BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 -...

14

Transcript of BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 -...

Page 1: BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 - …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/.../09/Buletin-edisi-4-2018-min.pdf · BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 3 of 14 -

BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 - Pages: 28, 1, 07/29/18 04:42 PM

Cyan Magenta Yellow Black

Page 2: BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 - …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/.../09/Buletin-edisi-4-2018-min.pdf · BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 3 of 14 -

Tim Redaksi

Redaksi

Pembina :Kepala Balai Besar KSDA Jawa Barat

Penanggung Jawab :Kepala Bagian Tata Usaha

Pemimpin Redaksi :Kepala Sub Bagian Data Evlap dan Kehumasan

Tim Redaksi :Agus Komarudin,STP., Msi.Rudi Kurniawan, S.Si., MT., MPPVitri Ludiana Harahap, S.HutDadang Suhendar, S.E.Deden HendarmanAgi Hindasah, S.KomPramadya Reza F

Distributor :Staf Balai Besar KSDA Jawa Barat

Foto Logo Buletin : Macan TutulSumber Taman Safari Indonesia - Cisarua

Foto Cover Buletin : Panorama TWA Gunung Papandayan - GarutLayout dan Desain :Agi Hindasah, S.Kom

Editor :Rudi Kurniawan, S.Si., MT., MPP

Redaksi :Buletin Macan TutulBalai Besar KSDA Jawa BaratJl. Gedebage Selatan No. 117Kel. Rancabolang, Kec. GedebageBandung 40294Telp. (022) 7567715, Fax. (022) 7535107

24

BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 2 of 14 - Pages: 2, 27, 07/29/18 04:42 PM

Cyan Magenta Yellow Black

Page 3: BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 - …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/.../09/Buletin-edisi-4-2018-min.pdf · BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 3 of 14 -

23

yang harus dipenuhi baik luasan

maupun persyaratan perolehan

satwanya.

Balai Besar KSDA Jawa

Barat memiliki 3 (tiga) LK umum

sebagai binaan, yaitu : Taman Safari

Indones ia C isarua d i Bogor,

Bandung Zoo/Kebun Binatang

Bandung di Bandung dan Taman

Satwa Cikembulan di Garut

Sedangkan untuk LK Khusus

memiliki 5 (lima) binaan, yaitu Pusat

P e n y e l a m a t a n S a t w a Ya y a s a n

Cikananga Konservasi Terpadu di

Sukabumi, Pusat Rehabilitasi Primata

yang d ike lo la o leh The Asp ina l l

Foundation (TAP) di Ciwidey, Pusat

Konservasi Elang Kamojang (PKEK) di

Garut yang dikelola oleh Pertamina

Geothermal Energy dan Yayasan IAR

Indonesia (YIARI) di Bogor serta Animal

Sanctuary Trust Indonesia (ASTI) di

Gadog Bogor. Dari kelima LK khusus ini,

beberapa memiliki spesifikasi khusus

dalam melakukan konservasi satwa.

S a t w a h a s i l p e n y e r a h a n

masyarakat maupun hasil sitaan/operasi

yustisi dititiprawatkan ke LK sesuai

dengan jenis dan kondisi satwa. Jenis

raptor akan ditempatkan di PKEK, jenis

primata endemik pulau Jawa akan

ditempatkan di TAF dan untuk primata

lainnya seperti kukang, monyet ekor

p a n j a n g d i t e m p a t k a n d i Y I A R I .

Sedangkan untuk jenis satwa lainnya

akan di titiprawat di PPSC dan ASTI atau

LK umum, demikian juga dengan satwa

yang tidak lagi bisa untuk direhabilitasi

karena kondisi fisik yang cacat akan

ditempatkan pada LK khusus atau umum

sebaga i sarana edukas i kepada

masyarakat.

Satwa yang ditempatkan pada

LK khusus akan direhabilitasi dan

dievaluasi kondisi kesehatanmya dan

d i m a s u k k a n d a l a m p r o g r a m

pelepasliaran. Pelepasliaran dilakukan

dengan melihat tingkat keliaran dari

mas ing-mas ing sa twa dan akan

dilepaskan pada habitat aslinya atau

yang mendekati habitat aslinya. Hingga

Juni 2018 sedikitnya ada 25 individu

s a t w a h a s i l r e h a b i l i t a s i t e l a h

dilepasliarkan yaitu : 5 individu jenis

raptor, 15 individu Kukang jawa, 4 ekor

Lutung jawa, 1 kor Macan tutul jawa.

Te r b a t a s n y a s a r a n a d a n

prasarana yang dimiliki oleh Balai Besar

KSDA Jawa Barat, membuat keberadaan

LK tersebut diatas baik LK Khusus

maupun LK Umum menjadi sangat

penting, hal ini dilatarbelakangi antara

lain oleh tingginya jumlah satwa liar hasil

dari penertiban peredaran TSL baik

berupa hasil operasi yustisi maupun

penyerahan dari masyarakat yang terjadi

dalam dekade terakhir.

Daftar Isi

Monyet itu Tak Lagi Mengganggu (Sebuah Kisah Evakuasi dan Penyelamatan Monyet Ekor Panjang) ...........................

Berbahaya, Memelihara Satwa Liar di Rumah!!! ..................

Mengenal 5 Prinsip Kesejahteraan Satwa ............................

Populasi dan Struktur Lutung Jawa (Trachypithecus auratus mauritus) di Taman Buru Masigit Kareumbi ..........................

BBKSDA Jabar Memanfaatkan Media Sosial Sebagai Layanan Pengaduan Masyarakat .........................................

Satwa-satwa Liar pun Kembali Ke Pangkuan Negara (Hasil Penertiban Kepemilikan TSL Semester I Tahun 2018) .........

Mengenal Lembaga Konservasi di Jawa Barat ....................

1

4

8

12

16

19

22

BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 3 of 14 - Pages: 26, 3, 07/29/18 04:42 PM

Cyan Magenta Yellow Black

Page 4: BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 - …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/.../09/Buletin-edisi-4-2018-min.pdf · BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 3 of 14 -

1

Satwa liar sebagaimana dinyatakan

dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan

E k o s i s t e m n y a m e n g a n d u n g

pengertian semua binatang yang hidup

di darat, dan atau di air, dan atau di

udara yang masih mempunyai sifat-

sifat liar, baik yang hidup bebas

maupun yang dipelihara oleh manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita

masih melihat adanya warga yang

memelihara satwa liar dilindungi

maupun tidak dilindungi sebagai

hiburan/kesenangan ataupun hobi.

Pada awal dipelihara, hewan masih

kecil dan nampak lucu perilakunya.

Namun seiring dengan bertambahnya

waktu, hewan yang dipeliharanya itu

akan bertambah besar. Hal inilah yang

kadang-kadang tidak disadari oleh

warga pemelihara/pemilik satwa liar.

Setelah satwa liar tersebut membesar,

mereka menjadi bosan karena sudah

dianggap tidak menarik lagi. Tidak

mengherankan jika mereka kerap kali

melepaskan begitu saja hewan peliharaan

ke lingkungan. Hewan yang sudah terbiasa

diberi makan dan berinteraksi dengan

m a n u s i a , a p a b i l a d i l e p a s a k a n

menimbulkan permasalahan baru karena

masyarakat merasa terganggu. Apalagi jika

satwa liar tersebut berperilaku cenderung

menyerang/agresif yang menimbulkan

keresahan, kekhawatiran, dan ketakutan

warga.

Kasus dilepaskannya satwa liar

terjadi beberapa waktu yang lalu. Berawal

dari adanya laporan seorang warga

masyarakat ke Call Center Seksi Konservasi

Wilayah V (SKW V) Garut pada hari Jum'at

tanggal 22 Juni 2018 sekira pukul 18.54

WIB. Informasi yang didapat berbunyi :

“Saya Sri dari Pataruman mau melaporkan

adanya seekor monyet yang berkeliaran di

belakang rumah Ibu Tati d/a Jln. Raya

Bandrek RT 02 RW 01 Desa Sukamerang,

Kecamatan Kersamanah, Kabupaten Garut.

Apa bisa dibantu solusinya untuk ditangkap?

Karena khawatir masuk ke rumah”.

S e l a n j u t n y a , y a n g b e r s a n g k u t a n

mengirimkan nomor HP keluarga a.n. Irma di

tempat kejadian tersebut.

Lebih lanjut Tim Gugus Tugas

Evakuasi dan Penyelamatan TSL SKW V

Garut menghubungi nomor tersebut guna

memastikan keberadaan monyet berikut

a l ama t r umah d imaksud . Menu ru t

pengakuan Sdri. Irma, monyet tersebut

sudah ada sejak tanggal 21 Juni 2018 dan

Monyet Itu Tak Lagi Mengganggu(Sebuah Kisah Evakuasi dan Penyelamatan Monyet Ekor Panjang)

Oleh : Purwantono (Kepala Seksi Konservasi Wilayah V Garut)

22

Sesua i dengan penger t iannya

lembaga konservasi (LK) diartikan

sebagai lembaga yang bergerak di

bidang konservasi tumbuhan/dan atau

satwa liar diluar habitatnya (ex-situ),

b a i k b e r u p a l e m b a g a

p e m e r i n t a h m a u p u n

lembaga non pemerintah. Di

Indonesia terdapat 2 jenis

lembaga konservasi yang

disesuaikan dengan fungsi

dan kepentingannya, yaitu

LK untuk kepentingan umum

dan LK untuk kepentingan

khusus.

Ta n p a d i s a d a r i

tempat rekreasi outdoor

yang banyak d i kun jung i yang

menampilkan berbagai satwa baik

satwa yang dilindungi ataupun tidak

dil indungi, satwa yang endemik

Indonesia maupun satwa yang

didatangkan dari luar Indonesia

berperan besar dalam meningkatkan

pengetahuan masyarakat luas, ilmu

pengetahuan dan kelangsungan satwa

itu sendiri.

Sebagai Uni t Pelaksana

Teknis dari Direktorat Jenderal

Konservasi Sumber Daya Alam dan

Ekosistem Kementerian Lingkungan

Hidup Dan Kehutanan, maka Balai

Besar KSDA Jawa Barat pun sesuai

d e n g a n f u n g s i n y a m e l a k u k a n

pengawasan dan pengendal ian

peredaran tumbuhan dan satwa liar

antara lain melalui pengawasan dan

pengendalian konservasi in – situ dan

k o n s e r v a s i e x - s i t u . D a l a m

menjalankan pengelolaan konservasi

ex situ, khususnya dalam pengelolaan

tertib peredaran tumbuhan

d a n s a t w a l i a r y a n g

dilindungi, Balai Besar KSDA

Jawa Barat dituntut untuk

memperluas jaringan dengan

berbagai pihak. Bukan tanpa

alasan mengapa hal ini perlu

d i l a k u k a n , s e b a b

p e l a n g g a r a n t e r h a d a p

peredaran tumbuhan dan

satwa liar di Jawa Barat

masih sering terjadi sehingga

diperlukan keterlibatan berbagai pihak

da lam rangka menanggu lang i

pelanggaran tersebut. Taman Safari,

Kebun Binatang, Taman Satwa, Kebun

B o t a n i m e r u p a k a n l e m b a g a

konservasi yang d ikategor ikan

sebagai lembaga konservasi untuk

kepent ingan umum. Walaupun

bertujuan untuk konservasi tumbuhan

d a n s a t w a , L K u m u m d a p a t

mengkomersilkan lembaganya untuk

memperoleh keuntungan melalui tiket

masuk. Berbeda dengan LK umum, LK

k h u s u s m e r u p a k a n l e m b a g a

konservasi yang fokus pada fungsi

penyelamatan atau rehabilitasi satwa

dari jenis kelas/taksa tertentu. Untuk

mendirikan lembaga seperti diatas

membutuhkan beberapa persyaratan

Mengenal Lembaga Konservasi di Jawa BaratOleh : Vitri Ludiana H. (Analis Data Kehumasan)

BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 4 of 14 - Pages: 4, 25, 07/29/18 04:42 PM

Cyan Magenta Yellow Black

Page 5: BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 - …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/.../09/Buletin-edisi-4-2018-min.pdf · BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 3 of 14 -

21

Periode bulan April

Jumlah sa twa yang d i se rahkan

sebanyak 15 ekor yang terdiri dari 10

jenis dan terbagi ke dalam 3 kelas (Aves

sebanyak 8 ekor, Mamalia sebanyak 5

ekor dan reptil sebanyak 2 ekor), yang

b e r a s a l d a r i m a s y a r a k a t y a n g

menyerahkan sebanyak 9 orang.

Periode bulan Mei

Jumlah satwa yang diserahkan

sebanyak 90 ekor yang terdiri dari 16

jenis dan terbagi ke dalam 4 kelas

(Aves sebanyak 75 ekor, Mamalia

sebanyak 6 ekor, Primata sebanyak 3

ekor dan reptil sebanyak 6 ekor), yang

be rasa l da r i masyaraka t yang

menyerahkan sebanyak 14 orang.

Periode bulan Juni

Jumlah satwa yang diserahkan

sebanyak 28 ekor yang terdiri

dari 13 jenis dan terbagi ke

dalam 4 kelas (Aves sebanyak

10 ekor, Mamalia sebanyak 7

ekor, Primata sebanyak 1 ekor

dan reptil sebanyak 10 ekor),

yang berasal dari masyarakat

yang menyerahkan sebanyak

20 orang.

No. Jenis Jumlah

Aves

1. Elang Ular Bido (Spilornis cheela) 2

2. Elang Laut perut putih (Halieetus leugastor) 1

3. Beo Nias (Gracula religiosa) 1

4. Burung Bangau Sandalawe (Ciconia episcopus) 1

5. Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) 2

6. Nuri Kepala Hitam 1

7. Srigunting Hitam (Dicrucus macrocercus) 2

8. Manyar (Ploceus sp). 65

Mamalia

9. Kukang (Nycticebus sp) 4

10. Binturong (Arctictis binturong) 2

Primata

11. Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) 2

12. Surili (Presbytis comata) 1

Reptil

13. Sanca Kembang (Phyton reticulatus) 1

14. Buaya Muara (Crocodylus porosus) 3

15. Ular Sanca Bodo Albino (Phyton Morulus) 1

16. Ular Sanca Bodo (Phyton Morulus) 1

Jumlah 90

No. Jenis Jumlah

Aves

1. Kakatua Jambul Kuning (Cacatua galerita) 3

2. Kakatua Seram (Cacatua Molucencis) 1

3. Kakatua Putih Kecil (Cacatua goffini) 1

4. Elang Ular Bido (Spilornis cheela) 1

5. Alap-alap (Falco moluccensis) 1

6. Beo Nias (Gracula robusta) 1

Mamalia

7. Kucing Hutan (Felis bengalencis) 1

8. Kukang (Nycticebus sp 4

Reptil

9. Ular King Kobra (Ophiophagus hannah) 1

10. Buaya Air Tawar (Crocodylus siamensis) 1

Jumlah 15

No. Jenis Jumlah

Aves

1. Elang Bondol (Haliastur Indus) 1

2. Elang Laut Dada Putih (Haliaeetus leucogaster) 1

3. Elang Ular Bido (Spilornis cheela) 4

4. Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) 1

5. Raja Udang Meninting (Alcedinidae sp.) 1

6. Kakatua Jambul Kuning Besar (Cacatua galerita) 2

Mamalia

7. Kukang (Nycticebus sp) 5

8. Kucing Hutan (Felis bengalensis) 1

9. Macan Tutul (Phantera pardus melas) 1

Primata

10. Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) 1

Reptil

11. Buaya Muara (Crocodylus porosus) 3

12. Soa-Soa Layar (Hydrosaurus amboinensis) 5

13. Sanca Kembang (Phyton reticulatus) 2

Jumlah 28

kemungkinan dilepaskan oleh seseorang

y a n g p e r n a h m e m e l i h a r a n y a .

Keberadaannya sangat mengganggu

karena monyet tersebut sangat agresif

dan berusaha menyerang bila melihat

anak kecil dan wanita melintas di sekitar

tempat monyet berada. Lebih lanjut Irma

berujar, “Kami takut Pak, kami tidak

berani membuka pintu rumah karena

monyet itu akan masuk, mengambil dan

mengacak-acak makanan kami. Apalagi

dengan anak kecil dan wanita, dia akan

berusaha mengejar dan menyerang.

Kami takut digigit Pak, karena kabarnya

kalau digigit monyet yang giginya

bertaring itu akan menularkan rabies.

Para tetangga juga terutama anak kecil

dan wanita akan berlarian ketika sedang

melintasi rumah kami karena takut dikejar

monyet itu.”

Malam itu juga Tim Gugus Tugas

segera menuju lokasi tempat monyet

tersebut berada. Dibutuhkan waktu

kurang lebih 1 jam 15 menit untuk

mencapai lokasi dimaksud dari Kantor

SKW V Garut. Pemilik rumah tersebut

bernama Ending Mahpudin, berumur 75

tahun, berprofesi sebagai pedagang dan

beralamat di Jln. Raya Bandrek RT 02

RW 01 Desa Sukamerang, Kecamatan

Kersamanah, Kabupaten Garut. Benar

saja, sesaat setelah sampai di rumah

tersebut, monyet yang teridentifikasi

sebagai kera abu-abu/monyet ekor

panjang (Macaca fascicularis) nampak

sedang berkeliaran di atas genting dan

pagar rumah Sdr. Ending Mahpudin

karena melihat kerumunan beberapa

orang yang datang. Namun demikian

hingga pukul 23.00 WIB, monyet yang

berjenis kelamin jantan dengan berat

diperkirakan mencapai 3-4 kg tersebut

belum berhasil ditangkap. Akhirnya, Tim

memutuskan bahwa penangkapan

monyet akan dilanjutkan keesokan

harinya dengan melibatkan pihak dokter

hewan dari Taman Satwa Cikembulan.

Demikian juga dengan bantuan peralatan

biusnya kalau-kalau monyet tersebut sulit

ditangkap dapat dipergunakan obat bius

untuk melumpuhkan monyet tersebut

sementara waktu.

Pada keesokan harinya sejak

pagi Tim Gugus Tugas bersama dengan

seorang dokter hewan Cikembulan (drh.

Anggi) dan seorang ahli sumpit (Sdr.

Dancuy) melanjutkan usaha untuk

menangkap monyet tersebut di lokasi.

Monyet dipancing dengan kandang jebak

yang telah diberi pakan, namun tidak mau

m a s u k . K e m u d i a n d i l a k u k a n

penangkapan dengan jaring tangkap juga

tidak berhasil. Opsi terakhir dengan obat

bius dalam jarum suntik yang telah

dipersiapkan melalui penyumpitan,

namun pada saat ditembakan ternyata

jarum suntiknya tidak berhasil menancap

pada tubuh monyet. Akhirnya hingga jam

11.15 WIB usaha untuk menangkap

monyet belum membuahkan hasil.

Monyet malah sulit didekati dan berusaha

menjauh dari lokasi pindah ke bangunan

ruko bertingkat tak jauh dari tempat

semula karena takut akan ditangkap.

Akhirnya Tim memutuskan untuk

bergantian melakukan pemantauan

2

BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 5 of 14 - Pages: 24, 5, 07/29/18 04:42 PM

Cyan Magenta Yellow Black

Page 6: BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 - …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/.../09/Buletin-edisi-4-2018-min.pdf · BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 3 of 14 -

3

dengan berpura-pura meninggalkan

lokasi sambil menunggu perkembangan

lebih lanjut. Kandang jebak tetap

dipasang dengan memindahkan dari

halaman rumah dan menempatkannya di

atas genteng tempat biasa monyet

tersebut berlalu lalang agar lebih mudah

mendekati kandang jebak.

Se lang 30 meni t kemudian, Tim

pemantau berhasil menangkap monyet

yang terperangkap dalam kandang jebak

dan selanjutnya melakukan evakuasi

serta mengamankan monyet tersebut

dari lokasi dengan membawa ke Kantor

SKW V Garut. Keberhasilan penanganan

monyet ini disambut antusias oleh warga

sekitar lokasi dan ucapan terima kasih

kepada Tim Gugus Tugas, mengingat

selama ini gangguan monyet ibarat teror

y a n g m e n i m b u l k a n k e r e s a h a n ,

kekhawatiran dan ketakutan, akhirnya

berakhir seiring dengan dievakuasinya

monyet dari lokasi tersebut.

Tim Gugus Tugas juga telah

menghimbau kepada masyarakat

setempat untuk ikut menyampaikan

pesan kepada masyarakat lain agar tidak

melepas begitu saja satwa liar yang

pernah dipeliharanya. Hendaknya satwa

liar tersebut diserahkan ke pihak yang

berwenang dalam hal ini BBKSDA Jabar

(Kantor SKW V Garut apabila lokasinya

berada dalam lingkup wilayah kerja SKW

V Garut). Lebih lanjut terhadap satwa

serahan dari masyarakat akan dilakukan

habituasi terlebih dahulu sebelum

dilepasliarkan ke habitatnya.

Untuk mengembalikan monyet

tersebut ke habitatnya tentulah tidak

semudah membalikan telapak tangan,

mengingat perilaku yang ditampakkan

sudah memiliki ketergantungan pakan

dan terbiasa hidup berdekatan dengan

lingkungan manusia. Masih perlu proses

habituasi ataupun rehabilitasi bagi

monyet tersebut sebelum dilepasliarkan

kembali. Selama diamankan di Kantor

SKW V Garut, sambi l menunggu

pelepasliarannya, monyet ini tentunya

dalam kondisi terkurung di kandang. Ini

hanya menambah dan memperpanjang

penderitaannya selama dalam kurungan

saja karena memang tidak mungkin

dilepasliarkan begitu saja saat itu juga.

So, kalau sudah begini, akankah manusia

bersikukuh ingin tetap memeliharanya

demi mengejar kesenangan ataupun hobi

belaka….???

Akhirnya disampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu keberhasilan

penanganan gangguan monyet ini.

20

Periode bulan Januari

Jumlah satwa yang diserahkan

sebanyak 17 ekor yang terdiri dari 9

jenis dan terbagi ke dalam 4 kelas

(Aves sebanyak 10 ekor, Mamalia

sebanyak 5 ekor, Primata sebanyak 1

ekor dan reptil sebanyak 1 ekor), yang

berasal dar i masyarakat yang

menyerahkan sebanyak 12 orang.

Periode bulan Februari

Jumlah satwa yang diserahkan

sebanyak 19 ekor yang terdiri

dari 14 jenis dan terbagi ke

dalam 5 kelas (Aves sebanyak

7 ekor, Mamalia sebanyak 4

ekor, Primata sebanyak 5 ekor

dan reptil sebanyak 2 ekor

serta Mollusca sebanyak 1

individu), yang berasal dari

m a s y a r a k a t y a n g

menyerahkan sebanyak 13

orang.

Periode bulan Maret

Jumlah satwa yang diserahkan sebanyak

21 ekor yang terdiri dari 14 jenis dan terbagi

ke dalam 3 kelas (Aves sebanyak 16 ekor,

Mamalia sebanyak 3 ekor, Primata

sebanyak 2 ekor), yang berasal dari

masyarakat yang menyerahkan sebanyak

10 orang.

No. Jenis Jumlah

Aves

1. Elang Ular Bido (Spilornis cheela) 3

2. Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) 1

3. Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) 1

4. Burung Makau (Ara ararauna) 3

5. Burung Makau (Ara Chloropterus) 2

Mamalia

6. Kukang (Nycticebus javanicus) 3

7. Kucing Hutan (Felis bengalencis) 2

Primata

8. Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) 1

Reptil

9. Buaya Muara (Crocodylus porosus) 1

Jumlah 17

N o. Jenis Jum lah

A ves

1. Kakatua Jambul Kuning Kecil (C acatua su lphurea ) 1

2 . Kakatua Jambul Kuning (C acatua ga lerita ) 2

3 . E lang Ular B ido (Spilorn is chee la ) 3

4 . E lang Brontok (N isaetus cirrhatus) 1

M am alia

5 . Kukang (N ycticebus coucang) 1

6 . M usang pandan (Paradoxurus herm aphrod itus) 1

7 . Kucing H utan (Felis bengalinsis) 1

8 . T renggiling (M anis Javan ica ) 1

Prim ata

9 . O wa Kalimantan (H ylobates a lb ibarb is) 1

10. M onyet Ekor Panjang (M acaca fascicu laris) 3

11. S iamang (Symphalangus syndactylus) 1

R eptil

12. Buaya M uara (C rocodylus porosus) 1

13. U lar Sanca Kembang (Phyton re ticu la tus) 1

M ollusca

14. Fosil K ima Laut (Tridacna g igas) 1

Jum lah 19

No. Jenis Jumlah

Aves

1. Merak Hijau (Pavo muticus) 4

2. Kakatua Raja (Probosciger aterrimus) 1

3. Nuri Kepala Hitam (Lorius lori) 2

4. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) 1

5. Elang Ular Bido (Spilornis cheela) 1

6. Merak Hijau (Pavo muticus) 2

7. Elang Bondol (Haliastur indus) 1

8. Elang Laut Dada Putih (Haliaeetus leucogaster) 2

9. Alap-alap jambul (Accipiter trivirgatus) 1

10 Elang Paria (Milvus migrans) 1

Mamalia

11. Kukang (Nycticebus coucang) 3

Primata

12. Owa Jawa (Hylobates moloch) 1

13. Lutung Jawa (Trachypithecus auranus) 1

14. Siamang (Symphalangus syndactylus) 1

Jumlah 21

BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 6 of 14 - Pages: 6, 23, 07/29/18 04:42 PM

Cyan Magenta Yellow Black

Page 7: BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 - …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/.../09/Buletin-edisi-4-2018-min.pdf · BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 3 of 14 -

19

Berdasarkan Undang-undang Nomor : 5

Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

pada Bab V pasal 21 ayat 2 huruf (a)

dijelaskan bahwa setiap orang dilarang

untuk: menangkap, melukai, membunuh,

menyimpan, memiliki, memelihara,

mengangkut, dan memperniagakan

satwa yang dilindungi dalam keadaan

hidup; dan pada huruf (b) setiap orang

dilarang untuk: menyimpan, memiliki,

m e m e l i h a r a , m e n g a n g k u t , d a n

memperniagakan satwa yang dilindungi

dalam keadaan mati.

Sedangkan pada Bab V Pasal 24

d i j e l a s k a n : ( 1 ) A p a b i l a t e r j a d i

pe langgaran te rhadap la rangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,

tumbuhan dan satwa tersebut dirampas

untuk negara, (2) Jenis tumbuhan dan

satwa yang dilindungi atau bagian-

bagiannya yang dirampas untuk negara

dikembal ikan ke habi tatnya atau

diserahkan kepada lembaga-lembaga

yang bergerak di bidang konservasi

tumbuhan dari satwa, kecuali apabila

keadaannya sudah tidak memungkinkan

untuk dimanfaatkan sehingga dinilai lebih

baik dimusnahkan.

Selain mengacu kepada UU

tersebut diatas, dalam menjalankan

tugas dan fungsinya, Balai Besar KSDA

Jawa Barat mengacu kepada Peraturan

M e n t e r i L i n g k u n g a n H i d u p d a n

Kehutanan Republik Indonesia nomor:

P.8/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis Konservasi Sumber Daya Alam,

dimana salah satu fungsi dari Balai Besar

KSDA Jawa Barat adalah pengawasan

dan pengendalian peredaran tumbuhan

dan satwa liar;

Untuk mengoptimalkan fungsi

tersebut diatas, maka sejak awal tahun

2017 telah dibentuk Tim Gugus Tugas

Evakuasi dan Penyelamatan Tumbuhan

dan Satwa Liar Lingkup Balai Besar

Konservasi Sumber Daya Alam Jawa

Barat. Keberadaan Tim Gugus Tugas ini

berdampak cukup signifikan, yaitu

terbukti sebanyak 953 ekor satwa dapat

dikembalikan kepada negara selama

kurun waktu tahun 2017.

Sedangkan untuk kurun waktu semester I

tahun 2018 (Januari s/d Juni 2018),

sebanyak 190 ekor satwa dapat

dikembalikan kepada Negara. Banyak

cerita unik yang menyertai kegiatan

penertiban peredaran tumbuhan dan

satwa selama kurun waktu tersebut.

Dari 190 ekor satwa yang

diserahkan, jika dibagi berdasarkan kelas

satwa, maka satwa-satwa tersebut terdiri

dari: kelompok kelas Aves sebanyak 126

ekor, kelas mamalia sebanyak 30 ekor,

kelas primata sebanyak 12 ekor, kelas

reptil sebanyak 21 ekor, dan kelas

mollusca sebanyak 1 ekor yang berasal

dari penyerahan masyarakat sebanayk

78 orang.

Satwa-satwa Liar pun Kembali Ke Pangkuan Negara (Hasil Penertiban Kepemilikan TSL Semester I Tahun 2018)

Oleh : Agus Komarudin (Kasubbag Data, Evlap dan Kehumasan)

4

Siapa yang tak gemas melihat bayi

orangutan? Gerak-gerik dan tingkah

laku bayi orangutan yang amat lucu

dan menggemaskan sering membuat

kita tak tahan ingin memeliharanya di

rumah, apalagi bayi orangutan mirip

seperti bayi manusia yang bisa

didandanin dan diajak main. Demikian

juga dengan primata lainnya seperti

owa, lutung, surili, monyet, kukang.

Ada juga satwa liar yang enak

untuk dipandang karena keindahan

bulu atau kegagahannya badannya.

Sebut saja burung merak hijau yang

memiliki kepakan ekor yang indah

mengembang seakan memamerkan

“akulah satwa cantik dengan bulu

terindah”. Atau burung jalak bali

dengan warna bulu yang putih bersih

dengan pelupuk matanya yang biru

tua. Demikian pula dengan burung

cendrawasih yang memiliki berbagai

bulu yang indah sehingga mendapat

julukan “birds of paradise”. Jangan

dilupakan juga berbagai jenis burung

elang yang gagah dengan paruh

bengkoknya dan sorot mata yang tajam

serta cengkaraman kukunya yang kuat

seh ingga membuat o rang bangga

memeliharanya.

Uraian di atas memberikan sedikit

gambaran tentang latar belakang mengapa

kemudian masyarakat senang memelihara

berbagai jenis satwa liar. Di Indonesia,

minat masyarakat dalam memelihara satwa

liar yang dianggap eksotis seperti jenis-jenis

di atas masih tinggi, bahkan dianggap

sebagai sebuah kebanggaan.

Namun disayangkan, untuk memenuhi

“syahwat” tersebut sebagian besar

masyarakat mendapatkan satwa-satwa liar

tersebut secara illegal, antara lain melalui

jual beli secara illegal baik secara langsung

maupun secara onl ine; pember ian

/cinderamata tanpa dokumen yang sah;

serta perburuan liar.

Dibalik keindahan atau kegagahan

s a t w a l i a r y a n g b i s a m e m b u a t

pemeliharanya bangga, ternyata ada

bahaya atau resiko yang mengancam

terutama jika satwa liar yang dipelihara

adalah mamalia atau primata. Setidaknya

terdapat 5 (lima) bahaya atau resiko yang

akan terjadi jika kita memelihara satwa liar

sebagai berikut.

1. Membahayakan diri

Memelihara satwa liar yang termasuk

ke dalam kelompok hewan buas

memiliki resiko yang cukup tinggi.

Meskipun sudah dipelihara dan

dianggap sudah jinak, satwa liar pada

umumnya masih memiliki naluri

Berbahaya, Memelihara Satwa Liar di Rumah!!! Oleh : Agus Komarudin (Kasubbag Data, Evlap dan Kehumasan)

BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 7 of 14 - Pages: 22, 7, 07/29/18 04:42 PM

Cyan Magenta Yellow Black

Page 8: BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 - …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/.../09/Buletin-edisi-4-2018-min.pdf · BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 3 of 14 -

5

sebagai hewan buas.

Seper t i hewan buas la innya,

harimau yang dianggap jinak dan

gagah bisa saja sewaktu-waktu

menjadi agresif dan menerkam kita;

buaya yang dianggap jinak juga bisa

saja sewaktu-waktu menjadi agresif

dan menggigit kita; ular yang

dianggap jinak dan lucu juga bisa

saja sewaktu-waktu menjadi agresif

dan mencakar serta menggigit kita;

atau lutung yang dianggap jinak dan

cantik juga bisa saja sewaktu-waktu

menjadi agresif dan melilit serta

mematuk kita.

Sifat satwa liar yang sulit ditebak dan

dapat berubah karena kondisi cuaca

ataupun siklus hidup satwa liar itu

sendiri ataupun dari perlakuan

pemilik dapat mengakibatkan sifat

liar/buas dari satwa itu secara tiba-

tiba muncul dan membahayakan

pemiliknya. Sudah banyak kejadian

sa twa l i a r yang sudah lama

dipelihara tiba-tiba menyerang

pemiliknya.

2. Menyebarkan penyakit atau

zoonosis

Zoonosis atau penyakit yang dapat

menular dari hewan ke manusia atau

sebaliknya, juga menjadi alasan

m e n g a p a k i t a t i d a k b o l e h

memelihara satwa liar. Organisasi

K e s e h a t a n H e w a n D u n i a

menyatakan bahwa 75% penyakit

baru yang mempengaruhi manusia

disebabkan oleh patogen yang

berasal dari hewan dan produk

hewan. Satwa liar sangatlah mudah

stress ketika terjadi perubahan

habitat, misalnya ketika dipelihara di

rumah dengan perlakuan yang tidak

sesua i dengan t i ngkah l aku

alaminya.

Stress di satwa akan menyebabkan

pelemahan sistem kekebalan,

s e h i n g g a p a t o g e n a t a u

mikroorganisme penyebab penyakit

yang sebenarnya sudah berdiam di

dalam tubuh satwa liar akan mudah

bereplikasi atau memperbanyak diri.

Berikutnya, akan terjadi penyebaran

patogen tersebut ke seluruh tubuh

dan akan dapat menyebarkan atau

menularkan patogen ke lingkungan.

Jika patogen ini mempunyai sifat

yang bisa menular ke manusia,

maka penyakit yang bersumber dari

hewan akan muncul di manusia.

Ya n g d i k h a w a t i r k a n a d a l a h

terjadinya wabah. Jika terjadi wabah,

maka kerugian-kerugian akan

muncul, karena untuk menangani

wabah membutuhkan waktu dan

biaya yang tidak sedikit.

Jenis zoonosis atau penyakit yang

dapat menular dari hewan ke

manusia atau sebaliknya, antara lain

hepatitis, tuberculosa (TBC), rabies,

cacing, toxoplasmosis, psitacosis,

salmonellosis, leptospirosis, dan

herpes.

3. Terganggunya Keseimbangan

Ekosistem dan Punahnya Satwa

Liar

Akhir-akhir ini peredaran illegal

18

Jawa Barat telah meringankan BBKSDA

Jawa Barat dalam menjalankan tugas

pengawasan peredaran tumbuhan dan

satwa liar. Dengan memanfaatkan

teknologi kekinian, media sosial dapat

berperan sebagai perpanjangan tangan

institusi untuk mensosialisasikan tugas,

peran dan fungsi institusi dalam capaian

kinerja yang substantif karena media

sosial mampu menjangkau masyakarat

luas.

BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 8 of 14 - Pages: 8, 21, 07/29/18 04:42 PM

Cyan Magenta Yellow Black

Page 9: BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 - …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/.../09/Buletin-edisi-4-2018-min.pdf · BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 3 of 14 -

17

Penggunaan berbagai media

komunikasi sebagai sarana pengaduan

masyarakat ini, dimaksudkan sebagai

cara bagaimana Balai Besar KSDA Jawa

Barat dalam merangkul berbagai lapisan

atau golongan masyarakat untuk peduli

dan berperan serta dalam Konservasi

Tumbuhan dan Satwa Liar, sesuai tren

komunikasi dari golongan masyarakat

tersebut.

Selain itu, penggunaan berbagai

media komunikasi ini juga dalam upaya

mengimbangi perkembangan teknologi

komunikasi sehingga informasi yang

diterima oleh masyarakat pun lebih

merata pada berbagai go longan

masyarakat sesuai dengan media

komunikasi yang mereka gunakan. Hal

yang tidak kalah pentingnya dalam

penggunaan berbagai media komunikasi

ini adalah sebagai upaya mengimbangi

modus operandi yang digunakan oleh

para pelaku illegal trading TSL yang

Dilindungi Undang-undang, dimana

mereka sudah menggunakan media

online antara lain: Facebook, Twitter dan

Instagram.

Media komunikasi yang paling

banyak digunakan oleh masyarakat

untuk menyampaikan pengaduan adalah

Facebook, Whatsapp dan Twitter, media

ini dipilih karena dapat menampilkan

secara visual dari obyek yang dilaporkan

sehingga komunikasi pun bisa lebih

interaktif.

Untuk mendukung/menindaklanjuti

terhadap pengaduan masyarakat

tersebut, maka Balai Besar KSDA Jawa

Barat membentuk Tim Gugus Tugas

Evakuasi dan Penyelamatan Tumbuhan

dan Satwa Liar di masing – masing

Bidang KSDA Wilayah dan Seksi

Konservasi Wilayah dengan tujuan dapat

memberikan respon/tanggapan yang

cepat atas pengaduan tersebut sejalan

dengan predikat Quick response.

Pengaduan layanan melalui

media sosial memang terlihat praktis dan

mudah akan tetapi bukan berarti tanpa

kendala, terutama terkait pengaduan

peredaran tumbuhan dan satwa liar

secara illegal, dimana masyarakat yang

melaporkan tidak memberikan data yang

lengkap sehingga merepotkan petugas

BBKSDA Jabar dalam melakukan

pelacakan laporan tersebut.

Pembuatan layanan pengaduan

dengan memanfaatkan berbagai media

komunikasi ini telah membuahkan hasil

yang signifikan yaitu untuk periode bulan

Januari s/d Juni 2018 telah diserahkan

sebanyak 190 ekor satwa.

Penyerahan satwa d iatas,

sebagian besar bersumber dari adanya

i n f o r m a s i / l a p o r a n p e n g a d u a n

masyarakat melalui Layanan Pengaduan

Quick response yang selanjutnya

ditindaklanjuti oleh Tim Gugus Tugas

Evakuasi dan Penyelamatan Tumbuhan

dan Satwa Liar. Data penyerahan satwa

tersebut diatas membuktikan bahwa

masyarakat sudah mulai berperan aktif

dalam pengawasan peredaran tumbuhan

dan satwa liar. Sehingga keberadaan

layanan pengaduan pada setiap media

sosial yang dimiliki Balai Besar KSDA

6

satwa liar untuk dipelihara semakin

meningkat. Hal ini dapat dilihat dari

banyaknya komunitas perdagangan

satwa secara on-line melalui media

sosial. Belum lagi perdagangan

yang masih di lakukan secara

tradisional di pasar-pasar burung.

A s a l - u s u l s a t w a y a n g

diperdagangkan secara i l legal

tersebut patut diduga bersumber dari

hasil perburuan liar dari alam karena

untuk jenis-jenis satwa liar tertentu

belum ada penangkaran resmi

( b e r i z i n ) y a n g b e r h a s i l

menangkarkannya.

Satwa l iar memil ik i perannya

masing-masing dalam menjaga

keseimbangan ekosistem. Ada yang

menjadi top predator dalam rantai

ekosistem seperti Harimau, Macan

Tutul, Buaya, Beruang, atau Elang.

Ada juga satwa penyebar biji-biji

tanaman seperti burung dan primate.

Ada juga penyeimbang hama dan

penyakit seperti ular, burung, dan

kukang. Di samping itu semua,

masih banyak jenis lainnya yang

mempunyai peran penting di alam.

Jika jumlah atau jenis satwa di alam

terus berkurang, maka dengan

s e n d i r i n y a a k a n m e m b u a t

keseimbangan ekosistem menjadi

terganggu, terutama berkaitan

dengan rantai dan jaring-jaring

makanan. Kondisi tersebut dapat

mengak iba tkan penambahan

populasi suatu jenis satwa secara

tidak terkendali sehingga berpotensi

menjadi hama yang mengganggu

manusia.

4. Melanggar hukum

Memel iha ra sa twa l i a r yang

dilindungi Undang-undang tanpa izin

sebagaimana diatur dalam pada

Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1 9 9 0 t e n t a n g K o n s e r v a s i

S u m b e r d a y a A l a m d a n

Ekosistemnya junto Peraturan

Pemerintah Nomor 7 tahun 1999

t e n t a n g P e n g a w e t a n J e n i s

Tumbuhan dan Satwa adalah

tindakan melanggar hukum dan

dapat dikenakan sanksi pidana

berupa penjara paling lama 5 (lima)

tahun dan denda paling banyak Rp

100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

5. Mengekang Kebebasan Satwa

Liar

Layaknya manusia, satwa liar pun

sebagai mahkhluk ciptaan Tuhan

mempunyai keinginan menjalani

kehidupan secara alami sesuai

kodratnya sebagai satwa liar yang

b iasa h idup d i hu tan/hab i ta t

alaminya.

Dalam beberapa kejadian, kita

sering menyaksikan atau membaca

b a h w a d a l a m p e n e r t i b a n

kepemilikan/pemeliharaan illegal

satwa liar yang dilindungi undang-

undang, pihak Pemerintah (BKSDA)

harus “menjelaskan mati-matian”

kepada pemilik satwa liar mengenai

resiko memelihara satwa liar. Selain

resiko dari aspek hukum serta

aspek-aspek lainnya seperti telah

BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 9 of 14 - Pages: 20, 9, 07/29/18 04:42 PM

Cyan Magenta Yellow Black

Page 10: BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 - …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/.../09/Buletin-edisi-4-2018-min.pdf · BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 3 of 14 -

7

dijelaskan sebelumnya, aspek

kese jah te raan sa twa j uga

menjadi aspek penting lainnya

yang d isampa ikan kepada

masyarakat. Namun demikian,

mereka berkilah bahwa satwa

tersebut sangat mereka sayangi

d a n s u d a h h i d u p n y a m a n

bersamanya. Makanan dan

m i n u m a n s e l a l u m e r e k a

perhatikan dengan makanan

yang terkadang bukan makanan

alami satwa, kandang pun bagus

dari stainless dan berukir indah.

Namun, apakah ada yang bisa

menjamin bahwa satwa merasa

h i d u p n y a m a n d a n b i s a

mengekspresikan sifat liarnya,

b i s a b e r k e m b a n g b i a k .

Mungkinkah mereka pernah

berkeinginan untuk hidup bebas

di alam liar, berinteraksi dengan

kelompoknya, bebas mencari

makan secara alami, karena

satwa liar “tidak bisa berbicara”.

Konsep “Lima Kebebasan” (Five

o f F r e e d o m ) s a t w a y a n g

dicetuskan oleh Inggris sejak

tahun 1992 yang harus menjadi

perhatian dan pertimbangan bagi

para pemelihara satwa liar, yaitu :

1. Bebas dari rasa lapar dan haus

2. Bebas dari rasa tidak nyaman

3. Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit

4. Bebas mengekspres ikan perilaku normal

5. Bebas dari rasa stress dan tertekan.

Para pemelihara satwa banyak yang

belum menyadari bahwa satwa liar

perlu menyalurkan hasrat “seksnya”

untuk berkembang biak sehingga perlu

pasangan (tidak mungkin dipelihara

hanya seekor); menyalurkan perilaku

n o r m a l a l a m i n y a s e h i n g g a

membutuhkan ruang yang cukup untuk

terbang bagi burung; serta memanjat

untuk primata.

Banyak pemelihara satwa merasa

sudah memperhatikan dan menyayangi

satwa liar peliharaannya, dengan

member ikan pakan yang enak,

kandang yang bagus, pemeriksaan

rutin dari dokter hewan. Akan tetapi, itu

saja tidak cukup karena jika salah satu

dari lima konsep kesejahteraan satwa

tersebut tidak terpenuhi, berarti kita

telah “Mengekang Kebebasan Satwa

Liar”.

Itulah, setidaknya 5 (lima) resiko yang akan

timbul sebagai akibat dari memelihara satwa

liar di rumah secara illegal. Jika anda peduli

terhadap mereka, lebih baik membiarkan

mereka h idup d i a lam l i a r, bebas

berkembang biak sehingga keseimbangan

alam ini akan terjaga.

Masih maukah memelihara satwa liar di

rumah ???

Sumber bacaan :

https://www.kompasiana.com, https://www.profauna.net,

http://fkh.ipb.ac.id, https://www.smallcrab.com/

16

Dengan keragaman hayati dan tingkat endemisitas yang tinggi, Indonesia dijuluki sebagai negara Mega Biodiversity kedua di dunia setelah Brazil. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat k e r a g a m a n d i a n t a r a n y a k a r e n a Indonesia memiliki belasan ribu pulau dengan berbagai endemisitas yang dimiliki setiap pulau tersebut.

K e m i s k i n a n d a n h e d o n i s m e

(kesenangan) menjadi pemicu utama dari

eksploitasi sumber daya genetik. Sebut

sa ja perdagangan Kukang jawa,

berbagai jenis Elang, dan jenis satwa

di l indungi lainnya yang berstatus

terancam punah salah satu pemicunya

karena tuntutan ekonomi. Penjual

b i a s a n y a s e l a l u b e r d a l i h t i d a k

mengetahui bahwa satwa dagangannya

merupakan satwa yang dilindungi.

Berbeda dengan si penjual, si

pembeli yang ingin memelihara satwa

langka yang digolongkan sebagai barang

superior ini biasanya dilatarbelakangi

t ingkat pendapatan yang t ingg i ,

mengutamakan gaya hidup, gengsi dan

hobi atau biasa disebut dengan kaum

hedonis. Bagi kaum ini memiliki satwa

langka dalam keadaan hidup maupun

mati dianggap memiliki kebanggan dan

nilai gengsi tersendiri, merasa lebih

diakui di mata masyarakat sekitarnya.

Sebagai pengelola kawasan

konservasi baik in situ maupun eks situ,

Balai Besar KSDA Jawa Barat tidak

tinggal diam dan menunggu, berbagai

upaya dilakukan dalam mencegah,

memberantas, dan menyelesaikan

berbagai issue konservasi. Selain

permasalahan konservasi in situ (di

d a l a m k a w a s a n k o n s e r v a s i ) ,

permasalahan konservasi eks situ (di luar

kawasan konservasi) yang marak terjadi

di berbagai wi layah di Indonesia

diantaranya kepemilikan satwa liar yang

Dilindungi Undang-undang secara illegal.

Untuk mengurangi laju perkembangan

issue tersebut Balai Besar KSDA Jawa

Barat melakukan berbagai upaya, salah

satunya dengan pembentukan Layanan

Pengaduanquick response di lingkup

wilayah kerja Balai Besar KSDA Jawa

Barat.

Quick response ini merupakan

sarana yang menampung set iap

p e n g a d u a n m a s y a r a k a t a t a s

perdagangan tumbuhan dan satwa liar

yang d i l indungi Undang-undang,

perburuan satwa liar yang Dilindungi

Undang-undang, gangguan kawasan

konservasi, kebakaran hutan dan lahan

s e r t a k o n fl i k s a t w a l i a r. U n t u k

memudahkan masyarakat da lam

melakukan pengaduan, maka Balai

Besar KSDA Jawa Barat mencoba

m e m a n f a a t k a n b e r b a g a i m e d i a

komunikasi yang ada, baik melalui

jaringan telepon, faximile dan email

ataupun melalui media sosial seperti

Facebook, Whatsapp, Twitter dan

Instagram serta Youtube.

BBKSDA Jabar Manfaatkan Media Sosial Sebagai Layanan Pengaduan Masyarakat

Oleh : Vitri Ludiana H. (Analis Data Kehumasan)

BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 10 of 14 - Pages: 10, 19, 07/29/18 04:42 PM

Cyan Magenta Yellow Black

Page 11: BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 - …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/.../09/Buletin-edisi-4-2018-min.pdf · BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 3 of 14 -

15

Berdasarkan hasil penelitian di

TBMK Sumedang, Jawa Barat, dapat

disimpulkan beberapa hal sebagia

berikut.

a) Kepadatan populasi Lutung Jawa di

TBMK Sumedang, Jawa Barat 2adalah 11 ind/ km

b) Struktur kelompok Lutung

Jawa di TBMK Sumedang,

Jawa Barat terdiri dari 2-6

individu dewasa, 0-5 individu

muda, 1-5 individu anak-

anak. Struktur kelompok ini

merupakan struktur umur

reproduktif, ditandai dengan

populasi yang sebagian

besar anggotanya adalah

individu-indivu berumur

sama dengan umur ra ta- ra ta

populasi. Dengan demikian, populasi

ini memiliki pembagian umur yang

lebih merata, sehingga populasi

dikatakan dalam kondisi mantap.

8

B e r b i c a r a t e n t a n g

k e s e j a h t e r a a n s a t w a

(Animal Welfare), t idak

hanya sekadar berbicara

pemenuhan kebutuhan fisik

a t a u k e t i a d a a n

luka/penyakit pada satwa,

meskipun fungsi fisik dan

kondisi keseluruhan satwa

adalah aspek penting dalam

k e s e j a h t e r a a n s a t w a .

Kesejahteraan suatu satwa

bisa saja dikatakan buruk walaupun

secara kasat mata tidak terdapat

masalah fisik yang nyata dalam tubuh

satwa. Sebagai contoh, jika satwa berada

dalam keadaan takut, bosan, frustasi,

cemas atau menderita stress kronis,

mereka mungkin secara fisik nampak

“normal” tetapi sebenarnya mereka tidak

berada dalam keadaaan sejahtera.

Secara umum, satwa yang

ditempatkan dalam kandang yang tidak

memenuhi syarat, akan memperlihatkan

penurunan tingkat interaksi dengan

lingkungan mereka. Hal ini dapat

diekspresikan dalam berbagai macam

perilaku seperti ketika mereka duduk,

berbaring atau memperbanyak tidur,

reaksi yang berlebihan terhadap hal baru

a t a u p e n i n g k a t a n p e r i l a k u

stereotip/abnormal (seperti bergoyang-

goyang, mondar-mandir, menggeleng-

gelengkan kepala, atau mempermainkan

lidah). Dalam upaya mengurangi frustasi,

kebosanan, dan penyebab stress

lainnya, secara perlahan

satwa akan menjauh dari

lingkungannya dan menjadi

tidak aktif, hanya duduk-

duduk, berbaring atau tidur

dalam waktu yang lama

s e c a r a t i d a k n o r m a l .

Beberapa satwa mulai

menun jukkan per i l aku

s t e r e o t i p , m e l a k u k a n

keg ia tan secara te rus

menerus/lama, obsesif,

berulang-ulang dengan tujuan yang tidak

berbeda dengan perilakunya di alam.

H a l - h a l t e r s e b u t b i a s a n y a

mengindikasikan kesejahteraan satwa

yang kurang.

Memenuhi segala kebutuhan

a lami satwa l iar da lam kandang

m e r u p a k a n h a l p e n t i n g b a g i

kesejahteraan satwa, akan tetapi hal ini

sering dilupakan atau diabaikan oleh

pemilik satwa. Semua satwa yang

dipelihara dalam kandang harus mampu

berperilaku layaknya satwa tersebut

hidup di alam.

Ÿ Pengertian Kesejahteraan Satwa

Terdapat berbagai pengertian

tentang apa itu kesejahteraan satwa,

namun secara sederhana kesejahteraan

satwa (animal welfare) adalah keadaan

fisik dan psikologis yang sehat dan

sejahtera bagi satwa-satwa yang

berinteraksi dengan manusia. Menurut

Organisasi Kesehatan Hewan Dunia

(OIE), kesejahteraan satwa adalah

Mengenal 5 Prinsip Kesejahteraan Satwa Oleh : Agus Komarudin (Kasubbag Data, Evlap dan Kehumasan)

BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 11 of 14 - Pages: 18, 11, 07/29/18 04:42 PM

Cyan Magenta Yellow Black

Page 12: BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 - …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/.../09/Buletin-edisi-4-2018-min.pdf · BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 3 of 14 -

9

bagaimana hewan mengatasi kondisi

lingkungannya. Sedangkan UU No.

18/2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan mendefinisikan

kesejahteraan satwa sebagai segala

urusan yang berhubungan dengan

keadaan fisik dan mental hewan menurut

ukuran perilaku alami hewan yang perlu

di terapkan dan di tegakkan untuk

melindungi hewan dari perlakuan setiap

orang yang tidak layak terhadap hewan

yang dimanfaatkan manusia.

S e d a n g k a n b e r d a s a r k a n

P e r a t u r a n D i r e k t u r J e n d e r a l

Perlindungan Hutan dan Konservasi

Alam Nomor P.9/IV-SET/2011 tentang

Pedoman Etika dan Kesejahteraan

Satwa di Lembaga Konservasi pada Bab I

Pasal 1 dijelaskan bahwa kesejahteraan

satwa (hewan) adalah keberlangsungan

hidup satwa yang perlu diperhatikan oleh

pengelola agar satwa hidup sehat, cukup

pakan, dapat mengekspresikan perilaku

normal, serta tumbuh dan berkembang

biak dengan baik dalam lingkungan yang

aman dan nyaman.

Berdasarkan definisi tersebut di

atas, jelas sekali bahwa kesejahteraan

satwa bukan hanya memastikan tidak

a d a n y a p e n y i k s a a n fi s i k y a n g

menyebabkan rasa sakit pada satwa,

melainkan juga mencakup upaya kita

untuk memast ikan bahwa secara

psikologis dan fisik satwa tersebut dapat

memenuhi kebutuhan alaminya. Dari

definisi di atas jelaslah bahwa yang

menjadi sasaran animal welfare adalah

satwa yang dimanfaatkan oleh manusia

atau dengan kata lain satwa yang

berinteraksi dengan manusia, bukan

yang hidup bebas di alam. Mengapa?

K a r e n a b a g i s a t w a - s a t w a y a n g

dimanfaatkan dan berinteraksi dengan

manusia, intervensi manusia menjadi

sangat penting dalam mempengaruhi

kondisi dan kelangsungan hidup hewan

tersebut. Sedangkan satwa yang sudah

hidup bebas di alam, biarkanlah hidup

secara bebas karena ia akan mampu

memenuhi segala kebutuhan fisik dan

psikologisnya dengan nalurinya sendiri.

Dalam prinsip kesejahteraan

satwa, semua orang didorong untuk

menumbuhkan empati terhadap hewan

dan mengembangkan sikap menghargai

hewan. Jika masyarakat memahami

perasaan diri sendiri dan perasaan orang

lain, mereka bisa memahami juga

bagaimana binatang harus diperlakukan.

Kesejahteraan satwa mengukur baik

kesenangan maupun keseha tan

binatang.

Selanjutnya, para aktivis kesejahteraan

satwa mengajarkan bahwa satwa

memil iki perasaan sepert i halnya

manusia. Misalnya perasaan seperti

kebosanan, stres, kesenangan, dan

penderitaan. Setiap jenis satwa liar harus

dibiarkan hidup bebas di alam atau hidup

yang berkualitas di lingkungan yang

disesuaikan dengan pola perilaku,

kebutuhan, serta karakteristik habitat

alamnya di kandang.

Ÿ 5 Prinsip Kesejahteraan Satwa

Prinsip “Lima Kebebasan” (Five of

Freedom) yang dicetuskan oleh Inggris

(Rahmi, Rizaldi, & Novarino, 2013).

Data yang diperoleh dari hasil

pengamatan di lapangan, ditabulasi, dan

selanjutnya diolah, sebagaimana

diadaptasi dari Rahmi dkk. (2013):

1) Kepadatan Popu las i : dengan

menghitung kepadatan individu 2Lutung Jawa/km

2) Struktur Kelompok:

a) Menghitung ukuran kelompok

( j u m l a h i n d i v i d u d a l a m

kelompok) dari seluruh kelompok

Lutung Jawa yang terdeteksi;

b) Mengidentifikasi jumlah individu

berdasarkan kelas umur (bayi,

anak, muda, dewasa, tua);

c) M e n g h i t u n g k e p a d a t a n 2kelompok Lutung Jawa/km ;

d) Menghitung luas daerah jelajah 2kelompok Lutung Jawa/km .

Beberapa parameter pengamatan yang

dicatat antara lain panjang jalur yang

ditempuh (meter), jarak langsung antara

observer dan primata (meter) sebagai

lebar jalur, jarak antar transek, jumlah

individu primata yang terlihat, waktu

pertemuan, lokasi satwa primata pada

jalur pengamatan, dan komposisi umur

(Tobing, 2008).

Menurut Vogt (2003) luas daerah

jelajah Lutung Jawa adalah 14 ha atau

setara dengan 0,14 km2 per hari. Dalam

waktu yang sedikit bersamaan rata-rata

kelompok bertumpang tindih dan jarak

hariannya bervariasi sekitar 540-740 m,

terutama pada habitat yang rusak. Akan

tetapi seperti ditampilkan dalam peta

penelitian, tidak terlihat daerah jelajah

lutung jawa yang tumpang tindih di

TBMK. Hal ini memberi tanda bahwa

habitat lutung jawa di TBMK belum terlalu

rusak. Dimana Lutung Jawa dapat

mencar i sumber pakannya pada

pergerakan daerah jelajah masing-

masing tiap kelompok.

Jumlah individu lutung jawa rata-

rata yang diamati di TBMK, yaitu tujuh

individu per kelompok. Daerah seluas

23,4 Ha mampu menampung tujuh

kelompok lutung jawa dengan jumlah

total 50 individu.

D a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a

populasi lutung jawa di TBMK tidak padat.

Ukuran kelompok (group size) lutung

jawa yang ditemukan selama penelitian di

TBMK adalah 4, 5, 7, 12, dan 13 individu

per kelompok. Hal ini mendukung dugaan

bahwa lutung jawa hidup membentuk

keluarga dengan diikuti beberapa anak

yang sudah mandiri (Supriatna dan

Wahyono, 2000). Ciri-ciri mandiri adalah

sudah bisa melakukan aktivitasnya

sendiri seperti tidak selalu berada dalam

gendongan lutung jawa dewasa dalam

setiap perpindahan dan sudah bisa

mencari makan sendiri.

Dari ketujuh kelompok yang

dijumpai selama pengamatan tidak

satupun kelompok yang memiliki bayi.

Ha l i n i d i sebabkan lu tung jawa

memberikan kelahiran tunggal pada

keturunannya dan jenis in i t idak

ditemukan mempunyai musim lahir

d e n g a n k e l a h i r a n t e r j a d i p a d a

keseluruhan tahun.

14

BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 12 of 14 - Pages: 12, 17, 07/29/18 04:42 PM

Cyan Magenta Yellow Black

Page 13: BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 - …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/.../09/Buletin-edisi-4-2018-min.pdf · BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 3 of 14 -

13

kekayaan hayati fauna yang eksotis dan

unik di Indonesia serta berperan penting

dalam fungsi ekologis suatu ekosistem.

Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif, dengan teknik pengamatan

yang fokus pada tempat di mana objek

hewan berada dengan memaparkan

karakter dari masing-masing umur

individu dalam kelompok. Kepadatan

popu las i yang d igunakan un tuk

penghitungan/pendugaan populasi

d i d a p a t k a n d e n g a n m e l a k u k a n

pengamatan di areal contoh berupa jalur

( t ransek) yang sudah di tentukan

sebelumnya yang biasa disebut line

transects method. Jumlah dan panjang

tidaklah begitu penting karena data yang

akan dicari adalah kepadatan. Jarak

antar jalur/transek ditetapkan dengan

pertimbangan bahwa lutung jawa yang

terdeteksi dari suatu jalur tidak akan

terdeteksi dari jalur lainnya (yang

b e r d e k a t a n ) d a l a m w a k t u y a n g

bersamaan, jika pengamatan dilakukan

secara bersamaan oleh 2 pengamat di

dua jalur. Dengan demikian, akan

terhindar satu individu yang sama dalam

kelompok terhitung dua kali.

Metode jalur merupakan metode

yang paling umum dan paling sering

digunakan dalam menduga kepadatan

dan ukuran populasi suatu spesies

primata. Penerapan metode jalur

m e m p u n y a i b e b e r a p a v a r i a s i

berdasarkan penentuan lebar jalur

efektif. Dalam penelitian ini metode jalur

yang digunakan menggunakan “King's

method”. Dalam hal ini, lebar jalur

ditentukan berdasarkan jarak langsung

(D) antara observer dan primata target

(Tobing, 2008).

Pengambi lan data d imula i

dengan mencari hewan objek (lutung

jawa), kemudian mengikuti pergerakan

kelompoknya (jelajah). Pengamatan

d i lakukan dengan ber ja lan pada

kecepatan konstan (sekitar 0,5 km/jam)

menelusuri jalur (areal contoh) yang

sudah ditentukan sebelumnya dan

mencatat data-data yang diperlukan

tentang jalur. Dalam pengambilan data

terlebih dahulu mengetahui luas areal

y a n g i n g i n d i t e l i t i , k e m u d i a n

menggunakan teknik estimasi ukuran

populasi yang dapat dilakukan dengan

hanya mengamat i sebagian dar i

kawasan yang hendak diduga, namun

daerah contoh harus mewakili seluruh

kawasan (Tobing, 2008).

Pengamatan terhadap individu dan

kelompok Lutung Jawa dilakukan dengan

teropong binokuler, dimulai pada pagi

hari pukul 06.00 WIB sampai pukul 16.00

WIB. Setiap kelompok yang ditemukan,

posisi tempatnya ditentukan dengan

m e n g g u n a k a n k o o r d i n a t G P S .

Selanjutnya dilakukan penghitungan

jumlah individu dalam kelompok yaitu

jumlah individu dewasa, muda, anak-

a n a k d a n b a y i . P e n g u l a n g a n

pengamatan dilakukan 5 kali sampai

didapatkan data mengenai struktur

ke lompok, se te lah i tu d i lakukan

pengamatan terhadap kelompok lain

dengan cara yang sama dengan

pengamatan kelompok sebelumnya

10

sejak tahun 1992 dikenal sebagai

panduan umum menilai kesejahteraan

binatang/satwa. Lima Kebebasan

Binatang/Satwa (The Five Freedoms)

ditetapkan pada akhir 1960-an. Pada

periode itu, pemerintah Inggris Raya

m e n d i r i k a n k o m i s i u n t u k

m e n g i n v e s t a g a s i b a g a i m a n a

binatang/satwa diperlakukan di pertanian

setempat. Komisi itu menarik kesimpulan

bahwa ada kebutuhan untuk menetapkan

garis kebijaksanaan tentang bagaimana

binatang seharusnya diperlakukan.

Metode ini sudah dianggap sebagai

metode internasional, dan RSPCA (Royal

Society for the Prevention of Cruelty

Against Animals ) percaya bahwa

siapapun yang memil ik i b inatang

mempunyai tanggung jawab untuk

memberi satwa itu Lima Kebebasan ini.

B e r i k u t a d a l a h l i m a p r i n s i p

kesejahteraan satwa (Five Freedoms)

1. Bebas dari rasa haus dan lapar

(Freedom from hunger and thirst)

Prinsip pertama ini diartikan sebagai

kemudahan akses akan air minum

d a n m a k a n a n y a n g d a p a t

mempertahankan kesehatan dan

tenaga. Dalam hal ini adalah

penyediaan pakan yang sesuai

dengan spesies dan keseimbangan

gizi. Apabila keadaan ini gagal

d ipenuhi maka akan memicu

timbulnya penyakit dan penderitaan.

2. B e b a s d a r i r a s a

ketidaknyamanan/penyiksaan

fisik (Freedom from discomfort)

Prinsip kedua ini dapat diartikan

sebagai penyediaan lingkungan

yang layak dengan memperhatikan

kebutuhan satwa terhadap tempat

tinggal yang sesuai dengan jenis

satwa termasuk shelter, areal

istirahat yang nyaman, dan areal

bermain/beraktifitas.

Selain itu, faktor lingkungan yang

h a r u s d i p e r h a t i k a n m e l i p u t i

temperatur, kelembaban, ventilasi,

dan pencahayaan yang harus sesuai

dengan kondisi alamiah hewan yang

bersangkutan. Ukuran dan jenis

kandang haruslah mengikuti the

Guide for the Care and Use of

Laboratory Animals. Pada jenis-jenis

hewan yang hidupnya berkelompok

seperti primata, maka peneliti harus

memperhatikan sosialisasi dan

status hirarki di dalam suatu

kelompok.

Apabila keadaan ini gagal dipenuhi

m a k a a k a n m e n i m b u l k a n

penderitaan dan rasa sakit secara

mental yang akan berdampak pada

kondisi fisik dan psikologi hewan.

3. Bebas dari rasa sakit, cedera dan

penyakit (Freedom from pain, injury

and disease)

Prinsip yang ketiga ini berkaitan

dengan upaya pencegahan penyakit

atau diagnosa dan treatment yang

cepat, dan jika telah terkena maka

harus mendapatkan diagnosa dan

terapi yang tepat.

Kond is i i n i d ipenuh i me la lu i

penerapan pemeriksaan medis yang

r e g u l e r. A p a b i l a k o n d i s i i n i

BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 13 of 14 - Pages: 16, 13, 07/29/18 04:42 PM

Cyan Magenta Yellow Black

Page 14: BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 1 of 14 - …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/.../09/Buletin-edisi-4-2018-min.pdf · BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 3 of 14 -

11

terabaikan maka akan memicu

timbulnya penyakit dan ancaman

transmisi penyakit baik pada hewan

lain maupun manusia. Contohnya,

penyakit Hepatitis dan TBC pada

p r i m a t a y a n g d i p e l i h a r a /

direhabilitasi.

4. Bebas untuk mengekspesikan

perilaku alamiah (Freedom to

express normal behaviour)

Pengertian dari prinsip keempat ini

adalah penyediaan ruang yang

cukup, fasilitas yang tepat, dan

adanya teman dari jenis yang sama,

d a p a t d i u p a y a k a n m e l a l u i

penyediaan luasan kandang yang

cukup, kualitas kandang yang baik,

dan teman dari hewan yang sejenis

dengan memperhatikan sosialisasi,

tingkah-laku spesifik (misal cara

mengambil makan), serta program

pengayaan. Program pengayaan

ialah memberikan bentuk-bentuk

mainan, bahan atau alat yang dapat

digunakan oleh hewan di dalam

mengekspresikan tingkah-lakunya,

misal tempat berayun buat primata,

serutan kayu buat rodensia, dan lain

sebagainya.

Apabila keadaan ini tidak terpenuhi

maka akan muncu l pe r i l aku

abnormal seperti stereotip, dan

berakhir dengan gangguan fisik

lainnya.

5. Bebas dari ketakutan dan rasa

tertekan (Freedom from fear and

distress)

Prinsip yang terakhir ini bekaitan

dengan penyediaan kondisi dan

perlakuan yang dapat mencegah

p e n d e r i t a a n m e n t a l . S t r e s s

umumnya diartikan sebagai lawan

dar ipada se jahtera. Dis t ress

merupakan kondisi lanjutan dari

s t r ess yang mengak iba t kan

perubahan patologis. Lebih lanjut,

kondisi ini terlihat pada respon

perilaku seperti menghindar dari

stressor (seperti menghindar dari

temperatur dingin ke tempat yang

lebih hangat dan sebaliknya),

menunjukkan perilaku displacement

(seperti menunjukkan perilaku

display yang tidak relevan terhadap

situasi konflik di mana tidak ada

fungs i nya ta ) . Apab i la t i dak

ditangani akan muncul perilaku

s te reo t ip i k yang merupakan

gerakan pengulangan dan secara

relatif kelangsungan gerakan tidak

bervariasi dan tidak punya tujuan

jelas.

Setelah kita mengetahui prinsip-prinsip

kesejahteraan satwa yang diperlukan

oleh suatu individu atau kelompok satwa

sehingga dapat menjalani hidup layaknya

di alam bebas, masihkah kita akan

memenjarakan satwa dalam kandang

walaupun terbuat dari emas???

Sumber Bacaan :https://www.profauna.net, http://fkh.ipb.ac.id,

http://abahmandar.blogspot.com, http://www.isaw.or.id

Kawasan hutan Gunung Masigit dan

Kareumbi ditetapkan sebagai Taman

Buru (TB) berdasarkan Surat Keputusan

M e n t e r i P e r t a n i a n N o m o r

297/Kpts/Um/5/1976 tanggal 15 Mei

1976 dengan luas 12.420,70 Ha. Di

Taman Buru Masigit Kareumbi (TBMK)

Sumedang te rdapa t hu tan yang

heterogen dengan keanekaragaman

alam serta berbagai jenis satwa yang

hidup di dalamnya. Salah satu di

a n t a r a n y a a d a l a h l u t u n g j a w a

(Trachypithecus auratus mauritus).

Lutung jawa merupakan salah satu

monyet dari kelompok dunia lama yang

merupakan hewan endemik Indonesia

terutama di Pulau Jawa, Bali, Kalimantan,

dan Sumate ra . Hewan endemik

Indonesia adalah hewan-hewan yang

hanya ditemukan di Indonesia dan tidak

ditemukan di tempat lain (Supriatna &

Wahono, 2000).

Lutung jawa merupakan jenis

primata endemik Pulau Jawa dan Bali

yang kondisi populasi dan habitatnya

semakin terfragmentasi. Kehidupan

lutung jawa pun semakin terisolasi yang

disebabkan tingginya perambahan

hutan, tingkat perdagangan illegal, dan

perburuan liar terhadap lutung jawa.

Menurut red list IUCN tahun 2015, status

konservasi lutung jawa adalah rentan

(vulnerable) dan termasuk dalam daftar

apend i ks I I C ITES. Apend iks I I

merupakan daftar spesies yang tidak

terancam kepunahan dan berpeluang

terancam punah bila perdagangan terus

berlanjut tanpa adanya pengaturan

(Supriantna & Wahono, 2000).

Lutung Jawa di Indonesia merupakan

jenis primata yang dilindungi. Status

d i l i ndung i te rsebut berdasarkan

Keputusan Menteri Kehutanan dan

Perkebunan Nomor : 733/Kpts-II/1999

tentang Penetapan Lutung Jawa sebagai

satwa yang dilindungi. Salah satu

pertimbangan dalam penetapan status

di l indungi ini karena populasinya

m e n g a l a m i p e n u r u n a n d a n

keberadaannya di alam terancam punah.

Selain menjadi primata yang dilindungi,

lutung jawa juga menjadi bukti tingginya

12

Populasi dan Struktur Lutung Jawa (Trachypithecus auratus mauritus) di Taman Buru Masigit Kareumbi

Oleh : Dwi Hendra Kristianto (PEH Pelaksana Lanjutan)

BULETIN MACAN TUTUL EDISI 4 EDIT.PDF, Flat 14 of 14 - Pages: 14, 15, 07/29/18 04:42 PM

Cyan Magenta Yellow Black