Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok.doc

40
Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara ke paru-paru ). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius. Daftar isi [sembunyikan ] 1 Penyebab 2 Gejala 3 Diagnosis 4 Pengobata n 5 Pranala luar [sunting ] Penyebab Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus , bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia) Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari: Sinusitis kronis Bronkiektasis Alergi Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak. Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:

description

nbnbnbb

Transcript of Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok.doc

Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara ke paru-paru).

Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

Daftar isi

[sembunyikan] 1 Penyebab 2 Gejala 3 Diagnosis 4 Pengobatan

5 Pranala luar

[sunting] Penyebab

Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia)

Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:

Sinusitis kronis Bronkiektasis Alergi Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.

Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:

Berbagai jenis debu Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida,

sulfur dioksida dan bromin Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida Tembakau dan rokok lainnya.

[sunting] Gejala

Gejalanya berupa:

batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan) sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu) bengek

lelah pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan pipi tampak kemerahan sakit kepala gangguan penglihatan.

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.

Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.

Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.

Sesak napas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi napas mengi, terutama setelah batuk. Bisa terjadi pneumonia.

[sunting] Diagnosis

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir. Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi pernapasan yang abnormal.

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

Tes fungsi paru-paru Gas darah arteri Rontgen dada.

[sunting] Pengobatan

Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.

Bronkitis   DEFINISI

Bronkitis (Bronchitis; Inflammation - bronchi) adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).

Penyakit bronkitis biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

PENYEBAB

Penyebab Bronkitis infeksiosa adalah virus, bakteri dan (terutama) organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).

Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:

Sinusitis kronis Bronkiektasis Alergi Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.

Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh: - Berbagai jenis debu - Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin - Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida - Tembakau dan rokok lainnya.

GEJALA

Gejala bronkitis berupa: - batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan) - sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan

- sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu) - bengek - lelah - pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan - wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan - pipi tampak kemerahan - sakit kepala - gangguan penglihatan.

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.

Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.

Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.

Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk.

Bisa terjadi pneumonia.

DIAGNOSA

Diagnosis bronkitis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir. Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi pernafasan yang abnormal.

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan: - Tes fungsi paru-paru - Gas darah arteri - Rontgen dada.

PENGOBATAN

Pengobatan bronkitis dilakukan untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan Aspirin atau asetaminofen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan asetaminofen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.

Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau

ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.

Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.

PENCEGAHANJika Anda telah sering mengalami serangan bronkitis atau berulang, ppenyebabnya mungkin sesuatu di lingkungan Anda. Lokasi yang dingin, lembab - khususnya dikombinasikan dengan polusi udara atau asap rokok - dapat membuat Anda lebih rentan terhadap bronkitis akut. Ketika masalah menjadi berat, Anda mungkin perlu untuk mempertimbangkan perubahan di mana dan bagaimana Anda hidup dan bekerja.

Langkah-langkah ini juga dapat membantu menurunkan risiko bronkitis dan melindungi paru-paru secara umum:

1. Hindari merokok dan menjadi perokok pasif. Asap tembakau meningkatkan risiko bronkitis kronis dan emphysema.

2. Cobalah untuk menghindari orang-orang yang telah pilek atau flu. Semakin sedikit Anda terkena virus yang menyebabkan bronkitis, semakin rendah risiko Anda mendapatkannya. Hindari kerumunan orang selama musim flu.

3. Dapatkan vaksin flu tahunan. Banyak kasus bronkitis akut hasil dari influenza, virus. Mendapatkan vaksin flu tahunan dapat membantu melindungi Anda dari flu, yang pada gilirannya, dapat mengurangi risiko bronkitis.

4. Tanyakan kepada dokter tentang pneumonia shot. Jika usia Anda lebih dari 60 tahun atau Anda memiliki faktor risiko seperti diabetes, penyakit jantung dan paru-paru, perlu dipertimbangkan melakukan shot bronkitis. Selain itu, dikenal sebagai vaksin Prevnar dapat membantu melindungi anak-anak terhadap pneumonia. Kami menganjurkan untuk semua anak di bawah usia 2 tahun dan untuk anaku usia 2 hingga 5 tahun yang berada pada risiko tertentu penyakit pneumokokus, seperti mereka yang memiliki kekurangan sistem kekebalan tubuh, asma, penyakit jantung atau anemia sel sabit. Efek samping dari vaksin pneumokokus biasanya kecil dan ringan termasuk rasa nyeri atau bengkak di tempat suntikan. Jika Anda memiliki radang paru-paru atau lebih lima tahun yang lalu menjalankan shot, dokter anda dapat merekomendasikan bahwa Anda mendapatkan satu lagi.

5. Cuci tangan atau menggunakan sanitizer tangan secara teratur. Untuk mengurangi risiko terkena infeksi virus, sering mencuci tangan anda dan membiasakan menggunakan sanitizer tangan. Dan jangan menggosok hidung atau mata Anda.

6. Ketika praktek, memakai masker. Jika Anda harus menghabiskan banyak waktu di sekitar orang lain yang batuk dan bersin, ide yang baik untuk memakai masker yang menutupi mulut dan hidung untuk mengurangi risiko infeksi.

Pengertian bronkhitis

Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).

Anatomi dan fisiologi sistem pernafasan

Anatomi sistem pernafasanSaluran pernafasan bagian atas

Rongga hidungRongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel – sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru – paru.

FaringAdalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.

LaringAdalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.

Saluran pernafasan bagian bawah.

TrakheaDisokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang.

BronkusBroncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus

lobaris kemudian bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.

AlveoliParu terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.

Fisiologi sistem pernafasanPernafasan mencakup 2 proses, yaitu :Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida (CO2) secara keseluruhan.Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel).

Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu :Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.

EtiologiAdalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dari polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.

RokokMenurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.

InfeksiEksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.

PolusiPulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.

KeturunanBelum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.

Faktor sosial ekonomiKematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

PatofisiologiPenemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

Manifestasi klinis

KeluhanBatuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan kental.Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang disertai tanda – tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.

Pemeriksaan fisikPada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis. Hanya kadang – kadang terdengar ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga didapatkan tanda – tanda

overinflasi paru seperti barrel chest, kifosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara jantung lemah, kadang – kadang disertai kontraksi otot – otot pernafasan tambahan.

Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan radiologisTubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal.Corak paru bertambah

Pemeriksaan fungsi paruVEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) : menurun. 4,8 liter). 3,1 liter, KV (kapasitas vital) : menurun (normal VR (volume residu) : bertambah (norm 1,2 liter). 1,1 liter, al 6,0 liter). 4,2 liter, KTP (kapasitas total paru) : normal (normal KRF (kapasitas residu fungsional) : sedikit naik atau normal (normal 2,2 liter). 1,8 liter,

Analisa gas darahPa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).Saturasi hemoglobin menurun.Eritropoesis bertambah.

PengangananTindakan suportifPendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :Menghindari merokokMenghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.Nutrisi yang baik.Hidrasi yang adekuat.Terapi khusus (pengobatan).BronchodilatorAntimikrobaKortikosteroidTerapi pernafasanTerapi aerosolTerapi oksigenPenyesuaian fisikLatihan relaksasiMeditasiMenahan nafasRehabilitasi

PrognosisPrognosis jangka panjang maupun jangka pendek bergantung pada umur dan gejala klinik waktu berobat.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pengkajian.Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :Aktivitas/istirahatGejala : Keletihan, kelelahan, malaise.Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.Ketidakmampuan untuk tidur.Dispnoe pada saat istirahat.Tanda : KeletihanGelisah, insomnia.Kelemahan umum/kehilangan massa otot.SirkulasiGejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat.Distensi vena leher.Edema dependentBunyi jantung redup.Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosisPucat, dapat menunjukkan anemi.Integritas EgoGejala : Peningkatan faktor resikoPerubahan pola hidupTanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.Makanan/cairanGejala : Mual/muntah.Nafsu makan buruk/anoreksiaKetidakmampuan untuk makanPenurunan berat badan, peningkatan berat badanTanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.Penurunan berat badan, palpitasi abdomenHygieneGejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhanTanda : Kebersihan buruk, bau badan.PernafasanGejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.Episode batuk hilang timbul.Tanda : Pernafasan biasa cepat.Penggunaan otot bantu pernafasanBentuk barel chest, gerakan diafragma minimal.Bunyi nafas ronchi

Perkusi hyperresonan pada area paru.Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.KeamananGejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.Adanya/berulangnya infeksi.SeksualitasGejala : Penurunan libidoInteraksi sosialGejala : Hubungan ketergantunganKegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekatPenyakit lama/ketidakmampuan membaik.Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasanKeterbatasan mobilitas fisik.Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.Pemeriksaan diagnostik :Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.TLC : MeningkatVolume residu : Meningkat.FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus mukosa.Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.

Diagnosa keperawatanBersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.

Perencanaan KeperawatanBersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.Tujuan :Mempertahankan jalan nafas paten.

Rencana Tindakan:Auskultasi bunyi nafasRasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.Kaji/pantau frekuensi pernafasan.Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibirRasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara.

Observasi karakteristik batukRasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahanTingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hariRasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.Tujuan :Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.Rencana Tindakan:Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.Auskultasi bunyi nafas.Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasiAwasi tanda vital dan irama jantungRasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.Awasi GDARasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDARasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.Rencana Tindakan:Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibirRasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahatRasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.

Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskanRasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.Tujuan :Menunjukkan peningkatan berat badan.Rencana Tindakan:Kaji kebiasaan diet.Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.Auskultasi bunyi ususRasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.Berikan perawatan oralRasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.Timbang berat badan sesuai indikasi.Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.Konsul ahli giziRasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggiRencana Tindakan:Awasi suhu.Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.Observasi warna, bau sputum.Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.Rasional : mencegah penyebaran patogen.Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.Berikan anti mikroba sesuai indikasiRasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.Tujuan :Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran

Rencana tindakan:Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai.Rasional : Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak O2.Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatanTujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.

Rencana tindakan:Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya.Berikan dorongan emosional.Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit yang dialami.Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalahRasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang dirasakanJelaskan jenis prosedur dari pengobatanRasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan.

Beri dorongan spiritualRasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumahTujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.Intervensi :Jelaskan proses penyakit individuRasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan.Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi aktivitasDiskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap tembakau.Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi sekret jalan nafas.

ImpelementasiPada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)

Evaluasi.Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,

Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)

Sumber:1.Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC; Jakarta.2.Carolin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2002.3.Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.4.Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta.5.Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit FKUI, Jakarta.6.Long, Barbara C, 1998, Perawatan Medikal Bedah, 1998, EGC, Jakarta.7.PRICE, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi; Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, EGC, Jakarta.8.Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan

Patofisiologi BronkitisTemuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan jumlahsel goblet dengan infiltrasi sel-sel radang dan oedema pada mukosa sel bronkus. Pembentukanmukosa yang meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Produksi mukus yangterus menerus mengakibatkan melemahnya aktifitas silia dan faktor fagositosis dan melemahkanmekanisme pertahanannya sendiri. Faktor etiologi utama adalah virus dan zat polutan. Padapenyempitan bronkial lebih lanjut terjadi akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas.Pada waktunya mungkin terjadi perubahan paru yang menetap yang mengakibatkan episema danbronkhietaksis.Gejala klinis bronkitis akut :Batuk awalnya kering, setelah 2 sampai 3 hari batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara lendir,pada pemeriksaan dada, ditemukan ronkhi basah kasar dan suara napas kasar. Batuk biasanya akanmenghilang setelah 2 sampai 3 minggu. Bila setelah 2 minggu masih ada batuk , mungkin telahterjadi kolaps paru segmental atau terjadi infeksi paru sekunder. Pada anak dahak yang kental jarangditemukan karena sering ditelan. Anak yang usianya sudah besar biasanya mengeluh sakitretrosternal dan pada anak kecil dapat terjadi sesak napas

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN BRONKITIS

A. KONSEP DASAR

I. Definisi

Bronkitis adalah suatu peradangan dari bronkioli, bronkus, dan trakea oleh

berbagai sebab (Purnawan Juadi; 1982; 206)

Bronkitis adalah inflamasi lapisan mukosa jalan napas trakeobronkial dan

produksi mukus yang berlebihan. Hal ini dapat akut atau kronis

Bronkitis akut adalah penyakit infeksi saluran napas akut (inflamasi bronkus)

yang biasanya terjadi pada bayi dan anak yang biasanya juga disertai dengan

trakeitis (radang tekak : lubang atau rongga kerongkongan; faring)

(Ngastiyah; 1997; 36)

Bronkitis kronis adalah inflamasi luas jalan napas dengan penyempitan atau

hambatan jalan dan peningkatan produksi spuntum mokoid, menyebabkan

sinosis. (Amin Muhamad, dkk. Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University

Press, Surabaya)

Bronkitis biasa juga disebut dengan laringo trakeobronkitis akut atau croup dan paling sering menyerang anak usia 3 tahun.

II. Etiologi

Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,

Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan

coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang

menderita morbili, pertusis dan infeksi mycoplasma pneumoniae.

Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri (staphy lokokus,

streptokokus, pneumokokus, nemo phylus influenzae). Bronkitis dapat juga

disebabkan oleh parasit seperti askarasis dan jamur. (Purnawan Junadi; 1982;

206).

Penyebab non infeksi adalah akibat aspirasi terhadap bahan fisik atau kimia.

Faktor predesposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca, alergi,

polusi udara dan infeksi saluran napas atas kronik memudahkan terjadinya

bronkitis.

Faktor predesposisi terjadinya bronkitis kronik adalah batuk-batuk kronik

dengan mengeluarkan dahak sepanjang hari dan kadang-kadang disertai sesak

napas.

III. Patofisiologi

Virus dan kuman biasa masuk melalui part de entry mulut dan hidung dropplet

intechan (berhenti untuk menular) yang selanjutnya akan menimbulkan

viremia/bakterimia dengan gejala atau reaksi tubuh untuk melawan perlawanan.

IV. Manifestasi Klinik

1. Gejala yang timbul : malaise (keadaan lesu atau perasaan kurang sehat),

demam, badan terasa lemas, banyak keringat,

tachycardia, tachypnoe

2. Tanda iritasi : batuk, ekspektorasi/peningkatan produksi sekret, rasa sakit di

bawah sternum

3. Tanda obstruksi (hambatan) : sesak napas, rasa mau muntah

V. Diagnostik Test

1. Pemeriksaan sinar-X toraks mungkin memperlihatkan bronkitis akut.

2. Analisa gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan peningkatan karbon dioksida arteri.

3. Polisitemia (peningkatan konsentrasi sel darah merah) terjadi akibat hipoksia kronik yang disertai sianosis, menyebabkan kulit berwarna kebiruan.

4. Pemeriksaan sinar-X toraks dapat membuktikan adanya bronkitis kronik.

5. Pemeriksaan laboratorium, yaitu :

- Pemeriksaan darah lengkap, untuk mengetahui jumlah Hb (Hemoglobin), LED (Laju Endap Darah), Leukosit, dll.

VI. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan adalah istirahat yang cukup, kurangi rokok (bila merokok), minum lebih banyak dari pada biasanya dan tingkatkan intake nutrisi yang adekuat.

Bila pengobatan sudah dilakukan selama 2 minggu tetapi tidak ada perbaikan

maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotik boleh

diberikan, pemberian antibiotik adalah 7-10 hari, jika ada perbaikan perlu

dilakukan thorak foto untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps perlu

segmental dan lobaris, benda asing dalam saluran pernapasan dan tuberkulosis.

VII. Komplikasi

- Bronkitis akut yang berulang maka terjadi kecenderungan untuk menjadi

bronkitis kronik (pada usia dewasa)

- Pneumonia (radang paru-paru)

- Asma bronkial

- Bronkietasis

B. ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

- Biodata : (nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, dll)

- Keluhan Utama

Biasanya penderita (kx) mengeluh sesak napas.

- Riwayat Penyakit Sekarang

Klien pada umumnya mengeluh dadanya terasa sesak dan terasa sulit untuk

bernapas.

- Riwayat Penyakit Dahulu

Merupakan faktor pencetus timbulnya bronkitis (infeksi saluran napas, adanya

riwayat alergi, stress). Frekuensi timbulnya wheezing. Lama penggunaan

obat-obat sebelumnya. Adakah riwayat asma ataupun adanya faktor keturunan

terhadap alergi ?.

- Riwayat Penyakit Keluarga

Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin

ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang ? atau penyakit lain

misalnya DM, dan hipertensi.

- Riwayat Psikososial-Spiritual

a. Psikologis : perasaan yang dirasakan oleh klien, apakah cemas/sedih ?

b. Sosial : bagaimana hubungan klien dengan orang lain maupun orang

terdekat klien dan lingkungannya ?

c. Spiritual : apakah klien tetap menjalankan ibadah selama perawatan di

rumah sakit ?

II. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

- Pola makan

Kaji kebiasaan pola makan klien selama di rumah ataupun di rumah sakit.

Biasanya nafsu makan klien dengan diagnosa medis bronkitis berkurang

karena penurunan masukan sekunder terhadap kelelahan dan anoreksia.

- Pola minum

Kaji kebiasaan pola minum klien selama di rumah sakit, apakah pola minum

klien teratur atau tidak ? karena pada pola minum yang teratur dan banyak

dapat membantu klien untuk mengeluarkan sekret.

- Eliminasi alvi (BAB)

Pola teratur 1x sehari dengan konsistensi lunak dan warna kuning.

- Eliminasi urine

Pola kebiasaannya biasanya dalam batas normal (5-6 x/hari) dengan warna

kuning jernih.

- Istirahat tidur

Pola tidur klien dilakukan dengan posisi setengah duduk, dengan istirahat tidur yang cukup. Untuk membantu saluran pernapasan yang membantu keluarnya sekret.

- Aktivitas

Membatasi kegiatan yang berlebihan.

III. Pemeriksaan Fisik

- Observasi tanda-tanda vital (TTV) TD :

N :

S :

Pernafasan :

Pada umumnya tidak panas, jika ada biasanya rendah

- Keadaan umum biasanya tampak batuk-batuk, tampak agak sesak. Melakukan

observasi tingkat kesadaran

a. Compos mentis : sadar sepenuhnya dapat menjawab semua pernyataan

tentang keadaan sekelilingnya

b. Apatis : keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan

kehidupan sekitarnya, sikap acuh tak acuh

c. Somnolen : keadaan kesadaran yang mau tidur saja. Dapat dibangunkan

dengan rangsangan nyeri akan tetapi jatuh tidur lagi

d. Delirium : keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak berteriak dan

tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu

e. Sopor/semi koma : keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya

dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri

f. Koma : keadaan kesadaran yang tulang sama sekali dan tidak dapat

dibangunkan dengan rangsangan apapun

Pada umumnya tingkat kesadaran compos mentis dengan GCS : 4 5 6

Pengkajian persistem

- Sistem muskuloketel

Pergerakan sendi dan tulang dapat digerakkan secara normal.

- Sistem penglihatan

Pergerakan bola mata yang normal, tidak terdapat pelebaran isokhor

(pelebaran pupil pada mata).

- Sistem pernapasan

Inspeksi : lihat bentuk dada klien simetris / tidak

Auskultasi : adakah kemungkinan terjadi perubahan bunyi napas yang kasar

atau rales atau ronki kering yang tidak tetap dan mengtulang bila batuk ?

Adakah peningkatan produksi sekret ?

- Sistem kardiovaskuler

Biasanya bunyi jantung normal, pola nadi normal.

- Sistem persyarafan

Gerakan reflek tubuh normal dengan GCS 4 5 6.

- Sistem pencernaan

Kx biasanya merasa perutnya kembung, dan adanya nyeri telan.

- Sistem reproduksi

Tidak adanya penyakit kelamin.

- Sistem perkemihan

Tidak adanya perubahan pada warna urine, tidak terdapat albumin (protein

yang terdapat pada jaringan tubuh) dalam kemih.

IV. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan edema mukosa

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa malaise

3. Rasa cemas berhubungan dengan sesak, penggunaan alat medis yang tidak

dikenal/alat bantu pernapasan

4. Resiko gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan

penurunan intake oral, tacypnoe (nafas cepat)

5. Kurang pengetahuan (pengobatan asma, olah raga, alergen) berhubungan

dengan terbatasnya informasi

INTERVENSI DAN RASIONAL

Diagnosa 1 : Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan edema

mukosa

Tujuan :

Klien akan bernapas dengan efektif

Kriteria :

Pada saat bernapas tidak menggunakan otot-otot bantu frekwensi napas dalam

batas normal, suara napas bronchovaskuler.

Intervensi :

1. Anjurkan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret

R/ : pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif dalam tindakan perawatan

2. Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih banyak

dan hangat kepada klien

R/ : peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga sekret akan lebih mudah dikeluarkan

3. Lakukan fisioterapi napas dan latihan batuk efektif

R/ : fisioterapi napas melepaskan sekret dari tempat perlekatan postural drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif mengeluarkan sekret secara adekuat

Diagnosa 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa

malase

Tujuan :

Klien akan terpenuhi kebutuhan nutrisinya

Kriteria :

- Berat badan dalam batas normal

- Terjadi peningkatan berat badan

- Klien akan menghabiskan makanan yang disajikan.

Intervensi :

1. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari nutrisi yang adekuat

(rangsang yang cukup untuk menimbulkan reaksi)

R/ : pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga

kooperatif terhadap tindakan perawatan yang diberikan

2. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik

R/ : merangsang peningkatan nafsu makan pada fase sefal

3. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering

R/ : dilatasi lambung yang berlebihan merangsang rasa mual dan muntah

Diagnosa 3 : Rasa cemas berhubungan dengan sesak, penggunaan alat medis

yang tidak dikenal/alat bantu pernapasan

Tujuan :

Rasa cemas berkurang setelah mendapatkan penjelasan

Kriteria :

- Klien sudah tidak merasa cemas terhadap tindakan perawatan (penggunaan alat

medis)

- Klien tampak tenang

- Klien kooperatif

Intervensi :

1. Jelaskan pada klien setiap tindakan yang akan dilakukan

R/ : penjelasan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan

2. Berikan motivasi pada keluarga untuk ikut secara aktif dalam kegiatan

perawatan klien

R/ : peran serta keluarga secara aktif dapat mengurangi rasa cemas klien

3. Observasi tingkat kecemasan klien dan respon klien terhadap tindakan yang

telah dilakukan

R/ : deteksi dini terhadap perkembangan klien

Diagnosa 4 : Resiko gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan

dengan penurunan intake oral, tacypnoe (napas cepat)

Tujuan :

Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan selama dalam masa perawatan

Kriteria :

- Produksi urine dalam batas normal

- Tekanan darah dalam batas normal

- Mata tidak cowong

- Mukosa bibir lembab

Intervensi :

1. Anjurkan kepada keluarga klien untuk memberikan minum yang cukup

namun sering

R/ : intake cairan yang adekuat mencegah timbulnya defisit cairan

2. Observasi intake dan output cairan

R/ : mengetahui sejak dini dengan menghitung secara tepat agar tidak terjadi defisit cairan

3. Observasi tanda vital dan produksi urine serta keadaan umum

R/ : gangguan keseimbangan perubahan para tanda vital, produksi urine

Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan (pengobatan asma, olah raga, alergen)

berhubungan dengan terbatasnya informasi

Tujuan :

Keluarga dan klien memiliki pengetahuan yang cukup setelah mendapatkan

penjelasan

Kriteria :

Klien/keluarga klien menjelaskan lagi tentang pengobatan dan penatalaksanaan

pada klien Bronkitis dengan menggunakan bahasanya sendiri

Intervensi :

1. Jelaskan pada keluarga tentang pengobatan Bronkitis

R/ : pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga

mengerti tujuan dilakukannya pemberian terapi/pengobatan

2. Jelaskan pada klien/keluarga klien tentang efek samping penggunaan obat-

obatan

R/ : mencegah terjadinya komplikasi akibat efek samping pengobatan

3. Observasi pengetahuan keluarga klien tentang penjelasan yang diberikan oleh

petugas

R/ : kemampuan keluarga klien dalam memberikan penjelasan

mencerminkan tingkat pemahaman keluarga

V. Implementasi

Merupakan tindakan pelaksanaan dari intervensi yang telah dibuat untuk dapat

mengatasi diagnosa keperawatan yang telah ada.

VI. Evaluasi

1. Apakah klien dapat bernapas dengan efektif ?

2. Apakah klien sudah terpenuhi kebutuhan nutrisinya ?

3. Apakah kecemasan klien sudah berkurang ?

4. Apakah klien sudah terpenuhi kebutuhan cairannya ?

5. Apakah klien/keluarga klien sudah mengerti mengenai penyakit bronkitis ?

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. dkk. Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press : Surabaya.

Baughman. C. (2002). Keperawatan Medical Bedah. EGC : Jakarta.

Corwin, J. Elizabeth. (2001). Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta.

Manyoer, A. dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia : Jakarta.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta.

Sarwono, W. dkk. (2001). Ilmu Penyakit Dalam Edisi III Jilid 2. FKUI : Jakarta.

Swearingen. C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 2. EGC : Jakarta.