Bulletin Soeara Pena edisi 3 Spesial MUSMA 30/5/2016

16
1 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma Susuna redaksi buletin Soera Pena Spesial pra MUSMA 2016 Diterbitkan oleh: LPM aL-Millah STAIN Ponorogo Pelindung: Ketua STAIN Ponorogo Pemimpin Umum: Moh. Ihsan Fauzi Pemimpin Redaksi: Ilyas Nur Kholis Sekretaris Redaksi: Nurul Khusna Lay out: Tim Kreatif Staf Redaksi: Abidin, Wibi, Mandela, Ulfa, Iin, Fatimah, Eko, Awaludin, Joko, Hatika, Adhetika, Arina, Rina, Amelia, Amila, Diah, Anjani, Ruli, Ria,Nining, Erma, Ulfi, Salsabila. Alamat Redaksi: Jl. Pramuka 156. Ronowijayan, Siman, Ponorogo. Email: [email protected] Contact Person: 085748780446 Syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena tanpa ridha-Nya bulletin Soeara Pena Spesial MUSMA Edisi 3 tidak akan bisa terbit seperti sekarang. Kedua kalinya shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW . Tidak lupa ucapan terimakasih kepada para kru aL-Millah yang telah bekerja keras demi terbitnya buletin ini. Pada bulletin Soeara Pena Edisi 3 ini kami menyajikan 3 tulisan dan 1 puisi. Pertama, kami menyajikan berita jalannya MUSMA yang membahas tentang LPJ DEMA dan penetapan ketua DEMA dan SEMA secara aklamasi pada penjaringan bakal calon ketua. Kedua dan ketiga,kami menyajikan opini dari kru kami yang menyoroti tentang peserta MUSMA yang sedikit, serta opini yang menyoroti jalannya MUSMA (yang di) puncak (kan). Terakhir kami sajikan puisi dari kru kami yang bisa kita jadikan renungan bersama. Semoga buletin Soeara Pena Spesial MUSMA Edisi 3 ini dapat memberi manfaat kepada kita. kami menyadari bahwa buletin ini ada banyak yang perlu diperbaiki. Atas nama kru, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

description

 

Transcript of Bulletin Soeara Pena edisi 3 Spesial MUSMA 30/5/2016

1 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

Susuna redaksi buletin Soera Pena Spesial pra MUSMA 2016Diterbitkan oleh: LPM aL-Millah STAIN Ponorogo

Pelindung: Ketua STAIN Ponorogo Pemimpin Umum: Moh. Ihsan Fauzi Pemimpin Redaksi: Ilyas Nur Kholis Sekretaris Redaksi: Nurul Khusna Lay out: Tim Kreatif

Staf Redaksi: Abidin, Wibi, Mandela, Ulfa, Iin, Fatimah, Eko, Awaludin, Joko, Hatika, Adhetika, Arina, Rina, Amelia, Amila, Diah, Anjani, Ruli, Ria,Nining, Erma, Ulfi, Salsabila.

Alamat Redaksi: Jl. Pramuka 156. Ronowijayan, Siman, Ponorogo.Email: [email protected]

Contact Person: 085748780446

Syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena tanpa ridha-Nya bulletin Soeara Pena Spesial MUSMA Edisi 3 tidak akan bisa terbit seperti sekarang. Kedua kalinya shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW . Tidak lupa ucapan terimakasih kepada para kru aL-Millah yang telah bekerja keras demi terbitnya buletin ini.

Pada bulletin Soeara Pena Edisi 3 ini kami menyajikan 3 tulisan dan 1 puisi. Pertama, kami menyajikan berita jalannya MUSMA yang membahas tentang LPJ DEMA dan penetapan ketua DEMA dan SEMA secara aklamasi pada penjaringan bakal calon ketua. Kedua dan ketiga,kami menyajikan opini dari kru kami yang menyoroti tentang peserta MUSMA yang sedikit, serta opini yang menyoroti jalannya MUSMA (yang di) puncak (kan). Terakhir kami sajikan puisi dari kru kami yang bisa kita jadikan renungan bersama.

Semoga buletin Soeara Pena Spesial MUSMA Edisi 3 ini dapat memberi manfaat kepada kita. kami menyadari bahwa buletin ini ada banyak yang perlu diperbaiki. Atas nama kru, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

2 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

Musyawarah Mahasiswa (MUS-MA)terlihat berbeda dengan MUS-MA sebelum-sebelumnya. Dise-lenggarakan di Gedung Basment, MUSMA berlangsung hingga larut malam. Ada beberapa hal vital yang dibahas dalam forum tersebut, di antaranya adalah LPJ (Laporan Per-tanggung Jawaban) DEMA, ketidak-wajiban LPJ SEMA, dan pemilihan ketua SEMA DEMA 2016/2017.

MUSMA dimulai pukul 20.45 WIB, yang diawali dengan pem-bahasan LPJ DEMA KBM STAIN Ponorogo. Seperti biasa presidum membacakan isi darft mengenai LPJ DEMA dan kemudian mem-beri waktu untuk pencermatan ke-

PANJANGNYA PEMBAHASAN MUSMA

Tidak cukup dari situ persi­

dangan terus berjalan de­

ngan beberapa persoalan.

Retno Syahril Mubarok sa­

lah satu peserta sidang dari

delegasi MAPALA PASCA

menanyakan mengenai pen­

jelasan nomor surat, dan

dia juga menemukan ke­

salahan­kesalahan dalam

penulisan tahun pada no­

mor surat

News

3 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

pada peserta sidang. Setelah adanya pencermatan, beberapa peserta si-dang mengajukan pertanyaan ten-tang beberapa hal yang berkaitan dengan LPJ tersebut. Pertama, men-genai penjelasan daftar inventaris. Kedua, tentang struktur kepenguru-san DEMA yang belum begitu dike-nal oleh sebagian mahasiswa. Keti-ga, mengenai agenda apa saja yang sudah dilakukan oleh DEMA selama 1 periode ini. Ketiga pertanyaan ter-kait dijawab sendiri oleh Nur Sahid selaku ketua DEMA.

Tidak cukup sampai di situ per-sidangan terus berjalan dengan be-berapa persoalan. Retno Syahril Mubarok salah satu peserta sidang dari delegasi MAPALA PASCA menanyakan mengenai penjelasan nomor surat, dan dia juga menemu-kan kesalahan-kesalahan dalam pe-nulisan tahun pada nomor surat.

Kantor DEMA yang bertempat di sebelah kantor UKM MAPALA PASCA juga menjadi pembahasan terakhir pada LPJ DEMA. Dimana kantor DEMA yang tidak pernah dihuni ataupun digunakan untuk menyimpan barang inventaris. Den-gan tidak pernahnya dihuni, men-jadikan sulitnya mahasiswa mene-

mui pengurus DEMA untuk memin-ta penandatanganan surat.

Pembahasan Tata Tertib Pemi-lihan Ketua

Pembahasan yang kedua men-genai tata tertib pemilihan DEMA pada pukul 22.20 WIB. Dalam pem-basaan ini, beberapa hal yang diper-tanyakan oleh peserta sidang dise-lesaikan pukul 23.10 WIB, setelah itu sidang berhenti beberapa saat. Hal itu dikarenakan forum harus menunggu kejelasan pihak SEMA yang akan mengklarifikasi masalah

Selesai pukul 23.10 WIB, si­dang mengalami terhenti be­berapa saat. Hal itu dikarena­kan forum harus menunggu kejelasan pihak SEMA yang akan mengklarifikasi masa­lah ketidakwajiban SEMA melakukan LPJ. Dari pihak SEMA mengatakan bahwa LPJ memang belum bisa dis­ampaikan karena acara MUS­MA yang menjadi bagian dari program kerja SEMA masih berlangsung, jadi belum bisa dilakukan pembuatan LPJ

News

4 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

ketidakwajiban SEMA melakukan LPJ. Dari pihak SEMA mengata-kan bahwa LPJ memang belum bisa disampaikan karena acara MUSMA yang menjadi bagian dari program kerja SEMA masih berlangsung, jadi belum bisa dilakukan pembuatan LPJ.

Pada pukul 23.45 WIB acara dilanjutkan pada pembahasan men-genai tata tertib pemilihan SEMA. Beberapa hal juga dipertanyakan oleh peserta sidang mengenai point-point tata tertib pemilihan SEMA.

Waktu menunjukkan pukul 00.36 WIB, beberapa opsi diajukan oleh peserta sidang mengenai lanjut atau tidaknya MUSMA. Salah satu peserta sidang yang bernama Mega berpendapat bahwa sidang har-us tetap berlanjut karena mangacu

dari agenda panitia, bahwa MUSMA harus selesai pada hari kamis. Na-mun peserta lain memberi opsi agar MUSMA dihentikan dan dilanjutkan hari jumat setelah salat jumat, dika-renakan waktu selesai sudah san-gat molor. Akhirnya opsi dari Mega disepakati oleh forum untuk melan-jutkan sidang yang membahas pe-milihan ketua DEMA dan SEMA.

Terpilihnya Ketua DEMA dan SEMA

Ketika kru aL-Millah kembali ke ruang sidang sekitar pukul 01.15 WIB, forum ternyata sudah menye-pakati Luthfi Habibi sebagai ketua

DEMA dan Rizki Wahyudatama se-

bagai ketua SEMA. Ketika dikonfir-

masi mengenai kronologi pemilihan

secara aklamasi tersebut, Pamor se-

News

5 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

laku Presidium menjelaskan bahwa,

tidak ada calon lain selain Luthfi Ha-

bibi dan Rizki Wahyudatama. Pamor

menambahkan mengacu pada AD/

ART maka keduanya terpilih menja-di ketua DEMA dan SEMA periode 2016/2017.

“Saya tanyakan adakah opsi lain terkait nama yang dicalonkan? dan ternyata forum diam tidak ada jawaban sama sekali. Apakah sepa-kat opsi yang pertama bahwa saudara Luthfi Habibi menjadi calon tung-gal atau seperti apa, dan jawaban di forum langsung sepakat-sepakat seperti itu karena mungkin tidak di-hadirkannya calon lain atau seperti apa saya juga tidak tahu tapi yang jelas tadi malam itu tidak ada calon atau pencalon lain. Jadi menurut AD/ART yang sudah disepakati ket-ika ada calon tunggal dan tidak ada calon lain otomatis yang dicalonkan itu terpilih.”Kata Pamor kepada Kru aL-Millah.

Ditanya mengenai berapa peser-ta sidang yang hadir pada peneta-pan ketua DEMA dan SEMA, Pamor tidak menyebutkan secara pasti berapa jumlah peserta sidang. Dia menjelaskan yang menjadi acuan yaitu absensi peserta di MUSMA

hari pertama yang dipegang oleh sekretariatan. Ketika peserta sudah mencapai 50%+1 sidang dapat dim-ulai, akan tetapi seperti yang terjadi pada sidang tersebut, peserta tidak mencapai 50% tambah 1. Pamor melanjutkan sesuai aturan yang ada dilakukan penundaan 2 kali 10 men-it. Ketika quorum belum terpenuhi sidang dapat dilakukan dengan pe-serta yang ada. .***____________________Arina, Amelia, Ruli_Crew

tidak ada calon lain se­lain Luthfi Habibi dan Rizki Wahyudatama.

Pamor menambahkan mengacu pada AD/ART maka keduanya terpi­

lih menjadi ketua DEMA dan SEMA periode

2016/2017

News

6 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

Agenda tahunan KBM (Keluarga Besar Maha-siswa) yang sebenarnya

justru masih asing bagi sebagian be-sar mahasiswa itu sendiri telah ber-jalan selama 4 hari. Banyak masalah

dan kejanggalan terjadi sejak hari pertama pelaksanaan MUSMA yang digadang sebagai musyawarah ter-tinggi dalam lingkup KBM STAIN Ponorogo tersebut. Masalah yang paling santer terdengar dan patut

MUSMA:MUSYAWARAH MAHASISWA ATAU MUSYAWARAH

MAIN MAIN SAJA?

Opini

7 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

menjadi sorotan semua pihak ada-lah peserta yang hanya “segelintir” jika dibandingkan jumlah mahasis-wa STAIN Ponorogo.

Sepinya peminat MUSMA kali ini bisa dikatakan hampir sama den-gan MUSMA-MUSMA tahun lalu. Faktor skeptisme alias acuh tak acuh, pragmatis atau alasan sibuk kuliah menjadi faktor dominan kecilnya an-tusiasme mahasiswa untuk berparti-sipasi dalam MUSMA. Hal tersebut memanglah harus dicari solusinya untuk MUSMA yang semakin baik ke depan. Namun, bagaimana jika salah satu faktor sepi peminatnya MUSMA kali diperparah dengan ketat nya aturan ini pendelegasian dan masuk dalam ruang sidang pe-serta MUSMA oleh panitia.

Ketatnya aturan peserta yang diperbolehkan untuk mengikuti jalannya MUSMA oleh panitia la yak untuk dikritisi. Sebab hal tersebut seakan menjadikan MUSMA yang notabene adalah musyawarah ter-tinggi mahasiswa STAIN Ponorogo dengan perwakilan masing masing dari mereka menjadi musyawarah “segelintir” orang? Pada MUSMA tahun ini hanya mahasiswa yang ter-cantum di surat delegasi yang dapat

mengikuti sidang dengan menun-jukkan kartu peserta dan KTM set-iap masuk ruang sidang, serta tidak bisa mewakilkan kepada delegasi yang lain jika tidak bisa hadir. Ma-hasiswa yang tidak tercantum disu-rat delegasi tidak punya akses sama sekali untuk mengikuti MUSMA, pun demikian dengan mahasiswa yang tidak bisa mendaftar pada hari

Polemik yang ditimbul­kan tentu berdampak pada kualitas musyawarah serta iklim demokrasi itu sendiri. lantas, mufakat versi apa

dalam musyawarah itu ter­definisikan? Mufakat milik

bersama (baca: seluruh atau sebagian besar maha­siswa) atau milik seglintir orang?. Lalu, demokrasi

yang bagaimana yang hen­dak MUSMA wujudkan?

Demokrasi oleh, dari dan untuk rakyat kampus ini atau demokrasi oleh, dari dan untuk “segelintir” pe­

serta?

Opini

8 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

Senin. Bahkan hanya sekedar untuk melihat jalannya sidang. Terlebih lagi jika menilik pembagian undan-gan delegasi yang baru dibagikan hari jumat (22/05/2016) padahal MUSMA dilaksanakan hari Senin (23/05/20216).

Polemik yang ditimbulkan ten-tu berdampak pada kualitas musy-awarah serta iklim demokrasi itu sendiri. Lantas, mufakat versi apa dalam musyawarah itu terdefinisi-kan?. Mufakat milik bersama (baca: seluruh atau sebagian besar maha-siswa) atau milik seglintir orang?. Lalu, demokrasi yang bagaimana

yang hendak MUSMA wujudkan? Demokrasi oleh, dari, dan untuk rak-yat kampus ini atau demokrasi oleh, dari dan untuk “segelintir” peserta?

Berkaitan dengan namanya musyawarah mahasiswa, sudah ba-rang tentu mahasiswa yang menja-di subyek maupun obyek musyawa-rahnya. MUSMA dengan peserta yang hadir tak lain adalah maha-siswa, idealnya bersikap terbuka, bila memang yang diharapkan dari perhelatan akbar itu adalah sebuah pesta demokrasi. Namun bagaima-na ekspektasi ideal MUSMA men-jadi pesta demokrasi mahasiswa itu terwujud jika yang bermusyawarah saja hanya “segelintir”, ditambah pelaksanaan MUSMA yang terkesan ditutup-tutupi?. Lantas, dari aspek

Lebih lanjut hasil agen-da yang sebenarnya penting ini nanti pun akan berpengaruh ke-pada mahasiswa secara keseluruhan, bukan golongan atau bahkan seorang saja

Dan jika anda mengaku bukan mahasiswa yang

apatis, skeptis atau prag­matis, silahkan anda bere­fleksi mengenai pelaksa­naan MUSMA tahun ini. apakah MUSMA kali ini

benar benar MUSMA alias MUSyawarah MAhasiswa atau MUSMA (MUSyawa­

rah MAin main)

Opini

9 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

SENTILAN

Seperti biasanya aku dan dia ngopi bersama, duduk bersama sambil rasan-rasan tentunya.

“Mus, suara itu kok berisik sekali”, kata Agus padaku “Oalah itu tho, itu acara MUSMA di kampus itu”. jawabku menjelaskan, lalu aku jelaskan MUSMA itu begini dan begitu, adalah acara untuk memilih presiden mahasiswa baru serta SEMA yang baru. “bagus itu, untuk belajar demokrasi Gus,” “Iya Mus, itu untuk belajar demokrasi, belajar cara berkampanye dan belajar menerima pendapat orang lain juga belajar legowo”, kataku. “Iya Gus, tapi jangan seperti acara di gedung MPR yang gaduh itu, harus kondusif dan lancar terus menjunjung demokrasi”, “Iya Mus, sepakat aku jangan sampai aku berucap suasana MUSMA ini jadi kayak ibuk-ibuk di pasar”, kataku,

Lalu aku kembali menyruput kopi hitam ini, sambil asik mengamati langkah gerak catur si Agus,

by: Lohana Wiby A._Crew.

manakah MUSMA kali ini bisa di-jadikan tolak ukur dari perwujudan aspirasi seluruh atau setidaknya se-bagian besar mahasiswa kita? Lebih lanjut hasil agenda yang sebenarn-ya penting ini nanti pun akan ber-pengaruh kepada mahasiswa secara keseluruhan, bukan golongan atau bahkan seorang saja.

Layaknya “mahasiswa“ yang disebut sebagai agen intelektual dengan nalar kritisnya. Jika anda

mengaku bukan mahasiswa yang apatis, skeptis atau pragmatis, silah-kan anda berefleksi mengenai pelak-sanaan MUSMA tahun ini. apakah MUSMA kali ini benar benar MUS-MA alias MUSyawarah MAhasiswa atau MUSMA (MUSyawarah MAin main) saja?***

________________Widya annisa_Crew

Opini

10 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

MUSMA 2016 telah mencapai puncak “kejeniusanya”, yakni ketika terpampang nyata pada rangkaian LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) DEMA yang diterima tanpa syarat. Sejenak coba kita flashback ke be-

lakang dan mengingat kembali hal apakah yang sudah DEMA lakukan selama ini. Memang ada beberapa hal yang dilakukannya, namun se-berapa besarkah dampak dari kegia-tan DEMA bagi kita sebagai rakyat-

ADA APA DENGAN MUSMA 2016?

Opini

11 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

nya (mahasiswa.red)? Pertanyaan besarpun mencuat,

mengapa DEMA bisa lolos dari `jer-atan` LPJ kegiatan yang tidak per-nah dirasakan oleh rakyatnya (ma-hasiswa.red) secara merata. Padahal Musyawarah yang katanya forum untuk mahasiswa itu merupakan ruang terbuka bagi para organisasi yang akan mempertanggunngjawab-kan seluruh kegiatan yang pernah diselenggarakannya. Mengapa fo-rum terbuka itu justru terkesan me-nutup-nutupi kejanggalan yang se-lama ini sangat dipertanyakan oleh banyak orang (mahasiswa.red)?

Jika sudah seperti itu, dimanakah wujud MUSMA yang da-lam ketentuan umumnya didasar-kan atas hati nurani yang luhur, ukhuwah islamiah, asas demokrasi, disertai landasan pemikiran ilmiah, rasional, dan proporsional tersebut? Hati nurani yang luhur, ukhuwah islamiah, dan asas demokrasi yang seperti apakah yang dimaksud jika hasil dari musyawarahnya sendiri tidak melegakan hati seluruh peserta yang mengikuti jalannya acara. Ber-landaskan pemikiran kritis, rasion-al, dan proporsional yang semacam apakah bila banyak hal-hal di luar

Pertanyaan besarpun men-

cuat, mengapa DEMA

bisa lolos dari jeratan LPJ

kegiatan yang tidak pernah

dirasakan oleh rakyatnya

(mahasiswa.red) secara

merata. Padahal Musy-

awarah yang katanya fo-

rum untuk mahasiswa itu

merupakan ruang terbuka

bagi para organisasi yang

akan mempertanggunng-

jawabkan seluruh kegiatan

yang pernah diselenggar-

akannya. Mengapa forum

terbuka itu justru terke-

san menutup-nutupi ke-

janggalan yang selama ini

sangat dipertanyakan oleh

banyak orang (mahasiswa.

red)?

Opini

12 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

nalar yang menyelimuti di dalamn-ya.

Kejanggalan MUSMA lainnya terlihat pada pernyataan presidi-um yang mengatakan bahwa SEMA tidak wajib melakukan LPJ. Lagi-la-gi hal tersebut menimbulkan per-

tanyaan di benak sebagian peserta MUSMA. Apa sebenarnya fungsi adanya SEMA selama ini? Pada-hal sudah tertera secara jelas da-lam tata tertib MUSMA 2016 pasal 2 tentang kekuasaan poin 1, yang berbunyi “Meminta, menerima atau menolak dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban Senat Maha-siswa (SEMA) dan Dewan Ekseku-tif Mahasiswa (DEMA) KBM STAIN ponorogo”.

Lalu apa fungsi dari adanya tata tertib tersebut bila rangkaian aca-ranya tidak seirama dengan redaksi yang telah disepakati? Apakah tata tertib tersebut hanya sebagai for-malitas semata?

Berpacu pada makna kampus adalah sebagai miniatur negara, pe-nulis mencoba menyelaraskan me-kanisme demokrasi di ORMAWA KBM STAIN Ponorogo dengan sis-tem demokrasi yang dianut oleh pe-merintahan Indonesia. Dalam hal ini, demokrasi dimaknai sebagai kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Begitupun den-gan demokrasi di ORMAWA KBM STAIN Ponorogo yang seharusnya kekuasaannya berasal dari mahasis-wa, oleh mahasiswa, dan untuk ma-

Kejanggalan MUSMA lainn­ya terlihat pada pernyataan presidium yang mengata­kan bahwa SEMA tidak wa­jib melakukan LPJ. Lagi­lagi hal tersebut menimbulkan pertanyaan di benak seba­gian peserta MUSMA. Apa sebenarnya fungsi adanya SEMA selama ini? Padahal sudah tertera secara jelas dalam tata tertib MUSMA 2016 pasal 2 tentang kekua­saan poin 1, yang berbunyi “Meminta, menerima atau menolak dan mengesah­kan laporan pertanggung­jawaban Senat Mahasiswa (SEMA) dan Dewan Ekseku­tif Mahasiswa (DEMA) KBM STAIN ponorogo”

Opini

13 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

hasiswa. Sistem demokrasi yang dirasa-

kan oleh rakyat Indonesia yang se-harusnya dirasakan juga oleh maha-siswa STAIN Ponorogo malah ber-banding terbalik dengan kenyataan yang ada. Rasa demokrasi yang seha-rusnya menerpa mahasiswa secara keseluruhan itu seakan-akan hanya dirasakan oleh sekelompok orang yang berkepentingan saja. Lagi-la-gi fungsi MUSMA di sini patut un-tuk dipertanyakan. Pasalnya, semua itu memang berawal dari rangkaian MUSMA yang tampak “acakadut” dalam pelaksanaannya.

Pelaksanaan MUSMA 2016 ten-tunya menimbulkan pertanyaan be-sar. Pasalnya, forum yaang katanya didasarkan pada keintelektualitasan mahasiswa tersebut terkesan seper-ti drama. Mau diakui ataupun tidak, selama ini MUSMA KBM STAIN Ponorogo tidak mampu menyuara-kan aspirasi mahasiswa dalam per-gantian organisasi, melainkan ma-lah membungkam rapat suara ma-hasiswa yang rindu akan murninya demokrasi. Fikirkan!

_________________Nurul Khusna_Crew

Sistem demokrasi yang dirasakan oleh rakyat Indonesia yang seharus-nya dirasakan juga oleh mahasiswa STAIN Po-norogo malah berband-ing terbalik dengan ken-yataan yang ada. Rasa demokrasi yang seharus-nya menerpa mahasiswa secara keseluruhan itu seakan-akan hanya diras-akan oleh sekelompok orang yang berkepentin-gan saja. Lagi-lagi fungsi MUSMA di sini patut untuk dipertanyakan. Pasalnya, semua itu memang berawal dari rangkaian MUSMA yang tampak “acakadut” dalam pelaksanaannya

Opini

14 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

Masih pagi,

Makhluk-makhluk bisu sudah menunggu tuan-tuan

Meja dan beberapa baris kursi hijau

Juga mimbar yang semu

Sejenak berlagu,

Tuan-tuan persidangan memasuki ruang

Diikuti kaki-kaki berlangkah di belakang

Yang hendak silangkan pedang peraduan

Tak lupa, segerombol yang berparas menjaga sidang

Lalu, barisan aksara dibagikan

Sebentar mereka mengeja-ngeja

Selanjutnya saling berdendangan

Ada lagi yang muak,

Ini mirip sampah tahun lalu yang dilupakan

Serupa lembar tak difungsikan

Lain lagi dibalik perhelatan,

Yang berparas mulai menghipnotis

Alunannya merasuki jiwa-jiwa yang hampir sadar

Hingga pedang peraduan tak jadi disilangkan.

Inikah Sidang?oleh: Rina Puji R.

Puisi

15 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

AD/ART sudah berlalu,

Syair GBPK juga sudah

Apalagi yang mendebarkan?

LPJ telah berlaju 120 km/jam

Juga tiada yang menyeramkan

Tanpa halangan pun rintangan

Sepertinya, ini benar persidangan

Sempat memantulkan suara, tapi entah kemana

Padahal juga tak dibungkam

Apa ditenggelamkan malam?

Ah, entahlah

Sang dipertuan sudah ijin pergi

Menggandeng yang muda-muda dari mereka

Kursi bisu dan kaku, bisa apa?

Hanya mengutuk-ngutuk dalam hati,

Tak ada yang geram

Tak ada yang faham arti “ah” dan “uh”

Padahal nyawa mereka dibalik-balikkan

Inikah sidang?

Bukan, ini bukan sidang

Serupa dagelan beralunan demokrasi, katanya.

Ponorogo, 27 Mei ‘16

Puisi

16 Bulletin Soeara Pena Spesial edisi Musma

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) aL-Millah STAIN Ponorogo menerima tulisan berupa Artikel, esay, opini, berita dan lain sebagainya. silahkan kirimkan tulisan anda ke lpmalmillah@

gmail.com atau datang langsung ke sekretariat LPM aL-millah di gedung BEM STAIN Ponorogo Jl. Pramuka 156. Ronowi-

jayan, Siman, Ponorogo. Redaksi berhak mengedit tanpa me-rubah esensi tulisan

Anda juga bisa membaca atau mendownload Bulletin Soeara Pena Edisi spesial MUSMA versi digitalnya di:

https://issuu.com/lpmal­millah

Perhelatan demokrasi kampus yang da-lam hal ini adalah MUSMA telah ber-akhir dengan terpilih-nya ketua DEMA dan SEMA secara aklamasi. Sejauh ini penulis hanyalah memapapar-kan fakta yang terjadi dilapangan entah itu MUSMA yang terkesan main-main atau MUSMA dagelan tapi memang seperti it-ulah MUSMA tahun ini. dan kita sebagai rakyat hanya bisa berharap dan berharap bahwa dalam kepengurusan ke depan tidak menjadi kepengurusan yang main-main dan dagelan.

Salam Demokrasi Yang Sehat!