stieadp2kakuntansi14.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Analisis biaya volume dan...

39
PENDAHULUAN Analisis biaya volume dan laba merupakan suatu metode estimasi bagaimana perubahan variabel – variabel berikut akan mempengaruhi laba , biaya variabel perunit, harga jual perunit, jumlah biaya tetap per periode, volume penjualan, dan bauran penjualan. Analisis biaya volume dan laba adalah pemerikasaan bagaimana jumlah pendapatan dan jumlah biaya berubah seiring dengan perubahan volume penjualan. Analisis biaya volume dan laba adalah instrumen yang lazim dipakai untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi menejemen untuk mengambil keputusan. Sebagai contoh, analisis biaya volume dan laba dalam menentukan harga jual, memilih bauran penjualan, dan mennganalisis perubahan biaya variabel dan biaya tetap terhadap profitabilitas perusahaan. Dalam lingkungan pabrikasi dan pemasaran baru, menejemen haruslah mengambil keputusan – keputusan seperti diatas secara tepat dan efektif. Dalam makalah ini kami akan mengulas berbagai aspek dari analisis biaya volume dan laba. Pertama – tama akan diterangkan mengenai perhitungan harga pokok full costing dan direct costing, apa saja kelemahan serta kelebihannya, serta menjelaskan perhitungan break event point ( BEP ) dan margin of safety dari data harga pokok full dan direct costing. BAB 2 PEMBAHASAN harga pokok produksi full costing

Transcript of stieadp2kakuntansi14.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Analisis biaya volume dan...

PENDAHULUAN

Analisis biaya volume dan laba merupakan suatu metode estimasi bagaimana perubahan variabel – variabel berikut akan mempengaruhi laba , biaya variabel perunit, harga jual perunit, jumlah biaya tetap per periode, volume penjualan, dan bauran penjualan. Analisis biaya volume dan laba adalah pemerikasaan bagaimana jumlah pendapatan dan jumlah biaya berubah seiring dengan perubahan volume penjualan. Analisis biaya volume dan laba adalah instrumen yang lazim dipakai untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi menejemen untuk mengambil keputusan. Sebagai contoh, analisis biaya volume dan laba dalam menentukan harga jual, memilih bauran penjualan, dan mennganalisis perubahan biaya variabel dan biaya tetap terhadap profitabilitas perusahaan. Dalam lingkungan pabrikasi dan pemasaran baru, menejemen haruslah mengambil keputusan – keputusan seperti diatas secara tepat dan efektif. Dalam makalah ini kami akan mengulas berbagai aspek dari analisis biaya volume dan laba. Pertama – tama akan diterangkan mengenai perhitungan harga pokok full costing dan direct costing, apa saja kelemahan serta kelebihannya, serta menjelaskan perhitungan break event point ( BEP ) dan margin of safety dari data harga pokok full dan direct costing.

BAB 2 PEMBAHASAN

harga pokok produksi full costing

Harga pokok penuh (absorption costing) merupakan metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk, dimanametode harga pokok penuh memperhitungkan biaya produksi tetap dan biaya produksi variable dalam memperoleh suatu produk.

· Perhitungan harga pokok produksi dengan Absorption Costing Method adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx

Biaya overhead pabrik tetap Rp. xxx.xxx

Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx

Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx

Dengan menggunakan Absorption Costing Methodbiaya overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya.Selisih biaya overhead pabrik akan timbul apabila biaya overhead pabrik yang dibebankan berbeda dengan biaya overhead pabrik yang sesungguh- nyaterjadi. Pembebanan biaya overhead pabrik lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan lebih besar dari biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.Pembebanan biaya overhead pabrik kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jumlah biaya overhead pabrikyang dibebankan lebih kecil dari biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.

Jika semua produk yang diproduksi menggunkan Absorption Costing Methoddalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok yang belum terjual dan masih menjadi persediaan, baik produk dalam proses maupun produk jadi. Sehingga metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual.

· PenyajianLaporanLabaRugi full costing

Penyajian laporan rugi-laba menurut absorption costing menggunakan pendekatan fungsional (functional approach), yakni mengurangkan seluruh biaya produksi (variabel dan tetap) dari penjualan dan kemudian mengurangkannya dengan biaya-biaya operasi yang diklasifikasi menurut fungsi-fungsi pokok perusahaan.

Untukmemberigambaran, disajikancontohpenyajianlaporanrugi-laba dengan metode full costing,PT XYZ memproduksimakanankalenganpadatahun 1993 dengan data produksi, penjualandanbiaya-biayasesungguhnyasebagaiberikut:

Untuk tahun 1993 PT XYZ menganggarkan biaya overhead tetap total Rp250.000,00 dan biaya overhead variabel total Rp 187.500,00. Jadi anggaran biaya overhead totalnya adalah Rp437.500,00. Anggaran ini didasarkan pada kapasitas normal 12.500 kaleng.

· LaporanLabaRugiPenuh

Perhitungan harga pokok variabel ( direct costing )

Hargapokokvariabel (Variabel Costing) merupakanmetodepenentuanhargapokokproduk yang membebankan unsure biayaproduksi yang berifat variable saja. Unsurbiayaproduksi yang bersifattetapdiperlakukanbukansebagaihargapokokprodukmelainkansebagai unsure biayaperiodik.Biayaperiodikmerupakanbiaya yang lebiherathubungannyadenganperiodeakuntansidaripadadenganproduk yang dihasilkandanumumnyabiayaperiodikbersifattetap.

Penyajianlaporanrugi-labamenurut variable costing menggunakan format contribution margin, yaknimenyajikaninformasidenganmengurangkanlebihdahuluseluruhbiayavariabeldaripenjualan, barukemudianmengurangkannyadenganseluruhbiayatetap.

Perbedaan antara metode harga pokok variable (variable costing) dan metode harga pokok penuh (absorption costing) terletak pada pengakuan biaya overhead tetap, dimana pada absorption costing method biaya overhead tetap dalam memproduksi suatu produk di akui menjadi biaya untuk menghasilkan produk tersebut dan bukan menjadi beban periodik, sedangkan pada variable costing method pengakuan biaya overhead tetap di anggap sebagai biaya periodik dan tidak diakumulasi kedalam biaya untuk menghasilkan suatu unit produk.

Perbedaan dalam pengakuan biaya overhead langsung akan mengakibatkan perbandingan dan perbedaan dalam perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan laba rugi.

Perhitungan harga pokok produksi dengan Variable Costing Method adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja.

· Perhitungan harga pokok produksi dengan Variable Costing Method adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx

Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx

Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx

Dengan menggunakan metode variable Costing,biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, biaya overhead pabrik tetap tidak melekat pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.

· PenyajianLaporanLabaRugiVariabel

Penyajianlaporanrugi-labamenurut variable costing menggunakan format contribution margin, yaknimenyajikaninformasidenganmengurangkanlebihdahuluseluruhbiayavariabeldaripenjualan, barukemudianmengurangkannyadenganseluruhbiayatetap.

Untukmemberigambaran, disajikancontohpenyajianlaporanrugi-labadenganmenggunakanformat tersebut. PT XYZ memproduksimakanankalenganpadatahun 1993 dengan data produksi, penjualandanbiaya-biayasesungguhnyasebagaiberikut:

Untuk tahun 1993 PT XYZ menganggarkan biaya overhead tetap total Rp250.000,00 dan biaya overhead variabel total Rp 187.500,00. Jadi anggaran biaya overhead totalnya adalah Rp437.500,00. Anggaran ini didasarkan pada kapasitas normal 12.500 kaleng.

· LaporanLabaRugiVariabel

KELEMAHAN DAN KELEBIHAN DARI PERHITUNGAN HPP FULL DAN VARIABEL COSTING

· Keunggulan dan Kelemahan Variabel Costing

· Keunggulan Variabel Costing

1.      Alat perencanaan operasi Rencana operasi atau rencana anggaran, meliputi semua aspek operasi dimasa yangakan datang yang dirancang untung mencapai sasaran laba yang telah ditetapkan. Dengan variabel costing lebih mudah menghimpun data untuk perencanaan labayang telah ditetapkan. Tersedianya data tentang biaya variabel dan margin kontribusi memungkinkan manajemen untuk mengambil keputusan secara cepat mengenai persoalan-persoalan biaya yang dihadapi setiap hari.

2.      Penetapan harga jual Harga jual produk yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, tentu harga jual dapat bersaing dipasaran. Penentuan harga jual yang dapat bersaing bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan. Harga jual yang terlalu tinggi dapat berakibat kalahnya perusahaan dalam persaingan, sedangkan harga yang terlalu rendah dapat berakibat tidak tercapainya tujuan perusahaan yaitu tercapainya laba pada tingkat yang dikehendaki. Dengan variabel costing penetapan harga jual dapat lebih mudah dilakukan. Konsep margin kontribusi memudahkan perusahaan untuk menentukan harga jual yang dapat menutup biaya-biaya tetap seperti biaya gaji, biaya sewa, pajak dan lain sebagainya.

3.      Penentuan titik impas atau peluang pokok Bila margin kontribusi dan biaya tetap diketahui ada cara perhitungan yang sederhana untuk menentukan suatu keadaan perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi. Istilah keadaan yang demikian dikenal dengan peluang pokok atau impas atau Break Even.

4.       Alat pengendalian manajemen Laporan-laporan yang didaftarkan pada variabel costing jauh lebih efektif dari padafull costing untuk pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan oleh karena laporan-laporan tersebut dapat dihubungkan secara lebih langsung dengan sasaran laba atau anggaran dalam periode yang bersangkutan. Penyimpangan dari standart yang ditentukan dapat lebih mudah diketahui dan lebih cepat dibetulkan. Selain itu dengan variabel costing dapat ditunjukan dengan jelas tanggung jawab sesuai dengan garis organisasi, pretasi individu daoat dievaluasi dari periode yang berjalan.

· Kelemahan Variabel Costing

1.      Kesulitan dalam pemisahan biaya tetap dan variable Untuk dapat diterapkan variabel costing, biaya semi variabel harus dipisahkan kedalam biaya tetap dan biaya variabel. Secara teoritis memang tidak sulit namun dalam praktiknya tidak sepenuhnya dapat diterapkan.

2.      Tidak dapat diterima unuk pelaporan ekstern

Dalam prinsip akuntansi indonesia 1984 (Ikatan Akuntan Indonesia) disebutkan

bahwa “harga pokok barang yang diproduksi meliputi semua biaya bahan baku

langsung yang dipakai, upah langsung serta biaya produksi tidak langsung, dengan memperhitungkan saldo awal dan saldo akhir barang dalam pengolahan”. Hal ini

berarti bahwa untuk perhitungan dan pelaporan biaya produksi didasarkan pada konsep full costing.

· Kelemahan Full Costing

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kedua metode penentuan hargapokok tersebut akan menghasilkan perhitungan net income yang berbeda. Masalahnya sekarang mana yang lebih secara konseptual dan lebih mencerminkan kinerja manajemen.

1. Dengan memperlakukan BOP Tetap sebagai komponen harga pokok produk pada metode full costing, akan membawa konsekuensi dimasukkannya biaya tetap ini ke dalam rekening persediaan akhir produk selesai apabila pada periode itu kwantitas penjualan lebih kecil dari pada kwantitas produksi. Dengan demikan BOP Tetap seperti depresiasi gedung pabrik akan menjadi ? aktiva ? dalam bentuk rekening

prsediaan pada neraca.

Defenisi aktiva yang paling diterima umum adalah defenisi yang menekankan bahwa yang dinamakan aktiva itu adalah ? Cost ? yang memiliki manfaat ekonomis atau jasa potensial atau mampu menghindarkan perusahaan dari pengeluaran biaya yang sejenis di masa yang akan datang.

Bila perusahaan menumpuk persediaan dengan tujuan untuk mengantisipasi permintaan yang tinggi di masa yang akan datang, dimana kapasitas terbatas dalam jangka pendek, maka persediaan sebagai aktiva memang memiliki manfaat dimasa yang akan datang. Akan tetapi dengan memperhitungkan BOP Tetap ke dalam persediaan ? menunda pembebanan BOP Tetap ke periode akuntansi berikutnya sampai produk ini terjual ? tidak dapat menghindarkan pengeluaran biaya yang sejenis ( BOP Tetap ) di masa yang akan datang. BOP Tetap seperti depresiasi gedung pabrik akan terus terjadi dalam periode akuntansi berikutnya tanpa dipengaruhi oleh besarnya tingkat akitivitas perusahaan.

Biaya tetap ini merupakan fungsi dari waktu.2001 digitized by USU digital library 8

Kelemahan konseptual lainnya dari metode full costing ini adalah apabila ada pengeluaran biaya yang disebabkan kapasitas menganggur atau ketidak-efisienan. Biaya ini harus dibebankan pada periode terjadinya bukan ditangguhkan ke periode yang akan datang untuk dimatchingkan dengan revence saat itu. Itulah kiranya kelemahan metode full costing yang juga sekaligus menjadi keunggulan metode variable costing.

2. Menilai Hasil Kerja Manajer.

Kapasitas penjualan rata-rata akan menghasilkan laba yang baik dengan sistem metode FC. Tetapi hal ini tidak bisa dipraktekan dalam FC sebab dengan harga pokok yang rendah, manajemen harus menutupi BOPT yang dimasukkan ke period Cost. Dengan demikian manajemen harus bekerja pada titik optimal.

BREAK EVENT POINTANALISIS TITIK IMPAS ( BREAK EVENT POINT ANALISYS )

Titik impas ( break event point ) adalah volume penjualan dimana pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba maupun rugi bersih. Laba bersih akan diperoleh bilamana volume penjualan berada diatas titik impas, sedangkan rugi bersih akan diderita seandainya volume penjualan berposisi dibawah titik impas. Tujuan analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan dari hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya. Perusahaan tidak mendulang untung ketika hanya mencapai titik impas. Oleh karena itu, hanya penjualan, biaya variabel dan biaya tetap saja yang dipakai untuk menghitung titik impas. Sungguhpun titik impas normalnya bukan merupakan sasaran kinerja yang diharapkan, namun titik impas ini dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyaratkan agar perusahaan terhindar dari kerugian. Dengan demikian, titik impas menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan. Mengetahui titik impas terutama penting manakala sebuah perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru atau memasuki pasar baru. Dalam kedua kondisi tersebut, perusahaan mestilah mengevaluasi secara hati – hati potensi penjualan dan membandingkannya dengan titik impas. Dalam masa- masa resesi atau depresi, atau kompetisi yang menyengit didalam suatu industri, margin laba mungkin ditekan sampai sedemikian rupa sehingga menejemen setiap harinya perlu mengawasi kebijakan – kebijakan penentuan harga. Analisis titik impas memungkinkan perusahaan mengetahui apakah mereka berperasi dekat atau jauh dari titik impas. Dengan demikian manakala perusahaan beroperasi pada tingkat keluaran yang dekat dengan titik impasnya, bahkan perubahan kecil sekalipun dalam aktivitas perusahaan dapat berarti pebedaan antara laba dan rugi, atau bahkan antara hidup dan mati perusahaan. Demikian pula, sebuah perusahaan yang beroperasi pada tingkat aktivitas yang jauh dari titik impas mempunyai margin pengaman penjualan yang tinggi, dan akan dapat memanfaatkan informasi ini. Perusahaan akan mengetahui bahwa mereka mempunyai marjin yang relatif besar untuk melakukan manuver bisnis walaupun terdapat kompetisi dari dalam industrinya.

Komputasi titik impas : metode persamaan ( equation methode )

Titik impas dapat ditentukan secara matematis atau secara grafis, dan dapat pula dinyatakan dalam unit penjualan maupun rupiah penjualan. Ancangan matematis dengan memakai metode persamaan ( equation methode ) adalah berdasarkan pada laporan laba rugi dengan format margin kontribusi seperti berikut:

Penjualan - jumlah biaya = laba bersih

Atau,

Penjualan – biaya variabel – biaya tetap = laba bersih

Atau,

Penjualan = biaya variabel + biaya tetap+ laba bersih

Pada titik impas, laba bersihnya tentu saja nol. Oleh karena itu, titik impas dapat dihitung dengan mencari titik dimana penjualannnya sama dengan jumlah biaya variabel ditambah biaya tetapnya. Apabila diterapkan pada PT. XYZ , titik impasnya dihitung sebagai berikut :

Sebelum menghitung titik impasnya terlebih dahulu kita harus menentukan biaya tetap dan biaya variabel dari metode full dan variable costing diatas.

Metode full costing:

Biaya tetapnya = Rp. 1.580.000

( dari biaya administrasi,biaya penjualan&overhead tetap kurang dibebankan)

Biaya variabelnya = Rp. 70

( dari bbb,btk,biaya overhead variabel,biaya overhead tetap, biaya administrasi dan penjualan perunit )

Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba bersih

p=titik impas penjualan

300p= harga jual perkaleng

Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba bersih

300p = 70p + Rp.1.580.000+ 0

230p= 1.580.000

p =1.580.000 / 230

p= 6.869,56521739 unit

Metode Variable Costing:

biaya tetapnya = Rp. 1.750.000

biaya variable = Rp. 53

(dari bbb,btk,biaya overhead variabel,biaya administrasi danpenjualan perunit)

p=titik impas penjualan

300p= harga jual perkaleng

Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba bersih

300p = 53p + Rp.1.750.000+ 0

247 p= 1.750.000

p =1.750.000 / 247

p= 7.085,02024291 unit

Komputasi titik impas : metode kontribusi unit ( unit contribution methode )

Metode kontribusi unit ( unit contribution method ) sebenarnya merupakan variasi metode persamaan. Metode ini terfokus pada gagasan bahwa setiap unit yang terjual untuk memberikan suatu jumlah margin kontribusi tertentu yang akan menutup biaya tetap, yang dihasilkan oleh setiap unit yang terjual:

Metode Full Costing:

Titik impas (dalam Unit) =

Biaya Tetap

Marjin kontribusi per unit

Harga jual per unit

300

Kurang: biaya variabel per unit

70

Marjin kontribusi per unit

230

Rasio Marjin Kontribusi

= 230/300 *100%

76,7

%

titik impas dalam unit

=

1.580.000

=

6.869,57 unit

230

Titik impas =

Biaya tetap

=

1.580.000

=

2.059.973,924381

Rasio marjin kontribusi

7667%

Pembuktian

Penjualan

=

6.869,56521739

x

300

=

2.060.869,56522

Variabel

=

6.869,56521739

x

70

=

480.869,565217

Marjin Kontribusi

1.580.000

Biaya Tetap

1580000

0

Metode Variable Costing:

Titikimpas (dalam Unit) =

BiayaTetap

Marjinkontribusi per unit

Hargajual per unit

300

Kurang: biayavariabel per unit

53

Marjinkontribusi per unit

247

RasioMarjinKontribusi

= 247/300 *100%

82.3%

Titikimpas =

Biayatetap

=

1,750,000

=

2,126,366.95018

Rasiomarjinkontribusi

82.3%

Pembuktian:

Penjualan

=

7,085.02024291

x

300

=

2,125,506.07287

Variabel

=

7,085.02024291

x

53

=

375,506.072874

MarjinKontribusi

1,750,000

BiayaTetap

1,750,000

LabaBersih

0

Komputasi titik impas : ancangan grafis ( graphic approach )

Grafik Full Cost

Biaya tetap = 1.580.000

Variabel= 700.000 + 1.580.000 = 2.280.000

· Membuat sumbu vertikal untuk jumlah rupiah penjualan dan biaya dari PT. XYZ, sedangkan sumbu horizontal menunjukan volume penjualan yang dilakukan oleh perusahaan.

· Garis penjualan dipatok mulai dari nol pada sisi grafik. Titik kedua ditentukan dengan mengalikan setiap unit penjualan pada aksis horisontal dengan harga jual perunit Rp. 300. sebagai contoh, untuk penjualan 10.000 unit maka jumlah penjualan akan sebesar Rp. 3.000.000 ( 10.000 x 300 ). Garis penjualan lalu ditarik mulai dari nol tadi hingga ketitik pertemuan antara 10.000 unit dan Rp. 3.000.000

· Menarik garis biaya tetap secara horizontal mulai dari sumbu vertikal Rp. 1.580.000 karena komponen biaya tetap besarnya Rp. 1.580.000

· Garis biaya ditarik mulai dari titik biaya tetap tadi ( yakni Rp. 1.580.000 ) pada sumbu vertikal. Titik kedua ditentukan dengan mengalikan setiap unit dengan biaya variabel dan lalu ditambahkan dengan biaya tetap. Sebagai contoh untuk volume penjualan sebanyak 10.000 unit, maka besarnya jumlah biaya adalah Rp.2.280.000 ( yakni, Rp.70 x 10.000 unit + Rp.1.580.000 ). Garis biaya lalu ditarik mulai dari titik pertama sampai ketitik kedua.

· Interseksi ( perpotongan ) antara garis pendapatan dan garis biaya itulah yang merupakan titik impas. Dalam ilustrasi PT.XYZ, titik perpotongan kedua garis itu berada pada titik penjualan 6.869,56521739 unit dengan angka penjualan Rp. 2.059.973,924381

Pada gambar 7-1 tersebut tampak bahwa biaya tetap Rp. 1.580.000 dan biaya variabel Rp. 70 perunit kaleng makanan, titik impasnya pada penjualan 6.869,56521739 unit makanan kaleng, yang nilai penjualannya sebesar Rp. 2.059.973,924381

Grafik titik impas tersebut menyoroti bebarapa hal penting, selama harga jual melebihi biaya variabel ( marjin kontribusinya positif ) , maka penjualan lebih banyak produk akan lebih menguntungkan perusahaan, baik dengan meningkatkan laba ataupun mengurangi kerugian. Oleh karena itu, perusahaan lebih baik tetap beroperasi karena kerugian mereka akan lebih besar lagi jikalau perusahaan menghentikan atau menutup kegiatan usahanya. Hal seperti ini kerap terjadi pada bisnis musiman.

Grafik untuk varibel costing.

Grafik Variabel Cost

Biaya tetap = 1.750.000

Variabel= 53

53 X 10.000 + 1.750.000 = 2.280.000

Bauran penjualan dan analisis titik impas

Analisis bauran penjualan ( sales mix analisys) melibatkan penentuan kombinasi paling menguntungkan dari penjualan produk pada saat perusahaan menjual lebih dari satu lini produk atau menawarkan lebih dari satu jenis jasa. Yang sangat terkait erat dengan analisis bauran penjualan adalah kajian profitabilitas lini produk yang dirancang untuk mencari produk – produk mana yang merugikan perusahaan. Analisis impas akan lebih rumit diterapkan dalam hal perusahaan menjual barang lebih dari satu lini produk. Sebabnya adalah produk – produk yang berbeda akan mempunyai harga jual yang berlainan, biaya yang berbeda, dan marjin kontribusi yang tidak serupa. Implikasinya, titik impas akan bergantung pada bauran dimana bermacam – macam produk dijual. Sebagai ilustrasi, anggaplah PT. Pedang Menoreh mempunyai dua lini produk, lini produk AS800 dan lini produk IBX005. Untuk tahun 2001, penjualan,biaya,dan titik impas perusahaan tampak pada gambar 7-4.

Seperti yang terjadi pada gambar 7-4, titik impas adalah pada penjualan sebesar Rp. 2.400.000. titik penjualan impas ini dihitung dengan membagi biaya tetap Rp. 1.080.000 dengan rasio marjin kontribusi 45 persen. Namun penjualan sebesar Rp. 2.400.000 ini menunjukkan titik impas hanya sebatas bauran penjualan tidak berubah. Apabila bauran penjualan berubah, titik impas penjualan juga akan berubah. Hal ini dapat diilustrasikan dengan mengganggap bahwa pada tahhun 2002 terjadi pergeseran dari lini produk IBX005 yang menguntungkan ( dengan rasio marjin

Gambar

Analisis titik impas pada multi produk

Data Penjualan Tahun 2001

Produk AS800

Produk IBX005

Jumlah

Jumlah (Rp.)

Persentase (%)

Jumlah (Rp.)

Persentase (%)

Jumlah (Rp.)

Persentase (%)

Penjualan

800.000

100%

3.200.000

100%

4.000.000

100%

Kurang biaya Variabel

600.000

75%

1.600.000

50%

2.200.000

55%

Marjin Kontribusi

200.000

25%

1.600.000

50%

1.800.000

45%

Kurang biaya Tetap

1.080.000

Laba Bersih

720.000

Komputasi Titik Impas :

Biaya tetap Rp. 1.080.000,-

=

2.400.000

Rasio marjin kontribusi 45%

 

*1.800.000 + 4.000.000

Kontribusi 50% menuju lini produk AS800 yang kurang menguntungkan (yang rasio marjin kontribusinya hanya 25%).

Data penjualan untuk tahun 2002 tersaji pada tabel dibawah ini :

· ( dengan rasiio marjin kontribusi 50 % ) menuju lini produk AS800 yang kurang menguntungkan ( yang rasio marjin kontribusinya hanya 25% ). Data penjualan untuk tahun 2002 tersaji pada gambar 7-5.

Analisis Titik Impas pada Multiproduk : Terdapat Pergeseran Bauran Penjualan

PT.OPQ

Data Penjualan Tahun 2002

Produk AS800

Produk IBX005

Jumlah

Jumlah (Rp.)

Persentase (%)

Jumlah (Rp.)

Persentase (%)

Jumlah (Rp.)

Persentase (%)

Penjualan

3.200.000

100%

800.000

100%

4.000.000

100%

Kurang biaya Variabel

2.400.000

75%

400.000

50%

2.800.000

70%

Marjin Kontribusi

800.000

25%

400.000

50%

1.200.000

30%

Kurang biaya Tetap

1.080.000

Laba Bersih

120.000

Komputasi Titik Impas :

Biaya tetap Rp. 1.080.000,-

=

3.600.000

Rasio marjin kontribusi 30%

·

· Walaupun penjualan tidak mengalami perubahan ( pada Rp. 4.000.000 ), bauran penjualan mengalami perubahan yang berlawanan dengan apa yang tersaji pada gambar 7-4. Penjualan yang jumlahnya besar kini berasal dari penjualan lini produk AS800. Pergeseran bauran penjualan ini telah menyebabkan rasio marjin kontribusi merosot dari 45 % pada tahun 2001 menjadi 30 % pada 2002, sedangkan aba bersih menukik dari Rp. 720.000 pada tahun 2001 menjadi Rp. 120.000 pada tahun 2002. Titik impas penjualan mengalami peningkatan dari Rp. 2.400.000 pada tahun 2001 menjadi Rp. 3.600.000 pada tahun 2002.

Margin pengaman penjualan ( margin of safety )

para manajer menggunakan beberapa indikator untuk mengevaluasi resiko yan dihadapi dalam mengopersikan suatu bisnis. Salah satu ukuran resiko yang paling penting adalah marjin pengaman penjualan. Margin pengaman penjualan ( margin of safety ) adalah kelebihan penjualan yang dianggarkan diatas volume penjualan impas. Marjin pengaman penjualan ini menentukan seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan menderita kerugian. Rumus untuk menghitung marjin pengaman penjualan adalah:

(Marjin pengaman penjualan = penjualan dianggarkan – penjualan impas )

(Marjin pengaman penjualan = marjin pengaman penjualan Penjualan )marjin pengaman penjualan bisa pula dinyatakan dalam rupiah atau dalam bentuk persentase. Persentase ini dicari dengan membagi marjin pengaman penjualan dengan jumlah rupiah penjualan, seperti yang dipaparkan dalam rumus berikut :

marjin pengaman penjualan penjualan dapat dipandang sebagai ukuran kasar resiko. Selalu terdapat kejadian – kejadian, yang tidak diketahui ketika rencana disusun, yang dapat menurunkan penjualan

dibawah tingkat yang diharapkan sebelumnya. Perusahaan dengan marjin pengaman penjualan yang besar kurang rentan terhadap dampak penurunan permintaan penjualan yang disebabkan kemerosotan ekonomi, perubahan perilaku konsumen, ataupun kondisi persaingan bisnis.

Konsekuensinya, ketentuan sederhana yang dipakai untuk menerapkan marjin pengaman penjualan dalam sebuah perusahaan adalah : semakin besar marjin pengaman penjualannya, semakin rendah resiko usahanya.

Gambar dibawah ini menguraikan marjin pengaman penjualan yang dinyatakan dalam persentase untuk pt XYZ dengan menggunakan dua metode . marjin pengaman penjualan bisa juga dinyatakan dalam unit produk ( jika perusahaan hanya mempunyai satu produk ) dengan cara membagi marjin pengaman penjualan dalam rupiah dengan harga jual perunit produk.

Marjin pengaman full costing

PT.XYZ

Jumlah (Rp.)

Persentase (%)

Penjualan

3.000.000

100%

Kurang biaya Variabel

700.000

23,33%

Marjin Kontribusi

2.300.000

76,67%

Kurang biaya Tetap

1.580.000

Laba Bersih

720.000

Titik Impas :

1.580.000 : 76,67%

=

2.060.779,96608

Marjin Pengaman dalam Rupiah :

(Jumlah Penjualan - penjualan impas)

Rp. 3.000.000 - Rp.2.060.779,96608

=

Rp. 939.220,03392

Marjin Pengaman dalam Persentase :

Rp. 939.220,03392 ÷ Rp. 3.000.000

=

31,3%

Marjin pengaman variabel costing

PT.XYZ

Jumlah (Rp.)

Persentase (%)

Penjualan

3.000.000

100%

Kurang biaya Variabel

530.000

17,67%

Marjin Kontribusi

2.470.000

82,33%

Kurang biaya Tetap

1.750.000

Laba Bersih

720.000

Titik Impas :

1.750.000 : 82.3333333%

=

2.125.506

Marjin Pengaman dalam Rupiah :

(Jumlah Penjualan - penjualan impas)

Rp. 3.000.000 - Rp. 2.125.506

=

874.494

Marjin Pengaman dalam Persentase :

Rp. 874.494 ÷ Rp. 3.000.000

=

29,15%

Kesimpulan

· Analisis biaya volume laba tergantug pada sejumlah asumsi yang membatasi, diantara asumsi –asumsi tersebut adalah semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya tetap dan biaya variabel.

· Untuk penentuan harga pokok metode variabel / direct costing biaya tetap masuk ke biaya periode,sedangkan untuk penentuan harga pokok dengan metode full costing biaya tetap masuk ke harga pokok penjualan suatu produk.

· Laba rugi untuk kedua metode tersebut sama apabila jumlah barang yang diproduksi dengan yang terjual sama ( selama tidak ada persediaan awal ).

· Apabila persediaan awal lebih kecil dari persediaan akhir, maka laba dari metode full costing lebih besar dari metode variabel costing.

· Apabila persediaan awal lebih besar dari persediaan akhir, maka laba dengan metode full costing lebih kecil dari metode variabel costing.

· Tiik impas adalah volume penjualan dimana jumlah pendapatan dan jumlah bebannya adalah sama, tidak ada laba maupun rugi. Laba bersih akan diperoleh apabila volume penjualan berada diatas titik impas, sedangkan rugi akan diperoeh apabila penjualan dibawah titik impas.

· Tujuan dari analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan penjualan adalah sama dengan jumlah biaya tetap dan variabel.

· Marjin pengaman penjualan ( margin of safety ) adalah kelebihan penjualan yang dianggarkan diatas volume penjualan impas.

· Marjin pengaman penjualan ini menentukan seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan mengalami kerugian.

· Bauran penjualan menggambarkan persentase dari setiap penjualan lini produk terhadap jumlah penjualan.

Daftar pustaka hendry simamora,bab analisa biaya volume laba.1994 penerbit salemba empat

Jawaban untuk pertanyaan pak nanda kemarin

.

Apakah manfaat dari analisis biaya volume dan laba ( sebutkan 4 )

MANFAAT ANALISIS BIAYA VOLUME DAN LABA :

1. Hubungan antara biaya volume dan laba dipengaruhi oleh 5 faktor atau suatu kombinasi faktor – faktor berikut ini :

· Harga jual perunit

· Volume penjualan komposisi produk yang dijual

· Biaya variabel

· Total biaya tetap

Agar perencanaan laba perusahaan dapat efektif, menejemen harus dapat memperkirakan dampak perubahan masing – masing faktor tersebut terhadap laba bersih, return of investment perusahaan.

2. Pembuatan anggaran pendapatan dan biaya dan penyajian informasi tersebut dalam grafik laba dan volume merupakan alat yang efektif dalam menyajikan informasi bagi menejemen dalam untuk keperluan perencanaan laba jangka pendek.

3. Kondisi diatas memungkinkan menejemen untuk memperkirakan pengaruh kegiatan atau usaha – usaha yang akan dilaksanakan dan pengaruh perubahan kondisi pasar terhadap laba.

-

MAKALAH

AKUNTANSI MANAJEMEN

TENTANG ANALISIS BIAYA , VOLUME DAN LABA

KELOMPOK I

Disusun oleh :

1. Ade wardana 2012 02 2710

2. Alfia rahmah 2014 35 2707

3. Eri solihin sobari 2016 35 3381

4. Ida ayu fitrianingsih 2014 35 2697

5. Mutrika 2014 35 2706

6. Muhammad taufik koto 2014 35 2788

7. Riska afriani 2014 35 2700

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AHMAD DAHLAN

JURUSAN AKUNTANSI 2014