Bukti Audit
-
Upload
anna-marhayeni-lumban-gaol -
Category
Documents
-
view
114 -
download
4
Transcript of Bukti Audit
TUGAS PENGAUDITAN
DISUSUN OLEH :
ANNA MARHAYENNI L (12/MPA-XXVIA/07)
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS -PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
BUKTI AUDIT, TUJUAN AUDIT, PROGRAM AUDIT DAN
KERTAS KERJA
Auditor mengawali perencanaan audit dengan meletakkan akhir audit dibenak
nya,sejak awal teah disebutkan bahwa tujuan menyeluruh audit laporankeuangan adalah
menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuanganklien menyajikan secara
wajar,salam semua hal yang material,sesuai denganGAAP.untuk itu auditor hars
memperoleh bahan bukti audit yang cukup dankompeten sebagai dasar yang memadai
untuk menyatakan pendapat,disamping itu,pilihan akan bukti audit dipengaruhi oleh :
1. Pemahaman auditor atas bisnis dan industri klien.
2. Perbandingan antara harapan auditor atas laporan keuangan denganBuku dan
catatan klien.
3. Keputusan tentang asersi yang material bagi laporan keuangan.
4. Keputusan tentang risiko bawaan dan risiko pengendalian
A. Audit Top-Down VS Audit Bottom-Up
Bukti audit top-down (top down evidence) berfokus pada upaya auditor dalam
memperolehpemahaman tentang bisnis dan industri,tujuan
manajemen,bagaimanamanajemen menggunakan sumber dayanya untuk
mencapaisasaran,keunggulan kompetitif organisasi di pasaran,proses bisnis
inti,sertalaba dan arus kas yang dihasilkan.proses audit top-down memberikan
buktitentang risiko bisnis strategis yang dihadapi klien,bagaimana klien menanggapi
risiko tersebut,dan kelangsungan entitas.
Bukti audit bottom-up berfokus pada pengujian secara langsung antar
transaksi,saldo akun,serta sistem yang mencatat transaksi tersebut yang padaakhirnya
menghasilkan saldo aku.bukti audit bottom-up meliputi beberapabentuk penarikan
sample transaksi,atau penarikan sample terperinci yang mendukung saldo akun.
B. Keputusan Penting Tentang Bukti Audit
Ketika merencanakan audit,auditor harus membuat 4 keputusan pentingtentang
lingkup dan pelaksanaan audit.keputusan tersebut meliputi :
1. Sifat pengujian yang harus dilakukan.
2. Saat pengujian yang harus dilakukan.
3. Luas pengujian yang arus dilakukan.
4. Penetapan staff untuk melaksanakan audit.
1. Sifat Pengujian yang Harus Dilakukan
Sifat pengujian audit mengacu pada sifat dan efektifitas pengujian audit yangakan
dilaksanakan.Pertama,prosedur audit tersebut harus dapat memberikanbukti tentang
kinerja kompetitif suatu entitas atau terkait dengan tujuanspesifik yang ingin dicapai
auditor.auditor juga harus mempertimbangkan biaya relatif dan efektifitas prosedur
dalam kaitannya dengan tujuan audityang spesifik.
2. Saat Pengujian Audit
Saat mengacu pada kapan auditor akan melaksanakan pengujian audit sertamenarik
kesimpulan audit.pengujian audit pada tanggal interim dapatmemberikan
pertimbangan awal mengenai masalah-masalah signifikasi yangdapat mempengaruhi
laporan keuangan pada akhir tahun buku.auditor jugadapat memilih untuk
melaksanakan pengujian substantif tentang kewajaransaldo akun sebelum tanggal
neraca.
3. Luas Pengujian Audit
Luas prosedur audit berkaitan dengan keputusan auditor tentang berapabanyak
bukti audit yang harus diperoleh .bukti yang lebih banyak diperlukanuntuk mencapai
suatu tingkat resiko deteksi yang rendah dibanding dengantingkat resiko yang tinggi.
4. Penetapan Staf Audit
Auditor harus ditugaskan pada tugas-tugas yang telah ditetapkan dan disupervisi
sesuai dengan tingkat pengetahuan ,keterampilan,dan kemampuannya sehingga mereka
dapat mengevaluasi bukti audit yang sedangdiperiksa.
Auditor membuat 4 pilihan penting yang berkaitan dengan bukti audit
1. Bukti apa yang akan diperoleh ( sifat)
2. Bilamana akan memperoleh bukti ( saat )
3. Berapa banyak bukti yang akan diperoleh ( luas )
4. Siapa yang akan ditugaskan untuk memperoleh bukti ( staff audit )
C. Tujuan Audit Spesifik dan Bukti Audit
Asersi manajemen dalam laporan keuangan menjadi pedoman bagiauditor untuk
merencanakan pengumpulan bukti audit.5 asersi manajemenyang digariskan dalam standar
auditing yang berlaku umum ( GAAS) adalah sebagai berikut.
1. Keberadaan dan Keterjadian
Auditor akan memastikan hal-hal berikut:
- Validitas/ pisah batas (cutoff): semua transaksi tercatat benar-benar telah terjadi
selam periode akuntansi
- Validitas (validity): semua aktiva, kewajiban, ekuitas adalah valid dan telah
dicatat sebagaimana mestinya dalam neraca.
2. Kelengkapan
Auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
- Kelengkapan/ pisah batas (cutoff): semua transaksi yang terjadi dalam periode
itu telah dicatat.
- Kelengkapan : smua saldo yang tercantum dalam neraca ,meliputi semua
aktiva, kewajiban, dan ekuitas sebagaimana mestinya.
3. Hak dan kewajiban
Tentang masalh hak dan kewajiban biasanya auditor menguji kepemilikian
(ownership), kesesuaian antara hak entitas terhadap aktiva, serta hak kepemilikan
yang jelas terhadap aktiva.
4. Penilaian atau Alokasi
Auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
- Penerapan GAAP, bahwa saldo telah dinilai sebagaimana mestinya untuk
mencerminkan penerapan GAAP dalam hal penilaian kotor dan alokasi jumlah
tertentu anatarperiode
- Pembukuan dan pengikhtisaran, transaksi telah dibukukan dan diikhtisarkan
sebagaimana mestinya dalam jurnal dan buku besar.
- Nilai bersih yang dapat direalisasikan, saldo-saldo telah dinilai sebagaimana
mestinya pada nilai bersih yang dapat direalisasikan.
5. Penyajian dan Pengungkapan
- Pengkalsifikasian: transaksi dan saldo telah diklasifiksaikan sebagaimana
mestinya dalam laporan keuangan
- Pengungkapan: semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP telah
tercantum dalam laporan keuangan.
D. Bukti Audit, Informasi Penguat, Dan Prosedur Audit
Data Akuntansi dan Informasi Penguat
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam
laporan keuangan , yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya ,
yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dasar pembahasan bukti audit adalah Standar Pekerjaan Lapangan khususnya
standar ketiga ,mendasari pembahasan bukti audityang berbunyi : “ Bukti audit
kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit “.
Tipe Bukti Audit
- Tipe Data Akuntansi
Pengendalian Intern.
Catatan Akuntansi.
- Tipe Informasi Penguat (corroborating information)
Bukti Fisik.
Bukti Dokumenter.
Perhitungan.
Bukti Lisan.
Perbandingan dan Ratio.
Bukti dari spesialis.
Kecukupan bukti audit
Berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti
audit , meliputi :
Materialitas.
Resiko audit.
Faktor – faktor ekonomi.
Ukuran dan karakteristik populasi.
Kompetensi Bukti Audit
Kompetensi bukti adalah berkaitan dengan kuantitas atau mutu dari bukti–bukti tersebut.
Bukti yang kompeten adalah bukti yang dapat dipercaya , sah , obyektif , dan relevan.
Untuk menentukan kompetensi bukti harus mempertimbangkan berbagai faktor , yaitu :
Sumber bukti ,
Relevansi bukti ,
Obyektivitas bukti ,
Saat atau waktu.
Bukti kurang kompeten Faktor Kompetensi Bukti Lebih Kompeten
Dari dalam perusahaan
SUMBER
Dari luar perusahaan
yang independen
Pengendalian intern lemahPengendalian intern baik
Perolehan atau
pengetahuan tidak
langsung
Perolehan atau
pengetahuan langsung
Relevan tidak langsung
RELEVANSI
Relevan langsung
Subyektif OBYEKTIVITASObyektif
Bukti di terapkan pada
selain pada tgl neraca
SAAT/WAKTU
Bukti diterapkan pada tgl
neraca
Prosedur Audit
Prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten.
Pembahasan berikut ini akan berfokus pada review beberapa jenis prosedur yang
digunakan oleh para auditor, prosedur ini dapat digunakan untuk mendukung pendekatan
audit top-down maupun pendekatan auditor bottom-up. Auditor akan mempertimbangkan
bagaimana setiap prosedur ini akan digunakan ketika merencanakan audit dan
mengembangkan program audit.
a. Prosedur Analitis (analytical procedures)
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan antara data.
Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analitis
vertikal atau laporan persentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya. Dengan
data historis atau anggaran, serta penggunaan model matematis dan statistik,
seperti analisis regresi. Analisis regresi ini dapat melibatkan penggunaan data
nonkeuangan maupun data keuangan. Prosedur analitis sering kali meliputi juga
pengukuran kegiatan bisnis yang mendasari operasi serta membandingkan ukuran2
kunci ekonomi yang menggerakan bisnis dengan hasil keuangan terkait. Prosedur
analitis umumnya digunakan dalam pendekatan top-down untuk mengembangkan
harapan atas akun laporan keuangan dan untuk menilai kelayakan laporan
keuangan dalam konteks tersebut.
b. Inspeksi (inspectig)
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta
pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam
auditing. Inspeksi sering klai digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti bottom-up maupun top-down.
c. Konfirmasi
Konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan auditor
untuk memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen diluar
organisasi klien. Dalam kasus yang lazim, klien membuat permintaan kepada pihak
luar secara tertulis, namun auditor yang mengendalikan pengiriman permintaan
keterangan tersebut. Permintaan tersebut juga meliputi instruksi berupa permintaan
kepada penerima untuk mengirimkan tanggapannya secara langsung kepada
auditor. Konfirmasi menyediakan bukti bottom-up penting dan digunakan dalam
auditing karena bukti tersebut biasanya objektif dan berasal dari sumber
independen
d. Permintaan Keterangan
Permintaan Keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tertulis
oleh auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditunjukan kepada
manajemen atau karyawan, umunya berupa pertanyaan yang timbul setelah
dilaksanakan prosedur analitis atau permintaan keterangan yang berkaitan dengan
keusangan persediaan atau piutang yang dapat ditagih. Auditor juga dapat langsung
meminta keterangan pada pihak ekstern, seperti permintaan keterangan langsung
kepada penasehat hukum klien tentang kemungkinan hasil litigasi.
e. Perhitungan
Perhitungan dilakukan dalam (1) perhitungan fisik sumber daya berwujud seperti
jumlah kas dan persediaan yang ada (2) akuntansi seluruh dokumen dengan nomor
urut yang telah dicetak.
Yang pertama mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada, sementara yang
kedua dapat dipandangs sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi pengendalian
internal perusahaan melalui bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan
akuntansi. Teknik perhitungan ini menyediakan bukti audit bottom-up, namun
auditor seringkali terdorong untuk memperoleh bukti top-down terlebih dahulu
guna mendapatkan konteks ekonomi dari prosedur perhitungan.
f. Penelusuran
Penelusuran sering kali juga disebut sebagai penelusuran ulang, auditor :
1. memilih dddokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan.
2. Menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah
dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi [jurnal dan dalam buku besar].
Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen menuju ke catatan akuntansi.
Karena prosedur ini memberikan keyakinan bahwa data yang berasal dari dokumen
sumber pada akhirnya dicantumkan dalam akun, maka secara khusus data ini
sangat berguna untuk mendeteksi terjadinya salah saji berupa penyajian yang lebih
rendah dari yang seharusnya dalam catatan akuntansi.
g. Pemeriksaan Bukti Pendukung
Pemeriksaan bukti pendukung meliputi :
1. Pemilihan ayat jurnal dalam catatan akuntansi.
2. Mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan sebagai dasar ayat
hurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi.
h. Pengamatan
Pengamatan berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan
beberapa kegiatan atau proses.
i. Pelaksanaan Ulang
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang perhitungan dan
rekonsiliasi yang dibuat oleh klien.
j. Teknik Audit Berbantuan Komputer
Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui berbagai media elektronik,
maka auditor dapat menggunaka teknik audit berbantuan komputer untuk
membantu beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya.
E. Hubungan Antara Prosedur Audit, Jenis Bukti Audit, danAsersi
F. Program Audit
Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan audit,
auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan
serta harus mempersiapkan suatu program audit tertylis untuk setiap audit.
Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang
akan dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa
prosedur audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai
tujuan audit. Program audit juga mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor
berusaha menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up ketika
mengembangkan suatu program audit. Jenis pengujian yang termasuk dalam program
audit meliputi :
1. Prosedur Analitis. Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data
keuangan dan data non-keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo
laporan keuangan.
2. Prosedur awal. Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor
persaingan bisnis dan industri klien, (2) struktur pengendalian internnya. Auditor
juga melaksanakan prosedur awal untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam
buku pembantu sesuai dengan akun pengendali dalam buku besar.
3. Pengujian Estimasi Akuntansi. Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas
saldo.
4. Pengujian pengendalian adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan
oleh strategi audit dari auditor.
5. Pengujian transaksi adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing
atau vouching transaksi berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.
6. Pengujian Saldo. Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo
akun serta item-item yang membentuk saldo tersebut.
7. Pengujian penyajian dan pengungkapan. Mengevaluasi penyajian secara wajar
semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP.
G. Kertas Kerja
Menurut PSA No. 15, Kertas Kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan
auditor mengenai audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi
yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.
Fungsi kertas kerja adalah:
1. Menyediakan penunjang utama bagi laporan audit
2. Membantu auditor dalam melaksanakan dan mensupervisi audit
3. Menjadi bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing
Jenis Kertas Kerja
1. Kertas Kerja Neraca Saldo
- Merupakan penghubung antara rekening-rekening buku besar klien dengan
pos-pos yang dilaporkan dalam laporan keuangan
- Merupakan pengontrol atas kertas-kertas kerja yang lain
- Memberi petunjuk pada kertas kerja mana dimuat bukti audit untuk setiap
pos laporan keuangan
2. Daftar dan Analisis (Schedules and analysis)
Istilah kertas kerja Daftar dan kertas kerja Analisis bisa saling menggantikan
untuk menunjukkan kertas kerja individual yang berisi bukti-bukti yang
mendukung pos-pos yang terdaftar dalam daftar saldo pemeriksaan. Apabila
beberapa rekening buku besar digabungkan untuk tujuan pelaporan, maka
perlu dibuat suatu daftar kelompok/daftar utama. Daftar Utama/Daftar
Kelompok menunjukkan kertas kerja daftar atau analisis individual yang berisi
bukti audit yang diperoleh untuk masing-masing rekening yang termasuk
dalam kelompok yang bersangkutan.
3. Memorandum
- Memo Audit adalah data tertulis yang dibuat auditor dalam bentuk uraian.
- Memo bisa berupa komentar atas pelaksanaan prosedur audit dan kesimpulan
yang dicapai.
4. Ayat Jurnal Penyesuain dan Reklasifikasi
- Jurnal Penyesuian audit adalah koreksi atas kekeliruan, penghilangan, atau
kesalahan penerapan prinsip akuntansi yang dilakukan oleh klien.
- Jurnal Reklasifikasi berkaitan dengan penyajian saldo-saldo yang benar
dalam laporan keuangan secara baik.
Menyusun Kertas Kerja
1. Judul.
Setiap kertas kerja harus memuat nama klien,judul deskriptif yang
dapatmengidentifikasikan isi dari kertas kerja tersebut.
2. Nomor indeks.
Setiap kertas kerja diberi nomor indeks atau nomor referensi untuktujuan
identifikasi atau pengarsipan.
3. Referensi silangData dalam kertas kerja yan diambil dari kertas kerja lainnya
atau yangdigunakan dalam kertas kerja lain harus diberi referensi silang
dengannomor.
4. Tanda koreksiMenunjukan bahwa auditor telah melaksanakan sejumlah
prosedurpada item item dimana tanda pengecekan tersebut diberikan.
5. Tanda tangan dan tanggal
Setelah menyelesaikan msing-masing tugasnya,penyusunan atau pe-review
kertas kerja harus membubuhkan paragraf dan tanggal padakertas kerja.hal ini
dimaksud untuk menetapkan tanggung jawab ataspekerjaan dan review yang
dilaksanakan.
Me-review Kertas Kerja
Review kertas kerja tingkat pertama dilakukan oleh supervisor dari
penyusun, seperti atasan atau manajernya. Review dilakukan apabila pekerjaan
pada segmen tertetntu dalam suatu audit telah diselesaikan. Review lainnya
dilakukan atasa kerja apabila pekerjaan lapangan telah diselesaiakan semuanya.
Pengarsipan Kertas Kerja
Dapat dilakukan menurut dua kategori, yaitu:
- Arsip Permanen: berisi data yang diperkirakan akan berguna bagi auditor
pada banyak penugasan di masa yang akan datang untuk klien yang
bersangkutan.
- Arsip tahun berjalan: berisi informasi penguat yang berhubungan dengan
pelaksanaan program audit pada tahun berjalan
Item-item yang dijumpai dalam arsip permanen:
- Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan
- Kode rekening dan buku pedoman prosedur
- Bagan organisasi
- Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama
- Ketentuan penerbitan saham dan obligasi
- Salinan kontrak jangka panjang
- Daftar rencana depresiasi aktiva tetap dan amortisasi utang jangka panjang
- Ringkasan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan klien
-
Kepemilikan Kertas Kerja Audit.
Kertas kerja audit akuntan yang disusun selama pelaksanaan audit, baik
yang disusun oleh auditor sendiri maupun yang disusunkan oleh klien untuk
auditor, adalah milik auditor (akuntan publik) ; oleh karena itu semua kertas kerja
tersebut harus disimpan oleh auditor dengan sebaik-baiknya, dalam arti disimpan
secara teratur sesuai dengan urutan yang logis.
Walaupun kertas kerja tersebut milik auditor, tetapi auditor dilarang
memperlihatkan atau membocorkan informasi yang ada pada kertas kerja tersebut
kepada pihak ketiga tanpa seizin kliennya, kecuali atas perintah pengadilan atau
profesi akuntan. Selama melaksanakan audit, auditor memperoleh sejumlah
informasi yang sifatnya rahasia antara lain berupa informasi tentang gaji karyawan
penting (key personels), rencana advertensi, data biaya produksi dan metode
penentuan harga jual produk. Jika auditor membocorkan informasi-informasi pada
pihak ketiga atau kepada karyawan kliennya, maka auditor tersebut dapat dimintai
pertanggung jawabannya atau dituntut ke pengadilan.
Comprehensive Questions Chapter 5
5-30 (Assertion)
1. The allowance for doubtful accounts is fairly presented in amount valuation or
alocation
2. All accouts payable owed as of the balance sheet date are included in the financial
statements existence or occurence
3. All purchase returns recorded in the general are valid existence and occurance
4. There is a risk that purchases made in the last week of the month might be
recorded in the following period rights and obligations
5. The client may have factored accounts receivable existence and occurance
6. The clients has used special-purpose entities to finance a building. Neither the
building nor the debt is included in the financial statements completness
7. A retail client values its inventory using the retail method of accounting
valuation or allocation
8. A construction client uses the percentage of completion method for recognized
revenues valuation or allocation
9. A client has defined befnefit pension plan and does not have competent emlpoyees
ro write footnote disclosures rights and obligations
10. A client acquired a subsidiary company and paid a high amount off goodwill whwn
the stock market, and resulting values, were all-time highs valuation or
alocation
11. A client financed the acquisition of assets using prefered stock that pays 3 pecent
dividend and must be redeemed from sgareholders next year rights and
obligations
5-33 (Risk Componets and relationship)
a. Definisi empat jenis risiko audit
- Resiko audit (risk audit) adalah resiko auditor tanpa sadar tidak melakukan
modifikasi pendapat sebagaimana mestinya atas laporan keaungan yang
mengandung salah saji.
- Resiko bawaan (inherent risk) adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji
material dengan asumsi tidak ada kebijakan dan prosedur struktur pengendalian
intern yang terkait. Risiko bawaan selalu ada dan tidak oernah mencapai angka
nol.
- Risiko pengendalian (control risk) adalah risiko bahwa suatu salah saji material,
yang dapat terjadi dalam suatu asersi, tidak dapat dideteksi ataupun dicegah
secara tepat pada waktunya oleh berbagai kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern perusahaan. Risiko pengendalian tidak pernah mencapai
keyakinan penuh bahwa semua salah saji material akan dapat dideteksi ataupun
dicegah.
- Risiko Deteksi (detection risk) risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi
salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi tergantung
atas penerapan auditor terhadap risiko audit, risiko bawaan dan risiko
pengendalian.
b. Penghitungan resiko deteksi yang direncanakan dengan menggunalan model resiko
audit.
AR = IR x CR x DR
AR: Audit Risk
CR: Control Risk
DR: Detection Risk
DR= (AR) / (IR x CR)
A. AR = 1 %, IR = 20%, CR = 50%
DR = (AR) / (IR x CR)
DR = (1%) / (20% x 50%)
DR = 0,1%
B. AR = 1 %, IR = 100%, CR = 7%
DR = (AR) / (IR x CR)
DR = (1%) / (100% x 7%)
DR = 0,143 %
C. AR = 5%, IR = 20%, CR = 50%
DR = (AR) / (IR x CR)
DR = (5%) / (20% x 50%)
DR = 0,5 %
D. AR = 5 %, IR = 50%, CR = 40%
DR = (AR) / (IR x CR)
DR = (5%) / (50% x 40%)
DR = 0,25 %
E. AR = 5 %, IR = 100%, CR = 7%
DR = (AR) / (IR x CR)
DR = (5%) / (100% x 7%)
DR = 0,714 %
F. AR = 5 %, IR = 100%, CR = 80%
DR = (AR) / (IR x CR)
DR = (5%) / (100% x 80%)
DR = 0,0625 %
G. AR = 10 %, IR = 50%, CR = 20%
DR = (AR) / (IR x CR)
DR = (10%) / (50% x 20%)
DR = 10%
c. Peringkat tujuah keadaan dari bukti audit yang paling banyak diperlukan.
A. Audit Risk = 1%
Total resiko = 20% + 50% + 0,1% = 70,1%
B. Audit Risk = 1%
Total resiko = 100% + 7% + 0,143% = 107,143%
C. Audit Risk = 5%
Total resiko = 20% + 50% + 0,5% = 70,5%
D. Audit Risk = 5%
Total resiko = 50% + 40% + 0,25% = 90,25%
E. Audit Risk = 5%
Total resiko = 100% + 7% + 0,714% = 107,714%
F. Audit Risk = 5%
Total resiko = 100% + 80% + 0,0625 = 108,0625%
G. Audit Risk = 10%
Total resiko = 50% + 20% + 10% = 80%
Terdapat hubungan terbalik antara risiko audit dan jumlah bukti yang
diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Semakin
rendah tingkat risiko audit yang ingin dicapai, semakin besar jumlah bukti yang
diperlukan.
Peringkat Keadaan Jumlah Resiko
1 A Resiko Audit: 1%, Total Resiko: 70,1%
2 B Resiko Audit: 1%, Total Resiko: 107,143%
3 C Resiko Audit: 5%, Total Resiko: 70,5%
4 D Resiko Audit: 5%, Total Resiko: 90,25%
5 E Resiko Audit: 5%, Total Resiko: 107,714%
6 F Resiko Audit: 5%, Total Resiko: 108,062%
7 G Resiko Audit: 10%, Total Resiko: 80%
d. Untuk keadaan E: Risiko deteksi sebesar 0,714%, berarti auditor perlu
merencanakan pengujian subtantif dengan suatu cara yang akan menghasilkan
risiko yang dapat diterima bahwa terdapat kemungkinan kegagalan sekitar sebesar
0,714% dalam mendeteksi salah saji yang material. Risiko ini dapat diterima jika
auditor memiliki keyakinan
Untuk keadaan E: Risiko deteksi sebesar 10%, berarti auditor perlu
merencanakan pengujian subtantif dengan suatu cara yang akan menghasilkan
risiko yang dapat diterima bahwa terdapat kemungkinan kegagalan sekitar sebesar
10% dalam mendeteksi salah saji yang material. Risiko ini dapat diterima jika
auditor memiliki keyakinan
e. Perubahan pada resiko deteksi yang direncanakan jika dipengaruhi oleh keadaan
berikut:
1. Peningkatan dalam resiko audit yang diharapkan, maka resiko deteksi yang
diharapakan juga akan meningkat (berbanding lurus).
2. Penurunan dalam risiko bawaan terukur, maka akan mengakibatkan risiko
deteksi yang diharapkan akan meningkat (berbanding terbalik)
3. Peningkatan risiko pengendalian terukur yang direncanakan maka akan
mengakibatkan penuruanan dalam risiko deteksi yang diharapakan (berbanding
terbalik)
6-26 (Audit Programs and Assertion)
a. Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit
yang akan dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut
menyatakan bahwa prosedur audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang
penting untuk mencapai tujuan audit. Program audit juga mendokumentasikan
strategi audit. Biasanya auditor berusaha menyeimbangkan prosedur audit top-
down dan bottom-up ketika mengembangkan suatu program audit.
b. Auditor menterjemahkan asersi audit menjadi tujuan audit spesifik ketika
mengembangkan program audit karena setiap tujuan audit memerlukan bukti audit
yang berbeda-beda dan tujuan audit dikembangkan untuk setiap asersi.
c. Pada saat mengaudit asersi keberadaan dan keterjadian, maka tujuan audit spesifik
yang harus dilakukan adalah:
Transaksi: transaksi dan peristiwa yang dicatat benar-benar telah terjadi
selama periode akuntansi dan bersangkutan dengan entitas tersebut.
Saldo: semua aktiva, kewajiban dan ekuitas mempunyai saldo yang valid dan
telah dicatat sebagaimana mestinya dalam neraca.
d. Pada saat mengaudit asersi penilaian atau alokasi, maka tujuan audit spesifik yang
harus dilakukan adalah:
Transaksi: transaksi telah dibukukan dan diikhtisarkan sebagaimana mestinya
dalam jurnal dan buku besar
Saldo: aktiva, kewajuban dan ekuitas dimasukkan dalam laporan keungan
pada jumlah yang tepat dan setiap hasil penyesuaian penilaian dicatat dengan
tepat.
6-29 (Adjusting and Reclasifying Entries)
1. Perlengkapan kantor memiliki saldo $2.400. Persediaan pada tanggal 31 Desember
menunjukkan nilai $1.700 untuk perlengkapan yang ada.
Penyesuaian:
Beban Perlengkapan $ 700
Perlengkapan $ 700
2. Terdapat dua akun asuransi dalam neraca saldo, yaitu Asuransi Dibayar Dimuka
senilai $9.200 dan Beban Asuransi senilai $2.800. Asuransi yang belum jatuh tempo
pada tanggal neraca adalah senilqi $3.000
Dalam kasus ini yang terjadi adalah salah pencatatan dalam jumlah Beban Asuransi.
Asuransi yang belum jatuh tempo adalah senilai $3.000, berati Beban Asuransi
diacatat terlalu kecil $3.400 , seharusnya tercatat adalah sebesar $6.200 (9.200-3.000)
Penyesuaian:
Beban Asuransi $ 3.400
Asuransi dibayar di muka $ 3.400
3. Seluruh penerimaan sewa seniali $25.000 telah dikreditkan sebagai pendapatan sewa.
Pada akhir tahun buku terdapat sewa senilai $5.000 yang masih belum diterima.
Penyesuaian:
Sewa diterima di muka $20.000
Pendapatan Sewa $20.000
4. Penyisihan piutang tak tertagih memiliki saldo kredit sebesar $6.000. sedangkan
skedul umur piutang menunjukkan angka estimasi piutang yang tidak tertagih sebesar
$14.000
Dalam hal ini berarti perkiraan penyisihan piutang tak tertagih memiliki saldo yang
dicatat terlalu kecil sebesar $8.000 (14.000-6.000)
Penyesuaian:
Beban penyisihan piutang tak tertagih $8.000
Penyisihan piutang tak tertagih $8.000
5. Saldo hutang usaha sebesar $ 122.400. Termasuk dalam jumlah ini adalah uang muka
yang diterima dari Brian Co. sejumlah $10.400 untuk pembelian dengan penyerahan
kemudian.
Penyesuaian:
6. Buku besar menunjukkan piutang bunga sebesar $3.200 pada awal tahun. Semua
tagihan bunga telah dikreditkan sebagai pendapatan bunga. Pada tanggal 31 Desember
tahun berjalan, jumlah piutang bunga yang masih harus diterima adalah sebesar
$3.800.
Dalam hal ini berarti piutang bunga dicatat terlalu kecil sebesar $600 (3.800-3.200)
Penyesuaian:
Piutang bunga $600
Pendapatan bunga $600
7. Pengeluaran modal sebesar $6.000 telah didebitkan sebagai beban perbaiakn mesin
pada tanggal 1 Oktober. Persentase penyusutan mesin adalah 10% per tahun.
Penyesuain:
8. Biaya angkut masuk $5.000 telah didebit sebagai biaya angkut keluar
Dalam hal ini berarti terdapat kesalah pencatatan perkiraan.
Penyesuaian:
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menormalkan kembali perkiraan
biayaa ngkut masuk. Pada saat pembayaran jurnalnya adalah:
Biaya angkut keluar $5.000
Kas $5.000
Untuk menormalkan jurnalnya adalah:
Kas $5.000
Biaya angkut keluar $5.000
Kemudian langkah selanjutnya adalah mencatat kembali jurnal yang benar:
Biaya angkut masuk $5.000
Kas $5.000
9. Saldo piutang usaha adalah $118.400. Saldo ini merupakan saldo bersih pelanggan
dengan saldo kredit $15.000
Penyesuaian:
10. Saldo hutang obligasi sebesar $550.000. Obligasi yang jatuh tempo selama tahun
depan adalah $50.000.
Penyesuain:
Hutang obligasi $500.000
Beban obligasi $500.000