Blow Out and Well Control-Ind

10
Well Control Well Control adalah salah satu Ilmu Penting dalam operasi Drilling, sebab Bumi yang kita bor ini tidaklah jinak, masing lapisan2 batu memppunyai karakeristik panas, dan tekanan yang berbedabeda, bila kita abaikan maka tekanan2 liar ini akan menggunakan wellbore (lubang sumur) sebagai jalur release/keluar (karena selama ini mereka terperangkap dalam lapisan batuan). Nah Proses berpindahnya tekanan/material dari bumi kedalam wellbore ini harus dikontral sebab bila tidak akan terjadi yang namanya Kick dan bila tidak ditangani dengan baik akan terjadi yang namanya Blow Out (Semburan Liar). Di bab ini saya kan membahas basic dari macam2 well control, detail dari artikel yang akan saya jelaskan dibawah sebenarnya sangatlah complex dan penuh akan rumus dan perhitungan. So biar para pembaca tidak bingung maka akan saya jelaskan basic2nya saja dan sesederhana mungkin. Primary Well Control Well control paling utama yang dan selalu digunakan pada saat pengeboran adalah Hydrostatic Pressure yang terjadi akibat Drilling Fluid (Mud/Lumpur) yang kita masukan kedalam lubang. Fungsi Drilling Fluid ini pernah saya bahas di beberapa bab sebelumnya. Drilling Fuid berfungsi sebagai Well Control dengan cara member tekanan kebawah yang lebih besar dari tekanan Formasi, tapi harus lebih kecil dari Fracture Gradient, Hal inilah yang disebut sebagai Hydrostatic Pressure. Hydrostatic Pressure harus lebih besar dari Formation/reservoir Pressure agar tidak terjadi migrasi gas/cairan formasi/reservoir kedalam wellbore (disebut juga sebagai Influx), tapi harus lebih kecil dari Fracture Gradient agar tidak merusak lapisan Formasi/reservoir yang disebut juga broken wellbore hal ini akan menyebabkan permasalahan pada Circulation Drilling Fluids, bila tidak cepat2 ditangani dengan baik akan terjadi yang namanya Total Loss of Circulation, bila Drilling Fluid hilang/loss kedalam formasi maka mud level dalam well bore akan berkurang yang menyebabkan berkurangnya Hydrostatic Pressure. Bila Hydrostatic Pressure lebih kecil dari Reservoir Pressure hal ini disebut sebagai “Loss of Primary Well Control” Idealnya Hydrostatic Pressure overbalance (lebih besar)sedikit dari Resevoir pressure adalah kondisi yang diinginkan saat Drilling. Secondary Well Control Bila Primary Well Control telah gagal, maka biasanya akan terjadi Kick (Wellbore Influx) kedalam wellbore. Bila situasi ini terjadi maka dibutuhkan fungsi dari Suatu peralatan Khusus disebut Blow Out Preventer (BOP) untuk mengendalikan kick. Maka dapat kita sebut BOP adalah sebagai Secondary Well Control. Tapi penggunaan BOP sebagai Wewll Control harus juga diikuti oleh beberapa tiep procedure well control seperti Driller’s Methode, Wait and Weight, Lubricate and Bleed, Bull Heading. Tanpa penguasaan dari Teknik2 tersebut maka BOP hanya akan menjadi besi yang tak berguna di Rig. BOP secara fisik adalah rangkaian dari 1 atau lebih Piep Rams yang nantinya fungsi dari Rams ini akan menjepit pipa senhingga mencegah kick keluar dari wellbore.

description

this is a good book

Transcript of Blow Out and Well Control-Ind

Page 1: Blow Out and Well Control-Ind

Well Control 

Well Control adalah salah satu Ilmu Penting dalam operasi Drilling, sebab Bumi yang kita bor ini 

tidaklah jinak, masing lapisan2 batu memppunyai karakeristik panas, dan tekanan yang berbeda‐

beda, bila kita abaikan maka tekanan2 liar ini akan menggunakan wellbore (lubang sumur) sebagai 

jalur release/keluar (karena selama ini mereka terperangkap dalam lapisan batuan). Nah Proses 

berpindahnya tekanan/material dari bumi kedalam wellbore ini harus dikontral sebab bila tidak akan 

terjadi yang namanya Kick dan bila tidak ditangani dengan baik akan terjadi yang namanya Blow Out 

(Semburan Liar). 

Di bab ini saya kan membahas basic dari macam2 well control, detail dari artikel yang akan saya 

jelaskan dibawah sebenarnya sangatlah complex dan penuh akan rumus dan perhitungan. So biar 

para pembaca tidak bingung maka akan saya jelaskan basic2nya saja dan sesederhana mungkin. 

Primary Well Control 

Well control paling utama yang dan selalu digunakan pada saat pengeboran adalah Hydrostatic 

Pressure yang terjadi akibat Drilling Fluid (Mud/Lumpur) yang kita masukan kedalam lubang. Fungsi 

Drilling Fluid ini pernah saya bahas di beberapa bab sebelumnya. Drilling Fuid berfungsi sebagai Well 

Control dengan cara member tekanan kebawah yang lebih besar dari tekanan Formasi, tapi harus 

lebih kecil dari Fracture Gradient, Hal inilah yang disebut sebagai Hydrostatic Pressure. Hydrostatic 

Pressure harus lebih besar dari Formation/reservoir Pressure agar tidak terjadi migrasi gas/cairan 

formasi/reservoir kedalam wellbore (disebut juga sebagai Influx), tapi harus lebih kecil dari Fracture 

Gradient agar tidak merusak lapisan Formasi/reservoir yang disebut juga broken wellbore hal ini 

akan menyebabkan permasalahan pada Circulation Drilling Fluids, bila tidak cepat2 ditangani dengan 

baik akan terjadi yang namanya Total Loss of Circulation, bila Drilling Fluid hilang/loss kedalam 

formasi maka mud level dalam well bore akan berkurang yang menyebabkan berkurangnya 

Hydrostatic Pressure. Bila Hydrostatic Pressure lebih kecil dari Reservoir Pressure hal ini disebut 

sebagai “Loss of Primary Well Control” 

Idealnya Hydrostatic Pressure overbalance (lebih besar)sedikit dari Resevoir pressure adalah kondisi 

yang diinginkan saat Drilling. 

Secondary Well Control 

Bila Primary Well Control telah gagal, maka biasanya akan terjadi Kick (Wellbore Influx) kedalam 

wellbore. Bila situasi ini terjadi maka dibutuhkan fungsi dari Suatu peralatan Khusus disebut Blow 

Out Preventer (BOP) untuk mengendalikan kick. 

Maka dapat kita sebut BOP adalah sebagai Secondary Well Control. Tapi penggunaan BOP sebagai 

Wewll Control harus juga diikuti oleh beberapa tiep procedure well control seperti Driller’s 

Methode, Wait and Weight, Lubricate and Bleed, Bull Heading. Tanpa penguasaan dari Teknik2 

tersebut maka BOP hanya akan menjadi besi yang tak berguna di Rig. BOP secara fisik adalah 

rangkaian dari 1 atau lebih Piep Rams yang nantinya fungsi dari Rams ini akan menjepit pipa 

senhingga mencegah kick keluar dari wellbore. 

Page 2: Blow Out and Well Control-Ind

 

Diatas a

– Single 

Jadi seb

kebutuh

dirubahn

Tapi pad

1.       BO

2.       BO

dimana 

tertutup

3.       Pr

akan mu

4.       Te

handling

5.       Ga

dalah salah s

Ram. Isi/spe

enarnya tida

han, bahkan 

nya arrangem

da Intinya pe

OP Stack Har

OP Stack sela

pergerakan 

p (menjepit p

essure Ratin

uncul ke perm

erlalu banyak

g dan pengop

as Asam dan 

satu contoh 

esifikasi dari 

ak ada arrang

pada sumur 

ment stack B

engaturan ar

us Cocok de

ain untuk pen

rangkaian D

pipa) 

ng BOP yang 

mukaan dari

k menggunak

perasian BO

panas dari s

konfigurasi B

masing2 ram

gement stac

yang sama s

BOP. 

rangement S

ngan kebutu

nutup (Shut‐

rill pipe (mas

digunakan h

 sumur. 

kan Ram (pe

P menjadi su

sumur akan m

BOP, bila dib

m sangat terg

k BOP yang b

saja, beda ke

Stack BOP ha

uhan Operas

‐in) Sumur ju

suk atau kelu

harus lebih be

nggunaan ra

ulit dan tentu

mempengaru

 

baca dari ata

gantung dari

baku, selalu 

edalaman bis

aru mengikut

i Drilling 

uga harus bis

uar) dengan 

esar dari Pre

am yang tida

unya akan m

uhi internal E

s Annular ‐ D

i tipe sumur 

berubah2 te

sa jadi akan m

ti beberapa p

a untuk Ope

keadaan Sal

essure Rating

k berguna) a

enjadi lebih 

Elements da

Double Ram 

yang akan d

ergantung 

membuat pe

point dibawa

erasi Strippin

ah satu ram 

g yang diesti

akan membu

mahal juga.

ri BOP. 

– Spool 

i Bor. 

erlu 

ah ini 

ng, 

masikan 

uat 

Page 3: Blow Out and Well Control-Ind

Sebenar

oleh Ran

jalur kel

yang lain

Tertiary

Bila Prim

control, 

dengan 

Tertiary 

Melakuk

Flowing 

1.       Dy

2.       M

Memom

 

 

rnya BOP tida

ngkaian Choc

uar gas/teka

n. 

y Well Contro

mary dan Sec

hal ini meny

lumpur/cair

Well Contro

kan Pengebo

well (sumur

ynamic Kill, d

emompakan

mpakan seme

ak perberan 

cke Manifold

anan dari for

ol 

condary well 

yebabkan be

an dari form

ol. Macam M

oran “Relief W

r yang berma

dengan cara 

n Barit untuk

en untuk me

Solo dalam 

d. Chocke ma

rmasi. Lebih j

Control gag

rbagai maca

asi (Ingat La

acam dari te

Well”. Gunan

asalah) dan m

memompaka

 menyubat (

nyumbat (Pl

fungsinya se

anifold adala

jauh mengen

al maka sum

am masalah, 

pindo?) Bila 

ertiary Well C

nya adalah a

melakukan h

an Lumpur b

Plug) sumur

ug) sumur 

ebagai well c

ah rangkaian

nai Choke m

 

mur akan men

seperti keba

hal ini terjad

Control adala

gar Relief we

al‐hal sbb: 

berat kedalam

 

ontrol, BOP j

 pipa dan Va

anifold akan

ngalir keluar

akaran, terba

di maka saat

ah: 

ell dapat ber

m dasar sum

juga harus d

alve untuk m

n saya jelaska

r tanpa bisa d

anjirnya area

tnya menggu

rtemu denga

mur. 

ditemani 

mengatur 

an di sesi 

di 

al drilling 

unakan 

an 

Page 4: Blow Out and Well Control-Ind

Sekedar

saat ini s

karena r

awal kej

dilakuak

Tapi ide 

(dan kita

membah

perdeba

 

Work Ov

minyak. 

dan repa

mengem

suatu su

dengan 

hal pent

adalah p

apabila t

keadaan

beberap

 

1. Tekan

 

Tekanan

proses k

penamb

fluida pe

r Note dari Sa

sudah tidak a

retakan dan j

jadian Blow O

kan Tertiary W

dan tawaran

a semua) yak

has detail me

atan) Politik. 

ver and Well

Pekerjaan in

arasi sumur.

mbalikan pro

umur dapat d

cara peluban

ting yang har

pengetahuan

tekanan form

n sumur dise

pa cara. 

nan formasi 

n formasi ada

kompaksi sed

bahan lapisan

engisi pori‐p

aya mari kita

ada yang bis

jalur migrasi

Out (Sembur

Well Control

n untuk mela

kin ada hubu

engenai trag

l Service mer

ni bertujuan 

 Dengan me

duksi sumur

dilakukan de

ngan (Perfor

rus diperhati

n mengenai t

masi sumur t

but dengan 

alah tekanan

dimen, tekan

n dan tekana

ori. Oleh kar

 

a mengingat 

a dilakukan 

i lumpur sud

ran Liar) hing

l dengan cara

akukan Relie

ungan denga

gedi ini, kare

rupakan sala

untuk peraw

lakukan pera

r ke potensi s

ngan cara st

rasi) lapisan b

ikan agar keg

tekanan form

telah dapat d

Killing Well (

n yang berasa

nan pada lap

an di atasnya

rena itu, teka

kembali ke T

untuk melak

dah tidak bisa

gga beberap

a melakukan

ef well “ditol

n langkah Po

na kita akan 

ah satu kegia

watan sumur

awatan dan 

sebelumnya.

timulasi sum

baru. Didala

giatan dapat

masi sumur. 

dikendalikan

(mematikan 

al dari fluida

pisan di bawa

a. Tambahan

anan fluida p

Tragedi Lapin

kukan well co

a ditebak ata

a bulan sete

n pengebora

ak/direject” 

olitik orang‐o

masuk ke pe

atan dalam te

r, kerja ulang

reparasi sum

. Sedangkan 

ur dan mela

m melakuka

t berjalan ba

Pekerjaan W

. Kegiatan aw

sumur) yang

a pengisi por

ah akan terus

n tekanan ini 

pengisi pori d

ndo (di Porng

ontrol pada s

au dikalkuasi

lah itu seben

n Relief Well

oleh pihak2 

orang tertent

embahasan (

eknik operas

g pindah lapi

mur maka dih

untuk menin

kukan kerja 

n pekerjaan 

ik. Salah satu

Work Over ba

wal untuk m

g dapat dilak

i‐pori dari ba

s bertambah

akan ditaha

dapat terus b

g Sidoarjo). 

sumur Lapin

i lagi. TAPI m

narnya masi

l si Lokasi te

tertentu yan

tu, saya tida

(dan akan m

si pada suatu

san (KUPL), 

harapkan dap

ngkatkan pro

ulang pindah

ini, ada beb

u faktor terp

aru bisa dilak

mengamankan

kukan dengan

atuan formas

h seiring den

n oleh matri

bertambah. 

Pada 

do 

mulai dari 

h bisa 

rpisah. 

ng saya 

k akan 

ejadi 

u sumur 

stimulasi 

pat 

oduksi 

h lapisan 

erapa 

penting 

kukan 

si. Pada 

gan 

ks dan 

Page 5: Blow Out and Well Control-Ind

 

 

Berdasarkan hal di atas, tekanan formasi dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : 

1.1 Tekanan normal 

Tekanan formasi dapat disebut normal apabila gaya ke bawah dari tekanan overburden dapat 

diimbangi dengan tekanan ke atas dari matrik dan fluidanya (gradien tekan sama besarnya dengan 

gradien air asin) atau dengan kata lain tekanan dari fluida formasi pada lapisan tersebut sesuai 

dengan gradien tekanan yang diakibatkan oleh overburden (jumlah tekanan lapisan‐lapisan formasi) 

di atasnya. Hal ini dapat terjadi apabila formasi tidak tersekat oleh formasi lain yang memiliki 

permeabilitas berbeda yang lebih kecil. Tekanan formasi normal akan memiliki gradien tekanan 

berkisar antara 0,433 Psi/ft sampai dengan 0,465 Psi/ft. 

1.2 Tekanan abnormal 

Tekanan abnormal atau Overpressured biasanya terjadi karena gaya ke bawah dari tekanan 

overburdennya lebih besar daripada tekanan keatas dari matrik dan fluidanya (gradien tekan lebih 

besar daripada gradien air asin). Tekanan formasi abnormal akan memiliki gradien tekanan formasi 

yang lebih besar dari 0,465 Psi/ft. 

1.3 Tekanan subnormal 

Tekanan subnormal terjadi karena gaya ke bawah dari tekanan overburdennya lebih kecil daripada 

tekanan ke atas dari matrik dan fluidanya (gradien tekan lebih kecil daripada gradien air asin). 

Tekanan subnormal memiliki gradien tekanan formasi yang lebih kecil dari 0,433 Psi/ft. 

Pengetahuan mengenai tekanan formasi sangat penting diketahui, hal ini bertujuan agar pekerjaan 

dapat dilakukan dengan baik dan aman. Dari ketiga jenis tekanan di atas, Overpressured akan 

memberikan masalah yang lebih berat daripada tekanan subnormal. Overpressured dapat 

menyebabkan timbulnya kick yang apabila tidak dapat dikendalikan akan mengakibatkan terjadinya 

semburan liar. Semburan liar dapat dihindari dengan cara memperbesar tekanan hidrostatik fluida 

dalam sumur atau lubang bor. Tekanan hidrostatik (Hydrostatic Pressure) adalah suatu tekanan yang 

dihasilkan oleh suatu kolom fluida pada kondisi diam (statik). 

Secara matematis, besarnya tekanan hidrostatik fluida pengisi lubang bor dapat dihitung dengan 

menggunakan persamaan berikut : 

 

HP = TVD x MW x 0,052 

 

dimana : HP = Tekanan hidrostatik lumpur (Psi) 

TVD = Kedalaman vertikal yang sebenarnya (ft) 

MW = Berat lumpur (ppg) 

 

2. Sistem sirkulasi 

Sistem sirkulasi adalah sistem yang memungkinkan lumpur dapat bergerak menjalankan fungsinya. 

Adapun jalannya sistem sirkulasi tersebut adalah : 

1) Pompa lumpur (Mud Pump) memompakan lumpur pwmboran ke arah bawah (lubang) melalui 

Page 6: Blow Out and Well Control-Ind

pipa bor (Drill Pipe) dan kollar bor (Drill Collar). 

2) Lumpur disemprotkan melalui Noozle Jet dan serbuk bor (Cuttings) terangkat ke atas. 

3) Serbuk bor dibawa kepermukaan. 

Lumpur dan serbuk bor kembali ke permukaan melalui annulus, yakni ruangan antara lubang bor 

pipa pemboran. Dipermukaan keduanya meninggalkan lubang sumur melalui Mud Return Line dan 

jatuh ke Vibrating Screen yang disebut Shale Shaker. Shaker bertugas memisahkan serbuk bor dan 

Lumpur untuk menjaga berat jenis Lumpur (Mud Density). Pompa Lumpur pada hakekatnya 

merupakan jantung dari system sirkulasi ini. 

3. Lumpur pemboran 

Lumpur pemboran merupakan faktor penting dalam operasi pemboran. Kecepatan pemboran, 

efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran sangat tergantung dari jenis lumpur yang dipakai. 

Pada mulanya orang hanya menggunakan air saja untuk mengangkat serpih pemboran (Cutting). Lalu 

dengan berkembangnya pemboran, lumpur mulai digunakan. Untuk memperbaiki sifat‐sifat lumpur, 

zat‐zat kimia ditambahkan dan akhirnya digunakan pula udara dan gas untuk pemboran walaupun 

lumpur tetap bertahan. Dengan demikian fungsi dari lumpur pemboran tersebut juga semakin 

banyak. 

Adapun fungsi utama dari lumpur pemboran menurut adalah : 

1) Mengangkat serpih bor ke permukaan 

2) Mendinginkan dan melumasi Bit dan Drill String 

3) Memberi dinding pada lubang bor dengan Mud Cake 

4) Mengontrol tekanan formasi 

5) Menahan serpih bor dan material‐material pemberat pada suspensi bila sirkulasi lumpur 

dihentikan sementara. 

6) Melepaskan pasir dan serpih bor di permukaan 

7) Menahan sebagian berat Drill Pipe dan Casing (Bouyancy Effect) 

8) Mengurangi efek negative pada formasi 

9) Mendapatkan informasi (Mud Log, Sample Log) 

10) Media Logging 

 

Klasifikasi Lumpur pemboran berdasarkan fasa fluidanya adalah sebagai berikut : 

1) Fresh Water Muds 

Adalah Lumpur yang fasa cairnya adalah air tawar dengan (kalau ada) kadar garam yang kecil (kurang 

dari 10000 ppm = 1 % garam) 

2) Salt water mud 

Lumpur ini digunakan untuk memberi garam massive (Salt Dome) atau Salt Stringer (lapisan formasi 

garam) dan kadang‐kadang ada aliran air garam yang terbor. Fasa cairnya berupa air yang memiliki 

kadar garam cukup tinggi. 

3) Oil base dan oil base emulsion mud 

Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinunya. Komposisinya diatur agar kadar airnya 

rendah (3‐5 % volume). Kegunaan terbesar adalah pada completion dan work over. Kegunaan lain 

adalah untuk melepaskan drill pipe yang terjepit, mempermudah pemasangan casing dan liner. 

4) Gaseous drilling fluid 

Gas yang biasa digunakan adalah gas alam atau udara. Lumpur jenis ini biasa digunakan untuk 

keadaan sumur yang tekanan formasinya subnormal. 

Page 7: Blow Out and Well Control-Ind

 

4. Peralatan well control 

Well Control (pengendalian sumur) adalah suatu aktivitas pekerjaan pada suatu calon sumur 

(pemboran) atau pada suatu sumur produksi yang bertujuan untuk menjaga agar tidak terjadi aliran 

fluida dari formasi ke dalam lubang sumur (kick) selanjutnya ke permukaan sumur dan atau suatu 

aktivitas pekerjaan mengendalikan dan mematikan aliran fluida formasi (kick) yang tanpa disadari 

sudah terjadi ke dalam sumur atau calon sumur migas sehingga semburan liar (blow out) tidak 

terjadi. 

Pada prinsipnya pengendalian sumur ada dua, yaitu kontrol primer dan skunder. Fluida pemboran 

berfungsi sebagai pengendali primer dan BOP (blow out preventer) sebagai pengendali skunder. 

Kontrol primer bertujuan untuk mencegah masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor dengan 

cara menjaga tekanan hidrostatik kolom fluida atau sumur. Tekanan hidrostatik diatur agar selalu 

lebih besar daripada tekanan dari formasi. Pengaturan tekanan dapat dilakukan dengan cara 

mengatur berat lumpur. 

Kontrol skunder baru berfungsi apabila kontrol primer sudah tidak dapat lagi mengontrol tekanan 

formasi. Tujuan dari control skunder ini adalah untuk mencegah agar tidak terjadi semburan liar di 

permukaan karena adanya fluida yang masuk ke dalam sumur. Caranya adalah dengan menutup 

sumur dengan BOP dan mensirkulasikan Lumpur yang lebih berat ke dalam lubang bor. 

Berdasarkan tempat berfungsinya alat BOP terbagi atas dua tipe, yaitu tipe annular dan 

drillpipe.gabungan dari kedua tipe ini disebut BOP stack. Agar BOP stack dapat tersambung dengan 

choke line dan kill line, maka dipasanglah drilling spool. Spool harus memiliki diameter paling sedikit 

sama dengan diameter maksimum casing head bagian atas. Spool juga harus bisa menahan tekanan 

sebesar tekanan yang diterima oleh BOP stack. 

 

5. Metode killing well 

Mematikan sumur adalah memberikan tekanan lawan kedalam sumur agar tekanan dari dalam 

sumur tidak menyembur kepermukaan. Pemberian tekanan lawan adalah dengan memompakan 

cairan pemati (Killing Fluid) kedalam sumur, sehingga dengan berat kolom cairan pemati yang 

dipompakan akan menahan tekanan dalam sumur untuk menyembur kepermukaan. 

Menurut Meiliza, Pribadi dan Syarif (2004:14‐17) ada beberapa metode yang sering digunakan untuk 

proses mematikan sumur demi menjaga keamanan kerja : 

5.1 Dynamic killing 

Metode ini menggunakan tekanan hidrostatik dan tekanan gesek dari fluida yang dipompakan ke 

dalam sumur untuk mengatasi tekanan reservoir dan zona produktif. Metode ini digunakan untuk 

mematikan sumur relief. Kecepatan aliran pompa yang digunakan untuk melakukan metode ini 

adalah pompa dengan kecepatan lebih dari 100 barrel per menit. 

5.2 Minimum killing 

Metode ini digunakan pada sumur tertutup dan bertekanan. Tekanan pemompaan yang digunakan 

untuk mematikan sumur hanya sedikit diatas tekanan reservoir. Faktor‐faktor yang mempengaruhi 

perencanaan pemompaan antara lain adalah kapasitas pompa, jenis lumpur dan berat jenis lumpur 

Page 8: Blow Out and Well Control-Ind

yang akan dipakai. Metode ini sangat tepat dilakukan pada situasi dimana kondisi sumur, khususnya 

integritas wellhead tidak diketahui dengan pasti. 

5.3 Momentum killing 

Pada metode ini cairan dipompakan lansung dengan menggunakan bullheading system dari atas ke 

bawah dengan kapasitas dan tekanan pompa yang tinggi diatas 100 barrel per menit. Lumpur yang 

digunakan adalah lumpur berat yang beratnya tergantung dengan tekanan formasi. Sifat aliran dan 

teknik pemompaan harus diketahui dengan pasti, karena metode ini akan menghasilkan tekanan 

hidrostatik sangat tinggi yang dapat menimbulkan masalah lain. 

5.4 Volumetric killing/lubricating system 

Volumetric killing dilakukan bila di dalam suatu sumur tidak terdapat rangkaian pipa bor atau tubing 

sehingga sumur tidak dapat disirkulasi. Caranya adalah dengan memompakan lumpur kedalam 

sumur dengan tekanan tertentu dan kemudian diablas kembali. Sebelum gas diablas, biarkan sumur 

sampai beberapa saat sampai lumpur yang telah dipompakan telah turun kebawah lubang bor dan 

gas bermigrasi ke atas. 

 

5.5 Snubbing 

 

Snubbing adalah memasukkan rangkaian pipa bor kedalam sumur yang bertekanan sampai 

kedalaman tertentu, kemudian memompakan killing fluid kedalamnya lalu disirkulasi sampai sumur 

mati. Snubbing dapat dilakukan pada sumur bertekanan atau sumur yang sedang mengalir (diverted 

well). Pada sumur dengan formasi yang lemah, metode ini sangat tepat untuk dilakukan. 

5.6 Diverted killing 

Pada yang desain cassingnya tidak sempurna, menutup BOP dapat menyebabkan terjadinya crater 

dibawah sepatu casing dan gas akan menyembur tidak terkendali di sekitar lokasi. 

 

Apabila terjadi semburan liar dan lapisan gas dangkal serta selubung yang terpasang tidak dapat 

menahan terjadinya crater dibawah sepatu, maka tindakan awal yang dapat diambil adalah sebagai 

berikut : 

a. Alirkan sumur melalui diverter sampai tekanan formasi melemah 

b. Buka diverter line dan tutup diverter 

c. Pompakan lumpur atau air dengan kapasitas maksimum yang dapat dicapai. Apabila terdapat 

lumpur berat segera pompakan kedalam sumur untuk mengatasi aliran. 

d. Segera isi semua tanki aktif dengan air dan lanjutkan pemompaan air sampai lumpur berat telah 

siap untuk dipompakan. 

Apabila semburan liar belum dapat diatasi, siapkan suspended barite slurry, yaitu sejenis dengan 

barite plug namun masih bisa dipompakan dan mempunyai filtrat loss rendah. 

Cara menyiapkan bahan ini adalah sebagai berikut : 

a. Sedikan minimal 6000 bag barite dilokasi 

b. Isi tangki dengan 500 barrel air. Berdasarkan pilot test, masukkan bentonite, caustic soda dan 

Page 9: Blow Out and Well Control-Ind

lignite atau lignosulfanote sampai diperoleh adonan 18‐22 ppg. 

c. Yakinkan cementing unit dapat mengaduk dan memompa dengan kapasitas tinggi. Lakukan uji 

coba dengan mengaduk antara 250‐300 sak barite. 

d. Aduk dan pompakan suspended barite slurry dengan kapasitas maksimal 

e. Bila sumur telah mati, isi annulus dengan lumpur ringan untuk meyakinkan bahwa aliran telah 

mati. 

 

Tujuan mematikan sumur adalah : 

a. Menghentikan semburan liar (Blow Out) 

b. Menghentikan aliran karena sumur akan dirawat 

Hal‐hal yang perlu diperhatikan sebelum mematikan sumur adalah : 

a. Tekanan lapisan produktif 

b. Diameter pipa selubung dan kedalaman sumur 

c. Diameter pipa produksi dan panjangnya 

d. Kedalaman pelubangan 

e. Kedalaman penyekat 

f. Peralatan bawah tanah lainnya (katup sembur buatan, SSD dan lain sebagainya) 

g. Ukuran dan kekuatan kepala sumur 

Peralatan yang diperlukan pada waktu mematikan sumur adalah : 

a. Cairan pemati (Killing Fluid) 

b. Pompa tekan (Killing Pump) 

c. Pipa alir cairan pemati 

d. Choke Manifold 

e. Tanki 

f. Flare Stack 

g. Manometer 

 

Hal‐hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan pekerjaan mematikan sumur adalah : 

a. Periksa kondisi Killing Unit (Exhaust, Flame Arrester dan kondisi mesinnya) 

b. Setelah jalur terpasang lakukan pengujian sebesar 2x tekanan kepala sumur, ditutup dan ditahan 

selama 15 menit serta periksa apakah ada kebocoran. 

c. Hubungkan Choke Manifold dengan jalur tekan dan jalur ablas/Flare 

d. Tempatkan Tanki, Flare dan Killing Unit pada tempat yang aman dan tidak saling berdekatan 

 

Cara mematikan sumur yang akan dikerjakan : 

2. Sumur gas/sembur alam dengan penyekat 

Tahapan kerjanya adalah : 

a. Periksa tekanan sumur TPT/TPC 

b. Periksa jalur Kill Line dari silang sembur ke pompa dan dari Cassing Valve ke pompa, lakukan uji 

Line sampai dengan tekanan 2000 Psi, 10 menit harus baik. 

c. Periksa Flame Arresternya, harus aman dari percikan api. 

d. Pompakan cairan Kill ke Anulus sampai dengan penuh. 

e. Pompakan ke lubang sumur lewat Tubing, Kill Fluid (cairan pemati dengan Spesifik gravity 

Page 10: Blow Out and Well Control-Ind

tertentu) bila sumur bertekanan samapai dengan tekanan 0 Psi. 

f. Lakukan pengamatan tertutup dan terbuka selama lebih kurang 1 jam. 

g. Sumur mati. 

 

3. Sumur sembur alam/gas tanpa penyekat 

Tahapan kerjanya adalah : 

a. Buat tekanan lawan atau menggunakan Check Valve 

b. Lakukan pemompaan denga menggunakan Choke Manifold ke Flare hingga ada sirkulasi atau 

lubang sampai penuh. 

c. Lakukan pengamatan tertutup dan terbuka lebih kurang selama 1 jam atau sampai mati. 

 

4. Sumur sembur buatan (Gas Lift) 

Tahapan kerjanya adalah : 

a. Mematikan sumur sembur buatan (Gas Lift) dengan penyekat atau tidak pakai penyekat adalah 

sama dan relatif lebih mudah. 

b. Dengan membuang atau ablas gas injeksi ke Flare sampai dengan 0 Psi dan mengisi volume Tubing 

dan anulus sampai penuh. 

c. Lakukan pengamatan 

 

5. Sumur Pompa 

Mematikan sumur pompa relatif hanya dengan menggunakan air formasi dari Stasiun Pengumpul, 

mengisi lubang sumur lewat anulus valve. Tahapan kerjanya adalah : 

a. Stop operasi Pumping Unit 

b. Ablas tekan dari anulus kalau ada 

c. Tutup keranan Flow Line dan buka Check Valve agar air formasi dari Stasiun Pengumpul dapat 

dimasukkan ke dalam sumur. 

d. Kalau sumur sudah mati lakukan pengamatan selama lebih kurang 30 menit