blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar...

36
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi dan fungsi dari jaringan khusus. Kebutuhan nutrisi dan keadaan lingkungan dapat di eksplorasi secara lebih tepat dalam kultur In Vitro. Eksplan yang sering digunakan untuk perbanyakan tanaman cocor bebek secara in vitro adalah bagian daun, karena mitosis pada sel-sel yang berkesinambungan sehingga ekstra duplikasi DNA dapat dihindari. Kultur organ daun umumnya menyebabkan tanaman yang dihasilkan identik dengan donornya. Organ tanaman yang dipakai meliputi : tunas, bagian daun, atau organ lainnya, diletakkan pada media nutrisi untuk menumbuhkan eksplan tersebut menjadi tanaman lengkap. Kultur meristem daun merupakan salah satu tipe pengkulturan yang mengambil daun sebagai eksplan. Didalam kultur organ daun, eksplan daun yang diambil adalah yang mengandung suplai makanan (daun dewasa) sehingga mudah dirangsang dan bergenerasi. Dalam kultur ini perkembangan diarahkan untuk mendapatkan tanaman sekaligus memperbanyaknya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kultur ini meliputi asal

Transcript of blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar...

Page 1: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk

studi deferensiasi dan fungsi dari jaringan khusus. Kebutuhan nutrisi dan keadaan lingkungan dapat di eksplorasi secara lebih tepat dalam kultur In Vitro. Eksplan yang sering digunakan untuk perbanyakan tanaman cocor bebek secara in vitro adalah bagian daun, karena mitosis pada sel-sel yang berkesinambungan sehingga ekstra duplikasi DNA dapat dihindari.

Kultur organ daun umumnya menyebabkan tanaman yang dihasilkan identik dengan donornya. Organ tanaman yang dipakai meliputi : tunas, bagian daun, atau organ lainnya, diletakkan pada media nutrisi untuk menumbuhkan eksplan tersebut menjadi tanaman lengkap. Kultur meristem daun merupakan salah satu tipe pengkulturan yang mengambil daun sebagai eksplan.

Didalam kultur organ daun, eksplan daun yang diambil adalah yang mengandung suplai makanan (daun dewasa) sehingga mudah dirangsang dan bergenerasi. Dalam kultur ini perkembangan diarahkan untuk mendapatkan tanaman sekaligus memperbanyaknya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kultur ini meliputi asal eksplan, umur fisiologis, ukuran eksplan, komposisi media, dan penambahan zat pengatur tumbuh.

1.2 Tujuan Untuk mengetahui definisi isolasi eksplan. Untuk mengetahui definisi inkubasi eksplan. Untuk mengetahui tahapan kultur organ. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan kultur organ.

Page 2: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1Definisi Isolasi Eksplan Isolasi Eksplan adalah pemisahan atau pengucilan terhadap

bahan yang akan ditanam pada media kultur. Isolasi Eksplan adalah perlindungan atau penyekatan yang

dilakukan pada bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan tanam pada sebuah media tanam (planflet).

(Zulkifli, 2008)

II.2Definisi Inkubasi Eksplan Inkubasi Eksplan adalah masa atau tenggang waktu antara

masuknya kontaminan terhadap bahan tanam yang akan di tanam.

Inkubasi Ekpslan adalah waktu yang digunakan penyebab penyakit atau kontaminan untuk masuk ke eksplan tanaman.

(Anonymousa, 2012)

II.3Tahap Kultur Jaringana. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber

Eksplan

Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang pertama harus dilakukan adalah memilih bahan induk yang akan diperbanyak. Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan

Page 3: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.

Lingkungan tanaman induk yang lebih higienis dan bersih dapat meningkatkan kualitas eksplan. Pemeliharaan rutin yang harus dilakukan meliputi: pemangkasan, pemupukan, dan penyemprotan dengan pestisida (fungisida, bakterisida, dan insektisida), sehingga tunas baru yang tumbuh menjadi lebih sehat dan dan bersih dari kontaminan. Selain itu pengubahan status fisiologi tanaman induk sumber eksplan kadang-kadang perlu dilakukan seperti memanipulasi parameter cahaya, suhu, dan zat pengatur tumbuh. Manipulasi tersebut bisa dilakukan dengan mengondisikan tanaman induk dengan fotoperiodisitas dan temperatur tertentu untuk mengatasi dormansi serta penambahan ZPT seperti sitokinin untuk merangsang tumbuhnya mata tunas baru dan untuk meningkatkan reaktivitas eksplan pada tahap inisiasi kultur.

(Anonymousb, 2012)

b. Inisiasi Kultur

Page 4: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru. Ditambahkan pula menurut Yusnita (2004), bahwa pada tahap ini mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya.

(Hussey, 1980)

c. Multilikasi atau Perbanyakan PropagulTahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul

atau bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang terjadinya pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun melalui induksi kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase inisiasi, di dalam media harus terkandung mineral, gula, vitamin, dan hormon dengan perbandingan yang dibutuhkan secara tepat. Hormon yang digunakan untuk merangsang pembentukan tunas tersebut berasal dari golongan sitokinin seperti BAP, 2-iP, kinetin, atauthidiadzuron (TDZ). Kemampuan memperbanyak diri

Page 5: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

yang sesungguhnya dari suatu perbanyakan secara in-vitro terletak pada mudah tidaknya suatu materi ditanam ulang selama multiplikasi. Eksplan yang dalam kondisi bagus dan tidak terkontaminasi dari tahap inisiasi kultur dipindahkan atau disubkulturkan ke media yang mengandung sitokinin. Subkultur dapat dilakukan berulang-ulang kali sampai jumlah tunas yang kita harapkan, namun subkultur yang terlalu banyak dapat menurunkan mutu dari tunas yang dihasilkan, seperti terjadinya penyimpangan genetik (aberasi), menimbulkan suatu gejala ketidak normalan (vitrifikasi) dan frekuensi terjadinya tanaman off-type sangat besar.

(Hussey, 1980)

d. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan AkarTujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar

dan pucuk tanaman yang cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke lingkungan luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan. Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain untuk pemanjangan tunas. Media untuk pemanjangan tunas mengandung sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut dapat dipindahkan secara individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas secara berkelompok lebih ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang, tunas tersebut dapat diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru diakarkan. Pengakaran tunas in-vitro dapat dilakukan dengan memindahkan tunas ke media pengakaran yang umumnya memerlukan auksin seperti NAA atau IBA. Keberhasilan tahap ini tergantung pada tingginya mutu tunas yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Disamping itu, beberapa perlakuan yang disebut hardening in vitro telah dilaporkan dapat meningkatkan mutu tunas sehingga planlet atau tunas mikro tersebut dapat diaklimatisasikan

Page 6: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

dengan persentase yang lebih tinggi. Beberapa perlakuan yang bisa dilakukan sebagai berikut:1. Mengondiskan kultur di tempat yang pencahaannya

berintensitas lebih tinggi (contohnya 10000 lux) dan suhunya lebih tinggi.

2. Pemanjangan dan pemanjangan tnas mikro dilakukan dalam media kultur dengan hara mineral dan sukrosa lebih rendah dan konsentrasi agar-agar lebih tinggi.

(Anonymousb, 2012)

e. AklimatisasiDalam proses perbanyakan tanaman secara kultur

jaringan, tahap aklimatisasi planlet merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara masal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol seperti rumah kaca, rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap serangga). Proses ini disebut aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika

pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat

bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Tahap ini merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangatlah jauh berbeda dengan kondisi iklim mikro di dalam botol.Kondisi di luar botol bekelembaban nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi dalam botol. Planlet atau tunas

Page 7: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan.

(Wulandari dkk, 2004)

II.4Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kultur Jaringana. Genotipe Tanaman

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis eksplan dalam kultur invitro adalah genotip tanaman asal eksplan diisolasi. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa respon masing-masing eksplan tanaman sangat bervariasi tergantung dari spesies, bahkan varietas, atau tanaman asal eksplan tersebut. Pengaruh genotip ini umumnya berhubungan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan eksplan, seperti kebutuhan nutrisi, zat pengatur tumbuh, dan lingkungan kultur. Oleh karena itu, komposisi media, zat pengatur tumbuh dan lingkungan pertumbuhan yang dibutuhkan oleh masing-masing varietas tanaman bervariasi meskipun teknik kultur jaringan yang digunakan sama.

Perbedaan respon genotip tanaman tersebut dapat diamati pada perbedaan eksplan masing-masing varietas untuk tumbuh dan beregenerasi.

Masing-masing varietas tanaman berbeda kemampuannya dalam merangsang pertumbuhan tunas aksilar, baik jumlah tunas maupun kecepatan pertumbuhan tunas aksilarnya. Hal serupa juga terjadi pada pembentukan kalus, laju pertumbuhan kalus serta regenerasi kalus menjadi tanaman lengkap baik melalui pembentukan organ-organ adventif maupun embrio somatik.Regenerasi dan perkembangan organ adventif dan embrio somatik juga sangat ditentukan oleh varietas tanaman induk. Perbedaan pengaruh genetik ini disebabkan karena perbedaan kontrol genetik dari masing-masing varietas serta jenis kelamin tanaman induk yang dijadikan media tanam untuk kultur.

Page 8: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

(Anonymousc, 2012)

b. Media kulturPerbedaan komposisi media, komposisi zat pengatur

tumbuh dan jenis media yang digunakan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan regenerasi eksplan yang dikulturkan. Perbedaan komposisi media, seperti jenis dan komposisi garam-garam anorganik, senyawa organik, zat pengatur tumbuh sangat mempengaruhi respon eksplan saat dikulturkan.Perbedaan komposisi media biasanya sangat mempengaruhi arah pertumbuhan dan regenerasi eksplan.Meskipun demikian, media yang telah diformulasikan tidak hanya berlaku untuk satu jenis eksplan dan tanaman saja.Beberapa jenis formulasi media bahkan digunakan secara umum untuk berbagai jenis eksplan dan varietas tanaman, seperti media MS. Namun ada juga beberapa jenis media yang diformulasikan untuk tanaman-tanaman tertentu misalnya WPM, VW dll. Media-media tersebut dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti perkecambahan biji, kultur pucuk, kultur kalus, regenerasi kalus melalui organogenesis dan embriogenesis. Media yang dibutuhkan untuk perkecambahan biji, perangsangan tunas-tunas aksilar umumnya lebih sederhana dibandingkan dengan media untuk regenerasi kalus baik melalui organogenesis maupun embryogenesis.

Komposisi dan konsentrasi hormon pertumbuhan yang ditambahkan dalam media sangat mempengaruhi arah pertumbuhan dan regenerasi eksplan yang dikulturkan. Komposisi dan konsentrasi hormon pertumbuhan yang ditambahkan ke dalam media kultur sangat tergantung dari jenis eksplan yang dikulturkan dan tujuan pengkulturannya. Konsentrasi hormon pertumbuhan optimal yang ditambahkan ke dalam media tergantung pula dari eksplan yang dikulturkan serta kandungan hormon pertumbuhan endogen yang terdapat pada eksplan tersebut.Komposisi yang sesuai ini dapat diperkirakan melalui percobaan-percobaan yang telah dilakukan sebelumnya disertai percobaan untuk mengetahui komposisi hormon

Page 9: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

pertumbuhan yang sesuai dengan kebutuhan dan arah pertumbuhan eksplan yang diinginkan.

(Anonymousc, 2012)

c. Lingkungan tumbuh Suhu

Tanaman umumnya tumbuh pada lingkungan dengan suhu yang tidak sama setiap saat, misalnya pada siang dan malam hari tanaman mengalami kondisi dengan perbedaan suhu yang cukup besar. Keadaan demikian bisa dilakukan dalam kultur invitro dengan mengatur suhu siang dan malam di ruang kultur, namun laboratorium kultur jaringan selama ini mengatur suhu ruang kultur yang konstant baik pada siang maupun malam hari. Umumnya temperatur yang digunakan dalam kultur in vitro lebih tinggi dari kondisi suhu invivo. Tujuannya adalah untuk mempercepat pertumbuhan dan morfogenesis eksplan.Pada sebagian besar laboratorium, suhu yang digunakan adalah konstan, yaitu 25°C (kisaran suhu 17-32°C).Tanaman tropis umumnya dikulturkan pada suhu yang sedikit lebih tinggi dari tanaman empat musim, yaitu 27°C (kisaran suhu 24-32°C). Bila suhu siang dan malam diatur berbeda, maka perbedaan umumnya adalah 4-8°C, variasi yang biasa dilakukan adalah 25°C siang dan 20°C malam, atau 28°C siang dan 24°C malam.

Kelembapan RelatifKelembaban relatif dalam botol kultur dengan mulut

botol yang ditutup umumnya cukup tinggi, yaitu berkisar antara 80-99%. Jika mulut botol ditutup agak longgar maka kelembaban relatif dalam botol kultur dapat lebih rendah dari 80%. Sedangkan kelembaban relatif di ruang kultur umumnya adalah sekitar 70%. Jika kelembaban relatif ruang kultur berada dibawah 70% maka akan mengakibatkan media dalam botol kultur (yang tidak tertutup rapat) akan cepat menguap dan kering sehingga eksplan dan plantlet yang

Page 10: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

dikulturkan akan cepat kehabisan media. Namun kelembaban udara dalam botol kultur yang terlalu tinggi menyebabkan tanaman tumbuh abnormal yaitu daun lemah, mudah patah, tanaman kecil-kecil namun terlampau sukulen. Kondisi tanaman demikian disebut vitrifikasi atau hiperhidrocity. Sub-kultur ke media lain atau menempatkan planlet kecil ini dalam botol dengan tutup yang agak longgar, tutup dengan filter, atau menempatkan silica gel dalam botol kultur dapat membantu mengatasi masalah ini.

CahayaSeperti halnya pertumbuhan tanaman dalam kondisi

invivo, kuantitas dan kualitas cahaya, yaitu intensitas, lama penyinaran dan panjang gelombang cahaya mempengaruhi pertumbuhan eksplan dalam kultur invitro. Pertumbuhan organ atau jaringan tanaman dalam kultur invitro umumnya tidak dihambat oleh cahaya, namun pertumbuhan kalus umumnya dihambat oleh cahaya.

Pada perbanyakan tanaman secara invitro, kultur umumnya diinkubasikan pada ruang penyimpanan dengan penyinaran. Tunas-tunas umumnya dirangsang pertumbuhannya dengan penyinaran, kecuali pada teknik perbanyakan yang diawali dengan pertumbuhan kalus. Sumber cahaya pada ruang kultur ini umumnya adalah lampu flourescent (TL). Hal ini disebabkan karena lampu TL menghasilkan cahaya warna putih, selain itu sinar lampu TL tidak meningkatkan suhu ruang kultur secara drastis (hanya meningkat sedikit). Intensitas cahaya yang digunakan pada ruang kultur umumnya jauh lebih rendah (1/10) dari intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman dalam keadaan normal. Intensitas cahaya dalam ruang kultur untuk pertumbuhan tunas umumnya berkisar antara 600-1000 lux. Perkecambahan dan inisiasi akar umumnya dilakukan pada intensitas cahaya lebih rendah.

Kondisi Eksplan

Page 11: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

Pertumbuhan dan morfogenesis dalam mikropropagasi sangat dipengaruhi oleh keadaan jaringan tanaman yang digunakan sebagai eksplan.Selain faktor genetis eksplan yang telah disebutkan di atas, kondisi eksplan yang mempengaruhi keberhasilan teknik mikropropagasi adalah jenis eksplan, ukuran, umur dan fase fisiologis jaringan yang digunakan sebagai eksplan. Meskipun masing-masing sel tanaman memiliki kemampuan totipotensi, namun masing-masing jaringan memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk tumbuh dan beregenerasi dalam kultur jaringan. Oleh karena itu, jenis eksplan yang digunakan untuk masing-masing kultur berbeda-beda tergantung tujuan pengkulturannya.

Umur eksplan sangat berpengaruh terhadap kemampuan eksplan tersebut untuk tumbuh dan beregenerasi.Umumnya eksplan yang berasal dari jaringan tanaman yang masih muda (juvenil) lebih mudah tumbuh dan beregenerasi dibandingkan dengan jaringan yang telah terdiferensiasi lanjut. Jaringan muda umumnya memiliki sel-sel yang aktif membelah dengan dinding sel yang belum kompleks sehingga lebih mudah dimodifikasi dalam kultur dibandingkan jaringan tua. Oleh karena itu, inisiasi kultur biasanya dilakukan dengan menggunakan pucuk-pucuk muda, kuncup-kuncup muda, hipokotil, inflorescence yang belum dewasa, dll. Jika eksplan diambil dari tanaman dewasa, rejuvenilisasi tanaman induk melalui pemangkasan atau pemupukan dapat membantu untuk memperoleh eksplan muda agar kultur lebih berhasil.

(Anonymousc, 2012)

II.5Macam-Macam Kultur Organ Kultur Organ

Sumber eksplan dapat berupa bagian organ tanaman seperti tunas, akar, batang, biji, umbi, daun, tangkai daun.

Page 12: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

Kultur Meristem : Meristem dari tunas pucuk atau tunas aksiler, ruas batang.

Kultur Sel yang mempunyai tipe khusus : serbuk sari (sel haploid), endosperm (triploid).

Kultur Antera/Polen : Anter atau Kepala sari mengandung polen.

Kultur EmbrioMemisahkan embrio yang belum dewasa dan menumbuhkan secara in-vitro. Tujuan Kultur Embrio: Memperpendek waktu berkecambah, menguji kecepatan viabilitas biji, memperbanyak tanaman langka seperti Kelapa kopyor (mempunyai embrio yang lunak). Memperoleh hibrid yang langka seperti Embrio pada keadaan normal sering mati pada awal tingkat perkembangannya.

Kultur ProtoplasProtoplas adalah sel hidup yang telah dihilangkan dinding sel nya (sel telanjang). Tujuan Kultur Protoplas: Mempelajari komponen penyusun sel (organela). Untuk dapat melakukan fusi protoplas. Mendapatkan tanaman hibrid dan cybrid somatic. Digunakan dalam trasplantasi dan transformasi

genetic. Kultur Biji

Tujuan Kuktur Biji: Mempercepat waktu kecambah. Mengatasi masalah tanaman langka. Mempelajari kecepatan pertumbuhan. Mendapatkan biji steril untuk mengatasi kontaminasi

pada eksplan yang dibudidayakan.(Anonymousc, 2012)

Page 13: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

III. METODELOGI

III.1 Alat, Bahan, dan FungsiIII.1.1 Alat :

Pinset : Untuk mengambil bahan Skalpel : Untuk memotong bahan Petridish : Sebagai wadah/tempat membuang

carrier LAFC : Tempat melakukan kultur Sprayers :Untuk menyemprotkan larutan Mata pisau : Untuk memotong ujung organ Gelas Ukur 400 ml : Utuk meletakkan larutan Botol Kultur : Sebagai tempat media Saringan : Untuk menyaring larutan Bunsen : Untuk mensterilkan

III.1.2 Bahan : Tunas Krisan : Sebagai tanaman yang akan di

kultur Deterjen : sebagai bahan untuk pensterilan Bayclean : sebagai bahan untuk pensterilan Aquades : Untuk pencampuran bahan Fungisida : sebagai bahan untuk pensterilan

Page 14: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

III.2 Cara KerjaSterilisasi Awal

Ambil eksplan dari tanaman hidup

Gojok eksplan dengan deterjen 10% (10 g/100 %) selama 5 menit

Bilas dengan air yang biasanya mengalir

Rendam dalam larutan fungisida 5 % (5 g/100 %) selama 5 menit

Bilas dengan air yang mengalir

Cuci dengan Clorox (Bayclean) 10 %

Aduk dengan spatula

Rendam dengan aquades steril

Penanaman Eksplan

Potong bagian bagian eksplan

Tanam semua bagian tadi kealam MS (tidak menancap hanya menempel)

Tutup botol kultur dengan plastic atau alumunium foil

Ikat dengan karet (nb: mulut tutup botol dipanaskan terlebih dahulu)

Lakukan pengamatan 3 hari sekali selama 2 minggu

Dokumentasi ke 2 botol kultur (lihat yang terkontaminasi)

Page 15: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

III.3 Analisa PerlakuanPada praktikum ini, hal yang perlu diperhatikan pertama

adalah saat pembilasan air haruslah dengan air yang mengalir. Hal ini disebabkan agar eksplan tidak mudah terkontaminasi dengan air bekas bilasan yang telah digunakan.Kemudian pencucian dengan Clorox atau bayclean ditujukan karena bayclean memiliki kandungan yang dapat membersihkan eksplan dari berbagai macam kontaminan.

Selanjutnya pada saat penanaman ekpslan, hal yang paling penting yang harus diperhatikan adalah sterilisasi. Setiap bahan yang akan kuta gunakan haruslah dalam kondisi yang steril. Termasuk juga kita. Sebelum kita melakukan penanaman eksplan di dalam Laminar air Flow Cabinet, haruslah menyemprotkan alcohol ke tangan kita sesudah memakai sarung tangan lateks. Begitu juga dengan peralatan yang akan digunakan seperti pinset dan scalpel, haruslah direndam alcohol apabila tidak digunakan, dan apabila akan digunakan harus di panaskan terlebih dahulu di atas api Bunsen. Semua ini dilakukan dengan tujun sterilisasi agar semua proses pengerjaan dilakukan dengan alat dan bahan yang steril karena penanaman eksplan ini sangatlah mudah terkena kontaminan yang dapat menggalalkan penanaman eksplan.

Page 16: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil dan Pembahasan

10 November 2012

No Botol Ke

Dokumentasi pengamatan

Kondisi Eksplan

KETKontaminan

Tidak Kontamin

an

1. 1 (laras) - V

JenisKontam:

-Pertumbu

han:Hidup 1 dari 5 krisan

2. 2 (leli) - V

JenisKontam:

-Pertumbu

han:mati semua

3. 3 (eko) - V

JenisKontam:

-Pertumbu

han:hidup 2 dari 3 krisan

Page 17: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

4. 4 (elly) - V

JenisKontam:

-Pertumbu

han:hidup 1 dari 2 krisan

5. 5 (budi) - V

Jenis kontam:

-Pertumbuh

an:Hidup 1 dari 3 krisan

14 November 2012

No Botol Ke

Dokumentasi pengamatan

Kondisi Eksplan

KETKontaminan

Tidak Kontamin

an

1.1

(laras)

- V

JenisKontam:

-Pertumbu

han:mati 2 dari

3 krisan

Page 18: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

2. 2 (lely) - V

JenisKontam:

-Pertumbu

han:mati semua

3. 3 (eko) - V

JenisKontam:

-Pertumbu

han:mati 1 dari

3 krisan

4. 4 (elly) - V

JenisKontam:

-Pertumbu

han:mati 1 dari

2 krisan

5. 5 (budi) - V

JenisKontam:

-Pertumbu

han:mati 2 dari

3 krisan

19 November 2012

No Botol Ke

Dokumentasi pengamatan

Kondisi Eksplan

KETKontaminan

Tidak Kontamin

an

Page 19: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

1.1

(laras)

V -

JenisKontam:

jamurPertumbu

han:mati semua

2. 2 (lely) V -

JenisKontam:

JamurPertumbu

han:mati semua

3. 3 (eko) V -

JenisKontam:

JamurPertumbu

han:mati semua

4. 4 (elly) V -

JenisKontam:

JamurPertumbu

han: tumbuh 1 dan yang lain mati

Page 20: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

5. 5 (budi) V -

JenisKontam:

JamurPertumbu

han:mati semua

IV.2 PembahasanPada praktikum kultur organ ini, tanaman yang akan ditanam

adalah tanaman krisan yang diambil tunasnya. Setelah semua perlakuan dilaksanakan, dan eksplan pun sudah ditanam pada media tanam, yang selanjutnya disimpan di ruang inkubasi untuk dilakukan pengamatan. Pengamatan disini dilakukan dalam interval waktu tiga hari sekali. Pada pengamatan pertama yaitu tanggal 10 November 2012 belum terlihat perubahan yang signifikan. Masih sama seperti pada hari pertama pelaksaan praktikum. Tidak terdapat kontaminan di sertiap eksplan, dan juga pertumbuhan belum terlihat. Namun pada botol 2 (lely) terjadi kontaminan yaitu keluar jamur sehingga tanaman menjadi berwarna coklat.

Selanjutnya pada pengamatan kedua, pada tanggal 14 November 2012 sudah terlihat beberapa perubahan. Perubahan terlihat pada botol 1, 2, 3, dan 5. Disini sudah terlihat kontaminasi berupa jamur yang memiliki ciri-ciri berwarna hitam yang mengililingi eksplan yang dapat mematikan tanaman. Namun pada botol ke-4 tidak terjadi kontaminan. Dari 2 eksplan yang ditanam, tidak semua yang terserang jamur. Hanya 1 eksplan saja yang kontaminan. Sedangkan yang satu eksplan lagi tidak terkena kontaminan. Pertumbuhannya pun tidak terlihat. Masih sama seperti hari pertama pengamatan.

Kemudian pada pengamatan ketiga yaitu tanggal 19 November 2012 semua eksplan pada 5 botol mengalami kontaminan dan pertumbuhannya kurang baik. Kecuali eksplan pada botol 4 (elly) yang tidak terkena kontaminan pada salah satu eksplan yang ditanam dan pertumbuhannya pun lumayan

Page 21: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

baik. Hal ini mungkin dapat disebabkan kurang sterilnya alat dan bahan yang digunakan serta kurang sterilnya seseorang yang melakukan pengamatan sehingga kontaminan dapat masuk dan mengganggu eksplan.

Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih sampai biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri). Pada media ditumbuhi jamur ditandai dengan adanya warna hitam, hijau, kuning, dan ada yang putih serta terdapat bakteri yang ditandai dengan adanya lendir berwarna putih pada media. Pada eksplan terjadi browning atau pencoklatan. Pencoklatan adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam yang sering membuat tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Peristiwa pencoklatan merupakan suatu hal yang sangat umum terjadi kegiatan kultur jaringan. (Zulkifli, 2010)

Page 22: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

V. PENUTUP

V.1 KesimpulanDari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat

disimpulkan bahwa penanaman eksplan haruslah dilakukan dengan keadaan sangat steril. Mulai dari alat, perlengkapan dan juga seseorang yang akan melakukan penanaman. Hal ini dikarenakan kontaminan berupa jamur, spora, dll sangat mudah sekali masuk ke eksplan apabila keadaan tidak steril. Dari pengamatan yang telah dilakukan selama 2 minggu, hasilnya hanya 1 botol eksplan yang berhasil tidah terjangkit kontaminan. Sedangkan 4 botol lain mengalami kontaminan berupa jamur yang memiliki ciri-ciri berwarna coklat kehitam yang melingkar di sekitar ujung eksplan.

V.2 SaranHarapannya praktikum dapat dilakukan berulang kali sampai

hasilnya berhasil semua.

Page 23: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/laporan-3-krisan.docx · Web viewPENDAHULUAN Latar Belakang Dalam ilmu fisiologi, kultur organ daun digunakan untuk studi deferensiasi

DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa. 2012. http://www.doctortani.com/2012/07/laporan-praktikum-kultur-organ.html. Diakses tanggal 23 November 2012.

Anonymousb. 2012. http://www.fp.unud.ac.id/biotek/kultur-jaringan-tanaman/zat-pengatur-tumbuh-dalam-kultur-jaringan/. Diakses tanggal 23 November 2012.

Anonymousc.2012.http://kulturjaringan.blogspot.com/2009/08/faktor-faktor-penentu-keberhasilan.html. Diakses tanggal 23 November 2012.

Hussey dan Stacy. 1980. Perbanyakan Kultur In Vitro. Erlangga. Bogor.

Wulandari S., Wan Syafii dan Yossilia, 2004. Respon Eksplan Daun Tanaman Jeruk Manis (Citrus sinensis L.) Secara In Vitro Akibat Pemberian NAA Dan BA, Jurnal Biogenesis.

Zulkifli. 2008. http://9fly.wordpress.com/2008/12/22/kultur-jaringan-tumbuhan/. Diakses tanggal 23 November 2012.