BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POLA … · BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di...

10
469 Budidaya udang vaname pola intensif ... (Gunarto) BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POLA INTENSIF DENGAN PENAMBAHAN MOLASE Gunarto, Hidayat Suryanto Suwoyo, dan Muhammad Nur Syafaat Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Molase merupakan satu di antara sumber C-karbohidrat yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan C/ N rasio, dalam upaya mempercepat tumbuhnya bioflok di air tambak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan molase pada produksi bioflok dan beberapa parameter produksi pada budidaya udang vaname pola intensif di tambak milik pengusaha di daerah Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Dua petak tambak terdiri atas satu petak ukuran 3.250 m 2 di mana dasar dan pematang tambak telah disemen (tambak A), ditebari tokolan udang vaname PL-10 dengan padat tebar 170 ekor/m 2 (561.200 ekor) dan satu petak tambak lainnya ukuran 3.915 m 2 hanya pematang tambak yang telah disemen (tambak B), ditebari benur vaname PL-10 dengan padat tebar 148 ekor/m 2 (579.600 ekor). Setelah penebaran benur, beberapa jenis probiotik secara bergantian setiap hari ditebar ke tambak. Pakan diberikan dengan dosis 3 kg pakan crumble/100.000 benur. Selanjutnya jumlah pakan semakin meningkat menjadi 6 kg/100.000 benur pada pemeliharaan hari ke-20—25. Setelah itu, jumlah pakan mengikuti standar feeding program dan berdasarkan monitoring di anco. Di tambak A setelah dua bulan pemeliharaan molase mulai ditebarkan ke air tambak sebanyak 15 kg/2 hari, tujuannya untuk meningkatkan C/N rasio di air tambak, sehingga diharapkan flok mudah tumbuh. Di tambak B tidak dilakukan penambahan molase selama pemeliharaan. Data sintasan, produksi, dan nilai konversi pakan diperoleh setelah udang dipanen. Kualitas air dan bakteri dimonitor setiap dua minggu. TSS, VSS, dan volume flok dimonitor setelah flok terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan di petak A yang ditambahkan molase, lebih cepat terbentuk bioflok (pada hari ke-75). Di petak B juga tumbuh bioflok pada hari ke-90, meskipun tidak ada penambahan molase. Konsentrasi amoniak menurun setelah flok terbentuk, populasi Vibrio sp. relatif stabil. Panen dilakukan dua kali, yaitu hari ke-110 dan ke-140. Total hasil panen di petak A sebanyak 11.123,5 kg (34.226,15 kg/ha), sintasan 88,55%; konversi pakan 1:1,82. Ukuran udang 41,7–52 ekor/kg. Di petak B produksi 15.030 kg (38.390,8 kg/ha), sintasan 99,6%, konversi pakan 1,66; ukuran udang 36,5-46,5 ekor/kg. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa meskipun di petak A lebih cepat terbentuk bioflok dibanding di petak B, namun produksi udang lebih rendah dan nilai konversi pakan lebih tinggi dari yang diperoleh di petak B. Padat tebar udang yang lebih tinggi di petak A, kemungkinan yang menyebabkan udang tumbuh lebih lambat dan sintasan lebih rendah dibanding dengan udang di petak B. KATA KUNCI: molase, sintasan, produksi, nilai konversi pakan, udang vaname PENDAHULUAN Budidaya pola intensif dan super intensif udang putih (Litopenaeus vannamei) di Indonesia hingga kini telah berkembang dan menggunakan berbagai jenis tambak yaitu tambak tanah, tambak se- men, dan tambak HDPE. Masing-masing jenis tambak tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan secara teknis dan ekonomis. Dalam kaitannya dengan teknologi produksi bioflok, Saenphon et al. (2005) menyatakan bahwa bioflok mudah terbentuk pada tambak yang menggunakan plastik HDPE, selanjutnya pada uji cobanya dengan luasan tambak 0,2 ha; produksi udang vaname mencapai 30 ton/ha. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Avnimelech (2009) bahwa tambak untuk produksi bioflok sebaiknya dilapis plastik atau semen/beton. Namun demikian apakah dengan produksi bioflok menjadi lebih mudah di tambak HDPE dan tambak beton, maka secara otomatis akan berakibat pada produksi udang menjadi lebih tinggi dari pada tambak yang masih dengan dasar tanah berpasir. Hal ini belum bisa dijawab secara pasti, karena banyak faktor yang berpengaruh pada tingkat produksi dalam satu sistem budidaya.

Transcript of BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POLA … · BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di...

Page 1: BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POLA … · BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di tambak milik pengusaha di Desa Punaga Kabupaten Takalar menggunakan dua unit tambak.

469 Budidaya udang vaname pola intensif ... (Gunarto)

BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POLA INTENSIF DENGANPENAMBAHAN MOLASE

Gunarto, Hidayat Suryanto Suwoyo, dan Muhammad Nur SyafaatBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Molase merupakan satu di antara sumber C-karbohidrat yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan C/N rasio, dalam upaya mempercepat tumbuhnya bioflok di air tambak. Tujuan penelitian adalah untukmengetahui pengaruh penambahan molase pada produksi bioflok dan beberapa parameter produksi padabudidaya udang vaname pola intensif di tambak milik pengusaha di daerah Kabupaten Takalar, SulawesiSelatan. Dua petak tambak terdiri atas satu petak ukuran 3.250 m2 di mana dasar dan pematang tambaktelah disemen (tambak A), ditebari tokolan udang vaname PL-10 dengan padat tebar 170 ekor/m2 (561.200ekor) dan satu petak tambak lainnya ukuran 3.915 m2 hanya pematang tambak yang telah disemen (tambakB), ditebari benur vaname PL-10 dengan padat tebar 148 ekor/m2 (579.600 ekor). Setelah penebaran benur,beberapa jenis probiotik secara bergantian setiap hari ditebar ke tambak. Pakan diberikan dengan dosis 3kg pakan crumble/100.000 benur. Selanjutnya jumlah pakan semakin meningkat menjadi 6 kg/100.000benur pada pemeliharaan hari ke-20—25. Setelah itu, jumlah pakan mengikuti standar feeding program danberdasarkan monitoring di anco. Di tambak A setelah dua bulan pemeliharaan molase mulai ditebarkan keair tambak sebanyak 15 kg/2 hari, tujuannya untuk meningkatkan C/N rasio di air tambak, sehinggadiharapkan flok mudah tumbuh. Di tambak B tidak dilakukan penambahan molase selama pemeliharaan.Data sintasan, produksi, dan nilai konversi pakan diperoleh setelah udang dipanen. Kualitas air dan bakteridimonitor setiap dua minggu. TSS, VSS, dan volume flok dimonitor setelah flok terbentuk. Hasil penelitianmenunjukkan di petak A yang ditambahkan molase, lebih cepat terbentuk bioflok (pada hari ke-75). Di petakB juga tumbuh bioflok pada hari ke-90, meskipun tidak ada penambahan molase. Konsentrasi amoniakmenurun setelah flok terbentuk, populasi Vibrio sp. relatif stabil. Panen dilakukan dua kali, yaitu hari ke-110dan ke-140. Total hasil panen di petak A sebanyak 11.123,5 kg (34.226,15 kg/ha), sintasan 88,55%; konversipakan 1:1,82. Ukuran udang 41,7–52 ekor/kg. Di petak B produksi 15.030 kg (38.390,8 kg/ha), sintasan99,6%, konversi pakan 1,66; ukuran udang 36,5-46,5 ekor/kg. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkanbahwa meskipun di petak A lebih cepat terbentuk bioflok dibanding di petak B, namun produksi udang lebihrendah dan nilai konversi pakan lebih tinggi dari yang diperoleh di petak B. Padat tebar udang yang lebihtinggi di petak A, kemungkinan yang menyebabkan udang tumbuh lebih lambat dan sintasan lebih rendahdibanding dengan udang di petak B.

KATA KUNCI: molase, sintasan, produksi, nilai konversi pakan, udang vaname

PENDAHULUAN

Budidaya pola intensif dan super intensif udang putih (Litopenaeus vannamei) di Indonesia hinggakini telah berkembang dan menggunakan berbagai jenis tambak yaitu tambak tanah, tambak se-men, dan tambak HDPE. Masing-masing jenis tambak tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahansecara teknis dan ekonomis. Dalam kaitannya dengan teknologi produksi bioflok, Saenphon et al.(2005) menyatakan bahwa bioflok mudah terbentuk pada tambak yang menggunakan plastik HDPE,selanjutnya pada uji cobanya dengan luasan tambak 0,2 ha; produksi udang vaname mencapai 30ton/ha. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Avnimelech (2009) bahwa tambak untuk produksibioflok sebaiknya dilapis plastik atau semen/beton. Namun demikian apakah dengan produksi bioflokmenjadi lebih mudah di tambak HDPE dan tambak beton, maka secara otomatis akan berakibat padaproduksi udang menjadi lebih tinggi dari pada tambak yang masih dengan dasar tanah berpasir. Halini belum bisa dijawab secara pasti, karena banyak faktor yang berpengaruh pada tingkat produksidalam satu sistem budidaya.

Page 2: BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POLA … · BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di tambak milik pengusaha di Desa Punaga Kabupaten Takalar menggunakan dua unit tambak.

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 470

Alokasi biaya pakan pada budidaya udang intensif dapat mencapai 60%-70 % dari total biayaproduksi. Maka upaya untuk efisiensi biaya produksi harus dilakukan, satu di antaranya adalahmenggunakan teknologi bioflok (Avnimelech, 1999; 2007; Schryver et al., 2008). Prinsip dari teknologibioflok adalah menumbuhkan mikroorganisme terutama bakteri heterotrof di air tambak yangdimaksudkan untuk menyerap komponen polutan, amonia yang ada di air tambak. Agar dapatterbentuk bioflok, maka rasio C/N di air tambak budidaya udang pola intensif harus > 10:1, kemudiansedikit dilakukan penggantian air dan diberi aerasi yang kuat dan merata, sehingga oksigen tidakpernah lebih rendah dari 4 mg/L.

Bakteri heterotrof dalam air tambak akan berkembang pesat apabila di air tambak ditambahkansumber C karbohidrat yang langsung dapat dimanfaatkan, misalnya sukrose, molase, tepung tapioka,selanjutnya bakteri tersebut akan menggunakan N anorganik terutama amonia dalam air dan disintesismenjadi protein bakteri dan juga sel tunggal protein yang dapat digunakan sebagai sumber pakanbagi udang atau ikan yang dipelihara (Hari et al., 2004). Dengan demikian bioflok merupakankomunitas mikroba yang terdiri atas bakteria, protozoa, dan zooplankton, sebagai suplemen pakanudang mengandung asam amino methionin, vitamin, mineral, dan enzim yang dapat membantuproses pencernaan pakan pada udang.

Apabila dalam tambak telah terbentuk bioflok maka diharapkan akan dapat menghemat pakanyang diberikan pada udang vaname karena bioflok dapat digunakan sebagai subsitusi pakan bagiudang vaname yang dibudidayakan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruhpenambahan molase ke air tambak budidaya udang pola intensif dalam upaya menstimulirterbentuknya bioflok dan mengetahui beberapa parameter produksi (sintasan, produksi, dan nilaikonversi pakan).

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di tambak milik pengusaha di Desa Punaga Kabupaten Takalar menggunakandua unit tambak. Kedua unit petakan tambak tersebut terdiri satu petak tambak dinding pematangdan pelataran telah disemen ukuran 3.250 m2 (tambak A) ditebari tokolan udang vaname PL-10dengan padat tebar 170 ekor/m2 (561.200 ekor). Sedangkan satu petak tambak lainnya hanya dindingpematang yang telah disemen, sedangkan pelatarannya masih berupa tanah berpasir ukuran 3.915m2 (tambak B) ditebari benur vaname PL-10 dengan padat tebar 148 ekor/m2 (579.600 ekor). Sebelumpenebaran benur dilakukan persiapan tambak yang berbeda antara petak A dan petak B. Di petak A(dasar tambak telah disemen), maka tidak diperlukan lagi pengapuran dasar tambak dan pemberianabu sekam. Setelah dasar tambak semen kering maka diisi air, hingga ketinggian 70 cm selanjutnyaair tambak hanya dikaporit dengan konsentrasi 9-10 mg/L. Sedangkan di petak B (dasar tambakmasih berupa tanah berpasir), teknik persiapan tambak meliputi pengangkatan tanah dan pasir dasartambak yang berwarna hitam, pengeringan pelataran tambak tanpa dibalik dasar tanah tambak,ditebari kaptan 2.000 kg dan abu sekam 2.500 kg. Setelah diisi air dengan ketinggian 70 cm, kemudianair dikaporit dengan konsentrasi 9-10 mg/L. Selanjutnya, sebanyak 6 unit kincir di setiap petakdioperasikan. Setelah hari ketiga dari operasi kincir, maka benur vaname PL-10 ditebar. Selanjutnyadari dua petak tersebut, setelah penebaran udang dilakukan upaya sebagai berikut:a. Tambak A diupayakan tumbuh bioflok dengan cara setelah dua bulan pemeliharaan setiap dua

hari sekali ditambahkan molase sebagai sumber C-karbohidrat sebanyak 15 kg, tujuannya untukmeningkatkan rasio C : N di air tambak.Sebagai perhitungan yaitu rasio C : N dalam pakan dijadikan dasar berapa penambahan molase keair tambak dalam setiap hari. Apabila jumlah pakan yang diberikan ke udang pada waktu umurpemeliharaan 60 hari sebanyak 150 kg (protein pakan 35%) dengan N pakan = 5,4%; maka jumlahN sebanyak 8,1 kg. C dalam pakan 45%, maka total C dalam pakan = 67,5 kg. Dengan demikianrasio C : N dalam pakan = 8,33:1. Untuk menjadikan C/N rasio 10:1, seharusnya molase yangditambahkan ke air tambak pada waktu pakan yang diberikan ke udang sebanyak 150 kg, yaitusebanyak Jumlah N pakan x (10-8,33) x (100/45) = 8,1 kg x 1,67x2,2 = 29,75 kg. Apabila jumlahpakan yang diberikan ke udang telah berubah, maka jumlah molase juga berubah ditentukan olehjumlah pakan yang diberikan ke udang dan rasio C : N yang diharapkan di air tambak. Berdasarkanperhitungan di atas jumlah molase yang harus ditambahkan ke air tambak cukup banyak yaitu

Page 3: BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POLA … · BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di tambak milik pengusaha di Desa Punaga Kabupaten Takalar menggunakan dua unit tambak.

471 Budidaya udang vaname pola intensif ... (Gunarto)

29,75 kg/hari; padahal ketersediaan molase terbatas, maka jumlah molase yang ditambahkan keair tambak setiap dua hari sekali hanya 15 kg.

Di samping penambahan molase, juga dilakukan penambahan fermentasi probiotik ke dalam airtambak sebanyak 5 mg/L/hari.

b. Tambak B tidak dilakukan penambahan molase, tetapi hanya dilakukan penambahan fermentasiprobiotik ke dalam air tambak sebanyak 5 mg/L/hari.

Fermentasi probiotik dibuat dengan cara 200 L air tambak dalam bak, ditambahkan molase 5 kg,pakan 5 kg, dedak 10 kg, ragi roti 20 g, dan probiotik 2 L kemudian diaerasi secara kuat selama duahari, selanjutnya siap untuk diaplikasikan ke tambak.

Pemberian pakan dilakukan dari awal penebaran hingga menjelang panen. Dosis pakan terterapada Tabel 1 juga didasarkan monitoring pakan yang diberikan lewat anco. Terdapat 4 anco yangdiletakkan di setiap sisi tambak. Frekuensi pemberian pakan dari awal hingga menjelang panendilakukan sebanyak 2-5 x/24 jam. Waktu pemeliharaan selama 140 hari.

Pada dua bulan pertama pemeliharaan tidak dilakukan pergantian air, tetapi setiap hari selaluditambahkan air masuk ke tambak untuk mengganti air yang hilang akibat resapan. Kandunganoksigen terlarut dipertahankan di atas 4 mg/L selama pemeliharaan dengan cara menambah kincirapabila diperlukan. Setelah 70 hari mulai dilakukan pembuangan air lewat sentral drain, terutamaair yang berwarna hitam juga dilakukan sampling pertumbuhan udang.

Pengamatan yang dilakukan meliputi warna dan volume flok yang terbentuk terutama di petak A.Volume flok diperoleh dengan cara mengambil air tambak, kemudian air dimasukkan ke tabung kacakerucut (Imhoff cone) volume 250 mL, kemudian air dibiarkan dalam tabung selama 15-20 menit agarmengendap. Selanjutnya dicatat berapa volume flok yang mengendap/250 mL dan hasilnya dikonversike volume air tambak dalam 1 L. pH air, suhu air, salinitas, oksigen terlarut dimonitor langsung dilapangan. Di samping itu, juga diambil sampel air tambak untuk analisis kualitas air (nitrit, nitrat,amoniak, fosfat), Vibrio sp., TSS, dan VSS. Perhitungan TSS dan VSS adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Teknis pengelolaan pakan berdasarkan perkiraan bobot udang dan perkiraan sintasanyang dijadikan sebagai standar dosis pakan untuk budidaya udang vaname dengan padattebar 148-170 ekor/m2

1 0,05 100 3 kg/100.000 benur Super NB, Aquazyme, Bio Solution, Biobakter6-10 4 kg/100.000 benur Super NB, Aquazyme, Bio Solution, Biobakter11-15 5 kg/100.000 benur Super NB, Aquazyme, Bio Solution, Biobakter20-25 0,8-1,0 95 6 kg/100.000 benur Super NB, Aquazyme, Bio Solution, Biobakter

26 2-3 90 8 Super NB, Aquazyme, Bio Solution, Biobakter35 4-5 90 6 Super NB, Aquazyme, Bio Solution, Biobakter49 7-8 90 5 Super NB, Aquazyme, Bio Solution, Biobakter64 10-11 90 479 14-15 88 394 18-22 88 2,5

110 24-25 88 2,5125 26-28 85 2140 30-34 80 2

Hari ke-Bobot rata-rata

(g)Perkiraan sintasan

(%)Dosis pakan

(% total biomassa)Aplikasi probiotik

100 x V

B - A (mg/L) TSS

Page 4: BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POLA … · BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di tambak milik pengusaha di Desa Punaga Kabupaten Takalar menggunakan dua unit tambak.

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 472

di mana:A : Bobot wadah petridish kosong + contoh uji flok yang sudah disaringB : Bobot wadah petridish kosong (mg)V : volume contoh (mL) = 50 mL.VSS (mg/L) = TSS – jumlah abu

Data pertumbuhan, sintasan, produksi, dan nilai konversi pakan dari dua petak yang dimonitordibandingkan dan dianalisis secara diskriptif. Volume flok, TSS, VSS, kualitas air dibandingkan dandianalisis menggunakan T tes.

HASIL DAN BAHASAN

Monitoring Produksi Bioflok

Produksi bioflok di tambak, pada hari ke-70 di petak A menunjukkan bahwa flok mulai tumbuhdengan ukuran < 20 µm dan berwarna hijau (Gambar 1 kiri). Semakin lama pemeliharaan volumedan ukuran flok semakin meningkat. Di petak B, flok mulai tumbuh pada hari ke-90, padahal di petakB tidak dilakukan penambahan molase. Hal ini kemungkinan karena padat tebar udang tinggi (148ekor/m2), sehingga jumlah pakan yang diberikan cukup banyak (pada hari ke-90 sebanyak 253 kg/hari). Fermentasi probiotik dari jenis yang berbeda-beda diberikan setiap hari secara bergantian(Tabel 1), dengan ditambah dari sumber C-karbohidrat lainnya, misalnya dari plankton yang mati,dedak, pakan, molase yang digunakan dalam fermentasi probiotik yang ditambahkan ke air tambaksetiap hari, sehingga C/N rasio di air tambak petak B kemungkinan juga mencapai 10:1. Tanpa adanyapenambahan sumber C-karbohidrat dari molase seperti yang dilakukan di petak A, maka flok dapatterbentuk dengan baik. Hal ini juga dikemukakan oleh Anonimous (2009) bahwa di tambak intensifatau super intensif dalam upaya pembentukan flok tidak perlu lagi ditambahkan sumber karbohidrat,karena C-karbohidrat dari pakan sudah cukup tinggi (58%-60%), kecuali kalau mau mempercepatproses pembentukan flok di tambak, maka diperlukan penambahan sumber C-karbohidrat.

Pada hari pemeliharaan ke-105 warna air tambak masih hijau pada petak A, sedangkan padapetak B berubah dari hijau menjadi coklat dengan butiran flok terapung-apung di permukaan air(Gambar 1 kanan). Pada kedua petak tersebut masih nampak melimpahnya busa di permukaan airtambak terutama di bagian pinggir petak tambak. Hal ini menandakan pada kedua petak tersebutflok telah berkembang.

Pengukuran volume flok pada hari ke-105, baik di petak A maupun B telah mencapai volume 15mL/L air tambak. Dengan variasinya jenis probiotik yang digunakan, maka kemungkinan terjadibioflokulasi yang terdiri dari kombinasi antara bakteri dan fitoplankton yang sangat baik untukpertumbuhan udang terutama di petak B, sehingga udang di petak B pertumbuhannya lebih cepat.Di samping itu, faktor padat tebar udang mempengaruhi laju tumbuh udang, di mana di petak Apadat tebar udang 170 ekor/m2, sedangkan di petak B padat tebar 148 ekor/m2, sehingga udang dipetak B lebih cepat tumbuh daripada udang di petak A. Kecepatan aktivitas bioflokulasi ditentukanoleh jenis kombinasi mikroorganismenya. Kartika (2009) mendapatkan bahwa kombinasi antara dia-

Gambar 1. Flok yang diperoleh pada umur pemeliharaan 70 hari (kiri) danflok yang diperoleh pada umur pemeliharaan 105 hari (kanan)

Page 5: BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POLA … · BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di tambak milik pengusaha di Desa Punaga Kabupaten Takalar menggunakan dua unit tambak.

473 Budidaya udang vaname pola intensif ... (Gunarto)

tom, Chaetoceros sp. dengan bakteri Achromobacter liquefaciens, Thalassiosira sp,. dan Achromobacterliquefaciens merupakan kombinasi terbaik dalam pembentukan flok dan kondisi flok stabil sampai 7hari. Kemudian dijelaskan juga bahwa rasio C/N yang paling baik untuk menghasilkan flok danmereduksi amoniak adalah 10:1.

Menurut Avnimelech (2009), di air tambak udang umumnya volume flok sebanyak 2-40 mL/L danmencapai 100 mL/L di kolam ikan. Sedangkan Nyam Tow (2010) menyatakan bahwa volume flokyang ideal untuk tambak udang adalah sebanyak 15 mL/L. Oleh karena itu, pada penelitian ini flokyang terbentuk di air tambak selalu diatur agar tidak melebihi 15 mL/L air tambak, dengan caramenunda penambahan sumber C karbohidrat/molase tidak setiap dua hari sekali, tetapi setiap tigahingga empat hari sekali dan kadang-kadang dibarengi dengan penggantian air tambak (Tabel 2).

Total Suspended Solid (TSS) dan Volatil Suspended Solid (VSS)

Nilai TSS normal pada air tambak udang adalah sekitar 50-300 mg/L, sedangkan pada tambakikan mencapai 1.000 mg/L. Pada penelitian ini nilai TSS paling tinggi di tambak yang tidakditumbuhkan bioflok adalah 211,6 mg/L; sedangkan pada tambak yang ditumbuhkan bioflok, nilaiTSS tertinggi adalah 211,5 mg/L. Sedangkan nilai VSS tertinggi adalah 21,14 dan 21,15 pada petakyang ditambahkan molase dan tidak ditambahkan molase (Tabel 3). Avnimelech, (2009) mengestimasibahwa setiap 100 mg TSS/L air tambak adalah sama dengan sekitar 1.000 kg pakan/ha. Namundemikian berapa persen dari bioflok tersebut yang dapat menggantikan posisi pakan buatan yangdikonsumsi oleh udang, masih perlu dilakukan penelitian.

Tabel 2. Volume flok yang terbentuk di tambak dengan dasar semen yangselalu ditambahkan molase (tambak A) dan tambak dasar tanah(tambak B)

A : diupayakan tumbuh bioflok dengan menambahkan molase di tambak, B : tidak ada upayapenumbuhan bioflok

09-Agust 0 023-Agust 5 007-Sep 10 821-Sep 12 1008-Okt 14 1220-Okt 15 13

Aplikasi sumber C-karbohidrat mulai 4 Juli 2011 (A)

Tanpa aplikasi sumber C-karbohidrat (B)

Tanggal sampling

Volume bioflok yang terbentuk (mL)/L air tambak

Tabel 3. Nilai Total Suspended Solid (TSS) dan Volatil Suspended Solid(VSS) flok yang terbentuk di tambak A (ditambah molase)dan tambak B (tambak kontrol)

A B A B

02-Agust 108,6 115,6 10,85 11,5516 gust 171,2 183,4 17,11 18,3308-Sep 206,6 205,8 20,65 20,5720-Sep 211,6 211,5 21,15 21,14

Rata-rata 174,5+47,47a 179,07+44,02a 17,44+4,75a 17,89+4,40a

Waktu sampling

TSS (mg/L) VSS (mg/L)

Page 6: BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POLA … · BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di tambak milik pengusaha di Desa Punaga Kabupaten Takalar menggunakan dua unit tambak.

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 474

Kualitas Air

Menurut Choo & Tanaka (2000), parameter kualitas air yang muncul sebagai polutan padapemeliharaan udang pola intensif di tambak adalah amoniak dan konsentrasinya bisa mencapai 8,4mg/L di tambak udang windu pola intensif. Konsentrasi amoniak pada tambak yang dimonitormeningkat secara perlahan baik di petak A maupun B hingga pertengahan Agustus 2011, di manakonsentrasi tertinggi mencapai 4,72 mg/L di petak A dan 3,38 mg/L di petak B. Hal ini menunjukkanbahwa meskipun sudah dilakukan penambahan molase sejak tanggal 4 Juli 2011, yang seharusnyabakteri heterotrof telah berkembang dan aktif memanfaatkan amoniak sebagai sumber N untukpembentukan protein bakteri, namun pada kenyataannya amoniak masih tinggi di air tambak hinggapada pertengahan Agustus 2011. Selanjutnya konsentrasi amoniak menurun pada awal September2011 terutama di petak A mencapai 0,21 mg/L dan di petak B sebanyak 0,67 mg/L; di mana flok telahterbentuk secara padat di kedua petak tersebut. Pada waktu menjelang panen parsial 19 September2011, konsentrasi amoniak telah meningkat kembali terutama di petak A 1,48 mg/L dan di petak B0,75 mg/L (Gambar 2a).

Konsentrasi nitrit sangat rendah dari awal tebar 1 Juni hingga awal Agustus 2011, selanjutnyameningkat mencapai 4,84 mg/L pada pertengahan Agustus 2011, sedangkan di petak A meningkatterus sampai 5,10 mg/L pada awal September 2011 dan menurun pada waktu menjelang panenparsial menjadi sekitar 3,51 mg/L di petak A dan 3,54 mg/L di petak B (Gambar 2b). Nitrit di perairanberasal dari dekomposisi nitrogen yang berasal dari NH4 oleh adanya aktivitas bakteri Nitrosomonassp. Selanjutnya nitrit diubah menjadi nitrat oleh aktivitas bakteri Nitrobacter sp. Proses ini akanberjalan optimal apabila jumlah oksigen di perairan tambak mencukupi, kapasitas buffer baik, pHnetral, dan suhu rendah. Namun demikian pada penelitian ini dari hasil analisis kualitas airmenunjukkan bahwa pada 15 Agustus 2011 terindikasi dalam waktu yang sama terjadi puncakkonsentrasi amoniak, nitrit, dan nitrat baik di petak A maupun petak B. Sedangkan konsentrasi nitratnampak tinggi dari pertengahan Agustus hingga menjelang panen 20 september 2011 yaitu mencapai4,45 mg/L di petak A dan 5,34 mg/L di petak B (Gambar 2c). Konsentrasi fosfat meningkat terus sejakawal penebaran dan puncaknya terjadi pada pertengahan Agustus 2011 yaitu mencapai 3,18 mg/L dipetak A dan 2,59 mg/L di petak B. Selanjutnya fosfat menurun terutama di petak A hingga mencapai1,75 mg/L menjelang panen parsial. Sedangkan di petak B konsentrasi fosfat 2,43 mg/L ((Gambar 2d).Hal ini mengindikasikan bahwa nitrat dan fosfat yang tersedia sangat melimpah di air tambak dankurang dimanfaatkan oleh fitoplankton yang ada baik di petak A maupun petak B, karena kemungkinan

Gambar 2. Fluktuasi amoniak (a), nitrit (b), nitrat (c), dan fosfat (d) di tambak A (ditambahmolase) dan tambak B (kontrol)

Page 7: BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POLA … · BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di tambak milik pengusaha di Desa Punaga Kabupaten Takalar menggunakan dua unit tambak.

475 Budidaya udang vaname pola intensif ... (Gunarto)

yang berkembang di air tambak bukan lagi fitoplankton, tetapi bakteri heterotrof yang selanjutnyamembentuk flok.

Bakteri di Air Tambak

Total Vibrio sp. di air tambak nampak berfluktuasi sepanjang pemeliharaan baik di petak A dan B,di mana nampak populasinya rendah yaitu pada awal Agustus dan pada pertengahan September2011, yaitu pada kisaran 102-103 CFU/mL. Sedangkan populasi Vibrio sp. tinggi 103 terjadi padapertengahan Juli, pertengahan Agustus hingga awal September 2011. Apabila dihubungkan dengankonsentrasi amoniak dan berkembangnya flok, maka pada pertengahan September 2011 terjadipenurunan Vibrio sp. dan amoniak kemungkinan sebagai akibat dari berkembangnya flok mencapaivolume 15 mL/L pada pertengahan September di kedua petak tersebut. Total bakteri di petak A yangditambahkan molase pada pertengahan September 2011 juga telah meningkat hingga mencapai 105

CFU/mL.

Pertumbuhan, Produksi, dan Sintasan Udang

Monitoring pertumbuhan udang tidak dilakukan secara rutin setiap dua minggu sekali, tetapihanya dilakukan pada hari ke-70 baru dilakukan penimbangan bobot udang, di mana udang telahmencapai ukuran 7-9 g/ekor. Pada hari ke-75 sudah mulai tumbuh flok di petak A, dengan air tambakberwarna hijau. Di petak B pada hari ke-90 nampak flok sudah berkembang, meskipun tidakditambahkan molase dan air tambak juga berwarna hijau. Berkembangnya flok ditandai denganmelimpahnya busa di permukaan air dan butiran butiran flok melayang-layang di kolom air tambak.Pada hari ke-105 flok di petak B telah berkembang dengan baik, air telah berubah menjadi berwarnacoklat. Sedangkan di petak A yang ditambahkan molase, air tambak tetap berwarna hijau, meskipunflok juga telah berkembang dengan baik.

Pada hari ke-110 mulai dilakukan panen parsial, di petak A dipanen sebanyak 3.216,5 kg denganukuran udang sebanyak 52 ekor/kg. Di petak B panen parsial sebanyak 2.873 kg dengan ukuranudang 46,5 ekor/kg.

Setelah panen yang kedua pada hari ke-140, total produksi udang di petak A (flok) menjadi sebanyak11.123,5 kg (34.226,15 kg/ha), sintasan 88,55%; konversi pakan 1,82, dan ukuran udang 41,7-52ekor/kg. Di petak B total produksi menjadi sebanyak 15.030 kg (38.390,8 kg/ha), sintasan 99,6%;konversi pakan 1,66; ukuran udang 36,5-46,5 ekor/kg. Produksi dan ukuran udang di petak B nampaklebih besar daripada di petak A, kemungkinan ada kaitannya dengan penambahan abu sekam padawaktu tahap persiapan tambak. Putro & Prasetyoko (2007) melaporkan bahwa kandungan silikat,SiO2 dalam abu sekam padi adalah sebanyak 94%-96%. Dengan jumlah silikat di air tambak dalamjumlah yang cukup, sehingga diatom berkembang baik. Flok yang terbentuk adalah kombinasi antaradiatom dan bakteri pembentuk flok yang berasal dari berbagai jenis probiotik yang setiap haridiaplikasikan secara bergantian. Dengan demikian kemungkinan flok yang terbentuk di petak Bkualitasnya lebih baik daripada flok yang terbentuk di petak A. Darminto dalam Bob Rosenberry(2011) melaporkan bahwa pada budidaya udang vaname di tambak beton di Bali dengan padat tebar

Gambar 3. Fluktuasi populasi Vibrio sp. (a), dan total bakteri (b) di tambak A (ditambah molase)dan tambak B (kontrol)

Page 8: BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POLA … · BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di tambak milik pengusaha di Desa Punaga Kabupaten Takalar menggunakan dua unit tambak.

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 476

120 ekor/m2 menggunakan teknologi bioflok produksi udang mencapai 15-30 ton/ha. Di tambakyang dimonitor pada penelitian ini dengan padat tebar 148-170 ekor/m2 produksi udangnya mencapai34-38 ton/ha.

Berdasarkan konfirmasi ke teknisi tambak yang dimonitor diperoleh informasi bahwa pakan yangdiberikan ke udang di petak A dan petak B berbeda sumbernya, kemudian posisi tambak petak A dibawah lampu penerangan tambak dan sering terjadi mati lampu, sehingga banyak udang mati karenaloncat keluar tambak pada waktu mati lampu. Hal tersebut menyebabkan sintasan udang di petak Alebih rendah dari sintasan udang di petak B. Namun demikian dengan sintasan yang mencapai 88%-99% selama pemeliharaan 140 hari, merupakan hasil yang sangat menguntungkan.

KESIMPULAN

Flok lebih cepat berkembang pada budidaya udang vaname pola intensif di tambak semen tambakyang ditambahkan molase, yaitu mulai terbentuk pada hari ke-75. Pada tambak yang tidak ditambahmolase (tambak B, dasar tambak tanah berpasir), flok terbentuk mulai pada hari ke 90. Padat tebaryang tinggi, jumlah pakan yang banyak diberikan ke udang setiap hari selama masa pemeliharaan,pemberian berbagai jenis probiotik secara bergiliran setiap hari, aerasi yang cukup/oksigen terlarut> 4 mg/L diduga hal tersebut berpengaruh pada terbentuknya bioflok di tambak, meskipun tidakditambahkan molase.

DAFTAR ACUAN

Anonim. 2009. Konsep budidaya udang sistem bakteri heterotroph dengan bioflocs. AIYU ShirotabiotaIndonesia. Biotechnology Consulting & Trading Komplek Sapta Taruna PU, Blok B1 No. 13 Bandung,Jawa Barat, Indonesia. 14 hlm.

Avnimelech, Y. 1999. Carbon/Nitrogen ratio as control element in aquaculture systems. Aquaculture,176: 227-235.

Avnimelech, Y. 2007. Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge bio-flocs technol-ogy ponds. Aquaculture, 264: 140-147.

Avnimelech, Y. 2009. Biofloc Technology, A Practical Guide Book. World Aquaculture Society. BatonRouge, Louisiana, Amerika Serikat, 181 pp.

Bob Rosenberry. 2011. Shrimp News International, free news page. New release in 2011. Darmintotake over big Penaeus monodon farm in Bali since 1988. www.shrimpnews.com, 11 Nopember2011.

Choo, P.S. & Tanaka, K. 2000. Nutrient levels in ponds during the grow-out and harvest phase ofPenaeus monodon under semi-intensive or intensive culture. JIRCAS Journal, (8): 13-20.

Ekasari, J. 2008. Bio-flocs technology: The effect of different carbon source, salinity and the additionof probiotics on the primary nutritional value of the bio-flocs. Thesis Master pada Ghent Univer-sity, Belgia. 91 pp.

Haryadi, S., Suryodiputro, I.N.N., & Widigdo, B. 1992. Limnologi. Penuntun Praktikum dan metodeanalisa air. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan, 57 hlm.

Tabel 4. Sintasan, produksi, dan nilai konversi pakan pada budidaya udang vanamepola intensif dengan penambahan molase untuk menumbuhkan bioflok (petakA) dan tanpa penambahan molase (petak B)

A). Tambak dengan dinding pematang dan pelataran telah disemen, ditumbuhkan bioflok, bioflok tumbuhpada hari ke-75; B). Tambak dengan dinding pematang telah disemen, pelataran tambak masih tanah berpasir,tanpa upaya ditumbuhkan bioflok tetapi bioflok tetap tumbuh mulai hari ke-90

PerlakuanPadat tebar

(ekor/m2)Bobot awal

(g)Bobot akhir

(ekor/kg)sintasan

Produksi kg/petak

Produksi kg/ha

Nilai konversi pakan

A 170 0,005 41,7-52 88,55 11.123,50 34.226,15 1,82B 148 0,005 36,5-46,5 99,6 15.030,00 38.390,80 1,66

Page 9: BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POLA … · BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di tambak milik pengusaha di Desa Punaga Kabupaten Takalar menggunakan dua unit tambak.

477 Budidaya udang vaname pola intensif ... (Gunarto)

Hari, B., Kurup, B.M., Varghese, J.T., Schrama, J.W., & Verdegem, M.C.J. 2004. Effects of carbohydrateaddition on production in extensive shrimp culture systems. Aquaculture, 241: 179-194.

Kartika, A. 2008. Optimum rasio C/N medium dengan penambahan sukrose pada pembentukan bioflokuntuk peningkatan kualitas air pada sistem akuakultur. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, e-mail: [email protected]

Nyan Taw. 2010. Recent progress of biofloc technology for sustainable shrimp (pacific white shrimp)eficiency and profitability. International Conference on Shrimp Aquaculture. Universitas Hang TuahSurabaya, 28-29 Oktober 2010, 36 hlm.

Putro, A.L. & Prasetyoko, D. 2007. Abu sekam padi sebagai sumber silika pada sintesis zeolit ZSM-5tanpa menggunakan templat organik. Akta Kimindo, 3(1): 33-36.

Saenphon, C., Taw, N., Edi, M.H., & Gunawan, A. 2005. Culture trials on production potential of L.vannamei in heterotropic (bacteria floc) system. Makalah disajikan pada seminar WOC di Bali.Agustus 2005.

Schryver, P.D., Crab, R., Devoirdt, T., Boon, N., & Verstraete, W. 2008. The basic of bioflocs technology: The added value for aquaculture. Aquaculture, 227: 125-137.

Page 10: BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POLA … · BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di tambak milik pengusaha di Desa Punaga Kabupaten Takalar menggunakan dua unit tambak.

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 478

DISKUSI

1. Roni

Pertanyaan :

Pertumbuhan Flok Ph nya terus menurun

Tanggapan :

Pertumbuhan flok membutuhkan kincir yang cukup