Bogor , Januari 2012 · menjamin kelangsungan kehidupan di masa depan. Namun demikian, fakta di...

284
KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN Bogor , Januari 2012

Transcript of Bogor , Januari 2012 · menjamin kelangsungan kehidupan di masa depan. Namun demikian, fakta di...

KEMENTERIAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENINGKATANPRODUKTIVITAS HUTAN

Bogor , Januari 2012

Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkah dan karuniaNya sehingga penyusunan buku Rencana Penelitian Integratif (RPI) Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan 2010 – 2014 (revisi) bisa diselesaikan.

Buku Rencana Penelitian Integratif (RPI) Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan 2010 – 2014 ini terdiri atas 6 (enam) kegiatan Rencana Penelitian Integratif (RPI) yang dipimpin oleh satu orang koordinator RPI.

Buku RPI ini disusun melalui proses yang cukup panjang dan komprehensip dengan mengakomodasi dinamika dan tantangan sektor kehutanan termasuk isu-isu strategis yang terkait dengan kehutanan, implementasi dari RPI secara utuh memerlukan dukungan dan kontribusi dari semua pihak agar dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Buku RPI ini diharapkan dapat menjadi acuan dan pemandu arah untuk operasionalisasi kegiatan penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada manfaat sehingga dapat mewujudkan kegiatan pembangunan kehutanan yang berkelanjutan dan kompetitif berbasis IPTEK.

Penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan, secara langsung maupun tidak langsung, dalam penyusunan buku RPI ini. Akhirnya, semoga buku RPI ini bermanfaat bagi semua pihak yang menangani kegiatan penelitian dan pengembangan kehutanan, dan secara umum bagi pembangunan kehutanan.

Bogor, Januari 2012

Kepala Pusat

Dr. Ir. Bambang Trihartono, MF. NIP. 19561005 198203 1 006

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 iii

Daftar Rencana Penelitian Integratif

RPI 6. PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI

RPI 7. PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

RPI 8. AGROFORESTRY

RPI 9. PENGELOLAAN DIPTEROKARPA

RPI 10. BIOTEKNOLOGI HUTAN DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

RPI 11. PENGELOLAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU FEMO (FOOD, ENERGY, MEDICINE AND OTHERS)

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 v

HPH PT. SBK

PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI

LESTARI

Koordinator:

Ir. DJOKO WAHJONO, MS

KodefikasiRPI 6

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 1

Lembar Pengesahan

PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI

Bogor, Januari 2012

Disetujui oleh :

Kepala Pusat Koordinator

Dr. Ir. Bambang Tri Hartono, MF.NIP. 19561005 198203 1 006

Ir. Djoko Wahjono, MSNIP. 19580321 198303 1 002

Mengesahkan :

Kepala Badan

Dr. Ir. Tachrir Fathoni, MSc.NIP. 19560929 198202 1 001

KEMENTERIAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANPENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 3

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ....................................................................................... 3

Daftar Isi .......................................................................................................... 5

Daftar Tabel ..................................................................................................... 7

Daftar Gambar ............................................................................................... 9

Abstrak .......................................................................................................... 11

1. Pendahuluan ........................................................................................... 13

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................13

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................15

1.3 Tujuan dan Sasaran ...............................................................................................................18

1.4 Luaran/Output .......................................................................................................................18

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................................................19

1.6 Komponen dan Kegiatan Penelitian ..................................................................................19

2. Metodologi Penelitian ............................................................................ 23

3. Rencana Tata Waktu ............................................................................... 25

4. Rencana Lokasi Penelitian ..................................................................... 29

4.1 Rencana Anggaran Penelitian ..............................................................................................29

4.2 Organisasi Penelitian ............................................................................................................30

Daftar Pustaka .............................................................................................. 33

Lampiran 6.1 Kerangka Kerja Logis (KKL) Kegiatan RPI Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari ...................................................................... 35

Lampiran 6.2 Matrik Kodefikasi Kegiatan Penelitian dan Anggaran ............................. 37

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 5

Daftar Tabel

Tabel 6.1 Garis Besar Metodologi Penelitian untuk menghasilkan Luaran .............. 23

Tabel 6.2 Rencana Tata Waktu Pelaksanaan dan Hasil Penelitian untuk Setiap Luaran/Output/Kegiatan Selama Jangka Waktu Penelitian (Tahun 2010-2014).............................................................................................. 25

Tabel 6.3 Tata Waktu Pencapaian Hasil yang diharapkan dalam Penyelenggaraan Penelitian Tahun 2010-2014 .............................................. 26

Tabel 6.4 Rencana Tata Waktu untuk Setiap Luaran Penelitian. .................................. 27

Tabel 6.5 Rencana lokasi untuk setiap luaran/output penelitian ............................... 29

Tabel 6.6 Biaya Kegiatan Penelitian Per Tahun Selama Tahun 2010-2014 ................. 29

Tabel 6.7 Rencana Kebutuhan Biaya untuk Setiap Luaran/Output Penelitian 5 tahun. ............................................................................................. 30

Tabel 6.8 Institusi dan Kedudukannya dalam Rencana Penelitian Integratif Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari. ................................................... 30

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 7

Daftar Gambar

Gambar 6.1 Kondisi pengelolaan hutan alam saat ini ...................................................... 18

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 9

Abstrak

Pengelolaan hutan alam produksi di Indonesia telah berjalan selama lebih dari tiga puluh tahun. Banyak hasil pembangunan di Indonesia yang merupakan andil dari hasil pemanfaatan hutan alam produksi.

Namun demikian, peranan hutan alam produksi tersebut tidak diimbangi dengan upaya-upaya yang signifikan untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas hutannya. Hutan alam produksi hanya dijadikan obyek pengurasan untuk dijadikan modal usaha yang lain. Sementara hutan alam produksi mempunyai kemampuan yang sangat terbatas dan rentan terhadap perubahan yang ekstrim. Ekologi hutan alam produksi umumnya berada pada tanah-tanah yang sangat peka terhadap perubahan yang ektrim tersebut. Akibat yang dapat dirasakan sekarang adalah hutan alam sebagian besar telah berubah kondisinya menjadi hutan sekunder yang rusak, belukar, padang alang-alang bahkan menjadi tanah kosong yang tidak produktif dan tandus.

Kondisi tersebut di atas adalah cerminan kinerja pengelolaan hutan alam produksi yang selama ini yang hanya berorientasi pada keuntungan sesaat dan menghasilkan devisa, tanpa disadari bahwa hutan alam produksi juga dapat mendatangkan bencana apabila tidak dikelola dengan baik dan benar. Saat ini baru disadari oleh para pengambil kebijakan tentang pentingnya pengelolaan hutan alam secara baik dan benar, setelah kondisinya sudah sangat parah dan karena adanya tekanan-tekanan dari berbagai pihak, baik dari dalam negeri maupun dunia internasional.

Untuk mengembalikan kondisi hutan alam produksi seperti semula, diperlukan komitmen serius lintas sektoral dan usaha keras yang komprehensif. Hutan alam produksi yang sudah rusak harus segera direhabilitasi untuk mengembalikan sebagaimana fungsinya dan dapat ditingkatkan kualitasnya. Hutan alam produksi yang relatif masih baik harus dikelola dengan hati-hati mengikuti kaidah-kaidah silvikultur dan manajemen yang sudah ditetapkan, sehingga keberadaan hutan sebagai sumberdaya alam tetap dapat diandalkan dimasa depan yang bermanfaat secara ekonomi, ekologi, dan sosial.

Untuk menunjang dan memandu upaya dan usaha dalam pengelolaan hutan alam produksi tersebut perlu tersedia data dan informasi yang akurat tentang kondisi potensi dan ekologinya, serta teknologi-teknologi tepat guna sebagai dasar atau pedoman operasional dalam pengelolaan dan pemanfaatannya di lapangan sehinggga fungsi dan manfaat hutan alam menjadi lebih optimal. Beberapa data dan informasi yang diperlukan antara lain: klasifikasi tipologi dan sebaran potensi hutan alam, informasi dinamika biodiversitas, ekologi dan sosial dalam pemanfaatan hutan. Sedangkan teknologi yang sangat mendesak diperlukan pada saat ini antara lain adalah: sistem silvikultur yang berlaku luwes, aman dan tepat (ramah lingkungan), teknik pembinaan tegakan tinggal yang praktis, dan teknik rehabilitasi hutan yang telah rusak, dan teknik pengaturan hasil tebangan yang optimal dan rasional.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 11

Teknologi tersebut akan mempunyai manfaat yang signifikan apabila disusun atau diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang cukup mendalam.

Kata Kunci: hutan alam produksi, hutan primer, hutan bekas tebangan, sistem silvikultur, Pembinaan tegakan, rehabilitasi, pertumbuhan dan hasil, pengaturan hasil.

12 Abstrak Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan pada dasarnya adalah pengelolaan hutan yang terencana. Artinya, pada setiap level dan bentuk pengelolaan sumber daya hutan harus dikelola berdasarkan suatu rencana pengelolaan yang mengarah kepada pemanfaatan secara menyeluruh, rasional, optimal, sesuai daya dukung, serta tidak semata-mata berorientasi kepada pemanfaatan masa kini, tetapi juga untuk menjamin kelangsungan kehidupan di masa depan.

Namun demikian, fakta di lapangan mengindikasikan bahwa sebagian besar dari pengelolaan hutan alam yang dilakukan saat ini masih kurang atau tidak mengarah pada pengelolaan hutan yang terencana sehingga dikhawatirkan hutan alam yang dikelola tidak akan terjamin kelestariannya di masa depan. Kondisi ini telah diketahui dan diantisipasi oleh semua pihak, baik di tingkat nasional maupun internasional. Secara nasional, pemerintah Indonesia telah banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, namun hasilnya masih belum signifikan. Oleh karena itu, lembaga-lembaga internasional seperti International Tropical Timber Organization (ITTO) dan International Monetary Fund (IMF) mulai memberikan tekanan yang lebih serius dalam pengelolaan hutan alam di Indonesia.

Sejak tahun 2000 telah dicanangkan sebagai era ekolabel atau green label bagi produk-produk kayu yang berasal dari negara-negara yang memiliki hutan tropis, termasuk Indonesia. Sebagai salah satu anggota ITTO yang ikut menandatangani komitmen/kesepakatan ITTO Target 2000 di Bali, Indonesia harus melaksanakan dan mengupayakan pengelolaan hutannya secara lestari, baik hutan tanaman maupun hutan alam. Hal ini berarti bahwa mulai tahun 2000 sumua produk kayu dari Indonesia yang diperdagangkan harus berasal dari hutan yang dikelola secara lestari (Pusdiklat Kehutanan, 2002). Masalah kelestarian hutan sebenarnya sudah sejak dari awal dijadikan asas dalam pengelolaan hutan di Indonesia, hal itu tertuang dalam Undang-Undang Kehutanan No 5 tahun 1967, beserta peraturan-peraturan perundangan lain mengenai pengelolaan hutan yang lestari. Namun dalam pelaksanaannya memang masih jauh dari harapan, sehingga perlu dipacu dan dilaksanakan secara lebih tegas dan terarah apabila masih mengharapkan sumber devisa dari hasil hutan.

Pada saat ini kondisi hutan alam produksi di Indonesia dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu hutan primer dan hutan bekas tebangan (LOF) dengan kondisi baik/produktif, hutan bekas tebangan dengan kondisi sedang/kurang produktif, dan hutan bekas tebangan dengan kondisi yang kurang/tidak produktif. Berdasarkan

1

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 13

paduserasi antara Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) pada akhir tahun 1999, luas hutan alam produksi di Indonesia adalah sekitar 50 juta ha. Hasil rekalkulasi terakhir pada tahun 2000 terhadap hutan alam produksi di Indonesia menunjukkan bahwa luas hutan alam yang masih berupa hutan primer adalah sekitar 20,2 juta, hutan bekas tebangan berkondisi sedang sampai baik sekitar 14,5 juta ha, dan berupa hutan rusak, tanah kosong, dll sekitar 15,3 juta ha (Departemen Kehutanan, 2002; Sumarna et al., 2002).

Pada sepuluh tahun terakhir ini, kondisi hutan alam mengalami banyak perubahan dan luasan hutan alam produksi mengalami penurunan sebagai akibat dari meningkatnya illegal logging, perambahan dan kebakaran hutan. Meskipun demikian, data terbaru yang akurat mengenai kondisi dan luasan hutan alam produksi relatif belum tersedia. Mengingat era ekolabel sudah diberlakukan oleh beberapa negara, maka pengelolaan hutan alam produksi yang saat ini kondisinya secara umum kurang baik tersebut perlu segera dibenahi. Teknologi yang tepat perlu diciptakan untuk pengelolaan hutan alam primer agar tidak mengulangi kerusakan yang terjadi di masa lalu. Walaupun saat ini telah digunakan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) sebagai salah satu teknologi dalam pengelolaan hutan alam produksi yang paling baik ditinjau dari berbagai aspek terutama aspek ekologis, tetapi sistem TPTI ini dinilai masih bersifat kaku karena diterapkan secara seragam pada berbagai kondisi tempat tumbuh. Sebagai contoh, asumsi riap diameter pohon sebesar 1 cm/th diberlakukan secara umum untuk seluruh kondisi dan tipe hutan sebagai dasar penetapan jatah produksi tahunan (etat). Pemberlakuan riap diameter secara umum ini akan menyebabkan pemungutan hasil menjadi tidak rasional dan tidak optimal. Prinsip pemanfaatan hutan agar kelestarian hasil dapat tercapai adalah banyaknya kayu yang dimanfaatkan tidak boleh melebihi riapnya (Davis et al, 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya riap dan pertumbuhan tegakan di hutan alam produksi sangat bervariasi tergantung pada kondisi tempat tumbuh (site spesific), tingkat perlakuan/manajemen unit pengelolaan hutan, komposisi jenis dalam tegakan, dan bahkan menurut kelas diameternya (Krisnawati dan Wahjono, 1997; 2004; Nguyen-The et al., 1998; Suhendang, 1998; Wahjono et al.; 2002), yang umumnya dibawah 1 cm/th. Pada tegakan yang dipelihara atau dilakukan pembinaan tegakan tinggal dapat mencapai lebih dari 1 cm/th (Wahjono dan Krisnawati, 2002; Sumarna et al., 2002). Sementara itu riap volume yang di asumsikan sebesar 1 m3/ha/th, ternyata dari hasil analisis data Petak Ukur Permanen (PUP) yang dikumpulkan dari beberapa unit pengelolaan hutan dan beberapa hasil penelitian lainnya menghasilkan angka riap yang lebih besar dari 1 m3/ha/th tergantung pada tempat tumbuh dan kinerja pengelolaan IUPHHK dalam memelihara tegakan hutan yang dikelolanya.

Selain itu sistem TPTI adalah sistem silvikultur yang paling aman dari aspek ekologi, namun secara teknis sangat memerlukan tingkat keahlian dan keseriusan yang tinggi dari pengelola hutan. Hal inilah yang dijadikan alasan oleh para pengelola di lapangan sehingga mereka tidak melaksanakan sepenuhnya tahapan-tahapan kegiatan yang seyogyanya diterapkan dalam pelaksanaan sistem TPTI. Beberapa kali sistem silvikultur TPTI dilakukan penyempurnaan. Sejak tahun 1972 sudah dilakukan

14 Pendahuluan Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari

penyempurnaan sebanyak 2 kali, yaitu pada tahun 1989 dan 1993. Namun saat ini dinilai masih terlalu rumit dan sulit. Sebenarnya alasan sulit dan rumitnya sistem silvikultur tersebut hanyalah dalih saja untuk memanipulasi keengganan pengelola untuk mengelola hutan alam secara lestari. Para pengusaha hutan alam produksi pada umumnya hanya berkonsentrasi pada pemanfaatan kayu (berburu kayu) saja dengan mengambil kayu sebanyak-banyaknya dengan tidak memperhatikan besarnya produksi (riap) yang lestari dan tidak mengindahkan tatacara penebangan yang benar, sehingga kondisi hutan setelah tebangan menjadi rusak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerusakan tegakan tinggal berkaitan erat dengan intensitas dan teknik pemanenan yang digunakan (Basri, 1980; Setyarso, 1992; Suhartana dan Dulsalam, 1994; Sularso, 1996; Elias, 1997; Sist dan Bertault, 1998; Muhdi, 2001). Hasil-hasil penelitian ini menyebutkan bahwa kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan penebangan yang tidak terkontrol dengan baik dapat mencapai sekitar 25 - 40 %. Kondisi hutan bekas tebangan yang telah rusak ini semakin bertambah parah apabila tidak dilakukan pengamanan, rehabilitasi, pembinaan, dan pemeliharaan tegakan. Apabila kondisi hutan bekas tebangan yang telah rusak ini dibiarkan terus-menerus tidak terjaga dan tidak dilakukan rehabilitasi/reboisasi, lambat-laun akan menjadi belukar, alang-alang, dan bahkan tanah kosong. Hal ini terbukti dari kondisi tegakan pada RKT awal pengelolaan hutan yang lebih parah kondisi tegakannya dibandingkan dengan RKT-RKT terakhir.

Mengingat saat ini kebutuhan teknologi pengelolaan hutan alam produksi sudah sangat mendesak, maka dukungan penelitian untuk dapat menghasilkan teknologi yang tepat guna yang mampu meningkatkan kembali kualitas hutan alam sebagai sumber bahan baku kayu perlu segera diwujudkan. Penelitian-penelitian yang perlu diprioritaskan sesuai dengan Roadmap dan Program Badan Litbang Kehutanan tahun 2010 -2014 dalam upaya pengelolaan hutan alam lahan kering adalah yang berkaitan dengan teknologi pengklasifikasian tipologi kondisi hutan alam produksi; teknik rehabilitasi hutan untuk mengembalikan fungsi hutan baik fungsi produksi, fungsi ekologi maupun fungsi sosial; teknik pembinaan intensif untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan hutan; kajian-sistem-sistem silvikultur yang tepat sesuai dengan site dan kondisi hutan; teknik pengaturan hasil yang mengakomodasi kondisi dan dinamika pertumbuhan tegakan hutan yang dikelola; diperolehnya data dan informasi mengenai kondisi biodiversitas pada berbagai kondisi hutan sebagai upaya pencegahan terhadap penurunan kualitas; dan diperolehnya data dan informasi tentang kondisi hidrologi, erosi dan sedimentasi pada hutan bekas tebangan untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Seperti diketahui bahwa permasalahan dalam pengelolaan hutan alam lahan kering yang lestari tidak hanya masalah teknis semata, tetapi banyak masalah-masalah non-teknis yang mempengaruhi sehingga mengancam tujuan pengelolaan hutan alam yang lestari. Permasalah non-teknis antara lain: illegal logging, perambahan hutan, bencana alam, euforia reformasi, otonomi daerah, kepastian kawasan, kepastian usaha, dan

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 15

lain-lain. Masalah yang satu dengan yang lain umumnya saling berkaitan sehingga perlu diselesaikan secara komprehensif; akan tetapi masalah-masalah non-teknis ini tidak termasuk dalam cakupan RPI ini.

Seperti telah dijelaskan di muka, bahwa masalah teknis dalam pengelolaan hutan alam lahan kering dikelompokkan berdasarkan kondisi areal hutan yang ada saat ini, yaitu masalah teknis pada hutan alam lahan kering yang masih dalam kondisi baik (primer dan LOF yang masih produktif); hutan alam lahan kering yang sudah kurang produktif; dan hutan alam lahan kering yang sudah rusak menjadi belukar, alang-alang dan tanah kosong. Untuk mengatasi masalah teknis di setiap kelompok kondisi hutan tersebut, maka diperlukan teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang telah, sedang dan akan terjadi pada setiap kondisi hutan yang dikelola.

Sampai saat ini teknologi yang tersedia untuk mengatasi masalah-masalah teknis tersebut masih belum tepat dan praktis. Teknologi yang sudah ada masih perlu disempurnakan agar lebih baik lagi dan luwes untuk diterapkan. Tanpa dukungan teknologi dari hasil penelitian/kajian, maka niscaya harapan pengelolaan hutan alam lestari sulit untuk tercapai. Permasalahan teknologi yang dimaksud antara lain:

1. Dinamika perubahan hutan alam lahan kering saat ini sangat cepat sehingga sangat menyulitkan untuk mengetahui kondisi hutan dan sebarannya dengan cepat dan akurat. Untuk itu diperlukan penelitian/kajian untuk mendapatkan teknologi yang tepat dalam melakukan klasifikasi tipologi, potensi dan sebaran hutan alam lahan kering, sehingga dapat membantu menetapkan kebijakan pengelolaan yang akan diputuskan.

2. Kondisi hutan alam lahan kering sangat beragam, ada kecenderungan penggunaan sistem silvikultur yang tidak tepat, sementara itu, sistem silvikultur yang telah tersedia masih belum sempurna, terindikasi kurang efektif dan efisien sehingga penerapannya tidak optimal untuk meningkatkan kualitas hutan alam produksi. Untuk itu perlu dilakukan penelitian/pengkajian terhadap penerapan sistem silvikultur yang telah ada, dan perlu pula diupayakan sistem silvikultur alternatif yang sesuai dengan kondisi hutan dan lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan kualitas hutan alam produksi.

3. Hutan alam produksi yang telah rusak perlu direhabilitasi, sementara itu teknologi dalam rangka rehabilitasi hutan alam yang telah rusak saat ini belum lengkap tersedia, sehingga untuk mengatasi hal ini pemerintah mengambil kebijakan/solusi yang paling mudah, yaitu mengkonversi hutan alam menjadi hutan tanaman monokultur, walaupun solusi ini sebenarnya juga tidak salah ditinjau dari kebutuhan kayu yang sangat mendesak sementara bahan baku dari hutan alam semakin berkurang, dan pemerintah tidak mampu membiayai rehabilitasi hutan alam yang sangat luas (mencapai lebih dari 15 juta hektar). Oleh karena itu, agar eksistensi hutan alam tidak semakin berkurang, maka perlu diupayakan pencegahan kerusakan hutan alam dan menyediakan teknologi rehabilitasi hutan alam yang tepat, murah dan praktis sehingga hutan alam dapat dikembalikan lagi sesuai dengan fungsinya semula.

16 Pendahuluan Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari

4. Potensi dan pertumbuhan tegakan hutan alam harus meningkat atau paling tidak sama antar rotasi tebang berikutnya, salah satu upaya yang belum dilakukan dengan baik adalah pembinaan tegakan tinggal pasca tebangan. Teknologi pembinaan tegakan tinggal yang ada belum mampu meningkatkan produktivitas tegakan bahkan cenderung kurang efektif dan efisien. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dan kajian terhadap teknik silvikultur khususnya teknik pembinaan (pembebasan tegakan tinggal dan teknik pengayaan) yang intensif, efektif dan efisien, sehingga pertumbuhan/riap tegakan akan meningkat untuk rotasi tebang berikutnya.

5. Pemanfaatan hutan alam lahan kering yang tidak terkontrol akan berdampak terhadap kualitas hutan dan lingkungan. Untuk itu perlu diketahui data dan informasi yang tepat tentang tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pemanfaatan hutan khususnya pada berbagai kondisi hutan bekas tebangan, meliputi kondisi biodiversitas tumbuhan, kondisi hidrologi, erosi dan sedimentasinya sebagai dasar menetapkan langkah-langkah kebijakan yang tepat dalam pengelolaan hutan alam selanjutnya.

6. Sistem pengaturan hasil yang berlaku saat ini masih menggunakan rumus 1/35 dari standing stock dengan asumsi pertumbuhan hutan alam selalu sama, sementara itu kondisi hutan saat ini sudah sangat berubah dan berbeda dengan kondisi awalnya dengan riap tegakan yang berbeda untuk setiap site dan kondisi hutannya, sehingga ada kecenderungan pemanfaatan hutan alam kurang rasional dan optimal. Untuk itu perlu dilakukan penelitian/kajian untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai dinamika pertumbuhan tegakan di hutan alam lahan kering yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menetapkan preskripsi kunci pengaturan hasil dan mendapatkan metode pengaturan hasil yang paling tepat sesuai dengan kemampuan pertumbuhan tegakan di tiap site dan unit manajemen, sehingga besarnya kayu yang dipanen (etat) lebih optimal dan tidak melebihi besarnya riap tegakan.

7. Jenis-jenis pohon di hutan alam sangat banyak dengan nilai komersial yang cukup tinggi. Sampai saat ini baru diperoleh/diketahui beberapa jenis unggul yang telah dikuasai persyaratan tumbuh dan teknik silvikulturnya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang lebih intensif untuk mendapatkan jenis-jenis lainnya yang prospektif untuk dikembangkan pada berbagai kondisi areal hutan produksi, sehingga hutan produksi Indonesia mempunyai nilai kompetitif yang tinggi dalam perdagangan kayu di dunia.

Gambaran kondisi pengelolaan hutan alam lahan kering yang selama ini terjadi, khususnya yang menyangkut ketersediaan teknologi dapat disajikan pada Gambar 6.1. Penelitian-penelitian untuk mendukung tersusunnya teknologi yang diperlukan di atas sebagian sudah dilakukan, sebagian sedang dilakukan dan sebagian belum dilakukan. Oleh karena itu perlu segera diselesaikan atau dilengkapi kekurangan-kekurangan data atau informasi agar segera dapat disusun teknologi-teknologi yang tepat guna sebagai acuan dalam pengelolaan hutan alam produksi yang lestari.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 17

RPI Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari      ix 

7. Jenis-jenis pohon di hutan alam sangat banyak dengan nilai komersial yang cukup tinggi. Sampai saat

ini baru diperoleh/diketahui beberapa jenis unggul yang telah dikuasai persyaratan tumbuh dan

teknik silvikulturnya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang lebih intensif untuk mendapatkan

jenis-jenis lainnya yang prospektif untuk dikembangkan pada berbagai kondisi areal hutan produksi,

sehingga hutan produksi Indonesia mempunyai nilai kompetitif yang tinggi dalam perdagangan kayu

di dunia.

Gambaran kondisi pengelolaan hutan alam lahan kering yang selama ini terjadi, khususnya yang

menyangkut ketersediaan teknologi dapat disajikan pada Gambar 1. Penelitian-penelitian untuk

mendukung tersusunnya teknologi yang diperlukan di atas sebagian sudah dilakukan, sebagian

sedang dilakukan dan sebagian belum dilakukan. Oleh karena itu perlu segera diselesaikan atau

dilengkapi kekurangan-kekurangan data atau informasi agar segera dapat disusun teknologi-teknologi yang

tepat guna sebagai acuan dalam pengelolaan hutan alam produksi yang lestari.

Gambar 1. Kondisi Pengelolaan Hutan Alam Saat ini

PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI TIDAK

LESTARI

KEMANTAPAN KAWASAN LEMAH

MANAJEMEN PENGELOLA LEMAH

TEKNOLOGI PENGELOLAAN HUTAN ALAM

KURANG TEPAT

DATA/ INFORMASI POTENSI, SEBARAN,

EKOLOGI DAN SOSIAL BELUM CUKUP

TERSEDIA

TEKNIK REHABILITASI HUTAN ALAM YANG TELAH

RUSAK OPTIMAL BELUM TERSEDIA

TEKNIKPEMBINAAN

HUTAN ALAM ALAM PASCA

TEBANGAN BELUM TERSEDIA

TEKNIK PENGATURAN

HASIL DI HUTAN ALAM BELUM TEPAT DAN

AKURAT

Gambar 6.1 Kondisi pengelolaan hutan alam saat ini

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan yang ingin dicapai dari RPI ini adalah menyediakan informasi dan teknologi untuk meningkatkan kualitas hutan alam produksi dalam rangka pemanfaatan hasil hutan yang optimal dan rasional secara ekonomis, dan aman secara ekologis menuju pengelolaan hutan alam produksi yang terencana dan lestari untuk kesejahteraan masyarakat.

Sasaran yang hendak diwujudkan dalam kegiatan penelitian ini adalah menghasilkan data/informasi dan teknologi tepat guna yang dapat diaplikasikan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas hutan alam produksi, yaitu: pengklasifikasi tipologi hutan, rehabilitasi hutan yang rusak, pembinaan hutan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan, informasi dinamika pertumbuhan tegakan hutan dan pengaturan hasil yang lestari.

1.4 Luaran/Output

Luaran/output yang diharapkan dari RPI ini dapat diperoleh dari setiap kegiatan kajian/penelitian yang akan dilakukan antara lain adalah:

18 Pendahuluan Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari

Teknik pengklasifikasian tipologi hutan alam lahan kering, peta klasifikasi tipologi, potensi dan sebaran hutan alam lahan kering, untuk mempermudah menetapkan langkah kebijakan dalam pengelolaannya.

Teknik peningkatan produktivitas hutan alam bekas tebangan (LOF) yang tepat dan praktis sehingga mampu mengembalikan fungsi dan kualitas hutan alam secara cepat dan ekonomis. Penyempurnaan sistem silvikultur yang sudah operasional (TPTI/TPTJ/TR) yang dapat digunakan dalam pengelolaan hutan alam produksi, ditinjau dari aspek teknis, produktivitas, ekologi/lingkungan, sosial dan ekonomi.

Perangkat pengaturan hasil di hutan alam produksi meliputi: model pendugaan volume pohon (tabel volume) jenis/kelompok jenis pohon-pohon di hutan alam, teknik pendugaan cepat potensi (inventarisasi) tegakan di hutan alam, model kuantifikasi dinamika pertumbuhan (struktur tegakan) dan riap tegakan di hutan alam dan pengaturan hasil di hutan alam.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Rencana Penelitian Integratif ini mencakup beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang menyebabkan menurunnya kuantitas dan kualitas hutan alam lahan kering sehingga apabila permasalahan tersebut tidak segera diatasi, maka tujuan pengelolaan hutan alam lestari tidak akan tercapai.

Berdasarkan hal tersebut, maka ruang lingkup penelitian ini dititikberatkan pada beberapa aspek penting yang saat ini sangat diperlukan dalam pengelolaan hutan alam produksi yang lestari, meliputi hutan alam produksi yang masih primer, hutan alam produksi bekas tebangan (LOF) yang masih baik, LOF yang kurang produktif maupun LOF yang sudah terdegradasi/rusak berupa belukar atau alang-alang di seluruh kawasan hutan alam produksi yang ada di Indonesia baik yang telah dikelola melalui ijin pemanfaatan ataupun yang belum ada pengelolanya.

1.6 Komponen dan Kegiatan Penelitian

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rencana penelitian integratif ini difokuskan pada penyediaan teknologi dalam pengelolaan hutan alam produksi pada berbagai kondisi sehingga akan dapat memulihkan dan meningkatkan produktivitas hutan sebagai sumber bahan baku kayu dan menjaga kelestarian lingkungan/ekologi serta meningkatkan kesejahteraan masayarakat, maka komponen penelitian yang akan dilakukan tentunya berkaitan dengan berbagai bidang atau disiplin keilmuan yang terkait, antara lain adalah penginderaan jauh (remote sensing), sistem informasi geografis/GIS, silvikultur, biometrika, ekologi, sosial ekonomi, mikrobiologi, tanah, dan lain-lain.

Adapun rincian kegiatan penelitian setiap luaran yang akan dilakukan untuk 5 (lima) tahun mendatang (tahun 2010 – 2014) adalah sebagai berikut:

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 19

Luaran 1 : Klasifikasi tipologi dan sebaran hutan alam produksi

Kegiatan penelitian :

2.1. Penelitian karakteristik biofisik kondisi hutan alam produksi

Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum dan spesifik kondisi sebaran potensi, struktur tegakan, sebaran jenis, kondisi bentang alam, topografi, jenis tanah dan kesuburan tanah, dll kondisi lingkungan. Informasi ini sangat diperlukan sebagai dasar untuk melakukan klasifikasi kondisi hutan guna pengelolaan hutan selanjutnya yang lebih tepat.

2.2. Teknik klasifikasi tipologi dan sebaran hutan alam produksi berdasarkan citra satelit .

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik pengklasifikasian tipologi atau kondisi hutan yang paling tepat, efektif dan efisien serta valid menggunakan bantuan citra satelit dan data hasil pengukuran secara teristris.

Luaran 2 : Teknologi peningkatan produktivitas hutan alam produksi

Kegiatan penelitian:

2.1. Kajian karakteristik jenis jenis-jenis pohon untuk dikembangkan pada berbagai kondisi hutan alam bekas tebangan.

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik morphologi, teknik silvikultur dan persyaratan tumbuh jenis-jenis pohon yang unggul dan prospektif untuk dikembangkan di berbagai kondisi atau tipologi hutan alam bekas tebangan, sehingga akan sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas hutan alam.

2.2. Kajian teknik rehabilitasi hutan alam produksi yang telah terdegradasi/rusak.

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan teknologi tepat guna yang efektif dan efisien dalam melakukan rehabilitasi hutan alam bekas tebangan yang telah rusak (alang-alang, belukar muda, belukar tua, LOA kerapatan sangat jarang dan kerapatan jarang), yang meliputi: pemilihan jenis yang tepat, teknik persemaian, kriteria kualitas bibit yang tepat, teknik transplanting, teknik penyiapan lahan, pola tanam, ukuran lubang tanam, media tanam, teknik pemeliharaan, dll.

2.3. Kajian teknik pembinaan intensif hutan bekas tebangan di hutan alam produksi.

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan teknologi yang tepat, efektif, dan efisien dalam melakukan pembinaan tegakan pasca

20 Pendahuluan Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari

penebangan meliputi teknik pembebasan/pemeliharaan tegakan tinggal (kriteria pohon binaan prospektif, jumlah pohon binaan, cara mematikan pohon pengganggu, dll) dan teknik pengayaan intensif (pemilihan jenis yang tepat, teknik persemaian, kriteria kualitas bibit yang tepat, teknik transplanting, teknik penyiapan lahan, pola tanam, ukuran lubang tanam, media tanam, teknik pemeliharaan, dll.) sehingga pertumbuhan dan potensi tegakan tinggal akan meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya pada rotasi berikutnya, yang akhirnya akan dapat menjamin kelestarian pasokan bahan baku kayu, kelestarian usaha, dan kelestarian hutan itu sendiri, sekaligus akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan, serta akan dapat meningkatkan kualitas ekologi/lingkungan.

2.4. Kajian efektivitas sistem-sistem silvikultur (TPTJ/TPTI/TR) terhadap kelestarian produksi di hutan alam lahan kering.

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi (dan teknologi) terhadap tahapan operasional dan atau teknik-teknik silvikultur yang digunakan dalam melaksanakan suatu sistem silvikultur meliputi kegiatan penebangan, pemeliharaan dan permudaan hutan alam ditinjau dari aspek ketepatan dan kelayakan teknis, kelayakan aspek peningkatan pertumbuhan tegakan/produktivitas, kelayakan aspek ekologi/lingkungan, kelayakan aspek sosial-ekonomi dan kelayakan ekonomi/finansial.

Luaran 3 : Informasi dinamika pertumbuhan/riap tegakan di hutan alam produksi

Kegiatan penelitian:

3.1. Penelitian model dinamika pertumbuhan/riap hutan alam produksi

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi atau model dinamika pertumbuhan tegakan (model ingrowth, upgrowth dan mortality) di hutan alam yang sangat diperlukan sebagai dasar penetapan preskripsi kunci pengaturan hasil yang lestari, mendapatkan data dan informasi riap diameter tegakan sebagai dasar penetapan rotasi tebang, limit diameter tebang, dan limit diameter pohon inti; mendapatkan data dan informasi riap volume tegakan untuk dasar penetapan tingkat produksi yang lestari.

3.2. Kajian model pendugaan volume pohon di hutan alam lahan kering

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model matematis pendugaan volume pohon jenis-jenis perdagangan yang akurat, sebagai dasar penyusunan tabel volume pohon yang akan sangat membantu dalam kegiatan inventarisasi potensi tegakan.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 21

Metodologi Penelitian

Untuk memberikan arah yang jelas bagi para pelaksana penelitian sehingga hasil penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan metodologi penelitian yang tepat sebagai acuan umum untuk digunakan dalam pelaksaaan pengumpulan data di lapangan. Penelitian dilakukan melalui pengumpulan data lapangan baik berupa data primer maupun data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pembuatan plot-plot penelitian permanen yang representative sesuai dengan aspek penelitian yang akan dilakukan. Penempatan plot penelitian sebaiknya yang mudah diakses, aman dari gangguan dan diberi tanda yang jelas dan awet agar dapat dilakukan pengamatan dan pengukuran ulang dalam waktu yang cukup lama. Data sekunder dikumpulkan sesuai kebutuhan dari lokasi penelitian dan sumber-sumber lain yang jelas.

Secara garis besar metode penelitian yang perlu dibuat dalam pelaksanaan kegiatan penelitian yang tercakup dalam RPI ini adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan rancangan penelitian

2. Tatacara pengumpulan data

3. Tatacara pengolahan dan analisis data

4. Pelaporan hasil dan rekomendasi

Adapun bentuk dan metodologi penelitian untuk setiap luaran/output secara garis besar disajikan pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Garis Besar Metodologi Penelitian untuk menghasilkan Luaran

Luaran Metode Penelitian

Klasifikasi Tipologi dan Sebaran Potensi Hutan

- Pembuatan rancangan penelitian- Analisis citra satelit- Pembuatan plot untuk pengumpulan dan validasi data lapangan secara sampling

terbimbing- Klasifikasi tipologi dan sebaran- Pemodelan klasifikasi tipologi- Pembuatan peta tipologi dan sebaran - Studi pustaka hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan- Menyusun hasil penelitian dan rekomendasi teknik pengklasifikasian tipologi dan

sebaran hutan alam produksi.

2

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 23

Luaran Metode Penelitian

Teknik Peningkatan Produktivitas Hutan Alam Produksi

- Pembuatan rancangan penelitian sesuai dengan kajian atau perlakuan yang digunakan. - Pembuatan plot ujicoba atau pengumpulan data yang representative baik jumlah dan

ukurannya serta cara pengumpulan data di lapangan. - Uji tingkat keberhasilan setiap perlakuan yang digunakan atau analisis data hasil

penelitian di lapangan - Kajian berbagai aspek teknis, produktivitas, ekologi/lingkungan, sosial dan ekonomi

dalam menetapkan efektifitas suatu sistem silvikultur.- Studi pustaka hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan- Menyusun hasil penelitian dan rekomendasi

Informasi Dinamika Pertumbuhan/Riap Tegakan di Hutan Alam Produksi

- Pembuatan rancangan penelitian- Pembuatan petak ukur permanen untuk pengumpulan pertumbuhan/riap tegakan- Pengumpulan data pohon model untuk menyusun model pendugaan tabel volume.- Penyusunan model pertumbuhan, model dugaan volume pohon dan potensi

tegakan.- Uji keakuratan model dan teknik yang telah dibuat - Studi pustaka hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan- Menyusun hasil penelitian dan rekomendasi teknik pengaturan hasil di hutan alam

produksi yang lestari

24 Metodologi Penelitian Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari

Rencana Tata Waktu

Penelitian ini umumnya merupakan penelitian yang berjangka panjang minimal setengah rotasi/daur (15-20 tahun) dan dilakukan secara terus menerus. Namun demikian, mengingat beberapa data dan informasi telah dihasilkan dari penelitian sebelumnya maka sebagian luaran dapat dipercepat hasilnya. Beberapa penelitian yang belum ada atau sangat kurang data dan informasinya, maka untuk mendapatkan hasil yang sifatnya sementara diperlukan waktu minimal lima tahun. Selain itu, terdapat beberapa luaran/output dapat diperoleh hasil dalam waktu singkat (tahunan) tergantung pada biaya dan banyaknya lokasi yang ingin dicakup.

Mengingat penelitian ini secara umum berjangka panjang, maka penelitian direncanakan dalam beberapa tahap. Pada tahap pertama penelitian akan berlangsung selama lima tahun untuk tahun anggaran 2010–2014. Tahap berikutnya akan disusun untuk lima tahun berikutnya dan seterusnya sampai data yang diperlukan mencukupi. Rencana tata waktu pelaksanaan dan hasil penelitian setiap luaran/output selama jangka waktu penelitian disusun sebagaimana disajikan pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2 Rencana Tata Waktu Pelaksanaan dan Hasil Penelitian untuk Setiap Luaran/Output/Kegiatan Selama Jangka Waktu Penelitian (Tahun 2010-2014).

Luaran No:

Lima Tahunan ke:

I : Th. 2010-2014Th ke:

II: Th 2015-20019Th ke:

III: Th 2020-2024Th ke:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1

2

3

4

sintesa

Keterangan: : Pelaksanaan/laporan tahunan : Sintesa penelitian : Laporan final

Penjabaran terhadap hasil yang diharapkan selama kurun waktu 5 tahun (2010-2014) disajikan dalam Tabel 6.3. Target hasil tersebut dapat digunakan sebagai bahan

3

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 25

evaluasi terhadap capaian yang menjadi target RPI selama lima tahun ke depan. Namun demikian rencana capaian ini akan dapat diwujudkan apabila memenuhi asumsi yaitu bahwa semua penelitian berjalan sesuai rencana baik menyangkut anggaran, kontinuitas dan ketersediaan SDM serta keterlibatan UPT terkait. Tata waktu pencapaian hasil yang diharapkan dalam penelitian tahun 2010-2014 disajikan pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3 Tata Waktu Pencapaian Hasil yang diharapkan dalam Penyelenggaraan Penelitian Tahun 2010-2014

LuaranCapaian diharapkan

2010 2011 2012 2013 2014

1. Klasifikasi Tipologi dan sebaran hutan alam lahan kering

- Data dan informasi biofisik dan teknik Klasifikasi tipologi dan sebaran hutan alam lahan kering di pulau Kalimantan

- Laporan hasil penelitian th 1

- Data dan informasi biofisik dan teknik Klasifikasi tipologi dan sebaran hutan alam lahan kering di pulau Sumatera

- Laporan hasil penelitian th 2

- Data dan informasi biofisik dan teknik Klasifikasi tipologi dan sebaran hutan alam lahan kering di pulau sulawesi

- Laporan hasil penelitian th 3

- Data dan informasi biofisik dan teknik Klasifikasi tipologi dan sebaran hutan alam lahan kering di pulau irian

- Laporan hasil penelitian th 4

- Teknologi klasifikasi tipologi dan sebaran hutan alam produksi lahan kering.

- Peta klasifikasi tipologi dan sebaran hutan alam lahan kering

- Sintesa hasil

2. Teknik Peningkatan Produktivitas Hutan Alam Produksi

- Diperoleh data dan informasi kondisi awal hutan bekas tebangan ; pemilihan jenis pohon; persemaian; persiapan lahan; dan persen jadi dan pertumbuhan tanaman

- Diperolehnya data dan informasi awal aspek teknis, produksi, dan ekologi pada setiap sistem silvikultur yang dikaji

- Laporan hasil penelitian th 1

- Diperoleh data dan informasi lanjutan (th ke 2); efektivitas teknik rehabilitasi dan pembinaan hutan. Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman yang diuji dan kondisi lingkungan.

- Diperolehnya data dan informasi aspek teknis, produksi, dan ekologi pada setiap sistem silvikultur yang dikaji

- Laporan hasil penelitian th 2

- Diperoleh data dan informasi lanjutan (th ke 3) efektivitas teknik rehabilitasi dan pembinan hutan; pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman yang diuji dan kondisi lingkungan.

- Diperolehnya data dan informasi aspek teknis, produksi, dan ekologi pada setiap sistem silvikultur yang dikaji

- Laporan hasil penelitian th 3

- Diperoleh data dan informasi lanjutan (th ke 4) efektivitas teknik rehabilitasi dan pembinaan hutan; pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman yang diuji dan kondisi lingkungan.

- Diperolehnya data dan informasi aspek teknis, produksi, ekologi, sosial dan ekonomi pada setiap sistem silvikultur yang dikaji

- Laporan hasil penelitian th 4

- Diperoleh data dan informasi serta sintesa hasil penelitian teknik rehabilitasi dan pembinaan hutan yang tepat; pertumbuhan tanaman yang diuji dan kondisi lingkungan

- Diperolehnya data dan informasi efektivitas l setiap sistem silvikultur yang dikaji

- Sintesa hasil

26 Rencana Tata Waktu Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari

LuaranCapaian diharapkan

2010 2011 2012 2013 2014

3. Informasi dinamika pertumbuhan /riap tegakan di hutan alam produksi

- Diperoleh data dan informasi model kuantifikasi pertumbuhan/riap hutan di hutan alam lahan kering; pohon, model struktur tegakan, dan tabel volume pohon

- Laporan hasil penelitian

- Diperoleh data dan informasi model kuantifikasi pertumbuhan/riap hutan di hutan alam lahan kering;,model struktur tegakan, dan tabel volume pohon

- Laporan hasil penelitian

- Diperoleh data dan informasi model kuantifikasi pertumbuhan/riap hutan di hutan alam laha kering;,model struktur tegakan, dan tabel volume pohon

- Laporan hasil penelitian

- Diperoleh data dan in-formasi model kuantifikasi pertumbuhan/riap hutan di hutan alam laha kering; model struktur tegakan, dan tabel volume pohon

- Laporan hasil penelitian

- Diperoleh data dan informasi perangkat pengaturan hasil di hutan alam lahan kering.

- Sintesa hasil

Untuk setiap tahun anggaran rencana kegiatan penelitian setiap luaran/output akan disusun sesuai jadwal yang disajikan pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4 Rencana Tata Waktu untuk Setiap Luaran Penelitian.

KegiatanBulan

11 22 33 44 55 66 77 88 99 110 111 112

Persiapan

Pengumpulan data

Analisa data

Penyusunan laporan

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 27

Rencana Lokasi Penelitian

Seperti diketahui bahwa kawasan hutan yang mempunyai permasalahan pengelolaan hutan alam produksi di lahan kering meliputi seluruh wilayah Indonesia yang pada saat ini masih terdapat unit-unit pengelolaan hutan alam produksi (IUPHHK), maka lokasi penelitian diprioritaskan pada kawasan hutan alam produksi yang pada saat ini paling potensial dan cukup representatif terhadap keterwakilan adanya UPT Litbang. Untuk itu lokasi penelitian untuk setiap luaran/output terutama akan dilakukan di daerah sebagaimana disajikan pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5 Rencana lokasi untuk setiap luaran/output penelitian

LuaranPenelitian No:

Rencana Lokasi Penelitian Keterangan

123

Sumatera, Kalimantan, PapuaSumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan PapuaSumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua

4.1 Rencana Anggaran Penelitian

Besarnya biaya yang diperlukan selama kurun waktu 5 tahun (Tahap I) adalah sebesar Rp. 17.750.000.000,- (tujuh belas milyar tujuh ratus lima puluh juta rupiah) atau rata-rata setiap tahun anggaran sebesar kurang lebih tiga miliar tiga ratus tiga puluh juta rupiah. Secara terinci kebutuhan biaya tahunan dan total biaya selama 5 tahun untuk setiap luaran/output/kegiatan penelitian disajikan pada Tabel 6.6 dan 6.7 berikut:

Tabel 6.6 Biaya Kegiatan Penelitian Per Tahun Selama Tahun 2010-2014

Luaran/output(KEGIATAN)

Biaya Penelitian per tahun (x Rp 1000)

2010 2011 2012 2013 2014

1. Klasifikasi Tipologi dan sebaran hutan alam lahan kering

500.000 450.000 450.000 450.000 450.000

2. Teknik Peningkatan Produktivitas Hutan Alam Produksi

1.600.000 1.400.000 1.400.000 1.4000.000 1.400.000

3. Informasi dinamika pertumbuhan tegakan di hutan alam lahan kering

700.000 700.000 700.000 700.000 700.000

4

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 29

Luaran/output(KEGIATAN)

Biaya Penelitian per tahun (x Rp 1000)

2010 2011 2012 2013 2014

J U M L A H 2.800.000 2.550.000 2.550.000 2.550.000 2.550.000

Tabel 6.7 Rencana Kebutuhan Biaya untuk Setiap Luaran/Output Penelitian 5 tahun.

Luaran Rencana Lokasi PenelitianBiaya

(x 1000 Rp)

123

Sumatera, Kalimantan, dan Papua.Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

2.300.0007.200.0003.500.000

Total 13.000.000

4.2 Organisasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan secara terpadu yang melibatkan institusi penelitian di lingkup Badan Litbang Kehutanan, khususnya Pusat dan UPT dibawah tanggung jawab dan binaan Puslitbang Peningkatan Produktivitas Hutan. Terdapat 6 institusi yang akan terlibat dalam penelitian terpadu ini. Adapun keenam institusi litbang beserta tugasnya dalam melaksanakan luaran/ourtput penelitian disajikan pada Tabel 6.8. berikut:

Tabel 6.8 Institusi dan Kedudukannya dalam Rencana Penelitian Integratif Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari.

No. Institusi Status & Pelaksana luaran/output

1.2.3.4.5.6.7

PuskonseR/PusproHut BP2DBPK Aek Nauli BPK PapuaBPK ManadoBPK PalembangBPK Banjar Baru

Pelaksana luaran No: 1,2, dan 3Pelaksana luaran No: 2 dan 3Pelaksana luaran No. 2 dan 3 Pelaksana luaran No. 2 dan 3 Pelaksana luaran No. 2 Pelaksana luaran No. 2 Pelaksana luaran No. 2

Adapun tugas Koordinator dan Pelaksana secara garis besar adalah sebagai berikut:

Koordinator :

1. Menyusun proposal Rencana Penelitian Integratif lintas unit kerja

2. Memberikan asistensi teknis kepada para pelaksana judul

3. Menyusunan sintesa hasil penelitian koordinasi

Pelaksana :

1. Menyusun RPTP sesuai proposal koordinator

30 Rencana Lokasi Penelitian Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari

2. Melaksanakan penelitian di lapangan sesuai proposal

3. Menyusun laporan penelitian yang menjadi tanggung jawabnya.

4. Mengirimkan laporan tahunan dan sintesa kepada koordinator

5. Menyimpan data dan mengirimkannya kepada koordinator untuk database.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 31

32 Rencana Lokasi Penelitian Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari

Daftar Pustaka

Basri, A. 1980. Pengaruh penebangan dan penyaradan mekanis terhadap kerusakan tegakan sisa pada keadaan lereng yang berbeda di PT. Georgia Pasific Indonesia. Skripsi Sarjana Kehutanan pada Universitas Mulawarman, Samarinda. Tidak diterbitkan.

Davis, L.S., K.N. Johnson, P.S. Bettinger, and T.E. Howard. 2001. Forest Management to Sustain Ecological, Economic, and Social Values. McGraw Hill, New York.

Departemen Kehutanan, 2002. Data Strategis Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Elias. 1997. Wood harvesting damages, regeneration and growth in the residual stand of dipterocarp forests: A case study in the forest concession area of PT. Narkata Rimba, East Kalimantan, Indonesia. BIOTROP Spec. Publ. No. 60: 107-117.

Krisnawati, H. dan D. Wahjono. 1997. Kajian struktur dan riap tegakan tinggal hutan alam rawa di Riau. Dalam: Pasaribu, R.A., Purwanto, dan R.M.S. Harahap (Penyunting). Prosiding Diskusi Nasional Pengelolaan Hutan Rawa dan Ekspose Hasil-Hasil Penelitian Kehutanan di Sumatera: Medan, 18 – 19 September 1997. Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar, Aek Nauli: 55– 68.

Krisnawati, H. dan D. Wahjono. 2004. Riap diameter tegakan hutan alam rawa bekas tebangan di Provinsi Jambi. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 1 (2): 156-166.

Muhdi. 2001. Studi kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu dengan teknik pemanenan kayu berdampak rendah dan konvensional di hutan alam: studi kasus di areal HPH PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.

Nguyen-The, N., V. Favrichon, P. Sist, L. Houde, J-G. Bertault, N. and Fauvet. 1998. Growth and mortality patterns before and after logging. In: Bertault, J-G and Kadir, K. (Eds.), Silvicultural research in a lowland mixed dipterocarp forest of East Kalimantan. Joint publication of CIRAD- forêt, FORDA and PT. INHUTANI I: 181-216.

Pusat Pendidikan dan Latihan Kehutanan. 2002. Materi Pelatihan Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan Lestari untuk Sektor Pemerintah. Pusat Pendidikan dan Latihan Kehutanan, Bogor.

Sist, P. and J-G. Bertault. 1998. Reduced impact loggging experiments: impact of harvesting intensities and logging techniques on stand damage. In: Bertault, J-G and K. Kadir (Editiors). 1998. Silvicultural research in a lowland mixed dipterocarp forest of East Kalimantan, The Contribution of STREK project,

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 33

CIRAD-forêt, FORDA, and PT. INHUTANI I. CIRAD-forêt Publication: 139-161.

Suhendang, E. 1998. Pengukuran riap diameter pohon meranti (Shorea spp.) pada hutan alam bekas tebangan. Makalah dalam Diskusi Sehari: Pertumbuhan dan Hasil Tegakan. Bogor, 8 April 1998.

Sularso, H. 1996. Analisis kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu terkendali dan konvensional pada sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI): studi kasus di areal HPH PT Sumalindo Lestari Jaya IV, Kalimantan Timur. Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.

Sumarna. K., D. Wahjono, dan H. Krisnawati. 2002. Proyeksi potensi hutan alam produksi bekas tebang pilih dan konsep perhitungan jatah produksi tahunan. Diskusi Penentuan AAC Hutan Produksi Alam Sekunder. Jakarta.

Setyarso, A. 1992. Analisis rotasi tebang hutan alam produksi di kawasan PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan. Tidak diterbitkan.

Suhartana, S. dan Dulsalam. 1994. Kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan penebangan dan penyaradan: kasus di suatu perusahaan hutan di Riau. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 12 (1).

Wahjono, D. dan H. Krisnawati. 2000. Penyusunan model dinamika struktur tegakan dan pendugaan riap tegakan sebagai dasar pengaturan hasil yang lestari di hutan alam bekas tebangan. Laporan Tidak diterbitkan.

Wahjono, D., H. Krisnawati dan Harbagung. 2002. Pemanfaatan data riap dan hasil untuk menunjang pengelolaan hutan berkelanjutan. Makalah dalam Workshop: Silvicultural Prescriptions and Cutting Cycles for Indonesia’s Production Forests. Bogor, 10 – 11 Juni 2002.

Lampiran 6.1 Kerangka Kerja Logis (KKL) Kegiatan RPI Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari

No. NARASI INDIKATORCARA VERI-

KASIASUMSI

Tujuan: Menyediakan informasi dan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan potensi hutan alam lahan kering dalam rangka pemanfaatan hasil hutan yang optimal dan rasional secara ekonomis, dan aman se-cara ekologis menuju pengelolaan hutan alam produksi yang terencana dan lestari untuk kesejahteraan masyarakat.

- Kualitas dan potensi tegakan meningkat.

- Hutan alam produksi telah berfungsi secara optimal berda-sarkan aspek produksi, ekologi dan sosial.

- Seminar dan gelar teknologi.

- Digunakan sebagai dasar kebijakan teknis oleh pemerin-tah.

- Dukungan kebi-jakan pemerintah

- Kepastian ka-wasan

- Kepastian usaha- Bebas dari gang-

guan hutan- Proses alih

teknologi lancar

Sasaran:Sasaran yang hendak diwujudkan dalam kegiatan penelitian ini adalah menghasil-kan teknologi tepat guna yang mampu diaplikasikan secara efektif dan efisien untuk pengklasifikasi tipologi hutan, reha-bilitasi hutan yang rusak, pembinaan hutan meningkatkan kualitas dan potensi hutan, pengaturan hasil yang lestari

- Telah tersedia paket-paket teknologi untuk pengelolaan hu-tan alam lestari, yang disusun berdasarkan hasil penelitian.

- Laporan proyek

- Paket teknologi

- Bahan dan fasili-tas tersedia

- Data sudah leng-kap dan valid

- Sumberdaya peneliti mencu-kupi.

Luaran/Output:1. Klasifikasi Tipologi dan sebaran hutan

alam lahan kering2. Teknologi Peningkatan Produktivitas

Hutan Alam Produksi 3. Informasi dinamika pertumbuhan

tegakan di hutan alam lahan kering

- Laporan hasil penelitian

- Laporan hasil ujicoba

- Demplot ujicoba- Petak penelitian

- Laporan Pene-litian

- Publikasi

- Dukungan dana yang ber-kesinambungan

- Dana tersedia sesuai jadwal

- Tidak ada kendala teknis di lapangan

- Koordinasi berja-lan baik

- Sumberdaya peneliti mencu-kupi

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 35

Lampiran 6.2 Matrik Kodefikasi Kegiatan Penelitian dan Anggaran

No Kodefikasi Luaran / KegiatanBiaya (X RP. 1.000.000)

Pelaksana2010 2011 2012 2013 2014

6.1. 1. Klasifikasi tipologi dan sebaran

hutan alam lahan kering

6.1.1.1.6.1.1.2.

1.1. Penelitian karakteristik biofisik

kondisi hutan alam lahan kering

200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 Puskonser/Pusprohut

6.1.1.1.6.1.1.2.

1.2. Kajian teknik klasifikasi tipologi

dan sebaran potensi hutan alam

produksi

300.000 250.000 250.000 250.000 250.000 Puskonser/Pusprohut

6.2. 2. Teknik Peningkatan Produktivitas

hutan alam Produksi

6.2.1.1.6.2.1.2.6.2.1.6.6.2.1.9.

2.1. Kajian karakteristik dan teknik

silvikultur jenis yang cocok

dikembangkan pada berbagai

kondisi hutan alam bekas

tebangan

300.000 250.000 250.000 250.000 250.000 Puskonser/Pusprohut, BB Dipterokarpa, BPK Palembang

6.2.2.1.6.2.2.2.6.2.2.6.6.2.2.7.6.2.2.17.6.2.2.19.

2.2. Kajian teknik rehabilitasi hutan

bekas tebangan yang telah

terdegradasi/rusak

600.000 500.000 500.000 500.000 500.000 Pusprohut/Puskonser, BB Dipterokarpa, BPK Aeknauli, BPK Manado, BPK Manokwari

6.2.3.1.6.2.3.2.6.2.3.7.6.2.3.19.

2.3. Kajian teknik pembinaan

(pembebasan dan pengkayaan)

intensif pada hutan bekas

tebangan di hutan alam produksi

300.000 250.000 250.000 250.000 250.000 Pusprohut/Puskonser, BB Dipterokarpa, BPK Aeknauli, BPK Manokwari

6.2.4.1.6.2.4.2.6.2.4.6.6.2.4.15.6.2.4.19.

2.4. Kajian efektivitas sistem-sistem

silvikultur (TPTJ/TPTI/TR)

terhadap kelestarian hutan alam

produksi

400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 Pusprohut/Puskonser, BB Dipterokarpa, BPK Banjarbaru, BPK Manokwari

6.3. 3. Informasi dinamika

pertumbuhan tegakan di hutan

alam lahan kering

6.3.1.1.6.3.1.2.6.3.1.6.6.3.1.7.6.3.1.19.

3.1. Formulasi dinamika pertumbuhan hutan alam lahan kering

400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 Pusprohut/Puskonser, BB Dipterokarpa, BPK Aeknauli, Manokwari

6.3.2.1.6.3.2.2.6.3.2.6.6.3.2.19.

3.2. Kajian model pendugaan volume pohon di hutan alam lahan kering

300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 Pusprohut/Puskonser, BB Dipterokarpa, BPK Manokwari

Jumlah Total 2.800.000 2.550.000 2.550.000 2.550.000 2.550.000 13.000.000

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 37

PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Koordinator :

Dr. Ir. NINA MINDAWATI, MSi

Hutan Tanaman Sinar Mas

KodefikasiRPI 7

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 39

Lembar Pengesahan

PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Bogor, Januari 2012

Disetujui oleh :

Kepala Pusat Koordinator

Dr. Ir. Bambang Tri Hartono, MF.NIP. 19561005 198203 1 006

Dr. Ir. Nina Mindawati, MSiNIP. 19590507 198203 2 001

Mengesahkan :

Kepala Badan

Dr. Ir. Tachrir Fathoni, MSc.NIP. 19560929 198202 1 001

KEMENTERIAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANPENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 41

Kata Pengantar

Rencana Penelitian Integratif (RPI) Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu merupakan proposal besar yang holistik dan mengacu pada Roadmap dan Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Litbang Kehutanan. RPI ini merupakan RPI perbaikan hasil gabungan dua RPI antara RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu pertukangan dengan RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Serat periode 2012-2014. RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu termasuk ke dalam program Hutan Tanaman yang penanggungjawab programnya berada di Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan.

RPI disusun sebagai panduan dalam penyusunan Proposal Penelitian Tingkat Peneliti (PPTP) dan PPTP Unit Pelayanan Teknis (UPT) daerah sebagai pelaksana kegiatan penelitian. Dalam RPI ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, luaran, ruang lingkup, metodologi, rencana tata waktu, rencana lokasi pelaksana, rencana biaya dan organisasi pelaksana. Jangka waktu kegiatan RPI ini selama tiga tahun (tahun 2012- 2014).

Mudah-mudahan dengan tersusunnya RPI pengelolaan hutan tanaman penghasil kayu, maka PPTP dapat segera disusun dan pelaksanaan kegiatan penelitian dapat terarah menuju pencapaian tujuan dibuatnya program RPI Hutan Tanaman.

Bogor, 2012

Koordinator RPI

Dr. Ir. Nina Mindawati, M.Si

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 43

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ..................................................................................... 41

Kata Pengantar ............................................................................................. 43

Daftar Isi ........................................................................................................ 45

Daftar Tabel ................................................................................................... 47

Daftar Gambar ............................................................................................. 49

Abstrak .......................................................................................................... 51

1. Pendahuluan ........................................................................................... 53

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................53

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................................55

1.3 Hipotesis .................................................................................................................................56

1.4 Tujuan dan Sasaran ..............................................................................................................56

1.5 Luaran Penelitian ...................................................................................................................56

1.6 Ruang Lingkup .......................................................................................................................56

2. Metodologi Penelitian ............................................................................ 59

2.1 Kerangka Pemikiran ..............................................................................................................59

2.2 Metode Penelitian .................................................................................................................60

3. Rencana Tata Waktu ............................................................................... 63

4. Rencana Lokasi ....................................................................................... 65

5. Rencana Anggaran ................................................................................. 67

6. Organisasi ............................................................................................... 69

6.1 Unit Organisasi Pusat ..........................................................................................................69

6.2 Unit Pelaksana Teknis (UPT)...............................................................................................70

Daftar Pustaka ............................................................................................. 71

Lampiran 7.1 KKL : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu 2012-2014 .......... 75

Lampiran 7.2 Matriks Kodefikasi Rencana Penelitian Integratif 2012-2014 dan Cakupan Kegiatan RPI .................................................................................. 79

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 45

Daftar Tabel

Tabel 7.1 Garis Besar Metode Koordinasi ..................................................................... 60

Tabel 7.2 Rencana tata waktu kegiatan penelitian ....................................................... 63

Tabel 7.3 Rencana lokasi kegiatan penelitian .................................................................. 65

Tabel 7.4 Rencana biaya pelaksanaan penelitian tahun 2012-2014 .......................... 67

Tabel 7.5 UPT pelaksana RPI penghasil kayu .................................................................. 70

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 47

Daftar Gambar

Gambar 7.1 Strategi penelitian RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu periode 2012-2014. ........................................................................................ 59

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 49

Abstrak

Pengembangan Hutan Tanaman Indonesia (HTI) memegang peranan penting dalam menyediakan bahan baku industri perkayuan yang setiap tahun meningkat kebutuhan bahan bakunya. Pengelolaan Hutan tanaman agar lestari ditujukan untuk mendapatkan tegakan hutan yang memenuhi fungsi produksi/ekonomi, fungsi ekologi dan fungsi sosial. Untuk mengembangkan usaha industri kehutanan (kayu pertukangan dan serat) perlu adanya rencana penelitian terintegrasi (RPI) tentang pengelolaan hutan tanaman penghasil kayu melalui penelitian aspek perbenihan, teknik silvikultur, pengaturan hasil, aspek lingkungan dan aspek sosial ekonomi untuk mendapatkan IPTEK peningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu. 16 jenis pohon yang terdiri dari daur pendek dan menengah yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri perkayuan akan diteliti oleh UPT terkait mulai tahun 2012-2014, yaitu jenis : Anthocephalus cadamba Miq. dan A. macropyllus Miq (jabon) putih dan merah, Octomelas sumatrana M, (benuang bini), Disoxylum mollissimum (jack) Jacobs (kayu bawang), Michelia champaca (Bambang lanang ), Dyera lowii Hoek (jelutung rawa), Elmerillia ovalis (Miq) Dandy (cempaka), Fagraea fragrans Roxb. (tembesu), Camnospermum sp. (Terentang), Cratoxylum arborescens (Vahl) Blume)(Gerunggang), Ficus variegata BL (nyawai), Falcataria moluccana (Miq) Barneby & Grimes, dan F. minahasae (sengon dan sengon minahasa), Acacia mangium Wild (Mangium), Acacia crassicarpa A. Cunn ex Benth (Krasikarpa)*, Toona sureni Blume Merr. (suren).

Kata kunci : Pengelolaan, Hutan tanaman, kayu dan serat, daur

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 51

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan upaya strategis dalam mengatasi permasalahan kelangkaan bahan baku industri pengolahan kayu domestik di Indonesia. Hal ini karena persediaan pasokan bahan baku dari hutan alam produksi semakin menurun. Tahun 2006 produksi kayu bulat Indonesia sebesar 21,8 juta m3, hanya sebanyak 5,5 juta m3 yang berasal dari hutan alam dan sisanya dari hutan tanaman sebesar 11,5 juta m3, Perhutani 0,3 juta m3, Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) 3,4 juta m3 dan dari kayu ijin sah lainnya 1,1 juta m3, sedangkan kebutuhan bahan baku kayu industri perkayuan nasional pada tahun 2006 sebesar 39,2 juta m3 kayu bulat (Simangunsong et al., 2008; Ditjen Bina Produksi Kehutanan, 2010). Pada tahun 2014 hutan tanaman diharapkan sudah mampu menyediakan sebesar 75 % kebutuhan bahan baku untuk industry kayu dan serat (Roadmap Revitalisasi Industri Kehutanan, 2007). Untuk industri perkayuan yang mempunyai kapasitas lebih dari 6.000 m3 per tahun, sejak tahun 2005 pemenuhan bahan baku cenderung menggunakan bahan baku dari hutan tanaman dan pada tahun 2009 pemenuhan dapat mencapai sebesar 77,10%, sedangkan bahan baku dari hutan alam hanya sebesar 14,83%. Kecenderungan lain menunjukkan bahwa industri perkayuan telah mengalami perubahan baik dari segi pasar maupun dari segi prosesnya yang menunjukkan bahwa beberapa industri telah melakukan revitalisasi. Fakta juga menunjukkan bahwa sebagian besar industri perkayuan (non pulp dan paper) beroperasi di Pulau Jawa. Berdasarkan data Kementrian Kehutanan (2011), pada tahun 2020 diproyeksikan : 1) Hutan tanaman akan menghasilkan kayu bulat sebanyak 362,5 juta m3 dan dari hutan alam 14 juta m3. Kayu bulat dari hutan tanaman dialokasikan untuk industri pulp dan kertas, plywood, kayu gergajian, serta bioenergi. Kayu bulat dari hutan alam dialokasikan untuk bahan baku plywood dan kayu gergajian yang bernilai tambah tinggi 2). Terbangunnya hutan tanaman baru berupa HTR seluas 1,185 juta ha, HR di Jawa seluas 25.000 ha, dan HTI seluas 2,5 juta ha. 3). Terpenuhinya supply bahan baku dan sarana produksi untuk kapasitas industri pulp sebesar 13,3 juta ton per tahun, paper sebesar 8,1 juta ton per tahun, plywood sebesar 8,6 juta m3 per tahun, kayu gergajian sebesar 10,2 juta m3 per tahun, wood working sebesar 6,9 juta m3 per tahun, serta furniture sebesar 1,3 juta m3 per tahun. Dengan demikian maka upaya peningkatan produktivitas hutan tanaman baik melalui pembangunan hutan maupun melalui peningkatan hasil dengan hasil yang lestari akan dapat mempercepat pengembangan industri perkayuan di Indonesia.

Dalam pengelolaan hutan tanaman penghasil kayu perlu diterapkan prinsip pengelolaan hutan lestari (PHL) atau Sustainable forest management (SFM), yang

1

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 53

mengandung arti bahwa dari unit pengelolaan hutan tanaman, selain diperoleh kayu untuk bahan baku dan kualitas yang maksimal serta relatif sama setiap tahun (fungsi produksi), dapat pula diperoleh fungsi ekologi dan fungsi sosial yang memenuhi standar minimal yang ditetapkan. Fungsi produksi terutama ditekankan pada penyusunan Rencana Pengelolaan Kelestarian Hutan (RPKH), di dalamnya menyajikan rencana pengaturan hasil selama daur yang disusun berdasarkan kondisi potensi hutan dan trend pertumbuhan tegakan, serta merupakan bukti kuantitatif bahwa pemanenan (eksploitasi) di atur berdasarkan azas kelestarian. Fungsi ekologis terutama ditekankan kepada kemampuan hutan dalam mengendalikan menurunnya kualitas lahan dan kesuburan tanah, fluktuasi debit air, erosi tanah, hama dan penyakit tanaman dan pemeliharaan keanekaragaman hayati (biodiversity). Fungsi sosial mencakup manfaat ekonomi (finansial) dan budaya bagi masyarakat yang ditekankan kepada kemampuan hutan untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar hutan serta memelihara nilai-nilai budaya masyarakat (ITTO, 1990; Suhendang, 2002).

Keseluruhan aspek yang berkenaan dengan tujuan pengelolaan hutan tanaman penghasil kayu secara berkelanjutan berikut fungsi produksi, fungsi ekologis dan fungsi sosial perlu dikaji secara ilmiah melalui penelitian yang terpadu (terencana, sistematis dan berkelanjutan) agar diperoleh informasi dan data untuk penyusunan kebijakan dan rencana pengelolaan hutan tanaman penghasil kayu di Indonesia dengan harapan produktivitas dapat meningkat.

Menurut Roadmap Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 2010-2025 (Badan Litbang Kehutanan, 2009), tantangan utama dalam pembangunan hutan tanaman adalah peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi (finansial) kehutanan. Untuk hutan tanaman penghasil kayu (construction wood) ditujukan untuk mendukung kebutuhan bahan baku industri perkayuan antara lain kayu gergajian dan kayu lapis, sedangkan hutan tanaman penghasil serat ditujuan untuk mendukung kebutuhan bahan baku industri kertas, papan serat, papan isolasi dan MDF.

Ketersediaan jenis-jenis tanaman hutan yang cepat tumbuh (fast growing species) untuk bahan baku industri kehutanan masih didominasi oleh jenis jenis eksotik. Pemanfaatan jenis-jenis endemik yang cepat tumbuh seperti bambang lanang, sungkai, suren, kayu bawang, jabon dan jenis lainnya harus menjadi prioritas karena dapat mengurangi dampak buruk terhadap ancaman keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, RPI pengelolaan hutan tanaman penghasil kayu tahun 2012-2014, jenis yang dipilih adalah jenis-jenis lokal yang mempunyai nilai ekonomi (finansial) tinggi dan akan dilakukan penelitiannya oleh UPT terkait, sedangkan tingkat pusat melakukan kajian terhadap jenis terpilih yang tidak dilakukan penelitian di UPT atau jenis unggulan hasil pemuliaan. Selain peningkatan produktivitas yang akan dicapai melalui penerapan teknologi/IPTEK juga perlunya pengembangan jenis-jenis alternatif endemik yang kurang dikenal agar kelestarian tercapai yaitu lestari hasil dan lestari lingkungan.

54 Pendahuluan Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu

1.2 Rumusan Masalah

Kekurangan bahan baku untuk industri kayu (kayu lapis, kayu gergajian, moulding ) dan serat (kertas, rayon, papan serat, papan isolasi, MDF: medium density fiber board, dll) merupakan masalah yang dihadapi sektor kehutanan saat ini. Hal ini disebabkan semakin berkurangnya pasokan dari hutan alam yang potensinya semakin menurun secara signifikan dan masih terbatasnya luas hutan tanaman penghasil kayu dan serat. Hal lain adalah masih rendahnya produktivitas tegakan hutan tanaman karena belum semuanya menggunakan bibit unggul, teknik manipulasi lingkungan yang belum optimal dan sering adanya serangan hama dan penyakit serta gangguan gulma dan kebakaran hutan yang akhirnya mengakibatkan panen kayu rendah. Selain itu juga tingkat kesuburan lahan yang dicanangkan untuk HTI umumnya lahan marginal sehingga jika dalam pengembangan hutan tanaman tidak diperhatikan kandungan nutrisi lahan maka pada daur selanjutnya dikhawatirkan produktivitas akan menurun.

Sehubungan dengan waktu yang diperlukan untuk investasi pada penanaman hutan relatif lama sehingga kurang diminati penanam modal, maka jenis pohon yang akan dikembangkan dipilih jenis daur pendek ( < 10 tahun) dan daur menengah (10-30 tahun). Selain itu, Kemajuan teknologi pada saat ini telah mampu membuat rotari mini yang mampu mengupas kayu (batang-batang) untuk vinir sampai diameter 2,5 cm menjadikan kayu dari hutan tanaman berdaur pendek sangat fleksibel kegunaannya pada industri kehutanan.

Menurut Kramer dan Kozlowski (1960) pertumbuhan pohon sangat ditentukan oleh interaksi antara faktor keturunan/genetik, lingkungan/ekologi dan teknik silvikultur/budidaya yang diterapkan karena ketiga faktor tersebut akan menentukan proses fisiologis dalam pohon dan mempengaruhi produktivitas. Peningkatan produktivitas akan tercapai bila dalam pengembangan hutan tanaman digunakan bibit unggul secara genetik dan perlakuan manipulasi lingkungan sehingga kualitas tempat tumbuh lebih dapat menunjang pertumbuhan pohon yang diusahakan.

Berdasarkan fenomena di atas, dan untuk melengkapi informasi teknis dalam pengelolaan hutan tanaman penghasil kayu, maka beberapa permasalahan dasar yang akan dicari solusinya dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Jenis-jenis tanaman apa sajakah yang dapat dikembangkan dalam pengelolaan hutan tanaman penghasil kayu dan memenuhi standar bahan baku industry kayu dan serat, tidak merusak lingkungan dan riap tegakan tinggi serta secara sosial dan ekonomi (finansial) menguntungkan.

2. Teknik perbenihan yang bagaimana yang dapat meningkatkan produksi benih dan mutu benih.

3. Teknik silvikultur yang bagaimanakah yang diperlukan agar dapat meningkatkan hasil produksi dan ekosistem terjaga serta terhindar dari serangan hama, penyakit dan gulma.

4. Bagaimanakah cara mengatur hasil (pengaturan hasil) agar kelestarian terjadi?

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 55

5. Apakah dari aspek sosial-ekonomi (finansial) menguntungkan pembangunan hutan tanaman untuk bahan baku industri kayu dan serat

1.3 Hipotesis

1. Teknologi peningkatan produktivitas tanaman dengan penggunaan bibit unggul, manipulasi lingkungan dan pengendalian hama, penyakit, gulma mampu meningkatkan produksi kayu dan mendukung industri perkayuan dan serat di Indonesia.

2. Meningkatnya produktivitas dapat meningkatkan ekonomi (finansial) dan tingkat sosial masyarakat sekitar hutan.

1.4 Tujuan dan Sasaran

Secara garis besar, penelitian pengelolaan hutan tanaman penghasil kayu ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas lingkungan serta nilai ekonomi (finansial) hutan tanaman yang mendukung industri kayu dan serat.

Sasaran penelitian adalah menyediakan IPTEK peningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu. .

1.5 Luaran Penelitian

Luaran dari penelitian pengelolaan hutan tanaman penghasil kayu adalah :

1. Paket teknologi peningkatan produksi benih bermutu tanaman hutan penghasil kayu

2. Paket teknik silvikultur penghasil kayu.

3. Paket Informasi kuantitatif pertumbuhan hutan tanaman penghasil kayu

4. Paket informasi dampak hutan tanaman jenis penghasil kayu terhadap lingkungan (kesuburan tanah).

5. Paket analisis sosial ekonomi (finansial) pembangunan hutan tanaman penghasil kayu

1.6 Ruang Lingkup

Sejalan dengan permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengelolaan hutan tanaman penghasil kayu, maka ruang lingkup penelitian dalam bidang pengelolaan hutan tanaman penghasil kayu adalah, sebagai berikut :

56 Pendahuluan Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu

1. Ruang lingkup jenis yang diteliti, adalah :

a. Anthocephalus cadamba Miq. (Jabon putih)

b. Anthocephalus macropyllus Miq (jabon merah),

c. Octomelas sumatrana M, (benuang bini),

d. Disoxylum mollissimum (jack) Jacobs (kayu bawang)

e. Michelia champaca (Bambang lanang )

f. Dyera lowii Hoek (jelutung rawa)

g. Elmerillia ovalis (Miq) Dandy (cempaka)

h. Fagraea fragrans Roxb. (tembesu)

i. Camnospermum sp. (Terentang darat dan rawa)

j. Cratoxylum arborescens (Vahl) Blume)(Gerunggang)

k. Ficus variegata BL (nyawai)

l. Falcataria moluccana (Miq) Barneby & Grimes (Sengon),

m. Falcataria minahasae (sengon minahasa)

n. Acacia crassicarpa A. Cunn ex Benth (Krasikarpa)*

o. Toona sureni Blume Merr. (suren)*

2. Ruang lingkup aspek kegiatan penelitian, adalah :

a. Aspek teknologi perbenihan

b. Aspek teknik silvikultur

c. Aspek lingkungan

d. Aspek pertumbuhan dan hasil

e. Aspek sosial dan ekonomi (finansial)

f. Aspek pemuliaan (B2PBTH Yogyakarta)

g. Aspek sifat dasar (P3HH)

h. Aspek teknologi pengolahan (P3HH)

i. Aspek Pemanenan (P3HH)

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 57

Metodologi Penelitian

2.1 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tujuan dan sasaran serta luaran penelitian yang diharapkan sebagaimana diutarakan di muka, maka strategi pencapaian jangka panjangnya akan dilakukan berdasarkan pendekatan seperti terlihat pada Gambar 7.1.

RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu    xiii 

STRATEGI PENELITIAN

Gambar 1. Strategi penelitian RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu periode 2012-2014.

Kondisi saat ini Kondisi padatahun 2014

Kegiatan penelitian 2012-2014

1. Teknologi Perbenihaan (Penanganan, Produksi, Perbanyakan)

2. Teknik silvikultur (manipulasi lingkungan, pemeliharaan hama,

penyakit, gulma)

3. Kuantitatif pertumbuhan (pertumbuhan & hasil, pembonitaan )

4. Dampak HT thd lingkungan (tata air, kesuburan tanah,

biodiversitas )

5. Kajian Sosek (sosial, ekonomi,)

6. Pembangunan Demplot

Luas HTI kayu terbatas

Produktivitas rendah

Daur pendek 20 m3/ha/th

Daur menengah 15 m3/ha/th

Luas HTI kayu

meningkat

Produktivitas meningkat

Daur pendek >30 m3/ha/th

Daur menengah >20 m3/ha/th

Gambar 7.1 Strategi penelitian RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu periode 2012-2014.

2

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 59

2.2 Metode Penelitian

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan (Pusprohut) berfungsi sebagai program setter, pensintesa, pengendali dan pembangunan demplot serta penelitian. Metode koordinasi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 7.1.

Tabel 7.1 Garis Besar Metode Koordinasi

Kegiatan Metode

1. Program setter a. Identifikasi masalah pengelolaan HT penghasil kayu kayu

b. Koordinasi dan diskusi tentang program pengelolaan HT penghasil kayu kayu

c. Penyusunan, pembahasan (metodologi dan analisa data) dan pemeriksaan program PPTP dan RPTP UPT di daerah dan di pusat

d. Menetapkan capaian dan sasaran setiap kegiatan

e. Temu ilmiah bidang yang mencakup aspek di pengelolaan HT penghasil kayu kayu

f. Diskusi multi fihak

2. Pengendali a. Memonitor dan memastikan kegiatan di lapangan dilaksanakan sesuai dengan RPTP yang telah disetujui

b. Diskusi permasalahan di lapangan

3. Pensintesa a. Mereview hasil-hasil terdahulu tentang silvikultur HTI-penghasil kayu

b. Mensintesa hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai dan pusat terkait setiap tahun.

c. Pembahasan hasil sintesa

Khusus penelitian menggunakan metode survey atau observasi, eksperimen, kajian dan wawancara yang akan digambarkan secara garis besar sebagai berikut:

1. Paket teknologi peningkatan produksi benih bermutu penghasil kayu , kegiatannya adalah :

a. Teknik penanganan benih tanaman hutan penghasil kayu dan serat (pengujian benih, penyimpanan benih, direct seeding dan seed dispersal).

b. Teknik produksi benih tanaman hutan penghasil kayu dan serat (fenologi pembungaan, pembuahan, morfologi bunga dan buah, peningkatan produksi benih).

c. Teknik perbanyakan secara generatif dan vegetatif benih tanaman hutan penghasil kayu dan serat (pemupukan, penggunaan zat pengatur tumbuh

60 Metodologi Penelitian Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu

dan perlakuan mekanis, kebun vegetatif, perguliran stek, persemaian dan perbanyakan bibit).

d. Standardisasi mutu benih dan bibit tanaman hutan penghasil kayu.

2. Paket teknik silvikultur hutan tanaman penghasil kayu, kegiatannya adalah :

a. Teknik silvikultur dan manipulasi lingkungan jenis penghasil kayu (jarak tanam, penyiapan lahan, pemupukan, pemangkasan, penjarangan)

b. Teknik pengendalian hama, penyakit dan gulma pada hutan tanaman penghasil kayu (eksplorasi, identifikasi, pengendalian secara kimia, biologi dan pengembangan musuh alaminya)

3. Paket informasi kuantitatif pertumbuhan hutan tanaman penghasil kayu, kegiatannya adalah:

a. Model pertumbuhan dan hasil (growth and yield) hutan tanaman penghasil kayu (pengumpulan data pertumbuhan tegakan melalui pengukuran berulang PUP, penyusunan model pertumbuhan dan hasil)

4. Paket kajian dampak hutan tanaman penghasil kayu terhadap lingkungan, kegiatannya adalah :

a. Kajian dampak penanaman jenis penghasil kayu terhadap kualitas dan kesuburan tanah ( siklus hara, dekomposisi, sifat-sifat tanah dan kualitas tapak, kebutuhan nutrisi)

b. Kajian dampak penanaman jenis penghasil kayu terhadap biodiversitas flora dan fauna (vegetasi, mikroorganisme, satwa liar, dll)

5. Analisis ekonomi finansial pembangunan hutan tanaman penghasil kayu (analisis ekonomi finansial, kelayakan usaha, daur ekonomi, tenaga kerja)

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 61

Rencana Tata Waktu

Kegiatan penelitian akan dilaksanakan pada periode tahun 2012 – 2014. Rencana tata waktu pelaksanaan penelitian menurut kegiatan disajikan pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2 Rencana tata waktu kegiatan penelitian

No. LuaranTahun

2012 2013 2014

1 Teknologi peningkatan produksi benih bermutu penghasil kayu X X X

2 Teknik silvikultur jenis penghasil kayu X X X

3 Kuantitatif pertumbuhan hutan tanaman penghasil kayu X X X

4 Dampak hutan tanaman penghasil kayu dan serat terhadap lingkungan (kesuburan dan biodiversitas)

X X X

5 Analisis sosial - ekonomi (finansial) pembangunan hutan tanaman

X X X

3

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 63

Rencana Lokasi

Penelitian akan dilaksanakan di provinsi-provinsi yang menjadi wilayah kerja UPT terkait. Rencana lokasi disajikan pada Tabel 7.3.

Tabel 7.3 Rencana lokasi kegiatan penelitian

No. Kegiatan Rencana Lokasi

1 Teknologi peningkatan produksi benih tanaman hutan penghasil kayu

Seluruh Indonesia (BPTP Bogor)

2 Teknik silvikultur untuk meningkatkan produktivitasi dan perlindungan hutan (hama, penyakit, gulma )

Sumsel, Kalsel, Jabar, Banten, Jateng, Riau

3 Kuantitatif pertumbuhan hutan tanaman penghasil kayu

Sumsel, Kalsel, Riau, Jabar, Sulawesi Utara

4 Dampak hutan tanaman terhadap lingkungan (kesuburan dan bodiversitas)

Sumsel, Riau , Kalsel, Jabar, Banten, Sulawesi Utara

5 Analisis sosial- ekonomi (finansial) pembangunan hutan tanaman penghasil kayu

Sumsel, Kalsel

4

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 65

Rencana Anggaran

Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian disajikan pada Tabel 7.4.

Tabel 7.4 Rencana biaya pelaksanaan penelitian tahun 2012-2014

(x 1000)

KegiatanInstansi yang

terkait2012 2013 2014

Program setter, pengendalian, pensintesis

PUSPROHUT 194.000 230.000 260.000

Teknologi perbenihan BPTP Bogor - - -

Teknik silvikultur dan perlindungan hutan

PUSPROHUTBPK Palembang BPK Banjarbaru BPK ManadoBPTSTH Kuok

622.500----

860.000----

800.000-----

Kuantitatif pertumbuhan hutan tanaman penghasil kayu

PUSPROHUTBPK PalembangBPK Banjarbaru

85.000--

110.000--

110.000--

Dampak hutan tanaman terhadap lingkungan

PUSPROHUTBPK PalembangBPK Banjarbaru

80.000--

100.000--

120.000--

Analisis sosial, ekonomi (finansial)

PUSPROHUTBPK Palembang

70.000 100.000-

100.000-

5

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 67

Organisasi

6.1 Unit Organisasi Pusat

Koordinator : Dr. Ir. Nina Mindawati. MSi

Wakil Koordinator : Ir. Rina Bogidarmanti, MSi.

Pelaksana dan pembantu pelaksana kegiatan :

1. Drs Riskan Effendi

2. Prof. Riset. Dr. Hendi Suhaendi

3. Dr. Hani Sitti Nuroniah*

4. Ir. A. Syaffari Kosasih,MM

5. Ir. Harbagung

6. Ir. Rina Bogidarmanti, MSi *

7. Yunita Lisnawati, S. Si, MSi*

8. Dra. Illa Anggraeni

9. Neo Endra Lelana, S.Si, MSi*

10. Dr. Tuti Herawati*

11. Ir. Darwo,MSi.

12. Lutfi Abdullah,SHut.MSi.

Teknisi :

1. Budi Rustaman

2. A. Nasir

3. Asep Dedi Mulyana

4. Chotib Sofian

5. Sueb

6. Rukman

(*) : Penanggung jawab tiap aspek sesuai dengan kepakarannya

6

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 69

6.2 Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Jumlah peneliti dan teknisi menurut instansi (Puslitbang dan UPT) dapat dilihat pada Tabel 7.5.

Tabel 7.5 UPT pelaksana RPI penghasil kayu

No Instansi Jumlah Koordinator

Peneliti Teknisi

1 P3PPH Bogor 12 6 Dr. Ir. Nina Mindawati, M.Si

2 BPTP Bogor 8 4

3 BPK Palembang 15 8

4 BPK Banjarbaru 8 5

5 BPTSTH kuok 3 2

6 BPK Manado 3 4

70 Organisasi Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu

Daftar Pustaka

Anggraeni, I. 2006. UKP teknologi pencegahan dan pengendalian hama, penyakit dan gulma hutan tanaman. Usulan Kegiatan Penelitian 2006-2009. Puslitbang Hutan Tanaman Bogor.

Annonymous. 2001. Penentuan daur optimal untuk jenis Acacia mangium di Arara Abadi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Tidak diterbitkan.

Arnold, J.E.M. 1991. Community forestry: Ten Years in Review. FAO Rome.

Badan Litbang Kehutanan. 2009. Road map penelitian dan pengembangan kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Jakarta.

Bowyers, J. L ; R. Shmulsky and J. G. Haygreen. 2002. Forest products and wood science an introduction. Forest Edition. Lowa State Press. Pp. 554.

Cole, D.W. and M. Rapp. 1980. Element cycling in forest ecosystem. Dalam (E.E. Reicte ed.) Dynamic Properties of Forest Ecosystem. Cambridge University Press.

Departemen Kehutanan. 1994. Kumpulan pedoman pengelolaan hutan bagi rimbawan Indonesia. Departemen Kehutanan, Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2002. Data strategis kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2007. Statistik kehutanan Indonesia 2006. Badan Planologi Departemen Kehutanan Jakarta.

Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2006. Data potensi hutan rakyat di Indonesia. Direktorat Jenderal RLPS, Departemen Kehutanan. Jakarta.

Ditjen Bina Produksi Kehutanan. 2010. Statistik direktorat jenderal bina kehutanan 2009. Direktorat Jenderal Bina Kehutanan. Kementerian Kehutanan. Jakarta.

Effendi, R. 2004. Pemeliharaan tanaman dalam pembangunan hutan tanaman : suatu keharusan. Dipterokarpa Visi dan Misi BPPKK. Vol.8 No. 1. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan Samarinda.

Fujimori, T. 2001. Ecologycal and silvicultural ecologycal and silvikultural strategies for sustainable forest management. Elsevler Science B. V. Amsterdam. The Netherlands. Pp. 398.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 71

Happel, R.G., J.F. Noss and C.W. Marsh. 1987. Distribution, abundance and endangerement of primate. In C.W. Marsh and R.A. Mittermeier (eds). Primate Conservation in Tropical Rain Forest

Harbagung. 2004a. Model hasil hutan tanaman Acacia mangium Willd. Di Daerah Semaras, Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Buletin Penelitian Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Harbagung. 2004b. Model hasil tegakan hutan tanaman Acacia mangium Willd. Di Kecamatan Tungkal Ulu, Kabupaten Tanjung Barat, Jambi, Sumatera. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol: I-1. Bogor

Iskandar, M. 2009. Trobosan mewujudkan percepatan pembangunan HTI. Makalah pada Diskusi Panel Memangkas Hambatan Pembangunan Hutan Tanaman. Ruang Sonokeling 16 Desember 2009. Yayasan Sarana Wana Jaya Jakarta.

ITTO International Tropical Timber Organization. 1992. Criteria for the measurement of sustainable tropical forest management. ITTO-Policy Development Series No. 3. ITTO, Yokohama.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2007. Status lingkungan hidup Indonesia 2006. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Kementrian Kehutanan. 2011. Road map pembangunan industri kehutanan berbasis hutan tanaman. Kementrian Kehutanan. Jakarta.

Landsberg, J. J. and S. T. Gower. 1996. Applications of physiologycal ecology to forest mangement. Academic Press in the United States of America. Pp 354.

Manan, S. 1997. Hutan, Rimbawan dan Masyarakat. IPB Press Bogor.

Mansur, I. 2009. Pembahasan RPI pengelolaan hutan tanaman penghasil kayu dan serat di Hotel Ibis Jakarta tanggal 30 Oktober 2009. Tidak diterbitkan.

Maturana, J. 2005. Biaya dan manfaat ekonomi dari pengalokasian lahan hutan untuk pengembangan hutan tanaman industri di Indonesia.

Mindawati, N. 1998. The effect of acacia mangium plantation to soil fertility. proceeding of wood science and technology. London. Ltd.

Oey Djoen Seng. 1990. Berat jenis-jenis kayu Indonesia dan pengertian beratnya kayu untuk keperluan praktek. Pengumuman No. 13. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. 233 hal.

Puslitbang Hutan Tanaman. 2005. Rencana Strategis 2005-2009. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Bogor

72 Organisasi Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu

Rachman, A. N and R. M. Siagian. 1976. Dimensi serat jenis kayu Indonesia. lembaga penelitian hasil hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Hal 1 - 11.

Renwarin, A. R. M. 1988. Pengelompokan beberapa jenis kayu kurang dikenal sebagai bahan baku kayu dan serat kertas. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.

Departemen Kehutanan. 2007. Roadmap revitalisasi industri kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta.

Silitonga, T. 1993. Kajian kayu HTI untuk kayu dan serat kertas dan ragam. Proceedings diskusi sifat dan kegunaan jenis kayu HTI. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Hal 17 - 37.

Simangunsong BC, Elias, Tambunan A, Manurung T, Ramadhan S. 2008. Indonesia forestry outlook’s. Ministry of Forestry. Center for Forestry Planning and Statistic. Jakarta

Soekotjo dan M. Naiem. 2006. SILIN: Menuju hutan yang prospektif, sehat dan lestari. warta kagama kehutanan. Edisi Perdana Desember 2006. Fakultas Kehutanan Univarsitas Gajah Mada. Yogyakarta

Wibowo, A. 2006. UKP pengelolaan lingkungan hutan tanaman. Usulan Kegiatan Penelitian 2006-2009. Puslitbang Hutan Tanaman Bogor.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 73

Lampiran 7.1 KKL : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu 2012-2014

Narasi Indikator Alat Verifikasi

Asumsi

TujuanMeningkatkan produktivitas dan kualitas lingkungan serta nilai ekonomi (finansial) hutan tanaman yang mendukung industri kayu dan serat.

Diperolehnya IPTEK peningkatan produktivitas dan kualitas lingkungan serta nilai ekonomi (finansial) hutan tanaman penghasil kayu pada tahun 2014

• Publikasiilmiah

• Gelarteknologi

• Policybrief

• TersedianyaSDMdaerah yang memadai

• Tersedianyasaranadan prasarana penelitian

• KoordinasiantaraSDM daerah dan pusat berjalan lancar

Sasaran Menyediakan IPTEK peningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu

Diperolehnya IPTEK peningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu pada tahun 2014

• Publikasiilmiah

• Gelarteknologi

• Policybrief

• Penelitianberjalansesuai rencana

• Koordinasiberjalan dengan baik

• Tersedianyatenagadan anggaran di UPT pelaksana

Luaran1. Paket teknologi peningkatan

produksi benih tanaman hutan penghasil kayu

2. Paket teknik silvikultur intensif jenis penghasil kayu

Tersedianya paket teknologi peningkatan produksi benih bermutu hutan tanaman penghasil kayu tahun 2014

Tersedianya teknik silvikultur hutan tanaman penghasil kayu tahun 2014

Tersedianya teknik pengendalian hama, penyakit dan gulma hutan tanaman penghasil kayu tahun 2014

• Publikasiilmiah

• Gelarteknologi

• Laporan

• Publikasiilmiah

• Gelarteknologi

• Laporan

• Publikasiilmiah

• Gelarteknologi

• Laporan

• Penelitianberjalansesuai rencana

• Koordinasiberjalan dengan baik

• Koordinasiberjalan dengan baik

• Penelitianberjalansesuai rencana

• Koordinasiberjalan dengan baik

• Penelitianberjalansesuai rencana

3. Paket informasi kuantitatif pertumbuhan dan hasil hutan tanaman penghasil kayu

Tersedianya data pertumbuhan dan hasil hutan tanaman penghasil kayu pada tahun 2014

• Publikasiilmiah

• Gelarteknologi

• Laporan

• Koordinasiberjalan dengan baik

• Penelitianberjalansesuai rencana

4. Paket informasi dampak hutan tanaman terhadap lingkungan

Tersedianya data dan informasi dampak penanaman jenis penghasil kayu terhadap kualitas dan kesuburan tanah, biodiversitas flora dan fauna tanah pada tahun 2014

• Publikasiilmiah

• Gelarteknologi

• Laporan

• Koordinasiberjalan dengan baik

• Penelitianberjalansesuai rencana

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 75

Narasi Indikator Alat Verifikasi

Asumsi

5. Paket analisis sosial, ekonomi dan finansial pembangunan hutan tanaman penghasil kayu

Tersedianya data analisis, sosial, ekonomi dan finansial hutan tanaman penghasil kayu pada tahun 2014

• Publikasiilmiah

• Gelarteknologi

• Laporan

• Koordinasiberjalan dengan baik

• Penelitianberjalansesuai rencana

Kegiatan1. Teknik peningkatan produksi

benih bermutu tanaman hutan penghasil kayu

1.1. Teknik penanganan benih tanaman hutan penghasil kayu

1.2. Teknik produksi benih tanaman hutan penghasil kayu

1.3. Teknik perbanyakan secara generatif dan vegetatif benih tanaman hutan penghasil kayu

1.4. Standardisasi mutu bibit tanaman hutan penghasil

• Diperolehnyametodepenanganan benih tanaman penghasil kayu (Tahun 2012 - 2014 : jabon putih, jabon merah, benuang bini, kayu bawang, gerunggang, nyawai, cempaka, bambang lanang

• Diperolehnyametodepeningkatan produksi benih dan bibit penghasil kayu (Tahun 2012 - 2014 : kayu bawang, gerunggang, suren, jabon putih, benuang bini, nyawai, cempaka, jabon merah, bambang lanang

• Diperolehnyateknikperbanyakan secara generatif dan vegetatif benih tanaman hutan penghasil kayu dan serat (Tahun 2012 - 2014 : gerunggang, jabon merah, nyawai, cempaka, kayu bawang, bambang lanang

• Diperolehnyastandarmutubibit dan benih (Tahun 2012 - 2014 kayu bawang, gerunggang, jabon merah, bambang lanang, jabon putih, nyawai, cempaka

• PPTP• RPTP• Laporan• Karyatulis

• PPTP• RPTP• Laporan• Karyatulis

• PPTP• RPTP• Laporan• Karyatulis

• PPTP• RPTP• Laporan• Karyatulis

Penelitian tidak terkendala

Penelitian tidak terkendala

Penelitian tidak terkendala

Penelitian tidak terkendala

76 Organisasi Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu

Narasi Indikator Alat Verifikasi

Asumsi

2. Teknik silvikultur hutan tanaman penghasil kayu

2.1. Teknik silvikultur/manipulasi lingkungan jenis penghasil kayu

2.2. Teknik pengendalian hama, penyakit dan gulma pada hutan tanaman penghasil kayu

• Diperolehnyateknikmanipulasilingkungan (penanaman, pemupukan, pemangkasan, penjarangan) (Tahun 2012 – 2014 : jabon putih, jabon merah, gerunggang, kayu bawang, bambang lanang, nyawai, cempaka,sengon ,tembesu, sengon minahasa,mangium krasikarpa,sungkai,benuang bini,suren, terentang.

• Diperolehnyainformasijenishama,penyakit dan gulma hutan tanaman penghasil kayu dan teknik pengendaliannya (Tahun 2012 - 2014 : sengon, jabon putih, bambang lanang, nyawai, kayu bawang, jelutung, jabon merah, cempaka, gerunggang, sengon minahasa, suren,

• Diperolehnyajenis-jenisfungi endofit potensial untuk dikembangkan sebagai agen hayati (sengon)

• PPTP• RPTP• Laporan• Karyatulis

• PPTP• RPTP• Laporan• Karyatulis

• PPTP• RPTP• Laporan• Karyatulis

• Penelitiantidakterkendala

• Penelitiantidakterkendala

• Penelitiantidakterkendala

3. Informasi kuantitatif pertumbuhan dan hasil hutan tanaman penghasil kayu, 1 paket informasi

• ModelPertumbuhandanHasilpada Hutan Tanaman Penghasil Kayu ((Tahun 2012 - 2014 : kayu bawang, bambang lanang, jabon putih, nyawai,jelutung

• PPTP• RPTP• Laporan• Karyatulis

• Penelitiantidakterkendala

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 77

Narasi Indikator Alat Verifikasi

Asumsi

4. Informasi dampak hutan tanaman penghasil kayu terhadap lingkungan

4.1. Dampak penanaman jenis penghasil kayu terhadap kualitas dan kesuburan tanah

4.3. Dampak penanaman jenis penghasil kayu terhadap biodiversitas flora dan fauna tanah

• Diperolehnyadatakarakteristiktanah, produktivitas serasah dan laju dekomposisi, (Tahun 2012 - 2014 : bambang lanang, jelutung , nyawai, jabon putih, suren, kayu bawang, gerunggang, cempaka, jabon merah, sengon minahasa

• Diperolehnyadatabiodiversitasflora dan fauna tanah di hutan tanaman (Tahun 2012 - 2014: suren, krasikarpa, bambang lanang, kayu bawang, jabon putih, gerunggang,cempaka, benuang bini, jabon merah, sengon minahasa

• PPTP• RPTP• Laporan• Karyatulis

• PPTP• RPTP• Laporan• Karyatulis

• Penelitiantidakterkendala

• Penelitiantidakterkendala

5. Analisis sosial, ekonomi dan finansial pembangunan hutan tanaman penghasil kayu

• Diperolehnyaanalisissosial,ekonomi, dan finansial pembangunan hutan tanaman penghasil kayu (Tahun 2012 - 2014 : jabon, bambang lanang, kayu bawang)

• PPTP• RPTP• Laporan• Karyatulis

• Penelitiantidakterkendala

78 Organisasi Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu

Lampiran 7.2 Matriks Kodefikasi Rencana Penelitian Integratif 2012-2014 dan Cakupan Kegiatan RPI

Kodefikasi 7 : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Tujuan : Meningkatkan produktivitas dan kualitas lingkungan serta nilai ekonomi (finansial) hutan tanaman yang mendukung industri kayu dan serat

Sasaran : Menyediakan IPTEK peningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu

Kodefi-kasi

Pelaksana

Kodefika-si Kegia-tan/ Sub kegiatan

Kode-fikasi

Cakupan Kegiatan

RPI

Kegiatan 2012 2013 2014 Pelaksana

Luaran 1. Paket teknologi peningkatan produksi benih tanaman hutan penghasil kayu

7.1.1.10 7.1.1 7.1.1 Teknik penanganan benih tanaman hutan penghasil kayu x x x BPTP Bogor

7.1.2.10. 7.1.2 7.1.2 Teknik produksi benih tanaman hutan penghasil kayu x x x BPTP Bogor

7.1.3.10. 7.1.3 7.1.3. Teknik perbanyakan secara generatif dan vegetatif benih tanaman hutan penghasil kayu

x x x BPTP Bogor

7.1.4.10. 7.1.4 7.1.4. Standardisasi mutu benih dan bibit tanaman hutan penghasil kayu

x x x BPTP Bogor

Luaran 2. Paket teknik silvikultur jenis penghasil kayu

7.2.1.9. 7.2.1 7.2.1 Teknik silvikultur jenis penghasil kayu x x x BPK Palembang

7.2.1.8. 7.2.1. 7.2.1 Teknik silvikultur jenis alternatif penghasil kayu serat di lahan mineral

x x x BPTSTH Kuok

7.2.1.8. 7.2.1. 7.2.1 Teknik silvikulturt jenis alternatif penghasil kayu serat di lahan gambut

x x x BPTSTH Kuok

7.2.1.15. 7.2.1. 7.2.1 Teknik silvikultur jenis penghasil kayu x x x BPK Banjarbaru

7.2.1.17. 7.2.1 7.2.1 Teknik silvikultur jenis penghasil kayu x x x BPK Manado

7.2.1.2. 7.2.1 7.2.1 Teknik Silvikultur jenis benuang bini x x x Pusprohut

7.2.1.2. 7.2.1 7.2.1 Teknik Silvikultur jenis A. mangium hasil pemuliaan x x x Pusprohut

7.2.1.2. 7.2.1 7.2.1 Teknik Silvikultur Intensif Hutan Tanaman jenis sengon x x x Pusprohut

7.2.1.2. 7.2.1 7.2.1 Teknik Silvikultur Intensif Hutan Tanaman jenis krassicarpa x x x Pusprohut

7.2.1.2. 7.2.1 7.2.1 Kajian Hutan Tanaman Campuran x x x Pusprohut

7.2.2.9 7.2.2 7.2.2 Teknik pengendalian hama dan penyakit hutan tanaman penghasil kayu

x x x BPK Palembang

7.2.2.15. 7.2.2 7.2.2 Teknik pengendalian hama dan penyakit hutan tanaman penghasil kayu

x x x BPK Banjarbaru

7.2.2.2. 7.2.2 7.2.2 Pengembangan Teknologi Pengendalian Penyakit pada Tanaman Sengon dan jabon

x x x Pusprohut

7.2.2.2. 7.2.2 7.2.2 Pengembangan fungi endofit sebagai agen pengendali hayati

x x x Pusprohut

7.2.3.9. 7.2.3 7.2.3 Teknik pengendalian gulma hutan tanaman penghasil kayu

x x x BPK Palembang

7.2.3.15. 7.2.3. 7.2.3 Teknik pengendalian gulma dan kebakaran hutan tanaman penghasil kayu

x x x BPK Banjarbaru

Luaran 3. Paket informasi kuantitatif pertumbuhan dan hasil hutan tanaman penghasil kayu

7.3.1.9 7.3.1 7.3.1 Model pertumbuhan dan hasil (Growth & yield) pada hutan tanaman penghasil kayu

x x x BPK Palembang

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 79

Kodefi-kasi

Pelaksana

Kodefika-si Kegia-tan/ Sub kegiatan

Kode-fikasi

Cakupan Kegiatan

RPI

Kegiatan 2012 2013 2014 Pelaksana

7.3.1.15 7.3.1 7.3.1 Model pertumbuhan dan hasil (Growth & yield) pada hutan tanaman penghasil kayu

x x x BPK Banjarbaru

7.3.1.2. 7.3.1 7.3.1 Model Pertumbuhan dan Hasil pada Hutan Tanaman Jabon dan sengon

x x x Pusprohut

Luaran 4. Paket Informasi dampak hutan tanaman penghasil kayu terhadap lingkungan

7.4.1.2. 7.4.1 7.4.1 Keragaman Makrofauna Dan Makroflora Tanah Sebagai Indikator Kesuburan Lahan Gambut

x x x Pusprohut

7.4.2.9 7.4.2 7.4.2 Kajian dampak penanaman jenis penghasil kayu terhadap tata dan kualitas dan kesuburan tanah

x x x BPK Palembang

7.4.2.15 7.4.2 7.4.2 Kajian dampak penanaman jenis terhadap kualitas dan kesuburan tanah

x x x BPK Banjarbaru

7.4.3.9 7.4.3 7.4.3 Kajian dampak penanaman jenis terhadap biodiversitas flora dan fauna.

x x x BPK Palembang

Luaran 5. Paket analisis sosial ekonomi finansial pembangunan hutan tanaman penghasil kayu

7.5.1.9. 7.5.1 7.5.1 Analisis sosial ekonomi finansial pembangunan hutan tanaman penghasil kayu

x x x BPK Palembang

7.5.1.15. 7.5.1 7.5.1 Analisis sosial ekonomi finansial pembangunan hutan tanaman penghasil kayu

x x x BPK Banjarbaru

7.5.1.2. 7.5.1 7.5.1 Analisis sosial ekonomi finansial pembangunan hutan tanaman penghasil kayu jabon

x x x Pusprohut

80 Organisasi Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu

http://azzamudin.wordpress.com

AGROFORESTRY

Koordinator :

Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc

KodefikasiRPI 8

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 81

Lembar Pengesahan

AGROFORESTRY

Bogor, Januari 2012

Disetujui oleh :

Kepala Pusat Koordinator

Dr. Ir. Bambang Tri Hartono, MF.NIP. 19561005 198203 1 006

Ir. Budiman Achmad, M.For.ScNIP. 19591104 198703 1 002

Mengesahkan :

Kepala Badan Litbang Kehutanan

Dr. Ir. Tachrir Fathoni, MSc.NIP. 19560929 198202 1 001

KEMENTERIAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANPENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 83

Kata Pengantar

Dewasa ini kebutuhan akan lahan untuk seluruh sektor usaha semakin tinggi tingkat persaingannya, umumnya yang menjadi inferior adalah usaha di sektor kehutanan karena akan kalah bersaing dengan usaha sektor lainnya. Sebagai sebuah sistem maka gejala ini perlu disikapi dengan suatu strategi berupa ramuan teknologi yang dapat memberikan ruang supaya semua sektor usaha dapat berkembang dengan baik.

Jika dilihat dari ruang lingkup kegiatan usaha yang lebih kecil yaitu usaha kehutanan yang dilakukan oleh masyarakat seperti hutan rakyat, banyak kendala yang dihadapi, seperti dari beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa usaha hutan rakyat memberikan hasil yang lama, pasar yang berfluktuatif, pengelolaan yang masih konvensional dan lainnya. Hal itu menuntut adanya upaya terobosan teknologi yang dapat mengeleminir permasalahan tersebut, apalagi pada saat sekarang ini, kebutuhan akan kayu terus meningkat baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri. Namun seperti diketahui bahwa konsumsi kayu tersebut tidak bisa hanya mengandalkan dari hutan alam saja, maka dari itu peran hutan rakyat harus terus ditingkatkan seperti dari aspek ekonomi dan sosial dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pemilik dan seluruh stakeholder yang terlibat dalam usaha hutan rakyat tersebut juga aspek ekologi dapat memberikan perbaikan lingkungan menjadi lebih baik.

Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah agroforestri dengan harapan dapat mengakomodasi seluruh permasalahan hutan rakyat baik dilihat dari suatu sistem maupun sebagai pola tanam, sangat diperlukan bagi penyediaan teknologi, pembangunan ekonomi, pemberdayaan sosio-budaya dalam rangka pelaksanaan aspek pelestarian, dan peningkatan pandangan positif terhadap usaha hutan rakyat.

Dengan demikian strategi penelitian pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri yang sesuai dengan nilai ekonomi, nilai ekologi dan nilai sosial budaya masyarakatnya sangat diperlukan. Badan Litbang Kehutanan dengan Program Riset Penelitian Integratif (RPI) berupaya menyediakan perangkat pengelolaan hasil hutan dengan sistem Agroforestri melalui serangkaian kegiatan penelitian dan pengembangan budidaya, pengolahan dan sosial ekonomi yang terintegrasi antara Pusat dan Daerah.

Dengan demikian output yang berupa paket-paket IPTEK budidaya, lingkungan, pengolahan dan sosial ekonomi yang tepat guna diharapkan nantinya dapat dijadikan bahan kebijakan dan acuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan hutan dengan sistem agrofrestri.

Ciamis, Januari 2012

Koordinator RPI

Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 85

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ..................................................................................... 83

Kata Pengantar ............................................................................................. 85

Daftar Isi ........................................................................................................ 87

Daftar Tabel ................................................................................................... 89

Daftar Gambar ............................................................................................. 91

Abstrak .......................................................................................................... 93

1. Pendahuluan ........................................................................................... 95

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................95

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................97

1.3 Hipotesis .................................................................................................................................99

1.4 Tujuan dan Sasaran ...............................................................................................................99

1.5 Luaran......................................................................................................................................99

1.6 Ruang Lingkup .....................................................................................................................100

2. Metodologi ............................................................................................ 101

2.1 Metode ..................................................................................................................................101

3. Rencana Tata Waktu ............................................................................. 105

4. Rencana Lokasi ..................................................................................... 107

5. Rencana Biaya ....................................................................................... 109

6. Organisasi ............................................................................................. 111

Daftar Pustaka ............................................................................................ 113

Lampiran 8.1 Kerangka Kerja Logis RPI Agroforestry 2012 – 2014 ........................ 115

Lampiran 8.2 Kodefikasi RPI Agroforestry 2012 – 2014 ............................................ 117

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 87

Daftar Tabel

Tabel 8.1 Metode Penelitian Setiap Kegiatan ................................................................ 103

Tabel 8.2 Rencana Pelaksanaan Kegiatan ....................................................................... 105

Tabel 8.3 Rencana Lokasi Penelitian ............................................................................... 107

Tabel 8.4 Rencana Biaya Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 109

Tabel 8.5 Nama Peneliti Pelaksana .................................................................................. 111

Tabel 8.6 Tim pendukung koordinator RPI AF ............................................................ 112

Tabel 8.7 Jumlah Peneliti Menurut Bidang Penelitian ...................................... 112

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 89

Daftar Gambar

Gambar 8.1 Kerangka Konseptual RPI Agroforestry .................................................... 101

Gambar 8.2 Mekanisme penyaringan dalam pengusulan kegiatan RPI AF ................. 102

Gambar 8.3 Dosis penelitian berdasarkan jenisnya ....................................................... 103

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 91

Abstrak

Secara faktual, hutan rakyat saat ini mempunyai peran semakin vital baik dalam menghidupi petani, menggerakkan ekonomi daerah, memasok bahan baku industri pengolahan kayu, menyerap tenaga kerja dan mengendalikan lingkungan. Akan tetapi, peran tersebut masih belum optimal karena masih dikelola secara konvensional, belum menerapkan teknologi yang lebih maju dan kebijakan yang ada masih cukup banyak yang kontra produktif dan berubah-ubah. Jika teknologi yang lebih maju diterapkan serta didukung dengan kebijakan yang kondusif, diharapkan peran hutan terutama sistem agroforestry mulai tiga tahun mendatang bisa meningkat setidaknya 10 hingga 15 % dari kondisi sekarang. Disadari bahwa telah cukup banyak tema penelitian terkait agroforestry dilaksanakan oleh berbagai lembaga penelitian, perguruan tinggi maupun industri hutan, namun juga disadari bahwa belum semua hasil-hasil penelitian tersebut bisa diaplikasikan dilapangan. Informasi tersebut diperoleh melalui roadshow cukup panjang dalam rangka menyusun riset status ke Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan World Agroforestry Centre (ICRAF). Berdasarkan informasi terkumpul, Balai Penelitian Teknologi Agroforestry (BPTA) menyusun Rencana Penelitian Integratif (RPI) untuk kurun waktu 2012 s/d 2014 dengan memfokuskan pada tiga tema besar yakni sosek, silvikultur dan pengelolaan lahan.

Kata kunci : sistem agroforestry, peran hutan rakyat, meningkat, riset status

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 93

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan manfaatnya , hutan mempunyai manfaat ekologi, manfaat ekonomi, dan manfaat sosial (kondisional). Sedangkan berdasarkan penerima manfaatnya, hutan bisa dipandang sebagai manfaat ekonomi (private good) dan sebagai manfaat lingkungan (public good). Manfaat ekonomi sering dilihat dari kontribusi ekonominya baik terhadap petaninya sendiri maupun terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sedangkan manfaat lingkungan biasanya digambarkan dengan fungsi tata air, kemampuan menahan erosi dan longsor dan yang akhir-akhir ini semakin populer disebut sebagai mitigasi perubahan iklim. Semua manfaat tersebut dalam draft RPI agroforestry ini selanjutnya penulis istilahkan dengan Peran Hutan Pola Agroforestry.

Rencana penelitian ini dirancang melalui beberapa tahapan yang cukup panjang, dimulai dari pengumpulan informasi dan konsolidasi dengan lembaga-lembaga penelitian maupun pendidikan seperti UGM, IPB, ICRAF maupun literature review hasil-hasil penelitian, dan teksbook agroforestry terkini. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka mengetahui status riset agroforestry (state of the art) untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian yang tidak perlu. Sebaran tema penelitian terkait agroforestry dari riset status adalah : sosial (16,74%), ekonomi (20,13%), sosek (11,08%), silvikultur (27,37%), lingkungan (24,66%). Sedangkan penyebaran hasil-hasil penelitian berdasarkan wilayah yang dikaji adalah Pulau Jawa (47,11%), Sumatera (22,63%), Sulawesi (9,70%), Kalimantan (6,92%), Bali dan Nusa Tenggara (10,16%), Maluku (0,92%), Papua (0,69%, dan yang tidak disebut lokasinya (1,85%).

Agroforestry adalah sistem usaha tani yang memadukan tanaman kehutanan dengan petanian pada sebidang lahan yang sama. Sebagian ahli juga mendifinisikan agroforestry sebagai kombinasi tanaman kehutanan dengan pertanian/perkebunan dan peternakan pada satu lansekap. Meskipun sistem ini telah lama dipraktekkan, tetapi konsepnya tergolong baru dipopulerkan.

Berdasarkan sebarannya, tempat tumbuh hutan pada umumnya menyebar dari hulu hingga hilir daerah aliran sungai (DAS). Hutan di daerah hulu DAS diperuntukkan bagi kepentingan konservasi, sedangkan didaerah hilir diperuntukkan bagi tujuan produksi. Pembagian fungsi hutan tersebut menandakan bahwa ada peran hutan yang harus dijaga kelangsungannya, bahkan ditingkatkan melalui penerapan teknologi. Pemisahan fungsi hutan tersebut juga menandakan bahwa terdapat hubungan ketergantungan fungsi ekonomi/ekologi/dan sosial antara hulu dengan hilir. Contoh:

1

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 95

Sebagai kabupaten konservasi, Kuningan menerima kompensasi tak kurang dari 4 milliar rupiah/tahun dari kota Cirebon yang mendapatkan sumber air dari peran hutan konservasi Kuningan.

Hutan rakyat didaerah upland dalam kaitannya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di sebagian daerah telah ditetapkan menjadi kawasan konservasi. Artinya, penebangan oleh petani hutan rakyat didaerah hulu tersebut akan menghadapi setidaknya dua kendala yakni masalah peraturan daerah (PERDA) yang berlaku dan mengancam kestabilan sumber air bagi daerah hilir. Padahal, berdasarkan hasil penelitian Achmad et al., (2011) sebagian besar petani di Ciamis mempunyai persepsi bahwa hutan rakyat adalah hutan yang mereka tanam sendiri di lahan milik mereka sendiri sehingga bebas memanfaatkannya kapan saja. Dengan demikian, penebangan hutan bisa terjadi kapan saja sesuai tingkat urgensi kebutuhan petani, hingga muncul istilah daur butuh. Meskipun, pada penelitian yang sama juga ditemukan persepsi masyarakat bahwa fungsi hutan rakyat adalah juga menjaga kelangsungan sumber air/air tanah seperti sumur dll. Akan tetapi, tugas menjaga lingkungan adalah domain pemerintah, sehingga menjadi kurang adil jika petani juga dibebani kewajiban tersebut tanpa ada kompensasi, terlebih menyangkut jeda tebang terhadap penghasilan utama petani. Permasalahan ini belum banyak diungkap, bahkan keberhasilan penetapan peruntukan kawasan hutan rakyat masih menjadi spekulasi bagi Pemda yang menerbitkan RTRW semacam itu, seperti Ciamis. Oleh karena itu area penelitian (research area) akan mencakup mekanisme kompensasi hulu-hilir/insentif-disinsentif kepada petani yang “terpaksa” menunda tebang hutannya didaerah upland dan (konsep) rumusan kebijakan yang mendukung program RTRW agar berjalan sesuai harapan.

Sebenarnya tunda tebang hutan upland secara tidak disadari telah dipraktekkan petani sebagai exit strategy petani untuk mendukung kebutuhan hidupnya khususnya petani subsisten, dengan mengkombinasikan pepohonan dengan tanaman semusim/pertanian untuk mendapatkan hasil antara secara periodik atau berkelanjutan. Berbagai pola tanam yang diketemukan telah dipraktekkan petani sebagai resultante dari berbagai keterbatasan sumber daya (manusia, modal, lahan dll) dan desakan kebutuhan hidup petani. Akan tetapi, praktek pola tanam yang dikembangkan saat ini masih menggunakan teknik konvensional, belum memanfaatkan teknologi yang lebih maju. Atas dasar kondisi tersebut, penggunaan bibit unggul, pemeliharaan tegakan, pemilihan kombinasi jenis yang simbiosis mutualis, rekayasa genetika jenis tahan hama penyakit merupakan prioritas untuk dilakukan namun tidak duplikatif.

Masalah pasca panen juga akan menjadi prioritas dalam kegiatan RPI ini terutama pada rantai pasar dan tata-niaga hasil hutan dimana petani selalu menjadi pihak yang kurang beruntung. Diagnosis terhadap penyebab dan memformulasikan konsep wayout merupakan bagian dari kegiatan penelitian agroforestry ini agar harapan meningkatnya peran hutan rakyat pola agroforestry pada tiga tahun mendatang bisa dicapai. Salah satu penyebab yang cukup dominan adalah lemahnya petani linked to market (ICRAF, 2011) dan karena lemahnya berbagai akses petani (teknologi,

96 Pendahuluan Agroforestry

informasi pasar) serta enggannya membangun kebersamaan petani dalam wadah lembaga yang kuat.

Isu lingkungan yang makin santer pada satu dekade akhir-akhir ini (climate change) juga menuntut meningkatnya peran hutan rakyat dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). Berbeda pola tanam hutan mempunyai efek berbeda terhadap lingkungan termasuk tata air dan jerapan karbon. Penelitian di bidang ini masih sangat langka, dan pola agroforestry dipercaya mempunyai kemampuan lebih dalam mengendalikan lingkungan dibandingkan pola monokultur. Secara selektif, area penelitian dibidang lingkungan juga akan dielaborasi dalam kurun tiga tahun ke depan, untuk melengkapi informasi terkait peningkatan peran agroforestry dimasa datang.

Disadari sudah cukup banyak hasil-hasil penelitian dihasilkan di bidang agroforestry dari berbagai aspek. Kehadiran teknologi adalah untuk mempermudah, meningkatkan kualitas dan untuk mengatasi kesulitan hidup. Namun disadari juga bahwa tidak semua hasil penelitian tersebut bisa diaplikasikan di lapangan, sehingga angan-angan meningkatnya peran hutan pola agroforestry untuk sementara waktu tertunda . Oleh karena itu, kegiatan penelitian di RPI ini juga akan mencari penyebab tidak teraplikasinya hasil-hasil penelitian untuk mendorong terimplementasinya hasil-hasil penelitian yang masih “tersandera” agar sistem agroforestry bisa dijalankan dengan baik, melalui penelitian “kaji tindak”. Bingkai penelitian yang akan diacu adalah Sasaran Strategis Kementerian Kehutanan (Renstra Dephut 2009-2014) khususnya sasaran-saran berikut :

1. Tanaman rehabilitas pada lahan kritis di dalam DAS prioritas seluas 2,5 juta ha.

2. Terbangunnya Hutan Kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha.

3. Terbangunnya Hutan Desa seluas 500.000 ha.

4. Penyediaan teknologi dasar dan terapan sulvikultur, pengolahan hasil hutan, konservasi alam dan sosial ekonomi guna mendukung pengelolaan hutan lestari sebanyak 25 judul.

1.2 Rumusan Masalah

Pada saat ini dan masa mendatang, peran dan fungsi hutan tanaman dalam memasok kebutuhan bahan baku bagi industri pengolahan kayu semakin meningkat. Namun peran tersebut sulit diwujudkan jika sistem pengelolaannya masih mengabaikan prinsip-prinsip pengelolaan hutan secara lestari. Sedangkan kelestarian pengelolaan hutan akan bisa dicapai jika produksinya terjamin secara berkelanjutan. Untuk itu, laju penebangan harus diimbangi dengan kegiatan penanaman yang memadai dan secara ekonomi menguntungkan petani serta secara ekologi tidak merusak lingkungan. Model hutan yang bisa mengelaborasi kedua kepentingan tersebut adalah agroforestry.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 97

Hutan tanaman monokultur memang lebih mudah dikelola dan bisa menghasilkan kayu dalam jumlah besar dengan ukuran dan kualitas seragam. Sedangkan hutan campuran atau agroforestry relatif lebih rumit pengelolaannya, tetapi mempunyai keunggulan dalam variasi produk, penyediaan produk antara dan menjaga nilai lingkungan. Hutan tanaman monokultur mempunyai sejumlah kelemahan diantaranya rentan terhadap serangan hama penyakit. Salah satu bukti rentannya hutan monokultur adalah serangan karat tumor yang menyebabkan kepanikan petani sengon di Ciamis pada th 2009 yang lalu dimana lebih dari 70% hutan rakyat sengon terserang karat.

Sempitnya pemilikan lahan untuk hutan rakyat menyebabkan kebutuhan petani tidak bisa terpenuhi dari hasil hutan yang dikembangkan dengan pola tanam monokultur karena pola ini butuh waktu lama untuk memanen hasilnya. Sementara itu, salah satu masalah yang dihadapi petani subsisten seperti itu adalah mendesaknya kebutuhan hidup sehari-hari sehingga muncul istilah daur butuh. Sementara itu tingkat pendidikan petani yang mayoritas masih rendah menyebabkan kemampuan meng-akses untuk mendapatkan lapangan kerja maupun informasi pasar juga rendah. Akibatnya, petani tidak mempunyai banyak pilihan untuk bertahan hidup kecuali fokus pada kapital yang dimiliki yakni lahan untuk dioptimalkan pemanfaatannya. Kontribusi ekonomi hutan rakyat saat ini masih rendah berkisar antara 30%-an (Diniyati, 2009). Hal ini disebabkan pengelolaannya belum optimal karena umumnya tidak dilakukan pemeliharaan, tidak dipupuk, bibit yang dipergunakan bukan bibit unggul, pola tanam dan komposisi tanamannya tidak mencerminkan pemanfaatan ruang yang optimal. Sedangkan saat penebangan, sering dilakukan ketika tegakan belum mencapai daur yang ekonomis, sehingga terjadi kesempatan yang hilang (opportunity cost). Pasca tebangan, kerugian petani masih berlanjut terutama ketika terjadi transaksi kayu, dimana petani bertindak sebagai price taker, bukan price maker, sehingga margin keuntungannya adalah paling rendah diantara pelaku tana-niaga lain pada rantai pemasaran kayu rakyat.

Cukup banyak bukti menunjukkan bahwa campuran antara sengon dengan tanaman obat khususnya kapulaga mampu meningkatkan pendapatan petani. Achmad et al., 2010 mencatat bahwa produktivitas pola agroforestry sengon dengan kapulaga di Ciamis Utara (Desa Ciomas, Kec Panjalu) meningkat 58% lebih tinggi dibandingkan pola monokultur.

Berdasarkan pernyataan tersebut, pengelolaan hutan rakyat saat ini yang masih bersifat konvensional terbukti mampu menopang hidup petani, dan mempunyai potensi besar untuk lebih ditingkatkan perannya dari sekedar menopang hidup ke mensejahterakan petani dan menyerap tenaga kerja jika dikelola secara lebih professional dengan mengatur input produksi dan introduksi teknologi. Jika mulai penanaman, pemeliharaan, penebangan dan pemasarannya direncanakan dengan baik diharapkan peran hutan rakyat bisa meningkat 10 s/d 20% lebih tinggi dari kondisi sekarang. Tentu saja hal ini bisa dicapai jika telah tersedia hasil-hasil penelitian yang aplikabel dan sesuai kebutuhan untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu Balai Penelitian Teknologi Agroforestry akan berkontribusi untuk memajukan sector

98 Pendahuluan Agroforestry

kehutanan melalui penyediaan teknologi agroforestry dengan harapan kontribusi ekonomi hutan rakyat bisa lebih ditingkatkan. Tak kalah penting perannya adalah hasil-hasil kebijakan yang dihasilkan pemerintah (daerah dan pusat) juga harus mendukung upaya capaian tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, BPTA akan memfokuskan penelitian mulai th 2012 s/d 2014 ke aspek sosial, ekonomi, pemasaran, silvikultur, dan hasil hutan non kayu serta teknologi sumberdaya lahan.

1.3 Hipotesis

Penerapan teknologi tepat guna sistem agroforestry dan penyediaan kebijakan yang kondusif akan mampu meningkatkan 10 s/d 20% peran hutan pola agroforestry.

1.4 Tujuan dan Sasaran

1.4.1 Tujuan

Secara umum, tujuan rencana penelitian integratif ini adalah merumuskan model pengelolaan sistem agroforestry yang mampu meningkatkan peran hutan rakyat pola agroforestry.

1.4.2 Sasaran

Sasaran penelitian agroforestry adalah sebagai berikut :

1. Tersedianya paket IPTEK yang mampu meningkatkan peran sistem agroforestry antara 10 s/d 20% diakhir tahun 2014.

2. Tersedianya konsep kebijakan yang mampu mendorong peningkatan peran sistem agroforestry.

1.5 Luaran

Luaran penelitian agroforestry adalah sebagai berikut :

1. Paket IPTEK pendukung peningkatan produktivitas lahan dengan pola agroforestry.

2. Paket teknik pengaturan hasil jenis-jenis pohon penghasil kayu pertukangan pada berbagai pola agroforestry.

3. Paket data dan informasi lingkungan pada berbagai pola agroforestry.

4. Paket analisis sosial, ekonomi, finansial, dan kebijakan pembangunan hutan rakyat pola agroforestry.

5. Paket informasi tata niaga dan pasar (pola, permasalahan, marjin) hasil-hasil hutan dengan pola agroforestry

6. Rekomendasi model penataan ruang dan kelembagaan pengelolaan lahan dengan pola agroforestry pada DAS prioritas.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 99

7. Rekomendasi mengenai kriteria dan indikator kelestarian pengelolaan hutan dengan pola agroforestry

1.6 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian akan meliputi beberapa kelompok aspek yang punyai kontribusi besar dalam mendorong tercapainya tujuan RPI diantaranya :

1. Sosial ekonomi (sosial, ekonomi, pemasaran),

2. Silvikultur (pemeliharaan hutan, perlindungan hutan, pertumbuhan hutan),

3. Hasil hutan dan pengelolaan sumber daya lahan (kayu dan non kayu, penyiapan lahan, hidrologi)

100 Pendahuluan Agroforestry

Metodologi

2.1 Metode

2.1.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian agroforestry dimulai dengan mendefinisikan kondisi terkini mengenai agroforestry, kemudian permasalahan-permasalahan yang ditemukan dicarikan pemecahannya (solusi) dengan menerapkan strategi-strategi yang sesuai agar sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan mampu permasalahan-permasalahan mengenai agroforestry dengan dikeluarkannya sejumlah kebijakan yang mampu mengembangkan pengelolaan system agroforestry yang tepat. Kerangka konseptual penelitian agroforestry disajikan pada Gambar 8.1.

BIDANG SOSEK BIDANG SILVIKULTUR BIDANG SD LINGKUNGAN

SOSIAL EKONOMI PEMASARAN PEMELIHARAAN PERLINDUNGAN PERTUMBUHAN HHBK JASLING KTA

KONDISI KINI- Kontribusi ekonomi & fungsi ekologi

msh rendah >>> peran blm optimal- Kelembagaan blm optimal- Produksi usaha tani blm diterapkan

>>> produktivitas rendah- Pasar belum efisien dll.

SOLUTIONFINDING

SOLUTIONFINDING

KONDISI YANG DITUJU- Peran (ekonomi,

lingkungan, sosial) hutan agroforestrymeningkat 15-20%

STRATEGI

AKAN DILAKUKAN

TELAH DILAKUKAN

TELAH DIAPLIKASIKAN

BELUM DIAPLIKASIKAN

SEDANG DILAKUKAN

RISET STATUS

PENTING

MENDESAK

Penelitian jangkamenengah/pnjng

Penelitian jangkapendekII I

III IV

RISETPROGRAM

RISET ASPEK

TERAPAN AKSI TINDAK DASAR RISET LEVEL

TEKNOLOGI AGROFORESTRYKONSEP KEBIJAKAN

PENGELOLAAN SISTEM AGROFORESTRY RISET OUTPUT

Gambar 8.1 Kerangka Konseptual RPI Agroforestry

2

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 101

2.1.2 Mekanisme Pengusulan Judul Kegiatan

Untuk meningkatkan sinergisitas dari kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada th 2012 s/d 2014, kegiatan tersebut harus masuk dalam skala prioritas yakni berbasis kayu pertukangan dan hutan milik. Sedangkan pertimbangan lain yang harus dipenuhi adalah mempunyai tujuan dan luaran serta output tahunan yang jelas sehingga pada akhir tahun RPI (2014) sudah bisa dirakit suatu teknologi agroforestry tahap pertama. Selanjutnya secara rinci mekanisme penyaringan judul kegiatan yang bisa diusulkan dalam kerangka RPI Agroforestry adalah seperti pada Gambar 8.2. Jika terdapat usulan diluar mekanisme tersebut sifatnya adalah kondisional (tergantung urgensi kasusnya).

FILTERMail RoomBoard of Directors Packaging Receiving

PersonnelShippingSPESIFIKASI FILTER :1. Basis kayu pertukangan

2 Lahan milik (hutan rakyat)2. Lahan milik (hutan rakyat)3. Tujuan dan luarannya jelas

4. Output tahunan jelas (kongkrit) dan dlm3 th berbentuk paket teknologi yg utuh

Duplikasi dg riset status DITOLAK

5. Tidak duplikasi6. Anggaran terbatas (15 s/d 20 judul) Duplikasi dg

sesama DIGABUNGPengusul

Gambar 8.2 Mekanisme penyaringan dalam pengusulan kegiatan RPI AF

2.1.3 Komposisi jenis kegiatan

Kegiatan yang akan dilaksanakan di dalam RPI Agroforestry meliputi penelitian terapan, penelitian yang bersifat kaji tindak (diaknostik), dan penelitian dasar yang perkiraan dosisnya disajikan pada Gambar 8.3.

102 Metodologi Agroforestry

RISET LEVEL PROPOSED

TERAPAN AKSI TINDAK DASAR

Gambar

DOSIS

Gambar 8.3 Dosis penelitian berdasarkan jenisnya

Sedangkan metode untuk masing-masing luaran dari setiap kegiatan penelitian disajikan pada Tabel 8.1.

Tabel 8.1 Metode Penelitian Setiap Kegiatan

No Luaran/Kegiatan Metode Penelitian

1 Paket IPTEK Pendukung Peningkatan Produktivitas Lahan dengan Pola Agroforestry

1 Penelitian Agroforestry Pada Hulu DAS Prioritas Berbasis Jenis Kayu Pertukangan

• analisakondisitanahawal• penentuanjenis(kayupertukangan&semusim)yang

sesuai.• pembuatanplot• pengukuranpertumbuhan• pengukuranproduksitanamansemusim/tanamanbawah

2 Agroforestry Pada Lahan Pantai Berbasis Nyamplung • pembuatanplotpenanaman• pengamatandanpengukurantanaman.• Penerapantekniksilvikultur

3 Penerapan Pola Agroforestry Dengan Kombinasi Jenis Kayu Pertukangan dan Tanaman Obat-Obatan

• penentuanjenisyangsesuai• pengambilanmateritanaman• pembuatanplot• teknikpenanaman• teknikpemeliharaan• pengukuranpertumbuhantanamandanproduksitanaman

obat

4 Peningkatan Produktivitas Lahan Melalui Pola Agroforestry Kayu Pertukangan Daur Menengah dengan Tanaman Pangan

• penentuanjenistanamanpanganyangsesuai• pengambilanmateritanaman• pembuatanplot• teknikpenanaman• teknikpemeliharaan• pengukuranpertumbuhantanamandanproduksitanaman

pangan

5 Teknik Pengendalian Hama Tanaman Kayu Pertukangan Pada Pola Agroforestry

• perhitunganserangan• identifikasihamadantanaman• eksperimenpengendalianhama

2 Paket Teknik Pengaturan Hasil Jenis-Jenis Pohon Penghasil Kayu Pertukangan pada Berbagai Pola Agroforestry

6 Teknik Pengaturan Hasil Pada Pola Agroforestry Di Hutan Rakyat • surveydanpembuatanpetakukursemipermanen• inventarisasidanpengukurandimensitegakan

3 Paket Data Dan Informasi Lingkungan Pada Berbagai Pola Agroforestry.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 103

No Luaran/Kegiatan Metode Penelitian

7 Kajian Tata Air Pada Lahan Pola Agroforestry • identifikasipolaagroforestry• pembangunaninstrumenhidrologi• pengukuran/pengumpulandataseribesaranhidrologi

8 Kajian Siklus Hara Pada Pola Agroforestry • surveypenetapanlokasi• pengambilansample• analisisunsurhara

9 Pemanfaatan Lahan Agroforestry Untuk Mendukung Mekanisme REDD Plus • identifikasipolaagroforestry• pengumpulandatabiomasatanamandantegakandengan

metode destructive• analisiskarbon• modelekonomioptimasimanajemenagroforestry

4 Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, Dan Kebijakan Pembangunan Hutan Rakyat Pola Agroforestry

10 Analisis Ekonomi Dan Finansial Pola Agroforestry Penghasil Kayu Pertukangan di Hutan Rakyat

• wawancara• pengukuranpotensi• perhitungananalisisfinansial

11 Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Rakyat Pola Agroforestry • wawancara• analisisstakeholder

12 Analisis kelembagaan dan kebijakan pengelolaan hutan rakyat pola agroforestry

• wawancara• analisisstakeholder

13 Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman kayu Bambang Lanang

• wawancara• analisisstakeholder

14 Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman kayu bawang • wawancara• analisisstakeholder

15 Kaji Tindak Hasil-Hasil Penelitian Sistem Agroforestry • studiliterature• wawancaradenganstakeholderterkait• analisisstakeholder• participatoryruralappraisal• focusgroupdiscussion• pembuatandemplot

5 Paket Informasi Tata Niaga Dan Pasar (Pola, Permasalahan, Marjin) Hasil-Hasil Hutan Dengan Pola Agroforestry

16 Kajian Pasar Hasil Hutan Rakyat Pola Agroforestry • wawancaradenganpelakupasar• surveypasarhasil-hasilagroforestry• rapidmarketappraisal• perhitunganprofitmargin

6 Rekomendasi Model Penataan Ruang Dan Kelembagaan Pengelolaan Lahan Dengan Pola Agroforestry Pada DAS Prioritas.

17 Kajian Lansekap Agroforestry Pada DAS Prioritas • analisispeta• pengumpulandatabiogeofisik,sosialekonomi,kelembagaan

dan hidrologi • aplikasimodeldansimulasiuntukmenyusunskenario

7 Rekomendasi Mengenai Kriteria Dan Indikator Kelestarian Pengelolaan Hutan Dengan Pola Agroforestry

18 Model Pengelolaan Lahan Konflik Berbasis Agroforestry • pengumpulandatasosekbuddanstakeholderyangterlibat• pengumpulandatainformasibiofisiklahandanlingkungan• survaijenis-jenispotensial• pembuatandemplotagroforestry

104 Metodologi Agroforestry

Rencana Tata Waktu

Kegiatan penelitian dari RPI Agroforestry diharapkan dapat selesai pada tahun 2012 – 2014 sesuai dengan perencanaan yang telah dibangun. Adapun rencana pelaksanaan kegiatan penelitian tersebut disajikan pada Tabel 8.2.

Tabel 8.2 Rencana Pelaksanaan Kegiatan

No KegiatanTahun

2012 2013 2014

1 Penelitian Agroforestry Pada Hulu DAS Prioritas Berbasis Jenis Kayu Pertukangan X X X

2 Agroforestry Pada Lahan Pantai Berbasis Nyamplung X X X

3 Penerapan Pola Agroforestry Dengan Kombinasi Jenis Kayu Pertukangan dan Tanaman Obat-Obatan

X X X

4 Peningkatan Produktivitas Lahan Melalui Pola Agroforestry Kayu Pertukangan Daur Menengah dengan Tanaman Pangan

X X X

5 Teknik Pengendalian Hama Tanaman Kayu Pertukangan Pada Pola Agroforestry X X X

6 Teknik Pengaturan Hasil Pada Pola Agroforestry Di Hutan Rakyat X X X

7 Kajian Tata Air Pada Lahan Pola Agroforestry X X X

8 Kajian Siklus Hara Pada Pola Agroforestry X X X

9 Pemanfaatan Lahan Agroforestry Untuk Mendukung Mekanisme REDD Plus X X X

10 Analisis Ekonomi Dan Finansial Pola Agroforestry Penghasil Kayu Pertukangan di Hutan Rakyat X X X

11 Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Rakyat Pola Agroforestry X X X

12 Analisis kelembagaan dan kebijakan pengelolaan hutan rakyat pola agroforestry X X X

13 Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman kayu Bambang Lanang X X X

14 Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman Kayu Bawang X X X

15 Kaji Tindak Hasil-Hasil Penelitian Sistem Agroforestry X X X

16 Kajian Pasar Hasil Hutan Rakyat Pola Agroforestry X X X

17 Kajian Lansekap Agroforestry Pada DAS Prioritas X X X

18 Model Pengelolaan Lahan Konflik Berbasis Agroforestry X X X

3

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 105

Rencana Lokasi

Lokasi yang direncanakan untuk kegiatan penelitian RPI Agroforestry terdiri atas Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Rincian dari rencana lokasi kegiatan penelitian tersebut disajikan padaTabel 8.3.

Tabel 8.3 Rencana Lokasi Penelitian

No Kegiatan Rencana Lokasi

1 Penelitian Agroforestry Pada Hulu DAS Prioritas Berbasis Jenis Kayu Pertukangan Jawa

2 Agroforestry Pada Lahan Pantai Berbasis Nyamplung Jawa

3 Penerapan Pola Agroforestry Dengan Kombinasi Jenis Kayu Pertukangan dan Tanaman Obat-Obatan Jawa

4 Peningkatan Produktivitas Lahan Melalui Pola Agroforestry Kayu Pertukangan Daur Menengah dengan Tanaman Pangan

Jawa

5 Teknik Pengendalian Hama Tanaman Kayu Pertukangan Pada Pola Agroforestry Jawa

6 Teknik Pengaturan Hasil Pada Pola Agroforestry di Hutan Rakyat Jawa

7 Kajian Tata Air Pada Lahan Pola Agroforestry Jawa

8 Kajian Siklus Hara Pada Pola Agroforestry Jawa

9 Pemanfaatan Lahan Agroforestry Untuk Mendukung Mekanisme REDD Plus Jawa

10 Analisis Ekonomi dan Finansial Pola Agroforestry Penghasil Kayu Pertukangan di Hutan Rakyat Jawa

11 Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Rakyat Pola Agroforestry Jawa

12 Analisis kelembagaan dan kebijakan pengelolaan hutan rakyat pola agroforestry Banjar Baru

13 Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman kayu Bambang Lanang Palembang

14 Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman kayu bawang Palembang

15 Kaji Tindak Hasil-Hasil Penelitian Sistem Agroforestry Jawa

16 Kajian Pasar Hasil Hutan Rakyat Pola Agroforestry Jawa

17 Kajian Lansekap Agroforestry Pada DAS Prioritas Jawa

18 Model Pengelolaan Lahan Konflik Berbasis Agroforestry Jawa

4

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 107

Rencana Biaya

Terkait dengan pembiayaan, kegiatan penelitian RPI Agroforestry akan dimulai pada tahun 2012 – 2014 sehingga dibutuhkan adanya perencanaan yang cukup mendalam terhadap biaya yang diperlukan agar memberikan output hasil penelitian sesuai dengan yang diharapkan. Rencana biaya pelaksanaan penelitian RPI Agroforestry tahun 2012 – 2014 disajikan pada Tabel 8.4.

Tabel 8.4 Rencana Biaya Pelaksanaan Penelitian

No Luaran/Kegiatan InstansiBiaya ( X 1 juta)

2012 2013 2014

1 Paket IPTEK Pendukung Peningkatan Produktivitas Lahan Dengan Pola Agroforestry

1 Penelitian Agroforestry Pada Hulu DAS Prioritas Berbasis Jenis Kayu Pertukangan BPTA 94.105

2 Agroforestry Pada Lahan Pantai Berbasis Nyamplung BPTA 99.000

3 Penerapan Pola Agroforestry Dengan Kombinasi Jenis Kayu Pertukangan dan Tanaman Obat-Obatan

BPTA 102.630

4 Peningkatan Produktivitas Lahan Melalui Pola Agroforestry Kayu Pertukangan Daur Menengah dengan Tanaman Pangan

BPTA 93.647

5 Teknik Pengendalian Hama Tanaman Kayu Pertukangan Pada Pola Agroforestry BPTA 80.105

2 Paket Teknik Pengaturan Hasil Jenis-Jenis Pohon Penghasil Kayu Pertukangan Pada Berbagai Pola Agroforestry

6 Teknik Pengaturan Hasil Pada Pola Agroforestry Di Hutan Rakyat BPTA 86.000

3 Paket Data Dan Informasi Lingkungan Pada Berbagai Pola Agroforestry

7 Kajian Tata Air Pada Lahan Pola Agroforestry BPTA 114.250

8 Kajian Siklus Hara Pada Pola Agroforestry BPTA 88.000

9 Pemanfaatan Lahan Agroforestry Untuk Mendukung Mekanisme REDD Plus BPTA 111.000

4 Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, Dan Kebijakan Pembangunan Hutan Rakyat Pola Agroforestry

10 Analisis Ekonomi dan Finansial Pola Agroforestry Penghasil Kayu Pertukangan di Hutan Rakyat

BPTA 81.000

11 Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Rakyat Pola Agroforestry BPTA 83.150

12 Analisis kelembagaan dan kebijakan pengelolaan hutan rakyat pola agroforestry BPK Banjar Baru

-

13 Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman kayu Bambang Lanang BPK Palembang

-

14 Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman kayu bawang BPK Palembang

-

15 Kaji Tindak Hasil-Hasil Penelitian Sistem Agroforestry BPTA 82.500

5 Paket Informasi Tata Niaga Dan Pasar (Pola, Permasalahan, Marjin) Hasil-Hasil Hutan Dengan Pola Agroforestry

5

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 109

No Luaran/Kegiatan InstansiBiaya ( X 1 juta)

2012 2013 2014

16 Kajian Pasar Hasil Hutan Rakyat Pola Agroforestry BPTA 81.000

6 Rekomendasi Model Penataan Ruang Dan Kelembagaan Pengelolaan Lahan Dengan Pola Agroforestry Pada DAS Prioritas.

17 Kajian Lansekap Agroforestry Pada DAS Prioritas BPTA 293.000

7 Rekomendasi Mengenai Kriteria Dan Indikator Kelestarian Pengelolaan Hutan Dengan Pola Agroforestry

18 Model Pengelolaan Lahan Konflik Berbasis Agroforestry BPTA 90.840

110 Rencana Biaya Agroforestry

Organisasi

Agar kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan dibawah RPI Agroforestry dapat dikelola dengan baik, maka dibutuhkan adanya organisasi yang tugasnya mengatur dan mengelola pelaksanaan kegiatan penelitian tersebut. Susunan nama peneliti yang bertugas untuk mengelola RPI Agroforestry tercantum secara lengkap dalam Tabel 8.5.

Tabel 8.5 Nama Peneliti Pelaksana

No Instansi Penanggung Jawab Kegiatan Kegiatan

1 BPTA Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc (Koordinator RPI)

Teknik Pengaturan Hasil Pada Pola Agroforestry di Hutan Rakyat

2 BPTA Sri Purwaningsih, Shut Penelitian Agroforestry Pada Hulu DAS Prioritas Berbasis Jenis Kayu Pertukangan

3 BPTA Ir. Encep Rahman, MSc. Agroforestry Pada Lahan Pantai Berbasis Nyamplung

4 BPTA Gunawan, Shut. Penerapan Pola Agroforestry Dengan Kombinasi Jenis Kayu Pertukangan dan Tanaman Obat-Obatan

5 BPTA Aris Sudomo, Shut, MP. Peningkatan Produktivitas Lahan Melalui Pola Agroforestry Kayu Pertukangan Daur Menengah dengan Tanaman Pangan

6 BPTA Endah Suhaendah, Shut. Teknik Pengendalian Hama Tanaman Kayu Pertukangan Pada Pola Agroforestry

7 BPTA Wuri Handayani, SSi, Mp. Kajian Tata Air Pada Lahan Pola Agroforestry

8 BPTA Ir. Yamin Mile, MSc. Kajian Siklus Hara Pada Pola Agroforestry

9 BPTA Yongky Indrajaya, Shut, MSc. Pemanfaatan Lahan Agroforestry Untuk Mendukung Mekanisme REDD Plus

10 BPTA Ir. Dian Diniyati, MSc. Analisis Ekonomi dan Finansial Pola Agroforestry Penghasil Kayu Pertukangan di Hutan Rakyat

11 BPTA Eva Fauziyah, Shut, MSc Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Rakyat Pola Agroforestry

12 BPK Bj Baru Adnan Analisis kelembagaan dan kebijakan pengelolaan hutan rakyat pola agroforestry

13 BPK Plbang Edwin Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman kayu Bambang Lanang

14 BPK Palembang

Edwin Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman kayu bawang

15 BPTA Devi Priambodo, Shut, MSi. Kaji Tindak Hasil-Hasil Penelitian Sistem Agroforestry

16 BPTA Soleh Mulyana, Shut. Kajian Pasar Hasil Hutan Rakyat Pola Agroforestry

17 BPTA Dr. Ir. Triyono Puspitojati, MSc.Edy Junaidi, SP, MSi.Sanudin, Shut, MSi.

Kajian Lansekap Agroforestry Pada DAS Prioritas

18 BPTA Tri Sulistyati W, SSos, MSc. Model Pengelolaan Lahan Konflik Berbasis Agroforestry

6

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 111

Untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan penelitian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan di lapangan dan proses sintesis laporan hasil penelitian, dibentuk tim pendukung RPI yang dibagi menurut aspek kegiatan seperti pada Tabel 8.6 berikut :

Tabel 8.6 Tim pendukung koordinator RPI AF

No Nama Aspek Keterangan

1 Ir. Budiman Achmad, M For Sc. Kebijakan dan kelembagaan Merangkap Koordinator RPI

2 Ir. Dian Diniyati, MSc. Sosial-Ekonomi Koordinator

3 Wuri Handayani, S.Si, MP Lingkungan Koordinator

4 Ir. Encep Rachman, M.Sc Silvikultur Koordinator

5 Nugraha Firdaus, Shut, MSenvDevi Priambodo, Shut, MSiSanudin, Shut, MSiTri Sulistyati w, Shut, MScAris Sudomo, Shut, MP.

- Kesekretariatan

Untuk melengkapi pengelolaan RPI Agroforestry diperlukan adanya informasi mengenai personil yang berasal dari BPTA Ciamis, BPK Palembang dan BPK Banjarbaru yang menguasai tiga kelompok kepakaran, yaitu Silvikultur, Sosial Ekonomi dan Sumberdaya Lingkungan. Jumlah peneliti menurut bidang penelitiannya disajikan pada Tabel 8.7.

Tabel 8.7 Jumlah Peneliti Menurut Bidang Penelitian

No Instansi Kelti Jumlah Personil Koordinator/Ketua Kelti

Peneliti Teknisi

1 BPTA Silvikultur 4 3 Ir. Encep Rachman, M.Sc

2 BPTA, BPK Palembang, BPK Banjar Baru Sosial Ekonomi 12 4 Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc

3 BPTA Sumber Daya Lingkungan 5 3 Wuri Handayani, S.Si, MP

112 Organisasi Agroforestry

Daftar Pustaka

Achmad, B., Hasanu S., Dian D., Tris SW., 2011. Persepsi Petani Terhadap Pengelolaan dan Fungsi Hutan Rakyat. Jurnal Bumi Lestari (Belum Terbit).

Achmad, B. dan Dian D., 2010. Agroforestry sebagai Pola Tanam Ideal pada Hutan Rakyat. Prosiding Pusprohut (Belum Terbit)

Diniyati, D. 2009. Bentuk Insentif Pengembangan Hutan Rakyat Di Wilayah Ekosistem Gunung Sawal, Ciamis. Tesis. Program Studi Ilmu Kehutanan. Program Pascasarjana. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tidak Diterbitkan

ICRAF, 2011. Komunikasi Pribadi. Bogor

Renstra Dephut 2009-2014. Kementerian Kehutanan. Jakarta.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 113

Lampiran 8.1 Kerangka Kerja Logis RPI Agroforestry 2012 – 2014

Narasi Indikator Alat Verifikasi

Asumsi

TUJUAN

Merumuskan model pengelolaan sistem agroforestry yang mampu meningkatkan peran hutan rakyat pola agroforestry.

Diperolehnya berbagai informasi dan paket IPTEK dan rekomendasi mengenai peningkatan peran pengelolaan lahan dengan sistem agroforestry

- LHP- Publikasi

Ilmiah- Demplot- Info Teknis- Gelar

Teknologi- Policy Brief

Sumberdaya penelitian memadai, dukungan kebijakan, bahan tersedia

SASARAN

1. Tersedianya paket IPTEK yang mampu meningkatkan peran sistem agroforestry antara 10 s/d 20% diakhir tahun 2014.

2. Tersedianya konsep kebijakan yang mampu mendorong peningkatan peran sistem agroforestry.

1. Diperolehnya paket IPTEK yang mendukung peningkatan peran pengelolaan lahan dengan sistem agroforestry antara 10 s/d 20%

2. Diperolehnya rekomendasi kebijakan bagi peningkatan peran pengelolaan lahan dengan sistem agroforestry

- RPTP- LHP- Publikasi

Sumberdaya penelitian memadai, dukungan kebijakan, bahan tersedia

LUARAN

1. Paket IPTEK pendukung peningkatan produktivitas lahan dengan pola agroforestry.

2. Paket teknik pengaturan hasil jenis-jenis pohon penghasil kayu pertukangan pada berbagai pola agroforestry.

3. Paket data dan informasi lingkungan pada berbagai pola agroforestry.

4. Paket analisis sosial, ekonomi, finansial, dan kebijakan pembangunan hutan rakyat pola agroforestry.

5. Paket informasi tata niaga dan pasar (pola, permasalahan, marjin) hasil-hasil hutan dengan pola agroforestry

6. Rekomendasi model penataan ruang dan kelembagaan pengelolaan lahan dengan pola agroforestry pada DAS prioritas.

7. Rekomendasi mengenai kriteria dan indikator kelestarian pengelolaan hutan dengan pola agroforestry

1. Diperolehnya hasil analisis silvikultur untuk peningkatan produktivitas lahan dengan pola agroforestry.

2. Diperolehnya teknik pengaturan hasil hutan berbasisi kayu pertukangan pada berbagai pola agroforestry.

3. Diperolehnya hasil kajian dan informasi lingkungan mengenai aspek tanah, air, hara, dan karbon pada berbagai pola agroforestry.

4. Diperolehnya hasil kajian sosial, ekonomi, finansial, dan kebijakan pembangunan hutan rakyat pola agroforestry.

5. Diperolehnya data dan informasi tata niaga dan pasar hasil-hasil hutan dengan pola agroforestry

6. Terdapatnya rekomendasi model penataan ruang dan kelembagaan pengelolaan lahan dengan pola agroforestry pada DAS prioritas.

7. Terdapatnya rekomendasi mengenai kriteria dan indikator kelestarian pengelolaan hutan dengan pola agroforestry dan rekomendasi model pengelolaan lahan konflik berbasis agroforestry

- LHP- Publikasi

Sumberdaya penelitian memadai, dukungan kebijakan, bahan tersedia

KEGIATAN

Luaran 1:1. Penelitian Agroforestry Pada Hulu DAS

Prioritas Berbasis Jenis Kayu Pertukangan.2. Agroforestry Pada Lahan Pantai Berbasis

Nyamplung3. Penerapan Pola Agroforestry Dengan

Kombinasi Jenis Kayu Pertukangan dan Tanaman Obat-Obatan.

4. Peningkatan Produktivitas Lahan Melalui Pola Agroforestry Kayu Pertukangan Daur Menengah dengan Tanaman Pangan.

5. Teknik Pengendalian Hama Tanaman Kayu Pertukangan Pada Pola Agroforestry.

Diperolehnya hasil uji silvikultur kayu pertukangan pola agroforestry, nyamplung pola agroforestry, pola agroforestry kayu pertukangan+obat dan tanaman pangan, dan diperolehnya teknik pengendalian hama

- Fotokopi data sekunder,

- Hasil olahan kuisioner,

- Laporan - Dokumen-

tasi

Sumberdaya penelitian memadai, dukungan kebijakan, bahan tersedia

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 115

Narasi Indikator Alat Verifikasi

Asumsi

Luaran 2:6. Teknik Pengaturan Hasil Pada Pola

Agroforestry Di Hutan RakyatDiperolehnya teknik pengaturan hasil pola agroforestry di hutan rakyat

- LHP- Publikasi

Sumberdaya penelitian memadai, dukungan kebijakan, bahan tersedia

Luaran 3:7. Kajian Tata Air Pada Lahan Pola

Agroforestry.8. Kajian Siklus Hara Pada Pola Agroforestry.9. Pemanfaatan Lahan Agroforestry Untuk

Mendukung Mekanisme REDD Plus.

Diperolehnya hasil kajian mengenai tata air, tanah, hara, dan karbon

- LHP- Publikasi

Sumberdaya penelitian memadai, dukungan kebijakan, bahan tersedia

Luaran 4:10. Analisis Ekonomi dan Finansial Pola

Agroforestry Penghasil Kayu Pertukangan di Hutan Rakyat

11. Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Rakyat Pola Agroforestry.

12. Analisis kelembagaan dan kebijakan pengelolaan hutan rakyat pola agroforestry

13. Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman kayu Bambang Lanang

14. Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman kayu bawang

15. Kaji Tindak Hasil-Hasil Penelitian Sistem Agroforestry

Diperolehnya hasil analisis sosial, ekonomi, finansial, dan kebijakan dalam pengelolaan hutan rakyat agroforestry

- LHP- Publikasi

Sumberdaya penelitian memadai, dukungan kebijakan, bahan tersedia

Luaran 5:16. Kajian Pasar Hasil Hutan Rakyat Pola

AgroforestryDiperolehnya informasi tata niaga dan pasar hasil agroforestry

- LHP- Publikasi

Sumberdaya penelitian memadai, dukungan kebijakan, bahan tersedia

Luaran 6:17. Kajian Lansekap Agroforestry Pada DAS

PrioritasDiperolehnya hasil kajian unsur lingkungan, sosek, dan kelembagaan agroforestry di lingkup DAS

- LHP- Publikasi

Sumberdaya penelitian memadai, dukungan kebijakan, bahan tersedia

Luaran 7:18. Model Pengelolaan Lahan Konflik Berbasis

AgroforestryDiperolehnya model pengelolaan lahan konflik serta kriteria dan indikator kelestarian dalam agroforestry

- LHP- Publikasi

Sumberdaya penelitian memadai, dukungan kebijakan, bahan tersedia

116 Organisasi Agroforestry

Lampiran 8.2 Kodefikasi RPI Agroforestry 2012 – 2014

KODEFIKASI Narasi Indikator Pelaksana

TUJUAN

Merumuskan model pengelolaan sistem agroforestry yang mampu meningkatkan peran hutan rakyat pola agroforestry.

Diperolehnya berbagai informasi dan paket IPTEK dan rekomendasi mengenai peningkatan peran pengelolaan lahan dengan sistem agroforestry

SASARAN

1. Tersedianya paket IPTEK yang mampu meningkatkan peran sistem agroforestry antara 10 s/d 20% diakhir tahun 2014.

2. Tersedianya konsep kebijakan yang mampu mendorong peningkatan peran sistem agroforestry.

1. Diperolehnya paket IPTEK yang mendukung peningkatan peran pengelolaan lahan dengan sistem agroforestry antara 10 s/d 20%

2. Diperolehnya rekomendasi kebijakan bagi peningkatan peran pengelolaan lahan dengan sistem agroforestry

LUARAN

1. Paket IPTEK pendukung peningkatan produktivitas lahan dengan pola agroforestry.

2. Paket teknik pengaturan hasil jenis-jenis pohon penghasil kayu pertukangan pada berbagai pola agroforestry.

3. Paket data dan informasi lingkungan pada berbagai pola agroforestry.

4. Paket analisis sosial, ekonomi, finansial, dan kebijakan pembangunan hutan rakyat pola agroforestry.

5. Paket informasi tata niaga dan pasar (pola, permasalahan, marjin) hasil-hasil hutan dengan pola agroforestry

6. Rekomendasi model penataan ruang dan kelembagaan pengelolaan lahan dengan pola agroforestry pada DAS prioritas.

7. Rekomendasi mengenai kriteria dan indikator kelestarian pengelolaan hutan dengan pola agroforestry

1. Diperolehnya hasil analisis silvikultur untuk peningkatan produktivitas lahan dengan pola agroforestry.

2. Diperolehnya teknik pengaturan hasil hutan berbasisi kayu pertukangan pada berbagai pola agroforestry.

3. Diperolehnya hasil kajian dan informasi lingkungan mengenai aspek tanah, air, hara, dan karbon pada berbagai pola agroforestry.

4. Diperolehnya hasil kajian sosial, ekonomi, finansial, dan kebijakan pembangunan hutan rakyat pola agroforestry.

5. Diperolehnya data dan informasi tata niaga dan pasar hasil-hasil hutan dengan pola agroforestry

6. Terdapatnya rekomendasi model penataan ruang dan kelembagaan pengelolaan lahan dengan pola agroforestry pada DAS prioritas.

7. Terdapatnya rekomendasi mengenai kriteria dan indikator kelestarian pengelolaan hutan dengan pola agroforestry dan rekomendasi model pengelolaan lahan konflik berbasis agroforestry

KEGIATAN

8.1.1.11

8.1.2.118.1.3.11

8.1.4.11

8.1.5.11

Luaran 1:1. Penelitian Agroforestry Pada Hulu DAS Prioritas

Berbasis Jenis Kayu Pertukangan.2. Agroforestry Pada Lahan Pantai Berbasis Nyamplung3. Penerapan Pola Agroforestry Dengan Kombinasi Jenis

Kayu Pertukangan dan Tanaman Obat-Obatan.4. Peningkatan Produktivitas Lahan Melalui Pola

Agroforestry Kayu Pertukangan Daur Menengah dengan Tanaman Pangan.

5. Teknik Pengendalian Hama Tanaman Kayu Pertukangan Pada Pola Agroforestry.

Diperolehnya hasil uji silvikultur kayu pertukangan pola agroforestry, nyamplung pola agroforestry, pola agroforestry kayu pertukangan+obat dan tanaman pangan, dan diperolehnya teknik pengendalian hama

BPTA Ciamis

8.2.1.11Luaran 2:1. Teknik Pengaturan Hasil Pada Pola Agroforestry Di

Hutan RakyatDiperolehnya teknik pengaturan hasil pola agroforestry di hutan rakyat

BPTA Ciamis

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 117

KODEFIKASI Narasi Indikator Pelaksana

8.3.1.118.3.2.118.3.3.11

Luaran 3:1. Kajian Tata Air Pada Lahan Pola Agroforestry.2. Kajian Siklus Hara Pada Pola Agroforestry.3. Pemanfaatan Lahan Agroforestry Untuk Mendukung

Mekanisme REDD Plus.

Diperolehnya hasil kajian mengenai tata air, tanah, hara, dan karbon

BPTA CiamisBPTA Ciamis

8.4.1.11

8.4.2.11

8.4.3.15

8.4.4.9.

8.4.5.9

8.4.6.11

Luaran 4:1. Analisis Ekonomi dan Finansial Pola Agroforestry

Penghasil Kayu Pertukangan di Hutan Rakyat2. Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Rakyat Pola

Agroforestry.3. Analisis kelembagaan dan kebijakan pengelolaan

hutan rakyat pola agroforestry4. Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan

tanaman kayu Bambang Lanang5. Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan

tanaman kayu bawang6. Kaji Tindak Hasil-Hasil Penelitian Sistem Agroforestry

Diperolehnya hasil analisis sosial, ekonomi, finansial, dan kebijakan dalam pengelolaan hutan rakyat agroforestry

BPTA Ciamis

BPK Ciamis

BPK Banjarbaru

BPK Palembang

BPK Palembang

BPTA Ciamis

8.5.1.11Luaran 5:1. Kajian Pasar Hasil Hutan Rakyat Pola Agroforestry Diperolehnya informasi tata niaga dan pasar hasil

agroforestryBPTA Ciamis

8.6.1.11Luaran 6:1. Kajian Lansekap Agroforestry Pada DAS Prioritas Diperolehnya hasil kajian unsur lingkungan, sosek, dan

kelembagaan agroforestry di lingkup DASBPTA Ciamis

8.7.1.11Luaran 7:1. Model Pengelolaan Lahan Konflik Berbasis

AgroforestryDiperolehnya model pengelolaan lahan konflik serta kriteria dan indikator kelestarian dalam agroforestry

BPTA Ciamis

118 Organisasi Agroforestry

PENGELOLAAN DIPTEROKARPA

Koordinator :

Suryanto, S.Hut., M.Si

KodefikasiRPI 9

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 119

Lembar Pengesahan

PENGELOLAAN DIPTEROKARPA

Bogor, Januari 2012

Disetujui oleh :

Kepala Pusat Koordinator

Dr. Ir. Bambang Tri Hartono, MF.NIP. 19561005 198203 1 006

Suryanto, S.Hut., M.SiNIP. 19730831 199903 1 003

Mengesahkan :

Kepala Badan Litbang Kehutanan

Dr. Ir. Tachrir Fathoni, MSc.NIP. 19560929 198202 1 001

KEMENTERIAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANPENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 121

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ................................................................................... 121

Daftar Isi ...................................................................................................... 123

Daftar Tabel ................................................................................................. 125

Daftar Gambar ........................................................................................... 127

Abstrak ........................................................................................................ 129

1. Pendahuluan ......................................................................................... 131

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................131

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................132

1.3 Hipotesis ...............................................................................................................................134

1.4 Tujuan dan Sasaran .............................................................................................................134

1.5 Luaran (Output) ..................................................................................................................134

1.6 Ruang Lingkup .....................................................................................................................135

2. Metodologi ............................................................................................ 137

2.1 Aspek produktivitas ...........................................................................................................137

2.2 Aspek konservasi ................................................................................................................140

3. Instansi Pelaksana, Rencana Tata Waktu Dan Rencana Biaya .......... 143

4. Organisasi ............................................................................................. 149

Daftar Pustaka ............................................................................................ 151

Lampiran 9.1 Kerangka Kerja Logis RPI Pengelolaan Dipterokarpa ........................ 153

Lampiran 9.2 Kodefikasi Kegiatan RPI Pengelolaan Dipterokarpa ............................ 157

Lampiran 9.3 Diagram Alir kegiatan dan Pencapaian Luaran RPI Pengelolaan Dipterokarpa ................................................................................................ 161

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 123

Daftar Tabel

Tabel 9.1 Matrik Kegiatan, Instansi Pelaksana dan Rencana Tata Waktu ................. 143

Tabel 9.2 Matrik Kegiatan dan Rencana Anggaran ....................................................... 146

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 125

Daftar Gambar

Gambar 9.1 Pohon masalah sebagai penuntun dalam penyusunan konsep berpikir RPI Pengelolaan Dipterokarpa ................................................... 132

Gambar 9.2 Pohon solusi sebagai penuntun dalam penyusunan konsep berpikir RPI Pengelolaan Dipterokarpa ................................................... 133

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 127

Abstrak

Dipterokarpa memiliki nilai ekologi dan ekonomi penting dalam ekosistem hutan dan industri kehutanan di Indonesia. Seiring dengan sejarah pengelolaannya, perrmasalahan kunci yang tersedia saat sekarang adalah rendahnya produktivitas hutan dan minimnya pengetahuan tentang pelestarian jenis dan ekosistem dipterokarpa. Kondisi ini membutuhkan upaya penguatan IPTEK pengelolaan Dipterokarpa. Penelitian Integratif Pengelolaan Dipterokarpa bertujuan untuk menyediakan paket iptek peningkatan produktivitas Dipterokarpa dan upaya pelestarian jenis dan ekosistem Dipterokarpa. Indikator capaiannya adalah tersedianya tiga paket IPTEK peningkatan produktivitas berbasis jenis dan dua paket IPTEK konservasi Dipterokarpa berbasis ekosistem. Untuk pencapaiannya, dilakukan beberapa jenis kegiatan penelitian dan pengembangan, antara lain a). teknik produksi bibit berdaur sedang-pendek penghasil kayu petukangan dan pulp b). teknik manipulasi lingkungan dan silvikultur dalam penyiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan tanaman untuk percepatan riap dan pertumbuhan, c). penelitian optimasi pemanfaatan kawasan , d). teknik pengendalian gulma, hama dan penyakit serta dilengkapi dengan e) informasi fisibilitas usaha dan f) strategi konservasi jenis dan ekosistem dipterokarpa.

Kata kunci: Diptrokarpa, peningkatan produktivitas, Shorea

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 129

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dipterocarpaceae (Dipterokarpa) adalah famili dominan penyusun ekosistem hutan alam tropis di Indonesia. Menurut Appanah dan Turnbull (1998), 13 dari 16 marga dan 470 dari 510 jenis spesies Dipterokarpa terdapat di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Indonesia diperkirakan terdapat 270 jenis, tersebar di Kalimantan, Sumatera dan sedikit di Sulawesi, Maluku, Papua, Jawa dan Bali (Anonim, 2008). Sebagian besar produksi kayu Indonesia berasal dari jenis-jenis pohon dari suku Dipterokarpa, sehingga memiliki nilai ekonomi penting dalam industri kehutanan Indonesia. Dominansi dari sisi ekologi dan nilai yang tinggi dari sisi ekonomi ini menjadi indikator penting bahwa mengelola Dipterokarpa secara baik identik dengan pengelolaan hutan Indonesia secara lestari. Dalam hal ini, penelitian dan pengembangan IPTEK berbasis jenis maupun ekosistem Dipterokarpa menjadi diperlukan.

Terdapat empat topik masalah dalam pengelolaan hutan di Indonesia meliputi a). Adanya peningkatan kebutuhan kayu, b). Penurunan produktivitas hutan alam, c). Hutan tanaman yang belum berkembang dan d) Menguatnya tuntutan global terhadap upaya konservasi hutan hujan tropis. Berdasarkan empat topik masalah ini, diidentifikasikan terdapat tiga aspek penting yang menjadi kebutuhan penelitian terkait Dipterokarpa, meliputi a). IPTEK peningkatan produktifitas hutan alam, b) IPTEK peningkatan produktivitas hutan tanaman dari jenis Diterokarpa untuk menghasilkan kayu pertukangan dan pulp, c). IPTEK konservasi dan rehabilitasi hutan dan lahan berbasis jenis dan ekosistem dipterokarpa. Rencana Penelitian Integratif Pengelolaan Dipterokarpa ini disasar untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yaitu menyediakan paket IPTEK peningkatan produktivitas Dipterokarpa dalam upaya pelestarian jenis dan ekosistemnya. Untuk pencapaiannya, dilakukan beberapa jenis kegiatan penelitian dan pengembangan, antara lain a). Teknik produksi bibit berdaur sedang-pendek penghasil kayu petukangan dan pulp b). Teknik manipulasi lingkungan dan silvikultur dalam penyiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan tanaman untuk percepatan riap dan pertumbuhan, c). Penelitian optimasi pemanfaatan kawasan, d). Teknik pengendalian gulma, hama dan penyakit serta dilengkapi dengan e) Informasi fisibilitas usaha dan f) Strategi konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa.

Indikator pencapaian pada periode tahun 2012-2014 adalah tersedianya tiga paket IPTEK peningkatan produktivitas dan dua paket IPTEK konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa.

1

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 131

1.2 Rumusan Masalah

Rencana Penelitian Integratif Dipterokarpa idealnya memuat rencana penelitian yang komprehensif dari berbagai aspek. Namun demikian, terdapat tiga faktor pembatas dalam penyusunan RPI Dipterokarpa. Pertama, dipterokarpa yang jenisnya mencapai 270 jenis, merupakan obyek penelitian yang sangat luas. Kedua, beberapa aspek penelitian yang berhubungan dengan dipterokarpa telah diakomodasikan dalam RPI lain yang telah berjalan. Ketiga, waktu pelaksanaan RPI yang pendek, yaitu 2012-2014. Berdasarkan tiga faktor pembatas ini, RPI Pengelolaan Dipterokarpa periode 2012-2014 ini disusun berdasarkan pada kebutuhan penelitian yang paling mendesak untuk dilakukan dalam waktu dekat. Dalam hal ini, untuk pencapaian aspek peningkatan produktivitas dipilih lima jenis Dipterokarpa prioritas meliputi Shorea leprosula, Shorea johorensis, Shorea smithiana, Shorea balangeran dan Shorea parvifolia; sedangkan untuk aspek konservasinya dipilih dua site analisis, meliputi strategi konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa di kawasan non produksi IUPHHK dan di Taman Nasional.

Berikut pada Gambar 9.1 dan Gambar 9.2 ditampilkan pohon masalah dan pohon solusi Rencana Penelitian Integratif Pengelolaan Dipterokarpa.

Gambar 9.1 Pohon masalah sebagai penuntun dalam penyusunan konsep berpikir RPI Pengelolaan Dipterokarpa

132 Pendahuluan Pengelolaan Dipterokarpa

Gambar 9.2 Pohon solusi sebagai penuntun dalam penyusunan konsep berpikir RPI Pengelolaan Dipterokarpa

Masalah kunci yang terjadi saat ini adalah adanya penurunan produktivitas serta semakin terancamnya kelestarian jenis dan ekosistem Dipterokarpa. Karena potensi utama hutan di hutan Indonesia berasal dari jenis Dipterokarpa, kondisi ini menyebabkan menurunnya kemampuan pemenuhan kebutuhan kayu secara Nasional dan memberi dampak lanjutan pada penurunan usaha industri perkayuan dan penurunan pendapatan nasional dari sektor kehutanan. Adanya gangguan pada jenis dan ekosistem Dipterokarpa mengakibatkan Dipterokarpa terancam punah pada level jenis bahkan ekosistem.

Upaya peningkatan produktivitas memerlukan input penting dalam hal teknologi dan inovasinya. Beberapa diantaranya adalah : a). Teknologi pengadaan benih dan produksi bibit unggul dari jenis Dipterokarpa prioritas, b). Teknik manipulasi lingkungan untuk

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 133

memacu riap dan pertumbuhan dari jenis Dipterokarpa prioritas untuk pengayaan di hutan alam produksi dan penanaman di hutan tanaman, c). Optimasi pemanfaatan kawasan hutan produksi, dan d). Teknik pengendalian gulma, hama dan penyakit dari jenis Dipterokarpa prioritas Selanjutnya, untuk mendorong adanya investasi dalam pembangunan hutan tanaman, e) . Pengetahuan tentang fisibilitas usaha perlu disediakan. Sementara itu, informasi terbaru mengenai ekologi dan konservasi jenis Dipterokarpa, teknik konservasi ex situ jenis Dipterokarpa serta teknik rehabilitasi lahan terdegradasi dan bekas tambang perlu disediakan. Dalam hal ini diperlukan juga inovasi teknologi pengadaan benih Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana yang mempunyai daya adaptasi dan persentasi hidup tinggi di lahan terdegradasi (alang-alang) dan lahan bekas tambang. Strategi konservasi jenis dan ekosistem dipterokarpa di hutan produksi dan kawasan konservasi juga perlu disusun untuk mendukung upaya konservasi Dipterokarpa di kawasan non produksi (kawasan lindung) dalam unit IUPHHK dan di kawasan Taman Nasional.

1.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah a). Penguasaan teknologi peningkatan produktifitas dari tiga jenis Dipterokarpaceae dapat meningkatkan produksi kayu dari hutan alam dan hutan tanaman sebesar 10% dan b). Penguasaan strategi konservasi Dipterokapa di IUPHHK mampu meningkatkan upaya pelestarian jenis dan ekosistem hutan sebesar 20%.

1.4 Tujuan dan Sasaran

RPI Pengelolaan Dipterokarpa ini bertujuan untuk menyediakan paket IPTEK peningkatan produktivitas Dipterokarpa dalam upaya pelestarian jenis dan ekosistemnya.

Sementara itu, dua sasaran yang ingin dicapai adalah :

1. Tersedianya paket IPTEK peningkatan produktivitas Dipterokarpa yang komprehensif dan aplikatif

2. Tersedianya paket IPTEK yang mendukung upaya pelestarian jenis dan ekosistem Dipterokarpa

1.5 Luaran (Output)

Enam luaran yang dihasilkan dari RPI Pengelolaan Dipterokarpa adalah :

1. Teknik pengadaan benih dan produksi bibit dari 3 jenis Dipterokarpa prioritas, termasuk dalam hal ini pengadaan dan produksi bibit unggul sebagai penghasil kayu pertukangan serta bibit yang mempunyai daya adaptasi dan hidup yang tinggi untuk rehabilitasi lahan terdegradasi (alang-alang) dan lahan bekas tambang batubara.

134 Pendahuluan Pengelolaan Dipterokarpa

2. Teknik manipulasi lingkungan untuk memacu riap dan pertumbuhan 5 jenis prioritas Dipterokarpa untuk pengayaan di hutan alam dan penanaman di hutan tanaman.

3. Optimasi pemanfaatan kawasan hutan produksi untuk peningkatan produktivitas melalui multisistem silvikultur

4. Teknik pengendalian gulma, hama dan penyakit 3 jenis Dipterokarpa prioritas

5. Informasi fisibilitas pengembangan usaha dari 3 jenis prioritas Dipterokarpa untuk hutan tanaman penghasil pertukangan.

6. Informasi pengetahuan dan teknologi konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa, meliputi informasi terbaru mengenai ekologi dan konservasi jenis Dipterokarpa, teknik konservasi ex situ jenis Dipterokarpa, strategi konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa di kawasan non produksi IUPHHK dan di Taman Nasional, serta teknik rehabilitasi lahan terdegradasi dan lahan bekas tambang menggunakan Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana.

1.6 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian dalam RPI Dipterokarpa adalah:

1. Jenis prioritas yang akan dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas Dipterokarpa serta rehabilitasi lahan terdegradasi dan lahan bekas tambang adalah Shorea leprosula, Shorea johorensis, Shorea smithiana, Shorea balangeran dan Shorea parvifolia.

2. Areal wilayah yang diprioritaskan untuk kegiatan penelitian adalah Pulau Kalimantan dan Sumatera.

3. Kawasan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan penelitian meliputi hutan produksi, kawasan konservasi dan kawasan hutan dengan tujuan khusus.

4. Aspek kegiatan penelitian meliputi aspek manajemen hutan, aspek silvikultur, aspek lingkungan, aspek perlindungan hutan, aspek konservasi dan aspek social, ekonomi dan kebijakan.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 135

Metodologi

2.1 Aspek produktivitas

Penelitian dari aspek produktivitas bertujuan menyediakan IPTEK secara komprehensif untuk peningkatan produktivitas hutan dan lahan dari tiga jenis prioritas yang dipilih, meliputi Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana. Tiga jenis ini disasar untuk bisa dikembangkan melalui teknologi pertanaman di hutan alam (sebagai bahan pengayaan dan tanaman TPTJ) serta pembangunan hutan tanaman berdaur sedang-pendek penghasil kayu pertukangan dan untuk jangka panjang selanjutnya diarahkan untuk pengembangannya sebagai penghasil kayu pulp. Untuk mencapai sasaran itu dilakukan kegiatan penelitian yang integratif, mulai dari teknologi produksi bibit hingga perhitungan fisibilitas usahanya, yaitu :

2.1.1 Penelitian teknik pengadaan dan produksi bibit unggul 3 jenis Dipterokarpa (Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana).

Metode yang digunakan adalah:

1. Studi pustaka tentang pemuliaan dan reproduksi bibit

2. Identifikasi dan koleksi bahan/anatomi jenis Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana untuk arah pengembangan jenis penghasil kayu petukangan

3. Pemuliaan jenis Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana

4. Reproduksi bibit unggul

2.1.2 Teknik aplikasi media tanam dari limbah biomassa hutan dan industri kayu.

Metode yang digunakan adalah :

1. Studi pustaka

2. Identifikasi kandungan limbah biomassa hutan dan industri kayu

3. Membuat media tanam berdasarkan informasi kandungan limbah biomassa hutan dan industri kayu

4. Percobaan penanaman jenis prioritas menggunakan media tanam yang telah dibuat dengan berbagai perlakuan di persemaian

5. Pengukuran parameter pertumbuhan tanaman (persen hidup dan tinggi) di persemaian

2

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 137

6. Penanaman jenis prioritas yang telah menggunakan media tanam dari lapangan limbah biomassa hutan dan industri kayu di lapangan

7. Pengukuran parameter pertumbuhan tanaman (persen hidup, diameter dan tinggi) di lapangan

2.1.3 Teknik manipulasi lingkungan dalam upaya peningkatan riap dan pertumbuhan 5 jenis Dipterokarpa proritas (Shorea leprosula, S. johorensis dan S. Smithiana, Shorea balangeran dan S. parvifolia)

Metode yang digunakan adalah :

1. Studi pustaka

2. Percobaan teknik penyiapan lahan pada beberapa kondisi lahan

3. Percobaan teknik penanaman dan pemupukan jenis prioritas untuk jenis Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana di hutan alam bekas tebangan dan hutan tanaman

4. Pengamatan dan pengukuran riap dan pertumbuhan tanaman

2.1.4 Penelitian pertumbuhan dan hasil tanaman

Metode yang digunakan adalah :

1. Mengumpulkan data dan informasi hasil pengukuran pada PUP Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana yang telah dilakukan

2. Pembuatan PUP pada kelas umur dan kondisi tempat tumbuh yang belum tersedia pada PUP sebelumnya

3. Pengukuran pertumbuhan tanaman secara periodik

4. Menyusun model pertumbuhan di hutan alam bekas tebangan dan hutan tanaman

2.1.5 Penelitian Persyaratan tumbuh 5 jenis Dipterokarpa proritas

Metode yang digunakan adalah :

1. Survey dan identifikasi habitat tumbuh jenis

2. Pengamatan habitat, meliputi kegiatan pembuatan plot, petak ukur, pengambilan data kontur, sampel tanah dan inventarisasi jenis serta analisis vegetasi.

3. Analisis persyaratan tempat tumbuh menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.

138 Metodologi Pengelolaan Dipterokarpa

2.1.6 Teknik silvikultur intensif Dipterokarpa penghasil tengkawang

Metode yang digunakan adalah :

1. Pengambilan bahan anakan berikut data deskripsi persyaratan tumbuh.

2. Pengamatan dan pengambilan sample tanah pada habitat asal bahan tanaman

3. Analisis tanah asal anakan, meliputi pengujian sifat fisik, kimia dan mikrobiologis tanah

4. Pengamatan dan pengambilan data fisik pada dua kondisi lapangan calon areal pertanaman, meliputi hutan belukar dan alang-alang.

5. Inovasi teknologi pembuatan media tanam berdasarkan hasil analisis tanah pada habitat asal dan calon areal pertanaman.

6. Percobaan pertanaman, meliputi pembangunan demplot tanaman

7. Pengamatan dan pengukuran pertumbuhan dan riap tanaman.

2.1.7 Multisistem silvikultur dalam pengelolaan kawasan hutan produksi

Metode yang digunakan adalah :

1. Analisis kesesuaian lahan dengan system silvikultur

2. Pembangunan demplot system silvikultur TPTI, TPTJ, TR dan THPB

3. Pembangunan model analisis efektifitas multisystem silvikultur

2.1.8 Teknik pengendalian gulma dari jenis Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana

Metode yang digunakan adalah :

1. Observasi tanaman yang terserang gulma

2. Identifikasi jenis gulma yang menyerang tanaman

3. Pengendalian gulma dengan berbagai perlakuan secara biologis, mekanis, dan kimia

4. Mengamati pertumbuhan tanaman yang telah diberi perlakuan untuk mengendalikan gulma

2.1.9 Teknik pengendalian hama dan penyakit dari jenis Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana

Metode yang digunakan adalah :

1. Observasi tanaman yang terserang hama dan penyakit

2. Identifikasi jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 139

3. Pengendalian hama dan penyakit dengan berbagai perlakuan secara biologis, mekanis, dan kimia

4. Mengamati pertumbuhan tanaman yang telah diberi perlakuan untuk mengendalikan hama dan penyakit

2.1.10 Analisis kelayakan finansial pengembangan usaha pembangunan hutan tanaman dari jenis Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana

Metode yang digunakan adalah :

1. Identifikasi variabel-variabel penyusun biaya dan pendapatan

2. Survey harga pasar untuk masing-masing variabel

3. Identifikasi opsi-opsi logis usaha

4. Menyusun asumsi-asumsi logis

5. Membuat model perhitungan

6. Perhitungan nilai NPV, BCR dan IRR

7. Merumuskan rekomendasi usaha

2.2 Aspek konservasi

Penelitian dari aspek konservasi bertujuan untuk menyediakan informasi terkini tentang sebaran dan ekologi jenis serta ekosistem Dipterokarpa serta strategi konservasinya. Penelitian juga dikembangkan untuk mendapatkan bibit dari tanaman target Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana yang mempunyai daya adaptasi tinggi untuk bahan rehabilitasi lahan alang-alang dan lahan bekas tambang. Untuk mencapai sasaran itu dilakukan kegiatan penelitian meliputi :

2.2.1 Ekologi dan konservasi jenis Dipterokapa di Kalimantan dan Sumatera

Metode yang digunakan adalah :

1. Mengumpulkan informasi hasil eksplorasi Dipterocarpaceae yang telah dilakukan

2. Eksplorasi dan identifikasi jenis Dipterokarpa di Kalimantan dan Sumatera

3. Mengumpulkan data ekologi dengan menggunakan metode kuadrat dan garis transek

4. Mengumpulkan data penyebaran Dipterocarpaceae dengan menggunakan GPS

5. Menyiapkan peta yang berisi informasi tentang tutupan lahan, kondisi bioklimatik, altitudinal dan edafik

6. Membuat peta penyebaran jenis Dipterocarpaceae berdasarkan informasi terbaru

140 Metodologi Pengelolaan Dipterokarpa

2.2.2 Strategi konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa di Kawasan non Produksi IUPHHK dan kawasan Konservasi

Metode yang digunakan adalah :

1. Mengumpulkan informasi terbaru mengenai jenis dan penyebaran Dipterokarpa di kawasan non produksi IUPHHK dan kawasan konservasi

2. Identifikasi ancaman bagi kelestarian Dipterocarpaceae di kawasan non produksi IUPHHK dan kawasan konservasi

3. Identifikasi stakeholders yang berperan dalam konservasi Dipterokarpa

4. Identifikasi masalah yang terjadi dalam upaya implementasi konservasi Dipterokarpa di kawasan non produksi IUPHHK dan kawasan konservasi

5. Menyusun strategi konservasi berdasarkan informasi yang telah diperoleh

2.2.3 Teknik rehabilitasi lahan terdegradasi dan bekas tambang di Kalimantan

Metode yang digunakan adalah :

1. Identifikasi dan evaluasi karakteristik lahan (sifat fisik dan kimia tanah) terdegradasi dan bekas tambang

2. Menyediakan peta topografi dan kesesuaian lahan jenis Dipterokarpa di areal bekas tambang

3. Menentukan teknik rehabilitasi lahan berdasarkan teknik silvikultur dan konservasi tanah

4. Menentukan jenis vegetasi khususnya jenis Dipterokarpa yang sesuai untuk ditanam pada lahan terdegradasi dan bekas tambang berdasarkan peta kesesuaian lahan

5. Pengamatan parameter pertumbuhan tanaman (persen hidup, tinggi dan diameter) sebagai indikator keberhasilan penanaman di lahan terdegradasi dan bekas tambang

6. Menyusun teknik rehabilitasi berdasarkan paket informasi yang telah tersedia

2.2.4 Eksplorasi sebaran dan potensi Dipterokarpa penghasil tengkawang dan minyak keruing

Metode yang digunakan adalah :

1. Mengumpulkan data dan informasi hasil eksplorasi Dipterokapa penghasil tengkawang dan minyak keruing yang telah dilakukan

2. Eksplorasi Dipterokarpa penghasil tengkawang dan minyak keruing

3. Mengumpulkan data ekologi dengan menggunakan metode kuadrat, zona dan garis transek

4. Mengumpulkan data koordinat penyebaran menggunakan GPS

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 141

5. Menyiapkan peta yang berisi informasi tentang tutupan lahan, kondisi bioklimatik, altitudinal dan edafik

6. Membuat peta penyebaran Dipterokarpa penghasil tengkawang dan minyak keruing

2.2.5 Studi level pemanenan buah tengkawang yang lestari

Metode yang digunakan adalah:

1. Survey dan identifikasi daerah sumber penghasil buah tengkawang

2. Survey dan pengamatan populasi pohon penghasil tengkawang dan fenologi serta musim pembungaan, pembuahan kemampuan regenerasi alami

3. Pengamatan dan pengukuran produksi alami dan produksi dipanen serta rendaman.

4. Pengamatan upaya regenerasi alami dan tingkat keberhasilannya.

5. Analisis level pemanenan yang lestari.

142 Metodologi Pengelolaan Dipterokarpa

Instansi Pelaksana, Rencana Tata Waktu Dan Rencana Biaya

Idealnya, RPI “Pengelolaan Dipterokarpa” direncanakan dan dilaksanakan secara simultan serta berkelanjutan sebagai bagian dari tupoksi, rencana strategis dan visi optimistis-realistis Balai Besar Penelitian Dipterokarpa untuk “Menjadi pusat informasi dan teknologi Dipterokarpa 2020”. Target pencapaiannya adalah tersedianya paket IPTEK yang menyeluruh (A-Z) terkait Dipterokarpa berdasarkan satuan/parameter jenis dan ekosistemnya. Efek positif dari pelaksanan RPI ini adalah adanya spesifikasi peneliti dalam lingkup B2PD secara khusus dan Badan Litbang Kehutanan berdasarkan pengetahuan tentang masing-masing jenis dan ekosistem Dipterokarpa. Untuk pencapaian itu, pada periode 2012-2014 ini disasar 3-5 jenis prioritas dan 2 ekosistem Dipterokarpa dengan instansi pelaksana serta rencana tata waktu dan biaya sebagai mana ditampilkan pada tabel 9.1 dan 9.2 berikut ini.

Tabel 9.1 Matrik Kegiatan, Instansi Pelaksana dan Rencana Tata Waktu

Luaran/Cakupan Kegiatan/IndikatorInstansi

yg terlibat

2012 2013 2014

Luaran 1. Teknik produksi bibit 3 jenis Dipterokarpa prioritas

Kegiatan 1.1 Teknik pengadaan dan produksi bibit unggul 3 jenis Dipterokarpa prioritas (Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana)

B2PDPm

Indikator 1.1.1 Tersedia teknologi produksi bibit unggul jenis Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana penghasil kayu pertukangan berdaur pendek-sedang

Kegiatan 1.2 Teknik aplikasi media tanam dari limbah biomassa hutan dan industri kayu

B2PDPm

Indikator 1.2.1 Data dan informasi komposisi media tanam dari limbah biomassa hutan dan industri kayu

Luaran 2. Teknik manipulasi lingkungan yang memacu peningkatan riap dan pertumbuhan 5 jenis Dipterokarpa prioritas

Kegiatan 2.1 Teknik manipulasi lingkungan dalam upaya peningkatan riap dan pertumbuhan 5 jenis Dipterokarpa proritas (Shorea leprosula, S. johorensis dan S. Smithiana, Shorea balangeran dan S. parvifolia)

B2PDPm

3

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 143

Luaran/Cakupan Kegiatan/IndikatorInstansi

yg terlibat

2012 2013 2014

Indikator 2.1.1

2.1.2

Data dan informasi percobaan tanaman 5 jenis Dipterokarpa proritas

Demplot ujicoba penanaman

Kegiatan 2.2 Penelitian pertumbuhan dan hasil tanaman (jenis Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana)

B2PDPm

Indikator 2.2.1 Data dan informasi pertumbuhan dan hasil tanaman (jenis Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana)

Kegiatan 2.3 Penelitian Persyaratan tumbuh 5 jenis Dipterokarpa proritas

B2PDPm

Indikator 2.3.1 Data dan informasi persyaratan tumbuh 5 jenis Dipterokarpa prioritas

Kegiatan 2.4 Teknik silvikultur intensif Dipterokarpa penghasil tengkawang

B2PDPm

Indikator 2.4.1 Data dan informasi silvikultur intensif Dipterokarpa penghasil Tengkawang

Luaran 3. Optimasi pemanfaatan kawasan hutan produksi untuk peningkatan produktivitas melalui multisistem silvikultur

Kegiatan 3.1 Multisistem silvikultur dalam pengelolaan hutan alam produksi

B2PDpm

Indikator 3.1.1 Data dan informasi tipologi kawasan dalam pemilihan system silvikultur.

3.1.2 Model dan simulasi sistem silvikultur

Luaran 4. Teknik pengendalian gulma, hama dan penyakit 3 jenis prioritas Dipterokarpa

Kegiatan 4.1 Teknik pengendalian gulma tanaman 3 jenis dipterokarpa prioritas (Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana)

B2PDpm

Indikator 4.1.1 Data dan informasi jenis-jenis gulma tanaman 3 jenis Dipterokarpa prioritas (Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana)

Kegiatan 4.2 Teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman 3 jenis Dipterokarpa prioritas (Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana)

B2PDPm

Indikator 4.2.1 Data dan informasi jenis-jenis hama dan penyakit tanaman 3 jenis Dipterokarpa prioritas (Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana)

Luaran 5. Informasi fisibilitas usaha 3 jenis prioritas Dipterokarpa

144 Instansi Pelaksana, Rencana Tata Waktu Dan Rencana Biaya Pengelolaan Dipterokarpa

Luaran/Cakupan Kegiatan/IndikatorInstansi

yg terlibat

2012 2013 2014

Kegiatan 5.1 Analisis kelayakan finansial pengem-bangan usaha tanaman Dipterokarpa (jenis Shorea leprosula, S. johorensis, dan S. smithiana)

B2PDpm

Indikator 5.1.1 Data dan informasi kelayakan usaha 3 jenis Dipterokarpa prioritas (jenis Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana)

Luaran 6. IPTEK konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa yang komprehensif dan aplikatif

Kegiatan 6.1 Ekologi dan konservasi jenis Dipterokapa di Kalimantan dan Sumatera

B2PDpm

Indikator 6.1.1 Data dan informasi jenis dan sebaran Dipterokarpa

6.1.2 Peta sebaran jenis tersedia

Kegiatan 6.2 Strategi konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa di Hutan Produksi dan kawasan Konservasi

B2PDpm

Indikator 6.2.1 Informasi arahan konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa di Hutan Produksi dan kawasan Konservasi tersedia

Kegiatan 6.3 Teknik rehabilitasi lahan terdegradasi dan bekas tambang di Kalimantan dengan jenis Dipterokarpa

B2PDPm

Indikator 6.3.1 Data kesesuaian jenis Dipterokarpa untuk rehabiltasi lahan terdegradasi dan bekas tambang

6.3.2 Teknik persiapan lahan dan penanaman di lahan terdegradasi dan bekas tambang

Kegiatan 6.4 Eksplorasi sebaran dan potensi Dipterokarpa penghasil tengkawang dan minyak keruing

B2PDPm

Indikator 6.4.1 Data sebaran dan potensi Dipterokarpa penghasil tengkawang

6.4.2 Peta sebaran dan potensi

Kegiatan 6.5 Studi level pemanenan buah tengkawang yang lestari

B2PDPm

Indikator 6.5.1 Data sebaran dan potensi Diptero-karpa penghasil tengkawang

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 145

Tabel 9.2 Matrik Kegiatan dan Rencana Anggaran

Luaran/Cakupan KegiatanInstansi

yg terlibat

Rencana Anggaran (dalam juta rupiah)

2012 2013 2014

Luaran 1. Teknik produksi bibit 3 jenis Dipterokarpa prioritas

Kegiatan 1.1 Teknik pengadaan dan produksi bibit unggul 3 jenis Dipterokarpa prioritas (Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana)

B2PDPm 125 150 175

Kegiatan 1.2 Teknik aplikasi media tanam dari limbah biomassa hutan dan industri kayu

B2PDPm

100 125 150

Luaran 2. Teknik manipulasi lingkungan yang memacu peningkatan riap dan pertumbuhan 5 jenis Dipterokarpa prioritas

Kegiatan 2.1 Teknik manipulasi lingkungan dalam upaya peningkatan riap dan pertumbuhan 5 jenis Dipterokarpa prioritas (Shorea leprosula, S. johorensis dan S. Smithiana, S balangeran dan S. parvifolia)

B2PDPm

150 200 250

Kegiatan 2.2 Penelitian pertumbuhan dan hasil tanaman (jenis Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana)

B2PDPm 125 150 200

Kegiatan 2.3 Penelitian Persyaratan tumbuh 5 jenis Dipterokarpa proritas

B2PDPm

125 150 200

Kegiatan 2.4 Teknik silvikultur intensif Dipterokarpa penghasil tengkawang

B2PDPm

125 150 200

Luaran 3. Optimasi pemanfaatan kawasan hutan produksi untuk peningkatan produktivitas melalui multisistem silvikultur

Kegiatan 3.1 Multisistem silvikultur dalam pengelolaan hutan alam produksi

B2PDpm

200 250 300

Luaran 4. Teknik pengendalian gulma, hama dan penyakit 3 jenis prioritas Dipterokarpa

Kegiatan 4.1 Teknik pengendalian gulma tanaman 3 jenis Dipterokarpa prioritas (Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana)

B2PDpm 150 175 200

Kegiatan 4.2 Teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman 3 jenis Dipterokarpa prioritas (Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana)

B2PDPm

150 175 200

Luaran 5. Informasi fisibilitas usaha 3 jenis prioritas Dipterokarpa

Kegiatan 5.1 Analisis kelayakan finansial pengembangan usaha tanaman Diptero-karpa (jenis Shorea leprosula, S. johorensis, dan S. smithiana)

B2PDpm 150 175 200

Luaran 6. IPTEK konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa yang komprehensif dan aplikatif

146 Instansi Pelaksana, Rencana Tata Waktu Dan Rencana Biaya Pengelolaan Dipterokarpa

Luaran/Cakupan KegiatanInstansi

yg terlibat

Rencana Anggaran (dalam juta rupiah)

2012 2013 2014

Kegiatan 6.1 Ekologi dan konservasi jenis Dipterokapa di Kalimantan dan Sumatera

B2PDpm

150 200 250

Kegiatan 6.2 Strategi konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa di Hutan Produksi dan kawasan Konservasi

B2PDpm 125 150 200

Kegiatan 6.3 Teknik rehabilitasi lahan terdegradasi dan bekas tambang di Kalimantan dengan jenis Dipterokarpa

B2PDPm 175 200 225

Kegiatan 6.4 Eksplorasi sebaran dan potensi Dipterokarpa penghasil tengkawang dan minyak keruing

B2PDPm

125 150 175

Kegiatan 6.5 Studi level pemanenan buah tengkawang yang lestari

B2PDPm

100 100 100

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 147

Organisasi

Penelitian integratif Pengelolaan Dipterokarpa ini akan dilaksanakan dibawah koordinasi Tim Peneliti Balai Besar Penelitian Dipterokarpa dengan susunan organisasi sebagai berikut :

Koordinator : Suryanto, S.Hut. MSi.

Anggota : 1. Nilam Sari, S.Hut (Bidang Ekologi)

2. Ir. Abdurachman MP (Bidang Silvikultur)

3. Ir. Ngatiman, MP (Bidang Hama dan Penyakit)

4. Nurul Silva, S.Hut (Bidang Konservasi)

5. DR. Ir. Tien Wahyuni, MP. (Bidang Ekonomi)

4

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 149

Daftar Pustaka

Appanah, S and Turnbull, J.M. 1998. A Review of Dipterocarps : Taxonomy, Ecologu and Silviculture. CIFOR, Bogor

Anonim. 2008. Rencana Strategis Balai Besar Penelitian Dipterokarpa. Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Samarinda.

Anonim. 2008. Rencana Induk Penelitian Dipterokarpa 2010-2020. Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Samarinda.

Davis, L.D., Johnson, K.N., Bettinger, P.S. and Howrd, T.E. 2001. Forest Management to Sustain Ecological, Economic and Social Values (4th edition). Mc. Graw-Hill, New York.

Schulte, A and Schone, D (ed). 1996. Dipterocarp Forest Ecosystems : Toward Sustainable Management. World Scientific Publishing, Singapore.

Siran, S.A. 2007. Status Riset Pengelolaan Dipterokarpa di Indonesia. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Samarinda.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 151

Lampiran 9.1 Kerangka Kerja Logis RPI Pengelolaan Dipterokarpa

Narasi Indikator Cara verifikasi Asumsi

Tujuan:Menyediakan paket IPTEK peningkatan produktivitas Dipterokarpa dalam upaya pelestarian jenis dan ekosistemnya

3 paket IPTEK peningkatan produktivitas dan 2 paket IPTEK konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa

1. 3 buku peningkatan produktivitas jenis Dipterokarpa prioritas dan 2 buku informasi sebaran serta strategi konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa

2. Laporan hasil penelitian3. Publikasi ilmiah4. Plot uji coba / demplot /

petak ukur permanen

1. Dana tersedia cukup dan tepat waktu

2. Tidak ada perubahan kebijakan

Sasaran:1. Tersedianya paket IPTEK

peningkatan produktivitas Dipterokarpa yang komprehensif dan aplikatif

2. Tersedianya paket IPTEK yang mendukung upaya kelestarian jenis dan ekosistem Dipterokarpa

1.1 Teknologi bibit, manipulasi lingkungan, pengendalian hama dan penyakit serta informasi fisibilitas usaha dari 5 jenis Dipterokarpa prioritas tersedia

2.2 Informasi terbaru tentang jenis dan penyebaran Dipterokapa di pulau Kalimantan dan Sumatera serta strategi konservasinya tersedia

1. Laporan hasil penelitian2. Dokumen strategi

konservasi3. Peta sebaran jenis4. Plot uji coba / demplot /

petak ukur permanen

1. Penelitian berjalan sesuai rencana

2. Sumberdaya penelitian tersedia

3. Tidak terjadi perubahan kebijakan yang menghambat pelaksanaan penelitian.

Luaran :1. Teknik produksi bibit

3 jenis Dipterokarpa prioritas

1.1 Informasi teknologi produksi bibit 3 jenis Dipterokarpa prioritas tersedia

1.2 Teknologi aplikasi media tanam bibit tersedia

1. LHP2. Publikasi ilmiah3. Petunjuk teknis/ pedoman

1. Penelitian berjalan sesuai rencana

2. Sumberdaya penelitian tersedia

3. Tidak terjadi perubahan kebijakan yang menghambat pelaksanaan penelitian.

2. Teknik manipulasi lingkungan dalam upaya memacu peningkatan riap dan pertumbuhan 5 jenis Dipterokarpa prioritas

2.1 IPTEK penyiapan lahan, teknik penanaman dan pemeliharaan dalam upaya peningkatan riap dan pertumbuhan 5 jenis prioritas Dipterokarpa tersedia

2.2 Data dan informasi riap dan pertumbuhan 5 jenis prioritas Dipterokarpa tersedia

2.3 Penelitian persyaratan tumbuh 3 jenis proritasDipterokarpa tersedia

2.4 Teknik silvikultur intensif Dipterokarpa penghasil tengkawang tersedia

1. LHP, 2. Publikasi ilmiah3. Petunjuk teknis/ pedoman4. Tabel volume

Sda

3. Optimasi pemanfaatan kawasan hutan produksi untuk peningkatan produktivitas melalui multisistem silvikultur

3.1 IPTEK Multisistem silvikultur dalam pengelolaan kawasan hutan produksi tersedia

1. LHP, 2. Publikasi ilmiah3. Petunjuk teknis/

pedoman

Sda

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 153

Narasi Indikator Cara verifikasi Asumsi

4. Teknik pengendalian gulma, hama dan penyakit 3 jenis Dipterokarpa prioritas

4.1 Teknik pengendalian gulma tanaman Dipterokarpa (jenis Shorea leprosula, S. Johorensis, dan S. smithiana) tersedia

4.2 Teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman Dipterokarpa (jenis Shorea leprosula, S. johorensis, dan S. smithiana)

1. LHP, 2. Publikasi ilmiah3. Buku informasi gulma,

hama dan penyakit

Sda

5. Informasi fisibilitas usaha 3 jenis prioritas Dipterokarpa

5.1 Informasi kelayakan finansial pengembangan usaha tanaman Dipterokarpa (jenis Shorea leprosula, S. johorensis, dan S. smithiana) tersedia

1. LHP, 2. Publikasi ilmiah3. Modul kelayakan financial

Sda

6. IPTEK konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa

6.1 Informasi terbaru tentang ekologi dan konservasi jenis Dipterokarpa di Kalimantan dan Sumatera tersedia

6.2. Strategi konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa di Hutan Produksi dan kawasan Konservasi tersedia

6.3. Teknik rehabilitasi lahan terdegradasi dan bekas tambang dengan jenis Dipterokarpa tersedia dan aplikatif

6.4. Informasi sebaran dan potensi Dipterokarpa penghasil tengkawang dan minyak keruing

6.5. Informasi Studi level pemanenan buah tengkawang yang lestari tersedia

1. LHP2. Karya tulis ilmiah3. Dokumen strategi

konservasi

Sda

Kegiatan:Kegiatan di Luaran 1

1. Teknik pengadaan dan produksi bibit unggul 3 jenis Dipterokarpa prioritas (Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana)

1.1. Teknologi produksi bibit unggul jenis Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana penghasl kayu pertukangan tersedia

1. LHP2. Publikasi ilmiah3. Pedoman/ Petunjuk Teknis

2. Teknik aplikasi media tanam dari limbah biomassa hutan dan industri kayu

2.1. Data dan informasi komposisi media tanam dari limbah biomassa hutan dan industri kayu tersedia

1. LHP2. Publikasi ilmiah3. Pedoman/ Petunjuk Teknis

154 Organisasi Pengelolaan Dipterokarpa

Narasi Indikator Cara verifikasi Asumsi

Kegiatan Luaran 2 :1. Teknik manipulasi

lingkungan dalam upaya peningkatan riap dan pertumbuhan 5 jenis Dipterokarpa proritas (Shorea leprosula, S. johorensis dan S. Smithiana, Shorea balangeran dan S. parvifolia)

2. Penelitian pertumbuhan dan hasil tanaman (jenis Shorea leprosula, S. johorensis, dan S. smithiana)

3. Penelitian Persyaratan tumbuh 5 jenis Dipterokarpa proritas

4. Teknik silvikultur intensif Dipterokarpa penghasil tengkawang

1.1. Data dan informasi percobaan tanaman 5 jenis Dipterokarpa proritas (jenis Shorea leprosula, S. johorensis, S. smithiana, S. balangeran dan S. parvifolia ) tersedia

1.2. Demplot ujicoba penanaman

2.1. Data dan informasi pertumbuhan dan hasil tanaman (jenis Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana) tersedia

3.2. Data dan informasi persyaratan tumbuh 5 jenis Dipterokarpa prioritas tersedia

4.1. Data dan informasi silvikultur intensif Dipterokarpa penghasil Tengkawang tersedia

1. LHP2. Publikasi ilmiah3. Pedoman/ Petunjuk Teknis

1. LHP2. Publikasi ilmiah3. Pedoman/ Petunjuk Teknis

1. LHP2. Publikasi ilmiah3. Pedoman/ Petunjuk Teknis

2. LHP3. Publikasi ilmiah4. Pedoman/ Petunjuk Teknis

Kegiatan Luaran 3 :1. Multisistem silvikultur

dalam pengelolaan kawasan hutan produksi

1.1. Data dan informasi penentuan tipologi kawasan dalam pemilihan sistem silvikultur tersedia.

1.2. Model dan simulasi pemilihan sistem silvikultur yang sesuai tersedia

1. LHP2. Publikasi ilmiah3. Pedoman/ Petunjuk Teknis4. Program model silvikultur

Kegiatan Luaran 4 :1. Teknik pengendalian

gulma tanaman 3 jenis Dipterokarpa prioritas (jenis Shorea leprosula, S. Johorensis, dan S. smithiana)

2. Teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman 3 jenis Dipterokarpa prioritas (jenis Shorea leprosula, S. johorensis, dan S. smithiana)

1.1. Data dan informasi jenis-jenis gulma tanaman jenis Shorea leprosula, S. johorensis dan S. Smithiana

2.1. Data dan informasi jenis-jenis hama dan penyakit tanaman jenis Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana

1. LHP2. Publikasi ilmiah3. Pedoman/ Petunjuk Teknis

1. LHP2. Publikasi ilmiah3. Pedoman/ Petunjuk Teknis

Kegiatan luaran 5 :

1. Analisis kelayakan finansial pengembangan usaha tanaman Dipterokarpa (jenis Shorea leprosula, S. johorensis, dan S. smithiana)

1.1. Data dan informasi kelayakan usaha 3 jenis Dipterokarpa prioritas(jenis Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana) dari beberapa site tersedia

1. LHP2. Publikasi ilmiah3. Pernagkat pemodelan

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 155

Narasi Indikator Cara verifikasi Asumsi

Kegiatan Luaran 6 :

1. Ekologi dan konservasi jenis Dipterokarpa di Kalimantan dan Sumatera

2. Strategi konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa di Hutan Produksi dan kawasan Konservasi

3. Teknik rehabilitasi lahan terdegradasi dan bekas tambang di Kalimantan dengan jenis Dipterokarpa

4. Eksplorasi sebaran dan potensi Dipterokarpa penghasil tengkawang dan minyak keruing

5. Studi level pemanenan buah tengkawang yang lestari

1.1. Data dan informasi jenis dan sebaran Dipterokarpa

1.2. Peta sebaran jenis tersedia

2.1. Informasi arahan konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa di Hutan Produksi dan kawasan Konservasi tersedia

3.2. Data kesesuaian jenis Dipterokarpa untuk rehabilitasi lahan terdegradasi dan bekas tambang tersedia

3.3. Teknik persiapan lahan dan penanaman di lahan terdegradasi dan bekas tambang tersedia

4.2. Data sebaran dan potensi Dipterokarpa penghasil tengkawang

4.3. Peta sebaran dan potensi tersedia

5.2. Data level pemanenan buah tengkawang secara lestari tersedia

1. LHP2. Publikasi ilmiah3. Pedoman/ Petunjuk Teknis4. Peta sebaran jenis

Dipterokarpa

1. LHP2. Publikasi ilmiah3. Demplot konservasi ex

situ

1. LHP2. Publikasi ilmiah3. Dokumen strategi

rehabilitasi

1. LHP2. Publikasi ilmiah3. Dokumen strategi

konservasi tengkawang

1. LHP2. Publikasi ilmiah3. Pedoman/ Petunjuk Teknis4. Demplot

156 Organisasi Pengelolaan Dipterokarpa

Lampiran 9.2 Kodefikasi Kegiatan RPI Pengelolaan Dipterokarpa

KODEFIKASI Narasi Indikator PELAKSANA

Tujuan:Menyediakan paket IPTEK peningkatan produktivitas Dipterokarpa dalam upaya pelestarian jenis dan ekosistemnya

3 paket IPTEK peningkatan produktivitas dan 2 paket IPTEK konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa

Sasaran:1. Tersedianya paket IPTEK peningkatan

produktivitas Dipterokarpa yang komprehensif dan aplikatif

2. Tersedianya paket IPTEK yang mendukung upaya kelestarian jenis dan ekosistem Dipterokarpa

1.1. Teknologi bibit, manipulasi lingkungan, pengendalian hama dan penyakit serta informasi fisibilitas usaha dari 5 jenis Dipterokarpa prioritas tersedia

2.1. Informasi terbaru tentang jenis dan penyebaran Dipterokapa di pulau Kalimantan dan Sumatera serta strategi konservasinya tersedia

Luaran :1. Teknik produksi bibit 3 jenis

Dipterokarpa prioritas 1.1. Informasi teknologi produksi bibit 3

jenis Dipterokarpa prioritas tersedia 1.2. Teknologi aplikasi media tanam bibit

tersedia

2. Teknik manipulasi lingkungan dalam upaya memacu peningkatan riap dan pertumbuhan 5 jenis Dipterokarpa prioritas

2.1. IPTEK penyiapan lahan, teknik penanaman dan pemeliharaan dalam upaya peningkatan riap dan pertumbuhan 5 jenis prioritas Dipterokarpa tersedia

2.2. Data dan informasi riap dan pertumbuhan 5 jenis prioritas Dipterokarpa tersedia

2.3. Penelitian persyaratan tumbuh 3 jenis proritasDipterokarpa tersedia

2.4. Teknik silvikultur intensif Dipterokarpa penghasil tengkawang tersedia

3. Optimasi pemanfaatan kawasan hutan produksi untuk peningkatan produktivitas melalui multisistem silvikultur

3.2. IPTEK Multisistem silvikultur dalam pengelolaan kawasan hutan produksi tersedia

4. Teknik pengendalian gulma, hama dan penyakit 3 jenis Dipterokarpa prioritas

4.2 Teknik pengendalian gulma tanaman Dipterokarpa (jenis Shorea leprosula, S. Johorensis, dan S. smithiana) tersedia

4.2. Teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman Dipterokarpa (jenis Shorea leprosula, S. johorensis, dan S. smithiana)

5. Informasi fisibilitas usaha 3 jenis prioritas Dipterokarpa

5.1. Informasi kelayakan finansial pengembangan usaha tanaman Dipterokarpa (jenis Shorea leprosula, S. johorensis, dan S. smithiana) tersedia

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 157

KODEFIKASI Narasi Indikator PELAKSANA

6. IPTEK konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa

6.1. Informasi terbaru tentang ekologi dan konservasi jenis Dipterokarpa di Kalimantan dan Sumatera tersedia

6.2. Strategi konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa di Hutan Produksi dan kawasan Konservasi tersedia

6.3. Teknik rehabilitasi lahan terdegradasi dan bekas tambang dengan jenis Dipterokarpa tersedia dan aplikatif

6.4. Informasi sebaran dan potensi Dipterokarpa penghasil tengkawang dan minyak keruing

6.5. Informasi Studi level pemanenan buah tengkawang yang lestari tersedia

9.1.1.6

Kegiatan:Kegiatan di Luaran 11.1. Teknik pengadaan dan produksi bibit

unggul 3 jenis Dipterokarpa prioritas (Shorea leprosula, Shorea johorensis dan Shorea smithiana)

· Teknologi produksi bibit unggul jenis Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana penghasl kayu pertukangan tersedia

B2P Dipterokarpa

9.1.2.6 1.2. Teknik aplikasi media tanam dari limbah biomassa hutan dan industri kayu

· Data dan informasi komposisi media tanam dari limbah biomassa hutan dan industri kayu tersedia

B2P Dipterokarpa

9.2.1.6.

9.2.2.6.

9.2.3.6.

9.2.4.6.

Kegiatan Luaran 2 :2.1. Teknik manipulasi lingkungan

dalam upaya peningkatan riap dan pertumbuhan 5 jenis Dipterokarpa proritas (Shorea leprosula, S. johorensis dan S. Smithiana, Shorea balangeran dan S. parvifolia)

2.2. Penelitian pertumbuhan dan hasil tanaman (jenis Shorea leprosula, S. johorensis, dan S. smithiana)

2.3. Penelitian Persyaratan tumbuh 5 jenis Dipterokarpa proritas

2.4. Teknik silvikultur intensif Dipterokarpa penghasil tengkawang

· Data dan informasi percobaan tanaman 5 jenis Dipterokarpa proritas (jenis Shorea leprosula, S. johorensis, S. smithiana, S. balangeran dan S. parvifolia ) tersedia

· Demplot ujicoba penanaman

· Data dan informasi pertumbuhan dan hasil tanaman (jenis Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana) tersedia

· Data dan informasi persyaratan tumbuh 5 jenis Dipterokarpa prioritas tersedia

· Data dan informasi silvikultur intensif Dipterokarpa penghasil Tengkawang tersedia

B2P Dipterokarpa

B2P Dipterokarpa

B2P Dipterokarpa

B2P Dipterokarpa

9.3.1.6.Kegiatan Luaran 3 :3.1. Multisistem silvikultur dalam

pengelolaan kawasan hutan produksi· Data dan informasi penentuan

tipologi kawasan dalam pemilihan sistem silvikultur tersedia.

· Model dan simulasi pemilihan sistem silvikultur yang sesuai tersedia

B2P Dipterokarpa

9.4.1.6.

9.4.2.6.

Kegiatan Luaran 4 :4.1. Teknik pengendalian gulma tanaman

3 jenis Dipterokarpa prioritas (jenis Shorea leprosula, S. Johorensis, dan S. smithiana)

4.2. Teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman 3 jenis Dipterokarpa prioritas (jenis Shorea leprosula, S. johorensis, dan S. smithiana)

· Data dan informasi jenis-jenis gulma tanaman jenis Shorea leprosula, S. johorensis dan S. Smithiana

· Data dan informasi jenis-jenis hama dan penyakit tanaman jenis Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana

B2P Dipterokarpa

B2P Dipterokarpa

158 Organisasi Pengelolaan Dipterokarpa

KODEFIKASI Narasi Indikator PELAKSANA

9.5.1.6.Kegiatan luaran 5 :5.1. Analisis kelayakan finansial

pengembangan usaha tanaman Dipterokarpa (jenis Shorea leprosula, S. johorensis, dan S. smithiana)

· Data dan informasi kelayakan usaha 3 jenis Dipterokarpa prioritas (jenis Shorea leprosula, S. johorensis dan S. smithiana) dari beberapa site tersedia

B2P Dipterokarpa

9.6.1.6.

9.6.2.6.

9.6.3.6.

9.6.4.6.

9.6.5.6.

Kegiatan Luaran 6 :6.1. Ekologi dan konservasi jenis

Dipterokarpa di Kalimantan dan Sumatera

6.2. Strategi konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa di Hutan Produksi dan kawasan Konservasi

6.3. Teknik rehabilitasi lahan terdegradasi dan bekas tambang di Kalimantan dengan jenis Dipterokarpa

6.4. Eksplorasi sebaran dan potensi Dipterokarpa penghasil tengkawang dan minyak keruing

6.5. Studi level pemanenan buah tengkawang yang lestari

· Data dan informasi jenis dan sebaran Dipterokarpa

· Peta sebaran jenis tersedia

· Informasi arahan konservasi jenis dan ekosistem Dipterokarpa di Hutan Produksi dan kawasan Konservasi tersedia

· Data kesesuaian jenis Dipterokarpa untuk rehabilitasi lahan terdegradasi dan bekas tambang tersedia

· Teknik persiapan lahan dan penanaman di lahan terdegradasi dan bekas tambang tersedia

· Data sebaran dan potensi Dipterokarpa penghasil tengkawang

· Peta sebaran dan potensi tersedia

· Data level pemanenan buah tengkawang secara lestari tersedia

B2P Dipterokarpa

B2P Dipterokarpa

B2P Dipterokarpa

B2P Dipterokarpa

B2P Dipterokarpa

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 159

Lampiran 9.3 Diagram Alir kegiatan dan Pencapaian Luaran RPI Pengelolaan Dipterokarpa

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 161

BIOTEKNOLOGI HUTAN DAN PEMULIAAN

TANAMAN HUTAN

Koordinator:

Dr.Ir. Budi Leksono, M.P.

KodefikasiRPI 10

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 163

Lembar Pengesahan

PENGELOLAAN DIPTEROKARPA

Bogor, Januari 2012

Disetujui oleh :

Kepala Pusat Koordinator

Dr. Ir. Bambang Tri Hartono, MF.NIP. 19561005 198203 1 006

Dr.Ir. Budi Leksono, M.P.NIP. 19631215 199003 1 002

Mengesahkan :

Kepala Badan Litbang Kehutanan

Dr. Ir. Tachrir Fathoni, MSc.NIP. 19560929 198202 1 001

KEMENTERIAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANPENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 165

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ................................................................................... 165

Daftar Isi ...................................................................................................... 167

Daftar Tabel ................................................................................................. 169

Daftar Gambar ........................................................................................... 171

Abstrak ........................................................................................................ 173

1. Pendahuluan ......................................................................................... 175

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................175

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................176

1.3 Hipothesis ............................................................................................................................176

1.4 Tujuan dan Sasaran .............................................................................................................177

1.5 Luaran....................................................................................................................................177

1.6 Ruang Lingkup .....................................................................................................................177

2. Metodologi ............................................................................................ 187

2.1 Bioteknologi Hutan ............................................................................................................187

2.2 Pemuliaan Tanaman Hutan ................................................................................................187

3. Rencana Tata Waktu ............................................................................. 191

4. Rencana Lokasi .................................................................................... 195

5. Rencana Anggaran ............................................................................... 197

6. Organisasi ............................................................................................. 201

Daftar Pustaka ............................................................................................ 203

Lampiran 10.1 Kerangka Kerja Logis RPI Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan .......................................................................................... 205

Lampiran 10.2 Kodefikasi Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 dan Cakupan Kegiatan RPI .............................................................................. 215

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 167

Daftar Tabel

Tabel 10.1 Rencana Tata Waktu RPI Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan ................................................................................................. 191

Tabel 10.2 Rencana Lokasi Penelitian ............................................................................. 195

Tabel 10.3 Rencana Anggaran RPI Bioteknolohi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan ................................................................................................................... 197

Tabel 10.4 Organisasi Kegiatan RPI Bioteknogi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan ................................................................................................................... 201

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 169

Daftar Gambar

Gambar 10.1 Siklus pemuliaan tanaman hutan .............................................................. 178

Gambar 10.2 Tahapan penunjukan dan pembangunan sumber benih tanaman hutan ............................................................................................. 179

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 171

Abstrak

Rencana Penelitian Integratif (RPI) Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan merupakan perubahan dari RPI Pemuliaan Tanaman Hutan yang disusun untuk memberikan solusi dalam menghadapi permasalahan terhadap produktivitas hutan tanaman yang masih rendah pada saat ini dan pelestarian hutan (flora dan fauna) yang semakin memprihatinkan. Dari laporan beberapa unit hutan tanaman diperoleh data bahwa riap volume kayu untuk pertukangan, pulp dan energi serta hasil hutan non kayu, masih dibawah target produksi yang diharapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan industri kehutanan nasional. Sementara itu permintaan pasar akan kayu dan produk hasil hutan non kayu setiap tahun semakin meningkat dengan persyaratan kualitas yang tinggi, sedangkan luasan hutan cenderung menurun. Disisi lain berdasarkan Redlist IUCN (2010) beberapa jenis flora dan fauna sudah masuk dalam katagori critically endengered dan vurnarable species yag perlu dijaga kelestariannya. Untuk itu diperlukan penelitian secara komprehensif untuk menghasilkan IPTEK peningkatkan produktivitas hutan tanaman dari kayu maupun hasil hutan non kayu dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik serta strategi pelestarian flora dan fauna yang tepat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi hal tersebut diatas adalah membangun hutan tanaman dengan menggunakan benih unggul hasil pemuliaan tanaman hutan dan memberikan informasi genetik untuk pelestarian flora dan fauna yang terancam punah.

Tujuan dari RPI Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan adalah menyediakan benih unggul untuk meningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu dan non kayu, serta menjaga kelestarian flora dan fauna dari aspek bioteknologi hutan. Adapun sasaran yang hendak dicapai dalam RPI ini adalah: 1) Menyediakan IPTEK pengadaan benih unggul untuk peningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu dan hasil hutan bukan kayu dan 2) Menyediakan in formasi genetik dan IPTEK kultur jaringan untuk mendukung pelestarian hutan dan penyediaan benih unggul.

Langkah yang akan ditempuh untuk mewujudkan tujuan yang akan dicapai adalah dengan melakukan serangkaian penelitian yang terbagi dalam 2 sub topik penelitian, yaitu Pemuliaan Tanaman Hutan dan Bioteknologi Hutan. Sub topik penelitian Pemuliaan Tanaman Hutan meliputi: 1) pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu, 2) pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hasil hutan bukan kayu, 3) Perbenihan hasil pemuliaan tanaman hutan, 4) Demplot sumber benih jenis unggulan lokal. Sedangkan sub topik penelitian Bioteknologi Hutan meliputi: 1) Dinamika populasi flora dan fauna untuk mendukung kegiatan pelestarian dan pemuliaan, 2) Pemuliaan berbasis molekuler, 3) Bio-forensik menggunakan penanda DNA untuk flora dan fauna, 4) Bio-sekuritas menggunakan penanda DNA untuk kesehatan tanaman hutan, 5) Genome DNA untuk meningkatkan kualitas benih unggul, dan 6) Perbanyakan jenis langka dan klon unggul menggunakan teknik kultur jaringan.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 173

Kata kunci: Bioteknologi hutan, Benih unggul, Pemuliaan tanaman hutan, Produktivitas tanaman, Sumber benih.

174 Abstrak Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pada program pembangunan Hutan Tanaman melalui Hutan Tanaman Industri (HTI), Hutan Rakyat (HR) dan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri perkayuan nasional (kayu pertukangan, kayu pulp dan kayu energi) dan hasil hutan non kayu, terutama dengan semakin menurunnya potensi dan ketergantungan produk hutan dari hutan alam. Berdasarkan Roadmap Revitalisasi Industri Kehutanan (2007), pada tahun 2014 hutan tanaman diharapkan sudah mampu berperan dalam menyediakan sebesar 75% kebutuhan bahan baku industri perkayuan di atas. Sehingga tantangan utama dalam pembangunan hutan tanaman ke depan adalah peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi hutan.

Berdasarkan Roadmap Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 2010-2025, program hutan tanaman diarahkan untuk menghasilkan IPTEK teknologi peningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu pertukangan, kayu pulp dan kayu energi dengan riap volume yang tinggi serta peningkatan produktivitas hasil hutan bukan kayu (HHBK). Dari laporan beberapa unit hutan tanaman diperoleh data riap volume kayu berturut-turut untuk tujuan kayu pertukangan masih dibawah 35 m3/ha/th (daur pendek), 25 m3/ha/th (daur menengah) dan 15 m3/ha/th (daur panjang); untuk kayu pulp masih di bawah 30 m3/ha/th (jenis unggulan) dan 15 m3/ha/th (jenis alternatif); dan untuk kayu energi masih dibawah 15 m3/ha/th. Sementara permintaan pasar akan kayu setiap tahun semakin meningkat dengan persyaratan kualitas kayu yang tinggi, sedangkan luasan hutan cenderung menurun. Hal yang sama dialami untuk produk dari jenis-jenis HHBK yang cenderung semakin menurun dan semakin sulit diperoleh.

Untuk peningkatan produktivitas hutan dengan luasan yang tetap maka langkah yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan produktivitas kayu dan HHBK. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan program pemuliaan tanaman hutan secara komprehensif untuk menghasilkan benih unggul dari species target. Program tersebut dapat menghasilkan benih unggul (improved seed) yang dapat meningkatkan produksi kayu dan HHBK lebih dari 10% dan bahkan sampai 100% dibandingkan dengan menggunakan benih biasa (unimproved seed). Sebagai ilustrasi, dari penanaman HTI untuk kayu pulp di Indonesia, riap volume tanaman yang diperoleh pada rotasi pertama sebesar 15-20 m3/ha/th yang sebagian besar menggunakan benih dari Areal Produksi Benih (APB). Pada rotasi kedua beberapa HTI yang telah menggunakan benih unggul dari kebun benih generasi pertama (F-1), riap volume tanaman dapat meningkat menjadi 25-30 m3/ha/th. Namun demikian,

1

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 175

riap tersebut baru diperoleh dari jenis unggulan untuk kayu pulp, sedangkan dari jenis-jenis untuk pemanfaatan yang lain (kayu pertukangan dan kayu energi) masih jauh di bawah riap volume yang diinginkan. Untuk jenis-jenis HHBK yang semula hanya mengandalkan dari hutan alam, setelah menggunakan hasil pemuliaan tanaman hutan dapat meningkatkan produksi 100-200% lebih tinggi (minyak kayu putih, getah tusam, dll.).

Untuk itu penelitian pemuliaan tanaman hutan masih harus dilakukan secara berkesinambungan sehingga dapat menyediakan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas tanaman dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini diharapkan bahwa ke depan hutan tanaman di Indonesia sudah menggunakan benih unggul hasil pemuliaan tanaman hutan untuk jenis-jenis tanaman yang dikembangkan. Adapun untuk menjaga kelestarian flora dan fauna yang telah masuk katagori critically endangered maupun vulnarable species, maka tindakan kegiatan konservasi sumber daya genetik seperti informasi keragaman genetik, hubungan kekerabatan dan dinamika populasi menggunakan penanda DNA akan menjadi informasi penting di dalam menyusun strategi konservasi yang harus dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang dihadapi pada hutan tanaman adalah masih rendahnya produktivitas kayu yang dihasilkan, disamping itu permintaan kayu yang tinggi juga mempersyaratkan kualitas sifat kayu yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan penelitian integratif dengan menerapkan disiplin ilmu terkait. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan program pemuliaan tanaman hutan secara komprehensif untuk menghasilkan benih unggul dari species target.

Dalam pengembangan hutan tanaman, program pemuliaan merupakan salah satu kunci keberhasilan. Program tersebut dapat menghasilkan benih unggul (improved seed) yang dapat meningkatkan produksi kayu lebih dari 10% dan bahkan sampai 100% dibandingkan dengan menggunakan benih biasa (unimproved seed). Program pemuliaan tersebut akan meningkatkan produktivitas hutan tanaman dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui serangkaian kegiatan yang berkesinambungan, yaitu konservasi sumber daya genetik, seleksi, persilangan, bioteknologi dan penanganan benih hasil pemuliaan tanaman hutan untuk menyediakan populasi dasar (base population), populasi pemuliaan (breeding population) dan populasi perbanyakan (propagation population). Peranan bioteknologi hutan dalam konservasi sumber daya genetik untuk menjaga kelestarian flora dan fauna adalah memberikan informasi keragaman genetik, hubungan kekerabatan dan dinamika populasi dengan penanda DNA dalam menyusun strategi yang tepat.

1.3 Hipothesis

Penelitian bioteknologi hutan dan pemuliaan tanaman hutan dengan menggunakan strategi yang tepat dari berbagai aspek terkait dan dilakukan secara berkesinambungan,

176 Pendahuluan Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

dapat menghasilkan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tegakan yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan memberikan informasi genetik terhadap pelestarian flora dan fauna yang terancam punah.

1.4 Tujuan dan Sasaran

1.4.1 Tujuan

Menyediakan benih unggul untuk peningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu dan hasil hutan bukan kayu serta menyediakan informasi genetik dan IPTEK kultur jaringan untuk mendukung pelestarian hutan dan penyediaan benih unggul.

1.4.2 Sasaran

1. Tersedianya IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu.

2. Tersedianya IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hasil hutan bukan kayu.

3. Tersedianya IPTEK perbenihan hasil pemuliaan tanaman hutan.

4. Terbangunnya demplot sumber benih jenis unggulan lokal.

5. Tersedianya IPTEK bioteknologi hutan.

1.5 Luaran

Luaran yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu.

2. IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hasil hutan bukan kayu.

3. IPTEK perbenihan hasil pemuliaan tanaman hutan.

4. Demplot sumber benih jenis unggulan lokal.

5. IPTEK bioteknologi hutan.

1.6 Ruang Lingkup

Ruang lingkup RPI Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan adalah melakukan serangkaian penelitian dari berbagai aspek terkait dalam menyediakan benih unggul untuk meningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu dan hasil hutan bukan kayu serta menyediakan informasi genetik dan IPTEK kultur jaringan untuk mendukung pelestarian hutan dan penyediaan benih unggul. Kegiatan

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 177

tersebut meliputi penyediaan populasi dasar, populasi pemuliaan dan populasi perbanyakan serta bioteknologi.

Lingkup kegiatan penelitian bioteknologi hutan dan pemuliaan tanaman hutan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, disusun berdasarkan strategi pemuliaan untuk menghasilkan benih unggul dalam rangka peningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu dan hasil hutan bukan kayu dan strategi konservasi genetik dalam rangka menjaga kelestarian flora dan fauna. Strategi tersebut dibuat untuk memberikan arah dengan sekuens yang jelas dan saling tekait. Adapun keterkaitan antara populasi satu dengan yang lain pada penelitian pemuliaan tanaman hutan dapat dilihat pada Gambar 10.1.

PopulasiProduksi

Persilangan

Seleksi

PopulasiPemuliaan

PopulasiPerbanyakan

PopulasiDasar

PopulasiInfusi

Gambar 10.1 Siklus pemuliaan tanaman hutan

Sedangkan kegiatan bioteknologi akan mendukung program pemuliaan tanaman hutan dalam memberikan informasi ilmiah tentang keragaman genetik, sistem perkawinan, pemetaan genetik dan informasi genetik lainnya pada populasi dasar maupun populasi pemuliaan. Oleh karena karakter yang diseleksi untuk setiap jenis tanaman (kayu dan hasil hutan bukan kayu) dan daur tanaman untuk masing-masing jenis (daur panjang, daur menengah dan daur pendek) berbeda, maka strategi pemuliaan untuk setiap jenis juga berbeda. Namun secara umum hasil dari populasi pemuliaan yang akan digunakan sebagai dasar pembangunan populasi perbanyakan (sumber benih) sesuai dengan status dan karakteristik masing-masing jenis sebagaimana digambarkan pada Gambar 10.2. Peranan bioteknologi hutan selain untuk mendukung kegiatan pemuliaan tanaman hutan juga dilakukan dalam rangka konservasi sumber daya genetik dengan pendekatan DNA dan perbanyakan dengan kultur jaringan, serta untuk mendukung pembangunan kehutanan lainnya.

178 Pendahuluan Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

HUTAN ALAM/ TANAMAN

UJI PROVENAN

TANAMAN

KEBUN BENIH SEMAI F-1

UJI KETURUNAN F-1

POPULASI PEMULIAAN danPOPULASI PERBANYAKAN

TEGAKAN BENIH PROVENAN VEGETATIF GENERATIF

KEBUN BENIH KLON F-1

UJI KLON

KEBUN PANGKAS

UJI KETURUNAN F-2

TANAMAN TANAMAN DST

pohon induk

pohon pluspohon plus

seleksi

seleksi

seleksi

stek

benih

seleksi

TANAMAN

POPULASIINFUSI

benih

benih

TEG. BENIH TERIDENTIFIKASI, TEG. BENIH TERSELEKSI, AREAL PRODUKSI BENIH

penunjukan

Gambar 10.2 Tahapan penunjukan dan pembangunan sumber benih tanaman hutan

Berdasarkan informasi di atas, Ruang lingkup kegiatan RPI Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan adalah sebagai berikut:

1.6.1 Bioteknologi Hutan

Penelitian bioteknologi hutan dilakukan untuk mendukung program pemuliaan tanaman hutan dan konservasi sumber daya genetik dari species target dari flora dan fauna, serta untuk mendukung pembangunan kehutanan lainnya. Untuk kegiatan konservasi sumber daya genetik, informasi seperti keragaman genetik, hubungan kekerabatan dan dinamika populasi menggunakan penanda DNA akan menjadi informasi penting di dalam menyusun strategi konservasi yang harus dilakukan. Untuk kegiatan pemuliaan tanaman hutan, penelitian ini dilakukan untuk meningkatan akurasi dan mempercepat proses identifikasi untuk seleksi melalui pendekatan genetika molekuler, perbanyakan tanaman melalui in-vitro (kultur jaringan), maupun kombinasi keduanya untuk program rekayasa genetik. Selain untuk mendukung kegiatan konservasi dan pemuliaan, kegiatan bioteknologi hutan, khususnya genetika molekuler, juga sangat diperlukan baik untuk bio-forensik (melacak asal-usul flora maupun fauna) maupun bio-sekuritas (menjaga kesehatan tanaman hutan).

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 179

Marker atau penanda molekuler merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengetahui susunan DNA dari suatu jenis makluk hidup. Oleh karenanya dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan, antara lain: mendeteksi individu secara genetik (finger printing) untuk mengontrol kualitas tanaman, menentukan hubungan kekerabatan, analisis parental, mengetahui tingkat perpindahan gen (gen flow) dalam usaha untuk memahami kualitas genetik tanaman, mengetahui asal-usul kayu yang telah ditebang untuk mengecek terjadi illegal logging atau tidak, dan mengetahui gen penanda atau pengendali sifat suatu karakter. Informasi dalam distribusi variasi genetik juga dapat dimanfaatkan dalam usaha seleksi, pemuliaan dan konservasi genetik tanaman hutan. Sedangkan perbanyakan in-vitro selain untuk menguasai teknik perbanyakan masal melalui kultur jaringan, juga dilakukan untuk melakukan teknik pengembangan somatic embryogenesis dalam program rekayasa genetik.

Pada penelitian ini, kegiatan bioteknologi hutan yang akan dilakukan terbagi menjadi 6 kelompok kegiatan, yaitu 1) Genetika populasi flora dan fauna, 2) Pemuliaan berbasis molekuler, 3) Bioforensik menggunakan penanda DNA, 4) Bio-sekuritas menggunakan penanda DNA, 5) Genome DNA dan 6) Kultur Jaringan. Jenis kegiatan bioteknologi hutan dari masing-masing kelompok adalah sebagai berikut:

180 Pendahuluan Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

1. Genetika populasi flora dan fauna

a. Studi keragaman genetik flora jenis prioritas menggunakan penanda DNA (6 jenis: Anthocepalus cadamba, Fagraea fragans, Calophyllum inophyllum, Shorea spp. penghasil Tengkawang, T. sinensis).

b. Studi keragaman genetik fauna yang terancam punah menggunakan penanda DNA (3 jenis: Rusa, Anoa, Banteng).

c. Pengaruh sistem silvikultur terhadap keragaman genetik populasi menggunakan penanda DNA (1 kegiatan).

2. Pemuliaan berbasis molekuler

a. Analisa tetua berdasarkan penanda DNA (2 jenis: Acacia mangium, Eucalyptus pellita).

b. Analisa sistem perkawinan berdasarkan penanda DNA pada Melaleuca cajuputi.

c. Analisis heterosigositas anakan Shorea leprosula untuk mendukung uji klon (1 kegiatan)

d. Identifikasi penanda DNA pengatur sifat rentan terhadap serangan jamur (2 jenis: Aquilaria sp dan Gyrinops versteegii)

e. Identifikasi penanda DNA pengatur pertumbuhan pada klon Tectona grandis (1 kegiatan)

3. Bioforensik menggunakan penanda DNA

Verifikasi asal usul kayu merbau menggunakan penanda DNA (1 kegiatan)

4. Bio-sekuritas menggunakan penanda DNA

Identifikasi jenis jamur pathogen menggunakan penanda DNA (1 kegiatan)

5. Genome DNA

Database Gen Pengendali Sifat yang berhubungan dengan rendemen pulp (pulp yield) pada Acacia mangium (1 kegiatan)

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 181

6. Kultur Jaringan

a. Kultur jaringan tanaman jenis langka (5 jenis: Santalum album, Aquilaria spp, Gyrinops versteegii, Gonystylus bancanus, Scorodocarpus bornensis)

b. Kultur jaringan untuk mendukung pembangunan populasi perbanyakan jenis unggul (3 jenis: Acacia, Eucalyptus, Falcataria moluccana, Toona sinensis)

c. Kultur jaringan untuk mendapatkan klon unggul tanaman hutan yang toleran terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan (1 kegiatan)

1.6.2 Pemuliaan Tanaman Hutan

Kegiatan penelitian pemuliaan tanaman hutan dilaksanakan untuk menyediakan populasi dasar dan melakukan seleksi pada populasi pemuliaan hingga menghasilkan benih unggul pada populasi perbanyakan. Potensi genetik yang dimiliki oleh masing-masing sumber benih pada populasi perbanyakan akan digunakan sebagai materi untuk pembangunan hutan tanaman (populasi produksi). Benih unggul hasil pemuliaan akan diuji potensi genetiknya di beberapa sentra pengembangan hutan tanaman melalui RPI pengelolaan hutan tanaman penghasil kayu, baik untuk penghasil kayu pertukangan, kayu pulp maupun kayu energi dan RPI pengelolaan hasil hutan bukan kayu (HHBK) FEMO. Dan untuk meningkatkan produktivitas yang lebih tinggi, akan dilanjutkan melalui kegiatan populasi pemuliaan tingkat lanjut pada generasi berikutnya (advance generation). Kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan dari aspek pemuliaan tanaman hutan adalah sbb.:

1.6.2.1 Populasi dasar

Populasi dasar adalah suatu populasi hutan yang terdiri dari pohon-pohon yang darinya sejumlah pohon induk dalam suatu siklus pemuliaan dapat diseleksi. Semakin luas populasi dasar akan semakin besar variasi yang dimilikinya dan akan semakin besar pula peluang pemuliaan yang akan diperoleh. Bahkan program pemuliaan akan sia-sia tanpa adanya variasi pada species yang ditangani. Hal ini dikarenakan keberhasilan program pemuliaan akan sangat tergantung pada populasi dasarnya. Populasi ini dapat berupa hutan alam, tanaman atau populasi pemuliaan dimana seleksi dapat dilakukan. Untuk program pemuliaan pohon, populasi dasar hendaknya berbasis genetik luas. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, populasi dasar hendaknya merupakan provenan yang telah diketahui potensi genetiknya.

Untuk menyediakan populasi dasar pada program pemuliaan tanaman hutan dalam jangka panjang, maka perlu dibangun areal konservasi genetik dari hasil koleksi benih yang akan digunakan sebagai sumber material genetik. Pembangunan areal konservasi genetik ini dilakukan dengan mempertimbangkan informasi keragaman genetik antar populasi dan di dalam populasi dari masing-masing species target. Areal konservasi dapat dibangun dengan menggunakan materi generatif maupun vegetatif, dari materi sebelum atau setelah melalui seleksi pada populasi pemuliaan.

182 Pendahuluan Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Pada penelitian ini, kegiatan populasi dasar dilakukan untuk mengevaluasi areal konservasi genetik yang telah dibangun pada perode sebelumnya (2003-2009), dan pembangunan areal konservasi genetik baru dari jenis yang akan dikembangkan untuk program pemuliaan ke depan yang berasal dari populasi alam untuk species target. Jenis kegiatan pada populasi dasar meliputi:

1. Populasi dasar untuk kayu pertukangan daur panjang (1 jenis: Instia bijuga).

2. Populasi dasar untuk kayu pertukangan daur menengah (5 jenis: Shorea leprosula, Toona sureni, T.sinensis, Alstonia scholaris, A.angustiloba).

3. Populasi dasar untuk kayu pertukangan daur pendek (2 jenis: Ficus variegata, Fagraea fragrans).

4. Populasi dasar untuk kayu pulp (3 jenis: Araucaria cunninghamii, Antocephalus cadamba, Octomeles sumatrana).

5. Populasi dasar untuk jenis-jenis HHBK prioritas (4 jenis: Santalum album, Calophyllum inophyllum, Shorea spp. penghasil Tengkawang, Arenga pinnata)

1.6.2.2 Populasi pemuliaan

Populasi pemuliaan merupakan pusat kegiatan dari strategi pemuliaan tanaman hutan. Keberhasilan dari strategi ini bergantung pada informasi parameter genetik dari karakter yang diseleksi dan metode seleksi yang diterapkan. Populasi ini merupakan seri uji pemuliaan yang tersusun dari pohon-pohon induk terpilih dari jenis yang dikembangkan, dimana siklus seleksi dan persilangan dilakukan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karakter yang diseleksi bergantung pada tujuan pengusahaan (kayu pertukangan, kayu pulp, atau kayu energi) dan permasalahan yang dihadapi untuk species target. Hasil uji pada populasi pemuliaan akan digunakan sebagai dasar untuk menyediakan populasi perbanyakan (sumber benih unggul).

Kegiatan pada populasi pemuliaan meliputi evaluasi dari uji pemuliaan yang telah dibangun pada periode sebelumnya (2003-2009), baik berupa uji keturunan, uji klon maupun uji perolehan genetik, pembangunan uji species-provenan, uji provenan, uji keturunan generasi pertama dan generasi lanjutan, uji klon dan pemuliaan dengan tujuan khusus (resistensi terhadap penyakit, hibridisasi, dll.) untuk species target. Jenis kegiatan pada populasi pemuliaan meliputi:

1. Populasi pemuliaan untuk kayu pertukangan daur panjang (2 jenis: Tectona grandis, Instia bijuga).

2. Populasi pemuliaan untuk kayu pertukangan daur menengah (4 jenis: S.leprosula, T. sinensis, Alstonia scholaris, A. angustiloba).

3. Populasi pemuliaan untuk kayu pertukangan daur pendek (1 jenis:Falcataria moluccana)

4. Populasi pemuliaan untuk jenis unggulan kayu pulp (4 jenis: A mangium, Eucalyptus pellita, A. crassicarpa, Acacia hybrid).

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 183

5. Populasi pemuliaan untuk jenis alternatif kayu pulp (2 jenis: A. cunninghamii, Antocephalus spp.).

6. Populasi pemuliaan untuk kayu energi (3 jenis: A. auriculiformis, A. decuren, Calliandra callothyrsus).

7. Populasi pemuliaan untuk jenis-jenis HHBK prioritas (5 jenis: C. inophyllum, Shorea spp. penghasil Tengkawang, Melaleuca cajuputi, Azadirachta indica, Gyrinops versteegii)

1.6.3 Perbenihan Hasil Pemuliaan Tanaman Hutan

Benih hasil pemuliaan tanaman hutan mempunyai kualitas dan nilai yang tinggi. Benih tersebut harus ditangani dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Lingkup perbenihan hasil pemuliaan tanaman hutan meliputi populasi perbanyakan, penanganan benih dan standarisasi mutu benih hasil pemuliaan tanaman hutan.

Populasi perbanyakan terdiri dari pohon-pohon terseleksi dimana kombinasi gen yang terseleksi dalam populasi pemuliaan diproduksi secara masal sebagai benih unggul. Populasi ini dapat disediakan melalui pembangunan atau konversi populasi pemuliaan menjadi populasi perbanyakan sesuai dengan strategi dari species target. Populasi ini dapat dibangun dengan bentuk yang lebih besar berdasarkan informasi dari populasi pemuliaan untuk memenuhi kebutuhan benih yang cukup besar, baik menggunakan materi generatif maupun materi vegetatif. Populasi perbanyakan akan menyediakan benih unggul dari jenis-jenis yang telah selesai dilakukan seleksi pada populasi pemuliaan. Untuk 5 (lima) tahun ke depan diharapkan dapat menyediakan benih unggul dari 2 species target, yaitu: Tectona grandis berupa materi vegetatif untuk kayu pertukangan dan Acacia mangium untuk kayu pulp.

Untuk menjaga kualitas genetik yang dihasilkan diperlukan penanganan benih yang benar dan memenuhi standar mutu benih unggul. Peneliitian ini dilakukan untuk memberikan teknik penanganan benih yang benar sejak dari pengunduhan, pengujian, penyimpanan dan pengemasan benih hasil pemuliaan tanaman hutan serta memberikan standar mutu benih hasil pemuliaan tanaman hutan, sehingga dapat dibedakan benih yang telah dimuliakan (improved seed) dengan benih yang belum dimuliakan (unimproved seed). Oleh karena benih hasil pemuliaan baru diproduksi dari jenis unggulan tanaman penghasil kayu pulp (A. mangium, E. pellita dan A.crassicarpa), maka pada penelitian kali ini baru terbatas dari ketiga jenis tersebut. Dengan demikian, jenis kegiatan pada lingkup perbenihan hasil pemuliaan tanaman hutan adalah:

1. Populasi perbanyakan untuk kayu pertukangan, kayu pulp dan kayu energi. (3 jenis: T.grandis, A.mangium dan E.pellita).

2. Penanganan benih hasil pemuliaan tanaman hutan (3 jenis: A. mangium, E. pellita dan A. crassicarpa).

3. Standarisasi mutu benih hasil pemuliaan tanaman hutan (3 jenis: A. mangium, E. pellita dan A. crassicarpa).

184 Pendahuluan Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

1.6.4 Sumber Benih Jenis Unggulan Lokal

Sumber benih yang dibangun dari hasil pemuliaan tanaman hutan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan benih unggul dalam skala nasional. Sedangkan kebutuhan benih unggul dari jenis-jenis unggulan lokal belum banyak disediakan karena masih banyak kendala dan keterbatasan dalam penanganan jenis-jenis yang akan dikembangkan serta prioritas penelitian yang masih mengarah pada komoditas nasional karena keterbatasan dana penelitian. Oleh karena jenis unggulan lokal juga merupakan andalan komoditas nasional dalam jangka panjang dan juga merupakan jenis-jenis yang perlu dilindungi, maka pengadaan benih unggul untuk jenis-jenis unggulan lokal juga perlu mendapatkan perhatian yang serius. Terkait dengan hal tersebut, pengadaan sumber benih dari jenis unggulan lokal akan mulai direalisasikan pada 5 tahun ke depan. Oleh karena informasi sebaran dan potensi genetik dari jenis unggulan lokal belum semuanya diketahui dan teknik silvikultur untuk jenis-jenis dimaksud juga belum semuanya dikuasai, maka pengadaan sumber benih jenis unggulan lokal akan disesuaikan dengan status silvikultur dan pemuliaan dari masing-masing jenis yang akan dikembangkan. Pengadaan sumber benih ini akan mengacu pada 7 klasifikasi sumber benih sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.01/Menhut-II/2009 dengan tahapan sebagaimana disajikan pada Gambar 10.2 yang akan direalisasikan dalam bentuk demplot sumber benih jenis unggulan lokal.

Kegiatan ini akan direalisasikan oleh semua Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Badan Litbang Kehutanan di bawah koordinasi Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH), Yoyakarta. Perencanaan dan asistensi pembangunan demplot sumber benih tersebut akan dilakukan oleh pembina pembangunan demplot sumber benih jenis unggulan lokal untuk masing-masing wilayah dari peneliti BBPBPTH Yogyakarta.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 185

Metodologi

Metode yang akan diterapkan pada kegiatan Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan dari species target, secara garis besar adalah sbb.:

2.1 Bioteknologi Hutan

Metode penelitian bioteknologi hutan dilakukan melalui serangkaian kegiatan sbb.:

1. Membuat strategi penelitian bioteknologi hutan untuk mendukung program konservasi sumber daya genetik flora dan fauna, dan pemuliaan baik pada tingkat populasi dasar dan populasi pemuliaan sesuai dengan strategi pemuliaan tanaman hutan dari species target.

2. Mempersiapkan materi genetik dari species target sebagai bahan penelitian dengan pendekatan molekuler dan atau kultur jaringan sesuai dengan strategi yang akan diterapkan.

3. Melakukan penelitian dengan pendekatan genetika molekuler dan atau kultur jaringan dari species target.

4. Memberikan informasi ilmiah berkaitan dengan hasil penelitian dengan genetika molekuler maupun hasil teknik kultur jaringan terbaik untuk kegiatan konservasi sumber daya genetik dan pemuliaan dari species target.

2.2 Pemuliaan Tanaman Hutan

2.2.1 Populasi Dasar

Metode penyediaan populasi dasar dilakukan melalui serangkaian kegiatan sbb.:

1. Studi pustaka untuk mengetahui karakteristik, sebaran dan potensi serta aksesibilitas untuk mencapai lokasi dari species target.

2. Melakukan survey untuk mengidentifikasi karakter pohon dan tegakan serta karakteristik habitat dari species target.

3. Koleksi materi genetik (generatif dan atau vegetatif) yang mewakili keragaman suatu populasi dari species target.

4. Mempersiapkan materi tanaman untuk pembangunan areal konservasi genetik.

5. Pembangunan areal konservasi genetik.

6. Evaluasi secara periodik pada areal konservasi genetik untuk mengetahui karakteristik suatu populasi dari species target.

2

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 187

7. Memberikan rekomendasi untuk program pemuliaan ke depan dari species target.

2.2.2 Populasi Pemuliaan

Metode penyediaan populasi pemuliaan dilakukan melalui serangkaian kegiatan sbb.:

1. Membuat strategi pemuliaan sesuai dengan tujuan yang spesifik dari species target.

2. Melakukan seleksi pohon induk dan koleksi benih (generatif atau vegetatif) pada populasi dasar yang akan digunakan sebagai materi genetik pada populasi pemuliaan/populasi uji (antara lain: uji provenan, uji keturunan, uji klon, uji perolehan genetik, dll.), baik pada tingkat populasi maupun individu sesuai dengan kaidah-kaidah pemuliaan.

3. Membuat rancangan percobaan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

4. Mempersiapkan materi tanaman untuk pembangunan populasi pemuliaan.

5. Pembangunan populasi pemuliaan sesuai dengan rancangan percobaan.

6. Melakukan evaluasi secara periodik untuk mendapatkan nilai parameter genetik dari karakter yang akan diseleksi.

7. Melakukan seleksi pada populasi pemuliaan sesuai dengan strategi yang diterapkan.

8. Memberikan rekomendasi untuk pembangunan populasi perbanyakan/sumber benih unggul.

2.2.3 Populasi Perbanyakan

Metode penyediaan populasi perbanyakan dilakukan melalui serangkaian kegiatan sbb.:

1. Membuat strategi penyediaan populasi perbanyakan sesuai dengan rekomendasi pada populasi pemuliaan dan bioteknologi (melalui konversi dari populasi pemuliaan dan atau pembangunan populasi perbanyakan, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 10.2).

2. Melakukan pengembangan teknik perbanyakan tanaman (generatif dan atau vegetatif) terbaik untuk pembangunan populasi perbanyakan.

3. Mempersiapkan materi tanaman untuk pembangunan populasi perbanyakan.

4. Pembangunan populasi perbanyakan sesuai dengan rekomendasi pada populasi pemuliaan.

5. Melakukan koleksi dan monitoring produktivitas benih yang dihasilkan secara periodik untuk tujuan penelitian.

6. Memberikan informasi ilmiah berkaitan dengan teknik perbanyakan tanaman terbaik dan produktivitas benih yang dihasilkan dari populasi perbanyakan.

188 Metodologi Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

2.2.4 Sumber Benih Jenis Unggulan Lokal

Metode pembangunan demplot pembangunan sumber benih unggulan lokal dilakukan melalui serangkaian kegiatan sbb.:

1. Penentuan 4 jenis unggulan lokal oleh masing-masing UPT dengan kriteria 3 jenis andalan lokal (jenis yang banyak dikembangkan masyarakat dan mempunyai nilai ekonomi tinggi) dan 1 jenis yang dikhawatirkan menuju kepunahan.

2. Membuat strategi penunjukan atau pembangunan demplot sumber benih unggulan lokal sesuai dengan status silvikultur dan pemuliaan dari species target.

3. Melakukan tahapan penunjukan atau pembangunan demplot sumber benih sesuai dengan kaidah yang berlaku.

4. Pelaksanaan kegiatan di atas dikoordinasikan dengan pembina pembangunan demplot sumber benih unggulan lokal.

Penelitian akan dilaksanakan pada sentra pengembangan hutan tanaman di Indonesia sesuai dengan tujuan pengusahaan dari species target dengan pola kerjasama, baik dengan masyarakat pengguna maupun Instansi Litbang lain terkait di bawah koordinasi Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH), Yogyakarta. Para pengguna yang akan terlibat dalam penelitian ini antara lain: BUMN dan BUMD Kehutanan, Perusahaan HPH dan HPHTI, Dinas Kehutanan dan UPTD Kehutanan, Hutan rakyat, dll. Sedangkan Instansi Litbang yang bekerjasama adalah semua UPT Badan Litbang Kehutanan.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 189

Rencana Tata Waktu

Rencana Penelitian Integratif Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan dirancang untuk jangka waktu lima tahun. Dalam perjalanannya, RPI ini mengalami penyempurnaan dari RPI Pemuliaan Tanaman Hutan sebelumnya. Kegiatan penelitian yang akan dilakukan selama lima tahun mengikuti tata waktu yang disajikan pada Tabel 10.1.

Tabel 10.1 Rencana Tata Waktu RPI Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Luaran/ Cakupan Kegiatan/ IndikatorInstansi

yang terlibat

+ 2010 2011 2012 2013 2014

Luaran 1. IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu

Kegiatan 1.1. Populasi dasar untuk kayu pertukangan BBPBPTH,BBPD

+++ +++ +++ +++ +++ +++

Indikator 1.1.1. Tersedianya materi genetik dari species target (3 jenis)

+++ +++ +++

1.1.2. Terbangunnya areal konservasi genetik untuk species target (3 jenis)

+++ +++ +++

1.1.3. Diperolehnya data informasi ilmiah karakteristik populasi dari species target (6 jenis)

+++ +++ +++ +++ +++ +++

Kegiatan 1.2. Populasi pemuliaan untuk kayu pertukangan BBPBPTH, BBPD, BPTA Ciamis

+++ +++ +++ +++ +++ +++

Indikator 1.2.1. Terbangunnya populasi pemuliaan untuk species target (2 jenis)

+++ +++ +++

1.2.2. Terlaksananya evaluasi dan tersedianya data informasi parameter genetik pada populasi pemuliaan untuk species target (6 jenis)

+++ +++ +++ +++ +++ +++

1.2.3. Terlaksananya seleksi pada populasi pemuliaan untuk species target (6 jenis)

+++ +++ +++ +++ +++ +++

Kegiatan 1.3. Populasi dasar untuk kayu pulp BBPBPTH +++ +++ +++ +++ +++ +++

Indikator 1.3.1. Tersedianya materi genetik dari species target (2 jenis)

+++ +++ +++

1.3.2. Terbangunnya areal konservasi genetik untuk species target (2 jenis)

+++ +++ +++

1.3.3. Diperolehnya data informasi ilmiah karaktersitk populasi dari species target (3 jenis)

+++ +++ +++ +++ +++ +++

Kegiatan 1.4. Populasi pemuliaan untuk kayu pulp BBPBPTH +++ +++ +++ +++ +++ +++

3

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 191

Luaran/ Cakupan Kegiatan/ IndikatorInstansi

yang terlibat

+ 2010 2011 2012 2013 2014

Indikator 1.4.1. Terbangunnya populasi pemuliaan tingkat lanjutan (Uji keturunan F-3, hibridisasi, uji klon) untuk jenis unggulan kayu pulp (3 jenis)

+++ +++ +++ +++ +++

1.4.2. Tersedianya data dan informasi hasil uji resistensi jamur pada Acacia (2 jenis)

+++ +++ +++ +++ +++ +++

1.4.3. Terbangunnya populasi pemuliaan untuk jenis alternatif kayu pulp (2 jenis)

+++ +++

1.4.4. Terlaksananya evaluasi, seleksi dan tersedianya data informasi parameter genetik untuk species target (6 jenis)

+++ +++ +++ +++ +++ +++

Kegiatan 1.5. Populasi pemuliaan untuk kayu energi BBPBPTH, BPTA Ciamis

+++ +++ +++ +++ +++

Indikator 1.5.1. Terbangunnya populasi pemuliaan (uji provenan, uji keturunan) untuk species target (3 jenis)

+++ +++ +++

1.5.2. Terlaksananya evaluasi, seleksi dan tersedianya data informasi parameter genetik untuk species target (3 jenis)

+++ +++ +++ +++ +++

Luaran 2. IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hasil hutan bukan kayu

2.1. Populasi dasar untuk jenis-jenis HHBK prioritas

BBPBPTH +++ +++ +++ +++ +++ +++

2.1.1. Tersedianya materi genetik dari species target (3 jenis)

+++ +++ +++ +++

2.1.2. Terbangunnya areal konservasi genetik untuk species target (3 jenis)

+++ +++ +++ +++

2.1.3. Diperolehnya data informasi ilmiah karakteristik populasi dari species target (4 jenis)

+++ +++ +++ +++ +++

Kegiatan 2.2. Populasi pemuliaan untuk jenis-jenis HHBK prioritas

BBPBPTH, BPTHHBK Mataram

+++ +++ +++ +++ +++

Indikator 1.5.1. Terbangunnya populasi pemuliaan (uji species provenan, uji provenan, uji keturunan) untuk species target (4 jenis)

+++ +++ +++

1.5.2. Terlaksananya evaluasi, seleksi dan tersedianya data informasi parameter genetik untuk species target (5 jenis)

+++ +++ +++ +++ +++

Luaran 3. IPTEK perbenihan hasil pemuliaan tanaman hutan

Kegiatan 3.1. Populasi perbanyakan untuk kayu pertukangan, kayu pulp dan kayu energi

BBPBPTH +++ +++ +++ +++ +++

Indikator 3.1.1. Tersedianya benih unggul untuk species target (2 jenis)

+++ +++ +++ +++ +++

3.1.2. Terbangunnya populasi perbanyakan untuk species target (2 jenis)

+++ +++ +++

192 Rencana Tata Waktu Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Luaran/ Cakupan Kegiatan/ IndikatorInstansi

yang terlibat

+ 2010 2011 2012 2013 2014

3.1.3. Tersedianya informasi ilmiah produktivitas sumber benih unggul (2 jenis)

+++ +++ +++ +++ +++

Kegiatan 3.2. Penanganan benih hasil pemuliaan tanaman hutan

BPTP Bogor +++ +++ +++ +++ +++

Indikator 3.2.1. Tersedianya petunjuk teknis pengunduhan, pengujian, penyimpanan dan pengemasan benih hasil pemuliaan tanaman hutan (3 jenis)

+++ +++ +++ +++ +++

Kegiatan 3.3. Standarisasi mutu benih hasil pemuliaan tanaman hutan

BPTP Bogor +++ +++ +++

Indikator 3.3.1. Tersedianya standarisasi mutu benih hasil pemuliaan tanaman hutan (3 jenis)

+++ +++ +++

Luaran 4. Demplot sumber benih jenis unggulan lokal

Kegiatan 4.1. Pembangunan demplot sumber benih jenis unggulan lokal

UPT Badan Litbang Kehutanan

+++ +++ +++ +++ +++

Indikator 4.1.1. Terpilihnya jenis-jenis unggulan lokal dan strategi pembangunan sumber benih untuk setiap UPT Badan Litbang Kehutanan (4 jenis setiap UPT)

+++

4.1.2. Tersedianya sumber benih jenis unggulan lokal untuk semua UPT Badan Litbang Kehutanan (60 unit sumber benih)

+++ +++ +++ +++

Luaran 5. IPTEK Bioteknologi hutan

Kegiatan 5.1. Genetika populasi flora dan fauna B2PBPTH +++ +++ +++ +++ +++

Indikator 5.1.1. Tersedianya informasi keragaman genetik dari 5 jenis flora

+++ +++ +++ +++ +++

5.1.2. Tersedianya informasi keragaman genetik 3 jenis fauna

+++ +++ +++

5.1.2. Tersedia informasi perubahan keragaman genetik akibat penerapan sistem silvikultur

+++ +++

Kegiatan 5.2. Pemuliaan berbasis molekuler B2PBPTH +++ +++ +++ +++ +++

Indikator 5.2.1. Tersedianya informasi tetua pada A. mangium dan E. pellita

+++ +++ +++ +++ +++

5.2.2. Tersedianya informasi sistem perkawinan pada kebun benih Melaleuca cajuputi

+++ +++ +++

5.2.3. Tersedianya informasi heterosigositas anakan Shorea leprosula

+++ +++ +++

5.2.4. Tersedianya penanda DNA yang berhubungan dengan sifat rentan pada Aquilaria sp dan Gyrinops versteegii

+++ +++ +++ +++ +++

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 193

Luaran/ Cakupan Kegiatan/ IndikatorInstansi

yang terlibat

+ 2010 2011 2012 2013 2014

5.2.5. Tersedianya informasi penanda DNA pengatur pertumbuhan pada klon Tectona grandis

+++ +++

Kegiatan 5.3. Bioforensik menggunakan penanda DNA B2PBPTH +++ +++ +++ +++ +++

Indikator 5.3.1. Database stuktur genetik populasi merbau untuk verifikasi asal-usul

+++ +++ +++ +++ +++

Kegiatan 5.4. Bio-sekuritas menggunakan penanda DNA B2PBPTH +++ +++

Indikator 5.4.1. Metode identifikasi jamur pathogen secara cepat

+++ +++

Kegiatan 5.5. Genome DNA B2PBPTH +++ +++ +++

Indikator 5.5.1. Tersusunnya "cDNA library" untuk mengidentifikasi EST yang berhubungan dengan rendemen pulp pada Acacia mangium

+++ +++ +++

Kegiatan 5.6. Kultur Jaringan B2PBPTH +++ +++ +++ +++ +++

Indikator 5.6.1. Teknik kultur jaringan beberapa jenis langka dan jenis potensial

+++ +++ +++ +++ +++

5.6.2. Teknik kultur jaringan untuk mendukung pembangunan populasi perbanyakan jenis unggul

+++ +++ +++ +++ +++

5.6.2. Teknik kultur jaringan untuk mendapatkan klon unggul tanaman hutan yang toleran terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan

+++ +++

194 Rencana Tata Waktu Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Rencana Lokasi

Rencana lokasi penelitian dimana penelitian dan pengumpulan data untuk RPI Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan yang akan dilaksanakan selama 5 tahun (2010 - 2014) sesuai dengan luaran yang dihasilkan disajikan pada Tabel 10.2 sbb.:

Tabel 10.2 Rencana Lokasi Penelitian

Luaran/ Kegiatan Lokasi

1. I PTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu

1) Populasi dasar untuk kayu pertukangan Jateng, Jabar, Jatim, DIY, Bali, Sumsel, Kalsel, Sulsel, Papua

2) Populasi pemuliaan untuk kayu pertukangan Jateng, Jabar, Jatim, DIY, Bali, Sulsel, Sultra, Papua.

3) Populasi dasar untuk kayu pulp Riau, Sumsel, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Sulsel, Jabar, Jatim, NTB, Papua, Maluku, Jambi, Sultra

4) Populasi pemuliaan untuk kayu pulp Riau, Sumsel, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Sulut, Sulsel, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Papua

5) Populasi pemuliaan untuk kayu energi DIY, Jateng, Jatim, Jabar, Banten, Sumatera, Kalimantan, NTB

2. I PTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hasil hutan bukan kayu

Populasi dasar untuk jenis-jenis HHBK prioritas Jateng, Jabar, Jatim, DIY, Bali, NTB, Sulawesi.

Populasi pemuliaan untuk jenis-jenis HHBK prioritas Jateng, Jabar, Jatim, DIY, Bali, Madura, Sumbar, Lampung, Kalbar, NTB, Sulsel, Papua.

3. IPTEK perbenihan hasil pemuliaan tanaman hutan

1) Populasi perbanyakan untuk kayu pertukangan, kayu pulp dan kayu energi

Kalsel, Kaltim, Riau, DIY, Jabar

2) Penanganan benih hasil pemuliaan tanaman hutan Riau, Kalsel, Jateng, Jabar

3) Standarisasi mutu benih hasil pemuliaan tanaman hutan

Riau, Kalsel, Jateng, Jabar

4. Demplot sumber benih jenis unggulan lokal

1) Pembangunan demplot sumber benih jenis unggulan lokal

Seluruh Indonesia

5. IPTEK Bioteknologi Hutan

Genetika populasi flora dan fauna Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi

Pemuliaan berbasis molekuler Jawa, Sumatera, Kalimantan

Bioforensik menggunakan penanda DNA untuk flora dan fauna

Maluku, Papua

Bio-sekuritas menggunakan penanda DNA Seluruh Indonesia

4

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 195

Luaran/ Kegiatan Lokasi

Genome DNA Jawa, Sumatera, Kalimantan

Kultur jaringan Sumatera, Jawa, Kalimantan, NTT, NTB

196 Rencana Lokasi Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Rencana Anggaran

Kebutuhan biaya yang diperlukan untuk untuk RPI Pemuliaan Tanaman Hutan yang akan dilaksanakan selama 5 tahun (2010 - 2014) tersaji pada tabel 10.3 sbb.:

Tabel 10.3 Rencana Anggaran RPI Bioteknolohi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan

x 1 juta

Output/activitiesInstansi yang

terlibat2010 2011 2012 2013 2014

Luaran 1. IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu

Kegiatan 1.1. Populasi dasar untuk kayu pertukangan daur panjang

BBPBPTHBBPD Smd

100 100 100 100 100

1.2. Populasi dasar untuk kayu pertukangan daur menengah

BBPBPTH 175 200 200 200 200

1.3. Populasi dasar untuk kayu pertukangan daur pendek

BBPBPTH 175 200 200 200 200

1.4. Populasi pemuliaan untuk kayu pertukangan daur panjang

BBPBPTH, 150 150 200 200 200

1.5. Populasi pemuliaan untuk kayu pertukangan daur menengah

BBPBPTH, BBPD

175 200 200 200 200

1.6. Populasi pemuliaan untuk kayu pertukangan daur pendek

BBPBPTH, BPTA Ciamis

200 200 200 200 200

1.7. Populasi dasar untuk kayu pulp BBPBPTH 62 150 150 150 150

1.8. Populasi pemuliaan untuk jenis unggulan kayu pulp

BBPBPTH 200 150 150 150 150

1.9. Populasi pemuliaan untuk jenis alternatif kayu pulp

BBPBPTH 67 150 150 150 150

1.10. Populasi pemuliaan untuk kayu enerji

BBPBPTH,BPTA Ciamis

67 150 150 150 150

Luaran 2. Pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hasil hutan bukan kayu

2.1. Populasi dasar untuk jenis-jenis HHBK prioritas

BBPBPTH 125 125 125 125 125

5

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 197

Output/activitiesInstansi yang

terlibat2010 2011 2012 2013 2014

2.2. Populasi pemuliaan untuk jenis-jenis HHBK prioritas

BBPBPTHBPTHHBK Mtr

500 500 350 350 350

Luaran 3. IPTEK perbenihan hasil pemuliaan tanaman hutan

Kegiatan 3.1. Populasi perbanyakan untuk kayu pertukangan, kayu pulp dan kayu enerji

BBPBPTH 50 100 150 150 150

3.2. Penanganan benih hasil pemuliaan tanaman hutan

BPTP Bogor 75 75 75 75 75

3.3. Standarisasi mutu benih hasil pemuliaan tanaman hutan

BPTP Bogor 75 75 75 - -

Luaran 4. Demplot sumber benih jenis unggulan lokal

Kegiatan 4.1. Pembangunan demplot sumber benih jenis unggulan lokal

UPT Balitbanghut

4.000. 4.000 4.000 4.000 4.000

Luaran 5. IPTEK Bioteknologi Hutan

Kegiatan 5.1. Studi keragaman genetik flora jenis prioritas menggunakan penanda DNA (Anthocepalus cadamba, Fagraea fragrans, Calophyllum inophyllum, Shorea spp. penghasil Tengkawang, T. sinensis)

B2PBPTH 60 100 110 100 100

5.2. Studi keragaman genetik fauna yang terancam punah menggunakan penanda DNA (Rusa, Anoa, Banteng)

B2PBPTHBPK Makasar

- - 125 150 150

5.3. Pengaruh sistem silvikultur terhadap keragaman genetik populasi menggunakan penanda DNA

B2PBPTH - - - 100 100

5.4. Analisa tetua berdasarkan penanda DNA (Acacia mangium, Eucalyptus pellita)

B2PBPTH150 150 150 200 200

5.5 Analisa sistem perkawinan berdasarkan penanda DNA pada Melaleuca cajuputi

B2PBPTH 75 75 75 - -

5.6. Analisis heterosigositas anakan Shorea leprosula untuk mendukung uji klon

B2PBPTH 100 120 150

5.7. Identifikasi penanda DNA pengatur sifat rentan terhadap serangan jamur (Aquilaria sp dan Gyrinops versteegii)

B2PBPTH 80 60 120 150 150

5.8. Identifikasi penanda DNA pengatur pertumbuhan pada klon Tectona grandis

B2PBPTH - - - 1000 150

5.9. Verifikasi asal usul kayu merbau menggunakan penanda DNA

B2PBPTH 155 120 125 200 200

198 Rencana Anggaran Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Output/activitiesInstansi yang

terlibat2010 2011 2012 2013 2014

5.10. Identifikasi jenis jamur pathogen menggunakan penanda DNA

B2PBPTH - - - 150 150

5.11. Database Gen Pengendali Sifat yang berhubungan dengan rendemen pulp (pulp yield) pada Acacia mangium

B2PBPTH - - 150 250 250

5.12. Kultur jaringan tanaman jenis langka (Santalum album, Aquilaria spp, Gyrinops versteegii, Gonystylus bancanus, Scorodocarpus bornensis)

B2PBPTH 150 150 150 150 150

5.13. Kultur jaringan untuk mendukung pembangunan populasi perbanyakan jenis unggul (Acacia, Eucalyptus, Falcataria moluccana, Toona sinensis)

B2PBPTH 100 100 150 150 150

5.14. Kultur jaringan untuk mendapatkan klon unggul tanaman hutan yang toleran terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan

B2PBPTH - - - 100 100

Integrasi kegiatan penelitian pemuliaan tana-man hutan

BBPBPTH 40 50 50 50 50

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 199

Organisasi

Unit organisasi dan jumlah personil yang terlibat dalam pelaksanaan RPI Pemuliaan Tanaman Hutan tersaji pada tabel 10.4 sbb.:

Tabel 10.4 Organisasi Kegiatan RPI Bioteknogi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan

No InstansiPersonalia

KoordinatorPeneliti Teknisi

1. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman hutan (BBPBPTH), Yogyakarta

38 28 Dr. Ir. Budi Leksono, M.P. (BBPBPTH)

2. Balai Besar Penelitian Dipterocarpa (BBPD), Samarinda

4 4

3. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan (BPTPTH), Bogor

3 3

4. Balai Penelitian Teknologi Agroforestry (BPTA) Ciamis

3 3

5. BPTHHBK Mataram 2 2

6. BPTDAS Solo 1 1

7. BPK Kupang 1 1

8. BPK Palembang 1 1

9. BPTS Kuok 1 1

10. BPK Aeknauli 1 1

11. BPK Banjarbaru 1 1

12. BPTKA Samboja 1 1

13. BPK Makasar 1 1

14. BPK Manado 1 1

15. BPK Manokwari 1 1

6

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 201

Daftar Pustaka

BBPBPTH. 2008. Rencana Kegiatan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH) 2010-2014, Yogyakarta

BBPBPTH. 2008. Prosiding Konsultasi Publik. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH). Yogyakarta

Dephut. 2009. Roadmap Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 2010-2025. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.

Dephut. 2009. Rencana Penelitian Integratif 2010-2014. Rakornis Badan Litbang Kehutanan 4-7 Agustus 2009, Yogyakarta.

Dephut. 2009. Rencana Strategis (Renstra) Badan Litbang Kehutanan 2010-2014. Rakornis Badan Litbang Kehutanan 4-7 Agustus 2009, Yogyakarta.

P3HT. 2006. Usulan Kegiatan Penelitian (UKP) 2006-2009. Puslitbang Hutan Tanaman, Badan Litbang Kehutanan, Bogor.

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 203

Lampiran 10.1 Kerangka Kerja Logis RPI Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Narasi Indikator Alat Verifikasi Asumsi UPT Pelaksana

Tujuan:

Menyediakan benih unggul untuk peningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu dan hasil hutan bukan kayu serta menyediakan informasi genetik dan IPTEK kultur jaringan untuk mendukung pelestarian hutan dan penyediaan benih unggul

• Dihasilkannya benih unggul dari species target untuk meningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu dan hasil hutan bukan kayu.

• Dimanfaatkannya hasil pemuliaan tanaman hutan untuk pembangunan hutan tanaman.

• Diperolehnya IPTEK bioteknologi hutan untuk mendukung pelestarian hutan dan penyediaan benih unggul

• Plot populasi dasar, populasi pemuliaan, populasi perbanyakan

• Benih unggul• Informasi

genetik melalui pendekatan DNA

• IPTEK kultur jaringan

• Publikasi • Jejaring

• Konsistensi dalam kebijakan pengembangan hutan tanaman

• Kerjasama dan dukungan pengguna berjalan dengan baik

• Dana yang tersedia memadai

• Tersedia sarana dan prasarana yang memadai

• Teknologi yang memadai

Sasaran:1. Tersedianya IPTEK

pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu

Diperolehnya teknologi pengadaan benih unggul untuk hutan tanaman penghasil kayu.

• Laporan• Publikasi • Diseminasi • Jejaring

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Materi genetik tersedia

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Tersedia sarana dan prasarana memadai

2. Tersedianya IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hasil hutan bukan kayu

Diperolehnya teknologi pengadaan benih unggul untuk hasil hutan bukan kayu.

• Laporan• Publikasi • Diseminasi• Jejaring

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Materi genetik tersedia

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Tersedia sarana dan prasarana memadai

3. Tersedianya IPTEK perbenihan hasil pemuliaan tanaman hutan

Diperolehnya benih unggul dan teknologi perbenihan hasil pemuliaan tanaman hutan

• Laporan• Publikasi • Diseminasi

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Koordinasi berjalan dengan baik

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Tersedia sarana dan prasarana memadai

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 205

Narasi Indikator Alat Verifikasi Asumsi UPT Pelaksana

4. Terbangunnya demplot sumber benih jenis unggulan lokal

Terbangunnya demplot-demplot sumber benih dari jenis-jenis unggulan lokal

• Laporan• Publikasi • Diseminasi

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Koordinasi dengan semua UPT berjalan dengan baik

• Tersedia sarana dan prasarana memadai

5. Tersedianya IPTEK bioteknologi hutan

Tersedianya informasi genetika populasi flora dan fauna, pemuliaan berbasis molekuler, bio-forensik untuk flora dan fauna, bio-sekuritas, genome DNA dan teknologi embriogenesis somatik

• Laporan• Publikasi • Diseminasi

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Koordinasi berjalan dengan baik

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Tersedia sarana dan prasarana memadai

Luaran:

1. IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu

• Tersedianya 13 unit plot populasi dasar dari species target

• Tersedianya 24 unit plot populasi pemuliaan dari species target

• Diperolehnya peningkatan produktivitas jenis unggulan kayu pulp (A. mangium) dengan riap sebesar 35 m3/ha/th

• Laporan • Publikasi• Diseminasi • Plot populasi

dasar• Plot populasi

pemuliaan

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Materi genetik dengan basis genetik luas tersedia

• Evaluasi dan seleksi berjalan dengan lancar

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Sarana dan prasarana memadai

2. IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hasil hutan bukan kayu

• Tersedianya 12 unit plot populasi dasar dari species target

• Tersedianya 6 unit plot populasi pemuliaan dari species target

• Diperolehnya peningkatan produktivitas hasil hutan bukan kayu (M. cajuputy) dari rendemen dan kualitas minyak yang dihasilkan

• Diperolehnya informasi potensi pertumbuhan dan produktivitas biofuel dari 12 populasi nyamplung di seluruh Indonesia

• Laporan • Publikasi• Diseminasi • Plot populasi

dasar• Plot populasi

pemuliaan

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Materi genetik dengan basis genetik luas tersedia

• Evaluasi dan seleksi berjalan dengan lancar

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Sarana dan prasarana memadai

206 Organisasi Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Narasi Indikator Alat Verifikasi Asumsi UPT Pelaksana

3. IPTEK perbenihan hasil pemuliaan tanaman hutan

• Tersedianya 2 unit plot populasi perbanyakan dari 2 species target

• Tersedianya 3 IPTEK penanganan benih hasil pemuliaan tanaman hutan

• Tersedianya 3 IPTEK standarisasi mutu benih hasil pemuliaan tanaman hutan

• Laporan • Publikasi• Diseminasi • Plot populasi

perbanyakan• Benih unggul

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Produksi benih pada populasi perbanyakan tidak terkendala

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Sarana dan prasarana memadai

4. Demplot sumber benih jenis unggulan lokal

Tersedianya 60 demplot sumber benih jenis unggulan lokal di 15 UPT Badan Litbang Kehutanan

• Laporan• Publikasi • Diseminasi • Demplot

sumber benih

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Pembangunan demplot sumber benih berjalan sesuai rencana

• Koordinasi dengan semua UPT berjalan dengan baik

• Sarana dan prasarana memadai

5. IPTEK bioteknologi hutan Tersedianya informasi genetika populasi flora dan fauna, pemuliaan berbasis molekuler, bio-forensik untuk flora dan fauna, bio-sekuritas, genome DNA dan teknologi embriogenesis somatik

• Laporan • Publikasi• Diseminasi

Kegiatan:

1. Pemuliaan tanaman hutan penghasil kayu

• Populasi dasar untuk kayu pertukangan (8 jenis)

1.1. Populasi dasar untuk kayu pertukangan daur panjang (Instia bijuga)

1.2. Populasi dasar untuk kayu pertukangan daur menengah (S.leprosula, Toona sureni, T.sinensis, Alstonia scholaris, A.angustiloba)

1.3. Populasi dasar untuk kayu pertukangan daur pendek (Ficus variegata, Fagraea fragans)

• Tersedianya materi genetik masing-masing dari 5 populasi untuk 3 species target (2010-2012)

• Terbangunnya 5 unit plot populasi dasar untuk 3 species target (2011-2013)

• Diperolehnya data informasi ilmiah karakteristik populasi dari 8 species target pada 8 unit plot konservasi genetik (2010-2014)

• Laporan • Publikasi• Diseminasi • Plot dasar• Plot populasi

pemuliaan• Policy brief

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Materi genetik tersedia

• Evaluasi dan seleksi berjalan dengan lancar

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Tersedia sarana dan prasarana yang memadai

B2PBTH

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 207

Narasi Indikator Alat Verifikasi Asumsi UPT Pelaksana

• Populasi pemuliaan untuk kayu pertukangan (8 jenis)

1.4. Populasi pemuliaan untuk kayu pertukangan daur panjang (Tectona grandis, I.bijuga)

1.5. Populasi pemuliaan untuk kayu pertukangan daur menengah (S.leprosula, T.sinensis, A.scholaris, A.angustiloba)

1.6. Populasi pemuliaan untuk kayu pertukangan daur pendek (Falcataria moluccana)

• Terbangunnya 5 unit plot populasi pemuliaan untuk 2 species target (2010-2012)

• Terlaksananya evaluasi dan seleksi serta tersedianya data informasi parameter genetik untuk species target dari 16 unit plot populasi pemuliaan (2010-2014)

• Terlaksananya pembangunan dan seleksi di 3 unit plot populasi pemuliaan yang toleran terhadap karat tumor (2010-2014)

• Terlaksananya pembangunan dan evaluasi di 2 unit plot uji resistensi terhadap karat tumor (2010-2014)

• BBPBPTH• B2PD Samarinda• BPTA Ciamis

• Populasi dasar untuk kayu pulp (3 jenis)

1.7. Populasi dasar untuk kayu pulp (Araucaria cunninghamii, Antocephalus cadamba, Octomeles sumatrana)

• Tersedianya materi genetik masing-masing dari 5 populasi untuk 2 species target (2010-2012)

• Terbangunnya 3 unit plot populasi dasar untuk 2 species target (2011-2013)

• Diperolehnya data informasi ilmiah karakteristik populasi dari 3 species target di 4 unit plot populasi dasar (2010-2014)

• Laporan • Publikasi• Diseminasi • Plot populasi

dasar• Plot populasi

pemuliaan• Policy brief

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Materi genetik tersedia

• Evaluasi dan seleksi berjalan dengan lancar

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan baik

• Tersedia sarana dan prasarana yang memadai

• B2PBPTH

208 Organisasi Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Narasi Indikator Alat Verifikasi Asumsi UPT Pelaksana

• Populasi pemuliaan untuk kayu pulp (6 jenis)

1.8. Populasi pemuliaan untuk jenis unggulan kayu pulp (Acacia mangium, Eucalyptus pellita, A.crassicarpa, Acacia hybrid)

1.9. Populasi pemuliaan untuk jenis alternatif kayu pulp (Araucaria cunninghamii, Antocephalus cadamba)

• Terbangunnya 13 unit plot populasi pemuliaan tingkat lanjutan (Uji keturunan F-3, hibridisasi, uji klon) untuk 3 jenis unggulan kayu pulp (2010-2014)

• Tersedianya data informasi produktivitas riap tanaman dari sumber benih unggul dari 3 species target (2014)

• Tersedianya data dan informasi hasil uji resistensi jamur pada 60 klon dari 2 jenis Acacia (2010-2014)

• Terlaksananya evaluasi, seleksi dan tersedianya data informasi parameter genetik untuk 5 species target dari 30 unit plot populasi pemuliaan (2010-2014)

• B2PBPTH

• Populasi pemuliaan untuk kayu energi (3 jenis)

1.10. Populasi pemuliaan untuk kayu energi (A.auriculiformis, A.decuren, Calliandra callothyrsus)

• Terbangunnya 6 unit plot populasi pemuliaan untuk 3 species target (2010-2012)

• Terlaksananya evaluasi, seleksi dan tersedianya data informasi parameter genetik untuk 3 species target dari 6 unit plot populasi pemuliaan (2010-2014)

• Laporan • Publikasi• Diseminasi • Plot populasi

pemuliaan• Policy brief

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Materi genetik tersedia

• Pembangunan populasi pemuliaan berjalan sesuai rencana

• Evaluasi dan seleksi berjalan dengan lancar

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Tersedia sarana dan prasarana yang memadai

• B2PBPTH

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 209

Narasi Indikator Alat Verifikasi Asumsi UPT Pelaksana

2. Pemuliaan tanaman untuk hasil hutan bukan kayu (HHBK)

2.1. Populasi dasar untuk jenis-jenis HHBK prioritas (Santalum album, Calophyllum inophyllum, Shorea spp. penghasil Tengkawang, Arenga pinnata)

2.2. Populasi pemuliaan untuk jenis-jenis HHBK prioritas (C.inophyllum, Shorea spp. penghasil Tengkawang, Melaleuca cajuputi, Azadirachta indica, Gyrinops versteegii)

• Tersedianya materi genetik untuk pembangunan populasi dasar dari 4 species target (2010-2012)

• Terbangunnya 9 unit plot populasi dasar untuk 4 species target (2010)

• Diperolehnya data informasi ilmiah karakteristik populasi dari 6 species target pada 12 unit plot populasi dasar (2010-2014)

• Terbangunnya 6 unit plot populasi pemuliaan untuk 3 species target (2010-2012)

• Terlaksananya evaluasi, seleksi dan tersedianya data informasi parameter genetik untuk 4 species target dari 6 unit plot populasi pemuliaan (2010-2014)

• Laporan • Publikasi• Diseminasi • Plot populasi

pemuliaan• Policy brief

• B2BPTH• B2PD Samarinda• BPTHHBK

Mataram

3. Perbenihan hasil pemuliaan tanaman hutan

3.3. Populasi perbanyakan untuk kayu pertukangan, kayu pulp dan kayu energi (A.mangium, T.grandis)

3.4. Penanganan benih hasil pemuliaan tanaman hutan (A.mangium, A.crassicarpa, E.pellita)

3.5. Standarisasi mutu benih hasil pemuliaan tanaman hutan (A.mangium, A. crassicarpa, E.pellita)

• Terbangunnya 2 unit plot populasi perbanyakan untuk 2 species target (2011-2013)

• Tersedianya informasi ilmiah produktivitas sumber benih unggul dari 2 species target (2010-2014)

• Tersedianya petunjuk teknis pengunduhan, pengujian, penyimpanan dan pengemasan benih hasil pemuliaan tanaman hutan dari 3 species target (2010-2014)

• Tersedianya standarisasi mutu benih hasil pemuliaan tanaman hutan dari 3 species target (2010-2012)

• Laporan • Publikasi• Plot populasi

perbanyakan• Benih unggul• Petunjuk

teknis• Diseminasi • Policy brief

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Materi genetik tersedia

• Pembangunan populasi perbanyakan berjalan sesuai rencana

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Tersedia sarana dan prasarana yang memadai

• B2PBPTH

• BPTPTH Bogor

• BPTPTH Bogor

210 Organisasi Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Narasi Indikator Alat Verifikasi Asumsi UPT Pelaksana

4. Demplot sumber benih unggulan lokal

4.6. Pembangunan demplot sumber benih unggulan lokal (60 demplot)

• Terpilihnya 4 jenis unggulan lokal dan strategi pembangunan sumber benih untuk setiap UPT Badan Litbang Kehutanan (2010)

• Terbangunnya 60 unit plot sumber benih jenis unggulan lokal (2011-2014)

• Laporan • Publikasi• Demplot

sumber benih unggulan lokal

• Petunjuk teknis

• Diseminasi • Policy brief

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Materi genetik tersedia

• Pembangunan demplot sumber benih unggulan lokal berjalan sesuai rencana

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Tersedia sarana dan prasarana yang memadai

• 15 UPT Balitbanghut

5. Bioteknologi hutan

• Genetika populasi flora dan fauna

5.7. Studi keragaman genetik flora jenis prioritas menggunakan penanda DNA (Anthocepalus cadamba, Fagraea fragans, Calophyllum inophyllum, Shorea spp. penghasil Tengkawang, T. sinensis)

5.8. Studi keragaman genetik fauna yang terancam punah menggunakan penanda DNA (Rusa, Anoa, Banteng)

5.9. Pengaruh sistem silvikultur terhadap keragaman genetik populasi menggunakan penanda DNA

• Tersedianya informasi keragaman genetik dari 5 jenis flora (2010-2014)

• Tersedianya informasi keragaman genetik 3 jenis fauna (2012-2014)

• Tersedia informasi perubahan keragaman genetik akibat penerapan sistem silvikultur (2013-2014)

• Laporan • Publikasi• Diseminasi • Policy brief

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Materi genetik tersedia

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Tersedia sarana dan prasarana yang memadai

• B2PBPTH• Puskonser• BPTHHBK

Mataram

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 211

Narasi Indikator Alat Verifikasi Asumsi UPT Pelaksana

• Pemuliaan berbasis molekuler

5.10. Analisa tetua berdasarkan penanda DNA (Acacia mangium, Eucalyptus pellita)

5.11. Analisa sistem perkawinan berdasarkan penanda DNA pada Melaleuca cajuputi

5.12. Analisis heterosigositas anakan Shorea leprosula untuk mendukung uji klon

5.13. Identifikasi penanda DNA pengatur sifat rentan terhadap serangan jamur (Aquilaria sp dan Gyrinops versteegii)

5.14. Identifikasi penanda DNA pengatur pertumbuhan pada klon Tectona grandis

• Tersedianya informasi tetua pada A. mangium dan E. pellita (2010-2014)

• Tersedianya informasi sistem perkawinan pada kebun benih , Melaleuca cajuputi (2010-2012)

• Tersedianya informasi heterosigositas anakan Shorea leprosula (2010-2012)

• Tersedianya penanda DNA yang berhubungan dengan sifat rentan pada Aquilaria sp dan Gyrinops versteegii (2010-2014)

• Tersedianya informasi penanda DNA pengatur pertumbuhan pada klon Tectona grandis (2013-2014)

• Laporan • Publikasi• Diseminasi

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Materi genetik tersedia

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Tersedia sarana dan prasarana yang memadai

• B2PBPTH

• Bioforensik menggunakan penanda DNA

5.15. Verifikasi asal usul kayu merbau menggunakan penanda DNA

• Data base stuktur genetik populasi merbau untuk verifikasi asal-usul (2010-2014 )

• Laporan • Publikasi• Diseminasi

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Materi genetik tersedia

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Tersedia sarana dan prasarana yang memadai

• B2PBPTH

• Bio-sekuritas menggunakan penanda DNA

5.16. Identifikasi jenis jamur pathogen menggunakan penanda DNA

• Metode identifikasi jamur pathogen secara cepat (2013-2014)

• Laporan • Publikasi• Diseminasi

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Materi genetik tersedia

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Tersedia sarana dan prasarana yang memadai

• B2PBPTH

212 Organisasi Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Narasi Indikator Alat Verifikasi Asumsi UPT Pelaksana

• Genome DNA5.17. Database Gen Pengendali

Sifat yang berhubungan dengan rendemen pulp (pulp yield) pada Acacia mangium

• Tersusunnya "cDNA library" untuk mengidentifikasi EST yang berhubungan dengan rendemen pulp pada Acacia mangium (2012-2014)

• Laporan • Publikasi• Diseminasi

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Materi genetik tersedia

• Tersedia sarana dan prasarana yang memadai

• B2PBPTH

• Kultur Jaringan

5.18. Kultur jaringan tanaman jenis langka (Santalum album, Aquilaria spp, Gyrinops versteegii, Gonystylus bancanus, Scorodocarpus bornensis)

5.19. Kultur jaringan untuk mendukung pembangunan populasi perbanyakan jenis unggul (Acacia, Eucalyptus, Falcataria moluccana, Toona sinensis)

5.20. Kultur jaringan untuk mendapatkan klon unggul tanaman hutan yang toleran terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan

• Teknik kultur jaringan beberapa jenis langka dan jenis potensial (2010-2014)

• Teknik kultur jaringan untuk mendukung pembangunan populasi perbanyakan jenis unggul (2010-2014)

• Teknik kultur jaringan untuk mendapatkan klon unggul tanaman hutan yang toleran terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan (2013-2014)

• Laporan • Publikasi• Diseminasi

• Penelitian berjalan sesuai rencana

• Materi genetik tersedia

• Kerjasama dengan pihak terkait berjalan dengan baik

• Tersedia sarana dan prasarana yang memadai

• B2PBPTH

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 213

Lampiran 10.2 Kodefikasi Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 dan Cakupan Kegiatan RPI

Kodefikasi 10:Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Tujuan:Menyediakan benih unggul untuk peningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu dan hasil hutan bukan kayu serta menyediakan informasi genetik dan IPTEK kultur jaringan untuk mendukung pelestarian hutan dan penyediaan benih unggul

Sasaran:1. Tersedianya IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas

hutan tanaman penghasil kayu 2. Tersedianya IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas

hasil hutan bukan kayu3. Tersedianya IPTEK perbenihan hasil pemuliaan tanaman hutan4. Terbangunnya demplot sumber benih jenis unggulan lokal5. Tersedianya IPTEK bioteknologi hutan

Kodefi-kasi

Kodefikasi Cakupan Kegiatan RPI dan Sub-Keg-iatan

PUSLIT-BANG/UPT

PELAKSANA

10.1. Output 1.IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu

10.1.1.5Kegiatan 10.1.1. Kegiatan 1.1.

Populasi dasar untuk kayu pertukangan daur panjang (Instia bijuga)

BBPBPTH Jogjakarta,

10.1.2.5Kegiatan 10.1.2. Kegiatan 1.2.

Populasi dasar untuk kayu pertukangan daur menengah (S.leprosula, Toona sureni, T.sinensis, Alstonia scholaris, A.angustiloba)

BBPBPTH Jogjakarta

10.1.3.5Kegiatan 10.1.3. Kegiatan 1.3.

Populasi dasar untuk kayu pertukangan daur pendek (Ficus variegata, Fagraea fragans)

BBPBPTH Jogjakarta

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 215

Kodefi-kasi

Kodefikasi Cakupan Kegiatan RPI dan Sub-Keg-iatan

PUSLIT-BANG/UPT

PELAKSANA

10.1.4.5.Kegiatan 10.1.4. Kegiatan 1.4.

Populasi pemuliaan untuk kayu pertukangan daur panjang (T.grandis, I. bijuga)

BBPBPTH Jogjakarta

10.1.5.5.

10.1.5.6

Kegiatan 10.1.5. Kegiatan 1.5.Populasi pemuliaan untuk kayu pertukangan daur menengah (S.leprosula, T.sinensis, A.scholaris, A.angustiloba)

BBPBPTH JogjakartaBBPD Samarinda

10.1.6.5.

10.1.6.11.

Kegiatan 10.1.6. Kegiatan 1.6.Populasi pemuliaan untuk kayu pertukangan daur pendek (Falcataria moluccana)

BBPBPTH Jogjakarta,BPTA Ciamis

10.1.7.5.Kegiatan 10.1.7. Kegiatan 1.7.

Populasi dasar untuk kayu pulp (Araucaria cunninghamii, Antocephalus cadamba, Octomeles sumatrana)

BBPBPTH Jogjakarta

10.1.8.5.Kegiatan 10.1.8. Kegiatan 1.8.

Populasi pemuliaan untuk jenis unggulan kayu pulp (Acacia mangium, Eucalyptus pellita, A.crassicarpa, Acacia hybrid)

BBPBPTH Jogjakarta

10.1.9.5.Kegiatan 10.1.9. Kegiatan 1.9.

Populasi pemuliaan untuk jenis alternatif kayu pulp (Araucaria cunninghamii, Antocephalus cadamba)

BBPBPTH Jogjakarta

10.1.10.5Kegiatan 10.1.10.

Kegiatan 1.10.Populasi pemuliaan untuk kayu energi (A.auriculiformis, A.decuren, Calliandra callothyrsus)

BBPBPTH Jogjakarta

10.2. Output 2.IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hasil hutan bukan kayu

10.2.1.5.Kegiatan 10.2.1. Kegiatan 2.1.

Populasi dasar untuk jenis-jenis HHBK prioritas (Santalum album, Calophyllum inophyllum, Shorea spp. penghasil Tengkawang, Arenga pinnata)

BBPBPTH JogjakartaB2PD Samarinda

216 Organisasi Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Kodefi-kasi

Kodefikasi Cakupan Kegiatan RPI dan Sub-Keg-iatan

PUSLIT-BANG/UPT

PELAKSANA

10.2.2.510.2.2.610.2.2.13

Kegiatan 10.2.2. Kegiatan 2.2.Populasi pemuliaan untuk jenis-jenis HHBK prioritas (C.inophyllum, Shorea spp. penghasil Tengkawang, Melaleuca cajuputi, Azadirachta indica, Gyrinops versteegii)

B2BPTHB2PD SamarindaBPTHHBK Mataram

10.3. Output 3.IPTEK perbenihan hasil pemuliaan tanaman hutan

10.3.1.5Kegiatan 10.3.1. Kegiatan 3.1.

Populasi perbanyakan untuk kayu pertukangan, kayu pulp dan kayu enerji (A.mangium, T. grandis)

BBPBPTH Jogjakarta

10.3.2.10Kegiatan 10.3.2. Kegiatan 3.2.

Penanganan benih hasil pemuliaan tanaman hutan (A.mangium, E.pellita, A. crassicarpa)

BPTPTH Bogor

9.4.3.10Kegiatan 10.3.3. Kegiatan 3.3.

Standarisasi mutu benih hasil pemuliaan tanaman hutan (A.mangium, E.pellita, A. crassicarpa)

BPTPTH Bogor

10.4. Output 4.Demplot sumber benih jenis unggulan lokal

10.4.1.5

10.4.1.610.4.1.710.4.1.810.4.1.910.4.1.1010.4.1.1110.4.1.1210.4.1.13

10.4.1.1410.4.1.1510.4.1.1610.4.1.1710.4.1.1810.4.1.19

Kegiatan 10.4.1. Kegiatan 4.1.Pembangunan demplot sumber benih jenis unggulan lokal

BBPBPTH JogjakartaBBPD SamarindaBPK AeknauliBPTS KuokBPK PalembangBPTPTH BogorBPTA CiamisBPK SoloBPTHHBK MataramBPK KupangBPK BanjarbaruBPTK SambojaBPK ManadoBPK MakasarBPK Manokwari

10.5. Output 5.IPTEK bioteknologi hutan

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 217

Kodefi-kasi

Kodefikasi Cakupan Kegiatan RPI dan Sub-Keg-iatan

PUSLIT-BANG/UPT

PELAKSANA

10.5.1.5Kegiatan 10.5.1. Kegiatan 5.1.

Studi keragaman genetik flora jenis prioritas menggunakan penanda DNA (Anthocepalus cadamba, Fagraea fragans, Calophyllum inophyllum, Shorea spp. penghasil Tengkawang, T. sinensis)

BBPBPTH Jogjakarta

10.5.2.5Kegiatan 10.5.2. Kegiatan 5.2.

Studi keragaman genetik fauna yang terancam punah menggunakan penanda DNA (Rusa, Anoa, Banteng)

BBPBPTH Jogjakarta

10.5.3.5Kegiatan 10.5.3. Kegiatan 5.3.

Pengaruh sistem silvikultur terhadap keragaman genetik populasi menggunakan penanda DNA

BBPBPTH Jogjakarta

10.5.4.5.Kegiatan 10.5.4. Kegiatan 5.4.

Analisa tetua berdasarkan penanda DNA (Acacia mangium, Eucalyptus pellita)

BBPBPTH Jogjakarta

10.5.5.5.Kegiatan 10.5.5. Kegiatan 5.5.

Analisa sistem perkawinan berdasarkan penanda DNA pada Melaleuca cajuputi

BBPBPTH Jogjakarta

10.5.6.5.Kegiatan 10.5.6. Kegiatan 5.6.

Analisis heterosigositas anakan Shorea leprosula untuk mendukung uji klon

BBPBPTH Jogjakarta,

10.5.7.5.Kegiatan 10.5.7. Kegiatan 5.7.

Identifikasi penanda DNA pengatur sifat rentan terhadap serangan jamur (Aquilaria sp dan Gyrinops versteegii)

BBPBPTH Jogjakarta

10.5.8.5.Kegiatan 10.5.8. Kegiatan 5.8.

Identifikasi penanda DNA pengatur pertumbuhan pada klon Tectona grandis

BBPBPTH Jogjakarta

10.5.9.5.Kegiatan 10.5.9. Kegiatan 5.9.

Verifikasi asal usul kayu merbau menggunakan penanda DNA

BBPBPTH Jogjakarta

218 Organisasi Bioteknologi Hutan Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Kodefi-kasi

Kodefikasi Cakupan Kegiatan RPI dan Sub-Keg-iatan

PUSLIT-BANG/UPT

PELAKSANA

10.5.10.5Kegiatan 10.5.10.

Kegiatan 5.10.Identifikasi jenis jamur pathogen menggunakan penanda DNA

BBPBPTH Jogjakarta

10.5.11.5.Kegiatan 10.5.11.

Kegiatan 5.11.Database Gen Pengendali Sifat yang berhubungan dengan rendemen pulp (pulp yield) pada Acacia mangium

BBPBPTH Jogjakarta

10.5.12.5.Kegiatan 10.5.12.

Kegiatan 5.12.Kultur jaringan tanaman jenis langka (Santalum album, Aquilaria spp, Gyrinops versteegii, Gonystylus bancanus, Scorodocarpus bornensis)

BBPBPTH Jogjakarta

10.5.13.5.Kegiatan 10.5.13.

Kegiatan 5.13.Kultur jaringan untuk mendukung pembangunan populasi perbanyakan jenis unggul (Acacia, Eucalyptus, Falcataria moluccana, Toona sinensis)

BBPBPTH Jogjakarta

10.5.14.5Kegiatan 10.5.14.

Kegiatan 5.14.Kultur jaringan untuk mendapatkan klon unggul tanaman hutan yang toleran terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan

BBPBPTH Jogjakarta

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 219

PENGELOLAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU FEMO

(FOOD, ENERGY, MEDICINE AND OTHERS)

Koordinator :

Dr. Dra. Tati Rostiwati, M.Si

KodefikasiRPI 11

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 221

Lembar Pengesahan

PENGELOLAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYUFEMO (FOOD, ENERGY, MEDICINE AND OTHERS)

Bogor, Januari 2012

Disetujui oleh :

Kepala Pusat Koordinator

Dr. Ir. Bambang Tri Hartono, MF.NIP. 19561005 198203 1 006

Dr. Dra. Tati Rostiwati, M.SiNIP. 19570723 198303 2 002

Mengesahkan :

Kepala Badan Litbang Kehutanan

Dr. Ir. Tachrir Fathoni, MSc.NIP. 19560929 198202 1 001

KEMENTERIAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANPENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 223

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ................................................................................... 223

Daftar Isi ...................................................................................................... 225

Daftar Tabel ................................................................................................. 227

Abstrak ........................................................................................................ 229

1. Pendahuluan ......................................................................................... 231

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................231

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................233

1.3 Hipotesis ...............................................................................................................................234

1.4 Tujuan dan Sasaran .............................................................................................................235

1.5 Luaran....................................................................................................................................235

1.6 Ruang Lingkup .....................................................................................................................236

2. Metodologi ............................................................................................ 237

3. Rencana Tata Waktu ............................................................................. 241

4. Rencana Lokasi ..................................................................................... 245

5. Rencana Biaya ....................................................................................... 247

6. Organisasi ............................................................................................. 253

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 255

Lampiran 11.1 KKL RPI Pengelolaan Hutan Penghasil HHBK-FEMO Tahun 2012 ................................................................................................. 257

Lampiran 11.2 Kodefikasi RPI Pengelolaan Hutan Penghasil HHBK-FEMO Tahun 2012 ............................................................................................ 269

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 225

Daftar Tabel

Tabel 11.1 Tata waktu kegiatan Penelitian Integratif Pengelolaan HHBK FEMO 2012 – 2014 .......................................................................................... 241

Tabel 11.2 Rencana biaya penelitian integratif Pengelolaan HHBK FEMO .............. 247

Tabel 11.3 Organisasi yang terlibat dalam penelitian integratif Pengelolaan HHBK FEMO 2012 – 2014. ............................................................................ 253

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 227

Abstrak

Sumberdaya hutan (SDH) mempunyai potensi multi fungsi yang dapat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial bagi kesejahteraan umat manusia. Manfaat tersebut bukan hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu (HHK), melainkan juga dari Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), karbon dan ekowisata. Produk-produk yang dihasilkan dari jenis tanaman HHBK dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya untuk pangan (food), energi (energy),obat-obatan termasuk kosmetika (medicine) dan manfaat lainnya (others).

Peningkatan pertambahan penduduk yang cukup pesat berdampak pada meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pangan, energi dan obat, sementara produk yang dihasilkan dari tanaman HHBK selama ini belum dapat terpenuhi baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun penambahan pendapatan masyarakat sekitar hutan. Oleh sebab itu, keempat manfaat HHBK tersebut (FEMO) saat ini telah menjadi isu global yang cukup penting.

Untuk menghadapi isu global tersebut, maka tujuan dari Penelitian Integratif Pengelolaan HHBK ini adalah meningkatkan produktivitas dan nilai ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sebagai sumber pangan, energi dan bahan obat-obatan serta kosmetik. Pendekatan yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan menjawab permasalahan yang ada melalui beberapa komponen riset dari aspek hulu sampai hilir baik aspek budidaya (termasuk bioteknologi dan pemuliaan), pengolahan dan sosial ekonomi serta kebijakan HHBK.

Pengelolaan HHBK yang tepat merupakan suatu sistem perencanaan hutan yang memberikan arahan untuk kegiatan pemanfaatan/pemungutan, rehabilitasi dan konservasi, kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, sehingga diharapkan selain berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan juga akan berdampak pula pada pemenuhan bahan baku FEMO (kuantitas dan kualitas) bagi industri pangan, energi pedesaan dan industri farmasi serta industri lainnya.

Kata kunci : budidaya, pengelolaan, pengolahan, produk HHBK, sosial ekonomi

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 229

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK – NonTimberForestProduct) selalu menduduki peran penting dan besar dalam ekonomi kehutanan di negara-negara berkembang (Arnold, 2004), dan produk HHBK telah menjadi pemasukan sekaligus pendapatan langsung bagi pemenuhan kebutuhan banyak rumah tangga dan masyarakat di seluruh dunia (Iqbal, 1993; Walter, 2001). Di banyak negara, total nilai ekonomi dari HHBK diperkirakan mampu memberi sumbangan terhadap pemasukan negara yang sama besar bahkan mungkin lebih besar daripada yang dapat diperoleh dari kayu bulat. Hal ini tidak lepas dari banyaknya jenis HHBK yang dapat diperoleh dari hutan, baik yang berasal dari tumbuhan (HHBK nabati) maupun dari hewan (HHBK hewani), sehingga pemanfaatan HHBK dapat memenuhi kebutuhan akan pangan, energi, dan obat-obatan (termasuk kosmetika) serta pemanfaatan lainnya. Dalam upaya memacu dan memberikan arah kebijakan serta gambaran pengembangan HHBK kepada masyarakat dan para pihak yang akan mengembangkan usaha HHBK, pemerintah telah menetapkan beberapa peraturan yang berkaitan dengan HHBK (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007 tanggal 28 Agustus 2007; Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-II/2009 tanggal 19 Maret 2009. Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.21/Menhut-II/2009 tanggal 19 Maret 2009).

Berkaitan dengan masalah pangan, data statistik tahun 2006 menyebutkan bahwa sekitar 48,8 juta jiwa atau 12 % tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan. Dari 48,8 juta jiwa penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar hutan tersebut, 10,2 juta jiwa atau 25 % diantaranya tergolong dalam kategori miskin (Departemen Kehutanan, 2007). Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa penduduk miskin yang mengalami rawan pangan justru berada di dalam dan sekitar kawasan hutan.

Krisis energi dunia yang terjadi pada dekade terakhir memberikan dampak yang signifikan pada meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM) dan telah mendorong pengembangan energi alternatif dengan pemanfaatan sumberdaya energi terbarukan (renewable resources). Namun sampai saat ini pengelolaan sumberdaya alam tersebut masih belum optimal dipergunakan untuk menyediakan kebutuhan energi. Walaupun perangkat lunak dan keras teknologi sumberdaya energi asal tanaman mudah dikembangkan dan dikuasai (Soerawidjaja, 2006)

Pemanfaatan sumber daya alam memungkinkan untuk mengelolanya dalam jangka waktu yang relatif panjang dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi dan bahan

1

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 231

tambang sejenisnya. Oleh karena itu berdasarkan proyeksi kebutuhan bahan bakar nabati, pemerintah telah merencanakan penggunaan bahan bakar bioetanol dan biodiesel sekitar 2% dari jumlah konsumsi bahan bakar nasional pada tahun 2010. Selanjutnya, meningkat menjadi 5% pada 2025 (ESDM, 2006). Dengan demikian beberapa jenis pohon seperti nyamplung, sagu, kesambi, kepuh dan mabai/malapari mempunyai peluang besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN). Apabila seluruh kebutuhan biodiesel disuplai dari nyamplung akan dibutuhkan biodiesel sebanyak 720.000 kilo liter atau setara dengan 5,1 juta ton biji nyamplung (dengan asumsi bahwa 2,5 kg biji nyamplung akan menghasilkan 1 liter minyak nyamplung) (Bustomi et al., 2008).

Masih berkaitan dengan masalah energi, kayu bakar termasuk energi biomassa yang paling konvensional dan untuk memanfaatkannya tidak memerlukan teknologi pengolahan. Walaupun produksi dan konsumsi kayu bakar cukup tinggi, namun ternyata sebagian besar bukan berasal kawasan hutan. Kayu bakar yang berasal dari kawasan hutan hanya sekitar 6 % yaitu berupa rencek, limbah tebangan dan hasil tanaman sela pada hutan produksi; sedangkan lebih dari 65 % berasal dari luar kawasan yang ditanam dari hasil kegiatan penghijauan pada lahan milik, lahan pekarangan, dan lahan umum (Rostiwati, Heryati dan Bustomi, 2007). Hasil studi kelayakan di daerah beriklim sedang, memberikan angka 96.000 ha tanaman konifer yang mempunyai riap 13 m3/ha/tahun dapat menyediakan bahan bakar bagi sistem pembangkit listrik berkekuatan 400 megawatt, sedang di Australia suatu pabrik etanol dapat menghasilkan 4.000 ton/hari dari tanaman Eucalyptus globulus seluas 740.000 ha dengan riap 24 m3/ha/tahun dengan daur 10 tahun (Fung, 1983).

Pembangunan hutan tanaman penghasil kayu energi adalah salah satu upaya pemanfaatan sumber energi secara lestari, yang pada sisi lain akan mempunyai implikasi terhadap perpanjangan waktu habisnya sumber energi fosil (Sudradjat, 1983). Beberapa ahli menyatakan bahwa perkebunan kayu energi adalah suatu konsep lama tetapi mungkin baru dapat dikembangkan pada abad 21. Hal tersebut disebabkan banyak permasalahan baik teknis maupun non teknis yang belum sepenuhnya dikuasai. Permasalahan lainnya adalah suplai sumber energi asal biomassa sebagai bahan subsitusi pengganti minyak bumi pada waktu ini masih dilakukan secara tradisional yaitu diusahakan sendiri-sendiri dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan masing-masing kepala keluarga. Peningkatan demand biofarmaka lokal berjalan seiring dengan semakin banyaknya jumlah industri jamu, farmasi dan kosmetika. Namun pembudidayaan jenis-jenis tumbuhan obat yang bernilai ekonomis sampai saat ini masih terbatas. Seperti contohnya Mimba (Azadirachta indica) merupakan tumbuhan khas daerah beriklim kering di wilayah Timur Indonesia (NTB dan NTT). Di wilayah tersebut sudah terdapat hutan tanaman Mimba yang telah berumur 4 tahun seluas 20 hektar dan tanaman yang sudah berumur tua di lahan-lahan masyarakat dengan luasan yang cukup besar (komunikasi pribadi dengan PT. Intaran Indonesia, 2009). Namun sampai saat ini dukungan dari masyarakat dan Pemda belum dapat dilakukan sepenuhnya. Minyak biji mimba sudah sejak lama digunakan orang untuk program KB, berdasarkan hasil

232 Pendahuluan Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

penelitian diketahui, minyak mimba tidak memberikan efek sampingan sebagai bahan konstrasepsi. Selain biji, daunnya juga yang sering dimanfaatkan sebagai obat alami. Pembuktian hal ini sudah dilakukan pada kelinci yang terserang diabetes dan diberi induksi larutan aloksan. Hasilnya, efek penurunan gula darah terlihat jelas pada kelinci yang terserang diabetes dibandingkan dengan kelinci normal (Intisari, 2006).

Minyak atsiri dari tanaman lemo, berbau harum sekali seperti baunya tanaman jeruk dan banyak dibutuhkan untuk keperluan industri, seperti bahan kosmetik (aroma terapi), sabun, minyak wangi, pembersih kulit, obat jerawat, serta diyakini memiliki unsur karsinostatic (zat anti kanker). Demikian juga penurunan populasi jenis lemo/kilemo (Litsea cubeba) di alam terlihat dari jumlah individu tiang yang hanya 1 dan untuk tingkat pancang 1 individu pada plot seluas masing-masing 500 m2 dan 125 m2 (Rostiwati et al., 2009). Permasalahan juga timbul pada pengelola pabrik Minyak Kayu Putih yang menderita kerugian jika memperhitungkan biaya tanaman (Astana, 2006). Dengan demikian untuk kayu putih yang telah menghasilkan bibit unggul, maka teknologi silvikultur intensif, analisis finansial, kebijakan, pasar dan kelembagaan perlu diteliti lebih integratif.

Contoh-contoh tersebut di atas menunjukkan bahwa masih lemahnya pengelolaan tanaman HHBK. Kondisi ini disebabkan karena pada umumnya HHBK masih dikelola secara tradisional atau secara turun temurun, selain faktor-faktor lain yaitu sebaran jenis-jenis HHBK di Indonesia yang cukup luas, berdaur hidup panjang, jumlah jenis banyak (untuk tiap daerah memiliki beberapa jenis yang berbeda sifat fisiologis dan karakteristik tempat tumbuhnya) (Hartoyo et al. (1998) serta produk yang dihasilkan pun beragam (getah, pati, minyak atsiri dll).

Oleh karena itu untuk memperoleh produktivitas dan nilai ekonomi HHBK yang tinggi, sangat diperlukan penelitian dan pengembangan tentang pengelolaan HHBK yang dapat menghasilkan paket IPTEK teknik budidaya (termasuk pemuliaan dan bioteknologi), pemanenan dan pengolahan serta kajian sosial ekonomi dan kebijakan HHBK. Paket pengelolaan HHBK yang terarah dan terintegrasi diharapkan dapat memperoleh model pengelolaan HHBK yang tepat di masa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah

Sampai saat ini, jenis-jenis tumbuhan dan hewani penghasil HHBK di hutan tidak berada dalam komunitas tersendiri tapi bersatu dengan tumbuhan penghasil lainnya terutama penghasil kayu. Mengingat dalam beberapa dekade pengelolaan hutan hanya bertumpu pada sumber daya hutan penghasil kayu (wood based management) dan tidak sumber daya ekosistem secara keseluruhan (resource based management) maka sumberdaya lain termasuk komoditas di hutan penghasil HHBK kurang mendapat perhatian. Sebagai konsekuensi, telah menimbulkan permasalahan mendasar dalam pengembangan, pemanfaatan dan peningkatan produktivitas dikarenakan (1) Ketidak pastian dari sebaran dan potensi sumberdaya penghasil HHBK, sampai saat belum pernah dilakukan survey atau inventarisasi hutan yang detil baik yang menyangkut

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 233

sebaran komoditas, luasan hutan dan potensi dari masing-masing komoditas penghasil HHB); (2) jenis HHBK potensial belum dikelola secara intensif, mengingat pemanfaatan hasilnya masih diperoleh dari hutan alam dan belum banyak dari hasil budidaya secara terencana dan intensif; (3) Kelembagaan, tata niaga dan finansial produk HHBK prioritas.

Peningkatan harga bahan bakar minyak (khususnya minyak tanah) tidak sejalan dengan peningkatan daya beli masyarakat, sementara pertambahan jumlah penduduk sekaligus akan meningkatkan pula kebutuhan masyarakat akan bahan bakar/sumber energi. Kondisi ini menuntut pemenuhan kebutuhan energi/bahan bakar dari sumber lain dalam hal ini bahan bakar dari biomassa. Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan bahan bakar biomassa.

Program pemerintah untuk mendorong pengembangan sumber energi alternatif dari biomassa memerlukan dukungan berbagai aspek termasuk penelitian. Kayu energi selalu masuk dalam program penanaman sejak Perancangan Hutan Industri (1958) dan Penjajagan Reboisasi Hutan Nasional (1970) yang diimplementasikan dalam Program Inpres Reboisasi (1980-an) serta Perancangan HTI (1984), namun demikian ternyata sampai sekarang belum ada bukti tegakan hutan yang dikhususkan untuk kayu bakar. Salah satu permasalahan besar dalam pengembangan tanaman sumber energi yang memerlukan dukungan riset adalah teknik budidayanya (silvikultur).

Lebah madu dan sutera alam adalah dua di antara lima jenis komoditas HHBK yang mendapatkan prioritas pengembangannya saat ini, sebagaimana disebutkan dalam Strategi Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Nasional. Meskipun disebut sebagai HHBK unggulan potensial namun, seperti halnya cendana dan gaharu, pada kenyataannya usaha pemanfaatannya masih mengandalkan pada produk alam dalam pemungutannya. Kondisi ini berakibat pada terancamnya keberlanjutan sumberdaya yang ada di alam akibat eksploitasi yang berlebihan. Upaya budidaya merupakan jawaban yang paling tepat untuk mengatasi persoalan di atas. Namun, sebagaimana yang terjadi pada kebanyakan produk HHBK, pemanfaatan budidaya lebah, sutera alam, gemor dan cendana saat ini terkendala oleh banyak faktor, antara lain skala pemanfaatan yang rendah, keterbatasan modal, peraturan yang tidak mendukung dan kurangnya penguasaan IPTEK. Oleh sebab itu, penelitian integratif dari hulu ke hilir menjadi kunci bagi terbukanya pintu menuju pengelolaan HHBK alam yang berkelanjutan dan budidaya yang berskala besar terutama jika ada dukungan peraturan regulasi yang tepat.

1.3 Hipotesis

Produktivitas dan nilai ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sebagai sumber pangan, energi, bahan obat-obatan (serta kosmetik) dan pemanfaatan lainnya dapat ditingkatkan melalui:

1. Ketepatan pengelolaan (pemanfaatan dan pemungutan) HHBK lokal oleh masyarakat

234 Pendahuluan Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

2. Peningkatan mutu genetik sehingga dapat menghasilkan rendemen minyak/bahan aktif yang tinggi

3. Penerapan teknologi silvikultur yang berdaya guna dan berhasil guna jenis HHBK prioritas

4. Ketersediaan perangkat lunak berupa analisis finansial, kebijakan, regulasi dan kelembagaan yang merupakan pendukung pemasaran produk HHBK

5. Kebutuhan masyarakat akan sumber energi asal biomassa berupa kayu bakar dapat dipenuhi melalui penguasaan teknologi silvikultur jenis-jenis tanaman kayu energi bernilai ekonomi.

1.4 Tujuan dan Sasaran

1.4.1 Tujuan

1. Menyediakan IPTEK dan informasi teknik silvikultur jenis tanaman penghasil pangan (F), bioenergi (E), bahan obat-obatan dan kosmetik (M) dan hasil lainnya (O) dalam rangka mendukung upaya nasional untuk mewujudkan kelestarian sumberdaya hutan dan sumberdaya HHBK-FEMO.

2. Meningkatkan produktivitas dan nilai ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sebagai sumber pangan, energi dan bahan obat-obatan serta kosmetik

1.4.2 Sasaran

1. Tersedianya paket data dan informasi persyaratan tempat tumbuh, pertumbuhan, potensi dan hasil tanaman penghasil kayu energi dan FMO

2. Tersedianya paket IPTEK silvikultur intensif (penyediaan bibit, pola tanam dan pemeliharaan)

3. Tersedianya paket informasi budidaya-pemanfaatan HHBK-FEMO oleh masyarakat lokal

4. Tersedianya paket model ekonomi-finansial dan kelembagaan pengelolaan HHBK-FEMO yang efektif

5. Terbangunnya plot uji coba penanaman jenis HHBK FEMO

1.5 Luaran

1. Paket data dan informasi persyaratan tempat tumbuh, pertumbuhan dan hasil tanaman jenis penghasil FEMO

2. Paket IPTEK Silvikultur Intensif jenis tanaman penghasil FEMO

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 235

3. Paket informasi dan teknik pemanfaatan tanaman hutan jenis HHBK-FEMO

4. Paket model ekonomi-analisis finansial dan kelembagaan masyarakat

5. Plot ujicoba penanaman HHBK-FEMO

1.6 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari kegiatan penelitian integratif HHBK FEMO tahun 2012 – 2014 adalah :

1. Jenis HHBK FEMO

a. Andalan setempat (Tier 1): songga, kratom, masoi, penghasil minyak keruing, gemor

b. Prioritas Tier 2 : ganitri, malapari, kilemo, rotan jernang, lontar, kemenyan, cendana, weru (Albizia procera), pilang (Acacia leucophloa); akor (A. auriculiformis); kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan beberapa jenis pohon yang dikenal di daerah setempat (lokal)

c. Prioritas Tier 3 : jenis tengkawang, mimba, nyamplung, sukun, sagu, sutera alam dan perlebahan.

2. Jenis kegiatan

a. Identifikasi persyaratan tempat tumbuh, pertumbuhan dan hasil tanaman hutan penghasil kayu energi dan FMO (Food, Medicine, Others)

b. Penelitian teknik silvikultur intensif jenis penghasil FEMO

c. Kajian pemanfaatan dan pola konsumsi FEMO

d. Analisis keekonomian-finansial dan kelembagaan budidaya tanaman penghasil FEMO.

236 Pendahuluan Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

Metodologi

Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan ekperimentasi. Observasi yaitu pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara survey dengan penerapan teknik penarikan contoh (sampling techniques). Ekperimentasi yaitu kegiatan pengumpulan data berdasarkan rancangan penelitian (experimental design) tertentu.

Penerapan kedua metode di atas, secara garis besar pada masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut :

1. Paket informasi persyaratan tempat tumbuh, pertumbuhan dan hasil tanaman hutan penghasil kayu energi

1.1. Identifikasi sebaran tempat tumbuh, pertumbuhan dan hasil hutan tanaman penghasil kayu energi

1.1.1. Dinamika pertumbuhan tanaman hutan penghasil kayu energi

1.1.2. Eksplorasi potensi, sebaran dan biofisik 2 jenis penghasil obat dan kosmetik di Papua Barat

Kegiatan dilakukan melalui observasi dan inventarisasi jenis penghasil FEMO dan pengamatan kondisi biofisik dari masing-masing lokasi sebaran serta pengumpulan contoh tanah dan pencatatan/pengutipan data sekunder parameter fisik tempat tumbuh.

Penerapan metode inventarisasi survai dan observasi dengan menentukan:

1. Pemilihan lokasi pewakil: pencatatan data primer (posisi lokasi - ordinat, topografi, ketinggian tempat, suhu dan kelembaban udara, intensitas cahaya, vegetasi) dan data sekunder (curah hujan, penutupan lahan, jenis tanah dll)

2. Pemetaan sebaran pohon jenis-jenis HHBK pewakil adalah bagian (sub populasi) dan merupakan representasi dari keberadaan seluruh (populasi) areal yang disurvai.

3. Pengukuran Potensi Tegakan: dengan sistem jalur dan dileniasi areal

1.2. Permodelan pertumbuhan dan pendugaan hasil

Kegiatan penelitian dilakukan dengan pengumpulan data pada plot permanen pada lokasi sebaran jenis penghasil kayu energi dan pengambilan contoh jenis dengan keterwakilan dari masing-masing lokasi sebaran.

2

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 237

2. Paket IPTEK silvikultur intensif jenis penghasil FEMO

2.1. Informasi fenologi

Fenologi: menggunakan metode observasi dan analisis fisiologis terhadap:1) kajian proses pembungaan dan pembuahan; 2) periode masa berbunga sampai buah masak fisiologis; 3) persentase buah masak fisiologis yang dihasilkan per masa panen

2.2. Teknologi perbenihan dan pembibitan

2.2.1. Teknik pengunduhan dan penyimpanan: metode eksperimen terhadap: 1) pengunduhan pada beberapa musim buah (awal, buah raya dan buah akhir); 2) efektifitas dan efisiensi pengunduhan terhadap kualitas buah dan bibit yang dihasilkan;

2.2.2. Teknik pembibitan: menggunakan metode eksperimen terhadap:1) Jenis bahan tanaman generatif: biji dan anakan alam, stump, puteran; jenis bahan vegetatif: stek, grafting, okulasi; 2) Kondisi persemaian: terbuka dan menggunakan naungan (paranet dengan beberapa intensitas cahaya); 3) Media dan wadah bibit: campuran top soil dan arang aktif, sabut kelapa, arang sekam padi dll; 4) Aplikasi pupuk: mikoriza, NPK dll; 5) Periode bibit di persemaian: lamanya bibit sampai ukuran bibit siap tanam; 6) Pemeliharaan bibit: pengendalian terhadap hama penyakit biji dan bibit; 7) Pembibitan melalui kultur jaringan.

2.3. Teknologi budidaya

2.3.1. Teknik penanaman: menggunakan metode eksperimen terdiri atas: 1) Teknik penyiapan lahan; 2) Sistem penanaman: sistem jalur atau berblok; 3) Manipulasi lingkungan (penggunaan hydrogel, mulsa, pemupukan: jenis dan dosis pupuk serta waktu pemupukan yang tepat.); 4) Pola tanam: monokultur, campuran dan agroforestry (wanafarma).

2.3.2. Sistem silvikultur intensif jenis HHBK Tier 3: Menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan bibit unggul. Aspek yang diteliti adalah:

1) Teknik persemaian bibit unggul: kondisi persemaian (permanen dengan intensitas cahaya, suhu dan kelembaban yang sesuai), periode dan jenis pemeliharaan bibit unggul di persemaian.

2) Teknik penanaman bibit unggul: pola tanam monokultur, pemupukan

3) Teknik pemeliharaan tanaman: penggunaan beberapa bahan ramah lingkungan (hydrogel, pestisida nabati, pupuk organik) dan pengendalian hama penyakit serta gulma.

4) Teknik pemanenan: teknik pemangkasan, teknik pemanenan kulit kayu, teknik pemanenan metabolisme sekunder (getah, resin, minyak atsiri)

238 Metodologi Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

2.3.3. Teknologi peningkatan produktivitas dan kualitas produk perlebahan: metode yang digunakan dengan berbagai penelitian eksperimen serta survey lapangan (korelasi kondisi biofisik dengan kuantitas dan kualitas polen, jenis dan kualitas lebah, waktu pemanenan madu)

2.3.4. Teknologi peningkatan produktivitas dan kualitas produk persuteraan alam: metode yang digunakan dengan berbagai penelitian eksperimen serta survey lapangan (korelasi kondisi biofisik dengan kuantitas dan kualitas pakan, jenis pakan dan jenis ulat)

2.4. Model Kuantifikasi Produk HHBK FMO

Metode mendapatkan model kuantifikasi produk HHBK FMO ini adalah melalui teknik survey. Pada daerah atau obyek survey yang diduga berpotensi bertegakan jenis yang diteliti dilakukan dengan cara :

1) sensus untuk luas areal ≤ 10 ha atau panjang pantai bervegetasi nyamplung ≤ 5 km; atau

2) sampling untuk luas areal > 10 ha atau panjang pantai > 5 km dengan jalur ukur sebagai sampel sistematik lebar 20 m dan besarnya intensitas sampling (Is) tergantung dana dan waktu yang tersedia, yaitu antara 5-10 % atau jarak antar jalur ukur 400 m (Is: 5%) atau 200 m (Is : 10 %) dengan arah jalur relatif tegak lurus arah pantai.

Khusus pada tanaman budidaya (hutan tanaman), sampling mewakili umur/kelas umur tanaman dengan selang umur 3-5 tahun, dan sampel yang diukur berupa plot lingkaran seluas 0.1 ha atau jari-jari (r) lingkaran 17,6 m. Teknik survey yang digunakan tergantung pada luasan.

3. Paket informasi pemanfaatan tanaman hutan jenis HHBK-FEMO

3.1. Kajian pemanfaatan kearifan lokal FEMO

Kegiatan penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara di masyarakat pemungut dan pengguna produk HHBK lokal. Teknik pengumpulan data primer dengan wawancara semi terstruktur kepada para tokoh kunci dan anggota masyarakat pengguna tanaman HHBK sebagai sumber bahan baku FEMO. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan penelusuran dokumen dan pustaka yang terkait dengan kearifan lokal pemanenan dan pemanfaatan tanaman.

3.2. Kajian pola konsumsi FEMO

Kegiatan penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara dengan kuesioner pada beberapa level masyarakat pengguna energi (rumah tangga, industri kecil, menengah dan industri berteknologi tinggi) baik pada tingkat kabupaten maupun kecamatan

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 239

4. Paket model ekonomi-analisis finansial dan kelembagaan masyarakat

4.1. Analisis kelembagaan dan tata niaga

Kegiatan penelitian ini berupa pengambilan contoh/sampling dan wawancara untuk memperoleh data dan informasi tentang 1) Kebijakan: Analisis ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah aturan main yang selama ini sudah ada telah dituangkan dalam sebuah peraturan tertulis dan disepakati oleh pihak-pihak terkait; 2) Regulasi pasar: data yang dikumpulkan dengan metode survai tentang permintaan dan marjin pemasaran, preferensi konsumen dan 3) Kelembagaan: metode yang digunakan adalah wawancara dan survai dengan metode sampling (purposive sampling dan snowball sampling) untuk pengambilan data (primer dan sekunder).

4.2. Analisis finansial

Kegiatan penelitian untuk mendapatkan paket analisis finansial FEMO menggunakan beberapa pendekatan :

§Biaya investasi pembangunan hutan tanaman: harga biji/buah daun, pati (kering atau basah), sumber dan harga bibit, biaya pemeliharaan, pola tanam (agroforestry – perhitungan harga tanaman tumpang sari)

§Nilai ekonomi dari manfaat lainnya (by product).

5. Plot ujicoba penanaman HHBK-FEMO

5.3. Uji coba penanaman dan pemeliharaan jenis-jenis tanaman obat dan biofuel prioritas pada lokasi-lokasi terpilih. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah petak berbagi (split plot) atau bujur sangkar latin (latin square).

5.4. Uji coba pola agroforestry tanaman kayu energy jenis setempat dan introduksi

5.5. Uji coba jenis-jenis HHBK lainnya:

5.5.1. Uji coba multilokasi budidaya ulat sutera. Plot akan dibangun berdasarkan wilayah potensial untuk pengembangan.

5.5.2. Uji coba jenis-jenis bambu untuk aneka produk

5.5.3. Uji coba jenis-jenis rotan (diameter besar dan kecil) untuk produk lestari

240 Metodologi Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

Rencana Tata Waktu

Rencana Tata Waktu pelaksanaan kegiatan penelitian integratif pengelolaan HHBK FEMO secara lengkap tersaji pada Tabel 11.1.

Tabel 11.1 Tata waktu kegiatan Penelitian Integratif Pengelolaan HHBK FEMO 2012 – 2014

Output/ActivitiesInstansi Terlibat Tahun

2012 2013 2014

1 Paket Informasi Persyaratan Tempat Tumbuh, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman serta Sebaran Hutan Penghasil HHBK FEMO

1.1.1. Dinamika pertumbuhan tanaman hutan penghasil kayu energi

PUSPROHUT *

1.1.2.. Eksplorasi potensi, sebaran dan biofisik jenis Masoi (Cryptocarya sp.) di Wasior Papua Barat dan Kratom (Mitragyna speciosa) di Dabra – Kab. Mamberamo Raya

BPK Manokwari*

2 Paket Teknik Silvikultur Intensif Jenis Penghasil HHBK FEMO

3

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 241

Output/ActivitiesInstansi Terlibat Tahun

2012 2013 2014

2.1. Informasi fenologi

BPTP BogorBPTHHBK Mataram

* *

2.2. Teknologi perbenihan dan pembibitan

2.2.1. Teknik pengunduhan dan penyimpanan

BPTP BogorBPK ManokwariBPTHHBK Mataram * * *

2.2.2. Teknik pembibitan

BPTP BogorBPK ManokwariBPK PalembangBPK BanjarbaruBPTHHBK Mataram

* * *

2.3. Teknik budidaya

2.3.1. Teknik penanaman

BPK ManokwariBPK PalembangBPK BanjarbaruBPTHHBK MataramBPTA CIamis

* * *

2.3.2. Sistem silvikultur intensif

BPK ManokwariBPK PalembangBPTHHBK Mataram

* * *

2.4. Model Kuantifikasi Produk HHBK FMO

BPTP BogorBPK PalembangBPK ManokwariBPTHHBK Mataram

* * *

3 Paket informasi pemanfaatan tanaman hutan jenis HHBK-FEMO

3.4. Kajian pemanfaatan kearifan local FEMO

PUSPROHUT

* *

3.5. Kajian pola konsumsi FEMO

PUSPROHUT

242 Rencana Tata Waktu Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

Output/ActivitiesInstansi Terlibat Tahun

2012 2013 2014

4 Paket model ekonomi-analisis finansial dan kelembagaan masyarakat

4.1. Analisis finansial BPTHHBK MataramPUSPROHUT

* * *

4.2. Analisis kelembagaan dan tata niaga

BPK ManokwariBPTHHBK MataramPUSPROHUT

* * *

5 Plot uji coba penanaman HHBK-FEMO

5.1. Uji coba penanaman dan pemeliharaan (tanaman pangan dan obat, kayu energy, tanaman biofuel)

PUSPROHUT * * *

5.2. Uji coba pola agroforestry tanaman kayu energy

PUSPROHUT * * *

5.3. Uji coba jenis HHBK manfaat lainnya

PUSPROHUT * * *

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 243

Rencana Lokasi

Kegiatan penelitian integratif ini dilaksanakan di lokasi yang sesuai dengan wilayah sebarannya yaitu

1. BPK Palembang

KHDTK Kemampo, Propinsi Sumatera Selatan

2. BPTHHBK Mataram

a. KHDTK Rarung

b. HLHPL Propinsi NTB

c. KHDTK Nusa Penida

3. BPK Manokwari

a. Hutan adat Manokwari, Papua Barat

b. KHDTK Angresi, Manokwari, Papua Barat

4. BPK Banjarbaru

KHDTK Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah

5. BPTP Bogor

a. Persemaian Nagrak, Bogor

b. Persemaian kilemo Hutan Penelitian Cikole

6. PUSPROHUT

a. Hutan Penelitian Cikole, Jawa Barat

b. KHDTK Sobang, Banten

c. Taman Nasional Ujung Kulon, Banten

d. Kawasan Perum Perhutani Jawa Barat dan JawaTengah

e. Areal Dishut Sumbawa, NTB

f. Kawasan Saguling, Jawa Barat

g. Kawasan hutan produksi APHI

4

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 245

Rencana Biaya

Biaya merupakan komponen pendukung yang harus terpenuhi dalam setiap kegiatan penelitian dengan maksud agar hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Untuk memenuhi tujuan penelitian maka biaya yang direncanakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 11.2.

Tabel 11.2 Rencana biaya penelitian integratif Pengelolaan HHBK FEMOX Rp. 1.000

Output/ActivitiesInstansi Terlibat

Tahun

2012 2013 2014

Output A Sintesis Hasil penelitian HHBK FEM PUSPROHUT

Activities Program Setter, pengendalian dan pensintesa

203.000 389.000 450.000

B Kegiatan Penelitian HHBK FEMO

Output 2 Paket informasi persyaratan tempat tumbuh pertumbuhan, hasil tan. hutan penghasil kayu energi dan FMO

Activities 2.1. Dinamika pertumbuhan tanaman hutan penghasil kayu energi

PUSPROHUT 57.125 132.000 132.000

2.2. Eksplorasi potensi, sebaran dan biofisik jenis Masoi (Cryptocarya sp.) di Wasior Papua Barat

BPK Manokwari 114.320 - -

2.3. Eksplorasi sebaran dan potensi jenis Kratom (Mitragyna speciosa) di Dabra – Kab. Mamberamo

BPK Manokwari 109.500 - -

Output 3 Paket Teknik Silvikultur Intensif Jenis Penghasil HHBK FEMO

3.1. Paket informasi teknologi Perbenihan jenis tanaman hutan penghasil FEMO

Activities 3.1.1. Fenologi dan teknik pemanenan biji weru pilang, akor dan kaliandra

BPTP Bogor 123.400

123.400

3.1.2. Fenologi Malapari dan Kemenyan 104.500 104.500

3.1.3. Fenologi Nyamplung di Bali BPTHHBK Mataram v v

5

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 247

Output/ActivitiesInstansi Terlibat

Tahun

2012 2013 2014

3.1.3. Fenologi lontar BPTHHBK Mataram v v

3.2. Paket informasi teknologi Perbenihan jenis tanaman hutan penghasil FEMO

3.2.1. Teknik penyimpanan dan mutu fisologis weru pilang, akor dan kaliandra

BPTP Bogor 96.500

3.2.2. Teknik pembibitan generatif dan vegetatif weru, pilang akor dan kaliandra

BPTP Bogor 113.500

3.2.3. Teknik pembibitan generatif dan vegetatif jenis kemenyan dan malapari

BPTP Bogor 100.250

3.2.4. Teknik pembibitan lontar secara generatif dan Songga secara vegetatif dan generatif

BPTHHBK Mataram 126.800 126.800

3.3. Paket Teknologi penanaman dan pemeliharaan tanaman hutan penghasil FEMO

3.3.1. Uji coba teknik manipulasi lingkungan dalam rehabilitasi lahan kritis dengan jenis mimba di Nusa Penida

BPTHHBK Mataram 110.533 110.533

3.3.2. Teknik Silin pada Jenis Sukun untuk Rehabilitasi Lahan di Kabupaten Lombok Barat

BPTHHBK Mataram73.700

73.700

3.3.3. Uji coba penyiapan lahan dalam mendukung keberhasilan penanaman Mimba di Sumbawa

BPTHHBK Mataram73.400

73.400

3.3.4. Uji Coba Pola Tanam Jenis Cendana di Nusa Penida, Bali

BPTHHBK Mataram 90.600 90.600

3.3.5. Teknologi Pengelolaan hama, penyakit dan gulma pada tanaman nyamplung (PIU)

PUSPROHUT 74.900 173.000173.000

3.3.6. Teknik dan pola tanam serta pemeliharaan tanaman utk peningkatan produktivitas penghasil kayu energi

PUSPROHUT & BPTA Ciamis

? ? ?

248 Rencana Biaya Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

Output/ActivitiesInstansi Terlibat

Tahun

2012 2013 2014

3.3.7. Observasi serangan hama-penyakit dan gulma pengganggu tanaman Hutan penghasil kayu energi

PUSPROHUT 67.250 --

3.3.8. Teknik pengendalian hama dan penyakit pada tanaman hutan penghasil kayu energi PUSPROHUT

- 154.500 154.500

3.3.9. Uji coba teknik agroforestry tanaman hutan penghasil kayu energi jenis setempat dan introduksi

PUSPROHUT

46.550 174.000 174.000

3.3.10. Uji coba penanaman dan pemeliharaan jenis tanaman obat dan biofuel di Jawa Barat dan Jawa Tengah

PUSPROHUT 120.000 251.000 251.000

3.3.11. Uji adaptasi hibrid ulat sutera Bombyx mori

PUSPROHUT 151.000 211.500 211.500

3.3.10. Teknik pengendalian penyakit febrine pada ulat sutera PUSPROHUT

- 155.000 155.000

3.3.12. Teknik budidaya rotan jernang (pembibitan dan penanaman)

BPK Palembang v v v

3.3.13. Alternatif teknik budidaya gemor

BPK Banjarbaru v v v

3.3.14. Teknik budidaya dan pemanfaatan ganitri

BPTA Ciamis (PIU) v v v

3.3.15. Silvikultur intensif sagu (pengendalian hama penyakit dan gulma, pemupukan, pola tanam)

BPK Manokwari (PIU)

131.875 131.875131.875

3.3.16. Optimasi produksi sineol dan sintronela melalui pemupukan pada tanaman kilemo

PUSPROHUT 109.500 120.000 120.000

3.4. Paket teknologi produksi jenis tanaman hutan penghasil FEMO

3.4.1. Kuantifikasi Produk Buah Nyamplung di Bali dan NTB

BPTHHBK Mataram 98.150 98.150 -

3.4.2. Kuantifikasi Produk jenis HHBK di Lombok

BPTHHBK Mataram 78.945 78.945 -

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 249

Output/ActivitiesInstansi Terlibat

Tahun

2012 2013 2014

3.4.3. Kuantifikasi buah malapari dan kemenyan

BPTP Bogor v v v

3.4.4. Teknik pemangkasan hasil/produksi tanaman hutan penghasil kayu energi dan pemanfaatannya

PUSPROHUT & PUSTEKOLAH

140.500 150.000 150.000

3.4.5. Kuantifikasi empulur sagu untuk bioetanol di beberapa wilayah sebaran di Papua

BPK Manokwari 109.500 109.500 109.500

Output 4 Informasi pemanfaatan dan pola konsumsi FEMO

4.1. Kajian pengelolaan kearifan lokal HHBK andalan setempat

BPK Manokwari - - -

4.2. Kajian pengelolaan kearifan lokal HHBK andalan setempat

B2PD Samarinda - - -

4.3. Kajian pemanfaatan jenis indigofera finctitoria sebagai zat pewarna ramah lingkungan

PUSPROHUT - 169.000 169.000

Output 5 Model keekonomian- finansial dan kelembagaan budidaya tanaman penghasil FEMO

Activities 5.1.1. Analisis ekonomi-finansial budidaya tanaman hutan penghasil kayu energi

PUSPROHUT & PUSPIJAK

61.500 123.000 123.000

5.1.2. Analisis Keekonomian pengelolaan nyamplung pada demplot DME (PIU)

PUSPROHUT & PUSPIJAK

76.000 138.000 138.000

5.1.3. Model usaha aneka produk budidaya bambu

PUSPROHUT 74.450 109.000 -

5.1.4. Kajian insentif petani rotan untuk peningkatan produktivitas

PUSPROHUT 77.550 139.000 139.000

5.1.5. Analisis Kelembagaan dan Tata Niaga Pemanfaatan dan Pemungutan Sagu di Papua

BPK Manokwari (PIU)

100.950 100.950 100.950

5.1.6. Kajian Kelembagaan produk perlebahan

PUSPROHUT 84.850 - -

5.1.7. Kajian Sistem Kelembagaan Pengusahaan Madu di Indonesia

BPTHHBK Mataram 137.410 137.410 137.410

250 Rencana Biaya Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

Output/ActivitiesInstansi Terlibat

Tahun

2012 2013 2014

Output 6 Pembangunan demplot HHBK-FEMO

Activities 6.1. Peningkatan usaha budidaya tanaman penghasil minyak atsiri potensial oleh masyarakat di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat

PUSPROHUT 118.000 150.000 150.000

6.2. Pembangunan demplot Uji multilokasi Murbei di Jawa Barat

PUSPROHUT 95.000 251.000 251.000

6.3. Litbang budidaya rotan jernang untuk produksi lestari

PUSPROHUT 250.000 250.000

6.4. Pembangunan demplot bamboo untuk aneka produk

PUSPROHUT 250.000

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 251

Organisasi

Penelitian ini dilaksanakan oleh tim peneliti Pusat (Pusprohut, Puspijak dan Pustekolah) dan Tim Daerah (UPT terkait) sesuai dengan perannya masing-masing. Untuk memberian informasi yang lebih rinci mengenai Organisasi peneliti yang terlibat dalam kegiatan ini dapat dilihat pada Tabel 11.3.

Tabel 11.3 Organisasi yang terlibat dalam penelitian integratif Pengelolaan HHBK FEMO 2012 – 2014.

No Instansi Nama Peneliti dan Teknisi Peran

1 PUSPROHUT 1. Dr.Tati Rostiwati, MSi Koordinator merangkap Penanggung Jawab Silvikultur HHBK FEMO

2. Ir. Sofwan Bustomi, MSi Peneliti Biometrika

3. Yetty Heryati S.Hut. Peneliti Silvikultur HHBK

4. Ir. Sutiono Peneliti Silvikultur HHBK

5. Drs. Yana Sumarna, MS Peneliti Silvikultur HHBK

6. Dr. Eni Widyati, MSc Peneliti Tanah/Lingkungan

7. Dr. Tuti Herawati, MSi Peneliti Perhutanan Sosial

8. Ir. Wida Darwiati MSi Peneliti Hama dan Penyakit

9. Dra. Lincah Andadari,MSi Peneliti Persutraan Alam

10. Mira Yulianti, SHut Peneliti Biometrika

11. Abdurachman Syakur, AMd

Teknisi Silvikultur HHBK

12. Chotib Sofyan Teknisi Hama Penyakit

13. Rukman Teknisi Biometrika

14. Budi Setiawan Teknisi Biometrika

2 PUSPIPJAK 1. Ir. Rachman Efendi MSc2. Ir. Ismatul Hakim, MSc3. R. Mulyadin, Shut4. Dr. Magdalena M.Sc.5. Fenti S.Hut., M.Si.6. Bambang Suryo

Peneliti Sosek dan KebijakanPeneliti Sosek dan KebijakanPeneliti Sosek dan KebijakanPeneliti Sosek dan KebijakanPeneliti Sosek dan KebijakanTeknisi Sosek

6

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 253

No Instansi Nama Peneliti dan Teknisi Peran

3 PUSTEKOLAH 1. Prof. Dr. Gustan Pari, M.Si.2. Totok Kartiko Waluyo,

S.Hut. M.Si.3. Wesman Endom, M.Sc.

Peneliti Pustekolah

4 BPTP Bogor 1. Dra. Dida Syamsuwida MSc

2. Ir. Rina Kurniaty3. Ir. Eliya Suita4. Kurniawati Purwaka Putri,

S.Hut.5. Aam Aminah, S. Hut.6. Ratna Uli Damayanti,

S.Hut.

Peneliti Perbenihan Peneliti Perbenihan Peneliti Perbenihan Peneliti Perbenihan Peneliti Perbenihan Peneliti Perbenihan

5 BPTA Ciamis 1. Ir. Encep Rachman, MSc.2. Aris Sudomo, SHut

Peneliti SilvikulturPeneliti Silvikultur

6 B P T H H B K Mataram

1. Ogy Setiawan, SHut, MSc2. Ir. I Wayan Widiana, MSi.3. Ir. I Komang Surata, MSi4. Cecep Handoko, S. Hut.,

M.Sc.

Peneliti silv./ LingkunganPeneliti BiometrikaPeneliti Silvikultur HHBKPeneliti Silvikultur

7 B P K Palembang

1. Ir. Agung Wahyu Nugroho, Shut

2. pm

Peneliti silvikultur

8 B P K Banjarbaru

1. pm2. pm

Peneliti Peneliti sosek silv/ Perhut.sosial

9 BPK Makassar 1. Ir.Meriana Kiding Alo 2. Nuraidah, SHut

Peneliti silv./ Perhut. SosialPeneliti Persutraan Alam

10 B P K Manokwari

1. Ir. Batseba A. Suripatty2. Ir. Wilson Rumbiak3. Timo Siriwa, S. Hut4. Susan Salosa, S.Hut., M.Sc.

Peneliti silvikulturPeneliti silvikulturPeneliti silvikulturPeneliti social ekonomi

254 Organisasi Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

DAFTAR PUSTAKA

Arnold, J.E.M. 2004. Kata pengantar. Dalam Forest Product, Livelihoods and Concervation; Case studies of non-timber forest product systems (Kusters, K. and B. Belcher eds.). Volume 1 – Asia.

Astana, S. 2006. Sintesa Hasil-hasil Penelitian Kayu Putih Kerjasama antara Perum Perhutani dengan Instansi Lain: Menuju Pengelolan Hutan dan Industri Penyulingan yang Efektif dan Efisien. P2SE Kehutanan, Bogor.

Baplan 2007. Eksekutif Data Strategis Kehutanan. Dalam. Grand Strategi HHBK

Bustomi, S., T. Rostiwati., R. Sudradjat., B. Leksono., A. S. Kosasih., D. Syamsuwida., Y. Lisnawati., Y. Mile., D. Djaenudin., Mahfudz. and E. Rahman. 2008. Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.): Sumber energi biofuel potensial. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta.

Departemen Kehutanan, 2006. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan (2006 - 2025). Departemen Kehutanan, Jakarta. 76p.

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 2008. Kemajuan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN). Dep. ESDM. Jakarta.

Hartoyo, S. Hadisoesilo, Kaomini., S. Sumadiwangsa., B. Wiyono., Yunita., Zulnely., N. Sumarliani., Karyono and E. Dahlian. 1998. Telaahan Hasil-Hasil Penelitain Bidang Teknik Silvikultur dan Pemanfaatan Beberapa Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Dalam: Sinopsis Hasil-Hasil Penelitian Kehutanan.: 381 – 477.

Intisari, 2006. Diabetes Tumbang Berkat Jamblang. Edisi no. 520 Th. XIII November 2006

Iqbal, M. 1993. International trade in non-wood forest products. An overview. Food and Agriculture Organization, Rome, Italy.

Kepala Badan Litbang Pertanian. 2003. Sambutan pada Seminar Nasional Sagu. Dalam. Prosiding Seminar Nasional Sagu, Manado 6 Oktober 2003. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain. Manado.

Rostiwati, T., Y Lisnawati., S. Bustomi., B. Leksono., D. Wahyono., S. Pradjadinata., R. Bogidarmanti., D. Djaenudin., E. Sumadiwangsa. dan N. Haska. 2009. Sagu (Metroxylon spp) sebagai sumber energi bioetanol potensial. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta. (in press).

Rostiwati, T., Y. Heryati., I. Herdiansyah. dan E. Karlina. 2009. Kajian keberadaan Tegakan Kilemo/Lemo (Litsea Cubeba L. Persoon) di Kawasan Hutan Gunung Patuha, Ciwidey Jawa Barat. Dalam. Prosiding Seminar Mapeki 23 Juli – 25 Juli 2009 di Bandung (in press).

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 255

Soerawidjaja, T.H. 2005. Potensi Sumber Daya Hayati Indonesia Dalam Menghasilkan Bahan Bakar Hayati Pengganti BBM. Makalah Lokakarya “Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Energi Alternatif untuk Keberlanjutan Industri Perkebunan dan Kesejahteraan Masyarakat”. Hotel Horison, Bandung, 28 Nopember 2005.

Sumadiwangsa, S. dan F. Mas’ud. 1999. Prospek Pengelolaan Hutan Melalui Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu. (unpublish).

Walter, S. 2001. Non-wood forest products in Africa. A regional and national overview. Working paper/Document de Travail FOPW/01/1. Food and Agriculture Organization, Department of Forestry, Rome, Italy.

256 Organisasi Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

Lampiran 11.1 KKL RPI Pengelolaan Hutan Penghasil HHBK-FEMO Tahun 2012

No. Narasi IndikatorAlat

VerifikasiAsumsi

A Tujuan      

  Menyediakan IPTEK dan informasi teknik silvikultur jenis tanaman penghasil pangan (F), bioenergi (E), bahan obat-obatan dan kosmetik (M) dan hasil lainnya (O) dalam rangka mendukung upaya nasional untuk mewujudkan kelestarian sumberdaya hutan dan sumberdaya HHBK-FEMO

1). Diperolehnya informasi persyaratan tempat tumbuh dan pertumbuhan dan hasil hutan jenis HHBK FEMO

RPI, Demplot, publikasi ilmiah, gelar teknologi

Tersedianya SDM peneliti yang memadai; Tersedianya sarana dan prasarana penelitian; Penelitian berjalan secara berkesinambungan

    2) Diperolehnya IPTEK budidaya/ silvikultur intensif hutan jenis HHBK FEMO;

sda sda

    3). Diperolehnya informasi tingkat pemanfaatan oleh masyarakat lokal ;

sda sda

    4). Diperolehnya model ekonomi-finansial dan kelembagaan pengelolaan HHBK FEMO yang efektif;

sda sda

    5). Terbangunnya demplot tanaman HHBK-FEMO

sda sda

B Sasaran      

  1. Tersedianya paket data dan informasi persyaratan tempat tumbuh, pertumbuhan, potensi dan hasil tanaman penghasil kayu energi dan FMO

Diperolehnya data dan informasi kondisi biofisik, model pertumbuhan dan hasil tanaman hutan penghasil bioenergi

RPI, Demplot, LHP, Sintesa hasil penelitian, publikasi ilmiah

Data dan informasi mudah didapat; Dana memadai dan tepat waktu

2. Tersedianya paket IPTEK silvikultur intensif (penyediaan bibit, pola tanam dan pemeliharaan)

Diperolehnya data dan informasi teknologi perbenihan, pembibitan, penanaman-pemeliharaan dan produksi yang efektif.

sda sda

  3. Tersedianya paket informasi budidaya-pemanfaatan HHBK-FEMO oleh masyarakat lokal

Diperolehnya data dan informasi teknik budidaya dan pemanfaatan HHBK-FEMO

sda sda

  4. Tersedianyalehnya paket model ekonomi-finansial dan kelembagaan pengelolaan HHBK-FEMO yang efektifi

Diperolehnya data dan informasi model analisis finansial budidaya tanaman bioenergi

sda sda

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 257

No. Narasi IndikatorAlat

VerifikasiAsumsi

  5. Demplot uji coba penanaman jenis HHBK FEMO

Terbangunnya demplot uji coba penanaman jenis HHBK FEMO

sda sda

C Luaran:      

  1.   Paket data dan informasi persyaratan tempat tumbuh, pertumbuhan dan hasil tanaman penghasil bioenergi

1). Diperolehnya data dan informasi kondisi biofisik tempat tumbuh

RPI, LHP, Sintesa hasil penelitian, publikasi ilmiah

Penelitian berjalan sesuai PPTP dan RPTP; Tidak terjadi kendala teknis dan administratif; Koordinasi berjalan baik

    2).  Diperolehnya data dan informasi model pertumbuhan jenis tanaman hutan penghasil bioenergi

sda sda

    3). Diperolehnya model pendugaan hasil jenis tanaman penghasil bioenergi

sda sda

    4). Diperolehnya model pendugaan hasil jenis tanaman penghasil bioenergi

sda sda

  2. Paket IPTEK Silvikultur Intesif Diperolehnya data dan informasi teknologi perbenihan, pembibitan, penanaman-pemeliharaan dan kuantifikasi produksi yang efektif.

RPI, LHP, Sintesa hasil penelitian, publikasi ilmiah

Penelitian berjalan sesuai PPTP dan RPTP; Tidak terjadi kendala teknis dan administratif; Koordinasi berjalan dengan baik

  3. Paket informasi pemanfaatan tanaman hutan jenis HHBK-FEMO

Diperoleh data dan informasi budidaya dan pemanfaatan tanaman hutan jenis HHBK-FEMO secara tradisional oleh masyarakat

sda sda

  4. Paket model ekonomi-analisi finansial dan kelembagaan masyarakat

1).  Diperolehnya informasi pola konsumsi HHBK-FEMO

sda sda

    2).  Diperolehnya model analisis-finansial budidaya

sda sda

258 Organisasi Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

No. Narasi IndikatorAlat

VerifikasiAsumsi

    3).  Diperolehnya model kelembagaan masyarakat

sda sda

  5.   Demplot ujicoba penanaman HHBK-FEMO

1).  Terbangunnya demplot uji coba HHBK-FMO jenis prioritas

sda sda

    2).  Terbangunnya demplot tanaman kayu energy jenis setempat dan jenis introduksi) berbasis agroforestry;

sda sda

    3).  Terbangunnya demplot tanaman energy biofuel

sda sda

D Kegiatan  

1 Paket informasi persyaratan tempat tumbuh pertumbuhan, hasil tanaman hutan penghasil kayu energi dan FMO

     

  1.1. Identifikasi sebaran tempat tumbuh, pertumbuhan dan hasil hutan tananaman penghasil kayu energi

Diperoleh data dan informasi sebaran tempat tumbuh, dinamika pertumbuhan dan model penduga hasil hutan tanaman penghasil kayu energi

RPI, RPTP, LHP, Sintesa hasil penelitian

Penelitian berjalan sesuai rencana, koordinasi berjalan dengan baik,

2 Paket IPTEK Silvikultur intensif Diperoleh Teknik silvikultur intensif beberapa jenis tanaman penghasil HHBK FEMO

RPI, RPTP, LHP, Sintesa hasil penelitian

Penelitian berjalan sesuai rencana, koordinasi berjalan dengan baik,

  2.1. Paket informasi teknologi Perbenihan jenis tanaman hutan penghasil FEMO

Diperolah data dan informasi teknologi penanganan benih beberapa jenis HHBK FEMO

sda sda

  2.1.1. Fenologi dan teknik pemanenan biji weru pilang, akor dan kaliandra

Diperolehnya informasi fenologi dan teknik pemanenan biji weru pilang, akor dan kaliandra

sda sda

  2.1.2. Fenologi Songga di Sumbawa Diperolehnya informasi fenologi dan teknik pemanenan biji Songga

sda sda

  2.1.3. Fenologi Malapari dan Kemenyan

Diperolehnya informasi fenologi dan teknik pemanenan biji Malapari dan Kemenyan

sda sda

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 259

No. Narasi IndikatorAlat

VerifikasiAsumsi

  2.1.4. Metode seleksi dan pendugaan umur simpan benih

Diperolehnya informasi fenologi dan teknik pemanenan biji weru pilang, akor dan kaliandra

sda sda

  2.2. Paket teknologi pembibitan jenis tanaman penghasil FEMO

Diperoleh data dan informasi teknologi pembibitan jenis tanaman penghasil FEMO

sda sda

  2.2.1. Teknik pembibitan generatif dan vegetatif weru, pilang, akor dan kaliandra

Diperolehnya IPTEK perbenihan dan pembibitan jenis tanaman penghasil kayu energi

sda sda

  2.2.2. Teknik pembibitan generatif dan vegetatif songga

Diperolehnya teknik pembibitan vegetatif dan generatif Songga

sda sda

  2.2.3. Teknik pembibitan Lontar Secara Generatif

Diperolehnya teknik pembibitan generatif Lontar

RPI, RPTP, LHP, Sintesa hasil penelitian

Penelitian berjalan sesuai rencana, koordinasi berjalan dengan baik,

  2.2.4. Teknik pembibitan generatif dan vegetatif kemenyan dan malapari

Diperolehnya teknik pembibitan vegetatif dan generatif Kemenyan dan Malapari Lontar

sda sda

  2.3. Paket Teknologi penanaman dan pemeliharaan tanaman hutan penghasil FEMO

Diperolehnya teknik penanaman (pola tanam dan jarak tanam); diperolehnya teknik pemeliharaan (pengendalian hama-penyakit dan gulma, pemupukan, pemangkasan, pendangiran)

sda sda

  2.3.1 Uji coba teknik manipulasi lingkungan dalam rehabilitasi lahan kritis dengan jenis mimba di Nusa Penida

1. Diperoleh data dan informasi kondisi biofisik tapak yang direhabilitasi;

2. Pertumbuhan dan hasil Mimba pada berbagai kondisi tapak;

3. Teknik manipulasi yang sesuai kondisi tapak

sda sda

  2.3.2 Uji Coba Penyiapan Lahan dalam Mendukung Keberhasilan Penanaman Mimba di Sumbawa

1. Diperoleh data dan informasi :1). Kondisi biofisik tapak tanaman;

2. Pertumbuhan dan hasil Mimba pada berbagai teknik penyiapan lahan; 3). Teknik penyiapan lahan yang optimal untuk pertumpuhan Mimba

sda sda

260 Organisasi Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

No. Narasi IndikatorAlat

VerifikasiAsumsi

  2.3.3. Penerapan Silvikultur Intensif Pada Jenis Sukun untuk Rehabilitasi Lahan di Kabupaten Lombok Barat

Diperoleh data dan informasi : 1). Kondisi biofisik tapak yang direhabilitasi; 2). Pertumbuhan dan hasil Sukun pada berbagai kondisi tapak; 3). Teknik silvikultur yang efektif untuk pertumpuhan Mimba dan tutupan lahan

sda sda

  2.3.4. Teknik penanaman dan pemeliharaan ganitri

1. Diperoleh data dan informasi pertumbuhan dan hasil Ganitri;

2. Diperoleh teknik dan pola tanam optimal untuk peningkatan produktivitas lahan

sda sda

  2.3.5. Sistim silvikultur intensif tengkawang

1. Diperoleh data dan informasi pertumbuhan dan hasil Tengkawang;

2. Diperoleh teknik silvikultur intensif yang optimal untuk peningkatan produktivitas hutan

sda sda

  2.3.6 Uji Coba Pola Tanam Jenis Cendana Secara Partisipatif di Nusa Penida Bali

1. Diperoleh data dan informasi kependudukan dan keekonomian masyarakat pada wilayah sekitar obyek penelitian;

2. Bentuk kesertaan masyarakat dalam penanaman Cendana;

3. Pertumbuhan dan hasil Cendana;

4. Konstribusi pendapatan bagi peserta

RPI, RPTP, LHP, Sintesa hasil penelitian

Penelitian berjalan sesuai rencana, koordinasi berjalan dengan baik,

  2.3.7 Teknologi Pengelolaan hama, penyakit dan gulma pada tanaman nyamplung

1. Jenis dan sebaran hama/penyakit dan gulma; 2) tingkat serangan hama/penyakit dan gulma pada tegakan Nyamplung; 3). Teknologi pengelolaan yang optimal

sda sda

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 261

No. Narasi IndikatorAlat

VerifikasiAsumsi

  2.3.8. Teknik dan pola tanaman serta pemeliharaan tanaman untuk peningkatan produktivitas penghasil kayu energi

1. Diperoleh data dan informasi pertumbuhan dan hasil kayu energi;

2. Diperoleh teknik dan pola tanam optimal untuk peningkatan produktivitas lahan

sda sda

  2.3.9. Observasi serangan hama-penyakit dan gulma pengganggu tanaman Hutan penghasil kayu energi

1. Diperoleh jenis dan sebaran hama/penyakit dan gulma;

2. Tingkat serangan hama/penyakit dan gulma pada tegakan tanaman penghasil kayu energi;

3. Teknologi pengelolaan yang optimal

sda sda

  2.3.10. Uji adaptasi 4 hibrid ulat sutera

 Diperolehnya 2 hibrid ulat sutera yang sesuai

sda sda

  2.3.11. Pengendalian penyakit pebrine pada ulat sutera

1. Diperoleh data dan informasi bentuk dan intensitas serangan penyakit;

2. Pengaruh serangan penyakit terhadap produktivitas ulat sutera;

3. Teknik pendalian yang optimal

sda sda

  2.3.12. Teknik budidaya rotan jernang (pembibitan dan penanaman)

1. Diperoleh data dan informasi pertumbuhan dan hasil rotan jernang;

2. Teknik budidaya optimal rotan jernang

sda sda

  2.3.13. Alternatif teknik budidaya gemor

1. Diperoleh data dan informasi pertumbuhan dan hasil Gemor;

2. Teknik budidaya optimal Gemor

sda sda

  2.3.14. Teknik budidaya Masoi 1. Diperoleh data dan informasi Pertumbuhan dan hasil Masoi;

2. Teknik budidaya optimal Masoi

sda sda

262 Organisasi Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

No. Narasi IndikatorAlat

VerifikasiAsumsi

  2.4. Paket teknologi produksi jenis tanaman hutan penghasil FEMO

2.4. Diperolehnya data dan informasi teknis dan model pendugaan produksi jenis tanaman hutan penghasil FEMO

RPI, RPTP, LHP, Sintesa hasil penelitian

Penelitian berjalan sesuai rencana, koordinasi berjalan dengan baik,

  2.4.1. Kuantifikasi Produk Buah Nyamplung di Bali dan NTB

Diperoleh model penduga produksi buah Nyamplung untuk Bali dan NTB

sda sda

  2.4.2. Kuantifikasi Produk Buah, Daun dan Kulit Kayu Mimba di Lombok

Diperoleh model penduga produksi buah, daun dan kulit kayu Mimba untuk Lombok

sda sda

  2.4.3. Optimasi produksi sineol dan sintronela melalui pemupukan pada tanaman kilemo

1. Diperoleh data dan informasi pertumbuhan dan produksi sineol serta sintronela Kilemo;

2. Tingkat efisiensi penggunaan pupuk pada tegakan Kilemo

sda sda

  2.4.4. Kuantifikasi buah malapari dan kemenyan

Diperoleh model penduga produksi buah Malapari dan Kemenyan

sda sda

  2.4.5. Kuantifikasi produksi buah Ganitri dan Mimba di Jabar

Diperoleh model penduga produksi buah Ganitri dan Nyamplung untuk Jawa Barat

sda sda

  2.4.6. Kuantifikasi produksi pati sagu

Diperoleh model penduga produksi pati Sagu

sda sda

  2.4.7. Teknik pemangkasan hasil/produksi tanaman hutan penghasil kayu energi, dan kemungkinan pemanfaatannya

1. Pertumbuhan dan hasil pangkasan/panenan;

2. Teknik pangkasan yang optimal;

3. Kemungkinan pemanfaatan hasil pangkasan

sda sda

  2.4.8. Teknik pemanenan dan pengelolahan polen lebah hutan alam Sumbawa

1. Diperolehnya data dan informasi teknik pemisahan bee pollen dari sarang

2. Data dan informasi kulaitas bee pollen

3. Data dan informasi teknik pengawetan bee pollen

sda sda

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 263

No. Narasi IndikatorAlat

VerifikasiAsumsi

  2.4.9. Teknik produksi propolis lebah mandu Trigona spp di NTB

1. Diperolehnya data dan informasi distribusi kandungan propolis pada sarang lebah madu trigona;

2. Diperolehnya data dan informasi teknik-teknik produksi propolis lebah madu trigona

sda sda

3 Paket informasi pemanfaatan dan pola konsumsi FEMO

Diperolehnya data dan informasi pemanfaatan dan pola konsumsi FEMO serta diversifikasi produk.

RPI, RPTP, LHP, Sintesa hasil penelitian

Penelitian berjalan sesuai rencana, koordinasi berjalan dengan baik,

  3.1. Kajian pengelolaan kearifan lokal HHBK andalan setempat jenis kratum (Mytragina speciosa)

1. Diperoleh data dan informasi kependudukan;

2. Pola pemanfaatan Kratum oleh masyarakat

sda sda

4 Paket Model keekonomian-finansial dan kelembagaan budidaya tanaman penghasil FEMO

Diperolehnya data dan informasi Model keekonomian-struktur biaya produksi dan pendapatan dan kelembagaan budidaya tanaman penghasil FEMO

sda sda

  4.1. Analisis ekonomi-finansial budidaya tanaman hutan penghasil kayu energi

1. Diperoleh data dan informasi jenis/ bentuk pemanfaatan kayu energi;

2. Pola konsumsi kayu energi; 3. Hasil analisis finansial

budidaya hutan tanaman penghasil kayu energi

sda sda

  4.2. Analisis Keekonomian pengelolaan nyamplung pada demplot DME (PIU)

1. Diperoleh data dan informasi potensi produksi buah Nyamplung pada wilayah demplot DME;

2. Tingkat kesiapan sumber bahan baku mendukung instalasi pengolahan biofuel DME;

3. Hasil analisis finansial budidaya hutan tanaman Nyamplung

sda sda

264 Organisasi Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

No. Narasi IndikatorAlat

VerifikasiAsumsi

  4.3. Kajian peningkatan usaha budidaya tanaman penghasil minyak atsiri potensial

1. Diperoleh data dan informasi kependudukan sekitar wilayah penelitian;

2. Jenis dan potensi produksi minyak atsiri ;

3. Jumlah dan tingkat pendapatan peserta pada usaha budidaya tanaman penghasil minyak atsiri;

4. Kontribusi pendapatan usaha budidaya pada pembangunan daerah pedesaan dan tingkat di atasnya;

5. Upaya optimal untuk peningkatan usaha budidaya

sda sda

  4.4. Analisis kelembagaan dan tata niaga sagu

1. Diperoleh data dan informasi kependudukan sekitar wilayah penelitian;

2. Bentuk dan tata-kelola kelembagaan masyarakat;

3. Jenis dan potensi produksi sagu;

4. Mata rantai perdagangan sagu;

5. Jumlah dan tingkat pendapatan pembudidaya sagu;

RPI, RPTP, LHP, Sintesa hasil penelitian

Penelitian berjalan sesuai rencana, koordinasi berjalan dengan baik,

  4.5. Kajian Kelembagaan produk perlebahan

1. Diperoleh data dan informasi kependudukan sekitar wilayah penelitian;

2. Bentuk dan tata-kelola kelembagaan usaha perlebahan;

3. Tingkat pendapatan peserta usaha perlebahan;

4. Kebijakan dibidang usaha perlebahan

sda sda

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 265

No. Narasi IndikatorAlat

VerifikasiAsumsi

  4.6. Kajian sistim kelembagaan dan pasar (lokal dan nasional) produk perlebahan

1. Diperoleh data dan informasi kependudukan sekitar wilayah penelitian;

2. Bentuk dan tata-kelola kelembagaan usaha perlebahan;

3. Mata rantai perdagangan hasil usaha perlebahan lokal dan nasional;

4. Tingkat pendapatan peserta usaha perlebahan;

5. Kebijakan di bidang usaha perlebahan

sda sda

  4.7. Analisis finansial aneka produk bambu

1. Diperoleh data dan informasi aneka produk bambu;

2. Pola konsumsi aneka produk bambu;

3. Hasil analisis finansial aneka produk bambu

sda sda

  4.8. Analisis rantai nilai furniture rotan

1. Diperoleh data dan informasi aneka bentuk furnitur rotan; furniiture rotan;

2. Mata rantai perdagangan neka bentuk furnitur rotan;

3. Potensi nilai perdagangan (domestik dan ekspor);

4. Kebijakan tata-niaga produk furniture rotan

sda sda

5 Plot Uji Coba HHBK Diperolehnya data dan informasi perkembangan demplot HHBK

   

  5.1. Pemeliharaan dan pengukuran demplot ganitri di Sobang

Diperoleh data dan informasi perkembangan demplot Ganiti di Sobang

RPI, RPTP, LHP, Demplot

Pembangunan demplot berjalan sesuai rencana, koordinasi berjalan baik,

  5.2. Pemeliharaan dan pengukuran demplot Kilemo di Aek Na Uli

Diperoleh data dan informasi perkembangan demplot Kilemo di Aek Na Uli

sda sda

  5.3. Pemeliharaan dan pengukuran demplot Nyamplung di TNUK

Diperoleh data dan informasi perkembangan demplot Nyamplung di TNUK

sda sda

266 Organisasi Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

No. Narasi IndikatorAlat

VerifikasiAsumsi

  5.4. Pemeliharaan dan pengukuran demplot Sagu untuk Bioetanol di Manokwari

Diperoleh data dan informasi perkembangan demplot Sagu untuk Bioetanol di Manokwari

sda sda

  5.5. Pembangunan demplot Masoi, Kulilawang, dll di Jawa Barat

Diperoleh data dan informasi perkembangan demplot Masoi, Kulilawang, dll di Jawa Barat

sda sda

  5.6. Pembangunan demplot Uji multilokasi Murbei di Jawa Barat

Diperoleh data dan informasi perkembangan demplot Uji multilokasi Murbei di Jawa Barat

sda sda

  5.7. Pemeliharaan dan pengukuran demplot agroforestry tanaman hutan penghasii kayu energi

Diperoleh data dan informasi perkembangan demplot agroforestry tanaman hutan penghasii kayu energi

sda sda

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 267

Lampiran 11.2 Kodefikasi RPI Pengelolaan Hutan Penghasil HHBK-FEMO Tahun 2012

No.Kodefi-

kasiNarasi Indikator Pelaksana

A Tujuan    

  Menyediakan IPTEK dan informasi teknik silvikultur jenis tanaman penghasil pangan (F), bioenergi (E), bahan obat-obatan dan kosmetik (M) dan hasil lainnya (O) dalam rangka mendukung upaya nasional untuk mewujudkan kelestarian sumberdaya hutan dan sumberdaya HHBK-FEMO

1). Diperolehnya informasi persyaratan tempat tumbuh dan pertumbuhan dan hasil hutan jenis HHBK FEMO

    2) Diperolehnya IPTEK budidaya/ silvikultur intensif hutan jenis HHBK FEMO;

    3). Diperolehnya informasi tingkat pemanfaatan oleh masyarakat lokal ;

    4). Diperolehnya model ekonomi-finansial dan kelembagaan pengelolaan HHBK FEMO yang efektif;

    5). Terbangunnya demplot tanaman HHBK-FEMO

B Sasaran  

  1. Tersedianya paket data dan informasi persyaratan tempat tumbuh, pertumbuhan, potensi dan hasil tanaman penghasil kayu energi dan FMO

Diperolehnya data dan informasi kondisi biofisik, model pertumbuhan dan hasil tanaman hutan penghasil bioenergi

2. Tersedianya paket IPTEK silvikultur intensif (penyediaan bibit, pola tanam dan pemeliharaan)

Diperolehnya data dan informasi teknologi perbenihan, pembibitan, penanaman-pemeliharaan dan produksi yang efektif.

  3. Tersedianya paket informasi budidaya-pemanfaatan HHBK-FEMO oleh masyarakat lokal

Diperolehnya data dan informasi teknik budidaya dan pemanfaatan HHBK-FEMO

  4. Tersedianyalehnya paket model ekonomi-finansial dan kelembagaan pengelolaan HHBK-FEMO yang efektifi

Diperolehnya data dan informasi model analisis finansial budidaya tanaman bioenergi

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 269

No.Kodefi-

kasiNarasi Indikator Pelaksana

  5. Demplot uji coba penanaman jenis HHBK FEMO

Terbangunnya demplot uji coba penanaman jenis HHBK FEMO

C Luaran:  

  1. Paket data dan informasi persyaratan tempat tumbuh, pertumbuhan dan hasil tanaman penghasil bioenergi

1). Diperolehnya data dan informasi kondisi biofisik tempat tumbuh

    2). Diperolehnya data dan informasi model pertumbuhan jenis tanaman hutan penghasil bioenergi

    3). Diperolehnya model pendugaan hasil jenis tanaman penghasil bioenergi

    4). Diperolehnya model pendugaan hasil jenis tanaman penghasil bioenergi

  2. Paket IPTEK Silvikultur Intesif Diperolehnya data dan informasi teknologi perbenihan, pembibitan, penanaman-pemeliharaan dan kuantifikasi produksi yang efektif.

  3. Paket informasi pemanfaatan tanaman hutan jenis HHBK-FEMO

Diperoleh data dan informasi budidaya dan pemanfaatan tanaman hutan jenis HHBK-FEMO secara tradisional oleh masyarakat

  4. Paket model ekonomi-analisi finansial dan kelembagaan masyarakat

1). Diperolehnya informasi pola konsumsi HHBK-FEMO

    2). Diperolehnya model analisis-finansial budidaya

    3). Diperolehnya model kelembagaan masyarakat

  5. Demplot ujicoba penanaman HHBK-FEMO

1). Terbangunnya demplot uji coba HHBK-FMO jenis prioritas

    2). Terbangunnya demplot tanaman kayu energy jenis setempat dan jenis introduksi) berbasis agroforestry;

    3). Terbangunnya demplot tanaman energy biofuel

D Kegiatan  

270 Organisasi Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

No.Kodefi-

kasiNarasi Indikator Pelaksana

1 Paket informasi persyaratan tempat tumbuh pertumbuhan, hasil tanaman hutan penghasil kayu energi dan FMO

 

  11.1.1.2. 1.1. Identifikasi sebaran tempat tumbuh, pertumbuhan dan hasil hutan tananaman penghasil kayu energi

Diperoleh data dan informasi sebaran tempat tumbuh, dinamika pertumbuhan dan model penduga hasil hutan tanaman penghasil kayu energi

Pusprohut

2 Paket IPTEK Silvikultur intensif Diperoleh Teknik silvikultur intensif beberapa jenis tanaman penghasil HHBK FEMO

  2.1. Paket informasi teknologi Perbenihan jenis tanaman hutan penghasil FEMO

Diperolah data dan informasi teknologi penanganan benih beberapa jenis HHBK FEMO

BPTP BogorBPTHHBK Mataram

  11.2.1.1.10.11.2.1.1.19.11.2.1.1.13.

2.1.1. Fenologi dan teknik pemanenan biji weru pilang, akor dan kaliandra

Diperolehnya informasi fenologi dan teknik pemanenan biji weru pilang, akor dan kaliandra

BPTP BogorBPK Manokwari

BPTHHBK Mataram

  11.2.1.2.10.11.2.1.2.19.11.2.1.2.9.11.2.1.2.15.11.2.1.2.13.

2.1.2. Fenologi Songga di Sumbawa Diperolehnya informasi fenologi dan teknik pemanenan biji Songga

BPTP BogorBPK ManokwariBPK PalembangBPK Banjarbaru

BPTHHBK Mataram

  11.2.1.3.10. 2.1.3. Fenologi Malapari dan Kemenyan

Diperolehnya informasi fenologi dan teknik pemanenan biji Malapari dan Kemenyan

BPTP Bogor

  11.2.1.3.10. 2.1.4. Metode seleksi dan pendugaan umur simpan benih

Diperolehnya informasi fenologi dan teknik pemanenan biji weru pilang, akor dan kaliandra

BPTP Bogor

  2.2. Paket teknologi pembibitan jenis tanaman penghasil FEMO

Diperoleh data dan informasi teknologi pembibitan jenis tanaman penghasil FEMO

11.2.2.1.10. 2.2.1. Teknik pembibitan generatif dan vegetatif weru, pilang, akor dan kaliandra

Diperolehnya IPTEK perbenihan dan pembibitan jenis tanaman penghasil kayu energi

BPTP Bogor

  11.2.2.2.10. 2.2.2. Teknik pembibitan generatif dan vegetatif songga

Diperolehnya teknik pembibitan vegetatif dan generatif Songga

BPTP Bogor

  11.2.2.3.10. 2.2.3. Teknik pembibitan Lontar Secara Generatif

Diperolehnya teknik pembibitan generatif Lontar

BPTP Bogor

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 271

No.Kodefi-

kasiNarasi Indikator Pelaksana

  11.2.2.4.10. 2.2.4. Teknik pembibitan generatif dan vegetatif kemenyan dan malapari

Diperolehnya teknik pembibitan vegetatif dan generatif Kemenyan dan Malapari Lontar

BPTP Bogor

  2.3. Paket Teknologi penanaman dan pemeliharaan tanaman hutan penghasil FEMO

Diperolehnya teknik penanaman (pola tanam dan jarak tanam); diperolehnya teknik pemeliharaan (pengendalian hama-penyakit dan gulma, pemupukan, pemangkasan, pendangiran)

  11.2.3.1.19.11.2.3.1.9.11.2.3.1.15.11.2.3.1.13.11.2.3.1.11.

2.3.1. Uji coba teknik manipulasi lingkungan dalam rehabilitasi lahan kritis dengan jenis mimba di Nusa Penida

1. Diperoleh data dan informasi kondisi biofisik tapak yang direhabilitasi;

2. Pertumbuhan dan hasil Mimba pada berbagai kondisi tapak;

3. Teknik manipulasi yang sesuai kondisi tapak

BPK ManokwariBPK PalembangBPK Banjarbaru

BPTHHBK Mataram

BPTA Ciamis

  11.2.3.2.19.11.2.3.2.9.11.2.3.2.13.

2.3.2. Uji Coba Penyiapan Lahan dalam Mendukung Keberhasilan Penanaman Mimba di Sumbawa

1. Diperoleh data dan informasi :1). Kondisi biofisik tapak tanaman;

2. Pertumbuhan dan hasil Mimba pada berbagai teknik penyiapan lahan; 3). Teknik penyiapan lahan yang optimal untuk pertumpuhan Mimba

BPK ManokwariBPK Palembang

BPTHHBK Mataram

  11.2.3.3.13. 2.3.3. Penerapan Silvikultur Intensif Pada Jenis Sukun untuk Rehabilitasi Lahan di Kabupaten Lombok Barat

Diperoleh data dan informasi : 1). Kondisi biofisik tapak yang direhabilitasi; 2). Pertumbuhan dan hasil Sukun pada berbagai kondisi tapak; 3). Teknik silvikultur yang efektif untuk pertumpuhan Mimba dan tutupan lahan

BPTHHBK Mataram

  11.2.3.4.11. 2.3.4. Teknik penanaman dan pemeliharaan ganitri

1. Diperoleh data dan informasi pertumbuhan dan hasil Ganitri;

2. Diperoleh teknik dan pola tanam optimal untuk peningkatan produktivitas lahan

BPTA Ciamis

  11.2.3.5.15. 2.3.5. Sistim silvikultur intensif tengkawang

1. Diperoleh data dan informasi pertumbuhan dan hasil Tengkawang;

2. Diperoleh teknik silvikultur intensif yang optimal untuk peningkatan produktivitas hutan

BPK Banjarbaru

272 Organisasi Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

No.Kodefi-

kasiNarasi Indikator Pelaksana

  

11.2.3.6.13. 2.3.6 Uji Coba Pola Tanam Jenis Cendana Secara Partisipatif di Nusa Penida Bali

1. Diperoleh data dan informasi kependudukan dan keekonomian masyarakat pada wilayah sekitar obyek penelitian;

2. Bentuk kesertaan masyarakat dalam penanaman Cendana;

3. Pertumbuhan dan hasil Cendana; 4. Konstribusi pendapatan bagi

peserta

BPTHHBK Mataram

11.2.3.7.2. 2.3.7 Teknologi Pengelolaan hama, penyakit dan gulma pada tanaman nyamplung

1. Jenis dan sebaran hama/penyakit dan gulma; 2) tingkat serangan hama/penyakit dan gulma pada tegakan Nyamplung; 3). Teknologi pengelolaan yang optimal

Pusprohut

  

11.2.3.8.2. 2.3.8. Teknik dan pola tanaman serta pemeliharaan tanaman untuk peningkatan produktivitas penghasil kayu energi

1. Diperoleh data dan informasi pertumbuhan dan hasil kayu energi;

2. Diperoleh teknik dan pola tanam optimal untuk peningkatan produktivitas lahan

Pusprohut

11.2.3.9.2. 2.3.9. Observasi serangan hama-penyakit dan gulma pengganggu tanaman Hutan penghasil kayu energi

1. Diperoleh jenis dan sebaran hama/penyakit dan gulma;

2. Tingkat serangan hama/penyakit dan gulma pada tegakan tanaman penghasil kayu energi;

3. Teknologi pengelolaan yang optimal

Pusprohut

  

11.2.3.10.2. 2.3.10. Uji adaptasi 4 hibrid ulat sutera

 Diperolehnya 2 hibrid ulat sutera yang sesuai

Pusprohut

11.2.3.11.2. 2.3.11. Pengendalian penyakit pebrine pada ulat sutera

1. Diperoleh data dan informasi bentuk dan intensitas serangan penyakit;

2. Pengaruh serangan penyakit terhadap produktivitas ulat sutera;

3. Teknik pendalian yang optimal

Pusprohut

  11.2.3.12.9. 2.3.12. Teknik budidaya rotan jernang (pembibitan dan penanaman)

1. Diperoleh data dan informasi pertumbuhan dan hasil rotan jernang;

2. Teknik budidaya optimal rotan jernang

BPK Palembang

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 273

No.Kodefi-

kasiNarasi Indikator Pelaksana

  11.2.3.13.2. 2.3.13. Alternatif teknik budidaya gemor

1. Diperoleh data dan informasi pertumbuhan dan hasil Gemor;

2. Teknik budidaya optimal Gemor

Pusprohut

  11.2.3.14.19. 2.3.14. Teknik budidaya Masoi 1. Diperoleh data dan informasi Pertumbuhan dan hasil Masoi;

2. Teknik budidaya optimal Masoi

BPK Manokwari

  2.4. Paket teknologi produksi jenis tanaman hutan penghasil FEMO

2.4. Diperolehnya data dan informasi teknis dan model pendugaan produksi jenis tanaman hutan penghasil FEMO

BPTP BogorBPK PalembangBPK Manokwari

BPTHHBK Mataram

  11.2.4.1.13. 2.4.1. Kuantifikasi Produk Buah Nyamplung di Bali dan NTB

Diperoleh model penduga produksi buah Nyamplung untuk Bali dan NTB

BPTHHBK Mataram

  11.2.4.2.13. 2.4.2. Kuantifikasi Produk Buah, Daun dan Kulit Kayu Mimba di Lombok

Diperoleh model penduga produksi buah, daun dan kulit kayu Mimba untuk Lombok

BPTHHBK Mataram

  11.2.4.3.2. 2.4.3. Optimasi produksi sineol dan sintronela melalui pemupukan pada tanaman kilemo

1. Diperoleh data dan informasi pertumbuhan dan produksi sineol serta sintronela Kilemo;

2. Tingkat efisiensi penggunaan pupuk pada tegakan Kilemo

Pusprohut

  11.2.4.4.10 2.4.4. Kuantifikasi buah malapari dan kemenyan

Diperoleh model penduga produksi buah Malapari dan Kemenyan

BPTP Bogor

  

11.2.4.5.11. 2.4.5. Kuantifikasi produksi buah Ganitri dan Mimba di Jabar

Diperoleh model penduga produksi buah Ganitri dan Nyamplung untuk Jawa Barat

BPTA Ciamis

11.2.4.6.19. 2.4.6. Kuantifikasi produksi pati sagu

Diperoleh model penduga produksi pati Sagu

BPK Manokwari

  11.2.4.7.2. 2.4.7. Teknik pemangkasan hasil/produksi tanaman hutan penghasil kayu energi, dan kemungkinan pemanfaatannya

1. Pertumbuhan dan hasil pangkasan/panenan;

2. Teknik pangkasan yang optimal; 3. Kemungkinan pemanfaatan hasil

pangkasan

Pusprohut

  11.2.4.8.13. 2.4.8. Teknik pemanenan dan pengelolahan polen lebah hutan alam Sumbawa

1. Diperolehnya data dan informasi teknik pemisahan bee pollen dari sarang

2. Data dan informasi kulaitas bee pollen

3. Data dan informasi teknik pengawetan bee pollen

BPTHHBK Mataram

274 Organisasi Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

No.Kodefi-

kasiNarasi Indikator Pelaksana

  11.2.4.9.13. 2.4.9. Teknik produksi propolis lebah mandu Trigona spp di NTB

1. Diperolehnya data dan informasi distribusi kandungan propolis pada sarang lebah madu trigona;

2. Diperolehnya data dan informasi teknik-teknik produksi propolis lebah madu trigona

BPTHHBK Mataram

3 Paket informasi pemanfaatan dan pola konsumsi FEMO

Diperolehnya data dan informasi pemanfaatan dan pola konsumsi FEMO serta diversifikasi produk.

  11.3.1.2. 3.1. Kajian pengelolaan kearifan lokal HHBK andalan setempat jenis kratum (Mytragina speciosa)

1. Diperoleh data dan informasi kependudukan;

2. Pola pemanfaatan Kratum oleh masyarakat

PUSPROHUT

4 Paket Model keekonomian-finansial dan kelembagaan budidaya tanaman penghasil FEMO

Diperolehnya data dan informasi Model keekonomian-struktur biaya produksi dan pendapatan dan kelembagaan budidaya tanaman penghasil FEMO

  11.4.1.13.11.4.1.2.

4.1. Analisis ekonomi-finansial budidaya tanaman hutan penghasil kayu energi

1. Diperoleh data dan informasi jenis/ bentuk pemanfaatan kayu energi;

2. Pola konsumsi kayu energi; 3. Hasil analisis finansial budidaya

hutan tanaman penghasil kayu energi

BPTHHBK Mataram

PUSPROHUT

  11.4.2.19.11.4.2.13.11.4.2.2.

4.2. Analisis Keekonomian pengelolaan nyamplung pada demplot DME (PIU)

1. Diperoleh data dan informasi potensi produksi buah Nyamplung pada wilayah demplot DME;

2. Tingkat kesiapan sumber bahan baku mendukung instalasi pengolahan biofuel DME;

3. Hasil analisis finansial budidaya hutan tanaman Nyamplung

BPK ManokwariBPTHHBK Mataram

PUSPROHUT

  11.4.3.19. 4.3. Analisis kelembagaan dan tata niaga sagu

1. Diperoleh data dan informasi kependudukan sekitar wilayah penelitian;

2. Bentuk dan tata-kelola kelembagaan masyarakat;

3. Jenis dan potensi produksi sagu;4. Mata rantai perdagangan sagu;5. Jumlah dan tingkat pendapatan

pembudidaya sagu;

BPK Manokwari

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 275

No.Kodefi-

kasiNarasi Indikator Pelaksana

  11.4.4.2. 4.4. Kajian Kelembagaan produk perlebahan

1. Diperoleh data dan informasi kependudukan sekitar wilayah penelitian;

2. Bentuk dan tata-kelola kelembagaan usaha perlebahan;

3. Tingkat pendapatan peserta usaha perlebahan;

4. Kebijakan dibidang usaha perlebahan

Pusprohut

  11.4.5.2. 4.5. Kajian sistim kelembagaan dan pasar (lokal dan nasional) produk perlebahan

1. Diperoleh data dan informasi kependudukan sekitar wilayah penelitian;

2. Bentuk dan tata-kelola kelembagaan usaha perlebahan;

3. Mata rantai perdagangan hasil usaha perlebahan lokal dan nasional;

4. Tingkat pendapatan peserta usaha perlebahan;

5. Kebijakan di bidang usaha perlebahan

Pusprohut

  11.4.5.2. 4.6. Analisis finansial aneka produk bambu

1. Diperoleh data dan informasi aneka produk bambu;

2. Pola konsumsi aneka produk bambu;

3. Hasil analisis finansial aneka produk bambu

Pusprohut

  11.4.7.2. 4.7. Analisis rantai nilai furniture rotan

1. Diperoleh data dan informasi aneka bentuk furnitur rotan; furniiture rotan;

2. Mata rantai perdagangan neka bentuk furnitur rotan;

3. Potensi nilai perdagangan (domestik dan ekspor);

4. Kebijakan tata-niaga produk furniture rotan

Pusprohut

5 Plot Uji Coba HHBK Diperolehnya data dan informasi perkembangan demplot HHBK

 

  11.5.1.2. 5.1. Pemeliharaan dan pengukuran demplot ganitri di Sobang

Diperoleh data dan informasi perkembangan demplot Ganiti di Sobang

PUSPROHUT

276 Organisasi Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Femo (food, Energy, Medicine And Others)

No.Kodefi-

kasiNarasi Indikator Pelaksana

  11.5.2.2. 5.2. Pemeliharaan dan pengukuran demplot Kilemo di Aek Na Uli

Diperoleh data dan informasi perkembangan demplot Kilemo di Aek Na Uli

PUSPROHUT

  11.5.3.2. 5.3. Pemeliharaan dan pengukuran demplot Nyamplung di TNUK

Diperoleh data dan informasi perkembangan demplot Nyamplung di TNUK

PUSPROHUT

  11.5.4.19. 5.4. Pemeliharaan dan pengukuran demplot Sagu untuk Bioetanol di Manokwari

Diperoleh data dan informasi perkembangan demplot Sagu untuk Bioetanol di Manokwari

BPK Manokwari

  11.5.5.2. 5.5. Pembangunan demplot Masoi, Kulilawang, dll di Jawa Barat

Diperoleh data dan informasi perkembangan demplot Masoi, Kulilawang, dll di Jawa Barat

Pusprohut

  11.5.6.2. 5.6. Pembangunan demplot Uji multilokasi Murbei di Jawa Barat

Diperoleh data dan informasi perkembangan demplot Uji multilokasi Murbei di Jawa Barat

Pusprohut

  11.5.7.2. 5.7. Pemeliharaan dan pengukuran demplot agroforestry tanaman hutan penghasii kayu energi

Diperoleh data dan informasi perkembangan demplot agroforestry tanaman hutan penghasii kayu energi

Pusprohut

Rencana Penelitian Integratif 2010-2014 277