BPJS Ketenaga kerjaan

52
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2.Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan Praktek Bisnis Tujuan dan manfaat pelaksanaan Praktek Bisnis adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui program Jaminan Hari Tua di BPJS Ketenagakerjaan. 2. Mengetahui cara bagaimana peserta program untuk mengklaim pada pihak BPJS Ketenagakerjaan tentang Jaminan Hari Tua 3. Mengetahui hubungan perusahaan dan BPJS Ketenagakerjaan tentang program Jaminan Hari Tua 1.2.2 Manfaat Praktek Bisnis 1. Bagi Perguruan Tinggi a) Merupakan salah satu evaluasi dari pencapaian materi yang telah dikuasai oleh mahasiswa.

description

bisnis administrasi

Transcript of BPJS Ketenaga kerjaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2.Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan Praktek Bisnis

Tujuan dan manfaat pelaksanaan Praktek Bisnis adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui program Jaminan Hari Tua di BPJS Ketenagakerjaan.

2. Mengetahui cara bagaimana peserta program untuk mengklaim pada pihak

BPJS Ketenagakerjaan tentang Jaminan Hari Tua

3. Mengetahui hubungan perusahaan dan BPJS Ketenagakerjaan tentang program

Jaminan Hari Tua

1.2.2 Manfaat Praktek Bisnis

1. Bagi Perguruan Tinggi

a) Merupakan salah satu evaluasi dari pencapaian materi yang telah

dikuasai oleh mahasiswa.

b) Dapat menjalin hubungan dengan PT atau perusahaan.

2. Bagi perusahaan

a) Memperoleh sumber daya manusia sementara dengan kualifikasi yang

sesuai dengan tuntunan bidangnya.

b) Sebagai sarana pengabdian kepada masyarakat, khususnya dibidang

asuransi.

2

c) Memperoleh masukan objektif yang dapat dipertanggungjawabkan secara

akademis, guna meningkatkan produktivitas perusahaan.

3. Bagi Mahasiswa

a) Sebagai masa orientasi terhadap dunia kerja yang sesungguhnya,

sehingga mendapatkan pengalaman dalam bekerja dan dapat dipakai

untuk mempersiapkan mahasiswa dari segi menal maupun kemampuan

yang dihadapi.

b) Menjalin hubungan mutualistis dengan pihak industri atau perusahaan.

c) Sebagai usaha mahasiswa untuk menambah wawasan tentang pencairan

dana Program Jaminan Hari Tua di BPJS Ketenagakerjaan Kantor

Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY)

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1. Waktu

Mahasiswa melaksanakan Praktek Bisnis di BPJS Ketenagakerjaan kantor

wilayah V (Jawa Tengah dan DIY) selama dua bulan yang dimulai tanggal 27

Januari 2014 sampai dengan 28 Maret 2014. Praktek Bisnis dilakukan dengan

menyesuaikan waktu jam kerja( untuk di kantor ) pukul 08.00 – 17.00 WIB.

2. Tempat Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan magang di Jalan Pemuda Nomor 130 Kota Semarang

Lantai 2 , yang digunakan sebagai kantor oleh BPJS Ketenagakerjaan Kantor

Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY).

1.4 Bentuk Kegiatan

Pada kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan praktek bisnis ini, walaupun penulis

ditugaskan pada satu bagian saja yaitu pada bagian Umum & SDM tetapi penulis tidak

dibatasi untuk mengetahui pada satu bagian saja, jadi penulis bisa leluasa mengetahui proses

3

kerja di setiap bagian-bagian pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah

dan DIY).

1.5 Pengertian Asuransi

Pada hakekatnya, asuransi merupakan suatu pelimpahan resiko atas kerugian

keuangan ( Financial Loos ) oleh tertanggung kepada penanggung. Resiko yang dilimpahkan

kepada penanggung merupakan resiko kerugian keuangan sebagai akibat hilangnya jiwa

seseorang atau seseorang yang sudah mencapai umur tua sehingga tidak produktif lagi, maka

asuransi menggaransi nilai ekonomis seseorang, sehingga apabila terjadi hal – hal yang tidak

diinginkan dan kehilangan nilai ekonomis, maka akan tetap ada yang menanggung nilai

ekonomis tersebut. Asuransi menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung terhadap

resiko yang dihadapi perorangan maupun resiko yang dihadapi perusahaan (Herman

Darmawi, 2004:1).

Asuransi jiwa pada umumnya

Sepanjang hidup manusia selalu dihadapkan kepada kemungkinan terjadinya

peristiwa-peristiwa yang dapat menyebabkan lenyap atau berkurang nilai

ekonominya. Ini mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri dan keluarganya atau

orang lain yag berkepentingan.

Dengan perkataan lain manusia selalu menghadapi peristiwa-peristiwa yang

menimbulan risiko antara lain sebagai berikut :

Meninggal dunia (death) baik secara alamiah (natural death) atau meninggal

pada umur muda , misalnya karena sakit, kecelakaan .

Cacat badan (disability, invalidity, incapacity) karena sakit atau kecelakaan.

Hilangnya atau merosotnya keadaan kesehatan (loos of health)

Umur tua (old age)

Pengangguran (unemployment)

4

Hilang atau merosotnya nilai ekonomi karena peristiwa-peristiwa tersebut diatas

membawa akibat berupa beban hidup yang harus dipikul oleh yang berkepentingan.

Tiap orang dihadapkan pada masalah yang tidak dapat diperhitungkan secara pasti

atas beban hidupnya sendiri. Orang berada dalam keadaan tidak tenang arena tidak

mengetahui dengan pasti beberapa beban keuangan yang harus dipikul selama

menjalani hari tuanya dan tidak tahu umur berapa ia akan hidup. Jadi orang yang

berada dalam keadaan “ketidak pastian” selalu berpautan dengan rasa bingung dan

tidak tentram.

Dalam rangka inilah lembaga perasuransian jiwa berusaha mengalihkan

ketidakpastian dari perseorangan ke dalam kelompok besar orang. Disini risiko

perorangan akan dibagi rata pada banyak orang.

Lembaga persuransian jiwa dapat melakukan ini, sekalipun tidak dapat

menentukan umur orang perorangan (individu) namun umur rata-rata dari kelompok besar

orang secara statistic dapat ditentukan. Pada hakekatnya dasar dari pada asuransi jiwa adalah

adanya sekelompok orang yang menyadari bahwa :

a. Setiap orang pasti akan meninggal,

tetapi tidak pasti kapan terjadinya kematian tersebut.

b. Kematian pencari nafkah akan

berakibat hilangnya sumber pendapatan bagi yang berkepentingan. Oleh karena itu

diperlukan jaminan keuangan dalam jangka waktu tertentu selama yang

ditinggalkan belum dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru.

c. Hari tua mengakibatkan hilang atau

berkurangnya pendaatan bagi yang berkepentingan, oleh karena itu diperlukan

jaminan keuangan pada hari tuanya sampai meninggal.

5

Jenis asuransi jiwa menurut jangka waktu perlindungan :

1. Therm Insurance

Asuransi yang ada batas waktunya, biasanya untuk asuransi kerugian, tidak

ada pengembalian bila tidak ada klaim

2. Ekawaktu

Merupakan asuransi yang berjangka dan ada pengembalian

1.5.1 Apa saja Manfaat ber-Asuransi :

1. Ketika habis kontrak, Nasabah mencapai akhir masa kontrak ber-Asuransi, nasabah

akanmendapatkan kembali seluruh dana yang di setorkan + hasil

pengembangan/bunga tabungan 10% per tahun dari nilai investasinya.

2. Bila terjadi krisis, ketika jatuh tempo kontrak Asuransi selesai tetapi dalam

keadaan terjadi kekacauan ekonomi negara ataupun perusahaan Asuransinya, Dana

nasabah tetap aman karena mendapat jaminan garansi pengembangan investasi

sebesar 4.5% per tahun (tetap kembali).

3. Ketika terjadi keterlambatan, Nasabah dalam pembayaran premi atau sempat

terhenti hingga beberapa bulan maksimal hingga 3 thn masih dapat dipulihkan

kembali polis Asuransinya dengan ketentuan nasabah harus membayar seluruh

setoran yang tertunda + bunga tunggakan dan polis aktif kembali.

4. Ketika berhenti tengah jalan, Dalam perjalanan ber-Asuransi nasabah ingin

berhenti dari pembayaran premi Asuransi bisa saja di lakukan dan nasabah akan

mendapatkan dana tabungannya sebesar nilai tunai yang ada pada saat itu + bunga

pengembangan, tetapi disarankan nasabah boleh berhenti dalam pembayaran premi

6

dan dana yang ada tetap di simpan di sini saja, cukup dilakukan penggantian jenis

perlindungan Asuransinya tanpa bayar setoran  premi lagi cukup dengan nilai tunai

yang ada sebagai preminya.Dan nasabah beseta dananya tetap terproteksi dan tetap

di kembang hingga10% per tahun dari pada disimpan di Bank umum ( karena

hanya berkembang maksimal 6% pertahun + dipotongan biaya Administrasi +

bunga per bulannya ).

5. Apabila nasabah mengalami perawatan di rumah sakit atau mengalami cacat total

atau sebagian, nasabah akan mendapatkan santunan (sesuai ketentuan dalam polis).

6. Dan manfaat terakhir, bagi nasabah yang mengalami musibah kematian dalam

masa kontrak ber-Asuransi, maka kepada ahli waris yang di tunjuk dalam polis

akanmenerima pengembalian seluruh dana yang telah di investasikan + bunga

pengembangan dana + dana santunan pertanggungan 100% atau 200% (bila

meninggal karena kecelakaan).

7

BAB II

GAMBARAN UMUM

BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH V JATENG&DIY

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan secara umum dan juga BPJS Ketenagakerjaan pada Kantor Wilayah V

(Jawa Tengah dan DIY) secara lebih mendetail.

2.1 Sejarah BPJS Ketenagakerjaan

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan

kewajiban Negara, untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat.

Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti halnya negara

berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social

security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat

pekerja di sektor formal.

Sejarah terbentuknya BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan

mengalami proses yang panjang, yaitu diawali dengan sejarah terbentuknya PT Jamsostek

(Persero) dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan

Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk

usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan

Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS),

diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis

proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.

Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum,

bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu

tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977

8

tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap

pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula

PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan

Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT

Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek

memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan

keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan

keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko

sosial.

Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40

Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan

dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi:

"Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan

masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat

perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih

berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja.

Kiprah Perusahaan yang mengedepankan kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja

di Indonesia terus berlanjut. Sampai pada Desember 2013, PT Jamsostek (Persero)

memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan

Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya.

Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januari 2014 PT Jamsostek

akhirnya berubah menjadi Badan Hukum Publik yang bernama BPJS Ketenagakerjaan. BPJS

9

Ketenagakerjaan dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja,

yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan satu porgram yaitu Jaminan Pensiun

mulai 1 Juli 2015.

Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS Ketenagakerjaan terus

meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan sambil mengembangkan berbagai

program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan keluarganya. 

Kini dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju, program Jamsostek tidak

hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga memberikan

kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa dan kesejahteraan

masyarakat Indonesia.

2.2 Visi dan Misi BPJS Ketenagakerjaan

Berikut ini adalah visi dan misi BPJS Ketenagakerjaan, dan juga beberapa hal yang

berkaitan dengan visi dan misi tersebut.

2.2.1 Visi

Visi BPJS Ketenagakerjaan adalah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) berkelas dunia, terpercaya, bersahabat dan unggul dalam Operasional dan Pelayanan.

2.2.2 Misi

Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi

perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:

Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan keluarga

10

Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada tenaga

kerja dan meningkatkan produktivitas

Negara: Berperan serta dalam pembangunan

2.3 Filosofi BPJS Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi

resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam

membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya bila

meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan

dari belas kasihan orang lain.

Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program BPJS

Ketenagakerjaan dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang

tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang berpenghasilan tinggi membantu yang

berpenghasilan rendah.

2.4 Motto Perusahaan

"Menjadi Jembatan Menuju Kesejahteraan Pekerja"

 

2.5 Tata Nilai Budaya/Pedoman Perilaku Insan BPJS Ketenagakerjaan

Iman: Insan BPJS Ketenagakerjaan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, selalu

berpikiran positif, dan memberikan pelayanan yang tulus ikhlas.

Profesional: Insan BPJS Ketenagakerjaan selalu mengupayakan hal yang terbaik

dalam berbuat, kompeten dan bertanggung jawab, proaktif serta selalu mengasah diri

agar siap menghadapi perubahan.

11

Teladan: Insan BPJS Ketenagakerjaan sadar bahwa harus menjadi panutan,

menghormati sesama serta saling memberi bantuan, dukungan dan bimbingan.

Integritas: Insan BPJS Ketenagakerjaan harus dapat dipercaya, komitmen, berani

mengemukakan pendapat, dan menjujung tinggi kode etik profesi.

Kerjasama: Insan BPJS Ketenagakerjaan mengutamakan keberhasilan perusahaan,

selalu menjaga kebersamaan, menghargai perbedaan pendapat dan tercapainya

sinergi.

2.6 Etika Kerja Insan BPJS Ketenagakerjaan

Teamwork : Memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama dengan orang lain

atau dengan kelompok untuk mencapai tujuan perusahaan.

Open Mind : Memiliki kemampuan untuk membuka pikiran dan menerima gagasan-

gagasan baru yang lebih baik.

Passion : Bersemangat dan antusias dalam melaksanakan pekerjaan.

Action : Segera melaksanakan rencana/pekerjaan/tugas yang telah disepakati dan

ditetapkan bersama

Sense : Rasa memiliki kepedulian, ikut bertanggung jawab dan memiliki inisiatif yang

tinggi untuk memecahkan masalah perusahaan.

12

2.7 Logo BPJS Ketenagakerjaan

Gambar 2.1 Logo BPJS Ketenagakerjaan

Sebelum tahun 2014, BPJS Ketenagakerjaan lebih dikenal sebagai brand Jamsostek,

yang mana brand awareness-nya sudah cukup kuat di masyarakat. Dengan

bertransformasinya Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan, tim pembuatan logo mencoba

mengambil elemen dari brandmark Jamsostek yang masih dapat  mengingatkan masyarakat

terhadap brand tersebut, yaitu icon huruf ‘J’, yang kemudian harus kita kombinasikan dengan

pesan BPJS Ketenagakerjaan sebagai jembatan atau jalan yang dapat menjamin kesejahteraan

masyarakat dan peserta.

Logo Jamsostek terdiri dari 1 warna, hijau saja. Kini BPJS Ketenagakerjaan menjadi 3

warna, hijau, orange muda dan biru. Makna dari warna-warna tersebut adalah sebagai

berikut:

Hijau melambangkan pertumbuhan dan kesejahteraan

Biru melambangkan sustainability dan kepercayaan

Kuning melambangkan optimisme.

Adanya warna – warna baru dalam brandmark BPJS Ketenagakerjaan bertujuan untuk

mendukung wujud transformasi BPJS Ketenagakerjaan dan memperkuat citra BPJS

Ketenagakerjaan sebagai institusi publik yang siap melayani serta menjamin kesejahteraan

peserta secara menyeluruh.

13

Prosesnya dimulai pembuatan logo ini melalui research komprehensif yang dilakukan

oleh consultant team dan kemudian untuk proses mendesain brandmark dan aplikasi

dilanjutkan oleh creative team. Tantangannya adalah bagaimana mempertahankan equity dari

brandmark Jamsostek yang telah lebih dulu melekat di benak masyarakat, namun tetap harus

di-craft dan memiliki makna khusus yang dapat menyampaikan sebuah pesan transformasi

dari BPJS Ketenagakerjaan.

2.8 BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY)

Sebagai Ibu Kota Provonsi Jawa Tengah, Kota Semarang dipilih oleh BPJS

Ketenagakerjaan sebagai lokasi untuk berdirinya BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V

(Jawa Tengah dan DIY). Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang

terus berkembang sesuai pesatnya laju ekonomi dan bidang-bidang usaha serta kehidupan

sosial masyarakatnya. Dengan lokasi Kantor Wilayah V di Semarang, diharapkan dapat

menunjang operasional Kantor Cabang serta Kantor Cabang Pembantu yang dibawahinya,

karena seperti yang telah kita ketahui bahwa Kota Semarang memiliki letak yang relatif

strategis, mudah dicapai dan dekat dengan pusat pemerintahan dan perekonomian.

BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY) membawahi 12

Kantor Cabang dan 4 Kantor Cabang Pembantu. Berikut adalah daftar kantor-kantor yang

dibawahinya tersebut beserta alamatnya:

1. Kantor Cabang Semarang I

Jalan Pemuda No.130 Semarang. Kode pos 50132.

Telepon (024) 3520279, 3588880, 3520281. Fax. (024) 3553712.

2. Kantor Cabang Semarang II

Jalan Soekarno Hatta No.78 A Semarang. Kode Pos 50119.

Telepon (024) 76747997. Fax. (024) 76746682.

14

3. Kantor Cabang Surakarta

Jalan Bhayangkara No.42 Surakarta. Kode Pos 57149.

Telepon (0271) 736637, 736630. Fax. (0271) 716261.

4. Kantor Cabang Cilacap

Jalan MT Haryono No.18 Cilacap. Telepon (0282) 537979.

Fax. (0282) 534567

5. Kantor Cabang Yogyakarta

Jalan Urip Sumoharjo No.106 Yogyakarta. Kode Pos 55222.

Telepon (0274) 518953, 519670. Fax. (0274) 518223, 519671.

6. Kantor Cabang Pekalongan

Komp. Perkantoran Podosugih Jalan Majapahit Pekalongan.

Telepon (0285) 425857, 425858. Fax. (0285) 425859.

7. Kantor Cabang Kudus

Jalan Pramuka No.368 Kudus. Kode Pos 59319. Telepon (0291) 437874.

Fax. (0291) 431151.

8. Kantor Cabang Magelang

Jalan Jendral Gatot Subroto No.8 Pakelan, Magelang.

Telepon (0293) 310430, 310247. Fax. (0293) 310431.

9. Kantor Cabang Tegal

Ruko Palm Town House B R-5 Jalan Perintis Kemerdekaan Tegal.

Telepon (0283) 341545, 341546. Fax. (0283) 343543.

10. Kantor Cabang Klaten

Jalan Kopral Sayom No.11 Klaten. Telepon (0272) 326602, 327331.

Fax. (0272) 326016.

11. Kantor Cabang Purwokerto

15

Jalan Jend.S. Parman No.80 Purwokerto. Telepon (0281) 642484, 642486.

Fax. (0281) 642482.

12. Kantor Cabang Ungaran

Jalan Soekarno Hatta No.10 Ungaran. Kode Pos 50552.

Telepon (024) 6923036, 6926928, 6926929. Fax. (024) 76913460.

13. Kantor Cabang Pembantu Sleman

Jalan Godean Km.4,5 No.23 Sleman. Kode Pos 55592.

Telepon (0274) 4547475. Fax. (0274) 4539141.

14. Kantor Cabang Pembantu Sukoharjo

Jalan Slamet Riyadi No.27 Sukoharjo. Telepon (0271) 591908.

15. Kantor Cabang Pembantu Boyolali

Jalan Raya Boyolali Solo Km.3 Randusari Teras Boyolali.

Telepon (0276) 324546.

16. Kantor Cabang Pembantu Purbalingga

Jalan S. Parman No.17 Purbalingga. Telepon (0281) 895705.

2.9 Struktur Organisasi

Pada sub-bab ini, akan dijelaskan struktur organisasi BPJS Ketenagakerjaan secara

umum maupun BPJS KetenagaKerjaan pada Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY).

Berikut ini adalah struktur organisasinya.

16

2.9.1 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Secara Umum

Struktur Organisasi PT. Jamsostek (Persero) sebagaimana tertuang dalam Surat

Keputusan Direksi Nomor: KEP/111/032013 tentang Struktur Organisasi, adalah sebagai

berikut:

Gambar 2.2 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Secara Umum

17

2.9.2 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V

Gambar 2.3 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V

18

2.10 Deskripsi Kerja dan Tanggung Jawab

Berikut adalah deskripsi kerja tanggung jawab pada BPJS Ketenagakerjaan pada

Kantor Wilayah V:

1. Kepala Kantor Wilayah

Mengkoordinasikan, mengarahkan, mengevaluasi dan mengendalikan kegiatan

operasional di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang yang berada di wilayahnya, selaras

dengan kebijakan dan strategi yang ditetapkan di Kantor Pusat, guna memastikan pencapaian

target wilayah secara optimal, sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku

diperusahaan.

2. Sekretaris Wilayah

Melaksanakan pengelolaan administrasi surat menyurat, rapat intern/ekstern,

administrasi personil, serta sarana dan prasarana kerja pada Kantor Wilayah, guna

mendukung kelancaran kerja Kepala Kantor Wilayah.

3. Senior Analisis Wilayah

Menyusun dan membuat analisa, kajian dan usulan rencana pengembangan

pemasaran, pelayanan, keuangan & teknologi informasi, umum & sumber daya manusia,

manajemen mutu dan risiko serta melakukan pemantauannya di lapangan serta melakukan

perbaikan berkesinambungan di Kantor Wilayah, guna mendukung kelancaran operasional

dan pelayanan secara optimal selaras dengan kebijakan kantor pusat, sesuai dengan standar

dan ketentuan yang berlaku di perusahaan, agar dapat mendukung pencapaian tujuan Kantor

Wilayah.

4. Kepala Pemasaran Wilayah

19

Mengarahkan dan memantau kegiatan pengembangan dan pengelolaan kepesertaan

formal, informal dan program khusus di Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu yang

berada di wilayahnya, mengendalikan pengelolaan kemitraan, PKP serta hubungan kerja

dengan instansi pemerintah/non pemerintah yang dapat mendukung kegiatan pemasaran,

guna mencapai target kepesertaan dan nilai iuran di wilayah.

5. Spesialis Pemasaran Formal Wilayah

Melaksanakan sosialisasi strategi dan program pemasaran kepesertaan formal wilayah

ke Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu (KCP), memantau dan menganalisa tingkat

pencapaian Kantor Cabang serta melakukan pembinaan dalam hal terjadi kendala, serta

mengembangkan kemitraan di wilayah sesuai arahan atasan, guna mendukung efektivitas

kinerja pemasaran formal Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu untuk mencapai target

kepesertaan formal.

6. Spesialis Manajemen Account Wilayah

Mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan akun untuk Kantor Cabang/Kantor Cabang

Pembantu (KCP) di wilayah, melakukan analisa terkait dengan pengimplementasian

strategi/program pengelolaan akun, pembinaan pelanggan dan Relationship Officer (RO) di

Kacab/KCP, guna mendukung atasan dalam peningkatan pendapatan dari peserta aktif.

7. Penata Utama Pemasaran Informal Wilayah

Melaksanakan sosialisasi strategi dan porgram pemasaran kepesertaan informal

wilayah ke Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu (KCP), memantau dan menganalisa

tingkat pencapaian Kantor Cabang serta melakukan pembinaan dalam hal terjadi kendala,

serta mengambangkan kemitraan di wilayah sesuai arahan atasan, guna mendukung

efektivitas kinerja pemasaran informal Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu untuk

mencapai target kepesertaan Informal.

8. Penata Utama Pemasaran Formal Wilayah

20

Melaksanakan sosialisasi strategi dan porgram pemasaran kepesertaan formal wilayah

ke Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu (KCP), memantau dan menganalisa tingkat

pencapaian Kantor Cabang serta melakukan pembinaan dalam hal terjadi kendala, serta

mengambangkan kemitraan di wilayah sesuai arahan atasan, guna mendukung efektivitas

kinerja pemasaran formal Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu untuk mencapai target

kepesertaan formal.

9. Penata Madya Pengelolaan PKP

Mengkoordinasikan kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan program PKP di

Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu, menganalisa penerapan dan efektivitas program,

guna mendukung optimalisasi dan efektivitas program PKP dalam upaya pencapaian target

pemasaran wilayah.

10. Kepala Pelayanan Wilayah

Mengarahkan dan memantau penyelenggaraan program jaminan sosial dan

pelaksanaan kegiatan pelayanan di seluruh titik pelayanan yang berada dibawah koordinasi

Kantor Wilayah, melakukan pembinaan kepada para petugas serta mengelola dan mengolah

data base, guna menjaga kualitas penyelenggaraan program dan tingkat pelayanan bagi

peserta jaminan sosial.

11. Spesialis Manajemen Program JPK-JKK

Mengkompilasi data dan menganalisa penyelenggaraan program JPK dan JKK pada

Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu di wilayahnya, mengevaluasi efektivitas kerjasama

dengan PPK, guna mendukung atasan dalam pemantauan efektivitas penyelenggaraan

program JPK dan JKK.

12. Penata Utama Manajemen Pelayanan

Mengkompilasi dan menganalisa data kinerja pelayanan dan petugas pelayanan di

titik pelayanan dibawah koordinasi wilayahnya sesuai standar mutu yang telah ditetapkan,

21

melakukan pembinaan bagi petugas pelayan dan mengkoordinasikan pengelolaan kanal

pelayanan, guna mendukung atasan dalam meningkatkan mutu pelayanan di Kantor

Cabang/KCP.

13. Penata Utama Manajemen Program JHT-JK

Mengkompilasi data dan menganalisa penyelenggaran program JHT-JK pada Kantor

Cabang/Kantor Cabang Pembantu di wilayahnya, menyusun laporan dan mengelola database,

guna mendukung atasan dalam pemantauan efektivitas penyelenggaraan program JHT-JK.

14. Kepala Umum dan Sumber Daya Manusia Wilayah

Mengarahkan, memantau dan mengendalikan kegiatan yang terkait dengan

pengelolaan sumber daya manusia, pengadaan barang dan jasa, pemeliharaan aset dan

pelayanan umum bagi pegawai/perusahaan (seperti kerumahtanggaan, kebersihan, keamanan,

kearsipan, dan lain-lain), serta hubungan komunikasi dengan pihat internal dan eksternal,

guna memberikan dukungan bagi kelancaran seluruh kegiatan pengelolaan bisnis di

wilayahnya.

15. Penata Madya Umum

Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan pengadaan, pemeliharan aset,

pelayanan umum bagi pegawai dan organisasi, serta melaksanakan program komunikasi

kepada pihak internal dan eksternal sesuai program dan arahan atasan, guna mendukung

kelancaran pelaksanaan kerja.

16. Penata Madya Sumber Daya Manusia

Melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pengelolaan sumber daya manusia di

Kantor Wilayah, serta melakukan koordinasi untuk pengelolaan SDM di Kantor

Cabang/Kantor Cabang Pembantu di area wilayahnya, guna mendukung terlaksananya

pengelolaan sistem SDM dan untuk tertib administrasi kepegawaian.

17. Kepala Keuangan dan Teknologi Informasi Wilayah

22

Mengarahkan, memantau dan mengendalikan kegiatan yang terkait dengan

pengelolaan keuangan dan teknologi informasi di Kantor Wilayah beserta Kantor Cabang dan

Cabang Pembantu yang berada dibawah koordinasinya, guna memberikan dukungan bagi

kegiatan operasional yang efektif dan efisien.

18. Penata Madya Keuangan

Melaksanakan pengelolaan keuangan di kantor wilayah (mencakup penyusunan

anggaran, pengelolaan dana, pencatatan transaksi keuangan, serta pelaporan kewajiban

perpajakan), menghimpun, mengkompilasi dan menganalisa efisiensi pengelolaan keuangan

di Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu, guna mendukung atasan dalam perwujudan

kondisi keuangan yang sehat, yang dapat mendukung pelaksanaan kegiatan operasional

dengan optimal.

19. Penata Madya Teknologi Informasi

Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan pemberian dukungan teknis dalam

kegiatan pemeliharaan dan penyelesaian gangguan sistem/teknologi informasi di Kantor

Wilayah/Kantor cabang/Kantor Cabang Pembantu, serta menjaga keamanan dan memelihara

data, guna mendukung upaya untuk menciptakan proses kerja berbasis teknologi informasi

yang handal.

20. Kepala Manajemen Mutu dan Risiko Wilayah

Mengarahkan, memantau dan mengendalikan kegiatan yang terkait dengan

pengelolaan aspek hukum, penerapan manajemen mutu dan risiko, serta kegiatan yang terkait

dengan pengendalian internal, guna memastikan kegiatan operasional di Kantor

Wilayah/Cabang/KCP selaras dengan strategi dan kebijakan perusahaan.

21. Penata Utama Manajemen Mutu

Mengkomunikasikan kepada pegawai di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang serta

Kantor Cabang Pembantu di wilayah kerjanya mengenai sistem manajemen mutu yang

23

berlaku, memantau penerapannya dan melaksanakan pembinaan, serta mengumpulkan

informasi dan mengelola dokumen mutu, guna mendukung tercapainya kinerja yang

berkualitas sesuai dengan standar mutu yang diharapkan.

22. Penata Utama Manajemen Risiko

Menyusun Laporan Profil Risiko unit kerja di wilayahnya, dan melakukan fungsi

fasilitasi dan konsultasi untuk menjamin terlaksananya proses pengelolaan risiko secara

efektif di seluruh unit kerja di wilayahnya, guna meminimalisir potensi risiko yang dapat

terjadi.

23. Penata Utama Pengendalian Internal

Melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pengendalian pemenuhan standar tata

kelola perusahaan (Good Corporate Governance) serta pengelolaan aspek hukum di Kantor

Wilayah (beserta Cabang dan Cabang Pembantu), guna mendukung terwujudnya budaya

kepatuhan di lingkungan Kantor Wilayah secara keseluruhan.

2.11 Program-program Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan

Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi

tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-

risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi

tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan

yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program jaminan sosial tersebut

terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal

dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/atau

membutuhkan perawatan medis Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan

mekanisme Asuransi Sosial.

24

Saat ini BPJS Ketenagakerjaan memiliki beberapa program-program jaminan, berikut

ini adalah program-program jaminan saat ini dijalankan oleh BPJS Ketenagakerjaan:

a) Program Jaminan Hari Tua

b) Program Jaminan Kecelakaan Kerja

c) Program Jaminan Kematian

d) Program Jaminan Pensiun, program ini di rencanakan akan dimulai pada tahun 2015.

25

BAB III

PROSES PENCAIRAN DANA PROGRAM JAMINAN HARI TUA PADA BPJS

KETENAGAKERJAAN

3.1 Program Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan

Pada Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan

tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem

tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan

yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi

persyaratan tertentu.

  Iuran Program Jaminan Hari Tua:

 Ditanggung Perusahaan = 3,7%

 Ditanggung Tenaga Kerja = 2%

 Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil

pengembangannya.

  Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul

ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:

Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap

Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun dengan masa

tunggu 1 bulan (dan tidak bekerja lagi di perusahaan lain).

Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI

Tata Cara Pengajuan Jaminan Hari Tua adalah sebagai berikut:

1.      Setiap permintaan JHT, tenaga kerja harus mengisi dan menyampaikan formulir 5

Jamsostek kepada kantor Jamsostek setempat dengan melampirkan:

26

a.       Kartu peserta Jamsostek (KPJ) asli

b.       Kartu Identitas diri KTP/SIM (fotokopi)

c.       Surat keterangan pemberhentian bekerja dari perusahaan atau Penetapan Pengadilan

Hubungan Industrial

d.       Kartu Keluarga (KK)

2.     Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang mengalami cacat total dilampiri

dengan Surat Keterangan Dokter

3.     Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggalkan wilayah Republik

Indonesia dilampiri dengan:

a.       Pernyataan tidak bekerja lagi di Indonesia

b.       Photocopy Paspor

c.       Photocopy VISA

4.     Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggal dunia sebelum usia 55

thn dilampiri:

a.       Surat keterangan kematian dari Rumah Sakit/Kepolisian/Kelurahan

b.       Photocopy Kartu keluarga

5.     Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja dari perusahaan

sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun telah melewati masa

tunggu 1 (satu) bulan terhitung sejak tenaga kerja yang bersangkutan berhenti bekerja,

dilampiri dengan:

a.       Photocopy surat keterangan berhenti bekerja dari perusahaan

b.       Surat pernyataan belum bekerja lagi

c.      Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang menjadi Pegawai Negeri

Sipil/POLRI/ABRI 

27

Selambat-lambatnya 30 hari setelah pengajuan tersebut PT Jamsostek (Persero) melakukan

pembayaran JHT.

3.2 Prosedur Klaim Program Jaminan Hari Tua

Sumber : Kantor Cabang Semarang 1

Dalam flowchart gambar diatas menjelaskan proses pencairan dana program jaminan

hari tua pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng & DIY.

Meminta map pada door women

Masukan map ke drop box

Perlengkapan surat-surat

Mulai

Selesai

Benar dan

Lengkap?

wawancara

Pencairan dana klaim

Dokumentasi

Memeriksa data-data pencairan

danaPengolahan data

peserta

28

Di dalam perusahaan asuransi disetiap para peserta pasti juga terkadang para peserta

ingin mencairkan dananya pada saat waktunya klaim itu dapat di cairkan. Di BPJS

Ketenagakerjaan Kantor Cabang Semarang 1 ini juga mengatasi berbagai macam cara dalam

pencairan dana habis kontrak syaratnya foto copy KTP / kartu identitas dan kuitansi premi

asli seperti yang tadi sudah di jelaskan sebelumnya. Jika surat- suratnya lengkap proses klaim

pun akan cepat dilakukan bila sudah memasukan data pada drop box sebelum jam 12 siang

maka proses pencairan klaim pun dapat di lakukan hari itu juga sedangkan bila memasukan

persyaratannya melebihi jam 12 maka proses klain dapat di ambil besok harinya.

Dalam pencairan dana ini pemegang polis harus hadir sendiri tidak boleh diwakilkan

kecuali peserta tersebut meninggal dunia. Karena salah satu syarat pencairan dana program

jaminan hari tua ada proses wawancara yang harus dilakukan oleh peserta tersebut. Peserta

juga wajib mengisi data – data perlengkapan untuk memenuhi kewajiban buku administrasi

agar data-data dapat segera diproses.

Proses pencairan dana program jaminan hari tua pada BPJS Ketenagakerjaan dijelaskan pada

flowchart diatas yaitu :

1. Mulai / Start yaitu menjelaskan awal mulai untuk proses pencairan dana Program

Jaminan Hari Tua.

2. Meminta map pada door women yaitu meminta map yang berisi formulir

pengambilan dana program jaminan hari tua dan check list untuk mengetahui data

tersebut kurang atau tidak.

3. Perlengakapan surat – surat yaitu surat - surat yang berisi persyartan yang berupa

foto copy KTP/kartu identitas dan lain-lain sesuai kebutuhan klaim.

29

4. Memeriksa data pencairan dana yang dilakukan oleh peserta sendiri dan dibantu

door women untuk perlengkapan data pemegang peserta program tersebut dan

surat – surat pemegang peserta.

5. Kemudian setelah di cek data – data dan persyaratan apakah sudah benar dan

lengkap.

6. Memasukan map ke drop box yaitu dimana data yang sudah lengkap tadi

dimasukan ke dalam dalam map yang sudah diberikan oleh door women yang

kemudian dimasukan ke dalam drop box untuk mendapatkan nomer antrian.

7. Pengolahan data peserta yaitu dimana data setelah dimasukan ke drop box akan

diperiksa oleh bagian administrasi apa sudah lengkap atau belum yang kemudian

akan ke tahap wawancara.

8. Wawancara yaitu dimana pihak BPJS Ketenagakerjaan mewawancara peserta

tersebut untuk mengecek tingkat valid data yang telah dibelikan oleh peserta.

9. Pencairan Dana Klaim yaitu dimana setelah proses wawancara menemukan

tingkat valid maka klaim akan di cairkan.

10. Dokumentasi yaitu untuk pegangan kantor bahwa dana program jaminan hari tua

tersebut sudah dicairkan.

11. Setelah itu selesai yang pada akhirnya proses pencairan dana program jaminan

hari tua selesai ,uang tersebut sudah ditangan para peserta program jaminan hari

tua.

3.3 Hubungan Perusahaan dan BPJS Ketenagakerjaan Pada Program Jaminan

Hari Tua

Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi

tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-

30

risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi

tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan

yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.

 

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat terjadi

peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia, yang

mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/atau

membutuhkan perawatan medis Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan

mekanisme Asuransi Sosial. Adapun program yang di bayarkan oleh perusahaan tersebut

mengenai program Jaminan Hari Tua ke BPJS adalah sebagai berikut.

  Iuran Program Jaminan Hari Tua:

 Ditanggung Perusahaan = 3,7%

 Ditanggung Tenaga Kerja = 2%

 Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil

pengembangannya.

Dengan adanya program Jaminan Hari Tua yang di sediakan oleh BPJS

Ketenagakerjaan maka hubungannya dengan perusahaan yang mengikuti program tersebut

adalah para pekerja di perusahaan tersebut masa depannya akan lebih terjamin karena adanya

tunjangan berupa tabungan yang telah di bayarkan pada tiap bulan sebelumnya yang bisa di

ambil pada saat pekerja tersebut berusia 55 tahun. Dengan adanya kerjasama program

tersebut maka perusahaan sudah mengikuti UU tentang ketenagakerjaan dan terhindari dari

sanksi yang ada.

Dengan adanya kerja sama perusahaan dengan BPJS tentang program tersebut maka

perusahaan yangmengikuti program tersebut para pekerja merasa lebih aman mengenai masa

tua nanti, dengan begitu maka para pekerja akan bekerja lebih semangat lagi tanpa terpikirkan

31

masa tuanya nanti lalu secara otomatis akan berdampak pada maksimalnya kinerja karyawan

perusahaan tersebut yang akan menghasilkan laba yang maksimal unyuk perusahaan tersebut

nantinya. Perusahaan juga nantinya akan menanggung beban yang lebih kecil bila terjadi

kecelakaan terhadap resiko pekerjaan tersebut karena sudah mengikuti program BPJS.

3.4 Kegiatan dan Isi Kegiatan Praktek Bisnis

Merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh penulis selama praktek bisnis BPJS

Ketenagakerjaan Kanwil V Jateng & DIY ialah sebagai berikut :

a. Mengikuti test wawancara seperti halnya karyawan baru yang mau bekerja pada

BPJS Ketenagakerjaan.

b. Penulis memperkenalkan diri pada semua karyawan yang ada pada bidang masing –

masing, mulai dari kepala kanwil, kepala divisi, staff, hingga office boy dan lain-

lain .

c. Pengenalan program BPJS yang telah ada dan yang nantinya aka nada program baru

yaitu jaminan pensiun yang rencananya akan di luncurkan pada tahun 2015 ini.

d. Pelatihan atau arahan apa yang harus dilakukan oleh penulis pada proses praktek

bisnis tersebut.

3.5 Metode Praktek Bisnis

Metode praktek bisnis pada BPJS ketenagakerjaan Kantor wilayah V jateng & DIY

menggunakan metode langsung, metode yang menempatkan mahasiswa langsung pada kantor

dan kunjungan wawancara langsung oleh mahasiswa. Sedangkan sebagai pembimbing

lapangan yakni Kepala Divisi dan karyawan lainnya.

32

3.6 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

3.6.1 Faktor Pendukung

Penulis selama melakukan praktek bisnis di BPJS Ketenagakerjaan kantor wilayah

V Jateng & DIY menemui kemudahan dalam bekerjanya, karena adanya faktor –

faktor sebagai berikut :

a. Ketersediaan peralatan kerja yang lengkap, meliputi computer, printer,

scanner, alat kantor lainnya, papan tulis dsb

b. Tempat kerja yang nyaman dan bersih, meliputi tata ruang dan kelengkapan

seperti meja kantor, kursi kantor, ruangan ber AC sehingga suasana kerja yang

nyaman yang berdampak pada maksimalnya kinerja.

c. Mahasiswa memperoleh bimbingan dari semua karyawan mulai dari cara

membuat kliping yang benar, hingga cara mendata mitra binaan BPJS

Ketenagakerjaan, serta diskusi akan dinamika prospek, hingga bagaimana para

nasabah jika ingin mencairkan dana program yang ada di BPJS

Ketenagakerjaan.

d. Sikap karyawan yang ramah dan suka bercanda sehingga membuat cair

suasana kantor yang terkadang tenang dan penuh konsentrasi.

e. Mahasiswa mampu mengoperasikan fitur standar dasar – dasar computer,

seperti mengetik saleskit, kutipan premi dsb.

f. Mahasiswa mengikuti pelatihan dan dibekali buku pedoman BPJS

Ketenagakerjaansehingga mengetahui tentang program-program yang ada di

BPJS Ketenagakerjaan.

33

3.6.2 Faktor Penghambat

Penulis juga mengalami berbagai hambatan dalam melaksanakan praktek bisnis di

BPJS Ketenagakerjaan kantor wilayah V Jateng & DIY, faktor penghambatnya:

a. Kesulitan dalam berkomunikasi dalam tahap pendekatan dengan para

karyawan karena penulis merasa gugup pada awal praktek bisnis.

b. Keterbatasan penggunaan softwere computer dalam hal ini khususnya adalah

softwere EDMS yang digunakan untuk menyimpan arsip perusahaan

sehingga berdampak pada menumpuknya surat yang masuk yang belum

dimasukan ke softwere EDMS tersebut.

c. Kesulitan dalam mencari arsip perusahaan dikarenakan dampak dari

kurangnya softwere tersebut.

d. Keterbatasan jumlah karyawan yang belum terisi yang berdampak pada

adanya pekerjaan yang di limpahkan ke posisi lain untuk segera dikerjakan.

e. Terlalu seringnya periode pergantian kepala kantor wilayah yang berdampak

pada akan terjadinya proses adaptasi baru.

f. Keterbatasan wawasan penulis akan perasuransian sehingga mengalami

kesulitan dalam memahami bidang perasuransian dikarenakan sedikitnya

mata kuliah yang berhubungan dengan asuransi, sehingga pada awalnya

penulis kurang paham bagaimana asuransi itu bisa meringankan beban kelak

di masa yang akan datang.

34

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Selama praktek bisnis ini berlangsung, penulis mendapatkan beberapa hal yang tidak

pernah didapat di bangku perkuliahan, seperti misalnya pengalaman dalam menghadapi

situasi kerja disamping itu juga dapat mengenal lebih jauh sebuah perusahaan pelayanan jasa

yang memiliki karakteristik tersendiri yang dalam hal ini adalah BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Wilayah V Jateng & DIY selama 2 bulan (27 Januari 2014 sampai dengan 28 Maret

2014), dapat diambil kesimpulan antara lain :

1. Dalam hal proses kerja pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng &

DIY memiliki mekanisme kerja yang sistematis dan berkesinambungan, bekerja

secara profesional dan tidak hanya bertindak sebagai tenaga pemasaran saja, namun

juga sebagai pihak yang memberikan pelayanan.

2. Dalam pekerjaan dilakukan dengan sikap yang santai tetapi serius, sehingga

pekerjaan tetap berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan rasa tegang.

3. Sikap kesediaan saling membantu dari para karyawan merupakan wujud

profesionalisme dalam menghadapi persaingan dalam kegiatan perusahaan.

4. Adanya sikap yang diberikan oleh para karyawan yang ada di BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Wilayah V Jateng & DIY sangat terbuka dan mau membagi ilmu mereka

kepada pemagang. Jadi, pemagang mendapatkan banyak ilmu dan benar-benar

merasa terbantu dengan sikap mereka yang terbuka tersebut.

5. Situasi kerja pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng & DIY sangat

kondusif karena adanya sikap kekeluargaan dan keramahtamahan antar pegawai

yang berdampak pada maksimalnya kinerja para pegawai.

35

4.2 Saran – Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah di jabarkan oleh penulis, berikut adalah saran yang

dapat di berikan untuk BPJS Ketenagakerjaan Kanwil V Jateng & DIY.

1. Perlu adanya penambahan sumber daya manusia agar tidak ada posisi yang kosong

dalam struktur perusahaan dan berdampak pada menumpuknya pekerjaan,

penambahan sumber daya manusia ini akan berdampak pada kinerja yang lebih

efektif lagi.

2. Sistem komputerisasinya harus lebih ditingkatkan yaitu khususnya softwere EDMS

agar memudahkan dalam pencarian berkas yang akan digunakan.

3. Hendaknya pengetahuan terhadap suatu bidang pekerjaan tidak hanya diketahui oleh

penanggung jawab bidang tersebut saja tetapi keseluruhan karyawan agar bila salah

satu karyawan berhalangan hadir dapat ditangani oleh karyawan lain.