Bukti Audit Dan Prosedur Dokumentasi Audit (Temu 8)
Transcript of Bukti Audit Dan Prosedur Dokumentasi Audit (Temu 8)
BUKTI AUDIT DAN PROSEDUR DOKUMENTASI AUDIT
A. Bukti Audit
1. Kesesuaian dan Kecukupan Bukti
Sifat Bukti Audit
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Jurnal, buku besar dan buku pembantu,
dan buku pedoman akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja
(work sheet) dan spread sheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan
rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan.
Data akuntansi ini seringkali dalam bentuk elektronik.
Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektonik, seperti cek;
catatan electonic fund transfers; surat kontrak; notulen rapat; konfirmasi dan
representasi tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi yang diperoleh auditor
melalui permintaaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemerikasaan fisik.
Dalam entitas tertentu, beberapa data akuntansi dan bukti penguat tersedia dalam
bentuk elektronik. Dokumen sumber seperti order pembelian, surat muat, faktor, dan
cek digantikan dengan pesan elektronik. Sebagai contoh, entitas dapat menggunakan
Electronic Data Interchange (EDI) atau sistem pengolahan citra (image processing
systems) Dalam EDI, entitas dan pelanggannya atau pemasok menggunakan hubungan
komunikasi untuk melakukan transaksi bisnis secara elektronik. Transaksi pembelian,
pengiriman, penagihan, penerimaan kas, dan pengeluaran kas seringkali dilaksanakan
seluruhnya dengan pertukaran pesan elektronik di antara pihak-pihak yang terkait.
Dalam sistem pengolahan citra, dokumen di-scan dan diubah menjadi citra elektronik
untuk memfasilitasi penyimpanan dan pengacuan, dan dokumen sumber dapat tidak
disimpan setelah diubah ke dalam citra tersebut.
Kompetensi Bukti Audit
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah dan
relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan
pemerolehan bukti tersebut. Dengan demikian penarikan kesimpulan secara umum
mengenai dapat diandalkannya berbagai macam bukti audit, tergantung pada
pengecualian penting yang ada. Namun, jika pengecualian yang penting dapat
1
diketahui, anggapan berikut ini mengenai keabsahan bukti audit dalam audit,
meskipun satu sama lain tidak bersifat saling meniadakan, dapat bermanfaat :
1) Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan, untuk
tujuan audit auditor independen, bukti tersebut memberikan jaminan keandalan
yang lebih daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.
2) Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan
mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.
3) Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi
fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat menyimpulkan
dibandingkan dengan yang diperoleh secara tidak langsung.
Kecukupan Bukti Audit
Audit yang dilakukan auditor independen bertujuan untuk memperoleh bukti audit
kompeten yang cukup untuk dipakai sebagai dasar memadai dalam merumuskan
pendapatnya. Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk
mendukung pendapatnya memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah
mempelajari dengan teliti keadaan yang dihadapinya.
2. Jenis Bukti Audit
Tipe bukti audit dapat dikelompokkan menjadi dua golongan berikut ini :
Tipe data akuntansi
1) Pengendalian Intern
Kuat atau lemahnya pengendalian intern merupakan factor utama yang
menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor dari
berbagai sumber bukti. Semakin kuat pengendaliam intern, semakin sedikit
bukti audit yang harus dikumpulkan sebagai dasar pernyataan pendapat
auditor. Jika pengendalian intern lemah, auditor harus mengumpulkan jumlah
bukti audit yang lebih banyak.
2) Catatan Akuntansi
Jurnal, buku besar, dan buku pembantu merupakan catatan yang digunakan
oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna menghasilkan laporan
keuangan. Oleh karena itu, pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap
suatu jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan, ia akan melakukan
penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi. Dengan
2
demikian, catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai
pengolahan transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh klien.
Informasi penguat
1) Bukti fisik
Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau
perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh
auditor dalam pemeriksaan terhadap sediaan dank as. Pemeriksaan terhadap
surat berharga, piutang wesel, investasi jangka panjang, dan aktiva berwujud
juga memerlukan bukti fisik ini.
2) Bukti Dokumenter
Tipe bukti audit yang paling penting bagi auditor adalah bukti documenter.
Tipe bukti audit ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf atau angka atau
simbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti documenter dapat dibagi
menjadi tiga golongan yaitu :
Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan
langsung kepada auditor.
Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam
arsip klien.
Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
3) Sumber
Bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya
merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi.
4) Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh
auditor. Ketepatan waktu pemerolehan bukti audit sangat penting dalam
memverifikasi aktiva lancer, utang lancar, dan saldo akun laba rugi yang
bersangkutan.
5) Objektivitas
Bukti yang bersifat objektif umumnya dianggap lebih andal dibandingkan
dengan bukti yang bersifat subjektif. Sebagai contoh, bukti tentang eksistensi
aktiva tetap berwujud akan lebih kompeten bila diperoleh melalui inspeksi
fisik, karena secara objektif bukti tersebut lebih konklusif.
3
B. Prosedur dan Dokumentasi Audit
1. Program Audit Substantif
Program audit merupakan merupakan kumpulan prosedur audit (dibuat tertulis) yang
rinci dan dijalankan untuk mencapai tujuan audit.
Dalam program audit, auditor menyebutkan prosedur audit yang harus diikuti dalam
melakukan verifikasi setiap unsur yang tercantum dalam laporan keuangan, tanggal,
dan paraf pelaksana prosedur audit tersebut, serta penunjukkan indeks kertas kerja
yang dihasilkan. Dengan demikian, program audit berfungsi sebagai suatu alat yang
bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan audit.
Program audit dapat digunakan untuk merencanakan jumlah orang yang diperlukan
untuk melaksanakan audit beserta komposisinya, jumlah assisten dan auditor junior
yang ditugasi, taksiran jam yang akan dikonsumsi, serta untuk memungkinkan auditor
yang berperan sebagai supervisor dapat mengikuti kemajuan audit yang sedang
berlangsung.
Berikut adalah contoh program audit terhadap kas, yang berisi prosedur pengujian
substantif terhadap kas.
Program Audit untuk Pengujian
substantif
Indeks
Kertas Kerja
Tanggal
PelaksanaanPelaksana
Prosedur Audit Awal
1. Usut saldo kas yang tercantum dalam
neraca ke saldo akun kas yang
berkaitan dalam buku besar.
2. Hitung kembali saldo akun kas dalam
buku besar.
3. Lakukan review terhadap mutasi luar
biasa dalam jumlah dan sumber posting
dalam akun kas.
4. Usut saldo awal akun kas ke kertas
kerja tahun lalu.
5. Usut posting pendebitan dan
pengkreditan akun kas ke dalam jurnal
penerimaan kas dan jurnal pengeluaran
kas.
4
Pengujian Analitik
6. Bandingkan saldo kas dengan angka
kas yang dianggarkan, saldo kas akhir
tahun lalu, atau angka harapan lain.
7. Hitung ratio saldo kas dengan aktiva
lancar dan bandingkan dengan angka
harapan.
Pengujian terhadap Transaksi Rinci
8. Lakukan pengujian pisah batas
transaksi kas.
9. Buatlah dan lakukan analisis terhadap
rekonsiliasi bank.
10. Buatlah daftar transfer bank dalam
periode sebelum dan sesudah tanggal
neraca untuk menemukan kemungkinan
terjadinya check kitting.
Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci
11. Hitung kas yang ada di tangan klien.
12. Rekonsiliasi catatan atas klien dengan
rekening koran bank yang berkaitan.
13. Lakukan konfirmasi saldo kas di bank.
14. Periksa cek yang beredar pada tanggal
neraca ke dalam rekening koran bank.
15. Buatlah rekonsiliasi saldo kas menurut
cutoff bank statement dengan saldo kas
menurut catatan klien.
16. Usut setoran dalam perjalanan (deposit
in transit) pada tanggal neraca ke dalam
cutoff bank statement.
17. Periksa tanggal yang tercantum dalam
cek yang beredar pada tanggal neraca
5
18. Periksa adanya cek kosong yang
tercantum dalam cutoff bank statement.
19. Periksa semua cek dalam cutoff bank
statement mengenai kemungkinan
hilangnya cek yang tercantum sebagai
cek yang beredar pada tanggal neraca.
Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan
20. Periksa jawaban konfirmasi dari bank
mengenai batasan yang dikenakan
terhadap pemakaian rekening tertentu
klien di bank.
21. Lakukan wawancara dengan
manajemen mengenai batasan
penggunaan kas klien.
22. Periksa adanya kemungkinan
penggelapan kas dengan cara lapping
penerimaan dan pengeluaran kas.
2. Dokumentasi Audit (Kertas Kerja Audit)
Kertas kerja audit merupakan kertas-kertas yang diperoleh akuntan selama melakukan
pemeriksaan dan dikumpulkan untuk memperlihatkan pekerjaan yang telah
dilaksanakan, metode dan prosedur pemeriksaan yang diikuti serta kesimpulan-
kesimpulan yang telah dibuatnya.
Dengan kata lain kertas kerja audit dapat berasal dari pihak klien, hasil analisis yang
dibuat auditor atau dari pihak ketiga yang independen baik secara langsung maupun
tidak langsung. Berkas kertas kerja yang berasal dari klien dapat berupa :Neraca
Saldo (Trial balance), Rekonsiliasi bank (Bank reconciliation), Analisa Umur Piutang
(Accounts Receivable Aging Schedule), Rincian Persediaan (Final Inventory List),
Rincian Utang, Rincian Biaya Umum dan Administrasi, Rincian Biaya Penjualan,
Surat Pernyataan Langganan.
Kertas kerja yang dikumpulkan oleh akuntan merupakan data-data rahasia yang
menjadi milik perusahaan, oleh karenanya akuntan berkewajiban untuk menjaga
6
kerahasiaan tersebut jangan sampai data tersebut jatuh pada pihak-pihak yang tidak
diinginkan perusahaan.
Isi Kertas Kerja Audit
Kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan
laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing yang
dapat diterapkan telah dilaksanakan.
Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi dokumentasi yang
memperlihatkan :
Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang
menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern telah diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang telah dilakukan.
Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan dan
pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang
cukup sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan auditan, yang menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan
lapangan yang ketiga.
Pengarsipan Kertas Kerja Audit
Current File, yaitu arsip pemeriksaan tahunan yang diperoleh dari pemeriksaan tahun
berjalan, informasi dari current file pada umumnya mempunyai manfaat untuk tahun
yang diperiksa.Contoh : Neraca saldo, Berita acara kas opname, Rekonsiliasi bank,
Rincian piutang, Rincian persediaan Rincian utang, Rincian biaya dan lain lain.
Permanent File, merupakan arsip kertas kerja yang secara relatif tidak mengalami
perubahan. Arsip ini dapat digunakan berulang ulang untuk beberapa periode
pengauditan. Contoh : Akte pendirian, Accounting manual (pedoman akuntansi),
Kontrak kontrak, Notulen rapat.
Tujuan dari permanent file :
Sebagai acuan yang digunakan untuk pemeriksaan tahun-tahun mendatang.
Memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staff
yang baru pertamakali menangani pemeriksaan laporan keuangan.
7
Untuk menghindari pengulangan pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun
ke tahun.
KEPEMILIKAN KERTAS KERJA AUDIT
Kertas kerja audit akuntan yang disusun selama pelaksanaan audit, baik yang disusun
oleh auditor sendiri maupun yang disusunkan oleh klien untuk auditor, adalah milik
auditor (akuntan publik). Oleh karena itu semua kertas kerja tersebut harus disimpan
oleh auditor dengan sebaik-baiknya, dalam arti disimpan secara teratur sesuai dengan
urutan yang logis.
Walaupun kertas kerja tersebut milik auditor, tetapi auditor dilarang memperlihatkan
atau membocorkan informasi yang ada pada kertas kerja tersebut kepada pihak ketiga
tanpa seizin kliennya, kecuali atas perintah pengadilan atau profesi akuntan. Selama
melaksanakan audit, auditor memperoleh sejumlah informasi yang sifatnya rahasia
antara lain berupa informasi tentang gaji karyawan penting (key personels), rencana
advertensi, data biaya produksi dan metode penentuan harga jual produk. Jika auditor
membocorkan informasi-informasi pada pihak ketiga atau kepada karyawan kliennya,
maka auditor tersebut dapat dimintai pertanggung jawabannya atau dituntut ke
pengadilan.
Referensi :
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Professional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba
Empat.
Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
8