi : tidak ada
d. Ideas of referance : tidak ada
e. Waham : tidak ada
e. Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengendalikan emosinya.
f. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan : sesuai dengan latar belakang pendidikan
2. Orientasi : baik (orang, waktu, dan tempat)
3. Memori segera : baik. Pasien dapat dapat mengulang dengan benar 3
macam benda yang disebutkan oleh pemeriksa
4. Memori jangka pendek : baik. Pasien dapat mengingat menu sarapannya.
5. Memori jangka sedang : baik. Pasien ingat kapan Ia masuk ke STW Cibubur.
6. Memori jangka panjang : baik. Pasien ingat masa mudanya.
7. Daya konsentrasi dan kalkulasi : baik
8. Kemampuan baca dan tulis : Pasien dapat membaca dengan bantuan kacamata.
9. Kemampuan visospasial : baik
10. Bahasa : baik
11. Agnosia : tidak ditemukan
g. Nilai - nilai dan Tilikan
Nilai sosial : baik
Uji daya nilai : baik
Penilaian realita : baik
Tilikan derajat 6 (emotional insight)
h. Taraf Dapat Dipercaya
Secara umum didapatkan kesan bahwa Pasien dapat dipercaya.
Kesan : Ditemukan mood euthyme, afek baik, produktivitas pikiran baik, kontinuitas
pikiran baik. Memori segera, jangka pendek, jangka sedang, dan jangka panjang baik,
daya konsentrasi dan kalkulasi baik. Atensi baik
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONER ( SPMSQ )
1. Tanggal berapa hari ini ? Jawaban : Benar
2. Hari apa sekarang ? Jawaban : Benar
3. Apa nama tempat ini ? Jawaban : Benar
4. Kapan anda lahir ? Jawaban : Benar
5. Di mana tempat anda lahir ? Jawaban : Benar
6. Berapa umur anda ? Jawaban : Benar
7. Berapa saudara yang anda miliki ? Jawaban : Benar
8. Siapa nama teman di sebelah kamar anda ? Jawaban : Benar
9. Siapa nama kakak anda ? Jawaban : Benar
10. Kurangi 1 dari 10 dan seterusnya ? Jawaban : Benar
Kesimpulan : Benar Semua Fungsi intelektual utuh
Interpretasi hasil :
Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : Kerusakan intelektual berat
SKALA DEPRESI GERIATRI -15 (GDS)
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? Ya Tidak → 0
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan?
Ya Tidak → 0
3. Apakah anda merasa hidup anda kosong? Ya Tidak → 0
4. Apakah anda sering merasa bosan? Ya Tidak → 0
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap hari? Ya Tidak → 0
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ? Ya Tidak → 0
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Ya Tidak → 0
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak → 0
9. Apakah anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar & mengerjakan sesuatu yang
baru? Ya Tidak → 1
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda dibanding
banyak orang? Ya Tidak → 0
11. Apakah anda pikir hidup anda ini menyenangkan? Ya Tidak → 0
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan saat ini? Ya Tidak → 0
13. Apakah anda merasa anda penuh semangat? Ya Tidak → 0
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Ya Tidak → 0
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya drpd anda? Ya Tidak → 0
Total score: 1
Jawaban Ya untuk butir 9 mendapat skor 1
- Skor <5 : tidak depresi
- Skor 5-9 : kemungkinan besar depresi
- Skor >10 : depresi
Kesimpulan : Tidak depresi
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI ( MMSE )
Item Test Nilai
Max
Nilai
1. ORIENTASI
Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa?
5 5
2. Kita berada di mana? (Negara), (propinsi), (kota), (rumah
sakit), (lantai/ kamar) ?
5 5
3. REGISTRASI
Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda
1 detik, klien disuruh mengulangi ketiga nama benda
tersebut dengan benar dan catat jumlah pengulangan
3 3
4. ATENSI DAN KALKULASI
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang
benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja
kata “ WAHYU “ (Nilai diberikan pada huruf yang benar
sebelum kesalahan misalnya = 2)
5 5
5. MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
Klien disuruh mengingat kembali 3 nama benda di atas
3 3
6. BAHASA
Klien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukan
(pensil, buku)
2 2
7. Klien disuruh mengulang kata-kata:
“namun”,”tanpa”,”bila”.
1 1
8. Klien disuruh melakukan perintah: “ambil kertas dengan
tangan anda, lipatlah menjadi 2 dan letakan di lantai
3 3
9. Klien disuruh membaca dan melakukan perintah “pejamkan
mata Anda”
1 1
10. Klien disuruh menulis dengan spontan 1 1
11. Klien disuruh menggambarkan bentuk di bawah ini 1 1
JUMLAH 30 30
Skor : Nilai 24 – 30 : normal
Nilai 17 – 23 : Probable gangguan kognitif
Nilai 0 – 16 : Definite gangguan kognitif
Kesimpulan : Tidak ada gangguan fungsi kognitif
CLOCK DRAWING TEST ( CDT )
Komponen yang dinilai Nilai
Menggambar lingkaran yang tertutup 1
Meletakan angka – angka dalam posisi yang benar 1
Ke – 12 angka komplit 1
Meletakan jarum-jarum jam dalam posisi yang tepat 1
Total nilai 4
Instruksi : Klien diminta membuat jam dinding bulat lengkap dengan angka-angkanya,
kemudian klien diminta menggambarkan jarum jam yang menunjukkan pukul tiga.
Interpretasi hasil :
Jika kedua jarum jam di kedua belahan jarum jam yang sama, maka ada indikasi
hemispasial neglect atau hemianopsia
Nilai 0 : Jika Klien tidak dapat dengan tepat melakukan apa yang diintruksikan.
Nilai 1 : Jika klien dengan tepat dengan benar melakukan apa yang diintruksikan
Kesimpulan : Klien dapat melakukan yang diperintahkan dengan benar
DETEKSI TERHADAP DEPRESI
Setiap
saat
Sering Kadang-
kadang
Jarang Tidak
pernah
A. Seberapa sering dalam 1
bulan terakhir anda merasa
cemas dan gelisah
+
B. Seberapa sering dalam 1
bulan terakhir anda
merasa tenang dan damai
+
C. Seberapa sering dalam 1
bulan terakhir anda merasa
sedih
+
D. Seberapa sering dalam 1
bulan terakhir anda merasa
bahagia
+
E. Seberapa sering dalam 1
bulan terakhir anda merasa
rendah diri dan tidak ada
yang dapat menghibur anda
+
F. Seberapa sering dalam b1
bulan terakhir anda merasa
hidup ini tidak berarti lagi
+
Jawaban seperti “ setiap saat “ atau “ sering “ mengindikasikan kecurigaan adanya depresi
( kecuali untuk pertanyaan B dan D )
Kesimpulan : Tidak terdapat depresi.
STATUS FUNGSIONAL
A. Aktivitas Sehari – hari / ADL
Mandiri Memerlukan
bantuan orang lain
Bergantung pada
orang lain
Mandi +
Transfer +
Berpakaian +
Kebersihan +
Ke toilet +
Makan +
Menyiapkan makanan +
Mengatur keuangan +
Mengatur pengobatan +
Menggunakan telepon +
Apakah pasien inkontinensia ?
Urin : tidak Alvi : tidak
Kesimpulan: ADL Mandiri
B. NEURO-PSYCHIATRY INVENTORY ( NPI )
Symptom Frekuensi (F) Keparahan (X) Total (FX) Distress1. Delusi 0 0 0 02. Halusinasi 0 0 0 03. Agitasi 0 0 0 04. Depresi 0 0 0 05. Ansietas 0 0 0 06. Euforia 0 0 0 07. Apatis 0 0 0 08. Disinhibisi 0 0 0 09. Iritabilitas 0 0 0 010. Perilaku motorik yang menyimpang 0 0 0 011. Perilaku di malam hari 0 0 0 012. Gangguan makan dan selera makan 0 0 0 0
Kesimpulan : Tidak ada gangguan neuro-psikiatrik.
STATUS FUNGSIONAL
A. Aktivitas kehidupan sehari – hari / Indeks Katz
1. Bathing : Mandiri
2. Dressing : Mandiri
3. Toiletting : Mandiri
4. Transfering : Mandiri
5. Continence : Mandiri
6. Feeding : Mandiri
Kesimpulan : Termasuk Indeks Katz A
B. Indeks ADL Barthel
Fungsi Nilai Keterangan
1. Mengontrol BAB
0
1
2
Incontinence
Kadang-kadang incontinence
Continence teratur
2. Mengontrol BAK
0
1
2
Incontinence
Kadang-kadang incontinence
Continence teratur
3. Membersihkan diri
( lap muka, sisir rambut,
sikat gigi )
0
1
Butuh pertolongan orang lain
Mandiri
4. Toiletting
0
1
2
Tergantung pertolongan orang lain
Perlu pertolongan pada beberapa
aktivitas, tetapi beberapa aktivitas masih
dapat dikerjakan sendiri
Mandiri
5. Makan
0
1
2
Tidak mampu
Butuh pertolongan orang lain
Mandiri
6. Berpindah tempat dari kursi
ke tempat tidur
0
1
2
3
Tidak mampu
Perlu pertolongan untuk bisa duduk
Bantuan minimal 2 orang
Mandiri
7. Mobilisasi / berjalan
0
1
2
3
Tidak mampu
Bisa berjalan dengan kursi roda
Berjalan dengan bantuan orang lain
Mandiri
8. Berpakaian
0
1
2
Tergantung pertolongan orang lain
Sebagian dibantu
Mandiri
9. Naik turun tangga
0
1
2
Tidak mampu
Butuh pertolongan
Mandiri
10. Mandi0
1
Tergantung pertolongan orang lain
Mandiri
Total Nilai 18 Mandiri
Nilai ADL :20 : Mandiri12-19 : Ketergantungan ringan9-11 : Ketergantungan sedang5-8 : Ketergantungan berat0-4 : Ketergantungan total
Kesimpulan : Index ADL = 18 (Ketergantungan ringan)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Thorax (22 Desember 2010)
Cor
-Tampak membesar kekiri bawah
-Aorta elongatio dan dilation
Pulmo
-Tidak tampak infiltrat/lesi pada kedua paru
-Corakan bronkovaskuler normal.
Kesan : cardiomegali
Foto Pelvis
-3 januari 2011
- Fraktur intertrochanter dextra
- Densitas tulang menurun osteopenia
10Juni 2011 post operasi
Kedudukan prothese baik
BMD / Bone Mass Density (Oleh Anlene) (1 Juni 2011)
T-score = - 3,0 (Resiko Tinggi Osteoporosis)
LABORATORIUM
Hasil
Pemeriksaan
04/01/11
Nilai Normal Satuan
Hemoglobin 12,2 13,2 – 17,3 g/dL
Hematokrit 37 40-52 %
Leukosit 3630 3800 – 10600 Ul
Thrombosit 180.000 150.000 –
440.000
Ul
LED 35 <15 mm/jam
MCV 86 80-100 Fl
MCH 28 26-34 Pg
MCHC 33 32-36 g/dl
Hemostasis
PT 13 11,9-14,4 Detik
APTT 30.8 26,4-37,6 Detik
Fungsi Hati
Protein Total 8 6 – 8 g/dL
Albumin 3,6 3,4-4,8 g/dL
Globulin 4,8 <2 g/dL
SGPT 9 0-50 U/L
SGOT 23 0-50 U/L
GDS 105 <200 mg/dL
Lemak
Kolesterol total 215 <200 mg/dL
Trigliserida 72 40-155 mg/dL
HDL 65 30-63 mg/dL
LDL 136 <130 mg/dL
Fungsi Ginjal
Ureum 41,2 20-40 mg/dL
Kreatinin 0.6 0,17-1,5 mg/dL
Asam Urat 3,9 2-7 mg/dL
RESUME
Telah diperiksa seorang perempuan berusia 71 tahun, keluhan utama hidung
tersumbat sejak 1 bulan yang lalu, Pasien juga mengeluh sering bersin-bersin jika ada
hembusan udara yang dingin dan debu.Hal tersebut pernah dirasakannya sejak masih
muda,tetapi bertambah parah seiring bertambahnya usia.Pasien menggunakan obat Rhinos
SR yang diberikan oleh dokter STWKB setiap kali merasa hidungnya tersumbat.Pasien juga
merasakan penglihatan berkabut pada mata kiri sejak 8 bulan lalu,sudah pernah ke dokter
mata di ps Rebo dan didiagnosa katarak dan nyeri dirasakan pada post operasi fraktur femur
dextra.
Riwayat penyakit dahulu
• Sejak SMA pasien memiliki riwayat gastritis dan sekarang pasien mengatur
jenis dan jadwal makannya secara teratur sehingga gastritisnya dapat
terkontrol dengan baik tanpa menggunakan obat.
• Pada taun 2004 terdapat kardiomegali.Saat ini terkontrol dan tidak ad
keluhan.
• Pada tahun 2010 pasien didiagnosa katarak pada mata kanannya dan sudah
dilakukan operasi.
• Post operasi pada Januari 2011 dilakukan pemasangan AMP (Austin moore
prothesis)pada femur dextra
Riwayat penyakit keluarga : Alergi + ( ibu, kakak, dan keponakannya)
Riwayat Operasi : Operasi fraktur intertrochanter dextra (Januari tahun 2010)
KEADAAN UMUM
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110 / 80 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Pernapasan : 24 x / menit (thoraco-abdominal)
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 19.5 kg/m2 ( N : 18,5-23 )
Status Gizi Berat Badan Normal
BMI berdasarkan kriteria WHO Asia Pasifik :
Underweight : < 18,5
Normoweight : 18,5 – 22,9
BB lebih : 23
Dengan resiko : 23,00 - 24,9
Obesitas grade I : 25 – 29,9
Obesitas grade II : 30
Pemeriksaan fisik :
Kulit tampak keriput, pada pemeriksaan mata didapatkan OS= lensa keruh, shadow
Test -/+ VOD 6/60, VOS 2/60, pada pemeriksaan hidung ditemukan sekret pada
kedua rongga hidung warna putih kental, mukosa hiperemis (+).
Pemeriksaan neurologis :
Pada test kekuatan motorik pada kaki kanan (post operasi intertrochanter) sulit dinilai
(pasien takut untuk menggerakan kakinya)
Pemeriksaan status mentalis :
Ditemukan mood baik, afek luas, produktivitas pikiran baik, kontinuitas pikiran baik,
memori segera, jangka pendek, jangka sedang dan jangka panjang baik, daya
konsentrasi dan kalkulasi baik. Tidak ada ambivalensi, inkoherensi dan atensi baik.
• SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONER ( SPMSQ )
Fungsi intelektual utuh
• MMSE
nilai 30 tidak ada gangguan kognitif
• Clock drawing test
skor 4 tidak terdapat gangguan fungsi kognitif
• Deteksi terhadap depresi
tidak terdapat depresi
• SKALA DEPRESI GERIATRI
tidak terdapat depresi
NPI (neuro-phychiatry inventory)
Tidak terdapat gangguan neuropsikiatrik
• Status fungsional
- aktifitas kehidupan sehari-hari /indeks katzkatzF : mandiri
-indeks ADL barthel : skor 14 ketergantungan ringan
Pemeriksaan penunjang :
Foto Thorax (22 Desember 2010)
cor
-Tampak membesar kekiri bawah
-Aorta alongatio dan dilatio
Pulmo
-Tidak tampak infiltrat/lesi pada kedua paru
-Corakan bronkovaskuler normal.
Kesan : cardiomegali
Foto Pelvis
-3 januari 2011
- Fraktur intertrochanter dextra
- Densitas tulang menurun
10Juni 2011 post operasi
Kedudukan prothese baik
BMD / Bone Mass Density (Oleh Anlene) (1 Juni 2011)
T-score = - 3,0 (Resiko Tinggi Osteoporosis)
PERMASALAHAN SAAT INI
Biologis:
- Hidung terasa tersumbat
- Buram pada mata kanannya
- Nyeri post operasi pada paha kanan
Lingkungan dan psikososial tidak ad masalah
DIAGNOSA KERJA
Diagnosa Utama : Rhinitis Alergi Kronik e.c 1.dingin
2.debu
DD:1. Rhinitis vasomotor
2. Sinusitis
Diagnosa Tambahan :
Katarak imatur OS
Nyeri post operasi fraktur intertrochanter dextra
Suspect osteoporosis
PEMERIKSAAN YANG DIANJURKAN
-Foto sinus maxilariskonsultasi ke bagian THT
-uji alergi (prick test)
-Pemeriksaan massa tulang ulang dengan DEXA- dual energy x-ray absorptiometry
-Konsul ke bagian mata
RENCANA PENGELOLAAN
Rhinitis Alergi Kronik
• Non farmakologis :
- Menghindari daerah berdebu dan ber-AC.
• Farmakologis :
- Loratadine 5 mg+ pseudoefedrin 120 mg (rhinos sr)
Katarak senilis Imatur OS
• Non farmakologis :
- Operasi: Phacoemulsification
• Farmakologis :
- Catarlent eye drop 3 x 2 tetes OS
(Per 15 ml : CaCl2 anhidrat 0,075 gram, Kalium Iodida 0,075 gram, Natrium
Tiosulfat 0,0075 gram, Fenilmerkuri Nitrat 0,3 mg)
Nyeri Post Operasi Fraktur Intertrochanter Dextra
• Non farmakologis :
- Menggunakan kursi roda saat beraktifitas
- Fisioterapi
• Farmakologis :
- Asam mefenamat 500 mg 2-3 kali sehari pada saat terasa nyeri sesudah makan
Osteoporosis
Non farmakologi :
-konsumsi kacang kedelai
-konsumsi makanan yang mengandung kalsium
• Farmakologi :
-Hibone 1x1 (bonistein(genistein) 15mg, Ca element (sebagain Ca fosfat) 250 mg,vit
D3 200 IU,Vit K1 0.1 mg
PROGNOSIS
Rhinitis Alergi Kronik
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Katarak Imatur OS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Nyeri Post Operasi Fraktur Intertrochanter Dextra
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
OsteoporosisAd vitam : dubia ad bonam
Ad fungtionam : dubia ad bonam
Ad sanationam :dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
RHINITIS ALERGI
Pendahuluan Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi pada pasien
atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya
suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik tersebut.
Definisi
Kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin,rinore,rasa gatal dan tersumbat
setelah mukosa terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE
Patofisiologi
Berdasarkan cara masuknya alergen dibagi menjadi :
1. Alergen inhalanyang masuk bersamaan dengan udara pernapasan (contohnya : debu
rumah)
2. Alergen ingestanyang masuk ke saluran cerna,berupa makanan,contohnya :
susu,sapi,telur,
3. Alergen injektanmasuk melalui suntikan atau tusukan ,contohnya : penisillin atau
sengatan lebah.
4. Alergen kontaktanyang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa,misalnya
bahan kosmetik,perhiasan.
Klasifikasi rhinitis alergi berdasarkan sifat berlangsungnya:
1. Rhinitis intermintten :< 4 minggu
2. Rhinitis menetap : > 4 minggu
Rhinitis alergi berdasarkan tingkat berat ringannya penyakit :
1. Ringan :tidak ditemukan gangguan aktifitas,dan gangguan tidur
2. Sedang –berat : ditemukn gangguan aktifitas
Penegakan diagnostik :
1. Anamnesa
50% diagnosa ditegakan berdasarkan anamnesa saja,gejala rhinitis alergi yang
khas adanya serangan bersin berulang.Sebenarnya bersin merupakan gejala
normal,terutama pagi hari ataupun jika kontak dengan debu. Hal ini menrupakan
proses fisiologik,yaitu membersihkan sendiri (self cleaning process). Gejala lain
berupa keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan
mata gatal, yang terkadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).
2. Pemeriksaan fisik
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edem, basah,berwarna pucat disertai
adanya sekret encer yang banyak.
3. Pemeriksaan penunjang
o in vitro
IgE spesifik RAST( Radio Immuno Sorbent Test) /ELISA (Enzym linked
immuno Sorbent Assay Test). Jika ditemukan eosinofil dalam jumlah banyak
kemungkinan alergi inhalan. Jika basofil (>5sel/lap) mungkin disebabkan
alergi makanan.
o In vivo
Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan test cukit kulit (prick
test),uji intradermal yang tunggal atau uji berseri (Skin End Point
Tiration/SET)
Penatalaksanaan :
1. Non-Farmako :
-Menghindari kontak dengan alergen penyebab
2. Farmakologi
-Medikamentosa
Antihistamin yang dipakai adalah antagonis H-1, yang bekerja secara inhibitor
komppetitif pada reseptor H-1 sel target, dan merupakan preparat farmakologik yang
paling sering dipakai sebagai inti pertama pengobatan rinitis alergi. Pemberian dapat
dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral.
Antihistamin dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan antihistamin generasi-1 (klasik)
dan generasi -2 (non sedatif). Antihistamin generasi-1 bersifat lipofilik, sehingga
dapat menembus sawar darah otak (mempunyai efek pada SSP) dan plasenta serta
mempunyai efek kolinergik. Preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik
alfa dipakai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi dengan
antihistamin atau tropikal. Namun pemakaian secara tropikal hanya boleh untuk
beberapa hari saja untuk menghindari terjadinya rinitis medikamentosa. Preparat
kortikosteroid dipilih bila gejala trauma sumbatan hidung akibat respons fase lambat
berhasil diatasi dengan obat lain. Yang sering dipakai adalah kortikosteroid tropikal
(beklometosa, budesonid, flusolid, flutikason, mometasonfuroat dan triamsinolon).
Preparat antikolinergik topikal adalah ipratropium bromida, bermanfaat untuk
mengatasi rinore, karena aktifitas inhibisi reseptor kolinergik permukaan sel efektor
(Mulyarjo, 2006).
-Operatif
Tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior) perlu dipikirkan bila konka
inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai
AgNO3 25 % atau troklor asetat (Roland, McCluggage, Sciinneider,
2001). Pengobatan operatif baru dilakukan bila pengobatan medikamantosa gagal.
Tindakan ini memungkinkan ventilasi dan drainase hidung serta mengupayakan aliran
hidung dan sinus yang memadai (Dhingra, 2007).
-Imunoterapi
Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi
membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat,
berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan (Mulyarjo, 2006).
Komplikasi :
1. Polip hidung
2. Sinusitis paranasal
OSTEOPOROSIS
Definisi
Secara harfiah kata osteo berarti tulang dan kata porosis berarti berlubang atau dalam
istilah populer adalah tulang keropos. Zat kapur, kalsium adalah mineral terbanyak dalam
tubuh kurang lebih 98% kalsium dalam tubuh terdapat di dalam tulang Definisi menurut
WHO osteporosis adalah penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan
memburuknya mikrostruktural jaringan tulang menyebabkan kerapuhan tulang sehingga
meningkatkan risiko terjadinya fraktur.
Patogenesis
Tulang manusia terdiri atas 15% tulang trabekular dan 85% tulang kortikular. Tulang
tidak hanya berfungsi sebagai stabilitator, tetapi juga sebagai cadangan kalsium, fosfat,
magnesium, natrium, kalium, laktat, dan sitrat. Kalsium merupakan mineral yang sangat
penting bagi tubuh. Bila terjadi kekurangan kalsium tubuh, kadar kalsium dapat
dipertahankan stabil melalui mobilisasi kalsium dari tulang.
Tulang mengalami proses resorpsi dan formasi secara terus menerus yang disebut
sebagai remodelling tulang. Proses remodelling tulang merupakan proses mengganti tulang
yang sudah tua atau rusak, diawali dengan resorpsi atau penyerapan tulang oleh osteoklas dan
diikuti oleh formasi atau pembentukan tulang oleh osteoblas. Proses remodelling diawali
dengan pengaktifan osteoklast oleh sitokin tertentu. Sitokin yang berasal dari monosit-
monosit dan yang berasal sel-sel osteoblast (sel induk) itu sendiri sangat berperan pada
aktivitas osteoklas. Estrogen mengurangi aktivitas osteoklas, sedangkan bila kekurangan
estrogen meningkatkan aktivitas osteoklas. Enzim proteolitik, seperti kolagen membantu
osteoklas dalam prosespembentukkan tulang. Pada tahap resorpsi, osteoklas bekerja
mengkikis permukaan daerah tulang yang perlu diganti. Proses resorpsi ini ditandai dengan
pelepasan berbagai metabolit yang sebagian dapat dipergunakan sebagai pertanda (marker)
untuk menasah tingkat proses dinamisasi tulang. Pada proses pembentukkan osteoblast mulai
bekerja. Sel yang
berasal dari sel mesenhim ini menyusun diri pada daerah permukaan berongga dan
membentuk matriks baru (osteosid) yang kelak akan mengalami proses mineralisasi melalui
pembentukkan kalsium hidroksiapetit dan jaringan matrik kolagen.
Dalam proses pembentukan tulang, hal yang sangat penting adalah koordinasi yang baik
antara osteoklas, osteoblas, dan sel-sel endotel. Selama sistem ini berada dalam
keseimbangan, pembentukkan dan penghancuran tulang akan selalu seimbang. Pada usia
reproduksi, di mana fungsi ovarium masih baik, terdapat keseimbangan antara proses
pembentukkan tulang (osteoblas) dan proses laju pergantian tulang (osteoklas) sehingga tidak
timbul pengeroposan tulang. Namun, ketika memasuki usia klimakterium, keseimbangan
antara osteoklas dan osteobals mulai mengalami gangguan, fungsi osteoblas mulai menurun
dan pembentukkan tulang baru pun berkurang, sedangkan osteoklas menjadi hiperaktif dan
dengan sendirinya penggantian tulang berlangsung sangat cepat (high turnover).
Aktivitas osteoklas ditandai dengan terjadinya pengeluaran hidroksiprolin dan
piridinolincrosslink melalui kencing, serta asam fosfat dalam plasma. Hormon paratiroid dan
1,25 (OH)2 vitamin D3 mengaktifkan osteoklas sedangkan kalsitonin dan estradiol
menghambat kerja osteoklas. Resopsi tulang menyebabkan mobilisasi kalsium dan hal ini
menyebabkan berkurangnya sekresi hormon paratiroid akibatnya pembentukkan 1,25 (OH)2
vitamin D3 serta resorpsi kalsium oleh usus berkurang.
Faktor - Faktor Risiko Osteoporosis
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab atau faktor-faktor yang berisiko terkena
osteoporosis, antara lain:
a) Riwayat Keluarga
Seseorang termasuk berisiko tinggi bila orang tuanya juga menderita osteoporosis.
Faktor genetik ini terutama berpengaruh pada ukuran dan densitas tulang.
b) Jenis Kelamin
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormon
estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita
pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun. Pada wanita
postmenopause kerapuhan tulang terjadi lebih cepat dibandingkan dengan pembentukkan
tulang.
c) Usia
Kehilangan masa tulang meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Semakin
bertambah usia, semakin besar risiko mengalami osteoporosis karena tulang menjadi
berkurang kekuatan dan kepadatannya. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia
antara 30 sampai 35 tahun.Patah tulang meningkat pada wanita usia >45 tahun, sedangkan
pada laki-laki patah tulang baru meningkat pada usia >75 tahun. Penyusutan massa tulang
sampai 3-6% pertahun terjadi pada 5-10 tahun pertama pascamenopause. Pada usia lanjut
penyusutan terjadi sebanyak 1% per tahun. Namun, pada wanita yang memiliki faktor risiko
penyusutan dapat terjadi hingga 3% per tahun. Selain itu, pada usia lanjut juga terjadi
penurunan kadar 1,25 (OH)2D yang disebabkan oleh kurangnya masukan vitamin D dalam
diet, gangguan absorpsi vitamin D, dan berkurangnya vitamin D dalam kulit.
d) Aktifitas Fisik
Kurang kegiatan fisik menyebabkan sekresi Ca yang tinggi dan pembentukan tulang
tidak maksimum. Namun aktifitas fisik yang terlalu berat pada usia menjelang menopause
justru dapat menyebabkan penyusutan tulang. Kurang berolahraga juga dapat menghambat
proses pembentukan tulang sehingga kepadatan massa tulang akan berkurang. Semakin
banyak bergerak dan olah raga, maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa akivitas fisik seperti berjalan kaki pada
dasarnya memberikan pengaruh melindungi tulang dan menurunkan demineralisasi tulang
karena pertambahan umur. Hasil penelitian Recker et.al dalam Groff dan Gropper (2000),
membuktikan bahwa aktifitas fisik berhubungan dengan penambahan kepadatan tulang
spinal. Aktivitas fisik harus mempunyai unsur pembebanan pada tubuh atau anggota
gerak.dan penekanan pada aksis tulang untuk meningkatkan respon osteogenik dari estrogen.
e) Status Gizi
Zat gizi dan gaya hidup juga mempengaruhi kondisi tulang. Perawakan kurus
cenderung memiliki bobot tubuh cenderung ringan merupakan faktor risiko terjadinya
kepadatan tulang yang rendah.
f) Kebiasaan Konsumsi Asupan Kalsium
Kalsium (Ca), fosfor (P), dan magnesium (Mg) merupakan komponen utama
pembentuk tulang. Sebagai mineral terbanyak, berat Ca yang terdapat pada kerangka tulang
orang dewasa kurang lebih 1 kilogram. Penyimpanan mineral dalam tulang akan mencapai
puncaknya (Peak Bone Mass atau PBM) sekitar umur 20-30 tahun. Pada priode PBM ini jika
massa tulang tercapai dengan kondisi maksimal akan dapat menghindari terjadinya
osteoporosis pada usia berikutnya. Pencapaian PBM menjadi rendah jika individu kurang
berolahraga, konsumsi Ca rendah, merokok, dan minum alkohol. Kalsium dan vitamin D
dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang yang kuat. Kalsium juga sangat penting untuk
mengatur kerja jantung, otot, dan fungsi saraf. Semakin bertambahnya usia, tubuh akan
semakin berkurang pula kemampuan menyerap kalsium dan zat gizi lain. Oleh karena itu,
pria dan wanita lanjut usia membutuhkan konsumsi kalsium yang lebih banyak. Konsumsi Ca
yang dianjurkan National Osteoporosis Foundation (NOF) adalah 1000 mg untuk usia 19-50
th dan 1200mg untuk usia 50th keatas. Sumber - sumber kalsium terdapat pada susu,keju,
mentega, es krim, yoghurt dan lain – lain.
g) Kebiasaan Merokok
Wanita yang mempunyai kebiasaan merokok sangat rentan terkena osteoporosis
karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang dan juga membuat kadar dan
aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan sel tulang tidak kuat
dalam menghadapi proses pembentukan tulang.
h) Penyakit Diabetes Mellitus
Orang yang mengidap DM lebih mudah mengalami osteoporosis. Pemakaian insulin
merangsang pengambilan asam amino ke sel tulang sehingga meningkatkan pembentukkan
kolagen tulang, akibatnya orang yang kekurangan insulin atau resistensi insulin akan mudah
terkena osteoporosis. Kontrol gula yang buruk juga akan memperberat metabolisme vitamin
D dan osteoporosis.
Etiologi
Menurut etiologinya osteoporosis dapat dikelompokkan dalam osteoporosis primer
dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terjadi akibat kekurangan massa tulang yang
terjadi karena faktor usia secara alami. Osteoporosis primer ini terdiri dari dua bagian:
1. Tipe I (Post Menopausal)
Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (usia 53-70 tahun). Ditandai oleh fraktur
tulang belakang tipe crush, Colles’fracture, dan berkurangnya gigi geligi. Hal ini disebabkan
luasnya jaringan trabekular pada tempat tersebut,dimana jaringan trabekular lebih responsif
terhadap defisiensi estrogen.
2. Tipe II (Senile)
Terjadi pada pria dan wanita usia ≥70 tahun. Ditandai oleh fraktur panggul dan tulang
belakang tipe wedge. Hilangnya massa tulang kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut.
Osteoporosis sekunder dapat terjadi pada tiap kelompok umur yang disebabkan oleh penyakit
atau kelainan tertentu, atau dapat pula akibat pemberian obat yang mempercepat
pengeroposan tulang. Contoh penyebab osteoporosis sekunder antara lain gagal ginjal kronis,
hiperparatiroidisme (hormon paratiroid yang meningkat), hipertirodisme (kelebihan horman
gondok), hipogonadisme (kekurangan horman seks), multiple mieloma, malnutrisi, faktor
genetik, dan obat-obatan.
Diagnosis
Pengukuran densitas tulang merupakan kriteria utama untuk menegakkan diagnosis
dan monitoring osteoporosis dengan densitometri, computed tomography scan (CT Scan),
atau ultrasound. Diagnosis osteoporosis dapat dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada saat ini bakuan untuk diagnosis osteoporosis
diperoleh dengan menggunakan teknik Dual Energy X-ray Absorpsiometry (DXA) yang
mengukur kepadatan tulang sentral. Kelangkaan dan mahalnya DXA untuk sementara dapat
digantikan dengan alat Ultrasound Densitometry atau Quantitative Ultrasound (QUS) yang
lebih murah, mudah dipindahkan dan tidak terdapat efek radiasi tetapi tidak dapat mengukur
secara langsung BMD.
Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengukur kepadatan mineral tulang adalah
sebagai berikut :
a. Dual-Energy X-ray Absorptiometry (DEXA),
menggunakan dua sinar–X berbeda, dapat digunakan untuk mengukur kepadatan
tulang belakang dan pangkal paha. Sejumlah sinar-X dipancarkan pada bagian tulang dan
jaringan lunak yang dibandingkan dengan bagian yang lain. Tulang yang mempunyai
kepadatan tulang tertinggi hanya mengizinkan sedikit sinar-x yang melewatinya. DEXA
merupakan metode yang paling akurat untuk mengukur kepadatan mineral tulang. DEXA
dapat mengukur sampai 2% mineral tulang yang hilang tiap tahun. Penggunaan alat ini sangat
cepat dan hanya menggunakan radiasi dengan dosis yang rendah tetapi lebih mahal
dibandingkan dengan metode ultrasounds. Satuan : gr/cm2.
b. Peripheral Dual-Energy X-ray Absorptiometry (P-DEXA),
merupakan hasil modifikasi dari DEXA. Alat ini mengukur kepadatan tulang anggota
badan seperti pergelangan tangan, tetapi tidak dapat mengukur kepadatan tulang yang
berisiko patah tulang seperti tulang belakang atau pangkal paha. Satuan :gr/cm2.
c. Dual Photon Absorptiometry (DPA),
menggunakan zat radioaktif untuk menghasilkan radiasi. Dapat mengukur kepadatan
mineral tulang belakang dan pangkal paha, juga menggunakan radiasi sinar dengan dosis
yang sangat rendah tetapi memerlukan waktu yang cukup lama. Satuan : gr/cm2.
d. Ultrasounds
pada umumnya digunakan untuk tes pendahuluan. Jika hasilnya mengindikasikan
kepadatan mineral tulang rendah maka dianjurkan untuk tes menggunakan DEXA.
Ultrasounds menggunakan gelombang suara untuk mengukur kepadatan mineral tulang,
biasanya pada telapak kaki. Sebagian mesin melewatkan gelombang suara melalui udara dan
sebagian lagi melalui air.
Ultrasounds dalam penggunaannya cepat, mudah dan tidak menggunakan radiasi
seperti sinar-X. Salah satu kelemahan ultrasounds adalah tidak dapat menunjukkan kepadatan
mineral tulang yang berisiko patah tulang karena osteoporosis. Penggunaan ultrasounds juga
lebih terbatas dibadingkan DEXA. Satuan : gr/cm2.
e. Quantitative Computed Tomography (QCT),
adalah suatu model dari CT-scan yang dapat mengukur kepadatan tulang belakang.
Salah satu model dari QCT disebut peripheral QCT (pQCT) yang dapat mengukur kepadatan
tulang anggota badan seperti pergelangan tangan. Pada umumnya pengukuran dengan QCT
jarang dianjurkan karena sangat mahal, menggunakan radiasi dengan dosis tinggi dan kurang
akurat dibandingkan dengan DEXA, P-DEXA atau DPA. Satuan : gr/cm2.
Hasil pengukuran kepadatan tulang dapat disajikan dalam beberapa bentuk, yaitu :
a. T-score
T-score hasil pengukuran kepadatan tulang dibandingkan dengan nilai rata-rata
kepadatan tulang sehat pada umur 30 tahun. Nilai kepadatan mineral tulang selanjutnya
dilaporkan sebagai standar deviasi dari mean kelompok yang direferensikan.
1) Nilai negatif (-)
mengindikasikan bahwa tulang mempunyai kepadatan yang lebih kecil dibandingkan
dengan rata-rata kepadatan tulang sehat pada usia 30 tahun.
2) Nilai positif (+)
mengindikasikan bahwa tulang mempunyaikepadatan mineral lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata kepadatan tulang sehat pada usia 30 tahun.
Kategori Nilai T-Score
Normal -1 ≤ SD < 2.5
Osteopenia -2.5 ≤ SD <-1
Osteoporosis < -2.5
Osteoporosis parah < -2.5 dan adanya satu atau lebih fraktur
b. Z-score.
Nilai kepadatan tulang yang diperoleh dibandingkan dengan hasil yang lain dari
kelompok orang yang mempunyai umur, jenis kelamin dan ras yang sama. Nilai Z-score hasil
pengukuran kepadatan tulang diberikan dalam standar deviasi (SD) dari nilai rata-rata
kelompoknya. Nilai kepadatan mineral tulang selanjutnya dilaporkan sebagai standar deviasi
dari mean kelompok yang direferensikan.
1) Nilai negatif (-)
mengindikasikan bahwa tulang mempunyai kepadatan yang lebih kecil dibandingkan
dengan rata-rata kepadatan tulang yang lain dalam kelompoknya.
2) Nilai positif (+)
mengindikasikan bahwa tulang mempunyai kepadatan mineral lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata kepadatan tulang yang lain dalam kelompoknya.
Z-score direkomendasikan bagi pria dan wanita yang berusia muda serta anak-anak.
Penilaian kepadatan tulang dengan menggunakan Zscore disajikan menurut International
Society for Clinical
Kategori Z-Score
Normal : ≥ -2 SD
Kepadatan tulang rendah : < -2 SD
Menopause
Menopause adalah berhentinya siklus perdarahan uterus yang teratur. Seorang wanita
dikatakan menopause minimal 12 bulan setelah menstruasi yang terakhir, ditandai dengan
gejala-gejala vasomotor dan urogenital misalnya kering vagina dan dispareunia. Pada wanita
terjadi antara umur 40-65 tahun. Perimenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause,
saat pertama kali wanita meraskan gejala menopause seperti hot flushes (rasa panas) dan
berkeringat dimalam hari. Menstruasi biasanya kurang dapat diprediksi selama tahap ini.
Pasca menopause adalah masa 3-5 tahun setelah menopause.Semakin tua, folikel seorang
wanita akan semakin resistenterhadap stimulasi gonadotropin, akibatnya FSH dan LH di
dalam darahakan meningkat. Peningkatan FSH dan LH akan menyebabkan stimulasi stromal
terhadap ovarium, yang menyebabkan peningkatan estrone danpenurunan kadar estradiol.
Karenanya menopause dapat dideteksi denganrendahnya kadar estrogen diperedaran darah.
Pada masa ini, terutama padamasa post menopause, estrogen didapat dari stroma ovarium
(bukan darifolikel langsung) dan dari sekresi androstenedion yang diaromatisasimenjadi
estrone di sirkulasi perifer. Estrogen yang demikian (estrone)dinamakan estrogen
ekstragonadal dan merupakan pemasok utama estrogen pada wanita postmenopause. Secara
klinis indikasi menopause dapat dilihat dari kadar FSH darah.
Kejadian Osteoporosis pada Wanita Postmenopause
Risiko osteoporosis pada wanita lebih besar dibanding pria karena wanita memiliki
hormon estrogen yang dihasilkan setiap mengalami siklus menstruasi, dimana hormon ini
merupakan hormon yang berfungsi sebagai pelindung tulang. Dalam keadaan normal hormon
estrogen yang berasal dari sel telur akan merangsang aktifitas osteoblas dalam pembentukan
tulang. Kadar estrogen yang sangat rendah akan menghambat kerja osteoblas dan
meningkatkan kerja osteoklas sehingga remodelling tulang tidak seimbang dan lebih banyak
resorpsi tulang sehingga risiko terjadinya osteopenia atau awal penurunan massa tulang
sampai osteoporosis sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah sangat mungkin terjadi.
Pengobatan medikamentosa
A. Agen-agen yang menghambat kecepatan hilangnya massa tulang,bekerja dengan
menurunkan kecepatan resorps tulang (antiresorptive agent)
1.Bisfosfonat
-generssi 1 : Etidronat (didronel)
Clodronate
-generasi 2 : Alendronate
Ibandronate
Tiludronate
Pamidronate
-generasi 3 : Risedronate (actonel)
1. SERMs (Selective estrogen reseptor modulators)
Raloxifene 60mg/hari (KI: ibu hamil),pada wanita pasca
menopause,meningkatkan densitas mineral tulang dan dapat mengurangi resiko
fraktur kompresi vertebre.
2. Terapi sulih hormon
Terapi estrogen alamimengkonsumsi makanan alami yang mengandung
fitoestrogen.
3. Kalsitonin
4. Kalsiumkebutuhan kalsium sehari dianjurkan adalah 1000-1200 IU/hari
5. Vitamin Dkebutuhan vitamin D sehari dianjurkan adalah 400-800 IU/hari
B. Agen-agen yang mendukung formasi tulang (bone forming agents)
1.Fluor (PEMBERIAN 30-60 mg/hari)
2.Androgen
3.Hormon paratiroid
KATARAK
DEFINISI
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin Cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti
tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
atau terjadi akibat kedua-duanya.
EPIDEMIOLOGI
Katarak merupakan penyebab kebutaan di dunia saat ini yaitu setengah dari 45 juta
kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara berkembang seperti
Indonesia, India dan lainnya. Katarak juga merupakan penyebab utama kebutaan di
Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang berhubungan dengan penglihatan. Survei
tahun 1982 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,2% dari seluruh
populasi dan 0,76% disebabkan oleh katarak. Sedangkan pada survei tahun 1994-1997
yang diadakan oleh Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter
Spesialis Mata Indonesia menunjukkan adanya peningkatan angka kebutaan yaitu
mencapai 1,47% dan 1,02% diakibatkan oleh katarak.
KLASIFIKASI
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam:
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun
Pada katarak kongenital, kelainan utama terjadi di nukleus lensa atau nukleus
embrional, bergantung pada waktu stimulus kataraktogenik. Katarak juvenil adalah katarak
yang terdapat pada usia muda yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih
dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak
juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metaolik dan penyakit
lainnya seperti katarak metabolik, katarak akibat kelainan otot pada distrofi miotonik,
katarak traumatik, dan katarak komplikata.
Katarak senil adalah kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia
lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Katarak senil secara klinik
dibedakan dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur dan hipermatur. Perbedaan stadium
katarak senil dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test (-) (+) (-) +/-
Visus (+) < << <<<
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma
DIAGNOSIS
Gejala pada katarak senilis berupa distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin
kabur. Pada stadium insipien, pembentukan katarak penderita mengeluh penglihatan jauh
yang kabur dan penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca
lebih baik tanpa kacamata (“second sight”). Terjadinya miopia ini disebabkan oleh
peningkatan indeks refraksi lensa pada stadium insipient. Sebagian besar katarak tidak dapat
dilihat oleh pemeriksa awam sampai menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan
menimbulkan kebutaan. Katarak pada stadium dini, dapat diketahui melalui pupil yang
dilatasi maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar atau slit lamp. Fundus okuli menjadi
semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa, hingga reaksi fundus
hilang. Derajat klinis pembentukan katarak dinilai terutama dengan uji ketajaman penglihatan
Snellen.
TERAPI
Katarak senilis penanganannya harus dilakukan pembedahan atau operasi. Tindakan
bedah ini dilakukan bila telah ada indikasi bedah pada katarak senil, seperti katarak telah
mengganggu pekerjaan sehari-hari walapun katarak belum matur, katarak matur, karena
apabila telah menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit (uveitis atau glaukoma) dan
katarak telah telah menimbulkan penyulit seperti katarak intumesen yang menimbulkan
glaukoma.
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
- ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
- ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) yang terdiri dari ECCE
konvensional, SICS (Small Incision Cataract Surgery), fekoemulsifikasi (Phaco
Emulsification.
Fekoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan
getaran ultrasonik untuk menghancurkan nukleus sehingga material nukleus dan kortek dapat
diaspirasi melalui insisi ± 3 mm.
Fekoemulsifikasi merupakan teknik ekstraksi katarak terbaik yang pernah ada saat ini.
Teknik ini di tangan operator yang berpengalaman menghasilkan rehabilitasi tajam
penglihatan yang lebih cepat, kurang menginduksi astigmatisme, memberikan prediksi
refraksi pasca operasi yang lebih tepat, rehabilitasi yang lebih cepat dan tingkat komplikasi
yang rendah.
Meskipun demikian, Manual Small Incision Cataract Surgery ( MSICS) yang adalah
modifikasi dari ekstraksi katarak ekstrakapsular merupakan salah satu teknik pilihan yang
dipakai dalam operasi katarak dengan penanaman lensa intraokuler. Teknik ini lebih
menjanjikan dengan insisi konvensional karena penyembuhan luka yang lebih cepat,
astigmatisme yang rendah, dan tajam penglihatan tanpa koreksi yang lebih baik.
Komplikasi dari pembedahan katarak antara lain:
- Ruptur kapsul posterior
- Glaukoma
- Uveitis
- Endoftalmitis
- Perdarahan suprakoroidal
- Prolap iri
-
Daftar pustakaPrevention and management od osteporosi.Report of a WHO scientific group.Geneva :world
Health Organization,2003 :1-106
Krause HF.Otolanryologic allergy and immuniligy WB Saunders Co Philadelphia 1989
Krause JH,chadwick SJ,Gordon BR, Deberey MJ.Allergy and immunology. An otolarynic
approuch.Lippincott Williams & Wilkins Co.newyork 2002.
Paduan diagnostic dan pengelolaan osteoporosis.Ikatan reumatologi Indonesia.Jakarta ,2005
National osteoporosis fondation : http://nof.org/
www.emedicine.com