Blow Out and Well Control-Ind
-
Upload
macan-sumatra -
Category
Documents
-
view
77 -
download
0
description
Transcript of Blow Out and Well Control-Ind
Well Control
Well Control adalah salah satu Ilmu Penting dalam operasi Drilling, sebab Bumi yang kita bor ini
tidaklah jinak, masing lapisan2 batu memppunyai karakeristik panas, dan tekanan yang berbeda‐
beda, bila kita abaikan maka tekanan2 liar ini akan menggunakan wellbore (lubang sumur) sebagai
jalur release/keluar (karena selama ini mereka terperangkap dalam lapisan batuan). Nah Proses
berpindahnya tekanan/material dari bumi kedalam wellbore ini harus dikontral sebab bila tidak akan
terjadi yang namanya Kick dan bila tidak ditangani dengan baik akan terjadi yang namanya Blow Out
(Semburan Liar).
Di bab ini saya kan membahas basic dari macam2 well control, detail dari artikel yang akan saya
jelaskan dibawah sebenarnya sangatlah complex dan penuh akan rumus dan perhitungan. So biar
para pembaca tidak bingung maka akan saya jelaskan basic2nya saja dan sesederhana mungkin.
Primary Well Control
Well control paling utama yang dan selalu digunakan pada saat pengeboran adalah Hydrostatic
Pressure yang terjadi akibat Drilling Fluid (Mud/Lumpur) yang kita masukan kedalam lubang. Fungsi
Drilling Fluid ini pernah saya bahas di beberapa bab sebelumnya. Drilling Fuid berfungsi sebagai Well
Control dengan cara member tekanan kebawah yang lebih besar dari tekanan Formasi, tapi harus
lebih kecil dari Fracture Gradient, Hal inilah yang disebut sebagai Hydrostatic Pressure. Hydrostatic
Pressure harus lebih besar dari Formation/reservoir Pressure agar tidak terjadi migrasi gas/cairan
formasi/reservoir kedalam wellbore (disebut juga sebagai Influx), tapi harus lebih kecil dari Fracture
Gradient agar tidak merusak lapisan Formasi/reservoir yang disebut juga broken wellbore hal ini
akan menyebabkan permasalahan pada Circulation Drilling Fluids, bila tidak cepat2 ditangani dengan
baik akan terjadi yang namanya Total Loss of Circulation, bila Drilling Fluid hilang/loss kedalam
formasi maka mud level dalam well bore akan berkurang yang menyebabkan berkurangnya
Hydrostatic Pressure. Bila Hydrostatic Pressure lebih kecil dari Reservoir Pressure hal ini disebut
sebagai “Loss of Primary Well Control”
Idealnya Hydrostatic Pressure overbalance (lebih besar)sedikit dari Resevoir pressure adalah kondisi
yang diinginkan saat Drilling.
Secondary Well Control
Bila Primary Well Control telah gagal, maka biasanya akan terjadi Kick (Wellbore Influx) kedalam
wellbore. Bila situasi ini terjadi maka dibutuhkan fungsi dari Suatu peralatan Khusus disebut Blow
Out Preventer (BOP) untuk mengendalikan kick.
Maka dapat kita sebut BOP adalah sebagai Secondary Well Control. Tapi penggunaan BOP sebagai
Wewll Control harus juga diikuti oleh beberapa tiep procedure well control seperti Driller’s
Methode, Wait and Weight, Lubricate and Bleed, Bull Heading. Tanpa penguasaan dari Teknik2
tersebut maka BOP hanya akan menjadi besi yang tak berguna di Rig. BOP secara fisik adalah
rangkaian dari 1 atau lebih Piep Rams yang nantinya fungsi dari Rams ini akan menjepit pipa
senhingga mencegah kick keluar dari wellbore.
Diatas a
– Single
Jadi seb
kebutuh
dirubahn
Tapi pad
1. BO
2. BO
dimana
tertutup
3. Pr
akan mu
4. Te
handling
5. Ga
dalah salah s
Ram. Isi/spe
enarnya tida
han, bahkan
nya arrangem
da Intinya pe
OP Stack Har
OP Stack sela
pergerakan
p (menjepit p
essure Ratin
uncul ke perm
erlalu banyak
g dan pengop
as Asam dan
satu contoh
esifikasi dari
ak ada arrang
pada sumur
ment stack B
engaturan ar
us Cocok de
ain untuk pen
rangkaian D
pipa)
ng BOP yang
mukaan dari
k menggunak
perasian BO
panas dari s
konfigurasi B
masing2 ram
gement stac
yang sama s
BOP.
rangement S
ngan kebutu
nutup (Shut‐
rill pipe (mas
digunakan h
sumur.
kan Ram (pe
P menjadi su
sumur akan m
BOP, bila dib
m sangat terg
k BOP yang b
saja, beda ke
Stack BOP ha
uhan Operas
‐in) Sumur ju
suk atau kelu
harus lebih be
nggunaan ra
ulit dan tentu
mempengaru
baca dari ata
gantung dari
baku, selalu
edalaman bis
aru mengikut
i Drilling
uga harus bis
uar) dengan
esar dari Pre
am yang tida
unya akan m
uhi internal E
s Annular ‐ D
i tipe sumur
berubah2 te
sa jadi akan m
ti beberapa p
a untuk Ope
keadaan Sal
essure Rating
k berguna) a
enjadi lebih
Elements da
Double Ram
yang akan d
ergantung
membuat pe
point dibawa
erasi Strippin
ah satu ram
g yang diesti
akan membu
mahal juga.
ri BOP.
– Spool
i Bor.
erlu
ah ini
ng,
masikan
uat
Sebenar
oleh Ran
jalur kel
yang lain
Tertiary
Bila Prim
control,
dengan
Tertiary
Melakuk
Flowing
1. Dy
2. M
Memom
rnya BOP tida
ngkaian Choc
uar gas/teka
n.
y Well Contro
mary dan Sec
hal ini meny
lumpur/cair
Well Contro
kan Pengebo
well (sumur
ynamic Kill, d
emompakan
mpakan seme
ak perberan
cke Manifold
anan dari for
ol
condary well
yebabkan be
an dari form
ol. Macam M
oran “Relief W
r yang berma
dengan cara
n Barit untuk
en untuk me
Solo dalam
d. Chocke ma
rmasi. Lebih j
Control gag
rbagai maca
asi (Ingat La
acam dari te
Well”. Gunan
asalah) dan m
memompaka
menyubat (
nyumbat (Pl
fungsinya se
anifold adala
jauh mengen
al maka sum
am masalah,
pindo?) Bila
ertiary Well C
nya adalah a
melakukan h
an Lumpur b
Plug) sumur
ug) sumur
ebagai well c
ah rangkaian
nai Choke m
mur akan men
seperti keba
hal ini terjad
Control adala
gar Relief we
al‐hal sbb:
berat kedalam
ontrol, BOP j
pipa dan Va
anifold akan
ngalir keluar
akaran, terba
di maka saat
ah:
ell dapat ber
m dasar sum
juga harus d
alve untuk m
n saya jelaska
r tanpa bisa d
anjirnya area
tnya menggu
rtemu denga
mur.
ditemani
mengatur
an di sesi
di
al drilling
unakan
an
Sekedar
saat ini s
karena r
awal kej
dilakuak
Tapi ide
(dan kita
membah
perdeba
Work Ov
minyak.
dan repa
mengem
suatu su
dengan
hal pent
adalah p
apabila t
keadaan
beberap
1. Tekan
Tekanan
proses k
penamb
fluida pe
r Note dari Sa
sudah tidak a
retakan dan j
jadian Blow O
kan Tertiary W
dan tawaran
a semua) yak
has detail me
atan) Politik.
ver and Well
Pekerjaan in
arasi sumur.
mbalikan pro
umur dapat d
cara peluban
ting yang har
pengetahuan
tekanan form
n sumur dise
pa cara.
nan formasi
n formasi ada
kompaksi sed
bahan lapisan
engisi pori‐p
aya mari kita
ada yang bis
jalur migrasi
Out (Sembur
Well Control
n untuk mela
kin ada hubu
engenai trag
l Service mer
ni bertujuan
Dengan me
duksi sumur
dilakukan de
ngan (Perfor
rus diperhati
n mengenai t
masi sumur t
but dengan
alah tekanan
dimen, tekan
n dan tekana
ori. Oleh kar
a mengingat
a dilakukan
i lumpur sud
ran Liar) hing
l dengan cara
akukan Relie
ungan denga
gedi ini, kare
rupakan sala
untuk peraw
lakukan pera
r ke potensi s
ngan cara st
rasi) lapisan b
ikan agar keg
tekanan form
telah dapat d
Killing Well (
n yang berasa
nan pada lap
an di atasnya
rena itu, teka
kembali ke T
untuk melak
dah tidak bisa
gga beberap
a melakukan
ef well “ditol
n langkah Po
na kita akan
ah satu kegia
watan sumur
awatan dan
sebelumnya.
timulasi sum
baru. Didala
giatan dapat
masi sumur.
dikendalikan
(mematikan
al dari fluida
pisan di bawa
a. Tambahan
anan fluida p
Tragedi Lapin
kukan well co
a ditebak ata
a bulan sete
n pengebora
ak/direject”
olitik orang‐o
masuk ke pe
atan dalam te
r, kerja ulang
reparasi sum
. Sedangkan
ur dan mela
m melakuka
t berjalan ba
Pekerjaan W
. Kegiatan aw
sumur) yang
a pengisi por
ah akan terus
n tekanan ini
pengisi pori d
ndo (di Porng
ontrol pada s
au dikalkuasi
lah itu seben
n Relief Well
oleh pihak2
orang tertent
embahasan (
eknik operas
g pindah lapi
mur maka dih
untuk menin
kukan kerja
n pekerjaan
ik. Salah satu
Work Over ba
wal untuk m
g dapat dilak
i‐pori dari ba
s bertambah
akan ditaha
dapat terus b
g Sidoarjo).
sumur Lapin
i lagi. TAPI m
narnya masi
l si Lokasi te
tertentu yan
tu, saya tida
(dan akan m
si pada suatu
san (KUPL),
harapkan dap
ngkatkan pro
ulang pindah
ini, ada beb
u faktor terp
aru bisa dilak
mengamankan
kukan dengan
atuan formas
h seiring den
n oleh matri
bertambah.
Pada
do
mulai dari
h bisa
rpisah.
ng saya
k akan
ejadi
u sumur
stimulasi
pat
oduksi
h lapisan
erapa
penting
kukan
n
n
si. Pada
gan
ks dan
Berdasarkan hal di atas, tekanan formasi dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1.1 Tekanan normal
Tekanan formasi dapat disebut normal apabila gaya ke bawah dari tekanan overburden dapat
diimbangi dengan tekanan ke atas dari matrik dan fluidanya (gradien tekan sama besarnya dengan
gradien air asin) atau dengan kata lain tekanan dari fluida formasi pada lapisan tersebut sesuai
dengan gradien tekanan yang diakibatkan oleh overburden (jumlah tekanan lapisan‐lapisan formasi)
di atasnya. Hal ini dapat terjadi apabila formasi tidak tersekat oleh formasi lain yang memiliki
permeabilitas berbeda yang lebih kecil. Tekanan formasi normal akan memiliki gradien tekanan
berkisar antara 0,433 Psi/ft sampai dengan 0,465 Psi/ft.
1.2 Tekanan abnormal
Tekanan abnormal atau Overpressured biasanya terjadi karena gaya ke bawah dari tekanan
overburdennya lebih besar daripada tekanan keatas dari matrik dan fluidanya (gradien tekan lebih
besar daripada gradien air asin). Tekanan formasi abnormal akan memiliki gradien tekanan formasi
yang lebih besar dari 0,465 Psi/ft.
1.3 Tekanan subnormal
Tekanan subnormal terjadi karena gaya ke bawah dari tekanan overburdennya lebih kecil daripada
tekanan ke atas dari matrik dan fluidanya (gradien tekan lebih kecil daripada gradien air asin).
Tekanan subnormal memiliki gradien tekanan formasi yang lebih kecil dari 0,433 Psi/ft.
Pengetahuan mengenai tekanan formasi sangat penting diketahui, hal ini bertujuan agar pekerjaan
dapat dilakukan dengan baik dan aman. Dari ketiga jenis tekanan di atas, Overpressured akan
memberikan masalah yang lebih berat daripada tekanan subnormal. Overpressured dapat
menyebabkan timbulnya kick yang apabila tidak dapat dikendalikan akan mengakibatkan terjadinya
semburan liar. Semburan liar dapat dihindari dengan cara memperbesar tekanan hidrostatik fluida
dalam sumur atau lubang bor. Tekanan hidrostatik (Hydrostatic Pressure) adalah suatu tekanan yang
dihasilkan oleh suatu kolom fluida pada kondisi diam (statik).
Secara matematis, besarnya tekanan hidrostatik fluida pengisi lubang bor dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :
HP = TVD x MW x 0,052
dimana : HP = Tekanan hidrostatik lumpur (Psi)
TVD = Kedalaman vertikal yang sebenarnya (ft)
MW = Berat lumpur (ppg)
2. Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi adalah sistem yang memungkinkan lumpur dapat bergerak menjalankan fungsinya.
Adapun jalannya sistem sirkulasi tersebut adalah :
1) Pompa lumpur (Mud Pump) memompakan lumpur pwmboran ke arah bawah (lubang) melalui
pipa bor (Drill Pipe) dan kollar bor (Drill Collar).
2) Lumpur disemprotkan melalui Noozle Jet dan serbuk bor (Cuttings) terangkat ke atas.
3) Serbuk bor dibawa kepermukaan.
Lumpur dan serbuk bor kembali ke permukaan melalui annulus, yakni ruangan antara lubang bor
pipa pemboran. Dipermukaan keduanya meninggalkan lubang sumur melalui Mud Return Line dan
jatuh ke Vibrating Screen yang disebut Shale Shaker. Shaker bertugas memisahkan serbuk bor dan
Lumpur untuk menjaga berat jenis Lumpur (Mud Density). Pompa Lumpur pada hakekatnya
merupakan jantung dari system sirkulasi ini.
3. Lumpur pemboran
Lumpur pemboran merupakan faktor penting dalam operasi pemboran. Kecepatan pemboran,
efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran sangat tergantung dari jenis lumpur yang dipakai.
Pada mulanya orang hanya menggunakan air saja untuk mengangkat serpih pemboran (Cutting). Lalu
dengan berkembangnya pemboran, lumpur mulai digunakan. Untuk memperbaiki sifat‐sifat lumpur,
zat‐zat kimia ditambahkan dan akhirnya digunakan pula udara dan gas untuk pemboran walaupun
lumpur tetap bertahan. Dengan demikian fungsi dari lumpur pemboran tersebut juga semakin
banyak.
Adapun fungsi utama dari lumpur pemboran menurut adalah :
1) Mengangkat serpih bor ke permukaan
2) Mendinginkan dan melumasi Bit dan Drill String
3) Memberi dinding pada lubang bor dengan Mud Cake
4) Mengontrol tekanan formasi
5) Menahan serpih bor dan material‐material pemberat pada suspensi bila sirkulasi lumpur
dihentikan sementara.
6) Melepaskan pasir dan serpih bor di permukaan
7) Menahan sebagian berat Drill Pipe dan Casing (Bouyancy Effect)
8) Mengurangi efek negative pada formasi
9) Mendapatkan informasi (Mud Log, Sample Log)
10) Media Logging
Klasifikasi Lumpur pemboran berdasarkan fasa fluidanya adalah sebagai berikut :
1) Fresh Water Muds
Adalah Lumpur yang fasa cairnya adalah air tawar dengan (kalau ada) kadar garam yang kecil (kurang
dari 10000 ppm = 1 % garam)
2) Salt water mud
Lumpur ini digunakan untuk memberi garam massive (Salt Dome) atau Salt Stringer (lapisan formasi
garam) dan kadang‐kadang ada aliran air garam yang terbor. Fasa cairnya berupa air yang memiliki
kadar garam cukup tinggi.
3) Oil base dan oil base emulsion mud
Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinunya. Komposisinya diatur agar kadar airnya
rendah (3‐5 % volume). Kegunaan terbesar adalah pada completion dan work over. Kegunaan lain
adalah untuk melepaskan drill pipe yang terjepit, mempermudah pemasangan casing dan liner.
4) Gaseous drilling fluid
Gas yang biasa digunakan adalah gas alam atau udara. Lumpur jenis ini biasa digunakan untuk
keadaan sumur yang tekanan formasinya subnormal.
4. Peralatan well control
Well Control (pengendalian sumur) adalah suatu aktivitas pekerjaan pada suatu calon sumur
(pemboran) atau pada suatu sumur produksi yang bertujuan untuk menjaga agar tidak terjadi aliran
fluida dari formasi ke dalam lubang sumur (kick) selanjutnya ke permukaan sumur dan atau suatu
aktivitas pekerjaan mengendalikan dan mematikan aliran fluida formasi (kick) yang tanpa disadari
sudah terjadi ke dalam sumur atau calon sumur migas sehingga semburan liar (blow out) tidak
terjadi.
Pada prinsipnya pengendalian sumur ada dua, yaitu kontrol primer dan skunder. Fluida pemboran
berfungsi sebagai pengendali primer dan BOP (blow out preventer) sebagai pengendali skunder.
Kontrol primer bertujuan untuk mencegah masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor dengan
cara menjaga tekanan hidrostatik kolom fluida atau sumur. Tekanan hidrostatik diatur agar selalu
lebih besar daripada tekanan dari formasi. Pengaturan tekanan dapat dilakukan dengan cara
mengatur berat lumpur.
Kontrol skunder baru berfungsi apabila kontrol primer sudah tidak dapat lagi mengontrol tekanan
formasi. Tujuan dari control skunder ini adalah untuk mencegah agar tidak terjadi semburan liar di
permukaan karena adanya fluida yang masuk ke dalam sumur. Caranya adalah dengan menutup
sumur dengan BOP dan mensirkulasikan Lumpur yang lebih berat ke dalam lubang bor.
Berdasarkan tempat berfungsinya alat BOP terbagi atas dua tipe, yaitu tipe annular dan
drillpipe.gabungan dari kedua tipe ini disebut BOP stack. Agar BOP stack dapat tersambung dengan
choke line dan kill line, maka dipasanglah drilling spool. Spool harus memiliki diameter paling sedikit
sama dengan diameter maksimum casing head bagian atas. Spool juga harus bisa menahan tekanan
sebesar tekanan yang diterima oleh BOP stack.
5. Metode killing well
Mematikan sumur adalah memberikan tekanan lawan kedalam sumur agar tekanan dari dalam
sumur tidak menyembur kepermukaan. Pemberian tekanan lawan adalah dengan memompakan
cairan pemati (Killing Fluid) kedalam sumur, sehingga dengan berat kolom cairan pemati yang
dipompakan akan menahan tekanan dalam sumur untuk menyembur kepermukaan.
Menurut Meiliza, Pribadi dan Syarif (2004:14‐17) ada beberapa metode yang sering digunakan untuk
proses mematikan sumur demi menjaga keamanan kerja :
5.1 Dynamic killing
Metode ini menggunakan tekanan hidrostatik dan tekanan gesek dari fluida yang dipompakan ke
dalam sumur untuk mengatasi tekanan reservoir dan zona produktif. Metode ini digunakan untuk
mematikan sumur relief. Kecepatan aliran pompa yang digunakan untuk melakukan metode ini
adalah pompa dengan kecepatan lebih dari 100 barrel per menit.
5.2 Minimum killing
Metode ini digunakan pada sumur tertutup dan bertekanan. Tekanan pemompaan yang digunakan
untuk mematikan sumur hanya sedikit diatas tekanan reservoir. Faktor‐faktor yang mempengaruhi
perencanaan pemompaan antara lain adalah kapasitas pompa, jenis lumpur dan berat jenis lumpur
yang akan dipakai. Metode ini sangat tepat dilakukan pada situasi dimana kondisi sumur, khususnya
integritas wellhead tidak diketahui dengan pasti.
5.3 Momentum killing
Pada metode ini cairan dipompakan lansung dengan menggunakan bullheading system dari atas ke
bawah dengan kapasitas dan tekanan pompa yang tinggi diatas 100 barrel per menit. Lumpur yang
digunakan adalah lumpur berat yang beratnya tergantung dengan tekanan formasi. Sifat aliran dan
teknik pemompaan harus diketahui dengan pasti, karena metode ini akan menghasilkan tekanan
hidrostatik sangat tinggi yang dapat menimbulkan masalah lain.
5.4 Volumetric killing/lubricating system
Volumetric killing dilakukan bila di dalam suatu sumur tidak terdapat rangkaian pipa bor atau tubing
sehingga sumur tidak dapat disirkulasi. Caranya adalah dengan memompakan lumpur kedalam
sumur dengan tekanan tertentu dan kemudian diablas kembali. Sebelum gas diablas, biarkan sumur
sampai beberapa saat sampai lumpur yang telah dipompakan telah turun kebawah lubang bor dan
gas bermigrasi ke atas.
5.5 Snubbing
Snubbing adalah memasukkan rangkaian pipa bor kedalam sumur yang bertekanan sampai
kedalaman tertentu, kemudian memompakan killing fluid kedalamnya lalu disirkulasi sampai sumur
mati. Snubbing dapat dilakukan pada sumur bertekanan atau sumur yang sedang mengalir (diverted
well). Pada sumur dengan formasi yang lemah, metode ini sangat tepat untuk dilakukan.
5.6 Diverted killing
Pada yang desain cassingnya tidak sempurna, menutup BOP dapat menyebabkan terjadinya crater
dibawah sepatu casing dan gas akan menyembur tidak terkendali di sekitar lokasi.
Apabila terjadi semburan liar dan lapisan gas dangkal serta selubung yang terpasang tidak dapat
menahan terjadinya crater dibawah sepatu, maka tindakan awal yang dapat diambil adalah sebagai
berikut :
a. Alirkan sumur melalui diverter sampai tekanan formasi melemah
b. Buka diverter line dan tutup diverter
c. Pompakan lumpur atau air dengan kapasitas maksimum yang dapat dicapai. Apabila terdapat
lumpur berat segera pompakan kedalam sumur untuk mengatasi aliran.
d. Segera isi semua tanki aktif dengan air dan lanjutkan pemompaan air sampai lumpur berat telah
siap untuk dipompakan.
Apabila semburan liar belum dapat diatasi, siapkan suspended barite slurry, yaitu sejenis dengan
barite plug namun masih bisa dipompakan dan mempunyai filtrat loss rendah.
Cara menyiapkan bahan ini adalah sebagai berikut :
a. Sedikan minimal 6000 bag barite dilokasi
b. Isi tangki dengan 500 barrel air. Berdasarkan pilot test, masukkan bentonite, caustic soda dan
lignite atau lignosulfanote sampai diperoleh adonan 18‐22 ppg.
c. Yakinkan cementing unit dapat mengaduk dan memompa dengan kapasitas tinggi. Lakukan uji
coba dengan mengaduk antara 250‐300 sak barite.
d. Aduk dan pompakan suspended barite slurry dengan kapasitas maksimal
e. Bila sumur telah mati, isi annulus dengan lumpur ringan untuk meyakinkan bahwa aliran telah
mati.
Tujuan mematikan sumur adalah :
a. Menghentikan semburan liar (Blow Out)
b. Menghentikan aliran karena sumur akan dirawat
Hal‐hal yang perlu diperhatikan sebelum mematikan sumur adalah :
a. Tekanan lapisan produktif
b. Diameter pipa selubung dan kedalaman sumur
c. Diameter pipa produksi dan panjangnya
d. Kedalaman pelubangan
e. Kedalaman penyekat
f. Peralatan bawah tanah lainnya (katup sembur buatan, SSD dan lain sebagainya)
g. Ukuran dan kekuatan kepala sumur
Peralatan yang diperlukan pada waktu mematikan sumur adalah :
a. Cairan pemati (Killing Fluid)
b. Pompa tekan (Killing Pump)
c. Pipa alir cairan pemati
d. Choke Manifold
e. Tanki
f. Flare Stack
g. Manometer
Hal‐hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan pekerjaan mematikan sumur adalah :
a. Periksa kondisi Killing Unit (Exhaust, Flame Arrester dan kondisi mesinnya)
b. Setelah jalur terpasang lakukan pengujian sebesar 2x tekanan kepala sumur, ditutup dan ditahan
selama 15 menit serta periksa apakah ada kebocoran.
c. Hubungkan Choke Manifold dengan jalur tekan dan jalur ablas/Flare
d. Tempatkan Tanki, Flare dan Killing Unit pada tempat yang aman dan tidak saling berdekatan
Cara mematikan sumur yang akan dikerjakan :
2. Sumur gas/sembur alam dengan penyekat
Tahapan kerjanya adalah :
a. Periksa tekanan sumur TPT/TPC
b. Periksa jalur Kill Line dari silang sembur ke pompa dan dari Cassing Valve ke pompa, lakukan uji
Line sampai dengan tekanan 2000 Psi, 10 menit harus baik.
c. Periksa Flame Arresternya, harus aman dari percikan api.
d. Pompakan cairan Kill ke Anulus sampai dengan penuh.
e. Pompakan ke lubang sumur lewat Tubing, Kill Fluid (cairan pemati dengan Spesifik gravity
tertentu) bila sumur bertekanan samapai dengan tekanan 0 Psi.
f. Lakukan pengamatan tertutup dan terbuka selama lebih kurang 1 jam.
g. Sumur mati.
3. Sumur sembur alam/gas tanpa penyekat
Tahapan kerjanya adalah :
a. Buat tekanan lawan atau menggunakan Check Valve
b. Lakukan pemompaan denga menggunakan Choke Manifold ke Flare hingga ada sirkulasi atau
lubang sampai penuh.
c. Lakukan pengamatan tertutup dan terbuka lebih kurang selama 1 jam atau sampai mati.
4. Sumur sembur buatan (Gas Lift)
Tahapan kerjanya adalah :
a. Mematikan sumur sembur buatan (Gas Lift) dengan penyekat atau tidak pakai penyekat adalah
sama dan relatif lebih mudah.
b. Dengan membuang atau ablas gas injeksi ke Flare sampai dengan 0 Psi dan mengisi volume Tubing
dan anulus sampai penuh.
c. Lakukan pengamatan
5. Sumur Pompa
Mematikan sumur pompa relatif hanya dengan menggunakan air formasi dari Stasiun Pengumpul,
mengisi lubang sumur lewat anulus valve. Tahapan kerjanya adalah :
a. Stop operasi Pumping Unit
b. Ablas tekan dari anulus kalau ada
c. Tutup keranan Flow Line dan buka Check Valve agar air formasi dari Stasiun Pengumpul dapat
dimasukkan ke dalam sumur.
d. Kalau sumur sudah mati lakukan pengamatan selama lebih kurang 30 menit