BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI...

95
BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO TAHUN 2014-2034 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu disusun rencana tata ruang wilayah; b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah dan masyarakat, maka Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro merupakan ketentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi pembangunan yang akan dilaksanakan pemerintah, masyarakat dan/atau dunia usaha; c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, perlu penjabaran ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c di atas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2013–2034.

Transcript of BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI...

Page 1: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI SULAWESI UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

NOMOR TAHUN 2014

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

TAHUN 2014-2034

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO,

Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan memanfaatkan

ruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna,

serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan

keamanan, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu disusun

rencana tata ruang wilayah;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan

pembangunan antar sektor, daerah dan masyarakat, maka

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro merupakan ketentuan lokasi dan fungsi

ruang untuk investasi pembangunan yang akan

dilaksanakan pemerintah, masyarakat dan/atau dunia

usaha;

c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, perlu

penjabaran ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a, huruf b dan huruf c di atas, perlu ditetapkan

dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

Tahun 2013–2034.

Page 2: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah

beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2007 tentang Pembentukan

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro di Provinsi

Sulawesi Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4691);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4725);

6. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739)

sebagaimana telah diubah dengan dengan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5490);

7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi

Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5214);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5233);

9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan

dan Pemberantasan Perusakan Hutan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 130, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5432);

Page 3: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

10. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk

dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5160);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian

Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5393);

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008

tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah

tentang Rencana Tata Ruang Daerah;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

dan

BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG

BIARO 2014 - 2034

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Page 4: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

2. Kepala Daerah adalah Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang

dibantu oleh seorang Wakil Bupati.

3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kepulauan

Siau Tagulandang Biaro.

4. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik

Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang

udara termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,

tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan

memelihara kelangsungan hidupnya.

6. Tata Ruang adalah wujud, struktur ruang dan pola ruang.

7. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

8. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan

sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan

fungsional.

9. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam wilayah yang

meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang

untuk fungsi budidaya.

10. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

11. Penyelenggaraan Penataan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,

pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.

12. Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan

ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang

dan pengendalian pemanfaatan ruang.

13. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur dan pola

ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan

pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

14. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib

tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

15. Sistem Perwilayahan adalah pembagian wilayah dalam kesatuan sistem

pelayanan, yang masing-masing memiliki kekhasan fungsi pengembangan.

16. Sempadan Pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang

mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi

pantai.

17. Sepadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk

sungai buatan, yang mempunyai manfaat penting untuk memanfaatkan

kelestarian penting fungsi sungai/sungai buatan.

18. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap

unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

administratif dan/atau aspek fungsional.

Page 5: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

19. Kawasan adalah wilayah yang mempunyai fungsi utama lindung atau

budidaya.

20. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya

alam, sumber daya buatan.

21. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,

sumber daya manusia dan sumber daya buatan.

22. Desa selanjutnya disebut Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum

yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan

adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

23. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dan susunan fungsi

kawasan sebagai tempat permukiman perkampungan, pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

24. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama

bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan, jasa

pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

25. Kawasan Strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup

kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

26. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara

nasional yang digunakan untuk pertahanan.

27. Kawasan Peruntukan Pertambangan adalah wilayah yang memiliki potensi

sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas

berdasarkan peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya

sebagian atau seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi

penelitian, penyelidikan umum, eksplorasi, operasi produksi/eksploitasi dan

pasca tambang, baik di wilayah daratan maupun perairan, serta tidak

dibatasi oleh penggunaan lahan baik kawasan budidaya maupun kawasan

lindung.

28. Kawasan Sekitar Danau adalah kawasan tertentu di sekeliling danau yang

mempunyai manfaat penting untuk memanfaatkan kelestarian fungsi

danau.

29. Kawasan Sekitar Mata Air adalah kawasan di sekeliling mata air yang

mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi

mata air.

30. Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau

mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh

tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

Page 6: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

31. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah

kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan

kawasan perbatasan negara.

32. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Provinsi atau

beberapa Kabupaten/Kota.

33. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi yang selanjutnya disebut PKWP adalah

kawasan perkotaan yang dipromosikan untuk menjadi PKW.

34. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota

atau beberapa kecamatan.

35. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLP adalah

kawasan perkotaan yang dipromosikan untuk menjadi PKL.

36. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau

beberapa kecamatan.

37. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat

pemukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar kampung.

38. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok orang termasuk

masyarakat hukum adat, korporasi dan/atau pemangku kepentingan non

pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.

39. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan

tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

40. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut BKPRD

adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dan mempunyai fungsi

membantu tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

BAB II

SUBSTANSI MUATAN TEKNIS RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Substansi Muatan Teknis

Pasal 2

Materi substansi muatan teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro bersifat menyeluruh, dan terdiri atas :

a. tujuan, Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, yang terdiri atas :

1. tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro;

2. kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro;

3. strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro.

Page 7: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

b. rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro, yang memuat :

1. rencana pengembangan pusat-pusat kegiatan;

2. rencana pengembangan sistem jaringan transportasi;

3. rencana pengembangan sistem jaringan energi;

4. rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi;

5. rencana pengembangan sistem jaringan sumberdaya air.

c. rencana Pola ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro,

yang terdiri atas :

1. rencana kawasan lindung; dan

2. rencana kawasan budidaya.

d. penetapan kawasan strategis, yang terdiri atas :

1. kawasan strategis nasional;

2. kawasan strategis provinsi; dan

3. kawasan strategis Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

e. ketentuan Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro;

f. ketentuan Pengendalian Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan

Siau Tagulandang Biaro, yang terdiri atas :

1. indikasi ketentuan peraturan zonasi;

2. ketentuan perizinan;

3. ketentuan Insentif dan disinsentif; dan

4. ketentuan sanksi.

BAB III

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN

Bagian Kesatu

Tujuan dan Ruang Lingkup

Pasal 3

(1) Penataan Ruang Kabupaten bertujuan mewujudkan masyarakat yang

sejahtera, mandiri dan berkepribadian melalui pemanfaatan fungsi ruang

berbasis bahari, pertanian, pariwisata dan mitigasi bencana yang aman,

nyaman, produktif dan berkelanjutan;

(2) Ruang Lingkup Penataan Ruang Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro meliputi seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro Provinsi Sulawesi Utara yang secara administratif memiliki luas wilayah

275,95 km2, yang terdiri dari 47 pulau dimana sebanyak 12 pulau sudah

berpenghuni dan 35 pulau belum berpenghuni. Terdapat 5 Buah Gunung,

salah satunya Gunung karangetang yang di kenal sebagai gunung berapi

yang statusnya masih sangat aktif. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro terbagi menjadi 10 Kecamatan, dimana pada Tahun 2012 dari sejumlah

kecamatan tersebut terbagi lagi kedalam 83 Desa dan 10 Kelurahan;

Page 8: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

(3) Letak Geografis Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro :

a. 2007’48” - 2048’36”” Lintang Utara;

b. 125009’36” - 125029’24”” Bujur Timur.

(4) Batas Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro :

a. Kabupaten Kepulauan Sangihe di sebelah utara;

b. Laut Maluku di sebelah Timur;

c. Kabupaten Minahasa Utara di sebelah Selatan; dan

d. Laut Sulawesi di sebelah Barat.

Bagian Kedua

Kebijakan Penataan Ruang

Pasal 4

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah sebagai berikut :

a. pengembangan sumber daya manusia dan pemanfaatan kemajuan teknologi

untuk menunjang seluruh kegiatan pembangunan wilayah;

b. pengembangan pemanfaatan sumber daya alam kelautan dan perikanan,

pertanian dan perkebunan serta pariwisata untuk kesejahteraan masyarakat;

c. pengembangan pusat-pusat permukiman dan pusat-pusat kegiatan yang

berwawasan lingkungan melalui pembangunan prasarana dan sarana

penunjang;

d. pengelolaan ruang berbasis mitigasi bencana melalui penyediaan ruang dan

jalur evakuasi bencana;

e. penguatan aspek pertahanan dan keamanan khususnya pada kawasan pulau

terluar.

Bagian Ketiga

Strategi Penataan Ruang

Pasal 5

(1) Strategi pengembangan Sumber Daya Manusia dan pemanfaatan kemajuan

teknologi untuk menunjang seluruh kegiatan pembangunan wilayah

sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 huruf a, terdiri atas :

a. membangun dan meningkatkan fasilitas pendidikan berupa sekolah

unggulan dan kejuruan serta perguruan tinggi;

b. membangun dan meningkatkan prasarana dan sarana kesehatan;

c. membangun dan meningkatkan prasarana dan sarana penunjang

kegiatan olah raga dan kebudayaan;

d. membangun sistem jaringan komunikasi jarak jauh khususnya pada

daerah yang terisolasi;

e. membangun jaringan cyber city pada pusat pemerintahan kabupaten dan

sekitarnya;

Page 9: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

f. memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mengembangkan sumber

energi tenaga surya, angin dan gelombang laut;

g. memanfaatkan kemajuan teknologi untuk pengelolaan sumber air

minum; dan

h. membangun jaringan media informasi sebagai penunjang penyebarluasan

berita, informasi dan hiburan.

(2) Strategi pengembangan pemanfaatan sumber daya alam kelautan dan

perikanan, pertanian serta kebudayaan dan pariwisata untuk kesejahteraan

masyarakat sebagaimana dimaksud pada Pasal (4) huruf b, terdiri atas :

a. memantapkan fungsi kawasan lindung;

b. meningkatkan produktifitas hasil pertanian khususnya perkebunan

melalui intensifikasi lahan dan peremajaan komoditi unggulan pala dan

komoditi lainnya;

c. memanfaatkan lahan non produktif untuk budidaya hortikultura dan

palawija alam rangka peningkatan pendapatan masyarakat serta menjaga

kualitas lingkungan;

d. mengembangkan potensi pariwisata dengan membangun prasarana dan

sarana pendukung kegiatan wisata;

e. meningkatkan SDM dalam mengelola obyek wisata menjadi lebih

profesioanal;

f. mengembangkan dan menggali potensi budaya daerah melalui media

promosi dan pembangunan bangunan cagar budaya;

g. mengembangakan potensi pasar melalui media promosi; dan

h. membangun prasarana dan sarana pendukung perikanan di sekitar

pulau utama dan sekiitar kawasan penangkapan ikan.

(3) Strategi pengembangan pusat-pusat permukiman dan pusat-pusat kegiatan

yang berwawasan lingkungan melalui pembangunan prasarana dan sarana

penunjang sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 huruf c, terdiri atas :

a. memantapkan struktur ruang serta membangun setiap pusat-pusat

permukiman dan pusat-pusat kegiatan sesuai fungsi dan perannya

masing-masing;

b. meningkatkan aksesbilitas antara pusat permukiman, antar pusat

kegiatan dan antar pusat permukiman dengan pusat kegiatan, dengan

membangun jaringan transportasi sebagai infrastruktur utama yang

dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan

berimbang;

c. membangun jaringan infrastruktur pendukung untuk memperkuat

struktur ruang, antara lain sistem energi/listrik, telekomunikasi, air

minum, drainase perkotaan dan perkampungan, pengelolaan limbah dan

persampahan;

d. memprioritaskan peningkatan ruas jalan penghubung Ulu – Ondong,

lingkar Pulau Siau, lingkar Pulau Tagulandang, lingkar Pulau Biaro dan

jalan diagonal di tiga pulau utama serta meningkatkan intensitas

penghubung antar tiga pulau utama sebagai perwujudan pemantapan

struktur ruang; dan

e. membangun prasarana dan sarana, fasilitas sosial dan fasilitas umum

secara proporsional pada setiap pusat permukiman dan pusat kegiatan.

Page 10: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

(4) Strategi pengelolaan ruang berbasis mitigasi bencana melalui penyediaan

ruang dan jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada Pasal 4

huruf d, terdiri atas :

a. menyediakan ruang dan membangun prasarana dan sarana penunjang

evakuasi bencana alam gunung berapi Gunung Karangetang dan Gunung

Ruang;

b. menyediakan ruang dan membangun prasarana dan sarana penunjang

evakuasi bencana alam tsunami, gelombang pasang, angin, banjir dan

longsor serta kebakaran hutan; dan

c. membangun sistem mitigasi bencana untuk meminimalisir kerugian

akibat bencana alam gunung api, tsunami, gelombang pasang, angin,

banjir dan longsor, serta kebakaran hutan.

(5) Strategi penguatan aspek pertahanan dan keamanan khususnya pada

kawasan pulau terluar sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 huruf e,

terdiri atas :

a. menyediakan ruang dan membangun prasarana dan sarana penunjang

aspek pertahanan dan keamanan;

b. menyelenggarakan kegiatan patroli pengamanan wilayah.

BAB IV

RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 6

(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro meliputi :

a. pusat-pusat kegiatan;

b. sistem jaringan prasarana utama; dan

c. sistem jaringan prasarana lainnya.

(2) Sehubungan dengan karakteristik wilayah Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro sebagai daerah kepulauan, maka rencana struktur ruang

wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan satuan wilayah pengembangan

dengan sistem klaster pengembangan;

(3) Sistem klaster pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

a. satuan Pengembangan Klaster (SPK) Siau, yang terdiri dari :

1. sub klaster Siau Timur, meliputi wilayah Kecamatan Siau

Timur, Siau Timur Selatan dan Kecamatan Siau Tengah.

Pusat pengembangan Ulu;

2. sub klaster Siau Barat, meliputi Kecamatan Siau Barat, Kecamatan

Siau Barat Selatan dan Kecamatan Siau Barat Utara.

Pusat pengembangan Ondong.

Page 11: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

b. satuan Pengembangan Klaster (SPK) Tagulandang, meliputi wilayah

Kecamatan Tagulandang, Tagulandang Utara dan Kecamatan

Tagulandang Selatan. Pusat pengembangan Buhias;

c. satuan Pengembangan Klaster (SPK) Biaro, meliputi seluruh wilayah

Kecamatan Biaro dengan pusat pengembangan Lamanggo;

d. satuan Pengembangan Klaster (SPK) Makalehi, meliputi seluruh wilayah

di Pulau Makalehi dengan pusat pengembangan Kampung Makalehi;

e. satuan Pengembangan Klaster (SPK) Pahepa meliputi seluruh wilayah di

Pulau Pahepa, Pulau Gunatin, Pulau Mahoro dan Pulau-pulau kecil

sekitarnya dengan pusat pengembangan Pahepa.

(4) Setiap klaster pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memiliki

fungsi pengembangan kegiatan masing-masing sebagai berikut :

a. satuan Pengembangan Klaster (SPK) Siau, yang terdiri dari:

1. sub klaster Siau Timur, dengan fungsi pengembangan kegiatan

meliputi fungsi perdagangan dan jasa, pertanian dan perkebunan,

perikanan, permukiman, transportasi, pariwisata dan kesehatan;

2. sub klaster Siau Barat, dengan fungsi pengembangan kegiatan

meliputi fungsi pemerintahan, pertanian dan perkebunan, Pariwisata,

Transportasi dan permukiman.

b. satuan Pengembangan Klaster (SPK) Tagulandang, dengan fungsi

pengembangan kegiatan meliputi fungsi perdagangan dan jasa,

pendidikan tinggi, Olahraga, perkebunan, transportasi, permukiman,

Perikanan, pariwisata dan kesehatan;

c. satuan Pengembangan Klaster (SPK) Biaro, dengan fungsi pengembangan

kegiatan meliputi fungsi permukiman, pariwisata, perkebunan dan

perikanan;

d. satuan Pengembangan Klaster (SPK) Makalehi, dengan fungsi

pengembangan kegiatan meliputi fungsi perikanan, permukiman,

pariwisata, Pertahanan dan peningkatan kualitas dan fasilitas kawasan

perbatasan; dan

e. satuan Pengembangan Klaster (SPK) Pahepa dengan fungsi

pengembangan kegiatan meliputi fungsi permukiman, pariwisata dan

perikanan.

(5) Rencana struktur ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

digambarkan dalam peta dengan skala ketelitian minimal 1 : 50.000 yang

tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini.

Page 12: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Bagian Kedua

Pusat-pusat Kegiatan

Pasal 7

(1) Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) huruf a, meliputi :

a. PKSNp (Pusat Kegiatan Strategis Nasional promosi);

b. PKWp (Pusat Kegiatan Wilayah promosi);

c. PKL (Pusat Kegiatan Lokal);

d. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan); dan

e. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan).

(2) PKSNp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu Ondong.

(3) PKWp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu Ulu.

(4) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, yaitu Buhias

(5) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi :

a. Sawang di Kecamatan Siau Timur Selatan;

b. Talawid di Kecamatan Siau Barat Selatan;

c. Bawoleu di Kecamatan Tagulandang Utara;

d. Kisihang di Kecamatan Tagulandang Selatan; dan

e. Lamanggo di kecamatan Biaro.

(6) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi :

a. Hiung di Kecamatan Siau Barat Utara;

b. Beong di Kecamatan Siau Tengah;

c. Makalehi di Kecamatan Siau Barat;

d. Pahepa di Kecamatan Siau Timur Selatan; dan

e. Minanga di Kecamatan Tagulandang Utara.

Bagian Ketiga

Sistem Jaringan Prasarana Utama

Pasal 8

(1) Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) huruf b,

terdiri atas :

a. sistem jaringan transportasi darat;

b. sistem jaringan transportasi laut; dan

c. sistem jaringan transportasi udara.

(2) Sistem jaringan transportasi dan pusat-pusat kegiatan digambarkan dalam

peta dengan skala ketelitian minimal 1 : 50.000 sebagaimana tercantum

dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Daerah ini.

Page 13: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Paragraf 1

Sistem jaringan Transportasi Darat

Pasal 9

(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada Pasal 8

ayat (1) huruf a, terdiri atas :

a. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi jaringan jalan, jaringan

prasarana lalu lintas dan jaringan layanan lalu lintas; dan

b. jaringan penyeberangan.

(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :

a. jaringan jalan kolektor primer K1 yang ada di Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, yaitu ruas Ulu – Ondong menjadi

jalan nasional;

b. rencana peningkatan fungsi dan status jalan kolektor primer K1 ruas

Ulu – Ondong – Balirangen Pihise menjadi jalan Nasional.

c. rencana pengembangan jaringan jalan kolektor primer K1, meliputi:

1. Ulu – Sawang – Balirangen Pihise menjadi jalan nasional;

2. Ondong – Talawid – Balirangen Pihise menjadi jalan nasional; dan

3. Buhias – Minanga – Bulangan – Kisihang – Buhias menjadi jalan

nasional.

d. rencana pengembangan jaringan jalan lokal primer, meliputi:

1. Ondong – Hiung – Ulu menjadi jalan nasional;

2. Jalan Lingkar Pulau Biaro, yaitu Buang – Lamanggo – Karungo

menjadi jalan nasional.

e. rencana pengembangan jaringan jalan lokal sekunder, meliputi jalan

di dalam perkotaan Ondong, jalan di perkotaan Ulu Siau, jalan

di perkotaan Buhias, dan Jalan lingkar Pulau Makalehi.

(3) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, berupa terminal penumpang tipe C yang meliputi :

a. Terminal Ulu Siau di Kecamatan Siau Timur;

b. Terminal Buhias di Kecamatan Tagulandang;

c. Terminal Ondong di Kecamatan Siau Barat; dan

d. Terminal Sawang di kecamatan Siau Timur Selatan.

(4) Jaringan layanan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

berupa trayek angkutan penumpang yang terdiri atas :

a. Trayek angkutan pedesaan meliputi :

1. Trayek Ulu – Ondong – Peling (PP);

2. Trayek Ulu – Sawang – Biau (PP);

3. Trayek Ulu – Kanang (PP);

4. Trayek Ulu – Talawid – Tanaki (PP);

Page 14: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

5. Trayek Ulu – Talawid – Laghaeng (PP);

6. Trayek Ulu – Ondong – Kiawang (PP);

7. Trayek Ulu – Sawang – Pangilorong (PP);

8. Trayek Ulu – Hiung (PP);

9. Trayek Ulu – Balirangen – Pihise (PP);

10. Trayek Ondong – Talawid – Pihise (PP);

11. Trayek Ondong – Hiung (PP);

12. Trayek Buhias – Apengsala (PP);

13. Trayek Buhias – Mulengen – Minanga (PP);

14. Trayek Buhias - Bawoleu (PP);

15. Trayek Buhias – Bawoleu – Minanga (PP);

16. Trayek Buhias – Kisihang – Bulangan (PP).

b. Trayek angkutan perkotaan, meliputi :

1. Trayek Ulu – Dame (PP);

2. Trayek Ulu – Bebali (PP);

3. Trayek Ulu – Bahu (PP) dalam Kota Ulu;

4. Trayek Ondong/Pehe – Paniki/Paseng (PP) dalam Kota Ondong;

5. Trayek Ulu – Tampungan (PP); dan

6. Trayek Balehumara – Bahoi (PP) dalam Kota Buhias.

(5) Jaringan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

meliputi :

a. Lintas penyeberangan, terdiri atas :

1. Siau – Tagulandang;

2. Siau – Makalehi;

3. Siau – Pahepa;

4. Tagulandang – Biaro;

5. Tagulandang – Bitung;

6. Biaro – Bitung;

7. Makalehi – Tagulandang;

8. Biaro – Munte;

9. Biaro – Manado; dan

10. Tagulandang – Manado.

b. Pelabuhan penyeberangan, meliputi :

1. Pelabuhan Penyeberangan Siau (Sawang) di Kecamatan Siau Timur

Selatan;

2. Pelabuhan Penyeberangan Tagulandang (Minanga) di Kecamatan

Tagulandang Utara;

3. Pelabuhan Penyeberangan Biaro (Lamanggo) di Kecamatan Biaro;

4. Pelabuhan Penyeberangan Pehe di Kecamatan Siau Barat;

5. Pelabuhan Penyeberangan Pihise di Kecamatan Siau

Timur Selatan; dan

6. Pelabuhan Penyeberangan Pahepa di Kecamatan Siau Timur Selatan.

Page 15: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Paragraf 2

Sistem jaringan Transportasi Laut

Pasal 10

(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud pada Pasal 8

ayat (1) huruf b, meliputi :

a. tatanan kepelabuhanan;

b. rencana alur pelayaran; dan

c. Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNVP).

(2) Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah berupa Pelabuhan

pengumpan, terdiri atas :

a. Pelabuhan Utama Ulu di Kecamatan Siau Timur;

b. Pelabuhan pengumpan Tagulandang di Kecamatan Tagulandang dan

Pelabuhan Pengumpan Sawang di Kecamatan Siau Timur Selatan dan

Pehe di Kecamatan Siau Barat;

c. Pelabuhan pengumpul di Kecamatan Biaro dan di Pulau Makalehi;

d. Pembangunan pelabuhan pengumpul di Pulau Buhias Kecamatan Siau

timur Selatan;

e. Pembangunan Pelabuhan Perlindungan di Pulau Ruang Kecamatan

Tagulandang; dan

f. Peningkatan pelabuhan pengumpan lokal Pehe di Kecamatan Siau Barat.

(3) Rencana alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

terdiri atas :

a. rencana alur pelayaran regional, meliputi :

1. Munte (Kabupaten Minahasa Utara) – Tagulandang – Sawang – Ulu;

2. Munte (Kabupaten Minahasa Utara) – Biaro – Tagulandang –

Makalehi – Sawang – Ulu;

3. Bitung – Tagulandang – Sawang – Ulu;

4. Manado – Tagulandang – Siau.

b. rencana alur pelayaran lokal, terdiri atas :

1. Pehe – Makalehi – Ulu;

2. Biaro – Tagulandang – Makalehi – Ulu;

3. Sawang – Makalehi – Minanga – Lamanggo;

4. Lamanggo – Minanga – Sawang – Makalehi;

5. Minangga – Lamanggo.

Paragraf 3

Sistem Jaringan Transportasi Udara

Pasal 11

(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud pada Pasal 8

ayat (1) huruf c terdiri atas :

a. tatanan kebandarudaraan;

b. rencana rute penerbangan;

c. ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan langsung untuk

Page 16: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

kegiatan bandar udara; dan

d. ruang di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk operasi

penerbangan.

(2) Tatanan kebandarudaraan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu Bandar Udara

pengumpan Pihise di Kecamatan Siau Timur Selatan dan Bandar udara

untuk pertahanan dan keamanan di Pulau Terluar Makalehi Kecamatan

Siau Barat;

(3) Rencana rute penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

terdiri atas:

a. Pihise-Manado;

b. Pihise-Naha;

c. Pihise-Melonguane; dan

d. Pihise-Miangas.

Bagian Keempat

Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 12

(1) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 6

ayat (1) huruf c, terdiri atas :

a. Sistem jaringan energi;

b. Sistem jaringan telekomunikasi;

c. Sistem jaringan sumber daya air; dan

d. Sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

(2) Sistem jaringan prasarana lainnya digambarkan dalam peta dengan skala

ketelitian minimal 1: 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 1

Sistem Jaringan Energi

Pasal 13

(1) Sistem Jaringan Energi di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (1) huruf a, meliputi :

a. pembangkit ketenaga listrikan; dan

b. jaringan prasarana energi.

(2) Pembangkit Ketenaga Listrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, terdiri atas :

a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) terdapat di Ondong Kecamatan

Siau Barat dengan kapasitas kurang lebih 4,60 MW, Pembangkit Listrik

Tenaga Diesel (PLTD) Buhias Kecamatan Tagulandang dengan kapasitas

2,26 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Biaro dengan

kapasitas 0,30 MW dan PLTD di Makalehi Kecamatan Siau Barat dengan

kapasitas 0,18 MW;

Page 17: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

b. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) terdapat

di Pulau Siau;

c. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS);

d. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) terutama diarahkan untuk

melayani wilayah terpencil dan pulau-pulau; dan

e. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU).

(3) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

terdiri atas :

a. jaringan pipa minyak dan gas bumi, berupa rencana pengembangan depo

BBM (Bahan Bakar Minyak) di Ulu Siau, Ondong, Buhias Tagulandang,

Makalehi dan Biaro;

b. jaringan distribusi tenaga listrik, terdiri atas :

1. gardu hubung, terdapat di Ondong Siau;

2. Jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) Cabang Tahuna

di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro dengan panjang kurang lebih

50 kms ( kilometer sirkuit); dan

3. Jaringan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) Cabang Tahuna di

Kabupaten Siau Tagulandang Biaro dengan panjang kurang lebih

100 kms (kilometer sirkuit).

(4) Pengembangan depo Sistem penyaluran BBM sebagaimana dimaksud dalam

ayat (3) huruf a meliputi sistem penyaluran BBM, pembangunan SPBU dan

SPBU mini.

Paragraf 2

Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 14

(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 12

ayat (1) huruf b, terdiri atas :

a. sistem jaringan kabel;

b. sistem jaringan nirkabel; dan

c. sistem jaringan satelit.

(2) Sistem jaringan kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah

rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi berupa jaringan

telepon fixed line atau sistem kabel yang merata hingga ke seluruh ibukota

kecamatan, meliputi :

a. Stasiun Telepon Otomat (STO) Ulu Siau di Kecamatan Siau Timur;

b. Stasiun Telepon Otomat (STO) Tagulandang di Kecamatan Tagulandang.

(3) Sistem jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

terdiri atas:

a. jaringan mikro digital, terdapat di Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro;

b. jaringan serat optik, meliputi Ulu - Ondong sepanjang kurang lebih 11

km, Buhias - Minanga sepanjang kurang lebih 7 km;

Page 18: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

c. pengembangan jaringan seluler yang tersebar di seluruh kabupaten

dengan pengelolaan pemanfaatan menara telekomunikasi atau tower

bersama; dan

d. pembatasan terhadap pembangunan menara telekomunikasi atau

tower baru.

(4) Sistem jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi

Stasiun Bumi Tagulandang dan Stasiun Bumi Ulu Siau;

(5) Rencana pembangunan jaringan cyber city pada pusat pemerintahan

kabupaten dan pusat kegiatan lainnya, meliputi kawasan perdagangan,

kawasan pendidikan, kawasan kesehatan dan kawasan pariwisata.

Paragraf 3

Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 15

(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada Pasal 12

ayat (1) huruf c, dilakukan berbasis wilayah sungai yang terdiri atas :

a. Wilayah Sungai (WS);

b. jaringan air baku untuk air minum; dan

c. sistem pengendali banjir, erosi dan longsor.

(2) Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi aspek konservasi sumber daya air

pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air secara

terpadu (integrated) dengan memperhatikan ketentuan pola dan rencana

pengelolaan sumber daya air WS Tondano-Sangihe-Miangas-Talaud;

(3) Wilayah Sungai sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu WS

strategis nasional WS Tondano-Sangihe-Miangas-Talaud mencakup

Daerah Aliran Sungai (DAS) antara lain:

a. DAS Siau;

b. DAS Tagulandang; dan

c. DAS Biaro.

(4) Prasarana air baku untuk air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b terdiri atas:

a. sumber air baku berasal dari sungai, danau, mata air dan penampungan

air hujan (PAH), meliputi:

1. sungai, yaitu Sungai Minanga di Kecamatan Tagulandang Utara;

2. danau, yaitu Danau Kapeta di Kecamatan Siau Barat Selatan dengan

debit kurang lebih 100 l/dt dan Danau Makalehi di Kecamatan Siau

Barat dengan debit kurang lebih 20 l/dt;

3. mata air (MA), yaitu MA Ake Labo dan MA Karalung di Kecamatan

Siau Timur, MA Bukide dan MA Buhanga di Kecamatan Biaro, MA Ulu

Siau di Kecamatan Siau Timur dengan debit kurang lebih 40 l/dt; dan

4. PAH terdapat di Kecamatan Siau Barat Utara, Kecamatan Siau Tengah

dan Kecamatan Tagulandang Utara.

b. instalasi pengolahan air minum terdapat di Kecamatan Siau Timur

Selatan, Siau Barat Selatan, Siau Barat, Tagulandang dan Biaro;

Page 19: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

c. SPAM di Kabupaten dipadukan dengan sistem jaringan sumber daya

air untuk menjamin ketersediaan air baku.

(5) Sistem pengendalian banjir, erosi dan longsor sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c terdiri atas :

a. perlindungan daerah resapan air;

b. normalisasi sungai;

c. perbaikan drainase;

d. pembangunan tanggul pada sungai yang rawan banjir;

e. pengamanan pantai; dan

f. pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan bangunan-

bangunan pengendali banjir dan pengamanan pantai.

Paragraf 4

Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

Pasal 16

(1) Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud pada

Pasal 12 ayat (1) huruf d, terdiri atas :

a. sistem jaringan air minum;

b. sistem jaringan persampahan;

c. sistem jaringan drainase;

d. jalur evakuasi bencana;

e. sistem pengelolaan air limbah; dan

f. sistem sarana umum dan sosial.

(2) Sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

terdiri atas :

a. jaringan air baku untuk air minum, meliputi :

1. sungai, yaitu Sungai Minanga di Kecamatan Tagulandang Utara;

2. danau, yaitu Danau Kapeta di Kecamatan Siau Barat Selatan dengan

debit kurang lebih 100 l/dt dan Danau Makalehi di

Kecamatan Siau Barat dengan debit kurang lebih 20 l/dt;

3. mata air (MA), yaitu MA Ake Labo dan MA Karalung di Kecamatan

Siau Timur, MA Bukide dan MA Buhanga di Kecamatan Biaro, MA Ulu

Siau di Kecamatan Siau Timur dengan debit kurang

lebih 40 l/dt; dan

4. penampungan air hujan (PAH) terdapat di Kecamatan Siau Barat

Utara, Kecamatan Siau Tengah dan Kecamatan Tagulandang Utara.

b. instalasi pengolahan air minum (IPA), meliputi:

1. IPA di Kecamatan Siau Timur Selatan;

2. IPA di Kecamatan Siau Barat Selatan;

3. IPA di Kecamatan Siau Barat;

4. IPA di Kecamatan Tagulandang; dan

5. rencana pembangunan IPA di Kecamatan Biaro.

Page 20: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

c. SPAM di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dipadukan

dengan sistem jaringan sumber daya air untuk menjamin ketersediaan

air baku;

d. jaringan perpipaan pada sistem jaringan air minum, terdiri atas :

1. jaringan perpipaan kawasan perkotaan Ulu Siau;

2. jaringan perpipaan kawasan perkotaan Ondong;

3. jaringan perpipaan kawasan perkotaan Buhias;

4. jaringan perpipaan Sawang;

5. jaringan perpipaan Biaro.

(3) Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b terdiri atas :

a. pengelolaan sampah melalui kegiatan pewadahan, pemilahan,

pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan

akhir dengan menerapkan sistem reduce, reuse, recycle (3R);

b. pengadaan tempat penampungan sementara (TPS) di setiap kecamatan

yang memenuhi persyaratan dan kriteria teknis;

c. rencana pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Kecamatan

Siau Barat Selatan;

d. rencana pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di wilayah

Tagulandang;

e. sistem pengolahan pada TPA sebagaimana dimaksud pada huruf c adalah

menggunakan sistem control landfill atau sanitary landfill; dan

f. tempat penampungan sampah sementara diadakan di setiap kecamatan

yang memenuhi persyaratan dan teknis lokasi.

(4) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,

terdiri atas :

a. rencana sistem jaringan drainase saluran sekunder dan drainase

tersier/mikro dimaksudkan untuk menampung aliran air permukaan di

kawasan permukiman, jalan dan wilayah sungai; dan

b. sungai-sungai dalam sistem jaringan drainase yaitu Sungai Akelabo,

Sungai Karalung, Sungai Apelawo di Kecamatan Siau Timur, Sungai

Kapeta di Kecamatan Siau Barat Selatan, Sungai Akekuta

di Kampung Minanga Kecamatan Tagulandang Utara dan Sungai

Dalinsaheng di Kecamatan Biaro.

(5) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,

terdiri atas:

a. jalur evakuasi bencana akibat letusan gunung api;

b. jalur evakuasi bencana akibat tsunami dan gelombang pasang;

c. jalur evakuasi bencana akibat angin;

d. jalur evakuasi bencana akibat banjir;

e. jalur evakuasi bencana gempa bumi tektonik dan vulkanik;

f. jalur evakuasi bencana akibat tanah longsor; dan

g. jalur evakuasi bencana akibat kebakaran hutan.

Page 21: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

(6) Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf e, tersebar di seluruh wilayah kecamatan yang terdiri atas :

a. pengelolaan air buangan kegiatan rumah tangga dan bukan rumah

tangga di kawasan perkotaan dan perkampungan dilakukan dengan

sistem sanitasi off site menggunakan instalasi pengolahan Air Limbah

(IPAL) sebelum dibuang ke badan air penerima/sungai;

b. pengelolaan air buangan kegiatan rumah tangga dan bukan rumah

tangga di kawasan perkampungan dilakukan dengan sistem tanki

septic dan sumur resapan sebelum dialirkan pada saluran

pembuangan umum;

c. pengelolaan air buangan dari kegiatan penghasil air limbah dilakukan

dengan sistem off site melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

dan diperlukan alat khusus;

d. pengelolaan air limbah dilakukan secara terpadu antara pemerintah

dan swasta dengan tetap memperhatikan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

(7) Sistem sarana umum dan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf f, meliputi sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan

dan sarana tempat pemakaman umum.

Pasal 17

(1) Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan di kabupaten berdasarkan

kebutuhan dan mencakup seluruh jenjang pendidikan baik formal, informal

dan non formal antara lain PAUD, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar,

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, dan

Perguruan Tinggi;

(2) Pengembangan sekolah unggulan di kabupaten diarahkan ke kawasan

perkotaan di kecamatan Siau Timur, Kecamatan Siau Barat dan Kecamatan

Tagulandang;

(3) Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan serta sekolah unggulan

dilaksanakan oleh pemerintah daerah, pihak swasta dan masyarakat.

Pasal 18

(1) Penyediaan sarana kesehatan di kabupaten berdasarkan jenjangnya berupa

rumah sakit umum daerah, puskesmas, puskesmas pembantu, pos

kesehatan desa, dan pos pelayanan terpadu;

(2) Lokasi rumah sakit umum daerah diarahkan di Klaster Siau dan Klaster

Tagulandang;

(3) Penyediaan sarana kesehatan dilaksanakan oleh pemerintah daerah, pihak

swasta dan masyarakat.

Page 22: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 19

(1) Penyediaan sarana peribadatan di kabupaten disesuaikan dengan banyaknya

penganut masing-masing agama;

(2) Lokasi pembangunan rumah ibadah harus disesuaikan dengan ketentuan

yang berlaku;

(3) Penyediaan sarana peribadatan dilaksanakan oleh masyarakat dan sesuai

dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 20

(1) Penyediaan prasarana Taman Pemakaman Umum (TPU) dapat disediakan

pada kawasan padat permukiman yaitu kawasan perkotaan Ulu, kawasan

perkotaan Ondong dan kawasan perkotaan Buhias;

(2) Selain lokasi sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas, dapat dipertimbangkan

penyediaan prasarana taman pemakaman umum lainnya sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.

BAB V

RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 21

(1) Rencana pola ruang wilayah meliputi :

a. rencana kawasan lindung; dan

b. kawasan budidaya.

(2) Rencana pola ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan skala ketelitian

minimal 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Kawasan Lindung

Pasal 22

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) terdiri atas :

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

c. kawasan perlindungan setempat;

d. kawasan suaka alam, pelestarian alam, cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

e. kawasan rawan bencana alam; dan

f. kawasan lindung geologi.

Page 23: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 23

(1) Kawasan hutan lindung, sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 22

huruf a, meliputi :

a. Kawasan Hutan Lindung Bulude Tamata dengan luas kurang lebih 1.006

ha terletak di Kecamatan Siau Barat Selatan, Kecamatan Siau Timur

Selatan, Kecamatan Siau Barat, Kecamatan Siau Tengah dan Kecamatan

Siau Timur;

b. Kawasan Hutan Lindung Gunung Begambalo dengan luas kurang lebih

735 ha terletak di Kecamatan Siau Timur Selatan dan Kecamatan Siau

Barat Selatan;

c. Kawasan Hutan Lindung Pulau Tagulandang dengan luas kurang lebih

337 ha terletak di Pulau Tagulandang;

d. Kawasan Hutan Lindung Pulau Tagulandang Lokasi 2 (dua) dengan luas

kurang lebih 419 ha terletak di pulau Tagulandang; dan

e. Kawasan Hutan Lindung Gunung Ruang dengan luas kurang lebih 622

ha terletak di Kecamatan Tagulandang.

(2) Rencana pengelolaan kawasan hutan lindung adalah sebagai berikut :

a. pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam

kawasan hutan lindung;

b. pengembalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah mengalami

kerusakan dengan reboisasi;

c. percepatan rehabilitasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai

dengan fungsi lindung;

d. pelestarian ekosistem yang merupakan ciri khas kawasan melalui

tindakan pencegahan pengrusakan dan upaya pengembalian pada rona

awal sesuai ekosistem yang pernah ada; dan

e. pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar

tidak mengganggu hutan lindung.

Pasal 24

(1) Kawasan yang memberikan fungsi perlindungan terhadap kawasan

bawahannya, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 22 huruf b berupa

kawasan resapan air;

(2) Kawasan resapan air sebagaimana yang dimaksud ayat (1) berfungsi untuk

memberikan ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada daerah tertentu

untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan

banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupan kawasan yang

bersangkutan;

(3) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat di :

a. Bulude Kalai, Bulude Tamata, Bulude Begambalo, Bulude Tontonbulo,

Bulude Baliang, Bulude Masio, Bulude Papalamang kawasan resapan air

ini terletak di Pulau Siau;

Page 24: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

b. Wuluru Balinge, Wuluru Kaloko, Wuluru Panenteang, Wuluru

Wangkulang, Wuluru Kalongan, Wuluru Siwohi, Wuluru Hinginte,

Wuluru Walangake, Wuluru Bongkongkaka, Wuluru Timbang kawasan

resapan air ini terletak di Pulau Tagulandang; dan

c. Wuluri Bukide, Bukiri Himbang, Bukiri Bulo kawasan resapan air ini

terletak di Pulau Biaro.

(4) Rencana pengelolaan kawasan resapan air adalah sebagai berikut :

a. menata pemanfaatan kawasan resapan agar tidak beralih fungsi menjadi

lahan terbangun;

b. rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, antara lain mempercepat

pemulihan kawasan resapan dengan penghijauan;

c. peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan

resapan air;

d. pemantapan kawasan resapan air;

e. mengembangkan hutan rakyat untuk menyediakan kebutuhan domestik

akan kayu bangunan dan melakukan penghijauan dengan menanam

jenis-jenis kayu hutan guna mengendalikan erosi, memperbesar infiltrasi

tanah dan mencegah banjir pada musim hujan dan kekeringan pada

musim kemarau;

f. percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk di dalam

kriteria kawasan lindung dengan melakukan penanaman pohon

pelindung/penghijauan yang dapat di gunakan sebagai perlindungan

kawasan bawahannya, hasil yang dapat diambil berupa hasil non-kayu;

g. pencegahan kegiatan pengurangan tutupan vegetasi;

h. membuka jalur wisata jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa

memiliki/mencintai alam, serta pemanfaatan kawasan lindung untuk

sarana pendidikan penelitian dan pengembangan kecintaan terhadap

alam;

i. peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan

resapan air; dan

j. Pemantapan kawasan resapan air, bila berada dalam kawasan hutan

dikembalikan fungsinya sebagai hutan lindung untuk menjamin

keberadaan kawasan hutan dan fungsi hutan.

Pasal 25

Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 huruf c

terdiri dari :

a. sempadan pantai;

b. sempadan sungai;

c. kawasan sekitar danau;

d. kawasan sekitar mata air; dan

e. ruang terbuka hijau.

Page 25: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 26

(1) Sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 huruf a ditetapkan

lebih lanjut dalam rencana rinci tata ruang kawasan/zoning regulation;

(2) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 huruf b ditetapkan

lebih lanjut dalam rencana rinci tata ruang kawasan/zoning regulation;

(3) Kawasan sekitar danau yang dimaksud pada Pasal 25 huruf c ditetapkan

lebih lanjut dalam rencana rinci tata ruang kawasan/zoning regulation;

(4) Kawasan sekitar mata air yang dimaksud pada Pasal 25 huruf d ditetapkan

lebih lanjut dalam rencana rinci tata ruang kawasan/zoning regulation;

(5) Ruang Terbuka Hijau perkotaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 25

huruf e ditetapkan lebih lanjut dalam rencana rinci tata ruang

kawasan/zoning regulation.

Pasal 27

Kawasan suaka alam, pelestarian alam, cagar budaya dan ilmu pengetahuan

sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 huruf d, meliputi :

a. kawasan margasatwa;

b. kawasan suaka alam laut;

c. kawasan pantai berhutan bakau, berterumbu karang dan berpadang lamun;

d. kawasan konsevasi perikanan; dan

e. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

Pasal 28

(1) Kawasan margasatwa sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 huruf a adalah

berupa perlindungan terhadap habitat hewan langkah khas Sitaro yang

terdapat di kawasan hutan lindung Tamata, Danau kapeta dan sekitarnya;

(2) Hewan langkah khas Sitaro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

Otus Siaoensis (The Siau Scops Owl), Siau Tarsier Island (Tarsius Tumpara);

(3) Kawasan sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 27 huruf b, c dan d adalah

berupa kawasan konservasi Perairan kabupaten; dan

(4) Suaka Alam yang secara eksisting telah menjadi kawasan permukiman dan

kawasan budidaya di tetapkan lebih lanjut dalam rencana rinci tata ruang

kawasan/zoning regulation.

Pasal 29

(1) Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan sebagaimana dimaksud pada

Pasal 27 huruf e, meliputi :

a. Makam Raja Lokongbanua di Kecamatan Siau Barat dan Makam

Panglima Hengkenggunaung di Kecamatan Siau Barat Utara;

Page 26: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

b. Makam Raja Siau lainnya di Kecamatan Siau Barat dan Kecamatan

Siau Timur;

c. Makam Pendeta Paul Kelling di Kecamatan Siau Timur;

d. Makam Pendeta F. Kelling, Ratu Lohoraung dan Makam Raja H.P.H

Jacobs di Kecamatan Tagulandang;

e. Makam Raja Tagulandang lainnya dan Makam Panglima Walandungo di

Kecamatan Tagulandang; dan

f. Rumah Raja di Tagulandang, Gereja peninggalan (GMIST Ulu).

(2) Rencana Pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah

sebagai berikut :

a. melestarikan dan melindungi kawasan cagar budaya dan kawasan

historis dari alih fungsi;

b. melestarikan dan merevitalisasi bangunan tua, bangunan bernilai sejarah

dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya

masyarakat yang memiliki nilai sejarah; dan

c. pemberlakukan Perda Perlindungan Kawasan Bersejarah dan Budaya

Kota (Historical District and Cultural Heritage).

Pasal 30

Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 huruf e

adalah kawasan yang sering berpotensi mengalami bencana alam sebagai

berikut :

a. kawasan rawan gunung berapi;

b. kawasan rawan gelombang laut dan tsunami;

c. kawasan rawan tanah longsor;

d. kawasan rawan banjir; dan

e. kawasan rawan bencana tektonik dan vulkanik.

Pasal 31

(1) Kawasan rawan bencana gunung berapi sebagaimana dimaksud pada

Pasal 30 huruf a, meliputi :

a. rawan bencana gunung berapi Gunung Karangetang (kurang lebih 1.784

m dpl) di Kecamatan Siau Barat, Kecamatan Siau Tengah, Kecamatan

Siau Timur dan Kecamatan Siau Barat Utara; dan

b. rawan bencana gunung berapi Gunung Ruang (kurang lebih 714 m dpl) di

Kecamatan Tagulandang.

(2) Kawasan rawan gelombang laut dan tsunami sebagaimana dimaksud pada

Pasal 30 huruf b adalah kawasan yang berada di pesisir seluruh pulau di

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;

(3) Rencana pengelolaan kawasan rawan gelombang laut dan tsunami adalah :

a. mengurangi dampak sapuan gelombang pasang perlu membangun

infrastruktur penahan ombak dan revitalisasi hutan bakau;

Page 27: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

b. penatagunaan lahan dengan intensitas pemanfaatan lahan, jumlah

bangunan dan penggunaannya dan fungsi ruang terbuka pada daerah

potensi gelombang pasang/tsunami tinggi;

c. menempatkan permukiman pada suatu ketinggian tertentu yang dalam

sejarah wilayah tersebut tidak pernah terlanda gelombang pasang;

d. menyediakan jalur-jalur evakuasi bencana;

e. menyiapkan lokasi evakuasi bencana (pada lokasi dengan ketinggian

tertentu); dan

f. meningkatkan pemahaman masyarakat melalui penyuluhan baik secara

langsung maupun melalui media massa.

(4) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada Pasal 30

huruf c adalah tersebar di seluruh wilayah kabupaten;

(5) Rencana Pengelolaan kawasan rawan tanah longsor :

a. peruntukan ruang sebagai kawasan lindung (tidak layak untuk

pembangunan fisik);

b. pada lokasi tertentu beberapa kegiatan terutama non fisik masih dapat

dilaksanakan dengan ketentuan khusus dan/atau persyaratan yang pada

dasarnya diarahkan dengan pendekatan konsep penyesuaian lingkungan,

yaitu upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih

menekankan pada upaya rekayasa kondisi alam yang ada;

c. kegiatan budidaya yang berdampak tinggi pada fungsi lindung tidak

diperbolehkan serta kegiatan yang tidak memenuhi persyaratan harus

segera dihentikan atau direlokasi;

d. kegiatan-kegiatan Pertanian/Perkebunan, Hutan Kota dan Hutan Rakyat,

dapat dilaksanakan dengan beberapa persyaratan seperti pemilihan

vegetasi dan pola tanam yang tepat, sistem terasering dan drainase lereng

yang tepat, rencana jalan untuk kendaraan roda empat yang ringan

hingga sedang;

e. tutupan vegetasi yang tinggi dari perkebunan kelapa, cengkih dan pala

yang ada di kawasan ini harus tetap dipertahankan untuk melindungi

tanah terhadap erosi dan longsor;

f. meningkatkan pemahaman masyarakat melalui penyuluhan baik secara

langsung maupun melalui media massa.

(6) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 huruf d

tersebar di seluruh wilayah kabupaten;

(7) Rencana Pengelolaan kawasan banjir, meliputi:

a. menegaskan peruntukan ruang sebagai kawasan lindung;

b. beberapa kegiatan terutama non fisik pada lokasi tertentu masih dapat

dilaksanakan dengan ketentuan khusus dan/atau persyaratan yang pada

dasarnya diarahkan dengan pendekatan konsep penyesuaian lingkungan,

yaitu upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih

menekankan pada upaya rekayasa kondisi alam yang ada;

Page 28: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

c. meningkatkan pemahaman masyarakat lewat penyuluhan baik secara

langsung maupun melalui media massa;

d. kegiatan budidaya yang berdampak tinggi pada fungsi lindung tidak

diperbolehkan serta kegiatan yang tidak memenuhi persyaratan harus

segera dihentikan atau direlokasi;

e. kegiatan-kegiatan Pertanian/Perkebunan, Hutan Kota dan Hutan Rakyat,

dapat dilaksanakan dengan beberapa persyaratan seperti pemilihan

vegetasi dan pola tanam yang tepat, sistem terasering dan drainase lereng

yang tepat, rencana jalan untuk kendaraan roda empat yang ringan

hingga sedang; dan

f. tutupan vegetasi yang tinggi dari perkebunan kelapa, cengkih dan pala

yang ada di kawasan ini harus tetap dipertahankan untuk melindungi

tanah terhadap erosi dan tanah longsor.

(8) Kawasan rawan gempa bumi tektonik dan vulkanik sebagaimana daimaksud

pada Pasal 30 huruf e tersebar di seluruh wilayah kabupaten, dipengaruhi

dua lempeng besar yaitu lempeng eurasia dan lempeng pasifik serta dua

lempeng kecil yaitu lempeng sangihe dan lempeng laut maluku serta gunung

api karangetang dan gunung api ruang;

(9) Rencana Pengelolaan kawasan rawan gempa bumi tektonik dan vulkanik,

meliputi:

a. perencanaan yang efektif dalam mengurangi resiko gempa bumi;

b. pengorganisasian dan pemanfaat ruang untuk kawasan budidaya

mengacu pada fungsi ruang yang fleksibel;

c. mempelajari perilaku bangunan dalam menerima beban gempa; dan

d. meningkatkan pemahaman masyarakat lewat penyuluhan baik secara

langsung maupun melalui media masa.

Pasal 32

(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 huruf f,

adalah yang termasuk dalam kawasan rawan bencana gunung api, yakni

Gunung Api Karangetang di Pulau Siau dan Gunung Api Ruang di Pulau

Ruang Kecamatan Tagulandang;

(2) Rencana pengelolaan kawasan rawan gunung berapi :

a. peruntukan ruang sebagai kawasan lindung (tidak layak untuk

pembangunan fisik);

b. pada lokasi tertentu beberapa kegiatan terutama non fisik masih dapat

dilaksanakan dengan ketentuan khusus dan/atau persyaratan yang pada

dasarnya diarahkan dengan pendekatan konsep penyesuaian lingkungan,

yaitu upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih

menekankan pada upaya rekayasa kondisi alam yang ada;

c. kegiatan budidaya yang berdampak tinggi pada fungsi lindung tidak

diperbolehkan serta kegiatan yang tidak memenuhi persyaratan harus

segera dihentikan atau direlokasi; dan

d. meningkatkan pemahaman masyarakat melalui penyuluhan baik secara

langsung maupun melalui media massa.

Page 29: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Bagian Ketiga

Kawasan Budidaya

Pasal 33

Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) huruf b terdiri

dari :

a. kawasan peruntukan pertanian;

b. kawasan peruntukan perikanan;

c. kawasan peruntukan pariwisata;

d. kawasan peruntukan permukiman;

e. kawasan peruntukan industri;

f. kawasan peruntukan pertambangan; dan

g. kawasan peruntukan lainnya.

Pasal 34

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud pada Pasal 33

huruf a, meliputi :

a. kawasan peruntukan tanaman pangan;

b. kawasan peruntukan hortikultura dan palawija;

c. kawasan peruntukan perkebunan; dan

d. kawasan peruntukan peternakan.

(2) Kawasan peruntukan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a, adalah berupa tanaman padi ladang terdapat

di Kecamatan Siau Timur Selatan;

(3) Kawasan peruntukan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b, meliputi :

a. tanaman buah salak di Kecamatan Tagulandang Utara dan Kecamatan

Tagulandang;

b. tanaman buah pisang di Kecamatan Biaro;

c. tanaman buah durian di seluruh wilayah Pulau Siau dan Pulau

Tagulandang;

d. tanaman buah nangka di seluruh wilayah Pulau Siau dan Pulau

Tagulandang;

e. tanaman buah kedondong di seluruh wilayah Pulau Siau; dan

f. tanaman buah kenari di seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro.

(4) Kawasan peruntukan tanaman palawija sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b, terdapat di Pulau Siau, Pulau Tagulandang dan Pulau Biaro;

(5) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c, meliputi :

a. kawasan peruntukan perkebunan pala, terdapat di Pulau Siau dan Pulau

Tagulandang;

Page 30: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

b. kawasan peruntukan perkebunan cengkih, terdapat di seluruh wilayah

Kabupaten; dan

c. kawasan peruntukan perkebunan kelapa, terdapat di seluruh wilayah

Kabupaten.

(6) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d meliputi kawasan peruntukan peternakan unggas, kawasan

peruntukan peternakan sapi dan kawasan peruntukan peternakan babi

berada di Pulau Siau, Pulau Tagulandang dan Pulau Biaro;

(7) Kawasan pertanian tanaman pangan di Kecamatan Siau Timur Selatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sebagai kawasan pertanian

pangan berkelanjutan.

Pasal 35

(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud pada Pasal 33

huruf b, terdiri atas :

a. kawasan perikanan tangkap;

b. kawasan perikanan budidaya;

c. kawasan pengolahan perikanan; dan

d. kawasan pemasaran perikanan.

(2) Kawasan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

terdapat di seluruh pesisir laut kabupaten serta pada Pusat Kegiatan Nelayan

Tangkap (PKNT) Kabupaten meliputi Ulu Siau di Kecamatan Siau Timur,

Sawang di Kecamatan Siau Timur Selatan, Talawid di Kecamatan Siau Barat

Selatan, Makalehi, Mohongsawang di Kecamatan Tagulandang dan Kisihang

di Kecamatan Tagulandang Selatan dan Buang di Kecamatan Biaro;

(3) Kawasan perikanan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b, terdiri atas:

a. pengembangan usaha budidaya laut di Pulau Biaro, Pulau Buhias, Pulau

Tagulandang dan di Pulau Pasighe;

b. pengembangan usaha budidaya air tawar di Danau Makalehi dan

di Danau Kapeta.

(4) Kawasan pengolahan perikanan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)

huruf c terdapat di semua klaster pengembangan;

(5) Kawasan pemasaran perikanan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)

huruf d terdapat di klaster Siau, klaster Tagulandang;

(6) Pengelolaan ruang wilayah laut di lakukan melalui penetapan Zonasi Wilayah

Pesisir dan pulau-pulau kecil.

Pasal 36

(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud pada Pasal 33

huruf c terdiri atas :

a. Kawasan pariwisata budaya;

b. Kawasan pariwisata alam;

Page 31: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

c. Kawasan pariwisata bahari; dan

d. Kawasan pariwisata buatan.

(2) Kawasan pariwisata budaya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a meliputi :

a. pengembangan kawasan budaya dan purbakala bukit tengkorak Pulau

Makalehi di Kecamatan Siau Barat, bukit tengkorak Birarikei

di Kecamatan Tagulandang Utara dan bukit tengkorak Tanganga

di Kecamatan Siau Barat Selatan;

b. pengembangan wisata budaya dan sejarah pada lokasi makam Raja Siau

Lokombanua di Kecamatan Siau Barat dan Makam Raja-Raja Siau

lainnya yang ada di Kecamatan Siau Barat dan Kecamatan Siau Timur;

Makam Panglima Hengkenggunaung di Kecamatan Siau Barat Utara;

Makam Pendeta Paul Kelling di Kecamatan Siau Timur; Makam

Pendeta F. Kelling di Kecamatan Tagulandang; Makam Raja H.P.H Jacobs

di Kecamatan Tagulandang; Makam Panglima Walandungo dan Ratu

Lohoraung di Kecamatan Tagulandang, dan Ake Sio (sembilan sumur)

di Kecamatan Siau Tengah;

c. pengelolaan pemukiman lingkungan sosial masyarakat adat di seluruh

wilayah kabupaten; dan

d. penggalian dan pelestarian seni budaya di seluruh wilayah kabupaten

kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

(3) Kawasan pariwisata alam, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

terdiri atas:

a. pengembangan kawasan danau makalehi sebagai kawasan ekowisata;

b. pengembangan kawasan danau kapeta sebagai kawasan ekowisata;

c. pengembangan kawasan agrowisata perkebunan pala di Pulau Siau dan

perkebunan salak di Kecamatan Tagulandang Utara dan Kecamatan

Tagulandang;

d. pengembangan wisata pantai di seluruh gugusan pantai Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;

e. pengembangan wisata hutan mangrove di Pulau Tagulandang, Pulau

Pasighe, Biaro dan Pihise di Kecamatan Siau Barat Selatan;

f. pengelolaan permandian air panas alami lehi Kecamatan Siau Barat

utara dan Bulangan Kecamatan Tagulandang Utara; dan

g. pengembangan wisata alam geowisata dan pegunungan di Gunung

Karangetang Kecamatan Siau timur, Gunung Ruang di Pulau Ruang

Kecamatan Tagulandang.

(4) Kawasan pariwisata bahari, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

meliputi Pengembangan wisata Diving, Snorkeling dan Surfing di Pulau

Mahoro, Pulau Ruang, Pulau Tagulandang, Pulau Salangka, Pulau Biaro,

Pantai Kiawang dan seluruh wilayah kabupaten yang memiliki potensi wisata

bahari;

(5) Kawasan pariwisata buatan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d

berupa pembangunan taman bertema atau pengembangan kampung wisata

sesuai dengan kearifan lokal dan di sesuaikan dengan potensi Kabupaten;

Page 32: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

(6) Pengembangan kawasan pariwisata di Kecamatan Siau Timur Selatan,

Kecamatan Siau Barat Selatan dan Kecamatan Biaro; dan

(7) Pengembangan kawasan wisata pulau terluar Makalehi.

Pasal 37

Kawasan peruntukkan permukiman sebagaimana dimaksud pada Pasal 33

huruf d di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat

dimanfaatkan untuk pengembangan pemukiman yang sehat, nyaman dan aman

dari bahaya bencana alam, yang terdiri dari :

a. permukiman perkotaan meliputi permukiman di Kawasan Perkotaan Ulu,

Kawasan Perkotaan Ondong dan Kawasan Perkotaan Buhias; dan

b. permukiman perkampungan meliputi permukiman yang terbentuk

di kawasan perkampungan sebagai sentra produksi yang tersebar di seluruh

wilayah Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Pasal 38

(1) Kawasan peruntukan industri pengolahan di Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro sebagaimana dimaksud pada Pasal 33 huruf e adalah

kawasan yang diperuntukan bagi pengembangan kegiatan industri

pengolahan non polutan untuk pengolahan hasil perikanan dan

pertanian/perkebunan;

(2) Kegiatan industri pengolahan Pala dikembangkan di Kecamatan Siau Barat,

Kecamatan Siau Barat Utara, Kecamatan Siau Timur, dan Kecamatan

Siau Tengah;

(3) Kegiatan industri pengolahan Kelapa dikembangkan di Kecamatan Siau

Barat, Kecamatan Siau Barat Utara, Kecamatan Siau Timur, Kecamatan Siau

Tengah dan Kecamatan Tagulandang.;

(4) Kegiatan industri pengolahan Salak dikembangkan di Kecamatan

Tagulandang Utara dan Kecamatan Tagulandang;

(5) Kegiatan industri pengolahan ikan berupa produk ikan beku, ikan kayu, ikan

kaleng dan tepung ikan dikembangkan di lokasi PKNT yaitu di klaster Siau,

Makalehi, Pahepa dan klaster Biaro.

Pasal 39

Rencana pengembangan kawasan peruntukan industri adalah sebagai berikut :

a. pemanfaatan kawasan industri harus diperuntukan sebesar-besarnya bagi

upaya mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah dan

peningkatan pendapatan yang tercipta akibat efisiensi biaya investasi dan

proses aglomerasi, dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi

lingkungan hidup;

Page 33: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

b. jenis industri yang dikembangkan harus mampu menciptakan lapangan kerja

dan meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk jenis

industri yang dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang

kuat dengan karakteristik lokasi setempat, seperti kemudahan akses

ke bahan baku dan atau kemudahan akses ke pasar;

c. kawasan peruntukan industri wajib memiliki dokumen Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (AMDAL), sehingga dapat ditetapkan kriteria jenis

industri yang diijinkan beroperasi di kawasan tersebut;

d. untuk mempercepat pengembangan kawasan peruntukan, di dalam kawasan

peruntukan industri dapat dibentuk suatu perusahaan yang mengelola

kawasan industri; dan

e. khusus untuk kawasan industri Kecil maka, pihak industri cukup

menyiapkan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan (UPL).

Pasal 40

(1) Kawasan peruntukkan pertambangan sebagaimana dimaksud pada

Pasal 33 huruf f, terdiri atas :

a. kawasan peruntukan pertambangan mineral logam; dan

b. kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam dan batuan.

(2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a meliputi :

a. biji besi Kanang Kecamatan Siau Timur;

b. pasir besi Titan Kecamatan Tagulandang; dan

c. mineral logam di Kecamatan Biaro.

(3) Kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam dan batuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. basalt di Bebali Kecamatan Siau timur;

b. batu setengah permata di Pulau Tagulandang;

c. pertambangan Batu Belah di Bebali Kecamatan Siau Timur dan Pulau

Ruang Kecamatan Tagulandang;

d. pertambangan Pasir hasil endapan Gunung api Karangetang di Bebali

dan Gunung Api Ruang di Pulau Ruang Kecamatan Tagulandang; dan

e. batuan Koalin Kecamatan Siau Timur Selatan.

Pasal 41

Rencana pengembangan kawasan peruntukan pertambangan adalah sebagai

berikut :

a. pemanfaatan kawasan pertambangan harus diperuntukan sebesar-besarnya

bagi upaya mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah

dan peningkatan pendapatan yang tercipta akibat penambangan dengan

tetap mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

Page 34: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

b. pemanfaatan kawasan pertambangan yang dikembangkan harus mampu

menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kualitas sumber daya

masyarakat setempat serta harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat

dengan karakteristik lokasi setempat;

c. untuk mempercepat pengembangan kawasan peruntukan, di dalam kawasan

peruntukan Pertambangan dapat dibentuk suatu perusahaan daerah yang

mengelola kawasan Pertambangan; dan

d. pemanfaatan Kawasan Pertambangan wajib memiliki dokumen Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), sehingga dapat diijinkan beroperasi

di kawasan tersebut.

Pasal 42

(1) Kawasan peruntukkan lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 33

huruf g, berupa peruntukkan pertahanan dan keamanan;

(2) Rencana pengembangan Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan

meliputi :

a. pembangunan Kantor Kepolisian Resort (POLRES) di Ondong Kecamatan

Siau Barat;

b. pembangunan Kantor Komando Distrik Militer (KODIM) Ondong

Kecamatan Siau Barat; dan

c. pembangunan Pos Pengamanan Wilayah Laut di Makalehi Kecamatan

Siau Barat.

Pasal 43

(1) Pemanfaatan kawasan untuk peruntukan lainnya, sebagaimana dimaksud

pada Pasal 42 ayat (1) dapat dilaksanakan apabila tidak mengganggu fungsi

kawasan yang bersangkutan dan tidak melanggar Ketentuan Umum

Peraturan Zonasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini;

(2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas, dapat

dilaksanakan setelah adanya kajian komprehensif dan mendapat

rekomendasi dari Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi penataan

ruang di wilayah Kabupaten.

BAB VI

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Pasal 44

(1) Kawasan strategis yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro, terdiri atas :

a. kawasan strategis nasional;

b. kawasan strategis provinsi; dan

c. kawasan strategis kabupaten.

Page 35: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

(2) Rencana kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini;

(3) Kawasan Strategis Nasional yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah

Kawasan pulau terluar Makalehi yang merupakan kawasan strategis dari

sudut kepentingan Pertahanan dan Keamanan;

(4) Kawasan Strategis Provinsi yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, adalah

Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE) Sangihe termasuk Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro didalamnya, yang merupakan kawasan

strategis dari sudut Kepentingan Pengembangan Ekonomi.

Pasal 45

(1) Kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud pada Pasal 44

ayat (1) huruf c, terdiri atas :

a. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi;

b. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial

budaya; dan

c. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan

daya dukung lingkungan hidup.

(2) Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :

a. kawasan pusat perdagangan dan jasa di Kawasan Perkotaan Ulu Siau,

Kecamatan Siau Timur dan Buhias Kecamatan Tagulandang;

b. kawasan perkebunan komoditi Pala, meliputi wilayah Pulau Siau dan

Pulau Tagulandang;

c. kawasan perkebunan komoditi Salak, di Kecamatan Tagulandang Utara

dan Kecamatan Tagulandang;

d. kawasan sentra perikanan tangkap : di semua klaster pengembangan

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;

e. kawasan budidaya laut di Pulau Biaro Kecamatan Biaro, Pulau Buhias

Kecamatan Siau Timur Selatan dan Pulau Pasighe Kecamatan

Tagulandang;

f. kawasan Minapolitan di Pulau Makalehi Kecamatan Siau Barat,

Ulu Kecamatan Siau Timur, Buhias Kecamatan Tagulandang dan

Pulau Biaro;

g. kawasan Pelabuhan Perikanan (PPI) di Ulu Kecamatan Siau Timur,

Humbia Kecamatan Tagulandang Selatan, Pulau makalehi di Kecamatan

Siau Barat dan Dalingsaheng di Kecamatan Biaro;

h. kawasan wisata bahari di sekitar Pulau Biaro, Pulau Salangka,

Pulau Ruang, Pulau Tagulandang, Pulau Makalehi dan Pulau Mahoro;

Page 36: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

i. kawasan Reklamasi Pantai Ulu di Kecamatan Siau Timur, Pantai Ondong

di Kecamatan Siau barat, Pantai Pihise di Kecamatan Siau Barat Selatan

dan pantai Buhias di Kecamatan Tagulandang; dan

j. kawasan Agropolitan Pala di Pulau Siau dan Kawasan Agropolitan Salak

di Pulau Tagulandang.

(3) Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari :

a. kawasan perkantoran pusat pemerintahan Kabupaten di Ondong

Kecamatan Siau Barat;

b. kawasan bukit tengkorak pulau Makalehi;

c. kawasan bukit tengkorak Birarikei Kecamatan Tagulandang Utara;

d. kawasan bukit tengkorak Tanganga Kecamatan Siau Barat Selatan

e. kawasan makam Raja Lokongbanua Kecamatan Siau Barat dan Kawasan

Makam Panglima Hengkengnaung di Kecamatan Siau Barat Utara;

f. kawasan makam Raja Siau lainnya di Kecamatan Siau Barat dan

Kecamatan Siau Timur;

g. kawasan makam Pendeta Paul Kelling di Kecamatan Siau Timur;

h. kawasan makam Pendeta F. Kelling dan Kawasan Makam Raja

H.P.H Jacobs di Kecamatan Tagulandang; dan

i. kawasan makam Raja Tagulandang lainnya, Kawasan Makam

Ratu Lohoraung dan Kawasan Makam Panglima Walandungo

di Kecamatan Tagulandang.

(4) Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan

daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,

terdiri dari :

a. Kawasan Hutan Lindung Bulude Tamata dengan luas kurang lebih 1.006

ha terletak di Kecamatan Siau Barat Selatan, Kecamatan Siau Timur

Selatan, Kecamatan Siau Barat, Kecamatan Siau Tengah dan

Kecamatan Siau Timur;

b. Kawasan Hutan Lindung Gunung Begambalo dengan luas kurang

lebih 735 ha terletak di Kecamatan Siau Timur Selatan dan Kecamatan

Siau Barat Selatan;

c. Kawasan Hutan Lindung Pulau Tagulandang dengan luas kurang

lebih 337 ha terletak di Pulau Tagulandang;

d. Kawasan Hutan Lindung Pulau Tagulandang Lokasi 2 (dua) dengan luas

kurang lebih 419 ha terletak di pulau Tagulandang;

e. Kawasan Hutan Lindung Gunung Ruang dengan luas kurang

lebih 622 ha terletak di Kecamatan Tagulandang.

f. Kawasan Resapan Air puncak Gunung Karangetang, Bulude Kalai,

Bulude Tamata, Bulude Begangbalo, Bulude Tontonbulo, Bulude Baliang,

Bulude Masio, Bulude Papalamang terletak di Pulau Siau;

g. Kawasan Resapan Air Wuluru Balinge, Wuluru Kaloko, Wuluru

Panentean, Wuluru Wangkulang, Wuluru Kalongan, Wuluru Siwohi,

Wuluru Hinginte, Wuluru Walangake, Wuluru Bongkongkaka, Wuluru

Timbang terletak di Pulau Tagulandang;

Page 37: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

h. Kawasan Resapan Air Wuluri Bukide, Bukiri Himbang, Bukiri Bulo

terletak di Pulau Biaro; dan

i. Kawasan pantai berhutan bakau, berterumbu karang dan berpadang

lamun di Tanaki dan Kapeta Kecamatan Siau Barat Selatan, Pulau Biaro

dan Hutan Bakau Pulau Pasighe, Pulau tagulandang dan Pulau Pahepa.

BAB VII

KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG

Pasal 46

Ketentuan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 huruf e berpedoman, pada :

a. rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan penetapan kawasan

strategis kabupaten;

b. ketersediaan sumber daya dan sumber dana;

c. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan;

d. prioritas pengembangan wilayah kabupaten dan pentahapan rencana

pelaksanaan program sesuai dengan RPJPD, RPJMD Kabupaten; dan

e. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Pasal 47

(1) Ketentuan Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program

pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya;

(2) Ketentuan Penyusunan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan

dalam rangka pemanfaatan ruang di kawasan budidaya dan kawasan lindung

yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta/dunia usaha dan masyarakat

harus berdasar pada pokok-pokok kebijakan Peraturan Daerah ini;

(3) Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), termasuk jabaran dari indikasi program utama yang termuat

didalam lampiran rencana tata ruang wilayah;

(4) Ketentuan Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai

dengan jangka waktu indikasi program utama pemanfaatan ruang yang

ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah;

(5) Ketentuan Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan

dalam rencana tata ruang dilaksanakan dengan pengembangan

penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara dan

penatagunaan sumber daya alam lainnya;

(6) Pelaksanaan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dilaksanakan dengan

mekanisme dan prosedur yang ditetapkan oleh Bupati.

Page 38: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 48

Program pengembangan struktur ruang meliputi :

a. program pengembangan sistem perkotaan;

b. program pengembangan sistem perdesaan;

c. program pengembangan sistem transportasi;

d. program pengembangan sistem energi listrik dan telekomunikasi;

e. program pengembangan sumber daya air;

f. program pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan;

g. program pengembangan kawasan strategis; dan

h. program pengembangan kawasan pertahanan.

Pasal 49

(1) Program pengembangan sistem perkotaan sebagaimana dimaksud pada

Pasal 48 huruf a dilakukan untuk mewujudkan struktur ruang Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2014 – 2034 meliputi :

a. pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh;

b. pengembangan kawasan perkotaan;

c. pengembangan perumahan;

d. pengembangan lingkungan sehat perumahan;

e. pembangunan daerah rawan bencana;

f. pengelolaan ruang terbuka hijau;

g. reklamasi kawasan pantai yang tidak berpotensi merusak mangrove,

terumbu karang dan padang lamun; dan

h. rehabilitasi wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan terluar.

(2) Program pengembangan sistem perdesaan sebagaimana dimaksud pada

Pasal 48 huruf b meliputi:

a. pembangunan infrastruktur perkampungan;

b. pengembangan lingkungan sehat perumahan;

c. pengembangan lembaga ekonomi perkampungan; dan

d. peningkatan keberdayaan masyarakat perkampungan;

(3) Program pengembangan transportasi sebagaimana dimaksud pada

Pasal 48 huruf c dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan

tingkat pelayanan infrastruktur transportasi, guna mendukung tumbuhnya

pusat-pusat pertumbuhan, meliputi :

a. peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan;

b. peningkatan pelayanan sistem jaringan jalan kolektor primer;

c. pengembangan angkutan massal;

d. pembangunan sarana dan prasarana perhubungan;

e. peningkatan jaringan jalan guna menunjang akses pelayanan pelabuhan

dan bandar udara; dan

f. peningkatan kapasitas dan pelayanan pelabuhan dan bandar udara.

Page 39: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

(4) Program pengembangan energi listrik dan telekomunikasi sebagaimana

dimaksud pada Pasal 48 huruf d dilakukan untuk meningkatkan

ketersediaan energi dan jaringan telekomunikasi, meliputi :

a. pembangunan instalasi baru, pengoperasian instalasi penyaluran dan

peningkatan jaringan distribusi;

b. pembangunan prasarana listrik yang bersumber dari energi

alternatif; dan

c. pengembangan fasilitas telekomunikasi perkampungan dan model-model

telekomunikasi alternatif.

(5) Program pengembangan sumberdaya air dan irigási sebagaimana dimaksud

pada Pasal 48 huruf e dilakukan untuk mewujudkan keseimbangan

ketersediaan air pada musim hujan dan kemarau serta meningkatkan dan

mempertahankan jaringan irigasi dalam rangka ketahanan pangan, meliputi :

a. pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan

pengairan lainnya;

b. penyediaan dan pengelolaan air baku;

c. pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber

air lainya;

d. pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah; dan

e. pengembangan pengendalian banjir.

(6) Program pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan

sebagaimana dimaksud pada Pasal 48 huruf f, meliputi :

a. pengembangan kinerja pengelolaan persampahan;

b. pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup;

c. perlindungan dan konservasi sumber daya alam dan sumberdaya hayati;

dan

d. rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam.

(7) Program pengembangan kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada

Pasal 48 huruf g, dilakukan melalui program pengembangan agribisnis,

industri, pariwisata, bisnis kelautan, jasa, lingkungan hidup dan

pengembangan sumberdaya manusia;

(8) Program pengembangan kawasan pertahanan sebagaimana dimaksud pada

Pasal 48 huruf h, dilakukan melalui :

a. pengukuhan lokasi kawasan pertahanan dan keamanan;

b. sosialisasi lokasi kawasan pertahanan dan keamanan; dan

c. penyusunan petunjuk operasional pemanfaatan ruang pada kawasan

pertahanan dan keamanan.

Page 40: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

BAB VIII

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian kesatu

Umum

Pasal 50

(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan dengan mencermati

konsistensi kesesuaian antara pemanfaatan ruang dengan rencana tata

ruang dan kawasan strategis;

(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan

Siau Tagulandang Biaro sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 huruf f,

menjadi acuan pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah

kabupaten;

(3) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi;

b. ketentuan perizinan;

c. ketentuan pemberian intensif dan disinsentif; dan

d. ketentuan sanksi.

Bagian kedua

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 51

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 50

ayat (3) huruf a, menjadi pedoman bagi penyusunan peraturan zonasi

kabupaten;

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

meliputi:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya; dan

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana

nasional, provinsi dan kabupaten.

Paragraf 1

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Lindung

Pasal 52

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung sebagaimana

dimaksud pada Pasal 51 ayat (2) huruf a, meliputi :

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan resapan air;

c. kawasan sempadan pantai;

Page 41: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

d. kawasan sempadan sungai;

e. kawasan sekitar danau;

f. kawasan sekitar mata air;

g. kawasan ruang terbuka hijau;

h. kawasan rawan bencana; dan

i. kawasan lindung geologi.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya sebagaimana

dimaksud pada Pasal 51 ayat (2) huruf b, meliputi :

a. kawasan perkebunan;

b. kawasan pertanian;

c. kawasan perikanan;

d. kawasan industri;

e. kawasan pariwisata;

f. kawasan permukiman;

g. kawasan pertambangan; dan

h. kawasan peruntukkan lainnya.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana

nasional, provinsi dan kabupaten sebagaimana dimaksud pada Pasal 51

ayat (2) huruf c, meliputi :

a. sistem perkotaan;

b. sistem jaringan transportasi;

c. sistem jaringan prasarana energi;

d. sistem jaringan prasarana telekomunikasi;

e. sistem jaringan sumberdaya air; dan

f. sistem prasarana lingkungan.

Pasal 53

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan lindung sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) huruf a ditetapkan sebagai berikut :

a. pemanfaatan kawasan pada hutan lindung dilakukan dengan ketentuan :

1. tidak mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi utamanya;

2. tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial ekonomi;

3. tidak membangun sarana dan prasarana yang mengubah bentang alam.

b. kegiatan pertambangan di kawasan hutan lindung masih diperkenankan

sepanjang tidak dilakukan secara terbuka, dengan syarat harus dilakukan

reklamasi areal bekas penambangan sehingga kembali berfungsi sebagai

kawasan lindung;

c. kawasan hutan lindung dapat dikelola atau dipinjampakaikan sepanjang

mengikuti prosedur dan sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

d. pembangunan prasarana wilayah yang harus melintasi hutan lindung dapat

diperkenankan dengan ketentuan :

1. tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang

budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut;

2. mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh kementerian kehutanan.

Page 42: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 54

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan resapan air sebagaimana dimaksud

pada Pasal 52 ayat (1) huruf b, ditetapkan sebagai berikut :

a. dalam kawasan resapan air tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya;

b. permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan resapan air sebelum

ditetapkan sebagai kawasan lindung masih diperkenankan namun harus

memenuhi syarat :

1. tingkat kerapatan bangunan rendah (KDB maksimum 20% dan KLB

maksimum 40%);

2. perkerasan permukaan menggunakan bahan yang memiliki daya serap

air tinggi; dan

3. dalam kawasan resapan air wajib dibangun sumur-sumur resapan sesuai

ketentuan yang berlaku.

Pasal 55

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan pantai sebagaimana

dimaksud pada Pasal 52 ayat (1) huruf c ditetapkan sebagai berikut :

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

b. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi;

c. pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan rekreasi

pantai;

d. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud

pada huruf b;

e. ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas,

nilai ekologis dan estetika kawasan;

f. dalam kawasan sempadan pantai yang termasuk dalam zona inti wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil tidak diperkenankan dilakukan kegiatan

budidaya kecuali kegiatan penelitian, bangunan pengendali air dan sistem

peringatan dini (early warning system).

Pasal 56

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan sungai sebagaimana

dimaksud pada Pasal 52 ayat (1) huruf d, ditetapkan sebagai berikut :

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang

dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;

c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi;

d. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap

menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;

e. penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan

Page 43: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

f. dalam kawasan sempadan sungai masih diperkenankan dibangun prasarana

wilayah dan utilitas lainnya dengan ketentuan :

1. tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang

budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut; dan

2. dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pasal 57

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar danau sebagaimana

dimaksud pada Pasal 52 ayat (1) huruf e, ditetapkan sebagai berikut :

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang

dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;

c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi;

d. penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan; dan

e. dalam kawasan sempadan danau masih diperkenankan dibangun prasarana

wilayah dan untilitas lainnya sepanjang :

1. tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang

budidaya di sekitar jaringan prasarana tersebut; dan

2. pembangunannya dilakukan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

Pasal 58

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar mata air sebagaimana

dimaksud pada Pasal 52 ayat (1) huruf f, ditetapkan sebagai berikut :

a. pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak

terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air

hujan;

b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang

sudah ada;

c. penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budidaya

terbangun yang diajukan izinnya;

d. dalam kawasan sempadan sekitar mata air tidak diperkenankan dilakukan

kegiatan budidaya yang dapat merusak mata air, kecuali daerah/wilayah

mata air yang secara eksisting telah menjadi kawasan permukiman dan

kawasan budidaya;

e. pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap

mata air; dan

f. dalam kawasan sempadan mata air masih diperkenankan dilakukan kegiatan

penunjang pariwisata alam sesuai ketentuan yang berlaku.

Page 44: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 59

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan ruang terbuka hijau sebagaimana

dimaksud pada Pasal 52 ayat (1) huruf g, ditetapkan sebagai berikut :

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;

b. kawasan ruang terbuka hijau untuk wilayah kabupaten berupa hutan seluas

paling sedikit 30% dari luas Wilayah Kota;

c. kawasan ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 %

dari luas wilayah kota;

d. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan

rekreasi dan fasilitas umum dan pelayanan sosial lainnya secara terbatas dan

memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

e. ketentuan pelarangan pendirian bangunan permanen selain yang dimaksud

pada huruf d; dan

f. pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis

dan estetika kawasan.

Pasal 60

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana sebagaimana

dimaksud pada Pasal 52 ayat (1) huruf h, ditetapkan sebagai berikut :

a. perkembangan kawasan permukiman yang sudah terbangun di dalam

kawasan rawan bencana alam harus dibatasi dan diterapkan peraturan

bangunan (building code) sesuai dengan potensi bahaya/bencana alam, serta

dilengkapi jalur evakuasi;

b. kegiatan-kegiatan vital/strategis diarahkan untuk tidak dibangun pada

kawasan rawan bencana;

c. dalam kawasan rawan bencana masih dapat dilakukan pembangunan

prasarana penunjang untuk mengurangi resiko bencana alam dan

pemasangan sistem peringatan dini (early warning system);

d. dalam kawasan rawan bencana masih diperkenankan adanya kegiatan

budidaya lain seperti pertanian, perkebunan dan kehutanan serta bangunan

yang berfungsi untuk mengurangi resiko yang timbul akibat bencana alam.

Pasal 61

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung geologi sebagaimana

dimaksud pada Pasal 52 ayat (1) huruf i, ditetapkan sebagai berikut :

a. pada kawasan lindung geologi tidak diperkenankan adanya kegiatan

permukiman;

b. kawasan yang tidak terganggu fungsi lindungnya dapat diperuntukan bagi

kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku;

c. kegiatan permukiman yang sudah terlanjur terbangun pada kawasan rawan

bencana geologi harus mengikuti peraturan bangunan (building code) yang

sesuai dengan potensi bencana geologi yang mungkin timbul dan dibangun

jalur evakuasi;

Page 45: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

d. pada kawasan bencana alam geologi, budidaya permukiman dibatasi dan

bangunan yang ada harus mengikuti ketentuan bangunan pada kawasan

rawan bencana alam geologi;

e. pada kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah tidak

diperkenankan adanya bangunan terkecuali bangunan yang terkait dengan

sistem jaringan prasarana wilayah dan pengendali air;

f. dalam kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah masih

diperkenankan budidaya pertanian, perkebunan dan kehutanan sepanjang

tidak mengganggu fungsi lindung terhadap air tanah;

g. pada kawasan lindung geologi masih diperkenankan dilakukan budidaya

pertanian, perkebunan dan kehutanan.

Paragraf 2

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya

Pasal 62

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud

pada Pasal 52 ayat (2) huruf a, ditetapkan sebagai berikut :

a. dalam kawasan perkebunan dan perkebunan rakyat tidak diperkenankan

penanaman jenis tanaman perkebunan yang bersifat menyerap air dalam

jumlah banyak, terutama kawasan perkebunan yang berlokasi di daerah

hulu/kawasan resapan air;

b. bagi kawasan perkebunan besar tidak diperkenankan merubah jenis

tanaman perkebunan yang tidak sesuai dengan perizinan yang diberikan;

c. dalam kawasan perkebunan besar dan perkebunan rakyat diperkenankan

adanya bangunan yang bersifat mendukung kegiatan perkebunan dan

jaringan prasarana wilayah;

d. sebelum kegiatan perkebunan besar dilakukan diwajibkan untuk dilakukan

studi kelayakan dan studi AMDAL yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi

dari lembaga yang berwenang; dan

e. kegiatan perkebunan tidak diperkenankan dilakukan di dalam kawasan

lindung.

Pasal 63

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian sebagaimana dimaksud

pada Pasal 52 ayat (2) huruf b, ditetapkan sebagai berikut :

a. kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan lahan basah dan lahan kering

tidak diperkenankan menggunakan lahan yang dikelola dengan mengabaikan

kelestarian lingkungan, misalnya penggunaan pupuk yang menimbulkan

dampak negatif terhadap lingkungan dan pengolahan tanah yang tidak

memperhatikan aspek konservasi;

b. dalam pengelolaan pertanian tanaman pangan lahan basah tidak

diperkenankan pemborosan penggunaan sumber air;

Page 46: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

c. peruntukan budidaya pertanian pangan lahan basah dan lahan kering

diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, kecuali lahan pertanian tanaman

pangan yang telah mempunyai ketetapan hukum;

d. pada kawasan budidaya pertanian diperkenankan adanya bangunan

prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan

pertanian;

e. dalam kawasan pertanian masih diperkenankan dilakukan kegiatan wisata

alam secara terbatas, penelitian dan pendidikan; dan

f. kegiatan pertanian tidak diperkenankan dilakukan di dalam kawasan

lindung.

Pasal 64

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perikanan sebagaimana dimaksud

pada Pasal 52 ayat (2) huruf c, ditetapkan sebagai berikut :

a. kawasan budidaya perikanan tidak diperkenankan berdekatan dengan

kawasan yang bersifat polutif;

b. dalam kawasan perikanan masih diperkenankan adanya kegiatan lain yang

bersifat mendukung kegiatan perikanan dan pembangunan sistem jaringan

prasarana sesuai ketentuan yang berlaku;

c. kawasan perikanan diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d. dalam kawasan perikanan masih diperkenankan dilakukan kegiatan wisata

alam secara terbatas, penelitian dan pendidikan; dan

e. kegiatan perikanan tidak diperkenankan dilakukan di dalam kawasan

lindung.

Pasal 65

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan industri sebagaimana dimaksud

pada Pasal 52 ayat (2) huruf d, ditetapkan sebagai berikut :

a. untuk meningkatkan produktifitas dan kelestarian lingkungan

pengembangan kawasan industri harus memperhatikan aspek ekologis;

b. lokasi kawasan industri tidak diperkenankan berbatasan langsung dengan

kawasan permukiman;

c. pada kawasan industri diperkenankan adanya permukiman penunjang

kegiatan industri yang dibangun sesuai ketentuan perundang-undangan

yang berlaku;

d. pada kawasan industri masih diperkenankan adanya sarana dan prasarana

wilayah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

e. pengembangan kawasan industri harus dilengkapi dengan jalur hijau

(greenbelt) sebagai penyangga antar fungsi kawasan dan sarana pengolahan

limbah;

Page 47: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

f. pengembangan zona industri yang terletak pada sepanjang jalan arteri atau

kolektor harus dilengkapi dengan frontage road untuk kelancaran

aksesibilitas; dan

g. setiap kegiatan industri wajib memiliki upaya pengelolaan lingkungan dan

upaya pemantauan lingkungan serta dilakukan studi AMDAL.

Pasal 66

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud

pada Pasal 52 ayat (2) huruf e ditetapkan sebagai berikut :

a. pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan dilakukan kegiatan

yang dapat menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama yang menjadi

obyek wisata alam;

b. dalam kawasan pariwisata dilarang dibangun permukiman dan industri

yang tidak terkait dengan kegiatan pariwisata;

c. dalam kawasan pariwisata diperkenankan adanya sarana dan prasarana

yang mendukung kegiatan pariwisata dan sistem prasarana wilayah sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

d. pada kawasan pariwisata diperkenankan dilakukan penelitian dan

pendidikan;

e. pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan adanya bangunan lain

kecuali bangunan pendukung kegiatan wisata alam; dan

f. pengembangan pariwisata wajib memiliki UKL dan UPL serta studi AMDAL.

Pasal 67

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman sebagaimana

dimaksud pada Pasal 52 ayat (2) huruf f, ditetapkan sebagai berikut :

a. pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan pemukiman harus sesuai

dengan daya dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan

lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan

lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap

memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

b. kawasan peruntukan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan

terjangkau oleh sarana transportasi umum;

c. pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan pemukiman harus

didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat

perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air minum, persampahan,

penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial

(kesehatan, pendidikan, agama);

d. tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;

e. tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;

f. peruntukan kawasan permukiman diperkenankan untuk dialihfungsikan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Page 48: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

g. pada kawasan permukiman diperkenankan adanya sarana dan prasarana

pendukung fasilitas permukiman sesuai dengan petunjuk teknis dan

peraturan yang berlaku;

h. dalam kawasan permukiman masih diperkenankan dibangun prasarana

wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku;

i. kawasan permukiman harus dilengkapi dengan fasilitas sosial termasuk

Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan dengan luas paling sedikit 30% dari

luas kawasan perkotaan;

j. dalam kawasan permukiman masih diperkenankan adanya kegiatan industri

skala rumah tangga dan fasilitas sosial ekonomi lainnya dengan skala

pelayanan lingkungan;

k. kawasan permukiman tidak diperkenankan dibangun di dalam kawasan

lindung/konservasi dan lahan pertanian dengan irigasi teknis;

l. dalam kawasan permukiman tidak diperkenankan dikembangkan kegiatan

yang mengganggu fungsi permukiman dan kelangsungan kehidupan sosial

masyarakat;

m. pengembangan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai ketentuan

peraturan yang berlaku di bidang perumahan dan permukiman;

n. pembangunan hunian dan kegiatan lainnya di kawasan permukiman harus

sesuai dengan peraturan teknis dan peraturan lainnya yang berlaku (KDB,

KLB, sempadan bangunan dan lain sebagainya); dan

o. pada kawasan permukiman perkotaan harus disediakan prasarana dan

sarana dasar pendukung permukiman yang tersambung dengan sistem

prasarana perkotaan yang sudah ada.

Pasal 68

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertambangan sebagaimana

dimaksud pada Pasal 52 ayat (2) huruf g, meliputi :

a. pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan pertambangan agar

tidak mengganggu fungsi lindung dan fungsi-fungsi kawasan lainya;

b. percampuran kegiatan penambangan dengan fungsi kawasan lain

diperbolehkan sejauh tidak merubah dominasi fungsi utama kawasan;

c. kegiatan pertambangan harus terlebih dahulu memiliki kajian studi AMDAL;

d. kegiatan pertambangan mulai dari tahap perencanaan, eksplorasi, eksploitasi

dan pasca tambang harus di upayakan sedemikian rupa agar tidak

menimbulkan persengketaan dengan masyarakat setempat;

e. tidak diperbolehkan menambang batuan di perbukitan yang di bawahnya

terdapat mata air penting atau permukiman; dan

f. tidak diperbolehkan menambang bongkah-bongkah batu dari dalam sungai

yang terletak di bagian hulu dan di dekat jembatan.

Page 49: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 69

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya sebagaimana

dimaksud pada Pasal 52 ayat (2) huruf h, diperuntukan bagi kepentingan

pemeliharaan pertahanan dan keamanan negara berdasarkan geostrategik

nasional.

Paragraf 3

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Jaringan

Prasarana dan Sarana Nasional, Provinsi dan Kabupaten

Pasal 70

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem perkotaan sebagaimana dimaksud

pada Pasal 52 ayat (3) huruf a, ditetapkan sebagai berikut :

a. sesuai dengan fungsi dan peranan perkotaan yang bersangkutan;

b. sesuai dengan karakteristik fisik perkotaan dan sosial budaya

masyarakatnya;

c. mengacu pada standar teknik perencanaan yang berlaku;

d. pemerintah kabupaten tidak diperkenankan merubah sistem perkotaan yang

telah ditetapkan pada sistem Nasional dan Provinsi, kecuali atas usulan

pemerintah kabupaten dan disepakati bersama; dan

e. pemerintah kabupaten wajib memelihara dan mengamankan sistem

perkotaan Nasional dan Provinsi yang ada di wilayah Kabupaten Kepulauan

Siau Tagulandang Biaro.

Pasal 71

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi sebagaimana

dimaksud pada Pasal 52 ayat (3) huruf b, ditetapkan sebagai berikut :

a. transportasi darat;

b. transportasi laut; dan

c. transportasi udara.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan trasportasi darat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, ditetapkan sebagai berikut :

a. di sepanjang sistem jaringan jalan nasional dan provinsi tidak

diperkenankan adanya kegiatan yang dapat menimbulkan hambatan lalu

lintas regional;

b. di sepanjang sistem jaringan jalan nasional dan provinsi tidak

diperkenankan adanya akses langsung dari bangunan ke jalan;

c. bangunan di sepanjang sistem jaringan jalan nasional dan provinsi harus

memilki sempadan bangunan yang ketentuannya di tetapkan dengan

rencana rinci tata ruang kawasan/zonning regulation;

Page 50: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

d. zonasi jaringan jalan harus memenuhi ketentuan tentang :

1. bagian-bagian jalan; dan

2. pemanfaatan bagian-bagian jalan.

e. bagian-bagian jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d

angka 1 meliputi :

1. ruang manfaat jalan;

2. ruang milik jalan; dan

3. ruang pengawasan jalan.

f. ruang manfaat jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e

angka 1, meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang

pengamannya yang diperuntukan bagi median, perkerasan jalan, jalur

pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang

pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan dan

bangunan pelengkap lainnya;

g. ruang milik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e angka 2,

meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang

manfaat jalan yang diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran

jalan dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta

kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan;

h. ruang milik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f paling

sedikit memiliki lebar sebagai berikut:

1. jalan bebas hambatan 30 (tiga puluh) meter;

2. jalan raya 25 (dua puluh lima) meter;

3. jalan sedang 15 (lima belas) meter; dan

4. jalan kecil 11 (sebelas) meter.

i. ruang pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e

angka 3, adalah berupa ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang

penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan yang

diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan

konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan;

j. dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang pengawasan

jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf h, ditentukan dari tepi

badan jalan paling sedikit dengan ukuran sebagai berikut :

1. jalan arteri primer 15 (lima belas) meter;

2. jalan kolektor primer 10 (sepuluh) meter;

3. jalan lokal primer 7 (tujuh) meter;

4. jalan lingkungan primer 5 (lima) meter;

5. jalan arteri sekunder 15 (lima belas) meter;

6. jalan kolektor sekunder 5 (lima) meter;

7. jalan lokal sekunder 3 (tiga) meter;

8. jalan lingkungan sekunder 2 (dua) meter; dan

9. jembatan 100 (seratus) meter ke arah hilir dan hulu.

k. pemanfaatan bagian-bagian jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf d, meliputi :

1. bangunan utilitas;

Page 51: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

2. penanaman pohon; dan

3. prasarana moda transportasi lain.

l. lokasi terminal tipe B dan C diarahkan kelokasi yang strategis dan

memiliki akses ke jalan kolektor primer sesuai peraturan perundangan

yang berlaku.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan trasportasi laut

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, ditetapkan sebagai berikut :

a. pelabuhan laut harus memiliki kelengkapan fasilitas pendukung sesuai

dengan fungsi dari pelabuhan tersebut; dan

b. pelabuhan laut harus memiliki akses ke jalan kolektor primer.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan trasportasi udara

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, ditetapkan sebagai berikut :

a. bandar udara harus memiliki kelengkapan fasilitas pendukung sesuai

dengan fungsi dari Bandar udara tersebut; dan

b. bandar udara harus memiliki akses ke jalan kolektor primer.

(5) Pengembangan kawasan yang menimbulkan bangkitan lalu lintas diharuskan

membuat Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) lalu lintas.

Pasal 72

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana energi

sebagaimana dimaksud pada Pasal 52 ayat (3) huruf c, ditetapkan bahwa pada

ruang yang berada di bawah SUTT dan SUTET tidak diperkenankan adanya

bangunan permukiman, kecuali berada di kiri-kanan SUTT dan SUTET sesuai

ketentuan yang berlaku.

Pasal 73

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana telekomunikasi

sebagaimana dimaksud pada Pasal 52 ayat (3) huruf d, ditetapkan sebagai

berikut :

a. ruang Bebas di sekitar menara berjari-jari minimum sama dengan tinggi

menara; dan

b. diarahkan untuk menggunakan menara telekomunikasi secara bersama-

sama diantara para penyedia layanan telekomunikasi (provider).

Pasal 74

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan sumber daya air

sebagaimana dimaksud pada Pasal 52 ayat (3) huruf e, ditetapkan sebagaimana

telah diatur pada ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan

setempat.

Page 52: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 75

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem prasarana lingkungan sebagaimana

dimaksud pada Pasal 52 ayat (3) huruf f, berupa Tempat Pengolahan Sampah

Terpadu (TPS Terpadu) ditetapkan sebagai berikut :

a. TPS Terpadu tidak diperkenankan terletak berdekatan dengan kawasan

permukiman;

b. lokasi TPS Terpadu harus didukung oleh studi AMDAL yang telah disetujui

oleh Komisi AMDAL dan instansi yang berwenang;

c. pengelolaan sampah dalam TPST dilakukan dengan sistem sanitary landfill

sesuai ketentuan peraturan yang berlaku; dan

d. dalam lingkungan TPST disediakan prasarana penunjang pengelolaan

sampah.

Bagian Ketiga

Ketentuan Perizinan

Pasal 76

(1) Ketentuan perizinan sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 50 ayat (3)

huruf b, merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian

izin pemanfaatan ruang sesuai rencana struktur ruang dan pola ruang yang

ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini;

(2) Penghentian kegiatan yang mengganggu fungsi lindung kawasan dengan

tingkat kerawanan dan resiko tinggi terhadap kawasan lindungi dan

dipertahankan fungsi lindungnya;

(3) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai

dengan kewenangannya dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(4) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur atau

mekanisme sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(5) Izin pemanfaatan ruang yang memiliki dampak skala kabupaten diberikan

atau mendapat rekomendasi dari Bupati; dan

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan perizinan wilayah kabupaten

diatur dengan peraturan Bupati.

Bagian Keempat

Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif

Pasal 77

(1) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 50 ayat (3) huruf c, merupakan acuan bagi pejabat yang

berwenang dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif;

(2) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif untuk wilayah Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro meliputi :

a. Ketentuan umum insentif-disinsentif; dan

b. Ketentuan khusus insentif-disinsentif.

Page 53: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 78

(1) Ketentuan umum pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud

pada Pasal 77 ayat (2) huruf a, berisikan Ketentuan pemberlakuan insentif

dan disinsentif untuk berbagai pemanfaatan ruang secara umum;

(2) Ketentuan khusus pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud

pada Pasal 77 ayat (2) huruf b, ditujukan untuk pemberlakuan insentif dan

disinsentif secara langsung pada jenis-jenis pemanfaatan ruang atau

kawasan tertentu di wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Pasal 79

(1) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana

struktur ruang, rencana pola ruang dan ketentuan umum peraturan zonasi

yang diatur dalam Peraturan Daerah ini;

(2) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah,

dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam

Peraturan Daerah ini.

Pasal 80

(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang

wilayah dilakukan oleh pemerintah kabupaten kepada tingkat pemerintah

yang lebih rendah (kecamatan/kampung) dan kepada masyarakat

(perorangan/kelompok);

(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi

berwenang sesuai dengan kewenangannya;

(3) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan menurut prosedur

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(4) Insentif dan pengenaan disinsentif diberikan oleh Bupati; dan

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan pemberian insentif dan

disinsentif diatur dengan Keputusan Bupati.

Paragraf 1

Ketentuan Umum Pemberian Insentif-Disinsentif

Pasal 81

(1) Pemberian insentif diberlakukan pada pemanfaatan ruang yang perlu

didorong perkembangannya dan sesuai dengan rencana tata ruang;

(2) Pemberian disinsentif diberlakukan bagi kawasan yang dibatasi atau

dikendalikan perkembangannya bahkan dilarang dikembangkan untuk

kegiatan budidaya.

Page 54: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 82

(1) Ketentuan pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada Pasal 81

ayat (1), meliputi :

a. Pemberian keringanan atau penundaan pajak dan kemudahan proses

perizinan;

b. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan oleh pemerintah untuk

memperingan biaya investasi oleh pemohon izin;

c. Pemberian kompensasi terhadap kawasan terbangun lama sebelum

rencana tata ruang ditetapkan dan tidak sesuai tata ruang serta dapat

menimbulkan dampak terhadap lingkungan; dan

d. Pemberian kemudahan dalam perizinan untuk kegiatan yang

menimbulkan dampak positif.

(2) Ketentuan pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud pada

Pasal 81 ayat (2), meliputi :

a. pengenaan pajak yang disesuaikan dengan kegiatan berdasarkan nilai

ekonomi masing-masing lokasi di seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan

Siau Tagulandang Biaro seperti pusat kota, kawasan komersial, daerah

yang memiliki tingkat kepadatan tinggi;

b. penolakan pemberian rekomendasi dan izin perpanjangan hak guna

usaha, hak guna bangunan terhadap kegiatan yang terlanjur tidak sesuai

dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi;

c. pembatasan sarana dan prasarana bagi daerah yang tidak dipacu

pengembangannya, atau pengembangannya dibatasi; dan

d. penolakan pemberian izin pemanfaatan ruang budidaya yang akan

dilakukan dalam kawasan lindung.

Paragraf 2

Ketentuan Khusus Pemberian Insentif-Disinsentif

Pasal 83

(1) Ketentuan khusus pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada Pasal 77

ayat (2) huruf b, ditujukan pada pola ruang tertentu yang dinilai harus

didorong pemanfaatannya, meliputi :

a. kawasan perkotaan Ulu, Ondong dan Buhias Tagulandang dalam

kerangka pemantapan Ondong sebagai PKSNp dan Ulu sebagai PKWp;

b. kawasan perkebunan yaitu perkebunan pala yang merupakan komoditas

unggulan kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;

c. kawasan pesisir dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya

kelautan dan perikanan;

d. kawasan wisata guna peningkatan pendapatan masyarakat dan

pendapatan asli daerah (PAD);

e. kawasan pusat agropolitan sebagai pusat pengelolaan, pengolahan dan

pemasaran hasil perkebunan; dan

f. kawasan strategis, yaitu Kawasan Agropolitan dan Kawasan Minapolitan.

Page 55: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

(2) Ketentuan khusus pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud pada Pasal

77 ayat (2) huruf b, ditujukan pada pola ruang tertentu yang dinilai harus

dibatasi dan atau dikendalikan pemanfaatannya, meliputi :

a. kawasan rawan bencana, meliputi rawan bencana gunung berapi, rawan

bencana tanah longsor, gempa, tsunami atau gelombang pasang dan

banjir;

b. kawasan Gunung Karangetang, Gunung Begangbalo, Gunung Balinge,

Gunung Ruang dan Bulude Tamata sebagai hutan lindung yang menjadi

paru-paru Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, pelestarian

alam, cagar alam dan wisata alam;

c. kawasan pertanian dan perkebunan yang berada pada kawasan hutan

lindung;

d. kawasan pertambangan yang dalam pemanfaatannya mempunyai

dampak penting; dan

e. kawasan keselamatan operasi penerbangan dan kawasan kebisingan

disekitar bandar udara.

Pasal 84

(1) Ketentuan khusus pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada

Pasal 83 ayat (1) meliputi :

a. insentif fiskal; dan

b. insentif non-fiskal.

(2) Pemberian insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

meliputi :

a. penghapusan retribusi;

b. pengurangan atau penghapusan PBB melalui mekanisme restitusi pajak

oleh dana APBD; dan

c. bantuan subsidi, modal bergulir atau penyertaan modal.

(3) Pemberian insentif non-fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

meliputi :

a. kemudahan dalam perizinan bagi pengusaha;

b. penyediaan dan atau kemudahan memperoleh sarana dan prasarana

permukiman;

c. bantuan peningkatan keberdayaan pelaku usaha terkait; dan

d. penyediaan prasarana pendukung produksi dan pemasaran produk.

Pasal 85

Ketentuan khusus pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud pada Pasal 83

ayat (2), hanya diberlakukan disinsentif non fiskal, meliputi :

a. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana permukiman untuk mencegah

perkembangan permukiman lebih lanjut;

b. penolakan pemberian prasarana dan sarana permukiman untuk kawasan

lindung;

Page 56: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

c. penyediaan prasarana dan sarana permukiman hanya diperbolehkan untuk

memenuhi kebutuhan penduduk yang sudah ada saja; dan

d. pembatasan tinggi bangunan dan benda tumbuh serta pembangunan gedung

disekitar Bandar udara.

Bagian Kelima

Ketentuan Sanksi

Pasal 86

(1) Ketentuan sanksi sebagaimana dimaksud pada pasal 50 ayat (3) huruf d,

merupakan Ketentuan ketentuan pengenaan sanksi administratif kepada

pelanggar pemanfaatan ruang yang akan menjadi acuan bagi pemerintah

daerah kabupaten;

(2) Ketentuan sanksi dilakukan terhadap:

a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan

pola ruang;

b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;

c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang di terbitkan

berdasarkan RTRW Kabupaten;

d. pemanfaat ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang

diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;

e. pelanggaran ketentuan yang di tetapkan dalam persyaratan izin

pemanfaatan ruang yang di terbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;

f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh

peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan

g. pemanfaatan ruang dengan izin yang di peroleh dengan prosedur yang

tidak benar.

(3) Ketentuan sanksi administratif ditetapkan berdasarkan:

a. hasil pengawasan penataan ruang;

b. tingkat simpangan implementasi rencana tata ruang;

c. kesepakatan antar instansi yang berwenang; dan

d. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.

(4) Pengenaan sanksi administratif dilakukan secara berjenjang dalam bentuk:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian sementara pelayanan umum;

d. penutupan lokasi;

e. pencabutan izin;

f. pembatalan izin;

g. pembongkaran bangunan;

h. pemulihan fungsi ruang; dan

i. denda administrasi.

Page 57: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

(5) Denda administratif dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama

dengan pengenaan sanksi administratif;

(6) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif, sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) diatas, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro; dan

(7) Sanksi Pidana, diberikan kepada pelanggar pemanfaatan ruang dan mengacu

pada peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang yang berlaku.

Pasal 87

(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada Pasal 86 ayat (4) huruf a,

diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban pelanggaran

pemanfaatan ruang melalui penerbitan surat peringatan tertulis sebanyak-

banyaknya 3 (tiga) kali;

(2) Penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 86

ayat (4) huruf b, dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari pejabat

yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

b. apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan

sementara, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan

menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara

secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan ruang;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi

penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan

tindakan penertiban oleh aparat penertiban;

d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang

melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan

penghentian kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa; dan

e. setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang berwenang

melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang

dihentikan tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya

kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan

rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang

berlaku.

(3) Penghentian sementara pelayanan umum sebagaimana dimaksud

pada Pasal 86 ayat (4) huruf c, dilakukan melalui langkah-langkah

sebagai berikut :

a. penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan

umum dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran

pemanfaatan ruang (membuat surat pemberitahuan penghentian

sementara pelayanan umum);

Page 58: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang melakukan penertiban menerbitkan surat

keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum

kepada pelanggar dengan memuat rincian jenis-jenis pelayanan umum

yang akan diputus;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi

penghentian sementara pelayanan umum yang akan segera dilaksanakan,

disertai rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan diputus;

d. pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia jasa

pelayanan umum untuk menghentikan pelayanan kepada pelanggar,

disertai penjelasan secukupnya;

e. penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada

pelanggar; dan

f. pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara

pelayanan umum dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan

umum kepada pelanggar sampai dengan pelanggar memenuhi

kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan

rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang

berlaku.

(4) Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 86 ayat (4) huruf d,

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang

melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

b. apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan, pejabat

yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi

penutupan lokasi kepada pelanggar;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi

penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan;

d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang

dengan bantuan aparat penertiban melakukan penutupan lokasi secara

paksa; dan

e. pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk

memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan

pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan

ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan

ruang yang berlaku.

(5) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 86 ayat (4) huruf e,

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh pejabat

yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

Page 59: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi

pencabutan izin pemanfaatan ruang;

c. pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar mengenai

pengenaan sanksi pencabutan izin;

d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban mengajukan

permohonan pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki kewenangan

untuk melakukan pencabutan izin;

e. pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin

menerbitkan keputusan pencabutan izin;

f. memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang

telah dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan

pemanfaatan ruang secara permanen yang telah dicabut izinnya; dan

g. apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiatan

pemanfaatan yang telah dicabut izinnya, pejabat yang berwenang

melakukan penertiban kegiatan tanpa izin sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

(6) Pembatalan izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 86 ayat (4) huruf f,

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara pemanfaatan

ruang menurut dokumen perizinan dengan ketentuan pola pemanfaatan

ruang dalam rencana tata ruang yang berlaku;

b. memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal

rencana pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil

langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal akibat

pembatalan izin;

c. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang

berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

d. memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan

izin;

e. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang memiliki

kewenangan untuk melakukan pembatalan izin; dan

f. memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang

telah dibatalkan.

(7) Pembongkaran bangunan sebagaimana dimaksud pada Pasal 86 ayat (4)

huruf g, dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran bangunan

dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran

pemanfaatan ruang;

b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat

keputusan pengenaan sanksi pembongkaran bangunan;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi

pembongkaran bangunan yang akan segera dilaksanakan; dan

Page 60: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang

melakukan tindakan penertiban dengan bantuan aparat penertiban

melakukan pembongkaran bangunan secara paksa.

(8) Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud pada Pasal 86 ayat (4)

huruf h, dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-bagian

yang harus dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya;

b. pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan

ruang menerbitkan surat pemberitahuan perintah pemulihan fungsi

ruang;

c. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat

keputusan pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang;

d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban,

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi

pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan pelanggar dalam

jangka waktu tertentu;

e. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dan melakukan

pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang;

f. apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum

melaksanakan pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung jawab

melakukan tindakan penertiban dapat melakukan tindakan paksa untuk

melakukan pemulihan fungsi ruang; dan

g. apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai kegiatan

pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan penetapan

pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah atas beban

pelanggar di kemudian hari.

Pasal 88

Denda administratif dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama

dengan pengenaan sanksi administratif dan besarannya ditetapkan oleh

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Pasal 89

Ketentuan pengenaan sanksi administratif diatur lebih lanjut melalui Peraturan

Bupati.

Pasal 90

Ketentuan lebih lanjut terkait pengenaan sanksi pidana dan sanksi perdata

mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 61: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 91

Sanksi Perdata adalah tindakan pidana yang menimbulkan kerugian secara

perdata akibat pelanggaran yang ada dan menimbulkan masalah pada

perorangan atau masyarakat secara umum dan diterapkan sesuai peraturan

perundangan-perundangan yang berlaku.

BAB IX

KELEMBAGAAN

Bagian Pertama

Umum

Pasal 92

(1) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan

kerjasama antar sektor/antar daerah bidang penataan ruang dibentuk Badan

Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

(2) Tugas, susunan organisasi dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan Ruang

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Keputusan

Bupati;

(3) Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) harus dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah dengan memperhatikan

ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku; dan

(4) Dalam rangka pengawasan pemanfaatan ruang maka harus diselesaikan

lewat forum komunikasi BKPRD.

BAB X

HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu

Hak dan Kewajiban Masyarakat

Pasal 93

(1) Dalam kegiatan penataan ruang wilayah Kabupaten, setiap orang berhak :

a. mengetahui rencana tata ruang;

b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;

c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat

pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata

ruang;

d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap

pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang

di wilayahnya;

e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan

yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat yang

berwenang;

Page 62: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada Pemerintah Provinsi

dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak

sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian; dan

g. menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumberdaya alam yang

terkandung di dalamnya, yang dapat berupa manfaat ekonomi, sosial dan

lingkungan dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan atau

pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan perundang-undangan

ataupun atas hukum adat dan kebiasaan yang berlaku atas ruang pada

masyarakat setempat.

(2) Dalam Pemanfatan ruang, setiap orang wajib :

a. menaati rencana tata ruang yang telah di tetapkan;

b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat

yang berwenang;

c. mematuhi ketentuan yang di tetapkan dalam persyaratan izin

pemanfaatan ruang; dan

d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan

perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

(3) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang, sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan

kriteria, kaidah baku mutu dan aturan-aturan penataan ruang yang

di tetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

(4) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang di lakukan masyarakat secara

turun temurun dapat di terapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor

daya dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi dan struktur

pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi,

selaras dan seimbang.

Bagian Ketiga

Bentuk Peran Masyarakat

Pasal 94

Bentuk peran masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang adalah :

a. memberikan masukan mengenai :

1. penentuan arah pengembangan wilayah;

2. potensi dan masalah pembangunan;

3. perumusan rencana tata ruang; dan

4. penyusunan rencana struktur dan pola ruang.

b. menyampaikan keberatan terhadap rencana tata ruang; dan

c. melakukan kerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau

sesama unsur masyarakat.

Page 63: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 95

Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang adalah :

a. melakukan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal

dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;

c. memberikan dukungan bantuan teknik, keahlian dan/atau dana dalam

pengelolaan pemanfaatan ruang;

d. meningkatkan efisiensi, efektivitas dan keserasian dalam pemanfaatan ruang

darat, ruang laut, ruang udara dan ruang di dalam bumi dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

e. melakukan kerjasama pengelolaan ruang dengan Pemerintah, pemerintah

daerah dan/atau pencapaian tujuan penataan ruang;

f. menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan dan

sumber daya alam;

g. melakukan usaha investasi dan/atau jasa keahlian; dan

h. mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah atau pihak lain apabila

kegiatan pembangunan yang dilaksanakan merugikan.

Pasal 96

Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang adalah :

a. memberikan masukan mengenai ketentuan zonasi, perizinan, pemberian

insentif dan desinsentif, serta pengenaan sanksi;

b. turut serta memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemanfaatan

ruang, rencana tata ruang yang telah ditetapkan dan pemenuhan standar

pelayanan minimal di bidang penataan ruang;

c. melaporkan kepada instansi/pejabat yang berwenang dalam hal menemukan

kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah

ditetapkan dan adanya indikasi kerusakan dan/atau pencemaran

lingkungan, tidak memenuhi standar pelayanan minimal dan/atau masalah

yang terjadi di masyarakat dalam penyelenggaran penataan ruang;

d. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat publik yang dipandang

tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan

e. mengajukan gugatan pembatalan izin dan/atau penghentian pembangunan

yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada instansi/pejabat yang

berwenang.

Pasal 97

(1) Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan secara

langsung dan/atau tertulis;

(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disampaikan

kepada Bupati dan/atau unit kerja yang terkait yang ditunjuk oleh Bupati.

Page 64: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 98

Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah daerah membangun

sistem informasi dan dokumentasi penataan ruang yang dapat diakses dengan

mudah oleh masyarakat.

Pasal 99

(1) Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

(2) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana di maksud dalam

Pasal 88, di pidana dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau denda

paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah); dan

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XI

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 100

(1) Untuk operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan

Siau Tagulandang Biaro, disusun Rencana Detail Tata Ruang

Kawasan/Zonning Regulation;

(2) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro adalah 20 (dua puluh) tahun sejak tanggal ditetapkan dan

ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun;

(3) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana

alam skala besar, perubahan batas teritorial negara dan/atau perubahan

batas wilayah yang ditetapkan dengan undang-undang, Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dapat ditinjau

kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun;

(4) Peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tahun 2014-2034 di lengkapi dengan

rencana dan album peta yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini;

(5) Terhadap perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan yang masuk

dalam kategori berdampak penting dan cakupan luas serta bernilai strategis

(DPCLS), harus terlebih dahulu mendapat persetujuan DPR RI;

(6) Kawasan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan sebagaimana

dimaksud pada Pasal 99, seluas kurang lebih 65.21 ha;

(7) Apabila kawasan yang belum ditetapkan perubahan peruntukan dan fungsi

kawasan hutannya sebagaimana dimaksud pada Pasal 99 di setujui usulan

perubahannya, maka peruntukan dan fungsi kawasan adalah kawasan

sesuai usulan perubahan peruntukan dan fungsi kawasannya;

Page 65: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

(8) Apabila kawasan yang belum ditetapkan perubahan peruntukan dan fungsi

kawasan hutannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 tidak di setujui

usulan perubahannya maka peruntukan dan fungsi kawasan adalah tetap

sesuai dengan peruntukan dan fungsi kawasan sebelumnya;

(9) Apabila perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 102 sudah ditetapkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dibidang kehutanan, maka pemanfaatan

ruangnya mengacu pada penetapan peraturan perundang-undangan

tersebut;

(10) Penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 diintegrasikan dalam

revisi Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(11) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai

teknis pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah, diatur lebih lanjut dalam

Peraturan Bupati.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 101

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan

pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang Daerah yang telah ada

dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti

berdasarkan Peraturan Daerah ini;

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:

a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan

ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa

berlakunya;

b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan

ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:

1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut

disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan

Daerah ini;

2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan

penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan

perundang-undangan; dan

3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak

memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan

berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat

dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat

pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak.

c. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan

bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan

ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan

d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah

ini, agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

Page 66: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 102

(1) Pada saat Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten ditetapkan, semua

pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana pola ruang harus

disesuaikan dengan rencana pola ruang melalui kegiatan penyesuaian

pemanfaatan ruang;

(2) Pemanfaatan ruang yang sah menurut perizinan pemanfaatan ruang

sebelumnya diberi masa transisi selama 3 (tiga) tahun untuk

penyesuaian; dan

(3) Untuk pemanfaatan ruang yang izinnya diterbitkan sebelum penetapan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan dapat dibuktikan bahwa izin

tersebut diperoleh sesuai dengan prosedur yang benar, kepada pemegang izin

diberikan penggantian yang layak.

Pasal 103

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :

a. kegiatan budidaya yang telah ditetapkan dan berada di kawasan lindung

yang tidak mengganggu fungsi lindung dapat diteruskan hingga berakhirnya

perizinan kegiatan tersebut;

b. kegiatan budidaya yang telah ada dan dinilai mengganggu fungsi lindung,

diatur sesuai ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27

tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan;

c. kegiatan budidaya yang sudah ada di kawasan lindung dan dinilai

mengganggu fungsi lindung, harus segera dicegah perkembangannya;

d. apabila dalam pemanfaatan ruang pelaksanaannya tidak sesuai dengan

Rencana Tata Ruang Wilayah, maka kegiatan tersebut akan dikenakan

sanksi sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan

perudang-undangan yang berlaku.

Pasal 104

Ketentuan mengenai Ketentuan penataan ruang bawah tanah, laut dan udara

akan diatur lebih lanjut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah

Pasal 105

(1) Peninjauan kembali dan/atau penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten dapat dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun;

(2) Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah setidaknya

memperhatikan :

a. perkembangan eksternal wilayah Kabupaten;

b. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten;

c. dinamika pembangunan internal Kabupaten;

d. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;

e. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan dan Rencana Tata Ruang Kawasan

Strategis Kabupaten;

f. permasalahan penataan ruang; dan

g. validitas hasil proyeksi perencanaan dan asumsinya.

Page 67: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 106

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

bersifat terbuka untuk umum dan dipublikasikan di Kantor Pemerintah

Kabupaten, Kecamatan, Kampung/Kelurahan dan tempat-tempat umum lain

melalui media yang mudah diakses oleh masyarakat.

Pasal 107

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang

mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati dan

Keputusan Bupati.

Pasal 108

Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Diundangkan di Ondong Siau

pada tanggal 2014

Plt. SEKERTARIS DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO,

DR. ADRY A. MANENGKEY, SE.Msi

PEMBINA TINGKAT I

NIP. 19620814 198612 1 002

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

TAHUN 2014 NOMOR

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG

BIARO PROVINSI SULAWESI UTARA : ( 1/2014)

Ditetapkan di Ondong Siau

pada tanggal 2014

BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO,

TONI SUPIT

Page 68: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

PENJELASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

NOMOR TAHUN 2014

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

TAHUN 2014-2034

I. UMUM

Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebagai

bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada hakekatnya

merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dikembangkan dan

dilestarikan pemanfaatannya secara optimal agar dapat menjadi wadah bagi

kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya secara berkelanjutan demi

kelangsungan hidup yang berkualitas.

Pancasila merupakan dasar negara dan falsafah negara, yang memberikan

keyakinan bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai jika didasarkan atas

keselarasan, keserasian dan keseimbangan, baik dalam hubungannya

dengan kehidupan pribadi, hubungan manusia dengan manusia lain,

hubungan manusia dengan alam sekitarnya maupun hubungan manusia

dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan Undang-Undang Dasar 1945

sebagai landasan konstitusional mewajibkan agar sumberdaya alam

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kemakmuran

tersebut haruslah dapat dinikmati oleh generasi sekarang maupun generasi

yang akan datang.

Ruang sebagai sumberdaya alam tidaklah mengenal batas wilayah, karena

ruang pada dasarnya merupakan wadah atau tempat bagi manusia dan

makhluk hidup lainnya untuk hidup dan melakukan kegiatannya, akan

tetapi jika ruang dikaitkan dengan pengaturannya, haruslah mengenal batas

dan sistemnya. Dalam kaitan tersebut, ruang wilayah Kabupaten Kepulauan

Siau Tagulandang Biaro meliputi tiga matra, yakni ruang daratan, ruang

lautan dan ruang udara. Ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro sebagai unsur lingkungan hidup, terdiri atas berbagai

ruang wilayah yang masing-masing sebagai sub sistem yang meliputi aspek

alamiah (fisik), ekonomi, sosial budaya dengan corak ragam dan daya dukung

yang berbeda satu dengan lainnya. Pengaturan pemanfaatan ruang wilayah

yang didasarkan pada corak dan daya dukungnya akan meningkatkan

keselarasan, keseimbangan sub sistem, yang berarti juga meningkatkan daya

tampungnya. Pengelolaan sub-sistem yang satu akan berpengaruh kepada

sub-sistem yang lain, yang pada akhirnya akan mempengaruhi sistem ruang

secara keseluruhan. Oleh karena itu, pengaturan ruang menuntut

dikembangkan suatu sistem dengan keterpaduan sebagai ciri utamanya.

Page 69: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Ada pengaruh timbal balik antara ruang dan kegiatan manusia. Karakteristik

ruang menentukan macam dan tingkat kegiatan manusia, sebaliknya

kegiatan manusia dapat merubah, membentuk dan mewujudkan ruang

dengan segala unsurnya. Kecepatan perkembangan manusia seringkali tidak

segera tertampung dalam wujud pemanfaatan ruang, hal ini disebabkan

karena hubungan fungsional antar ruang tidak segera terwujud secepat

perkembangan manusia. Oleh karena itu, rencana tata ruang wilayah yang

disusun, haruslah dapat menampung segala kemungkian perkembangan

selama kurun waktu tertentu. Ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro, mencakup wilayah kecamatan yang merupakan satu

kesatuan ruang wilayah yang terdiri atas satuan-satuan ruang yang disebut

dengan kawasan. Dalam berbagai kawasan terdapat macam dan budaya

manusia yang berbeda, sehingga diantara berbagai kawasan tersebut

seringkali terjadi tingkat pemanfaatan dan perkembangan yang berbeda-

beda.

Perbedaan ini apabila tidak ditata, dapat mendorong terjadinya

ketidakseimbangan pembangunan wilayah. Oleh karena itu, rencana tata

ruang wilayah, secara teknis harus mempertimbangkan :

a. keseimbangan antara kemampuan ruang dan kegiatan manusia dalam

memanfaatkan serta meningkatkan kemampuan ruang;

b. keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam pemanfaatan antar

kawasan dalam rangka meningkatkan kapasitas produktivitas

masyarakat dalam arti luas.

Meningkatnya kegiatan pembangunan yang memerlukan lahan, baik tempat

untuk memperoleh sumber daya alam mineral atau lahan pertanian maupun

lokasi kegiatan ekonomi lainnya, seperti industri, pariwisata, pemukiman dan

administrasi pemerintahan, potensial meningkatkan terjadinya kasus-kasus

konflik pemanfaatan ruang dan pengaruh buruk dari suatu kegiatan

terhadap kegiatan lainnya. Berkenaan dengan hal tersebut, diperlukan

perencanaan tata ruang yang baik dan akurat, agar perkembangan tuntutan

berbagai kegiatan pemanfaatan ruang dan sumberdaya yang terdapat di

dalamnya dapat berfungsi secara optimal, terkendali, selaras dengan arah

pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Kendatipun perencanaan tata ruang sepenuhnya merupakan tindak

pemerintahan atau sikap tindak administrasi negara, dalam proses

penyusunan sampai pada penetapannya perlu melibatkan peran serta

masyarakat. Peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang menjadi

penting dalam kerangka menjadikan sebuah tata ruang sebagai hal yang

responsif (responsive planning), artinya sebuah perencanaan yang tanggap

terhadap preferensi serta kebutuhan dari masyarakat yang potensial terkena

dampak apabila perencanaan tersebut diimplementasikan. Tegasnya, dalam

konteks perencanaan tata ruang, sebenarnya ada dua hal yang harus

diperhatikan. Pertama, kewajiban Pemerintah untuk memberikan informasi,

Kedua, hak masyarakat untuk di dengar. Dalam praktek, pada dasarnya dua

aspek ini saling berkaitan karena penerapannya menunjukkan adanya jalur

Page 70: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

komunikasi dua arah. Dengan kewajiban pemerintah untuk memberi

informasi yang menyangkut rencana kegiatan/perbuatan administrasi dan

adanya hak bagi yang terkena (langsung maupun tidak langsung) oleh

kegiatan/perbuatan pemerintah, mengandung makna bahwa mekanisme itu

telah melibatkan masyarakat dalam prosedur administrasi negara, di pihak

lain dapat menunjang pemerintahan yang baik dan efektif, karena dengan

mekanisme seperti itu pemerintah dapat memperoleh informasi yang layak

sebelum mengambil keputusan. Mekanisme seperti itu dapat menumbuhkan

suasana saling percaya antara pemerintah dan rakyat sehingga dapat

mencegah sengketa yang mungkin terjadi serta memungkinkan terjadinya

penyelesaian melalui jalur musyawarah.

Secara normatif, perencanaan tata ruang dimaksud perlu diberi status dan

bentuk hukum agar dapat ditegakkan, dipertahankan dan ditaati oleh pihak-

pihak yang bersangkutan. Hanya rencana yang memenuhi syarat-syarat

hukumlah yang dapat melindungi hak warga masyarakat dan memberi

kepastian hukum, baik bagi warga maupun bagi aparatur pemerintah

termasuk didalamnya administrasi negara yang bertugas melaksanakan dan

mempertahankan rencana, yang sejak perencanaannya sampai penetapannya

memenuhi ketentuan hukum yang berlaku. Apabila suatu rencana telah

diberi bentuk dan status hukum, maka rencana itu terdiri atas atas susunan

peraturan-peraturan yang pragmatis, artinya segala tindakan yang

didasarkan kepada rencana itu akan mempunyai akibat hukum.

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Pasal 78

mengamanatkan bahwa Peraturan Daerah Kabupaten tentang rencana tata

ruang wilayah kabupaten disusun atau disesuaikan paling lambat dalam

waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan.

Dengan demikian maka Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro harus

segera memiliki Peraturan Daerah Kabupaten tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun Peraturan Daerah baru

yang akan menjadi acuan dalam pelaksanaan program-program

pembangunan di daerah serta mendorong percepatan perkembangan

masyarakat secara tertib, teratur dan berencana. Peraturan Daerah sendiri

merupakan bagian tak terpisahkan dari kesatuan sistem perundang-

undangan secara nasional, oleh karena itu peraturan daerah tidak boleh

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau

bertentangan dengan kepentingan umum. Kepentingan umum yang harus

diperhatikan bukan saja kepentingan rakyat banyak Daerah yang

bersangkutan, melainkan kepentingan Daerah lain dan kepentingan seluruh

rakyat Indonesia. Ini berarti, pembuatan peraturan peraturan perundang-

undangan tingkat daerah, bukan sekedar melihat batas kompetensi formal

atau kepentingan Daerah yang bersangkutan, tetapi harus dilihat pula

kemungkinan dampaknya terhadap daerah lain atau kepentingan nasional

secara keseluruhan.

Page 71: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Cukup jelas

Huruf f

Cukup jelas

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Kebijakan dan strategis penataan ruang wilayah kabupaten ditetapkan

untuk mewujudkan tujuan penataan ruang kabupaten.

Yang dimaksud dengan “kebijakan penataan ruang di wilayah kabupaten”

adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar

dalam pemanfaatan ruang darat, laut dan udara termasuk ruang di dalam

bumi untuk mencapai tujuan penataan ruang.

Pasal 5

Yang dimaksud dengan “strategi penataan ruang wilayah kabupaten”

adalah langkah-langkah pelaksanaan kebijakan penataan ruang.

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Yang dimaksud dengan “Cyber city” adalah bagaimana membuat

sebuah kota bisa terkoneksi antara satu sama lain melalui jaringan

internet sehingga akses informasi bisa di peroleh dari titik manapun.

Page 72: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g

Cukup jelas

Huruf h

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 6

Yang dimaksud dengan “rencana struktur ruang” dalam peraturan daerah

ini adalah gambaran struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada

akhir tahun perencanaan, yang mencakup struktur ruang yang ada dan

yang akan dikembangkan. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten

merupakan ketentuan perwujudan sistem perkotaan dalam wilayah

kabupaten dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan

untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani

kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi,

sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi,

sistem jaringan sumberdaya air, persampahan dan sanitasi.

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 7

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Page 73: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 8

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 9

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Ayat (2)

Huruf a

Jalan Kolektor Primer K2 adalah jalan yang menghubungkan kota

jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.

Yang dimaksud dengan kota jenjang kedua ialah kota yang berperan

melayani sebagian dari satu wilayah pengembangannya dengan

kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang

kesatu dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat

jangkauan jasa ke kota jenjang kedua serta memiliki orientasi kekota

jenjang ke satu.

Yang dimaksud dengan kota jenjang ketiga ialah kota yang berperan

melayani sebagian dari satuan wilayah pengembangannya, dengan

kemampuan pelayananjasa yang lebih rendah dari kota jenjang

kedua dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat

jangkauan jasa ke kota jenjang kedua serta memiliki orientasi ke

kota jenjang kedua dan ke kota jenjang kesatu.

Jaringan jalan primer tidak terputus walaupun memasuki kota.

Jaringan jalan primer harus menghubungkan kawasan primer.

Suatu ruas jalan primer dapat berakhir pada suatu kawasan primer.

Kawasan yang mempunyai fungsi primerantara lain industri skala

regional, terminal barang/pergudangan, pelabuhan, Bandar udara,

pasar induk, pusat perdagangan skala regional/grosir.

Page 74: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Yang harus dipenuhi oleh jalan kolektor primer K1 adalah :

a. Kecepatan rencana > 40 km/jam.

b. Lebar badan jalan > 7 m.

c. Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalulintas

rata-rata.

d. Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana

dan kapasitas jalan tidak terganggu.

e. Tidak boleh terganggu oleh kegiatan dan lalu lintas lokal.

f. Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki daerah

kota.

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang

kesatu dengan persil, kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang

ketiga dengan kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang ketiga

dengan kota jenjang dibawahnya.

Jika di tinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus

dipenuhi oleh jalan lokal primer adalah:

a. Kecepatan rencana>20 km/jam.

b. Lebar jalan>6,0 m.

c. Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki

kampung.

Huruf e

Jalan lokal sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan

kawasan sekunder ke satu dengan perumahan, atau kawasan

sekunder ke duan dengan perumahan atau kawasan sekunder ketiga

dan seterusnya dengan perumahan.

Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus

dipenuhi oleh jalan local sekunder adalah:

a. Kecepatan rencana>10 km/jam.

b. Lebar jalan>5,0 km.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Page 75: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 10

Ayat (1)

Huruf a

Tatanan Kepelabuhanan adalah suatu sistem kepelabuhanan yang

memuat peran, fungsi, jenis, hierarki pelabuhan, Rencana Induk

Pelabuhan Nasional dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra

dan antar moda serta keterpaduan dengan sektor lainnya.

(UU Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran)

Huruf b

Rencana Alur pelayaran adalah bagian dari perairan yang alami

maupun buatan yang dari segi kedalaman, lebar dan hambatan

pelayaran lainnya dianggap aman untuk dilayari. (UU Nomor 17

Tahun 2008 Tentang Pelayaran)

Huruf c

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 11

Ayat (1)

huruf a

Tatanan Kebandarudaraana dalah sistem kebandarudaraan yang

menggambarkan perencanaan bandar udara berdasarkan rencana

tata ruang, pertumbuhan ekonomi, keunggulan komparatif wilayah,

kondisi alam dan geografi, keterpaduan intra dan antar moda

transportasi, kelestarian lingkungan, keselamatan dan keamanan

penerbangan, serta keterpaduan dengan sektor pembangunan

lainnya. (UU Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan).

Huruf b

Rute Penerbangan adalah lintasan pesawat udara dari bandar

udara asal ke bandar udara tujuan melalui jalur penerbangan yang

telah ditetapkan. (Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan).

Huruf c

Ruang udara untuk penerbangan adalah ruang udara yang

dimanfaatkan untuk kegiatan transportasi udara atau kegiatan

penerbangan sebagai salah satu moda transportasi dalam sistem

Page 76: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

transportasi nasional. Ruang transportasi udara ditunjukkan oleh

flight informationregion. (PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRW

Nasional)

Huruf d

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 12

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 13

Ayat (1)

huruf a

Yang dimaksud dengan “pembangkit tenaga listrik” adalah fasilitas

untuk kegiatan memproduksi tenaga listrik.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan SPBU mini adalah SPBU yang dikhususkan

bagi nelayan, yang penempatannya pada setiap PKNT.

Pasal 14

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Page 77: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 16

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Huruf a

Reduce adalah mengurangi penggunaan bahan yang dapat

mengakibatkan meningkatnya timbulan sampah.

Reuse adalah upaya menggunakan kembali bahan-bahan untuk

mengurangi timbulan sampah.

Recycle adalah upaya untuk mendaur ulang bahan-bahan untuk

mengurangi timbulan sampah.

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Sistem control landfill adalah sistem pengolahan TPA yang secara

periodik timbunan sampah ditutup dengan lapisan tanah untuk

mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam

operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah

untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan

permukaan TPA.

Sistem sanitary landfill adalah metode standar yang dipakai secara

internasional, dimana penutupan sampah oleh lapisan tanah

dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan yang timbul dapat

diminimalkan.

Huruf f

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Page 78: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 17

Ayat (1)

PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 18

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 19

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 20

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 21

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran

pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, baik untuk pemanfaatan

yang berfungsi lindung maupun budidaya, yang ditinjau dari

berbagai sudut pandang akan lebih berdaya guna dan berhasil guna

dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan kabupaten

apabila dikelolah oleh pemerintah daerah kabupaten dengan

sepenuhnya memperhatikan pola ruang yang telah ditetapkan

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Provinsi.

Page 79: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 22

Huruf a

Kawasan Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang memiliki

sifatkhas yang mampu memberikan lindungan kepada kawasan

sekitarmaupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah

banjir danerosi serta memelihara kesuburan tanah.

Kawasan lindung dapat diterapkan untuk mengatasi dan

mengantisipasi ancaman kerusakan lingkungan saat ini dan

padamasa yang akan datang akibat kurangnya kemampuan

perlindungan wilayah yang ada.

Penetapan suatu kawasan berfungsi lindung wajib memperhatikan

penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T)

yang ada sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

dibidang pertanahan.

Huruf b

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan

bawahannya adalah kawasan yang memiliki sifat khas yang mampu

memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun

bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi

serta menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan

unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan.

Huruf c

Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan yang mempunyai

manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi

setempat.

Huruf d

Kawasan suaka alam dan pelestarian alam adalah kawasan dengan

ciri khas tertentu baik didarat maupun di perairan yang mempunyai

fungsi pokok sebagaikawasan pengawetan peragaman jenis

tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.

Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi

bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun

bentukan geologi yang khas.

Huruf e

Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau

berpotensi tinggi mengalami bencana alam.

Huruf f

Kawasan lindung geologi adalah kawasan lindung yang meliputi

kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi

dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.

Page 80: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 23

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 24

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup

Ayat (4)

Cukup

Pasal 25

Huruf a

Sempadan Pantai, garis batas kawasan tertentu sepanjang pantai

yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan

kelestarian fungsi pantai

Hurub b

Sempadan Sungai, garis batas kawasan tertentu sepanjang pantai

yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan

kelestarian fungsi Sungai.

Huruf c

Kawasan Sekitar Danau/Waduk adalah kawasan tertentu

di sekeliling danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk

mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk.

Huruf d

Kawasan Sekitar Mata Air adalah kawasan di sekeliling mata air

yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan

kelestarian fungsi mata air.

Huruf e

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan/atau

mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat

tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang

sengaja ditanam. (UU 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang)

Pasal 26

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Page 81: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 27

Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di

darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan

pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.

Huruf a

Suaka margasatwa (Suaka, perlindungan, Marga, turunan, satwa,

dan hewan) adalah Hutan suaka alam yang ditetapkan sebagai suatu

tempat hidup margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu

pengetahuan dan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan

kebanggaan nasional

Huruf b

Kawasan Suaka alam Laut dan Perairan liannya adalah daerah yang

mewakili ekosistem khas di lautan maupun perairan lainnya, yang

merupakan habitat-alami yang memberikan tempat maupun

perlindungan bagi perkembangan keanekaragaman tumbuhan dan

satwa yang ada.

Huruf c

Kawasan Pantai Berhutan Bakau adalah kawasan pesisir laut yang

merupakan habitat alami hutan bakau bakau (mangrove) yang

berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan

lautan.

Kawasan terumbuh karang dan berpadang lamun adalah kawasan

yang merupakan habitat karang dan koral serta padang lamun yang

berfungsi memberikan perlindungan kepada peri kehidupan pantai

dan lautan.

Huruf d

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) adalah kawasan perairan yang

dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan

pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara

berkelanjutan. Kawasan Konservasi Perairan terdiri atas Taman

Nasional Perairan, Taman Wisata Perairan, Suaka Alam Perairan,

dan Suaka Perikanan. (Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007

tentan Konservasi Sumber Daya Ikan)

Huruf e

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah kawasan yang

merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai

tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas.

Page 82: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 28

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 29

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 30

Cukup jelas

Pasal 31

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas

Ayat (8)

Cukup jelas

Ayat (9)

Cukup jelas

Pasal 32

Ayat (1)

Cukup jelas

Page 83: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 33

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,

sumber daya manusia dan sumber daya buatan yang tersentuh tangan

manusia dengan maksud agar lebih bermanfaat dan memberi hasil untuk

kebutuhan manusia.

Huruf a

Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan pertanian” mencakup

kawasan budi daya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan

dan/atau tanaman industri.Penerapan kriteria kawasan

peruntukan pertanian secara tepatdiharapkan akan mendorong

terwujudnya kawasan pertanian yang dapat memberikan manfaat

berikut :

a. memelihara dan meningkatkan ketahanan pangan nasional;

b. meningkatkan daya dukung lahan melalui pembukaan lahan

baru untuk pertanian tanaman pangan (padi sawah, padigogo,

palawija, kacang-kacangan dan umbi-umbian) perkebunan,

peternakan, hortikultura dan pendayagunaan investasi;

c. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan

sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;

d. meningkatkan upaya pelestarian dan konservasi sumber daya

alam untuk pertanian serta fungsi lindung;

e. menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan

serta kesejahteraan masyarakat;

f. meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;

g. mendorong perkembangan industri hulu dan hilir melalui

efekkaitan;

h. mengendalikan adanya alih fungsi lahan dari pertanian kenon

pertanian agar keadaan lahan tetap abadi.

Huruf b

Kawasan peruntukan perikanan dapat berada di ruang darat, ruang

laut dan di luar kawasan lindung.

Huruf c

Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan yang didominasi

oleh fungsi kepariwisataan dapat mencakup sebagian area dalam

kawasan lindung atau kawasan budi daya lainnya dimana terdapat

konsentrasi daya tarik dan fasilitas penunjang pariwisata.

Page 84: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Kebutuhan pariwisata berkaitan dengan segala sesuatu yang

berhubungan dengan wisata, termasuk pengelolaan objek dan daya

tarik wisata yang mencakup:

1. obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,

yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna; dan

2. obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud

museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni

budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata

petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Cukup Jelas

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g

Cukup jelas

Pasal 34

Ayat (1)

Huruf a

Kawasan peruntukan tanaman pangan adalah kawasan lahan basah

berinigasi, rawa pasang surut dan lebak dan lahan basah tidak

benirigasi serta lahan kering potensial untuk pemanfaatan dan

pengembangan tanaman pangan.

Huruf b

kawasan peruntukan hortikultura dan palawija adalah kawasan

lahan kering potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan

tanaman hortikultura secara monokultur maupun tumpang sari.

Huruf c

Kawasan peruntukan perkebunan adalah kawasan yang memiliki

potensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan baik pada lahan

basah dan atau lahan kering untuk komoditas perkebunan.

Huruf d

Kawasan peruntukan peternakan adalah kawasan yang secara

khusus diperuntukkan untuk kegiatan peternakan atau terpadu

dengan komponen usaha tani (berbasis tanaman pangan,

perkebunan, hortikultura atau perikanan) berorientasi ekonomi dan

berakses dari hulu sampai hilir

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Page 85: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas

Pasal 35

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 36

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Cukup jelas

Pasal 39

Huruf a

Cukup jelas

Page 86: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian

mengenai dampak besar dan penting suatu usaha/kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Cukup jelas

Pasal 40

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 41

Cukup jelas

Pasal 42

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 43

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 44

Ayat (1)

Huruf a

Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara

nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanandan keamanan

negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk

wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

Huruf b

Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam

lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau

lingkungan.

Page 87: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Huruf c

Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan

ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat

penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya

dan/atau lingkungan.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 45

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 46

Cukup jelas

Pasal 47

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 48

Cukup Jelas

Pasal 49

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Page 88: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas

Ayat (8)

Cukup jelas

Pasal 50

Ayat (1)

Pengendalian pemanfaatan ruang adalah Kegiatan pengawasan

dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang pengawasan

diselenggarakan dalam bentuk pelaporan, pemantauan dan evaluasi,

sedangkan penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak

sesuai dengan rencana tata ruang diselenggarakan dalam bentuk

sanksi.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Huruf a

Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona,

pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan lahan dan prosedur

pelaksanaan pembangunan.

Huruf b

Perizinan adalah perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan

ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin

dimaksud adalah izin lokasi/fungsi ruang, amplop ruang dan

kualitas ruang.

Huruf c

Insentif dapat diberikan antar pemerintah daerah yang saling

berhubungan berupa subsidi silang dari pemerintah yang

penyelengaraan penataan ruangnya memberikan dampak kepada

daerah yang di rugikan, atau antara pemerintah dan swasta dalam

hal pemerintah memberikan preferensi kepada swasta sebagai

imbalan dalam mendukung perwujudan rencana tata ruang.

Disinsentif berupa pengenaan pajak yang tinggi dapat di kenakan

untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang

melalui penetapan nilai jual objek pajak (NJOP) dan nilai jual kena

pajak (NJKP) sehinga pemanfaat ruang membayar pajak lebih tinggi.

Huruf d

Cukup Jelas

Page 89: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 51

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 52

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 53

Cukup jelas

Pasal 54

Cukup jelas

Pasal 55

Cukup jelas

Pasal 56

Cukup jelas

Pasal 57

Cukup jelas

Pasal 58

Zero Delta Q Policy adalah keharusan agar tiap bangunan tidak boleh

mengakibatkan bertambahnya debit air kesistem saluran drainase atau

sistem aliran sungai.

Pasal 59

Cukup jelas

Pasal 60

Cukup jelas

Pasal 61

Cukup jelas

Pasal 62

Cukup jelas

Pasal 63

Cukup jelas

Pasal 64

Cukup jelas

Pasal 65

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Page 90: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf f

Frontage roadadalah jalan-jalan di samping jalan utama yang

berfungsi sebagai jalur lambat yang menuju atau dari jalan utama.

Pasal 66

Cukup jelas

Pasal 67

Cukup jelas

Pasal 68

Cukup jelas

Pasal 69

Cukup jelas

Pasal 70

Cukup jelas

Pasal 71

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 72

Cukup jelas

Pasal 73

Cukup jelas

Pasal 74

Cukup jelas

Pasal 75

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Sanitary landfill adalah Pemusnahan sampah yang paling efektif, karena

sampah yang dimusnahkan di dalam tanah tidak akan menyebar dan

mengotori lingkungan.

Page 91: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Huruf d

Cukup jelas

Pasal 76

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 77

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 78

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 79

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 80

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Page 92: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 81

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 82

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 83

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 84

Ayat (1)

Cukup

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 85

Cukup jelas

Pasal 86

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 87

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Page 93: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas

Ayat (8)

Cukup jelas

Pasal 88

Cukup jelas

Pasal 89

Cukup jelas

Pasal 90

Cukup jelas

Pasal 91

Cukup jelas

Pasal 92

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 93

huruf a

Partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang dapat melalui peraturan

daerah, pengumuman dan/atau penyebar luasan oleh pemerintah.

huruf b

Partisipasi dalam pemanfaatan ruang dapat melalui peraturan daerah,

pengumuman dan/atau penyebar luasan oleh pemerintah.

huruf c

Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang dimaksud agar

pemanfaatan ruang di laksanakan sesuai rencana tata ruang serta dapat

membantu dan berkoordinasi tentang penataan ruang.

Pasal 94

Cukup jelas

Pasal 95

Cukup jelas

Pasal 96

Cukup jelas

Pasal 92

Cukup jelas

Page 94: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Pasal 93

Cukup jelas

Pasal 94

Cukup jelas

Pasal 95

Cukup jelas

Pasal 96

Cukup jelas

Pasal 97

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 98

Cukup jelas

Pasal 99

Cukup jelas

Pasal 100

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 101

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 102

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 103

Cukup jelas

Pasal 104

Cukup jelas

Pasal 105

Ayat (1)

Cukup jelas

Page 95: BUPATI KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI …bappeda.sitarokab.go.id/wp-content/uploads/2016/12/10.pdfruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 106

Cukup jelas

Pasal 107

Cukup jelas

Pasal 108

Cukup jelas