CAIRAN SENDI

25
CAIRAN SENDI Cairan sendi: cairan viskos dalam rongga sendi yg mensuplai makanan bagi kartilago sendi. Normalnya komposisi cairan sendi = komposisi plasma. Cairan dalam sendi besar: 1 - 3 ml, misalnya sendi pergelangan kaki, lutut, pangkal paha, pergelangan tangan, siku dan bahu. dibutuhkan tes-tes untuk menegakkan / menyingkirkan diagnosis: penting untuk menentukan tindakan dan terapi yang tepat.Penyakit sendi dapat terjadi oleh berbagai sebab Tes cairan sendi adalah tes laboratorium terhadap sendi yg bertujuan menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit, efektifitas pengobatan, dan komplikasi penyakit. Tes-tes: 1. Tes Makroskopi 2. Tes Mikroskopi 3. Tes Mikrobiologi 4. Tes Kimia 5. Tes Imunologi. Secara patologi cairan sendi digolongkan 4 kelompok: 1. Non Inflamatorik 2. Inflamatorik Akut 3. Septik 4. Hemoragik. Indikasi aspirasi cairan sendi: 1. Memastikan diagnosis. 2. Mengurangi rasa sakit & memperbaiki fungsi gerak persendian 3. DD. 4. Pemberian obat intra artikuler (terapeutik).

description

cairan sendi dan cara pemeriksaannya

Transcript of CAIRAN SENDI

Page 1: CAIRAN SENDI

CAIRAN SENDI

Cairan sendi: cairan viskos dalam rongga sendi yg mensuplai makanan bagi kartilago sendi. Normalnya komposisi cairan sendi = komposisi plasma.

Cairan dalam sendi besar: 1 - 3 ml, misalnya sendi pergelangan kaki, lutut, pangkal paha, pergelangan tangan, siku dan bahu.

dibutuhkan tes-tes untuk menegakkan / menyingkirkan diagnosis: penting untuk menentukan tindakan dan terapi yang tepat.Penyakit sendi dapat terjadi oleh berbagai sebab

Tes cairan sendi adalah tes laboratorium terhadap sendi yg bertujuan menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit, efektifitas pengobatan, dan komplikasi penyakit.

Tes-tes:1. Tes Makroskopi2. Tes Mikroskopi3. Tes Mikrobiologi4. Tes Kimia5. Tes Imunologi.

Secara patologi cairan sendi digolongkan 4 kelompok:1. Non Inflamatorik2. Inflamatorik Akut3. Septik4. Hemoragik.

Indikasi aspirasi cairan sendi:1. Memastikan diagnosis.2. Mengurangi rasa sakit & memperbaiki fungsi gerak persendian3. DD.4. Pemberian obat intra artikuler (terapeutik). Kontra indikasi :1. Infeksi lokal2. Diatesis hemoragik3. Fraktur intra artikuler4. Osteoporosis juxta-artikuler yang berat5. Sendi yang tidak stabil6. Tidak ada indikasi yang tepat

Page 2: CAIRAN SENDI

7. Kegagalan suntikan terdahulu

Komplikasi :1. Infeksi2. Perdarahan3. Kerusakan kartilago sendi4. Ruptur tendo/ligamen.

ARTROSENTESIS Teknik pengambilan cairan sendi. Teknik aspirasi  disesuaikan menurut lokasi, anatomi dan ukuran sendi.

A. Teknik artrosentesis:

      ~ Alat dan bahan:  • Spuit dan jarum disposable. Ukuran jarum disesuaikan dengan besar sendi yang akan diaspirasi: jarum nomor 19 atau 21 untuk sendi besar, sendi kecil jarum 23 atau 25.• Anestetik lokal (lidokain, semprotan etilklorida).• Kapas alkohol, kain kasa dan larutan pembersih kulit (misalnya larutan yang mengandung yodium).• Tabung penampung aspirat 4 buah.

~  Cara kerja :• Steril• Lokasi tepat• Asepsis dan antisepsis• Anestesi lokal: infiltrasi lidokain• Bag ekstensor utk menghindari trauma neurovaskuler. Jika ada efusi,  cairan diambil 10-20 ml. Tampung aspirat ke dalam 4 tabung:

Tabung I (tanpa antikoagulan):tes makroskopi, viskositas dan tes musin,Tabung II (dengan antikoagulan EDTA):tes mikroskopi, hitung jenis dan sel,Tabung III (tabung harus steril, berisi heparin/EDTA):tes mikrobiologiTabung IV (tanpa antikoagulan):tes kimia dan imunologi.

Page 3: CAIRAN SENDI

A. TES MAKROSKOPI

~  Warna dan kejernihan : Pre analitik Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus. Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus. Prinsip tes : setiap kelainan memberi warna dan kejernihan yang berbeda. Alat : tabung yang jernih.

Analitik Cara kerja : lihat warna dan kejernihan sampel . Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih.

Pasca analitikInterpretasi : Kuning jernih : artritis traumatik, osteoartritis dan artritis rematoid ringan. Kuning keruh : inflamasi spesifik dan non spesifik, karena bertambahnya lekosit. Seperti susu (chyloid) : artritis rematoid dengan efusi kronik, pirai dengan efusi akut dan obstruksi limfatik dengan efusi. Seperti nanah atau purulent : artritis septik yang lanjut. Seperti darah : pada trauma, hemofilia dan sinovisitis vilonodularis hemoragik.Bila darah terjadi karena trauma pada waktu aspirasi maka warna merahnya akan berkurang bila aspirasi diteruskan, sedangkan jika bukan oleh trauma maka warna merah akan menetap.Kuning kecoklatan : pada perdarahan yang telah lama.

~ Bekuan Pre analitik Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus. Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus. Prinsip tes : fibrinogen menyebabkan sampel membeku. Alat : tabung yang jernih

Analitik Cara kerja : biarkan sampel selama 1 jam, kemudian lihat apakah ada bekuan atau tidak. Nilai rujukan : tidak membeku.Pasca analitikInterpretasi :   bekuan + : ada proses peradangan

Page 4: CAIRAN SENDI

~ Viskositas Pre analitik Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus. Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.Prinsip tes: asam hialuronat dalam cairan sendi menentukan viskositas cairan. Alat : spoit atau semprit tanpa jarum. AnalitikCara kerja : Isap sampel ke dalam spoit atau semprit tanpa jarum. Teteskan sampel ke luar dari spoit tersebut . Ukur panjang tetesan. Atau ambil sampel dengan jari telunjuk, rentangkan antara jari telunjuk dan ibu jari. Hitung panjang rentangan.

Nilai rujukan : panjangnya tanpa putus 4-6 cm disebut viskositas tinggi.

Pasca analitikInterpretasi :   non inflamatorikViskositas tinggi Viskositas menurun (< inflamatorik akut dan septik4 cm)  hemoragik.Viskositas bervariasi

~ Tes mucin

Pre analitik Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus. Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus. Prinsip tes : asam asetat dapat membekukan asam hialuronat dan protein. Alat dan bahan : tabung reaksi pengaduk aquades asam asetat glacial asam asetat 7 N

Analitik• Cara kerja : lihat buku

• Nilai rujukan : terlihat satu  bekuan kenyal dalam cairan jernih.Mucin baik    : normal  

Page 5: CAIRAN SENDI

Pasca analitik

~ Interpretasi :Mucin sedang : jika  bekuan   kurang  kuat  dan  tidak  mempunyai   batas tegas dalam cairan jernih. Misalnya  pada  RA.                   Mucin jelek : jika  bekuan yang  terjadi  berkeping-keping dalam cairan keruh, misalnya karena infeksi.

B. TES MIKROSKOPI

Jumlah lekosit.

Preanalitik

~ Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.     ~ Persiapan sampel : Sampel diencerkan dengan NaCl 0,9% atau metilen biru dalam NaCl 0,9% untuk cairan yang jernih. Jika cairan sendi terlalu kental kemungkinan sulit untuk dipipet, maka sampel harus diencerkan dengan buffer hialuronidase. Bila cairan sendi banyak mengandung eritrosit, maka digunakan HCl 0,1% atau saponin 1%, karena  cairan ini dapat melisiskan eritrosit.    ~ Prinsip tes : Sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam kamar hitung (hemositometer); dengan memperhitungkan faktor pengenceran, jumlah lekosit dalam darah dapat diketahui.

    Analitik    ~   Cara kerja : lihat buku   ~   Nilai rujukan: jumlah lekosit  <200/mm3. Pasca analitik

Interpretasi : Jumlah lekosit 200-500/mm3   penyakit non inflamatorik (penyakit degeneratif).         

 inflamatorik akut.Jumlah lekosit  2.000-100.000/mm3  ~ artritis gout akut : jumlah lekosit 750-45.000/mm3, rata-rata 13.500/mm3.~ faktor rematoid : jumlah lekosit  300-98.000/mm3, rata-rata 17.800/mm3~ artritis rematoid : jumlah lekosit  300-75.000/mm3, rata-rata 15.500/mm3.

Page 6: CAIRAN SENDI

septik (infeksi).Jumlah lekosit 20.000-200.000/mm3 ~ artritis TB : jumlah lekosit 2.500-105.000/mm3, rata-rata 23.500/mm3.~ atritis gonore : jumlah lekosit 1.500-108.000/mm3, rata-rata 14.000/mm3. ~ atritis septik : jumlah lekosit 15.600-213.000/mm3, rata-rata 65.400/mm3.

 hemoragik.Jumlah lekosit 200-10.000/mm3  

Mofologi dan Hitung Jenis

Preanalitik

     ~ Persiapan pasien : tdk dibutuhkan persiapan khusus.     ~ Persiapan sampel : sampel harus diperiksa < 1 jam setelah pengambilan. Sampel dapat langsung dari cairan aspirasi atau dari sedimen cairan sendi yang telah disentrifus (paling baik).     ~ Prinsip tes : cairan sendi diapuskan di atas kaca objek kemudian diwarnai.

Analitik    ~  Cara kerja pewarnaan MGG : lihat buku    ~  Nilai rujukan : jumlah netrofil < 25 %.

Pasca analitik

Interpretasi : jumlah netrofil < normal atau non inflamatorik25%  jumlah netrofil pada kelompok akut inflamatorik :~ artritis gout akut : jumlah netrofil 48 – 94%, rata-rata 83%.~ faktor rematoid : jumlah netrofil  8 – 89%, rata-rata 46%~ artritis rematoid : jumlah netrofil  5 – 96%, rata-rata 65%. jumlah netrofil pada kelompok septik (infeksi) :~ artritis tuberkulosa : jumlah netrofil  29 – 96%, rata-rata 67%.~ artritis gonore : jumlah netrofil  2 - 96% , rata-rata 64%.~ artritis septik : jumlah netrofil  75 – 100%, rata-rata 95%.    jumlah netrofil pada kelompok hemoragik : <50%. (1,5,9)

Kristal-kristal

Pre analitik

~ persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus.~ persiapan sampel : sampel disentrifus terlebih dahulu

Page 7: CAIRAN SENDI

~ prinsip tes : jenis kristal tergantung jenis kelainan.

Analitik

Cara kerja :Satu sampai dua tetes cairan sendi yang telah disentrifus ditaruh diatas kaca objek dan segera tutup dengan kaca penutup. Periksalah segera dengan mikroskop biasa atau lebih baik dengan mikroskop polarisasi.

Nilai rujukan : tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi.

Pasca analitik

     Interpretasi :kristal monosodium urat (MSU) ditemukan pada artritis gout. calcium pyrophosphate dihydrate (CPPD) yang ditemukan pada kondro-kalsinosis (pseudogout). calcium hydroxyapatite (HA) terdapat pada calcific periarthritis dan tendenitis. kristal kolesterol ditemukan pada artritis rematoid.C.  TES KIMIA  Tes Glukosa Pre analitikPersiapan pasien : pasien harus berpuasa 6-12 jam sebelum pengambilan sampel. Persiapan sampel :  tidak hemolisis, cairan sendi disentrifus terlebih dahulu. Analitik: Nilai rujukan:  Perbedaan  antara  glukosa serum dan glukosa cairan sendi       adalah < 10 mg%.

Pasca analitik

Interpretasi : Kelompok non inflamatorik : perbedaannya <10 mg%. Kelompok inflamatorik : perbedaannya  0 – 41 mg%, rata-rata 12 mg%.     ~ arthritis gout akut perbedaannya  6 mg%.     ~ faktor rematoid perbedaannya  0 – 88 mg%, rata-rata 31 mg%.     ~ artritis rematoid Kelompok septik :  perbedaannya  0 – 108 mg%, rata-rata 57 mg%.     ~ artritis

Page 8: CAIRAN SENDI

tuberkulosa  perbedaannya  0 – 97 mg%, rata-rata  26 mg%.     ~ artritis gonore  perbedaannya  40 – 122 mg%, rata-rata  71 mg%.     ~ artritis septik  perbedaannyaKelompok hemoragik < 25 mg%.

TesLaktat dehidrogenase (LDH)

Pre analitik             Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus.             Persiapan sample : tidak ada persiapan khusus

Analitik: Nilai rujukan : 100-190 U/L

Pasca analitikInterpretasi : LDH meningkat pada RA, gout dan artritis karena infeksi, tetapi tetap normal pada penyakit sendi generatif.

D. TES SEROLOGI

Tes Faktor Rematoid (RF)

Pre analitik Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus Persiapan sampel : gunakan sampel segar yang telah disentrifus terlebih dahulu.Prinsip tes : faktor rematoid dapat dideteksi dengan menggunakan suspensi granul plastik yang dilapisi gamma globulin manusia dan akan beraglutinasi jika ada faktor rematoid.

Analitik Cara kerja  (metode kualitatif) : lihat buku Nilai rujukan :   Aglutinasi  +  8 IU/ml:  kadar RF  Aglutinasi   - :  kadar RF < 8 IU/ml

Pasca analitikInterpretasi : RF + : sekitar >60%  ditemukan dalam cairan sendi atau serum penderita AR. Hasil positif palsu dapat  ditemukan pada  penyakit lain seperti SLE, hepatitis, sirosis, limfoma, skleroderma dan penyakit karena infeksi.

Tes C- Reactive Protein (CRP)

Page 9: CAIRAN SENDI

Pre analitik

~ Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus~ Persiapan sampel : gunakan  sampel  segar yang  telah disentrifus terlebih dahulu.   ~ Prinsip tes : reaksi aglutinasi terjadi akibat adanya inflamasi atau nekrosis jaringan.

~ Cara kerja (metode kualitatif): lihat buku~ Nilai rujukan :   Aglutinasi  +  6 mg/l:  kadar CRP    Aglutinasi   - :  kadar CRP < 6 mg/l Pasca analitik ~Interpretasi : Aglutinasi +/kadarnya meningkat pada  RA aktif (pada 70-80% penderita), demam  rematik, keganasan, infeksi virus, tuberkulosis, kerusakan jaringan, inflamasi.(11,15)

Tes Antinuclear Antibodies (ANA)

Pre analitik: Persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus l larutan pengencer.l sampel dengan 400 Persiapan sampel : Larutkan semua sampel, kalibrator, kontrol positif dan kontrol negatif 1:40 yaitu dengan menambah 10 Prinsip tes : Antigen murni terdapat pada microwells. Jika ada antibodi ANAs dalam sampel, maka akan terikat pada microwells . Pencucian microwells akan melepaskan antibodi yang tidak terikat. Horseradish peroksidase conjugated anti-human IgG  akan berikatan dengan antibodi yang te-lah terikat tadi membentuk enzyme conjugate – antibody – antigen sandwich. Pencucian microwells melepaskan conjugated yang tidak terikat. Conjugated  akan menghidrolisa  larutan substrat yang telah ditambahkan dan akan membentuk warna biru.

Analitik

~ Cara kerja :

~ Nilai rujukan : Jumlah ANA  < 1  : negatif   Jumlah ANA  > 1  : positif

Pasca analitik  Interpretasi :

Page 10: CAIRAN SENDI

Jumlah ANA >1 : >70% ditemukan dalam cairan sendi penderita SLE  dan > 20%  pada penderita RA.

E. TES MIKROBIOLOGI

Tes ini dilakukan bila ada dugaan kelainan sendi disebabkan infeksi, misalnya artritis gonoroika atau artritis tuberkulosa. Tes mikroskopik dilakukan dengan pewarnaan gram atau dengan pewarnaan asam lainnya. Jika hasilnya positif dilanjutkan dengan tes kultur untuk konfirmasi.

Pewarnaan Gram

Pre Analitik

Persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus. Persiapan sampel : sampel ditempatkan dalam tabung yang steril tanpa antikoagulan. Prinsip : bakteri akan menyerap zat warna tertentu yaitu kristal violet.

Analitik

Cara kerja: lihat buku

Hasil :  Gram  positif (+) : bakteri akan berwarna ungu, bentuknya  jelas (batang  atau kokus)  Gram negatif (-)  : bakteri akan berwarna merah, bentuknya jelas (batang  atau kokus). Pasca Analitik

ditemukan bakteri bentuk batang yang berwar-Interpretasi : - Artritis tuberkulosa  na ungu. ditemukan bakteri bentuk kokus berwarna merah.                                 - Artritis gonore

Pewarnaan Tahan Asam/Acid fast Staining

Pre Analitik

~ Persiapan pasien : Tidak dibutuhkan persiapan khusus~ Persiapan sampel : Tidak dibutuhkan persiapan khusus

Page 11: CAIRAN SENDI

~ Prinsip tes : kuman akan mengambil warna sesuai sifatnya Analitik

Nilai rujukan: Basil tahan asam (positif)    : Basil terlihat bewarna merah.               Basil tidak tahan asam     : Badan basil akan berwarna biru.

Pasca analitik

Interpretasi : 

Pada artritis septik, baik pewarnaan gram atau kultur, hasilnya sering negatif. Pada artritis gonoroika, hasilnya 50% negatif dengan pewarnaan gram dan 75% negatif dengan kultur.

ALGORITMA ANALISIS CAIRAN SENDI

   CAIRAN SENDI

Page 12: CAIRAN SENDI

   tabung 1        tabung 2            tabung 3                      tabung 4

Makroskopik     Mikroskopik          Kimia Imunologi      Bakteriologi

         HASIL

 Warna      tidak berwarna kuning muda   kuning keruh      kuning keruh merah/xantokrom                            Kejernihan   transparan      transparan transp – opaq    transp – opaq      transp - opaq Volume        <3,5 ml       sering>3,5 ml  sering>3,5 ml    sering >3,5 ml   sering >3,5 ml Gumpalan    negatif           negatif           dapat +             dapat +             negatif Viskositas     tinggi            tinggi           menurun   menurun             bervariasi Mucin           baik                 baik          cukup-jelek     jelek        bervariasi Lekosit         <200         200 – 500      2.000 - 100 rb     20 rb-200 rb       200-10.000 Netrofil         <25%           <25%            >50%    >75%        >50 % Glukosa        <10           <10             <25    <25-60        <10-25  Kultur          negatif            negatif            negatif    positif                 negatif  

         Normal           Non Infl.         Inflamatorik         Septik        Hemoragik

            Peny. Sd. Deg.       RA, AS          TBA         Hemofilia       Artritis Traumatik        TBA,SC        SVP         Neoplasma       Osteoartritis         RF, AGA        GA         Art.TraumatikSLE       SLE,RS              SA         Neuroartropati        Peny.Sd.Neurogen       Inf.Jamur                 

Keterangan : + = positif AGA = Artritis gout akut = Pseudogout

Page 13: CAIRAN SENDI

G.A = Artritis gonore SA = Artritis septikSLE = Lupus eritematosus sistemik SVP = Sinovisitis vilomedularis pigmentasiRA = Artritis Rematoid TBA = Artritis tuberkulosaRF = Faktor Rematoid  RS = Sindroma ReiterSC = Scleroderma AS = Ankylosing Spondilytis           PERJAN RUMAH SAKIT Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODOUNIT PELAYANAN LABORATORIUMJl. Perintis Kemerdekaan Km.11  Tamalanrea. Telp (0411) 584677 psw.127 /13, MAKASSAR       Nama : No. Rek. Med :       Umur/Sex : No.Kunjungan :       Ruangan/Poli : Dokter :       Tanggal : Keterangan Klinik :Hasil Analisis Cairan Sendi        Nilai rujukan

TES MAKROSKOPIK Warna : ( tidak berwarna ) Kejernihan : ( jernih ) Bekuan : ( tidak ada ) Viskositas : ( 4-6 cm ) Mucin : ( bekuan kenyal )

TES MIKROSKOPIK Hitung lekosit : ( lekosit <200/mm3 ) Hitung jenis lekosit PMN : ( <25% ) MN : Sel-sel lain : ( tidak ada ) Kristal-kristal : ( tidak ada )

3.   TES KIMIA Glukosa darah : ( <200 mg% ) Glukosa c. sendi :             (<10 mg% dari gluk.darah) LDH : ( 100-190 U/L ) 4.   TES SEROLOGI R.F. : ( < 8 IU/ml) ANA : ( negatif ) CRP : ( < 6 mg/l )

5.  TES MIKROBIOLOGI Gram : ( negatif ) Kultur : ( negatif )

Page 14: CAIRAN SENDI

6.  KESIMPULAN :

7.  SARAN :      Makassar,              200

Penanggung jawab klinis,                         Analis,

(                                       )                                           ( . . . . . . . . . . . . . . . . . . . )      NIP

TES CAIRAN SENDI

Prosedur:Pra AnalitikPersiapan Pasien : tidak ada persiapan khusus. Persiapan Sampel :  - tidak ada persiapan khusus - identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur- untuk tes mikroskopik: sampel diencerkan dengan NaCl 0,9% dan harus diperiksa paling lambat 1 jam setelah pengambilan untuk mencegah degenerasi sel yang ada. Sampel dapat langsung dari cairan aspirasi atau dari sedimen cairan sendi yang telah disentrifus (paling baik)

Alat dan Bahan:Tes Makroskopik- Tabung reaksi yang jernih- Spoit tanpa jarum- Pengaduk- Aqudes- Asam asetat glasial- Asam asetat 7N

Tes Kimia- lPipet mikro 50 - Cup sample

Page 15: CAIRAN SENDI

- Rak sampel- Alat Cobas Mira Tes Glukosa:  Reagen 1: Buffer/ATP/NADP      Reagen 2: HK/G-6-PDH Tes LDH:  Reagen 1: NADH 0,22 mmol Reagen 2: Tris 89 mmol, Pyruvate 1,8 mmol, Sodium Ch/Na Ch 222 mmol, Sodium Azide < 0,1%

Tes Mikroskopik:- Hemositometer set (Kamar Hitung Improved Neubauer, pipet lekosit, selang pengisap)- Larutan NaCl 0,9%- Kaca obyek dan kaca penutup- Mikroskop- Alat Sentrifus- Alat pengukur waktu- Larutan metil alkohol- Larutan Giemsa/Wright/May-Grunwald Giemsa (MGG)

Analitik Cara kerja:Tes Makroskopik:- Perhatikan warna dan kejernihan- Biarkan sampel selama 1 jam, lihat apakah ada bekuan atau tidak- Tes viskositas:- Isap sampel ke dalam spoit atau semprit tanpa jarum.- Teteskan sampel ke luar dari spoit tersebut . Ukur panjang tetesan.- Atau ambil sampel dengan jari telunjuk, rentangkan antara jari telunjuk dan ibu jari.-  Hitung panjang rentangan- Tes Mucin:- Buatlah larutan asam asetat 7 N dari 40,8 ml asam asetat glasial dan 100 ml  air.- Ke dalam satu tabung reaksi terlebih dulu dimasukkan 4 ml aquades, kemudian tambahkan 1 ml cairan sendi dan tambahkan lagi 1 tetes larutan asam asetat     7 N.- Aduklah kuat-kuat dengan pengaduk yang terbuat dari gelas.- Bacalah hasil reaksi segera  setelah diaduk.

3.2.Tes Kimia Tes Glukosa, dan Laktat Dehidrogenase (LDH) menggunakan alat Cobas Mira

Page 16: CAIRAN SENDI

- Masukkan 50 μl sampel cairan pleura ke dalam tabung mikro, lalu letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor pemeriksaan- Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes (protein, glukosa, LDH)- Masukkan nomor identitas penderita dan program tes- Pengukuran akan dilakukan secara otomatis- Hasil tes akan keluar pada print out

3.3.Tes Mikroskopik/Sedimen a. Jumlah Lekosit- Isap sampel ke dalam pipet lekosit sampai tanda 0,5- Isap NaCl 0,9% sampai tanda 11, kocok isi  pipet beberapa menit agar isi pipet bercampur baik. Setelah itu buanglah  4 – 5 tetes isi  pipet.- Siapkan kamar hitung dengan kaca penutup di atasnya- Teteskan isi pipet pelahan-lahan ke dalam kamar hitung- Hitung jumlah lekosit yang tampak dalam 4 kotak lekosit dengan menggunakan lensa 10 x. hasilnya dikali 50. b. Morfologi dan hitung jenisPewarnaan MGG- Ambil cairan  sendi yang telah disentrifus, apuskan di atas kaca objek, biarkan mengering- Fiksasi apusan tersebut dengan metil alkohol selama 5 menit lalu dibilas dengan air mengalir- Tetesi  sediaan apus dengan larutan May Grunwald  ± 1 – 2 menit- Tambahkan larutan buffer pH 6,4, diamkan selama 3 menit .- Warnai dengan larutan Giemsa yang sudah diencerkan dengan buffer pH 6,4 dan dibiarkan 5 – 10 menit, cuci dengan air mengalir lalu keringkan- Baca apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x menggunakan minyak emersi c. Kristal-kristal 1-2 tetes cairan sendi yang telah disentrifus ditaruh diatas kaca objek dan segera tutup dengan kaca penutup. Periksalah segera dengan mikroskop biasa atau lebih baik dengan mikroskop polarisasi

Nilai rujukan:Warna           : tidak berwarna dan jernihBekuan : tidak membekuVisikositas  : panjangnya tanpa putus 4-6 cm disebut viskositas tinggiMucin terlihat satu  bekuan kenyal dalam cairan jernih: normal  Glukosa       : Perbedaan  glukosa serum dengan  glukosa cairan sendi adalah <10mg%.LDH : 100 – 190 IULekosit  : < 200 mm 3

Page 17: CAIRAN SENDI

Hitung jenis  : jumlah netrofil <25%.Kristal : tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi.

4. Pasca Analitik Interpretasi Warna           :- Kuning jernih : pada artritis traumatik, osteoartritis dan artritis rematoid ringan- Kuning keruh : pada inflamasi spesifik dan non spesifik, karena bertambahnya lekosit.- Seperti susu (chyloid) : artritis rematoid dengan efusi kronik, pirai dengan efusi akut dan obstruksi limfatik dengan efusi.- Seperti nanah atau purulent : pada artritis septik yang lanjut.- Seperti darah : pada trauma, hemofilia dan sinovisitis vilonodularis hemoragik.Bila darah terjadi karena trauma pada waktu aspirasi maka warna merahnya akan berkurang bila aspirasi diteruskan, sedangkan jika bukan oleh trauma maka warna merah akan menetap.- Kuning kecoklatan : pada perdarahan yang telah lama. Bekuan : Bekuan  ( + ) : ada proses peradangan Makin besar bekuan, makin besar peradangan.   Visikositas    non inflamatorik: Viskositas tinggi       Viskositas menurun (<  inflamatorik akut dan septik4 cm)    hemoragik.     Viskositas bervariasi Glukosa :- Kelompok non inflamatorik : perbedaannya <10 mg%.- Kelompok inflamatorik : perbedaannya  0 – 41 mg%, rata-rata 12 mg%.~ arthritis gout akut perbedaannya  6 mg%.~ faktor rematoid perbedaannya  0 – 88 mg%, rata-rata 31 mg%.~ artritis rematoid

- Kelompok septik :  perbedaannya  0 – 108 mg%, rata-rata 57 mg%.~ artritis tuberkulosa  perbedaannya  0 – 97 mg%, rata-rata  26 mg%.~ artritis gonore  perbedaannya  40 – 122 mg%, rata-rata  71 mg%.~ artritis septik -  perbedaannyaKelompok hemoragik < 25 mg%. LDL : meningkat pada RA, gout dan artritis karena infeksi, tetapi tetap normal pada penyakit sendi generatif Lekosit:- pada penyakit non inflamatorik (penyakit degeneratif).jumlah lekosit 200-500/mm3 -  kelompok inflamatorik akut.jumlah lekosit  2.000-100.000/mm3  ~ artritis gout akut : jumlah lekosit 750-45.000/mm3, rata-rata 13.500/mm3.

Page 18: CAIRAN SENDI

~ faktor rematoid : jumlah lekosit  300-98.000/mm3, rata-rata 17.800/mm3~ artritis rematoid : jumlah lekosit  300-75.000/mm3, rata-rata 15.500/mm3.- kelompok septik (infeksi).jumlah lekosit 20.000-200.000/mm3  ~ artritis TB : jumlah lekosit 2.500-105.000/mm3, rata-rata 23.500/mm3.~ atritis gonore : jumlah lekosit 1.500-108.000/mm3, rata-rata 14.000/mm3.~ atritis septik : jumlah lekosit 15.600-213.000/mm3, rata-rata 65.400/mm3.  kelompok hemoragik. - jumlah lekosit 200-10.000/mm3 Morfologi dan hirung jenis:- jumlah netrofil < normal atau non inflamatorik25%  - jumlah netrofil pada kelompok akut inflamatorik :~ artritis gout akut : jumlah netrofil 48 – 94%, rata-rata 83%.~ faktor rematoid : jumlah netrofil  8 – 89%, rata-rata 46%~ artritis rematoid : jumlah netrofil  5 – 96%, rata-rata 65%.- jumlah netrofil pada kelompok septik (infeksi) :~ artritis tuberkulosa : jumlah netrofil  29 – 96%, rata-rata 67%.~ artritis gonore : jumlah netrofil  2 - 96% , rata-rata 64%.~ artritis septik : jumlah netrofil  75 – 100%, rata-rata 95%.   - jumlah netrofil pada kelompok hemoragik : <50%.Sel lain yang dapat ditemukan:- Sel LE (lupus eritematosus) sering ditemukan pada penderita SLE (lupus eritematosus sistemik) dan kadang-kadang juga ditemukan pada penderita artritis rematoid.- Sel Reiter ditemukan pada penderita sindroma Reiter tapi tidak spesifik karena ditemukan pada keadaan lain.- Sel RA (rheumatoid arthritis) adalah netrofil dengan benda inklusi yang dapat dilihat dengan mikroskop fase kontras.- Walaupun  ditemukan pada 95%  penderita RA, sel ini tidak spesifik karena dapat ditemukan juga pada pirai atau artritis lain

Kristal:- kristal monosodium urat (MSU) ditemukan pada artritis gout.- calcium pyrophosphate dihydrate (CPPD) yang ditemukan pada kondro-kalsinosis (pseudogout).- calcium hydroxyapatite (HA) terdapat pada calcific periarthritis dan tendenitis.- kristal kolesterol ditemukan pada artritis rematoid .

PEMERIKSAAN SEL LUPUS ERYTHEMATOSUS(SEL LE)

Page 19: CAIRAN SENDI

Sel lupus erythematosus (Sel LE = LE Cell Faktor) merupakan salah satu “Antinuclear autoantibodies”. Auto-antibodi ini dapat dijumpai pada penyakit/gangguan autoimmun seperti sistemik lupus eritematosus (SLE), “Syorgen syndrome”, artritis rematoid (AR), hepatitis kronik, tiroiditis dan anemia pernisiosa.

SLE adalah suatu penyakit autoimmun kronik, dapat menyerang berbagai sistem dalam tubuh dan etiologinya tidak diketahui. SLE terutama menyerang wanita usia subur dengan perbandingan wanita dan pria 7 : 1 sampai 9 : 1.

Diagnosis SLE menurut kriteria ARA (American Rheumatism Association) 1982:1. Ruam malar2. Ruam diskoid3. Fotosensitifitas4. Ulserasi di mulut atau nasofaring5. Artritis6. Serositis, yaitu pleuritis atau perikarditis7. Kelainan ginjal, yaitu proteinuria persisten > 0.5 gr/hari, atau adalah silinder sel8. Kelainan neurologik, yaitu kejang-kejang atau psikosis9. Kelainan hematologik, yaitu anemia hemolitik, atau lekopenia atau limfopenia atau trombositopenia10. Kelainan imunologik, yaitu sel LE positif atau Anti DNA positif, atau Anti Sm positif atau tes serologik untuk sifilis yang positif palsu.11. Antibodi antinuklear (ANA) positif

Diagnosis SLE ditegakkan bila didapatkan 4 dari 11 kriteria di atas.

Sel LE adalah suatu sel fagosit (biasanya netrofil, jarang sel eosinofil) yang memfagosit materi-materi yang rusak dan menjadi substansi yang homogen berwarna merah ungu dalam sitoplasmanya.Sel LE dapat dilihat in vitro saja, sel ini dibentuk dengan merusak beberapa sel lekosit penderita SLE sehingga mengeluarkan nukleoproteinnya dan bereaksi dengan Iq G dan kompleks ini difagosit oleh sel PMN normal yang masih ada.

Pada pemeriksaan sel LE dapat digunakan ”whole blood” dan darah beku penderita.

II.  METODEA. PRE-ANALITIK

Page 20: CAIRAN SENDI

Persiapan Penderita- Sebaiknya sebelum pemeriksaan Sel LE dilakukan, penderita tidak mendapatkan kortikosteroid ± 1 minggu sebelum pemeriksaan.

B. TAHAP ANALITIKCara Pemeriksaan: Cara Magath dan Winkie (Modifikasi dari Zimmer dan Hargraves)

C. POST-ANALITIKInterpretasiDalam sediaan apus sel LE dapat dilihat1. Sel PMN yang didalam sitoplasmanya terdapat massa homogen (=LE Body) berbentuk sferik dan berwarna ungu pucat. Walaupun LE Body pada dasarnya adalah inti, namun struktur inti sama sekali tidak terlihat.2. Inti dari netrofil pemfagosit terdesak ke salah satu sisi, lobi inti tampak terperangkap di sekitar LE Body.3. Hasil positif (+) jika beberapa sel LE ditemukan.Hasil negatif (-) jika sel LE tidak ditemukan.

INTERPRETASISel LE positif: menunjang diagnosis SLE, terutama bila didapatkan bersama gejala klinik khas SLE (kriteria diagnosis ARA). Sel LE positif ditemukan pada ± 75 % penderita SLE. Tidak ditemukannya sel LE bukan berarti tidak adanya SLE. Apabila sel LE positif dilanjutkan dengan tes ANA

Hasil negatif palsu dapat ditemukan pada penderita yang mendapat pengobatan kortikosteroid.