BPK - republika

download BPK - republika

of 2

description

badan pemeriksa keuangan

Transcript of BPK - republika

BPK: Rapat di Hotel Bisa Dikategorikan Merugikan NegaraRabu, 10 Desember 2014, 15:00 WIBJAKARTA -- Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Harry Azhar Aziz menilai, penyelenggaraan rapat-rapat kedinasan di hotel termasuk kegiatan yang merugikan keuangan negara jika memang ada peraturan yang melarangnya. Hal itu diutarakan Harry saat menjadi pembicara diskusi di Universitas Negeri Yogyakarta, Senin (9/12). "Kalau peraturannya melarang rapat di hotel, maka jika masih ada pemerintah daerah yang rapat di hotel, akan kami masukkan sebagai kerugian negara," kata Harry.

Meski demikian, kata Harry, pihaknya masih memerlukan aturan resmi untuk dapat mengaudit serta memutuskan bahwa penyelenggaraan rapat di hotel oleh pemerintah daerah sebagai kerugian negara. "Kalau peraturannya nanti tegas, iya (dapat mengaudit). Kalau cuma pembicaraan menteri di koran atau televisi, maka tidak bisa kami jadikan landasan," ujar Harry.

Harry mengatakan, BPK hingga saat ini belum menerima tembusan dari pemerintah mengenai aturan larangan rapat instansi pemerintah di hotel sehingga belum dapat menindaklanjuti aturan itu. Menurut Harry, kebijakan itu memerlukan landasan Surat Keputusan (SK) yang jelas yang disesuaikan dengan Undang-Undang APBN karena upaya penghematan belanja dinas juga berkaitan dengan APBN. "Kami lihat apakah nanti peraturan menterinya cukup kuat untuk mengelaborasi peraturan perundang-undangan," kata Harry.

Aturan larangan instansi pemerintah menggelar kegiatan di luar kantor pemerintahan sudah tertuang dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Nomor 10 Tahun 2014. Surat edaran itu berisi larangan bagi seluruh jajaran aparatur sipil negara melakukan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan di luar instansi pemerintahan yang berlaku sejak 1 Desember 2014.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, aturan pembatasan rapat yang mulai diberlakukan pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla menghemat pengeluaran negara. Tak tanggung-tanggung, menurutnya, penghematan tersebut mencapai Rp 40 triliun. "Penelitian mengungkapkan Rp 40 triliun anggaran kita untuk perjalanan dan rapat. Rapat-rapat harus di kantor pemerintah, maknanya agar kita lebih efisien menggunakan anggaran," kata JK di kantor Kemendagri, Jakarta, Selasa (9/12).

JK mengakui, kebijakan pemerintah tersebut memberikan efek kurang baik bagi industri perhotelan. Pelaku industri, kata JK, mengaku rugi atas kebijakan tersebut. "Memang ada akibat, hotel-hotel kosong jadinya. Kalau kita ingin efisien, ada korban juga, kenyamanan berkurang sehingga bayaran ke hotel berkurang," ungkapnya.

Menurut JK, negara yang maju adalah negara yang bijak menggunakan anggaran dan mengeluarkan kebijakan. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang selama ini lebih banyak terserap untuk belanja pegawai dan perjalanan dinas menurutnya harus dievaluasi. "Dioptimalkan pada belanja pembangunan."

Pemerintah Kabupaten Tangerang, Banten, pun mengklaim bisa menghemat anggaran sekitar Rp 40 miliar per tahun bila menggelar rapat di kantor. "Kami sudah lama rapat di kantor setempat dengan menu singkong rebus dan jagung, sebelum adanya peraturan itu," kata Sekretaris Daerah Pemkab Tangerang Iskandar Mirsyad, di Tangerang, kemarin.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kota Batu, Jawa Timur, Uddy Syaifuddin, menyatakan, Surat Edaran Menpan-RB Nomor 10 Tahun 2014 bisa menghancurkan omzet hotel. "Surat edaran (SE) yang melarang PNS menggelar rapat di hotel membuat pendapatan hotel, khususnya jasa penginapan di Kota Batu, menurun drastis, yakni 40 persen lebih. Bahkan, seluruh agenda PNS rapat di hotel tahun 2015 dibatalkan," kata Uddy menegaskan, Senin (8/12).

Melihat kenyataan tersebut, katanya, PHRI akan berkirim surat keberatan kepada Presiden Joko Widodo dan ditembuskan kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua DPD, serta PHRI Pusat. Jika pendapatan hotel terus menurun, tidak menutup kemungkinan akan terjadi pemecatan, misalnya terhadap karyawan hotel, karena pengusaha tidak mampu lagi menggaji karyawan dan memenuhi kebutuhan biaya operasional lainnya. "Saat ini, jumlah karyawan yang tersebar di sejumlah hotel d Kota Batu mencapai 4.500 orang. Kalau hotel tutup atau dijual, bagaimana nasib mereka?" n antara rep:ira sasmita ed: andri saubani