Case Iufd
-
Upload
pennystevana -
Category
Documents
-
view
13 -
download
1
description
Transcript of Case Iufd
BAB I
PENDAHULUAN
Kematian janin disegala umur kehamilan adalah suatu kejadian yang
tragis. Disamping tugas dokter untuk menegakkan diagnosis dan mencari
penyebabnya, dokter juga harus memiliki sensitifitas yang dibutuhkan untuk
merencanakan persalinan dan memberikan konsultasi yang diperlukan orangtua.
Intrauterine Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam uterus atau
neonatus dengan berat 500 gram atau lebih. Kematian hasil konsepsi diperkirakan
terdapat pada 75 persen dari wanita yang mencoba untuk hamil. Sedangkan
kematian perinatal termasuk didalamnya stillbirth dan kematian neonatus
mencapai 1 persen di Amerika Serikat.
Diagnosis dari IUFD selain dari anamnesis adalah dari pemeriksaan fisik
yang hanya memberikan sedikit kegunaan. Oleh karena itu diperlukan
pemeriksaan lebih merinci untuk memastikan adanya IUFD. Setelah diagnosis
IUFD ditegakkan, dokter harus merencanakan pengelolaan lebih lanjut yang
mengikutsertakan orangtua.
Terdapat prinsip-prinsip yang perlu dipahami sebelum penggunaan obat-
obatan untuk stimulasi uterus dalam proses persalinan janin mati. Prinsip-prinsip
tersebut sangat berguna dalam pemilihan rencana terapi pada kasus IUFD yang
berbeda. Dalam case ini berisi salah satu kasus kematian janin yang akan dibahas
mengenai diagnosis, penatalaksanaan dan tindakan yang sebaiknya dilakukan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
I. Identitas Penderita
Nama : Ny. L Y
Umur : 21 tahun
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 80 kg
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Nama Suami : Tn.A Y
Umur Suami : 26 tahun
Pekerjaan Suami : Karyawan swasta
RM/Reg. : 00.356.252
Ruang : Debora kelas III
Masuk tanggal : 8 Desember 2014
Keluar tanggal : 10 Desember 2014
II. Anamnesis
Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan utama : Mulas—mulas (rujukan dari klinik bersalin)
Pasien datang dengan membawa rujukan dari klinik
bersalin. G1P0A0 merasa hamil 9 bulan datang dengan keluhan mulas-
mulas sejak 16 jam SMRSI, mulas dirasakan menjalar ke pinggang,
dirasakan semakin lama semakin sering dan semakin kuat. Dalam 10 menit
dirasakan 2x mulas dan setiap kali mulas sekitar 10 detik. Keluhan tidak
disertai keluarnya lendir dan darah dari jalan lahir. Tidak adanya keluhan
keluar cairan seperti rembesan. Gerak janin tidak ada, disangkal adanya
demam, berhubungan seksual, riwayat trauma, dan mengkonsumsi obat -
obatan.
2
Riwayat berobat:
• RPD : belum pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. HT (-), DM
(-), Asma (-)
• RPK : tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. HT (-), DM
(-), Asma (-)
• Riwayat Operasi: -
• Riwayat Kebiasaan : pasien tidak pernah minum obat yang tidak
dianjurkan oleh dokter dan jamu selama kehamilan
• Riwayat Menstruasi : teratur/ siklus 28 hari/ @ 7 hari
• HPHT : 28 Febuari 2013
• TTP : 26 Juli 2014
• Riwayat PNC : dokter Sp. OG
• Riwayat KB : -
• Riwayat Pernikahan : 1 thn
• Riwayat Obstetri : G1P0A0
III. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah: 140/90 mmHg
Nadi : 112 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37 oC
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Leher : JVP 5 + 0 cm H2O, KGB tidak teraba membesar
Thorax : B/P simetris kiri=kanan
Pulmo : VBS +/+, Wh -/-, Ronchi -/-
Cor : BJM, regular, tidak ada murmur
Abdomen : cembung, gravid
Hepar dan Lien tidak dapat dinilai
3
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat
Status Obstetricus
Pemeriksaan Luar:
Inspeksi : Chloasma gravidarum –
Hiperpigmentasi areola mammae +/+
Hiperpigmentasi linea alba +
Palpasi : TFU : 32 cm
LP : 101 cm
Letak janin : Puka
HIS : 1-2x/ 10 menit, @10 detik
TBBA: 2945 gr
Auskultasi: BJA –
Pemeriksaan Dalam:
VT : V/V : tidak ada kelainan
Portio : tipis, lunak
Pembukaan : 1 cm
Ketuban : positif
Letak terendah :Presentasi ubun ubun kecil,
kepala masih tinggi
Laboratorium
9/12/2014
Hb : 12.4 g/dl
Ht : 36.4% L
Leukosit : 16.060 /mm3 H
Trombosit : 213.000 /mm3
Eritrosit : 4.2 juta/mm3 L
Waktu perdarahan : 2’
4
Waktu pembekuan: 8’
IV. Diagnosis Masuk
G1P0A0 gravida 34-35 minggu+IUFD
Follow Up
Keadaan Lapor pasien G2P0A1 parturient aterm fase I kala aktif, plasenta letak
rendah, perdarahan pervaginam (+) sedikit, HIS (+), DJJ (-), ketuban pecah ½ jam
yang lalu
KU : CM
VT : pembukaan 7-8 cm, ketuban hijau
Th/ rencana partus pervaginam
Drip Oxitocin 5 IU dalam 500cc dextrose 5% untuk 20 tts flat
- Jika dagu berubah ke anterior partus pervaginam
- Jika dagu menetap di posterior partus perabdominan
a. Pasien dan Advis Dokter
5
6
V. Diagnosis Keluar
P1A0 partus maturus spontan dengan IUFD. Lahir bayi Laki - laki,
tunggal, meninggal, BBL 2535 gram, PBL 48 cm.
VI. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
7
PEMBAHASAN
Apa yang dimaksud IUFD?
Menurut WHO maupun American College of Obstetricians and
Gynecologist yang termasuk kematian janin dalam uterus adalah kematian janin
dalam uterus atau neonatus dengan berat 500 gram atau lebih. American College
of Gynecologist juga menyebutkan kematian janin dalam uterus adalah kematian
hasil konsepsi yang berlangsung pada umur kehamilan 22 minggu atau lebih.
Apa saja yang dapat menyebabkan IUFD?
Kematian janin dapat disebabkan oleh beberapa sebab. Dapat dibagi menjadi :
Maternal
1. Kehamilan serotinus (lebih dari 42 minggu)
berkaitan dengan infark plasenta yang menyebabkan insufisiensi
plasenta.
2. Diabetes (tidak dikontrol dengan baik)
3. Sistemik lupus eritematosus
SLE dapat menyebabkan arteriolitis (vaskulitis desidual). Adanya
antikardiolipin yang yang dikeluarkan oleh ibu hamil dengan SLE
dapat menyebabkan adanya blok jantung janin dan fibrosis
endomiokardial.
4. Infeksi
5. Tekanan darah tinggi.
6. Preeklampsia
7. Hemoglobinopati
Contohnya pasien dengan penyakit sickle cell anemia dapat menjadi
memburuk diikuti dengan oklusi dari pembuluh darah yang dapat
menyebabkan mortalitas dari ibu dan kematian janin.
811
8. Umur lanjut ibu.
Sesuai pertambahan usia ibu, kemungkinan menderita penyakit
degenerasi dan frekuensi anak mempunyai kelainan congenital
semakin tinggi.
9. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan Rh incompatibility
10. Ruptur uterine
Terjadi hipoksia karena lepasnya plasenta dan hipovolemi ibu. Satu-
satunya cara untuk mempertahankan janin adalah dengan laparotomi
segera.
11. Antifosfolipid antibodi.
Adanya antifosfolipid antibodi contohnya anti kardiolipin dan lupus
antikoagulan secara langsung menyerang trombosit dan endothelium
pembuluh darah yang menyebabkan kerusakan vaskular, trombosis,
kematian janin, dan kerusakan plasenta.
12. hipotensi
13. Kematian ibu
Fetal
1. Kehamilan ganda
Pada kehamilan ganda dapat terjadi twin-to-twin transfusion syndrome
(TTS).
2. Intrauterine growth restriction
3. Kelainan kongenital
4. Kelainan genetik
5. Infeksi (ct: parvovirus B19, CMV, listeria)
Plasenta
1. Cord accident
2. Solutio plasenta
3. Plasenta previa
9
Apa penyebab IUFD pada pasien ini?
Pada pasien ini didapatkan lilitan tali pusat di leher erat 3x.
Penyebab paling sering dari IUFD pada trimester ketiga berhubungan dengan tali
pusat. Carey dan Rayburn mencatat selama kurang-lebih 5 tahun dan
mendapatkan lilitan tunggal tali pusat terjadi pada 23,6 % persalinan baik pada
bayi yang hidup atau yang meninggal. Mereka juga mendapatkan 3,7 % lilitan
multiple tali pusat pada stillbirth. Penelitian lainnya mencatat bahwa insidensi
lilitan tali pusat berkisar 1 % dan yang berhubungan dengan kematian adalah 2,7
%. Walaupun begitu, adanya lilitan tali pusat bukan berarti kematian. Apabila
lilitan tersebut lepas dan sirkulasi janin kembali baik, janin dapat bertahan. Tetapi
apabila lilitan tersebut menjadi ketat dapat menyebabkan vasokontriksi dan
penurunan sirkulasi darah janin. Lebih jauh lagi, menurunnya jumlah Wharton’s
jelly pada area tersebut menyebabkan oklusi dari aliran darah janin.6
Pada pasien ini terdapat kelainan presentasi janin, janin letak muka dagu di
posterior. Dalam keadaan normal, presentasi janin adalah belakang kepala dengan
penunjuk ubun-ubun kecil dalam posisi transversal (saat masuk pintu atas
panggul), dan posisi anterior (setelah melewati pintu tengah panggul). Dengan
presentasi tersebut, kepala janin akan masuk panggul dalam ukuran terkecilnya
(sirkumferensia suboksipitobregmatikus). Hal tersebut dicapai bila sikap kepala
janin fleksi. Sikap yang tidak normal akan menimbulkan malpresentasi pada janin
dan kesulitan persalinan terjadi oleh karena diameter kepala yang harus melalui
panggul menjadi lebih besar. Sikap ekstensi ringan akan menjadi presentasi
puncak kepala ( dengan penunjuk ubun-ubun besar), ekstensi sedang menjadikan
presentasi dahi (dengan penunjuk sinsiput), dan ekstensi maksimal menjadikan
presentasi muka (dengan penunjuk dagu).
Apabila janin dalam keadaan malpresentasi atau malposisi, maka dapat terjadi
persalinan yang lama atau bahkan macet. Pengertian persalinan lama adalah
persalinan kala I fase aktif dengan kontraksi uterus regular selama lebih dari 12
jam. Persalinan macet adalah persalinan yang kemajuannya terhambat oleh faktor
mekanis dan proses kelahiran tidak mungkin dilakukan tanpa intervensi operatif
10
Pada pasien ini juga terdapat plasenta letak rendah, yaitu plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya
berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Komplikasi dari
kelainan letak plasenta adalah beresiko tinggi untuk solusio plasenta (Resiko
Relatif 13,8), seksio sesaria (RR 3,9), kelainan letak janin (RR 2,8), perdarahan
pasca persalinan (RR 1,7), kematian maternal akibat perdarahan (50%), dan
disseminated intravascular coagulation (DIC) 15,9%. (Sarwono, 2008)
Bagaimana cara mendiagnosis IUFD?
Anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak terlalu bermanfaat. Keluhan utamanya
adalah hanya tidak adanya gerakan janin. Pada pemeriksaan fisik, tidak adanya
detak jantung janin ini harus dikonfirmasikan dengan menggunakan pemeriksaan
ultrasonografi, didapatkan kematian embrio dimana fetal pole > 5 mm namun
tidak ada aktifitas jantung.
Bila lewat dari waktu yang cukup, meskipun jarang diindikasikan pada saat ini,
penemuan dengan pemeriksaan sinar X dapat diperoleh data sebagai berikut: 15
Gas dalam sistem kardiovaskuler (tanda Robert) (terjadi dalam 3 atau 4
hari).
Tumpang-tindih tulang tengkorak janin (tanda Spalding) akibat pencairan
otak.
Perlengkungan atau angulasi yang nyata dari tulang belakang (setelah
maserasi ligamentum spinosum).
11
Bagaimana Penatalaksanaan IUFD?
Penatalaksanaan :
Bagaimana penanganan pada janin letak muka?
12
Diagnosis IUFD
Informasi kepada pasien
Mengerti dan memberi waktu kepada pasien
Menunggu dengan kewaspadaan
Induksi persalinan
Umur kehamilan 12-28
minggu
Umur kehamilan >28 minggu
Prostaglandin E2 /E1 vaginal suppositoria
Serviks baik Serviks jelek
Oksitosin drip Laminaria + oksitosin drip
I/ SC tidak ada I/ SC ada
SC
Segera terminasi kehamilan
Mekanisme persalinan muka serupa dengan persalinan presentasi belakang kepala.
Secara berurutan akan terjadi proses kepala mengalami penurunan, rotasi internal,
fleksi, eksteensi, dan rotasi eksternal. Sebelum masuk panggul biasanya kepala
janin belum dalam sikap ekstensi maksimal, sehingga masih presentasi dahi.
Ketika terjadi penurunan kepala, tahanan dari panggul akan menyebabkan kepala
lebih ekstensi sehingga terjadi perubahan menjadi presentasi muka. Ketika masuk
panggul dagu dalam posisi transversal atau oblik.
Pada pintu tengah panggul, terjadi rotasi internal. Tujuan rotasi internal ini adalah
membuat kepala agar dapat semakin memasuki panggul dengan cara mengubah
posisi dagu kearah anterior. Apabila dagu berputar kearah posterior, maka kepala
akan tertahan oleh sacrum sehingga kepala tidak mungkin turun lebih lanjut, dan
terjadilah persalinan macet.
Posisi dagu di anterior adalah syarat yang harus dipenuhi apabila janin presentasi
muka hendak dilahirkan vaginal. Apabila tidak ada gawat janin dan persalinan
berlangsung dengan kecepatan normal, maka cukup dilakukan observasi terlebih
dahulu hingga terjadi pembukaan lengkap. Apabila setelah lengkap dagu berada di
anterior, maka persalinan vaginal dilanjutkan seperti persalinan dengan presentasi
belakang kepala. Bedah sesar dilakukan apabila setelah pembukaan lengkap posisi
dagu masih posterior, didapatkan tanda-tanda disproporsi, atau atas indikasi
obstetric lainnya.
Stimulasi oksitosin hanya diperkenankan pada posisi dagu anterior dan tidak ada
tanda-tanda disproporsi. Tidak diperkenankan melahirkan bayi presentasi muka
menggunakan ekstraksi vakum. Pada janin yang meninggal, kegagalan melahirkan
vaginal secara spontan dapat diatasi dengan kraniotomi atau dengan bedah sesar.
Bagaimana penanganan pasien ini di RSI?
Pada pasien ini dilakukan induksi persalinan dengan Oxitocin 5 IU dalam 500cc
dextrose 5% untuk 20 tts flat dimaksudkan untuk merangsang kontraksi uterus
dan menyebabkan pembukaan cervix. Observasi sampai dijumpai presentasi dagu
di anterior agar dapat dilahirkan pervaginam. Banyak presentasi dagu posterior
13
yang berubah spontan menjadi dagu anterior bahkan pada tahap akhir persalinan
(William,2006). Namun pada pasien ini pembukaan tidak lengkap dan presentasi
tidak berubah, maka diputuskan persalinan perabdominal.
Apa indikasi dilakukan seksio sesárea pada pasien ini?
Secara umum Indikasi dilakukan Caesarean section:
Indikasi absolut
a. Plasenta previa
b. CPD
c. Riwayat SC klasik
d. Riwayat telah dilakukan 2 atau lebih tindakan SC
e. Ancaman ruptur uteri
f. Adanya ruptur uteri
Indikasi relatif
a. Riwayat dilakukan SC kurang dari 2 kali
b. Letak lintang
Pada pasien ini, kami berpendapat bahwa indikasi seksio sesaria dikarenakan
adanya indikasi ancaman rupture uteri yang ditandai dengan adanya lingkaran
bandl yaitu lingkaran cincin retraksi patologis yang dapat diraba sebagai sebuah
Krista transversal atau oblik yang berjalan melintang di uterus antara simfisis dan
umbilicus yang merupakan indikasi persalinan perabdominan segera. Cincin
retraksi patologis sering timbul akibat persalinan yang terhambat, disertai
peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus.
Indikasi lain dilakukannya SC adalah adanya malpresentasi dimana terdapat
presentasi muka dengan gawat janin dan persalinan berlangsung lama, pasien ini
telah dilakukan observasi namun pembukaan tidak maju dan letak dagu posterior.
Bagaimana prognosis pasien dengan riwayat IUFD?
14
Kemungkinan untuk kehamilan normal setelah 3 kali kehilangan kehamilan
adalah 30 %, 25 % setelah 4 kali kehilangan kehamilan serta 5% setelah 5 kali
kehilangan kehamilan.2
Bagaimana jika pasien ingin memiliki anak kembali?
Seorang wanita yang telah mengalami SC sebaiknya tidak hamil selama 2 tahun.
Apabila wanita hamil setelah mengalami Sectio caesaria ada beberapa ketentuan
yang perlu diperhatikan :
- Versi luar tidak boleh dilakukan
- Wanita harus dirawat mulai kehamilan 38 minggu
Semua wanita dengan bekas SC harus melahirkan di rumah sakit besar
Bila sebab SC tidak tetap dan persalinannya lancar, wanita diperbolehkan
melahirkan pervaginam dengan ketentuan sebagai berikut :
- Tidak dibenarkan pamakaian oxytocin dalam kala I untuk memperbaiki his
- Kala II harus dipersingkat :
Wanita diperbolehkan mengedan 15 menit.
Jika dalam waktu 15 menit ini bagian terendah anak turun dengan pesat, maka
wanita diperbolehkan lagi mengedan selama 15 menit.
Jika setelah 15 menit kepala tidak turun dengan cepat, dapat dilakukan F.E./Vac.
Ex bila syarat-syarat telah dipenuhi
Apa terapi yang diberikan pada pasien ini?
Pada pasien diberikan narfoz injeksi, narfoz beriisi odancentron sebagai
anti spasmodik otot polos
Pada pasien ini juga diberikan cefadroksil, merupakan antibiotik generasi
ke III sefalosporin merupakan antibiotik broad spektrum.
DAFTAR PUSTAKA
15
1. 2005 American Medical Association :Chicago, IL., Recurrent Pregnancy Loss,
2004, Revised 15 Februari 2006, diakses 7 Juni 2009 dari
http://66.102.7.104/search?q=cache:1Q64tRq-84MJ:www.cigna.com/health/
provider/medical/procedural/coverageposition/medical/mm 0284
coveragepositioncriteria recurrent pregnancy loss.pdf+
%22Intrauterine+Fetal+Death%22%22diagnosis%22%22paper
%22&hl=id&gl=ID&ct=cink&cd=8
2. Kliman H, McSweet J, Levin Y, Fetal death : etiology and pathological
findings, 2000, diakses tanggal 14 agustus 2006 dari
http://www.med.yale.edu/obgin/kliman/placenta/articles/UpToDate.html
3. Lindsey J, Fetal death, 2000, diakses tanggal 14 agustus 2006 dari
http://wwwemedicine.com/MED/topic3235.htm
4. Stephansson O, Dickman P, Johansson A, Kieler H, Cnattingius S, Time
of Birth and Risk of Intrapartum and Neonatal Death, diakses tanggal 10
September 2006 dari http://www.pauldickman.com/publications/ time of
birth and risk of intrapartum and neonatal death.pdf
5. British Columbia Reproductive Care Program, Perinatal Mortality
Guideline 5, Investigation and Assessment of Stillbirths, 2000 , reveied
2005 diakses tanggal 18 agustus 2006 dari
http://medscape.com/medline/abstract/14626302
6. http://cmc.cuk.ac.kr/rad/text/07%BA%F1%B4%A2%BB%FD%BD
%C4%B1%E2%B0%E8/page_04.htm
7. 2005 American Medical Association :Chicago, IL., Recurrent Pregnancy
Loss, 2004, Revised 15 Februari 2006, diakses 16 januari 2006 dari
16
http://66.102.7.104/search?q=cache:1Q64tRq-84MJ:www.cigna.com/
health/provider/medical/procedural/coverageposition/medical/mm 0284
coveragepositioncriteria recurrent pregnancy loss.pdf+
%22Intrauterine+Fetal+Death%22%22diagnosis%22%22paper
%22&hl=id&gl=ID&ct=cink&cd=8
8. Cunningham F, Macdonald P, Gant N, Dalam : Williams Obstetrics, Edisi
ke-18, Hypertensive Disorders in Pregnancy penyunting. Appleton
&Lange, 1989 :653-694
9. Cunningham F, Macdonald P, Gant N, Dalam : Williams Obstetrics, Edisi
ke-18, Connective-Tissue Disorders penyunting. Appleton &Lange,
1989 :839-841
10. Cunningham F, Macdonald P, Gant N, Dalam : Williams Obstetrics, Edisi
ke-18, Diseases, Infections, and Injuries of the Fetus and Newborn Infant
penyunting. Appleton &Lange, 1989 :593-600
11. Mabie W.C, Spontaneous abortion- Embryonic death, diakses tanggal 6
September 2006 dari http://www.obgyn.ufl.edu/ultrasound/4Gyn/1First
%20TM/10Embry%20death.html
12. Kanazawa, Abnormal Fetus, diakses tanggal 6 September 2006 dari
http://www.kanazawa-med.ac.jp/~ryota/atlas/radio/echo/ob/ob014.jpg
13. Fretts, R, Etiology and prevention of stillbirth, American Journal of
Obstetrics & Gynecology 2005, 193:1923
http://www.uptodateonline.com/utd/content/image.do?file=obstpix/matern
2.gif
17
14. Thomson Healthcare Company, Still-birth-Diagnosis, Fetal death-Reports,
2001 diakses tanggal 16 agustus 2006 dari
http://www.missingangelsbill.org/news/20011201.html
15. Laura P. Hale, M.D. Ph.D., Pathology Core Course Spring Semester 1999,
1999, diakses tanggal 6 September 2006 dari
http://pathology.mc.duke.edu/research/PTH250/image8.jpg
16. Tindall V, Reid G, The management of Intra-uterine Death, dalam
Progress in Obstetrics & Gynaecology, Volume 7, Editor John Studd,
Churchill Livingstone, New York, 1989, hal :199-212
17. Baldwin V, Stillbirth, BC Children’s Hospital, diakses tanggal 18 agustus
2006 dari http://fn.bmjjournals.com/cgi/content/full/79/3/F223
18