BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN...

151
BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA Oleh : Tim Dosen Analisis Dan Pengukuran Kerja Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Wijaya Putra 2009

Transcript of BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN...

Page 1: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

BUKU AJAR

ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA

Oleh :

Tim Dosen Analisis Dan Pengukuran Kerja

Program Studi Teknik Industri

Fakultas Teknik

Universitas Wijaya Putra

2009

Page 2: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

KATA PENGANTAR

Mudah-mudahan buku ajar Analisis dan Pengukuran Kerja ini dapat menambah bahan

belajar bagi mahasiswa teknik industri. Terimakasih kepada seluruh asisten laboratorium

Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja di Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik-

UWP maupun pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ajar ini. Demi

penyempurnaan buku ajar ini, kami mengharapkan kepada semua pihak untuk dapat

memberikan masukan dan saran.

Mata kuliah Analisis dan Pengukuran Kerja adalah jenis mata kuliah keahlian berkarya

di program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Wijaya Putra. Buku ajar Analisis

dan Pengukuran Kerja ini berisi teori, konsep maupun penerapan dalam perancangan sistem

fasilitas kerja/stasiun kerja. Buku ini dilengkapi dengan gambar-gambar guna memberikan

ilustrasi penerapan pada fasilitas kerja/stasiun kerja serta perkembangan-perkembangan di

industri. Program kuliah direncanakan menggunakan pendekatan student center learning

dimana mahasiswa harus aktif mencari bahan-bahan sendiri melalui text book maupun melalui

online reading yang direkomendasikan.

Penyusun

Tim Dosen Mata kuliah Analisis dan Pengukuran Kerja

Page 3: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

BAB I

1. Tujuan Instruksional Khusus

Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan kerja ,

terutama pemahaman studi kerja dan ruang lingkup teknik tata cara kerja serta

penggunaan teknik tata cara kerja.

2. Daftar Materi Pembahasan

2.1. Pengertian Analisa & Perancangan Kerja

2.2. Studi Kerja

2.3. Pengertian dan Ruang Lingkup Teknik Tata Cara Kerja

2.4. Penggunaan Teknik Tata Cara Kerja

2. Pembahasan

2.1. Pengertian Analisa & Perancangan Kerja

“ Bekerja adalah kegiatan manusia merubah keadaan tertentu dari alam lingkungan

yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya ” .

Demikian definisi yang diberikan oleh W.S. Neff untuk bekerja. Definisi ini tampaknya

sangat luas tetapi mencerminkan dorongan dasar dari bekerja yaitu dalam rangka

mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidup manusia. Sedangakan Toole

memberikan definisi yang bunyinya agak terdengar lain yaitu bahwa “bekerja adalah

kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain”.

Setelah seseorang berada dalam dunia pekerjaan, terdapat berbagai faktor yang

mempengaruhi jalannya pekerjaan tersebut, akibatnya pekerjaan perlu dilakukan analisa

dan perancangan. Faktor yang mengakibatkan keterbatasan pekerja , yakni

keterbatasan panca indra dan fisik.

Literatur tentang analisa perancangan kerja, kita tidak dapat lepas dari dua

nama, yaitu F.W. Taylor dan F.B. Gilberth , dari dua nama tersebut yang mengawali

ANALISA & PERANCANGAN KERJA

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 1

Page 4: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

pengembangan ilmu ini yang digabungkan sebagai suatu kesatuan , maka dikenal

sebagai Teknik Tata Cara Kerja atau Methods Engineering yang lebih dikenal secara

umum adalah analisa & perancangan kerja .

Dalam tahun 1918 metode FW Taylor mulai digunakan sebagai “ usaha

penggunaan buruh minimal pada setiap jenis pekerjaan melalui penelitian ilmiah untuk

mendapatkan metode pekerjaan terbaik pada setiap kasus. Sering kali , seorang

pengawas diberi tanggung jawab penuh untuk menghasilkan barang yang diminta oleh

staf pengawas. Fungsi-fungsi perencanaan secara informal dilakukan oleh staf

pengawas itu , juga tidak ada metode-metode standar ( metode kerja ditentukan

masing-masing oleh para pekerja yang didasarkan atas pengalaman dan peralatan yang

tersedia). FW Taylor memulai studi tentang pemotongan logam , studi ini berlangsung

selama 25 tahun , studi ini berakhir pada tahun 1907 dan dipublikasikan melalui catatan

ASME . Analisis keperluan kerja dan spesifikasi suatu metode untuk melakukan suatu

operasi, pada saat ini disebut dengan „ Perancangan Kerja” atau “ Teknik Tata Cara” .

Studi penyekopan dan penanganan besi kasar terutama mengacu pada perancangan

kerja. Taylor juga mempelopori apa yang sekarang ini disebut sebagai “ Pengukuran

Kerja”. Aktivitas ini mengacu pada pengukuran jumlah waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan pekerjaan bagi seorang operator.

Frank Gilbreth, tertarik pada analisis gerakan dasar atas kegiatan manusia.

Beliau memperkenalkan analisis gerakan yang disebut micrmotion studies pada

pertemuan American Society of Mechanical Engineers (ASME) Dia sangat berjasa

dalam usaha memberikan landasan untuk mengindentifikasi dan menganalisa gerakan-

gerakan dasar manusia pada saat melakukan kerja manual, yang kemudian dia beri

nama “ Therbligs”

Pada tahun 1924 hasil penelitiannya sangatlah terkenal dengan membagi pekerjaan

menjadi elemen-elemen gerakan dasar. Elemen-elemen gerakan dasar yang

dikembangkan berjumlah 17 gerakan dasar dan dengan elemen-elemen gerakan dasar

inilah perbaikan perbaikan dilakukan.

2.2. Studi Kerja 3.

Banyak pekerjaan diselesaikan lebih lama dari waktu yang sepantasnya

dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 2

Page 5: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Pada pabrik misalnya, bentuk suatu produk kadangkala sedemikian rupa sehingga sulit

untuk dikerjakan atau kurang jelas/kurang baik metode kerja dapat memperpanjang

waktu kerja. Tata letak peralatan atau keadaan ruang tempat kerja yang kurang baik,

merupakan penyebab lain terjadi keterlambatan . Pekerja juga merupakan unsur yang

bisa memperlambat kerja juga, misalnya kurang disiplin atau kurang gairah kerja akibat

kurang baiknya motivasi kerja.

Dalam ruang lingkup yang lebih luas, pihak manajemen sendiri pun harus

bertanggung jawab untuk mengatasi pemborosan waktu kerja, antara lain yang

disebabkan oleh kurang baiknya penjadwalan / rencana kerja, kebijakan lain yang harus

berperan dalam mengelola sumber daya perusahaan/industri.

Secara umum , studi kerja adalah penelaahan secara sistimatik terhadap pekerjaan,

dengan maksud untuk :

1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih baik.

2. Membakukan sistem dan metode kerja yang sudah baik.

3. Menetapkan waktu baku untuk pekerjaan tersebut.

4. Membantu melatih pekerja dengan berbagai pekerjaan yang telah diperbaiki.

Dasar unsur pokok studi kerja adalah :

1. Perancangan metode kerja (method design) , dimaksudkan untuk menetapkan

tata cara kerja atau menyederhanakan pekerjaan dan mengusulkan cara yang

lebih baik.

2. Pengukuran kerja (work measurement) , ditujukan untuk menetapkan waktu

penyelesaian suatu pekerjaan secara pantas oleh pekerja yang normal dengan

metode kerja yang sudah dirancang dengan baik.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 3

Page 6: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Peningkatan Produktivitas

Gambar 1.1. Studi Kerja

Secara umum pelaksanaan studi kerja mengikuti delapan tahapan, yakni :

1. Pemilihan pekerjaan yang hendak diteliti.

2. Pencatatan segala fakta mengenai pekerjaan kedalam bentuk yang

memudahkan untuk dianalisis lebih lanjut.

3. Mempelajari secara seksama catatan yang telah dibuat, dan mempertanyakan

segala sesuatu mengenai pekerjaan untuk membuka peluang bagi perbaikan

metode kerja.

4. Pengembangkan / perancangan alternatif metode kerja yang lebih baik (berupa

usulan).

Studi Kerja

Perancangan Metode Kerja

Untuk menyederhanakan pekerjaan

dan mengembangkan metode kerja

yang lebih ekonomis

Pengukuran Kerja

Untuk menetapkan beberapa waktu

yang dibutuhkan dalam

menyelesaikan pekerjaan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 4

Page 7: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

5. Perhitungan prestasi atau waktu baku untuk masing-masing metode kerja yang

diusulkan.

6. Pemilihan metode kerja yang akan digunakan , kemudian menyusun petunjukan

pelaksanaannya, berikut data prestasi atau waktu baku yang sesuai.

7. Pemberitahuan metode kerja yang baru.

8. Pengawasan agar metode kerja tersebut selalu dijalankan sesuai dengan

petunjuk pelaksanaannya.

Suatu hal penting pada saat berdirinya suatu pabrik baru atau saat penerapan metode

kerja baru, adalah perlunya mempertimbangkan jangka waktu tertentu yang diperlukan

oleh tenaga kerja untuk beradaptasi dengan situasi baru. Pada saat tenggang waktu ini ,

tentunya kecepatan produksi sistem tenaga kerja tersebut relatif lambat dibandingkan

dengan keadaan normal (ketrampilan normal). Pada umumnya , semakin biasa orang

dengan situasi kerjanya, akan makin cepat kerjanya. Dengan kata lain, makin

pengalaman dia, akan makin cepat kerjanya. Namun demikian , kecepatan kerja

seseorang akan dibatasi oleh ketrampilannya, sehingga pada suatu saat , kecepatan

kerjanya akan mencapai titik yang stabil.

Dari perkembangan studi kerja dimasa lampau , maka terjadi perubahan pola kerja yang

mengakibatkan juga terjadi perubahan dari masyarakat, sehingga perubahan

masyarakat diklasifikasikan, yakni :

Perubahan Masyarakat.

Perubahan masyarakat dalam arti luas diartikan sebagai perubahan atau

perkembangan dengan arti positif maupun negatif.

Pada umumnya motivasi untuk merubah memiliki kaitan dengan kemajuan

teknologi.

Kemajuan teknologi tidak saja mempengaruhi ilmu pengetahuan akan tetapi juga

merubah pola hidup manusia dan struktur sosial secara keseluruhan.

Masyarakat Pertanian 8000 Sm-1700

Disebut juga gelombang pembaharuan manusia menemukan dan menerapkan

teknologi pertanian.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 5

Page 8: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Manusia yang semula suka berpindah-pindah menjadi suka tinggal menetap

(desa)

Manusia menggunakan energi dari alam, otot binatang, matahari, angin dan air

(sifat : tidak dapat diperbaharui)

Masyarakat produsen sekaligus konsumen.

Masyarakat Industri 1700-1970

Bersamaan dengan masa revolusi industri yang ditandai digunakannya mesin-

mesin/mekanisasi produksi (pelipat gandaan kekuatan fisik manusia)

Manusia beralih ke energi tak terbarukan : minyak, batu bara dan gas.

Masyarakat produsen terpisah dengan konsumen (mulai ada spesialisasi)

Terjadi pengrusakan alam akibat pengedukan sumber daya.

Adanya ekspansi dan integrasi dari pasaran ke seluruh dunia.

Masyarakat Informasi 1970 - >2000

Peradaban yang didukung oleh kemajuan teknologi komunikasi dan pengolahan

data, penerbangan dan aplikasi angkasa luar.

Pelipatgandaan kekuatan-pikir manusia.

Ditemukannya energi alternatif dan energi terbarukan serta rekayasa genetik dan

bioteknologi dengan komputer dan mikro elektronik sebagai teknologi intinya

proses produksi cenderung menjauhi produksi massa yang terkonsentrasi.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 6

Page 9: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Gambar 1.2. Perkembangan cara kerja

2.3. Pengertian dan Ruang Lingkup Teknik Tata Cara Kerja

Setelah lintasan sejarah teknik tata cara kerja dikemukakan diatas yang tiada

lain menunjukan latar belakang berkembangnya dan dikembangkannya ilmu ini, kiranya

perlu dibicarakan pengertian/definisi dan ruang lingkup untuk mendapatkan gambaran

menyeluruh.

Teknik Tata Cara Kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan

perinsip - perinsip untuk mendapatkan rancangan (design) terbaik dari sistem kerja.

Teknik-teknik dan perinsip – perinsip ini digunakan untuk mengatur komponen-

komponen sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifatnya dan

kemampuannya, bahan, perlengkapan dan peralatan kerja, serta linkungan kerja

Manual

Mesin

Penemuan Mesin

jaman

Batu

akhir abad

ke 19

jaman Pertengahan

awal abad

ke 20

Corak Pekerjaan

Perkembangan Cara Kerja

- sederhana

- lengkap

- rumit

- lengkap

otomisasi

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 7

Page 10: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efisiensi dan produktifitas tinggi yang diukur

dengan waktu yang dihabiskan , tenaga yang dipakai serta akibat – akibat psikologis

dan sosiologis yang ditimbulkannya.

Teknik Tata Cara Kerja merupakan hasil perpaduan teknik-teknik pengukuran

waktu dan perinsip–perinsip studi gerakan, tetapi juga banyak menyangkut prinsip lain

dalam perancangan sistem kerja seperti perancangan tata letak tempat kerja dan

peralatan dalam lingkungannya dengan manusia pekerjanya.

Yang dicari dengan teknik-teknik dan perinsip–perinsip ini adalah sistem kerja

yang terbaik yaitu yang memiliki efisiensi dan produktivitas yang tinggi. Sistem kerja itu

sendiri terdiri dari empat komponen , yakni manusia, bahan, perlengkapan dan

peralatan kerja seperti masin dan pekakas pembantu, lingkungan kerja, seperti

ruangan dengan udaranya dan keadaan pekerjaan- pekerjaan lain disekelilingnya.

Artinya komponen-komponen itulah yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas

kerja. Dengan menggunakan teknik-teknik dan prinsip-prinsip yang disebut diatas

komponen-komponen diatur sehingga berada dalam komposisi dalam suatu komposisi

yang memungkinkan tercapainya tujuan tersebut.

Bila kita tinjau lebih lanjut maka ruang lingkup ilmu teknik tata cara kerja dapat

dibagi kedalam dua bagian besar masing-masing pengaturan kerja dan pengukuran

kerja.

Pengaturan kerja berisikan prinsip-prinsip mengatur komponen-komponen

sistem kerja untuk mendapatkan alternatif – alternatif sistem kerja yang lebih baik. Jadi

pada bagian pengaturan ini kita dipersenjatai dengan prinsip-prinsip yang harus

diperhatikan dan diusahakan pelaksanaannya. Macam pekerjaan yang terdapat

disekeliling kita begitu banyaknya, dengan masing-masing mempunyai krakteristik-

krakteristik sendiri-sendiri sehingga tidak mungkin untuk menyususn rumus tunggal

untuk semua dengan jawaban atas pertanyaan „ sistem mana yang terbaik “ dapat

langsung diperoleh.

Setelah mendapatkan beberapa alternatif terbaik, langkah berikutnya adalah

memilih salah satu diantaranya yang terbaik. Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan mudah

karena kita dapat begitu saja menentukannya, sebab antara satu alternatif dengan

lainnya sangat berdekatan , ataupun satu nampak mempunyai kelebihan disatu segi

tetapi kelemahan dilain segi, sementara alternatif lainnya memiliki kelebihan dan

kelemahan pada segi yang berlawanan. Kesulitan inilah yang menyebabkan perlu

dilakukan pengukuran terhadap masing-masing alaternatif.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 8

Page 11: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Ada empat kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik tentang

kebaikan suatu alternatif kerja , yaitu waktu, tenaga. psikologi dan sosiologi. Artinya

suatu sistem kerja dinilai baik jika sistem ini memungkinkan waktu penyelesaian sangat

singkat , tenaga yang diperlukan untuk penyelesaian sangat sedikit. Dan akibat-akibat

psikologi dan sosiologi yang ditimbulkan sangat minim. Berdasarkan kriteria - kriteria

inilah alternatif-alternatif sistem kerja dibandingkan satu dengan yang lainnya.

Gambar 1. 3. Bagan keseluruhan teknik tata cara kerja

TEKNIK TATA CARA KERJA

Pekerja

Bahan

Mesin/peralatan

Lingkungan

Beberapa Alternatif

Alternatif

Sistem

Kerja

Sistem Kerja

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 9

Page 12: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

2.4. Penggunaan Teknik Tata Cara Kerja

Sering kali pimpinan perusahaan pada tingkat manapun tidak menyadari tentang

selalu adanya kemungkinan-kemungkinan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap

sistem kerja karena tidak mengetahui adanya prinsip-prinsip dan teknik teknik untuk itu ,

ataupun berpendapat bahwa sistem yang ada sudah baik hanya karena setiap orang

karena setiap orang telah terbiasa dan telah menerima sistem tersebut. Disamping

melalui perbaikan-perbaikan sistem kerja , teknik dan tata cara kerja memberikan

keuntungan melalui berbagai jalur lain, misalnya dalam penjadwalan produksi dimana

diperlukan pengetahuan tentang berapa lamanya berbagai kegiatan kerja diselesaikan.

Berbagai teknik telah dikembangkan untuk penjadwalan dan mengatur pembebanan

mesin dan tenaga kerja dan semuanya ditujukan untuk mendapatkan keadaan yang

optimal. Lebih jauh lagi waktu penyelesaian yang sebenarnya merupakan waktu yang

TEKNIK TATA

CARA KERJA

PERINSIP PENGATURAN KERJA

Faktor manusia

Studi gerakan

Ekonomi gerakan

TEKNIK PENGUKURAN KERJA

Pengukuran Waktu

Pengukuran Tenaga

Pengukuran Psikologis

Pengukuran Sosiologis

Beberapa

Alternatif

sistem kerja

Sistem

Kerja

terbaik

Gambar 1. 4. Ruang lingkup teknik tata cara kerja

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 10

Page 13: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan sistem kerja yang lebih baik.

Dengan demikian terlihatlah bagaimana teknik-teknik dan perinsip–perinsip dalam

teknik tata cara kerja berperan dalam perencanaan dan perancangan kegiatan produksi.

Sesuatu hal yang sering kali merupakan penghambat terlaksananya perubahan-

perubahan (perbaikan-perbaikan) ini adalah ketidak sediaan pekerja menerimanya.

Memang hal ini harus disadari karena hampir untuk setiap usaha merubah suatu

keadaan, apa lagi yang sudah mapan, akan mendapat tantangan, dan hal ini adalah

sesuatu yang wajar . Kecurigaan bahwa cara baru akan memberatkan pekerja adalah

salah satu sebab adanya tantangan. Sebab lain adalah keengganan untuk merubah

kebiasaan yang telah dirasakan enak dan menyatu dengan diri pekerja . Sering kali

sistem kerja telah begitu lama berjalan sehingga pekerja betul-betul telah terbiasa

sehingga perbaikan yang menuntut perubahan-perubahan kebiasaan dirasakan sebagai

sesuatu yang menyulitkan. Untuk mengatasi hal-hal seperti ini pimpinann perusahaan

perlu memberikan penjelasan - penjelasan yang cukup tentang kebaikan dari sistem

kerja yang direncanakan. Khususnya untuk pekerja-pekerja yang berada pada tingkat

terbawah, penjelasan perbaikan akan menguntungkan pekerja-pekerja itu sendiri juga

perusahaan, coba , jelaskan ?.

Buku Acuan : 1.

2. Iftikar Z. Sutalaksana , “ Teknik Tata Cara Kerja “ , ITB , Bandung

3. Barnes R. M, “ Motion and Time Study - Design and Measurement of Work “ ,

John Wiley & Sons .Inc, New York.

4. Kazarian E. A. “ Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and

Institutions “ , Avi Publishing Company, Inc. Westport , Connecticut ,

Michigan.

5. Eko Nurmianto ,” Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya “, ITSN ,

Surabaya.

6. Jann Hidajat T , “ Studi Kerja “ Jurusan TI - ITB

7. Wignjosoebroto Sritomo, “ Ergonomi “ Studi Gerak dan Waktu “ ITSN ,

Surabaya.

8. Tarwaka, Solichul, Lilik S ,” Ergonomi ” untuk keselamatan, kesehatan kerja

dan produktivitas .

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 11

Page 14: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

BAB II

1. Tujuan Instruksional Khusus

Diharapkan mahasiswa dapat memahami Pengertian Peta Kerja, Peta Kerja untuk

kegiatan menyeluruh dan contoh penggunaannya .

2. Daftar Materi Pembahasan

2.1. Pengertian Peta Kerja

2.2 Peta Kerja untuk kegiatan kerja menyeluruh

2.3. Contoh penggunaan Peta Kerja untuk kegiatan menyeluruh

1. Pembahasan

2.1. Pengertian Peta Kerja

Peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk

berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui peta-peta kerja ini kita bisa

mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu metoda

kerja. Contoh informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu metoda

kerja, terutama dalam suatu proses produksi adalah sebagai berikut : jumlah benda

kerja yang harus dibuat, waktu operasi mesin, kapasitas mesin, bahan-bahan

khusus yang harus disediakan, alat-alat khusus yang harus disediakan dan lain

sebagainya.

Jadi peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja

secara sistematis dan jelas. Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah

atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik,

kemudian menggambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti : transportasi,

operasi mesin, pemeriksaan, perakitan sampai pada akhirnya menjadi produk jadi,

baik produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu produk lengkap.

Apabila kita melakukan studi yang seksama terhadap peta kerja, maka

pekerjaan kita dalam usaha memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi

akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang mungkin dilakukan, antara lain,

kita bisa menghilangkan operasi-operasi lainnya, menemukan suatu urutan-urutan

kerja/proses produksi waktu menunggu antara operasi dan sebagainya. Pada

ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 12

Page 15: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

dasarnya semua perbaikan tersebut. ditujukan untuk mengurangi biaya produksi

secara keseluruhan. Dengan demikian, peta ini merupakan alat yang baik untuk

menganalisa suatu pekerjaan sehingga mempermudah dalam perencanaan

perbaikan kerja.

Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi dalam dua

kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu :

A. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan.

B. Peta - peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat.

Dalam hal ini tentunya kita harus bisa membedakan antara kegiatan kerja

keseluruhan dan kegiatan kerja setempat. Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja

setempat, apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja yang biasanya

hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah yang terbatas.

Sedangkan suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan, apabila

kegiatan tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan

untuk membuat produk yang bersangkutan. Hubungan antara kedua macam

kegiatan kegiatan diatas akan terlihat bila untuk menyelesaikan suatu produk

diperlukan beberapa stasiun kerja, dimana satu sama lainnya saling berhubungan.

Masing-masing peta kerja yang akan dibahas berikut ini semuanya termasuk dalam

kedua kelompok diatas, antara lain :

* Yang termaduk kelompok kegiatan kerja keseluruhan

1. Peta Proses Operasi

2. Peta Aliran Proses

3. Peta Proses kelompok Kerja

4. Diagram Aliran

* Yang termasuk kelompok kegiatan kerja setempat :

1. Peta Pekerja dan Mesin

2. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

2.2 Peta Kerja Kegiatan Kerja Keseluruhan

Sebelum membahas yang termasuk kelompok peta kerja keseruhan,

hendaknya perlu diperkenalkan lebih dahulu mengenai lambang-lambang yang

akan digunakan untuk kelompok peta kerja keseluruhan.

Pada saat sekarang ini, untuk membuat suatu peta kerja, Gilberth

mengusulkan 40 buah lambang yang bisa dipakai, kemudian pada tahun berikutnya

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 13

Page 16: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

jumlah lambang-lambang tersebut disederhanakan, sehingga hanya tinggal 4

macam, yaitu :

Untuk operasi

Untuk transportasi

Untuk pemeriksaan

Untuk penyimpanan

Penyederhanaan ini memudahkan pembuatan suatu peta kerja, disamping

setiap notasi mempunyai fleksibilitas yang tinggi karena setiap lambang mempunyai

kandungan arti yang sangat luas. Dalam tahun 1947, American Society of

Mechanical Engineers (ASME) membuat standar lambang-lambang yang terdiri dari

lima macam lambang. Lambang-lambang ini merupakan modifikasi dari lambang

yang digunakan oleh Gilberth, yaitu lingkaran kecil diganti dengan anak panah untuk

kejadian transportasi dan menambah lambang baru untuk kejadian menunggu.

Lambang-lambang standar dari ASME inilah yang akan digunakan dalam

pembahasan-pembahasan peta kerja keseluruhan, lambang-lambang tersebut

dapat diuraikan sebagai berikut :

Operasi

Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan

sifat, baik sifat fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan

informasi pada suatu keadaan juga termasuk informasi.

Operasi merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses.

Dan bisanya terjadi pada suatu mesin atau stasiun kerja,

contohnya :

* Pekerjaan menyerut kayu dengan mesin serut

* Pekerjaan mengeraskan logam

* Pekerjaan merakit

Dalam prakteknya, lambang ini juga bisa digunakan untuk menyatakan

aktifitas administrasi, misalnya : aktifitas perencanaan atau perhitungan.

Pemeriksaan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 14

Page 17: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan

mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun segi kuantitas. Lambang

ini digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek atau

membandingkan objek tertentu dengan suatu standar.

Suatu pemeriksaan tidak menjuruskan bahan ke arah menjadi suatu barang

jadi, contoh-contohnya :

* Mengukur Dimensi

* Memeriksa warna benda

* Membaca alat ukur tekanan uap pada suatu mesin uap

Transportasi

Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau

perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari

suatu operasi. Contoh :

* Benda kerja diangkut dari mesin bubut ke tempat mesin skerap untuk mengalami

operasi berikutnya.

* Suatu objek dipindahkan dari lantai bawah ke lantai atas lewat elevator.

Menunggu

Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan

tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar). Kejadian

ini menunjukkan bahwa suatu objek ditinggalkan untuk sementara tanpa pencatatan

sampai diperlukan kembali. Contoh :

- Objek menunggu untuk diproses atau diperiksa

- Peti menunggu untuk dibongkar

- Bahan menunggu untuk diangkut ketempat lain

Penyimpanan

Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka

waktu yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali, biasanya

memerlukan suatu perijinan tertentu. Lambang ini digunakan untuk menyatakan

suatu objek yang mengalami penyimpanan permanan, yaitu ditahan atau dilindungi

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 15

Page 18: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

terhadap pengeluaran tanpa izin tertentu dan lamanya waktu adalah dua hal yang

membedakan antara kegiatan menunggu dan penyimpan, contoh :

* Dokumen-dokumen / catatan-catatan disimpan dalam brankas

* Bahan baku disimpan dalam gudang

Selain kelima lambang diatas, kita bisa menggunakan lambang lain apabila

merasa perlu untuk mencatat suatu aktifitas yang memang terjadi selama proses

berlangsung dan tidak terungkapkan oleh lambang-lambang tadi. Lambang tersebut

adalah :

Aktivitas gabungan

Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan

secara bersama atau dilakukan pada suatu tempat kerja.

2.3. Contoh penggunaan Peta Kerja untuk kegiatan menyeluruh

Pembahasan untuk peta kerja yang termasuk kelompok peta kerja keseruhan

adalah :

1. Peta Proses Operasi

Peta Proses Operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan

langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan

operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai produk jadi utuh maupun sebagai

komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa

lebih lanjut, seperti : waktu yang dihabiskan, material yang digunakan dan tempat

atau alat atau mesin yang dipakai.

Kegunaan peta proses operasi

Dengan adanya informai-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses

operasi, maka dapat diperoleh banyak manfaat diantaranya :

* Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya

* Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku

* Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik

* Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai

* Sebagai alat untuk latihan kerja dll

Analisa suatu peta proses operasi

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 16

Page 19: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Ada empat hal yang perlu diperhatikan agar diperoleh suatu proses kerja

yang baik melalui analisa peta proses operasi yaitu : analisa terhadap bahan-bahan,

operasi, pemeriksaan, dan terhadap waktu penyelesaian suatu proses .

Keempat hal tersebut diatas, dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Bahan-bahan

Kita harus mempertimbangkan semua alternatif dari bahan yang digunakan,

proses penyelesaian dan toleransi sedemikian rupa sehingga sesuaikan dengan

fungsi reabilitas, pelayanan dan waktunya.

b. Operasi

Juga dalam hal ini harus dipertimbangkan mengenai semua alternatif yang

mungkin untuk proses pengolahan, pembuatan, pengerjaan dengan mesin atau

metode perakitannya, beserta alat-alat dan perlengkapan yang digunakan.

Perbaikan yang mungkin bisa dilakukan misalnya dengan menghilangkan,

menggabungkan, merubah atau menyederhanakan operasi-operasi yang terjadi.

c. Pemeriksaan

Dalam hal ini harus mempunyai standar kualitas. Suatu objek dikatakan

memenuhi syarat kualitasnya jika setelah dibandingkan dengan standar ternyata

lebih baik atau minimal sama. Proses pemeriksaan bisa dilakukan dengan teknik

sampling atau satu persatu dari semua objek yang dibuat tentunya cara yang

terakhir tersebut dilaksanakan apabila jumlah produksinya sedikit.

d. Waktu

Untuk mempersingkat waktu penyelesaian, kita harus mempertimbangkan

semua alternatif mengenai metoda, peralatan dan tentunya penggunaan

perlengkapan - perlengkapan khusus.

2. Peta Aliran Proses

Peta aliran proses adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan-urutan

dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi

selama satu proses atau prosedur berlangsung, serta didalamnya memuat pula

informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang dibutuhkan

dan jarak perpindahan. Walau biasanya dinyatakan dalam jam dan jarak

perpindahan biasanya dinyatakan dalam meter. Walaupun hal ini tidak terlampau

mengikat.

Perbedaan peta proses operasi dan peta aliran proses

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 17

Page 20: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Dari sedikit uraian diatas kiranya dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat

dua hal utama yang membedakan antara peta proses operasi dengan peta aliran

proses, yaitu:

a. Peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitas-aktivitas dasarnya,

termasuk transportasi, menunggu dan menyimpan. Sedangkan pada peta

proses operasi, terbatas pada operasi dan pemeriksaan saja.

b. Peta aliran proses menganalisa setiap komponen yang diproses secara lebih

lengkap dibanding peta proses operasi, dan memungkinkan untuk digunakan di

setiap proses atau prosedur, baik dipabrik atau dikantor. Sebagai

konsekuensinya, peta aliran proses tidak bisa digunakan untuk

menggambarkan proses perakitan secara keseluruhan. Biasanya suatu peta

aliran proses hanyalah menggambarkan dan digunakan untuk menganalisa

salah satu komponen dari produk yang dirakit.

Macam-macam peta aliran proses

Peta aliran proses pada umumnya terbagi dalam dua tipe, yaitu:

1. Peta aliran proses tipe bahan

2. Peta aliran proses tipe orang

Peta aliran proses tipe bahan, ialah suatu peta yang menggambarkan

kejadian yang dialami bahan(bisa merupakan salah satu bagian dari produk jadi)

dalam suatu proses atau prosedur operasi.

Peta aliran proses tipe orang pada dasarnya bisa dibagi menjadi dua bagian,

yaitu:

1. Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja seorang operator.

2. Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja sekelompok

manusia, sering disebut peta proses kelompok kerja yang akan diuraikan lebih

lengkap dalam sub-sub berikutnya. Pada umumnya peta aliran proses tipe orang

adalah suatu peta yang menggambarkan suatu proses dalam bentuk aktivitas-

aktivitas manusianya.

3. Diagram Aliran

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa diagram aliran merupakan gambaran

menurut skala dari susunan lantai dan gedung, yang menunjukkan lokasi dari

semua aktivitas yang terjadi dalam peta aliran proses. Aktivitas yang berarti

pergerakan suatu material atau orang dari suatu tempat ketempat berikutnya,

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 18

Page 21: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

dinyatakan oleh garis aliran dalam diagram tersebut. Arah aliran digambarkan oleh

anak panah kecil pada garis aliran tersebut.

Kegunaan diagram aliran

1.Lebih memperjelas suatu peta aliran proses, apalagi jika arah aliran merupakan

faktor yang penting.

2. Menolong dalam perbaikan tata letak tempat kerja.

4. Peta Proses Kelompok Kerja

Peta proses kelompok kerja digunakan untuk menunjukkan beberapa

aktivitas dari sekompok orang yang berkerja sama dalam suatu proses atau

prosedur kerja, dimana satu aktivitas dengan aktivitas lainnya saling bergantungan,

artinya suatu hasil kerja secara kelompok tersebut berlangsung dengan lancar

karena adanya ketergantungan tiap aktivitas ini, maka dalam peta proses kelompok

kerja biasanya banyak dijumpai lambang-lambang keterlambatan, yang

menunjukkan bahwa suatu aktivitas sedang menunggu aktivitas lainnya. Sehingga

jelas bahwa peta proses kelompok kerja dapat digunakan untuk meningkatkan

waktu efektif dari mesin dan pekerja.

Kegunaan peta proses kelompok kerja

1. Bisa menguragi ongkos produksi atau proses

2. Bisa mempercepat waktu penyelesaian produksi atau proses

Kasus dalam pembuatan peta kerja keseluruhan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 19

Page 22: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 20

Page 23: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 21

Page 24: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 22

Page 25: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Buku Acuan :

1. Iftikar Z. Sutalaksana , “ Teknik Tata Cara Kerja “ , ITB , Bandung

2. Barnes R. M, “ Motion and Time Study - Design and Measurement of

Work “ , John Wiley & Sons .Inc, New York.

3. Kazarian E. A. “ Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and

Institutions “ , Avi Publishing Company, Inc. Westport , Connecticut ,

Michigan.

4. Eko Nurmianto ,” Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya “, ITSN ,

Surabaya.

5. Jann Hidajat T , “ Studi Kerja “ Jurusan TI - ITB

6. Wignjosoebroto Sritomo, “ Ergonomi “ Studi Gerak dan Waktu “ ITSN ,

Surabaya.

7. Tarwaka, Solichul, Lilik S ,” Ergonomi ” untuk keselamatan, kesehatan

kerja dan produktivitas

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 23

Page 26: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

BAB III

1. Tujuan Instruksional Khusus

Diharapkan mahasiswa dapat memahami Pengertian Peta Kerja untuk kegiatan

kerja setempat, Lambang-lambang yang dipergunakan, terutama Peta Kerja

Pekerja dan Mesin serta Peta Kerja Tangan Kiri dan Tangan Kanan.

2. Daftar Materi Pembahasan

2.1. Pengertian Peta Kerja Untuk Kegiatan Setempat

2.2. Lambang-lambang yang Dipergunakan

2.3. Contoh pemakaian peta kerja setempat

3. Pembahasan

2.1. Pengertian Peta Kerja untuk Kegiatan Setempat

Peta kerja untuk kegiatan kerja setempat untuk menganalisa suatu stasiun kerja,

maka peta kerja yang digunakan peta pekerja dan mesin serta peta tangan kiri dan

tangan kanan sebagai alat untuk mempermudah perbaikan suatu tempat kerja dan

gerakan pekerja, sehingga dicapai keadaan ideal untuk saat itu.

1. Peta Pekerja dan Mesin

Dalam beberapa hal , hubungan antara operator dan mesin sering bekerja

secara silih berganti, yakni sementara mesin menganggur , operator bekerja atau

sebaliknya. Pada hakekatnya waktu menganggur ini dalai suatu kerugian , maka

dari itu waktu menganggur harus diminimumkan. Namun tentunya harus

memperhitungkan kemampuan manusia dan mesinnya.

ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 24

Page 27: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Peta pekerja dan mesin dapat dikatakan merupakan grafik yang

menggambarkan koordinasi antra waktu bekerja dan waktu mengganggur dari

kombinasi antara pekerja dan mesin. Dengan demikian peta ini merupakan alat

yang baik digunakan untuk mengurangi waktu menggaggur.

Kegunaan peta pekerja dan mesin

Informasi paling penting yang diperoleh melalui peta pekerja dan mesin

adalah hubungan yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin

yang ditangainya. Dengan informasi ini, maka kita mempunyai data yang baik untuk

melakukan penyelidikanj, penganalisaan, dan perbaikan suatu pusat kerja

sedemikian rupa sehingga efektivitas penggunaan pekerja dan mesin bisa

ditingkatkan dan tentunya keseimbangan kerja antara pekerja dan mesin bisa

diperbaiki.

Peningkatan efektivitas penggunaan dan perbaikan keseimbangan kerja

tersebut dapat dilakukan, misalnya dengan cara:

1. Merubah tata letak tempat kerja.

Tata letak tempat kerja merupakan salah satu faktor yang menentukan lamanya

waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Maka penataan kembali suatu tata letak

tempat kerja diperlukan sekali.

2. Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja.

Pada dasarnya , gerakan-gerakan kerja juga merupakan lamanya waktu

penyelesaian suatu pekerjaan, sehingga penataan kembali gerakan-gerakan

kerja yang dilakukan sangat diperlukan sekali.

3. Merancang kembali mesin dan peralatan.

Keadaan mesin dan peralatan sering kali perlu dirancang kembali, misalnya untuk

mengurangi waktu mengangkut dan menghemat tenaga.

4. Menambah pekerja bagi sebuah mesin atau sebaliknya, menambah mesin bagi

seorang pekerja.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 25

Page 28: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Abila kita menemukan bahwa efektivitas pekerja yang menangani sebuah atau

beberapa mesin itu rendah , yaitu pekerja banyak menganggur, sementara

ditempat lain banyak mesin yang menganggur, maka menambahan tugas bagi

pekerja tersebut mungkin dapat meningkatkan efektivitas. Sebaliknya jika

terdapat seorang pekerja yang terlampau sibuk dalam menangani tugasnya,

sehingga tidak memungkinkan baginya melepaskan lelah, tentu hal inipun akan

merugikan. Pekerja yang terlampau lelah sering melakukan kesalahan-

kesalahan, sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan-kerusakan mesin atau

menurunkan kualitas produksi. Jelas disini bahwa penambahan pekerja

memungkinkan untuk mengatasi masalah ini. Dengan demikian keseimbangan

antara pekerja dan mesin bisa diperoleh.

2. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Peta ini menggambarkan semua gerakan-gerakan saat bekerja dan waktu

mengganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan juga menunjukkan

perbandingan antara tugas yang dibebankan pada tangan kiri dan tangan kanan

ketika melakukan pekerjaan.

Melalui peta ini kita bisa melihat semua operasi secara cukup lengkap, yang

berarti mempermudah perbaikan operasi tersebut. Peta ini sangat praktis untuk

memperbaiki suatu pekerjaan manual dimana tiap siklus dari pekerja terjadi dengan

cepat dan terus berulang, sedangkan keadaan lain, peta ini kurang praktis untuk

dipakai sebagai alat analisa. Inilah sebabnya dengan menggunakan peta ini kita

bisa melihat dengan jelas pola-pola gerakan yang tidak efisien dan bias melihat

adanya pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang terjadi pada

saat pekerja manual tersebut berlangsung.

Kegunaan peta tangan kiri dan tangan kanan.

1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.

Dengan bantuan studi gerakan dan prinsip ekonomi gerakan , maka kita bisa

menguraikan elemen pekerjaan lengkap menjadi elemen-elemen gerakan yang

terperinci. Setiap elemen gerakan dari pekerjaan ini dibebankan kesetiap

tangan sehingga seimbang agar mengurangi kelelahan.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 26

Page 29: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan

tidak produktif sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja.

Kemahiran untuk menguraikan suatu pekerjaan menjadi elemen-elemen

gerakan dan kemudian memilih elemen-elemen mana saja yang efektif dan

kurang efektif , tentunya akan mempengaruhi produktivitas kerja. Jika suatu

pekerjaan sudah dilaksanakan secara efisien dan produktif, maka secara

otomatis waktu penyelesaian pekerjaan tersebut merupakan waktu tersingkat

saat itu.

3. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja.

Tata letak tempat kerja juga memperngaruhi lamanya waktu penyelesaian.

Percobaan merubah-rubah tata letak peralatan selain dapat menemukan tata

letak yang baik, ditinjau dari waktu dan jarak, juga kita dapat menemukan

urutan-urutan pengerjaan yang lebih baik.

4. Sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru, dengan cara kerja yang ideal.

Kiranya sudah jelaslah , bahwa peta tangan kiri dan tangan kanan menunjukan

urutan-urutan pengerjaan yang lebih baik untuk saat itu. Peta ini dapat

berfungsi sebagai penuntun terutama bagi pekerja-pekerja baru, sehingga akan

lebih cepat proses relajar.

2.2. Lambang-lambang yang dipergunakan

Lambang-lambang ini merupakan modifikasi dari lambang yang digunakan oleh

Gilberth, yaitu lingkaran kecil diganti dengan anak panah untuk kejadian transportasi

dan menambah lambang baru untuk kejadian menunggu. Lambang-lambang

standar dari ASME inilah yang akan digunakan dalam pembahasan-pembahasan

selanjutnya, lambang-lambang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Peta Pekerja dan Mesin

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 27

Page 30: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Ada beberapa lambang yang digunakan , yaitu yang berupa suatu batang (bar)

dimana panjangnya batang ini sebanding dengan skala waktu (lamanya aktivitas

tersebut).

Lambang-lambang yang digunakkan :

Menunjukan waktu menganggur.

Digunakan untuk menyatakan pekerja atau mesin yang sedang

menganggur atau salah satu sedang menunggu yang lain. Misalnya

dalam suatu rangkaian kerja, si operator sedang melakukan

pemeriksaan terhadap mesin, untuk mencegah kerusakan mesin,

maka dalam hal ini si operator sedang melakukan kerja tak

bergantungan dan mesin sedang menganggur/menunggu.

Menunjukan kerja tak bergantungan.

Jika ditinjau dari pekerja , maka keadaan ini menunjukan seorang

pekerja yang sedang bekerja dan tak bergantungan dengan mesin

dan pekerja lainnya. Misalnya seorang pekerja yang sedang

mengambil dan mempersiapkan bahan atau ia sedang melakukan

pemeriksaan terhadap produk akhir tanpa alat. Jika ditinjau dari pihak

mesin , berarti mesin tersebut sedang bekerja tanpa memerlukan

pelayanan dari operator (mesin otomatis)

Menunjukan kerja kombinasi.

Jika ditinjau dari pihak pekerja, maka lambang ini digunakan apabila

antara operator dan mesin atau dengan operator lainnya sedang

bekerja bersama-sama . Jika ditinjau dari pihak mesin , berarti

selama bekerjanya mesin tersebut memerlukan pelayanan dari

operator.

2. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 28

Page 31: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Ada beberapa lambang yang digunakan , yaitu yang berupa suatu lingkaran dan

segitiga dimana merupakan simbol geometrik (geometric symbol) ,

Lambang-lambang yang digunakkan :

Sub operasi (sub-operation)

Anggota tubuh (tangan) mengerjakan sesuatu pada daerah tempat

kerja

Bergerak ( movement)

Bergerakan dari anggota tubuh dari suatu bagian (tempat) ketempat

lain dalam tempat kerja.

Menunggu (delay)

Angota tubuh tidak mengaggur

Memegang (Hold)

Menjaga suatu objek didalam posisi pada anggota tubuh (tanga)

2.3. Contoh Pemakain Peta Kerja Setempat

Dari gambar-gambar halaman berikutnya contoh pemakaian peta kerja setempat.

Contoh-contoh yang sederhana dalam pemakaian peta kerja ini sebagai bahan

analisa operasi pembuatan produk untuk mendapatkan efisiensi dan efektivitas

suatu pekerjaan.

Peta Kerja Pekerja dan Mesin

Kasus

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 29

Page 32: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Seorang operator mesin bubut akan mengerjakan benda kerja seperti gambar

dibawah ini, dengan data

pengerjaan sebagai berikut :

Pasang benda kerja = 3 menit

Stel bubutan I = 1 menit

Bubutan I = 5 menit

Stel bubutan II = 1 menit

Bubutan II = 4 menit

Buka benda kerja = 1 menit

ORANGSkala

waktu

PekerjaanPekerjaan : : PembubutanPembubutan

NamaNama MesinMesin : : MesinMesin BubutBubut

NamaNama PekerjaPekerja : : AmriAmri

DipetakanDipetakan oleholeh : : AnomAnom

TanggalTanggal : 17 : 17 JanuariJanuari 20062006

MESIN BUBUT

OperatorMesin bubut I Mesin bubut II WWW

Pasang benda

kerja

Stel bubutan I

Stel bubutan II

Bubutan I

Bubutan II

Nganggur

Nganggur

Nganggur

Nganggur

Buka benda

kerja

Nganggur

0

0

3

4

9

10

11

15

3

1

5

1

1

4

4

5

1

1

4

RINGKASAN

Waktu Menganggur

% Penggunaan

Total Waktu

Mesin bubut I

6 menit

9 menit

60 %

Waktu Kerja

Operator

15 menit

9 menit

6 menit

15 menit

40 %

Coba dibuat jika

menangani dua

mesin bubut

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 30

Page 33: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

RINGKASAN

Waktu Menganggur

Waktu Kerja 10 detik 20 detik 20 detik

Waktu Total 35 detik 35 detik 35 detik

% Penggunaan

PEMBELI PELAYAN MESIN

25 detik 15 detik 15 detik

1010

1515

55

55

55

1515

MendengarkanMendengarkan

MengambilMengambil KertasKertas

StelStel MesinMesin

MenungguMenunggu

55

2525

MemesanMemesan

MenungguMenunggu

PesananPesanan

W W MESIN FOTOCOPYMESIN FOTOCOPYWWPELAYANPELAYANWWPEMBELI PEMBELI

00

1010

2020

3030

ORANG MESIN

Menunggu

Distel 5

Fotocopy

5Serankan+KasBayar Menganggur55

PETA PEKERJA DAN MESIN

Pekerjaan : Nama Mesin : Nama Pekerja :

Dipetakan Oleh : Tgl Pemetaan : Sekarang Usulan

Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Kasus

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 31

Page 34: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Buku Acuan :

1. Iftikar Z. Sutalaksana , “ Teknik Tata Cara Kerja “ , ITB , Bandung

2. Barnes R. M, “ Motion and Time Study - Design and Measurement of

Work “ , John Wiley & Sons .Inc, New York.

3. Kazarian E. A. “ Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and

Institutions “ , Avi Publishing Company, Inc. Westport , Connecticut ,

Michigan.

4. Eko Nurmianto ,” Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya “, ITSN ,

Surabaya.

5. Jann Hidajat T , “ Studi Kerja “ Jurusan TI - ITB

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 32

Page 35: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

BAB IV

1. Tujuan Instruksional Khusus

Diharapkan mahasiswa dapat memahami studi gerakan dalam penelitian kerja,

terutama mengerti penggunaan gerakan dasar therblig dan ekonomi gerakan

terutama untuk gerakan yang dihubungkan dengan tubuh manusia, rancangan tata

letak dan rancangan alat kerja.

2. Daftar Materi Pembahasan

2.1. Studi Gerakan

2.2. Pemahaman gerakan dasar (therblig)

2.3. Ekonomi Gerakan

2.4. Contoh penerapannya

3. Pembahasan

2.1. Studi Gerakan

Bila kita mengamati suatu pekerjaan yang sedang berlangsung , hal yang sudah

pasti terlihat adalah adanya gerakan-gerakan yang berbentuk kerja tersebut. Studi

gerakan adalah analisa yang diperlukan terhadap beberapa gerakan bagian badan

pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan demikian diharapkan agar

gerakan-gerakan tangan tidak efektif dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga

akan diperoleh penghematan dalam waktu kerja, yang selanjutnya dapat pula

menghemat pemakaian fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk pekerjaan tersebut.

Seorang tokoh yang telah meneliti gerakan-gerakan dasar secara mendalam

adalah Frank B. Gilbreth . Ia menguraikan gerakan kedalam 17 gerakan dasar atau elem

gerakan yang dinamai theblig. Therblig ini oleh Gilbreth dinyatakan dalam lambang-

lambang tertentu.

ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 33

Page 36: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

2.2. Pemahaman Gerakan Dasar (Therblig)

Dalam proses analisis gerakan-gerakan, pertama-tama suatu pekerjaan diuraikan

menjadi dasar pembentukanya.

Sedangkan pengertian dari setiap elemen gerakan tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Mencari (Search)

Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan

lokasi objek. Yang bekerja dalam hal ini adalah mata.

Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak mencari objek dan berakhir bila objek telah

ditemukan.

Tujuan dari penganalisaan ini adalah menghilangkan sedapat mungkin gerakan yang

tidak perlu. Mencari merupakan gerakan yang tidak efektif dan masih dapat dihindarkan

misalnya dengan menyimpan peralatan atau bahan-bahan pada tempat yang tetap

sehingga poses mencari dapat dihingkan.

2. Memilih (Select)

Memilih merupakan gerakan untuk menemukan suatu objek yang tercampur, tangan

dan mata adalah dua bagian badan yang digunakan untuk melakukan gerakan ini.

Therblig ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai memilih, dan berakhir bila

objek telah ditemukan. Batas antara mulai memilih dan akhir dari mencari agak sulit

untuk ditentukan karena ada pembaruan pekerja diantara kedua gerakan tersebut, yaitu

gerakan yang dilakukan oleh mata.

Gerakan memilih merupakan gerakan yang tidak efektif, sehingga sedapat mungkin

elemen gerakan ini dihindarkan.

Contoh dari elemen gerakan memilih adalah gerakan yang diperlukan untuk memilih

pulpen dari tempatnya, sedangkan pada tempat tersebut terdapat pula pinsil-pinsil dan

pulpen-pulpen yang satu dengan yang lainnya tercampur tidak beraturan.

3. Memegang (Grasp)

Therblig ini dalai gerakan untuk memegang objek, biasanya didahului oleh gerakan

menjangkau dan dilanjutkan oleh gerakan membawa.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 34

Page 37: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Therblig ini merupakan gerakan yang efektif dari suatu pekerjaan dan meskipun sulit

untuk dihilangkan, dalam beberapa keadaan masih dapat dikurangi.

4. Menjangkau (Reach)

Pengertian menjangkau dalam therblig adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa

beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek.

Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan melepas dan diikuti oleh gerakan

memegang. Therblig ini dimulai pada saat tangan mulai berpindah dan berakhir bila

tangan sudah berhenti.

Waktu yang digunakan untuk menjangkuau, tergantung pada jarak dari pergerkan

tangan dan dari tipe menjangkaunya. Seperti juga memegang, menjangkau sulit untuk

dihilangkan secara keseluruhan dari siklus kerja, yang masih mungkin adalah

pengurangan dari waktu gerak ini.

5. Membawa (Move)

Elemen gerak membawa juga meruapakan gerak perpindahan tangan, hanya dalam

gerakan ini tangan dalam keadaan terbebani. Gerakan membawa biasanya didahului

oleh memegang dan dilanjutkan oleh melepas atau dapat juga oleh pengarahan.

Therblig ini mulai dan berakhir pada saat yang sama dengan menjangkau, karena itu

faktor-faktor yang mempengaruhi waktu gerakannya pun hampir sama yaitu jarak

pindah, dan macamnya. Pengaruh yang lain adalah beratnya beban yang dibawa oleh

tangan.

6. Memegang Untuk Memakai (Hold)

Pengertian memegang untuk memakai disini adalah memegang tanpa menggerakkan

objek yang dipegang tesebut, perbedaannya dengan memegang yang terdahulu adalah

pada perlakuan terhadap objek yang dipegang. Pada memegang, pemegangan

dilanjutkan dengan gerak membawa, sedangkan memegang untuk memakai tidak

demikian.

Therblig ini merupakan gerakan yang tidak efektif, dengan demikian sedapat mungkin

harus dihilangkan atau paling tidak dikurangi.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 35

Page 38: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

7. Melepas (Release)

Elemen gerak melepas terjadi bila seorang pekerja melepaskan objek yang

dipegangnya. Bila dibandingkan dengan gerak therblig lainnya, gerakan melepas

merupakan gerakan yang relatif lebih singkat.

Therblig ini mulai pada saat pekerja mulai melepaskan tangannya dari objek dan

berakhir bila seluruh jarirnya sudah tidak menyentuh objek lagi. Gerakan ini biasanya

didahului oleh gerakan membawa atau dapat juga gerakan mengarahkan dan biasanya

diikuti oleh gerakan menjangkau.

8. Mengarahkan (Position)

Gerakan ini merupakan gerakan mengarahkan suatu objek pada suatu lokasi terntu.

Mengarahkan biasanya didahului oleh gerakan membawa dan biasa diikuti oleh gerakan

merakit, gerkan ini mulai sejak tangan mengendalihan objek dan berakhir pada saat

gerakan merakit atau memakai dimulai.

9. Mengarahkan Sementara (Pre position)

Mengarahkan sementara merupakan elemen gerakan mengarahkan pada suatu tempat

sementara. Tujuan dri penempatan ini adalah memudahkan pemegangan apabila objek

tersebut akan dipakai kembali. Dengan demikian siklus kerja berikutnya elemen gerakan

mengarahkan diharapkan berkurang.

10. Pemeriksaan (Inspect)

Gerakan ini merupakan pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek

telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Elemen ini dapat berupa gerakan melihat seperti

untuk memriksa warna, meraba seperti untuk memeriksa kehalusan dan lain-lain.

Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan membandingkan objek dengan suatu standart.

Sehingga banyak atau sedikitnya waktu untuk pemeriksaan, tergantung pada kecepatan

operator untuk menemukan perbesaan antara objek dengan standart yang

dibandingkan.

11. Perakitan (Assemble)

Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu objek dengan objek yang lain

sehingga menjadi satu kesatuan. Pekerjaan dimulai bila objek sudah siap dipasang dan

berakhir bila objek tersebut sudah tergabung secara sempurna

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 36

Page 39: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

12. Lepas Rakit (Disassemble)

Gerakan ini merupakan kebaikan dari gerakan diatas, disini dua bagian objek dipisahkan

dari satu kesatuan. Gerakan lepas rakit biasanya didahului oleh memegang dan

dilanjutkan oleh membawa atau biasanya juga dilanjutkan oleh melepas.

13. Memakai ( Use )

Yang dimaksud memakai disini adalah bila satu tangan atau kedua - duanya dipakai

untuk menggunakan alat. Lamanya waktu yang dipergunakan untuk gerak ini tergantung

dari jenis pekerjaannya dan keterampilan dari pekerjaannya.

14. Keterlambatan Yang Tak Terhindarkan ( Unavoidable delay )

Keterlambatan yang dimaksud disini adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh hal-hal

yang terjadi diluar kemampuan pengendalian pekerja. Contohnya adalah padamnya

listrik, rusaknya alat-alat dan lain-lain. Keterlambatan ini dapat dihindarkan dengan

mengadakan perubahan atau perbaikan pada proses operasinya.

15. Keterlambatan Yang Dapat Dihindarkan( Avoidable delay )

Keterampilan ini disebabkan oleh hal-hal yang ditimbilakan sepanjang waktu kerja oleh

pekerjanya baik disengaja maupun tidak disengaja. Misalnya pekerja yang sedang

merokok ketika sedang bekerja dan lain-lain. Untuk mengurangi keterlambatan ini harus

diadakan perbaikan oleh pekerjanya tanpa harus merubah proses operasinya.

16. Merencana ( Plan)

Merencana merupakan proses mental, diaman operator berfikir untuk menentukan

tindakan yang akan diambil selanjutnya. Waktu untuk therblig ini sering pada seorang

pekerja baru.

17. Istirahat Untuk Menghilangkan Rasa Fatique (Rest to Overcome fatique)

Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara periodik. Waktu untuk

memulihkan kembali kondisi badannya dari ras fatique sebagai akibat kerja berbeda-

beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya tetapi juga oleh individu pekerjanya.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 37

Page 40: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Gagasan untuk mengefektifkan penerapan dari Therblig ini muncul dari seorang

konsultan “Methods Enginering” ternama dari Jepang : Mr. Shigeo singo. Ia

mengklasifikasikan Therblig yang telah dibuat oleh Gilbreth menjadi 4 kelompok, yaitu :

KELOM

POK

ELEMEN GERAKAN KETERANGAN

Utama

Penunjang

Pembantu

Gerakan

Elemen

Luar

- Assemble (A)

- Use (U)

- Disassemble (DA)

- Reach (RE)

- Grasp (G)

- Move (M)

- Release Load (RL)

- Search (SH)

- Select (ST)

- Position (P)

- Hold (H)

- Inspection (I)

- Preposition (PP)

- Rest (R)

- Plan (Pn)

- Unavoidable Delay (UD)

- Avoidable Delay (AD)

Gerakan - gerakan dalam kelompok ini

bersifat memberikan nilai tambah.

Perbaikan kerja untuk kelompok ini dapat

dilakukan dengan cara mengefisienkan

gerakan.

Gerakan-gerakan dalam kelompok ini

diperlukan, tetapi tidak memberikan nilai

tambah. Perbaikan kerja untuk kelompok ini

dapat dilakukan dengan meminimumkan

gerakan.

Gerakan-gerakan dalam kolompok ini tidak

memberikan nilai tambah dan mungkin

dapat dihilangkan. Perbaikan kerja untuk

kelompok ini dapat dilakukan dengan

pengaturan kerja yang baik atau dengan

menggunakan alat bantu.

Gerakan-gerakan dalam kelompok ini

sedapat mungkin dihilangkan.

2.3. Ekonomi Gerakan

Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik , tentu diperlukan perancangan sistem

kerja yang baik pula. Oleh karena itu sistem kerja harus dirancang sedemikian rupa

sehingga dapat menghasilkan hasil kerja yang diingini. Prinsip ekonomi gerakan terkait

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 38

Page 41: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

juga dengan studi gerakan, karena sistem kerja harus dirancang sedemikian rupa

sehingga dapat memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan yang ekonomis. Prinsip

ekonomi gerakan yang akan dibahas dihubungkan dengan tubuh manusia dan

gerakannya, pengaturan tata letak tempat kerja dan perancangan peralatan.

Untuk lebih jelasnya , diuraikan sebagai berikut :

I. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dan

gerakannya, terdiri dari :

a. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang

sama.

b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama, kecuali pada

waktu istirahat.

c. Gerakan kedua tangan harus dibuat dengan arah simetris dan berlawan arah.

Ketiga perinsip diatas cukup erat satu sama lainnya dan dapat dipertimbangkan

secara bersama-sama. Pada umumnya setiap pekerjaan akan lebih mudah dan

cepat jika dikerjakan sekali gus oleh tangan kanan dan tangan kiri. Gerakan yang

simetris diperlukan agar kedua tangan mencapai keseimbangan antara satu dengan

yang lainnya. Lintasan pekerjaan yang tidak teratur (tidak simetris) akan lebih cepat

menimbulkan kelelahan.

d. Pergerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat, yaitu hanya menggerakkan

tangan atau badan secukupnya saja untuk menyelesaikan pekerjaan dengan

sebaik-baiknya.

Penugasan pada bagian tubuh harus memperhatikan kesanggupan dari bagian-

bagian tubuh itu sendiri, agar tidak menimbulkan gerakan-gerakan sulit yang harus

dilakukan oleh tubuh, misalnya : usahakan penempatan semua bahan dan peralatan

sedemikian rupa sehingga tubuh tidak usah berputar-putar terlalu sering.

e. Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk membantu

pekerjanya, pemanfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam

bekerja.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 39

Page 42: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Dalam beberapa keadaan ditempat kerja sering dijumpai total berat dari objek

digerakan sepenuhnya oleh pekerja, hal tersebut tidak dimanfaatkannya prinsip

momentum. Momentum dari suatu objek adalah massa objek tersebut dilakukan

dengan kecepatanya.

f. Gerakan tangan yang patah-patah, banyak perubahan arah yang tajam akan

memperlambat gerakan tersebut.

Perubahan arah gerakan dalam suatu pekerjaan akan memperlambat waktu

penyelesaian kerja. Hal ini seperti pada saat memegang yang didahulukan dengan

menjangkau dilanjutkan dengan membawa dan yang lainnya.

g. Gerakan balistik lebih cepat, mudah dan lebih akurat dibandingkan dengan

gerakan yang tegang atau dikendalikan.

Yang dimaksud dengan gerakan yang dikendalikan adalah gerakan yang yang

terjadi pada suatu pekerjaan dimana memerlukan dua otot yang berlawanan

kerjanya, misalnya pekrjaan untuk menulis , disini terdapat dua otot yang saling

tahan yaitu jari dan jempol. Sedangkan yang dimaksud dengan gerkan balistik

adalah gerakan yang bebas, misalnya pada saat memukul bola kasti.

h. Pekerjaan harus diatur semudah mungkin dan jika mungkin menggunakan

ritme/irama kerja yang harus mengikuti irama yang alamiah bagi sipekerja.

Yang dimaksud dengan irama yang sering diartikan pada kecepatan rata-rata

mengulang kembali gerakan, misalnya irama melangkah kaki, irama pernapasan

mengikuti irama yang tertentu. Setiap individu mempunyai irama alamiahnya sendiri.

i. Usahakan sesedikit mungkin gerakan mata. j .

Gerakan mata kadang-kadang tidak dapat dihindarkan dari pekerjaan terutama bila

pekerjaannya baru. Objek yang kecil juga memerlukan gerakan mata untuk

mengerjakannya. Seringkali antara tangan dan mata terjadi koordinasi dimana fungsi

mata sebagai pengarah dari tangan. Rasa lelah yang dialami oleh mata akan

menjalar keseluruh badan dengan cepat.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 40

Page 43: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

II. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak tempat

kerja.

a. Sebaiknya diusahakan agar bahan dan perkakas/peralatan mempunyai tempat

yang tetap .

Sebaiknya diusahakan agar bahan dan perkakas/peralatan mempunyai tempat yang

tetap, karena dengan demikian akan memudahkan pekerja untuk mengambil bahan

dan peralatan tersebut. Jika tempat bahan dan peralatan sudah tetap, tangan

pekerja akan secara otomatis dapat mengambilnya, sehingga mencari yang

merupakan pekerjaan mental dapat dihilangkan.

b. Tempatkan bahan-bahan dan perkakas/peralat pengukur ditempat yang mudah ,

cepat dan enak untuk dicapai.

Dari analisa therblig sudah dikenal bahwa untuk menjangkau jarak yang pendek

diperlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan bila jaraknya lebih jauh. Oleh

karena itu semua bahan dan peralatan sedapat mungkin harus diatur tata letaknya

menurut prinsip diatas. Selain itu manusia juga mempunya keterbatasan dalam jarak

jangkaunya.

c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya memanfaatkan

prinsip gaya berat / gravitasi sehingga bahan yang akan dipakai selalu tersedia

ditempat yang dekat untuk diambil.

Tempat penyimpanan bahan-bahan dimiringkan atau mempunyai sudut tertentu

dengan bagian bawah /alasnya, misalnya saja untuk suatu perakitan yang

mempunyai jumlah komponen banyak , disini bahan akan selalu berada pada bibir

box kerena terdorong oleh bahan lainnya dari atas.

d. Sebaiknya untuk menyalurkan objek yang sudah selesai dirancang dengan

mekanisme yang baik .

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 41

Page 44: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Penempatan objek yang telah selesai dikerjakan sebaiknya diatur dengan

mempertimbangkan cara kerja secara keseluruhan termasuk urutan-urutan

geraknya. Jadi dapat dirancang suatu mekanisme penyaluran objek ke tempat

penyimpanan dengan memanfaatkan prinsip gaya berat.

e. Bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga

gerakan–gerakan dapat dilakukan dengan urutan-urutan yang terbaik.

Agar didapat urutan-urutan yang baik dari gerakan-gerakan yang membentuk suatu

sistem kerja , bahan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tangan dapat

mengambil bahan tersebut dengan secepatnya.

f. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya diatur agar kegiatan berdiri dan duduk

dapat dilakukan dengan mudah dan menyenangkan.

Seorang pekerja dalam menghadapi pekerjaannya mempunyai berbagai alternative

posisi untuk mengerjakannya, dapat dilakukan dengan duduk dan dapat pula

dilakukan dengan berdiri, tergantung dari cara yang lebih disukai. Rancangan kerja

yang baik adalah rancangan yang memungkinkan untuk melakukan pekerjaan

secara kombinasi duduk dan berdiri.

g. Tipe dan tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga pekerja yang

mendudukinya bersikap yang baik.

Yang dimaksud dengan bersikap yang baik pada waktu berdiri adalah sikap dimana

kepala – leher - dada dan perut berada dalam keseimbangan yang baik ke arah

vertical. Posisi ini memungkinkan organ-organ tubuh seperti pernapasan , peredaran

darah pencernaan dan lain-lain bekerja dalam kondisi normal. Dengan demikian

diharapkan pekerjaan akan mencapai efisiensi yang tinggi.

h. Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa

sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 42

Page 45: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Penerangan/pencahayaan yang baik merupakan kebutuhan utama dalam pekerjaan

yang memerlukan ketelitian dalam penglihatan. Untuk menciptakan kondisi yang

baik untuk penglihatan , satu hal yang penting harus diperhatikan adalah tata letak

peralatan dan alat penerangan yang dipakai untuk menerangi ruang kerja, karena

hal ini akan menentukan arah datangnya cahaya kepada objek yang sedang

diperiksa atau dikerjakan.

III. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan.

a. Sebaiknya tangan dibebaskan dari pekerjaan dan digantikan dengan perkakas

pembantu, atau peralatan yang digerakkan dengan kaki.

Seringkali banyak kita jumpai peralatan pada suatu pabrik hanya menunjukan

dijalankan dengan oleh tangan saja. Hal ini mengakibatkan bagian tubuh lain

termasuk kaki menganggur sepanjang siklus kerja tersebut. Sedangkan tenaga yang

dipunyai oleh kaki jauh lebih kuat, sehingga bila kaki dapat dimanfaatkan untuk

bekerja diharapkan hasilnya dapat meningkat.

b. Sebaiknya peralatan atau perkakas harus dirancang agar mempunyai lebih dari

satu kegunaan sedapat mungkin.

Bila suatu alat dapat dirancang untuk beberapa kegunaan dalam pemakaiannya,

diharapkan dari alat tersebut dapat mengakibatkan peningkatan efisiensi dalam

bekerja . Dengan memakai alat yang lebih dari satu kegunaan diharapkan proses

pengambilan alat yang lain dalam suatu pekerjaan dapat ditiadakan, karena alat

tersebut dapat pula dikerjakan oleh alat yang sedang dipakai .

c. Peralatan atau perkakas dirancang sedimikian rupa sehingga memudahkan

dalam pemegangan dan penyimpanan.

Pemegangan dari suatu alat sebaiknya dirancang dengan memperhatikan ukuran-

ukuran dan kenyamanan dalam pemegangannya. Perancangan juga harus diatur

sedemikian rupa sehingga alat-alat tersebut dapat disimpan ditempat penyimpanan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 43

Page 46: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

dan memungkinkan dapat diambil secara mudah bila akan dipakai dalam pekerjaan

selanjutnya.

d. Apabila setiap jari melakukan gerakan khusus, seperti misalnya mengetik, maka

beban pekerjaan harus didistribusikan sedemikian hingga tercapai

keseimbangan kapasitas setiap jari.

Kedua tangan, yaitu tangan kanan dan kiri biasanya mempunyai kekuatan yang

berbeda. Tangan kanan biasanya lebih kuat dari tangan kiri. Tidak demikian halnya

dengan jari, sulit sekali untuk menyamakan kemampuan atau kekuatan dari setiap

jari, pada umumnya jari telunjuk dan jari tengah merupakan jari yang lebih kuat dari

jari lainnya.

e. Roda putar, palang dan peralatan yang sejenisnya harus diatur sedemikian rupa

sehingga badan dapat melayaninya dengan posisi yang baik, dan dengan tenaga

yang minimum.

Yang dimaksud dengan sejenis peralatan diatas adalah peralatan yang sejenis

roda penggerak pada pintu air , roda pembuka lemari besi dan lain-lain. Untuk dapat

merancang peralatan ini dengan baik, terlebih dahulu harus diketahui foktor-faktor

dari peralatan tersebut yang dapat mempengaruhi dalam pemakaiannya. Faktor-

faktor yang dapat memberikan pengaruh pada kemudahan pelayanan terhadap

peralatan diatas antara lain adalah posisi penempatan , diameter dan arah putar.

2.4. Contoh Penerapannya

Contoh penerapan dari prinsip ekonomi gerakan , seperti sebagian telah

diuraikan dan penjelesan diatas, juga dapat dilihat pada gambar-gambar yang

dilampirkan. Penggunaan prinsip-prinsip ini digabungkan dengan sikap kritis telah

terbukti amat berhasil dalam mengembangkan rancangan sistem kerja yang efisiensi di

stasiun-stasiun kerja. Tetapi penulis mendapati bahwa pada kenyataannya, saat ini di

dunia industri jarang dilakukan penelitian studi gerakan dan ekonomi gerakan yang

mendetail dan inovatif.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 44

Page 47: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Buku Acuan :

1. Iftikar Z. Sutalaksana , “ Teknik Tata Cara Kerja “ , ITB , Bandung

2. Barnes R. M, “ Motion and Time Study - Design and Measurement of Work

“ , John Wiley & Sons .Inc, New York.

3. Kazarian E. A. “ Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and

Institutions “ , Avi Publishing Company, Inc. Westport , Connecticut ,

Michigan.

4. Eko Nurmianto ,” Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya “, ITSN ,

Surabaya.

5. Jann Hidajat T , “ Studi Kerja “ Jurusan TI - ITB

6. Wignjosoebroto Sritomo, “ Ergonomi “ Studi Gerak dan Waktu “ ITSN ,

Surabaya.

7. Tarwaka, Solichul, Lilik S ,” Ergonomi ” untuk keselamatan, kesehatan

kerja dan produktivitas .

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 45

Page 48: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

BAB V

1. Tujuan Instruksional Khusus

Diharapkan mahasiswa dapat memahami mengenai ergonomi dan aplikasi dalam

perancangan tempat kerja.

2. Daftar Materi Pembahasan

2.1. Definisi ergonomi

2.2. Pendekatan Ergonomi dalam perancangan stasiun kerja

3. Pembahasan

2.1 Definisi Ergonomi

.

Kehidupan manusia masa lampau disaat kebanyakan dari mereka masih hidup

dalam lingkungan alam yang asli ( natural environment). Perubahan waktu , walaupun

secara perlahan lahan telah merubah manusia dari keadaan primitif / tradisional menjadi

manusia yang berbudaya/modern. Disini manusia berusaha mengadaptasikan dirinya

menurut situasi dan kondisi lingkungannya . Hal ini terlihat pada perubahan rancangan

peralatan yang dipergunakan manusia untuk menaklukan alam lingkungannya. Tujuan

pokok manusia untuk selalu mengadakan perubahan rancangan peralatan yang dipakai

adalah untuk memudahkan dan mengenakan penggunaannya. Disiplin keilmuan, lahir dan

berkembang , sekitar pertengahan abad ke 20 (1960) ini , yang berkaitan dengan

perancangan peralatan dan fasilitas kerja yang memperhatikan aspek-aspek

manusiasebagai pemakainya , dikenal kemudin dengan nama ergonomi.

Istilah “Ergonomi” berasal dari bahasa latin (Yunani) yaitu Ergo berarti kerja dan

Nomos yang berarti Hukum Alam, sehingga Ergonomi dapat diartikan sebagai studi tentang

aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,

engineering, manajemen dan desain atau perancangan. Selain itu Ergonomi juga

ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 46

Page 49: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

berhubungan dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyaman atau

kemudahan manusia baik di tempat kerja, di rumah maupun di tempat lainnya. Di dalam

ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem di mana manusia, fasilitas kerja di lingkungannya

saling berinteraksi dengan tujuan utamanya yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan

manusianya.

Menurut seorang ilmuwan bernama DR. Roger W. Pease Jr. (Sander & Cormick,

1987) merekomendasikan defini dari ergonomi sebagai berikut:

“Ergonomi adalah suatu aplikasi ilmu pengetahuan yang memperhatikan karakteristik

manusia yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan dan penataan sesuatu yang

digunakan, sehingga antara manusia dengan benda yang digunakan tersebut terjadi

interaksi yang lebih efektif dan nyaman”.

Dan menurut Prof. A. Manuaba , 1992, ergonomi didefinisikan sebagai ” ilmu

teknologi dan seni yang berupaya menserasikan alat , cara dan lingkungan kerja terhadap

kerja terhadap kemampuan , kebolehan dan keterbatasan manusia untuk menciptakan

kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien agar dapat dicapai

produktivitas kerja yang maksimum”.

Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan

yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan teknologi dan

produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem manusia dengan mesin

yang optimal. Kegunaan dari penerapan ergonomi adalah untuk :

Memperbaiki performasi kerja (menambah kecepatan kerja, keakuratan, keselamatan

kerja dan mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi kelelahan).

Memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan ketrampilan

yang diperlukan

Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang

disebabkan “human error”

Memperbaiki kenyamanan manusia dalam kerja

Disiplin Human Factor (faktor manusia) dalam ergonomi mempunyai definisi sebagai

berikut (Sander & Cormick, 1987) : “Human Factor Engineering adalah pengetahuan tentang

manusia, keterbatasan, kelebihan dan karakterisitik manusia lainnya yang relevan dalam

suatu perancangan”.

Dengan mengaplikasikan aspek-aspek ergonomi atau Human Factor Engineering,

maka dengan memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan

manusia dapat dirancang sebuah stasiun kerja yang bisa dioperasikan oleh rata-rata

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 47

Page 50: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

manusia sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik. Dalam

arti dapat mencapai tujuan yang diinginkan melalui aktivitas tersebut dengan efektif, efisien,

aman dan nyaman.

Memang banyak bidang ilmu juga memiliki kaitan dengan isu-isu ini, tetapi ergonomi

memiliki perspektif khusus, sesuai dengan naluri/insting manusia sejak beribu-ribu tahun

yang lalu yaitu mencari cara terbaik untuk mengorganiasi aktivitas manusia agar mampu

berproduksi dengan lebih efisien dan produktif, bisa meningkatkan kesejahteraan, cukup

dalam penyediaan makanan, baju, rumah, dan lain sebagainya.

Dari diuraikan singkat diatas maka dapat ditarik beberapa pokok-pokok kesimpulan

mengenai disiplin ergonomi, yaitu sebagai berikut :

a. Fokus perhatian dari ergonomi ialah berkaitan erat dengan aspek-aspek

manusia di dalam perencanaan ״man-made objects״ dan lingkungan kerja.

Pendekatan ergonomi akan ditekankan pada penelitian kemampuan

keterbatasan manusia baik secara fisik maupun mental psikologis dan

intraksinya dalam sistem manusia-mesin yang integral. Secara sistematis

pendekatn ergonomi kemudian akan memanfaatkan informasi tersebut untuk

tujuan rancang bangun, sehingga akan tercipta produk, sistem atau

lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia. Pada giliran rancangan

yang ergonomis akan dapt meningkatkan efisien, efektifitas dan produktifitas

kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok,

aman, nyaman dan sehat.

b. Ergonomi didefinisikan sebagai “a discipline concernid with designing man-

made objects (equipmens) so that people can use them effectively and savely

and creating environments suitable for human living and work ”, Dengan

demikian jelas bahwa pendekatan ergonomi akan mampu menimbulkan “

functional effectiveness” dan kenikmatan-kenikmatan pemakai dari peralatan

fasilitas maupun lingkungan kerja yang dirancang.

c. Maksud dan tujuan utama dari pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada

upaya memperbaiki perfomans kerja manusia seperti menambah kecepatan

kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk mengurangi enersi kerja

yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat.

Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan pula mampu memperbaiki

pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan

peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 48

Page 51: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

adalah manusia bukannya mesin ! Mesin tidaklah seharusnya mengatur kerja

manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator / pekerja) dengan tugas-

tugas yang manusiawi.

d. Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin ergonomi aplikasi yang

sistematis dari segala informasi yang relavan yang berkaitan dengan

karakteristik dan perilaku manusia di dalam perancangan peralatan, fasilitas

dan lingkungan kerja yang dipakai. Untuk ini analisis dan penelitian ergonomi

akan meliputi hal-hal yang berkaitan dengan :

Anatomi (struktur), fisiologi (bekerjanya) mengenai berfungsinya otak

dan anthropometri (ukuran) tubuh manusia.

Psikologi yang fisiologi mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf

yang berperan dalm tingkah laku manusia.

Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalm waktu yang

pendek maupun panjang ataupun membuat celaka manusia; dan

sebaliknya ialah kondisi-kondisi kerja yang dapat membuat nyaman

kerja manusia.

Denagn memperhatikan hal-hal tersebut maka penelitian dan pengembangan

ergonomi akan memerlukan dukungan berbagai disiplin keilmuan seperti psikologi,

anthropologi faal/anatomi dan teknologi (engineering).

2.2. Pendekatan Ergonomis dalam perancangan stasiun kerja

Secara ideal, perancangan stasiun kerja haruslah disesuaikan peranan dan fungsi

pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia, mesin / peralatan

dan lingkungan fisik kerja. Berkaitan dengan perancangan stasiun kerja aspek ergonomi

yang harus di pertimbangkan adalah :

a. Sikap dan posisi kerja

Secara ideal, perancangan tempat kerja haruslah disesuaikan peranan dan fungsi

pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia, mesin / peralatan

dan lingkungan fisik kerja. Dimensi ruang kerja di pengaruhi oleh situasi fisik dan situasi

kerja yang ada. Dalam menentukan dimensi ruang kerja perlu di perhatikan jarak jangkau

yang bisa dilakukan oleh operator, batasan-batasan ruang yang enak dan cukup

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 49

Page 52: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

memberikan keleluasaan gerak operator dan kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi

untuk kegiatan

Untuk mendefinisikan batasan-batasan daerah kerja horizontal diperlukan untuk

memastikan bahwa material atau alat kontrol tidak dapat ditempatkan bergitu saja diluar

jangkauan tangan . Batasan-batasan jangkauan tangan harizontal hapir seluruhnya ada

kendala , karena semua bangku kerja material dan beralatan lainnya disusun pada sebuah

permukaan yang horizontal. Batasan operator semakin meningkat , jika operator

mengendalikan beberapa macam gerakan tubuh, misalnya operator duduk yang

menghindari gangguan keseimbangan pada saat menjangkau, bahkan jika berdiri jangkauan

kedepan dibatasi oleh pinggiran bangku, hal ini akan dapat mengganggu keadaan badan

dan menimbulkan tekanan pada pungkung. Dalam buku RM Barnas (Motion and Time Study

) mendefinisikan daerah kerja “ Normal “ dan “ Maksimum “ dengan batasan yang ditentukan

oleh ruang tengah jari (mid point of fingers) sebagai berikut :

Daerah Normal

Lengan bawah yang berputar pada bidang horizontal dengan siku tetap.

Daerah Maksimum

Lengan direntangkan keluar dan diputar sekitar bahu.

Para peneliti menyadari bahwa tidak realistis jika kedudukan siku diasumsikan supaya tetap,

sehingga batasan-batasan tersebut tidak berupa lengkungan - lengkungan . Mereka juga

percaya bahwa para pekerja cendurung duduk atau berdiri tidak dekat dengan pinggiran

bangku. Mereka menjelaskan bahwa batas dengan sebuah persamaan yang meliputi

pengukuran statis dari panjang lengan dan posisi bangku. Jelasnya kerja seharusnya

dibatasi sampai dengan wilayah kerja normal jika mungkin hindarkan kebutuhan untuk

menaikkan lengan sebisa mungkin. Untuk menjaga agar pekerjaan tetap berada dalam

wilayah kerja yang normal, maka tidak cukup dengan mengoptimalkan lay-out tempat kerja.

Namun demikian lay-out tersebut seharusnya juga menghasilkan posisi anatomi alami yang

baik. Lay-out yang memposisikan tetap untuk tangan kanan dengan pergelangan tangan

yang bervariasi, ini merupakan penyimpangan dan memberikan kesan bahwa bangku yang

terlalu tinggi adalah suatu masalah yang akan dipertimbangkan.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 50

Page 53: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Gambar 5.1. Dimensi area kerja normal dan maksimum

Sumber : Barnes, Ralph M, “Motion and Time Study. Design and Measurement of Work”,

Secara ringkasnya bahwa :

* Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi membungkuk

dengan frekuensi kegiatan yang sering atau jangka waktu lama.

* Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang bisa

dilakukan.

* Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu yang

lama dengan kepala, leher, dada dan kaki berada dalam sikap atau posisi miring.

* Operator tidak seharusnya di paksa bekerja dalam frekuensi waktu yang lama

dengan tangan / lengan berada dalam posisi di atas level siku yang normal.

b. Anthropometri dan Dimensi Ruang Kerja

Anthropometri merupakan studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh

manusia yang secara luas dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk merancang

produk ataupun sistem kerja yang melibatkan manusia. Perancangan produk harus

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 51

Page 54: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

mampu mengakomodasikan populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil

rancangan tersebut. Sekurang-kurangnya 90% - 95% dari populasi dalam kelompok

pemakai harus dapat menggunakannya dan didekati dengan distribusi normal.

Dimensi ruang kerja di pengaruhi oleh situasi fisik dan situasi kerja yang ada. Dalam

menentukan dimensi ruang kerja perlu di perhatikan jarak jangkau yang bisa dilakukan

oleh operator, batasan-batasan ruang yang enak dan cukup memberikan keleluasaan

gerak operator dan kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi untuk kegiatan

tertentu.

Perancangan tempat kerja pada dasarnya merupakan suatu aplikasi data

antropometri , tetapi masih memerlukan dimensi fungsional yang tidak terdapat pada

data statis. Dimensi-dimensi tersebut lebih baik didapat dengan cara pengukuran

langsung dari pada data statis. Misalnya gerakan menjangkau dan gerakan lain-lain

yang sukar didefinikan.

c. Pengaruh ukuran kursi kerja

Pertimbangan untuk ukuran kursi kerja yang sering menjadi masalah adalah ketinggian

kursi. Ada dua macam dasar untuk menentukan ketinggian permukaan kerja yaitu :

(1). Bangku atau mesin yang tepat untuk bekerja sambil berdiri.

( walaupun berdiri dan duduk bergantian adalah suatu hal yang mungkin dan

diikuti dengan tersedianya kursi yang sesuai )

(2). Bangku atau kursi yang disesuaikan hanya untuk pekerjaan sambil duduk.

Prinsip yang diterapkan untuk ketinggian permukaan kerja :

Hindari beban otot yang terlalu berat yang disebabkan oleh lengan atas yang

disampingkan terlalu tinggi. ( dalam pekerjaan keyboard , pergeseran lengan

atas sering terjadi akan menyebabkan timbulnya kaharusan untuk deviasi ulnar

yaitu penyimpangan pergelangan tangan kearah kelingking )

Hindari tekanan tajam pada sisi lengan dengan bagian bawah dari pinggiran

bangku, jika permukaan tempat kerja terlalu tinggi.

Hindari posisi membungkuk secara terus menerus jika permukaan tempat kerja

terlalu rendah.

Operator seharusnya bekerja dalam posisi tegak, dengan lengan atas dalam posisi

santai dan dalam posisi vertikal yang dekat dengan meja, dan lengan bawah dimiringkan

sedikit dari kedudukan horizontal. Hal ini dapat dicapai jika ketinggian tempat kerja kira-

kira 5 cm dibawah tinggi siku operator tentunya akan menimbulkan pertanyaan tetang

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 52

Page 55: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

percentil dari tinggi atau panjang siku yang digunakan. Masalah lain yang timbul adalah

jika ada suatu populasi campuran yang terdiri dari pria dan wanita.

Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah tersebut

sebagai berikut :

(a). Gunakan dimensi rata-rata dari ketinggian siku, hal ini dapat menimbulkan ketidak

nyamanan atau gangguan diantara populasi yang digunakan dan merupakan

penyelesaian yang kurang bagus.

(b). Perancangan untuk percentil 95 dan diberikan plat-form lantai untuk operator yang lebih

kecil, tatapi ini dapat menimbulkan masalah baru dan sukar untuk mengatasinya.

(c). Perancangan untuk percentil 5 dan menambah tinggi bangku untuk operator yang lebih

besar, tetapi hal ini mengurangi keleluasaan duduk pada bangku sebab hilangnya ruang

gerak untuk lutut.

(d). Rancanglah suatu pengatur (adjustment), hal ini umum untuk meja-meja kantor dan

sistem produk yang komersial juga tersedia untuk bangku-bangku kerja dengan sistem

pengatur.

(e). Rancanglah suatu kursi yang tingginya pada ketinggian yang dapat disesuaikan

(adjustable height) dan sandaran kaki yang dapat disetel.

Untuk tempat kerja yang dekat dengan operator , tinggi bangku dapat dibuat dengan ekstra

tinggi yang sesuai. Sedangkan bangku yang lebih rendah adalah untuk pekerjaan yang

berat, tetapi bangku yang standar didasarkan pada panjang siku pada umumnya, dengan

perkiraan bahwa penyesesuaian akan dapat dicapai. Masalah pemilihan tinggi bangku

dilantar belakangi oleh sejumlah studi (lihat tabel).

Beberapa rekomendasi untuk tinggi bangku (standing work)

Sumber Data Wanita Pria

R. Farley (1985)

H. Dreyfuss (1967)

E. Grandjean (1980) (untuk kerja ringan)

Standar Australia (general purpose)

940 810 - 860 850 - 900 900

1020 910 – 970 900 – 950 950 - 1000

Sebuah operasi penggabungan yang sederhana ditunjukan bahwa ada tiga perbedaan

tinggi bangku kerja oleh sejumlah operator. Operator dalam percobaan tersebut mempunyai

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 53

Page 56: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

panjang siku antara 965 mm sampai 1143 mm dan tinggi meja yang disesuaikan untuk

meletakkan pekerjaan dibedakan menjadi 3 bagian sebagai berikut :

50 mm diatas siku

50 mm dibawah siku

150 mm dibawah siku

Rata-rata proses produksi diukur pada setiap posisi dengan operator yang berbeda dan

dalam analisa variansi ketinggian tersebut diubah menjadi berbagai macam ketinggian

berarti. Yang paling baik adalah 50 mm dibawah siku , jika 50 mm diatas siku mengurangi

produksi sekitar 1 % . jika 150 mm dibawah siku menyebabkan produksi berkurang sekitar

2,8 %

Buku Acuan :

1. Iftikar Z. Sutalaksana , “ Teknik Tata Cara Kerja “ , ITB , Bandung

2. Barnes R. M, “ Motion and Time Study - Design and Measurement of Work “ ,

John Wiley & Sons .Inc, New York.

3. Kazarian E. A. “ Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and Institutions

“ , Avi Publishing Company, Inc. Westport , Connecticut , Michigan.

4. Eko Nurmianto ,” Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya “, ITSN , Surabaya.

5. Wignjosoebroto Sritomo, “ Ergonomi “ Studi Gerak dan Waktu “ ITSN , Surabaya.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 54

Page 57: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

BAB V I

Analisa & Perancangan Kerja

1. Tujuan Instruksional Khusus

Diharapkan mahasiswa dapat memahami mengenai Anthropometri

2. Daftar Materi Pembahasan

2.1. Definisi Anthropometri

2.2. Sumber Variabilitas

2.3. Data Anthropometri

2.4. Penerapan Data Anthropometri

3. Pembahasan

2.1. Anthropometri

Istilah anthropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri”

yang berarti ukuran. Anthropometri menurut stevenson(1989) dan Nurmianto

(1991) adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan

karakteristik fisik tubuh manusia, usuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan

dari data tersebut untuk penangan masalah design.

Anthropometri merupakan studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi

tubuh manusia yang secara luas dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk

merancang produk ataupun sistem kerja yang melibatkan manusia.

Perancangan produk harus mampu mengakomodasikan populasi terbesar yang

akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut.

Mengenai data anthropometri anggota tubuh yang diukur dariberbagai

negara dapat dilihat pada tabel & gambar 1.1

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 55

Page 58: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Gambar 1.1. Anthropometri tubuh manusia yang diukur dimensinya

(Sumber data : Nurmianto, 1998)

Keterangan :

1 = Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung

kepala)

2 = Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak

3 = Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak

4 = Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)

5 = Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak

(dalam gambar tidak ditunjukkan)

6 = Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat

duduk/pantat sampai dengan kepala)

7 = Tinggi mata dalam posisi duduk

8 = Tinggi bahu dalam posisi duduk

9 = Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus)

10 = Tebal atau lebar paha

11 = Panjang paha yang diukur dari pantat sampai ujung lutut

12 = Panjang paha yang diukur dari pantat sampai bagian belakang dari

lutut/betis

13 = Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri maupun

duduk

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 56

Page 59: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

14 = Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai

paha

15 = Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi breidri maupun duduk)

16 = Lebar pinggul/pantat

17 = Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak dalam

gambar)

18 = Lebar perut

19 = Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari

dalam posisi siku tegak lurus

20 = Lebar kepala

21 = Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari

22 = Lebar telapak tangan

23 = Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar

kesamping kiri-kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar)

24 = Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari

lantai sampai telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertical)

26 = Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu

sampai ujung jari tangan.

Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika diaplikasikan data

perseorangan. Akan tetapi jika semakin banyak jumlah manusia yang diukur dimensi

tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar variasinya antara satu tubuh

dengan tubuh lainnya, baik secara keseluruhan tubuh maupun persegmennya. Untuk

mendapatkan data yang teliti mungkin dibutuhkan beberapa alternatif jawaban dari

beberapa pertanyaan berikut ini :

berapa besar jumlah sample yang harus diukur ?.

apakah sample tersebut hanya terbatas pada kalangan masyarakat tertentu

saja ?.

apakah data yang didapat nanti akan dapat diterapkan pada jenis populasi

masyarakat tertentu yang lain ?

2.2. Sumber variabilitas

Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain dikarenakan oleh faktorr-

faktor sebagai berikut (Nurmianto, 1991) :

Jenis kelamin

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 57

Page 60: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Untuk kebanyak dimensi tubuh pria dan wanita ada perbedaan yang segnifikan

diantara rata-rata dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Pria

dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya daripada wanita. Oleh karena

nya data antropomentri untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara

terpisah.

Usia

Digolongkan atas beberapa kelompok usia yaitu : Balita, anak-anak, remaja, dewasa

dan lanjut usia. Antropomentri nya akan cendrung terus meningkat sampai batas

usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa , tinggi badan manusia

mempunyai kecenderungan untuk menurun , yang antara lain disebabkan oleh

kekurangan elestisitas tulang belakang, selain itu juga berkurangnya dinamika

gerakan tangan dan kaki.

Suku bangsa

Variasi diantara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak kala

pentingnya. Misalnya orang eropa, asia , afrika atau lebih nampak lagi antara negara

yang mewakili suku bangsa, misalnya jepang , inggris, arab dan lainnya.

Faktor yang lainnya :

Kehamilan (wanita)

Faktor ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau

dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.

Cacat tubuh secara fisik

Akibat cacat fisik mengakibatkan keterbatasan gerak., sehingga segmen tubuh

mungkin terjadi suatu perbedaan dimensinya. Ada fasilitas yang dibangun atau

dirancang karena memperhatikan para penderita cacat fisik.

Pakaian

Hal ini juga merupakan variabilitas yang disebabkan oleh variasi musim yang

berbeda dari satu tempat. Misalnya pada waktu musim dingin akan memakai pakaian

yang lebih tebal .

2.3 Data Antropometri

Dimensi tubuh yang umum digunakan seperti pada tabel yang dibuat Stevenson

,1989 , dengan memberikan data pada berbagai kelompok usia dan antar bangsa.

Penerapan antropomentri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata)

dan standar deviasi (penyimpangan) dari suatu distribusi normal. Adapun distribusi

normal ditandai dengan adanya nilai mean dan standar deviasi (SD). Sedangkan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 58

Page 61: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

percentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari

sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai

tersebut. Misal 95 % populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95

percentil, sedangkan 5 % populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 5

percentil. Dalam pokok bahasan antropomentri , 95 percentil menunjukan tubuh

berukuran besar, sedangkan 5 percentil menunjukan tubuh berukuran kecil.

Besarnya nilai percentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal.

Distribusi normal dan perhitungan percentil, sumber data Nurmianto 1991, seperti

tabel dibawah ini.

Percentile Calculation

1 st

2,5 th

5 th

10 th

50 th

90 th

95 th

97,5 th

99 th

X - 2,323 σ

X - 1,960 σ

X - 1,645 σ

X - 1,280 σ

X

X + 1,280 σ

X + 1,645 σ

X + 1,960 σ

X + 2,323 σ

Contoh perhitungan :

Tinggi badan wanita dewasa (Hongkong) yang berusia antara 19 – 45 tahun adalah

ter distribusi normal dengan mean x adalah 1680 mm dan SD adalah 58 mm.

Berapa tinggi pada 95 percentil dan pada 5 percentil dari populasi tersebut.

Penyelesaian :

Dari rumus diatas didapat bahwa untuk 95 percentil adalah :

= X + 1,645 σ

= 1680 + 1,645 ( 58 )

= 1775,41 mm

Dari rumus diatas didapat bahwa untuk 5 percentil adalah :

= X - 1,645 σ

= 1680 - 1,645 ( 58 )

= 1584,59 mm

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 59

Page 62: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Selain dimensi individu dari masing-masing segmen tubuh yang telah ditabelkan

sebelumnya dan juga tidak seorangpun yang mempunyai nilai persentil sama untuk

semua dimensi segmen tubuh. Akan tetapi dimensi individual yang bervariasi

tersebut berintraksi dalam suatu bentuk perancangan tempat kerja yang komplek,

jadi dapat dikatakan bahwa manfaat dengan dipunyainya berbagai macam kombinasi

untuk semua dimensi. Jika dimensi segmen tubuh yang diperlukan untuk

perancangan belum tersedia dalam tabel , maka kita dapat mencari dengan cara

menghitung secara teliti dari dimensi lain yang telah diketahui . Seperti contoh , kita

ingin menghitung jarak jangkauan genggam kedepan, maka kita dapat mengukur

dari depan perut , bukan dari punggung.

Jika kita namakan dimensi ini adalah , maka 1826 XXX k

kX = 780 – 270 = 510 mm.

Akan tetapi terdapat kesalahan jika kita menghitung percentile dengan cara

menguranginya dari percentile dimensi 26 dan percentile dimensi 18. Metode yang

benar adalah dengan cara memperkirakan nilai standar deviasi dari dimensi yang

baru dan kemudian menghitung percentilenya dengan cara seperti diatas. Adapun

nilai standar deviasi tersebut dapat diperkirakan dengan menggunakan koefisien

variansi yang telah diperkirakan relatif terhadap sejumlah dimensi yang lain.

Koefisien variansi ( v ) didefinisikan %100.

X

v x

Adapun nilai v yang direkomendasikan oleh J.A. Roebuck, untuk berbagai macam

kelompok dimensi tubuh tersebut , seperti tabel berikut :

Macam Dimensi Koef.Var, v %

Anggota tubuh memanjang (tinggi badan,

tinggi duduk, tinggi mata )

3,7

Anggota tubuh memanjang ( yang lebih

pendek )

4,6

Lebar tubuh ( lebar pinggung, lebar bahu ) 5,9

Tebal tubuh ( tebal dada, tebal perut ) 8,8

Usuran kepala ( panjang, lebar kepala ) 3,5

kX

kX

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 60

Page 63: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Jika dibahas lagi variable kX , nilai v yang mana yang akan dipakai untuk

memperkirakan standar debíais (SD) . Karena dalam hal ini yang berkepentingan

adalah lebar perut , maka kita pilih koefisien variansi sebesar 8,8 % dari tabel

diatas. Dengan menggunakan rumus %100.

X

v x , maka SD =

_

. Xvx ,

sehingga didapat SD = 8,8/100 x(510) = 44,9 mm ~ 45 mm dan untuk nilai 5

percentile di dapat = kX - 1,645.SD = 510 – 1,645 ( 45 ) = 436 mm .

Sekiranya belum ada statu data antropometri untuk populasi yang tersedia , maka

perkiraan untuk dimensi yang belum diketahui dapat dibuat dengan mengasumísikan

bahwa masing-masing dimensi adalah sebanding dengan dimensi yang telah

diketahui. Caranya adalah dengan perhitungan relatif terhadap proposional dimensi .

Jadi data yang paling baik adalah didapat dari pengukuran langsung terhadap

dimensi tubuh yang diingini dengan menggunakan populasi yang sesuai.

2.4 Penerapan data Anthropometri

Penggunaan data antropometri dalam penerapan perancangan produk atau

tempat kerja perlu diperhatian dimensi yang hipotesis yaitu menganggap bahwa

semua dimensi adalah merupakan rata-rata. Walaupun hanya penggunaan satu

dimensi saja, seperti misalnya jangkauan kedepan, maka penggunaan rata-rata (50

percentil) dalam penyesuaian pemasangan alat control akan menghasilkan bahwa

50 % populasi akan tidak mampu menjangkaunya. Selain dari itu , jika seseorang

mempunyai dimensi rata-rata populasi , katakanlah tinggi badan , maka belum tentu

bahwa dia berada pada rata-rata populasi untuk dimensi lainnya.

Contoh perancangan dengan menggunakan data antropometri statis, misalnya

rancangan tinggi pintu, dalam perancangan ini cukup beralasan jika menggunakan

99 percentil populasi pria yang diperkirakan akan menggunakan pintu tersebut. Dan

hal ini hanya akan mengakibatkan 1 % populasi pria yang terantuk pada saat

melewati pintu tersebut.

Dengan menggunakan data tabel 5.1 untuk orang Inggris , dengan dimensi nomor

satut (1) tinggi tubuh posisi tegak (x) = 1740 mm dan SD = 70 mm .

Nilai 99 percentil tersebut adalah mengaplikasikan rumus = X + 2,325 SD.

= 1740 + (2,325 x 70) = 1903 mm.

Perlu juga adanya penambahan kelonggaran dinamis (dynamic clearance) , karena

tinggi badan masusia akan relatif bertambah jika berlari yang disebut sebagai

pengaruh dinamis ( dynamic effect ) dan kemungkinan penambahan penggunaan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 61

Page 64: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

alat (asesoris) misalnya topi, sepetu. Jika kelonggaran dinamis = 50 mm, tinggi topi =

50 mm dan tinggi sepatu = 30 mm.

Sehingga total tinggi pintu = 1903 + 50 + 50 + 30 = 2033 mm.

Ini adalah tinggi pintu yang sesuai dengan perancangan riil. Sedangkan Standard

British tinggi pintu adalah 2040 mm.

Coba saudara buat rancangan untuk lebar pintu ?.

Perancangan kursi kerja harus dikaitkan dengan jenis pekerjaan, posture

yang diakibatkan, gaya yang dibutuhkan, arah visual (pandangan mata) , kebutuhan

akan perlunya perubahan posisi (posture). Kursi tersebut haruslah terintegrasi

dengan bangku atau meja yang sering dipakai .

Kursi untuk kerja dengan posisi duduk adalah dirancang dengan metoda “ floor – up “

yaitu dengan berawal pada permukaan lantai, untuk menghindari adanya tekanan

dibawah paha. Setelah ketinggian kursi didapat kemudian haruslah menentukan

ketinggian meja kerja yang sesuai dan konsisten dengan ruang yang diperlukan

untuk paha dan lutut. Jika meja dirancang untuk tetap (tidak dapat dinaik-turunkan) ,

maka perancangan kursi hendaknya dapat dinaik-turunkan sesuai dengan ketinggian

meja, sehingga perlu adanya sandaran kaki.

Suatu studi yang dilakukan oleh Joan S. ward , studi ditunjukan untuk

mengetahui ketinggian permukaan kerja yang optimum untuk suatu dapur.

Ketinggian sampling sejumlah ibu-ibu rumah tangga menunjukan bahwa 23 % waktu

mereka dihabiskan didapur , 34 % di wastafel dan tempat cuci, 14 % dipermukaan

meja kerja, 14 % dimeja, 13 % ditungku kompor.

Fleksibilitas dan penyesuaian yang didapat dalam rentang sebagai berikut :

Wastafel (sink) : 1014 – 1067 mm

Permukaan meja kerja ( work top) : 914 – 990 mm

Permukaan meja setrika : 838 – 990 mm

Permukaan kompor (stove) : 838 – 990 mm

Sangat sulit untuk memakai rekomendasi diatas, namun untuk meja setrika

ketinggiannya dapat disesuaikan.

Pendekatan yang digunakan oleh E. Grandjean (fitting the task to the man, Taylor &

Francis Press,1986), yakni untuk menjamin cukup ruang bagi lutut orang dewasa ,

maka direkomendasikan mengambil 95th persentil dariukuran telapak kaki sampai

puncak lutut (tinggi lutut) dan menambahkan kelonggaran sebagai berikut : Laki-laki :

635 + 25 (sepatu) + 25 (kelonggaran) = 685 mm

Wanita : 540 + 40 (sepatu) + 25 (kelonggaran) = 645 mm

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 62

Page 65: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Penambahan 40 mm untuk ketebalan puncak atas meja (kadang-kadang banyak

meja yang lebih tebal) memberikan tinggi permukaan kerja yang seharusnya

memberikan keleluasaan bagi gerak lutut orang dewasa. Penambahan tersebut

adalah sebagai berikut : Laki-laki = 680 mm, Wanita = 645 mm.

Dari tabel antropometri (5.1) diketahui tinggi rata-rata dari siku diatas lantai jika

duduk :

dimensi 14 + dimensi 9 = 440 + 245 = 685 mm ( laki-laki)

atau 400 + 235 = 635 mm ( wanita).

Dengan mengasumsikan suatu koefisien variasi dari 4,5 %, 95 percenstil , maka

dihitung sbb : 685 + (1,645 x 0,045 x 685) = 736 mm ( laki-laki )

635+ (1,645 x 0,045 x 635) = 682 mm ( wanita )

Dengan menambahkan hak sepatu (shoe heel) 25 mm untuk pria dan 40 mm untuk

wanita, maka 95 persentil tinggi siku adalah : 761 mm pria dan 722 wanita.

Problem utama yang timbul dari kursi tinggi adalah terbatasnya gerak untuk

lutut. Perancangan ulang untuk kursi yang memiliki ruang lutut lebih diinginkan.

Sebuah sandaran kaki merupakan bagian yang paling penting dari suatu kursi tinggi,

tanpa sandaran kaki tersebut , beban kaki bagian bawah akan dipindahkan pada sisi

dalam dari lipatan paha. Untuk memberikan keleluasaan ruang posisi sandaran kaki

yang seharusnya pula dibuat pada kerangka bangku tersebut. Sandaran kaki

seharusnya dapat disetel untuk tinggi yang tidak tergantung pada tinggi tempat

duduk, untuk panjang kaki yang lebih rendah.

Kebanggaan orang adalah dengan memiliki kursi yang bisa disetel dan mempunyai

sandaran kaki. Untuk memberikan pengertian yang mudah dari posisinya lebih baik

menghindari sandaran kaki dan hal ini dapat dicapai dengan membuat tinggi meja

yang dapat disetel. Untuk membaca dan menulis , orang biasanya mengistirahatkan

lengan pada meja sehingga perlu permukaan yang lebih tinggi. Grandjean memberi

nilai antara 740 – 780 mm untuk laki-laki dan 700 – 740 mm untuk wanita.

Para operator menegakkan lengan diatas permukaan horizontal untuk jenis

permukaan kerja yang terlalu tinggi dan menghasilkan penglihatan mata yang bagus

. Hal ini dapat dikurangi dengan pembuatan sandaran lengan yang terbuat dari

bantalan sepanjang sisi depan bangku. Fungsinya adalah dapat mengurangi

benturan dengan sisi yang tajam dan mengurangi kerja otot statis. Kadangkala

memang tidah mudah mencari alternatif penyelesaian konflik yang timbul antara

permukaan kerja yang terlalu tinggi dengan perlihatan yang baik serta meletakkan

tangan dengan rendah untuk mengurangi kelelahan.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 63

Page 66: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Buku Acuan :

1. Barnes R. M, “ Motion and Time Study - Design and Measurement of Work

“ , John Wiley & Sons .Inc, New York.

2. Kazarian E. A. “ Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and

Institutions “ , Avi Publishing Company, Inc. Westport , Connecticut ,

Michigan.

3. Eko Nurmianto ,” Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya “, ITSN ,

Surabaya.

4. Wignjosoebroto Sritomo, “ Ergonomi “ Studi Gerak dan Waktu “ ITSN ,

Surabaya.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 64

Page 67: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

BAB V II

1. Tujuan Instruksional Khusus

Diharapkan mahasiswa dapat memahami yang berkaitan dengan pengertian ,

pengukuran produktivitas kerja dan indeks produktivitas.

2. Daftar Materi Pembahasan

2.1. Pengertian Produktivitas

2.2. Pengukuran Produktivitas

2.3. Indeks Produktivitas

3. Pembahasan

2.1. Pengertian Produktivitas

Produktivitas pada dasarnya merupakan sikap mental yang selalu mempunyai

pandangan bahwa menciptakan lebih banyak barang atau jasa bagi kebutuhan manusia,

dengan menggunakan sumber daya yang terbatas . Untuk mencapai tingkat

produktivitas yang optimal , maka perlu dilakukan melalui pendekatan multidisipliner

yang melibatkan semua usaha , keahlian, modal, teknologi, manajemen, informasi dan

sumber-sumber daya lainnya secara terpadu untuk melakukan perbaikan dalam upaya

meningkatkan kualitas hidup manusia. Kata yang terkait dengan produktivitas adalah :

Efektif :

Merupakan serangkaian kegiatan yang harus dilakukan secara tepat dan sebaik-

baiknya, serta memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Efisien:

Tuntutan untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya (memaksimalkan output,

pendapat atau profit, dan meminimalkan input atau biaya, limbah serta dampak negatif).

Analisa & Perancangan Kerja

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 65

Page 68: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Konsep umum produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan

masukan (input) persatuan waktu.

Perbandingan antara output dengan sumber-sumber daya yang digunakan untuk

menghasilkan output.

Perbandingan antara : Output

=

Input

Perbandingan antara : Nilai tambah

=

Sumber yang terpakai

Produktifitas penciptaan nilai ekonomis.

Biasa dihubungkan dengan keefektifan buruh

Output

Produktifitas =

Unit waktu

Output

Produktifitas =

Jam kerja buruh

Prinsip produktifitas :

1. Hari ini lebih baik dari hari kemaren

2. Tidakk ada cara terbaik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas :

* Keefektifan buruh dan efisiensi operasi mesin

* Perlengkapan dan fasilitas

* Keekonomisan penggunaan material

Peningkatan produktifitas memungkinkan untuk :

* Membayar gaji pegawai dengan baik

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 66

Page 69: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

* Memuaskan pemilik deviden

* Menjual produkk dan jasa pada harga yang rendah

* Meningkatkan standard hidup dan mengurangi inflasi.

Dengan adanya perkembangan teknologi peningkatan produktifitas.

* Pekerjaan fisik yang berat dan operasi yang berulang dilakukan mesin.

* Lingkungan kerja yang diperbaiki

* Operator sering hanya menjadi seorang manajer.

2.2. Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1). Produktivitas Total, adalah perbadingan antara total keluaran dengan total masukan

persatuan waktu. Dalam perhitungan Produktivitas Total, semua faktor masukan

(tenaga kerja, kapital, bahan energi) terhadap total keluaran harus diperhitungkan.

2). Produktivitas Parsial , adalah perbadingan dari keluaran dengan satu jenis masukan

persatuan waktu, seperti upah tenaga kerja, bahan, energi dll.

Produktivitas atas bila rasio output dan input dapat dengan :

Output tetap Output bertambah

atau

Input berkurang Input berkurang

Caranya :

1. Turunkan biaya cara yang cepat dan tradisional output tetap input .

* Mengurangi biaya energi dan biaya pendidikan

* Mengurangi iklan

* Biaya riset dan pengembangan

* Menunda pemeliharaan jam rusak mesin

* Sekretariatan dapat juga dengan tenaga kerja.

* Cara yang baik untuk menurunkan biaya produksi :

- Merancang produkk yang mudah untuk dibuat.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 67

Page 70: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

- Mendayagunakan sumber daya manusia dengan kombinasi

jabatan, training, dsb.

2. Usahakan perkembangan

* Output lebih besar dan input lebih kecil

* Dengan perbaikan teknologi, pengembangan modal, perancangan

sistem, pelatihan dan pengorganisasian.

3. Bekerja lebih cerdik

* Output naik, input tetap

* Dengan desain produk dan desain proses yang lebih baik

4. Menurut output dan input

* Output lebih kecil dan input lebih besar

* Menghapus jenis fasilitas, biaya tenaga kerja dan kegiatan serta

aktifitas yang tidak produktif.

5. Bekerja lebih efektif

* Output input

* Dapat mengurangi cacat produksi, harga produk tidakk turun, faktor

manusia naik.

* Atau dengan

- Analisa biaya

- Perancangan produk

- Penjadwalan produksi yang lebih baik

Peningkatan produktifitas akan terlaksana bila didukung oleh sistem manajemen

yang baik dan tenaga kerja yang termotivasi untuk maju, juga

memperhatikan pengaruh teknologi dan mekanisasi.

Sistem manajemen yang baik :

* Planning : dalam bisnis dan operasional target

* Organizing : dalam pengorganisasian, manusia dan pekerjaan hasil optimal

* Controlling :

- Menentukan standard

- Mengukur prestasi

- Memperbaiki deviasi, prestasi dan standard.

Bila penggunakan energi sudah mamksimal perlu bekerja lebih cerdik

Hubungan Motion & Time Study dengan produktifitas:

* Mengurangi kerja yang tidak perlu

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 68

Page 71: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

* Merancang metode dan prosedur yang paling efektif.

* Dengan pengukuran kerjanya.

Produktifitas rendah perusahaan, tidak mampu menjual produk yang kompetitif

dengan harga rendah, produk tidak laku perusahaan rugi , pemutusan hubungan

kerja dengan karyawan.

Tenaga kerja merupakan faktor pengukur produktifitas, karena :

1. Biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja

2. Masukan pada sumber daya manusia lebih mudah dihitung

3. Kemajuan teknologi berkembang dari faktor tenaga kerja.

Metode untuk meningkatkan produktifitas

1. Mengganti usaha/tenaga manusia dengan mesin

2. Menyempurnakan metode kerja

3. Menghilangkan praktek-praktek yang tidak produktif

4. Menyempurnakan manusia personalia

Untuk menyerpurnakan manusia personalia, memotivasi sistem kerja,

penyelenggaraan perangsang keuangan : dengan imbalan dan tunjangan,

Teori kebutuhan Maslow.

Untuk setiap tingkat kebutuhan, diperlukan bentuk imbalan yang berbeda, perlu

adanya kebijaksanaan perusahaan.

Hal ini mungkin dengan memperbaiki :

Metode kerja Peralatan kerja

Aspek Manajemen Aspekk Teknologi

Aspek Manusia

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 69

Page 72: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Kasus 1.

Pada tahun 2005 dan 2006, PT Jenang Merah menghasilkan produksi berturut-turut

sebesar 28.000 kg dan 35.000 roti kering. Sumberdaya yang digunakan perusahaan

dalam dua tahun tersebut adalah sebagai berikut:

Masukan 2005 2006

Tepung terigu (Kg)

Tenaga kerja (jam-orang)

Listrik (kVA)

40.000

10.000

8.000

50.000

12.000

9.000

Harga/biaya sumberdaya yang digunakan pada tahun 2005 dan 2006 adalah

sama atau tetap, yakni:

– Harga tepung terigu = Rp. 1.000,-/Kg,

– Biaya tenaga kerja = Rp. 6.000,-/kg jam, dan

– Biaya listrik = Rp. 5.000/kVA

Tingkat produktivitas total tahunan adalah :

– Tahun 2005 = 28.000 = 200 Kg/juta rupiah

40(1) + 10(6) + 8(5)

– Tahun 2006 = 35.000 = 209,6 Kg/juta rupiah

50(1) + 12(6) + 9(5

Produktivitas total tahun 2006, dihitung berdasarkan harga konstan tahun 2005.

Selama periode 2005-2006 terjadi kenaikan produktivitas dari 200 menjadi 209,6

kg/juta rupiah, atau sebesar: {(209,6 - 200) / 200 } x 100% = 4,8 %

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 70

Page 73: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Kasus 2.

Produktivitas parsial yang paling banyak diamati adalah produktivitas tenaga kerja.

Salah satu faktor penting yang paling memperngaruhi tingkatproduktivitas tenaga

kerja adalah perubahan teknologi. Pertumbuhan teknologi yang tinggi – apabila

faktor lain tetap – akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang tinggi pula.

Misal: bagian produksi dari PT. Telectra, suatu perusahaan membuat pesawat

telepon. Rata-rata berhasil merakit 800 set pesawat telepon per hari pada tahun

2004.

Apabila jumlah tenaga kerja pada bagian itu sebanyak 80 orang, maka:

Produktivitas tng. kerja = 800 unit/hari = 10unit/hari/orang

80 orang

2.2. Indeks Produktivitas

Pengukuran produktivitas dapat dilakukan untuk lingkup nasional, industri,

organisasi, atau perorangan.

Pengukuran produktivitas juga dapat digunakan untuk perbandingan produktivitas

antara periode, atau antar nergara, departemen, bagian, perorangan.

Untuk memudahkan dalam perbandingan, produktivitas sering dinyatakan dengan

menggunakan indeks. Angka indeks produktivitas pada periode dasar diberi nilai

100.

Dengan menggunakan angka indeks produktivitas, akan memudahkan orang untuk

melakukan perbandingan. Perbandingan dapat dilakukan dalam ukuran relatif,

sehingga orang akan lebih mudah untuk mengetahui besar kecilnya perbedaan atau

perubahan.

Rumus dari indeks produktivitas sebagai berikut.

indeks produktivitas = Produktivitas periode tertentu X 100

Produktivitas periode dasar

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 71

Page 74: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Tabel berikut menunjukkan suatu contoh penghitungan produktivitas dan indeks

produktivitas dari perusahaan telepon PT. Telectra (tahun dasar digunakan tahun

2000).

Tahun Rata-rata

produksi

(Unit/hari)

Tenaga kerja

(orang)

Produktivitas

(unit,orang,hari)

Indeks

produktivitas

1 2 3 4 5

2000

2001

2002

2003

2004

640

701

714

730

760

80

85

91

95

100

8.00

8.25

7.85

7.68

7.60

100

103

98

96

95

Produktivitas tng. kerja = 640 unit/hari = 8,00 unit/hari/orang

80 orang

Produktivitas tng. kerja = 701 unit/hari = 8,25 unit/hari/orang

85 orang

Untuk tahun lainnya berhitungan sama dengan yang diatas , untuk mendapatkan

produktivitas tng. Kerja, Sedangkan untuk menghitung Indeks produktivitas sbb :

Indeks produktivitas 2000 = 100

Indeks produktivitas 2001 = 8,25/8.00 x100 = 103

Indeks produktivitas 2002 = 7,85/8.00 x100 = 98

Indeks produktivitas 2003 = 7,68/8.00 x100 = 96

Indeks produktivitas 2004 = 7,60/8.00 x100 = 95

Rata-rata produksi terlihat adanya pertumbuhan produksi yang selalu positif dari

tahun ketahun. Penilaian kinerja berdasarkan rata-rata hasil produksi akan

menyesatkan. Oleh karena itu penilaian harus memperhatikan baik keluaran maupun

masukan. Penilaian menjadi objektif jika dilakukan dengan menggunakan kinerja

produktivitas.

Pengukuran produktivitas dalam sektor jasa lebih sulit dibandingkan dengan sektor

non-jasa.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 72

Page 75: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Misalnya. Dalam suatu kantor pengacara terdapat kasus-kasus yang berbeda,

pengukuran produktivitas dapat dinyatakan dalam “ kasus per jam-orang” atau

“kasus perstaff”

Buku Acuan :

1. Barnes R. M, “ Motion and Time Study - Design and Measurement of Work “ ,

John Wiley & Sons .Inc, New York.

2. Kazarian E. A. “ Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and

Institutions “ , Avi Publishing Company, Inc. Westport , Connecticut ,

Michigan.

3. Eko Nurmianto ,” Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya “, ITSN ,

Surabaya.

4. Wignjosoebroto Sritomo, “ Ergonomi “ Studi Gerak dan Waktu “ ITSN ,

Surabaya.

5. Tarwaka, Solichul, Lilik S ,” Ergonomi ” untuk keselamatan, kesehatan kerja

dan produktivitas

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 73

Page 76: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

BAB V III

1. Tujuan Instruksional Khusus

Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep penggunaan waktu sebagai alat

ukur kerja, langkah-langkah sebelum melakukan pengukuran dan rumus pengujian

data.

2. Daftar Materi Pembahasan

2.1. Konsep Penggunaan Waktu Sebagai Alat Ukur Kerja

2.2. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran

2.3. Rumus Pengujian Data

3. Pembahasan

2.1. Konsep Penggunaan Waktu Sebagai Alat Ukur Kerja

Waktu adalah hal yang sangat diperhatikan dalam dunia rekayasa maupun ilmu

pengetahuan, demikian juga pada perusahaan manufaktur. Sebagai contoh, percobaan

Newton tentang benda jatuh sangat banyak bergantung pada pengukuran jarak dan

waktu. Walaupun waktu telah menjadi variabel yang penting dalam sejarah, baru Taylor-

lah yang menawarkan konsep pengukuran waktu pekerjaan manusia sebagai alat

pengendalian hasil pekerjaan buruh di dunia industri. Jam adalah alat yang dengan

bantuan mekanisme roda gigi dan berputar yang menunjukkan waktu yang telah

dilewatkan. Karena sebuah jam hanya pengukur waktu dan tidak ada lainnya, maka

dapat dimengerti bahwa teknik pengukuran pertama yang dilakukan ialah teknik jam

henti.

Pada modul terdahulu telah dibahas berbagai prinsip yang perlu dipegang dalam

merancang sistem kerja dan ditunjukkan bagaimana unsur manusia, mesin/ peralatan,

Analisa & Perancangan Kerja

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 74

Page 77: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

bahan dan lingkungan fisik pekerjaan harus diperhatikan baik secara sendiri sendiri

maupun dalam kaitan satu sama lainnya, semuanya sebagai komponen komponen dari

sistem kerja. Bahwa prinsip prinsip pengaturan kerja yang dikemukakan akan

mendatangkan beberapa alternatif sistem yang terbaik dimana untuk mendapatkan

yang baik diperlukan adanya pengukuran. Dalam pembahasan pengukuran yang akan

dibicarakan, adalah garis besarnya teknik-teknik pengukuran waktu dibagi kedalam dua

bagian , pertama secara langsung dan kedua secara tidak langsung. Cara pertama

disebut demikian karena pengukurannya dilakukan secara langsung yaitu ditempat

dimana pekerja yang bersangkutan dijalankan. Dua cara yang termasuk didalamnya

adalah cara jam henti dan sampling pekerjaan. Sebaliknya cara tidak langsung

melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada ditempat pekerjaan yaitu dengan

membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui

elemen-elemen gerakan. Yang termasuk kelompok ini adalah data waktu baku dan data

waktu gerakan. Dengan salah satu dari cara-cara ini, waktu penyelesaian suatu

pekerjaan yang dijalankan dengan suatu sistem kerja tertentu dapat ditentukan.

Sehingga jika pengukuran dilakukan terhadap beberapa alternatif sistem kerja, yang

terbaik diantaranya dilihat dari segi waktu dapat dicari yaitu sistem yang membutuhkan

waktu penyelesaian tersingkat.

Lebih jauh lagi pengukuran waktu ditunjukkan juga untuk mendapatkan waktu baku

penyelesaian pekerjaan yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja

normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja

terbaik. Harap diperhatikan pengertian waktu baku ini kata-kata wajar, normal dan

terbaik. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku yang dicari bukanlah

waktu penyelesain pekerjaan yang diselesaikan secara tidak wajar seperti terlampau

cepat atau terlampau lambat, bukan yang diselesaikan oleh mengerjakannya dalam

sistem kerja yang belum tebaik.

2.2. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran

Untuk mendapatkan hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggung jawabkan

maka tidaklah cukup sekedar malakuan beberapa kali pengukuran. Banyak faktor yang

harus diperhatikan agar pada akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk

pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan kondisi kerja, operator,

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 75

Page 78: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

cara pengukuran, jumlah pengukuran dan lain-lain. Sebagian dari hal-hal tersebut

dilakukan sebelum melakukan pengukuran. Dibawah ini adalah langkah-langkah yang

perlu diikuti agar maksud diatas dapat dicapai.

1. Penetapan Tujuan Pengukuran

Sebagaimana halnya dengan berbagai kegiatan lain, tujuan melakukan kegiatan

harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal hal penting yang harus

diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, beberapa

tingkat ketelitian dan tingkat kenyakinan yang dinginkan dari hasil pengukuran tersebut.

Misalnya jika waktu baku yang akan diperoleh dimaksudkan untuk dipakai

sebagai dasar upah peransang, maka ketelitian dan keyakinan tentang hasil pengukuran

harus tinggi karena menyangkut prestasi dan pendapat buruh disamping keuntungan

bagi perusahaan itu sendiri. Tetapi jika pengukuran dimaksudkan untuk memperkirakan

secara kasar bilamana pemesan barang dapat kembali untuk mengambil pesanannya,

maka tingkat ketelitian dan tingkat kenyakinan tidak perlu sebesar yang tadi.

2. Malakukan Penelitian Pendahuluan

Yang dicari dari pengukuran waktu adalah waktu yang pantas diberikan kepada

pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tentu dari suatu kondisi kerja yan gada

dapat dicari waktu yang pantas tersebut ; artinya akan didapatkan juga waktu yang

pantas untuk meyelesaikan pekerjaan dengan kondisi yang bersangkutan. Suatu

perusahaan biasanya menginginkan waktu kerja yang sesingkat-singkatnya agar dapat

meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Keuntungan demikian tidak akan diperoleh

jika kondisi kerja dari pekerja perkerjaan yang ada diperusahaan terserbut tidak

menunjang agar dapat dicapainya hal tadi. Marilah kita lihat sebuah contoh. Katakanlah

ada suatu pekerjaan yang berada disebuah ruangan yang berjendela tidak cukup besar.

Keadaan ini bukan saja akan mengakibatkan pengapnya ruangan karena tidak

lancarnya aliran pertukaran udara, tetapi juga meyebabkan gelapnya ruangan terutama

saat hari mendung. Keadaan meja dimana pekerjaan dilakukan, tidak baik ; terlalu tinggi

jika pekerja duduk dikursi, dan terlalu rendah jika pekerja berdiri. Waktu penyelesaian

yang pantas untuk kondisi demikan tentu bisa dicari, tetapi dapat diduga bukanlah waktu

yang sebaik baiknya, melainkan waktu yang lebih panjang dari yang seharusnya

diperlukan. Bagi pekerja, kondiri demikan tidak selalu menguntungkan ; antara lain

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 76

Page 79: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

menghambat dirinya berprestasi kerja disamping akibat akibat jangka panjang seperti

terhadap kesehatannya.

Dari contoh ini dapatlah ditarik kesimpulan bahwa waktu kerja yang pantas

hendaknya merupakan waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik. Dengan

lain perkataan, pengukuran waktu sebaiknya dilakukan bila kondisi kerja dari pekerjaan

yang diukur sudah baik. Jika belum maka kondisi yang ada hendaknya diperbaiki

terlebih dahulu. Hal yang sama juga dapat terjadi bila cara cara kerja yang digunakan

untuk menyelesaikan pekerjaan belum baik. Untuk mendapatkan waktu penyelesaian

yang singkat, maka perbaikan-perbaikan cara kerja perlu juga dilakukan. Mempelajari

kondisi kerja dan cara kerja kemudian memperhatikannya, adalah apa yang dilakukan

dalam langkah penelitian pendahuluan. Tentunya ini berlaku jika pengukuran dilakukan

atas pekerjaan yang telah ada bukan pekerjaan yang baru. Dalam keadaan seperti yang

terakhir, maka yang dilakukan bukanlah memperbaiki melainkan merancang kodisi dan

cara kerja yang baik yang baru sama sekali. Untuk memperbaki kondisi dan cara kerja

yang ada diperlukan pengetahuan dan penerapan perancangan sistem kerja yang baik

yang prinsip prinsip beserta keterangan keterangannya telah dibahas pada modul

sebelum ini.

Suatu hal lain masih harus dilakukan dalam rangka ini, yaitu membakukan

secara tertulis sistem kerja yang dianggap baik. Disini semua kondisi dan cara kerja

dicatat dan dicantumkan dengan jelas serta bila perlu dengan gambar-gambar misalnya

untuk tata letak peralatan dan wadah. Pembakuan sistem kerja yang diplih adalah suatu

hal yang panting baik dilihat untuk keperluan keperluan sebelum, pada saat ini, maupun

sesudah pengukuran dilakukan dan waktu baku didapatkan.

Kerap kali, sebelum pengukuran dilakukan, operator yang dipilih untuk melakuan

pekerjaan memerlukan serangkaian latihan dengan sistem kerja yang baku, Ini terjadi

bila operator tadi belum terbiasa dengan sistem tersebut. Untuk ini baik operator

maupun pengukuran waktu yang melatihnya memerlukan suatu pegangan yang baku.

Begitu pula pada saat pengukuran dilakukan, keduanya memerlukan pegangan agar

sistem kerja yang dipilih itu dapat tetap diselenggarakan.

Waktu yang akhirnya diperoleh setelah pengukuran selesai adalah waktu

penyelesaian pekerjaan untuk sistem kerja yang dijalankan ketika pengukuran

berlangsung. Jadi waktu penyelesaiannya pun berlaku hanya untuk sistem tersebut.

Suatu penyimpangan dari padanya dapat memberikan waktu penyelesaian yang jauh

berbeda dari yang telah ditetapkan berdasarkan pengukuran. Karenanya catatan yang

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 77

Page 80: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

baku tentang sistem kerja yang telah dipilih perlu ada dan dipelihara. Walaupun

pengukuran telah selesai.

3. Memilih Operator

Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang

begitu saja diambil dari pabrik. Orang itu harus memenuhi beberapa persyaratan

tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik, dan dapat diandalkan hasilnya. Syarat

syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Jika

jumlah pekerja yang tersedia ditempatkan kerja yang bersangkutan banyak maka jika

kemampuan mereka dibandingkan akan terlihat perbedaan perbedaan diantaranya,

yaitu mulai dari yang berkemampuan rendah sampai tinggi. Terlihat bahwa orang orang

yang berkemampuan rendah dan berkemampuan tinggi jumlahnya hanya sedikit.

Sedangkan yang berkemampuan rata-rata jumlahnya banyak. Secara statistik distribusi

demikan dapat dibuktikan berdistirbusi normal atau dapat didekati oleh distribusi normal.

Kembali pada tujuan mengukuran waktu yaitu untuk medapatkan waktu

penyelesaian, maka dengan melihat kemampuan pekerja seperti ditunjukkan tadi

jelaslah bahwa yang dicari bukanlah orang orang yang berkemampuan tinggi ataupun

rendah, karena orang-orang demikian hanya meliputi sebagian kecil saja dari seluruh

pekerja yang ada. jadi yang dicari adalah waktu penyelesaian pekerja yang secara wajar

diperlukan oleh pekerja pekerja normal, dan ini adalah orang yang berkemampuan rata-

rata. Dengan demikian pengukuran mencari operator yang memenuhi hal tersebut.

Disamping itu operator yang dipilih adalah orang yang pada saat pengukuran dilakukan

mau bekerja secara wajar. Walaupun operator yang bersangkutan sehari harinya

dikenal memenuhi syarat pertama tadi bukan mustahil dia akan bekerja tidak wajar

ketika pengukuran dilakukan karena alasan alasan tertntu. Biasanya jika operator

tersebut memiliki kecurigaan terhadap maksud maksud pengukuran, misalnya dianggap

untuk hal-hal yang akan merugikan dirinya atau pekerja lain, dia akan bekerja lamban.

Sebaliknya mungkin saja dia bekerja dengan kecepatan lebih dari biasanya karena

menginginkan hasil yang banyak untuk mendapatkan pujian. Selain itu operator harus

dapat bekerja secara wajar tanpa canggung walaupun dirinya sedang diukur dan

pengukur berada didekatnya.

Penjelasan tentang maksud baik pengukuran serta tentang bagaimana operator

sebaiknya bersikap ketika sedang diukur, bila perlu diberikan dahulu. Dan operatorpun

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 78

Page 81: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

harus mengerti dan menyadari sepenuhnya. Inilah yang dimaksud bahwa operator harus

dapat diajak bekerja sama.

Dalam pekaksanaannya, jika pengukur tidak mengenal pekerja-pekerja yang

ada, untuk mendapatkan operator yang akan diukur, dia dapat mencarinya dengan

mendapatkan petunjuk dari kepala-kepala regu, kepala pabrik atau pejabat-pejabat

setempat lain. yang telah mengenal baik para pekerja. Data tentang hasil-hasil kerja

para pekerja dalam catatan catatan ditempat kerja dapat juga membantu pekerjaan ini.

4. Melatih Operator

Walapun operator yang baik telah didapat, kadang-kadang masih diperlukan

adanya latihan bagi operator tersebut terutama bila kondisi dan cara kerja yang dipakai

tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator.

Hal ini terjadi jika pada saat penelitian pendahuluan kondisi kerja atau cara kerja seduah

mengalami perubahan. Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu karena

sebelum diukur operator harus sudah terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah

ditetapkan (dan telah dibakukan) itu. Harap diingat bahwa yang dicari adalah waktu

Gambar 8.1 Distribusi kemampuan bekerja

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 79

Page 82: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

penyelesaian pekerja yang didapat dari suatu penyelesaian wajar dan bukan

penyelesaian dari orang yang bekerja kaku dengan berbagai kesalahan.

5. Menguraikan Pekerjaan Atas Elemen Pekerjaan

Disini pekerjaan dipecah menjadi elemen-elemen pekerjaan, yang merupakan

gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen-elemen inilah yang diukur

waktunya. Waktu siklusnya adalah jumlah dari waktu setiap elemen ini. Waktu siklus

adalah waktu penyelesaian satu satuan produk sejak bahan baku mulai diproses

ditempatkan kerja yang bersangkutan. Misalnya waktu yang dibutuhkan untuk merakit

ballpen adalah waktu yang dibutuhkan untuk menggabungkan bagian bawah ballpen,

pegas isi, dan bagian atasnya sehingga merupakan suatu ballpen lengkap. Gerakan

menggabungkan bagian bawah, pegas dan seterusnya dapat merupakan elemen

elemen pekerjaan, dan jumlah dari waktu gerakan gerakan ini adalah waktu siklus

perakitan ballpen.

Gambar 8.2. Kurva belajar operator

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 80

Page 83: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Namun satu siklus tidak harus berarti waktu yang diperlukan untuk meyelesaikan

suatu produk sehingga menjadi barang jadi seperti ballpen tadi yang sudah siap pakai.

Jika pekerjaan merakit ballpen diserahkan kepada dua orang dimana orang pertama

menggabungkan baigan bawah, pegas dan isi, dan orang kedua menggabungkan

bagian atas kebagian lainnya yang telah diselesaikan orang pertama dan bila setiap

pekerja dianggap dua stasiun kerja yang berbeda, maka waktu siklus bagi orang

pertama adalah hanya jumlah waktu yang diperlukan untuk menggabungkan bagian

bawah, pegas dan isi .

Ada beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya melakukan penguraian

pekerjaan atas elemen elmenennya. Pertama untuk memperjelas catatan tentang cara

kerja yang dibakukan. Pada langkah kedua diatas telah dikemukkan bagaimana kondisi

dan cara kerja yang telah (dianggap) baik dibakukan, yaitu menyetakan secara tertulis

untuk kemudian digunakan sebagai pegangan sebelum, pada saat saat, dan sesudah

pengukuran waktu. Salah satu cara membakukan cara kerja adalah dengan

membakukan pekerjaan berdasarkan elemen elemennya.

Kedua adalah untuk memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen

karena keterampilan bekerjanya operator belum tentu sama untuk semua bagian dari

gerakan gerakan kerjanya.

Sebab ketiga melakukan pembagian pekerjaan menjadi elemen elemen

pekerjaan adalah untuk memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku

yang mungkin saja dilakukan pekerja. Elemen demikan bisa diterima jika memang harus

terjadi, misalnya gerakan-gerakan yang dilakukan tidak ada pada setiap siklus tetapi

secara berkala seperti memeriksaan ukuran/pada setiap produk kesepuluh yang

dihasilkan. Sebaliknya elemen demikan harus dibuang dari pengamatan jika terjadinya

semata mata karena penyimpangan dari elemen elemen baku tanpa alasan baik

disadari atau tidak oleh operator.

Dan alasan keempat adalah untuk memungkinkan dikembangkannya Data

Waktu Standard dipabrik atau tempat kerja yang bersangkutan. Jika ini yang merupakan

sebab maka pembagian pekerjaan atas elemen elemennya harus mengikuti aturan

khusus yang akan dibahas nanti.

Jelaslah sekarang mengapa perlu melakuan penguraian elemen elemen dari

suatu pekerjaan yang akan diukur waktunya. Walaupun demikian ketentuan ini tidak

bersifat mutlak; artinya jika alasan-alasan diatas dianggap tidak penting atau dirasakan

tidak akan terjadi maka langkah ini tidak perlu dilakukan., Dengan lain perkataan yang

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 81

Page 84: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

diukur waktunya adalah siklusnya (bukan elemen elemennya). Pengukuran demikian

disebut pengukuran keseluruhan. Sedangkan pengukuran elemen adalah bila

pengukuran dilakukan terhadap setiap elemen elemen pekerjaan.

Sehubungan dengan langkah kelima ini, ada beberapa pedoman penguraian

pekerjaan atas elemen elemennya, yaitu :

- Seseuai dengan ketelitian yang diinginkan, uraian pekerjaan menjadi elemen

elemennya seterinci mungkin, tetapi masih dapat diamati oleh indera pengukur dan

dapat direkam waktunya oleh jam henti yang digunakan.

- Untuk memudahkan, elemen elemen pekerjaan hendaknya berupa satu atau

beberapa elemen gerakan misalnya seperti yang dikembangkan oleh Gilbreth.

- Jangan sampai ada elemen yang tertinggal ; jumlah dari semua elemen baru tempat

sama dengan satu siklus pekerjaan yang bersangkutan.

- Elemen yang satu hendaknya dipisahkan dari elemen yang lain secara jelas. Batas

batas diantaranya harus dapat dengan mudah diamati agar tidak ada keraguan-raguan

dalam menentukan bilamana suatu elemen berakhir dan bilamana elemen berikutnya

bermula. Kadang kadang, disamping mata, telinga pun dapat digunakan untuk

mengetahui perpindahan elemen terutama jika perpindahan tersebut menimbulkan

bunyi.

6. Menyiapkan Alat Pengukuran.

Setelah kelima langkah diatas dijalankan, dengan baik, tibalah sekarang pada

langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran yaitu menyiapkan alat-alat yang

diperlukan. Alat-alat tersebut adalah:

- Jam Henti

- Lembaran - Lembaran Pengamatan

- Pena atau Pinsil

- Papan Pengamatan

Lembaran - lembaran pengamatan digunakan sebagai tempat mencatat hasil

hasil pengukuran. Agar catatan ini baik, biasanya lembaran lembaran pengamatan

disediakan sebelum pengukuran dengan kolom-kolom yang memudahkan pencatatan

dan pembacaannya kembali. Pada dasar nya ada dua macam lembaran pengamatan.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 82

Page 85: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Pertama untuk pengukuran keseluruhan seperti yang diisi dengan waktu yang teramati

pada jam henti untuk setiap siklus.

Sedangkan kedua, jika pengukuran elemen yang dilakukan, maka lembaran

pengamatannya yang digunakan memerlukan adanya perhitungan . Selain kotak

kotak untuk mencatat waktu, lembaran pengamatan juga memuat baris untuk

mencantumkan keterangan-keterangan yang juga diperlukan seperti nama pekerjaan

yang diukur, mesin yang dipakai, operator yang diukur, pengukur waktunya dan lain-lain.

Pena atau pinsil digunakan untuk mecatat segalanya yang diperlukan pada

lembaran - lembaran pengamatan.

Gambar 8.3 Alat ukur waktu

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 83

Page 86: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Papan pengamatan dimaksudkan untuk dipakai sebagai alas lembaran

pengamatan sehingga memudahkan pencatatan. Bentuk papan yang baik terdapat

lengkungan untuk mempermudahkan pemegangan oleh tangan dan penempatan papan

pada badan. Lengkungan lengkungan tersebut disesuaikan dengan genggaman tangan,

lengkungan tubuh yang menjaganya serta posisi terhadap badan.

Jika alat alat ini telah disiapkan, maka selesailah sudah persiapan persiapan

yang mendahului pengukuran. Ini berarti tahap berikutnya yaitu pengukuran waktu,

sudah bisa dimulai.

2.3. Rumus Pengujian Data

A. Tingkat Ketelitian Dan Tingkat Keyakinan

Berbicara tentang tingkat ketelitian, tingkat keyakinan, sebenarnya adalah

pembicaraan tentang pengertian-pengertian stantistik. Karenanya untuk memahaminya

secara mendalam diperlukan beberapa pengetahuan statistik. Tetapi sungguhpun

demikian apa yang dikemukakan ini adalah pembahasan kearah pengertian yang

diperlukan dengan cara sederhana.

Yang dicari dengan melakukan pengukuran pengukuran ini adalah waktu yang

sebenarnya dibutuhkan untuk meyelesaikan suatu pekerjaan. Karena waktu

penyelesaian ini tidak pernah diketahui sebelumnya, maka harus diadakan pengukuran

pengukuran. Yang ideal tentunya dilakukan pengukuran pengukuran yang sangat

banyak (sampai tak terhingga kali, misalnya), karena dengan demikianlah diperoleh

jawaban yang pasti. Tetapi hal ini jelas tidak mungkin karena keterbatasan waktu,

tenaga dan tentunya biaya. Namun sebaliknya jika hanya dilakukan beberapa kali

pengukuran saja, dapat diduga hasilnya sangat kasar. Sehingga yang diperlukan adalah

jumlah pengukuran yang tidak membebankan waktu, tenaga dan biaya yang besar,

tetapi hasilnya dapat dipercaya. Jadi walaupun jumlah pengukuran tidak berjuta kali,

tetapi jelas tidak hanya beberapa kali saja. Dengan tidak dilakukannya pengukuran

yang banyak sekali ini, pengukuran akan hilangan sebagian kepastian akan

ketetapan/rata rata waktu penyelesaian yang sebenarnya. Hal ini harus disadari oleh

pengukur; Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat

kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakkan

pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 84

Page 87: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya

dinyatakan dalam persen (dari waktu penyelesaian sebenarnya, yang seharusnya

dicari). Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur

bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Inipun dinyatakan dalam

persen. Jadi tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa

pengukur memberoleh rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauhnya 10% dari

rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%.

Dengan lain perkataan jika pengukuran sampai memperoleh rata-rata pengukuran yang

menyimpang lebih dari 10% seharusnya, hal ini dibolehkan terjadi hanya dengan

kemungkinan 5% (= 100%-95%). Sebagai contoh, katakanlah rata-rata waktu

penyelesaian pekerjaan adalah 100 detik. Harga ini tidak pernah diketahui kecuali jika

dilakukan tak terhingga kali pengukuran. Paling jauh yang didapat dilakukan adalah

memperkirakannya dengan melakukan sejumlah pengukuran. Dengan pengukuran yang

tidak sebanyak itu maka rata-rata yang diperoleh, mungkin tidak 100 detik, tetapi suatu

harga yang lain, misalnya 88, 96, atau 105 detik. katakalah rata-rata pengukuran yang

didapat 96 detik. Walaupun rata rata sebenarnya (=100 detik) tidak diketahui, jika jumlah

pengukuran yang dilakukan memenuhi untuk ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95%,

maka pengukuran mempunyai keyakinan 95% bahwa 96 detik itu terletak pada interval

harga rata rata sebenarnya dikurangi 10% dari rata rata ini, dan harga rata rata

sebenarnya ditambah 10% dari rata rata ini. Mengenai pengaruh tingkat tingkat ketelitian

dan keyakinan terhadap jumlah pengukuran yang diperlukan dapat dipelajari secara

statistik. Tetapi secara intuitif hal ini dapat diduga yaitu bahwa semakin tinggi tingkat

ketelitian dan semakin besar tingkat keyakian, maka semakin banyak pengukuran yang

diperlukan.

B. Pengujian Keseragaman Data

Sekarang akan kita lihat beberapa hal yang berhubungan dengan pengujian

keserangan Data. Secara teoritis apa yang dilakukan dalam pengujian ini adalah

berdasarkan teori statistik tentang peta-peta kontrol yang biasanya digunakan dalam

melakukan pengendalian kualitas dipabrik pabrik atau tempat tempat kerja lain.

Telah dikemukakan bahwa satu langkah yang dilakukan sebelum melakukan

pengukuran adalah merancang suatu sistem kerja yang baik, yaitu yang terdiri dari

kondisi kerja dan cara kerja yang baik. Jika yang dihadapi adalah suatu sistem kerja

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 85

Page 88: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

yang sudah ada, maka sistem ini dipelajari untuk kemudian diperbaiki. Jika sistemnya

belum ada maka yang dilakukan adalah merancang sesuatu yang baru dan baik.

Terhadap sistem kerja yang baik inilah pengukuran waktu dilakukan, dan dari sistem

inilah waktu penyelesaian pekerjaan dicari. Walupun senjutnya pembakuan sistem yang

dipandang baik ini dilakukan, seringkali pengukur, sebagaimana halnya juga operator,

tidak mengetahui terjadinya perubahan perubahan pada sistem kerja. Memang

perubahan adalah sesuatu yang wajar karena bagaimanapun juga suatu sistem tidak

dapat tetap dipertahankan terus menerus pada keadaan yang tepat sama. Keadaan

sistem yang selalu berubah dapat diterima, asalkan perubahannya adalah yang

memang sepantasnya terjadi. Akibatnya waktu penyelesaian yang di hasilkan sistem

selalu berubah ubah namun juga mesti dalam batas kewajiban. Dengan lain perkataan

harus seragam. Tugas pengukur adalah mendapatkan data yang seragam ini. Karena

ketidak seragam dapat datang tanpa disadari, maka diperlukan suatu alat yang dapat

“mendeteksinya”. Batas batas kontrol yang dibentuk dari data merupakan batas

seragam tidaknya data. Data dikatakan seragam, yaitu berasal dari sistem sebab yang

sama, bila berada diantara kedua batas kontrol, dan tidak seragam, yaitu berasal dari

sistem sebab yang berbeda, jika berada diluar batas kontrol. Yang diperlihatkan dalam

contoh pengujian keseragaman diatas adalah data yang berada didalam batas batas

kontrol; karenanya semua data dimasukkan dalam perhitungan perhitungan selanjutnya.

Jika ada yang terletak diluar batas kontrol, apa yang dilakukan?

Rumus pengujian keseragaman data pada pengukuran langsung adalah :

a. Pengukuran dengan Jam henti :

Batas Kontrol Atas (BKA) = X + Z . X

Batas Kontrol Bawah (BKB) = X - Z . X

b. Pengukuran dengan sampling pekerjaan :

Batas Kontrol Atas (BKA) = p + Z . X

Batas Kontrol Bawah (BKB) = p - Z . X

Seluruh subgrup harus berada pada BKA dan BKB - data dikatakan seragam.

Z = Z á/2

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 86

Page 89: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Z = Koefisien pada distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan

Tk. Keyakinan 90% - Z = 1.65

Tk. Keyakinan 95% - Z = 1.95 ~ 2

Tk. Keyakinan 99% - Z = 2,58 ~ 3

X = Standar deviasi dari harga rata-rata subgrup

x = Harga rata-rata subgrup

p = Harga rata-rata persentase produktif

Misalnya dari ketiga puluh dua harga yang telah terkumpul, dengan cara cara

yang sama didapat BKA = 18,246 dan BKB = 9,197, dan subgrup keenam berharga rata

rata 19,261. Jelas subgrup ini berada diluar batas kontrol karena diatas harga BKA.

Oleh sebab itu subgrup ini harus “dibuang” karena berasal dari sistem sebab yang

berbeda. Dengan demikian untuk perhitungan perhitungan selanjutnya seperti untuk

mencari banyaknya pengukuran yang harus dilakukan, semua data dalam subgrup ini

tidak turut diperhitungkan.

C. Pengujian Kecukupan Data

Semua harga (data) yang ada dapat digunakan untuk menghitung banyaknya

pengukuran yang diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus umum :

a. Pengukuran dengan Jam henti :

N‟ =

222

j

jj

X

XXN

s

Z

s = Tingkat ketelitian dalam (%)

N‟ = Jumlah pengamatan teoritis yang diperlukan

N = Jumlah pengamatan aktual yang dilakukan

Xj = Data pengamatan ( hasil pengukuran )

Rumus ini adalah untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat kenyakinan 95%* .

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 87

Page 90: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Tk. Keyakinan 95% - Z = 1.95 ~ 2 s = 5 % = 5/100 = 1/20 Z/s = 2 : 1/20 = 2 x 20 = 40

N „ =

222

40

j

jj

X

XXN

b. Pengukuran dengan sampling pekerjaan :

N‟ =

p

p

s

Z 12

P = persentase produktif dari seluruh pengamatan.

Seandainya jumlah pengukuran teoritis yang diperlukan ternyata masih lebih besar dari

pada jumlah pengukuran yang telah dilakukan (N‟ > N , dimana dalam contoh

misalnya N‟ = 16 > 32), maka pengukuran tahap kedua harus dilakukan. Pada tahap

inipun urut urutan pekerjaan sama dengan tahap tahap sebelumnya. Demikian

seterusnya sampai jumlah pengukuran teoritis yang diperlukan sudah dilampaui oleh

jumlah yang telah dilakukan (N‟ N).

Buku Acuan :

1. Iftikar Z. Sutalaksana , “ Teknik Tata Cara Kerja “ , ITB , Bandung

2. Barnes R. M, “ Motion and Time Study - Design and Measurement of Work

“ , John Wiley & Sons .Inc, New York.

3. Kazarian E. A. “ Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and

Institutions “ , Avi Publishing Company, Inc. Westport , Connecticut ,

Michigan.

4. Eko Nurmianto ,” Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya “, ITSN ,

Surabaya.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 88

Page 91: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

5. Wignjosoebroto Sritomo, “ Ergonomi “ Studi Gerak dan Waktu “ ITSN ,

Surabaya.

6. Tarwaka, Solichul, Lilik S ,” Ergonomi ” untuk keselamatan, kesehatan

kerja dan produktivitas

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 89

Page 92: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

BAB IX

1. Tujuan Instruksional Khusus

Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep faktor penyesuaian, cara menentukan

faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran serta menentukan faktor kelonggaran.

2. Daftar Materi Pembahasan

2.1. Konsep Faktor Penyesuaian

2.2. Beberapa Cara Menentukan Faktor Penyesuaian

2.3. Konsep Faktor Kelonggaran

2.4. Menentukan Faktor Kelonggaran

3. Pembahasan

2.1. Konsep Faktor Penyesuaian.

Selama pengukuran berlangsung, pengukuran harus mengamati kewajaran kerja

yang ditunjukkan operator. Ketidak wajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa

kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-

kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk. Sabab - sebab seperti ini

mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya

waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah

waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara

wajar.

Andaikata ketidak wajaran ada maka pengukur harus mengetahui dan menilai

seberapa jauh hal itu terjadi. Penilaian perlu diadakan karena berdasarkan inilah

penyesuaian dilakukan. Jadi jika pengukur mendapatkan harga rata-rata waktu siklus

atau elemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh operator,

maka agar harga rata rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkan

dengan melakukan penyesuaian.

Analisa & Perancangan Kerja

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 90

Page 93: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata rata atau waktu

elemen rata rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya

harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh

mencerminkan waktu yang sewajarnya atau normal. Bila pengukur berpendapat bahwa

operator bekerja diatas normal (terlalu cepat) maka harga p nya akan lebih besar dari

satu ( p > 1) ; sebaliknya jika operator dipandang bekerja dibawah normal maka harga p

akan lebih kecil dari satu (p < 1). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator

bekerja dengan wajar maka harga p nya sama dengan satu (p = 1).

Telah dikemukakan diatas bahwa ketidak wajaran harus diwajarkan untuk

mendapatkan waktu normal. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana yang disebut

wajar itu? Dengan “standard” apa pengukur menilai wajar tidaknya kerja seorang

operator?

Biasanya, melalui pengamatan seorang pengukur dapat melihat bagaimana hal

tersebut ditunjukkan opertor. Dalam kehidupan sehari haripun hal ini sering bisa kita

rasakan yaitu bila di suatu waktu melihat seorang sedang bekerja. Dalam waktu yang

tidak terlampau lama kita dapat menyatakan, misalnya orang tersebut bekerjanya

lambat atau sangat cepat. Ketepatan penilaian, pengukur akan lebih teliti bila dia telah

cukup berpengalaman apalagi bila bagi jenis pekerjaan yang sedang diukur. Memang

pengalaman banyak menentukan, karena melalui pengalamanlah mata dan indera lain

akan terlatih dalam memberikan penilaian. Semakin berpengalaman seorang pengukur,

semakin peka inderanya dalam melakukan penyesuaian.

Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar, seorang pengukur dapat

mempelajari bagaimana bekerjanya seorang operator yang dianggap normal itu yaitu;

jika seorang operator yang dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha usaha yang

berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan

menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaanya.

Walaupun usaha-usaha membakukan konsep bekerja wajar telah dilakukan,

namun penyesuaian tetap tampak sebagai suatu yang subjektif. Memang hal inilah

yang dipandang sebagai kelemahan pengukuran waktu dilihat secara ilmiah. Namun

bagaimanapun penyesuaian harus dilakukan karena ketidak wajaran yang

menghasilkan ketidak normalan data merupakan suatu hal yang bisa terjadi.

Sehubungan dengan faktor penyesuaian dikembangkanlah cara untuk mendapatkan

harga p termasuk cara-cara yang berusaha seobjektif mungkin.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 91

Page 94: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

2.2. Beberapa Cara Menentukan Faktor Penyesuaian

Cara persentase adalah cara yang merupakan cara yang paling awal digunakan

dalam melakukan penyesuaian. Disini besarnya faktor penyesuaian sepenuhnya di

tentukan oleh pengukur melalui pengamatan selama melakukan pengukuran. Jadi

sesuai pengukuran dia menentukan harga p yang menurut pendapatnya akan

menghasilkan waktu normal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus. Misalnya di

pengukur berpendapat bahwa p = 110%. Jika waktu siklusnya terlah terhitung sama

dengan 14,6 menit, maka waktu normalnya:

Wn = 14,6 x 1,1 = 16,6 menit

Terlihat bahwa penyesuaiannya diselesaikan dengan cara yang sangat

sederhana. Memang cara ini merupakan cara yang paling mudah dan sederhana,

namun segera pula terlihat adanya kekurang ketelitian sebagai akibat dari “kasarnya”

cara penilaian. Bertolak dari kelemahan ini dikembangkanlah cara cara lain yang

dipandang sebagai cara yang lebih objektif. Cara-cara ini umumnya memberikan

“patokan” yang dimaksudkan untuk mengarahkan penilain pengukur terhadap kerja

operator. Akan dikemukakan beberapa cara tersebut yaitu cara Shummard,

Westinghouse dan objektif.

A. Cara Shummard

Cara Shummard memberikan patokan-patokan melalui kelas - kelas

performence kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri ( lihat tabel 9.1 ).

Disini pengukur diberi patokan untuk menilai performance kerja operator menurut kelas

kelas Superfast, Fast +, Fast, Fast - , Excellent dan seterusnya. Seorang yang

dipandang bekerja normal diberi nilai 60, dengan nama performance kerja yang lain

dibandingkan untuk menghitung faktor penyesuaian. Bila performance seorang operator

dinilai Excellent maka dia mendapat nilai 80, dan karenanya faktor penyesuaiannya

adalah p = 80/60 = 1,33

Jika waktu siklus rata - ratanya sama dengan 270,4 detik, maka waktu normalnya :

Wn = 270,4 x 1,33 = 359,63 detik

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 92

Page 95: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

B. Cara Westinghouse

Berbeda dengan cara Shumard diatas, cara Westinghouse mengarahkan

penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidak wajaran

dalam bekerja yaitu Keterampilan, Usaha, Kondisi kerja dan Konsistensi, Setiap faktor

terbagi kedalam kelas-kelas dengan nilai masing - masing.

Keterampilan atau Skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang

ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai ketingkat

tertentu saja. Tingkat mana merupakan kemampuan maksimal yang dapat diberikan

pekerjaan yang bersangkutan. Secara psikologis keterampilan merupakan aptitude

pekerja untuk pekerjaan yang bersangkutan. Keterampilan dapat juga menurun yaitu

bila telah terlampau lama tidak menangani pekerjaan tersebut, atau karena sebab-sebab

lain seperti karena kesehatan yang terganggu, rasa fatique yang berlebihan, pangaruh

lingkungan sosial dan sebagainya.

Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan

ciri-ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan pada buku acuan 1.

Secara keseluruhan tampak pada kelas-kelas diatas bahwa yang membedakan kelas

keterampilan seseorang adalah keragu-raguan, ketelitian gerakan, kepercayaan diri,

koordinasi, irama gerakan, “bekas bekas” latihan dan hal hal yang serupa. Dengan

pembagian ini pengukur akan lebih terarah dalam menilai kewajaran pekerja di lihat dari

segi keterampilannya. Karenanya faktor penyesuaian yang nantinya diperoleh dapat

lebih efektif.

Untuk usaha atau Effort cara Westinghouse membagi juga atas kelas-kelas

dengan ciri masing-masing. Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan

yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Untuk

keperluan penyesuaian usaha dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri dari setiap

kelas seperti yang dikemukakan pada buku acuan 1.

Dari uraian diatas terlihat adanya korelasi antara keterampilan dengan usaha.

Dalam prakteknya banyak terjadi pekerja yang mempuyai keterampilan rendah bekerja

dengan usah yang lebih sungguh sungguh sebagai imbangnya. Kadang kadang usaha

ini begitu besarnya sehingga tampak berlebihan dan tidak banyak menghasilkan.

Sebaliknya seseorang yang mempunyai keterampilan tinggi tidak jarang bekerja dengan

usaha yang tidak mendukung dihasilkannya performance yang lebih baik lagi. Jadi

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 93

Page 96: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

walaupun hubungan antara “kelas tinggi” pada keterampilan dengan usaha tampak erat

sebagaimana juga dengan kelas-kelas rendahnya (misalnya Excellent dengan

Excellent, Fair dengan Fair dan sebagainya), kedua faktor ini adalah hal - hal yang

dapat terjadi secara terpisah didalam pelaksanaan pekerjaan. Karena cara

Westinghouse memisahkan faktro keterampilan dari usaha dalam rangka penyesuaian.

Yang dimaksud dengan kondisi kerja atau Condition pada cara Westinghouse adalah

kondisi fisik lingkugnannya seperti keadaan pencahayaan ,temperatur dan kebisingan

ruangan. Bila tiga faktor lainnya yaitu keterampilan, usaha dan konsisten merupakan

apa yang dicerminkan operator, maka kondisi kerja merupkan suatu operator yang

diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak kemampuan merubahnya. Oleh sebab

itu faktor kondisi sering disebut sebagai faktor manajemen, karena pihak inilah yang

dapat dan berwenang merubah atau memperbaikinya.

Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas yaitu Ideal, Excellent, Good, Average,

Fair dan Poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerjaan karena

berdasarkan karakteristiknya masing-masing pekerjaan membutuhkan kondisi ideal

sendiri-sendiri. Suatu kondisi yang dianggap good untuk suatu pekerjaan dapat saja

dirasakan sebagai fair atau bahkan poor bagi pekerjaan yang lain. Pada dasarnya

kondisi ideal adalah kondisi yang paling cocok untuk pekerjaan yang bersangkutan,

yaitu memungkinkan performance maksimal dari pekerja. Sebaliknya kondisi poor

adalah kondisi lingkungan yang tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan sangat

menghambat pencapaian performace yang baik. Sudah tentu suatu pengetahuan

tentang keadaan bagimana yang disebut ideal, dan bagaimana pula yang disebut poor

perlu dimiliki agar penilian terhadap kondisi kerja dalam rangka melakukan penyesuaian

dapat dilakukan denan seteliti mungkin.

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah konsistensi atau Consistency. Faktor

ini perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-

angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama; waktu penyelesaian yang ditunjukkan

pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus kesiklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan

dari hari ke hari. Selama ini masih dalam batas-batas kewajaran masalah tidak timbul,

tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal tersebut harus diperhatikan. Sebagaimana

halnya dengan faktor-faktor lain, konsistensi juga dibagi menjadi enam kelas yaitu :

Perfect, Excellent, Good, Average, Fair dan Poor. Seseorang yang bekerja perfect

adalah yang teoritis mesin atau pekerjaan yang waktunya dikendalikan mesin

merupakan contoh dimana variasi waktu tidak diharapkan terjadi. Sebaliknya konsistensi

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 94

Page 97: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

yang poor terhadi bila waktu waktu penyelesaiannya berselisih jauh dari rata rata secara

acak. Konsistensi rata-rata atau average adalah bila selisih antara waktu penyelesaian

dengan rata-ratanya tidak besar walaupun ada satu dua yang “letaknya” jauh.

Angka-angka yang diberikan bagi setiap kelas dari faktor-faktor diatas

diperhatikan pada tabel 9.2. Dalam menghitung faktor penyesuaian, bagi keadaan yang

dianggap wajar diberi harga p = 1, sedangkan terhadap penyimpangan dari keadaan ini

harga p nya ditambah dengan angka - angka yang sesuai dengan ke empat faktor

diatas. Sebagai contoh jika waktu siklus rata-rata sama dengan 124,6 detik dan waktu

ini dicapai dengan keterampilan pekerja yang dinilai fair (E1). Usaha good (C2), kondisi

excellent (B) dan konsistensi poor (F), maka tambahan terhadap p = 1 adalah :

Keterampilan : Fair (E1) = - 0,05

Usaha : Good (C2) = + 0,02

Kondisi : Excellent (B = + 0,04

Konsistensi : Poor (F) = - 0,04 +

Jumlah : - 0,03

Jadi p = (1- 0,03) atau p = 0,97 sehingga waktu normalnya :

Wn = 270,4 x 0,97 = 262,29 detik

Agar diperhatikan oleh para pembaca bahwa p yang besarnya sama dengan

0,97 bukanlah sekedar hasil penjumlahan nilai dari kelas kelas yang bersangkutan tetapi

juga merupakan hasila interaksi dari kelas kelas keempat faktor tersebut. Artinya nilai-

nilai tersebut hanya dapat berlaku setelah dijumlahkan (baca : diinteraksikan) satu sama

lain. Jika penilian hanya dilakukan terhadap sebagian dari 4 faktor tersebut, angka -

angka tersebut tidak berlaku, dan tentunya akan memberikan harga p yang tidak wajar.

C. Cara Objektif

Akhirnya sampailah kita dengan cara penyesuaian terakhir yang akan dibahas di

sini yaitu cara objektif yaitu cara yang memperhatikan 2 faktor: kecepatan kerja dan

tingkat kesulitan pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersama-sama

menentukan berapa besarnya heraga p untuk mendapatkan waktu normal. Kecepatan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 95

Page 98: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

kerja adalah kecepatan dalam melakukan pekerjaan dalam pengertian biasa. Disini

pengukur harus melakukan penilaian tentang kewajaran kecepatan kerja yang

ditunjukkan oleh operator. Jika operator bekerja dengan kecepatan wajar kepadanya

diberi nilai satu; atau p1 = 1. Notasi p adalah bagian dari faktor penyesuaian yaitu untuk

kecepatan kerjanya. Jika kecepatan dianggap terlalu tinggi maka p1 > 1 dan sebaliknya

p1 < 1 jika terlalu lambat. Cara menentukan besarnya p , ini tidak berbeda dengan cara

menentukan faktor penyesuaian dengan cara presentase yang telah dibicarakan diatas.

Perbedaannya terletak pada yang dinilainya. Pada yang ditulis terakhir yang dinilai

adalah keadaan keseluruhan yaitu semua keadaan yang dianggap berpengaruh pada

kewajaran kerja, sedangkan pada cara objektif yang dinilai hanya kecepatannya saja.

Untuk kesulitan kerja disediakan sebuah tabel yang menunjukkan berbagai

keadaan kesulitan kerja seperti apakah pekerjaan tersebut. Memerlukan banyak

anggota badan, apakah ada pedal kaki dan sebagainya. Ini semua diperlihatkan pada

tabel 9.3. Angka angka yang ditunjukukan disini adalah dalam perseratus dan jika nilai

dari setiap kondisi kesulitan kerja yang bersangkutan dengan pekerjaan yang sedang

diukur dijumlahkan atan menghasilkan p2 yaitu notasi bagi bagian penyesuaian objektif

untuk tingkat kesulitan pekerjaan. Jadi jika untuk satu pekerjaan diperlukan gerakan-

gerakan lengan bagian atas, siku, pergelangan tangan dari jari (C), tidak ada pedal kaki

(F), kedua tangan bekerja bergantian (H), koordinasi mata dengan tangan sangat dekat

(L), alat yang dipakai hanya memerlukan sedikit control (0)), dan berat benda yang

ditangani 2,3 kg, maka :

Bagian badan yang dipakai : C - 2

Pedal kaki : F = 0

Cara menggunakan kekuatan tangan : H = 0

Koordinasi mata dengan tangan : L = 7

Peralatan : 0 = 1

Berat : B - 5 = 13

Jumlah : = 23

Sehingga p2 = (1+ 0,23) atau p2 = 1,23

Faktor penyesuaian dihitung dengan :

p = p1 x p2

Jadi kalau p1 telah dinilai besarnya sama dengan 0,9 maka faktor penyesuaian untuk

operator yang bersangkutan adalah: p = 0,9 x 1,23 = 1,11

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 96

Page 99: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Jadi p = 1,11 sehingga waktu normalnya :

Wn = 270,4 x 1,11 = 300,14 detik

Telah dikemukakan bahwa cara Shummard, Westinghouse dan obyektif

dimaksudkan untuk lebih mengobyektifkan penyesuaian karena cara presentase sangat

dipengaruhi oleh subyektifitas pengukur. Memang pada cara yang disebut terakhir,

seorang pengukur melakukan penilian keseluruhan, yaitu menilai semua faktor yang

dianggap berpengaruh sekali. Dengan cara ini pengukur tidak mempunyai sistematika

yang jelas sehingga jika dia memberi harga p = 1,20 dan kepadanya ditanyakan

seberapa (misalnya) besar faktor kondisi telah diperhitungkan dalam angka tersebut, ia

akan sulit menjawabnya

Bila pekerjaan yang sama dinilai secara Westinghouse misalnya, pengukur

diarahkan penilaiannya melalui faktor-faktor yang berpengaruh dan melalui kelas-kelas

dari setiap faktor. Dengan cara seperti ini mungkin saja diperoleh p = 1,28 atau p = 1,16

yang berbeda dengan p yang dipeoleh dengan cara persentase. Tidaklah mudah untuk

menyatakan yang mana yang lebih baik karena keduanya tetap diperoleh dari penilaian

pribadi pengukur.Bagaimanapun perbedaan terdapat diantara cara-cara diatas jelas

kiranya bahwa cara-cara seperti Shummard, Westinghouse, objekti dan lain-lain,

dimaksudkan untuk lebih mengobjektifkan cara. Dan memang dirasakan lebih objektif.

Tabel 9.1.

FAKTOR PENYESUAIAN MENURUT CARA SHUMARD

KELAS PENYESUAIAN

Superfast 100 Fast + 95 Fast 90 Fast - 85 Excellent 80 Good + 75 Good 70 Good - 65 Normal 60 Fair + 55 Fair 50 Fair - 45 Poor 40

Tabel 9.2.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 97

Page 100: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

PENYESUAIAN MENURUT WESTINGHOUSE

FAKTOR KELAS LAMBANG PENYESUAIAN KETERAMPILAN Superskill A1 + 0,15 A2 + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B2 + 0,08 Good C1 + 0,06 C2 + 0,03 Average D 0,00 Fair E1 - 0,05 E2 - 0,10 Poor F1 - 0,16 F2 - 0,22 USAHA Excessive A1 + 0,13 A2 + 0,12 Excellent B1 + 0,10 B2 + 0,08 Good C1 + 0,05 C2 + 0,02 Average D 0,00 Fair E1 - 0,04 E2 - 0.08 Poor F1 - 0,12 F2 - 0,17 KONDISI Ideal A + 0,06 KERJA Excellenty B + 0,04 Good C + 0,02 Average D 0,00 Fair E - 0,03 Poor F - 0,07 KONSISTENSI Perfect A + 0,04 Excellenty B + 0,03 Good C + 0,01 Average D 0,00 Fair E - 0,02 Poor F - 0,04

Tabel. 9.3

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 98

Page 101: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

PENYESUAIAN MENURUT TINGKAT KESULITAN, CARA OBYEKTIF

KEADAAN LAMBANG PENYESUAIAN ANGGOTA BADAN TERPAKAI Jari A 0 Pergelangan tangan dari jari B 1 Lengan bawah, pergerlangan tangan dan jari C 2 Lengan atas, lengan bawah dsb. D 5 Badan E 8 Mengangkat beban dari lantai dengan kaki E2 10 PEDAL KAKI Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu dibawah kaki F 0 Satu atau dua pedal dengan sumbu tidak dibawah kaki G 5 PENGGUNAAN TANGAN Kedua tangan saling bantu atau bergantian H 0 Kedua tangan mengerjakan gerakan yang samap pada saat yang sama H2 18 KOORDINASI MATA DENGAN TANGAN Sangat sedikit I 0 Cukup dekat J 2 Konstan dan dekat K 4 Sangat dekat L 7 Lebih kecil dari 0,04 cm M 10 PERALATAN Dapat ditangani dengan mudah N 0 Dengan sedikit kontrol O 1 Perlu kontrol dan penekanan P 2 Perlu penanganan hati hati Q 3 Mudah pecah, patah R 5

Tabel. 9.3 (Lanjutan)

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 99

Page 102: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

PENYESUAIAN MENURUT TINGKAT KESULITAN, CARA OBYEKTIF

KEADAAN LAMBANG PENYESUAIAN BERAT BADAN (Kg) tangan kaki

0,45 B-1 2 1 0,90 B-2 5 1 1,35 B-3 6 1 1,80 B-4 10 1 2,25 B-5 13 3 2,70 B-6 15 3 3,15 B-7 17 4 3,60 B-8 19 5 4,05 B-9 20 6 4,50 B-10 22 7 4,95 B-11 24 8 5,40 B-12 25 9 5,85 B-13 27 10 6,30 B-14 28 10 2.3. Konsep Faktor Kelonggaran

Didalam praktek banyak terjadi penentuan waktu baku dilakukan hanya dengan

menjalankan beberapa kali pengukuran dan menghitung rata-ratanya. Pada modul lalu

telah ditunjukkan bagaimana langkah-langkah sebelum dan pada saat-saat pengukuran

seharusnya dilakukan. selain data yang seragam, jumlah pengukuran yang cukup dan

penyesuaian, satu hal lain yang kerapkali terlupakan adalah menambahkan

kelonggaran atas waktu normal yang telah didapatkan.

Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,

menghilangkan rasa fatique, dan hambatan - hambatan yang tidak dapat dihindarkan.

Ketiganya ini merupakan hal - hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang

selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya sesuai

pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 100

Page 103: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

A. Kelonggaran Untuk Kebutuhan Pribadi

Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah, hal-hal seperti minum

sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakap-cakap dengan

teman sekerja untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejemuan dalam kerja.

Kebutuhan-kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak; tidak bisa misalnya,

seseorang diharuskan terus bekerja dengan rasa dahaga, atau melarang pekerja untuk

sama sekali tidak bercakap-cakap sepanjang jam-jam kerja. Larangan demikian tidak

saja merugikan pekerja (karena merupakan tuntutan psikologis dan fisiologis yang

wajar) tetapi juga merugikan perusahaan karena dengan kondisi demikian pekerja tidak

akan dapat bekerja dengan baik bahkan hampir dapat dipastikan produktivitasnya

menurun.

Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti berbeda

beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan mempunyai

kerakteristik sendiri-sendiri dengan “tuntutan” yang berbeda beda. Penelitian yang

khusus perlu dilakukan untuk menentukan besarnya kelonggaran ini secara tepat seperti

dengan sampling pekerjaan ataupun secara fisiologis. Berdasarkan penelitian ternyata

besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria berbeda dari pekerja wanita; misalnya untuk

pekerjaan-pekerjaan ringan pada kondisi-kondisi kerja normal pria memerlukan 2 - 2,5

dan wanita 5% (persentase ini adalah dari waktu normal). Tabel 9.4 menunjukkan

besarnya kelonggaran untuk kebutuhan pribadi dan untuk menghilangkan rasa fatique

untuk berbagai kondisi kerja.

B. Kelonggaran Untuk Menghilangkan Rasa Fatique

Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah

maupun kwalitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran

ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada

saat-saat mana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam

menentukan pada saat-saat mana menurunnya hasil produksi disebabkan oleh

timbulnya rasa fatique karena masih banyak kemungkinnan lain yang dapat

menyebabkannya.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 101

Page 104: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja untuk menghasilkan

performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal

dan ini akan menambahkan rasa fatique. Bila hal ini berlangsung terus pada akhirnya

akan terjadi fatique total yaitu jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat

melakukan gerakan sama sekali walaupun sangat dikehendaki. Hal demikian jarang

terjadi karena berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya

sedemikian rupa sehingga lambatnya gerakan-gerakan kerja ditunjukkan untuk

menghilangkan rasa fatique ini.

Pada modul ini antara lain membahas macam dan sebab-sebab fatique. Disini di

tunjukkan bagaimana pendekatan-pendekatan dilakukan untuk menghitung masalah-

masalah fatique. Dalam bab tersebut dikemukakan pula bagaimana fatique merupakan

hal yang akan terjadi pada diri seorang sebagai akibat melakukan pekerjaan. Karena

itulah kelonggaran untuk melepaskan rasa lelah karena fatique ini perlu ditambahkan.

Besarnya kelonggaran ini dan kelonggaran untuk kebutuhan pribadi ditunjukkan pada

tabel 9.4.

C. Kelonggaran Untuk Hambatan-Hambatan Tak Terhindarkan

Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai

“hambatan”. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan

dan menganggur dengan sengaja ada pula hambantan yang tidak dapat dihindarkan

karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Bagi hambatan yang

pertama jelas tidak ada pilihan selain menghilangkannya, sedangkan bagi yang terakhir

walaupun harus diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada dan

karenanya harus diperhitungkan dalam perhitungan waktu baku.

Beberapa contoh yang termasuk kedalam hambatan tak terhindarkan adalah :

- Menerima atau meninta petunjuk kepada pengawas

- Melakukan penyesuaian - penyesuaian mesin

- Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong yang

patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya.

- Mengasah peralatan potong

- Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang

- Hambatan-hambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 102

Page 105: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

- Mesin berhenti karena matinya aliran listrik.

Besarnya hambatan untuk kejadian-kejadian situ sangat bervariasi dari suatu

pekerjaan ke pekerjaan lain bahkan dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lain karena

banyaknya penyebab seperti mesin, kondisi mesin, prosedur kerja, ketelitian suplai alat

dan bahan dan sebagainya. Salah satu cara yang baik yang biasanya digunakan untuk

menentukan besarnya kelonggaran bagi hambantan tak terhindarkan adalah dengan

melakukan sampling pekerjaan yang tekniknya dibahas dalam modul yang akan datang.

2.4. Menentukan Faktor Kelonggaran

Langkah pertama adalah menentukan besarnya kelonggaran untuk ketiga hal diatas

yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan yang tak

terhindarkan. Dua hal yang pertama antara lain dapat diperoleh dari tabel 9.4 yaitu

dengan memperhatikan kondisi-kondisi yang sesuai dengan pekerjaan yang

bersangkutan. Untuk yang ketiga dapat diperoleh melalui pengukuran khusus seperti

sampling pekerjaan. Kesemuanya, yang biasanya masing-masing dinyatakan dalam

presentase dijumlahkan; dan kemudian mengalihkan jumlah ini dengan waktu normal

yang telah dihitung sebelumnya.

Misalkan suatu pekerjaan yang sangat ringan yang dilakukan sambil duduk

dengan gerakan-gerakan yang terbatas, membutuhkan pengawasan mata terus

menerus dengan pencahayaan yang kurang memadai, temperatur dan kelembaban

ruangan normal, sirkulasi udara baik, tidak bising. Dari tabel didepan didapat prosentase

kelonggaran untuk kebutuhan pribadi dan untuk fatique sebagai berikut :

(7 + 0 + 3 + 5 + 2,5 + 0 + 2) % = 19,5%

Jika dari sampling pekerjaan didapatkan bahwa kelonggaran untuk hambatan yang tidak

terhindarkan adalah 5% maka kelonggaran total yang harus diberikan untuk pekerjaan

itu adalah (19,5 + 5) % = 24,5%.

Jika waktu normalnya telah dihitung sama dengan 5,5 menit, maka waktu bakunya

adalah : 5,5 + 0,245 (5,5) = 6,85 menit.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 103

Page 106: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Menentukan faktor kelonggaran dengan mengamati kondisi operator dan

pekerjaannya serta lingkungan kerjanya.

Misalnya suatu pekerjaan :

FAKTOR

Contoh pekerjaannya

Kelonggaran %

Ref.

Kelonggaran %

Diambil

A Tenaga yg dikeluarkan “ sangat ringan “

6,0 – 7,5 7

B Sikap Kerja “ duduk “

0,0 – 1,0 0

C Gerakan kerja “ agak terbatas “

0,0 – 5,0 3

D Kelelahan Mata “ terus menerus “

2,0 – 5,0 5

E Keadaan Temperatur T. Ker. “ temperatur normal “

0,0 – 5,0 2,5

F Keadaan atmosfir “ siklus udara baik ”

0 0

G Keadaan lingkungan baik “ tidak bising, berulang 2 “

1,0 – 3,0 2

Sub total 19,5

Kebutuhan pribadi “ Wanita “

2,0 – 5,0 2,5

Hambatan yg tak terhidarkan 2,5

Total kelonggaran 24,5

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 104

Page 107: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Tabel 9.4 . BESARNYA KELONGGARAN BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR

YANG BERPENGARUH

FAKTOR

CONTOH PEKERJAAN

KELONGGARAN ( % )

A. TENAGA YG

DIKELUARKAN

1. Dapat diabaikan

2. Sangat ringan

3. Ringan

4. Sedang

5. Berat

6. Sangat berat

7. Luar biasa berat

Bekerja dimeja, duduk

Bekerja dimeja, berdiri

Menyekop , ringan

Mencangkul

Mengayun palu yg berat

Memanggul beban

Memanggul karung berat

EKIVALEN BEBAN

RIA WANITA

tanpa beban 0,0- 6,0 0,0- 6,0

0,00-2,25 kg 6,0-7,5 6,0- 7,5

2,25-9,00 7,5-12,0 7,5-16,0

9,00-18,00 12,0-19,0 16,0- 30,0

19,00-27,00 19,0-30,0

27,00 – 50,00 30,0-50,0

Diatas 50 kg

B. SIKAP KERJA

1. Duduk

2. Berdiri diatas dua kaki

3. Berdiri diatas satu kaki

4. Berbaring

5. Membungkuk

Bekerja dudu, ringan

Badan tegak, ditumpu dua kaki

Satu kaki mengerjakan alat kontrol

Pada bagian sisi , belakang atau depan

badan

Badan dibungkukkanbertumpu pada

dua kaki

0,0 - 1,0

1,0 - 2,5

2,5 - 4,0

2,5 - 4,0

4,0 - 10,0

C. GERAKAN KERJA

1. Normal

2. Agak terbatar

3. Sulit

4. Pada anggota badan

terbatas

5. Seluruh anggota badan

terbatas

Ayunan bebas dari palu

Ayunan terbatas dari palu

Membawa beban berat dengan satu

tangan

Bekerja dengan tangan diatas kepala

Bekerja dilorongpertambangan yg

sempit

0

0 - 5

0 - 5

5 - 10

10 - 15

D. KELELAHAN MATA

*)

1. Pandangan yg

terputus-putus

2. Pandangan yg hampir

terus menerus

3. Pandangan terus

menerus dgn fokus

berubah-ubah

4. Pandangan terus

menerus dgn fokus

tetap

Membawa alat ukur

Pekerjaan-pekerjaan yang teliti

Memeriksa cacat-cacat pada kain

Pemeriksaan yang sanga teliti

PENCAHAYAAN

BAIK BURUK

0,0 - 6,0 0,0 - 6,0

6,0 - 7,5 6,0 - 7,5

7,5 - 12,0 7,5 - 16,0

19,0 - 30,0 16,0 - 30,0

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 105

Page 108: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Tabel 9. 4 . BESARNYA KELONGGARAN BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR

YANG BERPENGARUH ( LANJUTAN )

FAKTOR

KELONGGARAN (% )

E. KEADAAN TEMPERATUR TEMPAT KERJA **)

TEMPERATUR ( C)

1. Beku dibawah 0

2. Rendah 0 - 13

3. Sedang 13 - 22

4. Normal 22 - 28

5. Tinggi 28 - 38

6. Sangat tinggi diatas 38

KELEMBABAN

NORMAL

BERLEBIHAN

Diatas 10 diatas 12

10 – 5 12 - 5

5 – 0 8 - 0

0 – 5 0 - 8

5 – 40 8 - 100

Diatas 40 diatas 100

F. KEADAAN ATMOSFER ***)

1. Baik Ruang yg bervintilasi baik, udara segar

2. Cukup Vintilasi kurang baik, ada bau-bauan

3. Kurang baik Adanya debu beracun atau tidak beracun tapi

banyak

4. Buruk Adanya bau-bauan berbahaya harus

menggunakan alat pernafasan

0

0 – 5

5 – 10

10 – 20

G.KEADAAN LINGKUNGAN YANG BAIK

1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah

2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 – 10 detik

3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0 – 5 detik

4. Sangat bising

5. Jika faktor yg berpengaruh dapat menurunkan kualitas

6. Terasa adanya getaran lantai

7. Keadaan yg luar biasa (bunyi, kebersihan dll)

0

0 – 1

1 – 3

0 – 5

0 – 5

5 – 10

5 – 10

*) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan

**) Tergantung juga pada keadaan ventilasi

***) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim

Catatan pelengkap : kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi : Pria = 2 – 2,5 % dan

Wanita = 2 – 5 %

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 106

Page 109: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Buku Acuan :

1. Iftikar Z. Sutalaksana , “ Teknik Tata Cara Kerja “ , ITB , Bandung

2. Barnes R. M, “ Motion and Time Study - Design and Measurement of Work

“ , John Wiley & Sons .Inc, New York.

3. Kazarian E. A. “ Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and

Institutions “ , Avi Publishing Company, Inc. Westport , Connecticut ,

Michigan.

4. Eko Nurmianto ,” Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya “, ITSN ,

Surabaya.

5. Wignjosoebroto Sritomo, “ Ergonomi “ Studi Gerak dan Waktu “ ITSN ,

Surabaya.

6. Tarwaka, Solichul, Lilik S ,” Ergonomi ” untuk keselamatan, kesehatan

kerja dan produktivitas

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 107

Page 110: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

BAB X

1. Tujuan Instruksional Khusus

Diharapkan mahasiswa dapat memahami untuk Konsep Data Waktu Gerakan

Pengukuran waktu yang terkait dengan Faktor Kerja dan Pengukuran Waktu Metoda

serta kegunaan Data Waktu Gerakan

2. Daftar Materi Pembahasan

2.1. Konsep Data Waktu Gerakan

2.2. Pengukuran Faktor Kerja

2.3. Pengukuran Waktu Metoda

2.4. Kegunaan Data Waktu Gerakan

3. Pembahasan

2.1. Konsep Data Waktu Gerakan

Dengan Pengukuran Waktu Jam Henti, Sampling Kerja (Work Sampling) atau

cara-cara lain untuk menentukan waktu baku, penyelidikannya harus dilakukan secara

menyeluruh terus-menerus. Dengan Jam Henti misalnya, berpuluh-puluh bahkan

mungkin lebih pengamatan harus dilakukan terhadap pekerjaan yang diselidiki. Begitu

pula dengan sampling kerja, pengamatan acak (random) sesaat-sesaat harus dilakukan

beratus sampai beribu kali untuk mendapatkan hasil yang teliti. Sehingga untuk

menentukan waktu baku secara demikian membutuhkan waktu yang lama. Satu hal lain

yang juga penting adalah bahwa pengamatan hanya dapat dilakukan setelah suatu

pekerjaan berjalan, sehingga penentuan waktu bakunyapun baru diperoleh setelah

kegiatan berlangsung beberapa lama. Hal ini jelas kurang membantu pimpinan

perusahaan atau pabrik dalam merencana kegiatan produksi sebelumnya.

Analisa & Perancangan Kerja

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 108

Page 111: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Suatu cara lain yang cukup teliti adalah dengan menggunakan kamera film untuk

pengamatan. Sudah dapat diduga biayanya akan sangat tinggi bila perekaman

dilakukan untuk setiap pekerjaan dipabrik.

Bersama dengan dihadapinya kenyataan-kenyataan ini, para ahli melihat bahwa

sebenarnya terdapat bagian-bagian dari suatu pekerjaan yang sama dengan bagian-

bagian dipekerjaan lain. Bahkan dalam sebuah pabrik, seringkali kesamaan bagian-

bagian pekerjaan ini terdapat. Hal ini mula-mula terlihat pada pekerjaan-pekerjaan

pemotongan logam. Misalnya hampir selalu terdapat pekerjaan mengangkat benda kerja

dari tempatnya dan memasangnya pada kedudukan baru dimesin. Ternyata kondisi

benda kerja yang sama (seperti berat dan bentuk) waktu penyelesaiannya dapat

dikatakan untuk setiap macam pekerjaan pemotongan.

Keadaan ini membawa mereka pada suatu penelitian lebih jauh tentang

penentuan waktu baku. Dikembangkanlah waktu baku untuk bagian-bagian pekerjaan

dari suatu pekerjaan yang kiranya terdapat pula pada banyak pekerjaan lain. Sehingga

untuk suatu pekerjaan, bila bagian-bagian pekerjaan yang harus dijalankan telah

diketahui, maka waktu baku sudah dapat ditentukan, yaitu dengan mensintesa waktu-

waktu baku dari bagian-bagiannya itu yang telah tersedia pada tabel-tabel.

Walaupun manfaat dari Data Waktu Baku ini dengan cepat dirasakan, namun

masih dijumpai adanya kekurangan. Hal ini sehubungan dengan kemungkinan lingkupan

pekerjaan yang dapat menggunakan tabel data waktu baku yang telah dibuat. Data

Baku untuk pekerjaan-pekerjaan pemotongan logam, misalnya umumnya tidak dapat

dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan dipabrik kimia. Lebih jelas lagi terlihat bahwa data

baku pekerjaan-pekerjaan pabrik tidak dapat diterapkan untuk pekerjaan-pekerjaan

kantor. Jadi data waktu yang dibuat untuk suatu kelompok pekerjaan hanya berlaku

untuk kelompok itu sendiri. Maka para ahlipun berusaha untuk mendapatkan data waktu

baku pekerjaan yang dapat berlaku lebih umum. Hal ini kemudian dilakukan dengan

memperhatikan elemen-elemen gerakan sebagai perincian dari suatu pekerjaan. Jadi

bukan lagi bagian pekerjaan memindahkan benda kerja ke mesin yang dilihat, tetapi

elemen-elemen gerakan apa yang menjalankannya.

Yang dimaksud dengan elemen-elemen gerakan disini adalah serupa dengan

yang dimaksud oleh Gilbreth dan istrinya mengenai therblig-therblig, memang, dari

therblig-therblig inilah timbul gagasan mengurai suatu pekerjaan atas elemen-

elemennya walaupun elemen-elemen gerakan disini tidak selalu sama dengan yang

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 109

Page 112: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

dikemukakan Gillbreth. Cara ini dikenal sebagai penentuan waktu baku dengan Data

Waktu Gerakan.

Disamping dengan penyelidikan macromotion, data-data baku setiap elemen

gerakan diperoleh juga dari pengamatan-pengamatan dengan jam henti seperti yang

dikembangkan oleh Taylor. Karenanya Data Waktu Gerakan sebenarnya merupakan

perkembangan dari perpaduan antara penemuan-penemuan Taylor dan Gilbreth.

Berbagai cara pembagian suatu pekerjaan atas elemen-elemen gerakan telah

melahirkan beberapa metoda penentuan waktu baku secara sintersa. Terdapat

diantaranya Analisa Waktu Gerakan (Motion Time Analysis), Waktu Gerakan Baku

(Motion Time Standards), Waktu Gerakan Dimensi (Dimension Motion Time), Faktor

Kerja (Work Factors), Pengukuran Waktu Metoda (Motion Time Measurement), dan

Pengukuran Waktu Gerakan Dasar (Basic Motion Time). Yang akan dibahas disini

adalah cara-cara yang paling banyak dipakai yaitu dua cara yang disebut yakni : Faktor

Kerja (Work Factors), dan Pengukuran Waktu Metoda (Motion Time Measurement),

Dengan demikian, untuk pekerjaan apapun di pabrik atau tempat kerja lain, kita

dapat menentukan waktu bakunya dengan terlebih dahulu mengurai pekerjaan tersebut

atas elemen-elemen gerakannya, dan mensintesakan waktu-waktu elemen tersebut.

2.2. Pengukuran Faktor Kerja

Pada faktor kerja, suatu pekerjaan dibagi atas elemen-elemen gerak menjangkau

(Reach), Membawa (Move), Pegang (Grasp), Mengarahkan sementara (Preposition),

Merakit (Assemble), Lepas Rakit (Diaassamble), memakai (Use), Melepas (Release),

dan Proses Mental (Mental Proses), sesuai dengan pekerjaan yang bersangkutan.

Dalam menentukan waktu penyelesaian, yang diperhatikan adalah bagian badan yang

menggerakannya. Umumnya bagian badan yang bergerak adalah jari atau telapak

tangan, putaran lengan, lengan, badan atas telapak kaki, dan kaki. Selain itu

diperhatikan pula faktor-faktor lain yang mempengaruhi lamanya waktu gerakan yaitu

jarak, berat atau hambatan, keadaan perhentian, pengarahan, kehati-hatian gerakan

dan perubahan arah gerakan, yang semuanya ini disebut sebagai faktor-faktor kerja.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 110

Page 113: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

A. Variabel dan Faktor Kerja

Ada empat variabel yang diperhitungkan disini, yaitu anggota badan yang

digerakkan, jarak yang ditempuhnya, berat atau tahanan yang menghambat dan kontrol

manual ( manual control ) yang diperlukan.

a. Anggota Badan

Dalam faktor kerja diperhatikan enam anggota badan berikut :

- Jari atau Telapak Tangan (F atau H)

Walaupun jari dan telapak tangan merupakan bagian-bagian badan yang tidak sama,

penyelidikan faktor kerja menunjukkan bahwa perbedaan waktu diantaranya sangat

kecil dan dapat diabaikan sehingga dapat dianggap sama.

Yang dimasud dengan gerakan-gerakan jari dan telapak tangan adalah gerakan

bagian-bagian badan ini baik maupun telapak tangan yang bersumbu pada

pergelangan tangan.

- Putaran Lengan (FS)

Yang dimaksud disini adalah bila lengan bagian bawah berputar pada sumbunya

sementara siku tertekuk. Selain itu bila seluruh tangan berputar pada sumbunya

dengan berpangkal pada bahu dan siku tidak tertekuk, termasuk dalam gerakan ini.

Begitu pula kombinasi antara keduannya.

- Lengan (A)

Gerakan lengan terjadi bila lengan bawah begerak dengan sumbu siku, seluruh

lengan bergerak dengan sumbu bahu atau kombinasi keduanya.

- Badan Atas (T)

Gerakan badan atas dapat berupa gerakan kedepan, kebelakang, kesamping ataupun

berputar.

- Telapak Kaki (FT)

Bila telapak kaki bergerak mengerjakan sesuatu, seperti ketika menginjak pedak gas

kendaraan, maka gerakannya disebut gerakan telapak kaki.

- Kaki (L)

Yang dimaksud dengan gerakan kaki adalah gerakan seluruh bagian kaki.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 111

Page 114: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

b. Jarak (D)

Yang dimasud dengan jarak adalah jarak lurus antara titik dimulainya gerakan sampai

titik berhentinya.

c. Berat atau Tahanan (W)

Dua gaya yang harus diperhatikan adalah tahanan yang harus diatasi dan berat benda

yang dipindahkan, Tahanan terjadi, misalnya pada pekerjaan mendorong sebuah kotak

pada sebuah meja, atau menekan sebuah pegas. Penyelidikan faktor kerja

menunjukkan bahwa berat atau tahanan, untuk sekelompok berat tertentu tidak

mempunyai perbedaan yang berarti dari lainnya sehingga perbedaan ini dapat

diabaikan. Karenanya pengaruh faktor ini pada waktu gerakan dibagi dalam beberapa

kelompok berat.

d. Kontrol Manual

Kontrol manual suatu gerakan mempengaruhi lamanya gerakan. Semakin besar kontrol

diperlukan, semakin lama waktu yang dibutuhkannya. Besar kecilnya kontrol ditentukan

oleh berapa banyak diantara empat faktor dibawah ini yang tersangkut dalam suatu

gerakan:

1. Keadaan Perhentian Yang Pasti (Definite Stop)

2. Pengarahan (Steering)

3. Kehati-hatian (Precaution)

4. Perubahan Arah Gerak (Change Direction).

Keempat hal ini, beserta berat atau tahanan, dan jarak disebut sebagai faktor-faktor

kerja. Berikut ini adalah keterangan dari semua faktor-faktor kerja, kecuali berat dan

tahanan yang sudah diterangkan diatas.

1. Perhentian Yang Pasti (D)

Bila letak perhentian suatu gerakan merupakan tempat yang pasti maka perhentian

ini disebut Perhentian Pasti. Umumnya gerakan Jangkau yang mendahului gerakan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 112

Page 115: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

pegang atau angkut yang mendahului gerakan Pegang atau Angkat yang mendahului

gerakan Rakit harus berhenti pada suatu tempat yang pasti.

2. Pengarahan (S)

Bila suatu gerakan memerlukan pengarahan, faktor kerja yang tersangkut adalah

pengarahan. Seringkali faktor ini terjadi bersama Perhentian Pasti dimana untuk

suatu gerakan Rakit juga diperlukan faktor Pengarahan.

3. Kehati-hatian (P)

Gerakan yang pengerjaannya memerlukan kehati-hatian, misalnya untuk menghindari

kecelakaan atau kontrol lain, mengandung faktor kehati-hatian didalamnya.

4. Perubahan Arah Gerak (U)

Perubahan arah gerakan adalah faktor yang tersangkut bila dalam suatu gerakan

terjadi perubahan arah yang cukup tajam.

B. Waktu Gerak Menurut Cara Faktor Kerja Dan Cara Menggunakan Tabel

Waktu gerakan menurut Faktor Kerja dicantumkan dalam tabel-tabel Waktu

Gerakan Faktor Kerja. Pada suatu gerakan dengan tiada satu faktor kerja pun yang

tersangkut disebut gerakan dasar. Jika ada maka semakin banyak faktor kerja yang

tersangkut, semakin lama waktu yang dibutuhkannya. Harga-harga yang dicantumkan

dalam tabel-tabel tersebut belum memasukkan kelonggaran untuk kelelahan,

kebutuhan-kebutuhan pribadi, dan kelambatan yang tak dapat dihindarkan.

Tabel Waktu Gerakan Faktor Kerja mencantumkan waktu-waktu gerak menurut

anggota badan yang menggerakannya. pada bagian paling kiri setiap tabel terdapat

kolom jarak, yaitu jarak yang ditempuh setiap gerakan. Kolom sebelahnya adalah waktu

untuk gerakan tersebut bila gerakannya merupakan gerak dasar. Kolom--kolom

berikutnya dibawah “Kepala-kepala” 1, 2, 3, dan 4 masing-masing mencantumkan waktu

gerak yang mengandung 1, 2, 3, dan 4 faktor kerja.

Faktor-faktor kerja yang tersangkut tidak diperhatikan macamnya, melainkan

banyaknya. Jadi bukan faktor kerja yang mana yang berpengaruh, tetapi berapa faktor

kerja yang tersangkut di dalamnya.

Dibaris paling bawah untuk setiap kolom dicantumkan berat atau tahanan yang

menghambat gerakan untuk pria dan wanita. Berat yang ditulis untuk suatu kolom

merupakan batas tertinggi berat yang menunjukkan berapa faktor kerja yang tersangkut

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 113

Page 116: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

karena adanya faktor ini (batas bawahnya ditulis pada kolom sebelumnya.). Tabel-tabel

lampiran menunjukkan hal ini.

Beberapa Contoh Notasi Untuk Gerakan

Notasi umum untuk setiap gerakan Pengukuran Waktu Faktor Kerja adalah :

a b c

dimana

a : adalah notasi untuk anggota badan yang bergerak

b : adalah jarak yang ditempuh

c : menyatakan banyaknya faktor kerja yang tersangkut dalam gerakan.

Waktu-waktu gerak yang dicantumkan pada Tabel Waktu Gerakan Faktor Kerja

bersatuan TU atau Time Unit yang berarti Satuan Pengukuran Waktu. Besarnya 1 TU

sama dengan 0,006 detik atau sama dengan 0,0001menit atau sama dengan

0,00000167 jam.

Berikut ini adalah beberapa buah contoh:

- Menjangkau sebuah benda yang terletak ditengah

meja, sejauh 10 inci A 10 D : 0.0061 menit

- Membawa benda seberat 5 lb.

sejauh 12 inci A 12 WD : 0,0085 menit

2.3. Pengukuran Waktu Metoda

Pengukuran waktu metoda membagi gerakan-gerakan kerja atas elemen-elemen

gerakan Menjangkau, Mengangkut, Memutar, Memegang, Posisi, Melepas, Lepas Rakit,

Gerakan Mata (Eye Movements) dan beberapa gerakan anggota badan lain.

Waktu untuk setiap elemen gerak ini ditentukan menurut beberapa kondisi yang

disebut dengan “kelas-kelas”. Kelas-kelas ini dapat menyangkut keadaan-keadaan

perhentian, keadaan obyek yang disentuh atau dibawa, sulit mudahnya menangani

obyek atau kondisi-kondisi dijelaskan dibawah ini.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 114

Page 117: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Gerakan-gerakan Dasar Pada Pengukuran Waktu Metoda :

- Menjangkau ( R )

Menjangkau adalah gerakan dasar yang digunakan bila maksud utama gerakan

adalah untuk memindahkan tangan atau jari ke suatu tempat tujuan. Waktu yang

dibutuhkan berubah-ubah tergantung pada keadaan tujuan, panjang gerakan dan

jenis menjangkau.

Ada lima kelas menjangkau yaitu :

Menjangkau Kelas A : Adalah gerakan menjangkau kearah suatu tempat yang pasti,

atau kesuatu obyek ditangan lain.

Menjangkau Kelas B : Adalah gerakan menjangkau kearah suatu sasaran yang

tempatnya berada pada jarak “kira-kira” tapi tertentu dan

diketahui.

Menjangkau Kelas C : Adalah gerakan menjangkau kearah suatu obyek yang tercampur

aduk dengan banyak obyek lain.

Menjangkau Kelas D : Adalah gerakan menjangkau kearah suatu obyek yang sangat

kecil sehingga diperlukan suatu pegangan (grasping) yang teliti.

Menjangkau Kelas E : Adalah gerakan menjangkau kearah suatu sasaran yang

tempatnya tidak pasti (indefinite location).

- Mengangkut (M)

Mengangkut adalah gerakan dasar yang dikerjakan bila maksud utamanya adalah

untuk membawa suatu obyek kesuatu sasaran.

Ada tiga kelas mengangkut, yaitu :

Mengangkut Kelas A : Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan obyek

dari suatu tangan ketangan lain, atau berhenti karena suatu

penahan.

Mengangkut Kelas B : adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan obyek

kesuatu sasaran yang terletak tidak pasti.

Mengangkut Kelas C : adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan obyek

kesuatu sasaran yang letaknya pasti.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 115

Page 118: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Waktu Yang dibutuhkan oleh gerak angkut dipengaruhi oleh keadaan sasaran,

jarak yang ditempuh, jenis angkut, dan berat obyek yang dipindahkan. Pengaruh berat

pada waktu gerak (terjadi bil berat lebih besar dari 21/2 lbs) ditambahkan pada

waktu yang diperoleh dari tabel.

- Memutar (T)

Memutar adalah gerakan yang dilakukan untuk memutarkan tangan baik dalam

keadaan kosong maupun berbeban. Waktunya tergantung pada besarnya derajat

pemutaran dan beratnya.

- Memegang (G)

Memegang adalah elemen dasar yang digerakkan dengan maksud utama untuk

mengusai sebuah atau beberapa obyek baik dengan jari maupun dengan tangan

untuk memungkinkan melakukan dasar berikutnya. Diantara hal-hal yang

mempengaruhi lamanya gerak ini adalah mudah sulitnya dipegang, bercampur

tidaknya obyek dengan obyek lainnya, bentuk obyek dan lain-lain.

- Melepas (RL)

Melepas adalah gerakan dasar melepas penguasaan atas suatu obyek dengan jari

atau tangan. Biasanya Lepas tidak membutuhkan waktu untuk melakukannya, kecuali

bila gerakannya terpisah dari gerak lainnya.

- Lepas Rakit (D)

Lepas Rakit adalah gerakan dasar untuk memisahkan suatu obyek dari obyek

lainnya, dua hal yang mempengaruhinya adalah mudah sulitnya dipisahkkan serta

mudah sulitnya dipegang.

- Gerakan Mata (E)

Umumnya Gerakan Mata tidak mempengaruhi waktu gerakan, kecuali bila gerakan

diarahkan oleh mata.

Gerakan Gerakan Badan Lainnya :

Yang dimaksud pada bagian-bagian badan lainnya adalah kaki, telapak kaki, serta

bagian-bagian lain seperti lutut, pinggang dan lain-lain.

Notasi Untuk Gerakan.

Notasi umum setiap gerak Pengukuran Waktu Metoda adalah a b c

dimana :

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 116

Page 119: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

a : adalah elemen gerak yang bekerja

b : jarak yang ditempuh

c : kelas dari gerak yang bersangkutan.

Waktu-waktu gerak yang dicantumkan pada tabel-tabel Pengukuran Waktu

Metoda bersatuan TMU atau Time Measurement Unit yang berarti Satuan Pengukuran

Waktu. Besarnya 1 TMU sama dengan 0,00001 jam atau sama dengan 0,0006 menit.

Berikut ini adalah beberapa buah contoh :

- Menjangkau sebuah benda yang terletak ditempatkan yang pasti

pada jarak 5 inci R 5 A : 6,5 TMU

- Memegang sebuah benda yang

sangat kecil G 1 B : 3,5 TMU

2.4. Kegunaan Data Waktu Gerakan

Sesuai dengan latar belakang perkembangannya, dibandingkan dengan cara- cara

lain, data waktu gerakan mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya:

1. Karena setiap elemen gerakan diketahui waktunya (dalam tabel-tabel), maka waktu

penyelesaian suatu operasi dapat ditentukan sebelum operasi tersebut dijalankan.

2. Waktu baku untuk setiap operasi dapat ditentukan dalam waktu yang singkat karena

hanya menyintesa waktu-waktu dari elemen-elemen gerakannya.

3. Karenanya pula biaya untuk menentukan waktu baku dengan cara ini sangat murah.

Ketiga kelebihan ini dijumpai juga pada cara data waktu baku.

Kelebihan-kelebihan lain dari data waktu gerakan adalah :

4. Untuk mengembangkan metoda yang ada. Disini dievaluasi waktu dari metoda lama

dan dikembangkan metoda baru.

5. Untuk membantu perancangan produk (produk design). Bila ternyata kondisi fisik

suatu produk (seperti berat, bentuk dan lain-lain) memberi pengaruh buruk terhadap

waktu kerja maka dapat diusahakan perbaikannya.

Terlihatlah bahwa waktu yang lama untuk menentukan waktu baku seperti yang terdapat

pada pengukuran waktu jam henti dan sampling kerja, biaya yang tinggi seperti pada

penyelidikan micromotion, penentuan yang baru dapat dilakukan setelah pekerjaan

berjalan sekian lama yang terjadi pada ketiga cara diatas, ataupun pemakaian yang

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 117

Page 120: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

agak terbatas pada sekelompok pekerjaan tertentu seperti yang dijumpai dengan data

waktu baku, semuanya tidak dijumpai pada penentuan waktu baku dengan data waktu

gerakan.

Buku Acuan :

1. Iftikar Z. Sutalaksana , “ Teknik Tata Cara Kerja “ , ITB , Bandung

2. Barnes R. M, “ Motion and Time Study - Design and Measurement of Work “ ,

John Wiley & Sons .Inc, New York.

3. Kazarian E. A. “ Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and

Institutions “ , Avi Publishing Company, Inc. Westport , Connecticut ,

Michigan.

4. Eko Nurmianto ,” Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya “, ITSN ,

Surabaya.

5. Wignjosoebroto Sritomo, “ Ergonomi “ Studi Gerak dan Waktu “ ITSN ,

Surabaya.

6. Tarwaka, Solichul, Lilik S ,” Ergonomi ” untuk keselamatan, kesehatan kerja

dan produktivitas

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 118

Page 121: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

BAB X I

1. Tujuan Instruksional Khusus

Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep untuk melakukan pengukuran

waktu kerja dengan sampling pekerjaan dan perhitungan waktu baku.

2. Daftar Materi Pembahasan

2.1. Konsep Pengukuran Waktu Kerja Dengan Sampling Pekerjaan

2.2. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Sampling Pekerjaan

2.3. Melakukan Pengukuran Waktu Kerja Dengan Sampling Pekerjaan

2.4. Perhitungan Waktu Baku

2.5. Berbagai Kegunaan Sampling Pekerjaan

3. Pembahasan

2.1. Konsep Pengukuran Waktu Kerja Dengan Sampling Pekerjaan

Cara ini, bersama-sama dengan pengukuran waktu jam henti, merupakan cara

langsung karena dilakukan dengan melakukan pengukuran secara langsung ditempat

berjalannya pekerjaan. Bedanya dengan cara jam henti adalah bahwa pada cara

sampling pekerjaan pengamat tidak terus menerus berada ditempat pekerjaan

melainkan mengamatinya (ditempat pekerjaan) hanya sesaat-sesaat pada waktu-waktu

yang ditentukan secara acak.

Pada awalnya cara ini dikembangkan di Inggis oleh seorang yang bernama L.H.

C Tippet dipabrik-pabrik tekstil di Inggis, tetapi karena berbagai kegunaannya cara ini

kemudian dipakai dinegara-negara lain secara lebih luas. Dari namanya dapat diduga

bahwa cara ini menggunakan prinsip-prinsip sampling dari ilmu statistik. Cara jam henti

sebenarnya jaga menggunakan ilmu statistik , tetapi pada sampling pekerjaan hal ini

tampak lebih nyata.

Analisa & Perancangan Kerja

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 119

Page 122: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Telah disebutkan diatas bahwa sampling pekerjaan dilakukan secara sesaat-

sesaat pada waktu-waktu yang ditentukan secara acak. Bagaimana suatu pengamatan

demikian dapat menghasilkan sesuatu yang berguna seperti waktu kerja? Untuk

memahami berbagai kegunaan sampling pekerjaan kiranya akan lebih baik kalau

diketahui terlebih dahulu bagaimana bekerjaanya cara ini.

Sebenarnya pengamatan sesaat-sesaat pada waktu-waktu yang acak tidak

berbeda dengan seorang mahasiswa yang mengunjungi temannya dirumahnya.

Kunjungan ini biasanya dilakukan pada waktu-waktu yang tidak menentu, kadang-

kadang setiap hari sekali, dua kali sehari, dua atau tiga hari sekali, atau mungkin juga

seminggu sekali atau kurang dari itu. Jika mahasiswa tersebut mengunjungi temannya,

pada waktu-waktu yang tidak tertentu seperti demikian dapat dikatakan dia melakukan

kunjungan pada waktu-waktu yang acak. Misalnya dia telah melakukan 19 kali

kunjungan, dan 7 diantaranya tidak menjumpai temannya karena sedang tidak berada

dirumah. Berdasarkan pengalaman ini, jika dia bertemu dengan temannya mungkin

akan berkata: “Wah, tampaknya kau sering tak berada dirumah”. Jika ia melakukan

kunjungan-kunjungan lagi, katakanlah 100 kali, dan dari keseratus kunjungan ini

temannya tidak menjumpai sebanyak 75 kali, maka sekarang dia dapat berkata

“rupanya tujuh puluh lima dari waktumu tidak dihabiskan dirumah”.

Ilustrasi diatas tadi menunjukkan bagaimana kesimpulan tentang ada tidaknya

suatu kejadian dapat disimpulkan melalui kunjungan-kunjungan. Terlihat pula semakin

banyak kunjungan dilakukan semakin kuat dasar untuk mengambil kesimpulan. Begitu

pula kurang lebih apa yang terjadi dengan sampling pekerjaan. Kunjungan-kunjungan

dilakukan untuk mengetahui apa yang terjdi ditempat kerja yang bersangkutan. Cari

catatan yang dilakukan setiap kali kunjungan dapat dilihat berbagai kegiatan yang terjadi

beserta berapa sering (frekwensi) kegiatan itu teramati. Semakin tinggi frekwensinya

semakin sering kegiatan tersebut dan dapat pula diduga bahwa total waktu yang

dibutuhkan semakin banyak.

Agar kesimpulan yang diambil lebih tepat, yaitu tidak sekedar mengira-ngira,

diperlukan teknik tertentu yang secara statistik dikenal sebagai sampling menduga

perbandingan populasi atau sampling for estimating population proportion.

2.2. Langkah-langlah Sebelum Melakukan Sampling Pekerjaan.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 120

Page 123: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Pada dasarnya semua langkah-langkah dalam melakukan sampling pekerjaan

tidak berbeda dengan yang diketengahkan pada cara jam henti. Begitu pula langkah-

langkah yang dijalankan sebelum sampling dilakukan yaitu:

a. Menetapkan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan, yang akan

menentukan besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan.

b. Jika sampling ditujukkan untuk mendapatkan waktu baku, lakukanlah penelitian

pedahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja yang baik. Jika belum,

perbaikan-perbaikan sistem kerja yang baik. Jika belum, perbaikan-perbaikan atas

kondisi dan cara kerja harus dilakukan dahulu.

c. Memilih operator atau operator-operator yang baik.

d. Bila perlu mengadakan latihan bagi para operator yang dipilih agar bisa dan

terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan.

e. Melakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan, secara terperinci .

f. Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa papan pengamatan, lembaran-

lembaran pengamatan pena atau pensil. Papan pengamatan yang digunakan disini

tidak berbeda dengan yang digunakan untuk pengukuran waktu jam henti

A. Pemisahan Kegiatan untuk Sampling Pekerjaan.

Diantara langkah - langkah sebelum melakukan sampling, mungkin pemisahan

kegiatan merupakan langkah yang agak berbeda dengan langkah serupa yaitu

pembagian pekerjaan atas elemen-elemen pada cara jam henti. Pada cara sampling

kegiatan, yang ingin diukur dipisahkan dari kegiatan-kegiatan lain yang mungkin terjadi.

Bentuk yang paling sederhana adalah memisahkan seluruh kegiatan menjadi dua

bagian yaitu yang pertama yang ingin diukur, dan yang kedua lainnya. Contoh

pemisahan demikian adalah kegiatan produktif dan non produktif. Bentuk lain yang lebih

rumit adalah jika yang ingin diukur beberapa kegiatan sehingga kemungkinan

pengelompokkannya akan seperti ini:

Kegiatan 1 : Mengetik

Kegiatan 2 : menerima instuksi pimpinan

Kegiatan 3 : menelpon/melayani panggilan telepon

Kegiatan 4 : Membereskan arsip-arsip kantor

Kegiatan 5 : tugas keluar kantor

Kegiatan 6 : lain-lainnya

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 121

Page 124: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Pada contoh ini pengukur mungkin ingin mengetahui bagaimana distribusi penggunaan

waktu bagi kegiatan-kegiatan 1 sampai 5. Kegiatan-kegiatan lainnya yang mungkin

banyak sekali seperti mengobrol, membaca surat kabar, makan/minum, mengaggur dan

sebagainya tidak menjadi perhatiannya.

Sehubungan dengan pemisahan kegiatan-kegiatan ini, satu hal yang perlu

diperhatikan yaitu bahwa kegiatan-kegiatan tersebut harus mutually exclusive dan

mutually exhaustive artinya satu kegiatan terpisah sama sekali dari lainnya, dan jumlah

semua kegiatan tersebut adalah semua kegiatan yang mungkin terjadi di tempat

pekerjaan berlangsung.

B. Cara Menentukan Waktu Pengamatan Secara Acak.

Berulang kali telah disebutkan bahwa kunjungan-kunjungan dilakukan pada

waktu -waktu yang ditentukan secara acak. Untuk ini biasanya satu hari kerja dibagi

kedalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya

panjang satu-satuan waktu tidak terlampau singkat dan juga tidak terlampau panjang.

Berdasarkan satuan-satuan waktu inilah saat-saat kunjungan ditentukan.

Misalkan satu satuan waktu panjang 5 menit. Jadi satu hari kerja (7jam)

mempunyai 84 satuan waktu. Ini berarti jumlah kunjungan per hari tidak lebih dari 84

kali. Jika dalam satu hari akan dilakukan 36 kali kunjungan maka dengan bantuan tabel

bilangan acak ditentukanlah saat-saat kunjungan tersebut:

Tabel bilangan acak biasanya terdapat pada buku-buku statistik ataupun buku-

buku khusus tabel-tabel teknik. Dengan tabel ini kita pecahkan persoalan kita tadi.

Angka-angka pada tabel itu kita ikuti dua-dua sampai 36 kali. Tentu syaratnya adalah

bahwa pasangan-pasangan dua buah angka itu besarnya tidak boleh lebih dari 84 dan

tidak boleh terjadi pengulangan. Jadi didapat:

39 65 75 45 19 69 54 ................(36 pasang).

Dengan demikian kunjungan dilakukan pada satuan waktu ke 39, 65, ........(36 kali) yang

berarti pada jam 11. 15, 14. 25 dan seterusnya (jika jam kerja dimulai pukul 08.00 dan

berakhir pukul 16.00 dengan waktu istirahat antara 12.00 - 13.00). Kalau diurut dari awal

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 122

Page 125: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

sampai akhir maka akan didapat daftar saat kunjungan dari kunjungan pertama sampai

ke tiga puluh enam.

Diatas telah dikatakan bahwa panjang satu satuan waktu tidak terlalu pendek

dan juga tidak terlalu panjang. Untuk yang pertama kiranya sudah jelas, yaitu bila terlalu

pendek misalkan satu menit ada kemungkinan mendapatkan 2 atau lebih kunjungan

berturut-turut setiap satu menit sekali yang tentunya menyulitkan. Untuk yang kedua

mudah pula dimengerti, yaitu akan menyebabkan jumlah kunjungan per hari terbatas

yang berarti akan menjadikan masa pengamatan sampling pekerjaan lebih lama.

2.3. Melakukan Pengukuran Waktu Kerja Dengan Sampling Pekerjaan.

Cara melakukan pengamatan dengan sampling pekerjaan juga tidak berbeda

dengan yang dilakukan untuk cara jam henti yaitu yang terdiri dari tiga langkah :

melakukan sampling pendahuluan, menguji keseragaman data dan menghitung jumlah

kunjungan yang diperlukan. Langkah-langkah ini dilakukan terus sampai jumlah

kunjungan mencukupi yang diperlukan untuk tingkat ketelitian dan tingkat kenyakinan

yang diperlukan.

A. Sampling Pendahuluan

Disini dilakukan sejumlah kunjungan yang banyaknya ditentukan oleh pengukur

biasanya tidak kurang dari 30. Untuk mudahnya kita ikuti sebuah contoh sampling

pekerjaan untuk menghitung waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan. Katakanlah

semua kegiatan-kegiatan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan

disebut sebagai kegiatan produktif, lainnya non-produktif. Selanjutnya dilakukan

pengamatan-pengamatan sesaat pada waktu-waktu yang acak sebanyak 144 kali, dan

hasilnya sebagai berikut:

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 123

Page 126: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Kegiatan Frekwensi teramati pada hari ke

1 2 3 4

jumlah

Produktif 24 29 30 26 109

Non produktif 12 7 6 10 35

Jumlah 36 36 36 36 144

% Produktif 67 81 83 72

B. Pengujian Keseragaman Dan Kecukupan Data

a. Keseragaman Data

Untuk ini kita tentukan batas-batas kontrolnya yaitu,

Dimana

p adalah

p =k

pi

BKA =

p + 3 n

pp )1(

CL =

p

BKB =

p - 3 n

pp )1(

dengan pi adalah persentase produktif dihari ke - i dan k adalah jumlah hari

pengamatan.

Maka n adalah :

k

nn

i

dengan ni adalah jumlah pengamatan yang dilakukan pada hari ke i selanjutnya

untuk contoh diatas didapat :

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 124

Page 127: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

p = 4

72838167 : 100 = 0,76

36 + 36 + 36 + 36 n = = 36 4 sehingga :

BKA = 0,76 + 336

)76,01(76,0 = 0,976

BKB = 0,76 - 3 36

)76,01(76,0 = 0,546

Ternyata semua harga-harga pi berada dalam batas-batas ini sehingga semuanya dapat

digunakan untuk menghitung banyaknya pengamatan yang diperlukan. Jika terdapat

yang diluar batas kontrol, maka pengamatan yang membentuk pi yang bersangkutan

“dibuang” karena berasal dari sistem sebab yang berbeda.

b. Kecukupan Data

Jumlah pengamatan yang diperlukan yang untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat

keyakinan 95% diketahui melalui rumus:

N‟ =

p

p

s

Z 1.

2

N‟ =

p

p1

05,0

22

= p

p11600

dimana p adalah persentase produktif dari seluruh pengamatan yang telah dilakukan.

Untuk contoh tadi ,

109 p = = 0,757 144

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 125

Page 128: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Sehingga

1600 (1 - 0,757) N „ = = 514 0,757

Jadi masih diperlukan (514-144) = 370 kali kunjungan lagi. Maka sampling tahap

keduapun dilakukan. Demikian seterusnya pengamatan dilakukan tahap demi tahap

sampai jumlah kunjungan yang telah dilakukan lebih banyak atau sama dengan yang

seharusnya dilakukan.

2.4. Menghitung Waktu Baku

Misalkan pada contoh kita diatas, akhirnya didapat bahwa jumlah pengamatan yang

diperlukan adalah 425 kali, dan jumlah pengamatan yang dilakukan 432 kali selama 12

hari penuh atau sama dengan 5040 menit. Dari ke-432 pengamatan ini frekwensi

kegiatan produktif yang teramati adalah 343, maka :

a. - Jumlah pengamatan 432

- jumlah produktif 343

- persentase produkti 343/432 x 100% = 79,4%

b. - Jumlah menit pengamatan 5040 menit

- jumlah menit produktif 79,4/100 x 5040 = 4002 menit

c. - Jumlah barang / produk yang dihasilkan

selama masa pengamatan 370 unit

- Waktu diperlukan / unit 4002/370 = 10,82 menit

d. - Faktor Penyesuaian 0,95

- Waktu normal (10,82 x 0,95) = 10,28 menit

e. - Faktor Kelonggaran 12%

- Waktu baku 10,28 + 0,12 (10,28) = 11,51 menit

Disini dianggap bahwa pekerjaan menyelesakan produk yang bersangkutan

sepenuhnya manually controlled, artinya kecepatannya kerjanya sepenuhnya tergantung

pada pekerjaan yang bersangkutan. Bagaimana jika ada sebagian diantaranya yang

machine controlled yaitu yang kecepatanya sepenuhnya ditentukan oleh mesin?

Seandainya pada contoh kita tadi dari ke 343 kegiatan produktif 87 diantaranya

mechine controlled maka perhitungan diatas menjadi :

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 126

Page 129: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

a. - Jumlah pengamatan 432

- jumlah produktif 343 = 79,4% (dari total)

- jumlah man. cont 256 = 74,6% (dari produktif)

- jumlah mach. cont 87 = 25,4% (dari produktif)

b. - Jumlah menit pengamatan 5040 menit

- jumlah menit produktif 4002 menit

c. - Jumlah barang dihasilkan 370 unit

- Waktu diperlukan / unit 10,82 menit

- Waktu man. cont/unit 0,746 x 10,82 = 8,07 menit

- Waktu mach. cont/unit 0,254 x 10,82 = 2,75 menit

d. - Faktor Penyesuaian 0,95 (dari salah satu metode)

- Waktu normal (8,07 x 0,95) + 2,75 = 10,42 menit

e. - Faktor Kelonggaran 12% (dihitung dari tabel lebih dahulu)

- Waktu baku 10,42 + 0,12 (10,42) = 11,67 menit

Terlihat bahwa faktor penyesauaian dikalikan hanya terhadap waktu manually

controlled karena memang faktor penyesuaian adalah untuk kegiatan-kegiatan

demikian. Yang machine controlled tidak perlu disesuaikan karena kegiatan-kegiatan ini

dapat dipastikan bekerja normal.

2.6. Berbagai Kegunaan Sampling Pekerjaan

Selain untuk mendapatkan waktu baku dan kegunaan-kegunaan lain, sampling

pekerjaan dapat juga digunakan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan besarnya

kelonggaran. Pada modul terdahulu telah dikemukakan adanya tiga macam kelonggaran

yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan untuk hambatan-

hambatan yang tak terhindarkan.

Jika sampling pekerjaan dijalankan untuk keperlukan ini maka pemisahan

kegiatannya dapat berbentuk seperti:

Kegiatan 1 : Kegiatan untuk kebutuhan pribadi

Kegiatan 2 : Kegiatan untuk menghilangkan rasa fatique

Kegiatan 3 : Hambatan-hambantan yang tidak terhindarkan

Kegiatan 4 : lain-lain

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 127

Page 130: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Selanjutnya lankah-langkahnya mengikuti langkah-langkah sampling pekerjaan.

Kegiatan kegiatan 1, 2, dan 3 dapat digabungkan menjadi satu, yaitu “kegiatan

kelonggaran” sehingga menjadi :

Kegiatan 1: Kegiatan kelonggaran

Kegiatan 2 : lain-lain

Cara demikian lebih sederhana, antara lain karena jumlah pengamtan yang diperlukan

lebih sedikit. Tetapi tentunya tidak dapat diketahui secara terperinci.

Sebaliknya penguraian yang lebih terperinci dari cara pertama dapat juga dilakukan,

misalnya menjadi:

Kegiatan 1: bercakap-cakap sekedarnya

Kegiatan 2 : minum sekedarnya

Kegiatan 3 : Kekamar kecil

Kegiatan 4 : Berhenti waktu istirahat

dan seterusnya

Dengan demikian kelonggaran untuk setiap macam kegiatan yang bersangkutan dapat

diketahui. Namun cara ini menurut jumlah pengamtan yang lebih banyak karena

persentase setiap kegiatan yang terperinci ini (relatif terhadap keseluruhan) kecil atau

sangat kecil.

Sehubungan dengan penggunaan sampling pekerjaan untuk mendaptkan

kelonggaran ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama adalah sifat dari kegiatan-

kegiatan kelonggaran yang tidak selalu tampak sebagai kegiatan yang berdiri sendiri.

Misalnya, untuk menghilangkan rasa fatique opertor tidak selalu berhenti bekerja, tetapi

dapat juga dengan melambatkan kecepatan kerja. Yang terakhir ini tidak mudah

dideteksi selama kunjungan-kunjungan dilakukan. Namun paling tidak dengan sampling

pekerjaan didapat “kelonggaran untuk yang tampak” yang seolah-olah dapat

diperlakukan sebagai kelonggaran menimal untuk pekerjaan yang berangkutan. Atau

bila ditambahkan sejumlah kelonggaran lagi atasnya akan menjadi kelonggaran yang

diharapkan sepantasnya.

Yang kedua adalah bahwa operator yang diukur harus seorang yang melakukan

kegiatan-kegiatan kelonggaran secara wajar: artinya dia tidak bercakap-cakap

terlampau banyak, sering minum atau kekamar kecil karena badan yang sedang tidak

sehat dan sebagainya. Hal ini adalah untuk menjamin agar kelonggaran yang akhirnya

didapatkan merupakan kelonggaran yang sepantasnya.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 128

Page 131: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Karena cara bekerjanya seperti yang telah dikemukakan diatas, sampling

pekerjaan mempunyai beberapa kegunaan lain dibidang produksi sampling untuk

menghitung waktu penyelesaian. Kegunaan-kegunaan tersebut adalah:

a. Untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja

atau kelompok pekerja.

b. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat dipabrik.

c. Untuk menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tak langsung.

d. Untuk memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.

Distribusi pemakian waktu pekerj atau kelompok pekerja dan tingkat

pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat secara mudah diketahui dengan mempelajari

frekwensi setiap kegiatan atau pemakian dari catatan pengamatan setiap melakukan

kunjungan. Keguanaan-kegunaan sampling pekerjaan yang dikemukan ini tampak

sebagai kelebihan cara ini dibandingkan cara jam henti. Memang kecuali dengan

melakukan pengukuran tak henti-henti sepanjang hari, cara jam henti tidak dapat

melakukan hal-hal diatas, bahwa dengan jam henti sama sekali tidak dapat dilakukan

pengamatan terhadap beberapa pekerjaan sekaligus, yang pada sampling pekerjaan

dengan mudah dijalankan, yaitu dengan cara melakukan pengamatan ke beberapa

pekerjaan disetiap kunjungan. Begitu pula dengan pekerja-pekerja tak langsung yang

tidak mudah diukur dengan jam henti karena “tidak menentunya” kegiatan mereka.

Tentang lamanya pengamatan, ternyata pada umumnya cara sampling

pekerjaan membutuhkan waktu yang lebih bahkan tidak jarang lebih lama dari pada cara

jam henti. Misalkan saja jika tingkat-tingkat ketelitian dan kenyakinan yang diinginkan

berturut-turut 5% dan 95%. Maka untuk suatu kegiatan yang menghabiskan waktu 20%

dari seluruh waktu yang tersedia diperlukan 6400 kali kunjungan. Ini berarti memakan

waktu 183 hari jika + 5 kali kunjungan dilakukan setiap jan disetiap hari yang

mempunyai 7 jam kerja. Dengan kata lain, jika yang hendak diukur waktu bakunya

hanya satu pekerjaan saja, cara sampling pekerjaan sering kali terlalu mahal. Memang

dalam keadaan demikian cara jam henti dapat memberikan hasil yang sama kwalitasnya

dalam waktu yang jauh lebih cepat dan tentunya biaya lebih murah.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 129

Page 132: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Buku Acuan :

1. Iftikar Z. Sutalaksana , “ Teknik Tata Cara Kerja “ , ITB , Bandung

2. Barnes R. M, “ Motion and Time Study - Design and Measurement of Work

“ , John Wiley & Sons .Inc, New York.

3. Eko Nurmianto ,” Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya “, ITSN ,

Surabaya.

4. Wignjosoebroto Sritomo, “ Ergonomi “ Studi Gerak dan Waktu “ ITSN ,

Surabaya.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 130

Page 133: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

BAB X II

1. Tujuan Instruksional Khusus

Diharapkan mahasiswa dapat memahami yang berkaitan dengan pengertian beban

kerja, penilaian beban kerja fisik dan beban kerja mental,

pengertian kelelahan,

pengukuran dan mengatasi kelelahan.

2. Daftar Materi Pembahasan

2.1. Pengertian Beban Kerja

2.2. Penilaian Beban Kerja Fisik dan Beban Kerja Mental

2.3. Pengertian Kelelahan

2.4. Pengukuran dan Mengatasi Kelelahan

3. Pembahasan

2.1. Pengertian Beban Kerja

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas kerja sehari-hari.

Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh barat tubuh,

memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan.

Pekerjaan disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan

prestasi. Di pihak lain , dengan pekerjaan berarti tubuh akan menerima beban dari luar

tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang

bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun beban mental.

Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja diterima oleh seseorang harus sesuai

atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun

keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Menurut Suma’mur (1984)

bahwa kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya

Analisa & Perancangan Kerja

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 131

Page 134: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

dan sangat tergantung dari tingkatan keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi,

jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dari pekerjaan yang bersangkutan.

Beban kerja oleh karena faktor eksternal

Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh

pekerja. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task) itu sendiri, organisasi

dan lingkungan kerja, ketiga aspek ini sering disebut sebagai stressor.

- Tugas-tugas yang dilakukan baik yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, sikap

kerja, beban yang diangkat-angkut, peralatan , sarana informasi dll. Sedangkan

tugas-tugas yang bersifat mental , seperti tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung

jawab terhadap pekerjaan , dll.

- Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja, seperti lamanya waktu

kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, model struktur organisasi,

sistem pelimpahan tugas dan wewenang , dll.

- Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja

adalah ; * lingkungan kerja fisik, seperti intensitas penerangan, kebisingan,

temperatur ruangan, getaran , dll. * lingkungan kerja kimiawi, seperti debu, gas-

gas pencemar udara, uap logam, dll. * lingkungan kerja biologis, seperti bakteri,

virus, jamur, parasit dll. * lingkungan kerja psikologis, seperti pemilihan dan

penempatan tenaga kerja, hubungan antara pekerja dengan pekerja, atasan dan

bawahan, dll.

Beban kerja oleh karena faktor internal

Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri

sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal

sebagai strain . Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun

subjektif. Penilaian secara objektif , yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan

penilaian subjektif dapat dilakukan secara subjektif berkaitan erat dengan harapan,

keinginan, kepuasan dll. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi ; faktor somatis (

jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi ) , faktor psikis (

motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan dll. ).

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 132

Page 135: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

2.2. Penilaian Beban Kerja Fisik dan Beban Kerja Mental

A. Beban Kerja Fisik

Menurut Astrand & Rodahl (1977) bahwa penilaian beban kerja fisik dapat

dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan

metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi

yang dikeluarkan melalui asupan oksigen selama bekerja. Meskipun metode dengan

menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu

kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal. Sedangkan metode

pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama kerja.

Kemudian Konz (1996) mengemukakan bahwa denyut jantung adalah suatu alat

estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan emosi. Katagori berat,

ringan nya beban kerja didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut

jantung.

Tabel 1. Katagori Beban Kerja

Katagori beban kerja Konsumsi oksigen (l/min)

Vestilasi paru

(l/min)

Suhu rektal ( ˚ C )

Denyut jantung

(denyut/min)

Ringan Sedang Berat Sangat berat Sangat berat

sekali

0,5 – 1,0 1,0 – 1,5 1,5 – 2,0 2,0 – 2,5 2,5 – 4,0

11 – 20 20 – 31 31 – 43 43 – 56 60 – 100

37,5 37,5 – 38,0 38,0 – 38,5 38,5 – 39,0 > 39

75 – 100 100 – 125 125 – 150 150 – 175 > 175

Sumber : Chris tensen (1996 ) Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan

untuk penentuan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas

pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 133

Page 136: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Semakin berat beban kerja maka semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja

tampa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.

Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakan otot adalah kebutuhan akan

oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembekaran zat dalam menghasilkan

energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan oleh tubuh untuk bekerja

merupakan salah satu indikator pembebanan selama bekerja. Dengan demikian setiap

aktivitas pekerjaan memerlukan energi yang dihasilkan dari proses pembakaran.

Semakin berat pekerjaan yang dilakukan maka akan semakin besar pula energi yang

dikeluarkan. Berdasarkan hal tersebut maka besarnya jumlah kebutuhan kalori dapat

digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan berat – ringannya beban kerja.

Berkaitan hal tersebut , menurut Kepmennaker (1999), menetapkan kategori beban

kerja menurut kebutuhan kalori sebagai berikut :

Beban kerja ringan : 100 – 200 kilo kalori / jam

Beban kerja sedang : > 200 – 350 kilo kalori / jam

Beban kerja berat : > 350 – 500 kilo kalori / jam

Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara tidak

langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. . Komsumsi energi diukur dalam

satuan Watt, 1 Watt = 1 Joule/detik, untuk konversi satuan energi setiap kebutuhan 1

liter oksigen akan memberikan 4,8 kilo kalori energi yang setara dengan 20 KJ. Dalam

satuan SI didapat 1 kilo kalori = 4,2 kilojoule (KJ).

Konsumsi energi merupakan faktor utama dan tolak ukur yang dipakai sebagai penentu

besar/ringannya kerja fisik dilaksanakan. Proses Metabolisme merupakan fasa yang

penting sebagai penghasil energi yang diperlukan untuk kerja fisik. Besarnya energi

yang dihasilkan / dikonsumsi dinyatakan dalam satuan kilo kalori(Kcal). Untuk kegiatan

dengan klasifikasi ringan (berjalan, berdiri/duduk, berpakaian) memerlukkan

tambahan kalori kerja 600-700Kcal/24 jam . Standar untuk energi Kerja 5.2 Kcal/menit

adalah energi maksimum yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan fisik sedang

secara terus-menerus.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 134

Page 137: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Tabel 2. Kebutuhan kalori perjam menurut janis aktivitas

No.

Jenis Aktivitas

Kilo Kalori/jam/kg

Berat Badan

1.

2.

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

Tidur

Duduk dalam keadaan istirahat

Membaca dengan intonasi keras

Berdiri dalam keadaan tenang

Menjahit dengan tangan

Berdiri dengan konsentrasi terhadap suatu objek

Berpakaian

Menyanyi

Menjahit dengan mesin

Mengetik

Menyetrika (berat setrika +- 2,5 kg)

Mencuci peralatan dapur

Menyapu lantai dengan kecepatan +- 38 kali permenit.

Menjilid buku

Pelatihan ringan

Jalan ringan dengan kecepatan +-3,9 km/jam

Pekerjaan kayu, logam dan pengecetan dalam industri

Pelatihan sedang

Jalan agak cepat dengan kecepatan +-5,6 km/jam

Jalan turun tangga

Pekerjaan tukang batu

Pelatihan berat

Pekerjaan kayu secara manual

Berenang

Lari dengan kecepatan +-8 km/jam

Pelatihan sangat berat

Jalan sangat cepat dengan kecepatan +-8 km/jam

Jalan naik tangga

0,98

1,43

1,50

1,50

1,59

1,63

1,69

1,74

1,93

2,00

2,06

2,06

2,41

2,43

2,43

2,86

3,43

4,14

4,28

5,20

5,71

6,43

6,86

7,14

8,14

8,57

9,28

15,80

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 135

Page 138: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Kebutuhan kalori perjam tersebut merupakan pemenuhan kebutuhan kalori terhadap

energi yang dikeluarkan akibat beban kerja utama. Sehingga masih diperlukan

tambahan kalori apabila terdapat beban kerja tambahan seperti , suhu lingkungan yang

panas dan lain-lain.

Contoh :

Seorang pekerja laki-laki dengan berat badan 65 kg, bekerja sebagai tukang batu

dibawah terik matahari. Berdasarkan data tersebut maka dapat dilakukan penaksiran

terhadap beban kerja fisik yang diterima pekerja yang bersangkutan.

Kebutuhan kalori perjam tukang batu tersebut adalah 5,71 kilo kalori /kg-BB x 65 kg-BB

= 371 kilo kalori / jam, termasuk katagori beban kerja berat. Hal tersebut belum

termasuk pertimbangan faktor tekanan panas yang dapat memberikan beban kerja

tambahan.

Menurut Grandjean (1993) bahwa kebutuhan kalori seorang pekerja selama 24 jam

sehari ditentukan oleh tiga hal :

1. Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal .

Metabolisme basal adalah konsumsi energi secara konstan pada saat istirahat

dengan perut dalam keadaan kosong, yang mana tergantung pada ukuran berat

badan dan jenis kelamin

Dimana seorang laki-laki dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme basal +- 100

kilo Joule(23,87 kilo kalori) per 24 jam kg-BB. Sedangkan seorang wanita dewasa

memerlukan kalori untuk metabolisme basal +- 98 kilo Joule(23,39 kilo kalori) per 24

jam kg-BB. Contoh seorang laki-laki dewasa dengan berat badan 60 kg akan

memerlukan kalori untuk metabolisme basal sebesar +- 6000 kilo Joule(1432 kilo

kalori) per 24 jam.

2. Kebutuhan kalori untuk kerja.

Kebutuhan kalori untuk kerja sangat ditentukan dengan jenis aktivitas kerja yang

dilakukan atau berat ringannya pekerjaan.

3. Kebutuhan kalori untuk aktivitas lain diluar jam kerja.

Rerata-rata kebutuhan kalori untuk aktivitas lain diluar jam kerja adalah +- 2400 kilo

Joule(573 kilo kalori) untuk seorang laki-laki dewasa dan sebesar +- 2000 - 2400

kilo Joule(477- 425 kilo kalori) per hari untuk wanita dewasa.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 136

Page 139: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kilo kalori yang dikonsumsi,

tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan beban statis yang diterima serta

tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan denyut nadi.

Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat digunakan untuk

menghitung indeks beban kerja. Dan salah satu cara yang sederhana untuk menghitung

denyut nadi adalah dengan merasakan denyutan pada arteri radialis dipergelangan

tangan.

Denyut nadi untuk mengistimasi indeks beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yang

didefinisikan oleh Grandjean (1993) :

1. Denyut nadi istirahat : adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai

2. Denyut nadi kerja : adalah rerata denyut nadi selama bekerja

3. Nadi kerja : adalah selisih antara Denyut nadi istirahat dan Denyut nadi kerja

B. Beban Kerja Mental

Selain beban kerja fisik , beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai. Namun

demikian penilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban kerja fisik.

Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh. Secara

fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan sehingga

kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah. Pada hal secara moral dan

tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan aktivitas fisik,

karena lebih melibatkan kerja otak ( white-collar) dari pada kerja otot( Blue-collar).

Dewasa ini aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja-pekerja kantor,

supervisor dan pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung jawab yang

lebih besar. Menurut Grandjean (1993) setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan

unsur persepsi, interpretasi dan proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh

organ sensor untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat informasi yang

lampau. Yang menjadi masalah pada manusia adalah kemampuan untuk memanggil

kembali atau mengingat informasi yang disimpan. Proses mengingat kembali ini

sebagian besar menjadi masalah bagi orang tua. Seperti kita tahu bahwa orang tua

kebanyakan mengalami penurunan daya ingat. Dengan demikian penilaian beban kerja

mental lebih tepat menggunakan penilaian terhadap tingkat ketelitian, kecepatan

maupun konstansi kerja . Sedangkan jenis pekerjaan yang lebih memerlukan

kesiapsiagaan tinggi seperti petugas air traffic controllers di Bandara udara adalah

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 137

Page 140: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

sangat berhubungan dengan pekerjaan mental yang memerlukan konsentrasi tinggi.

Semakin lama orang berkonsentrasi maka akan semakin berkurang tingkat

kesiapsiagaannya. Maka uji yang lebih tepat untuk menilai kesiapsiagaan tinggi adalah

tes ‘ waktu reaksi’ . Dimana waktu reaksi sering dapat digunakan sebagai cara untuk

menilai kemampuan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan mental.

2.3. Pengetian Kelelahan

Kelelahan bagi setiap orang lebih bersifat subjektif karena terkait dengan perasaan.

Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai dengan penurunan efisiensi dan

ketahanan dalam bekerja.

Istilah kelelahan biasanya menunjukan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu,

tetapi semuanya bermuara kepada penurunan efisiensi dan terjadinya penurunan

vitalitas dan produktivitas kerja akibat faktor pekerjaan. Kelelahan merupakan suatu pola

yang timbul pada suatu keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu . Gejala

kelelahan kerja adalah adanya perasaan lelah, penurunan kesiagaan, persepsi yang

lambat dan lemah disamping penurunan kerja fisik dan mental.

Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.

Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot (perasaan nyeri pada otot).

Sedangkan kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk

bekerjayang disebabkan karena monotoni, intensitas, lamanya kerja fisik, keadaan

lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi ( Grandjean,

1993). Byrd dan Moore (1986) menyatakan bahwa penurunan produktivitas kerja pada

pekerja terutama oleh adanya kelelahan kerja . ILO (1983) mengutarakan bahwa faktor

yang mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja adalah adanya monotoni pekerjaan ;

adanya intensitas dan durasi kerja mental dan fisik yang tidak proporsional; faktor

lingkungan kerja, cuaca dan kebisingan; faktor mental seperti tanggung jawab,

ketegangan dan adanya konflik-konflik; serta adanya penyakit-penyakit, kesakitan dan

nutrisi yang tidak memadai.

Faktor penyebab terjadinya kelelahan akibat kerja

Grandjean (1991 ) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan

di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara/ mempertahankan

kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 138

Page 141: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

out the stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode

istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran. Faktor-

faktor penyebab kelelahan digambarkan seperti pada gambar 8.1.

Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan kerja

dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan

maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan

tenaga < 20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga

otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan

berlangsung sepanjang hari. Astrand & Rodahl (1977) berpendapat bahwa kerja

dapat dipertahankan beberapa jam per hari tanpa gejala kelelahan jika tenaga yang

dikerahkan tidak melebihi 8% dari maksimum tenaga otot. Lebih lanjut Suma'mur

(1982); Grandjean (1993), juga menyatakan bahwa kerja otot statis merupakan

kerja berat (Strenous), kemudian mereka membandingkan antara kerja otot statis

dan dinamis. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis mempunyai konsumsi

energi lebih tinggi, denyut nadi meningkat dan diperlukan waktu istirahat yang

lebih lama. Waters & Bhattacharya (1996), berpendapat agak lain, bahwa kontraksi

otot baik statis maupun dinamis dapat menyebabkan kelelahan otot setempat.

Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan (Endurance time) otot

terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang

dikembangkan oleh otot sebagai suatu prosentase tenaga maksimum yang dapat

dicapai oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan

aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka

kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi. Sedangkan

Annis & McConville (1996) berpendapat bahwa saat kebutuhan metabolisme

dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga

kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan

terjadi. Kemudian mereka merekomendasikan bahwa, penggunaan energi tidak

melebihi 50% dari tenaga aerobik maksimum untuk kerja 1 jam; 40% untuk kerja 2

jam dan 33% untuk kerja 8 jam terus menerus. Nilai tersebut didesain untuk

mencegah kelelahan yang dipercaya dapat meningkatkan resiko cedera otot

pada tenaga kerja.

Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikap kerja yang bersifat

statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 139

Page 142: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi atau

dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh

anggota tubuh. Sedangkan untuk menilai tingkat kelelahan seseorang dapat

dilakukan pengukuran kelelahan secara tidak langsung baik secara objektif maupun

subjektif.

2.4. Pengukuran dan Mengatasi Kelelahan

A. Pengukuran Kelelahan

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara

langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya

hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja.

Grandjean (1993) mengelompokan metode pengukuran kelelahan dalam

beberapa kelompok, yakni :

1. Kuantitas dan Kualitas kerja yang dilakukan

Pada metode ini , kuantitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja

atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak

faktor yang harus dipertimbangkan , seperti target produsksi, prilaku dalm kerja.

Sedangkan kualitas output ( kerusakan produk, penolakan produk ) atau

frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor

tersebut bukanlah merupakan causal factor.

2. Uji Psiko-motor ( Psychomotor test )

Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor.

Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu

reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang

sampai pada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu

reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau

gayangan badan. Terjadinya perpanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk

adanya pelambatan pada proses faal syaraf dan otot. Alat ukur waktu reaksi

yang dikembangkan di Indonesia biasanya menggunakan nyala lampu dan

denting suara sebagai stimuli.

3. Uji Hilangnya Kelipatan ( Flicker fusion test )

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 140

Page 143: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Dalam kondisi yang lelah , kemaqmpuan tenaga kerja untuk melihat kelipatan

akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan

untuk jarak antara dua kelipatan. Ujia kelipatan disamping untuk mengukur

kelelahan juga menunjukan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.

Gambar 1. Alat ukur uji kelelahan

4. Perasaan kelelahan secara subjektif dengan menggunakan IFRC (Subjective Self

Rating Test - Industrial Fatique Research Committee ) dari Jepang, yang

merupakan salah satu pengukuran dengan menggunakan kuesioner, yang dapat

mengindentifikasi tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar

pertanyaan yang terdiri dari :

10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan :

1). Persaan berat dikepala

2). Lelah seluruh badan

3). Berat di kaki

4). Menguap

5). Pikiran kacau

6). Mengantuk

7). Ada beban pada mata

8). Gerakan cangkung dan kaku

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 141

Page 144: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

9). Berdiri tidak stabil

10). Ingin berbaring

10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi :

11). Susah berfikir

12). Lelah untuk bicara

13). Gugup

14). Tidak terkonsentrasi

15). Sulit memusatkan perhatian

16). Mudah lupa

17). Kepercayaan diri berkurang

18). Merasa cemas

19). Sulit mengontrol sikap

20). Tidak tekun dalam pekerjaan

10 pertanyaan tentang gambaran pelemahan fisik :

21). Sakit dikepala

22). Kaku dibahu

23). Nyeri dipunggung

24). Sesak nafas

25). Haus

26). Suara serak

27). Merasa pening

28). Spasme dikelopak mata

29). Tremor pada anggota badan

30). Merasa kurang sehat

B. Mengatasi Kelelahan

Kelelahan disebabkan oleh banyak faktor yang sangat kompleks dan saling

mengkait antara faktor yang satu dengan yang lain. Yang penting adalah bagai mana

menangani setiap kelelahan yang muncul agar tidak menjadi kronis. Agar dapat

menangani kelelahan dengan tepat, maka harus diketahui apa yang menjadi penyebab

terjadinya kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan agar tidak

menimbulkan resiko yang lebih parah, seperti gambar dibawah ini.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 142

Page 145: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Gambar 2. Bagan penyebab dan mengatasi kelelahan

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa kelelahan biasanya terjadi pada

akhir jam kerja yang disebabkan karena berbagai faktor, seperti monotoni, kerja otot

statis, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan anthropometri pemakainya,

stasiun kerja yang tidak ergonomis, sikap paksa dan pengaturan waktu kerja –istirahat

yang tidak tepat.

Dibawah ini contoh kasus ,

Didapat dari kuisioner yang diisi pekerja untuk meindetifikasi keluhan subjektif.

Observasi gerakan operator yang membuat terjadi kelelahan disaat kerja.

PENYEBAB KELELAHAN 1. Aktivitas kerja fisik 2. Aktivitas kerja mental 3. Stasiun kerja tidak ergonomis 4. Sikap paksa 5. Kerja statis 6. Kerja bersifat monotoni 7. Lingkungan kerja ekstrim 8. Psikologis 9. Kebutuhan kalori kurang 10. Waktu kerja – istirahat tidak tepat

11. Dan lain-lain

CARA MENGATASI 1. Sesuai kapasitas kerja fisik 2. Sesuai kapasitas kerja mental 3. Redesain stasiun kerja 4. Sikap kerja alami 5. Keja lebih dinamis 6. Keja lebih bervariasi 7. Redesain lingkungan kerja 8. Reorganisasi kerja 9. Kebutuhan kalori setimbang 10. Istirahan setiap dua jam kerja

dengan kudapan/penganan 11. Dan lain-lain

RESIKO 1. Motivasi kerja turun 2. Performansi rendah 3. Kualitas kerja rendah 4. Banyak terjadi kesalahan 5. Stress akibat kerja 6. Penyakit akibat kerja 7. Cidera 8. Terjadi kecelakaan akibat kerja 9. Dan lain-lain

MANAJEMEN PENGAENDALIAN 1. Tindakan preventif melalui pendekatan

inovatif dan partisipatoris 2. Tindakan kuratif 3. Tindakan rehabilitatif 4. Jaminan masa tua

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 143

Page 146: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Gambar 3. Observasi gerakan operator yang membuat rasa nyeri pada bahu

dan pinggang

Dalam pengisian checklist ini diharapkan memberikan tanda check ( )

terhadap setiap bagian tubuh, dimana ada empat pilihan keluhan yang dirasakan

dan skor yang diberikan dari tingkat keluhan yang ringan sampai keluhan yang berat.

Keempat pilihan tersebut adalah :

a. Tidak ada keluhan (dengan Skor 0), hal ini apabila pekerja tidak merasakan

keluhan yang berarti terhadap bagian tubuh.

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 144

Page 147: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

b. Rasa kesemutan (dengan skor 1), hal ini bila pekerja hanya merasakan rasa

nyeri sesekali saja.

c. Rasa Pegal (dengan skor 2), hal ini bila pekerja sering merasakan rasa nyeri

terhadap bagian tubuh mereka.

d. Rasa sakit (dengan skor 3), hal ini bila pekerja mengalami rasa pegal dan nyeri

yang lama (masih dirasakan walaupun pekerjaan sudah selesai / sudah sampai

dirumah).

Hasil pengambilan data dengan checklist terhadap keluhan yang dirasakan

pekerja secara lengkap dapat dilihat dibawah ini. Dan untuk mempermudah

membaca data yang diperoleh, maka data disajikan dalam bentuk tabel matriks

keluhan berikut ini :

Tabel 3. Hasil observasi dengan checklist keluhan pekerja

No. Bagian Tubuh

Tidak ada Kesemutan Pegal Sakit

1 Leher - 6 3 -

2 Bahu - - 6 3

3 Lengan - - - 9

4 Punggung - 2 7 -

5 Pinggang - - - 9

6 Pantat - 6 3 -

7 Siku - - 9 -

8 Tangan - - 4 5

9 Paha - 7 2 -

10 Lutut - 7 2 -

11 Kaki (Betis) - - 3 6

12 Pergelangan kaki - 3 6 -

Jumlah Keluhan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 145

Page 148: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Tabel 4. Prosentase keluhan pekerja

Gambar 4. Diagram Pareto Keluhan bagian tubuh pekerja

12.4% 12.4% 11.1% 10.6%

9.7%

8.3% 7.4%

6.9%

5.5% 5.5% 5.1% 5.1%

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

14.0%

Pro

sen

tase

Bagian Tubuh

Pareto Diagram Keluhan Pekerja

No. Bagian Tubuh

Tidak ada Kesemutan Pegal Sakit

1 Leher - 6 6 - 12 5.5%

2 Bahu - - 12 9 21 9.7%

3 Lengan - - - 27 27 12.4%

4 Punggung - 2 14 - 16 7.4%

5 Pinggang - - - 27 27 12.4%

6 Pantat - 6 6 - 12 5.5%

7 Siku - - 18 - 18 8.3%

8 Tangan - - 8 15 23 10.6%

9 Paha - 7 4 - 11 5.1%

10 Lutut - 7 4 - 11 5.1%

11 Kaki (Betis) - - 6 18 24 11.1%

12 Pergelangan kaki - 3 12 - 15 6.9%

217 100.0%

Catatan : - Tidak ada keluhan : Skor 0 ; Rasa Kesemutan : Skor 1

- Rasa Pegal : Skor 2 ; Rasa sakit : skor 3

Jumlah Keluhan x SkorTotal

Prosentase

(%)

Total

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 146

Page 149: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Berdasarkan tabel 4. tersebut, dapat dibuat suatu grafik pareto yang berfungsi untuk

menggambarkan masalah yang diurutkan menurut keluhan yang paling banyak

dirasakan oleh pekerja. Berdasarkan diagram pareto (lihat gambar 3. ), keluhan yang

paling banyak dirasakan oleh pekerja adalah rasa sakit di bagian lengan, pinggang,

betis, tangan dan bahu.

Untuk memberikan gambaran yang nyata tentang keluhan yang dirasakan oleh

packer dapat dilihat pada gambar 3. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa cara

kerja packer dalam meletakkan dos ke konveyor kurang baik karena harus

membungkuk sehingga kondisi kerja seperti itu kurang memberikan rasa nyaman

pekerja.

Buku Acuan :

1. Barnes R. M, “ Motion and Time Study - Design and Measurement of Work “ ,

John Wiley & Sons .Inc, New York.

2. Kazarian E. A. “ Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and

Institutions “ , Avi Publishing Company, Inc. Westport , Connecticut ,

Michigan.

3. Eko Nurmianto ,” Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya “, ITSN ,

Surabaya.

4. Wignjosoebroto Sritomo, “ Ergonomi “ Studi Gerak dan Waktu “ ITSN ,

Surabaya.

5. Tarwaka, Solichul, Lilik S ,” Ergonomi ” untuk keselamatan, kesehatan kerja

dan produktivitas

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 147

Page 150: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 148

Page 151: BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJAlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-19-1-pengerti... · Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar analisa perancangan

Buku Ajar pengertian analisis dan pengukuran kerja

Program Studi Teknik Industri UWP 149