Campuran Biner II

15
CAMPURAN BINER II (KESETIMBANGAN UAP-CAIR PADA SISTEM BINER) I. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan : 1. Dapat menentukan sifat larutan biner dengan membuat diagram temperatur versus komposisi 2. Dapat menentukan indeks bias campuran II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN Alat yang digunakan 1. Seperangkat alat destilasi keseimbangan 2. Termometer 3. Labu leher 100 ml atau 250 ml 4. Erlenmeyer 100 ml 5. Pipet ukur 10 ml, 25 ml 6. Bola karet 7. Botol aquadest Bahan yang digunakan 1. etanol 2. Kloroform

description

cam II

Transcript of Campuran Biner II

CAMPURAN BINER II(KESETIMBANGAN UAP-CAIR PADA SISTEM BINER)

I. TUJUAN PERCOBAANSetelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :1. Dapat menentukan sifat larutan biner dengan membuat diagram temperatur versus komposisi2. Dapat menentukan indeks bias campuran

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN Alat yang digunakan 1. Seperangkat alat destilasi keseimbangan 2. Termometer3. Labu leher 100 ml atau 250 ml4. Erlenmeyer 100 ml5. Pipet ukur 10 ml, 25 ml6. Bola karet7. Botol aquadest

Bahan yang digunakan 1. etanol 2. Kloroform

III. DASAR TEORISuatu larutan dikatakan sebagai larutan ideal bila :1. Homogen pada seluruh sisitem mulai dari mol fraksi 0-1 2. Tidak ada entalpi pencampuran pada waktu komponen-komponen dicampur membentuk larutan (Hbercampuran = 0)3. Tidak ada beda pencampuran artinya volume larutan = jumlah volume komponen yang dicampurkan ( Vpencampuran = 0)4. Memenuhi hukum Roult :P1 = X1 . P0Dimana :P1 = tekanan uap larutan X1 = mol fraksi larutanP0 = tekanan uap pelarut murniDalam larutan ideal sifat larutan komponen yang satu akan mempengaruhi sifat komponen yang lain, sehingga sifat komponennya. Contoh : sistem benzena toluena. Sedangkan larutan non ideal adalah larutan yang tidak memiliki sifat-sifat diatas, larutan ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : Larutan non ideal deviasi positif yang mempunyai volume ekspansi. Dimana akan menghasilkan titik didih maksimum pada sistem campuran itu. Contoh : sistem aseton karbon disulfida dan sisitem Hcl air. Larutan non ideal deviasi negatif yang mempunyai volume konstraksi dimana akan menghasilkan titik didih minimum pada sisitem campuran. Contoh : sisitem benzena etanol dan sisitem aseton kloroform.Dalam percobaan ini komposisi larutan merupakan harga mol fraksi larutan. untuk membuat diagram T-X maka harga x tdak dihitung pada tiap-tiap titik didih tetapi dengan larutan. Kemudian dibuat dahulu grafik standard komposisi versus indeks bias. Komposisi dapat dihitung sebagai berikut : misalnya mencampurkan a ml dengan massa jenis 1 dengan b ml kloroform dengan massa jenis 2 maka komposisinya

M1 = massa molekul aseton = 48M2 = massa molekul CHCl3 = 119,5

IV. KESELAMATAN KERJA Dalam melakukan percobaan ini digunakan jas praktikum dan kaca mata, sarung tangan dan masker pelindung. jangan menghirup cat yang digunakan. Dalam memakai refraktometer sebelum dan sesudah dipakai dibersihkan lendanya dengan zat cair sebagai pembersih.

V. CARA KERJA

1. Mencatat massa jenis zat yang digunakan dari tabel atau melakukan dengan aerometer 2. Menentukan indeks bias aseton murni dan kloroform murni menggunakan refraktometer3. Selanjutnya menentukan indeks bias campuran dengan perbandingan sebagai berikut :aseton100 ml80 ml60 ml40 ml20 ml0 ml

kloroform0 ml20 ml40 ml60 ml80 ml100 ml

4. Untuk setiap campuran yang didestilasi, dicatat tititk didihnya dan titik uapnya masing-masing larutan. Destilat diambil dengan pipet dilihat indeks biasnya kemudian residunya juga ditentukan indeks biasnya.

Catatan : Jumlah campuran boleh lebih dari 10 ml dengan menggunakan alat yang micro (volume 25 ml). Pengamatan titik didih dua kali pada titik didih larutan dan temperatur setelah destilat.

VI. DATA PENGAMATAN

KOMPOSISIIndeks bias sebelum didestilasiTitik didih cairan ( )Titik uap ()Indeks bias sesudah didestilasi

etanol 0 mlKloroform 10 ml

etanol 20Kloroform 801,38458551,381

etanol 40Kloroform 601,38455541,389

etanol 60Kloroform 401,41258561,422

etanol 80Kloroform 201,42260581,431

etanol 100 ml Kloroform 0 ml

Titik didih secara teoritisNONama zat BM(gr/mol)Titik didih (Density (gr/ml)

1.etanol

46,07780,78

2.Kloroform 119,3861,21,48

VII. PERHITUNGAN

Penentuan komposisi etanol dan kloroformDensity Etanol: 0,78 gr/molM: P X V: 0,78 gr/mol X 100 ml: 78 gr ( Etanol murni)

Density Kloroform: 1,48 gr/molM: P X V: 1,48 gr/mol X 100 ml: 148 gr ( Kloroform Murni )

Penentuan Fraksi mol Etanol 20 ml

M: P X V: 0,78 gr/mol X 20 ml: 15,0 gr

Kloroform 80 ml

M: P X V: 1,48 gr/mol X 80 ml: 118,4 gr

Mol Etanol

: : : 0, 338 Mol Kloroform

: : : 0, 991

FRAKSI MOL

X Etanol:

:

: 0,254 mol

Penentuan Fraksi mol Etanol 40 ml

M: P X V: 0,78 gr/mol X 40 ml: 31,2 gr

Kloroform 60 ml

M: P X V: 1,48 gr/mol X 60 ml: 88,89 gr

Mol Etanol

: : : 0, 677 mol Mol Kloroform

: : : 0, 743 mol

FRAKSI MOL

X Etanol:

:

: 0,476 mol

Penentuan Fraksi mol Etanol 60 ml

M: P X V: 0,78 gr/mol X 60 ml: 46,8 gr

Kloroform 40 ml

M: P X V: 1,48 gr/mol X 40 ml: 59,2 gr

Mol Etanol

: : : 1,354 mol Mol Kloroform

: : : 0, 247 mol

FRAKSI MOL

X Etanol:

:

: 0,845 mol

VIII. ANALISA PERCOBAANPada percobaan kali ini kami melakukan percobaan campuran biner II,dimana pada percobaan ini kami harus menentukan titik didih larutan murni ( etanol dan kloroform) serta titik didih dan titik uap dari larutan camouran etanol dan kloroform,dengan komposisi yang berbeda-beda ( terhadap etanol : 0 ml , 20 ml ,40 ml,60 ml, 80 ml dan 100 ml) melalui proses destilasi. Yang menjadi perbedaan pada praktikum sebelumnya yang sudah kami lakukan adalah pada praktikum campuran biner I,menggunakan sistem campuran zeotrofik (benzen-toulene) sedangkan biner II menggunakan sistem campuran azeotropik (aseton-kloroform). Pada praktikum ini hal yang kami lakukan adalah menentukan atau mencatat massa jenis,berat molekul,kalau perlu densitasnya. Hal ini lebih dikarenakan sifat yang dibutuhkan pada saat perhitungan. Dari percobaan yang telah kami lakukaan dapat dianalisa bahwa pada percobaan ini yang pertama dilakukan yaitu menyiapkan larutan campuran etanol dan kloroform dengan perbandingan 100 ml,80 ml,60 ml,40 ml,20 ml dan 0 ml . untuk kloroform yaitu 0 ml,20 ml,40 ml,60 ml,80 ml,dan 100 ml.Selanjutnya mencatat titik didih dan titik uap campuran pada proses destilasi dengan menggunakan termometer. Sehingga didapat titik didih cairan sebesar -, 58 0C, 55 0C,58 0C, 60 0C,dan 0C . Dan titik uapnya yaitu - 0C,55 0C, 54 0C,56 0C,58 0C, dan - 0C

IX. KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :1. semakin besar komposisi dari larutan campuran, maka semakin kecil indeks bias yang diperoleh baik sebelum maupun sesudah.2. Semakin besar komposisi dari suatu campuran, maka semakin rendah titik didih dan titik uap. Titik didih minimum pada suhu 56 .3. Campuran azeotropik adalah campuran dua/lebih komponen yang mempunyai komposisi tertentu diaman komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya bila melalui destilasi biasa,titik didih dua zat cair yang saling meunjukkan adanya titik didih maksimum.