Case Bedah

20
Laporan Kasus Ilmu Bedah Stephanie ( 406138048) LAPORAN KASUS ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA RS HUSADA Identitas Nama : Nn.A Umur : 19 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Tempat/tanggal Lahir : Jakarta / 17-08-1995 Pendidikan : SMP Agama : Islam Suku / Bangsa : Sunda Status Pernikahan : Belum Menikah Pekerjaan : Swasta Alamat : Diketahui Tanggal masuk RS : 3 Mei 2015 I. Anamnesis Diambil dari autoanamnesa tanggal Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah hilang timbul sejak 2 minggu SMRS. Keluhan Tambahan : Demam, mual, tidak nafsu makan. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah. Nyeri dirasakan hilang timbul sudah sekitar 2 minggu SMRS. Nyeri

description

word

Transcript of Case Bedah

Page 1: Case Bedah

Laporan Kasus Ilmu Bedah Stephanie ( 406138048)

LAPORAN KASUS ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

RS HUSADA

Identitas

Nama : Nn.A

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/tanggal Lahir : Jakarta / 17-08-1995

Pendidikan : SMP

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Sunda

Status Pernikahan : Belum Menikah

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Diketahui

Tanggal masuk RS : 3 Mei 2015

I. Anamnesis

Diambil dari autoanamnesa tanggal

Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah hilang timbul sejak 2 minggu SMRS.

Keluhan Tambahan : Demam, mual, tidak nafsu makan.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah. Nyeri dirasakan hilang timbul sudah

sekitar 2 minggu SMRS. Nyeri awalnya dirasakan disekitar ulu hati kemudian semakin

menajam di bagian perut kanan bawah. Nyeri dirasakan seperti kram dan melilit, dan sangat

sakit ketika berjalan. Pasien juga mengeluh mual dan muntah. Pasien mengaku perut terasa

kembung sehingga tidak bernafsu untuk makan. Pasien mengalami demam sekitar 1 minggu

SMRS. Pasien sudah berobat ke dokter dan diberikan obat lambung dan penghilang sakit

namun hanya bertahan sementara, kemudian nyeri timbul kembali.

Page 2: Case Bedah

Laporan Kasus Ilmu Bedah Stephanie ( 406138048)

Riwayat BAK : Warna kuning jernih, tidak perih dan tidak sakit, tidak terasa panas, tidak

berbusa.

Riwayat BAB: Normal, tidak terdapat mencret.

Riwayat Menstruasi : Menstruasi teratur, siklus 28 hari, lama menstruasi 7 hari, setiap

menstruasi ganti pembalut sekitar 3-4x per hari. Saat ini sedang menstruasi hari ke 5.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, asma, alergi, penyakit kuning

disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

- Kencing manis (-)

- Darah tinggi (-)

- Jantung (-)

Riwayat Kebiasaan

Kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol disangkal.

II. Status Praesens

Status Umum :

Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, Somnolen GCS 15 (E4M6V5)

- Tanda Vital :

o Tekanan darah : 120/80 mmHg

o Nadi : 84x/menit

o RR : 20x/menit

o Suhu : 37,3

- Kulit : warna kulit kecoklatan, turgor baik, tidak ikterik, tidak pucat, tidak ada kelaian

kulit lainnya.

- Kel. Limfe : Tidak teraba adanya pembesaran KGB.

- Muka : Simtetris.

Page 3: Case Bedah

Laporan Kasus Ilmu Bedah Stephanie ( 406138048)

- Kepala : Bentuk dan ukuran normal, tidak teraba adanya benjolan, tidak ada kelainan

di kulit kepala, rambut berwarna hitam keputihan terdistribusi merata, tidak mudah

dicabut.

- Mata : Kedudukan bola mata simetris, palpebra superior et inferior, dextra et sinistra

tidak edema, tidak cekung, konjungtiva palpebra dextra et sinistra anemis. Sklera

tidak ikterik. Kedua pupil bulat, isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya +/+

- Telinga : Bentuk dan ukuran normal, kedua liang telinga lapang, sekret (-), serumen

(-), tidak ada nyeri tarik auricula, nyeri tekan tragus dan nyeri tekan retro aurikuler

- Hidung : Bentuk normal, tidak ada depresi tulang hidung, tidak ada nyeri tekan

hidung, tidak ada nyeri tekan sinus paranasal, tidak ada deviasi septum, sekret (-),

darah (-), mukosa hidung tidak hiperemis, tidak ada pernafasan cuping hidung

- Mulut : Bibir kering, mukosa mulut kering, lidah tidak kotor. Tonsil T1-T1 tidak

hiperemis, mukosa dinding faring tidak hiperemis

- Leher : Trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba, kelenjar getah bening

submandibula, servikal, dan supraklavikula tidak membesar.

- Thorax :

o Inspeksi : Bentuk normal, tidak terdapat retraksi, simetris dalam diam dan

pergerakan napas

o Palpasi : Stem fremitus kanan – kiri, depan sama kuat

o Perkusi : Sonor, batas paru hepar ICS VI MCL, dextra

o Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronki (-/-) wheezing (-/-)

- Jantung :

o Inspeksi :

Tidak tampak pulsasi ictus kordis

o Palpasi :

Pulsasi iktus kordis teraba di ICS V MCL sinistra, Trill (-)

oPerkusi :

Batas jantung kanan : Sejajar ICS V midsternal line

Batas jantung kiri : Sejajar ICS V MCL sinistra

Batas pinggang jantung : di ICS III parasternal line sinistra

o Auskultasi :

Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop.

Page 4: Case Bedah

Laporan Kasus Ilmu Bedah Stephanie ( 406138048)

- Abdomen : Lihat status lokalis.

- Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan.

- Ekstremitas : Akral teraba hangat, tidak ada edema, tidak ada parese.

- Neurologis

o Reflex Fisiologis

Biceps +/+

Triceps +/+

Patella +/+

Achilles +/+

o Reflex Patologis

Babinski -/-

Chaddock -/-

Oppenheim -/-

Status lokalis bedah region abdomen

Inspeksi : Perut rata, scar (-), striae (-), tidak terlihat adanya massa, tidak ada dilatasi vena.

Auskultasi : Bising usus (+) normal.

Perkusi : Timpani di seluruh abdomen, nyeri ketok CVA (-/-)

Palpasi : Abdomen supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan pada titik mc

burney (+), nyeri lepas (+), Psoas sign (+), obrturator sign (+).

III.Diagnosa Kerja

Appendisitis akut.

IV.Diagnosa Banding

KET

Kista ovarium terpuntir

Demam dengue

Page 5: Case Bedah

Laporan Kasus Ilmu Bedah Stephanie ( 406138048)

V. Pemeriksaan Penunjang

Hasil Lab 04.05.2015

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN

Hematologi

Hemoglobin

Hematokrit

Leukosit

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

Eritrosit

11,1*

35

13,0*

307

76*

24*

32

4,57

gr/dL

%

10^3/uL

Ribu/uL

fL

pg/mL

g/dL

juta/uL

11.7 – 15.5

35 - 47

3.6 – 11.0

150 - 450

80 - 100

28 – 33

32 – 36

4.20 – 5.40

Hemostasis

PT (Pasien)

PT (Kontrol)

APTT (Pasien)

APTT (Kontrol)

9,3

10,0

37,6

31,0

Detik

Detik

Detik

Detik

9,0 – 12, 1

31,0 – 47,0

Kimia Klinik

Glukosa sewaktu CITO

Ureum darah

Creatinin darah

112

13*

0,51*

mg/dL

mg/dL

mg/dL

70 – 200

19 – 49

0,6 – 1,1

Page 6: Case Bedah

Laporan Kasus Ilmu Bedah Stephanie ( 406138048)

eGFR

Kalium (K)

Natrium (Na)

Klorida (Cl)

155,4

4,7

143

103

mL/min/1,73 m^2

mmol/L

mmol/L

mmol/L

3,5 – 5,0

136 – 146

98 - 109

Pemeriksaan USG abdomen tanggal 5 Mei 2015

Hepar : 10,5 cm mcl ka parenchym/ permukaan/ pemb.darah sal.empedu intra/extra hepatic

biasa : Q porta : 1 cm tepi hati lancip.

Vesica Felea : 5,2 x 2,5 cm ddg teratur ; batu (-)

Aorta abdominalis : 1,6 cm ddg 0,5 cm Q vci : 1,1cm Q v.lienalis : 0,5 cm.

Pancreas : 6 cm x 0,8 cm ; parenchym homogen/ teratur.

Lien : 9 x 2,1 – 4,3 cm ; batas bawah ½ ren kiri.

Ren dextra : 9,7 x 4,3 cm ; pyelum : 1,8 cm ; teratur ; batu (-).

Ren sinistra : 9,7 x 4,3 cm ; pyelum : 1,8 cm ; teratur ; batu (-).

Vesica urinaria : Mucosa teratur ; batu (-).

RLQ abdomen : appendix : 5,88 x 0,69 cm dinding : 0,37 cm, nyeri tekan (+) / lepas (+)

Genitalia interna saat haid.

Kesan : Suspect appendicitis chronica exacerbasi akut.

VI. Resume

Telah diperiksa seorang perempuan berusia 19 tahun, dengan keluhan nyeri perut

kanan bawah. Nyeri dirasakan hilang timbul sudah sekitar 2 minggu SMRS. Nyeri awalnya

dirasakan disekitar ulu hati kemudian semakin menajam di bagian perut kanan bawah. Nyeri

dirasakan seperti kram dan melilit, dan sangat sakit ketika berjalan. Pasien juga mengeluh

mual dan muntah. Pasien mengaku perut terasa kembung sehingga tidak bernafsu untuk

makan. Pasien mengalami demam sekitar 1 minggu SMRS. Pasien sudah berobat ke dokter

Page 7: Case Bedah

Laporan Kasus Ilmu Bedah Stephanie ( 406138048)

dan diberikan obat lambung dan penghilang sakit namun hanya bertahan sementara,

kemudian nyeri timbul kembali. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak

sakit sedang, kesadaran compos mentis, GCS : E4M6V5, Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi

84x/menit, suhu 37,3, frekuensi nafas 20x/menit. Pada pemeriksaan status lokalis region

abdomen didapatkan nyeri tekan pada titik mc burney (+), nyeri lepas (+), Psoas sign (+),

obrturator sign (+). Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan Hb, ureum,

creatinine. Didapatkan peningkatan leukosit. Dari pemeriksaan USG didapatkan kesan

suspect appendicitis chronica exacerbasi akut.

VII. Pengobatan

1. Medikamentosa

IVFD Ringer Asering

Ceftriaxone iv

Ranitidine iv

2. Operatif

Appendektomi

VIII. Prognosa

Ad Vitam : Dubia ad bonam

Ad Functionam : Dubia ad bonam

Ad Sanationam : Dubia ad bonam

Page 8: Case Bedah

Laporan Kasus Ilmu Bedah Stephanie ( 406138048)

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi apendiks

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm),

dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian

distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan

menyempit pada ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden

apendisitis pada usia itu. Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu

memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang

mesoapendiks penggantungnya.

Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di

belakang kolon asendens, atau di tepi lateral kolon asendens. Gejala klinis apendisitis

ditentukan oleh letak apendiks.

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterika superior

dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X. oleh karena itu,

nyeri visceral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus.

Pendarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika

arteri in tersumbat, misalnya karena trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami

gangren.

Fisiologi apendiks

Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke dalam

lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks

tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis.

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang

terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks , ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat

efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendik tidak

memengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limf di sini kecil sekali jika

dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh.

Page 9: Case Bedah

Laporan Kasus Ilmu Bedah Stephanie ( 406138048)

Apendisitis

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).

Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, apendiks itu bisa

pecah.

Epidemiologi

Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun

jarang dilaporkan. Insidens tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun.

Insidens pada lelaki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umue 20-30 tahun,

ketika insidens pada lelaki lebih tinggi.

Etiologi

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor

pencetus. Di samping hyperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris

dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis

ialah erosi mukosa apendiks akibat parasite seperti E.histolytica.

Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan

pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekan

intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya

pertumbuhan kuman flora kolon biasa.

Patofisiologi

Apendisitis akut pada dasarnya adalah suatu proses obstuksi (hyperplasia kel. Limfe

submucosa, fecolith, benda asing, striktur, tumor). Kemudian disusul dengan proses infeksi

sehingga gejalanya adalah mula-mula suatu obstruksi ileus ringan yakni : Kolik, mual,

muntah, anoreksia dan sebagainya yang kemudian mereda karena sudah jadi paralitik ileus.

Kemudian disusul oleh gejala keradangan yakni : nyeri tekan, defans muscular, subfebril dan

sebagainya.

Faktor obstruksi pada anak-anak terutama hyperplasia dari kelenjar lymphe submucosal. Pada

orang tua adalah fecolith, dan sedikit corpus alineum, strictura dan tumor. Tumor pada orang

muda adalah cacinoid dan pada orang tua adalah Ca caecum. Fecolith diduga terbentuk bila

Page 10: Case Bedah

Laporan Kasus Ilmu Bedah Stephanie ( 406138048)

ada serabut sayuran terperangkap masuk ke dalam apendiks, sehingga keluar mucous

berlebihan.

Cairan mucous ini mengandung banyak calcium sehingga bahan tersebut mengeras dan dapat

menimbulkan obstruksi,dan peregangan lumen apendiks, hambatan venous return dana aliran

lymphe yang berakibat oedema apendiks dimulai dengan diapedesis dan gambaran ulcus

mukosa. Hal ini merupakan tahap dari akut fokal apendisitis. karena apendiks dan usus halus

mempunyai tekanan intra luminal dengan akibat obstruksi vena dan thrombosis sehingga

terjadi oedema dan ischemi apendiks. Invasi bakteri malalui dinding apendiks. Phase ini

disebut akut supurative apendisitis. lapisan serosa apendiks berhubungan dengan peritoneum

parictalis.

Nyeri somatis timbul dari peritoneum karena terjadi kontak dengan apendiks yang meradang,

dan ini tampak sebagai perubahan yang klasik dalam bentuk nyeri yang terlokalisir di

kuadran kanan bawah perut. Seterusnya proses patologis mungkin mengenal sistim arterial

apendiks. Apendiks dengan vaskularisasi yang sangat kurang akan mengalami gangrene dan

terlihat. Sekresi yang terus menerus dari mukosa apendiks yang masih baik serta peningkatan

intra luminal berakibat perforasi melalui gangrenous infark. Timbul perforated apendisitis.

Jika apendisitis tidak terjadi secara progressive, terbentuk perlekatan pada lubang usus,

peritoneum dan omentum yang mengelilingi apendiks. Kecepatan rentetan peristiwa tersebut

tentunya tergantung pada : virulensi mikroorganisme, daya tahan tubuh, fibrosis pada dinding

apendiks, omentum, usus yang lain, peritoneum parietale bahkan organ lain seperti buli-buli,

uterus, tuba, mencoba membatasi dan melokalisir proses keradangan ini. Bila proses

melokalisir ini belum dan sudah terjadi perforasi maka timbul peritonitis. Walaupun proses

melokalisir sudah selesai tetapi belum cukup kuat menahan tarikan/tegangan dalam cavum

abdominalis, karena itu pasien harus benar-benar bedrest.

Kadang-kadang apendisitis akut terjadi tanpa adanya obstruksi, ia terjadi karena adanya

penyebaran infeksi dari organ lain secara hematogen ke apendiks. Terjadi abscess multiple

kecil pada apendiks dan pembesaran lnn.mesentrica regional. Karena terjadi tanpa obstruksi

maka gambaran klinis tentunya berbeda dengan gejala obstruksi tersebut diatas.

Klasifikasi

Klasifikasi dari apendisitis terbagi atas dua, yaitu :

Page 11: Case Bedah

Laporan Kasus Ilmu Bedah Stephanie ( 406138048)

1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah

sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk

nanah.

2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan

timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya

ditemukan pada usia tua.

Gejala klinis

Gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di

daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan muntah.

Umumnya, nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam, nyeri akan berpindah ke kanan

bawah ke titik McBurney. Di sini, nyeri dirasa lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga

merupakan nyeri somatik setempat.

Bila apendiks terletak retrosekal retroperitoneal, tanda nyeri perut bawah tidak begitu jelas

dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal karena apendiks terlindung oleh sekum. Rasa nyeri

kearah perut sisi kanan atau nyeri timbul saat berjalan karena kontraksi otot psoas mayor

menengang dari dorsal.

Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik. Pada awalnya, anak sering hanya

menunjukkan gejala rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa

nyerinya. Beberapa jam kemudian, anak akan muntah sehingga menjadi lemah dan letargik.

Pemeriksaan

Demam biasanya ringan dengan suhu sekitar 37,5 – 38,5. Bila suhu lebih tinggi, mungkin

sudah terjadi perforasi. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik. Pada palpasi,

didapatkan nyeri yang terbatas pada region iliaka kanan, bisa disertai nyeri lepas. Defans

muscular merupakan rangsangan peritoneum parietale. Pada penekanan perut kiri bawah,

akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang di sebut tanda Rovsing.

Peristaltik usus sering normal tetapi dapat juga menghilang akibat adanya ileus paralitik pada

peritonitis generalisata yang disebabkan oleh apendisitis perforata.

Pemeriksaan colok dubur menyebabkan nyeri bila daerah infeksi dapat dicapai dengan jari

telunjuk, misalnya pada apendisitis pelvika.

Page 12: Case Bedah

Laporan Kasus Ilmu Bedah Stephanie ( 406138048)

Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi panggul kanan

atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Uji obturator dengan

gerakan fleksi dan endotorsi sendi panggul pada posisi terlentang dan menimbulkan nyeri

pada apendisitis pelvika.

Laboratorium

Jumlah leukosit berkisar antara 10.000 dan 16.000/mm³ dengan pergeseran ke kiri (lebih dari

75 persen neutrofil) pada 75 persen kasus yang ada. 96 persen diantaranya leukositosis atau

hitung jenis sel darah putih yang abnormal. Tetapi beberapa pasien dengan apendisitis

memiliki jumlah leukosit yang normal. Pada urinalisis tampak sejumlah kecil eritrosit atau

leukosit.

Apendikogram

Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras BaSO4 serbuk halus yang

diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan diminum sebelum pemeriksaan

kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk dewasa, 1hasil apendikogram

diexpertise oleh dokter spesialis radiologi.

Diagnosis

Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis klinis apendisitis akut

masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus.

Skor Alvarado

Gejala

Manifestasi Nilai

Nyeri berpindah 1

Anoreksia 1

Mual dan / atau muntah 1

Tanda

Nyeri tekan kuadran kanan bawah 2

Nyeri tekan lepas 1

Peningkatan suhu tubuh 1

Page 13: Case Bedah

Laporan Kasus Ilmu Bedah Stephanie ( 406138048)

Laboratorium

Leukositosis 2

Hitung leukosit terdapat

pergeseran ke kiri (neutrophil

>75%)

1

Total poin 10

Interpretasi :

Skor 9-10 terdapat apendisitis, dan harus dilakukan operasi.

Skor 7-8 kemungkinan besar terdapat apendisitis.

Skor 5-6 Compatible.

Tatalaksana

Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan satu-satu nya pilihan

yang baik adalah apendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi, biasanya tidak perlu

diberikan antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforate.

Apendektomi dapat dilakukan secara terbuka atau dengan laparoskopi. Bila apendektomi

terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih.

Komplikasi

Komplikasi yang paling membahayakan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas

maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendidingan sehingga berupa massa

yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus halus.

Perforasi apendiks dapat mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam

tinggi, nyeri makin hebat, perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans

muscular terjadi di seluruh perut. Peristaltik usus dapat menurun sampai menghilang karena

adanya ileus paralitik.

Page 14: Case Bedah

Laporan Kasus Ilmu Bedah Stephanie ( 406138048)

TINJAUAN KHUSUS

Seorang perempuan berusia 19 tahun, dengan keluhan nyeri perut kanan bawah. Nyeri

dirasakan hilang timbul sudah sekitar 2 minggu SMRS. Nyeri awalnya dirasakan disekitar ulu

hati kemudian semakin menajam di bagian perut kanan bawah. Nyeri dirasakan seperti kram

dan melilit, dan sangat sakit ketika berjalan. Pasien juga mengeluh mual dan muntah. Pasien

mengaku perut terasa kembung sehingga tidak bernafsu untuk makan. Pasien mengalami

demam sekitar 1 minggu SMRS. Pasien sudah berobat ke dokter dan diberikan obat lambung

dan penghilang sakit namun hanya bertahan sementara, kemudian nyeri timbul kembali.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran

compos mentis, GCS : E4M6V5, Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, suhu 37,3,

frekuensi nafas 20x/menit. Pada pemeriksaan status lokalis region abdomen didapatkan nyeri

tekan pada titik mc burney (+), nyeri lepas (+), psoas sign (+), obrturator sign (+). Pada

pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan Hb, ureum, creatinine. Didapatkan

peningkatan leukosit. Pada pemeriksaan USG didapatkan kesan suspect appendicitis chronica

exacerbasi akut.

Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan penunjang, pasien di diagnosa

appendisitis akut. Diagnosa ini didapatkan dari gejala klinis pasien yaitu nyeri perut kanan

bawah hilang timbul di sertai demam, mual dan muntah. Diagnosa ini ditegakkan dengan

pemeriksaan laboratorium dan USG abdomen,

Tatalaksana untuk pasien ini adalah operasi appendektomi, selain itu juga diberikan

cairan untuk mencegah dehidrasai. Antibiotik, obat anti mual untuk mengurangi gejala pasca

operasi.

VII. Pengobatan

3. Medikamentosa

IVFD Ringer Asering

Ceftriaxone iv

Ranitidine iv

4. Operatif

Appendektomi