Brainstorming 3 Skenario 2
-
Upload
fitri-miftakhul-hikmah -
Category
Documents
-
view
67 -
download
0
Transcript of Brainstorming 3 Skenario 2
Jawaban Brainstorming untuk REZ
Mengapa terjadi hiperfleksi plantar pedis dextra disertai adduksi digiti I pedis dextra ? membahas hubungan persarafan origo, dan insertio muskulus
gastrocnemius dan soleus
Musculus Gastrocnemius (otot perut betis)
Origo : - Caput laterale di condylus lateralis femoris.
- Caput mediale di planum popliteum dan condylus medialis femoris.
Insertio : Posterior os calcaneus.
Sendi yang dilewati : 1. Artic. talocruralis
2. Artic. genu
Innervator : N. Tibialis
Fungsi : 1. Fleksi tungkai bawah
2. Plantar fleksi
Musculus Soleus
Origo : Posterior capitulum fibulae
Insertio : Posterior os calcaneus
Sendi dilewati : Articulatio talocruralis
Innervator : N. Tibialis
Fungsi : Plantar fleksi
Sehingga jika kedua otot tersebut mengalami kram maka akan terjadi hiperflexi plantar pedis.
KRAM OTOT
1). Pengertian Menurut Basoeki (2005) kram otot merupakan kontraksi otot tertentu yang
berlebihan, terjadi secara mendadak tanpa disadari. Otot yang mengalami kram sulit
untuk menjadi rileks kembali. Bisa dalam hitungan menit bahkan jam untuk meregangkan
otot yang kram itu. Kontraksi dari kram otot sendiri dapat terjadi dalam waktu beberapa
detik sampai beberapa menit. Selain itu, kram otot dapat menimbulkan keluhan nyeri.
Kram otot dapat mengenai otot lurik atau bergaris, otot yang berkontraksi secara kita
sadari. Kram otot dapat juga mengenai otot polos atau otot yang berkontraksi tanpa kita
sadari. Kram otot dapat terjadi pada tangan, kaki, maupun perut.
2). Mekanisme Kram Otot Ganong (1998) menguraikan bahwa rangsang berulang yang
diberikan sebelum masa relaksasi akan menghasilkan penggiatan tambahan terhadap
elemen kontraktil, dan tampak adanya respon berupa peningkatan kontraksi. Fenomena
ini dikenal sebagai penjumlahan kontraksi. Tegangan yang terbentuk selama penjumlahan
kontraksi jauh lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi selama kontraksi kedutan
otot tunggal. Dengan rangsangan berulang yang cepat, penggiatan mekanisme kontraktil
terjadi berulang-ulang sebelum sampai pada masa relaksasi. Masing-masing respon
tersebut bergabung menjadi satu kontraksi yang berkesinambungan yang dinamakan
tetanik atau kontraksi otot yang berlebihan (kram otot).
Menurut Corwin (2000) setiap pulsa kalsium berlangsung sekitar 1/20 detik dan
menghasilkan apa yang disebut sebagai kedutan otot tunggal. Penjumlahan terjadi apabila
kalsium dipertahankan dalam kompartemen intrasel oleh rangsangan saraf berulang pada
otot. Penjumlahan berarti masing-masing kedutan menyebabkan penguatan kontraksi.
Apabila stimulasi diperpanjang, maka kedutan-kedutan individual akan menyatu sampai
kekuatan kontraksi maksimum. Pada titik ini, terjadi kram otot sampai dengan tetani yang
ditandai oleh kontraksi mulus berkepanjangan.
Menurut Ganong (1998) satu potensial aksi tunggal menyebabkan satu kontraksi singkat
yang kemudian diikuti relaksasi. Kontraksi singkat seperti ini disebut kontraksi kedutan
otot. Potensial aksi dan konstraksi diplot pada skala waktu yang sama. Kontraksi timbul
kira-kira 2 mdet setelah dimulainya depolarisasi membran, sebelum masa repolarisasi
potensial aksi selesai. Lamanya kontraksi kedutan beragam, sesuai dengan jenis otot yang
dirangsang.
3). Penyebab Kram Otot Menurut Mohamad (2001) kram otot dapat terjadi karena letih,
biasanya terjadi pada malam hari, dapat pula karena dingin, dan dapat pula karena panas.
Pada otot bergaris, kram dapat disebabkan kelelahan, dehidrasi atau kekurangan cairan
dan elektrolit (terutama kekurangan kalium dan natrium), dapat juga akibat trauma pada
tulang dan otot yang bersangkutan, atau kekurangan magnesium. Selanjutnya Basoeki
(2005) menegaskan bahwa beberapa obat juga dapat menyebabkan terjadinya kram otot,
seperti obat pelancar kemih, penurun lemak, kekurangan vitamin B1 (thiamine), vitamin
B5 (pantothenic acid) dan B6 (pyridoxine). Kram otot juga dapat terjadi akibat sirkulasi
darah ke otot yang kurang baik.
4). Hubungan Hemodialisa dengan Kram Otot
Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan
beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dializer (NKF 2006). Dengan
adanya sebagian darah pasien yang keluar dari tubuh dan beredar dalam sebuah mesin
(extracorporeal) bisa menyebabkan sirkulasi darah ke otot kurang baik sehingga dapat
mengakibatkan kram otot.
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) alat dialisa juga dapat dipergunakan untuk
memindahkan sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui
ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma
(dengan perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Adanya penarikan cairan
(ultrafiltrasi) selama hemodialisa menyebabkan dehidrasi atau kekurangan cairan yang
dapat menyebabkan terjadinya kram otot.
Menurut Price dan Wilson (1995) komposisi cairan dialisat diatur sedemikian rupa
sehingga mendekati komposisi ion darah normal, dan sedikit dimodifikasi agar dapat
memperbaiki gangguan cairan dan elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal. Unsur-
unsur yang umum terdiri dari Na+ , K+, Ca++ , Mg++ , Cl- , asetat dan glukosa. Urea,
kreatinin, asam urat dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke dalam dialisat
karena unsur-unsur ini tidak terdapat dalam dialisat. Adanya perbedaan unsur-unsur
elektrolit dalam dialisat dengan komposisi elektrolit darah pasien bisa mengakibatkan
kekurangan elektrolit. Adanya kekurangan cairan dan elektrolit bisa mengakibatkan kram
otot (Basoeki, 2005).
5). Pencegahan Kram Otot Biasanya kram otot dapat berhenti dengan meregangkan otot
yang mengalami kram, agar otot itu menjadi rileks kembali (Basoeki, 2005). Sedangkan,
kram otot yang terus menerus dan sering terjadi dapat menyebabkan distonia. Jika terjadi
kram otot selama tindakan hemodialisa segera lakukan pengobatan dengan langsung
memulihkan volume cairan intravaskuler melalui pemberian bolus cairan isotonic saline
natrium clorida (NaCL 0,9 %) (NKF, 2006)
ORIGO DAN INSERSIO PADA OTOT
Origo
Yaitu bagian ujung otot yang melekat pada tulang dengan pergerakan yang tetap/stabil
pada saat kontraksi. Otot berasal dari pertengahan facies anterior dari badan tulang radius dan
membrana interossea antara radius dan ulna.
Insersio
Otot berakhir di basis tulang ibu jari. Yaitu bagian ujung otot yang melekat pada tulang
dengan pergerakan yang berubah posisi pada saat kontraksi.
1. Musculus deltoideus (otot segi tiga bahu)
Origo:
Pars acromialis → acromion
Pars clavicularis → clavicula
Pars scapularis → scapula
Insertio: tuberositas deltoidea humeri
Aksinya: mengangkat lengan ke atas depan, samping dan belakang.
2. Musculus Biceps brachii (otot lengan atas berkepala)
Origo:
Long head → procesus Coracoideus
Short head → coraco brachialis
Insertio: tuberositas radi
Aksinya: flexio lengan, supinasi lengan, flexio articulatio humeri
3. Musculus Triceps Brachii (otot lengan berkepala tiga)
Origo:
Caput longus → cavity glenoid scapula
Caput lateral → facies posterior humeri
Caput brevis → facies posterior humeri caudal
Insertio: Olecranon
Aksinya: Ekstensi articulatio cubiti (meluruskan lengan)
4. Musculus Pronator teres (otot pronasi bulat)
Origo:
caput humerale: epicondylus medialis humeri,
Caput ulnare: prossesus coronoideus
Insertio: tuberositas pronatoria lateral radius
Aksinya: flexio articulatio cubiti dan pronasi articulatio cubiti
5. Musculus supinator (otot supinasi)
Origo: condylus lateralis humeri, Crista supinatoria ulnae
Insertio: facies radius
Aksinya: supinasi articulatio cubiti
6. Musculus flexor carpi ulnaris dan radialis
Origo:
Ulnaris → condylus medialis humeri
Radialis → condylus medialis humeri
Insertio: ulnaris → metacarpal ke lima, radialis → metacarpal ke dua dan ketiga
Aksinya: flexio articulatio carpal
7. Musculus Extensor Carpi Radialis Longus dan Brevis (otot carpal radius panjang dan
pendek)
Origo: Longus → supracondylus humeri, brevis → epycondylus lateral humeri
Insertio: Longus → facies posterior metacarpal kedua, radialis → facies posterior metacarpal
ketiga
Aksinya: Ekstensi articulatio carpali
8. Musculus flexor Digitorum Superficialis (otot fleksi jari bagian atas)
Origo: epycondylus medialis humeri, facies anterior superior radius
Insertio: Facies digitorium phalanges kedua-kelima
Aksinya: Flexio digitorium
9. Musculus Pectoralis Major (Otot Dada Besar)
Origo: pars clavicularis → extremitas sternalis, pars sternocostalis → sternum dan rawan iga 1-6,
pars abdominalis → vagina rectus abdominalis
Insertio: crista tuberculum mayor
Aksinya: flexio anterior superior articulatio humeri, flexio horizontal articulatio humeri
10. Musculus Rectus Abdominalis (otot perut bagian tengah)
Origo: rawan costae 5-7, procesus ensiformis
Insertio: Symphysis pubis, tubercolum pubis
Aksinya: flexio articulatio coxae
11. Musculus Travezeus (otot kerudung)
Origo: protuberentia occipitalis exsterna, linea nuchea superior, septum nuchea, processus
spinosus prominent, processus spinosus thoracalis.
Insertio: pars descendens dari bagain cranial septum nuchae pada exstremitas acromialis
claviculae. Pars ascendens dari vert. thorachalis yang bawah pada tepi bawah spina scapulae,
pars horizontal dari septum nuchea caudal, thoracalis spina scapula.
Aksinya: mengangkat bahu ke atas.
12. Musculus Latisimus Dorsi (otot sayap)
Origo: procesus spinosus thoracalis 7-8, lamina superficialis fascia lumbodorsal, crista iliaca,
costae ke 5-7
Insertio: Crista tuberculi minoris
Aksinya: menarik lengan ke bawah, adductio lengan
13. Musculus Gluteus Maximus (otot bokong besar)
Origo: ilium, fascia lumbodorsalis, fascies posterior sacrum dan coccygis, ligamen sacro-iliaca
posterior
Insertio: 1/3 bagian bawah tuberositas gluteus femoris
Aksinya: ekstensi articulatio coxae
14. Musculus Quadriceps femoris (otot paha depan berkepala depan berkepala empat)
Origo: rectus femoris → spina iliaca anterior superior, vastus medialis → linea aspera medialis,
vastus lateralis → linea aspera lateralis, vastus intermedius → facies anterior femur
Insertio: patella, tuberositas tibia
Aksinya: flexio articulatio coxae, ekstensi articulatio cubiti, mengangkat paha ke arah dada
15. Musculus Biceps femoris (otot paha belakang berkepala dua)
Origo: Caput longum → tuberositas ischiadicum, caput brevis → labiun lateral linea aspera
Insertio: capitulum fibula, codylus lateralis tibia
Aksinya: retro flexio articulatio genu, rotasi lateralis femur
16. Musculus Sartorius (otot lintang paha)
Origo: spina iliaca anterior inferior
Insertio: facies medialis tibia dekat tuberositas tibia
Aksinya: flexio articulatio coxae dan genu
17. Musculus adductor brevis dan longus (otot adductor pendek dan panjang)
Origo: adductor longus → ramus superior pubis, Adductor brevis → ramus inferior pubis,
adductor magnus → ramus inferior ichii
Insertio: adductor longus → labium medial linea aspera, Adductor brevis → labium medial linea
aspera, adductor magnus → condylus medialis femur
Aksinya: Adductio femur (gerak paha ke tengah)
18. Musculus Tensor Fascia Latae (otot penegang selaput)
Origo: labium eksternum crista iliaca, spina iliaca anterior superior, permukaan dalam fascia
latae
Insertio: tractus iliotibialis dan tuberositas tibia
Aksinya: abductio femur (gerak paha ke luar)
19. Musculus Gastrocnemius (otot perut betis)
Origo: caput medualis → epycondylus medialis femur, caput lateralis → epycondylus lateralis
femur
Insertio: tube calcaneus
Aksinya: flexio articulatio genu, retro flexio articulatio tarsal.
20. Musculus Tibialis Anterior (otot tulang kering depan)
Origo: Condylus lateralis tibia, facies lateralis tibia, membrana interosia cruris, fascia cruris
Insertio: facies cuneiformia , facies metatarsal
Aksinya: ante flexio articulatio tarsal