Buku Panduan Nyeri.docx

23
BUKU PANDUAN MANAGEMEN NYERI BAB I DEFINISI 1. Pengertian Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain, mencakup pola fikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan fisiologikal. Menurut beberapa tokoh atau sumber : IASP 1979 (International Association for the Study of Pain) nyeri adalah “ suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan “, dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri bersifat subyektif dimana individu mempelajari apa itu nyeri, melalui pengalaman yang langsung berhubungan dengan luka (injuri), yang dimulai dari awal masa kehidupannya. Pada tahun 1999, the Veteran’s Health Administration mengeluarkan kebijakan untuk memasukan nyeri sebagai tanda vital ke lima, jadi perawat tidak hanya mengkaji suhu tubuh,

Transcript of Buku Panduan Nyeri.docx

BUKU PANDUANMANAGEMEN NYERI

BAB IDEFINISI

1. PengertianNyeri merupakan perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain, mencakup pola fikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan fisiologikal.Menurut beberapa tokoh atau sumber : IASP 1979 (International Association for the Study of Pain) nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan , dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri bersifat subyektif dimana individu mempelajari apa itu nyeri, melalui pengalaman yang langsung berhubungan dengan luka (injuri), yang dimulai dari awal masa kehidupannya. Pada tahun 1999, the Veterans Health Administration mengeluarkan kebijakan untuk memasukan nyeri sebagai tanda vital ke lima, jadi perawat tidak hanya mengkaji suhu tubuh, nadi, tekanan darah dan respirasi tetapi juga harus mengkaji tentang nyeri. Sternbach (1968) mengatakan nyeri sebagai konsep yang abstrak yang merujuk kepada sensasi pribadi tentang sakit, suatu stimulus berbahaya yang menggambarkan akan terjadinya kerusakan jaringan, suatu pola respon untuk melindungi organisme dari bahaya. McCaffery (1979) mengatakan nyeri sebagai penjelasan pribadi tentang nyeri ketika dia mengatakan tentang nyeri apapun yang dikatakan tentang nyeri dan ada dimanapun ketika dia mengatakan hal itu ada . Tamsuri (2007) Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya.

2. Tujuan Mengidentifikasi seberapa parah nyeri dirasakan pasien dengan tepat, sehingga dapat segera diberikan tindakan medis untuk mengurangi resiko yang lebih fatal.

BAB IIRUANG LINGKUP

1. Panduan managemen nyeri diterapkan kepada semua pasien baik rawat inap, rawat jalan, IGD, dan pelayanan penunjang lainnya.2. Pelaksana panduan adalah para tenaga kesehatan dan seluruh staf yang bekerja di Rumah Sakit Ciremai.3. Prinsip a. Petugas RS harus mempunyai respon dan kepedulian terhadap pasien rawat jalan, rawat inap, dan DST yang merasakan/mengalami nyeri akibat dari suatu penyakit.b. Tujuan: dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan menghindari keadaan yang lebih fatal.c. Petugas RS menghargai setiap mekanisme yang dilakukan oleh pasien dalam merespon rasa nyeri sesuai dengan norma dan kepercayaan yang dianutnya.4. Kewajiban dan tanggung jawab a. Staf RSMemahami dan dapat menerapkan prosedur managemen nyeri sehingga dapat segera melaporkan kepada petugas medis yang berwenang.b. Paramedis 1) Mempunyai respon dan kepedulian yang tinggi kepada seluruh pasien yang ada di wilayah kerjanya.2) Cepat tanggap terhadap keluhan pasien khususnya nyeri.3) Segera melaporkan keadaan nyeri pasien kepada dokter penanggung jawab pasien.c. Dokter1) Segera merespon laporan medis.2) Segera memberikan tindakan sesuai standar terapi.3) Adakan pemantauan dan pastikan pasien berkurang dari rasa nyeri.

BAB IIITATA LAKSANA

Panduan managemen nyeri ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :1. Tipe Dan Karakteristik Nyeri Tenaga medis harus dapat mengetahui tentang karakteristik dan tipe nyeri untuk langkah terapi selanjutnya.a. Tipe nyeri dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu : Nyeri akut merupakan hasil dari injuri akut, penyakit atau pembedahan. Nyeri kronik non keganasan dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang dalam masa penyembuhan atau tidak progresif. Nyeri kronik keganasan adalah nyeri yang dihubungkan dengan kanker atau proses penyakit lain yang progresif.b. Karakteristik NyeriKarakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.1) IntensitasBeberapa faktor yang mempengaruhi nyeri : Distraksi atau konsentrasi dari klien pada suatu kejadian Status kesadaran klienNyeri dapat berupa : ringan, sedang, berat atau tak tertahankan. Perubahan dari intensitas nyeri dapat menandakan adanya perubahan kondisi patologis dari klien.2) Waktu dan Lama (Time & Duration)Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul; berapa lama; bagaimana timbulnya dan juga interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir timbul. 3) KualitasDeskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dari nyeri. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui: nyeri kepala mungkin dikatakan ada yang membentur kepalanya, nyeri abdominal dikatakan seperti teriris pisau.4) Perilaku Non VerbalBeberapa perilaku nonverbal yang dapat kita amati antara lain : ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah dan lain-lain.5) Faktor PresipitasiBeberapa faktor presipitasi yang akan meningkatkan nyeri : lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba, stressor fisik dan emosi.

2. Penyebab dan faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri Penyebab Nyeria. Trauma1) Mekanik Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain-lain.2) ThermisNyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.3) KhemisTimbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat.4) ElektrikTimbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.b. Neoplasma1) Jinak2) Ganasc. PeradanganNyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Misalnya : absesd. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah.e. Trauma psikologis

Faktor yang mempengaruhi respon nyeria. Usia Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.b. Jenis kelaminGill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).c. KulturOrang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.d. Makna nyeriBerhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya.e. PerhatianTingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.f. AnsietasCemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.

g. Pengalaman masa laluSeseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri. h. Pola kopingPola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.i. Support keluarga dan sosialIndividu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan

Intensitas NyeriIntensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

3. Skala dan Klasifikasi Nyeri Skala NyeriMenurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut:Skala Nyeri Numerik0 : Tidak nyeri1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapatdiatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul. Klasifikasi Nyeria. Menurut Tempat1) Periferal Paina) Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)b) Deep Pain (Nyeri Dalam)c) Reffered Pain (Nyeri Alihan)Nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya. 2) Central PainTerjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak, dll.3) Psychogenic PainNyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.4) Phantom PainPhantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.5) Radiating PainNyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.

b. Menurut Sifat1) Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang2) Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama3) Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetal 10 15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.4) Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan kecanduan.

c. Menurut Berat Ringannya1) Nyeri ringan : dalam intensitas rendah2) Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis3) Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi

d. Menurut Waktu SeranganTerdapat beberapa cara untuk mengklasifikasikan tipe nyeri. Pada tahun 1986, The National Institutes of Health Concencus Conference of Pain mengkategorikan nyeri menurut penyebabnya. Partisipan dari konferensi tersebut mengidentifikasi 3 (tiga) tipe dari nyeri : akut, Kronik Malignan dan Kronik Nonmalignan. Nyeri akut timbul akibat dari cedera akut, penyakit atau pembedahan. Nyeri Kronik Nonmalignan diasosiasikan dengan cedera jaringan yang tidak progresif atau yang menyembuh. Nyeri yang berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif disebut Chronic Malignant Pain. Meskipun demikian, perawat biasanya berpegangan terhadap dua tipe nyeri dalam prakteknya yaitu akut dan kronis :1) Nyeri AkutNyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang mengalami nyeri akut baisanya menunjukkan gejala-gejala antara lain: perspirasi meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, dan pallor2) Nyeri Kronis Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan klien sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.

4. Cara Mengatasi Nyeria. Tindakan FarmakologisUmumnya nyeri direduksi dengan cara pemberian terapi farmakologi. Nyeri ditanggulangi dengan cara memblokade transmisi stimulant nyeri agar terjadi perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon kortikal terhadap nyeri adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah :1) Analgesik Narkotik Opiat merupakan obat yang paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri pada klien, untuk nyeri sedang hingga nyeri yang sangat berat. Pengaruhnya sangat bervariasi tergantung fisiologi klien itu sendiri. Klien yang sangat muda dan sangat tua adalah yang sensitive terhadap pemberian analgesic ini dan hanya memerlukan dosisi yang sangat rendah untuk meringankan nyeri (Long,1996).Narkotik dapat menurunkan tekanan darah dan menimbilkan depresi pada fungsi fungsi vital lainya, termasuk depresi respiratori, bradikardi dan mengantuk. Sebagian dari reaksi ini menguntungkan contoh : hemoragi, sedikit penurunan tekanan darah sangan dibutuhkan. Namun pada pasien hipotensi akan menimbulkan syok akibat dosis yang berlebihan. 2) Analgesik Lokal Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat diberikan langsung ke serabut saraf. 3) Analgesik yang dikontrol klien Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari Infus yang diisi narkotik menurut resep, dipasang dengan pengatur pada lubang injeksi intravena. Pengandalian analgesik oleh klien adalah menekan sejumlah tombol agar masuk sejumlah narkotik. Cara ini memerlukan alat khusus untuk mencegah masuknya obat pada waktu yang belum ditentukan. Analgesik yang dikontrol klien ini penggunaanya lebih sedikit dibandingkan dengan cara yang standar, yaitu secara intramuscular. Penggunaan narkotik yang dikendalikan klien dipakai pada klien dengan nyeri pasca bedah, nyeri kanker, krisis sel.

4) Obat obat nonsteroid Obat obat nonsteroid antiinflamasi bekerja terutama terhadap penghambatan sintesa prostaglandin. Pada dosis rendah obat obat ini bersifat analgesik. Pada dosis tinggi, obat obat ini bersifat antiinflamatori sebagai tambahan dari khasiat analgesik. Prinsip kerja obat ini adalah untuk mengendalikan nyeri sedang dari dismenorea, arthritis dan gangguan musculoskeletal yang lain, nyeri postoperative dan migraine. NSAID digunakan untuk menyembuhkan nyeri ringan sampai sedang. b. Tindakan Non FarmakologisMenurut Tamsuri (2006), selain tindakan farmakologis untuk menanggulangi nyeri ada pula tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari beberapa tindakan penaganan berdasarkan : Penanganan fisik/stimulasi fisik meliputi :1) Stimulasi Kulit (Cutaneus)a) Kompres hangat Dapat dilakukan dengan menempelkan kantong karet yang diisi air hangat atau handuk yang telah direndam di dalam air hangat, ke bagian tubuh yang nyeri. Sebaiknya diikuti dengan latihan pergerakan atau pemijatan.Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar pasokan aliran darah.b) Kompres dinginYang digunakan adalah kantong berisi es batu (cold pack), bisa juga berupa handuk yang dicelupkan ke dalam air dingin.Dampak fisiologisnya adalah vasokonstriksi (pembuluh darah penguncup) dan penurunan metabolik, membantu mengontrol perdarahan dan pembengkakan karena trauma, mengurangi nyeri, dan menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot.Melakukan kompres harus hati-hati karena dapat menyebabkan jaringan kulit mengalami nekrosis (kematian sel). Untuk itu dianjurkan melakukan kompres dingin tidak lebih dari 30 menit.c) MassaseMassase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga mampu mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri.2) Stimulasi electric (TENS)Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah cara ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukan dengan massase, mandi air hangat, kompres dengan kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS/ transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar. 3) AkupunturAkupuntur merupakan pengobatan yang sudah sejak lama digunakan untuk mengobati nyeri. Jarum jarum kecil yang dimasukkan pada kulit, bertujuan menyentuh titik-titik tertentu, tergantung pada lokasi nyeri, yang dapat memblok transmisi nyeri ke otak. 4) PlaseboPlasebo dalam bahasa latin berarti saya ingin menyenangkan merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh klien sebagai obat seperti kaplet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya. Intervensi perilaku kognitif meliputi : 1) IntervensiSecara umum intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu :a) Non Farmakologik intervention : Distraksi, Relaksasi, Stimulasi Kutaneus.b) Farmakologi Intervention.Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan keteganggan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan bebrapa kali agar mencapai hasil optimal. Dengan relaksasi pasien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri. Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan, antara lain :a) Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress.b) Menurunkan nyeri otot.c) Menolong individu untuk melupakan nyeri.d) Meningkatkan periode istirahat dan tidur.e) Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain.f) Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri.Stewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi berikut :a) Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam parub) Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebutc) Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktud) Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.e) Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot lain f) Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.

2) Umpan balik biologisTerapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren, dengan cara memasang elektroda pada pelipis. Hipnotis; membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.Distraksi; mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur).Beberapa teknik distraksi, antara lain :a) Nafas lambat, beriramab) Massage and Slow, Rhythmic Breathingc) Rhytmic Singing and Tappingd) Active Listeninge) Guide Imagery3) Guided Imagery (Imajinasi terbimbing)Meminta klien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang tenang serta konsentrasi dari klien. Apabila klien mengalami kegelisahan, tindakan harus dihentikan. Tindakan ini dilakukan pada saat klien merasa nyaman dan tidak sedang nyeri akut.

BAB IVDOKUMENTASI

1. PelaporanSetiap insiden/kejadian berkaitan dengan nyeri yang ditindaklanjuti dengan tindakan medis harus didokumentasikan dalam rekam medik, tanpa asuhan keperawatan dan instruksi dokter.

2. Referensi a. Syaifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Hlm : 123-136.b. Prasetyo Nian Sigit. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta : Graha Ilmuc. http://contoh-askep.blogspot.com/2008/09/manajemen-nyeri.htmld. http://qittun.blogspot.com/2008/10/konsep-dasar-nyeri.htmle. http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/11/manajemen-nyeri/

Cirebon, 2014

Kepala Rumah Sakit Ciremai

dr. Handy Hernandy Yuliawan,Sp.MLetkol Ckm NRP 11930098810770