Case Hemorrhoid Umayah
-
Upload
ananto6968 -
Category
Documents
-
view
234 -
download
6
description
Transcript of Case Hemorrhoid Umayah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak
ditemukan pada praktek dokter sehari-hari. Hemoroid memiliki sinonim
piles,ambeien, wasir, atau southern pole disease dalam istilah masyarakat
umum.
Sepertiga dari sepuluh juta penduduk USA mencari pengobatan
untuk hemoroid mereka, diketahui dari 1,5 juta resep per tahun. Hemoroid
dapat terjadi pada segala usia, terutama pada usia 46-65 tahun.
Tiga hubungan hemoroidalis ditemukan di lateral kiri , anterior
kanan, dan posterior kanan. Haemoroid berperan sebagai bagian dari
fungsi “CONTINENCE MECHANISM”,yang tujuannya membuat anal canal
menutup sempurna ketika sedang istirahat. Hemoroid merupakan bagian
dari anatomi rectal yang normal maka pengobatan hanya diberikan jika
menjadi simptomatik. Mengejan yang berlebih, meningkatnya tekanan
abdominal, dan feses yang keras dapat meningkatkan pelebaran vena dari
plexus haemorhoidalis sehingga dapat menyebabkann keluhan penyakit
antara lain : buang air besar sakit dan sulit, perdarahan melalui dubur,
dubur terasa panas, serta ada benjolan di dubur. Hemoroid memiliki faktor
risiko cukup banyak antara lain mobilisasi, lebih banyak tidur, konstipasi,
cara buang air besar yang tidak benar, kurang minum air, kurang
makanan berserat (sayur dan buah), kehamilan, penyakit yang
meningkatkan tekanan intraabdomen (tumor abdomen, tumor usus),
sirosis hati
Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas hemoroid eksterna (di
luar/di bawah linea dentata) dan hemoroid interna (di dalam/di atas linea
dentata). Untuk melihat risiko perdarahan berupa bekuan darah yang
masih menempel, erosi, kemerahan di atas hemoroid. secara anoskopi
hemoroid interna dibagi atas 4 derajat hemoroid.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dari
hemoroid berdasarkan klasifikasi hemoroid (derajat 1 sampai 4) dan
pemeriksaan anoskopi/kolonoskopi. karena hemoroid dapat disebabkan
1
adanya tumor di dalam abdomen atau usus proksimal, agar lebih teliti
sebaiknya selain memastikan diagnosis hemoroid, dipastikan juga
apakah di usus halus atau di kolon ada kelainan misal tumor atau kolitis.
Untuk memastikan kelainan di usus halus diperlukan pemeriksaan
rontgen usus halus atau enteroskopi. Sedangkan untuk memastikan
kelainan di kolon diperlukan pemeriksaan rontgen Barium enema atau
kolonoskopi total.
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan
bedah. penatalaksanaan medis terdiri dari nonfarmakologis,
farmakologis, tindakan minimal invasive. Tindakan bedah terdiri dari dua
tahap yaitu pertama yang bertujuan untuk menghentikan atau
memperlambat perburukan penyakit dan kedua untuk mengangkat
jaringan yang sudah lanjut.
2
BAB IISTATUS MEDIK
2.1. Identitas Pasien
Nama : Filipus Aryawan
Usia : 42 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Taman adiyasa blok F/47 cikas RT/RW 009/07
Kec.Gunung Sindur Kab. Bogor Jawa Barat
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Kawin
Pendidikan : Tamat akademi
Agama : Kristen
No. RM : 1005431
2.2 Anamnesis
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 3 Agustus
2010, pukul 15.30 WIB
Keluhan utama : Buang air besar berdarah (BAB) sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit (SMRS).
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien pria 42 tahun datang dengan keluhan BAB berdarah sejak 2 minggu
smrs. Darah berwarna merah segar, tidak bercampur dengan tinja. Darah
mengalir deras bila pasien mengedan dan menetes terus bila pasien tidak
mengedan. Setiap kali BAB, pasien BAB setiap hari 1-2x, selalu berdarah,
kira-kira sebanyak segelas aqua. Darah berhenti mengalir bila selesai BAB.
3
Saat BAB terdapat benjolan sebesar ibu jari yang keluar dari dubur, benjolan
tersebut hanya bisa dimasukan kembali dengan jari. Nyeri saat BAB
disangkal pasien. Adanya mukus/lendir pada pakian dalam disangkal. Pasien
masih mampu menahan keinginan BABnya. Buang air kecil tidak ada normal.
Penurunan berat badan disangkal pasien.
Keluhan ini sudah lama pasien alami, 10 tahun yang lalu. Pasien sering
kali mengedan saat BAB. Pasien merasa panas dan pedas disekitar duburnya
bila selesai BAB. Terkadang pasien juga merasa gatal di sekitar dubur.
Pasien merasa keluhan ini terjadi bila pasien mengonsumsi makanan pedas
malam harinya. Pasien memiliki kebiasan BAB pada pagi/sore hari. Namun,
keluhan ini tidak dirisaukan pasien.
Beberapa tahun kemudian, terdapat benjolan sebesar kacang merah
keluar dari duburnya saat BAB. dan benjolan tersebut masuk kembali dengan
sendirinya bila selesai BAB. Hal ini terjadi bila pasien mengonsumsi makanan
pedas. Pasien tetap tidak mengkhawatirkan.
Satu tahun smrs, benjolan tidak lagi masuk dengan sendirinya. Tetapi
harus di dorong oleh jari pasien. Terkadang BAB disertai dengan darah yang
menetes, bila pasien mengedan. Pasien mulai membeli obat ’ambeven’
secara bebas di apotek. Keluhan berkurang setelah mengonsumsi obat
tersebut.
Dua minggu smrs, setiap hari BAB selalu berdarah. Benjolan keluar dari
dubur dan hanya bisa dimasukkan kembali dengan jari. Nyeri disangkal.
pasien menambahkan dosis obat ’ambeven’nya dan mengonsumsi obat
’sangobion’. keluhan berkurang setelah mengonsumsi obat tersebut. Pasien
merasa cepat letih, bila setelah pulang bekerja. Saat melakukan pekerjaan
4
rumah pun, pasien merasa berdebar-debar jantungnya, dada terasa sulit
bernapas dalam, dan sedikit sakit kepala nyut-nyutan. Pasien
menanggulanginya dengan rebahan di tempat tidur. Setelah, merasa lebih
baik, pasien kembali beraktivitas.
Satu minggu smrs, pasien pingsan setelah BAB berdarah di kamar
tidurnya. Pasien lalu beristirahat seharian di atas tempat tidur, makan
makanan yang lebih banyak dari biasanya. Keesokan harinya pasien merasa
kelelahan, debaran jantungnya terasa lebih keras, keringat dingin, sakit
kepala di saat istirahat.
Satu hari smrs, pasien muntah setiap kali pasien makan. keluarga
pasien melihat pasien sudah sangat pucat. Akhirnya, pasien dibawa
keluarganya ke dokter klinik terdekat. Pasien disuruh memeriksakan
hemoglobin (Hb)nya. Ternyata Hb pasien 6. Pasien disarankan dokter klinik
untuk transfusi darah di rumah sakit pamulang, namun tidak tersedia bank
darah. Akhirnya pasien di rujuk ke IGD RS.Fatmawati.
Sejak masa muda, pasien jarang meminum air putih dalam jumlah
banyak. Pasien juga tidak sering mengonsumsi sayur dan buah-buahan.
Pasien tidak merokok. Tidak minum alkohol.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Semasa sekolah dasar, pasien pernah mengalami BAB berdarah
Riwayat di rawat di RS selama 2 minggu karena hepatitis A 10 tahun yll
Riwayat operasi pada telapak tangan akibat peluru senapan angin.
Riwayat alergi obat , asma disangkal
Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
5
Riwayat penyakit Ginjal disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Kakek hemoroid
Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat penyakit Ginjal disangkal
Riwayat Stroke disangkal
Riwayat Asma, Alergi disangkal
2.3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran : kompos mentis
Kesan sakit : sakit sedang
Tinggi badan : 165cm
Berat badan : 57kg
BMI : 20,9 (normal weight)
Gizi : baik
Sikap pasien : kooperatif
Mobilisasi : aktif
Tanda vital:
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu tubuh : 36,7º C
Kepala : - Bentuk normocephali
6
- Rambut warna hitam,tebal,distribusi merata
Wajah : - terlihat simetris
- warna kulit tidak anemis, tidak sianosis, tidak ikterik
Mata : - Alis mata hitam,tebal,distribusi merata
- Konjungtiva pucat +/+, Sklera tidak ikterik
- Refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
Telinga : - bentuk telinga simetris dan normotia
- Tidak ada nyeri tarik
- Tidak ada nyeri tekan pada tragus dan mastoid
- sekret (-)
Hidung : - Hidung simetris
-Tidak ada deviasi septum, sekret -/-
Mulut dan tenggorokan : - bibir terlihat simetris
- Tidak kering,tidak pecah-pecah,tidak sianosis
- Tonsil T1/T1
Leher: - trakea lurus di tengah
- tidak teraba pembesaran KGB
- tidak terlihat pembesaran tiroid
Paru: - Inspeksi : pergerakan dada simetris saat stastis dan dinamis.
- Palpasi : vokal fremitus teraba simetris
- Perkusi : sonor dikedua lapang paru
- Auskultasi : suara napas vesikuler, Ronchi-/-,wheezing -/-
Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : teraba pada 1-2 cm medial garis midclavicularis
kiri di ICS 5
7
Perkusi : Batas jantung kanan : garis sternalis dextra. Batas
jantung
kiri: ICS 5, 2cm medial linea midclavicularis sinistra.
Auskultasi : S1 S2 reguler,murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : abdomen datar, tidak tampak adanya ascites, tidak terdapat
spider navy
Palpasi : abdomen supel, tidak ada defence muskular, NT (-), NL(-)
Hepar: tidak ada pembesaran
Lien: tidak ada pembesaran
Ginjal: ballottement -
Perkusi : timpani, tidak ada nyeri ketuk, tidak ada ascites
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
Akral hangat, edema tungkai -/-
Status lokalis regio anal
Inspeksi : Tampak rugae anal, berwarna coklat kehitaman, benjolan (-)
hiperemis
(-) darah (-)
Rectal touche (pasien miring ke kiri) :
Tonus Spinchter Ani baik
Ampula recti tidak kolaps
Mukosa rektum licin
Teraba benjolan, konsistensi kenyal, dinding tipis, pada jam 7, nyeri (-)
Prostat : teraba batas atas ; permukaan licin ; konsistensi
8
kenyal ; tidak berbenjol ; nyeri (-) ; feses (-) ; darah (-)
2.4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium tanggal 27/7/2010
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Interpretasi
Hematologi - Hemoglobin - Hematokrit - Leukosit - Eritrosit - Trombosit
9.8303.93.42325
13.2-17.3 g/dl 33-45 % 5-10 ribu/Ul 41.40-5.90 ribu/Ul 150-440 ribu/Ul
menurunmenurunmenurunmenurun
NVER/HER/ KHER/RDW
- VER - HER- KHER
86.628.733.2
80.0-100.0 fl 26.0-34.032.0-36
NNN
Kimia Klinik
Fungsi Hati- SGOT- SGPT
99
0-34 U/I0-40 U/I
NN
Fungsi Ginjal- Ureum Darah- Creatinin Darah
170.8
20-40 mg/dl0.6-1.5 mg/dl
menurunN
Diabetes - Gula darah sewaktu 99 70-140 mg/dl N
ELEKTROLIT NatriumKalium Klorida
1383.87115
135 - 1473.10 -5.10 mmol/L95 -108 mmol/L
NN
meningkat
Pemeriksaan Lab Serial
Tgl 25/7
Tgl 26/7
Tgl 27/7
Tgl 29/7
Nilai Rujukan Interpretasi
Hb 5.5 8.5 9.8 11.6 13.2 – 17.3 g/dl menurun Ht 17 26 30 33 33 – 45 % menurunEritrosit 1.84 2.88 3.42 3.89 4.40 – 5.90 juta/uL menurun
Anoscopy
kesan : hemoroid interna jam 12
9
2.5. RESUME
Pria 42 tahun datang ke IGD RSF dengan keluahan buang air besar
berdarah (BAB) sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Darah
berwarna merah segar, tidak bercampur dengan tinja. Darah mengalir bila
pasien mengedan dan menetes bila pasien tidak mengedan. Setiap kali BAB,
pasien BAB setiap hari 1-2x, selalu berdarah, kira-kira sebanyak segelas
aqua. Darah berhenti mengalir bila selesai BAB. Saat BAB terdapat benjolan
sebesar ibu jari yang keluar dari dubur, benjolan tersebut hanya bisa
dimasukan kembali dengan jari. Nyeri saat BAB disangkal pasien. Pasien
masih mampu menahan keinginan BABnya. Pasien merasa cepat letih, bila
setelah pulang bekerja. Saat melakukan pekerjaan rumah pun, pasien
merasa berdebar-debar jantungnya, dada terasa sulit bernapas dalam, dan
sedikit sakit kepala nyut-nyutan. Pasien menanggulanginya dengan rebahan
di tempat tidur. Setelah, merasa lebih baik, pasien kembali beraktivitas.
Pemeriksaan fisik :
Tekanan darah :100/70mmHg, nadi :85x/menit , pernafasan : 18 x/menit, suhu
tubuh : 36.8º C, status generalis : dalam batas normal kecuali CA +/+
Status lokalis :
Inspeksi : Tampak rugae anal, berwarna coklat kehitaman, benjolan (-)
hiperemis
(-) darah (-)
Rectal touche (pasien miring ke kiri) :
Tonus Spinchter Ani baik
Ampula recti tidak kolaps
Mukosa rektum licin
Teraba benjolan, konsistensi kenyal, dinding tipis, pada jam 7, nyeri (-)
10
Prostat : teraba batas atas ; permukaan licin ; konsistensi
kenyal ; tidak berbenjol ; nyeri (-) ; feses (-) ; darah (-)
2.6. DIAGNOSIS
Hemoroid interna grade III
2.7. PENATALAKSANAAN
Ardium 3x1
Vit.K tab 3x1
Transamin tab 3x1
Laxadine sup ue
Rencana Hemoroidektomi
2.8. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
11
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA
Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan
pada praktek dokter sehari-hari. Hemoroid memiliki sinonim piles,ambeien,
wasir, atau southern pole disease dalam istilah masyarakat umum.
Tiga hubungan hemoroidalis ditemukan di lateral kiri , anterior kanan, dan
posterior kanan. Haemoroid berperan sebagai bagian dari fungsi
“CONTINENCE MECHANISM”,yang tujuannya membuat anal canal menutup
sempurna ketika sedang istirahat. Hemoroid merupakan bagian dari anatomi
rectal yang normal maka pengobatan hanya diberikan jika menjadi
simptomatik. Mengejan yang berlebih, meningkatnya tekanan abdominal, dan
feses yang keras dapat meningkatkan pelebaran vena dari plexus
haemorhoidalis sehingga dapat menyebabkann keluhan penyakit antara lain :
buang air besar sakit dan sulit, perdarahan melalui dubur, dubur terasa
panas, serta ada benjolan di dubur.
Hemoroid memiliki faktor risiko cukup banyak antara lain mobilisasi, lebih
banyak tidur, konstipasi, cara buang air besar yang tidak benar, kurang
minum air, kurang makanan berserat (sayur dan buah), kehamilan, penyakit
yang meningkatkan tekanan intraabdomen (tumor abdomen, tumor usus),
sirosis hati.
ANATOMI
Pleksus hemoroidalis terdiri vena haemorrhoidalis superior, vena
haemorrhoidalis medius, dan vena haemorrhoidalis inferior, ketiga vena
tersebut tidak memiliki klep dan saling berhubungan satu sama lain. Di antara
pleksus tersebut terdapat jaringan ikat longgar. Pleksus hemoroidalis ini
memiliki hubungan dengan arteri, yang disebut sebagai arteri-vena shunt.
Berdasarkan perbedaan anatomis tersebut, haemorrhoid dibedakan menjadi
dua, yaitu haemorrhoid interna dan haemorrhoid eksterna.
12
Batasan Hemoroid Interna dengan Eksterna
Hemoroid interna adalah pelebaran pembuluh darah pada pleksus vena
hemoroidalis superior, yang terletak di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh
mukosa. Hemoroid intern ini merupakan bantalan pembuluh darah yang
terdapat di dalam jaringan submukosapada rectum sebelah bawah. Hemoroid
sering terdapat pada tiga posisi utama, yaitu kanan depan (arah jarum jam
11), arah kanan belakang (arah jarum jam 7), dan arah kiri tengah (arah jarum
jam 3). Kadang juga didapatkan hemoroid dengan ukuran yang lebih kecil di
antara ketiga tempat utama tersebut.
Hemoroid eksterna adalah pelebaran dan penonjolan pleksus vena
hemoroidalis inferior di sebelah distal garis mukokutan, di bawah jaringan
epitel anus.
Kedua pleksus hemoroid eksternus dan internus saling berhubungan
secara longgar dan merupakan awal dari aliran pembuluh darah balik, yang
bermula dari rektum bagian bawah dan anus. Pleksus hemoroidalis internus
mengalirkan darah ke vena hemorrhoidalis superior untuk kemudian
dilanjutkan ke vena porta. Pleksus hemoroidalis eksternus mengalirkan darah
ke vena haemorrhoidalis inferior untuk kemudian mengalirkan darah ke
13
peredaran darah sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha menuju ke
vena iliaka.
PATOGENESIS
Ada beberapa hal yang diduga menjadi dasar patogenesis terjadinya
haemorrhoid, yaitu :
1. Faktor keturunan
2. Faktor anatomi
3. Portal hypertension
4. Tekanan intra abdominal yang meningkat, misalnya karena BAB dan
BAK yang sulit, batuk kronis, dan kerja berat
5. Anal cushion, anal yang rusak
PATOLOGI
Hemoroid interna terjadi pada pembuluh darah yang letaknya di bawah
mukosa, yaitu pada lapisan submukosa, maka komponen dari hemoroid
dapat terdiri dari mukosa dan pembuluh darah vena yang melebar.
Sedangkan pada hemoroid eksterna, yang merupakan pelebaran pembuluh
darah yang terdapat tepat di bawah jarngan epitel dari anus maka
komponennya terdiri dari kulit dan pembuluh darah vena di bawahnya.
Dulu paling sering terjadi hemoroid pada arah jam 3, jam 7 dan jam 11,
tetapi sekarang lebih banyak ditemukan kasus-kasus hemoroid yang lesinya
14
sirkuler, ada di sekeliling anus. Juga diketahui bahwa lebih sering terjadi
hemoroid campuran antara hemoroid intern dan hemoroid ekstern bersamaan
pada satu kasus, daripada kasus dengan hanya hemoroid intern atau ekstern
saja.
Hemoroid ciri mikroskopisnya tampak pelebaran pembuluh vena, isi
eritrosit, thrombus, sebagian mengalami organisasi, rekanalisasi dari jaringan
ikat fibros membentuk kanal2 baru (mencoba membentuk pembuluh darah
baru). Bila epitel permukaan dilapisi oleh epitel kelenjar/silindris seperti pada
usus disebut H. Interna. Bila epitel permukaan dilapisi oleh epitel
squamus/berlapis pipih disebut H. Eksterna.
Hemoroid interna berupa varises vena hemoroidalis superior dan
media yang muncul di atas garis anorektum dan ditutupi oleh mukosa rektum.
Hemoroid eksterna berupa varises yang muncul di bawah garis anorektum
mencerminkan pelebaran pleksus hemoroidalis inferior dan ditutupi oleh
mukosa anus.
TANDA DAN GEJALA
Perdarahan biasanya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat
trauma oleh faeses yang keras, biasanya darah mengalir setelah feses
keluar. Darah dapat hanya berupa garis pada feses atau tissue toilet
pembersih sampai perdarahan yang terlihat menetes dan mewarnai air toilet.
Darah yang mengalir terlihat berwarna merah segar, hal ini disebabkan
karena adanya arteri-vena shunt tadi. Kadang perdarahan berulang yang
terjadi pada haemorrhoid yang cukup berat, dapat menyebabkan terjadinya
anemia (anemia defisiensi besi).
Hemoroid yang membesar lama-lama akan menonjol keluar dan
menjadi prolapus. Pada tahap awal prolaps ini terjadi hanya setelah proses
defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada tahap yang lebih
lanjut prolaps ini perlu didorong masuk kembali ke dalam anus setelah
15
defekasi. Kemudian pada tahapan akhir prolaps menjadi menetap dan tidak
dapat dimasukkan kembali ke dalam.
Gejala discharge mucous dan faeces yang terdapat pada pakaian dalam
merupakan gejala yang dapat ditemukan pada kasus dengan prolaps yang
sudah menetap. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya iritasi pada anus yang
menimbulkan keluhan berupa rasa gatal dan panas pada daerah anus.
Keluhan nyeri yang hebat jarang sekali timbul pada kasus hemorrhoid
intern dan hanya timbul pada kasus-kasus hemorrhoid ekstern yang
mengalami trombosis. Jika trombosis pecah tetapi tidak bisa keluar dari kulit,
maka akan menekan sekitarnya sehingga menjadi nyeri.
JENIS-JENIS HAEMORHOID.
Hemoroid terbagi atas :
1. Hemoroid eksterna
Hemoroid eksterna berlokasi di distal dari linea dentata dan diliputi
dengan anoderm. Karena anoderm dipersarafi oleh banyak persyarafan maka
trombosis dari hemoroid eksterna dapat menyebabkan rasa sakit yang amat
sangat. Dengan alasan inilah maka jangan ligasi haemoroid eksterna tanpa
anestesi yang adekuat. Skin tag perianal yaitu kumpulan kulit yang fibrotik
sering ditemukan sebagai sisa dari trombosis haemoroid eksterna terlihat
tonjolan kecil. Terasa nyeri jika dipegang dan warnanya kebiruan. Hemoroid
eksterna dan skin tag menyebabkan gatal dan susah bersih jika BAB jika
besar ukurannya. Terapi pada Hemoroid eksterna dan skintag hanya
dianjurkan jika ada keluhan simptomatik.
16
2. Hemoroid Interna
Lokasi dari hemoroid interna ialah di proksimal dari linea dentata dan
diliputi oleh mukosa anorectal yang insensate. Hemoroid interna sering
mengalami prolapse atau perdarahan akan tetapi jarang mengakibatkan nyeri
kecuali ada trombosis hebat, nekrosis prolaps hebat inkarserasi atau
strangulasi.
Hemoroid interna dibagi dalam derajat-derajat:
Tabel Derajat Hemoroid Interna
HEMOROID INTERNA
Derajat Berdarah Menonjol Reposisi
I + - -
II + + Spontan
III +/- + Manual
IV +/- Menetap Tidak dapat
- Stage 1
Anal bleeding tanpa penonjolan / prolapsus
Pada pemeriksaan, pada inspeksi rectal tidak ada kelainan
Pada pemeriksaan anuscopy dapat terlihat massa kebiruan
menonjol terutama pada arah jam 3, arah jam 7 dan arah jam 11
- Stage II
Adanya prolapsus anal sewaktu defekasi, tetapi dapat masuk
kembali (spontan) setelah defekasi
17
Bisa terjadi bleeding namun bisa juga tidak terjadi, semakin
besar haemorrhoid, makin jarang berdarah
Pada pemeriksaan anuscopy dapat terlihat massa yang lebih
besar dari grade I.
- Stage III
Sama seperti stadium dua, namun prolaps tidak dapat masuk
secara spontan, harus didorong untuk dimasukkan (secara
manual).
Tidak berdarah karena mengalami fibrosis
- Stage IV
Sebelum BAB sudah mengalami prolaps
Prolaps tidak dapat dimasukkan kembali secara manual, hal ini
berisiko untuk terjadi strangulasi.
Terjadi trombosis / infeksi
Biasa terdapat pada arah jam 3, jam 7 dan jam 11, tetapi dapat
juga sirkuler
3. Kombinasi internal hemorhoid dan eksternal hemorhoid.
Lokasinya ialah di perbatasan linea dentata. Dan memiliki karasteristik
baik hemorhoid interna maupun hemorhoid eksterna. Merupakan indikasi
untuk dilakukannya hemorhoidectomy disamping penyebab lainnya yaitu:
hemorhoid yang besar dan hemorhoid yang memberi keluhan.
Postpartum hemorhoid karena mengejan waktu melahirkan sehingga
menyebabkan edema, trombosis, dan atau strangulasi.
18
Portal hipertensi dapat menyebabkan resiko perdarahan hemorhoid
karena anastomosis antara sistem vena porta ( plexus hemorhoidalis bangian
tengah dan atas) dengan sistem vena sistemik (plexus rectalis inferior).
Varrises rectal sering mengakibatkan perdarahan terapi terbaiknya ialah
dengan menurankan tekanan vena portal, jarang sekali dilakukan ligasi
kecuali perdarahannya banyak sekali, terapi operatif dihindari untuk pasien ini
mengingat dapat terjadinya resiko peerdarahan masif dan susahnya
mengontrol perdarahan dari varisesnya.
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pasien dalam posisi miring atau lithotomi. Dilihat kulit perianal, tepi anus
diregangkan sehingga terlihat canalis analis. Apabila hemoroid interna
mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang menonjol keluar ini
mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita diminta mengedan.
Pada hemorrhoid eksterna hanya terlihat benjolan atau kelebihan kulit
(sentinel tag) perianal.
b. Palpasi / Rectal Toucher
Dengan memakai sarung tangan, pertama kali kulit perianal di palpasi untuk
dirasakan indurasinya. Bila ada thrombus akan teraba tegang dan nyeri.
Kemudian dengan jari telunjuk yang telah diberi lubrikasi dimasukan sampai
kanalis analis superior dan inferior. Setiap kuadran diperiksa untuk menilai
adanya pembengkakan atau indurasi, teraba massa atau nyeri dan menilai
kontraksi sfingternya kuat atau lemah.
Dinding rectum dan struktur di luar rectum seperti prostate, cavum
Douglasi, uterus dan ovarium dievaluasi. Pada pemeriksaan rectal toucher
hemoroid interna lunak dan tidak dapat teraba dengan jari kecuali bila sangat
besar sebab tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak
nyeri. Trombosis dan fibrosis pada perabaan teraba padat dengan dasar yang
lebar. Bila ada trombosis atau infeksi maka akan sakit sekali pada perabaan.
Rectal Toucher diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
rektum.
19
Pada gambar sebelah kanan, terdapat dua benjolan (Panah A). Bila
pada penekanan dirasakan keras dan tetap, ini merupakan thrombosed
external hemorrhoids. Bila pada penekanan dirasakan lunak dan pemeriksa
dapat memasukan kembali ke anus, ini merupakan awal prolapsed internal
hemorrhoids. Bila pada penekanan dirasakan lunak dan tidak bisa
dimasukan ke anus, ini merupakan external hemorrhoid. Panah X adalah
external hemorrhoid. Panah B adalah kulit.
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis haemorrhoid, diantaranya yaitu :
1. Pemeriksaan fases
Diperiksa secara makroskopik dan mikroskopik adakah darah atau lendir
pada sediaan feses.
2. Serum aglutinasi terhadap amuba (IDT)
3. Anoscopy ataupun Rectoscopy untuk menegakkan diagnosa
Anoscopy untuk memeriksa kanalis ani. Ukurannya bermacam-macam
dengan panjang sekitar 8 cm. Anoscopy dengan ukuran lebih besar
digunakan dalam prosedur seperti rubber band ligation atau skleroterapi.
Anoskop dimasukan dengan obturador terpasang. Setelah masuk ke dalam
kanalis ani, obturador ditarik dan kanalis ani dapat diperiksa. Setelah itu,
anoskop ditarik lalu diputar 90º sehingga keempat kuadran kanalis ani dapat
diperiksa. Apabila pasien merasa sangat kesakitan dilakukan anastesi.
20
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan bedah.
Penatalaksanaan medis terdiri dari nonfarmakologis, farmakologis, tindakan
minimal invasive. Tindakan bedah terdiri dari dua tahap yaitu pertama yang
bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dan
kedua untuk mengangkat jaringan yang sudah lanjut.
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis hemoroid terdiri dari penatalaksanaan
nonfarmakologis, farmakologis, dan tindakan minimal invasive.
Penatalaksanaan medis hemoroid ditujukan untuk hemoroid interna derajat I
– III atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau
pasien menolak operasi. Sedangkan penatalaksanaan bedah ditujukan untuk
hemoroid interna derajat IV dan eksterna, atau semua derajat hemoroid yang
tidak respon terhadap pengobatan medis.
Penatalaksanaan Nonfarmakologis.
Penatalaksanaan Nonfarmakologis ini berupa perbaikan pola hidup, pola
makan & minum, pola/cara defekasi. Memperbaiki defekasi merupakan
pengobatan selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid.
Perbaikan defekasi disebut bowel management program (BMP) yang terdiri
dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku
buang air. Untuk memperbaiki defekasi dianjurkan menggunakan posisi
jongkok (squatting) sewaktu defekasi. Pada posisi jongkok ternyata sudut
anorektal pada orang menjadi lurus ke bawah sehingga hanya diperlukan
usaha yang lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau ke luar rektum.
Mengedan dan konstipasi akan meningkatkan tekanan vena hemoroid, dan
akan memperparah timbulnya hemoroid, dengan posisi jongkok ini tidak
diperlukan mengedan lebih banyak. bersamaan dengan program BMP di
atas, biasanya juga dilakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara
merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. dengan
perendaman ini maka eksudat yang lengket atau sisi tinja yang lengket dapat
menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan. Pasien diusahakan tidak
banyak duduk atau tidur, banyak bergerak, dan banyak jalan. Dengan
banyak bergerak pola defekasi menjadi membaik. pasien diharuskan banyak
21
minum 30-40 ml/kgBB/hari untuk melunakkan feses. Pasien harus banyak
makan serat antara lain buah-buahan, sayur-sayuran, sereal, dan
suplementasi serat komersial bila kurang serat dalam makanannya.
Penatalaksanaan Medis Farmakologis
Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat, yaitu memperbaiki
defekasi ; meredakan keluhan subyektif ; menghentikan perdarahan ;
menekan atau mencegah timbulnya keluhan dan gejala.
1. Obat memperbaiki defekasi
Ada dua obat dalam BMP yaitu suplemen serat (fiber supplement) dan
pelincir atau pelicin feses (stool softener). Suplemen serat komersial
yang banyak dipakai antara lain psyllium atau isphagula Husk (misal
Vegeta. Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari biji Plantago
ovata yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Dalam saluran
cerna bubuk ini agak menyerap air dan bersifat sebagai bulk laxative,
yang bekerja membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristalsis.
efek samping antara lain flatus, kembung, konstipasi, alergi, sakit
perut, dll. Untuk mencegah konstipasi atau obstruksi saluran cerna
ditujukan minum air yang banyak. Obat kedua yaitu obat laksan atau
pencahar antara lain natrium dioktil sulfosuksinat (Laxadin, Dulcolax,
Microlax,dll). Natrium dioctyl sulfosuccinat bekerja sebagai anionic
surfactant, merangsang sekresi mukosa usus halus, dan meningkatkan
penetrasi cairan ke dala feses. Dosis 300mg/hari.
2. Obat simtomatik
Pengobatan simtomatik bertujuan menghilangkan atau mengurangi
keluhan rasa gatal, nyeri, atau karena kerusakan kulit didaerah anus.
Obat pengurang keluhan seringkali dicampur pelumas (lubricant),
vasokonstriktor, dan antiseptik lemah. Untuk menghilangkan nyeri,
tersedia sediaan yang mengandung anestesi lokal. bukti yang
meyakinkan akan anestesi lokal itu belum ada. pemberian anestesi
lokal tersebut dilakukan sesingkat mungkin untuk menghindari
sensitisasi atau iritasi kulit anus. Sediaan penenang keluhan yang ada
di pasaran dalam bentuk ointment atau suppositoria antara lain anusol,
boraginol, dan faktu. Bila perlu dapat digunakan sediaan yang
22
mengandung kortikosteroid untuk mengurangi radang daerah hemoroid
atau anus antara lain Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct. Sediaan
berbentuk suppositoria digunakan untuk hemoroid interna, sedangkan
sediaan ointment/krem digunakan untuk hemoroid eksterna.
3. Obat mengehentikan perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau
pecahnya vena hemoroid yang dinding tipis. Pemberian serat
komersial misal Psyllium pada penelitian Perez-Miranda dkk (1996)
setelah 2 minggu pemberian ternyata dapat mengurangi perdarahan
hemoroid yang terjadi dibandingkan plasebo. Szent-Gyorgy
memberikan citrus bioflavonoids yang berasal dari jeruk lemon dan
paprika pada pasien hemoroid berdarah, ternyata dapat memperbaiki
permeabilitas dinding pembuluh darah. Bioflavonoids yang berasal dari
jeruk lemon antara lain diosmin, heperidin, rutin, naringin, tangeretin,
diosmetin, neohesperidin, quercetin. yang digunakan untuk
pengobatan hemoroid yaitu campuran diosmin (90%) dan hesperidin
(10%), dalam bentuk micronized, dengan nama dagang Ardium atau
Daflon. Bukti-bukti yang mendukung penggunaan bioflavonoids untuk
menghentikan perdarahan hemoroid antara lain penelitian Ho dkk
(1995) meneliti efek Daflon 500 mg 3 kali sehari dalam mencegah
perdarahan sekunder setelah hemoroidektomi pada 228 pasien
hemoroid dengan prolaps menetap. Pada kelompok Daflon ,
perdarahan lebih sedikit dibanding dengan kelompok plasebo. Ho dkk
(2000) melakukan penelitian Daflon pada hemoroid yang di ligasi
rubber band selama 3 bulan. pada kelompok Daflon didapatkan
perdarahan berulang yang lebih sedikit dibandingkan kontrol.
4. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid
Caspite (1994) melakukan uji klinik pada 100 pasien hemoroid dengan
membandingkan Ardium dan plasebo secara randomized. Ardium 500
mg dan plasebo diberika 3 kali 2 tablet sehari selama 4 hari, lalu 2 kali
2 tablet selama 3 hari. Perbaikan menyeluruh keluhan dan gejala
terjadi pada kedua kelompok pengobatan. Tetapi perbaikan nyata
terlihat pada kelompok Ardium, terhadap gejala inflamasi, kongesti,
edema, dan prolaps. Rani dkk dalam penelitiannya melakukan studi
23
pemberian Ardium 2 tablet sehari selama 8 minggu pada pasien
hemoroid kronik. Dalam penelitian ini didapatkan hasil penurunan
derajat hemoroid dan perdarahan berkurang pada akhir pengobatan.
Tindakan Medis Minimal Invasive
Penatalaksanaan hemoroid ini dilakukan bila pengobatan non farmakologis,
farmakologis tidak berhasil. Penatalaksanaan ini antara lain tindakan
skleroterapi hemoroid, ligasi hemoroid, dan terapi laser. Marcellus dkk (1995)
melakukan penelitian di RSCM dengan melakukan skleroterapi pada 18
pasien hemoroid menggunakna obat aethoxysclerol 2%, anoskop logam dan
jarum spinal no.26 dan spuit 1cc. Tiap hemoroid interna disuntik masing-
masing 0,5-1ml aethoxysclerol didapatkan pengecilan derajat hemoroid pada
minggu 4-5 setelah skleroterapi 3-5 kali. Komplikasi yang didapat yaitu, sakit
pada anus saat buang air besar, dan ulkus.
Secara ringkas terapi tiap grade pada hemorhoid interna adalah,
Hemorhoid interna grade I
- Terapi nonfarmakologis
- Rubber band ligation jika ada keluhan perdarahan dan pemberian
antibiotik broad spectrum jika ada tanda infeksi
- Infrared Photocoagulation (jika ukuran hemorhoid kecil)
- Sclerotherapy, menggunakan sclerosing agent yang disuntikkan.
Hemorhoid interna grade II
- Sama seperti hemorhoid grade I.
- Pemberian anti hemorrhoid agent
Hemorhoid interna grade III
- Rubber band ligation
- Sclerotherapy , cryotherapi (didinginkan dengan NO2- 150 C)
- Operatif
Hemorhoid grade IV
- Operatif
Hemorhoid eksterna terapinya dilakukan eksisi
24
Penatalaksanaan Bedah
a. Skleroterapi
Pada skleroterapi bagian anus yang menonjol disuntik dengan bahan sclerotic
sehingga menempel dengan dasar, kemudian akan muncul fibrosis, sehingga
seakan akan jaringan tersebut dijerat, mencekik pembuluh darah yang
melebar. Keadaan ini juga menguatkan anal cushion. Kerugian dari teknik ini
adalah muncul banyaknya daerah yang mengalami fibrosis.
b. Band ligation
Dengan terapi ligasi hemoroid yang bertangkai diikat dengan alat seperti
karet. Kerugian dari teknik ini adalah karena hemoroid itu jarang hanya
hemoroid interna saja, maka jika menyenggol hemoroid eksterna dapat terjadi
perdarahan dan nyeri.
Pada hemoroid stadium tiga dianjurkan untuk melakukan cryo terapi,
didinginkan dengan NO2 sampai dengan -15o C, sehingga organ mati. Terapi
yang paling baik adalah operasi, yang teknik dasarnya akan dijelaskan
kemudian. Dapat juga dilakukan scleroterapi dan ligasi.
Pada stadium empat lesi ditenangkan dulu sampai menjadi stadium III
baru kemudian dilakukan operasi. Lesi ditenangkan dengan cara direndam
dalam cairan PK hangat, diberikan antibiotic, analgetik dan phlebodinamik
hanya untuk mempebaiki, tidak menghilangkan haemorrhoid. Untuk obat-
obatannya dipakai Rutinic acid, analgesic dan antipiretik.
25
c. Terapi bedah untuk hemoroid ada 2 macam, sebagai berikut :
1. Closed
Ada beberapa macam operasi, pada dasarnya yang dikerjakan adalah
memotong bagian yang menonjol, kemudian dijahit.
Ada beberapa metode, beberapa di antaranya :
Langenbeck
Paling mudah terutama untuk hemoroid di arah jam 3, jam 7 dan
jam 11. pasien dinarkose, kemudian tonjolan ditarik, diklem
longitudinal, pangkalnya lalu dijahit. Bagian luar dari klem
dipotong kemudian dijahit, pemotongan searah bagian anus
Melligan
White Head
Terutama untuk yang sirkuler. Bagian yang menonjol dipotong ,
mukosa dan kulit dijahit berbentuk lingkaran. Kekurangannya
jika dioperasi terlalu banyak, maka mukosa akan mengkerut ke
dalam,sehingga ada celah antara mukosa dengan kulit, yang
nantinya akan diisi oleh jaringan fibrosis yang pada akhirnya
mengakibatkan terjadinya striktura. Kerugian lain adalah
keluhan nyeri yang muncul setelah operasi dan banyaknya
jumlah perdarahan yang terjadi
2. Open
Disebut juga submucous hemorrhoidectomy. Bagian yang menonjol
kita incisi, diambil pembuluh darahnya kemudian pangkalnya dijahit
dan diikat. Mukosa dibuang seperlunya. Operasi jenis ini sekarang
lebih banyak dikerjakan, karena rasa sakit yang ditimbulkan lebih
ringan, perdarahan minimal, tidak ada striktur.
26
d. Stapler
Tehnik operasi terbaru untuk hemoroid / wasir. Tindakan operasi ini adalah
tindakan yang amat minimal invasif. Dan dari penelitian yang dilakukan,
setelah operasi memakai tehnik ini rasa nyeri nya amat sangat sedikit serta
masa rawat inap nya lebih pendek dibandingkan tehnik operasi yang
konvensional. Meskipun banyak faktor juga yang mempengaruhi tapi secara
garis besartehnik operasi ini lebih baik dibandingkan tehnik operasi terdahulu.
Sisa jaringan yang di eksisi akan tetap berada se anatomis mungkin, artinya
tidak banyak jaringan sehat yang ikut rusak.
Alat tersebut dimasukkan kedalam anus yang sebelumnya dimasukkan alat
dilator anus . Kemudian dilakukan penjahitan pada tempat hemoroid dan
stapler dimasukkan sambil jahitan tadi diikat kencang. Stapler di tarik untuk
memberi tempat ikatan betul-betul kencang. Setelah itu stapler dimasukkan
maksimal, kemudian dilakukan stapling /pemotongan. Setelah stapling
selesai, evaluasi pada daerah stapler line, jika masih ada perdarahan lakukan
penjahitan. Tapi jika dilihat perdarahan tidak ada, operasi dinyatakan selesai.
Operasi ini relatif cepat dan memberikan kenyamanan pada pasien karena
rasa nyeri yang minimal tadi. Hanya ada kelemahannya, tidak semua jenis
hemoroid bisa dilakukan dengan metode stapler dan metode ini butuh
operator yang betul-betul biasa melakukan tehnik ini.
Komplikasi Hemorhoidectomy
27
Hemorhoidectomy memberikan beberapa komplikasi post operatif yaitu:
- nyeri bisa diberikan analgesia narkotik,oral. NSAID, analgesic topical
- retentio urin terjadi pada 10-50% pasien resiko retentio urin dapat
diminimalkan dengan membatasi cairan intravena pada intraoperative
dan perioperative serta pemberian analgesia yang adekuat
- feses tertahan karena nyeri, resikonya dapat diturunkan dengan
pemberian enema sebelum operasi dan persiapan usus sebelum
operasi.
- Perdarahan
- Infeksi, tanda awalnya ialah nyeri hebat, demam dan retensi urin
Komplikasi jangka panjang ialah inkontinensia, stenosis anal dan ectropion
(white’s head deformity). Ectropion ini merupakan komplikasi akibat operasi
whitehead’s hemorhoidectomy yang dimana ligasinya terlalu distal dari linea
dentata.
Anjuran pemeriksaan untuk hemorhoid adalah anuscopy, dengan
anuscopy hemorhoid grade I yang kadang tidak teraba dengan RT ataupun
dengan inspeksi luar akan nampak jelas.
Pencegahan
Pencegahan yang paling baik dalam mencegah hemoroid yaitu,
mempertahankan feses tetap lunak sehingga mudah ke luar, di mana hal ini
menurunkan tekanan dan pengedanan dan mengosongkan usus sesegera
mungkin setelah perasaan mau ke belakang timbul. latihan olah raga seperti
berjalan dan peningkatan konsumsi serat diet juga membantu mengurangi
konstipasi dan mengedan
Diagnosa Banding
1. Prolapse recti / anus
Berupa keluarnya seluruh tebal dinding rektum harus dibedakan dari
prolaps mukosa yang dapat terjadi pada hemoroid interna. Lipatan
mukosa anus terlihat normal. Sering terjadi pada anak dan orang
dewasa. Kausa pada dewasa umumnya akibat kurangnya daya tahan
jaringan penunjang rektum (usia lanjut ; keadaan kurang gizi) yang
biasanya disertai dengan peningkatan tekanan intra abdomen.
28
Penunjang rektum terdiri dari mesentrium dorsal, lipatan peritoneum,
berbagai fasia, dan m.levator rektum.
2. Fissura ani
Kelainan ini disebut juga rekah anus atau “fissura in ano”. fisura ini
merupakan luka epitel memanjang sejajr sumbu anus. Fisura biasanya
tunggal dan terletak di garis tengah posterior. Kadang terjadi infeksi di
sebelah oral di kripta antara kolumna rektum pada muara kelenjar
rektum. Papila di kolumna menunjuk udem yang berkembang sampai
merupakan hipertrofik papila. Daerah di sebelah aboral fisura kulit juga
mengalami radang kronik dengan bendungan limf dan akhirnya
fibrosis. Kelainan kronik di kulit ini disebut umbai kulit atau skin tag
yang menjadi tanda pengenal fisura anus. Fisura dapat terjadi karena
iritasi akibat diare, penggunaan laksan, cedera partus. Seringnya
penyebab tidak jelas. Fisura ani kadang disertai hemoroid interna. Bila
ada keluhan nyeri pada penderita hemoroid biasanya ada fisura.
3. Rectal polip
Memiliki ciri menonjol dan berdarah. Biasa terjadi pada anak,
merupakan kelainan congenital. Ketika anak mengejan keluar massa
seperti baso, jika ditelusuri memiliki tangkai, jadi tidak bias dimasukkan
lagi. Memiliki tonolan yang mudah berdarah
29
4. Rectal Ca
Rapuh, mudah berdarah, berbau karena banyak terjadi nekrosis.
Dilakukan biopsy untuk menentukannya. Orang dengan Ca recti tidak
bias bersih kalau BAB, feses masih ada yang tertinggal menyebabkan
terjadinya tenesmus
5. Infeksi
Radang pada rektum dan/atau anus dapat disebabkan oleh gonore,
sifilis, amuba, dan berbagai virus (kondilomata akuminata). Prokitis
gonore menimbulkan iritasi, gatal, pengeluaran mukus, dan pus serta
nyeri. Sifilis menyebabkan ulkus durum yang agak keras dan tidak
nyeri.
30
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien pria 42 tahun datang dengan keluhan BAB berdarah sejak 2 minggu
smrs. Dari keluhan utama yang di katakan os, hal yang terpikirkan os
mengalami perdarahan. Kita harus cari tahu dulu, asal perdarahannya.
Apakah dari saluran cerna bagian atas atau bawah. Anamnesis selanjutnya,
menanyakan warna darah yang terlihat apakah merah segar (hematoksezia)
atau merah kehitaman (melena), os mengatakan warna darah merah segar.
Berarti yang terpikirkan keadaan patologis apa saja yang menyebabkan
perdarahan saluran cerna bagian bawah. Beberapa penyakit yang sering
terkait dengan pasien yang berusia setengah baya adalah tumor kolon, polip
kolon, hemoroid, fisura ani, dan infeksi (amebiasis). Dilanjutkan dengan
pertanyaan, apakah darah yang keluar bercampur dengan feses atau tidak.
Bila tidak, berarti berasal dari hemoroid atau fisura anus. Os mengatakan saat
BAB berdarah tidak menimbulkan rasa nyeri. Hal ini bisa disingkirkan dx fisura
ani, yang tiap BAB timbul rasa nyeri. Dikonfirmasi pula dengan pemeriksaan
fisik pada rektal touche, pada inspeksi tidak ditemukanya fisurra pada ani. Os
mengatakan bahwa terdapat benjolan bila BAB, keluar dari dubur, yang
awalnya dapat masuk kembali secara spontan setelah BAB, yang akhirnya
harus menggunakan jarinya untuk dimasukan kembali. Benjolan yang
dikatakan os harus dibedakan apakah itu dinding rektum yang berarti prolaps
rektum atau prolaps mukosa yang berarti hemoroid interna. Anamnesis
lainnya untuk memperjelas, apakah os masih dapat menahan rasa keinginan
BAB nya atau tidak, bila tidak itu menandakan adanya prolap rektum. Os
mengatakan, ia masih dapat menahan keinginan BABnya. Os mengalami
kelelahan yang luar biasa, debar jantung terasa sekali, dan keluarga
melihatnya pucat. Hal ini menandakan bahwa pasien mengalami anemia
31
akibat perdarahan saat BAB. Konfirmasi anamnesis diatas, dilakukan dengan
pemeriksaan rektal touche yang mengesankan TSA baik, ampula rekti tidak
kolaps, tidak ada darah, terdapat benjolan pada jam 7. Hal ini masih kurang
menegakkan diagnosis apakah os hemoroid. Bisa jadi benjolan tersebut
merupakan tumor rekti. Maka diperjelas lagi dengan pemeriksaan anoskopi.
Pada anoskopi, didapatkan hasil adanya hemoroid pada jam 12. Perbedaan
hasil yang didapat denga RT, mungkin akibat dari kurangnya keterampilan
pada pemeriksa. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan pula adanya
konjungtiva anemis di kedua mata. Hal ini di konfirmasi dengan pemeriksaan
lab Hemoglobin os yang 5. Maka, dapat diambil diagnosis pada os Hemoroid
interna grade III. Tata laksana pada os, pertama adalah memperbaiki
keadaan umum pasien. Yang mana saat ini os mengalami anemia gravis.
Dilakukan transfusi darah dengan target Hb 10. Diberikan pula obat untuk
memperbaiki defekasi nya, sebagai pencahar, yaitu Laxadine. Ardium
diresepkan untuk os untuk memperbaiki inflamasi, perdarahan, dan prolaps.
Os juga diberikan Transamin dan Vit.K dengan tujuan untuk hemostatiknya.
Setelah keadaan umum teratasi, tata laksana selanjutnya adalah,
menghentikan perdarahan langsung dari sumber perdarahannya. Dalam hal
ini, dilakukan hemoroidektomi.
32
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat.R; De Jong.W, Editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi,
Cetakan Pertama, Penerbit EGC; Jakarta.1997. 1058-1064.
Sylvia A.price. Gangguan Sistem Gastrointestinal. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2005.
Aru W.Sudoyo. Gastroenterologi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta:Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2006.
Cospite M. Double-blind, placebo-controlled evaluation of clinical activity and
safety of ardium in teh treatment of acute hemorrhoids. Angiol J Vasc Dis
1994;45(Suppl):566-73
Hemorrhoids.http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hemorrhoids/
index.htm.p1-5.
Ho YH, Foo CL, Sew-Choen, Goh HS. Prospective randomized controlled trial
of micronized flavanoidic fraction to reduce bleeding after
haemorrhoidectomy. Br J Surg 1995:82:1034-5.
Ho YH, Tan M, Sew-Choen F, Goh HS. Micronized purified flavanoidic fraction
compared favorably with rubber band ligation and fibre alone in the
management of bleeding hemorroids. Dis Col Rect 2000: 43 : 66-9
33
Johanson JF. Nonsurgical treatment of hemorrhoids. J Gastrointest Surg
2002; 6 : 290-4.
Junaidi P, Soemasto AS, Amelz H. Perdarahan per anum. Dalam : Kapita
Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. 1982. h 362-4.
Muchtar A. Terapi Medikamentosa Hemoroid. Dalam : Simposium sehari
hemoroid. Perhimpunan dokter spesialis bedah Indonesia cabang Jakarta
(IKABI JAYA) Klub Eksekutif Persada. Jakarta.2000.
Rani AA, Makmun D, Abdullah M. Pengobatan Diosmin dan Hesperidin pada
hemoroid kronik. 2000. (Unpublished)
Soehendro B. Sklerosing Hemoroid. Dalam : Simposium sehari hemoroid.
Perhimpunan dokter spesialis bedah Indonesia cabang Jakarta (IKABI JAYA)
Klub Eksekutif Persada. Jakarta.2000.
Perez M, Gomez CA, Leon-Colombo T, Pajares J, Mate-Jimenes J. Effect of
fiber supplements on internal bleeding hemorrhoid. Hepatogastroenterology
1996 ; 12: 1540-7.
34