blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati...

56
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah bertahun-tahun sejak revolusi industri pertengahan abad ke-18, baru pada pertengahan abad ke- 20 dunia mengalami kejutan yang merangsang kepedulian akan gawatnya masalah lingkungan yang kita hadapi. Akhirnya atas usul Pemerintah Swedia diselenggarakanlah Konferensi Internasional PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia ( United Nations Conference on the Human Environment ) di Stockholm, Swedia tahun 1972, adalah konferensi yang sangat bersejarah, karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup.Konferensi ini juga merupakan penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup secara global. Konferensi diselenggarakan dengan harapan untuk melindungi dan mengembangkan kepentingan dan aspirasi negara berkembang. Pertemuan yang digagas PBB ini menghasilkan Deklarasi Stockholm berupa Rencana Kerja, khususnya tentang perencanaan dan pengelolaan permukiman manusia serta rekomendasi kelembagaan United Nations Environmental Programme (UNEP), yang markas besarnya ditetapkan di Nairobi, Kenya. Dalam konferensi

Transcript of blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati...

Page 1: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setelah bertahun-tahun sejak revolusi industri pertengahan abad ke-18,

baru pada pertengahan abad ke-20 dunia mengalami kejutan yang merangsang

kepedulian akan gawatnya masalah lingkungan yang kita hadapi. Akhirnya atas

usul Pemerintah Swedia diselenggarakanlah Konferensi Internasional PBB

tentang Lingkungan Hidup Manusia ( United Nations Conference on the Human

Environment ) di Stockholm, Swedia tahun 1972, adalah konferensi yang sangat

bersejarah, karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan

hidup.Konferensi ini juga merupakan penentu langkah awal upaya penyelamatan

lingkungan hidup secara global.

Konferensi diselenggarakan dengan harapan untuk melindungi dan

mengembangkan kepentingan dan aspirasi negara berkembang. Pertemuan yang

digagas PBB ini menghasilkan Deklarasi Stockholm berupa Rencana Kerja,

khususnya tentang perencanaan dan pengelolaan permukiman manusia serta

rekomendasi kelembagaan United Nations Environmental Programme (UNEP),

yang markas besarnya ditetapkan di Nairobi, Kenya. Dalam konferensi ini

Indonesia menyampaikan laporan / pandangan tentang lingkungan hidup dan

pembangunan. Laporan ini merupakan hasil Seminar Nasional Lingkungan dan

Pembangunan di Universitas Padjadjaran, Mei 1972 yang diselenggarakan atas

prakarsa Prof. Soemarwoto ( Soerjani,1997 ).

Konferensi tingkat tinggi Lingkungan Hidup pertama di dunia yang di

ikuti oleh wakil dari 114 negara, dan menghasilkan deklarasi lingkungan hidup :

Rencana Aksi Lingkungan Hidup Manusia (actionplan) dan Rekomendasi tentang

kelembagaan dan keuangan yang mendukung rencana aksi tersebut. Dalam

konferensi Stockholm inilah menyepakati pentingnya pemeliharaan lingkungan

Page 2: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

hidup melalui kesadaran dengan motto “Hanya Ada Satu Bumi” (The Only One

Earth ) untuk semua manusia, yang terdiri dari 109 rekomendasi dan deklarai

mengenai 26 prinsip-prinsip lingkungan. Diperkenalkannya motto itu sekaligus

menjadi mottokonferensi.Selain itu konferensi Stockholm, menetapkan tanggal 5

Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup seduniaWorld Environmental

Day.(http://pin_impala.brawijaya.ac.id//earth summit.htm )

Setelah Konferensi Stockholm, problematika lingkungan hidup tidaklah

surut, bahkan semakin parah, ternyata banyak negara yang masih belum

menjalankan kesepakatan, walaupun ikut menandatangani.Masalah lingkungan

hidup terjadi karena perilaku manusia selama ini telah mengubah keteraturan

alam.Alam tidak lagi sepenuhnya dapat berkompromi dengan kebutuhan manusia

dalam melangsungkan kehidupannya, maka kenestapaan manusia dengan mudah

dapat ditemui di banyak sudut muka bumi. Pengkajian yang dilaksanakan 10

tahun kemudian pada tahun 1982 di Nairobi, Kenya, justru menunjukkan bahwa

kerusakan lingkungan hidup semakin meningkat. Isu yang mengemuka dalam

dekade ini mencakup hujan asam, penipisan lapisan ozon, pemanasan global

(perubahan iklim), perusakan hutan, pengguguran, pelestarian keanekaragaman

hayati, perdagangan internasional bahan-bahan berbahaya dan beracun serta

limbah, serta permasalahan mengenai perlindungan lingkungan pada saat konflik

bersenjata ( Sdede, Androniko, 1993 dalam Koesdiyo, Purwanto, 2007).

Menginat kompleksitas permasalahan yang dihadapi maka beberapa

perjanjian internasional pada periode ini lebih mengarah kepada tercapainya

consensus global, yang mencakup “Viena Convention for the Protection of the

Ozone Layer, Viena 1985“ dan “Montreal Protocol on Substances that Deplete

the Ozone Layer, Montreal 1987“, yang bertujuan mereduksi dan mensubsitusi

bahan-bahan perusak ozon dengan bahan lain serta ketentuan yang mengikat

khususnya mengenai produksi dan penggunaan lima macam bahan kimia, CFC

(Chloro Fluoro Carbon). “The United Nations Convention on the Law og the Sea

(UNCLOS) tahun 1982”,menetapkan pengaturan yang luas mengenai kelautan

termasuk ketentuan-ketentuan mengenai perlindungan lingkungan laut. Selain itu

Page 3: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

disepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements

of Hozardous Wastes and Disposal, Basel 1989, “The United Nations Framework

Convention on Climate Change (UNICEF) 1992”, dan “ Konvensi

Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity /CBD) 1992”,

tentang pelesterian keanekaragaman hayati.

Menyadari semakin kompleksnya masalah lingkungan, perkembangan

penting lain pada periode ini adalah pembentukan lembaga independen oleh

Majelis Umum PBB pada tahun 1983 membentukWorld Commission on

Environment and Development (WCED), Komisi Dunia untuk Lingkungan dan

Pembangunan, yang diketuai oleh Ny. Gro Brundtland, Perdana Menteri

Norwegia. Komisi ini menyelesaikan tugasnya pada 1987 dengan menerbitkan

laporan “Our Common Future” yang dikenal dengan Laporan Brundtland.Tema

laporan ini adalah Sustainable Development(pembengunan berkelanjutan).Komisi

ini mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai suatu upaya yang

mendorong tercapainya kebutuhan generasi kini tanpa mengorbankan kemampuan

generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.Konsep ini menekankan

pentingnya pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan standar lingkungan yang

tinggi. Inilah underlying concept pembangunan berkelanjutan yang hingga saat

ini terus berkembang mengikuti dinamika perubahan.

Dua puluh tahun setelah Konferensi Lingkungan Hidup di Stockholm, atau

lima tahun setelah terbitnya Laporan Brundtland, PBB menyelenggarakan United

Nations Conference on Environment and Development (UNCED) atau Konferensi

Khusus tentang Masalah lingkungan dan Pembangunan atau yang lebih dikenal

dengan KTT Bumi (Earth Summit) pada tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil.

Jargon “Think globally,act locally“, yang menjadi tema KTT Bumi menjadi

popular untuk mengekspresikan kehendak berlaku ramah terhadap

lingkungan.KTT Bumi menekankan pentingnya semangat kebersamaan

(multilaterisme) untuk mengatasi berbagai masalah yang ditimbulkan oleh

benturan antara upaya-upaya melasanakaqn pembangunan (oleh developmentalist)

dan upaya-upaya melestarikan lingkungan (oleh environmentalist).

Page 4: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

Dari uraian di atas, maka dalam makalah ini mencoba untuk mengkaji dari

Konferensi Stockholm menuju ke pelaksanaan KTT Bumi Rio de Jeneiro , yang

berhubungan dengan isu-isu lingkungan global dan hasil-hasil KTT Bumi, serta

pelaksanaannya di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut maka dapat ditarik

sebuah rumusan masalah sebagai berikut

1. Bagaimana gambaran sejarah permasalahan lingkungan hidup global dan

lingkungan setelah konferensi Stockholm?

2. Bagaimana pelaksanaan Konferensi Rio de Janeiro beserta hasilnya?

3. Apa hasil dari Konferensi Konferensi Rio de Janeiro dalam

pelaksanaannya di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1. Menjelaskan gambaran sejarah masalah lingkungan hidup global, serta

permasalahan lingkungan setelah Konferensi Stockholm;

2. Menggambarkan pelaksanaan Konferensi Rio de Janeiro beserta hasilnya;

3. Mengkaji hasil-hasil Konferensi Rio de Janeiro dalam pelaksanaannya di

Indonesia.

Page 5: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

Pandangan terhadap sisi pembangunan berkelanjutan (sustainable

development) muncul pada saat isu tentang lingkungan hidup menjadi sangat

populer. Munculnya isu tersebut dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa

pembangunan yang dilaksanakan secara terus menerus tidak akan menguntungkan

bagi siapa saja apabila sistem biologis alam yang mendukung pertumbuhan

ekonomi tidak dicermati dengan baik.

Brown (1981), menunjukkan penilaian terhadap pembangunan

berkelanjutan dari beberapa sudut pandang seperti tertinggalnya transisi energi,

memburuknya sistem biologis utama (perikanan laut, padang rumput, hutan, lahan

pertanian) ancaman perubahan iklim (polusi, dampak rumah kaca), dan kurangnya

bahan pangan (lihat Kuncoro, 1997:13). Para pendukung konsep pembangunan

berkelanjutan menyatakan pentingnya strategi ecodevelopment yang intinya

menyatakan bahwa masyarakat dan ekosistem di suatu daerah harus berkembang

secara bersama– sama untuk mencapai produktivitas dan pemenuhan kebutuhan

yang lebih tinggi namun tetap pada strategi pembangunan yang berkelanjutan,

baik dari sisi ekologi maupun sosial.

Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya alam yang dimiliki berupa

tanah, air, mineral, flora maupun fauna harus dimanfaatkan dan dikelola secara

berhati–hati dan dengan perhitungan, sehingga dapat memberi manfat bagi

kesejahteraan masyarakat.Penyelamatan lingkungan sebagai implementasi dari

pembangunan berkelanjutan berfungsi sebagai penyanggah perikehidupan

manusia, sehingga pengelolaan dan pengembangan sumber daya diarahkan untuk

mempertahankan keberadaan dan keseimbangannya melalui berbagai usaha

perlindungan dan rehabilitasi secara terus menerus.

Page 6: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

Martono (1995:2), menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah

pembangunan yang didasari oleh pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan

dan mempunyai ciri–ciri :

1. proses pembangunan berlangsung secara berkelanjutan dan didukung oleh

sumber dengan kualitas lingkungan dan manusia yang semakin

berkembang;

2. sumber daya alam terutama udara, air, dan tanah memiliki ambang batas,

sehingga pemanfaatan secara berlebihan dapat mengurangi kualitas dan

kuantitas sumber daya alam sehingga mengurangi kemampuannya dalam

menopang pembangunan berkelanjutan dan menimbulkan gangguan pada

keserasian hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya;

3. kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup, semakin

baik mutu lingkungan semakin positif pengaruhnya pada kualitas hidup,

turunnya tingkat kematian, dan lain–lain;

4. pola pembangunan sumber alam tidak menutup kemungkinan memilih

peluang lain pada masa depan dalam menggunakan sumber alam;

5. pembangunan ini memungkinkan generasi sekarang meningkatkan

kesejahteraannya tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa

depan meningkatkan kesejahteraannya.

Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan implikasi adanya batas

yang bukan batas absolut akan tetapi batas yang ditentukan oleh tingkat

masyarakat dan organisasi sosial mengenai sumber daya alam serta kemampuan

biosfir menyerap berbagai pengaruh dari berbagai aktivitas manusia. Teknologi

dan sumber daya manusia dapat ditingkatkan kemampuannya guna memberi jalan

bagi era baru pertumbuhan ekonomi.

Dengan demikian pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang

menggunakan prosedur yang memperhatikan kelestarian, kemampuan, dan fungsi

komponen lingkungan alam dalam ekosistem untuk mendukung pembangunan

saat ini dan masa yang akan datang.

Page 7: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

2.2 Sejarah Sustainable Development

Di Eropa, ide pembangunan berkelanjutan pertama kali dikembangkan di

bidang kehutanan. Pada awal abad ke-13, beberapa aturan tentang kesinambungn

penggunaan kayu (Hukum kehutanan Nuremberg dari 1294). Masalah

penebangan bersih (clear cut) tanpa memperhatikan penghutanan kembali

didiskusikan oleh Carlowitz, seorang bangsawan dari Saxony dalam papernya:

“Sylvicultura Oeconomica-instruksi untuk penanaman alamiah dari pohon liar”

(1713). Calrowitz meminta untuk mempelajari “world’s book of nature”.

Berdasarkan ide-ide ini Georg Ludwig Hartig mempublikasikan sebuah

paper pada tahun 1795 yang berjudul, “Instructions for the taxation and

characterization of forests”, untuk menggunakan kayu seefektif mungkin, tetapi

juga mempertimbangkan kebutuhan generasi yang akan datang. Ide mengenai

pembangunan berkelanjutan telah lahir.Akan tetapi, tujuan ini sebenarnya lebih

cenderung kepada ekonomi dan sosial alamiah.Prinsip-prinsip awal mengenai

pembangunan berkelanjutan hanya dibatasi pada bidang kehutanan dan belum

pada bidang lainnya.

Pesimisme reflektif Carson tampaknya sangat menggugah kepedulian

umat manusia terhadap keselamatan bumi dari malapetaka dan kehancuran,

karena bertambah parahnya kerusakan lingkungan oleh ulah manusia yang tidak

terkendali. Tidak terkecuali, bahkan menjadi harapan seluruh umat manusia,

bahwa karya Carson turut mengilhami munculnya kesadaran akan kelestarian

lingkungan hidup di kalangan PBB. Maka, pada 5 Juni 1972, para pemimpin

dunia menghadiri Konferensi PBB mengenai lingkungan hidup di Stockholm,

Swedia dan ikut menandatangani kesepakatan untuk memperhatikan segi-segi

lingkungan dalam pembangunan.Selain itu, salah satu penyebab

diselenggarakannya Konferensi Lingkungan Hidup di Stockholm adalah tekanan

negara maju yang khawatir pada masalah lingkungan hidup, khususnya

pencemaran.

Page 8: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

Selain hal itu, Only one Earth (ada satu bumi) untuk semua manusia,

diperkenalkan. Motto itu sekaligus menjadi motto konferensi.Selain itu,

konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5 Juni sebagai hari lingkungan hidup

se-dunia (World environment day), dan saat itu dilahirkan pula resolusi

pembentukan UNEP (United Nations Environmental Program). Selanjutnya,

UNEP merupakan motor pelaksana komitmen mengenai lingkungan hidup dan

telah melahirkan gagasan besar pembangunan berkelanjutan (Sustainable

Development).

Ketetapan MPR No.IV/MPR/1973 tentang GBHN terutama Bab III butir

10 merupakan kebijakan awal lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan

agar sumber-sumber alam Indonesia diusahakan secara rasional.Hal ini

mnegisyaratkan penggalian sumkber kekayaan alam harus diusahakan dengan

kebijaksanaan yang menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi

mendatang.Kebijakan dalam GBHN itu memaksa Pemerintah untuk membentuk

Lembaga Pemerintah yang menangani lingkungan dan membantu Presiden dalam

merumuskan langkah konkrit dibidang lingkungan hidup.Lembaga tersebut adalah

Kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup

(PPLH).

Aspek ekonomi ditambahkan pada aspek ekologi dan sosial terdahulu,

seperti dinyatakan oleh the Brundtland Report pada 1987. Pembangunan

berkelanjutan pertama kali didefinisikan tahun 1987 oleh Komisi Dunia pada

Lingkunan dan Pembangunan, ketuai oleh Gro Harlem Bruntland, yang

merupakan perdana menteri Norwegia pada saat itu.

Dengan kata lain, pembangunan adalah esensial untuk pemenuhan

kebutuhan manusia dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Pada saat

yang sama pembangunan harus berlandaskan pada efisiensi dan penggunaan

lingkungan yang bertangungjawab dari seluruh sumberdaya masyarakat yang

langka: alam, manusia, dan sumberdaya ekonomi.

Page 9: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

Beberapa kegiatan penting setelah Konferensi PBB di Stockholm tentang

Lingkungan Hidup 1972:

1. Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) atau

Konvensi PBB mengenai perdagangan Internasional Jenis-Jenis Flora dan

Fauna Terancam Punah merupakan tanggapan terhadap tindak lanjut dari

rekomendasi Konferensi Stockholm Nomor 99.3. CITES ditetapkan pada

suatu konferensi diplomatik di Washington, D.C. pada 3 Maret 1973 dan

mulai diterapkan pada 1 Juli 1975. Misi dan tujuan CITES adalah untuk

menghindarkan jenis-jenis tumbuhan dan satwa dari kepunahan di alam

melalui sistem pengendalian jenis-jenis tumbuhan dan satwa, serta produk-

produknya secara internasional.

2. Setelah Konferensi Stockholm, problematika lingkungan hidup tidaklah surut,

bahkan semakin parah. Masalah lingkungan hidup terjadi karena perilaku

manusia selama ini telah mengubah keteraturan alam. Alam tidak lagi

sepenuhnya dapat berkompromi dengan kebutuhan manusia dalam

melangsungkan kehidupannya. Maka, kenestapaan manusia dengan mudah

dapat ditemui di banyak sudut muka bumi.

3. Tidak satu negarapun di muka bumi yang luput dari masalah lingkungan,

kendati dengan kadar dan magnitude yang berbeda. Pemanasan global,

kepunahan jenis tumbuhan dan satwa, degradasi lahan dan deforestasi,

Page 10: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

meluasnya wabah penyakit, kekeringan dan banjir adalah wujud penolakan

alam terhadap tindakan destruktif manusia.

4. Masyarakat negara industri maupun negara yang sedang bergerak ke arah

industrialisasi terbelenggu dengan pola hidup konsumtif terhadap sumber

bahan baku tak terbarui. Misalnya penggunaan sumber energi yang berasal

dari fosil secara boros. Industrialisasi telah meningkatkan indeks pencemaran

di banyak tempat yang dampaknya luber melintasi batas negara. Sementara,

negara miskin lebih sering tidak mempunyai pilihan selain memeras sumber

daya alamnya untuk membayar utang luar negerinya.

5. Menyadari eskalasi masalah lingkungan, pada 1983 PBB membentuk World

Commission on Environment and Development (Komisi Dunia untuk

Lingkungan dan Pembangunan) yang diketuai oleh Ny. Gro Brundtland,

Perdana Menteri Norwegia. Komisi ini menyelesaikan tugasnya pada 1987

dengan menerbitkan laporan “Our Common Future” yang dikenal dengan

Laporan Brundtland. Tema laporan ini adalah sustainable development

(pembangunan berkelanjutan). Komisi ini mendefinisikan pembangunan

berkelanjutan sebagai suatu upaya yang mendorong tercapainya kebutuhan

generasi kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk

memenuhi kebutuhannya. Konsep ini menekankan pentingnya pertumbuhan

ekonomi tanpa mengorbankan standar lingkungan yang tinggi. Inilah

underlying concept pembangunan berkelanjutan yang hingga saat ini terus

berkembang mengikuti dinamika perubahan.

6. Awal 1980-an, keberadaan hutan tropis mulai diagendakan dalam dialog

global. Suatu proses negosiasi yang panjang telah berlangsung di bawah

naungan UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development).

Hasilnya: International Tropical Timber Agreement (ITTA) atau Perjanjian

Kayu Tropis Internasional. ITTA merupakan perjanjian multilateral tentang

komoditas yang diadopsi pada 18 November 1983 di Geneva dan mulai

diberlakukan pada 1 April 1985. ITTA melandasi pembentukan Organisasi

Internasional Kayu Tropis (International Tropical Timber Organization/ITTO)

pada 1986. Saat ini ITTO beranggotakan 58 negara, yang terdiri dari 33

Page 11: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

negara produsen dan 25 negara konsumen. Indonesia termasuk tiga negara

dengan vote terbesar (146) bersama Brazil (159) dan Malaysia (103).

Besarnya vote ini, antara lain ditentukan oleh luas hutan dan volume ekspor

negara anggota.

7. Fokus kegiatan ITTO adalah pengelolaan hutan berkelanjutan (Sustainable

Forest Management /SFM). ITTO merupakan forum dialog multilateral untuk

menciptakan harmonisasi kebijakan dan panduan guna melestarikan

persediaan kayu tropis di pasaran internasional, melalui pelestarian sumber

daya hutan tropis. Kegiatan ITTO selama periode 2002-2006 difokuskan pada

enam sasaran sebagaimana tercantum dalam ITTO Yokohama Action Plan

yaitu: 1) Meningkatkan transparansi pasar kayu internasional; 2) Promosi

kayu tropis dari hutan yang dikelola secara lestari; 3) Mendukung kegiatan

untuk pengamanan sumber kayu tropis; 4) Meningkatkan pengelolaan hutan

berkelanjutan; 5) Meningkatkan pengelolaan kayu tropis dari sumber yang

lestari; dan 6) Meningkatkan efisiensi industri pengolahan dan pemanfaatan

kayu tropis secara lestari.

8. ITTO telah menerbitkan sejumlah panduan (policy documents) untuk

meningkatkan pengelolaan hutan tropis dan konservasi hutan, serta

memberikan kegiatan kepada negara anggotanya untuk menerapkan panduan

tersebut dalam bentuk bantuan proyek. Dana pelaksanaan proyek berasal dari

negara-negara konsumen.

9. Pentingnya keberadaan organisasi ini tercermin dari adanya proses

perpanjangan ITTA 1983 menjadi ITTA 1994. Selanjutnya, ITTA 1994 yang

masa berlakunya akan berakhir pada 31 Desember 1996, kini sedang dalam

tahap perundingan untuk diperbarui. Proses perpanjangan ITTA 1994 telah

dilakukan melalui beberapa pertemuan pendahuluan, dimulai dari Sidang

Preparatory Committee/ PrepCom I (Panama, Mei 2003), Sidang PrepCom II

(Yokohama, November 2003), dan Pertemuan Friends of the Chair on the

Negotiations of a Successor Agreement to the ITTA, 1994” (Interlaken, April

2004). Pertemuan Interlaken diharapkan dapat memuluskan proses

perundingan berikutnya.

Page 12: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

10. Hasil Pertemuan Interlaken mengindikasikan adanya tiga masalah utama yang

akan menjadi perdebatan dalam proses perundingan berikutnya, yaitu Sidang

UNCTAD for the Negotiation of a Successor Agreement to the ITTA, 1994

(Geneva, Juli 2004). Ketiga masalah tersebut adalah: 1) ruang lingkup ITTO;

2) struktur organisasi; dan 3) masalah keuangan. Banyak negara anggota,

khususnya kelompok konsumen yang menghendaki agar ruang lingkup ITTO

diperluas. Kelompok konsumen menghendaki agar ITTO tidak hanya

menangani kayu tropis, melainkan mencakup pula produk-produk non-kayu

hutan tropis serta jasa lingkungan. Dalam struktur organisasi, masalah yang

akan menjadi perdebatan adalah pembentukan executive board, yang disinyalir

dapat mengurangi transparansi pengambilan keputusan (dapat berarti

mengambil alih tugas Dewan ITTO). Sedangkan dalam hal keuangan,

menyangkut penetapan mekanisme kontribusi sukarela yang akan menjadi

perdebatan di antara kelompok produsen dan konsumen. Kondisi keuangan

ITTO yang sangat bergantung pada kontribusi sukarela, selama ini sebagian

besar (90%) berasal dari Jepang, Swiss dan Amerika Serikat.

11. Setelah Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Stockholm, tepatnya dua

dasawarsa kemudian, 3-14 Juni 1992, Program Lingkungan Hidup PBB

(UNEF) menyelenggarakan KTT Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro,

Brasil, diikuti ribuan peserta termasuk sekitar 100 kepala negara. Dengan Care

and Share, peduli dan berbagi, sebagai semboyan abad 21. Konferensi itu

berakhir dengan ditandatanganinya Piagam Bumi (Earth Charter) oleh lebih

dari 100 kepala negara.

Dengan adanya KTT Rio de Janeiro masyarakat dunia hendaknya semakin

menyadari pentingnya lingkungan hidup yang memiliki nilai strategis, baik bagi

negara maju maupun negara berkembang.Bahwa kita semua memiliki hanya satu

bumi dan karena itu, semua berkepentingan dan bertanggung jawab atas

keselamatan bumi yang satu ini.Artinya, lingkungan sudah menjadi masalah

global, bukan lagi persoalan negara sedang berkembang saja atau negara maju

saja, atau Negara Utara saja atau Negara Selatan saja. Itu tercemin dari sejak KTT

Page 13: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

di Rio de Janeiro dengan tema sentralnya pada waktu itu, yakni untuk

menyelamatkan lingkungan dan bumi, memecahkan persoalan dan untuk masa

depan bersama, selalu dilakukan secara kemitraan. Atau, secara prinsipnya,

setidaknya ada empat masalah lingkungan global dalam KTT Rio de Janeiro

ketika itu, yakni prinsip dasar pembangunan berkelanjutan, transfer teknologi,

dana tambahan pengelolaan lingkungan global dan kelembagaan.

Page 14: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Sejarah Dari Stockholm Menuju ke Rio De Janeiro

1. Konferensi Nairobi dan WCED (World Commission on Environment and

Development )

Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang, PBB kembali

menggelar konferensi tentang lingkungan hidup pada tahun 1982 di Nairobi,

Kenya.Pertemuan ini merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam

Government Council UNEP, pertemuan tersebut mengusulkan pembentukan suatu

komisi yang bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia.

Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini dibawa ke sidang

umum PBB tahun 1983, dan oleh PBB dibentuk WCED/World Commission on

Environment and Development (Komisi Dunia untuk Lingkungan dan

Pembangunan ) yang diketuai oleh Ny. Gro Brundtland, dan ditugaskan untuk

mencari dan merumuskan permasalahan global lingkungan dan pembangunan.

Komisi inilah yang melakukan pertemuan diberbagai tempat di belahan dunia,

serta berdialog dengan berbagai kalangan . Komisi ini menyelesaikan tugasnya

pada tahun 1987 dengan menerbitkan laporan “Our Common Future” yang

dikenal dengan Laporan Brundtland (The Brundtland Report). Tema laporan ini

adalah sustainable development (pembangunan berkelanjutan).Komisi ini

mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai suatu upaya yang mendorong

tercapainya kebutuhan generasi kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.Konsep ini menekankan pentingnya

pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan standar lingkungan yang tinggi.Inilah

underlying concept pembangunan berkelanjutan yang hingga saat ini terus

berkembang mengikuti dinamika perubahan.

Page 15: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

Dua puluh tahun setelah Konferensi Lingkungan Hidup di Stockholm, atau

lima tahun setelah terbitnya Laporan Brundtland, PBB menyelenggarakan United

Nations Conference on Environment and Devwelopment (UNCED) atau

Konferensi Khusus tentang Masalah Lingkungan dan Pembangunan atau lebih

dikenal dengan KTT Bumi (Earth Summit).

2. KTT Bumi Rio de Janeiro

Dalam pandangan dan prinsip-prinsip yang tertuang dalam Deklarasi

Stockholm 1972, anata lain ditegaskan bahwa sebagian besar problema

lingkungan di negara berkembang disebabkan oleh kemiskinan. Sedangkan di

negara-negara maju justru disebabkan oleh industrialisasi dan kemajuan

teknologi.Pemanfaatan lingkungan hidup tetap diperlukan dalam memenuhi

kebutuhan fisik manusia dan sekaligus untuk berkembangnya nilai-nilai

intelektual, moral, sosial dan spiritual. Seluruh masyarakat dunia, baik di negara

maju maupun di negara berkembang, semua unsur pemerintah dan masyarakat

termasuk dunia usaha, mempunyai kepentingan dan tanggung jawab yang sama

untuk menjaga dan memelihara lingkungan bagi generasi sekarang sampai

generasi mendatang, dengan mempertahankan tujuan mendasar dari perdamaian

dan pembangunan ekonomi global. Topik yang diangkat dalan konferensi ini

adalah permasalahan polusi, perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, penggunaan

dan pengelolaan sumber daya air dan lautan, meluasnya penggundulan hutan,

penggurunan dan degradasi tanah, limbah-limbah berbahaya serta berkurangnya

keanekaragaman hayati.

KTT Bumi berupaya manyatukan perhatian dunia tentang masalah

lingkungan yang terjadi.Masalah tersebut sangat berkaitan erat de3ngan kondisi

ekonomi dan masalah keadilan sosial.Kon ferensi ini juga mendeklarasikan bahwa

jika rakyat miskin dan ekonomi nasionalnya lemah, maka lingkungannya yang

menderita. Jika lingkungan hidup disalah gunakan dan sumber daya-nya

dikonsumsi secara berlebihan, akibatnya rakyat akan menderita dan

perekonomian-pun akan morat-marit.

Page 16: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

Tujuan utama KTT Bumi ini adalah untuk menghasilkan agenda lanjutan,

sebagai sebuah perencanaan bagi gerakan internasional dalam menghadapi isu-isu

lingkungan hidup dan pemb angunan. Perencanaan tersebut akan membantu

memberi arahan bagi suatu kerja sama internasional serta pembuatan kebujakan

pembangunan ke depan.

2.2 Pelaksanaan Konferensi Rio de Janeiro dan Hasilnya

Konferensi Rio kemudian menyepakati bahwa konsep pembangunan

berkelanjutan merupakan tujuan dari setiap manusia. Bagaimanapun, menyatukan

dan menyeimbangkan perhatian di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan

membutuhkan cara pandang baru. Baik mengenai bagaimana kita menghasilkan

dan memakai sumberdaya, bagaimana kita hidup, bagaimana kits bekerja,

bagaimana kita bergaul dengan orang lain, atau bagaimana cara kita membuat

keputusan. Konsep ini menjadi perdebatan panjang, baik dikalangan

pemerintahan, juga antara pemerintah dan masyarakatnya tentang bagaimana

mencapai keberlanjutan tersebut.Konferensi Rio de Janeiro menghasilkan lima

dokumen, yaitu :

1. Deklarasi Rio de Janeiro

Tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan (The Rio de Janeiro

Declaration on Environment and Development ) juga dikenal dengan “Earth

Chapter” terdiri atas 27 prinsip yang memacu dan memprakarsai kerja sama

internasional, perlunya pembangunan dilanjutkan dengan prinsip perlindungan

lingkungan, dan perlu adanya analisis mengenai dampak lingkungan.

Deklarasi ini juga mengakui pentingnya peran serta masyarakat yang tidak

hanya dikonsultasi mengenai rencana pembangunan, tetapi juga ikut serta

dalam pengambilan keputusan, serta aktif dalam proses pelaksanaan dan ikut

menikmati hasil pembangunan itu.

Page 17: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

Berikut ini adalah Prinsip Pembangunan Berkelanjutan pilihan dari Deklarasi

Rio (UNCED,1992 dalam Mitchel Bruce,dkk,2007) :

Prinsip 1 :Manusia menjadi pusat perhatian dari pembangunan berkelanjutan.

Mereka hidup secara sehat dan produktif, selaras dengan alam.

Prinsip 2:Negara mempunyai, dalam hubungannya dengan the Charter of the

United Nations dan prinsip hukum internasional, hak penguasa untuk

mengeksploitasi sumberdaya mereka yang sesuai dengan kebijakan

lingkungan dan pembangunan mereka.

Prinsip 3: Hak untuk melakukan pembangunan harus diisi guna memenuhi

kebutuhan pembangunan dan lingkungan yang sama dari generasi sekarang

dan yang akan dating.

Prinsip 4 :Dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan, perlindungan

lingkungan seharusnya menjadi bagian yang integral dari proses pembangunan

dan tidak dapat dianggap sebagai bagian terpisah dari proses tersebut.

Prinsip 5 : Semua nagara dan masyarakat harus bekerja sama memerangi

kemiskinan yang merupakan hambatan mencapai pembangunan berkelanjutan.

Prinsip 6 : Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan kualitas

kehidupan masyarakat yang lebih baik, negara harus menurunkan atau

mengurangi pola konsumsi dan produksi, serta mempromosikan kebijakan

demografi yang sesuai.

Prinsip 7 : Negara harus memperkuat kapasitas yang dimiliki untuk

pembangunan berlanjut melalui peningkatan pemahaman secara keilmuan

dengan pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dengan

meningkatkan pembangunan, adaptasi, alih teknologi, termasuk teknologi baru

dan inovasi teknologi.

Prinsip 8 : Penanganan terbaik isu-isu lingkungan adalah dengan partisipasi

seluruh masyarakat yang tanggap terhadap lingkungan dari berbagai tingkatan.

Page 18: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

Di tingkat nasional, masing-masing individu harus mempunyai akses terhadap

informasi tentang lingkungan, termasuk informasi tentang material dan

kegiatan berbahaya dalam lingkungan masyarakat, serta kesempatan untuk

berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Negara harus

memfasilitasi dan mendorong masyarakat untuk tanggap dan partisipasi

melalui pembuatan informasi yang dapat diketahui secara luas.

Prinsip 9 : Dalam rangka mempertahankan lingkungan, pendekatan

pencegahan harus diterapkan secara menyeluruh oleh negara sesuai dengan

kemampuannya. Apabila terdapat ancaman serius atau kerusakan yang tak

dapat dipulihkan, kekurangan ilmu pengetahuan seharusnya tidak dipakai

sebagai alasan penundaan pengukuran biaya untuk mencegah penurunan

kualitas lingkungan.

Prinsip 10 : Penilaian dampak lingkungan sebagai instrument nasional harus

dilakukan untuk kegiatan-kegiatan yang diusulkan, yang mungkin

mempunysai dampak langsung terhadap lingkungan yang memerlukan

keputusan di tingkat nasional.

Prinsip 11 : Wanita mempunyai peran penting dalam pengelolaan dan

pembangunan lingkungan. Partisipasi penuh mereka perlu untuk mencapai

pembangunan berlanjut.

Prinsip 12 : Penduduk asli dan setempat mempunyai peran penting dalam

pengelolaan dan pembangunan lingkungan karena pemahaman dan

pengetahuan tradisional mereka. Negara harus mengenal dan mendorong

sepenuhnya identitas, budaya dan keinginan mereka serta menguatkan

partisipasi mereka secara efektif dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.

2. Konvensi Perubahan Iklim

Konvensi Perubahan Iklim /“The Framework Convention on Climate

Change (FCCC)” :Yang memuat kesediaan negara-negara maju untuk

Page 19: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

membatasi emisi gas rumah kaca dan melaporkan secara terbuka mengenai

kemajuan yang diperolehnya dalam hubungan tersebut. Negara-negara maju

juga sepakat untuk membantu negara-negara berkembang dengan sumber daya

dan teknologi dalam upaya negara-negara berkembang untuk memenuhi

kewajiban sebagaimana tercantum dalam konvensi.Kesepakatan Hukum yang

telah mengikat telah ditandatangani oleh 152 pemerintah pada saat konferensi

berlangsung. Tujuan pokok Konvensi ini adalah “Stabilisasi konsentrasi gas

rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang telah mencegah terjadinya

intervensi yang membahayakan oleh manusia terhadap sistem iklim, yang

mengharuskan pengurangan sumber emisi gas seperti CO2, emisi pabrik,

transportasi dan penggunaan energy fosil pada umumnya”. Dalam Pasal 3

Konvensi dicantumkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1). Para pihak harus melindungi sistem iklim untuk kepentingan kehidupan

generasi kini dan yang akan datang, atas dasar keadilan dan sesuai dengan

tanggung jawab bersama yang berbeda-beda dan sesuai dengan kemampuan

masing-masing. Sesuai dengan itu, pihak negara maju harus mengambil

peranan penting dalam menanggulangi perubahan iklim dan kerugian yang

diakibatkan.

2). Kebutuhan tertentu dan keadaan khusus dari pihak negara berkembang,

terutama yang rawan terhadap akibat perubahan iklim yang merugikan, dan

bagi para pihak, teutama pihak negara berkembang yang harus memikul

ketidak seimbangan atau beban tidak wajar berdasarkan konvensi ini, harus

diberikan pertimbangan penuh.

3). Para pihak harus mengambil tindakan pencegahan untuk mengantisipasi,

mencegah atau mengurangi penyebab dari perubahan iklim dan meringankan

akibat yang merugikan. Apabila ada ancaman serius atau kerusakan yang tidak

dapat dipuilihkan, ketiadaan kepastian ilmiah yang lengkap tidak boleh

dijadikan alas an untuk menunda tindakan demikian itu, dengan pertimbangan

bahwa kebijaksanaan dan tindakan yang berkaitan dengan perubahan iklim

Page 20: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

harus berdasarkan efektifitas biaya untuk terjaminnya manfaat secara global

berdasarkan biaya serendah mungkin.Untuk mencapai ini, kebijaksanaan dan

tindakan demikian harus mempertimbangkan konteks sosio-ekonomi yang

berbeda, harus komprehensif, mencakup semua sumber yang relevan, bak cuci

dan tempat penyimpan gas rumah kaca serta penyesuaian dan mencakup

semua sector ekonomi.Upaya-upaya untuk menghadapi perubahan iklim dapat

dilakukan secara kerjasama dengan berbagai pihak yang berkepentingan.

4). Semua pihak mempunyai hak untuk dan harys memajukan pembangunan

berkelanjutan. Kebijaksanaan dan tindakan untuk melindungi sistem iklim

terhadap perubahan akibat campur tangan manusia harus memadai bagi

keadaan khusus setiap pihak dan harus diintegrasikan dengan program

pembangunan nasional, dengan memperhitungkan bahwa pembangunan

ekonomi adalah essensial bagi dilakukannya tindakan-tindakan untuk

menghadapi perubahan iklim.

5). Semua pihak harus bekerjasama untuk mengembangkan sistem ekonomi

internasional yang menunjang dan bersifat terbuka menuju pada

pwertumbuhan ekonomi dan permbangunan bagi semua pihak, khususnya

pihak negara berkembang, sehingga memungkinkan mereka untuk secara lebih

baik menghadapi perubahan iklim. Tindakan yang harus dilakukan untuk

menanggulangi perubahan iklim, termasuk tindakan unilateral, tidak boleh

menjadi sarana bagi diskriminasi sewenang-wenang dan tidak

bertanggungjawab atau pembatasan perdagangan internasional yang

terselubung.

Pasal 23 ayat 1 menyatakan, bahwa Konvensi akan berlaku pada hari ke-

90 setelah hari/tanggal deposit instrument ke-50 ratifikasi, penerimaan,

persetujuan atau akses.Pasal 23 ayat 2 menyatakan, bahwa untuk setiap negara

atau organisasi integrasi ekonomi regional yang meratifikasi, menerima atau

menyetujui atau ikut serta setelah deposit instrument ke-50 ratifikasi,

penerimaan, persetujuan atau akses. Konvensi diberlakukan pada hari ke-90

Page 21: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

setelah tanggal deposit negara itu atau organisasi integrasi ekonomi regional

dari instrument ratifikasi, penerimaan, persetujuian atau akses.Pasal 23 ayat 3

menyatakan bahwa untuk maksud dari ayat 1 dan 2 di atas, setiap instrument

yang didepositokan oleh sesuatu organisasi integrasi ekonomi regional tidak

dihitung sebagai tambahan pada yang didepositokan oleh anggota-anggota

negara dari organisasi tersebut. Konvensi ini dibuat di New York pada tanggal

9 Mei 1992.

3. Konvensi Keanekaragaman Hayati

Konvensi Keanekaragaman Hayati / “The Convention on Biological

Diversity “: yang memberikan landasan untuk kerjasama internasional dalam

rangka konservasi spesies dan habitat. Kesepakatan Hukum yang mengikat

telah ditandatangani sejauh ini oleh 168 Negara.Menguraikan langkah-langkah

kedepan dalam pelestarian keragaman hayati dan pemanfaatan berkelanjutan

komponen – kompennya, serta pembagian keuntungan yang adil dan pantas

dari penggunaan sumber daya genetic. Konvensi keanekaragaman hayati ini

menyatakan dalam Pasal 1 tentang tujuannya, yaitu melestarikan dan

mendayagunakan secara berkelanjutan keanekaragaman hayati dan berbagai

keuntungan secara adil dan merata dari hasil pemanfaatan sumber genetika

melalui akses terhadap sumber genetika tersebut, alih teknologi yang relevan,

serta pembiayaan yang cukup dan memadai. Asas dalam Pasal 3 menyatakan,

bahwa Negara memiliki kedaulatan untuk mengeksploitasi sumber alamnya

sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan dan lingkungannya, serta

mempunyai tanggung jawab untuk menjamin bahwa kegiatannya itu tidak

akan merusak lingkungan baik di dalam maupun di luar wilayah negaranya.

Konvensi ini dibuat di Rio de Janeiro pada tanggal 5 Juni 1992.Pada waktu

Konferensi Rio berakhir.Indonesia telah meratifikasi Konvensi ini dengan

Undang-Undang No.5 Tahun 1994 pada tanggal 1 Agustus 1994.

4. Pernyataan Prinsip-prinsip Kehutanan

Page 22: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

Pernyataan Prinsip-Prinsip Kehutanan : Prinsip – prinsip yang telah

mengatur kebijakan nasional dan internasional dalam bidang kehutanan.

Dirancang untuk menjaga dan melakukan pemanfaatan dan pengelolaan

sumber daya hutan global secara berkelanjutan yang bermakna ekonomi dan

keselamatan berbagai jenis biotanya.Prinsip-prinsip ini seharusnya mewakili

konsesi pertama secara internasional mengenai pemanfaatan secara lestari

berbagai jenis hutan.Prinsip tentang hutan ini mencakup tentang semua jenis

hutan, yaitu hutan boreal, hutan iklim, hutan tropic dan hutan austral. Dalam

prinsip ini diakui fungsi ganda hutan yaitu untuk memenuhi kebutuhan sosial

ekonomi, ekologi, cultural dan spiritual generasi akan datang. Dengan

demikian diakui hak setiap negara untuk menggunakan hutan sebagai sumber

daya untuk pembangunan. Namun pembangunan harus dilakukan dengan

berkelanjutan dengan mengingat kebutuhan generasi yang akan datang. Dalam

prinsip ini hutan diakui perlunya alih teknologi dengan persyaratan yang

menguntungkan. Prinsip lain adalah perlunya dikembangkan ekonomi dan

perdagangan internasional yang terbuka dan dilarangnya tindakan unilateral

dengan dalih lingkungan. Berdasarkan prinsip ini tidaklah dibenarkan untuk

hanya memperhatikan hutan tropic saja, baik yang berkaitan dengan

pemanasan global maupun kepunahan jenis, melainkan haruslah semua hutan (

Soemarwoto, Otto, 2004 ).

5. Agenda 21

Agenda 21 atau Komisi Pembangunan Berkelanjutan/Commission on

Sustanable Development ( CSD ) : Komisi ini di bentuk pada bulan Desember

1992. Tujuan CSD adalah untuk memastikan keefektifan tindak lanjut KTT

Bumi.Mengawasi serta melaporkan pelaksanaan kesepakatan Konferensi

Bumi baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. CSD adalah

komisi Fungsional Dewan Ekonomi dan Sosial PBB/ Economic and Social

Commssion(ECOSOC) yang beranggotakan 53 negara. Agenda 21, sebuah

rancangan tentang cara mengupayakan pembangunan yang berkelanjutan dari

segi sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Telah disepakati bahwa tinjauan

Page 23: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

lima tahunan majelis Umum PBB tentang Konferensi Bumi dan Agenda 21

harus dibuat pada bulan Juni 1997, dalam sidang istimewa rapat Earth Summit

+ 5, atau Rio + 5 di New York.

Salah satu hasil KTT Bumi lainnya adalah Agenda 21, yang merupakan

sebuah program luas mengenai gerakan yang mengupayakan cara-cara baru

dalam berinvestasi di masa depan untuk mencapai pembangunan

berkelanjutan di abad 21. Rekomendasi – rekomendasi Agenda 21 ini meliputi

cara – cara baru dalam mendidik, memelihara sumberdaya alam, dan

berpartisipasi untuk merancang sebuah ekonomi yang berkelanjutan. Tujuan

keseluruhan Agenda 21 ini adalah untuk menciptakan keselamatan, keamanan

dan hidup yang bermartabat. Agenda 21 merupakan “action plan “ di abad 21,

yang walaupun tidak mengikat secara resmi, tetapi memberi arah strategi dan

integritas program pembangunan dengan penyelamatan kualitas lingkungan.

Agenda 21 ini disepakati untuk disusun oleh dan untuk masing-masing negara

peserta.

Pokok – pokok cakupan Agenda 21 yang merupakan program aksi

pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut :

a). Social and Economic Dimension yang meliputi : (1) Kerjasama

internasional untuk mempercepat pembangunan berkelanjutan negara

berkembang serta kebijakan domestiknya. (2) Memerangi kemiskinan. (3)

Merubah pola konsumsi. (4) Dinamika demografi dan sustainibilitasi. (5)

Proteksi dan peningkatan kesehatan manusia. (6) Promosi pembangunan

pemukiman manusia berkelanjutan. (7) Integrasi lingkungan dan

pembangunan dalam pengambilan keputusan.

b). Conservation and Manajement of Resources for Development yang

meliputi : (8) Proteksi atmosfer. (9) Pendekatan terintegrasi dealam

perencanaan dan manajemen sumber daya lahan. (10) Memerangi deforestasi.

(11) Pengelolaan ekosistem yang rawan, memerangi desertifikasi dan

kekeringan. (12) Pengelolaan ekosistem yang rawan, pembangunan

Page 24: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

pegunungan berkelanjutan. (13) Mempromosikan pertanian yang

berkelanjutan dan pembangunan pedesaan. (14) Konservasi keanekaragaman

hayati. (15) Pengelolaan bioteknologi berwawasan lingkungan. (16)Proteksi

samudera, keanekaragaman kelautan, termasuk lautan dan semi tertutup,

kawasan pesisir serta proteksi dan penngunaan secara rasional berikut

pengembangan sumber alam hayati. (17) Proteksi kualitas dan supply air. (18)

Pengelolaan kimia toksik dan bahaya. (19) Pengelolaan limbah beracun

dengan wawasan lingkungan, termasuk pencegahan llintas internasional secara

illegal dalam limbah beracun dan berbahaya. (20) Pengelolaan limbah padat

dan limbah cair berwawasan lingkungan. (21) Pengelolaan yang aman dan

berwawasan lingkungan dari limbah radio aktif.

c). Strengthening the Role of major Group yang meliputi : (22) Aksi global

bagi perempuan mengembangkan oembangunan yang berkelanjutan dan

berkeadilan. (23) Anak dan Pemuda dalam pembangunan berkelanjutan. (24)

Mengakui dan memberdayakan peranan organisasi non-pemerintah, mitra

dalam pembangunan berkelanjutan. (26) Prakarsa otoritas lokal menunjang

Agenda 21. (27) Memberdayakan peranan buruh serta serikat buruhnya. (28)

Memberdayakan peranan bisnis dan industry. (29) Komunitas ilmuwan dan

teknologi. (30) Memberdayakan peranan petani.

d). Means Of Implementation yang meliputi : (31) Sumber keuangan dan

mekanismenya. (32) Pengalihan teknologi berwawasan lingkungan, kerjasama

serta pengembangan kapasitas. (33) Ilmu pengetahuan bagi pembangunan

berkelanjutan. (34) Mempromosikan pendidikan, kesadaran public dan latihan.

(35) Mekanisme nasional dan kerja sama internasional untuk mengembangkan

kapasitas dalam negara berkembang. (36) Pengaturan kelembagaan

internasional, instrumental hukum dan mekanisme internasional. (37)

Informasi bagi pengambilan keputusan.

Pencapaian utama konferensi yang diadakan di Rio de Janeiro, adalah

Konvensi Kerja PBB untuk Perubahan Iklim: United Nations Framework

Page 25: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

Convention on Climate Change(UNFCCC). Konvensi ini menjadi dasar

pembahasan perubahan iklim ke depan dan menjadi dasar penyusunan Protokol

Kyoto. Protokol yang merupakan tindak lanjut dari Konvensi Perubahan Iklim ini

merupakan rezim global pertama yang menjadikan pemanasan global sebagai isi

utamanya.Tujuan dari protocol ini adalah membatasi emisi karbon tiap-tiap negara

yang masuk dalam daftar negara Annex 1. Negara – negara ini setidaknya harus

mengurangi emisi karbonnya sampai 5 persen dari emisi tahun 1990 . Protokol ini

mulai dibuka penandatanganannya di Kyoto, Jepang, pada 11 Desember 1997 dan

dinyatakan berlaku mulai 16 Februari 2005. Namun sayang protocol ini dinilai

tidak efektif karena mundurnya beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan

Australia dan kemunculan negara industri baru, seperti China dan India, yang

tidak masuk dalam daftar negara Annex 1.

Bahan bakar fosil seperti minyak, batu bara dan gas sebagai penyumbang

terbesar polusi planet bumi sekaligus menyebabkan pemanasan global.

Karbondioksida yang merupakan gas buangan dari pembakaran bahan bakar fosil

menyumbang 75 persen penyebab pemanasan global.Efek gas rumah kaca itu

memicu perubahan iklim, badai, banjir dan meningkatnya ketinggian permukaan

laut.Sejumlah negara telah menandatangani Protokol Kyoto, kecuali Amerika

Serikat yang memilih untuk menolak fakta itu.Washington mempunyai argument

bahwa Protokol Kyoto terlalu mahal ongkosnya dan secara tidak langsung

menghindarkan Cina dan India sebagai penyumbang polusi harena percepatan

pembangunannya. Menurut Presiden Afsel, Cina dan AS sama-sama sebagai

pengkonsumsi energy terbanyak di dunia. Diprediksikan konsumsi minyak Cina

malonjak hingga 80 juta barel per hari atau 6 juta barel lebih banyak ketimbang

produksi minyak dunia yang Cuma 74 juta barel.

Pada tahun 1994 Dewan Bumi (Earth Council ) dibentuk atas inisiatif

Maurice Strong, Sekretaris Jenderal Konferensi Rio dan Mikhail Gorbachev

Presiden Green Cross International. Hal ini merupakan kelanjutan atau produk

KTT Bumi di Rio tahun 1992 untuk memprakarsai perumusan kembali makna

konservasi lingkungan. Di samping itu juga untuk merumuskan kembali

Page 26: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

sustainable development serta berupaya mambangun kesadaran bersama tentang

makna kehidupan di Bumi ini. Komisi Piagam Bumi yang dibentuk tahun 1997,

telah merumuskan etika ekologi sebagai landasan pembangunan berkelanjutan

dalam sebuah Piagam Bumi (Earth Charter ). Pada tahun 2000 piagam ini

dideklarasikan dan disebarluaskan ke berbagai penjuru Dunia.

Indonesia dengan beraneka ragam budaya dan latar belakang lingkungan

yang berbeda, menurut Piagam Bumi perlu menerima kenyataan bahwa kita

adalah bagian dari “keluarga manusia” dari “masyarakat bumi” yang mempunyai

tujuan (destiny ) yang sama. Dalam Komisi Piagam Bumi ini duduk sebagai wakil

Indonesia adalah Ir. Erna Witular Msi, sedang di Kepedulian dan Etika

Lingkungan (LENTING) yang dipimpin oleh Dr. Sony Keraf, salah seorang

mantan Menteri Lingkungan Hidup.

Pada tahun 2002 diselenggarakan konferensi Puncak Rio+10 di

Johannesburg yang dihadiri oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri.Untuk

kesekian kali yang diperbincangkan adalah konsep dan pelaksanaan sustainable

development yang dinilai belum berhasil baik untuk membebaskan kemiskinan

dan keterbelakangan, ketimpangan dalam ketenagakerjaan, kinerja yang belum

cukup produktif, dan kesetaraan antara konsumsi dasar dengan tingkat

produktivitas yang mendukungnya.Hal ini belum cukup terlaksana karena belum

terbina kelembagaan yang mendukung dan dinikmati hasilnya oleh seluruh

anggota masyarakat Bumi.

2.3 Hasil Konferensi Dalam Pelaksanaannya di Indonesia

Indonesia pada prinsipnya terbuka untuk kemitraan global dengan negara

maju yang antara lain terkait dengan konsep alih teknologi drngan tetap

memperhatikan pengembangan teknologi yang sesuai dengan kondisi Indonesia.

Isu lingkungan kemudian makin bergulir dan melahirkan kesepakatan-

kesepakatan, kerjasama bilateral, regional, multilateral. Sampai pada isu

pemanasan global yang sudah dianggap pada taraf serius mengancam kondisi

Page 27: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

bumi.Protokol Kyoto 1997 yang disepakati 159 negara dimaksud untuk menahan

pemanasan global melalui pengurangan konsumsi bahan bakar minyak bumi atau

energy yang berasal dari fosil.

Dengan adanya KTT Bumi, Pemerintah Indonesia dengan cepat telah

menyusun suatu rancangan guna memenuhi persyaratan umum dari peinsip-

prinsip perjanjian lingkungan serta tujuan umum dari KTT Bumi dalam

melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Indonesia dalam dokumen Agenda

21 nasional diselesaikan akhir tahun 1996, dokumen itu dicapai lewat proyek yang

dibiayai oleh United Nations Development Programme (UNDP) dan dilaksanakan

oleh Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, proyek ini diberi nama Post

UNCED Planning and Capacity Building Activities Project, dan produk utama

dari proyek ini adalah dokumen Agenda 21 Indonesia. Pada bulan-bulan awal,

pelaksanaan proyek Agenda 21-Indonesia difokuskan pada penetapan lingkup dan

tujuan proyek yang mencerminkan isu penting serta perubahan yang terjadi sejak

KTT Bumi pada 1992 serta arah pembangunan di masa mendatang.

Identifikasi isu penting tentang pembangunan dan lingkungan dilakukan

melalui survai ke-27 propinsi di Indonesia dengan mewancarai semua pihak

terkait.Dengan menggunakan metode Analisis Hirarki Proses (AHP), data survai

diolah yang kemudian disebarkan kepada konsultan penyusunan Agenda 21

sebagai bahan masukan.Dengan bantuan badan-badan PBB lainnya, jumlah

konsultan penyusun Agenda 21-Indonesia menjadi 22 konsultan nasional yang

terlibat dalam proyek ini.Konsultan penyusun Agenda-21 dibagi ke dalam 18

prioritas bidang dan mengorganisasi kelompok kerja yang terdiri dari berbagai

pihak terkait. Dalam kelompok kerja ini peserta terdiri dari wakil berbagai

lembaga, antara lain pegawai pemerintah, ORNOP, Akademisi, dan wakil

masyarakat umum. Laporan yang dihasilkan dibahas antar anggota kelompok

guna memperoleh suatu kesepakatan tentang prioritas program, tujuan, kegiatan

yang duisulkan, serta sarana pelaksanaannya. Para konsultan dibantu oleh empat

coordinator dengan pembagian sebagai berikut : (1) Pelayanan Masyarakat; (2)

Page 28: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

Pengelolaan Limbah; (3) Pengelolaan Sumber Daya Lahan; dan (4) Pengelolaan

Sumber Daya Alam.

Dalam rangka memperoleh hasil yang optimal, pendekatan broadbased-

participation dilakukan melalui berbagai seminar dan lokakarya yang melibatkan

para pakar di bidang pembangunan dan lingkungan baik dari kalangan pemerintah

( Bappenas, Departemen Teknik, dll), maupun dari kalangan bisnis, dan

masyarakat luas lainnya. Konsultan aktif secara terus menerus dilakukan dengan

lembaga pemerintah dan non-pemerintah serta dengan Kepala Biro Perencanaan

Departemen terkait sedemikian rupa sehingga publikasi awal Agenda 21-

Indonesia dapat diterbitkan.

Dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan, maka integrasi pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan

merupakan syarat yang harus dianut oleh semua sektor pembangunan

terkait.Kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan ini adalah dilaksanakannya

kemitraan nasional oleh seluruh sector yang berkaitan dengan pembangunan dan

lingkungan, yang merupakan inti dari tujuan baik Agenda 21 Global maupun

Agenda 21-Indonesia. Agenda 21-Indonesia memberikan serangkaian pandangan

dan inspirasi yang dapat dimasukkan ke dalam proses perencanaan pada setiap

tingkatan pembangunan di Indonesia, sedemikian rupa sehingga lembaga-lembaga

pemerintah, swasta dan masyarakat luas lainnya dapat memanfaatkan dokumen ini

sebagai referensi bagi penyusunan perencanaan dan program-program jangka

pendek dan panjang dalam menghadapi pasar bebas di masa mendatang dan dalam

mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang diidam-idamkan. Agenda 21-

Indonesia juga memberikan seperangkat saran dan rekomendasi bagi kegiatan-

kegiatan dan strategi pelaksanaannya untuk penyusunan GBHN, Repelita VII dan

berikutnya. Dokumen ini secara komprehensif dan rinci mengungkapkan kaitan

antara pembangunan ekonomi dan sosial, serta perlindungan terhadap lingkungan

dan sumber daya alam, serta memberikan “paradigma baru” bagi pencapaian

pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Page 29: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

Sebagai kesimpulan, Agenda 21-Indonesia dapat dijadikan sebagai suatu

advisory document yang mencakup aspek kebijakan, pengembangan program dan

strategi yang meliputi hampir seluruh perencanaan pembangunan bidang sosial,

ekonomi dan lingkungan.Dokumen berisi rekomendasi untuk pembangunan

berkelanjutan sampai tahun 2020 untuk setiap sektor pembangunan, termasuk

pelayanan masyarakat dan partisipasi masyarakat.

Cakupan Agenda 21 Nasional yang dikembangkan di Indonesia adalah :

1. Pelayanan Masyarakat : (1) Pengentasan kemiskinan; (2) Perubahan pola

konsumsi; (3) Dinamika penelitian; (4) Pengelolaan dan peningkatan

kesehatan; (5) Pembangunan perumahan dan pemukiman; (6) Instrumen

Ekonomi serta neraca ekonomi dan lingkungan terpadu.

2. Pengelolaan Limbah : (7) Perlindungan Atmosfer; (8) Pengelolaan Limbah

Bahan Beracun dan Berbahaya ; (9) Pengelolaan bahan kimia beracun;

(10) Pengelolaan limbah radioaktif; (11) Pengelolaan limnah padat dan

cair.

3. Pengelolaan Sumber Daya Tanah : (12) Penataan sumber daya tanah; (13)

Pengelolaan hutan; (14) Pengembangan pertanian; (15) Pengembangan

pedesaan; (16) Pengelolaan sumber daya air.

4. Pengelolaan Sumber Daya Alam : (17) Konservasi keanekaragaman

hayati; (18) Pengembangan bioteknologi; (19) Pengelolaan terpadu

wilayah pesisir dan lautan.

Dalam masalah pengentasan kemiskinan yang masih menjadi isu sentral di

Indonesia, meskipun kemiskinan pernah menurun pada kurun waktu 1976 – 1996,

dari 40,1% menjadi 11,3%, dari total jumlah penduduk Indonesia. Jumlah orang

miskin kembali meningkat pada periode 1996 – 1999, akibat dari krisis

multidimensial yang menerpa Indonesia. Jumlah penduduk miskin pada periode

1996 – 1998 meningkat tajam dari 22,5 juta jiwa ( 11,3% ) menjadi 49,5 juta jiwa

( 24,2% ), atau bertambah sebanyak 27 juta jiwa ( BPS,1999 dalam Huraera, Abu,

2007 ).

Page 30: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

Hasil pendataan BPS pada tahun 2004, penduduk miskin di Indonesia

sebanyak 36,1 juta jiwa atau setara dengan 9 juta rumah tangga miskin. BPS

memperkirakan rumah tangga miskin secara nasional pada tahun 2005 mencapai

15,5 juta rumah tangga miskin, atau sama dengan 62 juta jiwa penduduk miskin

( 17 September 2005 ).

Dalam upaya mengatasi kemiskinan tersebut maka telah dilakukan

berbagai program, misalnya, program Inpres Desa Tertinggal ( IDT ), No.5/1993,

tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan. Pada saat terjadinya krisi

ekonomi yang kemudian berlanjut menjadi krisis multidimensional, diluncurkan

Program Daerah Dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDM-DKE), yang

kemudian dilanjutkan dengan Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan

( P2KP ).

Dalam UU No. 5 tahun 1994 Tentang Pengesahan United Nations

Convention On Biological Diversity ( Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Mengenai Keaneka ragaman Hayati ) dijelaskan bahwa dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 antara lain menggariskan agar Pemerintah Negara

Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dalam Pasal 33 Ayat (3) Undang – Undang Dasar 1945 menggariskan

bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai

oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran Rakyat “,

selain itu juga Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor II/MPR/1993 tentang Garis – Garis Besar Haluan Negara, khususnya

tentang Lingkungan Hidup dan Hubungan Luar Negeri, antara lain menegaskan

sebagai berikut :

1. Pembangunan lingkungan hidup yang merupakan bagian penting dari

ekosistem yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan seluruh makhluk

Page 31: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

hidup di muka bumi diarahkan pada terwujudnya kelestarian fungsi

lingkungan hidup dalam keseimbangan dan keserasian yang dinamis

dengan perkembangan kependudukan agar dapat menjamin pembangunan

nasional yang berkelanjutan. Pembangunan lingkungan hidup bertujuan

meningkatkan mutu, memanfaatkan sumber daya alam secara

berkelanjutan, merehabilitasi kerusakan lingkungan, mengendalikan

pencemaran, dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

2. Sumber daya alam di darat, di laut maupun di udara , dikelola dan

dimanfaatkan dengan memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup

agar dapat mengembangkan daya dukung dan daya tamping lingkungan

yang memadai untuk memberikan manfaat bagi sebesar-besar

kemakmuran rakyat, baik bagi generasi masa kini maupun bagi generasi

masa depan. Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peranan

lingkungan hidup dalam kehidupan manusia terus ditumbuhkembangkan

melalui penerangan dan pendidikan dalam dan luar sekolah, pemberian

rangsangan, penegakan hukum, dan disertai dengan dorongan peran aktif

masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dalam setiap

kegiatan ekonomi sosial.

3. Konservasi kawasan hutan nasional termasuk flora dan faunanya serta

keunikan alam terus ditingkatkan untuk melindungi keanekaragaman

plasma nutfah, jenis spesies, dan ekosistem. Penelitian dan pengembangan

potensi manfaat hutan bagi kepentingan kesejahteraan bangsa, terutama

bagi pengembangan pertanian, industry, dan kesehatan terus ditingkatkan.

Inventarisasi, pemantauan dan perhitungan nilai sumber daya alam dan

lingkungan hidup terus dikembangkan untuk menjaga keberlanjutan

pemanfaatannya.

4. Kerja sama regional dan internasional mengenai pemeliharaan dan

perlindungan lingkungan hidup, dan peran serta dalam pengembangan

kebijaksanaan internasional serta kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi tentang lingkungan perlu terus ditingkatkan bagi kepentingan

pembangunan berkelanjutan.

Page 32: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

5. Hubungan luar negeri merupakan kegiatan antar bangsa baik regional

maupun global melalui berbagai forum bilateral dan multilateral yang

diabadikan pada kepentingan basional, dilandasi prinsip politik luar negeri

bebas aktif dan diarahkan untuk turut mewujudkan tatanan dunia baru

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial serta

ditujukan untuk lebih meningkatkan kerjasama internasional, dengan lebih

memantapkan dan meningkatkan peranan Gerakan Nonblok.

6. Peranan Indonesia di dunia internasional dalam membina dan mempererat

persahabatan dan kerjasama yang saling menguntungkan antara bangsa-

bangsa terus diperluas dan ditingkatkan. Perjuangan bangsa Indonesia di

dunia internasional yang menyangkut kepentingan nasional, seperti upaya

lebih memantapkan dasar pemikiran kenusantaraan, memerlukan ekspor

dan penanaman modal dari luar negeri serta kerja sama ilmu pengetahuan

dan teknologi, perlu terus ditingkatkan.

7. Langkah bersama antar negara berkembang untuk mempercepat

terwujudnya perjanjian perdagangan internasional dan meniadakan

hambatan serta pembatasan yang dilakukan oleh negara industry terhadap

eksport negara berkembang, dan untuk meningkatkan kerjasdama teknik

antar negara berkembang, terus dilanjutkan dalam rangka mewujudkan tata

ekonomi serta tata informasi dan komunikasi dunia baru.

Peranan aktif pemerintah RI disesuiakan dengan amanat yang digariskan

baik GBHN maupun program yang digariskan pemerintah dalam kaitannya

dengan pelaksanaan pembangunan nasional melalui pengelolaan sumber daya

alam dan pemeliharaan daya dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan

kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi. Pengakuan masyarakat

internasional kepada Indonesia menjadi ketua Preparatory Committee WSSD

(World Summit on Sustainable Development ) dan menjadi tuan rumah sidang

persiapan terakhir pada tingkat Menteri WSSD membuka kesempatan sebesar-

besarnya bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat

sebesar-besarnya dari pelaksanaan WSSD. Indonesia merupakan salah satu negara

Page 33: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

berkembang yang mengeluarkan Agenda 21- In donesia mengenai strategi

pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal dan nasional pada tahun 1997 serta

memiliki Agenda 21 Sektoral yang dapat dijadikan dasar di dalam meningkatkan

pelaksanaan agenda pembangunan berkelanjutan. Indonesia meratifikasi seluruh

konvensi hasil UNCED 1992 ( UNFCCC, UNCBD, dan UNCCD ) dan memiliki

perangkat normative penunjang pelaksanaan agenda pembangunan berkelanjutan

seperti Undang-Undang Lingkungan Hidup serta beberapa ketentuan dalam

bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan

Keputusan Menteri.

Sebelum tahun 1982 peraturan hukum mengenai lingkungan tersebar

dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Masing-masing peraturan

perundang-undangan tersebut berdiri sendiri, tidak ada ikatan antara satu dengan

yang lainnya sehingga efektifitasnya sudah banyak yang berkurang

( Abdurachman, 1983). Karena itu dibutuhkan peraturan perundangan lingkungan

yang menyeluruh, integral dan komprehensif. Keinginan tersebut terwujud pada

tanggal 11 Maret tahun 1982 yaitu dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup

(UULH) oleh Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang ini menjadi landasan

hukum seluruh kebijakan dan penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup di

Indonesia selama 15 tahun yaitu dari tahun 1982 sampai tahun 1997. Pada tanggal

19 eptember 1997 Presiden Republik Indonesia telah mensahkan berlakunya

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(UUPLH) sebagai pengganti UULH.

Page 34: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

BAB IV

P E N U T U P

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

Topik yang diangkat dalam KTT Bumi Rio de Janeiro adalah

permasalahan polusi, perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, penggunaan dan

pengelolaan sumber daya air dan lautan, meluasnya penggundulan hutan,

penggurunan dan degradasi tanah, limbah-limbah berbahaya serta berkurangnya

keanekaragaman hayati.

Dalam KTT Rio de Janeiro, dihasilkan lima dokumen meliputi : (a)

Deklarasi Rio juga dikenal dengan “Earth Chapter” (b)Pernyataan Prinsip-Prinsip

Kehutanan (c) Konvensi tentang perubahan iklim (d) Konvensi Keanekaragaman

Hayati (e) Agenda-21 merupakan “action plan” yaitu merupakan aksi

pembangunan bewrkelanjutan. Untuk mengawasi dan melaporkan pelaksanaan

keefektifan tindak lanjut dari KTT Bumi maka dibentuklah Komisi Pembangunan

Berkelanjutan /Commission on Sustainable Development (CSD) pada bulan

Desember 1997.

Agenda-21 di tingkat nasional diselesaikan tahun 1996, dokumen itu

dicapai lewat proyek yang dibiayai oleh UNDP dan dilaksanakan oleh Kantor

Menteri Nergara Lingkungan Hidup. Cakupan Agenda 21-Nasional meliputi :

1. Pelayanan Masyarakat : (1) Pengentasan Kemiskinan; (2) Perubahan Pola

Konsumsi ; (3) Dinamika Penelitian ; (4) Pengelolaan dan Peningkatan

Kesehatan; (5) Pengembangan perumahan dan pemukiman; (6) Instrumen

Ekonomi serta neraca ekonomi dan lingkungan terpadu.

Page 35: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

2. Pengelolaan Limbah : (7) Perlindungan Atmosfer ; (8) Pwengelolaan limbah

bahan beracun dan berbahaya ; (9) Pengelolaan bahan kimia beracun ; (10)

Pengelolaan limbah radioaktif ; (11) Pengelolaan limbah padat dan cair.

3. Pengelolaan sumber daya tanah : (12) Penataan Sumber daya tanah ; (13)

Pengelolaan hutan ; (14) Pengembangan Pertanian ; (15) Pengembangan

Pedesaan ; (16) Pengelolaan sumber daya air.

4. Pengelolaan Sumber Daya Alam : (17) Konservasi keaneka ragaman hayati ;

(18) Pengembangan Bioteknologi; (19) Pengelolaan terpadu wilayah pesisir

dan lautan.

5. Agenda 21-Indonesia dapat dijadikan sebagai suatu “advisory document”

yang mencakup aspek kebijakan, pengembangan program dan strategi yang

meliputi hampir seluruh perencanaan pembangunan bidang sosial, ekonomi

dan lingkungan. Dokumen berisi rekomendasi untuk pembangunan

berkelanjutan sampai tahun 2020 untuk setiap sector pembangunan,

termasuk pelayanan masyarakat dan partisipasi masyarakat.

6. Indonesia meratifikasi seluruh konvensi hasil UNCED 1992 dan memiliki

perangkat pelaksanaan agenda pembangunan berkelanjutan seperti Undang-

Undang Lingkungan Hidup serta beberapa ketentuan dalam bentuk Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Keputusan Menteri.

3.2 Saran

Sebagai akhir dari penulisan makalah tentang Rio de Janeiro ini adalah

sebuah harapan dan tantangan akan kesadaran bagi kita semua sebagai

manusia khususnya, dan sebagai masyarakat Indonesia maupun dunia pada

umumnya, dalam melihat dan berpartisipasi aktif keikutsertaannya menjaga

dan memelihara lingkungan hidup, demi untuk keberlanjutan bumi yang kita

tempati.

Page 36: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../04/MAKALAH-SEJARAH-PERDEBATAN-ASPEK-LNGK… · Web viewdisepakati pula “Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes

DAFTAR PUSTAKA

http://pin-impala.brawijaya.ac.id//earth summit.htm

Koesnadi Hardjosoemantri , 2006, Hukum Tata Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Mitchel Bruce, Setiawan, Dwita, 2007, Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Supriadi, 2008 , Hukum Lingkungan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.

Soerjani, Arief, Dedi, 2006, Lingkungan Hidup Pendidikan, Pengelolaan Lingkungan Dan Pembangunan Berkelanjutan, Yayasan ainstitut Pendidikan Dan Pengembangan Lingkungan (IPPL), Jakarta.

Soemarwoto, Otto, 2008, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta.