Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · PDF fileDAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Kwadran...
Transcript of Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · PDF fileDAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Kwadran...
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
i
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
B. METODE PENELITIAN ............................................................................................................ 2
C. PENETAPAN BOBOT TUJUAN DAN KRITERIA .......................................................... 3
D. KPJU UNGGULAN SEKTORAL KABUPATEN/KOTA ...................................................... 5
E. KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTORAL KABUPATEN/KOTA ...................................... 7
F. KOMODITI UNGGULAN SEKTORAL PROVINSI ............................................................ 10
G. KOMODITI UNGGULAN LINTAS SEKTORAL PROVINSI ............................................. 11
H. ANALISA PROSPEK DAN POTENSI ................................................................................... 12
I. ANALISIS KWADRAN .............................................................................................................. 13
J. ANALISIS SIKLUS KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR ............................................. 18
K. ANALISIS INFLASI KPJU UNGGULAN .............................................................................. 24
L. REKOMENDASI ...................................................................................................................... 30
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Kecamatan di Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara
Barat ...................................................................................................... 2
Tabel 2. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan ....................................................... 2
Tabel 3. Kriteria KPJU Unggulan Kabupaten/Kota .............................................. 3
Tabel 4. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk ..........
Penetapan KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat ................ 4
Tabel 5. KPJU Unggulan Sektoral Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa ........
Tenggara Barat Tahun 2012 ................................................................... 5
Tabel 6. KPJU Unggulan Lintas Sektoral Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi ......
Nusa Tenggara Barat Tahun 2012 .......................................................... 8
Tabel 7. Matrix KPJU Unggulan Provinsi Sektoral Tahun 2012 .......................... 10
Tabel 8. KPJU Lintas Sektoral Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun ...
2012 ..................................................................................................... 12
Tabel 9. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor Provinsi Nusa Tenggara
Barat Tahun 2012 Berdasarkan Potensi dan Prospeknya ..................... 12
Tabel 10. KPJU Unggulan Lintas Sektor urutan 1s/d 20 Penyumbang Inflasi ..... 26
Tabel 11. Rekomendasi Untuk Masing-masing KPJU Unggulan Lintas Sektor di
ProvinsiNTB.......................................................................................... 32
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Kwadran 10 KPJU Unggulan Lintas Sektor NTB ......................... 13
Gambar 2. Laju Inflasi Tahunan NTB Tahun 2005-2011 (%) ............................... 25
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
1
A. PENDAHULUAN
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki
peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data
yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian
Indonesia. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap
sektor ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Kementrian Koperasi
& UKM, jumlah UMKM tercatat 51,3 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha.
Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit
investasi pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja
jika dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM
menyerap 97,04 juta tenaga kerja atau 99,4% dari total angkatan kerja yang
bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan,
yakni sebesar 55,56% dari total PDB.
Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank
Indonesia memiliki pilar-pilar kebijakan strategis yang meliputi (1) Pengaturan
kepada perbankan yang mendorong pengembangan dan pemberdayaan UMKM, (2)
Pengembangan kelembagaan yang menunjang, (3) Pemberian bantuan teknis, dan
(4) Kerjasama dengan berbagai pihak baik dengan lembaga pemerintah maupun
lembaga lainnya. Salah satu pilar kebijakan Bank Indonesia tersebut adalah
mendorong pengembangan UMKM melalui pemberian bantuan teknis. Salah satu
bentuk bantuan teknis adalah menyediakan informasi tentang
komoditi/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan bagi UMKM di
Kabupaten/Kota, yang diidentifikasi melalui kegiatan penelitian dengan
menggunakan alat analisis Analytic Hierarchy Process (AHP) dan metode
pengambilan keputusan seperti Metode Bayes dan Metode BORDA. Informasi
tersebut diharapkan memberikan manfaat bagi stakeholders, baik kepada
pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang
berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM.
Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM di
Provinsi Nusa Tenggara Barat dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Mengenal dan memahami mengenai:
(1) Profil daerah, meliputi: kondisi geografis, demografi, perekonomian dan
potensi sumberdaya;
(2) Profil UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat termasuk faktor pendorong
dan penghambat dalam pengembangan UMKM;
(3) Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah yang terkait dengan pengembangan UMKM; dan
(4) Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM.
b. Memberikan informasi tentang Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU)
Unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di suatu
kabupaten/kota dalam rangka:
(1) Mendukung pembangunan ekonomi daerah;
(2) Menciptakan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja; serta
(3) Meningkatkan daya saing produk.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
2
Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dalam rangka
pengembangan KPJU unggulan UMKM yang dikaitkan dengan:
(1) Kebijakan Pemerintah Daerah; dan
(2) Kebijakan perbankan
B. METODE PENELITIAN
Penetapan KPJU unggulan daerah di kabupaten/kota dilakukan dengan
menghimpun informasi dari seluruh kecamatan yang ada dengan
mempertimbangkan keterwakilan dari karakteristik wilayah secara geografis,
jumlah UMKM, kontribusi pembentukan PDRB kabupaten/kota serta kebijakan
Pemerintah Daerah. Jumlah sampel wilayah kecamatan yang tercakup dalam
penelitian ini adalah sebanyak 116 kecamatan yang tersebar di setiap wilayah
kabupaten/kota dengan mempertimbangkan keterwakilan karakteristik
kabupaten/kota serta potensi ekonomi masing-masing kecamatan, yang terdiri
atas :
Tabel 1 Jumlah Kecamatan di Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat
No Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan
1 Kab. Lombok Barat 10
2 Kab. Lombok Tengah 12
3 Kab. Lombok Timur 20
4 Kab. Sumbawa 24
5 Kab. Dompu 8
6 Kab. Bima 18
7 Kab. Sumbawa Barat 8
8 Kab. Lombok Utara 5
9 Kota Mataram 6
10 Kota Bima 5
Jumlah 116
Penelitian KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat menggunakan
empat metode utama untuk pengolahan data yaitu Metode Perbandingan
Eksponensial (MPE), Metode Borda, Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
dan Metode Bayes.
Penetapan KPJU Unggulan di kabupaten/kota dan provinsi dilakukan
menggunaka 11 kriteria utama yang terdiri atas beberapa variable sebagai
indikator sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2 dan Tabel 3
Tabel 2. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan
Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
1 Pertumbuhan ekonomi
2 Penciptaan lapangan kerja
3 Peningkatan daya saing produk
Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan
1 Jumlah unit usaha
2 Jangkauan/kondisi pemasaran
3 Ketersediaan bahan baku/sarana produksi
4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
3
Tabel 3. Kriteria KPJU Unggulan Kabupaten/Kota
Kriteria Unsur Penilaian
A INPUT
1 Tenaga kerja terampil (Skilled)
(1) Tingkat Pendidikan
(2) Pelatihan
(3) Pengalaman kerja
(4) Jumlah lembaga/ sekolah ketrampilan/ pelatihan
2 Bahan baku (manufacturing)
(1) Ketersediaan/kemudahan bahan baku
(2) Harga perolehan bahan baku
(3) Parishability bahan baku (mudah tidaknya rusak)
(4) Kesinambungan bahan baku
(5) Mutu bahan baku
(6) Kemudahan dalam memperoleh
(7) Aspek Lingkungan
3 Modal (1) Kebutuhan investasi awal
(2) Kebutuhan modal kerja
(3) Aksesibilitas thd sumber pembiayaan
4 Sarana produksi/usaha
(1) Ketersediaan/kemudahan memproleh
(2) Harga
B Proses
5 Teknologi (1) Ketersediaan
(2) Kemudahan (memperoleh teknologi)
(3) Dampak Lingkungan
6 Sosial budaya (faktor endogen)
(1) Ciri khas lokal
(2) Penerimaan Masyarakat
(3) Turun temurun
7 Manajemen usaha Kemudahan untuk memanage
C Output
8 Ketersediaan pasar (1) Jangkauan/wilayah pemasaran
(2) Kemudahan Mendistribusikan
9 Harga (1) Stabilitas harga
(2) Nilai Tambah (Added Value)
10 Penyerapan Tenaga Kerja
Kemampuan menyerap TK
11 Sumbangan terhadap
perekonomian wilayah
Jumlah jenis usaha yg terpengaruh krn keberadaan usaha ini (Backward & forward linkages)
Sepuluh KPJU unggulan terpilih pada tingkat provinsi dianalisis lebih lanjut untuk
KPJU life cycle dan kontribusinya pada faktor pembentuk inflasi.
C. PENETAPAN BOBOT TUJUAN DAN KRITERIA
Penetapan KPJU unggulan dilakukan secara bertingkat yang diawali dengan
penetapan KPJU unggulan pada tingkat kecamatan, kemudian tingkat
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
4
kabupaten/kota dan terakhir pada tingkat provinsi. Hasil penetapan KPJU
unggulan pada tingkat kecamatan merupakan kandidat KPJU unggulan tingkat
kabupaten/kota yang proses penetapannya dilakukan dengan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP). Penetapan KPJU unggulan pada tingkat provinsi
menggunakan hasil proses Agregasi KPJU unggulan tingkat kabupaten/kota.
Hasil KPJU unggulan ditentukan oleh kriteria dan sub-kriteria yang ditetapkan
sebelumnya, dan penentuan kriteria tersebut dilandasi oleh Tujuan dari penetapan
KPJU unggulan UMKM, yaitu: (a) Penciptaan lapangan kerja, (b) Pertumbuhan
ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh
keseragaman dan konsistensi dalam proses penetapan KPJU unggulan, maka
bobot setiap Tujuan dan bobot setiap Kriteria yang digunakan pada semua
kabupaten/kota adalah sama. Adapun bobot 3 (tiga) pada sektor ekonomi pada
tingkat provinsi berdasarkan Tujuan dan bobot 11(sebelas) Kriteria yang
digunakan secara berurutan berdasarkan nilai skor-terbobot pada setiap aspek
ekonomi disajikan pada Tabel 4
Tabel 4. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
No. Aspek Bobot
1 Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
1.1. Penciptaan Lapangan Kerja 0,3544
1.2. Peningkatan Daya Saing Daerah/Produk 0,3253
1.3. Pertumbuhan Ekonomi 0,3203
2. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan
2.1. Jangkauan pasar 0,3802
2.2. Ketersediaan input, sarana produksi atau usaha 0,2683
2.3. Jumlah unit usaha, rumah tangga usaha, produksi, luas areal atau populasi KPJU yang ada
0,2029
2.4. Kontribusi terhadap perekonomian kecamatan 0,1485
3. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota
3.1 Ketersediaan pasar 0,1452
3.2. Keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan 0,1019
3.3. Sarana produksi dan usaha 0,1002
3.4. Teknologi 0,0987
3.5. Penyerapan tenaga kerja 0,0983
3.6 Manajemen usaha 0,0898
3.7. Sumbangan terhadap perekonomian daerah 0,0794
3.8. Bahan baku 0,0753
3.9 Aspek sosial budaya (termasuk ciri khas / karakteristik daerah)
0,0739
3.10. Harga / nilai tambah 0,0721
3.11 Aksesibilitas dan kebutuhan modal 0,0652
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
5
D. KPJU UNGGULAN SEKTORAL KABUPATEN/KOTA
Adapun KPJU Unggulan terpilih di Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk masing-
masing sektor/subsektor di kabupaten/kota yang mempunyai skor terbobot
tertinggi yaitu :
Tabel 5. KPJU Unggulan Sektoral Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2012
No Kab/Kota KPJU Unggulan
1 Kabupaten Lombok Barat
Padi sawah pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), kangkung pada sub sektor sayur-sayuran, manggis pada sub sektor buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, Budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, mahoni pada sub sektor kehutanan, marmer pada sektor Penggalian, kerajinan furnitur pada sektor industri, rumah makan pada sektor perdagangan, wisata pantai pada sektor pariwisata, jasa salon pada sektor jasa, dan jasa angkutan travel pada sektor transportasi.
2 Kabupaten Lombok Tengah
(1) Padi sawah pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), cabe pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, Budidaya Ikan kolam pada sub sektor perikanan, sengon alam pada sub sektor kehutanan, batu kapur/ gamping pada sektor Penggalian, kerajinan kethak pada sektor industri, perdagangan hasil kerajinan pada sektor perdagangan, wisata pantai/bahari pada sektor pariwisata, jasa bengkel motor pada sektor jasa, dan usaha travel pada sektor angkutan
3 Kabupaten Lombok Timur
(2) Jagung pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-buahan, tembakau Virginia pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, Budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, sarang burung walet pada sub sektor kehutanan, pasir batu (sirtu) pada sektor Penggalian, industri gerabah pada sektor industri,
pedagang hasil perkebunan pada sektor perdagangan, wisata pantai/bahari pada sektor pariwisata, jasa bengekel motor pada sektor jasa, dan angkutan pick Up pada sektor angkutan
4 Kabupaten Sumbawa
Padi sawah pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-buahan, jambu mete pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, Budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, lebah madu pada sub sektor kehutanan, krikil/koral pada sektor Penggalian,
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
6
No Kab/Kota KPJU Unggulan
industri olahan rumput laut pada sektor industri, pedagang hasil pertanian pada sektor perdagangan, wisata pantai pada sektor pariwisata, jasa Penggilingan Padi sektor jasa, dan angkutan pedesaan di sektor angkutan
5 Kabupaten Dompu Jagung pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), bawang merah pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-buahan, jambu mete pada sub perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, Budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, pohon jati pada sub sektor kehutanan, batu bangunan pada sektor Penggalian, industri tenun pada sektor industri, pedagang hasil
pertanian pada sektor perdagangan, wisata pantai pada sektor pariwisata, koperasi serba usaha pada sektor jasa, dan angkutan desa pada sektor angkutan.
6 Kabupaten Bima (3) Padi sawah pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, sawo pada sub sektor buah-buahan, jambu mete pada sub sektor perkebunan, peternakan sapi pada sub sektor peternakan, budidaya bandeng pada sub sektor perikanan, rotan pada sub sektor kehutanan, pasir batu (sirtu) pada sektor Penggalian, industri garam rakyat pada sektor industri, pedagang hasil peternakan pada sektor perdagangan, wisata religi pada sektor pariwisata, jasa penjahit pada sektor jasa, dan angkutan kota dalam provinsi (AKDP) pada sektor angkutan
7 Kabupaten Sumbawa Barat
(4) Padi sawah pada sektor tanaman pangan (padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, rotan pada sub sektor kehutanan, pasir kerikil pada sektor Penggalian, industri meubel pada sektor industri, pedagang hasil pertanian pada sektor perdagangan, wisata budaya pada sektor pariwisata, jasa kost-kostan pada sektor jasa, dan travel pada sektor transportasi.
8 Kabupaten Lombok
Utara
Jagung pada sub sektor tanaman pangan
(padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, pisang pada sub sektor buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, penangkapan ikan dilaut pada sub sektor perikanan, lebah madu pada sub sektor kehutanan, batu pada sektor Penggalian, industri kerajinan bambu pada sektor industri, rumah makan pada sektor perdagangan, wisata pantai/bahari pada sektor pariwisata, jasa laundry pada sektor jasa, dan jasa angkutan laut pada sektor angkutan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
7
No Kab/Kota KPJU Unggulan
9 Kota Mataram Padi sawah pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), kangkung pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-buahan, ayam buras pada sub sektor peternakan, budidaya Ikan kolam pada sub sektor perikanan, kerajinan perhiasan mutiara, emas dan perak pada sektor industri, perdagangan perhiasan pada sektor perdagangan, wisata belanja pada sektor pariwisata, jasa bengkel motor pada sektor jasa, dan angkutan taxi pada sektor angkutan
10 Kota Bima Padi sawah pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), cabe pada sub sektor sayuran, sawo pada sub sektor buah-buahan, jambu mete pada sub
sektor perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, penangkapan ikan di laut pada sub sektor perikanan, tenun pada sektor industry, took kelontong pada sektor perdagangan, bengkel motor pada sektor jasa, AKDP pada sektor angkutan, pasis pada sektor penggalian, lebah madu pada sub sektor kehutanan, dan wisata pantai pada sektor pariwisata
E. KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTORAL KABUPATEN/KOTA
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan
daerah dilakukan penetapan KPJU unggulan lintas sektor. Penetapan dilakukan
dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot
kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha serta hasil skor KPJU unggulan
setiap sektor usaha yang telah diperoleh.
Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan metode MPE, Borda, AHP dan
normalisasi diperoleh 10 KPJU unggulan lintas sektoral di masing-masing daerah,
dapat dilihat pada Tabel 6.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
8
Tabel 6. KPJU Unggulan Lintas Sektoral Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2012
No Kab/
Kota
KPJU (SKOR)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Lombok Barat
Wisata Pantai
Wisata Budaya
Budidaya Rumput
Laut
Furniture Hotel Rumah Makan Padi Sawah Kangkung Biro
Perjalana
n Wisata
Hasil Perikanan
0,0484 0,0473 0,0342 0,034 0.0337 0.0333 0.0323 0,0314 0,0304 0,0297
2 Lombok Tengah
Wisata
Pantai/Ba
hari
Padi
Sawah
Hasil
Kerajinan Hotel
Kerajinan
Anyaman
Kethak
Bengkel Motor Rumah
Makan
Pengovenan
Tembakau
Wisata
Alam Sapi
0,0519 0,0391 0,0367 0,0336 0,0315 0,0309 0,0306 0,0299 0,0293 0,0283
3 Lombok
Timur
Jagung Sapi
Wisata
Bahari/Pantai
Budidaya
Rumput Laut
Padi
Sawah
Tembakau
Virginia Gerabah Kambing
Budidaya
Ikan di
Kolam (Karper,
Nila)
Hasil
Perkebunan
0,0355 0,0305 0,0285 0,0275 0,0265 0,0262 0,0259 0,0254 0,0253 0,0244
4 Sumbawa Budidaya
Rumput
Laut
Sapi Padi
Sawah Jagung
Cabe
Rawit Mangga
Budidaya
Udang dan
Kerapu
Sawo Olahan
Rumput
Laut
Pisang
0,0467 0,0460 0,0333 0,0319 0,0306 0,0304 0,0302 0,0291 0,0288 0,0284
5 Dompu
Jagung
Budidaya
Rumput
Laut
Jambu
Mete Sapi
Budidaya
Ikan di
Tambak
(Udang Windu,
Bandeng)
Tenun Padi Sawah Pengolahan
Jagung
Bawang
Merah Kopi
0,0342 0,0284 0,0284 0,0279 0,0272 0,0271 0,0268 0,0267 0,0265 0,0248
6 Bima Garam Rakyat
Jagung Bawang Merah
Budidaya
Ikan di Tambak
Jambu Mete
Sapi Budidaya
Rumput Laut Tenun
Pedagang
Hasil Peternak
Kuda
8
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
9
No Kab/
Kota
KPJU (SKOR)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(Bandeng) an
0,0290 0,0289 0,0278 0,0270 0,0269 0,0269 0,0259 0,0254 0,0245 0,0242
7 Sumbawa
Barat Sapi Padi
Sawah
Budidaya
Rumput Laut
Jagung Kelapa Kerbau Cabai Rawit Meubel
Kayu Rotan Mangga
0,0409 0,0356 0,0311 0,0309 0,0300 0,0294 0,0291 0,0280 0,0268 0,0267
8 Lombok Utara Jagung
Wisata Pantai
Kelapa Sapi Hotel Penangkapan Ikan di Laut
Kerajinan Anyaman
Bambu
Padi Sawah Rumah Makan
Angkutan Laut
0,0589 0,0470 0,0372 0,0370 0,0344 0,0331 0,0329 0,0311 0,0297 0,0286
9 Mataram Kerajinan
Perhiasan
(Mutiara,
Emas,
Perak)
Pedagang
Perhiasan Hotel
Bengkel
Motor
Kerajinan
Kayu dan
Cukli
Pedagang
Pakaian Minimarket
Toko
Kelontong/
Sembako
Wisata
Belanja
Rental
Mobil
0,0671 0,0523 0,0399 0,0382 0,0378 0,0358 0,0298 0,0295 0,0282 0,0281
10 Bima Padi
Sawah Tenun
Toko
Kelontong
Pedagang
Hasil
Pertanian
Jagung
Pengolahan
Hasil
Perikanan
Sapi Jambu Mete Hotel AKDP
0,0379 0,0319 0,0299 0,0287 0,0275 0,0266 0,0260 0,0255 0,0225 0,0234
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
10
F. KOMODITI UNGGULAN SEKTORAL PROVINSI
KPJU unggulan tingkat provinsi terdiri dari KPJU unggulan per sektor ekonomi
dan KPJU unggulan lintas sektor, Penetapan KPJU unggulan tersebut, sesuai
dengan Metodologi yang telah dikemukakan merupakan agregasi dari KPJU
unggulan per sektor dan lintas sektor tingkat kabupaten/kota tersebut yang
ditetapkan dengan menggunakan metode Borda
Berdasarkan hasil pemilihan KPJU ditingkat kabupaten/kota, selanjutkan
dilakukan pemilihan komoditi unggulan sektoral di tingkat Provinsi Nusa Tenggara
Barat dengan menggunakan metode Borda. Selengkapnya KPJU dapat
diperlihatkan untuk 5 (lima) komoditi unggulan secara umum disetiap sektor
(Tabel 7).
Tabel 7. Matrix KPJU Unggulan Provinsi Sektoral Tahun 2012
Rank Sektor-Subsektor
Usaha / KPJU
Skor
Terbobot
Rank
Sektor-Subsektor
Usaha/ KPJU
Skor
Terbobot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Padi Sawah 11,8856 1 Cabe Rawit 6.6489
2 Jagung 9,5859 2 Kacang Panjang 4,3821
3 Kacang Tanah 2,2783 3 Bawang Merah 3,8780
4 Kacang Kedelai 2,0152 4 Kangkung 2,7399
5 Kacang Hijau 1,0615 5 Tomat 2,3314
Buah-Buahan Perkebunan
1 Mangga 7,8200 1 Jambu Mete 7,2360
2 Pisang 5,5882 2 Kelapa 6,2905
3 Rambutan 2,5093 3 Tembakau Virginia 2,8082
4 Manggis 1,8736 4 Kopi 2,7171
5 Sawo 1,8259 5 Tembakau Rakyat 0,9074
Peternakan Perikanan
1 Sapi 9,0168 1 Budidaya Rumput
Laut 6,6331
2 Ayam Buras 3,4461 2
Penangkapan Ikan
di Laut ( Tongkol,
Tuna, Cakalang)
5,4148
3 Kambing 3,4031 3
Budidaya Ikan di
Tambak ( Bandeng,
Udang Windu)
4,2475
4 Kerbau 2,6363 4
Budidaya Ikan di
Kolam (Karper, Nila,
Patin, Gurami)
1,0597
5 Kuda 2,4449 5 Budidaya Non Ikan
di Laut 0,9976
Kehutanan Pertambangan
1 Lebah Madu 7,2036 1 Batu Bangunan 5,3513
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
11
Rank Sektor-Subsektor
Usaha / KPJU
Skor
Terbobot
Rank
Sektor-Subsektor
Usaha/ KPJU
Skor
Terbobot
2 Jati 3,6638 2 Kerikil/koral 5,1162
3 Sengon Alam 3,3808
3 Batu Kapur/
Gamping 2,8432
4 Rotan 2,7970 4 Sirtu 2,7006
5 Bambu 2,3421 5 Batu Apung 1,7205
Perindustrian Perdagangan
1 Tenun 2,2858 1 Rumah Makan 3,2084
2 Meubel Kayu 2,1490
2 Pedagang Hasil
Perikanan 2,4743
3 Pengolahan Hasil
Perikanan 1,6030 3
Toko Kelontong/
Sembako 2,2717
4 Gerabah 1,5087 4 Hasil Perkebunan 2,1935
5 Kerajinan Perhiasan
(Mutiara, Emas,PeraK) 1,3639 5
Pedagang Hasil
Peternakan 2,1183
Pariwisata Jasa-Jasa
1 Wisata Pantai/Bahari 8,3762 1 Bengkel Motor 4,9251
2 Wisata Budaya 3,6344 2
Jasa
Keuangan/Simpan
pinjam (Koperasi)
3,6896
3 Wisata Alam 2,4562 3 Penggilingan Padi 1,8348
4 Hotel 1,5910 4 Kost-Kostan 1,7949
5 Biro Perjalanan Wisata 1,5439 5 Penjahit 1,7176
Angkutan
1 AKDP 4,8954
2 Travel 4,3920
3 Angkutan Pedesaan 3,9279
4 Cidomo 2,2260
5 Pick Up 2,1854
G. KOMODITI UNGGULAN LINTAS SEKTORAL PROVINSI
Berdasarkan hasil pemilihan KPJU sektoral tingkat provinsi, selanjutnya
dilakukan pemilihan komoditi unggulan lintas sektoral di tingkat Provinsi Nusa
Tenggara Barat dengan menggunakan metode Borda serta memberikan bobot 1
untuk komoditi yang bernilai rendah dan 5 untuk komoditi yang bernilai tinggi.
Hasil perhitungan tersebut kemudian diurutkan untuk memperoleh 10 komoditi
unggulan lintas sektoral tingkat provinsi. Pada Tabel 8 diperlihatkan 10 KPJU
lintas sektoral.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
12
Tabel 8. KPJU Lintas Sektoral Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2012
No Sektor/Subsektor KPJU Unggulan Skor-Terbobot
1 Padi Palawija Padi Sawah 1,7033
2 Padi Palawija Jagung 1,3737
3 Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 0,8794
4 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0,6381
5 Peternakan Sapi 0,5885
6 Perindustrian Tenun 0,5512
7 Perikanan Penangkapan Ikan di Laut
(Tongkol, Tuna, Cakalang) 0,5209
8 Perkebunan Jambu Mete 0,5054
9 Buah-Buahan Mangga 0,5043
10 Sayuran Cabe Rawit 0,4374
H. ANALISA PROSPEK DAN POTENSI
Bagian ini menyajikan analisis prospek dan potensi dari 10 KPJU unggulan lintas
sektor Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan melakukan pemetaan berdasarkan
aspek Potensi dan Prospek dari KPJU tersebut untuk berkembang di Provinsi NTB.
Hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dilakukan
dengan menggunakan skala Prospek Kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5),
dan skala penilaian Potensi dari yang terendah Kurang (1) sampai dengan Sangat
Tinggi (5) dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2012 Berdasarkan Potensi dan Prospeknya
Sektor/
Subsektor
KPJU Ungulan
Lintas Sektor
Rata-rata Skor Katagori
Prospek Potensi Prospek Potensi
Padi Palawija Padi Sawah 4,17 3,67 Sangat
Baik Tinggi
Padi Palawija Jagung 3,83 3,33 Baik Tinggi
Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 3,33 4,00 Baik Tinggi
Perikanan Budidaya Rumput
Laut 3,83 4,50 Baik
Sangat
Tinggi
Peternakan Sapi 3,50 3,50 Baik Tinggi
Perindustrian Tenun 2,83 2,83 Cukup Sedang
Perikanan
Penangkapan Ikan di
Laut ( Tongkol, Tuna,
Cakalang)
2,83 4,00 Cukup Tinggi
Perkebunan Jambu Mete 3,67 2,83 Baik Sedang
Buah-
Buahan Mangga 2,83 3,17 Cukup Tinggi
Sayuran Cabe Rawit 2,33 3,17 Cukup Tinggi
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
13
Penilaian dari sisi prospek usaha mencakup faktor Kesesuaian dengan kebijakan
Pemda, Prospek pasar, Minat Investor, Dukungan & Program Pembangunan Infra
Strukutur Usaha, Resiko terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan.
Sementara itu penilaian aspek potensi mencakup faktor jumlah unit usaha,
kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, penguasaan
masyarakat terhadap teknologi dan pengelolaan usaha, ketersediaan sumberdaya
alam, insentif harga produk, dan daya serap pasar domestik. Hasil pemetaan
berdasarkan penilaian ini disajikan pada Gambar 1.
I. ANALISIS KWADRAN
Peta kwadran I, II, III, dan IV mengikuti pola huruf S dimana KPJU pada kwadran I
memiliki potensi dan prospek tinggi, pada kwadran II memiliki prospek tinggi
namun kurang potensial, pada kwadran III memiliki potensi tinggi tapi kurang
prospektif, dan pada kuadran IV memiliki potensi dan prospek rendah.
Berdasarkan penilaian potensi dan prospek tersebut maka ke 10 KPJU unggulan
lintas sektor tersebar di 4 kwadran. Pada kwadran I terdapat KPJU padi sawah
dan budidaya rumput laut; Kwadran II terdapat pemeliharaan sapi, dan usahatani
jagung, dan jambu mete; Kwadran III terdapat KPJU wisata pantai/bahari,
penangkapan ikan di laut, usahatani cabe rawit, dan buah mangga; dan Kwadran
IV terdapat industri kerajinan tenun.
Gambar 1. Peta Kwadran 10 KPJU Unggulan Lintas Sektor NTB
Padi Sawah
Jagung
Wisata Pantai/Bahari
Budidaya Rumput Laut
Sapi
Tenun Penangkapan Ikan
di Laut
Jambu Mete
Mangga
Cabe Rawit
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5
Potensi
Prospek
Peta Kwadran 10 KPJu Unggulan Lintas Sektor NTB
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
14
1. Budidaya Padi Sawah.
KPJU ini muncul pada kuadran I karena bagi sebagian besar masyarakat (petani)
NTB padi dianggap masih memiliki prospek sangat baik dengan potensi tinggi. Hal
ini tidak dapat dilepaskan dari intervensi pemerintah pusat dan derah yang
menempatkan NTB sebagai salah satu daerah lumbung pangan nasional. Dengan
demikian berbagai bantuan program dan subsidi tetap diberikan, sementara
jaminan pasar dan harga dilakukan pemerintah melalui Bulog yang berperan
sebagai stabilisator pasar beras. Untuk komoditas beras, pemerintah memiliki
target ganda (twin target) dalam pengembangannya yaitu mencapai dan
mempertahankan swasembada pada satu sisi dan menyediakannya dengan harga
murah pada sisi lain. Keadaan ini membawa implikasi pemerintah selalu
mengawasi dengan ketat pergerakan harga beras melalui ceiling price, dan bagi
petani itu berarti beras bukanlah komoditas yang bisa diandalkan untuk
meningkatkan kemakmuran terlebih bagi petani kecil yang memiliki lahan kurang
dari 0,25 ha. Oleh karena itu dalam jangka panjang, jika ingin meningkatkan
kemakmuran petani, maka Pemda harus berani keluar dari perangkap NTB
sebagai salah satu lumbung pangan, dan memfasilitasi berkembangnya komoditas
pertanian bernilai tinggi (high value agricultural products). Namun dalam jangka
pendek, di tengah sempitnya lahan petani, yang perlu dilakukan adalah
meningkatkan produktivitas padi melalui penyediaan benih bermutu (beberapa
hasil penelitian mahasiswa Fakultas Pertanian Unram menemukan banyak benih
padi berlabel yang digunakan petani memiliki produktivitas rendah karena
berbagai faktor), meningkatkan kualitas penerapan intensifikasi terutama melalui
system organk karena diperkirakan akumulasi bahan anorganik dari pupuk kimia
sudah sangat tinggi di dalam tanah, serta perluasan dan peningkatan sistim usaha
tani padi secara terpadu.
2. Budidaya Jagung.
KPJU ini berada di kuadran I yang memiliki prospek baik dan potensi tinggi. Hal
ini didukung oleh pelaksanaan program unggulan provinsi PIJAR (Sapi, Jagung,
dan Rumput Laut), yaitu dengan mengembangkan agribisnis jagung di NTB yang
dalam lima tahun (2009-2013) mentargetkan peningkatkan produktivitas dan
profitabilitas, meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya manusia
dan sumberdaya sosial budaya yang ada, membentuk dan menerapkan sistem
agribisnis jagung yang tepat, dan muaranya menjadikan NTB sebagai provinsi
sentra produksi jagung di tanah air. Produksi jagung Nusa Tenggara Barat pada
tahun 2011 sebesar 456.916 ton lebih tinggi dari target produksi yang telah
ditetapkan sebesar 407.000 ton (Angka Sementara BPS Tahun 2011) atau sebesar
112,03 % dari target produksi tahun 2011. Namun demikian untuk bisa
meningkatkan prospeknya menjadi lebih tinggi lagi maka pemerintah perlu
memfasilitasi pembangunan industri pengolahan jagung baik sebagai bahan
pangan maupun untuk pakan ternak sehingga dapat meningkatkan prospek
pasar. Selain itu dukungan dan pembangunan infrastruktur termasuk teknologi
tepat guna perlu diperbanyak untuk meningkatkan nilai tambah dan efisiensi
produk. Dari berbagai diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion, FGD 1
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
15
dan 2) selama penelitian terungkap bahwa petani umumnya menjual hasil panen
jagungnya ke pembeli dalam bentuk jagung tongkol sehingga tidak dapat
menikmati nilai tambah dari proses pengolahan.
3. Wisata Pantai/Bahari
Usaha wisata pantai berada pada kwadran I yang memiliki potensi tinggi dan
prospek baik. Hal ini dipengaruhi oleh program Visit Lombok Sumbawa 2012
yang menyebabkan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan
nusantara yang mencapai 886.880 orang per tahun pada tahun 2011 atau naik
122,26 % dibanding jumlah kunjungan wisatawan tahun 2010. Untuk lebih
meningkatkan prospeknya maka perhatian terhadap resiko lingkungan dan
pembangunan infrastruktur harus ditingkatkan. Hasil FGD 1 dan 2 (terutama di
Dompu dengan mengambil contoh Pantai LaKey) memunculkan diskusi mengenai
pentingnya ke dua faktor ini bagi peningkatan prospek pariwisata bahari di
berbagai kabupaten.
4. Budidaya Rumput laut
KPJU ini terletak di kwadran I karena memiliki potensi sangat tinggi dan prospek
baik. Untuk dapat meningkatkan prospeknya menjadi sangat baik maka
pengurangan terhadap resiko lingkungan dan pembangunan infrastruktur yang
mendukung pengembangan industri ini perlu ditingkatkan. Selain itu
pengembangan minapolitan rumput laut perlu diperbanyak untuk lebih banyak
lagi menarik investor. Pada tahun 2011 terdapat 11 kawasan minapolitan rumput
laut (Pengantap, Gerupuk, Awang, Teluk Ekas, Serewe, Kertasari, Labuan Mapin,
Terano, Kwangko, dan Waworada) dengan luas areal 8.483,19 Ha atau baru
mencapai 99,22 persen dari luasan yang ditergetkan. Produksi yang dihasilkan
sebanyak 82.954,67 ton atau 82,95 persen dari target 100.000 ton. Demikian pula
dengan pembudidaya yang terlibat baru mencapai 14.633 orang atau 99,15 persen
dari target 14.759 orang. Program minapolitan rumput laut sampai dengan tahun
2011 menyerap 58.580 orang tenaga kerja atau 99,23 persen dari target yang
diharapkan dan membentuk 693 wirausaha baru di bidang rumput laut atau
99,00 persen dari 700 wirausaha yang ditargetkan. Namun demikian, hasil FGD 1
dan 2 (Kabupaten Sumbawa) memunculkan diskusi bahwa petani rumput laut
kesulitan mendapatkan modal untuk pengembangan usaha karena tidak memiliki
agunan. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tersedia hanya menyediakan
plafond kredit maksimum Rp. 5 juta jika petani tidak memiliki agunan. Bagi
sebagian besar petani rumput laut, jumlah tersebut tidak memadai mengingat
tingginya permintaan pasar terhadap rumput laut. Oleh karena itu untuk
menambah permodalan maka petani meminjam pada pedagang pengumpul
dengan bunga tinggi disertai perjanjian untuk menjual panen rumput lautnya
kepada pedagang tersebut. Dalam situasi demikian kehadiran pedagang
pengumpul sangat dominan bagi pengembangan usaha rumput laut. Pada satu
sisi ia merupakan sumber pendanaan bagi petani untuk mengembangkan usaha
dan pada sisi lain memberikan jaminan pasar terhadap hasil panen petani rumput
laut.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
16
5. Budidaya Ternak Sapi.
Usaha ini berada pada kwadran I dengan potensi tinggi dan prospek baik. Hal ini
tidak lepas dari program pemerintah daerah (PIJAR) yang mencanangkan NTB
sebagai Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS) pada tahun 2013. Dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan peternak maka diberikan bantuan berupa sapi bibit
sebanyak 1.110 ekor, sapi pejantan 20 ekor, PSBP 20 ekor dan stimulan kandang
kolektif sebanyak 40 unit. Telah pula dilakukan rehabilitasi kandang BIB seluas
12 m2, rehabilitasi kandang BPT HMT Serading seluas 12 m2; pembuatan mani beku
sebanyak 5.810 dosis; pemeliharaan sapi perah 17 ekor, sapi pejantan 10 ekor dan
sapi berangus 24 ekor; pembudidayaan hijauan makanan ternak (HMT) seluas 9
hektar dan pembibitan HMT seluas 20 hektar; pembinaan terhadap 230 kelompok
petani peternak dan pemberian bantuan 6 ekor ternak dan 500 ekor itik; dan
pembibitan sapi bali 300 ekor Namun demikian untuk dapat meningkatkan
prospek dan potensinya maka alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan
menyediakan bibit sapi yang dapat memberikan tambahan bobot badan tinggi per
satuan waktu. Hasil FGD 1 dan 2 memunculkan diskusi bahwa sapi Bali dan
Hissar (Sapi Sumbawa) hanya memberikan tambahan berat badan sangat sedikit
atau setara Rp.1 juta per 4 bulan per ekor sementara jika mengusahakan bibit
sapi impor dari Australia (jenis Simental atau Limousine) maka peningkatan bobot
badan setara Rp. 1 juta per bulan per ekor. Dengan demikian, jika setiap keluarga
peternak dapat memelihara 3 ekor maka potensi pendapatan yang diterima sekitar
Rp. 3 juta per bulan. Selain itu dari FGD tersebut muncul diskusi agar
pemerintah daerah memfasilitasi tumbuhnya industri peternakan terpadu
sehingga industri tidak hanya menghasilkan daging tapi juga tumbuhnya industri
pakan, dan pengolahan produk ternak lainnya seperti kulit.
6. Kerajinan Tenun
Meskipun KPJU ini termasuk salah satu usaha unggulan lintas sektor namun ia
berada pada kwadran IV karena hanya memiliki potensi sedang dan prospek
cukup. Dari hasil FGD 1 dan 2 (terutama di Lombok Barat) terungkap banyaknya
persoalan yang membuat industri tenun lokal hanya memiliki prospek cukup
antara lain kecenderungan wisatawan lebih menyukai penggunaan produk casual
seperti T-shirt dengan ciri khas daerah, dan masuknya produk kain tenun daerah
lain yang bermotif lokal (masuknya tenun gedogan dari Jawa dengan motif khas
Lombok). Hal ini sesungguhnya mengikuti pola normal dari industri tekstil pada
umumnya. Selain karena perubahan preferensi konsumen, secara nasional
industri tekstil dan produk tekstil telah melewati masa keemasannya dan sekarang
sedang menghadapi penurunan karena tidak ada dukungan bahan baku, seperti
hilangnya perkebunan dan industri kapas sehingga harus mengimpor bahan baku
bahkan produk jadi dari luar daerah atau luar negeri.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
17
7. Penangkapan ikan di laut
KPJU ini berada pada kwadran III dengan potensi tinggi namun prospek cukup.
Meskipun pemerintah telah menetapkan NTB dalam Koridor 5 sebagai Pintu
Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional melalui subsektor
peternakan dan perikanan pada Masterplan Percapatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), prospek penangkapan ikan di laut
tidak terlalu baik. Dari hasil FGD 1 dan 2 terungkap faktor penghambat
berkembangnya usaha ini adalah lemahnya sumberdaya manusia di perikanan
tangkap. Bantuan kapal besar yang diberikan pemerintah tidak dapat
dimanfaatkan maksimal oleh nelayan karena terbatasnya keterampilan dan
pengalaman mengoperasikan sarana tersebut. Akibatnya untuk
mengoperasiskannya harus mendatangkan tenaga dari Pulau Jawa yang sudah
berpengalaman mengoperasikan kapal-kapal besar sebagai sarana penangkapan
ikan di laut lepas. Oleh karena itu guna meningkatkan prospek usaha diperlukan
peningkatan SDM perikanan sehingga usaha ini bisa memberikan kontribusi
terhadap pendapatan nelayan, dan sekaligus perkembangan ekonomi daerah
sesuai dengan target MP3EI tersebut.
8. Budidaya Jambu Mete
KPJU ini berada pada kwadran II karena masih memiliki prospek baik dan potensi
sedang. Dari hasil FGD 1 dan 2 (terutama di Dompu, dan Lombok Barat)
terungkap bahwa salah satu faktor penting yang menyebabkan usaha ini hanya
memiliki potensi sedang adalah kurangnya insentif harga yang dinikmati petani.
Petani mete dalam menjual produknya ketika panen sangat tergantung pada
sedikit pembeli yang merupakan jaringan pemasok perusahaan pengolah biji mete,
sehingga pasar produk mete gelondongan lebih bersifat oligopsoni. Akibatnya para
pembeli yang jumlahnya sedikit tersebut mengunakan kekuatan pasar (market
power) yang dimiliki untuk menekan harga di tingkat petani. Oleh karena itu
alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prospek dan potensi
komoditas ini adalah dengan memfasilitasi tumbuhnya banyak wirausahan baru di
usaha ini terutama di sektor pengolahannya. Jika industri pengolahan mete
berkembang, maka permintaan terhadap mete gelondongan sebagai bahan baku
industri semakin tinggi dan petani mete memiliki lebih banyak alternatif pembeli.
Pada tahun 2009 Dinas Koperasi dan UMKM di Propinsi NTB berhasil
menumbuhkan 7.373 wirausahawan baru (WUB), tahun 2010 sebanyak 17.979
WUB, dan tahun 2011 sebanyak 24.854 WUB. Dalam periode tersebut WUB yang
ditumbuhkan di sektor perdagangan umumnya berupa pedagang kelontong
(sembako), namun tidak diperoleh informasi apakah ada WUB yang bergerak
dalam perdagangan mete. Namun dari keterangan narasumber selama FGD 1 dan
2, para pembeli mete orangnya itu-itu juga.
9. Budidaya Mangga
KPJU ini berada pada kwadran III karena walaupun memiliki potensi tinggi namun
hanya memiliki prospek cukup. Potensi tinggi tersebut terlihat dari banyaknya
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
18
kabupaten yang menghasilkan Mangga (semua kabupaten/kota). Namun dari hasil
FGD 1 dan 2 (terutama di Kabupaten Sumbawa sebagai penghasil mangga
terbanyak di NTB yaitu 33,5 ribu tonper tahun) terungkap bahwa pasar tidak
mampu menyerap produksi mangga ketika musim panen. Pasar lokal yang
terbatas dan minimnya penguasaan jaringan pemasaran keluar propinsi
menyebabkan harga mangga relatif murah ketika musim panen. Akibatnya
transhipment buah mangga menuju berbagai daerah di Bali dan Jawa telah
mendistorsi asal usul produk. Mangga Madu khas yang banyak dihasilkan daerah
ini ketika telah dikirim ke Jawa dengan harga murah dan dipasarkan ke berbagai
tempat kemudian berganti nama menjadi mangga Manalagi produksi salah sau
kabupaten di Jawa. Akibatnya tidak ada lagi insentif untuk mengembangkan
tanaman dan prospek KPJU ini untuk berkembang relatif terbatas. Oleh karena itu
guna meningkatkan prospeknya maka perlu diupayakan penetrasi pasar baru
dengan mempromosikan komoditas ini sebagai salah satu komoditas unggulan
daerah.
10. Budidaya Cabe Rawit
Munculnya komoditas ini sebagai salah satu dari 10 KPJU Unggulan daerah tidak
pernah terbayangkan sebelumnya oleh Tim Peneliti. Hal ini semacam karunia
terpendam yang ditemukan dengan tidak sengaja (blessing in disguise). Komoditas
ini berada pada kwadran III yang memiliki potensi tinggi namun prospek cukup.
Dikatakan karunia terpendam karena propinsi NTB terutama Pulau Lombok
dikenal dengan makanan khasnya ayam taliwang dengan pelecing kangkung yang
sangat pedas sehingga menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan pencinta
kuliner yang suka rasa pedas. Meskipun bukan padanan yang tepat dari hakikat
Pulau Lombok sebagai Pulau Cabe, namun image ini sudah menjadi pengetahuan
umum wisatawan sehingga mengapa tidak memanfaatkan image ini sebagai cara
promosi murah namun sangat efektif. Sebagai salah satu KPJU unggulan,
pemerintah perlu mendorong pembangunan industri pengolahannya sehingga
menjamin stabilitas harga produk sehingga tidak merugikan petani saat musim
panen. Industri pengolahan Cabe perlua dibangun terintegrasi untuk
menghasilkan produk cabe bubuk atau saus cabe. Hal ini mengikuti
kecenderungan global bahwa industri makanan juga berkembang menuju yang
serba instan karena semakin berharganya waktu bagi para konsumen cabe.
J. ANALISIS SIKLUS KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR
Merujuk kepada konsep Daur Hidup Produk (DHP) suatu industri, DHP dapat
dikatagorikan (1) tahap introduksi, (2) tahap tumbuh, (3) tahap matang dan (4)
tahap menurun. Berdasarkan konsep DHP, ke empat tahapan tersebut didasarkan
kepada perkembangan volume penjualan produk tertentu oleh entitas suatu
perusahaan/industri tertentu menurut periode waktu.
Konsep tersebut tidak dapat sepenuhnya diterapkan untuk KPJU, oleh karena
KPJU berbicara pada tingkat agregat yaitu kelompok industri atau jenis usaha
tertentu. Selain itu salah satu faktor yang menentukan perubahan tahapan pada
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
19
DHP adalah faktor persaingan produk terhadap produk sejenis dari
perusahaan/industri pesaing atau adanya produk substitusi. Atas dasar
pertimbangan tersebut untuk KPJU digunakan istilah Daur Hidup Bisnis KPJU,
yang dikatagorikan menjadi (1) tahap Mulai Berkembang, (2) Tahap Berkembang
atau Belum Jenuh, (3) Tahap Mulai Jenuh dan (4) Tahap Sudah Jenuh.
Merujuk kepada konsep/teori Siklus Bisnis, faktor yang mempengaruhi atau
menentukan siklus bisnis bersifat kompleks – mencakup faktor mikro dan makro
ekonomi, termasuk faktor ekonomi global dan kebijakan pemerintah. Oleh karena
kompleksitas tersebut, pengkatagorian siklus bisnis KPJU didekati melalui (1)
pendekatan supply – demand, dalam hal ini sejauh mana keseimbangan antara sisi
produksi dan permintaan output suatu bisnis pada KPJU, serta (2) sejauh mana
prospek bisnis KPJU dari sisi kebijakan pemerintah (termasuk dukungan
infrastruktur) , minat investor dan prospek pasar. Informasi ke-dua hal di atas
diperoleh berdasarkan pendapat pemangku kepentingan sebagai nara sumber
pada FGD yang dilaksanakan serta penilaian tim peneliti.
1) Usaha budidaya Padi Sawah.
Hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa nilai skor produksi padi lebih
besar dari permintaanya. Hal ini berarti keberadaan NTB sebagai salah satu
daerah surplus beras telah dikonfirmasi oleh para nara sumber dalam penilain
tersebut. Usaha pertanian padi ini pun menurut para nara sumber masih memiliki
prospek baik sehingga berdasarkan penilaian ini maka KPJU usaha budidaya padi
berada pada kategori Berkembang. Ditinjau dari statistic produksi pertanian padi
sawah (Provinsi NTB Dalam Angka, 2011) produksi padi pada tahun 2010
menurun dibandingkan tahun 2009 (- 2,0 persen), walaupun dari tahun 2008 –
2009 terjadi kenaikan (6,20 persen) akan tetapi kenaikannya lebih rendah
dibandingkan periode 2007 – 2008 (10,4 persen), dan secara rata-rata selama
periode 2006 – 2010 terjadi kenaikan sebesar rata-rata 3,40 persen per tahun. Di
lain pihak, apabila kenaikan penduduk (rata-rata 1,40 persen per tahun) dan
kenaikan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Provinsi NTB (rata-rata 15,76
persen per tahun) berkontribusi terhadap konsumsi (permintaan) beras, maka
secara “kasar” terjadi kenaikan permintaan terhadap beras. Berdasarkan kondisi
ini, maka dapat diduga bahwa pada masa mendatang usaha budidaya tanaman
padi sawah ini diduga akan terus tumbuh. Kondisi ini diperkuat oleh penilaian
nara sumber bahwa usaha budidaya tanaman padi ini mempunyai prospek pasar
baik karena dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam bentuk kebijakan
harga dan infrastruktur dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan di
Provinsi NTB. Surplus ini dapat digunakan sebagai cadangan pangan yang harus
diserap pemerintah daerah dalam rangka stabilisasi harga dan menggunakannya
untuk membantu keluarga miskin dalam rangka program Raskin atau
mendistribusikannya ke daerah lain untuk menjamin ketersediaan beras secara
nasional.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
20
2) Usaha Budidaya Jagung
Seperti halnya tanaman padi. hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa
nilai skor produksi jagung lebih besar dari permintaannya. Hal ini menunjukkan
bahwa pengembangan program agribisnis jagung sebagai salah satu komponen
komoditi unggulan yang ditetapkan pemerintah daerah melalui program PIJAR
(pengembangan sapi, jagung dan rumput laut) telah dikonfirmasi oleh para nara
sumber dalam penilain tersebut. Usaha pertanian jagung ini pun menurut pada
nara sumber memiliki prospek baik sehingga berdasarkan penilaian ini maka
KPJU usaha budidaya jagung berada pada katagori Berkembang. Data statistik
menunjukkan bahwa walaupun pada periode 2009 – 2010 terjadi penurunan
produksi sebesar 19,4 persen, akan tetapi terjadi kecenderungan kenaikan
produksi jagung pada periode 2006 – 20010, dengan kenaikan rata-rata per tahun
29,28 persen (Provinsi NTB Dalam Angka, 2011). Pada tingkat wilayah, konsumsi
terhadap produksi jagung relatif terbatas, hasil produksi berupa jagung pipilan
sebagian besar di ekspor ke luar daerah Provinsi – dan digunakan sebagai bahan
baku untuk industri pakan dan industri lain.
Secara umum pada tingkat Nasional kebutuhan bahan baku terhadap jagung
pipilan sebagai bahan industri pakan dan pangan adalah tinggi, dan bahkan
untuk mencukupi kebutuhan industri Indonesia masih mengimpor jagung. Dalam
hubungan ini Kebijakan Pemerintah Daerah mendukung usaha budidaya jagung
ini (dengan skor mendekati Sangat Baik = 4,43). Walaupun demikian dari aspek
Prospek Pasar dan Minat Investor untuk usaha budidaya jagung ini masih dinilai
pada katagori Cukup (skor=3,1) oleh nara sumber. Dengan demikian walaupun
dari sisi perbandingan antara aspek Produksi dan Permintaan usaha budidaya
jagung ini menunjukkan tahap Sudah Jenuh, akan tetapi dengan memperhatikan
aspek dukungan Kebijakan Pemerintah Daerah yang Sangat Baik, diiringi usaha
untuk meningkatkan Pasar dan Minat Investor, pada masa mendatang usaha
budidaya tanaman jagung ini diduga masih berada pada katagori Tahap Mulai
Jenuh.
3) Wisata Pantai/Bahari.
Hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa nilai skor produksi untuk
wisata pantai, seperti perhotelan dan lain-lain, dengan skor permintaan – yang
dalam hal ini ditunjukkan oleh kunjungan wisatawan adalah relatif seimbang.
Tingkat hunian kamar hotel menurut para nara sumber relatif tinggi seperti
ditunjukkan oleh selisih jumlah kamar dengan tingkat hunian relatif kecil (selisih
0,07 poin). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keseimbangan antara produksi
dan permintaan. Sementara itu dari segi prospek, para nara sumber menilai usaha
wisata pantai memiliki prospek baik. Berdasarkan statistik Provinsi NTB Dalam
Angka tahun 2011, pada tahun 2010 jumlah Hotel Bintang di Provinsi NTB
berjumlah 30 buah dengan jumlah kamar 2162 unit dan Hotel Melati berjumlah
532 unit dengan jumlah kamar 5199 unit. Dengan memperhatikan statistik
jumlah wisatawan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, yaitu rata-rata
15,67 persen per tahun pada periode 2006-2010, serta perkembangan jumlah Biro
dan Agen Perjalanan Wisata yang meningkat rata-rata 6,4 persen per tahun, maka
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
21
usaha Wisata Pantai/Bahari ini termasuk dalam kategori Berkembang. Hal ini
tidak dapat dilepaskan dari dukungan pemerintah melalui program Visit Lombok
and Sumbawa Year 2012 yang lalu. Pencanangan program tersebut oleh Pemda
propinsi sejak 2008 bagi para pelaku wisata merupakan pertanda komitmen
pemerintah dalam mendukung berkembangnya pariwisata sebagai tindak lanjut
dari disertakannya NTB dalam koridor 5 program MP3EI yaitu sebagai pintu
gerbang pariwisata dan penghasil pangan nasional. Kesesuainnya dengan
kebijakan Pemerintah Daerah, serta Minat Investor dan Prospek Pasar yang Sangat
Baik ini menjadi alasan kuat untuk terus mengembangkan usaha ini.
4) Usaha Budidaya Rumput Laut
Hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk
usaha budidaya rumput laut lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan
selisih skor sebesar 0,42 poin namun memiliki prospek baik (skor 3,42).
Berdasarkan penilaian ini maka usaha budidaya rumput laut dapat dikatagorikan
masih pada tahap Mulai Berkembang). Data statistik menunjukkan bahwa pada
periode 2009 – 2010 terjadi kecenderungan kenaikan produksi rumput laut yang
sangat tinggi, dengan kenaikan rata-rata per tahun 29,28 persen (Provinsi NTB
Dalam Angka, 2011). Pada tingkat wilayah, konsumsi terhadap produksi rumput
laut relatif terbatas karena belum ada industri pengolahan yang mengolah produk
ini. Hasil produksi berupa rumput laut kering sebagian besar di ekspor atau dijual
ke luar daerah Provinsi. Usaha budidaya rumput laut di Provinsi NTB yang sudah
berkembang adalah di Kabupaten Lombok Tengah dan Sumbawa Barat.
Berdasarkan penilaian nara sumber prospek usaha ini sangat baik dari sisi
kesesuaiannya dengan kebijakan pemerintah (skor 4,42) dan dinilai mempunyai
prospek pasar yang baik (skor (3,83), akan tetapi minat investor dinilai relative
masih agak cukup (skor 2,83). Masih terbatasnya wilayah yang sudah
mengusahakan budidaya rumput laut ini mengindikasikan adanya peluang untuk
pengembangan ke daerah lain. Walaupun menurut para narasumber minat
investor relative rendah, namun dengan mengadakan promosi yang terus menerus
dan dukungan kebijakan yang konsisten maka usaha ini dapat ditingkatkan
menuju fase berkembang.
5) Usaha Budidaya (Pembesaran) Sapi Potong .
Hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa nilai skor produksi usaha
pemeliharaan sapi lebih besar dari permintaannya. Hal ini berarti keberadaan NTB
sebagai salah satu daerah penghasil daging telah dikonfirmasi oleh para nara
sumber dalam penilain tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan
usaha pemeliharaan sapi dalam rangka mewujudkan NTB sebagai bumi sejuta
sapi pada tahun 2013 sebagai salah satu komponen komoditi unggulan yang
ditetapkan pemerintah daerah melalui program PIJAR (pengembangan sapi, jagung
dan rumput laut) telah dikonfirmasi oleh para nara sumber dalam penilain
tersebut. Usaha pemeliharaan sapi ini pun menurut pada nara sumber memiliki
prospek baik sehingga berdasarkan penilaian ini maka KPJU usaha pemeliharaan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
22
sapi berada pada katagori Berkembang. Pada tahun 2010 tercatat populasi sapi di
Provinsi NTB sebanyak 695.951 ekor yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota.
Jumlah populasi ini cenderung meningkat yang dapat diduga dari perkembangan
jumlah kelahiran ternak dengan inseminasi buatan, khususnya Sapi Bali. Pada
periode 2006-2010 terjadi kenaikan jumlah kelahiran rata-rata per tahun sebesar
16,32 persen (Provinsi NTB Dalam Angka, 2011). Dari sisi permintaan, untuk
konsumsi lokal ditunjukkan oleh perkembangan banyaknya pemotongan ternak
sapi yang pada periode 2006-2010 cenderung meningkat rata-rata sebesar 9,71
persen per tahun. Permintaan terhadap sapi potong juga ditunjukkan oleh
banyaknya ternak sapi yang dijual ke luar Provinsi NTB. Pada tahun 2010 tercatat
sebanyak 5601 ekor yang dikirim ke Provinsi DKI, Kalsel, Kaltim, Kalteng, Sulsel
dan Kalbar. Usaha budidaya (pembesaran) sapi ini mempunyai prospek pasar yang
sangat baik, dan minat investor yang dapat dikatagorikan Cukup Baik.
Berdasarkan uraian di atas, didukung dengan Kebijakan Pemda yang Sangat Baik,
maka dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya (pembesaran) sapi potong ini
berada pada Tahap Berkembang.
6) Industri Tenun
Industri tenun di Provinsi NTB merupakan industri kerajinan rumah tangga yang
secara tradisional sudah membudaya pada sebagian masyarakat NTB. Produknya
berupa kain ikat dan kain yang ditenun secara manual. Produk kerajinan ini
mempunyai pasar yang terbatas dan konsumennya antara lain adalah wisatawan.
Menurut penilaian nara sumber kondisi produksi industri ini relatif lebih besar
dibandingkan dengan permintaan, dengan selisih skor 0,42 poin. Namun
demikian tidak seperti halnya dengan KPJU Unggulan sebelumnya, prospek pasar
dan minat investor terhadap industria ini menurut penilaian nara sumber adalah
kurang dari cukup (skor 2,40), demikian juga juga dengan kesesuaiannya dengan
kebijakan pemerintah daerah yang masih dinilai cukup. Oleh karena itu secara
keseluruhan prospek KPJU ini tergolong rendah. Berdasarkan kondisi tersebut,
dapat disimpulkan bahwa industri tenun ini sudah pada Tahap Mulai Jenuh. Jika
over supplai tersebut tidak dapat dipasarkan keluar daerah karena berbagai faktor
(kualitas, corak yang tidak sesuai selera konsumen, dll) maka usaha ini dapat
menuju ke Tahap Sudah Jenuh.
7) Usaha Penangkapan Ikan di Laut.
Data statistik menunjukkan bahwa produksi hasil penangkapan ikan di laut pada
tahun 2010 adalah sebanyak 111.882,4 ton dan pada periode 2006 – 2010
menunjukkan peningkatan yaitu rata-rata 5,67 persen per tahun (Provinsi NTB
Dalam Angka, 2011). Walaupun terjadi kenaikan produksi, hasil penilaian nara
sumber menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk usaha budidaya
rumput laut lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan selisih skor
sebesar 0,50 poin. Penangkapan ikan di laut di NTB dilaksanakan oleh nelayan
tradisional dengan menggunakan sarana penangkapan yang masih terbatas.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
23
Dukungan kebijakan pemerintah daerah serta prospek pasar terhadap usaha ini
berdasarkan penilaian nara sumber adalah pada katagori Baik, walaupun dari sisi
minat investor adalah Cukup. Berdasarkan penilaian ini maka usaha
penangkapan ikan di laut dapat dikatagorikan masih pada tahap Mulai
Berkembang.
8) Usaha budidaya Jambu Mete
Data statistik menunjukkan bahwa produksi jambu mete pada tahun 2010 adalah
sebanyak 12.896,5 ton dan selama periode 2008 – 2010 menunjukkan
kecenderungan menurun dengan rata-rata sekitar 20 persen per tahun, walaupun
dari segi luas areal terjadi kecenderungan meningkat dengan rata-rata 2,04 persen
per tahun (Provinsi NTB Dalam Angka, 2011). Pada tingkat wilayah, konsumsi
terhadap produksi biji mete relatif terbatas karena belum ada industri pengolahan
besar yang mengolah produk ini. Hasil produksi berupa biji mete mentah yang
dikeringkan sebagian dijual ke luar daerah Provinsi. Pendapat nara sumber
menunjukkan bahwa potensi dan prospek permintaan komoditi jambu mete ini
lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan selisih nilai 0,67 point. Hal ini
dikarenakan jambu mete merupakan salah satu komoditi yang banyak
diperdagangkan secara internasional (internationally tradable goods) sehingga
potensi permintaannya sangat tinggi. Oleh karena itu berdasarkan kondisi ini
dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya mete ini masih berada pada kategori
Mulai Berkembang. Hal ini didukung oleh hasil penilaian nara sumber terhadap
prospek pasar dari komoditi yang masuk dalam katagori Baik (skor=3,67), dengan
dukungan dari sisi kebijakan Pemda yang dinilai baik (skor=2,96)
9) Usaha Budidaya Mangga.
Statistik produksi buah mangga di Provinsi NTB menunjukkan kenaikan dari
tahun ke tahun. Secara rata-rata pada periode 2006 – 2010 produksi mangga
meningkat rata-rata 20,13 persen per tahun. Penilaian nara sumber menunjukkan
bahwa produksi mangga lebih tinggi dibanding permintaan domestiknya dengan
selisih skor sebesar 1,0 poin. Berbeda halnya dengan usaha jambu mete dan
kelapa, penilaian nara sumber terhadap prospek pasar komoditas mangga relatif
baik (skor=3,27) namun minat investor (skor =2) dan dukungan infrastruktur (skor
2,55) relatif rendah. Oleh karena itu secara keseluruhan prospek KPJU ini
tergolong rendah. Dengan pertimbangan tersebut, maka dapat diprediksi bahwa
usaha budidaya mangga di NTB ini berada pada tahap Mulai Jenuh. Untuk
mengatasi hal tersebut maka pemasaran hasil produksi mangga tidak lagi hanya
mengandalkan pasar lokal tapi pemerintah daerah harus memfasilitasi dilakukan
penetrasi terhadap pasar baru seperti pemasaran ke luar Provinsi NTB –
khususnya ke Bali dan Jawa dengan mempromosikan keunggulan dari mangga
khas Lombok dan Sumbawa untuk menciptakan diferensiasi produk terhadap
persaingan dengan produksi mangga daerah lain.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
24
10) Usaha budidaya Cabai Rawit.
Produksi cabe NTB terutama cabe besar menunjukkan peningkatan yang cukup
tinggi. Selama periode 2006-2010 produksi cabe meningkat dari 1.825 ton menjadi
5.780 ton atau meningkat rata-rata 34.3 % per tahun, sementara luas areal
meningkat dari 455 hektar menjadi 817 hektar atau hanya meningkat rata-rata
17% per tahun. Dengan demikian data tersebut mengindikasikan telah terjadi
peningkatan produktivitas dari KPJU unggulan ini sebesar 17,3 % per tahun (NTB
dalam Angka 2011). Namun di tengah peningkatan produksi dan produktivitas
tersebut hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa produksi cabe NTB
masih lebih rendah dari permintaannya (selisih skor 1,0). Hal ini terlihat dari
masih tingginya permintaan produk cabe olahan dalam bentuk saus dan bubuk
cabe yang di datangkan dari daerah lain. Selain itu para narasumber menilai
permintaan tersebut masih akan tetap tinggi dan stabil sepanjang tahun. Sejalan
dengan hal tersebut para nara sumber mengatakan bahwa prospek KPJU ini
tergolong baik seperti terlihat dari skor untuk prospek pasar rata-rata 3,0,
kesesuaian dengan kebijakan pemerintah (skor 3,58), minat investor (skor 3,0),
dan dukungan infrastruktur (skor 3,0). Berdasarkan penilaian tersebut maka
KPJU ini berada pada kategori Mulai Berkembang. Yang diperlukan kemudian
adalah menjamin stabilitas harga komoditi dengan memfasilitasi berdirinya
industria pengolahan cabe menjadi saus dan bubuk cabe sehingga petani dapat
terhindar dari turunnya harga ketika musim panen.
K. ANALISIS INFLASI KPJU UNGGULAN
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-
menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya
likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, dan akibat
adanya ketidak lancaran distribusi barang. Inflasi merupakan indikator untuk
melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah
inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Penyebab inflasi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu (1) tarikan
permintaan (demand pull inflation) yang dipicu oleh membanjirnya likuiditas di
pasar yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa yang berakibat
bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi sehingga
meningkatkan harga. Kelompok ke – 2 adalah desakan biaya (cost push inflation)
akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau kelangkaan distribusi, walau
permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan,
sehingga memicu kenaikan harga. Sehubungan dengan itu penetapan KPJU
Unggulan berkaitan dengan penyebab inflasi adalah dalam hal penyebab ke 2 yaitu
desakan biaya (cost push inflation).
Perkembangan laju inflasi di Nusa Tenggara Barat antara tahun 2005-2011
menunjukkan fluktuasi yang relatif tinggi (volatile) dengan kecenderungan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
25
menurun. Hal ini berkaitan dengan fluktuasi produksi di sektor makanan melalui
pengaruh fluktuasi produksi padi, jagung, kedele, dan produk pertanian lainnya
termasuk peternakan dan perikanan. Jika produksi komoditas pertanian ini turun
maka harga bahan makanan naik tajam sehingga memberikan kontribusi besar
pada peningkatan harga secara keseluruhan. Hal ini terlihat pada tahun 2010
ketika laju inflasi propinsi mencapai 10,08 %, inflasi di kelompok makanan
mencapai 20,12% yang menunjukkan kelompok makanan merupakan kontributor
terbesar terhadap inflasi propinsi. Laju inflasi NTB tahun 2005-2011 disajikan
pada Gambar 6.2.1.
Gambar 2. Laju Inflasi Tahunan NTB Tahun 2005-2011 (%) Sumber: BPS Provinsi NTB, 2011
Penurunan produksi bahan makanan yang tidak diimbangi dengan persediaan dari
impor telah memacu inflasi. Selama periode 2009-2011 laju inflasi di NTB
memperlihatkan fluktuasi cukup tajam. Pada 2009 terjadi laju inflasi sebesar 3,44
persen, menurun tajam dari 13,01 persen pada tahun 2008. Pada tahun 2010
lonjakan inflasi terjadi hingga 10,08 persen. Naiknya harga sejumlah komoditas
pertanian seperti cabai merah, umbi-umbian dan ikan segar menjadi faktor utama.
Selain itu musim dan cuaca yang kurang bersahabat sehingga panen tembakau di
NTB dinilai gagal dan cukup signifikan menyumbang pada tingginya inflasi.
Namun demikian pada tahun 2011 laju inflasi berhasil diturunkan menjadi 6,55
persen.
Penetapan KPJU Unggulan diharapkan mampu mendorong investasi dan
berkembangnya usaha pada KPJU yang diunggulkan, yang pada akhirnya
berdampak kepada lebih tersedianya komoditas, produk atau jasa dari KPJU
17.72
4.17
8.76
13.01
3.44
10.08
6.55
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Laju Inflasi NTB Tahun 2005-2011 (%)
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
26
Unggulan tersebut. Di antara KPJU Unggulan Lintas Sektor di Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB), maka KPJU yang termasuk dalam kelompok komoditas
dalam perhitungan inflasi adalah seperti dapat dilihat pada Tabel VI.2Seperti dapat
dilihat pada Tabel VI.2, KPJU Unggulan termasuk pada:
1) Kelompok Bahan Makanan padi-padian, umbi-umbian, komoditas beras,
jagung pipilan (101001 dan 101006), ada 2 (dua) KPJU yaitu usaha
budidaya padi sawah dan jagung.
2) Kelompok bahan makanan daging dan hasilnya-daging sapi (102016), yaitu
1 KPJU yaitu usaha sapi potong.
3) Kelompok bahan makanan- ikan segar, ada 2 KPJU yaitu Penangkapan Ikan
di Laut cakalang, tomgkol dan tuna (103017, 103081, 103084) dan
Budidaya Ikan di Tambak ( Bandeng – 103004 dan, Udang Windu - 103085).
4) Kelompok bahan makanan – sayur sayuran , ada 2 KPJU yaitu usaha
budidaya kacang panjang (106033) dan usaha budidaya jagiung manis (106
075)
5) Kelompok bahan makanan kacang-kacangan, terdapat 3 KPJU yaitu
usaha budidaya kacang kedele (107003), kacang tanah (107006), dan
usaha perkebunan jambu mete/kacang mete (107005).
6) Kelompok bahan makanan buah-buahan , yaitu kelapa muda (108028)
untuk KPJU usaha perkebunan kelapa dan pisang (108019 untuk KPJU
usaha budidaya pisang.
7) Kelompok bahan makanan bumbu-bumbuan – cabe rawit (109030) yaitu 1
KPJU yaitu usaha budidaya cabe rawit.
8) Kelompok bahan makanan Lemak dan minyak – Kelapa (110001) untuk
KPJU usaha perkebunan kelapa.
9) Kelompok makanan jadi (201000) terdapat 1 KPJU yaitu adalah usaha
restoran/rumah makan.
10) Kelompok Rekreasi (604000) terdapat 2 KPJU yaitu wisata pantai/baharí
dan wisata budaya.
11) Kelompok Sarana dan Penunjang Transpor (703016 dan 703017) terdapat 1
KPJU yaitu usaha jasa bengkel motor
Tabel 10. KPJU Unggulan Lintas Sektor urutan 1s/d 20 Penyumbang Inflasi
Sektor/Sub
sektorKPJU
Urutan KPJU Ungulan
Lintas Sektor
Kelompok Komoditas
Penyumbang Inflasi
Padi Palawija Padi Sawah Padi-padian, umbi-umbian dan
hasilnya – beras (101001)
Padi Palawija Jagung
Padi-padian, umbi-umbian dan
hasilnya – jagung pipilan
(101006), jagung manis
(106075)
Pariwisata Wisata Pantai/Bahari Rekreasi (604027)
Perikanan Budidaya Rumput Laut -
Peternakan Sapi Daging dan Hasilnya – daging
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
27
Sektor/Sub
sektorKPJU
Urutan KPJU Ungulan
Lintas Sektor
Kelompok Komoditas
Penyumbang Inflasi
sapi (102016)
Perindustrian Tenun
Perikanan
Penangkapan Ikan di
Laut ( Tongkol, Tuna,
Cakalang)
Ikan segar – Cakalang, tongkol,
tuna (103017, 103081,
103084)
Perkebunan Jambu Mete Kacang-kacangan – kacang
mete (107005)
Buah-Buahan Mangga -
Sayuran Cabe Rawit Bumbu-bumbuan – caberawit
(109030)
Perkebunan Kelapa Buah-buahan – kelapa muda
(108028) dan Lemak/minyak
(110001)
Perikanan
Budidaya Ikan di
Tambak ( Bandeng,
Udang Windu)
Ikan segar – ( 103004, 103085)
Pariwisata Wisata Budaya Rekreasi (604027)
Buah-Buahan Pisang Buah-buahan, pisang (108019)
Jasa Jasa keuangan (Koperasi
sp) -
Padi Palawija Kacang Tanah Kacang-kacangan, kacang
tanah (107006)
Perdagangan Rumah Makan Makanan jadi (201000)
Jasa Bengkel Motor Sarana dan penunjang
transport (703016-17)
Padi Palawija Kacang Kedelai Kacang-kacangan, kacang
kedele (107003)
Sayuran Kacang Panjang Sayur-sayuran, kacang panjang
(106033)
Seperti dapat dilihat pada Tabel VI-2 di atas, kecuali 3 (tiga) KPJU Unggulan yaitu
Budidaya Rumput Laut, usaha budidaya buah-buahan mangga, serta usaha jasa
keuangan simpan pinjam (koperasi), 17 KPJU Unggulan Lintas Sektor yang lain
merupakan penyumbang langsung terhadap inflasi. Diantara ke 17 KPJU
Unggulan tersebut, kecuali KPJU Unggulan wisata pantai/baharí dan wisata
budaya serta usaha jasa bengkel motor, serta rumah makan, selebihnya adalah
pada Kelompok Bahan Makanan.
KPJU pada sektor pariwisata yaitu wisata pantai dan wisata bahari dapat
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
28
menyebabkan inflasi secara tidak langsung. Hal ini karena dengan berkembangnya
sektor pariwisata dapat berdampak kepada permintaan terhadap jasa perhotelan
dan pada kelompok vahan makanan seperti ikan segar, buah-buahan dan sayur-
sayuran. Selain itu KPJU Unggulan yang termasuk pada kelompok bahan
makanan seperti daging, ikan, dan yang lain dapat memberikan pengaruh
terhadap inflasi kelompok makanan jadi, seperti produk olahan daging sapi, dan
beragam jenis makanan jadi yang lain.
Berdasarkan data BPS, laju inflasi “tahun ke tahun” – yaitu persentase perubahan
IHK bulan November 2012 terhadap IHK bulan November 2011 di Provinsi NTB
(gabungan Kota Mataram dan Kota Bima) adalah 5,15%, dengan kontributor
utama pendorong inflasi adalah kelompok kacang-kacangan yang mengalami
peningkatan indeks harga 19%, daging dan hasil-hasilnya 17,25%, sementara
kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami penurunan indeks
harga -2,82% dan bumbu-bumbuan -8,57%. Akan tetapi berdasarkan laju inflasi
tahun kalender bulan November 2012yaitu persentase perubahan IHK bulan
November 2012 terhadap IHK bulan Desember 2011 maka laju inflasi gabungan
adalah 3,49% dan kelompok kacang-kacangan mengalami kenaikan indeks harga
18,05%, daging dan hasilnya 12,65%, sementara kelompok padi-padian, umbi-
umbian, dan hasilnya mengalami indeks harga -4,31, sayur-sayuran -19,36%, dan
bumbu-bumbuan -21,45 (BPS NTB, 2012)1.
Berdasarkan perubahan IHK bulan November 2012 terhadap IHK bulan
sebelumnya, gabungan Kota Mataram dan Bima Provinsi Nusa Tengga Barat
mengalami deflasi sebesar 0,03 persen. Deflasi tersebut terjadi karena adanya
penurunan indeks pada Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan
sebesar 0,01 persen; Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar
sebesar 0,01 persen; Kelompok Sandang sebesar 0,18 persen dan Kelompok Bahan
Makanan sebesar 0,19 persen. Pada periode ini kelompok yang mengalami
kenaikan indeks harga konsumen adalah pada Kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,22 persen; Kelompok Pendidikan,
Rekreasi & Olah raga sebesar 0,07 persen dan Kelompok Kesehatan sebesar 0,03
persen.
Kelompok komoditas yang memberikan andil/sumbangan terhadap deflasi pada
bulan November 2012adalah yaitu Kelompok Sandang sebesar 0,01 persen;
Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 0,01 persen dan
Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,06 persen. Sedangkan kelompok yang
memberikan sumbangan inflasi adalah Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok
& Tembakau sebesar 0,05 persen; Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan
bakar sebesar 0,00 persen; Kelompok Kesehatan sebesar 0,00 persen dan
Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah raga sebesar 0,00 persen.
Sehubungan dengan laju inflasi pada bulan November 2012, yaitu perubahan IHK
bulan November 2012 terhadap IHK bulan sebelumnya, dikaitkan dengan
komoditas/produk KPJU Unggulan Lintas Sektor adalah sebagai berikut. Pada
Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tertinggi adalah pada kelompok buah-
1 Berita Resmi Statistik No. 75/12/52/Th. VI, 3 Desember 2012. Inflasi Gabungan Kota
Mataram dan Kota Bima Bulan November 2012
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
29
buahan sebesar 2,65 persen dimana salah satu komoditasnya merupakan
komoditasKPJU Unggulan usaha budidaya pisang dan kelapa muda yang
merupakan komoditasKPJU Unggulan usaha perkebunan kelapa. Kemudian laju
inflasi tertinggi berikutnya adalah produk usaha pada KPJU usaha sapi potong
yang produknya berupa daging sapi yang mengalami kenaikan inflasi sebesar 2,40
persen. Menempati urutan ke-tiga tertinggi laju inflasi untuk kelompok bahan
makanan adalah sayur-sayuran yaitu sebesar 1,89 persen yang mana didalamnya
adalah komoditas dari KPJU usaha budidaya kacang panjang dan usaha budidaya
jagung manis. Untuk sub kelompok padi-padian, mengalami inflasi sebesar 0,15
persen dan pada sub kelompok ini termasuk di dalamnya komoditas dari KPJU
yaitu usaha budidaya padi sawah dan jagung. Selain kelompok Bahan Makanan
yang memberikan andil terhadap inflasi adalah kelompok makanan jadi, yang
dalam hal ini merupakan salah satu dari produk KPJU usaha restoran/rumah
makan yang mengalami inflasi sebesar 0,32 persen. Demikian juga pada sub-
kelompok Sarana dan Penunjang transportasi mengalami inflasi sebesar 0,51
persen yang didalamnya termasuk produk jasa dari KPJU Unggulan usaha jasa
bengkel motor.
Pada periode November 2012, kelompok komoditas bahan makanan yang
mengalami deflasi 2012 adalah Ikan segar sebesar 3,52 persen, dan pada sub
kelompok ini termasuk di dalamnya komoditas dari KPJU penangkapan Ikan di
Laut (cakalang, tomgkol dan tuna) dan KPJU Budidaya Ikan di Tambak ( Bandeng
dan, Udang Windu). Sub-kelompok bahan makanan yang juga mengalami deflasi
adalah kacang-kacangan sebesar 0,16 persen yang didalamnya adalah komoditas
dari KPJUusaha budidaya kacang kedele, kacang tanah dan usaha perkebunan
jambu mete/kacang mete. Sub kelompok bahan makanan yang juga mengalami
deflasi adalah lemak dan minyak sebesar 0,03 persen dimana salah satu
komoditasnya adalah dari KPJU usaha perkebunan kelapa.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
30
L. REKOMENDASI
L.1 Rekomendasi Umum
Secara umum rekomendasi untuk pengembangan UMKM-KPJU Unggulan di
Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut:
1. Hasil 10 KPJU Unggulan lintas sektor di Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah
mengakomodir komoditas unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu
PIJAR (Sapi, Jagung, dan Rumput Laut). Selanjutnya dalam MP3EI
(Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
2011-2025), koridor Bali-Nusa Tenggara, tema pembangunanya adalah pintu
gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional. Koridor ini terdiri atas 4
Pusat Ekonomi yaitu; Denpasar, Lombok, Kupang dan Mataram dengan 3
kegiatan ekonomi utama: pariwisata, perikanan dan peternakan. Dengan
demikian, ke 10 KPJU Unggulan lintas sektor di Provinsi Nusa Tenggara
Barat juga telah sesuai dengan tema pembangunan MP3EI. Dalam
mengembangkan 10 KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota bekerjasama dengan dengan
Pemerintah Pusat untuk mendapatkan dukungan investasi, teknis dan
lainnya dalam mengembangkan KPJU unggulan tersebut.
2. KPJU Unggulan seyogyanya dituangkan atau dikukuhkan kedalam bentuk
ketentuan hukum (SK Gubernur/ Bupati/Walikota), atau dituangkan dalam
di dalam RPJM Provinsi/Kabupetan/Kota atau Renstra SKPD Terkait,
sehingga bersifat mengikat dan menjadi acuan bagi semua pihak/pemangku
kepentingan untuk mengembangkan KPJU Unggulan yang telah
diidentifikasi. Agar supaya program dan pengembangan tersebut lebih
mengikat dan berkesinambungan.
3. Pengembangan KPJU Unggulan perlu dilakukan melalui pendekatan Klaster
yang terintegrasi menurut rantai nilai dari hulu ke hilir, dengan didukung
oleh infrastruktur dan sarana transportasi dan infrastruktur ekonomi dan
kelembagaan, serta sistem informasi pasar bagi KPJU Unggulan. Sebagai
illustrasi, pengembangan peternakan sapi, diikuti juga dengan
pengembangan industri pakan, fasilitasi perdagangan antar pulau, dan juga
indutri pengolahannya.
4. Perlu dikembangkan informasi tentang tentang Profil Investasi serta
Penyusunan Lending Model (model pembiayaan) bagi UMKM untuk
pengembangan KPJU Unggulan. Inisiatif penyusunan Lending Model tersebut
dapat berasal dari Kemeterian Teknis terkait, perbankan, asosiasi dan
lainnya.
5. Salah satu aspek strategis dalam pengembangan KPJU Unggulan untuk UMKM adalah peningkatan akses dan pengembangan atau jangkauan pasar. Kebijakan dan program yang telah dilaksanakan dalam rangka memfasilitasi akses dan pengembangan pasar produk UMKM perlu lebih ditingkatkan, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan faktor penentu dan pendorong (determinant/driver factor) akses dan pengembangan pasar, antara lain pemenuhan terhadap persyaratan mutu, kemasan, dan waktu delivery, harga, serta ketersediaan modal kerja untuk memenuhi volume pemesanan. Sehubungan dengan itu maka:
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
31
a. Program pelatihan yang disertai dengan pendampingan yang selama ini sudah dilaksanakan oleh Dinas dan Instansi Terkait perlu lebih diintensifkan. Program tersebut meliputi;
i. Aspek kewirausahaan, sehingga SDM/pelaku usaha lebih mandiri dan kreatif dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya.
ii. Aspek teknik dan teknologi produksi, sehingga produksi lebih efisien serta mutu dan kemasan produk lebih meningkat
iii. Aspek manajemen usaha, khususnya pemasaran dan keuangan, sehingga dapat mendukung peningkatan akses pengusaha terhadap pasar dan sumber pembiayaan usaha (perbankan).
b. Pengembangan jejaring usaha antar UMKM, serta pengembangan dan penguatan kelembagaan pelaku usaha UMKM pada KPJU Unggulan untuk meningkatkan efisiensi biaya transaksi usaha dan pemasaran bersama.
c. Peningkatan sarana dan prasrana pemasaran bagi UMKM KPJU
Unggulan serta pengembangan sistem informasi untuk peluang pasar bagi KPJU Unggulan.
d. Pengembangan program kemitraan atau penguatan lebih lanjut program kemitraan yang selama ini sudah terbentuk antara UMKM KPJU Unggulan dengan Usaha Menengah/Besar terkait.
6. Untuk lebih meningkatkan efektifitas dan kesinambungan program pendampingan bagi UMKM KPJU Unggulan, maka:
a. Kelembagaan pendamping seperti Business Development Service (BDS) atau Inkubator Bisnis UMKM yang sudah ada perlu lebih meningkatkan peran dan fungsinya dengan dukungan Perguruan Tinggi dan Instansi terkait.
b. Kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan Perguruan Tinggi di daerah dengan yang sudah berlangsung selama ini perlu lebih ditingkatkan dan dikembangkan. Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya dharma Pengabdian Masyarakat, serta program kurikuler seperti PKL, KKN atau kegiatan ko-kurikuler lain perlu lebih dikembangkan untuk program pendampingan bagi UMKM KPJU Unggulan.
7. Untuk menumbuh-kembangkan wirausaha baru, program yang telah dirintis oleh Kemeterian Koperasi dan UKM perlu lebih dikembangkan untuk usaha KPJU ungggulan. Sehubungan dengan ini, sasaran calon pelaku usaha adalah Sarjana yang baru lulus dari Perguruan Tinggi Daerah melalui tahapan rekruitmen/seleksi yang lebih ditekankan pada aspek kepribadian dan motivasi calon, pendidikan/pelatihan tambahan (terutama pada aspek wirausaha dan keterampilan teknis serta usaha), serta penyediaan fasilitas kredit permodalan/pembiayaan dengan skim dana bergulir.
8. UMKM pada bisnis KPJU Unggulan memerlukan peningkatan akses kepada sumber pembiayaan, dan untuk itu diperlukan program dan upaya antara lain:
a. Pengembangan atau penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Lembaga Pembiayaan Alternatif (LPA) yang sudah ada, khususnya dari aspek kelembagaan dan permodalan.
b. Penyertaan Pemerintah Daerah yang lebih intensif dalam bentuk penyertaan dana jaminan pembiayaan UMKM pada Bank Pembangunan Daerah.
c. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada BUMN dan BUM-Daerah perlu lebih diintensifkan dan diintegrasikan sehingga lebih efektif bagi pengembangan UMKM KPJU Unggulan,
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
32
d. Program sertifikasi tanah perlu dilanjutkan, khususnya bagi pelaku usaha UMKM pada KPJU Unggulan yang belum memperoleh.
9. Secara spesifik lembaga Perbankan perlu lebih intensif untuk meningkatkan akses pembiayaan untuk KPJU Unggulan bagi UMKM, antara lain melalui:
a. Peningkatan dan perluasan jaringan pelayanan disertai peningkatan kemampuan SDM dalam hal memahami karakter UMKM khususnya pada bisnis KPJU Unggulan
b. Penambahan dan perluasan jangkauan pelayanan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), melalui revitalisasi peran dan peningkatan pelatihan bagi KKMB
c. Pengembangan inovasi dan skim pembiayaan/ penyaluran kredit yang
berbeda untuk masing-masing KPJU Unggulan. Hal ini didasarkan atas
perbedaan karakteristik usaha antar KPJU Unggulan dan antara skala
mikro, kecil dan menengah. Seyogyanya dipertimbangkan untuk
memberikan flesibilitas jangka waktu pengembalian pinjaman yang
disesuaikan dengan karakteristik usaha KPJU Unggulan khususnya
pada KPJU Sektor Pertanian tanaman pangan, perkebunan dan
peternakan, karena adanya perbedaan waktu siklus produksi/ siklus
usaha
L.2 Rekomendasi Khusus
Secara khusus rekomendasi kebijakan untuk pengembangan KPJU Unggulan di
Propinsi Nusa Tenggara Timur tersajikan dalam Tabel 10.
Tabel 11. Rekomendasi Untuk Masing-masing KPJU Unggulan Lintas Sektor di ProvinsiNTB
No.
KPJU Unggulan
Lintas Sektor
Faktor Kelemahan/Ancaman
Kebijakan/Action Plan
(Time Frame/TF)
Pelaksana
1.
Padi Sawah
Produktivitas
cenderung
stagnan, bahkan
pada musim
tertentu menurun
sebagai akibat
kualitas benih
yang rendah
Akumulasi bahan
anorganik dalam
tanah sangat tinggi
Dalam jangka
panjang, beras
bukanlah komoditi
Pengawasan
terhadap
peredaran benih
berlabel perlu
ditingkatkan
Usahatani
terpadu yang
dapat
memanfaatkan
limbah tanaman
dan ternak
menjadi pupuk
(TF1)
Mendukung
kegiatan
penelitian untuk
Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan, dan
Dinas
Perdagangan
Dinas
Pertanian
Tanaman
Panagan,
Dinas
perindustrian
Bappeda,
Dinas
Pertanian
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
33
No.
KPJU
Unggulan Lintas Sektor
Faktor
Kelemahan/Ancaman
Kebijakan/Action
Plan (Time Frame/TF)
Pelaksana
yang bisa
diandalkan untuk
meningkatkan
kemakmuran
petani yang
sebagian besar
memiliki lahan
sempit
Menurunnya luas
lahan sawah
menemukan
komoditas
pertanian
bernilai tinggi
yang yang
memiliki
prospek pasar
dan sesuai
dengan
Agroklimat
Kebijakan
pembatasan
konversi lahan
pertanian (TF2)
Tanaman
Panagan,
BPTP,
Bappeda,
Dinas
Pekerjaan
Umum
2.
Jagung
Oligopsony di
pasar output yang
menyebabkan
harga jual produk
rendah
Terbatasnya
industry
pengolahan
sehingga
diperlukan
bantuan untuk
pengolahan hasil
(Post Harvest
Technology)
Memfasilitasi
tumbuhnya
pedagang hasil
pertanian
Pembangunan
industri
pengolahan
jagung baik
sebagai bahan
pangan maupun
untuk pakan
ternak sehingga
dapat
meningkatkan
prospek pasar
(TF1)
Dukungan dan
pembangunan
infrastruktur
termasuk
teknologi tepat
guna perlu
diperbanyak
untuk
meningkatkan
Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan,
Dinas
Perdagangan,
Dinas
Koperasi dan
UMKM,
Perbankan
Dinas
Perindustrian,
BPTP
Dinas
Perindustrian,
BPTP
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
34
No.
KPJU
Unggulan Lintas Sektor
Faktor
Kelemahan/Ancaman
Kebijakan/Action
Plan (Time Frame/TF)
Pelaksana
nilai tambah
dan efisiensi
produk (TF2).
3.
Wisata
Pantai/Bahari
Minimnya perhatian
terhadap risiko
lingkungan (sosial,
keamanan, dan
kebersihan)
Lambannya
pembangunan
infrastruktur
Penyuluhan
terhadap
keamanan dan
kebersihan
pantai (TF1)
Pembangunan
infrastruktur
menuju
kawasan wisata
dan fasilitas di
kawasan wisata
pantai (TF2)
Dinas
Pariwisata
dan Dinas
Kebersihan.
Dinas
Pariwisata;
Pertambanga
n dan energi;
Pekerjaan
Umum
4.
Budidaya
Rumput Laut
Kurangnya
perhatian terhadap
risiko lingkungan.
Pembangunan
infrastruktur yang
mendukung
pengembangan
industri.
Terbatasnya akses
modal untuk
pengembangan
usaha karena
ketiadaan agunan
Pengembangan
minapolitan
rumput laut belum
maksimal
Penyuluhan
terhadap
kebersihan
pantai untuk
keberhasilan
budidaya
rumput
laut(TF1)
Pembangunan
infrastruktur
dan industri
pengolahan
budidaya
rumput laut
(TF2)
Platfond KUR
untuk petani
tanpa agunan
ditingkatkan
(saat ini maks
Rp. 5 jt/usaha)
Perluasan areal
mina politan
suatu
kabupaten
untuk rumput
laut (TF2)
Dinas
Perikanan
dan Dinas
Kebersihan.
Dinas
Perikanan,
dinas
perindustrian
Perbankan,
Dinas
Koperasi &
UMKM,
Dinas
Perikanan
dan Bappeda
5. Sapi Penyediaan bibit Penyediaan bibit Bappeda,
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
35
No.
KPJU
Unggulan Lintas Sektor
Faktor
Kelemahan/Ancaman
Kebijakan/Action
Plan (Time Frame/TF)
Pelaksana
sapi unggul
(limousine,
simental).
Industri
Pengolahan hasil
sapi
sapi yang dapat
memberikan
tambahan bobot
badan tinggi per
satuan waktu
(TF1)
Menghasilkan
pakan buatan
untuk
memenuhi
kebutuhan jika
dilakukan
pergantian sapi
bibit
Penumbuhan
industri
peternakan
terpadu
sehingga
industri tidak
hanya
menghasilkan
daging tapi juga
tumbuhnya
industri
pengolahan
daging dan
pengolahan kulit
(TF2).
Dinas
Peternakan
Dinas
Peternakan
dan Dinas
Perindustrian
6.
Tenun
Penggunaan yang
semakin menurun.
Masuknya kain
tenun dari luar
NTB.
Peningkatan
pemakaian kain
tenun NTB
seperti untuk
seragam (TF1).
Memberikan
pelatihan untuk
motif dan corak
yang sedang
diminati pasar
(TF1)
Dinas
Perindustrian,
Dinas
Pendidikan
dan
Pemerintah
Kota/Kabupat
en dan
Provinsi.
Dinas
Perindustrian.
Dinas
Perindustrian
dan Dinas
Perdagangan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
36
No.
KPJU
Unggulan Lintas Sektor
Faktor
Kelemahan/Ancaman
Kebijakan/Action
Plan (Time Frame/TF)
Pelaksana
Bahan baku yang
berasal dari impor
Membantu
menyediakan
bahan baku
(TF2)
Dinas
Perindustrian
dan Dinas
Perdagangan
7. Penangkapan
Ikan di Laut
(Tongkol,
Tuna,
Cakalang)
Lemahnya
sumberdaya
manusia di
perikanan tangkap.
Pelatihan untuk
kader nelayan di
perikanan
tangkap (TF1).
Dinas
Perikanan.
8.
Jambu Mete
Harga jual kurang
menarik.
Jumlah
pengolah/pedagan
g yang masih
kurang.
Program
informasi pasar
dan peningkatan
kualitas (TF1).
Peningkatan
pengolah (TF2)
Dinas
Perkebunan
dan Dinas
Perdagangan
Dinas
Perkebunan
dan Dinas
Koperasi dan
UKM
9.
Mangga
Terbatasnya pasar.
Image produk NTB
yang dirubah.
Peningkatan
pasar melalui
(TF1)
Promosi produk
mangga NTB ke
Bali dan Jawa
(TF2)
Dinas
Perkebunan
dan Dinas
Perdagangan.
Dinas
Perkebunan
dan Dinas
Perdagangan.
10.
Cabe Rawit
Kurangnya
Pengolahan cabe
rawit
Pengolahan cabe
rawit sehingga
dapat
dipasarkan lebih
luas.
Dinas
Pertanian dan
Dinas
Perindustrian.