BLOK 19 UP 3

8
TUGAS INDIVIDU BLOK 19 UNIT PEMBELAJARAN 3 ANJINGKU BATUK DAN SESAK NAFAS ANABELLA PURNAMA FIRDAUSYIA 10/296818/KH/6476 KELOMPOK 8 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

description

LO

Transcript of BLOK 19 UP 3

Page 1: BLOK  19 UP 3

TUGAS INDIVIDU

BLOK 19

UNIT PEMBELAJARAN 3

ANJINGKU BATUK DAN SESAK NAFAS

ANABELLA PURNAMA FIRDAUSYIA

10/296818/KH/6476

KELOMPOK 8

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: BLOK  19 UP 3

ANJINGKU BATUK DAN SESAK NAFAS

I. LEARNING OBJECTIVE

1) Jelaskan mengenai penyakit-penyakit yang menyerang saluran pernafasan

anjing meliputi:

a. Etiologi

b. Pathogenesis

c. Gejala klinis

d. Diagnosa-prognosa

e. Terapi

II. PEMBAHASAN

1) PENYAKIT PERNAFASAN

A. BAKTERI

1. Bordetellosis

a. Etiologi

Pada anjing, disebabkan oleh Bordetella bronchiseptica. Bakteri

ini merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang, dan

menginfeksi saluran pernafasan bagian atas. Transmisi dapat lewat

jalur udara, secara mekanik lewat baju, sepatu, pakan

terkontaminasi serta muntahan.

b. Pathogenesis

Page 3: BLOK  19 UP 3

c. Gejala klinis

Batuk, sesak nafas, keluar leleran serous dari mata dan hidung.

d. Diagnosa

Dari spesimen eksudat atau swab hidung, ditanam di agar darah

dan agar Mac Conkey, diinkubasi 37oC selama 24-48 jam,

kemudian amati bentuk koloni yang tumbuh (koloni kecil,

pinggiran halus, convex, hemolisis pada agar darah dan koloni

pucat karena non fermentasi laktosa pada MCA). Prognosis dari

penyakit ini ialah fausta.

e. Terapi

Diberi Amoxycilin 10-22 mg/kg secara PO atau SC. atau

Tetracycline 20 mg/kg PO q8h; 7 mg/kg IV or IM q12h (Plumb,

1999).

B. VIRUS

1. Canine Distemper Virus

a. Etiologi

Virus ini lebih suka menyerang dan mengakibatkan kematian pada

hewan muda dibandingkan hewan dewasa. Virus ini merupakan

airborne disease yang menyerang organ respirasi, urogenital,

gastrointestinal, nervus opticus, dan sistem saraf pusat.

b. Pathogenesis

Rute infeksi yang paling umum adalah melalui saluran pernafasan

bagian atas karena menghirup udara yang sudah terkontaminasi

virus distemper. Infeksi juga dapat terjadi dari menelan materi

yang sudah terinfeksi virus. Jika jalan masuk virus melalui saluran

pernafasan bagian atas, virus akan masuk dan menginfeksi kelenjar

pertahanan sistem pernafasan dan disana akan terjadi replikasi

virus. Virus kemudian memasuki aliran darah dan

ditransportasikan ke sel-sel epitel di seluruh tubuh, termasuk epitel

pernapasan dan pencernaan. Dalam 3-6 hari setelah hewan

Page 4: BLOK  19 UP 3

terinfeksi virus distemper suhu badan akan meninggi dan virus

mulai masuk ke dalam peredaran darah. Dalam minggu kedua dan

ketiga setelah infeksi, anjing mulai membentuk zat kebal untuk

merespon infeksi dan jika mampu mengatasi virus distemper anjing

tersebut akan sembuh tanpa menunjukkan gejala klinis.

c. Gejala klinis

Ada empat tipe penyakit distemper pada anjing, yaitu tipe

pernafasan, pencernaan, kulit, saraf maupun kombinasi dari

beberapa tipe tersebut. Gejala umum pada kejadian penyakit ini

adalah demam yang bersifat transien, biasanya terjadi pada 3-6 hari

setelah infeksi. Kenaikan suhu terjdi pada hari 1-3, diikuti

penurunan selama beberapa hari kemudian naik lagi selama 1

minggu atau lebih. Saat awal kejadian segera akan diikuti dengan

leukopenia dan limfopenia. Selanjutnya terjadi netrofilia selama

beberapa minggu. Pada tipe pernafasan, adanya demam biasanya

disertai gangguan pada saluran pernafasan berupa keluarnya leleran

hidung yang bersifat encer maupun kental, leleran mata, dan batuk.

d. Diagnosa

Dilihat dari gejala klinis, anamnesa riwayat vaksinasi, dan hasil

pemeriksaan darah yang menunjukkan neutrofilia

e. Terapi

Tindakan yang dapat dilakukan ialah untuk mencegah infeksi

sekunder, mengendalikan muntah, diare dan gejala syaraf yang

muncul, menangani kondis dehidrasi dengan memberikan cairan

infus. Anjing yang terinfeksi distemper harus dijaga supaya tetap

hangat, mendapatkan nutrisi yang cukup serta dipisahkan dari

anjing-anjing lainnya.

(Quinn, 2002)

2. Canine Adenovirus-2

a. Etiologi

Merupakan virus yang tidak beramplop, double strand DNA.

Penularannya melalui aerosol.

Page 5: BLOK  19 UP 3

b. Gejala klinis

Bronchitis, bronchiolitis

c. Diagnosa

Dilihat dari gejala klinis, dari isolasi virus, uji hemaglutinasi-

inhibisi, PCR

C. FUNGAL

1. Histoplasmosis

Disebabkan oleh Histoplasma capsulatum. Sel yeast melakukan

budding di makrofag. Gejala klinis yang ditimbulkan antara lain diare

persisten dan kadang berdarah dengan diikuti batuk kronis. Terkadang

hewan juga menunjukkan gejala demam, lemah, adanya nodul di kulit,

lesi pada mata dan dyspnoe.

D. PARASIT

1. Diroffilaria immitis

cacing ini dapat menyebar dari hewan terpapar ke hewan lainnya

melalui gigitan nyamuk. Cacing jantung adalah cacing yang termasuk

jenis cacing filaria karena cacing ini terlihat seperti benang kecil. Host

definitif adalah anjing. Tetapi cacing ini juga dapat menginfeksi

kucing, serigala, coyote, rubah dan hewan lainnya, seperti musang,

singa laut dan bahkan ada ditemukan mampu menginfeksi manusia.

Cacing ini memiliki sistem perkembangbiakan secara vivipar,

menghasilkan stadium larva pertama yang motil, disebut microfilaria.

Infeksi alami pada anjing/kucing sehat terjadi diawalai oleh gigitan

nyamukseperti Anopheles atau Culex yang membawa larva

microfilaria infektif stadium 3 (L3). Larva tersebut kemudian

berkembang di dalam jaringan subkutan dan fasia intramuskuler

penderita selama kurang lebih 2 bulan kemudian menjadi bentuk

“immature” dan mulai migrasi ke ventrikel kanan jantung dan arteri

pulmonalis. Pematangan atau maturitas cacing terjadi setelah 6-8 bulan

Page 6: BLOK  19 UP 3

pascainfeksi. Cacing betina menjadi cacing dewasa dan menghasilkan

microfilaria yang dapat ditemukan dalam darah

III. DAFTAR PUSTAKA

Gough, Alex. 2007. Differential Diagnosa in Small Animal Medicine. Blackwell

Plumb. Donald. 1999. Veterinary Drug Handbook. Iowa: Iowa State University

Press.

Quinn, P.J. 2002. Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Blackwell

Schalmm. 2010. Schalmm’s Veterinary Hematology. Blackwell.