Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

1016

Click here to load reader

description

 

Transcript of Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

Page 1: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

i

INSPEKTORAT JENDERALDEPARTEMEN LUAR NEGERI

JAKARTA2007

HIMPUNAN PERATURANPERLENGKAPAN

UMUM

BUKU 3

Page 2: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

ii

Page 3: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

iiiKATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Sesuai Peraturan Menteri Luar Negeri Republik IndonesiaNomor 02/A/OT/VIII/2005/01 tentang Organisasi dan Tata KerjaDepartemen Luar Negeri, Inspektorat Jenderal melaksanakan tugaspengawasan dilingkungan Deplu.

Dengan semangat benah diri, dapat diaktualisasikanPenyusunan Himpunan Peraturan Keuangan dan Non Keuangan,dimaksudkan sebagai dasar rujukan/pedoman untuk melaksanakantugas tersebut.

Semoga bermanfaat, tingkatkan profesionalisme kerjapengawasan yang berkualitas, konsisten dan dapatdipertanggungjawabkan.

Jakarta, 30 April 2007

INSPEKTUR JENDERAL

DIENNE H. MOEHARIO

Page 4: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

iv KATA PENGANTAR

Page 5: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

v

HAL

Kata Pengantar ............................................................ iii

Daftar Isi .................................................................... v

XIX. BARANG MILIK / KEKAYAAN NEGARA

1. Peraturan Pemerintah RI No. 40 Tahun 1994,9 Desember 1994 tentang Rumah Negara ........... 3

2. Peraturan Pemerintah RI No. 31 Tahun 2005,20 Juli 2005 tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah No. 40 Tahun 1994 tentangRumah Negara ................................................... 17

3. Keputusan Menteri Luar Negeri No. 3278/BU/X/81/01, 22 Oktober 1981 tentang RumahDinas Departemen Luar Negeri ............................ 31

4. Keputusan Menteri Luar Negeri SK. 19A/BA/III/87/01, 13 Maret 1987 Tentang PenghunianRumah-Rumah Dinas .......................................... 39

5. Keputusan Menteri Luar Negeri No. 097/BU/XII/88/01, 8 Desember 1988 TentangPenyempurnaan Keputusan Menteri Luar NegeriNo. 19A/BU/III/87/01 Tentang PenghunianRumah-Rumah Dinas .......................................... 44

6. Keputusan Menteri Luar Negeri No. SK. 092/PL/V/2001/01, 22 Mei 2001 Tentang PerubahanAtas Keputusan Menteri Luar Negeri No. 112/PL/VIII/98/01 Tentang Penentuan StatusRumah-Rumah Negeri di Lingkungan DepartemenLuar Negeri ......................................................... 49

DAFTAR ISIBIDANG PERLENGKAPAN UMUM

DAFTAR ISI

Page 6: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

vi DAFTAR ISI

7. Surat Menteri Permukiman dan Prasarana WilayahNo. HK. 02-03-DM/80, 19 Februari 2001tentang Ralat Surat Keputusan Menteri LuarNegeri No. 112/PL/VIII/98/01 TentangPenentuan Status Rumah-Rumah Negeri diLingkungan Departemen Luar Negeri .................... 53

8. Surat Edaran Sekjen No. 110/PL/II/2001/02tentang Penarikan Kembali Usulan Alis StatusRumah Negara Golongan II menjadiGolongan III ....................................................... 54

XX. PENGADAAN BARANG DAN JASA

1. Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003,3 November 2003 tentang PedomanPelaksanaan Pengadaan Barang/JasaPemerintah ......................................................... 57

2. Keputusan Presiden RI No. 61 Tahun 2004,5 Agustus 2004 Tentang Perubahan AtasKeputusan Presiden RI 80/2003 TentangPedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/JasaPemerintah ......................................................... 110

3. Peraturan Presiden RI No. 32 Tahun 2005,20 April 2005 tentang Perubahan Kedua AtasKeputusan Presiden RI 80/2003 TentangPedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/JasaPemerintah ......................................................... 115

4. Peraturan Presiden RI No. 70 Tahun 2005,15 November 2005 Tentang Perubahan KetigaAtas Keputusan Presiden RI 80/2003 TentangPedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/JasaPemerintah ......................................................... 121

5. Peraturan Presiden RI No. 8 Tahun 2006,20 Maret 2006 Tentang Perubahan KeempatAtas Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang

Page 7: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

viiDAFTAR ISI

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/JasaPemerintah ......................................................... 135

6. Peraturan Presiden RI No. 79 Tahun 2006,8 September 2006 Tentang Perubahan KelimaAtas Keputusan Presiden RI 80/2003 TentangPedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/JasaPemerintah ......................................................... 167

7. Peraturan Presiden RI No. 85 Tahun 2006,6 Oktober 2006 Tentang Perubahan KeenamAtas Keputusan Presiden RI 80/2003 TentangPedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/JasaPemerintah ......................................................... 177

8. Keputusan Menteri Luar Negeri SK. 121/PI/VII/2000/01, 23 Agustus 2000 tentang PetunjukPengadaan Barang/Jasa di LingkunganDepartemen Luar Negeri ..................................... 186

XXI. PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAANBARANG MILIK / KEKAYAAN NEGARA

1. Peraturan Pemerintah RI No. 6 Tahun 2006,14 Maret 2006 Tentang Pengelolaan Barang MilikNegara/Daerah ................................................... 209

2. Keputusan Menteri Luar Negeri SK. 016/A/PI/XII/2004, 31 Desember 2004 TentangPetunjuk Pelaksanaan Penatausahaan danInventarisasi Barang-Barang Milik/KekayaanNegara Di Lingkungan Deplu dan Perwakilan RIdi Luar Negeri (Buku Tersendiri) ........................... 298

3. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 18/KMK.018/1999 Tentang Klasifikasi Dan KodefikasiBarang Inventaris Milik/Kekayaan Negara(Buku Tersendiri) ................................................ 302

4. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 01/KM.12/2001, 18 Mei 2001 Tentang Pedoman Kapitalisasi

Page 8: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

viii DAFTAR ISI

Barang Milik/Kekayaan Negara Dalam SistemAkuntansi Pemerintah .......................................... 305

5. Instruksi Menlu No. 032/OR/IV/85/02, 9 April 1985Tentang Pedoman Pelaksanaan Trade-InKendaraan Dinas Perwakilan RI Di Luar Negeri ...... 315

6. Buku Pedoman Biro Perlengkapan, Februari 1997Tentang Pedoman Pengelolaan Kendaraan DinasPada Perwakilan RI Di Luar Negeri ........................ 318

7. Surat Edaran Sekjen No. 0154/PI/VI/91/14,11 Juni 1991 Tentang Berita Acara Serah Terima(BAST) Barang Inventaris Wisma ........................ 350

XXII. PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG / MILIK KEKAYAAN NEGARA

1. Keputusan Presiden RI No. 5 Tahun 1983Tentang Penghapusan Penyediaan KendaraanDinas Perorangan................................................ 355

2. Keputusan Menteri Keuangan No. 470/KMK.01/1994, 20 September 1994 Tentang Tata CaraPenghapusan Dan Pemanfaatan Barang Milik/Kekayaan Negara (Buku Tersendiri) ..................... 359

3. SE Direktorat Jenderal Anggaran No. 144Tahun 2002, 27 Agustus 2002 Tentang PetunjukTeknis Tata Cara Pelaksanaan PenghapusanBarang Inventaris Milik Negara di LingkunganDepartemen/Lembaga ........................................ 362

4. SE Direktorat Jenderal Anggaran No. 187/MK.2/2003, 23 September Tentang PenghapusanKendaraan .......................................................... 366

5. Keputusan Menteri Luar Negeri No. SK. 04/A/PI/V/2004/01, 18 Mei 2004 Tentang PetunjukPelaksanaan Penghapusan dan Pemanfaatan

Page 9: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

ixDAFTAR ISI

Barang Milik/Kekayaan Negara Pada Deplu danPerwakilan RI di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ....... 369

XXIII. LAIN – LAIN

1. Instruksi Menlu No. 021/OR/III/85/02,2 Maret 1985 Tentang Larangan Bagi PerwakilanRI di Luar Negeri Membeli Barang-BarangMilik Pribadi ......................................................... 375

XXIV. TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

1. Peraturan Presiden RI No. 9 Tahun 2005,31 Januari 2005 Tentang Kedudukan Tugas danFungsi Wewenang Organisasi Dan Tata KerjaKementerian Negara Republik Indonesia ............... 379

2. Peraturan Presiden RI No. 62 Tahun 2005,14 Oktober 2005 Tentang Perubahan AtasPeraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, SusunanOrganisasi, Dan Tata Kerja Kementerian NegaraRepublik Indonesia .............................................. 430

3. Peraturan Presiden RI No. 10 Tahun 2005,31 Januari 2005 Tentang Unit Organisasi DanTugas Eselon I Kementerian NegaraRepublik Indonesia .............................................. 444

4. Peraturan Presiden RI No. 15 Tahun 2005,7 Februari 2005 Tentang Perubahan AtasPeraturan Presiden No. 10 Tahun 2005 TentangUnit Organisasi dan Tugas Eselon I KementerianNegara Republik Indonesia ................................... 491

5. Peraturan Presiden RI No. 63 Tahun 2005,14 Oktober 2005 Tentang Perubahan Kedua AtasPeraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005Tentang Unit Organisasi Dan Tugas Eselon IKementerian Negara Republik Indonesia ............... 494

Page 10: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

x DAFTAR ISI

6. Peraturan Presiden RI No. 66 Tahun 2006,8 Juni 2006 Tentang Perubahan Keempat AtasPeraturan Presiden No. 10 Tahun 2005Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon IKementerian Negara RI ....................................... 501

7. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.02/A/OT/VIII/2005/01 Tentang Organisasi dan TataKerja Departemen Luar Negeri(Buku Tersendiri). ............................................... 506

8. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.01/A/OT/I/2006/01 Tentang Perubahan Atas PeraturanMenteri Luar Negeri No. 02/A/OT/VIII/2005/01Tentang Organisasi Dan Tata Kerja DepartemenLuar Negeri ......................................................... 508

XXV. TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN RI

1. Undang-Undang RI No. 37 Tahun 1999 TentangHubungan Luar Negeri ......................................... 517

2. Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2000,23 Agustus 2000 Tentang PerjanjianInternasional....................................................... 546

3. Keputusan Presiden RI No. 108 Tahun 2003,31 Desember 2003 Tentang OrganisasiPerwakilan RI Di Luar Negeri ................................ 569

4. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 06/A/OT/VI/2004/01 Tentang Organisasi Dan TataKerja Perwakilan RI Di Luar Negeri(Buku Tersendiri) ................................................ 585

5. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 09/OR/I/91/01, 4 Januari 1991 Tentang PedomanUmum Pengangkatan dan Tata Kerja KonsulKehormatan ....................................................... 624

Page 11: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

xiDAFTAR ISI

6. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 012/OR/III/88/01, 4 Maret 1988 Tentang PenugasanKhusus Kepala Perwakilan RI Di Luar NegeriUntuk Peningkatan Kegiatan Promosi Investasi ..... 638

7. SKB Menlu Dan Menteri Muda Urusan PeningkatanProduksi Dalam Koordinasi Penanaman ModalNo. SKB.042/INV/V/85/01 Dan No. 12/SK/1985,25 Mei 1985 Tentang Penugasan Khusus KepalaPerwakilan RI Di Luar Negeri Untuk PeningkatanKegiatan Promosi Investasi .................................. 640

XXVI. PELAPORAN

1. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 101/BU/I/80/01, 15 Januari 1980 Tentang PedomanPembuatan dan Penyampaian Laporan PerwakilanRI di Luar Negeri ................................................. 653

2. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 016/OR/III/88/02, 15 Maret 1988 TentangPedoman Pembuatan dan Penyampaian LaporanPerwakilan RI di Luar Negeri ................................. 667

3. Faks. Sekjen NO. BB-0474/DEPLU/II/04,20 Februari 2003 Tentang Laporan AnalisaTahunan ............................................................. 670

4. Faks. Sekjen No. BB-0363/DEPLU/II/05,4 Februari 2005 Tentang Penyusunan LaporanAnalisa Tahunan Perwakilan RI Di Luar Negeri ........ 673

5. Nota Dinas No. 0025/OT/II/2005/18/02Tentang Penyusunan Laporan Analisis TahunanPerwakilan RI Di Luar Negeri ................................ 675

6. Instruksi Menlu No. SK. 041/OR/V/88/02,04 Mei 1988 Tentang Memorandum Akhir TugasPada Perwakilan RI Di Luar Negeri ........................ 677

Page 12: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

xii DAFTAR ISI

7. Surat Sekjen No. 097/OR/III/02, 20 Maret 1985Tentang BentuK Serah Terima Jabatan ................ 680

8. Kawat Sekjen No. 791282, 1 April 1976Tentang Memorandum Pengakhiran JabatanKepala Perwakilan RI di Luar Negeri ...................... 683

9. Nota Edaran No. 1457/KEPEG/1979,6 Oktober 1979 Tentang :Tata Cara Pelaksanaan Tetap :a. Memorandum Serah Terimab. De-Briefing Pegawai Yang Kembalic. Makalah / Paper Bagi Pegawai Yang Akan

Ditempatkan .................................................. 686

XXVII. SAKIP

1. Instruksi Presiden RI No. 7 Tahun 1999,15 Juni 1999 Tentang Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah ............................................ 691

2. Keputusan LAN No. 239/IX/6/8/2003 TentangPerbaikan Pedoman Penyusunan LAKIP(Buku Tersendiri) ................................................ 699

3. Keputusan Menteri PAN No. Kep/135/M.PAN/9/2004, 15 September 2004 Tentang PedomanUmum Evaluasi LAKIP (Buku Tersendiri) ............... 703

4. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.03/A/OT/2002/02, 31 Desember 2002 TentangPedoman umum Implementasi Sistem AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) DepartemenLuar Negeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri ........ 707

5. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 05/A/OT/IV/2004/02, 30 April 2004 Tentang PerubahanAtas Lampiran Keputusan Menteri Luar Negeri RINo. SK. 03/A/OT/XII/2002/02 Tentang PedomanUmum Implementasi Sistem Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah (SAKIP) Departemen Luar

Page 13: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

xiiiDAFTAR ISI

Negeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri(Buku Tersendiri) ................................................ 711

XXVIII. PENGAWASAN MELEKAT

1. Instruksi Presiden RI No. 15 Tahun 1983,4 Oktober 1983 Tentang PedomanPelaksanaan Pengawasan .................................... 717

2. Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1989,20 Maret 1989 Tentang Pedoman PelaksanaanPengawasan Melekat (Buku Tersendiri) ................. 731

3. Keputusan Menteri PAN No. Kep/46/M.PAN/4/2004, 26 April 2004 Tentang PetunjukPelaksanaan Pengawasan Melekat DalamPenyelenggaraan Pemerintahan(Buku Tersendiri) ................................................ 734

4. Keputusan Menteri PAN No. Kep/118/M.PAN/8/2004, 31 Agustus 2004 Tentang PedomanUmum Penanganan Pengaduan MasyarakatBagi Instansi Pemerintah (Buku Tersendiri) ........... 737

5. Keputusan Menteri PAN No. 25/KEP/M.PAN/4/2002, 25 April 2002 Tentang PedomanPengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara(Buku Tersendiri) ................................................ 740

6. Kawat Irjen No. 050831, 16 Februari 2005Tentang Penghentian Pungutan Tidak Syah/ResmiBerkaitan Dengan Pelayanan Keimigrasian danKekonsuleran ...................................................... 744

XXIX. PEMBERANTASAN KKN

1. Undang-Undang RI No. 28 Tahun 1999,19 Mei 1999 Tentang Penyelenggaraan NegaraYang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi danNepotisme .......................................................... 747

Page 14: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

xiv DAFTAR ISI

2. Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999,16 Agustus 1999 Tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi ......................................... 770

3. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001,21 Nopember 2001 Tentang Perubahan AtasUndang-Undang No. 31 Tahun 1999Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi .... 786

XXX. KEIMIGRASIAN / KEKONSULERAN

1. UU No. 1 Tahun 1982 Tentang PengesahanKonvensi WNA Tentang Hubungan Diplomatikdan Konsuler....................................................... 811

2. Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2005,10 Juni 2005 Tentang Pemeriksaan PenerimaanNegara Bukan Pajak............................................ 818

3. Keputusan Presiden RI No. 18 Tahun 2003Tentang bebas Visa Kunjungan Singkat ................ 838

4. Keputusan Presiden RI No. 103 Tahun 2003Tentang Perubahan Atas Keputusan PresidenNomor 18 Tahun 2003 Tentang bebas VisaKunjungan Singkat .............................................. 842

5. SK. Menlu No. SK. 089/PK/V/95/01, 23 Mei 1995Tentang Pemberian, Perubahan Isi dan PencabutanPaspor Diplomatik, Paspor Dinas dan SuratPerjalanan Laksana Paspor Dinas RI ..................... 846

6. PL-2006/073002 Tentang Penggunaan Visa Stiker . 852

7. Dirpenlugri No. PL-6342/120890, 12 Agustus 1990Tentang Permohonan Visa Kunjungan Jurnalistik/Shooting Film ...................................................... 853

Page 15: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

xvDAFTAR ISI

XXXI. KEARSIPAN

1. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1971 TentangKetentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan ................. 857

2. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1979Tentang Penyusutan Arsip ................................... 868

3. Peraturan Menteri Luar Negeri RI No. SK.01/A/OT/I/2005/02, 27 Januari 2005 Tentang PedomanTata Kearsipan Departemen Luar Negeri DanPerwakilan RI di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ....... 875

4. Peraturan Menteri Luar Negeri RI No. 03/A/OT/I/2006 Tentang Perubahan Atas LampiranSK. 01/A/OT/I/2005/02 Tentang Pedoman TataKearsipan Departemen Luar Negeri danPerwakilan RI di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ....... 879

5. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 02/A/OT/II/2004/02, 16 Februari 2004 TentangPedoman Tata Naskah Dinas Departemen LuarNegeri dan Perwakilan RI Di Luar Negeri(Buku Tersendiri) ................................................ 903

6. Peraturan Menteri Luar Negeri RI No. 04/A/OT/I/2006/02 Tentang Perubahan Atas LampiranSK. 02/A/OT/II/2004/02 Tentang Pedoman TataNaskah Dinas Departemen Luar Negeri danPerwakilan RI Di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ...... 907

7. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.03/A/OT/V/2004/01, 14 Mei 2004 Tentang PedomanTeknis Penyusutan dan Jadual Retensi ArsipDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RIdi Luar Negeri (Buku Tersendiri) ........................... 917

8. Nota Dinas BADP No. 0002/OT/I/2006/17,6 Januari 2006 Tentang Kode Penomoran Surat-Surat Dinas Di Lingkungan Deplu .......................... 921

Page 16: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

xvi DAFTAR ISI

9. Dirpenlugri KR No. 913477, 12 September 1990Tentang Bulletin / Terbitan Perwakilan ................... 926

10. Dirpenlugri KR No. 903589, 12 September 1990Tentang Data-Data Penerangan Setempat ........... 928

11. Dirpenlugri No. 914664, 13 September 1991Tentang Klipping Pers .......................................... 930

XXX. LAIN – LAIN

1. Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2001,6 Agustus 2001 Tentang Yayasan ........................ 933

2. Kep. Bersama Menlu dan MendikbudNo. SKB-191/81/01 dan No. 051/U/1981 TentangPedoman Penyelenggaraan Sekolah Indonesiadi Luar Negeri ..................................................... 959

3. SK. Bersama Menlu dan MemperindagNo. SKB 016/OR/VII/82/01 dan No. 246/KPB/VII/82/01, 29 Juli 1982 Tentang Organisasi danTata Kerja Pusat Promosi PerdaganganIndonesia Pada Perwakilan RI di Luar Negeri ......... 971

4. KEP Bersama Menlu dan Mendikbud No. SKB-062/OR/VI/86/01 dan No. 0419A/V/1986, 18 Juli 1986Tentang Penyerahan Museum Konferensi AsiaAfrika dan Pusat Penelitian Serta PengkajianMasalah Asia Afrika dan Negara-NegaraBerkembang dari Departemen Pendidikan danKebudayaan ke Departemen Lurah Negeri ............ 979

5. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 094/PK/XI/85/02, 20 Nopember 1985 Tentang TataCara Pelaksanaan Dan Tertib Kawat MengawatPada Perwakilan .................................................. 983

6. Surat Menlu No. 2522/76/06, 1 April 1976Tentang Pedoman Umum PengamananPerwakilan RI di Luar Negeri ................................. 993

Page 17: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

xvii

7. Dirjen Bina Bantuan Sosial Departemen SosialNo. 489/UM/BBS/ 1986, 7 Januari 1986 TentangProsedur Penggantian Biaya PemulanganWNI Yang Terlantar di Luar Negeri ....................... 995

8. Dirhubsosbud No. 910324, 31 Januari 1991Tentang Perutusan Kesenian Indonesia YangBerangkat Ke Luar Negeri .................................... 998

DAFTAR ISI

Page 18: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

xviii

Page 19: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

1

XIX

BARANG MILIK/KEKAYAANNEGARA

Page 20: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

2

Page 21: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

3

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 40 TAHUN 1994

TENTANG

RUMAH NEGARA

Presiden Republik Indonesia

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentangPerumahan dan Permukiman, perlupengaturan mengenai pengadaan,penghunian, pengelolaan dan pengalihanstatus dan hak atas rumah yang dikuasaiNegara;

b. bahwa sehubungan dengan hak tersebut,dipandang perlu mengatur rumah yangdikuasai Negara dengan PeraturanPemerintah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 72 Tahun 1957tentang Penetapan Undang-undang DaruratNomor 19 Tahun 1955 tentang PenjualanRumah-rumah Negeri kepada Pegawai Negerisebagai Undang-undang (Lembaran NegaraTahun 1957 Nomor 158);

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentangPeraturan Dasar Pokok-pokok Agraria(Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);

4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974tentang Pokok-pokok Kepegawaian

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 22: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

4

(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

5. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985tentang Rumah Susun (Lembaran NegaraTahun 1985 Nomor 75, Tambahan lembaranNegara Nomor 3318);

6. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentangPerumahan dan Permukiman (LembaranNegara Tahun 1992 Nomor 23, TambahanLembaran Negara Nomor 3469);

7. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992tentang Penataan Ruang (Lembaran NegaraTahun 1992 Nomor 115, Tambahan LembaranNegara Nomor 3501);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIKINDONESIA TENTANG RUMAH NEGARA.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :

1. Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara danberfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan saranapembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas Pejabatdan/atau Pegawai Negeri;

2. Pegawai Negeri adalah pegawai sebagaimana dimaksud dalamUndang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokokKepegawaian;

3. Pejabat adalah pejabat negara atau pejabat pemerintah yangdiangkat untuk menduduki jabatan tertentu;

4. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidangpekerjaan umum;

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 23: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

5

5. Rumah Negara Golongan I adalah Rumah Negara yangdipergunakan bagi pemegang jabatan tertentu dan karena sifatjabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut, sertahak penghuniannya terbatas selama pejabat yang bersangkutanmasih memegang jabatan tertentu tersebut;

6. Rumah Negara Golongan II adalah Rumah Negara yangmempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari suatuinstansi dan hanya disediakan untuk didiami oleh Pegawai Negeridan apabila telah berhenti atau pensiun rumah dikembalikankepada Negara;

7. Rumah Negara Golongan III adalah Rumah Negara yang tidaktermasuk Golongan I dan Golongan II yang dapat dijual kepadapenghuninya;

Pasal 2Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah ini meliputi pengadaan,penghunian, pengelolaan dan pengalihan status dan hak atas RumahNegara.

BAB II

TUJUAN

Pasal 3

Pengaturan Rumah Negara bertujuan untuk mewujudkan ketertibanpengadan, penghunian, pengelolaan, dan pengalihan status danhak atas Rumah negara.

BAB IIIPENGADAAN

Pasal 4(1) Pengadaan Rumah Negara dapat dilakukan dengan cara

pembangunan, pembelian, tukar menukar, tukar bangunatau hibah.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 24: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

6

(2) Pelaksanaan pengadaan Rumah Negara sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 5

(1) Pembangunan Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 diselenggarakan berdasarkan tipe dan kelas bangunan,pangkat dan golongan Pegawai Negeri pada suatu lokasi tertentudi atas tanah yang sudah jelas status haknya.

(2) Pembangunan Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalamayat (1) diselenggarakan secara bertahap sesuai dengankemampuan keuangan negara.

(3) Pelaksanaan pembangunan Rumah Negara sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 6

(1) Pelaksanaan pengadaan Rumah Negara dengan cara pembelian,tukar menukar, tukar bangun atau hibah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 dapat dilakukan secara langsung denganmasyarakat atau badan usaha.

(2) Pengadaan Rumah Negara dengan cara tukar menukar atautukar bangun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diaturdengan Keputusan Presiden.

BAB IVPENGHUNIAN

Pasal 7Penghunian Rumah Negara hanya dapat diberikan kepada Pejabatatau Pegawai Negeri.

(1) Rumah susun hanya dapat dibangun di atas tanah hak milik, hakguna bangunan, hak pakai atas tanah Negara atau hak pengelolaansesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Penyelenggaraan pembangunan yang membangun rumah susundi atas tanah yang dikuasai dengan hak pengelolaan, wajibmenyelesaikan status hak guna bangunan di atas hak pengelolaan

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 25: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

7

tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku sebelum menjual satuan rumah susun yangbersangkutan.

(3) Penyelenggaraan pembangunan wajib memisahkan rumah susunatas satuan dan bagian bersama dalam bentuk gambar danuraian yang disahkan oleh instansi yang berwenang sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku yang memberikejelasan atas :

a. batas satuan yang dapat dipergunakan secara terpisah untukperseorangan;

b. batas dan uraian atas bagian bersama dan benda-bersamayang menjadi haknya masing-masing satuan;

c. batas dan uraian tanah-bersama dan besarnya bagian yangmenjadi haknya masing-masing satuan.

Pasal 8(1) Untuk dapat menghuni Rumah Negara sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 harus memiliki Surat Izin Penghunian.

(2) Surat Izin Penghunian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)diberikan oleh Pejabat yang berwenang pada instansi yangbersangkutan.

(3) Pemilik Surat Izin Penghunian wajib menempati Rumah Negaraselambat-lambatnya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) harisejak Surat Izin Penghunian diterima.

(4) Pelaksanaan Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Pasal 9

(1) Suami dan istri yang masing-masing berstatus Pegawai Negeri,hanya dapat menghuni satu Rumah Negara.

(2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalamayat (1) hanya dapat diberikan apabila suami dan istri tersebutbertugas dan bertempat tinggal di daerah yang berlainan.

(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 26: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

8

Pasal 10

(1) Penghuni Rumah Negara wajib :

a. membayar sewa rumah;

b. memelihara rumah dan memanfaatkan rumah sesuai denganfungsinya.

(2) Penghuni Rumah Negara dilarang;

a. menyerahkan sebagian atau seluruh rumah kepada pihaklain;

b. mengubah sebagian atau seluruh bentuk rumah;

c. menggunakan rumah tidak sesuai dengan fungsinya.

(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

BAB V

PENGELOLAAN

Bagian PertamaUmum

Pasal 11

Pengelolaan Rumah Negara merupakan kegiatan yang meliputipenetapan status, pendaftaran dan penghapusan.

(1) Pemerintah memberikan kemudahan bagi golongan masyarakatyang berpenghasilan rendah untuk memperoleh dan memilikisatuan rumah susun.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian KeduaPenetapan Status

Pasal 12

(1) Untuk menentukan golongan Rumah Negara dilakukanpenetapan status Rumah Negara sebagai Rumah Negara

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 27: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

9

Golongan I, Rumah Negara Golongan II, dan Rumah NegaraGolongan III.

(2) Penetapan status Rumah Negara Golongan I dan Rumah NegaraGolongan II sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukanoleh pimpinan instansi yang bersangkutan.

(3) Penetapan status Rumah Negara Golongan III sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Menteri.

(4) Tata cara penetapan status sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) diatur dengan Keputusan Presiden.

Bagian KetigaPendaftaran

Pasal 13

(1) Setiap Rumah Negara Wajib didaftarkan.

(2) Pendaftaran Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dilakukan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan kepadaMenteri.

(3) Tata cara pendaftaran Rumah Negara sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Bagian KeempatPenghapusan

Pasal 14(1) Penghapusan Rumah Negara dapat dilakukan antara lain

karena :

a. tidak layak huni;

b. terkena rencana tata ruang;

c. terkena bencana;

d. dialihkan haknya kepada penghuni.

(2) Penghapusan Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 28: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

10

BAB VI

PENGALIHAN STATUS DAN HAK ATAS RUMAH NEGARA

Bagian PertamaPengalihan Status

Pasal 15

(1) Rumah Negara yang dapat dialihkan statusnya hanya RumahNegara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III.

(2) Rumah Negara Golongan II dapat ditetapkan statusnya menjadiRumah Negara Golongan I untuk memenuhi kebutuhan RumahJabatan.

(3) Rumah Negara Golongan II yang tidak dapat dialihkan statusnyamenjadi Rumah Negara Golongan III adalah :

a. Rumah Negara Golongan II yang berfungsi sebagai mess/asrama sipil dan ABRI;

b. Rumah Negara Golongan II yang mempunyai fungsi secaralangsung melayani atau terletak dalam lingkungan suatukantor instansi, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi,pelabuhan udara, pelabuhan laut dan laboratorium/balaipenelitian.

(4) Apabila Rumah Negara Golongan II yang akan dialihkanstatusnya menjadi Rumah Negara Golongan III sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) berdiri diatas tanah pihak lain, pimpinaninstansi yang bersangkutan harus terlebih dahulu mendapat izindari pemegang hak atas tanah.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan status sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Presiden

Bagian KeduaPengalihan Hak

Pasal 16(1) Rumah Negara yang dapat dialihkan haknya adalah Rumah

Negara Golongan III.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 29: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

11

(2) Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) beserta atau tidak beserta tanahnya hanya dapat dialihkanhaknya kepada penghuni atas permohonan penghuni.

(3) Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) yang berada dalam sengketa tidak dapat dialihkan haknya.

(4) Suami istri yang masing-masing mendapat izin untuk menghuniRumah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2),pengalihan hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanyadapat diberikan kepada salah satu dari suami dan istri yangbersangkutan.

Pasal 17(1) Penghuni Rumah Negara yang dapat mengajukan

permohonan pengalihan hak harus memenuhi syarat-syaratsebagai berikut :

1. Pegawai Negeri :

a. mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 10(sepuluh) tahun;

b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;

c. belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dari Negara berdasar peraturanperundang-undangan yang berlaku.

2. Pensiunan Pegawai Negeri :

a. menerima pensiun dari Negara;

b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;

c. belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dari Negara berdasarkan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

3. Janda/ Duda Pegawai Negeri :

a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari Negara,yang :

1) almarhum, suaminya/istrinya sekurang-kurangnyamempunyai masa kerja 10 (sepuluh) tahun padaNegara, atau

2) masa kerja almarhum suaminya/istrinya ditambahdengan jangka waktu sejak yang bersangkutan

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 30: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

12

menjadi janda/ duda berjumlah sekurang-kurangnya10 (sepuluh) tahun;

b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;

c. almarhum suaminya/istrinya belum pernah denganjalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dariNegara berdasarkan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

4. Janda/Duda Pahlawan, yang suaminya/istrinya dinyatakansebagai Pahlawan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku :a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari

Negara;b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;c. almarhum suaminya/istrinya belum pernah dengan

jalan/ cara apapun memperoleh/membeli rumah dariNegara berdasarkan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

5. Pejabat Negara atau Janda/Duda Pejabat Negara :

a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dariNegara;

b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;

c. almarhum suaminya/istrinya belum pernah denganjalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dariNegara berdasarkan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

(2) Apabila penghuni Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalamayat (1) meninggal dunia, maka pengajuan permohonanpengalihan hak atas Rumah Negara dapat diajukan oleh anaksah dari penghuni yang bersangkutan.

Pasal 18Pengalihan hak atas Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalampasal 16 dilakukan dengan cara sewa beli.

Pasal 19(1) Penghuni Rumah Negara yang telah dialihkan haknya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, dibebaskan dari

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 31: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

13

kewajiban pembayaran sewa rumah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 10 ayat (1) huruf a.

(2) Penghunian atas Rumah Negara yang sudah dialihkan haknyasebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat diserahkansebagian atau seluruhnya kepada pihak lain oleh penghuni.

Bagian KetigaPenetapan Harga Rumah Beserta Harga Tanah

Pasal 20

(1) Taksiran harga Rumah Negara Golongan III berpedoman padanilai biaya yang digunakan untuk membangun rumah yangbersangkutan pada waktu penafsiran dikurangi penyusutanmenurut umur bangunan.

(2) Penetapan taksiran harga tanah berpedoman pada Nilai JualObyek Pajak pada waktu penaksiran.

(3) Harga Rumah Negara Golongan III beserta atau tidak besertaharga tanahnya ditetapkan oleh Menteri berdasarkan hargataksiran dan penilaian yang dilakukan oleh panitia yang dibentukMenteri.

Pasal 21

Harga Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalamPasal 20 ayat (3) ditetapkan sebesar 50% (lima puluh perseratus)dari harga taksiran dan penilaian yang dilakukan oleh panitia.

Bagian KeempatCara Pembayaran

Pasal 22

(1) Pembayaran harga Rumah Negara Golongan III sebagaimanadimaksud dalam Pasal 21 dilaksanakan secara angsuran.

(2) Apabila rumah yang dialihkan haknya sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) terkena rencana tata ruang pembayaran dapatdilakukan secara tunai.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 32: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

14

(3) Pembayaran angsuran pertama ditetapkan paling sedikit 5%(lima perseratus) dari harga rumah sebagaimana dimaksud dalamPasal 21 dan dibayar penuh pada saat perjanjian sewa beliditandatangani sedang sisanya diangsur dalam jangka waktupaling cepat 5 (lima) tahun dan paling lambat 20 (dua puluh)tahun.

(4) Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disetor keRekening Kas Negara pada Bank Pemerintah yang ditunjuk.

Bagian KelimaPenyerahan Hak Milik Rumah dan Pelepasan

Hak Atas Tanah

Pasal 23

(1) Penghuni yang telah membayar luas harga rumah beserta hargatanahnya, memperoleh :

a. penyerahan hak milik rumah; dan

b. pelepasan hak atas tanah.

(2) Penghuni yang telah membayar lunas harga rumah hanyamemperoleh penyerahan hak milik rumah.

(3) Penghuni yang telah memperoleh penyerahan hak milik rumahdan pelepasan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalamayat (1) wajib mengajukan permohonan atas tanah sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII

PEMBINAAN

Pasal 24

(1) Pembinaan terhadap Rumah Negara golongan I dan RumahNegara Golongan II dilakukan oleh pimpinan instansi yangbersangkutan dan pembinaan terhadap Rumah NegaraGolongan III dilakukan oleh Menteri.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukanberdasarkan pedoman, kriteria dan standar teknis yangditetapkan oleh Menteri.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 33: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

15

BAB VIII

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 25Setiap penyimpangan penghunian Rumah negara dapat dikenakansanksi berupa pencabutan Surat Izin Penghunian.

BAB IXKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 26(1) Terhitung sejak mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini, segala

peraturan pelaksanaan di bidang Rumah Negara yang telah adatetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan PeraturanPemerintah ini atau belum diganti atau diubah berdasarkanPeraturan Pemerintah ini.

(2) Semua peristilahan rumah negeri atau rumah dinas yang termuatdalam ketentuan peraturan perundang-undangan sebelumberlakunya Peraturan Pemerintah ini dibaca Rumah Negara.

BAB XKETENTUAN PENUTUP

Pasal 27Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini maka BurgerlijkeWoning Regeling (BWR) Staatsblad 1934 Nomor 147 sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad 1949 Nomor338 dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1974 tentangPelaksanaan Penjualan Rumah negara, dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 28

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 34: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

16

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Disahkan di JakartaPada tanggal 9 Desember 1994

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

SOEHARTO

Diundangkan di JakartaPada tanggal 9 Desember 1994

MENTERI NEGARASEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA

ttd

MOERDIONO

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 35: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

17

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 31 TAHUN 2005

TENTANGPERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

NOMOR 40 TAHUN 1994

TENTANGRUMAH NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai pengadaan,penghunian, pengelolaan, pengalihan statusdan pengalihan hak rumah yang dikuasaiNegara yang diatur dengan PeraturanPemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentangRumah Negara sebagai pelaksanaanUndang-Undang Nomor 4 Tahun 1992tentang Perumahan dan Permukimansudah t idak sesuai lagi denganperkembangan saat ini;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebutperlu mengubah Peraturan PemerintahNomor 40 Tahun 1994 tentang RumahNegara.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957tentang Penetapan Undang-Undang Darurat

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 36: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

18

Nomor 19 Tahun 1955 tentang PenjualanRumah-rumah Negeri kepada Pegawai Negerisebagai Undang-Undang (Lembaran RepublikIndonesia Tahun 1957 Nomor 158,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 870);

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992tentang Perumahan dan Permukiman(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1992 Nomor 23, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3469).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANGPERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAHNOMOR 40 TAHUN 1994 TENTANG RUMAHNEGARA.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1994 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3573) diubah sebagai berikut :

1. Di antara ayat (2) dan ayat (3), ayat (3) dan ayat (4) Pasal 12disisipkan 2 ayat yakni ayat (2a) dan ayat (3a) sehingga Pasal12 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 12(1) Untuk menentukan golongan rumah negara dilakukan

penetapan status rumah negara sebagai Rumah NegaraGolongan I, Rumah Negara Golongan II, dan RumahNegara Golongan III;

(2) Penetapan status Rumah Negara Golongan I dan RumahNegara Golongan II sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dilakukan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan;

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 37: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

19

(2a) Setiap pimpinan instansi wajib menetapkan status rumahnegara yang berada dibawah kewenangannya menjadiRumah Negara Golongan I atau Rumah NegaraGolongan II;

(3) Penetapan status Rumah Negara Golongan IIIsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan olehMenteri;

(3a) Rumah negara yang mempunyai fungsi secara langsungmelayani atau terletak dalam lingkungan suatu kantorinstansi, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, pelabuhanudara, pelabuhan laut dan laboratorium/balai penelitianditetapkan menjadi Rumah Negara Golongan I;

(4) Tata cara penetapan status sebagaimana dimaksud dalamayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden.

2. Ketentuan Pasal 15 ayat (3) diubah dan di antara ayat (3) danayat (4), ayat (4) dan ayat (5) Pasal 15 disisipkan 2 ayat yakniayat (3a) dan ayat (4a) sehingga Pasal 15 berbunyi sebagaiberikut :

Pasal 15(1) Rumah negara yang dapat dialihkan statusnya hanya

Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah NegaraGolongan III;

(2) Rumah Negara Golongan II dapat ditetapkan statusnyamenjadi Rumah Negara Golongan I untuk memenuhikebutuhan Rumah Jabatan;

(3) Rumah Negara Golongan II yang berfungsi sebagai mess/asrama sipil dan ABRI tidak dapat dialihkan statusnyamenjadi Rumah Negara Golongan III;

(3a) Rumah Negara Golongan I yang golongannya tidak sesuailagi karena adanya perubahan organisasi atau sudah tidakmemenuhi fungsi yang ditetapkan semula, dapat diubahstatus golongannya menjadi Rumah Negara Golongan IIsetelah mendapat pertimbangan Menteri;

(4) Rumah Negara Golongan II yang akan dialihkan statusnyamenjadi Rumah Negara Golongan III sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) yang berdiri di atas tanah pihaklain, hanya dapat dialihkan status golongannya dari

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 38: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

20

golongan II menjadi golongan III setelah mendapat izindari pemegang hak atas tanah;

(4a) Pengalihan status rumah negara yang berbentuk rumahsusun dari golongan II menjadi golongan III dilakukanuntuk satu blok rumah susun yang status tanahnya sudahditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku;

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan statussebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3), (3a),(4), dan (4a) diatur dengan Peraturan Presiden.

3. Di antara ayat ( 4) dan ayat ( 5) Pasal 16 disisipkan 1 (satu)ayat yakni ayat (4a) sehingga Pasal 16 berbunyi sebagaiberikut :

Pasal 16(1) Rumah negara yang dapat dialihkan haknya adalah Rumah

Negara Golongan III;

(2) Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) beserta atau tidak beserta tanahnya hanyadapat dialihkan haknya kepada penghuni atas permohonanpenghuni;

(3) Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) yang berada dalam sengketa tidak dapatdialihkan haknya;

(4) Suami dan isteri yang masing-masing mendapat izin untukmenghuni rumah negara sebagaimana dimaksud dalamPasal 9 ayat (2), pengalihan hak sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) hanya dapat diberikan kepada salah satudari suami dan isteri yang bersangkutan;

(4a) Pegawai negeri dan/atau pejabat negara yang telahmemperoleh rumah dan/atau tanah dari, negara, tidakdapat lagi mengajukan permohonan pengalihan hak atasrumah negara;

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan hak rumahnegara tersebut pada ayat (1) diatur dengan PeraturanPresiden.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 39: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

21

4. Ketentuan Pasal 17 ayat (1) angka 1 huruf c, angka 2 huruf c,angka 3 huruf c, angka 4 huruf c, angka 5 huruf c diubah dansetelah ayat (2) ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat (3)sehingga Pasal 17 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 17

(1) Penghuni Rumah Negara Golongan III yang dapatmengajukan permohonan pengalihan hak harus memenuhisyarat-syarat sebagai berikut :

1. Pegawai negeri :

a. mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 10(sepuluh) tahun;

b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;

c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitasrumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pensiunan pegawai negeri :

a. menerima pensiun dari Negara;

b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;

c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitasrumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Janda/duda pegawai negeri :

a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dariNegara, yang :

1) almarhum suaminya/isterinya sekurang-kurangnya mempunyai masa kerja 10(sepuluh) tahun pada Negara, atau

2) masa kerja almarhum suaminya/isterinyaditambah dengan jangka waktu sejak yangbersangkutan menjadi janda/duda berjumlahsekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun;

b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;

c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitasrumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 40: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

22

4. Janda/duda pahlawan, yang suaminya/isterinyadinyatakan sebagai pahlawan berdasarkan peraturanperundang- undangan yang berlaku :

a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dariNegara;

b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;

c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitasrumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Pejabat negara, janda/duda pejabat negara :

a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dariNegara;

b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;

c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitasrumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Apabila penghuni rumah negara sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) meninggal dunia, maka pengajuanpermohonan pengalihan hak atas rumah negara dapatdiajukan oleh anak sah dari penghuni yang bersangkutan;

(3) Apabila pegawai/penghuni yang bersangkutansebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meninggal dantidak mempunyai anak sah, maka rumah negara kembalike Negara.

5. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 19(1) Penghuni rumah negara yang dalam proses sewa beli

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dibebaskan darikewajiban pembayaran sewa rumah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a;

(2) Penghunian atas rumah negara yang dalam proses sewabeli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapatdiserahkan sebagian atau seluruhnya kepada pihak lainoleh penghuni setelah mendapat izin Menteri.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 41: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

23

6. Ketentuan Pasal 20 ayat (3) diubah dan ditambah 1 (satu)ayat, yakni ayat (3a) sehingga Pasal 20 berbunyi sebagaiberikut :

Pasal 20

(1) Taksiran harga Rumah Negara Golongan III berpedomanpada nilai biaya yang digunakan untuk membangun rumahyang bersangkutan pada waktu penaksiran dikurangipenyusutan menurut umur bangunan.

(2) Penetapan taksiran harga tanah berpedoman pada NilaiJual Obyek Pajak pada waktu penaksiran.

(3) Harga Rumah Negara Golongan III beserta atau tidakbeserta tanahnya dan rumah susun beserta tanahnyaditetapkan oleh Menteri berdasarkan harga taksiran danpenilaian yang dilakukan oleh panitia yang dibentuk Menteri

(3a) Penetapan harga rumah negara yang berbentuk rumahsusun dan ganti rugi atas tanahnya ditetapkanberpedoman pada Nilai Perbandingan Proporsional (NPP)terhadap harga taksiran tanah dan bangunan;

7. Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 21

(1) Harga Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksuddalam Pasal 20 ayat (3) ditetapkan sebesar 50 % ( limapuluh perseratus) dari harga taksiran dan penilaian yangdilakukan oleh panitia berdasarkan standar tipe dan kelasbangunan serta pangkat dan golongan pegawai negeri;

(2) Harga Rumah Negara Golongan III yang tidak sesuaidengan standar tipe dan kelas bangunan, pangkat dangolongan pegawai negeri diatur lebih lanjut denganPeraturan Menteri.

Pasal IIPeraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 42: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

24

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 20 Juli 2005

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di JakartaPada tanggal 20 Juli 2005

MENTERI SEKRETARIS NEGARASelakuMENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAAD INTERIM,

ttd

YUSRIL IHZA MAHENDRA

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 43: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

25

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIATAHUN 2005 NOMOR 64

PENJELASAN ATASPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 31 TAHUN 2005

TENTANGPERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

NOMOR 40 TAHUN 1994TENTANG

RUMAH NEGARA

I. UMUMPeraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang RumahNegara mengatur mengenai pengadaan, penghunian,pengelolaan dan pengalihan status dan hak atas rumah negarasebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992tentang Perumahan dan Permukiman.

Dalam Peraturan Pemerintah tersebut diatur mengenaipemberian fasilitas berupa rumah bagi pegawai negeri danpejabat negara selama yang bersangkutan masih berstatussebagai pegawai negeri, pejabat pemerintah atau pejabatnegara. Pengelolaan, pengalihan status dan hak atas rumahyang dikuasai oleh negara berdasarkan peraturan pemerintahtersebut ternyata belum berjalan sebagaimana mestinya,beberapa permasalahan masih muncul antara penghuni daninstansi diakibatkan belum lengkapnya aturan pengelolaannya,sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan penyempurnaanatas Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994.

Dalam melaksanakan kesinambungan pemenuhan kebutuhanrumah negara terhadap pegawai negeri maka pelaksanaan atasUndang-Undang Nomor 72 Tahun 1957 tentang PenjualanRumah Negeri kepada pegawai negeri harus memperhatikanstatistik rumah negara yang ada pada departemen/lembaga.

Sehubungan dengan hal tersebut penjualan rumah negara harusdilakukan secara selektif dan hasil penjualan rumah negaradigunakan untuk membangun kembali rumah baru bagi pegawainegeri.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 44: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

26

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal IAngka 1Pasal 12

Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Yang dimaksud dengan pimpinan instansi yangbersangkutan adalah Menteri, Ketua Lembaga Tertinggidan Tinggi Negara, Ketua Lembaga Departemen/Non Departemen yang setingkat dengan Menteri.

Ayat (2a)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup Jelas

Ayat (3a)Rumah negara yang mempunyai fungsi secaralangsung melayani atau terletak dalam lingkungansuatu kantor instansi, rumah sakit, sekolah, perguruantinggi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, danlaboratorium/balai penelitian yang sudah ditetapkanmenjadi golongan II sebelum adanya PeraturanPemerintah ini harus ditetapkan menjadi RumahNegara Golongan I.

Ayat (4)Cukup Jelas.

Angka 2Pasal 15

Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup Jelas

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 45: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

27

Ayat (3a)a. Yang dimaksud perubahan organisasi termasuk

penggabungan atau perubahan organisasi instansi/departemen.

b. Yang dimaksud sudah tidak memenuhi fungsisemula adalah rumah jabatan yang tidak lagimenunjang pelaksanaan tugas jabatan sepertirumah jabatan struktural, penjaga pintu keretaapi, pintu air, sekolah, puskesmas, dan balai yangtidak berfungsi lagi.

c. Yang dimaksud Rumah Negara Golongan II,termasuk yang berfungsi sebagai mess/asrama.

Ayat (4)Izin dari pemegang hak atas tanah tidak otomatismerupakan persetujuan pelepasan hak atas tanahtersebut. Ayat (4a)Pengalihan status rumah negara dalam bentuk rumahsusun harus dilakukan sekaligus dalam satu blok, halini dimaksudkan agar mempermudah dalammenghitung nilai perbandingan proporsional yang akanmenjadi dasar pertimbangan dalam menentukanbesarnya nilai sewa beli yang harus dibayar.Yang dimaksud dengan status tanahnya sudahditetapkan adalah :a. Status hak atas tanahnya sudah ditetapkan sesuai

ketentuan perundang-undangan, seperti sertifikathak pakai;

b. Dalam hal tanah tersebut belum bersertifikat, makaharus dibuat surat pernyataan kepemilikan tanahyang ditetapkan oleh instansi dan tercatat dalaminventarisasi barang milik negara.

Ayat (5)Cukup Jelas

Angka 3Pasal 16

Ayat (1)Cukup Jelas

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 46: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

28

Ayat (2)Yang dimaksud dengan pengalihan hak atas rumahtanpa tanah adalah rumah milik instansi yangbersangkutan sedangkan tanah milik pihak ketigadalam hal ini, pengalihan haknya mengacu Pasal 15ayat (4) beserta penjelasannya.

Ayat (3)Sengketa yang dimaksud misalnya :a. Sengketa penghunian;b. Sengketa mengenai batas tanah;c. Kesalahan administrasi dan atau teknis pada saat

pengusulan pengalihan hak dari instansi yangbersangkutan.

Ayat (4)Cukup Jelas

Ayat (4a)Cukup Jelas

Ayat (5)Cukup Jelas

Angka 4Pasal 17

Ayat (1)

Angka 1Huruf a

Cukup JelasHuruf b

Cukup JelasHuruf c

Yang dimaksud belum pernah membeli ataumemperoleh fasilitas rumah/atau tanah dari negaraadalah berdasarkan antara lain :1. Undang-Undang Nomor 3 Prp Tahun 1960 jo.

Peraturan Pemerintah Nomor 223 Tahun 1961tentang Penguasaan Benda-benda Tetap MilikPerseorangan Warga Negara Belanda;

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 47: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

29

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 4355);

3. Peraturan Presidium Kabinet R.I. Nomor 2/Prk/1965 tentang Penjualan Rumah-rumah MilikPerusahaan Negara;

4. Peraturan Presidium Kabinet Dwikora R.I. Nomor5/Prk/1965 tentang Penegasan Status Rumah/Tanah Kepunyaan Badan Hukum YangDitinggalkan Direksi/ Pengurusnya;

5. Peraturan perundangan lainnya sepanjang mengenairumah negara yang masih berlaku dan tidakbertentangan dengan Peraturan Pernerintah ini.

Angka 2Cukup Jelas.

Angka 3Cukup Jelas

Angka 4Cukup Jelas

Angka 5Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Yang dimaksud dengan anak sah adalah anakkandung dan/atau anak angkat dari hasil adopsi,sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Angka 5Pasal 19

Cukup Jelas

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 48: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

30

Angka 6Pasal 20

Cukup Jelas

Angka 7Pasal 21

Ayat (1)Standar tipe dan kelas bangunan serta pangkat dangolongan mengikuti ketentuan yang diatur dalamPeraturan Menteri tentang Pedoman TeknisPembangunan Bangunan Gedung Negara.

Ayat (2)Cukup Jelas.

Pasal IICukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIANOMOR 4515

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 49: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

31

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

Nomor : 3278/BU/X/81/01Tentang

RUMAH-RUMAH DINAS DEPARTEMEN LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : 1. Bahwa dengan dibangunnya perumahan dinasgolongan I Golongan II maka perlu ditetapkanketentuan-ketentuan yang baru.

2. Ketentuan-ketentuan yang lama mengenairumah dinas Departemen Luar Negerisudah tidak sesuai lagi.

Mengingat : 1. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974;

2. Peraturan Pemerintah R.I. No. 30 Tahun1980;

3. Keputusan Presiden R.I. No. 44 Tahun 1974;

4. Keputusan Presiden R.I. No. 45 Tahun 1974;

5. Gurgerlijke Woningregeling Staatsblad 1934 No.147 menyangkut perubahan dantambahannya;

6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum danTenaga Listrik 119/KPSTS/1973.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 50: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

32

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KETENTUAN–KETENTUAN TENTANG RUMAHDINAS DEPARTEMEN LUAR NEGERI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1Pengertian

Dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri ini yang dimaksuddengan :

(1) Rumah dinas golongan I ialah rumah yang disediakan bagi merekayang Memegang jabatan penting tertentu yang karena sifatjabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut.

(2) Pemegang jabatan penting tertentu adalah mereka yangmenduduki jabatan-jabatan eselon I, II, III, dan IV, sedangpejabat sementara tidak termasuk dalam pengertian ini.

(3) Rumah Dinas, golongan II ialah rumah dinas yang khususdisediakan untuk para pegawai dalam lingkungan DepartemenLuar Negeri.

(4) Hak huni adalah hak yang diperoleh setiap Pejabat besertakeluarganya untuk mendiami rumah dinas Departemen LuarNegeri selama masa jabatan tertentu.

BAB IIRUMAH DINAS GOLONGAN I

Pasal 2Tata Cara Penunjukan Penghunian

(1) Penunjukan diberikan berdasarkan permohonan yangdisampaikan kepada Sekretaris Jenderal atau Pejabat yangdikuasakan untuk itu.

(2) Dalam hal persediaan rumah dinas golongan ini belum mencukupi,maka prioritas penghunian ditentukan dengan memperhatikanberbagai faktor seperti :

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 51: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

33

a. memegang jabatan tertentub. belum memiliki rumah sendiric. kepentingan dinasd. urutan permohonan

Pasal 3

Kewajiban PenghuniPenghuni rumah dinas golongan ini harus mentaati kewajiban :

(1) Membayar sewa tiap bulan sesuai dengan ketentuan dalamSurat Izin Penghunian dan Surat Keputusan Penunjukan.

(2) Memelihara rumah sebaik-baiknya dan mengganti kerugian ataumemperbaiki kerusakan-kerusakan yang disebabkan olehnyaatau orang-orang yang berada dibawah tanggung jawabnya.

(3) Mengosongkan atau menyerahkan rumah kembali dalamkeadaan baik, jika penghuni yang bersangkutan hendak pindahatau karena sebab-sebab lain hari meninggalkan rumah tersebut.

(4) Setiap penghuni wajib menandatangani Surat Perjanjian yangberfungsi sebagai sangsi hukum bagi yang melanggar ketentuanyang telah ditentukan.

Pasal 4Larangan Penghuni dilarang

(1) Merubah bentuk, menambah atau mengurangi bangunandengan sifat bagaimanapun tanpa izin menteri Luar Negeri atauPejabat yang dikuasakan untuk itu.

(2) Menunjuk penghuni lain, mengalihkan nama, mempersewakankepada pihak ketiga, sebagian atau seluruh rumah untuk dihuniatau untuk kepentingan lain.

(3) Mempergunakan rumah untuk keperluan lain selain daripadatempat tinggal.

Pasal 5

Tata Usaha PersewaanPembayaran uang sewa bulanan dilaksanakan dengan carapemotongan langsung dari gaji atau dengan cara penagihan langsungdari yang bersangkutan.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 52: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

34

Pasal 6

Sanksi(1) Bagi penghuni yang melalaikan kewajiban atau melanggar

larangan yang diatur dalam pasal 3 pasal 4 diatas, dapat dicabuthak huninya.

(2) Bagi penghuni yang hak huninya telah habis tetapi belummengosongkan rumah tersebut, dapat diambil tindakanpengamanan termasuk tindakan yuridis administratif yangdianggap perlu oleh dinas untuk melaksanakan pengosongan.

Pasal 7Berakhirnya Hak Huni

(1) Berakhirnya hak huni atas rumah dinas golongan ini :

a. Habis masa jabatan

b. Pencabutan

c. Permintaan sendiri

d. Meninggal dunia

(2) Penghuni yang telah berakhir hak huninya, diharuskanmengosongkan rumah tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga)bulan sejak berakhinya hak huni.

(3) Bagi penghuni yang meninggal dunia dalam menjalankantugasnya maka pengosongan rumahnya selambat-lambatnya6 (enam) bulan sejak meninggalnya.

Pasal 8Ketentuan Lain

(1) Biaya pemakaian listrik, air, gas dan retribusi lainnya dibebankankepada penghuni.

(2) Biaya pemakaian telepon sepanjang untuk kepentingan dinas,dapat dibayar oleh dinas sesuai dengan ketentuan-ketentuanyang ditetapkan.

(3) Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur olehSekretaris Jenderal.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 53: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

35

BAB III

RUMAH DINAS GOLONGAN II

Pasal 10Penyediaan rumah dinas golongan ini dimaksudkan untuk :

(1) Memperlancar pelaksanaan tugas.

(2) Merangsang ikatan kerja.

(3) Menunjang kesejahteraan pegawai agar dapat meningkatkanprestasi kerja.

Pasal 11Tata cara Penunjukan Penghunian

(1) Surat Izin penghunian dan pencabutan penghunian dikeluarkanoleh Menteri Luar Negeri atau Sekretaris Jenderal atau Pejabatyang dikuasakan untuk itu.

(2) Penghunian hanya berlaku selama pegawai tersebut masihberstatus dan bekerja aktif sebagai pegawai dalam lingkunganDepartemen Luar Negeri.

(3) Penunjukan diberikan berdasarkan permohonan yangdisampaikan kepada Sekretaris Jenderal.

(4) Permohonan yang disampaikan tersebut harus memenuhi syarat-syarat :

a. Pegawai Departemen Luar Negeri (Calon pegawai tidakdibenarkan didalam hal ini).

b. Belum pernah mendapatkan fasilitas perumahan dinas ataufasilitas perumnas.

c. Belum mempunyai rumah sendiri.

(5) Dalam hal persediaan rumah dinas golongan ini belum mencukupimaka prioritas penghunian ditentukan dengan memperhatikan :

a. Masa kerja

b. Susunan keluarga

c. Tugas pekerjaan

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 54: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

36

Pasal 12

Kewajiban PenghuniPenghuni rumah dinas golongan ini harus mentaati kewajiban :

(1) Membayar sewa tiap bulan sesuai dengan ketentuan dalam SuratIzin Penghunian dan Surat Keputusan Penunjukan.

(2) Semua biaya pemakaian listrik, air, gas dan retribusi lainnyadibebankan kepada penghuni.

(3) Memelihara rumah sebaik-baiknya.

(4) Mengganti atau memperbaiki kerusakan-kerusakan yangdisebabkan olehnya atau orang-orang yang dibawah tanggungjawabnya.

(5) Mengosongkan dan menyerahkan rumah kembali dalam keadaanbaik.

Pasal 13Larangan

Penghuni dilarang :

(1) Tidak diizinkan merubah bentuk, menambah atau mengurangibangunan dengan sifat bagaimanapun tanpa izin pimpinanDepartemen Luar Negeri yang berwenang.

(2) Tidak diizinkan menunjuk penghuni lain, mengalihkan nama,mempersewakan kepada pihak lain sebagian atau seluruh rumahuntuk dihuni atau untuk kepentingan lain.

(3) Tidak diizinkan mempergunakan rumah untuk kepentingan laindaripada tempat tinggal bagi yang bersangkutan dengankeluarganya.

Pasal 14Tata Usaha Persewaan

Pembayaran uang sewa bulanan dilaksanakan dengan carapemotongan langsung dari gaji atau menagih langsung dari yangbersangkutan.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 55: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

37

Pasal 15

Sanksi(1) Bagi penghuni yang melalaikan kewajiban atau melanggar

larangan yang diatur dalam pasal 12 dan 13, dapat dicabut hakhuninya.

(2) Bagi penghuni yang hak huninya telah habis tetapi belummengosongkan rumah tersebut dapat diambil tindakanpengamanan, termasuk tindakan yuridis administratif yangdianggap perlu oleh dinas untuk melaksanakan pengosongan.

Pasal 16

Berakhirnya Hak Huni(1) Berakhirnya hak huni rumah dinas golongan ini karena :

a. Pencabutan

b. Berhenti sebagai Pegawai Departemen Luar Negeri

c. Pensiun

d. Permintaan sendiri

e. Meninggal dunia

(2) Penghuni yang telah berakhir hak huninya, diharuskanmengosongkan rumah tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga)bulan sejak berakhirnya hak huni.

(3) Bagi penghuni yang meninggal dunia dalam menjalankantugasnya maka pengosongan rumahnya selambat-lambatnya6 (enam) bulan sejak meninggalnya.

Pasal 17Pemeliharaan

Pemeliharaan rumah dinas golongan ini ditanggung oleh dinas sesuaidengan anggaran yang disediakan.

Pasal 18Ketentuan lain

(1) Bagi penghuni yang melalaikan ketentuan ditetapkan di atasdapat dicabut hak huninya tersebut.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 56: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

38

(2) Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur olehSekretaris Jenderal.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

(1) Dengan berlakunya keputusan ini, maka keputusan-keputusansebelumnya yang tidak sesuai dengan keputusan ini dianggaptidak berlaku lagi.

(2) Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan dengan catatanakan diubah seperlunya jika kemudian ternyata terdapatkekeliruan.

Ditetapkan di : JAKARTAPada tanggal : 22 Oktober 1981MENTERI LUAR NEGERI,

ttd

PROF. DR. MOCHTAR KUSUMAATMADJA

SALINANSurat Keputusan ini disampaikan kepada Yth. :1. Para Pejabat Eselon I dan II di lingkungan Deplu2. Para Kepala Perwakilan Rl di Luar Negeri

3. Arsip.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 57: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

39

SURAT KEPUTUSANMENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK.19A/BU/III/87/01

TENTANG

PENGHUNIAN RUMAH-RUMAH DINAS DEPARTEMENLUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : 1. Bahwa dengan selesainya pembangunanrumah-rumah dinas Departemen Luar Negeriyang baru, maka ketentuan-ketentuan yanglama mengenai penghuniannya sudah tidaksesuai lagi karena tidak tersedianya anggaranuntuk pemeliharaan dan perbaikan rumah-rumah dinas tersebut.

2. Bahwa oleh karena itu untuk rumah-rumahdinas Departemen Luar Negeri tersebut perluditetapkan ketentuan baru tentangpenghuniannya untuk terpeliharanya denganbaik serta menghindarkan kehancuranrumah-rumah dinas tersebut.

Mengingat : 1. Burgelijke Woningregeling Staatblad 1934 No.147 sebagaimana telah dirubah danditambah terakhir dengan Lembaran NegaraNo. 386 Tahun 1949

2. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1974

3. SK Menteri Luar Negeri no. 3278/BU/X81/02 tentang Rumah Dinas Departemen LuarNegeri tanggal 22 Oktober 1981.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 58: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

40

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANGPENGHUNIAN RUMAH-RUMAH DINASDEPARTEMEN LUAR NEGERI.

Ketentuan Umum

Pasal 1Pengertian

Dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri ini yang dimaksuddengan :

1) Rumah dinas Departemen Luar Negeri ialah Rumah NegeriDepartemen Luar Negeri yang terletak dikomplek Lebak Bulus(9 unit), Cipulir (8 unit), Cidodol (38 unit), Kreo (114 unit), PondokAren (golongan I dan II 76 unit dan 74 unit), Jurangmangu/Cipadu (306 unit), dan yang khusus disediakan untuk pegawai-pegawai negeri dalam lingkungan Departemen Luar Negeri.

2) Penghuni adalah pegawai negeri dalam lingkungan DepartemenLuar Negeri yang ditunjuk Sekretaris Jenderal atas nama MenteriLuar negeri untuk menghuni rumah dinas Departemen LuarNegeri.

Pasal 2

Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas1) Penghunian rumah dinas Departemen Luar Negeri hanya

didasarkan atas surat penunjukan Sekretaris Jenderal atas namaMenteri Luar Negeri.

2) Para penghuni diwajibkan menandatangani surat penunjukansebagai pernyataan bersedia untuk mematuhi ketentuan-ketentuan tentang kewajiban penghuni dan larangan sepertitersebut dalam pasal 4 dan pasal 5 dan dikenakan sanksi sepertitersebut dalam pasal 7 apabila ternyata melanggar sepertitersebut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam SuratKeputusan ini.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 59: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

41

Pasal 3

Persyaratan Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas1) Rumah dinas dikomplek Departemen Luar Negeri Lebak Bulus,

Cipulir, Cidodol dan Pondok Aren (28 unit) diperuntukan bagipegawai negeri Departemen Luar Negeri golongan IV PGPNS.Rumah-rumah dinas yang terletak di Kreo (114 unit) dan PondokAren (175 unit) diperuntukkan bagi pegawai negeri DepartemenLuar Negeri golongan III PGPNS. Rumah rumah dinas yangterletak di Jurang mangu/Cipadu, rumah-rumah 306 Unit dan76 dan 74 unit) Pondok Aren (masing-masing diperuntukkanbagi pegawai negeri Departemen luar Negeri golongan I dan IIPGPNS.

2) Pejabat/Pegawai yang ditunjuk harus memenuhi persyaratan :

a. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun,kecuali bagi penghuni yang penunjukkannya didasarkan untukkepentingan dinas.

b. Belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh fasilitasmembeli rumah dinas atau rumah negeri berdasarkanperundang-undangan yang berlaku.

Pasal 4

Kewajiban Penghuni1) Membayar sewa tiap bulan sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

2) Membayar semua biaya pemakaian/tagihan listrik, air, gas danpajak serta retribusi lainnya.

3) Memelihara rumah dinas sebaik-baiknya dan memperbaiki ataumengganti kerusakan-kerusakan yang terjadi.

Pasal 5Hak-hak Penghuni

1) Pegawai beserta isteri dan anak-anaknya mempunyai hak huniselama hak huninya tidak dicabut, meskipun penghuni yangbersangkutan ditempatkan pada Perwakilan Rl di luar negeri.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 60: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

42

2) Penghuni yang ditempatkan pada Perwakilan Rl di luar negerihanya memperoleh 50% (lima puluh persen) dari tunjangansewa rumah di luar negeri sesuai peraturan yang berlaku.

3) Penghuni yang ditempatkan sebagai kepala/Wakil KepalaPerwakilan Rl di luar negeri, tetap memperoleh hak/fasilitas rumahdinas di luar negeri sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pasal 6

Larangan1) Penghuni dilarang/tidak diijinkan merubah bentuk, menambah

atau mengurangi bangunan rumah dinas.2) Penghuni dilarang/tidak diijinkan mengalihkan hak huninya atau

menyewakan kepada orang lain, baik sebagian atau seluruhrumah dinasnya, untuk dihuni atau untuk kepentingan yang lain.

3) Penghuni dilarang menggunakan rumah dinasnya untukkepentingan lain kecuali untuk tempat tinggai bagi yangbersangkutan dengan keluarganya.

Pasal 7

SanksiPenghuni yang melanggar ketentuan-ketentuan tentang kewajibanpenghuni dan larangan yang ditetapkan dalam pasal 4 dan pasal 6Surat Keputusan ini, akan dicabut hak huninya.

Pasal 8Ketentutan Lain

Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini akan diaturoleh Sekretaris Jenderal.

Pasal 9Ketentuan Penutup

Dengan berlakunya keputusan ini, maka keputusan-keputusansebelumnya tentang penghunian rumah dinas Departemen LuarNegeri yang tidak sesuai dengan keputusan ini dianggap tidakberlaku lagi.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 61: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

43

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan catatanakan dirubah seperlunya jika dikemudian hari ternyata terdapatkekeliruan.

Ditetapkan di : JAKARTAPada tanggal : 13 maret 1987

MENTERI LUAR NEGERI

ttd

PROF. DR. MOCHTAR KUSUMAATMADJA

SALINANSurat Keputusan ini dikirimkan kepada Yth. :1. Para Pejabat Eselon I dan II Departemen Luar Negeri2. Para Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri3. Arsip

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 62: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

44

SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR SK.097/BU/XII/88/01

TENTANG

PENYEMPURNAAN KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA NOMOR 19A/BU/III/87/01TANGGAL 13 MARET 1987 TENTANG PENGHUNIAN

RUMAH-RUMAH DINASDEPARTEMEN LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Luar Negeri No.19A/BU/III/87/01 tanggal 13 Maret 1987tentang Penghunian Rumah-Rumah DinasDepartemen Luar Negeri belum disesuaikandengan ketentuan Undang-undang No. 12tahun 1985 tentang Pajak Bumi danBangunan dan Surat Keputusan MenteriPekerjaan Umum No. 417/1 (PTS/1985tanggal 10 September 1985 tentangPenetapan Sewa Rumah Negeri;

b. bahwa dianggap perlu untuk menyempurna-kan Keputusan Menteri Luar Negeri tersebutdiatas.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 63: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

45

Mengingat : 1. Undang-undang No. 12 tahun 1985 tentangPajak Bumi dan Bangunan;

2. Keputusan Presiden RI No. 29 Tahun 1984tentang Pelaksanaan Anggaran dan BelanjaNegara;

3. Keputusan Menteri Luar Negeri No. 3278/BU/X/81/02 tanggal 22 Oktober 1981tentang Rumah Dinas Departemen LuarNegeri;

4. Surat Keputusan Menteri Pekerjaan UmumRI No. 417/11/PTS/1985 tanggal 10September 1985 tentang Sewa Untuk RumahNegeri.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERITENTANG PENYEMPURNAAN KEPUTUSANMENTERI LUAR NEGERI NOMOR 19A/BU/III/87/01 TANGGAL 13 MARET 1987 TENTANGPENGHUNIAN RUMAH-RUMAH DINASDEPARTEMEN LUAR NEGERI.

Pasal 1Pengertian

Yang dimaksud dalam Keputusan Menteri Luar Negeri ini dengan :

(1) Rumah Dinas Departemen Luar Negeri adalah Rumah NegeriDepartemen Luar Negeri yang terletak di Lebak Bulus (9 unit),Cipulir (8 unit), Cidodol (38 unit), Kreo (114 unit), Pondok Aren(golongan IV 28 unit, golongan III 175 unit, golongan II 74unit, golongan I 76 unit), Jurangmangu/Cipadu (306 unit) danrumah-rumah lain yang khusus disediakan untuk pegawai negeridalam lingkungan Departemen Luar Negeri.

(2) Penghuni adalah pegawai negeri dalam lingkungan DepartemenLuar Negeri yang ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal atas nama

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 64: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

46

Menteri Luar Negeri untuk menghuni Rumah Dinas DepartemenLuar Negeri.

Pasal 2

Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas(1) Penghunian Rumah Dinas Departemen Luar Negeri didasarkan

atas Surat Penunjukan Sekretaris Jenderal atas nama MenteriLuar Negeri.

(2) Penghuni diwajibkan menandatangani Surat Penunjukan sebagaipernyataan bersedia mematuhi ketentuan tentang kewajibandan lamagan seperti tersebut dalam pasal 4 dan dikenakan sanksiseperti tersebut dalam pasal 5 dan pasal 7 Surat Keputusan ini.

Pasal 3

Persyaratan Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas1) Rumah dinas dikomplek Lebak Bulus, Cipulir, Cidodol dan Pondok

Aren (28 unit) diperuntukan bagi pegawai negeri DepartemenLuar Negeri golongan IV PGPNS. Rumah-rumah dinas yangterletak di Kreo (114 unit) dan Pondok Aren (175 unit)diperuntukkan bagi pegawai negeri Departemen Luar Negerigolongan III PGPNS. Rumah rumah dinas yang terletak di Jurangmangu/Cipadu, rumah-rumah 306 Unit dan 76 dan 74 unit)Pondok Aren masing-masing diperuntukkan bagi pegawai negeriDepartemen Luar Negeri golongan I dan II PGPNS.

2) Pejabat/Pegawai yang ditunjuk harus memenuhi persyataran :

a. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun,ditentukan lain untuk kepentingan dinas.

b. Belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh fasilitasmembeli rumah dinas atau rumah negeri berdasarkanperundang-undangan yang berlaku.

Pasal 4Hak dan Kewajiban Penghuni

1) Membayar sewa rumah tiap bulan sesuai dengan peraturanyang berlaku.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 65: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

47

2) Membayar semua biaya pemakaian/tagihan listrik, air, gas, PajakBumi dan Bangunan, pajak-pajak lain serta retribusi/iuran lainnya(keamanan, dan kebersihan).

3) Penghuni dilarang menggunakan rumah dinasnya untukkepentingan lain kecuali untuk tempat tinggal bersamakeluarganya.

Pasal 61) Penghuni yang ditempatkan pada Perwakilan R.I. di luar negeri

diwajibkan membayar sewa rumah sesuai dengan ketentuanyang berlaku di dalam negeri.

2) Apabila penghuni yang bersangkutan kembali dari PerwakilanR.I. di luar negeri, maka kepada mereka diberikan tunjanganpemondokan sebagaimana ditetapkan oleh peraturan yangberlaku.

Pasal 7

SanksiPenghuni yang tidak mematuhi kewajiban dan melanggar laranganseperti yang ditetapkan dalam pasal 4 dan 5 Surat Keputusan ini,hak huninya akan dicabut.

Pasal 8Ketentuan Lain

Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini akan diaturlebih lanjut dengan Surat Keputusan tersendiri.

Pasal 9

Ketentuan Penutup1) Dengan berlakunya Keputusan ini, maka keputusan sebelumnya

tentang Penghunian Rumah Dinas Departemen Luar Negeri yangtidak sesuai, dianggap tidak berlaku lagi.

2) Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Nopember 1988,dengan catatan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 66: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

48

didalam Keputusan ini maka akan diadakan perubahansebagaimana mestinya.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 8 Desember 1988

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

ttd

ALI ALATAS, SH

SALINANSurat Keputusan ini Disampaikan kepada1. Para Pejabat Eselon I dan II Departemen Luar Negeri2. Para Kepala Perwakilan R.I. di Luar Negeri3. Arsip.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 67: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

49

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK.092/PL/V/2001/01

TENTANG

PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUARNEGERI NOMOR : SK. 112/PL/VIII/98/01 TENTANG

PENGERTIAN STATUS RUMAH-RUMAH NEGERI DILINGKUNGAN DEPARTEMEN LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pencantuman beberapa peraturanperundang-undangan sebagai dasar hukumdalam Surat Keputusan Menteri Luar NegeriNomor : SK.112/PL/VIII/98/01 tidak sesuaidengan ketentuan yang berlaku;

b. bahwa rumah-rumah negara di lingkunganDepartemen Luar Negeri yang terletak diKomplek Departemen Luar Negeri JagakarsaJakarta Selatan 8 Unit, Cidodol JakartaSelatan 7 unit, Cipulir Tangerang 5 unit,Pondok Aren Tangerang 1 unit, telahditetapkannya statusnya sebagai rumahJabatan/Rumah Negara Golongan I untukPejabat Eselon I dan II Departemen LuarNegeri dalam Surat Keputusan Menteri LuarNegeri Nomor : RP/SK/050/92/01;

c. bahwa 24 (dua puluh empat) unit rumahnegara di lingkungan Departemen Luar Negeri

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 68: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

50

yang terletak di Komplek Departemen LuarNegeri Arinda Permai Estate Pondok ArenTangerang, telah ditetapkan statusnyasebagai Rumah Jabatan/Rumah NegaraGolongan I untuk Pejabat Eselon IIIDepartemen Luar Negeri dalam SuratKeputusan Menteri Luar Negeri Nomor : KP/SK.044/93/01;

d. bahwa perubahan status Rumah Jabatan/Rumah Negara Golongan I menjadi RumahNegeri Golongan II/Rumah Negara GolonganII sebagaimana ditetapkan dalam SuratKeputusan Menteri Luar Negeri Nomor :SK.112/PL/VIII/98/01, tidak sesuai denganketentuan yang berlaku;

e. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c,dan d perlu menetapkan Keputusan MenteriLuar Negeri tentang Perubahan atas SuratKeputusan Menteri Luar Negeri Nomor :SK.112/PL/VIII/98/01 tentang Penentuanstatus rumah-rumah negeri di lingkunganDepartemen Luar Negeri;

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994tentang Rumah Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69);

2. Keputusan Presiden Republik IndonesiaNomor 13 Tahun 1974 tentang Perubahan/Penetapan Status Rumah Negerisebagaimana telah diubah dengan KeputusanPresiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun1982;

3. Surat Keputusan Menteri Luar NegeriNomor : KP/SK/050/92/01 tentang RumahJabatan untuk Eselon I dan Eselon IIDepartemen Luar Negeri RI;

4. Surat Keputusan Menteri Luar NegeriNomor : KP/SK.044/93/01 tentang RumahJabatan Eselon III Departemen LuarNegeri RI.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 69: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

51

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANGPERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSANMENTERI LUAR NEGERI NOMOR : SK.112/PL/VIII/98/01 TENTANG PENENTUAN STATUSRUMAH-RUMAH NEGERI DI LINGKUNGANDEPARTEMEN LUAR NEGERI.

Pasal 1Beberapa ketentuan dalam Surat Keputusan Menteri Luar NegeriNomor : SK.112/PL/VIII/98/01 tentang Penentuan Status Rumah-rumah Negeri di Lingkungan Departemen Luar Negeri diubah menjadisebagai berikut :1. Dasar Hukum, berbunyi sebagai berikut :

“Mengingat : a. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994tentang Rumah Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69);

b. Keputusan Presiden Republik IndonesiaNomor 13 Tahun 1974 tentang Perubahan/Penetapan Status Rumah Negerisebagaimana telah diubah denganKeputusan Presiden Republik IndonesiaNomor 81 Tahun 1982".

2. Judul, berbunyi sebagai berikut :“Menetapkan :KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANG

PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSANMENTERI LUAR NEGERI NOMOR SK.112/PL/VIII/98/01 TENTANG PENENTUAN STATUSRUMAH-RUMAH NEGERI DI LINGKUNGANDEPARTEMEN LUAR NEGERI”.

3. Diktum Pertama, berbunyi sebagai berikut :“KESATU : Menetapkan status rumah-rumah negara di

lingkungan Departemen Luar Negeri yang terletakdi Kreo Tangerang 114 unit, Cipadu Jaya –Jurangmangu Timur Tangerang 306 unit,Komplek Deplu 74 Pondok Karya Tangerang 74unit, dan Pondok Aren Tangerang 279 unitsebagai Rumah Negara Golongan II.”

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 70: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

52

Pasal 2Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 22 Mei 2001

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

ttd

Drs. ALWI SHIHAB

Salinan Surat Keputusan ini disampaikan kepada :1. Yth.Saudara Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;2. Yth.Saudara Menteri Pemukiman dan Pengembangan Prasarana

Wilayah RT;3. Yth.Saudara Menteri Keuangan RI;4. Yth.Seluruh Unit Eselon I dan II Departemen Luar Negeri;5. Yth.Para Pemegang Hak Huni Rumah Jabatan Eselon I, II,

dan III Departemen Luar Negeri.6. Yth.Para Pemegang Hak Huni Rumah Instansi/Rumah Negara

Golongan II Departemen Luar Negeri.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 71: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

53

DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAHDIREKTORAT JENDERAL PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru – Jakarta Selatan No.(021) 723-2373 Fax. (021) 723-2373

Nomor : Hk.02.03-Dm/80 Jakarta, 19 Februari 2001Lamp. : 1 (satu) Lembar

KepadaYth. Menteri Luar NegeriUp. Sekretaris Jenderaldi

JAKARTA

Perihal : Ralat Surat Keputusan Menteri Luar Negeri No. : 112/PL/VIII/98/01 tanggal 3 Agustus 1998

Sehubungan dengan Surat Bapak Nomor : 090/PL/II/2001/02tanggal 5 Februari 2001 perihal Pembatalan Penjualan RumahJabatan, bersama ini kami sampaikan dengan hormat bahwa untukmenindaklanjuti surat tersebut kami mohon Bapak menarik suratSekjen Deplu perihal Usul Pengalihan Status Rumah Negara GolonganII (dua) menjadi Rumah Negara Golongan III (tiga) atas 45 (empatpuluh lima) Rumah Jabatan sebagai disebut pada Surat Bapak danmelampirkan ralat surat keputusan Menteri Luar Negeri Nomor :112/PL/VIII/98/01 tanggal 03 Agustus 1998 perihal PenentuanStatus rumah-rumah negeri di lingkungan Departemen Luar Negeri.

Demikian dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

An. Menteri Permukiman dan Prasarana WilayahDirektur Jenderal Perumahan dan Permukiman

ttd

Ir. Djoko Kirmanto, Dipl. HE.NIP. 110013286

Tembusan Kepada Yth :

1. Ibu Menteri Kimpraswil (sebagai laporan)2. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI di Jakarta

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 72: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

54

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 20 Februari 2001

Nomor : 110/PL/II/2001/02Lamp. : 45 berkasPerihal : Penarikan Kembali Usulan Alis Status

Rumah Negara Golongan II menjadiGolongan III.

Kepada Yang Terhormat,Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayahu.p. Direktur Jenderal Perumahan dan PemukimandiJAKARTA

Menunjuk surat Bapak Nomor: Hk.02.03-Dm/80 tanggal 19 Februari2001 perihal Ralat SUrat Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor :112/PL/VIII/98/01 tanggal 3 Agustus 1998, bersama ini kamimenarik kembali usulan pengalihan status rumah negara golonganII menjadi golongan III sebanyak 45 unit sebagaimana terlampir.Sedangkan mengenai ralat Surat Keputusan Menteri Luar NegeriNomor : 112/PL/VIII/98/01 tanggal 3 Agustus 1998 masih dalamproses untuk ditanda tangani Bapak Menteri Luar Negeri.

Demikian atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

a.n. Menteri Luar Negeri RI Sekretaris Jenderal

ttd

Arizal Effendi

Tembusan Kepada Yang Terhormat :

1. Bapak Menteri Luar Negeri RI (sebagai laporan)2. Bapak Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI di Jakarta.

BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 73: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

55

XX

PENGADAANBARANG DAN JASA

Page 74: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

56

Page 75: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

57

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 80 TAHUN 2003

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAANPENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa agar pengadaan barang/jasapemerintah yang dibiayai dengan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara/AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APBD) dapat dilaksanakan dengan efektifdan efisien dengan prinsip persaingan sehat,transparan, terbuka, dan perlakuan yangadil bagi semua pihak, sehingga hasilnyadapat dipertanggungjawabkan baik dari segifisik, keuangan maupun manfaatnya bagikelancaran tugas Pemerintah dan pelayananmasyarakat, dipandang perlu menyempur-nakan Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun2000 tentang Pedoman PelaksanaanPengadaan Barang/Jasa InstansiPemerintah;

b. bahwa untuk maksud tersebut di atas, perluditetapkan Keputusan Presiden tentangPedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945sebagaimana telah diubah dengan

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 76: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

58

Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar1945;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3956);

3. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002tentang Pedoman Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2002Nomor 73, Tambahan Lembaran NegaraNomor 4212);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASAPEMERINTAH.

BAB IKETENTUAN UMUM

Bagian PertamaPengertian Istilah

Pasal 1Dalam Keputusan Presiden ini, yang dimaksud dengan :(1) Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan

barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yangdilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa;

(2) Pengguna barang/jasa adalah kepala kantor/satuan kerja/pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek/pengguna anggaranDaerah/pejabat yang disamakan sebagai pemilik pekerjaanyang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa dalam lingkungan unit kerja/proyek tertentu;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 77: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

59

(3) Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orangperseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa;

(4) Kepala kantor/satuan kerja adalah pejabat strukturaldepartemen/ lembaga yang bertanggung jawab ataspelaksanaan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari danaanggaran belanja rutin APBN;

(5) Pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek adalah pejabat yangdiangkat oleh Menteri/Pemimpin Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota/pejabat yang diberi kuasa, yang bertanggung jawabatas pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang dibiayai darianggaran belanja pembangunan APBN;

(6) Pengguna Anggaran Daerah adalah pejabat di lingkunganpemerintah propinsi/ kabupaten/kota yang bertanggung jawabatas pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari danaanggaran belanja APBD;

(7) Pejabat yang disamakan adalah pejabat yang diangkat olehpejabat yang berwenang di lingkungan Tentara NasionalIndonesia (TNI)/Kepolisian Republik Indonesia (Polri)/pemerintahdaerah/Bank Indonesia (BI)/Badan Hukum Milik Negara (BHMN)/Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah(BUMD), yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaanbarang/jasa yang dibiayai dari APBN/APBD;

(8) Panitia pengadaan adalah tim yang diangkat oleh penggunabarang/jasa untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa;

(9) Pejabat pengadaan adalah personil yang diangkat oleh penggunabarang/jasa untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa dengan nilai sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluhjuta rupiah);

(10) Pemilihan penyedia barang/jasa adalah kegiatan untukmenetapkan penyedia barang/jasa yang akan ditunjuk untukmelaksanakan pekerjaan;

(11) Barang adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yangmeliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang/jasa;

(12) Jasa Pemborongan adalah layanan pekerjaan pelaksanaankonstruksi atau wujud fisik lainnya yang perencanaan teknis

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 78: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

60

dan spesifikasinya ditetapkan pengguna barang/jasa dan prosesserta pelaksanaannya diawasi oleh pengguna barang/jasa;

(13) Jasa Konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional dalamberbagai bidang yang meliputi jasa perencanaan konstruksi,jasa pengawasan konstruksi, dan jasa pelayanan profesi lainnya,dalam rangka mencapai sasaran tertentu yang keluarannyaberbentuk piranti lunak yang disusun secara sistematisberdasarkan kerangka acuan kerja yang ditetapkan penggunajasa;

(14) Jasa lainnya adalah segala pekerjaan dan atau penyediaanjasa selain jasa konsultansi, jasa pemborongan, dan pemasokanbarang;

(15) Sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah adalahtanda bukti pengakuan atas kompetensi dan kemampuanprofesi di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah yangmerupakan persyaratan seseorang untuk diangkat sebagaipengguna barang/jasa atau panitia/pejabat pengadaan;

(16) Dokumen pengadaan adalah dokumen yang disiapkan olehpanitia/pejabat pengadaan sebagai pedoman dalam prosespembuatan dan penyampaian penawaran oleh calon penyediabarang/jasa serta pedoman evaluasi penawaran oleh panitia/pejabat pengadaan;

(17) Kontrak adalah perikatan antara pengguna barang/jasa denganpenyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa;

(18) Usaha kecil termasuk koperasi kecil adalah kegiatan ekonomirakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria yang ditetapkandalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang UsahaKecil;

(19) Surat jaminan adalah jaminan tertulis yang dikeluarkan bankumum/lembaga keuangan lainnya yang diberikan oleh penyediabarang/jasa kepada pengguna barang/jasa untuk menjaminterpenuhinya persyaratan/kewajiban penyedia barang/jasa;

(20) Kemitraan adalah kerjasama usaha antara penyedia barang/jasa dalam negeri maupun dengan luar negeri yang masing-masing pihak mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawabyang jelas, berdasarkan kesepakatan bersama yang dituangkandalam perjanjian tertulis;

(21) Pakta integritas adalah surat pernyataan yang ditandatanganioleh pengguna barang/jasa/panitia pengadaan/pejabat

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 79: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

61

pengadaan/penyedia barang/jasa yang berisi ikrar untukmencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme(KKN) dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa;

(22) Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukanteknologi tinggi dan/atau mempunyai resiko tinggi dan/ataumenggunakan peralatan didesain khusus dan/atau bernilai diatas Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

Bagian KeduaMaksud dan Tujuan

Pasal 2

(1) Maksud diberlakukannya Keputusan Presiden ini adalah untukmengatur pelaksanaan pengadaan barang/jasa yangsebagian atau seluruhnya dibiayai dari APBN/APBD.

(2) Tujuan diberlakukannya Keputusan Presiden ini adalah agarpelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sebagian atauseluruhnya dibiayai APBN/APBD dilakukan secara efisien, efektif,terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, danakuntabel.

Bagian KetigaPrinsip Dasar

Pasal 3Pengadaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip :a. efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan

menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapaisasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnyadan dapat dipertanggung jawabkan;

b. efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengankebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikanmanfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yangditetapkan;

c. terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harusterbuka bagi penyedia barang/jasa yang memenuhipersyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 80: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

62

syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan proseduryang jelas dan transparan;

d. transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenaipengadaan barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasipengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calonpenyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyediabarang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas padaumumnya;

e. adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang samabagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untukmemberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara danatau alasan apapun;

f. akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuanganmaupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umumpemerintahan dan berpedoman serta tidak boleh bertentangandengan ketentuan dalam Keputusan Presiden ini.

Bagian KeempatKebijakan Umum

Pasal 4Kebijakan umum pemerintah dalam pengadaan barang/jasaadalah :a. meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang

bangun dan perekayasaan nasional yang sasarannya adalahmemperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri dalamnegeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang/jasaproduksi dalam negeri pada perdagangan internasional;

b. meningkatkan peran serta usaha kecil termasuk koperasi kecildan kelompok masyarakat dalam pengadaan barang/jasa;

c. menyederhanakan ketentuan dan tata cara untuk mempercepatproses pengambilan keputusan dalam pengadaan barang/jasa;

d. meningkatkan profesionalisme, kemandirian, dan tanggungjawabpengguna barang/jasa, panitia/pejabat pengadaan, dan penyediabarang/jasa;

e. meningkatkan penerimaan negara melalui sektor perpajakan;f. menumbuhkembangkan peran serta usaha nasional;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 81: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

63

g. mengharuskan pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasadilakukan di dalam wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia;

h. mengharuskan pengumuman secara terbuka rencana pengadaanbarang/jasa kecuali pengadaan barang/jasa yang bersifat rahasiapada setiap awal pelaksanaan anggaran kepada masyarakatluas.

Bagian KelimaEtika Pengadaan

Pasal 5

Pengguna barang/jasa, penyedia barang/jasa, dan para pihak yangterkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus mematuhietika sebagai berikut :

a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawabuntuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainyatujuan pengadaan barang/jasa;

b. bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran,serta menjaga kerahasiaan dokumen pengadaan barang danjasa yang seharusnya dirahasiakan untuk mencegah terjadinyapenyimpangan dalam pengadaan barang/jasa;

c. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsunguntuk mencegah dan menghindari terjadinya persaingantidak sehat;

d. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yangditetapkan sesuai dengan kesepakatan para pihak;

e. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentinganpara pihak yang terkait, langsung maupun tidak langsung dalamproses pengadaan barang/jasa (conflict of interest);

f. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dankebocoran keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa;

g. menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golonganatau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsungmerugikan negara;

h. tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikanuntuk memberi atau menerima hadiah, imbalan berupa apa

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 82: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

64

saja kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat didugaberkaitan dengan pengadaan barang/jasa.

Bagian KeenamPelaksanaan Atas Pengadaan

Pasal 6Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan :

a. dengan menggunakan penyedia barang/jasa;

b. dengan cara swakelola.

Bagian KetujuhRuang Lingkup

Pasal 7(1) Ruang lingkup berlakunya Keputusan Presiden ini adalah untuk :

a. pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya sebagianatau seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD;

b. pengadaan barang/jasa yang sebagian atau seluruhnyadibiayai dari pinjaman/hibah luar negeri (PHLN) yang sesuaiatau tidak bertentangan dengan pedoman dan ketentuanpengadaan barang/jasa dari pemberi pinjaman/hibahbersangkutan;

c. pengadaan barang/jasa untuk investasi di lingkungan BI,BHMN, BUMN, BUMD, yang pembiayaannya sebagian atauseluruhnya dibebankan pada APBN/APBD.

(2) Pengaturan pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayaidari dana APBN, apabila ditindaklanjuti dengan KeputusanMenteri/Pemimpin Lembaga/Panglima TNI/Kapolri/DewanGubernur BI/Pemimpin BHMN/Direksi BUMN harus tetapberpedoman serta tidak boleh bertentangan dengan ketentuandalam Keputusan Presiden ini.

(3) Peraturan Daerah/Keputusan Kepala Daerah yang mengaturpengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayai dari danaAPBD harus tetap berpedoman serta tidak boleh bertentangandengan ketentuan dalam Keputusan Presiden ini.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 83: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

65

BAB II

PENGADAAN YANG DILAKSANAKAN PENYEDIA BARANG/JASA

Bagian PertamaPembiayaan Pengadaan

Pasal 8Departemen/Kementerian/Lembaga/TNI/Polri/Pemerintah Daerah/BI/BHMN/BUMN/BUMD wajib menyediakan biaya administrasiproyek untuk anggaran yang tersedia untuk kegiatan/proyek yangdibiayai dari APBN/APBD, yaitu :a. honorarium pengguna barang/jasa, panitia/pejabat pengadaan,

bendaharawan, dan staf proyek;b. pengumuman pengadaan barang/jasa;c. penggandaan dokumen pengadaan barang/jasa dan/atau

dokumen prakualifikasi;

d. administrasi lainnya yang diperlukan untuk mendukungpelaksanaan pengadaan barang/jasa.

Bagian KeduaTugas Pokok dan Persyaratan Para Pihak

Paragraf PertamaPersyaratan dan Tugas Pokok Pengguna Barang/Jasa

Pasal 9

(1) Pengguna barang/jasa harus memenuhi persyaratan sebagaiberikut :

a. memiliki integritas moral;b. memiliki disiplin tinggi;c. memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta

manajerial untuk melaksanakan tugas yang dibebankankepadanya;

d. memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasapemerintah;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 84: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

66

e. memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, bertindaktegas dan keteladanan dalam sikap dan perilaku serta tidakpernah terlibat KKN.

(2) Berdasarkan usulan pimpinan unit kerja yang bersangkutandengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),pengguna barang/jasa diangkat dengan surat keputusanMenteri/Panglima TNI/Kapolri/Pemimpin Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota/Dewan Gubernur BI/Pemimpin BHMN/DireksiBUMN/BUMD atau pejabat yang diberi kuasa.

(3) Tugas pokok pengguna barang/jasa dalam pengadaan barang/jasa adalah :

a. menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa;b. mengangkat panitia/pejabat pengadaan barang/jasa;c. menetapkan paket-paket pekerjaan disertai ketentuan

mengenai peningkatan penggunaan produksi dalam negeridan peningkatan pemberian kesempatan bagi usaha keciltermasuk koperasi kecil, serta kelompok masyarakat;

d. menetapkan dan mengesahkan harga perkiraan sendiri(HPS), jadual, tata cara pelaksanaan dan lokasi pengadaanyang disusun panitia pengadaan;

e. menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan panitia/pejabat pengadaan sesuai kewenangannya;

f. menetapkan besaran uang muka yang menjadi hakpenyedia barang/jasa sesuai ketentuan yang berlaku;

g. menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak denganpihak penyedia barang/jasa;

h. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada pimpinan instansinya;

i. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

j. menyerahkan aset hasil pengadaan barang/jasa dan asetlainnya kepada Menteri/Panglima TNI/Kepala Polri/PemimpinLembaga/Gubernur/Bupati/Walikota/Dewan Gubernur BI/Pemimpin BHMN/Direksi BUMN/BUMD dengan berita acarapenyerahan;

k. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaanpengadaan barang/jasa dimulai.

(4) Pengguna barang/jasa dilarang mengadakan ikatanperjanjian dengan penyedia barang/jasa apabila belum

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 85: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

67

tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yangakan mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yangtersedia untuk kegiatan/proyek yang dibiayai dari APBN/APBD.

(5) Pengguna barang/jasa bertanggung jawab dari segi administrasi,fisik, keuangan, dan fungsional atas pengadaan barang/jasayang dilaksanakannya.

Paragraf KeduaPembentukan, Persyaratan, Tugas Pokok, dan

Keanggotaan Panitia/Pejabat Pengadaan

Pasal 10(1) Panitia pengadaan wajib dibentuk untuk semua pengadaan

dengan nilai di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).(2) Untuk pengadaan sampai dengan nilai Rp 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) dapat dilaksanakan oleh panitia atau pejabatpengadaan.

(3) Anggota panitia pengadaan berasal dari pegawai negeri, baikdari instansi sendiri maupun instansi teknis lainnya.

(4) Panitia/pejabat pengadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dan ayat (2) di atas harus memenuhi persyaratan sebagaiberikut :a. memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam

melaksanakan tugas;b. memahami keseluruhan pekerjaan yang akan diadakan;c. memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas

panitia/pejabat pengadaan yang bersangkutan;d. memahami isi dokumen pengadaan/metoda dan prosedur

pengadaan berdasarkan Keputusan Presiden ini;

e. tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat yangmengangkat dan menetapkannya sebagai panitia/pejabatpengadaan;

f. memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasapemerintah.

(5) Panitia berjumlah gasal beranggotakan sekurang-kurangnya 3(tiga) orang yang memahami tata cara pengadaan, substansipekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 86: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

68

diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luarinstansi yang bersangkutan.

(6) Pejabat pengadaan hanya 1 (satu) orang yang memahamitata cara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yangbersangkutan dan bidang lain yang diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luar instansi yang bersangkutan.

(7) Dilarang duduk sebagai panitia/pejabat pengadaan :

a. pengguna barang/jasa dan bendaharawan;

b. pegawai pada Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan (BPKP)/Inspektorat Jenderal Departemen/Inspektorat Utama Lembaga Pemerintah Non Departemen/Badan Pengawas Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota,Pengawasan Internal BI/BHMN/BUMN/BUMD kecualimenjadi panitia/pejabat pengadaan untuk pengadaanbarang/jasa yang dibutuhkan instansinya.

Paragraf KetigaPersyaratan Penyedia Barang/Jasa

Pasal 11(1) Persyaratan penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan

pengadaan adalah sebagai berikut :

a. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undanganuntuk menjalankan usaha/kegiatan sebagai penyediabarang/jasa;

b. memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis danmanajerial untuk menyediakan barang/jasa;

c. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatanusahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau direksi yangbertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedangdalam menjalani sanksi pidana;

d. secara hukum mempunyai kapasitas menandatanganikontrak;

e. sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajibanperpajakan tahun terakhir, dibuktikan dengan melampirkanfotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 87: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

69

Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir,dan fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 29;

f. dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir pernahmemperoleh pekerjaan menyediakan barang/jasa baik dilingkungan pemerintah maupun swasta termasukpengalaman subkontrak, kecuali penyedia barang/jasa yangbaru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;

g. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, danfasilitas lain yang diperlukan dalam pengadaan barang/jasa;

h. tidak masuk dalam daftar hitam;i. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau

dengan pos;j. khusus untuk penyedia barang/jasa orang perseorangan

persyaratannya sama dengan di atas kecuali huruf f.(2) Tenaga ahli yang akan ditugaskan dalam melaksanakan

pekerjaan jasa konsultansi harus memenuhi persyaratansebagai berikut :a. memiliki Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP) dan bukti

penyelesaian kewajiban pajak;b. lulusan perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta

yang telah diakreditasi oleh instansi yang berwenang atauyang lulus ujian negara, atau perguruan tinggi luar negeriyang ijasahnya telah disahkan/diakui oleh instansipemerintah yang berwenang di bidang pendidikan tinggi;

c. mempunyai pengalaman di bidangnya.(3) Pegawai negeri, pegawai BI, pegawai BHMN/BUMN/BUMD

dilarang menjadi penyedia barang/jasa, kecuali yangbersangkutan mengambil cuti di luar tanggungan negara/BI/BHMN/BUMN/ BUMD.

(4) Penyedia barang/jasa yang keikutsertaannya menimbulkanpertentangan kepentingan dilarang menjadi penyedia barang/jasa.

(5) Terpenuhinya persyaratan penyedia barang/jasa dinilai melaluiproses prakualifikasi atau pascakualifikasi oleh panitia/pejabatpengadaan.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 88: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

70

Bagian KetigaJadual Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

Pasal 12

Pengguna barang/jasa wajib mengalokasikan waktu yang cukupuntuk penayangan pengumuman, kesempatan untuk pengambilandokumen, kesempatan untuk mempelajari dokumen, dan penyiapandokumen penawaran.

Bagian KeempatPenyusunan Harga Perkiraan Sendiri

Pasal 13(1) Pengguna barang/jasa wajib memiliki harga perkiraan sendiri

(HPS) yang dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkandata yang dapat dipertangungjawabkan.

(2) HPS disusun oleh panitia/pejabat pengadaan dan ditetapkanoleh pengguna barang/jasa.

(3) HPS digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran hargapenawaran termasuk rinciannya dan untuk menetapkanbesaran tambahan nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaranyang dinilai terlalu rendah, tetapi tidak dapat dijadikan dasaruntuk menggugurkan penawaran.

(4) Nilai total HPS terbuka dan tidak bersifat rahasia.

(5) HPS merupakan salah satu acuan dalam menentukantambahan nilai jaminan.

Bagian KelimaPrakualifikasi dan Pascakualifikasi

Paragraf PertamaPrinsip-Prinsip Prakualifikasi dan Pascakualifikasi

Pasal 14

(1) Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dankemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 89: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

71

lainnya dari penyedia barang/jasa sebelum memasukkanpenawaran.

(2) Pascakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dankemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentulainnya dari penyedia barang/jasa setelah memasukkanpenawaran.

(3) Panitia/pejabat pengadaan wajib melakukan pascakualifikasiuntuk pelelangan umum pengadaan barang/jasapemborongan/jasa lainnya secara adil, transparan, danmendorong terjadinya persaingan yang sehat denganmengikutsertakan sebanyak-banyaknya penyedia barang/jasa.

(4) Prakualifikasi wajib dilaksanakan untuk pengadaan jasakonsultansi dan pengadaan barang/jasa pemborongan/jasalainnya yang menggunakan metoda penunjukan langsung untukpekerjaan kompleks, pelelangan terbatas dan pemilihanlangsung.

(5) Panitia/pejabat pengadaan dapat melakukan prakualifikasi untukpelelangan umum pengadaan barang/jasa pemborongan/jasalainnya yang bersifat kompleks.

(6) Dalam proses prakualifikasi/pascakualifikasi panitia/pejabatpengadaan dilarang menambah persyaratan prakualifikasi/pascakualifikasi di luar yang telah ditetapkan dalam ketentuanKeputusan Presiden ini atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;

(7) Persyaratan prakualifikasi/pascakualifikasi yang ditetapkan harusmerupakan persyaratan minimal yang dibutuhkan untukpelaksanaan kegiatan agar terwujud persaingan yang sehatsecara luas.

(8) Pengguna barang/jasa wajib menyederhanakan prosesprakualifikasi dengan tidak meminta seluruh dokumen yangdisyaratkan melainkan cukup dengan formulir isian kualifikasipenyedia barang/jasa.

(9) Penyedia barang/jasa wajib menandatangani surat pernyataandi atas meterai bahwa semua informasi yang disampaikandalam formulir isian kualifikasi adalah benar, dan apabiladiketemukan penipuan/pemalsuan atas informasi yangdisampaikan, terhadap yang bersangkutan dikenakan sanksipembatalan sebagai calon pemenang, dimasukkan dalam daftar

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 90: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

72

hitam sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, dan tidak bolehmengikuti pengadaan untuk 2 (dua) tahun berikutnya, sertadiancam dituntut secara perdata dan pidana.

(10) Dalam proses prakualifikasi/pascakualifikasi panitia/pejabatpengadaan tidak boleh melarang, menghambat, dan membatasikeikutsertaan calon peserta pengadaan barang/jasa dari luarpropinsi/kabupaten/kota lokasi pengadaan barang/jasa.

(11) Departemen/Kementerian/Lembaga/TNI/Polri/Pemerintah/Daerah/BI/BHMN/BUMN/BUMD dilarang melakukanprakualifikasi massal yang berlaku untuk pengadaan dalam kurunwaktu tertentu.

(12) Pada setiap tahapan proses pemilihan penyedia barang/jasa,pengguna barang/jasa/panitia/pejabat pengadaan dilarangmembebani atau memungut biaya apapun kepada penyediabarang/jasa, kecuali biaya penggandaan dokumen pengadaan.

Paragraf KeduaProses Prakualifikasi dan Pascakualifikasi

Pasal 15 (1) Proses prakualifikasi secara umum meliputi pengumuman

prakualifikasi, pengambilan dokumen prakualifikasi, pemasukandokumen prakualifikasi, evaluasi dokumen prakualifikasi,penetapan calon peserta pengadaan yang lulus prakualifikasi,dan pengumuman hasil prakualifikasi.

(2) Proses pascakualifikasi secara umum meliputi pemasukandokumen kualifikasi bersamaan dengan dokumen penawarandan terhadap peserta yang diusulkan untuk menjadi pemenangserta cadangan pemenang dievaluasi dokumen kualifikasinya.

Bagian KeenamPrinsip Penetapan Sistem Pengadaan

Pasal 16(1) Untuk menentukan sistem pengadaan yang meliputi metoda

pemilihan penyedia barang/jasa, metoda penyampaian dokumenpenawaran, metoda evaluasi penawaran, dan jenis kontrak,perlu mempertimbangkan jenis, sifat, dan nilai barang/jasa serta

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 91: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

73

kondisi lokasi, kepentingan masyarakat, dan jumlah penyediabarang/jasa yang ada.

(2) Dalam menyusun rencana dan penentuan paket pengadaan,pengguna barang/jasa bersama dengan panitia, wajibmemaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri danperluasan kesempatan bagi usaha kecil, koperasi kecil, danmasyarakat.

(3) Dalam menetapkan sistem pengadaan, pengguna barang/jasa :a. wajib menyediakan sebanyak-banyaknya paket pengadaan

untuk usaha kecil termasuk koperasi kecil tanpamengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuansistem, kualitas, dan kemampuan teknis usaha kecil;

b. dilarang menyatukan atau memusatkan beberapakegiatan yang tersebar di beberapa daerah yangmenurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinyaseharusnya dilakukan di daerah masing-masing;

c. dilarang menyatukan beberapa paket pekerjaan yangmenurut sifat pekerjaan dan besaran nilainya seharusnyadilakukan oleh usaha kecil termasuk koperasi kecil;

d. dilarang menetapkan kriteria dan persyaratan pengadaanyang diskriminatif dan tidak obyektif.

Bagian KetujuhSistem Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa

Lainnya

Paragraf PertamaMetoda Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemborongan/

Jasa Lainnya

Pasal 17(1) Dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa

lainnya, pada prinsipnya dilakukan melalui metoda pelelanganumum.

(2) Pelelangan umum adalah metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumumansecara luas melalui media massa dan papan pengumuman

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 92: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

74

resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luasdunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapatmengikutinya.

(3) Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampumelaksanakan diyakini terbatas yaitu untuk pekerjaan yangkompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapatdilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkansecara luas melalui media massa dan papan pengumumanresmi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang telahdiyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada penyediabarang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.

(4) Dalam hal metoda pelelangan umum atau pelelangan terbatasdinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihanpenyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metodapemilihan langsung, yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yangdilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknyapenawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran daripenyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi sertadilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harusdiumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untukpenerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet.

(5) Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihanpenyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukanlangsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan caramelakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehinggadiperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapatdipertanggungjawabkan.

Paragraf KeduaMetoda Penyampaian Dokumen Penawaran Pada

Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemborongan/JasaLainnya

Pasal 18 (1) Dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa

lainnya dapat dipilih salah 1 (satu) dari 3 (tiga) metodapenyampaian dokumen penawaran berdasarkan jenis barang/jasa yang akan diadakan dan metoda penyampaian dokumenpenawaran tersebut harus dicantumkan dalam dokumen lelangyang meliputi :

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 93: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

75

a. metoda satu sampul;b. metoda dua sampul;c. metoda dua tahap.

(2) Metoda satu sampul yaitu penyampaian dokumen penawaranyang terdiri dari persyaratan administrasi, teknis, danpenawaran harga yang dimasukan ke dalam 1 (satu) sampultertutup kepada panitia/pejabat pengadaan.

(3) Metoda dua sampul yaitu penyampaian dokumen penawaranyang persyaratan administrasi dan teknis dimasukkan dalamsampul tertutup I, sedangkan harga penawaran dimasukkandalam sampul tertutup II, selanjutnya sampul I dan sampulII dimasukkan ke dalam 1 (satu) sampul (sampul penutup)dan disampaikan kepada panitia/pejabat pengadaan.

(4) Metoda dua tahap yaitu penyampaian dokumen penawaranyang persyaratan administrasi dan teknis dimasukkan dalamsampul tertutup I, sedangkan harga penawaran dimasukkandalam sampul tertutup II, yang penyampaiannya dilakukandalam 2 (dua) tahap secara terpisah dan dalam waktu yangberbeda.

Paragraf KetigaEvaluasi Penawaran Pada Pemilihan Penyedia Barang/

Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya

Pasal 19

(1) Dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasalainnya dapat dipilih salah 1 (satu) dari 3 (tiga) metoda evaluasipenawaran berdasarkan jenis barang/jasa yang akandiadakan, dan metoda evaluasi penawaran tersebut harusdicantumkan dalam dokumen lelang, yang meliputi :a. sistem gugur;b. sistem nilai;c. sistem penilaian biaya selama umur ekonomis.

(2) Sistem gugur adalah evaluasi penilaian penawaran dengan caramemeriksa dan membandingkan dokumen penawaranterhadap pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan dalamdokumen pemilihan penyedia barang/jasa dengan urutanproses evaluasi dimulai dari penilaian persyaratan administrasi,

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 94: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

76

persyaratan teknis dan kewajaran harga, terhadap penyediabarang/jasa yang tidak lulus penilaian pada setiap tahapandinyatakan gugur.

(3) Sistem nilai adalah evaluasi penilaian penawaran dengan caramemberikan nilai angka tertentu pada setiap unsur yang dinilaiberdasarkan kriteria dan nilai yang telah ditetapkan dalamdokumen pemilihan penyedia barang/jasa, kemudianmembandingkan jumlah nilai dari setiap penawaran pesertadengan penawaran peserta lainnya.

(4) Sistem penilaian biaya selama umur ekonomis adalah evaluasipenilaian penawaran dengan cara memberikan nilai pada unsur-unsur teknis dan harga yang dinilai menurut umur ekonomisbarang yang ditawarkan berdasarkan kriteria dan nilai yangditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa,kemudian nilai unsur-unsur tersebut dikonversikan ke dalamsatuan mata uang tertentu, dan dibandingkan dengan jumlahnilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran pesertalainnya.

(5) Dalam mengevaluasi dokumen penawaran, panitia/pejabatpemilihan penyedia barang/jasa tidak diperkenankanmengubah, menambah, dan mengurangi kriteria dan tatacaraevaluasi tersebut dengan alasan apapun dan atau melakukantindakan lain yang bersifat post bidding.

Paragraf KeempatProsedur Pemilihan Penyedia Barang/

Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya

Pasal 20

(1) Prosedur pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasalainnya dengan metoda pelelangan umum meliputi :

a. dengan prakualifikasi :1) pengumuman prakualifikasi;2) pengambilan dokumen prakualifikasi;3) pemasukan dokumen prakualifikasi;4) evaluasi dokumen prakualifikasi;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 95: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

77

5) penetapan hasil prakualifikasi;6) pengumuman hasil prakualifikasi;7) masa sanggah prakualifikasi;8) undangan kepada peserta yang lulus prakualifikasi;9) pengambilan dokumen lelang umum;10) penjelasan;11) penyusunan berita acara penjelasan dokumen lelang

dan perubahannya;12) pemasukan penawaran;13) pembukaan penawaran;14) evaluasi penawaran;15) penetapan pemenang;16) pengumuman pemenang;17) masa sanggah;18) penunjukan pemenang;19) penandatanganan kontrak;

b. dengan pasca kualifikasi :1) pengumuman pelelangan umum;2) pendaftaran untuk mengikuti pelelangan;3) pengambilan dokumen lelang umum;4) penjelasan;5) penyusunan berita acara penjelasan dokumen lelang

dan perubahannya;6) pemasukan penawaran;7) pembukaan penawaran;8) evaluasi penawaran termasuk evaluasi kualifikasi;9) penetapan pemenang;10)pengumuman pemenang;11)masa sanggah;12)penunjukan pemenang;13)penandatanganan kontrak.

(2) Prosedur pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasalainnya dengan metoda pelelangan terbatas meliputi :a. pemberitahuan dan konfirmasi kepada peserta terpilih;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 96: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

78

b. pengumuman pelelangan terbatas;c. pengambilan dokumen prakualifikasi;d. pemasukan dokumen prakualifikasi;e. evaluasi dokumen prakualifikasi;f. penetapan hasil prakualifikasi;g. pemberitahuan hasil prakualifikasi;h. masa sanggah prakualifikasi;i. undangan kepada peserta yang lulus prakualifikasi;j. penjelasan;k. penyusunan berita acara penjelasan dokumen lelang dan

perubahannya;l. pemasukan penawaran;m. pembukaan penawaran;n. evaluasi penawaran;o. penetapan pemenang;p. pengumuman pemenang;q. masa sanggah;r. penunjukan pemenang;s. penandatanganan kontrak.

(3) Prosedur pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasalainnya dengan metoda pemilihan langsung meliputi :a. pengumuman pemilihan langsung;b. pengambilan dokumen prakualifikasi;c. pemasukan dokumen prakualifikasi;d. evaluasi dokumen prakualifikasi;e. penetapan hasil prakualifikasi;f. pemberitahuan hasil prakualifikasi;g. masa sanggah prakualifikasi;h. undangan pengambilan dokumen pemilihan langsung;i. penjelasan;j. penyusunan berita acara penjelasan dokumen lelang dan

perubahannya;k. pemasukan penawaran;l. pembukaan penawaran;m. evaluasi penawaran;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 97: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

79

n. penetapan pemenang;o. pemberitahuan penetapan pemenang;p. masa sanggah;q. penunjukan pemenang;r. penandatanganan kontrak.

(4) Tata cara pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasalainnya dengan metoda penunjukan langsung meliputi :a. undangan kepada peserta terpilih;b. pengambilan dokumen prakualifikasi dan dokumen

penunjukan langsung;c. pemasukan dokumen prakualifikasi, penilaian kualifikasi,

penjelasan, dan pembuatan berita acara penjelasan;d. pemasukan penawaran;e. evaluasi penawaran;f. negosiasi baik teknis maupun biaya;g. penetapan/penunjukan penyedia barang/jasa;h. penandatanganan kontrak.

Bagian KedelapanSistem Pengadaan Jasa Konsultansi

Paragraf PertamaPersiapan Pelaksanaan Pemilihan Jasa Konsultansi

Pasal 21(1) Pengguna barang/jasa menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK)

dan menunjuk panitia pengadaan/pejabat pengadaan.(2) Panitia/pejabat pengadaan menyusun harga perkiraan sendiri

(HPS) dan dokumen pemilihan penyedia jasa konsultansimeliputi KAK, syarat administrasi, syarat teknis, syaratkeuangan, metoda pemilihan penyedia jasa konsultansi,metoda penyampaian dokumen penawaran, metoda evaluasipenawaran, dan jenis kontrak yang akan digunakan.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 98: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

80

Paragraf KeduaMetoda Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi

Pasal 22

(1) Pemilihan penyedia jasa konsultansi pada prinsipnya harusdilakukan melalui seleksi umum. Dalam keadaan tertentupemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan melaluiseleksi terbatas, seleksi langsung atau penunjukan langsung.

(3) Seleksi umum adalah metoda pemilihan penyedia jasakonsultansi yang daftar pendek pesertanya dipilih melalui prosesprakualifikasi secara terbuka yaitu diumumkan secara luasmelalui media massa dan papan pengumuman resmi untukpenerangan umum sehingga masyarakat luas mengetahui danpenyedia jasa konsultansi yang berminat dan memenuhikualifikasi dapat mengikutinya.

(4) Seleksi terbatas adalah metoda pemilihan penyedia jasakonsultansi untuk pekerjaan yang kompleks dan diyakini jumlahpenyedia jasa yang mampu melaksanakan pekerjaan tersebutjumlahnya terbatas.

(5) Dalam hal metoda seleksi umum atau seleksi terbatas dinilaitidak efisien dari segi biaya seleksi, maka pemilihan penyediajasa konsultansi dapat dilakukan dengan seleksi langsung yaitumetoda pemilihan penyedia jasa konsultansi yang daftar pendekpesertanya ditentukan melalui proses prakualifikasi terhadappenyedia jasa konsultansi yang dipilih langsung dan diumumkansekurang-kurangnya di papan pengumuman resmi untukpenerangan umum atau media elektronik (internet).

(6) Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihanpenyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan menunjuksatu penyedia jasa konsultansi yang memenuhi kualifikasi dandilakukan negosiasi baik dari segi teknis maupun biaya sehinggadiperoleh biaya yang wajar dan secara teknis dapatdipertanggungjawabkan.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 99: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

81

Paragraf KetigaMetoda Penyampaian Dokumen PenawaranPada Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi

Pasal 23 (1) Dalam pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dipilih salah

1 (satu) dari 3 (tiga) metoda penyampaian dokumenpenawaran berdasarkan jenis jasa konsultansi yang akandiadakan dan harus dicantumkan dalam dokumen seleksi.

(2) Metoda penyampaian dokumen penawaran jasa konsultansimeliputi :a. metoda satu sampul;b. metoda dua sampul;c. metoda dua tahap.

Paragraf KeempatMetoda Evaluasi Penawaran

Untuk Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi

Pasal 24

(1) Dalam pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dipilih salah1 (satu) dari 5 (lima) metoda evaluasi penawaran berdasarkanjenis jasa konsultansi yang akan diadakan dan harusdicantumkan dalam dokumen seleksi, yaitu :a. metoda evaluasi kualitas;b. metoda evaluasi kualitas dan biaya;c. metoda evaluasi pagu anggaran;d. metoda evaluasi biaya terendah;e. metoda evaluasi penunjukan langsung.

(2) Metoda evaluasi kualitas adalah evaluasi penawaran jasakonsultansi berdasarkan kualitas penawaran teknis terbaik,dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya.

(3) Metoda evaluasi kualitas dan biaya adalah evaluasi pengadaanjasa konsultasi berdasarkan nilai kombinasi terbaik penawaranteknis dan biaya terkoreksi dilanjutkan dengan klarifikasi dannegosiasi teknis serta biaya.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 100: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

82

(4) Metoda evaluasi pagu anggaran adalah evaluasi pengadaanjasa konsultansi berdasarkan kualitas penawaran teknis terbaikdari peserta yang penawaran biaya terkoreksinya lebih kecilatau sama dengan pagu anggaran, dilanjutkan dengan klarifikasidan negosiasi teknis serta biaya.

(5) Metoda evaluasi biaya terendah adalah evaluasi pengadaanjasa konsultansi berdasarkan penawaran biaya terkoreksinyaterendah dari konsultan yang nilai penawaran teknisnya di atasambang batas persyaratan teknis yang telah ditentukan,dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya.

(6) Metoda evaluasi penunjukan langsung adalah evaluasi terhadaphanya satu penawaran jasa konsultansi berdasarkan kualitasteknis yang dapat dipertanggungjawabkan dan biaya yangwajar setelah dilakukan klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya.

Paragraf KelimaProsedur Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi

Pasal 25 (1) Prosedur pemilihan penyedia jasa konsultansi dengan metoda

seleksi umum meliputi :

a. metoda evaluasi kualitas, metoda dua sampul :

1) pengumuman prakualifikasi;

2) pengambilan dokumen prakualifikasi;

3) pemasukan dokumen prakualifikasi;

4) evaluasi prakualifikasi;

5) penetapan hasil prakualifikasi;

6) pengumuman hasil prakualifikasi;

7) masa sanggah prakualifikasi;

8) undangan kepada konsultan yang masuk daftarpendek;

9) pengambilan dokumen seleksi umum;

10) penjelasan;

11) penyusunan berita acara penjelasan dokumen seleksidan perubahaannya;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 101: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

83

12) pemasukan penawaran;

13) pembukaan penawaran administrasi dan teknis (sampulI);

14) evaluasi administrasi dan teknis;

15) penetapan peringkat teknis;

16) pemberitahuan/pengumuman peringkat teknis(pemenang);

17) masa sanggah;

18) pembukaan penawaran harga (sampul II) peringkatteknis terbaik;

19) klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya;

20) penunjukan pemenang;

21) penandatanganan kontrak;

b. metoda evaluasi kualitas, metoda dua tahap :

1) pengumuman prakualifikasi;

2) pengambilan dokumen prakualifikasi;

3) pemasukan dokumen prakualifikasi;

4) evaluasi prakualifikasi;

5) penetapan hasil prakualifikasi;

6) pengumuman hasil prakualifikasi;

7) masa sanggah prakualifikasi;

8) undangan kepada konsultan yang masuk daftarpendek;

9) pengambilan dokumen seleksi umum;

10)penjelasan;

11)penyusunan berita acara penjelasan dokumen seleksidan perubahaannya;

12) tahap I, pemasukan penawaran administrasi dan teknis;

13)pembukaan penawaran administrasi dan teknis;

14)evaluasi administrasi dan teknis;

15)penetapan peringkat teknis;

16)pemberitahuan/pengumuman peringkat teknis(pemenang);

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 102: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

84

17)masa sanggah;

18) tahap II, mengundang peringkat teknis terbaik(pemenang) untuk memasukkan penawaran biaya;

19)pemasukan penawaran biaya;

20)pembukaan penawaran biaya;

21)klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya;

22)penunjukan pemenang;

23)penandatanganan kontrak;

c. metoda evaluasi kualitas dan biaya, metoda dua sampul :

1) pengumuman prakualifikasi;

2) pengambilan dokumen prakualifikasi;

3) pemasukan dokumen prakualifikasi;

4) evaluasi prakualifikasi;

5) penetapan hasil prakualifikasi;

6) pengumuman hasil prakualifikasi;

7) masa sanggah prakualifikasi;

8) undangan kepada konsultan yang masuk daftarpendek;

9) pengambilan dokumen seleksi umum;

10)penjelasan;

11)penyusunan berita acara penjelasan dokumen seleksidan perubahaannya;

12)pemasukan penawaran;

13)pembukaan penawaran administrasi dan teknis(sampul I);

14)evaluasi administrasi dan teknis;

15)penetapan peringkat teknis;

16)pemberitahuan/pengumuman peringkat teknis;

17)undangan pembukaan penawaran kepada peserta yanglulus evaluasi teknis;

18)pembukaan penawaran biaya (sampul II);

19)evaluasi biaya;

20)perhitungan kombinasi teknis dan biaya;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 103: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

85

21)penetapan pemenang;

22)pengumuman pemenang;

23)masa sanggah;

24)klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya denganpemenang;

25)penunjukan pemenang;

26)penandatanganan kontrak;

d. metoda evaluasi pagu anggaran, metoda dua sampul :

1) pengumuman prakualifikasi;

2) pengambilan dokumen prakualifikasi;

3) pemasukan dokumen prakualifikasi;4) evaluasi prakualifikasi;

5) penetapan hasil prakualifikasi;

6) pengumuman hasil prakualifikasi;

7) masa sanggah prakualifikasi;

8) undangan kepada konsultan yang masuk daftarpendek;

9) penjelasan;

10)penyusunan berita acara penjelasan dokumen seleksidan perubahaannya;

11)pemasukan penawaran;

12)pembukaan penawaran administrasi dan teknis(sampul I);

13)evaluasi administrasi dan teknis; terhadap yangpenawaran biayanya sama atau di bawah paguanggaran;

14)penetapan peringkat teknis;15)pengumuman/pemberitahuan peringkat teknis;

16)masa sanggah;

17)undangan pembukaan penawaran biaya kepadapeserta yang lulus evaluasi teknis;

18)pembukaan penawaran biaya (sampul II), koreksiaritmatik, dan penetapan pemenang;

19)klarifikasi dan konfirmasi negosiasi teknis dan biayadengan pemenang (peringkat teknis terbaik yang

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 104: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

86

penawaran biayanya sama atau di bawah paguanggaran);

20)penunjukan pemenang (award);

21)penandatanganan kontrak;

e. metoda evaluasi biaya terendah, metoda dua sampul :

1) pengumuman prakualifikasi;

2) pengambilan dokumen prakualifikasi;

3) pemasukan dokumen prakualifikasi;

4) evaluasi prakualifikasi;

5) penetapan hasil prakualifikasi;

6) pengumuman hasil prakualifikasi;7) masa sanggah prakualifikasi;

8) undangan kepada konsultan yang masuk daftarpendek;

9) pengambilan dokumen seleksi umum;

10)penjelasan;

11)penyusunan berita acara penjelasan dokumen seleksidan perubahaannya;

12)pemasukan penawaran;

13)pembukaan penawaran administrasi dan teknis(sampul I);

14)evaluasi administrasi dan teknis;

15)pengumuman/pemberitahuan hasil evaluasi administrasidan teknis;

16)undangan pembukaan penawaran bagi yang lulus;

17)pembukaan penawaran biaya (sampul II);18)evaluasi penawaran biaya;

19)penetapan pemenang;

20)pengumuman pemenang;

21)masa sanggah;

22)klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya denganpemenang;

23)penunjukan pemenang;

24)penandatanganan kontrak.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 105: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

87

(2) Prosedur pemilihan penyedia jasa konsultansi dengan metodaseleksi terbatas dan seleksi langsung pada prinsipnya samadengan prosedur pemilihan penyedia jasa konsultansi denganmetoda seleksi umum, hanya berbeda pada cara penyusunandaftar pendek.

(3) Tata cara pemilihan penyedia jasa konsultansi dengan metodapenunjukan langsung meliputi :

a. undangan kepada konsultan terpilih dilampiri dokumenprakualifikasi dan dokumen penunjukan langsung;

b. pemasukan dan evaluasi dokumen prakualifikasi sertapenjelasan;

c. pemasukan penawaran administrasi, teknis, dan biayadalam satu sampul;

d. pembukaan dan evaluasi penawaran oleh panitia;

e. klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya;

f. penetapan/penunjukan penyedia jasa konsultansi;

g. penandatanganan kontrak.

Bagian KesembilanPejabat yang Berwenang Menetapkan

Penyedia Barang/Jasa

Pasal 26Pejabat yang berwenang menetapkan penyedia barang/jasaadalah :

a. Pengguna barang/jasa untuk pengadaan yang bernilai sampaidengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) tanpamemerlukan persetujuan Menteri/Panglima TNI/Kepala Polri/Pemimpin Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota/Dewan GubernurBI/Pemimpin BHMN/Direksi BUMN/BUMD, pejabat atasanpengguna barang/jasa yang bersangkutan.

b. Menteri/Panglima TNI/Kepala Polri/Pemimpin Lembaga/DewanGubernur BI/Pemimpin BHMN/Direksi BUMN untuk pengadaanbarang/jasa yang dibiayai dari dana APBN yang bernilai di atasRp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 106: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

88

c. Gubernur untuk pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari danaAPBD Propinsi yang bernilai di atas Rp50.000.000.000,00 (limapuluh miliar rupiah).

d. Bupati/Walikota untuk pengadaan barang/jasa yang dibiayaidari dana APBD Kabupaten/Kota yang bernilai di atasRp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

e. Direksi BUMD untuk pengadaan barang/jasa yang dibiayai daridana APBN/APBD yang bernilai di atas Rp50.000.000.000,00(lima puluh miliar rupiah) dengan persetujuan Gubernur/Walikota/Bupati.

Bagian KesepuluhSanggahan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa, Pengaduan

Masyarakat, dan Pelelangan atau Seleksi Gagal

Paragraf PertamaSanggahan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

dan Pengaduan Masyarakat

Pasal 27(1) Peserta pemilihan penyedia barang/jasa yang merasa dirugikan,

baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan pesertalainnya, dapat mengajukan surat sanggahan kepada penggunabarang/jasa apabila ditemukan :

a. penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yangtelah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyediabarang/jasa;

b. rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinyapersaingan yang sehat;

c. penyalahgunaan wewenang oleh panitia/pejabat pengadaandan/atau pejabat yang berwenang lainnya;

d. adanya unsur KKN di antara peserta pemilihan penyediabarang/jasa;

e. adanya unsur KKN antara peserta dengan anggota panitia/pejabat pengadaan dan/atau dengan pejabat yangberwenang lainnya.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 107: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

89

(2) Pengguna barang/jasa wajib memberikan jawaban selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak surat sanggahan diterima.

(3) Apabila penyedia barang/jasa tidak puas terhadap jawabanpengguna barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),maka dapat mengajukan surat sanggahan banding.

(4) Surat sanggahan banding disampaikan kepada Menteri/PanglimaTNI/Kepala Polri/Pemimpin Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota/Dewan Gubernur BI/Pemimpin BHMN/Direksi BUMN/BUMDselambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya jawabanatas sanggahan tersebut.

(5) Menteri/Panglima TNI/Kepala Polri/Pemimpin Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota/Dewan Gubernur BI/Pemimpin BHMN/DireksiBUMN/BUMD wajib memberikan jawaban selambat-lambatnya15 (lima belas) hari kerja sejak surat sanggahan banding diterima.

(6) Proses pemilihan penyedia barang/jasa tetap dilanjutkan tanpamenunggu jawaban atas sanggahan banding.

(7) Apabila sanggahan banding ternyata benar, maka prosespemilihan penyedia barang/jasa dievaluasi kembali atau dilakukanproses pemilihan ulang, atau dilakukan pembatalan kontrak.

(8) Setiap pengaduan harus ditindaklanjuti oleh instansi/pejabat yangmenerima pengaduan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Paragraf KeduaPelelangan/Seleksi Ulang

Pasal 28

(1) Pelelangan umum dan terbatas dinyatakan gagal oleh panitia/pejabat pengadaan, apabila :

a. jumlah penyedia barang/jasa yang memasukkanpenawaran kurang dari 3 (tiga) peserta; atau

b. tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratanadministrasi dan teknis; atau

c. harga penawaran terendah lebih tinggi dari pagu anggaranyang tersedia.

(2) Seleksi umum dan terbatas dinyatakan gagal oleh panitia/pejabat pengadaan, apabila :

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 108: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

90

a. jumlah penyedia jasa konsultansi yang memasukkanpenawaran kurang dari 3 (tiga) peserta; atau

b. tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratanadministrasi dan teknis; atau

c. negosiasi atas harga penawaran gagal karena tidak adapeserta yang menyetujui/menyepakati klarifikasi dannegosiasi.

(3) Pelelangan/seleksi dinyatakan gagal oleh pengguna barang/jasa atau pejabat berwenang lainnya apabila :a. sanggahan dari penyedia barang/jasa ternyata benar;b. pelaksanaan pelelangan/seleksi tidak sesuai atau

menyimpang dari dokumen pengadaan yang telahditetapkan.

(4) Apabila pelelangan/seleksi dinyatakan gagal, maka panitia/pejabat pengadaan segera melakukan pelelangan/seleksi ulang.

(5) Apabila dalam pelelangan ulang, jumlah penyedia barang/jasayang lulus prakualifikasi hanya 2 (dua) maka dilakukanpermintaan penawaran dan negosiasi seperti pada prosespemilihan langsung.

(6) Apabila dalam pelelangan ulang, jumlah penyedia barang/jasayang memasukkan penawaran hanya 2 (dua) maka dilakukannegosiasi seperti pada proses pemilihan langsung.

(7) Apabila dalam pelelangan ulang, jumlah penyedia barang/jasayang lulus prakualifikasi hanya 1 (satu) maka dilakukanpermintaan penawaran dan negosiasi seperti pada prosespenunjukan langsung.

(8) Apabila dalam pelelangan ulang, jumlah penyedia barang/jasayang memasukkan penawaran hanya 1 (satu) maka dilakukannegosiasi seperti pada proses penunjukan langsung.

(9) Apabila dalam seleksi umum/terbatas ulang, jumlah penyediajasa konsultansi yang lulus prakualifikasi hanya 2 (dua) makadilakukan permintaan penawaran dan negosiasi seperti padaproses seleksi langsung.

(10) Apabila dalam seleksi umum/terbatas ulang, jumlah penyediajasa konsultansi yang memasukkan penawaran hanya 2 (dua)maka dilakukan negosiasi seperti pada proses seleksi langsung.

(11) Apabila dalam seleksi umum/terbatas ulang, jumlah penyediajasa konsultansi yang lulus prakualifikasi hanya 1 (satu) maka

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 109: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

91

dilakukan permintaan penawaran dan negosiasi seperti padaproses penunjukan langsung.

(12) Apabila dalam seleksi umum/terbatas ulang, jumlah penyediajasa konsultansi yang memasukkan penawaran hanya 1 (satu)maka dilakukan negosiasi seperti pada proses penunjukanlangsung.

(13) Pengguna barang/jasa dilarang memberikan ganti rugi kepadapeserta lelang/seleksi bila penawarannya ditolak ataupelelangan/seleksi dinyatakan gagal.

Bagian KesebelasKontrak Pengadaan Barang/Jasa

Paragraf PertamaIsi Kontrak

Pasal 29(1) Kontrak sekurang-kurangnya memuat ketentuan sebagai

berikut :

a. para pihak yang menandatangani kontrak yang meliputinama, jabatan, dan alamat;

b. pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yangjelas mengenai jenis dan jumlah barang/jasa yangdiperjanjikan;

c. hak dan kewajiban para pihak yang terikat di dalamperjanjian;

d. nilai atau harga kontrak pekerjaan, serta syarat-syaratpembayaran;

e. persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci;

f. tempat dan jangka waktu penyelesaian/penyerahan dengandisertai jadual waktu penyelesaian/penyerahan yang pastiserta syarat-syarat penyerahannya;

g. jaminan teknis/hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan/atauketentuan mengenai kelaikan;

h. ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam hal parapihak tidak memenuhi kewajibannya;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 110: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

92

i. ketentuan mengenai pemutusan kontrak secara sepihak;

j. ketentuan mengenai keadaan memaksa;

k. ketentuan mengenai kewajiban para pihak dalam hal terjadikegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan;

l. ketentuan mengenai perlindungan tenaga kerja;

m. ketentuan mengenai bentuk dan tanggung jawab gangguanlingkungan;

n. ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan.

(2) Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalamkontrak pengadaan barang/jasa pemerintah adalah peraturanperundang-undangan Republik Indonesia;

(3) Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa di dalamnegeri tidak dapat dilakukan dalam bentuk valuta asing;

(4) Perjanjian/kontrak dalam bentuk valuta asing tidak dapatmembebani dana rupiah murni;

(5) Perjanjian atau kontrak dalam bentuk valuta asing tidak dapatdiubah dalam bentuk rupiah dan sebaliknya kontrak dalambentuk rupiah tidak dapat diubah dalam bentuk valuta asing.

(6) Pengecualian terhadap ketentuan ayat (3), ayat (4) dan ayat(5) Pasal ini harus mendapat persetujuan dari MenteriKeuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran.

Paragraf KeduaJenis Kontrak

Pasal 30(1) Kontrak pengadaan barang/jasa dibedakan atas :

a. berdasarkan bentuk imbalan :

1) lump sum;

2) harga satuan;

3) gabungan lump sum dan harga satuan;

4) terima jadi (turn key);

5) persentase.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 111: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

93

b. berdasarkan jangka waktu pelaksanaan :

1) tahun tunggal;

2) tahun jamak.

c. berdasarkan jumlah pengguna barang/jasa :

1) kontrak pengadaan tunggal;

2) kontrak pengadaan bersama.

(2) Kontrak lump sum adalah kontrak pengadaan barang/jasaatas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktutertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap, dansemua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaianpekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa.

(3) Kontrak harga satuan adalah kontrak pengadaan barang/jasaatas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktutertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuksetiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknistertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraansementara, sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasilpengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benartelah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.

(4) Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan adalah kontrakyang merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalamsatu pekerjaan yang diperjanjikan.

(5) Kontrak terima jadi adalah kontrak pengadaan barang/jasapemborongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalambatas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetapsampai seluruh bangunan/konstruksi, peralatan dan jaringanutama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baiksesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.

(6) Kontrak persentase adalah kontrak pelaksanaan jasakonsultansi di bidang konstruksi atau pekerjaan pemborongantertentu, dimana konsultan yang bersangkutan menerimaimbalan jasa berdasarkan persentase tertentu dari nilaipekerjaan fisik konstruksi/ pemborongan tersebut.

(7) Kontrak tahun tunggal adalah kontrak pelaksanaan pekerjaanyang mengikat dana anggaran untuk masa 1 (satu) tahunanggaran.

(8) Kontrak tahun jamak adalah kontrak pelaksanaan pekerjaanyang mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu)

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 112: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

94

tahun anggaran yang dilakukan atas persetujuan oleh MenteriKeuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBN, Gubernuruntuk pengadaan yang dibiayai APBD Propinsi, Bupati/Walikotauntuk pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten/Kota.

(9) Kontrak pengadaan tunggal adalah kontrak antara satu unitkerja atau satu proyek dengan penyedia barang/jasa tertentuuntuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.

(10) Kontrak pengadaan bersama adalah kontrak antara beberapaunit kerja atau beberapa proyek dengan penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalamwaktu tertentu sesuai dengan kegiatan bersama yang jelasdari masing-masing unit kerja dan pendanaan bersama yangdituangkan dalam kesepakatan bersama.

Paragraf KetigaPenandatanganan Kontrak

Pasal 31

(1) Para pihak menandatangani kontrak selambat-lambatnya 14(empat belas) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya suratkeputusan penetapan penyedia barang/jasa dan setelahpenyedia barang/jasa menyerahkan surat jaminan pelaksanaansebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak kepada penggunabarang/jasa.

(2) Untuk pekerjaan jasa konsultansi tidak diperlukan jaminanpelaksanaan.

(3) Untuk pengadaan dengan nilai di bawah Rp5.000.000,00 (limajuta rupiah) bentuk kontrak cukup dengan kuitansi pembayarandengan meterai secukupnya.

(4) Untuk pengadaan dengan nilai di atas Rp5.000.000,00 (limajuta rupiah) sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluhjuta rupiah), bentuk kontrak berupa Surat Perintah Kerja (SPK)tanpa jaminan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalamayat (1).

(5) Untuk pengadaan dengan nilai di atas Rp50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah), bentuk kontrak berupa kontrak pengadaanbarang/jasa (KPBJ) dengan jaminan pelaksanaansebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 113: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

95

(6) Dalam melakukan perikatan, para pihak sedapat mungkinmenggunakan standar kontrak atau contoh SPK yangdikeluarkan pimpinan instansi yang bersangkutan atau instansilainnya.

(7) Kontrak untuk pekerjaan barang/jasa yang bernilai di atasRp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) ditandatanganioleh pengguna barang/jasa setelah memperoleh pendapatahli hukum kontrak yang profesional.

Paragraf KeempatHak dan Tanggung Jawab Para Pihak

dalam Pelaksanaan Kontrak

Pasal 32(1) Setelah penandatanganan kontrak, pengguna barang/jasa

segera melakukan pemeriksaan lapangan bersama-samadengan penyedia barang/jasa dan membuat berita acarakeadaan lapangan/serah terima lapangan.

(2) Penyedia barang/jasa dapat menerima uang muka daripengguna barang/jasa.

(3) Penyedia barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung jawabseluruh pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepadapihak lain.

(4) Penyedia barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung jawabsebagian pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepadapihak lain dengan cara dan alasan apapun, kecuali disub-kontrakkan kepada penyedia barang/jasa spesialis.

(5) Terhadap pelanggaran atas larangan sebagaimana dimaksuddalam ayat (3), dikenakan sanksi berupa denda yang bentukdan besarnya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalamkontrak.

Paragraf KelimaPembayaran Uang Muka dan Prestasi Pekerjaan

Pasal 33(1) Uang muka dapat diberikan kepada penyedia barang/jasa

sebagai berikut :

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 114: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

96

a. Untuk usaha kecil setinggi-tingginya 30% (tiga puluhpersen) dari nilai kontrak;

b. Untuk usaha selain usaha kecil setinggi-tingginya 20% (duapuluh persen) dari nilai kontrak.

(2) Pembayaran prestasi pekerjaan dilakukan dengan sistemsertifikat bulanan atau sistem termin, dengan memperhitungkanangsuran uang muka dan kewajiban pajak.

Paragraf KeenamPerubahan Kontrak

Pasal 34Perubahan kontrak dilakukan sesuai kesepakatan pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa (para pihak) apabila terjadi perubahanlingkup pekerjaan, metoda kerja, atau waktu pelaksanaan, sesuaidengan ketentuan yang berlaku.

Paragraf KetujuhPenghentian dan Pemutusan Kontrak

Pasal 35(1) Penghentian kontrak dilakukan bilamana terjadi hal-hal di luar

kekuasaan para pihak untuk melaksanakan kewajiban yangditentukan dalam kontrak, yang disebabkan oleh timbulnyaperang, pemberontakan, perang saudara, sepanjang kejadian-kejadian tersebut berkaitan dengan Negara Kesatuan RepublikIndonesia, kekacauan dan huru hara serta bencana alam yangdinyatakan resmi oleh pemerintah, atau keadaan yangditetapkan dalam kontrak.

(2) Pemutusan kontrak dapat dilakukan bilamana para pihak ciderajanji dan/atau tidak memenuhi kewajiban dan tanggungjawabnya sebagaimana diatur di dalam kontrak.

(3) Pemutusan kontrak yang disebabkan oleh kelalaian penyediabarang/jasa dikenakan sanksi sesuai yang ditetapkan dalamkontrak berupa :

a. jaminan pelaksanaan menjadi milik negara;b. sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia barang/jasa;c. membayar denda dan ganti rugi kepada negara;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 115: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

97

d. pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu tertentu.

(4) Pengguna barang/jasa dapat memutuskan kontrak secarasepihak apabila denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaanakibat kesalahan penyedia barang/jasa sudah melampauibesarnya jaminan pelaksanaan.

(5) Pemutusan kontrak yang disebabkan oleh kesalahan penggunabarang/jasa, dikenakan sanksi berupa kewajiban menggantikerugian yang menimpa penyedia barang/jasa sesuai yangditetapkan dalam kontrak dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Kontrak batal demi hukum apabila isi kontrak melanggarketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(7) Kontrak dibatalkan apabila para pihak terbukti melakukan KKN,kecurangan, dan pemalsuan dalam proses pengadaan maupunpelaksanaan kontrak.

Paragraf KedelapanSerah Terima Pekerjaan

Pasal 36(1) Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai

dengan yang tertuang dalam kontrak, penyedia barang/jasamengajukan permintaan secara tertulis kepada penggunabarang/jasa untuk penyerahan pekerjaan.

(2) Pengguna barang/jasa melakukan penilaian terhadap hasilpekerjaan yang telah diselesaikan, baik secara sebagian atauseluruh pekerjaan, dan menugaskan penyedia barang/jasauntuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekuranganpekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam kontrak.

(3) Pengguna barang/jasa menerima penyerahan pekerjaansetelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai denganketentuan kontrak.

(4) Penyedia barang/jasa wajib melakukan pemeliharaan atas hasilpekerjaan selama masa yang ditetapkan dalam kontrak,sehingga kondisinya tetap seperti pada saat penyerahanpekerjaan dan dapat memperoleh pembayaran uang retensidengan menyerahkan jaminan pemeliharaan.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 116: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

98

(5) Masa pemeliharaan minimal untuk pekerjaan permanen 6(enam) bulan untuk pekerjaan semi permanen 3 (tiga) bulandan masa pemeliharaan dapat melampaui tahun anggaran.

(6) Setelah masa pemeliharaan berakhir, pengguna barang/jasamengembalikan jaminan pemeliharaan kepada penyediabarang/jasa.

Paragraf KesembilanSanksi

Pasal 37(1) Bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat dari

kelalaian penyedia barang/jasa, maka penyedia barang/jasayang bersangkutan dikenakan denda keterlambatan sekurang-kurangnya 1/1000 (satu perseribu) per hari dari nilai kontrak.

(2) Bila terjadi keterlambatan pekerjaan/pembayaran karenasemata-mata kesalahan atau kelalaian pengguna barang/jasa,maka pengguna barang/jasa membayar kerugian yangditanggung penyedia barang/jasa akibat keterlambatandimaksud, yang besarannya ditetapkan dalam kontrak sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Konsultan perencana yang tidak cermat dan mengakibatkankerugian pengguna barang/jasa dikenakan sanksi berupakeharusan menyusun kembali perencanaan dengan bebanbiaya dari konsultan yang bersangkutan, dan/atau tuntutanganti rugi.

Paragraf KesepuluhPenyelesaian Perselisihan

Pasal 38(1) Bila terjadi perselisihan antara pengguna barang/jasa dan

penyedia barang/jasa maka kedua belah pihak menyelesaikanperselisihan di Indonesia dengan cara musyawarah, mediasi,konsiliasi, arbitrase, atau melalui pengadilan, sesuai denganketentuan yang telah ditetapkan dalam kontrak menuruthukum yang berlaku di Indonesia.

(2) Keputusan dari hasil penyelesaian perselisihan dengan memilihsalah satu cara tersebut di atas adalah mengikat dan segala

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 117: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

99

biaya yang timbul untuk menyelesaikan perselisihan tersebutdipikul oleh para pihak sebagaimana diatur dalam kontrak.

BAB IIISWAKELOLA

Pasal 39(1) Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan,

dikerjakan, dan diawasi sendiri.

(2) Swakelola dapat dilaksanakan oleh :a. pengguna barang/jasa;b. instansi pemerintah lain;c. kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat

penerima hibah.

(3) Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan swakelola :

a. pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuanteknis sumber daya manusia instansi pemerintah yangbersangkutan dan sesuai dengan fungsi dan tugas pokokpengguna barang/jasa; dan/atau

b. pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukanpartisipasi masyarakat setempat; dan/atau

c. pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasiatau pembiayaannya tidak diminati oleh penyedia barang/jasa; dan/atau

d. pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakanoleh penyedia barang/jasa akan menanggung resiko yangbesar; dan/atau

e. penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar,lokakarya, atau penyuluhan; dan/atau

f. pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yangbersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metodakerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa; dan/atau

g. pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data,perumusan kebijakan pemerintah, pengujian dilaboratorium, pengembangan sistem tertentu dan penelitianoleh perguruan tinggi/lembaga ilmiah pemerintah;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 118: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

100

h. pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi penggunabarang/jasa yang bersangkutan.

(4) Prosedur swakelola meliputi kegiatan perencanaan,pelaksanaan, pengawasan di lapangan dan pelaporan.

BAB IVPENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI DAN

PERAN SERTA USAHA KECIL TERMASUK KOPERASI KECIL

Bagian PertamaPengadaan Barang/Jasa yang Dibiayai

dengan Dana Dalam Negeri

Pasal 40(1) Instansi pemerintah wajib :

a. memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksidalam negeri, termasuk rancang bangun dan perekayasaannasional dalam pengadaan barang/jasa;

b. memaksimalkan penggunaan penyedia barang/jasanasional;

c. memaksimalkan penyediaan paket-paket pekerjaan untukusaha kecil termasuk koperasi kecil serta kelompokmasyarakat.

(2) Kewajiban instansi pemerintah sebagaimana disebutkan dalamayat (1) dilakukan pada setiap tahapan pengadaan barang/jasa mulai dari persiapan sampai dengan penyelesaianperjanjian/kontrak.

(3) Dalam perjanjian wajib mencantumkan persyaratanpenggunaan :a. Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang

berlaku dan/atau standar internasional yang setara yangditetapkan oleh instansi terkait yang berwenang;

b. Produksi dalam negeri sesuai dengan kemampuan industrinasional;

c. Tenaga ahli dan/atau penyedia barang/jasa dalam negeri.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 119: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

101

Bagian KeduaPengadaan Barang/Jasa yang dibiayai

dengan Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri

Pasal 41(1) Pengadaan barang/jasa melalui pelelangan internasional agar

mengikutsertakan penyedia barang/jasa nasional seluas-luasnya.

(2) Pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan pinjaman kreditekspor atau kredit lainnya harus dilakukan dengan persaingansehat dengan persyaratan yang paling menguntungkannegara, dari segi harga dan teknis, dengan memaksimalkanpenggunaan komponen dalam negeri dan penyedia barang/jasa nasional.

(3) Pemilihan penyedia barang/jasa yang dibiayai dengan pinjamankredit ekspor atau kredit lainnya harus dilakukan di dalam negeri.

(4) Apabila pinjaman kredit ekspor atau hibah luar negeri disertaidengan syarat bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasahanya dapat dilakukan di negara pemberi pinjaman kredit ekspor/hibah, agar tetap diupayakan semaksimal mungkin penggunaanbarang/jasa hasil produksi dalam negeri dan mengikutsertakanpenyedia barang/jasa nasional.

Bagian KetigaKeikutsertaan Perusahaan Asing

Pasal 42(1) Perusahaan asing dapat ikut serta di dalam pengadaan barang/

jasa dengan nilai :a. Untuk jasa pemborongan di atas Rp 50.000.000.000,00

(lima puluh miliar rupiah);b. Untuk barang/jasa lainnya di atas Rp 10.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah);c. Untuk jasa konsultansi di atas Rp 5.000.000.000,00 (lima

miliar rupiah).(2) Perusahaan asing yang melaksanakan pekerjaan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) harus melakukan kerjasama usahadengan perusahaan nasional dalam bentuk kemitraan,

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 120: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

102

subkontrak, dan lain-lain, apabila ada perusahaan nasional yangmemiliki kemampuan di bidang yang bersangkutan.

(3) Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) pada pasal ini dapatdikecualikan untuk pengadaan material dan peralatanpertahanan di lingkungan Departemen Pertahanan/TNI yangditetapkan oleh Menteri Pertahanan/Panglima TNI/Kepala StafAngkatan.

Bagian KeempatPreferensi Harga

Pasal 43

(1) Dalam dokumen pengadaan diwajibkan memberikan preferensiharga untuk barang produksi dalam negeri, dan penyedia jasapemborongan nasional.

(2) Untuk pengadaan barang/jasa internasional yang dibiayaidengan pinjaman luar negeri, besarnya preferensi harga untukbarang produksi dalam negeri setinggi-tingginya 15% (limabelas persen) di atas harga penawaran barang impor, tidaktermasuk bea masuk.

(3) Besarnya preferensi harga untuk pekerjaan jasa pemboronganyang dikerjakan oleh kontraktor nasional adalah 7,5% (tujuhkoma lima persen) di atas harga penawaran terendah darikontraktor asing.

Bagian KelimaPenggunaan Produksi Dalam Negeri

Pasal 44(1) Pengadaan barang/jasa supaya mengacu pada daftar

inventarisasi barang/jasa yang termasuk produksi dalam negeriyang didasarkan pada kriteria tertentu, menurut bidang,subbidang, jenis, dan kelompok barang/jasa.

(2) Pengaturan mengenai daftar inventarisasi dan penyebarluasaninformasi barang/jasa produksi dalam negeri sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) yang dikeluarkan oleh departemenyang membidangi perindustrian dan perdagangan.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 121: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

103

Bagian KeenamPeran Serta dan Pemaketan Pekerjaan

Untuk Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil

Paragraf PertamaPeran Serta Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil

Pasal 45(1) Dalam proses perencanaan dan penganggaran proyek/

kegiatan, instansi pemerintah mengarahkan dan menetapkanbesaran pengadaan barang/jasa untuk usaha kecil termasukkoperasi kecil.

(2) Departemen yang membidangi koperasi, pengusaha kecil, danmenengah mengkoordinasikan pemberdayaan usaha keciltermasuk koperasi kecil dalam pengadaan barang/jasapemerintah.

(3) Pimpinan instansi yang membidangi koperasi, pengusaha kecildan menengah bersama instansi terkait di Propinsi/Kabupaten/Kota menyebarluaskan informasi mengenai peluang usaha keciltermasuk koperasi kecil mengenai rencana pengadaan barang/jasa pemerintah di wilayahnya dan menyusun Direktori PeluangBagi Usaha Kecil termasuk koperasi kecil untuk disebarluaskankepada usaha kecil termasuk koperasi kecil.

Paragraf KeduaPemaketan Pekerjaan Untuk Usaha Kecil Termasuk

Koperasi Kecil

Pasal 46Nilai paket pekerjaan pengadaan barang/jasa pemborongan/jasalainnya sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)diperuntukkan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil, kecuali untukpaket pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapatdipenuhi oleh usaha kecil termasuk koperasi kecil.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 122: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

104

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian PertamaPembinaan

Pasal 47

(1) Instansi pemerintah wajib mensosialisasikan dan memberikanbimbingan teknis secara intensif kepada semua pejabatperencana, pelaksana, dan pengawas di lingkungan instansinyayang terkait agar Keputusan Presiden ini dapat dipahami dandilaksanakan dengan baik dan benar.

(2) Instansi pemerintah bertanggung jawab atas pengendalianpelaksanaan pengadaan barang/jasa termasuk kewajibanmengoptimalkan penggunaan produksi dalam negeri, perluasankesempatan berusaha bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil.

(3) Pengguna barang/jasa setiap triwulan wajib melaporkan realisasipengadaan barang/jasa secara kumulatif kepada pimpinaninstansinya.

(4) Instansi pemerintah wajib mengumumkan secara terbukarencana pengadaan barang/jasa setiap awal pelaksanaantahun anggaran.

(5) Pemimpin instansi pemerintah wajib membebaskan segalabentuk pungutan biaya yang berkaitan dengan perijinan dalamrangka pengadaan barang/jasa pemerintah kepada usaha keciltermasuk koperasi kecil.

(6) Instansi pemerintah dilarang melakukan pungutan dalambentuk apapun dalam pengadaan barang/jasa pemerintahkecuali pungutan perpajakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian KeduaPengawasan

Pasal 48

(1) Pengguna barang/jasa segera setelah pengangkatannya,menyusun organisasi, uraian tugas dan fungsi secara jelas,

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 123: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

105

kebijaksanaan pelaksanaan, rencana kerja yangmenggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, bentukhubungan kerja, sasaran yang harus dicapai, tata laksanadan prosedur kerja secara tertulis, dan disampaikan kepadaatasan langsung dan unit pengawasan intern instansi yangbersangkutan.

(2) Pengguna barang/jasa wajib melakukan pencatatan danpelaporan keuangan dan hasil kerja pada setiap kegiatan/proyek, baik kemajuan maupun hambatan dalam pelaksanaantugasnya dan disampaikan kepada atasan langsung dan unitpengawasan intern instansi yang bersangkutan.

(3) Pengguna barang/jasa wajib menyimpan dan memeliharaseluruh dokumen pelaksanaan pengadaan barang/jasatermasuk berita acara proses pelelangan/seleksi.

(4) Instansi pemerintah wajib melakukan pengawasan terhadappengguna barang/jasa dan panitia/pejabat pengadaan dilingkungan instansi masing-masing, dan menugaskan kepadaaparat pengawasan fungsional untuk melakukan pemeriksaansesuai ketentuan yang berlaku.

(5) Unit pengawasan intern pada instansi pemerintah melakukanpengawasan kegiatan/proyek, menampung dan menindak-lanjuti pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan masalahatau penyimpangan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa, kemudian melaporkan hasil pemeriksaannya kepadamenteri/pimpinan instansi yang bersangkutan dengantembusan kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan (BPKP).

(6) Pengguna barang/jasa wajib memberikan tanggapan/informasimengenai pengadaan barang/jasa yang berada di dalam bataskewenangannya kepada peserta pengadaan/masyarakat yangmengajukan pengaduan atau yang memerlukan penjelasan.

Bagian KetigaTindak Lanjut Pengawasan

Pasal 49(1) Kepada para pihak yang ternyata terbukti melanggar ketentuan

dan prosedur pengadaan barang/jasa, maka :

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 124: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

106

a. dikenakan sanksi administrasi;

b. dituntut ganti rugi/digugat secara perdata;

c. dilaporkan untuk diproses secara pidana.

(2) Perbuatan atau tindakan penyedia barang/jasa yang dapatdikenakan sanksi adalah :a. berusaha mempengaruhi panitia pengadaan/pejabat yang

berwenang dalam bentuk dan cara apapun, baik langsungmaupun tidak langsung guna memenuhi keinginannya yangbertentangan dengan ketentuan dan prosedur yang telahditetapkan dalam dokumen pengadaan/kontrak, dan atauketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. melakukan persekongkolan dengan penyedia barang/jasalain untuk mengatur harga penawaran di luar prosedurpelaksanaan pengadaan barang/jasa sehingga mengurangi/menghambat/memperkecil dan/atau meniadakan persainganyang sehat dan/atau merugikan pihak lain;

c. membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/atauketerangan lain yang tidak benar untuk memenuhipersyaratan pengadaan barang/jasa yang ditentukandalam dokumen pengadaan;

d. mengundurkan diri dengan berbagai alasan yang tidakdapat dipertanggungjawabkan dan/atau tidak dapatditerima oleh panitia pengadaan;

e. tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengankontrak secara bertanggung jawab;

(3) Atas perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalamayat (2), dikenakan sanksi berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku yang didahului dengantindakan tidak mengikutsertakan penyedia barang/jasa yangterlibat dalam kesempatan pengadaan barang/jasa pemerintahyang bersangkutan.

(4) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3),dilaporkan oleh pengguna barang/jasa atau pejabat yangberwenang lainnya kepada :

a. Menteri/Panglima TNI/Kepala Polri/Pemimpin Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota/Dewan Gubernur BI/PemimpinBHMN/Direksi BUMN/BUMD;

b. Pejabat berwenang yang mengeluarkan izin usaha penyediabarang/jasa yang bersangkutan.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 125: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

107

(5) Kepada perusahaan non usaha kecil termasuk non koperasikecil yang terbukti menyalahgunakan kesempatan dan/ataukemudahan yang diperuntukkan bagi usaha kecil termasukkoperasi kecil dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalamUndang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

BAB VI

PENGEMBANGAN KEBIJAKANPENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Pasal 50(1) Pengembangan kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah

dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Kebijakan PengadaanPemerintah (LPKPP) yang pembentukannya ditetapkan denganKeputusan Presiden tersendiri.

(2) LPKPP sudah terbentuk paling lambat pada tanggal 1 Januari2005.

(3) Langkah-langkah persiapan pembentukan LPKPPdikoordinasikan oleh Menteri Negara PerencanaanPembangunan Nasional/Kepala Badan PerencanaanPembangunan Nasional.

BAB VIIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 51Ketentuan pengadaan barang/jasa yang dilakukan melalui polakerjasama pemerintah dengan badan usaha, diatur denganKeputusan Presiden tersendiri.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 52(1) Pengguna barang/jasa dan panitia/pejabat pengadaan wajib

memenuhi persyaratan sertifikasi keahlian pengadaan barang/

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 126: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

108

jasa pemerintah sebagaimana diatur dalam Pasal 9 dan Pasal10 paling lambat tanggal 1 Januari 2006.

(2) Selama persyaratan sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah bagi pengguna barang/jasa dan panitia/pejabat pengadaan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 danPasal 10 belum dipenuhi, maka sampai dengan batas waktutanggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berlaku tandabukti keikutsertaan dalam pelatihan pengadaan barang/jasapemerintah.

(3) Sampai dengan tanggal 31 Desember 2005, di bidang jasakonstruksi diberlakukan ketentuan pemaketan sebagai berikut :

a. Pengadaan dengan nilai di atas Rp 1.000.000.000,00 (satumiliar rupiah) sampai dengan Rp 3.000.000.000,00 (tigamiliar rupiah) diperuntukkan bagi usaha menengah jasapelaksanaan konstruksi, kecuali untuk paket pekerjaan yangmenuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhioleh usaha menengah;

b. Pengadaan dengan nilai sampai dengan Rp 200.000.000,00(dua ratus juta rupiah) diperuntukkan bagi usaha kecil jasaperencanaan dan pengawasan konstruksi, kecuali untukpaket pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis yangtidak dapat dipenuhi oleh usaha kecil;

(4) Pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan sebelum tanggal1 Januari 2004 dapat berpedoman pada Keputusan PresidenNomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman PelaksanaanPengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah beserta PetunjukTeknisnya.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 53

(1) Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini, maka :

1. Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1994 tentangPelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negarasebagaimana diubah beberapa kali terakhir denganKeputusan Presiden Nomor 6 Tahun 1999 yang masihberlaku pada saat Keputusan Presiden ini ditetapkan;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 127: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

109

2. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 tentangPedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa InstansiPemerintah;

beserta petunjuk teknis dan seluruh perubahannya dinyatakantidak berlaku.

Pasal 54

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganKeputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 3 Nopember 2003

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di JakartaPada tanggal 3 Nopember 2003

SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003NOMOR 120

Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi Sekretaris KabinetBidang Hukum dan Perundang-undangan,

ttd

Lambock V. Nahattands

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 128: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

110

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 61 TAHUN 2004

TENTANGPERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80

TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAANPENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa penyelesaian pekerjaan yang menjaditugas pemerintah berkaitan denganpengakhiran tugas dan pembubaran badankhusus yang dibentuk untuk penyehatanperbankan sebagaimana dimaksud dalamundang-undang Nomor 7 Tahun 1992tentang Perbankan sebagaimana telah diubahdengan Undang-undang Nomor 10 Tahun1998 harus diselesaikan dengan cepat;

b. bahwa sehubungan dengan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam huruf a dandalam upaya percepatan pengembaliankekayaan negara dan menunjang perbaikankondisi ekonomi nasional, dipandang perlusegera menetapkan konsultan penilai melaluipenunjukan langsung dengan tetap mengacupada kaidah-kaidah yang berlaku dalampedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasaPemerintah;

c. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, dipandang perlu mengubah KeputusanPresiden Nomor 80 Tahun 2003 tentangPedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 129: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

111

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945sebagaimana telah diubah dengan PerubahanKeempat Undang-Undang Dasar 1945;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3956);

3. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002tentang Pedoman Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor73, Tambahan Lembaran Negara Nomor4212);

4. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003tentang Pedoman Pelaksanaan PengadaanBarang/Jasa Pemerintah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4330);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN

ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80TAHUN 2003 TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASAPEMERINTAH.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/JasaPemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4330), diubahsebagai berikut:

1. Penjelasan Pasal 22 Ayat (5) diubah, sehingga keseluruhanPenjelasan Pasal 22 berbunyi sebagai berikut:“Pasal 22

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 130: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

112

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2) Pengumuman pemilihan penyedia jasa konsultansi

harus dapat memberikan informasi kepadamasyarakat luas, terutama penyedia jasakonsultansi baik dari daerah setempat maupun daridaerah lainnya.

Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4) Cukup jelas

Ayat (5)Yang dimaksud dalam keadaan tertentu dankeadaan khusus dalam ayat ini adalah :a. Penanganan darurat untuk pertahanan negara,

keamanan dan keselamatan masyarakat yangpelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda/harus dilakukan segera; dan/atau

b. Penyedia jasa tunggal; dan/atauc. Pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang

menyangkut pertahanan dan keamanannegara yang ditetapkan oleh Presiden; dan/atau

d. Pekerjaan yang berskala kecil denganketentuan: untuk keperluan sendiri, mempunyairisiko kecil, menggunakan teknologi sederhana,dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha orangperseorangan dan badan usaha kecil, dan/ataubernilai sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah); dan/atau

e. Pekerjaan yang hanya dapat dilakukan olehpemegang hak paten atau pihak yang telahmendapat ijin; dan/atau

f. Pekerjaan yang memerlukan penyelesaiansecara cepat dalam rangka pengembaliankekayaan negara yang penanganannyadilakukan secara khusus berdasarkan peraturanperundang-undangan.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 131: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

113

Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam huruf fadalah pekerjaan yang dilakukan untukmenyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadaPemerintah oleh badan khusus yang dibentukdalam rangka penyehatan perbankansebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangNomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankansebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 10 Tahun 1998, termasuk penilaianpertanggungjawaban badan khusus dimaksud.”

2. Lampiran I Bab I huruf C.1.b.4) ditambah, sehingga keseluruhanangka 4) berbunyi sebagai berikut :“4) Penunjukan langsung dapat dilaksanakan dalam hal

memenuhi kriteria sebagai berikut :a. penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanan

dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaanpekerjaannya tidak dapat ditunda/harus dilakukan segera;dan/atau

b. penyedia jasa tunggal; dan/atauc. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut

pertahanan dan keamanan negara yang ditetapkan olehPresiden; dan/atau

d. pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan : untukkeperluan sendiri, mempunyai risiko kecil, menggunakanteknologi sederhana, dilaksanakan oleh penyedia jasausaha orang perseorangan dan badan usaha kecil, dan/atau bernilai sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah); dan/atau

e. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemeganghak paten atau pihak yang telah mendapat ijin; dan/atau

f. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara cepatdalam rangka pengembalian kekayaan negara yangpenanganannya dilakukan secara khusus berdasarkanperaturan perundang-undangan.”

Pasal II

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 132: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

114

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganKeputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 5 Agustus 2004PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakartapada tanggal 5 Agustus 2004SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA,

ttd

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004NOMOR 77

Salinan sesuai dengan aslinya,Deputi Sekretaris KabinetBidang Hukum dan Perundang-Undangan,

ttd

Lambock V. Nahattands

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 133: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

115

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 32 TAHUN 2005

TENTANGPERUBAHAN KEDUA ATAS

KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN

BARANG/JASA PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan mendesaknyawaktu pelaksanaan pemilihan Kepala Daerahdan Wakil Kepala Daerah di tahun 2005 sesuaidengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah danPeraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005tentang Pemilihan, Pengesahan Pengang-katan, dan Pemberhentian Kepala Daerah danWakil Kepala Daerah, perlu dilakukanpengadaan dan pendistribusian surat suara,kartu pemilih serta perlengkapan pelaksanaanpemilihan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah secara cepat dengan tetapmengutamakan aspek kualitas, keamanandan tepat waktu;

b. bahwa dalam rangka mempercepatpengadaan dan pendistribusian perlengkapanpemilihan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah tersebut, dipandang perlu segeramenetapkan penyedia barang/jasa melaluipenunjukan langsung dengan tetap mengacupada kaidah-kaidah yang berlaku dalam

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 134: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

116

pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebutpada huruf a dan huruf b, dipandang perlumenetapkan Peraturan Presiden tentangPerubahan Kedua Atas Keputusan PresidenNomor 80 Tahun 2003 tentang PedomanPelaksanaan Pengadaan Barang/jasaPemerintah;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004tentang Perbendaharaan Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 5, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung JawabKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 66, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4400);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4437);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005tentang Pemilihan, Pengesahan Pengang-katan, dan Pemberhentian Kepala Daerah danWakil Kepala Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 22,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4480);

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 135: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

117

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor80 Tahun 2003 tentang PedomanPelaksanaan Pengadaan Barang/JasaPemerintah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 120, TambahanLembaran Negara Nomor 4430) sebagaimanatelah diubah dengan Keputusan PresidenNomor 61 Tahun 2004 (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 77);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHANKEDUA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASAPEMERINTAH.

Pasal IBeberapa ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/JasaPemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4330) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor61 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 77), diubah sebagai berikut :

1. Penjelasan Pasal 17 ayat (5) diubah, sehingga keseluruhanPenjelasan Pasal 17 berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 17

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa harus dapatmemberikan informasi secara luas kepada masyarakat duniausaha baik pengusaha daerah setempat maupun pengusahadaerah lainnya.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 136: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

118

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Yang dimaksud dalam keadaan tertentu adalah :

a. penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanandan keselamatan masyarakat yang pelaksanaanpekerjaannya tidak dapat ditunda atau harus dilakukansegera, termasuk penanganan darurat akibat bencanaalam; dan/atau

b. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkutpertahanan dan keamanan negara yang ditetapkan olehPresiden; dan/atau

c. pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimumRp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), denganketentuan :

1) untuk keperluan sendiri; dan/atau

2) teknologi sederhana; dan/atau

3) risiko kecil; dan/atau

4) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha orangperseorangan dan/atau badan usaha kecil termasukkoperasi kecil.

d. pekerjaan pengadaan barang dan pendistribusian logistikpemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yangpenanganannya memerlukan pelaksanaan secara cepatdalam rangka penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerahdan Wakil Kepala Daerah yang diselenggarakan sampaidengan bulan Juli 2005 berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam huruf d meliputipengadaan dan pendistribusian surat suara, kartu pemilihbeserta perlengkapan lainnya untuk pelaksanaan pemilihanKepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Yang dimaksud dalam keadaan khusus adalah :

a. pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkanpemerintah; atau

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 137: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

119

b. pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapat dilaksanakanoleh satu penyedia barang/jasa, pabrikan, pemegang hakpaten; atau

c. merupakan hasil produksi usaha kecil atau koperasi kecilatau pengrajin industri kecil yang telah mempunyai pasardan harga yang relatif stabil; atau

d. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakandengan penggunaan teknologi khusus dan/atau hanyaada satu penyedia barang/jasa yang mampumengaplikasikannya.”

2. Lampiran I Bab I huruf C.1.a.4) ditambah, sehingga keseluruhanangka 4) berbunyi sebagai berikut :

“4) Penunjukan langsung dapat dilaksanakan dalam halmemenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Keadaan tertentu, yaitu :(1) penanganan darurat untuk pertahanan negara,

keamanan dan keselamatan masyarakat yangpelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda, atauharus dilakukan segera, termasuk penanganandarurat akibat bencana alam; dan/atau

(2) pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkutpertahanan dan keamanan negara yang ditetapkanoleh Presiden; dan/atau

(3) pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimumRp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), denganketentuan :(a) untuk keperluan sendiri; dan/atau

(b) teknologi sederhana; dan/atau

(c) risiko kecil; dan/atau

(d) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usahaorang perseorangan dan/atau badan usaha keciltermasuk koperasi kecil.

(4) pekerjaan pengadaan barang dan pendistribusianlogistik pemilihan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah yang penanganannya memerlukanpelaksanaan secara cepat dalam rangkapenyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah danWakil Kepala Daerah yang diselenggarakan

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 138: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

120

sampai dengan bulan Juli 2005 berdasarkanperaturan perundang-undangan.

b) Pengadaan barang/jasa khusus, yaitu :

(1) pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkanpemerintah; atau

(2) pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapatdilaksanakan oleh satu penyedia barang/jasa,pabrikan, pemegang hak paten; atau

(3) merupakan hasil produksi usaha kecil atau koperasikecil atau pengrajin industri kecil yang telahmempunyai pasar dan harga yang relatif stabil; atau

(4) pekerjaan yang kompleks yang hanya dapatdilaksanakan dengan penggunaan teknologi khususdan/atau hanya ada satu penyedia barang/jasa yangmampu mengaplikasikannya.”

Pasal II

Peraturan Presiden ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 20 April 2005

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Dr. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005NOMOR 36

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 139: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

121

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 70 TAHUN 2005

TENTANG

PERUBAHAN KETIGA ATASKEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN

BARANG/JASA PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan PemerintahPengganti Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 2 Tahun 2005 tentang Badan Rehabilitasidan Rekonstruksi Wilayah dan KehidupanMasyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam(NAD) dan Kepulauan Nias Provinsi SumateraUtara, Badan Pelaksana Rehabilitasi danRekonstruksi Wilayah dan KehidupanMasyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan NiasProvinsi Sumatera Utara bertugasmelaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasasesuai peraturan perundang-undangan yangberlaku;

b. bahwa untuk memperlancar pelaksanaan tugasBadan Pelaksana Rehabilitasi dan RekonstruksiWilayah dan Kehidupan Masyarakat ProvinsiNAD dan Kepulauan Nias Provinsi SumateraUtara, khususnya dalam melaksanakan kegiatanpengadaan barang/jasa untuk rehabilitasi danrekonstruksi di Provinsi NAD dan Kepulauan NiasSumatera Utara, dipandang perlu menyesuaikanKeputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 140: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

122

tentang Pedoman Pelaksanaan PengadaanBarang/Jasa Pemerintah dengan kondisi yangada, agar pelaksanaannya dapat dilakukandengan cepat, efektif dan efisien, dengan tetapberpegang pada prinsip persaingan sehat,transparan, terbuka dan perlakuan yang adilbagi semua pihak serta akuntabel;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebutpada huruf a dan huruf b, dipandang perlumenetapkan Peraturan Presiden tentangPerubahan Ketiga Atas Keputusan PresidenNomor 80 Perpres no 70 tentang PerubahanKetiga Keppres 80 Hal. 1 dari 12 Tahun 2003tentang Pedoman Pelaksanaan PengadaanBarang/Jasa Pemerintah.

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung JawabKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 66, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4400);

5. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun2005 tentang Badan Rehabil itasi danRekonstruksi Wilayah dari KehidupanMasyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 141: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

123

(NAD) dan Kepulauan Nias Provinsi SumateraUtara;

6. Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 2005tentang Pembentukan Badan Rehabilitasi danRekonstruksi Wilayah dan KehidupanMasyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalamdan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara;

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor80 Tahun 2003 tentang Pedoman PelaksanaanPengadaan Barang/Jasa Pemerintah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2003 Nomor 120, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4430)sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 32Tahun 2005 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 36).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANGPERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSANPRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003TENTANG PEDOMAN PELAKSANAANPENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Pasal IBeberapa ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/JasaPemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4330) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005 Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 36), diubah sebagai berikut:

1. Diantara ayat (3) dan ayat (4) Pan. 10 disisipkan 1 (satu) ayat,yakni ayat (3a), sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut :

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 142: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

124

“Pasal 10

(1) Panitia pengadaan wajib dibentuk untuk semua pengadaandengan nilai di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Untuk pengadaan sampai dengan Nilai Rp. 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah) dapat dilaksanakan oleh panitia atau pejabatpengadaan.

(3) Anggota panitia pengadaan berasal dari pegawai negeri, baikdari instansi sendiri maupun instansi teknis lainnya.

(3a) Dalam hal pengadaan barang/jasa dilakukan oleh BadanPelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah danKehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalamdan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, anggotapanitia pengadaan berasal dari instansinya sendiri atauinstansi teknis Pemerintah, dan dapat menyertakan pihaklain yang ditunjuk oleh Kepala Badan Pelaksana.

(4) Panitia/pejabat pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (2) di atas harus memenuhi persyaratan sebagaiberikut:

a. memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalammelaksanakan tugas;

b. memahami keseluruhan pekerjaan yang akan diadakan;

c. memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugaspanitia/pejabat pengadaan yang bersangkutan;

d. memahami isi dokumen pengadaan/metode dan prosedurpengadaan berdasarkan Keputusan Presiden ini;

e. tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat yangmengangkat dan menetapkannya sebagai panitia/pejabatpengadaan;

f. memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasapemerintah.

(5) Tugas, wewenang, dan tanggung jawab panitia/pejabatpengadaan meliputi sebagai berikut:

a. menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan sertalokasi pengadaan;

b. menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri (HPS);

c. menyiapkan dokumen pengadaan;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 143: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

125

d. mengumumkan pengadaan barang/jasa melalui media cetakdan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum,dan jika memungkinkan melalui media elektronik;

e. menilai kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atauprakualifikasi;

f. melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;

g. mengusulkan calon pemenang;

h. membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaankepada pengguna barang/jasa;

i. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaanpengadaan barang/jasa dimulai.

(6) Panitia berjumlah gasal beranggotakan sekurang-kurangnya 3(tiga) orang yang memahami tata cara pengadaan, substansipekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yangdiperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luarinstansi yang bersangkutan.

(7) Pejabat pengadaan hanya 1 (satu) orang yang memahami tatacara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yangbersangkutan dan bidang lain yang diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luar instansi yang bersangkutan.

(8) Dilarang duduk sebagai panitia/pejabat pengadaan:

a. pengguna barang/jasa dan bendaharawan;

b. pegawai pada Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan (BPKP)/Inspektorat Jenderal Departemen/Inspektorat Utama Lembaga Pemerintah Non Departemen/Badan Pengawas Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota,Pengawasan Internal BI/BHMN/BUMN/BUMD kecuali menjadipanitia/pejabat pengadaan untuk pengadaan barang/jasayang dibutuhkan instansinya.”

2. Ketentuan Pasal 30 ayat (8) diubah, sehingga keseluruhan Pasal30 berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 30(1) Kontrak pengadaan barang/jasa dibedakan atas :

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 144: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

126

a. berdasarkan bentuk imbalan : 1) lump sum; 2) harga satuan;3) gabungan lump sum dan harga satuan; 4) terima jadi(turn key); 5) persentase.

b. berdasarkan jangka waktu pelaksanaan: 1) tahun tunggal;2) tahun jamak.

c. berdasarkan jumlah pengguna barang/jasa: 1) kontrakpengadaan tunggal; 2) kontrak pengadaan bersama.

(2) Kontrak lump sum adalah kontrak pengadaan barang/jasa ataspenyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu,dengan jumlah harga yang pasti dan tetap, dan semua risikoyang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaansepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa.

(3) Kontrak harga satuan adalah kontrak pengadaan barang/jasaatas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktutertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuksetiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu,yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara,sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuranbersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telahdilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.

(4) Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan adalah kontrakyang merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalamsatu pekerjaan yang diperjanjikan.

(5) Kontrak terima jadi adalah kontrak pengadaan barang/jasapemborongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam bataswaktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampaiseluruh bangunan/konstruksi, peralatan dan jaringan utamamaupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuaidengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.

(6) Kontrak persentase adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultasidi bidang konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu,dimana konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasaberdasarkan persentase tertentu dari nilai pekerjaan fisikkonstruksi/pemborongan tersebut.

(7) Kontrak tahun tunggal adalah kontrak pelaksanaan pekerjaanyang mengikat dana anggaran untuk masa 1 (satu) tahunanggaran.

(8) Kontrak tahun jamak adalah kontrak pelaksanaan pekerjaanyang mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu)

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 145: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

127

tahun anggaran yang dilakukan atas persetujuan oleh MenteriKeuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBN, Gubernur untukpengadaan yang dibiayai APBD Provinsi, Bupati/Walikota untukpengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten/Kota, Kepala BadanPelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan kehidupanMasyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan KepulauanNias Provinsi Sumatera Utara untuk pengadaan yang dibiayaiAPBN dalam rangka kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayahdan kehidupan masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalamdan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara.

(9) Kontrak pengadaan tunggal adalah kontrak antara satu unitkerja atau satu proyek dengan penyedia barang/jasa tertentuuntuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.

(10) Kontrak pengadaan bersama adalah kontrak antara beberapaunit kerja atau beberapa proyek dengan penyedia barang/jasatertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktutertentu sesuai dengan kegiatan bersama yang jelas dari masing-masing unit kerja dan pendanaan bersama yang dituangkandalam kesepakatan bersama.”

3. Ketentuan Pasal 37 ayat (1) diubah, sehingga keseluruhan Pasal3 7 berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 37(1) Bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat dari

kelalaian penyedia barang/jasa, sebagaimana diatur dalamkontrak, maka penyedia barang/jasa yang bersangkutandikenakan denda keterlambatan sekurang-kurangnya 1/1000(satu perseribu) per hari dari nilai kontrak.

(2) Bila terjadi keterlambatan pekerjaan/pembayaran karena semata-mata kesalahan atau kelalaian pengguna barang/jasa, makapengguna barang/jasa membayar kerugian yang ditanggungpenyedia barang/jasa akibat keterlambatan dimaksud, yangbesarnya ditetapkan dalam kontrak sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

(3) Konsultan perencana yang tidak cermat dan mengakibatkankerugian pengguna barang/jasa dikenakan sanksi berupakeharusan menyusun kembali perencanaan dengan beban biayadari konsultan yang bersangkutan, dan/atau tuntutan ganti rugi.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 146: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

128

4. Penjelasan Pasal 17 ayat (5) diubah, sehingga keseluruhanPenjelasan Pasal 17 berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 17

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa harus dapatmemberikan informasi secara luas kepada masyarakat duniausaha baik pengusaha daerah setempat maupunpengusaha daerah lainnya.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Yang dimaksud dalam keadaan tertentu adalah:

a. penanganan darurat untuk pertahanan negara,keamanan dan keselamatan masyarakat yangpelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda atauharus dilakukan segera, termasuk penanganan daruratakibat bencana alam; dan atau

b. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkutpertahanan dan keamanan negara yang ditetapkanoleh Presiden; dan/atau

c. pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimumRp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), denganketentuan:

1) untuk keperluan sendiri; dan/atau

2) teknologi sederhana; dan/atau

3) risiko kecil; dan/atau

4) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usahaorang perseorangan dan/atau badan usaha keciltermasuk koperasi kecil.

d. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemeganghak paten atau pihak yang telah mendapat ijin; dan/atau

e. pekerjaan pengadaan barang dan pendistribusian logistikpemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yangpenanganannya memerlukan pelaksanaan secara cepatdalam rangka penyelenggaraan pemilihan Kepala

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 147: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

129

Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang diselenggarakansampai dengan bulan Juli 2005 berdasarkan peraturanperundang-undangan.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam huruf emeliputi pengadaan dan pendistribusian surat suara,kartu pemilih beserta perlengkapan lainnya untukpelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah; dan/atau

f. pekerjaan pengadaan barang/jasa yang penanganan-nya memerlukan pelaksanaan secara cepat dalamrangka rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi NanggroeAceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi SumateraUtara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi danRekonstruksi Wilayah dan Kehidupan MasyarakatProvinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi SumateraUtara.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam huruf f meliputi:

1. pekerjaan pengadaan perumahan, yang waktupelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 1 Juli2006;

2. pekerjaan yang dilakukan dalam rangka meneruskanpekerjaan pengadaan perumahan yang tidakdilaksanakan oleh pemberi hibah sesuai dengan tenggatwaktu yang telah ditetapkan oleh Badan Rehabilitasidan Rekonstruksi, yang penyelesaian pekerjaannyaperlu dilaksanakan secara cepat paling lama 1 (satu)tahun setelah pemberi hibah tidak mampumelaksanakan kewajibannya.

Yang dimaksud dalam keadaan khusus adalah:

a. pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkanpemerintah; atau

b. pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapatdilaksanakan oleh satu penyedia barang/jasa, pabrikan,pemegang hak paten; atau

c. merupakan hasil produksi usaha kecil atau koperasi kecilatau pengrajin industri kecil yang telah mempunyai pasardan harga yang relatif stabil; atau

d. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapatdilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus dan/

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 148: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

130

atau hanya ada satu penyedia barang/jasa yangmampu mengaplikasikannya.”

5. Penjelasan Pasal 22 ayat (5) diubah, sehingga keseluruhanPenjelasan Pasal 22 berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 22Ayat (1) Cukup Jelas.

Ayat (2) Pengumuman pemilihan penyedia jasa konsultasi harusdapat memberikan informasi kepada masyarakat luas,terutama penyedia jasa konsultasi baik dari daerahsetempat maupun dari daerah lainnya.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Yang dimaksud dalam keadaan tertentu dan keadaankhusus dalam ayat ini adalah:

a. penanganan darurat untuk pertahanan negara,keamanan dan keselamatan masyarakat yangpelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda/harusdilakukan segera; dan/atau

b. penyedia jasa tunggal; dan/atau

c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkutpertahanan dan keamanan negara yang ditetapkanoleh Presiden; dan/atau

d. pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan untukkeperluan sendiri, mempunyai risiko kecil, menggunakanteknologi sederhana, dilaksanakan oleh penyedia jasausaha orang perseorangan dan badan usaha kecil, dan/atau bernilai sampai dengan Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah); dan/atau

e. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemeganghak paten atau pihak yang telah mendapat ijin; dan/atau

f. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara cepatdalam rangka pengembalian kekayaan negara yangpenanganannya dilakukan secara khusus berdasarkanperaturan perundang-undangan.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 149: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

131

Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada huruf f adalahpekerjaan yang dilakukan untuk menyelesaikanpekerjaan yang diserahkan kepada Pemerintah olehbadan khusus yang dibentuk dalam rangka penyehatanperbankan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankansebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 10 Tahun 1998, termasuk penilaianpertanggungjawaban badan khusus dimaksud; dan/atau

g. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara cepatdalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan

Nias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan olehBadan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah danKehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan KepulauanNias Provinsi Sumatera Utara. Pekerjaan sebagaimanadimaksud dalam huruf g adalah pekerjaan desain danperencanaan, yang waktu pelaksanaan pengadaannyadilakukan sebelum 1 Juli 2006.”

6. Lampiran I Bab I huruf C.1.a.4) ditambah, sehingga keseluruhanangka 4) berbunyi sebagai berikut:

“4) Penunjukan langsung dapat dilaksanakan dalam hal memenuhikriteria sebagai berikut:

a) Keadaan tertentu, yaitu:

(1) penanganan darurat untuk pertahanan negara,keamanan dan keselamatan masyarakat yangpelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda, atauharus dilakukan segera, termasuk penanganandarurat akibat bencana alam; dan/atau

(2) pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan keamanan negara yangditetapkan oleh Presiden; dan/atau

(3) pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimumRp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), denganketentuan:

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 150: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

132

a) untuk keperluan sendiri; dan/atau

b) teknologi sederhana; dan/atau

c) risiko kecil; dan/atau

d) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usahaorang perseorangan dan/atau badan usaha keciltermasuk koperasi kecil.

(4) pekerjaan pengadaan kurang dan pendistribusianlogistik pemilihan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah yang penanganannya memerlukanpelaksanaan secara cepat dalam rangkapenyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan WakilKepala Daerah yang diselenggarakan sampai denganbulan Juli 2005 berdasarkan peraturan perundang-undangan; dan/atau

(5) pekerjaan pengadaan barang dan jasa yangpenanganannya memerlukan pelaksanaan secaracepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi diProvinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan KepulauanNias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan olehBadan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah danKehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan KepulauanNias Provinsi Sumatera Utara.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam angka (5)meliputi:

a. pekerjaan pengadaan perumahan, yang waktupelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 1Juli 2006;

b. pekerjaan yang dilakukan dalam rangkameneruskan pekerjaan pengadaan perumahanyang tidak dilaksanakan oleh pemberi hibahsesuai dengan tenggat waktu yang telahditetapkan oleh Badan Rehabil itasi danRekonstruksi, yang penyelesaian pekerjaannyaperlu dilaksanakan secara cepat paling lama 1(satu) tahun setelah pemberi hibah tidak mampumelaksanakan kewajibannya.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 151: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

133

b) Pengadaan barang/jasa khusus, yaitu:

(1) pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkanpemerintah; atau

(2) pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapatdilaksanakan oleh satu penyedia barang/jasa,pabrikan, pemegang hak paten; atau

(3) merupakan hasil produksi usaha kecil atau koperasikecil atau pengrajin industri kecil yang telahmempunyai pasar dan harga yang relatif stabil; atau

(4) pekerjaan yang kompleks yang hanya dapatdilaksanakan dengan penggunaan teknologi khususdan/atau hanya ada satu penyedia barang/jasa yangmampu mengaplikasikannya.”

7. Lampiran I Bab I huruf C.1.b.4) ditambah, sehingga keseluruhanangka 4) berbunyi sebagai berikut:

“4) Penunjukan Langsung dapat dilaksanakan dalam halmemenuhi kriteria sebagai berikut:

a. penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanandan keselamatan masyarakat yang pelaksanaanpekerjaannya tidak dapat ditunda/harus dilakukan segera;dan/atau

b. penyedia jasa tunggal; dan/atau

c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyang kutpertahanan dan keamanan negara yang ditetapkan olehPresiden; dan/atau

d. pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan untukkeperluan sendiri, mempunyai risiko kecil, menggunakanteknologi sederhana, dilaksanakan oleh penyedia jasausaha orang perseorangan dan badan usaha kecil, dan/atau bernilai sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluhjuta rupiah); dan/atau

e. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemeganghak paten atau pihak yang telah mendapat ijin; dan/atau

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 152: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

134

f. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara cepatdalam rangka pengembalian kekayaan negara yangpenanganannya dilakukan secara khusus berdasarkanperaturan perundang-undangan; dan/atau.

g. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara cepatdalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias ProvinsiSumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasidan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan MasyarakatProvinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi SumateraUtara, yaitu pekerjaan desain dan perencanaan, yangwaktu pelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 1Juli 2006.”

Pasal II

Peraturan presiden ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan Di Jakarta,Pada Tanggal 15 November 2005

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 153: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

135

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 8 TAHUN 2006

TENTANGPERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN

NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-UndangNomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun2004 tentang Perbendaharaan Negara, dipandang perlu menyesuaikan beberapaketentuan dan istilah di dalam KeputusanPresiden Nomor 80 Tahun 2003 sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005agar selaras dengan kedua Undang-Undangdimaksud;

b. bahwa untuk lebih meningkatkan transparansidan kompetisi dalam pengadaan barang/jasapemerintah serta untuk mewujudkan efisiensidan efektifitas pengelolaan keuangan negara,dipandang perlu melakukan penyempurnaanterhadap ketentuan mengenai tata carapengumuman dalam rangka pengadaanbarang/jasa pemerintah;

c. bahwa untuk lebih memperoleh hasil yangmaksimal dalam pelaksanaan sertifikasi bagiPejabat Pembuat Komitmen dan panitia/pejabat pengadaan dalam rangka

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 154: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

136

meningkatkan kompetensi keahlian pengadaanbarang/jasa pemerintah, dipandang perlumengatur kembali batas waktu kewajibansyarat sertifikasi bagi Pejabat PembuatKomitmen dan panitia/pejabat pengadaandalam pengadaan barang/jasa pemerintah;

d. bahwa sehubungan pertimbangansebagaimana dimaksud pada huruf a, hurufb dan huruf c, dipandang perlu mengubahKeputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003Tentang Pedoman Pelaksanaan PengadaanBarang/Jasa Pemerintah;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3956);

3. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002Tentang Pedoman Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor73, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4212);

4. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003Tentang Pedoman Pelaksanaan PengadaanBarang/Jasa Pemerintah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4330), sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHANKEEMPAT ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 155: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

137

80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASAPEMERINTAH.

Pasal 1

Beberapa ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Barang/Jasa Pemerintah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4330)sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PeraturanPresiden Nomor 70 Tahun 2005, diubah sebagai berikut :

1. Ketentuan Pasal 1 angka 8 dan angka 9 diubah, dan ditambah3 (tiga) angka baru yakni angka 23, angka 24 dan angka 25,serta diantara angka 1 dan angka 2 disisipkan 3(tiga) angkabaru yakni angka 1a, angka 1b dan angka 1c, dan diantaraangka 8 dan angka 9 disisipkan 1 (satu) angka baru yakni angka8a, serta ketentuan angka 2, angka 4, angka5, angka 6, danangka 7 dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 1 berbunyi sebagaiberikut:

“Pasal 1 dalam Keputusan Presiden ini, yang dimaksud dengan:

1. Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatanpengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD,baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun olehpenyedia barang/jasa.

1a. Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang diangkatoleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI)/Pemimpin BadanHukum Milik Negara (BHMN)/Direksi Badan Usaha MilikNegara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)sebagai pemili pekerjaan, yang bertanggungjawab ataspelaksanaan pengadaan barang/jasa.

1b. Pengguna Anggaran adalah sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara.

1c. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditunjukoleh Pengguna Anggaran untuk menggunakan anggaranKementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.

2. Dihapus.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 156: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

138

3. Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orangperseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa;

4. Dihapus.

5. Dihapus.

6. Dihapus.

7. Dihapus.

8. Panitia pengadaan adalah tim yang diangkat oleh PenggunaAnggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur BI/Pimpinan BHMN/Direksi BUMN/Direksi BUMD, untukmelaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa.

8a. Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) adalah satuunit yang terdiri dari pegawai-pegawai yang telah memilikisertifikat keahlian pengadaaqn barang/jasa pemerintah, yangdibentuk oleh Pengguna Anggaran /Gubernur/Bupati/Walikota/Dewan Gubernur BI/Pimpinan BHMN/Direksi BUMN/Direksi BUMD yang bertugas secara khusus untukmelaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa dilingkunganDepartemen /Lembaga/sekretariat lembaga Tinggi Negara/Pemerintah Daerah/Komisi/BI/BHMN/BUMN/BUMD.

9. Pejabat pengadaan adalah 1 (satu) orang yang diangkatoleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/DewanGubernur BI/Pimpinan BHMN/Direksi BUMN/Direksi BUMDuntuk melaksanakan pengadaan barang/jasa dengan nilaisampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

10. Pemilihan penyedia barang/jasa adalah kegiatan untukmenetapkan penyedia barang/jasa yang akan ditunjuk untukmelaksanakan pekerjaan.

11. Barang adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian,yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barangjadi/peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh PejabatPembuat Komitmen sesuai penugasan Kuasa PenggunaAnggaran.

12. Jasa Pemborongan adalah layanan pekerjaan pelaksanaankonstruksi atau wujud fisik lainnya yang perencanaan teknisdan spesifikasinya ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmensesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran dan prosesserta pelaksanaannya diawasi oleh Pejabat PembuatKomitmen.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 157: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

139

13. Jasa Konsultasi adalah layanan jasa keahlian profesional dalamberbagai bidang yang meliputi jasa perencanaan konstruksi,jasa pengawasan konstruksi, dan jasa pelayanan profesilainnya, dalam rangka mencapai sasaran tertentu yangkeluarannya berbentuk piranti lunak yang disusun secarasistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yangditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasanKuasa pengguna Anggaran.

14. Jasa lainnya adalah segala pekerjaan dan/atau penyediaanjasa selain jasa konsultasi, jasa pemborongan, danpemasokan barang.

15. Sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah adalahtanda bukti pengakuan atas kompetensi dan kemampuanprofesi di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah yangdiperoleh melalui ujian sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa nasional dan untuk memenuhi persyaratan seseorangmenjadi Pejabat Pembuat Komitmen atau panitia/pejabatpengadaan atau Unit Layanan Pengadaan (ProcurementUnit).

16. Dokumen pengadaan adalah dokumen yang disiapkan olehpanitia/pejabat pengadaan/Unit Layanan Pengadaan(Procurement Unit) Sebagai pedoman dalam prosespembuatan dan penyampaian penawarean oleh calonpenyedia barang/jasa serta pedoman evaluasi penawaranoleh panitia/pejabat pengadaan atau Unit Layanan Pengadaan(Procurement Unit).

17. Kontrak adalah perikatan antara Pejabat Pembuat Komitmendengan penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaanbarang/jasa.

18. Usaha kecil termasuk koperasi kecil adalah kegiatan ekonomirakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria yangditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995tentang Usaha Kecil.

19. Surat jaminan adalah jaminan tertulis yang dikeluarkan bankumum/lembaga keuangan lainnya yang diberikan olehpenyedia barang/jasa kepada Pejabat Pembuat Komitmenuntuk menjamin terpenuhinya persyaratan/kewajibanpenyedia barang/jasa.

20. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara penyedia barang/jasa dalam negeri maupun luar negeri yang masing-masing

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 158: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

140

pihak mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab yangjelas, berdasarkan kesepakatan bersama yang dituangkandalam perjanjian tertulis.

21. Pakta integritas adalah surat pernyataan yang ditandatanganioleh Pejabat Pembuat Komitmen/panitia pengadaan/pejabatpengadaan/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)/penyedia barang/jasa yang berisi ikrar untuk mencegah dantidak melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) dalampelaksanaan pengadaan barang/jasa.

22. Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukanteknologi tingi dan/atau mempunyai resiko tinggi dan/ataumenggunakan peralatan didesain khusus dan/atau bernilaidiatas Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milliar rupiah).

23. Surat kabar nasional adalah surat kabar yang beroplah besardan memiliki peredaran luas secara nasional, yang tercantumdalam daftar surat kabar nasional yang ditetapkan olehMenteri Komunikasi dan Informatika.

24. Surat kabar provinsi adalah surat kabar yang beroplah besardan memiliki peredaran luas di daerah provinsi, yangtercantum dalam daftar surat kabar yang ditetapkan olehGubernur.

25. Website pengadaan nasional adalah website yangdikoordinasikan oleh Menteri Perencanaan PembangunanNasional/Kepala Bappenas untuk mengumumkan rencanapengadaan barang/jasa di Departemen/Lembaga/Komisi/BI/Pemerintah Daerah/BHMN/BUMN/BUMD dan kegiatanpengadaan barang/jasa pemerintah.

2. Ketentuan Pasal 4 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 4Kebijakan umum pemerintah dalam pengadaan barang/jasaadalah:

a. meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancangbangun dan perekayasaan nasional yang sasarannya adalahmemperluas lapangan kerja dan mengembangkan industridalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang/jasa produksi dalam negeri pada perdagangan internasional;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 159: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

141

b. meningkatkan peran serta usaha kecil termasuk koperasikecil dan kelompok masyarakat dalam pengadaan barang/jasa;

c. menyederhanakan ketentuan dan tata cara untukmempercepat proses pengambilan keputusan dalampengadaan barang/jasa;

d. meningkatkan profesionalisme, kemandirian dan tanggungjawab pengguna barang/jasa, panitia/pejabat pengadaan,dan penyedia barang/jasa;

e. meningkatkan penerimaan negara melalui sektor perpajakan;f. menumbuhkembangkan peran serta usaha nasional;g. mengharuskan pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa

dilakukan di dalam wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia;

h. mengharuskan pengumuman secara terbuka rencanapengadaan barang/jasa yang bersifat rahasia pada setiapawal pelaksanaan anggaran kepada masyarakat luas;

i. mengumumkan kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintahsecara terbuka melalui surat kabar nasional dan/atau suratkabar provinsi.”

3. Diantara Pasal 4 dan Pasal 5 disisipkan 1 (satu) pasal, yakniPasal 4A sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 4A

(1) Pemilihan surat kabar nasional dan surat kabar provinsisebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf I, dilakukansesuai tata cara pemilihan penyedia barang/jasa sebagaimanadiatur dalam Peraturan Presiden.

(2) Pemilihan surat kabar nasional dan surat kabar provinsisebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan olehMenteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/KepalaBappenas untuk surat kabar nasional dan Gubernur untuksurat kabar provinsi.

(3) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/KepalaBappenas dan Gubernur melaksanakan pemilihan surat kabarsebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan daftarsurat kabar yang beroplah besar dan memiliki peredaran

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 160: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

142

luas yang dikeluarkan oleh Menteri Komunikasi danInformatika.

(4) Segala biaya yang timbul dalam rangka pemilihan surat kabarsebagaimana dimaksud pada ayat (2), dibebankan padaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara/AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah.”

4. Ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3) diubah, danditambah 1 (satu) ayat baru, yaitu ayat (6), sehinggakeseluruhan Pasal 9 berbunyi sebagai berikut:

(1) Pejabat Pembuat Komitmen harus memenuhi persyaratansebagai berikut :

a. memiliki integritas moral;

b. memiliki disiplin tinggi;

c. memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis sertamanajerial untuk melaksanakan tugas yangdibebankan kepadanya;

d. memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasapemerintah;

e. memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan,bertindak tegas dan keteladanan dalam sikap danperilaku serta tidak pernah terlibat KKN.

(2) Pejabat Pembuat Komitmen diangkat dengan suratkeputusan Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur BI/Pemimpin BHMN/Direksi BUMN/BUMD.

(3) Tugas pokok Pejabat Pembuat Komitmen dalam Pengadaanbarang/jasa adalah:

a. menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa;b. menetapkan paket-paket pekerjaan disertai

ketentuan mengenai peningkatan penggunaanproduksi dalam negeri dan peningkatan pemberiankesempatan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil,serta kelompok masyarakat;

c. menetapkan dan mengesahkan harga perkiraansendiri (HPS), jadwal, tata cara pelaksanaan danlokasi pengadaan yang disusun oleh panitiapengadaan/pejabat pengadaan/unit layananpengadaan;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 161: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

143

d. menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaanpanitia/pejabat pengadaan/unit layanan pengadaansesuai kewenangannya;

e. menetapkan besaran uang muka yang menjadi hakpenyedia barang/jasa sesuai ketentuan yangberlaku;

f. menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrakdengan pihak penyedia barang/jasa;

g. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaanbarang/jasa kepada pimpinan instansinya;

h. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;i. menyerahkan aset hasil pengadaan barang/jasa dan

aset lainnya kepada Menteri/Panglima TNI/KepalaPolri/Pimpinan Lembaga/Pimpinan KesekretariatanLembaga Tinggi Negara/Pimpinan KesekretariatanKomisi/Gubernur/Bupati/Walikota/Dewan GubernurBI/Pimpinan BHMN/Direksi BUMN/BUMD denganberita acara penyerahan;

j. menandatangani pakta integritas sebelumpelaksanaan pengadaan barang/jasa dimulai.

5. Judul Paragraf Kedua Bagian Kedua Bab II diubah sehinggaberbunyi sebagai berikut:

“Paragraf KeduaPembentukan, Persyaratan, Tugas Pokok dan Keanggotaan Panitia/Pejabat Pengadaan/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)”

6. Ketentuan Pasal 10 ayat (8) diubah, dan diantara Pasal 10 ayat(2) dan ayat (3) disisipkan satu ayat baru yakni ayat (2a),sehingga keseluruhan Pasal 10 berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 10(1) Panitia pengadaan wajib dibentuk untuk semua pengadaan

dengan nilai diatas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2) Untuk pengadaan sampai dengan nilai Rp 50.000.000,00(lima puluh juta rupiah) dilaksanakan oleh panitia atau pejabatpengadaan.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 162: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

144

(2a) Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat(2) dapat dilaksanakan oleh Unit layanan Pengadaan(Procurement Unit).

(3) Anggota panitia pengadaan/pejabat pengadaan/anggota unitlayanan pengadaan berasal dari pegawai negeri, baik dariinstansi sendiri maupun instansi teknis lainnya.

(3a)Dalam hal pengadaan barang/jasa dilakukan oleh BadanPelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah danKehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalamdan Kepulauan Nias Provinsi Sumatra Utara, anggota panitiapengadaan berasal dari instansinya sendiri atau instansi teknisPemerintah, dan dapat menyertakan pihak lain yangditunjuk oleh Kepala Badan Pelaksana.

(4) Panitia/pejabat pengadaan/anggota unit layanan pengadaansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) di atasharus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawabdalam melaksanakan tugas;

b. memahami keseluruhan pekerjaan yang akan diadakan;

c. memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugaspanitia/pejabat pengadaan/unit layanan pengadaanyang bersangkutan;

d. memahami isi dokumen pengadaan/metode danprosedur pengadaan berdasarkan PeraturanPresiden ini;

e. tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabatyang mengangkat dan menetapkannya sebagai panitia/pejabat pengadaan/anggota unit layanan pengadaan;

f. memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasapemerintah.

(5) Tugas, wewenang, dan tanggung jawab pejabat/panitiapengadaan/unit layanan pengadaan (Procurement Unit)meliputi sebagai berikut :

a. menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaanserta lokasi pengadaan;

b. menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri(HPS);

c. menyiapkan dokumen pengadaan;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 163: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

145

d. mengumumkan pengadaan barang/jasa di surat kabarnasional dan/atau provinsi dan/atau papanpengumuman resmi untuk penerangan umum,dandiupayakan diumumkan di website pengadaan nasional;

e. menilai kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atauprakualifikasi;

f. melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;

g. mengusulkan calon pemenang;

h. membuat laporan mengenai proses dan hasilpengadaan kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan/atau pejabat yang mengangkatnya;

i. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaanpengadaan barang/jasa dimulai;

(6) Panitia berjumlah gasal beranggotakan sekurang-kurangnya3 (tiga) orang yang memahami tata cara pengadaan,substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan danbidang lain yang diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalammaupun dari luar instansi yang bersangkutan.

(7) Pejabat pengadaan hanya 1 (satu) orang yang memahamitata cara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yangbersangkutan dan bidang lain yang diperlukan, baik dariunsur-unsur di dalam maupun dari luar instansi yangbersangkutan.

(8) Dilarang duduk sebagai panitia/pejabat pengadaan/anggotaUnit Layanan Pengadaan (Procurement Unit):

a. Pejabat Pembuat Komitmen dan bendahara;

b. Pegawai pada Badan Pengawas Keuangan danPembangunan(BPKP)/Inspektorat JenderalDepartemen/Inspektorat Utama Lembaga PemerintahNon Departemen/Badan Pengawas Daerah Provinsi/Kabupaten/kota, Pengawasan Internal BI/BHMN/BUMN/BUMD kecuali menjadi panitia/pejabatpengadaan/anggota unit layanan pengadaan untukpengadaan barang/jasa yang dibutuhkan instansinya;

c. Pejabat yang bertugas melakukan verifikasi suratpermintaan pembayaran dan/atau pejabat yangbertugas menandatangani surat perintah membayar.”

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 164: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

146

7. Ketentuan Pasal 17 ayat (2) dan Ayat (3) diubah, sehinggakeseluruhan Pasal 17 berbunyi sebagai barikut:

“Pasal 17(1) Dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa

lainnya, pada prinsipnya dilakukan melalui metode pelelanganumum.

(2) Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumumansecara luas sekurang-kurangnyadi satu surat kabar nasionaldan/atau satu surat kabar provinsi.

(3) Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampumelaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yangkompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapatdilakukan dengan metode pelelangan terbatas dandiumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu suratkabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi denganmencantumkan penyedia barang/jasa yang mampu, gunamemberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnyayang memenuhi kualifikasi.

(4) Dalam hal metode pelelangan umum atau pelelanganterbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, makapemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan denganmetode pemilihan langsung, yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga)penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulusprakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupunbiaya serta harus diumumkan minimal melalui papanpengumuman resmi untuk penerangan umum dan bilamemungkinkan melalui internet.

(5) Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihanpenyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan carapenunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupunbiaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknisdapat dipertanggungjawabkan.”

8. Diantara Pasal 20 dan Pasal 21 disisipkan 1 (satu) pasal menjadiPasal 20A yang berbunyi sebagai berikut:

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 165: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

147

“Pasal 20A

Pengumuman pengadaan barang/jasa pemborongan/jasalainnya dengan metode pelelangan umum sebagaimanadimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dan metode pelelanganterbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) wajibdilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. untuk pengadaan dengan metode pelelangan umum yangbernilai sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 (satu miliarrupiah) diumumkan sekurang-kurangnya di:

1) satu surat kabar provinsi dilokasi kegiatan bersangkutan;

2) satu surat kabar nasional, dalam hal jumlah penyediabarang/jasa yang mampu melaksanakan kegiatantersebut yang berdomisili di provinsi setempat kurangdari 3 (tiga) penyedia barang/jasa.

b. untuk pengadaan dengan metode pelelangan umum/terbatas yang bernilai di atas Rp 1.000.000.000,00 (satumiliar rupiah) diumumkan sekurang-kurangnya di satu suratkabar nasional dan satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatanbersangkutan.”

9. Ketentuan Pasal 22 ayat (2) dan ayat (3) diubah, sehinggakeseluruhan Pasal 22 berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 22(1) Pemilihan penyedia jasa konsultansi pada prinsipnya harus

dilakukan melalui seleksi umum, dan dalam keadaan tertentupemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan melaluiseleksi terbatas, seleksi langsung atau penunjukan langsung.

(2) Seleksi umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan metode pemilihan penyedia jasa konsultansi yangdaftar pendek pesertanya dipilih melalui proses prakualifikasiyang diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satusurat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi.

(3) Seleksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan metode pemilihan penyedia jasa konsultansi untukpekerjaan yang kompleks dan diyakini jumlah penyedia jasayang mampu melaksanakan pekerjaan tersebut jumlahnyaterbatas, dan diumumkan secara luas sekurang-kurangnya

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 166: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

148

disatu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsidengan mencantumkan penyedia jasa yang mampu gunamemberi kesempatan kepada penyedia jasa lainnya yangmemenuhi kualifikasi.

(4) Dalam hal metode seleksi umum atau seleksi terbatas dinilaitidak efisien dari segi biaya seleksi, maka pemilihan penyediajasa konsultansi dapat dilakukan dengan seleksi langsung,yaitu metode pemilihan penyedia jasa konsultansi yang daftarpendek pesertanya ditentukan melalui proses prakualifikasiterhadap penyedia jasa konsultansi yang dipilih langsung dandiumumkan sekurang-kurangnya di papan pengumumanresmi untuk penerangan umum dan diupayakan diumumkandi website pengadaan nasional.

(5) Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihanpenyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan menunjuksatu penyedia jasa konsultansi yang memenuhi kualifikasidan dilakukan negosiasi baik dari segi teknis maupun biayasehingga diperoleh biaya yang wajar dan secara teknis dapatdipertanggungjawabkan.

10. Diantara Pasal 25 dan Pasal 26 disisipkan 1(satu) pasal baruyaitu Pasal 25A sehingga berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 25A(1) Untuk pengadaan jasa konsultansi dengan metode seleksi

umum/seleksi terbatas dengan nilai di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) wajib diumumkansekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan satusurat kabar provinsi di lokasi kegiatan berlangsung.

(2) Untuk pengadaan jasa konsultansi dengan metode seleksiumum yang bernilai sampai dengan Rp 200.000.000,00(dua ratus juta rupiah), wajib diumumkan sekurang-kurangnya di satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatanbersangkutan atau sekurang-kurangnya di satu surat kabarnasional dalam hal untuk kegiatan dimaksud tidak dapatdipenuhi oleh sekurang-kurangnya 5 (lima) penyedia jasakonsultansi di kabupaten/kota/provinsi yang bersangkutan.”

11. Ketentuan Pasal 44 ayat (2) diubah, sehingga keseluruhan Pasal44 berbunyi sebagai berikut:

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 167: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

149

“Pasal 44(1) Pengadaan barang/jasa supaya mengacu pada daftar

inventarisasi barang/jasa yang termasuk produksi dalamnegeri yang didasarkan pada kriteria tertentu, menurutbidang, subbidang, jenis,dan kelompok barang/jasa.

(2) Pengaturan mengenai daftar inventarisasi danpenyebarluasan informasi barang/jasa produksi dalam negerisebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dikeluarkanoleh departemen yang membidangi perindustrian.”

12. Diantara ayat (5) dan ayat (6) Pasal 48 disisipkan 1 (satu)ayat, yakni ayat (5a), sehingga keseluruhan Pasal 48 berbunyisebagai berikut :

“Pasal 48(1) Pejabat Pembuat Komitmen segera setelah

pengangkatannya, menyusun organisasi, uraian tugas danfungsi secara jelas, kebijaksanaan pelaksanaan, rencanakerja yang menggambarkan kegiatan yang harusdilaksanakan, bentuk hubungan kerja, sasaran yang harusdicapai, tata laksana dan prosedur kerja secara tertulis,dan disampaikan kepada atasan langsung dan unitpengawasan intern instansi yang bersangkutan.

(2) Pejabat Pembuat Komitmen wajib melakukan pencatatandan pelaporan keuangan dan hasil kerja pada setiapkegiatan/proyek, baik kemajuan maupun hambatan dalampelaksanaan tugasnya dan disampaikan kepada atasanlangsung dan unit pengawasan intern instansi yangbersangkutan.

(3) Pejabat Pembuat Komitmen wajib menyimpan danmemelihara seluruh dokumen pelaksanaan pengadaanbarang/jasa termasuk berita acara proses pelelangan/seleksi.

(4) Instansi pemerintah wajib melakukan pengawasan terhadapPejabat Pembuat Komitmen dan panitia/pejabatpengadaan/unit layanan pengadaan di lingkungan instansimasing-masing, dan menugaskan kepada aparatpengawasan fungsional untuk melakukan pemeriksaansesuai ketentuan yang berlaku.

(5) Unit pengawasan intern pada instansi pemerintahmelakukan pengawasan kegiatan/proyek, menampung dan

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 168: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

150

menindaklanjuti pengaduan masyarakat yang berkaitandengan masalah atau penyimpangan dalam pelaksanaanpengadaan barang/jasa, kemudian melaporkan hasilpemeriksaannya kepada menteri/pimpinan instansi yangbersangkutan dengan tembusan kepada Kepala BadanPengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

(5a) Dalam hal berdasarkan tembusan laporan hasil pemeriksaanyang disampaikan oleh unit pengawasan internsebagaimana diomaksud pada ayat (5), BPKP menilaiterdapat penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa,maka BPKP dapat menindaklanjuti.

(6) Pejabat Pembuat Komitmen wajib memberikan tanggapan/informasi mengenai pengadaan barang/jasa yang beradadi dalam batas kewenangannya kepada peserta pengadaan/masyarakat yang mengajukan pengaduan atau yangmemerlukan penjelasan.

(7) Masyarakat yang tidak puas terhadap tanggapan atauinformasi yang disampaikan oleh Pejabat PembuatKomitmen dapat mengadukan kepada Menteri/PanglimaTNI/Kapolri/Peminpin Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota/Dewan Gubernur BI/Peminpin BHMN/Direksi BUMN/BUMD.”

13. Lampiran I Bab I Bagian D angka 1 huruf b diubah, sehinggaLampiran I Bab I Bagian D angka 1 huruf b seluruhnya berbunyisebagai berikut:

“b. Pelelangan umum dengan pasca kualifikasi:

1) Ketentuan alokasi waktu dalam penyusunan jadual adalahsebagai berikut:

a) Penayangan pengumuman lelang sekurang-kurangnya dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari kerjadi website pengadaan nasional. Penayang anpengumuman lelang yang dilaksanakan melalui suratkabar nasional/propinsi minimal dilakukan 1 (satu) kalitayang pada awal masa pengumunan.

b) Pendaftaran dan pengambilan dokumen penawarandilakukan 1 (satu) hari setelah pengumuman sampaidengan satu hari sebelum batas akhir pemasukandokumen penawaran.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 169: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

151

c) Penjelasan (aanwijzing) dilaksanakan paling cepat 4(empat) hari kerja sejak tanggal pengumuman.

d) Pemasukan dokumen penawaran dimulai 1 (satu)hari setelah penjelasan (aanwijzing). Batas akhirpemasukan dokumen penawaran sekurang-kurangnya 2 (dua) hari kerja setelah penjelasan.Penetapan waktu pemasukan dokumen penawaranharus memperhitungkan waktu yang diperlukan untukmempersiapkan dokumen penawaran sesuai denganjenis, kompleksitas, dan lokasi pekerjaan.

Contoh : waktu pemasukan dokumen penawaranuntuk pengadaan ATK cukup 2 (dua) hari kerja,waktu pemasukan dokumen penawaran untukpengadaan untuk peningkatan jalan kabupaten/kota14 (empat belas) hari kerja, waktu pemasukandokumen penawaran untuk pengadaan pekerjaankompleks dapat lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja.

e) Evaluasi penawaran dapat dilakukan dalam waktu 1(satu) hari atau sesuai dengan waktu yang diperlukan.

Contoh : evaluasi penawaran pengadaan sederhana,misal ATK dapat diselesaikan dalam waktu 1 (satu)hari, waktu evaluasi penawaran pekerjaanpeningkatan jalan provinsi diperlukan selama kuranglebih 5 (lima) hari, waktu evaluasi penawaranpekerjaan pembangunan bendungan serbaguna(multi purpose dam) diperlukan selama dapat lebih15 (lima belas) hari.

2) Pengalokasian waktu diluar proses butir a) sampai denganbutir d) di atas, diserahkan sepenuhnya kepada PejabatPembuat Komitmen, kecuali ditentukan lain dalamPeraturan Presiden ini.

3) Berikut ini contoh tabel jadwal pengadaan barang/jasapemborongan/jasa lainnya dengan pascakualifikasi:

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 170: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

152

Har

i Ker

ja K

e-

No

Ura

ian

kegi

atan

1

2 3

4 5

6 7

8 9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

Kete

rang

an

1 Pe

ngum

uman

lela

ng

1

hari

sura

t ka

bar

dan

min

imal

7 h

ari

untu

k di

in

tern

et

2 Pe

ndaf

tara

n da

n pe

ngam

bila

n do

kum

en

1

hari

sete

lah

peng

umum

an s

/d 1

har

i se

belu

m

bata

s ak

hir

pem

asuk

an d

okum

en

3 Pe

njel

asan

(a

anw

ijzin

g)

Pa

ling

cepa

t 4

hr

seja

k tg

l pen

gum

uman

4

Pem

asuk

an

pena

war

an

Ba

tas

akhi

r pe

mas

ukan

m

in

2 hr

se

tela

h pe

njel

asan

5

Pem

buka

an

doku

men

pe

naw

aran

Har

i te

rakh

ir pe

mas

ukan

do

k. p

enaw

aran

6

Eval

uasi

do

kum

en

pena

war

an

M

aks.

7

hr

sete

lah

pem

buka

an

pena

war

an/p

embu

kaan

pe

naw

aran

ha

rga(

dua

sam

pul)

7 Pe

nila

ian

dan

pem

bukt

ian

kual

ifika

si

Ti

dak

diat

ur

8 U

sula

n ca

lon

pem

enan

g

Palin

g la

mba

t 7

hr

sete

lah

pem

buka

an

pena

war

an h

arga

9

Pene

tapa

n pe

men

ang

Ti

dak

diat

ur

10

Peng

umum

an

pem

enan

g

Mak

a 2

hr s

etel

ah s

urat

pe

neta

pan

11

Mas

a sa

ngga

h

Mak

a 5

hr

seja

k pe

ngum

uman

12

Pe

nunj

ukan

pe

men

ang

(SPP

BJ)

Pa

ling

lam

bat

6 ha

ri se

jak

peng

umum

an

13

Pena

ndat

anga

n ko

ntra

k

Palin

g la

mba

t 14

hr

seja

k SP

PBJ

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 171: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

153

14. Lampiran I Bab II Bagian A angka 1 huruf 1 butir 7) diubah,sehingga Lampiran I Bab II Bagian A angka 1 huruf 1 butir 7)seluruhnya berbunyi sebagai berikut

“7) Dalam hal tidak ada sanggahan, SPPBJ harus diterbitkanpaling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pengumumanpenetapan pemenang lelang dan dalam hal terdapat sanggahan,SPPBJ harus diterbitkan paling lambat satu hari setelah jawabanatas semua sanggahan tersebut dijawab serta segera SPPBJtersebut disampaikan kepada pemenang lelang.”

Pasal II1. Sebelum pelaksanaan sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa

dapat dilakukan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun2003 tentang Ketenagakerjaan, maka pelaksanaan sertifikasikeahlian pengadaan barang/jasa dikoordinasikan oleh MenteriNegara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.

2. Dalam hal Pejabat Pembuat Komitmen dan panitia/pejabatpengadaan belum memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah sampai dengan batas waktu yang ditetapkansebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1), maka panitia/pejabat pengadaan tetap dapat melakukan pengadaan barang/jasa pemerintah sampai dengan tanggal 31 Desember 2007,sepanjang telah memiliki bukti keikutsertaan dalam pelatihanpengadaan barang/jasa pemerintah.

3. Pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan olehPejabat Pembuat Komitmen/panitia/pejabat pengadaan yangbelum memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa sebelumberlakunya Peraturan Presiden ini, dinyatakan tetap sah,sepanjang pada saat kegiatan pengadaan barang/jasapemerintah dimaksud dilaksanakan, yang bersangkutan telahmemiliki bukti keikutsertaan dalam pelatihan pengadaan barang/jasa pemerintah.

4. Sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa yang telah diterbitkanoleh Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas sebelum berlakunya Peraturan Presiden ini, dinyatakanberlaku sebagai sertifikat keahlian pengadaan barang/jasasebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun2003 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 172: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

154

5. Sebelum Menteri Komunikasi dan Informatika dan Gubernurmenetapkan surat kabar nasional dan surat kabar provinsisebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A, pengumuman kegiatanpengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan sekurang-kurangnya di satu surat kabar yang mempunyai oplah besardan memiliki peredaran luas secara nasional dan/atau wilayahprovinsi.

6. Peraturan Presiden ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 20 maret 2006

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya,

Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum,

ttd

Lambock V Nahattands

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 173: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

155

PENJELASAN ATAS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 8 TAHUN 2006

TENTANGPERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN

NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PASAL DEMI PASAL

Pasal IAngka 1

Dengan perubahan pada Pasal 1 sebagaimana dimaksuddalam angka 1 ini, maka semua istilah di dalam KeputusanPresiden Nomor 80 Tahun 2003 sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir dengan Peraturan Presidan Nomor 70Tahun 2005 yang berbunyi:

a. Pengguna barang/jasa atau Pejabat yang disamakansebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab ataspelaksanaan pengadaan barang/jasa untuk selanjutnyadibaca Pejabat Pembuat Komitmen;

b. Pejabat/Panitia Pengadaan untuk selanjutnya dibacaPejabat/Panitia Pengadaan/Unit layanan Pengadaan(Procurement Unit).

Angka 2

Pasal 4Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup Jelas

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 174: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

156

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Cukup jelas

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g

Wilayah Republik Indonesia termasuk KantorPerwakilan Republik Indonesia di luar negeri.

Huruf h

Pengumuman secara terbuka artinya rencanapengadaan Departemen/Lembaga/Komisi/BI/Pemerintah Daerah/BHMN/BUMN/BUMD diumumkandiwebsite pengadaan nasional dengan alamatwww.pengadaannasional-bappenas.go.id yangdikoordinasikan oleh Menteri Negara PerencanaanPembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan/ataudi website Departemen/Lembaga/Komisi/BI/Pemerintah Daerah/BHMN/BUMN/BUMD yang telahdiintegrasikan ke website pengadaan nasional.

Huruf i

Cukup jelas

Angka 3Pasal 4A

Pemilihan surat kabar sebagaimana dimaksud dalam pasalini dimaksudkan agar calon penyedia barang/jasa danmasyarakat dapat dengan mudah mendapatkan informasimengenai rencana kegiatan pengadaan barang/jasapemerintah. Di lain pihak, dengan telah ditetapkan surat kabaruntuk pengumuman kegiatan pengadaan barang/jasa,pengguna barang/jasa akan mengeluarkan biayapengumuman lelang yang lebih murah sehingga pada akhirnyamenghemat APBN/APBD.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 175: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

157

Angka 4

Pasal 9Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Yang dimaksud persyaratan manajerial,antara lain:

1) Berpendidikan sekurang-kurangnya Diploma 3(D3) sesuai dengan bidang keahlian yangdiperlukan;

2) Memiliki sertifikat pengadaan barang/jasapemerintah;

3) Memiliki pengalaman minimal 2 (dua) tahunmemimpin/mengorganisasi kelompok kerja yangberkaitan dengan kegiatan pengadaan barang/jasa;

4) Memiliki ketaatan yang tinggi dalam melaksanakansetiap tugas/pekerjaannya;

5) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan,bertindak tegas dan keteladanan dalam sikap danperilaku antara lain tidak terlibat korupsi, kolusi,dan nepotisme (KKN);

6) Penilaian kondite dan prestasi kerja (DaftarPenilaian Pelaksanaan Pekerjaan) untuk masa 3(tiga) tahun terakhir dengan nilai rata-rataminimal”baik”.

Huruf e

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 176: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

158

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan dilarang mengadakan ikatanperjanjian adalah menerbitkan surat penunjukan dan/atau menandatangani surat perintah kerja/kontrak.

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Angka 5

Cukup jelas

Angka 6

Pasal 10Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (2a)

Cukup jelas

Ayat (3)

Anggota panitia yang berasal dari instansi teknis lainadalah anggota panitia yang diangkat dari unit kerja/instansi/departemen/lembaga lain karena di instansiyang sedang melakukan pengadaan barang/jasatidak mempunyai pegawai yang memahami masalahteknis yang ada dalam ketentuan pengadaan barang/jasa, jenis pekerjaan, dan isi dokumen pengadaandari pekerjaan yang akan dilakukan pengadaannya.

Ayat (3a)

Cukup jelas

Ayat (4)

Huruf a

Cukup jelas

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 177: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

159

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Hubungan keluarga yang dimaksud adalah hubungankeluarga sedarah dan semenda.

Huruf f

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Huruf (7)

Cukup jelas

Huruf (8)

Cukup jelas

Angka 7

Pasal 17Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa harusdapat memberikan informasi secara luas kepadamasyarakat dunia usaha baik pengusaha daerahsetempat maupun pengusaha daerah lainnya.

Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasatersebut, selain dilakukan melalui surat kabarsebagaimana dimaksud pada ayat ini, diupayakanpula melalui website pengadaan nasional.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 178: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

160

Ayat (3)

Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasadengan metode pelelangan terbatas selaindiumumkan secara luas melalui surat kabarsebagaimana dimaksud pada ayat ini, diupayakanpula melalui website.

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Yang dimaksud dalam keadaan tertentu adalah :

a. penanganan darurat untuk pertahanan negara,keamanan dan keselamatan masyarakat yangpelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditundaatau harus dilakukan segera, termasukpenanganan darurat akibat bencana alam sertatindakan darurat untuk pencegahan bencana dan/atau kerusakan infrastruktur yang apabila tidaksegera dilaksanakan dipastikan dapatmembahayakan keselamatan masyarakat.Pekerjaan sebagai kelanjutan dari tindakan daruratdi atas, untuk selanjutnya dilakukan sesuai dengantatacara pengadaan barang/jasa sebagaimanadiatur di dalam Peraturan Presiden ini; dan/atau

b. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan keamanan negara yangditetapkan oleh Presiden; dan/atau

c. pekerjaan yang berskala kecil dengan nilaimaksimum Rp 50.000.000,00 (lima puluh jutarupiah), dengan ketentuan:

1) untuk keperluan sendiri;dan/atau

2) teknologi sederhana; dan/atau

3) risiko kecil; dan/atau

4) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usahaorang perseorangan dan/atau badan usahatermasuk koperasi kecil.

d. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan olehpemegang hak paten atau pihak yang telahmendapat ijin;dan/atau

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 179: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

161

e. pekerjaan pengadaan barang dan pendistribusianlogistik pemilihan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah yang penangannya memerlukanpelaksanaan secara cepat dalam rangkapenyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah danWakil Kepala Daerah yang diselenggarakan sampaidengan bulan Juli 2005 berdasarkan peraturanperundang-undangan.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada huruf emeliputi pengadaan dan pendistribusian suratsuara, kartu pemilih beserta perlengkapan lainnyauntuk pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah danWakil Kepala Daerah;dan/atau

f. pekerjaan pengadaan barang/jasa yangpenanganannya memerlukan pelaksanaan sacaracepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksidi provinsi Nanggroe Aceh Darussalam danKepulauan Nias Provinsi Sumatera utara yangdilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi danRekonstruksi Wilayah dan Kehidupan MasyarakatProvinsi NAD dan Kepulauan Nias ProvinsiSumatera Utara.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada huruf fmeliputi:

1. pekerjaan pengadaan perumahan, yangwaktu pelaksanaan pengadaannya dilakukansebelum 1 juli 2006;

2. pekerjaan yang dilakukan dalam rangkameneruskan pekerjaan pengadaanperumahan yang tidak dilaksanakan olehpemberi hibah sesuai dengan tenggat waktuyang telah ditetapkan oleh Badan Rehabilitasidan Rekonstruksi, yang penyelesaianpekerjaannya perlu dilaksanakan secara cepatpaling lama 1 (satu) tahun setelah pemberihibah tidak mampu melaksanakankewajibannya.

Yang dimaksud dalam keadaan khusus adalah :

a. pekerjaan berdasarkan tarif resmi yangditetapkan pemerintah; atau

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 180: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

162

b. pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapatdilaksanakan oleh satu penyedia barang/jasa,pabrikan, pemegang hak paten;atau

c. merupakan hasil produksi usaha kecil atau koperasikecil atau pengrajin industri kecil yang telahmempunyai pasar dan harga yang relatif stabil;atau

d. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapatdilaksanakan dengan pengunaan teknologi khususdan/atau hanya ada satu penyedia barang/jasayang mampu mengaplikasikannya.

Angka 8Pasal 20A

Pengumuman pengadaan barang/jasa pemborongan/jasalainnya dengan metode pelelangan umum/terbatas yangbernilai di atas Rp 1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah),selain dilakukan di surat kabar nasional/provinsi, diupayakanpula untuk diumumkan di website pengadaan nasional.

Angka 9Pasal 22

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Pengumuman pemilihan penyedia jasa konsultansiharus dapat memberikan informasi kepadamasyarakat luas, terutama penyedia jasa konsultansibaik dari daerah setempat maupun dari daerahlainnya.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 181: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

163

Ayat (5)

Yang dimaksud dalam keadaan tertentu dan keadaankhusus dalam ayat ini adalah:

a. penanganan darurat untuk pertahanan negara,keamanan dan keselamatan masyarakat yangpelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda/harus dilakukan segera;dan/atau

b. penyedia jasa tunggal;dan/atau

c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan keamanan negara yangditetapkan oleh Presiden;dan/atau

d. pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan:untuk keperluan sendiri, mempunyai risiko kecil,menggunakan teknologi sederhana, dilaksanakanoleh penyedia jasa usaha orang perseorangandan badan usaha kecil, dan/atau bernilai sampaidengan Rp 50.000.000.00 (lima puluh jutarupiah); dan/atau

e. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan olehpemegang hak paten atau pihak yang telahmendapat ijin;dan/atau

f. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secaracepat dalam rangka pengembalian kekayaannegara yang penanganannya dilakukan secarakhusus berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada huruf fadalah pekerjaan yang dilakukan untukmenyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadaPemerintah oleh badan khusus yang dibentukdalam rangka penyehatan perbankansebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangNumur 7 Tahun 1992 tentang perbankansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasukpenilaian pertanggungjawaban badan Khususdimaksud;dan/atau

g. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secaracepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 182: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

164

di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam danKepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yangdilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi danRekonstruksi Wilayah dan Kehidupan MasyarakatProvinsi NAD dan Kepulauan Nias ProvinsiSumatera Utara.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada huruf gadalah pekerjaan desain dan perencanaan, yangwaktu pelaksanaan pengadaannya dilakukansebelum 1 Juli 2006"

Angka 10Pasal 25A

Ayat (1)

Pengumuman pengadaaan jasa konsultansisebagaimana diatur pada ayat ini, selain diumumkandi surat kabar nasional dan surat kabar provinsidiupayakan pula untuk diumumkan di websitepengadaan nasional.

Ayat (2)

Cukup jelas

Angka 11

Pasal 44Cukup jelas

Angka 12Pasal 48

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 183: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

165

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (5a)

Cukup jelas

Ayat (6)

Informasi yang wajib diberikan kepada masyarakatadalah:

a. Perencanaan paket-paket pekerjaan;

b. Pengumuman pengadaan barang/jasa;

c. Hasil evaluasi prakualifikasi;

d. Hasil evaluasi pemilihan penyedia;

e. Dokumen kontrak.

Ayat (7)

Cukup jelas

Angka 13Cukup jelas

Angka 14

Cukup jelas

Pasal II

Angka 1Cukup jelas

Angka 2Dalam hal Departemen/Lembaga/Komisi/BI/PemerintahDaerah/BHMN/BUMN/ BUMD sudah terdapat pejabat yangmemiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasasebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) huruf dKeputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003, maka Pejabat

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 184: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

166

Pembuat Komitmen wajib mengutamakan pejabat yang telahmempunyai sertifikat keahlian tersebut untuk diangkatmenjadi Pejabat/Panitia Pengadaan/Anggota Unit LayananPengadaan (Procurement Unit) di Departemen/Lembaga/Komisi/BI/Pemerintah Daerah/BHMN/BUMN/BUMD.

Angka 3

Cukup jelas

Angka 4

Cukup jelas

Angka 5Cukup jelas

Angka 6Cukup jelas.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 185: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

167PENGADAAN BARANG DAN JASA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 79 TAHUN 2006

TENTANG

PERUBAHAN KELIMA ATASKEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN

BARANG/JASA PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mempercepat pengadaanperumahan bagi masyarakat Provinsi NanggroeAceh Darussalam (NAD) dan masyarakatKepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yangterkena bencana alam gempa bumi dangelombang tsunami oleh Badan PelaksanaRehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah danKehidupan Masyarakat Provinsi NAD danKepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara,dipandang perlu menyesuaikan KeputusanPresiden Nomor 80 Tahun 2003 tentangPedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir dengan Peraturan PresidenNomor 8 Tahun 2006, agar pelaksanaannyadapat dilakukan dengan cepat, efektif danefisien dengan tetap berpegang pada prinsippersaingan sehat, transparan, terbuka danperlakuan yang adil bagi semua pihak sertaakuntabel;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebutpada huruf a, dipandang perlu menetapkan

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

Page 186: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

168 PENGADAAN BARANG DAN JASA

Peraturan Presiden tentang Perubahan KelimaAtas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun2003 tentang Pedoman PelaksanaanPengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung JawabKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 66, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4400);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2005tentang Penetapan Peraturan PemerintahPengganti Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 2 Tahun 2005 tentang BadanRehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah danKehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe AcehDarussalam (NAD) dan Kepulauan Nias ProvinsiSumatera Utara menjadi Undang-Undang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2005 Nomor 111, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4550);

6. Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 2005tentang Pembentukan Badan Rehabilitasi danRekonstruksi Wilayah dan KehidupanMasyarakat Provinsi Nanggroe AcehDarussalam dan Kepulauan Nias ProvinsiSumatera Utara;

Page 187: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

169

7. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003tentang Pedoman Pelaksanaan PengadaanBarang/Jasa Pemerintah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4330) sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHANKELIMA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASAPEMERINTAH.

Pasal IBeberapa ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/JasaPemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4330) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006, diubah sebagai berikut :

1. Penjelasan Pasal 17 ayat (5) diubah, sehingga keseluruhanPenjelasan Pasal 17 berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 17

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa harus dapatmemberikan informasi secara luas kepada masyarakatdunia usaha baik pengusaha daerah setempat maupunpengusaha daerah lainnya.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 188: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

170

Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa tersebut,selain dilakukan melalui surat kabar sebagaimana dimaksudpada ayat ini, diupayakan pula melalui website pengadaannasional.

Ayat (3)

Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa denganmetode pelelangan terbatas, selain diumumkan secaraluas melalui surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayatini, diupayakan pula melalui website pengadaan.

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Yang dimaksud dalam keadaan tertentu adalah :

a. penanganan darurat untuk pertahanan negara,keamanan dan keselamatan masyarakat yangpelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda atauharus dilakukan segera, termasuk penanganan daruratakibat bencana alam serta tindakan darurat untukpencegahan bencana dan/atau kerusakan infrastrukturyang apabila tidak segera dilaksanakan dipastikan dapatmembahayakan keselamatan masyarakat. Pekerjaansebagai kelanjutan dari tindakan darurat di atas, untukselanjutnya dilakukan sesuai dengan tata carapengadaan barang/jasa sebagaimana diatur di dalamPeraturan Presiden ini; dan/atau

b. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkutpertahanan dan keamanan negara yang ditetapkanoleh Presiden; dan/atau

c. pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimumRp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), denganketentuan :

1) untuk keperluan sendiri; dan/atau

2) teknologi sederhana; dan/atau

3) risiko kecil; dan/atau

4) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usahaorang perseorangan dan/atau badan usaha keciltermasuk koperasi kecil.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 189: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

171

d. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemeganghak paten atau pihak yang telah mendapat ijin; dan/atau

e. pekerjaan pengadaan barang dan pendistribusianlogistik pemilihan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah yang penanganannya memerlukanpelaksanaan secara cepat dalam rangkapenyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan WakilKepala Daerah yang diselenggarakan sampai denganbulan Juli 2005 berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pekerjaan tersebut meliputi pengadaan danpendistribusian surat suara, kartu pemilih besertaperlengkapan lainnya untuk pelaksanaan pemilihanKepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; dan/atau

f. pekerjaan pengadaan barang/jasa yangpenanganannya memerlukan pelaksanaan secaracepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi diProvinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan KepulauanNias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan olehBadan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah danKehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan KepulauanNias Provinsi Sumatera Utara.

Pekerjaan tersebut meliputi :

1. pekerjaan pengadaan perumahan, yang waktupelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 31Desember 2006;

2. pekerjaan yang dilakukan dalam rangkameneruskan pekerjaan pengadaan perumahanyang tidak dilaksanakan oleh pemberi hibah sesuaidengan tenggat waktu yang telah ditetapkan olehBadan Rehabilitasi dan Rekonstruksi, yangpenyelesaian pekerjaannya perlu dilaksanakansecara cepat paling lama 1 (satu) tahun setelahpemberi hibah tidak mampu melaksanakankewajibannya.

Yang dimaksud dalam keadaan khusus adalah :

a. pekerjaan berdasarkan tarif resmi yangditetapkan pemerintah; atau

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 190: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

172

b. pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapatdilaksanakan oleh satu penyedia barang/jasa,pabrikan, pemegang hak paten; atau

c. merupakan hasil produksi usaha kecil ataukoperasi kecil atau pengrajin industri kecil yangtelah mempunyai pasar dan harga yang relatifstabil; atau

d. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapatdilaksanakan dengan penggunaan teknologikhusus dan/atau hanya ada satu penyediabarang/jasa yang mampu mengaplikasikannya.”

2. Penjelasan Pasal 22 ayat (5) diubah, sehingga keseluruhanPenjelasan Pasal 22 berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 22Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)

Pengumuman pemilihan penyedia jasa konsultasi harusdapat memberikan informasi kepada masyarakat luas,terutama penyedia jasa konsultansi baik dari daerahsetempat maupun dari daerah lainnya.

Pengumuman pemilihan penyedia jasa konsultansi tersebut,selain diumumkan di surat kabar nasional/provinsi,diupayakan pula untuk diumumkan di website pengadaannasional.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Yang dimaksud dalam keadaan tertentu dan keadaankhusus dalam ayat ini adalah :

a. penanganan darurat untuk pertahanan negara,keamanan dan keselamatan masyarakat yang

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 191: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

173

pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda/harusdilakukan segera; dan/atau

b. penyedia jasa tunggal; dan/atau

c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkutpertahanan dan keamanan negara yang ditetapkanoleh Presiden; dan/atau

d. pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan untukkeperluan sendiri, mempunyai risiko kecil, menggunakanteknologi sederhana, dilaksanakan oleh penyedia jasausaha orang perseorangan dan badan usaha kecil,dan/atau bernilai sampai dengan Rp50.000.000,00(lima puluh juta rupiah); dan/atau

e. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemeganghak paten atau pihak yang telah mendapat ijin; dan/atau

f. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secaracepat dalam rangka pengembalian kekayaan negarayang penanganannya dilakukan secara khususberdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang dilakukanuntuk menyelesaikan pekerjaan yang diserahkankepada Pemerintah oleh badan khusus yang dibentukdalam rangka penyehatan perbankan sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992tentang Perbankan sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasukpenilaian pertanggungjawaban badan khususdimaksud; dan/atau

g. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secaracepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi diProvinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan KepulauanNias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan olehBadan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah danKehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan KepulauanNias Provinsi Sumatera Utara.

Pekerjaan tersebut adalah pekerjaan desain danperencanaan, yang waktu pelaksanaan pengadaannyadilakukan sebelum 31 Desember 2006.”

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 192: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

174

3. Lampiran I Bab I huruf C.1.a.4) diubah, sehingga keseluruhanangka 4) berbunyi sebagai berikut :

“4) Penunjukan langsung dapat dilaksanakan dalam hal memenuhikriteria sebagai berikut :

a) Keadaan tertentu, yaitu :

(1) penanganan darurat untuk pertahanan negara,keamanan dan keselamatan masyarakat yangpelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda, atauharus dilakukan segera, termasuk penanganan daruratakibat bencana alam; dan/atau

(2) pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkutpertahanan dan keamanan negara yang ditetapkanoleh Presiden; dan/atau

(3) pekerjaan yang berskala kedl dengan nilai maksimumRp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), denganketentuan :(a) untuk keperluan sendiri; dan/atau(b) teknologi sederhana; dan/atau(c) risiko kecil; dan/atau(d) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha

orang perseorangan dan/atau badan usaha keciltermasuk koperasi kecil.

(4) pekerjaan pengadaan barang dan pendistribusian logistikpemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yangpenanganannya memerlukan pelaksanaan secaracepat dalam rangka penyelenggaraan pemilihan KepalaDaerah dan Wakil Kepala Daerah yang diselenggarakansampai dengan bulan Juli 2005 berdasarkan peraturanperundang-undangan; dan/atau

(5) pekerjaan pengadaan barang dan jasa yangpenanganannya memerlukan pelaksanaan secaracepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi diProvinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan KepulauanNias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan olehBadan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah danKehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan KepulauanNias Provinsi Sumatera Utara.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam angka (5)meliputi:

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 193: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

175

a. pekerjaan pengadaan perumahan, yang waktupelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 31Desember 2006;

b. pekerjaan yang dilakukan dalam rangkameneruskan pekerjaan pengadaan perumahanyang tidak dilaksanakan oleh pemberi hibah sesuaidengan tenggat waktu yang telah ditetapkan olehBadan Rehabilitasi dan Rekonstruksi, yangpenyelesaian pekerjaannya perlu dilaksanakansecara cepat paling lama 1 (satu) tahun setelahpemberi hibah tidak mampu melaksanakankewajibannya.

b) Pengadaan barang/jasa khusus, yaitu :

(1) pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkanpemerintah; atau

(2) pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapatdilaksanakan oleh satu penyedia barang/jasa, pabrikan,pemegang hak paten; atau

(3) merupakan hasil produksi usaha kecil atau koperasikecil atau pengrajin industri kecil yang telah mempunyaipasar dan harga yang relatif stabil; atau

(4) pekerjaan yang kompleks yang hanya dapatdilaksanakan dengan penggunaan teknologi khususdan/atau hanya ada satu penyedia barang/jasa yangmampu mengaplikasikannya.”

4. Lampiran I Bab I huruf C.1.b.4) diubah, sehingga keseluruhanangka 4) berbunyi sebagai berikut :

“4) Penunjukan langsung dapat dilaksanakan dalam hal memenuhikriteria sebagai berikut :

a. penanganan darurat untuk pertahanan negara,keamanan dan keselamatan masyarakat yangpelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda/harusdilakukan segera; dan/atau

b. penyedia jasa tunggal; dan/atau

c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkutpertahanan dan keamanan negara yang ditetapkan olehPresiden; dan/atau

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 194: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

176

d. pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan: untukkeperluan sendiri, mempunyai risiko kecil, menggunakanteknologi sederhana, dilaksanakan oleh penyedia jasausaha orang perseorangan dan badan usaha kecil, dan/atau bernilai sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluhjuta rupiah); dan/atau

e. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemeganghak paten atau pihak yang telah mendapat ijin; dan/atau

f. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara cepatdalam rangka pengembalian kekayaan negara yangpenanganannya dilakukan secara khusus berdasarkanperaturan perundang-undangan; dan/atau

g. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara cepatdalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias ProvinsiSumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasidan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan MasyarakatProvinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara,yaitu pekerjaan desain dan perencanaan, yang waktupelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 31Desember 2006.”

Pasal II

Peraturan Presiden ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 8 September 2006

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi Sekretaris KabinetBidang Hukum

ttd

Lambock V. Nahattands

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 195: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

177PENGADAAN BARANG DAN JASA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 85 TAHUN 2006

TENTANG

PERUBAHAN KEENAM ATASKEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN

BARANG/JASA PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan mendesaknyawaktu pelaksanaan pemilihan Kepala Daerahdan Wakil Kepala Daerah di Provinsi NanggroeAceh Darussalam Tahun 2006 sesuai denganUndang-Undang Nomor 11 Tahun 2006tentang Pemerintahan Aceh dan PeraturanPemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentangPemilihan, Pengesahan Pengangkatan, danPemberhentian Kepala Daerah dan WakilKepala Daerah, perlu dilakukan pengadaankartu tanda penduduk, pengadaan danpendistribusian surat suara, kartu pemilih,serta perlengkapan pelaksanaan pemilihanKepala Daerah dan Wakil Kepala Daerahsecara cepat dengan tetap mengutamakanaspek kualitas, keamanan dan tepat waktu;

b. bahwa dalam rangka mempercepatpengadaan dan pendistribusian perlengkapanpemilihan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah, perlu segera menetapkan penyedia

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

Page 196: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

178

barang/jasa melalui penunjukan langsungdengan tetap mengacu pada kaidah-kaidahyang berlaku dalam pedoman pelaksanaanpengadaan barang/jasa Pemerintah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud pada huruf a danhuruf b, perlu menetapkan PeraturanPresiden tentang Perubahan Keenam AtasKeputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003tentang Pedoman Pelaksanaan PengadaanBarang/jasa Pemerintah;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003tentang Keuangan Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 47, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004tentang Perbendaharaan Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 5, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004tentang Pemeriksaan Pengelolaan danTanggung Jawab Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 66, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 125, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentangPenetapan Peraturan Pemerintah PenggantiUndang-Undang Nomor 3 Tahun 2005

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 197: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

179PENGADAAN BARANG DAN JASA

tentang Perubahan Atas Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah Menjadi Undang-Undang (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 108 Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4548);

6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006tentang Pemerintahan Aceh (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2006Nomor 62, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4633);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005tentang Pemilihan, PengesahanPengangkatan, dan Pemberhentian KepalaDaerah dan Wakil Kepala Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor22, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4480) sebagaimana telahdiubah terakhir dengan Peraturan PemerintahNomor 17 Tahun 2005;

8. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003tentang Pedoman Pelaksanaan PengadaanBarang/Jasa Pemerintah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 120, Tambahan Lembaran NegaraRepubl ik Indonesia Nomor 4330)sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Peraturan Presiden Nomor79 Tahun 2006;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHANKEENAM ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASAPEMERINTAH.

Page 198: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

180

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/JasaPemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4330) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2006, diubah sebagai berikut:

1. Penjelasan Pasal 17 ayat (5) diubah, sehingga keseluruhanPenjelasan Pasal 17 berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 17Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa harus dapatmemberikan informasi secara luas kepada masyarakatdunia usaha baik pengusaha daerah setempat maupunpengusaha daerah lainnya.

Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa tersebut,selain dilakukan melalui surat kabar sebagaimana dimaksudpada ayat ini, diupayakan pula melalui website pengadaannasional.

Ayat (3)

Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa denganmetode pelelangan terbatas, selain diumumkan secaraluas melalui surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayatini, diupayakan pula melalui website pengadaan.

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Yang dimaksud dalam keadaan tertentu adalah :

a. penanganan darurat untuk pertahanan negara,keamanan dan keselamatan masyarakat yangpelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda atauharus dilakukan segera, termasuk penanganan daruratakibat bencana alam serta tindakan darurat untuk

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 199: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

181

pencegahan bencana dan/atau kerusakan infrastrukturyang apabila tidak segera dilaksanakan dipastikan dapatmembahayakan keselamatan masyarakat.

Pekerjaan sebagai kelanjutan dari tindakan darurat diatas, untuk selanjutnya dilakukan sesuai dengan tatacara pengadaan barang/jasa sebagaimana diatur didalam Peraturan Presiden ini; dan/atau

b. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkutpertahanan dan keamanan negara yang ditetapkanoleh Presiden; dan/atau

c. pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimumRp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), denganketentuan :

1) untuk keperluan sendiri; dan/atau

2) teknologi sederhana; dan/atau

3) risiko kecil; dan/atau

4) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usahaorang perseorangan dan/atau badan usaha keciltermasuk koperasi kecil; dan/atau

d. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemeganghak paten atau pihak yang telah mendapat ijin; dan/atau

e. pekerjaan pengadaan barang dan pendistribusianlogistik pemilihan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah yang penanganannya memerlukanpelaksanaan secara cepat dalam rangkapenyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan WakilKepala Daerah yang diselenggarakan sampai denganbulan Juli 2005 berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pekerjaan tersebut meliputi pengadaan danpendistribusian surat suara, kartu pemilih besertaperlengkapan lainnya untuk pelaksanaan pemilihanKepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; dan/atau

f. pekerjaan pengadaan barang/jasa yangpenanganannya memerlukan pelaksanaan secaracepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi diProvinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 200: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

182

Nias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan olehBadan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah danKehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan KepulauanNias Provinsi Sumatera Utara.

Pekerjaan tersebut meliputi :

1. Pekerjaan pengadaan perumahan, yang waktupelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 31Desember 2006;

2. pekerjaan yang dilakukan dalam rangka meneruskanpekerjaan pengadaan perumahan yang tidakdilaksanakan oleh pemberi hibah sesuai dengantenggat waktu yang telah ditetapkan oleh BadanRehabilitasi dan Rekonstruksi, yang penyelesaianpekerjaannya perlu dilaksanakan secara cepat palinglama 1 (satu) tahun setelah pemberi hibah tidakmampu melaksanakan kewajibannya; dan/atau

g. pekerjaan pengadaan barang dan pendistribusianlogistik pemilihan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yangpenanganannya memerlukan pelaksanaan secaracepat dalam rangka penyelenggaraan pemilihan KepalaDaerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dankabupaten/kota yang diselenggarakan sampai denganbulan Desember 2006 berdasarkan peraturanperundang-undangan.

Pekerjaan tersebut meliputi pengadaan Kartu TandaPenduduk, pengadaan dan pendistribusian surat suara,kartu pemilih beserta perlengkapan lainnya untukpelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah.

Yang dimaksud dalam keadaan khusus adalah :

a. pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkanpemerintah; atau

b. pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapatdilaksanakan oleh satu penyedia barang/jasa,pabrikan, pemegang hak paten; atau

c. merupakan hasil produksi usaha kecil atau koperasikecil atau pengrajin industri kecil yang telah

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 201: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

183

mempunyai pasar dan harga yang relatif stabil;atau

d. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapatdilaksanakan dengan penggunaan teknologi khususdan/atau hanya ada satu penyedia barang/jasayang mampu mengaplikasikannya.”

2. Lampiran I Bab huruf C.1.a.4) diubah, sehingga keseluruhanangka 4) berbunyi sebagai berikut :

“4) Penunjukan langsung dapat dilaksanakan dalam halmemenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Keadaan tertentu, yaitu :

(1) Penanganan darurat untuk pertahanan negara,keamanan dan keselamatan masyarakat yangpelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda, atauharus dilakukan segera, termasuk penanganan daruratakibat bencana alam; dan/atau

(2) Pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkutpertahanan dan keamanan negara yang ditetapkanoleh Presiden; dan/atau

(3) Pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimumRp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), denganketentuan :

(a) untuk keperluan sendiri; dan/atau

(b) teknologi sederhana; dan/atau

(c) risiko kecil; dan/atau

(d) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usahaorang perseorangan dan/atau badan usaha keciltermasuk koperasi kecil.

(4) Pekerjaan pengadaan barang dan pendistribusianlogistik pemilihan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah yang penanganannya memerlukanpelaksanaan secara cepat dalam rangkapenyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan WakilKepala Daerah yang diselenggarakan sampai denganbulan Juli 2005 berdasarkan peraturan perundang-undangan; dan/atau

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 202: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

184

(5) Pekerjaan pengadaan barang dan jasa yangpenanganannya memerlukan pelaksanaan secaracepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi diProvinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan KepulauanNias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan olehBadan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah danKehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan KepulauanNias Provinsi Sumatera Utara.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam angka (5)meliputi :

a. pekerjaan pengadaan perumahan, yang waktupelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 31Desember 2006;

b. pekerjaan yang dilakukan dalam rangkameneruskan pekerjaan pengadaan perumahanyang tidak dilaksanakan oleh pemberi hibah sesuaidengan tenggat waktu yang telah ditetapkan olehBadan Rehabilitasi dan Rekonstruksi, yangpenyelesaian pekerjaannya perlu dilaksanakansecara cepat paling lama 1 (satu) tahun setelahpemberi hibah tidak mampu melaksanakankewajibannya.

(6) Pekerjaan pengadaan barang dan pendistribusianlogistik pemilihan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yangpenanganannya memerlukan pelaksanaan secaracepat dalam rangka penyelenggaraan pemilihanKepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dankabupaten/kota yang diselenggarakan sampai denganbulan Desember 2006 berdasarkan peraturanperundang-undangan.

Pekerjaan tersebut meliputi pengadaan Kartu TandaPenduduk, pengadaan dan pendistribusian suratsuara, kartu pemilih beserta perlengkapan lainnyauntuk pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan WakilKepala Daerah.

b) Pengadaan barang/jasa khusus, yaitu :

(1) pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkanpemerintah; atau

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 203: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

185

(2) pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapatdilaksanakan oleh satu penyedia barang/jasa, pabrikan,pemegang hak paten; atau

(3) merupakan hasil produksi usaha kecil atau koperasikecil atau pengrajin industri kecil yang telah mempunyaipasar dan harga yang relatif stabil; atau

(4) pekerjaan yang kompleks yang hanya dapatdilaksanakan dengan penggunaan teknologi khususdan/atau hanya ada satu penyedia barang/jasa yangmampu mengaplikasikannya.”

Pasal IIPeraturan Presiden ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 6 Oktober 2006

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi Sekretaris KabinetBidang Hukum

ttd

Lambock V. Nahattands

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 204: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

186

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK.121/PL/VIII/2000/01

TENTANG

PETUNJUK PENGADAAN BARANG/JASADI LINGKUNGAN DEPARTEMEN LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk memudahkan penerapan danpelaksanaan Keputusan Presiden RI Nomor18 Tahun 2000 tentang PedomanPelaksanaan Pengadaan Barang/JasaInstansi Pemerintah perlu disusun pedomanpengadaan barang/jasa di lingkunganDepartemen Luar Negeri.

b. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlumenetapkan Keputusan Menteri Luar NegeriNegeri tentang Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Departemen Luar Negeri;

Mengingat : 1. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2000tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatandan Belanja Negara;

2. Keputusan Presiden RI Nomor 18 Tahun 2000tentang Pedoman Pelaksanaan PengadaanBarang/Jasa Instansi Pemerintah;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 205: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

187

3. Keputusan Menteri Luar Negeri RI Nomor203/OR/II/83/01 tentang Organisasi dan TataKerja Departemen Luar Negeri sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir denganKeputusan Menteri Luar Negeri RI Nomor141/OT/X/98/01 Tahun 1998.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIKINDONESIA TENTANG PETUNJUK PENGADAANBARANG/JASA DI LINGKUNGAN DEPARTEMENLUAR NEGERI

Pertama : Pimpinan unit kerja/pelaksana dalammelaksanakan pengadaan barang/jasa dilingkungan Departemen Luar Negeri agardisesuaikan dengan petunjuk pengadaan barang/jasa di lingkungan Departemen Luar Negeri sesuailampiran yang merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari Keputusan ini.

Kedua : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan, dengan ketentuan apabila terdapatkekeliruan dikemudian hari, akan diadakanperbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 23 Agustus 2000

MENTERI LUAR NEGERI

ttd

Dr. ALWI SHIHAB

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 206: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

188

Lampiran :Keputusan Menteri Luar Negeri RINomor : SK.121/PL/VIII/2000/01Tanggal : 23 Agustus 2000

I. PERISTILAHAN1. Pengadaan barang/jasa adalah usaha atau kegiatan

pengadaan barang/jasa yang diperlukan oleh instansipemerintah yang meliputi : pengadaan barang, jasapemborongan, jasa konsultasi dan jasa lainnya.

2. Instansi Pemerintah adalah Departemen, LembagaPemerintah Non Departemen, Sekretariat Lembaga TertinggiNegara, Lembaga Tinggi Negara, Pemerintah DaerahPropinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan InstansiPemerintah lainnya.

3. Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek/BagianProyek/Pejabat yang disamakan/ditunjuk adalah pejabatyang berwenang dan bertanggung jawab atas pelaksanaanpengadaan barang/jasa dalam lingkungan unit kerja/proyek.

4. Panitia Pengadaan adalah Panitia Pelelangan atau PanitiaPemilihan Langsung atau Panitia Penunjukkan Langsungyang ditugasi untuk melaksanakan pengadaan barang/jasaoleh kepala kantor/satuan kerja/pemimpin proyek/bagianproyek/pejabat yang disamakan/ ditunjuk.

5. Barang adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian,yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barangjadi, peralatan yang spesifikasinya ditetapkan olehpengguna barang/jasa.

6. Jasa Pemborongan adalah layanan penanganan pekerjaanbangunan atau konstruksi atau wujud fisik lainnya yangperencanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan penggunabarang/jasa dan proses serta pelaksanaannya diawasi olehpengguna barang/jasa.

7. Jasa Konsultasi adalah layanan jasa keahlian profesionaldalam berbagai bidang dalam rangka mencapai sasarantertentu yang keluarannya berbentuk piranti lunak dan

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 207: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

189

disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuankerja yang ditetapkan pengguna jasa.

8. Jasa Lainnya adalah segala pekerjaan dan atau penyediaanjasa selain Jasa Konsultasi Jasa Pemborongan danPemasokan Barang.

9. Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkanoleh panitia pengadaan sebagai pedoman dalam prosespembuatan dan penyampaian penawaran oleh calonpenyedia barang/jasa serta evaluasi penawaran oleh panitiapengadaan.

10. Kontrak adalah perikatan antara kepala kantor/satuan kerja/pemimpin proyek/bagian proyek sebagai pengguna barang/jasa dengan pemasok atau kontraktor atau konsultansebagai penyedia barang/jasa dalam pelaksanaanpengadaan barang/jasa.

11. Dokumen Kontrak adalah perikatan tertulis berikut seluruhlampirannya yang memuat persyaratan dan ketentuanyang harus dipenuhi oleh para pihak.

12. Produksi Dalam Negeri adalah berbagai jenis barang/jasayang dibuat dan atau dihasilkan di dalam negeri.

13. Pengguna Barang/Jasa adalah kepala kantor/satuan kerja/pemimpin proyek/bagian proyek/pejabat lain yangdisamakan/ditunjuk sebagai pemilik pekerjaan yangmemberi tugas kepada penyedia barang/jasa tertentuInstansi Pemerintah yang bersangkutan.

14. Penyedia Barang/Jasa adalah perusahaan atau mitra kerjayang melaksanakan pengadaan barang/jasa yang terdiridari kontraktor, pemasok, konsultan, usaha kecil, koperasi,perguruan tinggi, lembaga ilmiah pemerintah dan LembagaSwadaya Masyarakat (LSM).

15. Surat Jaminan adalah jaminan tertulis yang dikeluarkanoleh bank umum/lembaga keuangan lainnya yang diberikanoleh penyedia barang/jasa kepada kepala kantor/satuankerja/pemimpin proyek/bagian proyek/pejabat yangdisamakan/ditunjuk lainnya untuk menjamin terpenuhinyakewajiban penyedia barang/jasa.

16. Kemitraan adalah bentuk usaha bersama diantarabeberapa perusahaan/penyedia barang/jasa dalam negeri

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 208: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

190

maupun luar negeri dimana masing-masing pihakmempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang jelas,berdasarkan kesepakatan bersama.

17. Petunjuk Teknis adalah pedoman untuk melaksanakanketentuan Keputusan Presiden ini, yang disusun secara rincisupaya diperoleh pengertian yang jelas bagi semua pihakyang terkait dengan pengadaan barang/jasa InstansiPemerintah (termasuk perencana, pelaksana dan pengawas)serta penyedia barang/jasa dan masyarakat luas.

18. DRTT (Daftar Rekanan Terseleksi Terpadu) adalah Daftarkategori kemampuan nyata dari rekanan jasa pemborongan(kontraktor) Gol. A/B untuk Sub bidang.

19. DRT.U : Daftar Rekanan Terseleksi yang di Undang.

20. TDR : Tanda Daftar Rekanan

21. SKN : Sisa Kemampuan Nyata

22. PK (Penampilan Kontraktor) yang dikeluarkan setiap bulanberisi informasi mengenai kinerja kontraktor dalammenangani proyek yang sedang dikerjakan dan SKN untuksetiap sub bidang bagi kontraktor kualifikasi A, sedangkanuntuk kontraktor kualifikasi B, SKN terdiri dari SKK dan SKPseluruh bidang.

23. SKP : Sisa Kemampuan Keuangan

24. SKP : Sisa Kemampuan Menangani Proyek

25. DRT : adalah Daftar Rekanan yang memilikikemampuan nyata untuk menangani pekerjaanyang dilelangkan.

26. BAP : Berita Acara Pemberian Penjelasan.

27. BAPP : Berita Acara Pembukaan Penawaran.

28. BAHP : Berita Acara Hasil Pelelangan.

29. BAPPH : Berita Acara Pembukaan Penawaran Harga.

30. Untuk keperluan penyusunan DRT.U dari DRT.T.Departemen Teknis/Kanwil Departemen Teknis, membuatDaftar Penampilan Kontraktor (PK) dari rekanan yangtermasuk dalam DRT.T.

31. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecildan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 209: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

191

tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalamUndang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

32. Usaha Menengah dan Usaha Besar adalah kegiatanekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atauhasil penjualan tahunan lebih besar daripada kekayaanbersih dan hasil penjualan tahunan Usaha Kecil.

33. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuktanah dan bangunan tempat usaha;

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) atau Milik WargaNegara Indonesia;

c. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan ataucabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasibaik langsung maupun tidak langsung dengan UsahaMenengah atau Usaha Besar;

d. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usahayang tidak berbadan hukum atau badan usaha yangberbadan hukum termasuk koperasi;

e. Kriteria sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b,nilai nominalnya dapat diubah sesuai denganperkembangan perekonomian yang diatur denganPeraturan Pemerintah.

34. Kemitraan :

a. Usaha Menengah dan Usaha Besar melaksanakanhubungan kemitraan dengan Usaha Kecil, baik yangmemiliki maupun yang tidak memiliki keterkaitan usaha;

b. Pelaksanaan hubungan kemitraan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, diupayakan ke arahterwujudnya keterkaitan usaha;

c. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan danpengembangan dalam salah satu atau lebih bidangproduksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan,sumber daya manusia dan teknologi;

d. Dalam melakukan hubungan kemitraan kedua belahpihak mempunyai kedudukan hukum yang setara.

35. Kemitraan dilaksanakan dengan pola :

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 210: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

192

a. Inti plasma adalah hubungan Kemitraan antara UsahaKecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar yangdidalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besarbertindak sebagai inti dan Usaha Kecil selaku Plasma;perusahaan inti melaksanakan pembinaan mulai daripenyediaan sarana produksi, bimbingan teknis sampaidengan pemasaran hasil produksi;

b. Sub Kontrak adalah hubungan kemitraan antara usahakecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yangdidalamnya Usaha Kecil memproduksi komponen yangdiperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Menengahatau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya;

c. Dagang Umum adalah hubungan kemitraan antaraUsaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besardalam memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atauUsaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan olehUsaha Menengah atau Usaha Besar mitranya;

d. Waralaba adalah hubungan kemitraan, yang didalamnyapemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi,merek dagang, dan saluran distribusi perusahaannyakepada penerima waralaba dengan disertai bantuanbimbingan manajemen;

e. Keagenan adalah hubungan kemitraan, yangdidalamnya Usaha Kecil diberi hak khusus untukmemasarkan barang dan jasa Usaha Menengah atauUsaha Besar mitranya;

f. Bentuk-bentuk lain diluar pola sebagaimana tertera dalamhuruf a, b, c, d dan e pasal ini adalah pola kemitraanyang pada saat ini sudah berkembang tapi belumdibakukan, atau pola baru yang akan timbul di masayang akan datang.

II. KEBIJAKAN UMUM PEMERINTAH DALAM PENGADAANBARANG/ JASA

Kebijakan umum pemerintah dalam pengadaan barang/jasaadalah :

a. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancangbangun dan perekayasaan nasional yang sasarannya adalah

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 211: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

193

memperluas lapangan kerja dan industri dalam negeri dalamrangka meningkatkan perdagangan internasional.

b. Meningkatkan peran serta Usaha Kecil, Koperasi, LembagaSwadaya Masyarakat dan masyarakat setempat dalampengadaan barang/jasa.

c. Menyederhanakan ketentuan dan tata cara untukmempercepat proses pengambilan keputusan dalampengadaan barang/jasa.

d. Meningkatkan profesionalisme, kemandirian dan tanggungjawab kepala kantor/satuan kerja/pemimpin proyek/bagianproyek, panitia pengadaan atau pejabat yang berwenanglainnya.

e. Meningkatkan penerimaan negara melalui sektor perpajakan,dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa instansiPemerintah.

f. Menumbuh kembangkan peran serta usaha nasional dalampelaksanaan pengadaan barang/jasa Instansi Pemerintah.

g. Mengharuskan pelaksanaan pengadaan barang/jasadiproses atau dilakukan dalam wilayah RI.

III. PRINSIP DASAR DAN ETIKA PENGADAAN BARANG/JASA1. Prinsip Dasar Pengadaan Barang/Jasa

Pengadaan barang/jasa dilingkungan Instansi Pemerintahanwajib dilaksanakan dengan prinsip – prinsip :

a. Efisien;

b. Efektif;

c. Bersaing, persaingan secara sehat;

d. Transparan;

e. Adil/tidak diskriminatif;

f. Bertanggung jawab.

2. Etika Pengadaan Barang/Jasa

Pengguna barang/jasa Instansi Pemerintah (termasukperencana, pelaksana dan pengawasan), penyedia barang/jasa dan para pihak yang terkait dalam pelaksanaan

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 212: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

194

pengadaan barang/jasa, harus mematuhi etika pengadaanbarang jasa yaitu :

a. Melaksanakan tugas secara tertib disertai rasa tanggungjawab untuk mencapai sasaran kelancaran danketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa.

b. Bekerja secara profesional, mandiri atas kejujuran, sertamenjaga kerahasiaan dokumen pengadaan barang danjasa yang seharusnya dirahasiakan untuk mencegahterjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa.

c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidaklangsung untuk mencegah dan menghindari terjadinyapersaingan tidak sehat.

d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusanyang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan para pihak.

e. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dankebocoran keuangan negara dalam pengadaan barangdan jasa.

f. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenangdan atau melakukan kegiatan bersama dengan tujuanuntuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yangsecara langsung atau tidak langsung merugikan negara.

g. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidakmenjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah,imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahuiatau patut dapat diduga berkaitan dengan pengadaanbarang/jasa.

IV. PIHAK – PIHAK YANG BERPERAN DALAM PENGADAANBARANG/JASA1. Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek/Bagian

Proyek

a. Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek/BagianProyek/Pejabat yang disamakan/ditunjuk bertanggungjawab dari segi administrasi, fisik, keuangan danfungsional atas pengadaan barang/jasa yangdilaksanakannya.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 213: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

195

b. Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek/BagianProyek/Pejabat yang disamakan/ditunjuk dilarangmengadakan ikatan apabila belum ada anggaran atautidak cukup tersedia anggaran yang akan mengakibatkandilampauinya batas anggaran yang tersedia untukkegiatan/proyek bersangkutan.

c. Tugas pokok kepala kantor/satuan kerja/pemimpinproyek/bagian proyek/pejabat yang disamakan/ditunjuklainnya dalam pengadaan barang/jasa adalah :

1. Menyusun rencana dan jadual pelaksanaan proyek/kegiatan bersangkutan;

2. Mengangkat/menunjuk panitia pengadaan barang/jasa.

3. Menetapkan paket-paket pekerjaan serta ketentuanmengenai kewajiban penggunaan produksi dalamnegeri dan perluasan kesempatan usaha bagi UsahaKecil dan Koperasi Kecil, Lembaga SwadayaMasyarakat serta masyarakat setempat;

4. Menetapkan dan mengesahkan Harga PerkiraanSendiri (HPS), jadual tata cara pelaksanaan dan lokasipengadaan yang disusun panitia pengadaan;

5. Menetapkan besarnya uang muka yang menjadihak calon penyedia barang/jasa sesuai ketentuanyang berlaku;

6. Menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrakdengan pihak penyedia barang/jasa;

7. Melaporkan pelaksanaan penyelesaian pengadaanbarang/jasa kepada pimpinan instansinya;

8. Memantau, mengendalikan dan mengawasipelaksanaan perjanjian/kontrak dengan yangbersangkutan.

9. Menyerahkan aset proyek dengan berita acarakepada pejabat yang berwenang pada instansi yangbersangkutan setelah proyek dinyatakan selesai.

2. Panitia Pengadaan

a. Panitia Pengadaan adalah Panitia Pelelangan atau PanitiaPemilihan Langsung atau Panitia Penunjukan Langsungyang ditugasi untuk melaksanakan pengadaan barang/

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 214: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

196

jasa oleh Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek/Bagian Proyek/Pejabat yang disamakan/ditunjuk : PanitiaPengadaan beranggotakan sekurang-kurangnya 5 (lima)orang, terdiri dari unsur :

- Perencana pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan;

- Penanggung jawab keuangan;

- Penanggung jawab perlengkapan/pemeliharaankantor/satuan kerja/proyek yang bersangkutan.

b. Panitia pengadaan harus memenuhi kualifikasi sebagaiberikut :

1. Memiliki integrasi moral, disiplin dan tanggung jawabdalam melaksanakan tugas;

2. Memahami keseluruhan pekerjaan yang akandiadakan;

3. Memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjaditugas panitia pengadaan yang bersangkutan;

4. Mengetahui dan menguasai isi dokumen pengadaan/metode dan prosedur pengadaan berdasarkanKeputusan Presiden RI No. 18 Tahun 2000 danpetunjuk teknis pelaksanaan;

5. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan kepalakantor/satuan kerja/pemimpin proyek/bagianproyek/pejabat yang disamakan/ditunjuk, baikvertikal maupun horisontal;

6. Diutamakan yang telah mendapat penataran khususdi bidang pengadaan barang/jasa.

c. Tugas Wewenang dan Tanggung Jawab PanitiaPengadaan ditetapkan sebagai berikut :

1. Menyusun jadual dan menetapkan cara pelaksanaanserta lokasi pengadaan;

2. Menyiapkan dokumen pengadaan, dokumenprakualifikasi termasuk kriteria dan tata cara panitiapenawaran dan dokumen pengadaan lainnya;

3. Mengumumkan pengadaan barang/jasa melaluimedia cetak dan papan pengumuman resmi untukpenerangan umum, dan jika memungkinkan melaluimedia elektronik;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 215: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

197

4. Menyusun daftar awal calon peserta penyediabarang/jasa yang memenuhi persyaratan klasifikasi(bidang dan sub bidang usaha) dan kualifikasi untukdiundang mengikuti pengadaan dan bila diperlukanmeminta pembuktian kebenaran atas kualifikasi danklasifikasinya;

5. Menyampaikan undangan kepada calon pesertapelelangan lainnya untuk mengikuti prakualifikasi,bila jumlah peserta lelang yang mendaftar danmemenuhi syarat pada prakualifikasi awal, kurangdari 3 (tiga) calon;

6. Memberikan penjelasan mengenai dokumenpengadaan termasuk syarat-syarat penawaran, carapenyampaian penawaran dan tata cara evaluasinyayang dimuat dalam berita acara pemberianpenjelasan;

7. Membuka dokumen penawaran dan membuat beritaacara pembukaan penawaran.

8. Menilai penawaran yang masuk, mengadakanklarifikasi dan menetapkan urutan atau calonpemenang pelelangan, melakukan negosiasi dalamhal pemilihan Langsung/Penunjukan langsung danmembuat berita acara dari kegiatan tersebut;

9. Membuat laporan mengenai proses dan hasilpengadaan kepada pengguna, barang/jasa yaknikepala kantor/satuan kerja/pemimpin proyek/bagianproyek/pejabat yang disamakan.

d. Masa Kerja Panitia Pengadaan berakhir setelah penyediabarang/jasa ditetapkan oleh pengguna barang/jasa danatau sesuai masa penugasannya.

3. Penyedia Barang/Jasa

a. Kualifikasi Barang Penyedia Barang/Jasa

1) Penyedia barang/jasa yang terkait dan berpartisipasidalam pengadaan barang/jasa harus memenuhipersyaratan, antara lain :

a) Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuanteknis dan manajerial dalam bidang usaha yangdiantaranya dapat dibuktikan dengan kualifikasi/klasifikasi;

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 216: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

198

b) Sertifikasi yang dikeluarkan asosiasi perusahaan/profesi bersangkutan;

c) Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatandan fasilitas lain yang diperlukan dalam pengadaanbarang/jasa;

d) Secara hukum mempunyai kapasitasmenandatangani kontrak pengadaan;

e) Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit,kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan danatau tidak sedang menjalani sanksi pidana;

f ) Sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajibanperpajakan tahun terakhir;

g) Belum pernah dihukum berdasarkan putusanpengadilan atas tindakan yang berkaitan dengankondite profesional perusahaan/perorangan.

h) Tidak membuat pernyataan yang tidak benartentang kualifikasi, klasifikasi dan sertifikasi yangdimilikinya.

b. Khusus untuk kualifikasi penyedia jasa konsultasi, makapersyaratan yang harus dipenuhi tenaga ahli yang akanditugaskan dalam melaksanakan pekerjaan jasakonsultasi adalah :

1) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan buktipenyelesaian kewajiban pajak, bagi wajib pajak;

2) Lulusan perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggiswasta yang telah lulus Ujian Negara atau yang telahdiakreditasi, atau perguruan tinggi negeri yang telahdiakreditasi, dibuktikan dengan fotocopy ijazah;

3) Mempunyai pengalaman dibidangnya sesuai denganreferensi pengalaman kerja yang dituangkan dalamdaftar riwayat hidup yang harus ditulis dengan telitidan benar, ditandatangani oleh yang bersangkutandan diketahui oleh pimpinan perusahaan;

4) Tenaga ahli Lembaga Swadaya Masyarakat memilikipengalaman dan keahlian dibidangnya, yangdituangkan dalam daftar pekerjaan atau riwayat hidupyang ditandatangani oleh yang bersangkutan danmemenuhi persyaratan lain yang ditetapkan oleh

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 217: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

199

kepala kantor/satuan kerja/pemimpim proyek/bagianproyek/pejabat yang disamakan/ditunjuk.

c. Penggolongan Penyedia Barang/Jasa

1) Usaha kecil dan koperasi kecil untuk pengadaansampai dengan nilai Rp. 1.000.000.000,00 (satumilyar rupiah).

2) Perusahaan/Koperasi menengah untuk pengadaandengan nilai di atas Rp. 1.000.000.000,00 (satumilyar rupiah).

3) Perusahaan/Koperasi Besar untuk pengadaan dengannilai :

(I) di atas Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyarrupiah);

(II) di atas Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh limamilyar rupiah).

4) Perusahaan yang dapat melaksanakan pekerjaandengan nilai Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh limamilyar rupiah), wajib bekerjasama denganperusahaan nasional dalam bentuk kemitraan,subkontrak dan lain-lain;

5) Penyedia jasa pemborongan yang melaksanakanpekerjaan sampai dengan nilai Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)diusahakan memprioritaskan Usaha Kecil/KoperasiKecil atau Perusahaan/Koperasi MenengahSetempat.

d. Pengadaan Barang/Jasa lainnya :

1) Usaha Kecil dan Koperasi Kecil untuk pengadaansampai dengan nilai Rp. 500.000.000,00 (lima ratusjuta rupiah);

2) Perusahaan/Koperasi Menengah untuk pengadaandengan nilai di atas Rp. 500.000.000,00 (lima ratusjuta rupiah) sampai dengan Rp. 4.000.000.000,00(empat milyar rupiah);

3) Perusahaan/Koperasi Besar untuk pengadaan dengannilai :

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 218: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

200

(I) di atas Rp. 4.000.000.000,00 (empat milyarrupiah);

(II) di atas nilai Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluhmilyar rupiah) wajib bekerja sama dengan UsahaKecil/Koperasi Kecil atau Perusahaan/KoperasiMenengah di wilayah Propinsi/Kabupaten/Kotasetempat.

4) Penyedia barang/jasa yang melaksanakanpemasokan barang/jasa lainnya sampai dengan nilaiRp. 4.000.000.000,00 (empat milyar rupiah)diusahakan diprioritaskan untuk Usaha Kecil/KoperasiKecil atau Perusahaan/Koperasi Menengahsetempat.

e. Pengadaan untuk Jasa Konsultasi

1) Usaha Kecil untuk pengadaan sampai dengan nilaiRp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);

2) Perusahaan/Koperasi Menengah untuk pengadaandengan nilai atas Rp. 200.000.000,00 (dua ratusjuta rupiah) sampai dengan 1.000.000.000,00 (satumilyar rupiah);

3) Perusahaan/Koperasi Besar untuk pengadaan dengannilai :

(I) di atas Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyarrupiah);

(II) di atas nilai Rp. 2.000.000.000,00 (satu milyarrupiah) wajib bekerja sama dengan UsahaKecil/Koperasi Kecil atau Perusahaan/KoperasiMenengah di wilayah Propinsi Kabupaten/Kotasetempat;

4) Perusahaan asing dapat melaksanakan pekerjaandengan nilai di atas Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyarrupiah) dan wajib bekerjasama dengan perusahaannasional dalam bentuk kemitraan, subkontrak danlain-lain;

5) Penyedia barang/jasa yang melaksanakanpemasokan barang/jasa lainnya sampai dengan nilaiRp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)diusahakan memprioritaskan Usaha Kecil/KoperasiMenengah setempat.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 219: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

201

V. JADUAL WAKTU DAN TATA CARA PENGADAANBARANG/JASA PEMBORONGAN LAINNYA

1. Proses pengadaan barang/jasa dengan metode pelelanganmulai dari pengumuman sampai penetapan pemenangdilaksanakan secepat-cepatnya 36 (tiga puluh enam) harikerja dan selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) harikerja.

2. Pihak – pihak yang terkait dalam proses pengadaan barang/jasa wajib melaksanakan ketentuan dan prosedur yangtelah ditetapkan dalam dokumen pengadaan secara taatazas.

3. Kepala kantor/satuan kerja/pemimpin proyek/bagianproyek/pejabat yang disamakan/ditunjuk, panitia pengadaandan atau pejabat yang berwenang lainnya dilarangmelakukan perubahan terhadap dokumen pelelangan yangmengatur persyaratan, kriteria dan tata cara evaluasipenawaran dan atau menerima perubahan/usulanpenawaran peserta dalam bentuk dan cara apapun setelahtahapan pemasukan penawaran dimulai.

4. Panitia pengadaan melakukan koreksi aritmatik danklarifikasi, tetapi tidak boleh mengubah substansi yangbersangkutan.

5. Panitia pengadaan menetapkan urutan calon penyediabarang/jasa dari 3 (tiga) penawar terbaik yang memenuhipersyaratan dan mengusulkan pejabat yang berwenang.

6. Berdasarkan usulan panitia pengadaan, pejabat yangberwenang menetapkan pemenang penyedia barang/jasaPelelangan, Pemilih Langsung, Penunjukan Langsung denganpenawaran harga terendah dari penawaran yang responsif.

7. Peserta yang ditunjuk sebagai pemenang wajib menerimakeputusan tersebut, dan apabila penyedia barang/jasapertama yang ditetapkan mengundurkan diri, maka jaminanpenawaran peserta yang bersangkutan menjadi miliknegara.

8. Apabila penyedia barang/jasa pertama yang ditetapkanmengundurkan diri, penunjukkan dilakukan kepada calonpenyedia barang/jasa urutan kedua dan seterusnya,dengan harga penawaran penyedia barang/jasa yangbersangkutan, sepanjang harga penawarannya tidakmelebihi dana yang tersedia (pagu).

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 220: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

202

9. Peserta pelelangan yang mengundurkan diri sebelumberakhirnya masa penawaran, dikenakan sanksi berupapencairan jaminan penawaran dan tidak boleh mengikutipengadaan barang/jasa dalam wilayah operasi usahanyaselama 1 (satu) tahun.

10.Kepala kantor/satuan kerja/pemimpin proyek/bagianproyek/pejabat yang disamakan/ditunjuk wajib :

a. Menyimpan dan memelihara semua dokumenpelaksanaan pengadaan barang/jasa termasuk semuaberita acara;

b. Memberikan informasi kepada para peserta pengadaanbarang/jasa apabila penawarannya ditolak, atau carapelelangan pengadaan dinyatakan gagal.

11.Apabila Kepala kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek/Bagian Proyek/Pejabat yang disamakan/ditunjuk tidaksependapat dengan usulan panitia pengadaan, maka kepalakantor/satuan kerja/pemimpin proyek/bagian proyek/pejabat yang disamakan/ditunjuk membahas perbedaanpendapat tersebut dengan panitia untuk mengambil putusanakhir, yang bentuknya adalah :

a. Menyetujui usulan panitia pengadaan; atau

b. Meminta panitia pengadaan untuk melakukan evaluasiulang berdasarkan ketentuan dalam dokumenpengadaan; atau

c. Menetapkan putusan yang disepakati bersama.

VI. METODE PENGADAAN BARANG/JASA PEMBORONGANDAN JASA LAINNYAMetode Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan dan jasa lainnya

1. Pengadaan barang/jasa pemborongan dan jasa lainnyadilakukan secara terbuka untuk umum dengan pengumumansecara luas melalui media cetak dan papan pengumumanresmi untuk penerangan umum serta jika memungkinkanmelalui media elektronik, sehingga masyarakat luas/duniausaha yang berminat dan memenuhi syarat dapatmengikutinya;

2. Pengadaan barang/jasa pemborongan dan jasa lainnyadilaksanakan melalui :

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 221: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

203

a. Pelelangan yaitu serangkaian kegiatan untukmenyediakan kebutuhan barang/jasa dengan caramenciptakan persaingan yang sehat diantara penyediabarang/jasa yang setara dan memenuhi syarat,berdasarkan metode dan cara tertentu yang telahditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secarataat azas sehingga terpilih penyedia jasa terbaik;

b. Pemilihan langsung yaitu jika cara pelelangan sulitdilaksanakan atau tidak menjamin pencapaian sasaran,maka dilaksanakan dengan cara membandingkanpenawaran dari beberapa penyedia barang/jasa yangmemenuhi syarat melalui permintaan harga ulang (pricequotation) atau permintaan teknis dan harga sertadilakukan negosiasi secara bersaing, baik dilakukan untukteknis maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajardan secara teknis dapat dipertanggung jawabkan :

c. Penunjukkan Langsung yaitu pengadaan barang/jasapenyedia barang/jasanya ditemukan oleh kepala kantor/satuan kerja/pemimpin proyek/bagian proyek/pejabatyang disamakan ditunjuk dan diterapkan untuk :

I. pengadaan barang/jasa yang berskala kecil; atau

II. Pengadaan barang/jasa yang setelah dilakukanPelelangan Ulang hanya 1 (satu) peserta yangmemenuhi syarat; atau

III.Pengadaan yang bersifat mendesak/khusus setelahmendapat persetujuan dari Menteri/Kepala LembagaNon Departemen/Gubernur/Bupati/Walikota/DireksiBUMN/BUMD atau;

IV. Penyedia barang/jasa tunggal.

d. Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yangdirencanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri denganmenggunakan tenaga sendiri, alat sendiri atau upahborongan tenaga.

VII. SISTEM PENGADAAN BARANG/JASA PEMBORONGANDAN JASA LAINNYA1. Sistem Penyampaian dokumen penawaran pengadaan

barang/jasa pemborongan dan jasa lainnya.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 222: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

204

Panitia pengadaan dapat memilih salah satu dari tiga sistempenyampaian dokumen penawaran yang harus ditetapkandalam dokumen lelang, yaitu :

A. Sistem Satu Sampul yaitu seluruh dokumen penawaranyang terdiri dari persyaratan administrasi, teknis danperhitungan harga, dimasukkan ke dalam 1 (satu)sampul tertutup dan disampaikan kepada panitiapengadaan.

B. Sistem Dua Sampul yaitu persyaratan administrasi danteknis dimasukkan dalam satu sampul tertutup I,sedangkan harga penawaran dimasukkan dalam sampultertutup II, selanjutnya sampul I dan sampul IIdimasukkan ke dalam I (satu) sampul (sampul tertutup)dan disampaikan kepada panitia pengadaan.

C. Sistem Dua Tahap yaitu persyaratan administrasi danteknis dimasukkan dalam sampul tertutup I, sedangkanharga penawaran dimasukkan dalam sampul tertutupII, yang penyampaiannya dilakukan dalam 2 (dua)tahap secara terpisah dalam waktu yang berbeda.

2. Sistem Evaluasi Penawaran Pengadaan Barang/JasaPemborong dan Jasa Lainnya

Panitia pengadaan dapat memilih salah satu dari 3 (tiga)sistem evaluasi penawaran yang harus ditetapkan dalamdokumen lelang, yaitu :

A. Sistem Gugur adalah sistem penilaian penawaran dengancara memeriksa dan membandingkan dokumenpenawaran terhadap pemenuhan persyaratan yangtelah ditetapkan dalam dokumen pengadaan dan urutanproses penilaian dilakukan dengan mengevaluasipersyaratan administrasi, persyaratan teknis danevaluasi kewajaran harga.

B. Sistem Nilai adalah sistem penilaian penawaran dengancara memberikan nilai angka tertentu pada setiap unsuryang dinilai berdasarkan kriteria dan nilai yang telahditetapkan dalam dokumen pengadaan, kemudianmembandingkan jumlah nilai dari setiap penawaranpeserta dengan penawaran peserta lainnya.

C. Sistem Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis adalahsistem penilaian penawaran dengan cara memberikan

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 223: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

205

nilai pada unsur-unsur teknis dan harga yang dinilaimenurut umur ekonomis barang yang ditawarkanberdasarkan kriteria dan nilai yang ditetapkan dalamdokumen pengadaan, kemudian nilai unsur-unsurtersebut dikonversikan ke dalam satuan mata uangtertentu, dan dibandingkan dengan jumlah nilai dari setiappenawaran peserta dengan penawaran peserta lainnya.

VIII. PENGADAAN BARANG/JASA DI PERWAKILAN RI DILUAR NEGERI

Petunjuk pengadaan Barang/Jasa ini, berlaku pula bagi seluruhPerwakilan RI di Luar Negeri, hanya saja harus disesuaikandengan situasi dan kondisi serta peraturan setempat. Hal-halyang perlu mendapat perhatian dalam rangka pengadaanbarang/jasa di setiap perwakilan RI adalah sebagai berikut :

1. Untuk pengadaan barang/jasa yang bernilai di bawah US $5.000 dapat dilaksanakan dengan penunjukkan langsungdengan diterbitkannya SPK.

2. Untuk pengadaan barang/jasa yang bernilai US $ 5.000 s/d US $ 10.000 harus dilaksanakan dengan membandingkanharga penawaran dari minimal 3 (tiga) penyedia barang/jasa.

3. Untuk pengadaan barang/jasa yang bernilai dari US $10.000 ke atas harus dilaksanakan oleh Tim PengadaanBarang/Jasa Perwakilan yang dibentuk oleh KEPRI dengansusunan Panitia terdiri dari 3 (tiga) orang yang diketuai olehKabagmin/Kasubbagmin dan diketahui oleh KEPPRI.

4. Untuk pengadaan barang/jasa dari “Sole Agent”dilaksanakan dengan cara Penunjukkan Langsung denganditerbitkan SPK.

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Page 224: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

206

Page 225: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

207

XXI

PENATAUSAHAANDAN

PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 226: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

208

Page 227: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

209

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 6 TAHUN 2006

TENTANG

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48ayat (2) dan Pasal 49 ayat (6) Undang-UndangNomor 1 Tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara perlu menetapkan Peraturan Pemerintahtentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4355);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANGPENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH.

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 228: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

210

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli ataudiperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnyayang sah.

2. Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli ataudiperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnyayang sah.

3. Pengelola barang adalah pejabat yang berwenang danbertanggungjawab menetapkan kebijakan dan pedoman sertamelakukan pengelolaan barang milik negara/daerah.

4. Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenanganpenggunaan barang milik negara/daerah.

5. Kuasa pengguna barang adalah kepala satuan kerja atau pejabatyang ditunjuk oleh pengguna barang untuk menggunakanbarang yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

6. Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rinciankebutuhan barang milik negara/daerah untuk menghubungkanpengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yangsedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yangakan datang.

7. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh penggunabarang dalam mengelola dan menatausahakan barang miliknegara/daerah yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsiinstansi yang bersangkutan.

8. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara/daerahyang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsikementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah, dalambentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, danbangun serah guna/bangun guna serah dengan tidak mengubahstatus kepemilikan.

9. Sewa adalah pemanfaatan barang milik negara/daerah oleh pihaklain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uangtunai.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 229: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

211

10. Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antarapemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan antarpemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerimaimbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkankembali kepada pengelola barang.

11. Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang miliknegara/daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalamrangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak/pendapatandaerah dan sumber pembiayaan lainnya.

12. Bangun guna serah adalah pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikanbangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudiandidayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktutertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkankembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikutfasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.

13. Bangun serah guna adalah pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikanbangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelahselesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan olehpihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.

14. Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik negara/daerah dari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusandari pejabat yang berwenang untuk membebaskan penggunadan/atau kuasa pengguna barang dan/atau pengelola barangdari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yangberada dalam penguasaannya.

15. Pemindah tanganan adalah pengalihan kepemilikan barang miliknegara/daerah sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengancara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagaimodal pemerintah.

16. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan barang milik negara/daerah kepada pihak lain dengan menerima penggantian dalambentuk uang.

17. Tukar-menukar adalah pengalihan kepemilikan barang miliknegara/daerah yang dilakukan antara pemerintah pusat denganpemerintah daerah, antar pemerintah daerah, atau antarapemerintah pusat/pemerintah daerah dengan pihak lain, dengan

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 230: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

212

menerima penggantian dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya dengan nilai seimbang.

18. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari pemerintahpusat kepada pemerintah daerah, dari pemerintah daerahkepada pemerintah pusat, antar pemerintah daerah, atau daripemerintah pusat/pemerintah daerah kepada pihak lain, tanpamemperoleh penggantian.

19. Penyertaan modal pemerintah pusat/daerah adalah pengalihankepemilikan barang milik negara/daerah yang semula merupakankekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yangdipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham negaraatau daerah pada badan usaha milik negara, badan usaha milikdaerah, atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara.

20. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputipembukuan, inventarisasi, dan pelaporan barang milik negara/daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

21. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan,pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan barang milik negara/daerah.

22. Penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektifdidasarkan pada data/fakta yang objektif dan relevan denganmenggunakan metode/teknik tertentu untuk memperoleh nilaibarang milik negara/daerah.

23. Daftar barang pengguna, yang selanjutnya disingkat denganDBP, adalah daftar yang memuat data barang yang digunakanoleh masing-masing pengguna barang.

24. Daftar barang kuasa pengguna, yang selanjutnya disingkatdengan DBKP, adalah daftar yang memuat data barang yangdimiliki oleh masing-masing kuasa pengguna barang

25. Kementerian negara/lembaga adalah kementerian negara/lembaga pemerintah non kementerian negara/lembaga negara.

26. Menteri/pimpinan lembaga adalah pejabat yangbertanggungjawab atas penggunaan barang kementeriannegara/lembaga yang bersangkutan.

27. Pihak lain adalah pihak-pihak selain kementerian negara/lembagadan satuan kerja perangkat daerah.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 231: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

213

Pasal 2

(1) Barang milik negara/daerah meliputi:

a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/D;

b. barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah;

(2) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yangsejenis;

b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;

c. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau

d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yangtelah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pasal 3

(1) Pengelolaan barang milik negara/daerah dilaksanakanberdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansidan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.

(2) Pengelolaan barang milik negara/daerah meliputi:

a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;

b. pengadaan;

c. penggunaan;

d. pemanfaatan;

e. pengamanan dan pemeliharaan;

f. penilaian;

g. penghapusan;

h. pemindahtanganan;

i. penatausahaan;

j. pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 232: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

214

BAB II

PEJABAT PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

Bagian KesatuPengelola Barang

Pasal 4

(1) Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara adalahpengelola barang milik negara.

(2) Pengelola barang milik negara berwenang danbertanggungjawab:a. merumuskan kebijakan, mengatur, dan menetapkan

pedoman pengelolaan barang milik negara;b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik

negara;c. menetapkan status penguasaan dan penggunaan barang

milik negara;d. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik negara

berupa tanah dan bangunan yang memerlukan persetujuanDPR;

e. memberikan keputusan atas usul pemindahtanganan barangmilik negara berupa tanah dan bangunan yang tidakmemerlukan persetujuan DPR sepanjang dalam bataskewenangan Menteri Keuangan;

f. memberikan pertimbangan dan meneruskan usulpemindahtanganan barang milik negara berupa tanah danbangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRsepanjang dalam batas kewenangan Presiden;

g. memberikan keputusan atas usul pemindahtanganan danpenghapusan barang milik negara selain tanah dan bangunansesuai batas kewenangannya;

h. memberikan pertimbangan dan meneruskan usulpemindahtanganan barang milik negara selain tanah danbangunan kepada Presiden atau DPR;

i. menetapkan penggunaan, pemanfaatan ataupemindahtanganan tanah dan bangunan;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 233: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

215

j. memberikan keputusan atas usul pemanfaatan barang miliknegara selain tanah dan bangunan;

k. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barangmilik negara serta menghimpun hasil inventarisasi;

l. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaanbarang milik negara;

m. menyusun dan mempersiapkan Laporan Rekapitulasi barangmilik negara/daerah kepada Presiden sewaktu diperlukan.

Pasal 5

(1) Gubernur/bupati/walikota adalah pemegang kekuasaanpengelolaan barang milik daerah.

(2) Pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerahmempunyai wewenang:a. menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau

pemindahtanganan tanah dan bangunan;c. menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah;d. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah

yang memerlukan persetujuan DPRD;e. menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan

barang milik daerah sesuai batas kewenangannya;f. menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain

tanah dan/atau bangunan.

(3) Sekretaris daerah adalah pengelola barang milik daerah.

(4) Pengelola barang milik daerah berwenang dan bertanggungjawab:

a. menetapkan pejabat yang engurus dan menyimpan barangmilik daerah;

b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milikdaerah;

c. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang milik daerah;

d. mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan, danpemindahtanganan barang milik daerah yang telah disetujuioleh gubernur/bupati/walikota atau DPRD;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 234: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

216

e. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barangmilik daerah;

f. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaanbarang milik daerah.

Bagian KeduaPengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang

Pasal 6

(1) Menteri/pimpinan lembaga selaku pimpinan kementerian negara/lembaga adalah pengguna barang milik negara.

(2) Pengguna barang milik negara berwenang danbertanggungjawab:

a. menetapkan kuasa pengguna barang dan menunjuk pejabatyang mengurus dan menyimpan barang milik negara;

b. mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran barangmilik negara untuk kementerian negara/lembaga yangdipimpinnya;

c. melaksanakan pengadaan barang milik negara sesuai denganperundang-undangan yang berlaku;

d. mengajukan permohonan penetapan status tanah danbangunan untuk penguasaan dan penggunaan barang miliknegara yang diperoleh dari beban APBN dan perolehanlainnya yang sah;

e. menggunakan barang milik negara yang berada dalampenguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugaspokok dan fungsi kementerian negara/lembaga;

f. mengamankan dan memelihara barang milik negara yangberada dalam penguasaannya;

g. mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtangananbarang milik negara selain tanah dan bangunan;

h. mengajukan usul pemindahtanganan dengan tindak lanjuttukar menukar berupa tanah dan bangunan yang masihdipergunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinamun tidak sesuai dengan tata ruang wilayah ataupenataan kota;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 235: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

217

i. mengajukan usul pemindahtanganan dengan tindak lanjutpenyertaan modal pemerintah pusat/daerah atau hibah yangdari awal pengadaaannya sesuai peruntukkan yangtercantum dalam dokumen penganggaran;

j. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkanuntuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsikementerian negara/lembaga yang dipimpinnya kepadapengelola barang;

k. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaanbarang milik negara yang ada dalam penguasaannya;

l. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik negarayang berada dalam penguasaannya;

m. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang PenggunaSemesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan(LBPT) yang berada dalam penguasaannya kepadapengelola barang.

Pasal 7(1) Kepala kantor dalam lingkungan kementerian negara/lembaga

adalah kuasa pengguna barang milik negara dalam lingkungankantor yang dipimpinnya.

(2) Kuasa pengguna barang milik negara berwenang danbertanggungjawab:

a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik negara untuklingkungan kantor yang dipimpinnya kepada penggunabarang;

b. mengajukan permohonan penetapan status untukpenguasaan dan penggunaan barang milik negara yangdiperoleh dari beban APBN dan perolehan lainnya yang sahkepada pengguna barang;

c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik negarayang berada dalam penguasaannya;

d. menggunakan barang milik negara yang berada dalampenguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugaspokok dan fungsi kantor yang dipimpinnya;

e. mengamankan barang milik negara yang berada dalampenguasaannya;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 236: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

218

f. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik negaraberupa tanah dan bangunan yang tidak memerlukanpersetujuan DPR dan barang milik negara selain tanah danbangunan kepada pengguna barang;

g. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkanuntuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsikantor yang dipimpinnya kepada pengguna barang;

h. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaanbarang milik negara yang ada dalam penguasaannya;

i. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang KuasaPengguna Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang KuasaPengguna Tahunan (LBKPT) yang berada dalampenguasaannya kepada pengguna barang.

Pasal 8

(1) Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah pengguna barangmilik daerah.

(2) Kepala satuan kerja perangkat daerah berwenang danbertanggungjawab:

a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagisatuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

b. mengajukan permohonan penetapan status untukpenguasaan dan penggunaan barang milik daerah yangdiperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah;

c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerahyang berada dalam penguasaannya;

d. menggunakan barang milik daerah yang berada dalampenguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugaspokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yangdipimpinnya;

e. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yangberada dalam penguasaannya;

f. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerahberupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukanpersetujuan DPRD dan barang milik daerah selain tanahdan bangunan;

g. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkanuntuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 237: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

219

satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya kepadagubernur/bupati/walikota melalui pengelola barang;

h. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaanbarang milik daerah yang ada dalam penguasaannya;

i. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang PenggunaSemesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan(LBPT) yang berada dalam penguasaannya kepadapengelola barang.

BAB IIIPERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGANGGARAN

Pasal 9

(1) Perencanaan kebutuhan barang milik negara/daerah disusundalam rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah setelah memperhatikanketersediaan barang milik negara/daerah yang ada.

(2) Perencanaan kebutuhan barang milik negara/daerahsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berpedoman padastandar barang, standar kebutuhan, dan standar harga.

(3) Standar barang dan standar kebutuhan sebagaimana dimaksuddalam ayat (2) ditetapkan oleh pengelola barang setelahberkoordinasi dengan instansi atau dinas teknis terkait.

Pasal 10

(1) Pengguna barang menghimpun usul rencana kebutuhan barangyang diajukan oleh kuasa pengguna barang yang berada dibawah lingkungannya.

(2) Pengguna barang menyampaikan usul rencana kebutuhanbarang milik negara/daerah kepada pengelola barang.

(3) Pengelola barang bersama pengguna barang membahas usultersebut dengan memperhatikan data barang pada penggunabarang dan/atau pengelola barang untuk ditetapkan sebagaiRencana Kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah (RKBMN/D).

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 238: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

220

BAB IV

PENGADAAN

Pasal 11Pengadaan barang milik negara/daerah dilaksanakan berdasarkanprinsip-prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel.

Pasal 12(1) Pengaturan mengenai pengadaan tanah dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pelaksanaan

pengadaan barang milik negara/daerah selain tanah diaturdengan Peraturan Presiden.

BAB V

PENGGUNAAN

Pasal 13

Status penggunaan barang ditetapkan dengan ketentuan sebagaiberikut:a. barang milik negara oleh pengelola barang;b. barang milik daerah oleh gubernur/bupati/walikota.

Pasal 14(1) Penetapan status penggunaan barang milik negara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 huruf (a) dilakukan dengan tata carasebagai berikut:a. Pengguna barang melaporkan barang milik negara yang

diterimanya kepada pengelola barang disertai dengan usulpenggunaan;

b. Pengelola barang meneliti laporan tersebut dan menetapkanstatus penggunaan barang milik negara dimaksud.

(2) Penetapan status penggunaan barang milik daerah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 13 huruf (b) dilakukan dengan tata carasebagai berikut:

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 239: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

221

a. Pengguna barang melaporkan barang milik daerah yangditerimanya kepada pengelola barang disertai dengan usulpenggunaan;

b. Pengelola barang meneliti laporan tersebut dan mengajukanusul penggunaan dimaksud kepada gubernur/bupati/walikotauntuk ditetapkan status penggunaannya.

Pasal 15

Barang milik negara/daerah dapat ditetapkan status penggunaannyauntuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah, untuk dioperasikan olehpihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugaspokok dan fungsi kementerian negara/lembaga/satuan kerjaperangkat daerah yang bersangkutan.

Pasal 16

(1) Penetapan status penggunaan tanah dan/atau bangunandilakukan dengan ketentuan bahwa tanah dan/atau bangunantersebut diperlukan untuk kepentingan penyelenggaraan tugaspokok dan fungsi pengguna barang dan/atau kuasa penggunabarang yang bersangkutan.

(2) Pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajibmenyerahkan tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakansebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada:

a. pengelola barang untuk barang milik negara; ataub. gubernur/bupati/walikota melalui pengelola barang untuk

barang milik daerah.

Pasal 17

(1) Pengelola barang menetapkan barang milik negara berupa tanahdan/atau bangunan yang harus diserahkan oleh penggunabarang karena sudah tidak digunakan untuk menyelenggarakantugas pokok dan fungsi instansi bersangkutan.

(2) Gubernur/bupati/walikota menetapkan barang milik daerahberupa tanah dan/atau bangunan yang harus diserahkan olehpengguna barang karena sudah tidak digunakan untukmenyelenggarakan tugas pokok dan fungsi instansibersangkutan.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 240: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

222

(3) Dalam menetapkan penyerahan sebagaimana dimaksud padaayat (1), pengelola barang memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. standar kebutuhan tanah dan/atau bangunan untukmenyelenggarakan dan menunjang tugas pokok dan fungsiinstansi bersangkutan;

b. hasil audit atas penggunaan tanah dan/atau bangunan.

(4) Tindak lanjut pengelolaan atas penyerahan tanah dan/ataubangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraantugas pokok dan fungsi instansi pemerintah lainnya;

b. dimanfaatkan dalam rangka optimalisasi barang milik negara/daerah;

c. dipindahtangankan.

Pasal 18(1) Pengguna barang milik negara yang tidak menyerahkan tanah

dan/atau bangunan yang tidak digunakan untukmenyelenggarakan tugas pokok dan fungsi instansi bersangkutankepada pengelola barang dikenakan sanksi berupa pembekuandana pemeliharaan tanah dan/atau bangunan dimaksud.

(2) Pengguna barang milik daerah yang tidak menyerahkan tanahdan/atau bangunan yang tidak digunakan untukmenyelenggarakan tugas pokok dan fungsi instansi bersangkutankepada gubernur/bupati/walikota dikenakan sanksi berupapembekuan dana pemeliharaan tanah dan/atau bangunandimaksud.

(3) Tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan sesuai denganPasal 16 ayat (1) dicabut penetapan status penggunaannya.

BAB VIPEMANFAATAN

Bagian PertamaKriteria Pemanfaatan

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 241: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

223

Pasal 19

(1) Pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/ataubangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)dilaksanakan oleh pengelola barang.

(2) Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/ataubangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2)dilaksanakan oleh pengelola barang setelah mendapatpersetujuan gubernur/bupati/walikota.

(3) Pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang diperlukan untuk menunjangpenyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna barang/kuasa pengguna barang dilakukan oleh pengguna barang denganpersetujuan pengelola barang.

(4) Pemanfaatan barang milik negara/daerah selain tanah dan/ataubangunan dilaksanakan oleh pengguna barang denganpersetujuan pengelola barang;

(5) Pemanfaatan barang milik negara/daerah dilaksanakanberdasarkan pertimbangan teknis dengan memperhatikankepentingan negara/daerah dan kepentingan umum.

Bagian Kedua

Bentuk Pemanfaatan

Pasal 20

Bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa:a. sewa;b. pinjam pakai;c. kerjasama pemanfaatan;d. bangun guna serah dan bangun serah guna.

Bagian KetigaSewa

Pasal 21(1) Penyewaan barang milik negara/daerah dilaksanakan dengan

bentuk:

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 242: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

224

a. penyewaan barang milik negara atas tanah dan/ataubangunan yang sudah diserahkan oleh pengguna barangkepada pengelola barang;

b. penyewaan barang milik daerah atas tanah dan/ataubangunan yang sudah diserahkan oleh pengguna barangkepada gubernur/bupati/walikota;

c. penyewaan atas sebagian tanah dan/atau bangunan yangmasih digunakan oleh pengguna barang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 19 ayat (3);

d. penyewaan atas barang milik negara/daerah selain tanahdan/atau bangunan.

(2) Penyewaan atas barang milik negara sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh pengelola barang.

(3) Penyewaan atas barang milik daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b dilaksanakan oleh pengelola barang setelahmendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota.

(4) Penyewaan atas barang milik negara /daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf c dan d, dilaksanakan olehpengguna barang setelah mendapat persetujuan dari pengelolabarang.

Pasal 22(1) Barang milik negara/daerah dapat disewakan kepada pihak lain

sepanjang menguntungkan negara/daerah.(2) Jangka waktu penyewaan barang milik negara/daerah paling

lama lima tahun dan dapat diperpanjang.

(3) Penetapan formula besaran tarif sewa dilakukan denganketentuan sebagai berikut:a. barang milik negara oleh pengelola barang;b. barang milik daerah oleh gubernur/bupati/walikota.

(4) Penyewaan dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian sewa-menyewa, yang sekurang-kurangnya memuat:a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;b. jenis, luas atau jumlah barang, besaran sewa, dan jangka

waktu;c. tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan

pemeliharaan selama jangka waktu penyewaan;d. persyaratan lain yang dianggap perlu.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 243: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

225

(5) Hasil penyewaan merupakan penerimaan negara/daerah danseluruhnya wajib disetorkan ke rekening kas umum negara/daerah.

Bagian Keempat

Pinjam Pakai

Pasal 23

(1) Pinjam pakai barang milik negara/daerah dilaksanakan antarapemerintah pusat dengan pemerintah daerah atau antarpemerintah daerah.

(2) Jangka waktu pinjam pakai barang milik negara/daerah palinglama dua tahun dan dapat diperpanjang.

(3) Pinjam pakai dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian yangsekurang-kurangnya memuat:a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;b. jenis, luas atau jumlah barang yang dipinjamkan, dan jangka

waktu;c. tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan

pemeliharaan selama jangka waktu peminjaman;d. persyaratan lain yang dianggap perlu.

Bagian KelimaKerjasama Pemanfaatan

Pasal 24

Kerjasama pemanfaatan barang milik negara/daerah dengan pihaklain dilaksanakan dalam rangka :

a. mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik negara/daerah;

b. meningkatkan penerimaan negara/pendapatan daerah.

Pasal 25(1) Kerjasama pemanfaatan barang milik negara/daerah

dilaksanakan dengan bentuk:

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 244: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

226

a. kerjasama pemanfaatan barang milik negara atas tanahdan/atau bangunan yang sudah diserahkan oleh penggunabarang kepada pengelola barang;

b. kerjasama pemanfaatan barang milik daerah atas tanahdan/atau bangunan yang sudah diserahkan oleh penggunabarang kepada gubernur/bupati/walikota;

c. kerjasama pemanfaatan atas sebagian tanah dan/ataubangunan yang masih digunakan oleh pengguna barang;

d. kerjasama pemanfaatan atas barang milik negara/ daerahselain tanah dan/atau bangunan.

(2) Kerjasama pemanfaatan atas barang milik negara sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh pengelolabarang.

(3) Kerjasama pemanfaatan atas barang milik daerah sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) huruf b dilaksanakan oleh pengelolabarang setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota.

(4) Kerjasama pemanfaatan atas barang milik negara/daerahsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d,dilaksanakan oleh pengguna barang setelah mendapatpersetujuan pengelola barang.

Pasal 26(1) Kerjasama pemanfaatan atas barang milik negara/daerah

dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalamAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah untukmemenuhi biaya operasional/pemeliharaan/ perbaikan yangdiperlukan terhadap barang milik negara/daerah dimaksud;

b. mitra kerjasama pemanfaatan ditetapkan melalui tenderdengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya lima peserta/peminat, kecuali untuk barang milik negara/daerah yangbersifat khusus dapat dilakukan penunjukan langsung;

c. mitra kerjasama pemanfaatan harus membayar kontribusitetap ke rekening kas umum negara/daerah setiap tahunselama jangka waktu pengoperasian yang telah ditetapkandan pembagian keuntungan hasil kerjasama pemanfaatan;

d. besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagiankeuntungan hasil kerjasama pemanfaatan ditetapkan dari

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 245: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

227

hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh pejabat yangberwenang;

e. besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagiankeuntungan hasil kerjasama pemanfaatan harus mendapatpersetujuan pengelola barang;

f. selama jangka waktu pengoperasian, mitra kerjasamapemanfaatan dilarang menjaminkan atau menggadaikanbarang milik negara/daerah yang menjadi obyek kerjasamapemanfaatan;

g. jangka waktu kerjasama pemanfaatan paling lama tiga puluhtahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapatdiperpanjang.

(2) Semua biaya berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaankerjasama pemanfaatan tidak dapat dibebankan pada AnggaranPendapatan dan Belanja Negara/Daerah.

Bagian KeenamBangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna

Pasal 27(1) Bangun guna serah dan bangun serah guna barang milik negara/

daerah dapat dilaksanakan dengan persyaratan sebagai berikut:

a. pengguna barang memerlukan bangunan dan fasilitas bagipenyelenggaraan pemerintahan negara/daerah untukkepentingan pelayanan umum dalam rangkapenyelenggaraan tugas pokok dan fungsi; dan

b. tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara/Daerah untuk penyediaan bangunan dan fasilitasdimaksud.

(2) Bangun guna serah dan bangun serah guna barang milik negarasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan olehpengelola barang.

(3) Bangun guna serah dan bangun serah guna barang milik daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan olehpengelola barang setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 246: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

228

(4) Tanah yang status penggunaannya ada pada pengguna barangdan telah direncanakan untuk penyelenggaraan tugas pokokdan fungsi pengguna barang yang bersangkutan, dapat dilakukanbangun guna serah dan bangun serah guna setelah terlebihdahulu diserahkan kepada:a. pengelola barang untuk barang milik negara;b. gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah.

(5) Bangun guna serah dan bangun serah guna sebagaimanadimaksud pada ayat (4) dilaksanakan oleh pengelola barangdengan mengikutsertakan pengguna barang dan/atau kuasapengguna barang sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Pasal 28

Penetapan status penggunaan barang milik negara/daerah sebagaihasil dari pelaksanaan bangun guna gerah dan bangun serah gunadilaksanakan oleh:

a. pengelola barang untuk barang milik negara, dalam rangkapenyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga terkait;

b. gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah, dalamrangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerjaperangkat daerah terkait.

Pasal 29

(1) Jangka waktu bangun guna serah dan bangun serah guna palinglama tiga puluh tahun sejak perjanjian ditandatangani.

(2) Penetapan mitra bangun guna serah dan mitra bangun serahguna dilaksanakan melalui tender dengan mengikutsertakansekurang-kurangnya lima peserta/ peminat.

(3) Mitra bangun guna serah dan mitra bangun serah guna yangtelah ditetapkan, selama jangka waktu pengoperasian harusmemenuhi kewajiban sebagai berikut:a. membayar kontribusi ke rekening kas umum negara/ daerah

setiap tahun, yang besarannya ditetapkan berdasarkan hasilperhitungan tim yang dibentuk oleh pejabat yangberwenang;

b. tidak menjaminkan, menggadaikan atau memindah-tangankan objek bangun guna serah dan bangun serah guna;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 247: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

229

c. memelihara objek bangun guna serah dan bangun serahguna.

(4) Dalam jangka waktu pengoperasian, sebagian barang miliknegara/daerah hasil bangun guna serah dan bangun serah gunaharus dapat digunakan langsung untuk penyelenggaraan tugaspokok dan fungsi pemerintah.

(5) Bangun guna serah dan bangun serah guna dilaksanakanberdasarkan surat perjanjian yang sekurang-kurangnyamemuat:

a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;

b. objek bangun guna serah dan bangun serah guna;

c. jangka waktu bangun guna serah dan bangun serah guna;

d. hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian;

e. persyaratan lain yang dianggap perlu.

(6) Izin mendirikan bangunan hasil bangun guna serah dan bangunserah guna harus diatasnamakan Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah.

(7) Semua biaya berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaanbangun guna serah dan bangun serah guna tidak dapatdibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah.

Pasal 30(1) Mitra bangun guna serah barang milik negara harus

menyerahkan objek bangun guna serah kepada pengelolabarang pada akhir jangka waktu pengoperasian, setelah dilakukanaudit oleh aparat pengawasan fungsional pemerintah.

(2) Mitra bangun guna serah barang milik daerah harusmenyerahkan objek bangun guna serah kepada gubernur/bupati/walikota pada akhir jangka waktu pengoperasian, setelahdilakukan audit oleh aparat pengawasan fungsional pemerintah.

(3) Bangun serah guna barang milik negara dilaksanakan denganketentuan sebagai berikut:a. mitra bangun serah guna harus menyerahkan objek bangun

serah guna kepada pengelola barang segera setelahselesainya pembangunan;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 248: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

230

b. mitra bangun serah guna dapat mendayagunakan barangmilik negara tersebut sesuai jangka waktu yang ditetapkandalam surat perjanjian;

c. setelah jangka waktu pendayagunaan berakhir, objek bangunserah guna terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawasanfungsional pemerintah sebelum penggunaannya ditetapkanoleh pengelola barang.

(4) Bangun serah guna barang milik daerah dilaksanakan denganketentuan sebagai berikut:a. mitra bangun serah guna harus menyerahkan objek bangun

serah guna kepada gubernur/bupati/walikota segera setelahselesainya pembangunan;

b. mitra bangun serah guna dapat mendayagunakan barangmilik daerah tersebut sesuai jangka waktu yang ditetapkandalam surat perjanjian;

c. setelah jangka waktu pendayagunaan berakhir, objek bangunserah guna terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawasanfungsional pemerintah sebelum penggunaannya ditetapkanoleh gubernur/bupati/walikota.

Pasal 31

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan sewa, pinjampakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah dan bangunserah guna barang milik negara diatur dalam Peraturan MenteriKeuangan.

BAB VIIPENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN

Bagian PertamaPengamanan

Pasal 32

(1) Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa penggunabarang wajib melakukan pengamanan barang milik negara/daerahyang berada dalam penguasaannya.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 249: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

231

(2) Pengamanan barang milik negara/daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi pengamanan administrasi,pengamanan fisik, dan pengamanan hukum.

Pasal 33

(1) Barang milik negara/daerah berupa tanah harus disertifikatkanatas nama Pemerintah Republik Indonesia/pemerintah daerahyang bersangkutan.

(2) Barang milik negara/daerah berupa bangunan harus dilengkapidengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah RepublikIndonesia/pemerintah daerah yang bersangkutan.

(3) Barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan harusdilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama pengguna barang.

(4) Barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan harusdilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama pemerintahdaerah yang bersangkutan.

Pasal 34(1) Bukti kepemilikan barang milik negara/daerah wajib disimpan

dengan tertib dan aman.

(2) Penyimpanan bukti kepemilikan barang milik negara berupa tanahdan/atau bangunan dilakukan oleh pengelola barang.

(3) Penyimpanan bukti kepemilikan barang milik negara selain tanahdan/atau bangunan dilakukan oleh pengguna barang/kuasapengguna barang.

(4) Penyimpanan bukti kepemilikan barang milik daerah dilakukanoleh pengelola barang.

Bagian KeduaPemeliharaan

Pasal 35

(1) Pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang bertanggungjawab atas pemeliharaan barang milik negara/daerah yang adadi bawah penguasaannya.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 250: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

232

(2) Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedomanpada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang (DKPB).

(3) Biaya pemeliharaan barang milik negara/daerah dibebankan padaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah.

Pasal 36(1) Kuasa pengguna barang wajib membuat daftar hasil

pemeliharaan barang yang berada dalam kewenangannya danmelaporkan/menyampaikan daftar hasil pemeliharaan barangtersebut kepada pengguna barang secara berkala.

(2) Pengguna barang atau pejabat yang ditunjuk meneliti laporansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menyusun daftarhasil pemeliharaan barang yang dilakukan dalam satu tahunanggaran sebagai bahan untuk melakukan evaluasi mengenaiefisiensi pemeliharaan barang milik negara/daerah.

BAB VIIIPENILAIAN

Pasal 37Penilaian barang milik negara/daerah dilakukan dalam rangkapenyusunan neraca pemerintah pusat/daerah, pemanfaatan, danpemindahtanganan barang milik negara/daerah.

Pasal 38

Penetapan nilai barang milik negara/daerah dalam rangka penyusunanneraca pemerintah pusat/daerah dilakukan dengan berpedomanpada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Pasal 39(1) Penilaian barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan

dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukanoleh tim yang ditetapkan oleh pengelola barang, dan dapatmelibatkan penilai independen yang ditetapkan oleh pengelolabarang.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 251: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

233

(2) Penilaian barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunandalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukanoleh tim yang ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota, dandapat melibatkan penilai independen yang ditetapkan olehgubernur/ bupati/walikota.

(3) Penilaian barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan untuk mendapatkannilai wajar, dengan estimasi terendah menggunakan NJOP.

(4) Hasil penilaian barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh:

a. pengelola barang untuk barang milik negara;

b. gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah.

Pasal 40(1) Penilaian barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan

dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukanoleh tim yang ditetapkan oleh pengguna barang, dan dapatmelibatkan penilai independen yang ditetapkan oleh penggunabarang.

(2) Penilaian barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunandalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukanoleh tim yang ditetapkan oleh pengelola barang, dan dapatmelibatkan penilai independen yang ditetapkan pengelola barang.

(3) Penilaian barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan untuk mendapatkannilai wajar.

(4) Hasil penilaian barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh:

a. pengguna barang untuk barang milik negara;

b. pengelola barang untuk barang milik daerah.

BAB IXPENGHAPUSAN

Pasal 41

Penghapusan barang milik negara/daerah meliputi:

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 252: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

234

a. penghapusan dari daftar barang pengguna dan/atau kuasapengguna;

b. penghapusan dari daftar barang milik negara/daerah.

Pasal 42(1) Penghapusan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 41 huruf a, dilakukan dalam hal barang milik negara/daerah dimaksud sudah tidak berada dalam penguasaanpengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang;

(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukandengan penerbitan surat keputusan penghapusan dari:

a. pengguna barang setelah mendapat persetujuan daripengelola barang untuk barang milik negara;

b. pengguna barang setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota atas usul pengelola barang untuk barangmilik daerah.

(3) Pelaksanaan atas penghapusan sebagaimana dimaksud padaayat (2) selanjutnya dilaporkan kepada pengelola barang.

Pasal 43

(1) Penghapusan barang milik negara/daerah dari daftar barangmilik negara/daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 hurufb dilakukan dalam hal barang milik negara/daerah dimaksudsudah beralih kepemilikannya, terjadi pemusnahan atau karenasebab-sebab lain.

(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukandengan penerbitan surat keputusan penghapusan dari:

a. pengelola barang untuk barang milik negara;

b. pengelola barang setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah.

Pasal 44(1) Penghapusan barang milik negara/daerah dengan tindak lanjut

pemusnahan dilakukan apabila barang milik negara/daerahdimaksud:

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 253: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

235

a. tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan tidakdapat dipindahtangankan; atau

b. alasan lain sesuai ketentuan perundang-undangan.

(2) Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakanoleh:

a. pengguna barang setelah mendapat persetujuan pengelolabarang untuk barang milik negara;

b. pengguna barang dengan surat keputusan dari pengelolabarang setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah.

(3) Pelaksanaan pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dituangkan dalam berita acara dan dilaporkan kepadapengelola barang.

BAB X

PEMINDAHTANGANAN

Bagian Pertama

Bentuk-Bentuk dan Persetujuan

Pasal 45Bentuk-bentuk pemindahtanganan sebagai tindak lanjut ataspenghapusan barang milik negara/daerah meliputi:a. penjualan;b. tukar Menukar;c. hibah;d. penyertaan modal pemerintah pusat/daerah.

Pasal 46(1) Pemindahtanganan barang milik negara sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 45 untuk:a. tanah dan/atau bangunan;b. selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari

Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); dilakukansetelah mendapat persetujuan DPR.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 254: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

236

(2) Pemindahtanganan barang milik daerah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 45 untuk:a. tanah dan/atau bangunan;b. selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp

5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah); dilakukan setelahmendapat persetujuan DPRD.

(3) Pemindahtanganan barang milik negara/daerah berupa tanahdan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa dan ayat (2) huruf a tidak memerlukan persetujuan DPR/DPRD, apabila:a. sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan

kota;b. harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan

pengganti sudah disediakan dalam dokumen penganggaran;c. diperuntukkan bagi pegawai negeri;d. diperuntukkan bagi kepentingan umum;e. dikuasai negara berdasarkan keputusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan/atauberdasarkan ketentuan perundang-undangan, yang jikastatus kepemilikannya dipertahankan tidak layak secaraekonomis.

Pasal 47(1) Usul untuk memperoleh persetujuan DPR sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) diajukan oleh pengelolabarang.

(2) Usul untuk memperoleh persetujuan DPRD sebagaimanadimaksud dalam Pasal 46 ayat (2) diajukan oleh gubernur/bupati/walikota.

Pasal 48(1) Pemindahtanganan barang milik negara berupa tanah dan/atau

bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (3)dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. untuk tanah dan/atau bangunan yang bernilai di atasRp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dilakukan olehpengelola barang setelah mendapat persetujuan Presiden;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 255: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

237

b. untuk tanah dan/atau bangunan yang bernilai sampaidengan Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)dilakukan oleh pengelola barang;

(2) Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/ataubangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (3)dilakukan oleh pengelola barang setelah mendapat persetujuangubernur/bupati/walikota.

Pasal 49(1) Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau

bangunan yang bernilai sampai dengan Rp10.000.000.000,00(sepuluh miliar rupiah) dilakukan oleh penguna barang setelahmendapat persetujuan pengelola barang.

(2) Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/ataubangunan yang bernilai di atas Rp 10.000.000.000,00 (sepuluhmiliar rupiah) sampai dengan Rp 100.000.000.000,00 (seratusmiliar rupiah) dilakukan oleh pengguna barang setelah mendapatpersetujuan Presiden.

(3) Usul untuk memperoleh persetujuan Presiden sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diajukan oleh pengelola barang.

Pasal 50Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan/ataubangunan yang bernilai sampai dengan Rp 5.000.000.000,00 (limamiliar rupiah) dilakukan oleh pengelola barang setelah mendapatpersetujuan gubernur/bupati/walikota.

Bagian KeduaPenjualan

Pasal 51(1) Penjualan barang milik negara/daerah dilaksanakan dengan

pertimbangan:a. untuk optimalisasi barang milik negara yang berlebih atau

idle;b. secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara apabila

dijual;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 256: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

238

c. sebagai pelaksanaan ketentuan perundang-undangan yangberlaku.

(2) Penjualan barang milik negara/daerah dilakukan secara lelang,kecuali dalam hal-hal tertentu.

(3) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :a. barang milik negara/daerah yang bersifat khusus;b. barang milik negara/daerah lainnya yang ditetapkan lebih

lanjut oleh pengelola barang.

Pasal 52

(1) Penjualan barang milik negara/daerah berupa tanah dan/ataubangunan dilaksanakan oleh:a. pengelola barang untuk barang milik negara;b. pengelola barang setelah mendapat persetujuan gubernur/

bupati/walikota untuk barang milik daerah.(2) Penjualan barang milik negara/daerah selain tanah dan/atau

bangunan dilaksanakan oleh:a. pengguna barang setelah mendapat persetujuan pengelola

barang untuk barang milik negara;b. pengelola barang setelah mendapat persetujuan gubernur/

bupati/walikota untuk barang milik daerah.

Pasal 53(1) Penjualan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf

a dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:a. kuasa pengguna barang mengajukan usul kepada pengguna

barang untuk diteliti dan dikaji;b. pengguna barang mengajukan usul penjualan kepada

pengelola barang;c. pengelola barang meneliti dan mengkaji usul penjualan yang

diajukan oleh pengguna barang sesuai dengankewenangannya;

d. pengelola barang mengeluarkan keputusan untukmenyetujui atau tidak menyetujui usulan penjualan yangdiajukan oleh pengguna barang dalam bataskewenangannya;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 257: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

239

e. untuk penjualan yang memerlukan persetujuan Presidenatau DPR, pengelola barang mengajukan usul penjualandisertai dengan pertimbangan atas usulan dimaksud;

f. penerbitan persetujuan pelaksanaan oleh pengelola baranguntuk penjualan sebagaimana dimaksud pada butir edilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden atau DPR.

(2) Penjualan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) hurufb dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. pengguna barang mengajukan usul penjualan kepadapengelola barang;

b. pengelola barang meneliti dan mengkaji usul penjualan yangdiajukan oleh pengguna barang sesuai dengankewenangannya;

c. pengelola barang mengeluarkan keputusan untukmenyetujui atau tidak menyetujui usulan penjualan yangdiajukan oleh pengguna barang dalam bataskewenangannya;

d. Untuk penjualan yang memerlukan persetujuan gubernur/bupati/walikota atau DPRD, pengelola barang mengajukanusul penjualan disertai dengan pertimbangan atas usulandimaksud.

(3) Penerbitan persetujuan pelaksanaan oleh pengelola barang untukpenjualan sebagaimana dimaksud pada huruf d dilakukan setelahmendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota atau DPRD.

(4) Hasil penjualan barang milik negara/daerah wajib disetorseluruhnya ke rekening kas umum negara/daerah sebagaipenerimaan negara/daerah.

Bagian Ketiga

Tukar menukar

Pasal 54(1) Tukar menukar barang milik negara/daerah dilaksanakan dengan

pertimbangan:

a. untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraanpemerintahan;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 258: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

240

b. untuk optimalisasi barang milik negara/daerah; dan

c. tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara/Daerah.

(2) Tukar menukar barang milik negara dapat dilakukan denganpihak:

a. pemerintah daerah;

b. badan usaha milik negara/daerah atau badan hukum milikpemerintah lainnya;

c. swasta.

(3) Tukar menukar barang milik daerah dapat dilakukan denganpihak:

a. pemerintah pusat;

b. badan usaha milik negara/daerah atau badan hukum milikpemerintah lainnya;

c. swasta.

Pasal 55(1) Tukar menukar barang milik negara/daerah dapat berupa:

a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan kepadapengelola barang untuk barang milik negara dan gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah;

b. tanah dan/atau bangunan yang masih dipergunakan untukpenyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna barangtetapi tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataankota;

c. barang milik negara/daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Penetapan barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunanyang akan dipertukarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a dilakukan oleh:

a. pengelola barang untuk barang milik negara;

b. gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah, sesuaibatas kewenangannya.

(3) Tukar menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf adilaksanakan oleh:

a. pengelola barang untuk barang milik negara;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 259: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

241

b. pengelola barang setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah.

(4) Tukar menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdilaksanakan oleh:

a. pengguna barang setelah mendapat persetujuan pengelolabarang untuk barang milik negara;

b. pengelola barang setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah.

(5) Tukar menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf cdilaksanakan oleh pengguna barang setelah mendapatpersetujuan pengelola barang.

Pasal 56(1) Tukar menukar barang milik negara sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 55 ayat (1) huruf a dilaksanakan dengan ketentuansebagai berikut:

a. pengelola barang mengkaji perlunya tukar menukar tanahdan/atau bangunan dari aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

b. pengelola barang menetapkan tanah dan/atau bangunanyang akan dipertukarkan sesuai batas kewenangannya;

c. tukar menukar tanah dan/atau bangunan dilaksanakanmelalui proses persetujuan dengan berpedoman padaketentuan pada Pasal 46 ayat (1) dan Pasal 48 ayat (1);

d. pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan barangpengganti harus dituangkan dalam berita acara serah terimabarang.

(2) Tukar menukar barang milik negara sebagaimana dimaksuddalam Pasal 55 ayat (1) huruf b dan c dilaksanakan denganketentuan sebagai berikut:

a. pengguna barang mengajukan usulan kepada pengelolabarang disertai alasan/pertimbangan, kelengkapan data, danhasil pengkajian tim intern instansi pengguna barang;

b. pengelola barang meneliti dan mengkaji alasan/pertimbangan tersebut dari aspek teknis, ekonomis, danyuridis;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 260: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

242

c. apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku,pengelola barang dapat mempertimbangkan untukmenyetujui sesuai batas kewenangannya;

d. pengguna barang melaksanakan tukar menukar denganberpedoman pada persetujuan pengelola barang;

e. pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan barangpengganti harus dituangkan dalam berita acara serah terimabarang.

Pasal 57(1) Tukar menukar barang milik daerah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 55 ayat (1) huruf a dan b dilaksanakan denganketentuan sebagai berikut:

a. pengelola barang mengajukan usul tukar menukar tanahdan/atau bangunan kepada gubernur/bupati/walikota disertaialasan/pertimbangan, dan kelengkapan data;

b. gubernur/bupati/walikota meneliti dan mengkaji alasan/pertimbangan perlunya tukar menukar tanah dan/ataubangunan dari aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

c. apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku,gubernur/bupati/walikota dapat mempertimbangkan untukmenyetujui dan menetapkan tanah dan/atau bangunan yangakan dipertukarkan;

d. tukar menukar tanah dan/atau bangunan dilaksanakanmelalui proses persetujuan dengan berpedoman padaketentuan pada Pasal 46 ayat (2) dan Pasal 48 ayat (2);

e. pengelola barang melaksanakan tukar menukar denganberpedoman pada persetujuan gubernur/bupati/walikota;

f. pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan barangpengganti harus dituangkan dalam berita acara serah terimabarang.

(2) Tukar menukar barang milik daerah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 55 ayat (1) huruf c dilaksanakan dengan ketentuansebagai berikut:

a. pengguna barang mengajukan usulan kepada pengelolabarang disertai alasan/pertimbangan, kelengkapan data, danhasil pengkajian tim intern instansi pengguna barang;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 261: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

243

b. pengelola barang meneliti dan mengkaji alasan/pertimbangan tersebut dari aspek teknis, ekonomis, danyuridis;

c. apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku,pengelola barang dapat mempertimbangkan untukmenyetujui sesuai batas kewenangannya;

d. pengguna barang melaksanakan tukar menukar denganberpedoman pada persetujuan pengelola barang;

e. pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan barangpengganti harus dituangkan dalam berita acara serah terimabarang.

Bagian KeempatHibah

Pasal 58

(1) Hibah barang milik negara/daerah dilakukan denganpertimbangan untuk kepentingan sosial, keagamaan,kemanusiaan, dan penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.

(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhisyarat sebagai berikut:

a. bukan merupakan barang rahasia negara;b. bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang

banyak;c. tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok

dan fungsi dan penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.

Pasal 59

(1) Hibah barang milik negara/daerah dapat berupa:

a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan kepadapengelola barang untuk barang milik negara dan gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah;

b. tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaaannyadirencanakan untuk dihibahkan sesuai yang tercantum dalamdokumen penganggaran;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 262: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

244

c. barang milik negara/daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Penetapan barang milik negara/daerah berupa tanah dan/ataubangunan yang akan dihibahkan sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a dilakukan oleh:

a. pengelola barang untuk barang milik negara;

b. gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah, sesuaibatas kewenangannya.

(3) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakanoleh:

a. pengelola barang untuk barang milik negara;

b. pengelola barang setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah.

(4) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakanoleh:

a. pengguna barang setelah mendapat persetujuan pengelolabarang untuk barang milik negara;

b. pengelola barang setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah.

(5) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakanoleh pengguna barang setelah mendapat persetujuan pengelolabarang.

Pasal 60

(1) Hibah barang milik negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal59 ayat (1) huruf a dilaksanakan dengan ketentuan sebagaiberikut:

a. pengelola barang mengkaji perlunya hibah berdasarkanpertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalamPasal 58;

b. pengelola barang menetapkan tanah dan/atau bangunanyang akan dihibahkan sesuai batas kewenangannya;

c. proses persetujuan hibah dilaksanakan dengan berpedomanpada ketentuan Pasal 46 ayat (1) dan Pasal 48 ayat (1);

d. pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan harusdituangkan dalam berita acara serah terima barang.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 263: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

245

(2) Hibah barang milik negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal59 ayat (1) huruf b dan c dilaksanakan dengan ketentuansebagai berikut:

a. pengguna barang mengajukan usulan kepada pengelolabarang disertai dengan alasan/pertimbangan, kelengkapandata, dan hasil pengkajian tim intern instansi penggunabarang;

b. pengelola barang meneliti dan mengkaji berdasarkanpertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalamPasal 58;

c. apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku,pengelola barang dapat mempertimbangkan untukmenyetujui sesuai batas kewenangannya;

d. pengguna barang melaksanakan hibah dengan berpedomanpada persetujuan pengelola barang;

e. pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan harusdituangkan dalam berita acara serah terima barang.

Pasal 61

(1) Hibah barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal59 ayat (1) huruf a dan b dilaksanakan dengan ketentuansebagai berikut:

a. pengelola barang mengajukan usul hibah tanah dan/ataubangunan kepada gubernur/bupati/walikota disertai denganalasan/pertimbangan, dan kelengkapan data;

b. gubernur/bupati/walikota meneliti dan mengkaji berdasarkanpertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalamPasal 58;

c. apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku,gubernur/bupati/walikota dapat mempertimbangkan untukmenetapkan dan/atau menyetujui tanah dan/atau bangunanyang akan dihibahkan;

d. proses persetujuan hibah dilaksanakan dengan berpedomanpada ketentuan Pasal 46 ayat (2) dan Pasal 48 ayat (2);

e. pengelola barang melaksanakan hibah dengan berpedomanpada persetujuan gubernur/bupati/walikota;

f. pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan harusdituangkan dalam berita acara serah terima barang.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 264: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

246

(2) Hibah barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal59 ayat (1) huruf c dilaksanakan dengan ketentuan sebagaiberikut:

a. pengguna barang mengajukan usulan kepada PengelolaBarang disertai alasan/pertimbangan, kelengkapan data, danhasil pengkajian tim intern instansi pengguna barang;

b. pengelola barang meneliti dan mengkaji berdasarkanpertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalamPasal 58;

c. apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku,pengelola barang dapat mempertimbangkan untukmenyetujui sesuai batas kewenangannya;

d. pengguna barang melaksanakan hibah dengan berpedomanpada persetujuan pengelola barang;

e. pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan harusdituangkan dalam berita acara serah terima barang.

Bagian Kelima

Penyertaan Modal Pemerintah Pusat/Daerah

Pasal 62

(1) Penyertaan modal pemerintah pusat/daerah atas barang miliknegara/daerah dilakukan dalam rangka pendirian,pengembangan, dan peningkatan kinerja badan usaha miliknegara/daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara/daerah;

(2) Penyertaan modal pemerintah pusat/daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan pertimbangan sebagaiberikut:

a. barang milik negara/daerah yang dari awal pengadaaannyasesuai dokumen penganggaran diperuntukkan bagi badanusaha milik negara/daerah atau badan hukum lainnya yangdimiliki negara/daerah dalam rangka penugasan pemerintah;atau

b. barang milik negara/daerah lebih optimal apabila dikelola olehbadan usaha milik Negara/daerah atau badan hukum lainnyayang dimiliki negara/daerah baik yang sudah ada maupunyang akan dibentuk.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 265: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

247

Pasal 63

(1) Penyertaan modal pemerintah pusat/daerah atas barang miliknegara/daerah dapat berupa:

a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan kepadapengelola barang untuk barang milik negara dan gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah;

b. tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaaannyadirencanakan untuk disertakan sebagai modal pemerintahpusat/daerah sesuai yang tercantum dalam dokumenpenganggaran;

c. barang milik negara/daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Penetapan barang milik negara/daerah berupa tanah dan/ataubangunan yang akan disertakan sebagai modal pemerintahpusat/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf adilakukan oleh:

a. pengelola barang untuk barang milik negara;

b. gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah, sesuaibatas kewenangannya.

(3) Penyertaan modal pemerintah pusat/daerah atas barang miliknegara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf adilaksanakan oleh:

a. pengelola barang untuk barang milik negara;

b. pengelola barang setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah.

(4) Penyertaan modal pemerintah pusat/daerah atas barang miliknegara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdilaksanakan oleh:

a. pengguna barang setelah mendapat persetujuan pengelolabarang untuk barang milik negara;

b. pengelola barang setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah.

(5) Penyertaan modal pemerintah pusat/daerah atas barang miliknegara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf cdilaksanakan oleh pengguna barang setelah mendapatpersetujuan pengelola barang.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 266: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

248

Pasal 64

(1) Penyertaan modal pemerintah pusat atas barang milik negarasebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) huruf adilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. pengelola barang mengkaji perlunya penyertaan modalpemerintah berdasarkan pertimbangan dan syaratsebagaimana dimaksud dalam Pasal 62;

b. pengelola barang menetapkan tanah dan/atau bangunanyang akan disertakan sebagai modal pemerintah sesuaibatas kewenangannya;

c. proses persetujuan penyertaan modal pemerintahdilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan Pasal46 ayat (1) dan Pasal 48 ayat (1);

d. pengelola barang menyiapkan Rancangan PeraturanPemerintah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Pusatdengan melibatkan instansi terkait;

e. pengelola barang menyampaikan Rancangan PeraturanPemerintah kepada Presiden untuk ditetapkan;

f. penggelola barang melakukan serah terima barang kepadabadan usaha milik negara/daerah atau badan hukum lainnyamilik negara/daerah yang dituangkan dalam berita acaraserah terima barang setelah Peraturan Pemerintahditetapkan.

(2) Penyertaan modal pemerintah pusat atas barang milik negarasebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) huruf b dan cdilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. pengguna barang mengajukan usulan kepada pengelolabarang disertai dengan alasan/pertimbangan, kelengkapandata, dan hasil pengkajian tim intern instansi penggunabarang;

b. pengelola barang meneliti dan mengkaji berdasarkanpertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalamPasal 62;

c. apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku,pengelola barang dapat mempertimbangkan untukmenyetujui sesuai batas kewenangannya;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 267: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

249

d. pengelola barang menyiapkan Rancangan PeraturanPemerintah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Pusatdengan melibatkan instansi terkait;

e. pengelola barang menyampaikan Rancangan PeraturanPemerintah kepada Presiden untuk ditetapkan;

f. pengguna barang melakukan serah terima barang kepadabadan usaha milik negara/daerah atau badan hukum lainnyamilik negara/daerah yang dituangkan dalam berita acaraserah terima barang setelah Peraturan Pemerintahditetapkan.

Pasal 65(1) Penyertaan modal pemerintah daerah atas barang milik daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) huruf a dan bdilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. pengelola barang mengajukan usul penyertaan modalpemerintah atas tanah dan/atau bangunan kepadagubernur/bupati/walikota disertai dengan alasan/pertimbangan, dan kelengkapan data;

b. gubernur/bupati/walikota meneliti dan mengkaji berdasarkanpertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalamPasal 62;

c. apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku,gubernur/bupati/walikota dapat mempertimbangkan untukmenetapkan dan/atau menyetujui tanah dan/atau bangunanyang akan disertakan sebagai modal pemerintah;

d. proses persetujuan penyertaan modal pemerintahdilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan Pasal46 ayat (2) dan Pasal 48 ayat (2);

e. pengelola barang melaksanakan penyertaan modalpemerintah dengan berpedoman pada persetujuangubernur/bupati/walikota;

f. pengelola barang menyiapkan Rancangan Peraturan Daerahtentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah denganmelibatkan instansi terkait;

g. pengelola barang menyampaikan Rancangan PeraturanDaerah kepada DPRD untuk ditetapkan;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 268: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

250

h. pengguna barang melakukan serah terima barang kepadabadan usaha milik negara/daerah atau badan hukum lainnyamilik negara/daerah yang dituangkan dalam berita acaraserah terima barang setelah Peraturan Pemerintah/Peraturan Daerah ditetapkan.

(2) Penyertaan modal pemerintah daerah atas barang milik daerahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) huruf cdilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. pengguna barang mengajukan usulan kepada pengelolabarang disertai alasan/pertimbangan, kelengkapan data, danhasil pengkajian tim intern instansi pengguna barang;

b. pengelola barang meneliti dan mengkaji berdasarkanpertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalamPasal 62;

c. apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku,pengelola barang dapat mempertimbangkan untukmenyetujui sesuai batas kewenangannya;

d. pengelola barang menyiapkan Rancangan Peraturan Daerahtentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah denganmelibatkan instansi terkait;

e. pengelola barang menyampaikan Rancangan PeraturanDaerah kepada DPRD untuk ditetapkan;

f. pengguna barang melakukan serah terima barang kepadabadan usaha milik negara/daerah atau badan hukum lainnyamilik negara/daerah yang dituangkan dalam berita acaraserah terima barang setelah Peraturan Pemerintah/Peraturan Daerah ditetapkan.

Pasal 66(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan

penjualan, tukar menukar, hibah, dan penyertaan modalpemerintah atas barang milik negara diatur dalam PeraturanMenteri Keuangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaanpenjualan, tukar menukar, hibah, dan penyertaan modalpemerintah atas barang milik daerah diatur dalam PeraturanDaerah dengan berpedoman pada kebijakan umum pengelolaanbarang milik negara/daerah.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 269: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

251

BAB XIPENATAUSAHAAN

Bagian PertamaPembukuan

Pasal 67(1) Kuasa pengguna barang/pengguna barang harus melakukan

pendaftaran dan pencatatan barang milik negara/daerah kedalam Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP)/Daftar BarangPengguna (DBP) menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

(2) Pengelola barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatanbarang milik negara/daerah berupa tanah dan/atau bangunandalam Daftar Barang Milik Negara/Daerah (DBMN/D) menurutpenggolongan barang dan kodefikasi barang.

(3) Penggolongan dan kodefikasi barang sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(4) Penggolongan dan kodefikasi barang daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh MenteriDalam Negeri setelah mendapat pertimbangan Menteri Keuangan.

Pasal 68

(1) Kuasa pengguna barang/pengguna barang harus menyimpandokumen kepemilikan barang milik negara/daerah selain tanahdan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya.

(2) Pengelola barang harus menyimpan dokumen kepemilikan tanahdan/atau bangunan yang berada dalam pengelolaannya.

Bagian KeduaInventarisasi

Pasal 69

(1) Pengguna barang melakukan inventarisasi barang milik negara/daerah sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun.

(2) Dikecualikan dari ketentuan ayat (1), terhadap barang miliknegara/daerah yang berupa persediaan dan konstruksi dalam

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 270: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

252

pengerjaan, pengguna barang melakukan inventarisasi setiaptahun.

(3) Pengguna barang menyampaikan laporan hasil inventarisasisebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepadapengelola barang selambat-lambatnya tiga bulan setelahselesainya inventarisasi.

Pasal 70Pengelola barang melakukan inventarisasi barang milik negara/daerahberupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalampenguasaannya sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun.

Bagian KetigaPelaporan

Pasal 71(1) Kuasa pengguna barang harus menyusun Laporan Barang

Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan Laporan BarangKuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) untuk disampaikan kepadapengguna barang.

(2) Pengguna barang harus menyusun Laporan Barang PenggunaSemesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan(LBPT) untuk disampaikan kepada pengelola barang.

(3) Pengelola barang harus menyusun Laporan Barang Milik Negara/Daerah (LBMN/D) berupa tanah dan/atau bangunan semesterandan tahunan.

(4) Pengelola barang harus menghimpun Laporan Barang PenggunaSemesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan(LBPT) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) serta LaporanBarang Milik Negara/Daerah (LBMN/D) berupa tanah dan/ataubangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Pengelola barang harus menyusun Laporan Barang Milik Negara/Daerah (LBMN/D) berdasarkan hasil penghimpun-an laporansebagaimana dimaksud pada ayat (4).

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 271: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

253

Pasal 72

Laporan Barang Milik Negara/Daerah (LBMN/D) sebagaimanadimaksud dalam Pasal 71 ayat (5) digunakan sebagai bahan untukmenyusun neraca pemerintah pusat/daerah.

Pasal 73Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pembukuan,inventarisasi, dan pelaporan barang milik negara diatur dalamPeraturan Menteri Keuangan.

BAB XIIPEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Bagian PertamaPembinaan

Pasal 74(1) Menteri Keuangan menetapkan kebijakan umum pengelolaan

barang milik negara/daerah.(2) Menteri Keuangan menetapkan kebijakan teknis dan melakukan

pembinaan pengelolaan barang milik negara.(3) Menteri Dalam Negeri menetapkan kebijakan teknis dan

melakukan pembinaan pengelolaan barang milik daerah sesuaidengan kebijakan sebagaimana ayat (1).

Bagian KeduaPengawasan dan Pengendalian

Pasal 75(1) Pengguna barang melakukan pemantauan dan penertiban

terhadap penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan,penatausahaan, pemeliharaan, dan pengamanan barang miliknegara/daerah yang berada di bawah penguasaannya.

(2) Pelaksanaan pemantauan dan penertiban sebagaimana yangdimaksud pada ayat (1) untuk kantor/satuan kerja dilaksanakanoleh kuasa pengguna barang.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 272: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

254

(3) Kuasa pengguna barang dan pengguna barang dapat memintaaparat pengawas fungsional untuk melakukan audit tindak lanjuthasil pemantauan dan penertiban sebagaimana yang dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2).

(4) Kuasa pengguna barang dan pengguna barang menindaklanjutihasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuaiketentuan perundang-undangan.

Pasal 76(1) Pengelola barang berwenang untuk melakukan pemantauan dan

investigasi atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, danpemindahtanganan barang milik negara/daerah, dalam rangkapenertiban penggunaan, pemanfaatan, dan pemindahtangananbarang milik negara/daerah sesuai ketentuan yang berlaku.

(2) Sebagai tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1),pengelola barang dapat meminta aparat pengawas fungsionaluntuk melakukan audit atas pelaksanaan penggunaan,pemanfaatan, dan pemindahtanganan barang milik negara/daerah.

(3) Hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikankepada pengelola barang untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuanperundang-undangan.

Pasal 77

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Pengawasandan Pengendalian atas barang milik negaradiatur dalam PeraturanMenteri Keuangan.

BAB XIIIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 78(1) Pejabat/pegawai yang melaksanakan pengelolaan barang milik

negara/daerah yang menghasilkan penerimaan negara/daerahdapat diberikan insentif.

(2) Pejabat/pegawai selaku pengurus barang dalam melaksanakantugas rutinnya diberikan tunjangan yang besarannya disesuaikandengan kemampuan keuangan negara/daerah.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 273: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

255

(3) Pemberian insentif dan/atau tunjangan kepada pejabat/pegawaiyang melaksanakan pengelolaan barang milik negarasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur denganPeraturan Menteri Keuangan.

(4) Pemberian insentif dan/atau tunjangan kepada pejabat/ pegawaiyang melaksanakan pengelolaan barang milik daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur denganPeraturan Daerah dengan berpedoman pada kebijakan umumpengelolaan barang milik negara/daerah.

Pasal 79(1) Barang milik negara/daerah yang digunakan oleh badan layanan

umum/badan layanan umum daerah merupakan kekayaannegara/daerah yang tidak dipisahkan untuk menyelenggarakankegiatan badan layanan umum/badan layanan umum daerahyang bersangkutan.

(2) Pengelolaan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) mengikuti ketentuan yang diatur dalam PeraturanPemerintah ini, kecuali terhadap barang-barang tertentu yangdiatur tersendiri dalam Peraturan Pemerintah tentang BadanLayanan Umum.

Pasal 80(1) Pengelola barang dapat membentuk badan layanan umum dan/

atau menggunakan jasa pihak lain dalam pelaksanaanpemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik negaraberupa tanah dan/atau bangunan.

(2) Pengelolaan barang milik negara yang berasal dari badan khususyang dibentuk dalam rangka penyehatan perbankan, diaturtersendiri dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 81

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan barang milik daerahdiatur dalam Peraturan Daerah.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 274: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

256

BAB XIV

GANTI RUGI DAN SANKSI

Pasal 82(1) Setiap kerugian negara/daerah akibat kelalaian, penyalahgunaan/

pelanggaran hukum atas pengelolaan barang milik negara/daerahdiselesaikan melalui tuntutan ganti rugi sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

(2) Setiap pihak yang mengakibatkan kerugian negara/daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan sanksiadministratif dan/atau sanksi pidana sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

BAB XV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 83

(1) Barang milik negara/daerah berupa tanah dan/atau bangunanyang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah iniwajib dilakukan inventarisasi dan diselesaikan dokumenkepemilikannya.

(2) Inventarisasi dan penyelesaian dokumen kepemilikansebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut olehpengelola barang berkoordinasi dengan kementerian negara/lembaga yang bertanggung jawab di bidang pertanahan nasionaldan instansi teknis terkait.

(3) Semua biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan ketentuanpada ayat (2) dibebankan pada Anggaran Pendapatan danBelanja Negara/Daerah.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 84Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua peraturanyang mengatur mengenai pengelolaan barang milik negara/daerah

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 275: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

257

yang bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini dinyatakantidak berlaku.

Pasal 85

Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintahini harus diselesaikan selambat-lambatnya satu tahun terhitung sejakPeraturan Pemerintah ini diundangkan.

Pasal 86

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 14 Maret 2006

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di JakartaPada tanggal 14 Maret 2006

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

HAMID AWALUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2006NOMOR 20

Salinan sesuai dengan aslinya

DEPUTI MENTERI SEKRETARIS NEGARABIDANG PERUNDANG-UNDANGAN,

ttd

ABDUL WAHID

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 276: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

258

PENJELASAN

ATASPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 6 TAHUN 2006

TENTANGPENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

I. UMUM1. Pendahuluan

Dalam rangka menjamin terlaksananya tertib administrasi dantertib pengelolaan barang milik negara/daerah diperlukan adanyakesamaan persepsi dan langkah secara integral dan menyeluruhdari unsur-unsur yang terkait dalam pengelolaan barang miliknegara/daerah.

Pengelolaan barang milik negara/daerah sebagaimana diaturdalam Peraturan Pemerintah ini dilaksanakan denganmemperhatikan asas-asas sebagai berikut:

a. Asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan danpemecahan masalah-masalah di bidang pengelolaan barangmilik negara/daerah yang dilaksanakan oleh kuasa penggunabarang, pengguna barang, pengelola barang dan gubernur/bupati/walikota sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawabmasing-masing;

b. Asas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturanperundang-undangan;

c. Asas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barangmilik negara/daerah harus transparan terhadap hakmasyarakat dalam memperoleh informasi yang benar.

d. Asas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerahdiarahkan agar barang milik negara/daerah digunakan sesuaibatasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalamrangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsipemerintahan secara optimal;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 277: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

259

e. Asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barangmilik negara/daerah harus dapat dipertanggungjawabkankepada rakyat;

f. Asas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dannilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan danpemindahtanganan barang milik negara/daerah sertapenyusunan Neraca Pemerintah.

2. Gambaran Umuma. Ruang Lingkup Barang Milik Negara/Daerah dan Pengelolaan

Ruang lingkup barang milik negara/daerah dalam PeraturanPemerintah ini mengacu pada pengertian barang milik negara/daerah berdasarkan rumusan dalam Pasal 1 angka 10 danangka 11 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara. Atas dasar pengertian tersebutlingkup barang milik negara/daerah disamping berasal daripembelian atau perolehan atas beban Anggaran Pendapatandan Belanja Negara/Daerah juga berasal dari perolehanlainnya yang sah. barang milik negara/daerah yang berasaldari perolehan lainnya yang sah selanjutnya dalam PeraturanPemerintah ini diperjelas lingkupnya yang meliputi barangyang diperoleh dari hibah/sumbangan/sejenisnya, diperolehsebagai pelaksanaan perjanjian/kontrak, diperolehberdasarkan ketentuan undang-undang dan diperolehberdasarkan putusan pengadilan yang telah memperolehkekuatan hukum tetap. Pengaturan mengenai lingkup barangmilik negara/daerah dalam Peraturan Pemerintah ini dibatasipada pengertian barang milik negara/daerah yang bersifatberwujud (tangible) sebagaimana dimaksud Bab VII Pasal42 sampai dengan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 1 Tahun2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Pengelolaan barang milik negara/daerah dalam PeraturanPemerintah ini, meliputi perencanaan kebutuhan danpenganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan,pengawasan dan pengendalian. Lingkup pengelolaan barangmilik negara/daerah tersebut merupakan siklus logistik yanglebih terinci sebagai penjabaran dari siklus logistik

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 278: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

260

sebagaimana yang diamanatkan dalam penjelasan Pasal49 ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, yangantara lain didasarkan pada pertimbangan perlunyapenyesuaian terhadap siklus perbendaharaan.

b. Pejabat Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Pada dasarnya barang milik negara/daerah digunakan untukpenyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementeriannegara/lembaga/satuan kerja perangkat daerahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004. Terkait dengan hal tersebut,Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor1 Tahun 2004 menetapkan bahwa menteri/pimpinanlembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah adalahpengguna barang bagi kementerian negara/lembaga/satuankerja perangkat daerah yang dipimpinnya.

Sebagai konsekuensi dari prinsip tersebut di atas, maka tanahdan/atau bangunan milik negara/daerah yang tidakdimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugaspokok dan fungsi instansi yang bersangkutan wajibdiserahkan pemanfaatannya kepada Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota untuk kepentingan penyelenggaraantugas pemerintahan negara/daerah sebagaimanadiamanatkan dalam Pasal 49 ayat (3) Undang-Undang Nomor1 Tahun 2004. Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikotamelakukan pemanfaatan atas tanah dan/atau bangunantersebut untuk:

1) digunakan oleh instansi lain yang memerlukan tanah/bangunan dalam rangka penyelenggaraan tugas pokokdan fungsinya melalui pengalihan status penggunaan;

2) dimanfaatkan, dalam bentuk sewa, kerja samapemanfaatan, pinjam pakai, bangun guna serah danbangun serah guna; atau

3) dipindahtangankan, dalam bentuk penjualan, tukarmenukar, hibah, penyertaan modal pemerintah pusat/daerah.

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur pejabat yangmelakukan pengelolaan barang milik negara/daerah. Dalampengelolan barang milik negara, Menteri Keuangan adalahpengelola barang, menteri/pimpinan lembaga adalah

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 279: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

261

pengguna barang, dan kepala kantor satuan kerja adalahkuasa pengguna barang. Sedangkan dalam pengelolaanbarang milik daerah, gubernur/bupati/walikota adalahpemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah,sekretaris daerah adalah pengelola barang, dan kepala satuankerja perangkat daerah adalah pengguna barang.

Dasar pengaturan mengenai wewenang dan tanggung jawabpejabat pengelolaan barang milik negara/daerah adalahsebagai berikut:

1) Menteri Keuangan selaku pengelola barang mempunyaifungsi yang mengacu pada ketentuan Pasal 7 ayat (2)huruf q, Pasal 42 ayat (1), Pasal 46 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004. Berdasarkan ketentuanpada pasal-pasal tersebut, fungsi Menteri Keuangan selainmenyang kut fungsi pengaturan (regelling) jugamelakukan fungsi pengelolaan atas barang milik negarakhususnya tanah dan/atau bangunan, termasukmengambil berbagai keputusan administratif (beschikking).Dalam kedudukannya sebagai pengelola barang, dandihubungkan dengan amanat Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, Menteri Keuangan jugaberwenang mengajukan usul untuk memperolehpersetujuan DPR, baik dalam rangka pemindahtanganbarang milik negara berupa tanah dan/atau bangunanmaupun pemindahtangan barang milik negara selain tanahdan/atau bangunan yang nilainya di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

2) Menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna barangmempunyai fungsi yang mengacu pada Pasal 9 huruf fUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 serta Pasal 4huruf g dan huruf h, Pasal 42 ayat (2), dan Pasal 44Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004. Fungsi menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna barang padadasarnya menyang kut penggunaan barang milik negarayang ada dalam penguasaannya dalam rangkapenyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementeriannegara/lembaga. Dalam melaksanakan fungsi dimaksud,menteri/pimpinan Lembaga berwenang menunjuk kuasapengguna barang.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 280: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

262

3) Gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahdaerah mempunyai fungsinya mengacu pada Pasal 5huruf c, Pasal 43 ayat (1), Pasal 47 ayat (2), dan Pasal49 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004.Gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahdaerah merupakan pemegang kekuasaan pengelolaanbarang milik daerah yang teknis pengelolaannyadilaksanakan oleh:

a) sekretaris daerah sebagai pengelola barang atas dasarpertimbangan bahwa kepala satuan kerja pengelolakeuangan daerah selaku bendahara umum daerah,fungsinya mengacu pada Pasal 9 ayat (2) huruf qdan Pasal 43 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1Tahun 2004, berkedudukan dibawah sekretarisdaerah;

b) kepala satuan kerja perangkat daerah selakupengguna barang, fungsinya mengacu pada Pasal10 ayat (3) huruf f Undang-Undang Nomor 17 Tahun2003 serta Pasal 6 ayat (2) huruf f dan Pasal 43ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004.

c. Perencanaan Kebutuhan, Penganggaran, dan PengadaanBarang Milik Negara/Daerah

Perencanaan kebutuhan barang milik negara/daerah harusmampu menghubungkan antara ketersediaan barang sebagaihasil dari pengadaan yang telah lalu dengan keadaan yangsedang berjalan sebagai dasar tindakan yang akan datangdalam rangka pencapaian efisiensi dan efektivitas pengelolaanbarang milik negara/daerah. Hasil perencanaan kebutuhantersebut merupakan salah satu dasar dalam penyusunanperencanaan anggaran pada kementerian/lembaga/satuankerja perangkat daerah. Perencanaan anggaran yangmencerminkan kebutuhan riil barang milik negara/daerah padakementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerahselanjutnya menentukan pencapaian tujuan pengadaanbarang yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan tugaspokok dan fungsi pemerintah.

d. Penggunaan Barang Milik Negara/Daerah

Pada dasarnya barang milik negara/daerah digunakan untukpenyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementeriannegara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 281: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

263

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004. Oleh karena itu, sesuai Pasal45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 barangmilik negara/daerah yang diperlukan bagi penyelenggaraantugas pemerintahan negara/daerah tidak dapatdipindahtangankan. Dalam rangka menjamin tertibpenggunaan, pengguna barang harus melaporkan kepadapengelola barang atas semua barang milik negara/daerahyang diperoleh kementerian/lembaga/satuan kerja perangkatdaerah untuk ditetapkan status penggunaannya.

e. Penatausahaan Barang Milik Negara/Daerah

Penatausahaan barang milik negara/daerah meliputipembukuan, inventarisasi, dan pelaporan. barang miliknegara/daerah yang berada di bawah penguasaan penggunabarang/kuasa pengguna barang harus dibukukan melaluiproses pencatatan dalam Daftar Barang Kuasa Penggunaoleh kuasa pengguna barang, Daftar Barang Pengguna olehpengguna barang dan Daftar Barang Milik Negara/Daeraholeh pengelola barang. Proses inventarisasi, baik berupapendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataanbarang milik negara/daerah merupakan bagian daripenatausahaan. Hasil dari proses pembukuan daninventarisasi diperlukan dalam melaksanakan proses pelaporanbarang milik negara/daerah yang dilakukan oleh kuasapengguna barang, pengguna barang, dan pengelola barang.

Hasil penatausahaan barang milik negara/daerah digunakandalam rangka:

- penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah setiaptahun;

- perencanaan kebutuhan pengadaan dan pemeliharaanbarang milik negara/daerah setiap tahun untuk digunakansebagai bahan penyusunan rencana anggaran;

- pengamanan administratif terhadap barang milik negara/daerah.

f. Pengamanan dan Pemeliharaan Barang Milik Negara/Daerah

Pengamanan administrasi yang ditunjang oleh pengamananfisik dan pengamanan hukum atas barang milik negara/daerah merupakan bagian penting dari pengelolaan barangmilik negara/daerah. Kuasa pengguna barang, pengguna

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 282: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

264

barang dan pengelola barang memiliki wewenang dan tangungjawab dalam menjamin keamanan barang milik negara/daerah yang berada di bawah penguasaannya dalam rangkamenjamin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintah.

g. Penilaian Barang Milik Negara/Daerah

Penilaian barang milik negara/daerah diperlukan dalam rangkamendapatkan nilai wajar sesuai dengan ketentuan yangberlaku. Nilai wajar atas barang milik negara/daerah yangdiperoleh dari penilaian ini merupakan unsur penting dalamrangka penyusunan neraca pemerintah, pemanfaatan danpemindahtanganan barang milik negara/daerah.

h. Pemanfaatan dan Pemindahtanganan

Barang milik negara/daerah dapat dimanfaatkan ataudipindahtangankan apabila tidak digunakan untukpenyelenggaraan pemerintahan negara/daerah. Dalamkonteks pemanfaatan tidak terjadi adanya peralihankepemilikan dari pemerintah kepada pihak lain. Sedangkandalam konteks pemindahtanganan akan terjadi peralihankepemilikan atas barang milik negara/daerah dari pemerintahkepada pihak lain.

Tanah dan/atau bangunan yang tidak dipergunakan sesuaitugas pokok dan fungsi instansi pengguna barang harusdiserahkan kepada Menteri Keuangan selaku pengelolabarang untuk barang milik negara, atau gubernur/bupati/walikota selaku pemegang kekuasaan pengelolaan barangmilik daerah untuk barang milik daerah. Penyerahan kembalibarang milik negara/daerah tersebut dilakukan denganmemperhatikan kondisi status tanah dan/atau bangunan,apakah telah bersertifikat (baik dalam kondisi bermasalahmaupun tidak bermasalah) atau tidak bersertifikat (baik dalamkondisi bermasalah maupun tidak bermasalah).

Barang milik negara/daerah berupa tanah dan/atau bangunanyang telah diserahkan tersebut selanjutnya didayagunakanuntuk penyelenggaraan pemerintahan negara, yang meliputifungsi-fungsi berikut:

1) Fungsi pelayanan

Fungsi ini direalisasikan melalui pengalihan statuspenggunaan, di mana barang milik negara/daerahdialihkan penggunaannya kepada instansi pemerintah

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 283: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

265

lainnya untuk digunakan dalam rangka memenuhikebutuhan organisasi sesuai dengan tugas pokok danfungsinya.

2) Fungsi budgeter

Fungsi ini direalisasikan melalui pemanfaatan danpemindahtanganan. Pemanfaatan dimaksud dilakukandalam bentuk sewa, kerjasama pemanfaatan, pinjampakai, bangun guna serah dan bangun serah guna.Sedangkan pemindahtanganan dilakukan dalam bentukpenjualan, tukar menukar, hibah, dan penyertaan modalnegara/daerah.

Kewenangan pelaksanaan pemanfaatan ataupemindahtanganan tanah dan/atau bangunan pada barangmilik negara prinsipnya dilakukan oleh pengelola barang, danuntuk barang milik daerah dilakukan oleh gubernur/bupati/walikota, kecuali hal-hal sebagai berikut:

1) Pemanfaatan tanah dan/atau bangunan untukmemperoleh fasilitas yang diperlukan dalam rangkamenunjang tugas pokok dan fungsi instansi penggunadan berada di dalam lingkungan instansi pengguna,contohnya : kantin, bank dan koperasi.

2) Pemindahtanganan dalam bentuk tukar-menukar berupatanah dan/atau bangunan yang masih digunakan untuktugas pokok dan fungsi namun tidak sesuai dengan tataruang wilayah atau penataan kota.

3) Pemindahtanganan dalam bentuk penyertaan modalpemerintah pusat/daerah berupa tanah dan/ataubangunan yang sejak awal pengadaannya sesuaidokumen penganggaran diperuntukkan bagi badan usahamilik negara/daerah atau badan hukum lainnya yangdimiliki negara.

Pengecualian tersebut, untuk barang milik negara dilakukanoleh pengguna barang dengan persetujuan pengelola barang,sedangkan untuk barang milik daerah dilakukan oleh pengelolabarang dengan persetujuan gubernur/bupati/walikota.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 284: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

266

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Termasuk dalam pengertian ini meliputi:kontrak karya, kontrak bagi hasil, kontrakkerja sama pemanfaatan.

Huruf c

Misalnya: Undang-Undang Kepabeanan,termasuk pengertian ini meliputi barangmilik negara yang diperoleh dari asetasing/cina dan sebagainya.

Huruf d

Cukup jelas.

Pasal 3Cukup jelas.

Pasal 4Cukup jelas.

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas .

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 285: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

267

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan mengaturpelaksanaan adalah menindaklanjutipersetujuan gubernur/bupati/walikotasecara administratif.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Pasal 6Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 286: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

268

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Penyerahan dimaksud meliputi bukanhanya terhadap tanah dan bangunanyang berlebih tetapi juga termasuk tanahdan bangunan yang karena alasantertentu tidak dapat lagi digunakan untukkepentingan penyelenggaraan tugaspokok dan fungsi instansi yangbersangkutan.

Huruf k

Cukup jelas.

Huruf l

Cukup jelas.

Huruf m

Cukup jelas.

Pasal 7

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan Kepala Kantor adalahpejabat yang mempunyai anggaran/Daftar IsianPelaksanaan Anggaran (DIPA) seperti sekretaris

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 287: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

269

jenderal, inspektur jenderal, direktur jenderal,kepala kantor wilayah, dan kepala kantor satuankerja.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 8Cukup jelas.

Pasal 9

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan ketersediaan barang miliknegara/daerah yang ada adalah barang miliknegara/daerah baik yang ada di pengelola barangmaupun pengguna barang.

Ayat (2)

Perencanaan kebutuhan dimaksud meliputiperencanaan kebutuhan pengadaan danperencanaan kebutuhan pemeliharaan barangmilik negara/daerah.

Ayat (3)

Yang dimaksud standar kebutuhan adalah standarsarana dan prasarana.

Pasal 10

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

- Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah tersebut digunakan sebagai acuandalam penyusunan Rencana Kerja danAnggaran Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 288: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

270

- Termasuk data barang pada penggunabarang dan/atau pengelola barang adalahLaporan Pengguna Barang Semesteran,Laporan Pengguna Barang Tahunan, LaporanPengelola Barang Semesteran, LaporanPengelola Tahunan, dan sensus barang sertaLaporan Barang Milik Negara/DaerahSemesteran dan Tahunan.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13Cukup jelas.

Pasal 14Ayat (1)

Huruf a

Usul penggunaan meliputi barang miliknegara yang digunakan oleh penggunabarang untuk penyelenggaraan tugaspokok dan fungsi, termasuk barang miliknegara yang ada pada pengguna barangyang direncanakan untuk dihibahkankepada pihak ketiga atau yang akandijadikan penyertaan modal negara.

Huruf b

Penetapan status penggunaan barangmilik negara oleh pengelola barang disertaidengan ketentuan:

1) pengguna barang mencatat barangmilik negara tersebut dalam DaftarBarang Pengguna apabila barang milik

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 289: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

271

negara itu akan digunakan sendiri olehpengguna barang untuk menyelengga-rakan tugas pokok dan fungsinya;

2) pengguna barang menyampaikanBerita Acara Serah Terima PengelolaanSementara Barang Milik Negarakepada pengelola barang apabilabarang milik negara itu akan dihibahkanatau dijadikan penyertaan modalnegara.

Ayat (2)

Huruf a

Usul penggunaan meliputi barang milikdaerah yang digunakan oleh penggunabarang untuk penyelenggaraan tugaspokok dan fungsi, termasuk barang milikdaerah yang ada pada pengguna barangyang direncanakan untuk dihibahkankepada pihak ketiga atau yang akandijadikan penyertaan modal daerah.

Huruf b

Penetapan status penggunaan barangmilik daerah oleh pengelola barang disertaidengan ketentuan:

1) pengguna barang mencatat barangmilik daerah tersebut dalam DaftarBarang Pengguna apabila barang milikdaerah itu akan digunakan sendiri olehpengguna barang untuk menyelengga-rakan tupoksinya;

2) pengguna barang menyampaikanBerita Acara Serah Terima PengelolaanSementara Barang Milik Daerahkepada pengelola barang apabilabarang milik daerah itu akan dihibahkanatau dijadikan penyertaan modaldaerah.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 290: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

272

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16Cukup jelas.

Pasal 17Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud tindak lanjut pengelolaan dalamayat ini, bahwa diupayakan terlebih dahulumemprioritaskan penetapan status penggunaan-nya untuk penyelenggaraan tugas pokok danfungsi instansi pemerintah lainnya. Yangselanjutnya apabila ternyata tidak diperlukan/dibutuhkan instansi pengguna lain dalammelaksanakan tugas pokok dan fungsi, makapemanfaatan terhadap barang tersebutdiupayakan dalam rangka optimalisasipemanfaatan barang milik negara/daerah.Pemindahtanganan merupakan upaya terakhirapabila barang tersebut memang benar-benarsudah tidak dapat digunakan atau dimanfaatkan.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19Ayat (1)

Pemanfaatan barang milik negara untukkepentingan penyelenggaraan tugas pemerin-

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 291: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

273

tahan negara dilakukan oleh pengelola barangdalam rangka peningkatan penerimaan negarasebagai sumber pendapatan negara yangmerupakan bagian dari pelaksanaan fungsibendahara umum negara.

Ayat (2)

Pemanfaatan barang milik daerah untukkepentingan penyelenggaraan tugaspemerintahan daerah dilakukan oleh pengelolabarang dalam rangka peningkatan penerimaandaerah sebagai sumber pendapatan daerah yangmerupakan bagian dari pelaksanaan fungsibendahara umum daerah.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan menunjang kepentinganpenyelenggaraan tugas pokok dan fungsi adalahuntuk kepentingan kegiatan di lingkunganperkantoran, seperti kantin, bank, koperasi, ruangserbaguna/aula.

Ayat (4)

Barang milik negara/daerah selain tanah dan/ataubangunan yang menjadi lingkup pemanfaatan iniadalah barang milik negara/daerah yang sudahtidak digunakan oleh pengguna barang untukmenyelenggarakan atau menunjang tupoksiinstansi bersangkutan.

Ayat (5)

Pertimbangan teknis sebagaimana dimaksuddalam ayat ini antara lain kondisi/keadaan barangmilik negara/daerah dan rencana penggunaan/peruntukan.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21Cukup jelas.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 292: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

274

Pasal 22

Ayat (1)

Pemanfaatan barang milik daerah, selainpenyewaan dapat dipungut retribusi yangditetapkan dalam Peraturan Daerah.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Uang sewa dibayar dimuka sesuai dengan jangkawaktu penyewaan.

Pasal 23

Ayat (1)

Tidak termasuk dalam pengertian pinjam pakaidalam ayat ini adalah pengalihan penggunaanbarang antar pengguna barang milik negara atauantar pengguna barang milik daerah yangmerupakan bentuk perubahan statuspenggunaan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 24Cukup jelas.

Pasal 25Cukup jelas.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 293: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

275

Pasal 26

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang termasuk barang milik negara/daerah yang bersifat khusus antara lainbarang yang mempunyai spesifikasitertentu sesuai dengan peraturanperundangan yang berlaku.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 27

Ayat (1)

Huruf a

Spesifikasi bangunan dan fasilitas padapelaksanaan bangun guna serah danbangun serah guna disesuaikan dengankebutuhan penyelenggaraan tugas pokokdan fungsi.

Huruf b

Cukup jelas.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 294: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

276

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Keikutsertaan pengguna barang dan/atau kuasapengguna barang dalam pelaksanaan bangunguna serah dan bangun serah guna dimulai daritahap persiapan pembangunan, pelaksanaanpembangunan sampai dengan penyerahan hasilbangun serah guna dan bangun guna serah.

Pasal 28Yang dimaksud dengan hasil adalah bangunan besertafasilitas yang telah diserahkan oleh mitra setelahberakhirnya jangka waktu yang diperjanjikan untukbangun guna serah dan setelah selesainyapembangunan untuk bangun serah guna.

Pasal 29Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Cukup jelas.Ayat (3)

Huruf aCukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud objek bangun guna serahdan bangun serah guna dalam ketentuanini adalah tanah beserta bangunan danatau sarana berikut fasilitasnya.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 295: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

277

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31Cukup jelas.

Pasal 32Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

- Pengamanan administrasi meliputi kegiatanpembukuan, penginventarisasian, danpelaporan barang milik negara/daerah sertapenyimpanan dokumen kepemilikan secaratertib.

- Pengamanan fisik antara lain ditujukan untukmencegah terjadinya penurunan fungsibarang, penurunan jumlah barang danhilangnya barang.

- Pengamanan fisik untuk tanah dan bangunanantara lain dilakukan dengan cara pemagarandan pemasangan tanda batas tanah,sedangkan untuk selain tanah dan bangunanantara lain dilakukan dengan carapenyimpanan dan pemeliharaan.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 296: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

278

- Pengamanan hukum antara lain meliputikegiatan melengkapi bukti status kepemilikan.

Pasal 33Ayat (1)

Yang dimaksud dengan disertifikatkan atas namaPemerintah Republik Indonesia/pemerintah daerahyang bersangkutan adalah penerbitan sertifikathak atas tanah milik pemerintah pusat langsungatas nama Pemerintah Republik Indonesia danpenerbitan sertifikat hak atas tanah milikpemerintah daerah langsung atas namapemerintah propinsi/kabupaten/kota. Selanjutnyapengelola barang untuk tanah milik pemerintahpusat, dan gubernur/bupati/ walikota untuk tanahmilik pemerintah daerah, akan menerbitkan suratpenetapan status penggunaan tanah kepadamasing-masing pengguna barang/kuasapengguna barang sebagai dasar penggunaantanah tersebut. Hak atas tanah yang dapatditerbitkan berupa hak yang ditetapkanberdasarkan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 34Cukup jelas.

Pasal 35Ayat (1)

Yang dimaksud dengan pemeliharaan adalahsuatu rangkaian kegiatan untuk menjaga kondisi

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 297: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

279

dan memperbaiki semua barang milik negara/daerah agar selalu dalam keadaan baik dan siapuntuk digunakan secara berdaya guna dan berhasilguna.

Ayat (2)

Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barangmerupakan bagian dari Daftar Kebutuhan BarangMilik Negara/Daerah.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 36 Ayat (1)

Yang dimaksud secara berkala adalah setiap enambulan/per semester.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan tim adalah panitia penaksirharga yang unsurnya terdiri dari instansi terkait.

Yang dimaksud dengan penilai independen adalahpenilai yang bersertifikat dibidang penilaian asetyang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan penilai independen adalahpenilai yang bersertifikat dibidang penilaian asetyang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 298: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

280

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 40

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan tim adalah panitia penaksirharga yang unsurnya terdiri dari instansi terkait.

Yang dimaksud dengan penilai independen adalahpenilai yang bersertifikat dibidang penilaian asetyang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan penilai independen adalahpenilai yang bersertifikat dibidang penilaian asetyang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 41Cukup jelas.

Pasal 42

Ayat (1)

Barang milik negara/daerah sudah tidak beradadalam penguasaan pengguna barang dan/ataukuasa pengguna barang disebabkan karena:

- penyerahan kepada pengelola barang;

- pengalihgunaan barang milik negara/daerahselain tanah dan/atau bangunan kepadapengguna barang lain;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 299: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

281

- pemindahtanganan atas barang milik negara/daerah selain tanah dan/atau bangunan kepadapihak lain;

- pemusnahan;

- sebab-sebab lain antara lain karena hilang,kecurian, terbakar, susut, menguap, mencair.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 43Ayat (1)

Yang dimaksud dengan beralihnya kepemilikanadalah karena atas barang milik negara/daerahdimaksud telah terjadi pemindahtanganan ataudalam rangka menjalankan putusan pengadilanyang telah memperoleh kekuatan hukum tetapdan sudah tidak ada upaya hukum lainnya.

Yang dimaksud karena sebab-sebab lain antaralain adalah karena hilang, kecurian, terbakar, susut,menguap, mencair.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 44

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan sesuai ketentuanperundang-undangan antara lain seperti Undang-Undang Kepabeanan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 300: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

282

Pasal 45

Cukup jelas .

Pasal 46Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

- Tidak sesuai dengan tata ruang wilayahartinya pada lokasi tanah dan/ataubangunan milik negara/daerah dimaksudterjadi perubahan peruntukan dan/ataufungsi kawasan wilayah, misalnya dariperuntukan wilayah perkantoran menjadiwilayah perdagangan.

- Tidak sesuai dengan penataan kotaartinya atas tanah dan/atau bangunanmilik negara/daerah dimaksud perludilakukan penyesuaian, yang berakibatpada perubahan luas tanah dan/ataubangunan tersebut.

Huruf b

Yang dihapuskan adalah bangunan yangberdiri di atas tanah tersebut untukdirobohkan yang selanjutnya didirikanbangunan baru di atas tanah yang sama(rekonstruksi) sesuai dengan alokasianggaran yang telah disediakan dalamdokumen penganggaran.

Huruf c

Yang dimaksud dengan tanah dan/ataubangunan diperuntukkan bagi pegawainegeri adalah:

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 301: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

283

- tanah dan/atau bangunan, yangmerupakan kategori rumah negaragolongan III.

- tanah, yang merupakan tanah kavlingyang menurut perencanaan awalpengadaannya untuk pembangunanperumahan pegawai negeri.

Huruf d

Yang dimaksudkan dengan kepentinganumum adalah kegiatan yang menyang kutkepentingan bangsa dan negara,masyarakat luas, rakyat banyak/bersama,dan/atau kepentingan pembangunan.

Kategori bidang-bidang kegiatan yangtermasuk untuk kepentingan umum antaralain sebagai berikut:

- jalan umum, jalan tol, rel kereta api,saluran air minum/air bersih dan/atausaluran pembuangan air;

- waduk, bendungan dan bangunanpengairan lainnya termasuk saluranirigasi;

- rumah sakit umum dan pusat-pusatkesehatan masyarakat;

- pelabuhan atau bandar udara ataustasiun kereta api atau terminal;

- peribadatan;

- pendidikan atau sekolah;

- pasar umum;

- fasilitas pemakaman umum;

- fasilitas keselamatan umum sepertiantara lain tanggul penanggulanganbahaya banjir, lahar dan lain-lainbencana;

- pos dan telekomunikasi;

- sarana olahraga;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 302: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

284

- stasiun penyiaran radio, televisibeserta sarana pendukungnya untuklembaga penyiaran publik;

- kantor pemerintah, pemerintahdaerah, perwakilan negara asing,Perserikatan Bangsa-Bangsa, lembagainternasional dibawah naunganPerserikatan Bangsa-Bangsa;

- fasilitas Tentara Nasional Indonesiadan Kepolisian Negara RepublikIndonesia sesuai dengan tugas pokokdan fungsinya;

- rumah susun sederhana;

- tempat pembuangan sampah;

- cagar alam dan cagar budaya;

- pertamanan;

- panti sosial;

- pembangkit, transmisi, distribusitenaga listrik.

Huruf e

Barang milik negara/daerah yangditetapkan sebagai pelaksanaanperundang-undangan karena adanyakeputusan pengadilan atau penyitaan,dapat dipindahtangankan tanpamemerlukan persetujuan DPR.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49Cukup jelas.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 303: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

285

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Lelang adalah penjualan barang milik negara/daerah di hadapan pejabat lelang.

Ayat (3)

Huruf a.

Yang termasuk barang milik negara/daerah yang bersifat khusus adalahbarang-barang yang diatur secara khusussesuai dengan peraturan perundanganyang berlaku; misalnya, rumah negaragolongan III yang dijual kepada penghuni,dan kendaraan dinas perorangan pejabatnegara yang dijual kepada pejabatnegara.

Huruf b.

Cukup jelas.

Pasal 52Cukup jelas.

Pasal 53

Cukup jelas.

Pasal 54Ayat (1)

Tukar menukar sebagaimana dimaksud dalamayat ini ditempuh apabila pemerintah tidak dapatmenyediakan tanah dan/atau bangunanpengganti.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 304: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

286

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan pihak swasta dalam ayatini adalah pihak swasta baik yang berbentuk badanhukum maupun perorangan.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan pihak swasta dalam ayatini adalah pihak swasta baik yang berbentuk badanhukum maupun perorangan.

Pasal 55

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan sesuai batas kewenangandalam pasal ini adalah sebagaimana yangdimaksud dalam Pasal 46 sampai dengan Pasal48 Peraturan Pemerintah ini.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 56

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan sesuai bataskewenangan dalam pasal ini adalahsebagaimana yang dimaksud dalam Pasal46 sampai dengan Pasal 48 PeraturanPemerintah ini.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 305: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

287

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan sesuai bataskewenangan dalam pasal ini adalahsebagaimana yang dimaksud dalam Pasal46 sampai dengan Pasal 49 PeraturanPemerintah ini.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 57Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cYang dimaksud dengan sesuai bataskewenangan dalam pasal ini adalahsebagaimana yang dimaksud dalam Pasal50 Peraturan Pemerintah ini.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 306: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

288

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan sesuai batas kewenangandalam pasal ini adalah sebagaimana yangdimaksud dalam Pasal 46 sampai dengan Pasal49 Peraturan Pemerintah ini.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 60Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Yang dimaksud dengan sesuai bataskewenangan dalam pasal ini adalahsebagaimana yang dimaksud dalamPasal 46 dan Pasal 48 PeraturanPemerintah ini.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 307: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

289

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan sesuai bataskewenangan dalam pasal ini adalahsebagaimana yang dimaksud dalam Pasal46 sampai dengan Pasal 49 PeraturanPemerintah ini.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 61Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang dari awalpengadaannya direncanakan untukdihibahkan, tidak memerlukan adanyapenetapan gubernur/bupati/walikota.

Huruf d

Cukup jelas.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 308: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

290

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan sesuai bataskewenangan dalam pasal ini adalahsebagaimana yang dimaksud dalam Pasal50 Peraturan Pemerintah ini.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 62Cukup jelas.

Pasal 63

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Barang milik negara/daerah selain tanahdan/atau bangunan yang dimaksud padaayat ini meliputi:

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 309: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

291

- barang milik negara/daerah selaintanah dan/atau bangunan yang dariawal pengadaannya untuk disertakansebagai modal pemerintah;

- barang milik negara/daerah selain tanahdan/atau bangunan yang lebih optimaluntuk disertakan sebagai modalpemerintah.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan sesuai batas kewenangandalam pasal ini adalah sebagaimana yangdimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 48 PeraturanPemerintah ini.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 64Ayat (1)

Huruf a

Termasuk dalam kegiatan pengkajianadalah kegiatan koordinasi dengan badanusaha milik negara/daerah, kementeriannegara/lembaga yang bertanggungjawabdi bidang pembinaan badan usaha miliknegara/daerah.

Huruf b

Yang dimaksud dengan sesuai bataskewenangan dalam pasal ini adalahsebagaimana yang dimaksud dalam Pasal46 dan Pasal 48 Peraturan Pemerintah ini.

Huruf c

Cukup jelas.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 310: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

292

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Apabila perolehan barang milik negaraberasal dari pengeluaran anggaran, makausulan penyertaan modal pemerintahdisertai hasil audit badan pemeriksapemerintah.

Huruf b

Termasuk dalam kegiatan pengkajianadalah kegiatan koordinasi dengan badanusaha milik negara/daerah, kementeriannegara/lembaga yang bertanggungjawabdi bidang pembinaan badan usaha miliknegara/daerah dan pengguna barang.

Huruf c

Yang dimaksud dengan sesuai bataskewenangan dalam pasal ini adalahsebagaimana yang dimaksud dalam Pasal46 sampai dengan Pasal 49 PeraturanPemerintah ini.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 311: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

293

Pasal 65

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Termasuk dalam kegiatan pengkajianadalah kegiatan koordinasi dengan badanusaha milik negara/daerah dan pengelolabarang.

Huruf c

Barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang dari awalpengadaannya direncanakan untukdihibahkan, tidak memerlukan adanyapenetapan gubernur/bupati/walikota.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Apabila perolehan barang milik negaraberasal dari pengeluaran anggaran, makausulan penyertaan modal pemerintahdisertai hasil audit badan pemeriksapemerintah.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 312: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

294

Huruf b

Termasuk dalam kegiatan pengkajianadalah kegiatan koordinasi dengan badanusaha milik daerah dan pengguna barang.

Huruf c

Yang dimaksud dengan sesuai bataskewenangan dalam pasal ini adalahsebagaimana yang dimaksud dalam Pasal50 Peraturan Pemerintah ini.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Pasal 66Cukup jelas.

Pasal 67Ayat (1)

Dalam Daftar Barang Milik Negara/Daerahtermasuk barang milik negara/daerah yangdimanfaatkan oleh pihak lain.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 68

Cukup jelas.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 313: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

295

Pasal 69

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan inventarisasi dalam waktusekurang-kurangnya sekali dalam lima tahunadalah sensus barang.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan inventarisasi terhadappersediaan dan konstruksi dalam pengerjaanantara lain adalah opname fisik.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 70Cukup jelas.

Pasal 71Cukup jelas.

Pasal 72Cukup jelas.

Pasal 73

Cukup jelas.

Pasal 74Ayat (1)

Yang dimaksud dengan kebijakan umum dalamhal ini adalah kebijakan yang dikeluarkan olehMenteri Keuangan secara tertulis baik dalambentuk Peraturan Menteri Keuangan maupunyang berbentuk surat Menteri Keuangan yangmemuat prinsip-prinsip pengelolaan barang miliknegara/daerah.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 314: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

296

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 75Cukup jelas.

Pasal 76

Ayat (1)

Yang dimaksud investigasi adalah penyelidikandengan mencatat atau merekam fakta-fakta;melakukan peninjauan dengan tujuanmemperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan (peristiwa-peristiwa) yang berkaitandengan penggunaan, pemanfaatan, danpemindahtanganan barang milik negara/daerah.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 77

Cukup jelas.

Pasal 78Cukup jelas.

Pasal 79Cukup jelas.

Pasal 80

Ayat (1)

Pembentukan badan layanan umum dan/ataupenggunaan jasa pihak lain dimaksudkan agar

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 315: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

297

pelaksanaan pemanfaatan dan pemindah-tanganan dapat dilaksanakan secara lebihprofesional.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 81Cukup Jelas.

Pasal 82

Cukup jelas.

Pasal 83

Cukup jelas.

Pasal 84Cukup jelas.

Pasal 85Cukup jelas.

Pasal 86

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 4609

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 316: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

298

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK.16/A/PL/XII/2004/02

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENATAUSAHAAN DANINVENTARISASI BARANG - BARANG MILIK/KEKAYAANNEGARA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN LUAR NEGERI

DAN PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA

DILUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya organisasi dantata kerja Departemen Luar Negeri danPerwakilan Republik Indonesia di Luar Negeriyang baru sesuai dengan Surat KeputusanMenteri Luar Negeri Republik Indonesia NomorSK.053/OT/II/2002/01 Tahun 2002 dan SuratKeputusan Presiden Republik Indonesia Nomor108 Tahun 2003, Surat Keputusan Menteri LuarNegeri Republik Indonesia Nomor SK.122/PL/VII/2001 Tahun 2001 tentang petunjukpelaksanaan penatausahaan dan inventarisasiBarang-Barang Milik/Kekayaan Negara diLingkungan Departemen Luar Negeri danPerwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri dinilai telah tidak sesuai lagi dan dipandang perludiganti dengan yang baru;

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 317: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

299

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, perlu menetapkanPeraturan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia tentang Petunjuk PelaksanaanPenatausahaan dan Inventarisasi Barang-barang Milik/Kekayaan Negara di LingkunganDepartemen Luar Negeri Republik Indonesia diLuar Negeri;

Mengingat : 1. Undang - Undang No 1 tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara;

2. Surat Keputusan Presiden Republik IndonesiaNomor 102 tahun 2001 tentang kedudukantugas, Fungsi Keuangan, Susunan Organisasidan Tatakerja Departemen;

3. Surat Keputusan Presiden Republik IndonesiaNomor 108 tahun 2003 tentang OganisasiPerwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri;

4. Surat Keputusan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor SK.06/A/OT/VI/2004/01Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata KerjaPerwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri;

5. Surat Keputusan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor SK 053 OT/II/2002/01 Tahun2004 tentang organisasi dan tata kerjaDepartemen Luar Negeri;

6. Surat Keputusan Menteri Keuangan RepublikIndonesia nomor Kep. 225/MK/V/ Tahun 1971,Tentang Pedoman Pelaksanaan InventarisasiBarang Milik/Kekayaan Negara;

7. Surat Keputusan Menteri Keuangan RepublikIndonesia Nomor 470/KMK.01/1994 Tahun1994 tentang Tata cara Penghapusan danpenatausahaan Barang Milik/Kekayaan Negara;

8. Surat Keputusan Menteri Keuangan RepublikIndonesia Nomor 476/KMK.01/1991 Tahun1991 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah;

9. Surat Keputusan Menteri Keuangan RepublikIndonesia Nomor 18/KMK.01/1999 Tahun 1999

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 318: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

300

tentang klasifikasi dan kodefikasi BarangInventaris Milik /Kekayaan Negara;

10. Surat Keputusan Kepala Badan AkuntansiKeuangan Negara nomor Kep.ll/Ak/2003tentang Pedoman Tehnis Akuntansi Barang MilikNegara pada Kementrian Negara /Lembaga;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANGPETUNJUK PELAKSANAAN PENATAUSAHAAN DANINVENTARISASI BARANG-BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA DI LINGKUNGANDEPARTEMEN LUAR NEGERI.

Pasal 1Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan Inventarisasi Barang-barang Milik/Kekayaan Negara di Lingkungan Departemen Luar Negeridan Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri terdiri darikewenangan dan prosedur dalam Penatausahaan dan InventarisasiBarang-barang Milik/Kekayaan Negara di Lingkungan DepartemenLuar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negerisebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri LuarNegeri ini.

Pasal 2Pimpinan Unit Kerja/Pelaksana Teknis yang tidak melaksanakanperaturan ini dikenakan Sanksi Administratif sesuai dengan PeraturanPerundang-undangan yang berlaku.

Pasal 3Dengan berlakunya peraturan ini, Surat Keputusan Menteri LuarNegeri Republik Indonesia Nomor SK.122/PL/VII/01 Tahun 2001tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan InventarisasiBarang-barang Milik/Kekayaan Negara di Lingkungan DepartemenLuar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeridinyatakan tidak berlaku.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 319: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

301

Pasal 4

Peraturan Menteri Luar Negeri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan .

Ditetapkan di Jakarta,Pada tanggal 31 Desember 2004

A.n MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIASEKRETARIS JENDERAL,

ttd

SUDJADNAN PARNOHADININGRAT

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 320: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

302

MENTERI KEUANGANSALINAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR: 18/KMK.018/1999

TENTANGKLASIFIKASI DAN KODEFIKASI BARANG INVENTARIS

MILIK/KEKAYAAN NEGARA

MENTERl KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengelolaan danpenatausahaan barang inventaris milik/kekayaan negara secara tertib, cermat danteratur pada setiap Departemen/Lembagadiperlukan adanya standar klasifikasi dankodefikasi barang;

b. bahwa forum komunikasi para pejabat dariDepartemen/Lembaga yang mengelolabarang inventaris milik/kekayaan negara telahberhasil menyusun standar klasifikasi dankodefikasi barang;

c. bahwa agar terdapat keseragaman dalampenggunaan standar klasifikasi dan kodefikasibarang dimaksud secara nasional, dipandangperlu menetapkan standar klasifikasi dankodefikasi barang inventaris milik/kekayaannegara dengan Keputusan Menteri Keuangan;

Mengingat : 1. Undang-undang Perbendaharaan Indonesia(Indonesische Comptabiliteits-wet Staatsblad1925 Nomor 448 sebagaimana telah diubahterakhir dengan Undang-undang Nomor 9Tahun 1968, Lembaran Negara Tahun 1968Nomor 53);

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 321: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

303

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor16 Tahun 1994 sebagaimana telah diubahterakhir dengan Keputusan Presiden Nomor8 Tahun 1997;

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor122 Tahun 1998;

4. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor3 Tahun 1968 tentang Penertiban Tata UsahaKeuangan Negara;

5. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor3 Tahun 1971 tentang Inventarisasi Barang-barang milik Negara/kekayaan Negara;

6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: KEP-22S/MK/V/4/1971 tentang PedomanPelaksanaan Tentang Inventarisasi Barang-barang milik Negara/ kekayaan Negara;

7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 476/KMK.01/1991 tentang Sistem AkuntansiPemerintah.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIKINDONESlA TENTANG KLASIFIKASl DANKODEFIKASI BARANG INVENTARIS MILIK/KEKAYAAN NEGARA.

MENTERI KEUANGAN

Pasal 1Standar klasifikasi dan kodefikasi barang yang digunakan dalampengelolaan dan penatausahaan barang inventaris milik/kekayaannegara pada setiap Departemen/Lembaga ditetapkan sebagaimanadimaksud dalam Lampiran Keputusan ini.

Pasal 2

Setiap barang inventaris milik/kekayaan negara yang belumtercantum dalam Lampiran Keputusan ini agar disampaikan secara

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 322: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

304

tertulis kepada Menteri Keuangan cq. Badan Akuntansi KeuanganNegara.

Pasal 3

Dengan berlakunya Keputusan ini, klasifikasi dan kodefikasi baranginventaris milik/kekayaan negara yang ada pada pedomanpenatausahaan barang inventaris milik/kekayaan negara yang sudahditetapkan masing-masing Departemen/Lembaga agar disesuaikandan mengacu pada klasifikasi dan kodefikasi barang berdasarkanKeputusan ini.

Pasal 4

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth:1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;2. Menko Wasbang dan PAN;3. Menko Ekuin;4. Para Menteri/Para Ketua Lembaga;5. Ketua BAPPENAS;6. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 14 Januari 1999

Menteri Keuangan

ttd.

Bambang Subianto

Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Biro UmumU.bKepala Bagian Tata Usaha Departemen

ttd

Mustofa Husien, S.H.NIP. 060051103

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 323: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

305

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR: 01/KM.12/2001

TENTANG

PEDOMAN KAPITALISASI BARANG MILIK/KEKAYAANNEGARA DALAM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan SistemAkuntansi Pemerintah yang berhubungandengan sistem akuntansi Barang Milik/KekayaanNegara, perlu adanya suatu pedomankapitalisasi Barang Milik/Kekayaan Negara untuksemua departemen/lembaga;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, perlu menetapkanKeputusan Menteri Keuangan tentang PedomanKapitalisasi terhadap Barang Milik/KekayaanNegara dalam Sistem Akuntansi Pemerintah.

Mengingat : 1. Undang-undang Perbendaharaan Indonesia(Indische Comptabiliteitswet, Staadsblaad 1925Nomor 448) sebagaimana telah beberapa kalidiubah dan ditambah terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 tentangPerubahan Pasal 7 Indische Comptabiliteitswet(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia 2860);

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 324: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

306

2. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2000tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2000 Nomor 14; TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor3930);

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP-225/MK/V/4/1971 tentang Pedoman PelaksanaanTentang Inventarisasi Barang-barang MilikNegara/Kekayaan Negara;

4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.01/1991 tentang Sistem AkuntansiPemerintah;

5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 18/KMK.018/1999 tentang Klasifikasi dan KodifikasiBarang Milik/Kekayaan Negara;

6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata KerjaDepartemen Keuangan.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANGPEDOMAN KAPITALISASI BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA DALAM SISTEM AKUNTANSIPEMERINTAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Keputusan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan :

1. Kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semuapengeluaran untuk memperoleh aset tetap hingga siap pakai,untuk meningkatkan kapasitas/efisiensi, dan ataumemperpanjang umur teknisnya dalam rangka menambah nilai-nilai aset tersebut.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 325: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

307

2. Barang Milik/Kekayaan Negara adalah semua Barang Milik/Kekayaan Negara yang diperoleh dari dana yang bersumberdari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ataupundengan dana di luar APBN yang berada dibawah pengurusanatau penguasaan Departemen-departemen, Lembaga-lembaga,Lembaga-lembaga Pemerintahan non Departemen serta unit-unit dalam lingkungannya yang terdapat baik di dalam negerimaupun di luar negeri tidak termasuk Pemerintah Daerah danatau Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

3. Aset Tetap adalah aset berwujud yang dimiliki dan atau dikuasaipemerintah yang mempunyai masa manfaat lebih dari satutahun, mempunyai nilai material dan dimaksudkan untukdigunakan dalam kegiatan pemerintah atau untuk dimanfaatkanoleh masyarakat umum yang dapat diperoleh secara sah daridana yang bersumber dari APBN melalui pembelian,pembangunan atau dana diluar APBN melalui hibah atau donasi,pertukaran dengan aset lainnya atau dari rampasan.

4. Akuntansi Aset Tetap adalah proses pengumpulan,pengklasifikasian, pengkodean, pencatatan dan peringkasantransaksi aset tetap dalam buku inventaris dan dalam bukubesar akuntansi serta pelaporan dalam laporan BM/KN danneraca pemerintah.

5. Transfer masuk/keluar adalah perolehan/penyerahan Aset Tetapdari/ke UPB yang lain dalam satu Departemen/Lembaga yangsama.

6. Pengalihan adalah penyerahan Aset Tetap ke Departemen/Lembaga lain atau perolehan Aset Tetap dari Departemen/Lembaga lain.

7. Hibah atau donasi adalah perolehan atau penyerahan Aset Tetapdari atau kepada pihak ketiga tanpa memberikan atau menerimaimbalan.

8. Rampasan adalah Aset Tetap yang dikuasai pemerintah yangberasal dari pihak ketiga sebagai barang sitaan yang telahdiputuskan pengadilan.

9. Pengembangan tanah adalah peningkatan kualitas tanah berupapengurugan dan pematangan.

10. Perbaikan adalah penggantian dari sebagian aset beruparehabilitasi, renovasi, dan restorasi sehingga mengakibatkan

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 326: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

308

peningkatan kualitas, kapasitas, kuantitas, dan atau umur, namuntidak temasuk pemeliharaan.

11. Rehabilitasi adalah perbaikan Aset Tetap yang rusak sebagiandengan tanpa meningkatkan kualitas dan atau kapasitas denganmaksud dapat digunakan sesuai dengan kondisi semula.

12. Renovasi adalah perbaikan Aset Tetap yang rusak ataumengganti yang baik dengan maksud meningkatkan kualitasatau kapasitas.

13. Restorasi adalah perbaikan Aset Tetap yang rusak dengan tetapmempertahankan arsitekturnya.

14. Penambahan adalah pembangunan, pembuatan dan ataupengadaan Aset Tetap yang menambah kuantitas dan atauvolume dan nilai dari Aset Tetap yang telah ada tanpa merubahklasifikasi barang.

15. Reklasifikasi adalah perubahan Aset Tetap dari pencatatan dalampembukuan karena perubahan klasifikasi.

16. Pertukaran adalah pengalihan pemilikan dan atau penguasaanbarang tidak bergerak milik Negara kecuali tanah kepada pihaklain dengan menerima penggantian utama dalam bentuk barangtidak bergerak dan tidak merugikan negara.

17. Penghapusan adalah peniadaan catatan Aset Tetap daripembukuan karena rusak berat, berlebih, usang, hilangberdasarkan surat keputusan.

18. Biaya Pengurusan adalah pengeluaran dalam rangka perolehanAset Tetap seperti pengurusan surat-surat, ongkos angkut,pemasangan, uji coba dan pelatihan awal.

19. Bangunan dalam pengerjaan adalah bangunan dalam prosespenyelesaian dan belum dicatat dalam buku inventaris namuntelah tercatat dalam Perkiraan Buku Besar dalam SistemAkuntansi Pemerintah (SAP).

20. Pencatatan di luar pembukuan (Ekstra Komptabel) adalahpenatausahaan BM/KN yang dilakukan secara manual (di luarSAP) pada tingkat UPB, untuk nilai BM/KN di bawah nilai minimalatau BM/KN yang karena sifatnya, tidak perlu dilaporkan dalamLaporan Mutasi Barang Triwulanan (LMBT) dan Laporan Tahunan(LT).

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 327: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

309

BAB II

KAPITALISASI

Bagian PertamaTujuan Pedoman Kapitalisasi

Pasal 2Tujuan ditetapkan pedoman ini adalah :

a. Sebagai landasan hukum dalam pengelolaan dan penatausahaanBM/KN.

b. Mewujudkan keseragaman dalam menentukan nilai BM/KN yangdikapitalisasi.

c. Mewujudkan efisiensi dan efektifitas dalam pencatatan nilai BM/KN.

Bagian Kedua

Pengeluaran yang Dikapitalisasi

Pasal 3

(1) Pengeluaran yang dikapitalisasikan dilakukan terhadap pengadaantanah, pembelian peralatan dan mesin sampai siap pakai,pembuatan peralatan, mesin dan bangunan, pembangunangedung dan bangunan, pembangunan jalan/irigasi/jaringan,pembelian Aset Tetap lainnya sampai siap pakai, danpembangunan/pembuatan Aset Tetap lainnya.

(2) Pengeluaran yang dikapitalisasikan sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dirinci sebagai berikut:

a. pengadaan tanah meliputi biaya pembebasan, pembayaranhonor tim, biaya pembuatan sertifikat, biaya pematangan,pengukuran, dan pengurugan;

b. pembelian peralatan dan mesin sampai siap pakai meliputiharga barang, ongkos angkut, biaya asuransi, biayapemasangan, dan biaya selama masa uji coba;

c. pembuatan peralatan, mesin dan bangunan meliputi:

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 328: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

310

1) pembuatan peralatan dan mesin dan bangunannya yangdilaksanakan melalui kontrak berupa pengeluaran sebesarnilai kontrak ditambah biaya perencanaan danpengawasan, biaya perizinan, dan jasa konsultan;

2) pembuatan peralatan dan mesin dan bangunannya yangdilaksanakan secara swakelola berupa biaya langsung dantidak langsung sampai siap pakai meliputi biaya bahanbaku, upah tenaga kerja, sewa peralatan, biayaperencanaan dan pengawasan, dan biaya perizinan;

d. pembangunan gedung dan bangunan meliputi :

1) pembangunan gedung dan bangunan yang dilaksanakanmelalui kontrak berupa pengeluaran nilai kontrak, biayaperencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasakonsultan, biaya pengosongan dan pembongkaranbangunan lama;

2) pembangunan yang dilaksanakan secara swakelolaberupa biaya langsung dan tidak langsung sampai siappakai meliputi biaya bahan baku, upah tenaga kerja,sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan,biaya perizinan, biaya pengosongan dan pembongkaranbangunan lama;

e. pembangunan jalan/irigasi/jaringan meliputi:

1) pembangunan jalan/irigasi/jaringan yang dilaksanakanmelalui kontrak berupa nilai kontrak, biaya perencanaandan pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan, biayapengosongan dan pembongkaran bangunan yang adadiatas tanah yang diperuntukkan untuk keperluanpembangunan;

2) pembangunan jalan/irigasi/jaringan yang dilaksanakansecara swakelola berupa biaya langsung dan tidaklangsung sampai siap pakai meliputi biaya bahan baku,upah tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaandan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongandan pembongkaran bangunan yang ada diatas tanahyang diperuntukkan untuk keperluan pembangunan;

f. pembelian Aset Tetap lainnya sampai siap pakai meliputi hargakontrak/beli, ongkos angkut, dan biaya asuransi.

g. pembangunan/pembuatan Aset Tetap lainnya :

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 329: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

311

1) pembangunan/pembuatan Aset Tetap lainnya yangdilaksanakan melalui kontrak berupa nilai kontrak, biayaperencanaan dan pengawasan, dan biaya perizinan;

2) pembangunan/pembuatan Aset Tetap lainnya yangdilaksanakan secara swakelola berupa biaya langsung dantidak langsung sampai siap pakai meliputi biaya bahanbaku, upah tenaga kerja, sewa peralatan, biayaperencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan jasakonsultan.

Pasal 4(1) Nilai penerimaan hibah dari pihak ketiga meliputi nilai yang

dinyatakan oleh pemberi hibah atau nilai taksir, ditambah denganbiaya pengurusan.

(2) Nilai penerimaan Aset Tetap dari rampasan meliputi nilai yangdicantumkan dalam keputusan pengadilan atau nilai taksiranharga pasar pada saat aset diperoleh ditambah dengan biayapengurusan kecuali untuk Tanah, Gedung dan Bangunan meliputinilai taksiran atau harga pasar yang berlaku.

Pasal 5

(1) Nilai reklasifikasi masuk meliputi nilai perolehan aset yangdireklasifikasi ditambah biaya merubah apabila menambah umur,kapasitas dan manfaat.

(2) Nilai pengembangan tanah meliputi biaya yang dikeluarkan untukpengurugan dan pematangan.

(3) Nilai renovasi dan restorasi meliputi biaya yang dikeluarkan untukmeningkatkan kualitas dan atau kapasitas.

Bagian Ketiga

Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap

Pasal 6

(1) Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap adalah pengeluaranpengadaan baru dan penambahan nilai aset tetap dari hasilpengembangan, reklasifikasi, renovasi, dan restorasi.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 330: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

312

(2) Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap meliputi:

a. pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin, danalat olah raga yang sama dengan atau lebih dari Rp 300.000(tiga ratus ribu rupiah); dan

b. pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang sama denganatau lebih dari Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah).

(3) Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) dikecualikan terhadap pengeluaranuntuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupakoleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.

BAB III

JENIS PENCATATAN DAN PENCATATAN BM/KN

Pasal 7(1) Pencatatan BM/KN dilakukan dalam buku persediaan dan buku

inventaris.

(2) Pencatatan dalam buku inventaris terdiri atas pencatatan didalam pembukuan (intra komptabel) dan pencatatan di luarpembukuan (ekstra komptabel).

Pasal 8

(1) Pencatatan BM/KN meliputi pencatatan terhadap barangpersediaan, barang tidak bergerak, barang bergerak dan hewan,ikan dan tanaman.

(2) Barang persediaan adalah Aset Lancar yang dicatat dalam bukupersediaan meliputi barang pakai habis, suku cadang, barangyang diproses untuk dijual, dan barang” bekas pakai yang sudahdireklasifikasi.

(3) Barang tidak bergerak, barang bergerak, hewan, ikan dantanaman adalah Aset Tetap yang dicatat dalam buku inventaris.

(4) Barang tidak bergerak dan barang bergerak yang mempunyaiNilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dicatat dalam buku inventarisdi dalam pembukuan (intra komptabel).

(5) BM/KN yang mempunyai nilai Aset Tetap di bawah Nilai SatuanMinimum Kapitalisasi Aset Tetap sebagaimana dimaksud dalam

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 331: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

313

Pasal ayat (2) dan hewan, ikan dan tanaman dicatat di dalambuku inventaris di luar pembukuan (ekstra komptabel).

Pasal 9

(1) Penerimaan barang tidak bergerak akibat pertukaran dari pihaklain yang tidak dikapitalisasi dicatat dalam buku inventaris didalam pembukuan (intra komptabel).

(2) Pencatatan penerimaan barang tidak bergerak akibat pertukarandari pihak lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukanberdasarkan nilai yang disetujui oleh yang berwenang sesuaidengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 10(1) Transfer masuk/penerimaan dari pertukaran/pengalihan masuk

yang tidak dikapitalisasi dicatat dalam buku inventaris di dalampembukuan (intra komptabel).

(2) Pencatatan transfer masuk/penerimaan dari pertukaran/pengalihan masuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dilakukan berdasarkan nilai perolehan aset dari instansi yangmengalihkan.

Pasal 11

(1) Aset Tetap dicatat dengan menggunakan kode dan namaperkiraan buku besar pada Sistem Akuntansi Pemerintah

(2) Aset Tetap yang dicatat sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dikelompokkan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I.

BAB IVPENAKSIRAN NILAI DAN KONDISI ASET TETAP

Penaksiran Nilai Aset Tetap

Pasal 12Penaksiran nilai aset tetap dilakukan apabila tidak dapat diketahuiharga perolehannya.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 332: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

314

Kondisi Aset Tetap

Pasal 13

(1) Kondisi aset tetap dikelompokkan atas baik, rusak ringan danrusak berat.

(2) Kriteria kondisi aset tetap yang dimaksud dalam ayat (1)dilakukan berdasarkan kriteria sebagaimana ditetapkan dalamLampiran II.

BAB VKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 14Pada saat Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, terhadapBM/KN yang sedang dilakukan Kapitalisasi berlaku ketentuan lamasampai selesainya proses Kapitalisasi BM/KN dimaksud.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumumanKeputusan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalamBerita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 18 Mei 2001

a.n. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIAKepala Badan Akuntansi Keuangan Negara

ttd

MULIA P. NASUTION

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 333: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

315

INSTRUKSI MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 032/OR/IV/85/02 Tahun 1985

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN TRADE-IN KENDARAANDINAS PERWAKILAN DI LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan adanya permintaandari beberapa Perwakilan Rl tertentu di LuarNegeri untuk menukar kendaraan dinas lamadengan kendaraan baru dengan cara trade-in;

b. bahwa Instruksi Menteri Luar Negeri Nomor577/OR/8/02 tahun 1983 tanggal 31 Desember1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Trade-inKendaraan Dinas Perwakilan Rl di Luar Negeribelum dapat dilaksanakan sepenuhnya bagibeberapa Perwakilan yang akan melaksanakantrade-in berhubung dengan situasi dan kondisinegara setempat;

c. bahwa berhubung dengan surat dari DirjenMoneter Dalam Negeri Departemen Keuangannomor S-098/MK.11/1984 tanggal 17 Maret1984 perihal trade-in kendaraan bermotor, yangmemungkinkan lebih dapat dilaksanakan bagisetiap Perwakilan Rl di Luar Negeri, maka perlumeninjau kembali Instruksi Menteri Luar Negerinomor: 3577/OR/83/02 tahun 1983.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 334: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

316

Mengingat : 1. Instruksi Presiden nomor 9 tahun 1970 tentangpenjualan dan/atau pemindah-tangananbarang-barang yang dimiliki/dikuasai Negara.

2. Keputusan Presiden No. 29 Tahun 1984 tentangpelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara.

Memperhatihan :1. Surat Edaran Menteri Keuangan nomor B-163/V/KU/5/1970 tanggal 2 Mei 1970 tentangPenghapusan dan Penjualan Kekayaan/MilikNegara;

2. Kawat Menteri Keuangan nomor 44319 DepkeuIA tanggal 3 Pebruari 1983 tentang PersetujuanKendaraan Lama Ditukar/Dijual dan Diganti;

3. Kawat Menteri Luar Negeri nomor PL.05981/1000183 dan nomor PL. 06904/111783 tentangKebijaksanaan Pimpinan Departemen LuarNegeri peggantian mobil dinas Perwakilan Rldengan cara Trade-in.

4. Instruksi Menteri Luar Negeri nomor 3577/OR/83/02 tahun 1983 tentang pedomanPelaksanaan Trade-in Kendaraan DinasPerwakilan Rl di Luar Negeri.

5. Surat Direktur Jenderal Moneter Dalam NegeriDepartemen Keuangan nomor S-098/MK/1984tanggal 17 Maret 1984 perihal trade-inKendaraan Bermotor.

MENGINSTRUKSIKAN

KEPADA : PARA KEPALA PERWAKILAN REPUBLIKINDONESIA Dl LUAR NEGERI

Untuk

Pertama : Memperhatikan dan mempergunakan InstrusiMenteri Luar Negeri ini sebagaimana pedomandalam pelaksanaan trade-in kendaraan dinas padaPerwakilan Rl di Luar Negeri sebagai berikut:

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 335: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

317

1. Trade-in kedaraan dinas hanya dapat dilakukansetelah diperoleh Izin dari Menteri Luar Negeri;

2. permohonan izin diajukan oleh Kepala PerwakilanRl yang bersangkutan melalui Menteri LuarNegeri cq. Sekretaris Jenderal Departemen LuarNegeri;

3. Dalam permohonan izin harus disebutkanalasan, jumlah dan data kendaraan dinas lamayang akan diganti dengan kendaraan barumengenai merk, tipe dan tahun pembikinan;

4. Trade-in dilakukan dengan prinsip tidakmerugikan negara dan Perwakilan yangbersangkutan tidak dibenarkan minta danaataupun menggunakan dana mata anggaranlain sebagai biaya tambahan.

Kedua : Dengan berlakunya Instruksi Menteri Luar Negeriini, maka Instruksi Menteri Luar Negeri nomor 357/OR/9/02 tanggal 31 Desemer 1983 dinyatakantidak berlaku lagi.

Ketiga : Instruksi Menteri Luar Negeri ini mulai berlakusejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di J A K A R T APada tanggal 9 April 1985

MENTERI LUAR NEGERISEKRETARIS JENDERAL

ttd

SOEDARMONO

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 336: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

318

PEDOMAN PENGELOLAAN KENDARAAN

DINAS PADA PERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI

I. PENDAHULUAN

A. Umum

Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah khususnyaDeplu sejak awal Pelita I sampai dengan sekarang menunjukkanperkembangan yang sangat pesat, hal ini terlihat daripembangunan materiil dengan banyak barang inventaris/miliksebagai asset/kekayaan negara. Barang-barang dimaksud terdiridari barang-barang bergerak dan barang tidak bergerak, yangkeduanya perlu dikelola dengan baik guna mendukungpelaksanaan tugas deplu yaitu melaksanakan sebagian Tugasumum pemerintahan dan pembangunan di bidang politik danhubungan luar negeri.

Pengelolaan Inventaris adalah merupakan suatu siklusdidalam pembinaan logistik yang terdiri dari perencanaankebutuhan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi,pemiliharaan, inventarisasi dan penghapusan, oleh karena itupengelolaan sangat berkaitan erat dengan fungsi-fungsi lain dalamsuatu sistem penggunaan logistik.

Pengelolaan barang inventaris di Deplu menjadi sangatpenting artinya mengingat setiap tahunnya barang-barangtersebut selaku bertambah sesuai dengan kebutuhan yangdiperlukan oleh unit-unit kerja yang memerlukan dan juga denganbanyaknya pembukaan perwakilan RI di luar negeri memerlukanbanyak barang Inventaris.

Dalam kaitan ini Biro Perlengkapan Departemen Luar Negerimencoba untuk menyusun Pedoman Penggunaan KendaraanDinas Perwakilan RI di luar negeri dengan maksud disampinguntuk tertib administrasi juga diharapkan dapat meningkatkanefisiensi dan efektivitas penggunaan kendaraan dinas agar dapatmendukung kebutuhan mobilitas bagi Perwakilan dalammelaksanakan tugas-tugasnya.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 337: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

319

B. Maksud dan Tujuan

Sebagaimana diketahui bahwa perwakilan RI di Luar Negerisejak dulu dalam pengelolaan kendaraan dinas tidak mempunyaipedoman keseragaman dalam penggunaan kendaraan dinas.Mereka mengelola dengan cara masing-masing, dikhawatirkanhal ini akan tetap berlanjut bila tidak segera dibuat pedomankeseragaman pengelolannya. Untuk itu diharapkan pedoman inidapat digunakan sebagai bahan untuk menambah wawasanPejabat Administrasi dalam mengelola kendaraan Dinas diPerwakilan RI di Luar Negeri.

Adapun maksud dan tujuan diterbitkannya Buku PedomanPengelolaan Kendaraan Dinas pada Perwakilan RI diluar negeriadalah :

1. Sebagai acuan/pedoman bagi pejabat pengelolanya dalammengelola kendaraan dinas yang berada dibawahwewenangnya.

2. Diharapkan kepada semua Perwakilan RI, di luar negeri agardapat membuat Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) mengenaipengguanaan kendaraan dinas dengan berpedoman padabuku ini, dengan demikian akan terdapat keseragaman antaraperwakilan RI dalam pengelolaannya.

3. Dengan dibuatkannya Juklak tersebut diharapkan caraperawatan dan pemakaian kendaraan dapat disesuaikandengan ketentuan yang ditetapkan dalam Juklak, yang padagilirannya bisa menghemat biaya perawatan dan bisamemperpanjang umur teknis maupan umur ekonomisKendaraan Dinas Perwakilan.

4. Memberikan kejelasan bagi pengelola, pemakai, danpengemudi/sopir Kendaraan Dinas mengenai tugas dankewajiban serta haknya.

C. Ruang Lingkup

Buku Pedoman ini menguraikan mengenai pedomanpengelolaan kendaraan dinas pada perwakilan RI di luar negeriyang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan,penyimpanan dan distribusi, pemeliharaan, inventarisasi, danpenghapusan kendaraan dinas.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 338: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

320

Pedoman ini hanya diperuntukkan bagi perwakilan RI. diluar negeri saja, hal ini sesuai hasil pembahasan Tim InterdepDeplu, Depkeu, dan Bappenas. Namun demikian tidak menutupkemungkinan buku ini bisa digunakan oleh Unit-unit kerja di DepluPusat yang menyelenggarakan pengelolaan kendaraan dinasdisesuaikan dengan situasi kondisi setempat.

D. Pengertian Istilah

Beberapa istilah yang dipergunakan dalam buku inidiberikan pengertiannya sebagai berikut :

1. Barang milik/kekayaan negara, ialah semua barang miliknegara yang berasal/dibeli dengan dana yang bersumberseluruhnya atau sebagian dari APBN atau dana diluar APBNyang dikuasai dan dibawah pengurusan Departemen-departemen, lembaga-lembaga Negara, LembagaPemerintah non-departemen serta unit-unit dilingkungannya,baik yang berada didalam maupun diluar negeri.

2. Barang adalah bagian dari kekayaan negara yang terdiri atassatuan-satuan tertentu yang dapat dihitung, diukur, ditimbangdan dimiliki kecuali uang dan surat-surat berharga.

3. Barang bergerak ialah barang yang merupakan bagian darikekayaan negara yang menurut sifat dan penggunaannyadapat dipindah-pindahkan. Misalnya Kendaraan/alatpengangkutan.

4. Barang tidak bergerak ialah barang yang merupakan bagiandari kekayaan negara yang menurut sifat dan kegunaannyatidak dapat dipindah-pindahkan atau menurut peraturanperundang-undangan yang berlaku ditetapkan sebagai barangtidak bergerak. Misalnya tanah, bangunan gedung, dan lain-lain.

5. Barang Inventaris adalah barang yang merupakan bagiandari kekayaan negara baik berupa berang bergerak maupunbarang tidak bergerak yang berada dalam penguasaan danpengurusan Departemen/Lembaga yang jangka waktupemakaiannya lebih dari satu tahun.

6. Kendaraan dinas ialah barang bergerak yang merupakanbarang milik/kekayaan negara.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 339: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

321

Pengelolaan barang milik/kekayaan negara adalah suaturangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, penentuankebutuhan penganggaran, pengadaan, penyimpanan,penyaluran/distribusi, inventarisasi dan penghapusan di dalamkerangka pengawasan/pengendalian dan penatausahaanterhadap barang milik/kekayaan negara.

II. PENGELOLA KENDARAAN DINAS

A. Tugas dan Fungsi.

Pada perwakilan RI diluar negeri terdapat unsur-unsurorganisasi yang terdiri dari :

1. Unsur Pimpinan yaitu Kepala Perwakilan.

2. Unsur Staf yaitu Bagian/Sub Bagian Tata Usaha.

3. Unsur Pelaksana yaitu Bagian/Sub Bidang Umum/Teknis/Pertahanan.

4. Unsur Pembantu Pelaksana yaitu Unit Komunikasi.

Yang akan dikemukakan disini hanya uraian mengenaitugas dan fungsi bagian/sub bagian tata usaha saja yangberhubungan dengan pengelolaan kendaraan dinas.

Sebagai unsur Staf, Bagian/Sub Bagian Tata Usahadipimpin oleh seorang Kepala Bagian/Sub Bagian Tata Usahayaitu membantu Kepala Perwakilan dalam menyelenggarakanpengurusan tata Usaha dalam rangka membantuketatalaksanaan dan kelancaran tugas perwakilan, fungsi bagian/sub bagian tata usaha yaitu :

1. Menyelenggarakan urusan perkantoran perwakilan.

2. Menyusun rencana anggaran pendapatan, dan belanjaperwakilan.

3. Melakukan pengelolaan keuangan dan pertanggungjawabankeuangan.

4. Merencanakan pengadaan kebutuhan dan melakukanpengelolaan serta pertanggungjawaban keuangan.

5. Mengurus administrasi kepegawaian.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 340: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

322

6. Menyelenggarakan urusan rumah tangga perwakilan,termasuk rumah tangga kepala perwakilan.

7. Memberikan laporan, pertimbangan, saran, dan pendapatbaik diminta maupun tidak diminta mengenai hal yangberhubungan dengan tugas bagian/sub bagian tata usahaberkewajiban melakukan pengelolaan kendaraan dinas diperwakilan termasuk kendaraan dinas atase teknis tidaktermasuk athan dan sesuai fungsi ke 7 tersebut diharuskanmelaporkan pelaksanaan tugasnya kepada kepala perwakilan.

B. Organisasi

Organisasi pengelolaan kendaraan dinas yaitu merupakansuatu rangkaian kegiatan yang satu sama lainnya saling berkaitanmeliputi :

1. Perencanaan Kebutuhan yaitu kegiatan yang merencanakanberapa banyak kebutuhan kendaraan dinas yang diperlukantermasuk jenis dan merek serta harganya dan juga sumberdananya.

2. Pengadaan yaitu kegiatan bagaimana caranya supaya bisamengadakan kendaraan dinas yang diperlukan tersebutmisalnya dengan cara membeli baru, trade-in dan sebagainya.

3. Penyimpanan dan distribusi yaitu kegiatan yang menentukandimana kendaraan dinas tersebut disimpan dan didistribusikan/dipakai oleh siapa.

4. Pemeliharaan yaitu kegiatan yang mengusahakan agarkendaraan dinas tersebut dapat tetap berfungsi dengan baikmisalnya diservis ke agennya.

5. Inventarisasi dan penghapusan yaitu kegiatan yangmenginventarisir kendaraan dinas sesuai dengan ketentuanyang berlaku. Bila kendaraan dinas tersebut sudah tidakefisien lagi untuk dipergunakan maka dilakukanpenghapusannya dengan berpedoman pada peraturan yangberlaku.

6. Pengendalian yaitu kegiatan yang mengkoordinir danmengawali kegiatan 1 s/d 5 tersebut, kegiatan ini dilakukanoleh kepala perwakilan.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 341: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

323

7. Tugas pengelolaan kendaraan dinas yaitu tugas kepalabagian/sub bagian tata usaha yang dalam pelaksanaannyabisa didelegasikan kepada pejabat dibawahnya dengandiberikan job description/uraian tugas yang jelas.

C. Wewenang dan Tanggung Jawab

Meskipun pengelolaan kendaraan dinas hanya dapatdidelegasikan kepada Pejabat lain dilingkungan Bagian/sub bagiantata usaha, namun wewenang dan tanggung jawabpengelolaannya tetap ada pada kepala bagian/sub bagian tatausaha.

Wewenang: kepala bagian/sub bagian tata usaha, sesuaitugasnya diberi wewengan untuk mengatur/mengelolakendaraaan dinas yang ada di perwakilan yang bersangkutan.Pengelolaan ini meliputi perencanaan s/d perwakilan yangbersangkutan. Pengelolaan ini meliputi perencanaan s/dpenghapusan yaitu sesuai siklus pembinaan logistik.

Tanggung Jawab : Kepala bagian/sub bagian tata usahabertanggung jawab atas pengelolaan kendaraan dinas yang adadi perwakilan yang bersangkutan, dan wajib melaporkan segalasesuatunya mengenai pelaksanaan pengelolaan tersebut kepadakepala perwakilan yang membawahinya.

III. PERENCANAAN KEBUTUHAN

Keperluan akan kendaraan dinas di perwakilan segalasesuatunya hendaknya direncanakan lebih dahulu dengan melihatsituasi dan kondisi setempat, hendaknya perencanaan kebutuhanini tidak hanya dilakukan untuk sesaat saja melainkan sedapatmungkin bisa dipakai untuk mengantisipasi perubahan keadaan yangmungkin timbul di masa depan, dengan kata lain perencanaan dibuatuntuk jangka pendek kurang lebih 1 tahun, jangka menengah kuranglebih 5 tahun atau jangka panjang lebih dari 5 tahun, hal-hal yangperlu dicantumkan dalam perencanaan antara lain apa yangdirencanakan, berapa banyak yang dibutuhkan kapan danbagaimana direncanakannya.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 342: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

324

A. Apa dan Berapa dibutuhkan.

Untuk mengetanui jenis apa, tipe serta jumlah kendaraandinas yang diperlukan untuk mobilitas kegiatan perwakilan perludiketahui ketentuan yang berlaku mengenai standarisasikendaraan dinas, sementara ini ketentuan yang masih berlakuyaitu surat Menlu nomor 205/86/02 tanggal 27 Februari 1996perihal kendaraan dinas Perwakilan RI di luar negeri.

Ketentuan-ketentuan yang tercantum didalam SuratMenlu tersebut yaitu :

a. Jumlah kendaraan dinas bagi tiap-tiap perwakilan didasarkanpada jumlah dana pemeliharaan untuk kendaraan dinas yangtersedia dalam DIK perwakilan yang bersangkutan.

b. Kendaraan dinas dapat diusulkan penggantiannya ke pusatapabila telah digunakan selama :

- 5 (lima) tahun pemakaian untuk jenis Mercedez Benz.

- 4 (empat) tahun pemakaian untuk jenis kendaraan dinaslainnya. Penggantian kendaraan dinas tersebut ditentukanoleh skala prioritas dan plafon anggaran dalam DIP yangdisetujui DJA dan Bappenas.

c. Standarisasi kendaraan dinas untuk perwakilan, sebagai berikutini :

- Duta Besar LBBP : Mercedes Benz 260 SE

- Kuasa Usaha tetap : Mercedes Benz 200

- Konsul Jenderal : Mercedes Benz 200

- Konsul Keppri : Mercedes Benz 200

Bila tidak terdapat tipe-tipe tersebut dapat dibeli kendaraanmerek lain yang setingkat dengan tipe diatas.

d. Kendaraan dinas Operasional lainnya untuk perwakilan ialahMercedes Benz 200, merek lain yang sejenis dan atauminibus.

e. Penggantian Kendaraan dinas perwakilan dapat dilakukandengan cara trade-in asal memenuhi ketentuan yang berlakudan hendaknya disesuaikan dengan tipe-tipe kendaraantersebut diatas.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 343: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

325

Selain ketentuan-ketentuan tersebut diatas hal-hal lainyang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan yaitu :

a. Jumlah dan jenis/tipe/merek kendaraan yang bisa dimilikiperwakilan dengan menggunakan fasilitas diplomatik yangditentukan oleh pemerintah setempat

b. Asas resiprositas yang berlaku di negara akreditasi perwakilandan yang berlaku di negara kita.

c. Kebiasan yang berlaku serta situasi dan kondisi dinegaraakreditasi perwakilan seperti merek dan warna kendaraanyang lazim digunakan oleh perwakilan asing lainnya.

d. Hal-hal lain yang sekiranya dapat dipertimbangkan gunamenentukan apa dan berapa banyak kendaraan dinas yangdiperlukan seperti untuk apa dan siapa kendaraan tersebutakan dipakai.

B. Kapan dibutuhkan.

Beberapa hal yang digunakan untuk mengetahui pembuatanperencanaan kapan kendaraan dinas diperlukan gunamendukung kegiatan perwakilan yaitu :

a. Pembukaan baru Perwakilan

Perwakilan yang baru dibuka umumnya sarana mobilitasnyabelum ada atau belum memadai sehingga perlu diadakanperencanaan kapan kendaraan dinas diperlukan apa danberapa banyak kendaraan dibutuhkan. Sebaiknya begituperwakilan dibuka secara resmi atau sebelumnya perencanaantersebut telah dibuat dan segera diusulkan ke pusat untukpengadaannya.

b. Pengembangan Organisasi

Perwakilan yang mengalami pengembangan organisasi sepertitingkat perwakilan pengembangan unit kerja penambahanpegawai dan lain sebagainya yang konsekwensinya akanmemerlukan penambahan jumlah kendaraan dinas,sebelumnya perlu dibuat perencanaan kebutuhannya gunamengantisipasi keadaan pengembangan organisasi tersebut.

c. Daftar Kendaraan Dinas

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 344: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

326

Perwakilan membuat daftar jumlah kendaraan dinas yangdimiliki dengan mencantumkan tahun mulai dipakai sertakondisi kendaraan tersebut. Dengan melihat daftar tersebutdan dengan berpedoman pada ketentuan 111 Lb. makadapat dibuat perencanaan penggantian kendaraan dinassetelah 4 (empat) atau 5 (lima) tahun pemakaian denganmenggunakan skala prioritas.

C. Bagaimana Direncanakan.

Perencanaan kebutuhan kendaraan dinas dengandilengkapi data pendukungnya antara lain jumlah, tipe, merkkendaraan yang diperlukan, kegunaannya, misalnya untukmengganti yang sudah lama/rusak atau merupakan pengadaanbaru, serta rencana biaya/harga yang diperlukan kesemuannyaitu dilaporkan terlebih dahulu kepada kepala perwakilan untukmendapatkan persetujuannya. Apabila kepala perwakilan telahmenyetujui maka oleh kepala perwakilan cq. Kepala bagian/subbagian tata usaha dibuatkan usulan ke pusat mengenai rencanapengadaan kendaraan dinas perwakilan yang bersangkutan untukmendapat persetujuan pusat.

IV. PENGADAAN KENDARAAN DINAS

Kebutuhan akan kendaraan dinas untuk mendukung tugas/misi perwakilan di luar negeri adalah sangat diperlukan (vital). Sebagaikepala bagian/sub bagian tata usaha yang diserahi tugas pengelolaankendaraan dinas harus mengetahui bagaimana upaya memenuhikebutuhan kendaraan dinas sebagai unsur mobilitas di perwakilan.Adapun cara pengadaannya adalah sebagai berikut :

A. Upaya melalui DUK (Daftar Usulan Kegiatan) hal ini hanya khususbagi pembukaan perwakilan RI yang baru. Sebelum perwakilanyang bersangkutan dibuka, telah diajukan lebih dahulu dananyadalam bentuk DUK untuk pembelian kendaraan dinas. DUK inidiajukan oleh Biro Keuangan Deplu kepada DJA, bila dengannyadisetujui tertuang dalam DIK (Daftar Isian Kegiatan) baru bisa

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 345: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

327

dilaksanakan pengadaan/pembeliannya ditempat kedudukanPerwakilan RI yang bersangkutan.

B. Upaya melalui DUP (Daftar Usulan Proyek) Proyek Mobilitas.Perwakilan yang membutuhkan kendaraan dinas pada awal tahunanggaran mengajukan secara tertulis kepada Sekjen cq. KepalaBiro Perlengkapan up. Pimpro Prasarana Fisik Departemen LuarNegeri mengenai kebutuhan kendaraan dinas. Dalam pengajuanini yang perlu diperhatikan adalah :

a. Waktu Pengusulan yaitu pada awal tahun anggaran kira-kirabulan April/Mei/Juni untuk kebutuhan tahun anggaran yangakan datang, disebutkan jumlah kendaraan dinas yangdiperlukan, jenis/merek dan tahunnya.

b. Menyebutkan seluruh kendaraan dinas yang dimiliki denganmenyebutkan data secara rinci (tahun, merek, kondisi, dll).

c. Menyebutkan kebutuhan kendaraan dinas ini sebagaitambahan baru atau untuk mengganti kendaraaan dinasyang sudah tua/rusak. Bila untuk pengganti maka perlumenyebutkan kendaraan yang diganti jenis/merek, tahun,kondisi dll.

d. Menyebutkan keperluan dana yang dibutuhkan gunapengadaan kendaraan dinas tersebut dengan melampirkandaftar penawaran dari rekanan/agen/dealer kendaraan.

e. Usul DUP mobilitas dari semua perwakilan ditampung olehPimpro Prasarana Fisik Departemen Luar Negeri, kemudiandiajukan ke Biro Perencanaan Deplu untuk diajukanpembahasannya dengan DJA dan Bappenas.

f. Bila DP tersebut disetujui maka tertuang dalam DIP dandananya akan diberitahukan kepada Perwakilan RI yangbersangkutan.

g. Perwakilan yang usul DUPnya disetujui supaya segeramemesan kendaraan yang dibutuhkan dan mengirimkanharga penawarannya dari rekanan/agen/dealer kepadaPimpro Prasarana Fisik Deplu. Tidak diperkenankanmemesan/membeli kendaraan yang jenis/merk/tipenya tidaksesuai dengan jenis/merek/tipe kendaraan yang telahditentukan dalam DIP yang telah disetujui tersebut.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 346: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

328

h. Bila penawaran harga kendaraan melebihi jumlah dana yangdisediakan untuk itu, maka perwakilan tidak diperkenankanmengajukan anggaran belanja tambahan dari dinas.Sebaliknya bila penawaran lebih rendah dari dana yangtersedia, maka kelebihan dana tersebut harus segera disetorke rekening Menkeu sebagai penerimaan nontax.

i. Pada umumnya dana baru bisa ditransfer bila perwakilantelah benar-benar memesan kendaraan dengan buktipemesanan dan biasanya dengan pembayaran uang muka(down payment) yang besarnya biasanya 10% dari hargakendaraan.

j. Dana baru akan bisa dikirim seluruhnya bila perwakilan sudahmemberitahukan telah memesan kendaraan dan memberikannomor rekening banknya untuk keperluan transfer tersebut.

k. Bila kendaraan yang dipesan sudah tiba di Perwakilan yangbersangkutan maka segera dibuatkan Tanda Terima Barangyang diketahui oleh Kepala Perwakilan. Kemudian Kepalabagian/sub bagian tata usaha membuat pertanggungjawabankeuangan dengan mengirimkan seluruh berkas mulai daripemesanan kendaraan tersebut kepada Pimpro mobilitasPerwakilan RI di luar negeri.

C. Upaya Melalui Trade-in Kendaraan Dinas.

Pada beberapa perwakilan RI tertentu dimungkinkan adanyatrade-in kendaraan, oleh karena itu dianjurkan kepada perwakilanyang bersangkutan untuk melakukan trade-in dalam upayapengadaan kendaraan dinas. Prinsip yang harus dipenuhi dalamtrade-in kendaraan menurut Instruksi Menlu nomor 032/OR/IV/85/02, tanggal 9 April 1985 adalah sebagai berikut :

a. Trade-in kendaraan dinas hanya dapat dilakukan setelahdiperoleh izin dari Menteri keuangan RI.

b. Permohonan izin diajukan oleh kepala perwakilan RI yangbersangkutan melalui Menteri Luar Negeri cq SekretariJenderal Departemen Luar Negeri.

c. Dalam permohonan izin harus disebutkan alasan, jumlah dandata kendaraan dinas lama yang akan diganti, dan kendaraanbaru mengenai merek, tipe, dan tahun pembuatan.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 347: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

329

d. Trade-in dilakukan dengan prinsip tidak merugikan Negaradan perwakilan yang bersangkutan tidak dibenarkan mintadana ataupun menggunakan dana mata anggaran yang lainsebagai biaya tambahan.

Selain itu perlu dilakukan juga :

a. Kendaraan lama yang ditrade in dihapus dari daftar inventarisdan kendaraan baru dari hasil trade-in dicatat dalam daftarinventaris perwakilan yang bersangkutan.

b. Dibuat Sk. Keppri tentang pelaksanaan trade-in kendaraandinas perwakilan yang bersangkutan dan dibuat pula beritaacaranya.

c. Berkas Pelaksanaan trade in tersebut dibuat rangkap 10(sepuluh) dan dikirimkan ke Biro Perlengkapan Deplu untukkemudian dikirim ke Departemen Keuangan RI.

D. Upaya melalui Dana DPK

Dana DPK (Dana Penunjang Kegiatan) adalah dana yangdikelola oleh Biro Keuangan Deplu bersama dengan DJA Depkeuyang berasal dari 50% bunga deposito kas besi Perwakilan RI.Di Luar negeri ditambah 50% dana rekening Menkeu yangberasal dari Nontax yang bukan hasil dari penjualan asset negarayang dihapuskan. Untuk dapat memperoleh dana tersebut gunamenunjang kegian perwakilan berupa pengadaan kendaraandinas, maka perwakilan yang bersangkutan harus mengajukanpermohonan ke Biro keuangan Deplu. Namun sebelumnya harusdiperhatikan dipenuhi hal-hal sebagai berikut :

a. Apakah dana kas besi perwakilan telah didepositokan sesuaidengan ketentuan yang berlaku.

b. Apakah bunga deposito, kas besi tersebut sebesar 50%nyatelah disetorkan ke rekening Antara, Deplu Jakarta.

c. Apakah semua penerimaan Nontax sudah disetorkan kerekening Menkeu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Apakah semua saldo rekening Menkeu pada akhir tahunanggara telah disetorkan ke rekening Antara Deplu Jakartasesuai ketentuan yang berlaku.

e. Dan lain-lain.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 348: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

330

Apabila ini semua telah dipenuhi ada kemungkinan besarbahwa perwakilan yang bersangkutan akan mendapat dana dariDPK guna pembelian kendaraan dinas. Kearena pada prinsipnyadana DPK itu terkumpul dari Perwakilan RI maka tidak adasalahnya bila dana tersebut dikembalikan ke Perwakilan yangmemerlukan untuk pengadaan kendaraan dinas guna menunjangkegiatan perwakilan yang bersangkutan. Perwakilan yangmemperoleh kendaraan dinas dari dana DPK diharuskan :

a. Mengirimkan pertanggung jawaban keuangan DPK tersebutkepada Biro Keuangan Deplu setelah kendaraan diterima diPerwakilan yang bersangkutan.

b. Mencatat dalam Daftar Inventarisasi Perwakilan mengenaikendaraan dinas tersebut.

E. Upaya melalui Hibah

Pada perwakilan RI tertentu terdapat banyak perusahaan/pengusaha nasional baik pemerintah maupun swasta dari tanahair. Kadang-kadang dari perusahaan/pengusaha tersebut adayang mau membantu kegiatan perwakilan dengan menyumbangkendaraan menjadi milik perwakilan RI yang bersangkutan,pemberian ini disebut hibah. Terhadap hal ini perwakilan harusmelaporkan ke pusat, dan perwakilan tidak diperkenankan untukmeminta-minta hibah kepada pihak lain kecuali dengan keikhlasanmereka sendiri.

Kendaraan hasil dari hibah harus dicatat dan dimasukkan kedalam daftar inventaris perwakilan yang bersangkutan.

Dalam rangka pengadaan kendaraan dinas perwakilanRI dengan cara-cara tersebut diatas kitanya perlu diperhatikansurat menlu no. 205/86/02 tanggal 27 Februari 1986 perihalkendaraan dinas perwakilan RI.

F. Upaya melalui Sewa Kendaraan.

Guna memenuhi kebutuhan kendaraan sebagai unsurmobilitas karena terbatasnya jumlah kendaraan dinas yang dimilikiperwakilan, maka upaya pengadaannya dengan cara sewakendaraan dari rent car, hal ini untuk mengatisipasi kebutuhankendaraan yang sifatnya mendesak dan penting seperti

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 349: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

331

kedatangan delegasi pemerintah RI dalam jumlah banyak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyewaan kendaraan dinasyaitu antara lain :

a. Jenis/tipe/merek kendaraan yang disewa hendaknya setarafdengan kendaraan operasional yang ditentukan buatperwakilan.

b. Kondisi kendaraan hendaknya yang prima dan tahunpembuatannya masih relatif baru/belum ketinggalan jaman.

c. Penyewaan kendaraan hendaknya berikut sopir kendaraantersebut.

d. Dibuatkan sewa perjanjian kendaraan yang mencakup hakdan kewajiban bagi penyewa kendaraan tersebut.

V. PENGGUNAAN KENDARAAN DINAS

A. Prosedur Pemakaian Kendaraan Dinas

Kendaraan dinas yang ada pada perwakilan RI di luarnegeri pada umumnya jumlahnya sangat terbatas. Sedangkankebutuhan akan mobilitas/transportasi cukup tinggi. Oleh karenaitu guna tertib administrasi serta untuk pencapaian efisiensi danefektifitas tugas perwakilan kiranya perlu diatur/ditetapkanprosedur pemakaian kendaraan dinas. Prosedur ini hendaknyadibuat sesederhana mungkin sehingga mudah dilaksanakan dandipahami oleh pemakainya. Prosedur pemakaian kendaraan dinasperwakilan RI :

1. Pemakaian kendaraan dinas harus minta izin terlebih dahulukepada kepala perwakilan RI. c/q. Kepala bagian/sub bagiantata usaha atau pejabat yang ditugaskan mengelolakendaraan dinas dengan mengisi formulir yang telahdisediakan untuk keperluan tersebut.

2. Permintaan izin diajukan sedapat mungkin jauh hari sebelumwaktu pemakaiannya, hal ini dimaksudkan untukmemudahkan perencanaan penggunaan kendaraan dinasbagi pengelolanya.

3. Yang perlu dicantumkan dalam formulir permintaan izinpemakaian kendaraan dinas antara lain :

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 350: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

332

a. Nama pemakai dan pengikut bila ada.

b. Kapan diperlukan dan berapa lama digunakan.

c. Tujuan/tempat yang dituju serta keperluannya untuk apa.

d. Catatan dari bagian/sub bagian tata usaha berupapersetujuan atau tidak setuju, kendaraan yang akandipakai serta siapa sopirnya dll.

4. Bilamana oleh karena sesuatu hal yang menyebabkanpemakai kendaraan dinas tidak sempat mengajukan izintertulis, maka paling tidak harus memberitahukan secaralisan kepada pengelola kendaraan dinas untuk kemudiansetelah selesai pemakaian diwajibkan mengisi formulir izindimaksud.

5. Pemakaian kendaraan dinas sedapat mungkin menggunakansopir dinas yang ditugaskan untuk keperluan itu. Hal ini untukmemberikan kejelasan bahwa sopir dinas tersebutbertanggung jawab atas kendaraan dinas yangdikendarainya.

6. Setelah selesai pemakaian kendaraan dinas harus segeradilaporkan kepada pengelola, dan bila terjadi halangankendaraan dinas selama dalam pemakaiannya, maka harussegera dilaporkan kepada kepala bagian/sub bagian tatausaha.

B. Pemakaian Kendaraan Dinas

Kendaraan dinas yang ada pada perwakilan RI diluarnegeri terdiri dari 2 (dua) macam :

a. Kendaraan Dinas Kepala Perwakilan, yaitu kendaraan dinasyang penggunaannya diperuntukkan bagi kepentingan dinaskepala perwakilan termasuk wakil kepala perwakilan (DeputyChief Of Mission = DCM) dalam tugas mewakili bangsa dannegara RI. Untuk kepentingan tersebut biasanya disediakansopir khusus kepala perwakilan, dan pada perwakilan RItertentu Kepala Perwakilan diperkenankan membawa sopirpribadi atas biaya negara. Dalam hal kepala perwakilan tidakberada ditempat akreditasi maka pejabat lain ditunjuk dapatmemakai kendaraan dinas kepala perwakilan untuk mewakili

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 351: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

333

beliau dalam acara resmi seperti menghadiri hari nasional/hari kemerdekaan setempat.

b. Kendaraan Dinas Operasional Perwakilan yaitu kendaraandinas yang digunakan harus mendukung kelancaran tugasPerwakilan. Pemakaiannya harus mendapat izin kepalaperwakilan c.q. kepala bagian/sub bagian tata usaha ataupejabat yang ditunjuk untuk menglola kendaraan dinasOperasional. Kendaraan dinas operasional perwakilan dapatdipakai untuk keperluan keperluan seperti :

1. Melayani tamu-tamu dinas perwakilan.

2. Antar jemput pejabat yang baru tiba diperwakilan.

3. Keperluan dinas operasional dari masing-masing unit kerja,bidang, bagian, unit komunikasi, dan lain-lain.

4. Melakukan perjalanan dinas akriditasi/kurir.

5. Kegiatan Dharma Wanita dan Korpri atau organisasilainnya sepanjang kegiatan tersebut mendukungpelaksanaan tugas perwakilan.

6. Keperluan-keperluan lainnya yang ditentukan sesuaidengan kebijaksanaan kepala perwakilan.

C. Pengemudi Kendaraan Dinas

Terhadap kendaraan dinas yang ada di perwakilan RIuntuk masing-masing kendaraaan tersebut harus ditunjuk siapapengemudi/sopirnya yang bertanggung jawab, hal ini untukmemberikan kejelasan bilamana terjadi sesuatu terhadap,kendaraaan tersebut. Bilamana jumlah kendaraan dinas melebihijumlah pengemudi/sopir yang ada maka seorang sopir dapatbertanggung jawab terhadap dua atau lebih kendaraan dinas.Namun bila sopirnya lebih banyak daripada jumlah kendaraandinas, maka kelebihan sopir tersebut sedapat mungkindialihtugaskan ke unit kerja lain.

Tugas pengemudi kendaraan dinas pada umumnya adalahsebagai berikut :

1. Menjaga kebersihan dan menjaga agar tetap terpeliharanyadegnan baik kendaraan dinas yang menjadi tanggungjawabnya.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 352: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

334

2. Mengemudikan kendaraan dengan berperilaku sopan santundijalan dan patuh pada aturan lalu lintas yang berlaku.

3. Membuat buku Catatan mengenai keadaan kendaraan dinasyang berisikan antara lain : Pengisian bahan bakar,penggantian oli, servis kecil, servis besar, kerusakan yangpernah dialami, dan catatan lainnya yang dianggap perlumisalnya asuransi, dan lain-lain.

4. Mengecek selalu mengenai kondisi kendaraan seperti isi bensin,oli, air, accu, keadaan mesin, saringan udara, knalpot, danlain-lain.

5. Melaporkan kepada kepala bagian/sub bagian tata usahac.q. pengelola kendaraan dinas mengenai kerusakankendaraan dinas yang menjadi tanggung jawabnya.

6. Bila terjadi kecelakaan dijalan atas kendaraan dinas harussegera minta surat keterangan dari polisi setempat dan segeramelaporkan kejadiannya kepada kepala bagian/sub bagiantata usaha.

7. Menyimpan atau memarkir kendaraan dinas di tempat yangtelah ditentukan serta ikut menjaga keamanannya.

Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan makasebaiknya semua kendaraan dinas yang ada di perwakilan RI,harus dikemudikan oleh pengemudi/sopir dinas yng memenuhisyarat serta ditunjuk/ditugaskan untuk keperluan itu. Pelaksanaantugas ini agar dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawabdan mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.

D. Ketentuan dan Tanggung Jawab Pemakaian KendaraanDinas.

Pada umumnya kendaraan dinas dipakai untuk urusankedinasan, namun tidak menutup kemungkinan bahwa kendaraandinas dapat dipakai untuk urusan pribadi atau urusan pribadiyang didinaskan. Oleh karena itu perlu diatur/dibuat ketentuanmengenai pemakaian dan tanggung jawab kendaraan dinas.Perlu diperhatikan bahwa kendaraan dinas tidak diperkenankandikendarai oleh orang lain di luar staf perwakilan yangbersangkutan.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 353: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

335

1. Ketentuan dan tanggung jawab kendaraan dinas yang dipakaiuntuk urusan kedinasan :

a. Pemakaian kendaraan harus seizin kepala perwakilan c.q.kepala bagian/sub bagian tata usaha alau pengelolakendaraan dinas, dengan mengisi formulir yang telahdisediakan.

b. Menggunakan sopir dinas yang telah ditentukan untukkeperluan tersebut. Atau bilamana kekurangan sopir dinasdapat menggunakan staf yang telah memenuhi syaratuntuk mengendarai kendaraan tersebut.

c. Penyediaan bahan bakar, oli, dan lain-lain yang diperlukanuntuk kendaraan dinas tersebut ditanggung oleh dinas.

d. Bilamana terjadi kerusakan terhadap kendaraan dinasselama pemakaian tersebut menjadi tanggung jawabdinas.

e. Lembur dan uang harian perjalanan dinas untuk sopirditanggung oleh dinas.

2. Ketentuan dan tanggung jawab kendaraan dinas yng dipakaiuntuk urusan pribadi :

a. Pemakaian kendaraan dinas harus seizin kepala perwakilanc.q. kepala bagian/sub bagian tata usaha atau petugaspengelola kendaraan dinas, dengan mengisi formulir yangtelah disediakan dan menyebutkan tujuannya.

b. Dapat menggunakan sopir dinas atau dikendarai sendiriatau menggunakan salah satu staf perwakilan yang telahmemenuhi syarat untuk mengendarai kendaraantersebut.

c. Penyediaan bahan bakar, oli, dan lain-lain yang diperlukanuntuk kendaraan tersebut ditanggung oleh pemakai.

d. Bilamana terjadi kerusakan terhadap kendaraan dinasselama pemakaian tersebut menjadi tanggung jawabpemakai.

e. Hal yang menyang kut kesejahteraan untuk sopir yangditugaskan, seperti uang makan, transportasi, uangharian, dll ditanggung oleh pemakai kendaraan dinastersebut.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 354: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

336

3. Ketentuan dan Tanggung Jawab Kendaraan Dinas yangdipakai untuk urusan pribadi yang didinaskan seprti mengurusbarang-barang pindahan pribadi (personal effect) di airportatau pelabuhan :

a. Pemakaian kendaraan dinas harus seizin kepalaperwakialan c.q. kepala bagian/sub bagian tata usahaatau petugas pengelola kendaraan dinas, dengan mengisiformulir yang telah disediakan dan menyebutkantujuannya.

b. Dapat menggunakan sopir dinas atau dikendarai sendiriatau menggunakan salah satu staff perwakilan yangtelah memenuhi syarat untuk mengendarai kendaraantersebut.

c. Penyediaan bahan bakar, oli dan lain-lain yang yangdiperlukan untuk kendaraan tersebut ditanggung olehdinas.

d. Bilamana terjadi kerusakan terhadap kendaraan dinasselama pemakaian tersebut menjadi tanggung jawabdinas.

e. Hal yang menyang kut kesejahteraan untuk sopir yangditugaskan untuk keperluan tersebut menjadi tanggungjawab pemakai.

4. Tidak jarang perwakilan RI mengalami kekurangan kendaraandinas utnuk urusan-urusan kedinasan, oleh karena terdesakwaktu dan untuk kepraktisannya maka kadang menggunakankendaraaan pribadi staf perwakilan untuk keperluan kedinasantersebut seperti antar jemput tamu-tamu/delegasipemerintahan dalam jumlah banyak.

Ketentuan dan tanggung jawab kendaraan pribadi yangdigunakan untuk keperluan dinas.

a. Pemilik kendaraan harus memberitahukan kepada kepalabagian/sub bagian tata usaha atau kepada pengelolakendaraan dinas perwakilan.

b. Dapat menggunakan sopir dinas bilamana ada ataudikendarai sendiri oleh pemilik kendaraan atau dikendaraioleh staff perwakilan yang telah memenuhi syarat untukdapat mengendarai kendaraan tersebut.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 355: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

337

c. Penyediaan bahan bakar, oli, dan lain-lain yangdiperlukan untuk kendaraan tersebut ditanggung olehdinas.

d. Bilamana terjadi kerusakan terhadap kendaraan pribadiselama pemakaian urusan kedinasan tersebut mejaditanggung jawab pemilik kendaraan.

e. Hal-hal yang menyangkut kesejahteraan sopir yangditugaskan untuk keperluan tersebut menjadi tanggungjawab dinas.

5. Tidak jarang di Perwakilan RI guna memudahkan urusan kepemerintah setempat untuk urusan-urusan pribadi seseorangstaf seperti memperoleh SIM, KTP, dll menggunakan sopirdinas perwakilan. Sebagaimana diketahui bahwa sopir dinasPerwakilan biasanya adalah local staf bangsa setempat yangtelah paham lika-likunya urusan dan perilaku pejabatpemerintahan setempat. Oleh karena itu untuk keperluantersebut perlu diatur pelaksanaannya.

Ketentuan dan tanggung jawab pemakaian/peminjamansopir dinas perwakilan untuk keperluan-keperluan pribadi stafperwakilan :

a. pemakai harus minta izin atau memberitahukan kepadakepala bagian/sub bagian tata usaha atau pengelolakendaraan dinas dengan mengisi formulir yang telahdisediakan atau bila tidak tersedia formulirnya cukupmemberitahukan kapan diperlukan dan waktunya sertatujuannya.

b. Kendaraan yang digunakan adalah kendaraan pribadipemakai atau kendaraan lain bukan kendaraan dinasperwakilan.

c. Penyediaan bahan bakar, oli, dan lain-lain yang diperlukanuntuk kendaraan tersebut ditanggung pemakai.

d. Bilamana terjadi kerusakan terhadap kendaraan selamapemakaian sopir tersebut menjadi tanggung jawabpemakai.

e. hal-hal menyangkut kesejahteraan sopir yang ditugaskanuntuk keperluan tersebut menjadi tanggung jawabpemakai.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 356: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

338

VI. PEMELIHARAAN KENDARAAN DINAS

Pemeliharaan disini dimaksudkan sebagai usaha atau upayayang dilakuan agar kendaraan tersebut dapat tetap berfungsi denganbaik sehingga dapat memperpanjang umur teknis maupun umurekonomis kendaraan tersebut.

Yang dimaksud umur teknis kendaraan yaitu umur mulaikendaraan tersebut bisa dipakai sampai dengan tidak bisa dipakaisama sekali dengan kata lain selama kendaraan tersebut masihbisa berdaya guna (efektif) untuk bisa dipakai.

Yang dimaksud umur ekonomis kendaraan yaitu umur mulaikendaraan tersebut dipakai sampai dengan masih bisa dipakai secaramenguntungkan/ekonomis dengan kata lain selama kendaraantersebut masih bisa berhasil guna (efisien) untuk dipakai.

Kecenderungan Parwakilan RI sekarang adalah lebih banyakmempertahankan umur ekonomis kendaraan dinas daripadamempertahankan umur teknisnya. Dan hal ini oleh pemerintah pusatdapat dibenarkan umur ekonomis kendaraan dinas sampai 5 (lima)tahun pemakaian setelah itu kendaraan dinas dapat dihapus daridaftar inventaris dan diganti dengan kendaraan dinas lainnya.

A. Tugas dan Prosedur Pemeliharaan Kendaraan Dinas.

Tugas pemeliharaan kendaraan dinas adalah merupakansebagian tugas dari Kepala bagian/sub bagian tata usaha yangdalam pelaksanaan sehari-harinya dapat didelegasikan kepadastaf yang berada dibawah lingkungan bagian/sub bagian tatausaha yang ditugaskan sebagai pengelola kendraaan dinas.

1. Tugas Pengelola Kendaraan Dinas

a. Menginventarisir seluruh kendaraan dinas yang ada diperwakilan yang bersangkutan mengenai jenis, merek,tahun pembuatan/pembelian, kondisi kendaraan,perolehan kendaraan, dsb.

b. Tiap-tiap kendaraan dinas dibuatkan buku catatannyamasing-masing yang berisikan mengenai STNK, KIR,Service, dan lain-lain.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 357: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

339

c. Buku catatan tersebut diberikan kepada sopir yangbertanggung jawab atas kendaraan tersebut untuk dicatatkejadian-kejadian yang dialami dan melaporkannya kepadapengola kendaraan dinas.

d. Pengelola membuat formulir yang diperlukan untukpemakaian kendaraan dinas dan juga membuat daftarpemakaian kendaraan dinas tersebut dalam white boardatau dalam buku catatan sendiri untuk memudahkanpengecekan pemakaian kendaraan dinas tersebut.

e. Pengelola membuat job description/uraian tugas bagisopir dan menentukan sopir mana yang bertanggungjawab terhadap kendaraan dinas yang dimiliki perwakilan.

f. Pengelola harus selalu mengecek kondisi/keadaankendaraan dinas yang dikelolanya dan melaporkannyakepada kepala bagian/sub bagian tata usaha.

2. Prosedur Pemeliharaan Kendaraan Dinas.

Pengelola kendaraan dinas diharapkan dapat mengetahui danmemahami bagaimana prosedur pemeliharaan yang baiksehingga kendaraan tetap dapat digunakan dalam kondisibaik.

Prosedur pemeliharaan yang umum dilakukan adalah sebagaiberikut :

a. Sebelum kendaraan dijalankan, setiap pagi secara rutinharus diperiksa/dicek keadaaan bahan bakar, AC, olimesin, minyak rem, oli power steering, accu, air radiator,ban mobil dan lain-lain perlengkapan kendaraan tersebut.

b. Menstarter/memanaskan mesin kendaraan ditempatsebelum kendaraan dijalankan untuk waktu 5 s/d 10Menit.

c. Membersihkan bagian dalam dan luar kendaraan.

d. Menjalankan kendaraan dengan kecepatan yang sesuaimenurut aturan yang ditentukan

e. Melakukan service kecil dan service besar terhadapkendaraan tersebut sesuai jadwal waktu yang telahditentukan dalam buku service kendaraan.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 358: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

340

f. Melakukan kir kendaraan sesuai waktu yang ditentukanuntuk kendaraan tersebut.

g. Menyimpan dan memarkir kendaraan secara tertib danaman.

B. Asuransi Kendaraan Dinas

Asuransi Kendaraan dimaksudkan untuk berbagi resikobiaya bila kendaraan tersebut mengalami kerusakan atau hilang.Resiko ini dibagi antara perusahaan asuransi dengan pemilikkendaraan, perusaaan asuransi akan mengganti seluruh biayakerusakan/kehilangan kendaraan tersebut, dan pemilik kendaraandiwajibkan membayar premi asuransi.

Pada beberapa Perwakilan RI pemerintah negarasetempat mengharuskan adanya asuransi terhadap semua jeniskendaraan dikaitkan dengan untuk mendapatkan STNK-nya,namun dibeberapa Perwakilan RI lainnya hal ini belummembudaya.

Untuk berbagi resiko biaya kerusakan/kehilangankendaraan dinas disarankan seyogyanya kepada Perwakilan RIyang belum mengikuti asuransi kendaraan dinas supaya segeramengasuransikan kendaraan dinas tersebut sesuai aturan yangberlaku setempat asuransi yang dipakai hendaknya yangbonafide dan pertanggungannya adalah yang all risk termasuktotal lost, serta pembayaran premi asuransinya untuk jangkawaktu 1 (satu) tahun sekali. Dengan mengikuti asuransikendaraan dinas diharapkan dapat memberikan ketenangan batinbagi pengemudi, pengelola maupun penanggung jawabkendaraan dinas selama kendaraaan tersebut dipergunakanuntuk mendukung tugas-tugas Perwakilan.

C. Service/Perbaikan Kendaraan Dinas

Pelaksanaan, service/perbaikan kendaraan dinas yang menjaditanggung jawab, sopir harus dilaporkan kepada kepala bagian/sub bagian tata usaha atau kepada petugas pengelola kendaraandinas.

Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaaan service/perbaikankendaraan dinas adalah sebagai berikut :

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 359: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

341

1. Sopir yang bertanggung jawab atas kendaraan tersebutmencatat dalam buku catatan/log book mengenai apa sajayang diservice/diperbaiki terhadap kendaraan dinas tersebut.

2. Kepala bagian/sub bagian tata usaha atau pengelolakendaraan dinas menentukan bengkel yang bonafide untkmendjadi langgangan dalam pelaksanaan service/perbaikankendaraan dinas kalau memungkinkan bengkel ditempat agenpenjualan kendaraan tersebut.

3. Bila tidak mungkin melaksanakan service/perbaikan kendaraandinas di negara akreditasi, dapat dilakukan di luar negaraakreditasi dengan teriebih dahulu minta izin ataumemberitahukan kepada Pusat.

4. Untuk biaya service/perbaikan kendaraan dinas, KepalaBagian/Sub Bagian Tata Usaha harus selalu memperhatikandananya yang tersedia dalam DIK Perwakilan yangbersangkutan, dan juga perlu dilaporkan kepada KepalaPerwakilan.

VII. PENYIMPANAN KENDARAAN DINAS

A. Tempat Penyimpanan Kendaraan Dinas

Kepala Perwakilan c.q. kepala bagian/sub bagian tatausaha menentukan dimana tempat penyimpanan kendaraandinas. Pada umumnya kendaraan dinas Perwakilan disimpan di :

- Wisma Duta yaitu untuk kendaraan dinas Kepala Perwakilan.

- Kantor Perwakilan yaitu untuk kendaraan dinas operasionalperwakilan.

Sedapat mungkin Kepala bagian/sub bagian tata usahamenyediakan/membuat garasi untuk penyimpanan kendaraan-kendaraan dinas tersebut. Bila tidak memungkinkan untukpembuatan garasi hendaknya penyimpanan kendaraan dinasdapat dilakukan ditempat yang terlindung dari bahaya dan dapatdijaga keamanannya.

Bilamana kantor perwakilan tidak tersedia atau tidakmencukupi untuk penyimpanan kendaraan dinas operasionalmaka dapat disimpan di Wisma Duta kalau tempatnya mencukupi

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 360: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

342

atau disimpan dirumah staf perwakilan atau menyewa tempatpenyimpanan kendaraan.

Penyimpanan kendaraan dinas dirumah staf perwakilanhendaknya dapat dibuat SK Keppri yang mengatur dan tanggungjawab atas penyimpanan kendaraan tersebut, satu dan lain haluntuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.

Yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan kendaraan dinasyaitu :

1. Setelah pernakaian kendaraan dinas harus segera disimpanditempat yang telah ditentukan.

2. Kendaraan harus dalam keadaan terkunci dan aman daribahaya, kunci kendaraan disimpan ditempat yang telahditentukan.

3. Kepala Bagian/sub bagian tata usaha atau pengelolakendaraan dinas harus mempunyai dan menyimpan kunciserep kendaraan-kendaraan dinas perwakilan tersebut.

4. Bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan atas kendaraantersebut harus segera dilaporkan kepada kepala bagian/subbagian tata usaha atau pengelola kendaraan dinas supaayadapat segera ditindak lanjuti.

B. Parkir Kendaraan Dinas

Pada beberapa Perwakilan RI tidak tersedia tempat parkirkendaraan yang mencukupi bagi kendaraan dinas perwakilanmaupun kendaraan para stafnya baik tempat parkir dikantorperwakilan maupun tempat parkir di Wisma Duta. Oleh karenaitu diperlukan pengaturan tempat parkir sebaik-baiknya tanpamengganggu kelancaran tugas perwakilan. Yang perludiperhatikan dalam parkir kendaraan dinas sebagai berikut :

1. Kepala bagian/sub bagian tata usaha atau pengelolakendaraan dinas mengatur tempat parkir kendaraan denganmembuat prioritas karena keterbatasan tempat.

2. Kendaraan dinas harus diparkir ditempat yang telahditentukan untuk kendaraan tersebut, dan selebihnya tempatparkir dapat digunakan oleh kendaraan star perwakilan.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 361: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

343

3. Perlu disediakan tempat parkir khusus bagi tamu-tamu VIPPerwakilan dan bilamana tidak tersedia maka kalau perlumengorbankan tempat parkir kendaraan dinas untuk tempatparkir kendaraan tamu tersebut.

4. Kendaraan dinas harus diparkir dalam keadaan posisi rodalurus sejajar dengan body kendaraan tersebut, supaya tidakmengganggu keselamatan diri maupan orang lain.

5. Bilamana tidak cukup tersedia tempat parkir kendaraan dinasmaka perlu menyewa tempat parkir kendaraan tersebut.

6. Kendaraan dinas dilarang diparkir ditempat-tempat yangdapat menjatuhkan nama baik/citra Indonesia di Luar negeri.

VIII. INVENTARISASI KENDARAAN DINAS

Salah satu cara untuk memperolah data yang benar, lengkap,dan mutakhir serta dapat dipertanggungjawabkan yaitu denganmelakukan penatausahaan barang secara tertib dan teratur sertamemenuhi ketentuan/peraturan yang berlaku. Kendaraan dinassebagai barang/milik kekayaan negara yang berada di Perwakilanpenatausahannya dilakukan dengan cara inventarisasi yang dalampelaksanaannya harus berpedoman pada Keputusan Menlu nomorSK.317/09/83/01 tahun 1983 tanggal 31 desember 1983 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pembukuan dan Inventarisasi Barang-barangMilik/Kekayaan Negara dilingkungan Departemen Luar Negeri. Yangdimaksud denganinventarisasi yaitu kegiatan melakukan penatatandan pendaftaran barang milik/kekayaan negara pada suatu saattertentu dan dalam tempat yang telah ditentukan (buku, kartu,lembaran, dsb). Untuk melakukan Inventarisasi kendaraan dinasperlu diketahui hal-hal sebagai berikut :

A. Sistem Inventarisasi

Sistem Inventarisasi kendaraan dinas perwakilan dimulaidari mencatat data-data kendaraan tersebut dalam kartuInventaris Barang (KIB) alat angkutan. Diberikan nomorInventarisasinya kemudian secara berturut-turut nomorinventaris tersebut dicatat dalam, Lembaran Mutasi BarangTriwulan (LMBT), Daftar Inventaris Ruangan (DIR), dan Buku

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 362: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

344

Inventaris (BI) kemudian pada awal tahun anggaran inventarisasikendaraan dinas harus dimasukan dalam Laporan TahunanInventaris (LTI).

Ketentuan dan cara serta pengisian/pembuataninventarisasi kendaraan dinas pelaksanaannya telah diatur dalamSK. Menlu tersebut diatas.

B. 1. Organisasi Inventarisasi.

a. Pembina Barang Inventaris (PEBIN) pada tingkatDepartemen adalah Menteri Luar Negeri yang dikuasakankepada Sekretaris Jenderal.

b. Penguasa Barang Inventaris (PBI) pada tingkat Eselon Iadalah Kepala Perwakilan RI di luar negeri.

c. Unit pemakai barang (UPB) pada tingkat satuan kerjaadalah Perwakilan RI di luar negeri.

2. Penanggung Jawab Inventarisasi

a. Pada tingkat Departemen Luar Negeri adalah MenteriLuar Negeri yang dilimpahkan pada Sekretaris Jenderalyang dalam pelaksanaan sehari-hari dilakukan oleh KepalaBiro Perlengkapan (Selaku PEBIN).

b. Pada tingkat Unit Pemakai barang (UPB) adalah KepalaPerwakilan RI yang dalam penyelenggaraan danpelaksanaannya sehari-hari dilakukan oleh Kepala Bagian/sub bagian tata usaha.

C. Tujuan dan Fungsi Inventarisasi

Inventarisasi kendaraan dinas antara, lain :

- Untuk tertib administrasi barang setiap kendaraan dinas milik/kekayaan negara di perwakilan RI diluar negeri harus diInventarisir secara teratur sehingga memudahkan dalampengecekan/pengawasan agar kendaraan tersebut tetapdapat digunakan secara optimal.

- Selain itu inventarisasi ini dimaksud untuk menyediakan data/informasi sebagai bahan dalam penyusunan rencana

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 363: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

345

mobilitas Perwakilan, pengadaan, pemeliharaan, distribusi danpenghapusan kendaraan dinas Perwakilan RI di luar negeri.

IX. PENGHAPUSAN KENDARAAN DINAS

Kendaraan dinas di perwakilan RI yang dikategorikan sebagaibarang milik/kekayaan negara dipakai untuk mobilitas gunamendukung tugas/misi Perwakilan yang bersangkutan. Kendaraantersebut mempunyai batas waktu pemakaian hingga memenuhiketentuan untuk bisa dihapuskan dalam daftar Inventaris Perwakilan.

A. Pedoman Penghapusan

Pedoman yang dipakai untuk melaksanakan penghapusankendaraan dinas perwakilan RI di luar negeri yaitu :

- buku petunjuk pelaksanaan Penghapusan Barang Milik/Kekayaan Negara di Deplu dan Perwakilan RI di Luar Negeriyang diterbitkan oleh Biro Perlengkapan Deplu tahun 1992.

- Keputusan Menteri keuangan RI Nomor. 470/KMK/01/1994tanggal 20 September 1994 tentang Tata Cara Penghapusandan Pemanfaatan Barang Milik/Kekayaan Negara.

B. Alasan Penghapusan

Pada dasarnya untuk dapat melaksanakan penghapusankendaraan dinas dilakukan atas pertimbangan/alasan-alasansebagai berikut :

1. Pertimbangan alasan teknis :

a. Secara fisik kendaraan dinas tersebut sudah tidak bisadipakai lagi karena sudah rusak dan tidak ekonomis biladiperbaiki.

b. Secara teknis tidak dapat dipakai lagi akibat modernisasikendaraan.

c. Telah melampaui batas waktu kegunaannya/kadaluarsa.

2. Pertimbangan alasan ekonomis :

a. Kendaraan dinas yang ada sudah melebihi jumlah yangditentukan.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 364: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

346

b. Biaya Operasional dan biaya pemeliharaan ataskendaraan dinas tersebut jauh lebih besar dari manfaatyang diperoleh.

c. Hilang yang disebabkan kelalaian atau hilang yangdisebabkan oleh keadaan yang tidak terduga (focemajeure).

Atas dasar pertimbangan/alasan-alasan tersebut dapatdilakukan penghapusan.

C. Prosedur Penghapusan

Prosedur untuk melakukan penghapusan kendaraan dinasPerwakilan RI sebagai berikut :

1. Membuat Usulan Penghapusan.

Kepala bagian/sub bagian tata usaha yang melaksanakan,fungsi sebagai Unit Pengurus barang (UPB) membuat usulanpenghapusan kendaraan dinas dalam bentuk laporan kepadaKepala Perwakilan RI yang melaksanakan fungsi sebagaipengurus barang inventaris (PBI).

2. Membentuk Panitia Penghapusan.

Dengan dasar usulan/laporan teresbut Kepala Perwakilan yangbersangkutan membuat SK Keppri menangani pembentukanPanitia Penghapusan Kendaraan Dinas yang susunanPanitianya paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggotayang diketuai oleh Kepala bagian/sub bagian tata usaha.

3. Mengadakan Pemeriksaan/Penelitian.

Panitia penghapusan tersebut memeriksa/meneliti mengenaikeadaan kendaraan dinas yang akan dihapus apakah betulsudah layak untuk dihapus. Dalam hal tertentu danpertimbangan khusus dapat ditetapkan. Panitia pemeriksaan/penelitian terpisah dari panitia penghapusan.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 365: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

347

4. Membuat berita acara pemeriksaan/penelitian

a. Daftar kendaraan dinas yang akan dihapus lengkapdengan data-datanya.

b. Alasan Penghapusan.

c. Bukti yang mendukung penghapusan tersebut.

5. Membuat SK Persetujuan Penghapusan.

Berdasarkan Berita Acara tersebut Kepala Perwakilanmenerbitkan SK. Keppri tentang persetujuan PenghapusanKendaraan Dinas. Kepala Perwakilan RI diperkenankanmembuat SK persetujuan penghapusan barang milik/kekayaan negara apabila barang yang dihapus mempunyainilai perolehan sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluhjuta rupiah) per paket usulan penghapusan.

6. Tindak Lanjut Penghapusan.

Selanjutnya Panitia melaksanakan penghapusan kendaraandinas dengan cara :

a. Dijual/trade-in

b. Dibuang/dimusnahkan

c. Dihibahkan/diberikan gratis kepada pihak lain. Pelaksanaanini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan

barang serta kelaziman yang berlaku di negara setempat.

7. Mengirimkan berkas Pelaksanaan Penghapusan

Kepala bagian/sub bagian tata usaha mengirimkan berkas-berkas penghapusan kendaraan dinas tersebut kepada biroperlengkapan deplu dalam 10 (sepuluh) ganda untukdisampaikan kepada instansi-instansi yang terkait.

Ketentuan-ketentuan lain yang juga perlu diperhatikan dalampelaksanaan penghapusan kendaraan dinas yaitu :

a. Penghapusan kendaraan dinas dengan cara dijual, hasilpenjualan yang diperoleh harus segera disetorkan kerekening Menkeu, dan tidak boleh dipergunakan secaralangsung oleh Perwakilan yang bersangkutan.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 366: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

348

b. Perwakilan RI diluar negeri dapat melaksanakan secaraperiodik penghapusan terhadap barang bergerak denganketentuan dalam waktu 1 (satu) tahun tidakdiperkenankan melaksanakan penghapusan lebih dari 2(satu) kali.

c. Dalam hal Perwakilan akan mengadakan penghapusanbarang bergerak yang mempunyai nilai perolehan perpaketusulan diatas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)diperlukan izin dari Pembina barang Inventaris (PEBIN).Apabila permohonan usulan penghapusan disetujui PEBINmaka kepala perwakilan yang bersangkutan dapatmenerbitkan SK Keppri tentang persetujuanpenghapusannya.

Hasil penelitian panitia menjadi pegangan bagi perwakilanuntuk memutuskan apakah pemakai kendaraan dinastersebut terkena TGR atau tidak sesuai dengan ICW pasal74 dan 77.

Oleh karena itu setiap kendaraan dinas yang keluar dariPool harus dilengkapi surat tugas yang ditandatangani olehKepala bagian/sub administrasi atau pejabat lain yangditunjuk untuk itu, sehubungan dengan itu apabila kendaraandinas keluar dari Pool tanpa surat tugas, maka si pemakaibertanggung jawab penuh terhadap kerusakan ataukehilangan barang inventaris tersebut.

X. PENUTUP

Pengelolaan kendaraan dinas sebagai bagian dari rangkaiansiklus pembinaan logistik, mempunyai arti yang sangat penting dalamusaha mendukung kelancaran tugas perwakilan RI.

Pelaksanaan pengelolaan kendaraan dinas tersebutdiusahakan agar sedapat mungkin diseragamkan, hal ini gunamemudahkan pengelolaan/penanggung jawab kendaraan dinasPerwakilan RI yang pada umumnya berasal dari kalangan PejabatAdministrasi yang sering mengalami Tour Of Duty (Perputaran tugas).

Guna pembuatan keseragaman bentuk pengelolaankendaraan dinas di perwakilan tersebut, maka buku ini diterbitkan

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 367: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

349

dengan maksud untuk dapat dipergunakan sebagai acuan dalammembuat peraturan intern Perwakilan mengenai penggunaankendaraan dinas perwakilan.

Kepada pihak-pihak yang telah membantu dapatditerbitkannya buku ini tak lupa kami mengucapkan terima kasih.

Biro Perlengkapan

Departemen Luar Negeri

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 368: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

350

Disampaikan dengan hormat, bahwa berdasarkancatatan kami hingga kini masih terdapat beberapaPerwakilan R.I. di luar negeri yang dalam melaksanakankewajiban inventarisasi terhadap barang milik/kekayaannegara belum sesuai dengan ketentuan dalam Kepmen317/OR/XII/83/01 tahun 1983. Hal ini merupakankendala bagi kami dalam proses pelaksanaaninventarisasi selanjutnya.

Guna menunjang tercapainya tertib administrasibarang di lingkungan Departemen Luar Negeri sesuaiKepmen tersebut di atas, dimohon perhatian Saudaraakan hal – hal sebagai berikut :

1. Sekiranya dalam pelaksanaan inventarisasi pada,Perwakilan Saudara belum sesuai ketentuandimaksud, agar selekasnya melakukanpenyesuaian–penyesuaian seperlunya,

2. Kepada pengelola perlengkapan yang lalaimelaksanakan kewajiban inventarisasi akan dapatdikenakan sangsi–sangsi administratif sebagaimanatercantum dalam Kepmen 317/OR/XII/83/01dengan Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1980tentang peraturan disiplin Pegawai Negeri SIPILjo. SK. Menlu No. SP/3033/DN/XI/1980 tanggal13 Desember 1980 dan SK. Menlu No. SP/1410/DN/XI/1981 tanggal 25 Juli 1981;

3. Apabila terjadi pergantian Kepala Perwakilan, agardiadakan serah – terima barang inventaris yangberada di Wisma Keppri kepada Kabagmin/Kasubagmin selaku pelaksana inventarisasi dandituangkan dalam Berita – Acara Serah – Terima

E D A R A NNomor : 0154/PL/VI/91/14Perihal : InventarisasiLampiran: -

Kepada Yth,Saudara kepala Perwakilan R.IDiSeluruh Perwakilan

JAKARTA, 11 Juni 1991

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 369: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

351

Barang Wisma Keppri, disaksikan sekurang –kurangnya seorang pejabat/Home Staff padaPerwakilan Saudara.

Demikian atas perhatian dan kerjasamanyaSaudara kami ucapkan terima kasih.

a.n. MENTERI LUAR NEGERISEKRETARIS JENDERAL

ttd

SOEWARNO DANUSUTEDJO

Tembusan di sampaikan kepada :

1. Yth. Bapak Menteri Luar Negeri (sebagai laporan);

2. Yth. Sdr. Inspektur Jenderal;

3. Yth. Sdr. Kepala Biro Perlengkapan;

4. Yth. Sdr. Kepala Biro Kepegawaian.

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 370: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

352

Page 371: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

353

XXII

PENGHAPUSANDAN

PEMANFAATAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 372: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

354

Page 373: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

355

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 5 TAHUN 1983

TENTANG

PENGHAPUSAN PENYEDIAAN KENDARAANPERORANGAN DINAS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pengadaan dan pemeliharaan kendaraanperorangan dinas milik, negara sebagai saranapelaksanaan tugas para pejabat di lingkunganDepartemen/Lembaga Pemerintah NonDepartemen dan Instansi Pemerintah lainnyaorganisasi beban bagi keuangan negara;

b. bahwa berhubung dengan itu dipandang perluuntuk menghapuskan untuk seterusnyapenyediaan kendaraan perorangan dinaskepada Pejabat Pemerintah, dengan menjualkendaraan perorangan dinas tersebut kepadaPejabat Pemerintah;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang

Pokok-pokok kepegawaian (Lembaran NegaraTahun 1974 Nomor 55, Tambahan LembaranNegara Nomor 304);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1971tentang Penjualan Kendaraan Perorangan DinasMilik Negara (Lembaran Negara Tahun 1971Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor2967);

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 374: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

356

4. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 1980 jugaKeputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1981tentang Pelaksanaan Anggaran pendapatan danBelanja Negara.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIATENTANG PENGHAPUSAN PENYEDIAANKENDARAAN DINAS PERORANGAN.

BAB I

KETENTUTAN UMUM

Pasal 1

(1) Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan

a. Kendaraan Perorangan Dinas adalah kendaraan bermotorperorangan milik negara yang dipergunakan untukpelaksanaan tugas Pejabat Pemerintah;

b. Pejabat Pemerintah adalah Pejabat Eselon I Eselon II, danPejabat pejabat lain yang memegang kendaraan DinasPerorangan.

(2) Tidak termasuk Kendaraan Perorangan Dinas dalam KeputusanPresiden ini ialah kendaraan dinas antar jemput pegawai dankendaraan dinas lain yang tidak termasuk dalam ayat (1) hurufa Pasal ini.

Pasal 2(1) Mulai tanggal 1 April 1983 Pemerintah tidak lagi menyediakan

Kendaraan Perorangan Dinas bagi Pejabat Pemerintah dan tidakmenyediakan anggaran untuk pemeliharaan kendaraan tersebut.

(2) Penyediaan Kendaraan Perorangan Dinas oleh Pemerintah hanyauntuk pejabat-pejabat negara: Presiden, Wakil Presiden, PimpinanLembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Menteri, Jaksa Agung,gubernur Bank Indonsia, Gubernur/Kepala Daerah dan WakilGubernur/Kepala Daerah, Bupati/Kepala Daerah dan Duta BesarKepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 375: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

357

Pasal 3

Pejabat Pemerintah yang pada saat berlakunya keputusan Presidenini menjadi pemegang tetap Kendaraan Perorangan Dinas dapatmembeli kendaraan tersebut.

BAB IITATA CARA PENJUALAN

KENDARAAN BERMOTOR DINAS

Pasal 4

Harga penjualan kendaraan perorangan dinas kepada PejabatPemerintah ditentukan sebagai berikut:

1. Harga yang dibayar adalah 50% (lima puluh persen) dari hargaperolehan/pembelian semula setelah dikurangi penyusutan yangbesarnya 12% (dua belas persen) setiap tahun dengan ketentuanbahwa penyusutan itu sebanyak-banyaknya sebesar 90%.

2. Harga kendaraan perorangan dinas tersebut dapat dibayardengan lunas sekaligus atau dengan angsuran dalam jangkawaktu selama-lamanya 5 (lima tahun).

Pasal 5

Kendaraan Perorangan Dinas yang telah dijual, dengan angsurankepada pemegangnya menjadi kendaraan milik pribadi terhitung sejakditandatanganinya perjanjian pembelian oleh Pejabat Pemerintahyang bersangkutan.

Pasal 6

(1) Pelaksanaan Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Kepadapara pemegangnya harus sudah diselesaikan selambat-lambatnyapada akhir Juni 1983.

(2) Pelaksanaan Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas kepada parapemegangnya dilakukan oleh masing-masing Departemen,Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Instansi Pemerintahlainnya, dengan koordinasi Menteri/Sekretaris Negara selakuKetua Tim Keppres 10.

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 376: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

358

Pasal 7

Hasil pendapatan dari penjualan Kendaraan Perorangan Dinas yangdibeli oleh Pejabat Pemerintah disetorkan oleh Instansi-lnstansiPemerintah tersebut dalam Pasal 6 kepada Kas Negara.

BAB IIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 8Ketentuan-ketentuan dalam Keputusan Presiden ini berlaku jugabagi Pemerintah Daerah dan Badan Usaha serta Bank-bank MilikNegara.

Pasal 9Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Keputusan Presiden ini diaturlebih lanjut oleh Menteri Keuangan.

Pasal 10

Keputusan Presiden ini mulai berlaku terhitung tanggal 1 April 1983.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 28 Januari 1983.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Ttd.

SOEHARTO

Disalin sesuai aslinya oleh :

SEKRETARIAT KABINET RI

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 377: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

359

MENTERI KEUANGANSALINAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIKINDONESIA NOMOR : 470/KMK.01/1994

TENTANG

TATA CARA PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIKINDONESIA

Menimbang : a. Bahwa dengan telah ditetapkannya KeputusanPresiden Nomor 16 tahun 1994 tentangPelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara, maka Pedoman Umum Tata CaraPenghapusan Barang Milik/Kekayaan Negarasebagaimana tertuang di dalam KeputusanMenteri Keuangan Nomor: 653/ KMK.011/1986perlu disesuaikan dengan Keputusan PresidenNomor 16 Tahun 1994.

b. bahwa berhubung dengan itu, dipandang perluuntuk menetapkan Tata Cara Penghapusan danPemanfaatan Barang Milik/Kekayaan Negaradengan Keputusan Menteri Keuangan.

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah nomor 21 Tahun 1956tentang Mengubah Peraturan PenghapusanBarang-barang karena busuk, rusak, dicuri atauhilang dari Perhitungan Bendaharawan yangbersangkutan (Staatsblad 1915 Nomor 3)Lembaran Negara nomor 46 tahun 1956,Tambahan Lembaran Negara nomor 1041.

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 378: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

360

2. Keputusan Presiden nomor 96/M tahun 1993tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan VI.

3. Keputusan Presiden Nomor 16 tahun 1994tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara.

4. Keputusan Menteri Keuangan RepublikIndonesia nomor : KEP-225/KMK/V/4/1971tentang Pedoman Umum PelaksanaanInventarisasi Barang Milik/Kekayaan Negara.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIKINDONESIA TENTANG TATA CARAPENGHAPUSAN DAN PEMANFAATAN BARANGMILIK/KEKAYAAN NEGARA.

Pasal 1Pelaksanaan Penghapusan dan Pemanfaatan Barang Milik/ KekayaanNegara yang dikelola oleh Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, KantorMenteri Koordinator dan Kantor Menteri Negara, Departemen,Kejaksaan Agung, Sekretariat Negara dan Lembaga PemerintahNon Departemen, diselenggarakan berdasarkan ketentuan-ketentuanyang di tetapkan di dalam keputusan ini.

Pasal 21. Penghapusan barang milik/kekayaan negara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1 dapat ditindaklanjuti dengan :

a. Dijual;

b. Dipertukarkan (Ruilslag);

c. Dihibahkan/disumbangkan;

d. Dijadikan Penyertaan Modal Pemerintah;

e. Dimusnahkan.

2. Pemanfaatan barang milik/kekayaan negara sebagaimanadimaksud di dalam Pasal 1 dapat dilakukan dengan :

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 379: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

361

a. Disewakan;

b. Bangun Guna Serah;

c. Dipinjamkan;

Pasal 31. Pelaksanaan Penghapusan dan Pemanfaatan barang milik/

kekayaan negara sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 2 kecualimenyangkut tukar menukar (ruilslag) dilakukan berdasarkan tatacara yang diatur dalam lampiran keputusan ini.

2. Tukar Menukar (Ruilslag) barang milik/kekayaan negara diatursecara tersendiri dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor:350/KMK.03/1994, tanggal 13 Juli 1994.

Pasal 4Menteri Keuangan sebagai Pelaksana Pembina Umum barang milik/kekayaan negara memberi kuasa kepada Direktur Jenderal Anggaranuntuk menetapkan kebijaksanaan umum pembinaan danpengelolaan barang milik/kekayaan negara.

Pasal 5Dengan berlakunya keputusan ini, maka Keputusan MenteriKeuangan Republik Indonesia nomor : 653/KMK.011/1986 danKeputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor: 109/KMK.03/1988 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 6Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 20 September 1994

MENTERI KEUANGAN,

ttd

MAR’IE MUHAMMAD

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 380: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

362

Lamp : - 27 Agustus 2002Hal : Petunjuk Teknis Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Penghapusan Barang InventarisMilik Negara di Lingkungan Departemen/Lembaga

Kepada Yth.:

1. Para Sekretaris Jenderal Departemen/Lembaga Tinggi danTertinggi Negara

2. Para Sekretaris Menteri Koordinator/Menteri Negara3. Para Sekretaris Utama Lembaga Pemerintah Non Departemen4. Kepala Staf Umum TNI5. Sekretaris Jenderal Kepolisian RI

SURAT EDARANNO. SE-144/A/2002

Berkenaan dengan ketentuan dalam pasal 9 ayat 1 dan 2 KeputusanPresiden Nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBNdan sambil menunggu ditetapkannya perubahan atas SuratKeputusan Menteri Keuangan RI No. 470/KMK.01/1994 tanggal 20September 1994 tentang Tata Cara Penghapusan dan PemanfaatanBarang Milik/Kekayaan Negara, dengan ini diminta perhatian Saudaraterhadap hal-hal sebagai berikut:

1. Penghapusan barang bergerak berupa kendaraan bermotor rodaempat/lebih dan atau barang bergerak yang bernilai ekonomistinggi yang berlebih atau tidak dapat dipergunakan lagi, dapatdilakukan oleh Menteri/Ketua Lembaga bersangkutan dengansyarat-syarat:

a. Penghapusan barang bergerak sebagaimana tersebut di atasdilakukan secara selektif dan tidak akan menggangu tugas-tugas operasional departemen/lembaga bersangkutan.

b. Departemen/Lembaga yang mengusulkan penghapusan,tidak diperkenankan mengajukan permintaan/pengadaanbaru kendaraan bermotor dan atau barang bergerak yangbernilai ekonomis tinggi seperti generator listrik (genset),bulldozer, traktor, peralatan laboratorium, speed boat, kapalberbobot mati kurang dari 150 ton atau barang bergerak

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 381: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

363

yang nilai perolehannya di atas Rp. 50 juta sampai denganRp. 1 milyar per unit/satuan atas biaya APBN untuk jangkawaktu minimum 3 (tiga) tahun setelah pelaksanaanpenghapusan barang bergerak dimaksud.

c. Sebelum dihapuskan oleh Menteri/Ketua Lembagabersangkutan harus terlebih dahulu mendapat rekomendasi/ijin tertulis dari:

1) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaransetempat, apabila nilai perolehan kendaraan bermotorroda empat/lebih dan atau barang bergerak yang bernilaiekonomis tinggi per paket usulan sampai denganberjumlah Rp. 100 juta.

2) Direktur Jenderal Anggaran apabila nilai perolehankendaraan bermotor roda empat/lebih dan atau barangbergerak yang bernilai ekonomis tinggi per paket usulandi atas Rp. 100 juta.

2. Penghapusan barang bergerak, kecuali kendaraan bermotorroda empat/lebih dan atau barang bergerak yang bernilaiekonomis tinggi, dapat langsung dilakukan Menteri/KetuaLembaga bersangkutan tanpa terlebih dahulu mendapatpersetujuan dari Direktur Jenderal Anggaran atau Kepala KantorWilayah Direktorat Jenderal Anggaran, apabila barangbersangkutan dijual secara lelang melalui Kantor Lelang Negara.

3. Penghapusan barang bergerak sebagaimana tersebut pada butir2 di atas dengan tindak lanjut dijual tanpa melalui Kantor LelangNegara, sebelum dihapuskan oleh Menteri/Ketua Lembagabersangkutan, harus terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi/ijin tertulis dari:

a. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaransetempat, apabila nilai perolehan barang dimaksud per paketusulan sampai dengan berjumlah Rp. 100 juta.

b. Direktur Jenderal Anggaran apabila nilai perolehan barangdimaksud per paket usulan di atas Rp. 100 juta.

4. Barang inventaris berupa bangunan (tidak termasuk tanah)yang akan dihapuskan karena akan dibangun kembali(rekonstruksi), rusak berat, terkena bencana alam, tidak lakudijual melalui Kantor Lelang Negara dan karena alasan-alasanlain yang dibenarkan oleh ketentuan yang berlaku, usulpenghapusannya dilakukan sebagai berikut:

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 382: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

364

a. Diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalAnggaran setempat apabila nilai perolehan bangunandimaksud sampai dengan Rp. 100 juta.

b. Diajukan kepada Direktur Jenderal Anggaran apabila nilaiperolehan bangunan dimaksud di atas Rp. 100 juta.

c. Direktur Jenderal Anggaran atau Kepala Kantor WilayahDirektorat Jenderal Anggaran setempat dapat memberikanrekomendasi penghapusan setelah melihat keadaan fisik dilapangan.

5. Khusus untuk tanah apabila akan dihapuskan dari pembukuanbarang inventaris dengan tindak lanjut antara lain dijual,dipertukarkan, dihibahkan dan sebagainya yang akanmengakibatkan peralihan hak atas tanah tersebut terlebih dahuluharus mendapat ijin tertulis dari Menteri Keuangan.

6. Dalam hal barang yang dihapuskan memerlukan penilaian teknisharus melibatkan unsur teknis terkait.

7. Untuk melakukan penghapusan perlu dibentuk PanitiaPenghapusan serendah-rendahnya oleh Pembantu PenguasaBarang Inventaris (PPBI) yaitu pejabat setingkat eselon II.Kantor/satuan kerja selaku Unit Pemakai Barang (UPB)mengusulkan pembentukan Panitia Penghapusan kepada PPBImeliputi unsur-unsur pejabat yang bertanggungjawab di bidangperlengkapan, umum dan keuangan dalam lingkungan kantor/satuan kerja/UPB bersangkutan.

8. Panitia Penghapusan antara lain bertugas

a. memeriksa/meneliti dan menilai barang yang akan dihapuskan,

b. menyelesaikan kelengkapan administrasi usul penghapusan,

c. mengajukan pelaksanaan pelelangan barang melalui KantorLelang setempat,

d. membuat laporan pelaksanaan penghapusan.

9. Dengan ditetapkannya Surat Edaran ini maka Surat EdaranDirektur Jenderal

Anggaran Nomor SE-36/A/51/0399 tanggal 8 Maret 1999 dinyatakantidak berlaku.

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 383: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

365

Demikian agar dimaklumi dan atas kerjasamanya diucapkan terimakasih.

A.n. Menteri Keuangan RIDirektur Jenderal Anggaran

ttd

A. Anshari RitongaNIP. 060027032

Tembusan:

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;2. Menteri Keuangan;3. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;4. Para Inspektur Jenderal Departemen;5. Para Inspektur Utama pada Lembaga Pemerintah Non

Departemen;6. Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara;7. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran;8. Para Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara;9. Para Kepala Kantor Verifikasi Pelaksanaan Anggaran.

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 384: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

366

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

23 September 2003

Lamp :

Hal : Batasan Umur Pemakaian Kendaraan Bermotor DinasOperasional sebagai Dasar Usulan Penghapusan

Yth. 1. Para Sekretaris Jenderal Departemen2. Para Sekretaris Jenderal Lembaga Negara3. Para Sekretaris Menteri Koordinator/Menteri Negara4. Para Sekretaris Utama Lembaga Pemerintah Non

Departemen5. Jaksa Agung Muda Pembinaan6. Kepala Staf Umum TNI7. Sekretaris Jenderal Kepolisian RI

SURAT EDARANNO.: SE-187/MK.2/2003

Sehubungan dengan Keppres No. 5 tahun 1983 pasal 2 yangmenetapkan bahwa mulai 1 April 1983, pemerintah tidak lagimenyediakan kendaraan dinas perorangan bagi pejabat pemerintah,dan surat Menteri Keuangan No. S-657/MK.011/1986 tanggal 23Juni 1986 khususnya alinea ketiga, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. Memperhatikan PP No. 46 tahun 1971 tanggal 3 Agustus 1971tentang penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Milik Negara,dengan diterbitkannya Keppres No. 5 Tahun 1983 maka terhitungmulai tanggal 1 April 1983, kendaraan dinas perorangan hanyauntuk pejabat negara (pasal 2 ayat 2) yang penghapusannyaberdasarkan PP No. 46 Tahun 1971. Sedangkan untukpenghapusan kendaraan bermotor dinas operasional belum diatur.

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 385: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

367

Dengan kata lain penghapusan kendaraan bermotor dinasoperasional tidak dapat mengacu pada PP No. 46 tahun 1971.

2. Sesuai dengan surat Menteri Keuangan tersebut di atas dalamalinea ketiga, ditegaskan sebagai berikut: “untuk Kendaraan DinasOperasional yang sudah tidak dapat dipergunakan lagipelaksanaan penjualannya agar dilaksanakan secara lelang melaluiKantor Lelang Negara dan hasilnya disetor ke Kas Negara.Demikian juga terhadap kendaraan yang sudah dibesituakan(scrap).”

3. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas maka perlu diaturbatasan umur pemakaian kendaraan bermotor dinas operasionalyang dapat diusulkan untuk dihapus antara lain denganmemperhatikan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

a. Kenyataan di pasaran harga kendaraan bermotor cukup tinggisedangkan di lain pihak kemampuan anggaran negaraterbatas. Oleh karena itu kendaraan dinas operasional yangada perlu dipelihara semaksimal mungkin.

b. Usulan penghapusan Kendaraan Bermotor Dinas Operasionalharus dilakukan secara selektif agar tidak mengganggupelaksanaan tugas-tugas operasional Departemen/Lembagayang bersangkutan.

c. Kendaraan bermotor dinas operasional untuk pelaksanaantugas khusus seperti: mobil ambulance; mobil sel lembagapemasyarakatan; mobil tahanan kejaksaan; mobil tahanankepolisian; mobil pemadam kebakaran; mobil/kapal/pesawat/helikopter patroli dan tugas khusus lainnya, belum dapatdiajukan usulan penghapusannya jika belum tersediakendaraan baru sebagai penggantinya karena secaralangsung akan mengganggu pelaksanaan tugas pokok danfungsi instansi terkait.

Demikian untuk mendapat perhatian dan atas kerjasamanyadiucapkan terima kasih.

An. Menteri KeuanganDirektur Jenderal Anggaran,

ttd

A. Anshari RitongaNIP. 060027032

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 386: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

368

Tembusan:

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan2. Menteri Keuangan3. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan4. Para Inspektur Jenderal Departemen5. Para Inspektur Utama Lembaga Pemerintah6. Para Kepala Kantor Wilayah Ditjen Anggaran7. Para Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara8. Para Kepala Kantor Verifikasi dan Pelaksanaan Anggaran

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 387: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

369

MENTERI LUAR NEGERlREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK. 04/A/PL/V/2004/01

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAANPENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

PADA DEPARTEMEN LUAR NEGERI DAN PERWAKILANREPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Organisasi danTata Kerja Departemen Luar Negeri danOrganisasi Perwakilan Republik Indonesia yangbaru sesuai dengan Surat Keputusan MenteriLuar Negeri Nomor SK. 053/OT/II/2002/01Tahun 2002 dan Keputusan Presiden nomor 108Tahun 2003, Surat Keputusan Menteri LuarNegeri Nomor SK. 123/PL/VII/2001/01 tahun2001 tentang Petunjuk PelaksanaanPenghapusan dan Pemanfaatan Barang Milik/Kekayaan Negara pada Departemen Luar Negeridan Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeridinilai telah tidak sesuai lagi dan dipandang perludiganti dengan yang baru;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, perlu menetapkanKeputusan Menteri Luar Negeri RI tentangPetunjuk Pelaksanaan Penghapusan danPemanfaatan Barang Milik/Kekayaan Negara

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 388: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

370

pada Departemen Luar Negeri dan PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri;

Mengingat : 1. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002tentang Pedoman Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara;

2. Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2003tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesiadi Luar Negeri;

3. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1970 tentangPenjualan dan atau Pemindahtanganan Barang-barang yang Dimiliki/Dikuasai Negara;

4. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1971 tentangInventarisasi Barang Milik/Kekayaan Negara;

5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 470/KMK/01/1994 Tahun 1994 tentang Tata CataPenghapusan dan Pemanfaatan Barang Milik/Kekayaan Negara;

6. Keputusan Menteri Luar Negrei Nomor SK. 053/OT/II/2002/01 Tahun 2002 tentang Organisasidan Tata Kerja Departemen Luar Negeri,

Memperhatikan : 1. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-144/A/2002 tahun 2002 perihal Petunjuk TeknisTentang Tata Cara Pelaksanaan PenghapusanBarang Inventaris Milik Negara di LingkunganDepartemen/Lembaga;

2. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-187/MK.2/2003 tanggal 23 September 2003 tentangBatasan Umur Pemakaian Kendaraan BermotorDinas Operasional sebagai Dasar UsulanPenghapusan,

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERl TENTANGPETUNJUK PELAKSANAAN PENGHAPUSAN DANPEMANFAATAN BARANG MILIK/KEKAYAAN

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 389: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

371

NEGARA PADA DEPARTEMEN LUAR NEGERI DANPERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUARNEGERI.

Pasal 1

Menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Penghapusan danPemanfaatan Barang Milik/kekayaan Negara padaDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri terdiri dari PetunjukPelaksanaan Penghapusan barang milik/KekayaanNegara di Lingkungan Departemen Luar Negeri danPerwakilan Republik Indonesia di Luar Negerisebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan IIyang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkandari keputusan ini.

Pasal 2

Dengan berlakunya keputusan ini, Keputusan MenteriLuar Negeri Nomor SK. 123/PL/VII/2001/01 tahun2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penghapusandan Pemanfaatan Barang Milik/Kekayaan Negara padaDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri, dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 3Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 18 Mei 2004

MENTERI LUAR NEGERI RI,

ttd

HASSAN WIRAJUDA

PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATANBARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

Page 390: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

372

Page 391: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

373

XXIII

LAIN-LAIN

Page 392: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

374

Page 393: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

375

INTRUKSI MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 021/OR/III/85/02 Tahun 1985

TENTANGLARANGAN BAGI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA

DI LUAR NEGERI MEMBELI BARANG-BARANGMILIK PRIBADI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa masih saja terdapat usul-usul danPerwakillan RI untuk membeli barang-barang milikpribadi;

b. bahwa untuk pembelian barang-baranginventaris Perwakilan telah ditetapkan syarat-syarat dan prosedur tertentu;

c. bahwa untuk tertib administrasi, maka dianggapperlu mengeluarkan instruksi tentang laranganbagi Perwakilan RI di luar negeri membeli barang-barang milik pribadi.

mengingat : 1. Undang-undang Perbendaharaan Indonesia(ICW) Stbl 192 No. 448 sebagaimana telahdiubah dan ditambah dengan Undang-undangNo. 9 Tahun 1968;

2. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1956;

3. Keputusan Presiden No. 14A Tahun 1980 josKeputusan Presiden No. 18 Tahun 1981 danKeputusan Presiden No. 29 Tahun 1984.

LAIN-LAIN

Page 394: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

376

MENGINTRUKSIKAN

Kepada : PARA KEPALA PERWAKILAN REPUBLIKINDONESIA DILUAR NEGERI

Untuk

Pertama : Tidak melakukan pembelian barang-barang milikpribadi sebagai barang inventaris Perwakilan.

Kedua : Instruksi Menteri Luar Negeri ini mulai berlakutanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTAPada tanggal : 2 Maret 1985

MENTERI LUAR NEGERISEKRETARIS JENDERAL

ttd

SOEDARMONO

LAIN-LAIN

Page 395: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

377

XXIV

TUGAS POKOKDAN

FUNGSI DEPARTEMEN

Page 396: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

378

Page 397: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

379

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 9 TAHUN 2005

TENTANG

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI,SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA

KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaantugas Kabinet Indonesia Bersatu dan untuk lebihmeningkatkan koordinasi serta kelancaranpenyelenggaraan pemerintahan negara yangberdaya guna dan berhasil guna, dipandang perlumenetapkan kedudukan, tugas, fungsi, susunanorganisasi, dan tata kerja Kementerian NegaraRepublik Indonesia;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor125, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4437);

3. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun2004 sebagaimana telah diubah denganKeputusan Presiden Nomor 8/M Tahun 2005;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 398: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

380

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANGKEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNANORGANISASI, DAN TATA KERJAKEMENTERIAN NEGARA REPUBLIKINDONESIA.

BAB IBENTUK KEMENTERIAN NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

Pasal 1Kementerian Negara Republik Indonesia terdiri dari :

a. Kementerian Koordinator;

b. Kementerian yang berbentuk Departemen, yang selanjutnyadisebut Departemen;

c. Kementerian Negara.

BAB IIKEMENTERIAN KOORDINATOR

Bagian Pertama

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 2(1) Kementerian Koordinator adalah unsur pelaksana Pemerintah.

(2) Kementerian Koordinator dipimpin oleh Menteri Koordinator yangberada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Pasal 3

Kementerian Koordinator mempunyai tugas membantu Presiden dalammengkoordinasikan perencanaan dan penyusunan kebijakan, sertamensinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidangnya.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 399: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

381

Pasal 4

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal3, Kementerian Koordinator menyelenggarakan fungsi :

a. koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan di bidangnya;

b. sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;

c. pengendalian penyelenggaraan kebijakan, sebagaimanadimaksud pada huruf a dan huruf b;

d. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

e. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

f. pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden;

g. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Pasal 5

Kementerian Koordinator terdiri dari :

a. Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;

b. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;

c. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Bagian KeduaKementerian Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan

Pasal 6Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamananmempunyai tugas membantu Presiden dalam mengkoordinasikanperencanaan dan penyusunan kebijakan, serta mensinkronkanpelaksanaan kebijakan di bidang politik, hukum, dan keamanan.

Pasal 7Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamananmenyelenggarakan fungsi :

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 400: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

382

a. koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan di bidangpolitik, hukum, dan keamanan;

b. sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang politik, hukum, dankeamanan;

c. pengendalian penyelenggaraan kebijakan, sebagaimanadimaksud pada huruf a dan huruf b;

d. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

e. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

f. pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden;

g. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Pasal 8Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalamPasal 6 dan Pasal 7, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,dan Keamanan mengkoordinasikan :

a. Departemen Dalam Negeri;

b. Departemen Luar Negeri;

c. Departemen Pertahanan;

d. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia;

e. Kejaksaan Agung;

f. Badan Intelijen Negara;

g. Tentara Nasional Indonesia;

h. Kepolisian Negara Republik Indonesia;

i. Instansi lain yang dianggap perlu.

Bagian KetigaKementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Pasal 9Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai tugasmembantu Presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 401: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

383

penyusunan kebijakan, serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakandi bidang perekonomian.

Pasal 10

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9,Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyelenggarakanfungsi :

a. koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan di bidangperekonomian;

b. sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang perekonomian;

c. pengendalian penyelenggaraan kebijakan, sebagaimanadimaksud pada huruf a dan huruf b;

d. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

e. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

f. pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden;

g. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Pasal 11

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalamPasal 9 dan Pasal 10, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomianmengkoordinasikan :

a. Departemen Keuangan;b. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral;c. Departemen Perindustrian;d. Departemen Perdagangan;e. Departemen Pertanian;f. Departemen Kehutanan;g. Departemen Perhubungan;h. Departemen Kelautan dan Perikanan;i. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi;j. Departemen Pekerjaan Umum;k. Departemen Komunikasi dan Informatika;l. Kementerian Negara Riset dan Teknologi;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 402: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

384

m. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;n. Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal;o. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan/

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional;p. Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara;q. Instansi lain yang dianggap perlu.

Bagian KeempatKementerian Koordinator

Bidang Kesejahteraan Rakyat

Pasal 12Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mempunyaitugas membantu Presiden dalam mengkoordinasikan perencanaandan penyusunan kebijakan, serta mensinkronkan pelaksanaankebijakan di bidang kesejahteraan rakyat dan penanggulangankemiskinan.

Pasal 13Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal12, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyatmenyelenggarakan fungsi :

a. koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan di bidangkesejahteraan rakyat dan penanggulangan kemiskinan;

b. sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang kesejahteraan rakyatdan penanggulangan kemiskinan;

c. pengendalian penyelenggaraan kebijakan, sebagaimanadimaksud pada huruf a dan huruf b;

d. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

e. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

f. pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden;

g. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 403: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

385

Pasal 14

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalamPasal 12 dan Pasal 13, Kementerian Koordinator BidangKesejahteraan Rakyat mengkoordinasikan :

a. Departemen Kesehatan;b. Departemen Pendidikan Nasional;c. Departemen Sosial;d. Departemen Agama;e. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata;f. Kementerian Negara Lingkungan Hidup;g. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan;h. Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara;i. Kementerian Negara Perumahan Rakyat;j. Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga;k. Instansi lain yang dianggap perlu.

Bagian Kelima

Susunan Organisasi

Pasal 15Kementerian Koordinator dibantu oleh :a. Sekretariat Kementerian Koordinator;b. Deputi;c. Staf Ahli.

Bagian KeenamSekretariat Kementerian Koordinator

Pasal 16(1) Sekretariat Kementerian Koordinator adalah unsur pembantu

pimpinan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepadaMenteri Koordinator.

(2) Sekretariat Kementerian Koordinator dipimpin oleh SekretarisKementerian Koordinator.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 404: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

386

Pasal 17Sekretariat Kementerian Koordinator mempunyai tugasmelaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan danpemberian dukungan administrasi Kementerian Koordinator.

Pasal 18Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17,Sekretariat Kementerian Koordinator menyelenggarakan fungsi :a. koordinasi kegiatan Kementerian Koordinator;b. penyelenggaraan pengelolaan administrasi umum untuk

mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsiKementerian Koordinator;

c. penyelenggaraan hubungan kerja di bidang administrasi denganKementerian Koordinator lain, Kementerian Negara,Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, danlembaga lain yang terkait;

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

Pasal 19(1) Sekretariat Kementerian Koordinator terdiri dari 2 (dua) Biro.(2) Biro terdiri dari paling banyak 5 (lima) Bagian.(3) Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.(4) Khusus Bagian yang menangani urusan tata usaha pimpinan

terdiri dari sejumlah Subbagian sesuai kebutuhan.

Bagian KetujuhDeputi

Pasal 20Deputi adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsiKementerian Koordinator yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Koordinator.

Pasal 21

Deputi mempunyai tugas menyiapkan koordinasi perencanaan danpenyusunan kebijakan, serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakandi bidangnya.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 405: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

387

Pasal 22

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal21, Deputi menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakandi bidangnya;

b. sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;

c. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang masalahatau kegiatan sesuai dengan bidangnya;

d. pelaksanaan hubungan kerja di bidang teknis denganKementerian Koordinator lain, Kementerian Negara,Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, danlembaga lain yang terkait;

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Koordinatorsesuai dengan bidangnya.

Pasal 23(1) Jumlah Deputi ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan beban

kerja.

(2) Deputi dibantu oleh paling banyak 5 (lima) Asisten Deputi.

(3) Asisten Deputi dibantu oleh paling banyak 4 (empat) Bidang,dan masing-masing Bidang terdiri dari 2 (dua) Subbidang.

(4) Deputi dalam melaksanakan tugasnya, secara administratifdikoordinasikan oleh Sekretaris Kementerian Koordinator.

Bagian KedelapanStaf Ahli

Pasal 24

(1) Menteri Koordinator dapat dibantu oleh paling banyak 7 (tujuh)Staf Ahli.

(2) Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepadaMenteri Koordinator.

(3) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriKoordinator mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya,yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat KementerianKoordinator dan Deputi.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 406: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

388

(4) Staf Ahli dalam melaksanakan tugasnya, secara administratifdikoordinasikan oleh Sekretaris Kementerian Koordinator.

BAB III

DEPARTEMEN

Bagian Pertama

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 25(1) Departemen adalah unsur pelaksana Pemerintah.

(2) Departemen dipimpin oleh Menteri yang berada di bawah danbertanggung jawab kepada Presiden.

Pasal 26

Departemen mempunyai tugas membantu Presiden dalammenyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan.

Pasal 27

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal26, Departemen menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidangnya;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Pasal 28Departemen terdiri dari :

1. Departemen Dalam Negeri;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 407: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

389

2. Departemen Luar Negeri;

3. Departemen Pertahanan;

4. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia;

5. Departemen Keuangan;

6. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral;

7. Departemen Perindustrian;

8. Departemen Perdagangan;

9. Departemen Pertanian;

10. Departemen Kehutanan;

11. Departemen Perhubungan;

12. Departemen Kelautan dan Perikanan;

13. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

14. Departemen Pekerjaan Umum;

15. Departemen Kesehatan;

16. Departemen Pendidikan Nasional;

17. Departemen Sosial;

18. Departemen Agama;

19. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata;

20. Departemen Komunikasi dan Informatika.

Bagian KeduaDepartemen Dalam Negeri

Pasal 29Departemen Dalam Negeri mempunyai tugas membantu Presidendalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidangpemerintahan dalam negeri.

Pasal 30Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal29, Departemen Dalam Negeri menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang pemerintahan dalam negeri;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 408: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

390

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan

di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian Ketiga

Departemen Luar Negeri

Pasal 31

Departemen Luar Negeri mempunyai tugas membantu Presidendalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidangpolitik dan hubungan luar negeri.

Pasal 32Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal31, Departemen Luar Negeri menyelenggarakan fungsi :a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan

kebijakan teknis di bidang politik dan hubungan luar negeri;b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang

tugasnya;c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi

tanggung jawabnya;d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan

di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian Keempat

Departemen Pertahanan

Pasal 33

Departemen Pertahanan mempunyai tugas membantu Presidendalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidangpertahanan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 409: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

391

Pasal 34

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal33, Departemen Pertahanan menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang pertahanan;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan

di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KelimaDepartemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

Pasal 35

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai tugasmembantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusanpemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia.

Pasal 36Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal35, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menyelenggarakanfungsi :a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan

kebijakan teknis di bidang hukum dan hak asasi manusia;b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang

tugasnya;c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi

tanggung jawabnya;d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan

di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 410: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

392

Bagian KeenamDepartemen Keuangan

Pasal 37

Departemen Keuangan mempunyai tugas membantu Presidendalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidangkeuangan dan kekayaan negara.

Pasal 38Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalamPasal 37, Departemen Keuangan menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang keuangan dan kekayaan negara;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KetujuhDepartemen Energi dan Sumber Daya Mineral

Pasal 39

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai tugasmembantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusanpemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral.

Pasal 40Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal39, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineralmenyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang energi dan sumber daya mineral;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 411: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

393

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan

di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KedelapanDepartemen Perindustrian

Pasal 41Departemen Perindustrian mempunyai tugas membantu Presidendalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidangperindustrian.

Pasal 42Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal41, Departemen Perindustrian menyelenggarakan fungsi :a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan

kebijakan teknis di bidang perindustrian;b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang

tugasnya;c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi

tanggung jawabnya;d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan

di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KesembilanDepartemen Perdagangan

Pasal 43

Departemen Perdagangan mempunyai tugas membantu Presidendalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidangperdagangan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 412: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

394

Pasal 44

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal43, Departemen Perdagangan menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang perdagangan;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KesepuluhDepartemen Pertanian

Pasal 45Departemen Pertanian mempunyai tugas membantu Presiden dalammenyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidangpertanian.

Pasal 46Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45,Departemen Pertanian menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang pertanian;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 413: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

395

Bagian Kesebelas

Departemen Kehutanan

Pasal 47Departemen Kehutanan mempunyai tugas membantu Presidendalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidangkehutanan.

Pasal 48Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47,Departemen Kehutanan menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang kehutanan;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KeduabelasDepartemen Perhubungan

Pasal 49

Departemen Perhubungan mempunyai tugas membantu Presidendalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidangperhubungan.

Pasal 50Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal49, Departemen Perhubungan menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang perhubungan dan transportasi darat,laut, dan udara;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 414: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

396

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan

di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KetigabelasDepartemen Kelautan dan Perikanan

Pasal 51Departemen Kelautan dan Perikanan mempunyai tugas membantuPresiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahandi bidang kelautan dan perikanan.

Pasal 52Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51,Departemen Kelautan dan Perikanan menyelenggarakan fungsi :a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan

kebijakan teknis di bidang kelautan dan perikanan;b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang

tugasnya;c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi

tanggung jawabnya;d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan

di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KeempatbelasDepartemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Pasal 53Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai tugasmembantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusanpemerintahan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 415: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

397

Pasal 54

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal53, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyelenggarakanfungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KelimabelasDepartemen Pekerjaan Umum

Pasal 55Departemen Pekerjaan Umum mempunyai tugas membantuPresiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahandi bidang pekerjaan umum.

Pasal 56Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal55, Departemen Pekerjaan Umum menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang pekerjaan umum dan permukiman;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 416: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

398

Bagian Keenambelas

Departemen Kesehatan

Pasal 57Departemen Kesehatan mempunyai tugas membantu Presidendalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidangkesehatan.

Pasal 58

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57,Departemen Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang kesehatan;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan

di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KetujuhbelasDepartemen Pendidikan Nasional

Pasal 59

Departemen Pendidikan Nasional mempunyai tugas membantuPresiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahandi bidang pendidikan nasional.

Pasal 60

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal59, Departemen Pendidikan Nasional menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang pendidikan nasional;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 417: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

399

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan

di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KedelapanbelasDepartemen Sosial

Pasal 61Departemen Sosial mempunyai tugas membantu Presiden dalammenyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang sosial.

Pasal 62

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal61, Departemen Sosial menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang sosial;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan

di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KesembilanbelasDepartemen Agama

Pasal 63Departemen Agama mempunyai tugas membantu Presiden dalammenyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidangkeagamaan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 418: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

400

Pasal 64

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal63, Departemen Agama menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang keagamaan;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan

di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KeduapuluhDepartemen Kebudayaan dan Pariwisata

Pasal 65

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugasmembantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusanpemerintahan di bidang kebudayaan dan kepariwisataan.

Pasal 66

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal65, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menyelenggarakanfungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang kebudayaan dan kepariwisataan;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 419: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

401

Bagian Keduapuluh Satu

Departemen Komunikasi dan Informatika

Pasal 67Departemen Komunikasi dan Informatika mempunyai tugasmembantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusanpemerintahan di bidang komunikasi dan informatika.

Pasal 68Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal67, Departemen Komunikasi dan Informatika menyelenggarakanfungsi :

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dankebijakan teknis di bidang komunikasi dan informatika;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangtugasnya;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian Keduapuluh DuaSusunan Organisasi

Pasal 69

Departemen terdiri dari :

a. Menteri;b. Sekretariat Jenderal;c. Direktorat Jenderal;d. Inspektorat Jenderal;e. Badan dan/atau Pusat;f. Staf Ahli.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 420: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

402

Bagian Keduapuluh Tiga

Sekretariat Jenderal

Pasal 70(1) Sekretariat Jenderal adalah unsur pembantu pimpinan yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.

(2) Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.

Pasal 71

Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

Pasal 72

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal71, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi :

a. koordinasi kegiatan Departemen;

b. penyelenggaraan pengelolaan administrasi umum untukmendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsiDepartemen;

c. penyelenggaraan hubungan kerja di bidang administrasi denganKementerian Koordinator, Kementerian Negara, Departemen lain,Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan lembaga lain yangterkait;

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri.

Pasal 73

(1) Sekretariat Jenderal terdiri dari paling banyak 5 (lima) Biro.

(2) Biro terdiri dari paling banyak 4 (empat) Bagian.

(3) Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 421: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

403

Bagian Keduapuluh Empat

Direktorat Jenderal

Pasal 74(1) Direktorat Jenderal adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan

fungsi Departemen, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri.

(2) Direktorat Jenderal dipimpin oleh Direktur Jenderal.

Pasal 75

Direktorat Jenderal mempunyai tugas merumuskan sertamelaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangnya.

Pasal 76

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal75, Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan perumusan kebijakan Departemen di bidangnya;

b. pelaksanaan kebijakan di bidangnya;

c. penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedurdi bidangnya;

d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi;

e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

Pasal 77(1) Jumlah Direktorat Jenderal ditentukan sesuai dengan kebutuhan

dan beban kerja.

(2) Direktorat Jenderal terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderaldan paling banyak 5 (lima) Direktorat.

(3) Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari paling banyak 4 (empat)Bagian, dan Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

(4) Direktorat terdiri dari paling banyak 5 (lima) Subdirektorat danSubbagian Tata Usaha.

(5) Subdirektorat terdiri dari 2 (dua) Seksi.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 422: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

404

Bagian Keduapuluh Lima

Inspektorat Jenderal

Pasal 78(1) Inspektorat Jenderal adalah unsur pengawasan, yang berada

di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.

(2) Inspektorat Jenderal dipimpin oleh Inspektur Jenderal.

Pasal 79

Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasanterhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Departemen.

Pasal 80

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal79, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan perumusan kebijakan pengawasan;b. pelaksanaan pengawasan kinerja, keuangan, dan pengawasan

untuk tujuan tertentu atas petunjuk Menteri;c. pelaksanaan urusan administrasi Inspektorat Jenderal;d. penyusunan laporan hasil pengawasan.

Pasal 81(1) Inspektorat Jenderal terdiri dari Sekretariat Inspektorat Jenderal

dan paling banyak 4 (empat) Inspektorat.(2) Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri dari paling banyak 4

(empat) Bagian, dan Bagian terdiri dari 2 (dua) Subbagian.(3) Inspektorat membawahkan Subbagian Tata Usaha dan

Kelompok Jabatan Fungsional.

Bagian Keduapuluh EnamBadan dan/atau Pusat

Pasal 82Di lingkungan Departemen dapat dibentuk Badan dan/atau Pusatsebagai pelaksana tugas tertentu yang karena sifatnya tidak

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 423: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

405

tercakup dalam tugas Sekretariat Jenderal dan/atau DirektoratJenderal dan/atau Inspektorat Jenderal sesuai dengan kebutuhandan beban kerja.

Pasal 83

(1) Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82, dipimpin olehKepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepadaMenteri.

(2) Badan terdiri dari Sekretariat Badan dan paling banyak 4 (empat)Pusat/Biro.

(3) Sekretariat Badan terdiri dari paling banyak 4 (empat) Bagian,dan Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

(4) Pusat/Biro terdiri dari kelompok jabatan fungsional dan/atau dapatterdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang/Bagian, dan masing-masing Bidang/Bagian terdiri dari 2 (dua) Subbidang/Subbagian.

(5) Pusat yang tempat kedudukannya tidak satu lokasi dengantempat kedudukan Sekretariat Badan terdiri dari Subbagian TataUsaha atau Bagian Tata Usaha yang terdiri dari 2 (dua)Subbagian, dan Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapatterdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang yang masing-masingBidang terdiri dari 2 (dua) Subbidang.

Pasal 84

(1) Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82, dipimpin olehseorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawabkepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal.

(2) Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari BagianTata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapatterdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang.

(3) Bagian Tata Usaha terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.(4) Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbidang.

Bagian Keduapuluh TujuhStaf Ahli

Pasal 85(1) Menteri dapat dibantu oleh paling banyak 5 (lima) Staf Ahli.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 424: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

406

(2) Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepadaMenteri.

(3) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menterimengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya, yangtidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, DirektoratJenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

(4) Kelompok Staf Ahli dibantu oleh Subbagian Tata Usaha yangsecara administratif berada di bawah Sekretaris Jenderal.

(5) Staf Ahli dalam melaksanakan tugasnya, secara administratifdikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.

Bagian Keduapuluh DelapanInstansi Vertikal

Pasal 86

(1) Departemen yang menyelenggarakan urusan pemerintahanyang tidak diserahkan kepada Daerah dapat membentuk instansivertikal.

(2) Pembentukan, susunan organisasi, dan tata laksana instansivertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan denganPeraturan Presiden.

Bagian Keduapuluh SembilanLain-lain

Pasal 87

(1) Departemen secara selektif dapat membentuk Unit PelaksanaTeknis sebagai pelaksana tugas teknis operasional dan/atau tugasteknis penunjang.

(2) Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri yangbertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 425: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

407

BAB IV

KEMENTERIAN NEGARA

Bagian PertamaKedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 88(1) Kementerian Negara adalah unsur pelaksana Pemerintah.

(2) Kementerian Negara dipimpin oleh Menteri Negara yang beradadi bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Pasal 89

Kementerian Negara mempunyai tugas membantu Presiden dalammerumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang tertentu dalamkegiatan pemerintahan negara.

Pasal 90Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal89, Kementerian Negara menyelenggarakan fungsi :a. perumusan kebijakan nasional di bidangnya;b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi

tanggung jawabnya;d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan

di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Pasal 91Kementerian Negara terdiri dari :1. Kementerian Negara Riset dan Teknologi;2. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;3. Kementerian Negara Lingkungan Hidup;4. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 426: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

408

5. Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara;6. Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal;7. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan;8. Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara;9. Kementerian Negara Perumahan Rakyat;10. Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga.

Bagian KeduaKementerian Negara Riset dan Teknologi

Pasal 92Kementerian Negara Riset dan Teknologi mempunyai tugasmembantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasidi bidang riset, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pasal 93Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92,Kementerian Negara Riset dan Teknologi menyelenggarakan fungsi :a. perumusan kebijakan nasional di bidang riset, ilmu pengetahuan

dan teknologi;b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang riset, ilmu pengetahuan

dan teknologi;c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi

tanggung jawabnya;d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan

di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KetigaKementerian Negara Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah

Pasal 94Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengahmempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan kebijakandan koordinasi di bidang koperasi dan usaha kecil dan menengah.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 427: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

409

Pasal 95

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal94, Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengahmenyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional di bidang koperasi dan usahakecil dan menengah;

b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang koperasi dan usahakecil dan menengah;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KeempatKementerian Negara Lingkungan Hidup

Pasal 96Kementerian Negara Lingkungan Hidup mempunyai tugas membantuPresiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidanglingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan.

Pasal 97Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal96, Kementerian Negara Lingkungan Hidup menyelenggarakanfungsi :

a. perumusan kebijakan nasional di bidang pengelolaan lingkunganhidup dan pengendalian dampak lingkungan;

b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan lingkunganhidup dan pengendalian dampak lingkungan;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 428: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

410

Bagian Kelima

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan

Pasal 98Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan mempunyai tugasmembantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasidi bidang pemberdayaan perempuan.

Pasal 99Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal98, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuanmenyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional di bidang pemberdayaanperempuan dan peningkatan kesejahteraan dan perlindungananak;

b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaanperempuan dan peningkatan kesejahteraan dan perlindungananak;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KeenamKementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Pasal 100

Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara mempunyaitugas membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dankoordinasi di bidang pendayagunaan aparatur negara danpengawasan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 429: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

411

Pasal 101

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal100, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negaramenyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional di bidang pendayagunaan aparaturnegara yang meliputi kelembagaan pusat dan daerah, sumberdaya manusia aparatur, tata laksana, pelayanan publik,pengawasan, dan akuntabilitas aparatur;

b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pendayagunaanaparatur negara yang meliputi kelembagaan pusat dan daerah,sumber daya manusia aparatur, tata laksana, pelayanan publik,pengawasan, dan akuntabilitas aparatur;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KetujuhKementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

Pasal 102Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal mempunyaitugas membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dankoordinasi di bidang pembangunan daerah tertinggal.

Pasal 103Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal102, Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggalmenyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional di bidang pembangunan daerahtertinggal;

b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan daerahtertinggal;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 430: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

412

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KedelapanKementerian Negara Perencanaan Pembangunan

Pasal 104Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan mempunyai tugasmembantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasidi bidang perencanaan pembangunan.

Pasal 105Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104,Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan menyelenggarakanfungsi :

a. perumusan kebijakan nasional di bidang perencanaanpembangunan;

b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaanpembangunan;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian Kesembilan

Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara

Pasal 106Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara mempunyai tugasmembantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasidi bidang pembinaan badan usaha milik negara.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 431: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

413

Pasal 107

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal106, Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negaramenyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional di bidang pembinaan badan usahamilik negara;

b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan badanusaha milik negara;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KesepuluhKementerian Negara Perumahan Rakyat

Pasal 108Kementerian Negara Perumahan Rakyat mempunyai tugasmembantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasidi bidang perumahan rakyat.

Pasal 109Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal108, Kementerian Negara Perumahan Rakyat menyelenggarakanfungsi :

a. perumusan kebijakan nasional di bidang perumahan rakyat;

b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang perumahan rakyat;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangandi bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 432: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

414

Bagian KesebelasKementerian Negara Pemuda dan Olah Raga

Pasal 110Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga mempunyai tugasmembantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasidi bidang pemuda dan olah raga.

Pasal 111Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal110, Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga menyelenggarakanfungsi :a. perumusan kebijakan nasional di bidang pemuda dan olah raga;b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemuda dan olah raga;c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi

tanggung jawabnya;d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan

di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Bagian KeduabelasSusunan Organisasi

Pasal 112Kementerian Negara dibantu oleh:a. Sekretariat Kementerian Negara;b. Deputi;c. Staf Ahli.

Bagian KetigabelasSekretariat Kementerian Negara

Pasal 113(1) Sekretariat Kementerian Negara adalah unsur pembantu

pimpinan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepadaMenteri Negara.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 433: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

415

(2) Sekretariat Kementerian Negara dipimpin oleh SekretarisKementerian Negara.

Pasal 114

Sekretariat Kementerian Negara mempunyai tugas melaksanakankoordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberiandukungan administrasi Kementerian Negara.

Pasal 115

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal114, Sekretariat Kementerian Negara menyelenggarakan fungsi :

a. koordinasi kegiatan Kementerian Negara;

b. penyelenggaraan pengelolaan administrasi umum untukmendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsiKementerian Negara;

c. penyelenggaraaan hubungan kerja di bidang administrasi denganKementerian Koordinator, Kementerian Negara lain, Departemen,Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan lembaga lain yangterkait;

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Negara.

Pasal 116

(1) Sekretariat Kementerian Negara terdiri dari 2 (dua) Biro.(2) Biro terdiri dari paling banyak 4 (empat) Bagian.(3) Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.(4) Khusus Bagian yang menangani urusan tata usaha pimpinan

terdiri dari sejumlah Subbagian sesuai kebutuhan.

Bagian KeempatbelasDeputi

Pasal 117Deputi adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsiKementerian Negara yang berada di bawah dan bertanggung jawabkepada Menteri Negara.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 434: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

416

Pasal 118

Deputi mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan dankoordinasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya.

Pasal 119Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal118, Deputi menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan perumusan kebijakan di bidangnya;b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;c. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang masalah

atau kegiatan sesuai dengan bidangnya;d. pelaksanaan hubungan kerja di bidang teknis dengan

Kementerian Koordinator, Kementerian Negara lain, Departemen,Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan lembaga lain yangterkait;

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Negara sesuaidengan bidangnya.

Pasal 120

(1) Jumlah Deputi ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan bebankerja.

(2) Deputi terdiri dari paling banyak 5 (lima) Asisten Deputi.(3) Asisten Deputi terdiri dari paling banyak 4 (empat) Bidang dan

masing-masing Bidang terdiri dari 2 (dua) Subbidang.(4) Deputi dalam melaksanakan tugasnya, secara administratif

dikoordinasikan oleh Sekretaris Kementerian Negara.

Bagian KelimabelasStaf Ahli

Pasal 121(1) Menteri Negara dapat dibantu oleh paling banyak 5 (lima) Staf

Ahli.

(2) Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepadaMenteri Negara.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 435: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

417

(3) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriNegara mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya,yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Kementerian Negaradan Deputi.

(4) Staf Ahli dalam melaksanakan tugasnya, secara administratifdikoordinasikan oleh Sekretaris Kementerian Negara.

BAB VTATA KERJA

Pasal 122

Para Menteri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, wajib bekerjasama di bawah pimpinan Presiden.

Pasal 123

Menteri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, wajibmenerapkan sistem akuntabilitas kinerja aparatur.

Pasal 124(1) Pelaksanaan koordinasi oleh Menteri Koordinator dilakukan

melalui :

a. rapat koordinasi Menteri Koordinator atau rapat koordinasigabungan antar Menteri Koordinator;

b. rapat-rapat kelompok kerja yang dibentuk oleh MenteriKoordinator sesuai dengan kebutuhan;

c. forum-forum koordinasi yang sudah ada sesuai denganperaturan yang berlaku;

d. konsultasi langsung dengan para Menteri, pimpinan LembagaPemerintah Non Departemen, dan pimpinan lembaga lainyang terkait.

(2) Pelaksanaan koordinasi oleh Menteri Koordinator dilakukan secaraberkala dan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

Pasal 125(1) Menteri Koordinator melaporkan hasil pelaksanaan koordinasi

kepada Presiden.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 436: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

418

(2) Menteri Koordinator menindaklanjuti hasil rapat koordinasi, baiksendiri maupun bersama-sama dengan Menteri Negara dan/atau pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen.

Pasal 126

Menteri Koordinator dapat meminta Menteri Negara dan pimpinanLembaga Pemerintah Non Departemen di luar bidang koordinasinyauntuk hadir dalam rapat-rapat koordinasi Menteri Koordinator.

Pasal 127

Setiap pimpinan satuan organisasi dalam melaksanakan tugas masing-masing wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasibaik dalam lingkup instansinya maupun dalam hubungan denganinstansi lain.

Pasal 128Setiap pimpinan satuan organisasi wajib menerapkan sistempengendalian intern di l ingkungan masing-masing yangmemungkinkan terlaksananya mekanisme uji silang.

Pasal 129Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpindan mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikanpengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.

Pasal 130Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhipetunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masingdan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.

Pasal 131

Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan satuan organisasi wajibmelakukan pembinaan dan pengawasan terhadap satuan organisasidi bawahnya.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 437: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

419

BAB VI

ESELON, PENGANGKATAN, DANPEMBERHENTIAN

Pasal 132(1) Sekretaris Kementerian Koordinator, Sekretaris Jenderal,

Sekretaris Kementerian Negara, Deputi, Direktur Jenderal,Inspektur Jenderal, dan Kepala Badan adalah jabatan strukturaleselon I.a.

(2) Staf Ahli adalah jabatan struktural eselon I.b.(3) Kepala Biro, Asisten Deputi, Direktur, Kepala Pusat, Inspektur,

Sekretaris Direktorat Jenderal, Sekretaris Badan, dan SekretarisInspektorat Jenderal adalah jabatan struktural eselon II.a.

(4) Kepala Bagian, Kepala Bidang, dan Kepala Subdirektorat adalahjabatan struktural eselon III.a.

(5) Kepala Subbagian, Kepala Subbidang, dan Kepala Seksi adalahjabatan struktural eselon IV.a.

Pasal 133

(1) Sekretaris Kementerian Koordinator, Sekretaris Jenderal,Sekretaris Kementerian Negara, Deputi, Direktur Jenderal,Inspektur Jenderal, Kepala Badan, dan Staf Ahli diangkat dandiberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri yang bersangkutan.

(2) Pejabat struktural eselon II ke bawah diangkat dan diberhentikanoleh Menteri yang bersangkutan.

(3) Pejabat struktural eselon III ke bawah dapat diangkat dandiberhentikan oleh Pejabat yang diberi pelimpahan wewenangoleh Menteri.

BAB VIIADMINISTRASI DAN PEMBIAYAAN

Pasal 134

Pembinaan dan pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan,perlengkapan, kearsipan, dan persandian diselenggarakan oleh

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 438: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

420

masing-masing Kementerian Koordinator, Departemen, danKementerian Negara.

Pasal 135

Segala pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas masing-masing Kementerian Koordinator, Departemen, dan KementerianNegara dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

BAB VIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 136Pada Kementerian Koordinator dan Kementerian Negara dapatdibentuk unit pengawasan intern.

Pasal 137Pada Kementerian Koordinator, Departemen, dan KementerianNegara dapat ditetapkan jabatan fungsional.

Pasal 138(1) Di lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup dapat

dibentuk Pusat di bawah Deputi dan/atau di bawah Menteri.

(2) Pusat di bawah Deputi dipimpin seorang Kepala yang bertanggungjawab kepada Deputi.

(3) Pusat di bawah Menteri Negara dipimpin seorang Kepala yangbertanggung jawab kepada Menteri Negara melalui SekretarisKementerian Negara.

(4) Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri darikelompok jabatan fungsional dan/atau dapat terdiri dari BagianTata Usaha dan paling banyak 3 (tiga) Bidang.

(5) Bagian Tata Usaha terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagiandan Bidang dapat terdiri dari 2 (dua) Subbidang.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 439: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

421

Pasal 139

Departemen yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangpolitik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter danfiskal nasional, serta agama, jumlah unit organisasinya ditetapkansebagai berikut :

a. Departemen Luar Negeri

1) Sekretariat Jenderal terdiri dari paling banyak 6 (enam) Biro,masing-masing Biro dapat terdiri dari paling banyak 5 (lima)Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak4 (empat) Subbagian.

2) Inspektorat Jenderal terdiri dari :a) Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri dari paling banyak

5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri daripaling banyak 4 (empat) Subbagian;

b) Inspektorat paling banyak 4 (empat), dan masing-masingInspektorat terdiri dari Subbagian Tata Usaha danKelompok Jabatan Fungsional.

3) Direktorat Jenderal terdiri dari :

a) Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari paling banyak5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri daripaling banyak 3 (tiga) Subbagian;

b) Direktorat paling banyak 6 (enam), masing-masingDirektorat terdiri dari paling banyak 5 (lima) Subdirektoratdan Subbagian Tata Usaha, dan masing-masingSubdirektorat terdiri dari paling banyak 4 (empat) Seksi.

4) Badan terdiri dari :

a) Sekretariat Badan terdiri dari paling banyak 4 (empat)Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri dari palingbanyak 3 (tiga) Subbagian;

b) Pusat paling banyak 3 (tiga), masing-masing Pusat terdiridari kelompok jabatan fungsional dan/atau dapat terdiridari paling banyak 5 (lima) Bidang, dan masing-masingBidang terdiri dari paling banyak 4 (empat) Subbidang.

b. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

1) Sekretariat Jenderal terdiri dari paling banyak 6 (enam) Biro,masing-masing Biro terdiri dari paling banyak 5 (lima) Bagian,

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 440: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

422

dan masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 4(empat) Subbagian.

2) Inspektorat Jenderal terdiri dari :

a) Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri dari paling banyak5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagian dapat terdiridari paling banyak 4 (empat) Subbagian;

b) Inspektorat paling banyak 6 (enam), dan masing-masingInspektorat terdiri dari Subbagian Tata Usaha danKelompok Jabatan Fungsional.

3) Direktorat Jenderal terdiri dari :

a) Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari paling banyak5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri daripaling banyak 4 (empat) Subbagian;

b) Direktorat paling banyak 6 (enam), masing-masingDirektorat terdiri dari paling banyak 5 (lima) Subdirektoratdan Subbagian Tata Usaha, dan masing-masingSubdirektorat terdiri dari paling banyak 4 (empat) Seksi.

4) Badan terdiri dari :

a) Sekretariat Badan terdiri dari paling banyak 5 (lima) Bagian,dan masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3(tiga) Subbagian;

b) Pusat paling banyak 4 (empat), masing-masing Pusat terdiridari kelompok jabatan fungsional dan/atau dapat terdiridari paling banyak 5 (lima) Bidang, dan masing-masingBidang terdiri dari paling banyak 4 (empat) Subbidang.

c. Departemen Pertahanan

1) Sekretariat Jenderal terdiri dari paling banyak 6 (enam) Biro,masing-masing Biro terdiri dari paling banyak 4 (empat)Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak3 (tiga) Subbagian.

2) Inspektorat Jenderal terdiri dari :a) Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri dari paling banyak

5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri daripaling banyak 4 (empat) Subbagian;

b) Inspektorat paling banyak 5 (lima), dan masing-masingInspektorat terdiri dari Subbagian Tata Usaha danKelompok Jabatan Fungsional.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 441: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

423

3) Direktorat Jenderal terdiri dari :a) Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari paling banyak

4 (empat) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri daripaling banyak 3 (tiga) Subbagian;

b) Direktorat paling banyak 6 (enam), masing-masingDirektorat terdiri dari paling banyak 5 (lima) Subdirektoratdan Subbagian Tata Usaha, dan masing-masingSubdirektorat terdiri dari paling banyak 4 (empat) Seksi.

4) Badan terdiri dari :a) Sekretariat Badan terdiri dari paling banyak 4 (empat)

Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri dari palingbanyak 3 (tiga) Subbagian;

b) Pusat paling banyak 5 (lima), dan masing-masing Pusatterdiri dari kelompok jabatan fungsional dan/atau dapatterdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang, dan masing-masing Bidang dapat terdiri dari paling banyak 3 (tiga)Subbidang.

d. Departemen Keuangan

1) Sekretariat Jenderal terdiri dari paling banyak 7 (tujuh) Biro,masing-masing Biro terdiri dari paling banyak 5 (lima) Bagian,dan masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 4(empat) Subbagian.

2) Inspektorat Jenderal terdiri dari :

a) Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri dari paling banyak5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri daripaling banyak 4 (empat) Subbagian;

b) Inspektorat paling banyak 7 (tujuh), dan masing-masingInspektorat terdiri dari Subbagian Tata Usaha danKelompok Jabatan Fungsional.

3) Direktorat Jenderal terdiri dari:

a) Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari paling banyak5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri daripaling banyak 4 (empat) Subbagian;

b) Direktorat paling banyak 8 (delapan), masing-masingDirektorat terdiri dari paling banyak 6 (enam) Subdirektoratdan Subbagian Tata Usaha, dan masing-masingSubdirektorat terdiri dari paling banyak 4 (empat) Seksi.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 442: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

424

4) Badan terdiri dari :

a) Sekretariat Badan terdiri dari paling banyak 5 (lima) Bagian,dan masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 4(empat) Subbagian;

b) Pusat/Biro paling banyak 7 (tujuh), masing-masing Pusat/Biro terdiri dari kelompok jabatan fungsional dan/atau dapatterdiri dari paling banyak 5 (lima) Bidang/Bagian, danmasing-masing Bidang/Bagian terdiri dari paling banyak 4(empat) Subbidang/ Subbagian.

e. Departemen Agama

1) Sekretariat Jenderal terdiri dari paling banyak 6 (enam) Biro,masing-masing Biro terdiri dari paling banyak 4 (empat)Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak3 (tiga) Subbagian.

2) Inspektorat Jenderal terdiri dari :

a) Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri dari paling banyak4 (empat) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri daripaling banyak 3 (tiga) Subbagian;

b) Inspektorat paling banyak 5 (lima), dan masing-masingInspektorat terdiri dari Subbagian Tata Usaha danKelompok Jabatan Fungsional.

3) Direktorat Jenderal terdiri dari :

a) Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari paling banyak 4(empat) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri daripaling banyak 3 (tiga) Subbagian;

b) Direktorat paling banyak 6 (enam), masing-masingDirektorat terdiri dari paling banyak 5 (lima) Subdirektoratdan Subbagian Tata Usaha, dan masing-masingSubdirektorat terdiri dari paling banyak 4 (empat) Seksi.

4) Badan terdiri dari :

a) Sekretariat Badan terdiri dari paling banyak 4 (empat)Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri dari palingbanyak 3 (tiga) Subbagian;

b) Pusat paling banyak 5 (lima), masing-masing Pusat terdiridari kelompok jabatan fungsional dan/atau dapat terdiri

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 443: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

425

dari paling banyak 3 (tiga) Bidang, dan masing-masingBidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbidang.

Pasal 140

Kementerian Negara Riset dan Teknologi di sampingmenyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93,juga menyelenggarakan fungsi pengelolaan dan pengembangan ilmupengetahuan dan teknologi (Puspitek), biologi molekul nasional(Eijkman), peragaan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional(Ppiptek), agroteknologi terpadu (Agrotechno-park), bioteknologiterpadu (Bio island), dan pertumbuhan usaha dan industri berbasisteknologi (Business techno centre), yang dalam pengelolaannyadapat berbentuk Unit Pelaksana Teknis.

Pasal 141

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan dalammelaksanakan tugasnya menggunakan unit organisasi dan sumberdaya di lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Pasal 142Pejabat struktural eselon Ia yang dialihtugaskan pada jabatan StafAhli tetap diberikan eselon Ia.

Pasal 143(1) Unit organisasi dan tugas eselon I pada masing-masing

Kementerian Koordinator, Departemen, dan Kementerian Negaraditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri yang bersangkutansetelah mendapat pertimbangan tertulis dari Menteri yangbertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.

(2) Unit organisasi dan tugas eselon II ke bawah pada masing-masing Kementerian Koordinator, Departemen, dan KementerianNegara ditetapkan oleh Menteri yang bersangkutan setelahmendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 444: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

426

Pasal 144

(1) Rincian tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerjaKementerian Koordinator, Departemen, dan Kementerian Negaraditetapkan oleh Menteri yang bersangkutan setelah mendapatpersetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab dibidang pendayagunaan aparatur negara.

(2) Salinan Peraturan Menteri tentang Organisasi dan Tata Kerjasebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepadaMenteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaanaparatur negara, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelahditetapkan.

Pasal 145Pengecualian terhadap organisasi Kementerian Koordinator,Departemen, dan Kementerian Negara sebagaimana diatur dalamPeraturan Presiden ini hanya dapat dilakukan setelah mendapatpersetujuan Presiden atas usul Menteri yang bertanggungjawab dibidang pendayagunaan aparatur negara.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHANPasal 146

(1) Sebelum organisasi Kementerian Koordinator Politik, Hukum, danKeamanan terbentuk, pelaksanaan tugas dan fungsi di bidangkoordinasi politik, hukum, dan keamanan dilakukan oleh perangkatKementerian Koordinator Politik dan Keamanan, yangoperasionalnya dikendalikan oleh Menteri Koordinator Politik,Hukum dan Keamanan sampai dengan ditetapkannya organisasidan tata kerja Kementerian Koordinator Politik, Hukum, danKeamanan berdasarkan Peraturan Presiden ini.

(2) Sebelum organisasi Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusiaterbentuk, pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang hukum danhak asasi manusia dilakukan oleh perangkat DepartemenKehakiman dan Hak Asasi Manusia, yang operasionalnyadikendalikan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusiasampai dengan ditetapkannya organisasi dan tata kerjaDepartemen Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkanPeraturan Presiden ini.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 445: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

427

(3) Sebelum organisasi Departemen Perindustrian terbentuk,pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang perindustrian dilakukanoleh perangkat Departemen Perindustrian dan Perdagangan yangmenangani bidang perindustrian, yang operasionalnyadikendalikan oleh Menteri Perindustrian sampai denganditetapkannya organisasi dan tata kerja DepartemenPerindustrian berdasarkan Peraturan Presiden ini.

(4) Sebelum organisasi Departemen Perdagangan terbentuk,pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang perdagangan dilakukanoleh perangkat Departemen Perindustrian dan Perdagangan yangmenangani bidang perdagangan, yang operasionalnyadikendalikan oleh Menteri Perdagangan sampai denganditetapkannya organisasi dan tata kerja DepartemenPerdagangan berdasarkan Peraturan Presiden ini.

(5) Sebelum organisasi Departemen Pekerjaan Umum terbentuk,pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang pekerjaan umum dilakukanoleh perangkat Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayahyang menangani bidang pekerjaan umum, yang operasionalnyadikendalikan oleh Menteri Pekerjaan Umum sampai denganditetapkannya organisasi dan tata kerja Departemen PekerjaanUmum berdasarkan Peraturan Presiden ini.

(6) Sebelum organisasi Departemen Kebudayaan dan Pariwisataterbentuk, pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang kebudayaandan kepariwisataan dilakukan oleh perangkat Kantor MenteriNegara Kebudayaan dan Pariwisata, yang operasionalnyadikendalikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata sampaidengan ditetapkannya organisasi dan tata kerja DepartemenKebudayaan dan Pariwisata berdasarkan Peraturan Presiden ini.

(7) Sebelum organisasi Departemen Komunikasi dan Informatikaterbentuk, pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang komunikasidan informasi dilakukan oleh perangkat Kantor Menteri NegaraKomunikasi dan Informasi dan Lembaga Informasi Nasional,dan fungsi di bidang pos dan telekomunikasi dilakukan olehDirektorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi DepartemenPerhubungan, yang operasionalnya dikendalikan oleh MenteriKomunikasi dan Informatika sampai dengan ditetapkannyaorganisasi dan tata kerja Departemen Komunikasi danInformatika berdasarkan Peraturan Presiden ini.

(8) Sebelum organisasi Kementerian Negara Pembangunan DaerahTertinggal terbentuk, pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 446: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

428

pembangunan daerah tertinggal dilakukan oleh perangkat KantorMenteri Negara Percepatan Pembangunan Kawasan TimurIndonesia yang operasionalnya dikendalikan oleh Menteri NegaraPembangunan Daerah Tertinggal sampai dengan ditetapkannyaorganisasi dan tata kerja Kementerian Negara PembangunanDaerah Tertinggal berdasarkan Peraturan Presiden ini.

(9) Sebelum organisasi Kementerian Negara Perumahan Rakyatterbentuk, pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang perumahanrakyat dilakukan oleh perangkat Direktorat Jenderal Perumahandan Permukiman Departemen Permukiman dan PrasaranaWilayah yang operasionalnya dikendalikan oleh Menteri NegaraPerumahan Rakyat sampai dengan ditetapkannya organisasidan tata kerja Kementerian Negara Perumahan Rakyatberdasarkan Peraturan Presiden ini.

(10) Sebelum organisasi Kementerian Negara Pemuda dan Olah Ragaterbentuk, pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang pemuda danolah raga dilakukan oleh perangkat Direktorat Jenderal Olah RagaDepartemen Pendidikan Nasional yang operasionalnya dikendalikanoleh Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga sampai denganditetapkannya organisasi dan tata kerja Kementerian NegaraPemuda dan Olah Raga berdasarkan Peraturan Presiden ini.

Pasal 147(1) Keputusan Menteri yang merupakan pelaksanaan :

a. Keputusan Presiden Nomor 100 Tahun 2001 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, SusunanOrganisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara Koordinatorsebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor1 Tahun 2002;

b.Keputusan Presiden Nomor 101 Tahun 2001 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, SusunanOrganisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan PresidenNomor 8 Tahun 2004;

c.Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, SusunanOrganisasi, dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan PresidenNomor 35 Tahun 2004;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 447: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

429

dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan danatau belum diubah atau diganti dengan peraturan baruberdasarkan Peraturan Presiden ini.

(2) Penyesuaian terhadap Peraturan Presiden ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkannyaPeraturan Presiden ini.

BAB XKETENTUAN PENUTUP

Pasal 148Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka :

a. Keputusan Presiden Nomor 100 Tahun 2001 tentang Kedudukan,Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata KerjaMenteri Negara Koordinator sebagaimana telah diubah denganKeputusan Presiden Nomor 1 Tahun 2002;

b. Keputusan Presiden Nomor 101 Tahun 2001 tentang Kedudukan,Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata KerjaMenteri Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2004;

c. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan,Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata KerjaDepartemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Keputusan Presiden Nomor 35 Tahun 2004;

dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 149Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di JakartaPada tanggal : 31 Januari 2005

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Dr. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 448: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

430

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 62 TAHUN 2005

TENTANGPERUBAHAN ATAS

PERATURAN PRESIDEN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANGKEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI,

DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIKINDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka mendukungterselenggaranya tert ib administras ipemerintahan dan peningkatan kinerja KabinetIndonesia Bersatu, dipandang perlu mengubahPeraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, SusunanOrganisasi, dan Tata Kerja Kementerian NegaraRepublik Indonesia;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor125, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4437);

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 449: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

431

3. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun2004 sebagaimana telah beberapakali diubahterakhir dengan Keputusan Presiden Nomor171/M Tahun 2005;

4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, SusunanOrganisasi, dan Tata Kerja KementerianNegara Republik Indonesia;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHANATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 9 TAHUN2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI,SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJAKEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi,dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia diubahsebagai berikut :

1. Ketentuan Pasal 11 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 11

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 9 dan Pasal 10, Kementerian Koordinator BidangPerekonomian mengkoordinasikan :

a. Departemen Keuangan;

b. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral;

c. Departemen Perindustrian;

d. Departemen Perdagangan;

e. Departemen Pertanian;

f. Departemen Kehutanan;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 450: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

432

g. Departemen Perhubungan;

h. Departemen Kelautan dan Perikanan;

i. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

j. Departemen Pekerjaan Umum;

k. Departemen Komunikasi dan Informatika;

l. Kementerian Negara Riset dan Teknologi;

m. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil danMenengah;

n. Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal;

o. Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara;

p. Instansi lain yang dianggap perlu.”

2. Ketentuan Pasal 19 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 19(1) Sekretariat Kementerian Koordinator terdiri dari 3 (tiga) Biro.

(2) Biro terdiri dari paling banyak 5 (lima) Bagian.

(3) Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

(4) Khusus Bagian yang menangani urusan tata usaha pimpinanterdiri dari sejumlah Subbagian sesuai kebutuhan.”

3. Ketentuan Pasal 81 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 81(1) Inspektorat Jenderal terdiri dari Sekretariat Inspektorat

Jenderal dan paling banyak 5 (lima) Inspektorat.

(2) Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri dari paling banyak 4(empat) Bagian, dan Bagian terdiri dari 2 (dua) Subbagian.

(3) Inspektorat membawahkan Subbagian Tata Usaha danKelompok Jabatan Fungsional.”

4. Ketentuan Pasal 91 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 451: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

433

“Pasal 91

Kementerian Negara terdiri dari :

1. Kementerian Negara Riset dan Teknologi;

2. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil danMenengah;

3. Kementerian Negara Lingkungan Hidup;4. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan;5. Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara;6. Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal;7. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional;8. Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara;9. Kementerian Negara Perumahan Rakyat;10. Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga.

5. Bagian Kedelapan, ketentuan Pasal 104 dan ketentuan Pasal105 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

Bagian Kedelapan

Kementerian Negara Perencanaan PembangunanNasional

Pasal 104

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasionalmempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskankebijakan dan koordinasi di bidang perencanaan pembangunannasional.

Pasal 105Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal104, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasionalmenyelenggarakan fungsi :a. perumusan kebijakan nasional di bidang perencanaan

pembangunan nasional;b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan

pembangunan nasional;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 452: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

434

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, danpertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepadaPresiden.”

6. Ketentuan Pasal 116 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 116(1) Sekretariat Kementerian Negara terdiri dari 3 (tiga) Biro.

(2) Biro terdiri dari paling banyak 4 (empat) Bagian.

(3) Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

(4) Khusus Bagian yang menangani urusan tata usaha pimpinanterdiri dari sejumlah Subbagian sesuai kebutuhan.”

7. Ketentuan Pasal 132 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 132(1) Sekretaris Kementerian Koordinator, Sekretaris Jenderal,

Sekretaris Kementerian Negara, Deputi, Direktur Jenderal,Inspektur Jenderal, dan Kepala Badan adalah jabatan eselonI.a.

(2) Staf Ahli adalah jabatan struktural eselon I.b atau serendah-rendahnya eselon II.a.

(3) Kepala Biro, Asisten Deputi, Direktur, Kepala Pusat, Inspektur,Sekretaris Direktorat Jenderal, Sekretaris Badan, danSekretaris Inspektorat Jenderal adalah jabatan strukturaleselon II.a.

(4) Kepala Bagian, Kepala Bidang, dan Kepala Subdirektoratadalah jabatan struktural eselon III.a.

(5) Kepala Subbagian, Kepala Subbidang, dan Kepala Seksiadalah jabatan struktural eselon IV.a.”

8. Ketentuan Pasal 133 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 453: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

435

“Pasal 133

(1) Pejabat struktural eselon I diangkat dan diberhentikan olehPresiden atas usul Menteri yang bersangkutan.

(2) Pejabat struktural eselon II ke bawah diangkat dandiberhentikan oleh Menteri yang bersangkutan.

(3) Pejabat struktural eselon III ke bawah dapat diangkat dandiberhentikan oleh Pejabat yang diberi pelimpahan wewenangoleh Menteri.

9. Di antara BAB VI dan BAB VII disisipkan 1 (satu) BAB, yakniBAB VI A, sehingga berbunyi sebagai berikut:

BAB VI A

STAF KHUSUS MENTERI

Pasal 133 A

(1) Di lingkungan Kementerian Negara Republik Indonesia dapatdiangkat paling banyak 3 (tiga) orang Staf Khusus Menteri.

(2) Staf Khusus Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)bertanggungjawab kepada Menteri.

Pasal 133 BStaf Khusus Menteri mempunyai tugas memberikan saran danpertimbangan kepada Menteri sesuai penugasan Menteri.

Pasal 133 C

(1) Staf Khusus Menteri dalam melaksanakan tugasnya wajibmenerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasiyang baik dengan unit organisasi di lingkungan KementerianNegara Republik Indonesia.

(2) Dalam rangka terwujudnya pelaksanaan tugas Staf KhususMenteri dengan baik, Sekretaris Jenderal/Sekretaris Menterimengatur tata kerja Staf Khusus Menteri.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 454: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

436

Pasal 133 D

(1) Pengangkatan Staf Khusus Menteri ditetapkan denganKeputusan Menteri.

(2) Staf Khusus Menteri dapat berasal dari pegawai negeri ataubukan pegawai negeri.

(3) Pegawai negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiridari Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional Indonesia,dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 133 E

(1) Pegawai negeri yang diangkat menjadi Staf Khusus Menteridiberhentikan dari jabatan organiknya selama menjadi StafKhusus Menteri tanpa kehilangan statusnya sebagai pegawainegeri.

(2) Pegawai negeri yang diangkat menjadi Staf Khusus Menteritetap menerima gaji sebagai pegawai negeri.

(3) Pegawai Negeri yang diangkat sebagai Staf Khusus Menteridinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih tinggi tanpaterikat jenjang pangkat, sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Pasal 133 F

(1) Pegawai negeri yang berhenti atau telah berakhir masabaktinya sebagai Staf Khusus Menteri, diaktifkan kembalidalam jabatan organiknya apabila belum mencapai batasusia pensiun.

(2) Pegawai negeri yang diangkat sebagai Staf Khusus Menteridiberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri apabilatelah mencapai batas usia pensiun dan diberikan hak-hakkepegawaiannya sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Pasal 133 GHak keuangan dan fasilitas lainnya bagi Staf Khusus Menteridiberikan setinggi-tingginya setingkat dengan jabatan strukturaleselon I.b.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 455: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

437

Pasal 133 H

(1) Masa bakti Staf Khusus Menteri paling lama sama denganmasa jabatan Menteri yang bersangkutan.

(2) Staf Khusus Menteri apabila berhenti atau telah berakhirmasa baktinya tidak diberikan pensiun dan uang pesangon.

Pasal 133 IStaf Khusus Menteri mendapat dukungan administrasi dariSekretariat Kementerian Koordinator atau Sekretariat Jenderalatau Sekretariat Kementerian Negara.

Pasal 133 JSegala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Staf KhususMenteri dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara.

10. Ketentuan Pasal 139 huruf d diubah, sehingga Pasal 139 berbunyisebagai berikut :

“Pasal 139Departemen yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneterdan fiskal nasional, serta agama, jumlah unit organisasinyaditetapkan sebagai berikut :a. Departemen Luar Negeri

1) Sekretariat Jenderal terdiri dari paling banyak 6 (enam)Biro, masing-masing Biro dapat terdiri dari paling banyak5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri daripaling banyak 4 (empat) Subbagian.

2) Inspektorat Jenderal terdiri dari :

a) Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri dari palingbanyak 5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagianterdiri dari paling banyak 4 (empat) Subbagian;

b) Inspektorat paling banyak 4 (empat), dan masing-masing Inspektorat terdiri dari Subbagian Tata Usahadan Kelompok Jabatan Fungsional.

3) Direktorat Jenderal terdiri dari :

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 456: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

438

a) Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari palingbanyak 5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagianterdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian;

b) Direktorat paling banyak 6 (enam), masing-masingDirektorat terdiri dari paling banyak 5 (lima)Subdirektorat dan Subbagian Tata Usaha, danmasing-masing Subdirektorat terdiri dari palingbanyak 4 (empat) Seksi.

4) Badan terdiri dari :

a) Sekretariat Badan terdiri dari paling banyak 4(empat) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiridari paling banyak 3 (tiga) Subbagian;

b) Pusat paling banyak 3 (tiga), masing-masing Pusatterdiri dari kelompok jabatan fungsional dan/ataudapat terdiri dari paling banyak 5 (lima) Bidang,dan masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak4 (empat) Subbidang.

b. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

1) Sekretariat Jenderal terdiri dari paling banyak 6 (enam)Biro, masing-masing Biro terdiri dari paling banyak 5(lima) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri daripaling banyak 4 (empat) Subbagian.

2) Inspektorat Jenderal terdiri dari :

a) Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri dari palingbanyak 5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagiandapat terdiri dari paling banyak 4 (empat) Subbagian;

b) Inspektorat paling banyak 6 (enam), dan masing-masing Inspektorat terdiri dari Subbagian Tata Usahadan Kelompok Jabatan Fungsional.

3) Direktorat Jenderal terdiri dari :

a) Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari palingbanyak 5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagianterdiri dari paling banyak 4 (empat) Subbagian;

b) Direktorat paling banyak 6 (enam), masing-masingDirektorat terdiri dari paling banyak 5 (lima)Subdirektorat dan Subbagian Tata Usaha, danmasing-masing Subdirektorat terdiri dari palingbanyak 4 (empat) Seksi.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 457: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

439

4) Badan terdiri dari :

a) Sekretariat Badan terdiri dari paling banyak 5 (lima)Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri dari palingbanyak 3 (tiga) Subbagian;

b) Pusat paling banyak 4 (empat), masing-masingPusat terdiri dari kelompok jabatan fungsional dan/atau dapat terdiri dari paling banyak 5 (lima) Bidang,dan masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak4 (empat) Subbidang.

c. Departemen Pertahanan

1) Sekretariat Jenderal terdiri dari paling banyak 6 (enam)Biro, masing-masing Biro terdiri dari paling banyak 4(empat) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri daripaling banyak 3 (tiga) Subbagian.

2) Inspektorat Jenderal terdiri dari :a) Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri dari paling

banyak 5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagianterdiri dari paling banyak 4 (empat) Subbagian;

b) Inspektorat paling banyak 5 (lima), dan masing-masing Inspektorat terdiri dari Subbagian Tata Usahadan Kelompok Jabatan Fungsional.

3) Direktorat Jenderal terdiri dari :a) Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari paling

banyak 4 (empat) Bagian, dan masing-masingBagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian;

b) Direktorat paling banyak 6 (enam), masing-masingDirektorat terdiri dari paling banyak 5 (lima)Subdirektorat dan Subbagian Tata Usaha, danmasing-masing Subdirektorat terdiri dari palingbanyak 4 (empat) Seksi.

4) Badan terdiri dari :a) Sekretariat Badan terdiri dari paling banyak 4

(empat) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiridari paling banyak 3 (tiga) Subbagian;

b) Pusat paling banyak 5 (lima), dan masing-masingPusat terdiri dari kelompok jabatan fungsional dan/atau dapat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang,

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 458: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

440

dan masing-masing Bidang dapat terdiri dari palingbanyak 3 (tiga) Subbidang.

d. Departemen Keuangan

1) Sekretariat Jenderal terdiri dari paling banyak 7 (tujuh)Biro, masing-masing Biro terdiri dari paling banyak 5(lima) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri daripaling banyak 4 (empat) Subbagian.

2) Inspektorat Jenderal terdiri dari :a) Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri dari paling

banyak 5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagianterdiri dari paling banyak 4 (empat) Subbagian;

b) Inspektorat paling banyak 7 (tujuh), dan masing-masing Inspektorat terdiri dari Subbagian Tata Usahadan Kelompok Jabatan Fungsional.

3) Direktorat Jenderal terdiri dari :

a) Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari palingbanyak 5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagianterdiri dari paling banyak 4 (empat) Subbagian;

b) Direktorat paling banyak 8 (delapan), masing-masingDirektorat terdiri dari paling banyak 6 (enam)Subdirektorat dan Subbagian Tata Usaha, danmasing-masing Subdirektorat terdiri dari palingbanyak 4 (empat) Seksi.

4) Badan terdiri dari :

a) Sekretariat Badan terdiri dari paling banyak 5 (lima)Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri dari palingbanyak 4 (empat) Subbagian;

b) paling banyak 7 (tujuh) Pusat, masing-masing Pusatterdiri dari Kelompok Jabatan Fungsional dan/ataudapat terdiri dari paling banyak 5 (lima) Bidang danmasing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 4(empat) Subbidang.

5) Khusus Badan Pengawas Pasar Modal dan LembagaKeuangan terdiri dari :

a) Sekretariat Badan terdiri dari paling banyak 5 (lima)Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri dari palingbanyak 4 (empat) Subbagian;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 459: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

441

b) paling banyak 11 (sebelas) Biro, masing-masing Biroterdiri dari paling banyak 5 (lima) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)Subbagian.”

e. Departemen Agama

1) Sekretariat Jenderal terdiri dari paling banyak 6 (enam)Biro, masing-masing Biro terdiri dari paling banyak 4(empat) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiri daripaling banyak 3 (tiga) Subbagian.

2) Inspektorat Jenderal terdiri dari :

a) Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri dari palingbanyak 4 (empat) Bagian, dan masing-masingBagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian;

b) Inspektorat paling banyak 5 (lima), dan masing-masing Inspektorat terdiri dari Subbagian Tata Usahadan Kelompok Jabatan Fungsional.

3) Direktorat Jenderal terdiri dari :

a) Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari palingbanyak 4 (empat) Bagian, dan masing-masingBagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian;

b) Direktorat paling banyak 6 (enam), masing-masingDirektorat terdiri dari paling banyak 5 (lima)Subdirektorat dan Subbagian Tata Usaha, danmasing-masing Subdirektorat terdiri dari palingbanyak 4 (empat) Seksi.

4) Badan terdiri dari :

a) Sekretariat Badan terdiri dari paling banyak 4(empat) Bagian, dan masing-masing Bagian terdiridari paling banyak 3 (tiga) Subbagian;

b) Pusat paling banyak 5 (lima), masing-masing Pusatterdiri dari kelompok jabatan fungsional dan/ataudapat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang, danmasing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3(tiga) Subbidang.”

11. Di antara ketentuan Pasal 140 dan Pasal 141 disisipkan 3 (tiga)Pasal, yakni Pasal 140 A, Pasal 140 B, dan Pasal 140 C, sehinggaberbunyi sebagai berikut :

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 460: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

442

Pasal 140 A

Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengahdisamping menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 95, juga menyelenggarakan fungsi teknispelaksanaan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecildan menengah.

Pasal 140 BKementerian Negara Perumahan Rakyat disampingmenyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal109, juga menyelenggarakan fungsi operasionalisasi kebijakanpenyediaan rumah dan pengembangan lingkungan perumahansebagai bagian dari permukiman termasuk penyediaan rumahsusun dan penyediaan prasarana dan sarana lingkungannyayang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh unit kerja yangberbentuk Pusat.

Pasal 140 C

(1) Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga disampingmenyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalamPasal 111, juga menyelenggarakan fungsi operasionalisasikebijakan pembinaan dan pengembangan kepemudaan dankeolahragaan.

(2) Dalam menyelenggarakan fungsi operasionalisasi kebijakansebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk pelaksanaantugas-tugas teknis tertentu dapat dibentuk Unit PelaksanaTeknis sesuai kebutuhan.

12. Ketentuan Pasal 141 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 141

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dalammelaksanakan tugasnya menggunakan unit organisasi dansumber daya di lingkungan Badan Perencanaan PembangunanNasional.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 461: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

443

Pasal II

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 14 Oktober 2005

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi Sekretaris KabinetBidang Hukum danPerundang-undangan,

ttd

Lambock V. Nahattands

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 462: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

444

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 10 TAHUN 2005

TENTANGUNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I KEMENTERIAN

NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden Nomor9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,Susunan Organisasi, dan Tata Kerja KementerianNegara Republik Indonesia, dan untuk menjaminterselenggaranya tugas pemerintahan, dipandang perlumenetapkan Unit Organisasi dan Tugas Eselon IKementerian Negara Republik Indonesia;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4437);

3. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004sebagaimana telah diubah dengan KeputusanPresiden Nomor 8/M Tahun 2005;

4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi,dan Tata Kerja Kementerian Negara RepublikIndonesia;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 463: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

445

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG UNITORGANISASI DAN TUGAS ESELON IKEMENTERIAN NEGARA REPUBLIKINDONESIA.

BAB IKEMENTERIAN KOORDINATOR

Bagian Pertama

Kementerian Koordinator Bidang Politik,Hukum, dan Keamanan

Pasal 1Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan terdiridari:

a. Sekretariat Kementerian Koordinator;

b. Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri;

c. Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri;

d. Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan Hak Asasi Manusia;

e. Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara;

f. Deputi Bidang Koordinasi Keamanan Nasional;

g. Deputi Bidang Koordinasi Rekonsiliasi dan Kesatuan Bangsa;

h. Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi dan Informasi;

i. Staf Ahli.

Pasal 2(1) Sekretariat Kementerian Koordinator mempunyai tugas

melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan danpemberian dukungan administrasi Kementerian Koordinator.

(2) Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri mempunyai tugasmenyiapkan koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 464: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

446

serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidang politik dalamnegeri.

(3) Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri mempunyai tugasmenyiapkan koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakanserta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidang politik luarnegeri.

(4) Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan Hak Asasi Manusiamempunyai tugas menyiapkan koordinasi perencanaan danpenyusunan kebijakan serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakandi bidang hukum dan hak asasi manusia.

(5) Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara mempunyai tugasmenyiapkan koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakanserta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidang pertahanannegara.

(6) Deputi Bidang Koordinasi Keamanan Nasional mempunyai tugasmenyiapkan koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakanserta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidang keamanannasional.

(7) Deputi Bidang Koordinasi Rekonsiliasi dan Kesatuan Bangsamempunyai tugas menyiapkan koordinasi perencanaan danpenyusunan kebijakan serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakandi bidang rekonsiliasi dan kesatuan bangsa.

(8) Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi dan Informasi mempunyaitugas menyiapkan koordinasi perencanaan dan penyusunankebijakan serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidangkomunikasi dan informasi.

(9) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriKoordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mengenaimasalah tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadibidang tugas Sekretariat Kementerian Koordinator dan Deputi.

Bagian KeduaKementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Pasal 3

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terdiri dari:

a. Sekretariat Kementerian Koordinator;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 465: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

447

b. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan;

c. Deputi Bidang Koordinasi Pertanian dan Kelautan;

d. Deputi Bidang Koordinasi Energi, Sumber Daya Mineral, danKehutanan;

e. Deputi Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan;

f. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah;

g. Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan PembiayaanInternasional;

h. Staf Ahli.

Pasal 4(1) Sekretariat Kementerian Koordinator mempunyai tugas

melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan danpemberian dukungan administrasi Kementerian Koordinator.

(2) Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuanganmempunyai tugas menyiapkan koordinasi perencanaan danpenyusunan kebijakan serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakandi bidang ekonomi makro dan keuangan.

(3) Deputi Bidang Koordinasi Pertanian dan Kelautan mempunyai tugasmenyiapkan koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakanserta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidang pertaniandan kelautan.

(4) Deputi Bidang Koordinasi Energi, Sumber Daya Mineral, danKehutanan mempunyai tugas menyiapkan koordinasi perencanaandan penyusunan kebijakan serta mensinkronkan pelaksanaankebijakan di bidang energi, sumber daya mineral, dan kehutanan.

(5) Deputi Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan mempunyaitugas menyiapkan koordinasi perencanaan dan penyusunankebijakan serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidangindustri dan perdagangan.

(6) Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayahmempunyai tugas menyiapkan koordinasi perencanaan danpenyusunan kebijakan serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakandi bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah.

(7) Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan PembiayaanInternasional mempunyai tugas menyiapkan koordinasiperencanaan dan penyusunan kebijakan serta mensinkronkan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 466: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

448

pelaksanaan kebijakan di bidang kerja sama ekonomi danpembiayaan internasional.

(8) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriKoordinator Bidang Perekonomian mengenai masalah tertentusesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugasSekretariat Kementerian Koordinator dan Deputi.

Bagian KetigaKementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

Pasal 5Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat terdiri dari:

a. Sekretariat Kementerian Koordinator;

b. Deputi Bidang Koordinasi Kesejahteraan Sosial;

c. Deputi Bidang Koordinasi Kesehatan dan Lingkungan Hidup;

d. Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan danKesejahteraan Anak;

e. Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Aparatur Negara;

f. Deputi Bidang Koordinasi Agama, Budaya, dan Pariwisata;

g. Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan;

h. Staf Ahli.

Pasal 6

(1) Sekretariat Kementerian Koordinator mempunyai tugasmelaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan danpemberian dukungan administrasi Kementerian Koordinator.

(2) Deputi Bidang Koordinasi Kesejahteraan Sosial mempunyai tugasmenyiapkan koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakanserta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidangkesejahteraan sosial.

(3) Deputi Bidang Koordinasi Kesehatan dan Lingkungan Hidupmempunyai tugas menyiapkan koordinasi perencanaan danpenyusunan kebijakan serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakandi bidang kesehatan dan lingkungan hidup.

(4) Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 467: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

449

Kesejahteraan Anak mempunyai tugas menyiapkan koordinasiperencanaan dan penyusunan kebijakan serta mensinkronkanpelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan perempuan dankesejahteraan anak.

(5) Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Aparatur Negaramempunyai tugas menyiapkan koordinasi perencanaan danpenyusunan kebijakan serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakandi bidang pendidikan dan aparatur negara.

(6) Deputi Bidang Koordinasi Agama, Budaya, dan Pariwisatamempunyai tugas menyiapkan koordinasi perencanaan danpenyusunan kebijakan serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakandi bidang agama, budaya, dan pariwisata.

(7) Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan mempunyaitugas menyiapkan koordinasi perencanaan dan penyusunankebijakan serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidangpenanggulangan kemiskinan.

(8) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriKoordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mengenai masalahtertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidangtugas Sekretariat Kementerian Koordinator dan Deputi.

BAB IIDEPARTEMEN

Bagian PertamaDepartemen Dalam Negeri

Pasal 7

Departemen Dalam Negeri terdiri dari :

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik;

c. Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum;

d. Direktorat Jenderal Otonomi Daerah;

e. Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah;

f. Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 468: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

450

g. Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan;

h. Direktorat Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah;

i. Inspektorat Jenderal;

j. Badan Penelitian dan Pengembangan;

k. Badan Pendidikan dan Pelatihan;

l. Staf Ahli.

Pasal 8

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang kesatuan bangsa dan politik.

(3) Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang pemerintahan umum.

(4) Direktorat Jenderal Otonomi Daerah mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang otonomi daerah.

(5) Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang pembinaan pembangunan daerah.

(6) Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desamempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakandan standardisasi teknis di bidang pemberdayaan masyarakatdan desa.

(7) Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang administrasi kependudukan.

(8) Direktorat Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah mempunyaitugas memfasilitasi penyusunan anggaran daerah, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah, pengelolaanpendapatan asli daerah, dan investasi daerah serta membantupenyiapan pertimbangan Menteri Dalam Negeri kepada MenteriKeuangan dalam penyusunan perimbangan keuangan antaraPemerintah Pusat dan Daerah.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 469: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

451

(9) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(10) Badan Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugasmelaksanakan penelitian dan pengembangan di bidangpemerintahan dalam negeri dan otonomi daerah.

(11) Badan Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas melaksanakanpendidikan dan pelatihan di bidang pemerintahan dalam negeridan otonomi daerah.

(12) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriDalam Negeri mengenai masalah tertentu sesuai bidangkeahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal,Direktorat Jenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

Bagian Kedua

Departemen Luar Negeri

Pasal 9Departemen Luar Negeri terdiri dari:

a. Sekretariat Jenderal;b. Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika;c. Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa;d. Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN;e. Direktorat Jenderal Multilateral;f. Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional;g. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik;h. Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler;i. Inspektorat Jenderal;j. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan;k. Staf Ahli.

Pasal 10(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 470: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

452

(2) Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang hubungan dan politik luar negeri untuk kawasanAsia Pasifik dan Afrika.

(3) Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang hubungan dan politik luar negeri untuk kawasanAmerika dan Eropa.

(4) Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang hubungan dan politik luar negeri dalam rangkakerja sama ASEAN.

(5) Direktorat Jenderal Multilateral mempunyai tugas merumuskanserta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangmultilateral.

(6) Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional mempunyaitugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang hukum dan perjanjian internasional.

(7) Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik mempunyaitugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang informasi dan diplomasi publik.

(8) Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang protokol dan konsuler.

(9) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(10) Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan mempunyaitugas melaksanakan pengkajian dan pengembangan di bidangkebijakan luar negeri.

(11) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriLuar Negeri mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya,yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, DirektoratJenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 471: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

453

Bagian Ketiga

Departemen Pertahanan

Pasal 11Departemen Pertahanan terdiri dari :

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan;

c. Direktorat Jenderal Perencanaan Pertahanan;

d. Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan;

e. Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan;

f. Direktorat Jenderal Sarana Pertahanan;

g. Inspektorat Jenderal;

h. Badan Penelitian dan Pengembangan;

i. Badan Pendidikan dan Pelatihan;

j. Staf Ahli.

Pasal 12(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang strategi pertahanan.

(3) Direktorat Jenderal Perencanaan Pertahanan mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang perencanaan pertahanan.

(4) Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang potensi pertahanan.

(5) Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang kekuatan pertahanan.

(6) Direktorat Jenderal Sarana Pertahanan mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang sarana pertahanan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 472: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

454

(7) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(8) Badan Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugasmelaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pertahanan.

(9) Badan Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas melaksanakanpendidikan dan pelatihan di bidang pertahanan.

(10) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriPertahanan mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya,yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, DirektoratJenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

Bagian Keempat

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

Pasal 13Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri dari:

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan;

c. Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum;

d. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan;

e. Direktorat Jenderal Imigrasi;

f. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual;

g. Direktorat Jenderal Perlindungan Hak Asasi Manusia;

h. Inspektorat Jenderal;

i. Badan Pembinaan Hukum Nasional;

j. Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HakAsasi Manusia;

k. Staf Ahli.

Pasal 14

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 473: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

455

(2) Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan mempunyaitugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang peraturan perundang-undangan.

(3) Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang administrasi hukum umum.

(4) Direktorat Jenderal Pemasyarakatan mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang pemasyarakatan.

(5) Direktorat Jenderal Imigrasi mempunyai tugas merumuskan sertamelaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang imigrasi.

(6) Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang hak kekayaan intelektual.

(7) Direktorat Jenderal Perlindungan Hak Asasi Manusia mempunyaitugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang perlindungan hak asasi manusia.

(8) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(9) Badan Pembinaan Hukum Nasional mempunyai tugasmelaksanakan pembinaan di bidang hukum nasional.

(10) Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak AsasiManusia mempunyai tugas melaksanakan penelitian danpengembangan di bidang hukum dan hak asasi manusia.

(11) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriHukum dan Hak Asasi Manusia mengenai masalah tertentu sesuaibidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas SekretariatJenderal, Direktorat Jenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

Bagian KelimaDepartemen Keuangan

Pasal 15Departemen Keuangan terdiri dari :

a. Sekretariat Jenderal;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 474: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

456

b. Direktorat Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan;

c. Direktorat Jenderal Pajak;

d. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

e. Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan;

f. Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

g. Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara;

h. Inspektorat Jenderal;

i. Badan Pengawas Pasar Modal;

j. Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan, dan Kerja SamaInternasional;

k. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan;

l. Staf Ahli.

Pasal 16

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuanganmempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakandan standardisasi teknis di bidang kebijakan fiskal, anggaranpendapatan dan belanja negara, serta perimbangan keuangan.

(3) Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tugas merumuskan sertamelaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangperpajakan.

(4) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai tugas merumuskanserta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangbea dan cukai.

(5) Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang lembaga keuangan, serta akuntan dan penilai.

(6) Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang perbendaharaan negara.

(7) Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang piutang negara dan lelang negara.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 475: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

457

(8) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(9) Badan Pengawas Pasar Modal mempunyai tugas membina,mengatur, dan mengawasi kegiatan sehari-hari di bidang pasarmodal.

(10) Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan, dan Kerja SamaInternasional mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dibidang ekonomi, keuangan, dan fiskal, serta melakukan kerjasama internasional.

(11) Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan mempunyai tugasmelaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan.

(12) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriKeuangan mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya,yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, DirektoratJenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

Bagian KeenamDepartemen Energi dan Sumber Daya Mineral

Pasal 17Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral terdiri dari :

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi;

c. Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi;

d. Direktorat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panas Bumi;

e. Inspektorat Jenderal;

f. Badan Geologi;

g. Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya

Mineral;

h. Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral;

i. Staf Ahli.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 476: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

458

Pasal 18

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang minyak dan gas bumi.

(3) Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi mempunyaitugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang listrik dan pemanfaatan energi.

(4) Direktorat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panas Bumi mempunyaitugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang mineral, batubara, dan panas bumi.

(5) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(6) Badan Geologi mempunyai tugas melaksanakan penelitian danpelayanan di bidang geologi.

(7) Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber DayaMineral mempunyai tugas melaksanakan penelitian danpengembangan energi dan sumber daya mineral.

(8) Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineralmempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan dibidang energi dan sumber daya mineral.

(9) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriEnergi dan Sumber Daya Mineral mengenai masalah tertentusesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugasSekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, Badan, dan InspektoratJenderal

Bagian KetujuhDepartemen Perindustrian

Pasal 19Departemen Perindustrian terdiri dari:

a. Sekretariat Jenderal;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 477: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

459

b. Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia;

c. Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Aneka;

d. Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika;

e. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah;

f. Inspektorat Jenderal;

g. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri;

h. Staf Ahli.

Pasal 20(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang industri agro dan kimia.

(3) Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Anekamempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakandan standardisasi teknis di bidang industri logam, mesin, tekstil,dan aneka.

(4) Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematikamempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakandan standardisasi teknis di bidang industri alat transportasi dantelematika.

(5) Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang industri kecil dan menengah.

(6) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(7) Badan Penelitian dan Pengembangan Industri mempunyai tugasmelaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang industri.

(8) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriPerindustrian mengenai masalah tertentu sesuai bidangkeahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal,Direktorat Jenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 478: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

460

Bagian

Kedelapan Departemen Perdagangan

Pasal 21Departemen Perdagangan terdiri dari:

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri;

c. Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri;

d. Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional;

e. Inspektorat Jenderal;

f. Badan Pengembangan Ekspor Nasional;

g. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi;

h. Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan;

i. Staf Ahli.

Pasal 22(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang perdagangan dalam negeri.

(3) Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang perdagangan luar negeri.

(4) Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasionalmempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakandan standardisasi teknis di bidang kerja sama perdaganganinternasional.

(5) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(6) Badan Pengembangan Ekspor Nasional mempunyai tugasmelaksanakan pengkoordinasian dan pembinaan di bidangpengembangan ekspor nasional.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 479: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

461

(7) Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi mempunyaitugas melaksanakan pembinaan, pengaturan, dan pengawasankegiatan di bidang perdagangan berjangka komoditi.

(8) Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan mempunyaitugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidangperdagangan.

(9) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriPerdagangan mengenai masalah tertentu sesuai bidangkeahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal,Direktorat Jenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

Bagian KesembilanDepartemen Pertanian

Pasal 23

Departemen Pertanian terdiri dari:

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air;

c. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan;

d. Direktorat Jenderal Hortikultura;

e. Direktorat Jenderal Perkebunan;

f. Direktorat Jenderal Peternakan;

g. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian;

h. Inspektorat Jenderal;

i. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian;

j. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian;

k. Badan Ketahanan Pangan;

1. Badan Karantina Pertanian;

m. Staf Ahli.

Pasal 24(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 480: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

462

(2) Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang pengelolaan lahan dan air irigasi.

(3) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang tanaman pangan.

(4) Direktorat Jenderal Hortikultura mempunyai tugas merumuskanserta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidanghortikultura.

(5) Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tugas merumuskanserta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangperkebunan.

(6) Direktorat Jenderal Peternakan mempunyai tugas merumuskanserta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangpeternakan.

(7) Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanianmempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakandan standardisasi teknis di bidang pengolahan dan pemasaranhasil pertanian.

(8) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(9) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mempunyaitugas melaksanakan penelitian dan pengembangan pertanian.

(10) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanianmempunyai tugas melaksanakan pengembangan sumber dayamanusia pertanian.

(11) Badan Ketahanan Pangan mempunyai tugas melaksanakanpengkajian, pengembangan dan koordinasi di bidang pemantapanketahanan pangan.

(12) Badan Karantina Pertanian mempunyai tugas melaksanakanperkarantinaan hewan dan tumbuhan.

(13) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriPertanian mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya,yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, DirektoratJenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 481: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

463

Bagian Kesepuluh

Departemen Kehutanan

Pasal 25Departemen Kehutanan terdiri dari :

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam;

c. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial;

d. Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan;

e. Inspektorat Jenderal;

f. Badan Planologi Kehutanan;

g. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan;

h. Staf Ahli.

Pasal 26

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alammempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakandan standardisasi teknis di bidang perlindungan hutan dankonservasi alam.

(3) Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosialmempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakandan standardisasi teknis di bidang rehabilitasi lahan dan perhutanansosial.

(4) Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang pembinaan produksi kehutanan.

(5) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(6) Badan Planologi Kehutanan mempunyai tugas melaksanakanpenyusunan perencanaan makro di bidang kehutanan danpemantapan kawasan hutan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 482: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

464

(7) Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan mempunyaitugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidangkehutanan.

(8) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriKehutanan mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya,yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, DirektoratJenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

Bagian KesebelasDepartemen Perhubungan

Pasal 27Departemen Perhubungan terdiri dari :

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat;

c. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

d. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

e. Direktorat Jenderal Perkeretaapian;

f. Inspektorat Jenderal;

g. Badan Search And Rescue Nasional;

h. Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan;

i. Badan Pendidikan dan Pelatihan Perhubungan;

j. Staf Ahli.

Pasal 28

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang perhubungan darat.

(3) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang perhubungan laut.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 483: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

465

(4) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang perhubungan udara.

(5) Direktorat Jenderal Perkeretaapian mempunyai tugas merumuskanserta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangperkeretaapian.

(6) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(7) Badan Search And Rescue Nasional mempunyai tugasmelaksanakan pembinaan, pengkoordinasian, dan pengendalianpotensi Search And Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR terhadaporang dan material yang hilang atau dikhawatirkan hilang, ataumenghadapi bahaya dalam pelayaran dan/atau penerbangan,serta pemberian bantuan SAR dalam bencana dan musibahlainnya sesuai dengan peraturan SAR nasional dan internasional.

(8) Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan mempunyaitugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidangperhubungan.

(9) Badan Pendidikan dan Pelatihan Perhubungan mempunyai tugasmelaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang perhubungan.

(10) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriPerhubungan mengenai masalah tertentu sesuai bidangkeahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal,Direktorat Jenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

Bagian KeduabelasDepartemen Kelautan dan Perikanan

Pasal 29Departemen Kelautan dan Perikanan terdiri dari :

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap;

c. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya;

d. Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumber DayaKelautan dan Perikanan;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 484: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

466

e. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil;f. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan;g. Inspektorat Jenderal;h. Badan Riset Kelautan dan Perikanan;i. Staf Ahli.

Pasal 30

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang perikanan tangkap.

(3) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang perikanan budidaya.

(4) Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumber DayaKelautan dan Perikanan mempunyai tugas merumuskan sertamelaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangpengawasan dan pengendalian sumber daya kelautan danperikanan.

(5) Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecilmempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakandan standardisasi teknis di bidang eksplorasi dan tatapemanfaatan kelautan, pesisir, dan pulau-pulau kecil.

(6) Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikananmempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakandan standardisasi teknis di bidang pengolahan dan pemasaranhasil perikanan.

(7) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(8) Badan Riset Kelautan dan Perikanan mempunyai tugasmelaksanakan riset di bidang kelautan dan perikanan.

(9) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriKelautan dan Perikanan mengenai masalah tertentu sesuai bidangkeahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal,Direktorat Jenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 485: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

467

Bagian Ketigabelas

Departemen Tenaga Kerja dan TransmigrasiPasal 31

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi terdiri dari:a. Sekretariat Jenderal;b. Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas;c. Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Dalam

Negeri;d. Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Luar

Negerie. Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan

Sosial Ketenagakerjaan;f. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan;g. Direktorat Jenderal Pembinaan Penyiapan Permukiman dan

Penempatan Transmigrasi;h. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan

Kawasan Transmigrasi;i. Inspektorat Jenderal;j. Badan Penelitian, Pengembangan, dan Informasi;k. Staf Ahli.

Pasal 32

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitasmempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakandan standardisasi teknis di bidang pembinaan pelatihan danproduktivitas

(3) Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja DalamNegeri mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakankebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaanpenempatan tenaga kerja dalam negeri.

(4) Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja LuarNegeri mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakankebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaanpenempatan tenaga kerja luar negeri.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 486: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

468

(5) Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan JaminanSosial Ketenagakerjaan mempunyai tugas merumuskan danmelaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangpembinaan hubungan industrial dan jaminan sosialketenagakerjaan.

(6) Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaanmempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang pembinaan pengawasanketenagakerjaan.

(7) Direktorat Jenderal Pembinaan Penyiapan Permukiman danPenempatan Transmigrasi mempunyai tugas merumuskan danmelaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangpembinaan penyiapan permukiman dan penempatan transmigrasi.

(8) Direktorat Jenderal Pembinaan Pengembangan Masyarakat danKawasan Transmigrasi mempunyai tugas merumuskan danmelaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangpembinaan pengembangan masyarakat dan kawasantransmigrasi.

(9) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(10) Badan Penelitian, Pengembangan, dan Informasi mempunyaitugas melaksanakan penelitian, pengembangan, dan informasi dibidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.

(11) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriTenaga Kerja dan Transmigrasi mengenai masalah tertentu sesuaibidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas SekretariatJenderal, Direktorat Jenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

Bagian KeempatbelasDepartemen Pekerjaan Umum

Pasal 33Departemen Pekerjaan Umum terdiri dari:

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Cipta Karya;

c. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 487: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

469

d. Direktorat Jenderal Bina Marga;

e. Direktorat Jenderal Penataan Ruang;

f. Inspektorat Jenderal;

g. Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia;

h. Badan Penelitian dan Pengembangan;

i. Staf Ahli.

Pasal 34

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Cipta Karya mempunyai tugas merumuskanserta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangcipta karya.

(3) Direktorat Jenderal Sumber Daya Air mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang sumber daya air.

(4) Direktorat Jenderal Bina Marga mempunyai tugas merumuskanserta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangbina marga.

(5) Direktorat Jenderal Penataan Ruang mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang penataan ruang.

(6) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(7) Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusiamempunyai tugas melaksanakan pembinaan di bidang konstruksidan sumber daya manusia.

(8) Badan Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugasmelaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pekerjaanumum.

(9) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriPekerjaan Umum mengenai masalah tertentu sesuai bidangkeahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal,Direktorat Jenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 488: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

470

Bagian Kelimabelas

Departemen Kesehatan

Pasal 35Departemen Kesehatan terdiri dari:

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat;

c. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik;

d. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan;

e. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

f. Inspektorat Jenderal;

g. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;

h. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya ManusiaKesehatan;

i. Staf Ahli.

Pasal 36

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang pembinaan kesehatan masyarakat.

(3) Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang pembinaan pelayanan medik.

(4) Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakankebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengendalian penyakitdan penyehatan lingkungan.

(5) Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatanmempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakandan standardisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian danalat kesehatan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 489: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

471

(6) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(7) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mempunyaitugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidangkesehatan.

(8) Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya ManusiaKesehatan mempunyai tugas melaksanakan pengembangan danpemberdayaan sumber daya manusia kesehatan.

(9) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriKesehatan mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya,yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, DirektoratJenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

Bagian Keenambelas

Departemen Pendidikan Nasional

Pasal 37Departemen Pendidikan Nasional terdiri dari :

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah;

c. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi;

d. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah;

e. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan TenagaKependidikan;

f. Inspektorat Jenderal;

g. Badan Penelitian dan Pengembangan;

h. Staf Ahli.

Pasal 38

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengahmempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 490: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

472

dan standardisasi teknis di bidang manajemen pendidikan dasardan menengah.

(3) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang pendidikan tinggi.

(4) Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang pendidikan luar sekolah.

(5) Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan TenagaKependidikan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakankebijakan dan standardisasi teknis di bidang peningkatan mutupendidik dan tenaga kependidikan.

(6) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(7) Badan Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugasmelaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan.

(8) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriPendidikan Nasional mengenai masalah tertentu sesuai bidangkeahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal,Direktorat Jenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

Bagian KetujuhbelasDepartemen Sosial

Pasal 39Departemen Sosial terdiri dari:

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial;

c. Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial;

d. Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial;

e. Inspektorat Jenderal;

f. Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial;

g. Staf Ahli.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 491: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

473

Pasal 40

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang pemberdayaan sosial.

(3) Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial mempunyaitugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial.

(4) Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang bantuan dan jaminan sosial.

(5) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(6) Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial mempunyaitugas melaksanakan pendidikan dan penelitian di bidangkesejahteraan sosial.

(7) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriSosial mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya, yangtidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal,Badan, dan Inspektorat Jenderal.

Bagian KedelapanbelasDepartemen Agama

Pasal 41

Departemen Agama terdiri dari:

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam danPenyelenggaraan Haji;

c. Direktorat Jenderal Pendidikan Agama dan Keagamaan;

d. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen;

e. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 492: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

474

f. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha;

g. Inspektorat Jenderal;

h. Badan Penelitian dan Pengembangan serta Pendidikan danPelatihan;

i. Staf Ahli.

Pasal 42

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam danPenyelenggaraan Haji mempunyai tugas merumuskan sertamelaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangbimbingan masyarakat Islam dan penyelenggaraan Haji.

(3) Direktorat Jenderal Pendidikan Agama dan Keagamaan mempunyaitugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang pendidikan agama dan keagamaan.

(4) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen mempunyaitugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang bimbingan masyarakat Kristen.

(5) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik mempunyaitugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang bimbingan masyarakat Katolik.

(6) Direktorat Jenderal Masyarakat Hindu dan Budha mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknisdi bidang bimbingan masyarakat Hindu dan Budha.

(7) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(8) Badan Penelitian dan Pengembangan serta Pendidikan danPelatihan mempunyai tugas melaksanakan penelitian danpengembangan serta pendidikan dan pelatihan di bidangkeagamaan.

(9) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriAgama mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya,yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, DirektoratJenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 493: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

475

Bagian Kesembilanbelas

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Pasal 43Departemen Kebudayaan dan Pariwisata terdiri dari:

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film;

c. Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala;

d. Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata;

e. Direktorat Jenderal Pemasaran;

f. Inspektorat Jenderal;

g. Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata;

h. Staf Ahli.

Pasal 44

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang nilai budaya, seni, dan film.

(3) Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang sejarah dan purbakala.

(4) Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata mempunyaitugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang pengembangan destinasi pariwisata.

(5) Direktorat Jenderal Pemasaran mempunyai tugas merumuskanserta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangpemasaran.

(6) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(7) Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisatamempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan,

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 494: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

476

penelitian dan pengembangan, serta pengelolaan data dan informasidi bidang kebudayaan dan pariwisata.

(8) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriKebudayaan dan Pariwisata mengenai masalah tertentu sesuaibidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas SekretariatJenderal, Direktorat Jenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

Bagian KeduapuluhDepartemen Komunikasi dan Informatika

Pasal 45Departemen Komunikasi dan Informatika terdiri dari:

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi;

c. Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika;

d. Direktorat Jenderal Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi;

e. Inspektorat Jenderal;

f. Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia;

g. Badan Informasi Publik;

h. Staf Ahli.

Pasal 46

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasipelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang pos dan telekomunikasi.

(3) Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang aplikasi telematika.

(4) Direktorat Jenderal Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasimempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakandan standardisasi teknis di bidang sarana komunikasi dan diseminasiinformasi.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 495: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

477

(5) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(6) Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusiamempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangandi bidang komunikasi, informatika dan sumber daya manusia.

(7) Badan Informasi Publik mempunyai tugas melaksanakanpengelolaan dan penyebaran informasi publik sampai ke daerah.

(8) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriKomunikasi dan Informatika mengenai masalah tertentu sesuaibidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas SekretariatJenderal, Direktorat Jenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.

BAB III

KEMENTERIAN NEGARA

Bagian PertamaKementerian Negara Riset dan Teknologi

Pasal 47Kementerian Negara Riset dan Teknologi terdiri dari:

a. Sekretariat Kementerian Negara;

b. Deputi Bidang Perkembangan Riset, Ilmu Pengetahuan danTeknologi;

c. Deputi Bidang Dinamika Masyarakat;

d. Deputi Bidang Program Riset, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;

e. Deputi Bidang Pengembangan Sistem Ilmu Pengetahuan danTeknologi Nasional;

f. Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan IlmuPengetahuan dan Teknologi;

g. Staf Ahli.

Pasal 48(1) Sekretariat Kementerian Negara mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 496: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

478

dukungan administrasi Kementerian Negara.

(2) Deputi Bidang Perkembangan Riset, Ilmu Pengetahuan danTeknologi mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakandan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang perkembanganriset, ilmu pengetahuan dan teknologi.

(3) Deputi Bidang Dinamika Masyarakat mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang dinamika masyarakat.

(4) Deputi Bidang Program Riset, Ilmu Pengetahuan dan Teknologimempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan dankoordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang program riset, ilmupengetahuan dan teknologi.

(5) Deputi Bidang Pengembangan Sistem Ilmu Pengetahuan danTeknologi Nasional mempunyai tugas menyiapkan perumusankebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang sistemilmu pengetahuan dan teknologi nasional.

(6) Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan IlmuPengetahuan dan Teknologi mempunyai tugas menyiapkanperumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang pendayagunaan dan pemasyarakatan ilmu pengetahuandan teknologi.

(7) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan memberikantelaahan kepada Menteri Negara Riset dan Teknologi mengenaimasalah tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadibidang tugas Sekretariat Kementerian Negara dan Deputi.

Bagian KeduaKementerian Negara Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah

Pasal 49

Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah terdiridari:

a. Sekretariat Kementerian Negara;

b. Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Pengusaha Kecil danMenengah;

c. Deputi Bidang Produksi;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 497: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

479

d. Deputi Bidang Pembiayaan;

e. Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha;

f. Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia;

g. Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha;

h. Deputi Bidang Pengkajian Sumber Daya Usaha Kecil Menengahdan Koperasi;

i. Staf Ahli.

Pasal 50

(1) Sekretariat Kementerian Negara mempunyai tugas melaksanakankoordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberiandukungan administrasi Kementerian Negara.

(2) Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Pengusaha KecilMenengah mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakandan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaankoperasi dan usaha kecil menengah.

(3) Deputi Bidang Produksi mempunyai tugas menyiapkan perumusankebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang produksi.

(4) Deputi Bidang Pembiayaan mempunyai tugas menyiapkanperumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang pembiayaan.

(5) Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang pemasaran dan jaringan usaha.

(6) Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia mempunyaitugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasipelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sumber dayamanusia.

(7) Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usahamempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan dankoordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan danrestrukturisasi usaha.

(8) Deputi Bidang Pengkajian Sumber Daya Usaha Kecil Menengahdan Koperasi mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakandan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengkajian sumberdaya usaha kecil menengah dan koperasi.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 498: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

480

(9) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriNegara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mengenaimasalah tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadibidang tugas Sekretariat Kementerian Negara dan Deputi.

Bagian Ketiga

Kementerian Negara Lingkungan Hidup

Pasal 51

Kementerian Negara Lingkungan Hidup terdiri dari:

a. Sekretariat Kementerian Negara;

b. Deputi Bidang Tata Lingkungan;

c. Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan;

d. Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam danPengendalian Kerusakan Lingkungan;

e. Deputi Bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun danLimbah Bahan Berbahaya dan Beracun;

f. Deputi Bidang Penaatan Lingkungan;

g. Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan PemberdayaanMasyarakat;

h. Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan PeningkatanKapasitas;

i. Staf Ahli.

Pasal 52

(1) Sekretariat Kementerian Negara mempunyai tugas melaksanakankoordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberiandukungan administrasi Kementerian Negara.

(2) Deputi Bidang Tata Lingkungan mempunyai tugas menyiapkanperumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang tata lingkungan.

(3) Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan mempunyaitugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasipelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian pencemaranlingkungan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 499: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

481

(4) Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam danPengendalian Kerusakan Lingkungan mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang peningkatan konservasi sumber daya alamdan pengendalian kerusakan lingkungan.

(5) Deputi Bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun danLimbah Bahan Berbahaya dan Beracun mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun(B3) dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

(6) Deputi Bidang Penaatan Lingkungan mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang penaatan lingkungan.

(7) Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan PemberdayaanMasyarakat mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakandan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang komunikasilingkungan dan pemberdayaan masyarakat.

(8) Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan PeningkatanKapasitas mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakandan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaansarana teknis dan peningkatan kapasitas.

(9) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriNegara Lingkungan Hidup mengenai masalah tertentu sesuaibidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas SekretariatKementerian Negara dan Deputi.

Bagian Keempat

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan

Pasal 53

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan terdiri dari:

a. Sekretariat Kementerian Negara;

b. Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender;

c. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan;

d. Deputi Bidang Perlindungan Perempuan;

e. Deputi Bidang Perlindungan Anak;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 500: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

482

f. Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat;

g. Staf Ahli.

Pasal 54(1) Sekretariat Kementerian Negara mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberiandukungan administrasi Kementerian Negara.

(2) Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang pengarusutamaan gender.

(3) Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan mempunyaitugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasipelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kualitas hidupperempuan.

(4) Deputi Bidang Perlindungan Perempuan mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang perlindungan perempuan.

(5) Deputi Bidang Perlindungan Anak mempunyai tugas menyiapkanperumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang perlindungan anak.

(6) Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat mempunyaitugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasipelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan lembagamasyarakat.

(7) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriNegara Pemberdayaan Perempuan mengenai masalah tertentusesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugasSekretariat Kementerian Negara dan Deputi.

Bagian Kelima

Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Pasal 55

Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara terdiri dari:

a. Sekretariat Kementerian Negara;

b. Deputi Bidang Kelembagaan;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 501: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

483

c. Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Aparatur;

d. Deputi Bidang Tata Laksana;

e. Deputi Bidang Akuntabilitas Aparatur;

f. Deputi Bidang Pelayanan Publik;

g. Deputi Bidang Pengawasan;

h. Staf Ahli.

Pasal 56

(1) Sekretariat Kementerian Negara mempunyai tugas melaksanakankoordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberiandukungan administrasi Kementerian Negara.

(2) Deputi Bidang Kelembagaan mempunyai tugas menyiapkanperumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang kelembagaan.

(3) Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Aparatur mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang sumber daya manusia aparatur.

(4) Deputi Bidang Tata Laksana mempunyai tugas menyiapkanperumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang tata laksana.

(5) Deputi Bidang Akuntabilitas Aparatur mempunyai tugas menyiapkanperumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang akuntabilitas aparatur.

(6) Deputi Bidang Pelayanan Publik mempunyai tugas menyiapkanperumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang pelayanan publik.

(7) Deputi Bidang Pengawasan mempunyai tugas menyiapkanperumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang pengawasan.

(8) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriNegara Pendayagunaan Aparatur Negara mengenai masalahtertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidangtugas Sekretariat Kementerian Negara dan Deputi.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 502: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

484

Bagian KeenamKementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

Pasal 57Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal terdiri dari :a. Sekretariat Kementerian Negara;b. Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya;c. Deputi Bidang Peningkatan Infrastruktur;d. Deputi Bidang Pembinaan Ekonomi dan Dunia Usaha;e. Deputi Bidang Pembinaan Lembaga Sosial dan Budaya;f. Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus;g. Staf Ahli.

Pasal 58(1) Sekretariat Kementerian Negara mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberiandukungan administrasi Kementerian Negara.

(2) Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang pengembangan sumber daya.

(3) Deputi Bidang Peningkatan Infrastruktur mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang peningkatan infrastruktur.

(4) Deputi Bidang Pembinaan Ekonomi dan Dunia Usaha mempunyaitugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasipelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan ekonomi dan duniausaha.

(5) Deputi Bidang Pembinaan Lembaga Sosial dan Budaya mempunyaitugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasipelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan lembaga sosial danbudaya.

(6) Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang pengembangan daerah khusus.

(7) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriNegara Pembangunan Daerah Tertinggal mengenai masalahtertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidangtugas Sekretariat Kementerian Negara dan Deputi.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 503: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

485

Bagian KetujuhKementerian Negara Perencanaan Pembangunan

Pasal 59

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan terdiri dari:

a. Sekretariat Kementerian Negara;

b. Staf Ahli.

Pasal 60

(1) Sekretariat Kementerian Negara mempunyai tugas melaksanakankoordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberiandukungan administrasi Kementerian Negara.

(2) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriNegara Perencanaan Pembangunan mengenai masalah tertentusesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugasSekretariat Kementerian Negara dan Deputi.

Bagian KedelapanKementerian Negara Badan Usaha Milik Negara

Pasal 61Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara terdiri dari:

a. Sekretariat Kementerian Negara;

b. Deputi Bidang Usaha Perbankan dan Jasa Keuangan;

c. Deputi Bidang Usaha Jasa Lainnya;

d. Deputi Bidang Usaha Logistik dan Pariwisata;

e. Deputi Bidang Usaha Agro Industri, Kehutanan, Kertas,Percetakan, dan Penerbitan;

f. Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, Energi,dan Telekomunikasi;

g. Deputi Bidang Restrukturisasi dan Privatisasi;

h. Staf Ahli.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 504: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

486

Pasal 62

(1) Sekretariat Kementerian Negara mempunyai tugas melaksanakankoordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberiandukungan administrasi Kementerian Negara.

(2) Deputi Bidang Usaha Perbankan dan Jasa Keuangan mempunyaitugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasipelaksanaan kebijakan di bidang usaha perbankan dan jasakeuangan.

(3) Deputi Bidang Usaha Jasa Lainnya mempunyai tugas menyiapkanperumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang usaha jasa lainnya.

(4) Deputi Bidang Usaha Logistik dan Pariwisata mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang usaha logistik dan pariwisata.

(5) Deputi Bidang Usaha Agro Industri, Kehutanan, Kertas,Percetakan, dan Penerbitan mempunyai tugas menyiapkanperumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang usaha agro industri, kehutanan, kertas, percetakan, danpenerbitan.

(6) Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, Energi,dan Telekomunikasi mempunyai tugas menyiapkan perumusankebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang usahapertambangan, industri Strategis, energi, dan telekomunikasi.

(7) Deputi Bidang Restrukturisasi dan Privatisasi mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang restrukturisasi dan privatisasi.

(8) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriNegara Badan Usaha Milik Negara mengenai masalah tertentusesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugasSekretariat Kementerian Negara dan Deputi.

Bagian KesembilanKementerian Negara Perumahan Rakyat

Pasal 63Kementerian Negara Perumahan Rakyat terdiri dari:

a. Sekretariat Kementerian Negara;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 505: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

487

b. Deputi Bidang Pembiayaan;c. Deputi Bidang Pengembangan Kawasan;d. Deputi Bidang Perumahan Swadaya;e. Deputi Bidang Perumahan Formal;

f. Staf Ahli.

Pasal 64(1) Sekretariat Kementerian Negara mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberiandukungan administrasi Kementerian Negara.

(2) Deputi Bidang Pembiayaan mempunyai tugas menyiapkanperumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang pembiayaan perumahan rakyat.

(3) Deputi Bidang Pengembangan Kawasan mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang pengembangan kawasan.

(4) Deputi Bidang Perumahan Swadaya mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang perumahan swadaya.

(5) Deputi Bidang Perumahan Formal mempunyai tugas menyiapkanperumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang perumahan formal.

(6) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriNegara Perumahan Rakyat mengenai masalah tertentu sesuaibidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas SekretariatKementerian Negara dan Deputi.

Bagian KesepuluhKementerian Negara Pemuda dan Olah Raga

Pasal 65

Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga terdiri dari:a. Sekretariat Kementerian Negara;b. Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda;c. Deputi Bidang Pengembangan Kepemimpinan Pemuda;d. Deputi Bidang Kewirausahaan Pemuda dan Industri Olah Raga;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 506: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

488

e. Deputi Bidang Pemberdayaan Olah Raga;

f. Deputi Bidang Peningkatan Prestasi dan Ilmu Pengetahuan danTeknologi Olah Raga;

g. Staf Ahli.

Pasal 66(1) Sekretariat Kementerian Negara mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberiandukungan administrasi Kementerian Negara.

(2) Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang pemberdayaan pemuda.

(3) Deputi Bidang Pengembangan Kepemimpinan Pemuda mempunyaitugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang pengembangan kepemimpinan pemuda.

(4) Deputi Bidang Kewirausahaan Pemuda dan Industri Olah Ragamempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan dankoordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang kewirausahaan pemudadan industri olah raga.

(5) Deputi Bidang Pemberdayaan Olah Raga mempunyai tugasmenyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaankebijakan di bidang pemberdayaan olah raga.

(6) Deputi Bidang Peningkatan Prestasi dan Ilmu Pengetahuan danTeknologi Olah Raga mempunyai tugas menyiapkan perumusankebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidangpeningkatan prestasi dan ilmu pengetahuan dan teknologi olah raga.

(7) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriNegara Pemuda dan Olah Raga mengenai masalah tertentu sesuaibidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas SekretariatKementerian Negara dan Deputi.

BAB IVKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 67(1) Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan dalam

melaksanakan tugasnya menggunakan unit organisasi dan sumber

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 507: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

489

daya di lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.(2) Sekretaris Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan

sekaligus menjadi Sekretaris Utama Badan PerencanaanPembangunan Nasional.

Pasal 68Perubahan atas unit organisasi dan tugas eselon I Kementerian NegaraRepublik Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presidenini, diusulkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidangpendayagunaan aparatur negara kepada Presiden, berdasarkan usulandari masing-masing Menteri yang bersangkutan.

BAB VKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 69(l) Keputusan Menteri tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon

I Kementerian Negara Republik Indonesia yang tidak bertentangandengan Peraturan Presiden ini dinyatakan tetap berlaku.

(2) Penyesuaian unit organisasi dan tugas eselon I pada KementerianNegara Republik Indonesia, dilaksanakan selambat-lambatnyadalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkannya PeraturanPresiden ini.

BAB VIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 70

Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka:

a. Keputusan Presiden Nomor 107 Tahun 2001 tentang Unit Organisasidan Tugas Eselon I Menteri Negara Koordinator;

b. Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2001 tentang Unit Organisasidan Tugas Eselon I Menteri Negara sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun2004;

c. Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 508: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

490

Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor36 Tahun 2004; dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 71

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 31 Januari 2005

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Dr. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 509: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

491

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 15 TAHUN 2005

TENTANGPERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG UNIT ORGANISASI DANTUGAS ESELON I KEMENTERIAN NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan dan menajamkanpelaksanaan tugas Kabinet Indonesia Bersatu,dipandang perlu mengubah Peraturan PresidenNomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi danTugas Eselon I Kementerian Negara RepublikIndonesia;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4437);

3. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004sebagaimana telah diubah dengan KeputusanPresiden Nomor 8/M Tahun 2005;

4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi,dan Tata Kerja Kementerian Negara RepublikIndonesia;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 510: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

492

5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentangUnit Organisasi dan Tugas Eselon I KementerianNegara Republik Indonesia;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHANATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN2005 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGASESELON I KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIKINDONESIA.

Pasal IBeberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara RepublikIndonesia diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 45 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 45Departemen Komunikasi dan Informatika terdiri dari:a. Sekretariat Jenderal;b. Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi;c. Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika;d. Direktorat Jenderal Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi;e. Inspektorat Jenderal;f. Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia;g. Badan Informasi Publik;h. Staf Ahli.”

2. Ketentuan Pasal 46 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 46(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukunganadministrasi Departemen.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 511: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

493

(2) Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang pos dan telekomunikasi.

(3) Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasiteknis di bidang aplikasi telematika.

(4) Direktorat Jenderal Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasimempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakandan standardisasi teknis di bidang sarana komunikasi dandiseminasi informasi.

(5) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(6) Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusiamempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangandi bidang komunikasi, informatika dan sumber daya manusia.

(7) Badan Informasi Publik mempunyai tugas melaksanakanpelayanan informasi publik.

(8) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada MenteriKomunikasi dan Informatika mengenai masalah tertentu sesuaibidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas SekretariatJenderal, Direktorat Jenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal.”

Pasal IIPeraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 7 Pebruari 2005PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Dr. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinyaDeputi Sekretaris KabinetBidang Hukum dan Perundang-undangan,

ttd.

Lambock V. Nahattands

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 512: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

494

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 63 TAHUN 2005

TENTANGPERUBAHAN KEDUA ATAS

PERATURAN PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2005TENTANG

UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON IKEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung terselenggara-nya tertib administrasi pemerintahan danpeningkatan kinerja Kabinet Indonesia Bersatu,dipandang perlu mengubah Peraturan PresidenNomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasidan Tugas Eselon I Kementerian NegaraRepublik Indonesia sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun2005;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor125, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4437);

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 513: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

495

3. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun2004 sebagaimana telah beberapakali diubahterakhir dengan Keputusan PresidenNomor 171/M Tahun 2005;

4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, SusunanOrganisasi, dan Tata Kerja KementerianNegara Republik Indonesia sebagaimana telahdiubah dengan Peraturan Presiden Nomor 62Tahun 2005;

5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon IKementerian Negara Republik Indonesiasebagaimana telah diubah dengan PeraturanPresiden Nomor 15 Tahun 2005;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANGPERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURANPRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2005TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGASESELON I KEMENTERIAN NEGARAREPUBLIK INDONESIA.

Pasal IBeberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I KementerianNegara Republik Indonesia yang telah diubah dengan PeraturanPresiden Nomor 15 Tahun 2005, diubah sebagai berikut :

1. Ketentuan Pasal 15 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 15Departemen Keuangan terdiri dari:

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 514: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

496

c. Direktorat Jenderal Pajak;d. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;e. Direktorat Jenderal Perbendaharaan;f. Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara;g. Inspektorat Jenderal;h. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan;i. Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan, dan Kerja Sama

Internasional;j. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan;k. Staf Ahli.”

2. Ketentuan Pasal 16 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 16(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan danpemberian dukungan administrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuanganmempunyai tugas merumuskan serta melaksanakankebijakan dan standardisasi teknis di bidang kebijakan fiskal,anggaran pendapatan dan belanja negara sertaperimbangan keuangan.

(3) Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tugas merumuskanserta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis dibidang perpajakan.

(4) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang bea dan cukai.

(5) Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang perbendaharaan negara.

(6) Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara mempunyaitugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang piutang negara dan lelangnegara.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 515: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

497

(7) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(8) Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuanganmempunyai tugas membina, mengatur, dan mengawasikegiatan sehari-hari di bidang pasar modal, danmerumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang lembaga keuangan.

(9) Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan, dan Kerja SamaInternasional mempunyai tugas melaksanakan pengkajiandi bidang ekonomi, keuangan, dan fiskal serta melakukankerja sama internasional.

(10) Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan mempunyaitugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidangkeuangan.

(11) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepadaMenteri Keuangan mengenai masalah tertentu sesuaibidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugasSekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, Badan, danInspektorat Jenderal.”

3. Ketentuan Pasal 41 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 41Departemen Agama terdiri dari:

a. Sekretariat Jenderal;b. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam;c. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam;d. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen;e. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik;f. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu;g. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha;h. Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah;i. Inspektorat Jenderal;j. Badan Penelitian dan Pengembangan serta Pendidikan dan

Pelatihan;k. Staf Ahli.”

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 516: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

498

4. Ketentuan Pasal 42 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 42(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan danpemberian dukungan administrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang pendidikan Islam.

(3) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islammempunyai tugas merumuskan serta melaksanakankebijakan dan standardisasi teknis di bidang bimbinganmasyarakat Islam.

(4) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristenmempunyai tugas merumuskan serta melaksanakankebijakan dan standardisasi teknis di bidang bimbinganmasyarakat Kristen.

(5) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolikmempunyai tugas merumuskan serta melaksanakankebijakan dan standardisasi teknis di bidang bimbinganmasyarakat Katolik.

(6) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindumempunyai tugas merumuskan serta melaksanakankebijakan dan standardisasi teknis di bidang bimbinganmasyarakat Hindu.

(7) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budhamempunyai tugas merumuskan serta melaksanakankebijakan dan standardisasi teknis di bidang bimbinganmasyarakat Budha.

(8) Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrahmempunyai tugas merumuskan serta melaksanakankebijakan dan standardisasi teknis di bidangpenyelenggaraan haji dan umrah.

(9) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(10) Badan Penelitian dan Pengembangan serta Pendidikan danPelatihan mempunyai tugas melaksanakan penelitian danpengembangan serta pendidikan dan pelatihan di bidangkeagamaan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 517: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

499

(11) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepadaMenteri Agama mengenai masalah tertentu sesuai bidangkeahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas SekretariatJenderal, Direktorat Jenderal, Badan, dan InspektoratJenderal.”

5. Bagian Ketujuh, ketentuan Pasal 59 dan ketentuan Pasal 60diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

“Bagian KetujuhKementerian Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional

Pasal 59Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional terdiridari :a. Sekretariat Kementerian Negara;b. Staf Ahli.

Pasal 60

(1) Sekretariat Kementerian Negara mempunyai tugasmelaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas sertapembinaan dan pemberian dukungan administrasiKementerian Negara.

(2) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepadaMenteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasionalmengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya, yangtidak menjadi bidang tugas Sekretariat Kementerian Negaradan Deputi.”

6. Ketentuan Pasal 67 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 67(1) Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional

dalam melaksanakan tugasnya menggunakan unit organisasi

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 518: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

500

dan sumber daya di lingkungan Badan PerencanaanPembangunan Nasional.

(2) Sekretaris Kementerian Negara Perencanaan PembangunanNasional sekaligus menjadi Sekretaris Utama BadanPerencanaan Pembangunan Nasional.”

Pasal IIPeraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 14 Oktober 2005

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi Sekretaris KabinetBidang Hukum dan Perundang-undangan,

ttd

Lambock V. Nahattands

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 519: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

501

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 66 TAHUN 2006

TENTANG

PERUBAHAN KEEMPAT ATASPERATURAN PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2005

TENTANG

UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON IKEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kinerjaDepartemen Keuangan, dipandang perlumengubah Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon IKementerian Negara Republik Indonesiasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2005;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 520: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

502

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4437);

3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, SusunanOrganisasi, dan Tata Kerja Kementerian NegaraRepublik Indonesia sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun2005;

4. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon IKementerian Negara Republik Indonesiasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun2005;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHANKEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR10 TAHUN 2005 TENTANG UNIT ORGANISASIDAN TUGAS ESELON I KEMENTERIAN NEGARAREPUBLIK INDONESIA.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I KementerianNegara Republik Indonesia yang telah beberapa kali diubah denganPeraturan Presiden :

a. Nomor 15 Tahun 2005;

b. Nomor 63 Tahun2005;

c. Nomor 80 Tahun 2005;

diubah sebagai berikut:

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 521: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

503

1. Ketentuan Pasal 15 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 15

Departemen Keuangan terdiri dari:

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Anggaran;

c. Direktorat Jenderal Pajak;

d. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

e. Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

f. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;

g. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan;

h. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang;

i. Inspektorat Jenderal;

j. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan;

k. Badan Kebijakan Fiskal;

l. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan;

m. Staf Ahli.”

2. Ketentuan Pasal 16 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 16

(1) Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakankoordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan danpemberian dukungan administrasi Departemen.

(2) Direktorat Jenderal Anggaran mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang penganggaran.

(3) Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tugas merumuskanserta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis dibidang perpajakan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 522: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

504

(4) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang kepabeanan dan cukai.

(5) Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang perbendaharaan negara.

(6) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang kekayaan negara, piutangnegara dan lelang.

(7) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan mempunyaitugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang perimbangan keuangan.

(8) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang pengelolaan utang.

(9) Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkunganDepartemen.

(10) Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuanganmempunyai tugas membina, mengatur, dan mengawasikegiatan sehari-hari di bidang pasar modal, danmerumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang lembaga keuangan.

(11) Badan Kebijakan Fiskal mempunyai tugas melaksanakananalisis di bidang kebijakan fiskal dan kerja samainternasional.

(12) Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan mempunyaitugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidangkeuangan negara.

(13) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepadaMenteri Keuangan mengenai masalah tertentu sesuaibidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugasSekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, Badan, danInspektorat Jenderal.”

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 523: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

505

Pasal II

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 8 Juni 2006

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi Sekretaris KabinetBidang Hukum,

ttd

Lambock V. Nahattands

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 524: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

506

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR 02/A/OT/VIII/2005/01 TAHUN 2005TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJADEPARTEMEN LUAR NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan PresidenRepublik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi,dan Tata Kerja Kementerian Negara RepublikIndonesia dan Peraturan Presiden RepublikIndonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang UnitOrganisasi dan Tugas Eselon I KementerianNegara Republik Indonesia sebagaimana telahdiubah dengan Peraturan Presiden Nomor 15Tahun 2005 perlu menetapkan Peraturan MenteriLuar Negeri Republik Indonesia tentang Organisasidan Tata Kerja Departemen Luar Negeri;

b. bahwa memperhatikan Surat PersetujuanMenteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara Nomor B/1555/M.PAN/8/ 2005 tanggal18 Agustus 2005;

Mengingat : 1. Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentangHubungan Luar Negeri (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 525: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

507

Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3882);

2. Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentangPerjanjian Internasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185;Tambahan Lembaran Negara Nomor 4012);

3. Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2002 tentangPedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara;

4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi,dan Tata Kerja Kementerian Negara RepublikIndonesia;

5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon IKementerian Negara Republik Indonesiasebagaimana telah diubah dengan PeraturanPresiden Nomor 15 Tahun 2005;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANGORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN LUARNEGERI

ISI PASAL 1 s/d PASAL 1078

( BUKU TERSENDIRI )

Ditetapkan di JakartaPada tanggal : 19 Agustus 2005

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

ttd

N. HASSAN WIRAJUDA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 526: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

508

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR 01/A/OT/I/2006/01 TAHUN 2006

TENTANG

PERUBAHAN ATASPERATURAN MENTERI LUAR NEGERI INDONESIA

NOMOR 02/A/OT/VIII/2005/01 TAHUN 2005 TENTANGORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

LUAR NEGERl

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan danmenajamkan pelaksanaan tugas dan fungsiDepartemen Luar Negeri, perlu dilakukanpenyesuaian pada beberapa pasal PeraturanMenteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor02/A/OT/VIII/2005/01 Tahun 2005 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen LuarNegeri;

b. bahwa Menteri Negara PendayagunaanAparatur Negara telah memberikan persetujuanterhadap perubahan organisasi dan tata kerjaDepartemen Luar Negeri melalui suratpersetujuan Nomor B/2003/M.PAN/10/2005tanggal 24 Oktober 2005;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 527: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

509

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan huruf b perlumenetapkan Peraturan Menteri Luar Negeritentang Perubahan Atas Peraturan Menteri LuarNegeri Republik Indonesia Nomor 02/A/OT/VIII/2005/01 Tahun 2005 tentang Organisasidan Tata Kerja Departemen Luar Negeri.

Mengingat : 1. Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentangHubungan Luar Negeri (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156;Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3882);

2. Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentangPerjanjian Intemasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185;Tambahan Lembaran Negara Nomor 4012);

3. Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2002 tentangPedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatandan Belanja Negara;

4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, SusunanOrganisasi, dan Tata Kerja Kementerian NegaraRepublik Indonesia;

5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon IKementerian Negara Republik Indonesiasebagaimana telah diubah dengan PeraturanPresiden Nomor 15 Tahun 2005;

6. Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 02/A/OT/VIII/2005/01 Tahun 2005 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen LuarNegeri;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANGPERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LUAR

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 528: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

510

NEGERI NOMOR 02/A/OT/VIIL/2005/01TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJADEPARTEMEN LUAR NEGERI.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor02/A/OT/VIII/2005/01 Tahun 2005 tentang Organisasi dan TataKerja Departemen Luar Negeri diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 96 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 96

Biro Keuangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugasSekretariat Jenderal di bidang pelaksanaan, pengendalian,verifikasi, dan perhitungan anggaran, serta perbendaharaanDepartemen dan Perwakilan Rl.

2. Ketentuan Pasal 97 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 97

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal96, Biro Keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan pelaksanaan kebijakan teknispertanggungjawaban keuangan Departemen Luar Negeri danPerwakilan RI dan penyiapan administrasi persuratanperjalanan dinas jabatan pegawai Sekretariat Jenderal danmutasi pegawai;

b. koordinasi dan pelaksanaan kebijakan teknis pengendalianterhadap penggunaan anggaran Deparlemen Luar Negeri danPerwakilan RI;

c. koordinasi dan pelaksanaan kebijakan teknis verifikasipenggunaan anggaran dan pengurusan utang piutangDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RI;

d. koordinasi dan pelaksanaan kebijakan teknis pengumpulandata pelaksanaan anggaran, pelaksanaan pembukuan dan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 529: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

511

penyusunan perhitungan anggaran Departemen Luar Negeridan Perwakilan RI;

e. koordinasi dan pelaksanaan kebijakan teknis pembinaankebendaharawanan dan penilaian perbendaharaanDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RI;

f. pelaksanaan administrasi Biro.

3. Ketentuan Pasal 98 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 98Biro Keuangan terdiri dari:

a. Bagian Pelaksanaan Anggaran;

b. Bagian Pengendalian Anggaran:

c. Bagian Verifikasi Anggaran;

d. Bagian Perhitungan Anggaran;

e. Bagian Perbendaharaan.

4. Di antara Pasal 102 dan Pasal 103 disisipkan 4 (empat) pasal,yakni Pasal 102 A, Pasal 102 B, Pasal 102 C, Pasal 102 D,sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 102 ABagian Pengendalian Anggaran mempunyai tugas melaksanakansebagian tugas Biro Keuangan di bidang pengendalian anggarandan menguji Surat Perintah Pembayaran Ganti Uang Persediaan(SPP-GUP) untuk diterbitkan Surat Perintah Membayar Ganti UangPersediaan (SPM-GUP) dan memproses Surat Perintah PencarianDana (SP2D) Sekretariat Jenderal dan Perwakilan RI.

Pasal 102 B

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal102 A, Bagian Pengendalian Anggaran menyelenggarakan fungsi:

a. melaksanakan pengendalian anggaran Sekretariat Jenderaldan Perwakilan RI;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 530: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

512

b. menguji SPP-GUP yang diajukan oleh Sekretariat Jenderaldan Perwakilan RI untuk selanjutnya diterbitkan Surat PerintahMembayar (SPM);

c. menyampaikan SPM untuk selanjutnya mendapatkan SuratPerintah Pencairan Dana (SP2D).

Pasal 102 CBagian Pengendalian Anggaran terdiri dari:

a. Subbagian Pengendalian Anggaran Wilayah Eropa dan Afrika;

b. Subbagian Pengendalian Anggaran Wilayah Asia dan Pasifik;

c. Subbagian Pengendalian Anggaran Wilayah Amerika dan TimurTengah.

Pasal 102 D(1) Subbagian Pengendalian Anggaran Wilayah Eropa dan Afrika

mempunyai tugas memproses realisasi dan mengendalikanpenggunaan anggaran yang dibintangi/dana cadangan daneks-Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), mengajukanizin revisi anggaran serta menguji SPP-GUP untuk selanjutnyamenerbitkan SPM-GUP dan memroses SP2D, mengendalikanpenggunaan dana kas besi, PNBP dan rekening MenteriKeuangan pada Perwakilan RI di wilayah Eropa dan Afrika.

(2) Subbagian Pengendalian Anggaran Wilayah Asia dan Pasifikmempunyai tugas memroses realisasi dan mengendalikanpenggunaan anggaran yang dibintangi/dana cadangan daneks-PNBP, mengajukan izin revisi anggaran serta mengujiSPP-GUP untuk selanjutnya menerbitkan SPM-GUP danmemroses SP2D, mengendalikan penggunaan dana kas besi,PNBP dan rekening Menteri Keuangan pada Perwakilan RI diwilayah Asia dan Pasifik, dan menguji SPP-GUP untukselanjutnya menerbitkan SPM-GUP dan memroses SP2DSekretariat Jenderal, serta menyelesaikan tugas mendesak,anggaran sidang dan konferensi internasional, mengajukanizin revisi anggaran Departemen.

(3) Subbagian Pengendalian Anggaran Wilayah Amerika dan TimurTengah mempunyai tugas memroses realisasi danmengendalikan penggunaan anggaran yang dibintangi/dana

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 531: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

513

cadangan dan eks-PNBP, mengajukan izin revisi anggaranserta menguji SPP-GUP dan memroses SP2D, mengendalikanpenggunaan dana kas besi, PNBP dan rekening MenteriKeuangan pada Perwakilan RI di wilayah Amerika dan TimurTengah.

Pasal II

Peraturan Menteri Luar Negeri ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 9 Januari 2006

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA,

ttd

N. HASSAN WIRAJUDA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 532: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

514

BA

GA

N S

USU

NA

N O

RG

AN

ISA

SI

BIR

O K

EUA

NG

AN

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

Page 533: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

515

XXV

TUGAS POKOK DAN FUNGSIPERWAKILAN

Page 534: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

516

Page 535: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

517

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 37 TAHUN 1999

TENTANG

HUBUNGAN LUAR NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa sebagai Negara Kesatuan RepublikIndonesia yang merdeka dan berdaulat,pelaksanaan hubungan luar negeri didasarkanpada asas kesamaan derajat, salingmenghormati, saling menguntungkan, dan salingtidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing, seperti yang tersirat di dalam Pancasiladan Undang-Undang Dasar 1945;

b. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuanPemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesiaadalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yangberdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadidan keadilan sosial;

c. bahwa untuk mewujudkan tujuan sebagaimanadimaksud pada pertimbangan huruf b,Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesiaselama ini telah melaksanakan hubungan luarnegeri dengan berbagai negara dan organisasiregional maupun internasional;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 536: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

518

d. bahwa pelaksanaan kegiatan hubungan luarnegeri, baik regional maupun internasional,melalui forum bilateral atau multilateral, diabdikanpada kepentingan nasional berdasarkan prinsippolitik luar negeri yang bebas aktif;

e. bahwa dengan makin meningkatnya hubunganluar negeri dan agar prinsip politik luar negerisebagaimana dimaksud pada pertimbanganhuruf d dapat tetap terjaga, makapenyelenggaraan hubungan luar negeri perludiatur secara menyeluruh dan terpadu dalamsuatu Undang-undang;

f. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebutdalam huruf a, b, c, d, dan e perlu dibentukUndang-undang tentang Hubungan Luar Negeri.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, Pasal 13, dan Pasal20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1982 tentangPengesahan Konvensi Wina mengenaiHubungan Diplomatik beserta ProtokolOpsionalnya mengenai Hak MemperolehKewarganegaraan (Vienna Convention onDiplomatic Relations and Optional Protocol toThe Vienna Convention on Diplomatic RelationsConcerning Acquisition of Nationality), 1961 danPengesahan Konvensi mengenai HubunganKonsuler beserta Protokol Opsionalnyamengenai Hak Memperoleh Kewarganegaraan(Vienna Convention on Consular Relations andOptional Protocol to The Vienna Convention onConsular Relations Concerning Acquisition ofNationality), 1963 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1982 Nomor 2; TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor3211);

3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1982 tentangPengesahan Konvensi Mengenai Misi(Convention on Special Missions), New York,

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 537: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

519

1969 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1982 Nomor 3; Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3212);

DENGAN PERSETUJUAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG HUBUNGAN LUARNEGERI

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Hubungan Luar Negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkutaspek regional dan internasional yang dilakukan oleh Pemerintahdi tingkat pusat dan daerah, atau lembaga-lembaganya, lembaganegara, badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat,lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara Indonesia.

2. Politik Luar Negeri adalah kebijakan, sikap, dan langkah PemerintahRepublik Indonesia yang diambil dalam melakukan hubungandengan negara lain, organisasi internasional, dan hukuminternasional lainnya dalam rangka menghadapi masalahinternasional guna tujuan nasional.

3. Perjanjian Internasional adalah perjanjian dalam bentuk dansebutan apa pun, yang diatur oleh hukum internasional dandibuat secara tertulis oleh Pemerintah Republik Indonesia dengansatu atau lebih negara, organisasi internasional atau subyekhukum internasional lainnya, serta menimbulkan hak dan kewajibanpada Pemerintah Republik Indonesia yang bersifat hukum publik.

4. Menteri adalah Menteri yang bertanggungjawab di bidanghubungan luar negeri dan politik luar negeri.

5. Organisasi Internasional adalah organisasi antar pemerintah.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 538: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

520

Pasal 2

Hubungan Luar Negeri dan Politik Luar Negeri didasarkan padaPancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis-garis Besar HaluanNegara.

Pasal 3Politik Luar Negeri menganut prinsip bebas aktif yang diabdikan untukkepentingan nasional.

Pasal 4Politik Luar Negeri dilaksanakan melalui diplomasi yang kreatif, aktif,dan antisipatif, tidak sekedar rutin dan reaktif, teguh dalam prinsipdan pendirian, serta rasional dan luwes dalam pendekatan.

BAB IIPENYELENGGARAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI

DAN PELAKSANAAN POLITIK LUAR NEGERI

Pasal 5(1) Hubungan Luar Negeri diselenggarakan sesuai dengan Politik Luar

Negeri, peraturan perundang-undangan nasional dan hukumserta kebiasaan internasional.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku bagisemua penyelenggara Hubungan Luar Negeri, baik pemerintahmaupun non-pemerintah.

Pasal 6

(1) Kewenangan penyelenggaraan Hubungan Luar Negeri danpelaksanaan Politik Luar Negeri Pemerintah Republik Indonesiaberada di tangan Presiden. Sedangkan dalam hal menyatakanperang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negaralain diperlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Presiden dapat melimpahkan kewenangan penyelenggaraanHubungan Luar Negeri dan pelaksanaan Politik Luar Negerisebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepada Menteri.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 539: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

521

(3) Menteri dapat mengambil langkah-langkah yang dipandangperlu demi dipatuhinya ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5.

Pasal 7

(1) Presiden dapat menunjuk pejabat negara selain Menteri LuarNegeri, pejabat pemerintah, atau orang lain untukmenyelenggarakan Hubungan Luar Negeri di bidang tertentu.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat negara selain MenteriLuar Negeri, pejabat pemerintah, atau orang lain sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) melakukan konsultasi dan koordinasidengan Menteri.

Pasal 8(1) Menteri, atas usul pimpinan departemen atau lembaga

pemerintah nondepartemen, dapat mengangkat pejabat daridepartemen atau lembaga yang bersangkutan untuk ditempatkanpada Perwakilan Republik Indonesia guna melaksanakan tugas-tugas yang menjadi bidang wewenang departemen atau lembagatersebut.

(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) secara operasionaldan administratif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dariPerwakilan Republik Indonesia serta tunduk pada peraturan-peraturan tentang tata kerja Perwakilan Republik Indonesia diluar negeri.

Pasal 9

(1) Pembukaan dan pemutusan hubungan diplomatik atau konsulerdengan negara lain serta masuk ke dalam atau keluar darikeanggotaan organisasi internasional ditetapkan oleh Presidendengan memperhatikan pendapat Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Pembukaan dan penutupan kantor perwakilan diplomatik ataukonsuler di negara lain atau kantor perwakilan pada organisasiinternasional ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 540: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

522

Pasal 10

Pengiriman pasukan atau misi pemeliharaan perdamaian ditetapkanoleh Presiden dengan memperhatikan pendapat Dewan PerwakilanRakyat.

Pasal 11(1) Dalam usaha mengembangkan Hubungan Luar Negeri dapat

didirikan lembaga kebudayaan, lembaga persahabatan, badanpromosi, dan lembaga atau badan Indonesia lainnya di luarnegeri.

(2) Pendirian lembaga dan atau badan sebagaimana dimaksud dalamayat (1) hanya dapat dilakukan setelah mendapat pertimbangantertulis dari Menteri.

Pasal 12

(1) Dalam usaha mengembangkan Hubungan Luar Negeri dapatjuga didirikan lembaga persahabatan, lembaga kebudayaan, danlembaga atau badan kerja sama asing lain di Indonesia.

(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pendirian lembagaatau badan kerja sama asing sebagaimana dimaksud dalamayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IIIPEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERJANJIAN

INTERNASIONAL

Pasal 13Lembaga Negara dan lembaga pemerintah, baik departemen maupunnondepartemen, yang mempunyai rencana untuk membuatperjanjian internasional, terlebih dahulu melakukan konsultasimengenai rencana tersebut dengan Menteri.

Pasal 14

Pejabat lembaga pemerintah, baik departemen maupunnondepartemen, yang akan menandatangani perjanjian internasionalyang dibuat antara Pemerintah Republik Indonesia dengan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 541: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

523

Pemerintah negara lain, organisasi internasional, atau subyek hukuminternasional lainnya, harus mendapat surat kuasa dari Menteri.

Pasal 15

Ketentuan mengenai pembuatan dan pengesahan perjanjianinternasional diatur dengan undang-undang tersendiri.

BAB IV

KEKEBALAN, HAK ISTIMEWA, DAN PEMBEBASAN

Pasal 16Pemberian kekebalan, hak istimewa, dan pembebasan dari kewajibantertentu kepada perwakilan diplomatik dan konsuler, misi khusus,perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa, perwakilan badan-badankhusus Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan organisasi internasionallainnya, dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangannasional serta hukum dan kebiasaan internasional.

Pasal 17(1) Berdasarkan pertimbangan tertentu, Pemerintah Republik

Indonesia dapat memberikan pembebasan dari kewajibantertentu kepada pihak-pihak yang tidak ditentukan dalamPasal 16.

(2) Pemberian pembebasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dilaksanakan berdasar pada peraturan perundang-undangannasional.

BAB V

PERLINDUNGAN KEPADA WARGA NEGARA INDONESIA

Pasal 18(1) Pemerintah Republik Indonesia melindungi kepentingan warga

negara atau badan hukum Indonesia yang menghadapipermasalahan hukum dengan perwakilan negara asing diIndonesia.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 542: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

524

(2) Pemberian perlindungan sebagaimana dimaksud dalarn ayat (1)dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan kebiasaaninternasional.

Pasal 19

Perwakilan Republik Indonesia berkewajiban :

a. memupuk persatuan dan kerukunan antara sesama warganegara Indonasia di luar negeri;

b. memberikan pengayoman, perlindungan, dan bantuan hukumbagi warga negara dan badan hukum Indonesia di luar negerisesuai dengan peraturan perundang–undangan nasional sertahukum dan kebiasaan internasional.

Pasal 20

Dalam hal terjadi sengketa antara sesama warga negara atau badanhukum Indonesia di luar negeri, Perwakilan Republik Indonesiaberkewajiban membantu menyelesaikannya berdasarkan asasmusyawarah atau sesuai dengan hukum yang berlaku.

Pasal 21

Dalam hal warga negara Indonesia terancam bahaya nyata,Perwakilan Republik Indonesia berkewajiban memberikanperlindungan, membantu, dan menghimpun mereka di wilayah yangaman, serta mengusahakan untuk memulangkan mereka keIndonesia atas biaya negara.

Pasal 22Dalam hal terjadi perang dan atau pemutusan hubungan diplomatikdengan suatu negara, Menteri atau pejabat lain yang ditunjuk olehPresiden, mengkoordinasikan usaha untuk mengamankan danmelindungi kepentingan nasional, termasuk warga negara Indonesia.

Pasal 23Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 danPasal 22 dilakukan melalui kerja sama dengan pemerintah setempatatau negara lain atau organisasi internasional yang terkait.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 543: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

525

Pasal 24

(1) Perwakilan Republik Indonesia berkewajiban untuk mencatatkeberadaan dan membuat surat keterangan mengenai kelahiran,perkawinan, perceraian, dan kematian warga negara RepublikIndonesia serta melakukan tugas-tugas konsuler lainnya di wilayahakreditasinya.

(2) Dalam hal perkawinan dan perceraian, pencatatan danpembuatan surat keterangan hanya dapat dilakukan apabila keduahal itu telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yangberlaku di tempat wilayah kerja Perwakilan Republik Indonesiayang bersangkutan, sepanjang hukum dan ketentuan-ketentuanasing tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan Indonesia.

BAB VIPEMBERIAN SUAKA DAN MASALAH PENGUNGSI

Pasal 25

(1) Kewenangan pemberian suaka kepada orang asing berada ditangan Presiden dengan memperhatikan pertimbangan Menteri.

(2) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) diatur dengan Keputusan Presiden

Pasal 26Pemberian suaka kepada orang asing dilaksanakan sesuai denganperaturan perundang-undangan nasional serta denganmemperhatikan hukutn, kebiasaan, dan praktek internasional.

Pasal 27(1) Presiden menetapkan kebijakan masalah pengungsi dari luar

negeri dengan memperhatikan pertimbangan Menteri.

(2) Pokok-pokok kebijakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)diatur dengan Keputusan Presiden.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 544: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

526

BAB VII

APARATUR HUBUNGAN LUAR NEGERI

Pasal 28(1) Menteri menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan

pembangunan dalam bidang Hubungan Luar Negeri dan PolitikLuar Negeri.

(2) Koordinasi dalam penyelenggaraan Hubungan Luar Negeri danPolitik Luar Negeri diselenggarakan oleh Menteri.

Pasal 29

(1) Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh adalah pejabatnegara yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden selakuKepala Negara.

(2) Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh mewakili negaradan bangsa Indonesia dan menjadi wakil pribadi Presiden RepublikIndonesia di suatu negara atau pada suatu organisasiinternasional.

(3) Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang telahmenyelesaikan masa tugasnya mendapat hak keuangan danadministratif yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 30

(1) Untuk melaksanakan tugas diplomatik di bidang khusus, Presidendapat mengangkat Pejabat lain setingkat Duta Besar.

(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diangkat denganKeputusan Presiden.

Pasai 31(1) Pejabat Dinas Luar Negeri adalah Pegawai Negeri Sipil yang telah

mengikuti pendidikan dan latihan khusus untuk bertugas diDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia.

(2) Ketentuan mengenai pendidikan dan latihan Pejabat Dinas LuarNegeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur denganKeputusan Menteri.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 545: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

527

Pasal 32

(1) Pejabat Dinas Luar Negeri adalah Pejabat Fungsional Diplomat.

(2) Pejabat Fungsional Diplomat dapat memegang jabatan struktural.

(3) Tata cara pengangkatan dan penempatan Pejabat Dinas LuarNegeri diatur dengan Keputusan Menteri.

(4) Hak dan kewajiban Pejabat Dinas Luar Negeri diatur denganKeputusan Menteri.

Pasal 33Jenjang kepangkatan dan gelar Pejabat Dinas Luar Negeri danpenempatannya pada Perwakilan Republik Indonesia diatur denganKeputusan Menteri.

Pasal 34Hubungan kerja antara Departemen Luar Negeri dan PerwakilanRepublik Indonesia diatur dengan Keputusan Menteri.

BAB VIII

PEMBERIAN DAN PENERIMAAN SURAT KEPERCAYAAN

Pasal 35

(1) Presiden memberikan Surat Kepercayaan kepada Duta BesarLuar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk suatunegara tertentu atau pada suatu organisasi internasional.

(2) Presiden menerima Surat Kepercayaan dari kepala negara asingbagi pengangkatan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuhnegara tersebut untuk Indonesia.

Pasal 36

(1) Dalam hal seseorang ditunjuk untuk mewakili Negara RepublikIndonesia pada suatu upacara tertentu di luar negeri, jikadisyaratkan, kepada orang yang ditunjuk diberikan SuratKepercayaan yang ditandatangani oleh Presiden.

(2) Dalam hal seseorang ditunjuk untuk mewakili Pemerintah RepubiikIndonesia dalam suatu konferensi internasional, jika disyaratkan,

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 546: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

528

kepada orang yang ditunjuk diberikan Surat Kepercayaan yangditandatangani oleh Menteri.

Pasal 37

(1) Presiden menandatangani Surat Tauliah bagi seorang KonsulJenderal atau Konsul Republik Indonesia yang diangkat gunamelaksanakan tugas konsuler untuk suatu wilayah tertentu padasuatu negara asing.

(2) Presiden menerima Surat Tauliah seorang Konsul Jenderal atauKonsul asing yang bertugas di Indonesia serta mengeluarkaneksekuatur untuk memulai tugasnya.

Pasal 38

(1) Presiden menandatangani Surat Tauliah bagi seorang KonsulJenderal Kehormatan atau Konsul Kehormatan Republik Indonesiayang diangkat guna melaksanakan tugas konsuler untuk suatuwiiayah tertentu pada suatu negara asing.

(2) Presiden menerima Surat Tauliah seorang Konsul JenderalKehormatan atau Konsul Kehormatan asing yang bertugas diIndonesia serta mengeluarkan eksekuatur.

BAB IXKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 39

Peraturan perundang-undangan mengenai atau berkaitan denganHubungan Luar Negeri yang sudah ada pada saat mulai berlakunyaundang-undang ini tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan ataubelum diganti dengan yang baru berdasarkan undang-undang ini.

BAB XKETENTUAN PENUTUP

Pasal 40Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agarsetiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 547: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

529

undang-undang ini dengan penempatannya di dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Disahkan di JakartaPada tanggal 14 September 1999

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Diundangkan di Jakartapada tanggal 14 September 1999

MENTERl NEGARA SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA

ttd.

M U L A D I

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999

NOMOR 156

Salinan sesuai dengan aslinya

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 548: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

530

PENJELASAN

ATASUNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 37 TAHUN 1999TENTANG

HUBUNGAN LUAR NEGERI

I. UMUMDalam memperjuangkan dan mempertahankan kepentingannasional, terrnasuk perlindungan kepada warga negara Indonesiadi luar negeri, diperlukan upaya yang mencakup kegiatan politikdan hubungan luar negeri yang berlandaskan ketentuan-ketentuan yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari falsafahPancasila, Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar1945 serta Garis-Garis Besar Haluan Negara. Dasar pemikiranyang melandasi Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeriadalah bahwa penyelenggaraan hubungan luar negeri danpelaksanaan politik luar negeri memerlukan ketentuan-ketentuanyang secara jelas mengatur segala aspek yang menyangkutsarana dan mekanisme pelaksanaan kegiatan tersebut.

Dalam dunia yang makin lama makin maju sebagai akibatpesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secaraglobal, serta meningkatnya interaksi dan interdependensiantarnegara dan antar bangsa, maka makin meningkat pulahubungan internasional yang diwarnai dengan kerjasama dalamberbagai bidang.

Kemajuan dalam pembangunan yang dicapai Indonesia diberbagai bidang telah menyebabkan makin meningkatnyakegiatan Indonesia di dunia internasional, baik dari pemerintahmaupun swasta perseorangan, membawa akibat perluditingkatkannya perlindungan terhadap kepentingan negara danwarga negara. Ketentuan-ketentuan yang mengaturpenyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politikluar negeri yang ada sebelum dibentuknya Undang-undang inibaru mengatur beberapa aspek saja dari penyelenggaraanhubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri sertabelum secara menyeluruh dan terpadu. Oleh karena itu diperlukan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 549: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

531

adanya suatu produk hukum yang kuat yang dapat menjaminterciptanya kepastian hukum bagi penyelenggaraan hubunganluar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri, termasuk koordinasiantarinstansi pemerintah dan antarunit yang ada di DepartemenLuar Negeri. Dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri danpelaksanaan politik luar negeri, Indonesia terikat oleh ketentuan-ketentuan hukum dan kebiasaan internasional, yang merupakandasar bagi pergaulan dan hubungan antarnegara. Oleh karenaitu Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeri ini sangatpenting artinya, mengingat Indonesia telah meratifikasi KonvensiWina 1961 tentang Hubungan Diplomatik, Konvensi Wina 1963tentang Hubungan Konsuler, dan Konvensi tentang Misi Khusus,New York 1969.

Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeri merupakanpelaksanaan dari ketentuan dasar yang tercantum di dalamPembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945dan Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yangberkenaan dengan hubungan luar negeri. Undang-undang inisegala aspek penyelenggaraan hubungan luar negeri danpelaksanaan politik luar negeri, termasuk sarana dan mekanismepelaksanaannya, perlindungan kepada warga negara Indonesiadi luar negeri dan aparatur hubungan luar negeri.

Pokok-pokok materi yang diatur di dalam Undang-undang iniadalah:

a. Penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaanpolitik luar negeri, termasuk sarana dan mekanismepelaksanaannya, koordinasi di pusat dan perwakilan,wewenang dan pelimpahan wewenang dalampenyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaanpolitik luar negeri.

b. Ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok mengenaipembuatan dan pengesahan perjanjian internasional, yangpengaturannya secara lebih rinci, termasuk kriteria perjanjianinternasional yang pengesahannya memerlukan persetujuanDewan Perwakilan Rakyat, ditetapkan dengan undang-undangtersendiri.

c. Perlindungan kepada warga negara Indonesia, termasukpemberian bantuan dan penyuluhan hukum, serta pelayanankonsuler.

d. Aparatur hubungan luar negeri.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 550: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

532

Penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaanpolitik luar negeri melibatkan berbagai lembaga negara danlembaga pemerintah beserta perangkatnya. Agar tercapaihasil yang maksimal, diperlukan adanya koordinasi antaralembaga-lembaga yang bersangkutan dengan DepartemenLuar Negeri. Untuk tujuan tersebut, diperlukan adanya suatuperaturan perundang-undangan yang mengatur secara jelasserta menjamin kepastian hukum penyelenggaraan hubunganluar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri, yang diaturdalam Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeri.

Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeri inimemberikan landasan hukum yang kuat bagipenyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaanpoiitik luar negeri, serta merupakan penyempurnaan terhadapperaturan-peraturan yang ada mengenai beberapa aspekpenyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaanpolitik luar negeri.

II. PASAL DEMI PASALPasal 1

Cukup Jelas

Pasal 2

Pelaksanaan politik luar negeri Republik Indonesia haruslahmerupakan pencerminan ideologi bangsa. Pancasila sebagaiideologi bangsa Indonesia merupakan landasan idiil yangmempengaruhi dan menjiwai politik luar negeri RepublikIndonesia.

Pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif berdasaratas hukum dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945 sebagailandasan konstitusional yang tidak lepas dari tujuan nasionalbangsa Indonesia sebagaimana termaktub di dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat.

Garis-garis Besar Haluan Negara adalah landasan operasionalpolitik luar negeri Republik Indonesia, yakni suatu landasanpelaksanaan yang menegaskan dasar, sifat, dan pedomanperjuangan untuk mencapai tujuan nasional bangsaIndonesia.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 551: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

533

Pelaksanaan politik luar negeri Republik Indonesia tidak dapatdipisahkan dari konsepsi ketahanan Nasional. KetahananNasional adalah kondisi kehidupan bangsa Indonesiaberdasarkan Wawasan Nusantara dalam rangka mewujudkandaya tangkal dan daya tahan untuk dapat mengadakaninteraksi dengan lingkungan pada suatu waktu sedemikianrupa, sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup danperkembangan kehidupan bangsa Indonesia untuk mencapaitujuan nasional, yakni suatu masyarakat adil dan makmurdalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkanPancasila.

Pasal 3

Yang dimaksud dengan “bebas aktif” adalah politik luar negeriyang pada hakikatnya bukan merupakan politik netral,melainkan politik luar negeri yang bebas menentukan sikapdan kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional dantidak mengikatkan diri secara apriori pada satu kekuatandunia serta secara aktif memberikan sumbangan, baik dalambentuk pemikiran maupun partisipasi aktif dalammenyelesaikan konflik, sengketa dan permasalahan dunialainnya, demi terwujudnya ketertiban dunia yang berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Yangdimaksud dengan diabdikan untuk “kepentingan nasional”adalah politik luar negeri yang dilakukan guna mendukungterwujudnya tujuan nasional sebagaimana tersebut di dalamPembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Pasal 4

Diplomasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal inimenggambarkan jati diri diplomasi Indonesia. Diplomasi yangtidak sekedar bersifat “rutin”, dapat menempuh cara-cara“nonkonvensional”, cara-cara yang tidak terlalu terikat padakelaziman protokoler ataupun tugas rutin belaka, tanpamengabaikan norma-norma dasar dalam tata kramadiplomasi internasional.

Diplomasi yang dibekali keteguhan dalam prinsip danpendirian, ketegasan dalam sikap, kegigihan dalam upayanamun luwes dan rasional dalam pendekatan, yangbersumber pada kepercayaan diri sendiri.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 552: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

534

Diplomasi yang mencari keharmonisan, keadilan dankeserasian dalam hubungan antar negara, menjauhi sikapkonfrontasi ataupun politik kekerasan/kekuasaan (powerpolitics), menyumbang penyelesaian berbagai konflik danpermasalahan di dunia, dengan memperbanyak kawan danmengurangi lawan.

Diplomasi yang ditopang oleh profesionalisme yang tangguhdan tanggap, tidak sekedar bersikap reaktif tetapi mampusecara aktif, kreatif, dan antisipatif berperan dan berprakarsa.

Pasal 5Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Kalangan nonpemerintah yang dimaksud dalam ayat inimencakup perseorangan dan organisasi yang olehPerserikatan Bangsa-Bangsa lazim disebut dandikategorikan sebagai non governmental organization(NGO), termasuk Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 6Ayat(1)

Kewenangan Presiden sebagaimana dimaksud dalam ayatini. sepanjang yang menyangkut pernyataan perang,pembuatan perdamaian dan perjanjian dilaksanakandengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, sesuaidengan Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945.

Ayat (2)

Agar Menteri dapat membantu Presiden, kepada Menteriperlu dilimpahkan kewenangan penyelenggaraanhubungan luar negeri dan politik luar negeri oleh Presiden.

Ketentuan ini sesuai dengan fungsi Menteri sebagaipembantu Presiden yang bertanggungjawab di bidangpenyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaanpolitik luar negeri.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 553: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

535

Ayat (3)

Dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri mungkinterjadi tindakan-tindakan atau terdapat keadaan-keadaanyang bertentangan atau tidak sesuai dengan politik luarnegeri, perundang-undangan nasional, serta hukum dankebiasaan internasional.

Tindakan dan keadaan demikian harus dihindarkan. Olehkarena itu Menteri perlu mempunyai wewenang untukmenanggulangi terjadinya tindakan-tindakan atauterdapatnya keadaan-keadaan tersebut denganmengambil langkah-langkah yang dipandang perlu.

Langkah-langkah yang dapat diambil oleh Menteri LuarNegeri yang dimaksudkan dalam ayat ini dapat bersifatpreventif, seperti pemberian informasi tentang pokok-pokok kebijakan Pemerintah di bidang luar negeri,permintaan untuk tidak berkunjung ke suatu negaratertentu, dan sebagainya. Langkah-langkah itu dapatjuga bersifat represif, seperti peringatan kepada pelakuhubungan luar negeri yang tindakannya bertentanganatau tidak sesuai dengan kebijakan politik luar negeridan peraturan perundang-undangan nasional dalampenyelenggaraan hubungan luar negerinya, mencegahtindak lanjut suatu kesepakatan yang mungkin dicapaioleh pelaku hubungan luar negeri di Indonesia denganmitra asingnya, mengusulkan kepada lembaga negaraatau lembaga pemerintah yang berwenang untukmelakukan tindakan administratif kepada yangbersangkutan, dan sebagainya.

Pasal 7

Ayat(1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Konsultasi dan koordinasi dengan Menteri diperlukan untukmencegah terjadinya implikasi yang bertentangan atautidak sesuai dengan politik luar negeri Republik Indonesiadan kebijakan pemerintah mengenai masalah-masalahtertentu yang menyangkut hubungan luar negeri.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 554: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

536

Pasal 8

Ayat (1)

Kemungkinan penempatan pejabat sebagaimana disebutdalam Pasal ini adalah sesuai dengan Konvensi Winamengenai Hubungan Diplomatik, 1961. Ayat (2)

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Pasal 9Ayat (1)

Pembukaan hubungan diplomatik atau konsulersebagaimana dimaksud dalam ayat ini mencakuppembukaan kembali hubungan diplomatik atau konsuler.Pemutusan hubungan diplomatik atau konsulersebagaimana dimaksud dalam ayat ini mencakuppenghentian untuk sementara kegiatan diplomatik ataukonsuler dengan atau di negara yang bersangkutan.Pembukaan atau pembukaan kembali hubungandiplomatik atau konsuler dilakukan menurut tata carayang lazim dianut dalam praktek internasional.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 10

Sebagai sumbangan pada upaya pemeliharaan perdamaianinternasional, sejak 1956 Indonesia telah berkali-kalimengirimkan pasukan atau misi pemeliharaan perdamaian,terutama dalam rangka Perserikatan Bangsa-Bangsa. Peranserta Indonesia dalam kegiatan internasional itu sesuaidangan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yangmenyatakan antara lain bahwa salah satu tujuan PemerintahNegara Indonesia adalah ikut melaksanakan ketertiban duniayang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dankeadiian sosial. Karena pengiriman pasukan atau misipemeliharaan perdamaian merupakan pelaksanaan potilik luarnegeri, dalam mengambil keputusan, Presidenmemperhatikan pertimbangan Menteri. Di samping itu karena

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 555: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

537

pelaksanaan pengiriman pasukan atau misi perdamaian itumelibatkan berbagai lembaga pemerintah, maka pengirimanpasukan atau misi perdamaian demikian ditetapkan denganKeputusan Presiden.

Pasal 11

Ayat (1)

“Lembaga” yang dimaksud dalam ayat ini adalahorganisasi yang lazim menggunakan nama “Lembaga”dan yang bertujuan meningkatkan saling pengertian danmempererat hubungan antarbangsa, misalnya“Lembaga Persahabatan” dan “Lembaga Kebudayaan”.

“Badan Indonesia” yang dimaksud dalam ayat ini adalahbadan, dengan nama apapun, baik yang dibentuk olehPemerintah maupun swasta, yang bertujuanmeningkatkan perhatian masyarakat internasional padaberbagai potensi yang dimiliki Indonesia, misalnya dibidang investasi dan pariwisata.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Pasal 12Ayat (1)

Cukup Jelas.Ayat (2)

Cukup Jelas.

Pasal 13Cukup Jelas

Pasal 14Surat Kuasa (Full Powers) adalah surat yang dikeluarkanoleh Menteri atas nama Pemerintah Republik Indonesia yangmemberi kuasa kepada satu atau beberapa orang yangmewakili Pemerintah atau Negara Republik indonesia untukmenandatangani atau menerima naskah perjanjian yang

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 556: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

538

menyatakan persetujuan Pemerintah Negara RepublikIndonesia untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjianinternasional.

Pasal 15Cukup Jelas.

Pasal 16Kekebalan, hak istimewa, dan pembebasan kewajibantertentu hanya dapat diberikan kepada pihak-pihak yangditentukan oleh perjanjian-perjanjian internasional yang telahdisahkan oleh Indonesia atau sesuai dengan peraturanperundang-undangan nasional serta hukum dan kebiasaaninternasional.

Pasal 17

Ayat(1)

Pembebasan dari kewajiban tertentu kepada pihak-pihakyang tidak disebutkan dalam Pasal 16 hanya dapatdiberikan oleh Pemerintah atas dasar kasus demi kasus,demi kepentingan nasional, dan tidak bertentangandengan peraturan perundang-undangan nasional.

Yang dimaksud dengan “kewajiban tertentu” dalam Pasalini antara lain pajak, bea masuk, dan asuransi sosial.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Pasal 18Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “perwakilan negara asing” adalahperwakilan diplomatik dan konsuler asing beserta anggota-anggotanya.Perlindungan kepentingan warga negara Indonesia,seperti yang bekerja pada perwakilan asing atau badanhukum Indonesia, seperti perusahaan swasta, dilakukansesuai dengan kaidah-kaidah hukum dan kebiasaaninternasional, antara lain dengan penggunaan sarana-

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 557: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

539

sarana diplomatik. Dalam hal sengketa, warga negaraIndonesia dan badan hukum Indonesia yangbersangkutan, pada instansi pertama, akan berhubungandengan Departemen Luar Negeri untuk mendapatkanperlindungan. Dalam hal ini Departemen Luar Negeriberkewajiban untuk memberikan penyuluhan atau nasihathukum kepada warga negara Indonesia atau badanhukum Indonesia yang bersangkutan, khususnya yangberkenaan dengan aspek hukum dan kebiasaaninternasional.

Ayat (2)Cukup Jelas.

Pasal 19“Perlindungan dan bantuan hukum” sebagaimana disebutdalam Pasal ini termasuk pembelaan terhadap warga negaraatau badan hukum Indonesia yang menghadapipermasalahan, termasuk perkara di Pengadilan.

Pasal 20

Salah satu fungsi perwakilan Republik Indonesia adalahmelindungi kepentingan negara dan warga negara RepublikIndonesia yang berada di negara akreditasi. Namunpemberian perlindungan itu hanya dapat diberikan olehperwakilan Republik Indonesia yang bersangkutan dalambatas-batas yang diperbolehkan oleh hukum dan kebiasaaninternasional. Dalam pemberian periindungan itu, perwakilanRepublik Indonesia mengindahkan ketentuan-ketentuanhukum negara setempat. Bantuan hukum dapat diberikandalam masalah-masalah hukum, baik yang berkaitan denganhukum perdata maupun hukum pidana. Bantuan hukumdapat diberikan dalam bentuk pemberian pertimbangan dannasihat hukum kepada yang bersangkutan dalam upayapenyelesaian sengketa secara kekeluargaan.

Pasal 21

Yang dimaksud dengan “bahaya nyata” dapat berupa antaralain bencana alam, invasi, perang saudara, terorisme maupun

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 558: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

540

bencana yang sedemikian rupa sehingga dapat dikategorikansebagai ancaman terhadap keselamatan umum.

Usaha pemulangan warga negara Indonesia di negara yangdilanda bahaya nyata tersebut dilakukan secara terkoordinasi.

Upaya-upaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini akandilakukan oleh Perwakilan Republik Indonesia yangbersangkutan sepanjang kondisi-kondisi untuk dapatmelaksanakannya memungkinkan, seperti keamanan,keselamatan akses ke tempat terjadinya bahaya nyata,terbukanya wilayah yang aman, tersedianya sarana yangdiperlukan termasuk dana, dan sebagainya.

Pasal 22Cukup Jelas

Pasal 23

Cukup Jelas.

Pasal 24

Ayat(1)

Surat-surat yang dapat dikeluarkan tersebut antara lainakta kelahiran, buku nikah yang memuat pula di dalamnyakutipan akta perkawinan, keterangan tentang perceraian,kematian, dan hal-hal lain yang menyangkut masalahkonsuler, misalnya legalisasi dokumen-dokumen,clearance, dan sebagainya.

Ayat (2)

Dalam hal perkawinan dan perceraian, pencatatan danpemberian surat keterangan hanya dapat dilakukanbilamana perkawinan dan perceraian itu telah dilakukanmenurut hukum di negara tempat perkawinan danperceraian itu dilangsungkan dan sepanjang hukum danketentuan-ketentuan asing tersebut tidak bertentangandengan ketentuan–ketentuan hukum Indonesia yangmengatur hal ini.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 559: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

541

Pasal 25

Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Pasal 26Cukup Jelas.

Pasal 27Ayat (1)

Pada dasarnya masalah yang dihadapi pengungsi adalahmasalah kemanusiaan, sehingga penanganannyadilakukan dengan sejauh mungkin menghindarkanterganggunya hubungan baik antara Indonesia dannegara asal pengungsi itu. Indonesia memberikan kerjasamanya kepada badan yang berwenang dalam upayamencari penyelesaian masalah pengungsi itu.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Pasal 28

Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Koordinasi yang pelaksanaannya menjadi tugasDepartemen Luar Negeri merupakan sarana untukmenjamin kesatuan sikap dan tindak dalampenyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaanpolitik luar negeri.

Pasal 29Ayat(1)

Cukup Jelas.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 560: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

542

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Ayat (3)

“Hak keuangan dan administratif” yang dimaksudkandalam ayat ini adalah hak pensiun sebagai pejabatnegara bagi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuhyang telah menyelesaikan tugasnya, termasuk janda,duda, dan anaknya.

Pasal 30Ayat(1)

Merupakan praktek yang dianut oleh banyak negarauntuk mengangkat seseorang dengan gelar Duta Besarguna menangani masalah tertentu dalam hubungan luarnegeri.Pengangkatan pejabat setingkat Duta Besar yang antaralain Duta Besar Keliling dilakukan karena sangatpentingnya masalah yang bersangkutan.Gelar Duta Besar itu diberikan untuk memudahkanhubungan yang bersangkutan dengan pihak-pihak dinegara lain atau di organisasi internasional pada tingkatyang setinggi mungkin.“Bidang khusus” sebagaimana dimaksud dalam ayat inimenyangkut antara lain bidang Kelautan, Gerakan NonBlok (GNB), dan Asia-Pacific Economic Cooperation(APEC).

Ayat (2)Cukup Jelas

Pasal 31Ayat (1)

Cukup Jelas.Ayat (2)

Cukup Jelas

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 561: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

543

Pasal 32Ayat(1)

Pejabat Dinas Luar Negeri diberi status “PejabatFungsional” dan disebut “Pejabat Fungsional Diplomat”sebagai pengakuan atas pengetahuan dan kemampuankhusus yang mereka miliki di bidang diplomasi. Diplomasisebagai cabang profesi mempunyai sifat khusus yangmemerlukan pengetahuan dan pengalaman khusus pula,terutama yang menyangkut hubungan luar negeri.

Ayat (2)

Jika diperlukan, maka Pejabat Fungsional Diplomat dapatmemegang jabatan struktural, baik di Pusat maupun diPerwakilan Republik Indonesia, tanpa menanggalkanstatus dan hak-haknya sebagai Pejabat FungsionalDiplomat.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Ayat (4)

Cukup Jelas

Pasal 33Sesuai ketentuan Kongres Wina, 1815, Kongres Aken, 1818,Konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik, 1961, danpraktek internasional, jenjang kepangkatan dan gelardiplomatik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Duta Besar;

2. Minister;

3. Minister Counsellor;

4. Counsellor;

5. Sekretaris Pertama;

6. Sekretaris Kedua;

7. Sekretaris Ketiga;

8. Atase.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 562: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

544

Jenjang kepangkatan dan gelar diplomatik, termasukpenggunaan gelar Duta Besar diatur dengan KeputusanMenteri.

Pasal 34

Cukup Jelas.

Pasal 35

Ayat(1)

Cukup Jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 36Ayat (1)

Surat Kepercayaan (credentials) untuk menghadiriperistiwa tertentu di luar negeri seperti upacara-upacarakenegaraan, pelantikan Kepala Negara, upacarapemakaman, dan lain-lain ditandatangani oleh Presiden.

Ayat (2)

Ketentuan ayat ini sesuai dengan praktek internasionaldimana Surat Kepercayaan ditandatangani oleh Menteri.

Pasal 37

Ayat (1)

Surat Tauliah, yang dalam bahasa asing disebut letterof commission, adalah Surat yang menetapkan gelardan wilayah kerja seorang konsul, yang dikeluarkan olehpemerintah negara yang mengangkatnya dandisampaikan kepada pemerintah negara tempat konsulitu bertugas.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 563: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

545

Pasal 38

Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Pasal 39Cukup Jelas

Pasal 40Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIANOMOR 3882

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 564: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

546

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 24 TAHUN 2000

TENTANG

PERJANJIAN INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan NegaraRepublik Indonesia sebagaimana tercantum didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar1945, yaitu melindungi segenap bangsaIndonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikutmelaksanakan ketertiban dunia yangberdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,dan keadilan sosial, Pemerintah Negara RepublikIndonesia, sebagai bagian dari masyarakatinternasional, melakukan hubungan dan kerjasama internasional yang diwujudkan dalamperjanjian internasional;

b. bahwa ketentuan mengenai pembuatan danpengesahan perjanjian internasionalsebagaimana diatur dalam Undang-UndangDasar 1945 sangat ringkas, sehingga perludijabarkan lebih lanjut dalam suatu peraturanperundang-undangan;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 565: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

547

c. bahwa Surat Presiden Republik Indonesia No.2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960tentang “Pembuatan Perjanjian-Perjanjiandengan Negara Lain” yang selama ini digunakansebagai pedoman untuk membuat danmengesahkan perjanjian internasional sudahtidak sesuai lagi dengan semangat reformasi;

d. bahwa pembuatan dan pengesahan perjanjianinternasional antara Pemerintah RepublikIndonesia dan pemerintah negara-negara lain,organisasi internasional, dan subjek hukuminternasional lain adalah suatu perbuatan hukumyang sangat penting karena mengikat negarapada bidang-bidang tertentu, dan oleh sebabitu pembuatan dan pengesahan suatuperjanjian internasional harus dilakukan dengandasar-dasar yang jelas dan kuat, denganmenggunakan instrumen peraturan perundang-undangan yang jelas pula;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam Huruf a, b, c dan d perludibentuk Undang-undang tentang PerjanjianInternasional;

Mengingat : 1. Pasal 5 Ayat(1), Pasal 11, dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya (1999);

2. Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentangHubungan Luar Negeri (Lembaran NegaraTahun 1999 Nomor 156; Tambahan LembaranNegara Nomor 3882);

DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA

ANTARADEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 566: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

548

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :

a. Perjanjian Internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dannama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yangdibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban dibidang hukum publik.

b. Pengesahan adalah perbuatan hukum untuk mengikatkan diripada suatu perjanjian internasional dalam bentuk ratifikasi(ratification), aksesi (accession), penerimaan (acceptance) danpenyetujuan (approval).

c. Surat Kuasa (Full Powers) adalah surat yang dikeluarkan olehPresiden atau Menteri yang memberikan kuasa kepada satuatau beberapa orang yang mewakili Pemerintah RepublikIndonesia untuk menandatangani atau menerima naskahperjanjian, menyatakan persetujuan negara untuk mengikatkandiri pada perjanjian, dan/atau menyelesaikan hal-hal lain yangdiperlukan dalam pembuatan perjanjian internasional.

d. Surat Kepercayaan (Credentials) adalah surat yang dikeluarkanoleh Presiden atau Menteri yang memberikan kuasa kepadasatu atau beberapa orang yang mewakili Pemerintah RepublikIndonesia untuk menghadiri, merundingkan, dan/atau menerimahasil akhir suatu pertemuan internasional.

e. Pensyaratan (Reservation) adalah pernyataan sepihak suatunegara untuk tidak menerima berlakunya ketentuan tertentupada perjanjian internasional, dalam rumusan yang dibuat ketikamenandatangani, menerima, menyetujui, atau mengesahkansuatu perjanjian internasional yang bersifat multilateral.

f. Pernyataan (Declaration) adalah pernyataan sepihak suatunegara tentang pemahaman atau penafsiran mengenai suatuketentuan dalam perjanjian internasional, yang dibuat ketikamenandatangani, menerima, menyetujui, atau mengesahkanperjanjian internasional yang bersifat multilateral, guna

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 567: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

549

memperjelas makna ketentuan tersebut dan tidak dimaksudkanuntuk mempengaruhi hak dan kewajiban negara dalam perjanjianinternasional.

g. Organisasi Internasional adalah organisasi antar pemerintah yangdiakui sebagai subjek hukum internasional dan mempunyaikapasitas untuk membuat perjanjian internasional.

h. Suksesi Negara adalah peralihan hak dan kewajiban dari satunegara kepada negara lain, sebagai akibat pergantian negara,untuk melanjutkan tanggung jawab pelaksanaan hubungan luarnegeri dan pelaksanaan kewajiban sebagai pihak suatu perjanjianinternasional, sesuai dengan hukum internasional dan prinsip-prinsip dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

i. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidanghubungan luar negeri dan politik luar negeri.

Pasal 2

Menteri memberikan pertimbangan politis dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan dan pengesahanperjanjian internasional, dengan berkonsultasi dengan DewanPerwakilan Rakyat dalam hal yang menyangkut kepentingan publik.

Pasal 3Pemerintah Republik Indonesia mengikatkan diri pada perjanjianinternasional melalui cara–cara sebagai berikut :

a. penandatanganan;

b. pengesahan;

c. pertukaran dokumen perjanjian/nota diplomatik;

d. cara-cara lain sebagaimana disepakati para pihak dalam perjanjianinternasional.

BAB II

PEMBUATAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

Pasal 4(1) Pemerintah Republik Indonesia membuat perjanjian internasional

dengan satu negara atau lebih, organisasi internasional, atau

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 568: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

550

subjek hukum internasional lain berdasarkan kesepakatan; danpara pihak berkewajiban untuk melaksanakan perjanjian tersebutdengan iktikad baik.

(2) Dalam pembuatan perjanjian internasional, Pemerintah RepublikIndonesia berpedoman pada kepentingan nasional danberdasarkan prinsip-prinsip persamaan kedudukan, salingmenguntungkan, dan memperhatikan, baik hukum nasionalmaupun hukum internasional yang berlaku.

Pasal 5(1) Lembaga negara dan lembaga pemerintah, baik departemen

maupun nondepartemen, di tingkat pusat dan daerah, yangmempunyai rencana untuk membuat perjanjian internasional,terlebih dahulu melakukan konsultasi dan koordinasi mengenairencana tersebut dengan Menteri.

(2) Pemerintah Republik Indonesia dalam mempersiapkanpembuatan perjanjian internasional, terlebih dahulu harusmenetapkan posisi Pemerintah Republik Indonesia yangdituangkan dalam suatu pedoman delegasi Republik Indonesia.

(3) Pedoman delegasi Republik Indonesia, yang perlu mendapatpersetujuan Menteri, memuat hal-hal sebagai berikut:

a. latar belakang permasalahan;b. analisis permasalahan ditinjau dari aspek politis dan yuridis

serta aspek lain yang dapat mempengaruhi kepentingannasional Indonesia;

c. posisi Indonesia, saran, dan penyesuaian yang dapatdilakukan untuk mencapai kesepakatan.

(4) Perundingan rancangan suatu perjanjian internasional dilakukanoleh Delegasi Republik Indonesia yang dipimpin oleh Menteriatau pejabat lain sesuai dengan materi perjanjian dan lingkupkewenangan masing-masing.

Pasal 6(1) Pembuatan perjanjian internasional dilakukan melalui tahap

penjajakan, perundingan, perumusan naskah, penerimaan, danpenandatanganan.

(2) Penandatanganan suatu perjanjian internasional merupakanpersetujuan atas naskah perjanjian internasional tersebut yang

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 569: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

551

telah dihasilkan dan/atau merupakan pernyataan untukmengikatkan diri secara definitif sesuai dengan kesepakatan parapihak.

Pasal 7

(1) Seseorang yang mewakili Pemerintah Republik Indonesia, dengantujuan menerima atau menandatangani naskah suatu perjanjianatau mengikatkan diri pada perjanjian internasional, memerlukanSurat Kuasa.

(2) Pejabat yang tidak memerlukan Surat Kuasa sebagaimanadimaksud dalam Pasal 1 Angka 3 adalah :

a. Presiden, dan

b. Menteri.

(3) Satu atau beberapa orang yang menghadiri, merundingkan,dan/atau menerima hasil akhirsuatu pertemuan internasional,memerlukan Surat Kepercayaan.

(4) Surat Kuasa dapat diberikan secara terpisah atau disatukandengan Surat Kepercayaan, sepanjang dimungkinkan, menurutketentuan dalam suatu perjanjian internasional atau pertemuaninternasional.

(5) Penandatangan suatu perjanjian internasional yang menyangkutkerja sama teknis sebagai pelaksanaan dari perjanjian yangsudah berlaku dan materinya berada dalam lingkup kewenangansuatu lembaga negara atau lembaga pemerintah, baikdepartemen maupun nondepartemen, dilakukan tanpamemerlukan Surat Kuasa.

Pasal 8(1) Pemerintah Republik Indonesia dapat melakukan pensyaratan

dan/atau pernyataan, kecuali ditentukan lain dalam perjanjianinternasional tersebut.

(2) Pensyaratan dan pernyataan yang dilakukan pada saatpenandatanganan perjanjian internasional harus ditegaskankembali pada saat pengesahan perjanjian tersebut.

(3) Pensyaratan dan pernyataan yang ditetapkan PemerintahRepublik Indonesia dapat ditarik kembali setiap saat melaluipernyataan tertulis atau menurut tata cara yang ditetapkandalam perjanjian internasional.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 570: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

552

BAB III

PENGESAHAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

Pasal 9(1) Pengesahan perjanjian internasional oleh Pemerintah Republik

Indonesia dilakukan sepanjang dipersyaratkan oleh perjanjianinternasional tersebut.

(2) Pengesahan perjanjian internasional sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) dilakukan dengan undang-undang atau keputusanpresiden.

Pasal 10

Pengesahan perjanjian internasional dilakukan dengan undang-undang apabila berkenaan dengan :

a. masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara;

b. perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara RepublikIndonesia;

c. kedaulatan atau hak berdaulat negara;

d. hak asasi manusia dan lingkungan hidup;

e. pembentukan kaidah hukum baru;

f. pinjaman dan/atau hibah luar negeri.

Pasal 11(1) Pengesahan perjanjian internasional yang materinya tidak

termasuk materi sebagaimana dimaksud Pasal 10, dilakukandengan keputusan presiden.

(2) Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan salinan setiapkeputusan presiden yang mengesahkan suatu perjanjianinternasional kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dievaluasi.

Pasal 12(1) Dalam mengesahkan suatu perjanjian internasional, lembaga

pemrakarsa yang terdiri atas lembaga negara dan lembagapemerintah, baik departemen maupun nondepartemen,menyiapkan salinan naskah perjanjian, terjemahan, rancangan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 571: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

553

undang-undang, atau rancangan keputusan presiden tentangpengesahan perjanjian internasional dimaksud serta dokumen-dokumen lain yang diperlukan.

(2) Lembaga pemrakarsa, yang terdiri atas lembaga negara danlembaga pemerintah, baik departemen maupun nondepartemen,mengkoordinasikan pembahasan rancangan dan/atau materipermasalahan dimaksud dalam ayat (1) yang pelaksanaannyadilakukan bersama dengan pihak-pihak terkait.

(3) Prosedur pengajuan pengesahan perjanjian internasionaldilakukan melalui Menteri untuk disampaikan kepada Presiden.

Pasal 13Setiap undang-undang atau keputusan presiden tentang pengesahanperjanjian internasional ditempatkan dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Pasal 14

Menteri menandatangani piagam pengesahan untuk mengikatkanPemerintah Republik Indonesia pada suatu perjanjian internasionaluntuk dipertukarkan dengan negara pihak atau disimpan oleh negaraatau lembaga penyimpan pada organisasi internasional.

BAB IV

PEMBERLAKUAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

Pasal 15(1) Selain perjanjian internasional yang perlu disahkan dengan

undang-undang atau keputusan presiden, Pemerintah RepublikIndonesia dapat membuat perjanjian internasional yang berlakusetelah penandatanganan atau pertukaran dokumen perjanjian/nota diplomatik, atau melalui cara-cara lain sebagaimanadisepakati oleh para pihak pada perjanjian tersebut.

(2) Suatu perjanjian internasional mulai berlaku dan mengikat parapihak setelah memenuhi ketentuan sebagaimana ditetapkandalam perjanjian tersebut.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 572: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

554

Pasal 16

(1) Pemerintah Republik Indonesia melakukan perubahan atasketentuan suatu perjanjian internasional berdasarkankesepakatan antara para pihak dalam perjanjian tersebut.

(2) Perubahan perjanjian internasional mengikat para pihak melaluitata cara sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian tersebut.

(3) Perubahan atas suatu perjanjian internasional yang telahdisahkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dilakukan denganperaturan perundang-undangan yang setingkat.

(4) Dalam hal perubahan perjanjian internasional yang hanya bersifatteknis-administratif, pengesahan atas perubahan tersebutdilakukan melalui prosedur sederhana.

BAB VPENYIMPANAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

Pasal 17(1) Menteri bertanggung jawab menyimpan dan memelihara naskah

asli perjanjian internasional yang dibuat oleh Pemerintah RepublikIndonesia serta menyusun daftar naskah resmi danmenerbitkannya dalam himpunan perjanjian internasional.

(2) Salinan naskah resmi setiap perjanjian internasional disampaikankepada lembaga negara dan lembaga pemerintah, baikdepartemen maupun nondepartemen pemrakarsa.

(3) Menteri memberitahukan dan menyampaikan salinan naskahresmi suatu perjanjian internasional yang telah dibuat olehPemerintah Republik Indonesia kepada sekretariat organisasiinternasional yang di dalamnya Pemerintah Republik Indonesiamenjadi anggota.

(4) Menteri memberitahukan dan menyampaikan salinan piagampengesahan perjanjian internasional kepada instansi-instansiterkait.

(5) Dalam hal Pemerintah Republik Indonesia ditunjuk sebagaipenyimpan piagam pengesahan perjanjian internasional, Menterimenerima dan menjadi penyimpan piagam pengesahanperjanjian internasional yang disampaikan negara-negara pihak.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 573: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

555

BAB VI

PENGAKHIRAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

Pasal 18Perjanjian internasional berakhir apabila :

a. terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yangditetapkan dalam perjanjian;

b. tujuan perjanjian tersebut telah tercapai;c. terdapat perubahan mendasar yang mempengaruhi pelaksanaan

perjanjian;d. salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan

perjanjian;e. dibuat suatu perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama;f. muncul norma-norma baru dalam hukum internasional;g. objek perjanjian hilang;h. terdapat hal-hal yang merugikan kepentingan nasional.

Pasal 19

Perjanjian internasional yang berakhir sebelum waktunya, berdasarkankesepakatan para pihak, tidak mempengaruhi penyelesaian setiappengaturan yang menjadi bagian perjanjian dan belum dilaksanakansecara penuh pada saat berakhirnya perjanjian tersebut.

Pasal 20Perjanjian internasional tidak berakhir karena suksesi negara, tetapitetap berlaku selama negara pengganti menyatakan terikat padaperjanjian tersebut.

BAB VIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 21

Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, pembuatan ataupengesahan perjanjian internasional yang masih dalam proses,diselesaikan sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 574: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

556

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agarsetiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundanganUndang-undang ini melalui Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakartapada tanggal 23 Oktober 2000

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

ABDURRAHMAN WAHID

Diundangkan di Jakartapada tanggal 23 Oktober 2000

SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DJOHAN EFFENDI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000

NOMOR 185

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 575: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

557

PENJELASAN

ATASUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 24 TAHUN 2000TENTANG

PERJANJIAN INTERNASIONAL

I. UMUMDalam melaksanakan politik luar negeri yang diabdikan kepadakepentingan nasional, Pemerintah Republik Indonesia melakukanberbagai upaya termasuk membuat perjanjian internasionaldengan negara lain, organisasi internasional, dan subjek-subjekhukum internasional lain.

Perkembangan dunia yang ditandai dengan pesatnya kemajuanilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan intensitashubungan dan interdependensi antarnegara. Sejalan denganpeningkatan hubungan tersebut, maka makin meningkat pulakerja sama internasional yang dituangkan dalam beragam bentukperjanjian internasional.

Pembuatan dan pengesahan perjanjian internasional melibatkanberbagai lembaga negara dan lembaga pemerintah berikutperangkatnya. Agar tercapai hasil yang maksimal, diperlukanadanya koordinasi di antara lembaga-lembaga yangbersangkutan. Untuk tujuan tersebut, diperlukan adanya suatuperaturan perundang-undangan yang mengatur secara jelasdan menjamin kepastian hukum atas setiap aspek pembuatandan pengesahan perjanjian internasional.

Pengaturan mengenai pembuatan dan pengesahan perjanjianinternasional yang ada sebelum disusunnya undang-undang initidak dituangkan dalam suatu peraturan perundang-undanganyang jelas sehingga dalam praktiknya menimbulkan banyakkesimpang-siuran.

Pengaturan sebelumnya hanya menitikberatkan pada aspekpengesahan perjanjian internasional. Oleh karena itu, diperlukanadanya suatu peraturan perundang-undangan yang mencakupaspek pembuatan dan pengesahan perjanjian internasional demikepastian hukum.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 576: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

558

Undang-undang tentang Perjanjian Internasional merupakanpelaksanaan Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945 yangmemberikan kewenangan kepada Presiden untuk membuatperjanjian internasional dengan persetujuan Dewan PerwakilanRakyat. Ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945 bersifatringkas sehingga memerlukan penjabaran lebih lanjut. Untukitu, diperlukan suatu perangkat perundang-undangan yangsecara tegas mendefinisikan kewenangan lembaga eksekutif danlegislatif dalam pembuatan dan pengesahan perjanjianinternasional serta aspek-aspek lain yang diperlukan dalammewujudkan hubungan yang dinamis antara kedua lembagatersebut.

Perjanjian internasional yang dimaksud dalam undang-undangini adalah setiap perjanjian di bidang hukum publik, diatur olehhukum internasional, dan dibuat oleh Pemerintah dengan negara,organisasi internasional, atau subjek hukum internasional lain.Bentuk dan nama perjanjian internasional dalam praktiknya cukupberagam, antara lain : treaty, convention, agreement,memorandum of understanding, protocol, charter, declaration,final act, arrangement, exchange of notes, agreed minutes,summary records, process verbal, modus vivendi, dan letter ofintent. Pada umumnya bentuk dan nama perjanjianmenunjukkan bahwa materi yang diatur oleh perjanjian tersebutmemiliki bobot kerja sama yang berbeda tingkatannya. Namundemikian, secara hukum, perbedaan tersebut tidak mengurangihak dan kewajiban para pihak yang tertuang di dalam suatuperjanjian internasional. Penggunaan suatu bentuk dan namatertentu bagi perjanjian internasional, pada dasarnyamenunjukkan keinginan dan maksud para pihak terkait sertadampak politiknya bagi para pihak tersebut.

Sebagai bagian terpenting dalam proses pembuatan perjanjian,pengesahan perjanjian internasional perlu mendapat perhatianmendalam mengingat pada tahap tersebut suatu negara secararesmi mengikatkan diri pada perjanjian itu. Dalam praktiknya,bentuk pengesahan terbagi dalam empat kategori, yaitu (a).ratifikasi (ratification) apabila negara yang akan mengesahkansuatu perjanjian internasional turut menandatangani naskahperjanjian. (b). aksesi (accesion) apabila negara yang akanmengesahkan suatu perjanjian internasional tidak turutmenandatangani naskah perjanjian. (c). penerimaan(acceptance) dan penyetujuan (approval) adalah pernyataan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 577: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

559

menerima atau menyetujui dari negara-negara pihak pada suatuperjanjian internasional atas perubahan perjanjian internasionaltersebut. Selain itu, juga terdapat perjanjian-perjanjianinternasional yang tidak memerlukan pengesahan dan langsungberlaku setelah penandatanganan.

Pengaturan mengenai pengesahan perjanjian internasional diIndonesia selama ini dijabarkan dalam Surat Presiden No. 2826/HK/1960 tertanggal 22 Agustus 1960, kepada Ketua DewanPerwakilan Rakyat, yang telah menjadi pedoman dalam prosespengesahan perjanjian internasional, yaitu pengesahan melaluiundang-undang atau keputusan presiden, bergantung kepadamateri yang diaturnya. Namun demikian, dalam praktik selamaini telah terjadi berbagai penyimpangan dalam melaksanakansurat presiden tersebut, sehingga perlu diganti dengan Undang-undang tentang Perjanjian Internasional.

Pokok materi yang diatur dalam undang-undang ini disusundengan sistematika sebagai berikut :

a. Ketentuan Umum;

b. Pembuatan Perjanjian Internasional;

c. Pengesahan Perjanjian Internasional;

d. Pemberlakuan Perjanjian Internasional;

e. Penyimpanan Perjanjian Internasional;

f. Pengakhiran Perjanjian Internasional;

g. Ketentuan Peralihan;

h. Ketentuan Penutup.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2

Sesuai dengan tugas dan fungsinya, Menteri memberikanpendapat dan pertimbangan politis dalam membuat danmengesahkan perjanjian internasional berdasarkan kepentingannasional. Sebagai pelaksana hubungan luar negeri dan politik

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 578: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

560

luar negeri, Menteri juga terlibat dalam setiap proses pembuatandan pengesahan perjanjian internasional, khususnya dalammengkoordinasikan langkah-langkah yang perlu diambil untukmelaksanakan prosedur pembuatan dan pengesahan perjanjianinternasional. Hal yang menyangkut kepentingan publik adalahmateri yang diatur dalam Pasal 10 undang-undang ini.

Pasal 3

Yang dimaksud dengan “cara-cara lain” yang disepakati olehpara pihak (misalnya simplified procedure) adalah keterikatansecara otomatis pada perjanjian internasional apabila dalam masatertentu tidak menyampaikan notifikasi tertulis untuk menolakketerikatannya pada suatu perjanjian internasional.

Pasal 4

Ayat(1)

Yang dimaksud dengan subjek hukum internasional lain dalampasal ini adalah suatu entitas hukum yang diakui oleh hukuminternasional dan mempunyai kapasitas membuat perjanjianinternasional dengan negara.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 5Ayat(1)

Lembaga Negara adalah Dewan Perwakilan Rakyat, BadanPemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung, dan DewanPertimbangan Agung yang fungsi dan wewenangnya diatur dalamUndang-Undang Dasar 1945.

Lembaga Pemerintah adalah lembaga eksekutif termasukpresiden, departemen/instansi dan badan-badan pemerintahlain, seperti Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia dan BadanTenaga Atom Nasional, yang menyelenggarakan kekuasaanpemerintahan. Badan-badan independen lain yang dibentuk olehpemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu tidaktermasuk dalam pengertian lembaga pemerintah.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 579: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

561

Mekanisme konsultasi dengan Menteri sesuai dengan tugas danfungsinya sebagai pelaksana hubungan dan politik luar negeri,dengan tujuan melindungi kepentingan nasional danmengarahkan agar pembuatan perjanjian internasional tidakbertentangan dengan kebijakan politik luar negeri RepublikIndonesia, dan prosedur pelaksanaannya sesuai denganpedoman yang ditetapkan dalam Undang-undang tentangPerjanjian Internasional. Mekanisme konsultasi tersebut dapatdilakukan melalui rapat antardepartemen atau komunikasi surat-menyurat antara lembaga-lembaga dengan Departemen LuarNegeri untuk meminta pandangan politis/yuridis mengenairencana pembuatan perjanjian internasional tersebut.

Ayat (2)

Pedoman delegasi Republik Indonesia dibuat agar terciptakeseragaman posisi delegasi Republik Indonesia dan koordinasiantar departemen/lembaga pemerintah di dalam membuatperjanjian internasional.

Pedoman tersebut harus disetujui oleh pejabat yang berwenang,yaitu Menteri yang bertanggung jawab atas pelaksanaanhubungan luar negeri.

Pedoman tersebut pada umumnya dibuat dalam rangka sidangmultilateral. Namun demikian, pedoman itu juga dibuat dalamrangka perundingan bilateral untuk membuat perjanjianinternasional dengan negara lain. Pasal ini mewajibkan delegasiRepublik Indonesia ke setiap perundingan, baik multilateralmaupun bilateral, untuk membuat pedoman yang mencerminkanposisi delegasi Republik Indonesia sebagai hasil koordinasi antardepartemen/ instansi terkait dengan mempertimbangkankepentingan nasional.

Ayat (3)

Pedoman delegasi Republik Indonesia perlu mendapatpersetujuan Menteri sebagai pelaksana hubungan dan politikluar negeri. Hal ini diperlukan bagi terlaksananya koordinasi yangefektif di dalam membuat dan mengesahkan perjanjianinternasional. Materi yang dimuat dalam pedoman delegasi Rltersebut disusun atas kerjasama lembaga negara dan lembagapemerintah terkait yang menangani substansinya, danDepartemen Luar Negeri yang memberikan pertimbanganpolitisnya.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 580: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

562

Ayat (4)

Pejabat lain adalah menteri atau pejabat instansi terkait sesuaidengan kewenangan masing-masing.

Pasal 6Ayat (1)

Penjajakan : merupakan tahap awal yang dilakukan oleh keduapihak yang berunding mengenai kemungkinan dibuatnya suatuperjanjian internasional.

Perundingan : merupakan tahap kedua untuk membahassubstansi dan masalah-masalah teknis yang akan disepakatidalam perjanjian internasional.

Perumusan Naskah : merupakan tahap merumuskan rancangansuatu perjanjian internasional.

Penerimaan : merupakan tahap menerima naskah perjanjianyang telah dirumuskan dan disepakati oleh para pihak. Dalamperundingan bilateral, kesepakatan atas naskah awal hasilperundingan dapat disebut “Penerimaan” yang biasanyadilakukan dengan membubuhkan inisial atau paraf pada naskahperjanjian internasional oleh ketua delegasi masing-masing.Dalam perundingan multilateral, proses penerimaan (acceptance/approval) biasanya merupakan tindakan pengesahan suatunegara pihak atas perubahan perjanjian internasional.

Penandatanganan : merupakan tahap akhir dalam perundinganbilateral untuk melegalisasi suatu naskah perjanjian internasionalyang telah disepakati oleh kedua pihak. Untuk perjanjianmultilateral, penanda-tanganan perjanjian internasional bukanmerupakan pengikatan diri sebagai negara pihak. Keterikatanterhadap perjanjian internasional dapat dilakukan melaluipengesahan (ratification/accession/acceptance/approval).Ayat (2)

Penandatanganan suatu perjanjian internasional tidak sekaligusdapat diartikan sebagai pengikatan diri pada perjanjian tersebut.Penandatanganan suatu perjanjian internasional yangmemerlukan pengesahan, tidak mengikat para pihak sebelumperjanjian tersebut disahkan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 581: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

563

Pasal 7

Ayat(1)

Surat Kuasa (Full Powers) dikeluarkan oleh Menteri sesuai denganpraktik internasional yang telah dikukuhkan oleh Konvensi Wina1969.

Ayat (2)

Mengingat kedudukan Presiden sebagai kepala negara/kepalapemerintahan dan kedudukan Menteri Luar Negeri sebagaipembantu Presiden dalam melaksanakan tugas umumpemerintahan di bidang hubungan luar negeri, Presiden dan MenteriLuar Negeri tidak memerlukan Surat Kuasa dalam menandatanganisuatu perjanjian internasional. Pejabat negara selain Presiden danMenteri Luar Negeri memerlukan Surat Kuasa. Dalam praktikdewasa ini, Surat Kuasa umumnya diberikan oleh Menteri LuarNegeri kepada pejabat Indonesia, termasuk Duta Besar LuarBiasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia, dalammenandatangani, menerima naskah, menyatakan persetujuannegara untuk mengikatkan diri pada perjanjian dan menyelesaikanhal-hal lain yang diperlukan dalam pembuatan perjanjianinternasional. Dalam hal pinjaman luar negeri, Menterimendelegasikan kepada Menteri Keuangan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Praktek penyatuan Surat Kuasa dan Surat Kepercayaanbiasanya terjadi dalam prosedur pembuatan dan pengesahanperjanjian multilateral yang diikuti oleh banyak pihak. Praktiksemacam ini hanya dimungkinkan apabila telah disepakati dalamkonferensi yang menerima (adopt) suatu perjanjian internasionaldan ditetapkan oleh perjanjian internasional tersebut.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 8

Ayat (1)

Pensyaratan dan Pernyataan dilakukan atas perjanjianinternasional yang bersifat multilateral dan dapat dilakukan atas

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 582: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

564

suatu bagian perjanjian internasional sepanjang pensyaratandan pernyataan tersebut tidak bertentangan dengan maksuddan tujuan dibuatnya perjanjian tersebut. Pensyaratan hanyadapat dilakukan apabila tidak dilarang oleh perjanjian internasionaltersebut. Dengan pensyaratan atau pernyataan terhadap suatuketentuan perjanjian internasional, Pemerintah Republik Indonesiasecara hukum tidak terikat pada ketentuan tersebut.

Ayat (2)

Penegasan kembali tersebut dituangkan dalam instrumenpengesahan seperti piagam ratifikasi atau piagam aksesi.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 9Ayat (1)

Pengesahan suatu perjanjian internasional dilakukan berdasarkanketetapan yang disepakati oleh para pihak. Perjanjianinternasional yang memerlukan pengesahan akan mulai berlakusetelah terpenuhinya prosedur pengesahan sebagaimana diaturdalam undang-undang ini.

Ayat (2)

Pengesahan dengan undang-undang memerlukan persetujuanDewan Perwakilan Rakyat. Pengesahan dengan keputusanpresiden selanjutnya diberitahukan kepada Dewan PerwakilanRakyat.

Pasal 10

Pengesahan perjanjian internasional melalui undang-undangdilakukan berdasarkan materi perjanjian dan bukan berdasarkanbentuk dan nama (nomenclature) perjanjian. Klasifikasi menurutmateri perjanjian dimaksudkan agar tercipta kepastian hukumdan keseragaman atas bentuk pengesahan perjanjianinternasional dengan undang-undang.

Mekanisme dan prosedur pinjaman dan/atau hibah luar negeribeserta persetujuannya oleh Dewan Perwakilan Rakyat akandiatur dengan undang-undang tersendiri.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 583: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

565

Pasal 11

Ayat (1)

Pengesahan perjanjian melalui keputusan presiden dilakukan atasperjanjian yang mensyaratkan adanya pengesahan sebelummemulai berlakunya perjanjian, tetapi memiliki materi yangbersifat prosedural dan memerlukan penerapan dalam waktusingkat tanpa mempengaruhi peraturan perundang-undangannasional. Jenis-jenis perjanjian yang termasuk dalam kategoriini, di antaranya adalah perjanjian induk yang menyangkut kerjasama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, teknik,perdagangan, kebudayaan, pelayaran niaga, penghindaran pajakberganda, dan kerja sama perlindungan penanaman modal,serta perjanjian-perjanjian yang bersifat teknis.

Ayat (2)

Dewan Perwakilan Rakyat dapat melakukan pengawasanterhadap Pemerintah, walaupun tidak diminta persetujuansebelum pembuatan perjanjian internasional tersebut karenapada umumnya pengesahan dengan keputusan presiden hanyadilakukan bagi perjanjian internasional di bidang teknis. Di dalammelaksanakan fungsi dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyatdapat meminta pertanggungjawaban atau keteranganPemerintah mengenai perjanjian internasional yang telah dibuat.Apabila dipandang merugikan kepentingan nasional, perjanjianinternasional tersebut dapat dibatalkan atas permintaan DewanPerwakilan Rakyat.

Pasal 12Ayat (1)

Di dalam menyiapkan rancangan undang-undang bagipengesahan suatu perjanjian internasional perlu memperhatikanKeputusan Presiden No. 188 Tahun 1998 tentang Tata CaraMempersiapkan Rancangan Undang-undang.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 584: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

566

Pasal 13

Penempatan peraturan perundang-undangan pengesahan suatuperjanjian internasional di dalam lembaran negara dimaksudkanagar setiap orang dapat mengetahui perjanjian yang dibuatpemerintah dan mengikat seluruh warga negara Indonesia.

Pasal 14Lembaga penyimpan (depositary) merupakan negara atauorganisasi internasional yang ditunjuk atau disebut secara tegasdalam suatu perjanjian untuk menyimpan piagam pengesahanperjanjian internasional. Praktik ini berlaku bagi perjanjianmultilateral yang memiliki banyak pihak. Lembaga penyimpanselanjutnya memberitahukan semua pihak pada perjanjiantersebut setelah menerima piagam pengesahan dari salah satupihak.

Pasal 15Ayat (1)

Perjanjian internasional yang tidak mensyaratkan adanyapengesahan dalam pemberlakuan perjanjian tersebut danmemuat materi yang bersifat teknis atau merupakanpelaksanaan teknis atas suatu perjanjian induk, dapat langsungberlaku setelah penandatanganan, pertukaran dokumenperjanjian/nota diplomatik atau setelah melalui cara-cara lainsebagaimana disepakati para pihak pada perjanjian internasional.Perjanjian yang termasuk dalam kategori tersebut di antaranyaadalah perjanjian yang secara teknis mengatur kerja sama dibidang pendidikan, sosial, budaya, pariwisata, penerangan,kesehatan, keluarga berencana, pertanian, kehutanan, sertakerja sama antarpropinsi dan antarkota.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 16

Ayat (1)

Cukup jelas.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 585: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

567

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “perubahan yang bersifat teknis-administratif adalah perubahan yang tidak menyangkut materipokok perjanjian, misalnya perubahan mengenai penambahananggota suatu dewan/komite atau penambahan salah satubahasa resmi perjanjian internasional. Perubahan semacam initidak memerlukan pengesahan dengan peraturan perundang-undangan yang setingkat dengan pengesahan perjanjian yangdiubah tersebut.

Yang dimaksud dengan “prosedur sederhana” adalahpengesahan yang dilakukan melalui pemberitahuan tertulis diantara para pihak atau didepositkan kepada negara/pihakpenyimpan perjanjian.

Pasal 17Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 18Suatu perjanjian internasional dapat berakhir apabila salah satubutir dalam pasal ini sudah terjadi. Hak dan kewajiban parapihak dalam perjanjian internasional akan berakhir pada saatperjanjian internasional tersebut berakhir.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 586: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

568

“Hilangnya objek perjanjian” sebagaimana dimaksud pada butir(g) pasal ini dapat terjadi apabila objek dari perjanjian tersebutsudah tidak ada lagi.

“Kepentingan nasional” sebagaimana dimaksud pada butir (h)pasal ini harus diartikan sebagai kepentingan umum (publicinterest), perlindungan subjek hukum Republik Indonesia, danyurisdiksi kedaulatan Republik Indonesia.

Pasal 19Cukup jelas.

Pasal 20Cukup jelas.

Pasal 21Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 4012

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 587: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

569

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 108 TAHUN 2003

TENTANG

ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIADl LUAR NEGERI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa perubahan dan perkembangan yangterjadi di tingkat nasional dan internasional, telahmemberikan peluang dan tantangan yang lebihbesar bagi penyelenggaraan hubungan luarnegeri dan pelaksanaan politik luar negerisehingga diperlukan peningkatan kapasitasorganisasi dan kesiapan sumber daya manusiayang memadai;

b. bahwa tuntutan penyelenggaraan Pemerintahyang bersih, berkemampuan dan profesionalmakin menguat sehingga diperlukan aparaturpelaksana diplomasi yang berkualitas agarpenyelenggaraan hubungan luar negeri danpelaksanaan politik luar negeri lebih terfokus,selektif, komprehensif, terkoordinasi, efisien, danefektif;

c. bahwa susunan organisasi Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri sebagaimana diaturdalam Keputusan Presiden Nomor 51 Tahun1976 tentang Pokok-pokok Organisasi PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 588: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

570

Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2000dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutankebutuhan;

d. bahwa sehubungan dengan hal-halsebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, danc, dipandang perlu menata kembali OrganisasiPerwakilan Republik Indonesia di Luar Negeridengan Keputusan Presiden;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1), Pasal 11, Pasal 13, Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentangPokok-pokok Kepegawaian (Lembaran NegaraTahun 1974 Nomor 55, Tambahan LembaranNegara Nomor 3041) sebagaimana telah diubahdengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);

3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1982 tentangPengesahan Konvensi Mengenai Misi Khusus(Convention on Special Missions), New York,1969 (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3212);

4. Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentangHubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Tahun1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3882);

5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentangPerjanjian Internasional (Lembaran NegaraTahun 2000 Nomor 185, Tambahan LembaranNegara Nomor 4012);

6. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,Kewenangan, Susunan Organisasi dan TataKerja Departemen sebagaimana telah diubahdengan Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun2002;

7. Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 589: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

571

Departemen sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Keputusan PresidenNomor 88 Tahun 2003;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANGORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIKINDONESIA Dl LUAR NEGERI.

BABIKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Keputusan Presiden ini, yang dimaksud dengan :

1. Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri, yang selanjutnyadisebut Perwakilan adalah Perwakilan Diplomatik dan PerwakilanKonsuler Republik Indonesia yang secara resmi mewakili danmemperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan PemerintahRepublik Indonesia secara keseluruhan di Negara Penerima ataupada Organisasi Internasional.

2. Negara Penerima adalah negara tempat kedudukan Perwakilan.

3. Organisasi Internasional adalah organisasi internasional penerimatempat kedudukan Perwakilan.

4. Perwakilan Diplomatik adalah Kedutaan Besar Republik Indonesiadan Perutusan Tetap Republik Indonesia yang melakukankegiatan diplomatik di seluruh wilayah Negara Penerima dan/atau pada Organisasi Internasional untuk mewakili danmemperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara dan PemerintahRepublik Indonesia.

5. Perwakilan Konsuler adalah Konsulat Jenderal Republik Indonesiadan Konsulat Republik Indonesia yang melakukan kegiatankonsuler di wilayah kerja di dalam wilayah Negara Penerimauntuk mewakili dan memperjuangkan kepentingan Bangsa,Negara, dan Pemerintah Republik Indonesia.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 590: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

572

6. Pejabat Dinas Luar Negeri adalah Pegawai Negeri Sipil yangtelah mengikuti pendidikan dan latihan khusus untuk bertugas diDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia.

7. Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, dan Wakil TetapRepublik Indonesia adalah Pejabat Negara yang diangkat olehPresiden untuk mewakili dan memperjuangkan kepentinganBangsa, Negara, dan Pemerintah Republik Indonesia sertamenjadi wakil pribadi Presiden Republik Indonesia di satu NegaraPenerima atau lebih atau pada Organisasi Internasional.

8. Konsul Jenderal dan Konsul yang memimpin Perwakilan Konsuleradalah Jabatan Negeri yang diisi oleh Pejabat Dinas Luar Negeridan/atau Pegawai Negeri lain yang memenuhi syarat, diangkatoleh Presiden atas usul Menteri Luar Negeri untuk mewakili danmemperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan PemerintahRepublik Indonesia di satu wilayah kerja atau lebih di dalamwilayah Negara Penerima.

9. Kuasa Usaha Tetap adalah Pejabat Dinas Luar Negeri yangdiakreditasikan kepada Menteri Luar Negeri Negara Penerimauntuk memimpin Perwakilan Diplomatik.

10. Pejabat Diplomatik dan Konsuler, yang selanjutnya disebutpejabat Diplomatik adalah Pejabat Dinas Luar Negeri yangmelaksanakan kegiatan diplomatik dan konsuler untukmemperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan PemerintahRepublik Indonesia di Negara Penerima atau pada OrganisasiInternasional.

11. Atase Pertahanan adalah Perwira Tentara Nasional Indonesiayang ditempatkan di Perwakilan Diplomatik tertentu untukmelaksanakan tugas di bidang pertahanan.

12. Atase Teknis adalah Pegawai Negeri dari Departemen atauLembaga Pemerintah Non Departemen yang ditempatkan diPerwakilan Diplomatik tertentu untuk melaksanakan tugas yangmenjadi bidang wewenang Departemen atau LembagaPemerintah Non Departemen.

13. Staf Teknis adalah Pegawai Negeri dari Departemen atauLembaga Pemerintah Non Departemen yang ditempatkan diPerwakilan Konsuler tertentu.

14. Konsul Jenderal Kehormatan dan Konsul Kehormatan adalahWarga Negara Penerima yang diangkat oleh Presiden atas usulMenteri Luar Negeri yang memiliki kualifikasi tertentu untuk

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 591: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

573

melaksanakan fungsi kekonsuleran dan/atau fungsi promosi diwilayah Negara Penerima.

15. Staf Non Diplomatik adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkunganDepartemen Luar Negeri yang bertugas membantuPenyelenggara Administrasi dan Kerumahtanggaan Perwakilan.

16. Pegawai Setempat adalah Pegawai Tidak Tetap yangdipekerjakan atas dasar kontrak kerja untuk jangka waktutertentu, guna melakukan tugas-tugas tertentu pada Perwakilan.

17. Gelar Diplomatik adalah gelar berjenjang yang diberikan kepadaPejabat Dinas Luar Negeri yang memiliki kualifikasi berdasarkanhukum dan kebiasaan internasional, serta peraturan perundang-undangan nasional yang berlaku.

18. Status Diplomatik adalah status yang diberikan oleh MenteriLuar Negeri kepada Atase Pertahanan, Atase Teknis, dan Pejabattertentu lainnya untuk memperoleh hak-hak diplomatik dariNegara Penerima.

BAB IIJENIS PERWAKILAN

Pasal 2(1) Perwakilan terdiri dari:

a. Perwakilan Diplomatik;

b. Perwakilan Konsuler.

(2) Perwakilan Diplomatik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)huruf a, meliputi :

a. Kedutaan Besar Republik Indonesia;

b. Perutusan Tetap Republik Indonesia.

(3) Perwakilan Konsuler sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hurufb, meliputi :

a. Konsulat Jenderal Republik Indonesia;

b. Konsulat Republik Indonesia.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 592: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

574

BAB III

KEDUDUKAN, TUGAS POKOK,DAN FUNGSI PERWAKILAN

Pasal 3(1) Perwakilan Diplomatik berkedudukan di Ibu Kota Negara Penerima

atau di tempat kedudukan Organisasi Internasional, dipimpinoleh seorang Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yangbertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri Luar Negeri.

(2) Perwakilan Konsuler berkedudukan di wilayah Negara Penerima,dipimpin oleh seorang Konsul Jenderal atau Konsul yangbertanggungjawab secara operasional kepada Duta Besar LuarBiasa dan Berkuasa Penuh yang membawahkannya.

(3) Konsul Jenderal atau Konsul yang tidak berada di bawah tanggungjawab Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, bertanggungjawab langsung kepada Menteri Luar Negeri.

(4) Pembinaan dan pengawasan terhadap Perwakilan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) secaraoperasional dan administratif dilaksanakan oleh dan menjaditanggung jawab Menteri Luar Negeri.

Pasal 4

Perwakilan Diplomatik mempunyai tugas pokok mewakili danmemperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan PemerintahRepublik Indonesia serta melindungi Warga Negara Indonesia, BadanHukum Indonesia di Negara Penerima dan/atau OrganisasiInternasional, melalui pelaksanaan hubungan diplomatik denganNegara Penerima dan/atau Organisasi Internasional, sesuai dengankebijakan politik dan hubungan luar negeri Pemerintah RepublikIndonesia, peraturan perundang-undangan nasional, hukuminternasional, dan kebiasaan internasional.

Pasal 5Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalamPasal 4, Perwakilan Diplomatik menyelenggarakan fungsi:a. peningkatan dan pengembangan kerja sama politik dan

keamanan, ekonomi, sosial dan budaya dengan NegaraPenerima dan/atau Organisasi Internasional;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 593: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

575

b. peningkatan persatuan dan kesatuan, serta kerukunan antarasesama Warga Negara Indonesia di luar negeri;

c. pengayoman, pelayanan, perlindungan dan pemberian bantuanhukum dan fisik kepada Warga Negara Indonesia dan BadanHukum Indonesia, dalam hal terjadi ancaman dan/atau masalahhukum di Negara Penerima, sesuai dengan peraturanperundang-undangan nasional, hukum internasional, dankebiasaan internasional;

d. pengamatan, penilaian, dan pelaporan mengenai situasi dankondisi Negara Penerima;

e. konsuler dan protokol;

f. perbuatan hukum untuk dan atas nama Negara dan PemerintahRepublik Indonesia dengan Negara Penerima;

g. kegiatan manajemen kepegawaian, keuangan, perlengkapan,pengamanan internal Perwakilan, komunikasi dan persandian;

h. fungsi-fungsi lain sesuai dengan hukum dan praktek internasional.

Pasal 6Perwakilan Konsuler mempunyai tugas pokok mewakili danmemperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan PemerintahRepublik Indonesia serta melindungi kepentingan Warga NegaraIndonesia dan Badan Hukum Indonesia melalui pelaksanaanhubungan kekonsuleran dengan Negara Penerima, termasukpeningkatan hubungan ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengankebijakan Politik dan Hubungan Luar Negeri Pemerintah RepublikIndonesia, peraturan perundang-undangan nasional, hukuminternasional dan kebiasaan internasional.

Pasal 7Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalamPasal 6, Perwakilan Konsuler menyelenggarakan fungsi:

a. perlindungan terhadap kepentingan Warga Negara Indonesiadan Badan Hukum Indonesia di wilayah kerja dalam wilayahNegara Penerima;

b. pemberian bimbingan dan pengayoman terhadap Warga NegaraIndonesia dan Badan Hukum Indonesia di wilayah NegaraPenerima;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 594: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

576

c. konsuler dan protokol;

d. peningkatan hubungan perekonomian, perdagangan,perhubungan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan;

e. pengamatan, penilaian, dan pelaporan mengenai kondisi danperkembangan di wilayah kerja dalam wilayah Negara Penerima;

f. kegiatan manajemen kepegawaian, keuangan, perlengkapan,pengamanan internal Perwakilan, komunikasi dan persandian;

g. fungsi-fungsi lain sesuai dengan hukum dan praktek internasional.

BAB IVSUSUNAN ORGANISASI PERWAKILAN

Pasal 8(1) Susunan organisasi Perwakilan Diplomatik terdiri dari :

a. Unsur Pimpinan, yaitu Duta Besar Luar Biasa dan BerkuasaPenuh atau Wakil Tetap Republik Indonesia, dan Kuasa UsahaTetap, yang disebut dengan Kepala Perwakilan Diplomatik;

b. Unsur Pelaksana, yaitu :

1) Pejabat Diplomatik;

2) Atase Pertahanan dan/atau Atase Teknis pada PerwakilanDiplomatik tertentu;

c. Unsur Penunjang, yaitu Penyelenggara Administrasi danKerumahtanggaan Perwakilan Diplomatik.

(2) Pada Perwakilan Diplomatik, Duta Besar Luar Biasa dan BerkuasaPenuh atau Wakil Tetap Republik Indonesia dapat dibantu olehWakil Kepala Perwakilan Diplomatik sebagai unsur Pimpinan sesuaidengan bobot misi dan beban kerja, yang ditetapkan denganKeputusan Menteri Luar Negeri setelah mendapat persetujuantertulis dari Menteri yang bertanggungjawab di bidangpendayagunaan aparatur negara.

Pasal 9Susunan organisasi Perwakilan Konsuler terdiri dari:

a. Unsur Pimpinan, yaitu Konsul Jenderal atau Konsul, yang disebutdengan Kepala Perwakilan Konsuler;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 595: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

577

b. Unsur Pelaksana, yaitu :

1) Pejabat Diplomatik;

2) Staf Teknis pada Perwakilan Konsuler tertentu.

c. Unsur penunjang, yaitu Penyelenggara Administrasi danKerumahtanggaan Perwakilan Konsuler.

Pasal 10

(1) Menteri Luar Negeri atas usul Pimpinan Departemen atauPimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen dapatmenetapkan adanya jabatan Atase Pertahanan dan/ataujabatan Atase Teknis pada Perwakilan Diplomatik tertentu setelahmendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan MenteriKeuangan dengan memperhatikan misi dan kebutuhan.

(2) Keputusan penetapan adanya jabatan Atase Pertahanan dan/atau jabatan Atase Teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) merupakan hasil pembahasan bersama antara Menteri LuarNegeri, Menteri Keuangan, Menteri yang bertanggungjawab dibidang pendayagunaan aparatur negara, dan PimpinanDepartemen atau Pimpinan Lembaga Pemerintah NonDepartemen yang bersangkutan.

Pasal 11Ketentuan mengenai Penyelenggara Administrasi danKerumahtanggaan Perwakilan Diplomatik dan Perwakilan Konsulersebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9 diatur lebih lanjutoleh Menteri Luar Negeri.

BABV

KEPEGAWAIAN, PENGANGKATAN,PEMBERHENTIAN, DAN PENDIDIKAN

Pasal 12Formasi kepegawaian pada Perwakilan ditetapkan berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 596: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

578

Pasal 13

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh dan Wakil Tetap RepublikIndonesia pada Perwakilan Diplomatik dan Konsul Jenderal dan Konsulpada Perwakilan Konsuler diangkat dan diberhentikan oleh Presidensesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Pasal 14Wakil Kepala Perwakilan Diplomatik dan Kuasa Usaha Tetap padaPerwakilan Diplomatik diangkat dan diberhentikan oleh Menteri LuarNegeri.

Pasal 15(1) Pejabat Diplomatik dan Staf Non Diplomatik diangkat dan

diberhentikan oleh Menteri Luar Negeri.

(2) Atase Pertahanan, Atase Teknis, dan Staf Teknis diangkat dandiberhentikan oleh Menteri Luar Negeri atas usul PimpinanDepartemen atau Pimpinan Lembaga Pemerintah NonDepartemen.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pengangkatan danpemberhentian dalam masa tugas bagi Pejabat Diplomatik, AtasePertahanan, Atase Teknis, Staf Non Diplomatik, dan Staf Teknisdiatur lebih lanjut oleh Menteri Luar Negeri.

Pasal 16Tata cara penerimaan, pendidikan dan pelatihan khusus diplomatikdan konsuler serta pengaturan penugasan, pengembangan, danpemberhentian Pejabat Dinas Luar Negeri diatur lebih lanjut olehMenteri Luar Negeri dengan memperhatikan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Pasal 17(1) Pembinaan karir dan jenjang kepangkatan pejabat Diplomatik

dilakukan melalui jabatan fungsional sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pembinaan karir dan jenjang kepangkatan Atase Pertahanan,Atase Teknis, dan Staf Teknis ditetapkan oleh masing-masing

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 597: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

579

Departemen atau Lembaga Pemerintah Non Departemen sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI

KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN

Pasal 18

(1) Pengelolaan Keuangan dan perlengkapan pada Perwakilandilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Anggaran Belanja Pegawai Atase Pertahanan dan Atase Teknismenjadi beban anggaran Departemen Luar Negeri.

(3) Anggaran Belanja pemeliharaan, belanja barang, dan belanjaperjalanan dinas Atase Pertahanan dan Atase Teknis menjadibeban anggaran masing-masing Departemen atau LembagaPemerintah Non Departemen yang bersangkutan.

BAB VII

TATA KERJA

Pasal 19(1) Semua unsur Perwakilan wajib melaksanakan koordinasi,

integrasi, harmonisasi, dan sinkronisasi dalam melaksanakantugas dan fungsinya.

(2) Kepala Perwakilan wajib menyelenggarakan Rapat Staf secaraberkala sebagai mekanisme dalam proses pengambilankeputusan guna mewujudkan transparansi dan peningkatankinerja Perwakilan, termasuk pengelolaan administrasi keuangan,dan perlengkapan Perwakilan.

Pasal 20

(1) Sebagai unsur pimpinan tertinggi, Kepala Perwakilan bertanggungjawab atas seluruh penyelenggaraan tugas dan fungsi perwakilan,dan berwenang memberi petunjuk, mengatur, mengarahkan,membimbing, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan tugasdan fungsi yang dilakukan oleh unsur-unsur dibawahnya.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 598: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

580

(2) Setiap Kepala Perwakilan wajib menyusun Rencana Strategikdan Rencana Operasional Tahunan yang memuat visi, misi,tujuan, sasaran, dan indikator kinerja yang akan dicapai untukdilaksanakan selama periode jabatannya sesuai dengankepentingan nasional dan misi yang dibebankan untukmengevaluasi akuntabilitas kinerja Perwakilan.

Pasal 21

(1) Kepala Perwakilan Diplomatik wajib menyampaikan laporananalisa, baik secara berkala maupun insidental kepada MenteriLuar Negeri mengenai keadaan dan perkembangan situasi diNegara Penerima/wilayah kerja, dan kegiatan Perwakilan yangdipimpinnya.

(2) Kepala Perwakilan Konsuler wajib menyampaikan laporan analisa,baik secara berkala maupun insidental kepada Duta Besar LuarBiasa dan Berkuasa Penuh yang membawahkannya, dankepada Menteri Luar Negeri mengenai perkembangan situasi diwilayah kerja, dan kegiatan Perwakilan yang dipimpinnya.

(3) Konsul Jenderal atau Konsul yang tidak berada dibawah wilayahkerja Perwakilan Diplomatik, wajib menyampaikan laporan analisabaik secara berkala maupun insidental secara langsung kepadaMenteri Luar Negeri mengenai keadaan dan perkembangansituasi serta kegiatan Perwakilan di wilayah kerja yangdipimpinnya.

(4) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), danayat (3) sepanjang menyangkut pelaksanaan tugas Departemenatau Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bersangkutandisampaikan juga kepada Pimpinan Departemen atau PimpinanLembaga Pemerintah Non Departemen yang bersangkutan.

(5) Seluruh laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat(2), dan ayat (3) yang dibuat oleh unsur Pelaksana Perwakilanmerupakan laporan Perwakilan yang ditandatangani dan/ataudiketahui oleh Kepala Perwakilan.

Pasal 22(1) Atase Pertahanan, Atase Teknis dan Staf Teknis secara

operasional dan administratif merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari Perwakilan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 599: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

581

(2) Pembinaan teknis pelaksanaan tugas dan fungsi AtasePertahanan dan Atase Teknis dilakukan oleh Departemen atauLembaga Pemerintah Non Departemen yang bersangkutan.

Pasal 23

Penetapan susunan organisasi dan tata kerja masing-masingPerwakilan ditetapkan oleh Menteri Luar Negeri setelah mendapatpersetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggungjawab di bidangpendayagunaan aparatur negara berdasarkan kepentingan nasional,bobot misi, kegiatan, intensitas, dan derajat hubungan Indonesiadengan Negara Penerima.

BAB VIII

PENGAWASAN

Pasal 24(1) Pengawasan dan pengendalian terhadap tugas dan fungsi

Perwakilan serta hal-hal yang menyangkut penerimaan danpengeluaran keuangan di Perwakilan dilakukan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Kepala Perwakilan wajib melakukan pengawasan danpengendalian internal untuk meningkatkan akuntabilitas kinerjaPerwakilan.

BAB IX

PEMBUKAAN DAN PENUTUPANKANTOR PERWAKILAN

Pasal 25(1) Pembukaan dan penutupan Kantor Perwakilan Diplomatik atau

Perwakilan Konsuler di Negara lain atau Kantor Perwakilan padaOrganisasi Internasional ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

(2) Pelaksanaan Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dilakukan oleh Menteri Luar Negeri.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 600: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

582

BAB X

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 26(1) Dalam hal Kepala Perwakilan Diplomatik tidak berada di tempat

dan/atau berhalangan, ditunjuk Kuasa Usaha Sementara untukmelaksanakan tugas pokok dan fungsi Kepala PerwakilanDiplomatik yaitu :a. Wakil Kepala Perwakilan untuk Perwakilan yang memiliki Wakil

Kepala Perwakilan;b. Pejabat Diplomatik yang memiliki gelar diplomatik yang

paling tinggi untuk Perwakilan yang tidak memiliki Wakil KepalaPerwakilan.

(2) Dalam hal Kepala Perwakilan Konsuler tidak berada di tempatdan/atau berhalangan, ditunjuk Pejabat Sementara KepalaPerwakilan Konsuler untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsiKepala Perwakilan Konsuler.

(3) Ketentuan mengenai tata cara penunjukkan Kuasa UsahaSementara Perwakilan Diplomatik dan Pejabat Sementara KepalaPerwakilan Konsuler sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) danayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri Luar Negeri.

Pasal 27Pengangkatan Konsul Jenderal Kehormatan dan Konsul Kehormatanditetapkan dengan Keputusan Presiden atas usul Menteri Luar Negeri.

Pasal 28(1) Pegawai Setempat diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan

Kepala Perwakilan setelah memperoleh persetujuan tertulis dariMenteri Luar Negeri.

(2) Pedoman dan tata cara pengangkatan dan pemberhentianPegawai Setempat diatur lebih lanjut oleh Menteri Luar Negeri.

Pasal 29(1) Dalam hal tertentu, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh,

Konsul Jenderal dan Konsul dapat membawahi beberapa NegaraPenerima rangkapan dan wilayah kerja konsuler rangkapan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 601: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

583

(2) Ketentuan mengenai penetapan wilayah rangkapan PerwakilanDiplomatik dan Perwakilan Konsuler sebagaimana dimaksud dalamayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri Luar Negeri.

Pasal 30

(1) Untuk meningkatkan dan pencapaian misi Perwakilan, MenteriLuar Negeri dapat melakukan peninjauan terhadap organisasiperwakilan setelah mendapat persetujuan dari Menteri yangbertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negaradan Menteri Keuangan.

(2) Dalam hal peninjauan terhadap organisasi perwakilansebagaimana dimaksud dalam ayat (1), menyangkut jumlahdan komposisi Atase Pertahanan, Atase Teknis dan/atau StafTeknis, Menteri Luar Negeri melakukan pembahasan bersamadengan Menteri yang bertanggungjawab di bidangpendayagunaan aparatur negara dan Menteri Keuangan, sertaPimpinan Departemen atau Pimpinan Lembaga Pemerintah NonDepartemen terkait.

BABXIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 31Masa peralihan dan penyesuaian organisasi perwakilan berdasarkanKeputusan Presiden ini, diselesaikan paling lama 2 (dua) tahun sejakditetapkannya Keputusan Presiden ini.

Pasal 32

Organisasi Perwakilan Republik Indonesia yang ada pada saat iniyang diatur berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 51 Tahun 1976tentang Pokok-pokok Organisasi Perwakilan Republik Indonesia diLuar Negeri sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganKeputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2000 dan peraturanpelaksanaannya masih tetap berlaku sampai terbentuknya organisasibaru sesuai dengan Keputusan Presiden ini.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 602: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

584

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 33Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini, maka Keputusan PresidenNomor 51 Tahun 1976 tentang Pokok-pokok Organisasi PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri, sebagaimana telah beberapa kalidiubah terkahir dengan Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2000serta ketentuan peraturan lain yang bertentangan dengan KeputusanPresiden ini, dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 34Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 31 Desember 2003

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 603: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

585

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK.06/A/OT/VI/2004/01 TAHUN 2004

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJAPERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa perubahan dan perkembangan ditingkat nasional dan internasional, yang telahmemunculkan tantangan dan sekaliguskesempatan yang lebih besar bagipenyelenggaraan hubungan luar negeri danpelaksanaan politik luar negeri memerlukanpenyempurnaan organisasi Perwakilan RepublikIndonesia sehingga misi dapat dilaksanakansecara terfokus, selektif, terkoordinasi,komprehensif, efektif, dan efisien sejalandengan restrukturisasi organisasi DepartemenLuar Negeri;

b. bahwa untuk menjawab tantangansebagaimana dimaksud dalam huruf a,diperlukan aparatur diplomasi yang profesional,tangguh, percaya diri, memiliki semangat juangdan berdedikasi dalam memperjuangkankepentingan nasional Indonesia;

c. bahwa susunan organisasi Perwakilan RepublikIndonesia sebagaimana diatur dalamKeputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 604: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

586

069/OR/X/87/01 Tahun 1987 tentangSusunan Organisasi Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri beserta PerubahanLampiran I dan II sebagaimana telah diubahbeberapa kali, terakhir dengan KeputusanMenteri Luar Negeri Nomor SK.16/B/OT/2002/01 Tahun 2002 dan Tata Kerja PerwakilanRepublik Indonesia sebagaimana diatur dalamKeputusan Menteri Luar Negeri NomorSK.00705/OR/VII/81/01 Tahun 1981 tentangTata Kerja Umum Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri dipandang tidak sesuailagi dengan tantangan dan kesempatan dalampelaksanaan Politik Luar Negeri RepublikIndonesia;

d. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, danc, perlu menata lebih lanjut organisasiPerwakilan Republik Indonesia di Luar Negeridengan menetapkan Keputusan Menteri LuarNegeri tentang Organisasi dan Tata KerjaPerwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1982 tentangPengesahan Konvensi Wina mengenaiHubungan Diplomatik beserta ProtokolOpsionalnya mengenai Hal MemperolehKewarganegaraan (Vienna Convention onDiplomalic Relations and Optional Protocol tothe Vienna Convention on Diplomalic Relationsconcerning Acquisition of Nationality) Tahun1961 dan Pengesahan Konvensi Winamengenai Hubungan Konsuler beserta ProtokolOpsionalnya mengenai hal MemperolehKewarganegaraan (Vienna Convention onComular Relations and the Optional Protocolto the Vienna Convention on Consular Relationsconcerning Acquisition of Nationality) Tahun1963, (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1982 Nomor 2; Tambahan LembaranNegara Nomor 3211);

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 605: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

587

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1982 tentangPengesahan Konvensi mengenai Misi Khusus(Convention on Special Missions), New York,1969 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1982 Nomor 3; Tambahan LembaranNegara Nomor 3212);

3. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999tentang Hubungan Luar Negeri (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor156; Tambahan Lembaran Negara Nomor3882);

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000Tentang Perjanjian Internasional (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor185; Tambahan Lembaran Negara Nomor4012);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003tentang Keuangan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia tahun 2003 Nomor 47;Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5;Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

7. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,Kewenangan, Susunan Organisasi dan TataKerja Departemen sebagaimana telah diubahdengan Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun2002;

8. Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon IDepartemen sebagaimana telah diubah terakhirdengan Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun2003;

9. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002tentang Pedoman Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 606: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

588

10. Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2003tentang Organisasi Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri;

11. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK.01/A/KP/Vl/2002/01 tentang Tugas, Fungsi danSusunan Keanggotaan Badan PertimbanganJabatan dan Kepangkatan Departemen LuarNegeri;

12. Keputusan Menteri Luar Negeri NomorSK.053/OT/II/2002/01 Tahun 2002 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen LuarNegeri;

Memperhatikan : Surat Persetujuan Menteri Negara PendayagunaanAparatur Negara Nomor B/926/M.PAN/5/2004,tanggal 25 Mei 2004;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERITENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJAPERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DILUAR NEGERI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Keputusan ini, yang dimaksud dengan :

1. Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, yang selanjutnyadisebut Perwakilan adalah Perwakilan Diplomatik dan PerwakilanKonsuler Republik Indonesia yang secara resmi mewakili danmemperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan PemerintahRepublik Indonesia secara keseluruhan di Negara Penerima dan/atau Organisasi Internasional.

2. Perwakilan Diplomatik adalah Kedutaan Besar Republik Indonesiadan Perutusan Tetap Republik Indonesia yang melakukan kegiatan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 607: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

589

diplomatik di seluruh wilayah Negara Penerima dan/atauOrganisasi Internasional untuk mewakili dan memperjuangkankepentingan Bangsa, Negara dan Pemerintah Republik Indonesia.

3. Perwakilan Konsuler adalah Konsulat Jenderal Republik Indonesiadan Konsulat Republik Indonesia yang melakukan kegiatankonsuler di wilayah kerja di dalam wilayah Negara Penerima untukmewakili dan memperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara,dan Pemerintah Republik Indonesia.

4. Kepala Perwakilan adalah Duta Besar Luar Biasa dan BerkuasaPenuh, Wakil Tetap Republik Indonesia, Kuasa Usaha Tetap,Kuasa Usaha Sementara, Konsul Jenderal, Konsul, dan PejabatSementara (Acting) Kepala Perwakilan Konsuler yang masing-masing memimpin Perwakilan di Negara Penerima atau wilayahKerja atau Organisasi Internasional.

5. Wakil Kepala Perwakilan adalah Pejabat Dinas Luar Negeri yangmerupakan Unsur Pimpinan pada Perwakilan Diplomatik tertentu,yang diangkat oleh Menteri Luar Negeri untuk membantu KepalaPerwakilan dalam menjalankan tugas dan fungsi Perwakilan.

6. Pejabat Diplomatik dan Konsuler adalah Pejabat Dinas Luar Negeriyang melaksanakan kegiatan diplomatik dan konsuler untukmemperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan PemerintahRepublik Indonesia di Negara Penerima dan/atau OrganisasiInternasional.

7. Head of chancery/Kepala Operasional Perwakilan, yangselanjutnya disebut Kepala Operasional Perwakilan adalah PejabatDiplomatik dan Konsuler yang paling tinggi gelar diplomatiknyasetelah Kepala Perwakilan atau Pejabat Diplomatik dan Konsulerlainnya yang melaksanakan fungsi koordinasi, pelaksana diplomasi,dan penanggung jawab penyelenggara administrasi dankerumahtanggaan Perwakilan yang ditetapkan oleh Menteri LuarNegeri serta bertanggung jawab kepada Kepala Perwakilan.

8. Pengguna Anggaran/Pengguna Barang adalah Kepala Perwakilanyang memegang kewenangan dan bertanggung jawab ataspenggunaan anggaran/penggunaan barang di Perwakilan RI diluar Negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

9. Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang adalah Headof Chancery/Kepala Operasional Perwakilan yang bertugasmembantu Kepala Perwakilan dalam penyelenggaraan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 608: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

590

penggunaan anggaran dan penggunaan barang di Perwakilanserta bertindak sebagai Atasan Langsung Bendaharawan.

10.Penyelenggara Administrasi dan Kerumahtanggaan Perwakilanadalah Bendaharawan dan Penata Kerumahtanggaan Perwakilandan Petugas Komunikasi yang telah mengikuti pendidikan danpelatihan khusus dan untuk itu diberikan status Staf NonDiplomatik.

11.Bendaharawan dan Penata Kerumahtanggaan Perwakilan adalahPegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen Luar Negeri yangtelah mengikuti pendidikan dan pelatihan khusus sebagaibendaharawan dan penata kerumahtanggaan perwakilan denganstatus sebagai Staf Non Diplomatik.

12.Petugas Komunikasi adalah Staf Non Diplomatik dan Pejabatlainnya yang ditunjuk di lingkungan Departemen Luar Negeriuntuk melaksanakan tugas pengelolaan persandian dankomunikasi Perwakilan.

13.Home Staff adalah Unsur Pimpinan, Unsur Pelaksana dan UnsurPenunjang yang ditugaskan di Perwakilan berdasarkan KeputusanMenteri Luar Negeri.

14.Pegawai Setempat adalah Pegawai Tidak Tetap yang dipekerjakanatas dasar kontrak kerja untuk jangka waktu tertentu, gunamelakukan tugas-tugas tertentu pada Perwakilan.

15. Indeks Perwakilan adalah skala penilaian 1 sampai dengan 5untuk menentukan bobot misi, derajat hubungan, komposisi danjumlah staf Perwakilan dengan menggunakan tolak ukurkepentingan nasional.

16.Bobot misi Perwakilan adalah indikator yang menunjukkan prioritaskepentingan nasional yang harus diperjuangkan oleh Perwakilandi Negara Penerima dan/atau Organisasi Internasional.

17. Derajat hubungan adalah tingkat intensitas hubungan dankerjasama antara Indonesia dengan Negara Penerima dan/atauOrganisasi Internasional yang didasarkan pada kepentingannasional.

18.Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan, selanjutnyadisebut Baperjakat adalah perangkat Departemen Luar Negeriyang mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepadaPejabat Pembina Kepegawaian Departemen Luar Negeri, di bidangkepegawaian untuk Jabatan Kepala Perwakilan dan Jabatan WakilKepala Perwakilan, Jabatan struktural eselon I dan eselon II,

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 609: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

591

Pejabat Diplomatik dan Konsuler Tingkat I dan PDK Tingkat II dilingkungan Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia di luar Negeri, dan/atau yang diperbantukan padaDepartemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan/atauOrganisasi Internasional.

BAB II

JENIS DAN SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 2

(1) Jenis Perwakilan, terdiri dari:

a. Perwakilan Diplomatik;

b. Perwakilan Konsuler.

(2) Dalam keadaan atau situasi tertentu, Menteri Luar Negeri dapatmengusulkan kepada Presiden untuk membentuk danmenetapkan Perwakilan Diplomatik dalam bentuk lain.

Pasal 3(1) Susunan organisasi Perwakilan Diplomatik dan Perwakilan Konsuler

ditetapkan berdasarkan kepentingan nasional yang meliputi bobotmisi, kegiatan, intensitas dan derajat hubungan Indonesia denganNegara Penerima terutama di bidang politik, pertahanan dankeamanan, ekonomi, sosial budaya, dan kekonsuleran.

(2) Susunan organisasi Perwakilan Diplomatik dan Perwakilan Konsulersebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dirumuskan denganIndeks Perwakilan yang tercantum dalam Lampiran I, LampiranII, dan Lampiran III Keputusan ini; dengan memperhatikanketentuan Pasal 5 dan Pasal 30 Keputusan ini.

Pasal 4

(1) Susunan Organisasi Perwakilan Diplomatik dengan IndeksPerwakilan antara 3,00 sampai dengan 5,00 terdiri dari:

a. Unsur Pimpinan, yaitu Kepala Perwakilan dan Wakil KepalaPerwakilan;

b. Unsur Pelaksana, yaitu Pejabat Diplomatik dan Konsuler palingbanyak 12 (dua belas); kecuali pada Perutusan Tetap

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 610: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

592

Republik Indonesia di New York dan Perutusan Tetap RepublikIndonesia di Jenewa masing-masing paling banyak 16 (enambelas);

c. Unsur Penunjang, yaitu Penyelenggara Administrasi danKerumahtanggaan Perwakilan paling banyak 4 (empat).

(2) Susunan Organisasi Perwakilan Diplomatik dengan IndeksPerwakilan antara 1,00 sampai dengan 2,99 terdiri dari :

a. Unsur Pimpinan, yaitu Kepala Perwakilan;

b. Unsur Pelaksana, yaitu Pejabat Diplomatik dan Konsuler palingbanyak 7 (Tujuh);

c. Unsur Penunjang, yaitu Penyelenggara Administrasi danKerumahtanggaan Perwakilan paling banyak 3 (tiga).

(3) Susunan Organisasi Perwakilan Konsuler dengan Indeks Perwakilanantara 3,00 sampai dengan 5,00 terdiri dari:

a. Unsur Pimpinan, yaitu Kepala Perwakilan;

b. Unsur Pelaksana, yaitu Pejabat Diplomatik dan Konsuler palingbanyak 7 (tujuh);

c. Unsur Penunjang, yaitu Penyelenggara Administrasi danKerumahtanggaan Perwakilan paling banyak 2 (dua).

(4) Susunan Organisasi Perwakilan Konsuler dengan Indeks Perwakilanantara 1,00 sampai dengan 2,99 terdiri dari:

a. Unsur Pimpinan, yaitu Kepala Perwakilan;

b. Unsur Pelaksana, yaitu Pejabat Diplomatik dan Konsuler palingbanyak 4 (empat);

c. Unsur Penunjang, yaitu Penyelenggara Administrasi danKerumahtanggaan Perwakilan paling banyak 2 (dua).

(5) Jumlah dan komposisi masing-masing unsur di setiap PerwakilanDiplomatik dan Perwakilan Konsuler tercantum dalam LampiranII Keputusan ini.

Pasal 5Dalam hal terdapat kebutuhan yang mendesak karena perubahan,perkembangan bobot misi, dan derajat hubungan, termasukkeperluan pembinaan profesi/kaderisasi maka ketentuan IndeksPerwakilan dan gelar personil yang ditempatkan di Perwakilan dapatdisesuaikan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 611: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

593

Pasal 6

(1) Pada Perwakilan Diplomatik tertentu, dapat ditetapkan AtasePertahanan dan/atau Atase Teknis sebagai Unsur Pelaksanasetelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yangbertanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur negaradan Menteri Keuangan berdasarkan misi, kebutuhan, danmasukan dari Perwakilan dimaksud.

(2) Pada Perwakilan Konsuler tertentu, dapat dibentuk Staf Teknissebagai Unsur Pelaksana oleh Menteri Luar Negeri setelahmendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan MenteriKeuangan berdasarkan misi, kebutuhan, dan masukan dariPerwakilan dimaksud.

(3) Penetapan Atase Pertahanan dan/atau Atase Teknis dan/atauStaf Teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat(2) serta kemungkinan peninjauan kembali jumlah dan komposisiAtase Pertahanan, Atase Teknis dan/atau Staf Teknis, MenteriLuar Negeri melakukan pembahasan bersama dengan Menteriyang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparaturnegara dan Menteri Keuangan serta Pimpinan Departemen atauPimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait.

BAB III

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Pasal 7Kepala Perwakilan mempunyai tugas pokok mewakili, merundingkan,mempromosikan, melindungi kepentingan nasional, Negara,Pemerintah, dan Warga Negara Republik Indonesia di NegaraPenerima dan/atau Organisasi Internasional di Wilayah Kerjanya.

Pasal 8Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalamPasal 7, Kepala Perwakilan menyelenggarakan fungsi:

a. perwakilan pemerintah dalam memperjuangkan kepentingannasional, Negara dan Pemerintah Indonesia di Negara Penerima,Wilayah Kerja, dan/atau Organisasi Internasional;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 612: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

594

b. perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan HukumIndonesia di Negara Penerima dan/atau Wilayah Kerja;

c. perundingan dengan Negara Penerima dan/atau OrganisasiInternasional;

d. pelaporan tentang hasil pengamatan, analisis dan rekomendasi;

e. peningkatan hubungan dengan Negara Penerima dan/atauWilayah Kerja;

f. pembinaan dan koordinasi dalam pelaksanaan politik luar negeridan hubungan luar negeri, serta pelaksanaan tugas danpelayanan administrasi Perwakilan;

g. pengawasan fungsional dan administratif di Perwakilan.

Pasal 9

Wakil Kepala Perwakilan mempunyai tugas pokok membantu KepalaPerwakilan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi KepalaPerwakilan.

Pasal 10

(1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalamPasal 9, Wakil Kepala Perwakilan menyelenggarakan fungsi:

a. mewakili Kepala Perwakilan dalam tugas-tugas yangditetapkan oleh Kepala Perwakilan;

b. melakukan koordinasi, memberikan bimbingan danpengarahan, pengendalian dan pengawasan pelaksanaantugas semua unsur yang berada di bawah tanggung jawabKepala Perwakilan.

(2) Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalamayat (1), Wakil Kepala Perwakilan juga melaksanakan fungsiKepala Operasional Perwakilan dan bertindak sebagai KuasaPengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang.

Pasal 11(1) Pejabat Diplomatik dan Konsuler melaksanakan fungsi politik,

fungsi ekonomi, fungsi sosial budaya, fungsi protokol, dan fungsikonsuler.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 613: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

595

(2) Pelaksanaan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dilakukan baik pada tingkat hubungan dengan Pemerintah maupunOrganisasi/Lembaga Non Pemerintah.

Pasal 12

Pejabat Diplomatik dan Konsuler yang melaksanakan fungsi politikmempunyai tugas menjalin dan meningkatkan hubungan dankerjasama politik, keamanan, hukum dan hak asasi manusia antaraIndonesia dengan Negara Penerima dan/atau OrganisasiInternasional serta lembaga-lembaga resmi lainnya.

Pasal 13

Pejabat Diplomatik dan Konsuler sebagaimana dimaksud dalam Pasal12, menyelenggarakan fungsi:

a. peningkatan hubungan dan Kerjasama bilateral, regional danmultilateral;

b. Perwakilan pemerintah dalam memperjuangkan kepentingannasional di Negara Penerima dan/atau Organisasi Internasional;

c. Perwakilan Pemerintah Indonesia dalam berbagai forum bilateral,regional dan multilateral;

d. pengembangan jejaring dan negosiasi dengan berbagai pihak,meliputi kalangan pemerintahan, parlemen, akademisi, mediamassa, dan Organisasi/Lembaga Non Pemerintah, mengenaikepentingan nasional di Negara Penerima dan/atau OrganisasiInternasional;

e. pelaksanaan tugas seremonial kenegaraan dan kepemerintahan,pemeliharaan dan peningkatan hubungan secara umum denganOrganisasi/Lembaga Non Pemerintah, kelompok masyarakat dan/atau kelompok berkepentingan di bidang politik, keamanan,hukum dan hak asasi manusia;

f. peningkatan kerjasama dan penanganan masalah di bidang politikkeamanan, hukum, dan hak asasi manusia yang mencakup isu-isu kontemporer seperti terorisme, kejahatan transnasional yangterorganisir, kepemerintahan yang baik, pencucian uang,penyelundupan barang dan manusia, narkoba, dan imigran gelap;

g. penjajagan dan peningkatan Kerjasama mengenai penangananisu-isu spesifik di bidang politik, keamanan, hukum, dan hakasasi manusia;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 614: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

596

h. pemantapan dukungan seluas-luasnya bagi kepentingan nasional,terutama keutuhan dan kesatuan wilayah Negara RepublikIndonesia, baik di Negara Penerima dan/atau OrganisasiInternasional;

i. penyiapan dan pembuatan perjanjian internasional;

j. pengamalan, analisis dan pelaporan perkembangan politik diNegara Penerima dan/atau Organisasi Internasional yangberkaitan dengan atau berdampak langsung terhadapkepentingan nasional Indonesia dan penyampaian rekomendasikepada Pemerintah Pusat;

k. penyebarluasan informasi mengenai situasi dan perkembanganpolitik Indonesia di, berbagai forum melalui berbagai programdan kegiatan;

l. pelaksanaan kunjungan kerja dalam rangka kajian wilayah danpeningkatan kerjasama dengan Negara Penerima;

m. penyiapan pembentukan dan pelaksanaan komisi bersamaantara Indonesia dengan Negara Penerima;

n. pengkoordinasian pelaksanaan fungsi Atas Pertahanan dan AtaseTeknis terkait;

o. pelaksanaan misi khusus atau misi lain yang ditugaskan olehPemerintah Indonesia.

Pasal 14Pejabat Diplomatik dan Konsuler yang melaksanakan fungsi ekonomimempunyai tugas meningkatkan hubungan dan Kerjasama ekonomiantara Indonesia dengan Negara Penerima dan/atau OrganisasiInternasional serta lembaga-lembaga resmi lainnya.

Pasal 15

Pejabat Diplomatik dan Konsuler sebagaimana dimaksud dalam Pasal14, menyelenggarakan fungsi:

a. peningkatan hubungan dan kerjasama bilateral, regional danmultilateral;

b. Perwakilan pemerintah dalam memperjuangkan kepentingannasional di Negara Penerima dan/atau Organisasi Internasional;

c. perwakilan Pemerintah Indonesia dalam berbagai forum bilateral,regional dan multilateral;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 615: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

597

d. pengembangan jejaring dan negosiasi dengan berbagai pihak,meliputi kalangan Pemerintah, parlemen, akademisi, mediamassa, pengusaha, Kamar Dagang dan Industri, asosiasi bisnis,perbankan/lembaga keuangan, dan Organisasi/Lembaga NonPemerintah mengenai kepentingan nasional di Negara Penerimadan/atau Organisasi Internasional;

e. penjajagan dan peningkatan kerjasama perdagangan,perhubungan, pertanian, perikanan, industri, kehutanan, jasaekonomi dan sektor-sektor ekonomi lainnya;

f. promosi dan pemasaran produk-produk Indonesia, peluanginvestasi di Indonesia, industri pariwisata, dan Tenaga KerjaIndonesia di Negara Penerima;

g. promosi dan peningkatan kerjasama keuangan danpembangunan, Kerjasama teknik, ilmu pengetahuan dan alihteknologi dengan Negara Penerima dan/atau OrganisasiInternasional;

h. penyiapan dan pembuatan perjanjian internasional;

i. penyebarluasan informasi mengenai situasi dan perkembanganekonomi Indonesia di berbagai forum melalui berbagai programdan kegiatan;

j. pelaksanaan kunjungan Kerja ke berbagai sentra industri danperdagangan, baik di Negara Penerima maupun di Indonesiadalam upaya meningkatkan Kerjasama ekonomi;

k. penyiapan pembentukan dan pelaksanaan Komisi Bersamaantara Indonesia dengan Negara Penerima;

l. pelaksanaan survei pasar dan pengkajian produk-produk unggulanIndonesia dan produk Negara pesaing untuk penerobosan danpenetrasi pasar di Negara Penenma;

m. pengupayaan penyelesaian sengketa dagang antara pengusahaIndonesia dengan pengusaha di Negara Penerima;

n. pengupayaan penghapusan hambatan non-tarif terhadap produk-produk ekspor Indonesia di Negara Penerima;

o. fasilitasi kunjungan misi dagang, pariwisata, dan investasi;

p. pengidentifikasian jumlah mata dagang komoditi Indonesia, jumlaheksportir Indonesia, dan importir di Negara Penerima;

q. pembinaan hubungan dengan para investor dan importir dariNegara Penerima;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 616: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

598

r. pengamatan, pengumpulan data dan perkembangan ekonomi,analisis, serta pelaporan situasi dan perkembangan ekonomi diNegara Penerima dan/atau Organisasi Internasional yangberdampak langsung terhadap kepentingan nasional khususnyadi bidang ekonomi dan menyampaikan rekomendasi kepadapemerintah pusat;

s. fasilitasi dan penyelenggaraan berbagai program dan kegiatanekonomi di berbagai forum untuk menjelaskan danmenyebarluaskan informasi mengenai situasi dan perkembanganekonomi Indonesia;

t. penyebarluasan informasi dan data mengenai indikator-indikatorekonomi, peluang potensi bisnis Indonesia di berbagai forum,melalui media cetak, elektronik dan website;

u. pengkoordinasian pelaksanaan fungsi-fungsi Atase Teknis terkait;

v. pemberian rekomendasi kepada Pemerintah Pusat sebagai bahanmasukan bagi peningkatan Kerjasama bilateral di bidang ekonomiantara Indonesia dengan Negara Penerima;

w. pelaksanaan misi khusus atau misi lain yang ditugaskan olehPemerintah Indonesia.

Pasal 16

Pejabat Diplomatik dan Konsuler yang melaksanakan fungsi sosialbudaya mempunyai tugas meningkatkan hubungan, kerjasama, danpromosi sosial dan budaya antara Indonesia dengan NegaraPenerima dan/atau Organisasi Internasional.

Pasal 17

Pejabat Diplomatik dan Konsuler sebagaimana dimaksud dalam Pasal16, menyelenggarakan fungsi:

a. peningkatan hubungan dan kerjasama bilateral, regional danmultilateral;

b. perwakilan pemerintah dalam memperjuangkan kepentingannasional di Negara Penerima dan/atau Organisasi Internasional;

c. perwakilan Pemerintah Indonesia dalam berbagai forum bilateral,regional dan multilateral;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 617: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

599

d. pengembangan jejaring dan negosiasi dengan berbagai pihak,meliputi kalangan Pemerintah, parlemen, akademisi, media massadan Organisasi/Lembaga Non Pemerintah mengenai kepentingannasional di Negara Penerima dan/atau Organisasi Internasional;

e. pengembangan rencana dan taktik pembentukan opini publikdan dukungan media massa di Negara Penerima untukmendukung diplomasi Indonesia, terutama berkaitan denganpemulihan kepercayaan dan citra Indonesia;

f. pelayanan multi media pada saat kunjungan para pejabat tinggiIndonesia di Negara Penerima;

g. penjelasan dan pengamanan kebijakan Luar Negeri Indonesiaagar dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah pengertian dikalangan Pemerintah, pers dan masyarakat di Negara Penerima;

h. pelaksanaan program pertukaran pelajar/mahasiswa, misikesenian dan budaya antara Indonesia dengan Negara Penerima;

i. penafsiran dan penegasan posisi Indonesia untuk membangunpemahaman dan dukungan publik di Negara Penerima terhadapkebijakan politik Indonesia;

j. pendekatan kepada kelompok-kelompok masyarakat, lembagapersahabatan, perhimpunan mahasiswa/pelajar Indonesia danmedia massa di Negara Penerima;

k. promosi dan peningkatan intensitas hubungan dan kerjasamasosial, budaya, pendidikan, antara Indonesia dengan NegaraPenerima melalui penyelenggaraan program-program pendidikan,kebudayaan dan misi-misi kesenian Indonesia;

l. promosi dan peningkatan upaya-upaya penyebaran informasidan nilai-nilai budaya Indonesia di Negara Penerima baik melaluimedia cetak maupun elektronik;

m. pelaksanaan kunjungan kerja ke berbagai kantor media massadi Negara Penerima untuk menjelaskan berbagai langkahkebijakan yang diambil Pemerintah Indonesia;

n. pengelolaan dan pengembangan situs dan intranet di Perwakilan;

o. penyusunan dan pengelolaan basis data tentang media massadi Negara Penerima;

p. fasilitasi kunjungan jurnalis, kalangan perfilman dan penulisperjalanan wisata (travel writers) dari Negara Penerima keIndonesia dan sebaliknya;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 618: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

600

q. penyiapan dan pembuatan perjanjian internasional;

r. pengamatan, analisis, dan pelaporan perkembangan sosialbudaya di Negara Penerima dan/atau Organisasi Internasionalyang berkaitan dengan atau berdampak langsung terhadapkepentingan nasional Indonesia dan penyampaian rekomendasikepada Pemerintah Pusat;

s. penyebarluasan informasi mengenai situasi dan perkembanganIndonesia di berbagai forum melalui berbagai program dankegiatan;

t. pelaksanaan kunjungan kerja dalam rangka pemberdayaanmasyarakat Indonesia dan peningkatan kerjasama sosial budayadengan Negara Penerima;

u. penyiapan pembentukan dan pelaksanaan komisi bersamaantara Indonesia dengan Negara Penerima;

v. pengkoordinasian pelaksanaan fungsi-fungsi Atase Teknis terkait;

w. pelaksanaan misi khusus atau misi lain yang ditugaskan olehPemerintah Indonesia.

Pasal 18Pejabat Diplomatik dan Konsuler yang melaksanakan fungsi konsulermempunyai tugas pelayanan notariat, kehakiman dan jasa konsulerserta perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan HukumIndonesia di Negara Penerima.

Pasal 19Pejabat Diplomatik dan Konsuler sebagaimana dimaksud dalam Pasal18, menyelenggarakan fungsi:

a. pemberian pengayoman, perlindungan dan bantuan hukumkepada Warga Negara Indonesia termasuk Tenaga KerjaIndonesia, dan Badan Hukum Indonesia dalam hal terjadi ancamandan/atau masalah hukum di Negara Penerima, sesuai denganperaturan perundang-undangan nasional, dengan memperhatikanhukum setempat, serta hukum dan kebiasaan Internasional;

b. penanganan pengaduan tentang permasalahan yang dihadapioleh Tenaga Kerja Indonesia dengan majikan, pengguna, dan/atau dengan pemerintah setempat;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 619: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

601

c. Pendelegasian masalah-masalah yang dihadapi oleh Tenaga KerjaIndonesia dan pelayanan konsultasi dan informasi masalah-masalah kekonsuleran;

d. pemberian nasehat dan pengupayaan bantuan hukum dalamhal terjadi sengketa perburuhan antara pengguna jasa denganTenaga Kerja Indonesia, Perusahaan Pengerah Jasa TenagaKerja Indonesia dan Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga KerjaAsing, pemerintah setempat, maupun sesama Tenaga KerjaIndonesia;

e. pendataan secara komprehensif terhadap Warga NegaraIndonesia yang ada di Negara Penerima;

f. penerimaan, pencatatan, penelitian lapor diri, pengurusanketenagakerjaan, dan pengesahan dokumen-dokumenketenagakerjaan, termasuk kontrak kerjasama dan kontrak kerja;

g. pelaksanaan fungsi notariat dan pencatatan sipil yang meliputi:legalisasi dokumen-dokumen nasional yang akan dipakai di NegaraPenerima dan sebaliknya, pencatatan pernikahan dan penerbitanSurat Keterangan Nikah, pencatatan perceraian, penerbit SuratKeterangan Kelahiran, mengetahui keabsahan dokumenpengangkatan anak, Surat Keterangan Kematian, danpenyampaian dokumen-dokumen pengadilan kepada pihak-pihakyang kepentingan;

h. pengurusan masalah pewarganegaraan (naturalisasi), repatriasi,deportasi, penyelesaian masalah pelintas batas ilegal, masalahpenyelundupan dan perdagangan manusia dan obat-obatterlarang, ekstradisi, bantuan hukum timbal balik, Warga NegaraIndonesia terlantar, dan evakuasi;

i. pelayanan pengeluaran paspor biasa, Surat Perjalanan LaksanaPaspor, surat keterangan penduduk luar negeri, pemberian visadan keimigrasian lainnya;

j. pengurusan perijinan (clearance) melintas atau mendarat pesawatudara maupun kapal laut;

k. bertindak sebagai wakil Perwakilan dalam melakukan perbuatanhukum untuk dan atas nama Perwakilan;

i. pengembangan dan peningkatan jejaring kerja dengan berbagaipihak, terutama dengan kalangan pemerintah dan swasta,termasuk kepolisian dan aparat penegak hukum lainnya,kejaksaan, imigrasi, bea cukai, otoritas pelabuhan, perusahaan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 620: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

602

penerbangan, perbankan, perhotelan, masyarakat setempat danWarga Negara Indonesia di Negara Penerima;

m. pengamatan, analisis dan pelaporan sistem dan perkembanganhukum setempat agar dapat diupayakan pemberian informasiyang dapat dan akurat bagi Warga Negara Indonesia dan BadanHukum Indonesia di Negara Penerima;

n. pelaksanaan kunjungan kerja untuk memberikan penyuluhanhukum dan masalah kekonsuleran kepada Warga NegaraIndonesia, Asosiasi Masyarakat Indonesia, Perkumpulan Pelajar/Mahasiswa Indonesia, dan perusahaan-perusahaan PenggunaTenaga Kerja Indonesia di Negara Penerima;

o. penyiapan dan pembuatan perjanjian Internasional;

p. pengkoordinasian pelaksanaan fungsi-fungsi Atase Teknis terkait;

q. pemberian rekomendasi kepada Pemerintah Pusat sebagai bahanmasukan bagi penyusunan kebijakan luar negeri, terutama yangberkaitan dengan isu-isu kekonsuleran;

r. peningkatan persatuan dan kesatuan, serta kerukunan antarasesama Warga Negara Indonesia di luar negeri.

Pasal 20Pejabat Diplomatik dan Konsuler yang melaksanakan fungsikeprotokolan mempunyai tugas memberikan pelayanan keprotokolandan mengatur acara-acara yang bersifal resmi di Perwakilan.

Pasal 21Pejabat Diplomatik dan Konsuler sebagaimana dimaksud dalam Pasal20, menyelenggarakan fungsi:a. pengaturan kunjungan kenegaraan resmi;b. pengaturan tata urutan (preseance) dalam acara-acara resmi

dan acara Perwakilan;c. pengaturan penyerahan surat-surat kepercayaan (credentials)

Kepala Perwakilan;d. pengaturan teknis pertemuan Kepala Perwakilan/Pejabat Tinggi

Republik Indonesia dengan pejabat pemerintah Negara Penerima;e. penyampaian nota-nota diplomatik mengenai kedatangan dan

kepulangan Home Staff kepada pemerintah Negara Penerimadan/atau Organisasi Internasional;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 621: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

603

f. pengaturan courtesy call Kepala Perwakilan;

g. pengaturan pemberian fasililas bagi staf dan misi diplomatik berupahak-hak istimewa/kekebalan/asas timbal balik;

h. pengembangan dan peningkatan jejaring kerja dengan pejabatprotokol di berbagai lembaga pemerintah di Negara Penerima;

i. pengaturan upacara bendera dan resepsi peringatan Hari UlangTahun Republik Indonesia dan hari-hari nasional lainnya;

j. tugas-tugas keprotokolan lainnya.

Pasal 22Atase Pertahanan mempunyai tugas pokok membantu KepalaPerwakilan untuk meningkatkan hubungan dan kerjasama militer,pertahanan dan keamanan antara Indonesia dengan NegaraPenerima.

Pasal 23Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalamPasal 22, Atase Pertahanan menyelenggarakan fungsi:

a. pemberian dukungan teknis di bidang pertahanan dan keamananbagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Perwakilan;

b. pengaturan pengamanan kunjungan kenegaraan dan kunjunganresmi;

c. pengembangan dan peningkatan jenjang kerjasama denganberbagai pihak, terutama dengan kalangan DepartemenPertahanan dan Angkatan Bersenjata di Negara Penerima;

d. penelitian dan penilaian dalam pengadaan peralatan militer yangdibutuhkan oleh Pemerintah Republik Indonesia;

e. pelaksanaan teknis pengamanan internal Perwakilan;

f. pengamatan, analisis, dan pelaporan yang berkaitan denganmasalah pertahanan di Negara Penerima;

g. pelaksanaan kegiatan-kegiatan tertentu yang ditugaskan olehDepartemen Pertahanan dan Markas Besar Tentara NasionalIndonesia dengan sepengetahuan Kepala Perwakilan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 622: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

604

Pasal 24

Atase Teknis mempunyai tugas pokok membantu Kepala Perwakilanuntuk meningkatkan hubungan dan kerjasama teknis antaraIndonesia dengan Negara Penerima.

Pasal 25Atase Teknis dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimanadimaksud dalam Pasal 24 menyelenggarakan fungsi:

a. pengembangan dan peningkatan jejaring kerjasama denganberbagai pihak, terutama dengan lembaga terkait di NegaraPenerima;

b. koordinasi dengan instansi teknis terkait di Negara Penerima dalampelaksanaan tugas tertentu;

c. peningkatan kerjasama teknis dengan Departemen/Instansiterkait di Negara Penerima;

d. pengamalan, analisis dan pelaporan yang berkaitan denganmasalah teknis di Negara Penerima;

e. pelaksanaan tugas-tugas teknis secara proaktif sesuai denganmisi Perwakilan;

f. pelaksanaan promosi terpadu bersama dengan Pejabat Diplomatikdan Konsuler terkait;

g. pelaksanaan kegiatan tertentu yang ditugaskan oleh Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen dengan sepengetahuanKepala Perwakilan.

Pasal 26(1) Unsur Penunjang mempunyai tugas pokok membantu Unsur

Pimpinan dan Unsur Pelaksana dalam menyelenggarakan kegiatanadministrasi dan kerumahtanggaan Perwakilan.

(2) Unsur Penunjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalammenjalankan tugas dan fungsinya dipimpin oleh KepalaOperasional Perwakilan.

Pasal 27

Dalam menjalankan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal26, Unsur Penunjang menyelenggarakan fungsi:

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 623: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

605

a. pelaksanaan ketatausahaan;b. pengelolaan kepegawaian;c. pengelolaan keuangan;d. pengelolaan perlengkapan;c. pemberian dukungan umum dan logistik bagi pelaksanaan tugas

Perwakilan;f. pengelolaan dan pemeliharaan barang milik/kekayaan negara;g. pengelolaan dan pelaksanaan persandian dan komunikasi.

BAB IVGELAR DIPLOMATIK KEPALA PERWAKILAN

DAN WAKIL KEPALA PERWAKILAN

Pasal 28

(1) Kepala Perwakilan Diplomatik diberi gelar diplomatik Duta Besardengan jabatan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh.

(2) Kepala Perwakilan Konsuler yang memimpin Konsulat Jenderaldiberi gelar diplomatik Minister.

(3) Kepala Perwakilan Konsuler yang memimpin Konsulat diberi gelardiplomatik Minister Counsellor.

(4) Wakil Kepala Perwakilan Diplomatik diberi gelar diplomatik Minister.(5) Kuasa Usaha Tetap yang memimpin Perwakilan Diplomatik diberi

gelar diplomatik Minister.(6) Wakil Kepala Perwakilan untuk Perutusan Tetap Republik Indonesia

di New York dan Perutusan Tetap Republik Indonesia di Jenewadiberi gelar diplomatik Duta Besar.

BAB V

PENEMPATAN PEJABAT DIPLOMATIK DANKONSULER DI PERWAKILAN

Pasal 29(1) Penempatan Pejabat Diplomatik dan Konsuler sebagai Unsur

Pelaksana pada setiap Perwakilan ditentukan berdasarkan bobotmisi fungsi-fungsi di Perwakilan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 624: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

606

(2) Penempatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalahsebagai berikut :

a. Pada Perwakilan yang memiliki bobot misi dengan skala indeksantara 3,50 sampai dengan 5,00 ditempatkan PejabatDiplomatik dan Konsuler dengan gelar diplomatik paling tinggiMinister Counsellor atau Counsellor;

b. Pada Perwakilan yang memiliki bobot misi dengan skala indeksantara 3,00 sampai dengan 3,49 ditempatkan PejabatDiplomatik dan Konsuler dengan gelar diplomatik paling tinggiCounsellor atau Sekretaris I;

c. Pada Perwakilan yang memiliki bobot misi dengan skala indeksantara 2,50 sampai dengan 2,99 ditempatkan PejabatDiplomatik dan Konsuler dengan gelar diplomatik paling tinggiSekretaris I atau Sekretaris II;

d. Pada Perwakilan yang memiliki bobot misi dengan skala indeksantara 1,00 sampai dengan 2,49 ditempatkan PejabatDiplomatik dan Konsuler dengan gelar diplomatik paling tinggiSekretaris II atau Sekretaris III.

(3) Dalam hal tertentu, Baperjakat dan/atau Tim PendukungBaperjakat melalui Ketua Baperjakat memberikan pertimbangankhusus kepada Menteri Luar Negeri untuk menugaskan PejabatDiplomatik dan Konsuler pada Perwakilan Diplomatik dan Konsuler,di luar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) hurufa, b, c, dan d.

Pasal 30

Penugasan Pejabat Diplomatik dan Konsuler dan Staf Non Diplomatikdi setiap Perwakilan dilakukan oleh Menteri Luar Negeri atas usulSekretaris Jenderal setelah mendapat pertimbangan tertulis dari TimPendukung Baperjakat dan/atau Baperjakat berdasarkan indeks danbobot misi Perwakilan.

Pasal 31

Menteri Luar Negeri, dengan memperhatikan usulan SekretarisJenderal berdasarkan rekomendasi tertulis dari Baperjakat atau TimPendukung Baperjakat, dapat menempatkan Pejabat Diplomatik danKonsuler atau Staf Non Diplomatik pada Perwakilan tertentu di luarketentuan tentang Indeks Perwakilan sebagaimana diatur dalamPasal 4.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 625: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

607

BAB VI

PENGUSULAN KENAIKAN GELAR DIPLOMATIK DANPANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL

Pasal 32(1) Kepala Perwakilan mengusulkan kenaikan satu tingkat lebih tinggi

gelar diplomatik dan/atau pangkat Pegawai Negeri Sipil PejabatDiplomatik dan Konsuler pada Perwakilan sesuai dengan ketentuanperundang-undangan yang berlaku.

(2) Pejabat Diplomatik dan Konsuler dengan gelar diplomatik palingtinggi setelah Kepala Perwakilan yang ditentukan berdasarkanIndeks pada suatu Perwakilan diusulkan oleh Kepala Perwakilanuntuk dinaikkan gelar diplomatiknya satu tingkat lebih tinggi, ataudipindahkan ke Perwakilan yang memiliki Indeks sesuai dengangelar diplomatiknya, apabila menunjukkan kinerja atau prestasikerja yang luar biasa baiknya bagi misi Perwakilan.

(3) Dalam hal Pejabat Diplomatik dan Konsuler tidak diusulkankenaikan gelar diplomatik dan/atau pangkat Pegawai NegeriSipilnya, Kepala Perwakilan wajib menyampaikan alasannyakepada Menteri Luar Negeri melalui Sekretaris Jenderal.

BAB VIIPEGAWAI SETEMPAT

Pasal 33(1) Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi Perwakilan dapat dipekerjakan Pegawai Setempat padasetiap Perwakilan Diplomatik dan Konsuler dengan memperhatikankebutuhan dan misi Perwakilan.

(2) Pengisian formasi dan pengangkatan Pegawai Setempat harusdiajukan kepada Biro Kepegawaian guna mendapatpertimbangan, dan persetujuan tertulis dari Sekretaris JenderalDepartemen Luar Negeri.

(3) Jumlah formasi Pegawai Setempat sebagaimana dimaksud dalamayat (1) ditentukan dengan perbandingan 1 (satu) orang Homestaff berbanding 1,5 orang Pegawai Setempat.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 626: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

608

(4) Dalam hal tertentu, perbandingan jumlah Pegawai Setempatdengan Home Staff paling banyak 1 (satu) orang Home staffberbanding 2 (dua) orang Pegawai Setempat denganpertimbangan khusus.

(5) Ketentuan dalam ayat (3) dan ayat (4) tidak termasuk SekretarisPribadi, Kepala Rumah Tangga, Pembantu Rumah Tangga yangdibawa oleh Kepala Perwakilan atau Wakil Kepala Perwakilan,dan tenaga pengemudi mobil dinas.

(6) Untuk Perwakilan tertentu yang memiliki tingkat intensitaspelayanan dan perlindungan Warga Negara Indonesia sangattinggi, atas usul Kepala Perwakilan, jumlah Pegawai Setempatdapat ditentukan lain oleh Menteri Luar Negeri sesuai dengankebutuhan.

(7) Pedoman dan tata cara pengangkatan dan pemberhentianPegawai Setempat pada Perwakilan RI di Luar Negeri diatur lebihlanjut dengan Keputusan Menteri Luar Negeri tersendiri.

BAB VIII

PENGELOLAAN KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN

Pasal 34(1) Pengelolaan keuangan Perwakilan merupakan satu kesatuan yang

dilakukan secara transparan, efisien, dan akuntabel.

(2) Perencanaan Anggaran Perwakilan disusun bersama-sama olehsemua Unsur di Perwakilan.

(3) Pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran Perwakilan dilakukanoleh Pengguna Anggaran/Pengguna Barang, Kuasa PenggunaAnggaran/Kuasa Pengguna Barang, dan Bendaharawan sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dandisampaikan secara transparan dalam rapat staf Perwakilan.

(4) Setiap pembayaran dan Penerimaan yang dilakukan olehBendaharawan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dariPengguna Anggaran/Pengguna Barang dan Kuasa PenggunaAnggaran/Kuasa Pengguna Barang.

(5) Pengawasan pelaksanaan Anggaran Perwakilan secara internaldilakukan oleh semua Unsur di Perwakilan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 627: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

609

Pasal 35

(1) Pengguna Anggaran/Pengguna Barang berwenang danbertanggung jawab dalam memberikan perintah, dan persetujuanuntuk melakukan tindakan-tindakan yang berakibat Penerimaandan/atau pengeluaran bagi negara dalam batas-batas anggaranyang tersedia dan sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

(2) Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang berwenangdan bertanggung jawab:

a. menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hakpihak penagih;

b. meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan ikatan/perjanjianpengadaan barang/jasa;

c. meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;

d. membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaranpengeluaran yang bersangkutan;

e. memerintahkan pembayaran atas beban anggaranPerwakilan.

(3) Bendaharawan bertugas dan bertanggung jawab:

a. menerima, menyimpan, menyetor, melakukan pembayaranatau penyerahan uang atau surat-surat berharga dan barang-barang;

b. menatausahakan dan mempertanggungjawabkan anggaranPerwakilan sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku;

c. membuat dan mengirim surat pertanggungjawabankeuangan kepada instansi pemerintah terkait.

Pasal 36(1) Dalam pengadaan barang dan jasa yang mengakibatkan

pengeluaran dan/atau Penerimaan terhadap anggaranPerwakilan, harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dariPengguna Anggaran/Pengguna Barang serta dibicarakan bersamadalam rapat staf.

(2) Pengadaan barang dan jasa yang diperlukan Unsur Pelaksanadiajukan terlebih dahulu kepada Pengguna Anggaran/Pengguna

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 628: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

610

Barang dan Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Baranguntuk mendapatkan persetujuan pembayaran.

(3) Pengadaan barang dan jasa yang bernilai diatas USD 5,000.00(lima ribu Dollar Amerika Serikat) dilakukan oleh tim pengadaanbarang dan jasa yang diangkat oleh Kepala Perwakilan melaluimekanisme rapat staf dengan memperhatikan minimal 3 (tiga)buah penawaran.

Pasal 37(1) Buku Kas Umum ditandatangani oleh Kepala Perwakilan selaku

Pengguna Anggaran/Pengguna Barang setelah diteliti oleh parapejabat Unsur Pelaksana yang diangkat secara tertulis oleh KepalaPerwakilan.

(2) Penelitian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan setiapbulan secara bergilir, untuk membantu Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.

Pasal 38Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang danBendaharawan menyampaikan secara tertulis rekapitulasipengeluaran dan Penerimaan serta posisi Anggaran Perwakilan danmenjelaskannya dalam rapat staf Perwakilan.

Pasal 39(1) Tanda Bukti pengeluaran ditandatangani oleh Bendaharawan dan

diketahui/disetujui oleh Atasan Langsung Bendaharawan.(2) Tanda Bukti Penerimaan ditandatangani oleh Penyetor,

Bendaharawan dan Atasan Langsung Bendaharawan.(3) Daftar Perincian Surat Pertanggungjawaban Keuangan

ditandatangani oleh Bendaharawan dan Atasan LangsungBendaharawan.

(4) Daftar Perincian Surat Pertanggungjawaban Keuangan AtaseTeknis disamping ditandatangani oleh pejabat-pejabatsebagaimana dimaksud dalam ayat (3), ditandatangani jugaoleh Atase Teknis yang bersangkutan.

(5) Buku Kas Bank dan Daftar Pertanggungjawaban Keuanganditandatangani oleh Bendaharawan, Atasan LangsungBendaharawan dan diketahui/disetujui oleh Kepala Perwakilan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 629: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

611

Pasal 40

(1) Penandatanganan Cheque, instruksi pembayaran/transferkepada Bank dan surat-surat berharga lainnya dilakukan olehBendaharawan bersama dengan Atasan LangsungBendaharawan.

(2) Dalam hal Atasan Langsung Bendaharawan berhalangan, makatugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan olehBendaharawan bersama Kepala Perwakilan.

(3) Bendaharawan bersama Atasan Langsung Bendaharawanmelaporkan secara tertulis kepada Kepala Perwakilan sekali dalamdua minggu mengenai pengeluaran-pengeluaran Cheque atauperintah membayar per Bank dalam periode tersebut.

Pasal 41

(1) Kepala Perwakilan dan/atau Atasan Langsung Bendaharawanwajib melakukan Kontrol Kas secara rutin sedikit-dikitnya tigabulan sekali dan/atau dilakukan sewaktu-waktu menurutkeperluan.

(2) Berita acara Kontrol Kas turut ditandatangani oleh saksi-saksidari Unsur Pelaksana dan diketahui Kepala Perwakilan dalam halAtasan Langsung Bendaharawan yang melakukan Kontrol Kas.

Pasal 42(1) Pejabat Diplomatik dan Konsuler yang melaksanakan fungsi

sebagai Kepala Operasional Perwakilan membantu KepalaPerwakilan dalam penyelenggaraan penggunaan anggaran danpenggunaan barang di Perwakilan dan bertindak sebagai AtasanLangsung Bendaharawan.

(2) Dalam pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan anggaran danbarang milik/kekayaan negara di Perwakilan yang dilakukan olehBendaharawan dan Penata Kerumahtanggaan Perwakilan, KepalaOperasional Perwakilan dapat dibantu oleh Pejabat Diplomatikdan Konsuler yang ditetapkan dengan Keputusan KepalaPerwakilan.

(3) Perlengkapan Perwakilan dikelola sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 630: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

612

BAB IX

TATA KERJA

Pasal 43Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Perwakilan wajibmenerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalamlingkungan masing-masing maupun antar unsur, gugus tugas, dankelompok kerja dalam lingkungan maupun antar Perwakilan untukmewujudkan prinsip-prinsip tertib waktu, tertib administrasi, dantertib fisik.

Pasal 44Untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia, semuaunsur di Perwakilan melaksanakan tugas dan fungsinya dengansemangat juang tinggi, kreatif dan bertanggung jawab, berdedikasi,percaya diri, pantang menyerah, teguh dalam prinsip dan pendirian,serta rasional dan luwes dalam pendekatan.

Pasal 45(1) Kepala Perwakilan berwenang menetapkan kebijakan, peraturan,

dan memberikan otorisasi pelaksanaan tugas dan kegiatanPerwakilan.

(2) Kepala Perwakilan wajib mengambil langkah-langkah yangdiperlukan dalam hal terjadi penyimpangan terhadap peraturanperundang-undangan yang berlaku.

(3) Kepala Perwakilan mempunyai tugas dan tanggung jawabmemimpin Perwakilan dengan memberi teladan, petunjuk,bimbingan, pembinaan, pengayoman, penugasan,pemberdayaan, pengawasan, dan penilaian atas pelaksanaantugas Unsur Pelaksana dan Unsur Penunjang di Perwakilan.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berlaku pulabagi Unsur Pelaksana dan Unsur Penunjang yang memiliki anggotalain dalam unit kerjanya dengan gelar atau pangkat yang lebihrendah.

(5) Kepala Perwakilan wajib memberikan laporan, pertimbangan, dansaran mengenai segala hal yang berhubungan dengan tugasnyakepada Menteri Luar Negeri.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 631: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

613

Pasal 46

(1) Masa tugas Kepala Perwakilan Diplomatik paling lama 3 (tiga)tahun terhitung mulai tanggal penyerahan Surat Kepercayaankepada Kepala Negara/Kepala Pemerintahan Negara Penerimatempat kedudukan Kepala Perwakilan.

(2) dalam hal penyerahan Surat Kepercayaan tidak dapat dilakukansegera, penghitungan masa tugas sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dihitung mulai bulan ketiga sejak tanggal kedatangannyadi Negara Penerima tempat kedudukan Kepala Perwakilan.

(3) Berakhirnya masa tugas Kepala Perwakilan yang diakreditasikankepada lebih dari 1 (satu) negara adalah pada saat berakhirnyamasa tugas yang bersangkutan di Negara Penerima tempatkedudukan Kepala Perwakilan.

(4) Masa tugas Kuasa Usaha Tetap paling lama 3 (tiga) tahun terhitungmulai tanggal penyerahan surat kepercayaan kepada Menteri LuarNegeri Negara Penerima atau pada bulan ketiga sejak tanggalkedatangannya ditempat kedudukan Perwakilan RI dalam halpenyerahan surat kepercayaan belum dapat dilakukan.

Pasal 47(1) Masa tugas Kepala Perwakilan Konsuler paling lama 3 (tiga)

tahun terhitung mulai tanggal penyerahan Surat Tauliah kepadaKementerian Luar Negeri Negara Penerima.

(2) Dalam hal penyerahan Surat Tauliah tidak dapat dilakukan segera,penghitungan masa tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dihitung mulai bulan ketiga sejak tanggal kedatangannya diWilayah Kerja Negara Penerima.

Pasal 48Dalam hal Kepala Perwakilan Konsuler dan Kuasa Usaha Tetap telahmencapai batas usia pensiun, masa penugasannya diakhiri sebelumberakhirnya masa penugasan sebagaimana diatur dalam Pasal 46ayat (4) dan Pasal 47 Keputusan ini.

Pasal 49Kepala Perwakilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, Pasal47, dan Pasal 48 mempersiapkan penyelesaian tugas-tugaskedinasan 6 (enam) bulan sebelum masa tugasnya berakhir.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 632: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

614

Pasal 50

Pengakhiran masa tugas dan penarikan Kepala Perwakilan Diplomatikdan Kepala Perwakilan Konsuler sebagaimana diatur dalam Pasal46, Pasal 47, dan Pasal 48 serta pengakhiran tugas lebih awal atasdasar pertimbangan lain dilakukan oleh Menteri Luar Negeri.

Pasal 51(1) Atas pertimbangan kepentingan dinas, Menteri Luar Negeri dapat

memperpanjang masa penugasan Kepala Perwakilan maksimumsekali untuk paling lama 3 (tiga) bulan.

(2) Perpanjangan lebih lama dari ketentuan ayat (1) harusmendapatkan persetujuan dan Keputusan Presiden.

Pasal 52

(1) Kepala Perwakilan Diplomatik dapat meninggalkan wilayahakreditasi setelah mendapat ijin Menteri Luar Negeri melaluiSekretaris Jenderal.

(2) Kepala Perwakilan Konsuler dapat meninggalkan wilayah kerjanyasetelah mendapat ijin Menteri Luar Negeri melalui SekretarisJenderal dan memberitahukan kepada Kepala PerwakilanDiplomatik yang membawahkannya.

Pasal 53(1) Dalam hal Kepala Perwakilan Diplomatik tidak berada di tempat,

berhalangan tetap, meninggal dunia atau masa tugasnya berakhir,Wakil Kepala Perwakilan (Deputy Chief of Mission) bertindaksebagai Kuasa Usaha Sementara (Charge d’ Affaires ad interim),dengan persetujuan Menteri Luar Negeri melalui SekretarisJenderal.

(2) Dalam hal Perwakilan Diplomatik tidak memiliki Wakil KepalaPerwakilan (Deputy Chief of Mission), Pejabat Diplomatik danKonsuler dengan gelar diplomatik paling tinggi bertindak sebagaiKuasa Usaha Sementara (Charge d’ Affaires ad interim), denganpersetujuan Menteri Luar Negeri melalui Sekretaris Jenderal.

(3) Apabila pada Perwakilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)di atas terdapat lebih dari 1 (satu) Pejabat Diplomatik dan Konsuleryang memiliki gelar diplomatik paling tinggi yang sama, maka

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 633: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

615

yang akan bertindak sebagai Kuasa Usaha Sementara (Charged’ Affaries ad interim) adalah yang lebih lama bertugas diPerwakilan.

(4) Dalam hal Kepala Perwakilan Konsuler tidak berada di tempat,berhalangan tetap, meninggal dunia atau masa tugasnya berakhir,Pejabat Diplomatik dan Konsuler bergelar diplomatik paling tinggidi Perwakilan dapat ditunjuk oleh Kepala Perwakilan Konsulersebagai pejabat Sementara (Acting) Kepala Perwakilan Konsuler,atas persetujuan Menteri Luar Negeri melalui Sekretaris Jenderal.

(5) Dalam hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), terdapatlebih dari 1 (satu) Pejabat Diplomatik dan Konsuler yang memilikigelar diplomatik paling tinggi yang sama, maka yang akanbertindak sebagai Pejabat Sementara (Acting) Kepala PerwakilanKonsuler adalah yang lebih lama bertugas di Perwakilan.

(6) Dalam hal Kepala Perwakilan Diplomatik atau Kepala Perwakilantidak berada di tempat untuk jangka waktu tertentu tetapi beradadi wilayah akreditasinya atau wilayah kerjanya, Kepala Perwakilandapat menunjuk Pejabat Diplomatik dan Konsuler dengan gelardiplomatik paling tinggi sebagai koordinator pelaksanaan tugasPerwakilan sehari – hari secara internal.

(7) Dalam hal Kuasa Usaha Sementara tidak berada di tempat atauberhalangan tetap, maka yang bersangkutan tidak dapatmenunjuk Kuasa Usaha Sementara sebagai penggantinya.

(8) Penunjukkan Kuasa Usaha sementara sebagaimana dimaksuddalam ayat (7) dilakukan oleh Menteri Luar Negeri.

Pasal 54

(1) Kepala Perwakilan berwenang menugaskan dan memberdayakansetiap Unsur Pelaksana dan Unsur Penunjang secara luwes sesuaidengan kebutuhan dan misi Perwakilan yang diembannya.

(2) Kepala Perwakilan menetapkan kebijaksanaan dan mengeluarkanperaturan dengan memperhatikan kebijakan Pemerintah,petunjuk Menteri Luar Negeri, dan peraturan perundang–undangan.

Pasal 55(1) Kepala Perwakilan Diplomatik bertanggung jawab kepada Presiden

melalui Menteri Luar Negeri.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 634: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

616

(2) Kepala Perwakilan Diplomatik secara operasional, administratifdan keuangan bertanggung jawab kepada Menteri Luar Negerimelalui Sekretaris Jenderal.

Pasal 56(1) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kepala perwakilan

Konsuler secara operasional berada di bawah koordinasi KepalaPerwakilan Diplomatik yang membawahkannya.

(2) Kepala Perwakilan Konsuler secara administratif dan keuanganbertanggung jawab kepada Menteri Luar Negeri melalui SekretarisJenderal.

(3) Kepala Perwakilan Konsuler yang tidak berada di wilayah akreditasiPerwakilan Diplomalik, secara operasional, administratif dankeuangan bertanggung jawab langsung kepada Menteri LuarNegeri melalui Sekretaris Jenderal.

Pasal 57(1) Konsul Jenderal Kehormatan atau Konsul Kehormatan

bertanggung jawab kepada Kepala Perwakilan Diplomatik yangmembawahkannya.

(2) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, KonsulJenderal Kehormatan atau Konsul Kehormatan mempunyaikewajiban untuk melaksanakan kebijakan yang ditetapkan olehKepala Perwakilan Diplomatik yang membawahkannya secaralangsung atau melalui Kepala Perwakilan Konsuler di wilayahkerjanya.

(3) Segala biaya yang berkaitan dengan pengangkatan KonsulJenderal Kehormatan atau Konsul Kehormatan dan pelaksanaantugas operasionalnya tidak dibebankan kepada anggaranPerwakilan/Pemerintah Republik Indonesia.

(4) Untuk keperluan pelaksanaan tugas Konsul Jenderal Kehormatanatau Konsul Kehormatan, disediakan sebuah cap dinas, sebuahbendera, serta lambang Negara Republik Indonesia atas bebananggaran Pemerintah Republik Indonesia.

(5) Himpunan arsip dan semua dokumen yang berkaitan denganpelaksanaan tugas Konsul Jenderal Kehormatan atau KonsulKehormatan merupakan milik Pemerintah Republik Indonesia.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 635: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

617

(6) Pedoman umum pengangkatan dan tata kerja Konsul JenderalKehormatan dan Konsul Kehormatan diatur dengan KeputusanMenteri Luar Negeri.

Pasal 58

(1) Kepala Operasional Perwakilan yang ditunjuk sebagai Kuasa UsahaSementara pada Perwakilan Diplomatik atau Pejabat Sementara(Acting) Kepala Perwakilan Konsuler karena Kepala Perwakilanberakhir masa tugasnya atau berhalangan tetap, berfungsisebagai Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dan harusmelepaskan fungsi Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa PenggunaBarang.

(2) Pejabat Diplomatik dan Konsuler lain yang akan menjalankanfungsi Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang padaPerwakilan tersebut ditetapkan oleh Menteri Luar Negeri atasusul Perwakilan bersangkutan.

(2) Dalam hal Kepala Perwakilan baru telah tiba di negara akreditasiatau wilayah kerjanya, tugas pokok dan fungsi Kuasa UsahaSementara atau Pejabat Sementara (Acting) Kepala PerwakilanKonsuler dan kewenangannya sebagai Pengguna Anggaran/Pengguna Barang harus diserahterimakan kepada KepalaPerwakilan yang baru.

Pasal 59

(1) Wakil Kepala Perwakilan membantu Kepala Perwakilan dalammemimpin Perwakilan, mewakil i Kepala Perwakilan,mengkoordinasikan, mengendalikan, memberikan bimbingan danpetunjuk, serta melakukan pengawasan pelaksanaan misiPerwakilan terhadap semua Unsur Perwakilan.

(2) Dalam pelaksanaan tugasnya, Wakil Kepala Perwakilanbertanggung jawab kepada Kepala Perwakilan.

Pasal 60(1) Pejabat Diplomatik dan Konsuler, Atase Pertahanan dan/atau

Atase Teknis dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinyasebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal25 bertanggung jawab kepada Kepala Perwakilan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 636: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

618

(2) Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Pejabat Diplomatik danKonsuler sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di bawahkoordinasi Pejabat Diplomatik dan Konsuler yang lebih senior.

(3) Dalam hal hanya terdapat 1 (satu) Pejabat Diplomatik danKonsuler yang melaksanakan tugas pokok dan fungsisebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pejabat dimaksudbertanggung jawab langsung kepada Kepala Perwakilan.

(4) Untuk meningkatkan harmonisasi dan sinkronisasi misi Perwakilan,Pejabat Diplomatik dan Konsuler serta Atase Pertahanan danAtase Teknis wajib mengkoordinasikan pelaksanaan tugas danfungsi masing-masing dipimpin oleh Kepala OperasionalPerwakilan.

Pasal 61(1) Pejabat Diplomatik dan Konsuler yang bertindak sebagai Kepala

Operasional Perwakilan memimpin pelaksanaan tugas dan fungsiBendaharawan, Petugas Komunikasi dan Staf Non Diplomatiklainnya dan bertanggung jawab kepada Kepala Perwakilan.

(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat bertindaksebagai pemimpin pelaksanaan tugas pokok dari fungsi PejabatDiplomatik dan Konsuler lainnya sebagaimana dimaksud dalamPasal 11 atas dasar penugasan Kepala Perwakilan.

(3) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat(2), Pejabat Diplomatik dan Konsuler wajib membantu kelancarantugas di Perwakilan dan bertanggung jawab kepada PejabatDiplomatik dan Konsuler yang bertindak sebagai KepalaOperasional Perwakilan.

(4) Bendaharawan, Petugas Komunikasi, dan Staf Non Diplomatiklainnya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 26 dan Pasal 27 wajib membantukelancaran tugas semua Unsur di Perwakilan dan bertanggungjawab kepada Pejabat Diplomatik dan Konsuler yang bertindaksebagai Kepala Operasional Perwakilan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 637: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

619

BAB X

PENGELOLAAN PERSANDIAN DAN KOMUNIKASIPERWAKILAN

Pasal 62(1) Pengelola Persandian dan Komunikasi Perwakilan dilaksanakan

oleh Petugas Komunikasi atau Pejabat lain yang ditentukanberdasarkan kualifikasi tertentu.

(2) Pengelolaan Persandian dan Komunikasi Perwakilan, baik yangbersifat terbuka maupun tertutup, hanya dilaksanakan olehPetugas Komunikasi atau Pejabat lain yang ditunjuk, dandipertanggungjawabkan langsung kepada Kepala Perwakilan.

(3) Setiap pelaksanaan tugas Persandian dan Komunikasi Perwakilanharus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari KepalaPerwakilan.

(4) Pengawasan pengelolaan Persandian dan Komunikasi Perwakilandilakukan oleh Kepala Perwakilan dan instansi persandian yangterkait.

(5) Pengelolaan persandian dan komunikasi Perwakilan dilaksanakandengan berpedoman pada Sistem Persandian Departemen LuarNegeri.

(6) Pengamanan dokumen, peralatan, sarana persandian dankomunikasi yang bersifat rahasia dilakukan oleh PetugasKomunikasi atau Pejabat lain yang ditunjuk.

(7) Penggunaan peralatan persandian dan sarana komunikasiPerwakilan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan pedoman yang berlaku.

Pasal 63

Untuk menjamin terselenggaranya fungsi persandian dan komunikasiPerwakilan secara lancar, efektif, efisien dan aman, kepada PetugasKomunikasi dapat diberikan gelar diplomatik tituler paling tinggiSekretaris I.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 638: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

620

BAB XI

PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN KANTOR PERWAKILAN

Pasal 64(1) Pembukaan dan/atau penutupan Kantor Perwakilan Diplomatik

atau Perwakilan Konsuler dilakukan berdasarkan KeputusanPresiden.

(2) Pembukaan dan/atau penutupan Kantor sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) dilaksanakan oleh suatu tim yang dibentukberdasarkan Keputusan Menteri Luar Negeri.

(3) Tim sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dibentuk paling lambat30 (tiga puluh) hari setelah ditetapkannya Keputusan Presiden.

(4) Tim sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dipimpin olehSekretaris Jenderal dan pejabat yang bertanggung jawab padamasalah manajemen departemen dengan anggota terdiri daripara pejabat di lingkungan Sekretariat Jenderal dan DirektoratJenderal terkait.

Pasal 65(1) Pembukaan dan/atau penutupan Kantor Perwakilan Republik

Indonesia didasarkan pada kepentingan nasional yangdiperjuangkan, derajat hubungan antara Indonesia denganNegara Penerima, hukum Internasional dan/atau asas timbalbalik dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara.

(2) Di negara yang telah mempunyai hubungan diplomatik denganRepublik Indonesia tetapi belum terdapat Perwakilan DiplomatikRepublik Indonesia, dapat dibuka Perwakilan Konsuler RepublikIndonesia.

BAB XIIFUNGSI POLITIK PERWAKILAN KONSULER

Pasal 66(1) Atas pertimbangan khusus dan usul Kepala Perwakilan Diplomatik,

Menteri Luar Negeri dapat menetapkan Perwakilan Konsulertertentu untuk menyelenggarakan fungsi politik.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 639: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

621

(2) Dalam hal Perwakilan Konsuler menyelenggarakan fungsi politikwajib melakukan koordinasi dan konsultasi serta bertanggungjawab kepada Kepala Perwakilan Diplomatik yangmembawahkannya.

(3) Perwakilan Konsuler yang menyelenggarakan fungsi Politik tetapitidak berada di bawah Perwakilan Diplomalik dapat melakukanfungsi politik dan bertanggung jawab langsung kepada MenteriLuar Negeri.

BAB XIIIWILAYAH RANGKAPAN

Pasal 67(1) Perwakilan Diplomatik dan Perwakilan Konsuler dapat membawahi

sejumlah wilayah rangkapan berdasarkan pertimbangan:

a. kepentingan nasional yang diperjuangkan;

b. kepentingan geopolitik/geostrategi;

c. kedekatan geografis dengan Negara Penerima;

d. persetujuan dari negara yang dirangkap;

e. derajat hubungan antara Indonesia dengan NegaraPenerima;

f. bobot misi;

g. efektifitas dan efisiensi;

h. terdapat Kantor Perwakilan Negara yang dirangkap di NegaraPenerima.

(2) Perwakilan Diplomatik dan Perwakilan Konsuler dapat mengusulkanperubahan negara/wilayah rangkapan berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 68Jumlah Unsur Pelaksana Perwakilan Diplomatik yang memiliki wilayahrangkapan negara dan/atau organisasi internasional dapat ditambahdengan mempertimbangkan kepentingan nasional, bobot misi dankebutuhan dengan negara rangkapan dan/atau organisasiinternasional tersebut.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 640: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

622

BAB XIV

KETENTUAN LAIN – LAIN

Pasal 69(1) Jenis, tempat kedudukan, wilayah kerja, Indeks Perwakilan,

dan misi Perwakilan adalah sebagaimana tercantum dalamLampiran I Keputusan ini.

(2) Bobot misi, jumlah staf, dan komposisi gelar diplomatik UnsurPelaksana pada setiap Perwakilan adalah sebagaimana tercantumdalam Lampiran II Keputusan ini.

(3) Penataan organisasi Perwakilan Diplomatik dan PerwakilanKonsuler secara bertahap diarahkan sesuai dengan proses,indeksasi, dan proyeksi perwakilan seperti tercantum padaLampiran III Keputusan ini.

Pasal 70(1) Lampiran – lampiran dalam Keputusan ini dapat ditinjau kembali

sebagian atau seluruhnya oleh suatu tim yang dibentuk MenteriLuar Negeri 5 (lima) tahun sejak berlakunya Keputusan ini.

(2) Peninjauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukanlebih awal dalam hal terdapat pertimbangan khusus menyangkutkepentingan nasional dan penajaman misi perwakilan.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 71

(1) Dengan berlakunya Keputusan ini, maka:

a. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK.00705/OR/VII/81/01 Tahun 1981 tentang Tata Kerja Umum PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri;

b. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SP.2891/BU/IX/81/01 Tahun 1981 tentang Wewenang dalam PengurusanKeuangan Negara pada Perwakilan Indonesia di Luar Negeri;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 641: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

623

c. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK.69/OR/X/87/01Tahun 1987 tentang Susunan Organisasi Perwakilan RepublikIndonesia di luar negeri beserta seluruh lampirannya;

serta ketentuan dalam peraturan-peraturan lain yangbertentangan dengan Keputusan ini, dinyatakan tidak berlaku.

(2) Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK.70/OR/X/87/01 Tahun1987 tentang Jenjang Gelar Kepangkatan bagi Pejabat DinasLuar Negeri pada Perwakilan Indonesia di luar Negeri akan ditinjaukembali.

Pasal 72Keputusan Menteri Luar Negeri ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 01 Juni 2004

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

ttd

N. HASSAN WIRAJUDA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 642: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

624

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERlNOMOR : SK. 09/OR/I/91/01 TAHUN 1991

TENTANG

PEDOMAN UMUM PENGANGKATANDAN TATA KERJA KONSUL KEHORMATAN

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa diperlukan penyelenggaraan hubungankonsuler Negara lain secara berdayaguna,berhasilguna dan dapat memberikan manfaatyang sebesar-besarnya;

b. bahwa untuk penanganan urusan konsuler yangtidak dilakukan langsung oleh Perwakilan RepublikIndonesia di suatu negara akreditasi baik olehPerwakilan Diplomatik maupun PerwakilanKonsuler, dipandang perlu menetapkanPedoman Umum tentang Pengangkatan danTata Kerja Konsul Kehormatan RepublikIndonesia dengan Keputusan Menteri LuarNegeri.

Mengingat : 1. Undang-undang No.1 tahun 1982 tentangPengesahan Konvensi Wina 1961 mengenaiHubungan Diplomatik beserta ProtokolOpsionalnya mengenai hak memperolehkewarganegaraan dan Konvensi Wina 1963mengenai Hubungan Konsuler dan ProtokolOpsionalnya mengenai Perolehan Kewarga-negaraan (LN No.1-76 tahun 1982).

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 643: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

625

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor44 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok OrganisasiDepartemen.

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor51 tahun 1976 tentang Pokok-Pokok OrganisasiPerwakilan Republik Indonesia di luar negeri.

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor15 tahun 1984 tentang Susunan OrganisasiDepartemen sebagaimana telah diubah terakhirdengan Keputusan Presiden Republik IndonesiaNomor 55 tahun 1988.

5. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK. 69/OR/X/87/01 tahun 1987 tentang SusunanOrganisasi Perwakilan Republik Indonesia di LuarNegeri sebagaimana telah diubah dan ditambahterakhir dengan Keputusan Menteri Luar NegeriNomor SK.89/OR/X/90.

6. Keputusan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor SK. 00705/VII/81/01 tentangTata Kerja Umum Perwakilan Republik Indonesia.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERITENTANG PEDOMAN UMUM PENGANGKATANDAN TATA KERJA KONSUL KEHORMATAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Keputusan Menteri Luar Negeri ini, yang dimaksud dengan

(1) Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri adalah terdiri dariPerwakilan Diplomatik dan Perwakilan Konsuler.

(2) Perwakilan Diplomatik Republik Indonesia adalah Kedutaan BesarRepublik Indonesia.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 644: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

626

(3) Perwakilan Konsuler Republik Indonesia adalah

a. Konsulat Jenderal Republik Indonesia;

b. Konsulat Republik Indonesia.

Konsul Kehormatan adalah

a. Konsul Jenderal Kehormatan Republik Indonesia;

b. Konsul Kehormatan Republik Indonesia.

(1) Pegawai pada Konsulat Kehormatan ialah seseorang yangdiangkat dan dipekerjakan secara lokal oleh Konsul Kehormatanuntuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang bersifatadministratif, kesekretariatan dan pelayanan tehnis kekonsuleran.

BAB IIJENIS KONSUL KEHORMATAN

Pasal 2(1) Jenis Konsul Kehormatan Republik Indonesia adalah

a. Konsul Jenderal Kehormatan Republik Indonesia;

b. Konsul Kehormatan Republik Indonesia.

(2) Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 7 Keputusan MenteriLuar Negeri ini, jenis Konsul Kehormatan Republik Indonesia yangdiperlukan dalam suatu wilayah kerja Perwakilan Republik Indonesiapada suatu negara akreditasi ditentukan berdasarkanpertimbangan luas wilayah dan beban kerja serta ketentuanpemerintah setempat.

BAB III

TUGAS, FUNGSI, WEWENANG DANKEWAJIBAN KONSUL KEHORMATAN

Pasal 3Tugas Konsul Kehormatan adalah melaksanakan tugas untukmemajukan hubungan baik antara Republik Indonesia dengan negaraakreditasi dalam bidang-bidang ekonomi, perdagangan dan sosialbudaya serta melindungi kepentingan negara dan warga negara

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 645: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

627

Indonesia dalam suatu wilayah kerja yang termasuk wilayahakreditasi dari Perwakilan Republik Indonesia disuatu negara denganberpedoman kepada peraturan perundang-undangan negara RepublikIndonesia, dan negara setempat serta instrumen-instrumeninternasional yang berkaitan khususnya Konvensi Wina tahun 1963mengenai Hubungan-hubungan Konsuler.

Pasal 4

(1) Untuk dapat menunaikan tugas seperti tersebut dalam pasal 3Keputusan ini, Konsul Kehormatan melaksanakan fungsi-fungsidi bidang konsuler sebagai berikut

a. Fungsi Keimigrasian;

b. Fungsi Kenotariatan;

c. Fungsi Perlindungan dan pemberian jasa;

d. Fungsi Promosi;

e. Fungsi Pengamatan;

(2) Dalam melaksanakan fungsi-fungsi di bidang Konsuler sepertitersebut dalam ayat 1 pasal ini kepada Konsul Kehormatandiberikan wewenang-wewenang sebagai berikut:

a. Fungsi keimigrasian

1) Konsul Kehormatan diberi wewenang untuk mengeluarkanvisa berdasarkan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

2) Konsul Kehormatan tidak mempunyai wewenang untukmenertibkan, memperpanjang atau mengadakanperubahan atas paspor atau surat perjalanan laksanapaspor warga negara Indonesia

b. Fungsi Kenotariatan

1) Konsul Kehormatan, sepanjang menyangkut pengesahandokumen-dokumen yang dikeluarkan pemerintahsetempat, diperbolehkan untuk melakukan legalisasi atasdokumen-dokumen yang telah disahkan oleh notaris ataupejabat setempat yang berwenang, yaitu;

a) Dokumen yang lazim dipergunakan dalam transaksibisnis internasional;

b) Dokumen yang menyatakan kedudukan perdataseseorang;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 646: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

628

c) Legalisasi atas tanda tangan hanya terhadapkeabsahan tanda tangannya, bukan terhadap isidokumen.

2) Konsul Kehormatan tidak diperbolehkan melakukanlegalisasi atas dokumen-dokumen sebagai berikut:

a) Dokumen yang berisi pernyataan politik;b) Dokumen yang berisi pernyataan pejabat Pemerintah

Indonesia, kecuali diperintahkan oleh Menteri LuarNegeri.

c) Dokumen yang menyatakan kedudukan seseorangsebagai agen atau badan dari Pemerintah Indonesia.

d) Dokumen mengenai transaksi narkotik, persenjataandan barang-barang yang dilarang berdasarkanperaturan perundang-undangan Republik Indonesiadan negara setempat;

e) Dokumen yang dapat menimbulkan beban keuanganserta kewajiban lainnya bagi Pemerintah Indonesia.

c. Fungsi Perlindungan dan Pemberian Jasa

1) Konsul Kehormatan untuk kepentingan negara dan warganegara Indonesia mengusahakan dengan sebaik-baiknyaupaya-upaya untuk melindungi dan memajukankepentingan Indonesia dalam bidang-bidang ekonomi,perdagangan, investasi, jasa, pariwisata, pendidikan,ketenagakerjaan, i lmu pengetahuan, tehnologi,kebudayaan dan bidang lain yang sejenis;

2) Konsul Kehormatan melindungi, membantu dan menguruskepentingan warga negara Indonesia di wilayah kerjanyasepanjang tidak bertentangan dengan peraturanperundang-undangan negara setempat.

3) Dalam melaksanakan fungsi perlindungan dan pemberianjasa seperti tersebut dalam ayat 3 butir 1 dan 2 pasal iniKonsul Kehormatan diwajibkan :

a) Membuat laporan dengan segera kepada Menteri LuarNegeri melaiui Kedutaan Besar Republik Indonesiadan memberikan bantuan secepatnya apabila adawarga negara Indonesa yang meninggal dunia,ditangkap atau ditahan.

b) Memberikan bantuan kepada warga negara Indonesiayang terlantar serta pemulangannya ketempat asal

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 647: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

629

sesuai dengan peraturan perundang-undanganRepublik Indonesia.

c) Melakukan kunjungan kepada warga negaraIndonesia yang berada di wilayah kerjanya.

d. Fungsi Promosi

1) Konsul Kehormatan diperbolehkan untuk menyelengga-rakan kegiatan promosi dalam bidang ekonomi dankebudayaan seperti mengadakan usaha, mengaturkunjungan misi-misi dagang, ilmu pengetahuan, keseniandan kegiatan lain yang sejenis serta menyelenggarakanpameran tentang Indonesia setelah berkonsultasi denganPerwakilan Diplomatik Republik Indonesia yangmembawahkannya.

2) Untuk keperluan penyelenggaraan kegiatan-kegiatanpromosi seperti tersebut dalam butir 1 di atas, KonsulKehormatan menyediakan ruangan dan fasilitas lainnyauntuk mempertunjukkan atau memamerkan dokumen,brosur, leaflet atau bahan-bahan promosi lainnya yangdiperoleh dari pemerintah Indonesia yaitu :

a) Bahan-bahan promosi ekspor, investasi danpariwisata;

b) Buku petunjuk telepon indonesia;c) Publikasi lainnya yang berkenaan dengan, ekonomi,

kebudayaan dan sejarah indonesia.

e. Fungsi Pengamatan

1) Mengadakan pengamatan dan pemantauan terhadapkeadaan dan perkembangan ekonomi, kebudayaan danilmu pengetahuan di wilayah kerjanya yang mempunyaidampak terhadap Indonesia.

2) Melaporkan jika terdapat peraturan-peraturan baru atauperubahan terhadap peraturan lama yang dikeluarkanoleh pemerintah setempat yang mempunyai pengaruhterhadap kepentingan Indonesia.

Pasal 5Dalam menunaikan tugas dan menyelenggarakan fungsi-fungsi dibidang Konsuler, Konsul Kehormatan diwajibkan :

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 648: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

630

(1) Mentaati peraturan perundang-undangan Republik Indonesia dannegara setempat serta instrumen-instrumen internasional yangterkait dengan pekerjaannya terutama Konvensi Wina 1963.

(2) Melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.(3) Tidak menyalahgunakan wewenang, hak-hak istimewa dan

kekebalan yang diberikan kepadanya.

BAB IVKEDUDUKAN KONSUL KEHORMATAN

Pasal 6(1) Konsul Kehormatan berada di bawah dan bertanggungjawab

kepada Kepala Perwakilan Diplomatik Republik Indonesia yangmembawahkannya.

(2) Konsul Kehormatan mempertanggungjawabkan pelaksanaantugasnya sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan sekali.

BAB VPENEMPATAN DAN PENUNJUKAN,

PENCALONAN DAN PENGANGKATAN

KONSUL KEHORMATAN

Pasal 7(1) Penempatan dan penunjukan Konsul Kehormatan Republik

indonesia harus berdasarkan azas manfaat bagi kepentingannasional dan mempertimbangkan pengamatan dan rekomendasiDuta Besar Republik Indonesia di negara akreditasi.

(2) Tolok ukur dalam menentukan mengenai perlunya penempatandan penunjukan seorang Konsul Kehormatan Republik Indonesiadalam suatu wilayah kerja Perwakilan Republik Indonesia padasuatu negara akreditasi adalah :a. Karena Perwakilan Republik Indonesia di wilayah tersebut tidak

ada atau Perwakilan Republik Indonesia yang terdekat terletaksangat jauh.

b. Salah satu faktor di bawah ini:

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 649: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

631

1) Jumlah warga negara Indonesia yang berdomisili di wilayahkerja tersebut cukup besar;

2) Wilayah tersebut memiliki potensi ekonomi darikebudayaan yang dapat dikembangkan untukbekerjasama dengan Indonesia dalam bidang-bidangekonomi perdagangan, investasi, jasa, pariwisata,pendidikan, ketenagakerjaan, teknologi, i lmupengetahuan, dan bidang lain yang sejenis.

Pasal 8(1) Untuk dapat dipertimbangkan menjadi Konsul Kehormatan,

seseorang yang bukan warga negara Republik Indonesia harusterlebih dahulu diusulkan sebagai calon oleh Duta Besar RI dinegara akreditasi kepada Menteri Luar negeri berdasarkanpermohonan yang bersangkutan.

(2) Pencalonan seperti tersebut dalam ayat 1 pasal ini tidak hanyaatas permohonan yang bersangkutan tetapi harus atas dasarpenilaian dan rekomendasi Duta Besar yang bersangkutan dandengan memperhatikan rekomendasi dari Kementerian LuarNegeri setempat.

(3) Seorang yang diusulkan sebagai calon tersebut dalam ayat 1pasal ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Warga negara dari suatu negara yang diakui oleh dan tidakbermusuhan dengan Republik Indonesia;

b. Bukan seorang pegawai negeri;c. Mempunyai hubungan kerja dengan lembaga/perusahaan

dan menduduki posisi sebagai pimpinan;d. Warga negara yang terhormat dan terpandang dalam

masyarakat;e. Memiliki reputasi baik dari segi moral, sosial dan finansial;f. Tidak pernah terlibat dalam perkara kriminal;9. Mempunyai akses yang baik kepada kalangan pemerintah

dan, bisnis setempat;h. Mempunyai pengetahuan mengenai dan bersimpati terhadap

Indonesia;i. Memiliki mental dan fisik yang sehat sehingga dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik;j. Berumur tidak lebih dari 65 tahun;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 650: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

632

k. Mempunyai latar belakang kehidupan yang baik, jelas dantanpa cacat.

i. Tidak menjadi Konsul Kehormatan dari suatu negara yangtidak diakui oleh atau bermusuhan dengan RepublikIndonesia.

Pasal 9(1) Pengangkatan Konsul Kehormatan Republik Indonesia dilakukan

oleh Presiden atas usul Menteri Luar Negeri sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Untuk diangkat menjadi Konsul Kehormatan seorang calondiharuskan

a. Mengisi dan melengkapi formulir yang memuat keterangan-keterangan sebagai berikut:1) Nama lengkap;2) Tempat dan tanggal lahir;3) Kebangsaan;4) Alamat rumah dan alamat kantor;5) Pendidikan Umum dan khusus yang dimiliki,6) Nama perusahaan, tanggal pendirian perusahaan dan

tanggal ketika ia masuk ke perusahaan itu sertakedudukannya didalam perusahaan tersebut;

7) Uraian mengenai kegiatan dan bidang usahanya;8) Nama bank dimana ia menjadi nasabah;9) Apabila mempunyai hubungan dagang dengan Indonesia

di bidang usaha apa, dan bermitra-usaha dengan siapa;10)Referensi di Indonesia dan negara lain jika ada;11)Apakah sedang menjabat atau pernah menjadi Konsul

Kehormatan negara lain;12)Bahasa yang dikuasai;13)Pengetahuan tentang Indonesia;14)Berapa lama ia berdomisili di negara setempat dan di

daerah mana;15)Daftar riwayat hidup dan riwayat pekerjaan;16)Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.

b. Menyatakan kesediaannya secara tertulis untuk diangkatmenjadi Konsul Kehormatan Republik Indonesia.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 651: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

633

BAB VIMASA PENUGASAN, CUTI DAN PEMBERHENTIAN

Pasal 10(1) Masa penugasan Konsul Kehormatan adalah 5 (lima) tahun dan

dapat diperpanjang setelah rekomendasi dari Kepala PerwakilanDiplomatik yang membawahkannya.

(2) Perpanjangan tersebut diberikan berdasarkan kesediaan yangbersangkutan untuk diangkat kembali.

Pasal 11(1) Kepala Perwakilan Diplomatik Republik Indonesia yang

membawahkan dapat memberikan ijin cuti untuk waktu tidaklebih dari 3 (tiga) bulan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun.

(2) Cuti yang melebihi dari 3 (tiga) bulan harus mendapat persetujuanterlebih dahulu dari Menteri Luar negeri.

(3) Jika Konsul Kehormatan melaksanakan cuti dan tugas konsulertidak dilaksanakan di kantornya, maka harus ada pemberitahuansecara tertulis ditempelkan di depan kantor yang menyatakandimana tamu-tamu dapat mengajukan urusannya untukdiselesaikan.

Pasal 12(1) Konsul Kehormatan mengakhiri tugasnya berdasarkan salah satu

sebab dibawah ini:a. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri;b. Diberhentikan oleh Presiden atas Usul Menteri Luar negeri;c. Meninggal dunia.

(2) Dalam hal Konsul Kehormatan mengajukan permintaan berhentiatas kehendak sendiri, permohonannya harus diajukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelumnya.

(3) Alasan-alasan yang menyebabkan seorang Konsul Kehormatandiberhentikan oleh Presiden ialah :a. Tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya lebih

dari 6 (enam) bulan serta berturut-turut;b. Perusahaannya atau perusahaan dimana ia bekerja

dinyatakan bangkrut atau pailit;

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 652: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

634

c. Mendapat hukuman yang disebabkan oleh suatu tindakpidana kejahatan;

d. Melakukan kegiatan/tindakan yang merugikan nama baik ataukepentingan Indonesia.

BAB VIIADMINISTRASI DAN KEUANGAN

Pasal 13(1) Untuk keperluan administrasi pelaksanaan pekerjaannya, setiap

Konsul Kehormatan diberi perangkat kerja berupa cap dinas(official seals), bendera nasional, lambang negara, foto Presidendan Wakil Presiden, dokumen dan publikasi lainnya olehDepartemen Luar Negeri atau Perwakilan Republik Indonesia sertamenyediakan alat tulis menulis kantor yang memakai kepalasurat dengan lambang negara.

(2) Semua barang perangkat kerja tersebut dalam ayat 1 Pasal initetap menjadi milik Pemerintah Indonesia dan harus segeradikembalikan kepada Perwakilan Republik Indonesia, apabila KonsulKehormatan yang bersangkutan mengakhiri masa tugasnya.

(3) Penggunaan perangkat kerja Konsul Kehormatan itu diatursebagai berikuta. Cap Dinas (Official Seals)

1) Hanya boleh dipergunakan oleh Konsul Kehormatan didalam menjalankan tugas dan fungsinya, KonsulKehormatan bertanggung jawab atas keamananpemakaian cap dinas tersebut. Ketentuan mengenaibentuk dan cara penggunaan cap dinas yang dipergunakanPerwakilan Republik Indonesia berlaku juga bagi Konsulatkehormatan.

2) Dalam melakukan kegiatan surat menyurat yang bersifatpribadi Konsul Kehormatan tidak diperkenankanmenggunakan kertas surat dinas dan cap dinas kantor.

b. Alat tulis menulis KantorKonsul Kehormatan supaya memiliki alat tulis-menulis Yangmemakai kepala surat lambang negara. Bentuk-bentuk suratdinas mengikuti ketentuan Yang berlaku di Departemen LuarNegeri dan Perwakilan Republik Indonesia.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 653: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

635

c. Surat menyurat

1) Konsul Kehormatan menyimpan dan memelihara catatansurat menyurat serta catatan mengenai legalisasi danlain-lain. Catatan tersebut supaya tertulis dalam sebuahbuku yang terpisah menurut jenis kegiatannya. Semuacatatan tersebut harus disimpan dalam arsip KonsulKehormatan.

2) Penyimpanan arsip Konsul Kehormatan harus terjaminkeamanan dan kerahasiaannya.

3) Semua arsip Konsul Kehormatan menjadi milik negaraIndonesia dan harus dikembalikan kepada DepartemenLuar Negeri atau Perwakilan Republik Indonesia, jika KonsulKehormatan mengakhiri tugasnya.

d. Bendera Nasional

1) Bendera nasional harus dikibarkan di gedung Konsulatsetiap hari kerja antara matahari terbit sampai matahariterbenam.

2) Dalam hal–hal yang luar biasa dapat diadakanpengecualian yaitu pengibaran atau dalam keadaan sangatberduka cita.

3) Bila hari besar Indonesia bersamaan jatuhnya denganhari besar setempat maka bendera nasional tidakdikibarkan.

4) Bendera nasional dikibarkan di tengah–tengah halamandi muka gedung Konsulat dan rumah Konsul Kehormatan.

5) Dalam melaksanakan pengibaran bendera nasional diKonsulat kehormatan, hendaknya diperhatikan kebiasaandan peraturan protokoler negara setempat.

6) Cara menaikkan, menurunkan, menyimpan danmenggunakan bendera nasional untuk penutup jenazahserta tata cara penggunaan lainnya dapat berpedomanpada protokol mengenai Bendera Nasional dan PanjiKepresidenan Republik Indonesia sebagaimana diaturdalam peraturan perundang–undangan RepublikIndonesia.

e. Lambang Negara

1) Lambang negara dipasang sebagai perisai caramenempatkannya di luar atau di dalam ruangan pada

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 654: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

636

dinding yang tegak lurus, di tempat yang pantas danmudah dilihat.

2) Apabila dalam suatu ruangan lambang negaraditempatkan bersama–sama dengan gambar Presidendan Wakil Presiden maka kepada lambang negara diberikantempat yang lebih tinggi.

f. Dokumen dan Publikasi

1) Departemen Luar Negeri menyediakan peraturanperundang–undangan dan berbagai publikasi yangdiperlukan oleh Konsul Kehormatan dalam menjalankantugasnya.

2) Bahan–bahan publikasi tersebut sekurang–kurangnyaditerbitkan dalam bahasa Indonesia, Inggris dan jikamemungkinkan dapat juga ditulis dalam bahasa nasionalsetempat.

(4) Setiap Konsul Kehormatan untuk keperluan pelaksanaanpekerjaannya diwajibkan menyediakan fasilitas kerja sebagaiberikut :a. Kantor Konsulat Kehormatan, letaknya supaya berada di

kawasan yag cocok dan mudah dicapai. Konsul Kehormatanmenyediakan ruangan tersendiri untuk ruang kerja danmenyimpan arsip, catatan, buku–buku serta perlengkapanmilik Konsulat. Lambang Negara, foto Presiden dan WakilPresiden dipasang pada dinding ruang kerja tersebut.

b. Konsul Kehormatan menjamin bahwa alamat dan nomortelepon Konsulat Kehormatan diimuat dalam Buku PetunjukTelpon di bawah judul “Consulates”. Demikian pula alamatkawat, telex,facsimile dan telepon tercatat dalam bukupetunjuk umum seperti trade directory, publikasi untuk turisdan lain-lain.

c. Kantor Konsulat Kehormatan dibuka setiap hari Kerja.Informasi mengenai jam kerja hendaknya dipasang padatempat yang rendah dilihat dengan jelas oleh umum. Dalamkeadaan darurat, di luar jam kerja Pegawai Konsulat tidakboleh menolak memberikan bantuan konsuler.

Pasal 14

(1) Konsulat Kehormatan tidak mendapat imbalan gaji atauhonorarium.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 655: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

637

(2) Pada dasarnya Konsul Kehormatan menanggung semua biayakantor kecuali beberapa jenis pos pengeluaran yang disepakatibersama dapat diganti oleh Pemerintah Republik Indonesia.

(3) Biaya visa dan legalisasi dapat dipungut berdasarkan peraturanyang berlaku bagi Perwakilan Republik Indonesia.

(4) Konsul Kehormatan tidak diperkenankan memungut biaya atasjasa yang diberikan kepada warganegara Indonesia kecuali biayaatas jasa yang diberikan sehubungan dengan profesi pribadinya,dengan ketentuan bahwa hal tersebut diberitahukan sebelumnyakepada warganegara Indonesia yang berkepentingan.

BAB VIII

Pasal 15(1) Ketentuan dalam Keputusan ini berlaku juga bagi Konsul

Kehormatan yang telah diangkat sebelum berlakunyaKeputusan ini.

(2) Dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan Keputusan ini KonsulKehormatan dapat berkonsultasi dengan Perwakilan DiplomatikRepublik Indonesia yang membawahkannya atau denganDepartemen Luar Negeri indonesia.

(3) Hal-hal lain yang belum diatur dalam keputusan ini akan ditetapkanlebih lanjut oleh Menteri Luar Negeri.

Pasal 16Keputusan Menteri Luar Negeri ini mulai berlaku sejak tanggalditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTAPada tanggal : 4 Januari 1991

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

ttd

ALI ALATAS, SH

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 656: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

638

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIAINSTRUKSI MENTERI LUAR NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK. 012/OR/III/88/01 TAHUN 1988TENTANG

PELAKSANAAN TUGAS PROTOKOL DAN PERWAKILAN RlDl LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : 1. Bahwa dalam susunan organisasi Perwakilan RItidak dicantumkan kegiatan protokol sebagaiunsur tersendiri;

2. bahwa untuk kelancaran tugas protokol diPerwakilan dianggap perlu mengeluarkan instruksitentang pelaksanaan tugas protokol termaksud.

Mengingat : 1. Keputusan Presiden RI No. 51 Tahun 1976tentang pokok-pokok organisasi Perwakilan RIdiluar negeri;

2. Keputusan Menteri Luar Negeri No.SK. 203 /OR/II/ 83/01 Tahun 1983 tentang Organisasidan Tata Kerja Departemen Luar Negeri;

3. Keputusan Menteri Luar Negeri No.SK. 69/OR/X/87/01Tahun 1987 tentang SusunanOrganisasi Perwakilan RI

4. Surat Sekretaris Jenderal Departemen LuarNegeri No. 758/ OR/X/87/02 tanggal 9 Oktober1987 tentang Penjelasan atas OrganisasiPerwakilan RI dan Jenjang Gelar Kepangkatan.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 657: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

639

MENGINSTRUKSIKAN

Kepada : Para Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luarnegeri.

Untuk

Pertama : Menunjuk pelaksana fungsi protokol di Perwakilan

Kedua : Menugaskan Pejabat Dinas Luar Negeri dalamkegiatan protokol hanya pada tugas-tugas resmiprotokol dalam hubungan diplomatik.

Ketiga : Menugaskan tugas-tugas protokol lainnya kepadapegawai setempat.

Keempat : Menunjuk Kepala Bagian/Sub Bagian Tata Usahauntuk mengawasi penugasan dalam butir ketigadiatas.

Instruksi Menteri Luar Negeri ini berlaku pada tangal ditetapkan.

Ditetapkan di: JAKARTAPada tanggal: 4 Maret 1988

MENTERI LUAR NEGERI

ttd

DR. MOCHTAR KUSUMAATMADJA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 658: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

640

MENTERI LUAR NEGERI DAN MENTERI MUDA URUSANPENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUKSI

DALAM NEGERI/KETUA BADAN KOORDINASIPENANAMAN MODAL

NOMOR : SKB 042/INV/V/85/01/SK/198512/SK/1985

TENTANG

PENUGASAN KHUSUS KEPADA PERWAKILAN REPUBLIKINDONESIA DI LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN

KEGIATAN PROMOSI INVESTASIMENTERI LUAR NEGERI DAN MENTERI MUDA URUSAN

PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUKSIDALAM NEGERI/KETUA BADAN KOORDINASI

PENANAMAN MODAL

Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin tercapainyasasaran kebijaksanaan Pemerintah dalamrangka menarik penanaman modal asing,dipandang perlu untuk meningkatkan kegiatanpromosi di luar negeri;

b. bahwa penyelenggaraan kegiatan promosiinvestasi luar negeri perlu didasarkan kepadakebijaksanaan promosi investasi terpadusebagaimana termaksud dalam gariskebijaksanaan yang dinyatakan Presiden danRapat Kerja BKPM-BKPMD se Indonesia padatanggal 25-29 Maret 1985;

c. bahwa salah satu cara yang dianggap efektifdan efisien berdasarkan pertimbangan danpenilaian bersama oleh Departemen Luar Negeridan Badan Koordinasi Penanaman Modal adalahdengan pemberian tugas khusus kepadaPerwakilan Republik Indonesia di luar negeri

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 659: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

641

sebagai pelaksana dalam usaha meningkatkankegiatan promosi investasi;

d. bahwa memungkinkan pelaksanaan danterselenggaranya kegiatan promosi investasitersebut, dipandang perlu untuk mengatur lebihlanjut kerjasama dan tata hubungan kerjaantara Departemen Luar Negeri dan Badankoordinasi Penanaman Modal serta PerwakilanRepublik Indonesia di luar negeri.

Mengingat : a. Undang-undang No.1 Tahun 1967 tentangPenanaman Modal Asing juga Undang-undangNo.11 Tahun 1970 tentang Perubahan danTambahan Undang-undang No.1 Tahun 1967;

b. Keputusan Presiden No.45 Tahun 1974 tentangSusunan Organisasi Departemen sebagaimanadirubah dan ditambah dengan KeputusanPresiden No. 15 Tahun 1982;

c. Keputusan Presiden No. 51 Tahun 1976 tentangPokok-Pokok Organisasi Perwakilan RepublikIndonesia di luar negeri;

d. Keputusan Presiden Nomor 45M Tahun 1983tentang Susunan Kabinet Pembangunan IV;

e. Keputusan Presiden No.35 Tahun 1985 danKeputusan Presiden No.33 Tahun 1981 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi dan SusunanOrganisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal;

f. Keputusan Menteri Luar Negeri No.SK.203/OR/II/83/01 tentang Organisasi dan Tata KerjaDepartemen Luar Negeri.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI LUARNEGERI DAN MENTERI MUDA URUSANPENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUKSIDALAM NEGERI/KETUA BADANKOORDINASI PENANAMAN MODAL

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 660: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

642

TENTANG PENUGASAN KHUSUS KEPADAPERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DlLUAR NEGERI UNTUK MENINGKATKANKEGIATAN PROMOSI INVESTASI.

BAB I

RUANG LINGKUP KERJASAMA

Pasal 1

Mulai tanggal 1 Oktober 1985 kegiatan promosi investasi di luarnegeri dilaksanakan melalui jalur-jalur Perwakilan Republik Indonesiadi luar negari, yakni Kedutaan Besar, Konsulat Jenderal dan Konsulatyang ditunjuk seperti terlampir pada Surat keputusan Bersama ini.

Pasal 2Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang telah ditunjuktersebut mempunyai tugas dan fungsi membantu Badan KoordinasiPenanaman Modal di dalam hal melaksanakan kegiatan promosiinvestasi di luar negeri secara efektif baik langsung maupun tidaklangsung.

BAB IIHUBUNGAN KERJASAMA

Pasal 3Untuk keperluan pelaksanaan peningkatan promosi tersebut padapasal 2 diatas, diperlukan adanya satu sistem komunikasi yangmencakup aspek-aspek koordinasi, mekanisme dan sarana yangmemadai.

Pasal 4

1. Pengaturan koordinasi diperlukan untuk melandasi hubungan kerjaantara Departemen Luar Negeri dan Badan KoordinasiPenanaman Modal, dan antara Badan Koordinasi PenanamanModal dengan Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia di luar negeri.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 661: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

643

2. Koordinasi antara Badan koordinasi Penanaman Modal,Departemen Luar negeri dan Perwakilan Republik Indonesia diluar negeri diatur sebagai berikut :a. Dalam hal yang bersifat umum dan rutin, komunikasi diatur

melalui Departemen Luar Negeri.b. Dalam hal yang memiliki urgensi tinggi, Badan koordinasi

Pananaman secara langsung melakukan komunikasi denganPerwakilan-Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri,dengan memberitahukan juga kemudian kepada DepartemenLuar Negeri.

BAB IIISARANA PENDUKUNG

Pasal 5Untuk kelancaran pelaksanaan koordinasi seperti tersebut padapasal 4 diatas, diperlukan sarana pendukung sebagai berikut:a. Telpon, telex, surat dan komputer sebagai sarana komunikasi

yang dapat digunakan serta disesuaikan dengan peralatan yangtersedia.

b. Wadah atau forum untuk pembahasan, penyiapan jawaban,bahan, data dan pengendalian/evaluasi laporan serta suratataupun kebijaksanaan baru dari wilayah kerja Perwakilan RepublikIndonesia di luar negeri.

c. Sebagai tahap pertama wadah atau forum termaksud dalampasai 5 ayat b tersebut dalam bentuk Panitia Kerja DepartemenLuar Negeri dan Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Pasal 61. Panitia Kerja Departemen Luar Negeri dan Badan Koordinasi

Penanaman Modal mempunyai susunan yang terdiri dari Ketuayang dijabat oleh Kepala Biro Promosi Badan KoordinasiPenanaman Modal, dan anggota-anggota yang terdiri dari PejabatDepartemen Luar negeri dan Badan Koordinasi Penanaman Modalyang ditunjuk.

2. Panitia Kerja Departemen Luar Negeri dan Badan KoordinasiPenanaman Modal mempunyai mekanisme kerja sebagai berikut:a. Rapat Rutin Panitia Kerja Departemen Luar Negeri dan Badan

Koordinasi Penanaman Modal diadakan sebulan sekali

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 662: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

644

b. Dalam hal yang memiliki urgensi tinggi dapat diadakan rapatPanitia sewaktu-waktu.

3. Panitia Kerja Departemen Luar Negeri dan Badan KoordinasiPenanaman Modal seperti termaksud pada pasal 6 (1)mempunyai tugas dan fungsi:a. Menyusun keseragaman prosedur kerja (standard of

procedures) dan merumuskan dasar penilaian pelaksanaankegiatan standard of evaluation).

b. Melakukan pengamatan (monitoring) dan penilaian(evaluation) atas pelaksanaan tugas Perwakilan sertamerumuskan langkah-langkah tindak lanjut dan sasaran-sasaran yang akan dicapai.

BAB IVKERANGKA ACUAN

Pasal 7Untuk melaksanakan usaha peningkatan promosi investasi di luarnegeri, disusun petunjuk pelaksanaan (Kerangka Acuan) mengenaitugas dan fungsi promosi investasi bagi Perwakilan Republik Indonesiadi luar negeri, seperti terlampir pada Surat Keputusan Bersama ini.

BAB VKERANGKA KERJA

Pasal 8Agar kegiatan promosi investasi mencapai sasarannya, maka PanitiaKerja menyusun program kerja jangka pendek, menengah danpanjang, yang harus dilaksanakan oleh Perwakilan Republik Indonesiadi luar negeri.

BAB VIANGGARAN

Pasal 91. Untuk pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan sehubungan

dengan pelaksanaan tugas serta kegiatan promosi investasi

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 663: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

645

termaksud disediakan dana tambahan dari Badan KoordinasiPenanaman Modal sepanjang tersedianya anggaran, meliputikegiatan yang tidak tercakup pada dana rutin Departemen LuarNegeri.

2. Pelaksanaan penggunaan dana tersebut diatur dalam ketentuantersendiri.

3. Semua pengeluaran dana tambahan. Badan KoordinasiPenanaman Modal harus dipertanggung jawabkan tiap 3 (tiga)bulan sekali dengan memperinci penggunaan dana tersebut.

BAB VIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 10Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan Bersama ini atauapabila dalam pelaksanaannya timbul hal-hal baru, akan diselesaikanbersama oleh Menteri Luar Negeri dan Menteri Muda UrusanPeningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri/Ketua BadanKoordinasi Penanaman Modal.

Pasal 11Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : J A K A R T APada tanggal : 25 Mei 1985

MENTERI LUAR NEGERI

ttd

ALl ALATAS. SH

MENTERI MUDA URUSAN PENINGKATANPENGGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI

SelakuKETUA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

ttd

IR. DRS. GINANDJAR KARTASASMITA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 664: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

646

LAMPIRAN IISKB NO.042/IW/V/85/0112/SK/1985

KERANGKA ACUAN

Mengenai

Tugas dan Fungsi Promosi Investasi bagi PerwakilanDiplomatik dan Konsuler RI di Luar Negeri

I. Latar belakang dan permasalahan1. Dalam hubungan penanaman modal, GBHN menetapkan

garis yang sangat jelas, yaitu penanaman modaldimungkinkan di sektor-sektor tertentu yang menghasilkanbarang-barang yang sangat kita perlukan, dapat memperluasekspor, memerlukan modal investasi yang besar dan tehnologiyang cukup tinggi, serta tidak akan membahayakankepentingan ekonomi dan keamanan nasional dan tidak akanmenghambat perkembangan perusahaan nasional.Diharapkan usaha patungan itu dapat membuka kesempatankerja yang cukup besar, memungkinkan pengalihanketrampilan dan tehnologi kepada bangsa Indonesia dalamwaktu yang secepatnya dan memelihara keseimbangan mutudan tata lingkungan Penanaman Modal Asing juga diarahkanuntuk membantu memperkuat tumbuhnya ekonomi nasionaldalam rangka mendukung tercapainya tujuan pembangunan.

2. Dalam usaha menarik penanaman modal dewasa ini,Indonesia masih menghadapi permasalahan dan hambatan,baik yang bersifat eksternal maupun internal. Untuk itu makakegiatan promosi investasi di luar negeri yang selama inidilakukan melalui kantor-kantor investasi luar negeri (KILN)di Paris, Frankurt dan New York, perlu ditingkatkan dandiperluas untuk mencakup sasaran geografis yang lebih luasdengan cara yang lebih efektif.

3. Sehubungan dengan hal itu maka ketiga KILN tersebut akanditutup dan selanjutnya kegiatan promosi investasi di luarnegeri terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1985 dilakukan olehKepala-Kepala Perwakilan dari Perwakilan-Perwakilan Rl yangditunjuk.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 665: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

647

4. Dalam menerima tanggung jawab tersebut, DepartemenLuar Negeri bersama dengan BKPM perlu mengadakanlangkah-langkah persiapan bagi kelancaran pelaksanaantugas-tugas promosi investasi di luar negeri, untuk tujuantersebut diperlukan perumusan kerangka acuan mengenaitugas dan fungsi promosi investasi bagi pejabat-pejabatPerwakilan RI di luar negeri yang ditunjuk.

II. Sasaran

Pelaksanaan kegiatan promosi investasi di luar negeri atas dasarsuatu program kerja, yang mampu menimbulkan citra baikdikalangan usahawan di luar negeri mengenai iklim usaha daniklim investasi di Indonesia dan mendatangkan penanaman modalke Indonesia yang mendukung proyek-proyek pembangunan.

III. Penugasan (Perincian Tugas dan Fungsi)

1. Tugas

a. Membantu pelaksanaan kebijaksanaan menarikpenanaman modal ke Indonesia melalui kegiatan-kegiatanpromosi di luar negeri.

b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan promosi investasiberdasarkan program kerja, melakukan penilaian,melaporkan hasil-hasilnya dan membantu kegiatan-kegiatan tindak lanjut.

2. Fungsi

Tugas pokok tersebut diatas diperinci lebih lanjut dalam fungsi-fungsi sebagai berikut:

Penyusunan Program Kerja setempat

a. Atas dasar Program Kerja dari Pusat, menyusun perincianProgram Kerja serta rencana jadwal pelaksanaan kegiatandi negara akreditasi.

Pembinaan Hubungan

b. Memelihara dan meningkatkan hubungan baik denganlembaga dan pejabat-pejabat di negara akreditasi yangberwenang mengenai pelaksanaan kebijaksanaan untukmendorong investasi keluar negeri.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 666: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

648

c. Memelihara dan meningkatkan hubungan baik dengankalangan usahawan di negara akreditasi yang meliputikalangan perbankan/lembaga keuangan, kalanganindustriawan, kamar dagang dan industri, asosiasi-asosiasiusahawan dan lain-lainnya.

Pemahaman kebijakan, kesempatan dan fasilitas

d. Mengumpulkan dan melakukan observasi mengenaiperaturan-peraturan dan fasilitas-fasilitas yang tersedia(misalnya fasilitas jaminan dan fasilitas kredit), yangtujuannya mendorong investasi perusahaan-perusahaanswasta setempat ke luar negeri.

e. Melakukan analisa dan penilaian mengenai kebijakan-kebijakan, cara-cara dan pengalaman Pemerintah dinegara akreditasi cq lembaga lembaga yangbertanggungjawab dalam mendorong perusahaan-perusahaan swastanya untuk menanamkan modal keluar negeri.

f. Melakukan observasi dan penilaian mengenai arahperkembangan arus investasi dari negara akreditasi keluar negeri, terutama ke negara-negara mana modalswasta setempat mengalir dan disektor-sektor apa, sertamengapa demikian.

g. Melakukan observasi mengenai cara-cara Pemerintah dinegara akreditasi dalam rangka mengusahakanperlindungan investasi, dengan negara mana Pemerintahnegara akreditasi telah memiliki atau sedangmerundingkan Investment Guarantee Agreement (IGA)/lnvestment Treaty, serta telah menjadi anggota ataupeserta pada persetujuan multilateral yang tujuannyauntuk melindungi/mendorong investasi ke luar negeri.

h. Melakukan observasi mengenai program promosi investasiyang digunakan Pemerintah di negara akreditasi untukmendorong perusahaanperusahaan swastanyamenanamkan modal ke luar negeri.

Pengenalan potensi setempat

i. Melakukan observasi dan penilaian mengenai potensiekspor modal swasta di negara akreditasi dan menelitisektor-sektor yang potensial. Usaha promosi investasi

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 667: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

649

j. Memberikan informasi mengenai perkembangan ekonomi,kebijakan umum dan kebijakan khusus untuk menarikpenanaman modal ke Indonesia kepada kalanganPemerintah, Kamar Dagang dan Industri dan asosiasi-asosiasi usahawan dan lain-lainnya, melalui temu usahasecara umum, seminar-seminar, undangan-undanganbisnis/ceramah dan lain sebagainya.

k. Melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasiperusahaan-perusahaan potensial setempat sesuaidengan bidang kegiatan usaha mereka.

l. Melakukan kegiatan-kegiatan yang secara khususditujukan untuk menimbulkan minat perusahaan-perusahaan potensial tersebut kepada proyek-proyek yangditawarkan, antara lain melalui temu usaha sektoral danbersifat terbatas, atau dengan cara lainnya yang sesuai.

m. Melakukan temu usaha langsung (man to manpromotion) untuk memantapkan minat para usahawansetempat untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

n. Mempersiapkan dan membantu kelancaran pengirimanmisi-misi investasi ke Indonesia sebagai tindak lanjut darikegiatan-kegiatan tersebut diatas. Sebaliknya melakukanpersiapan-persiapan kedatangan misi-misi investasiIndonesia ke negara akreditasi dan membantu perumusanprogram dan penyelenggaraannya.

Pelaporano. Hasil-hasil observasi, analisa dan penilaian serta hasil-

hasil temu usaha /seminar/ceramah dan kegiatan promosilainnya dalam rangka usaha menarik penanaman modalke Indonesia, dilaporkan dalam bentuk-bentuk sebagaiberikut

- Laporan bulananMenurut pelaksanaan kegiatan selama sebulan disertai analisadan penilaian. Laporan Tengah Tahun Memuat pelaksanaankegiatan selama 6 (enam) bulan disertai analisa dan penilaian.Laporan Tahunan Memuat pelaksanaan dan kegiatan selama1 (satu) tahun disertai analisa dan penilaian serta hasil –hasil sasaran yang dicapai dan sasaran tidak lanjutnya.

Jakarta, 25 Mei 1985

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN

Page 668: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

650

Page 669: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

651

XXVI

PELAPORAN

Page 670: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

652

Page 671: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

653

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK.101/BU/I/80/02

TENTANG

PEDOMAN PEMBUATAN DAN PENYAMPAIAN LAPORANPERWAKILAN RI Dl LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : Bahwa demi keseragaman pembuatan danPenyimpanan Laporan Perwakilan RI di luar negerisebagaimana ditentukan dalam pasal 4 PeraturanMenteri Luar Negeri No. SK. 10O/BU/I/80/O1tanggal 15 Januari 1980 maka dipandang perlumenetapkan Pedoman Laporan Perwakilan RI diLuar Negeri.

Mengingat : 1. Keputusan Presiden RI Nomor 237 tahun 1967;

2. Keputusan Presiden RI Nomor44 dan 45 Tahun1974;

3. Keputusan Presiden RI Nomor51 Tahun 1976;

4. Keputusan Menteri Luar Negeri No. SP/153/BU/III/75/01;

5. Keputusan Menteri Luar Negeri No. SP/582/BU/III/79/01;

6. Keputusan Menteri Luar Negeri No. SK.100/BU/I/80/01.

PELAPORAN

Page 672: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

654

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERITENTANG PEDOMAN PEMBUATAN DANPENYAMPAIAN LAPORAN PERWAKILAN RIDl LUAR NEGERI.

PERTAMA : Menetapkan Pedoman Pembuatan danPenyampaian Laporan Perwakilan RI di Luar Negerisebagaimana terlampir dalam keputusan ini.

KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggalditetapkan.

Ditetapkan di : J A K A R T APada tanggal : 15 Januari 1980

A.n. MENTERI LUAR NEGERISEKRETARIS JENDERAL

T.T.D.

B.S. ARIFINLampiran

PELAPORAN

Page 673: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

655

Keputusan Menteri Luar NegeriNomor : SK-101/BU/I/80/02Tanggal : 15 Januari 1980

PEDOMAN PEMBUATAN DAN PENYAMPAIAN LAPORANPERWAKILAN-PERWAKILAN RI Dl LUAR NEGERI

BAB IUMUM

1. Pendahuluana. Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok Perwakilan-Perwakilan

RI di luar negeri seperti yang ditetapkan dalam peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka Laporankepada Pemerintah RI merupakan suatu fungsi utama.

b. Kegiatan Pelaporan merupakan komponen dalam rangkapenyelenggaraan sistim informasi dengan menyediakan data-data yang terolah menjadi informasi yang bernilai dandiperlukan oleh Pimpinan Pemerintahan untuk digunakandalam proses pengambilan keputusan, penggarisankebijaksanaan terhadap masalah hubungan luar negeri.

c. Suatu sistem pelaporan yang berjalan lancar dan efektifmembantu tugas Departemen Luar Negeri sebagai instansipertama yang menangani masalah-masalah hubungan luarnegeri RI oleh karena itu setiap laporan yang keluar dariPerwakilan-perwakilan RI harus ditujukan kepada, PimpinanDepartemen Luar Negeri selaku pengelola pelaksanaankebijaksanaan politik luar negeri Pemerintah RI.

2. Dasar-Dasara. Baik di Departemen Luar Negeri maupun di Perwakilan-

perwakilan RI telah berulang kali diusahakan penyempurnaanlaporan dan berbagai pedoman telah dikeluarkan, namunsampai saat ini belum terdapat keseragaman dalam

PELAPORAN

Page 674: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

656

pembuatan laporan-laporan tersebut terutama diDepartemen Luar Negeri.

b. Berhubung dengan itu maka taraf pertama perlu adanyapedoman Pembuatan dan Penyampaian Laporan yangmerupakan pegangan bagi Perwakilan-perwakilan RI di luarnegeri dalam pelaksanaan tugas pokoknya yang telahditetapkan Pemerintah.

BAB IISistim dan Azas-Azas Pelaporan

1. Sistim yang menyeluruhSistem pelaporan di Perwakilan-Perwakilan RI adalah merupakansuatu Sub Sistim dari sistim pelaporan yang menyeluruh diDepartemen Luar Negeri yang mempunyai 3 matra (dimensi)yaitu :

a. Laporan-laporan yang berasal dari Perwakilan-perwakilan RIkepada Departemen Luar Negeri.

b. Data-data yang disampaikan Departemen Luar Negeri kepadaPerwakilan-perwakilan RI

c. Laporan-laporan dari Departemen Luar Negeri kepadaPimpinan Pemerintah/Presiden.

Ketiga jalur tersebut merupakan suatu rangkaian yang tidakterputus-putus (berkesinambungan) dan saling isi mengisi satudengan yang lainnya. Laporan-laporan dari Perwakilan-perwakilanRI diolah oleh Departemen Luar Negeri menjadi bahan informasiyang berguna baik bagi Perwakilan-perwakilan sebagai bahanpelengkap maupun bagi pimpinan Pemerintah dalammenggariskan kebijaksanaan hubungan luar negeri danmemberikan petunjuk atau instruksi kepada Menteri yangselanjutnya disampaikan kepada Perwakilan-perwakilan sebagaidirective. Dengan demikian terdapatlah suatu siklus dalam sistimpelaporan yang menyeluruh dengan Departemen Luar Negerisebagai titik tolak.

PELAPORAN

Page 675: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

657

2. Azas-AzasKegiatan pelaporan Perwakilan-perwakilan RI harus memenuhiazas-azas sebagai berikut :

a. Berkesinambungan

Laporan harus terus-menerus disampaikan oleh Perwakilan-Perwakilan RI kepada Departemen Luar Negeri baik secaraberkala maupun secara khusus.

b. Keseragaman

Laporan harus seragam baik dalam bentuk, maupun jangkawaktu dan kerangkanya, sehingga tercipta suatu sistimpelaporan yang sama untuk setiap Perwakilan RI di luar negerihal ini diperlukan dalam mencapai hasil guna dan daya gunayang maksimal.

c. Terpadu

data–data dan informasi yang dituangkan dalam bentuklaporan–laporan harus bersifat terpadu dalam penganalisaanharus mencakup, aspek ipoleksosbudhankam dan tidakberkotak–kotak dalam bidang masing–masing yang lepassatu dari lainnya. Juga harus terdapat keseimbangan danhubungan yang berarti antara laporan dari unit–unitoperasional dan unit penunjang (supporting), sehingga dapatmencerminkan bahwa kegiatan–kegiatan yang operasionaldan penunjang merupakan laporan yang terpadu.

d. Ketepatan

Laporan– laporan dari perwakilan–perwakilan RI sebagai bahanbagi pimpinan Departemen Luar Negeri harus tepat dalamhal :

1) Waktu : Artinya tepat waktunya sampai kepadapimpinan.

2) Isi : Isi laporan mengandung relevansi, obyektifdan dapat dipercaya.

3) Alamat : Disampaikan kepada alamat yag telahditentukan dengan menyebutkan namaJabatan pejabat yang dimaksud (misal :Bapak/Saudara Sekretaris Jenderal,Inspektur Jenderal Direktur dan sebagainya.

PELAPORAN

Page 676: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

658

BAB III

TATA CARA PELAPORAN

1. Pembuatan Laporan

Laporan Perwakilan RI dibuat dan ditandatangani oleh KepalaPerwakilan. Suatu laporan yang dibuat oleh unsur pelaksana danstaf perwakilan senantiasa harus atas nama Kepala Perwakilan.

2. Penyusunan LaporanLaporan – laporan Perwakilan disusun pola sebagai berikut :

a. Badan Laporan

Badan laporan memuat tiga unsur pokok yaitu, masalah yangmenjadi materi laporan, pembahasan yang menguraikanpermasalahan yang diajukan dan kesimpulan pembuat laporanatas pembahasan yang diuraikannya. Kerangka Pokok Laporanyang lengkap adalah sebagai berikut :1) Pendahuluan, menguraikan antara lain tentang ruang

lingkup laporan, pendekatan dan metoda yangdipergunakan dalam laporan dan termasuk term ofreference terutama apabila menyangkut LAPTAH atauLAPLAN Pokoknya Pendahuluan memperlihatkan intisarilaporan yang bersangkutan dan sekaligus membayangkankemungkinan-kemungkinan dan arah berikutnya mengenaimasalah yang dilaporkan.

2) Fakta dari masalah, perumusan tentang permasalahanyang hendak diuraikan dalam laporan.

3) Pembahasan/Tanggapan.4) Penutup/Saran-saran.

Isi bahan laporan yang dibuat Perwakilan memuat uraianmengenai kegiatan penelaahan dan penelitian dalam bidangoperasional seperti Bidang Politik, Ekonomi, Penerangan danSosial Budaya, Pertahanan dan Keamanan serta disampingitu memuat pula uraian mengenai Bidang Administrasi sebagaiunsur penunjang terhadap pelaksanaan tugas operasional.Dalam sistim pelaporan di Departemen Luar Negeri yangtermasuk laporan lengkap, komprehensif adalah laporanbulanan dan laporan tahunan, laporan-laporan lainnya bersifatsektoral yaitu perbidang atau perunit.

PELAPORAN

Page 677: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

659

b. Materi Laporan

Laporan Perwakilan-perwakilan RI berisi materi sebagaiberikut :

1) Bidang Politik, memuat

a. Politik Dalam Negeri

(1) Pemerintahan

(2) Dewan Perwakilan Rakyat/Lembaga-lembagaLegislatif

(3) Partai-partai Politik/Kekuatan Politik

(4) Kekuatan-kekuatan Sosial

b. Hubungan Luar Negeri

(1) Bilateral dengan negara Blok Barat

negara Blok Timur

negara Non-Alianed

negara lainnya.

(2) Regional

(3) Hubungan politik bilateral dengan Indonesia.

2) Bidang Ekonomi

a. Ekonomi Dalam Negeri

(1) umum

- Trend Perekonomian

- Anggaran Belanja Negara

- Kebijaksanaan-kebijaksanaan Ekonomi

- Rencana Pembangunan Ekonomi

- Standard hidup dan Cost of Living

(2) Perdagangan

- Umum di dalam negeri

- Sistim perdagangan/Trade pattern

- Neraca perdagangan

- Situasi pasaran (market condition)

- Price Analisys/Laporan

- Peraturan-peraturan perdagangan

PELAPORAN

Page 678: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

660

- Masalah-masalah tarif perdagangan

- Struktur/Organisasi kegiatan instansiperdagangan

(3) Moneter dan Keuangan

- Kebijaksanaan moneter dan keuangan

- Pasaran valuta (foreign exchange rate)

- Sistim Perkreditan

- Organisasi kegiatan Perbankan

(4) Industri

(5) Pertamina

(6) Perhubungan laut dan udara

(7) Pariwisata

b. Ekonomi Luar Negeri

(1) Umum

- Kebijaksanaan-kebijaksanaan HubunganEkonomi Luar Negeri

- Potensi Kerjasama Ekonomi Luar Negeridalam bidang-bidang ekonomi, perdagangan,keuangan.

- Industri, tehnik, research dan sebagainya.

(2) Bilateral

- Dengan negara-negara berkembang

- Dengan negara-negara maju

(3) Regional

- Kebijaksanaan kerjasama ekonomi regional

- Perkembangan kerjasama ekonomi regional

(4) Multilateral

- Kebijaksanaan Umum Kerjasama

- Multilateral Keanggotaannya dalam Badan-Badan Internasional

- Sikap dan posisi terhadap Tata Ekonomi DuniaBaru Khususnya dan pada fora internasionalumumnya

PELAPORAN

Page 679: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

661

(5) Hubungan Ekonomi Bilateral dengan Indonesia

3) Bidang Penerangan

Laporan pers (baca : mass media) mengenai kejadian-kejadian dan perkembangan-perkembangan keadaansetempat yang terpenting dan yang bernilai atau adasangkut pautnya dengan kepentingan RI ataupunkepentingan regional dan internasional.

4) Bidang Sosial Budaya

(1) Kebudayaan

(2) Pendidikan llmu Pengetahuan, Tehnologi, Riset

(3) A G A M A

(4) Kepemudaan, olah raga dan Urusan Kewanitaan

(5) S o s i a l

(6) Hubungan Sosial Budaya bilateral dengan Indonesia

5) Bidang Hankam antara lain, memuat

(1) Dalam rangka internasional

(2) Dalam rangka regional

(3) Kekuatan di dalam negeri

6) Bidang Kegiatan lainnya antara lain, memuat;

(1) Protokol dan Konsuler

(2) Pengamanan Perwakilan

7) Bidang Administrasi antara lain, memuat

(1) Personalia

(2) Keuangan

(3) Komunikasi

3. Cara Penyampaian Laporan

a) Dengan memperhatikan azas-azas pelaporan, laporan-laporan Perwakilan disampaikan kepada pimpinan DepartemenLuar Negeri melalui kawat biasa, kawat sandi atau dengansurat melalui kantong diplomatik. Laporan yang dikirim dengankawat berupa laporan yang penting sifatnya, dalam artibahwa laporan itu akan hilang artinya bila terlalu lamasampainya di Departemen Luar Negeri.

PELAPORAN

Page 680: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

662

Laporan-laporan yang disampaikan dengan kawat adalahLAPERSITMING, LAPSUS (disusun secara singkat).

b) Laporan yang bersifat biasa penyampaiannya menggunakankawat biasa sedangkan untuk laporan rahasia digunakankawat sandi. Apabila laporan disampaikan dengan suratmelalui kantong diplomatik, maka untuk laporan yang bersifatbiasa dipakai kertas putih, sedangkan laporan rahasia dipakaikertas berwarna merah bersampul 2 (dua rangkap dengandibubuhi CAP RAHASIA.

B A B IVLaporan-Laporan dari Perwakilan RI

ke Departemen Luar Negeri

Laporan-laporan Perwakilan RI yang dikirim ke Departemen LuarNegeri adalah sebagai berikut:

1. Laporan Rutin berkala, berupa

a. Laporan Perincian Situasi Mingguan (LAPERSITMING)

Isi laporan : Data-data dan penglihatan (observasi)sementara singkat tetapi padat

Sifat : Terpadu (POLEKSOSBUDHANKAM)

Cara penyampaian : Dengan kawat biasa/telex

Klasifikasi : Biasa atau terbatas

b. Laporan Bulanan (LAPLAN)

Isi : Data-data dan analis

Sifat : Terpadu (POLEKSOSBUDHANKAM danAdministrasi)

Cara Penyampaian : Dengan kantong diplomatik

Klasifikasi : Terbatas atau rahasia

c. Laporan Tahunan (LAPTAH)

Isi Laporan : 1) Inti laporan berisi uraian pertanggung-jawaban mengenai tugas Kepala

PELAPORAN

Page 681: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

663

Perwakilan selama setahun mencakupsemua kegiatan.

2) Bidang Operasional berisi data-data dananalisa yang mendalam dankomprehensif mengenai permasalahandalam ruang lingkup Bidang Operasionalserta berisi uraian perkiraan keadaantahun berikutnya.

3) Bidang Administrasi berisi uraiankegiatan Bidang Administrasi.

2. Laporan Khusus (LAPSUS)

isi : Mengenai masalah tertentu yang penting

Sifat : Sektoral (Bidang Politik, Ekonomi, Hankam)

Cara penyampaian : Dengan kantong diplomatik/kawat

Klasifikasi : Rahasia

3. Sistimatika isinya (Substansinya)

Sistimatika Laporan-laporan dari Perwakilan-perwakilan harusdisusun sebagai berikut:

a. Laporan Perincian Situasi Mingguan LAPERSITMING)

LAPERSITMING merupakan Laporan tentang fakta-faktaperkembangan situasi setempat selama seminggu bersumberdari sumber terbuka. Karena LAPERSITMING merupakanlaporan operasional, maka sistimatikanya disusun sebagaiberikut:

- Pendahuluan, menguraikan secara singkat mengenaiperistiwa /masalah yang menonjol.

- Bidang Politik

- Bidang Ekonomi

- Bidang Penerangan

- Bidang Sosial Budaya

- Bidang Pertahanan Keamanan

- Lain-lain

Apabila dikehendaki adanya suatu kesimpulan atau apresiasidan fakta-fakta yang dilaporkan, maka kesimpulan tersebut

PELAPORAN

Page 682: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

664

dikirim dengan selalu kawat sandi tersendiri dengan menunjukkepada nomor laporan mingguan yang bersangkutan.

b. Laporan Bulanan (LAPLAN)

Laporan Bulanan memuat data-data dan analisaperkembangan situasi setempat selama sebulan dengansusunan sistematika isinya sebagai berikut:

- Pendahuluan

- Bidang Politik

- Bidang Ekonomi

- Bidang Penerangan

- Bidang Sosial Budaya

- Bidang Pertahanan Keamanan

- Bidang Administrasi

- Lain-lain

- Kesimpulan

- Penutup/Saran-saran

c. Laporan Tahunan (LAPTAH)

Laporan Tahunan memuat seluruh kegiatan dari semua bidangdi Perwakilan-perwakilan RI di luar negeri dalam satu tahundan menguraikan apa yang telah/belum dicapai menurutrencana kerja dan mengemukakan hambatan-hambatanyang dihadapi serta usul-usul untuk mengatasinya,sedangkan uraian mengenai penilaian keadaan perkiraankecenderungan tahun yang akan datang dan saran-sarantindak lanjut harus berdasarkan penilaian keadaan tersebut.Untuk itu laporan dibuat dalam 3 jilid, jilid pertama berupalaporan Inti, j i l id kedua memuat kegiatan bidangPOLEKSOSBUDHANKAM (operasional), jilid ketiga memuatkegiatan Bidang Administrasi (penunjang).

Karena Anggaran dimulai pada 1 April tiap-tiap tahun makasetiap Perwakiian RI harus telah menyampaikan LAPTAHnyamasing-masing kepada Departemen Luar Negeri selambat-lambatnya pada pertengahan bulan Maret agar pada awalApril tiba di Departemen Luar Negeri.

Sistimatika Laporan Bidang POLEKSOSBUDHANKAM(Operasional) adalah sebagai berikut:

PELAPORAN

Page 683: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

665

- Pendahuluan

- Bidang Politik

- Bidang Ekonomi

- Bidang Penerangan

- Bidang Sosial Budaya

- Bidang Pertahanan Keamanan

- Bidang Protokol dan Konsuler

- Lain-lain

- Kesimpulan

- Penutup dan Saran-saran

Sistimatika Laporan Bidang Administrasi adalah sebagai berikut

- Personalia

- Keuangan

- Pengamanan Perwakilan

- Komunikasi

- Perkiraan volume kegiatan Administrasi tahun yang akandatang.

d. Laporan Khusus (LAPSUS)

Yang dimaksud dengan Laporan Khusus adalah laporan yangisinya memberi pengertian, gambaran dan analisa yang lebihmendalam tentang sesuatu masalah yang penting untukmendapatkan perhatian pimpinan Departemen Luar Negeri.

Sistimatika Laporan Khusus adalah sebagai berikut

- Pendahuluan

- Fakta-fakta

- Pembahasan

- Kesimpulan

- Penutup/Saran-saran

4. Laporan P.T.R.I.

Perwakilan Tetap RI tidak diwajibkan untuk mengirim laporan-laporan tersebut pada huruf 3a., 3b. P.T.R.I. diwajibkan untukmengirim laporan-laporan sebagai berikut:

PELAPORAN

Page 684: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

666

a. Laporan Sidang Umum PBB

b. Laporan Sidang-sidang penting menurut Schedule ofConferences

c. Laporan Khusus mengenai masalah tertentu

d. Laporan Tahunan

5. Perincian sistimatika menurut kebutuhan unit (Pusat) masing–masing ditentukan kemudian.

BAB V

ALAMAT

Laporan Mingguan, Bulanan, Tahunan dan Laporan Khusus dariPerwakilan Perwakilan dialamatkan kepada Menteri Luar Negeri untukperhatian

1. Sekretaris Jenderal (dua set lengkap Laporan Tahunan)

2. Semua Direktur Jenderal

3. Inspektur Jenderal

4. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri

5. Sekum Setnas ASEAN

6. Unit Eselon II yang bersangkutan (Regional atau Sektoral)

Dengan tembusan kepada : Pusat Dokumentasi dan Perpustakaan,Badan Penelitian dan Pengembangan

Perwakilan Konsuler mengirim laporan-laporannya kepada KedutaanBesar Republik Indonesia yang membawahkannya, sedangkanPerwakilan Konsuler yang berdiri sendiri menyampaikan laporanlangsung kepada Menteri Luar Negeri dengan tembusan ditujukankepada alamat tersebut diatas.

PELAPORAN

Page 685: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

667

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK.016/OR/III/88/02 TAHUN 1988TENTANG

PERUBAHAN BAB IV LAMPIRAN KEPUTUSANMENTERI LUAR NEGERI

NOMOR : SK.101/BU/I/80/02TENTANG

PEDOMAN PEMBUATAN DAN PENYAMPAIAN LAPORANPERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI TAHUN 1980

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan daya gunadan hasil guna kerja serta kemampuanpengelolaan hasil laporan di lingkunganDepartemen Luar Negeri, dianggap perlu untukmenyempurnakan pedoman pembuatanpenyampaian laporan dari Perwakilan-PerwakilanRI di luar negeri.

b. Bahwa untuk pembuatan dan penyampaianlaporan tersebut perlu dilakukan sesuaipermasalahan dan urgensinya.

Mengingat : 1. Keputusan Presiden RI Nomor 51 Tahun 1976,tentang Pokok-pokok Organisasi Perwakilan RIdi luar negeri;

2. Keputusan Presiden RI Nomor 45 Tahun 1974,sebagaimana telah diubah/ditambah terakhirdengan Keputusan Presiden Nomor 15 tahun1982;

PELAPORAN

Page 686: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

668

3. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK 100/BU/I/80/01 tentang Sistim PelaporanDepartemen Luar Negeri;

4. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK. 203/OR/II/83/01 tentang Organisasi dan Tata KerjaDepartemen Luar Negeri;

5. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK-69/OR/X/87/01 tentang Susunan organisasiPerwakilan RI di luar negeri.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Menteri Luar Negeri tentang PerubahanBab IV Lampiran Keputusan Menteri Luar NegeriNomor SK.101/BU/I/80/02 tentang PedomanPembuatan dan Penyampaian Laporan PerwakilanRI di luar negeri tahun 1980.

PERTAMA : Perubahan atas bentuk-bentuk Laporan dariPerwakilan RI ke Departemen Luar Negerisebagimana yang telah diatur dalam Bab IVLampiran Keputusan Menteri Luar Negeri NomorSK.101/BU/1/80/02.

KEDUA : Perubahan-perubahan tersebut diatas,sebagaimana tercantum dalam lampiranKeputusan ini.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggalditetapkan dengan ketentuan apabila terdapatkekeliruan dalam Keputusan ini akan diperbaikisebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : JAKARTAPada tanggal : 15 Maret 1988

A.n. Menteri Luar NegeriSekretaris Jenderal

ttd

SOEDARMONO

PELAPORAN

Page 687: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

669

Lampiran :Keputusan Menteri Luar NegeriNomor : SK.016/OR/III/88/02Tanggal : 15 Maret 1988

Bab IV

Laporan-laporan dari Perwakilan RI ke Departemen LuarNegeri. Laporan-laporan Perwakilan RI Yang dikirim ke DepartemenLuar Negeri adalah sebagai berikut:

1. Laporan Rutin Berkala

a. Laporan Mingguan1) Disusun dalam bentuk kawat dan dikirim melalui kantong

diplomatik, telex leased channel atau komunikasi Depluyang tidak menambah biaya pengiriman.

2) Laporan berisi resume perkembangan kegiatanPerwakilan RI dan hasil-hasilnya yang telah dicapai.

b. Laporan Tahunan1) Dibuat secara tertulis.2) Laporan berisi hasil-hasil yang telah dicapai sesuai dengan

Program Kerja Perwakilan RI yang bersangkutan.

2. Laporan Khususa. Laporan ini dibuat sesuai keperluan dan dikirim sebagai kawat

atau surat sesuai urgensi masalah yang dilaporkan.b. Laporan berkwalifikasi rahasia, terbatas atau terbuka.c. Materi laporan menyangkut hubungan dengan negara/

lembaga akreditasi.d. Setiap laporan khusus mencakup hanya satu masalah.

3. Laporan Telepon

Laporan ini hanya mengenai hal-hal yang mendesak saja dandilakukan seijin atau oleh Kepala Perwakilan. Laporan Teleponharus disusun dengan laporan kawat.

4. Alamat Laporan

Semua laporan dialamatkan kepada Menteri Luar Negeri, up.Eselon I/Eselon II yang bersangkutan dengan tembusan kepadasemua Eselon I Deplu.

PELAPORAN

Page 688: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

670

DEPARTEMEN LUAR NEGERI FB No. 1207 REPUBLIK INDONESIA

Nomor : BB-0474/Deplu/II/04 Tanggal : 20 Februari 2003 Jml. Hal : Lembar Termasuk Pengantar

Kepada : Yth. All Keppris Info : Yth. Inspektorat Jenderal Dari : Sekretaris Jenderal Perihal : Penyusunan LAKIP Perwakilan Tahun 2003

PEMBUAT

M. IBNU SAID NIP. 020003570

PEJABAT KOMUNIKASI

B I A S A

RUANG LEGALISASI SEKRETARIS JENDERAL

SUDJANAN PARNOHADINIGRAT

PENGANTAR BERITA FAKSIMILI

LEGALISASI KAWAT

RAHASIA BIASA FAKSIMIL

NO/TGL PARAF

20 FEB 2004

PELAPORAN

ISI BERITA

Merujuk berita faksimili kami tanggal 2 Juli 2003, bersama inidengan hormat disampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. BPKP melalui surat nomor S-1145/K/D.3/2003 tanggal 17 Oktober2003 mengenai Laporan Hasil Evaluasi Laporan AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Departemen Luar Negeri2002, menyatakan bahwa Departemen Luar Negeri merupakansalah satu departemen yang menyampaikan LAKIP-nya kepada

Page 689: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

671

Menpan dan BPKP dengan tepat waktu. BPKP juga mencatatbahwa di lingkungan Deplu dan Perwakilan RI yang wajibmelaksanakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah(SAKIP) sebanyak 129 unit, yang terdiri dari, 1 (satu) unit LAKIPDeplu, 10 Unit LAKIP Eselon I dan 118 (seratus delapan belas)unit LAKIP Perwakilan RI di luar negeri. Hingga tahun 2003,BPKP baru menerima 12 unit kerja (9,23%) yang menyampaikanLAKIP-nya, yaitu : 1 unit LAKIP Deplu, 10 unit LAKIP Eselon 1dan 1 unit LAKIP Perwakilan RI di luar negeri. Sebanyak 118 unit(90,77%) Perwakilan RI di luar negeri belum menyampaikanLAKIP tahun 2002.

2. Dalam kaitan ini, Deplu telah menjelaskan kepada BPKP bahwaPerwakilan RI akan mulai menerapkan sistem AKIP pada tahun2003. Mengingat perwakilan RI di luar negeri baru menerimabuku Pedoman Umum Implementasi SAKIP Deplu dan PerwakilanRI pada tanggal 09 Mei 2003 telah meminta dispensasi kepadaBPKP untuk membebaskan perwakilan RI dari penyusunan LAKIPtahun 2002 dan BPKP dapat menyetujui. Karena itu PerwakilanRI diminta untuk menerapkan Sistem AKIP pada tahun 2003dan menyampaikan LAKIP-nya tahun 2003.

3. Berdasarkan surat Menteri Pendayagunaan Aparatur NegaraNomor 10/M.PAN/1.2004 tanggal 6 Januari 2004 perihalPenyampaian LAKIP 2003, dimohon agar setiap Perwakilan RI diluar negeri untuk menyampaikan LAKIP tahun 2003 yangditujukan kepada Menteri Luar Negeri dengan tembusan MenteriPendayagunaan Aparatur Negara, Kepala BPKP, SekretarisJenderal, Inspektorat Jenderal, Staf Ahli Menteri BidangManajemen dan Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi,paling lambat tanggal 23 Maret 2004. Perlu disampaikanbahwa Kantor Menpan akan menjadikan LAKIP Perwakilantersebut sebagai dasar pertimbangan untuk memberikanrekomendasi kepada Departemen Keuangan dalam kaitannyadengan anggaran perwakilan, sebagai pelaksanaan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yangmenggunakan prinsip Anggaran Berbasis Kinerja (ABK).

4. Untuk mempermudah dan mempercepat penyusunan LAKIPPerwakilan RI di luar negeri tahun 2003, Biro Perencanaan danOrganisasi telah membuat contoh cara penyusunan LAKIPPerwakilan (terlampir) untuk dapat digunakan sebagai acuan olehPerwakilan RI yang telah disesuaikan dengan Surat Kepala LAN

PELAPORAN

Page 690: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

672

No. 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman PenyusunanPelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

5. Bagi beberapa Perwakilan RI (KBRI Vatican, Riyadh, Bratislava,Buenos Aires dan KJRI Vancouver) yang telah menyampaikanLAKIP Perwakilan 2003 diucapkan terima kasih. Biro Perencanaandan Organisasi sedang melakukan evaluasi terhadap LAKIPPerwakilan RI yang telah disampaikan. Perlu disampaikan bahwaBiro Perencanaan dan Organisasi bekerjasama dengan LembagaAdministrasi Negara (LAN) dan BPKP akan melakukan sosialisasidan asistensi penerapan Sistem AKIP pada tahun anggaran 2004.Mengenai jadwal sosialisasi dan asistensi akan diberitahukankemudian.

6. Sebagai pelaksanaan Keppres No. 108 Tahun 2003 tentangOrganisasi Perwakilan dan Inpres No. 7 Tahun 1999 tentangAkuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, pada tahun 2004 iniPerwakilan RI diwajibkan untuk menyusun Rencana Strategik(RENSTRA) selama periode jabatan Kepala Perwakilan danRencana Kinerja Tahunan (RENJA). Untuk contoh penyusunanRENSTRA dan RENJA sedang disiapkan dan akan disampaikandalam waktu dekat.

7. Mengingat perwakilan telah menyusun LAKIP yang memuatcapaian-capaian kinerja (program dan kegiatan perwakilan)selama kurun waktu 1 (satu) tahun, maka Perwakilan RI tidakperlu lagi menyusun laporan Tahunan Buku I, II dan III denganformat seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian,Perwakilan RI tetap diminta untuk membuat Laporan AnalisaTahunan yang singkat, padat namun “comprehensive”. Laporantersebut antara lain merupakan refleksi pelaksanaan misiPerwakilan dan kepentingan nasional Indonesia yang harusdiperjuangkan pada tahun yang sudah berjalan dan proyeksipelaksanaan misi tersebut di masa mendatang (tahun yang akanberjalan), di negara akreditasi.

Demikian atas perhatian dan kerjasama Saudara diucapkan terimakasih.

Jakarta, 20 Februari 2004

PELAPORAN

Page 691: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

673

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

FB No. 0659

NOMOR : BB-0363 / DEPLU / II / 05 TANGGAL : 04 Februari 2005 JML. HAL : 3 ( tiga ) Lembar Temasuk pengantar

KEPADA : Yth. All Kepala Perwakilan

INFO : Yth, Inspektur Jenderal

DARI : Sekretaris Jenderal

PERIHAL : Penyusunan laporan Analisa tahunan Perwakilan RI Di Luar Negeri

PEMBUAT

A. AGUS SRIYONO NIP. 0200003982

PEJABAT KOMUNIKASI

RUANG LEGALISASI SEKRETARIS JENDERAL

SUDJADNAN PARNOHADININGRAT

BIASA PENGANTAR BERITA FAKSIMILI

PELAPORAN

Page 692: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

674

ISI BERITA

Merujuk perihal faksimili tersebut bersama ini disampaikan hal–halsebagai berikut :

1. Sebagaimana dimaklumi bahwa dengan telah diimplementasikanInpres No. 7 tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah (SAKIP) di Perwakilan Ri, maka melalui faksimiliSekretaris Jenderal Nomor BB-494/Deplu/II/04 tanggal 20Februari 2004 telah diinstruksikan kepada Perwakilan RI di LuarNegeri Untuk tidak lagi menyusun laporan Tahunan yang terdiriatas Buku I, II dan III.

2. Namun demikian, Direktorat Operasional berpendapat bahwalaporan analisa tahunan dari Perwakilan saat ini masih diperlukan.Untuk itu dimohon perwakilan dapat menyusun laporan dimaksud,dan untuk keseragamannya bersama ini terlampir disampaikansistematika laporan analisa tahunan perwakilan.

3. Laporan Analisa Tahunan tersebut disusun dalam bentuk narasiyang padat dan singkat (kurang lebih 30 halaman ), namuncomprehensive, yang merupakan critical analysis tentangpelaksanaan tugas dan fungsi perwakilan dalam kurun waktusatu tahun.

Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Jakarta, 4 Februari 2005

PELAPORAN

Page 693: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

675

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOTA DINAS

Nomor : 0025/OT/II/2005/18/02Kepada : 1. Yth. Para Pejabat Eselon I

2. Yth. Para Pejabat Eselon IIDari : Sekretaris JenderalLampiran : 1 ( satu )Perihal : Laporan Analisis tahunan Perwakilan RI di Luar Negeri

Merujuk perihal tersebut di atas, dengan hormat kamiinformasikan bahwa melalui faksimil nomor BB-494/Deplu/II/04tanggal 20 Februari 2004 dan nomor BB-0360/DEPLU/II/05 tanggal4 Februari 2005, kami telah menginstruksikan Perwakilan RI di LuarNegeri Untuk menyusun Laporan Analisis tahunan dengan sistematikaterlampir. Laporan tahunan tersebut bertujuan untuk melengkapiLAKIP yang sekaligus merupakan pengganti dari Laporan tahunanperwakilan RI di Luar Negeri.

Dengan menggunakan sistematika tersebut diharapkantercipta keseragaman format dalam penyusunannya. Sangatdiharapkan pula bahwa materi laporan Analisis tahunan PerwakilanRI di Luar Negeri tersebut disusun dalam bentuk narasi yang padatdan bersifat critical analysis serta comprehensive dengan jumlahhalaman kurang lebih 30.

Dengan ketentuan tersebut diharapkan seluruh pejabatEselon I dan II memakluminya, terutama apabila dalam waktu dekatmenerima Laporan Analisis tahunan dari Perwakilan RI di Luar Negeri.

Demikian disampaikan dan atas perhatiannya diucapkanterima kasih.

Jakarta, 23 Februari 2005

ttd

SUDJADNAN PARNOHADINIGRAT

PELAPORAN

Page 694: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

676

LAPORAN ANALISA TAHUNANPERWAKILAN RI DI ..........................

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Situasi Negara Akreditasi/Wilayah Kerja/WilayahRegional/Organisasi Internasional (disesuaikan denganjenis perwakilan )a. Analisa Politikb. Analisa Ekonomi,c. Analisa Sosial dan Budaya,d. Analisa Pertahanan dan Keamanan,e. Analisa Regional/Internasional.

Bab III : Pelaksanaan Hubungan Bilateral, Regional danMultilaterala. Pelaksanaan Fungsi Politikb. Pelaksanaan Fungsi Ekonomic. Pelaksanaan Fungsi Sosial dan Budayad. Pelaksanaan Fungsi Pertahanan dan Kemananane. Pelaksanaan Fungsi Kekonsuleran serta

Perlindungan WNI dan BHIf. Peluang dan Hambatan

Bab IV : Manajemen perwakilana. Personaliab. Inventarisasi dan Perlengkapanc. Anggaran

Bab V : Rekomendasi

PELAPORAN

Page 695: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

677

INSTRUKSI MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK.041/OR/V/88/02 TAHUN 1988

TENTANG

MEMORANDUM AKHIR TUGAS PADAPERWAKILAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa untuk menjamin kesinambungan kerjadan memupuk rasa tanggung jawab makadalam setiap pergantian pejabat yangmenduduki jabatan struktural pada PerwakilanRI di Luar Negeri dianggap perlu adanya suatumemorandum akhir tugas;

b. Bahwa untuk pelaksanaannya perlu dikeluarkaninstruksi tentang kewajiban pembuatanMemorandum Akhir Tugas bagi Pejabat –pejabat yang mengakhiri tugasnya padaperwakilan RI di Luar Negeri.

Mengingat : 1. Keputusan Presiden RI No. 51 Tahun 1976tentang Pokok-pokok Organisasi Perwakilan RIdi Luar Negeri

2. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. 00705/OR/VII/81/01 tahun 1981 tentang SusunanOrganisasi Perwakilan RI di Luar Negeri;

3. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. 69/OR/X/87/01 Tahun 1987 tentang SusunanOrganisasi Perwakilan RI di Luar Negeri;

4. Nota Edaran Sekretaris Jenderal No. 1457/Kepeg/1979 tanggal 6 Oktober 1979 tentang

PELAPORAN

Page 696: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

678

Tata Cara Pelaksanaan Tetap MemorandumSerah Terima.

MENGINSTRUKSIKAN

Kepada : Para Pejabat yang menduduki jabatan strukturalpada Perwakilan RI di Luar Negeri.

Untuk

Pertama : Membuat Memorandum Akhir Tugas pada saatberakhirnya tugas di Perwakilan RI.

Kedua : Memorandum Akhir Tugas meliputi hal–hal sebagaiberikut :

a. Tugas yang dibebankanb. Pelaksanaan tugasc. Sasaran pelaksanaan tugasd. Ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan

dalam pelaksanaan tugas.e. Masalah yang belum terselesaikanf. Kesimpulan dan sarang. Lampiran berupa :

- daftar keadaan materiil (dokumentasi/arsip/inventaris)

- daftar keadaan personil

Ketiga : Memorandum Akhir Tugas di sampaikan kepada :

1. Kepala Perwakilan2. Direktur Regional yang bersangkutan, sebagai

tembusan, bagi WAKEPPRI, Kepala Bidang danKepala Sub Bidang;

3. Kepala Biro Keuangan, Kepala Biro Kepegawaiandan Kepala Biro Perlengkapan sebagai tembusan,bagi Kepala Bagian dan Sub Bagian;

PELAPORAN

Page 697: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

679

4. Kepala Pusat Komunikasi sebagai tembusan,bagi Kepala Unit Komunikasi;

5. Departemen Teknis/Departemen Hankamsebagai tembusan bagi Atase Teknis/AtasePertahanan.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 4 Mei 1988

A.N. MENTERI LUAR NEGERISEKRETARIS JENDERAL

ttd

SOEDARMONO

Tembusan disampaikan kepada :Yth. Para Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri

PELAPORAN

Page 698: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

680

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 20 Maret 1985

Bersama ini disampaikan bentuk naskah serah terimajabatan untuk dipergunakan pada serah terima jabatandilingkungan Saudara agar dapat dicapai keseragamanserah terima jabatan.

Apabila jabatan diterimakan kepada atasannya atausejawatnya yang hanya akan bertindak sebagai Care-taker maka tidak perlu dicantumkan dasar suratkeputusan baik dari Menteri Luar Negeri maupun dariKepala Perwakilan. Serah terima jabatan tersebut bersifatsementara menunggu penggantinya yang tetap sehinggapelaksanaan serah terima jabatan ini cukup dilakukanintern. Sewaktu pengganti yang tetap sudah ada makadiadakan serah terima jabatan seperti lazimnya dari care-taker kepada perjabat yang baru.

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

a.n MENTERI LUAR NEGERI SEKRETARIAT JENDERAL

ttd

SOEDARMONO

Nomor : 097/OR/III/85/02 Perihal : Bentuk Serah terima Jabatan Lampiran : Satu Contoh

Kepada Yth, 1. Semua Esselon I 2. Semua Esselon II 3. Semua Kepala Perwakilan

RI Di Luar Negeri

PELAPORAN

Page 699: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

681

DEPARTEMEN LUAR NEGERIBERITA ACARA SERAH TERIMA JABATAN

Pada ......................... hari ................ ini :

.........................................................

1. ................................... : kami yang dengan KeputusanMenteri Luar Negeri.

Nomor ............... tanggal........................... dibebaskansebagai ................... padaDepartemen Luar Negeri, selanjutnyadalam Berita Acara ini disebut PihakPertama, dan

2. ................................... : ..................................................

.............................., yang denganKeputusan Menteri Luar NegeriNomor .......... tanggal ditunjuksebagai penggantinya, selanjutnyadalam Berita Acara ini disebut PihakKedua.

Dengan disaksikan oleh :

1. ........................................ : ....................................... (Jabatan)

(Nama Saksi )

2. ........................................ : ....................................... (Jabatan)

(Nama Saksi)

telah melakukan Serah Terima Tugas dan Tanggung Jawab Pihak Pertamakepada Pihak Kedua.

Dengan demikian, maka :

1. Pihak Pertama telah melakukan penyerahan Tugas dan Tanggung Jawabpekerjaannya kepada Pihak Kedua.

2. Pihak Kedua telah menerima Tugas dan Tanggung jawab pekerjaansebagai ................................................ (Jabatan yang diserahkan).

Berita Acara Serah Terima ini dibuat dalam 12 (dua belas) ganda dandisampaikan kepada :

1. Pihak Pertama; 7. Dirjen HUBSOSBUDPEN;

2. Pihak Kedua; 8. Dirjen Protokol & Konsuler;

3. Sekretaris jenderal; 9. Dirjen Setnas Asean;

PELAPORAN

Page 700: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

682

4. Inspektur Jenderal; 10. Kepala Badan Litbang;

5. Dirjen Politik; 11. Kepala biro Kepegawaian;

6. Dirjen HELN; 12. Arsip

Dibuat di ............................ pada tanggal .....................................

Yang menerima, Yang menyerahkan,

(nama) (Nama)

Saksi I Mengetahui, Saksi I

(Nama) (Nama & Jabatan) (Nama)

PELAPORAN

Page 701: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

683

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA BIRO SANDI

BERITA RAHASIATGL 5 MEI 1979

DARI KONSEP NOMOR02123

PRO PERWAKILAN : SEMUA PERWAKILANINFO PERWAKILAN :

No. 791282.pro dubes/ka perwakilan

ex sekjen

mkk no. 790077 demi keseragaman bersama ini disampaikanperincian sistimatik pembuatan memorandum serah terima yangresminya diberi judul quote memorandum pengakhiran jabatan kepalaperwakilan ri unquote sbb ttkdua

memorandum pengakhiran jabatan kepala perwakilan ri

I. pendahuluan

1. dasar permulaan dan pengakhiran jabatan (surat keputusanpresiden dan menteri luar negeri)

2. gambaran kondisi lingkungan pada saat mulai memangkujabatan, selama memegang jabatan dan pada saatpengakhiran jabatan (ditonjolkan “hoogte punten” darievents/peristiwa-peristiwa yang besar)

II. tugas-tugas yang dibebankan

3. tugas pokok

dapat dilihat dari kertas penugasan (mission paper) secaratertulis, ditambah dengan penugasan lisan yang diberikanoleh presiden pada saat pelantikan atau pada waktuberpamitan dari presiden kalau tak ada penugasan yangsecara explisit diberikan, dicantumkan tugas pokok sebagaipersepsi sendiri

4. tugas-tugas tambahan

PELAPORAN

Page 702: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

684

III. rencana/cara pelaksanaan tugas

5. rencana/cara pelaksanaan tugas pokok

- uraian secara singkat program-program kerja perwakilan

- kalau tidak ada program-program kerja tertulis, jelaskanprogram-program kerja yang terbentuk dalam prosespelaksanaan tugas

6. rencana/cara pelaksanaan tugas-tugas tambahan idemangka 5 diatas

IV. pelaksanaan tugas pokok

7. hambatan-hambatan yang dihadapi jelaskan secararingkas :

a. hambatan-hambatan yang ada

b. analisa ringkas penyebab dari hambatan-hambatantersebut

8. cara-cara mengatasi hambatan-hambatan diatas

a. jelaskan cara-cara mengatasi hambatan-hambatantersebut dalam angka 7 diatas satu demi satu

b. jelaskan hasil-hasil yang dicapai

9. kesimpulan hasil-hasil yang dicapai

a. hasil-hasil yang dicapai (kuantitatif atau kualitatif)

b. prospek penyelesaian dimasa depan

c. pending matters utama

V. Pelaksanaan tugas-tugas tambahan

10. idem angka 7 diatas

11. idem angka 8 diatas

12. idem angka 9 diatas

VI. sarana pelaksanaan tugas

13. struktur dan organisasi perwakilan

a. masalah-masalah yang merupakan “kelemahan-kelemahan” dalam pelaksanaan tugas

PELAPORAN

Page 703: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

685

b. analisa penyebab/alasan mengapa terdapat “kelemahan-kelemahan” tersebut

c. langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi “kelemahan-kelemahan” tersebut serta hasil-hasilnya berikan jugapenjelasan alasan dari tingkat hasil yang telah dicapai

d. saran-saran perbaikan lanjutan

14. jumlah dan mutu personalia (home-maupun local staff)

a), b), c), dan d) -idem angka 13 diatas

15. material/perlengkapan

a), b), c), dan d) -idem angka 13 diatas

16. anggaran/keuangan

a), b), c), dan d) -idem angka 13 diatas

17. komunikasi

a), b), c), dan d) -idem angka 13 diatas

18. fasilitas lainnya yang dianggap perlu

VII. hal-hal lainnya yang perlu diketahui

19. sketsa diplomatic map

20. sketsa social function map

21. sketsa “pembinaan warga-negara” map

VIII. kesimpulan-kesimpulan umum

22. pelaksanaan tugas pokok

23. pelaksanaan tugas-tugas tambahan

24. sarana-sarana pelaksanaan tugas

IX. Penutup

25. saran-saran

26. kata-kata penutup

ttkhbs

d e p l u

PELAPORAN

Page 704: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

686

NOTA EDARAN

Nomor : 1457/Kepeg/1979

Kepada Yth, : 1. Sdr Inspektur Jenderal/Direktur Jenderal Politik/Direktur Jenderal HESBLN/Direktur JenderalMANHUBLU/Direktur Jenderal Protokol danKonsuler dan Sekretaris Umum Setnas ASEAN.

2. Sdr. Para Kepala Biro/Direktur/Inspektur/Sekretaris Direktorat Jenderal dan InspektoratJenderal/Kepala Pusat.

c.c. : Yth. Sdr. Menteri Luar Negeri, sebagai laporan.

Dari : Sekretaris Jenderal

Perihal : Tatacara pelaksanaan tetap;1. Memorandum Serah Terima2. De-briefing pegawai yang kembali3. Makalah/paper bagi pegawai yang akan

ditempatkan

Lampiran : -

Bersama ini kami sampaikan dengan hormat danmohon perhatian Saudara-saudara mengenai hal– halsebagai berikut :

1. Memorandum Serah Terima

a. Untuk menjamin kontinuitas kerja danmemupuk rasa tanggung jawab, maka setiappergantian pejabat/jabatan supaya diadakanserah terima. Selain dibuat Berita Acara SerahTerima juga disiapkan Memorandum SerahTerima yang untuk keseragaman meliputi hal–hal sebagai berikut :

(1) Tugas yang dibebankan

(2) Pelaksanaan tugas

(3) Sarana pelaksanaan tugas

(4) Kesimpulan dan saran

(5) Lampiran berupa

PELAPORAN

Page 705: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

687

- daftar keadaan materiil (dokumentasi/arsip/inventaris)

- daftar keadaan personil

- daftar masalah pending

b. Kewajiban melaksanakan serah terima iniberlaku bagi segenap pejabat mulai PejabatEselon IV keatas dan dilakukan

(1) antara pejabat dan pejabat lain yang akandiganti;

(2) antara pejabat dengan wakilnya, bilapengganti belum ditunjuk,

c. Berita Acara serta Memorandum Serah Terimadisampaikan kepada :

(1) Sekretaris Jenderal u.p. Biro Kepegawaian

(2) Sekretaris Direktorat Jenderal Unit yangbersangkutan.

2. Makalah/Paper

a. Dalam rangka penempatannya di PerwakilanRI di luar negeri, setiap pegawai terlebih dahuluharus dipekerjakan beberapa waktu lamanya.Hal ini antara lain dimaksudkan kesulitan dalammenjalankan tugasnya di Perwakilan untukmeningkatkan ketrampilannya sertapenguasaannya tentang bidang tugasnyaserta berusaha menghayati secara sungguh–sungguh tugas yang akan dibebankankepadanya.

b. Selama dipekerjakan dan/atau “meelopen” diunit tersebut, pegawai yang bersangkutansupaya menulis makalah/paper tentang negaradimana yang bersangkutan akan ditempatkan(bukan post description paper), disertaipandangan dan pendapatannya.

c. Ketentuan tersebut diatas berlaku untuksemua pegawai dinas luar negeri dan/ataupegawai yang akan ditempatkan padaPerwakilan RI di Luar negeri.

PELAPORAN

Page 706: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

688

3. De-briefing

a. Dalam rangka mencapai daya–guna dan hasilguna yang sebaik–baiknya dari pegawai yangbaru kembali dan penempatannya, pegawaiyang bersangkutan untuk sementara wajibdiperbantukan pada unit kerja induk yangberkepentingan untuk keperluan antara lainmemberikan de-briefing. Selama penempatansementara ini yang bersangkutan sebaiknyaditugaskan menulis tentang pengalamannyapribadi dalam menjalankan tugas pekerjaannyaselama dia ditempatkan. Hal ini kirannya pentingselain sebagai bahan evaluasi bagi pimpinanunit kelak akan ditempatkan di negara tersebut.

b. Baik makalah maupun de-breifing paper,diserahkan kepada :

(1) Sekretaris Direktorat Jenderal unit yangbersangkutan

(2) Sekretaris Jenderal u.p. Biro Kepegawaian

4. Instruksi ini mulai berlaku sejak tanggal dikeluarkan.

Jakarta, 6 Oktober 1979

A.n. MENTERI LUAR NEGERISekretaris Jenderal,

ttd

B.S. ARIFINNIP. 020000770

PELAPORAN

Page 707: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

689

XXVII

S A K I P

Page 708: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

690

Page 709: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

691

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 7 TAHUN 1999

TENTANG

AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka lebih meningkatkanpelaksanaan pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, dipandang perlu adanya pelaporanakuntabilitas kinerja instansi pemerintah untukmengetahui kemampuannya dalam pencapaianvisi, misi dan tujuan organisasi;

b. bahwa untuk melaksanakan pelaporanAkuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah perludikembangkan sistem pelaporan akuntabilitaskinerja yang mencakup indikator, metode,mekanisme dan tata cara pelaporan kinerjainstansi pemerintah;

c. bahwa pelaksanaan dan pengembangan sistempelaporan kinerja tersebut perlu diatur dalamsuatu Instruksi Presiden;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan RakyatRepublik Indonesia Nomor XI/MPR/1998tentang Penyelenggara Negara yang Bersihdan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

3. Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983tentang Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

S A K I P

Page 710: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

692

4. Keputusan Presiden Nomor 100 Tahun 1998tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, SusunanOrganisasi, dan Tata Kerja Menteri NegaraKoordinator, sebagaimana telah diubah denganKeputusan Presiden Nomor 134 Tahun 1998;

5. Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1999tentang Lembaga Administrasi Negara;

MENGINSTRUKSIKAN :

Kepada : 1. Para Menteri;2. Panglima Tentara Nasional Indonesia;3. Gubernur Bank Indonesia;4. Jaksa Agung;5. Kepala Kepolisian Republik Indonesia;6. Para Pimpinan Lembaga Pemerintah Non

Departemen;7. Para Pimpinan Sekretariat Lembaga Tertinggi

dan Tinggi Negara;8. Para Gubernur;9. Para Bupati/Walikota.

Untuk :

PERTAMA : Melaksanakan akuntabilitas kinerja instansipemerintah sebagai wujud pertanggungjawabaninstansi pemerintah dalam mencapai misi dantujuan organisasi.

KEDUA : Pada tanggal 30 September 1999, setiap instansipemerintah sampai tingkat eselon II telahmempunyai Perencanaan Strategik tentangprogram-program utama yang akan dicapai selama1 (satu) sampai 5 (lima) tahunan.

KETIGA : Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam DiktumKEDUA mencakup:

S A K I P

Page 711: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

693

1. Uraian tentang visi, misi, strategi dan faktor-faktor kunci keberhasilan organisasi;

2. Uraian tentang tujuan, sasaran dan aktivitasorganisasi;

3. Uraian tentang cara mencapai tujuan dansasaran tersebut.

KEEMPAT : Pada setiap akhir tahun anggaran, mulai TahunAnggaran 2000/2001, setiap instansimenyampaikan laporan akuntabilitas kinerja instansipemerintah kepada Presiden dan salinannya kepadaKepala Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan dengan menggunakan pedomanpenyusunan sistem akuntabilitas kinerja.

KELIMA : Kepala Lembaga Administrasi Negara ditugaskanuntuk :

1. Membuat pedoman penyusunan pelaporanakuntabilitas kinerja instansi pemerintah palinglambat awal tahun 2000/2001;

2. Memberikan bantuan teknis dan penyuluhantentang pelaporan akuntabilitas kinerja instansipemerintah.

KEENAM : Kepala Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan melakukan evaluasi terhadappelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintahdan melaporkan kepada Presiden melalui MenteriNegara Koordinator Bidang PengawasanPembangunan dan Pendayagunaan AparaturNegara dan salinannya kepada Kepala LembagaAdministrasi Negara.

KETUJUH : Menteri Negara Koordinator Bidang PengawasanPembangunan dan Pendayagunaan AparaturNegara mengkoordinasikan pelaksanaan InstruksiPresiden ini.

S A K I P

Page 712: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

694

KEDELAPAN : Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab, sertamemperhatikan lampiran Instruksi Presiden ini.

Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.

Dikeluarkan di JakartaPada tanggal 15 Juni 1999

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABINET RlKepala Biro PeraturanPerundang-undangan IIPlt.

ttd

EDY SUDIBYO

S A K I P

Page 713: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

695

LAMPIRAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANO. : 7 TAHUN 1999TANGGAL : 15 JUNI 1999

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEMAKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

I. UMUM1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan :

a. Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatuinstansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkankeberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalammencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telahditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secaraperiodik.

b. Perencanaan strategik merupakan suatu proses yangberorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurunwaktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun denganmemperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang adaatau mungkin timbul. Rencana strategik mengandung visi,misi, tujuan/sasaran, dan program yang realistis danmengantisipasi masa depan yang diinginkan dan dapatdicapai.

c. Visi adalah cara pandang jauh ke depan ke mana instansipemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatifdan inovatif. Visi adalah suatu gambaran yangmenantang tentang keadaan masa depan yangdiinginkan oleh instansi pemerintah.

d. Misi adalah suatu yang harus dilaksanakan oleh instansipemerintah agar tujuan organisasi dapat terlaksana danberhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi tersebut,diharapkan seluruh pegawai dan pihak yangberkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah, danmengetahui peran dan program-programnya serta hasilyang akan diperoleh dimasa mendatang.

S A K I P

Page 714: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

696

e. Tujuan merupakan penjabaran/implementasi daripernyataan misi. Tujuan adalah sesuatu (apa) yang akandicapai atau dihasilkan pada jangka waktu 1 (satu) sampai5 (lima) tahunan.

f. Sasaran adalah penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatuyang akan dicapai/dihasilkan oleh instansi pemerintahdalam jangka waktu tahunan, semesteran, triwulan ataubulanan. Sasaran diusahakan dalam bentuk kuantitatifsehingga dapat diukur.

2. Tujuan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahadalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerjainstansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untukterciptanya pemerintah yang baik dan terpercaya.

3. Sasaran Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahadalah :a. menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga

dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsifterhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya;

b. terwujudnya transparansi instansi pemerintah;c. terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan nasional;d. terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada

pemerintah.4. Ruang Lingkup :

a. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahdilaksanakan atas semua kegiatan utama instansipemerintah yang memberikan kontribusi bagi pencapaianvisi dan misi instansi Pemerintah. Kegiatan yang menjadiperhatian utama mencakup :1. Tugas pokok dan fungsi dan instansi pemerintah;2. Program kerja yang menjadi isu nasional;3. Aktifitas yang dominan dan vital bagi pencapaian visi

dan misi instansi Pemerintah.b. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang

meliputi ruang lingkup tersebut di atas dilakukan oleh setiapinstansi Pemerintah sebagai bahan pertanggungjawaban-nya kepada Presiden.

S A K I P

Page 715: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

697

II. PELAKSANAAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITASKINERJA INSTANSI PEMERINTAH5. Pelaksanaan penyusunan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah dilakukan dengan :a. mempersiapkan dan menyusun perencanaan strategik;b. merumuskan visi, misi, faktor-faktor kunci keberhasilan,

tujuan, sasaran dan strategi instansi Pemerintah;c. merumuskan indikator kinerja instansi Pemerintah dengan

berpedoman pada kegiatan yang dominan, menjadi isunasional dan vital bagi pencapaian visi dan misi instansiPemerintah;

d. memantau dan mengamati pelaksanaan tugas pokokdan fungsi dengan seksama;

e. mengukur pencapaian kinerja dengan :1). perbandingan kinerja aktual dengan rencana atau

target;2). perbandingan kinerja aktual dengan tahun-tahun

sebelumnya;3). perbandingan kinerja aktual dengan kinerja di negara-

negara lain, atau dengan standar internasional.f. melakukan evaluasi kinerja dengan :

1). menganalisis hasil pengukuran kinerja;2). menginterprestasikan data yang diperoleh;3). membuat pembobotan (rating) keberhasilan

pencapaian program;4). membandingkan pencapaian program dengan visi

dan misi instansi pemerintah.6. Alat untuk melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

adalah laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.7. Mekanisme pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

sebagai berikut:a. Setiap pemimpin Departemen/Lembaga Pemerintah Non

Departemen, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau UnitKerja didalamnya wajib membuat laporan akuntabilitas kinerjasecara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepadaatasannya;

b. Laporan akuntabilitas kinerja tahunan dari tiap Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen, masing-masing

S A K I P

Page 716: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

698

Menteri/Pemimpin Lembaga Pemerintah Non Departemenmenyampaikannya kepada Presiden dan Wakil Presidendengan tembusan kepada Menteri Negara Koordinator BidangPengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan AparaturNegara serta Kepala Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan;

c. Laporan akuntabilitas kinerja tahunan dari setiap DaerahTingkat I disampaikan kepada Presiden/Wakil Presidendengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri dan KepalaBadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

d. Laporan akuntabilitas kinerja tahunan dari setiap DaerahTingkat II disampaikan kepada Gubernur/Kepala Daerahyang terkait dengan tembusan kepada Kepala PerwakilanBadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Salinan sesuai dengan aslinyaSEKRETARIAT KABINET RlKepala Biro PeraturanPerundang-undangan II Plt

ttd

EDY SUDIBYO

S A K I P

Page 717: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

699

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARAREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSANKEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

NOMOR : 239/IX/6/8/2003

TENTANG

PERBAIKAN PEDOMAN PENYUSUNANPELAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI

PEMERINTAH

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA,

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaanpemerintahan yang lebih berdayaguna,berhasilguna, bersih dan bertanggung jawab; danuntuk lebih memantapkan pelaksanaanakuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagaiwujud pertanggungjawaban dalam mencapai misidan tujuan instansi pemerintah, serta dalamrangka perwujudan good governance, telahdikembangkan media pertanggung jawaban dalammencapai misi dan tujuan instansi pemerintah,serta dalam rangka perwujudan goodgovernance, telah dikembangkan mediapertanggungjawaban Laporan Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah melalui Keputusan KepalaLAN Nomor 589/IX/6/Y/99 tentang PedomanPenyusunan Pelaporan Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah;

S A K I P

Page 718: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

700

b. bahwa sesuai dengan dinamika perkembanganyang terjadi, Keputusan Kepala LembagaAdministrasi Negara Nomor 589/IX/6/Y/99tentang Pedoman Penyusunan PelaporanAkuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, perludisempurnakan;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI

Nomor XI/MPR/1998 tentang PenyelenggaraNegara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi,dan Nepotisme;

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentangPenyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebasdari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

4. Keputusan Presiden RI Nomor 228/M/2001Tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong;

5. Keputusan Presiden Nomor 163/M/1998tentang Pengangkatan Kepala LembagaAdministrasi Negara;

6. Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,Kewenangan, Susunan Organisasi dan TataKerja Lembaga Pemerintah Non Departemensebagaimana telah dua kali diubah, terakhirdengan Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun2002;

7. Keputusan Presiden RI Nomor 110 Tahun 2001tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon ILembaga Pemerintah Non Departemensebagaimana telah dua kali diubah, terakhirdengan Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun2002;

8. Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 1998Tentang Penyelenggaraan PendayagunaanAparatur Negara;

9. Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999Tentang Akuntabil itas Kinerja InstansiPemerintah;

S A K I P

Page 719: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

701

10. Keputusan Kepala LAN Nomor 1049A/IX/6/4/2001 tentang Organisasi dan Tata KerjaLembaga Administrasi Negara sebagaimanatelah diubah dengan Keputusan Kepala LANNomor 171/IX/6/4/2001;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASINEGARA TENTANG PERBAIKAN PEDOMANPENYUSUNAN PELAPORAN AKUNTABILITASKINERJA INSTANSI PEMERINTAH.

Pasal 1Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah, yang selanjutnya dalam Surat Keputusan inidisebut Pedoman sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusanini merupakan pelaksanaan dari Instruksi Presiden Republik IndonesiaNomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dariKeputusan ini.

Pasal 2Pedoman sebagaimana dimaksud pada Pasal 1, dipergunakansebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menyusunLaporan Akuntabil itas Kinerja Instansi Pemerintah yangbersangkutan.

Pasal 3Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini, akan diatur kemudian.

Pasal 4Dengan diberlakukannya keputusan ini, maka Keputusan KepalaLembaga Administasi Negara Nomor 589/IX/6/Y/99 tentangPedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah dinyatakan tidak berlaku.

S A K I P

Page 720: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

702

Pasal 5Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal : 25 Maret 2003

KEPALALEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA,

MUSTOPADIDJAJA AR.

S A K I P

Page 721: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

703

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAANAPARATUR NEGARA

NOMOR : KEP/135/M.PAN/9/2004

TENTANG

PEDOMAN UMUM EVALUASILAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkanpenyelenggaraan negara yang bersih danbebas dari KKN menuju tercapainyapemerintahan yang baik (good governance)perlu adanya pertanggungjawaban daripenyelenggara negara yang dilaporkan padasetiap akhir tahun anggaran dalam suatulaporan akuntabilitas kinerja instansipemerintah;

b. bahwa dalam rangka meningkatkanakuntabilitas dan kinerja instansi pemerintahserta kualitas laporan akuntabilitas kinerjainstansi pemerintah, perlu dilakukan evaluasiterhadap laporan tersebut secara intensif;

c. bahwa sejalan dengan hal tersebut padabutir a dan b, dipandang perlu untukmenetapkan Pedoman Umum Evaluasi

S A K I P

Page 722: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

704

Laporan Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah dengan Keputusan MenteriPendayagunaan Aparatur Negara;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999tentang Penyelenggara Negara yang Bersihdan Bebas dari Korupsi, Kolusi, danNepotisme (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 75,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3851);

2. Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2004tentang Perubahan atas Keputusan PresidenNomor 101 Tahun 2001 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,Susunan Organisasi dan Tata Kerja MenteriNegara sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Keputusan PresidenNomor 47 Tahun 2003;

3. Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2004tentang Perubahan atas Keputusan PresidenNomor 108 Tahun 2001 tentang UnitOrganisasi dan Tugas Eselon I MenteriNegara sebagaimana telah beberapa kalidiubah, terakhir dengan Keputusan PresidenNomor 48 Tahun 2003;

4. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999tentang Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah;

5. Keputusan Menteri PendayagunaanAparatur Negara Nomor 95/KEP/M.PAN/11/2001 tentang Organisasi dan Tata KerjaKantor Menteri Negara PendayagunaanAparatur Negara sebagaimana telah diubahdengan Keputusan Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara NomorKEP/39/M.PAN/3/2004;

S A K I P

Page 723: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

705

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Keputusan Menteri Pendayagunaan AparaturNegara tentang Pedoman Umum EvaluasiLaporan Akuntabil itas Kinerja InstansiPemerintah.

Pertama : Memberlakukan Pedoman Umum EvaluasiLaporan Akuntabil itas Kinerja InstansiPemerintah (LAKIP) sebagaimana terlampirdalam keputusan ini.

Kedua : Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negarabekerjasama dengan Badan PengawasanKeuangan dan Pembangunan melaksanakanevaluasi terhadap LAKIP Kementerian/LembagaNon Kementerian, Sekretariat Lembaga TinggiNegara, Kejaksaan Agung, Kepolisian RepublikIndonesia, Provinsi, Kabupaten, dan Kota.

Ketiga : Pimpinan Instansi Pemerintah menetapkanPetunjuk Pelaksanaan Evaluasi LAKIP dilingkungan instansi masing-masing denganmengacu pada Pedoman Umum Evaluasi LAKIPsebagaimana dimaksud dalam diktum Pertama.

Keempat : Setiap pimpinan instansi wajib melakukanevaluasi kinerja instansinya dan memperbaikimanajemen kinerjanya untuk meningkatkanakuntabilitas kinerja terutama kinerja pelayananpublik di instansinya secara berkelanjutan.

Kelima : Setiap pimpinan instansi atau pejabat atasansecara hirarkis dan fungsional wajib melakukanevaluasi terhadap LAKIP unit-unit organisasi/satuan kerja dibawahnya.

Keenam : Pimpinan instansi agar menugaskan AparatPengawasan Internal di lingkungan masing-masing untuk melaksanakan evaluasi LAKIPtersebut, dan atau membentuk tim evaluasiLAKIP secara internal bagi instansi yang tidakatau belum mempunyai unit pengawasaninternal.

S A K I P

Page 724: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

706

Ketujuh : Laporan Hasil Evaluasi disampaikan kepadapimpinan instansi/unit organisasi yang dievaluasidan instansi terkait yang berwenang agar segeradapat diambil langkah-langkah perbaikan sesuaidengan masalahnya dan tindakan lain yangdianggap perlu sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Kedelapan : Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negaramelakukan pembinaan, koordinasi,pemantauan, dan supervisi atas pelaksanaanevaluasi LAKIP.

Kesembilan : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan.

Ditetapkan : di JakartaPada tanggal : 15 September 2004

MenteriPendayagunaan Aparatur Negara

ttd

Feisal Tamin

S A K I P

Page 725: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

707

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR SK. 03/A/OT/XII/2002/02TENTANG

PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASISISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI

PEMERINTAH (SAKIP) DEPARTEMEN LUAR NEGERI DANPERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan efektivitasdan efisiensi pelaksanaan kegiatan-kegiatan dibidang hubungan luar negeri dan politik luarnegeri, diperlukan suatu acuan yang standar,seragam dalam format, dan melembaga,berupa pedoman panyusunan PerencanaanStrategik, Perencanaan Kinerja Tahunan, danLaporan Akuntabilitas Kinerja bagi Eselon I danEselon II Departemen Luar Negeri danPerwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri,

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, perlu menetapkanSurat Keputusan Menteri Luar Negeri tentangPedoman Umum Implementasi SistemAkuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah(SAKIP) Departemen Luar Negeri dan PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri;

S A K I P

Page 726: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

708

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia No. 28Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negarayang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi,dan Nepotisme (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 75; TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor3851),

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 37Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1999 Nomor 156; Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3882);

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, danTata Kerja Departemen;

4. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7Tahun 1999 tentang Laporan AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah;

5. Keputusan Kepala Lembaga AdministrasiNegara (LAN) Nomor 589/IX/6/Y/99 tentangPedoman Penyusunan Laporan AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah;

6. Keputusan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor SK/053/OT/II/2002/01Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata KerjaDepartemen Luar Negeri;

7. Keputusan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor SK 95/B/KP/2002/02 Tahun2002 tentang Pembentukan Tim PenyusunanPedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah (SAKIP) Departemen Luar Negeridan Perwakilan Rl di luar negeri;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERITENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASISISTEM AKUNTABILITAS KINERJA

S A K I P

Page 727: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

709

INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP)DEPARTEMEN LUAR NEGERI DANPERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DlLUAR NEGERI.

Pasal 1

Pedoman Umum Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah (SAKIP) Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri adalah pedoman umum tentangimplementasi dan tata cara penyusunan Rencana Strategis(Renstra), Rencana Kinerja (Renja), dan Laporan Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah (LAKIP) Departemen Luar Negeri dari PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri.

Pasal 2

Pedoman Umum Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah (SAKIP) Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri, dimaksudkan sebagai acuan yang standar,seragam dalam format, serta arahan bagi semua unit kerja EselonI dan Eselon II di lingkungan Departemen Luar Negeri dan PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri dalam menyusun visi, misi, tujuan,sasaran, kebijaksanaan, program dan kegiatan-kegiatan sertamekanisme pertanggungjawabannya.

Pasal 3Pedoman Umum Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah (SAKIP) Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri sesuai dengan instruksi Presiden RepublikIndonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah dan sebagaimana tercantum pada Lampiran Keputusanini yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkandari Keputusan ini.

Pasal 4Pedoman Umum Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah (SAKIP) Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri ini agar diterapkan dan dilaksanakan.

S A K I P

Page 728: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

710

oleh semua unit kerja Eselon I dan Eselon II di lingkunganDepartemen di Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia diLuar Negeri.

Pasal 5

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 31 Desember 2002

a.n. MENTERI LUAR NEGERl REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIS JENDERAL,

ttd

SUDJADNAN PARNOHADININGRAT

S A K I P

Page 729: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

711

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR SK. 05/A/OT/VI/2004/02

TENTANG

PERUBAHAN ATAS LAMPIRANKEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI

NOMOR SK. 03/A/OT/XII/2002/02 TAHUN 2002TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI SISTEMAKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

(SAKIP) DEPARTEMEN LUAR NEGERI DAN PERWAKILANREPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. Bahwa dengan telah dikeluarkannya KeputusanKepala lembaga Administrasi Negara RepublikIndonesia Nomor 239/IX/6/8/2003 tahun 2003tentang Perbaikan Pedoman penyusunanPelaporan Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah, perlu melakukan penyesuaianterhadap Lampiran Keputusan menteri LuarNegeri Republik Indonesia Nomor SK/03/A/OT/XII/2002/02 Tahun 2002 tentang PedomanImplementasi Sistem Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah (SAKIP) Departemen LuarNegeri dan Perwakilan Republik Indonesia di LuarNegeri.

S A K I P

Page 730: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

712

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a perlu menetapkanKeputusan Menteri Luar Negeri tentangPerubahan atas Lampiran keputusan menteriLuar Negeri Republik Indonesia Nomor SK/03/A/OT/XII/2002/02 tahun 2002 tentangPedoman Umum Implementasi SistemAkuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah(SAKIP) Departemen Luar Negeri dan PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri;

Mengingat : 1. Undang–undang Nomor 37 tahun 1999 tentangHubungan Luar Negeri (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156;Tambahan lembaran Negara Nomor 3882);

2. Undang–undang Nomor 30 Tahun 2002 tentangKomisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2002 Nomor 130; Tambahan Lembaran NegaraNomor 4250);

3. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,Kewenangan, Susunan Organisasi dan TataKerja Departemen;

4. Keputusan Presiden Nomor 108 tahun 2003tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesiadi Luar Negeri;

5. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentangLaporan Akuntabil itas Kinerja InstansiPemerintah.

6. Keputusan menteri Luar Negeri Nomor SK. 053/OT/ II/2002/01 tahun 2002 tentang Organisasidan Tata Kerja Departemen Luar Negeri.

7. Keputusan Kepala Lembaga AdministrasiNegara Nomor 239/IX/6/8/2003 Tahun 2003tentang Perbaikan Pedoman PenyusunanPelaporan Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah;

S A K I P

Page 731: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

713

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERITENTANG PERUBAHAN ATAS LAMPIRANKEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERINOMOR SK.03/A/OT/XII/2002/02 TAHUN2002 TENTANG PEDOMAN UMUMIMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITASKINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP)DEPARTEMEN LUAR NEGERI DANPERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DILUAR NEGERI.

Pasal 1(1) Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Lampiran Keputusan

Menteri Luar Negeri Nomor SK/03/A/OT/XII/2002/02 Tahun2002 tentang Pedoman Umum Implementasi Sistem AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Departemen Luar Negeridan Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri, Dinyatakantidak berlaku lagi.

(2) Lampiran sebagaimana dimaksud dalam ayat 1), diubah denganLampiran Keputusan ini.

Pasal 2

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Di tetapkan di JakartaPada tanggal 30 April 2004

a.n. MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK IndonesiaSEKRETARIS JENDERAL,

ttd

SUDJADNAN PARNOHADININGRAT

S A K I P

Page 732: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

714

Page 733: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

715

XXVIII

PENGAWASAN MELEKAT

Page 734: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

716

Page 735: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

717

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 15 TAHUN 1983

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa pengawasan merupakan salah satuunsur penting dalam rangka peningkatanpendayagunaan aparatur Negara dalampelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahandan pembangunan menuju terwujudnyapemerintahan yang bersih dan berwibawa;

b. bahwa agar kegiatan pengawasan dapatmencapai sasaran dan hasil yang diharapkan,dipandang perlu untuk menetapkan InstruksiPresiden mengenai garis besar tata kerjapengawasan sebagai pedoman pelaksanaanpengawasan;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945;

2. Keputusan Presiden Nomor 14A Tahun 1980tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara sebagaimana telah diubahdengan Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun1981;

3. Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983tentang Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENGAWASAN MELEKAT

Page 736: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

718

MENGINSTRUKSIKAN;

Kepada : 1. Para Menteri;

2. Panglima Angkatan Bersenjata/PanglimaKomando Operasi Pemulihan Keamanan danKetertiban;

3. Jaksa Agung;

4. Gubernur Bank Indonesia;

5. Para Pimpinan Lembaga Pemerintah NonDepartemen;

6. Para Pimpinan Kesekretariatan LembagaTertinggi/Tinggi Negara;

7. Para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I;

untuk :

PERTAMA : Meningkatkan pelaksanaan pengawasan yangefektif kedalam tubuh aparatur Pemerintah didalam lingkungan masing-masing secara terusmenerus dan menyeluruh, dalam bentuk :

a. pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan/atasan masing-masing satuan organisasi/satuankerja terhadap bawahannya;

b. pengawasan yang dilakukan oleh aparatpengawasan fungsional yang bersangkutan.

KEDUA : Berdasarkan hasil-hasil pengawasan mengambillangkah-langkah yang perlu sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku untuk :

a. Menyempurnakan unsur aparatur dibidangkelembagaan, kepegawaian, dan ketatalak-sanaan untuk kelancaran pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan,dengan berpegang kepada prinsip daya gunadan hasil guna;

PENGAWASAN MELEKAT

Page 737: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

719

b. Melakukan penindakan penertiban danpenindakan secara umum yang diperlukanterhadap perbuatan korupsi, penyalahgunaanwewenang, kebocoran dan pemborosankekayaan Negara, pungutan liar, dan tindakanpenyelewengan lain, baik yang melanggarperaturan perundangan-undangan yang berlakumaupun yang bertentangan dengankebijaksanaan Pemerintahan yang ada sertamenghambat pembangunan.

KETIGA : Memperhatikan dan mempergunakan petunjuk-petunjuk dalam pedoman pelaksanaanpengawasan yang tercantum dalam LampiranInstruksi Presiden ini.

KEEMPAT : Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 4 Oktober 1983

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

ttd

SOEHARTO

PENGAWASAN MELEKAT

Page 738: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

720

LAMPIRANINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 15 TAHUN 1983TANGGAL 4 Oktober 1983

PEDOMAN PENGAWASAN

BAB I

UMUM

Pasal 1(1) Pengawasan bertujuan mendukung kelancaran dan ketepatan

pelaksanaan kegiatan pemerintah dan pembangunan;

(2) dalam merencanakan dan melaksanakan pengawasan perludiperhatikan hal-hal berikut:

a. agar pelaksanaan tugas umum pemerintahan dilakukansecara tertib berdasarkan peraturan perundangan-undanganyang berlaku serta berdasarkan sendi-sendi kewajaranpenyelenggaraan pemerintahan agar tercapai daya guna,hasil guna dan tepat guna yang sebaik-baiknya.

b. agar pelaksanaan pembangunan dilakukan sesuai denganrencana dan program Pemerintah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga tercapai sasaran yangditetapkan.

c. agar hasil-hasil pembangunan dapat dinilai seberapa jauhtercapai untuk memberi umpan balik berupa pendapat,kesimpulan dan saran terhadap kebijaksanaan, perencanaan,pembinaan dan pelaksanaan tugas umum pemerintahan danpembangunan.

d. agar sejauh mungkin mencegah terjadinya pemborosankebocoran, dan penyimpangan dalam penggunaanwewenang, tenaga, uang dan perlengkapan milik Negara,sehingga dapat terbina aparatur yang tertib, bersih,berwibawa, berhasil guna, dan berdaya guna.

Pasal 2(1) Pengawasan terdiri dari :

PENGAWASAN MELEKAT

Page 739: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

721

a. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan/atasan langsung,baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah;

b. Pengawasan yang dilakukan secara fungsional oleh aparatpengawasan.

(2) Ruang lingkup pengawasan meliputi :

a. Kegiatan umum pemerintahan;

b. Pelaksanaan rencana pembangunan;

c. Penyelenggaraan pengurusan dan pengelolaan keuangan danKekayaan Negara;

D. Kegiatan Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha MilikDaerah;

e. Kegiatan aparatur pemerintahan di bidang yang mencakupkelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan.

BAB IIPENGAWASAN ATASAN LANGSUNG

Pasal 3

(1) Pimpinan semua satuan organisasi pemerintahan, termasukproyek pembangunan di lingkungan Departemen/Lembaga/Instansi lainnya, menciptakan pengawasan melekat danmeningkatkan mutunya di dalam lingkungan tugasnya masing-masing.

(2) Pengawasan melekat dimaksud dalam ayat (1) dilakukan :

a. melalui penggarisan struktur organisasi yang jelas denganpembagian tugas dan fungsi beserta uraiannya yang jelaspula;

b. melalui perincian kebijaksanaan pelaksanaannya yangdituangkan secara tertulis yang dapat menjadi pegangandalam pelaksanaannya oleh bawahan yang menerimapelimpahan wewenang dari atasan;

c. melalui rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yangharus dilaksanakan, bentuk hubungan kerja antar kegiatantersebut, dan hubungan antara berbagai kegiatan besertasasaran yang harus dicapainya;

PENGAWASAN MELEKAT

Page 740: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

722

d. melalui prosedur kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaanyang jelas dari atasan kepada bawahan;

e. melalui pencatatan hasil kerja serta pelaporannya yangmerupakan alat bagi atasan untuk mendapatkan informasiyang diperlukan bagi pengambilan keputusan serta penyusunanpertanggungjawaban, baik mengenai pelaksanaan tugasmaupun mengenai pengelolaan keuangan;

f. melalui pembinaan personil yang terus menerus agar parapelaksana menjadi unsur yang mampu melaksanakan denganbaik tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan tidakmelakukan tindakan yang bertentangan dengan maksud sertakepentingan tugasnya.

(3) Adanya aparat pengawasan fungsional dalam suatu satuanorganisasi pemerintahan tidak mengurangi pelaksanaan danpeningkatan pengawasan melekat yang harus dilakukan olehatasan terhadap bawahan.

BAB III

PENGAWASAN FUNGSIONAL

Pasal 4(1) Kebijaksanaan pengawasan digariskan oleh Presiden.

(2) Wakil Presiden secara terus menerus memimpin dan mengikutipelaksanaan pengawasan.

(3) Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Industri dan PengawasanPembangunan, selanjutnya disingkat MENKO EKUIN & WASBANGmengkoordinasikan pelaksanaan kebijaksanaan pengawasandimaksud ayat (1).

(4) Pelaksanaan pengawasan oleh aparat pengawasan fungsionaldilakukan oleh :

a. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, selanjutnyadisingkat BPKP, yang bertugas :

i. merumuskan rencana dan program pelaksanaanpengawasan bagi seluruh aparat pengawasan PemerintahPusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuandimaksud ayat (3).

PENGAWASAN MELEKAT

Page 741: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

723

ii. Melakukan koordinasi teknis pelaksanaan pengawasanyang diselenggarakan oleh aparat pengawasan diDepartemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen,dan Instansi Pemerintah lainnya baik di Pusat maupun didaerah sesuai dengan rencana dan program dimaksuddalam angka 1;

iii. Melakukan sendiri pengawasan dan pemeriksaan sesuaidengan tugas dan fungsinya;

b. Inspektorat Jenderal Departemen, Aparat PengawasanLembaga Pemerintah Non Departemen/Instansi Pemerintahlainnya yang melakukan pengawasan terhadap kegiatanumum pemerintahan dan pembangunan dalam lingkunganDepartemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen/InstansiPemerintah yang bersangkutan;

c. Inspektorat Wilayah Propinsi yang melakukan pengawasanumum atas jalannya pemerintahan Daerah baik yang bersifatrutin maupun pembangunan;

d. Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kotamadya yang melakukanpengawasan atas jalannya pemerintahan Daerah, danpemerintahan Desa di Kabupaten/Kotamadya yangbersangkutan, baik bersifat rutin maupun pembangunan;

(5) Atas petunjuk Presiden dan Wakil Presiden, Inspektur JenderalPembangunan melakukan pengawasan terhadap proyek-proyekpembangunan sektoral, INPRES Bantuan Desa maupun Proyek-proyek Daerah.

BAB IV

PELAKSANAAN PENGAWASAN FUNGSIONAL

Pasal 5

Kegiatan pengawasan dilaksanakan berdasarkan Rencana ProgramKerja Pengawasan Tahunan yang disusun sebagai berikut:

a. Aparat pengawasan fungsional menyusun rencana kerjanyadalam bentuk Usulan Program Kerja Pengawasan Tahunan sesuaidan sejalan dengan petunjuk MENKO EKUIN & WASBANG;

b. Usulan Program Kerja Pengawasan Tahunan tersebut disusunoleh BPKP menjadi Program Kerja Pengawasan Tahunan setelah

PENGAWASAN MELEKAT

Page 742: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

724

berkonsultasi dengan aparat pengawasan fungsional yangbersangkutan, dengan berpedoman kepada petunjuk-petunjukyang diberikan oleh MENKO EKUIN & WASBANG;

c. Untuk menjamin keserasian dan keterpaduan pelaksanaanpengawasan, kepala BPKP memberikan pertimbangan kepadaMenteri Keuangan dan Menteri Negara PerencanaanPembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS mengenai anggaranpelaksanaan Program Kerja Pengawasan Tahunan dimaksudpada huruf b.

Pasal 6Pelaksanaan pengawasan dimaksud Pasal 5 dilakukan secaraberjenjang menurut tata kerja sebagai berikut :

a. aparat pengawasan fungsional melaksanakan pengawasanberdasarkan petunjuk Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah NonDepartemen/Pimpinan Instansi masing-masing yang bersangkutansesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan;

b. Pelaksanaan pengawasan dimaksud dikoordinasikan secara teknisoleh Kepala BPKP sesuai dengan Program Kerja PengawasanTahunan;

c. Hasil kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh aparatpengawasan fungsional dibahas secara umum oleh MENKOEKUIN & WASBANG dengan kepala BPKP serta aparatpengawasan lainnya yang dianggap perlu;

d. Hasil pembahasan dimaksud dalam butir c. dipergunakan sebagaibahan MENKO EKUIN & WASBANG untuk memberikan petunjuk-petunjuk bagi penyusunan rencana Program Kerja PengawasanTahunan sesuai prioritas yang berlaku bagi seluruh aparatpengawasan fungsional.

Pasal 7

(1) Disamping pengawasan berencana menurut Program KerjaPengawasan Tahunan dimaksud dalam pasal 5, dapat puladilakukan pengawasan khusus terhadap penyimpangan-penyimpangan dan/atau masalah-masalah dalam bidangadministrasi di lingkungan aparatur pemerintahan yang dinilaimengandung dampak yang luas terhadap jalannya pemerintahandan kehidupan masyarakat.

PENGAWASAN MELEKAT

Page 743: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

725

(2) Pengawasan khusus tersebut dalam ayat (1) dapat dilakukanoleh BPKP sendiri atau oleh team pemeriksaan gabungan (yangdibentuk oleh Kepala BPKP) yang terdiri dari berbagai aparatpengawasan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah,dipimpin oleh pejabat BPKP.

(3) Penetapan pengawasan khusus dan pembentukan teampemeriksaan gabungan dimaksud dalam ayat (1) dan (2)dilakukan dengan Keputusan MENKO EKUIN & WASBANG atauKeputusan Kepala BPKP, sesuai dengan luas lingkup pengawasankhusus tersebut.

Pasal 8(1) Inspektur Jenderal Pembangunan dapat melaksanakan kegiatan

pengawasan terhadap hal-hal tertentu atas petunjuk Presidendan/atau Wakil Presiden.

(2) Hasil pengawasan dimaksud dalam ayat (1) dilaporkan kepadaPresiden dan Wakil Presiden dengan tembusan kepada MENKOEKUIN & WASBANG dan Kepala BPKP.

Pasal 9

Tata cara pelaksanaan pengawasan bagi masing-masing bidangmenurut ruang lingkup pengawasan dimaksud dalam Pasal 2 ayat(2) ditetapkan oleh Kepala BPKP.

Pasal 10

Kepala BPKP mengikuti kegiatan dan perkembangan pelaksanaanpengawasan, baik yang dilakukan berdasarkan Program KerjaPengawasan Tahunan maupun pengawasan khusus.

BAB IVKOORDINASI PELAKSANAAN PENGAWASAN

FUNGSIONAL

Pasal 11(1) Dalam merumuskan kebijaksanaan pengawasan dan secara terus

menerus memimpin dan mengikuti pelaksanaannya, Wakil

PENGAWASAN MELEKAT

Page 744: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

726

Presiden dibantu oleh MENKO EKUIN & WASBANG dan KepalaBPKP.

(2) Berdasarkan kebijaksanaan pengawasan dimaksud dalam ayat(1) Wakil Presiden mengadakan rapat-rapat koordinasipengawasan yang dihadiri oleh :

a. Para Menteri

b. Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/PANGKOPKAMTIB;

c. Jaksa Agung;

d. Para Pejabat lainnya yang dianggap perlu.

Pasal 12

Rapat-rapat koordinasi dengan aparat pengawasan fungsionalsewaktu-waktu dapat juga diadakan :

a. oleh MENKO EKUIN & WASBANG, dalam rangka membahas sertamenyelesaikan masalah-masalah yang bersangkutan dengankebijaksanaan pelaksanaan pengawasan, di tingkat Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen/Pimpinan InstansiPemerintah lainnya;

b. oleh Kepala BPKP, dalam rangka membahas dan menyelesaikanmasalah-masalah pelaksanaan teknis operasional pengawasan,di tingkat Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen/lnstansi Pemerintah lainnya dan tingkat Daerah.

Pasal 13

(1) Perencanaan program pengawasan di daerah danpelaksanaannya oleh aparat pengawasan di Daerahdikoordinasikan oleh Kepala Perwakilan BPKP yang bersangkutan.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya tersebut ayat (1) dan tugas-tugas lainnya Kepala Perwakilan BPKP berada di bawah koordinasiKepala Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undangNomor 5 Tahun 1974 beserta penjelasannya.

(3) Koordinasi yang dilakukan oleh Kepala Wilayah tidak bolehbertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undanganyang berlaku serta tidak boleh bertentangan dengankebijaksanaan pengawasan yang ditetapkan oleh Kepala BPKP.

PENGAWASAN MELEKAT

Page 745: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

727

Pasal 14

(1) Perwakilan BPKP di luar Negeri melaksanakan tugas pengawasansesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala BPKP.

(2) Organisasi Perwakilan BPKP dimaksud dalam ayat (1) beradadibawah koordinasi administratif Kepala Perwakilan RepublikIndonesia yang bersangkutan.

(3) Kepala Perwakilan Republik Indonesia dalam melaksanakankoordinasi administratif dimaksud dalam ayat (2) tidak bolehbertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yangberlaku serta tidak boleh bertentangan dengan kebijaksanaanpengawasan yang ditetapkan oleh Kepala BPKP.

BAB VI

PELAPORAN PENGAWASAN FUNGSIONAL

Pasal 15(1) Hasil pelaksanaan pengawasan, baik berdasarkan Program Kerja

Pengawasan Tahunan maupun berdasarkan pengawasan khusus,dilaporkan oleh aparat pengawasan fungsional masing-masingkepada:

a. Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen/Pimpinan Instansi yang bersangkutan dengan tembusankepada Kepala BPKP, disertai saran tindak lanjut mengenaipenyelesaian masalah yang terungkap dari padanya;

b. MENKO EKUIN & WASBANG dan Menteri/Pimpinan LembagaPemerintah Non Departemen/Pimpinan Instansi Pemerintahyang bersangkutan, dengan tembusan kepada Kepala BPKP,khusus untuk masalah yang mempunyai dampak luas, baikterhadap jalannya pemerintahan maupun terhadap kehidupanmasyarakat.

(2) MENKO EKUIN & WASBANG menyampaikan laporan hasil kerjapelaksanaan pengawasan kepada Presiden dengan tembusankepada Wakil Presiden.

(3) Wakil Presiden sewaktu-waktu dapat meminta laporan danpenjelasan mengenai pengawasan, baik dari MENKO EKUIN &WASBANG, dari Kepala BPKP, maupun dari aparat pengawasanfungsional lainnya.

PENGAWASAN MELEKAT

Page 746: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

728

(4) Dalam hal laporan dimaksud dalam ayat (3) diminta dari aparatpengawasan fungsional, tembusan laporan yang bersangkutandisampaikan juga kepada MENKO EKUIN & WASBANG danKepala BPKP.

(5) Sepanjang menyangkut kedudukannya sebagai dimaksud dalamKeputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang BadanPengawasan Keuangan dan Pembangunan, Kepala BPKPmenyampaikan laporan berkala mengenai pelaksanaan tugasdan fungsinya kepada Presiden dengan tembusan kepada WakilPresiden, MENKO EKUIN & WASBANG, dan Menteri/SekretarisNegara.

BAB VIITINDAK LANJUT PENGAWASAN FUNGSIONAL

Pasal 16(1) Para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen/

Pimpinan Instansi lainnya yang bersangkutan, setelah menerimalaporan dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) huruf a, mengambillangkah-langkah tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah-masalah yang diidentifikasikan dalam rangka pelaksanaanpengawasan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

(2) Tindak lanjut dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa :

a. Tindakan administratif sesuai dengan ketentuan peraturanperundangan-undangan di bidang kepegawaian, termasukpenerapan hukuman disiplin dimaksud dalam PeraturanPemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan DisiplinPegawai Negeri Sipil;

b. Tindakan tuntutan/gugatan perdata, antara lain : tuntutanganti rugi/penyetoran kembali;

- tuntutan perbendaharaan;

- tuntutan perdata berupa pengenaan denda, ganti rugidan lain-lain;

c. tindakan pengaduan tindak pidana dengan menyerahkanperkaranya kepada Kepolisian Negara Republik Indonesiadalam hal terdapat indikasi tindak pidana umum, atau kepada

PENGAWASAN MELEKAT

Page 747: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

729

Kepala Kejaksaan Republik Indonesia dalam hal terdapatindikasi pidana khusus, seperti korupsi, dan lain-lainnya;

d. tindakan penyempurnaan aparatur Pemerintah di bidangkelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan;

Pasal 17Tindak lanjut dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf d yangberhubungan dengan penyempurnaan ketatalaksanaan yang harusditetapkan/diatur dengan Keputusan Menteri/Pimpinan LembagaPemerintah Non Departemen /Pimpinan Instansi lainnya, dilakukansetelah berkonsultasi dengan atau mendapat persetujuan MenteriNegara Pendayagunaan Aparatur Negara.

Pasal 18(1) Penyelenggaraan tindak lanjut tersebut dalam pasal 16

dikoordinasikan oleh MENKO EKUIN & WASBANG dan dibantuoleh Kepala BPKP.

(2) Langkah-langkah tindak lanjut yang dilakukan oleh para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen/PimpinanInstansi lainnya dimaksud dalam pasal 15 diberitahukan kepadaMenteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, khususmenyangkut tindakan administratif dan tindakan penyempurnaanaparatur Pemerintah dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf adan huruf d, dan kepada Kepala BPKP mengenai tindakandimaksud dalam pasal 16 ayat (2) huruf a, b, c dan d.

Pasal 19

(1) Penyelesaian tindak lanjut masalah yang berhubungan dengantindak pidana dikonsultasikan oleh Kepala BPKP dengan KepalaKepolisian Republik Indonesia dan/atau Jaksa Agung.

(2) Kepala BPKP menyampaikan laporan tindak lanjut dimaksud dalamayat (1) serta penyelesaian masalahnya kepada MENKO EKUIN& WASBANG dan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah NonDepartemen/Pimpinan Instansi lainnya yang bersangkutan.

PENGAWASAN MELEKAT

Page 748: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

730

Pasal 20

Perkembangan penyelesaian tindak lanjut dimaksud dalam pasal 16dan 17 dilaporkan keseluruhannya secara berkala oleh MENKO EKUIN& WASBANG dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negarakepada Presiden dengan tembusan kepada Wakil Presiden.

BAB VIIILAIN-LAIN

Pasal 21Tata cara baru pengadministrasian keuangan Negara, termasukpembukaan rekening-rekening pada Bank, dikonsultasikan terlebihdulu oleh Menteri, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen/Pimpinan Instansi yang bersangkutan kepada Kepala BPKP.

Pasal 22MENKO EKUIN & WASBANG dan Menteri Keuangan mengatur hal-hal yang diperlukan agar Kepala BPKP atau petugas yang ditunjuknyadapat memperoleh bahan untuk meyakinkan kebenaran jumlahpenerimaan pajak, bea, cukai dan penerimaan Negara lainnya yangmenyang kut seseorang atau badan hukum.

PENGAWASAN MELEKAT

Page 749: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

731

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 1 TAHUN 1989

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka upaya meningkatkandayaguna dan hasilguna pelaksanaanpengawasan melekat di lingkungan setiap instansipemerintah, dipandang perlu untuk melakukanlangkah-langkah yang lebih konkrit agar dalamREPELITA V dapat lebih terasa perwujudanAparatur Pemerintah yang semakin bersih danberwibawa;

b. Bahwa sejalan dengan hal tersebut pada hurufa dan agar kegiatan pengawasan melekat dapatmencapai sasaran serta hasil yang nyata,dipandang perlu untuk menetapkan instruksiPresiden tentang Pedoman PelaksanaanPengawasan Melekat;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentangPedoman Pelaksanaan Pengawasan;

3. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1988 tentangpenataran Pengawasan Melekat bagi PejabatRepublik Indonesia

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENGAWASAN MELEKAT

Page 750: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

732

MENGINSTRUKSIKAN

Kepada : 1. Para Menteri Kabinet Pembangunan V;

2. Panglima Angkatan Bersenjata RepublikIndonesia;

3. Jaksa Agung;

4. Gubernur Bank Indonesia;

5. Para Pimpinan Lembaga Pemerintah NonDepartemen;

6. Para Pimpinan Kesekretariatan LembagaTertinggi /Tinggi Negara;

7. Para Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I;

Untuk :

PERTAMA : Meningkatkan dan menyempurnakan pelaksanaanpengawasan melekat sesuai dengan tugas pokok,fungsi, rencana, dan program kerja dari masing-masing instansi/unit kerja.

KEDUA : Menyusun program peningkatan pelaksanaanpengawasan melekat tahunan dari masing-masinginstansi/Unit kerja

KETIGA : Menetapkan program peningkatan pengawasanmelekat sebagaimana dimaksud pada diktumKEDUA yang berisi kegiatan-kegiatan nyata dengansasaran untuk :

1. Meningkatkan disiplin serta prestasi kerja danpencapaian sasaran pelaksanaan tugas;

2. Menekan hingga sekecil mungkin penyalahgunaanwewenang;

3. Menekan hingga sekecil mungkin kebocoran sertapemborosan keuangan Negara dan segala bentukpungutan liar;

PENGAWASAN MELEKAT

Page 751: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

733

4. Mempercepat penyelesaian perijinan danpeningkatan pelayanan kepada masyarakat;

5. Mempercepat pengurusan kepegawaian sesuaiketentuan perundang-undangan yang berlaku.

KEEMPAT : Kepada Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara untuk :

1. Menetapkan petunjuk-petunjuk pelaksanaanpengawasan melekat;

2. Mengawasi pelaksanaan Instruksi Presiden inidengan dibantu oleh Ketua Lembaga AdministrasiNegara;

3. Melaporkan hasil evaluasi pelaksanaan InstruksiPresiden ini secara berkala kepada Wakil PresidenRepublik Indonesia

KELIMA : Pelaksanaan pengawasan melekat dilakukan denganmemperhatikan dan menggunakan pedomansebagaimana tersebut dalam lampiran InstruksiPresiden ini.

KEENAM : Melaksanakan instruksi Presiden ini dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.

Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.

Dikeluarkan di JakartaPada tanggal 20 Maret 1989

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

S O E H A R T O

PENGAWASAN MELEKAT

Page 752: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

734

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

APARATUR NEGARANOMOR: KEP/46/M.PAN/4/2004

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKATDALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggara-an negara yang bersih dan bebas dari KKN menujutercapainya kepemerintahan yang baik (goodgovernance) perlu penataan kembali pelaksanaanpengawasan melekat;

b. bahwa dalam konsepsi pengawasan melekat yangberkembang pada saat ini, pengawasan melekattidak semata-mata berupa pengawasan yangdilakukan oleh pimpinan/atasan masing-masingsatuan organisasi/satuan kerja terhadapbawahannya, tetapi lebih menekankan pada sistempengendalian intern;

c. bahwa sejalan dengan hal tersebut pada butir adan b agar pelaksanaan pengawasan melekatdapat mencapai sasaran serta hasil guna yangnyata, dipandang perlu untuk menetapkan PetunjukPelaksanaan Pengawasan Melekat dalamPenyelenggaraan Pemerintahan sebagai penggantiKeputusan Menteri Pendayagunaan AparaturNegara Nomor 93/MENPAN/1989 tentang Petunjuk

PENGAWASAN MELEKAT

Page 753: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

735

Pelaksanaan Pengawasan Melekat sebagaimanatelah diubah dengan Keputusan MenteriPendayagunaan Aparatur Negara No. 30 Tahun1994;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian(Lembaran Negara RI Tahun 1974 Nomor 55 danTambahan Lembaran Negara RI Nomor 3041)sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999(Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 169dan Tambahan Lembaran Negara RI Nomor3890);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yangBersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, danNepotisme (Lembaran Negara RI Tahun 1999Nomor 75 dan Tambahan Lembaran Negara RINomor 3851);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor140, dan Tambahan Lembaran Negara RI Nomor3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001(Lembaran Negara RI tahun 2001 Nomor 134 danTambahan Lembaran Negara RI Nomor 4150);

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PegawaiNegeri Sipil (Lembaran Negara RI Tahun 1980Nomor 50 dan Tambahan Lembaran Negara RINomor 3176);

5. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 15Tahun 1983 tentang Pedoman PelaksanaanPengawasan;

6. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1Tahun 1989 tentang Pedoman PelaksanaanPengawasan Melekat;

PENGAWASAN MELEKAT

Page 754: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

736

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAANAPARATUR NEGARA TENTANG PETUNJUKPELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT DALAMPENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN.

PERTAMA : Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat dalamPenyelenggaraan Pemerintahan sebagaimanatercantum dalam lampiran keputusan ini.

KEDUA : Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat dalamPenyelenggaraan Pemerintahan sebagaimanadimaksud pada diktum PERTAMA dipergunakansebagai acuan untuk melaksanakan PengawasanMelekat pada masing-masing instansi pemerintah.

KETIGA : Dengan berlakunya keputusan ini, maka KeputusanMenteri Negara Pendayagunaan Aparatur NegaraNomor 93/MENPAN/1989 tentang PetunjukPelaksanaan Pengawasan Melekat sebagaimana telahdiubah dengan Keputusan Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun1994 dinyatakan tidak berlaku.

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JakartaPada Tanggal : 26 April 2004

MenteriPendayagunaan Aparatur Negara

ttd

Feisal Tamin

PENGAWASAN MELEKAT

Page 755: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

737

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/118/M.PAN/8/2004

TENTANG

PEDOMAN UMUM PENANGANANPENGADUAN MASYARAKAT BAGI INSTANSI PEMERINTAH

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

Menimbang : a. bahwa pengaduan masyarakat merupakansalah satu bentuk partisipasi pengawasanmasyarakat yang efektif dalam rangka ikutserta mewujudkan PenyelenggaraanPemerintahan yang baik dan bebas kolusi,korupsi, dan nepotisme;

b. bahwa pengaduan masyarakat yangmengandung kebenaran, dapat dipergunakansebagai bahan masukan untuk peningkatankapasitas Aparatur Negara dalam melaksana-kan tugas-tugas umum pemerintahanterutama dalam memberikan pelayanankepada masyarakat;

c. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas dan dalam rangka intensifikasi penangananpengaduan masyarakat, dipandang perlumenerbitkan Keputusan Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara tentangPedoman Umum Penanganan PengaduanMasyarakat Bagi Instansi Pemerintah.

PENGAWASAN MELEKAT

Page 756: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

738

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintah Daerah;

2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentangPenyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebasdari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;

3. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi joUndang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentangPerubahan Undang-undang Nomor 31 Tahun1999;

4. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentangPerubahan Atas Undang-undang Nomor 8Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian;

5. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentangKomisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

6. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran SertaMasyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran SertaMasyarakat dan Pemberian PenghargaanDalam Pencegahan dan Pemberantasan TindakPidana Korupsi;

9. Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2004tentang Perubahan atas Keputusan PresidenNomor 101 Tahun 2001 tentang Kedudukan,Tugas, Fungsi, Kewenangan, SusunanOrganisasi, dan Tata Kerja Menteri NegaraSebagaimana Telah Beberapa Kali DiubahTerakhir Dengan Keputusan Presiden Nomor47 Tahun 2003.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

APARATUR NEGARA TENTANG PEDOMAN

PENGAWASAN MELEKAT

Page 757: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

739

UMUM PENANGANAN PENGADUAN MASYA-RAKAT BAGI INSTANSI PEMERINTAH.

Pertama : Pedoman Umum Penanganan Pengaduan

Masyarakat Bagi Instansi Pemerintah dimaksudadalah sebagaimana tercantum dalam lampiranKeputusan ini;

Kedua : Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagipara Pimpinan Instansi Pemerintah baik di Pusatmaupun Daerah termasuk BUMN/BUMD, BHMN/BHMD dan badan usaha/badan hukum lainnyamilik negara serta Aparatur Penegak Hukum dalammeningkatkan efektifitas penanganan pengaduanmasyarakat di lingkungan instansinya secaraterpadu, terkoordinasi, dan sinergik sesuai denganlingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenangnyamasing-masing.

Ketiga : Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini dapatdiatur lebih lanjut oleh pimpinan instansi masing-masing.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan untuk dilaksanakan dengan penuh rasatanggung jawab sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 31 Agustus 2004

MenteriPendayagunaan Aparatur Negara,

ttd Feisal Tamin

PENGAWASAN MELEKAT

Page 758: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

740

KEPUTUSAN MENTERIPENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

NOMOR: 25/KEP/M.PAN/4/2002

TENTANG

PEDOMAN PENGEMBANGAN BUDAYA KERJAAPARATUR NEGARA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

Menimbang: a. bahwa dalam rangka menumbuhkembangkan etoskerja aparatur, tanggung jawab moral dan gunameningkatkan produktivitas serta kinerja pelayananaparatur kepada masyarakat, dipandang perlumengembangkan nilai-nilai dasar Budaya KerjaAparatur Negara secara intensif dan menyeluruhpada jajaran aparatur penyelenggara negara;

b. bahwa untuk melaksanakan pengembangan nilai-nilai dasar Budaya Kerja Aparatur Negara dilingkungan instansi/lembaga penyelenggarapemerintah dan pembangunan, diperlukankomitmen, kesepakatan dan penerapan secarakonsisten dalam kerangka pelaksanaan tugas danfungsi sesuai kewenangan pada bidang masing-masing instansi;

c. bahwa agar pelaksanaan pengembangan nilai-nilaidasar Budaya Kerja Aparatur Negara dapatberjalan secara terencana, sistematis dan efektif,maka perlu diberikan Pedoman PengembanganBudaya Kerja Aparatur Negara dalam bentukKeputusan Menteri Pendayagunaan AparaturNegara;

PENGAWASAN MELEKAT

Page 759: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

741

Mengingat : 1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RINomor XI/MPR/1998 tentang PenyelenggaraanNegara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi danNepotisme;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian(Lembaran Negara RI Tahun 1974 Nomor 55,Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3041)sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999(Lembaran Negara RI tahun 1999 Nomor 169,Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3090);

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 101Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsidan Kewenangan, Susunan Organisasi dan TataKerja Menteri Negara;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PEDOMAN PENGEMBANGAN BUDAYA KERJAAPARATUR NEGARA.

PERTAMA : Pedoman Pengembangan Budaya Kerja AparaturNegara merupakan pedoman dan mekanisme dalammelaksanakan dan memantau PengembanganBudaya Kerja Aparatur Negara pada lingkunganinstansi/lembaga masing-masing, untuk menumbuh-kan dan meningkatkan semangat/etos kerja, disiplindan tanggung jawab moral aparaturnya secara terusmenerus dan konsisten, sesuai dengan tugas danfungsi masing-masing.

KEDUA : Pedoman Pengembangan Budaya Kerja AparaturNegara terdiri dari 4 (empat) bagian utama,

PENGAWASAN MELEKAT

Page 760: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

742

merupakan lampiran yang tidak terpisahkan darikeputusan yaitu:

Lampiran I : Kebijakan Pengembangan BudayaKerja Aparatur Negara;

Lampiran II : Nilai-nilai Dasar Budaya Kerja AparaturNegara;

Lampiran III : Penerapan Nilai-nilai Budaya KerjaAparatur Negara;

Lampiran IV : Sosialisasi Pengembangan BudayaKerja Aparatur Negara.

KETIGA : Untuk menunjang pelaksanaan PengembanganPedoman Budaya Kerja Aparatur Negara perludibangun komitmen bersama pada seluruh jajarandan tingkatan di instansi/lembaga masing-masinguntuk menerapkan dan menegakkan nilai-nilai dasarBudaya Kerja Aparatur Negara sesuai tugas danfungsi di lingkungan kerja masing-masing.

KEEMPAT : Kepala Lembaga Administrasi Negara, Kepala Badan/Pusat Pendidikan dan Latihan di lingkungan instansipemerintah agar mengintensifkan PengembanganBudaya Kerja Aparatur Negara melalui semua jenisdan jenjang Pendidikan dan Latihan Pegawai sesuaidengan kebutuhan masing-masing instansipemerintah.

KELIMA : Seluruh biaya yang berhubungan denganPengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara,dibebankan pada anggaran belanja masing-masinginstansi melalui mata anggaran sektor aparaturnegara.

KEENAM : Dengan dikeluarkannya keputusan ini, makaKeputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur NegaraNomor 4 Tahun 1991 tentang Pedoman

PENGAWASAN MELEKAT

Page 761: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

743

Pemasyarakatan Budaya Kerja dinyatakan tidakberlaku lagi.

KETUJUH : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 25 April 2002

MenteriPendayagunaan Aparatur Negara

ttd

Feisal Tamin

PENGAWASAN MELEKAT

Page 762: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

744

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIA KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

Tanggal : 16 FEBRUARI 2005 KONSEP NO : 151246 SK/2

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKINS

SEGERA

NO : 050831PRO : KEPPRISEX : IRJEN

dengan hormat kami sampaikan hals sebagai berikut :

1. berdasarkan hasil pemeriksaan itjen kma sampai dengan akhirdesember 2004 pada beberapa perwakilan ri masih tetapmelakukan pungutan tidak syah/resmi khususnya yang berkaitandengan pelayanan keimigrasian et kekonsuleran ttk.

2. merujuk instruksi lisan bapak menlu dalam penutupan rakerantara pimpinan deplu dengan seluruh keppri di jakarta tanggal17 desember 2004 kma agar perwakilan ri yang melakukanpungutan tersebut segera menghentikan sama sekali praktektsb paling lambat akhir januari 2005 ttk

3. menindaklanjuti instruksi tsb kma mohon segera laporanmengenai penghentian pemungutan tidak syah/resmi apapunyang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku ttk

dmk ump ttkhbs

Biaya Pengawatan dibebankan kepada : D E P L U

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, KABAM

PENGAWASAN MELEKAT

Page 763: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

745

XXIX

PEMBERANTASANKKN

Page 764: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

746

Page 765: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

747

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 28 TAHUN 1999

TENTANG

PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBASDARI KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa Penyelenggaraan Negara mempunyaiperanan yang sangat menentukan dalampenyelenggaraan negara untuk mencapai cita-cita perjuangan bangsa mewujudkanmasyarakat yang adil dan makmursebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 ;

b. bahwa untuk mewujudkan PenyelenggaraanNegara yang mampu menjalankan fungsi dantugasnya secara sungguh-sungguh dan penuhtanggungjawab, perlu diletakkan asas-asaspenyelenggaraan negara;

c. bahwa praktek korupsi, kolusi, dan nepotismetidak hanya dilakukan antar-PenyelenggaraNegara melainkan juga antaraPenyelenggaraan Negara dan pihak lain yangdapat merusak sendi-sendi kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegaraserta membahayakan eksistensi negara,sehingga diperlukan landasan hukum untukpencegahannya;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PEMBERANTASAN KKN

Page 766: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

748

d. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, danc perlu dibentuk Undang-undang tentangPenyelenggaraan Negara yang Bersih danBebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1)Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan RakyatRepublik Indonesia Nomor XI/MPR/1998tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersihdan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELENG-GARAAN NEGARA YANG BERSIH DANBEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DANNEPOTISME.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara yang menjalankanfungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain yangfungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraannegara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

2. Penyelenggara Negara yang bersih adalah PenyelenggaraNegara yang menaati asas-asas umum penyelenggaraan negara

PEMBERANTASAN KKN

Page 767: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

749

dan bebas dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, sertaperbuatan tercela lainnya.

3. Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamketentuan peraturan perundang-undangan yang mengaturtentang tindak pidana korupsi.

4. Kolusi adalah permufakatan atau kerjasama secara melawanhukum antar-Penyelenggara Negara atau antara PenyelenggaraNegara dan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakatdan atau negara.

5. Nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negarasecara melawan hukum yang menguntungkan kepentingankeluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat,bangsa, dan negara.

6. Asas Umum Pemerintahan Negara Yang Baik adalah asas yangmenjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan dan normahukum, untuk mewujudkan Penyelengara Negara yang bersihdan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

7. Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara yangselanjutnya disebut Komisi Pemeriksa adalah lembaga independenyang bertugas untuk memeriksa kekayaan PenyelenggaraNegara dan mantan Penyelenggara Negara untuk mencegahpraktek korupsi, kolusi dan nepotisme.

BAB II

PENYELENGGARA NEGARA

Pasal 2

Penyelenggara Negara meliputi:

1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara;

2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara;

3. Menteri;

4. Gubernur;

5. Hakim;

6. Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku; dan

PEMBERANTASAN KKN

Page 768: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

750

7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannyadengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB III

ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA

Pasal 3

Asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi:

1. Asas Kepastian Hukum;

2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara;

3. Asas Kepentingan Umum;

4. Asas Keterbukaan;

5. Asas Proporsionalitas;

6. Asas Profesionalitas; dan

7. Asas Akuntabilitas.

BAB IV

HAK DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA NEGARA

Pasal 4Setiap Penyelenggara Negara berhak untuk:

1. menerima gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaku;

2. menggunakan hak jawab terhadap setiap teguran, tindakan dariatasannya, ancaman hukuman, dan kritik masyarakat;

3. menyampaikan pendapat di muka umum secara bertanggung-jawab sesuai dengan wewenangnya; dan

4. mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Pasal 5Setiap Penyelenggara Negara berkewajiban untuk:

PEMBERANTASAN KKN

Page 769: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

751

1. mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanyasebelum memangku jabatannya;

2. bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama, dan setelahmenjabat;

3. melaporkan dan mengumumkan kekayaan sebelum dan setelahmenjabat;

4. tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme;

5. melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama,ras, dan golongan;

6. melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggungjawab dantidak melakukan perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untukkepentingan pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok, dantidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yangbertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undanganyang berlaku; dan

7. bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi, dannepotisme serta dalam perkara lainnya sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 6Hak dan kewajiban Penyelenggaraan Negara sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 dan Pasal 5 dilaksanakan sesuai dengan ketentuanUndang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

BAB VHUBUNGAN ANTAR PENYELENGGARA NEGARA

Pasal 7(1) Hubungan antar Penyelenggara Negara dilaksanakan dengan

menaati norma-norma Kelembagaan, kesopanan, kesusilaan,dan etika yang berlandaskan Pancasila dan Undang-UndangDasar 1945.

(2) Hubungan antar Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) berpegang teguh pada asas-asas sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PEMBERANTASAN KKN

Page 770: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

752

BAB VI

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 8(1) Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara

merupakan hak dan tanggungjawab masyarakat untuk ikutmewujudkan Penyelenggara Negara yang bersih.

(2) Hubungan antara Penyelenggara Negara dan masyarakatdilaksanakan dengan berpegang teguh pada asas-asasumum penyelenggaraan negara sebagaimana dimaksuddalam Pasal 3.

Pasal 9

(1) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8diwujudkan dalam bentuk:

a. hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasitentang penyelenggaraan negara;

b. hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dariPenyelenggara Negara;

c. hak menyampaikan saran dan pendapat secarabertanggungjawab terhadap kebijakan PenyelenggaraNegara; dan

d. hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal:

1). Melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalamhuruf a, b, dan c;

2). Diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan, dandisidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atausaksi ahli, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Hubungan antar-Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) berpegang teguh pada asas-asas sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran sertamasyarakat dalam penyelenggaraan negara sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan PeraturanPemerintah.

PEMBERANTASAN KKN

Page 771: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

753

BAB VII

KOMISI PEMERIKSA

Pasal 10Untuk mewujudkan Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebasdari korupsi, kolusi, dan nepotisme, Presiden selaku Kepala Negaramembentuk Komisi Pemeriksa.

Pasal 11Komisi Pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 merupakanlembaga independen yang bertanggungjawab langsung kepadaPresiden selaku Kepala Negara.

Pasal 12(1) Komisi Pemeriksa mempunyai fungsi untuk mencegah praktek

korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam penyelenggaraan negara.

(2) Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana dimaksud dalamayat 91), Komisi Pemeriksa dapat melakukan kerjasama denganlembaga-lembaga terkait baik di dalam negeri maupun di luarnegeri.

Pasal 13(1) Keanggotaan Komisi Pemeriksa terdiri atas unsur Pemerintah

dan masyarakat.

(2) Pengangkatan dan pemberhentian Anggota Komisi Pemeriksaditetapkan dengan Keputusan Presiden setelah mendapatpersetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 14

(1) Untuk dapat diangkat sebagai Anggota Komisi Pemeriksasebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 seorang calon Anggotaserendah-rendahnya berumur 40 (empat puluh) tahun dansetinggi-tingginya berumur 75 (tujuh puluh lima) tahun.

(2) Anggota Komisi Pemeriksa diberhentikan dalam hal:

a. meninggal dunia;

PEMBERANTASAN KKN

Page 772: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

754

b. mengundurkan diri; atau

c. tidak lagi memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

(3) Anggota Komisi Pemeriksa diangkat untuk masa jabatan selama5 (lima) tahun dan setelah berakhir masa jabatannya dapatdiangkat kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

(4) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pengangkatanserta pemberhentian Anggota Komisi Pemeriksa sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut denganPeraturan Pemerintah.

Pasal 15

(1) Susunan keanggotaan Komisi Pemeriksa terdirid dari seorangKetua merangkap Anggota dan sekurang-kurangnya 20 (duapuluh) orang Anggota yang terbagi dalam 4 (empat) Sub Komisi.

(2) Ketua dan Wakil Ketua Komisi Pemeriksa dipilih oleh dan daripara Anggota berdasarkan musyawarah mufakat.

(3) Empat Sub Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiriatas;

a. Sub Komisi Eksekutif;

b. Sub Komisi Legislatif;

c. Sub Komisi Yudikatif; dan

d. Sub Komisi Badan Usaha Milik Negera/Badan Usaha MilikDaerah.

(4) Masing-masing Anggota Sub Komisi sebagaimana dimaksuddalam ayat (3) diangkat sesuai dengan keahliannya dan bekerjasecara kolegial.

(5) Dalam melaksanakan tugasnya Komisi Pemeriksa dibantu olehSekretariat Jenderal.

(6) Komisi Pemeriksa berkedudukan di Ibukota negara RepublikIndonesia.

(7) Wilayah kerja Komisi Pemeriksa meliputi seluruh wilayah negaraRepublik Indonesia.

(8) Komisi Pemeriksa membentuk Komisi Pemeriksa di daerah yangditetapkan dengan Keputusan Presiden setelah mendapatpertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

PEMBERANTASAN KKN

Page 773: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

755

Pasal 16

(1) Sebelum memangku jabatannya, Ketua, Wakil Ketua danAnggota Komisi Pemeriksa mengucapkan sumpah atau janji,sesuai dengan agamanya, yang berbunyi sebagai berikut:

“Saya bersumpah atau berjanji bahwa saya senantiasa akanmenjalankan tugas dan wewenang saya ini dengan sungguh-sungguh, jujur, berani, adil, tidak membeda-bedakan jabatan,suku, agama, ras, dan golongan dari Penyelenggara Negarayang saya periksa dan akan melaksanakan kewajiban sayadengan sebaik-baiknya, serta

bertanggungjawab sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa,masyarakat, bangsa dan negara”.“Saya bersumpah dan berjanji bahwa saya untuk melakukanatau tidak melakukan sesuatu dalam tugas dan wewenang sayaini, tidak akan menerima langsung atau tidak langsung darisiapapun juga suatu janji atau pemberian”.“Saya bersumpah atau berjanji bahwa saya akanmempertahankan dan mengamalkan Pancasila sebagai DasarNegara, melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945, danperaturan perundang-undangan lain yang berlaku bagi negaraRepublik Indonesia”.

(2) Sumpah atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)diucapkan di hadapan Presiden.

Pasal 17(1) Komisi Pemeriksa mempunyai tugas dan wewenang untuk

melakukan pemeriksaan terhadap kekayaan PenyelenggaraNegara.

(2) Tugas dan wewenang Komisi Pemeriksa sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) adalah:

a. melakukan pemantauan dan klarifikasi atas harta kekayaanPenyelenggara Negara;

b. meneliti laporan atau pengaduan masyarakat, lembagaswadaya masyarakat, atau instansi pemerintah tentangdugaan adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme dari paraPenyelenggara Negara;

c. melakukan Penyelidikan atas inisiatif sendiri mengenai hartakekayaan Penyelenggara Negara berdasarkan petunjuk

PEMBERANTASAN KKN

Page 774: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

756

adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme terhadapPenyelenggara Negara yang bersangkutan;

d. Mencari dan memperoleh bukti-bukti, menghadirkan saksi-saksi untuk Penyelidikan Penyelenggara Negara yang didugamelakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme atau memintadokumen-dokumen dari pihak-pihak yang terkait denganPenyelidikan harta kekayaan Penyelenggara Negara yangbersangkutan;

e. Jika dianggap perlu, selain meminta bukti kepemilikansebagian atau Seluruh harta kekayaan Penyelenggara Negarayang diduga diperoleh dari Korupsi, kolusi, atau nepotismeselama menjabat sebagai Penyelenggara Negara, jugameminta pejabat yang berwenang membuktikan dugaantersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pemeriksaan kekayaan Penyelenggara Negara sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dilakukan sebelum, selama, dan setelahyang bersangkutan menjabat.

(4) Ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan kekayaanPenyelenggara Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)dan (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 18(1) Hasil pemeriksanaan Komisi Pemeriksa sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17 disampaikan kepada Presiden, Dewan PerwakilanRakyat, dan Badan Pemeriksa Keuangan.

(2) Khusus hasil pemeriksaan atas kekayaan Penyelenggara Negarayang dilakukan oleh Sub Komisi Yudikatif, juga disampaikan kepadaMahkamah Agung.

(3) Apabila dalam hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalamayat (1) ditemukan petunjuk adanya korupsi, kolusi, ataunepotisme, maka hasil pemeriksaan tersebut disampaikan kepadainstansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku, untuk ditindak lanjuti.

PEMBERANTASAN KKN

Page 775: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

757

Pasal 19

(1) Pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan tugas dan wewenangKomisi Pemeriksa dilakukan oleh Presiden dan Dewan PerwakilanRakyat.

(2) Ketentuan mengenai tata cara pemantauan dan evaluasisebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan PeraturanPemerintah.

BAB VIIISANKSI

Pasal 20

(1) Setiap Penyelenggara Negara yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 1, 2, 3, 5, atau 6dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

(2) Setiap Penyelenggara Negara yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 4 atau 7 dikenakansanksi pidana dan atau sanksi perdata sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 21Setiap Penyelenggara Negara atau Anggota Komisi Pemeriksa yangmelakukan kolusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 4dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun danpaling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

Pasal 22Setiap Penyelenggara Negara atau Anggota Komisi Pemeriksa yangmelakukan nepotisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka4 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun danpaling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)

PEMBERANTASAN KKN

Page 776: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

758

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 23Dalam waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak Undang-undang ini mulai berlaku setiap Penyelenggara Negara harusmelaporkan dan mengumumkan harta kekayaannya dan bersediadilakukan pemeriksaan terhadap kekayaannya sesuai denganketentuan dalam Undang-undang ini.

BAB XKETENTUAN PENUTUP

Pasal 24Undang-undang ini mulai berlaku 6 (enam) bulan sejak tanggaldiundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalamLembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di JakartaPada tanggal 19 Mei 1999

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Diundangkan di JakartaPada tanggal 19 Mei 1999

MENTERI NEGARA SEKRETARIAT NEGARAREPUBLIK INDONESIA

ttd

PROF. DR. H. MULADI, S.H.

PEMBERANTASAN KKN

Page 777: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

759

PENJELASAN

ATASUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 28 TAHUN 1999TENTANG

PENYELENGGARAAN NEGARA

YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI,DAN NEPOTISME

I. UMUM1. Penyelenggara Negara mempunyai peran penting dalam

mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa. Hal ini secara tegasdinyatakan dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945yang menyatakan bahwa yang sangat penting dalampemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah semangatpara Penyelenggara Negara dan Pemimpin pemerintahan.Dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) tahun, PenyelenggaraNegara tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya secaraoptimal, sehingga penyelenggara negara tidak berjalansebagaimana mestinya. Hal itu terjadi karena adanyapemusatan kekuasaan, wewenang, dan tanggungjawab padaPresiden/Mandataris Majelis Permusyawaratan RakyatRepublik Indonesia. Di samping itu, masyarakatpun belumsepenuhnya berperan serta dalam menjalankan fungsi kontrolsosial yang efektif terhadap penyelenggaraan negara.Pemusatan kekuasaan, wewenang, dan tanggungjawabtersebut tidak hanya berdampak negatif di bidang politik,namun juga dibidang ekonomi dan moneter, antara lainterjadinya praktek penyelenggaraan negara yang lebihmenguntungkan kelompok tertentu dan memberi peluangterhadap tumbuhnya korupsi, kolusi dan nepotisme. Tindakpidana korupsi, kolusi, dan nepotisme tersebut tidak hanyadilakukan oleh Penyelenggara Negara, antar PenyelenggaraNegara, melainkan juga Penyelenggara Negara dengan pihaklain seperti keluarga kroni, dan para pengusaha, sehingga

PEMBERANTASAN KKN

Page 778: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

760

merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara, serta membahayakan eksistensi negara.

Dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupannasional sesuai tuntutan reformasi diperlukan kesamaan visi,persepsi, dan misi dari Seluruh Penyelenggara Negara danmasyarakat. Kesamaan visi, persepsi, dan misi tersebut harussejalan dengan tuntutan hati nurani rakyat yang menghendakiterwujudnya Penyelenggara Negara yang mampumenjalankan tugas dan fungsinya secara sungguh-sungguh,penuh rasa tanggung jawab, yang dilaksanakan secaraefektif, efisien, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme,sebagaimana diamanatkan oleh Ketetapan MajelisPermusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan BebasKorupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

2. Undang-undang ini memuat tentang ketentuan yangberkaitan langsung atau tidak langsung dengan penegakanhukum terhadap tindak pidana korupsi, kolusi, dan nepotismeyang khusus ditujukan kepada para Penyelenggara Negaradan pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalamkaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Undang-undang ini merupakan bagian atau subsistem dariperaturan perundang-undangan yang berkaitan denganpenegakan hukum terhadap perbuatan korupsi, kolusi, dannepotisme. Sasaran pokok Undang-undang ini adalah paraPenyelenggara Negara yang meliputi Pejabat Negara padaLembaga Tertinggi Negara, Pejabat Negara pada LembagaTertinggi Negara, Menteri, Gubernur, Hakim, Pejabat Negaradan atau Pejabat Lain yang memiliki fungsi strategis dalamkaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersihdan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, dalam Undang-undang ini ditetapkan asas-asas umum penyelenggaraannegara yang meliputi asas kepastian hukum, asas tertibpenyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asasketerbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, danasas akuntabilitas.

PEMBERANTASAN KKN

Page 779: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

761

5. Pengaturan tentang peran serta masyarakat dalam Undang-undang ini dimaksud untuk memberdayakan masyarakatdalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yangbersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, Denganhak dan kewajiban yang dimiliki, masyarakat diharapkan dapatlebih bergairah melaksanakan kontrol sosial secara optimalterhadap penyelenggaraan negara, dengan tetap mentaatirambu-rambu hukum yang berlaku.

6. Agar Undang-undang ini dapat mencapai sasaran secaraefektif maka diatur pembentukan Komisi Pemeriksa yangbertugas dan berwenang melakukan pemeriksaan hartakekayaan pejabat negara sebelum, selama, dan setelahmenjabat, termasuk meminta keterangan baik dari mantanpejabat negara, keluarga, dan kroninya, maupun parapengusaha, dengan tetap memperhatikan prinsip pradugatak bersalah dan hak-hak asasi manusia. Susunankeanggotaan Komisi Pemeriksa terdiri atas unsur Pemerintahdan masyarakat mencerminkan independensi ataukemandirian dari lembaga ini.

7. Undang-undang ini mengatur pula kewajiban paraPenyelenggara Negara, antara lain mengumumkan danmelaporkan harta kekayaannya sebelum dan setelahmenjabat. Ketentuan tentang sanksi dalam Undang-undangini berlaku bagi Penyelenggara Negara, masyarakat, danKomisi Pemeriksa sebagai upaya preventif dan represif sertaberfungsi sebagai jaminan atas ditaatinya ketentuan tentangasas-asas umum penyelenggaraan negara, hak dan kewajibanPenyelenggara Negara, dan ketentuan lainnya sehinggadapat diharapkan memperkuat norma Kelembagaan,moralitas individu, dan sosial.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2Cukup jelas

PEMBERANTASAN KKN

Page 780: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

762

Angka 3

Cukup jelasAngka 4

Yang dimaksud dengan “Gubernur” adalah wakil PemerintahPusat di daerah.

Angka 5

Yang dimaksud dengan “Hakim” dalam ketentuan ini meliputiHakim di semua tingkatan Peradilan.

Angka 6

Yang dimaksud dengan “Pejabat negara yang lain” dalamketentuan ini misalnya Kepala Perwakilan Republik Indonesiadi luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar LuarBiasa dan Berkuasa Penuh, Wakil Gubernur, dan Bupati/Walikotamadya.

Angka 7Yang dimaksud dengan “pejabat lain yang memiliki fungsistrategis” adalah pejabat yang tugas dan wewenangnyadidalam melakukan penyelenggaraan negara rawanterhadap praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, yangmeliputi:

1. Direksi, Komisaris, dan pejabat struktural lainnya padaBadan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha MilikDaerah;

2. Pimpinan Bank Indonesia dan Pimpinan BadanPenyehatan Perbankan Nasional;

3. Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri;4. Pejabat Eselon I dan Pejabat lain yang disamakan di

lingkungan sipil, militer, dan Kepolisian Negara RepublikIndonesia;

5. Jaksa;6. Penyidik;7. Panitera Pengadilan; dan8. Pemimpin dan bendaharawan proyek.

PEMBERANTASAN KKN

Page 781: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

763

Pasal 3

Angka 1Yang dimaksud dengan “Asas Kepastian Hukum” adalahasas dalam negara hukum yang mengutamakan landasanperaturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilandalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara

Angka 2Yang dimaksud dengan “Asas Tertib PenyelenggaraanNegara” adalah asas yang menjadi landasan keteraturan,keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalianpenyelenggaraan negara.

Angka 3

Yang dimaksud dengan “Asas Kepentingan Umum” adalahyang mendahulukan kesejahteraan umum dengan carayang aspiratif, akomodatif dan selektif.

Angka 4

membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperolehinformasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentangpenyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikanperlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasianegara.

Angka 5Yang dimaksud dengan “Asas Proporsionalitas” adalah asasyang mengutamakan keseimbangan antara hak dankewajiban Penyelenggara Negara.

Angka 6Yang dimaksud dengan “Asas Profesionalitas” adalah asasyang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etikdan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Angka 7Yang dimaksud dengan “Asas Akuntabilitas” adalah asasyang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir darikegiatan Penyelenggara Negara harus dapatdipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyatsebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PEMBERANTASAN KKN

Page 782: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

764

Pasal 4

Pelaksanaan hak Penyelenggara Negara yang ditentukandalam Pasal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 27 ayat (2)dan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 serta ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 5Dalam hal Penyelenggara Negara dijabat oleh anggotaTentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian NegaraRepublik Indonesia, maka terhadap pejabat tersebut berlakuketentuan dalam Undang-undang ini.

Angka 1

Cukup jelas

Angka 2

Apabila Penyelenggara Negara dengan sengajamenghalang-halangi dalam pendataan kekayaannya, makadikenakan sanksi ketentuan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

Angka 3Cukup jelas

Angka 4Apabila Penyelenggara Negara yang didata kekayaannyaoleh Komisi Pemeriksa dengan sengaja memberikanketerangan yang tidak benar, maka dikenakan sanksi sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Angka 5Cukup jelas

Angka 6

Cukup jelas

Angka 7

Cukup jelas

PEMBERANTASAN KKN

Page 783: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

765

Pasal 6

Yang dimaksud dengan “hak dan kewajiban PenyelenggaraNegara dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945” adalah hak dan kewajiban yangdilaksanakan dengan memelihara budi pekerti kemanusiaanyang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yangluhur.

Pasal 7Cukup jelas

Pasal 8Ayat (1)

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayatini, adalah peran aktif masyarakat untuk ikut sertamewujudkan Penyelenggaraan Negara yang bersih danbebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang dilaksanakandengan menaati norma hukum, moral, dan sosial yangberlaku dalam masyarakat.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 9

Ayat (1)

Ketentuan dalam ayat (1) huruf d angka 2) merupakansuatu kewajiban bagi masyarakat yang oleh Undang-undang ini diminta hadir dalam proses Penyelidikan,penyidikan, dan di sidang pengadilan sebagai saksi pelapor,saksi, atau saksi ahli.

Apabila oleh pihak yang berwenang dipanggil sebagai saksipelapor, saksi, atau saksi ahli dengan sengaja tidak hadir,maka dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Ayat (2)

Pada dasarnya masyarakat mempunyai hak untukmemperoleh informasi tentang penyelenggaraan negara,

PEMBERANTASAN KKN

Page 784: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

766

namun hak tersebut tetap harus memperhatikan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku yangmemberikan batasan untuk masalah-masalah tertentudijamin kerahasiaannya, antara lain yang dijamin olehUndang-undang tentang Pos dan Undang-undang tentangPerbankan.

Ayat (3)

Cukup Jelas

Pasal 10Cukup jelas

Pasal 11

Yang dimaksud dengan “lembaga independen” dalam Pasalini adalah lembaga yang dalam melaksanakan tugas danwewenangnya bebas dari pengaruh kekuasaan eksekutif,legislatif, yudikatif, dan lembaga negara lainnya.

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13Cukup jelas

Pasal 14Cukup jelas

Pasal 15

Ayat (1)

Susunan keanggotaan Komisi Pemeriksa dalam ketentuanini, harus berjumlah ganjil. Hal ini dimaksudkan untuk dapatmengambil keputusan dengan suara terbanyak apabila tidakdapat dicapai pengambilan keputusan dengan musyawarah

PEMBERANTASAN KKN

Page 785: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

767

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang dapatdipertanggungjawabkan, anggota sub-sub komisi harusberintegrasi tinggi, memiliki keahlian, dan professional dibidangnya.

Dalam hal terdapat dugaan adanya Keterlibatan pihak lainseperti keluarga, kroni, dan atau pihak lain dalam praktekkorupsi, kolusi, atau nepotisme, maka bagi keluarga, kroni,dan atau pihak lain tersebut dikenakan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Sekretariat Jenderal bertugas membantu di bidangpelayanan administrasi untuk kelancaran pelaksanaan tugasKomisi Pemeriksa.

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas

Ayat (8)

Pembentukan Komisi Pemeriksa di daerah dimaksudkanuntuk membantu tugas Komisi Pemeriksa di daerahKeanggotaan Komisi Pemeriksa di daerah perlu terlebihdahulu mendapatkan pertimbangan dari Dewan PerwakilanRakyat Daerah.

Pasal 16Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Ketentuan ayat (2) ini pada dasarnya berlaku pula bagiKomisi Pemeriksa di daerah

PEMBERANTASAN KKN

Page 786: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

768

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk mempertegasatau menegaskan perbedaan yang mendasar antara tugasKomisi Pemeriksa selaku pemeriksa harta kekayaanPenyelenggara Negara dan fungsi Kepolisian dan kejaksaan.Fungsi pemeriksaan yang dilakukan oleh Komisi Pemeriksasebelum seseorang diangkat selaku pejabat negara adalahbersifat pendataan, sedangkan pemeriksaan yang dilakukansesudah Pejabat Negara selesai menjalankan jabatannyabersifat evaluasi untuk menentukan ada atau tidaknyapetunjuk tentang korupsi, kolusi, dan nepotisme. Yangdimaksud dengan “petunjuk” dalam Pasal ini adalah fakta-fakta atau data yang menunjukkan adanya unsur-unsurkorupsi, kolusi, dan nepotisme. Yang dimaksud dengan“instansi yang berwenang” adalah Badan PemeriksaKeuangan dan Pembangunan, Kejaksaan Agung, danKepolisian.

Pasal 19Cukup jelas

Pasal 20Cukup jelas

Pasal 21

Cukup jelas

PEMBERANTASAN KKN

Page 787: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

769

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23Cukup jelas

Pasal 24Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIANOMOR 3851

PEMBERANTASAN KKN

Page 788: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

770

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 31 TAHUN 1999

TENTANG

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa tindak pidana korupsi sangat merugikankeuangan negara atau perekonomian negara danmenghambat pembangunan nasional, sehinggaharus diberantas dalam rangka mewujudkanmasyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasiladan Undang-Undang Dasar 1945;

b. bahwa akibat tindak pidana korupsi yang terjadiselama ini selain merugikan keuangan negara atauperekonomian negara, juga menghambatpertumbuhan dan kelangsungan pembangunannasional yang menurut efisiensi tinggi;

c. bahwa Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsisudah tidak sesuai lagi dengan perkembangankebutuhan hukum dalam masyarakat, karena ituperlu diganti dengan Undang-UndangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang barusehingga diharapkan lebih efektif dalam mencegahdan memberantas tindak pidana korupsi;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, b, dan c perlu dibentukUndang-undang yang baru tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PEMBERANTASAN KKN

Page 789: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

771

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan RakyatRepublik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 tentangPenyelenggara Negara yang bersih dan BebasKorupsi, Kolusi, dan Nepotisme;

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBERAN-TASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :

1. Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yangterorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukanbadan hukum.

2. Pegawai Negeri adalah meliputi:

a. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang Kepegawaian;

b. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana;

c. orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negaraatau daerah;

d. orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasiyang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah;atau

PEMBERANTASAN KKN

Page 790: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

772

e. orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lainyang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara ataumasyarakat.

3. Pegawai Negeri adalah meliputi:

Setiap orang adalah orang perorangan atau termasuk korporasi.

BAB IITINDAK PIDANA KORUPSI

Pasal 2

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatanmemperkaya diri sendiri atau orang atau orang lain atau suatukorporasi yang dapat merugikan keuangan negara atauperekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumurhidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun danpaling lama 20 (duapuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)

(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapatdijatuhkan.

Pasal 3Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atauorang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan ataukedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atauperekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidupatau pidana paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (duapuluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satumilyar rupiah)

Pasal 4Pengembalian kerugian keuangan negara atau perekonomian negaratidak menghapuskan dipidananya pelaku tindak pidana sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3

PEMBERANTASAN KKN

Page 791: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

773

Pasal 5

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksuddalam Pasal 209 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan palinglama 5 (lima) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,00(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (duaratus lima puluh juta rupiah)

Pasal 6Setiap orang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamPasal 210 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana denganpidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama l5 (limabelas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 150.000.000,00(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)

Pasal 7Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksuddalam Pasal 387 atau Pasal 388 Kitab Undang-undang HukumPidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahundan paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah)

Pasal 8Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksuddalam Pasal 415 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama15 (lima belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyakRp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)

Pasal 9

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksuddalam Pasal 416 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan palinglama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp 50.000.000,00

PEMBERANTASAN KKN

Page 792: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

774

(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00(dua ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 10

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksuddalam Pasal 417 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan palinglama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.100.000.000,00(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.350.000.000,00 (tigaratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 11

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksuddalam Pasal 418 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan palinglama 5 (lima) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.50.000.000,00(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.250.000.000,00 (duaratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 12Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksuddalam Pasal 419, Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425, atau Pasal 435Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidanapenjara seumur hidup atau penjara pidana penjara paling singkat 4(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dendapaling sedikit Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan palingbanyak Rp.1000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Pasal 13Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeridengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat padajabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janjimelekat pada jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana denganpidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyakRp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

PEMBERANTASAN KKN

Page 793: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

775

Pasal 14

Setiap orang yang melanggar ketentuan Undang-Undang yangsecara tegas menyatakan bahwa pelanggaran terhadap ketentuanUndang-Undang tersebut sebagai tindak pidana korupsi berlakuketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.

Pasal 15Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, ataupermufakatan jahat untuk melakukan pidana korupsi, dipidanadengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.

Pasal 16Setiap orang di luar wilayah negara Republik Indonesia yangmemberikan bantuan, kesempatan, sarana, atau keterangan untukterjadinya tindak pidana korupsi dipidana dengan pidana yang samasebagai pelaku tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalamPasal, 2, Pasal 3, Pasal 5, sampai dengan Pasal 14.

Pasal 17Selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14, terdakwa dapat dijatuhipidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.

Pasal 18

(1) Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam KitabUndang-Undang Hukum Pidana, sebagai pidana tambahanadalah :

a. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yangtidak berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakanuntuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi,termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak pidanakorupsi dilakukan begitu pula harga dan barang yangmenggantikan barang-barang tersebut;

b. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh daritindak pidana korupsi;

PEMBERANTASAN KKN

Page 794: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

776

c. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktupaling lama 1 (satu) tahun;

d. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu ataupenghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu,yang telah atau dapat diberikan oleh Pemerintah kepadaterpidana.

(2) Jika terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupiuntuk membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalamayat (1) huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudahputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukumtetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelanguntuk menutupi uang pengganti tersebut.

(3) Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yangmencukupi untuk membayar uang pengganti sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana dengan pidanapenjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum daripidana pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalamputusan pengadilan.

Pasal 19

(1) Putusan pengadilan mengenai perampasan barang-barang bukankepunyaan terdakwa tidak dijatuhkan, apabila hak-hak pihakketiga yang beritikad baik akan dirugikan.

(2) Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalamayat (1) termasuk juga barang pihak ketiga yang mempunyaiitikad baik, maka pihak ketiga tersebut dapat mengajukan suratkeberatan kepada pengadilan yang bersangkutan, dalam waktupaling lambat 2 (dua) bulan setelah putusan pengadilan diucapkandi sidang terbuka untuk umum.

(3) Pengajuan surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaanputusan pengadilan.

(4) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), hakimmeminta keterangan penuntut umum dan pihak yangberkepentingan.

(5) Penetapan hakim atau surat keberatan sebagaimana dimaksuddalam ayat (2) dapat dimintakan kasasi ke Mahkamah Agungoleh pemohon atau penuntut umum.

PEMBERANTASAN KKN

Page 795: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

777

Pasal 20

(1) Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas namasuatu korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapatdilakukan terhadap korporasi dan atau pengurusnya.

(2) Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindakpidana tersebut dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkanhubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain, bertindakdalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupunbersama-sama.

(3) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi,maka korporasi tersebut diwakili oleh pengurus.

(4) Pengurus yang mewakili korporasi sebagaimana dimaksud dalamayat (3) dapat diwakili oleh orang lain.

(5) Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasimenghadap sendiri di pengadilan dan dapat pula memerintahkansupaya pengurus tersebut dibawa ke sidang pengadilan.

(6) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, makapanggilan untuk menghadap dan penyerahan surat panggilantersebut disampaikan kepada pengurus di tempat tinggalpengurus atau di tempat pengurus berkantor.

(7) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanyapidana dengan denda, dengan ketentuan maksimum pidanaditambah 1/3 (satu pertiga).

BAB III

TINDAK PIDANA LAIN

YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Pasal 21Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi, ataumenggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan,penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadaptersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi,dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun danpaling lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda paling sedikitRp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyakRp.600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

PEMBERANTASAN KKN

Page 796: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

778

Pasal 22

Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29,Pasal 35, dan Pasal 36 yang dengan sengaja tidak memberiketerangan atau memberi keterangan yang tidak benar, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama12 (dua belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyakRp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

Pasal 23Dalam perkara korupsi, pelanggaran terhadap ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 220, Pasal 231, Pasal 421,Pasal 421, Pasal 422, Pasal 429, atau Pasal 430 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat1 (satu) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun dan atau dendapaling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan palingbanyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Pasal 24Saksi yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 31, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahundan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus limapuluh juta rupiah).

BAB IVPENYIDIKAN, PENUNTUTAN,

DAN PEMERIKSAAN DISIDANG PENGADILAN

Pasal 25Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan dalamperkara tindak pidana korupsi harus didahulukan dari perkara lainguna penyelesaian secepatnya.

Pasal 26Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilanterhadap tindak pidana korupsi, di lakukan berdasarkan hukum

PEMBERANTASAN KKN

Page 797: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

779

acara pidana yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini.

Pasal 27

Dalam hal ditemukan tindak pidana korupsi yang sulit pembuktiannya,maka dapat dibentuk tim gabungan di bawah koordinasi Jaksa Agung.

Pasal 28

Untuk kepentingan penyidikan, tersangka wajib memberi keterangantentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri atau suami,anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diketahuidan atau yang diduga mempunyai hubungan dengan tindak pidanakorupsi yang dilakukan tersangka.

Pasal 29(1) Untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan

di sidang pengadilan, penyidik, penuntut umum, atau hakimberwenang meminta keterangan kepada bank tentang keadaankeuangan tersangka atau terdakwa.

(2) Permintaan keterangan kepada bank sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) diajukan kepada Gubernur Bank Indonesia sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Gubernur Bank Indonesia berkewajiban untuk memenuhipermintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dalam waktuselambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja, terhitung sejak dokumenpermintaan diterima secara lengkap.

(4) Penyidik, penuntut umum, atau hakim dapat meminta kepadabank untuk memblokir rekening simpanan milik tersangka atauterdakwa yang diduga hasil dari korupsi.

(5) Dalam hal hasil pemeriksaan terhadap tersangka atau terdakwatidak diperoleh bukti yang cukup, atas permintaan penyidik,penuntut umum, atau hakim, bank pada hari itu juga mencabutpemblokiran.

Pasal 30

Penyidik berhak membuka, memeriksa, dan menyita surat dankiriman melalui pos, telekomunikasi, atau alat lainnya yang dicurigai

PEMBERANTASAN KKN

Page 798: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

780

mempunyai hubungan dengan perkara tindak pidana korupsi yangsedang diperiksa.

Pasal 31

(1) Dalam penyidikan dan pemeriksaan di sidang pengadilan, saksidan orang lain yang bersangkutan dengan tindak pidana korupsidilarang menyebut nama atau alamat pelapor, atau hal-hal lainyang memberi kemungkinan dapat diketahuinya identitas pelapor.

(2) Sebelum pemeriksaan dilakukan, larangan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) diberitahukan kepada saksi dan oranglain tersebut.

Pasal 32(1) Dalam hal penyidik menemukan dan berpendapat bahwa satu

atau lebih tindak pidana korupsi tidak terdapat cukup bukti,sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara,maka penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasilpenyidikan tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara untukdilakukan gugatan perdata atau diserahkan kepada instansi yangdirugikan untuk mengajukan gugatan.

(2) Putusan bebas dalam perkara tindak pidana korupsi tidakmenghapuskan hak untuk menuntut kerugian terhadap keuangannegara.

Pasal 33

Dalam hal tersangka meninggal dunia pada saat dilakukan penyidikan,sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, makapenyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikantersebut kepada Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan kepadainstansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan perdata terhadapahli warisnya.

Pasal 34Dalam hal terdakwa meninggal dunia pada saat dilakukan pemeriksaandi sidang pengadilan, sedangkan secara nyata telah ada kerugiankeuangan negara, maka penuntut umum segera menyerahkansalinan berkas berita acara sidang tersebut kepada Jaksa Pengacara

PEMBERANTASAN KKN

Page 799: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

781

Negara atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untukdilakukan gugatan perdata terhadap ahli warisnya.

Pasal 35

(1) Setiap orang wajib memberi keterangan sebagai saksi atau ahli,kecuali ayah, ibu, kakek, nenek, saudara kandung, istri atausuami, anak dan cucu dari terdakwa.

(2) Orang yang dibebaskan sebagai saksi sebagaimana dimaksuddalam ayat (1), dapat diperiksa sebagai saksi apabila merekamenghendaki dan disetujui secara tegas oleh terdakwa.

(3) Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),mereka dapat memberikan keterangan sebagai saksi tanpadisumpah.

Pasal 36

Kewajiban memberikan kesaksian sebagaimana dimaksud dalamPasal 35 berlaku juga terhadap mereka yang menurut pekerjaan,harkat dan martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia,kecuali petugas agama yang menurut keyakinannya harusmenyimpan rahasia.

Pasal 37

(1) Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidakmelakukan tindak pidana korupsi.

(2) Dalam hal terdakwa dapat membuktikan bahwa ia tidakmelakukan tindak pidana korupsi, maka keterangan tersebutdipergunakan sebagai hal yang menguntungkan baginya.

(3) Terdakwa wajib memberikan keterangan tentang seluruh hartabendanya dan harta benda istri atau suami, anak, dan hartabenda setiap orang atau korporasi yang diduga mempunyaihubungan dengan perkara yang bersangkutan.

(4) Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan tentang kekayaanyang tidak seimbang dengan penghasilannya atau sumberpenambahan kekayaannya, maka keterangan tersebut dapatdigunakan untuk memperkuat alat bukti yang sudah ada bahwaterdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi.

PEMBERANTASAN KKN

Page 800: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

782

(5) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat(2), ayat (3), dan ayat (4), penuntut umum tetap berkewajibanuntuk membuktikan dakwaannya.

Pasal 38

(1) Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara sah, dan tidak hadirdi sidang pengadilan tanpa alasan yang sah, maka perkara dapatdiperiksa dan diputus tanpa kehadirannya.

(2) Dalam hal terdakwa hadir pada sidang berikutnya sebelumputusan dijatuhkan, maka terdakwa wajib diperiksa, dan segalaketerangan saksi dan surat-surat yang dibacakan dalam sidangsebelumnya dianggap sebagai diucapkan dalam sidang yangsekarang.

(3) Putusan yang dijatuhkan tanpa kehadiran terdakwa diumumkanoleh penuntut umum pada papan pengumuman pengadilan,kantor Pemerintah Daerah, atau diberitahukan kepada kuasanya.

(4) Terdakwa atau kuasanya dapat mengajukan banding atasputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(5) Dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum putusan dijatuhkandan terdapat bukti yang cukup kuat bahwa yang bersangkutantelah melakukan tindak pidana korupsi, maka hakim atas tuntutanpenuntut umum menetapkan perampasan barang-barang yangtelah disita.

(6) Penetapan perampasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5)tidak dapat dimohonkan upaya banding.

(7) Setiap orang yang berkepentingan dapat mengajukan keberatankepada pengadilan yang telah menjatuhkan penetapansebagaimana dimaksud dalam ayat (5), dalam waktu 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal pengumuman sebagaimanadimaksud dalam ayat (3).

Pasal 39Jaksa Agung mengkoordinasikan dan mengendalikan, penyidikan,dan penuntutan tindak pidana korupsi yang dilakukan bersama-samaoleh orang yang tunduk pada Peradilan Umum dan Peradilan Militer.

PEMBERANTASAN KKN

Page 801: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

783

Pasal 40

Dalam hal terdapat cukup alasan untuk mengajukan perkara korupsidi lingkungan Peradilan Militer, maka ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 123 ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer tidak dapat diberlakukan.

BAB VPERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 41(1) Masyarakat dapat berperan serta membantu upaya pencegahan

dan pemberantasan tindak pidana korupsi.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) diwujudkan dalam bentuk :

a. hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasiadanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi;

b. hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari,memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telahterjadi tindak pidana korupsi kepada penegak hukum yangmenangani perkara tindak pidana korupsi;

c. Hak menyampaikan saran dan pendapat secarabertanggungjawab kepada penegak hukum yang menanganiperkara tindak pidana korupsi;

d. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentanglaporannya yang diberikan kepada penegak hukum dalamwaktu paling lama 30 (tiga puluh hari);

e. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum dalam hal :

1) melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalamhuruf, a, b, dan c;

2) diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan, dandi sidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi atausaksi ahli, sesuai dengan ketentuan peraturanperundangan-undangan yang berlaku.

(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyaihak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan danpemberantasan tindak pidana korupsi.

PEMBERANTASAN KKN

Page 802: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

784

(4) Hak dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) dan ayat (3) dilaksanakan dengan berpegang teguh padaasas-asas atau ketentuan yang diatur dalam peraturanperundang-undangan yang berlaku dan dengan mentaati normaagama dan norma social lainnya.

(5) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran sertamasyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindakpidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, diaturlebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 42(1) Pemerintah memberikan penghargaan kepada anggota

masyarakat yang telah berjasa membantu upaya pencegahan,pemberantasan, atau pengungkapan tindak pidana korupsi.

(2) Ketentuan mengenai penghargaan sebagaimana dimaksud dalamayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VI

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 43

(1) Dalam waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejak Undang-undangini mulai berlaku, dibentuk Komisi Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi.

(2) Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai tugasdan wewenang melakukan koordinasi dan supervisi, termasukmelakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Keanggotaan Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)terdiri atas unsur Pemerintah dan unsur masyarakat.

(4) Ketentuan mengenai pembentukan, susunan organisasi, tatakerja, pertanggung jawaban, tugas dan wewenang, sertakeanggotaan Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Undang-undang.

PEMBERANTASAN KKN

Page 803: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

785

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 44Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, maka Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi (Lembaran Negara Tahun 1971 Nomor 19, TambahanLembaran Negara Nomor 2958), dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 45Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agarsetiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganUndang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran NegaraRepublik Indonesia.

Disahkan di JakartaPada tanggal 16 Agustus 1999

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Disahkan di JakartaPada tanggal 16 Agustus 1999

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA

ttd.

MULADI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999NOMOR 140

PEMBERANTASAN KKN

Page 804: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

786

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 20 TAHUN 2001

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

KORUPSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa tindak pidana korupsi yang selama initerjadi secara meluas, tidak hanya merugikankeuangan negara, tetapi juga telah merupakanpelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomimasyarakat secara luas, sehingga tindak pidanakorupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yangpemberantasannya harus dilakukan secara luarbiasa;

b. bahwa untuk lebih menjamin kepastian hukum,menghindari keragaman penafsiran hukum danmemberikan perlindungan terhadap hak-hak sosialdan ekonomi masyarakat, serta perlakuan secaraadil dalam memberantas tindak pidana korupsi,perlu diadakan perubahan atas Undang-undangNomor 31 Tahun 1999 tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlumembentuk Undang-undang tentang Perubahan

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PEMBERANTASAN KKN

Page 805: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

787

Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (2) dan ayat(4) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentangHukum Acara Pidana (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1981 Nomor 76, TambahanLembaran Negara Nomor 3209);

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentangPenyelenggara Negara yang Bebas dari Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

4. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3874);

Dengan persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAdan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN

ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAKPIDANA KORUPSI.

Pasal IBeberapa ketentuan dan penjelasan pasal dalam Undang-undangNomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi diubah sebagai berikut:

PEMBERANTASAN KKN

Page 806: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

788

1. Pasal 2 ayat (2) substansi tetap, penjelasan pasal diubahsehingga rumusannya sebagaimana tercantum dalam penjelasanPasal Demi Pasal angka 1 Undang-undang ini.

2. Ketentuan Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10,Pasal 11, dan Pasal 12, rumusannya diubah dengan tidakmengacu pasal-pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidanatetapi langsung menyebutkan unsur-unsur yang terdapat dalammasing-masing pasal Kitab Undang-undang Hukum Pidana yangdiacu, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 5(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun

dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda palingsedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan palingbanyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)setiap orang yang:a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai

negeri atau penyelenggara negara dengan maksudsupaya pegawai negeri atau penyelenggara negaratersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalamjabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;atau

b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri ataupenyelenggara negara karena atau berhubungan dengansesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukanatau tidak dilakukan dalam jabatannya.

(2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yangmenerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidana dengan pidanayang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 6

(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahundan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana dendapaling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh jutarupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratuslima puluh juta rupiah) setiap orang yang:

PEMBERANTASAN KKN

Page 807: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

789

a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim denganmaksud untuk mempengaruhi putusan perkara yangdiserahkan kepadanya untuk diadili; atau

b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorangyang menurut ketentuan peraturan perundang-undanganditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidangpengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihatatau pendapat yang akan diberikan berhubung denganperkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.

(2) Bagi hakim yang menerima pemberian atau janjisebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atauadvokat yang menerima pemberian atau janji sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidanayang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 7(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun

dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana dendapaling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) danpaling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh jutarupiah):

a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuatbangunan, atau penjual bahan bangunan yang padawaktu menyerahkan bahan bangunan, melakukanperbuatan curang yang dapat membahayakankeamanan orang atau barang, atau keselamatan negaradalam keadaan perang;

b. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunanatau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkanperbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf a;

c. setiap orang yang pada waktu menyerahkan barangkeperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau KepolisianNegara Republik Indonesia melakukan perbuatan curangyang dapat membahayakan keselamatan negara dalamkeadaan perang; atau

d. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahanbarang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atauKepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja

PEMBERANTASAN KKN

Page 808: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

790

membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksuddalam huruf c.

(2) Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atauorang yang menerima penyerahan barang keperluan TentaraNasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara RepublikIndonesia dan membiarkan perbuatan curang sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf c, dipidana denganpidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 8Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahundan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda palingsedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) danpaling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh jutarupiah), pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yangditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terusmenerus atau untuk sementara waktu, dengan sengajamenggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karenajabatannya, atau membiarkan uang atau surat berhargatersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantudalam melakukan perbuatan tersebut.

Pasal 9Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahundan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikitRp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyakRp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawainegeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugasmenjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atauuntuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-bukuatau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.

Pasal 10Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahundan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikitRp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeriatau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan

PEMBERANTASAN KKN

Page 809: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

791

suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuksementara waktu, dengan sengaja:

a. menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, ataumembuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftaryang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan dimuka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karenajabatannya; atau

b. membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan,merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang,akta, surat, atau daftar tersebut; atau

c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan,merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang,akta, surat, atau daftar tersebut.

Pasal 11

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahundan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda palingsedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan palingbanyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerimahadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwahadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan ataukewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yangmenurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janjitersebut ada hubungan dengan jabatannya.

Pasal 12Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidanapenjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20(dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):

a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerimahadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwahadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkanagar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalamjabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;

PEMBERANTASAN KKN

Page 810: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

792

b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerimahadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiahtersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karenatelah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalamjabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya;

c. hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahuiatau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikanuntuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkankepadanya untuk diadili;

d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadirisidang pengadilan, menerima hadiah atau janji, padahaldiketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebutuntuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akandiberikan, berhubung dengan perkara yang diserahkankepada pengadilan untuk diadili;

e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang denganmaksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secaramelawan hukum, atau dengan menyalahgunakankekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan,atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;

f. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktumenjalankan tugas, meminta, menerima, atau memotongpembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggaranegara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawainegeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umumtersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahuibahwa hal tersebut bukan merupakan utang;

g. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktumenjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan, ataupenyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepadadirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukanmerupakan utang;

h. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktumenjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yangdi atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai denganperaturan perundang-undangan, telah merugikan orang yangberhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebutbertentangan dengan peraturan perundang-undangan; atau

PEMBERANTASAN KKN

Page 811: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

793

i. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsungmaupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalampemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saatdilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskanuntuk mengurus atau mengawasinya.

3. Di antara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan 3 (tiga) pasal baruyakni Pasal 12 A, Pasal 12 B, dan Pasal 12 C, yang berbunyisebagai berikut:

Pasal 12 A(1) Ketentuan mengenai pidana penjara dan pidana denda

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7,Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12 tidakberlaku bagi tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dariRp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

(2) Bagi pelaku tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)tahun dan pidana denda paling banyak Rp 50.000.000,00(lima puluh juta rupiah).

Pasal 12 B(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara

negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungandengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajibanatau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukanmerupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;

b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh jutarupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suapdilakukan oleh penuntut umum.

(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negarasebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjaraseumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidanadenda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta

PEMBERANTASAN KKN

Page 812: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

794

rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliarrupiah).

Pasal 12 C

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat(1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yangditerimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi.

(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasitersebut diterima.

(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktupaling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggalmenerima laporan wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadimilik penerima atau milik negara.

(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporansebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan penentuan statusgratifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dalamUndang-undang tentang Komisi Pemberantasan TindakPidana Korupsi.

4. Di antara Pasal 26 dan Pasal 27 disisipkan 1 (satu) pasal barumenjadi Pasal 26 A yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 26 A

Alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimanadimaksud dalam Pasal 188 ayat (2) Undang-undang Nomor 8Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, khusus untuk tindakpidana korupsi juga dapat diperoleh dari :

a. alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim,diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optikatau yang serupa dengan itu; dan

b. dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yangdapat dilihat, dibaca, dan atau didengar yang dapatdikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baikyang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain

PEMBERANTASAN KKN

Page 813: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

795

kertas, maupun yang terekam secara elektronik, yangberupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf,tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna.

5. Pasal 37 dipecah menjadi 2 (dua) pasal yakni menjadi Pasal 37dan Pasal 37 A dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pasal 37 dengan substansi yang berasal dari ayat (1) danayat (2) dengan penyempurnaan pada ayat (2) frasa yangberbunyi “keterangan tersebut dipergunakan sebagai hal yangmenguntungkan baginya” diubah menjadi “pembuktiantersebut digunakan oleh pengadilan sebagai dasar untukmenyatakan bahwa dakwaan tidak terbukti”, sehingga bunyikeseluruhan Pasal 37 adalah sebagai berikut:

Pasal 37(1) Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa

ia tidak melakukan tindak pidana korupsi.

(2) Dalam hal terdakwa dapat membuktikan bahwa ia tidakmelakukan tindak pidana korupsi, maka pembuktiantersebut dipergunakan oleh pengadilan sebagai dasaruntuk menyatakan bahwa dakwaan tidak terbukti.

b. Pasal 37 A dengan substansi yang berasal dari ayat (3),ayat (4), dan ayat (5) dengan penyempurnaan kata “dapat”pada ayat (4) dihapus dan penunjukan ayat (1) dan ayat(2) pada ayat (5) dihapus, serta ayat (3), ayat (4), danayat (5) masing-masing berubah menjadi ayat (1), ayat(2), dan ayat (3), sehingga bunyi keseluruhan Pasal 37 Aadalah sebagai berikut:

Pasal 37 A(1) Terdakwa wajib memberikan keterangan tentang seluruh

harta bendanya dan harta benda istri atau suami, anak,dan harta benda setiap orang atau korporasi yang didugamempunyai hubungan dengan perkara yang didakwakan.

(2) Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan tentangkekayaan yang tidak seimbang dengan penghasilannya atausumber penambahan kekayaannya, maka keterangan

PEMBERANTASAN KKN

Page 814: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

796

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) digunakan untukmemperkuat alat bukti yang sudah ada bahwa terdakwatelah melakukan tindak pidana korupsi.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat(2) merupakan tindak pidana atau perkara pokoksebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4,Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undangNomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan TindakPidana Korupsi dan Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undang-undang ini, sehingga penuntut umum tetap berkewajibanuntuk membuktikan dakwaannya.

6. Di antara Pasal 38 dan Pasal 39 ditambahkan 3 (tiga) pasal baruyakni Pasal 38 A, Pasal 38 B, dan Pasal 38 C yang seluruhnyaberbunyi sebagai berikut :

Pasal 38 A

Pembuktian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1)dilakukan pada saat pemeriksaan di sidang pengadilan.

Pasal 38 B(1) Setiap orang yang didakwa melakukan salah satu tindak

pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal3, Pasal 4, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan TindakPidana Korupsi dan Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undang-undang ini, wajib membuktikan sebaliknya terhadap hartabenda miliknya yang belum didakwakan, tetapi juga didugaberasal dari tindak pidana korupsi.

(2) Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan bahwa hartabenda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperolehbukan karena tindak pidana korupsi, harta benda tersebutdianggap diperoleh juga dari tindak pidana korupsi dan hakimberwenang memutuskan seluruh atau sebagian harta bendatersebut dirampas untuk negara.

(3) Tuntutan perampasan harta benda sebagaimana dimaksuddalam ayat (2) diajukan oleh penuntut umum pada saatmembacakan tuntutannya pada perkara pokok.

PEMBERANTASAN KKN

Page 815: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

797

(4) Pembuktian bahwa harta benda sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) bukan berasal dari tindak pidana korupsidiajukan oleh terdakwa pada saat membacakanpembelaannya dalam perkara pokok dan dapat diulangi padamemori banding dan memori kasasi.

(5) Hakim wajib membuka persidangan yang khusus untukmemeriksa pembuktian yang diajukan terdakwasebagaimana dimaksud dalam ayat (4).

(6) Apabila terdakwa dibebaskan atau dinyatakan lepas darisegala tuntutan hukum dari perkara pokok, maka tuntutanperampasan harta benda sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dan ayat (2) harus ditolak oleh hakim.

Pasal 38 CApabila setelah putusan pengadilan telah memperoleh kekuatanhukum tetap, diketahui masih terdapat harta benda milikterpidana yang diduga atau patut diduga juga berasal dari tindakpidana korupsi yang belum dikenakan perampasan untuk negarasebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 B ayat (2), maka negaradapat melakukan gugatan perdata terhadap terpidana dan atauahli warisnya.

7. Di antara Bab VI dan Bab VII ditambah bab baru yakni Bab VIA mengenai Ketentuan Peralihan yang berisi 1 (satu) pasal,yakni Pasal 43 A yang diletakkan di antara Pasal 43 dan Pasal44 sehingga keseluruhannya berbunyi sebagai berikut:

BAB VI AKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 43 A

(1) Tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum Undang-undangNomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan TindakPidana Korupsi diundangkan, diperiksa dan diputusberdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 3 Tahun1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,dengan ketentuan maksimum pidana penjara yangmenguntungkan bagi terdakwa diberlakukan ketentuan dalam

PEMBERANTASAN KKN

Page 816: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

798

Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10Undang-undang ini dan Pasal 13 Undang-undang Nomor 31Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

(2) Ketentuan minimum pidana penjara dalam Pasal 5, Pasal6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10 Undang-undangini dan Pasal 13 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tidak berlakubagi tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum berlakunyaUndang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

(3) Tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum Undang-undangini diundangkan, diperiksa dan diputus berdasarkan ketentuanUndang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dengan ketentuanmengenai maksimum pidana penjara bagi tindak pidanakorupsi yang nilainya kurang dari Rp 5.000.000,00 (limajuta rupiah) berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 12 A ayat (2) Undang-undang ini.

8. Dalam BAB VII sebelum Pasal 44 ditambah 1 (satu) pasal baruyakni Pasal 43 B yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 43 BPada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, Pasal 209, Pasal210, Pasal 387, Pasal 388, Pasal 415, Pasal 416, Pasal 417,Pasal 418, Pasal 419, Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425, danPasal 435 Kitab Undang-undang Hukum Pidana jis. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana(Berita Republik Indonesia II Nomor 9), Undang-undang Nomor73 Tahun 1958 tentang Menyatakan Berlakunya Undang-undangNomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana untukSeluruh Wilayah Republik Indonesia dan Mengubah Kitab Undang-undang Hukum Pidana (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1660) sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undangNomor 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-undangHukum Pidana Yang Berkaitan Dengan Kejahatan TerhadapKeamanan Negara, dinyatakan tidak berlaku.

PEMBERANTASAN KKN

Page 817: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

799

Pasal II

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganUndang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran NegaraRepublik Indonesia.

Disahkan di JakartaPada tanggal 21 Nopember 2001

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakartapada tanggal 21 Nopember 2001

SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA,

ttd

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001NOMOR 134

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABINET RIKepala Biro PeraturanPerundang-undangan II,

ttd

Edy Sudibyo

PEMBERANTASAN KKN

Page 818: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

800

PENJELASANATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 20 TAHUN 2001

TENTANG

PERUBAHAN ATASUNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999

TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI.

I. UMUMSejak Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) diundangkan,terdapat berbagai interpretasi atau penafsiran yang berkembangdi masyarakat khususnya mengenai penerapan Undang-undangtersebut terhadap tindak pidana korupsi yang terjadi sebelumUndang-undang Nomor 31 Tahun 1999 diundangkan. Hal inidisebabkan Pasal 44 Undang-undang tersebut menyatakanbahwa Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan tidak berlakusejak Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 diundangkan,sehingga timbul suatu anggapan adanya kekosongan hukumuntuk memproses tindak pidana korupsi yang terjadi sebelumberlakunya Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999.Di samping hal tersebut, mengingat korupsi di Indonesia terjadisecara sistematik dan meluas sehingga tidak hanya merugikankeuangan negara, tetapi juga telah melanggar hak-hak sosialdan ekonomi masyarakat secara luas, maka pemberantasankorupsi perlu dilakukan dengan cara luar biasa. Dengan demikian,pemberantasan tindak pidana korupsi harus dilakukan dengancara yang khusus, antara lain penerapan sistem pembuktianterbalik yakni pembuktian yang dibebankan kepada terdakwa.Untuk mencapai kepastian hukum, menghilangkan keragamanpenafsiran, dan perlakuan adil dalam memberantas tindak pidanakorupsi, perlu diadakan perubahan atas Undang-undang Nomor31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.Ketentuan perluasan mengenai sumber perolehan alat bukti yangsah yang berupa petunjuk, dirumuskan bahwa mengenai

PEMBERANTASAN KKN

Page 819: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

801

“petunjuk” selain diperoleh dari keterangan saksi, surat, danketerangan terdakwa, juga diperoleh dari alat bukti lain yangberupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpansecara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itutetapi tidak terbatas pada data penghubung elektronik (electronicdata interchange), surat elektronik (e-mail), telegram, teleks, danfaksimili, dan dari dokumen, yakni setiap rekaman data atauinformasi yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar yang dapatdikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yangtertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupunyang terekam secara elektronik, yang berupa tulisan, suara,gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atauperforasi yang memiliki makna.Ketentuan mengenai “pembuktian terbalik” perlu ditambahkandalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai ketentuan yangbersifat “premium remidium” dan sekaligus mengandung sifatprevensi khusus terhadap pegawai negeri sebagaimana dimaksuddalam Pasal 1 angka 2 atau terhadap penyelenggara negarasebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersihdan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, untuk tidakmelakukan tindak pidana korupsi.Pembuktian terbalik ini diberlakukan pada tindak pidana barutentang gratifikasi dan terhadap tuntutan perampasan hartabenda terdakwa yang diduga berasal dari salah satu tindak pidanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undang Nomor 31Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi danPasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undang-undang ini.Dalam Undang-undang ini diatur pula hak negara untukmengajukan gugatan perdata terhadap harta benda terpidanayang disembunyikan atau tersembunyi dan baru diketahui setelahputusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap. Hartabenda yang disembunyikan atau tersembunyi tersebut didugaatau patut diduga berasal dari tindak pidana korupsi. Gugatanperdata dilakukan terhadap terpidana dan atau ahli warisnya.Untuk melakukan gugatan tersebut, negara dapat menunjukkuasanya untuk mewakili negara.Selanjutnya dalam Undang-undang ini juga diatur ketentuan barumengenai maksimum pidana penjara dan pidana denda bagi tindak

PEMBERANTASAN KKN

Page 820: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

802

pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp. 5.000.000,00 (limajuta rupiah). Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghilangkanrasa kekurangadilan bagi pelaku tindak pidana korupsi, dalam halnilai yang dikorup relatif kecil.Di samping itu, dalam Undang-undang ini dicantumkan KetentuanPeralihan. Substansi dalam Ketentuan Peralihan ini pada dasarnyasesuai dengan asas umum hukum pidana sebagaimanadimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) Kitab Undang-undang HukumPidana.

II. PASAL DEMI PASALPasal I

Angka 1Pasal 2 ayat (2)

Yang dimaksud dengan “keadaan tertentu” dalamketentuan ini adalah keadaan yang dapat dijadikanalasan pemberatan pidana bagi pelaku tindakpidana korupsi yaitu apabila tindak pidana tersebutdilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukkanbagi penanggulangan keadaan bahaya, bencanaalam nasional, penanggulangan akibat kerusuhansosial yang meluas, penanggulangan krisis ekonomidan moneter, dan pengulangan tindak pidanakorupsi.

Angka 2

Pasal 5Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “penyelenggara negara”dalam Pasal ini adalah penyelenggara negarasebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentangPenyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dariKorupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Pengertian“penyelenggara negara” tersebut berlaku pula untukpasal-pasal berikutnya dalam Undang-undang ini.

PEMBERANTASAN KKN

Page 821: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

803

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7Cukup jelas

Pasal 8Cukup jelas

Pasal 9Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11Cukup jelas

Pasal 12Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Yang dimaksud dengan “advokat” adalah orangyang berprofesi memberi jasa hukum baik di dalammaupun di luar pengadilan yang memenuhipersyaratan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku

PEMBERANTASAN KKN

Page 822: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

804

Huruf e

Cukup jelas

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g

Cukup jelas

Huruf h

Cukup jelas

Huruf i

Cukup jelas

Angka 3Pasal 12 A

Cukup jelas

Pasal 12 BAyat (1)

Yang dimaksud dengan “gratifikasi” dalam ayat iniadalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputipemberian uang, barang, rabat (discount), komisi,pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitaspenginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baikyang diterima di dalam negeri maupun di luar negeridan yang dilakukan dengan menggunakan saranaelektronik atau tanpa sarana elektronik.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 12 CCukup jelas

PEMBERANTASAN KKN

Page 823: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

805

Angka 4

Pasal 26 AHuruf a

Yang dimaksud dengan “disimpan secaraelektronik” misalnya data yang disimpan dalammikro film, Compact Disk Read Only Memory (CD-ROM) atau Write Once Read Many (WORM).

Yang dimaksud dengan “alat optik atau yangserupa dengan itu” dalam ayat ini tidak terbataspada data penghubung elektronik (electronic datainterchange), surat elektronik (e-mail), telegram,teleks, dan faksimili.

Huruf b

Cukup jelas

Angka 5Pasal 37

Ayat (1)

Pasal ini sebagai konsekuensi berimbang ataspenerapan pembuktian terbalik terhadap terdakwa.Terdakwa tetap memerlukan perlindungan hukumyang berimbang atas pelanggaran hak-hak yangmendasar yang berkaitan dengan asas pradugatak bersalah (presumption of innocence) danmenyalahkan diri sendiri (non self-incrimination).

Ayat (2)

Ketentuan ini tidak menganut sistem pembuktiansecara negatif menurut undang-undang (negatiefwettelijk).

Pasal 37 A

Cukup jelas

Angka 6Pasal 38 A

Cukup jelas

PEMBERANTASAN KKN

Page 824: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

806

Pasal 38 B

Ketentuan dalam Pasal ini merupakan pembuktian terbalikyang dikhususkan pada perampasan harta benda yangdiduga keras juga berasal dari tindak pidana korupsiberdasarkan salah satu dakwaan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 13, Pasal 14,Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undang Nomor 31 Tahun1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi danPasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undang-undang inisebagai tindak pidana pokok.

Pertimbangan apakah seluruh atau sebagian harta bendatersebut dirampas untuk negara diserahkan kepadahakim dengan pertimbangan perikemanusiaan danjaminan hidup bagi terdakwa.

Dasar pemikiran ketentuan sebagaimana dimaksuddalam ayat (6) ialah alasan logika hukum karenadibebaskannya atau dilepaskannya terdakwa dari segalatuntutan hukum dari perkara pokok, berarti terdakwabukan pelaku tindak pidana korupsi dalam kasus tersebut.

Pasal 38 C

Dasar pemikiran ketentuan dalam Pasal ini adalah untukmemenuhi rasa keadilan masyarakat terhadap pelakutindak pidana korupsi yang menyembunyikan hartabenda yang diduga atau patut diduga berasal dari tindakpidana korupsi.

Harta benda tersebut diketahui setelah putusanpengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalamhal tersebut, negara memiliki hak untuk melakukangugatan perdata kepada terpidana dan atau ahli warisnyaterhadap harta benda yang diperoleh sebelum putusanpengadilan memperoleh kekuatan tetap, baik putusantersebut didasarkan pada Undang-undang sebelumberlakunya Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi atausetelah berlakunya Undang-undang tersebut.

Untuk melakukan gugatan tersebut negara dapatmenunjuk kuasanya untuk mewakili negara.

PEMBERANTASAN KKN

Page 825: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

807

Angka 7

Cukup jelas

Angka 8Cukup jelas

Pasal IICukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 4150

PEMBERANTASAN KKN

Page 826: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

808

Page 827: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

809

XXX

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 828: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

810

Page 829: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

811

UU 1/1982, PENGESAHAN KONVENSI WINAMENGENAI HUBUNGAN DIPLOMATIK

Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANomor : 1 TAHUN 1982 (1/1982)

Tanggal : 25 JANUARI 1982 (JAKARTA)Tentang :

PENGESAHAN KONVENSI WINA MENGENAI HUBUNGANDIPLOMATIK BESERTA PROTOKOL OPSIONALNYA

MENGENAI HAL MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN(VIENNA CONVENTION ON DIPLOMATIC RELATIONS

AND OPTIONAL PROTOCOL TO THE VIENNACONVENTION ON DIPLOMATIC RELATIONS

CONCERNING ACQUISITION OF NATIONALITY, 1961)DAN PENGESAHAN KONVENSI WINA MENGENAI

HUBUNGAN KONSULER BESERTA PROTOKOLOPSIONALNYA MENGENAI HAL MEMPEROLEH

KEWARGANEGARAAN (VIENNA CONVENTION ONCONSULAR RELATIONS AND OPTIONAL PROTOCOL TOTHE VIENNA CONVENTION ON CONSULAR RELATIONSCONCERNING ACQUISITION OF NATIONALITY, 1963)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Konvensi Wina mengenai HubunganDiplomatik beserta Protokol Opsionalnya mengenaihal Memperoleh Kewarganegaraan (ViennaConvention on Diplomatic Relations and OptionalProtocol to the Vienna Convention on DiplomaticRelations Concerning Acquisition of Nationality1961) dibuat pada tanggal 18 April 1961 di Winadan mulai berlaku pada tanggal 24 April 1964dan Konvensi Wina mengenai Hubungan Konsuler

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 830: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

812

beserta Protokol Opsionalnya mengenai halMemperoleh Kewarganegaraan (ViennaConvention on Consuler Relations and OptionalProtocol to the Vienna Convention on ConsulerRelations Concerning Acquisition of Nationality,1963) dibuat pada tanggal 24 April 1963 di Winadan mulai berlaku pada tanggal 19 Maret 1967 ;

b. bahwa Negara Republik Indonesia selama ini telahmenggunakan dua Konvensi tersebut pada hurufa di atas sebagai pedoman dalam hubunganinternasional ;

c. bahwa untuk mewujudkan landasan hukum yanglebih mantap dalam hubungan internasional,dipandang perlu mengesahkan dua Konvensitersebut pada huruf a dengan Undang-undang ;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20 ayat(1) Undang-undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan RepublikIndonesia Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara;

Dengan persetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHANKONVENSI WINA MENGENAI HUBUNGANDIPLOMATIK BESERTA PROTOKOLOPSIONALNYA MENGENAI HALMEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN(VIENNA CONVENTION ON DIPLOMATICRELATIONS AND OPTIONAL PROTOCOL TOTHE VIENNA CONVENTION ON DIPLOMATICRELATIONS CONCERNING ACQUISITIONOF NATIONALITY, 1961) DAN PENGESAHANKONVENSI WINA MENGENAI HUBUNGANKONSULER BESERTA PROTOKOL

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 831: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

813

OPSIONALNYA MENGENAI HALMEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN(VIENNA CONVENTION ON CONSULARRELATIONS AND OPTIONAL PROTOCOL TOTHE VIENNA CONVENTION ON CONSULARRELATIONS CONCERNING ACQUISITIONOF NATIONALITY, 1963).

Pasal 1Mengesahkan Konvensi Wina mengenai hubungan Diplomatik BesertaProtokol Opsionalnya mengenai hal Memperoleh Kewarganegaraan(Vienna Convention on Diplomatic Relations and Optional Protocol tothe Vienna Convention on Diplomatic Relations Concerning Acquisitionof Nationality, 1961) dan Konvensi Wina mengenai HubunganKonsuler Beserta Protokol Opsionalnya mengenai hal MemperolehKewarganegaraan (Vienna Convention on Consular Relations andOptional Protocol to the Vienna Convention on Consular RelationsConcerning Acquisition of Nationality, 1963) yang salinan naskahnyadilampirkan pada Undang-undang ini.

Pasal 2Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalamLembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di JakartaPada tanggal 25 Januari 1982PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SOEHARTO

Diundangkan di JakartaPada tanggal 25 Januari 1982MENTERI/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Ttd

SUDHARMONO, S.H.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 832: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

814

PENJELASAN

ATASUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1

TAHUN 1982

TENTANGPENGESAHAN KONVENSI WINA MENGENAI HUBUNGAN

DIPLOMATIK BESERTA PROTOKOL OPSIONALNYAMENGENAI HAL MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN(VIENNA CONVENTION ON DIPLOMATIC RELATIONS

AND OPTIONAL PROTOCOL TO THE VIENNACONVERTION ON DIPLOMATIC RELATIONS

CONCERNING ACQUISITION OF NATIONALITY, 1961)DAN PENGESAHAN KONVENSI WINA MENGENAI

HUBUNGAN KONSULER BESERTA PROTOCOLOPSIONALNYA MENGENAI HAL MEMPEROLEH

KEWARGANEGARAAN (VIENNA CONVENTION ONCONSULAR RELATIONS AND OPTIONAL PROTOCOL TOTHE VIENNA CONVENTION ON CONSULAR RELATIONSCONCERNING ACQUISITION OF NATIONALITY, 1963)

I. UMUMPembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain menggariskanagar Pemerintah Negara Indonesia melindungi segenap bangsaIndonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untukmemajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsadan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik IndonesiaNomor IV/MPR/1978 tentang Garis-garis Besar Haluan Negaramenjelaskan tentang hubungan Luar Negeri Republik Indonesiasebagai berikut :

a. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif diabdikan kepadakepentingan nasional, terutama untuk kepentingan pembangunandi segala bidang ;

b. Meneruskan usaha-usaha pemantapan stabilitas dan kerjasamadi wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat Daya, khususnya

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 833: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

815

dalam lingkungan ASEAN, dalam rangka mempertinggi tingkatketahanan nasional untuk mencapai ketahanan regional;

c. Meningkatkan peranan Indonesia di dunia internasional dalamrangka membina dan meningkatkan persahabatan dan kerjasamayang saling bermanfaat antara Bangsa-bangsa ;

d. Memperkokoh kesetiakawanan, persatuan dan kerjasamaekonomi di antara negara-negara yang sedang membangunlainnya untuk mempercepat terwujudnya Tata Ekonomi DuniaBaru;

e. Meningkatkan kerjasama antar negara untuk menggalangperdamaian dan ketertiban dunia demi kesejahteraan umatmanusia berdasarkan kemerdekaan dan keadilan sosial.

Dalam rangka melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktifuntuk menjamin dan memelihara kepentingan nasional Indonesiadan ikut membantu tercapainya ketertiban dunia serta memajukankerjasama dan hubungan persahabatan dengan semua bangsa didunia, Pemerintah Indonesia membuka dan menempatkanperwakilan diplomatik dan perwakilan konsuler di berbagai negara.Disamping itu Pemerintah Indonesia menerima pula perwakilandiplomatik dan perwakilan konsuler negara lain.

Pengaturan hubungan diplomatik dan perwakilan diplomatik sudahlama diadakan yaitu sejak Kongres Wina tahun 1815 yang diubaholeh Protokol Aix-la-Chapelle tahun 1818. Kemudian atas prakarsaPerserikatan Bangsa-Bangsa diadakan konperensi mengenaihubungan diplomatik di Wina dari tanggal 2 Maret sampai 14 April1961.

Konferensi tersebut membahas rancangan pasal-pasal yangdipersiapkan oleh Komisi Hukum Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa dan menerima baik suatu Konvensi mengenai HubunganDiplomatik, yang terdiri dari 53 pasal yang mengatur hubungandiplomatik, hak-hak istimewa dan kekebalan-kekebalannya.

Konvensi yang mencerminkan pelaksanaan hubungan diplomatik iniakan dapat meningkatkan hubungan persahabatan antara bangsa-bangsa di dunia tanpa membedakan ideologi, sistim politik atau sistimsosialnya. Konvensi menetapkan antara lain maksud pemberian hak-hak istimewa dari kekebalan diplomatik tersebut tidaklah

Untuk kepentingan perseorangan, melainkan guna menjaminkelancaran pelaksanaan fungsi perwakilan diplomatik sebagai wakilnegara. Pengaturan Hubungan Konsuler dan Perwakilan Konsuler

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 834: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

816

yang dalam sejarah berkembang melalui tahap-tahap pertumbuhanhukum kebiasaan internasional baru dikodifikasikan pada tahun 1963dalam Konvensi Wina mengenai Hubungan Konsuler yang disponsorioleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Diadakannya Konvensi ini yangterdiri dari 79 pasal yang keseluruhannya mengenai hubungankonsuler, hak-hak istimewa dan kekebalan-kekebalannya akanmeningkatkan hubungan persahabatan antara bangsa-bangsa tanpamembedakan ideologi sistim politik atau sistim sosialnya. Hak istimewadan kekebalan tersebut diberikan hanyalah guna menjaminpelaksanaan fungsi perwakilan konsuler secara efisien. Konvensimengatur antara lain hubungan-hubungan konsuler pada umumnya,fasilitas, hak-hak istimewa dan kekebalan kantor perwakilan konsuler,pejabat konsuler dan anggota perwakilan konsuler lainnya sertatentang pejabat-pejabat konsul kehormatan dan konsulat-konsulatkehormatan.

Baik Konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik maupunKonvensi Wina mengenai Hubungan Konsuler masing-masingdilengkapi dengan Protokol Opsional mengenai hal MemperolehKewarganegaraan dan Protokol Opsional mengenai hal PenyelesaianSengketa Secara Wajib. Indonesia dapat menerima seluruh isiKonvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik Beserta ProtokolOpsionalnya mengenai hal Memperoleh Kewarganegaraan danKonvensi Wina mengenai Hubungan Konsuler Beserta ProtokolOpsionalnya mengenai hal Memperoleh Kewarganegaraan, kecualiProtokol Opsional mengenai Penyelesaian Sengketa Secara WajibPengecualian ini karena Pemerintah Indonesia lebih mengutamakanpenyelesaian sengketa melalui perundingan dan konsultasi ataumusyawarah antara negara-negara yang bersengketa.

Protokol Opsional mengenai hal Memperoleh Kewarganegaraanmengatur bahwa anggota-anggota perwakilan diplomatik danperwakilan konsuler yang bukan warganegara negara penerima dankeluarganya tidak akan memperoleh kewarganegaraan negarapenerima tersebut semata-mata karena berlakunya hukum negarapenerima tersebut.

II. Pasal DEMI PASAL

Cukup jelas.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 835: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

817

CATATAN

Di dalam dokumen ini terdapat lampiran dalam format gambar.Lampiran-lampiran ini terdiri dari beberapa halaman yang ditampilkan

sebagai satu berkas.

Kutipan : LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARATAHUN 1982 YANG TELAH DICETAK ULANG

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 836: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

818

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 22 TAHUN 2005

TENTANG

PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuanPasal 18 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, perlumenetapkan Peraturan Pemerintah tentangPemeriksaan Penerimaan Negara Bukan Pajak;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangPenerimaan Negara Bukan Pajak (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor43, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3687);

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 837: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

819

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANGPEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARABUKAN PAJAK.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :

1. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disebut PNBPadalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasaldari penerimaan perpajakan.

2. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.

3. Instansi Pemerintah adalah Departemen dan Lembaga NonDepartemen.

4. Instansi Pemerintah yang ditunjuk adalah Instansi Pemerintahyang diberikan kewenangan oleh Menteri untuk menagih,memungut dan menyetor PNBP ke Kas Negara.

5. Pimpinan Instansi Pemerintah adalah Menteri Teknis atau PimpinanLembaga Non Departemen.

6. Wajib Bayar adalah orang pribadi atau badan yang ditentukanuntuk melakukan kewajiban membayar menurut peraturanperundang-undangan yang berlaku.

7. Instansi Pemeriksa adalah Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan yang diminta oleh Menteri atau Pimpinan InstansiPemerintah untuk memeriksa PNBP.

8. Pemeriksa adalah pejabat Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan yang mendapat tugas untuk memeriksa PNBP.

9. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya dalamrangka pengawasan atas kepatuhan pemenuhan kewajiban PNBPberdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 838: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

820

BAB II

DASAR PEMERIKSAAN

Bagian KesatuDasar Pemeriksaan Terhadap Wajib Bayar

Pasal 2(1) Atas permintaan Pimpinan Instansi Pemerintah, Instansi

Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan terhadap WajibBayar yang menghitung sendiri kewajibannya.

(2) Permintaan Pimpinan Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan berdasarkan:a. hasil pemantauan Instansi Pemerintah terhadap Wajib

Bayar yang bersangkutan;b. laporan dari pihak ketiga; atauc. permintaan Wajib Bayar atas kelebihan pembayaran PNBP.

Pasal 3(1) Menteri dapat melakukan koordinasi dengan Instansi Pemerintah

dalam rangka pemeriksaan PNBP.(2) Apabila dari hasil koordinasi perlu ditindaklanjuti dengan

pemeriksaan, hasil koordinasi digunakan sebagai rekomendasibagi Instansi Pemerintah untuk meminta Instansi Pemeriksamelakukan pemeriksaan terhadap Wajib Bayar yang menghitungsendiri kewajibannya.

Bagian KeduaDasar Pemeriksaan Terhadap Instansi Pemerintah

Pasal 4Atas permintaan Menteri, Instansi Pemeriksa dapat melakukanpemeriksaan khusus terhadap Instansi Pemerintah yang ditunjuk.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 839: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

821

BAB III

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN

Bagian KesatuPemeriksaan Terhadap Wajib Bayar

Pasal 5(1) Pemeriksaan terhadap Wajib Bayar bertujuan untuk:

a. menguji kepatuhan atas pemenuhan kewajiban sesuai denganperaturan perundang-undangan di bidang PNBP; dan

b. melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berkaitandengan PNBP.

(2) Ruang Lingkup pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi:

a. penyelenggaraan catatan akuntansi yang berkaitan denganobjek pemeriksaan PNBP;

b. laporan keuangan beserta dokumen pendukung yangberkaitan dengan objek pemeriksaan PNBP;

c. transaksi keuangan yang berkaitan dengan pembayaran danpenyetoran objek pemeriksaan PNBP.

Bagian KeduaPemeriksaan Terhadap Instansi Pemerintah

Pasal 6(1) Pemeriksaan terhadap Instansi Pemerintah bertujuan untuk:

a. meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan PNBP;b. menguji kepatuhan atas pemenuhan kewajiban sesuai dengan

peraturan perundang-undangan di bidang PNBP; danc. melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan PNBP.(2) Ruang Lingkup pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi:a. pengendalian dan pertanggungjawaban pemungutan dan

penyetoran PNBP;b. penyelenggaraan pencatatan akuntansi;

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 840: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

822

c. laporan rencana dan realisasi PNBP;d. penggunaan sarana yang tersedia berkaitan dengan PNBP

yang dikelola Instansi Pemerintah.

BAB IVPELAKSANAAN PEMERIKSAAN

Bagian KesatuPemeriksaan Terhadap Wajib Bayar

Pasal 7Dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap Wajib Bayar, Pemeriksaberpedoman pada standar dan norma pemeriksaan serta peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Pasal 8(1) Pemeriksa mempunyai kewajiban sebagai berikut:

a. menyerahkan surat tugas kepada Wajib Bayar yang akandiperiksa;

b. menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada WajibBayar yang diperiksa;

c. memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Bayar yangdiperiksa tentang temuan hasil pemeriksaan untuk ditanggapioleh Wajib Bayar yang diperiksa;

d. membuat laporan hasil pemeriksaan;

e. memberikan petunjuk kepada Wajib Bayar yang diperiksamengenai pemenuhan atas kewajiban PNBP dengan tujuanagar pemenuhan atas kewajiban PNBP dalam tahun-tahunselanjutnya dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

f. mengembalikan buku, catatan, bukti, dan dokumenpendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Bayar yangdiperiksa dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas)hari kerja terhitung sejak selesainya pemeriksaan; dan

g. merahasiakan segala sesuatu yang diketahui ataudiberitahukan kepada Pemeriksa mengenai data Wajib Bayar

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 841: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

823

yang diperiksa, kecuali ditentukan lain oleh peraturanperundang-undangan.

(2) Pemeriksa mempunyai kewenangan sebagai berikut:

a. memeriksa dan atau meminjam buku, catatan, bukti dandokumen pendukung lainnya;

b. meminta keterangan dan atau bukti yang diperlukan dariWajib Bayar yang diperiksa;

c. meminta keterangan dan atau bukti yang diperlukan daripihak lain yang mempunyai hubungan dengan Wajib Bayaryang diperiksa; dan

d. memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakantempat menyimpan dokumen, uang, barang yang dapatmemberi petunjuk tentang keadaan usaha Wajib Bayar yangdiperiksa dan atau tempat lain yang dianggap penting sertamelakukan pemeriksaan di tempat tersebut.

Pasal 9

Wajib Bayar yang diperiksa mempunyai kewajiban sebagai berikut

a. memenuhi permintaan peminjaman buku, catatan, bukti dandokumen pendukung lainnya yang diperlukan untuk kelancaranpemeriksaan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) harikerja terhitung sejak tanggal surat permintaan;

b. memberikan kesempatan kepada Pemeriksa untuk memasukitempat atau ruangan yang dipandang perlu dan membantukelancaran pemeriksaan;

c. memberikan keterangan yang diperlukan; dan

d. menandatangani Berita Acara Hasil Pemeriksaan.

Pasal 10

(1) Pemeriksaan dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih Pemeriksa.

(2) Pemeriksaan dilaksanakan di kantor Wajib Bayar yang diperiksa,di kantor lainnya, di pabrik, di tempat usaha, di tempat tinggal,atau di tempat lain sepanjang diduga ada kaitannya dengankegiatan usaha atau pekerjaan Wajib Bayar yang diperiksa.

(3) Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan dalam hal tertentudapat dilanjutkan di luar jam kerja.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 842: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

824

(4) Apabila pada saat dilakukan pemeriksaan, Wajib Bayar yangdiperiksa tidak ada di tempat, pemeriksaan tetap dapatdilaksanakan sepanjang ada pihak yang mewakili atau kuasanya.

(5) Dalam hal Wajib Bayar yang diperiksa atau yang mewakili ataukuasanya menolak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksuddalam Pasal 9 huruf a, b, dan c, Wajib Bayar atau wakil ataukuasanya harus menandatangani Surat Pernyataan PenolakanPemeriksaan.

(6) Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan dapat dijadikan dasaruntuk menyusun laporan hasil pemeriksaan.

Pasal 11

(1) Wajib Bayar yang menghindar atau menolak diperiksa wajibmenandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan.

(2) Wajib Bayar yang menghindar atau menolak sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan sanksi denganpenetapan PNBP yang Terutang secara jabatan dan atau sanksilain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 12(1) Apabila Wajib Bayar tidak bersedia menandatangani Surat

Pernyataan Penolakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 11 ayat (1), Pemeriksa membuat Berita AcaraPenolakan Pemeriksaan yang ditandatangani oleh 2 (dua)Pemeriksa dengan terlebih dahulu menyampaikan SuratPeringatan kepada Wajib Bayar.

(2) Surat Peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikansebanyak 3 (tiga) kali dengan jangka waktu masing-masing 5(lima) hari kerja.

(3) Wajib Bayar yang tidak bersedia menandatangani SuratPernyataan Penolakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dikenakan sanksi dengan penetapan PNBP yangTerutang secara jabatan dan atau sanksi lain sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 843: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

825

Bagian Kedua

Pemeriksaan Terhadap Instansi Pemerintah

Pasal 13Dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap Instansi Pemerintah,Pemeriksa berpedoman pada standar dan norma pemeriksaan sertaperaturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian KetigaPermintaan Keterangan dari Pihak Lain

Pasal 14Dalam hal diperlukan keterangan atau bukti dari pihak lain dalamrangka pemeriksaan, pihak lain yang bersangkutan wajib memberikanketerangan atau seluruh bukti yang diminta atas dasar permintaanPemeriksa sesuai dengan peraturan perundang–undangan yangberlaku.

Bagian Keempat

Temuan Hasil Pemeriksaan

Pasal 15(1) Temuan Hasil Pemeriksaan Wajib Bayar wajib disampaikan oleh

Pemeriksa kepada Wajib Bayar yang diperiksa secara tertulisdengan tembusan kepada Pimpinan Instansi Pemerintah.

(2) Temuan Hasil Pemeriksaan Instansi Pemerintah wajib disampaikanoleh Pemeriksa kepada Pimpinan Instansi Pemerintah yangdiperiksa secara tertulis dengan tembusan kepada Menteri.

Bagian Kelima

Tanggapan atas Temuan Hasil Pemeriksaan

Pasal 16(1) Wajib Bayar yang diperiksa wajib memberikan tanggapan tertulis

atas temuan hasil pemeriksaan kepada Pemeriksa dengan

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 844: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

826

tembusan kepada Pimpinan Instansi Pemerintah dalam jangkawaktu paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak temuanhasil pemeriksaan diterima.

(2) Pimpinan Instansi Pemerintah yang diperiksa wajib memberikantanggapan tertulis atas temuan hasil pemeriksaan kepadaPemeriksa dengan tembusan kepada Menteri dalam jangka waktupaling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak temuan hasilpemeriksaan diterima.

(3)Dalam hal tanggapan atas temuan hasil pemeriksaan tidakdisampaikan sampai dengan batas jangka waktu yang ditetapkansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Wajib Bayaratau Pimpinan Instansi Pemerintah yang diperiksa dianggap telahmenyetujui temuan hasil pemeriksaan dan dijadikan sebagai dasarpembahasan.

Bagian KeenamPembahasan atas Temuan Hasil Pemeriksaan

Pasal 17

(1) Setelah Wajib Bayar yang diperiksa memberikan tanggapan atastemuan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal16 ayat (1) atau tidak menyampaikan tanggapan atas temuanhasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat(3), Pimpinan Instansi Pemerintah yang meminta InstansiPemeriksa untuk melakukan pemeriksaan PNBPmenyelenggarakan pembahasan temuan hasil pemeriksaanterhadap Wajib Bayar yang diperiksa dalam jangka waktu palinglama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak tanggapan diterimaatau batas waktu penyampaian tanggapan berakhir.

(2) Setelah Pimpinan Instansi Pemerintah yang diperiksa memberikantanggapan atas temuan hasil pemeriksaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) atau tidak menyampaikantanggapan atas temuan hasil pemeriksaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 16 ayat (3), Menteri menyelenggarakanpembahasan temuan hasil pemeriksaan terhadap InstansiPemerintah yang diperiksa dalam jangka waktu paling lama 21(dua puluh satu) hari kerja sejak tanggapan diterima atau bataswaktu penyampaian tanggapan berakhir.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 845: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

827

(3) Dalam hal Wajib Bayar yang diperiksa tidak menghadiripembahasan temuan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tanpa memberitahukan alasan sebelumnya, WajibBayar yang diperiksa dianggap menyetujui seluruh temuan hasilpemeriksaan.

(4) Dalam hal Pimpinan Instansi Pemerintah yang diperiksa tidakmenghadiri pembahasan temuan hasil pemeriksaan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) tanpa memberitahukan alasansebelumnya, Pimpinan Instansi Pemerintah yang diperiksadianggap menyetujui seluruh temuan hasil pemeriksaan.

(5) Pimpinan Instansi Pemerintah dan Menteri dapat menugaskanpejabat yang berwenang untuk menyelenggarakan pembahasantemuan hasil pemeriksaan.

(6) Hasil pembahasan atas temuan hasil pemeriksaan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4)merupakan dasar penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan.

Bagian Ketujuh

Laporan Hasil Pemeriksaan

Pasal 18(1) Laporan Hasil Pemeriksaan terhadap Wajib Bayar disampaikan

oleh Pimpinan Instansi Pemeriksa kepada Pimpinan InstansiPemerintah.

(2) Laporan Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat digunakan Pimpinan Instansi Pemerintah sebagai dasarpenerbitan surat ketetapan jumlah PNBP yang Terutang atausurat tagihan atau untuk tujuan lain dalam rangka pelaksanaanperaturan perundang-undangan di bidang PNBP.

(3) Apabila Laporan Hasil Pemeriksaan disusun berdasarkan SuratPernyataan Penolakan Pemeriksaan, jumlah PNBP yang Terutangditetapkan secara jabatan.

Pasal 19(1) Laporan Hasil Pemeriksaan terhadap Instansi Pemerintah

disampaikan oleh Pimpinan Instansi Pemeriksa kepada Menteri.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 846: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

828

(2) Menteri memberitahukan Laporan Hasil Pemeriksaan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) kepada Pimpinan Instansi Pemerintahyang bersangkutan guna penyelesaian lebih lanjut.

Bagian KedelapanTindak Lanjut Pemeriksaan

Pasal 20Menteri, Pimpinan Instansi Pemerintah, dan Pimpinan InstansiPemeriksa, wajib menatausahakan hasil pemeriksaan.

Pasal 21(1) Dalam hal Pemeriksa menemukan adanya dugaan tindak pidana

dalam pemeriksaan terhadap Wajib Bayar, Pemeriksamerekomendasikan kepada Pimpinan Instansi Pemerintah yangmeminta pemeriksaan untuk menindaklanjuti sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam hal Pemeriksa menemukan adanya dugaan tindak pidanadalam pemeriksaan terhadap Instansi Pemerintah, Pemeriksamerekomendasikan kepada Menteri untuk menindaklanjuti sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VKETENTUAN LAIN

Pasal 22Badan Pemeriksa Keuangan tetap dapat melaksanakan pemeriksaandan pengawasan di bidang PNBP sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

BAB VIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 23Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan dalam rangka pelaksanaanPeraturan Pemerintah ini, diatur oleh Menteri.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 847: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

829

Pasal 24

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 10 Juni 2005

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

Dr. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONODiundangkan di JakartaPada tanggal 10 Juni 2005

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd

HAMID AWALUDDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005NOMOR 46

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 848: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

830

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 22 TAHUN 2005TENTANG

PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

UMUM

Sumbangan dan peranan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)memiliki arti yang sangat penting dalam menunjang pembiayaanpembangunan nasional. Sejalan dengan itu diperlukan mekanismepengadministrasian PNBP yang tertib dan lancar agar penerimaantersebut dapat bermanfaat secara efisien dan efektif bagi negaradan masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut, dan dalam rangka meningkatkankelancaran dan tertib administrasi pengelolaan PNBP sesuai dengantujuan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP,dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentangPemeriksaan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas.

Pasal 2Ayat (1)

Pimpinan Instansi Pemerintah dapat meminta InstansiPemeriksa untuk melakukan pemeriksaan untukmenguji kepatuhan pemenuhan kewajiban WajibBayar terhadap peraturan perundang-undangan dibidang PNBP.

Ayat (2)

Huruf a

Instansi Pemerintah dapat meminta InstansiPemeriksa untuk melakukan pemeriksaan terhadapWajib Bayar apabila dari pemantauan InstansiPemerintah ditemukan hal-hal sebagai berikut :

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 849: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

831

1. Wajib Bayar tidak menyampaikan laporan yangberkaitan dengan PNBP yang Terutang;

2. terdapat indikasi tidak dilakukannya perhitungandan pembayaran PNBP sesuai ketentuan;

3. terdapat keraguan dalam perhitungan jumlahPNBP yang Terutang; atau

4. tidak dipenuhinya peraturan perundang-undangan di bidang PNBP.

Huruf b

Informasi dari orang pribadi atau badan hukummengenai tidak dilaksanakannya ketentuan PNBP,dilengkapi dengan bukti-bukti yang dapatmeyakinkan Instansi Pemerintah.

Huruf c

Wajib Bayar yang diperiksa dapat mengajukanpermohonan kepada Instansi Pemerintah untukdiperiksa, antara lain dalam hal pengajuanpermohonan pengembalian atas kelebihanpembayaran Wajib Bayar yang bersangkutan, ataupengajuan keberatan.

Pasal 3Ayat (1)

Yang dimaksud dengan koordinasi dalam ketentuanini meliputi antara lain klarifikasi data, objek dan subjekpemeriksaan, jangka waktu dan pembiayaan.

Ayat (2)

Hasil koordinasi yang perlu ditindaklanjuti denganpemeriksaan adalah apabila dari hasil koordinasiterdapat antara lain hal-hal sebagai berikut:

1. Wajib Bayar tidak menyampaikan laporan yangberkaitan dengan PNBP yang Terutang;

2. terdapat indikasi tidak dilakukannya perhitungan danpembayaran PNBP sesuai ketentuan;

3. terdapat keraguan dalam perhitungan jumlah PNBPyang Terutang; atau

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 850: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

832

4. tidak dipenuhinya peraturan perundang-undangandi bidang PNBP.

Pasal 4

Pemeriksaan dalam hal ini dalam rangka melaksanakanpengawasan intern dan untuk menguji kepatuhanpemenuhan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP serta dalam rangka melaksanakanperaturan perundang-undangan tersebut.

Pasal 5Cukup jelas.

Pasal 6Cukup jelas.

Pasal 7Cukup jelas.

Pasal 8Ayat (1)

Huruf aDengan adanya surat tugas yang diterbitkan danditandatangani oleh Kepala Badan PengawasanKeuangan dan Pembangunan memberi kepastianhukum bahwa memang Pemeriksa yang tercantumdi dalam surat tugas itulah yang akan melakukanpemeriksaan terhadap Wajib Bayar yangbersangkutan.

Huruf bPenjelasan maksud dan tujuan pemeriksaanmerupakan sarana untuk menyamakan persepsiantara pemeriksa dan auditan.

Huruf cTemuan hasil pemeriksaan disampaikan kepadaWajib Bayar yang diperiksa agar dapat diketahui

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 851: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

833

dan diberi kesempatan untuk menyampaikantanggapan.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Saran serta petunjuk pemeriksa antara lainmengenai penyelenggaraan pembukuan,pencatatan dan atau petunjuk lain kepada WajibBayar yang diperiksa yang bermanfaat untukperbaikan dan peningkatan pengelolaan PNBP.

Huruf f

Buku, catatan, bukti dan dokumen pendukunglainnya sebagaimana dimaksud dalam ketentuanini termasuk keluaran dari media komputer danperangkat elektronik pengolah data lainnya.

Huruf g

Ketentuan ini mengatur tentang rahasia jabatanpemeriksa.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan tempat lain adalah tempat diluar seperti yang telah ditentukan dalam Pasal 10ayat (2).

Contoh: pemeriksaan limbah ditetapkan untukdilakukan di laboratorium.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 852: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

834

Ayat (3)

Yang dimaksud jam kerja adalah jam kerja pemeriksa.Pelaksanaan pemeriksaan di luar jam kerja dapatdilakukan apabila data yang dibutuhkan oleh pemeriksahanya dapat diperoleh di luar jam kerja pemeriksa,dan dilakukan berdasarkan kesepakatan antarapemeriksa dengan Instansi Pemerintah dan atauWajib Bayar yang diperiksa.

Ayat (4)

Keberadaan Wajib Bayar yang berwenang diperlukanuntuk memberikan instruksi kepada Wajib Bayar yangdiperiksa agar memberikan data dan informasi kepadapemeriksa. Apabila Wajib Bayar yang berwenang tidakberada di tempat, pemeriksaan dilakukan sebataskewenangan yang ada pada wakil atau kuasa WajibBayar.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 11Ayat (1)

Yang dimaksud dengan menghindar adalah mengelakuntuk diperiksa atau mempersulit jalannyapemeriksaan yaitu tidak menjalankan kewajibansebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

Yang dimaksud dengan Surat Pernyataan PenolakanPemeriksaan adalah surat pernyataan tidak bersediadilakukan pemeriksaan yang ditandatangani olehpihak yang diperiksa dan pihak Pemeriksa.

Ayat (2)

Cukup jelas.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 853: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

835

Pasal 12

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan Berita Acara PenolakanPemeriksaan adalah berita acara yang dibuat danditandatangani oleh Pemeriksa yang berisi keteranganpenolakan pemeriksaan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 13Cukup jelas.

Pasal 14Yang dimaksud dengan pihak lain pada ayat ini antara lainbank, akuntan publik, dan notaris.

Pasal 15Ayat (1)

Temuan Hasil Pemeriksaan Wajib Bayar adalah materihasil pemeriksaan yang belum menjadi laporan hasilpemeriksaan dan wajib disampaikan kepada WajibBayar yang diperiksa untuk ditanggapi.

Ayat (2)

Temuan Hasil Pemeriksaan Instansi Pemerintah adalahmateri hasil pemeriksaan yang belum menjadi laporanhasil pemeriksaan dan wajib disampaikan kepadaInstansi Pemerintah yang diperiksa untuk ditanggapi.

Pasal 16Ayat (1)

Cukup jelas.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 854: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

836

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Hal ini bertujuan agar Wajib Bayar dan PimpinanInstansi Pemerintah menyampaikan tanggapan sesuaidengan jangka waktu yang telah ditetapkan.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Laporan Hasil Pemeriksaan disamping dapat digunakansebagai dasar penerbitan surat ketetapan jumlahPNBP Terutang, juga dapat digunakan sebagai dasarpenyidikan bagi instansi yang berwenang untukmelakukan penyidikan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 19Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22Cukup jelas.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 855: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

837

Pasal 23

Ketentuan ini mengatur antara lain mengenai koordinasiantara Menteri dan Instansi Pemerintah dalam rangkapemeriksaan PNBP serta pembahasan temuan hasilpemeriksaan.

Pasal 24Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 4500

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 856: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

838

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 18 TAHUN 2003

TENTANGBEBAS VISA KUNJUNGAN SINGKAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa setiap orang asing yang masuk wilayahnegara Republik Indonesia wajib memiliki Visa,kecuali bagi orang asing warga negara darinegara-negara tertentu yang bermaksudmengadakan kunjungan ke Indonesiaberdasarkan asas manfaat, salingmenguntungkan dan tidak menimbulkangangguan keamanan sesuai dengan ketentuandalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992tentang Keimigrasian;

b. bahwa pengecualian dari kewajiban memiliki Visasebagaimana dimaksud dalam huruf aditentukan dengan Keputusan Presidensebagaimana diamanatkan oleh Pasal 7 ayat(1) huruf a Undang-undang Nomor 9 Tahun1992 tentang Keimigrasian;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan b, perlumenetapkan Keputusan Presiden tentang BebasVisa Kunjungan Singkat;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentangKeimigrasian (Lembaran Negara Tahun 1992Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor3474);

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 857: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

839

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian(Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor55,Tambahan lembaran Negara Nomor 3563);

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor15 Tahun 1983 tentang KebijaksanaanPengembangan Kepariwisataan sebagaimanatelah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor39 Tahun 1986;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG BEBASVISA KUNJUNGAN SINGKAT.

Pasal 1

Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan :

1. Bebas Visa Kunjungan Singkat adalah kunjungan tanpa Visa yangdiberikan sebagai pengecualian bagi orang asing warga negaradari negara-negara tertentu yang bermaksud mengadakankunjungan ke Indonesia dalam rangka berlibur, kunjungan sosialbudaya, kunjungan usaha dan tugas pemerintahan.

2. Menteri adalah Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

3. Tempat Pemeriksaan Imigrasi adalah pelabuhan laut, bandarudara, atau tempat-tempat lain yang ditetapkan oleh Menterisebagai tempat masuk dan keluar wilayah negara RepublikIndonesia.

4. Visa Kunjungan Saat Kedatangan adalah Visa yang diberikanoleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi pada saatkedatangan kepada orang asing warga negara tertentu yangbermaksud mengadakan kunjungan ke Indonesia yang tidakmendapat fasilitas Bebas Visa Kunjungan Singkat.

Pasal 2(1) Bebas Visa Kunjungan Singkat sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 1 angka 1 diberikan semata-mata untuk kepentingan

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 858: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

840

kunjungan berdasarkan asas manfaat, saling menguntungkan,dan tidak menimbulkan gangguan keamanan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berlakujuga bagi orang asing warga negara dari negara tertentu yangmelakukan kerja sama bilateral atau multilateral berdasarkanasas timbal balik atau resiprokal dengan Pemerintah Indonesia.

Pasal 3Orang asing warga negara dari negara tertentu sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) adalah warga negara dari negara :

a. Thailand;

b. Malaysia;

c. Singapura;

d. Brunei Darussalam;

e. Phillipina;

f. Hongkong Special Administration Region (Hongkong SAR);

g. Macao Special Administration Region (Macao SAR);

h. Chili;

i. Maroko;

j. Turki; dan

k. Peru.

Pasal 4

Orang asing warga negara dari negara sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 dapat masuk dan keluar wilayah negara Republik Indonesiamelalui semua Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

Pasal 5Bebas Visa Kunjungan Singkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2dapat diberikan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari dengan ketentuan :

a. Tidak dapat diperpanjang masa berlakunya, dan

b. Tidak dapat dialihstatuskan menjadi izin keimigrasian lainnya.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 859: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

841

Pasal 6

Orang asing warga negara dari negara lain yang tidak mendapatfasilitas Bebas Visa Kunjungan Singkat dapat diberikan Visa KunjunganSaat Kedatangan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 7Pada saat Keputusan Presiden ini mulai berlaku, ketentuan yangmengatur mengenai keimigrasian dalam Keputusan Presiden Nomor15 Tahun 1983 tentang Kebijaksanaan PengembanganKepariwisataan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan PresidenNomor 39 Tahun 1986 dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 8Segala kontrak yang telah disepakati dan ditandatangani antarapenyelenggara tour Indonesia dengan penyelenggara tour asingdalam rangka kepariwisataan berdasarkan Keputusan PresidenNomor 15 Tahun 1983 sebelum berlakunya Keputusan Presiden ini,tetap berlaku paling lama 6 (enam) bulan sejak berlakunyaKeputusan Presiden ini.

Pasal 9Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 31 Maret 2003

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MEGAWATI SOEKARNO PUTRI

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABINET RIKepala Biro Peraturan Perundang–undangan II,

ttd.

Edy Sudibyo

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 860: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

842

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 103 TAHUN 2003

TENTANG

PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDENNOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG BEBAS VISA

KUNJUNGAN SINGKAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam perkembangannya PemerintahRepublik Turki telah menetapkan kebijakanpemberlakuan ketentuan kewajiban memiliki visabagi warga negara dari negara anggota UniEropa termasuk warga negara Indonesia yangakan memasuki wilayah Republik Turki;

b. bahwa antara Pemerintah Republik Indonesiadan Pemerintah Republik Vietnam telah sepakatuntuk menetapkan kebijakan bebas visapemegang paspor biasa bagi warga negarakedua belah pihak berdasarkan asas timbal balikatau resiprokal yang dituangkan dalam bentukperjanjian bilateral;

c. bahwa dengan kewajiban memiliki visa untukmemasuki wilayah Republik Turki, maka RepublikTurki tidak termasuk negara yang mendapatkan

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 861: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

843

Bebas Visa Kunjungan Singkat dan sebaliknyaPemerintah Republik Vietnam menetapkankebijakan bebas visa sehingga Republik Vietnamtermasuk negara yang mendapatkan BebasVisa Kunjungan Singkat;

d. bahwa bagi orang asing yang telah memperolehfasilitas Bebas Visa Kunjungan Singkat diberikankesempatan yang terbatas dengan diberiperpanjangan waktu untuk tetap tinggal diwilayah Negara Republik Indonesia berdasarkanalasan dan jangka waktu tertentu;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, b, c, dan d, perlumenetapkan Keputusan Presiden tentangPerubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 18Tahun 2003 tentang Bebas Visa KunjunganSingkat;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentangKeimigrasian (Lembaran Negara Tahun 1992Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor3474);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian(Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 55,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3563);

4. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2003tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANGPERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDENNOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG BEBASVISA KUNJUNGAN SINGKAT.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 862: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

844

Pasal I

(1) Mengubah ketentuan Pasal 3 Keputusan Presiden Nomor 18Tahun 2003 tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat, denganmenghapus Turki diantara huruf i dan k dan menambah Vietnam,sehingga seluruhnya berbunyi:

Pasal 3Orang asing warga negara dari negara tertentu sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) adalah warga negara darinegara:

a. Thailand;

b. Malaysia;

c. Singapura;

d. Brunei Darussalam;

e. Philipina;

f. Hongkong Spesial Administration Region (Hongkong SAR);

g. Macao Spesial Administration Region (Macao SAR);

h. Chili;

i. Maroko;

j. Peru; dan

k. Vietnam.

(2) Mengubah ketentuan Pasal 5 Keputusan Presiden Nomor 18Tahun 2003 tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat, sehinggaseluruhnya berbunyi:

Pasal 5

(1) Bebas Visa Kunjungan Singkat sebagaimana dimaksud dalamPasal 2, dapat diberikan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari.

(2) Dalam hal terjadi bencana alam, kecelakaan atau sakit, BebasVisa Kunjungan Singkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),dapat diperpanjang setelah mendapat persetujuan Menteri.

(3) Ketentuan Bebas Visa Kunjungan Singkat sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) tidak dapat dialihstatuskan menjadi izin keimigrasianlainnya.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 863: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

845

Pasal II

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 17 Desember 2003

PRESIDEN REPUBLIKINDONESIA,

ttd.

MEGAWATI SOEKARNO PUTRI

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 864: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

846

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK.089/PKA/V/95/01TENTANG

PEMBERIAN, PERUBAHAN ISI DAN PENCABUTANPASPOR DIPLOMATIK, PASPOR DINAS DAN SURAT

PERJALANAN LAKSANA PASPOR DINAS

REPUBLIK INDONESIA

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa Undang-undang Nomor 14 Drt tahun 1959tentang Surat Perjalanan RI telah diganti denganUndang-undang Nomor 9 tahun 1992;

b. Bahwa dengan demikian Surat Keputusan MenteriLuar Negeri Republik Indonesia Nomor SP/993/PD/XI/72 perlu disesuaikan dengan ketentuanUndang-undang Nomor 9 Tahun 1992;

c. Bahwa ketentuan mengenai pengeluaran,perpanjangan waktu, perubahan dan pencabutanPaspor Diplomatik dan Paspor Dinas RepublikIndonesia, sebagaimana diatur dalam SuratKeputusan Nomor SP/3993/11/72 perludisempurnakan pengaturannya sesuai denganperkembangan;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentangKeimigrasian.

2. Peraturan Pemerintahan Nomor 36 Tahun 1994tentang Surat Perjalanan Republik Indonesia.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 865: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

847

3. Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 1971lampiran 2, tentang Susunan OrganisasiDepartemen Luar Negeri.

4. Keputusan Menteri Luar Negeri No. PK/SK.031/IV/94/01 tertanggal 1 April 1994 tentangPeningkatan Mutu dan Perubahan Bentuk PasporDiplomatik dan Paspor Dinas serta SuratPerjalanan Laksana Paspor Dinas RepublikIndonesia.

MEMUTUSKAN

Mencabut : Surat Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SP/993/PD/XI/72 tentang Pengeluaran, Perpanjanganwaktu, Perubahan dan Pencabutan Paspor Diplomatikdan Paspor Dinas Republik Indonesia.

Menetapkan : Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesiatentang Pemberian, Perubahan Isi dan PencabutanPaspor Diplomatik, Paspor Dinas dan Surat PerjalananLaksana Paspor Dinas Republik Indonesia.

Pasal 1Paspor Diplomatik dan Paspor Dinas serta Surat Perjalanan LaksanaPaspor Dinas Republik Indonesia diberikan oleh Departemen LuarNegeri.

Pasal 2Pemberian Paspor Diplomatik dilakukan atas nama Kepala Negaraoleh Menteri Luar Negeri atau untuk beliau oleh Pejabat DepartemenLuar Negeri.

Pasal 3Pemberian Paspor Dinas dilakukan atas nama Menteri Luar Negerioleh Pejabat Departemen Luar Negeri.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 866: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

848

Pasal 4

Pemberian Surat Perjalanan Laksana Paspor Dinas dilakukan olehMenteri Luar Negeri atau Pejabat yang ditunjuk olehnya.

Pasal 5a. Paspor Diplomatik dan perpanjangan Paspor Diplomatik diberikan

kepada mereka yang berangkat ke luar negeri dalam rangkapenempatan atau perjalanan dengan tugas resmi yang bersifatdiplomatik.

b. Paspor Dinas dan perpanjangan Paspor Dinas juga diberikankepada mereka yang berangkat ke luar negeri dalam rangkapenempatan atau perjalanan dengan tugas resmi yang tidakbersifat diplomatik.

c. Surat Perjalanan Laksana Paspor Dinas diberikan, apabiladianggap perlu, kepada perseorangan atau kolektif dalam halperjalanan ke luar negeri atau kembali ke Indonesia secaralangsung.

Pasal 6Perpanjangan, perubahan isi dan pencabutan Paspor Diplomatik danPaspor Dinas dilakukan oleh :

a. Menteri Luar Negeri atau pejabat Departemen Luar Negeri yangditunjuk.

b. Kepala Perwakilan Republik Indonesia atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 7Perpanjangan atau perubahan isi Paspor Diplomatik atau PasporDinas yang dilakukan di Perwakilan Republik Indonesia di luar negeriharus dilaporkan kepada Menteri Luar Negeri, cq Direktur Konsuler.

Pasal 8a. Paspor Diplomatik diberikan kepada :

(1) Presiden dan Wakil Presiden beserta isteri dan anak-anakmereka yang belum berumur 25 tahun, belum menikahdan belum mempunyai mata pencaharian;

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 867: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

849

(2) Ketua dan Wakil-wakil Ketua Majelis PermusyawaratanRakyat;

(3) Ketua dan Wakil-wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat;

(4) Ketua Mahkamah Agung, Ketua Dewan PertimbanganAgung, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;

(5) Para Menteri Koordinator, Menteri dan Menteri Negara;

(6) Kepala Perwakilan Diplomatik, Kepala Perwakilan KonsulerRepublik Indonesia di luar negeri, Pejabat Diplomatik danPejabat Konsuler;

(7) Para Atase dan Asisten Atase dari suatu AngkatanBersenjata serta Atase-atase Teknis lain yang dengan SuratKeputusan Menteri Luar Negeri diperbantukan pada suatuPerwakilan Diplomatik Republik Indonesia.

(8) Pejabat-pejabat Departemen Luar Negeri yang harusmenjalankan tugas resmi di luar negeri yang bersifatdiplomatik;

(9) Utusan-utusan yang ditugaskan mewakili Republik Indonesiaatau diberikan tugas lain yang oleh Menteri Luar Negeriditetapkan bersifat Diplomatik;

(10) Utusan pribadi dari Presiden Republik Indonesia dengantugas Diplomatik;

(11) Pejabat Resmi yang ditunjuk oleh Menteri Luar Negeri yangharus menjalankan tugas resmi di luar negeri yang bersifatdiplomatik.

b. Paspor Diplomatik diberikan juga kepada

(1) Isteri/suami dari mereka yang disebut dalam ayat a (2),(3), (4), dan (5), di atas yang mendampingi suami/istrinyaatau yang pergi ke luar negeri atas undangan resmi;

(2) Isteri/suami dari pejabat yang ditempatkan di luar negeri,tersebut dalam ayat a (6), (7) beserta anak-anaknya yangmerupakan anggota keluarganya yang belum berumur 25tahun, belum menikah, belum mempunyai matapencaharian, masih menjadi tanggungannya dan tinggalbersama di wilayah akreditasi. Bagi anak-anak yang tidaktinggal bersama di wilayah akreditasi, diberikan paspor biasa;

(3) Kurir diplomatik.

c. Paspor Diplomatik dapat diberikan sebagai penghormatan kepada :

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 868: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

850

(1) Mantan Presiden dan Mantan Wakil Presiden serta isteri/janda mereka;

(2) Mantan Menteri Luar Negeri dan isteri.

Paspor Diplomatik kehormatan itu tidak dapat diberikanapabila yang bersangkutan bekerja pada badan swastaperniagaan/perindustrian.

Pasal 9a. Paspor Dinas diberikan kepada :

(1) Pegawai-pegawai Negeri Sipil dan Militer yang bertugas keluar negeri untuk penempatan atau perjalanan dengantugas resmi.

(2) Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat, DewanPerwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,Dewan Pertimbangan Agung yang bertugas ke luar negeridengan tugas resmi atau atas undangan resmi dari suatubadan pemerintah atau legislatif asing;

(3) Ketua Delegasi Pemerintah yang ditugaskan ke luar negeriuntuk suatu konperensi tingkat pemerintahan dan tidakbersifat diplomatik;

b. Paspor Dinas diberikan juga kepada

(1) Isteri/suami dari para pejabat yang ditempatkan di luarnegeri, tersebut dalam ayat a (1) di atas beserta anak-anaknya yang merupakan anggota keluarganya yang belumberumur 25 tahun, belum menikah, belum mempunyaimata pencaharian, masih menjadi tanggungannya dantinggal bersama di wilayah akreditasi. Bagi anak-anak yangtidak tinggal bersama di wilayah akreditasi, diberikan pasporbiasa;

(2) Petugas yang bekerja pada perwakilan/rumah perwakilanRepublik Indonesia di luar negeri berdasarkan kontrak kerjadengan Departemen Luar Negeri, beserta isteri atau suami;

(3) Warga negara Indonesia yang harus berangkat ke luarnegeri dalam rangka tugas resmi pemerintah ditugaskanberdasarkan surat keputusan oleh departemen/instansipemerintah Republik Indonesia;

(4) Warga negara Indonesia yang menurut pertimbanganPemerintah Republik Indonesia perlu diberikan;

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 869: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

851

(5) Orang tua (ayah, ibu kandung dan mertua) dari parapejabat yang tersebut dalam Pasal 8 Ayat a (6), (7) apabilatinggal bersama di daerah akreditasi.

Pasal 10

Pemberian Paspor Diplomatik atau Paspor Dinas di luar ketentuan inihanya dilakukan dengan persetujuan Menteri Luar Negeri.

Pasal 11

a. Paspor Diplomatik atau Paspor Dinas tidak dapat ditambahlembaran dalamnya;

b. Pemegang Paspor Diplomatik atau Paspor Dinas dilarangmemegang paspor lain yang berlaku kecuali “Laissez Passer”dari Perserikatan Bangsa-Bangas;

c. Paspor Diplomatik dan Paspor Dinas harus dikembalikan kepadaDepartemen Luar Negeri sesudah tugas atau perjalanannya keluar negeri berakhir.

Pasal 12Setiap perubahan isi Paspor Diplomatik atau Paspor Dinas, dituliskanpada halaman lain dan harus disahkan oleh pejabat yang ditunjukdengan membubuhkan cap dan tanda tangan.

Pasal 13Peraturan Menteri Luar Negeri ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 23 Mei 1995————————————————MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

ttd

ALI ALATAS, S.H.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 870: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

852

ALL2221P/073002 12.00 WIB

SEMUA PERWAKILAN

NOMOR : PL-2006/073002

PRO : KEPPRIS.

EX : DIREKTUR KONSULERRE : VISA STIKER

RE - PENGGUNAAN VISA STIKER DENGAN HORMAT DISAMPAIKANHALS SBBTTKDUA

1. SEPERTI TELAH DISAMPAIKAN PADA WAKTU SOSIALISASIBEBERAPA WAKTU YYLL KMA PENGGUNAAN VISA STIKERAKAN DIBERLAKUKAN SECARA SERENTAK PD TGL 19 AGUSTUS2002 TTK NAMUN DEMIKIAN BAGI PERWAKILAN YG PD SAATITU BLM BISA MENGGUNAKANNYA KRN SESUATU HAL AGARSEGERA MEMBERITAHUKAN KE JKT (DIT KONSULER ETDITJEN IMIGRASI TTK

2. MENGENAI STEMPEL (CAP) DINAS UTK DITERAPKAN PD VISASTIKER KMA AGAR PERWAKILAN Rl MEMBUAT SENDIRI DGNKETENTUAN UKURANNYA LEBIH KECIL DARI CAP DINAS YGBIASA DIGUNAKAN PERWAKILAN YAITU BERDIAMATER 2 CMTTK

DMKUMPTTKHBS

DEPLU

COLL : NO. PL-2066173002 PRO ALL PWKN EX DEPLU JKTSENTBY AKA

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 871: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

853

Pro : All Perwakilan

No. PL-6342/120890

Pro : Keppri u.p KabidpenEx : Dirpenlugri

Re : PERMOHONAN VISA KUNJUNGAN/SHOOTING FILM

Sehubungan dengan adanya beberapa wartawan dan crew film asingyang masuk ke Indonesia tanpa melalui prosedur yang sebenarnya,diminta perhatian saudara atas hal-hal sbb :

1. Pemberian ijin kunjur/shooting film ke Indonesia yang selamaini memang diperketat karena pertimbangan-pertimbangankeamanan dan politis.

2. Persetujuan visa kunjur/shooting film hanya dapat dikeluarkanoleh Dirpenlugri Deplu RI setelah dikoordinasi dengan instansiterkait lainnya.

3. Agar perwakilan tidak memberi visa kunjungan jurnalistik/shooting film ke Indonesia sebelum ada clearance dariDirpenlugri Deplu. Apabila permohonan masuk ke Indonesiatanpa visa kunjur, kemudian melakukan kegiatan jurnalistik/shooting film sehingga mengalami/menemui hambatan, kamitidak bertanggung jawab.

4. Pemberian visa atas kuasa sendiri (VKS) yang dilakukan KepalaPerwakilan, tidak dapat dilaksanakan kepada wartawan dancrew film karena selama ini penilaian terhadap wartawan dancrew film tersebut sering meleset sehingga menimbulkanpenyesalan.

5. Guna mempercepat proses permohonan ijin kunjur dan shootingfilm agar mencantumkan nomor paspor pemohon. Untukshooting film harap diperhatikan kelengkapan berkaspermohonan sesuai dengan surat edaran Dirjen FTTF DeppenRI Nomor 872/RTF/K/1980 tanggal 22 Juli 1980 dan formulirpermohonan kunjur.

6. Permohonan visa kunjur/shooting film biasanya memakanwaktu 1 sampai 2 bulan.

KEIMIGRASIAN/KEKONSULERAN

Page 872: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

854

Page 873: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

855

XXXI

KEARSIPAN

Page 874: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

856

Page 875: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

857

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1971

TENTANG

KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEARSIPAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang

a. bahwa untuk kepentingan generasi yang akan datang perludiselamatkan bahan-bahan bukti yang nyata, benar dan lengkapmengenai kehidupan kebangsaan bangsa Indonesia di masayang lampau, sekarang dan yang akan datang dan berhubungandengan itu perlu diatur ketentuan-ketentuan pokok tentangkearsipan;

b. bahwa dalam rangka meningkatkan penyempurnaan administrasiaparatur Negara, khususnya di bidang kearsipan, materi yangterdapat dalam Undang-undang Nomor 19 Prps. Tahun 1961perlu ditinjau kembali dan disesuaikan dengan perkembangankeadaan.

Mengingat

1. Pasal 5 ayat (1) jo. Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar1945;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

KEARSIPAN

Page 876: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

858

2. Undang-undang Nomor 5 tahun 1969 (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1969 Nomor 36) dengan persetujuanDewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong:

MEMUTUSKAN

Mencabut : Undang-undang Nomor 19 Prps. Tahun 1961(Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 310)

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEARSIPAN

BAB IKETENTUAN-KETENTUAN UMUM

Pasal 1Yang dimaksud dalam Undang-undang ini dengan Arsip ialah :

a. naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Lembaga-lembagaNegara dan Badan-badan pemerintahan dalam bentuk corakapapun baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok,dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan;

b. naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan-badanswasta dan/atau perorangan, dalam bentuk corak apapun, baikdalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangkapelaksanaan kehidupan kebangsaan.

Pasal 2Fungsi arsip membedakan:

a. Arsip dinamis yang dipergunakan secara langsung dalamperencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupankebangsaan pada umumnya atau dipergunakan secara langsungdalam penyelenggaraan administrasi negara;

b. Arsip statis yang tidak dipergunakan secara langsung untukperencanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan padaumumnya maupun untuk penyelenggaraan sehari-hariadministrasi negara.

KEARSIPAN

Page 877: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

859

Pasal 3

Tujuan kearsipan ialah untuk menjamin keselamatan bahanpertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaandan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untukmenyediakan bahan pertanggungjawaban tersebut bagi kegiatanpemerintah.

BAB II

TUGAS PEMERINTAH

Pasal 4

(1) Arsip sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 huruf a Undang-undang ini adalah dalam wewenang dan tanggungjawabsepenuhnya dari Pemerintah.

(2) Pemerintah berkewajiban untuk mengamankan arsipsebagaimana dimaksud dalam pasal 1 huruf b Undang-undangini sebagai bukti pertanggungjawaban nasional, yangpenguasaannya dilakukan berdasarkan perundingan atau gantirugi dengan pihak yang menguasai sebelumnya.

Pasal 5Dalam melaksanakan penguasaan termaksud dalam pasal 4Undang-undang ini Pemerintah berusaha menertibkan :

a. Penyelenggaraan arsip-arsip dinamis;

b. Pengumpulan, penyimpanan, perawatan, penyelamatan sertapenggunaan arsip statis.

Pasal 6Pemerintah mempertinggi mutu penyelenggaraan kearsipan nasionaldengan menggiatkan usaha-usaha :

a. penyelenggaraan kearsipan yang membimbing ke arahkesempurnaan;

b. pendidikan kader ahli kearsipan;

c. penerangan/kontrol/pengawasan;

KEARSIPAN

Page 878: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

860

d. perlengkapan-perlengkapan teknis kearsipan; dan

e. penyelidikan-penyelidikan ilmiah di bidang kearsipan padaumumnya.

Pasal 7(1) Pemerintah mengadakan, mengatur dan mengawasi pendidikan

tenaga ahli kearsipan.

(2) Pemerintah mengatur kedudukan hukum dan kewenangantenaga ahli kearsipan.

(3) Pemerintah melakukan usaha-usaha khusus untuk menjaminkesehatan tenaga ahli kearsipan sesuai dengan fungsi sertatugas dalam lingkungannya.

BAB IIIORGANISASI KEARSIPAN

Pasal 8Untuk melaksanakan tugas termaksud dalam pasal 5 Undang-undangini, Pemerintah membentuk organisasi kearsipan yang terdiri:

(1) Unit-unit kearsipan pada Lembaga-lembaga Negara dan Badan-badan Pemerintahan Pusat dan Daerah.

(2) a. Arsip Nasional di Ibu Kota Republik Indonesia sebagai intiorganisasi daripada Lembaga Kearsipan Nasional selanjutnyadisebut Arsip Nasional Pusat;

b. Arsip Nasional di tiap-tiap Ibu Kota Daerah Tingkat I,termasuk Daerah-daerah yang setingkat dengan DaerahTingkat I selanjutnya disebut Arsip Nasional Daerah.

BAB IV

KEWAJIBAN KEARSIPAN

Pasal 9(1) Arsip Nasional Pusat wajib menyimpan, memelihara dan

menyelamatkan arsip sebagaimana dimaksud dalam pasal 2

KEARSIPAN

Page 879: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

861

huruf b Undang-undang ini dari Lembaga-lembaga Negara danBadan-badan Pemerintahan Pusat.

(2) Arsip Nasional Daerah wajib menyimpan, memelihara danmenyelamatkan arsip sebagaimana dimaksud dalam pasal 2huruf b Undang-undang ini dari Lembaga-lembaga Negara danBadan-badan Pemerintahan Daerah serta Badan-badanPemerintah Pusat di tingkat Daerah.

(3) Arsip Nasional Pusat maupun Arsip Nasional Daerah wajibmenyimpan, memelihara dan menyelamatkan arsip yang berasaldari Badan-badan Swasta dan/atau perorangan.

Pasal 10(1) Lembaga-lembaga Negara dan Badan-badan Pemerintah Pusat

maupun Daerah wajib mengatur, menyimpan, memelihara danmenyelamatkan arsip sebagaimana dimaksud dalam pasal 2huruf a Undang-undang ini.

(2) Lembaga-lembaga Negara dan Badan-badan Pemerintah Pusatwajib menyerahkan naskah-naskah arsip sebagaimana dimaksuddalam pasal 2 huruf b Undang-undang ini kepada Arsip NasionalPusat.

(3) Lembaga-lembaga Negara dan Badan-badan Pemerintah Daerah,serta Badan-badan Pemerintah Pusat di tingkat Daerah, wajibmenyerahkan arsip sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 hurufb Undang-undang ini kepada Arsip Nasional Daerah.

BAB VKETENTUAN-KETENTUAN PIDANA

Pasal 11

(1) Barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukummemiliki arsip sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 huruf aUndang-undang ini dapat dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun.

(2) Barang siapa yang menyimpan arsip sebagaimana dimaksuddalam pasal 1 huruf a Undang-undang ini, yang dengan sengajamemberitahukan hal-hal tentang isi naskah itu kepada pihakketiga yang tidak berhak mengetahuinya sedang ia diwajibkan

KEARSIPAN

Page 880: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

862

merahasiakan hal-hal tersebut dapat dipidana dengan pidanapenjara seumur hidup atau pidana penjara selama-lamanya 20(dua puluh) tahun.

(3) Tindak pidana yang termaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)pasal ini adalah kejahatan.

BAB IVKETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP

Pasal 12Hal-hal yang belum diatur dalam Undang-undang ini akan diaturlebih lanjut dengan Peraturan Perundangan-undangan.

Pasal 13Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalamLembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakartapada tanggal 18 Mei 1971

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

SOEHARTOJENDERAL T.N.I.

Diundangkan di Jakartapada tanggal 18 Mei 1971

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ALAMSJAHLETNAN JENDERAL T.N.I.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1971NOMOR 32

KEARSIPAN

Page 881: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

863

PENJELASAN

ATASUNDANG-UNDANG NOMOR : 7 TAHUN 1971

TENTANGKETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEARSIPAN

PENJELASAN UMUM

Untuk kepentingan pertanggungjawaban nasional kepadagenerasi yang akan datang, perlu diselamatkan bahan-bahan buktinyata, benar dan lengkap mengenai kehidupan kebangsaan BangsaIndonesia pada umumnya dan penyelenggaraan Pemerintah Negarapada khususnya, baik mengenai masa lampau, masa sekarangdan masa yang akan datang.

Penyelamatan bahan-bahan bukti tersebut merupakan masalahyang termasuk bidang Kearsipan dalam arti yang seluas-luasnya.Sebelum ditetapkannya Undang-undang ini, masalah kearsipan telahdiatur dalam Undang-undang Nomor 19 Prps. Tahun 1961 yanguntuk mencapai maksud-maksud tersebut di atas, Undang-undangtersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhanadministrasi yang sudah maju. Berhubungan dengan itu atas dasarpertimbangan tersebut di atas dan sesuai dengan ketentuan pasal2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1969 serta surat Pimpinan MajelisPermusyawaratan Rakyat Sementara No. A9/1/24/MPRS/1967,masalah kearsipan itu perlu diatur kembali dalam Undang-undang iniyang sekaligus merupakan penyempurnaan dari materi Undang-undang 19 Prps. Tahun 1961.

Adapun penyelenggaraan daripada pelaksanaan ketentuan-ketentuan menurut Undang-undang ini ditentukan dan diatur dalamperaturan-peraturan perundangan. Hal tersebut dimaksudkan agarsenantiasa terbuka kemungkinan untuk mengikuti perkembangankehidupan Bangsa serta perkembangan penyelenggaraanPemerintahan dan administrasi negara secara teratur dan tepat.Salah satu usaha untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini, dibentuk Arsip Nasional Republik Indonesia sebagaiorganisasi inti dan unit-unit kearsipan lainnya yang terdapat di seluruhLembaga-lembaga Negara dan aparatur Pemerintah.

KEARSIPAN

Page 882: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

864

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Yang dimaksud dengan naskah-naskah dalam bentuk corakbagaimanapun juga dari sesuatu arsip dalam pasal ini adalah meliputibaik yang tertulis maupun yang dapat dilihat dan didengar sepertihalnya hasil-hasil rekaman, film dan lain sebagainya. Yang dimaksuddengan berkelompok ialah naskah-naskah yang berisikan hal-hal yangberhubungan dengan yang lain yang dihimpun dalam satu berkastersendiri mengenai masalah yang sama.

Dalam pasal ini ditegaskan pula perbedaan antara fungsi arsipdalam tata pemerintahan (huruf a) dan fungsi dalam kehidupannasional (huruf b).

Hakekat daripada perbedaan ini terdapat dalam pasal 4 yaknipengamanan daripada pertanggungjawaban dibidang nasional dandi bidang Pemerintahan.

Dengan Lembaga-lembaga Negara dimaksudkan Lembaga-lembaga Negara seperti ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar1945.

Sedangkan yang dimaksud dengan Badan-badan Pemerintahanialah:

a. seluruh aparatur Pemerintah, termasuk dalam hal ini perusahaan-perusahaan yang modalnya untuk sebagian atau seluruhnyaberasal dari Pemerintah dan

b. badan-badan Pemerintah yang akan/sudah dilebur pada waktuUndang-undang ini dikeluarkan.

Pasal 2Arsip merupakan suatu yang hidup, tumbuh dan terus berubah

seirama dengan tata kehidupan masyarakat maupun dengan tatapemerintahan. Pasal 2 ini menegaskan adanya dua jenis sifat danarti arsip secara fungsionil, yakni:

a. arsip dinamis, sebagai arsip yang senantiasa masih berubahnilai dan artinya menurut fungsinya; dan

b. arsip statis, sebagai arsip yang senantiasa masih berubah nilaiabadi, khusus sebagai bahan pertanggungjawaban nasional/Pemerintahan.

KEARSIPAN

Page 883: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

865

Adalah perlu sekali ditentukan secara tegas tentang cara-carapenilaian arsip menurut fungsinya ini, baik tentang penentuan nilaidan arti menurut usia/jangka waktu dan/ataupun menurut evaluasidaya gunanya. Cara-cara penilaian tersebut akan diatur lanjut dalamperaturan perundangan.

Perbedaan fungsi ini menjadi dasar dalam pelaksanaan tugas danpenguasaannya oleh Pemerintah sebagai ternyata dalam pasal 5dan dasar organisasi kearsipan nasional seperti ternyata dalam pasal8 yang sebagai keseluruhan tercakup dalam pasal-pasal 3, 6 dan 7.

Pasal 3 Cukup Jelas

Pasal 4 dan 5Pemerintah menguasai arsip-arsip sendiri secara menyeluruh

sesuai dengan fungsi-fungsinya dalam pasal 2 (huruf a) dan (hurufb) Undang-undang ini. Penguasaan itu dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. penyelenggaraan tata kearsipan di seluruh aparatur;

b. menentukan syarat-syarat pengamanan arsip-arsip, termasukdalam hal ini naskah-naskah:

1. Yang diterima oleh dan/atau terjadi karena pelaksanaankegiatan perorangan/badan-badan swasta yang secarahukum sudah beralih kepada Lembaga-lembaga Negara/Badan-badan Pemerintahan;

2. Yang karena perjanjian ataupun berdasarkan ketentuan-ketentuan lain atau ketentuan-ketentuan sebelumnya telahberada dalam tanggung jawab pusat-pusat penyimpananarsip yang telah ditentukan oleh Pemerintah;

3. Yang merupakan reproduksi dalam bentuk apapun daripadaarsip dimaksud dalam pasal 1 huruf a.

Pengamanan di bidang nasional meliputi persoalan dengan carabagaimana arsip-arsip swasta, perorangan dapat diselamatkan demikepentingan nasional. Demikian pula soal arsip pemerintah yangsebelum adanya Undang-undang ini berada di luar penguasaanPemerintah Republik Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri.

KEARSIPAN

Page 884: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

866

Pasal 6 dan 7

Cukup Jelas

Pasal 8Dalam organisasi Kearsipan terdapatlah perbedaan asasi yang

ditentukan dalam pasal 2, yaitu:

a. Arsip dinamis;

b. Arsip statis/abadi.

Arsip dinamis adalah arsip-arsip aparatur pemerintahan/negarayang berada dalam lingkungan Lembaga-lembaga Negara danBadan-badan Pemerintahan dan secara fungsionil masih aktuil danberlaku, tetapi menuju ke arah pengabdian sesuai dengan fungsi,usia dan nilainya. Organisasi daripada arsip dinamis ini berada dalamLembaga-lembaga/Badan-badan Pemerintahan yang bersangkutan.

Untuk arsip statis/abadi (Pasal 2 huruf b) dibentuk organisasikearsipan yang berintikan Arsip Nasional Republik Indonesia sebagaipusat penyimpanan (penyelamatan, pengolahan dan penyediaan)bahan bukti seluruh pertanggungjawaban Pemerintah maupunBangsa. Bahwa karena itu Arsip Nasional di samping kewajibannyamelaksanakan tujuan sebagai termaktub dalam pasal 3 Undang-undang ini, berkewajiban pula untuk mengolah dan menyediakanbahan bukti itu guna keperluan Pemerintah Republik Indonesia, ditiap-tiap Ibu Kota Daerah tingkat I atau Daerah-daerah yang denganDaerah Tingkat I dibentuk pula arsip Nasional Daerah.

Segala sesuatu yang bersangkutan dengan organisasi Kearsipan iniakan diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.

Pasal 9 dan 10 Cukup Jelas

Pasal 11Istilah “memiliki” dalam ayat (1) pasal ini ialah sikap perbuatan

sebagai pemilik yang sah terhadap sesuatu barang yakni sikapperbuatan menguasai barang itu seolah-olah ia pemiliknya, yangdemikian itu ia dapat berbuat sekehendak hatinya atas barangtersebut. Dalam hal ini tidak dipersoalkan perbuatan-perbuatan yang

KEARSIPAN

Page 885: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

867

mendahului pemilikan tersebut. Hal-hal ini telah ditampung dalamketentuan Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Pasal 12 dan 13

Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIANOMOR 2964

KEARSIPAN

Page 886: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

868

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 34 TAHUN 1979

TENTANG

PENYUSUTAN ARSIP

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa volume arsip sebagai akibat kegiatanadministrasi pemerintah dan pembangunanberkembang dengan cepat seirama dengandinamika kehidupan bangsa;

b. bahwa dalam rangka meningkatkan daya gunadan tepat guna kearsipan serta untuk menjaminkeselamatan bahan pertanggungjawaban nasionalseperti dimaksudkan dalam Undang-undangNomor 7 Tahun 1971, dipandang perlu mengaturpenyusutan arsip dalam Peraturan Pemerintah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1971 tentangKetentuan-ketentuan Pokok Kearsipan (LembaranNegara Tahun 1971 Nomor 32, TambahanLembaran Negara Nomor 2964);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANGPENYUSUTAN ARSIP

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

KEARSIPAN

Page 887: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

869

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Arsip adalah naskah-naskah sebagaimana dimaksud dalam Pasal1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1971.

2. Arsip dinamis adalah arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal2 huruf a Undang-undang Nomor 7 Tahun 1971.

3. Arsip aktif adalah arsip dinamis yang secara langsung dan terus-menerus dipergunakan dalam penyelenggaraan administrasi.

4. Arsip inaktif adalah arsip dinamis yang frekuensi penggunaannyauntuk penyelenggaraan administrasi sudah menurun.

5. Arsip statis adalah arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2huruf b Undang-undang Nomor 7Tahun 1971.

6. Unit Kearsipan adalah unit organisasi sebagaimana disebut dalamPasal 8 (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1971.

Pasal 2

Penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan arsip dengan cara:

a. Memindahkan arsip inaktif dari Unit Pengolah ke Unit Kearsipandalam lingkungan Lembaga-lembaga Negara atau Badan-badanPemerintahan masing-masing;

b. Memusnahkan arsip sesuai dengan ketentuan-ketentuan yangberlaku;

c. Menyerahkan arsip statis oleh Unit Kearsipan kepada ArsipNasional.

Pasal 3Pengelolaan arsip inaktif pada Lembaga Negara atau BadanPemerintahan merupakan bagian tugas dari Unit Kearsipan padaLembaga Negara dan Badan Pemerintahan yang bersangkutan.

KEARSIPAN

Page 888: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

870

BAB II

JADWAL RETENSI ARSIP

Pasal 4(1) Setiap arsip ditentukan retensinya atas dasar nilai kegunaannya

dan dituangkan dalam bentuk Jadwal Retensi Arsip.

(2) Arsip Nasional menetapkan pedoman untuk digunakan sebagaipetunjuk dalam menentukan nilai guna arsip.

(3) Lembaga-lembaga Negara atau Badan-badan Pemerintahanmasing-masing wajib memiliki Jadwal Retensi Arsip yang berupadaftar berisi sekurang-kurangnya jenis arsip beserta jangka waktupenyimpanannya sesuai dengan nilai kegunaannya dan dipakaisebagai pedoman penyusutan arsip.

Pasal 5(1) Jadwal Retensi Arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat

(3) ditetapkan oleh Pimpinan Lembaga-lembaga Negara atauBadan-badan Pemerintahan masing-masing setelah mendapatpersetujuan dari Kepala Arsip Nasional.

(2) Dalam menentukan retensi arsip keuangan dan atau arsipkepegawaian terlebih dahulu perlu didengar pertimbangan KetuaBadan Pemeriksa Keuangan dan atau Kepala Badan AdministrasiKepegawaian Negara.

(3) Untuk Jadwal Retensi Arsip pemerintah daerah ditetapkan sesuaidengan ketentuan ayat (1) dan ayat (2) dengan terlebih dahulumemperhatikan pendapat Menteri Dalam Negeri.

(4) Setiap perubahan Jadwal Retensi Arsip ditetapkan sesuai dengancara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), danayat (3).

BAB IIIPEMINDAHAN ARSIP

Pasal 6

(1) Lembaga-lembaga Negara dan Badan-badan Pemerintahanmasing-masing menyelenggarakan pemindahan arsip inaktif dari

KEARSIPAN

Page 889: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

871

Unit Pengolah ke Unit Kearsipan sesuai dengan Jadwal RetensiArsip secara teratur dan tetap.

(2) Pelaksanaan pemindahan arsip inaktif diatur oleh masing-masingLembaga Negara dan Badan Pemerintahan.

BAB IVPEMUSNAHAN ARSIP

Pasal 7Lembaga-lembaga Negara atau Badan-badan Pemerintahan dapatmelakukan pemusnahan arsip yang tidak mempunyai nilai kegunaandan telah melampaui jangka waktu penyimpanan sebagaimanatercantum dalam Jadwal Retensi Arsip masing-masing.

Pasal 8(1) Pelaksanaan pemusnahan arsip yang mempunyai jangka retensi

10 (sepuluh) tahun atau lebih ditetapkan oleh Pimpinan Lembaga-lembaga Negara dan Badan-badan Pemerintahan setelahmendengar pertimbangan Panitia Penilai Arsip yang dibentukolehnya dengan terlebih dahulu memperhatikan pendapat dariKetua Badan Pemeriksa Keuangan sepanjang menyangkut arsipkeuangan dan dari Kepala Badan Administrasi KepegawaianNegara sepanjang menyangkut arsip kepegawaian.

(2) Pimpinan Lembaga Negara atau Badan Pemerintahanmenetapkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)setelah mendapat persetujuan Kepala Arsip Nasional.

Pasal 9Pemusnahan arsip dilakukan secara total sehingga tidak dapat lagidikenali baik isi maupun bentuknya dan disaksikan oleh 2 (dua)pejabat dari bidang hukum/perundang-undangan dan atau bidangpengawasan dari Lembaga-lembaga Negara dan Badan-badanPemerintahan yang bersangkutan.

Pasal 10Untuk melaksanakan pemusnahan dibuat Daftar Pertelaahan Arsipdari arsip-arsip yang dimusnahkan dan Berita Acara PemusnahanArsip.

KEARSIPAN

Page 890: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

872

BAB V

PENYERAHAN ARSIP

Pasal 11Arsip yang memiliki nilai kegunaan sebagai bahan pertanggung-jawaban Nasional, tetapi sudah tidak diperlukan lagi untukpenyelenggaraan administrasi sehari-hari, setelah melampaui jangkawaktu penyimpanannya, ditetapkan sebagai berikut:

a. Bagi arsip yang disimpan oleh Lembaga-lembaga Negara atauBadan-badan Pemerintahan di tingkat Pusat harus diserahkankepada Arsip Nasional Pusat;

b. Bagi arsip yang disimpan oleh Lembaga-lembaga Negara atauBadan-badan Pemerintahan di tingkat Daerah harus diserahkankepada Arsip Nasional Daerah.

Pasal 12Penyerahan arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dilakukansekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 10 (sepuluh) tahun sertadilaksanakan dengan membuat Berita Acara Penyerahan Arsip yangdisertai Daftar Pertelaahan Arsip dari arsip-arsip yang diserahkan.

BAB VIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 13(1) Lembaga-lembaga Negara atau Badan-badan Pemerintahan

yang mengetahui adanya dan atau mengetahui akandimusnahkannya arsip Badan-badan Swasta dan atau perorangansebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b Undang-undangNomor 7 Tahun 1971 serta arsip tersebut dianggap bernilai gunabagi bidang tugasnya masing-masing atau bagi kehidupankebangsaan pada umumnya wajib ikut menyelamatkannya danatau melaporkan kepada Arsip Nasional.

(2) Berdasarkan adanya laporan dan atau karena mengetahui sendiri,Arsip Nasional mengambil tindakan pengamanan ataupenyelamatan arsip-arsip sebagaimana dimaksud dalam ayat

KEARSIPAN

Page 891: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

873

(1) sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat (2) Undang-undangNomor 7 Tahun 1971.

(3) Ketentuan-ketentuan dalam Pasal 11 dan Pasal 12 berlaku bagiarsip sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 14Penyusutan arsip di lingkungan Departemen Pertahanan Keamanankarena sifat khusus tugas dan fungsinya, bilamana perlu dapatdiatur dalam ketentuan tersendiri dengan berpedoman padaPeraturan Pemerintah ini.

Pasal 15Penyusutan arsip yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah inidilaksanakan dengan memperhatikan keamanan dan sifatkerahasiaan sesuatu arsip.

Pasal 16Semua pembiayaan sebagai akibat pelaksanaan PeraturanPemerintah ini dibebankan pada anggaran belanja masing-masingLembaga Negara atau Badan-badan Pemerintahan yangbersangkutan.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 17

Selama Jadwal Retensi Arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4belum dimiliki atau telah dimiliki akan tetapi belum mendapatkanpersetujuan Kepala Arsip Nasional, maka Lembaga Negara atauBadan Pemerintahan:

a. yang akan melaksanakan pemusnahan arsip wajib mendapatpersetujuan dari Badan-badan sebagaimana dimaksud dalamPasal 8;

b. yang akan menyelenggarakan penyerahan arsip wajibberkonsultasi dengan Arsip Nasional.

KEARSIPAN

Page 892: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

874

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18Ketentuan teknis pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini, ditetapkanoleh Kepala Arsip Nasional.

Pasal 19Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, ditetapkanlebih lanjut dengan peraturan tersendiri.

Pasal 20Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkannya.

Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannyadalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 4 Oktober 1979

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

SOEHARTO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 4 Oktober 1979

MENTERI SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA

ttd.

SUDHARMONO, SH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1979NOMOR 51

KEARSIPAN

Page 893: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

875

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK.01/A/OT/I/2005/02

TENTANG

PEDOMAN TATA KEARSIPAN DEPARTEMEN LUAR NEGERI

DANPERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA Dl LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka lebih meningkatkan tertibadministrasi, khususnya dalam bidang kearsipanperlu adanya suatu pedoman sebagai dasaracuan dalam penanganan dan pengelolaan arsip;

b. bahwa Keputusan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor 99/BU/I/80/01 tanggal 15Januari 1980 tentang Kebijaksanaan UmumMengenai Tata Kearsipan Departemen LuarNegeri dan Perwakilan Republik Indonesia di LuarNegeri yang selama ini dipakai sebagai acuandianggap sudah tidak sesuai dengan strukturorganisasi kearsipan Departemen Luar NegeriRepublik Indonesia dan perkembangan dalampengelolaan kearsipan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan b, perlu ditetapkanPeraturan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia tentang Pedoman Tata KearsipanDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri.

KEARSIPAN

Page 894: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

876

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 tentangKetentuan Pokok Kearsipan;

2. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 34 Tahun 1979 tentang PenyusutanArsip;

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor26 Tahun 1974 tentang Arsip Nasional RepublikIndonesia;

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi danTata Kerja Departemen Luar Negeri RepublikIndonesia;

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor108 Tahun 2003 tentang Organisasi PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri;

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor105 Tahun 2004 tentang Pengelolaan ArsipStatis;

7. Keputusan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor SK. 053/11/2002/01 Tahun2002 tentang Organisasi dan Tata KerjaDepartemen Luar Negeri Republik Indonesia;

8. Keputusan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor SK.03/A/OT/V/2004/01tentang Jadwal Retensi Arsip Departemen LuarNegeri Republik Indonesia;

9. Keputusan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor SK.06/A/OT/VI/2004/01tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesiadi Luar Negeri.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIKINDONESIA TENTANG PEDOMAN TATAKEARSIPAN DEPARTEMEN LUAR NEGERI DAN

KEARSIPAN

Page 895: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

877

PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUARNEGERI.

Pasal 1

Pedoman Tata Kearsipan ini rnerupakan acuan bagisemua unit kerja di lingkungan Departemen LuarNegeri dan Perwakilan Republik Indonesia di LuarNegeri.

Pasal 2

Pedoman sebagaimana dimaksud pada Pasal 1adalah seluruh ketentuan yang tercantum dalamLampiran Peraturan ini, yang merupakan satukesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Pasal 3Sistematika Pedoman Tata Kearsipan DepartemenLuar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia diLuar Negeri adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

BAB II Asas, Organisasi dan KewenanganKearsipan

BAB III Pengurusan Surat

BAB IV Pengelolaan Arsip

BAB V Pengelolaan Arsip Vital

BAB VI Pengelolaan Surat Elektronik

BAB VII Pemeliharaan, Perawatan danPengamanan Arsip

BAB VIII Penyusutan Arsip

BAB IX Penutup

Pasal 4Dengan diberlakukannya Peraturan ini, makaKeputusan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

KEARSIPAN

Page 896: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

878

Nomor SK. 99/BU/I/80/01 Tahun 1980 tentangKebijaksanaan Umum Mengenai Tata KearsipanDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 5

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkandengan ketentuan apabila terdapat kekeliruan makaakan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 27 Januari 2005

A.n. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SEKRETARlS JENDERAL

ttd

SUDJADNAN PARNOHADININGRAT

KEARSIPAN

Page 897: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

879

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR: 03/A/OT/I/2006/18/02

TENTANG

PERUBAHAN ATAS

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA NOMOR SK.01/A/OT/I/2005/02

TAHUN 2005TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DEPARTEMEN

LUAR NEGERI DAN PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIADI LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan adanyaperkembangan tata kearsipan di lingkunganDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RI dalamrangka lebih meningkatkan tertib administrasi,khususnya dalam bidang kearsipan, perludilakukan penyesuaian pada beberapa Bab dalamLampiran pada Peraturan Menteri Luar NegeriRepublik Indonesia Nomor SK.01/A/OT/I/2005/02 Tahun 2005 tentang Pedoman Tata KearsipanDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RI diLuar Negeri sebagai dasar acuan dalampenanganan dan pengelolaan arsip;

b. bahwa Keputusan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor 99/BU/I/80/01 tanggal 15Januari 1980 tentang Kebijaksanaan Umum

KEARSIPAN

Page 898: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

880

mengenai Tata Kearsipan Departemen LuarNegeri dan Perwakilan Republik Indonesia di LuarNegeri yang selama ini dipakai sebagai acuandianggap sudah tidak sesuai dengan strukturorganisasi kearsipan Departemen Luar NegeriRepublik Indonesia dan perkembangan dalampengelolaan kearsipan;

c. bahwa Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)telah memberikan masukan dan saran terhadapperubahan pedoman tata kearsipan DepartemenLuar Negeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri dalampertemuan antara Departemen Luar Negeridengan ANRI yang telah diselenggarakan di Bogorpada tanggal 12-13 Agustus 2005;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, b, dan c perlumenetapkan Peraturan Menteri Luar Negeritentang Perubahan atas Lampiran PeraturanMenteri Luar Negeri Republik Indonesia NomorSK.01/A/OT/I/2005/02 Tahun 2005 tentangPedoman Tata Kearsipan Departemen Luar Negeridan Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 tentangKetentuan Pokok Kearsipan;

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip;

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor26 Tahun 1974 tentang Arsip Nasional RepublikIndonesia;

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor108 Tahun 2003 tentang Organisasi PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri;

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor105 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Arsip Statis;

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 09Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata KerjaDepartemen Luar Negeri Republik Indonesia;

KEARSIPAN

Page 899: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

881

7. Keputusan Menteri Luar Negeri Republik IndonesiaNomor SK.03/A/OT/V/2004/01 Tahun 2004tentang Pedoman Teknis Penyusutan dan JadwalRetensi Arsip Departemen Luar Negeri PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri;

8. Keputusan Menteri Luar Negeri Republik IndonesiaNomor SK.06/A/OT/VI/2004/01 Tahun 2004tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesiadi Luar Negeri;

9. Peraturan Menteri Luar Negeri Republik IndonesiaNomor SK.01/A/OT/I/2005/02 Tahun 2005tentang Pedoman Tata Kearsipan DepartemenLuar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia diLuar Negeri;

10. Peraturan Menteri Luar Negeri Republik IndonesiaNomor 02/A/OT/VIII/2005/01 Tahun 2005tentang Organisasi dan Tata Kerja DepartemenLuar Negeri;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANGPERUBAHAN ATAS LAMPIRAN PERATURANMENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIANOMOR SK.01/A/OT/I/2005/02 TENTANGPEDOMAN TATA KEARSIPAN DEPARTEMEN LUARNEGERI DAN PERWAKILAN REPUBLIKINDONESIA DI LUAR NEGERI.

Pasal 1Beberapa ketentuan dalam Lampiran pada PeraturanMenteri Luar Negeri Nomor SK.01/A/OT/I/2005/02Tahun 2005 tentang Pedoman Tata KearsipanDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri diubah menjadi sebagai berikut:

1. Ketentuan dalam Bab IB mengenai Dasar Hukum,kalimat pada point 4 yaitu “Keputusan PresidenRepublik Indonesia Nomor 102 Tahun 2001 tentang

KEARSIPAN

Page 900: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

882

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, SusunanOrganisasi dan Tata Kerja Departemen Luar Negeri”dihapuskan dan diganti dengan kalimat “PeraturanPresiden Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2005tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,Susunan Organisasi dan Tata Kerja DepartemenLuar Negeri” (point 6); kalimat pada point 7 yaitu“Keputusan Menteri Luar Negeri Republik IndonesiaNomor SK.053/II/2002/01 Tahun 2002 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen Luar Negeri”dihapuskan dan diganti dengan kalimat “PeraturanMenteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 02/A/VIII/2005/01 Tahun 2005 tentang Organisasi danTata Kerja Deplu” (point 11); dan penambahankalimat “Peraturan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor SK.01/A/OT/I/2005/02 Tahun2005 tentang Pedoman Tata KearsipanDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri” (point 10), sehinggaberbunyi sebagai berikut :

B. Dasar Hukum

Peraturan perundang-undangan ... dst:

1. Undang-undang Republik Indonesia ... dst;

4. Keputusan Presiden Republik IndonesiaNomor 108 Tahun 2003 tentang OrganisasiPerwakilan RI di Luar Negeri;

5. Keputusan Presiden Republik IndonesiaNomor 105 Tahun 2004 tentangPengelolaan Arsip Statis;

6. Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 09 Tahun 2005 tentang Kedudukan,Tugas, Fungsi, Kewenangan, SusunanOrganisasi dan Tata Kerja Departemen LuarNegeri;

7. Keputusan Menteri Luar Negeri NomorSK.02/A/OT/II/2004/02 Tahun 2004tentang Pedoman Tata Naskah DinasDepartemen Luar Negeri dan PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri;

KEARSIPAN

Page 901: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

883

8. Keputusan Menteri Luar Negeri NomorSK.03/A/OT/V/2004/01 Tahun 2004tentang Pedoman Teknis Penyusutan danJadwal Retensi Arsip Departemen LuarNegeri dan Perwakilan RI;

9. Keputusan Menteri Luar Negeri NomorSK.06/A/OT/VI/2004/01 Tahun 2004tentang Organisasi Perwakilan RI di LuarNegeri;

10. Peraturan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor SK.01/A/OT/I/2005/02Tahun 2005 tentang Pedoman TataKearsipan Departemen Luar Negeri danPerwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri;

11. Peraturan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor 02/A/VIII/2005/01 Tahun2005 tentang Organisasi dan Tata KerjaDeplu;

12. Surat Edaran Menteri Luar Negeri RI ...dst.

2. Ketentuan dalam Bab ID mengenai Maksud danTujuan, kalimat pada paragraf ke-2 yaitu “...Menteri Luar Negeri telah menetapkan PedomanSistem Kearsipan berdasarkan SK. Nomor 99/BU/I/80/01. Meskipun pedoman tersebut telahdilaksanakan selama sekitar 16 tahun, namun dalamkenyataannya administrasi kearsipan yang berjalanbelum seperti yang diharapkan.” diubah menjadikalimat “... Menteri Luar Negeri telah menetapkanPedoman Tata Kearsipan Departemen Luar Negeridan Perwakilan RI di Luar Negeri berdasarkan SK.01/A/OT/I/2005/02 Tahun 2005. Meskipun pedomantersebut telah diberlakukan mulai tanggal 27 Januari2005, namun dalam kenyataannya administrasikearsipan di lingkungan Departemen Luar Negeridan Perwakilan RI di Luar Negeri masih belumberjalan seperti yang diharapkan.”, sehinggaberbunyi sebagai berikut :

KEARSIPAN

Page 902: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

884

D. Maksud dan Tujuan

Tata Kearsipan yang tertib ... dst.

Untuk menunjang maksud tersebut di atasMenteri Luar Negeri telah menetapkan PedomanTata Kearsipan Departemen Luar Negeri danPerwakilan RI di Luar Negeri berdasarkan SK.01/A/OT/I/2005/02 Tahun 2005. Meskipunpedoman tersebut telah diberlakukan mulaitanggal 27 Januari 2005, namun dalamkenyataannya administrasi kearsipan dilingkungan Departemen Luar Negeri danPerwakilan RI di Luar Negeri masih belumberjalan seperti yang diharapkan. Haltersebut... dst.

3. Ketentuan dalam Bab ID mengenai Maksud danTujuan, kalimat pada paragraf 4 yaitu “... dst, makaPedoman Tata Kearsipan tersebut di atas perludisempurnakan ... dst”, sehingga berbunyi sebagaiberikut:

D. Maksud dan Tujuan Hal tersebut... dst.

Berdasarkan keadaan tersebut, maka PedomanTata Kearsipan tersebut di atas perludisempurnakan dengan tujuan agar dapat danlebih mudah diterapkan oleh para pelaksana.

4. Ketentuan dalam Bab ID bagian 14 mengenai UnitPelaksana Teknis (UPT), kata “Ditjen IDP-PI” diubahmenjadi “Ditjen IDP”, sehingga berbunyi sebagaiberikut:

14. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah MuseumKonferensi Asia Afrika di Bandung, yangmelaksanakan tugas pokok dan fungsinya yangdikepalai oleh seorang Kepala Bagian. Strukturorganisasinya berdiri sendiri, namun secarafungsional berada di bawah Ditjen IDP c.q.

KEARSIPAN

Page 903: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

885

Direktorat Diplomasi Publik. Biaya operasionalnyaberada pada anggaran Ditjen IDP.

5. Ketentuan dalam Bab ID bagian 37 mengenai KodePenanggung Jawab dan Kode Pengolah, kata “08Dirjen IDP-PI” diubah menjadi “07 Dirjen IDP”,sehingga berbunyi sebagai berikut :

37. Kode Penanggung Jawab dan Kode Pengolahadalah kode yang berupa nomor unitpenanggung jawab dan Unit Pengolah yangdimulai dari angka 01 sampai dengan angkatertentu sesuai banyaknya penanggung jawabdan Unit Pengolah yang dimulai dari pimpinantertinggi Departemen Luar Negeri sampai padaUnit Pengolah terakhir, misalnya 01 Menlu, 02Sekjen, 03 Dirjen Aspasaf, 07 Dirjen IDP, 10Irjen, dan seterusnya, yang dicantumkan padanomor surat/nota keluar.

6. Ketentuan dalam Bab II B bagian 1 point amengenai Sekretariat Jenderal, kata “Biro TataUsaha dan Perlengkapan” diubah menjadi “BiroAdministrasi Departemen dan Perwakilan” sertapenulisan kata “Pegawai” di belakang kata“Pusdiklat” dihapuskan, sehingga berbunyi sebagaiberikut:

1. Organisasi Kearsipan Departemen Luar Negeri

a. Sekretariat Jenderal

Arsip Sekretariat Jenderal Departemen LuarNegeri menjadi wewenang, tanggung jawab,dan kewajiban Biro Administrasi Departemendan Perwakilan yang selanjutnya disebut UnitKearsipan II untuk lingkungan SekretariatJenderal dan juga berfungsi sebagai UnitKearsipan I Departemen Luar Negeri.

- Unit Pengelola pada Sekretariat Jenderalmeliputi Biro-biro, Pusat Pendidikan dan

KEARSIPAN

Page 904: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

886

Latihan (Pusdiklat), serta PusatKomunikasi (Puskom).

- Pimpinan Unit Pengolah pada Biro-biro,Pusdiklat, dan Puskom adalah KepalaBiro dan Kepala Pusat.

7. Ketentuan dalam Bab IIB bagian 2 point a mengenaiKewenangan Kearsipan, kata “secara sentralisasi”diubah menjadi “terpusat” dan kata “Biro TataUsaha dan Perlengkapan” diubah menjadi “BiroAdministrasi Departemen dan Perwakilan”, sehinggaberbunyi sebagai berikut:

2. Kewenangan Kearsipan

a. Kewenangan pembinaan, koordinasi danpengendalian di bidang kearsipandilaksanakan secara terpusat olehSekretariat Jenderal, yang dilaksanakan BiroAdministrasi Departemen dan Perwakilan.

b. Pelaksanaan kegiatan ... dst.

8. Ketentuan dalam Bab IIB bagian 3 point a mengenaiUnit Kearsipan I, dan point b mengenai UnitKearsipan II, kata “Biro Tata Usaha danPerlengkapan” diubah menjadi “Biro AdministrasiDepartemen dan Perwakilan”, sehingga berbunyisebagai berikut :

3. Unit Organisasi Kearsipan Deplu

a. Unit Kearsipan I untuk tingkat Departemenberada di Sekretariat Jenderal, yangpelaksanaannya didelegasikan kepada BiroAdministrasi Departemen dan Perwakilansebagai koordinator. Khusus untuk surat-menyurat... dst.

b. Unit Kearsipan II untuk tingkat unit EselonI berada di Sekretariat Direktorat Jenderal/

KEARSIPAN

Page 905: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

887

Inspektorat Jenderal/Badan, sedangkanuntuk lingkungan Sekretariat Jenderalberada pada Biro Administrasi Departemendan Perwakilan, serta Kepala PerwakilanRepublik Indonesia/Wakil Kepala PerwakilanRepublik Indonesia.

9. Ketentuan dalam Bab IIB bagian 3 point c mengenaiUnit Pengolah, kata “Unit Kearsipan III” diubahmenjadi “Unit Pengolah” sehingga berbunyi sebagaiberikut:

3. Unit Organisasi Kearsipan Deplu

c. Unit Pengolah untuk tingkat Unit Eselon IIberada di setiap unit yang menguruspersuratan pada Biro/Sekretariat Ditjen/Sekretariat Itjen/Sekretariat Badan/Direktorat/Pusat, UPT Museum KAABandung, dan Kepala Perwakilan RepublikIndonesia/Wakil Kepala Perwakilan RepublikIndonesia.

10. Ketentuan dalam Bab IIB bagian 4 point b. 12mengenai Unit Kearsipan II, kata “Unit KearsipanIII” diubah menjadi “Unit Pengolah”, sehinggaberbunyi sebagai berikut:

4. Tugas dan Fungsi Organisasi Kearsipan Deplu

b. Unit Kearsipan II

1) Mengambil dan menerima surat... dst.

12)Menerima arsip inaktif dari Unit Pengolahdi lingkungan Unit Pengolah.

11. Ketentuan dalam Bab II B bagian 4 point c.4mengenai Unit Kearsipan III, kata “Unit KearsipanIII” diubah menjadi “Unit Pengolah” serta point c.10 dan point c. 11 dihapuskan, sehingga point c.

KEARSIPAN

Page 906: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

888

12 berubah menjadi point c. 10. Adapunperubahannya sebagai berikut :

4. Tugas dan Fungsi Organisasi Kearsipan Deplu

c. Unit Pengolah

1) Mengambil/menerima surat... dst.

3) Melaksanakan pengarahan atas semuasurat terbuka yang diterima di UnitPengolah dan menuliskan arahannya disebelah kanan atas surat dengan pensil.

4) Memberikan nomor unit danmelaksanakan pencatatan semua suratterbuka yang diterima di Unit Pengolahdi atas Kartu Kendali maupun LembarPengantar.

5) Melaksanakan ... dst.

10)Melaksanakan penyusutan arsip denganjalan :

a) Memusnahkan arsip yang tidakbernilai guna;

b) Menyerahkan/memindahkan arsipinaktif yang bernilai guna ke UnitKearsipan I.

12. Ketentuan dalam Bab II bagian Bagan Unit-unitKearsipan di lingkungan Departemen Luar Negeridan Perwakilan Republik Indonesia, kata “Biro TataUsaha dan Perlengkapan” yang ada pada kolomke-3 dan lajur ke-2 diubah menjadi “Biro AdministrasiDepartemen dan Perwakilan”, sehingga berbunyisebagai berikut:

KEARSIPAN

NO. KOORDINATOR PELAKSANA UNIT ARSIP/

UNIT PENGOLAH

DEPARTEMEN KEARSIPAN I

1.

Unit Kearsipan I

Sekretariat Jenderal : Biro Administrasi Departemen dan Perwakilan

Page 907: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

889

13. Ketentuan dalam Bab II bagian Bagan Unit-unitKearsipan di lingkungan Departemen Luar Negeridan Perwakilan Republik Indonesia, kata “UnitKearsipan III” yang ada pada kolom ke-5 dan lajurke-1 serta kolom ke-2 dan lajur ke-4 diubah menjadi“Unit Pengolah”, sehingga berbunyi sebagai berikut:

14. Ketentuan Bab II bagian Penjelasan tentang Baganyang tergambar di atas point 2a, 3, dan 4, kata“Unit Kearsipan III” diubah menjadi “Unit Pengolah”,sehingga berbunyi sebagai berikut :

Penjelasan Bagan yang tergambar di atas

1. Bagian tersebut... dst.

2. Bagan tersebut sekaligus menunjukkan :

a. Ada 3 (tiga) tingkat Unit Kearsipan diDepartemen Luar Negeri yaitu UnitPengolah, Unit Kearsipan II, dan UnitKearsipan I.

b. Di unit... dst.

3. Tugas Unit Pengolah adalah menerima suratmasuk serta mengolahnya sesuai dengan tugaspokok dan fungsinya serta menyelenggarakanpengolahan arsip dinamis dan arsip aktif di UnitPengolah/Unit Eselon II, juga melaksanakanpenyusutan arsip (menyeleksi, memusnahkan,dan memindahkan arsip ke Unit Kearsipan II)setahun sekali.

NO.

KOORDINATOR PELAKSANA UNIT ARSIP/

UNIT PENGOLAH

DEPARTEMEN KEARSIPAN I

UNIT ESELON I KEARSIPAN II

UNIT ESELON II UNIT PENGOLAH

1.

Unit Kearsipan I

Sekretariat Jenderal ...dst.

-

-

2.

Unit Kearsipan II

-

- Sekretariat Jenderal - ...dst.

- Biro - ... dst

3.

Unit Pengolah

-

-

- Bagian -...dst.

KEARSIPAN

Page 908: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

890

4. Tugas Unit Kearsipan II adalah menerima danmengolah surat masuk serta menerimalimpahan arsip dari Unit Pengolah, menyimpandan memelihara arsip dinamis aktif di lingkunganmasing-masing Unit Eselon I, sertamelaksanakan penyusutan arsip (menyeleksi,memusnahkan, memindahkan arsip ke UnitKearsipan I) paling sedikit 5 (lima) tahun sekali.

5. Tugas Unit Kearsipan I (Pusat ArsipDepartemen) adalah ... dst.

15. Ketentuan dalam Bab IIIA bagian 1 point a, kata“Biro Tata Usaha dan Perlengkapan” diubah menjadi“Biro Administrasi Departemen dan Perwakilan”,sehingga berbunyi sebagai berikut :

1. Asas pengurusan surat masuk dan keluar dilingkungan Departemen Luar Negeri danPerwakilan RI di Luar Negeri pada dasarnyamelalui satu pintu yaitu :

a) Surat masuk dan keluar untuk DepartemenLuar Negeri melalui Unit Kearsipan I, yangberada pada Biro Administrasi Departemendan Perwakilan Sekretariat Jenderal.

b) Surat masuk dan keluar ... dst.

16. Ketentuan dalam Bab IIIC bagian 1 point dmengenai Kartu Kendali, point d dihapuskan sertakata “biasa” pada point a Contoh Kartu KendaliSurat dan Kawat Masuk Biasa diubah menjadi“penting”, sehingga berbunyi sebagai berikut:

1. Kartu Kendali adalah formulir untuk pencatatan,penyampaian surat penting dan alat untukmenelusuri lokasi surat serta pengganti arsipselama masih aktif pada Unit Pengolah. KartuKendali terdiri dari 3 (tiga) rangkap :

KEARSIPAN

Page 909: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

891

a. Kartu Kendali I (warna putih) sebagai saranakontrol tanda terima surat (pengganti bukuagenda) yang tetap tinggal pada unitpencatat surat/kawat;

b. Kartu Kendali II (warna merah) sebagaipengganti buku ekspedisi, yangditandatangani oleh unit pengolah sewaktumenerima surat dan disimpan pada unitpencatat surat/kawat;

c. Kartu Kendali III (warna kuning)dipergunakan sebagai alat kontrol/pengendali pada unit pengolah selama dalamproses penyelesaian.

Ukuran Kartu Kendali adalah panjang 20 cm,lebar 12 cm. Catatan:

Pemakaian Kartu Kendali... dst. Contoh KartuKendali :

a) Kartu Kendali Surat dan Kawat MasukPenting

17. Ketentuan dalam Bab III C bagian 3 mengenaiLembar Disposisi, terdapat perubahan pada Contoh1 Lembar Disposisi Menteri Luar Negeri, sehinggaberbunyi sebagai berikut :

3. Lembar Disposisi

a) Lembar Disposisi adalah ... dst.

Contoh Lembar Disposisi :

Contoh 1 :

Lembar Disposisi Menteri Luar Negeri

KEARSIPAN

Page 910: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

892

BIRO ADMINISTRASI MENTERI DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LEMBAR PENGANTAR DISPOSISI

Atas petunjuk Kepala Biro Asuransi, …… dst

18. Ketentuan dalam Bab III C bagian 3 mengenaiLembar Disposisi, terdapat perubahan pada Contoh2 Lembar Disposisi Eselon I, sehingga berbunyisebagai berikut:

3. Lembar Disposisi

a) Lembar Disposisi adalah ... dst.

Contoh Lembar Disposisi:

No. : …………………………………………………… ……. Dst CATATAN KA. BAM

KEPADA Asli Copy KEPADA Asli Copy 1. Sekjen 12. Staf Ahli 2. Dirjen Aspasaf 13. .....dst 3. ......dst 6. Dirjen IDP 7. Dirjen HPI 8. Dirjen Prokons 9. Irjen 10. .....dst

KEARSIPAN

Page 911: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

893KEARSIPAN

Page 912: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

894

19. Ketentuan dalam Bab IIIC bagian 3 mengenaiLembar Disposisi, terdapat perubahan pada Contoh3 Lembar Disposisi Eselon II, sehingga berbunyisebagai berikut :

3. Lembar Disposisia) Lembar Disposisi adalah ... dst.Contoh Lembar Disposisi :Contoh 3 :

Lembar Disposisi Eselon II

KEARSIPAN

Page 913: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

895KEARSIPAN

20. Ketentuan dalam Bab III D bagian 4 point amengenai Unit Kearsipan I, kata “Biro Tata Usahadan Perlengkapan” diubah menjadi “Biro AdministrasiDepartemen dan Perwakilan”, sehingga berbunyisebagai berikut :

4. Prosedur Pengurusan Surat Masuk berkualifikasiSurat Pentinga. Unit Kearsipan I

Biro Administrasi Departemen danPerwakilan, Sekretariat Jenderal, UrusanTata Usaha pada Perwakilan RI di LuarNegeri sebagai Unit Kearsipan I, bertugasmenerima surat-surat yang dikirim dariPerwakilan RI di Luar Negeri via KantongDiplomatik, Kurir, Kantor Pos, dan lain-lain.Proses yang dilakukan ... dst.

21. Ketentuan dalam Bab HID bagian 4 point bmengenai Unit Kearsipan II, kata “Biro TUP Setjen”diubah menjadi “Bagian TUD Biro ADP Setjen”,sehingga berbunyi sebagai berikut:

4. Prosedur Pengurusan Surat Masuk berkualifikasiSurat Pentingb. Unit Kearsipan II yang terdapat pada Bagian

TU Dok Sekretaris Ditjen dan Badan/BagianUmum Itjen/Bagian TUD Biro ADP Setjen,dan Biro Administrasi Menteri khusus Menlu,dan yang mengurus surat-menyurat padaPerwakilan RI, melakukan prosespenanganan sebagai berikut :- Menerima dan memeriksa surat-surat ...dst.

22. Ketentuan dalam Bab III D bagian 4 point cmengenai Pengarah Surat, kata “Biro TUP Setjen”diubah menjadi “Bagian TUD Biro ADP Setjen”,sehingga berbunyi sebagai berikut :

4. Prosedur Pengurusan Surat Masuk berkualifikasiSurat Penting

Page 914: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

896

c. Pengarah Surat dilakukan oleh Bagian TUDok Sekretaris Ditjen dan Badan/BagianUmum Itjen/Bagian TUD Biro ADP Setjen,dan Biro Administrasi Menteri khusus Menlumelakukan proses penanganan sebagaiberikut:1) Membaca surat... dst.

23. Ketentuan dalam Bab III D bagian 4 point d.2amengenai Penanganan Surat Penting, kata “Biasaatau Kartu Kendali Surat Masuk Rahasia”dihapuskan, sehingga berbunyi sebagai berikut:

4. Prosedur Pengurusan Surat Masuk berkualifikasiSurat Pentingd. Pencatatan dan Penyampaian Surat

2) Penanganan Surat PentingSurat Penting ... dst.Proses penanganan surat penting adalahsebagai berikut:a) Mencatat surat pada Kartu Kendali

Surat Masuk;b) Mengisi ... dst.

24. Ketentuan dalam Bab III D bagian 4 point d.4gmengenai Penyampaian Surat Penting ke UnitPengolah, kata “tanggal pengiriman” diubah menjadi“tanggal penyelesaian”, sehingga berbunyi sebagaiberikut:

4. Prosedur Pengurusan Surat Masuk berkualifikasiSurat Pentingd. Pencatatan dan Penyampaian Surat

4) Penyampaian Surat Penting ke UnitPengolah oleh Pencatat adalah sebagaiberikut:a) Surat berikut Kartu Kendali (KK) ke-

2, ... dst.g) Menyimpan Lembar Disposisi

berdasarkan Unit Pengolah dansecara berurutan berdasarkantanggal penyelesaian.

KEARSIPAN

Page 915: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

897

25. Ketentuan dalam Bab III D bagian 4 point d.5mengenai Pengurusan Surat di Unit Pengolahdiubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

4. Prosedur Pengurusan Surat Masuk berkualifikasiSurat Pentingd. Pencatatan dan Penyampaian Surat

5) Pengurusan Surat di Unit Pengolahd) Pelaksana Pengolah Surat Dinas

yang terdapat pada Eselon III danEselon IV, melakukan penanganansebagai berikut:- Menerima dan meneliti surat

beserta Lembar Disposisirangkap 2 dari Tata Usaha UnitPengolah;

- Memberi paraf penerimaan padaLembar Disposisi danmengembalikan Lembar Disposisikedua kepada Tata Usaha UnitPengolah;

- Memproses dan menyelesaikansurat sesuai dengan disposisipimpinan;

- Mengisi Lembar Pengingat yangdiberikan oleh Tata UsahaPengolah dengan mencantum-kan tanggal penyelesaian surat;

- Menyerahkan kembali surat danLembar Disposisi asli yang telahdiselesaikan kepada Tata UsahaUnit Pengolah untuk disimpanberdasarkan Pola Klasifikasi danatau Unit Pelaksana Pengolah.

26. Ketentuan dalam Bab IID bagian 4 mengenaiContoh Lembar Disposisi yang sudah diisi, kata“Direktur Jenderal Multilateral Polsoskam” berubahmenjadi kata “Direktur Jenderal Multilateral” dantanggal yang tercantum pada Contoh LembarDisposisi tersebut yang semula bulan “September1990” berubah menjadi bulan “Januari 2006”

KEARSIPAN

Page 916: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

898

disesuaikan dengan bulan mulai berlakunya strukturbaru di Departemen Luar Negeri RI yaitu pada bulanJanuari 2006, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Contoh Lembar Disposisi yang sudah diisi:

KEARSIPAN

Page 917: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

899KEARSIPAN

27. Ketentuan dalam Bab HID bagian 4 mengenaiBagan Proses Penanganan Surat Penting, kata“Penting” pada judul Bagan tersebut dihapuskan,sehingga berbunyi sebagai berikut:

Bagan Proses Penanganan SuratPenerima

Pengarah

Pencatat

Arsip

Tata Usaha Pengolah

Pimpinan Pengolah

Pelaksana Pengolah

... dst.

...dst.

...dst.

... dst.

... dst.

...dst.

... dst.

28. Ketentuan dalam Bab IIID bagian 10 point amengenai Surat yang ditandatangani Menlu, kata“(nota tersebut dilampirkan dalam Buku PetunjukTata Kearsipan ini)” dihapuskan karena notadimaksud tidak terlampir dalam Buku tersebut,sehingga berbunyi sebagai berikut:

10. Pengurusan Surat Keluar

b. Surat yang ditandatangani oleh Menlu

- Khusus surat keluar yang ditandatanganioleh Menteri Luar Negeri hendaknyatetap mengacu kepada Nota DinasKepala Biro Administrasi Menteri No.50/OT/VII/2004/17 tanggal 4 Nopember2004 dan No.788/OT/XI/2004/17.

- Proses pencatatan ... dst.

29. Ketentuan dalam Bab IIID bagian 10 point b. 1mengenai Pelaksana Pengolah dan point b.2mengenai Staf Pelaksana Eselon I, kata “Staf PribadiEselon I” diubah menjadi “Staf Pelaksana EselonI”, sehingga berbunyi sebagai berikut:

10. Pengurusan Surat Keluar

b. Surat yang ditandatangani oleh PejabatEselon I

Page 918: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

900

1) Pelaksana Pengolah

- Membuat konsep surat... dst.

- Meneruskan surat kepada StafPelaksana Eselon I.

2) Staf Pelaksana Eselon I

30. Ketentuan dalam Bab IVB bagian 1 point amengenai Tujuan, kata “(Unit Kearsipan III)”dihapuskan, sehingga berbunyi sebagai berikut:

1. Tujuan

Tujuan akhir kegiatan penanganan arsip inaktifadalah penyusutan arsip sesuai Pasal 2Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1979, yaitukegiatan pengurangan arsip dengan cara :

a. Memindahkan arsip inaktif dari Unit Pengolahke Unit Kearsipan II;

b. Memusnahkan arsip ... dst.

31. Ketentuan dalam Bab VIIC bagian 3 point b.2bmengenai Unit Penampungan Arsip-arsip Inaktif,kata “Biro Tata Usaha dan Perlengkapan” diubahmenjadi “Biro Administrasi Departemen danPerwakilan” dan kata “Bagian Tata UsahaDepartemen Biro TUP” diubah menjadi “Bagian TataUsaha Departemen Biro ADP”, sehingga berbunyisebagai berikut:

3. Pemeliharaan dan Pengamanan Informasi ArsipInaktif

b. Pengamanan Informasi

2) Sarana Kerja

b) Unit Penampungan Arsip-arsip Inaktif

- Pusat Arsip Departemen, BiroAdministrasi Departemen danPerwakilan, sebagai tempat

KEARSIPAN

Page 919: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

901

penampungan arsip-arsip inaktifyang diserahkan oleh Unit EselonI, Perwakilan RI di luar Negeri, danjuga Unit-unit Pelaksana Teknis.

- Pusat Arsip Unit Eselon I, BagianTata Usaha dan Dokumentasi padaSekretariat Ditjen yang diserahkanoleh Direktorat, Bagian Umumpada Sekretariat InspektoratJenderal yang diserahkan olehInspektorat Wilayah, Bagian TataUsaha pada Sekretariat BPPK yangdiserahkan oleh Pusat-pusatPengkajian, dan Bagian TataUsaha Departemen Biro ADP padaSekretariat Jenderal yang diserahkan oleh Biro dan Pusat,sebelum disampaikan ke PusatArsip Departemen.

- Pusat Arsip Perwakilan RI,... dst.

32. Ketentuan dalam Bab VIIID mengenai PelaksanaanPenyusutan, setelah kata “Keputusan Menteri LuarNegeri No. 03/A/OT/II/2004/01” diikuti tambahankata “tentang Pedoman Teknis Penyusutan danJadwal Retensi Arsip Departemen Luar Negeri danPerwakilan RI”, sehingga berbunyi sebagai berikut :

D. Pelaksanaan Penyusutan

Pelaksanaan teknis penyusutan arsipDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RI diLuar Negeri mengacu kepada KeputusanMenteri Luar Negeri No. 03/A/OT/V/2004/01Tahun 2004 tentang Pedoman TeknisPenyusutan dan Jadwal Retensi ArsipDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RI.

33. Ketentuan dalam Bab IX paragraf pertama, kata“Kep.Men No. 053/11/2002/01 Tahun 2002” diganti

KEARSIPAN

Page 920: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

902

menjadi “Keputusan Menteri Luar Negeri No. 02/A/VIII/2005/01 Tahun 2005”, sehingga berbunyisebagai berikut:

Pedoman Tata Kearsipan ini merupakan sebuahupaya untuk lebih menertibkan pengelolaan danpenataan arsip di lingkungan Departemen LuarNegeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri. Salah satubagian dari masalah pengelolaan kearsipan jugatertuju kepada bentuk dan struktur organisasiinstansi terkait. Dalam kaitan itu, materi PedomanTata Kearsipan ini disesuaikan dengan StrukturOrganisasi Departemen Luar Negeri RI yang adasesuai Keputusan Menteri Luar Negeri No. 02/A/VIII/2005/01 Tahun 2005 tentang Organisasi danTata Kerja Deplu RI.

Pasal 2Peraturan Menteri Luar Negeri ini mulai berlaku padatanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila terdapatkekeliruan, maka akan diadakan perbaikan sebagaimanamestinya.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 20 Januari 2006

a.n. MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIASEKRETARIS JENDERAL,

ttd

IMRON COTAN

KEARSIPAN

Page 921: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

903KEARSIPAN

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK. 02/A/OT/II/2004/02

TENTANG

PEDOMAN TATA NASKAH DINASDEPARTEMEN LUAR NEGERI DAN PERWAKILAN

REPUBLIK INDONESIA

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan telah diubahnyastruktur organisasi dan tata kerja DepartemenLuar Negeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri,perlu menyempurnakan pedoman tatapersuratan yang berlaku pada Departemen LuarNegeri dan Perwakilan Republik Indonesia ;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a perlu mewujudkankeseragaman, efisiensi dan keamanan dalamtata naskah dinas guna mendukungpelaksanaan tugas ketatalaksanaan padaDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RI diluar negeri ;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan b, perlumenetapkan Keputusan Menteri Luar Negeritentang Pedoman Tata Naskah Dinas

Page 922: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

904

Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia ;

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1958tentang Penggunaan Lambang Negara(Lembaran Negara Nomor 71 Tahun 1958,Tambahan Lembaran Negara Nomor 1636).

2. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,Kewenangan, Susunan Organisasi dan TataKerja Departemen, sebagaimana telah diubahdengan Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun2002 ;

3. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan dan Bentuk Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, danRancangan Keputusan Presiden ;

4. Keputusan Presiden Nomor 188 Tahun 1999tentang Tata Cara mempersiapkan RancanganUndang-Undang ;

5. Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2003tentang Organisasi Perwakilan RI di Luar Negeri ;

6. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor 069/OR/X/87/01 Tahun 1987 tentang SusunanOrganisasi Perwakilan RI di Luar Negeri ;

7. Keputusan Menteri Pendayagunaan AparaturNegara Nomor 71/Menpan/1993 Tahun 1993tentang Pedoman Umum Tata PersuratanDinas ;

8. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK.058/OT/IV/2001/01 Tahun 2001 tentang LambangDepartemen Luar Negeri Republik Indonesia ;

9. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK. 053/II/2002/01 Tahun 2002 tentang Organisasi danTata Kerja Departemen Luar Negeri ;

KEARSIPAN

Page 923: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

905

Memperhatikan : 1. Surat Menpan Nomor 36/M.PAN/2/2002 tanggal08 Februari 2002 tentang Pokok-Pokok MateriTata Laksana Administrasi Umum di LingkunganAparatur Negara ;

2. Surat Edaran Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor SE/01/05/V/2002/02 Tahun2002 tentang Ketentuan Penomoran PersuratanDinas di Lingkungan Departemen Luar Negeri ;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANGPEDOMAN TATA NASKAH DINAS DEPARTEMENLUAR NEGERI DAN PERWAKILAN REPUBLIKINDONESIA.

Pasal 1

Pedoman Tata Naskah Dinas ini merupakan acuan bagi semua unitkerja di lingkungan Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia.

Pasal 2

Pedoman sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 adalah seluruhketentuan yang tercantum dalam Lampiran Keputusan ini, yangmerupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Pasal 3Sistematika Pedoman Tata Persuratan Departemen dan PerwakilanRepublik Indonesia adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Naskah Dinas

Bab III : Sarana Pendukung Naskah Dinas

Bab IV : Jenis, Format dan Kewenangan Penandatanganan SuratDinas

KEARSIPAN

Page 924: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

906

Bab V : Jenis, Format dan Kewenangan Penandatanganan NaskahDinas Produk Hukum

Bab VI : Penutup

Pasal 4Biaya pelaksanaan ketentuan tentang pedoman Tata Naskah Dinas,dibebankan pada anggaran rutin masing-masing unit kerja padaDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri.

Pasal 5Masa peralihan berdasarkan keputusan ini diselesaikan paling lama6 (enam) bulan sejak ditetapkannya keputusan ini.

Pasal 6Pada tanggal keputusan ini mulai berlaku, keputusan Menteri LuarNegeri Nomor OT/SK.017/II/94/01 Tahun 1994 tentang PedomanTata Persuratan Departemen dan Perwakilan Republik Indonesiadinyatakan tidak berlaku.

Pasal 7

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, denganketentuan bila terdapat kekeliruan dalam penetapannya akandiperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : JakartaPada Tanggal : 16 Februari 2004

a.n. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIS JENDERAL,

ttd

SUDJADNAN PARNOHADININGRAT

KEARSIPAN

Page 925: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

907KEARSIPAN

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR 04/A/OT/I/2006/02

TENTANG

PERUBAHAN ATASLAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI

REPUBLIK INDONESIANOMOR SK.02/A/OT/II/2004/02 TAHUN 2004

TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DEPARTEMENLUAR NEGERI DAN PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA

DI LUAR NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan telah diubahnyastruktur organisasi dan tata kerja DepartemenLuar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesiadi luar negeri, maka pedoman tata naskah dinasyang berlaku pada Departemen Luar Negeri danPerwakilan Republik Indonesia perlu disesuaikandan disempurnakan ;

b. bahwa keseragaman, efisiensi, dan keamanandalam tata naskah dinas perlu terusditingkatkan guna mendukung pelaksanaantugas ketatalaksanaan pada Departemen LuarNegeri dan Perwakilan Republik Indonesia diLuar Negeri ;

Page 926: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

908

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan b, perlumengeluarkan Peraturan Menteri Luar NegeriRepublik Indonesia tentang Perubahan AtasLampiran Surat Keputusan Menteri Luar NegeriRepublik Indonesia Nomor SK. 02/A/OT/II/2004/02 tentang Pedoman Tata Naskah DinasDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri ;

d. bahwa memperhatikan Surat Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara Nomor 36/M.PAN/2/2002 tanggal 08 Februari 2002tentang Pokok-Pokok Materi Tata LaksanaAdministrasi Umum di Lingkungan AparaturNegara ;

Mengingat : 1. Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentangPembentukan Peraturan Perundang-Undangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 53) ;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1958tentang Penggunaan Lambang Negara(Lembaran Negara Nomor 71 Tahun 1958,Tambahan Lembaran Negara Nomor 1636) ;

3. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,Kewenangan, Susunan Organisasi dan TataKerja Departemen, sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun2005 ;

4. Keputusan Presiden Nomor 188 Tahun 1999tentang Tata Cara Mempersiapkan RancanganUndang-Undang ;

5. Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2003tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesiadi Luar Negeri ;

KEARSIPAN

Page 927: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

909

6. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor 06/A/OT/VI/2004/01 Tahun 2004 tentang Organisasidan Tata Kerja Perwakilan Republik Indonesiadi Luar Negeri ;

7. Keputusan Menteri Negara PendayagunaanAparatur Negara Nomor 71/Menpan/1993Tahun 1993 tentang Pedoman Umum TataPersuratan ;

8. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK. 058/OT/IV /2001/01 Tahun 2001 tentang LambangDepartemen Luar Negeri Republik Indonesia ;

9. Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 02/A/OT/VIII/2005/01 Tahun 2005 tentang Organisasidan Tata Kerja Departemen Luar Negerisebagaimana telah diubah dengan PeraturanMenteri Luar Negeri Nomor 01/A/OT/I/2006/01 Tahun 2006 ;

10. Keputusan Kepala LAN Nomor 1049A/IX/6/4/2001 tentang Organisasi dan Tata KerjaLembaga Administrasi Negara sebagaimanatelah diubah dengan Keputusan Kepala LANNomor 171/IX/6/4/2001 ;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANGPERUBAHAN ATAS LAMPIRAN KEPUTUSANMENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIANOMOR SK. 02/A/OT/11/2004/02 TENTANGPEDOMAN TATA NASKAH DINAS DEPARTEMENLUAR NEGERI DAN PERWAKILAN REPUBLIKINDONESIA DI LUAR NEGERI.

Pasal 1

Beberapa ketetapan dalam Lampiran Keputusan Menteri Luar NegeriRepublik Indonesia Nomor SK.02/A/OT/II/2004/02 tentang Pedoman

KEARSIPAN

Page 928: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

910

Tata Naskah Dinas Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri diubah sebagai berikut :

1. Ketentuan BAB III Nomor 3.3.2 diubah, sehingga berbunyisebagai berikut :

3.3.2 Pembuatan, Penyimpanan dan Tanggung Jawab atasPenggunaan Cap Dinas Kewenangan pembuatan cap dinasdi lingkungan Departemen Luar Negeri hanya dilakukanoleh Biro Administrasi Departemen dan Perwakilan, untukselanjutnya dicatat dan diserahkan kepada unit pemakai.Untuk pengamanan, setiap penggantian cap dinas harusdilakukan oleh Biro Administrasi Departemen dan Perwakilandengan menyerahkan cap dinas yang lama dan dibuatkanBerita Acara Serah Terima. Sedangkan kewenanganpembuatan dan penggantian cap dinas di Perwakilan RIdilakukan oleh Perwakilan atas seizin Pusat/Biro/AdministrasiDepartemen dan Perwakilan.

2. Ketentuan Model 3.3 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

Kepala Surat Dinas yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon Ike bawah dan ditujukan kepada instansi/pihak luar.

KEARSIPAN

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT JENDERAL

Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta Pusat 10110 Telp. …………………… Fax. ………………

Page 929: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

911KEARSIPAN

3. Ketentuan Model 3.6 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :Kepala Surat Siaran Pers (Press Release)a) Siaran Pers dalam Bahasa Indonesia

b) Siaran Pers dalam Bahasa Inggris

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL INFORMASI DAN DIPLOMASI PUBLIK

Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta Pusat 10110 Telp. …………………… Fax. ………………

SIARAN PERS DIREKTORAT INFORMASI DAN MEDIA – DITJEN IDP – DEPARTEMEN LUAR NEGERI R.I.

Jl. PejambonNo. 6 Jakarta Pusat 10110 Tel. 021-381-3453, 344-1508 ext. 4015 email : [email protected]

PERS RELEASE DIRECTORATE OF INFORMATION & MEDIA – DEPARTMENT OF FOREIGN AFFAIRS - INDONESIA

Jl. PejambonNo. 6 Jakarta Pusat 10110 Tel. 021-381-3453, 344-1508 ext. 4015 http://www.dfa-deplu.go.id email : [email protected]

Page 930: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

912

4. Ketentuan Tabel 3.1 Diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

Nomenklatur dan Akronim Unit Eselon I dan II

KEARSIPAN

No Nomenklatur Akronim Unit Kerja Akronim Pejabat

1

Sekretariat Jenderal Kepala Biro Administrasi Menteri Kepala Biro Administrasi Departemen dan Perwakilan Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi Kepala Biro Kepegawaian Kepala Biro Keuangan Kepala Biro Perlengkapan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepala Pusat Komunikasi

Setjen BAM BADP BPO Biro Kepeg Biro Keu Biro Perlengkapan Pusdiklat Puskom

Sekjen Ka. BAM Ka. BADP Ka. BPO Karo Kepeg Karo Keu Karo Perlengkapan Kapusdiklat Kapuskom

2 Direktor Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Sekretariat Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Direktorat Asia Timur Pasifik Direktorat Asia Selatan dan Tengah Direktorat Afrika Direktorat Timur Tengah Direktorat Kerja Sama Intra Kawasan Asia Pasifik dan Afrika

Ditjen Aspasaf Set. Ditjen Aspasaf Dit. Astimpas Dit. Asselteng Dit. Afrika Dit. Timteng Dit. KIK Aspasaf

Dirjen Aspasaf Ses. Ditjen Aspasaf Dir. Astimpas Dir. Asselteng Dir. Afrika Dir. Timteng Dir. KIK Aspasaf

3 Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa Sekretariat Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa Direktorat Amerika Utara dan Tengah Direktorat Amerika Selatan dan Karibia Direktorat Eropa Barat Direktorat Eropa Tengah dan Timur Direktorat Kerja Sama Intra Kawasan Amerika dan Eropa

Ditjen Amerop Set Ditjen Amerop Dit. Amuteng Dit. Amselkar Dit. Erbar Dit. Ertengtim Dit. KIK Amerop

Dirjen Amerop Ses. Dirjen Amerop Dir. Amuteng Dir. Amselkar Dir. Erbar Dir. Ertengtim Dir. KIK Amerop

4 Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Direktorat Politik Keamanan ASEAN Direktorat Kerja Sama Ekonomi ASEAN Direktorat Kerja Sama Fungsional ASEAN Direktorat Mitra Wicara dan Antar Kawasan

Ditjen KSA Set Ditjen KSA Dit. Polkam ASEAN Dit. KSEA Dit. KFA Dit. MWAK

Dirjen KSA Ses. Ditjen KSA Dir. Polkam ASEAN Dir. KSEA Dir. KFA Dir. MWAK

5 Direktorat Jenderal Multilateral Sekretariat Direktorat Jenderal Multilateral Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Direktorat Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan Direktorat Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup Direktorat Perdagangan, Perindustrian, Investasi dan Hak Kekayaan Intelektual Direktorat Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang

Ditjen Multilateral Set Ditjen Multilateral Dit. KIPS Dit. HAM dan Kemanusiaan Dit. PELH Dit. PPI dan HKI Dit Sosbud dan OI Negara Berkembang

Dirjen Multilateral Ses. Ditjen Multilateral Dir. KIPS Dir. HAM dan Kemanusiaan Dir. PELH Dir. PPI dan HKI Dir. Sosbud dan OI Negara Berkembang

Page 931: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

913KEARSIPAN

No Nomenklatur Akronim Unit Kerja Akronim Pejabat

6 Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Sekretariat Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Direktorat Informasi dan Media Direktorat Diplomasi Publik Direktorat Keamanan Diplomatik Direktorat Kerja Sama Teknik

Ditjen IDP Set. Ditjen IDP Dit. Infomed Dit. Diplik Dit. Kamdip Dit. KST

Dirjen IDP Ses. Ditjen IDP Dir. Infomed Dir. Diplik Dir. Kamdip Dir. KST

7 Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Sekretariat Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Direktorat Hukum Direktorat Perjanjian Politik Keamanan dan Kewilayahan Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya

Ditjen HPI Set. Ditjen HPI Dit. Kum Dit. Pj. Polkamwil Dit. Pj. Ekososbud

Dirjen HPI Ses Ditjen HPI Dir. Kum Dir. Pj. Polkamwil Dir. Pj. Ekososbud

8 Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Sekretariat Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Direktorat Protokol Direktorat Konsuler Direktorat Fasilitas Diplomatik Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia

Ditjen Protkons Set. Ditjen Protkons Dit. Protokol Dit. Konsuler Dit. Fasdip Dit. PWNI & BHI

Dirjen Protkons Ses. Ditjen Protkons Dir. Protokol Dir. Konsuler Dir. Fasdip Dir. PWNI & BHI

9 Inspektorat Jenderal Sekretariat Inspektorat Jenderal Inspektur Wilayah I Inspektur Wilayah II Inspektur Wilayah III Inspektur Wilayah IV

ITJEN Set ITJEN Itwil I Itwil II Itwil III Itwil IV

Irjen Ses. ITJEN Irwil I Irwil II Irwil III Irwil IV

10 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Sekretariat Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Pada Organisasi Internasional

BPPK Set. BPPK P3K2 Aspasaf P3K2 Amerop P3K OI

Ka. BPPK Ses. BPPK Ka. P3K2 Aspasaf Ka. P3K2 Amerop Ka. P3K OI

11 Staf Ahli Menteri Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Kelembagaaan Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen

Sahli Bidpolhukam Sahli Bidekososbud Sahli Bid. Hub. Lembaga Sahlit Bid. Manajemen

5. Ketentuan Model 3.10 Diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :Model Lembar Disposisi Menteri Luar Negeri

Page 932: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

914 KEARSIPAN

Page 933: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

915KEARSIPAN

6. Ketentuan Model 4.1 b diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

b. Bentuk / Model Surat Dinas Kepala Perwakilan RI

U DUTA BESAR REPUBLIK INDONESIA

KUALA LUMPUR

Kuala Lumpur, tanggal, bulan, tahun

Nomor : …………………… Sifat : …………………… Lampiran : …………………… Perihal : …………………… Kepada Yang Terhormat ………………………………………… ………………………………………… di ………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………………………………………………..

Nama Jelas

Tembusan :

1. …………………. 2. ………………….

No. 233 Jalan Tn. Razak 50400 Kuala Lumpur Street Phone (603) 245 2011 Fax. (603) 241 7908

CAP DUTA BESAR

Page 934: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

916

7. Ketentuan Tabel 4.2 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

Model Matrik Para Koordinasi

a. Paraf Koordinasi Untuk Eselon I

b. Paraf Koordinasi Untuk Eselon II

Pasal IIPeraturan Menteri Luar Negeri ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 24 Januari 2006MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIASEKRETARIS JENDERAL

ttd

Imron Cotan

PARAF KOORDINASI SEKJEN DIRJEN ASPASAF DIRJEN AMEROP DIRJEN KSA DIRJEN MULTILATERAL DIRJEN IDP DIRJEN HPI DIRJEN PROTKONS IRJEN KEPALA BPPK

KEARSIPAN

Page 935: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

917KEARSIPAN

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK. 03/A/OT/V/2004/01

TENTANG

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUTAN DAN JADWAL RETENSIARSIP DEPARTEMEN LUAR NEGERI DAN PERWAKILAN

REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan telahditetapkannya organisasi dan tata kerjaDepartemen Luar Negeri yang baru sesuaidengan Keputusan Menteri Luar Negeri NomorSK.053/ OT/II/2002/01 Tahun 2002 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen LuarNegeri, Keputusan Menteri Luar Negeri NomorSK.103/OT/VII/97/01 Tahun 1997 tentangJadwal Retensi Arsip Departemen Luar NegeriRepublik Indonesia dinilai tidak sesuai lagi dandipandang perlu untuk ditinjau kembali;

b. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlumenetapkan Keputusan Menteri Luar Negeriyang baru tentang Pedoman TeknisPenyusutan dan Jadwal Retensi Arsip

Page 936: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

918

Departemen Luar Negeri dan PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1971 tentangKetentuan-ketentuan Pokok Kearsipan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1971 Nomor 32, Tambahan Lembaran NegaraNomor 2964);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979tentang Penyusutan Arsip (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1979 Nomor 51,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3151);

3. Keputusan Presiden Nomor 92 Tahun 1993tentang Arsip Nasional Indonesia;

4. Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2003tentang Organisasi Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri;

5. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor 99/BU/I/80/01 Tahun 1980 tentangKebijaksanaan Umum Mengenai TataKearsipan Departemen Luar Negeri, dilengkapidengan Buku Petunjuk Teknis dan PolaKlasifikasi Arsip Dinamis;

6. Keputusan Menteri Luar Negeri SK.02/A/OT/H/2004/02 Tahun 2004 tentang PedomanTata Naskah Dinas Departemen Luar Negeridan Perwakilan Republik Indonesia;

7. Keputusan Menteri Luar Negeri NomorSK.053/OT/II/ 2002/01 Tahun 2002 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen LuarNegeri;

Memperhatikan : 1. Surat Keputusan Bersama Kepala ArsipNasional dengan Kepala Badan KepegawaianNegara Nomor tentang Jadwal02 Tahun 2000

22 Tahun 2000

KEARSIPANKEARSIPAN

Retensi Arsip Kepegawaian Pegawai Negeri Sipildan Pejabat Negara;

Page 937: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

919

2. Surat Edaran Badan Pemeriksa KeuanganNomor K.32 1/5/1974 tentang PemusnahanDokumen-dokumen Tata Usaha KeuanganNegara;

3. Surat Edaran Kepala Arsip Nasional NomorSE/02/1983 Tahun 1983 tentang PedomanUmum Untuk Menentukan Nilai Guna Arsip;

4. Surat Persetujuan BEPEKA Nomor S.167/LAHTA/III/1997 tanggal 17 Maret 1997tentang Jadwal Retensi Arsip;

5. Surat Persetujuan BAKN Nomor K.26-25/V.3-55/02 tanggal 19 Maret 1997 tentang JadwalRetensi Arsip;

6. Surat Persetujuan ANRI Nomor LT. 1 0. 1/513/1997 tanggal 17 Juni 1997 tentang JadwalRetensi Arsip.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANGPEDOMAN TEKNIS PENYUSUTAN DAN JADWALRETENSI ARSIP DEPARTEMEN LUAR NEGERI DANPERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUARNEGERI

Pasal 1

Pedoman Teknis Penyusutan dan Jadwal RetensiArsip Departemen Luar Negeri dan PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri terdiri dariPedoman Teknis Penyusutan Arsip, Jadwal RetensiArsip, serta Contoh dan Bentuk Formulir PengelolaanKearsipan Departemen Luar Negeri dan PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri adalahsebagaimana tercantum dalam Lampiran I, II, danIII dan merupakan satu kesatuan dan bagian yangtidak terpisahkan dari Keputusan Menteri LuarNegeri ini.

KEARSIPANKEARSIPAN

Page 938: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

920

Pasal 2

Bagi unit kerja yang sedang melakukan penyusutanArsip pada saat Keputusan ini ditetapkan, tetapberpedoman pada Surat Keputusan Menteri LuarNegeri Nomor SK.103/OT/VII/97/ 01 Tahun 1997tentang Jadwal Retensi Arsip Departemen LuarNegeri Republik Indonesia.

Pasal 3Dengan berlakunya Keputusan Menteri Luar Negeriini, Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK. 103/OT/VII/97/ 01 Tahun 1997 tentang Jadwal RetensiArsip Departemen Luar Negeri Republik Indonesiadinyatakan tidak berlaku.

Pasal 4Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 14 Mei 2004

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA,

ttd

HASSAN WIRAJUDA

KEARSIPAN

Page 939: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

921KEARSIPAN

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOTA DINAS

Nomor : 0002/07/I/2006/17

Kepada : 1. Seluruh Pejabat Eselon I

2. Seluruh Pejabat Eselon II

Dari : Act. Kepala Biro Administrasi Departemen danPerwakilan

Lampiran : 1 (satu) berkas

Perihal : Penataan Kembali Kode dan Penomoran Surat-SuratDinas di Lingkungan Departemen Luar Negeri

Sehubungan dengan restrukturisasi organisasi DepartemenLuar Negeri sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri LuarNegeri Nomor : 02/A/OT/VIII/2005/01 tanggal 19 Agustus 2005,dengan normal diberitahukan bahwa dianggap perlu menata kembalikode dan penomoran surat-surat dinas di lingkungan DepartemenLuar Negeri.

Untuk kelancaran dan ketertiban administrasi persuratan dilingkungan Departemen Luar Negeri, maka untuk tahap awal kamisampaikan kode angka dan kode substansi, dengan rincian sebagaiberikut :

1. Kode Angka Pejabat Penandatangan Surat Keluar, Nota Dinas,dan Surat-Surat Lain

2. Kode Substansi naskah-naskah dinas yang akan memudahkandalam pemberkasan dan penemuan kembali arsip-arsip.

Kedua kode tersebut merupakan Lampiran I dan II naskahKetentuan Penomoran Persuratan Dinas di Lingkungan DepartemenLuar Negeri yang akan kami susulkan pada kesempatan pertama.

Page 940: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

922

Demikian, atas perhatian dan kerjasama Saudara, kamiucapkan terima kasih.

Jakarta, 6 Januari 2006

ttd

A. Agus SriyonoNIP. 020003982

KEARSIPAN

Page 941: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

923

KODE ANGKA PEJABAT PENANDATANGANSURAT KELUAR, NOTA DINAS DAN

SURAT - SURAT LAIN

NO JABATAN KODE

1. Menteri Luar Negeri ................................................. 01

Eselon I

2. Sekretaris Jenderal .................................................. 02

3. Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika ................. 03

4. Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa ..................... 04

5. Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN ...................... 05

6. Direktorat Jenderal Multilateral .................................. 06

7. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik ..... 07

8. Direktorat Jenderal Hukum dan PerjanjianInternasional ....................................................... 08

9. Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler ................. 09

10. Inspektorat Jenderal ............................................... 10

11. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan ...... 11

12. Staf Ahli Bidang Politik, Hukum dan Keamanan .......... 12

13. Staf Ahli Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya............. 13

14. Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan .................. 14

15. Staf Ahli Bidang Manajemen .................................... 15

ESELON II1. Biro Administrasi Menteri .......................................... 16

2. Biro Administrasi Departemen dan Perwakilan ............ 17

3. Biro Perencanaan dan Organisasi ............................. 18

4. Biro Kepegawaian.................................................... 19

5. Biro Keuangan ....................................................... 20

6. Biro Perlengkapan ................................................... 21

7. Pusat Pendidikan dan Pelatihan ................................ 22

8. Pusat Komunikasi .................................................... 23

KEARSIPAN

Page 942: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

924

9. Sekretaris Inspektorat Jenderal ................................ 24

10. Inspektorat Wilayah I ............................................. 25

11. Inspektorat Wilayah II ............................................ 26

12. Inspektorat Wilayah III ........................................... 27

13. Inspektorat Wilayah IV ........................................... 28

14. Sekretaris Ditjen ASPASAF ....................................... 29

15. Direktorat Asia Timur dan Pasifik .............................. 30

16. Direktorat Asia Selatan dan Tengah .......................... 31

17. Direktorat Afrika ...................................................... 32

18. Direktorat Timur Tengah ......................................... 33

19. Direktorat Kerjasama Intra kawasan ........................ 34

20. Sekretaris Ditjen AMEROP ........................................ 35

21. Direktorat Amerika Utara dan Tengah ...................... 36

22. Direktorat Amerika Selatan dan Karibia ..................... 37

23. Direktorat Eropa Barat ............................................. 38

24. Direktorat Eropa Tengah dan Timur.......................... 39

25. Direktorat Kerjasama Intra kawasan ........................ 40

26. Sekretaris Ditjen Kerja Sama ASEAN ........................ 41

27. Direktorat Politik, Keamanan ASEAN ......................... 42

28. Direktorat Kerjasama Ekonomi ASEAN ...................... 43

29. Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN ................... 44

30. Direktorat Mitra Wicara dan Antar kawasan .............. 45

31. Sekretaris Ditjen Multilateral ..................................... 46

32. Direktorat Keamanan Internasionaldan Perlucutan Senjata ........................................... 47

33. Direktorat Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan ....... 48

34. Direktorat Pembangunan Ekonomidan Lingkungan Hidup ............................................. 49

35. Direktorat Perdagangan Perindustrian,lnvestasi,dan Hak Kekayaan Intelektual .................... 50

36. Direktorat Sosial Budaya dan OrganisasiInternasional Negara Berkembang ........................... 51

KEARSIPAN

Page 943: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

925

37. Sekretaris Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik ......... 52

38. Direktorat Informasi dan Media ................................ 53

39. Direktorat Diplomasi Publik ....................................... 54

40. Direktorat Keamanan Diplomatik .............................. 55

41. Direktorat Kerjasama Teknik .................................... 56

42. Sekretaris Ditjen Hukum dan PerjanjianInternasional ....................................................... 57

43. Direktorat Hukum.................................................... 58

44. Direktorat Perjanjian Politik Keamanandan Kewilayahan ..................................................... 59

45. Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya ....... 60

46. Sekretaris Ditjen Protokol dan Konsuler ..................... 61

47. Direktorat Protokol .................................................. 62

48. Direktorat Konsuler.................................................. 63

49. Direktorat Fasilitas Diplomatik ................................... 64

50. Direktorat Perlindungan Warga NegaraIndonesia dan Badan Hukum Indonesia ................... 65

51. Sekretaris BPPK ...................................................... 66

52. Pusat Pengkajian dan PengembanganKebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika ................ 67

53. Pusat Pengkajian dan PengembanganKebijakan Kawasan Amerika dan Eropa .................... 68

54. Pusat Pengkajian dan PengembanganKebijakan pada Organisasi Internasional ................... 69

KEARSIPAN

Page 944: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

926

BERITA RAHASIA

TGL 12 September 1991

DARI KONSEP NOMOR

056063

PRO PERWAKILAN : Indonesia - semua, perwakilan

INFO PERWAKILAN:

KELALAIAN SAUDARA - BENCANA NEGARA

no. 913477

pro : keppri info : kabid/kasubid hubsosbudpen

dan : dirjen hubsosbudpen

1. menurut pengamatan terdapat bulletin/terbitanperwakilan yygg memuat bahans yygg isinya dapatmenimbulkan interpretasi kontroversial ttk

2. hal tsb kurang sesuai dengan harapan agar semuaaparat pemerintah memiliki kesatuan persepsi/bahasamengenai pembangunan dan satu kesatuan tindakdalam mewujudkannya ttk

3. mengingat hal tersebut kma dalam menerbitkanbulletin/hand out perwakilan kma hendaknya dihindaripemuatan bahan yygg mungkin dapat menimbulkaninterpretasi kontroversial ttk untuk itu pengambilanbahans dari sumbers non pemerintah agar dilakukansecara sangat hatis et selektif ttk

4. perlu untuk selalu dipedomani kma bulletin/terbitansperwakilan lebih merupakan sarana untuk memeliharadan meningkatkan citra pemerintah/rakyat/bangsaindonesia et juga untuk membantu peningkatanhubungan yygg saling menguntungkan antaraindonesia et negara akreditasi ttk

KEARSIPAN

Page 945: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

927KEARSIPAN

karena itu sumber utama bagi penerbitan perwakilanadalah bahans dari instansis pemerintah termasukdirpennews ttk

bahan dari sumber terbuka yygg dimasukkan dalamdirpennews sudah terlebih dulu melalui prosespenyaringan ttk

5. demikian kma ump ttkhbs

- d e p l u -

Biaya pengawatan dibebankan kepada : deplu.

CC. menlu, sekjen, irjen,djhubsbpen, sekmen, sesditjenhubsbpen, dinnanbinmaslugn,dirpenlugri.

Page 946: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

928

BERITA RAHASIA

TGL 12 September 1990

DARI KONSEP NOMOR

069906

PRO PERWAKILAN : indonesia - all perwakins

INFO PERWAKILAN :

KELALAIAN SAUDARA - BENCANA NEGARA

no.903589

pro : keppris (khusus pro kjri hongkong termasuk rrc)

ex : dirpenlugri

re : datas penerangan setempat

1. dalam rangka penyempurnaan datas di ditpenlugri,diharapkan bantuan saudara pro sampaikanpengamatan/penilaian saudara khususnya rekehidupan pers et media massa setempat yang liputihals ssbbbb

a. kehidupan pers

- gambaran umum et sistem pers

- kebijaksanaan dalam et luar negeri

- kerjasama penerangan dengan pem rrii

- corak pemberitaan pers terhadap ind

- masalah yang menonjol et menarikperhatian pers setempat

- kendala yang dihadapi/peluang yang dapatdimanfaatkan oleh kkbbrrii

b. media massa

- gambaran umum et haluan masings media

- media cetak et oplahgnya

KEARSIPAN

Page 947: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

929KEARSIPAN

- radio

- televisi

- organisasi wartawan

c. kantor berita setempat

2. bahans tersebut diharapkan dapat diterima dalamwaktu yang tidak terlalu lama ttk

demikian ttkhbs

- d e p l u -

Biaya pengawatan dibebankan kepada : deplu.

CC. menlu, sekjen, irjen,dirjen hubsosbudpen, sekmen,diirpenlugri.

Page 948: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

930

BERITA RAHASIA

TGL. 13 September 1991

DARI KONSEP NOMOR

069985

PRO PERWAKILAN : Indonesia - semua perwakilan

INFO PERWAKILAN:

KELALAIAN SAUDARA - BENCANA NEGARA

s e g e r a

no.914664

pro : keppri up kabidpen

ex : dirpenlugri

1. menurut pengamatan masih banyak perwakilanmengirimkan klipping pers melalui faksimil secarakurang selektif ttk

2. klipping yang perlu dikirim melalui faksimil

a. yang benars perlu segera diketahui olehpimpinan deplu ttk

b. atau berita yang jika tidak segera ditanganidapat menyebabkan kerugian bagikepentingan indonesia ttk

3. berita yang tidak tergolong dalam butir 2 di atastidak perlu dikirim melalui faksimil, termasuk beritaspembangunan yg sifatnya positif yg dikirim melaluikamdip.

4. demikian kma ump ttk hbs ttk

deplu

Biaya pengawatan dibebankan kepada : deplu.

CC. menlu, sekjen, irjen,djhubsbpen, sekmen, dirart, dir man, dir penlugri.

KEARSIPAN

Page 949: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

931

XXXII

LAIN-LAIN

Page 950: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

932

Page 951: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

933

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 16 TAHUN 2001

TENTANG

YAYASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukanberdasarkan kebiasaan dalam masyarakat, karena belumada peraturan perundang-undangan yang mengaturtentang Yayasan;

b. bahwa Yayasan di Indonesia telah berkembang pesatdengan berbagai kegiatan, maksud, dan tujuan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a dan huruf b, serta untuk menjaminkepastian dan ketertiban hukum agar Yayasan berfungsisesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsipketerbukaan dan akuntabilitas kepada masyarakat, perlumembentuk Undang-undang tentang Yayasan;

Mengingat :

Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (2) Undang-UndangDasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan PerubahanKedua Undang-Undang Dasar 1945;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

LAIN-LAIN

Page 952: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

934

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG YAYASAN

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yangdipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentudi bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidakmempunyai anggota.

2. Pengadilan adalah Pengadilan Negeri yang daerah hukumnyameliputi tempat kedudukan Yayasan.

3. Kejaksaan adalah Kejaksaan Negeri yang daerah hukumnyameliputi tempat kedudukan Yayasan.

4. Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin untukmenjalankan pekerjaan sebagai akuntan publik.

5. Hari adalah hari kerja.

6. Menteri adalah Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Pasal 2Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus,dan Pengawas.

Pasal 3(1) Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang

pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikanbadan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha.

LAIN-LAIN

Page 953: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

935

(2) Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepadaPembina, Pengurus, dan Pengawas.

Pasal 4

Yayasan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah NegaraRepublik Indonesia yang ditentukan dalam Anggaran Dasar.

Pasal 5

Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaanlain yang diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-undang ini, dilarangdialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung kepadaPembina, Pengurus, Pengawas, karyawan, atau pihak lain yangmempunyai kepentingan terhadap Yayasan.

Pasal 6Yayasan wajib membayar segala biaya atau ongkos yang dikeluarkanoleh organ Yayasan dalam rangka menjalankan tugas Yayasan.

Pasal 7(1) Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya

sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan.

(2) Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentukusaha yang bersifat prospektif dengan ketentuan seluruhpenyertaan tersebut paling banyak 25 % (dua puluh limapersen) dari seluruh nilai kekayaan Yayasan.

(3) Anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan dilarangmerangkap sebagai Anggota Direksi atau Pengurus danAnggota Dewan Komisaris atau Pengawas dari badan usahasebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2).

Pasal 8Kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalamPasal 7 ayat (1) harus sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasanserta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

LAIN-LAIN

Page 954: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

936

BAB II

PENDIRIAN

Pasal 9(1) Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan

sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal.(2) Pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasaIndonesia.

(3) Yayasan dapat didirikan berdasarkan surat wasiat.(4) Biaya pembuatan akta notaris sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.(5) Dalam hal Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

didirikan oleh orang asing atau bersama-sama orang asing,mengenai syarat dan tata cara pendirian Yayasan tersebutdiatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 10(1) Dalam pembuatan akta pendirian Yayasan, pendiri dapat diwakili

oleh orang lain berdasarkan surat kuasa.

(2) Dalam hal pendirian Yayasan dilakukan berdasarkan suratwasiat, penerima wasiat bertindak mewakili pemberi wasiat.

(3) Dalam hal surat wasiat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)tidak dilaksanakan, maka atas permintaan pihak yangberkepentingan, Pengadilan dapat memerintahkan ahli warisatau penerima wasiat yang bersangkutan untuk melaksanakanwasiat tersebut.

Pasal 11(1) Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta

pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat(2) memperoleh pengesahan dari Menteri.

(2) Kewenangan Menteri dalam memberikan pengesahan aktapendirian Yayasan sebagai badan hukum dilaksanakan olehKepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi

LAIN-LAIN

Page 955: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

937

Manusia atas nama Menteri, yang wilayah kerjanya meliputitempat kedudukan Yayasan.

(3) Dalam memberikan pengesahan, Kepala Kantor WilayahDepartemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) dapat meminta pertimbangan dariinstansi terkait.

Pasal 12(1) Pengesahan akta pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal

11 ayat (1) diajukan oleh pendiri atau kuasanya denganmengajukan permohonan tertulis kepada Menteri.

(2) Pengesahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikandalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejaktanggal permohonan diterima secara lengkap.

(3) Dalam hal diperlukan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 11 ayat (3) pengesahan diberikan atau tidakdiberikan dalam jangka waktu :

a. paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggaljawaban permintaan pertimbangan diterima dari instansiterkait; atau

b. setelah lewat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggaljawaban permintaan pertimbangan kepada instansi terkaittidak diterima.

Pasal 13

(1) Dalam hal permohonan pengesahan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 12 ayat (1) ditolak, Menteri wajib memberitahukansecara tertulis disertai dengan alasannya, kepada pemohonmengenai penolakan pengesahan tersebut.

(2) Alasan penolakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalahbahwa permohonan yang diajukan tidak sesuai denganketentuan dalam Undang-undang ini dan/atau peraturanpelaksanaannya.

Pasal 14(1) Akta pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain

yang dianggap perlu.

LAIN-LAIN

Page 956: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

938

(2) Anggaran Dasar Yayasan sekurang-kurangnya memuat:

a. nama dan tempat kedudukan;

b. maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksuddan tujuan tersebut;

c. jangka waktu pendirian;

d. jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadipendiri dalam bentuk uang atau benda;

e. cara memperoleh dan penggunaan kekayaan;

f. tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantiananggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas;

g. hak dan kewajiban anggota Pembina, Pengurus, danPengawas;

h. tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan;

i. ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar;

j. penggabungan dan pembubaran Yayasan; dan

k. penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyalurankekayaan Yayasan setelah pembubaran.

(3) Keterangan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuatsekurang-kurangnya nama, alamat, pekerjaan, tempat dantanggal lahir, serta kewarganegaraan Pendiri, Pembina, Pengurus,dan Pengawas.

(4) Jumlah minimum harta kekayaan awal yang dipisahkan darikekayaan pribadi Pendiri sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) huruf d ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 15

(1) Yayasan tidak boleh memakai nama yang :

a. telah dipakai secara sah oleh Yayasan lain; atau

b. bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan.

(2) Nama Yayasan harus didahului dengan kata “Yayasan”.

(3) Dalam hal kekayaan Yayasan berasal dari wakaf, kata “wakafdapat ditambahkan setelah kata “Yayasan”.

(4) Ketentuan mengenai pemakaian nama Yayasan diatur lebihlanjut dengan Peraturan Pemerintah.

LAIN-LAIN

Page 957: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

939

Pasal 16

(1) Yayasan dapat didirikan untuk jangka waktu tertentu atau tidaktertentu yang diatur dalam Anggaran Dasar.

(2) Dalam hal Yayasan didirikan untuk jangka waktu tertentu,Pengurus dapat mengajukan perpanjangan jangka waktupendirian kepada Menteri paling lambat 1 (satu) tahun sebelumberakhirnya jangka waktu pendirian Yayasan.

BAB IIIPERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 17

Anggaran Dasar dapat diubah, kecuali mengenai maksud dan tujuanYayasan.

Pasal 18

(1) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilaksanakanberdasarkan keputusan rapat Pembina.

(2) Rapat Pembina sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanyadapat dilakukan, apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Pembina.

(3) Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasaIndonesia.

Pasal 19

(1) Keputusan rapat Pembina sebagaimana dimaksud dalam Pasal18 ayat (1) ditetapkan berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

(2) Dalam hal keputusan rapat berdasarkan musyawarah untukmufakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak tercapai,keputusan ditetapkan berdasarkan persetujuan paling sedikit2/3 (dua per tiga) dari seluruh jumlah anggota Pembina yanghadir.

LAIN-LAIN

Page 958: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

940

Pasal 20

(1) Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat(2) tidak tercapai, rapat Pembina yang kedua dapatdiselenggarakan paling cepat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggalrapat Pembina yang pertama diselenggarakan.

(2) Rapat Pembina yang kedua sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) sah, apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu perdua) dariseluruh anggota Pembina.

(3) Keputusan rapat Pembina yang kedua sah, apabila diambilberdasarkan persetujuan suara terbanyak dari jumlah anggotaPembina yang hadir.

Pasal 21

(1) Perubahan Anggaran Dasar yang meliputi nama dan kegiatanYayasan harus mendapat persetujuan Menteri.

(2) Perubahan Anggaran Dasar mengenai hal lain cukupdiberitahukan kepada Menteri.

Pasal 22Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12secara mutatis mutandis berlaku juga bagi permohonan perubahanAnggaran Dasar, pemberian persetujuan, dan penolakan atasperubahan Anggaran Dasar.

Pasal 23

Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan pada saat Yayasandinyatakan dalam keadaan pailit, kecuali atas persetujuan kurator.

BAB IV

PENGUMUMAN

Pasal 24(1) Akta pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan

hukum atau perubahan Anggaran Dasar yang telah disetujui,wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RepublikIndonesia.

LAIN-LAIN

Page 959: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

941

(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukanpermohonannya oleh Pengurus Yayasan atau kuasanya kepadaKantor Percetakan Negara Republik Indonesia dalam waktupaling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal aktapendirian Yayasan yang disahkan atau perubahan AnggaranDasar yang disetujui.

(3) Ketentuan mengenai besarnya biaya pengumumansebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan denganPeraturan Pemerintah.

Pasal 25Selama pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 belumdilakukan, Pengurus Yayasan bertanggung jawab secara tanggungrenteng atas seluruh kerugian Yayasan.

BAB VKEKAYAAN

Pasal 26(1) Kekayaan Yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang

dipisahkan dalam bentuk uang atau barang.

(2) Selain kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),kekayaan Yayasan dapat diperoleh dari:

a. sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat;

b. wakaf;

c. hibah;

d. hibah wasiat; dan

e. perolehan lain yang tidak bertentangan dengan AnggaranDasar Yayasan dan/atau peraturan perundang-undanganyang berlaku.

(3) Dalam hal kekayaan Yayasan berasal dari wakaf, maka berlakuketentuan hukum perwakafan.

(4) Kekayaan Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dan ayat (2) dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuanYayasan.

LAIN-LAIN

Page 960: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

942

Pasal 27

(1) Dalam hal-hal tertentu Negara dapat memberikan bantuankepada Yayasan.

(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pemberian bantuanNegara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjutdengan Peraturan Pemerintah.

BAB VIORGAN YAYASAN

Bagian Pertama

Pembina

Pasal 28

(1) Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenanganyang tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas olehUndang-undang ini atau Anggaran Dasar.

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:

a. keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar;b. pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan

anggota Pengawas;c. penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan

Anggaran Dasar Yayasan;d. pengesahan program kerja dan rancangan anggaran

tahunan Yayasan; dane. penetapan keputusan mengenai penggabungan atau

pembubaran Yayasan.

(3) Yang dapat diangkat menjadi anggota Pembina sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) adalah orang perseorangan sebagaipendiri Yayasan dan/atau mereka yang berdasarkan keputusanrapat anggota Pembina dinilai mempunyai dedikasi yang tinggiuntuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.

(4) Dalam hal Yayasan karena sebab apapun tidak lagi mempunyaiPembina, paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitungsejak tanggal kekosongan, anggota Pengurus dan anggota

LAIN-LAIN

Page 961: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

943

Pengawas wajib mengadakan rapat gabungan untukmengangkat Pembina dengan memperhatikan ketentuansebagaimana dimaksud dalam ayat (3).

(5) Keputusan rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) danayat (4) sah apabila dilakukan sesuai dengan ketentuanmengenai korum kehadiran dan korum keputusan untukperubahan Anggaran Dasar sesuai dengan ketentuan dalamUndang-undang ini dan/atau Anggaran Dasar.

Pasal 29Anggota Pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurusdan/atau anggota Pengawas.

Pasal 30(1) Pembina mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali dalam

1 (satu) tahun.

(2) Dalam rapat tahunan, Pembina melakukan evaluasi tentangkekayaan, hak dan kewajiban Yayasan tahun yang lampausebagai dasar pertimbangan bagi perkiraan mengenaiperkembangan Yayasan untuk tahun yang akan datang.

Bagian Kedua

Pengurus

Pasal 31(1) Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan

kepengurusan Yayasan.

(2) Yang dapat diangkat menjadi Pengurus adalah orangperseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum.

(3) Pengurus tidak boleh merangkap sebagai Pembina atauPengawas.

Pasal 32(1) Pengurus Yayasan diangkat oleh Pembina berdasarkan

keputusan rapat Pembina untuk jangka waktu selama 5 (lima)

LAIN-LAIN

Page 962: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

944

tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masajabatan.

(2) Susunan Pengurus sekurang-kurangnya terdiri atas : a. seorangketua; b. seorang sekretaris; dan c. seorang bendahara.

(3) Dalam hal Pengurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)selama menjalankan tugas melakukan tindakan yang olehPembina dinilai merugikan Yayasan, maka berdasarkankeputusan rapat Pembina, Pengurus tersebut dapatdiberhentikan sebelum masa kepengurusannya berakhir.

(4) Ketentuan mengenai susunan dan tata cara pengangkatan,pemberhentian, dan penggantian Pengurus diatur dalamAnggaran Dasar.

Pasal 33(1) Dalam hal terdapat penggantian Pengurus Yayasan, Pembina

wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepadaMenteri dan kepada instansi terkait.

(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajibdisampaikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejaktanggal dilakukan penggantian Pengurus Yayasan.

Pasal 34Dalam hal pengangkatan, pemberhentian dan penggantian Pengurusdilakukan tidak sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar, ataspermohonan yang berkepentingan atau atas permintaan Kejaksaandalam hal mewakili kepentingan umum, Pengadilan dapatmembatalkan pengangkatan, pemberhentian, atau penggantiantersebut paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggalpermohonan pembatalan diajukan.

Pasal 35(1) Pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh atas

kepengurusan Yayasan untuk kepentingan dan tujuan Yayasanserta berhak mewakili Yayasan baik di dalam maupun di luarPengadilan.

(2) Setiap Pengurus menjalankan tugas dengan itikad baik, danpenuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan Yayasan.

LAIN-LAIN

Page 963: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

945

(3) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat(2), Pengurus dapat mengangkat dan memberhentikanpelaksana kegiatan Yayasan.

(4) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengangkatan danpemberhentian pelaksana kegiatan Yayasan diatur dalamAnggaran Dasar Yayasan.

(5) Setiap Pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabilayang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya tidak sesuaidengan ketentuan Anggaran Dasar, yang mengakibatkankerugian Yayasan atau pihak ketiga.

Pasal 36(1) Anggota Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan apabila :

a. terjadi perkara di depan pengadilan antara Yayasandengan anggota Pengurus yang bersangkutan; atau

b. anggota Pengurus yang bersangkutan mempunyaikepentingan yang bertentangan dengan kepentinganYayasan.

(2) Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud dalamayat (1), yang berhak mewakili Yayasan ditetapkan dalamAnggaran Dasar.

Pasal 37

(1) Pengurus tidak berwenang :

a. mengikat Yayasan sebagai penjamin utang;

b. mengalihkan kekayaan Yayasan kecuali dengan persetujuanPembina; dan

c. membebani kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihaklain.

(2) Anggaran Dasar dapat membatasi kewenangan Pengurus dalammelakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Yayasan.

Pasal 38

(1) Pengurus dilarang mengadakan perjanjian dengan organisasiyang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina, Pengurus, dan/atau

LAIN-LAIN

Page 964: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

946

Pengawas Yayasan, atau seseorang yang bekerja padaYayasan.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlakudalam hal perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainyamaksud dan tujuan Yayasan.

Pasal 39(1) Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian

Pengurus dan kekayaan Yayasan tidak cukup untuk menutupkerugian akibat kepailitan tersebut, maka setiap AnggotaPengurus secara tanggung renteng bertanggung jawab ataskerugian tersebut.

(2) Anggota Pengurus yang dapat membuktikan bahwa kepailitanbukan karena kesalahan atau kelalaiannya tidak bertanggungjawab secara tanggung renteng atas kerugian sebagaimanadimaksud dalam ayat (1).

(3) Anggota Pengurus yang dinyatakan bersalah dalam melakukanpengurusan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagiYayasan, masyarakat, atau Negara berdasarkan putusanpengadilan, maka dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitungsejak tanggal putusan tersebut memperoleh kekuatan hukumyang tetap, tidak dapat diangkat menjadi Pengurus Yayasanmanapun.

Bagian KetigaPengawas

Pasal 40(1) Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan

pengawasan serta memberi nasihat kepada Pengurus dalammenjalankan kegiatan Yayasan.

(2) Yayasan memiliki Pengawas sekurang-kurangnya 1 (satu) orangPengawas yang wewenang, tugas, dan tanggung jawabnyadiatur dalam Anggaran Dasar.

(3) Yang dapat diangkat menjadi Pengawas adalah orangperseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum.

LAIN-LAIN

Page 965: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

947

(4) Pengawas tidak boleh merangkap sebagai Pembina atauPengurus.

Pasal 41

(1) Pengawas Yayasan diangkat dan sewaktu-waktu dapatdiberhentikan berdasarkan keputusan rapat Pembina.

(2) Dalam hal pengangkatan, pemberhentian, dan penggantianPengawas dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan AnggaranDasar, atas permohonan yang berkepentingan umum,Pengadilan dapat membatalkan pengangkatan, pemberhentianatau penggantian tersebut.

Pasal 42Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawabmenjalankan tugas untuk kepentingan Yayasan.

Pasal 43(1) Pengawas dapat memberhentikan sementara anggota Pengurus

dengan menyebutkan alasannya.(2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggalpemberhentian sementara, wajib dilaporkan secara tertuliskepada Pembina.

(3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggallaporan diterima, Pembina wajib memanggil anggota Pengurusyang bersangkutan untuk diberi kesempatan membela diri.

(4) Dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejaktanggal pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (3),Pembina wajib :a. mencabut keputusan pemberhentian sementara; ataub. memberhentikan anggota Pengurus yang bersangkutan.

(5) Apabila Pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagaimanadimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4), pemberhentiansementara tersebut batal demi hukum.

LAIN-LAIN

Page 966: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

948

Pasal 44

(1) Pengawas Yayasan diangkat oleh Pembina berdasarkankeputusan rapat Pembina untuk jangka waktu selama 5 (lima)tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masajabatan.

(2) Ketentuan mengenai susunan, tata cara pengangkatan,pemberhentian, dan penggantian Pengawas diatur dalamAnggaran Dasar.

Pasal 45(1) Dalam hal terdapat penggantian Pengawas Yayasan, Pembina

wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepadaMenteri dan kepada instansi terkait.

(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajibdisampaikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejaktanggal dilakukan penggantian Pengawas Yayasan.

Pasal 46Dalam hal pengangkatan, pemberhentian, dan penggantianPengawas dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar,atas permohonan yang berkepentingan atau atas permintaanKejaksaan dalam hal mewakili kepentingan umum, Pengadilan dapatmembatalkan pengangkatan, pemberhentian, dan penggantianPengawas tersebut.

Pasal 47(1) Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian

Pengawas dalam melakukan tugas pengawasan dan kekayaanYayasan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitantersebut, setiap anggota Pengawas secara tanggung rentengbertanggung jawab atas kerugian tersebut.

(2) Anggota Pengawas Yayasan yang dapat membuktikan bahwakepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, tidakbertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugiantersebut.

LAIN-LAIN

Page 967: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

949

(3) Setiap anggota Pengawas yang dinyatakan bersalah dalammelakukan pengawasan Yayasan yang menyebabkan kerugianbagi Yayasan, masyarakat, dan/atau Negara berdasarkanputusan Pengadilan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima)tahun sejak putusan tersebut memperoleh kekuatan hukumtetap, tidak dapat diangkat menjadi Pengawas Yayasanmanapun.

BAB VII

LAPORAN TAHUNAN

Pasal 48

(1) Pengurus wajib membuat dan menyimpan catatan atau tulisanyang berisi keterangan mengenai hak dan kewajiban serta hallain yang berkaitan dengan kegiatan usaha Yayasan.

(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)Pengurus wajib membuat dan menyimpan dokumen keuanganYayasan berupa bukti pembukuan dan data pendukungadministrasi keuangan.

Pasal 49(1) Dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) bulan terhitung

sejak tanggal tahun buku Yayasan ditutup, Pengurus wajibmenyusun laporan tahunan secara tertulis yang memuatsekurang-kurangnya :

a. laporan keadaan dan kegiatan Yayasan selama tahun bukuyang lalu serta hasil yang telah dicapai;

b. laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuanganpada akhir periode, laporan aktivitas, laporan arus kas,dan catatan laporan keuangan.

(2) Dalam hal Yayasan mengadakan transaksi dengan pihak lainyang menimbulkan hak dan kewajiban bagi Yayasan, transaksitersebut wajib dicantumkan dalam laporan tahunan.

LAIN-LAIN

Page 968: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

950

Pasal 50

(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ditandatanganioleh Pengurus dan Pengawas sesuai dengan ketentuanAnggaran Dasar.

(2) Dalam hal terdapat anggota Pengurus atau Pengawas tidakmenandatangani laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1), maka yang bersangkutan harus menyebutkan alasannyasecara tertulis.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disahkan olehrapat Pembina.

Pasal 51

Dalam hal dokumen laporan tahunan ternyata tidak benar danmenyesatkan, maka Pengurus dan Pengawas secara tanggungrenteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan.

Pasal 52(1) Ikhtisar laporan tahunan Yayasan diumumkan pada papan

pengumuman di kantor Yayasan.

(2) Ikhtisar laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) wajib diumumkan dalam surat kabar harian berbahasaIndonesia bagi Yayasan yang :

a. memperoleh bantuan Negara, bantuan luar negeri, ataupihak lain sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus jutarupiah) atau lebih; atau

b. mempunyai kekayaan di luar harta wakaf sebesar Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah) atau lebih.

(3) Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib diauditoleh Akuntan Publik.

(4) Hasil audit terhadap laporan tahunan Yayasan sebagaimanadimaksud dalam ayat (3) disampaikan kepada Pembina Yayasanyang bersangkutan dan tembusannya kepada Menteri daninstansi terkait.

(5) Bentuk ikhtisar laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalamayat (1) disusun sesuai dengan standar akuntansi keuanganyang berlaku.

LAIN-LAIN

Page 969: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

951

BAB VIII

PEMERIKSAAN TERHADAP YAYASAN

Pasal 53(1) Pemeriksaan terhadap Yayasan untuk mendapatkan data atau

keterangan dapat dilakukan dalam hal terdapat dugaan bahwaorgan Yayasan :

a. melakukan perbuatan melawan hukum atau bertentangandengan Anggaran Dasar;

b. lalai dalam melaksanakan tugasnya;

c. melakukan perbuatan yang merugikan Yayasan atau pihakketiga; atau

d. melakukan perbuatan yang merugikan Negara.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,huruf b, dan huruf c hanya dapat dilakukan berdasarkanpenetapan Pengadilan atas permohonan tertulis pihak ketigayang berkepentingan disertai alasan.

(3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf ddapat dilakukan berdasarkan penetapan Pengadilan ataspermintaan Kejaksaan dalam hal mewakili kepentingan umum.

Pasal 54

(1) Pengadilan dapat menolak atau mengabulkan permohonanpemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2).

(2) Dalam hal Pengadilan mengabulkan permohonan pemeriksaanterhadap Yayasan, Pengadilan mengeluarkan penetapan bagipemeriksaan dan mengangkat paling banyak 3 (tiga) orangahli sebagai pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan.

(3) Pembina, Pengurus, dan Pengawas serta pelaksana kegiatanatau karyawan Yayasan tidak dapat diangkat menjadi pemeriksasebagaimana dimaksud dalam ayat (2).

Pasal 55

(1) Pemeriksa berwenang memeriksa semua dokumen dankekayaan Yayasan untuk kepentingan pemeriksaan.

LAIN-LAIN

Page 970: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

952

(2) Pembina, Pengurus, Pengawas, dan pelaksana kegiatan sertakaryawan Yayasan, wajib memberikan keterangan yangdiperlukan untuk pelaksanaan pemeriksaan.

(3) Pemeriksa dilarang mengumumkan atau memberitahukan hasilpemeriksaannya kepada pihak lain.

Pasal 56(1) Pemeriksa wajib menyampaikan laporan hasil pemeriksaan yang

telah dilakukan kepada Ketua Pengadilan di tempat kedudukanYayasan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggalpemeriksaan selesai dilakukan.

(2) Ketua Pengadilan memberikan salinan laporan hasil pemeriksaansebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepada pemohon atauKejaksaan dan Yayasan yang bersangkutan.

BAB IX

PENGGABUNGAN

Pasal 57

(1) Perbuatan hukum penggabungan Yayasan dapat dilakukandengan menggabungkan 1 (satu) atau lebih Yayasan denganYayasan lain, dan mengakibatkan Yayasan yang menggabung-kan diri menjadi bubar.

(2) Penggabungan Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dapat dilakukan dengan memperhatikan :

a. ketidakmampuan Yayasan melaksanakan kegiatan usahatanpa dukungan Yayasan lain;

b. Yayasan yang menerima penggabungan dan yangbergabung kegiatannya sejenis; atau

c. Yayasan yang menggabungkan diri tidak pernah melakukanperbuatan yang bertentangan dengan Anggaran Dasarnya,ketertiban umum, dan kesusilaan.

(3) Usul penggabungan Yayasan dapat disampaikan oleh Penguruskepada Pembina.

(4) Penggabungan Yayasan hanya dapat dilakukan berdasarkankeputusan rapat Pembina yang dihadiri oleh paling sedikit 3/4

LAIN-LAIN

Page 971: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

953

(tiga perempat) dari jumlah anggota Pembina dan disetujuipaling sedikit oleh 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggotaPembina yang hadir.

Pasal 58

(1) Pengurus dari masing-masing Yayasan yang akanmenggabungkan diri dan yang akan menerima penggabunganmenyusun usul rencana penggabungan.

(2) Usul rencana penggabungan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dituangkan dalam rancangan akta penggabungan olehPengurus dari Yayasan yang akan menggabungkan diri danyang akan menerima penggabungan.

Pasal 59Pengurus Yayasan hasil penggabungan wajib mengumumkan hasilpenggabungan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia palinglambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penggabunganselesai dilakukan.

Pasal 60(1) Rancangan akta penggabungan Yayasan dan akta perubahan

Anggaran Dasar Yayasan yang menerima penggabungan wajibdisampaikan kepada Menteri untuk memperoleh persetujuan.

(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikandalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejaktanggal permohonan diterima.

(3) Dalam hal permohonan ditolak, maka penolakan tersebut harusdiberitahukan kepada pemohon secara tertulis disertai alasannyadalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).

Pasal 61Ketentuan mengenai tata cara penggabungan Yayasan diatur lebihlanjut dengan Peraturan Pemerintah.

LAIN-LAIN

Page 972: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

954

BAB X

PEMBUBARAN

Pasal 62Yayasan bubar karena:

a. jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir;

b. tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telahtercapai atau tidak tercapai;

c. putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukumtetap berdasarkan alasan :

1) Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;

2) tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakanpailit; atau

3) harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasiutangnya setelah pernyataan pailit dicabut.

Pasal 63

(1) Dalam hal Yayasan bubar karena alasan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 62 huruf a dan huruf b, Pembina menunjuk likuidatoruntuk membereskan kekayaan Yayasan.

(2) Dalam hal tidak ditunjuk likuidator, Pengurus bertindak selakulikuidator.

(3) Dalam hal Yayasan bubar, Yayasan tidak dapat melakukanperbuatan hukum, kecuali untuk membereskan kekayaannyadalam proses likuidasi.

(4) Dalam hal Yayasan sedang dalam proses likuidasi, untuk semuasurat keluar, dicantumkan frasa “dalam likuidasi” di belakangnama Yayasan.

Pasal 64(1) Dalam hal Yayasan bubar karena putusan Pengadilan, maka

Pengadilan juga menunjuk likuidator.

(2) Dalam hal pembubaran Yayasan karena pailit, berlaku peraturanperundang-undangan di bidang Kepailitan.

LAIN-LAIN

Page 973: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

955

(3) Ketentuan mengenai penunjukan, pengangkatan,pemberhentian sementara, pemberhentian, wewenang,kewajiban, tugas dan tanggung jawab, serta pengawasanterhadap Pengurus, berlaku juga bagi likuidator.

Pasal 65

Likuidator atau kurator yang ditunjuk untuk melakukan pemberesankekayaan Yayasan yang bubar atau dibubarkan, paling lambat 5(lima) hari terhitung sejak tanggal penunjukan wajib mengumumkanpembubaran Yayasan dan proses likuidasinya dalam surat kabarharian berbahasa Indonesia.

Pasal 66

Likuidator atau kurator dalam jangka waktu paling lambat 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir, wajibmengumumkan hasil likuidasi dalam surat kabar harian berbahasaIndonesia.

Pasal 67(1) Likuidator atau kurator dalam waktu paling lambat 7 (tujuh)

hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir wajibmelaporkan pembubaran Yayasan kepada Pembina.

(2) Dalam hal laporan mengenai pembubaran Yayasansebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan pengumuman hasillikuidasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 tidak dilakukan,bubarnya Yayasan tidak berlaku bagi pihak ketiga.

Pasal 68

(1) Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada Yayasan lainyang mempunyai maksud dan tujuan yang sama denganYayasan yang bubar.

(2) Dalam hal sisa hasil likuidasi tidak diserahkan kepada Yayasanlain yang mempunyai maksud dan tujuan yang samasebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sisa kekayaan tersebut

LAIN-LAIN

Page 974: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

956

diserahkan kepada Negara dan penggunaannya dilakukan sesuaidengan maksud dan tujuan Yayasan tersebut.

BAB XI

YAYASAN ASING

Pasal 69

(1) Yayasan asing yang tidak berbadan hukum Indonesia dapatmelakukan kegiatannya di wilayah Negara Republik Indonesia,jika kegiatan Yayasan tersebut tidak merugikan masyarakat,bangsa, dan Negara Indonesia.

(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara Yayasan asingsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan PeraturanPemerintah.

BAB XIIKETENTUAN PIDANA

Pasal 70

(1) Setiap anggota organ Yayasan yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun.

(2) Selain pidana penjara, anggota organ yayasan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) juga dikenakan pidana tambahanberupa kewajiban mengembalikan uang, barang, atau kekayaanyayasan yang dialihkan atau dibagikan.

BAB XIIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 71

(1) Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Yayasan yangtelah :

LAIN-LAIN

Page 975: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

957

a. didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalamTambahan Berita Negara Republik Indonesia; atau

b. didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izinmelakukan kegiatan dari instansi terkait;

tetap diakui sebagai badan hukum, dengan ketentuan dalamwaktu paling lambat 5 (lima) tahun sejak mulai berlakunyaUndang-undang ini Yayasan tersebut wajib menyesuaikanAnggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-undang ini.

(2) Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajibdiberitahukan kepada Menteri paling lambat 1 (satu) tahunsetelah pelaksanaan penyesuaian.

(3) Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalamjangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapatdibubarkan berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonanKejaksaan atau pihak yang berkepentingan.

BAB XIVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 72(1) Yayasan yang sebagian kekayaannya berasal dari bantuan

Negara, bantuan luar negeri, dan/atau sumbangan masyarakatyang diperolehnya sebagai akibat berlakunya suatu peraturanperundang-undangan wajib mengumumkan ikhtisar laporantahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) yangmencakup kekayaannya selama 10 (sepuluh) tahun sebelumUndang-undang ini diundangkan.

(2) Pengumuman ikhtisar laporan tahunan sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) tidak menghapus hak dari pihak yang berwajibuntuk melakukan pemeriksaan, penyidikan dan penuntutanapabila ada dugaan terjadi pelanggaran hukum.

Pasal 73Undang-undang ini mulai berlaku 1 (satu) tahun terhitung sejaktanggal diundangkan.

LAIN-LAIN

Page 976: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

958

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganUndang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran NegaraRepublik Indonesia.

Disahkan di Jakartapada tanggal 6 Agustus 2001

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRIDiundangkan di Jakartapada tanggal 6 Agustus 2001

SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MUHAMMAD MAFTUH BASYUNI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001NOMOR 112

Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi Sekretaris KabinetBidang Hukum danPerundang-undangan,

ttd

Lambock V. Nahattands

LAIN-LAIN

Page 977: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

959

K E P U T U S A N B E R S A M A

MENTERI LUAR NEGERI DANMENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 191/81/01NOMOR : 051/U/1981

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH INDONESIADI LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI DANMENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Menimbang : a. bahwa dewasa ini terdapat anak warga negaraIndonesia yang bertempat tinggal di luar negeri,baik anak para pejabat Perwakilan RepublikIndonesia, maupun anak warga negaraIndonesia lainnya;

b. bahwa kepada anak warga negara Indonesiatersebut perlu diberikan pendidikan nasionalsebagai bagian dari sistem pendidikan nasionalyang diselenggarakan di Indonesia;

c. bahwa dengan Keputusan Bersama Menteri LuarNegeri dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaantanggal 7 Oktober 1967,

No. 8724/67/01No. 068/1967,

LAIN-LAIN

Page 978: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

960

telah ditetapkan peraturan tentang PedomanPenyelenggaraan Sekolah-sekolah Indonesia diLuar Negeri;

d. bahwa dalam rangka pengembangan danpeningkatan pembinaan sekolah Indonesia diluar negeri, dipandang perlu menetapkan kembalipedoman penyelenggaraan sekolah Indonesiadi luar negeri.

Mengingat : a. Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan RepublikIndonesia Nomor : IV/MPR/1978;

c. Undang-undang Nomor 4 tahun 1950 (dariRepublik Indonesia Negara Bagian) jo. Undang-undang nomor 12 tahun 1954;

d. Peraturan Pemerintah nomor. 12 tahun 1958;

e. Keputusan Presiden Republik Indonesia .

1. Nomor 44 Tahun 1974;

2. Nomor 45 Tahun 1974,

3. Nomor 59/M 1978.

f. Keputusan Menteri Pendidikan danKebudayaan tanggal 1 September 1980Nomor : 02226/0/1980.

Memperhatikan : Saran dan pendapat Menteri Negara danPenertiban Aparatur Negara dan MenteriKeuangan.

M E M U T U S K A N

Dengan mencabut Keputusan BersamaMenteri Luar Negeri dan Menteri Pendidikandan Kebudayaan tanggal 7 Oktober 1967 No.8724/67/01 dan dengan membatalkansemua ketentuan No. 068/1967 yangbertentangan dengan Keputusan Bersama ini.

LAIN-LAIN

Page 979: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

961

Menetapkan : PEDOMAN PENYELENGGARAAN SEKOLAHINDONESIA Dl LUAR NEGERI

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Yang dimaksud dengan “Sekolah Indonesia di LuarNegeri”, selanjutnya dalam Keputusan Bersama inidisebut “Sekolah Indonesia” adalah sekolah yangdidirikan dan diselenggarakan untuk anakmasyarakat warga negara Indonesia di tempatyang ada Perwakilan Republik Indonesia.

Pasal 2Sekolah Indonesia diselenggarakan untukmemberikan pendidikan nasional sebagai bagian darisistem pendidikan nasional yang diselenggarakandi Indonesia bagi anak warga negara Indonesia diluar negeri.

BAB IIMAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 3Sekolah Indonesia terbuka bagi segenap warganegara Indonesia di luar negeri, baik anak pegawaiPerwakilan Republik Indonesia maupun anak warganegara masyarakat Indonesia lainnya dalam rangkamembina dan menanamkan rasa kebangsaan.

BAB IIIKEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Pasal 4

(1) Sekolah Indonesia berkedudukan sebagaisekolah swasta perbantuan.

LAIN-LAIN

Page 980: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

962

(2) Sekolah Indonesia mempunyai kedudukanyang sama dengan sekolah yang setingkat/sejenis di Indonesia.

Pasal 5

Sekolah Indonesia bertugas menyelenggarakanpendidikan berdasarkan dan sesuai dengan sistempendidikan nasional yang telah ditetapkanPemerintah Republik Indonesia.

Pasal 6

(1) Sekolah Indonesia berfungsi sebagai wadahuntuk membina dan mengembangkan rasakebangsaan dan memperkuat rasa kesatuandan kepribadian Indonesia di antara anakwarga negara Indonesia di luar negeri.

(2) Sekolah Indonesia berfungsi pula sebagaisarana untuk membantu memperkenalkandan menyebarluaskan kebudayaan Indonesia.

BAB IVPENDIRIAN DAN PENYELENGGARAAN

Pasal 7

(1) Warga negara Indonesia di luar negeri dapatmendirikan Indonesia dengan izin KepalaPerwakilan Republik Indonesia setempatapabila terdapat sekurang-kurangnya 15 (limabelas) murid warga negara Indonesia.

(2) Penyelenggaraan Sekolah Indonesia dilakukanoleh Pemerintah Republik Indonesia denganpartisipasi masyarakat Indonesia setempat.

(3) Sekolah Indonesia dapat menyelenggarakanpendidikan Tingkat Taman Kanak-kanaksampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

LAIN-LAIN

Page 981: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

963

Pasal 8

(1) Pendirian Sekolah Indonesia dilaporkan olehKepala Perwakilan Republik Indonesiasetempat kepada Menteri Pendidikan danKebudayaan dan Menteri Luar Negeri.

(2) Laporan Kepada Menteri Pendidikan danKebudayaan sebagaimana dimaksud dalamayat (1) pasal ini disampaikan melalui MenteriLuar Negeri.

Pasal 9Sekolah Indonesia dapat menerima murid bukanwarga negara Indonesia setelah mendapatpersetujuan Kepala Perwakilan Republik Indonesiasetempat.

BAB V

PENGAKUAN

Pasal 10

(1) Sekolah Indonesia dapat memperolehpengakuan setelah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintahbagi sekolah swasta di Indonesia danketentuan-ketentuan yang lain yang secarakhusus ditetapkan oleh Menteri Pendidikan danKebudayaan.

(2) Permohonan untuk memperoleh pengakuandiajukan oleh Perwakilan Republik Indonesiayang bersangkutan.

(3) Pengakuan ditetapkan oleh Menteri Pendidikandan Kebudayaan.

LAIN-LAIN

Page 982: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

964

BAB VIPENGELOLAAN DAN PEMBIAYAAN

Pasal 11Departemen Luar Negeri, dalam hal ini PerwakilanIndonesia setempat bertanggung jawab ataspengelolaan dan pengawasan Sekolah Indonesiayang bersangkutan.

Pasal 12

Pembiayaan guna penyelenggaraan SekolahIndonesia berasal dari Anggaran Pendapatan danBelanja Negara, uang sekolah, bantuan orang tua/wali murid dan bantuan yang lain.

BAB VII

KEPALA SEKOLAH DAN TENAGA GURU

Pasal 13(1) Untuk Sekolah Indonesia yang telah mencapai

pengakuan diangkat Kepala Sekolah dengankedudukan Pegawai Negeri DepartemenPendidikan dan Kebudayaan diperbantukanpada Departemen Luar Negeri dengan statushome staff non-diplomatik.

(2) Kepala Sekolah dimaksud pada ayat (1) pasalini ditunjuk oleh Menteri Pendidikan danKebudayaan dari guru atau Kepala Sekolah diIndonesia.

(3) Kepala Sekolah dimaksud pada ayat (2) pasalini diperbantukan pada Departemen LuarNegeri yang selanjutnya diangkat dan diberitugas untuk memimpin dan mengajar padaSekolah Indonesia dengan status sebagaipegawai home staff non-diplomatik.

LAIN-LAIN

Page 983: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

965

Pasal 14

(1) Untuk memenuhi keperluan tenaga pengajarlain pada Sekolah Indonesia yang telahmendapat pengakuan Kepala PerwakilanRepublik Indonesia setempat dapatmengajukan permintaan kepada DepartemenPendidikan dan Kebudayaan melaluiDepartemen Luar Negeri.

(2) Departemen Pendidikan dan Kebudayaanmengangkat tenaga guru yang diperlukan olehSekolah Indonesia dari guru di Indonesia.

(3) Selama bertugas mengajar di SekolahIndonesia, guru dimaksud dalam ayat (2)pasal ini berkedudukan sebagai Pegawai NegeriDepartemen Pendidikan dan Kebudayaandiperbantukan pada Departemen Luar Negeridengan status home staff non-diplomatik.

Pasal 15

Perbantuan tenaga guru sebagaimana dimaksuddalam pasal sebanyak-banyaknya berjumlah 15(lima belas) orang.

Pasal 16(1) Untuk mengisi tenaga teknis pendidikan lainnya

pada Sekolah Indonesia, Kepala PerwakilanRepublik Indonesia dapat mengusulkan kepadaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaanuntuk mengangkat tenaga/warga negaraIndonesia setempat sebagai guru tidak tetapdan/atau guru tetap.

(2) Apabila memenuhi persyaratan, gurusebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasalini dapat diusulkan untuk diangkat menjadipegawai negeri.

LAIN-LAIN

Page 984: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

966

Pasal 17

Tenaga pengajar yang berasal dari lingkunganDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan yangdiperbantukan kepada Sekolah Indonesiamempunyai masa tugas paling lama 5 (lima) tahun,baik bagi Kepala Sekolah maupun guru tetap yangberkedudukan sebagai pegawai negeri.

BAB VlllSARANA DAN PRASARANA

Pasal 18Peralatan yang diperlukan oleh Sekolah Indonesia,disediakan oleh Departemen Luar Negeri, dalamhal ini Perwakilan Republik Indonesia yangbersangkutan berdasarkan pedoman yangditetapkan oleh Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Pasal 19Buku pelajaran, termasuk buku teks, disediakanoleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

BAB IX

KENAIKAN KELAS DANEVALUASI BELAJAR TAHAP AKHIR

Pasal 20Penilaian terhadap kemajuan dan perkembanganmurid serta persyaratan untuk kenaikan kelas padaSekolah Indonesia disesuaikan dengan pedoman/norma yang telah ditetapkan oleh DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.

LAIN-LAIN

Page 985: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

967

Pasal 21

Persyaratan bagi Sekolah Indonesia untukmenyelenggarakan Evaluasi Belajar Tahap Akhirbagi semua tingkatan pendidikan (Sekolah Dasar,Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) sama denganpersyaratan yang ditetapkan dalam peraturanEvaluasi Belajar Tahap Akhir untuk selanjutnyadisingkat EBTA yang berlaku bagi sekolah diIndonesia.

Pasal 22(1) Sekolah Indonesia yang telah memperoleh

pengakuan menyelenggarakan EBTA sendiri.

(2) Penyelenggaraan EBTA bagi SekolahIndonesia yang belum memperolehpengakuan menggabung pada SekolahIndonesia yang telah mendapat pengakuan.

(3) Penyelenggaraan EBTA sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) ini diatur lebih lanjutoleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(4) Perwakilan Republik Indonesia setempatbertindak sebagai penanggungjawab dankoordinator penyelenggaraan EBTA.

Pasal 23Segala sesuatu mengenai persiapan danpenyelenggaraan EBTA Sekolah Indonesiadilaksanakan sesuai dengan peraturan yangditetapkan oleh Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Pasal 24

(1) Blanko Surat Tanda Tamat Belajar, untukselanjutnya disingkat STTB bagi SekolahIndonesia, disediakan oleh DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.

(2) STTB bagi peserta EBTA dari SekolahIndonesia yang belum memperoleh

LAIN-LAIN

Page 986: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

968

pengakuan, diterbitkan oleh Sekolah Indonesiayang telah memperoleh pengakuan, yangmenyelenggarakan.

(3) STTB dari Sekolah Indonesia mempunyai nilaiyang sama dengan STTB yang diperoleh darisekolah di Indonesia.

BAB XPEMBINAAN, PENGAWASAN DAN

TANGGUNG JAWAB

Pasal 25(1) Tanggung jawab pembinaan dan pengawasan

umum terhadap Sekolah Indonesia beradapada Departemen Luar Negeri dalam hal iniPerwakilan Republik Indonesia yangbersangkutan.

(2) Tanggung jawab pembinaan teknis pendidikanterhadap Sekolah Indonesia berada padaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaandalam hal ini Direktorat Jenderal PendidikanDasar dan Menengah.

Pasal 26

Dalam rangka pengawasan dan pembinaan SekolahIndonesia, dapat diadakan supervisi berkala olehpejabat dari Departemen Luar Negeri bersamadengan pejabat dari Departernen Pendidikan danKebudayaan.

Pasal 27Biaya yang diperlukan untuk mengadakan supervisisebagaimana dimaksud dalam pasal 26 dibebankankepada anggaran masing-masing Departemen.

(1) Kepala Sekolah melalui Kepala PerwakilanRepublik Indonesia setempat wajibmemberikan laporan kepada Pusat Pendidikan

LAIN-LAIN

Page 987: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

969

dan Latihan Pegawai, Departemen LuarNegeri, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasardan Menengah, Departemen Pendidikan danKebudayaan pada setiap catur wulan/semester mengenai perkembangan sekolahyang dipimpinnya.

(2) Laporan tahunan dikirimkan pada awal tahunajaran ber ikutnya kepada instansisebagaimana dimaksud dalam ayat (1)pasal ini.

BAB XIHARI LIBUR

Pasal 29Hari libur untuk Sekolah Indonesia ditetapkan olehKepala Perwakilan Republik Indonesia setempatdengan berpedoman kepada kalender pendidikanserta ketentuan tentang hari libur yang berlaku bagisekolah di Indonesia.

BAB XIILAIN-LAIN

Pasal 30

(1) Guna peningkatan efisiensi dan efektivitas,penyelenggaraan Sekolah Indonesiadilaksanakan atas prinsip rayonisasi.

(2) Rayonisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) pasal ini terutama diperlakukan untukSekolah Menengah Umum Tingkat Atas,dengan menunjuk tempat tertentu menjadipusat Rayon sekolah.

(3) Pelaksanaan rayonisasi sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dan (2) pasal inidiatur lebih lanjut oleh Departemen Luar Negeridan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

LAIN-LAIN

Page 988: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

970

Pasal 31

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam KeputusanBersama ini diatur lebih lanjut dalam ketentuantersendiri oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaandan Menteri Luar Negeri, sesuai dengan bidangtugas masing-masing.

Pasal 32Keputusan Bersama ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 22 Januari 1981

MENTERI PENDIDIKAN MENTERI LUAR NEGERIDAN KEBUDAYAAN

ttd ttd

Dr. DAOED JOESOEF, SH Prof. Dr. MOCHTAR KUSUMAATMADJA

LAIN-LAIN

Page 989: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

971

SURAT KEPUTUSAN BERSAMAMENTERI LUAR NEGERI DAN MENTERI PERDAGANGAN

DAN KOPERASI

NOMOR : SKB. 1016/OR/VII/82/01 246/KPB/VIII/82

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJAPUSAT PROMOSI PERDAGANGAN INDONESIA

PADA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIADI LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI DAN MENTERI PERDAGANGANDAN KOPERASI,

Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin tercapainyasasaran Pemerintah dalam rangka peningkatanekspor komoditi barang dan jasa di luar minyakdan gas bumi, dipandang perlu untukmeningkatkan kegiatan promosi perdagangandi luar negeri sebagai tindak lanjut PeraturanPemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun1982;

b. bahwa menyelenggarakan kegiatan promosiperdagangan Indonesia di luar negeri perludidasarkan kepada kebijaksanaan pemasaranyang menyeluruh dan terpadu sebagaimanatermaktub dalam Instruksi Presiden RepublikIndonesia Nomor 7 Tahun 1969;

c. bahwa untuk hal tersebut pada huruf a dan bdi atas, maka atas pertimbangan dan penilaian

LAIN-LAIN

Page 990: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

972

bersama oleh Departemen Luar Negeri danDepartemen Perdagangan dan Koperasi, perludibentuk suatu Pusat Promosi PerdaganganIndonesia di luar negeri pada Perwakilan-perwakilan Republik Indonesia tertentu, sebagaiunsur penunjang pelaksana teknis kegiatanpromosi tersebut;

d. bahwa untuk memungkinkan terselenggaranyakegiatan-kegiatan promosi perdagangantersebut, dipandang perlu untuk mengaturlebih lanjut mengenai kedudukan, tugas,fungsi, personalia, penganggaran dan tatakerja Pusat Promosi Perdagangan dimaksud.

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 1 Tahun 1982 tentang PelaksanaanEkspor, Impor dan Lalu Lintas Devisa;

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor260 Tahun 1967 tentang Penegasan Tugasdan Tanggung Jawab Menteri Perdagangandalam Bidang Perdagangan Luar Negeri;

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor44 Tahun 1974 tentang Pokok-pokokOrganisasi Departemen;

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor45 Tahun 1974 tentang Susunan OrganisasiDepartemen yang telah beberapa kali diubahdan ditambah, terakhir dengan KeputusanPresiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun1981; Keputusan Republik Indonesia Nomor51 Tahun 1976 tentang Pokok-pokokOrganisasi Perwakilan Republik Indonesia di LuarNegeri;

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor59/M Tahun 1978 tentang pembentukanKabinet Pembangunan III;

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor16 Tahun 1978 tentang Pembentukan TimKoordinasi Kegiatan Ekspor Timur Tengah;

LAIN-LAIN

Page 991: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

973

8. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor7 Tahun 1969 tanggal 25 Maret 1969 tentangInstruksi kepada Menteri Perdagangan danpara Menteri serta Pimpinan Instansi yang adahubungannya dengan usaha pemasaran,pengembangan dan pengawasan ekspor hasil-hasil pertanian, perkebunan, kehutanan,perikanan dan industri untuk segeramelaksanakan tugas dan tanggung jawab;

9. Keputusan Menteri Perdagangan dan KoperasiNomor 110/KP/I/81 Tahun 1981 tentangKesatuan Penyebutan Keputusan-KeputusanMenteri Perdagangan dan Koperasi tentangOrganisasi dan Tata Kerja DepartemenPerdagangan dan Koperasi;

10.Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor :SK.582/BU/III/79/01 Tahun 1979 tentangSusunan Organisasi Perwakilan PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri.

Memperhatikan : 1. Surat Menteri Negara Penertiban AparaturNegara Nomor B-41/I/MENPAN/I/81 tanggal23 Januari 1981 perihal Tugas Konsul Jenderal,Konsul, Atase Perdagangan dan TradePromotion Centre/Trade Centre;

2. Surat Menteri Perdagangan dan KoperasiNomor 26/M/I/81 tanggal 10 Januari 1982perihal usul mengenai Pembentukan TimPengembangan Ekspor pada PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri;

3. Surat Menteri Perdagangan dan KoperasiNomor 17I5/MA//82 tanggal 6 Mei 1982perihal Pembentukan Indonesian TradePromotion Centre (ITPC);

4. Surat Persetujuan Menteri NegaraPemberdayaan Aparatur Negara Nomor B-563/MENPAN/7/82 tanggai 13 Juli 1982.

LAIN-LAIN

Page 992: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

974

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI LUARNEGERI DAN MENTERI PERDAGANGANDAN KOPERASI TENTANG ORGANISASIDAN TATA KERJA PUSAT PROMOSIPERDAGANGAN INDONESIA PADAPERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DlLUAR NEGERI.

BAB IKEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI

Pasal 1(1) Pusat Promosi Perdagangan Indonesia di luar negeri yang untuk

selanjutnya disebut Indonesian Trade Promotion Centredisingkat ITPC, adalah unsur pelaksana teknis yang merupakanbagian dari Bidang/Bidang Perdagangan pada PerwakilanRepublik Indonesia di luar negeri yang secara operasionalmendapatkan otonomi dalam pelaksanaan tugasnya.

(2) ITPC bertanggung jawab kepada Kepala Perwakilan Indonesiadi luar negeri dan secara tehnis operasional pembinaannyadilakukan oieh Menteri Perdagangan dan Koperasi.

(3) ITPC dipimpin oleh seorang Kepala.

Pasal 2ITPC mempunyai tugas melakukan pelaksanaan teknis kegiatanpromosi perdagangan di luar negeri dalam rangka peningkatan eksporkomoditi barang dan jasa di luar minyak dan gas bumi.

Pasal 3Untuk menyelenggarakan tugas tersebut pada pasal 2, ITPCmempunyai fungsi:a. Melakukan pemasaran komoditi ekspor Indonesia di luar negeri;b. Memberikan informasi pemasaran komoditi ekspor Indonesia;c. Melakukan usaha-usaha terjadinya kerjasama antara

pengusaha Indonesia dengan pengusaha di wilayah kerjanya;

LAIN-LAIN

Page 993: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

975

d. Membantu pengusaha Indonesia dalam memasarkan di wilayahkerjanya;

e. Melakukan usaha-usaha peningkatan kegiatan promosi;f. Melakukan usaha kegiatan penerobosan pasar.

BAB IISUSUNAN ORGANISASI

Pasal 4ITPC terdiri dari seorang Kepala yang berstatus home staff non-diplomatik dan dibantu oleh beberapa staff (home staff dan localstaff) sesuai dengan kebutuhan.

BAB IIIKEPEGAWAIAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN

Pasal 5Formasi kepegawaian ITPC ditetapkan sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Pasal 6(1) Kepala ITPC diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Luar

Negeri atas usul Menteri Perdagangan dan Koperasi sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(1) Kepala dan beberapa staff ITPC secara administratifkepegawaian berada dalam lingkungan Bidang Perdagangandan bila tidak ada Bidang Perdagangan berada dalam lingkunganBidang Ekonomi/Sub Bidang Ekonomi pada Perwakilan RepublikIndonesia di luar negeri.

Pasal 7Pegawai setempat yang bekerja pada ITPC diangkat dandiberhentikan oleh Kepala Perwakilan Republik Indonesia atas usulKepala ITPC sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

LAIN-LAIN

Page 994: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

976

BAB IV

PEMBIAYAAN

Pasal 8(1) Segala pembiayaan yang diperlukan sehubungan dengan

pelaksanaan tugas serta kegiatan ITPC dibebankan kepadaanggaran Departemen Perdagangan dan Koperasi.

(2) Pengurusan dan penatausahaan anggaran ITPC dilakukan olehPejabat Perwakilan Republik Indonesia yang berdasarkanpedoman serta petunjuk yang ditetapkan oleh Menteri LuarNegeri dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Pasal 9

Tunjangan penghidupan luar negeri Pejabat-pejabat ITPC diaturberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagiPerwakilan Republik Indonesia di luar negeri.

BAB V

TATA KERJA

Pasal 10Sebagai aparat teknis ITPC tidak melakukan kegiatan perdagangandalam arti mengadakan transaksi-transaksi.

Pasal 11Kepala ITPC dalam melakukan tugasnya sehari-hari wajibmeiaksanakan petunjuk Kepala Perwakilan Republik Indonesiasetempat.

Pasal 12

Dalam melaksanakan tugasnya Kepala ITPC wajib menerapkanprinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dengan unit organisasilainnya di lingkungan Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri

LAIN-LAIN

Page 995: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

977

dan melakukan hubungan kerjasama dengan unsur-unsur instansinegara-negara lainnya.

Pasal 13

Untuk setiap tahun anggaran baru dengan koordinasi KepalaPerwakilan berdasarkan petunjuk-petunjuk Menteri Perdagangan danKoperasi, disusun program kerja pengembangan perdagangan yangmeliputi program kegiatan promosi oleh Bidang Perdagangan atauITPC untuk wilayah kerja Perwakilan Republik Indonesia yangbersangkutan, yang selanjutnya menjadi landasan kerja bagi ITPCsebagaimana tersebut pada pasal 1 ayat (1) BAB I.

Pasal 14

(1) Hubungan administratif antara Kepala ITPC denganDepartemen Perdagangan dan Koperasi antara lain mengenaipelaporan keadaan dan perkembangan kegiatannya, dilakukanmelalui Kepala Perwakilan Republik Indonesia dan Menteri LuarNegeri.

(2) Untuk kecepatan komunikasi dalam hubungan yang bersifatteknis operasional promosi dari ITPC kepada pihak yangberkepentingan dan demikian juga dari yang berkepentingankepada ITPC baik yang berada di dalam maupun di luar wilayahkerja ITPC dapat dilakukan secara langsung melalui saluran-saluran yang ada untuk selanjutnya akan dimasukkan dalamlaporan baik secara berkala maupun sewaktu-waktu kepadaKepala Perwakilan.

BAB VIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 15

(1) Pembukaan dan perubahan atau penyempurnaan organisasiITPC ditetapkan oleh Menteri Luar Negeri atas usul MenteriPerdagangan dan Koperasi berdasarkan persetujuan dariMenteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan MenteriKeuangan.

LAIN-LAIN

Page 996: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

978

(2) ITPC tersebut pada ayat (1) pasal ini berkedudukan di kotapusat perdagangan pada wilayah kerja Perwakilan RepublikIndonesia yang bersangkutan.

(3) Bila dipandang perlu pada wilayah kerja Perwakilan RepublikIndonesia yang bersangkutan dapat dibentuk lebih dari satuITPC yang berkedudukan di kota pusat perdagangan.

Pasal 16Pusat-pusat promosi perdagangan yang ada sekarang sepertiterdapat di New York, Los Angeles, Hamburg, Sydney, London danRotterdam diaihkan menjadi ITPC menurut ketentuan KeputusanBersama ini.

BAB VIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 17(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan Bersama ini atau

apabila dalam pelaksanaannya timbul hal-hal baru, akandiselesaikan bersama oleh Menteri Luar Negeri dan MenteriPerdagangan dan Koperasi.

(2) Keputusan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTA

Pada tangqal : 29 Juli 1982

MENTERI PERDAGANGAN MENTERI LUAR NEGERI

DAN KOPERASI

ttd ttd

DRS. RADIUS PRAWIRO PROF. DR. MOCHTAR KUSUMAATMADJA

LAIN-LAIN

Page 997: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

979

KEPUTUSAN BERSAMAMENTERI LUAR NEGERI DAN

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SKB-062/CR/VI/86/01NOMOR : 0419a/U/1986

TENTANG

PENYERAHAN MUSEUM KONFERENSI ASIA-AFRIKA DANPUSAT PENELITIAN SERTA PENGKAJIAN MASALAH ASIA

AFRIKA DAN NEGARA-NEGARA BERKEMBANG DARIDEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KE DEPARTEMEN LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI DANMENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,

Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Bersama Menteri LuarNegeri dan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaantanggal 25 Juni 1980 Nomor 194/07/80/01,Nomor 0185a/U/1980 tentang PeningkatanPusat Penelitian Serta Pengkajian Masalah Asia-Afrika dan Negara-negara Berkembangmerupakan wewenang dan tanggung jawabDepartemen Luar Negeri;

b. bahwa Menteri Luar Negeri ditunjuk sebagaipenanggung jawab pendirian MuseumKonferensi Asia-Afrika oleh Bapak Presiden,

LAIN-LAIN

Page 998: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

980

c. bahwa untuk mempermudah pengelolaanMuseum Konferensi Asia Afrika dan untuk lebihmemperlancar pelaksanaan tugas PusatPenelitian Serta Pengkajian Masalah Asia-Afrikadan Negara-negara Berkembang, perludiserahkan kembali Museum Konferensi Asia-Afrika dan Pusat Penelitian Serta PengkajianMasalah Asia Afrika dan Negara-NegaraBerkembang dan Departemen Luar Negeri;

d. bahwa untuk maksud tersebut, dipandang perlumenetapkan Keputusan Bersama Menteri LuarNegeri Menteri Pendidikan dan Kebudayaantentang Penelitian Museum Konperensi Asia-Afrika dan Pusat Penelitian Serta PengkajianMasalah Asia-Afrika dan Negara-NegaraBerkembang dan Departemen Pendidikan danKebudayaan Ke Departemen Luar Negeri.

Meningkat : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor44 Tahun 1974;

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor45/M Tahun 1983;

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor15 Tahun 1984 sebagaimana telah diubahterakhir dengan Keputusan Presiden RepublikIndonesia Nomor 47 Tahun 1985;

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor136/M Tahun 1985;

5. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK 203/OR/II/83/01 Tahun 1983;

6. Keputusan Menteri Pendidikan danKebudayaan Nomor 0222e/0/1980.

MEMUTUSKAN :

Dengan mencabut Keputusan Bersama MenteriLuar Negeri dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaantanggal 25 Juni 1960 Nomor 194/07A/I/80/1, Nomor

LAIN-LAIN

Page 999: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

981

01855a/U/1980 tentang Museum Konferensi Asia-Afrika dan Pusat Penelitian Serta Pengkajian MasalahAsia-Afrika dan Negara-Negara Berkembang.

Menetapkan : KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI LUAR NEGERIDAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANTENTANG PENYERAHAN MUSEUM KONPERENSIASIA AFRIKA DAN PUSAT PENELITIAN SERTAPENGKAJIAN MASALAH ASIA AFRIKA DANNEGARA-NEGARA BERKEMBANG DARIDEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEDEPARTEMEN LUAR NEGERI.

Pertama : Serah terima tersebut akan dilakukan menurut suatuberita acara antara Pejabat Departemen Pendidikandan Kebudayaan yang ditunjuk oleh MenteriPendidikan dan Kebudayaan dan PejabatDepartemen Luar Negeri yang ditunjuk oleh MenteriLuar Negeri.

Kedua : Hal-hal yang menyangkut administrasi kepegawaian,keuangan, perlengkapan dan lain-lain, tetap berjalansebagaimana diatur dalam ketentuan sebelumnyasampai reorganisasi lembaga yang dimaksudmemperoleh persetujuan dari Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara.

Ketiga : Mengingat letak Museum Konferensi Asia-Afrika danPusat Penelitian Serta Pengkajian Masalah Asia-Afrika dan Negara-negara Berkembang di GedungMerdeka Bandung yang ada di bawah wewenangPemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat, makapengembangan, pengelolaan dan pemeliharaannyadilakukan oleh Departemen Luar Negeri bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Tingkat I JawaBarat.

LAIN-LAIN

Page 1000: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

982

Keempat : Keputusan Bersama ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 13 Juni 1966

Tembusan Surat Keputusan Bersama ini disampaikan kepada YangTerhormat :

1. Presiden Republik Indonesia (sebagai laporan).2. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.3. Menteri Sekretaris Negara.4. Menteri Keuangan.5. Menteri Muda Sekretaris Kabinet.6. Kepala Badan Pengawasan Keuangan Negara.7. Kepala Badan Administrasi Negara.8. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat.9. Direktur Jenderal Anggaran Departemen Keuangan.10. Sekretaris Jenderal Deplu.11. Inspektur Jenderal Deplu.12. Direktur Jenderal Politik Deplu.13. Direktur Jenderal Hubungan Ekonomi Luar Negeri Deplu.14. Direklur Jenderal Hubungan Sosial Budaya dan Penerangan Deplu.15. Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Deplu.16. Direktur Jenderal Sekretariat Nasional ASEAN Deplu.17. Badan Penelitian dan Pengembangan Deplu.18. Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.19. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.20. Walikotamadya Bandung.21. Para Kepala Biro di lingkungan Sekretariat Jenderal Deplu.

MENTERI PENDIDIKAN MENTERI LUAR NEGERI DAN KEBUDAYAAN

ttd ttd

Prof. Dr. Fuad Hassan Prof. Dr Mochtar Kusumaatmadja

LAIN-LAIN

Page 1001: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

983

SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK.094/PK/XI/85/02

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN DAN TERTIB KAWATMENGAWAT PADA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : 1. bahwa dipandang perlu adanya peraturan danadministrasi yang sempurna dalam pengelolaanserta perkawatan terhadap berita-berita biasamelalui kawat-mengawat.

2. peraturan yang ada sekarang sudah tidak sesuailagi dan dianggap perlu diadakan pembaharuandan penyempurnaan.

Mengingat : 1. Keputusan Presiden RI No. 44 Tahun 1974tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen.

2. Keputusan Menlu No.SK.203/OR/li/83/01tentang Organisasi dan Tata Kerja DepartemenLuar Negeri Rl.

3. Keputusan Menteri Luar Negeri No. SK.99/BU/I/80/01 tentang Kebijaksanaan UmumMengenai Tata Kearsipan Departemen LuarNegeri dan Pewakilan RI.

4. Surat Edaran Sekjen Deplu No. 293/BJ/II/78/02 tentang Penertiban Kawat-mengawat.

5. Surat Edaran Sekjen Deplu No. 1052/BU/VIII/83/02 tentang Penertiban Kawat-mengawat.

LAIN-LAIN

Page 1002: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

984

MEMUTUSKAN

Menetapkan : TATA CARA PELAKSANAAN DAN TERTIBKAWAT-MENGAWAT PADA PERWAKILANREPUBLIK INDONESIA.

Pasal 1Tata cara pelaksanaan tertib kawat-mengawat tercantum dalamlampiran Surat Keputusan ini.

Pasal 2

Semua peraturan yang bertentangan dengan Surat Keputusan inidianggap tidak berlaku lagi.

Pasal 3

Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.

Pasal 4Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusanini, akan diadakan perubahan seperlunya.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 28 Nopember 1985

A.n Menteri Luar NegeriSekretaris Jenderal

ttd

SOEDARMONO

LAIN-LAIN

Page 1003: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

985

Lampiran :Keputusan Menteri Luar NegeriNomor : SK.094/PK/XI/85/02

TATA CARA PELAKSANAAN DAN TERTIB KAWATMENGAWAT PADA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENGERTIAN

1. Berita rahasia adalah berita yang mempunyai nilaikerahasiaan.

2. Berita biasa/plain adalah berita yang tidak mempunyai nilaikerahasiaan.

3. Kawat Sandi adalah kawat dalam bentuk Cryptogram.

4. Bagian Sandi adalah Bagian atau Sub Bagian atau UrusanSandi pada Perwakilan RI.

5. Resort adalah Perwakilan RI yang tidak/belum ada. PejabatSandi, dimana pelaksanaan dan pengamanan pemberitaan-nya diatur serta dikoordinasikan oleh Bagian Sandi dariPerwakilan Rl lain yang ditentukan oleh Pusat.

II. BERITA RAHASIA

A. Ketentuan Umum1. Suatu konsep berita diklasifikasikan sebagai berita rahasia

apabila dipenuhi hal-hal sebagai berikut:

1.1. Isi berita bersifat rahasia dan penting

1.2. Isi berita mempunyai urgensi untuk dikawatkan

1.3. Isi berita disusun secara singkat dan padat, denganmenggunakan “Bahasa Tilgram” (telegram style).

2. Sesuai klasifikasi kerahasiaannya :

2.1. Alamat berita rahasia dibatasi seminimal mungkin.

2.2. Berita rahasia, yang telah dikirim ataupun diterimatidak dibenarkan untuk dikirim ulang ataupun dikutip

LAIN-LAIN

Page 1004: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

986

(direfer) dengan berita biasa/plain baik seluruh isiberita, sebagian maupun nomor asli surat.

2.3. Tidak dibenarkan membaca, atau membicarakantentang isi berita, rahasia melalui tilpun atau melaluisarana komunikasi terbuka lainnya.

3. Semua berita Rahasia harus disimpan dalam file khususyang memenuhi persyaratan pengamanan (disimpandalam filing cabinet/lemari besi yang berkunci kombinasiangka).

4. Tidak dibenarkan meletakkan, meninggalkan ataupunmenyimpan, meskipun hanya untuk sementara, setiapberita rahasia, di tempat-tempat umum dan rawan(misalnya, diatas meja kerja kantor, didalam rumahkediaman pribadi, diruang-ruang umum perkantoran, didalam saku baju dan lain-lain).

5. Semua catatan tentang berita rahasia, ataupun kawatsandi bila sudah tidak diperlukan lagi harus segeradihancurkan atau dimusnahkan.

6. Penggandaan kawat-kawat, bila sangat diperlukan, hanyadapat diubah oleh Bagian Sandi.

7. Jika diketahui hilangnya berita rahasia, atau diduga, telahterjadi kebocoran tentang suatu berita rahasia, agarsegera dilaporkan kepada Pejabat Sandi setempat untukselanjutnya diambil tindakan-tindakan pengamananseperlunya.

8. Setiap penyimpanan dari ketentuan umum ini harusdimintakan izin terlebih dahulu kepada Sekretaris JenderalDepartemen Luar Negeri.

B. Tata tertib pengiriman dan penerimaan berita,rahasia1. Berita rahasia keluar

a. Konsep berita rahasia, yang akan dikirim sebagaikawat sandi harus dibuat diatas formulir “KONSEPBERITA RAHASIA” yang disediakan oleh Bagian Sandi.

b. Dalam menyusun konsep berita rahasia tersebut agardiperhatikan hal-hal sebagai berikut:

LAIN-LAIN

Page 1005: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

987

(1) Konsep berita rahasia dibuat tanpa copy.

(2) Tidak menggunakan singkatan-singkatan yangtidak lazim.

(3) Bila dalam pembuatan konsep berita rahasiaterdapat kesalahan dan perlu diperbaharui, harusdipergunakan lembar berikutnya. Lembarkonsep yang dibatalkan agar diserahkanbersama-sama dengan konsep yang akandikirim kepada Pejabat Sandi.

c. Semua konsep berita rahasia harus ditandatanganioleh si pembuat kawat.

d. Konsep berita rahasia yang akan dikirim terlebih dahuluharus diketahui dan mendapatkan persetujuan KepalaPerwakilan atau Pejabat Dinas Luar Negeri yangditunjuk untuk itu.

e. Penyampaian konsep berita rahasia yang akan dikirimagar diserahkan langsung kepada Pejabat Sandi. Bilakeadaan tidak memungkinkan dapat disampaikandengan sampul ganda dan tertutup rapat.

f. Bila diperlukan, konsep berita rahasia dapat dipinjamoleh Unit-Unit di lingkungan Perwakilan dari PejabatSandi dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(1) Butir-butir 3 dan 4 Ketentuan Umum.

(2) Bagi Unit-Unit yang berkantor terpisah satusama lain dengan gedung Perwakilan RI(misalnya kantor-kantor Atase Teknis : Athan,Perhubungan, Perdagangan, Perindustrian,Pendidikan dan lain-lain), bila meminjam berita-berita rahasia tidak dikecualikan dari prosedurseperti pada butir 3 dan 4 Ketentuan Umum.

(3) Peminjaman dan penggandaan berita-beritarahasia dapat dibenarkan atas sepengetahuanKepala Perwakilan atau Pejabat Dinas LuarNegeri yang ditunjuk untuk itu.

(4) Penyampaian kembali konsep berita rahasiakeluar yang dipinjam tersebut agar diserahkanlangsung kepada Pejabat Sandi, atau bilasesuatu keadaan tidak memungkinkan, dapat

LAIN-LAIN

Page 1006: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

988

disampaikan dengan sampul ganda dan tertutuprapat.

g. Bagi Perwakilan-perwakilan Rl dimana pelaksanaankomunikasinya merupakan resort dari Bagian Sandipada Perwakilan Rl lainnya, maka penyampaiankonsep berita rahasia kepada Bagian Sandi dilakukandengan cara sebagai berikut:

(1) Diantar oleh seorang staf yang ditunjuk untukitu.

(2) Dikirim melalui pos tercatat express (registeredmail/airmail express) dengan mempergunakansampul khusus yang disediakan oleh BagianSandi.

h. Hanya Kepala Perwakilan dan Pejabat Dinas LuarNegeri yang tunjuk dibenarkan membuka sampul danmembaca isi berita rahasia.

2. Berita Rahasia Masuk

a. Semua berita rahasia masuk dibuat diatas formulirkhusus yang disediakan oleh Bagian Sandi yangbernomor urut dan dibubuhi tanda tangan PejabatSandi yang berwenang.

b. Berita rahasia masuk dibuat tanpa copy.

c. Berita rahasia masuk disampaikan sendiri oleh PejabatSandi kepada Kepala Perwakilan RI dan selanjutnyadisampaikan kepada Unit-Unit lainnya di lingkunganPerwakilan sesuai disposisi Kepala Perwakilan.

d. Setelah mendapatkan disposisi Kepala Perwakilan RIdan penyelesaian seperlunya, maka berita rahasiatersebut disimpan kembali pada Bagian Sandi setelahpejabat yang membacanya membubuhkan parafnya.

e. Bila diperlukan, salinan berita rahasia masuk dapatdipinjam oleh Unit-Unit di lingkungan Perwakilan dariBagian Sandi dengan memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:

(1) Butir-butir 3 dan 4 Ketentuan Umum.

(2) Bagi Unit-unit yang berkantor terpisah satu samalain dengan gedung Perwakilan RI (misalnyakantor Atase Teknis : Athan, Perhubungan,

LAIN-LAIN

Page 1007: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

989

Perdagangan, Perindustrian, Pendidikan dan lainlain), bila meminjam berita-berita rahasia tidakdikembalikan dari prosedur seperti pada butir 3dan 4 ketentuan umum.

(3) Pinjaman dan penggandaan berita-berita rahasiadapat dibenarkan atas sepengetahuan KepalaPerwakilan atau Pejabat Dinas Luar Negeri yangditunjuk untuk itu.

(4) Panyampaian kembali konsep berita rahasiamasa yang dipinjam tersebut agar diserahkanlangsung kepada Pejabat sandi atau bila sesuatukeadaan tidak memungkinkan dapatdisampaikan dengan sampul tertutup rapat.

f. Bagi Perwakilan-perwakilan RI dimana pelaksanaankomunikasinya merupakan resort dari Bagian Sandipada Perwakilan RI lainnya, penyampaian salinanberita rahasia masuk dilakukan dengan cara:

(1) Diantar oleh seorang staf yang ditunjuk untukitu.

(2) Dikirim melalui pos tercatat express (registeredmail/airmail express) dengan mempergunakansampul khusus yang disediakan oleh BagianSandi.

g. Hanya Kepala Perwakilan RI dan Pejabat Dinas LuarNegeri yang ditunjuk dibenarkan membuka sampuldan membaca salinan berita rahasia.

III. BERITA BIASA /PLAINA. Ketentuan Umum

1. Suatu konsep berita diklasifikasikan sebagai berita biasa/plain apabila dipenuhi hal-hal sebagai berikut:

1.1. Isi berita bersifat penting dan mempunyai urgensiuntuk dikawatkan.

1.2. Isi berita disusun secara singkat dan padat denganmenggunakan “Bahasa Tilgram” (telegram style).

2. Tidak dibenarkan merefer suatu berita rahasia dalamberita biasa/plain, baik isi maupun nomor asli kawat.

LAIN-LAIN

Page 1008: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

990

3. Berita biasa yang telah dikirim ataupun diterima tidakdibenarkan untuk dikirim ulang sebagai berita rahasia.

4. Atas dasar pertimbangan pengamanan pemberitaan,Pejabat Sandi dapat meningkatkan klasifikasi suatu konsepberita biasa/plain menjadi berita rahasia denganmemberitahu yang bersangkutan.

B. Tata tertib pengiriman/penerimaan berita biasa/plain1. Berita biasa keluar

a. Konsep berita biasa yang akan dikirim harusmenggunakan formulir “KONSEP BERITA RAHASIA”yang disediakan oleh Bagian Sandi.

b. Dalam menyusun suatu konsep berita biaya perludiperhatikan hal-hal sebagai berikut :

(1) Konsep berita biasa, dibuat rangkap dua, yaitu“KONSEP ASLI” untuk dikirim “TEMBUSAN”untuk arsip pengirim.

(2) Tidak menggunakan singkatan-singkatan yangtidak lazim.

c. Semua konsep berita biasa yang akan dikirim harusditanda tangani oleh si pembuat kawat dan KepalaPerwakilan atau Pejabat yang ditunjuk untuk itu.

d. Pengirim kawat akan menerima konfirmasi pengirimanberita yang telah dikirim oleh Bagian Sandi.

e. Tembusan berita biasa tersebut perlu dicocokkandengan “tembusan konsep berita, biasa” yang adapada si pengirim. Jika ternyata, terdapat kesalahanpada salinan kawat ini, perlu segera diberitahukankepada Bagian Sandi untuk diadakan ralat seperlunya.

f. Bagi Perwakilan-perwakilan RI dimana, pelaksanaankomunikasi merupakan resort dari Bagian Sandi padaPerwakilan RI lainnya, penyampaian konsep beritabiasa keluar kepada Pejabat Sandi dilakukan dengancara sebagai berikut:

(1) Diantar oleh seorang staf yang ditunjuk untukitu.

LAIN-LAIN

Page 1009: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

991

(2) Dikirim melalui pos tercatat express (registeredmail/air mail express) dengan mempergunakansampul khusus yang disediakan oleh BagianSandi.

(3) Bila memiliki pesawat telex dapat disalurkanmelalui telex.

g. Pengiriman konsep berita biasa dari Perwakilan-perwakilan RI yang menjadi resort Bagian Sandi akanmenerima, konfirmasi pengiriman berita yang telahdikirim oleh Bagian Sandi.

h. Hanya Kepala Perwakilan dan Pejabat Home Staffyang ditunjuk dibenarkan membuka sampul danmembaca konsep berita biasa.

2. Berita biasa masuk

a. Berita biasa masuk dibuat diatas formulir yangdisediakan oleh Bagian Sandi dan dibubuhi tandatangan Pejabat Sandi.

b. Semua berita biasa masuk disampaikan kepadaKepala Perwakilan Rl dan selanjutnya disampaikankepada Unit-unit di lingkungan Perwakilan sesuai alamatdan disposisi Kepala Perwakilan.

c. Penyampaian salinan berita biasa masuk kepadaPerwakilan-perwakilan RI dimana pelaksanaankomunikasinya merupakan resort dari Bagian Sandipada Perwakilan Rl lainnya, dilakukan dengan cara :

(1) Diantar oleh seorang staf yang ditunjuk untukitu.

(2) Dikirim melalui pos tercatat express (registeredmail/air mail express) dengan mempergunakansampul khusus yang disediakan oleh BagianSandi.

(3) Bila memiliki pesawat telex dapat disalurkanmelalui telex.

d. Hanya Kepala Perwakilan RI dan Pejabat Dinas LuarNegeri yang ditunjuk dibenarkan membuka sampuldan membaca salinan berita biasa masuk.

LAIN-LAIN

Page 1010: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

992

IV.HAL-HAL LAIN

1. Hanya para Pejabat Dinas Luar Negeri pada Perwakilan RIyang dapat ditunjuk oleh Kepala Perwakilan untuk :menyiapkan, membaca dan menangani berita-berita rahasia.

2. Para Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Perwakilansebagaimana tertera pada butir IV 1 tersebut di atasbertanggung jawab atas keamanan berita-berita rahasia yangditanganinya.

3. Dalam rangka pengamanan persandian secara menyeluruhyang menjadi beban tugas dan tanggung jawab PejabatSandi, khususnya yang mempunyai resort, dalam waktu-waktu tertentu diwajibkan untuk bertugas ke resortnya danmenyampaikan hasil penugasannya kepada Kepala PerwakilanRI dan Kepala Pusat Komunikasi.

Jakarta, 28 Nopember 1985

LAIN-LAIN

Page 1011: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

993

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : R. 2522/76/06SIFAT : RahasiaLAMPIRAN : Berkas – berkasPerihal : Pedoman Umum

Pengamanan Perwakilan RI

Jakarta, April 1995

Kepada Yth,Para Ka Perwakilan RIDiLuar Negeri

1. Sebagai kelanjutan dari radiogram-radiogram kami No.TR-250/12/75 dan TR-053/02/76 dalam rangka usahapeningkatan pengamanan Perwakilan khususnyaterhadap bahaya dan demonstrasi, bersama inidisampaikan Pedoman Umum Pengamanan PerwakilanRI, untuk digunakan dalam usaha penyempurnaantindakan-tindakan penanganan yang diambil.

2. Penyusunan Pedoman ini dilaksanakan sedemikianrupa, sehingga pelaksanaannya oleh Perwakilan-perwakilan akan dapat disesuaikan dengan keadaansetempat untuk mencapai suatu tingkat pengamanandalam semua bidang bagi masing-masing Perwakilan.

3. Keterangan-keterangan/saran-saran/rencana-rencanapengamanan Perwakilan ataupun langkah-langkahpengamanan yang telah diambil oleh Perwakilan-perwakilan dalam rangka realisasi tugas termaktubdalam radiogram-radiogram tersebut di atasmerupakan bahan yang sangat berguna dalampenyusunan Pedoman ini.

4. Dengan demikian penyempurnaan tindakan-tindakanpengamanan di lingkungan masing-masing Perwakilankiranya dapat diambil dengan mempergunakanPedoman ini sebagai landasan, dan pelaksanaannyakiranya dilaporkan ke Pusat.

LAIN-LAIN

Page 1012: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

994

5. Perlu ditambahkan bahwa pedoman pengamananPerwakilan yang pernah dikeluarkan, sepanjang tidakbertentangan dengan Pedoman ini tetap berlaku.

A.n. Menteri Luar NegeriDirektur JenderalPengamanan Hubungan Luar Negeriu.b.Sekretaris

ttd

R.B. Panggabean

Tembusan

Yth. 1. Pimpinan Teras Deplu

2. Para Sekretaris Ditjen/Direktur/Ka. Biro di lingkungan Deplu

3. Arsip

LAIN-LAIN

Page 1013: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

995

PROYEK BANTUAN DAN REHABILTASI KORBANBENCANA ALAM JAKARTA

DIREKTORAT JENDERAL BINA BANTUAN SOSIAL DEP.SOSIAL RI

No. : 489/Um/BBS/1986 Jakarta, 7 Januari 1986Lampiran :Perihal : Prosedur penggantian Kepada Yth.

biaya pemulangan WNI Bapak Sekretaris Jenderalyang terlantar di Luar Departemen Luar NegeriNegeri. U.p. Kepala Biro——————————— Keuangan

di

JAKARTA

Memperhatikan surat Saudara no. 535/E.3/XI/85/13tgl. 27 Nopember 1985 perihal sebagaimana tersebutpada pokok surat, dengan ini diberitahukan bahwaberdasarkan :

1. Keputusan Presiden No. 49. Th. 1983 tentangSusunan Organisasi Departemen. KeputusanMenteri Sosial Rl No. 155 Th. 1983 tentangOrganisasi Tata Kerja Departemen Sosial.

2. Pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) yangterlantar di Luar Negeri pelaksanaan pemberianbantuan adalah sebagai berikut :

a. Apabila ada WNI yang karena sesuatu halmenjadi terlantar di Luar Negeri dan ingin kembalike Indonesia tetapi tidak mempunyai biaya,maka diharapkan KBRI meneliti terlebih dahuludata dan kenyataan tentang kebenaran orangtersebut dan segera melaporkan kepada

LAIN-LAIN

Page 1014: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

996

Departemen Luar Negeri dan DepartemenSosial.

b. Sambil menunggu kesiapan-kesiapanpenerimaan di Indonesia baik oleh Pemerintah,Organisasi Sosial maupun oleh keluarga yangbersangkutan, diharapkan agar KBRImemberikan bantuan sementara berupapenampungan, pemakaman dan obat-obatan(bila diperlukan).

c. Setelah mendapat kepastian dari PemerintahRI agar secepatnya (dalam kesempatanpertama) dipulangkan ke Indonesia dengan,angkutan kapal laut atau pesawat udara kElasekonomi, baik langsung ke daerah asalnyamaupun dimana keluarganya berada,diharapkan KBRI melaporkan terlebih dahulu keDepartemen Luar negeri dan Departemen Sosialmelalui Telex, dengan angkutan apa, berapaorang, dari negara mana, tanggalpemberangkatan dan tanggal tiba di tempattujuan.

d. Segala biaya untuk kepentingan pemulangantersebut, pada prinsipnya Departemen Sosialakan mengganti keseluruhan biaya yang telahdikeluarkan oleh KBRI sesuai dengan bukti-buktiyang sah yang ada kaitannya dengan masalahtersebut.

Adapun tata cara permohonan biaya penggantiandalam rangka kegiatan penampungan dan pemulanganWNI yang terlantar di Luar negeri adalah sebagaiberikut:

1) Mengajukan Surat permohonan penggantian atasbiaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh KBRI dimanaWNI tersebut terdampar.

2) Melampirkan bukti-bukti pengeluaran, berupa :kwitansi dan bukti pengeluaran lainnya yang sahmenurut peraturan Pemerintah tentang AdministrasiKeuangan dan peraturan lainnya yang berlaku bagiPemerintah RI.

LAIN-LAIN

Page 1015: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

997

3) Bukti-bukti pengeluaran biaya-biaya tersebut di atasagar dilakukan seefektif dan efisien mungkin.

Demikian untuk menjadikan periksa dan ataskerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.

A.n. DIREKTUR JENDERALBINA BAKMAN SOSIAL

Direktur Urusan Korban Bencana

ttd

IMAM SOEPARDI

Tembusan kepada Yth. :

1. Bapak Direktur Jenderal Bina

Bantuan Sosial (sebagai laporan)

2. Sdr. Kepala Biro Keuangan Depsos.

3. A r s i p

LAIN-LAIN

Page 1016: Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

998

pro : Dubes RI di Bonn et Kopenhagenex : Dirhubsosbud

Menjawab pertanyaan saudara tentang perutusan kesenianIndonesia yang akan berangkat ke luar negeri, berdasarkan hasilkoordinasi Deplu, Depdikbud dan Bakin, disampaikan hal-hal sbb :

1. Perutusan kesenian dibagi dalam 2 golongan, yaitu yang bersifatresmi (go to go) dan bersifat swasta/komersial.

2. Perutusan kesenian dengan perutusan resmi kesenian Indonesiaadalah rombongan seniman, seniman perorangan atau karyaseni Indonesia yang secara resmi ditunjuk/dikirim oleh PemerintahRI ke luar negeri untuk adakan kegiatan kesenian mewakiliIndonesia di negara lain.

3. Perutusan resmi kesenian tersebut dapat dikirim berdasarkaninisiatif Pemerintah RI ataupun penuhi undangan pemerintahasing ataupun badan internasional yang diakui oleh PemerintahRI.

4. Pengirim/keberangkatan perutusan resmi ini memerlukanrekomendasi dari Deplu c.q. Dithubsosbudpen dan perizinannyadari Depdikbud cq. Ditjen Kebudayaan.

5. Bagi yang bersifat swasta/komersial, proses penanganannyadisalurkan melalui impesariat yang telah diakui oleh Pemerintahyang perizinannya ditangani oleh komisi peneliti dan penilaikegiatan artis dan hiburan (KPP) dengan alamat Jl. Seno Raya 1Pejaten, Jakarta Selatan.

6. Sehubungan dengan hal–hal tersebut di atas saat ini Depdikbudsedang merancang suatu peraturan yang baru dan akandisampaikan kepada semua perwakilan.

Demikian ump.

(Ref. Kawat no. 910324 tgl. 31 Januari 1991)

LAIN-LAIN