blok 19 up 2
-
Upload
anabella-purnama-firdausyia -
Category
Documents
-
view
112 -
download
4
description
Transcript of blok 19 up 2
TUGAS INDIVIDU
BLOK 19
UNIT PEMBELAJARAN 2
ANJING DIARE BERDARAH
ANABELLA PURNAMA FIRDAUSYIA
10/296818/KH/6476
KELOMPOK 8
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
ANJING DIARE BERDARAH
I. LEARNING OBJECTIVE
1) Jelaskan mengenai CPV (Canine Parvo Virus) meliputi:
a. Etiologi
b. Pathogenesis
c. Gejala klinis
d. Diagnosa
e. Diferensial diagnosa
f. Terapi
g. Pencegahan
II. PEMBAHASAN
1) CANINE PARVO VIRUS
a. ETIOLOGI
Virus ini termasuk dalam family Parvoviridae. Diameter virus CPV
berkisar 20 nm, termasuk virus single stranded DNA, dan virionnya
berbentuk partikel ikosahedral serta tidak beramplop, dan
perkembangbiakan virus ini sangat tergantung pada sel inang yang sedang
aktif membelah. CPV terdiri Dari 3 protein virus yaitu VP1, VP2,Dan VP3
dengan berat molekul 82.500 sampai 63.500. CPV sangat stabil pada pH 3
hingga 9 dan pada suhu 60°C selama 60 menit. Karena virus ini tidak
beramplop maka virus ini sangat tahan terhadap pelarut lemak, tetapi virus
CPV menjadi inaktif dalam formalin 1%, beta-propiolakton,
hidroksilamin, larutan hipoklorit 3%, dan sinar ultra violet.
b. PATHOGENESIS
Penularan penyakit Canine Parvovirus (CPV) melalui dua jalur utama
yaitu mulut - anus dan plasenta. Penularan secara oral terjadi karena
kontak dengan bahan tercemar seperti kandang, pakaian, tinja, dan tanah.
Canine Parvovirus masuk ke dalam sel hospes berikatan dengan sialic acid
pada re septor sel hospes, kemudian melakukan penetrasi ke dalam sel
hospes dibantu oleh enzim Phospolipase A2 yang berada pada protein
capsid VP1. Setelah virus masuk ke dalam sitoplasma sel hospes
kemudian virus melakukan translokasi ke nukleus sel hospes. Mature
virion dilepas dari dengan cara lisis sel hospes (Carter and Wise, 2006)
Virus yang berada di saluran pencernaan mengalami replikasi di
beberapa organ limfoid primer seperti thymus dan lempeng payer
selanjutnya menyebar ke berbagai organ tubuh melalui peredaran
darah, misalnya tonsil dan usus halus dengan derajat keparahan yang
hebat pada organ-organ limfoid. Viremia dapat dideteksi pada hari
ke-1 dan ke-2 pasca infeksi diikuti oleh viremia hari ke-3 sampai ke-5
pascainfe ksi. Ekskresi virus umumnya dimulai pada hari ke-3
pascainfeksi disertai dengan kemunculan antibodi pada hari ke-4 dan
mencapai konsentrasi maksimum pada hari ke-7 pascainfeksi.
Peningkatan antibodi serum memiliki dampak yang sangat besa r
terhadap pengurangan ekskresi virus dan pemulihan kesehatan individu
(Subronto, 2006).
c. GEJALA KLINIS
Gejala-gejala yang dapat timbul pada anjing yang terserang parvo virus
sangatlah beragam. Kebanyakan anjing dewasa yang terserang parvo virus
hanya menunjukan sedikit gejala-gejala. Pada umumnya gejala-gejala
yang jelas terlihat pada anjing-anjing yang berumur dibawah 6 bulan,
dengan kasus-kasus yang paling parah terjadi pada anak anjing yang baru
berumur sekitar 12 minggu. Response terhadap serangan virus CPV-2,
baik infeksi maupun vaksinasi juga berbeda antara satu trah dengan trah
yang lainnya. Trah yang paling banyak terkena kasus ini adalah
Rottweiler, Doberman & Labrador Retriever.
Bentuk yang paling umum dari penyakit yang disebabkan oleh parvo virus
(Enteritis) ditandai dengan muntah-muntah (kadang akut), diare, dehidrasi,
kotoran yang kehitaman/berdarah dan dalam kasus-kasus yang parah,
demam dan terjadi penurunan jumlah sel darah putih dalam darah. Acute
CPV-2 enteritis dapat terjadi pada anjing trah, jenis kelamin, dan umur
berapa saja. Penyebaran virus ini sangat cepat dan kematian dapat terjadi
bahkan pada hari ke dua setelah anjing kita diserang oleh parvo virus
terutama pada anak anjing. Adanya bakteri & parasit atau virus-virus yang
lain pada anjing yang sedang diserah oleh parvo virus akan memperparah
kerusakan yang disebabkan oleh parvo virus dan juga proses recovery
yang lambat (Siegmund, 1973)
d. DIAGNOSA
Canine Parvovirus (CPV) didiagnosa berdasarkan gejala klinis, patologis,
identifikasi virus, dan penentuan antibody spesifik. Secara la
boratorium, identifikasi virus dilaksanakan melalui pemanfaatan
berbagai metode yang ada seperti histopatologi, isolasi virus pada
biakan sel, uji hemaglutinasi-inhibisi, pewarna imun,
elektronmikroskopi, uji ELISA dan biakan molekuler. Sedangkan
metode serologi yang digunakan untuk mendiagnosa CPV meliputi uji
hambatan hemaglutinasi, hemolisis radial, netralisasi, flouresensi, radio
imun, fiksasi komplemen dan presipitasi imun serta ELISA. Hasil
pemeriksaan darah yang menunjukkan leukosit dibawah 7x109 dan
terjadinya neutropenia juga mengindikasikan hewan tersebut terkena
parvovirus.
e. DIFFERENSIAL DIAGNOSA
Distemper
Distemper merupakan penyakit virus yang sangat menular dan bersifat
sistemik. Distemper mempunyai tingkat kematian yang sangat tinggi
terutama pada anak anjing. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus
Distemper (Canine Distemper Virus = CVD).
Anak anjing berumur 3-6 bulan lebih rentan terkena infeksi dan
mengalami gangguan yang lebih serius seperti peradangan pada paru-paru
(pneumonia), dan peradangan akut pada otak (encephalitis) jika
dibandingkan dengan anjing dewasa.
Penularan dari virus ini dapat melalui udara, kontak langsung, dan
dimungkinkan juga melalui kontak dengan benda-benda yang sudah
terkontaminasi. Anak anjing dan anjing dewasa dapat terinfeksi virus
distemper melalui paparan udara yang mengandung virus distemper dari
hewan lain yang terinfeksi.
Penyakit distemper gejala yang muncul sering menyerupai gejala pada
penyakit lain seperti radang tenggorokan atau radang usus.
Ada empat tipe penyakit distemper pada anjing, yaitu tipe pernafasan,
pencernaan, kulit, saraf maupun kombinasi dari beberapa tipe tersebut.
Gejala umum pada kejadian penyakit ini adalah demam yang bersifat
transien, biasanya terjadi pada 3-6 hari setelah infeksi. Kenaikan suhu
terjdi pada hari 1-3, diikuti penurunan selama beberapa hari kemudian
naik lagi selama 1 minggu atau lebih. Saat awal kejadian segera akan
diikuti dengan leukopenia dan limfopenia. Selanjutnya terjadi netrofilia
selama beberapa minggu. Pada tipe pernafasan, adanya demam biasanya
disertai gangguan pada saluran pernafasan berupa keluarnya leleran
hidung yang bersifat encer maupun kental, leleran mata, dan batuk.
Distemper yang memiliki tipe kulit ialah terjadi hiperkeratosis (penebalan
kulit) dari telapak kaki ("Hardpad Disease") dan epitelium dari cuping
hidung. Anjing yang terserang menunjukkan bau yang khas. Distemper
yang memiliki tipe pencernaan memiliki gejala diantaranya muntah, diare
dan hilangnya nafsu makan (anoreksia). Gejala syaraf sering terlihat
bersamaan dengan terjadinya hiperkeratosis (penebalan kulit). Gangguan
sistem saraf pusat yang muncul antara lain: kejang tak terkendali yang
bersifat lokal dari otot atau grup otot seperti di bagian kaki atau otot
wajah. Gejala syaraf lain yang terjadi ialah kekakuan leher, kelumpuhan
serta kejang yang dicirikan dengan adanya salivasi (pengeluaran liur tak
terkendali) dan gerakan mengunyah oleh rahang ("chewing-gum fits").
Histoplasmosis
Disebabkan oleh kapang Histoplasma capsulatum. Sel yeast melakukan
budding di makrofag. Gejala klinis yang ditimbulkan antara lain diare
persisten dan kadang berdarah dengan diikuti batuk kronis. Terkadang
hewan juga menunjukkan gejala demam, lemah, adanya nodul di kulit, lesi
pada mata dan dyspnoe.
f. TERAPI
Terapi dapat dilakukan dengan memberikan Infus Ringer Dextrose iv,
vitamin ADE Im, Hematopan® 1 ml/5 kg bb im, Metoclopramide 0.2
mg/kg bb iv. Ringer dextrose diberikan pada penderita yang mengalami
kekurangan elektrolit dan menderita muntah. Hematopan® mengandung
natrium kakodilat, besi (III) amonium sitrat, metionin, histidin,
triptopan,dan vitamin B12. Hematopan® baik untuk penderita yang
mengalami semua gangguan kekurangan darah .
Metoclopramide merupakan parasimpatomimetik yang berfungsi
meningkatkan motilitas saluran gastrointestinal bagian atas tanpa
mempengaruhi sekresi asam lambung. Sehingga metoclopramide
berfungsi untuk mengurangi muntah pada kasus gastritis. Metoclopramide
dapat diberikan 3-4 kali sehari baik secara po ataupun iv (Bishop 1996).
Pemberian vitamin A, D dan E bertujuan untuk meningkatkan proses
persembuhan, meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfor dari saluran
pencernaan serta pemeliharaan kadar kalsium dan fosfor dalam darah,
serta sebagai antioksidan.
g. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap parvovirus pada anjing dilakukan dengan cara
vaksinasi pada umur 6, 9, dan 12 minggu, kemudian dilakukan
pengulangan setiap tahunnya. Vaksin modified live (titer tinggi)
direkomendasikan agar mengurangi interferensi maternal antibody
(Soebronto, 2006).
III. DAFTAR PUSTAKA
Macintire , Douglass K. (2006). " Treatment of Parvoviral Enteritis ".
Proceedings of the Western Veterinary Conference. Retrieve d 2007-06-09.
Nelson, Richard W.;Couto, C. Guillermo (1998). Small Animal Internal
Medicine (2nd ed.) . Mosby. ISBN 0-8151-6351-7.
Siegmund. 1973. The Merck Veterinary Manual A Handbook Of Diagnosis and
Therapy for The Veterinarian 4th Ed. USA: Merck & CO, INC
Subronto.2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mik roba pada Anjing dan
Kucing .UGM Press.Yogyakarta
Quinn, P.J. 2002. Veterinary Micobiology and Microbial Disease. Blackwell.