Budidaya Azolla sebagai alternatif pakan Ikan...

9
Budidaya Azolla sebagai alternatif pakan Ikan & Ayam Hendra Budiarto, 23 Oktober 2014 [latar belakang] Bermula dari hasil analisa keuangan pada kegiatan pembesaran ikan gurame yang kami lakukan pada tahun 20122014, tercatat bahwa lebih dari 70% biaya yang tertanam adalah untuk pembelian pakan pelet industri. Kenyataan yang selalu dihadapi petani ikan adalah bahwa harga jual ikan cenderung tidak stabil dari tahun ke tahun, sedangkan harga pakan cenderung naik dari waktu ke waktu. Contohnya harga gurame di Tulungagung pada bulan Ramadhan tahun 1434H (2013M) Rp.26ribu/kg sedangkan pada bulan Ramadhan tahun 1435H (2014M) adalah Rp.22ribu/kg. Coba kita bandingkan dengan harga pakan 788 tahun 2013 harganya Rp221 ribu/sak, saat ini (2014) harganya sudah naik menjadi Rp245ribu/sak (1 sak = 20kg). Belum lagi kerugian akibat kecurangan para broker ikan saat melakukan penimbangan ketika memborong ikan. Menyadari hal ini maka sibuklah kami mencari pakan alami sebagai alternatif pakan pelet. Setelah browsing kesana kemari kami menemukan beberapa alternatif, diantaranya: 1. Maggot papaya 2. Pelet herbal 3. Azolla microphilla Dari ketiga alternatif itu yang terlihat mudah (tidak ribet) untuk dilakukan adalah budidaya Azolla Microphilla, sejenis tanaman paku yang hidup di air. Cukup menyediakan kolam untuk budidaya, media tanam (pupuk kandang+air) dan bibit azollanya. [tahap persiapan] Bagi yang masih pertama kali membudidaya azolla, maka perlu diperhatikan tahapan persiapan sbb: 1. Siapkan kolam terlebih dahulu. Belajar dari pengalaman pertama kami, kami justru membeli bibit terlebih dahulu, baru kemudian kebingungan bibit ini akan ditanam dimana. Beruntung di belakang rumah ada 3 kolam gurame yang belum diaktifkan karena yang 2 kolam masih diperbaiki. Akhirnya kami pakai 1 kolam ukuran 5x8 meter persegi sebagai tempat budidaya azolla. Berikut ini beberapa alternatif ‘infrastruktur’ untuk budidaya azolla: a. Jika kebutuhan anda akan azolla cukup besar maka sebaiknya disiapkan kolam khusus dengan dimensi yang cukup besar pula. Jenis kolam bisa menggunakan kolam permanen ataupun kolam sementara. Idealnya dihitung terlebih dahulu kebutuhan azolla per hari sebagai pakan ikan. b. Untuk kondisi darurat bisa dibuat kolam darurat di lahan yang seadanya, atau menggunakan box kayu atau material lainnya yang diberi lapisan kedap air semisal plastik. Kedalaman kolam 10 cm sudah bisa digunakan sebagai ‘infrastruktur’ kolam. c. Alternatif lain adalah membudidayakan azolla langsung di kolam ikan dengan bantuan ‘penyekat’ agar ikan tidak dapat memakan azolla secara langsung. Salah satu penyekat yang dapat digunakan adalah keranjang bambu berbentuk parabola.

Transcript of Budidaya Azolla sebagai alternatif pakan Ikan...

Budidaya Azolla sebagai alternatif pakan Ikan & Ayam 

Hendra Budiarto, 23 Oktober 2014 

[latar belakang] 

Bermula dari hasil analisa keuangan pada kegiatan pembesaran ikan gurame yang kami lakukan pada tahun 2012‐2014, tercatat bahwa lebih dari 70% biaya yang tertanam adalah untuk pembelian pakan pelet industri. Kenyataan yang selalu dihadapi petani ikan adalah bahwa harga jual ikan cenderung tidak stabil dari tahun ke tahun, sedangkan harga pakan cenderung naik  dari waktu ke waktu. Contohnya harga gurame di Tulungagung pada bulan Ramadhan tahun 1434H (2013M) Rp.26ribu/kg sedangkan pada bulan Ramadhan tahun 1435H (2014M) adalah Rp.22ribu/kg. Coba kita bandingkan dengan harga pakan 788 tahun 2013 harganya Rp221 ribu/sak, saat ini (2014) harganya sudah naik menjadi Rp245ribu/sak (1 sak = 20kg). Belum lagi kerugian akibat kecurangan para broker ikan saat melakukan penimbangan ketika memborong ikan. Menyadari hal ini maka sibuklah kami mencari pakan alami sebagai alternatif pakan pelet. 

Setelah browsing kesana kemari kami menemukan beberapa alternatif, diantaranya: 

1. Maggot papaya 2. Pelet herbal 3. Azolla microphilla 

Dari ketiga alternatif itu yang terlihat mudah (tidak ribet) untuk dilakukan adalah budidaya Azolla Microphilla, sejenis tanaman paku yang hidup di air. Cukup menyediakan kolam untuk budidaya, media tanam (pupuk kandang+air) dan bibit azolla‐nya. 

[tahap persiapan] 

Bagi yang masih pertama kali membudidaya azolla, maka perlu diperhatikan tahapan persiapan sbb: 

1. Siapkan kolam terlebih dahulu. Belajar dari pengalaman pertama kami, kami justru membeli bibit terlebih dahulu, baru kemudian kebingungan bibit ini akan ditanam dimana. Beruntung di belakang rumah ada 3 kolam gurame yang belum diaktifkan karena yang 2 kolam masih diperbaiki. Akhirnya kami pakai 1 kolam ukuran 5x8 meter persegi sebagai tempat budidaya azolla. Berikut ini beberapa alternatif ‘infrastruktur’ untuk budidaya azolla: 

a. Jika kebutuhan anda akan azolla cukup besar maka sebaiknya disiapkan kolam khusus dengan dimensi yang cukup besar pula. Jenis kolam bisa menggunakan kolam permanen ataupun kolam sementara. Idealnya dihitung terlebih dahulu kebutuhan azolla per hari sebagai pakan ikan.  

b. Untuk kondisi darurat bisa dibuat kolam darurat di lahan yang seadanya, atau menggunakan box kayu atau material lainnya yang diberi lapisan kedap air semisal plastik. Kedalaman kolam 10 cm sudah bisa digunakan sebagai ‘infrastruktur’ kolam. 

c. Alternatif lain adalah membudidayakan azolla langsung di kolam ikan dengan bantuan ‘penyekat’ agar ikan tidak dapat memakan azolla secara langsung. Salah satu penyekat yang dapat digunakan adalah keranjang bambu berbentuk parabola. 

 

2. Kemudian siapkan media tanam. media tanam utama azolla michropilla adalah air. Namun untuk menunjang kehidupan azolla tentunya air tersebut harus mengandung unsur‐unsur yang dapat menyuburkan pertumbuhannya. Diantara yang dapat digunakan adalah: 

a. Air permukaan kolam ikan. Cukup dengan mengalirkan air dari kolam gurame yang berwarna kehijauan ke kolam azolla, maka kolam sudah bisa dipakai.  

 

 

b. Air dasar kolam ikan. Air yang keruh pada dasar kolam ikan, biasanya berupa lumpur hasil sisa makanan dan kotoran ikan, dapat digunakan sebagai media tanam azolla. 

c. Pupuk kandang. Menurut mas Edgar (sumber informasi kami saat membeli azolla) jika menggunakan pupuk kandang maka bisa digunakan kotoran ayam yang 

azolla yang langsung ditanam di kolam ikan dengan bantuan sekat berupa keranjang bambu 

foto awal kolam azolla kami dengan media air kolam ikan berwarna hijau, foto ini diambil tanggal 18 September 2014 

dicampur dengan tanah, lalu ditebar di dasar kolam dengan ketebalan antara 4‐5cm. Setelah itu baru digenangi air sampai ketinggian air mencapai 9 cm dari dasar kolam. 

3. Saatnya menyiapkan bibit azolla. Bibit azolla microphilla tidaklah mudah ditemui seperti kita menemukan penjual tanaman hias/buah di tepi jalan. Namun jika kita mau browsing internet, kita dapat dengan mudah menemukan beberapa penjual yang tersebar di indonesia. Setahu kami ada yg di medan, jogja/magelang, tulungagung, blitar, batu dan surabaya. Harga dan kuantitas paket azolla yang mereka jual tidaklah sama pada masing‐masing penjual, namun jika dirata‐rata harga jualnya adalah Rp.50.000/kg. Misalnya mas Edgar di tulungagung menjual 1 paket seharga Rp.25.000/ 500gr (berat kotor beserta packingnya). Adapula mas Lukman (juga berlokasi di tulungagung) menjual 1 paket seharga Rp.50.000/kg.  Baik mas Edgar & mas Lukman memberi garansi 100% jika bibit azolla yang mereka kirim mati maka mereka akan mengirimkan lagi sebagai gantinya. Dan khusus bagi anda yang mau datang langsung akan mendapatkan bonus lebih banyak. Contohnya saat kami membeli di sana, kami mendapat 1 keranjang penuh tanpa ditimbang.. setelah sampai rumah dan kami timbang ternyata beratnya mencapai 3,5kg masih disertai garansi jika mati boleh datang kembali dan mengambil sepuasnya hingga budidaya azolla berhasil dilakukan!! ☺ Berapa banyak bibit yang dibutuhkan? Pertanyaan sederhana namun perlu pengalaman untuk menjawabnya dengan lebih bijak ☺. Dari pengalaman kami saat mengisi kira‐kira 2kg Azolla (sisa 2kg karena yg 1,5 kg langsung kami masukkan ke kolam ikan gurame dan langsung habis, hehehe) ke dalam kolam ukuran 5x8 meter persegi (kepadatan azolla 5 gr/m2) maka diperlukan waktu yang cukup lama untuk menutup seluruh permukaan kolam (kurang lebih 4 minggu), sehingga berakibat pada pesatnya pertumbuhan jentik nyamuk. Dari pengalaman ini maka kami sarankan penebaran bibit azolla adalah 200gr/m2 (0.2kg/m2), jadi untuk kolam 5m x 8m (40 m2) diperlukan 8kg azolla agar pertumbuhannya dapat bersaing dan menekan habis pertumbuhan jentik nyamuk. Atau jika anda berniat membeli 1kg Azolla saja maka sebaiknya cukup sediakan kolam ukuran 5 m2 (kira‐kira 2x2.5 m) agar jentik tidak sempat berubah menjadi nyamuk. 

 

foto azolla tanggal 18 september 2014, usia 3 hari setelah pembelian

 

4. Saat yang tepat untuk menanam. Seperti halnya menanam/memindahkan bibit tanaman ke media tanam yang baru, untuk azolla pun sebaiknya dilakukan pada sore hari atau saat cahaya matahari sudah tidak lagi menyinari kolam secara langsung. Hal ini perlu dilakukan agar bibit azolla dapat beradaptasi di lingkungan yang baru selama lebih dari 12 jam sebelum bertemu dengan sinar matahari langsung di keesokan harinya. 

5. Pasang Paranet bila diperlukan. Jika kolam azolla anda tidak memiliki sesuatu apapun untuk menaunginya dari panas terik sinar matahari maka sebaiknya perlu dipasang paranet di atas kolam tersebut. Ini perlu dilakukan agar azolla tidak kepanasan sehingga dapat menyebabkan warna daunnya berubah menjadi kuning kecoklatan dan lama‐kelamaan bisa menyebabkan azolla anda mati. Harga paranet tidak mahal namun juga tidak murah, di Ngunut – Tulungagung harganya Rp.14ribu/meter lari (lebarnya 3 meter) 

[perlu diketahui] 

1. Nyamuk. Tidak disangka kolam azolla kami juga dimanfaatkan nyamuk untuk berkembang biak. Ratusan hingga ribuan jentik nyamuk kami jumpai kira‐kira 1‐2 minggu setelah kolam azolla diaktifkan. Hal ini disebabkan karena permukaan kolam tersebut belum dipenuhi oleh azolla serta tidak ada pemangsa alami jentik nyamuk. Jika anda risih dengan keberadaan nyamuk maka bisa menggunakan abate untuk membasminya. Namun demikian jentik ini dapat dimanfaatkan sebagai camilan ikan gurame, tinggal diseser dengan saringan halus, lalu dipindah ke kolam gurame, wah lahap juga ikan gurame menyantapnya. Cara lain untuk membasminya adalah dengan menebar ikan untuk memangsa jentik tersebut, bisa dipilih ikan hias dengan ukuran mulut yang kecil agar ikan tidak memakan azolla, tebar yang banyak, dari pengalaman kami 20 ekor ikan hias kecil tidaklah cukup untuk membasmi jentik di kolam seluas 5x8 meter persegi. Sebenarnya yang perlu diperhatikan adalah hasil metamorphosis jentik itu, yaitu nyamuk. Nyamuk yg masih kecil umumnya masih suka tinggal di tepi kolam. Dengan bantuan raket nyamuk sangat mudah untuk membunuh mereka. Namun nyamuk yang beranjak remaja dan dewasa kerap menyelinap ke dalam rumah kami, lumayan, setiap sore dilakukan sweeping nyamuk di tempat2 gelap, mulai dari 

foto azolla tanggal 20 september 2014, usia 5 hari setelah pembelian 

ruang tamu (gorden & kursi) hingga kamar tidur. Kami juga memasang perangkap nyamuk elektrik setiap malam di tepi kolam.  

 

Namun, Anda tidak perlu khawatir sebab ketika azolla kita bisa sukses memenuhi seluruh permukaan kolam maka nyamuk & jentik nyamuk akan lenyap dengan sendirinya, disebabkan lapisan azolla yang tebal menutupi seluruh permukaan kolam sehingga kadar oksigen terlarut pada air kolam tidak cukup untuk menghidupi jentik nyamuk.  

2. Capung. Tidak disangka juga kalau capung yang kerap terbang di atas kolam azolla, ternyata diam‐diam mencelupkan ekornya ke dalam permukaan kolam. Bagi orang awam sperti kami tidak akan mengira bahwa ternyata sang capung sedang meletakkan telurnya di kolam azolla kami. Kira‐kira seminggu kemudian bermunculan puluhan hingga ratusan penghuni baru di dasar kolam kami. Bentuknya seperti serangga air yang ‘berlarian’ di dasar 

foto ribuan jentik nyamuk tanggal 24 september 2014, usia 9 hari setelah pembeliah azolla 

foto hasil tangkapan nyamuk dengan perangkap nyamuk elektrik, tanggal 24 September 2014 

kolam. Kami tidak menyangka bahwa itu adalah larva/nimva capung. Setelah kami menemukan kulit serangga air itu di permukaan kolam (hanya kulitnya saja, bentuknya masih utuh tapi dalamnya kosong), lalu browsing, barulah kami tahu bahwa itu adalah bentuk metamorphosis tidak sempurna dari seekor capung. Larva/nimva capung ini berguna juga untuk mengontrol perkembangan larva/jentik nyamuk walau keberadaan mereka tidak membasmi 100% jentik yang ada. Selain itu larva capung tersebut juga bisa digunakan untuk pakan gurame dan ayam. 

 

 

Setelah jaring diletakkan di kandang ayam, segera ayam‐ayam itu datang menyerbu larva capung. foto tanggal 16 oktober 2014 

hasil penjaringan  larva capung dewasa yang belum bermetamorphosis menjadi capung, foto  ini diambil tanggal 16 oktober 2014 

 

3. Booster azolla: secara tidak sengaja kami menemukan efek samping dari perendaman bilah‐bilah batang pohon yg masih segar (pada kasus kami adalah pohon nangka yg sudah dipotong menjadi seukuran papan, maksudnya kami rendam supaya papan tersebut awet dari serangan kumbang bubuk) setelah 1 hari direndam di dalam kolam azolla ternyata berdampak langsung pada perubahan warna air kolam menjadi coklat kemerahan, mungkin ini adalah zat yang terkandung di dalam batang pohon. Efek yang kami rasakan adalah bertambah cepatnya laju pertumbuhan azolla. Anda dapat membandingkan foto berikut ini 

 

foto kumpulan beberapa kulit luar larva/nimva capung setelah ditinggal oleh capung yg telah bermetamorphosis. foto tanggal 20 oktober 2014

1 hari setelah papan nangka direndam, air kolam berubah warna menjadi merah kecoklatan. foto tanggal 19 oktober 2014 

 

  

4. Bebek. Selain ayam, binatang ternak yang sangat suka azolla adalah bebek. Maka berhati‐hatilah jika anda memelihara bebek, sebab bisa saja sekali bebek anda masuk ke dalam kolam azolla maka habislah azolla anda.. hehehe, ini serius lho, cerita pengalaman pribadi mas Edgar di Tulungagung. 

[eksekusi azolla sehari‐hari] 

Saat ini setiap pagi dan sore kami selalu memanen azolla sekitar 3 ‐ 4kg azolla sekali panen (6‐8 kg perhari) dengan cara menjaring seluas 0.4m x 8m setiap kali memanen. Kadang kala seketika itu juga area yang kami panen langsung dipenuhi kembali oleh azolla, atau paling tidak keesokan harinya kolam sudah terlihat penuh kembali. Awalnya azolla tersebut langsung kami berikan pada ikan dan 

1 hari setelah papan nangka direndam, foto tanggal 19 oktober 2014 

4 hari kemudian: akhirnya setelah sekitar 1 bulan dari awal penanaman azolla kami berhasil memenuhi kolam 5x8 meter persegi. foto 23 oktober 2014

ternak ayam kami. Dan untuk memaksimalkan terserapnya nutrisi pada ternak maka kami lakukan fermentasi selama 7‐14 jam dengan bantuan EM4. 

[Perlu dianalisa] 

Jangan berhenti sampai disini saja (baca: melakukan budidaya azolla saja), sebab masih banyak yang perlu kita pelajari secara langsung dari laboratorium yang kita miliki (kolam ikan & kolam azolla), misalnya: 

1. Sejauh apa azolla yang kita budidayakan ini dapat menekan biaya pakan pelet? 10%? 30%? 50%? 70%? Atau 100%? Tentu jawabannya akan sangat terpengaruh oleh banyaknya jumlah ikan vs luas area kolam azolla yang kita miliki vs daya tumbuh azolla dengan media tanam yang kita pakai. 

2. Seberapa besar daya tumbuh azolla per hari sehingga bisa diketahui berapa % azolla yang dapat kita jadikan pakan ikan/ternak per hari. 

3. Seberapa besar Feed Convertion Ratio (FCR) azolla? Untuk menjawabnya bisa dilakukan dengan mengambil sample acak 10 ikan setiap 4 minggu untuk mengetahui berat rerata ikan, versus catatan pemberian azolla sebagai pakan dalam kurun waktu tersebut. Tentunya setiap melakukan pemberian azolla sebelumnya dilakukan pengukuran & pencatatan area+berat azolla. 

Pertanyaan sederhana diatas ini bisa jadi ide tugas akhir di tingkat SMK maupun tingkat perguruan tinggi ya... ☺ 

[Order Azolla]

 

Harga umum: Rp 50.000/kg (tidak termasuk ongkos kirim JNE) Discount khusus pembelian lebih dari 1kg. Bonus khusus pembelian langsung di tempat kami. CP: 085732689753 (hendra/abu hanif) Alamat : Komplek Masjid al‐Fahd, Dsn Pakisrejo RT01/RW01, Desa Pakisrejo, Kec. Rejotangan, Kab.Tulungagung.