California Bearing Ratio [CBR]

17
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH DASAR MODUL VI CALIFORNIA BEARING RATIO KELOMPOK P4 RAY FERNANDO 1206262891 SARAH PRAMIARSIH 1206222811 TRI RAHAYU 1306481921 Tanggal Praktikum : 25 April 2014 Asisten Praktikum : Riyadh Tanggal Disetujui : 30 April 2014 Nilai : Paraf Asisten : LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2014

description

cbr

Transcript of California Bearing Ratio [CBR]

Page 1: California Bearing Ratio [CBR]

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH DASAR

MODUL VI CALIFORNIA BEARING RATIO

KELOMPOK P4

RAY FERNANDO 1206262891 SARAH PRAMIARSIH 1206222811 TRI RAHAYU 1306481921

Tanggal Praktikum : 25 April 2014 Asisten Praktikum : Riyadh Tanggal Disetujui : 30 April 2014 Nilai : Paraf Asisten :

LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2014

Page 2: California Bearing Ratio [CBR]

1. PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan

Mendapatkan nilai CBR pada kepadatan dan kadar air tertentu.

1.2 Alat-alat dan Bahan:

! Compaction Hammer

! Mould

! Sendok pengaduk tanah

! Wadah untuk mencampur tanah dengan air

! Botol penyemprot air

! Pisau baja (straight edge)

! Timbangan

! Oven

! Aluminum can

! Stopwatch

! Beban logam berbentuk lingkaran (Β± 10 lbs)

! Bak air

! Piringan berlubang dengan dial pengukur swell

! Mesin Uji CBR

1.3 Teori dan Rumus yang Dipakai

Metode ini awalnya diciptakan oleh O.J Poter kemudian di kembangkan oleh

California State Highway Departement, dan kemudian dikembangkan lagi dan

dimodifikasi oleh Corps insinyur-insinyur tentara Amerika Serikat (U.S Army

Corps of Engineers). Pengertian california bearing ratio (CBR) sendiri adalah

beban pada material standar berupa batupecah di California pada penetrasi yang

sama. Metode ini mengombinasikan percobaan pembebanan penetrasi di

laboratorium atau di lapangan dengan rencana empiris untuk menentukan tebal

lapisan perkerasan, artinya   tebal   perkerasan   dapat   dihitung   apabila   daya  

dukung  tanah  diketahui  (nilai  CBR  tanah  dapat  diketahui).

Page 3: California Bearing Ratio [CBR]

Nilai CBR adalah perbandingan antara kekuatan sampel tanah (dengan

kepadatan tertentu dan kadar air tertentu) terhadap kekuatan batu pecah

bergradasi rapat sebagai standar material dengan nilai CBR = 100. Untuk

mencari nilai CBR dipakai rumus:

𝐢𝐡𝑅 =𝑑𝑒𝑠𝑑  π‘’𝑛𝑖𝑑  π‘™π‘œπ‘Žπ‘‘  (𝑝𝑠𝑖)

π‘ π‘‘π‘Žπ‘›π‘‘π‘Žπ‘Ÿπ‘‘  π‘’𝑛𝑖𝑑  π‘™π‘œπ‘Žπ‘‘  (𝑝𝑠𝑖)Γ—100%

Percobaan CBR dapat dilakukan pada contoh tanah asli (undisturb samples)

ataupun pada contoh tanah yang dipadatkan (compacted samples), juga dapat

dilakukan di lapangan langsung pada tanah yang akan di uji. Contoh tanah yang

dipadatkan (compaction samples) untuk percobaan CBR biasanya dibuat dalam

cetakan yang mempunyai diameter 6 inchi. Tinggi contoh tanah dibuat sama

seperti pada percobaan pemadatan, dan cara memadatkan tanahnya juga sama

yaitu dengan memakai compaction hammer dan jumlah lapisan yang sama,

karena luas cetakan CBR lebih besar dari luas cetakan pemadatan, maka

banyaknya pukulan harus ditambah untuk mendapatkan daya pemadatan yang

sama.

Pada pembuatan jalan baru tanah dasar (subgrade) harus dipadatkan sebaik-

baiknya, untuk menjadikan lebih kuat dan untuk menjamin supaya kekuatannya

seragam. Apabila tanah asli kurang baik, maka tanah tersebut mungkin dapat

digantikan dengan tanah yang sifatnya lebih baik untuk merupakan tanah dasar.

Untuk perencanaan jalan baru, tebal perkerasan biasanya ditentukan dari nilai

CBR tanah dasar yang dipadatkan. Nilai CBR yang dipergunakan untuk

perencanaan disebut β€œdesign CBR”. Cara yang dipakai untuk mendapatkan

β€œdesign CBR” ini ditentukan dengan 2 faktor, yaitu kadar air tanah serta berat isi

kering pada waktu dipadatkan, dan percobaan pada kadar air yang mungkin akan

terjadi setelah perkerasan selesai dibuat.

Page 4: California Bearing Ratio [CBR]

Ada bermacam cara yang dapat dipakai untuk mendapatkan β€œdesign CBR” ini.

Cara terbaik yang dapat dilakukan adalah melakukan pemadatan untuk

menentukan kadar air optimum. Untuk itu disediakan contoh dengan kadar air

berlainan, kadar air diatur sedemikian rupa sehingga mendapat beberapa kadar

di atas dan di bawah optimum.

Tabel 1. Standard Unit Load Penetrasi Standard Unit Load

0.1” 1000 psi 0.2” 1500 psi 0.3” 1900 psi 0.4” 2300 psi 0.5” 2600 psi

Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang kemudian

dikorelasikan dengan grafik Calibration Prooving Ring.

𝑇𝑒𝑠𝑑  π‘ˆπ‘›π‘–𝑑  πΏπ‘œπ‘Žπ‘‘  (𝑝𝑠𝑖)  =  π‘‘π‘’π‘”π‘Žπ‘›π‘”π‘Žπ‘›  (𝜎)

𝜎 =𝑃𝐴 =

𝑀(𝐿𝑅𝐢)𝐴

Dengan:

A = luas piston

P = M . LRC

M = dial reading

LRC = faktor kalibrasi

2. PRAKTIKUM

2.1 Persiapan Percobaan

a. Menyiapkan tiga plastik tanah lolos saringan No.4 ASTM dengan masing-

masing berat sebesar 5 kg.

b. Masing-masing kantong diberikan variasi kadar air yang diinginkan. Kadar

air ini divariasikan sebesar Β±2% dari nilai kadar air optimum pada percobaan

compaction. Kemudian ditambahkan air dengan volum tertentu [V] untuk

Page 5: California Bearing Ratio [CBR]

mencapai kadar air yang diinginkan dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

𝑉!"" =π‘Š! βˆ’π‘Š!

1+π‘Š!×𝑀 = β‹―π‘šπ‘™

2.2 Jalannya Percobaan

a. Memadatkan sampel tanah seperti pada percobaan compaction.

b. Penetrasi sampel pada kondisi Unsoaked

a) Mempersiapkan mould dan menimbang tanah, kemudian meletakkan

mould pada mesin CBR dan memberikan beban ring di atas permukaan

sampel tanah. Meletakkan piston di tengah-tengah beban ring sehingga

menyentuh permukaan tanah.

b) Memeriksa dan mengeset nol pada coading dan dial.

c) Melakukan penetrasi dengan penurunan konstan 0.05β€œ/menit

d) Mencatat pembacaan dial pada penetrasi sebagai berikut : 0.025”, 0.050”,

0.075”, 0.100”, 0.125”, 0.150”, 0.175”, 0.200”.

c. Penetrasi pada Kondisi Soaked

a) Setelah percobaan pada kondisi unsoaked, merendam contoh tanah tadi

selama Β± 96 jam untuk mengetahui pada kondisi swelling.

b) Pencatatan swelling dilakukan pada jam pertama dan jam kedua sejak

mulai dimasukkan ke dalam bak air. Selanjutnya mencatat pada jam ke-

24, 48, 72, dan 96 jam.

c) Setelah Β± 96 jam, mengangkat mould dan tanah, kemudian

melakukan penetrasi seperti pada percobaan unsoaked namun permukaan

yang digunakan adalah yang sebaliknya.

d) Setelah selesai, mengeluarkan sampel tanah dan kemudian mengambil

sebagian di lapisan atas, sebagian di lapisan tengah, dan sebagian lagi

pada lapisan bawah untuk dihitung kadar airnya.

Page 6: California Bearing Ratio [CBR]

2.3 Perbandingan dengan ASTM

a. Menurut ASTM, pembacaan dial dilakukan pada jam pertama, kedua, ketiga,

hari ke-2, hari ke-3, dan hari ke-4. Sedangkan pada praktikum ini hanya

dilakukan pembacaan pada dua jam pertama berturut-turut dan dilanjutkan

hari ke-2, hari ke-3, dan hari ke-4.

b. Menurut ASTM pembacaan dial dilakukan hingga dial menunjukkan 0.300β€œ,

sedangkan pada praktikum ini dilakukan pembacaan dial hingga 0.200β€œ.

3. HASIL PRAKTIKUM

3.1 Data Hasil Praktikum

Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Tinggi, Diameter dan Berat Mould Mould Tinggi Diameter Berat

Sampel 1 11.6 15.22 3964 Sampel 2 11.6 15.22 3954 Sampel 3 11.7 15.25 4650

Tabel 3. Data Hasil Pengujian Penetrasi

Penetration (inch)

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Dial Reading Dial Reading Dial Reading

Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked 0.025 1 1 3 1 1 0.1 0.05 1.2 2 5 3 1.5 0.7 0.075 2 3.8 7 4.8 2 1.5 0.1 2.2 4.5 8 6.5 3 2

0.125 2.5 5.2 10 7.5 3.5 2.8 0.15 3.1 5.9 10.5 8 4 3.4 0.175 3.8 6.2 11.5 9 4.5 4.2 0.2 4.2 6.9 12.5 9.2 5 4.8

Tabel 4. Data Hasil Pengujian Swelling

t Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3

Dial Reading Swell Dial

Reading Swell Dial Reading Swell

0 jam 0 0 0 0 0 0 1 jam 3 0.065689655 4 0.087586207 -1.5 -0.032844828 24 jam 3 0.065689655 52 1.13862069 3 0.065689655 48 jam 11 0.240862069 76 1.664137931 9.5 0.208017241 72 jam 13 0.284655172 182 3.985172414 10 0.218965517

Page 7: California Bearing Ratio [CBR]

96 jam 15 0.328448276 193 4.226034483 8.5 0.18612069

3.2 Perhitungan

Menentukan Volume Air yang Ditambahkan

W0 = 16.2%

W1 = 44.45%

W2 = 40.45%

W3 = 42.45%

𝑉!"" =π‘Š! βˆ’π‘Š!

1+π‘Š!×𝑀 = β‹―π‘šπ‘™

Tabel 5. Volume Air Tambahan Sampel W0 WX W Vadd

1 16.2 44.45 5000 1215.576592 2 16.2 40.45 5000 1043.459552 3 16.2 42.45 5000 1129.518072

Menentukan Dimensi dan Berat Mould

 π‘‰ = π΄Γ—β„Ž  

=14πœ‹π·

!Γ—β„Ž  

Tabel 6. Dimensi dan Berat Mould Sampel Diameter Tinggi Massa Mould Volume

1 11.6 15.22 3964 1607.682512 2 11.6 15.22 3954 1607.682512 3 11.7 15.25 4650 1638.744413

Menentukan Kadar Air pada Kondisi Unsoaked dan Soaked

 

𝑀 =(π‘Š!"# βˆ’π‘Š!"#)(π‘Š!"# βˆ’π‘Š!"#)

Γ—100%  

   

Page 8: California Bearing Ratio [CBR]

Tabel 13. Hasil Perhitungan Kadar Air pada Kondisi Unsoaked Sampel Wcan Wwet Wdry w

1 40.08 313.61 227.52 45.92936406 2 19.98 252.78 181.81 43.8546623 3 19.52 142.58 106.68 41.18861863

Tabel 14. Hasil Perhitungan Kadar Air pada Kondisi Soaked Sampel Wcan Wwet Wdry w

1 20.9 352.52 247.89 46.09454161 2 19.87 310.08 221.62 43.84634449 3 20.03 367.82 266.96 40.84558377

 Menentukan Kerapatan pada Kondisi Unsoaked dan Soaked

Tabel 15. Hasil Perhitungan Kerapatan pada Kondisi Unsoaked

Sampel w Ο’wet Ο’dry 1 45.92936406 2.300205403 1.576245753 2 43.8546623 2.239248094 1.556604463 3 41.18861863 1.936848709 1.371816459

Tabel 16. Hasil Perhitungan Kerapatan pada Kondisi Soaked Sampel w Ο’wet Ο’dry

1 46.09454161 2.300205403 1.574463616 2 43.84634449 2.239248094 1.556694473 3 40.84558377 1.936848709 1.375157571

Menetukan Tegangan

 

𝜎 =𝑃𝐴 =

𝑀(𝐿𝑅𝐢)𝐴

Tabel 7. Hasil Perhitungan Tegangan pada Sampel 1

Penetration (inch) Dial Reading Stress Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked

0.025 1 1 8 8 0.05 1.2 2 9.6 16 0.075 2 3.8 16 30.4 0.1 2.2 4.5 17.6 36

0.125 2.5 5.2 20 41.6 0.15 3.1 5.9 24.8 47.2

Page 9: California Bearing Ratio [CBR]

0.175 3.8 6.2 30.4 49.6 0.2 4.2 6.9 33.6 55.2

Grafik 1. Tegangan terhadap Penetrasi Sampel 1

Tabel 8. Hasil Perhitungan pada Sampel 2

Penetration (inch) Dial Reading Stress Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked

0.025 3 1 24 8 0.05 5 3 40 24 0.075 7 4.8 56 38.4 0.1 8 6.5 64 52

0.125 10 7.5 80 60 0.15 10.5 8 84 64 0.175 11.5 9 92 72 0.2 12.5 9.2 100 73.6

0  10  20  30  40  50  60  

0   0.05   0.1   0.15   0.2   0.25  

Penetration  Resistance  (psi)  

Penetration  (inch)  

Gra2ik  Tegangan  terhadap  Penetrasi  Sampel  1  

Unsoaked  

Soaked  

Page 10: California Bearing Ratio [CBR]

Grafik 2. Tegangan terhadap Penetrasi Sampel 2

Tabel 9. Hasil Perhitungan pada Sampel 3

Penetration (inch) Dial Reading Stress Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked

0.025 1 0.1 8 0.8 0.05 1.5 0.7 12 5.6 0.075 2 1.5 16 12 0.1 3 2 24 16

0.125 3.5 2.8 28 22.4 0.15 4 3.4 32 27.2 0.175 4.5 4.2 36 33.6 0.2 5 4.8 40 38.4

Grafik 3. Tegangan terhadap Penetrasi Sampel 3

0  20  40  60  80  100  120  

0   0.05   0.1   0.15   0.2   0.25  

Penetration  Resistance  (psi)  

Penetration  (inch)  

Gra2ik  Tegangan  terhadap  Penetrasi  Sampel  2  

Unsoaked  

Soaked  

0  

10  

20  

30  

40  

50  

0   0.05   0.1   0.15   0.2   0.25  

Penetration  Resistance  (psi)  

Penetration  (inch)  

Gra2ik  Tegangan  terhadap  Penetrasi  Sampel  3  

Unsoaked  

Soaked  

Page 11: California Bearing Ratio [CBR]

Menentukan Nilai CBR

 

𝜎!.!" =𝑃𝐴 =

𝑀(𝐿𝑅𝐢)𝐴×1000

𝜎!.!" =𝑃𝐴 =

𝑀(𝐿𝑅𝐢)𝐴×1500

 Tabel 10. Hasil Perhitungan CBR pada Sampel 1

Penetration (inch) Dial Reading CBR

Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked 0.1 2.2 4.5 1.76 3.6 0.2 4.2 6.9 2.24 3.68

Tabel 11. Hasil Perhitungan CBR pada Sampel 2

Penetration (inch) Dial Reading CBR

Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked 0.1 8 6.5 6.4 5.2 0.2 12.5 9.2 6.666666667 4.906666667

Tabel 12. Hasil Perhitungan CBR pada Sampel 3

Penetration (inch) Dial Reading CBR Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked

0.1 3 2 2.4 1.6 0.2 5 4.8 2.666666667 2.56

Menentukan Nilai Swelling

 

𝑆𝑀𝑒𝑙𝑙𝑖𝑛𝑔 =π‘‘π‘–π‘Žπ‘™Γ—2.54Γ—0.001

𝑑𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 Γ—100%  

Tabel 17. Hasil Perhitungan Swelling pada Sampel 1 t Dial Reading Swell

0 jam 0 0 1 jam 3 0.065689655 24 jam 3 0.065689655 48 jam 11 0.240862069 72 jam 13 0.284655172

Page 12: California Bearing Ratio [CBR]

96 jam 15 0.328448276

Tabel 18. Hasil Perhitungan Swelling pada Sampel 2 t Dial Reading Swell

0 jam 0 0 1 jam 4 0.087586207 24 jam 52 1.13862069 48 jam 76 1.664137931 72 jam 182 3.985172414 96 jam 193 4.226034483

Tabel 19. Hasil Perhitungan Swelling pada Sampel 3 t Dial Reading Swell

0 jam 0 0 1 jam -1.5 -0.032844828 24 jam 3 0.065689655 48 jam 9.5 0.208017241 72 jam 10 0.218965517 96 jam 8.5 0.18612069

Grafik 4. Pengujian Swelling pada Ketiga Sampel

4. Analisis

4.1 Analisis Percobaan

Praktikum california bearing ratio ini bertujuan untuk mendapatkan nilai CBR

pada kepadatan dan kadar air tertentu. Sebelum memulai praktikum california

bearing ratio ini, praktikan harus mempersiapkan alat-alat dan bahan praktikum.

-­‐1  

0  

1  

2  

3  

4  

5  

-­‐20   0   20   40   60   80   100   120  

Swelling  (%

)  

Waktu  (t)  

Pengujian  Swelling  

Sampel  1  

Sampel  2  

Sampel  3  

Page 13: California Bearing Ratio [CBR]

Alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah compaction hammer;

mould; sendok pengaduk tanah; wadah untuk pencampur tanah dengan air; botol

penyemprot air; pisau baja (straight edge); timbangan; oven; aluminum can;

stopwatch; beban logam berbentuk lingkaran (Β±10 lbs); bak air; piringan

berlubang dengan dial pengukur swell; dan mesin uji CBR. Sedangkan bahan

yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sampel tanah seberat 5 kg untuk

satu sampel, sehingga dibutuhkan 15 kg untuk 3 sampel. Tanah sampel ini

merupakan tanah yang lolos saringan no.4.

Setelah menyiapkan alat-alat dan bahan, kemudian praktikan menambahkan

volume air pada sampel tanah. Volume air yang ditambahkan pada setiap sampel

tanah berbeda, pada sample tanah 1 volume air yang ditambahkan sebesar

1215.57 mL; pada sampel tanah 2 volume air yang ditambahkan sebesar 1043.45

mL; dan pada sampel tanah 3 volume air yang ditambahkan 1129.52 mL. Hal ini

dilakukan bertujuan untuk mendapatkan nilai california bearing ratio pada

kondisi kadar air yang berbeda antara setiap sampel tanah.

Setelah seluruh rangkaian persiapan selesai, hal pertama yang harus dilakukan

praktikan adalah mengukur dan mencatat ketinggian dan diameter mould.

Kemudian praktikan menimbang dan mencatat berat mould. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui volume hasil pemadatan sampel tanah. Lalu mould diolesi

dengan oli. Hal ini dilakukan bertujuan agar saat tanah dimasukkan ke dalam

mould tanah tidak menempel pada dinding-dinding mould.

Tanah yang telah ditambahkan air, kemudian dimasukkan ke dalam mould

hingga mencapai β…“ tinggi mould. Lalu tanah ditumbuk sebanyak 28 kali dengan

menggunakan compaction hammer. Saat telah mencapai 28 kali penumbukan

kemudian dilihat kembali tinggi tanah yang telah dimasukkan ke dalam mould

apabila sudah mencapai β…“ tinggi mould maka praktikan melanjutkan kembali 28

kali penumbukan. Namun apabila belum mencapai β…“ tinggi mould maka

praktikan menambahkan tanah sehingga tinggi tanah dalam mould mencapai β…“

Page 14: California Bearing Ratio [CBR]

tinggi mould dan menumbuk kembali tanah sebanyak 28 kali penumbukan. Lalu

praktikan melakukan hal yang sama untuk ketiga layer sehingga volume mould

terisi penuh.

Setelah pemadatan layer ketiga selesai kemudian praktikan menimbang mould

dengan sampel tanah di dalamnya. Hal ini dilakukan bertujuan untuk

mendapatkan massa tanah yang berada di dalam mould dengan cara mengurangi

nilai massa mould plus massa sampel tanah dengan nilai massa mould

(Wmould+sampel tanah – Wmould).

Mould yang telah ditimbang kemudian diletakkan pada mesin CBR, dan

diberikan beban beban ring di atas permukaan sampel tanah. Piston pada mesin

CBR diletakkan di tengah-tengah beban ring sehingga menyentuh permukaan

tanah. Lalu praktikan mengeset nol coading dan dial. Penetrasi dilakukan dengan

penurunan konstan 0.05”/menit. Lalu praktikan melakukan pembacaan dial pada

penetrasi 0.025”; 0.050”; 0.075”; 0.100”; 0.125”; 0.150”; 0.175”; dan 0.200”.

Setelah sampel tanah diuji dengan mesin CBR kemudian praktikan memasukkan

sampel tanah ke dalam kolam air. Kondisi ini dinamakan kondisi soaked dan

kondisi sebelum soaked ini dinamakan kondisi unsoaked. Hal ini dilakukan

bertujuan untuk mendapatkan nilai swelling yang ada pada sampel tanah. Lalu

praktikan membaca dan mencatat dial untuk waktu 0 jam, 1 jam, 24 jam, 48 jam,

72 jam, dan 96 jam

Setelah 96 jam perendaman dan pencatat data swelling sampel tanah kemudian

praktikan meletakkan kembali sampel tanah pada mesin CBR dan diberi

perlakukan yang sama seperti pada kondisi soaked atau sebelum sampel tanah

dimasukkan ke dalam kolam air.

Setelah sampel tanah diuji dengan mesin CBR kemudian praktikan

mengeluarkan sampel tanah dari mould dengan mesin ekstruder. Sampel tanah

Page 15: California Bearing Ratio [CBR]

yang telah keluar isinya dari mesin ekstruder ini dipotong menjadi 3 bagian dan

dimasukkan ke dalam can yang telah ditimbang dan dicatat beratnya terlebih

dahulu. Lalu praktikan menimbang dan mencatat berat can dengan sampel tanah

yang berada di dalamnya.

Can dan sampel tanah yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam

oven dan dikeluarkan setelah Β± 24 jam. Lalu ditimbang dan dicatat lagi beratnya.

Hal ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan nilai berat jenis kering pada

sampel tanah yang digunakan dalam praktikum.

Setelah seluruh rangkaian praktikum telah selesai, kemudian praktikan

mengolah data sehingga didapatkanya nilai CBR, nilai swelling, dan nilai berat

jenis kering dari satu sample tanah. Lalu praktikan melakukan rangkaian

percobaan yang sama kembali pada sample tanah kedua dan ketiga.

4.2 Analisis Hasil

Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka praktikan mendapatkan

nilai CBR pada kondisi unsoaked dan pada kondisi soaked dimana dalam

pembacaan dial yang dilihat adalah pada penetrasi 0.1” dan 0.2” untuk setiap

satu sampel tanah.

Pada sampel tanah 1 dengan kadar air 45.92% didapatkan nilai CBR pada

kondisi unsoaked dengan penetrasi 0.1” sebesar 1.76% dan pada penetrasi 0.2”

sebesar 2.24%. Sedangkan pada kondisi soaked dengan kadar air 46.09% pada

penetrasi 0.1” sebesar 3.6% dan pada penetrasi 0.2” sebesar 3.68%.

Pada sampel tanah 2 dengan kadar air 43.85% didapatkan nilai CBR pada

kondisi unsoaked dengan penetrasi 0.1” sebesar 6.4% dan pada penetrasi 0.2”

sebesar 6.67%. Sedangkan pada kondisi soaked dengan kadar air 43.84% pada

penetrasi 0.1” sebesar 5.2% dan pada penetrasi 0.2” sebesar 4.9%.

Page 16: California Bearing Ratio [CBR]

Pada sampel tanah 3 dengan kadar air 41.18% didapatkan nilai CBR pada

kondisi unsoaked dengan penetrasi 0.1” sebesar 2.4% dan pada penetrasi 0.2”

sebesar 2.67%. Sedangkan pada kondisi soaked dengan kadar air 40.84% dengan

penetrasi 0.1” sebesar 1.6% dan pada penetrasi 0.2” sebesar 2.56%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai nilai CBR berbanding terbalik dengan

nilai kadar air sampel tanah yang diujikan. Pada saat kondisi kadar air tinggi

maka nilai CBR sampel tanah akan kecil, sebaliknya saat kondisi kadar air

rendah maka nilai CBR sampel tanah akan besar. Namun dalam sampel tanah 1

terdapat perbedaan dengan keseharusan teori yang ada. Hal ini terjadi karena

adanya kesalahan praktikan saat melakukan prosedur praktikum.

Selain mendapatkan nilai CBR, praktikan mendapatkan nilai swelling untuk

setiap satu sampel tanah pada waktu 0 jam; 1 jam; 24 jam; 48 jam; 72 jam; dan

96 jam. Pada sampel tanah 1 dengan nilai kadar air 46.09% didapatkan nilai

swelling terbesar yaitu 0.3%. Pada sampel tanah 2 dengan nilai kadar air 43.84%

didapatkan nilai swelling terbesar yaitu 4.2%. Pada sampel tanah 3 dengan nilai

kadar air 40.84% didaptakan nilai swelling terbesar yaitu 0.2%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai swelling juga berbanding terbaling

dengan nilai kadar air sampel tanah yang diujikan. Pada saat kondisi kadar air

tinggi maka nilai swelling sampel tanah akan kecil, sebaliknya saat kondisi kadar

air rendah maka nilai swelling sampel tanah akan besar.

4.3 Analisis Kesalahan

Kesalahan relatif ini dapat terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi

dalam pelaksanaan praktikum, yaitu:

! Kesalahan parallax, yaitu kurangnya ketelitian saat pembacaan dial pada saat

pengujian california bearing ratio dan pengujian swelling.

! Kesalahan peletakkan mould pada mesin uji CBR sehingga mempengaruhi

nilai yang muncul pada dial.

Page 17: California Bearing Ratio [CBR]

5. KESIMPULAN

Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan oleh praktikan, maka dapat

disimpulkan:

a. Nilai CBR tertinggi terjadi pada sampel tanah kedua dengan kadar air 43.85%

dengan kondisi unsoaked yaitu sebesar 6.67%.

b. Nilai swelling tertinggi terjadi pada sampel tanah kedua dengan kadar air 43.84%

dengan kondisi soaked yaitu sebesar 4.2%.

6. REFERENSI

Lambe T.W. β€œSoil Testing For Engineers”. John Willey and Sons. New York. 1951.

Punmia, B.C. β€œSoil Mechanic and Foundation”. Standard Book House. Delhie. 1981.

Wesley, LD. β€œMekanika Tanah”. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. 1977.

7. LAMPIRAN

(a) (b) Gambar 1. (a) Mesin CBR, (b) Dial pengujian swelling