Buletin GINSI Jateng · 2020. 6. 30. · Buletin GINSI Jateng 2 Edisi Juni 2020 “Langkah-langkah...

20
Edisi Juni 2020 n BULETIN JATENG GINSI Edisi Juni 2020 : 925 TAHUN KE - L KHUSUS UNTUK ANGGOTA Sekretariat : Jl. Abdul Rahman Saleh No. 226 H Semarang Telp/Fax : 024 76432943 // 024 7602781 // WhatsApp : 082 133 919 046 Email : [email protected] // Website : www.ginsijateng.com Instagram : @ginsijateng // twiter : @ginsijateng

Transcript of Buletin GINSI Jateng · 2020. 6. 30. · Buletin GINSI Jateng 2 Edisi Juni 2020 “Langkah-langkah...

  • Edisi Juni 2020

    n BULETIN

    JATENG GINSI Edisi Juni 2020 : 925 TAHUN KE - L

    KHUSUS UNTUK ANGGOTA

    Sekretariat : Jl. Abdul Rahman Saleh No. 226 H Semarang Telp/Fax : 024 – 76432943 // 024 – 7602781 // WhatsApp : 082 133 919 046 Email : [email protected] // Website : www.ginsijateng.com Instagram : @ginsijateng // twiter : @ginsijateng

    http://www.ginsijateng.com/

  • Edisi Juni 2020

    juni 2020 NOMOR : 925 TAHUN KE - L

    DAFTAR ISI Liputan Khusus : GINSI & INSA Apresiasi layanan Satu Pintu di Tanjung Emas ……………………. 1 GINSI Apresiasi Inpres Pembenahan Logistik dan Pengetatan Impor .................................................. 3 Ekspor & Impor Jateng Sama-Sama Susut ………………………………………………………………………….. 5 KPPI Mulai Penyelidikan Safeguards Lonjakan Impor Karpet dan Penutup Lantai Tekstil

    Lainnya ……………………………………………………………………………………………………………………………. 8 Bea Cukai Kucurkan Stimulus Rp3,84 Triliun untuk Impor Barang COVID-19...……………………. 10 BPS: Impor Non-migas dari Cina Turun USD 1,4 Miliar per Mei 2020………………………………….. 11 Aktivitas Ekspor-Impor Lesu, Arus Peti Kemas Tanjung Priok Turun 10,4% ……………………….. 12 Perkuat Pengawasan Ekspor-Impor, KKP Latih Polisi Khusus Karantina …………………………….. 13 Peraturan Pemerintah: Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51

    Tahun 2020 Tentang Pemeriksaan dan Pengawasan Tata Niaga Impor Setelah Melalui Kawasan Pabean (Post Border) ………………………………………………………................................................ 14

    Laporan Kegiatan BPD GINSI Jateng bulan Juni 2020 …………………………………………………………. 18

    *** dihimpun dari berbagai sumber

    BULETIN GINSI JATENG

  • Buletin GINSI Jateng 1

    Edisi Juni 2020

    LIPUTAN KHUSUS : GINSI & INSA Apresiasi layanan Satu Pintu di

    Tanjung Emas

    Gabungan importir nasional seluruh Indonesia (GINSI) mengapresiasi positif adanya layanan sistem Single Submission (layanan satu pintu) dan Joint Inspection Pabean – Karantina di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

    “Pelayanan satu atap ini akan memberikan kemudahan pada pelaku usaha yang berkegiatan di pelabuhan khususnya pelayanan kontainer,” kata Budiatmoko, Ketua GINSI Jawa Tengah, Senin (29/6) pagi.

    Tapi, ujarnya, layaann tersebut masih dalam taraf uji coba. “Kemarin hari Jumat (26/6) baru

    disosialisasikan jadi untuk kendala belum ada, semoga aja nggak terjadi,” ungkapnya.

    Justru BPD Ginsi Jateng, ucap Koko (panggilannya) mengapresiasi penerapan sistem ini karena sebelumnya para importir harus mengajukan dua kali perizinan ke bea cukai dan karantina.

    “Dengan sistem ini akan ada percepatan waktu 2 hari sehingga menguntungkan importir,” katanya lagi.

    GINSI berharap program ini dapat menjadi salah satu solusi yang tepat untuk memangkas waktu dan biaya pengeluaran kontainer.

  • Buletin GINSI Jateng 2

    Edisi Juni 2020

    “Langkah-langkah tersebut bisa diterapkan dengan baik dan bisa menjadi solusi untuk mendorong perekonomian indonesia khususnya di Jateng disaat pendemi covid 19,” ungkap Koko.

    Ketua INSA Semarang Ridwan menyatakan, untuk pelayaran adanya kebijakan itu tak dirasakannya langsung.

    “Yang merasakan langsung pihak forwarding dan importir. Keuntungannya bagi perusahaan pelayaran adalah bisa mendapatkan equipment (contr) lebih cepat sehingga perputaranya lebih efisien dan dapat segera disiapkn untuk kargo ekspor berikutnya,” ujarnya.

    Seperti diketahui bahwa pengurusan dokumen untuk pengiriman barang, baik ekspor dan impor di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, sekarang hanya membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam pengurusan dokumen Pabean dan proses kekarantinaan.

    Bea Cukai, Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Semarang, Balai Karantina Pertanian Semarang dan Terminal Peti Kemas (TPKS) Tanjung Emas Semarang membuat sistem Single Submission (Sistem Pelayanan Satu Pintu) dan Joint Inspection Pabean – Karantina di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

    Sebelumnya, proses pabean dan karantina membutuhkan waktu 3 hari 23 jam yakni proses bongkar muat barang dari kapal, pengecekan barang hingga barang keluar dari pelabuhan.

    Namun, kini dengan Single Submission dan Joint Inspection, hanya membutuhkan waktu dua hari saja

    Kepala Kantor Bea Cukai Tanjung Emas Semarang, Anton Martin mengatakan sebelum adanya Single Submission (SSm) para pengguna jasa pengiriman barang harus melaporkan dokumen barang yang dikirim kepada Bea Cukai dan Balai Karantina.

    Selain itu dalam proses pengecekannya dilakukan sendiri-sendiri yakni antara pihaknya

    dengan pihak karantina dilakukan terpisah sehingga membuat waktu dwelling time menjadi lama.

    “Dengan adanya SSm pengguna jasa hanya mengunggah dokumen satu kali saja, dan waktu inspeksi akan dilakukan bersama-sama antara Bea Cukai dengan Karantina secara beririsan,” katanya dalam Sosialisasi SSm dan SOP Joint Inspection pada Jumat (26/6).

    Anton menambahkan dengan adanya SSm dan Joint Inspection ini membuat iklim usaha dan investasi di Jawa Tengah semakin baik sehingga harga barang menjadi kian kompetitif dan pengelolaan logistik di Pelabuhan Tanjung Emas makin baik kedepannya.

    Hal itu karena dalam pengelolaan logistik di Pelabuhan Tanjung Emas lebih efektif dan efisien.

    Di sisi lain program SSm dan Joint Inspection di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang merupakan proyek percontohan bagi pelabuhan-pelabuhan niaga di seluruh Indonesia.

    Menurutnya saat ini program SSm dan Joint Inspection ini baru dilakukan bagi 16 para pelaku usaha pengiriman barang di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

    “Ketika pelabuhan-pelabuhan niaga siap seperti pelabuhan Belawan, Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Tanjuk Priok maka seluruh pelaku usaha akan menggunakan sistem yang sama,” ungkapnya.

    Sementara itu, Kepala Kantor Otoritas Syahbandar Pelabuhan (KSOP), Junaidi mengatakan bahwa dengan adanya SSm dan Joint Inspection ini akan mempercepat proses dwelling time di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

    Tentunya akan membuat proses ekspor dan impor di Jawa Tengah berjalan semakin baik.

    “Ini merupakan tidak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional,” katanya

  • Buletin GINSI Jateng 3

    Edisi Juni 2020

    GINSI Apresiasi Inpres Pembenahan Logistik dan

    Pengetatan Impor

    Gabungan Importir Nasional Seluruh

    Indonesia (GINSI) mengapresiasi terbitnya Inpres 5/2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional (Ekolognas) yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 16 Juni 2020. Para pengusaha importasi itu mengharapkan adanya pengawasan melekat dari semua intansi (kementerian/lembaga) maupun pemangku kepentingan serta asosiasi pelaku usaha terkait supaya beleid itu dapat berjalan di lapangan sesuai harapan.

    “Monitoring yang berkelanjutan dengan melibatkan seluruh stakeholders sangat dibutuhkan agar implementasinya berjalan baik,” ujar Ketua Logistik dan Perhubungan Badan Pengurus Pusat GINSI Erwin Taufan, di Jakarta, Minggu (21/6/2020) kemarin.

    Dia mengungkapkan, selama ini seringkali pemilik barang (importir umum) menghadapi kendala ketidaktersediaan armada pengangkut (kapal) di dalam negeri lantaran kapal-kapal tersebut telah terlanjur terikat kontrak pengangkutan dengan pihak asing. Hal ini, termasuk dialami untuk komoditi impor seperti baja dan batu bara.

    “Sehingga untuk pendistribusian barang selanjutnya di dalam negeri pasca importasi seringkali menjadi kendala bagi kami. Padahal logistik itu seharusnya terintegrasi menyeluruh jika ingin efisien,” ucapnya.

    Taufan berharap, hambatan-hambatan dilapangan dapat segera diatasi dengan digitalisasi menerapkan sistem informasi dan teknologi (IT) yang mumpuni, termasuk membenahi fungsi Indonesia National Single Window (INSW) maupun memberikan memberikan secara langsung (real time) yang menyangkut informasi ketersediaan ruang atau muatan di kapal (IMRK).

    Dia menjelaskan, pada prinsipnya GINSI juga mendukung langkah pengetatan importasi oleh pemerintah cq Kementerian Perindustrian di tengah pandemi covid-19 guna mendahulukan industri lokal untuk memanfaatkan pasar dalam negeri.

    “Pada prinsipnya kami sebagai asosiasi importir setuju bagaimananpun industri dalam negeri tumbuh mesti tumbuh. Bagaimana tumbuh? Hal itu jika impor terkontrol dan pemerintah harus mengontrol dan tetap eksis karena industri ini

  • Buletin GINSI Jateng 4

    Edisi Juni 2020

    padat karya seperti baja, ban dan tekstil,” kata Taufan.

    Dukungan GINSI itu, imbuhnya, untuk mewujudkan industri dalam negeri yang bermartabat, dan bermanfaat bagi ekonomi Indonesia. Sekaligus perkuatan peran Kementerian Perindustrian dalam menata industri nasional. Dia juga menegaskan, agar fungsi INSW masih perlu ditingkatkan sehingga jangan hanya stagnan di situ.

    “Kalau masih ada kekurangan di sana-sini (INSW) itu sistemnya seperti seringkali drop, ya perlu diperbaiki dong. Apalagi dalam Inpres 5/2020 peran INSW juga jadi rohnya beleid itu,” ucap Taufan.

    Pada 16 Juni 2020, Presiden Joko Widodo

    telah menandatangani Inpres 5/2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik, yang menginstruksikan seluruh menteri Kabinet Indonesia bersatu dapat meningkatkan kinerja logistik nasional guna memperbaiki iklim investasi dan meningkatkan daya saing perekonomian nasional.

    Dalam beleid itu, Kementerian Perdagangan agar mengintegrasikan sistem pengajuan perizinan ekspor dan impor di instansinya dengan sistem ekosistem logistik nasional melalui INSW. Selain itu, mengintegrasikan proses bisnis pelaporan perdagangan antarpulau dengan proses bisnis

    keberangkatan dan kedatangan sarana pengangkut dalam sistem ekosistem logistik nasional melalui INSW.

    Adapun Kementerian Perindustrian agar menyederhanakan proses bisnis untuk mengintegrasikan sistem pengajuan syarat perizinan ekspor dan impor dengan sistem ekosistem logistik nasional melalui INSW.

    Inpres 5/2020 juga menginstruksikan agar

    menteri keuangan bertanggung jawab dalam penataan pelaksanaan ekosistem logistik nasional melalui simplikasi proses bisnis layanan pemerintah di bidang logistik yang berbasis teknologi informasi untuk menghilangkan repetisi dan duplikasi.

    Kemudian, kolaborasi sistem layanan logistik internasional maupun domestik antarpelaku kegiatan logistik di sektor pemerintah dan swasta serta adanya kemudahan transaksi pembayaran penerimaan negara dan fasilitasi pembayaran antarpelaku usaha terkait.

  • Buletin GINSI Jateng 5

    Edisi Juni 2020

    Ekspor & Impor Jateng Sama-Sama Susut

    Badan Pusat Statistik Jawa Tengah

    membukukan nilai ekspor maupun impor Jateng pada April 2020 sama-sama merosot. Ekspor provinsi ini pada April senilai US$545,26 juta.

    Nilai ekspor Jateng itu menurut catatan BPS Jateng hanya 22,48% dibandingkan nilai ekspor Jateng pada Maret 2020 yang tercatat US$703,35. Sedangkan jika dibandingkan dengan ekspor April 2019, angka itu turun 21,5%.

    Kepala BPS Jateng Sentot Bangun Widoyono mengatakan nilai ekspor nonmigas April 2020 mencapai US$ 531,64 juta. Angka itu turun 22,24% dibandingkan nilai ekspor Maret 2020. Jika dibandingkan ekspor non migas April 2019, angkanya turun 22,39%.

    "Tiga negara tujuan ekspor nonmigas terbesar April 2020 meliputi Amerika Serikat dengan nilai US$153,36 juta, disusul Jepang US$75,44 juta, dan Tiongkok US$46,37 juta. Dengan kontribusi ketiganya sebesar 54,01% selama periode Januari-April 2020," ujarnya, Selasa (2/6/2020).

    Impor Turun 5,53% Dia menambahkan nilai impor Jateng April

    2020 senilai US$ 763,64 juta atau turun 5,53% atau nyaris 6% dibandingkan impor Maret 2020. Begitu pula jika dibandingkan dengan nilai impor April 2019 yang turun sebesar 33,08%.

    "Impor nonmigas April 2020 mencapai US$ 632,49 juta atau naik 16,85% dibanding impor Maret 2020. Begitu pula jika dibandingkan impor April 2019 turun sebesar 25,72%," ujarnya.

    Tiga negara pemasok barang impor nonmigas Jateng terbesar selama April 2020 ditempati oleh Tiongkok, Amerika Serikat, dan Thailand. Impor nonmigas Jateng dari Tiongkok dicatat US$286,74 juta, Amerika Serikat US$54,55 juta, sedangkan Thailand US$433,96 juta

  • Buletin GINSI Jateng 6

    Edisi Juni 2020

    Sri Mulyani: Ekspor

    Impor RI Anjlok,

    Investasi Bisa

    Terpengaruh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

    mengatakan turun angka ekspor dan impor Indonesia pada Mei 2020 dapat memengaruhi komponen perekonomian Tanah Air beberapa waktu ke depan.

    "Dari BPS sudah keluarkan ekspor impor menurun tajam dan itu pasti memengaruhi investasi maupun sebagian besar dari sisi ekspor ke depan," ujar Sri Mulyani dalam konferensi video, Selasa, 16 Juni 2020.

    Penurunan nilai ekspor dan impor tersebut, menurut Sri Mulyani, harus dilihat dampaknya di masa mendatang lantaran sebagian besar dipengaruhi kondisi di dalam negeri, seperti konsumsi di Tanah Air. Kendati demikian, ada juga imbas dari sentimen global akibat adanya pelemahan ekonomi di berbagai negara.

    "Kuartal II itu diperkirakan semua negara maju alami kontraksi hampir double digit, sehingga pasti memengaruhi ekspor kita. Ini sedang kami coba untuk menangani dan mitigasi," ujar Sri Mulyani.

    Adapun upaya pemerintah dari sisi kebijakan saat ini, kata Sri Mulyani, adalah dengan memitigasi dan mengelola risiko yang downside sangat dalam agar tidak memburuk, atau bisa tertahan di zona positif.

    Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan kondisi neraca perdagangan perlu diwaspadai, walaupun mengalami surplus pada Mei 2020.

    "Kalau kita lihat terciptanya surplus ini kurang menggembirakan karena ekspor mengalami penurunan 28,95 persen (year-on-year). Impornya turun jauh lebih dalam 42,20 persen (yoy)," ujar Suhariyanto dalam konferensi video, Senin, 15 Juni 2020.

    Berdasarkan catatan BPS, semua komponen impor mengalami pertumbuhan negatif, baik secara bulanan alias month to month, maupun tahunan atau year on year. Tercatat, impor barang konsumsi tumbuh -39,83 persen (yoy), bahan baku -43,03 persen, dan barang modal -40 persen. Sehingga,

    total impor tumbuh negatif 42,20 persen year-on-year.

    "Impor bahan baku dan modal perlu diperhatikan dan diwaspadai karena akan berpengaruh besar terhadap pergerakan industri dan berpengaruh ke perdagangan," ujar Suhariyanto. Sementara itu, impor bahan modal bisa berpengaruh kepada komponen investasi dan pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran.

    Di sisi ekspor, komponen yang mengalami pertumbuhan pada Mei 2020 adalah ekspor minyak dan gas. Tercatat, ekspor migas naik 15,64 persen dibanding bulan April 2020. Meskipun demikian, apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, angkanya anjlok hingga 42,64 persen.

    Di samping ekspor migas, dibandingkan tahun lalu ekspor pertanian tumbuh -25,48 persen, industri pengolahan -25,9 persen, dan industri pertambangan -38,11 persen. Sehingga, total ekspor tumbuh minus 28,95 persen ketimbang tahun lalu.

    Dengan data-data tersebut, secara umum, mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus pada Mei 2020. Rinciannya, ekspor dari Tanah Air tercatat sebesar US$ 10,53 miliar. Sedangkan, impor tercatat sebesar US$ 8,44 miliar. "Jadi neraca perdagangan mengalami surplus US$ 2,1 miliar," ujar Suhariyanto.

    Rupiah Tetap Kompetitif

    untuk Ekspor-Impor Tren rupiah yang menguat sejak awal bulan

    justru memunculkan kekhawatiran akan berdampak pada daya saing produk dalam negeri. Sebab, mata uang Garuda mengalami penguatan yang cukup tajam.

    Meski mengapresiasi kinerja Bank Indonesia (BI), Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menilai penguatan rupiah terlalu kuat.

    ”Terkait dolar ini, operasi moneternya Pak Gubernur (BI) baik. Cuma agak terlalu kuat nih Pak Gubernur, jadi daya saing kita agak alarming (mengkhawatirkan) juga nih. Jadi, kekuatan Pak Gubernur nih harus di-adjust (disesuaikan) sedikit,’’ ujarnya pada video conference Selasa malam (9/6).

    Seperti diketahui, nilai tukar yang terlalu kuat memang tidak berdampak baik, terutama pada neraca perdagangan. Nilai tukar rupiah yang terlalu menguat cenderung tidak akan memacu peningkatan produksi barang atau produk dalam

    https://www.tempo.co/tag/sri-mulyanihttps://www.tempo.co/tag/eksporhttps://www.tempo.co/tag/investasihttps://www.tempo.co/tag/impor

  • Buletin GINSI Jateng 7

    Edisi Juni 2020

    negeri. Sebab, para pelaku usaha lebih memilih impor dari negara lain yang menyuplai barang itu.

    Hal tersebut tentu akan membawa dampak pada para pelaku usaha, terutama para importer yang memiliki kewajiban valas. Barang impor yang terlalu murah dan sebaliknya barang ekspor yang terasa mahal akan membawa dampak pada daya saing produk dalam negeri.

    Kemarin (10/6) data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) mencatat rupiah berada pada posisi Rp 14.803 per dolar AS (USD). Posisi itu melemah 110 poin atau 0,79 persen dari posisi Rp 13.973 per USD pada Selasa (9/6). Meski dalam perdagangan kemarin ditutup melemah, jika dilihat dari tren pergerakan sejak awal bulan ini, rupiah memang lebih banyak menunjukkan penguatan daripada pelemahan.

    Sementara itu, Gubernur BI Perry Warjiyo meminta Menko Perekonomian tidak cemas. Dia memastikan nilai tukar rupiah tetap kompetitif untuk kegiatan ekspor-impor. Rupiah juga masih undervalue atau di bawah nilai semestinya. Praktis, masih berpotensi menguat.

    Perry menjelaskan, nilai tukar mata uang dipengaruhi faktor fundamental dan teknikal. ”Fundamental itu inflasi, defisit transaksi berjalan, serta perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri,” terang dia. Tercatat, inflasi pada Mei rendah dengan 0,07 persen month-to-month dan 2,19 persen secara tahunan.

    Begitu pula defisit transaksi berjalan triwulan I 2020 terpantau rendah. Yakni, 1,5 persen PDB (produk domestik bruto). Selain itu, perbedaan antara suku bunga dalam dan luar negeri tinggi. ”Yield SBN 10 tahun Indonesia sebesar 7,06 persen, sedangkan yield US Treasury Note 10 tahun sebesar 0,8 persen. Sehingga yield spread sebesar 6,2 persen,” urai Perry.

    Sementara itu, faktor teknikal adalah premi risiko. Perry yang juga menjabat ketua umum ISEI

    itu menjelaskan, salah satu ukuran premi risiko adalah credit default swap (CDS). Premi CDS Indonesia lima tahun tercatat turun ke 126,78 bps per 4 Juni. Meski demikian, kata Perry, angka tersebut masih tinggi jika dibandingkan dengan premi CDS Indonesia lima tahun sebelum Covid-19. Yakni, sebesar 66–68 bps.

    ”Kami tentu menimbang nilai tukar rupiah tetap bagus untuk ekspor, juga tidak menjadi kendala untuk impor. Jangka menengah dan panjang dengan fundamental yang bagus akan mendukung stabilitas ekonomi,” jelas Perry.

    Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, pergerakan rupiah yang melemah kemarin dipicu adanya pernyataan dari pemerintah terkait tren penguatan rupiah yang cenderung mengurangi daya saing dari produk ekspor tanah air. Begitu pula IHSG yang merosot 2 persen sejak awal perdagangan kemarin dan ditutup melemah 2,3 persen ke level 4.921. Juga, disertai dengan net sell investor asing di pasar saham sebesar USD 36,5 juta.

    Pelemahan rupiah dan IHSG juga dipengaruhi antisipasi investor asing menjelang rapat FOMC bulan Juni. Mengingat, suku bunga acuan The Fed diperkirakan akan tetap. ”Menurut saya, pengumuman jumlah kasus Covid-19 per hari ini tidak terlalu signifikan memengaruhi pelemahan di pasar keuangan domestik meski menjadi atensi pasar,” papar Josua.

    Perkembangan rupiah dalam jangka pendek, lanjut dia, dipengaruhi keputusan The Fed tadi malam.

  • Buletin GINSI Jateng 8

    Edisi Juni 2020

    KPPI Mulai Penyelidikan Safeguards Lonjakan Impor Karpet dan Penutup Lantai Tekstil Lainnya

    Jakarta, 11 Juni 2020 – Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) melakukan penyelidikan tindakan pengamanan perdagangan (safeguards) atas lonjakan jumlah impor karpet dan penutup lantai tekstil lainnya terhitung mulai 10 Juni 2020. Hal ini dilakukan setelah mendapat permohonan dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) yang mewakili industri dalam negeri penghasil komoditas tersebut pada 5 Juni 2020 lalu.

    Produk karpet dan penutup lantai tekstil lainnya mencakup 62 nomor Harmonized System (HS) 8 digit, yaitu 5701.10.10, 5701.10.90, 5701.90.11, 5701.90.19, 5701.90.20, 5701.90.91, 5701.90.99, 5702.10.00, 5702.20.00, 5702.31.00, 5702.32.00, 5702.39.10, 5702.39.20, 5702.39.90, 5702.41.10, 5702.41.90, 5702.42.10, 5702.42.90, 5702.49.11, 5702.49.19, 5702.49.20, 5702.49.91, 5702.49.99, 5702.50.10, 5702.50.20, 5702.50.90, 5702.91.10, 5702.91.90, 5702.92.10, 5702.92.90, 5702.99.11, 5702.99.19, 5702.99.20, 5702.99.91, 5702.99.99, 5703.10.10, 5703.10.20, 5703.10.30,

    5703.10.90, 5703.20.10, 5703.20.90, 5703.30.10, 5703.30.90, 5703.90.11, 5703.90.19, 5703.90.21, 5703.90.22, 5703.90.29, 5703.90.91, 5703.90.92, 5703.90.93, 5703.90.99, 5704.10.00, 5704.20.00, 5704.90.00, 5705.00.11, 5705.00.19, 5705.00.21, 5705.00.29, 5705.00.91, 5705.00.92, dan 5705.00.99. Hal ini sesuai dengan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) tahun 2017.

    "Dari bukti awal permohonan yang diajukan API, KPPI menemukan adanya lonjakan jumlah impor karpet dan penutup lantai tekstil lainnya. Selain itu, terdapat indikasi awal mengenai kerugian serius atau ancaman kerugian serius yang dialami industri dalam negeri sebagai akibat lonjakan impor tersebut," ujar Ketua KPPI Mardjoko.

    Mardjoko melanjutkan, kerugian serius atau ancaman kerugian serius tersebut terlihat dari beberapa indikator kinerja industri dalam negeri pada 2017--2019. Indikator tersebut, antara lain penurunan keuntungan secara terus menerus

  • Buletin GINSI Jateng 9

    Edisi Juni 2020

    akibat menurunnya volume produksi dan volume penjualan domestik, meningkatnya volume persediaan akhir atau jumlah barang yang tidak terjual, menurunnya kapasitas terpakai, berkurangnya jumlah tenaga kerja, serta menurunnya pangsa pasar industri dalam negeri di pasar domestik.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik

    (BPS) dalam tiga tahun terakhir (2017-2019),

    terjadi peningkatan volume impor karpet dan penutup lantai tekstil lainnya dengan tren sebesar 25,2 persen. Pada 2017 volume impor produk ini tercatat sebesar 21.907 ton, kemudian pada 2018 naik 31,0 persen menjadi sebesar 28.706 ton, dan pada 2019 naik 19,7 persen menjadi sebesar 34.357 ton.

    Negara asal impor karpet dan penutup lantai tekstil lainnya di antaranya Tiongkok, Turki, Korea Selatan, dan Jepang. Sementara volume impor produk ini terbesar berasal dari Tiongkok dengan pangsa impor pada 2017 sebesar 50,2 persen, kemudian pada 2018 naik menjadi 56,1 persen, dan pada 2019 naik menjadi 63,4 persen dari total impor di Indonesia.

    "KPPI mengundang semua pihak yang berkepentingan untuk mendaftarkan sebagai pihak-pihak yang berkepentingan (interested parties) selambat-lambatnya 15 hari sejak tanggal pengumuman ini," pungkas Mardjoko.

  • Buletin GINSI Jateng 10

    Edisi Juni 2020

    Bea Cukai Kucurkan Stimulus Rp3,84 Triliun untuk Impor Barang COVID-19

    Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bea

    dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengucurkan total Rp3,84 triliun untuk stimulus fiskal bagi Impor Barang yang digunakan untuk menangani COVID-19 hingga 2 Juni 2020.

    "Komoditas impor paling banyak berupa masker mencapai lebih dari 133 juta lembar dari berbagai negara," kata Direktur Kepabeanan Internasional dan Antarlembaga DJBC Syarif Hidayat di Jakarta, Jumat (12/6/2020).

    Dilansir dari Antara, fasilitas yang dimanfaatkan importir di antaranya melalui skema barang hibah bagi yayasan/lembaga sosial sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 70, barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat/Daerah (PMK 171), barang penanggulangan COVID-19 sesuai lampiran huruf A (PMK 34), dan non fasilitas.

    Adapun fasilitas yang diberikan dari skema tersebut berupa pembebasan bea masuk dan cukai, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan dikecualikan dari pungutan Pajak Penghasilan (PPh) 22 Impor.

    Total nilai pembebasan sejak 13 Maret hingga 2 Juni 2020 mencapai Rp848 miliar dengan

    rincian pembebasan bea masuk sebesar Rp390,5 miliar, tidak dipungut PPN dan PPnBM sebesar Rp282,1 miliar, dan dikecualikan dari pungutan PPh 22 sebesar Rp175,3 miliar.

    Selain itu, fasilitas impor juga diberikan dengan skema Surat Keterangan Asal (SKA) dengan negara-negara mitra ASEAN.

    Secara rata-rata jumlah importasi yang menggunakan SKA dibandingkan total devisa impor pada tahun 2020 berada pada kisaran angka 33 persen, dengan pemanfaatan sekitar 52,37 persen dari total nilai devisa impor yang menggunakan SKA.

    Importasi komoditi pangan yang masuk dalam daftar 10 komoditi impor dengan SKA adalah gula dan kembang gula yang berasal dari ASEAN (Form D), Australia (Form AANZ), China (Form E), dan India (Form AI).

    Masih terkait fasilitas, Bea Cukai juga telah memberikan relaksasi kepada perusahaan pengguna fasilitas Kawasan Berikat (KB) dan Kemudahah Impor Tujuan Ekspor (KITE).

    Sejak 1 April hingga 27 April 2020, total nilai yang diberikan insentif fiskal berupa pembebasan PPh Pasal 22 mencapai Rp882,63 miliar.

    Di bidang cukai, fasilitas pembebasan diberikan terhadap etil alkohol untuk penanganan COVID-19, khususnya sebagai bahan dasar produksi hand sanitizer, desinfektan, dan sejenisnya.

    Hingga 1 Juni 2020, total etil alkohol yang diberikan pembebasan cukai sebanyak 82.616.950 liter senilai Rp1,652 miliar dengan penerima fasilitas terdiri dari komersial 19,41 persen dan non komersial 53,55 persen

    https://akurat.co/indeks?tag=DJBChttps://akurat.co/indeks?tag=Kementerian+Keuanganhttps://akurat.co/indeks?tag=Kementerian+Keuanganhttps://akurat.co/indeks?tag=Kementerian+Keuanganhttps://akurat.co/indeks?tag=Kemenkeuhttps://akurat.co/indeks?tag=Impor+Baranghttps://akurat.co/indeks?tag=Impor+Baranghttps://akurat.co/indeks?tag=Impor+Baranghttps://akurat.co/indeks?tag=COVID-19https://akurat.co/indeks?tag=COVID-19https://akurat.co/indeks?tag=DJBChttps://akurat.co/indeks?tag=COVID-19https://akurat.co/indeks?tag=Bea+Cukaihttps://akurat.co/indeks?tag=COVID-19

  • Buletin GINSI Jateng 11

    Edisi Juni 2020

    BPS: Impor Non-migas dari Cina Turun USD 1,4 Miliar per Mei 2020

    Jakarta - Badan Pusat Statistik

    atau BPS mencatat impor nonmigas Indonesia dari Cina turun US$ 1,4 miliar ketimbang April 2020.

    "Impor dari banyak negara turun meskipun ada beberapa negara yang impornya naik, impor dari Tiongkok turun US$ 1,4 miliar pada Mei 2020," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi video, Senin, 15 Juni 2020.

    Kendati demikian, Cina masih menguasai pangsa impor nonmigas ke Tanah Air sebesar 28,13 persen pada Januari-Mei 2020. Pada Mei 2020, kata Suhariyanto, komoditas yang banyak diimpor dari Cina antara lain bawang putih, transmission apparatus, dan laptop.

    Selain dari Cina, impor dari Jepang juga tercatat turun US$ 672,4 juta. Di samping itu, impor dari Thailand turun US$ 321,3 juta, dari Korea Selatan turun US$ 199,2 juta, dan dari Taiwan turun US$ 157,6 juta.

    Adapun peningkatan impor nonmigas tercatat berasal dari Afrika Selatan yang tumbuh US$ 54,5 juta, impor dari Rusia tumbuh US$ 33,5 juta, impor dari Republik Cheska tumbuh US$ 25,3 juta, impor dari Israel tumbuh US$ 19,5 juta, dan dari Guatemala tumbuh US$ 14,2 juta.

    Pada Mei 2020, Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus pada Mei 2020. Hal ini terjadi lantaran angka impor turun lebih dalam daripada ekspor.

    Suhariyanto mengatakan pada Mei 2020 ekspor dari Tanah Air tercatat sebesar US$ 10,53 miliar. Sedangkan, impor tercatat sebesar US$ 8,44 miliar.

    "Jadi neraca perdagangan mengalami surplus US$ 2,1 miliar," ujar dia.

    Kendati mengalami surplus, ia mengatakan kondisi itu perlu diwaspadai. Sebab, berdasarkan komponennya, terpantau ekspor mengalami penurunan dan impor turun jauh lebih dalam.

    "Kalau kita lihat terciptanya surplus ini kurang menggembirakan karena ekspor mengalami penurunan 28,95 persen. Impornya turun jauh lebih dalam 42,20 persen," ujar dia.

    Suhariyanto mengatakan ekspor tercatat tumbuh negatif untuk pertanian, industri pengolahan, dan industri pertambangan. Sementara, Impor turun curam, baik untuk impor barang konsumsi, impor bahan baku, dan impor barang modal

    https://www.tempo.co/tag/bpshttps://www.tempo.co/tag/imporhttps://www.tempo.co/tag/ekspor

  • Buletin GINSI Jateng 12

    Edisi Juni 2020

    Aktivitas Ekspor-Impor Lesu, Arus Peti Kemas Tanjung Priok Turun 10,4%

    PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II)

    atau IPC mencatat arus (throughput) peti kemas periode Januari hingga Mei 2020 sebesar 2,8 juta TEUs, turun 10,4% dibandingkan periode yang sama 2019. Direktur Utama IPC, Arif Suhartono mengatakan, penurunan disebabkan melambatnya aktivitas ekspor dan impor imbas pandemi covid-19.

    "Selain dipengaruhi pandemi Covid-19, angka bulan Juni ini juga merupakan imbas dari melambatnya aktivitas ekspor-impor, seminggu menjelang dan setelah Hari Raya Idul Fitri," kata Arif melalui keterangan pers, dikutip Senin (22/6). Menurut dia perlambatan ekspor dan impor juga terjadi di hampir semua negara, termasuk Tiongkok yang sempat menggeliat pada April namun kembali turun pada Mei. Meski demikian, Arif masih optimistis situasi ini berangsur membaik dalam bulan-bulan mendatang. Setidaknya, arus peti kemas akan meningkat pasca Lebaran, sebagaimana siklus tahun-tahun sebelumnya. (Baca: Ekspor Melemah, RI Dituntut Lebih Adaptif dengan Kebutuhan Pasar Dunia)

    “Penurunan throughput saat Hari Raya hampir terjadi setiap tahun. Kami berharap pada Juni ini terjadi rebound (peningkatan kembali) arus peti kemas, walaupun dampak pandemi masih akan terasa,” ujarnya.

    Walaupun ada penurunan secara umum, IPC melihat adanya potensi pertumbuhan di masa ‘new normal’ ini. Misalnya saja, di tengah turunnya arus kapal, terjadi kenaikan volume penggunaan warehouse di sejumlah pelabuhan, termasuk di Pelabuhan Tanjung Priok.

    “Saat ini kami masih mengkonsolidasikan data pertumbuhan okupansi pergudangan di pelabuhan, sebagai bagian dari bahan kajian untuk review target perseroan tahun 2020,” ujarnya. Meski demikian, Arif mengatakan bahwa perusahaan masih bersyukur penurunan arus peti kemas yang terjadi tidak setajam angka penurunan impor secara nasional. “IPC bersyukur karena dampak pandemi tidak menurunkan aktivitas dan produktivitas pelabuhan sedalam beberapa sektor lainnya seperti oil & gas, transportasi dan pariwisata,” katanya.

    Mengutip data Badan Pusat Statistik, ekspor nasional pada bulan Mei 2020 tercatat 10,53 miliar USD. Angka ini turun 28,3 % dibandingkan Mei 2019. Sementara nilai impor turun 42,2 % dibandingkan Mei tahun lalu. Nilai impor bulan Mei 2020 sebesar 8,44 miliar USD.

    Penurunan impor yang tajam pada Mei terjadi pada komoditas migas dan nonmigas. Impor migas anjlok 22,26% dibanding April atau 37,34% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 660 juta. Sedangkan impor nonmigas turun 23,04% dibanding April dan anjlok 69,87% dibanding periode yang sama tahun lalu mencapai US% 7,78 miliar. Sedangkan, impor barang modal anjlok 19,75% sepanjang Januari-Mei 2020 dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara impor bahan baku/penolong turun 15,28% dan barang konsumsi turun 10,32%. Adapun secara kumulatif Januari-Mei 2020, neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus mencapai US$ 4,31 miliar

  • Buletin GINSI Jateng 13

    Edisi Juni 2020

    Perkuat Pengawasan Ekspor-Impor, KKP Latih Polisi Khusus Karantina

    Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)

    bersinergi dengan kepolisian dalam memperkuat pengawasan ekspor-impor. KKP menggelar pelatihan polisi khusus karantina ikan bagi pegawai badan karantina ikan yang rencananya digelar pada Agustus 2020.

    "Fungsi kepolisian khusus adalah melaksanakan pengamanan, pengawalan, pencegahan, penangkalan, patroli dan penindakan non yustisial sesuai dengan ketentuan perundangan," kata Kepala Pusat Karantina Ikan BKIPM, Riza Priyatna dikutip dari Antara, Rabu, 24 Juni 2020.

    Ia mengingatkan bahwa Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan mengamanatkan fungsi kepolisian khusus sebagai bagian dari pengaturan tentang karantina.

    Riza mengemukakan pula, merujuk pada Undang-Undang No 21 Tahun 2019, secara definisi fungsi karantina bukan lagi hanya sebagai tempat saja.

    Karantina di aturan itu, ujar dia, juga meliputi suatu sistem pencegahan masuk, keluar dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina, serta pengawasan dan/atau pengendalian terhadap keamanan pangan dan mutu pangan, keamanan

    pakan dan mutu pakan, produk Rekayasa Genetik, Sumber Daya Genetik, Agensia Hayati, Jenis Asing Invasif, Satwa Liar, serta Satwa Langka.

    Untuk itu, pihaknya juga telah melaksanakan penyelenggaraan webinar dengan harapan agar para pegawai BKIPM bisa memaksimalkan kegiatan tersebut demi meningkatkan profesionalitas.

    "Webinar ini diikuti oleh 500 peserta yang berasal dari lingkup BKIPM, KKP, instansi terkait dan umum. Peserta juga dapat menyampaikan pertanyaan melalui diskusi interaktif secara langsung dan tertulis," ucap Riza.

    Dalam webinar tersebut, perwakilan Korps Pembinaan Masyarakat Badan Pemelihara Keamanan Polri, Kombes Soesanto mengurai fungsi Kepolisian Khusus ini sangatlah penting.

    Menurut dia, fungsi kepolisian khusus disini adalah semua usaha dan kegiatan pengamanan dalam rangka penegakan peraturan perundang-undangan di bidang perkarantinaan secara preemtif, preventif dan represif non yustisial.

    "Oleh karena itu pejabat karantina wajib mengetahui tugas, fungsi, peran dan wewenang kepolisian khusus karantina," jelasnya.

    Sebelumnya, KKP melalui Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) terus berupaya mempertahankan pelayanan prima bagi pengguna jasa perkarantinaan ikan selama pandemi.

    "Meski terjadi pandemi, layanan prima tetap kami pertahankan," kata Kepala BKIPM Rina. Menurut dia, upaya pelayanan prima sertifikasi tetap dilakukan walau ada beberapa pergeseran dan penyesuaian dalam layanan jasa sertifikasi perkarantinaan yang kami lakukan karena menerapkan protokol keamanan covid-19 secara ketat.

  • Buletin GINSI Jateng 14

    Edisi Juni 2020

  • Buletin GINSI Jateng 15

    Edisi Juni 2020

  • Buletin GINSI Jateng 16

    Edisi Juni 2020

  • Buletin GINSI Jateng 17

    Edisi Juni 2020

  • Buletin GINSI Jateng 18

    Edisi Juni 2020

    KEGIATAN BPD GINSI JATENG PERIODE

    JUNI 2020

    1. SOSIALISASI IMPLEMENTASI PILOTTING SINGLE SUBMISSION (SSM) PABEAN

    Sosialisasi Implementasi Pilotting Single

    Submission (SSm) Pabean – Karantina, Jum’at

    (26/06). Bertempat di aula Badan Karantina Ikan,

    Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

    Semarang, sosialisasi tersebut turut dihadiri juga

    oleh Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas

    Pelabuhan (KSOP) Kelas I Tanjung Emas, Kepala

    Badan Karantina Pertanian kelas I Semarang, dan

    General Manager Pelindo III Pelabuhan Tanjung

    Emas. mplementasi Pilotting Single Submission

    (SSm) Bea Cukai, Karantina Pertanian, dan

    Karantina Ikan Joint Inspection bermaksud untuk

    mewujudkan pembentukan National Logistics

    Ecosystem (NLE) di pelabuhan Tanjung Emas.