MAKALAH IUFD
-
Upload
afnan-mukhtar-syauqi -
Category
Documents
-
view
245 -
download
25
description
Transcript of MAKALAH IUFD
TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS
INTRA UTERINE FETAL DEADTH (IUFD)
Nama Kelompok :
1. Erlia Pratiwi (2012102010..)
2. Muhammad Riyandani (2012102010..)
3. Trie Wahyu Agustina (201210201072)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH
YOGYAKARTA
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi intra uterine fetal deadth (IUFD)
intra uterine fetal deadth (IUFD) atau kematian janin dalam rahim adalah kematian janin
dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke
atas atau berat janin 1000 gram. (Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis
Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1998; 279)
IUFD adalah kematian intrauterin sebelum seluruh produksi konsepsi manusia
dikeluarkan, ini tidak diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau kematian janin juga disebut
kematian intrauterin dan mengakibatkan kelahiran mati. (Wiknjosastro, Hanifa. 2007.
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP)
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik
pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu. (Rustam
Muchtar, 1998).
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim
ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. (Sarwono, 2005).
B. Etiologi intra uterine fetal deadth (IUFD)
1. Faktor Pecetus IUFD
a. Perdarahan antepartum seperti plasenta previa dan solusio plasenta
b. Pre eklamsi dan eklamsi
c. penyakit kelainan darah
d. Penyakit infeksi menular
e. Penyakit saluran kencing
f. Penyakit endokrin sperti DM dan hipertiroid
g. Malnutrisi
2. Faktor predisposisi IUFD
a) Factor ibu (High Risk Mothers)
1) status social ekonomi yang rendah
2) tingkat pendidikan ibu yang rendah
3) umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
4) paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
5) tinggi dan BB ibu tidak proporsional
6) kehamilan di luar perkawinan
7) kehamilan tanpa pengawasan antenatal
8) ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
9) ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik
seperti bayi lahir mati
10) riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
b) factor Bayi (High Risk Infants)
1) bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
2) bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
3) bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social
c) factor yang berhubungan dengan kehamilan
1) abrupsio plasenta
2) plasenta previa
3) preeklamsi / eklamsi
4) polihidramnion
5) inkompatibilitas golongan darah
6) kehamilan lama
7) kehamilan ganda
8) infeksi
9) diabetes
10) genitourinaria
C. Diagnosis
1. Anamnesa/keluhan
a. Ibu tidak merasakan gerakan janin
b. Perut tidak bertambah besar
2. Inspeksi Tidak tampak gerakan janin
3. Palpasi
a. TFU lebih rendah dari tuanya kehamilan
b. Tidak teraba gerakan janin
c. Krepitasi pada tulang kepala janin
4. Auskultasi
a. DJJ (-)
5. Reaksi kehamilan
a. test kehamilan (-)
6. Rontgen foto abdomen
a. Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah janin
b. Tanda nojosk : angulasi yang tajam pada tulang belakang janin
c. Tanda gernard : hiperekstensi kepala janin
d. Tanda spalding : overlapping sutura
7. USG
a. Gerak anak tidak ada
b. Denyut jantung anak tidak ada
c. Tampak bekuan darah pada ruang jantung janin
8. Laboratorium
a. Reaksi biologis negative setelah 10 hari janin mati
b. Hipofibrinogenemia setelah 4-5 minggu janin mati
Kalau janin mati pada kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-
perubahan sebagai berikut :
1) Rigor mortis
Berlangsung 21/2 jam setelah mati kemudian lemas lagi.
2) Maserasi Tingkat I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-mula berisi cairan
jernih. Tapi kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam
setelah mati.
3) Maserasi Tingkat III
Lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat, jam
setelah anak mati.
4) Maserasi Tingkat III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat
lemas, hubungan antar tulang-tulang sangat longgar. Edema di
bawah kulit.
D. Tanda dan gejala
1. Terhentinya pertumbuhan uterus, atau penurunan TFU
2. Terhentinya pergerakan janin
3. Terhentinya denyut jantung janin
4. Penurunan atau terhentinya peningkatan berat badan ibu.
5. Perut tidak membesar tapi mengecil dan terasa dingin
6. Terhentinya perubahan payudara
E. Komplikasi
1. Trauma emosional yg cukup berat terjadi bila wktu antara kematia janin &
persalinan cukup lama
2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah
3. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih dari 2minggu.
4. Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak memvbahayakan ibu.
Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah
(hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian janin akan menyebabkan desidua
plasenta menjadi rusak menghasilkan tromboplastin masuk kedalam peredaran darah
ibu, pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh
trombosit terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi Disseminated
intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen < 100 mg%).
Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%. Akibat
kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik postpartum. Partus biasanya
berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati.
F. Penanganan Terapi
1. Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan
memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai
motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala
kemungkinan yang ada.
2. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis
kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya
melakukan rujukan.
3. Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al
(1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin
setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara
menunggu lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan.
Maka sering dilakukan terminasi kehamilan.
a. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu
kehamilan.
Persiapan:
1) Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.
2) Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan
trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan
waktu protombin.
Tindakan:
a) Kuretasi vakum
b) Kuretase tajam
c) Dilatasi dan kuretasi tajam
3) Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu
sampai 20 minggu
a) Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6
jam sesudah pemberian pertama.
b) Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
c) Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol
atau pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5%
mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
Catatan: (dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan ) .
4) Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 – 28 minggu
a) Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6
jam sesudah pemberian pertama.
b) Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.
c) Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20
tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
d) Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun
janin mati.
e) Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan
pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu,
dengan sepengetahuan konsulen.
5) Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 28 minggu kehamilan
a) Misoprostol 50 mg intravaginal
Pemberian dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian
pertama.
b) Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk
pematangan serviks (tidak efektif bila dilakukan pada KPD).
c) Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20
tetes per menit sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan
multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2
labu.
d) Kombinasi ketiga cara diatas.
Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak
berhasil, atau bila didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk
menyelesaikan persalinan.
6) Periksa ulangan (follow up)
Dilakukan kunjungan rumah pada hari ke 2, 6, 14, atau 40 hari.
Dilakukan pemeriksaan nifas seperti biasa. Mengkaji ulang tentang
keadaan psikologis, keadaan laktasi (penghentian ASI), dan penggunaan
alat kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA
1) Cunningham, F. Gary [et.al..]. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
2) Harrison . 1999. Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
3) Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP
4) Mansjoer A,et al. 2001. Kapita Selekta. Jakarta : Penerbit Media Aesculapius FKUI
5) Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
6) Norwitz, Errol dan John O Schorge. 2008. At A Glance Obstetri & Ginekologi. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
7) Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan
Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 279
8) WHO. Managing Complications in Pregnancy and Childbirth. Geneva: WHO, 2003. 518-20.
9) K. Varney, helen. 2006. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta : EGC
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/intra-uterine-fetal-deadth-
iufd.html#ixzz3H1hJSYqX
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang.
b. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak
seperti biasa.
c. Ibu merasakan belakangan ini perutnya sering menjadi keras dan
merasa sakit-sakit seperti mau melahirkan.
2. Inspeksi
Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang
kurus.
3. Palpasi
a. Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakan-gerakan janin.
b. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada
tulang kepala janin.
4. Auskultasi
Baik memakai stetoskop, monoral maupun dengan doptone tidak terdengar denyut jantung
janin (DJJ)
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan. (1)
E. KOMPLIKASI
1. Trauma emosional yangg cukup berat terjadi bila waktu antara kematia janin & persalinan
cukup lama
2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah
3. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.
4. Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat
4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar.
Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan tromboplastin
masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel
pembuluh darah oleh trombosit terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi Disseminated
intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen < 100 mg%).
Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%. Akibat kekurangan fibrinogen
maka dapat terjadi hemoragik postpartum. Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin
mati. (2)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi
Tidak ditemukan DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan janin, seringkali tulang-tulang
letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkorak sering dijumpai overlapping cairan ketuban
berkurang.
a) Rontgen foto abdomen
b) Tanda Spalding
Tanda Spalding menunjukkan adanya tulang tengkorak yang saling tumpang tindih
(overlapping) karena otak bayi yang sudah mencair, hal ini terjadi setelah bayi meninggal
beberapa hari dalam kandungan.
c) Tanda Nojosk
Tanda ini menunjukkan tulang belakang janin yang saling melenting (hiperpleksi).
d) Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah.
e) Tampak udema di sekitar tulang kepala(3)
2. Pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar fibrinogen (Achadiat 2004). (5)
G. PENANGANAN KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN
1. Terapi
a. Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan bahwa
bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan
kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.
b. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan
melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya melakukan rujukan.
c. Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996)
memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis
kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam
sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka sering dilakukan terminasi
kehamilan.
1) Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan.
a) Persiapan:
(1) Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.
(2) Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu
pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu protombin.
b) Tindakan:
(1) Kuretasi vakum
(2) Kuretase tajam
(3) Dilatasi dan kuretasi tajam
2) Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu
a) Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
b) Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
c) Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10
IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
3) Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 – 28 minggu
a) Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
b) Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.
c) Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal
60 tetes per menit.
d) Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati.
e) Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau
atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen.
4) Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 28 minggu kehamilan
a) Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
b) Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan serviks (tidak efektif
bila dilakukan pada KPD).
c) Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal
60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2 labu.
d) Kombinasi ketiga cara diatas.
Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan
indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.
2. Periksa Ulangan (Follow Up)
Dilakukan kunjungan rumah pada hari ke 2, 6, 14, atau 40 hari. Dilakukan pemeriksaan
nifas seperti biasa. Mengkaji ulang tentang keadaan psikologis, keadaan laktasi (penghentian
ASI), dan penggunaan alat kontrasepsi.
Saifuddin, Abdul Bari. 2009. IlmuKebidanan. Jakarta: PT BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo (1)
Cunningham, F. Gary [et.al..]. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC (2)
L., K. Varney, helen. 2006. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta : EGC(3)
Dr.Rosfanty. Jurnal intra uterine fetal death. (4)
Masruroh, S.ST. Jurnal intra uterine fetal death. (5)
Biodata
A. Identitas Ibu
Nama : Ny. C
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Lampaseh
No. CN : 757085
DX : Plasenta Previa
Tanggal masuk : 13 Desember 2010
Tanggal pengkajian : 21 Desember 2010
B. Identas Suami
Nama : Tn. Z
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Lampaseh
II. Riwayat Kesehatan Saat Ini
A. Keluhan Utama
Pasien mengeluh keluar darah melalui vaginanya, pusing, lemas, keluar darah berwarna merah
segar, masih merasakan gerakan janin.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang bersama suaminya kerumah sakit RSA dengan keluhan keluar darah melalui
vagina, pasien tidak tau penyebabnya, pasien mengatakan cemas dengan kejadian ini, dan darah
yang keluar berwarna merah segar dan tidak disertai rasa nyeri.
C. Riwayat Kesehatan Yang Lain
Sebelumnya pasien pernah keguguran sekali tahun 2008 anak ke- 2 umur kehamilan 3 bulan.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang mengalami penyakit seperti yang diderita pasien.
E. Riwayat Perkawinan
Pasien mengatakan sudah menikah ± 4 tahun dan pasien hanya memiliki suami yang dicintainya.
F. Riwayat Menstruasi
Pasien menyatakan dalam sebulan selama 5 hari dan lancar tetapi pada tanggal 21 Maret 2010
pasien tidak mentruasi dan dinyatakan (+) hamil, mentruasi pertama kali umur 12 tahun.
G. Riwayat Persalinan Yang Lain
Pasien mengatakan anak yang pertama lahir secara persalinan normal BB = 3,7 kg dengan jenis
kelamin laki-laki.
H. Riwayat Ginekologi
Pasien mengatakan tidak ada riwayat tumor, kista ataupun mioma uteri.
I. Pasien mengatakan memeriksa kehamilannya ketenaga medis yang ke 2x dan sudah di USG,
kehamilan anak pertama sering memeriksa kehamilan di bidan desa, sebulan 2x.
J. Pola Kebiasaan
1. Pola nutrisi
Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari, pasien juga makan bauh-buahan dan cemilan,
sejak sakit nafsu makan menurun, pasien mengatakan ½ porsi yang diberikan, mual (-), muntah
(-), minum sehari 2 gelas aqua kecil = 500 cc.
2. Pola Euminasi
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur terganggu, kadang-kadang pasien BAB dan BAK jarang
2 hari sekali, BAK berwarna agak kemerahan, BAB dengan konsistensi agak lunak berwarna
coklat.
3. Pola Istirahat dan Tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur terganggu, kadang-kadang pasien merasakan nyeri pada
pinggang, sering pusing bahkan cepat lelah sejak sakit pasien gedrest total, pusing
4. Pola Kebersihan Diri
Pasien mengatakan sebelum sakit mandi lebih dari 3 x 4 sehari, sejak sakit pasien jarang mandi
dan hanya seka. Kuku bersih, performa rapi, rambut disisir.
5. Pola Aktivitas
Sebelum sakit pasien melakukan aktivitas mandiri, sejak sakit aktivitas dibantu keluarga, nyeri
sendi.
K. Riwayat Psikologis
Pasien mengatakan cemas dengan kondisinya dan juga kondisi kehamilannya yang sekarang,
karena waktu kehamilan yang pertama pasien tidak pernah keluar darah seperti sekarang ini,
pasien takut keguguran karena banyak darah yang keluar, pasien tampak cemas, dan sering
menanyakan tentang kondisi kehamilannya.
L. Riwayat Sosial
Pasien mengatakan sebelum sakit akrab dengan masyarakat dan mengikuti kegiatan sosial, sejak
sakit tidak pernah, hanya komunikasi dengan suami dan perawat, interaksi dengan pasien satu
ruangan tidak ada.
M. Riwayat Spiritual
Pasien mengatakan sebelum sakit menjalankan shalat 5 waktu dan berdoa agar kehamilannya
tidak ada masalah, sejak sakit pasien shalat 5 waktu jarang dan berdoa demi kesembuhannya.
III. Pemerikasan Umum
a. K/U : Baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. TTU :
Td : 100/70 mmHg
N : 82 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,2 oC
d. BB : 50 kg selama dirawat
e. TTP : 28 Desember 2010
f. C3P1A1
g. Gerakan janin (+)
IV. Pemeriksaan Khusus
A. Inspeksi
Kepala : bersih dan rambut berwarna hitam, ketombe tidak ada
Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Penyudara : simettis, benjolan (-), putting susu menonjol ke luar
Paru-paru : simetris, bunyi nafas teratur
Abdomen : tidak terdapat luka Op urea (-)
5
5
5
5
Ekstremitas atas dab bawah = bisa bergerak bebas tanpa dibantu, kekuatan otot =
B. Palpasi
Leopoid I : 3 jari diatas pusat
Leopoid II : puka, DJJ = 155x/i
Leopoid III : Kepala
Leopoid IV : Konvergen
V. Laboratorium
Pemeriksaan Hematologi
Dara Rutin
WBC : 14,0 x 103 UL
HGB : 7,6 9 / dl
PLT : 88 x 103 UL
Foto Abdomen : USG
VI. Therapy / Pengobatan
IVFD RL = 20 HS/i inj. Dexametaon 6 mg/6 jam
Prentin PVS 1 x 1
SF 1 x 1
PCT k/p 3 x 1
Mepedipin 3 x 2
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1.DS = - Pasien mengatakan keluar darah
melalui vaginanya
- Pasien mengatakan darah yang
keluar berwarna merah segar
DO = - Keluar darah (+)
- TD = 100/70
mmHg
N = 80 x/i
RR = 20 x/i
T = 36,2 oC
- IUFD RL 20 HS/i
- HB = 7,9 9/dl
Perdarahan Resiko tinggu
kekurangan
volume darah
2.DS = - Pasien mengatakan banyak keluar
darah melalui vagina
- Pasien mengatakan masih
merasakan gerakan janin
DO = - Gerakan Janin (+)
- DJJ = 155 x/i
- TFU = 3 jari diatas pusar
- Ps berdrest total
Kelainan letak
plasenta
Resiko terjadi
distres janin
3.DS = - Pasien mengatakan cemas dengan
kehamilannya sekarang
- Pasien mengatakan takut keguguran
Kurangnya
pengetahuan
tentang
Ansietas
karna banyak darah yang keluar
DO = - Pasien tampak cemas
- Pasien sering menanyakan tentang
kondisi kehamilannya
kehamilan yang
bermasalah
RENCANA KEPERAWATAN
No DX.
Kep
Tujuan/KH Intervensi Rasional Implementasi
1. I - Pasien
melaporkan tidak
keluarnya darah
- Pasien tampak
rileks
Kaji tentang banyak
pengeluaran darah
Observasi tanda-tanda
vital
Observasi tanda-tanda
kekurangan cairan dan
monitor perdarahan
Pantau kadar elektrolit
darah
Periksa golongan
darah untuk antisipasi
Untuk mengetahui
banyaknya pengeluaran darah
dan penentuan intervensi
yang sesuai
Ketidaknormalan Ttu
dapat mengakibatkan sesuatu
yang tidak diinginkan
Untuk mencegah
terjadinya hipoksia dan syok
hipovolemik
Untuk mengetahui
kondisi/tingkah keparahan
yang dirasakan pasien
Persiapan untuk
kekurangan darah
Mengkaji tentang
banyaknya
pengeluaran darah
Mengukur TTU
transfusi
Jelaskan pada pasien
untuk mempertahankan
cairan yang masuk
dengan banyak minum
Untuk mencukupi cairan
yang hilang
2. II - Merasakan
adanya gerakan
janin
Observasi tanda-tanda
vital
Monitor perdarahan
dan statsu janin
Pertahankan
hidrasi/pemasukan cairan
Pertahankan tirati
baring
Persiapan untuk SC
Ketidaknormalan TTU
dapat mengambatkan hal-hal
yang tidak diinginkan
Untuk mengetahui tingkat
keparahan dan kondisi
janinnya
Untuk mempertahankan
pemasukan cairan dan
menghindari dehidrasi
Untuk mencegah
terjadinya abitus
Untuk keselamatan ibu
dan bayi yang dikandung
Mempertahankan
hidrasi/pemasukan
cairan
Mempertahankan
tirati bareng
3 III - Pasien tampak
tenang dan rileks
Beri dukungan dan
penkes tentang kehamilan
bermasalah
Untuk meningkatkan
pemahaman dan kerja sama
dengan tetap memberikan
Memberi
dukungan dan
penkes tentang
Pertahankan koltan
mata dan berkomunikasi
dengan tentang, hangat
dan empati yang tepat
Pertahankan hubungan
saling percaya dengan
komunikasi terbuka
Jelaskan tentang
proses keperawatan dan
prognosa penyakit
Identifikasi koping
yang konstruksi
Ajarkan teknik
relaksasi nasaf dalam
informasi tentang status janin
Untuk mengurangi
kecemasan yang dirasakan
pasien
Akan membuat klien
mudah mengungkapkan
perasaannya dan mau
bekerja sama
Untuk mengurangi
ansietas dan ketidaktahuan
Dapat membantu klien
dalam menyelesaikan
masalahnya
Menurunkan
perhatian/meningkatkan
relaksasi dan meningkatkan
kemampuan keping
kehamilan yang
bermasalah
Menjelaskan
tentang keperawatan
dan prognosa
penyakit
CATAT PERKEMBANGAN
Nama : Ny. C
Ruang : Rawat Ibu
DX : Plasenta Previa
No DX. Kep Tanggal Waktu Evaluasi
1. I 22/12/10 22.30
03.00
S= - Pasien mengatakan keluar darah melalui
vaginanya
- Pasien mengatakan pendarahan
berkurang dan darah keluar berwarna
merah segar
- Pasien mengatakan demam
O = keluar darah (+)
TD = 100/70 mmHg
N = 84 x/i
RR = 22 x/i
T = 38,4 oC
IUFD RL 20 HS/i
HB = 7,9 g/dl
A= Resiko tinggi kekurangan volume darah
P= Intervensi dilanjutkan
I = Memasang tranfusi darah dan memberi
obat PCT
= Mengganti cairan infus NaCL
E= - Pasien mengatakan masih keluar darah
melalui vaginanya
Pasien mengatakan demam berkurang
TD = 100/70 mmHg
N = 82 x/i
RR = 22 x/i
T = 37,5 oC
Masalah teratasi sebagian
2. II
22.45
S= - Pasien mengatakan darah yang keluar
melalui vaginanya berkurang
- Pasien mengatakan masih merasakan
gerakan janin
O= - gerakan janin (+)
Tfu = 3 jari diatas pusar
Pasien berdrest total
A= Resiko terjadinya distres janin
P= Intervensi dilanjutkan
I= Menganjurkan pasien banyak minum dan
banyak istirahat
E= - Pasien mengatakan akan banyak minum
dan istirahat
Pasien masih merasakan gerakan janin
Gerakan janin (+)
Masalah teratasi sebagian
3. III 22/12/10 22.50S= - Pasien mengatakan cemas berkurang
- Pasien mengatakan takut keguguran
karena darah masih keluar
O= - Pasien tampak cemas
- Pasien sering menanyakan tentang
kehamilannya
A= Ansietas
P= Intervensi dilanjutkan
I= memberi penkes kepada pasien dan
keluarganya
E= - pasien mengatakan sudah mengetahui
tentang penyakitnya
- Pasien terlihat mendengar pasien saran
dengan baik
Masalah teratasi sebagian
1. I 23/12/10 S= - Pasien mengatakan masih keluar darah
melalui vaginanya
- Pasien mengatakan tidak demam lagi
O = keluar darah (+)
TD = 100/70 mmHg
N = 80x/i
RR = 20 x/i
T = 36,5 oC
A= Resiko tinggi kekurangan volume darah
P= Intervensi dihentikan, karena pasien
dirujuk ke RUZA
Masalah teratasi sebagian
2. II S= - Pasien mengatakan perdarahan berkurang
- Pasien mengatakan masih merasakan
gerakan janin
O= - Gerakan janin (+)
Pasien bedrest total
A= Resiko terjadi distress janin
P= Intervensi dihentikan, karena pasien
dirujuk ke RUZA
Masalah teratasi sebagian
3. III S= - Pasien mengatakan cemas berkurang
- Pasien mengatakan masih sakit
keguguran
O= - pasien terlihat cemas
- Pasien menanyakan bagaimana
kehamilannya
A= Ansietas
P= Intervensi dihentikan, karena pasien
dirujuk ke RUZA
Masalah teratasi sebagian
http://irwansyahluppia.blogspot.com/2011_11_01_archive.html