BUMN dan BUMD

3
Publikseringkali tercengang dihadapkan pada realita sehari-hari. Seseorangyang ditenggarai sebagai “koruptor kawakan” bebas dari tuduhan korupsi; sementara seora BU! yang kehidupannya jauh darimaksiat" ternyata terbukti korupsi. Belum lama ini" ahkamah #gung mengeluarkan $atwa hukum atau judicial re%iew !o. &'#()ud(*+(, (* yang menegaskan bahwa pengelolaan kekayaannegara yang dipisahkan" khususnyapada BU!(BU/" tidak termasuk sebagai keuangan negara sehingga tidak terikat pada kete keuangan negara. Bila kita telaah lebih lanjut" $atwa tersebut hanya men ketentuan pengelolaan keuangan negara tidak berlaku pada BU!(BU/ dan pengelolaan kekayaan negara lainnya yang dipisahkan. Beberapa pihak mena$sirkan bahwa korupsi di BU!(BU/ tidak berkaitan dengan kerug negara. Pihak lainnya beranggapan $atwa tersebut tidak berkaitan dengan kekayaan negara" sehingga tidak memiliki pengaruh pada pena$siran kerugian negara pada kasus-kasus tipi 'ondisi ini sesungguhnya merupakan implikasi dari ambiguitas status BU!. /i satu terkait dengan hukum publik dan tunduk pada Undang-Undang 01(*++2 tentang 'euangan UU 0(*++3 tentang Perbendaharaan !egara" dan UU 04(*++3 tentang Pemeriksaan Pengel 5anggung 6awab 'euangan !egara. /i sisi lain" BU! tunduk terhadap hukum korporat dan tunduk pada UU 07(*++2 tentang Badan Usaha ilik !egara" UU 0(0774 te Perseroan 5erbatas" UU 8(0774 tentang Pasar odal" dan #nggaran /asar perusahaan. Pengaruh penting dari $atwa tersebut adalah pada pertimbangan apakah suatu p yang biasanya tidak diperkenankan dalam pengelolaan keuangan negara juga tidak dip dalam pengelolaan BU!(BU/" misalnya pengalihan 9switching anggaran: atau anggaran untuk keperluan yang berbeda dari yang telah direncanakan. Bila keuangan negara 9#PB!(#PB/: harus disahkan oleh /P " maka di BU!(BU/ cukup mela UPS. Permasalahan lain yang tidak mudah dipertimbangkan adalah pelanggaran kebijakan dan prosedur perusahaan. 'ebijakan dan prosedur dalam konteksmanajemen merupakan alat pengendalian untuk memastikan respon terhadap risiko dilaksanakan secara pengendalian tersebut justru berakibat sebaliknya" misalnya mengganggu res atau menghilangkan peluang untuk memperoleh keuntungan" manajemen dihadapkan pada mengabaikan kebijakan dan prosedur. <atwa lain yang menyatakan bahwa 'euangan BU! adalah 'euangan !egara telah terbantahkan. eski begitu terdapat celah hukum yang mempertanyakan apakah 'euanga

description

Opini

Transcript of BUMN dan BUMD

Publik seringkali tercengang dihadapkan pada realita sehari-hari. Seseorang yang ditenggarai sebagai koruptor kawakan bebas dari tuduhan korupsi; sementara seorang pejabat BUMN yang kehidupannya jauh dari maksiat, ternyata terbukti korupsi. Belum lama ini, Mahkamah Agung mengeluarkan fatwa hukum atau judicial review No. WKMA/Yud/20/VIII/2006 yang menegaskan bahwa pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, khususnya pada BUMN/BUMD, tidak termasuk sebagai keuangan negara sehingga tidak terikat pada ketentuan keuangan negara. Bila kita telaah lebih lanjut, fatwa tersebut hanya mengungkapkan bahwa ketentuan pengelolaan keuangan negara tidak berlaku pada BUMN/BUMD dan pengelolaan kekayaan negara lainnya yang dipisahkan.Beberapa pihak menafsirkan bahwa korupsi di BUMN/BUMD tidak berkaitan dengan kerugian negara. Pihak lainnya beranggapan fatwa tersebut tidak berkaitan dengan kekayaan negara, sehingga tidak memiliki pengaruh pada penafsiran kerugian negara pada kasus-kasus tipikor. Kondisi ini sesungguhnya merupakan implikasi dari ambiguitas status BUMN. Di satu sisi, BUMN terkait dengan hukum publik dan tunduk pada Undang-Undang 17/2003 tentang Keuangan Negara, UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Di sisi lain, BUMN tunduk terhadap hukum privat atau korporat dan tunduk pada UU 19/2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, UU 1/1995 tentang Perseroan Terbatas, UU 8/1995 tentang Pasar Modal, dan Anggaran Dasar perusahaan.Pengaruh penting dari fatwa tersebut adalah pada pertimbangan apakah suatu perbuatan yang biasanya tidak diperkenankan dalam pengelolaan keuangan negara juga tidak diperkenankan dalam pengelolaan BUMN/BUMD, misalnya pengalihan (switching anggaran) atau penggunaan anggaran untuk keperluan yang berbeda dari yang telah direncanakan. Bila anggaran dalam keuangan negara (APBN/APBD) harus disahkan oleh DPR, maka di BUMN/BUMD cukup melalui RUPS.Permasalahan lain yang tidak mudah dipertimbangkan adalah pelanggaran kebijakan dan prosedur perusahaan. Kebijakan dan prosedur dalam konteks manajemen merupakan alat pengendalian untuk memastikan respon terhadap risiko dilaksanakan secara tepat. Ketika alat pengendalian tersebut justru berakibat sebaliknya, misalnya mengganggu respon terhadap risiko atau menghilangkan peluang untuk memperoleh keuntungan, manajemen dihadapkan pada pilihan mengabaikan kebijakan dan prosedur.Fatwa lain yang menyatakan bahwa Keuangan BUMN adalah Keuangan Negara telah tidak terbantahkan. Meski begitu terdapat celah hukum yang mempertanyakan apakah Keuangan BUMD sama dengan Keuangan BUMN? dan apakah Kerugian BUMD adalah Keuangan Negara? pertanyaan yang kemudian menghadirkan suatu benchmark mengenai keuntungan yang ditentukan oleh pemegang kontrol, yang pada sisi sebaliknya, kerugian pun harusnya juga ditentukan oleh pemegang kontrol, dimana, tidak seperti PT pada umumnya, selain bertujuan menghasilkan keuntungan (profit), BUMD juga bertujuan untuk memberikan barang dan jasa bermutu kepada masyarakat dan memberikan manfaat umum bagi perekonomian daerah, yang menyebabkan makna kerugian pada keuangan BUMD menjadi rancu.Kerugian Negara menurut UU no. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara adalah kekurangan uang yang nyata dan pasti jumlahnya. Dari pengertian ini, dapat diketahui bahwa terdapat dasar yang diacu mengenai makna kekurangan, dari yang seharusnya, yaitu yang terdapat dalam APBN/APBD (das sein), dan yang terjadi (das sollen), yaitu yang tergambar dalam Laporan Keuangan APBN/APBD yang diaudit melalui Audit Keuangan BPK pada entitas non profit terhadap Kerugian Negara.

Kemunculan Kerugian Negara pada BUMN melalui pemeriksaan BPK dipertanyakan pada pendapat berbeda (dissenting opinion) dari Hakim Konstitusi Harjono atas Keputusan Mahkamah Konsitusi No. 62/PUU XI/2013 dimaksud, yang menyarankan agar norma pemeriksaan BUMN tidak didasarkan pada norma pemeriksaan Keuangan Negara melainkan norma pemeriksaan Perseroan Terbatas, dimana jika mengikuti norma pemeriksaan keuangan negara, tidak ada dasar kekurangan dalam kerugian negara pada BUMD karena bukan merupakan penganggaran public yang diundangkan dalam UU maupun Perda.

Meski tidak secara eksplisit, Pasal 6 ayat 4 UU no. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan pun menyiratkan bahwa pemeriksaan atas pengelolaan korporasi dapat dilakukan oleh pihak lain selain BPK (Akuntan Publik).

Saat ini dalam data laporan mengenai keuangan BUMN, setidaknya dalam dua tahun terakhir, beberapa BUMN mengalami kerugian. Sebut saja seperti Garuda Indonesia, Krakatau Steel, dan Aneka Tambang.Garuda Indonesia. Tahun 2012, memperoleh keuntungan Rp 21,55 miliar. Tahun 2013, merugi Rp 125,58 miliar, dan pada semester pertama tahun 2014, Garuda kembali merugi Rp 2,4 triliun. Artinya, dalam setahun Garuda merugi sekitar 1.900 persen.

Krakatau Steel. Tahun 2012 mendapat kerugian Rp 112, 79 miliar. Pada tahun 2013, mendapat keuntungan Rp 122,29 miliar. Kemudian, pada semester pertama 2014, merugi Rp 1 triliun. Data tersebut menunjukan Karakatau Steel dalam tempo satu tahun merugi sekitar 900 persen.

Aneka Tambang (Antam). Tahun 2012, Antam memperoleh keuntungan Rp 475,97 miliar. Tahun 2013, keuntungan Rp 373,56 miliar. Namun, pada semester pertama tahun 2014, Antam merugi Rp 638,58 miliar. Artinya Antam merugi sebesar 300 persen dalam setahun.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN)seharusnya dipimpin oleh orang yang profesional, akuntabel dan independen untuk mencegah kerugian negara. Dari sekian banyak kerugian yang dialami negara, sebagian besar dinilai bersumber dari pengelolaan BUMN yang tidak tepat. Inefisiensi dan korupsi disebut menjadi salah satu penyebab utama kerugian. Selain harus memperoleh direksi BUMN yang kredibel, Menteri BUMN Rini Soemarno seharusnya berusaha mendapatkan kepercayaan dari rakyat. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan melibatkan lembaga kredibel seperti KPK dalam mekanisme perekrutan calon-calon direksi BUMN.