Bulimia Berasal Dari Bahasaa Yunani Bous
-
Upload
-okta-dyan-onta- -
Category
Documents
-
view
281 -
download
8
Transcript of Bulimia Berasal Dari Bahasaa Yunani Bous
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam satu di antara banyak negara, terdapat beberapa orang yang secara sengaja membuat diri
mereka sendiri lapar terkadang sampai meninggal.mereka terobsesi dengan berat badan dan bermaksud
untuk mencapai citra tubuh yang terlalu kurus. Ada juga yang memiliki siklus di mana mereka makan
banyak dan kemudian berkeinginan untuk menghilangkan kelebihan makan mereka, antara lain dengan
memuntahkannya. Pola yang disfunggsional ini adalah dua tipe utama dari gangguan makan, yaitu
anoreksia nervosa (anorexia nervosa) dan bulimia nervosa. Gangguan makan (eating disorders)
memiliki karakteristik pola makan yang terganggu daan cara yang maladaptif dalam mengontrol berat
badan. Seperti gangguaan psikologis lainnya, anoreksia dan bulimia sering disertai dengan berbagai
bentuk psikopatologi, termasuk depresi, gangguan kecemasan dan gangguan penyalahgunaan zat.1
Anoreksia nervosa dan bulimia nervosa dahulu diduga jarang sekali terjadi, namun
peningkatannya semakin terlihat di Amerika dan negara maju lainnya. Mayoritas kasus terjadi
pada wanita, terutama wanita muda. Meskipun gangguan ini biasanya berkembang di masa
dewasa ataupun dewasa akhir, gangguan ini umumnya mulai muncul pada masa remaja dan
dewasa awal ketika tuntutan untuk menjadi kurus sangat kuat (Beck, Casper, & Andersen, 1996).
Seiring dengan meningkatnya tekanan sosial ini, makin meningkat pula tingkat gangguan makan.
Kira-kira 0,5% (1:200) wanita di lingkungan kita mengidap anorexia nervosa (APA, 2000).
Tingkat prevalensi penderita bulimia nervosa di kalangan wanita diperkirakan berkisar antara 1%
dan 3% (APA, 2000). Persentase yang jauh lebih besar terlihat pada wanita muda yang
menunjukkan perilaku anoreksik atau bulimik, tapi bukan berarti mereka pasti didiagnosis
memiliki gangguan makan. Penelitian terhadap mahasiswi menunjukkan bahwa mungkin 1
1
diantara 2 dari mereka makan berlebih dan memuntahkannya setidaknya satu kali. (Fairburn &
Wilson, 1993). Jumlah penderita anoreksia dan bulimia pada pria sekitar sepersepuluh jumlah
wanitanya (APA, 2000).1
Semakin banyak studi di berbagai negara yang menunjukkan bahwa gangguan makan adalah
masalah yang meluas di mana-mana. Data yang lebih dramatis lagi adalah data untuk bulimia
nervosa. Garner dan Fairburn (1988) mengulas angka-angka rujukan ke sebuah pusat gangguan
makan besar di Kanada, antara tahun 1975-1986, angka rujukan untuk anoreksia nervosa naik
secara lamban, tetapi angka bulimia naik secara dramatis dari nyaris tidak ada menjadi lebih dari
140. Temuan-temuan yang serupa dilaporkan dari berbagai belahan dunia lainnya (Hay dan
Hall,1991; Lacey,1992). Studi-studi lainnya memperkirakan kenaikan angka kematian sebesar 6
kali lipat dalam kelompok ini bila dibandingkan dengan populas normal (Crisp, Callender,
Halek, Hsu, 1992; Patton, 1998), Tingkat kematian akibat ganguan makan, khususnya anoreksia,
merupakan yang tertinggi dibanding gangguan psikologis lainnya, termasuk depresi (Harris dan
Barraclough, 1998; Keel, dan kawan-kawan, 2003; Vitiello dan Lederhedler, 2000). Gangguan
makan dimasukkan sebagai sebuah kelompok gangguan yang terpisah untuk pertama kalinya
dalam DSM-IV.2
Bulimia Nervosa adalah penyakit gangguan pencernaan yang lebih sering menimpa wanita
remaja dan pertengahan usia. Penyebab dari penyakit ini masih belum dapat diketahui asalnya,
namun diyakini dipengaruhi oelh beberapa faktor. Beberapa diantaranya memiliki masalah
dengan berat badan atau obesitas, memiliki riwayat anoreksia, stress, bahkan faktor genetik juga
dapat mempengaruhi. Penyakit ini dapat menyebabkan kondisi patologis bukan hanya pada
saluran pencernaan tetapi juga dalam rongga mulut, misalnya xerostomia, erosi pada gigi geligi,
pembengkakan glandula salivarius (kelenjar ludah) dan sebagainya. perubahan patologis
2
tersebut bila dibiarkan dapat mengakibatkan kerusakan permanen. Pada pemeriksaan intraoral
(dental) para pasien bulimia nervosa ditemukan dalam kondisi erosi pada gigi karena regurgitasi
(naiknya makanan dari kerongkongan atau lambung tanpa disertai oleh rasa mual maupun
kontraksi otot perut yang sangat kuat) asal lambung, terutama permukaan lingual. Seringnya
frekuensi muntah yang mengandung asam hidroklorida dapat merusak email dan dentin.
Proporsi makan pasien penderita bulimia nervosa cenderung lebih banyak mengonsumsi
karbohidrat. Makanan dengan kadar karbohidrat tinggi dapat meningkatkan produksi asam dan
meningkatkan risiko karies. Selain itu, penderita bulimia nervosa akan mengalami apa yang
dinamakan dengan Xerostomia (keadaan dimana mulut terasa kering karena produksi saliva
berkurang), dan berbagai macam penyakit yang siap menghinggap pasien dengan bulimia
nervosa.Pasien bulimia umumnya dapat disembuhkan, diperlukan kerjasama antara dokter gigi,
pskolog, dokter spesialis penyakit dalam, pakar diet, dan dukungan orang-orang terdekat seperti
keluarga, dan sahabat.3
I.2. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
I.2.1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis dengan judul “Kondisi Rongga Mulut Penderita Bulimia
Nervosa” adalah :
1. Untuk menjelaskan tentang berbagai macam gangguan makan.
2. Untuk mengetahui kondisi rongga mulut penderita
3. Untuk mengetahui komplikasi medis bulimia nervosa.
4. Sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana.
3
I.2.2. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan yang tertera diatas, dengan mengetahui tentang eating disorders
khususnya bulimia nervosa kita dapat bertindak secara dini untuk mengatasinya.
I.3. Metode Penulisan
Metode yang digunakan pada penulisan skripsi ini yaitu menggunakan metode studi pustaka
(library research) dengan mengumpulkan berbagai literatur berupa text book, jurnal, artikel, dan
internet yang ada kaitannya dengan kondisi rongga mulut penderita bulimia nervosa yang
kemudian dideskripsikan dalam bentuk skripsi.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Epidemiology
Gangguan makan terjadi dari beberapa perilaku makan berupa perilaku mengurangi makan
hingga pada perilaku mengkonsumsi makanan secara berlebihan . Pola perilaku ini disebabkan
oleh pengaruh distress atau disebabkan oleh beberapa faktor pengkondisian bentuk tubuh
tertentu. Individu yang memiliki gangguan makan biasanya mereka makan dalam porsi tertentu,
dalam jumlah kecil atau banyak, akan tetapi dorongan-dorongan kuat untuk melakukan perilaku
tersebut merupakan permasalahan yang tidak bisa dikontrol oleh dirinya. Gangguan makan
biasanya dimulai pada awal dewasa, beberapa laporan menyebutkan bahwa gangguan tersebut
juga muncul di awal masa kanak-kanak yang berlanjut pada usia dewasa. Gangguan makan yang
terjadi pada masa kanak-kanak biasanya mereka sembunyikan dari orangtua.4
Berdasarkan DSM IV, gangguan makan dibagi dalam 3 tiga tipe yakni anoreksia nervosa,
bulimia nervosa dan gangguan makan yang tidak terdefinisi. Pada umumnya penderita anoreksia
mempertahankan bentuk tubuhnya untuk tetap kurus, dalam bentuk ekstrim mereka beranggapan
bahwa semakin kurus seseorang maka semakin baik. Sebagian besar anoreksi mengidap pada
wanita seumur hidupnya. Bila penderita anoreksi mengurangi jumlah makan, sebaliknya pada
penderita bulimia makan dalam jumlah besar yang didikuti dengan muntah atau sengaja untuk
muntah. Gangguan makan dalam bentuk lain adalah overeating compulsive, yakni perilaku
makan secara berlebihan, perilaku tersebut tidak dapat dikontrol oleh individu berseangkutan,
biasanya individu akan terus melakukan kebiasaannya meskipun telah mencapai obesitas bahkan
sampai sakit. Gangguan ini mengidap pada pria sebagian besarnya.4
5
Frekuensi gangguan makan kadang muncul secara beiringan dengan gangguan psikologis
lainnya seperti depresi, terlibat dalam kekerasan atau gangguan kecemasan. Disamping itu
individu dengan masalah makan ini kadang juga rentan dengan gangguan kesehatan seperti gagal
ginjal, bahkan sampai pada kematian.4
Insiden dan prevalensi dari gangguan makan seperti biasa tergantung pada definisi yang
digunakan dan penduduk dipertimbangkan. Secara umum, anoreksia dan bulimia nervosa adalah
gangguan Kaukasia wanita dewasa muda dari kelas sosial yang lebih tinggi dan di atas rata-rata
prestasi akademik. Insiden puncak untuk anoreksia nervosa adalah sekitar usia 18 tahun. Bahwa
untuk bulimia nervosa sedikit lebih tinggi.5
(Sumber: www.GrameenFoundation.orgwww.GrameenFoundation.org)
Studi kasus register dan catatan rumah sakit di Inggris dan Amerika Serikat telah
menunjukkan suatu kejadian untuk anoreksia antara 0,4 dan 4 per 100.000 per tahun. Seorang
dua tahap screening survei menunjukkan anorexia nervosa prevalensi antara 0,2 dan 0,8%,
dengan prevalensi yang lebih tinggi di atas kelas-kelas sosial. Sebuah studi anak sekolah remaja
6
Inggris menunjukkan prevalensi 1-2%, dengan prevalensi yang lebih tinggi di sekolah privat
perempuan. Disamping itu, mereka dengan diagnosa penuh lebih lanjut 5% dalam survey ini
menunjukkan beberapa fitur dari anoreksia nervosa. Prevalensi dari bulimia nervosa adalah
antara 2 dan 4,5% pada sekolah anak perempuan. Sejak tahun 1970, bulimia nervosa masih
dimasukkan sebagai sebuah subvariant dari anoreksia nervosa.5
II.2.Prevalensi :6
Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa terjadi pada lebih kurang 0,5% sampai 3,7% populasi wanita dengan
awitan sering terjadi antara usia 13 dan 20 tahun. Diperkirakan 1 dari 10 sampai 20 orang
yang mengalami anoreksia adalah pria.
Bulimia nervosa
Bulimia lebih sering terjadi daripada anoreksia nervosa dengan perkiraan 1% sampai 4%
pada populasi wanita serta prevalensi 4% hingga 15% pada wanita dengan pendidikan
Sekolah Menengah Atas dan mahasiswa. Awitan terutama terjadi pada usia 15 hingga 18
tahun. Diperkirakan 1 dari 10 orang yang mengalami bulimia adalah pria .
7
Tabel1
Prevalence differences between bulimia nervosa and bulimic behavior among college-
age adults in one of the few investigations to distinguish between the two disorders.
Prevalence by Gender Bulimia Nervosa Bulimic Behavior
Females 1.3% 6.6%
Males 0.2% 3.6%
Both genders 0.9% 5.4%
(Sumber : Oral Pathology vol.9 No.6)
II.3.Pengertian
II.3.1.Pengertian Anorexia Nervosa
Anoreksia nervosa adalah jenis gangguan makan dimana individu menjaga bentuk tubuhnya
agar tetap kurus atau untuk lebih kurus lagi dibawah berat normal. Individu dengan anoreksia
nervosa sangat takut dirinya bertambah berat badan, ia akan mempertahankan rasa lapar secara
ekstrim, bila ia merasa makan agak berlebihan maka ia akan segera memuntahkannya. Anorexia
pada umumnya mulai diderita seseorang pada usia remaja, walaupun bisa juga mulai muncul
ketika anak-anak berusia lima tahun atau pada orang tua berusia 60-an tahun. Gejala anorexia
bisa bermacam-macam tergantung individu yang menderitanya.Penyakit ini dapat bolak-balik
membaik kemungkinan memburuk, tetapi bisa juga makin lama mungkin buruk tanpa ada tanda-
tanda perbaikan sama sekali.4,7
8
Selain berolah raga secara berlebihan penderita anorexia biasanya punya kebiasaan makan
yang aneh, seperti menyisihkan makanan di pirirignya dan memotong-motongnya menjadi
bagian-bagian kecil, mengunyah lambat-lambat, serta menghindari makan bersama keluarga.
Mereka menganggap kulit dan daging pada tubuh mereka. sebagai lemak yang harus
dimusnahkan. Tidak adanya lemak di tubuh membuat penderita anorexia merasa tidak nyaman
ketika duduk ataupun berbangun (saking kurusnya). Selain itu mereka juga sulit tidur. Dengan
berlanjutnya penyakit ini, penderita mulai suka menyendiri dan menarik diri dari teman dan
keluarga.7
Tubuh penderita bereaksi terhadap kondisi ini dengan cara menghentikan beberapa proses.
Tekanan darah manurun drastis, napas melemah, pada wanita menstruasi terhenti (atau pada anak
yang menginjak dewasa, mungkin menstruasi tidak dimulai sama sekali), dan kelenjar tiroid
yang mengatur pertumbuhan menghilang. Kulit mengering, rambut, dan kuku menjadi
rapuh.Gejala lain yang timbul adalah pusing, kedinginan, sembelit, serta pembengkakan sendi.
Kekurangan lemak menyebabkan tempemtur tubuh menurun. Sebagai mekanisme alam, tumbuh
lanugo atau rambut di seluruh tubuh termasuk wajah. Selain itu, ketidakseimbangain zat kimia
dalam'tubuh juga dapat menyebabkan serangan jantung.7
II.3.2.Bulimia Nervosa
Bulimia berasal dari bahasaa yunani bous, yang artinya “sapi” atau “kerbau” dan limos, yang
artinya “rasa lapar”. Gambaran tidak indah yang terinspirasi dari istilah tersebut adalah makan
yang terus-menerus, seperti sapi yang memamah biak. Bulimia nervosa adalah gangguan makan
yang memiliki karakteristik episode yang berulang untuk menelan makanan dalam jumlah besar,
diikuti dengan penggunaan cara-cara yang tidak tepat untuk mencegah pertambahan berat badan.
9
Hal ini bisa melibatkan mengeluarkan makanan dengan memaksa diri untuk memuntahkannya;
menggunakan obat pencahar, diuretics, atau enames; berpusa atau menjalankan latihan fisik
yang berlebihan. Ada tiga cara utama membersihkan diri akibat muntah, penyalahgunaan
pencahar,dan penyalahgunaan diuretic, kebanyakan pasien dengan bulimia menyebabkan muntah
dengan jari, tapi beberapa menggunakan ipecac. Ketika penyakit berlangsung, banyak orang
yang bisa muntah secara reflex tanpa stimulasi mekanis. Pencahar yang disalahgunakan adalah
tipe stimulant yang berisi bisacodyl,cascara,atau senna.diuretic dan pil diet seperti yang
mengandung efedrin kurang sering digunakan.1,8
Bulimia nervosa adalah jenis gangguan makan dimana individu makan dalam jumlah
melebihi porsi normal atau secara berlebihan, perilaku makan tersebut sebagai akibat individu
kesulitan dalam mengontrol keinginannya untuk berhenti makan. Selanjutnya individu akan
memuntahkan, atau makan obat pencuci perut karena khawatir akan obesitas. Meskipun kriteria
formal dari Diagnostik dan Statiatik Manual of Mental Disorders, 4th edition (DSM IV),
mengharuskan baik pesta makan dan perilaku kompensasi terjadi, rata-rata setidaknya dua kali
seminggu untuk jangka waktu tiga bulan, ada variabilitas luas dalam perilaku jenis ini, dan
beberapa pasien membersihkan 5 sampai 10 kali atau lebih perhari. Berbeda dengan anoreksia
nervosa, yang ditandai dengan berat badan yang kurang dari 85 persen dari nilai normal,
sebagian besar orang dengan bulimia memiliki berat badan normal. Resiko kematian jauh lebih
rendah diantara pasien dengan bulimia nervosa daripada di antara mereka yang anoreksia
nervosa.4,8
Penderita bulimia nervosa makan dalam jumlah sangat berlebihan (menurut riset rata-rata
perderita bulimia nervosa mengonsumsi 3.400 kalori setiap satu seperempat jam padahal
kebutuhan konsumsi orang normal hanya 2.000-3.000 kalori per hari). Kemudian berusaha keras
10
mengeluarkan kembali apa yang telah dimakannya, dengan cara memuntahkannya kembali atau
dengan menggunakan obat pencahar. Di antara kegiatan makan yang berlebiban itu biasanya
mereka berolahraga secara berlebihan.7
Skema teori kognitif perilaku tentang bulimia nervosa
(Sumber : Davison. Gerald C, Neale. John M, Kring. Ann M. “ Psikologi Abnormal”, 2006,PT.Grafindo Persada: Jakarta)
Biasanya penderita tidak langsung ketahuan oleh orang lain bahwa ia menderita penyakit ini,
karena berat badannya normal dan tidak terlalu kurus. Karena tidak ketahuan sehingga tidak
ditangari dokter, penyakit yang sering berawal ketika seseorang masih berusia remaja ini dapat
berlangsung terus sampai ia berusia empat puluhan sebelum ia mencari bantuan.Banyak
penderita bulimia nervosa berat badan yang normal kelihatanya sehat, sukses dibidangnya, dan
cenderung perfeksionis.7
II.4. Etiology
Seperti ganggguan psikologis lainnya, anoreksia dan bulimia melibatkan interaksi yang
kompleks dari berbagaai faktor. Namun demikian, faktor yang paling signifikan adalah tekanan
social yang dirasakaan oleh wanita muda yang menyebabkan mereka mendasarkan self-worth
mereka pada penampilan fisik, terutama berat badan.1
11
Faktor Sosiokultural Teoretikus sosiokultural menitikberatkan pada tekanan sosial dan
harapan dari masyarakat pada wanita muda sebagai kontributor terhadap perkembangn
ganggguan makan (Bemporad, 1996; Stice, 1994). Tekanan untuk mencapai standar
kurus yang tidak realistis, dikombinasikan dengan pentingnya faktor penampilan
sehubungan dengan peran wanita dalam masyarakat kita , dapat menyebabkan wanita
muda menjadi tidak puas dengan tubuh mereka sendiri (Stice, 2001). Bahkan pada anak-
anak usia 8tahun, wanita lebih menunjukkan ketidakpuasan akan tubuh mereka daripada
laki-laki (Ricciardelli & McCabe, 2001). Ketidakpuasan tubuh padawanita muda dapat
menyebabkan diet yang berlebihan dan perkembangan perilaku makan yang terganggu.1
Faktor Psikososial Wanita dengan bulimia biasanya melakukan diet yang ekstrem yang
ditandai dengan ketatnya aturan tentang apa yang mereka makan, berapa banyak yang
bisa mereka makan, dan seberapa sering mereka boleh makan (Drewnowski dkk.,1994).
Wanita dengan bulimia cenderung mengalami sedikit kelebihan berat badan sebagai awal
perkembangan dari bulimia, dan awal mula dari siklus makan berlebihan dan
mengeluarkannya kembali biasanya mengikuti suatu periode diet yang kaku untuk
menurunkan berat badan. Pada skenario yang biasa terjadi, gagal melakukan kontrol
terhadap diet yang kaku menjadi awal dari makan yang berlebihan. Hal ini menjadi rantai
reaksi di mana makan berlebihan menyebabkan ketakutan akan bertambahnya berat
badan, yang memicu keinginan untuk memuntahkannya atau melakukan latihan fisik
yang berlebihan guna mengurangi berat badan yang bertambah. Beberapa wanita
penderita bulimia menjadi sangat peduli tentang kemungkinan pertambahan berat badan
mereka dan berusaha untuk muntah setiap kali sesudah makan (Lowe, Golaves, &
Murphy-Eberenz, 1998). Memuntahkan makanan diperrkuat secara negatif karena
12
menghasilkan perasaan lega , atau setidaknya sedikit lega, dari keecemasan akan
pertambahan berat badan.Ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri adalah faktor penting
lainnya dalam gangguan makan (Heatherton dkk.,1997). Ketidakpuasan terhadap tubuh
dapat menghasilkan usaha-usaha yang maladaftif-dengan melaparkan diri dan
memuntahkan untuk mencapai berat badan atau bentuk tubuh yang diinginkan . Wanita
pengidap bulimia dan anoreksia cenderung sangat peduli pada berat dan beentuk tubuh
mereka (Fairburn dkk., 1997).1
Faktor-faktor kognitif juga ikut terlibat. Wanita bulimia cenderung perfeksionis dan
dikotomis dalam pola fikir mereka (Fairburn dkk.,1997). Karena itu mereka
mengharaapkaan diri mereka untuk tetap pada aturan diet yang kaku dan menilai diri
mereka sebagai seseorang yang gagal sepenuhnya jika mereka menyimpang meskipun
hanya sedikit. Mereka juga menilai diri secara keras untuk episode makan berlebihan dan
mengeluarkannya. Faktor-faktor kognitif ini saling mempengaruhi satu sama lain.
Sebagai tambahan, wanita dengan kecenderungan bulimia cenderung memiliki tipe
kognitif disfungsional yang dapat menghasilkan keyakinan berlebihan mengenai
konsekuensi negatif dari pertambahan berat badan (Poulakis & Wertheim,1993).Wanita
muda pengidap bulimia juga cenderung memiliki masalah emosional yang lebih banyak
dan self-esteem yang lebih rendah daripada orang lain yang juga melakukan diet
(Fairburn dkk.,1997). Bulimia seringkali muncul bersamaan dengan berbagai macam
gangguan psikologis, termassuk ketergantungan alcohol, depresi mayor, dan gangguan
keceemasan seperti ganggguan panik, fobia, dan gangguan kecemasan menyeluruh
(Kendler dkk, 1991).1
13
Model Kognitif Bulimia Nervosa
(Sumber : Nevid. Jeffery S, Rathus. Spencer A, Greene. Beverly, “Psikologi Abnormal Edisi ke-9”,2005, Erlangga: Jakarta)
Faktor Keluarga Gangguan makan sering kali berkembang dari adanya konflik dalam
keluarga (Fairburn dkk.,1997; Wonderlich dkk.,1997). Keluarga dari wanita muda
dengan gangguan makan cenderung lebih sering mengalami konflik, kurang memiliki
kedekatan dan kurang saling memberi dukungan , namun lebih bersikap overprotective
dan kritis daripada kelompok pembanding (Fairburn dkk., 1997). Orang tua terlihat
kurang mampu untuk membangkitkan kemandirian dalam diri anak perempuan mereka.
Konflik dengan orang tua mengenai isu otonomi seringkali mengakibatkan munculnya
anoreksia dan bulimia nervosa (Ratti, Humphrey, & Lyons, 1996).1
Faktor Biologis Para ilmuwan menduga bahwa terdapaat ketidaknormalan dalam
mekanisme otak yang mengatur rasa lapar dan kenyang pada penderita bulimia,
kemungkinan besar berkaitan dengan serotonin kimiawi otak (Goode, 2000a). Serotonin
memainkan peran penting dalaam pengaturan mood dan nafsu makan, terutama selera
14
terhadap karbohidrat. Rendahnya serotonin atau kurangnya sensitivitas dari reseptor
serotonin otak, dapat menyebabkan munculnya episode makan berlebihan, terutama
karbohidrat (Levitan dkk., 1997). Pemikiran ini didukung bukti bahwa antidepresan,
seperti Prozac, yang meningkatkan aktivitas serotonin, dapaat menurunkan episode
makan berlebihan pada wanita pengidap bulimia (Jimerson dkk.,1997). Terdapat pula
beberapa petunjuk adanya peran factor genetics pada gangguan makan (Wade dkk.,
2000).1
Genetik Bulimia nervosa dapat terjdi dalm satu keluarga, di mana kerabat tingkat
pertama dari perempuan yang menderita bulimia nervosa memiliki kemungkinan sekitar
empat kali lebih besar disbanding rata-rata untuk menderita gangguan teersebut (a.l.,
Kasett dkk., 1987; Strober dkk., 2000). Studi terhadap orang kembar terkait gangguan
makan juga menunjukkan pengaruh genetic.4
II.5.Subtipe Anoreksia dan Bulimia Nervosa:
Subtipe dari Anoreksia; Ada dua subtipe umum dari Anoreksia , yaitu tipe makan
berlebihan/membersihkan dan tipe menehan. Tipe pertama ditandai oleh episode yang
sering dari makan berlebihan dan memuntahkannya; tipe kedua tidak demikian.
Meskipun siklus berulang dari makan banyak dan memuntahkannya terjadi pada Bulimia,
individu penderita bulimia tidak mengurangi berat badan mereka sampai tingkat
anoreksik. Perbedaan antara subtipe Anoreksia didukung oleh perbedaan dalam pola
kepribadian Individu dengan tipe makan/muntah cenderung memiliki masalah yang
berhubungan dengan kontrol impuls, di mana peningkatan episode makan berlebih
mungkin melibatkan penyalahgunaan zat atau mencuri (Garner,1993). Mereka cenderung
untuk berganti-ganti antara periode kontrol yang kaku dan perilaku impulsif. Mereka
15
yang memiliki tipe menahan cenderung secara kaku bahkan secara obsesif mengontrol
diet dan penampilan mereka.1
Subtipe Bulimia Nervosa; Purging type: orang telah secara teratur terlibat dalam
muntah dengan penyalahgunaan pencahar,diuretic atau enema. Dan Nonpurging type:
orang telah menggunakan perilaku kompensasi yang tidak pantas lainnya seperti puasa
atau olahraga berlebihan.10
II.6. Diagnosis dan Simptomalogi Penderita Anoreksia Dan Bulimia Nervosa
Karakteristik diagnostik Anoreksia Nervosa :1
A. Menolak untuk mempertahankan berat badan pada atau distas berat badan minimal yang
normal sesuai usia dan tinggi seseorang, misalnya, berat badan 15% di bawah normal.
B. Ketakutan yang kuat terhadap penambahan berat badan atau menjadi gemuk, meskipun
tubuhnya kurus.
C. Citra tubuh yang terdistorsi di mana tubuh seseorang atau bagian tubuh seseorang
dipandang sebagai gemuk, walaupun orang lain memandang orang tersebut kurus.
D. Dalam kasus wanita yang telah mengalami menstruasi, terjadi ketidak hadiran tiga atau
lebih periode menstruasi.
Simptomalogi:11
1. Rasa takut yang tidak wajar terhadap kegemukan. Memikirkan secara berlabihan
tentang ukuran tubuh. Melaporkan “merasa gemuk” meskipun berada dalam kondisi
kurus kering.
16
2. Penolakan untuk makan. Melaporkan “sedang tidak lapar” meskipun diperkirakan
bahwa perasaan lapar yang sebenarnya tidak berakhir sampai lama pada perilaku
yang menyimpang.
3. Memikirkan secara berlebihan tentang makanan. Berpikir dan berbicara tentang
makanan secara panjang lebar. Menyiapkan makanan dalam jumlah besar untuk
teman-teman dan anggota keluarga, tetapi sama sekali menolak untuk memakannya.
4. Amenorea adalah umum, sering kali timbul meskipun sebelum terjadi kehilangan
berat badan yang perlu diperhatikan.
5. Perkembangan psikoseksual yang tertunda.
6. Perilaku kompulsif, seperti mencuci tangan yang berlebihan, dapat terjadi.
7. Latihan yang berat adalah umum.
8. Perasaan depresi dan anseitas sering kali menyertai perilaku yang menyimpang.
9. Pasien akan terikat dengan perilaku-perilaku minum minuman keras dan pencucian
perut dari waktu ke waktu.
Karakteristik Diagnostik Bulimia Nervosa :1
A. Episode berulang dari makaan berlebihan seperti yang ditujukan oleh kedua hal berikut
ini:
(1) Memakan makanan dalam jumlah yang sangat luar biasa selama periode 2 jam, dan
(2) Merasa kehilangan kontrol terhadap pemasukan makanan pada saat episode
tersebut.
B. Perilaku tidak sesuai yang sering terjadi untuk menjaga agar berat tubuh tidak
bertambaah seperti membangkitkan rasa ingin muntah, penyalahgunaaan obat pencahar,
diuretik atau enema, dengan berpuasa atau latihan berlebihan.
17
C. Rata-rata minimal dalam seminggu terjadi dua episode makan berlebihan dan perilaku
kompensasi yang tidak sesuai untuk menghindari bertambahnya berat badan, dan hal ini
terjadi minimal selama 3 bulan.
D. Perhatiaan berlebihan yang terus-menerus pada bentuk daan berat badan. (APA, 2000)
Simptomalogi:11
1. Pesta-pesta makan atau minum biasanya tersembunyi dan rahasia, dan seseorang
dapat mengkonsumsi sebanyak 11,500 kalori dalam satu episode.
2. Setelah pesta dimulai, sering kali ada perasaan kehilangan kendali atau
ketidakmampuan untuk menghentikan makan.
3. Pesta-pesta makan dapat dipandang sebagai suatu yang memberi kesenangan, tetapi
diikuti dengan kritik terhadap diri-sendiri yang keras dan alam perasaan yang
tertekan.
4. Bulimik biasanya dalam rentang berat badan yang normal, beberapa di antaranya
kekurangan berat berapa pon, beberapa lainnya kelebihanberat beberapa pon.
5. Obsesi dengan gambaran mengenai tubuh dan penampilan adalah segi yang paling
banyak dari kelainan ini. Bulimik memperlihatkan tentang halyang tidak pantas
mengenai daya tarik seksual dan bagaimana mereka akan memperlihatkan diri
dengan orang lain.
6. Pesta-pesta makan atau minum biasanya berganti-ganti dengan periode-periode
makan dan puasa yang normal.
7. Muntah yang banyak akan mengarah pada masalah-masalah dengan dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit. Asam lambung pada muntah turut menyebabkan
terhadap erosi email gigi.
18
Source: National Women's Health Information Center
II.7.Diagnosis Banding Bulimia Nervosa:12
Sindrom Kluver-Bucy
Ciri patologis yang dimanifestasikan oleh sindroma Kluver-Bucy adalah agnosia visual,
menjilat dan menggigit yang kompulsif, memeriksa objek dengan mulut,
ketidakmampuan mengenali tiap stimulus, plasiditas, perubahan perilaku seksual
(hiperseksualitas), dan perubahan kebiasaan makan, khususnya hiperfagia
Sindroma Kleine-Levin
Sindroma Kleine-Levin terdiri dari hipersomnia periodik yang berlangsung dua sampai
tiga minggu atau hiperfagia.
19
II.8.Komplikasi Bulimia Nervosa
II.8.1.Komplikasi Rongga Mulut :
1. Erosi Pada Email Dan Dentin
Gigi terutama terdiri atas dentin yang mirip tulang; tersusun oleh matriks kolagen
yang mengalami mineralisasi oleh kristal kalsium fospat (apatite) . Berbeda dengan
tulang, konstituen seluler (odontoblast) membentuk lapisan yang melapisi permukaan
dentin, dari situlah prosesus tubuler yang panjang bercabang-cabang menembus jaringan.
Pada bagian gigi yang tampak (mahkota gigi), dentin ditutupi oleh lapisan enamel yang
hampir seluruhnya terdiri atas bahan inorganik yang berstruktur dalam tumpukan batang
kristalin. Dentin pada akar ditutupi oleh lapisan tipis sementum yang menempelkan gigi
ke ‘ligamen’ periodontal. Pada bagian sentral gigi mengandung inti yang terdiri atas
jaringan ikat, disebut pulpa, yang berhubungan dengan saluran akar yang sempit.13
Erosi menunjukkan hilangnya struktur gigi akibat dari aksi bahan kimia. Setiap bahan
kimia yang ditaruh dalam kontak yang berkepanjangan dengan suatu gigi dan membuat
penurunan pH akan akibat erosi. Keadaan ini paling sering mengenai permukaan labial
dan bukal dari gifgi-geligi. Pola erosi sering kali menunjukkan penyebab atau kebiasaan
tertentu . Erosi permukaan lingual gigi-gigi atas bersama dengan amalgam yang
menunjukkan tepi-tepi yang naik secara menyeluruh dapat merupakan indikasi dari
muntah kronis akibat dari bulimia, anoreksia, kehamilan, atau hernia hiatus.14
Efek paling sering dalam rongga mulut penderita dengan Bulimia Nervosa adalah
erosi pada gigi karena regurgitasi asam lambung, erosi email gigi (perimolisis) biasanya
pada permukaan gigi bagian lingual, palatal, dan posterior yang dapat berlanjut
20
melibatkan dentin dan pulpa gigi. Muntah ini menyebabkan efek mekanis dan kimia pada
permukaan lingual gigi karena pergerakan lidah saat keluarnya muntah. Asam
hidroklorida yang terdapat dalam cairan muntah merusak permukaan email dan
dentin.15,16
Pola umum meliputi erosi [A], kronis rergugitation [B]
(Sumber : Oral Pathology vol.9 No.6)
2.Karies Gigi
Karies gigi adalah hilangnya jaringan gigi sesudah serangan asam atau proteolitik
bakteri dalam plak gigi (kolonisasi mikroorganisme pada permukaan gigi dan jaringan
lunak sekitarnya dalam matriks karbohidrat dan protein). Perkembangan karies
diakibatkan dari suatu interaksi plak bakteri, komponen-komponen diet, respons-respon
penjamu yang berubah dan waktu. Abnormalisasi awal, mengenai fisura dan kontak
interdental, terlihat pada klinik sebagai bercak putih seperti kapur yang menunjukkan
demineralisasi email oleh asam . Asam diproduksi oleh bakteri, biasanya oleh strain
Streptococcus mutans, yang berperan terutama untuk menyaring gula yang terperangkap
sewaktu kontak dengan dentin oleh ‘plaque’, suatu campuran antara bakteri dan residu
21
gula. Kemudian terjadi dekalsifikasi ke dalam, ke arah amelodentinal junction dan
kemudian menyebar ke email normal di bawahnya; dari sini daerah dentin yang
mengalami demineralisasi meningkat.13,17
Asam dalam tubulus dentin merangsang odontoblast dan sel-sel pulpa sehingga
menyebabkan sklerosis dentin (pengendapan dentin peritubular) dan pembentukan dentin
sekunder (dalam usaha untuk menjauhkan odontoblast dari asam yang masuk) dan
menyebabkan pulpitis (radang pulpa). Pada tahap ini, tidak terlihat bakteri di dalam email
atau dentin dan permukaan email tetap utuh. Akhirnya, email rusak, dimulai invasi
bakteri dan penghancuran matriks dentin secara proteolitik dengan cepat sehingga
menyebabkan hilangnya jaringan gigi.17
Kebiasaan muntah melemparkan asam lambung berlawanan dengan gigi anterior maxilla, mengikis permukaan palatal gigi seri, cuspids, dan bicuspid
(Sumber : Australian Dental Journal, 2005;50(1)
Faktor-faktor yang berperan terhadap terjadinya karies :18
1) Gigi
Struktur gigi adalah sebuah faktor, terutama permukaannya. Insiden karies
22
merugikan proporsi jumlah dari flouride, seng, timah, dan besi, yang hadir.
Morfologi adalah sebuah faktor; kedalaman fissur meningkatkan pembentukan
plak dan, sebagai akibatnya, karies. Posisi gigi adalah sebuah faktor, malposition
mempercepat pembentukan plak.
2) Saliva
Perbedaan harus dibuat antara saliva "saat istirahat" dan "pada simulasi", karena
ada perbedaan dalam komposisi. Tidak pernah terbukti bahwa kandungan kalsium
pada saliva berkorelasi dengan terjadinya karies. Tidak ada telah ini dibuktikan
untuk jumlah amilase, jumlah saliva mungkin memainkan peran, tapi satu-satunya
dalam kasus sekresi saliva sangat berkurang karena mungkin terjadi pada radiasi
di daerah kepala-leher. Atau dengan menggunakan obat-obatan dengan efek
antikolinergik. Viskositas air liur tampaknya memiliki korelasi yang signifikan
dengan terjadinya karies. Sifat antibakteri yang mungkin air liur dalam
hubungannya dengan karies telah diberi banyak perhatian, tetapi tidak jelas tanda-
tanda telah ditemukan. Para kapasitas buffer air ludah mungkin memainkan peran,
tergantung pada pH. Namun, sedikit yang diketahui tentang hal ini.
3) Diet
Lembut, makanan lengket meningkatkan pembentukan plak dan akibatnya karies.
Karbohidrat olahan lebih cenderung menyebabkan karies daripada produk
mentah. Dalam hal ini tampaknya surcosa yang paling cariogenic adalah
karbohidrat. Para frekuensi dari penggunaan zat yang manis sangat penting,
seperti yang dibuat jelas dalam studi klasik gustafsson et al. vitamin dalam
makanan sepertinya tidak menjadi penting untuk perkembangan karies. Hal ini
23
juga berlaku pada jumlah kalsium dan fosfat dalam makanan. Jumlah flouride
mungkin memiliki beberapa arti, tetapi jauh lebih sedikit daripada fluoride dalam
air minum .
Insiden karies pada pasien Bulimia Nervosa sangat bervariasi. Proporsi untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat disbanding protein dan
lemak pada pasien ini lebih banyak dibanding orang normal. Pasien Bulimia
Nervosa mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat tinggi
dapat meningkatkan produksi asam dan meningkatkan resiko karies.15
3. Xerostomia
Komposisi dari sekresi saliva pada umumnya tergantung pada usia, jenis kelamin, dan
makanan yang dimakan, waktu pengumpulan saliva pada saat produksi dilakukan, tipe,
intensitas, dan durasi dari stimulus. Lebih jauh lagi terdapat perbedaan dalam setiap
individu dalam komposisi dan aliran sekresi dan saliva. Saliva mengandung berbagai
komponen ludah seperti enzim dan non enzimatis, protein, kalsium, fosfat, sodium dan
berbagai garam mineral lainnya. Di dalamnya juga terkandung berbagai macam gas
seperti nitrogen, oksigen, dan karbondioksida. pH saliva sangat dipengaruhi oleh
kecepatan sekresi saliva. Semakin cepat sekresi saliva maka akan semakin banyak pula
alcaline di dalamnya. Dalam kondisi istirahat, Ph saliva yang tidak terstimulasi yang
diproduksi oleh kelenjar parotis sekitar 5,81 dan pada kelenjar submandibularis sekitar
6,39. Kelenjar saliva diinervasi oleh saraf simpatik dan parasimpatik. Saraf simpatik
menginervasi kelenjar parotis, submandibularis dan juga sublingualis. Sedangkan saraf
parasimpatik selain menginervasi ketiga kelenjar di atas, juga menginervasi kelenjar
saliva minor yang berada di palatum.19
24
Saliva mempunyai sejumlah fungsi penting, antara lain memudahkan penelanan,
mempertahankan mulut tetap lembab, bekerja sebagai pelarut molekul-molekul yang
merangsang indera pengecap, membantu proses bicara dengan memudahkan gerakan
bibir dan lidah, dan mempertahankan mulut dan gigi tetap bersih. Saliva juga mempunyai
daya antibakteri, dan penderita dengan defisiensi salivasi (xerostomia) mempunyai
insidens karies gigi yang lebih tinggi dari pada normal.20
Xerostomia secara harfiah berarti “mulut kering” (xeros=kering dan stoma=mulut).
Mulut kering dapat disebabkan karena pernafasan melalui mulut yang terus-menerus,
tetapi dapat juga oleh adanya peradangan atau disfungsi glandula salivarius mayor, yaitu
glandula parotis dan glandula sublingual. Gangguan fungsi ini dapat banyak sebabnya.
Perasaan mulut kering terjadi bila kecepatan resorpsi air oleh mukosa mulut bersama-
sama dengan penguapan air mukosa mulut, lebih besar dari pada kecepatan sekresi ludah.
Normal diproduksi 500-600 ml ludah tiap hari. Bila produksi kurang dari 20 ml/hari, dan
berlangsung dalam waktu yang lama, maka keadaan ini disebut xerostomia. Gangguan
dalam pengaturan air dan elektrolit, yang diikuti oleh terjadinya keseimbangan air yang
negatif, dapat menyebabkan turunnya sekresi ludah, sehingga kebutuhan pembasahan
mulut meningkat. Akibatnya adalah mulut kering, sukar bicara, mengunyah, menelan,
rasa sakit, rasa tidak enak dalam mulut, perubahan flora mulut, proses terjadinya karies
meningkat, halitosis dan peradangan periodontium. Gangguan emosional seperti stress,
putus asa, dan rasa takut dapat menyebabkan turunnya sekresi ludah dan radang pada
selaput lender dan sudut mulut.15,21
25
4.Pembengkakan Glandula Parotis dan Glandula Sublingual
Sialadenosis, pembengkakan kelenjar ludah, pada pasien dengan eating disorders,
telah diselidiki oleh banyak penulis. Umumnya mereka sepakat bahwa sialadenosis
adalah suatu fitur dari beberapa tapi tidak semua pasien dengan bulimia nervosa. Insidens
terjadinya pembengkakan pada kelenjar ini diperkirakan 10-60%, dapat unilateral
ataupun bilateral. Pada pembengkakan parotis saat dipalpasi terasa lunak dan tidak sakit.
Muntah yang berulang kali, dapat juga mengakibatkan pembengkakan pada glandula
salivarius, pada palpasi sebagian di bawah telinga dan dagu terasa lunak. Jika hal ini
dibiarkan maka akan bersifat permanen, sehingga saat dipalpasi terasa keras.22
Pembengkakan kelenjar ludah tampaknya hanya terjadi pada individu yang melakukan
pembersihan dengan muntah dan tidak pada individu yang non purging type.
Histopatologi umumnya menunjukkan adanya peradangan, meningkatkan ukuran
asinar,peningkatan butir sekretorik, infiltrasi lemak, dan non-inflamasi fibrosis.
Mekanisme lain yang diusulkan termasuk iritasi dari pembukaan getah lambung dan
duktus lapisan kelenjar ludah. Rangsangan otonom dari kelenjar oleh aktivasi lidah
pancreas proteolitic enzim dimasukkan ke dalam mulut selama merangsang reseptor rasa
muntah yang pada gilirannya meningkatkan rangsangan otonom ke kelenjar liur, interaksi
humoral antara pancreas dan parotid, kekurangan gizi, komsumsi pati yang berlebihan,
dan pemberian makan kembali setelah menderita kelaparan. Sialadenosis bukanlah satu-
satunya patologi kelenjar ludah terkait dengan bulimia nervosa. Schoning dan kawan-
kawan menyajikan dua laporan kasus dari necrotizing sialometaplasia pada pasien dengan
bulimia nervosa. Dalam kedua kasus diagnosis dikonfirmasi oleh biopsy. Necrotising
Sialometaplasia dikaitkan dengan cedera traumatik dari kelenjar ludah minor, dan
26
Schoning mengusulkan bahwa factor etiologinya dikarenakan memasukkan jari dan
benda asing ke dalam mulut untuk merangsang muntah.22
(Sumber : Australian Dental Journal, 2005;50(1)
5.Lesi pada mukosa oral dan rasa sakii pada palatum
Banyak lesi mukosa oral berhubungan dengan kekurangan gizi seperti besi, kelompok
vitamin B dan asam folat. Kekurangan seperti itu dapat mengganggu perbaikan dan
potensi regeneratif mukosa oral. Trauma pada mukosa, terutama untuk faring dan langit-
langit hamper secara universal diakui sebagai dampak dari Eating disorders. Trauma
seperti itu diyakini timbul sebagai hasil memasukkan benda asing ke dalam rongga mulut
untuk menyebabkan muntah.22
27
Oral ulceration
(Sumber : Australian Dental Journal, 2005;50(1)
6.Inflamasi dan perdarahan Gingiva
Perdarahan pada gingiva merupakan salah satu tanda dari adanya inflamasi pada
jaringan gingiva. Tanda-tanda lain adalah adanya perubahan warna dan kontur gingiva,
permukaan mengkilat, hipertropi papila gingiva, adanya perdarahan spontan, serta
meningkatnya aliran cairan celah gingiva. Penyebab paling utama dari inflamasi gingival
adalah akumulasi plak. Akumulasi plak berkaitan dengan bakteri yang jumlahnya makin
meningkat. Namun hanya keberadaan bakteri, tidak cukup untuk memulai terjadinya
penyakit. Adanya kepekaan imunitas inang terhadap kejadian penyakit pada gingiva
berperan dalam mengawali inflamasi gingiva.23
Pasien Bulimia Nervosa memiliki tingkat oral hygiene yang buruk, sehingga menjadi
factor penyebab terjadinya penyakit periodontal seperti inflamasi gingival dan perdarahan
gingiva.15
28
7.Diskolorisasi pada Gigi-geligi
Adanya perubahan warna pada gigi-geligi disebabkan oleh pengaruh asam
hidroklorida yang keluar dilambung bersama makanan pada saat muntah dan dapat
merubah warna alami gigi.15
II.8.2.Komplikasi Medis Bulimia Nervosa
Komplikasi Elektrolit
Kira –kira 300 ml air dihasilkan setiap hari oleh oksidasi karbohidrat, protein, lemak. Yaitu,
mengikat beberapa hydrogen dalam substansi ini untuk menghasilkan air. Jumlah air ini tak
cukup untuk mengkompensasi kehilangan cairan yang harus dikeluarkan tubuh, sehingga
sebagian tambahan per oral, parental, atau masukan enteral; diperlukan untuk mempertahankan
volume.24
Keseimbangan cairan dan elektrolit dikontrol secara ketat oleh berbagai hormon, termasuk
hormon antidiuretik (ADH),atriuretik aldosteron, dan atrial neuretik peptida yang berperan
secara selektif untuk reabsorpsi dalam tubulus ginjal. Prosesnya dipengaruhi oleh diet masuknya
cairan dan elektrolit (dalam makanan dan minuman karena haus) dan penyesuaian yang
memungkinkan untuk menanggulangi penyakit atau kondisi lingkungan yang buruk. Berbagai
jenis penyakit mengakibatkan masalah keseimbangan cairan dan elektrolit.25
Dehidrasi disebabkan oleh kehilangan cairan yang berlebihan atau intake yang tidak mencukupi
atau kombinasi keduanya. Hilangnya cairan yang berlebihan dapat disebabkan: 25
a. Muntah dan diare
b. Luka bakar yang luas
29
c. Diabetes insipidus (kegagalan memproduksi ADH)
d. Nefrogenik diabetes insipidus (tubulus ginjal tidak sensitif terhadap ADH)
e. Diuresis (misalnya kehilangan tekanan osmotik disertai glikosuria dari diabetes melitus)
Komplikasi Elektrolit Mengeluarkan zat makanan yang terdapat dalam tubuh secara rekuren
dapat menyebabkan terjadinya kekurangan cairan dan elektrolit. Kasus yang paling sering terjadi
pada metabolisme alkalosis ini disebabkan karena muntah tersebut. Penyalahgunaan obat-obatan
diuretik menyebabkan hipokloremia metabolisme alkalosis. Diare akut disebabkan oleh
konsumsi obat-obatan pencahar dan dapat terjadi hipokloremia metabolisme asidosis.
Kadar potassium urine bisa dimanfaatkan, bila jumlah urine yang keluar 10 mmol per liter
biasanya dipengaruhi oleh sistem gastrointestinal oleh karena jumlah kadar potasium. Sindrom
Pseudo-Batter’s berkaitan dengan hipokalemia alkalosis dan merupakan gejala umum pada
pasien yang selalu muntah dan mengkonsumsi obat-obat diuretik. Bila volume elektrolit tidak
ada akan menyebabkan terjadinya hiperaldoterisme, dapat terjadi edema pada kaki, karena
produksi yang berlebih hormon aldosteron, dapat terjadi pada pasien yang selalu merangsang
keluarnya zat-zat makanan dari dalam tubuh lalu berhenti secara tibatiba. Edema idiopatik adalah
suatu keadaan yang dikarakteristikkan dengan tidak stabilnya cairan tubuh secara nyata, dan
merupakan manifestasi bulimia nervosa pada wanita yang mengkonsumsi obat-obat diuretic
untuk mengontrol siklus cairan tubuh.26
Hipokalemia terjadi pada sekitar 5% pasien penderita bulimia dan mungkin mempengaruhi
mereka untuk aritmia jantung. Mengingat sensitivitas yang rendah, skrining untuk hipokalemia
tidak dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi bulimia. Namun temuan dari hypokalemia
dalam wanita muda sehat sangat spesifik untuk bulimia nervosa. Pengukuran kadar kalium urin
30
mungkin berguna; nilai kurang dari 10 mmol perliter dalam sebuah specimen urin biasanya
menunjukkan suatu gastrointestinal penyebab hilangnya kalium.8
Komplikasi Gastrointestinal
Saluran gastrointestinal memainkan satu peranan penting dalam mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit karena dalam keadaan sehat gastrointestinal adalah tempat
utama penghasil cairan dan elektrolit. Kira-kira 1,5-2,0 L cairan dihasilkan setiap hari melalui
konsumsi cairan dan makanan padat. Dan lagi 6-8 L cairan diekskresi ke dalam dan diabsorbsi
kembali keluar dari saluran GI setiap hari, kira-kira sama dengan setengah dari volume cairan
ekstraseluler (CES). Meskipun volume ini besar, saluran pencernaan menambah sedikit
hilangnya cairan normal (kira-kira 100-200 ml/hari). Pada penyakit bagaimanapun saluran
pencernaan menjadi tempat yang sangat umum dari kehilangan cairan dan elektrolit yang
abnormal, kemungkinan mengakibatkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang hebat.24
Komplikasi gastrointestinal ,frekuensi muntah sangat berpengaruh terhadap kesehatan
gastroesophagial, karena beberapa pasien yang menderita Bulimia nervosa menelan lebih dari 50
mil pencahar setiap hari. Konstipasi hebat karena ketergantungan terhadap pil tersebut diikuti
dengan tidak berfungsinya plexus mesenterica merupakan efek yang dapat timbulkarena
penyalahgunaan pil pencahar tersebut. 26
Komplikasi kelenjar Endokrin
Komplikasi Kelenjar Endokrin Pasien Bulimia Nervosa memiliki siklus kerja kelenjar
endoktrin yang abnormal. Meskipun terjadi menstruasi yang siklusnya tidak teratur yang dapat
mempengaruhi fertilitas, namun pada masa yang akan datang bila pasien sembuh hal ini tidak
akan terjadi. Kebanyakan wanita yang menderita Bulimia membuktikan hal ini ketika hamil.
31
Prevalensi Bulimia Nervosa dapat saja meningkat pada pasien diabetes melitus tipe 1; beberapa
pasien menyuntikkan insulin untuk mempercepat pelangsingan tubuh, kemudian timbul
komplikasi mikrovaskuler.26
Komplikasi lainnya
Komplikasi Lainnya Mengulangi penyalahgunaan obat-obatan dapat memberikan efek serius,
meskipun biasanya dapat disembuhkan, misalnya efek toksik dari cardiomyopathy dan kelelahan
otot. Erosi pada dorsum tangan (Russell’s sign) karena merangsang terjadinya muntah.26
II.8.3.Prognosis :12
Secara keseluruhan, bulimia nervosa tampaknya memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan anoreksia nervosa. Dalam jangka pendek, pasien bulimia nervosa yang mampu
melibatkan diri dalam pengobatan telah dilaporkan lebih dari 50 % yang mengalami perbaikan.
Prognosis bulimia nervosa tergantung kepada keparahan sequele mencahar, yaitu apakah pasien
mengalami gangguan elektrolit dan sampai derajat mana muntah yang sering mengakibatkan
esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar liur dan karies gigi.
Pada beberapa kasus ini yang tidak diobati, remisi spontan terjadi dalam satu sampai dua tahun.
32
BABIII
Terapi Bulimia Nervosa
III.1.Terapi Medic Bulimia nervosa
Pasien Bulimia Nervosa umumnya dapat disembuhkan, terapi yang disarankan biasanya
berdasarkan pengalaman medis dan orang-orang yang terlibat perawatan penyakit ini seperti
dokter gigi, psikiater/psikologi, dokter spesialis penyakit dalam, dan pakar diet, selain daripada
itu juga diperlukan dukungan orang-orang terdekat seperti keluarga.15
Untuk mengurangi frekuensi terjadinya muntah digunakan agen prokinetik Metoclopramida
yang memberikan efek positif pada pusat muntah dengan cara meningkatkan rangsangan
spincter esofagus bagian bawah sehingga makanan lebih cepat ke usus. Sangatlah sulit mengatasi
ketergantungan terhadap konsumsi obat-obatan pencahar dan pil-pil diet demi mendapatkan
tubuh yang ideal. Kerja organ-organ abdominal dapat kembali normal jika obat itu tidak
dikonsumsi lagi, tapi untuk melakukannya dibutuhkan waktu yang agak lama.15
Sulit untuk mengobati ketergantungan pencahar. Pasien harus dinasehati tentang
ketidakefektifan stimulan pencahar untuk menurunkan berat badan. Pemulihan fungsi usus
adalah keharusan setelah penggunaan pencahar telah dihentikan, namun mungkin diperlukan
waktu beberapa minggu. Edema kaki kecil yang disebabkan oleh pseudo-sindrom Bartter diobati
dengan pembatasan garam (kurang dari 3 g per hari). Aldosteron antagonis, seperti
spironolactone (25-50 mg per hari), dapat diberikan selama satu sampai dua minggu, pada saat
mana gejala mungkin akan diselesaikan. Pengobatan tersebut layak dipertimbangkan terutama
33
jika edema yang ada diperkirakan memiliki kemungkinan untuk memicu kekambuhan dari
bulimia.8
Hipokalemia
Perawatan terhadap alkalosis metabolik yang diputuskan memerlukan volume penuh (dengan
infuse salin normal), untuk mematikan system rennin-angiotensin. Normalisasi diperlukan status
volume diperlukan untuk keefektifan penuh kalium. Prinsip umum adalah bahwa setiap
penurunan 1 mmol per liter di tingkat kalium serum merupakan hilangnya 150 mmol di tingkat
kalium total tubuh. Oral kalium klorida umumnya lebih disukai. Biasanya kalium diberikan
dalam dosis terbagi 40-80 mEq perhari selama beberapa hari. Tingkat kalium pada awalnya
harus diukur setiap hari selama terapi pengganti, karena jumlah yang diperlukan tidak dapat
dihitung secara tepat. Setelah euvolemia telah dipulihkan, jika ada sedang berlangsung frekuensi
membersihkan, elektrolit harus dipantau . suplemen kalium jangka panjang mungkin diperlukan.8
Pasien harus dimotivasi untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi, bergizi, dan olahraga
yang cukup. Selama konstipasi berlangsung dalam beberapa hari, dapat digunakan glycerin
suppositoria atau obat pencahar yang bersifat non stimulating osmotik seperti laktulosa.
Pemberian vitamin C (1200-1500mg/hari) dan vitamin D (400-800 IU/hari) harus dilakukan
secara rutin. Kombinasi antidepressan dan terapi kognitif behavioural lebih efektif untuk
mengurangi frekuensi makan yang berlebihan juga terjadinya muntah dibandingkan bila terapi
dilakukan secara terpisah. Terapi antidepressan yang digunakan diantaranya desipramine, atau
flouxetin. Terapi kognitif behavioural lebih baik dari pada terapi menggunakan obat-obatan.15
Antidepresiva, termasuk tetrasiklik (imipramin [Tofranil]), serotonin spesifik re-uptake
inhibitor (SSRI) (fluoksetin [Prozac]) dan penghambat monoamin –oksidasa (MAOI) (fenelzin
34
[Nardil]) bermanfaat untuk mengobati bulimia nervosa. Semua obat itu digunakan sebagai
bagian dari suatu program terapi yang menyeluruh dan biasanya tidak diberikan dalam UGD.
Khususnya pasien dengan cemas dan agitasi dapat diberikan lorazepam (Ativan) 1-2 mg per oral
atau IM.27
III.2.Terapi Oral
Terapi oral yang dapat dilakukan penderita bulimia nervosa:3
1. Untuk mencegah erosi dan karies pada gigi, pasien dianjurkan tidak menyikat gigi lagi
setelah muntah, namun berkumur dengan sodium fluorida 0,05%, alkaline mineral water,
sodium bikarbonat, atau magnesium hidroksida untuk menetralkan asam pada rongga
mulut
2. Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula atau karbohidrat, sebab
meningkatkan terjadinya risiko karies.
3. Mengunyah permen karet rendah gula untuk meningkatkan produksi saliva atau
menggunakan saliva sintetik seperti glosodane
4. Gunakan pasta gigi, obat kumur, atau gel yang mengandung fluorida untuk mengurangi
rasa sensitif pada gigi dan sebagai pertahanan terhadap karies.
5. Menyikat gigi tiga kali sehari dan melakukan flossing untuk mengurangi plak pada gigi.
6. Perawatan gigi restoratif dianjurkan pada individu yang telah mengalami erosi dan karies
gigi. Pasien dengan erosi gigi yang menyebabkan terbukanya pulpa, harus dirawat
endodontic.
35
III.3.Terapi Nutrisi
Ahli diet atau ahli gizi mengatur jadwal makan, memberikan penjelasan mengenai tujuan
terapi nutrisi, mengenai pentingnya diet sehat, dan akibat buruk dari pola makan yang salah
terhadap kesehatan.
Konseling
Tujuan dari konseling adalah agar pasien mau mengeluarkan segala isi hatinya dan yang ada
dalam pikirannya. Dengan membuka pikirannya, akan membantu untuk menghilangkan rasa
rendah diri dan membangkitkan rasa percaya diri.3
111.4.Terapi Psikologis Bulimia Nervosa
Terapi kognitif-Behavioral (Cognitive-behavioral therapy/CBT), berguna dalam membantu
penderita bulimia untuk mengatasi pikiran dan keyakinan yang self-defeating, seperti pemikiran
yang tidak realistis dan perfeksionis mengenai diet dan berat badan. Pola pemikiran
disfungsional lain yang juga umum adalah berpikir dikotomis (semua atau tidak sama sekali)
yang menjadi alasan mereka mengeluarkan makanan ketika gagal, walaupun sedikit, melakukan
diet ketat. CBT juga memaparkan kecenderungan penderita untuk menitikberatkan penampilan
sebagai penentu self-wroth. Untuk menghilangkan kebiasaan memaksa diri untuk memuntahkan
makanan, terapis dapat menggunakan teknik behavioral yaitu pemaparan terhadap pencegahan
respons (exposure with response prevention) yang dikembangkan untuk penanganan gangguan
obsesif-kompulsif. Dalam teknik ini, pasien bulimia diminta untuk memakan makanan yang
menurutnya terlarang sementara terapis berdiri di sebelahnya untuk mencegah pasien muntah
sampai keinginan untuk memuntahkan itu hilang. Orang yang menderita bulimia belajar
menolerir pelanggaran aturan dietnya tanpa harus mengeluarkannya. CBT terbukti dapat
mengurangi episode makan berlebihan dan episode mengeluarkannya pada individu yang
36
mengidap bulimia (Agras dkk., 2000a; Anderson & Maloney, 2001; Goode, 2000a; Tuschen
Caffier, Pook & Frank,2001). Bentuk psikoterapi lain,terapi interpersonal (interpersonal
therapy/IPT), juga telah terbukti efektif dalam menangani bulimia. Terapi interpersonal
menekankan pada penyelesaian masalah interpersonal dengan keyakinan bahwa fungsi
interpersonal yang semakin efektif akan menghasilkan kebiasaan dan sikap makan yang lebih
sehat . Walaupun terapi interpesional tidak memberikan hasil sebaik CBT pada percobaan terkini
(Agras dkk., 2000b), terapi ini dapat digunakan sebagai penanganan alternative dalam kasus di
mana CBT terbukti tidak berhail (Wilson & Fairburn, 1998).1
Obat antidepressan juga memberikan manfaat terapeutik dalam menangani bulimia (Goode,
2000a; Wilson & Faieburn, 1998). Obat-obatan itu juga dipercaya efektif untuk menurunkan
keinginan makan berlebihan deengan menormalkan serotonin (unsur kimia pada otak yang
terlibat dalam pengaturan nafsu makan). 1
37