BOD COD DO
-
Upload
nanda-nabilah-ubay -
Category
Documents
-
view
390 -
download
53
description
Transcript of BOD COD DO
Nanda Nabilah Ubay-2B
A. BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD)
1. Definisi BOD
Suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen
terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri)
untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991).
Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik yang
terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap
terdekomposisi (readily decomposable organic matter). Mays
(1996) mengartikan BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen
yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam
perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang
dapat diurai.
Kebutuhan oksigen yang terlarut dalam air buangan yang
mengandung senyawa kimia organic (karbon, hydrogen,
nitrogen, belerang). Pada umumnya proses penguraian senyawa
organic terjadi secara sempurna pada temperatur 20ocelsius dan
dalam tempo 5 hari. Satuan BOD dinyatakan dalam milligram per
liter (mg/lt) atau milligram per kilogram (mg/kg). Kebutuhan
oksigen biokima yang menunjukkan jumlah oksigen yang
digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga makin
banyak bahan organik dalam air, makin besar BOD nya
sedangkan DO akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang
BOD nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika BOD nya di atas 4
ppm, air dikatakan tercemar. Suatu analisa empiris yang
mencoba mendekati secara global proses mikrobiologis yang
benar - benar terjadi dalam air.
2. Metode Pemeriksaan BOD
1
Nanda Nabilah Ubay-2B
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem
pengolahan secara biologis (G. Alerts dan SS Santika,1987).
Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu
mengukur kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel
segera setelah pengambilan contoh, kemudian mengukur
kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah diinkubasi
selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (200C) yang
sering disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5)
merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalam miligram oksigen
per liter (mg/L). Pengukuran oksigen dapat dilakukan secara
analitik dengan cara titrasi (metode Winkler, iodometri) atau
dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang
dilengkapi dengan probe khusus. Jadi pada prinsipnya dalam
kondisi gelap, agar tidak terjadi proses fotosintesis yang
menghasilkan oksigen, dan dalam suhu yang tetap selama lima
hari, diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi oleh
mikroorganisme, sehingga yang terjadi hanyalah penggunaan
oksigen, dan oksigen tersisa ditera sebagai DO5. Yang penting
diperhatikan dalam hal ini adalah mengupayakan agar masih ada
oksigen tersisa pada pengamatan hari kelima sehingga DO5 tidak
nol. Bila DO5 nol maka nilai BOD tidak dapat ditentukan.
3. Dampak Tingginya Kadar BOD Terhadap Lingkungan
Pencemar organik terdiri dari pencemar organik tidak
mudah urai (nondegradable organic pollutant) dan pencemar
organik mudah urai (degradable organic pollutants). Pencemar
organik mudah urai antara lain sampah rumah tangga, kotoran
manusia dan hewan, sampah dan limbah pertanian dan berbagai
jenis limbah industri. Pencemar organik tersebut di perairan akan
2
Nanda Nabilah Ubay-2B
diuraikan oleh mikroba, terutama berbagai jenis bakteria.
Mikroba aerobik dalam proses penguraian bahan organik
tersebut menggunakan oksigen terlarut dalam air dan
melepaskan unsur-unsur hara ke dalam air. Akibatnya kadar
oksigen terlarut akan menurun (oxygen depletion) dan kesuburan
perairan meningkat. Apabila kandungan unsur-unsur hara tinggi
sehingga menyebabkan perairan lewat subur (eutrophication)
dapat menyebabkan peledakan pertumbuhan fitoplankton dan
atau zooplankton yang disebut “blooming”. Akibat blooming,
kandungan oksigen terlarut akan menurun dan apabila
planktonnya mati secara massal dapat mencemari perairan
karena terbentuk gas-gas (seperti ammonia, hydrogen sulfida
dan fosfat) dan senyawa beracun lain (cyanoglucosida).
Aktifitas mikroba aerob yang berlebihan menyebabkan
kandungan oksigen terlarut di dalam perairan habis, kondisi
perairan menjadi aerob. Proses penguraian bahan organik
selanjutnya dilakukan oleh mikroba anearob. Hasil dari aktifitas
mikroba anaerobik adalah gas-gas ammonia, hydrogen sulfide,
methan dan ethan serta fosfin. Gas-gas tersebut umumnya
bersifat racun bagi ikan dan biota air lainnya. Gas ammonia,
sulfide dan fosfin mempunyai bau yang menyengat dan busuk
sehingga air dan perairan yang tercemari bahan organik mudah
diurai, nilai gunanya bagi peruntukan perikanan, rumah tangga
dan industri menurun atau tidak berguna lagi.
4. Dampak Tingginya Kadar BOD Terhadap Kesehatan
Tingginya kadar BOD dalam suatu perairan biasanya
ditunjukkan dengan tingginya kandungan mikroorganisme dalam
perairan tersebut. Mikroorganisme yang biasanya terdapat pada
3
Nanda Nabilah Ubay-2B
limbah domestik dalam jumlah banyak yaitu bakteri kelompok
Coliform, Escherichia coli dan Streptococcus faecalis (Schaechter
1992). Bakteri yang merupakan indikator kualitas suatu perairan
adalah coliform, fecal coli, salmonella dan fecal streptococcus
(Wolff 1991).
E. coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam
jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan. Menurut
Pelczar & Chan (1988) walaupun E. coli merupakan bagian dari
mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti
bahwa galur-galur tertentu mampu menyebabkan gastroeritris
taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan.
Tingkat pencemaran perairan berdasarkan nilai BOD:
Tingkat Pencemaran Parameter BOD (ppm)
Rendah 0 - 10
Sedang 10 - 20
Tinggi 25
Sumber : WIROSARJONO (1974)
B. CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)
1. Definisi COD
Jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh
bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini
karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia
dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada
kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat (Boyd,
1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga segala macam bahan
organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit
urai, akan teroksidasi.
4
Nanda Nabilah Ubay-2B
Kadar oksigen yang terlarut dalam air limbah yang
diperlukan untuk menguraikan zat organic tertentu secara kimia
karena sukar dihancurkan secara oksidasi. Oleh karenanya
dibutuhkan bantuan reaksi oksidator yang kuat menjadi suasana
asam. Nilai COD selalu lebih besar daripada nilai BOD.
Jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang
ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang
dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar
didegradasi. Bahan buangan organik tersebut akan dioksidasi
oleh dikromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent) menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion chrom.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh
zat- zat organik yang secara alamiah dapat maupun tidak dapat
dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Alaerts and Sumestri,
1984) oleh karena itu konsentrasi COD dalam air harus
memenuhi ambang batas yang ditentukan. Perairan dengan nilai
COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan
pertanian.
Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya
kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat
lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai
60.000 mg/L. Nilai COD merupakan satu bilangan yang dapat
menunjukkan banyaknya oksigen yang diperlukan untuk
mengoksidasi bahan organik menjadi CO2 dan air dengan
perantara oksidan kuat dalam suasana asam. Beberapa bahan
organik tertentu yang terdapat pada air limbah ”kebal” terhadap
degradasi biologis dan ada beberapa di antaranya yang beracun
5
Nanda Nabilah Ubay-2B
meskipun pada kosentrasi yang rendah. Bahan yang tidak dapat
didegradasi secara biologis tersebut akan didegradasi secara
kimiawi melalui proses oksidasi, jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi tersebut dikenal dengan COD
(Cheremisionoff and Ellerbusch, 1978).
COD merupakan salah satu parameter indikator pencemar
di dalam air yang disebabkan oleh limbah organik, keberadaan
COD di dalam lingkungan sangat ditentukan oleh limbah organik,
baik yang berasal dari limbah rumah tangga maupun industri,
secara umum konsentrasi COD yang tinggi dalam air
menunjukkan adanya bahan pencemar organic dalam jumlah
banyak. Kadar COD dalam air limbah berkurang seiring dengan
berkurangnya konsentrasi bahan organik yang terdapat dalam air
limbah, kosentrasi bahan organik yang rendah tidak selalu dapat
direduksi dengan metode pengolahan yang konvensional.
Nilai COD ditentukan dari bahan organik yang
biodegradable maupun non-degradable, sehingga hasil
penetapan nilai COD biasanya lebih tinggi dari nilai BOD. Apabila
nila COD 3 kali lebih tinggi dari BOD, maka perlu diketahui
apakah ada bahan- bahan yang bersifat toksik dan
nonbiodegredable (Ibnu, 2002).
2. Metode Pemeriksaan COD
Metode pengukuran COD sedikit lebih kompleks, karena
menggunakan peralatan khusus reflux, penggunaan asam pekat,
pemanasan, dan titrasi (APHA, 1989, Umaly dan Cuvin, 1988).
Peralatan reflux diperlukan untuk menghindari berkurangnya air
sampel karena pemanasan. Pada prinsipnya pengukuran COD
adalah penambahan sejumlah tertentu kalium bikromat
6
Nanda Nabilah Ubay-2B
(K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume
diketahui) yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak
sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu.
Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara
titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai untuk
oksidasi bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai
COD dapat ditentukan.
3. Dampak Tingginya Kadar COD Terhadap Lingkungan
Pencemar organik terdiri dari pencemar organik tidak
mudah urai (nondegradable organic pollutant) dan pencemar
organik mudah urai (degradable organic pollutants). Pencemar
organik tidak mudah urai diantaranya adalah batang kayu (log)
yang berada di perairan, menyebabkan gangguan terhadap
navigasi dan setelah mengendap, mendangkalkan perairan.
Detergent alkylbehenesulfonate (sabun detergen dan pestisida
organochlorine (misalnya, dieldrien, DDT) termasuk pencemar
organik sukar urai dan pencemar organik. Mikroba aerobik dalam
proses penguraian bahan organik menggunakan oksigen terlarut
dalam air dan melepaskan unsur- unsur hara ke dalam air.
Akibatnya kadar oksigen terlarut akan menurun (oxygen
depletion) dan kesuburan perairan meningkat. Apabila
kandungan unsur-unsur hara tinggi sehingga menyebabkan
perairan lewat subur (eutrophication) dapat menyebabkan
peledakan pertumbuhan fitoplankton dan atau zooplankton yang
disebut “blooming”. Akibat blooming, kandungan oksigen terlarut
akan menurun dan apabila planktonnya mati secara missal dapat
mencemari perairan karena terbentuk gas-gas (seperti ammonia,
hydrogen sulfide dan fosfat) dan senyawa beracun lain
(cyanoglucosida).
7
Nanda Nabilah Ubay-2B
Aktifitas mikroba aerob yang berlebihan menyebabkan
kandungan oksigen terlarut di dalam perairan habis, kondisi
perairan menjadi aerob. Proses penguraian bahan organik
selanjutnya dilakukan oleh mikroba anearob. Hasil dari aktifitas
mikroba anaerobik adalah gas-gas ammonia, hydrogen sulfide,
methan dan ethan serta fosfin. Gas-gas tersebut umumnya
bersifat racun bagi ikan dan biota air lainnya. Gas ammonia,
sulfide dan fosfin mempunyai bau yang menyengat dan busuk
sehingga air dan perairan yang tercemari bahan organic mudah
diurai, nilai gunanya bagi peruntukan perikanan, rumah tangga
dan industri menurun atau tidak berguna lagi.
4. Dampak Tingginya Kadar COD Terhadap Kesehatan
Tingginya kadar COD menunjukkan tingginya kandungan
mikroorganisme dalam air. Mikroorganisme yang biasanya
terdapat pada limbah domestik dalam jumlah banyak yaitu
bakteri kelompok Coliform, Escherichia coli dan Streptococcus
faecalis (Schaechter 1992). Mikroorganisme tersebut dapat
menyebabkan diare, disentri dan gangguan pencernaan lainnya
bagi orang yang mengkonsumsi air dengan kadar COD tinggi
(melewati ambang batas).
C. DISSOLVED OXYGEN (DO)
1. Definisi DO
Oksigen mengandung peranan penting sebagai indikator
kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses
oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu
oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh
organisme anaerobik atau aerobik. Dalam kondisi aerobik,
oksigen berperan sebagai atau mengoksidasi bahan organik dan
8
Nanda Nabilah Ubay-2B
anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada
akhirnya dapat memberikan kesuburan pada perairan. Oksigen
terlarut (dissolved oxygen) merupakan kebutuhan dasar untuk
kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kadar oksigen
terlarut merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat
tergantung pada temperatur dan salinitas.
Oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari
udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen
diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan,
udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme
seperti bakteri.
Biota air yang hangat memerlukan O2 terlarut minimal 5
ppm, sedangkan biota air dingin memerlukan O2 terlarut
mendekati jenuh. Konsentrasi O2 terlarut minimal untuk
kehidupan biota tidak boleh kurang dari 6 ppm. Agar ikan dapat
hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter
atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari
5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen
terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.
Dalam kondisi anaerobik oksigen dihasilkan akan
mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana
dalam bentuk nutrient dan gas. Karena proses oksidasi dan
reduksi sangat penting untuk membantu mengurangi beban
pencemaran pada perairan secara alami maupun secara
perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air
buangan industri dan rumah tangga. Karena peranannya yang
sangat penting ini, air buangan industri dan limbah sebelum
9
Nanda Nabilah Ubay-2B
dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar
oksigennya. Di dalam suatu badan air, oksigen memiliki peranan
dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi
komponen yang lebih sederhana.
Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksidasi dengan
zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar
tersebut tidak membahayakan bagi lingkungan. Oksigen juga
dibutuhkan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob
maupun anaerob, dalam proses metabolismenya. Dengan
adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam
menguraikan kandungan dalam air. Jika reaksi penguraian
komponen kimia dalam air terus berlanjut, maka kadar oksigen
pun akan terus menurun. Pada puncaknya, oksigen yang tersedia
tidak cukup lagi untuk menguraikan komponen kimia tersebut.
Kondisi yang demikian merupakan indikasi pencemaran berat
pada badan air.
2. Metode Pemeriksaan DO
Untuk mengukur kadar DO dalam air, ada 2 metode yang sering
dilakukan :
a. Metode titrasi
b. Metode elektrokimia atau lebih dikenal pengukran dengan DO-
meter
3. Tingkat Pencemaran Berdasarkan Nilai DO
Berikut ini adalah tabel tingkat pencemaran perairan
berdasarkan nilai DO:
Tingkat Pencemaran Parameter DO (ppm)
Rendah > 5
10
Nanda Nabilah Ubay-2B
Sedang 0-5
Tinggi 0
Sumber : WIROSARJONO (1974)
Dampak Tingginya Kadar DO Terhadap Lingkungan
Ketersediaan oksigen terlarut merupakan informasi penting
dalam reaksi secara biologi dan biokimia di perairan. Konsentrasi
oksigen yang tersedia berpengaruh secara langsung pada
kehidupan akuatik khususnya respirasi aerobik, pertumbuhan
dan reproduksi. Konsentrasi oksigen terlarut di perairan juga
menentukan kapasitas perairan untuk menerima beban bahan
organik tanpa menyebabkan gangguan atau mematikan
organisme hidup (Umaly and Cuvin, 1988). Sumber oksigen di
perairan berasal dari: difusi atmosfir, fotosintesis,angin, dan
susupan oksigen terlarut. Sedangkan penggunaan oksigen
terlarut di perairan mencakup respirasi, dan dekomposisi aerobik
bahan organik yang berasal dari luar maupun dari dalam
perairan. Dari uraian diatas, bahan organik dan nutrien yang
berasal dari luar dan dari suatu kegiatan akan mempengaruhi
ketersediaan oksigen di perairan dan akhirnya akan
mempengaruhi daya dukung perairan. Daya dukung perairan
adalah kemampuan perairan dalam menerima, mengencerkan
dan mengasimilasi beban tanpa menyebabkan perubahan
kualitas air atau pencemaran.
11