Bronkopnemonia, Bronkolitis, Asma Bronkodial

19
I. Subjetif Nama : EK Umur : 2 tahun BB : 12 kg Jenis kelamin : Perempuan No. RM : 055882 Ruang kelas : Aster Tanggal MRS : 9-3-2010 Keluhan : sesak, panas, batuk,pilek II.Objektif Data klinik Tgl/ keluha n Pana s sesa k Batuk berdah ak pil ek munt ah Ma/ Mi Bak/ bab asesmen 9/3/10 + + + + + +/+ +/+ Bronkopneum oni dg asma bronkeale 10/3/1 0 + - + + - / + -/+ Bronkioliti s dg asma bronkiale 11/3/1 0 Bronkioliti s dg asma bronkiale Data Laboratorium Tgl/ lab N RR S BJ pH Leukos it Eritro sit Udem Urin 9/3/1 0 100x/ min 40x/ min 38, 3 - 10/3/ 10 104x/ min 35x/ min 37, 7 1,02 5 6 25 10 - Kuning agak keruh, khas 11/3/ 10 100x/ min 30x/ min 37, 8 - - - - - -

Transcript of Bronkopnemonia, Bronkolitis, Asma Bronkodial

Page 1: Bronkopnemonia, Bronkolitis, Asma Bronkodial

I. Subjetif

Nama : EKUmur : 2 tahunBB : 12 kgJenis kelamin : PerempuanNo. RM : 055882Ruang kelas : AsterTanggal MRS : 9-3-2010Keluhan : sesak, panas, batuk,pilek

II. ObjektifData klinik

Tgl/keluhan

Panas sesak Batuk berdahak

pilek muntah

Ma/Mi Bak/bab asesmen

9/3/10 + + + + + +/+ +/+ Bronkopneumoni dg asma bronkeale

10/3/10 + - + + - / + -/+ Bronkiolitis dg asma bronkiale

11/3/10 Bronkiolitis dg asma bronkiale

Data LaboratoriumTgl/lab N RR S BJ pH Leukosit Eritrosit Udem Urin9/3/10 100x/min 40x/min 38,3 -10/3/10 104x/min 35x/min 37,7 1,025 6 25 10 - Kuning

agak keruh, khas

11/3/10 100x/min 30x/min 37,8 - - - - - -

III. ASSEMENT

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru, pembagian secara anatomis : Pneumonia lobaris· Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)·  Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)

Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau

dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran

langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus.(Riyadi

sujono&Sukarmin,2009).

Page 2: Bronkopnemonia, Bronkolitis, Asma Bronkodial

Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam

etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing( Ngastiyah,2005). Pada bagian atas

selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan

kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Pada anak-anak disebabkan virus Parainfluensa,

Influensa Virus, Adenovirus, RSP.

Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh dan tidak

adanya mekanisme pertahanan paru, sehingga mikroorganisme berkembang biak menimbulkan infeksi

penyakit. Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain

: Inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring. Perluasan

langsung dan penyebaran secara hematogen. Pertahanan yang tubuh tidak kuat sehingga mikroorganisme

melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan

sekitarnya.Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang ditandai

dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi, terjadi pelepasan mediator-

mediator inflasmasi dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan menyebabkan suhu

tubuh pasien meningkat. Bronkopnemonia pasien diduga disebabkan oleh infeksi virus dengan

suhu tubuh pasien 38,3 pada hari pertama dan 37,7 pada hari kedua dan 37,8 pada hari ketiga,

disertai batuk berdahak serta sesak pada hari pertama dan nafsu makan buruk, Peningkatan

leukosit menjadi 2,5 juga disebabkan adanya infeksi mikroorganisme. Pengaktifan jalur komplemen juga

mengakibatkan perpindahan eksudat plasma kedalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan

edema antar kapiler dan alveolus sehingga meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan

karbondioksida mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin sehingga Ph darah pasien menurun

menjadi 6.

Bronkiolitis akut merupakan penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang sering

ditemukan pada bayi-bayi, terjadi akibat obstruksi pada saluran-saluran napas kecil-kecil atau

bronkiolus (Richard,1993). Penyebab utama bronkiolitis adalah infeksi Respiratory Syncitial

Virus (RSV) yang memiliki morbiditas tinggi, terutama pada anak dengan resiko tinggi dan

imunokompromais. Virus lainnya yang menyebabkan bronkiolitis adalah parainfluenza,

influenza dan adenovirus. Virus ditularkan melalui percikan ludah. Meskipun pada orang

dewasa RSV hanya menyebabkan gejala yang ringan, tetapi pada bayi bisa menyebabkan

penyakit yang berat (Syarifuddin,2009).

Page 3: Bronkopnemonia, Bronkolitis, Asma Bronkodial

Bronkiolitis ditandai oleh adanya obstruksi bronkioler yang disebabkan oleh edema

dan penimbunan lendir serta debris-debris seluler maupun yang diakibatkan oleh invasi virus

ke dalam akar-akar yang lebih kecil dari cabang-cabang bronkus (Richard,1993). Invasi virus

menyebabkan obstruksi bronkiolus akibat akumulasi mucus, debris dan edema. Terjadi

retensi aliran udara pernapasan berbanding terbalik (dengan radius lumen pangkat empat),

baik pada fase inspirasi maupun fase ekspirasi. Terdapat mekanisme klep yaitu

terperangkapnya udara yang menimbulkan overinflasi dada. Pertukaran udara yang terganggu

menyebabkan ventilasi berkurang dan hipoksemia, peningkatan frekuensi napas sebagai

kompensasi. Pada keadaan sangat berat dapat terjadi hiperkapnia. Obstruksi total dan

terserapnya udara menyebabkan atelektasis (Arif, 2000).

Manifestasi klinisnya yaitu biasanya didahului infeksi saluran napas atas dengan

batuk pilek, tanpa demam atau hanya subfebris. Sesak napas makin hebat, disertai napas

cepat dan dangkal. Terdapat dispnu dengan expiratory effort, retraksi otot bantu napas, napas

cepat dangkal disertai napas cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, gelisah,

ekspirium memanjang atau mengi’. Jika obstruksi hebat suara napas nyaris tak terdengar,

ronki basah halus nyaring kadang terdengar pada akhir atau awal ekspirasi, suara perkusi

paru hipersonor (Arif, 2000).

Asma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon yang

berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan, yang

mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya

dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan (Tjen Daniel, 1991).

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan

sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-

benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara

sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah

antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila

reaksi dengan antigen spesifikasinya. (Tanjung, 2003).

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial

paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup

alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang

telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,

Page 4: Bronkopnemonia, Bronkolitis, Asma Bronkodial

diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor

kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor- faktor ini akan

menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental

dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan

saluran napas menjadi sangat meningkat. (Tanjung, 2003).

Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama

inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar

bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah

akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.

Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi

sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional

dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran

mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest. (Tanjung,

2003).

IV. PLAN

Tujuan terapi yang dilakukan adalah mengobati brokopneumoni dan bronkiolitis yang

disertai asma brokiale untuk dapat menghilangkan keluhan yaitu berupa sesak, demam, batuk

dan pilek. Selain itu diberikan pula terapi-terapi lainnya yang dapat meningkatkan kondisi

nyaman dan sehat pasien. Selain itu, dilakukan pula terapi non farmakologis untuk mencegah

memburuknya kondisi pasien dan mencegah komplikasi. Berikut adalah komposisi terapi yang

diresepkan oleh dokter:

Terapi/tgl 9/3/10 10/3/10 11/3/10

O2 2L/menit √

Infus D5% 10 tpm √ √ √

Inj Ampicillin 2x 500 mg √ √ √

Inj Gentamicin 2x 20 mg √ √ √

Inj Dexa 3x 1/3 Ampul √ √ √

PCT syr 3x1 cth √ √ √

Fartolin syr 3x 1 cth √ √ √

Page 5: Bronkopnemonia, Bronkolitis, Asma Bronkodial

Terdapat beberapa komposisi terapi yang mengalami perubahan, berikut adalah komposisi

terapi yang kami sarankan:

1. Mengobati Brokopneumoni dan Bronkiolitis yang Disertai Asma Brokiale

Berdasarkapatofisiolgi bronkopneumonia, bronkolitis dan asma bronkiale disebabkan

oleh adanya infeksi bakteri dan virus yang menimbulkan inflamasi pada daerah paru yang

menimbulkan manifestasi klinik berupa sesak, demam, batuk dan pilek. Sehingga terapi

farmakologi yang sebaiknya diberikan adalah:

Antibiotik sebagai agen antiinfeksi

Berdasarkan guideline terapi bronkopneumonia pada anak usia dua tahun, first line

terapi antibiotiknya adalah ampicillin. Selain itu ampicillin diberikan untuk mencegah

infeksi nosokomial. Ampicillin yang diberikan adalah dalam bentuk dry syrup agar lebih

nyaman dan mudah pemberiannya pada pasien anak-anak.

Ampicillin dry syrup

Dosis : 50-100 mg/kg/hari

Indikasi : treatment pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri, treatment atau

profilaksis pada infeksi endocarditis, infeksi yang disebabkan bakteri streptococci,

pneumococci, meningcocci, beberapa strain pada H. influenza, Salmonella, Shigella, E.

Coli, Enterobacter dan Klebsiella.

Interaksi : tidak ada interaksi obat dalam resep ini

Mekanisme : menghambat dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih

penicilin-binding protein (PBPs) yang akan menghambat langkah transpeptidasi final

pada sintesis peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, sehingga akan menghambat

biosintesis dinding sel. Bakteri akhirnya lisis karena aktivitas yang terus-menerus dari

enzim autolytic dinding sel ketika pembentukan dinding sel terhenti.

Pada terapi yang kami sarankan, kami tidak memberikan gentamicin sebagai tambahan

antibiotik karena terlalu berlebihan, dimana pemberian antibiotic yang terlalu berlebihan

pada anak sangat berbahaya karena dapat membuat anak resisten. Selain itu menurut Lacy,

C.F et al. (2006) terdapat interaksi pada pemakaian gentamicin bersamaan dengan antibiotic

golongan penicillin (Ampicillin) yaitu berupa terjadinya penurunan efek gentamicin bila

Page 6: Bronkopnemonia, Bronkolitis, Asma Bronkodial

dikonsumsi bersamaan dengan penicillin. Selain itu kami tidak memberikan agen antiviral

untuk mengobati infeksi, pada infeksi akibat RSV fisrt line therapy yang digunakan adalah

ribavirin namun batas umur minimal yang dapat diberikan ribavirin adalah 3 tahun

sedangkan pasien baru berusia 2 tahun. Sehingga terapi yang kami sarankan untuk

mengatasi infeksi akibat RSV adalah dengan terapi nonspesifik dengan pemberian agen

yang dapat meningkatkan sistem imun anak misalnya dengan pemberian stimuno.

Stimuno syrup

Kandungan : ekstrak Phyllanthus niruri (meniran, herbal asli Indonesia).

Dosis : 1 sendok takar (5 ml), 1-3 kali sehari.

Indikasi : membantu sistem imun tubuh agar bekerja lebih aktif dan dapat

memperbanyak produksi antibodi sehingga kekebalan tubuh lebih kuat.

Mekanisme : Imunomodulator berperan membuat sistem imun lebih aktif dalam

menjalankan fungsinya menguatkan sistem imun tubuh (imuno stimulator) atau menekan

reaksi sistem imun yang berlebihan (imuno supresan) sehingga kekebalan atau daya tahan

tubuh kita selalu optimal menjaga kita tetap sehat ketika diserang oleh virus, bakteri atau

mikroba lainnya.

Interaksi : tidak ada interaksi dengan obat lain dalam resep ini

Agen antiinflamasi

Antiinflamasi yang kami pilih adalah dexamethasone dalam bentuk injeksi karena

untuk memudahkan pemberian pada pasien anak yang sulit bila memakan obat dalam bentuk

tablet. Menurut Dipiro (2005), dexamethasone merupakan antiinflamasi golongan steroid

memiliki daya antiinflamasi yang cukup kuat dan biasa digunakan untuk terapi pada

gangguan sistem pernapasan sehingga baik untuk digunakan pada kasus ini.

Dexamethasone

Dosis : 0,08-0,3 mg/kg/hari atau 2,5-10 mg/m2/hari dibagi dosis setiap 6-12 jam

Indikasi : Sistemik: terutama sebagai anti inflamasi atau imunosupressan agen

dalam berbagai jenis penyakit termasuk diantaranya alergi, dermatologi, endokrin,

hematologi, inflamasi, neoplastic, sistem saraf, renal, respiratori, rematik, dan autoimun;

dapat digunakan dalam management edema cerebral, pembengkakan kronik, sebagai

agen diagnostic.

Page 7: Bronkopnemonia, Bronkolitis, Asma Bronkodial

Interaksi : dapat meningkatkan efek paracetamol.

Mekanisme : menurunkan inflmasi dengn menekan migrasi neutrophil. Menurunkan

produk mediator inflamasi, pembalikan dari kenaikan permeabilitas kapiler, menekan

sistem respon imun normal.

Agen mukolitik dan bronkodilator

Berdasarkan keluhan pasien mengalami sesak dan batuk berdahak untuk pengobatan

gejala tersebut diberikan mukolitik sebagai obat batuk berdahak yang bekerja dengan cara

membuat hancur formasi dahak sehingga dahak tidak lagi memiliki sifat-sifat alaminya.

Alasan pemilihan mukolitik adalah karena pasien anak belum sempurna secara refleks

mengeluarkan dahaknya sendiri sehingga akan lebih baik jika diberi mukolitik. Mukolitik

yang diberikan adalah Ambroksol syrup.

Ambroksol (3x sehari, ½ cth)

Dosis : 3x1 30mg

Indikasi : Penyakit saluran napas akut dan kronis yang disertai sekresi bronkial

yang abnormal, khususnya pada eksaserbasi dan bronkitis kronis, bronkitis asmatik, asma

bronkial.

Mekanisme : Menghancurkan atau memecah asam mucopolysaccharide sehingga

mengencerkan dan menipiskan lapisan mukus sehingga lebih mudah dikeluarkan melalui

batuk.

Interaksi : tidak ada interaksi dengan obat lain dalam resep ini

Selain itu untuk lebih melegakan jalan napas agar tidak sesak perlu diberikan pula suatu

bronkodilator. Bronkodilator yang kami berikan adalah salbutamol dalam sediaan syrup

(ventolin syrup).

Ventolin syrup (3x sehari 1 cth)

Kandungan : Salbutamol Sulfat

Dosis : anak usia 2-6 th 3-4 kali sehari 1-2 mg, Jumlah obat awal tidak boleh

melampaui 2 mg (1 sendok teh) tiga kali sehari.

Indikasi : Bronkhospasme pada asma bronchial, bronchitis kronis, dan emfisema

Page 8: Bronkopnemonia, Bronkolitis, Asma Bronkodial

Mekanisme : Ventolin bertindak sebagai bronkodilator beta-antagonis. Bekerja

membuat otot paru-paru halus untuk memperluas lorong-lorong dan meningkatkan

saluran udara ke paru-paru, sehingga membuat pernapasan lebih mudah.

Interaksi : tidak ada interaksi dengan obat lain dalam resep ini

Agen antipiretik

Selain itu, pasien juga mengalami demam yang merupakan manifestasi dari infeksi

dan inflamasi. Sehingga kami juga memberikan obat antipirerik untuk menurunkan demam

pasien, yaitu dengan paracetamol syrup.

Paracetamol syrup

Dosis : 3x1 cth, sirup 125 mg/5 mL x 60 mL

Indikasi : Meringankan rasa sakit pada sakit kepala, sakit gigi, menurunkan

demam.

Mekanisme : Mekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan terhadap

enzim siklooksigenase (COX: cyclooxigenase), dan penelitian terbaru menunjukkan

bahwa obat ini lebih selektif menghambat COX-2. Meskipun mempunyai aktifitas

antipiretik dan analgesik, tetapi aktifitas anti-inflamasinya sangat lemah karena dibatasi

beberapa faktor, salah satunya adalah tingginya kadar peroksida pada lokasi inflamasi.

Hal lain, karena selektifitas hambatannya pada COX-2, sehingga obat ini tidak

menghambat aktifitas tromboksan yang merupakan zat pembekuan darah.

Interaksi : tidak ada interaksi dengan obat lain dalam resep ini

2. Terapi lain-lain

Pada saat masuk rumah sakit pasien datang dengan kondisi sesak yang cukup parah,

sehingga untuk pertolongan pertama diberikan terapi oksigen untuk memenuhi kebutuhan pasien

akan oksigen. Namun terapi oksigen ini hanya diberikan pada hari pertama karena hari

berikutnya sesak pasien sudah mulai berkurang.

O2

Dosis : 2L/menit sampai sesak hilang

Indikasi : untuk mencegah terjadinya hipoksia yaitu keadaan dimana sel-sel dalam

tubuh kekurangan oksigen.

Page 9: Bronkopnemonia, Bronkolitis, Asma Bronkodial

Interaksi : tidak ada interaksi dengan obat lain dalam resep ini

Mekanisme : oksigenase, memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada

tekana 1 atm sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Untuk membantu

asupan nutrisi pasien agar pasien memperoleh energi sehingga tidak akan merasa lemas,

diberikan pula infuse D5%

Infus D5%

Kandungan : Setiap 100 mL dari Injeksi Dekstrosa 5% USP, mengandung dekstrosa

monohidrat 5 g dalam air untuk injeksi. Nilai kalori 170 kkal / L. Osmolaritas adalah 252

mOsmol / L (calc.), yang sedikit hipotonik.

Dosis : 10 tpm

Indikasi : Terapi parenteral untuk memenuhi kebutuhan air dan kalori karbohidrat

pada pasien yang mengalami dehidrasi.

Mekanisme : Meningkatkan kadar glukosa dalam darah, sehingga dapat memenuhi

kebutuhan akan kalori. Konsentrasi dektrose akan menurun apabila terjadi penurunan jumlah

protein dan nitrogen dalam tubuh, dan juga dapat memicu pembentukan glikogen. Dextrose

merupakan senyawa monosakarida yang sangat cepat diserap. Metabolismenya akan

menghasilkan CO2, air, dan sumber energy.

Interaksi : tidak ada interaksi dengan obat lain dalam resep

Secara singkat terapi yang kami sarankan dapat dilihat dalam table di bawah ini:

Obat 9/3/10 10/3/10 11/3/10

O2 2L/menit √

Infus D5% 10 tpm √ √ √

Ampicillin syrup √ √ √

Inj Dexa 3x 1/3 Ampul √ √ √

PCT syr 3x1 cth √ √ √

Ambroxol syr 3x ½ cth √ √ √

Salbutamol syr 3x1 cth √ √ √

Stimuno syr 3 x 1 cth √ √ √

Page 10: Bronkopnemonia, Bronkolitis, Asma Bronkodial

KIE

Edukasi Keluarga

Dilakukan pada saat pasien akan dipulangkan. Yaitu dengan memberitahukan :

-   Informasi mengenai penyakit bronkiolitis

-   Bagaimana cara membersihkan jalan nafas dengan menggunakan penghisap gelembung.

-   Segera memanggil bantuan atau membawa pasien ke rumah sakit kembali jika didapatkan

gangguan pernafasan

-   Cara pencegahan penyakit dan penyebarannya dengan menghindari anak dari paparan asap

rokok ataupun zat yang mengiritasi lainnya, melakukan cuci tangan, dll.

Edukasi petugas medik

A. Pengawasan

Untuk pasien yang dirawat inap penting dilakukan pengawasan sistem jantung paru dan

jika ada indikasi dilakukan pemasanagpulse oxymetri

B. Oksigenasi

Oksigenasi sangat penting untuk menjaga jangan sampai terjadi hipoksia, sehingga

memperberat penyakitnya.  Pemberian oksigen ketika saturasi oksigen menetap dibawah

91% dan dihentikan ketika saturasi oksigen menetap diatas 94%.

C. Pengaturan Cairan

Berikan tambahan cairan 20 % dari kebutuhan rumatan jika didapatkan demam yang naik

turun atau menetap (suhu > 38,5  0C). Cara pemberian cairan ini bisa secara intravena atau

pemasangan selang nasogastrik. Akan tetapi harus hati-hati pemberian cairan lewat lambung

karena dapat terjadi aspirasi dan menambah sesak nafas, akibat lambung yang terisi cairan

dan menekan diafragma ke paru-paru.

MONITORING

a. Awasi frekuensi jantung / irama.

Rasional : Takikardia biasanya ada karena demam/ dehidrasi. Tetapi juga dapat merupakan

respon terhadap hipoksemia.

b. Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktifitas senggang.

Page 11: Bronkopnemonia, Bronkolitis, Asma Bronkodial

Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi oksigen untuk

memudahkan perbaikan infeksi.

c. Tinggikan kepala dan dorong untuk sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.

Rasional : tindakan ini mengingatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran secret

untuk perbaikan ventilasi.

d. Berikan terapi oksigen dengan benar.

Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg. Oksigen

diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman dengan tepat dalam

toleransi pasien.

e. Berikan humidifier tambahan, misalnya nebulizer.

Rasional : Memberikan kelembaban pada membrane mukosa dan membantu pengenceran

secret untuk memudahkan pembersihan.

f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan.

Rasional : Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme) atau keterbatasan

keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, dan

atau lambatnya respon terhadap terapi.

Daftar Pustaka

Arif, Mansjoer, dkk., 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, FKUI, Jakarta.

Dipiro, 2005, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition, The McGraw-

Hill Companies, Inc.,USA.

Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2006, Drug Information

Handbook, 14th Edition, AphA, Lexi-Comp Inc, Hudson, Ohio.

Ngastiyah, 1999, Perawatan Anak Sakit, Jakarta : EGC

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses

penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.

Page 12: Bronkopnemonia, Bronkolitis, Asma Bronkodial

Richard, C Victor Behrman, 1993, Ilmu Kesehatan Anak Edisi 12, EGC, Jakarta.

Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1,Yogyakarta : Graha Ilmu.

Smeltzer, S. C, Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 Edisi *.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syarifuddin, Rauf, 2009, Standar Pelayanan Medik, FKUH, Makassar.

Tanjung, D., 2003, Asuhan Keperawatan Asma Bronkial,

http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf, Diakses 21 November

2012.

Tjen, Daniel, 1991, Alergi dan Asma Bronkhiale, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.