Buletin Maharadika Volume II - Nopember 2014

12

description

Buletin Maharadika Sahabat Museum Konperensi Asia-Afrika. Tema: Cintai Bandung Kita. Persembahan Journativist Sahabat Museum Konperensi Asia-Afrika, Bandung.

Transcript of Buletin Maharadika Volume II - Nopember 2014

Page 1: Buletin Maharadika Volume II - Nopember 2014

BULETIN SAHABAT MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA

VOLUME II - NOVEMBER 2014

Page 2: Buletin Maharadika Volume II - Nopember 2014

| BULETIN MAHARADIKA1

PEMIMPIN REDAKSIZita Reyninta Sari

KOORDINATORJOURNATIVIST SMKAA

Yovita Omega Supratman

KONTRIBUTORDina Sulaiman

Mariana Octaviana SilaenYovita Omega Supratman

Yudha P. SunandarZita Reyninta Sari

Emeralda AishaEmeralda AishaGerry Ginanjar

Mohamad Ilman NugrahaAuliasa EnlinaHana HendrisnaRatih Handayani

FOTO SAMPULYudha P. Sunandar

DESAIN DAN TATA LETAKZita Reyninta Sari

Mariana Octaviana Silaen

Sumber:Hal 2 - dok. MKAA. Hal 3 - dok. Journativist. Hal 5 - Wikipedia ber-bahasa Indonesia, Persib History, Google Maps, Detik Travel, Newzil-la. Hal 6 - dok. Journativist. Hal 9 - dok. Journativist. Hal 10 - chouleopold.deviantart.com. Hal 11 - dok. Journativist

BULETINMAHARADIKA

Kata Kontributor:Bandung dan Bung Karno

Liputan Utama:Bandung SepanjangPerjalanannya

Tahukah Kamu?:Spesial Bandung

Profil:R Otong ToyibinWiranatakusumah

Special Feature:Bandung di Mata Dunia

Pojok Kaji:Sangkuriang, InsanPerindu Rahim Ibunda

Opini:Suara Warga Bandung

2

3

5

6

lembar muka

9

10

11

Dinaungi oleh:

BandungIssue

Page 3: Buletin Maharadika Volume II - Nopember 2014

kata kontributor

Tanggal itu kemudian dijadikan hari ulang tahun Bandung. Bandung pun menjelma menjadi kota yang indah, tempat tetirah pejabat Belanda. Menurut Ridwan Kamil dalam peringatan 204 tahun Bandung, kota ini didesain sejak awal untuk dijadikan kota taman. MeskipunMeskipun Daendels berjasa bagi cikal bakal Bandung, ia tetaplah penjajah yang proyek jalan Groote Postweg-nya mengorbankan puluhan ribu nyawa kaum pribumi pekerja paksa.

Dari Bandung pula suara perlawanan terhadap penjajahan itu muncul. Dari Su-karno, yang amat mencintai kota ini. Di Bandunglah ia menuliskan pemikiran-pemikiran cemerlangnya tentang ke-merdekaan Indonesia. Kumpulan tulisan itu dibukukan dengan judul ‘Di Bawah Bendera Revolusi’. Di Bandung pula, sekelompok anak muda yang tergabung dalam Asian African Reading Club yang difasilitasi oleh Museum Konperensi Asia Afrika, pernah secara rutin membaca bersama buku tebal itu, sampai tamat. Secara bergantian mereka membacanya dengandengan suara keras, terkadang dengan terbata-bata, karena ejaan lama yang terasa asing bagi lidah anak muda.

Dalam risalah berjudul “Mencapai Indo-nesia Merdeka” (Maret 1933), Sukarno mengawali tulisannya dengan menyebut Bandung,

Oleh: Dina Sulaiman**

Page 4: Buletin Maharadika Volume II - Nopember 2014

Di siang hari yang cukup terik itu, setelah setengah berjuang me-masuki museum yang trotoarnya penuh dengan tumpukan tanah akibat perbaikan saluran, akhirnya saya dan seorang teman menemu-kan yang kami cari. Pameran perjalanan panjang Kota Bandung ber-tajuk Bandung Ibukota Asia Afrika: Tempo Doeloe, Kini, dan Akan Datang menarik perhatian untuk di-kunjungi. Pameran ini digelar atas dasar hari jadi kota kembang yang mencapai usia 204 tahun. Dengan usia setua itu, tentu telah banyak yang telah dilalui kota yang menjadi sasaran empuk masyarakat Jakarta untuk menghabiskan akhir pekan-nya ini.masyarakat Jakarta untuk mengha-biskan akhir pekannya ini. Usut punya usut, pameran ini telah digelar selama sebulan lebih, yakni sejak ulang tahun Bandung, 25 September 2014, hingga 31 Ok-

tober. Peresmiannya dilakukan pada hari pertama, yang tentu saja dilaksanakan oleh walikota Ridwan Kamil sendiri. Jika diperhatikan dengan saksama, pameran ini menggandeng Museum Sribaduga untuk koleksi-koleksi barang anti-knya,knya, serta kementerian ESDM untuk konten informasi mengenai terjadinya kota Bandung. Yang menarik dari sini ialah, pam-eran ini dapat memanfaatkan ruang yang tampaknya terbatas menjadi lebih menarik dan dapat menam-pung banyak hal. Ternyata staf museum dan beberapa mahasiswa Arsitektur ITB telah merancang semacam maze dan mengaturnya secara kronologis, sejak terben-tuknya Bandung secara geologis pada jaman purbakala, hingga Bandung masa kini yang serba modern. Tidak banyak yang tahu kalau pembentukan Kota Bandung me-

merlukan letusan gunung berkali-kali, tenggelam oleh rembesan sungai, hingga mengering lagi dan membentuk kota ini seperti seka-rang. Kompleksnya proses ini menjadikan Bandung sebagai sebuah kota yang rawan akan bencana hingga sekarang, belum lagi dengan jumlah penduduk yang makin meningkat. Namun tak hanya itu, Bandung tempo dulu juga telah menunjukkan karya tangan penduduknya berupa sandang, yaitu kain batik dandan alas kaki yang disebut gam-paran atau tarumpah. Seperti daerah Indonesia yang lain, Bandung pun merupakan sasaran Belanda untuk diduduki pada masa penjajahan dulu. Bukan rahasia lagi kalau mereka pun membuat sebutan Paris van Java yang melekat hingga seka-rang.rang. Pameran ini juga memapar-kan bagaimana perjuangan Band-

| BULETIN MAHARADIKA3

Penulis: Maria Octaviana Silaen | Foto: dok. Journativist

liputan utama

Page 5: Buletin Maharadika Volume II - Nopember 2014

ung. selama masa penjajahan, salah satunya saat mem-bangun jalan dari Anyer hingga Panarukan oleh tangan besi Daendels. Namun perjuangan rakyat kita belum ber-henti sampai masa penjajahan saja. Presiden kita Soekarno pun memilih Bandung sebagai tempat per-temuan pemimpin-pemimpin negara-negara Asia dan Afrika untuk memperjuangkan hak secara damai pada saat itu, yang dikenal sebagai Konferensi Asia Afrika. Tak heran gelar ibukota Asia – Afrika disemat pada Bandung, yang hingga sekarang menjadi kebanggaan masyarakat kota ini. Selain itu, Bandung sebagai arti peting dalam sejarah pun dibuktikan dengan banyaknya perjuangan yang datang dari kota ini, serta dikenalnya Bandung se-bagai kota pendidikan yang telah dibangun Belanda pada masa Perang Dunia I dulu. Perjuangan masyarakat Bandung seolah tak pernah padam. Orang-orang di da-lamnya tak pernah berhenti untuk berkarya dan berkem-bang, terutama dalam hal papan. Pameran ini pun me-nampilkan bagaimana uniknya perumahan dan permuki-man Bandung pada masa setelah kemerdekaan Indone-sia. Selain itu, alat-alat memasak dan permainan anak-anak yang disebut gambar toong (tunil) pada masa itu pun ditampilkan bersama-sama dengan miniatur tempat ting-gal masyarakan Bandung pada masa itu. Saya terus melangkahkan kaki menyusuri lorong-lorong pameran. Makin lama makin modern, makin mendekati apa yang kita lihat pada masa ini. Namun dinding pameran menunjukkan lukisan-lukisan seni-man lokal yang menggambarkan BandungBandung pada masa lalu, di antaranya Gedung Des Vries, Sua-sana Jl. Asia-Afrika (1924an), Sua-sana Jl. Braga (1920an), serta masih banyak lagi. Uniknya, lukisan-lukisan ini dikerjakan dengan teknik pencil on paper, sep

erti yang kita lakukan waktu SD dulu, namun menunjukkan efek layaknya foto hitam putih. Karya lokal semacam ini patut diacungi jempol. Warna-warni lorong makin terlihat jelas dan semarak. Kom-ponen biru menguasai satu sisi modern dari pameran ini, yang menunjukkan bagaimana Bandung telah makin maju dan berkembang pada saat ini. Kita disuguhi bagaimana saat ini Bandung sudah memiliki banyak tempat menarik seperti Taman Film, ruang terbuka hijau, serta Masjid Jawa Barat. Selain itu, yang membanggakan, Bandung sudah memiliki transportasitransportasi turis untuk membantu pengunjung mengenal Bandung lebih lagi dari berbagai sisi. Mungkin kita sudah mendengar Bandros, atau Bandung Tour on Bus, yaitu bus mini merah yang belakangan ini sering mengelilingi kota ter-cinta ini. Pameran ini menampilkan miniatur Bandros bagi pengunjung yang belum mengetahuinya, khususnya turis-turis yang belum pernah mengunjungi Bandung. Pameran Bandung Ibukota Asia Afrika ini telah menarik banyak minat pengunjung dari berbagai kalangan. Saat saya berkunjung pun, terdapat rombongan para murid SD yang mengerubungi mainan anak-anak jaman dulu. Ternyata, pada hari itu, sudah ada 12 rombongan yang melakukan kunjungan ke pameran ini. Mereka berasal dari lokasi yang dekat hingga cukup jauh, sebut saja Jakarta, Bogor, Depok, Boyolali, Solo, Lampung,Lampung, hingga Makassar. Tak hanya itu, pengunjung dari Tiongkok dan Belanda pun hadir untuk melihat bagaimana perkembangan kota ini. Selain itu, pameran ini juga mempunyai tujuan yang mulia, yatu menarik masyarakat Bandung yang jarang atau bahkan tidak pernah ke museum, khususnya Museum KAA. Dengan sejarah panjang dan sehebat ini, kita harus bangga dan kenal dengan budaya Bandung sendiri.***

| BULETIN MAHARADIKA4

Page 6: Buletin Maharadika Volume II - Nopember 2014

Bandung si Minuman Menyegarkan

Bandung, City of Hackers

Sejarah Singkat Persib si Maung Bandung

Mengenal Bandung• Kota Bandung dikelilingi oleh pegunun-gan, sehingga bentuk morfologi wilayah-nya bagaikan sebuah mangkok raksasa.

• Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum beserta anak-anak sun-gainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Cit-arum.

• Luas wilayah Kota Bandung adalah 167,67 km2

• Kota Bandung merupakan kota terpadat di Jawa Barat, di mana pen-duduknya didominasi oleh etnis Sunda

• Pencarian kata kunci ‘Bandung’ di Google mencapai puncaknya di bulan September. Hasil ini berkaitan dengan kemeriahan perayaan hari ulang tahun Bandung.

Sebelum bernama Persib Bandung, di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot. Sedangkan bobotoh adalah pendukung klub sepak bola Persib Bandung. Nama ini berasal dari bahasa Sunda yang berarti orang-orang yang mendorong atau membangun semangat bagi orang lain yang akan terlibat dalam kontes. Bobotoh diatur dalam bebera-pa penggemar klub, yang terbesar adalah Viking dan Bomber.

Warga Bandung sudah hampir semua melek internet. Bandung juga memiliki banyak cyber community. Namun tidak itu saja, ternyata banyak hacker handal yang berasal dari Bandung. Ada sebuah komunitas hacker di Bandung yang pernah meretas situs MySpace selama 5 menit pada 2006. Saat itu administrasi My Space diambil alih oleh komunitas tersebut. Seluruh data pengguna yang masuk MySpace akan tercuri. Bagi mereka, hacking My Space selama 5 menit adalah prestasi tersendiri. Mereka melakukan persiapan ketat selama seminggu sebelum hari eksekusi. Setelah "men-duduki"duduki" MySpace, mereka berhasil melarikan diri sebelum tertangkap tangan oleh pengawas dari pihak MySpace, tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.

tahukah kamu?

| BULETIN MAHARADIKA5

Page 7: Buletin Maharadika Volume II - Nopember 2014

| BULETIN MAHARADIKA6

Padahal, masih lekat di benak Otong tentang jalanan Bandung yang lenggang pada era 1960 silam. Saking sepinya, beliau bersama teman-temannya masih bisa ber-main sepatu roda di sepanjang jalan Ir. H. Djuanda. Bandung baheula jugajuga rindang dengan pohon dan ber-hawa dingin. Saking dinginnya, warga Bandung bisa merasakan kulitnya kerap berembun pada pagi hari dan menggigil kedinginan selepas mandi sore.

Keunggulan Bandung lainnya, kisah pria kelahiran 22 Nopember 1947 ini, saluran drainasenya sangat rapi dan baik. Saat itu, saluran drainase air dibagi menjadi dua, yaitu saluran air hujan dan air limbah rumah tangga. Saluran air hujan sendiri dialirkandialirkan menuju Sungai Cikapund-ung. Sedangkan air limbah, dialirkan ke kolam penampungan air limbah di sebelah selatan lapangan Tega-lega.

profil

Page 8: Buletin Maharadika Volume II - Nopember 2014

| BULETIN MAHARADIKA

Air limbah ini dialirkan melalui saluran di lorong di bela-kang rumah. Dengan sistem ini, sistem drainase Bandung menjadi yang terbaik di Asia Tenggara pada saat itu. “Tidak heran bila Cikapundung juga tetap jernih dan bersih dulu,” kisah Otong.

Sayangnya, saluran dan sistem pengolahan air limbah tersebut kini hilang tergerus zaman. Pembangunan yang tidak terkendali, menghancurkan sistem drainase Kota Bandung. Bahkan, kolam penampungan air limbah kini sudah beralih fungsi menjadi pemukiman. Daerah terse-but kini diberi nama Jalan Inhoftank. Inhoftank sendiri awalnya berasal dari istilah Imhofftank, merupakan perpaduanperpaduan dari Imhoff dan Tank. Imhoff merujuk pada seorang insinyur berkebangsaan Jerman bernama Karl Imhoff (1876-1965). Beliau merupakan pelopor teknologi pengolahan limbah rumah tangga di seluruh dunia. Teknologinya ini selanjutnya disebut Imhoff Tank. Oleh lidah-lidah lokal Bandung, istilah tersebut berubah men-jadi Inhoftank.

Otong kerap menyayangkan kondisi ini. Saat ini, Band-ung merupakan salah satu kota terpadat di Indonesia dengan 4 juta manusia pada siang hari. Padahal, Kota Kembang ini awalnya dirancang sebagai kota tinggal. Tak heran bila jalanan Bandung memiliki banyak perempatan yang jaraknya saling berdekatan. Menurut Otong, banyaknya perempatan ini merupakan ciri area pemuki-man dan tempat tinggal. Oleh karena itu, Ketua Dewan Pengaping Yayasan Keluarga Besar Wiranatakusumah V ini tidak heran bila Bandung menjadi 5 kota termacet di Indonesia. Pasalnya, Bandung yang memiliki ciri khas kota tinggal, dipaksa menjadi kota metropolitan dengan mobilitas kendaraan yang sangat tinggi. Akibatnya, Band-ung kerap dilanda kemacetan, khususnya pada akhir pekan.

Gejala tumbuhnya Bandung sebagai kota Metropolitan sudah dirasakan oleh Otong sejak 1980 silam. Kala itu, beliau bekerja di perusahaan distributor untuk sebuah merk mobil. Menariknya, perusahaannya tersebut men-jual 400 unit mobil setiap bulannya. Jumlah penjualan tersebut adalah nomor 3 terbanyak di Kota Bandung.

Menurut sesepuh warga Sunda ini, bila sebuah mobil panjangnya 3 meter, Bandung harus menyediakan jalan sepanjang 1.200 meter atau 1,2 Kilometer setiap bulan-nya untuk menampung mobil-mobil yang dijual perusa-haannya. Kenyataannya, sejak dulu hingga saat ini, lebar dan panjang jalan di Bandung tidak banyak berubah.

Otong pun memahami jika Walikota Bandung tidak mampu berbuat banyak untuk mengatasi permasalahan ini. “Bagaimana pun, walikota tidak bisa melarang warga Bandung membeli motor dan mobil setiap bulannya,” ungkapnya. Meskipun begitu, beliau berharap bahwa keadaan Bandung bisa lebih baik pada masa yang akan datang dan mampumampu beradaptasi dengan tuntutan sebagai kota metropolitan yang modern.

7

Page 9: Buletin Maharadika Volume II - Nopember 2014

“Jangan membangun Bandung hanya sepotong-sepotong dengan kkebijakan yang berubah-ubah.”

| BULETIN MAHARADIKA8

- R. Otong Toyibin Wiranatakusumah

Oleh karena itu, Otong tidak heran bila Bung Karno memilih Bandung sebagai lokasi penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika pada 1955 silam. Pasalnya, Soeka-rno sebagai sosok pembelajar perihal spiri-tual, melihat Bandung memiliki energi yang berpotensi menggaungkan pesan perdamaian dan kemerdekaan ke seluruh penjuru Dunia.

Selain pusat energi, Otong juga menyebut Bandung sebagai rahim. Dalam falsafah Sunda, rahim sendiri direpresentasikan se-bagai danau. Keduanya sama-sama memi-liki air yang berlimpah. Adapun Bandung merupakan sisa dari danau purba akibat le-tusan Gunung Sunda pada 140 ribu tahun yang lalu. Sedangkan kisah Sangkuriang merupakan simbol dari lahirnya manusia dari dataran tinggi Bandung.

Kendati Danau Purba Bandung sudah surut sejak 9 ribu tahun yang lalu, tetapi sifat Bandung sebagai rahim tersebut masih ber-laku hingga saat ini. Sebagaimana rahim yang merupakan tempat lahirnya manusia, Bandung juga melahirkan banyak pemimpin-pemimpin kelas dunia. Beberapa didi antaranya adalah Soekarno, Ir. H. Djuan-da Kartawidjaja, dan Mohtar Kusumah At-majaya. “Kalau tidak ada orang-orang tersebut, Indonesia tidak akan seluas saat ini,” simpul Otong.

Para pemimpin Indonesia diyakini masih akan lahir dari Bandung. Bandung sebagai rahim dan pusat energi Indonesia masih menggelora hingga kini. Barangkali, pemimpin Indonesia selanjutnya akan kem-bali lahir dari Bandung. Tugas kitalah, seba-gai pemuda Bandung untuk menjaga Ruh Bandung agar tetap menyala dan hidup.***

Page 10: Buletin Maharadika Volume II - Nopember 2014

9

Mulu sempat menjadi mahasiswa Universitas Komputer (Unikom) selama setahun. Selama di Bandung, Mulu sangat menyukai udara Band-ung dan orang-orangnya. Selain itu, ia melihat anak-anak muda Bandung jauh lebih ekspresif dan open minded dibandingkandibandingkan di negaranya. Di Band-ung, ujarnya, anak muda bebas men-gutarakan pendapat kamu dan ber-tukar pikiran dengan teman-teman. Sedangkan di Ethiopia, mereka akan dianggap aneh jika melakukan itu. Mulu juga mengaku tidak menyangka akan senyaman itu di Bandung. Namun sayang dia harus segera kembali ke Ethiopia karena urusan keluarga.

spesial

Meskipun hanya tinggal di Bandung selama sebulan, kota ini telah meninggalkan kesan yang mendalam di hati Svenja. Dia sangat menikmati perjalan-an keliling Bandung dengan menggunakan angkot. Jajanan khaskhas Bandung favoritnya adalah bala-bala. Dia mengaku pernah menghabiskan lima belas buah bala-bala sendirian. Menurutnya, orang-orang Bandung memang sangat ramah. Namun terkadang ter-lalu ramah sampai dia tidak nyaman. Dia mengakui mung-kin itu karena perbedaan adat istiadat dan kebiasaan dengan negaranya.

Bagi Mai Bandung adalah kota yang indah karena berpohon banyak, Mai pernah tinggal di Indonesia selama 6 bulan, dan dua kali mengunjungi Bandung dengan waktu yang cukup lama untuk lebih dari mengeksplor. Kunjungan pertamanya pada Januari 20142014 selama dua minggu dan kun-jungan keduanya pada Mei 2014 selama satu minggu. Walaupun Mai mengakui Bandung kotor, tetapi bag-inya karena pohon yang banyak tersebut, hal itu menjadi tidak terlihat. Mai menginginkan tinggal di Bandung untuk melanjutkan studi S2-nya, selain karena udaranya, Mai juga menyukai warga Bandung yang menurut dia sangat ramah.

Svenja, Jerman Mulu, Ethiopia Mai, Vietnam

BandungdiMata Dunia

| BULETIN MAHARADIKA

Page 11: Buletin Maharadika Volume II - Nopember 2014

Sangkuriang, Insan Perindu Rahim Ibunda

pojok kaji

Penulis: Zita Reyninta Sari

Bandung sendiri merupakan kota yang berasal dari danau, hasil letusan gunung Sunda 140 tahun yang lalu. Benar, Bandung seolah menjadi rahim ibu para milik penduduk, ke mana mereka ingin selalu pulang. Bandung adalah Dayang Sumbi, dan pen-duduknyaduduknya Sangkuriang. Bandung adalah sang ibu yang anak-anaknya cintai. Jika Dayang Sumbi juga bisa diibaratkan layaknya Bandung, rahim seorang ibu dari mana kehidupan ma-nusia berasal, maka Sangkuriang adalah umat manusia terlanjur terlalu lekat dengan rahim tersebut. Seh-ingga ketika dia sudah dewasa pun, dia tetap mencari cara untuk kembali ke rahim ibunya. Layaknya manusia. Ke mana pun dia melangkah pergi, dia akan selalu merindukan tempat yang dia sebut rumah. Atau setidaknya menjadikan tempat yang dia diami, di mana pun itu, mirip sep-erti rumahnya sendiri.

Sangkuriang bisa jadi merupakan cerita mengenai manusia yang ‘turun gunung’, dengan kata lain meninggal-kan tempat asalnya di danau Band-ung. Namun cerita ini juga bisa saja mengenai manusia yang ingin kembali ke ibunya. Seberapa jauh pun kita merantau, kita akan tetap kembali jatuh cinta dengan Bandung. Lagi dan lagi. Karena Bandung kota kita. Rahim di mana kita akan selalu rindu untuk kembali. ***

Ilustrasi: chouleopold.deviantart.com

Page 12: Buletin Maharadika Volume II - Nopember 2014

opini

Saya suka warga Bandung yang ramah, kulinernya yang murah meriah dan lezat, serta anak mudanya yang kreatif. Apalagi walikota sekarang juga kreatif. Tapi saya sangat tidak suka kemacetannya. Terutama saat weekend. Saya berharap semoga Bandung menjadi kota yang smakin sehat. Salah satunya lewat kemauan semua warga untuk mau menggu-nakan sepeda. Saya juga berharap tidak ada lagi pengemis di Bandung. Siapa tahu, Band-ung bisa saja menjadi kota terbersih se-Indonesia, atau bahkan kalau bisa sedunia.

Hawa di Bandung itu mirip dengan tempat kelahiranku di Malang. Selain itu, di sini banyak sekali komunitas, terutama di bidang seni. Sayangnya semakin banyak pengguna jalan yang ugal-ugalan. Lalu, di antar warganya yang ramah, kadang masih ada yang mengang-gap orang Jawa seperti aku bukan orang sini. Padahal kita sama-sama tinggal di Jawa. Harapan aku Bandung bisa menjadi kota percontohan bagi kota lainnya. Jangan sampai memunculkan pandangan bahwa Bandung terkenal dengan geng motornya. Perlu kerjasa-ma antara warga dan pihak berwajib juga kesadaran dari masing-masing pihak supaya mereka lebih mencintai kota mereka.

Saya berasal dari Solo dan menetap di Bandung sejak tahun 1972. Alasan berpindah ke Bandung dikarenakan mudahnya lahan pekerjaan. Di samping itu, masyarakat di kota besar-pun cenderung hidup sejahtera. Selama ini usaha saya di kota kembang berjalan lancar dan ramai pembeli, kecuali ketika musim hujan. Dagangan cenderung sepi. Saya ber-harap untuk kedepannya jumlah kemacetan di kota Bandung dapat berkurang, selain itu “urban farming” seperti yang sudah dicanangkan oleh Bapak Walikota Ridwan Kamil se-makin digalakan.

Vitri Dwi Martini (2nd Runner Up Miss Earth Indonesia)

Mikha Aditya (Penari)

Sukardi (Pedagang Bakso)

Saya senang dengan banyaknya fasilitas di Bandung yang membuat warganya nyaman, seperti banyaknya taman dan angkot yang tersedia 24 jam. Akses perjalanan menjadi mudah, Tetapi bagi saya masih sulit sekali mencari kerja di Bandung. Mungkin karena kota besar, warganya banyak, tapi lapangan kerja terbatas. Saya menauh harapan yang besar kepada anak-anak muda kota Bandung. Semoga di masa depan bisa lebih kreatif lagi.

Lia (Penjaga Kedai “Surabi Demplon”)

Apa yang membuat saya begitu bangga dengan Bandung? Adalah slogan Ridwan Kamil, Friendly Bandung. Warga Bandung itu ramah, kalau ada yang nanyain jalan pasti ditunjukin bahkan dianterin. Meski begitu, di Bandung masih banyak praktik 'licik'. Misalnya, dalam pembangunan jalan yang seharusnya 5cm lebih, dan mereka membuatnya hanya dengan 4cm. Bisa dibanyangkan 1cm dikali beberapa KM. Pantas jalanan di kota Bandung gam-pang rusak. Saya harap kota Bandung bisa menjadi kota yang terbaik di Indonesia dari segala bidang, dari sosial, ekonomi, pendidikan, bahkan teknologi. Hidup Bandung Juara!

Rizki (Siswa XII TSP)

13 | BULETIN MAHARADIKA