bm

6
Akne vulgaris dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang pasti belum diketahui secara jelas, namun terdapat beberapa faktor yang dapatmenyebabkan, antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropicfactor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor psikis,musim, infeksi bakteri (Propionibacterium aknes), kosmetika, dan bahan kimialainnya. 1.Sebum Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Pada akneterjadi peningkatan sebum. Sebum yang meningkat tidak hanya terjadi padaakne, tetapi dapat juga pada penyakit parkinson dan akromegali. 2.Bakteri Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akneadalah Propionibacterium aknes, Stafilococcus epidermidis, dan Pityrosporum ovale. Dari ketiga mikroba ini yang terpenting yakni Propionibacterium aknes. Bakteri ini merupakan bakteri komensal pada kulit. Pada keadaan patologik, bakteri ini membentu koloni pada duktus pilosebasea yang menstimulasi trigliserida untuk melepas asam lemak bebas, memproduksi substansi kemotaktik pada sel-sel inflamasi, dan menginduksi duktus epitel untuk mensekresi sitokin pro-inflamasi. 3.Herediter Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit (glandula sebasea). Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan menderita akne. 4.Hormon Hormon androgen berasal dari testis, ovarium, dan kelenjar adrenal.Hormon ini menyebabkan kelenjar sebasea bertambah besar dan

description

bm

Transcript of bm

Akne vulgaris dapat disebabkan oleh berbagai faktor.Penyebab yangpastibelum diketahui secara jelas, namunterdapatbeberapafaktoryang dapatmenyebabkan, antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropicfactor,dsb), faktor makanan, keaktifan darikelenjarsebasea,faktorpsikis,musim, infeksi bakteri (Propionibacterium aknes), kosmetika, dan bahan kimialainnya.1.SebumSebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Pada akneterjadi peningkatan sebum. Sebum yang meningkat tidak hanya terjadi padaakne, tetapi dapat juga pada penyakit parkinson dan akromegali.2.BakteriMikrobayangterlibatpadaterbentuknyaakneadalahPropionibacterium aknes, Stafilococcusepidermidis, dan Pityrosporumovale. Dariketigamikrobainiyangterpenting yakni Propionibacterium aknes. Bakteri ini merupakan bakteri komensal pada kulit. Pada keadaan patologik, bakteri ini membentu koloni pada duktus pilosebasea yang menstimulasi trigliserida untuk melepas asam lemak bebas, memproduksi substansi kemotaktik pada sel-sel inflamasi, dan menginduksi duktus epitel untuk mensekresi sitokin pro-inflamasi.3.HerediterFaktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit (glandula sebasea). Apabila kedua orang tua mempunyai parutbekas akne, kemungkinan besar anaknya akan menderita akne.

4.HormonHormon androgen berasal dari testis, ovarium, dan kelenjar adrenal.Hormon ini menyebabkan kelenjar sebasea bertambah besar dan produksisebum meningkat pada remaja laki-laki dan perempuan. Hormon androgen merupakan stimulus utama pada sekresi sebum oleh kelenjar sebasea. Pada penderitaakne, kelenjar sebaseaberespon sangat cepat pada peningkatan kadar hormon ini di atas normal. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan aktivitas 5-reductaseyang lebih tinggi pada kelenjar sebasea dibanding kelenjar lain dalam tubuh.

5.DietPadabeberapapasien,aknedapatdiperburukolehbeberapajenismakanan, seperti coklat, kacang, kopi, dan minuman ringan.

6.IklimDi daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne bertambah hebat pada musim dingin, dan dapat pula meningkat oleh paparan cahaya matahari langsung.

7.FaktoriatrogenikKortikosteroidbaiktopikalmaupunsistemikdapatmeningkatkan keratinisasi duktus polisebasea. Androgen, gonadotropin, dan kortikotropin dapat menginduksi akne pada dewasa muda. Kontrasepsi oral dapat pulamenginduksi terjadinya akne.

Patogenesis akne vulgaris sangat kompleks, dipengaruhi banyak faktordankadang-kadangmasihkontroversial.Adaempathalpentingyangberhubungan dengan terjadinya akne, yakni peningkatan sekresi sebum, adanya keratinisasi folikel, bakteri, dan peradangan (inflamasi).

PeningkatansekresisebumFaktorpertamayangberperandalampatogenesisakneialahpeningkatan produksi sebum oleh glandula sebacea. Pasien dengan akne akan memproduksi lebih banyak sebum disbanding yangtidakterkenaakne meskipun kualitas sebum pada kedua kelompok tersebut adalah sama. Salah satu komponen dari sebum yaitu trigliserida mungkin berperan dalam pathogenesis akne. Trigliserida dipecah menjadi asam lemak bebas olehP.aknes, flora normal yang terdapat pada unit pilosebacea. Asam lemak bebas ini kemudian menyebabkan kolonisasi P.aknes,mendorongterjadinyainflamasi dan dapat menjadi komedogenik.Hormonandrogenjugamempengaruhiproduksisebum.Serupadengan aktifitasnya padakeratinosit infundibulerfollikular, hormonandrogenberikatandanmempengaruhiaktifitassebosit.Orang-orangdenganakne memiliki kadar serum androgen yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidakterkenaakne. 5-reduktase, enzimyang bertanggungjawab untukmengubah testosteron menjadi DHT poten memiliki aktifitas yang meningkatpada bagian tubuh yang menjadi predileksi timbulnya akne yaitu pada wajah,dada, dan punggung.Peranan estrogen dalam produksi sebum belum diketahui secara pasti. Dosis estrogen yang diperlukan untuk menurunkan produksi sebum jauh lebihbesar jika dibandingkan dengan dosis yang diperlukan untuk menghambat ovulasi. Mekanisme dimana estrogen mungkin berperan ialah dengan secara langsung melawanefekandrogendalamglandulasebacea,menghambatproduksiandrogendalamjaringangonadmelalui umpan balik negative pelepasan hormone gonadotropin, dan meregulasi gen yang menekan pertumbuhan glandula sebacea atau produksi lipid.

KeratinisasifolikelHiperproliferasiepidermisfollikularmenyebabkanpembentukanlesi primer akne yaitu mikrokomedo. Epitel folikel rambut paling atas, yaitu infundibulum menjadi hyperkeratosis dengan meningkatnya kohesi dari keratinosi. Kelebihan sel dan kekuatan kohesinya menyebabkan pembentukan plug pada ostium follikular. Plug ini kemudian menyebabkan konsentrasi keratin, sebum, dan bakteri terakumulasi di dalam folikel. Hal tersebut kemudian menyebabkan pelebaran folikel rambut bagian atas, yang kemudian membentuk mikrokomedo. Stimulus terhadap proliferasi keratinosit dan peningkatan daya adhesimasihbelumdiketahui. Namunterdapatbeberapa faktor yang diduga menyebabkan hiperproliferasi keratinosit yaitu stimulasiandrogen,penurunanasamlinoleat,danpeningkatanaktifitas interleukin (IL)-1.Hormon androgen dapat berperan dalam keratinosit follicular untuk menyebabkan hiperproliferasi.

Dihidrotestosteron(DHT)merupakan androgen yang poten yang memegang peranan terhadap timbulnya akne. 17-hidroksisteroiddehidrogenasedan5-reduktase merupakan enzim yang berperanuntuk mengubah dehidroepiandrosteron (DHEAS)menjadiDHT. Jikadibandingkandengankeratinositepidermal,keratinositfollikularmenunjukkanpeningkatanaktifitas17-hidroksisteroiddehidrogenasedan5-reduktase yang pada akhirnya meningkatkan produksi DHT. DHT dapat menstimulasi proliferasi keratinosit follikular. Hal lain yang mendukung peranan androgen dalam patogenesis akne ialah bahwa pada orang dengan insensitivitasandrogen komplettidak terkena akne.

Proliferasikeratinositfollikularjugadiaturdenganadanyaasam linoleic. Asam linoleic merupakan asam lemak esensial pada kulit yang akan menurun pada orang-orang yang terkena akne. Kuantitas asam linolic akan kembali normal setelah penanganan dengan isotretinoin. Kadar asam linoleic yang tidak normal dapat menyebabkan hiperproliferasi keratinosit follikulardan memproduksi sitokin proinflamasi. Terdapat asumsi bahwa asam linoleic diproduksi dengan kuantitas yang tetap tetapi akan mengalami dilusi seiring dengan meningkatnya produksi sebum.IL-1jugamemilikiperanandalamhiperproliferasikeratinosit.Keratinosit follikular pada manusia menunjukkan adanya hiperproliferasi danpembentukan mikrokomedo ketika diberikan IL-1. Antagonis reseptor IL-1dapat menghambat pembentukan mikrokomedo.BakteriFaktor ketiga yakni bakteri Propionibacterium aknes juga memilikiperanan aktif dalam proses inflamasi yang terjadi. P.aknes merupakan bakteri gram-positif, anaerobik, dan mikroaerobik yang terdapat pada folikel sebacea.RemajadenganaknememilikikonsentrasiP.aknes yanglebihtinggi dibanding orang yang normal. Bagaimanapun tidak terdapat korelasi antarajumlah P.aknes yang terdapat pada glandula sebacea dan beratnya penyakit yang diderita DindingselP.aknes mengandungantigenyangkarbohidratyang menstimulasiperkembangan antibodi. Pasiendengna akneyang palingberat memiliki titer antibodi yang paling tinggi pula. Antibodi propionibacterium meningkatkan respon inflamasi dengan mengaktifkan komplemen, yang pada akhirnya mengawali kaskade proses pro-inflamasi. P.aknes juga memfalisitasi inflamasi dengan merangsang reaksi hipersensitifitastipelambatdengnamemproduksilipase,protease,hyaluronidase,danfaktorkemotaktik.Disampingitu, P.aknes tampakmenstimulasiregulasisitokindenganberikatan dengan Toll-like receptor2 pada monosit dan sel polimorfonuklearyang mengelilingi folikel sebacea. Setelah berikatan dengan Toll-like receptor2, sitokin proinflamasi seperti IL-1, IL-8, IL-12, dan TNF- dilepaskan. InflamasiPadaawalnyatelahdidugabahwainflamasimengikutiprosespembentukan komedo, namun terdapat bukti baru bahwa inflamasi dermal sesungguhnya mendahului pembentukan komedo. Biopsi yang diambil pada kulit yang tidak memiliki komedo dan cenderung menjadi akne menunjukkanpeningkatan inflamasi dermal dibandingkan dengan kulit normal. Biopsi kulit dari komedo yang baru terbentuk menunjukkan aktifitas inflamasi yang jauh lebih hebat. Mikrokomedo akan meluas menjadi keratin, sebum, dan bakteri yanglebih terkonsentrasi. Walaupun perluasan ini akan menyebabkan distensi yang mengakibatkan ruptur dinding follikular. Ekstrusi dari keratin, sebum, danbakteri ke dalam dermis mengakibatkan respon inflamasi yang cepat. Tipe sel yang dominan pada 24 jam pertama ruptur komedo adalah limfosit. CD4+ limfosit ditemukan di sekitar unit pilosebacea dimana sel CD8+ ditemukan pada daerah perivaskuler. Satusampaiduaharisetelahrupturkomedo,neutrofil menjadi sel yang predominan yang mengelilingi mikrokomedo.