Buletin Jejak Leuser edisi 13

download Buletin Jejak Leuser edisi 13

If you can't read please download the document

description

Dalam edisi ini, catatan-catatan tentang “belajar” banyak dicetuskan oleh para penulis. Belajar dalam hal iniadalah belajar untuk alam, belajar mencintai alam, belajar memiliki alam dengan 'benar'. Mulai dari sekedarkonsep sampai dengan tulisan mengenai bagaimana penulis berusaha mengejewantahkan belajar pada tahapimplementasi.

Transcript of Buletin Jejak Leuser edisi 13

NAM

N A S

I

PA

O IM TR

NIO MU ND

ON

IA

L

TA

R

U

N G

U L E

PATRIM

N

N

S

TA GE

OI

EM

E

O N D IA L

A

W O R LD H

L

G

ER

U

I

Sekapur SirihSalam Lestari, Belajar..... Dalam edisi ini, catatan-catatan tentang belajar banyak dicetuskan oleh para penulis. Belajar dalam hal ini adalah belajar untuk alam, belajar mencintai alam, belajar memiliki alam dengan 'benar'. Mulai dari sekedar konsep sampai dengan tulisan mengenai bagaimana penulis berusaha mengejewantahkan belajar pada tahap implementasi. Pada edisi ini, Ismail OIC mencoba menularkan ilmunya tentang concept modelling, sebuah konsep yang ingin dia terapkan untuk merancang skema permasalahan dalam rangka menyusun rencana dan strategi konservasi TNGL dalam pride campaign, kampanye dengan bangga. Sebuah langkah skematis yang konon telah berhasil diimplementasikan pada beberapa kawasan lain di Indonesia maupun di luar negeri sana. Pada Rubrik Kehati, Ridha kembali hadir untuk menginformasikan kepada para pembaca tentang parasit indah rupa, yang ternyata juga banyak terdapat di ranah Leuser. Balanophora. Dan pada rubrik ini juga, Lina mengupas singkat tentang Rosella, 'teh' yang sedang nge-trend dengan berbagai khasiatnya itu. Selanjutnya, Esti Asmalia, dengan pengalamannya ketika melakukan syuting untuk Eagle Award, mencoba berbagi pengalaman ketika dia berada di Tanah Borneo. Sebuah pengalaman sarat muatan konservasi dari sebuah budaya desa yang jauh dari gemerlap 'kesombongan' kota. Pengalaman yang semoga dapat membuka mata kita untuk dapat belajar tentang alam, budaya , kehidupan sosial dan belajar menghargai.... Dan pada 'Wacana', Dwiana dengan latar belakangnya sebagai Penyuluh Kehutanan berusaha mengupas uneguneg-nya tentang pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan rasa memiliki terhadap hutan. Belajar mempunyai 'rasa memiliki', itulah yang coba dikedepankan dalam tulisannya. Semoga menjadi tulisan yang berguna...

Jejak Leuser

b u

l e t i n

Pelindung : Kepala Balai Besar TNGL | Penanggung jawab : Kepala Bagian Tata Usaha| Pemimpin Redaksi : Yunita Aprilia | Editor : Yoghi Budhiyanto - Ahtu Trihangga| Distribusi : Agus Susanto| Administrasi : Dwiana Fajaria | Umum : Ali SadikinDiterbitkan oleh: Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser Jl. Suka Cita 12 Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Medan, Sumatera Utara Telp (061) 7871521 - Fax. (061) 7879378 Email: [email protected] Blog : http://www.jejakleuser.blogspot.com Redaksi Buletin Jejak Leuser menerima sumbangan tulisan yang berkaitan dengan aspek alam dan konservasi. Tulisan diketik dengan spasi tunggal, maksimal 5 halaman dan minimal 3 halaman A4 dengan font Times New Roman 10. Naskah dikirim ke email : [email protected] dengan disertai identitas diri (termasuk foto penulis), serta foto-foto dan/ atau gambar-gambar yang dapat mendukung tema tulisan. Naskah yang dikirimkan menjadi hak penuh redaksi Buletin Jejak Leuser untuk dilakukan proses editing seperlunya.

Cover depan : Belajar.... (Ilustrasi Gajah: Diding/FFI-SECP - Foto: Ahtu TH, Esti A) Cover belakang : Kampanye untuk Leuser (Foto: Ahtu TH) Designn Layout : Bisro Syabani

Menu Hari Ini

10 5Concept ModellingMerancang Skematis Permasalahan Untuk Menyusun Rencana dan Strategi Konservasi TNGL dalam Pride Campaign

17 14 21

Balanophora,Parasit yang MenawanMelirik Khasiat Si Perdu Rosella

Upacara Nyambut BuahMelanggengkan Tradisi, Mensyukuri Nikmat Sang Pemberi

Pemberdayaan Masyarakat dan Sense of Belonging Terhadap Hutan

4 26 27

Menjadi Sahabat Leuser Menghargai Orang LainLEUSER

Dari Kepala Balai

Menjadi Sahabat LeuserOleh: Nurhadi Utomoayidina Ali pernah berkata, Selemahlemahnya manusia ialah orang yang tak boleh mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yang mensiasiakan sahabat yang telah dicari. Siapapun kita, kita tidak mau masuk di dalam kaum lemah? Persahabatan adalah hak hakiki yang dibutuhkan setiap manusia, kecuali manusia yang telah tertutup pintu hatinya oleh sebuah dinding kesombongan dan keangkuhan. Jangan batasi hati bijak dengan hanya bersahabat dengan manusia, bersahabatkah dengan semua yang ada di sekeliling anda. Bersahabatlah dengan alam. Bersahabatlah dengan Leuser, sang pemberi hawa segar dunia ini. Gratis tanpa bayar.Jangan tinggalkan persabatan itu jikalau tidak ingin disebut sebagai manusia yang paling lemah.... Tuhan menciptakan alam seisinya adalah untuk kemaslahatan manusia. Manusialah yang harus berfikir dan bertindak untuk melestarikan alam semesta ini. Semua tahu apa yang telah disumbangkan Leuser untuk dunia ini, untuk kita. Telah banyak literatur yang membeberkan itu.... Akankah 'kebaikan hati' sang penjaga iklim tersebut akan kita balas dengan berbagai macam 'kejahatan' yang dapat melukainya? Kata La Roche, itu disebut zalim. Coba perhatikan apa yang dikatakannya: Jika kejahatan dibalas dengan kejahatan, maka itu adalah dendam Jika kebaikan dibalas dengan kebaikan, maka itu adalah perkara biasa Jika kebaikan dibalas dengan kejahatan, maka itu adalah zalim

S

Tapi jika kejahatan dibalas dengan kebaikan, maka itu adalah mulia dan terpuji. Lalu bagaimana kita bisa menjadi sahabat Leuser? Tidak akan sesulit yang kita bayangkan. Intinya sangat sederhana, jangan coba ganggu 'dia', jangan coba untuk merusaknya. Beruntunglah, sekarang Leuser telah mempunyai banyak sahabat. Sahabat-sahabat Leuser itu tidak hanya pantang mengganggu Leuser, namun lebih dari itu, mereka mencoba membangun Leuser untuk menjadi yang jauh lebih baik lagi; UNESCO merestorasi kawasan Leuser yang rusak dengan berbagai macam kajian, OIC menggerakkan masyarakat untuk menghijaukan Leuser, WCS merangkul orangorang untuk dapat mencintai Leuser, FFI dengan gajahnya berupaya mengamankan Leuser dan mengembangkan ekowisatanya, LPT menjaga Tangkahan, serta banyak lagi sahabat Leuser yang belum tersebut di tulisan ini. Terimakasih, para sahabat... Telah cukupkah itu? Jelas belum...! Leuser masih membutuhkan banyak sahabat lagi untuk menjaga kelestariannya, keindahannya, kemakmurannya, sahabat sejati nan setia.... Sahabat yang setia bagai pewangi yang mengharumkan. Sahabat sejati menjadi pendorong impian...impian menuju Leuser yang menghijau, tanpa cela. Mari kita bergandeng tangan, berjabat tangan untuk menyatukan kekuatan persahabatan demi Leuser....*** Email: [email protected]

4

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

DInamIka

Concept ModellingMerancang Skematis Permasalahan Untuk Menyusun Rencana dan Strategi Konservasi TNGL dalam Pride Campaign Oleh: Ismail

paya konservasi untuk sebuah kawasan dan/ atau keanekaragaman hayati tertentu tidak pernah terlepas dari permasalahan yang ada pada kawasan dan/ atau keanekaragaman hayati itu berada. Sangat penting mengetahui semua permasalahan hingga pada sumber penyebab munculnya sebuah permasalahan tersebut. Tanpa mengetahui permasalahan yang ada, bagaimana mungkin bisa menyusun sebuah perencanaan konservasi yang akan menjawab dan menyelesaikan masalah yang ada? Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan harta warisan dunia dengan julukan Tropical Rainforest Heritage of Sumatra. Hingga kini, Leuser masih juga belum terlepas dari ancaman dan permasalahan yang kian lama kian mengancam kelestarian situs warisan dunia itu. Untuk penyelesaian masalah yang ada memang bukan semudah yang dibayangkan. Menciptakan rasa bangga karena memiliki kekayaan alam Leuser di dalam hati masyarakat sungguh membutuhkan waktu yang tidak pendek. Untuk mengurai benang-benang kusut dalam konservasi Taman Nasional Gunung Leuser diperlukan sebuah desain konsep permasalan yang ada dengan segala keterkaitannya, sehingga semua pihak bisa berkontribusi sesuai dengan sumberdaya masing-masing. Permasalahan yang ada pada kawasan TNGL harus dipandang sebagai persoalan bersama dan diselesaikan bersama semua pihak. Masyarakat harus menjadi salah

U

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

5

DInamIkasatu aktor utama dalam proses penyelesaian persoalan yang dihadapi TNGL. Peran serta masyarakat dan pembangunan kapasitas harus menjadi aktivitas penting dalam upaya mengurangi permasalahan yang ada. Pemodelan Konsep (Concept Modelling) merupakan salah satu langkah yang dapat kita gunakan untuk menelaah permasalahan yang ada. Pemodelan konsep atau yang bisa disebut dengan Konsep Model merupakan gambaran skematis yang menunjukkan kondisi target dalam proyek atau program konservasi, faktor yang mempengaruhinya, kegiatan dan bagaimana kaitan di antara mereka. Bagianbagian dalam Model Konsep adalah sebagai berikut : (1) cakupan dan target proyek. Bagian ini berisi area atau cakupan dimana proyek akan dilaksanakan dan target yang akan dituju. Ini merupakan area dan situasi yang hendak dipengaruhi. (2) faktorfaktor yang terdiri dari faktor utama/ langsung yang merupakan permasalahan, peristiwa, situasi atau perilaku yang dapat mempengaruhi secara langsung kepada target proyek. Faktor kontribusi/ penyumbang yaitu faktor-faktor penyebab muncul adanya faktor-faktor utama/ langsung. (3) kegiatan; merupakan tindakan yang akan dilakukan untuk mempengaruhi

faktor-faktor yang ada. (4) hubungan ; menggambarkan bagaimana hubungan antara faktor, kegiatan dan kondisi target. Dalam model konsep hubungan ini diwujudkan dengan tanda panah penghubung. Model Konseptual Yang Efektif Model konseptual yang efektif memiliki ciri-ciri : 1. Menampilkan gambaran kawasan sebelum ada intervensi dari program/proyek yang akan dilakukan. 2. Menunjukkan adanya faktor langsung dan faktor tidak langsung terhadap target serta bagaimana hubungannya. 3. Menampilkan faktor-faktor yang relevan. 4. Memiliki dasar data dan informasi yang baik. 5. Penyusunan model konsep merupakan kerjasama tim/para pihak yang dilakukan secara partisipatif.

Model Konseptual dalam Pride Campaign Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah Besitang Dalam menyusun model konseptual mengenai permasalahan di kawasan TNGL, sangat penting untuk menentukan fokus masalah dan penentuan strategi untuk menjawab masalah yang ada tersebut. Model konseptual menjadi dasar utama untuk menyusun strategi dan aktivitas program Pride Campaign (Kampanye Bangga) yang akan dilaksanakan oleh OIC (Orangutan Information Centre) atas dukungan dari RARE ini.

6

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

DInamIkaPride Campaign merupakan salah satu tools untuk mejawab permasalahan konservasi yang ada. Penyusunan model konsep Pride Campaign untuk kawasan TNGL wilayah Besitang dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan para pihak, mulai dari pembuat kebijakan/ pemerintah, lembaga konservasi dan masyarakat lokal. Untuk tahapan awal, kegiatan ini dilaksanakan pada 4 Februari 2009, sebuah kegiatan yang merupakan buah kerjasama antara OIC Medan dan Balai Besar TNGL. Proses Pemodelan Konsep dalam Pride Campaign TNGL wilayah Besitang memuat tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Peserta dikenalkan pada pemodelan konsep, ruang lingkup dan pertanyaan fokus/konteks. 2. Stakeholder membuat model konseptual dalam pertemuan awal stakeholder. 3. Peserta menempatkan kartu di sisi sebelah kanan untuk mewakili ruang lingkup proyek dan target kunci. 4. Mempengaruhi faktor-faktor yang secara langsung atau tidak

ahtu th

langsung mempengaruhi target yang diwakili dengan kartu yang ditempatkan pada sebelah kiri kartu target kunci. Threat Ranking Threat Ranking merupakan sebuah proses untuk memberi peringkat dan secara langsung membandingkan ancaman terhadap sebuah area proyek sehingga tindakan konservasi dapat lebih fokus kepada area yang paling dibutuhkan. Dengan menyelesaikan konsep model dan segala ancaman/ permasalahan/ faktor dan bagaimana hubungan dengan target proyek, tidak serta merta berarti Pride Campaign akan mampu menjawab semua permasalahan yang ada. Hal ini menjadi lazim terjadi karena pada setiap lembaga, untuk penyelesaian suatu proyek hampir dipastikan memiliki keterbatasan di beberapa sisi sumberdaya. Selanjutnya hal yang sangat penting adalah membuat analisa permasalahan/ ancaman yang kemudian dibuat ranking (peringkat)

ancaman untuk selanjutnya kita menentukan ancaman mana yang akan dipilih untuk dijawab atau menjadi fokus dalam proyek tersebut. Bagaimana memberi peringkat pada ancaman? Dalam proses memberikan peringkat pada ancaman yang ada, beberapa faktor yang harus dipertimbangkan adalah: 1. Cakupan (scope) bagian dari keseluruhan wilayah yang kemungkinan akan terpengaruh dalam jangka waktu tertentu oleh suatu ancaman. 2. Keparahan (severity) tingkat kerusakan yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

7

DInamIka3. Ketakterbalikan (irreversibility) tingkat ketakterpulihan kondisi target dalam jangka waktu tertentu, dengan kata lain, seberapa pentingnya mengambil tindakan segera untuk menghadapi ancaman. Setelah mendapatkan peringkat ancaman yang ada, tahap berikutnya adalah melakukan uji ulang terhadap model konsep dengan mengidentifikasi kembali faktor langsung dan tidak langsung. Kemudian dilakukan penilaian terhadap internal lembaga/ organisasi dan sumberdaya yang ada untuk mempengaruhi ancaman yang ada, selanjutnya diurutkan kembali peringkat ancaman sesuai dengan kemampuan lembaga/ organisasi. Kriteria pengurutan ulang peringkat 1. Kemampuan organisasi/lembaga Apakah Anda memiliki kompetensi teknis dan/atau sumberdaya? 2. Kepraktisan sosial Hambatan-hambatan apa yang perlu dihilangkan? Seberapa sulit untuk menghilangkan mereka? 3. Kelayakan politik Seberapa Gambaran skematis yang menunjukkan mendukungnya kondisi target, faktor lingkungan politik yang mempengaruhi, setempat? Peran dari pengurutan peringkat ancaman sesuai dengan tiga aspek diatas berguna untuk menentukan fokus rencana proyek yang dibatasi oleh ketersediaan sumberdaya dan waktu. Sebuah langkah yang baik adalah yang melibatkan para ahli/pakar untuk meninjau ulang peringkat ancaman dan model konseptual. Penentuan fokus rencana sangat menentukan bagaimana strategi dan pilihan-pilihan perubahan akan dilaksanakan. Adalah suatu hal yang sia-sia untuk mencoba mengubah perilaku jika perilaku penggantinya tidak praktis atau tidak tersedia. Tahapan Pride Campaign Setelah tahap menguraikan masalah & analisa situasional yang salah satunya adalah pemodelan konsep untuk menguraikan masalah dan ancaman secara sistematis, maka langkah yang akan dilakukan selanjutnya adalah melahirkan rencana perubahan yang diharapkan (Teori Perubahan) berdasarkan pemilihan fokus ancaman yang dipilih. Survei kualitatif dan kuantitatif dilakukan untuk mengetahui dan menguji tingkat pengetahuan, sikap, perilaku yang ada pada masyarakat. Survei ini juga penting untuk observasi potensi-potensi lokal serta menguji hasil dan temuan dalam diskusi dan pertemuan para pihak/stakeholder. Berdasar pada konsep model yang telah disusun dan temuan serta hasil survey. Tahap rencana & strategi kampaye; pada tahapan ini dilakukan penentuan objektif/ sasaran yang ingin dicapai selama pelaksanaan program. Disusun sebuah rencana Barrier Removal Operational Plan (BROP) yaitu sebuah rencana dan pilihan-pilihan manajemen untuk menjawab dan sebagai alternatif pilihan dalam mengurangi permasalahan yang ada. Bentuk BR (Barrier Removal) dapat berupa pengembangan alternatif penambahan ekonomi (livelihood), mendorong upaya penegakan hukum atau yang lain, disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi, dan menyusun rencana pemantauan. Tahap pengembangan pesan dan implementasi ; pada tahapan ini dilakukan penyusunan pesan-pesan strategis yang akan disampaikan dalam program kampaye, penentuan media, serta strategi komunikasi dan pendekatan. Pada implementasi adalah tahapan merealisasikan semua rencana dan implementasi bentuk BR (Barrier Removal). Tahap monitoring & evaluasi: tahapan ini berfungsi untuk memastikan semua rencana berjalan untuk mencapai sasaran, dan memastikan strategi sesuai dan efektif serta merubah rencana bila tidak efektif dan berdampak untuk mencapai sasaran. Membentuk konstituen lebih dari sekedar memberikan informasi kepada orang-orang, dalam hal ini praktik social marketing dapat berperan

kegiatan dan bagaimana kaitan diantara mereka.

8

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

DInamIkamembangun konstituen konservasi. Kampanye Bangga adalah salah satu alat untuk mewujudkan kolaborasi dan sinergi dalam membangun konstituen konservasi Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dengan segala potensi sumberdaya, keanekaragaman hayati, sosial dan budaya. Kesemua pembahasan tentang Social Marketing, Teori Perubahan dan Barrier Removal dalam Pride Campaign adalah sebuah pendekatan untuk mencapai tujuan konservasi.*** *) Koordinator Mobile Awareness Unit & Campaign Manager TNGL Wilayah Besitang OICMedan

Diagram hasil penyusunan model konsep terhadap permasalahan TNGL oleh parapihak, 4 Februari 2009 di Kecamatan Batang Serangan, Kab. Langkat.

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

9

K e h a t I

Balanophora,Parasit yang MenawanOleh: Ridha Mahyunialanophora, namanya. Belum banyak orang yang mengenal tumbuhan parasit yang satu ini. Bentuknya yang lebih kecil dibandingkan dengan Rafflesia yang dikenal sebagai bunga terbesar di dunia. Tumbuhan parasit ini hanya terdiri dari kurang lebih 15 jenis dan tersebar di seluruh dunia. Penyebarannya meliputi wilayah tropikal Asia, kawasan Malesia, Pasific Islands, tropikal Australia,Tomores, Madagaskar, dan Afrika (Kongo) (Hansen, 1976). Balanophora merupakan salah satu marga dari Balanophoraceae, dan marga lainnya seperti

B

adalah Rhopalocnemis, Exorphopala, dan Langsdorffia. Di masyarakat pada kawasan tertentu, tumbuhan ini dikenal dengan nama nama Prut atau Prut Tjantigi, diambil dari sebutan untuk tumbuhan inangnya, Perud Panggang, dan Perud Ramo Giling. Balanophora merupakan tumbuhan yang sangat mudah hidup pada tumbuhan inang kebanyakan. Tercatat hampir 35 jenis tumbuhan yang merupakan inang dari tumbuhan parasit yang menawan ini, diantaranya adalah Carissa

Balanophora fungosa ssp. indica var.indica

10

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

K e h a t Icarandas (Apocynaceae), Ilex wigthtian (Aquifoliaceae), Euonymus crenulatus (Celastraceae), Albizia sp, Milletia sp (Leguminaceae), Pithecellobium sp, Ficus sp (Moraceae), Baringtonia asiatica (Lecythidaceae), Syzygium cuminii (Myrtaceae), Cissus sp, Tetrastigma sp (Vitaceae). Warna bunga Balanophora yang bervariasi mulai dari kuning keputihan hingga kuning, coklat, orange, merah hingga berwarna merah muda merupakan salah satu ciri yang membedakan jenis yang satu dengan yang lainnya. Parasit ini banyak ditemukan di kawasan pegunungan yang termasuk kawasan dataran tinggi. Biologi Balanophora. Balanophora merupakan tumbuhan parasit berstektur tebal/ berdaging, dengan status berumah satu dan berumah dua (maksudnya adalah ada jenis yang jantan terpisah dengan betina dan ada juga yang tergabung bersama-sama sekaligus). Tumbuhan yang dengan beraneka ragam bentuk ini

Balanophora fungosa ssp fungosa

Balanophora latisepala

Balanophora papuana

tumbuh pada akar tumbuhan inangnya. Rimpangnya kadang bercabang dan ada juga yang tidak bercabang. Permukaan bunganya licin dengan bintil-bintil sisik kecil dan adanya yang seperti lentisel yang berbentuk bintang. Daunnya tersusun berhadapan dan berseling atau berbentuk spiral yang melekat. Perbungaannya berbentuk silinder atau membulat. Bunga jantan yang melekat berbentuk huruf 'U'. Tajuknya berjumlah 3-6 dengan bentuk membundar. Benang sari yang memanjang dan anter yang beruang rangkap biasanya mempunyai jumlah tajuk yang banyak. Untuk bunga betina Balanophora termasuk bunga yang berputik dan memiliki tangkai putik. Bakal buah menggelendong, dengan satu lokul, dengan menirus menuju kedua ujungnya, bakal biji anatrop dengan tangkai yang pendek. Tangkai putik yang memanjang dan berkanjang serta dengan buah eksokorp. Penyerbukan tumbuhan ini dibantu oleh beberapa serangga seperti semut, kecoa dan ngengat. Ini dibuktikan dengan ditemukannya butiran telur-telur ngengat pada bagian biji maupun bagian perbungaan. Adapun marga ngengat yang banyak dijumpai membantu penyerbukan tumbuhan ini adalah dari marga Assarra dan Nacoleia. (Kawakita, A & Kato, M 2002). Yang masih menjadi misteri hingga saat ini adalah, belum ada data yang menjelaskan bagaimana Balanophora dapat hidup pada tubuh tumbuhan inangnya. Sama seperti kasus pada perkembangbiakan hidup pada Rafflesia, yang hanya baru diketahui bahwa tubuh parasitnya memiliki benang-benang halus yang disebut houstorium dalam tubuh inangnya. Sementara, bagaimana terinfeksinya tumbuhan inang dari Balanophora merupakan masalah besar yang harus dipecahkan untuk penelitian yang akan datang.Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

11

K e h a t IBagaimana mengenal jenis Balanophora? Untuk Balanopbora abbreviata dicirikan dengan berumah satu, mahkota yang berwarna kuning keputih-putihan, umbi tunggal yang berbentuk mengerucut sungsang dari bagian dasar dan melebar pada bagian atasnya, daun yang berseling atau berderet, bunga jantan yang melekat, dan bunganya satu tangkup atau bisimetri. B.fungosa mempunyai ciri berumah satu, mahkotanya berwarna kuning hingga orange atau kuning kecoklatan, kadangkadang ada juga yang sebagian yang berwana merah muda, umbinya tunggal dan bercabang pada bagian dasar, pada permukaan mahkota terdapat bintil yang berbentuk seperti bintang, bunganya terdiri dari banyak tangkup biasanya berjumlah 4-5, daunnya tersusun secara spiral, jarang yang berhadapan. B. elongate dicirikan dengan berumah dua, mahkota berwarna merah kekuningan hingga merah kecoklatan, umbinya bercabang, dengan cabang tunggal yang memanjang, dengan perbungan yang mengerucut sungsang, terdapat bintil-bintil yang berbentuk bintang, daun yang membentuk spiral, menyirap, biasanya ukurannya bertambah lebar, dan Yang menarik lagi dari ujungnya menumpul. B.papuana Balanophora adalah bercirikan berumah dua, memiliki kandungan lilin berwarna kuning hingga orange kekuningan bahkan ada juga atau mengandung yang berwarna merah, umbinya Balanophorin yang bercabang, pada bagian mahkota biasanya digunakan terdapat bintil-bintil yang untuk membuat lilin kecil berbentuk bintang, batang yang berhadapan silang dan saling ataupun obor. berpasangan, daun yang membundar berwarna merah hingga kuning, daunnya kebanyakan mempunyai ukuran yang sama, dan perbungaan dengan satu tangkup. B.lowii berumah dua, berwarna kuning hingga merah, umbinya selalu tunggal, banyak terdapat bintilbintil yang berbentuk bintang, daun pada bagian dalam berwarna merah muda, berhadapan silang dan berbentuk membulat, jumlah daun akan bertambah seiring dengan bertambahnya ukuran, bunganya terdiri dari satu tangkup. B.lowii dibedakan dengan B.papuana dari ciri jumlah dari yang cenderung bertambah seiring dengan bertambahnya ukuran pada batang, dan berbeda pula dari B.elongata susunan daun yang berhadapan. B. reflexa dengan ciri berumah dua, berwarna orange, merah hingga merah tua, umbinya ada beberapa yang tumbuh bersama,

Balanophora wrightii

12

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

K e h a t Ibercabang dari bagian dasar umbi tunggal, daunnya tersusun spiral, bunga betina biasanya terdiri dari satu tangkup atau bisimetrik, dan perbungan jantan berbentuk elips. Kandungan Kimia Tumbuhan parasit ini memiliki kandungan pigmen hijau yang sedikit sekali. Yang menarik lagi dari Balanophora adalah memiliki kandungan lilin atau mengandung Balanophorin yang biasanya digunakan untuk membuat lilin kecil ataupun obor. Disebabkan oleh jenis tumbuhan ini jarang, lilin dan kandungan lilinnya tidak pernah diperdagangkan secara komersil. Jenis yang biasanya banyak mengandung Balanophorin adalah Balanophora fungosa ssp. indica var.gibbosa. B.elongata mengandung -amrin palmit yang mana disertai juga dengan kandungan karet dalam jumlah kecil. Jenis lain seperti B.japonica yang mengandung ester -amrin dan taraxasterol dan mungkin mengandung karet dalam jumlah yang cukup besar. Beberapa penelitian membuktikan bahwa Balanophoraceae kaya akan kandungan Fenolik dan tannin (Hansen 1976). Kandungan coniferin yang besar yang berasal dari isolasi dari salah satu jenis Balanophora di gunakan sebagai obat anti asma yang di gunakan oleh sebagian masyarakat di Thailand. (V Podimuang; Hansen . 1976). Persebaran Persebaran Balanophora di Indonesia menyebar di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan maupun Sulawesi. Balanophora fungosa, B. fungosa ssp. fungosa, Balanophora ssp indica var. indica dapat ditemukan di Jawa Timur, Sulawesi, Sumatra. Khusus untuk Balanophora ssp var.globosa hanya dijumpai di Gunung Salak, Jawa Barat. B.elongata juga telah ditemukan di Cibodas, Gunung Gede, Jawa Barat. Jenis lainnya seperti B.papuana dapat dijumpai di kawasan Kalimantan dan Sulawesi serta B.latisepala dapat ditemukan di Sumatra, dan B.abbreviata di Maluku. Beberapa jenis berikut tersebar diluar wilayah Indonesia yaitu B. reflexa (Serawak, Pahang), B.lowii (Gunung Kinabalu), B.hongkongensis (Hongkong), B.hansenii (Semenanjung Malaysia), B.laxiflora (Taiwan), dan B. wrightii (Jepang dan Taiwan). Ekspedisi Mogea et al 1980, berhasil mengkoleksi Balanophora sp dari Taman Nasional Gunung Leuser, di bagian barat daya Kutacane, di sebelah barat sungai Alas tepatnya di kawasan Biak Mentelang. Walaupun Balanophora ini belum dikategorikan sebagai tumbuhan langka, tapi keberadaan populasi tumbuhnya harus tetap dijaga. Usaha konservasi dan pencegahan terhadap illegal logging maupun ulah tangan manusia yang mengganggu keberadaan populasinya harus diantisipasi dengan baik. Keberadaan populasi-populasi Balanophora merupakan aset Biodiversitas kita, dan kita pula yang harus menjaganya.*** *Peneliti LIPI.

Daftar Pustaka Hansen, B. 1876. Balanophoraceae. Flora Malesiana. Series I. Vol. 7:783-804 Kawakita, A & Kato, M. 2002. Floral Biology And Unique Pollination System of Root Holoparasites, B. TOBIRACOLA (Balanophoraceae). American Journal of Botany Vol: 89(7):1164-1170. Mogea, J.P, Burhan, A.L. Ma'roef, A. 1980. Laporan Perjalanan Ekspedisi Botani Ke Kuta Cane, Aceh Tenggara ( 7 Februari-7 Maret 1980). Herbarium Bogoriense [mimeograph]. ------Seluruh foto di-download dari situs

www.parasitiplants.siu.edu.

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

13

K e h a t I

Melirik Khasiat Si Perdu RosellaOleh: Lina Naibahoiapa sangka, tanaman perdu Rosella -yang terlihat bak bunga picisan- ternyata mempunyai sejuta manfaat, nyatanya bunga Rosella yang merah merona bisa diracik menjadi the. Tentu saja, selain bermanfaat bagi kesehatan, Rosella juga mempunyai rasa khas yang (pasti) tak terlupakan! Yah, bagi Anda pecinta teh, mari melirik bunga Rosella sebagai salah satu minuman segar yang menemani Anda melewatkan waktu santai di sore hari. Teh Rosella atau Teh Merah dikenal dengan berbagai nama, yaitu : Teh Rosella, Hibiscus Tea, Teh Mekkah, Teh Yaman. Disebut juga Karkade (Arab), Kezeru (Jepang), Merambos Hijau (Jateng), Asam kesur (Meranjat), Kesew Jawe (Pagar Alam), Asam Jarot (Sp. Padang), Asam Rejang (Muara Enim) dan Hisbiscus Sabdariffa L. (Latin). Dari riwayatnya, tanaman Rosella disinyalir berasal dari India dengan nama Jamaican Sorrel. Ada juga pendapat yang mengatakan Rosella berasal dari Afrika Barat. Namun, tanaman ini pertama kali diperkenalkan di Malaysia sejak lebih dari tiga abad lalu. Di Malaysia, Rosella juga disebut Asam Paya, Asam Kumbang atau Asam Susur, yaitu tumbuhan yang mempunyai keluarga yang sama dengan bunga raya/ bunga sepatu (Hibiscus Rosasinensis).

S

www.nnuke.files.wordpress.com

14

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

K e h a t ITanaman Rosella adalah sejenis perdu yang mudah ditaman. Tanaman Rosella dapat dibudidayakan melalui biji/benih. Tinggi tanaman Rosella bisa mencapai 3 sampai dengan 5 meter. Bunga Rosella berwarna cerah, kelopak bunga atau kaliks-nya berwarna merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan dengan bunga raya/ bunga sepatu. Bagian bunga Rosella yang bisa diproses menjadi teh ialah kelopak bunganya (kaliks) yang mempunyai rasa yang amat masam. Menguntungkan sekali tanaman ini mengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun, sebab bunganya mempunyai khasiat teh dengan segudang manfaat. Selain sebagai minuman teh, kelopak bunga ini bisa diproses menjadi pelbagai jenis makanan seperti jelly, saos, dan manisan Roselle. Daun muda Rosella bisa juga dimakan sebagai ulam atau salad. Sementara itu di Afrika, biji Rosella dimakan karena dipercaya mengandung minyak tertentu. Sedangkan di salah satu bagian Benua Hitam tersebut, tepatnya di negara Sudan, Rosella diproses menjadi minuman tradisional yang dinamakan Karkadeh dan merupakan minuman kebangsaan negara itu.re w.g ww h ena erb .co m

www.nnuke.files.wordpress.com

Khasiat Teh Rosella Mengkonsumsi langsung kelopak bunga Rosella atau produk olahan Rosella lainnya secara benar dan teratur; baik sebagai bahan makanan, minuman, obat ataupun jamu herbal, dapat menyembuhkan berbagai macam gangguan kesehatan dan penyakit, terutama pada bagian bunganya yang bermanfaat sebagai antioksidan, untuk mencegah penyakit kanker dan radang, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah dan melancarkan buang air besar. Rosella adalah antioksidan yang sempurna. Sebagai perokok aktif, Teh Rosella sangat cocok saya konsumsi untuk meluruhkan racun rokok di dalam tubuh, ungkap Dina seorang aktivis salah satu LSM di Sumatera Utara yang berdomisili di Sibolangit. Ketertarikan Dina terhadap Rosella tidak tanggung-tanggung, kenyataannya Dina langsung mempraktikkan pembudidayaaan tanaman Rosella di pekarangan rumahnya, bahkan meracik langsung bunganya menjadi teh merah. Menurut si pencinta teh herbal ini, kandungan herbaVol. 4 No. 13 Tahun 2008

www.benyaliwibowo.files.wordpress.com

15

K e h a t Ipada kelopak bunga Rosella dapat mengatasi berbagai macam penyakit, dan yang paling penting adalah sebagai daya tahan tubuh terhadap berbagai serangan penyakit. Menurut Dina, tanaman herba ini berkhasiat sebagai bahan antiseptik, penambah 'syahwat', sebagai agen astringen. Tanaman ini juga banyak digunakan dalam pengobatan tradisional seperti batuk, ketidakhadaman, lesu, demam, 'tekanan perasaan', gusi berdarah (skurvi) dan mencegah penyakit hati. meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh, menormalkan kadar gula darah, asam urat dan kolesterol dalam tubuh, mengurangi dampak negatif dari nikotin virus TBC membasmi mengurangi ketergantungan terhadap narkoba kanker, mencegah batuk dan sakit tenggorokan, mengatasi sariawan, mengobati menurunkan berat badan (cocok untuk program diet), dari infeksi kuman, anti bakteri, melindungi anti virus serta keracunan, mengobati bermanfaat mempercepat anak-anak pertumbuhan otak karena mengandung Omega-3 dan memacu pertumbuhan DHA, memperbaiki metabolisme tubuh, memperlambat menopause dan tulang keropos/pengapuran tulang.

Ekstrak kuncup bunga Rosella ternyata mampu berfungsi sebagai antispasmodik (penahan kekejangan), antihelmintik (anti cacing) dan antibakteria. Selain itu rosella ternyata mampu menurunkan kadar penyerapan alkohol. Daun tumbuhan herba ini juga bisa digunakan untuk merawat luka, penyakit kulit dan gigitan serangga. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang Rosella, Kebiasaan mengkonsumsi Teh Rosella ternyata tiap 100 gr ternyata tidak hanya pada mereka mengandung 260-280 Rosella adalah antioksidan yang bergelut langsung pada mg vitamin C, tanaman obat-obatan. Sebut aja vitamin D, B1 dan yang sempurna. Sebagai Ardhi, seniman kota Medan sekaligus B2. Kandungan perokok aktif, Teh Rosella pemilik sebuah cafe ini, turut vitamin C tiga kali sangat cocok saya konsumsi mengkonsumsi segelas besar teh lipat anggur hitam, untuk meluruhkan racun Rosella hampir setiap hari. Yah, sembilan kali lipat katanya ada manfaatnya, tidak ada jeruk sitrus, sepuluh rokok di dalam tubuh... salahnya lah dicoba, ungkapnya. kali lipat lebih besar dari buah belimbing Nah loh!! Jangan sebut diri Anda dan dua setengah kali penggila teh kalau belum menikmati teh Rosella lipat dibanding vitamin C dalam jambu biji *** (kelutuk). Selain itu Teh Rosella mengandung kalsium tinggi (sejumlah 486 mg dari 100 gr) , *) Mahasiswa Departemen Kehutanan - Fakultas Magnesium serta Omega 3. Teh ini juga diperkaya Pertanian, Universitas Sumatera Utara - Medan Vitamin A, iron, potasium, beta caroteen & asam esensial. Referensi : dari berbagai sumber*** Lebih lengkapnya, berbagai macam manfaat Rosella antara lain dapat dideskripsikan sebagai berikut:

16

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

Khasanah

Upacara Nyambut BuahMelanggengkan Tradisi, Mensyukuri Nikmat Sang Pemberi Oleh: Esti Asmaliai banyak kepercayaan suku, bumi acapkali diibaratkan seorang ibu. Untuk menghargai pengorbanan dan pemberian seorang ibu bumi, dia harus dijaga kelestariannya. Simbolisasi bumi dalam sosok ibu ini lantas berkaitan erat dengan cara yang dilakukan oleh suku-suku tersebut dalam memberi penghormatan terhadap alam, terutama hutan. Sebagai sumber penghidupan, kehancuran hutan sama artinya dengan kehancuran jati diri mereka. Penghormatan ini diwujudkan dengan berbagai ritual yang berkaitan dengan fenomena alam seperti awal musim tanam, musim pohon berbunga dan masa panen. Dalam setiap ritual, tersirat ungkapan rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa dan penghormatan terhadap ibu bumi. Salah satu suku yang masih melanggengkan tradisi dalam menyambut fenomena alam adalah suku Dayak Ntuka. Di era wireless macam sekarang, mereka masih menjalankan ritual-ritual tersebut. Salah satunya Upacara Nyambut Buah yang diadakan dalam rangka menyambut musim pohon berbunga tiba. Dayak Ntuka berdiam di pedalaman Kalimantan Barat. Kampung Bahake tepatnya. Dari pusat kota terdekat Ketapang diperlukan lebih kurang 10 jam dengan speedboat berkekuatan 40 PK untuk mencapai kampung ini. Tanpa bantuan GPS, jangan tanya letaknya di google earth, apalagi di peta, karena pasti akan menemui kesulitan ketika mencarinya. Terpencil memang. Saking terpencilnya, jangankan sinyal telepon selular, suplai listrik dari perusahaan listrik negeri ini saja belum ada. Masyarakat di Bahake masih memanfaatkan genset untuk keperluan listrik-listrikan. Sementara untuk

D

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

17

Khasanahmenonton sinetron, berita dan hiburan ala televisi mereka sangat bergantung pada parabola. Meski rumah terbuat dari kayu berlantai tanah, tapi parabola berdiri gagah di halaman. Dengan harga bensin yang lebih mahal dari harga normal mencapai 10 ribu rupiah per liter menghidupkan genset untuk sekadar menonton siaran televisi bukan perkara murah. Untuk menghidupkan genset semalaman, diperlukan lebih kurang 20 liter bensin. Itu artinya 200 ribu rupiah setiap malam. Tak heran, genset hanya dihidupkan pada waktu primetime dan saat ada hajatan besar yang membutuhkan penerangan. Kampung Bahake tidak begitu luas. Dalam satu hari, kita bisa berkeliling belasan kali dengan hanya berjalan kaki kalau mau. Bahake dilewati oleh dua sungai. Sungai yang besar adalah Sungai Pawan, sementara yang kecil adalah Sungai Bahake. Dari nama Sungai Bahake inilah suku Dayak Ntuka yang menetap di sepanjang Sungai Bahake dikenal pula dengan nama suku Dayak Bahake. Seperti berbagai etnis Dayak di tanah Borneo, nama suku mereka memang acapkali diambil dari nama sungai yang melintasi perkampungan mereka. Dayak Kahayan, Dayak Taman Kapuas, Dayak Taman Embaloh (selanjutnya dikenal dengan Dayak Tamambaloh) adalah beberapa diantaranya. Mata pencaharian orang Bahake umumnya adalah berladang, menebang kayu dan sebagian lagi mendulang emas. Memang luar biasa kaya tanah Borneo. Tanahnya cocok untuk perladangan, kayunya berharga jutaan, sementara dasar-dasar sungainya kaya akan emas. Memasuki bulan September, mereka yang berladang layak gembira, pohon buah-buahan mulai berbunga. Panen buah sudah didepan mata.

esti a

Bunga yang muncul pada pohon buahbuahan menjadi sebuah tanda telah tiba saatnya diadakan Upacara Nyambut Buah. Ritual ini diadakan satu tahun sekali di awal musim buahbuahan dengan harapan hasil panen melimpah dan tanaman tidak diserang hama. Selain itu Nyambut Buah juga merupakan salah satu cara untuk mensyukuri nikmat Tuhan dan mempererat persaudaraan antar masyarakat Bahake sekaligus mengingatkan para generasi muda agar tidak lupa akan akar budaya mereka.

Menjelang upacara, para perempuan sibuk membuat lemakng (baca: lemang) dan apam. Lemakng adalah nasi ketan yang dibakar dalam sebuah bambu. Caranya, beras ketan yang sudah dicuci bersih dan diberi santan dimasukkan kedalam bambu muda yang sudah dibersihkan, ujung bambu ditutup dengan daun pisang lalu dibakar diatas tungku api dengan posisi miring agar santan tidak tumpah. Diameter bambu yang digunakan lebih kurang tiga sentimeter. Sedangkan apam adalah roti dari tepung terigu yang digoreng. Rasanya mirip donat, hanya saja tidak berlubang ditengah. Sementara itu, para laki-laki menyiapkan botol dan tempayan tuak. Masing-masing keluarga membawa satu sampai dua botol tuak untuk nantinya diminum bersama-

18

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

Khasanahsama pada saat ritual berlangsung. Selanjutnya, semua piranti ritual tadi dibawa menuju sebuah pohon berperawakan tinggi besar. Menilik diameter batangnya, pohon itu mungkin umurnya sudah diatas 50 tahun. Sekilas tidak ada yang istimewa pada pohon tersebut. Penampakannya seperti Pohon Durian. Ternyata bukan. Pohon itu adalah Pohon Pekawai, pohon yang diyakini masyarakat Dayak Bahake sebagai pohon tertua dan asal muasal segala jenis pohon. Menurut warga setempat, Buah Pekawai memang menyerupai Buah Durian. Kulitnya samaesti a sama berduri. Rasanyapun mirip durian, hanya saja Buah Pekawai baunya lebih harum dan rasanya lebih lezat. Upacara Nyambut Buah dipimpin oleh seorang Lawakng Agokng (baca: Lawang Agong). Tidak Bagi mereka, hutan sembarang orang bisa tidak sekedar lahan menjadi seorang yang bisa dieksploitasi Lawakng Agokng. Dia yang akan dipercaya dan dikeruk isinya... menjadi Lawakng Agokng haruslah seorang yang bisa dipercaya oleh masyarakat, berperangai baik, sabar dan teguh memegang adat. Menurut salah seorang tetua adat Dayak Bahake, urutan Upacara Nyambut Buah adalah sebagai berikut: 1. Persiapan tempat; ritual ini diadakan dibawah Pohon Pekawai karena diyakini sebagai pohon tertua dan merupakan asal usul segala jenis pohon. 2. Bapadah; ritual ini semacam pengantar dan bertujuan memberitahukan maksud ritual kepada tanah, air dan penjaga Pohon Pekawai. 3. Bebuang Betibar; ritual yang satu ini adalah meminum tuak yang ditempatkan dalam tempayan. Tempayan ditutup dengan tutup kayu yang sudah diberi lubang pada empat sudutnya. Masing-masing lubang akan dimasuki dengan batang bambu muda yang berukuran kecil, diameternya lebih kurang satu sentimeter. Bambu ini berfungsi sebagai sedotan untuk menghisap tuak yang akan diminum oleh peserta ritual. Sebelum diminum, masing-masing sedotan bambu ditutup dengan daun pisang. 4. Madah Masak; ritual ini adalah penyerahan sesaji kepada penjaga pohon pekawai. Sesaji yang diserahkan antara lain 1 ekor ayam jantan, 16 adat dan sebuah dulang. Empat adat berarti satu singkap piring putih, sehingga 16 adat berarti empat singkap piring putih. Selanjutnya Lawakng Agokng memegang kaki ayam lalu mengibasngibaskan ayam tersebut beberapa kali seraya membaca mantra. Selesai membaca mantra, ayam tersebut lantas disembelih. Setelah itu, ayam segera dikuliti dan dagingnya direbus untuk dimakan bersama-sama. 5. Minum-minum; ritual ini merupakan ritual penutup. Dalam ritual ini, semua peserta ritual minum tuak yang tadi telah dibawa dari rumah sambil bercengkerama dengan peserta lainnya. Tidak ketinggalan lemakng dan apam yang tadi telah disiapkan juga dimakan bersama-sama.

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

19

KhasanahSesaji telah disiapkan, masyarakat duduk mengelilingi pohon. Lawakng Agong berdiri ditengah kerumunan sambil menghadap Pohon Pekawai. Tak berapa lama, ritual dimulai. Sayup-sayup terdengar Lawakng Agokng selaku pemimpin ritual membaca mantra dalam Bahasa Dayak Bahake. Kalau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia kurang lebih sebagai berikut: Hidup anak manusia sejagad raya. Hidup aman, sehat, sejahtera, panjang umur. Supaya dapat menjaga Pohon Pekawai dengan baik dan aman. Pohon Pekawai berasal dari langit. Bibitnya dibawa ke bumi oleh Limbia Linggar Tanah. Ditanam kemudian menjadi seribu pohon. Seribu pohon buah berasal dari Pohon Pekawai. Karena itu Pekawai merupakan pohon tertua Selama tiga hari setelah upacara, masyarakat yang mengikuti ritual pantang untuk membunuh binatang, memetik daun apalagi menebang pohon. Sehingga dianjurkan dalam satu keluarga tidak semua anggota keluarga mengikuti ritual agar salah satu dari mereka masih bisa berburu dan berladang. Jika ada yang melanggar pantangan ini maka akan terkena bala atau kesialan. Merapal mantra didepan sebuah pohon seperti dalam tradisi Nyambut Buah mengingatkan kita akan kepercayaan pada kekuatan suatu benda atau animisme yang diyakini oleh nenek moyang kita dulu. Mungkin terdengar kuno dan sangat primitif, tapi bagi masyarakat Dayak Bahake sendiri, tradisi semacam ini merupakan salah satu cara untuk menghargai hutan. Bagi mereka, hutan tidak sekedar lahan yang bisa dieksploitasi dan dikeruk isinya. Memang, terkadang tuntutan ekonomi membuat mereka lupa. Tapi bagaimanapun juga, menjaga hutan adalah lebih bijak daripada mengeksploitasinya demi rupiah dan kepentingan sesaat. Dalam perjalanan pulang dari tempat ritual, seorang tetua adat bergumam... Semoga ritual ini tidak menjadi ritual terakhir. Semoga masih ada generasi muda Dayak yang terus peduli pada budaya mereka. Semoga kita masih ingat siapa kita dan darimana kita berasal...*** *)Filmaker Dokumenter, Finalis Eagle Award Documentary Competition-Metro TV 2008

esti a

20

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

Wacana

Pemberdayaan Masyarakat danSense of Belonging Terhadap HutanOleh: Dwiana FajariaHijau Hutanku Lestari Hutanku ,Sejahtera Rakyat Indonesia. logan yang biasa kita dengar dan didengung-dengungkan oleh banyak orang, terutama oleh parapihak yang berkecimpung di bidang kehutanan. Dengan membaca dan mendengar slogan tersebut diharapkan semangat konservasi pada jiwa setiap rimbawan akan tetap selalu ada. Secara tersurat maupun tersirat slogan tersebut mengandung makna kelestarian, yang mencakup hutan dan kekayaan sumberdaya alam biotik maupun abiotik yang terkandung di dalamnya, juga berkaitan pula dengan tiap individu yang berinteraksi dengan hutan. Dalam Undang-Undang nomor 41 tahun 1999 pasal 2, dijelaskan bahwa penyelenggaraan kehutanan berazazkan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan. Lestari yang dimaksud dalam undang- undang ini adalah adanya keseimbangan antara fungsi sosial budaya dan fungsi ekonomi. Menurut pengalaman beberapa kasus yang terjadi, rusaknya hutan di negera Indonesia banyak disebabkan oleh faktor sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan. Dari fakta yang ada, masyarakat sekitar kawasan hutan cenderung berada pada kehidupan subsistem. Mereka masih banyak yang menganut apa yang di dapat pada hari ini hanya akan cukup untuk kehidupan hari ini. Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan, keterbatasan lahan pertanian, terisolirnya desa-desa di sekitar kawasan konservasi, serta sempitnya lapangan pekerjaan membuat semakin tingginya interaksi masyarakat terhadap hutan. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung menjadi beberapa alasan mengapa hutan mengalami 'tindakan' eksploitasi habis-habisan, eksploitasi untuk memenuhi kebutuhan hidup.

S

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

21

Wacanamendatangkan keuntungan secara finansial. Banyak sekali pihak yang telibat dalam kegiatan eksploitasi lahan tersebut. Diperlukan kemauan, kerja keras, serta dukungan positif dari multistakeholder mewujudkan kelestarian hutan. Jangan lagi hutan dieksploitasi hanya untuk hidup... Ada sebuah pepatah yang nampaknya relevan dengan permasalahan ini: Jika anda memberi orang ikan, dia akan cukup makan dalam sehari. Namun jika anda mengajari orang memancing dia akan dapat cukup makan seumur hidupnya.

Pemberdayaan Masyarakat Siapa saja tahu, eksploitasi terhadap hutan akan Mungkin ada banyak alternatif solusi untuk menimbulkan penurunan fungsi hutan dan menekan ancaman dan gangguan tersebut di atas, kerusakan hutan, dimana banyak orang menyebut salah satunya melalui proses pemberdayaan dengan istilah deforestasi. Sekali lagi, salah satu masyarakat, terutama yang berada di sekitar penyebab hal itu terjadi adalah karena banyaknya kawasan konservasi. Hal ini dianggap sebagai benturan permasalahan sosial ekonomi langkah tepat untuk menanggulangi masalah masyarakat sekitar hutan dengan keberadaan tersebut, karena tidak terpungkirkan bahwa hutan itu sendiri. Permasalahan tujuan pemberdayaan masyarakat sosek tersebut merupakan antara lain untuk permasalahan klasik yang meningkatkan kesejahteraan Ada satu hal yang paling tidak akan ada habisnya, masyarakat dan memberikan fundamental yang ditengarai akses bagi masyarakat lokal karena kebutuhan setiap individu sesuai dengan penyebab kegagalan tersebut, dan adat dalam pemanfaatan perkembangan zaman akan potensi kawasan sesuai dengan yaitu belum adanya rasa terus meningkat dan potensi kawasan sesuai dengan memiliki dari masyarakat bervariasi. Akibatnya prinsip prinsip kelestarian. Di terhadap hutan interaksi masyarakat yang sini masyarakat bertindak bermukim di sekitar kawasan sebagai pelaku, yang memiliki hutan akan semakin tinggi, potensi dan daya untuk sehingga memicu apa yang kita sebut di awal dikembangkan, dapat dimotivasi untuk paragraf ini, deforestasi. melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan rencana dan program yang telah ditetapkan. Ada sebuah ilustrasi: salah satu kegiatan negatif terhadap hutan adalah illegal logging. Salah satu Program pemberdayaan masyarakat yang dari banyak sebab praktek itu adalah bahwa dilaksanakan secara beriiringan oleh semua pihak masyarakat sekitar kawasan hutan merasa tidak yang berkepentingan (pemerintah, LSM, mendapatkan apa-apa atas adanya kegiatan yang msayarakat itu sendiri, serta para pihak lain) dilakukan terhadap hutan di sekitar mereka, akan memotivasi peran serta masyarakat secara hutan yang mereka lihat dari pagi sampai pagi aktif dan dinamis. Peran serta masyarakat dalam lagi. Sementara ada banyak orang jauh yang keseluruhan proses pembangunan merupakan justru menikmati hutan di depan mereka. syarat mutlak yang harus diperhatikan oleh semua penentu kebijakan dan penyelenggara Dan di sisi lain, masyarakat sekitar hutan butuh pembangunan di segala bidang, termasuk bidang mata pencaharian, sementara terdapat kehutanan. Dan pada akhirnya, melalui kegiatan keterbatasan alternatif mata pencaharian lain, pemberdayaan masyarakat diharapkan selain mengambil apa yang hutan hasilkan. masyarakat ikut merasa bertanggung jawab Akibatnya mereka tidak merasa memiliki atas terhadap kelestarian dan keberadaan kawasan hutan tersebut, dan akhirnya sulit dihindari bagi konservasi sebagai sumber kehidupan mereka, mereka untuk tidak terlibat dalam kegiatan illegal baik secara langsung maupun tidak langsung. logging dan kegiatan deforestasi lainya yang dapat

22

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

WacanaEfek Sense Of Belonging Program yang diupayakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjamin kelestarian hutan, seringkali gagal dan tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Ada satu hal yang paling fundamental yang ditengarai penyebab kegagalan tersebut, yaitu belum adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap hutan. Selain itu, selama ini masyarakat belum dilibatkan secara utuh dalam setiap mata kegiatan program tersebut, mulai dari kegiatan perencanaan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya. Masyarakat hanya dijadikan sebagai obyek semata, sehingga program yang mengarah ke arah kesejahteraan masyarakat tersebut justru tidak ada unsur keberlanjutan, dan berhenti seiring dengan berhentinya dukungan para pihak tersebut. Penyebab lain ketidakberhasilan programprogram pemberdayaan masyarakat selama ini adalah bahwa pengelolaan hutan dilakukan dengan mengabaikan keberadaan dan hak-hak masyarakat adat atau masyarakat lokal atas sumberdaya alamnya dan bahkan terkesan meminggirkan komunitas masyarakat dari lingkungan sumberdaya alamnya. Bicara tentang rasa memiliki, jika pada tiap diri individu yang terlibat dengan hutan telah tumbuh rasa memiliki terhadap hutan maka akan timbul dengan sendirinya dorongan untuk menjaga, memelihara hutan supaya lestari atau secara tidak langsung akan tumbuh dengan sendirinya. Hal ini berdampak positif, dimana di satu sisi terdapat dorongan untuk membangun masyarakat ke arah kemandirian sebagai upaya memperbaiki mutu hidup/ kesejahteraan, dan di sisi lain kelestarian hutan di sekitar mereka tetap terjaga. Efek lain yang akan timbul adalah tumbuhnya sikap kehati-hatian dalam memanfaatkan hasil hutan. Jika sudah tumbuh sikap kehati-hatian dalam pemanfaatan hasil hutan maka akan tumbuh upaya untuk melestarikan. Sense of belonging terhadap hutan akan menimbulkan dorongan pengelolaan hutan partisipatif. Intinya adalah berusaha melestarikan hutan dengan cara mengajak masyarakat untuk ikut serta mengelola dan melestarikan hutan dengan kesadaran sendiri setelah dapat merasakan manfaat dari sang hutan. Pengelolaan ini tentu saja memerlukan persiapan yang baik mulai dari perubahan pola pikir, penataan kembali hubungan kerja dan hubungan antar-personal, pelibatan lebih banyak stakeholder, perimbangan hak dan kewajiban yang adil, serta aturan main yang jelas, fair , dan disertai pengawasan dari banyak pihak. Sampai dengan semua persiapan ini dimulai untuk disusun, disepakati, dan diujicobakan barulah akan tiba pada pengelolaan hutan partisipatif terintegrasi, yang bukan sekadar slogan. Semua persiapan di atas tidak akan cukup dilaksanakan hanya dengan dengan bekal keyakinan semata, perlu disusun suatu program dan agenda aksi yang akan menjadi tugas bagi semua penopang dengan bekal fakta awal yang bisa menggambarkan kenyataan dan tantangan yang kita hadapi bersama. Dan selama matahari masih terbit dari ufuk timur, terbenam di ufuk barat, dan masih ada niat baik serta kemauan dari semua pihak untuk mewujudkan kelestarian hutan, sesungguhnya tidak ada hal yang tidak mungkin untuk mewujudkanya. *** *) Penyuluh Kehutanan pada Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser Bahan bacaan : Anonim. 2006. Manajemen Kebakaran Berbasis Masyarakat. Banjarmasin Post. 15 August 2006 Anonim. 2008. Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga. Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam - Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam - Departemen Kehutanan. Bogor.

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

23

Seputar Kita

Jambore Kemah Konservasi

ahtu th

anggal 15 sampai 18 Januari 2009 Tangkahan ramai dengan suara-suara kecil siswa-siswi sekolah. Yah, memang di kawasan ekowisata itu memang sedang mengadakan hajatan, Jambore Kemah Konservasi 2009. Kegiatan ini antara lain mempunyai tujuan untuk mendekatkan generasi muda dengan alam sehingga di harapkan mereka mempunyai pengalaman berinteraksi dengan alam secara langsung. Dengan kegiatan ini diharapkan peserta jambore melihat secara langsung keanekaragaman hayati yang berada di kawasan TNGL, mencermati potensi serta ancaman yang ada, serta menumbuhkan kebanggan mereka terhadap kawasan warisan dunia ini. Jambore Kemah Konservasi yang bertema Restorasi Ekosistem TNGL Menuju Leuser Lestari ini diarahkan sebagai kegiatan masal yang bersifat inovatif, kreatif, dan gembira. Kegiatan ini dilaksanakan oleh WCS-IP bekerjasama dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, OIC, FFI-IP, Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT), UNESCO, dan Pemerintah Spanyol. Selain jumlah peserta yang mencapai 120 orang (terdiri dari siswa tingkat SD sampai dengan SMU sekitar Kabupaten Langkat), kegiatan ini juga melibatkan para guru yang telah mengikuti kegiatan Fasilitator Pendidikan Lingkungan.

T

Jenis kegiatan dalam acara ini sangat bervariasi, antara lain : lomba melukis, lomba cerdas cermat lingkungan, lomba cipta dan baca puisi, lomba majalah dinding lingkungan, lomba cipta lagu lingkungan, lomba drama lingkungan, lomba artikel lingkungan, lomba poster lingkungan, lomba story telling, lomba melukis wajah satwa. Kegiatan lainnya antara lain penyuluhan dan materi konservasi, aksi konservasi, nature games, pameran lingkungan dan lukisan ekspresi mengenai TNGL. Aksi Konservasi melalui aksi penghijauan dilaksanakan di Resort Cinta Raja, SPTN VI Besitang - BPTN III Stabat. Jumlah pohon yang ditanam saat itu adalah sebanyak 158 batang yang terdiri dari tiga jenis pohon endemik, yaitu: medang, kemenyan, dan mayang.*** -DF-

24

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

Seputar Kita

Fieldtrip Jurnalis ke Leuserebagai upaya untuk memperkuat hubungan serta share informasi antara institusi konservasi dan media massa, pada tanggal 12, 13 dan 18 Februari 2009 dilakukan kegiatan bersama antara Balai Besar TNGL,WCS, OIC, FFI dengan jurnalis di Medan tentang isu konservasi di TNGL. Kegiatan ini terbagi atas menjadi dua agenda utama, yaitu kunjungan lapangan dan radio talkshow. Rangkaian kegiatan bersama jurnalis ini mengangkat tiga isu utama yaitu: pengungsi dan perambahan; ekowisata; dan restorasi. Kegiatan field trip para jurnalis dilakukan pada tanggal 12-13 Februari 2009. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengajak para jurnalis melihat secara langsung potensi keanekaragaman hayati serta potensi konflik yang ada di dalam kawasan TNGL. Kawasan yang dikunjungi dalam kegiatan ini adalah wilayah SPTN VI Besitang. Setidaknya ada sepuluh utusan media massa yang mengikuti kegiatan ini, antara lain: Trans TV , Metro TV Indosiar, Trans 7, Harian Waspada, , Harian Analisa, Kiss FM, SMART FM, Trijaya FM dan Daai TV . Sebagai tindak lanjut kegiatan lapangan, dilakukan talkshow untuk membahas seputar isu di kawasan TNGL dengan mengakomodir berbagai

S

Wawancara wartawan peserta fieldtrip dengan salah satu tokoh penggagas Ekowisata Tangkahan, Pak Okor

perspektif selain dari TNGL. Kegiatan talkshow ini merupakan hasil kerjasama para pihak di atas dengan SMART FM - Medan. Tema yang diangkat dalam kegiatan talkshow ini adalah Mengembalikan TNGL Sebagai Warisan Dunia Melalui Restorasi. Program siaran berdurasi 3 jam ini mengkombinasikan liputan jurnalisme radio seperti: feature, in depth interview, folks pop, live report dan talkshow. Diadakannya talkshow ini bertujuan untuk: (1) mensosialisasikan pentingnya TNGL, (2) mendorong peningkatan kesadaran masyarakat untuk mempertahankan kelestarian TNGL dan ekosistem di dalamnya, (3) mendorong penguatan peran pemerintah dalam meningkatkan upaya perlindungan kawasan TNGL, (4) mengungkapkan alasan masyarakat bertahan di kawasan TNGL, (5) mengungkap harapan masyarakat di tengah adanya keinginan restorasi oleh pemerintah Narasumber yang dihadirkan dalam acara talkshow ini berasal dari Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, Dinas Sosial Sumatera Utara, Komisi E DPRD Sumatera Utara, Akademisi Universitas Sumatera Utara - Medan, serta perwakilan pengungsi di dalam kawasan TNGL.*** -UWBVol. 4 No. 13 Tahun 2008

Presentasi dan Diskusi di Tangkahan

ujang wb

ujang wb

25

Intermezzo

Menghargai Orang Lain

Dikisahkan, di sebuah pesta perpisahan sederhana pengunduran diri seorang direktur. Diadakan sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan, dan kritikan dari anak buah kepada mantan atasannya yang segera memasuki masa pensiun dari perusahaan tersebut. Karena waktu yang terbatas, kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan. Diantara pujian dan kesan yang diberikan, dipilih dan dibingkai untuk diabadi kan kemudian dibacakan di acara tersebut, yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu. Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut, "Yang terhormat Pak Direktur. Terima kasih karena Bapak telah mengucapkan kata "tolong", setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab saya. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan "maaf", saat Bapak menegur, mengingatkan dan berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat karena Bapak ingin saya merubahnya menjadi kebaikan. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan "terima kasih" kepada saya atas hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk Bapak.Terima kasih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya sehingga saya bisa tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan dikecilkan. Dan sampai kapan pun bapak adalah Pak Direktur buat saya. Terima kasih sekali lagi. Semoga Tuhan meridhoi jalan dimanapun Pak Direktur berada. Amin." Setelah sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan. Diam-diam Pak Direktur mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor. Pak Direktur tidak pernah menyangka sama sekali bahwa sikap dan ucapan yang selama ini dilakukan, yang menurutnya begitu sederhana dan biasa-biasa saja, ternyata mampu memberi arti bagi orang kecil seperti si office boy tersebut.

Terpilihnya tulisan itu untuk diabadikan, karena seluruh isi kantor itu setuju dan sepakat bahwa keteladanan dan kepemimpinan Pak Direktur akan mereka teruskan sebagai budaya di perusahaan itu. Pembaca Yang Budiman, Tiga kata "terimakasih, maaf, dan tolong" adalah kalimat pendek yang sangat sederhana tetapi mempunyai dampak yang positif. Namun mengapa kata-kata itu kadang sangat sulit kita ucapkan? Sebenarnya secara tidak langsung telah menunjukkan keberadaban dan kebesaran jiwa sosok manusia yang mengucapkannya. Apalagi diucapkan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya. Pemimpin bukan sekedar memerintah dan mengawasi, tetapi lebih pada sikap keteladanan lewat cara berpikir, ucapan, dan tindakan yang mampu membimbing, membina, dan mengembangkan yang dipimpinnya sehingga tercipta sinergi dalam mencapai tujuan bersama. Tentu bagi siapapun kita perlu membiasakan mengucapkan kata-kata pendek seperti terima kasih, maaf, dan tolong dimana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun kita berhubungan. Dengan mampu menghargai orang lain minimal kita telah menghargai diri kita sendiri.***

Sumber : Tulisan Andrie Wongso (dikirimkan oleh seorang teman ke [email protected])

26

Vol. 4 No. 13 Tahun 2008

Wanasastra

LEUSER

Namamu menjulang tinggi Dikenal banyak orang Dari desa hingga kota Melintasi pulau Menyeberangi lautan Menembus antar benua Keindahanmu sungguh menakjubkan Mengundang decak kagum Memberi kehidupan Sumber inspirasi Penuh misteri Terdapat kedamaian Kini engkau terlupakan Engkau sakit menderita Diterlantarkan, dibiarkan Menangis, bersedih Setelah dijarah, diperkosa Ditinggal sendiri, menyendiri Usah bersedih Usah berduka Ada handaitolan Masih melihat dan menatap Walau kemampuan terbatas Dengan doa mengiringmu Semoga Yang Agung beri petunjuk Kutacane(04.00), 21 Mei 2008 Seseorang paling kecil dihadapanNya, h.ginting

Sumber dana: DIPA Balai Besar TNGL Tahun 2008