Brainstorming 3 Skenario 2

10
Jawaban Brainstorming untuk REZ Mengapa terjadi hiperfleksi plantar pedis dextra disertai adduksi digiti I pedis dextra ? membahas hubungan persarafan origo, dan insertio muskulus gastrocnemius dan soleus Musculus Gastrocnemius (otot perut betis) Origo : - Caput laterale di condylus lateralis femoris. - Caput mediale di planum popliteum dan condylus medialis femoris. Insertio : Posterior os calcaneus. Sendi yang dilewati : 1. Artic. talocruralis 2. Artic. genu Innervator : N. Tibialis Fungsi : 1. Fleksi tungkai bawah 2. Plantar fleksi Musculus Soleus Origo : Posterior capitulum fibulae Insertio : Posterior os calcaneus Sendi dilewati : Articulatio talocruralis Innervator : N. Tibialis Fungsi : Plantar fleksi Sehingga jika kedua otot tersebut mengalami kram maka akan terjadi hiperflexi plantar pedis. KRAM OTOT

Transcript of Brainstorming 3 Skenario 2

Page 1: Brainstorming 3 Skenario 2

Jawaban Brainstorming untuk REZ

Mengapa terjadi hiperfleksi plantar pedis dextra disertai adduksi digiti I pedis dextra ? membahas hubungan persarafan origo, dan insertio muskulus

gastrocnemius dan soleus

Musculus Gastrocnemius (otot perut betis)

Origo : - Caput laterale di condylus lateralis femoris.

- Caput mediale di planum popliteum dan condylus medialis femoris.

Insertio : Posterior os calcaneus.

Sendi yang dilewati : 1. Artic. talocruralis

2. Artic. genu

Innervator : N. Tibialis

Fungsi : 1. Fleksi tungkai bawah

2. Plantar fleksi

Musculus Soleus

Origo : Posterior capitulum fibulae

Insertio : Posterior os calcaneus

Sendi dilewati : Articulatio talocruralis

Innervator : N. Tibialis

Fungsi : Plantar fleksi

Sehingga jika kedua otot tersebut mengalami kram maka akan terjadi hiperflexi plantar pedis.

KRAM OTOT

1). Pengertian Menurut Basoeki (2005) kram otot merupakan kontraksi otot tertentu yang

berlebihan, terjadi secara mendadak tanpa disadari. Otot yang mengalami kram sulit

untuk menjadi rileks kembali. Bisa dalam hitungan menit bahkan jam untuk meregangkan

otot yang kram itu. Kontraksi dari kram otot sendiri dapat terjadi dalam waktu beberapa

detik sampai beberapa menit. Selain itu, kram otot dapat menimbulkan keluhan nyeri.

Page 2: Brainstorming 3 Skenario 2

Kram otot dapat mengenai otot lurik atau bergaris, otot yang berkontraksi secara kita

sadari. Kram otot dapat juga mengenai otot polos atau otot yang berkontraksi tanpa kita

sadari. Kram otot dapat terjadi pada tangan, kaki, maupun perut.

2). Mekanisme Kram Otot Ganong (1998) menguraikan bahwa rangsang berulang yang

diberikan sebelum masa relaksasi akan menghasilkan penggiatan tambahan terhadap

elemen kontraktil, dan tampak adanya respon berupa peningkatan kontraksi. Fenomena

ini dikenal sebagai penjumlahan kontraksi. Tegangan yang terbentuk selama penjumlahan

kontraksi jauh lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi selama kontraksi kedutan

otot tunggal. Dengan rangsangan berulang yang cepat, penggiatan mekanisme kontraktil

terjadi berulang-ulang sebelum sampai pada masa relaksasi. Masing-masing respon

tersebut bergabung menjadi satu kontraksi yang berkesinambungan yang dinamakan

tetanik atau kontraksi otot yang berlebihan (kram otot).

Menurut Corwin (2000) setiap pulsa kalsium berlangsung sekitar 1/20 detik dan

menghasilkan apa yang disebut sebagai kedutan otot tunggal. Penjumlahan terjadi apabila

kalsium dipertahankan dalam kompartemen intrasel oleh rangsangan saraf berulang pada

otot. Penjumlahan berarti masing-masing kedutan menyebabkan penguatan kontraksi.

Apabila stimulasi diperpanjang, maka kedutan-kedutan individual akan menyatu sampai

kekuatan kontraksi maksimum. Pada titik ini, terjadi kram otot sampai dengan tetani yang

ditandai oleh kontraksi mulus berkepanjangan.

Menurut Ganong (1998) satu potensial aksi tunggal menyebabkan satu kontraksi singkat

yang kemudian diikuti relaksasi. Kontraksi singkat seperti ini disebut kontraksi kedutan

otot. Potensial aksi dan konstraksi diplot pada skala waktu yang sama. Kontraksi timbul

kira-kira 2 mdet setelah dimulainya depolarisasi membran, sebelum masa repolarisasi

potensial aksi selesai. Lamanya kontraksi kedutan beragam, sesuai dengan jenis otot yang

dirangsang.

3). Penyebab Kram Otot Menurut Mohamad (2001) kram otot dapat terjadi karena letih,

biasanya terjadi pada malam hari, dapat pula karena dingin, dan dapat pula karena panas.

Pada otot bergaris, kram dapat disebabkan kelelahan, dehidrasi atau kekurangan cairan

dan elektrolit (terutama kekurangan kalium dan natrium), dapat juga akibat trauma pada

tulang dan otot yang bersangkutan, atau kekurangan magnesium. Selanjutnya Basoeki

Page 3: Brainstorming 3 Skenario 2

(2005) menegaskan bahwa beberapa obat juga dapat menyebabkan terjadinya kram otot,

seperti obat pelancar kemih, penurun lemak, kekurangan vitamin B1 (thiamine), vitamin

B5 (pantothenic acid) dan B6 (pyridoxine). Kram otot juga dapat terjadi akibat sirkulasi

darah ke otot yang kurang baik.

4). Hubungan Hemodialisa dengan Kram Otot

Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan

beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dializer (NKF 2006). Dengan

adanya sebagian darah pasien yang keluar dari tubuh dan beredar dalam sebuah mesin

(extracorporeal) bisa menyebabkan sirkulasi darah ke otot kurang baik sehingga dapat

mengakibatkan kram otot.

Menurut Tisher dan Wilcox (1997) alat dialisa juga dapat dipergunakan untuk

memindahkan sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui

ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma

(dengan perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Adanya penarikan cairan

(ultrafiltrasi) selama hemodialisa menyebabkan dehidrasi atau kekurangan cairan yang

dapat menyebabkan terjadinya kram otot.

Menurut Price dan Wilson (1995) komposisi cairan dialisat diatur sedemikian rupa

sehingga mendekati komposisi ion darah normal, dan sedikit dimodifikasi agar dapat

memperbaiki gangguan cairan dan elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal. Unsur-

unsur yang umum terdiri dari Na+ , K+, Ca++ , Mg++ , Cl- , asetat dan glukosa. Urea,

kreatinin, asam urat dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke dalam dialisat

karena unsur-unsur ini tidak terdapat dalam dialisat. Adanya perbedaan unsur-unsur

elektrolit dalam dialisat dengan komposisi elektrolit darah pasien bisa mengakibatkan

kekurangan elektrolit. Adanya kekurangan cairan dan elektrolit bisa mengakibatkan kram

otot (Basoeki, 2005).

5). Pencegahan Kram Otot Biasanya kram otot dapat berhenti dengan meregangkan otot

yang mengalami kram, agar otot itu menjadi rileks kembali (Basoeki, 2005). Sedangkan,

kram otot yang terus menerus dan sering terjadi dapat menyebabkan distonia. Jika terjadi

kram otot selama tindakan hemodialisa segera lakukan pengobatan dengan langsung

memulihkan volume cairan intravaskuler melalui pemberian bolus cairan isotonic saline

natrium clorida (NaCL 0,9 %) (NKF, 2006)

Page 4: Brainstorming 3 Skenario 2

ORIGO DAN INSERSIO PADA OTOT

Origo

Yaitu bagian ujung otot yang melekat pada tulang dengan pergerakan yang tetap/stabil

pada saat kontraksi. Otot berasal dari pertengahan facies anterior dari badan tulang radius dan

membrana interossea antara radius dan ulna.

Insersio

Otot berakhir di basis tulang ibu jari. Yaitu bagian ujung otot yang melekat pada tulang

dengan pergerakan yang berubah posisi pada saat kontraksi.

1.      Musculus deltoideus (otot segi tiga bahu)

Origo:

         Pars acromialis → acromion

         Pars clavicularis → clavicula

         Pars scapularis → scapula

Insertio: tuberositas deltoidea humeri

Aksinya: mengangkat lengan ke atas depan, samping dan belakang.

2.      Musculus Biceps brachii (otot lengan atas berkepala)

Origo:

         Long head → procesus Coracoideus

         Short head → coraco brachialis

Insertio: tuberositas radi

Aksinya: flexio lengan, supinasi lengan, flexio articulatio humeri

3.      Musculus Triceps Brachii (otot lengan berkepala tiga)

Origo:

         Caput longus → cavity glenoid scapula

         Caput lateral → facies posterior humeri

         Caput brevis → facies posterior humeri caudal

Insertio: Olecranon

Aksinya: Ekstensi articulatio cubiti (meluruskan lengan)

4.      Musculus Pronator teres (otot pronasi bulat)

Page 5: Brainstorming 3 Skenario 2

Origo:

         caput humerale: epicondylus medialis humeri,

         Caput ulnare: prossesus coronoideus

Insertio: tuberositas pronatoria lateral radius

Aksinya: flexio articulatio cubiti dan pronasi articulatio cubiti

5.      Musculus supinator (otot supinasi)

Origo: condylus lateralis humeri, Crista supinatoria ulnae

Insertio: facies radius

Aksinya: supinasi articulatio cubiti

6.      Musculus flexor carpi ulnaris dan radialis

Origo:

         Ulnaris → condylus medialis humeri

         Radialis → condylus medialis humeri

Insertio: ulnaris → metacarpal ke lima, radialis → metacarpal ke dua dan ketiga

Aksinya: flexio articulatio carpal

7.      Musculus Extensor Carpi Radialis Longus dan Brevis (otot carpal radius panjang dan

pendek)

Origo: Longus → supracondylus humeri, brevis → epycondylus lateral humeri

Insertio: Longus → facies posterior metacarpal kedua, radialis → facies posterior metacarpal

ketiga

Aksinya: Ekstensi articulatio carpali

8.      Musculus flexor Digitorum Superficialis (otot fleksi jari bagian atas)

Origo: epycondylus medialis humeri, facies anterior superior radius

Insertio: Facies digitorium phalanges kedua-kelima

Aksinya: Flexio digitorium

9.      Musculus Pectoralis Major (Otot Dada Besar)

Origo: pars clavicularis → extremitas sternalis, pars sternocostalis → sternum dan rawan iga 1-6,

pars abdominalis → vagina rectus abdominalis

Insertio: crista tuberculum mayor

Aksinya: flexio anterior superior articulatio humeri, flexio horizontal articulatio humeri

10.  Musculus Rectus Abdominalis (otot perut bagian tengah)

Page 6: Brainstorming 3 Skenario 2

Origo: rawan costae 5-7, procesus ensiformis

Insertio: Symphysis pubis, tubercolum pubis

Aksinya: flexio articulatio coxae

11.  Musculus Travezeus (otot kerudung)

Origo: protuberentia occipitalis exsterna, linea nuchea superior, septum nuchea, processus

spinosus prominent, processus spinosus thoracalis.

Insertio: pars descendens dari bagain cranial septum nuchae pada exstremitas acromialis

claviculae. Pars ascendens dari vert. thorachalis yang bawah pada tepi bawah spina scapulae,

pars horizontal dari septum nuchea caudal, thoracalis spina scapula.

Aksinya: mengangkat bahu ke atas.

12.  Musculus Latisimus Dorsi (otot sayap)

Origo: procesus spinosus thoracalis 7-8, lamina superficialis fascia lumbodorsal, crista iliaca,

costae ke 5-7

Insertio: Crista tuberculi minoris

Aksinya: menarik lengan ke bawah, adductio lengan

13.  Musculus Gluteus Maximus (otot bokong besar)

Origo: ilium, fascia lumbodorsalis, fascies posterior sacrum dan coccygis, ligamen sacro-iliaca

posterior

Insertio: 1/3 bagian bawah tuberositas gluteus femoris

Aksinya: ekstensi articulatio coxae

14.  Musculus Quadriceps femoris (otot paha depan berkepala depan berkepala empat)

Origo: rectus femoris → spina iliaca anterior superior, vastus medialis → linea aspera medialis,

vastus lateralis → linea aspera lateralis, vastus intermedius → facies anterior femur

Insertio: patella, tuberositas tibia

Aksinya: flexio articulatio coxae, ekstensi articulatio cubiti, mengangkat paha ke arah dada

15.  Musculus Biceps femoris (otot paha belakang berkepala dua)

Origo: Caput longum → tuberositas ischiadicum, caput brevis → labiun lateral linea aspera

Insertio: capitulum fibula, codylus lateralis tibia

Aksinya: retro flexio articulatio genu, rotasi lateralis femur

16.  Musculus Sartorius (otot lintang paha)

Page 7: Brainstorming 3 Skenario 2

Origo: spina iliaca anterior inferior

Insertio: facies medialis tibia dekat tuberositas tibia

Aksinya: flexio articulatio coxae dan genu

17.  Musculus adductor brevis dan longus (otot adductor pendek dan panjang)

Origo: adductor longus → ramus superior pubis, Adductor brevis → ramus inferior pubis,

adductor magnus → ramus inferior ichii

Insertio: adductor longus → labium medial linea aspera, Adductor brevis → labium medial linea

aspera, adductor magnus → condylus medialis femur

Aksinya: Adductio femur (gerak paha ke tengah)

18.  Musculus Tensor Fascia Latae (otot penegang selaput)

Origo: labium eksternum crista iliaca, spina iliaca anterior superior, permukaan dalam fascia

latae

Insertio: tractus iliotibialis dan tuberositas tibia

Aksinya: abductio femur (gerak paha ke luar)

19.  Musculus Gastrocnemius (otot perut betis)

Origo: caput medualis → epycondylus medialis femur, caput lateralis → epycondylus lateralis

femur

Insertio: tube calcaneus

Aksinya: flexio articulatio genu, retro flexio articulatio tarsal.

20.  Musculus Tibialis Anterior (otot tulang kering depan)

Origo: Condylus lateralis tibia, facies lateralis tibia, membrana interosia cruris, fascia cruris

Insertio: facies cuneiformia , facies metatarsal

Aksinya: ante flexio articulatio tarsal