BULETIN - APLINDOaplindo.web.id/wp-content/uploads/2015/09/BULETIN-APLINDO-47.pdf · diantaranya...

40
BULETIN APLINDO N0.47/2016, Januari - Februari 2016 APLINDO

Transcript of BULETIN - APLINDOaplindo.web.id/wp-content/uploads/2015/09/BULETIN-APLINDO-47.pdf · diantaranya...

BULETIN APLINDO N0.47/2016, Januari - Februari 2016

APLINDO

BULETIN - APLINDO No.46/2016

1

DAFTAR ISI

No. Uraian Halaman

1. Pengantar Redaksi 2

2. Paket Kebijakan Ekonomi I s/d V 2015 4

3. Kontroversi BPJS Ketenagakerjaan 23

4. Data Industri Pengecoran China tahun 2014 13

5. Workshop Die Design 2015 26

6. Non-standard tests for process control in chemically bonded sands 27

7. Effects of carbon content on high-temperature mechanical and

thermal fatigue properties of high-boron austenitic steels

30

8. Data Kendaraan Bermotor 1. Data kendaraan bermotor roda 4 Di Indonesia & ASEAN 2. Data kendaraan bermotor roda 2 Di Indonesia & ASEAN

38 38

9. Informasi Umum dan Pameran 1. Website pemerintah yang dapat diakses

2. Website Asosiasi Industri Pengecoran Logam Indonesia 3. Website Himpunan Ahli Pengecoran Logam Indonesia 4. Pameran dan Seminar

41

41 41 41

Asosiasi Industri Pengecoran Logam Indonesia

Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lantai 3 Ruang 303A

Jl. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270

Telp. 021.573 3832 ; 571 0486; Fax : 021.572 1328

Email : [email protected] Web Site : www.aplindo.web.id

BULETIN - APLINDO No.46/2016

2

Pengantar Redaksi

Pada edisi 46/2015 ini, membahas data Badan Pusat Statistik (BPS) dari berbagai sektor

industri selama triwulan Ke dua 2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum

menunjukkan penurunan yang cukup serius. Pada kuartal II 2015 pertumbuhan ekonomi

Indonesia mencapai 4,67 persen (year on year), menurun dibanding kuartal II 2014 yang

tumbuh 5,03 persen (year on year) dan kuartal I 2015 yang tumbuh 4,72 persen (year on

year).

Demikian pula dengan Ekspor Impor Indonesia bulan Juli 2015 juga mengalami penurunan,

terutama penurunan yang terjadi pada bahan impor baku/penolong yang merefleksikan

industri di dalam negeri tengah terjadi penurunan aktifitas produksi yang berarti terjadi

deindustrialisasi dan industri mulai melakukan pengurangan tenaga kerja.

Dalam edisi ini dimuat data produk casting di dunia yang menggambarkan perkembangan

dan pertumbuhan produk casting dari 31 negara dan data kendaraan bermotor di Indonesia

dan ASEAN.

Selanjutnya kami mengharapkan agar buletin ini menjadi media antar anggota maupun

antar industri pengecoran didalam negeri dan diluar negeri. Harapan kami, seluruh anggota

dapat mengisi buletin ini menjadi kenyataan.

Redaksi buletin APLINDO menghimbau anggota APLINDO berpartisipasi dalam mengisi

tulisan/artikel, data maupun informasi lain yang berhubungan dengan industri pengecoran

logam. Naskah tulisan/artikel dapat dikirim ke sekretariat APLINDO, melalui email ataupun

fax.

Redaksi

BULETIN - APLINDO No.46/2016

3

BULETIN - APLINDO No.46/2016

4

Program Paket Kebijakan PLN

Menyusul kebijakan ekonomi Pemerintah khususnya tentang tarif listrik, sebanyak 12.333

pelaku industri menengah dan besar akan merasakan manfaat insentif tersebut. Pelanggan

I-3 adalah pelanggan industri menengah daya di atas 200 kVA. Sedangkan pelanggan I-4

adalah pelanggan industri besar daya 30.000 kVA ke atas. Saat ini jumlah pelanggan listrik

I-3 sebanyak 12.256 pelanggan dan pelanggan I-4 sejumlah 77 pelanggan.

Termasuk dalam golongan pelanggan ini diantaranya adalah industri tekstil, manufaktur,

logam, besi dan baja yang mempekerjakan tenaga kerja dalam jumlah besar. Dengan

demikian, langkah-langkah strategis ini akan menggairahkan ekonomi Indonesia serta

mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja. Paket stimulant yang dirancang PLN

didasarkan kepada masukan dari para pengusaha dan dikhususkan bagi dunia industri.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah telah mengumumkan paket kebijakan ekonomi,

diantaranya kebijakan insentif yang disiapkan PLN untuk ditawarkan kepada dunia industri,

yaitu:

(1) Penurunan tarif listrik yang konsisten,

(2) Diskon tarif listrik pada penggunaan malam hari, dan

(3) Penundaan pembayaran tagihan listrik.

Konsistensi Penurunan Tarif

Kebijakan penurunan tarif listrik bagi dunia industri dilakukan PLN secara konsisten dari

waktu ke waktu sebagai dampak dari penurunan biaya produksi PLN akibat menurunnya

harga bahan bakar. Harga listrik bagi industri skala menengah yang pada Juli 2015 masih

Rp.1.219/kWh telah turun bertahap dan menjadi Rp 1.187/kWh pada Oktober 2015.

Sedangkan harga listrik bagi industri skala besar pada bulan Juli 2015 masih Rp 1.087/kWh

telah turun bertahap dan menjadi Rp 1.058/kWh pada Oktober 2015.

Ketidakpastian di masa mendatang akan perubahan besaran makro ekonomi, seperti harga

bahan bakar, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, dan angka inflasi tidak membuat

manajemen PLN menunda penurunan tarif listrik. Apalagi dimaklumi, penurunan tarif listrik

sekecil apapun akan berdampak besar bagi penurunan biaya produksi suatu pabrik,

memperkuat daya saing, dan menjaga keberlangsungan usaha.

Diskon Tarif

Penurunan tarif listrik sekecil apapun akan sangat berarti positif bagi industri. Karenanya,

PLN menawarkan kepada industri skala menengah dan skala besar dengan daya di atas 200

BULETIN - APLINDO No.46/2016

5

kVA untuk menambah pemakaian listrik pada malam hari, mulai pukul 23.00 hingga pagi

hari sekitar pukul 08.00. Tarif listrik bagi penambahan pemakaian listrik ini diberi potongan

harga 30%. Karena untuk memanfaatkan insentif tarif malam hari ini kemungkinan industri

menambah investasi membeli peralatan produksi, maka PLN bersedia memastikan insentif

tarif ini hingga 3 tahun mendatang.

Penundaan Pembayaran Tagihan

Masukan dari kalangan pengusaha industri bahwa di masa ekonomi yang berat ini, setiap

kebijakan yang menyebabkan industri dapat mengurangi cash-out akan sangat menolong

dunia industri untuk tetap survive. Karenanya, PLN merancang suatu skema penjadwalan

kewajiban pembayaran tagihan listrik bulanan bagi industri, khususnya bagi industri yang

daya saingnya lemah terhadap produk impor dan bagi industri padat karya seperti industri

tekstil dan industri sepatu.

Skema penundaan pembayaran tagihan ini memungkinkan industri hanya membayar 60%

dari total tagihan setiap bulannya, dan keringanan ini diberlakukan untuk 6 bulan atau 10

bulan pemakaian listrik.

Setelah masa pengurangan pembayaran berakhir, PLN masih memberikan tenggang waktu

dua bulan bagi industri untuk belum mulai membayar hutang tagihan listrik. Dan, barulah

pada bulan ke-9 atau pada bulan ke-13 industri mulai mengangsur hutang tagihan listrik. Itu

pun, kewajiban pembayaran hutang setiap bulan hanya dibebankan 50% saja dari hutang

tagihan bulanannya. Dengan demikian, hutang tunggakan 6 bulan akan diangsur 12 bulan

dimulai pada bulan ke-9, dan tunggakan 10 bulan akan diangsur 20 bulan dimulai pada

bulan ke-13.

Optimisme membaiknya ekonomi Indonesia pada tahun 2016, memberi keyakinan bahwa

kemampuan industri membayar hutang tunggakan tagihan listrik pada saat jatuh tempo

tidak akan terlalu membebani industri.

Kebijakan penundaan pembayaran tagihan listrik ini tidak disertai dengan tambahan biaya

apapun bagi industri, namun PLN perlu meyakini bahwa industri yang memanfaatkan

kebijakan ini adalah industri yang relatif sehat dan memiliki proses bisnis yang baik.

Karenanya, PLN akan berkoordinasi dengan asosiasi industri untuk menentukan mana

industri yang layak diberi kemudahan dan mana yang tidak layak.

Ketiga paket kebijakan di bidang ketenagalistrikan di atas diharapkan dapat menyelamatkan

usaha industri, bahkan menggairahkan pergerakan ekonomi bangsa.

----0000----

BULETIN - APLINDO No.46/2016

6

Daftar Negatif Investasi

Pemerintah menambah 19 bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil,

Menengah, dan Koperasi (UMKMK) dalam revisi Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014

tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan

Persyaratan di Bidang Penanaman Modal atau yang lebih dikenal sebagai Daftar Negatif

Investasi (DNI).

Ke-19 bidang usaha itu tercakup dalam kegiatan jenis usaha jasa bisnis/jasa konsultasi

konstruksi yang menggunakan teknologi sederhana/madya dan/atau resiko kecil/sedang

dan/atau nilai pekerjaan kurang dari Rp 10 milyar. Dalam DNI sebelumnya, dipersyaratkan

adanya saham asing sebesar 55% di bidang-bidang usaha seperti jasa pra design dan

konsultasi, jasa design arsitektur, jasa administrasi kontrak, jasa arsitektur lainnya, dan

sebagainya.

Selain itu terdapat 39 bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK diperluas nilai

pekerjaanya dari semula sampai dengan Rp 1 miliar menjadi sampai dengan Rp 50 miliar.

Kegiatan itu mencakup jenis usaha jasa konstruksi, seperti pekerjaan konstruksi untuk

bangunan komersial, bangunan sarana kesehatan, dan lain-lain.

Untuk memperluas kegiatan usaha UMKMK itu dilakukan reklasifikasi dengan

menyederhanakan bidang usaha. Misalnya 19 bidang usaha jasa bisnis/jasa konsultasi

konstruksi dijadikan 1 jenis usaha sehingga jenis/bidang usaha yang dicadangkan untuk

UMKMK menjadi lebih sederhana dari 139 menjadi 92 kegiatan usaha.

Sedangkan untuk kemitraan yang ditujukan agar Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

dan Penanaman Modal Asing (PMA) bekerja sama dengan Usaha Mikro, Kecil, Menengah,

dan Koperasi (UMKMK) yang semula 48 bidang usaha, bertambah 62 bidang usaha

sehingga menjadi 110 bidang usaha. Bidang usaha itu antara lain: usaha perbenihan

perkebunan dengan luas 25 Ha atau lebih, perdagangan eceran melalui pemesanan pos dan

internet, dan sebagainya. UMKMK juga tetap dapat menanam modal, baik di bidang usaha

yang tidak diatur dalam DNI maupun bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan

lainnya.

Perubahan DIN bertujuan untuk mendorong perusahaan nasional agar mampu bersaing dan

semakin kuat di pasar dalam negeri maupun pasar global, antara lain dengan mendorong

UMKMK dan perusahaan nasional meningkatkan kreativitas, sinergi, inovasi, dan

kemampuan menyerap teknologi baru dalam era keterbukaan.

BULETIN - APLINDO No.46/2016

7

Dalam kebijakan baru ini, sebanyak 35 bidang usaha, antara lain: industri crumb

rubber; cold storage; pariwisata (restoran; bar; cafe; usaha rekreasi, seni, dan hiburan:

gelanggang olah raga); industri perfilman; penyelenggara transaksi perdagangan secara

elektronik (market place) yang bernilai Rp.100 milyar ke atas; pembentukan lembaga

pengujian perangkat telekomunikasi; pengusahaan jalan tol; pengelolaan dan pembuangan

sampah yang tidak berbahaya; industri bahan baku obat, dikeluarkan dari DNI.

Hal penting lainnya adalah hilangnya rekomendasi pada 83 bidang usaha, antara lain Hotel

(Non Bintang, Bintang Satu, Bintang Dua), Motel, Usaha Rekreasi, Seni, dan Hiburan, Biliar,

Bowling, dan Lapangan Golf.

Revisi DNI juga membuka 20 bidang usaha untuk asing dengan besaran saham tertentu,

yang sebelumnya PMDN 100%. Bidang usaha itu antara lain jasa pelayanan penunjang

kesehatan (67%), angkutan orang dengan moda darat (49%), industri perfilman termasuk

peredaran film (100%); instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi/ekstra tinggi

(49%). Perubahan komposisi saham PMA dalam DNI adalah:

(1) 30% sebanyak 32 bidang usaha, yaitu antara lain budi daya hortikultura, perbenihan

hortikulutura, dan sebagainya.Tidak berubah karena mandat UU.

(2) 33% sebanyak 3 bidang usaha, yaitu distributor dan pergudangan meningkat menjadi

67%, serta cold storage meningkat menjadi 100%.

(3) 49% sebanyak 54 bidang usaha, dimana 14 bidang usaha meningkat menjadi 67%

(seperti: pelatihan kerja, biro perjalanan wisata, lapangan golf, jasa penunjang

angkutan udara, dsb); dan 8 bidang usaha meningkat menjadi 100% (seperti: sport

center, laboratorium pengolahan film, industri crumb rubber, dsb); serta 32 bidang

usaha tetap 49%, seperti fasilitas pelayanan akupuntur.

(4) 51% sebanyak 18 bidang usaha, dimana 10 bidang usaha meningkat menjadi 67%

(seperti: museum swasta, jasa boga, jasa konvensi, pameran dan perjalanan insentif,

dsb); dan 1 bidang usaha meningkat menajdi 100%, yaitu restoran; serta 7 bidang

usaha tetap 51%, seperti pengusahaan pariwisata alam.

(5) 55% sebanyak 19 bidang usaha, dimana semuanya bidang usaha meningkat menjadi

67%, yaitu jasa bisnis/jasa konsultansi konstruksi dengan nilai pekerjaan diatas Rp.

10.000.000.000,00.

(6) 65% sebanyak 3 bidang usaha, dimana 3 bidang usaha meningkat menjadi 67%,

seperti penyelenggaraan jaringan telekomunikasi yang terintegrasi dengan jasa

telekomunikasi, Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi yang terintegrasi dengan jasa

telekomunikasi, dsb.

BULETIN - APLINDO No.46/2016

8

(7) 85% sebanyak 8 bidang usaha, dimana 1 bidang usaha meningkat menjadi 100%, yaitu

industri bahan baku obat; dan 7 bidang usaha lainnya tetap karena UU, seperti sewa

guna usaha, dsb.

(8) 95% sebanyak 17 bidang usaha, dimana 5 bidang usaha meningkat menjadi 100%

(seperti: pengusahaan jalan tol, pembentukan lembaga pengujian perangkat

telekomunikasi/tes laboratorium, dsb); dan 12 bidang usaha tetap 95% karena UU

seperti usaha perkebunan dengan luas 25 ha atau lebih yang teritegrasi dengan unit

pengolahan dengan kapasitas sama atau melebihi kapasitas tertentu, dsb. (ekon)

----oooo----

Pembiayaan Ekspor Melalui National Interest Account

Kementerian Keuangan - Penguatan pembiayaan ekspor melalui pelaksanaan National

Interest Account (NIA) menjadi salah satu kebijakan dari sepuluh Paket Kebijakan Ekonomi I

September 2015 yang telah diluncurkan secara resmi oleh Presiden Joko Widodo tanggal 9

September 2015 tahun lalu.

Penetapan kebijakan ini dilatarbelakangi oleh kondisi neraca perdagangan Indonesia dalam

jangka waktu setahun terakhir yang menunjukkan tren negatif berkelanjutan, pelemahan

nilai tukar rupiah juga turut memperdalam defisit neraca perdagangan sebagai akibat dari

selisih nilai ekspor dan nilai impor yang makin lebar.

Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah telah memberikan penugasan kepada Lembaga

Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor

134/PMK.08/2015 tentang Penugasan Kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia untuk

menjalankan program National Interest Account, sehingga LPEI mempunyai landasan

hukum untuk memberikan bantuan pembiayaan, penjaminan dan asuransi pada produk

tertentu.

NIA ini bersifat non avaiable secara komersial untuk mendorong peningkatan ekspor yang

merupakan kebijakan strategis lintas sektoral dari beberapa kementerian/lembaga terkait

dengan kriteria:

Meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk Indonesia.

Mendukung pertumbuhan industri dalam negeri.

Memiliki potensi peningkatan dan pengembangan ekspor jangka panjang

BULETIN - APLINDO No.46/2016

9

NIA merupakan stimulus pada program ekspor nasional, yang akan menjaga likuiditas

keuangan perusahaan pelaku ekspor yang mengalami dampak pelemahan ekonomi global,

yang berpotensi menurunkan produktivitas dan kuantitas tenaga kerja.

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) mendapatkan suntikan modal tambahan

sebesar Rp. 1 triliun melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 67 Tahun 2015 tentang

Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Lembaga

Pembiayaan Ekspor Indonesia dengan mempertimbangkan peningkatan kapasitas modal

LPEI guna mendukung program ekspor nasional. PP ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM tanggal 21 Agustus 2015.

Bagi para pelaku ekspor atau industri yang ingin mendapatkan Pembiayaan Ekspor

Penugasan Khusus, Transaksi atau Proyek dapat diajukan kepada LPEI sekurang-kurangnya

memenuhi kriteria:

Sesuai dengan sektor ekonomi, komoditas, negara tujuan ekspor, kriteria pelaku ekspor,

dan bentuk fasilitas pembiayaan ekspor sebagaimana ditetapkan dalam KMK tentang

Penugasan Khusus.

Memiliki risiko pembiayaan/kredit ekspor yang tidak kompetitif bagi LPEI.

Tabel Persyaratan Teknis

No. Rincian : Keterangan

1. Sektor ekonomi : Industri pengolahan (manufaktur)

2. Komoditas : Berdasarkan kode HS

3. Negara Tujuan : Semua negara

4. Kriteria Pelaku Ekspor : Badan usaha dengan criteria sebagai berikut :

1. Memiliki omset pertahun paling banyak Rp.500 milyar rupiah

2. Memiliki Tenaga kerja 50 orang

3. Mengalami penurun nilai dan/atau volume ekspor dalam 12

bulan terakhir.

5. Bentuk fasilitas : Pembiayaan ekspor berupa pembiayaan, penjaminan atau asuransi

dengan ketentuan setiap pelaku ekspor paling banyak menerima

fasilitas sebesar Rp. 50 milyar.

6. Pengenaan imbalan : Besaran imbalan yang dikenakan LPEI kepada pelaku ekspor

ditetapkan paling banyak 100 basis poin dibawah suku bunga Bank

Indonesia (BI rate)

7. Alokasi dana : Rp. 700 milyar

8. Smber dana : Dana internal LPEI

9. Jangka waktu penugasan : Sampai dengan 31 Desember 2016 dengan mempertimbangkan

ketersediaan alokasi dana

BULETIN - APLINDO No.46/2016

10

Daftar Dokumen yang dibutuhkan terkait Aplikasi Permohonan Pembiaayaan Ekspor dengan

Skema Penugasan Khusus, sebagai berikut :

Dokumen Legalitas (Akta Pendirian, Anggaran Dasar Terakhir, SIUP, NPWP, TDP,

Izin Domisili dan Dokumen legalitas lainnya).

Laporan Keuangan minimal 2 tahun terakhir.

Profil dari calon debitur / pelaku ekspor.

Kebutuhan Pembiayaan.

Profil pembeli & aspek pemasaran.

Kontrak penjualan sebagai underlying ekspor produk.

Salah satu penerima bantuan pendanaan melalui program pembiayaan di LPEI untuk tahun

2015 adalah PT INKA Persero yang mampu mengekspor gerbong penumpang kereta api

dengan HS no. 86.05 ke tujuan negara Bangladesh sejumlah 150 gerbong penumpang

secara bertahap dengan alokasi dana sebesar Rp.300 milyar yang dikukuhkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan No.1156/KMK.08/2015.

Gambar .1

Mekanisme proses pengajuan fasilitas pembiayaan di LPEI sebagai tindak lanjut Program Penugasan Khusus Ekspor

BULETIN - APLINDO No.46/2016

11

Bagi para pengusaha/industri yang ingin mendapatkan fasilitas pembiayaan di LPEI sebagai

tindak lanjut Program Penugasan Khusus Ekspor dapat mengajukan usulan ke Kementerian

Perindustrian yang suratnya ditujukan kepada :

Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri International

Kementerian Perindustrian

Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53, Lt. 16,

Jakarta Selatan - 12950

Atau

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Kementerian Perindustrian

Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53, Lt. 19,

Jakarta Selatan – 12950

Penurun Harga Gas Tertunda

Industri pengguna gas bumi menunggu janji pemerintah melalui Paket Kebijakan Ekonomi I

tanggal 9 September 2015 dan Paket Kebijakan Ekonomi III untuk menurunkan harga gas

bumi bagi industri yang dikeluarkan pada tanggal 7 Oktober 2015 dengan tujuan untuk

“Mengerakan Ekonomi Nasional” serta memberikan insentif fiscal yang akan diberlakukan

tanggal 1 Januari 2016.

Rencana Pemerintah akan menurunkan harga gas bumi untuk indutri tertuang pada Paket

Kebijakan Ekonomi III berlaku tanggal 1 Januari 2016 ini diambil dari pengurangan bagian

penerimaan negara sektor hulu dan ongkos pengangkutan dan distribusi gas. Namun

kelajutan kebijakan ini hingga saat ini tidak jelas dan tidak ada kabar kelanjutannya.

Kondisi ini tentu membuat industri semakin sulit, yang sebelumnya industri telah

menyambut dengan suka cita dan berharap banyak dari lahirnya kedua kebijakan ekonomi,

industri akan bergeliat kembali diikuti dengan diadakannya sarasehan di Bali tanggal 2

Nopember 2015 yang akan membentuk tim yang terdiri dari unsur Pemerintah dan

Pemangku Kepentingan untuk merumuskan formula penurunan harga gas bumi dari Hulu

sampai Hilir dengan tenggat waktu penyelesaian akhir November 2015.

BULETIN - APLINDO No.46/2016

12

Saresehan ESDM tanggal 2 Nopember 2015 di Bali

Paket ekonomi III yang akan menurunkan harga gas bumi antara 1-2 USD untuk sektor hulu

migas yaitu sebesar 6 USD, FIPGB menilai bahwa penurunan harga gas untuk industri

tidak terjadi, sebagaimana diketahui gas bumi yang didapat oleh industri sebagian besar

dari PGN dan PGN yang mendapatkan gas bumi dari hulu migas dengan harga gas rata-rata

sebesar 5,83 USD. Untuk itu FIPGB mengadakan rapat konsolidasi tanggal 13 Nopember

2015 bersama asosiasi industri yang tergabung Forum Industri Pengguna Gas Bumi

dengan Kementerian Perindustrian yang menghasilkan kesepakatan usulan harga gas bumi

seperti tertuang dalam surat Menteri Perindustrian kepada Menteri ESDM dengan no.524/M-

IND/11/2015 tanggal 17 November 2015 (lihat halaman 13)

Hingga awal Maret 2016 Paket Kebijakan Ekonomi III yang canangkan akan keluar tanggal 1

Januari 2016 tidak kunjung keluar dan semakin tidak. Melihat ketidakjelasan ini, Forum

Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) telah mengirim surat ke Presiden terkait realisasi

penurunan harga gas bumi bagi industri yang tak kunjung turun kendati telah dijanjikan

pada paket kebijakan ekonomi jilid III akhir tahun lalu dan telah direspon cepat oleh

Presiden melalui suratnya no. B.1233/Kemensetneg/D-2/SR.03/03/2016 tertanggal 15 Maret

2016 (lihat halaman 13)

Di dalam surat tersebut, lanjutnya, Presiden menginstruksikan Direktur Jenderal Minyak dan

Gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk segera membuat

peraturan teknis terkait hal tersebut.

BULETIN - APLINDO No.46/2016

13

BULETIN - APLINDO No.46/2016

14

BULETIN - APLINDO No.46/2016

15

Berdasarkan surat dari Setneg tersebut, seharusnya penurunan harga gas ini sudah tidak

lagi menunggu ketentuan teknis dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan

Kementerian ESDM karena asosiasi sudah sepakat dengan skema penurunan harga gas

yang direkomendasikan oleh instansi tersebut, hanya mempermasalahkan perundangannya

saja agar penurunan harga gas bumi cepat diimplementasikan.

Kemudian Ketua Umum bersama dengan pegurus FIPGB bertemu dengan Direktur Jenderal

MIGAS pada tanggal 15 April 2016 bermaksud menanyakan kepastian kapan harga gas bumi

akan turun, namun Dirjen Migas juga tidak dapat memberikan kepastian turunnya kebijakan

penurunan harga gas tersebut dan memberikan penjelasan keberadaan Perpres yang hingga

kini masih ada di Kemenko menunggu tanda tangan meteri terkait.

Dalam kesempatan tersebut FIPGB menjelaskan kondisi yang dihadapi oleh industri saat ini :

a. Harga gas saat ini cukup mahal dibanding dengan harga gas di luar negeri, harga gas

bumi dunia turun mengikuti turunnya harga minyak dunia, sebaliknya di Indonesia harga

gas tidak ikut turun.

b. Kondisi daya saing industri saat ini cukup rendah dan lebih lagi produk-produk keramik

dari Eropa kini cukup berdaya saing dan murah sehingga membuat industri keramik

semakin berat daya saingnya.

c. Dengan penurunan harga gas antara 1-2 USD di sektor hulu migas yakni sebesar 6 USD

berarti harga gas untuk industri tidak terjadi penurunan, dan sebagaimana

diketahui gas bumi yang didapat oleh industri sebagian besar dari PGN yang

mendapatkan harga gas rata-rata sebesar 5,83 USD.

d. Perbedaan harga gas industri di Indonesia cukup besar di end user, FIPGB membuat

kesepakan bersama mengenai keekonomian harga gas bumi untuk industri dengan

Kementerian Perindustrian melalui surat no.524/M-IND/11/2015 tertanggal 17 Nopember

2015 perihal Usulan Harga Gas Bumi Sebagai Bahan Baku dan Energi bagi Industri.

Untuk itu FIPGB mengusulkan agar penurunan harga gas bumi untuk mengacu pada

surat Menteri Perindustrian.

BULETIN - APLINDO No.46/2016

16

Industri Timah Hitam Kekurangan Bahan Baku

Kondisi industri daur ulang timah hitam saat ini mengalami kekurangan pasokan aki bekas

sebagai bahan bakunya.

Ke-3 (tiga) Industri daur ulang timah hitam anggota APLINDO mendapatkan izin dari

Kementerian Perindustrian dan BKPM, dan industri anggota kami industrinya telah

dilengkapi dengan peralatan pengendali pencemaran yang investasinya tidak murah.

Kapasitas produksinya sebagai berikut :

Industri Kapasitas Izin

Produksi

(Ton/Tahun)

Perolehan Aki Bekas

Lokal

(Ton/Tahun)

Perolehan

PB

(Ton/Tahun)

PT. Indra Eramulti Industri 87.000 3.600 1.800

PT. Muhtomas 24.000 9.600 4.800

PT. Non Ferindo Utama 96.000 33.000 16.500

Jumlah 207.000 46.200 23.100

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 32/2010, timah hitam (Pb) tergolong bahan beracun

dan berbahaya atau B3 yang dilarang untuk diimpor. Bagi tiga perusahaan pengolah aki bekas yang

ada, larangan ini mestinya efektif berlaku sejak tahun lalu. Selain Indra Eramulti, dua perusahaan lain

adalah PT Non Ferindo Utama (Tangerang) dan PT Muhtomas (Cikarang). Tapi, hingga kini mereka

terus melobi Kementerian Lingkungan Hidup, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, dan

instansi pemerintah lainnya. "Menjengkelkan. Mereka sudah diberi lima tahun, kok malah

ketergantungan," kata Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim dengan nada tinggi.

Alih-alih menyesuaikan diri, sepanjang masa antara 1997 dan 2002 ketiga perusahaan itu justru

meningkatkan volume impor aki bekas tiap tahun. Dari sekitar 136 ribu ton per tahun kapasitas

"produksi" mereka, 80 persen aki bekas yang mereka olah berasal dari impor. Berbagai industri

kecillah yang kemudian memanfaatkan dan mengelola aki bekas dalam negeri.

Meski begitu, menurut Ahmad Safiun, Ketua Asosiasi Industri Pengecoran Logam Indonesia, bila

impor dihentikan, aki bekas dalam negeri tak akan memenuhi kapasitas produksi ketiga perusahaan

itu. "Break even point saja tidak tercapai, apalagi ditambah stok bahan baku semakin berkurang

karena hasil olahan diperuntukkan buat ekspor. Pelan-pelan, mati dong perusahaan," katanya.

Para pengusaha mengaku mau saja mengurusi aki bekas dalam negeri. Syaratnya, seperti kata Andri

Nurjaya, Manajer Keuangan PT Non Ferindo Utama, "Kalau kurang, berikan dong kuota impor."

Pemerintah menolak. Para pengusaha pun mengambil jalan pemutusan hubungan kerja. "Ini baru

sedikit, sambil menunggu kebijakan pemerintah," kata Andri. Tidak aneh bila akhir-akhir ini demo

karyawan tiga perusahaan itu sering muncul di Kementerian Lingkungan Hidup dan Departemen

BULETIN - APLINDO No.46/2016

17

Perindustrian dan Perdagangan. Mereka menuntut agar perusahaan kembali diberi hak impor

sehingga tak perlu ada pengurangan karyawan ataupun mematikan aktivitas perusahaan.

Melihat hal itu, Ahmad Safrudin, Ketua Environmental Task Force, lembaga swadaya masyarakat

yang peduli pada pencemaran timah hitam, merkuri, dan persistent organo-pollutant, cenderung

pesimistis. Menurut dia, tak ada niat pemerintah dan pengusaha melindungi lingkungan dari

pencemaran limbah B3. "Kalau serius, seharusnya banyak industri yang kena sanksi dan ditutup.

Apa KLH pernah melakukan investigasi dan meneliti pencemaran timah hitam dari aki bekas?" kata

mantan Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jakarta ini. Kementerian Lingkungan Hidup

memang mengaku tak punya data tentang pencemaran timah hitam akibat aki bekas.

Salah satu kemungkinan sumber pencemaran adalah aktivitas peleburan aki liar di kawasan

Cengkareng. Dalam pengamatan TEMPO, cara kerjanya bahkan termasuk sederhana: aki bekas yang

sudah dipreteli diambil sel-sel timahnya, kemudian dimasak di kuali baja bergaris tengah semeter

dengan menggunakan arang sebagai bahan bakar, dibantu blower sebagai pemancar api. Lalu, timah

leburan cair dicetak berbentuk batangan, dengan variasi berat 1-5 kilogram.

Penduduk sekitar sebenarnya resah dengan keberadaan industri yang tak jelas itu. Ditambah lagi

polusi asap pembakaran dan sampah bekas aki sangat mengganggu. Tapi penduduk tak berkutik,

apalagi berani protes. "Banyak premannya di sini," kata seorang ibu yang menolak disebut namanya.

Menanggapi ini, Ian Swargana, Kepala Bidang Pengembangan Manufaktur Prasarana dan Jasa

Pengendalian Dampak Lingkungan Sumber Institusi di Kementerian Lingkungan Hidup, hanya bisa

berkata, "Yang kecil-kecil memang agak sulit dideteksi dan dipantau."

Padahal industri kecil-kecil itu banyak bertebaran di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jakarta. Sampai kini

semuanya masih melenggang saja meraup keuntungan. Bayangkan, pemulung menghargai Rp 2.500

sampai Rp 3.000 untuk 1 kilogram timah dari aki bekas. Setelah diolah, timah bisa dihargai Rp 15 ribu

sekilonya. Hal ini dibenarkan Rasyid, 38 tahun, salah seorang pemulung limbah Indra Eramulti. Sehari

saja ia bisa mengantongi Rp 50 ribu sampai Rp 75 ribu.

BULETIN - APLINDO No.46/2016

18

BULETIN - APLINDO No.46/2016

19

BULETIN - APLINDO No.46/2016

20

BULETIN - APLINDO No.46/2016

21

BULETIN - APLINDO No.46/2016

22

BULETIN - APLINDO No.46/2016

23

BULETIN - APLINDO No.46/2016

24

BULETIN - APLINDO No.46/2016

25

BULETIN - APLINDO No.46/2016

26

BULETIN - APLINDO No.46/2016

27

BULETIN - APLINDO No.46/2016

28

BULETIN - APLINDO No.46/2016

29

BULETIN - APLINDO No.46/2016

30

BULETIN - APLINDO No.46/2016

31

BULETIN - APLINDO No.46/2016

32

BULETIN - APLINDO No.46/2016

33

BULETIN - APLINDO No.46/2016

34

Data Kendaraan Bermotor

1. Data Kendaran Roda 4

a. Penjualan Kendaraan roda 4 (unit) tahun 2011-2015 di Indonesia

No. Bulan Penjualan (Unit)

2011 2012 2013 2014 2015

1 Januari 73,990 76.427 96.718 103.609 94.194

2 Februari 69,591 86.486 103.278 111.824 88.741

3 Maret 82,166 87.917 95.996 113.067 99.410

4 April 60,728 87.144 102.257 106.124 81.600

5 Mei 61,055 95.541 99.697 96.872 79.374

6 Juni 70,157 101.746 104.268 110.614 82.139

7 Juli 89,056 102.511 112.178 91.334 70.263

8 Agustus 73,276 76.445 77.964 96.652

9 September 79,835 102.100 115.974 102.572

10 Oktober 86,342 106.754 112.039 105.222

11 Nopember 67,643 103.703 111841 91.327

12 Desember 80,325 89.456 97.691 78.802

Total 894,164 1.116.230 1.229.901 1.208.019 595.721 Sumber : Gaikindo

b. Produksi Kendaraan roda 4 (unit) tahun 2011-2015 di Indonesia

No. Bulan Produksi (Unit)

2011 2012 2013 2014 2015

1 Januari 70,715 77.036 97.793 104.728 98.869

2 Februari 63,928 86.469 100.491 112.501 92.836

3 Maret 74,308 85.507 89.073 123.007 107.725

4 April 54,556 84.426 101.805 121.114 97.253

5 Mei 54,637 97.367 99.661 94.353 89.287

6 Juni 64,454 94.400 97.939 117.309 91.537

7 Juli 83,591 97.330 106.519 93.613 82.352

8 Agustus 69,107 71.113 77.354 105.259

9 September 77,349 94.488 116.974 119.346

10 Oktober 81,265 100.298 115.533 116.654

11 Nopember 65,686 99.168 110.570 102.423

12 Desember 78,352 77.955 94.499 88.216

Total 837.948 1.065.557 1.208.211 1.298.523 659.859

BULETIN - APLINDO No.46/2016

35

b. Penjualan Kendaraan roda 4 (unit) tahun 2010-2014 di ASEAN

No. Bulan

Penjualan (Unit)

2011 2012 2013 2014 Jan-Juni

2015

1 Brunai 14.555 18.634 18.642 18.114 7.884

2 Indonesia 894.164 1.116.230 1.229.901 1.208.019 525.458

3 Malaysia 600.123 627.753 655.793 666.465 322.184

4 Philipina 141.616 156.654 181.738 234.747 131.465

5 Singapura 39.570 37.247 34.111 47.443 34.087

6 Thailand 794.081 1.436.335 1.330.672 881.832 369.109

7 Vietnam 109.660 80.453 98.649 133.588 91.790

sumber : AAF

c. Produksi Kendaraan roda 4 (unit) tahun 2010-2014 di ASEAN

No. Bulan Produksi (Unit)

2011 2012 2013 2014 Jan-Juni 2015

1 Indonesia 837.948 1.065.557 1.208.211 1.298.523 577.507

2 Malaysia 533.515 569.620 601.407 596.418 327.664

3 Philipina 64.906 75.413 79.169 88.845 45.662

4 Thailand 1.457.795 2.453.717 2.457.057 1.880.007 935.251

5 Vietnam 100.465 73.673 93.630 121.084 78.596

Total 2.994.629 4.237.980 4.439.474 3.984.877 1.964.680

sumber : AAF

2. Data Kendaraan Roda 2 / Sepeda Motor

a. Penjualan sepeda motor 2011-2015 Di Indonesia

No. Bulan Penjualan (Unit)

2011 2012 2013 2014 2015

1 Januari 667,124 652.601 649.983 580.288 513.816 2 Februari 613,449 670.757 653.357 681.267 570.524 3 Maret 713,672 626.689 657.483 728.820 562.185 4 April 709,177 622.929 660.505 729.279 538.746 5 Mei 709,122 619.540 647.215 734.030 482.691 6 Juni 661,304 550.468 661.282 753.789 588.675 7 Juli 740,121 585.658 704.019 539.171 439.245 8 Agustus 681,444 433.741 490.824 599.250 9 September 723,906 628.739 678.139 706.938

10 Oktober 717,514 634.575 717.272 675.962 11 Nopember 643,271 627.048 688.527 592.635 12 Desember 463,431 488.841 552.408 556.586

Total 8,043,535 7.141.586 7.771.014 7.908.914 3.695.882

BULETIN - APLINDO No.46/2016

36

sumber : AISI Diolah

b. Produksi sepeda motor 2011-2015 Di Indonesia

No. Bulan Produksi (Unit)

2011 2012 2013 2014 2015

1 Januari 677,356 685.688 662.920 595.636 524.368

2 Februari 621,988 665.570 659.417 659.258 552.543

3 Maret 720,284 606.984 654.760 729.476 593.592

4 April 715,864 619.839 672.370 748.401 563.566

5 Mei 698,427 619.829 644.881 722.192 483.872

6 Juni 645,975 535.621 653.384 761.117 559.956

7 Juli 722,184 577.488 694.492 553.626 428.250

8 Agustus 671,506 428.662 484.428 611.235

9 September 713,061 620.250 683.066 747.992

10 Oktober 725,036 627.352 729.876 686.101

11 Nopember 646,510 625.865 691.115 598.560

12 Desember 446,102 466.573 549.586 512.510

Total 8,006,293 7.079.721 7.780.295 7.926.104 3.706.147

sumber : AISI Diolah

c. Penjualan sepeda motor 2010-2014 di ASEAN

No. Bulan

Penjualan (Unit)

2011 2012 2013 2014 Jan- Juni

2015

1 Indonesia 8,043,535 7.141.586 7.771.014 7.908.014 3.256.637

2 Malaysia 494.586 537.753 546.719 442.749 202.666

3 Philipina 731.130 702.599 752.835 790.245 382.568

4 Singapura 8.046 9.923 11.650 8.145 3.630

5 Thailand 2.007.383 2.130.067 2.004.498 1.701.535 902.720

Total 11.284.680 10.521.928 11.086.716 10.851.615 4.748.221

sumber : AAF

d. Produksi sepeda motor 2010-2014 Di ASEAN

No. Bulan

Produksi (Unit)

2011 2012 2013 2014 Jan- Juni

2015

1 Indonesia 8,006,293 7.079.721 7.780.295 7.926.104 3.277.897

2 Malaysia 498.076 543.088 549.244 439.907 208.238

3 Philipina 762.947 588.292 729.480 755.184 376.590

4 Thailand 2.043.039 2.606.161 2.218.625 1.842.708 969.500

Total 11.310.355 10.817.262 11.277.644 10.963.903 4.832.225

sumber : AAF

BULETIN - APLINDO No.46/2016

37

Informasi Umum & Pameran

A. Web site Pemerintah yang dapat diakses :

1. www.setneg.go.id (Sekretariat Negara)

2. www.kemenperin.go.id (Kementerian Perindustrian)

3. www.kemenkeu.go.id (Kementerian Keuangan)

4. www.kemendag.go.id (Kementerian Perdagangan)

5. www.beacukai.go.id (Direktorat Bea & Cukai, Kementerian Keuangan)

6. www.esdm.go.id (Kementerian ESDM)

7. www.bkpm.go.id (Badan Koordinasi Penanaman Modal)

8. www.bps.go.id (Biro Pusat Statistik)

B. Web site Asosiasi Industri Pengecoran Logam Indonesia (APLINDO)

Kini APLINDO telah tersedia Web site sendiri :

www.aplindo.web.id, mohon dukungan partisipasi aktif Bapak-bapak sekalian dan

diharapkan saran, masukan, permasalahan dan perkembangan yang terjadi di industri

pengecoran logam di Indonesia. Saran dan masukan anda dapat berupa artikel ke

alamat [email protected]

C. Web site Himpunan Ahli Pengecoran Logam Indonesia

Kini HAPLI telah tersedia Web-site sendiri :

http://hapli.wordpress.com/ , mohon dukungan partisipasi aktif Bapak-bapak

sekalian dan diharapkan saran serta masukan anda berupa artikel sesuai page yang

tersedia dalam format *.doc ke alamat [email protected] untuk

diupload, ataupun komentar langsung anda pada Blog.

D. Pameran dan Seminar

1. Euroguss 2016: 12 Jan 2016 - 14 Jan 2016

Nuremberg, Germany

International trade fair for diecasting - held every two years.

www.euroguss.de/en

2. IFEX 2016: 29 Jan 2016 - 31 Jan 2016

Codissa Tradefair Complex, Coimbatore, India

International foundry technology and equipment exhibition.

BULETIN - APLINDO No.46/2016

38

www.ifexindia.com

3. Metal & Steel/FABEX Middle East show: 18 Feb 2016 - 20 Feb 2016

Cairo International Exhibition Centre, Egypt

www.arabian-german.com/

4. FESA Foundry Workshop: 12 Apr 2016 - 13 Apr 2016

University of Warwick, UK

Conference and exhibition for UK foundry equipment and consumables suppliers.

www.foundryworkshop2016.co.uk

5. CastExpo & Metalcasting Congress: 16 Apr 2016 - 19 Apr 2016 Minneapolis Convention Center, USA North American metal casting exhibition and congress. www.afsinc.org

6. 5th Metal & Steel/FABEX Saudi Arabia Exhibition: 1 May 2016 - 4 May 2016

Riyadh Int Convention and Exhibition Centre

www.arabian-german.com/

7. Metal & Metallurgy China: 17 May 2016 - 20 May 2016

China International Exhibition Center, Beijing

www.mm-china.com/en/

21-25 May, 2016

The 72nd World Foundry Congress 2016, Nagoya, Japan, This intellectually and professionally stimulating biennial congress offers you a golden

opportunity to meet fellow foundrymen from all over the world and exchange ideas in

order to develop a common vision for the future of the global foundry industry.

The WFC2016 will have presentations of technical papers and meetings as well as

enjoyable social events.through which you can learn more about traditional Japanese

culture.

The WFC2016 will be held in Nagoya,Japan’s third largest metropolitan region located

on central Honshu. Nagoya is known as one of the centres of the manufacturing

industry and also for its famous historical castle. Nagoya Castle, built by the first

shougun of the Tokugawa shougunate, has a pair of golden shachihoko (carp-like

mythical animals) on its roof, and they have become the symbol of Nagoya.

www.wfc2016.jp

China Diecasting: 12 Jul 2016 - 14 Jul 2016 Shanghai, China Diecasting exhibition. www.diecastexpo.cn/en/

ANKIROS/ANNOFER/TURKCAST 2016: 29 Sep 2016 - 1 Oct 2016 TUYAP Fair Ground, Istanbul, Turkey

BULETIN - APLINDO No.46/2016

39

International exhibition of metal casting companies and foundry supply companies. www.ankiros.com

Alucast 2016: 1 Dec 2016 - 3 Dec 2016 Bangalore, India Diecasting Exhibition. www.alucast2016.com