Case Dr Bukit Fix

27
BAB I PENDAHULUAN Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38 ºC) akibat suatu proses ekstrakranium. Dalam praktek sehari-hari orang tua sering cemas bila anaknya mengalami kejang, karena setiap kejang kemungkinan dapat menimbulkan epilepsy dan trauma pada otak. Kejang Demam dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana, kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, umum dan tidak berulang pada satu episode demam, sedangkan kejang demam kompleks adalah kejang yang berlangsung lebih lama dari 15 menit baik bersifat fokal atau multiple. Insiden kejang demam pada anak laki-laki lebih sering dari pada perempuan dengan perbandingan 1,2–1,6 : 1. 1,2 TUJUAN LAPORAN KASUS Untuk mengingatkan kembali kasus kejang demam dikemudian hari. 1

description

Case Dr Bukit Fix

Transcript of Case Dr Bukit Fix

BAB I

PENDAHULUAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di

atas 38 ºC) akibat suatu proses ekstrakranium. Dalam praktek sehari-hari orang tua sering cemas

bila anaknya mengalami kejang, karena setiap kejang kemungkinan dapat menimbulkan epilepsy

dan trauma pada otak. Kejang Demam dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu kejang demam

sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana, kejang yang berlangsung

kurang dari 15 menit, umum dan tidak berulang pada satu episode demam, sedangkan kejang

demam kompleks adalah kejang yang berlangsung lebih lama dari 15 menit baik bersifat fokal

atau multiple. Insiden kejang demam pada anak laki-laki lebih sering dari pada perempuan

dengan perbandingan 1,2–1,6 : 1.1,2

TUJUAN LAPORAN KASUS

Untuk mengingatkan kembali kasus kejang demam dikemudian hari.

1

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. MSUmur : 9/12 tahunTanggal Lahir : Jakarta, 28 Oktober 2013Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : IslamPendidikan : -Alamat : Jl. Raden Saleh II Gg IV

No. 57 Cikini IDENTITAS ORANG TUA

AYAH Nama : Tn. JunaidiUmur : 38 TahunSuku Bangsa : JawaAlamat : Jl. Raden Saleh II Gg IV

No.57 Cikini

Agama : IslamPendidikan : STMPekerjaan : SwastaPenghasilan : Rp 3.500.000/bulan

IBU

Nama : Ny. IsmaUmur : 23 tahun Suku Bangsa : JawaAlama : Jl. Raden Saleh II Gg IV No.

57 Cikini

Agama : Islam Pendidikan : SMAPekerjaan : Ibu Rumah TanggaPenghasilan : -

2

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

KEHAMILAN

Perawatan Antenatal : Trimester I 1 kali/bulan di RS

Trimester II 1 kali/bulan di RS

Trimester III 2 kali/bulan di RS

Penyakit Kehamilan : Tidak ada

KELAHIRAN

Tempat lahir : RS

Penolong Persalinan : Dokter

Cara Persalinan : Sectio Caesarea (SC)

Penyulitnya : Belum ada pembukaan

Masa Gestasi : Cukup Bulan

RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

Keadaan Bayi

Berat Badan Lahir : 2800 gr

Panjang badan : 27 cm

Lingkar Kepala : -

Nilai APGAR : 8/9

Gigi pertama : -

Psikomotor

Tengkurap : 4 bulan

Duduk : 6 bulan

Berdiri : -

Berjalan : -

Berbicara : -

Membaca / Menulis : -

Gangguan Perkembangan : disangkal

3

RIWAYAT IMUNISASI

Vaksin Dasar (umur) Ulangan (Umur)

BCG 0 bulan

DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan

POLIO 1 bulan

CAMPAK

HEPATITIS B 0 bulan

MMR

TIPA

Kesan : imunisasi dasar dilakukan sesuai umur di RS

RIWAYAT KELUARGA

Corak Reproduksi

No Umur Jenis Kelamin Hidup Lahir

Mati

Abortus Mati

(Sebab)

Keterangan

1 9/12 Perempuan Hidup Sakit

(pasien)

RIWAYAT PENYAKIT

Keluhan Utama : Muntah

Keluhan Tambahan : Kejang, demam, diare

Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang diantar oleh kedua orang tuanya dengan keluhan demam sejak 30 menit sebelum

masuk rumah sakit. Demam dirasakan secara tiba-tiba pada pagi hari saat pasien bangun dari

tidurnya. Sebelum pasien demam pasien sempat muntah-muntah sejak 6 jam sebelum masuk

4

rumah sakit. Pasien muntah sebanyak 3-4 kali, pasien muntah setiap kali diberikan ASI. Sekali

muntah kira-kira sebanyak ¼ gelas aqua dan yang keluar merupakan cairan putih seperti

susu.kemudian setelah muntah-muntah pasien tiba-tiba demam tinggi, oleh ibu pasien demam

tiidak sempat diukur karena terlalu panik. Pasien segera di larikan ke IGD setelah kejang

beberapa menit tersebut pasien menangis. Sampai di IGD pasien bab lebih dari 3 kali warna

kuning dan berampas, bak jarang.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah memiliki riwayat kejang sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga/ Orang Lain Serumah

Ayah dan ibu pasien menyangkal memiliki riwayat kejang.

PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal : 29 Juli 2012

Jam : 12.00 WIB

PEMERIKSAAN UMUM

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : composmentis (GCS: E 4 V 5 M 6)

Frekuensi nadi : 120 x / mnt (reguler, kuat angkat, isi cukup)

Frekuensi pernapasan : 33 x/menit (regular, adekuat)

Suhu tubuh : 38,3 0 C ( axilla )

Data antropometri

Berat badan : 9 kg

Tinggi badan : 71 cm

Lingkar kepala : 38 cm

Lingkar lengan atas : 15 cm

5

PEMERIKSAAN SISTEM

Kepala

Bentuk dan ukuran : Bentuk bulat, normocephali, ubun-ubun cekung -

Rambut dan kulit kepala : Warna hitam, pertumbuhan rambut merata

Mata : Konjungtiva anemis -/-, pupil isokor, kelopak mata tidak

cekung

Hidung : Bentuk biasa, Mukosa tidak hiperemis, cavum nasi lapang /

lapang, konka nasalis eutrofi / eutrofi, sekret -/-, pernafasan

cuping hidung tidak ada.

Telinga : Normotia, liang telinga lapang / lapang, serumen -/-

Mulut : Lemab

Tenggorok : Mukosa faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1

Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar

Thoraks

Paru

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi iga (-)

Palpasi : Stem fremitus simetris kiri dan kanan

Perkusi : Sulit dinilai

Auskultasi : Bunyi napas dasar vesikular, ronki -/-, wheezing-/-

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba

Perkusi : Sulit dinilai

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeks : Perut tampak mendatar

Auskultasi : Bising usus 4x/menit

Palpasi : Supel, turgor cukup, nyeri tekan (-), ballotement (-)

6

Perkusi : Timpani

Anus dan rektum : Dalam batas normal, eritematum (-)

Genitalia : Tidak ada kelainan

Anggota gerak : Akral hangat, sianosis (-)

Tulang belakang : Dalam batas normal

Kulit : Turgor cukup

Status Neurologi

Refleks fisiologis

normorefleks

Refleks patologis

-

Ektremitas

Tidak ada deformitas, normotonus, ROM tidak terbatas

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Laboratorium 29 Juli 2014

Hematologi

Darah lengkap ( H2TL, Eri, LED )

Jenis

pemeriksaan

HasilSatuan Nilai rujukan Keterangan

29 juli

Laju Endap Darah 8 mm/jam < 10

Hemoglobin 8,3 g/dl 14 – 16 L

Leukosit 17,4 ribu/ul 5 – 10 H

Eritrosit 4.66 juta/ml 4,5 – 5,5

Hematokrit 27 % 40 – 48 L

Trombosit 666 ribu/uL 150 – 400 H

MCV 59 /fl 82 – 92 L

MCH 17,8 Pg 27- 31 L

MCHC 30,4 % 32 – 36 L

Hitung jenis

7

Basofil 0 % 0 – 1

Eosinofil 1 % 0 – 3

Netrofil batang 0 % 2 – 5 L

Netrofil

segmen69 % 50 – 70 H

Limfosit 24 % 20 – 40

Monosit 6 % 2 – 8

Faeces Lengkap

Warna KuningMakroskopik

Coklat/Kuning

Konsistensi Lembek Lembek

Lender

Darah

Negative

negative

Negative

negative

Mikroskopik

amuba Tidak ditemukan

Kista Tidak ditemukan

Leukosit 2-4 /LPB 0 – 1

Eritrosit -- /LPB 0 – 2

Cacing

Telur cacing

Negative

Tidak ditemukan

negatif

Sisa makanan

amilum Negative Negative

Lemak (fat) Negative Negative

Kristal lemak Negative Negative

Sisa sayuran Negative Negative

Serabut otot Negative Negative

8

Kimia lengkap

Natrium (Na

darah)136 mEq/L 135-147

Kalium (K)

darah4,8 mEq/L 3,5 -5,0

Kalsium (Ca) 9,2 mEq/L 8,8 – 10,0

DIAGNOSIS KERJA

Observasi Kejang

Diare Akut Tanpa Dehidrasi

DIAGNOSIS BANDING

Kejang Demam Sederhana

Kejang Demam Kompleks

ANJURAN PEMERIKSAAN LENGKAP

DPL, Na/K/Ca, GDS

PROGNOSIS

Ad Vitam : Dubia

Ad Sanationum: : Dubia

Ad Fungsionam : Dubia

PENATALAKSANAAN

- Pro rawat inap

- Diet /puasa

- CIV/ Kaen 3B 16 tpm (makro)

- O2 2L/menit

- MM/

9

ondansentron 3 x 0,5 mg (IV)

Cephalosporin 2 x 250 mg (IV)

puyer panas 4 x 1 (PO)

puyer phenobarbital 2 x 40 mg (PO) (selama 2 hari)

zinc 2 x 1 (PO)

Zinc zalf (ue)

FOLLOW UP

30 Juli 2014

S/

Kejang -, demam -, diare -, muntah +

O/

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : composmentis (GCS: E4 V5 M6)

Frekuensi nadi : 100 x/menit

Frekuensi napas : 28 x/menit

Suhu : 37.50C

Berat badan masuk : 9 kg

Berat badan sekarang : 9 kg

Kepala : bulat, normosefali

Rambut dan kulit kepala : tidak ada kelainan

Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, mata tidak

cekung

Hidung : tidak ada kelainan

Telinga : tidak ada kelainan

Mulut :mukosa bibir lembab, sianosis sirkum oral (-)

Leher : kelenjar getah bening tidak teraba membesar

Thoraks

Paru Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, retraksi iga (-)

Palpasi : stem fremitus simetris kiri dan kanan

Auskultasi : bunyi napas dasar vesikular, ronki -/-, wheezing-/-

10

Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeks : perut tampak mendatar

Auskultasi : bising usus 5x/menit

Palpasi : supel, turgor cukup, nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani

Anus dan rektum : dalam batas normal, eritematum (-)

Genitalia : tidak ada kelainan

Anggota gerak : akral hangat, sianosis (-), capillary refill < 2 detik

Tulang belakang : tidak ada kelainan

Kulit : turgor cukup

Rangsang meningeal : kaku kuduk (-), brudzinski I (-), brudzinski II (-), kernig (-)

Refleks fisiologis : biseps +/+ triseps +/+ KPR +/+ APR +/+

Refleks patologis : babinski -/-

A/ kejang demam sederhana

P/ diet : lunak

CIV : Kaen 3B 16 tetes/menit

MM/

Cephalosporin 2 x 250 mg (IV)

Puyer panas 4 x 1 (PO)

phenobarbital 2 x 40 mg (PO)

zinc 2 x 1 tab (PO)

Ondansentron 3 x 0,5 mg (PO)

Zink zalf (ue)

11

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Kejang Demam

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada anak umur 6 bulan – 5 tahun, kenaikan

suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 0 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Klasifikasi kejang demam1,2 :

1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan

berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.

Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di

antara seluruh kejang demam.

2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)

Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:

a. Kejang lama > 15 menit

b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial

c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Penatalaksanaan saat kejang

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah

berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan

kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-

0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan

dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah

adalah diazepam rektal Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg

untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg.

Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg

untuk anak di atas usia 3 tahun. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti,

dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah

2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit

12

dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum

berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan

kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya

adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum

berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian

obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau

kompleks dan faktor risikonya.1,2

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang

1. Tetap tenang dan tidak panik

2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher

3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan

atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan

memasukkan sesuatu kedalam mulut.

4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.

5. Tetap bersama pasien selama kejang

6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.

7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih

Pemberian obat rumat

Indikasi pemberian obat rumat. Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam

menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu):

1. Kejang lama > 15 menit.

2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya

hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.

3. Kejang fokal.

4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:

Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam

Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan

kejang demam > 4 kali per tahun.

13

Penjelasan:

Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan indikasi

pengobatan rumat

Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan ringan bukan

merupakan indikasi pengobatan rumat

Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus

organik.

Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat Pemberian obat fenobarbital atau asam valproate

setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah

bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping,

maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek.

Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar

pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus,

terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi

hati. Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari

dalam 1-2 dosis. Lama pengobatan rumat diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian

dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.1,2,3

Kemungkinan berulangnya kejang demam

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang

demam :

1. Riwayat kejang demam dalam keluarga

2. Usia kurang dari 12 bulan

3. Temperatur yang rendah saat kejang

4. Cepatnya kejang setelah demam

3.2 Diare

14

Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya nampak

sehat, dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan

atau tanpa lendir dan darah.4,5,6

Tabel 1. Kuman penyebab diare akut karena infeksi

15

Gambar 1. Patofisiologi diare osmotic

Gambar 2. Patofiologi diare sekretorik

16

Gambar 3. Patofisiologi diare osmotik

Tabel 2. Gejala klinis, dan sifat tinja penderita diare karena infeksi usus

17

Penatalaksanaan Diare

• Prinsip tatalaksana pasien diare4,5,6 :

– Rehidrasi oral

– Dukungan nutrisi

– Antibiotik secara rasional

– Pemberian Zinc

– Edukasi pada orang tua

BAB IV

PEMBAHASAN

18

Menurut pendapat kami anamnesis yang kurang distatus adalah kurangnya menggali anamnesis

mengenai keadaan saat pasien kejang seharusnya ditambahkan pasien kejang selama kurang

lebih 5 menit dengan posisi tangan lurus dan kaki menghentak-hentak kaku posisi mata mendelik

ke atas dan perlunya ditanyakan apakah ada riwayat trauma atau tidak. Pada pemeriksaan fisik

rangsangan meningeal tidak dilakukan rangsangan kaku kuduk, brudzinski I, brudzinski II,

kernig. Penanganan Kejang agak bertentangan dengan konsensus kejang demam, seharusnya

pemberian luminal tidak diberikan, untuk penangan kejang diganti dengan diazepam.

Penanganan diare menurut kami sudah sesuai dengan 5 pilar diare menurut WHO. Berdasarkan

dari pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, lab oratorium penunjang kami menegakkan

diagnosis kejang demam sederhana dengan diare akut tanpa dehidrasi, observasi anemia.

Mengingat kejang demam dapat berulang sampai umur 5 tahun diperlukan edukasi kejang

demam pada kedua orang tua pasien yaitu :

I. Jangan panik II. Panas sumeng-sumeng / hangat – hangat (suhu > 38 0 C) → beri puyer penurun panas

III. Panas tinggi ( suhu ≥ 39 0C ) a. Puyer panas 4 x 1b. Stesolid melalui anus tiap 8 jamc. Kompres dengan air hangat di kedua axilla ( ketiak ), ubun-ubun besar dan

selangkangan. Bila tidak menggigil baju tipis-tipisd. Bila berlanjut dengan suhu di bawah 39 0 C, stesolid stop, puyer panas lanjutkan.

IV. Bila kejang a. Posisi tidur terlentang, leher tengadah, miring ke kananb. Beri stesolid melalui anus, boleh di ulang tiap 30 menit bila kejang belum

berhentic. Saat kejang apapun tidak boleh dimasukkan ke dalam mulutd. Kopi dan kecap tidak bisa mencegah kejang, jadi tidak boleh diberikan 1 sendok

tiap hari.

SIMPULAN

19

Pasien datang dengan muntah-muntah dengan kejang diagnosis kejang demam sederhana dengan

diare akut tanpa dehidrasi, dengan penatalaksanaan O2 2Liter per menit, cairan intravena Kaen

3B 16 tetes permenit, medikamentosa ondansentron 3 x 0,5 mg (IV), puyer panas 4x1(po), puyer

Phenobarbital 2 x 40 mg (PO) (selama 2 hari), zinc 2 x 1 (PO), Cephalosporin 2 x 250 mg

(IV),Zinc zalf (ue) sesuai dengan protab.

DAFTAR PUSTAKA

20

1. A Consensus development conference on febrile seizures. Febrile saizures: long term management of children with fever associated seizures. Padiatrics 1980; 66:1009-12.

2. Saing B. Faktor pada kejang demam pertama yang berhubungan dengan terjadinya kejang demam berulang (Studi selama 5 tahun). Medan: Balai Penerbit FK-USU,1999:1–44.

3. Samuel L. Pengobatan epilepsi. Dalam: Soetomenggolo TS, Ismael S, Penyunting. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta : IDAI, 1999. h. 226-43.

4. Baqui AH, Effect of zinc supplementation started during diarrhea on morbidity and mortality in Bangladeshi children: community randomized trial. BMJ. 2002;325:1-7

5. Sandhu BK. Practical guidelines for management of astroenteritis in children. J pediatrr Gastroenterol Nutr. 2001;33:36-9

6. Dwiprahasto I. penggunaan antidiare ditinjau dari aspek terapi nasional. Jurnal manajemen pelayanan kesehatan. 2003;9(2):94-101

21