Buku Untukmu Jawa Tengahku_web

296
i Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan Untukmu Jawa Tengahku

Transcript of Buku Untukmu Jawa Tengahku_web

  • iOptimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

  • iiOptimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    Editorial

    Untukmu Jawa Tengahku Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat

    Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Tim Penyusun :Penulis : Ali Arifin MuhlishEditor : Ali Arifin Muhlish

    Design Isi : Christian Wahyu S, Ary Basri OkviantoroDesign Sampul : Ary Basri Okviantoro

    Hak Cipta Dilindungi Undang-undang.Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh

    isi buku ini tanpa ijin tertulis dari Penerbit.

    Ungaran, 23 Oktober 2013

  • iiiOptimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Saya berikan apresiasi dan peng hargaan yang tinggi ter hadap implementasi ga gasan Kepala Dinas Perkebun an Provinsi Jawa Tengah yang pada setiap tahun mener bitkan tulisan dalam bentuk buku, berisi rekaman perjalanan/kegiatan Di nas da lam mencapai misi guna me wu judkan visi Dinas Per kebunan, yak ni sebagai institusi ter depan da lam mewujudkan per ke bunan yang berdaya saing tinggi dan ber ke lanjutan, untuk ke daulatan/ke man dirian dan percepatan pe ning katan kese jahteraan masyarakat.

    Dinas Perkebunan merupakan unsur pelaksana pem

    Prakata Gubernur Jawa Tengah

    GANJAR PRANOWO

  • ivOptimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    bangunan perkebunan di Jawa Tengah dan telah memberikan kontribusi cukup tinggi bagi pertumbuhan ekonomi serta percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat, baik yang terlibat langsung di kegiatan onfarm maupun yang bergerak di sektor riil, mulai dari industri pengolahan hingga distribusi dan pemasaran hasil produksi perkebunan dalam negeri dan ekspor.

    Dari 48 (empat puluh delapan) jenis komoditas perkebunan di Jawa Tengah dengan areal ekivalen seluas 620 ribu hektar lebih, terdapat 9 (sembilan) jenis komoditas unggulan, yakni komoditas tebu dan tembakau dalam rumpun tanaman semusim, komoditas kelapa, karet dan jambu mete dalam rumpun tanaman tahunan, serta komoditas kopi, teh, kakao dan cengkeh dalam rumpun tanaman rempah penyegar.

    Khusus komoditas tebu, dalam rangka mendukung Swa sem bada Gula Nasional 2014, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bertekad setahun lebih awal mewujudkan Swa sembada Gula, yakni terpenuhinya kebutuhan konsumsi gula berkualitas bagi masyarakat minimal 90 % dari gula yang berasal/berbasis tebu petani Jawa Tengah pada tahun 2013.

    Apabila jumlah penduduk Jawa Tengah pada akhir tahun 2013 oleh BPS diprediksikan sebanyak 34 juta jiwa dan hasil survei nasional ratarata kebutuhan konsumsi gula 12 (dua belas) kilogram per kapita per tahun, maka guna mencapai Swasembada Gula Jawa Tengah, dibutuhkan gula berbasis tebu rakyat sebanyak 90% x 12 kg x 34 juta sama dengan 367.200 ton atau dibulatkan menjadi 368 ribu ton gula.

    Harapan Saya, 13 (tiga belas) pabrik gula di Jawa Tengah

  • vOptimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    dan sekitarnya yang mengolah tebu milik rakyat Jawa Tengah, pada tahun 2013 dapat menghasilkan lebih dari target Swasembada dimaksud, termasuk gula tumbu (gula merah) yang diolah oleh para pengrajin (industri kecil) yang tumbuh ditengahtengah masyarakat.

    Dengan demikian, mulai tahun 2013 Jawa Tengah dapat SURPLUS gula berbasis tebu rakyat, yang berarti telah dapat berkontribusi kepada negara kita tercinta dalam rangka menyediakan gula berkualitas bagi masyarakat Indonesia di luar Jawa Tengah, sehingga ungkapan UNTUKMU JAWA TENGAHKU, yang bermakna menyejahterakan masyarakat Jawa Tengah, sekaligus MENGALIRKAN kesejahteraan tersebut kepa da seluruh masyarakat Indonesia, sebagai wujud nyata kontribusi kita demi tegak dan kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), selaras dengan gagasan founding father yang populer dengan TRISAKTI BUNG KARNO, yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang kebudayaan.

    Semoga buku Untukmu Jawa Tengahku ini, dapat mem berikan manfaat bagi kita semua, khususnya menjadi inspirasi guna membangun Jawa Tengah di berbagai bidang kehidupan.

    GUBERNUR JAWA TENGAH

    GANJAR PRANOWO

  • viOptimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    FENOMENAL. Satu kata itu tepat menggambarkan sosok Ir. Tegoeh Wynarno Haroeno, MM. Di manapun dia berada, di sana pulalah dia total berkarya. Tak ada kata setengahsetengah. Tanggal 30 November 2009, Tegoeh dipercaya menjabat sebagai Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Pria yang lahir di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Desa Bulakan, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, ini hanya butuh beberapa bulan untuk menata organisasi yang dipimpinnya.

    Dan, selama tiga tahun (20102013), masyarakat perke bunan Jawa Tengah benarbenar banjir penghargaan. Bisa dikatakan fenomenal, karena jumlah penghargaan itu mencapai 30 buah. Dalam tahun 2010 memperoleh tiga penghargaan, selanjutnya di tahun 2011 diraih sembilan penghargaan tingkat nasional. Adapun pada 2012 ada 16 penghargaan tingkat nasional dan Jawa Tengah serta menapaki tahun 2013 berhasil meraih dua penghargaan.

    Masyarakat tentu maklum, Tegoehlah, sang arsitek di balik banjirnya penghargaan tersebut. Namun dengan nada merendah, pria yang mengawali karir sebagai staf (tenaga honorer) di Dinas Perkebunan Provinsi Dati I Jawa Tengah sejak 1 Desember 1982 itu, menyatakan bahwa semua penghargaan tersebut dipersembahkan sepenuhnya kepada masyarakat perkebunan Jawa Tengah.

    Pengantar

  • viiOptimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    ''Karena (penghargaan) itu adalah buah karya dan kerja keras seluruh komponen masyarakat perkebunan di Jawa Tengah. Kami tak mengejar penghargaan semata, sebab tujuan utamanya adalah kesejahteraan seluruh komponen masyarakat perkebunan di Jawa Tengah,'' jelasnya.

    Tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna. Namun tekad Tegoeh yang menyerahkan jiwa raganya, mendharmabaktikan hidupnya untuk Jawa Tengah, sungguh bisa menginspirasi dan layak mendapat apresiasi. Terlebih lagi capaian prestasi yang terukur selama Tegoeh menjadi nakhoda Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, juga sejalan dengan pemikiran Moh. Mahsun dalam bukunya ''Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Konsep dan Praktik Pengukuran Kinerja di Lingkungan Organisasi Sektor Publik'', yang antara lain mengupas Balance Scorecard di Organisasi Sektor Publik.

    Intinya, organisasi sektor publik (pemerintahan) berhubungan langsung dan berkaitan erat dengan penyediaan services and goods guna memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat merupakan ''pelanggan'' yang harus dilayani dengan baik. Dan, capaian keberhasilan itu sudah dibuktikan oleh Tegoeh dalam memegang kemudi Dinas Perkebunan Jawa Tengah, dengan setumpuk penghargaan dari tingkat Jawa Tengah hingga nasional. Sungguh ini benarbenar bentuk implementasi dari tekad Tegoeh yakni, ''Untukmu Jawa Tengahku'' sebagaimana judul buku ini, yang merupakan buah karyanya yang kedua, setelah setahun yang lalu menerbitkan buku berjudul "Segalaku Untukmu", yang bermakna segala kemampuan, daya dan

  • viiiOptimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    upaya dipersembahkan untuk Jawa Tengah tercinta.Sepintas, "Untukmu Jawa Tengahku" mirip dengan

    "Sega laku Untukmu", namun apabila dicermati lebih dalam, banyak tambahan pembahasan dan ulasan, khususnya metodemetode termasuk inovasi teknologi perkebunan baik ditahapan budi daya, pengolahan maupun distribusi dan pemasaran komoditas perkebunan serta pembaharuan/pemutakhiran data.

    Dan, yang lebih khusus adalah rumusan visimisi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah lima tahun ke depan (20132018), yang menitikberatkan pada pemanfaatan secara optimal sumber daya (Resources) yang tersedia menuju Sinergitas, bertumpu pada pemberdayaan masyarakat (Sumber Daya Manusia) guna mewujudkan kemandirian/kedaulatan pangan perkebunan; sebagai wujud nyata implementasi TRI SAKTI BUNG KARNO, yakni berdaulat dibidang politik, berdikari dibidang Ekonomi dan Berkepribadian dibidang Kebudayaan.

    Ungaran, 23 Oktober 2013

    Penulis

  • ixOptimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Berdasarkan pengamatan saya, mulai awal tahun 2010, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah menunjukan peningkatan kinerja yang signifikan. Kondisi tersebut diwujudkan dengan komitmen Kepala Dinas (Ir. Tegoeh Wynarno Haroeno, MM) yang sangat tinggi dalam mendukung Kebijakan Perkebunan Nasional, utamanya dalam menyukseskan Program Swasembada Gula Nasional 2014, dimana Provinsi Jawa Tengah bertekad mewujudkan swasembada gula setahun lebih dini/pada tahun 2013,

    Sekapur SirihDirektur Jenderal Perkebunan

    GAMAL NASIR

  • xOptimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    sehingga ditahun 2014 dan seterusnya, Provinsi Jawa Tengah dapat berkontribusi menyediakan gula berkualitas untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula rakyat Indonesia (diluar Jawa Tengah).

    Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Perkebunan telah mengalokasikan/menggelontorkan dana APBN yang sangat besar dengan perkembangan yang sangat signifikan, yakni Rp 9.188.239.000, pada tahun 2010, Rp 34.396.002.000, pada tahun 2011, Rp 90.462.834.000, pada tahun 2012, Rp 175.741.286.000, pada tahun 2013 dan direncanakan Rp 214.572.021.000, pada tahun 2014.

    Dikomandoi oleh Kepala Dinas yang enerjik, telah terlihat nyata perkembangan fisik dilapangan baik untuk komoditas kopi, kelapa, teh, kakao, karet, jambu mete, tembakau maupun nilam. Adapun khusus untuk komoditas tebu, terjadi perluasan areal yang signifikan, yakni berawal dari luasan 53.618 ha ditahun 2009, menjadi lebih dari 70.000 ha di tahun 2013, dan sejalan dengan hal tersebut, terwujud pula lonjakan produksi gula (setara GKP) yang nyata/signifikan, yakni sebanyak 227.214 ton pada tahun 2009 menjadi 329.168 ton pada tahun 2012, bahkan diprediksi produksi gula pada akhir tahun 2013 diatas 370.000 ton.

    Kondisi serupa juga dapat dilihat untuk komoditaskomo ditas unggulan lainnya, meskipun tidak sepesat perkembangan komoditas tebu.

    Oleh karena itu, dengan terbitnya buku Untukmu Jawa Tengahku, sebagai kelanjutan dari buku Segalaku

  • xiOptimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Untukmu, Saya selaku Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Perta nian Republik Indonesia beserta seluruh jajaran, memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada Ir. Tegoeh Wynarno Haroeno, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, yang telah berhasil memegang kemudi/menjadi nahkoda dalam membangun Perkebunan Jawa Tengah, yang berarti telah berhasil memajukan pembangunan nasional, mengingat Jawa Tengah merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Harapan Saya, semoga perkebunan Jawa Tengah kedepan tambah jaya sebagaimana diamanatkan dalam Tridharma Perkebunan, serta buku ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi guna membangun perkebunan di seluruh Nusantara tercinta.

    DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN

    KEMENTERIAN PERTANIAN RI

    GAMAL NASIR

  • xiiOptimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    Editorial (ii)Prakata Gubernur (iii)

    Pengantar (vi)Sekapur Sirih (viii)

    Daftar Isi (xi)

    BAGIAN 1 (1)Lebih Dekat dengan Tegoeh Wynarno Haroeno (1)

    BAGIAN 2 (25)Sejarah, Visi dan Misi

    Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Tahun 20132018

    BAGIAN 3 (33)Strategi Pembangunan Perkebunan Jawa Tengah (33)

    BAGIAN 4 (93)Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah

    Tahun 20132018 (93)

    BAGIAN 5 (187)Inovasi dan Diversifikasi dengan Komoditas Khusus (Khas)

    Jawa Tengah (187)

    BAGIAN 6 (217)Kata Mereka (217)

    Sime poptem iampere simpopo publium demod C. Videri facrum fue cepopub lissatum men ducta, sent.

    Volusat quam. Tum pratuam ocuperu ntestra re, clemus pata de es rei intiest

    Daftar Isi

  • 1Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    LEBIH DEKAT DENGAN Ir. TEGOEH WYNARNO HAROENO, MM

    1BAGIAN

  • 2Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    TEGOEH Wynarno Haroeno adalah putra pertama dari tiga bersaudara pasangan Haroeno MP dan Kastiri. Tegoeh lahir tanggal 23 Oktober 1960. Saat dia lahir, ayahnya adalah guru Sekolah Dasar Negeri Bulakan Kecamatan Belik (pensiun sebagai Kepala Kakandepdikbud Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang). Adapun ibunya, Ny Kastiri adalah seorang ibu rumah tangga, lulusan Sekolah Kepandaian Putri (SKP 4 tahun) yang saat itu merupakan tingkat pendidikan cukup tinggi bagi perempuan-perempuan desa, bahkan se-Kecamatan Belik hanya Kastiri yang berhasil lulus SKP 4 tahun di Kota Pemalang.

    Tegoeh kecil yang akrab disapa Nano (Mas Nano) bersama kedua adiknya itu, hidup dalam balutan kondisi kesederhanaan yang penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya. Haroeno-Kastiri juga mendidik ketiga putra-putrinya dengan penuh kedisiplinan, penuh tanggung jawab, serta selalu menjaga etika dan moral. Sehingga tanpa disadari, ketiga hal itu sekarang ini menjadi landasan dalam meniti karirnya di birokrasi.

    Pria yang lahir di lereng Gunung Slamet bagian utara itu, selalu terobsesi dengan kehidupan alam pedesaan yang indah dan tenteram. Masa-masa kecilnya yang dijalani di hamparan tegalan, sawah dan kebun di lereng Gunung Slamet, selalu mengingatkannya pada pilar-pilar kedisiplinan, kerja keras dan semangat gotong-royong, yang selalu ditunjukkan oleh para petani dan pekebun waktu itu.

    Nano menjalani masa kanak-kanak yang indah di lereng

  • 3Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Gunung Slamet, kesehariannya tak lepas dari bermain layang-layang, berlarian di sawah dan kebun, memanjat pohon dan bermain gobag sodor, meskipun demikian tak pernah meninggalkan kewajiban untuk belajar.

    Di masa kecil, keberaniannya untuk berkompetisi dalam meraih prestasipun sangat membanggakan orang tua, karena baru duduk di kelas lima SD, berkeinginan keras untuk mengikuti ujian kelas enam SD dan berhasil lulus dengan nilai terbaik, bahkan meraih juara pertama se-Kecamatan Belik.

    Jenjang pendidikan SMP dan SMA dilaluinya di Kabupaten Pemalang dengan prestasi yang mengagumkan. Setelah lulus dari SMA Negeri Pemalang pada tahun 1977, Nano masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) tanpa tes, lewat jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK), jalur bagi para juara atau anak-anak berprestasi yang nilainya di atas rata-rata.

    Dinamika kehidupan terus berjalan, memasuki ruang kuliah IPB-Bogor tahun 1978, kebiasaan mengorganisir teman-teman semasa kecil berbuah menjadi aktivitas yang menantang. Tegoeh terpilih sebagai Ketua umum DPC GMNI Bogor, Kepala Biro Intel Menwa YON VII/Surya Kencana, Danpolman (Komandan Polisi Mawarman), Ketua umum GAMMA Sigma Beta (Himpunan Mahasiswa Sta tistika IPB), Ketua Komisi Organisasi BPM Faperta dan Ketua Koperasi Mahasiswa IPB-Bogor serta mengelola maja lah/buletin KOMANAS (Komunikasi Mahasiswa Nasio nal-GMNI-Red) selaku Pemimpin Redaksi.

  • 4Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    Sebagai mahasiswa, dia dikenal rajin dan cerdas, Indek Prestasi (IP)-nya pun bagus. Kuliah, perpustakaan, belajar dan aktivitas organisasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kesehariannya selama di Bogor. Penyuka masakan Jawa ini, semasa kuliah hampir tak mengenal hura-hura.

    Sering Berada di Kebagusan

    Tak banyak yang tahu, Tegoeh yang semasa kuliah di IPB Bogor ini, sering berada di Kebagusan, kediaman keluarga Ibu Megawati Soekarnoputri. Saat itu, mbak Puan Maharani masih duduk di bangku SD. Hampir setiap sore saat berada di Kebagusan, Tegoeh bersama-sama membantu Ibu Mega menyiram anggrek dan tanaman lain di halaman rumahnya, sambil berbincang tentang berbagai hal, khususnya gagasan-gagasan Bung Karno yang ditulis beliau dalam berbagai buku karangan Bung Karno dan Tegoeh sangat antusias membacanya, antara lain buku-buku Bung Karno yang berjudul Indonesia Menggugat, Dibawah Bendera Revolusi jilid I dan II, Sarinah, Tujuh Bahan-Bahan Pokok Indoktrinasi (TUBAPIN), DJAREK (Djalannya Revolusi Kita), DJAS MERAH (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah), MANIPOL USDEK, Nawaksara dan sebagainya.

    Sembari menyiram anggrek-anggrek kesayangannya, ibu Mega juga sangat piawai/fasih menjelaskan gagasan Bung Karno untuk mensejahterakan Rakyat Indonesia, termasuk filosofi dan hakekat Marhaenisme.

    Namun itu hanya sepenggal dari kisah perjalanan hidup

  • 5Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Tegoeh. Setelah meraih gelar insinyur (Ir) tepat waktu, bahkan sebagai lulusan termuda saat itu dengan IP yang bagus, Tegoeh pun segera ancang-ancang mencari kerja. Setelah menyandang gelar insinyur dari IPB, pada tanggal 1 Desember 1982, Tegoeh diterima sebagai tenaga honorer/staf di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Dia pun meninggalkan Kota Bogor dengan segala pernak pernik memorinya, kemudian tahap demi tahap meniti perjalanan kariernya dibirokrasi yang dilaluinya dengan sabar, ikhlas, dan penuh rasa syukur.

    Dalam perjalanan karier itu, Tegoeh menyadari bahwa upaya-upaya pengendalian diri serta instrospeksi perlu

    Tegoeh Wynarno Haroeno bersama istri dan putra-putrinya

  • 6Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    dikedepankan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diemban. Bahkan pitutur dari orang tuanya selalu dianutnya, yakni ''Digdaya tanpa Aji, Sugih tanpa Bandha, Nglurug tanpa Bala lan Menang tanpa Ngasorake''; yang artinya kurang lebih ''kaya tanpa harta, unggul tanpa senjata, menyerbu tanpa pasukan dan menang tanpa merendahkan'', diaplikasikan dengan baik dan benar, selaras dengan kondisi/budaya Jawa Tengah.

    Berkarir di birokrasi tak seperti yang dibayangkan semula. Jalan terjal dan hal-hal yang tak dibayangkan sebelumnya harus disikapi dengan bijak. Dari satu jabatan ke jabatan yang lebih tinggi serta pengalamannya sebagai dosen di Akmikom, IPIEMS (Institut Pendidikan Ilmu Eksakta Menengah) dan ATS (Akademi Teknologi Semarang), membuat langkahnya makin pasti dan terkendali, dilandasi rasa syukur yang tinggi.

    Mencari solusi/menyelesaikan satu permasalahan ke permasalahan lain, menjadikan Tegoeh semakin matang dan terus berbagi kemampuan, pengetahuan serta pengalamannya, baik dengan staf maupun mitra kerjanya. Perjalanan karier Tegoeh di pemerintahan boleh dibilang cukup baik, setelah masuk di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah tahun 1982 dan mengabdi selama 16 tahun lebih dengan menduduki jabatan struktural Eselon IV serta pimpinan beberapa proyek, pada tahun bulan Februari 1999 hijrah ke Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah.

    Di sinilah Tegoeh Wynarno Haroeno memimpin beberapa kegiatan selain sebagai Kepala Sub Bagian Program, antara

  • 7Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    lain sebagai Kepala Laboratorium Bahasa dan Komputer, Pemimpin Proyek Sarana dan Prasarana Diklat, Pemimpin Proyek Analisis Kebutuhan Diklat dan akhirnya dipercaya menduduki jabatan Kepala Bidang Renjibang (Perencanaan, Pengkajian, dan Pengembangan) Diklat Provinsi Jawa Tengah.

    Tahun 2004 Mutasi ke Badan Informasi, Komunikasi dan Kehumasan (BIKK), menduduki jabatan Kepala Bidang Pelayanan Informasi dan Dokumentasi sekaligus sebagai Ketua Tim Penyusun sambutan Gubernur Jawa Tengah. Dua tahun setelah itu, atau tepatnya bulan April 2006, Tegoeh pindah ke Bappeda Provinsi Jawa Tengah dipercaya menduduki jabatan sebagai Kepala Bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya (Pemsosbud), kemudan pada tahun 2008 sebagai Kepala Bidang Perekonomian Bappeda Provinsi Jawa Tengah.

    Belum genap satu tahun, tepatnya tanggal 5 Maret 2009, Tegoeh Wynarno Haroeno dilantik sebagai Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian Setda Provinsi Jawa Tengah, yang diembannya selama sembilan bulan dan pada tanggal 30 November 2009, Tegoeh dikembalikan ke ''habitatnya'' sebagai Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

    Laku Prihatin dan Budi Mesu

    Meskipun saat ini Tegoeh Wynarno telah menjadi Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, dia tetaplah pria Jawa yang sederhana dan santun, tidak lupa terhadap asal-usul/perjalanan hidup yang pernah dilaluinya. Tansah

  • 8Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    ajeg mesu budi lan raga nganggo cara ngurangi mangan lan turu. Falsafah Jawa yang artinya ''Mengurangi makan dan tidur yang berlebihan agar kesehatan kita senantiasa terjaga'' inilah yang juga jadi pegangan Tegoeh.

    Wajar, karena sejak kecil dia dididik orang tuanya untuk laku prihatin dan tirakat agar dekat dengan Allah SWT. Salah satu yang hingga kini dilakukannya adalah tidak makan nasi dan tidak makan daging.

    Kini Tegoeh dikaruniai tiga anak, buah kasihnya dengan Rr Sriwuryaningsih, karyawati Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, yang dinikahinya tanggal 19 Maret 1983. Putri pertamanya Eka Agustine Wynarningsih SS. MHum, saat ini bekerja di Biro Otonomi Daerah dan Kerja Sama Setda Provinsi Jawa Tengah sambil menimba ilmu (program Doktor) di UNNES, putri keduanya Dewi Parikesit SIP. MM, saat ini bekerja di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah. Adapun putra bungsunya Hajar Adhiwibowo, SE, lulusan Universitas Bakri (Bakri School of Management) Jakarta jalur beasiswa prestasi, saat ini tengah menempuh pendidikan S-2 nya (Pasca sarjana) di Sekolah Manajemen Bisnis Institut Teknologi Bandung di Jakarta. Sedangkan anak angkatnya Ismu Pandoyo, bekerja sebagai PNS di Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah.

    Walaupun sebagian besar waktunya dihabiskan untuk urusan kedinasan, pejabat yang satu ini, tetap selalu memperhatikan keluarga. ''Bagi saya, keluarga adalah pilar kekuatan dalam meniti karier'', karena keluarga adalah

  • 9Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    pondasi yang kokoh untuk meraih cita-cita dan harapan yang baik.

    Selama ini dia memberikan kebebasan kepada putra-putri nya untuk membangun masa depannya dan menen tu-kan pilihan-pilihan hidupnya. Prinsip demokratisasi dalam ke luarga benar-benar diterapkan, bahkan cenderung liberal, sehingga masing-masing anggota keluarga diberi hak dan kebebasan mengeluarkan pendapat serta menentukan pilih-an-pilihan hidupnya dengan penuh rasa tanggung jawab.

    ''Ini juga menjadi suatu pembelajaran bahwa kedewa-saan bersikap dan melakukan hal-hal yang positif, memang perlu ditanamkan sejak dini,'' tandasnya.

    Memimpin sebuah organisasi apapun namanya tidak-lah mudah, sehingga butuh seni tersendiri, lebih-lebih da lam organisasi pemerintahan. Namun bagi Tegoeh Wynarno Haroeno, memimpin sebuah organisasi kedinasan yang diwarnai oleh kultur birokrasi yang kuat dan penuh rutinitas, merupakan sebuah tantangan yang menarik. Sebab, sesungguhnya dalam ruang lingkup birokrasi banyak warna, seperti merah, kuning, biru, hijau, ungu, hitam dan putih, justru dapat membuat dinamika kehidupan birokrasi berkembang dengan cepat, selaras dengan tekad reformasi birokrasi yang dicanangkan oeh Gubernur Ganjar Pranowo pada saat pelantikannya, selaras dengan pidato Menteri Dalam Negeri tanggal 23 Agustus 2013.

    ''Ibarat taman bunga, akan tumbuh berbagai macam dan warna bunga yang bermekaran sepanjang hari. Tinggal

  • 10Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    bagaimana mengemasnya agar bunga-bunga tersebut sema-kin indah dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara,'' ujar Tegoeh.

    Meluruskan Kemudi Yang Miring

    Sebagaimana disebutkan di atas, tanggal 30 November 2009 adalah salah satu tonggak sejarah karir Tegoeh Wynarno Haroeno, yakni saat dia dipercaya menjadi nakhoda di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Ada ungkapan, siapa pun yang menjabat Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah haruslah siap ''meluruskan kemudi yang miring''.

    Sepenggal kalimat itu bagi Tegoeh bisa bermakna ganda, kiasan dan nyata. Bermakna kiasan, karena kondisi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah saat itu, perlu banyak pembenahan. Ibarat mobil kemudinya selama ini miring, dan driver-nya harus bisa meluruskan. Sehingga arah mobil itu benar-benar lurus, sesuai dengan tujuan, visi dan misi dinas .

    Adapun bermakna nyata, karena posisi kemudi mobil inventaris (pelat merah) Kepala Dinas Perkebunan Jawa Tengah, saat itu miring alias tidak lurus dan tidak dalam posisi center sebagaimana lazimnya kemudi yang normal. Tentu fakta ini hanyalah masalah kecil, tetapi dalam konteks kepemimpinan, mempunyai nilai dan dampak yang sangat besar bagi sukses dan tidaknya seseorang dalam memimpin sekaligus menggerakkan roda organisasi.

  • 11Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Menemukan fakta sekecil apapun seperti halnya kemudi miring tersebut, jelas membutuhkan kecermatan, kesabaran, ketegasan dan keteladanan seorang pemimpin. Sebab dengan terungkapnya segala kekurangan yang ada, seorang pemimpin akan mampu meminimalisasi kelemahan, sekaligus mengoptimalkan semua kekuatan bagi tercapainya tujuan dan sasaran secara sinergis.

    Dinas Perkebunan, sebagai salah satu lembaga Pemerintah (Satuan Kerja Perangkat Daerah), harus dapat berperan/memberi manfaat optimal bagi rakyat, bangsa dan negara. Oleh karena itu tidak boleh dibiarkan stagnan, bahkan harus terus membangun, mengembangkan diri dan berkarya guna menyejahterakan bangsa. Apalagi perkebunan merupakan sub sektor dalam pembangunan sektor pertanian, wajib dapat memberikan kontribusi yang tinggi terhadap suksesnya pembangunan Jawa Tengah.

    Mengembangkan dan Meningkatkan Jejaring

    Mengurai permasalahan dan membenahi institusi yang sudah sakit, bukanlah pekerjaan gampang. Dibutuhkan kemampuan tersendiri dalam mendiagnosa penyakit dan kecermatan deteksi yang tepat dalam memilih obat untuk menyembuhkannya.

    Dengan berbekal kepercayaan diri, kemampuan dan pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya, penggemar tokoh wayang Werkudara, Kresna dan Semar ini melakukan langkah strategisnya. Yakni, ke dalam (internal) membenahi

  • 12Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    piranti keras dan lunak, sedangkan ke luar (eksternal) membangun kemitraan dengan berbagai pihak terkait, mengembangtingkatkan jejaring (networking), sejak dari tingkat lapangan, kabupaten, provinsi hingga tingkat pusat.

    Dengan gaya kepemimpinan yang low profile, gayungpun bersambut. Kehadiran Tegoeh Wynarno Haroeno sebagai nakhoda Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, memperoleh simpati dan dukungan yang besar, baik dari para pejabat struktural, fungsional maupun staf dan stakeholders masyarakat perkebunan.

    Tegoeh Wynarno Haroeno bersama istri

  • 13Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Memasuki tugas-tugas berat itu, pria berbintang Scorpio ini selalu menjalani kedekatan dengan siapapun, terutama dengan staf atau anak buah. ''Komunikasi yang intens dan hubungan kekerabatan/kekeluargaan yang dekat itu yang saya utamakan. Bila harmoni telah tercipta di lingkungan kerja, maka seberat apapun beban kerja yang ada, akan mengalir/terselesaikan dengan optimal,'' tegasnya.

    Kemudian ayah tiga orang anak ini menyebut perencanaan yang baik akan menjadikan pekerjaan itu jelas dan terukur, sehingga penyelesaian dan pelaksanaannya juga akan berjalan tepat waktu, bermanfaat optimal serta sesuai rencana, mengingat perencanaan yang baik dan rinci merupakan 60 % jaminan keberhasilan.

    ''Saya sering mengadakan rapat dan pertemuan-pertemuan dengan staf untuk merencanakan program dan kegiatan. Sebab, masukan staf, khususnya yang di lapangan, karena bersentuhan langsung dengan stakeholders perkebunan, akan sangat berguna sebagai bahan penyusunan kebijakan atau keputusan penting,'' tegasnya.

    Dengan sering melakukan rapat, maka selain akan menyamakan visi serta persepsi, juga akan meningkatkan pengertian dan pemahaman terhadap pelaksanaan program kerja. Tegoeh memahami benar bahwa di dalam lingkungan birokrat, meski nampak tenang dan terstruktur dengan baik, tetapi selalu saja ada percikan permasalahan yang mengarah pada konflik yang tidak sehat. Kondisi ini menurutnya dikarenakan like and dislike yang tidak boleh dibiarkan

  • 14Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    berkembang.

    Bila sudah demikian, penyuka olah raga menembak, bulu tangkis dan golf itu, akan melakukan tindakan-tindakan tegas dengan mengacu pada penegakkan disiplin tinggi. ''Ada saatnya ketegasan itu dibutuhkan, tetapi di lain sisi, pendekatan secara kekeluargaan juga perlu dikembangkan.''

    Dengan demikian, jejaring kerja akan dapat terajut dan terjalin hingga ketingkat lapangan, baik internal dinas maupun dengan para stakeholder/pemangku kepentingan perkebunan, sehingga penyelesaian permasalahan yang dihadapi dapat dilaksanakan secara komprehensif dan sinergis.

    Amalkan Hasta BrataItulah sebabnya menurut Tegoeh, seorang pemimpin

    harus mengamalkan laku Hastabrata. Hasta berarti delapan dan brata artinya watak atau laku. Seorang pemimpin harus dapat berperan dan memiliki laku/watak seperti ciptaan Sang Khaliq yang ada di jagat raya ini, yakni memiliki watak seperti Kartika (bintang), berwujud indah dan menghiasi malam yang kelam serta menjadi pedoman bagi mereka yang kehilangan arah.

    Selain itu, juga memiliki karakter Matahari (surya) yang hangat, penuh energi dan pemberi motivasi hidup; Bulan (candra), yang memiliki wujud indah, menentramkan dan menerangi dalam kegelapan; Angin (bayu), yang mempunyai sifat menyejukkan dan dapat mengisi setiap ruang kosong

  • 15Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    walaupun di tempat yang rumit sekalipun; Api (hagni/dahana), yang dapat membakar semangat dan bersifat tegak (menegakkan disiplin dan aturan); Air (tirta), menghidupkan semua yang tumbuh; Bumi (bawana), sebagai tempat berpijak dan Samudra (lautan) yang dapat menerima semua masukan dari manapun, baik yang manis maupun pahit sekalipun.

    Semua itu bila dirangkum secara komphensif dan implementatif mengandung arti keteladanan dan penegakan disiplin. Seorang pemimpin harus cerdas dan mumpuni. Staf adalah aset, bukan alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu staf harus diberdayakan dan diberikan kesempatan untuk berinovasi, berkreasi, mengemukakan pendapat dan menyampaikan ide bahkan kritik yang konstruktif guna peningkatan kinerja.

    Seorang pemimpin harus mampu sebagai bapak, komandan, sahabat, guru dan sekaligus sebagai pelayan. Membangun karier sejak muda di Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tegoeh banyak mengajari arti penghargaan sebuah solidaritas dan jiwa sosial, mendelegasikan tugas sesuai tupoksi dan menebar kepercayaan kepada bawahannya. Ketika yang lain terbiasa terpaku pada rutinitas dan mekanisme kerja yang ada, dimana langkah-langkah, kebijakan dan pengambilan keputusan mengacu pada alur birokrasi yang kaku, Tegoeh berani berbeda.

    Misalnya memberikan kesempatan bawahannya untuk berkreasi, menyampaikan kritik konstruktif, saran, pendapat, mendelegasikan tugas-tugas secara tuntas di tingkat anak

  • 16Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    buahnya dan memberikan kepercayaan kepada staf untuk menyelesaikan tugas secara komprehensif. Keberanian inilah membuat langkah dan kebijakannya membawa dinamika kemajuan yang besar di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, selain institusi Dinas Perkebunan semakin di per-hitungkan, karyawan-karyawatinya kian sejahtera sehing ga tidak mengherankan apabila dalam tiga tahun kepe_mim-pinannya, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah berhasil meraih 30 penghargaan.

    Begitu banyak pembelajaran yang bisa diperoleh dari Tegoeh Wynarno Haroeno, seperti keinginannya terhadap hasil akhir pekerjaan yang optimal, pelaksanaan tugas yang cepat dan terkontrol, check and recheck. ''Bagaimanapun sempurnanya dalam merencanakan suatu pekerjaan , tetapi faktor x tetap harus diperhitungkan,'' jelasnya.

    Untuk itu dalam ''meluruskan kemudi yang miring'' dia memiliki strategi khusus, yakni menempatkan personel dan perangkat secara berlapis. Untuk lini depan, Tegoeh tidak mau ambil risiko, harus menempatkan SDM terbaik, baru menyusul peringkat atau lapisan berikutnya.

    Dalam merencanakan penyelesaian suatu pekerjaan, juga disusun rencana berlapis, apabila rencana A gagal atau kurang optimal, maka dilaksanakan rencana B, C, dan seterusnya, termasuk kreasi dalam memadukan/meng-integrasikan rencana-rencana dimaksud baik internal maupun eksternal, bahkan mengkaitkannya dengan lingkung_an strategis, sehingga tercapai pengelolaan kegiatan secara

  • 17Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    komprehensif dan sinergis, mengingat rencana yang baik merupakan 60 % jaminan keberhasilan.

    Menebar Kepercayaan, Menuai Prestasi

    Di awal karirnya sebagai kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, alokasi anggaran untuk institusi yang dipimpinnya pada tahun 2010 sebesar sekitar Rp 48 miliar. Terdiri atas APBD Rp 31 miliar dan APBN Rp 17 miliar.

    Tegoeh segera menyingsingkan lengan baju, berfikir cepat, cerdas dan cermat, agar bisa bekerja optimal, melaku-kan pembenahan internal sekaligus menebar kepercayaan ke eksternal, baik di tingkat provinsi maupun pemerintah pusat. Usahanya berbuah manis. Dibantu seluruh stafnya dan soliditas internal kantornya, secara bertahap namun pasti, setiap tahun anggaran Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah naik hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

    Tahun 2011 Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah mendapat APBD Rp 45 miliar dan APBN Rp 40 miliar. Tahun 2012 dari APBD Rp 69 miliar dan APBN Rp 145 miliar. Tahun 2013 APBD Rp 108 miliar dan APBN Rp 227 miliar.

    Kenaikan alokasi anggaran untuk Dinas Perkebunan Provinsi Jateng hampir dua kali lipat pada setiap tahunnya. Serapan anggaran setiap tahun rata-rata 97-98 persen, sedangkan kegiatan fisik yang berhasil kami lakukan mencapai 100 persen. Sehingga ada penghematan anggaran sekitar 2-3 persen setiap tahun, jelasnya.

  • 18Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    Tegoeh menjelaskan, guna mendekatkan sekaligus mem berikan pelayanan prima kepada masyarakat perkebun-an, utamanya dalam hal perbenihan, kebun produksi, perlindungan tanaman, peralatan dan mesin serta pengujian mutu hasil perkebunan, melalui Peraturan Gubernur Nomor : 36 tahun 2008, dibentuk tiga UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) perkebunan yakni : (1) Balai Perbenihan dan Kebun Produksi, yang berkantor di Jl. Hasanudin No. 833 Salatiga, (2) Balai Proteksi Tanaman Perkebunan, yang berkantor di Jl. Hasanudin No. 833 Salatiga, dan (3) Balai Alat Mesin dan Pengujian Mutu Hasil Perkebunan, yang berkantor di Mojosongo Kota Surakarta.

    Sebuah institusi, secakap apapun nakhodanya, jika tidak didukung kondisi internal yang solid, akan sulit berkembang serta dipercaya masyarakat dan stakeholders, tandasnya.

    Berlandaskan Pergub Nomor : 85 Tahun 2012, Dinas Perkebunan yang bermarkas di Tarubudaya Ungaran dengan kekuatan personel 409 orang (226 PNS, 9 honorer serta 174 TKP dan PLP) beserta sejumlah sumber daya (resources) yang cukup memadai, Tegoeh menakhodai biduk itu agar dengan cepat dan tepat membangun perkebunan untuk kesejahteraan rakyat Jawa Tengah. Terlebih lagi, ada 17 komoditas utama yang harus digarap secara simultan, yakni : Rumpun Tanaman Semusim (Tebu, Tembakau, Kapas dan Wijen), Rumpun Tanaman Tahunan (Kelapa, Karet, Jambu Mete, Aren dan Casiavera), Rumpun Tanaman Rempah-

  • 19Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Penyegar (Kopi, Teh, Kakao, Cengkeh, Lada) dan Rumpun Tanaman Astiri (Nilam, Sereh Wangi, Kenanga dan Daun Cengkeh), serta memiliki tekad yang bulat guna mewujudkan Swasembada Gula Jawa Tengah tahun 2013, sekaligus mendukung Swasembada Gula Nasional tahun 2014.

    Berbekal tiga puluh penghargaan tingkat nasional dan daerah yang diraih selama tiga tahun kepemimpinannya, menurut Tegoeh, kesemuanya itu adalah penghargaan untuk masyarakat perkebunan Jawa Tengah.

    Adapun 30 (tigapuluh) Penghargaan Dinas dan Masyarakat Perkebunan Jawa Tengah Tahun 2010 s/d 2013, adalah sebagai berikut :

    1. Piagam Penghargaan KPTR Terbaik Tingkat Nasional dalam Pengembalian PMUK diperoleh KPTR REKSA JAYA Kabupaten PEMALANG

    2. JUARA 1 LOMBA KETAHANAN PANGAN Tingkat Nasional diperoleh Kelompok Tani WAHYU TANI Desa Pejagran, Kec. Ngombol, Kab. Purworejo

    3. Penghargaan Terbaik Tingkat Nasional dalam PENE-RAPAN INOVASI PESTISIDA NABATI UNTUK PENGEN-DALIAN HPT PERKEBUNAN, diperoleh Sdr. Joko Sunarmin Desa Sambirejo, Kec. Jumantono Kab.Karanganyar

    4. PROVINSI PENGELOLA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN TERBAIK Tingkat Nasional

    5. Piala ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA dari Presiden

  • 20Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    RI kepada Gubernur Jawa Tengah, sebagai Provinsi Terbaik dalam Pembangunan Ketahanan Pangan

    6. Piala ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA Katagori Peng-guna Kreatif Teknologi Terbaik kepada Sdr. Walim, Ketua Kelompok Tani Makmur, Desa Surajaya, Kecamatan Pemalang

    7. Piala ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA sebagai Pelaku Usaha Penerap Jaminan Mutu Pangan Perkebunan Ter baik, diperoleh Kelompok Tani Manggar Manis, Desa Kedung Urang, Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas

    8. Piala ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA sebagai Petugas Pengawas Mutu Hasil Perkebunan Terbaik diperoleh Sdr. Medi Susilo, Petugas PMHP, Kabupaten Purworejo

    9. Piala ABDI BHAKTI TANI sebagai Pelayan Terbaik Tingkat Nasional di Bidang Perbenihan dan Pengelolaan Kebun Produksi

    10. PETANI TEBU BERPRESTASI Tingkat Nasional diperoleh Sdr. TAUFIK HDIAYAT, SE Ketua KPTR Harapan Manis Kabupaten Batang

    11. Satuan Kerja (SATKER) PENGELOLA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN Terbaik II Tingkat NASIONAL Tahun 2011

    12. Plakat ABDI BHAKTI TANI, sebagai Pelayanan Terbaik Tingkat Madya di Bidang Perlindungan Tanaman Perkebunan

    13. Piagam Penghargaan CITRA BHAKTI KINERJA PELAYANAN

  • 21Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    PUBLIK Tingkat Nasional

    14. Piagam Penghargaan PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 Tingkat Nasional

    15. Penghargaan PENYERAPAN DAN PERTANGGUNG-JAWAB AN DANA DIPA TERBAIK Semester I Tahun 2012

    16. Satuan Kerja (SATKER) PENGELOLA PERKEBUNAN TER-BAIK PERTAMA TINGKAT NASIONAL

    17. Penghargaan Menteri Pertanian RI Katagori MOTIVATOR SWASEMBADA GULA TERBAIK Tingkat Nasional untuk Gubernur Jawa Tengah

    18. PETANI TEBU BERPRESTASI Tingkat Nasional, diperoleh Sdr. H. RUHADI R, Ketua KPTR REKSA JAYA, Desa Kramat, Kecamatan Pemalang

    19. Piala ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA diperoleh Kelom pok Tani SUBUR MAKMUR, Desa Sumber Harjo, Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati

    20. Penghargaan PPHP AWARD Katagori PELAKU USAHA INOVASI PENGELOLAAN PRODUK PERKEBUNAN TERBAIK untuk CV. INAGRO JINAWI, Jl. Jambu No. 6, Kedung Wuluh, Purwokerto, Kabupaten Banyumas

    21. SERTIFIKASI PRODUSEN PANGAN ORGANIK GULA KELAPA, diperoleh Kelompok Tani LEGEN ARDI RAHARJA, Desa Karanggintung, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas

    22. Penghargaan CUPPING COMPETITION Juara II Tingkat Nasional AEKI, diperoleh Kelompok Tani Kopi SIDO

  • 22Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    UTOMO, Desa Candi Garon, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang

    23. Penghargaan CUPPING COMPETITION Juara III Tingkat Nasional AEKI, diperoleh Kelompok Tani Kopi GONDO ARUM, Desa Binangun, Kecamatan Karangkobar, Kabu-paten Banjarnegara

    24. Penghargaan sebagai PENDAMPING PELAKU PEMBA-NGUNAN KETAHANAN PANGAN PEMBERDAYAAN MA-SYARA KAT TERBAIK Tingkat Nasional, diperoleh Sdri. SITI NUR FAEZAL, Desa Sukolilo, Kecamatan Sukolilo, Kabu_paten Pati

    25. PENGELOLA KEUANGAN TERBAIK (Dua tahun Berturut-turut tidak pernah ada tambahan UYHD) APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2011 dan 2012

    26. Penghargaan Sebagai TOKOH PRIA BERPRESTASI TAHUN 2012, untuk Ir. TEGOEH WYNARNO HAROENO, MM dari Forum Komunikasi Wartawan Indonesia

    27. Penghargaan Pemenang Ke-2 Kategori KETEPATAN PENYERAPAN ANGGARAN Semester II Tahun Anggaran 2012, dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Semarang II

    28. Penghargaan Pemenang Ke-3 Kategori KUALITAS REKON-SILIASI DAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN Satuan Kerja Semester II Tahun Anggaran 2012, dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Semarang II

  • 23Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Mencoba traktor bersama Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI Gamal Nasir

    29. Piala CITRA PELAYANAN PUBLIK dari Presiden Republik Indonesia, kepada Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Provinsi Jawa Tengah

    30. Penghargaan BEST EXECUTIVE OF INDONESIA 2013 kepada Ir. TEGOEH WYNARNO HAROENO, MM dari Yayasan Penghargaan Indonesia

    "Penghargaan-penghargaan tersebut diharapkan akan te rus bertambah melebihi perolehan tahun-tahun sebelumnya", ka ta Tegoeh Wynarno Hr, penerima Anugerah Satya Lencana Kar ya Satya 10 dan 20 tahun dari Presiden RI pada tanggal 5 Mei 2000 (ditandatangani Presiden Abdurrahman Wahid) dan tang gal 25 Juli 2006 (ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudoyono).

  • 24Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    Bersama Ayah dan Ibu Haroeno

    Mendapat Penghargaan Satker Terbaik Tingkat Nasional

  • 25Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    SEJARAH

    Dinas Perkebunan dibentuk guna mengisi otonomi daerah dalam mengelola/menjalankan urusan pertanian khususnya Subsektor Perkebunan. Dengan dasar Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor: PUOD 65/2/4, tanggal 18 Januari 1973 dibentuk Dinas Perkebunan Rakyat Daerah (Diperada) Provinsi Jawa Tengah. Tugas dan fungsinya adalah membina Perkebunan Rakyat. Adapun untuk urusan Perkebunan Besar, menjadi tanggung jawab dan wewenang Inspektorat Perkebunan Besar Wilayah VII, yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Perkebunan.

    Kemudian dengan SK Gubernur Nomor: HUK 40/1976, tanggal 25 Mei 1976, Pemerintah Provinsi Dati I Jawa Tengah menggabungkan Dinas Perkebunan Rakyat Daerah dengan Inspektorat Perkebunan Besar Wilayah VII, menjadi Dinas Perkebunan Provinsi Dati I Jawa Tengah. Sehingga tanggal 25 Mei merupakan Hari Jadi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

    SEJARAH, VISI, DAN MISI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH

    2BAGIAN

  • 26Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    Selanjutnya untuk memantapkan status hukum dan organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Dati I Jawa Tengah Nomor: 5 tahun 1980, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Dati I Jawa Tengah. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan, disempurnakan dengan Perda Nomor 23 tahun 1981.

    Karena pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Perkebunan mencakup seluruh daerah kabupaten/kota se-Jawa Tengah, maka dengan Keputusan Mendagri tanggal 17 Juni 1982 Nomor: 061/4943/Sj dan didukung Surat Keputusan Gubernur Nomor: 061.1/108/1982, serta dimantapkan dengan Perda Nomor: 1 tahun 1986 tentang Pembentukan organisasi dan tata kerja Cabang Dinas Kab/Kota, dibentuklah cabang-cabang Dinas Perkebunan diseluruh Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah, sehingga pada masa itu, kegiatan pembangunan sub sektor perkebunan Jawa Tengah diselenggarakan dalam satu komando sejak dari tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan (Mantri Perkebunan) hingga ke tingkat lapangan (Desa). Selanjutnya, melalui Perda Nomor : 3 tahun 1992, yang kemudian diimplementasikan secara nyata pada bulan Agustus 1993, Pemerintah Provinsi Dati I Jawa Tengah menyempurnakan susunan organisasi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, dengan Perda Nomor : 8 tahun 1996, tentang SOTK Dinas Perkebunan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah.

    Perkembangan di era reformasi, dalam rangka melak-

  • 27Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    sanakan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab, maka diubahlah Susunan Organisasi Dinas Perkebunan melalui Perda Nomor : 7 tahun 2001 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Susunan Organisasi Dinas-Dinas Provinsi Jawa Tengah. Khusus untuk Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah ditetapkan berlandaskan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 21 tahun 2002. Sejak saat itulah terjadi perubahan nyata pengelolaan pembangunan sub sektor perkebunan yang semula dalam satu komando dari tingkat Provinsi, beralih ketingkat Kabupaten/Kota yang potensi perkebunannya cukup beragam, sehingga dari nama/nomenklatur Dinasnya saja tidak sama, ditambah lagi banyak personil cabang Dinas Perkebunan yang mutasi ke Instansi/SKPD lain, sebagai konsekuensi diterapkannya otonomi daerah.

    Oleh karena itu, strategi pengelolaan pembangunan perkebunan sangat berbeda, yakni mengutamakan integrasi menuju sinergi secara komprehensif mulai dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota hingga ketingkat lapangan, sehingga susunan organisasi, kedudukan dan tugas pokok-fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah disempurnakan dengan Perda nomor 6 tahun 2008, yang dijabarkan dalam Pergub nomor 79 tahun 2008 tentang Penjabaran tugas pokok dan fungsi serta tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

    Saat ini kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah

  • 28Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    diatur dalam Peraturan Gubernur nomor : 85 tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Gubernur nomor : 79 tahun 2008 tentang Penjabaran tugas pokok, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

    VISI dan MISI

    Sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Jawa Tengah, sudah barang tentu Dinas Perkebunan merumuskan dan menyusun Visi-Misi selaras dengan Visi-Misi Gubernur dan Wakil Gubernur hasil pemilihan umum Gubernur (Pilgub) tanggal 26 Mei 2013, yakni pasangan Bapak H. Ganjar Pranowo, SH dan Bapak Drs H. Heru Sudjatmoko, MSi, yang dalam Musrenbang RPJMD Provinsi Jawa Tengah tanggal 12 sampai dengan 13 Nopember 2013, mengusung Visi Jawa Tengah tahun 2013-2018 "Menuju Jawa Tengah Sejahtera : mboten korupsi, mboten ngapusi", dengan penjelasan bahwa "Sejahtera" sebagai kondisi capaian, "berdikari" sebagai metode dan "mboten korupsi-mboten ngapusi" sebagai pegangan laku kerja.

    Adapun tolak ukur "Sejahtera" adalah terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat, terciptanya hubungan yang harmonis antar elemen masyarakat, dan tersedianya sarana dan prasarana publik yang memadai.

    Sedangkan tolak ukur "berdikari", adalah berdaulat dalam mengambil keputusan dan menentukan arah pembangunan Jawa Tengah dalam koridor NKRI, serta mandiri dalam mengeksplorasi, mengolah dan mengembangkan SDA,

  • 29Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    SDM, kearifan lokal, ekonomi, politik, sosial dan budaya tanpa mengisolasi diri, serta berkepribadian dalam membangun identitas Jawa Tengah yang tepo seliro, tidak memihak, tidak ABS dan inklusif baik dalam pergaulan nasional maupun internasional.

    Selanjutnya tolak ukur "Mboten korupsi-mboten ngapusi" adalah/merupakan sikap dan laku kerja bagi para pelaku pembangunan di Jawa Tengah agar tidak korupsi, tidak kolusi dan tidak nepotisme dalam arti bekerja berdasarkan kompetensi, objektifitas dan transparansi, serta menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong dan harmoni, tanpa ego sektoral dan selalu berorientasi pada outcome.

    Adapun pelaku pembangunan dimaksud adalah jajaran pemerintahan disemua tingkatan/level, tokoh masyarakat, pakar, profesional, pelaku bisnis, aktifis ormas, organisasi rakyat, LSM dan lain-lain, yang mendukung pencapaian Visi melalui Misi dan Program Kerja yang disusun oleh Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih.

    Berdasarkan dan berlandaskan uraian dimaksud, maka Visi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah adalah "Menjadi Institusi Terdepan dalam Mewujudkan Per ke bunan yang Berdaya Saing Tinggi dan Berkelanjutan, un tuk Kedaulatan/Kemandirian dan Percepatan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat".

    Apabila dicermati, dalam visi tersebut tersurat kalimat berdaya saing, kedaulatan dan kemandirian, yang dimaksudkan selaras/sejalan dengan program aksi paket

  • 30Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    mandiri, yakni mendorong penguatan ekonomi kawasan perdesaan guna mewujudkan kemandirian petani pekebun.

    Disamping itu, tersirat pula kalimat berkelanjutan, yang selaras/sejalan dengan program aksi paket lingkungan, yakni melestarikan lingkungan hidup melalui kegiatan konservasi dan pengembangan energi ramah lingkungan berbasis komunal.

    Sedangkan diakhir visi tersebut, tertulis kalimat kesejahteraan, yang selaras dengan program aksi paket sejahtera, yakni menanggulangi/mengatasi kemiskinan dengan mendayagunakan kekuatan ekonomi kerakyatan.

    Selanjutnya, guna mewujudkan Visi dimaksud, ditetapkan Misi, yang merupakan jabaran dan tahapan mencapai Visi, melalui pemanfaatan secara optimal seluruh sumber daya (resource) yang tersedia, dengan fokus/faktor kunci pemberdayaan sumber daya manusia dan kelembagaan perkebunan, mencakup 4 (empat) butir, yakni :

    1. Mewujudkan sumber daya Perkebunan yang berkualitas, sekaligus mendukung ketersediaan bahan baku industri berbasis Perkebunan, guna memperkuat dan mempercepat laju pertumbuhan perekonomian daerah serta ekspor non migas;

    2. Mewujudkan sistem kelembagaan Pekebun dan Stakeholder Perkebunan yang mandiri dan berkelanjutan;

    3. Mengembangkan kawasan sentra komoditas Perkebunan sebagai basis penyerapan tenaga kerja di Perdesaan,

  • 31Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    guna penanggulangan kemiskinan dan pengangguran; serta

    4. Meningkatkan kualitas hasil komoditas Perkebunan yang berdaya saing tinggi, guna mempercepat peningkatan pendapatan dan kesejahteraan Pekebun.

    Setelah ditetapkannya RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun 2013-2018, segera diikuti dengan penetapan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa tengah Tahun 2013-2018, yang didalamnya memuat penjabaran misi dimaksud kedalam kebijakan, strategi, program dan kegiatan-kegiatan Dinas selaras dengan aturan yang berlaku, sebagai landasan secara bertahap mencapai Misi untuk mewujudkan Visi.

    Temu Wicara dengan Petani Tebu Sragen

  • 32Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    Perkebunan Teh Tambi

  • 33Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Pada hakekatnya, pembangunan perkebunan Jawa Tengah diarah kan untuk pemenuhan bahan baku industri dalam negeri dan peningkatan ekspor non migas guna mendapatkan/meraih sekaligus meningkatkan devisa negara.

    Kondisi tersebut, selaras dengan kebijakan Gubernur Jawa Tengah, utamanya mengenai kedaulatan/kemandirian petani pekebun, khususnya dibidang pangan perkebunan (komoditas gula dan rempah penyegar)

    Oleh karena itu, penjabaran di lapangan adalah harmonisasi hubungan petani pekebun dengan pengusaha baik pengolah, pedagang maupun eksportir, sehingga kata kuncinya adalah KEMITRAAN.

    Dengan demikian, petani pekebun harus didampingi dalam rangka menjalin dan meningkatkan jalinan kemitraan dengan pengusaha, mengingat pada saat panen, umumnya harga komoditas perkebunan cenderung menurun karena oversupply.

    STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN JAWA TENGAH

    3BAGIAN

  • 34Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    A. PEMENUHAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI

    DALAM NEGERI

    Selaras dengan misi perkebunan Jawa Tengah yang antara lain mewujudkan pemanfaatan kebun secara adil untuk kesejahteraan masyarakat, maka kegiatan pengembangan komoditas perkebunan diupayakan agar semaksimal mungkin dapat memberikan kontribusi terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat.

    Dari data pengembangan komoditas, paling tidak telah menghidupkan roda perekonomian para petani di Jawa Tengah, pada pertengahan tahun 2013, tercatat ada 1.772.656 kepala keluarga (kk) yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi (on-farm) komoditas perkebunan.

    Seperti komoditas kelapa untuk diolah menjadi kopra melibatkan 995.648 kk, tebu 83.687 kk, kopi robusta 160.936 kk, kopi arabika 23.773 kk, tembakau 142.278 kk, kakao 27.317 kk, karet 11.342 kk, jambu mete 62.583 kk, cengkeh 203.374 kk, teh 16.387 kk, lada 11.882 kk, dan komoditas jarak pagar dimiliki oleh 13.742 kk.

    Secara ringkas kondisi komoditas utama perkebunan dimak sud hingga pertengahan tahun 2013, dapat disajikan dalam tabel berikut :

  • 35Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Kondisi Komoditas Utama Perkebunan Jawa Tengah Akhir Tahun 2012 diperinci menurut menurut luas areal, produksi, produktivitas, wujud produksi, jumlah pemilik (KK petani) dan sebarannya.

    No Komoditas Luas Areal (Ha)Produksi

    (ton)

    Produk-tifitas

    (kg/ha)

    Wujud Produksi

    Jumlah Petani (KK)

    1 2 3 4 5 6 71 Kelapa Dalam 234.080,60 182.162,83 1.107,00 kopra 1.181.270

    2 Tebu 68.296,52 329.191,24 4.900,00 gula ristal 92.956

    3 Kopi Robusta 31.158,44 31.463,92 1.305,00 wose 158.018

    4 Kopi Arabika 5.864,14 2.010,99 573,00 wose 37.943

    5 Tembakau 49.883,64 36.747,50 768,00rajangan kering

    150.553

    6 Kakao 6.730,95 1.890,20 656,00 biji kering 27.931

    7 Karet 7.732,50 1.580,17 976,00 sheet 16.120

    8 Jambu Mete 25.403,63 12.056,84 732,00glondong kering

    123.844

    9 Cengkeh 41.713,46 7.571,75 294,96 bunga kering 233.565

    10 T e h 5.140,32 6.435,99 1.524,00 daun kering 29.397

    11 Kapas 617,60 108,63 178,00 serat berbiji 1.617

    12 Lada 1.549,03 1.522,25 1.565,00 biji kering 12.118

    13 Jarak Pagar 2.978,34 275,62 274,00 biji kering 12.225

    Sesungguhnya untuk komoditas kopi, kakao, karet dan teh diprioritaskan pada ekspor. Namun demikian, selaras dengan permintaan pasar internasional, komoditas-komo-ditas tersebut harus diolah terlebih dahulu, sehingga tetap masuk dalam kategori pemenuhan bahan baku industri

  • 36Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    dalam negeri.

    B. PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS

    Kembali ke khitahnya, bahwa pada awalnya Dinas Perkebunan merupakan salah satu bagian pada Dinas Pertanian Rakyat, yakni Bagian Tanaman Industri dan Perdagangan, maka selain pemenuhan bahan baku industri dalam negeri, adalah peningkatan nilai ekspor non migas, yakni meningkatkan produksi, produktivitas dan utu komoditas perkebunan selaras dengan permintaan pasar internasional/ekspor, khususnya/utamanya komoditas kopi, kelapa, teh dan kakao.

    Tujuan utama peningkatan ekspor non migas adalah untuk meraih/memperoleh sekaligus meningkatkan devisa negara, sebagai salah satu pilar ketahanan/kedaulatan perekonomian Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya.

    Kata kunci dari peningkatan ekspor non migas sub sektor perkebunan adalah pemberdayaan petani /komoditas agar dapat menghasilkan kualitas produksi selaras dengan permintaan pasar global (internasional)

    Dengan demikian, maka para ptani pekebun dapat memproduksi komoditas/memberdayakan usahataninya selaras dengan baku/standar teknis budidaya yang memiliki daya saing tinggi dan efisien.

    1. Pemberdayaan Kopi

  • 37Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Kebutuhan kopi untuk wilayah Jawa Tengah sebanyak 7.500 ton per tahun, sedangkan produksi kopi untuk kopi arabika 14.820 ton, kopi robusta 9.017 ton. Tingkat produktivitas kopi dari Perkebunan Besar Swasta (PBS) 634 kg per ha dan untuk PT (Persero) Perkebunan Nusantara (PTPN) sebanyak 874 kg per ha.

    Areal kopi di Jawa Tengah tahun 2012 seluas 38.780,52 ha, didominasi lahan perkebunan rakyat (PR) seluas 36.901,05 ha, terdiri tanaman kopi robusta 31.036,91 ha dan kopi arabika 5.864,14 ha. Perkebunan besar swasta (PBS) seluas 641,73 ha dan perkebunan Besar Negara (PBN) seluas 1.237,74 ha, keduanya membudidayakan kopi robusta.

    Sedangkan produksi kopi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebanyak 34.592,37 ton, terbanyak berasal dari Perkebunan rakyat mencapai 33.474,91 ton, terdiri kopi robusta 31.463,92 ton dan kopi arabika 2.010,99 ton, Perkebunan Besar Swasta sebanyak 985,39 ton serta Perkebunan Besar Negara 132,07 ton kopi robusta.

    Untuk memacu produksi kopi, Pemerintah Jawa Tengah melakukan rehabilitasi lahan pasca erupsi Gunung Merapi dengan bantuan bibit kopi seluas 250 ha dari dana APBN, dalam bentuk bantuan sosial di 3 Kabupaten, meliputi Boyolali 75 ha (Selo, Musuk, Cepogo), Klaten 75 ha (Kemalang) dan Magelang 100 ha (Salaman). Di luar kawasan Gunung Merapi pengembangan tahun 2011 dan APBD, di Kabupaten Wonosobo, Temanggung, Brebes dan Pati seluas 20 ha (masing-masing 5 ha).

  • 38Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    Untuk pengembangan tahun 2011 dialokasikan kegiatan yang didanai APBD, yaitu peremajaan kopi, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) kopi, bantuan unit pengolahan hasil (UPH) kopi, pemberdayaan petani. Sedangkan program yang didanai APBN meliputi peremajaan kopi, pengendalian OPT kopi, pemberdayaan kelompok tani, agro industri terpadu, pemberdayaan dan pembinaan petani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APeKi) sekaligus pemasaran dan ekspor kopi diakomodasi oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten, bermitra dengan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Tengah.

    Sedangkan tahun 2012 dari angaran APBN dikembangkan Kopi seluas 400 ha yaitu : Kabupaten Boyolali 100 ha, Klaten 100 ha dan Kabupaten Semarang 200 ha. Khusus di Kabupaten Semarang pengembangan Kopi menggunakan bibit Kopi Somatik Embriogenesis (SE).

    Dari hasil tersebut, pada tahun 2011 ekspor kopi dari Jawa Tengah berhasil mencapai 10.872 ton lebih dengan negara tujuan Jepang, Eropa, Cina dan Timur Tengah. Kondisi itu akan memperbaiki kinerja ekspor kopi Jawa Tengah yang mengalami penurunan selama 2 tahun terakhir dari 12.000 ton pada tahun 2009 menjadi hanya 10.000 ton pada 2010.

    Perkembangan realisasi volume dan nilai ekspor kopi Jawa Tengah dalam 3 tahun terakhir, dapat disajikan dalam tabel berikut.

  • 39Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Tabel Perkembangan Realisasi Volume dan Nilai Ekspor Kopi dari Jawa Tengah

    No. BULAN2009 2010 2011 2012

    Vol (kg) Nilai (US$) Vol (kg) Nilai (US$) Vol (kg) Nilai (US$) Vol (kg) Nilai (US$)

    1. Januari 730.000,00 1.431.931,73 468.000,00 835.227,90 644.00,00 133.334,00 385.200,00 1.099.149,60

    2. Pebruari 799.240,00 1.611.759,59 270.086,40 550.890,42 874.040,00 1.951.659,52 322.708,00 718.348,80

    3. Maret 329.850,00 650.700,60 450.060,00 945.180,42 1.237.500 2.533.974,68 123.600,00 324.473,00

    4. April 485.872,70 899.290,90 554.280,00 953.018,00 1.056.060,00 2.397.988,03 99.448,00 337.826,00

    5 Mei 468.005,00 806.362,60 332.400,00 578.762,70 821.080,00 2.027.185,94 481.980,00 1.200.622,00

    6. Juni 1.496.400,00 2.395.972,65 270.000,00 569.684,00 955.220,00 2.424.749,76 477.390,00 1.198.143,60

    7. Juli 1.568.580,00 2.276.229,00 1.018.030,00 1.909.730 761.860,00 2.210.749,22 499.700,00 1.236.626,29

    8. Agustus 1.448.646,00 2.324.070,04 1.063.247,00 2.017.109,92 955.300,00 2.342.992,08 1.048.520,00 2.602.480,40

    9. September 1.272.413,20 1.876.047,51 921.540,00 1.970.208,18 1.213.280,00 3.149.412,48 956.960,00 2.492.466,02

    10. Oktober 1.637.200,00 2.578.894,65 1.648.556,00 3.257.779,03 998.528,00 2.612.335,40 951.200,00 2.357.476,70

    11. Nopember 1.231.085,00 2.074.218,03 1.704.370,00 3.174.374,26 921.405,00 2.279.329,55 456.732,00 1.370.121,10

    12. Desember 801.330,00 1.371.567,10 1.623.180,00 3.203.960,90 1.159.526,00 1.159.526,00 - -

    12.269.197,59 20.297.044,40 10.323.749,40 19.965.908,83 10.872.332,20 26.421.676,66 5.803.438,00 14.937.733,51

    2. Pemberdayaan Pengembangan Kelapa

    Kelapa merupakan komoditas unggulan perkebunan Jawa Tengah yang sebagian besar diusahakan oleh Perkebunan Rakyat dengan luas areal 258.894,20 ha, meliputi kelapa Dalam seluas 234.080,60 ha, kelapa Deres seluas 23.905,11 ha, dan kelapa Hibrida seluas 907,49 ha, yang tersebar di 32 Kabupaten/Kota. Disamping itu, juga diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta dan Negara seluas 966,61 ha. Sentra pengembangan kelapa di Jawa Tengah berada di Kabupaten Kebumen, Purworejo, Purbalingga, Cilacap, Banyumas, Banjarnegara, Wonogiri, Jepara, Sragen, Klaten dan Kabupaten Rembang.

    Untuk memenuhi ketersediaan kebutuhan kelapa

  • 40Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    di Jawa Tengah, ditempuh melalui intensifikasi tanaman, peremajaan tanaman dan perluasan tanaman, baik melalui anggaran APBD maupun APBN swadaya masyarakat. Tahun 2012 dari anggaran APBD dengan kegiatan perluasan kelapa seluas 110 ha di 11 Kabupaten, masing-masing Kabupaten 10 ha yakni di Kabupaten Temanggung, Pekalongan, Rembang, Blora, Demak, Banyumas, Purbalingga, Kendal, Jepara, Pati dan Kabupaten Pemalang, dari anggaran APBN, berupa bantuan sosial, seluas 975 ha.

    3. Pemberdayaan Pengembangan Teh

    Teh termasuk dalam kelompok tanaman rempah penyegar, dalam 5 tahun terakhir ini keadaannya stabil dengan luasan 5.108,46 ha. Pada tahun 2012 yang diusahakan perkebunan rakyat dengan sentra pengembangan teh di Kabupaten Banjar negara, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal dan Kabupaten Brebes. Produksi Teh sebesar 5.821,31 ton dengan produktivitas 1.373 kg/ha daun kering. Lokasi pabrik teh berada di Kabupaten Batang, Pekalongan, Tegal dan Kabupaten Banjarnegara. Pengembangan teh yang dikelola oleh PBN seluas 1.362 ha dengan produksi 1.925 ton dan dikelola PBS seluas 2.451 ha dengan produksi 3.382 ton.

    4. Pemberdayaan Pengembangan Kakao

    Pada tahun 2011, luas areal kakao di Jawa Tengah 6.983 ha, terdiri dari PR seluas 5.900,11 ha, PBS seluas 1.242

  • 41Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    ha dan PBN seluas 506,00 ha. Produksinya 1.615 ton, dari PR mencapai 1.417 ton, PBS sebanyak 1.232 ton dan PBN sebanyak 151 ton.

    Untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu kakao tahun 2011, dilakukan melalui kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Kakao melalui dana APBN untuk Kabupaten Wonogiri dalam program intensifikasi seluas 300 ha dan peremajaan 100 ha, Kabupaten Batang intensifikasi 200 ha dan peremajaan 100 ha, serta Kabupaten Tegal intensifikasi 120 ha.

    Program peremajaan diberikan bantuan per hektar berupa bibit kakao somatic embriogenesis (SE) sebanyak 1.000 btg, pupuk 100 kg, pestisida 0,5 lt dan fungisida 0,2 lt. Sedangkan bantuan untuk intensifikasi per hektar meliputi pupuk 300 kg, pestisida 0,8 lt dan feromon 4 paket. Sementara APBD memberikan bantuan untuk kegiatan peremajaan kakao seluas 20 ha, melalui bantuan bibit 125 batang per ha, di Kabupaten Batang seluas 5 ha, Kabupaten Karanganyar 10 ha dan Kabupaten Banjarnegara 5 ha. Selain pemberian bantuan bibit, Dinas Perkebunan juga melakukan pemberdayaan petani melalui kegiatan pelatihan petani. Selanjutnya untuk tahun 2012 dari anggaran TP.05 Kabupaten, kegiatan perluasan Kakao di Kabupaten Tegal seluas 100 ha, Wonogiri seluas 100 ha dan Kabuparten Batang seluas : 50 ha

  • 42Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    5. Pemberdayaan Intensifikasi Kapas

    Tahun 2011 kegiatan intensifikasi Kapas dilaksanakan melalui dana APBN dalam bentuk bantuan sosial seluas 850 ha, pada 5 kabupaten yaitu di Kabupaten Grobogan seluas 400 ha, Wonogiri seluas 200 ha, Blora seluas 100 ha, Brebes seluas 50 ha dan Kabupaten Pemalang seluas 100 ha.

    Tahun 2012 dilaksanakan melalui dana APBN dalam bentuk Bansos dengan kegiatan intensifikasi kapas seluas 500 ha pada 3 kabupaten, yaitu di Kabupaten Grobogan seluas 200 ha, Blora seluas 100 ha dan Kabupaten Wonogiri seluas 200 ha.

    Adapun perkembangan luas areal, produksi, produktivitas dan sentra produksi komoditas utama perkebunan Jawa Tengah beserta estimasinya, dapat disajikan dalam tabel tabel berikut :

    a. Luas Area (ha)

    No. KomoditasTahun Estimasi

    Ket2009 2010 2011 2012 2013

    1 2 3 4 5 6 7 8

    1 Tebu 54.682,10 60.705,26 64.501,99 68.296,52 69.748,20

    2 Kopi :

    - Arabika 4.525,46 4.594,62 5.185,32 5.864,14 6.620,53

    - Robusta 30.834,00 31.017,01 31.036,91 31.158,44 30.941,54

    3 Teh 5.095,03 5.162,05 5.108,46 5.140,32 5.184,16

    4 Kelapa :

    - Dalam 231.241,25 233.319,25 235.098,61 234.080,60 260.992,36

    - Deres 22.763,74 23.148,32 23.533,93 23.906,11 23.988,00

    - Hibrida 958,93 946,68 895,98 907,49 899,53

    5 Kakao 4.890,40 5.212,33 5.900,11 6.730,95 7.307,13

    6 Kapas 1.560,90 1.150,25 605,79 617,60 706,17

  • 43Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    b. Produksi (ton)

    No. KomoditasTahun Estimasi Wujud

    2009 2010 2011 2012 2013 Produksi

    1 2 3 4 5 6 7 8

    1 Tebu 227.214,43 242.666,15 244.192,40 329.191,24 336.672,81 Gula Kristal

    2 Kopi :

    - Arabika 1.394,28 1.485,20 820,00 2.010,99 1.605,82 Kopi Wose

    - Robusta 13.615,84 14.739,61 9.017,00 31.463,92 19.616,62 Kopi Wose

    3 Teh 512,06 6.131,58 5.821,31 6.435,99 5.998,48 Daun Kering

    4 Kelapa :

    - Dalam 177.713,58 179.490,91 180.163,14 182.162,83 166.792,02 Equivalent Kopra

    - Deres 216.886,59 216.649,91 219.369,48 223.669,36 223.700,00 Gula Kelapa

    - Hibrida 472,88 467,96 476,72 885,92 814,77 Equivalent Kopra

    5 Kakao 1.231,28 1.376,62 1.417,00 1.890,20 1.977,42 Biji kering

    6 Kapas 295,37 129,42 120,28 108,63 114,33 Kapas berbiji

    c. Produktivitas (kg/ha)

    No. KomoditasTahun Estimasi Wujud

    2009 2010 2011 2012 2013 Produksi

    1 2 3 4 5 6 7 8

    1 Tebu 4.214,00 4.267,00 3.786,00 4.900,00 4.955,00 Gula Kristal

    2 Kopi :

    - Arabika 463,00 500,00 279,00 573,00 560,00 Kopi Wose

    - Robusta 561,00 605,00 375,00 1.305,00 1.300,00 Kopi Wose

    3 Teh 1.253,00 1.381,00 1.373,00 1.524,00 1.542,00 Daun Kering

    4 Kelapa :

    - Dalam 1.072,00 1.086,00 1.093,00 1.107,00 1.122,00 Equivalent Kopra

    - Deres 9.765,00 9.656,00 9.634,00 9.638,00 9.638,00 Gula Kelapa

    - Hibrida 680,00 674,00 710,00 1.193,00 1.193,00 Equivalent Kopra

    5 Kakao 519,00 570,00 552,00 656,00 657,00 Biji kering

    6 Kapas 326,00 156,00 213,00 178,00 179,00 Kapas berbiji

  • 44Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    d. Sentra Produksi Komoditas Utama Perkebunan No. Komoditas Kabupaten Areal (ha) Tahun 2012

    1 2 3 4

    1

    Tebu

    1 Pati 14.652,30

    2 Sragen 9.870,00

    3 Rembang 6.161,00

    4 Tegal 5.564,50

    5 Kudus 4.559,28

    2 Kopi

    - Robusta

    1 Temanggung 9.256,28

    2 Kab. Semarang 3.386,96

    3 Kendal 2.892,89

    4 Jepara 2.141,29

    5 Banjarnegara 1.854,38

    - Arabika 1 Temanggung 1.429,38

    2 Wonosobo 1.341,64

    3 Banjarnegara 549,62

    4 Pemalang 396,19

    5 Kab. Semarang 291,39

    3 T e h 1 Banjarnegara 1.934,34

    2 Batang 1.341,64

    3 Pemalang 549,62

    4 Pekalongan 396,19

    5 Tegal 291,39

    4 Kelapa

    - Dalam

    1 Kebumen 33.277,00

    2 Cilacap 23.919,50

    3 Purworejo 22.909,50

    4 Wonogiri 15.805,00

    5 Purbalingga 13.774,11

    - Deres

    1 Purbalingga 5.413,82

    2 Cilacap 5.261,50

    3 Banyumas 5.126,33

    4 Purworejo 2.535,27

    5 Kebumen 1.857,00

  • 45Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    KARAKTERISTIK SUMBER DAYA

    Selanjutnya perlu pula, dirumuskan terlebih dahulu ren cana strategis lima tahunan yang mencakup manajemen per kantoran, pengelolaan sarana prasarana, budidaya, pengem bangan produksi, usaha perkebunan, pengolahan hasil, perbenihan, proteksi tanaman dan alat mesin serta pengujian mutu hasil, selaras dengan unit-unit kerja yang ada pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

    Sumber daya manusia merupakan modal vital yang ha-rus dioptimalkan pemberdayaannya/pemanfaatannya un tuk memobilisasi penerapan dan implementasi strategi pem-bangunan perkebunan.

    Mengungkap karakteristik sumberdaya perkebunan me mer lukan kecermatan dan tingkat akurasi yang tinggi gu-na menetapkan indikator utama dalam pembangunan per-kebunan. Karakteristik merupakan deskripsi tentang segala ciri khas asset yang dimiliki dalam pembangunan, dimana

    No. Komoditas Kabupaten Areal (ha) Tahun 2012

    1 2 3 4

    2 Batang 1.071,40

    3 Temanggung 528,60

    4 Wonosobo 610,83

    5 Kebumen 501,40

    6 Kapas 1 Grobogan 164,70

    2 Wonogiri 240,00

    3 Blora 182,40

    4 Pemalang 30,50

    5 Brebes 50,00

  • 46Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    dalam konteks ini adalah semua modal dan aset utama yang tersedia dalam pembangunan perkebunan yang dilaksanakan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, sebagai berikut :

    PEMANFAATAN LAHAN PERKEBUNAN

    Hampir setiap aktivitas manusia melibatkan penggunaan lahan yang bervariasi dalam berbagai faktor, seperti keadaan topografi, iklim, geologi, tanah dan vegetasi yang menutupinya. Sebagai salah satu aktivitas manusia, kegiatan perkebunan memanfaatkan lahan sebagai unsur penting dalam proses beraktivitas.

    Pengusahaan areal perkebunan terbesar di Jawa Tengah digunakan bagi komoditas Kelapa Dalam, dimana pada statistik tahun 2011 menyebutkan arealnya seluas 235.098,86 Ha atau sebesar 47,05 % dari total luas areal pengusahaan kegiatan perkebunan di Jawa Tengah. Luas areal pengusahaan komoditas Kelapa Dalam diikuti oleh komoditas tebu dengan luas areal pengusahaan seluas 64.501,99 Ha atau sebesar 12,91 % dari total keseluruhan luas areal pengusahaan kegiatan perkebunan di Jawa Tengah, sedangkan 40,39 % luas areal perkebunan diusahakan bagi kegiatan 10 komoditas unggulan perkebunan lainnya yang ada di Jawa Tengah.

    Berikut fluktuasi perkembangan penggunaan lahan perkebunan di Jawa Tengah dalam 5 tahun terakhir (tahun 2007 - 2011), diperinci menurut jenis komoditas utama.

  • 47Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Perkembangan Areal Komoditas UnggulanPerkebunan Jawa Tengah Tahun 20082012

    No. KomoditasLuas Areal (ha) Pertumb.

    (%)2008 2009 2010 2011 2012

    1 Jambu mete 26.364,85 26.308,70 26.191,20 25.894,96 25.403,63 -0,92

    2 Karet 2.597,46 3.440,98 5.711,65 6.891,19 7.732,50 31,35

    3 Kakao 4.739,78 4.890,40 5.212,33 5.900,11 6.730,95 9,16

    4 Kapuk 43.469,83 42.601,43 40.295,57 41.372,69 40.724,08 -1,62

    5 Kelapa Dalam 230.426,83 231.241,25 233.319,25 235.098,61 234.080,60 0,39

    6 Kelapa Deres 21.918,25 22.763,74 23.148,22 23.533,93 23.906,11 2,19

    7 Kelapa Hibrida 923,08 958,93 946,68 895,98 905,19 -0,49

    8 Kelapa Kopyor 858,35 858,35 958,44 968,85 985,77 3,52

    9 Kopi Arabika 4.359,80 4.525,46 4.594,62 5.185,32 5.864,14 7,69

    10 Kopi Robusta 30.644,87 30.834,00 31.017,01 31.036,91 31.158,44 0,42

    11 Tebu 60.615,98 54.682,10 60.705,26 64.501,99 67.180,49 2,60

    12 Teh 5.156,43 5.095,03 5.162,05 5.108,46 5.140,32 -0,08

    13 Temb. Virginia 9,00 49,00 42,50 - - -100,00

    14 Temb. Rakyat 34.410,90 39.127,60 44.258,86 42.696,17 49.883,64 9,73

    15 Temb. Vorstenland

    333,00 389,70 389,73 360,50 247,61 - 7,14

    16 Temb. Asepan 2.025,41 2.592,00 3.470,53 2.590,60 2.434,20 4,70

    Sumber: Statistik Perkebunan Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

    Adapun perkembangan produksinya, secara ringkas dapat disajikan dalam tabel berikut :

    Perkembangan Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan Jawa Tengah Tahun 20082012

    No. Komoditas Wujud ProduksiProduksi (ton) Pertumb.

    (%)2008 2009 2010 2011 2012

    1 Jambu mete Glondong kering

    8.537,48 8.803,99 8.599,30 8.664,24 12.056,84 9,01

    2 Karet Sheet 732,35 795,23 1.187,36 1.401,64 1.580,17 21,20

  • 48Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    3 Kakao Biji kering 1.083,99 1.231,28 1.376,62 1.417,00 1.890,20 14,91

    4 Kapuk Serat 39.570,08 38.585,33 32.614,73 30.028,49 25,326,22 -10,56

    5 Kelapa Dalam

    Equivalent kopra

    174.962,26 177.713,58 179.490,91 180.163,14 182.162,83 1,01

    6 Kelapa Deres

    Gula merah 220.343,81 216.886,59 216.649,91 219.369,48 223.669,36 0,38

    7 Kelapa Hibrida

    Equivalent kopra

    486,58 472,88 467,96 476,72 885,92 16,16

    8 Kelapa Kopyor (butir)

    Butir 943.599 974.654 846.647 795.359 916.892 -0,72

    9 Kopi Arabika Kopi wose 1.320,19 1.394,27 1.485,20 820,00 2.010,99 11,09

    10 Kopi Robusta

    Kopi wose 12.972,12 13.615,83 14.739,61 9.017,00 31.463,92 24,80

    11 Tebu Gula kristal 272.007,96 227.214,43 242.666,15 244.192,40 329.191,24 4,89

    12 Teh Daun kering 5.579,95 5.512,06 6.131,58 5.821,31 4.125,83 5,65

    13 Temb. Virginia

    Daun kering 15,30 73,90 54,74 0,00 0,00 -100,00

    14 Temb. Rajang

    Rajangan kering

    21.598,20 26.110,16 21.808,66 34.290,46 36.747,50 -7,85

    15 Temb. Vorstenland

    Daun kering 406,28 484,33 471,61 538,45 292,98 -7,85

    16 Temb. Asepan

    Daun kering 3.311,42 4.542,57 3.799,70 4.283,59 4.125,83 5,65

    Sumber: Statistik Perkebunan Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

    Kebun karet rakyat di Kabupaten Cilacap

  • 49Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Adapun identifikasi potensi dan kesesuaian lahan bagi pengusahaan komoditas perkebunan unggulan di Jawa Tengah pada setiap kabupaten/kota, secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

    1) Kabupaten Cilacap

    Lahan yang sesuai untuk komoditas karet di Kabupaten Cilacap adalah dengan memiliki ketinggian 198 m/dpl, jenis tanah Latosol dengan kemiringan tanah 2-20 % dan tipe iklim Tropis yang terdapat di Kecamatan Dayeuh Luhur. Selain itu, Kecamatan Wanareja dengan memiliki ketinggian 25 m/dpl, dengan jenis tanah Latosol, kemiringan tanah 1-20 % dan tipe iklim tropis juga sangat sesuai untuk komoditas Karet. Selain karet di dua Kecamatan tersebut dengan kondisi lahannya juga sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Sereh Wangi.

    Kecamatan Jeruklegi dengan memiliki ketinggian 10 m/dpl dengan jenis tanah Aluvial, kemiringan tanah 1-15 % dan tipe iklim Tropis, sesuai untuk diusahakan komoditas Kakao. Kecamatan Karangpuncung dan Kecamatan Cimanggu dengan memiliki ketinggian 25-40 m/dpl, dengan jenis tanah Aluvial, kemiringan tanah 2-20 % dan tipe iklim Tropis, juga sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kakao. Sedangkan wilayah Kecamatan Kroya yang memiliki ketinggian 14 m/dpl, Kecamatan Binangun dengan ketinggian 8m/dpl, dan Kecamatan Musawunggu 7 m/dpl, dengan jenis tanah Aluvial dan regosol, kemiringan tanah datar dan tipe iklim Tropis, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kelapa.

  • 50Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    2) Kabupaten Banyumas

    Kabupaten Banyumas memiliki ketinggian 233 m/dpl, jenis tanah Latosol dengan kemiringan tanah 10-25% dan tipe iklim Tropis, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas kelapa, dengan sentra pengembangan di Kecamatan Cilongok yang tersebar di 10 desa. Kesesuaian lahan untuk komoditas Casiavera di Kabupaten Banyumas adalah dengan ketinggian 350 m/dpl, jenis tanah Regosol dan kemiringan tanah 10 - 30% yang terdapat di Kecamatan Baturaden dan tersebar pada 2 desa. Pengusahaan komoditas lainnya di wilayah ini adalah komoditas karet dan cengkeh, yang diusahakan pada ketinggian lahan 250 m/dpl dengan jenis tanah Latosol, dan dengan kemiringan tanah 10-25 % yang diusahakan pada sentra pengembangan di Kecamatan Somagede.

    Komoditas kelapa sebagai sumber

    benih/bibit

  • 51Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Kelapa deres sebagai bahan baku industri rumah tangga (home industry) gula kelapa.

    3) Kabupaten Purbalingga

    Kabupaten Purbalingga, terutama di Kecamatan Kemang kon memiliki ketinggian 42 m/dpl dengan jenis tanah Aluvial, kemiringan tanah 0-2% dan tipe iklim B sangat sesuai ditanami tanaman perkebunan komoditas Kelapa Deres. Di Kecamatan Mrebet juga sangat sesuai ditanami oleh komoditas Kelapa Deres karena memiliki ketinggian 90 m/dpl dengan jenis tanah Latosol, kemiringan tanah 15-40%dan tipe iklim B. Dengan memiliki ketinggian 50 m/dpl dengan jenis tanah Aluvial dan Androsol, kemiringan tanah 0-2 % dan tipe iklim B di Kabupaten Purbalingga sangat sesuai diusahakan komoditas Lada dengan sentra pengembangan di Kecamatan Kejobong.

  • 52Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    Lahan yang sesuai untuk kopi Robusta di Kabupaten Purbalingga adalah daerah yang memiliki ketinggian 11 m/dpl, dengan jenis tanah Latosol, Grumosol, Padsoil, dengan kemiringan tanah 15-16 % dan tipe iklim B yang terdapat di Kecamatan Bobotsari, Kecamatan Kutasari dengan ketinggian 116 m/dpl serta jenis tanah Latosol, Grumosol, Padsoil, didukung pula oleh kemiringan tanah sekitar 2-15 % dan tipe iklim B dan Kecamatan Rembang dengan memiliki ketinggian 220 m/dpl dengan jenis tanah Latosol, Andosol, kemiringan tanah 15-40 % dan tipe iklim B.

    Ketinggian 640 m/dpl dengan jenis tanah Latosol, Grumosol, Padsoik, kemiringan tanah 15-40 % dan tipe iklim B di Kabupaten Purbalingga sangat sesuai diusahakan komoditas perkebunan Glagah Arjuna yang sentra pengembangan di Kecamatan Karangreja. Dengan ketinggian 640 m/dpl dengan jenis tanah Latosol, Grumosol, Padsoil, kemiringan tanah 15-40 % dan tipe iklim B, dapat juga untuk diusahakan untuk komoditas Nilam yang terdapat di Kecamatan Karangreja.

    4) Kabupaten Banjarnegara

    Kabupaten Banjarnegara dengan memiliki ketinggian 150 m/dpl, tingkat erosi sedang dengan kemiringan tanah 20-45% dan tipe iklim B, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kelapa, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Susukan khususnya di Desa Gumelem Wetan.

  • 53Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Lahan yang sesuai untuk komoditas Kopi Robusta di Kabupaten Banjarnegara adalah dengan memiliki ketinggian 400-500 m/dpl, erosi sedang, tipe iklim C dengan kemiringan tanah 25-40% yang terdapat di Kecamatan Banjarnegara khususnya di Desa Pesangkalan. Sedangkan lahan dengan ketinggian 1200 m/dpl, tingkat erosi sedang dengan kemiringan tanah 25-45% dan tipe iklim B, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Teh, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Wanayasa khususnya di Desa Wanareja.

    5) Kabupaten Kebumen Kabupaten Kebumen memiliki luas wilayah 128.111,50

    Ha yang terbagi menjadi 26 kecamatan dengan memiliki iklim tropis dengan rata-rata curah hujan 2.816 mm. Ketinggian tempat 0 - 997,5 m /dpl.

    Kabupaten Kebumen memiliki ketinggian 5 m/dpl, tingkat erosi ringan, dengan kemiringan tanah 0 % dan tipe iklim C, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kelapa, yang berada pada sentra pengembangan di Desa Entak Kecamatan Ambal. Sedangkan lahan yang sesuai untuk komoditas Melinjo di Kabupaten Kebumen adalah dengan memiliki ketinggian 555 m/dpl, erosi ringan, dengan kemiringan tanah 20-35% yang terdapat di Kecamatan Sadang khususnya di Desa Pujotirto.

    Di Kabupaten Kebumen terdapat komoditas khusus yang tidak ada di kabupaten lainnya, yaitu komoditas Jenitri selua 106 ha dengan produksi 135,76 ton dan produktivitas

  • 54Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    2,951 kg/ha didkembangkan di Desa Tirtomoyo Kecamatan Alian, Kecamatan Sambung, Kecamatan Sruweng, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Kutowinangun, Kecamatan Sadana, dan Kecamatan Karang Gayam.

    6) Kabupaten Purworejo Secara topografi daerah Kabupaten Purworejo dapat diuraikan sebagai berikut: Bagian selatan merupakan daerah dataran rendah

    dengan ketinggian antara 0-25 meter di atas permukaan air laut.

    Bagian utara dan timur merupakan daerah berbukit-bukit dengan ketinggian antara 25 - 1050 meter di atas permukaan air laut.

    Berdasarkan jenis tanahnya, Kabupaten Purworejo terbagi menjadi tiga daerah yaitu : Jenis tanah Aluvial, meliputi 40 % luas Kabupaten

    Purworejo. Produktivitas jenis tanah ini rendah sampai tinggi dan biasanya digunakan untuk tanah pertanian utama dan permukiman.

    Jenis tanah Regosol, meliputi 5 % luas dari luas Kabupaten Purworejo. Produktivitas tanah ini dari rendah sanpai tinggi dan biasanya digunakan untuk tanah pertanian dan perkebunan.

    Jenis tanah Latosol, meliputi 5 % dari luas Kabupaten Purworejo. Produktivitasnya sedang sampai tinggi dan merupakan tanah pertanian yang cukup baik.

  • 55Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    Dari hasil evaluasi medan untuk kawasan perkebunan berdasarkan kemampuan lahannya mencapai lebih dari 22.500 hektar, sebarannya antara lain di Kecamatan Kaligesing, Kemiri, Bruno, Pituruh, Gebang, dan beberapa kecamatan lainnya. Perkebunan di Kabupaten Purworejo terdiri dari kebun campuran dan perkebunan komoditi tertentu, seperti perkebunan kelapa. Komoditas potensial unggulan perkebunan di Kabupaten Purworejo adalah tanaman obat, terutama kemukus.

    7) Kabupaten WonosoboKabupaten Wonosobo memiliki ketinggian 1000 m/dpl,

    tingkat erosi ringan dengan kemiringan tanah 25-40% dan tipe iklim B, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kopi Arabika, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Mojotengah, khususnya di Desa Slukatan. Pada ketinggian 1.800-3000 m/dpl di dataran Dieng, tumbuh komoditas Purwoceng (Pimpinella pruacan), sebagai bahan substitusi gingseng industri obat tradisional. Perkiraan serapan purwoceng dari Jawa Tengah mencapai 6.900 kg tanaman segar per tahun. Lahan yang sesuai untuk komoditas Kopi Robusta di Kabupaten Wonosobo adalah dengan memiliki ketinggian 675 m/dpl, erosi sedang, tipe iklim B dengan kemiringan tanah 15-40% yang terdapat di Kecamatan Sapuran, khususnya di Desa Bogoran. Lahan dengan ketinggian 400 m/dpl, tingkat

  • 56Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    erosi sedang dengan kemiringan tanah 15-40% dan tipe iklim B, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kakao, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Kaliwiro, khususnya di Desa Medono

    8) Kabupaten Magelang

    Kabupaten Magelang dengan ketinggian 841 m/dpl, tingkat erosi sedang dengan kemiringan tanah 25% dan tipe iklim B, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kopi Arabika, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Pakis, khususnya di Desa Gumelem. Kabupaten Magelang dengan memiliki ketinggian 235 m/dpl, tingkat erosi sedang dengan kemiringan tanah 25% dan tipe iklim C, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kenanga, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Borobudur, khususnya di Desa Sambeng.

  • 57Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

    Untukmu Jawa Tengahku

    9) Kabupaten Boyolali

    Kabupaten Boyolali memiliki ketinggian 400 m/dpl, jenis tanah Latosol dengan kemiringan tanah 5% dan tipe iklim D, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kenanga, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Cepogo. Sedangkan untuk lahan yang sesuai bagi komoditas Kopi Arabika di Kabupaten Boyolali adalah pada daerah dengan ketinggian 850 m/dpl, tipe iklim C, jenis tanah Regosol, dengan kemiringan tanah 10% yang terdapat di Kecamatan Ampel dan tersebar dalam 5 desa. Komoditas unggulan bagi Kabupaten Boyolali adalah tembakau, yang umumnya diusahakan di daerah dataran tinggi.10) Kabupaten Klaten

    Dari segi topografi, Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu : Wilayah miring, yang merupakan wilayah lereng Gunung

    Merapi dan meliputi wilayah kecamatan-kecamatan Manisrenggo, Karangnongko, Kemalang, Jatinom, dan Tulung.

    Wilayah Datar, yang berada dibagian tengah dan meliputi kecamatan-kecamatan Klaten Tengah, Klaten Utara, Klaten Selatan, Kalikotes, Ngawen, Kebonarum, Jogonalan, Prambanan, Gantiwamo, Delanggu, Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom dan Polanharjo.

    Wilayah berbukit dan bergelombang, yang berada di bagian selatan dan meliputi kecamatan-kecamatan

  • 58Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan PerkebunanUntukmu Jawa Tengahku

    Bayat dan sebagian Kecamatan Gantiwamo.

    Jenis Tanah di Kabupaten Klaten dapat dibedakan atas 5 Jenis, yaitu : Tanah Litosol

    Yaitu tanah yang beraneka sifat dan warnanya, produk-tifitasnya rendah, dan biasanya merupakan tanah perta-nian yang kurang baik atau merupakan padang rumput, terdapat di daerah Kecamatan Bayat.

    Tanah Regosol Kelabu Yaitu tanah netral sampai dengan warna putih, coklat kekuning-kuningan, coklat atau kelabu, produktifitasnya rendah sampai sedang dan biasanya untuk perkebunan, terdapat di kecamatan-kecamatan Klaten Tengah, Klaten Utara, Klaten selatan, Trucuk, Cawas, Pedan, Karangdowo, Ceper, Juwiring, Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Tulung, Jatinom dan Karanganom.

    Tanah Regosol Coklat KelabuanJenis tanah ini terdapat di Kecamatan Kemalan