Buletin April 2015

5
Buletin FBM Edisi 2 [April 2015] Forum Bidik Misi ITB 1 Menjiwai Ilmu : Gerbang Menuju Pintu Kenikmatan Berkarya Dia (keledai) tidak bisa membaca, tetapi di sela-sela halaman kitab ini aku selipkan biji gandum...” Sebagian dari kita mungkin pernah mendengar kisah Nashruddin dan keledai. Menurut sebagian legenda dan sejarah, Nashruddin ialah seorang sufi yang hidup di zaman Timur Lenk. Dia terkenal cerdik dan bijaksana. Penguasa Timur Lenk pun ingin membuktikan hal tersebut dengan menantang sang sufi untuk mengajarkan seekor keledai membaca. Sang sufi menerima tantangan Timur Lenk dengan meminta waktu selama satu bulan untuk mengajarkan keledai tersebut. Singkat cerita, hari yang dijanjikan pun tiba. Penguasa Timur Lenk dibuat terkejut oleh sang keledai yang mampu membolak-balikkan lembaran-lembaran kitab hingga akhir dengan lancar. Ketika ditanya bagaimana cara mengajarkan keledai untuk membaca, Nashruddin menjawab : “Dia (keledai) tidak bisa membaca, tetapi di sela-sela halaman kitab ini aku selipkan biji gandum. Setiap hari selama sebulan selalu begitu. Hingga akhirnya dia sudah terbiasa dan terlatih mencari biji gandum di tiap lembar kitab” Kehidupan kuliah beserta rutinitasnya kadang membuat kita lupa terhadap hakikat ilmu yang telah dipelajari. Beratus-ratus lembar buku kuliah dibolak-balik kadang hanya untuk mengejar satu parameter : nilai. Kita kadang terjebak dalam perspektif yang pragmatis, walaupun tidak sepenuhnya keliru untuk menggapai nilai yang bagus. Tetapi, yang perlu diluruskan adalah pandangan kita terhadap nilai itu sendiri. Nilai adalah parameter, bukan tujuan dari proses menuntut ilmu selama di bangku kuliah. Tujuan sebenarnya dari menuntut ilmu adalah penjiwaan terhadap ilmu itu sendiri. Ketika kita menjiwainya, ilmu akan selalu berada di benak dan pikiran kita. Dramatisnya, kita akan berusaha mengaitkan semua fenomena yang terjadi di dalam kehidupan dengan ilmu yang telah diperoleh. Penjiwaan ilmu tentunya bukanlah suatu hal yang mudah. Kunci utamanya adalah ketulusan dan pelurusan niat. Cukup normatif, namun tidak dapat dipungkiri bahwa niat adalah awal dari segalanya. Niatkanlah jalan ini untuk tujuan yang jauh lebih besar dari sekedar memperoleh indeks nilai yang gemilang. Sebab, suatu karya besar lahir dari penghayatan dan kecintaan yang dalam terhadap ilmu bukan embel-embel penghargaan tertentu. Ketika kita telah menjiwai ilmu, maka berkarya adalah suatu kenikmatan. Akan terasa dahaga bila kita tidak menghasilkan karya ketika beratus-ratus lembar buku kuliah telah dibaca. Dahaga yang tidak hanya membawa manfaat bagi diri sendiri, namun secara masif untuk kelangsungan hidup manusia. Tentu jalannya tidak semudah yang kita bayangkan menuju ke arah tersebut. Namun, memulai langkah bukanlah sesuatu yang salah. Menuntut ilmu merupakan proses yang panjang dan terkadang melelahkan. Tapi niat yang tulus dan besar akan mampu meluluhkan rasa lelah, menyegarkan jiwa dari dahaga, serta mendorong semangat untuk terus melangkah.

description

 

Transcript of Buletin April 2015

Buletin FBM Edisi 2 [April 2015]

Forum Bidik Misi ITB 1

Menjiwai Ilmu : Gerbang Menuju Pintu Kenikmatan Berkarya

“Dia (keledai) tidak bisa membaca, tetapi di sela-sela halaman kitab ini aku selipkan biji gandum...”

Sebagian dari kita mungkin pernah mendengar kisah Nashruddin dan keledai. Menurut

sebagian legenda dan sejarah, Nashruddin ialah seorang sufi yang hidup di zaman Timur Lenk. Dia

terkenal cerdik dan bijaksana. Penguasa Timur Lenk pun ingin membuktikan hal tersebut dengan

menantang sang sufi untuk mengajarkan seekor keledai membaca. Sang sufi menerima tantangan

Timur Lenk dengan meminta waktu selama satu bulan untuk mengajarkan keledai tersebut. Singkat

cerita, hari yang dijanjikan pun tiba. Penguasa Timur Lenk dibuat terkejut oleh sang keledai yang

mampu membolak-balikkan lembaran-lembaran kitab hingga akhir dengan lancar. Ketika ditanya

bagaimana cara mengajarkan keledai untuk membaca, Nashruddin menjawab :

“Dia (keledai) tidak bisa membaca, tetapi di sela-sela halaman kitab ini aku selipkan biji

gandum. Setiap hari selama sebulan selalu begitu. Hingga akhirnya dia sudah terbiasa dan

terlatih mencari biji gandum di tiap lembar kitab”

Kehidupan kuliah beserta rutinitasnya kadang membuat kita lupa terhadap hakikat ilmu yang

telah dipelajari. Beratus-ratus lembar buku kuliah dibolak-balik kadang hanya untuk mengejar satu

parameter : nilai. Kita kadang terjebak dalam perspektif yang pragmatis, walaupun tidak sepenuhnya

keliru untuk menggapai nilai yang bagus. Tetapi, yang perlu diluruskan adalah pandangan kita

terhadap nilai itu sendiri. Nilai adalah parameter, bukan tujuan dari proses menuntut ilmu selama di

bangku kuliah. Tujuan sebenarnya dari menuntut ilmu adalah penjiwaan terhadap ilmu itu sendiri.

Ketika kita menjiwainya, ilmu akan selalu berada di benak dan pikiran kita. Dramatisnya, kita akan

berusaha mengaitkan semua fenomena yang terjadi di dalam kehidupan dengan ilmu yang telah

diperoleh.

Penjiwaan ilmu tentunya bukanlah suatu hal yang mudah. Kunci utamanya adalah ketulusan

dan pelurusan niat. Cukup normatif, namun tidak dapat dipungkiri bahwa niat adalah awal dari

segalanya. Niatkanlah jalan ini untuk tujuan yang jauh lebih besar dari sekedar memperoleh indeks

nilai yang gemilang. Sebab, suatu karya besar lahir dari penghayatan dan kecintaan yang dalam

terhadap ilmu bukan embel-embel penghargaan tertentu.

Ketika kita telah menjiwai ilmu, maka berkarya adalah suatu kenikmatan. Akan terasa dahaga

bila kita tidak menghasilkan karya ketika beratus-ratus lembar buku kuliah telah dibaca. Dahaga yang

tidak hanya membawa manfaat bagi diri sendiri, namun secara masif untuk kelangsungan hidup

manusia. Tentu jalannya tidak semudah yang kita bayangkan menuju ke arah tersebut. Namun,

memulai langkah bukanlah sesuatu yang salah. Menuntut ilmu merupakan proses yang panjang dan

terkadang melelahkan. Tapi niat yang tulus dan besar akan mampu meluluhkan rasa lelah,

menyegarkan jiwa dari dahaga, serta mendorong semangat untuk terus melangkah.

Buletin FBM Edisi 2 [April 2015]

Forum Bidik Misi ITB 2

Rubrik Keilmuan #1 : Nanofotonik Sebagai Ikon Kemajuan Teknologi Abad Modern

(diolah dari berbagai sumber)

Fotonik adalah bidang yang mengkaji interaksi cahaya dengan materi yang merupakan

teknologi kunci abad 21. Hubungan antara fotonik dan nanoteknologi sangat erat. Teknologi fotonik

berperan sangat vital bagi pengembangan teknologi komunikasi dan informasi,

penerangan, manufacturing, life science dan kesehatan (Novotny L., Hecht B. , 2006). Fotonik

sebagai pendorong untuk inovasi teknologi dan kreatif produksi devais. Teknologi fotonik telah

mempengaruhi perkembangan kapasitas data pada jaringan telekomunikasi.

Teknologi ini berkembang cepat sekali, sehingga untuk menjaga kondisi tersebut dibutuhkan

suatu industri yang kokoh. Untuk mengembangkan teknologi fotonik dibutuhkan banyak inovasi, baik

teori maupun teknologi. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa sadar manusia telah memanfaatkan

fotonik, seperti halnya penggunaaan handphone, CD, laser, dan lain-lain.

Keberhasilan penemuan material baru sangat mempengaruhi inovasi teknologi nanofotonik.

Material yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan dasar devais fotonik adalah

polymer, lithium niobate (LiNbO3), dan semikonduktor (Singh, 1996). Beberapa inovasi teknologi

fotonik yang berkembang saat ini adalah:

1. Pengembangan lampu LED (light emiting diode) yang hemat energi.

2. Laser diode sebagai Sumber Komunikasi Optik dengan lalu lintas orde tera byte.

3. Sumber cahaya UV untuk sterilisasi air.

4. Laser dengan daya tinggi untuk proses pengelasan dengan presisi tinggi.

5. Quantum optik untuk pengamanan data.

Buletin FBM Edisi 2 [April 2015]

Forum Bidik Misi ITB 3

[Daftar Mahasiswa Bidik Misi ITB Berprestasi Di Berbagai Ajang Kompetisi]

Periode Maret-April 2015

Buletin FBM Edisi 2 [April 2015]

Forum Bidik Misi ITB 4

APRESTA ( APRESIASI PRESTASI NON-AKADEMIK) APRIL 2015

Oleh : Ucik Devi Mirnawati (16414235)/PSDA FBM ITB’3

Suka Pradita, mahasiswa Teknik Material ’11 asal Jawa Timur ini merupakan PJS K3M ITB 2015.

Kak Suka ialah seorang aktivis yang memiliki sederet pengalaman organisasi dan kepanitiaan selama

menjadi mahasiswa di Institut Teknologi Bandung. Pengalamannya itulah yang membuat dia

mendapatkan gelar Apresta dari kami bulan April ini. Berikut adalah riwayat organisasi Kak Suka.

Organisasi dan kepanitiaan dalam kampus:

1. Magangers di Kabinet Mahasiswa khusus untuk TPB tahun 2011

2. PSDM Kabinet Mahasiswa tahun 2012, 2013, 2014

3. Komandan batalyon OSKM 2012

4. Ketua angkatan Teknik Material 2011

5. Kepala Sekolah Perangkat OSKM 2013

6. Ketua bidang acara dan materi metode DDAT 2012

7. Ketua OSKM 2014

Organisasi dan kepanitiaan luar kampus:

1. Volunteer di Forum Indonesia Muda

2. Wakil dari Jawa Timur di Parlemen Muda Indonesia tahun 2014-2015

3. Wakil Indonesia di Asia Pacific Students Forum 2013 di Jakarta

4. Volunteer Bina Antar Budaya

Ditemui di sekretariat KM ITB, kak suka bercerita banyak tentang pengalamannya selama menjadi

aktivis. Yuuks, kita lihat.

A : Selamat siang kak suka, boleh dong cerita sedikit tentang pengalaman kakak selama menjadi

aktivis di ITB

B : Tentu saja boleh. Selama di ITB , karier kehasiswaan saya sebenarnya lebih banyak dihabiskan di

kabinet sih. Sejak tingkat 1, tingkat 2,3,dan 4 saya selalu di PSDM KM. Di tingkat 2 saya diamanahi

jadi ketua angkatan teknik material, menjadi komandan batalyon OSKM 2012, dan ketua bidang

acara dan metode DDAT 2012. Saya juga pernah menjadi kepala sekolah perangkat OSKM 2013

dan Ketua OSKM 2014.

Buletin FBM Edisi 2 [April 2015]

Forum Bidik Misi ITB 5

A : Apa sih yang memotivasi kak suka untuk menjadi aktivis?

B : Saya punya dua moto hidup yang menjadi motivasi saya. Yang pertama “if you wanna change

something, you have to lead it” dan yang kedua “Khairun naas , anfa’uhum linnaas, sebaik baiknya

manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain”. Selain itu, kita sebagai mahasiswa penerima

beasiswa bidikmisi akan menjadi dosa jika kita kuliah hanya untuk diri sendiri tanpa memberikan

kontribusi kepada masyarakat.

A : Gimana cara kak suka membagi waktu antara kuliah dan kegiatan organisasi?

B : Gimana ya. Biasa aja sih. Justru time management saya jauh lebih baik saat saya sibuk. Ketika kita

sibuk kita akan sadar bahwa waktu kita tidak banyak dan akan menggunakan waktu tersebut dengan

sebaik-baiknya.”

A : Bagaimana tanggapan orang tua tentang kesibukan kakak?

B : Orang tua mendukung semua kegiatan saya. Asalkan kegiatan itu positif, kenapa enggak. Saya selalu

menyempatkan waktu untuk menelpon orang tua saya, paling tidak ngasih kabarlah. Jadi mereka tidak

merasa keberatan dengan semua aktivitas saya.

A : Cerita suka duka jadi aktivis ?

B : Suka dan duka adalah bagian dari pengalaman. Terkadang hal yang menurut kita tidak enak akan

menjadi pengalaman yang sangat berharga. Dukanya pasti menyita waktu, materi, tenaga , pikiran.

Tapi semua itu pasti tidak sia-sia. Sukanya ketika saya bisa bermanfaat buat orang lain. contoh ketika

saya menjadi ketua OSKM 2014 kemaren, saya memiliki tangungjawab dan kesempatan untuk

mengkader kurang lebih 5 ribu mahasiswa.

A : Terakhir ni kak, kasih pesen buat anak-anak bidikmisi

B : Buat temen-temen bidikmisi, menjadi mahasiswa bidikmisi sebenarnya sudah enak banget. Sudah

menjadi tanggung jawab kita untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri. Akademik adalah

tanggung jawab kita, tapi ngasih kontribusi ke masyarakat juga merupakan tanggung jawab kita.

Jadi manfaatkan waktu 4 tahun ini sebaik baiknya, sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa

bermanfaat bagi orang lain.

Begitulah percakapan 30 menit yang sangat menginspirasi bersama kak Suka Pradita MT’11.