Blansing Dan Pasteurisasi
-
Upload
dheyadesita -
Category
Documents
-
view
88 -
download
5
Transcript of Blansing Dan Pasteurisasi
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Blansing
Dalam praktikum bahan pangan dan dasar-dasar pengolahan yang
dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2011 ini dikenalkan macam-macam
proses termal, yaitu blansing, pasteurisasi dan pengalengan atau
sterilisasi. Namun, kegiatan yang dilakukan pada praktikum ini hanya dua
macam proses termal, yaitu blansing dan pasteurisasi.
Blansing adalah perlakuan panas yang pendek dengan air panas/uap
panas sebelum pengalengan, pembekuan, pengeringan. Blansing dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu 1). Dalam air mendidih, selama 1,5 12
menit, pada suhu 880C - 990C dan 2). Dalam stim pada tekanan 1 atm dan
suhu 1000C (Tjahjadi, 2011).
Tujuan dari blansing adalah a). Menonaktifkan enzim terutama
polifenoloksidase (penyebab pencokelatan enzimatis), lipoksigenase
(penyebab ketengikan), ascorbic acid oxidase (penyebab penguraian
vitamin C), serta katalase dan peroksidase (keduanya dipakai sebagai
indikator kecukupan blansing); b). Menghilangkan kotoran yang melekat;
c). Mengurangi jumlah mikroorganisme; d). Melenturkan jaringan hingga
mudah masuknya ke dalam kemasan; dan e). Mengeluarkan udara dari
jaringan untuk mencegah reaksi oksidasi, mencegah agar tekanan dalam
kemasan sewaktu sterilisasi jangan terlalu tinggi, memudahkan sortasi
berdasarkan berat jenis serta membuat jaringan yang hijau tampak lebih
cerah (Tjahjadi, 2011).
Pada praktikum kali ini, bahan yang digunakan untuk melakukan
percobaan adalah beberapa jenis sayuran seperti kubis, wortel, buncis dan
tomat. Sebelum blansing dilakukan, bahan-bahan tersebut diberikan
beberapa perlakuan diantaranya pencucian dan pemotongan. Pencucian
bertujuan agar bahan-bahan yang akan diblansing bersih dari kotoran.
Pemotongan bertujuan agar bahan lebih mudah untuk diblansing.
Blansing yang dilakukan dalam praktikum ini terdapat dua cara, yaitu
blansing dengan air mendidih dan blansing dengn uap air (kukus).
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
Pengamatan mengenai blansing ini dapat dilihat pada tabel 1 sampai
dengan tabel 5.
Tabel 1. Blansing pada Kubis
Pengamatan Keadaan
Sebelum Sesudah Dikukus Sesudah Direbus
Warna Putih kehijauan Lebih hijau / Hijau
cerah
Lebih hijau / Hijau
cerah
Aroma Khas kubis Aroma khas kubis Aroma khas kubis
lebih menyengat
Tekstur Tipis, licin, terdapat
tulang daun
Kesat, tulang daun
menjadi lebih lunak
Kesat, tulang daun
menjadi lebih lunak
Suhu Suhu kamar Sebelum: 610C
Sesudah: 740C
Air es awal : 150C
Air es akhir: 150C
Sebelum: 610C
Sesudah: 740C
Air es awal : 150C
Air es akhir: 160C
Gambar
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kubis yang telah
diblansing kukus maupun diblansing rebus memiliki warna lebih cerah,
hal ini disebabkan oleh enzim yang terdapat dalam kubis tersebut
dinonaktifkan, terutama enzim polifenoloksidasi yang merupakan
penyebab pencokelatan enzimatis, dan enzim katalase dan peroksidase
yang digunakan sebagai indikator kecukupan blansing. Selain itu, kubis
yang telah diblansing kukus maupun diblansing rebus memiliki tekstur
yang lebih lunak. Hal ini dikarenakan blansing dapat menyebabkan
pelenturan jaringan, sehingga kubis lebih mudah dimasukkan ke dalam
kemasan apabila kubis tersebut akan dikemas.
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
Setelah proses blansing dilakukan, kubis dimasukkan kedalam air es.
Alasan menggunakan air es dari pada air biasa adalah untuk
pengkondisian agar kontak antara kubis dengan air es merata sehingga
penurunan suhu yang terjadi pada kubis tersebut pun merata. Berbeda
halnya dengan air. Apabila menggunakan air, kontak antara kubis dengan
air tidak merata dan penurunan suhunya pun tidak merata. Selain pada
kubis, blansing kukus dan blansing rebus pun dilakukan pada buncis.
Hasil pengamatan dari blansing pada buncis dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Blansing pada Buncis
Pengamatan Keadaan
Sebelum Sesudah Dikukus Sesudah Direbus
Warna Hijau muda, pucat Hijau cerah Hijau cerah
Aroma Khas buncis Khas buncis Aroma khas buncis
lebih menyengat
Tekstur Keras (+++),
Kulit halus (++)
Keras (++),
Kulit halus (+++)
Keras (++),
kulit halus (+++)
Suhu Suhu kamar Sebelum: 700C
Sesudah: 720C
Air es awal : 140C
Air es akhir: 140C
Sebelum: 930C
Sesudah: 940C
Air es awal : 150C
Air es akhir: 150C
Gambar
Pada tabel di atas terlihat bahwa tekstur buncis sebelum diblansing
lebih kasar dari pada buncis yang sudah diblansing. Kulit buncis yang
telah diblansing lebih halus dari pada kulit buncis sebelum diblansing.
Hal ini disebabkan oleh pelenturan jaringan akibat blansing. Warna
buncis baik yang sedah diblansing kukus maupun diblansing rebus lebih
cerah dari pada buncis sebelum diblansing, karena enzim yang terdapat
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
dalam buncis dinonaktifkan. Aroma khas buncis yang diblansing rebus
lebih menyengat dari pada aroma khas buncis yang diblansing kukus.
Buncis yang diblansing rebus memperoleh panas lebih tinggi dari pada
blansing kukus sehingga udara yang ada dalam jaringan buncis lebih
banyak keluar pada saat blansing rebus dari pada saat blansing kukus.
Suhu yang digunakan antara blansing kukus dan blansing rebus berbeda,
suhu untuk blansing rebus lebih tinggi dari pada suhu blansing kukus.
Selain pada kubis dan buncis, blansing juga dilakukan pada wortel.
Blansing pada wortel ini dibagi menjadi dua, yaitu wortel yang dipotong
dadu dan wortel yang dipotong bulat. Hasil pengamata blansing pada
wortel yang dipotong dadu dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Blansing pada Wortel yang Dipotong Dadu
Pengamatan Keadaan
Sebelum Sesudah Dikukus Sesudah Direbus
Warna Orange terang Orange keruh Orange keruh
Aroma Khas wortel Khas wortel Khas wortel
Tekstur Keras Agak lunak Agak lunak
Kemudahan
mengupas
Sulit Mudah -
Suhu Suhu kamar Sebelum: 700C
Sesudah: 720C
Air es awal : 140C
Air es akhir: 140C
Sebelum: 920C
Sesudah: 960C
Air es awal : 150C
Air es akhir: 150C
Gambar
Berdasarkan tabel di atas, warna pada wortel sebelum diblansing
adalah orange terang, sedangkan warna wortel baik setelah diblansing
kukus maupun diblansing rebus menjadi orange keruh. Padahal pada
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
umumnya warna sayuran yang telah diblansing menjadi lebih cerah,
karena enzim yang terdapat dalam sayuran tersebut dinonaktifkan
terutama enzim polifenoloksidase yang merupakan penyebab
pencokelatan enzimatis. Kemungkinana kesalahan yang terjadi dalam
praktikum kali ini adalah air yang digunakan untuk merebus wortel telah
digunakan untuk merebus sayuran lain, sehingga zat warna dari sayuran
lain yang menempel dalam air rebusan tersebut terserap oleh wortel.
Selain itu, dandang yang digunakan untuk mengukus wortel pun telah
digunakan untuk mengukus sayuran lain sehingga zat warna dari sayuran
lain yang tertinggal pada saringan dandang menempel pada wortel yang
sedang dikukus.
Kemudahan mengupas wortel yang telah dikukus lebih mudah dari
pada wortel yang belum dikukus. Hal ini dikarenakan jaringan pada
wortel menjadi lunak akibat dari blansing sehingga dapat mempermudah
proses pengupasan. Aroma wortel dadu yang dipotong dadu baik
sebelum diblansing maupun setelah diblansing kukus dan blansing rebus
tetap sama, yaitu aroma khas wortel. Selain wortel yang dipotong
berbentuk dadu, blansing juga dilakukan pada wortel berbentuk bulat.
Pengamatan pada wortel berbentuk bulat dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Blansing pada Wortel Bulat
Pengamatan Keadaan
Sebelum Sesudah Dikukus Sesudah Direbus
Warna Orange muda Orange cerah Orange tua dan gelap
Aroma Khas wortel Khas wortel segar Khas wortel matang
Tekstur Padat dan keras Lebih lentur Lebih lentur
Suhu Suhu kamar Sebelum: 700C
Sesudah: 750C
Air es awal : 140C
Air es akhir: 140C
Sebelum: 920C
Sesudah: 910C
Air es awal : 150C
Air es akhir: 150C
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
Gambar
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa warna wortel sesudah di
blansing kukus menjadi lebih cerah dari pada wortel sebelum diblansing.
Namun, warna wortel yang telah diblansing rebus menjadi berwarna
orange lebih tua dan gelap. Selain itu, aroma wortel yang diblansing
rebus menunjukkan aroma wortel matang sedangkan aroma wortel yang
dikukus menunjukkan aroma wortel yang segar.
Baik blansing kukus maupun blansing rebus menyebabkan
pelenturan jaringan, sehingga tekstur wortel setelah diblansing lebih
lentur dari pada wortel seelum diblanasing. Selain wortel yang dipotong
bulat , kubis, buncis, dan wortel yang dipotong dadu, blansing kukus dan
blansing rebus juga dulakukan pada tomat. Hasil pengamatan blansing
pada tomat dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Blansing pada Tomat
Pengamatan Keadaan
Sebelum Sesudah Dikukus Sesudah Direbus
Warna Merah orange Merah orange Merah orange
Aroma Khas tomat (+++) amis Khas tomat (++)
Tekstur Keras (++) Keras (++) Lunak (+)
Kemudahan
mengupas
Sulit Agak mudah Mudah
Suhu Suhu kamar Sebelum: 60 0C
Sesudah: 600C
Air es awal : 140C
Air es akhir: 150C
Sebelum: 920C
Sesudah: 900C
Air es awal : 150C
Air es akhir: 150C
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
Gambar
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa aroma tomat sebelum
diblansing adalah aroma khas tomat, setelah blansing kukus aromanya
menjadi berbau amis dan setelah blansing rebus beraroma sama seperti
sebelum diblansing yaitu khas tomat. Tomat yang diblansing rebus lebih
mudah dikupas kulitnya dari pada tomat yang diblansing kukus dan
tomat yang sebelum diblansing. Hal ini disebabkan karena proses
pemanasan blansing rebus lebih tinggi dari pada blansing kukus sehingga
panas yang diserap tomat lebih efisien. Pada tabel juga terlihat bahwa
tomat yang direbus lebih lunak dari pada yang dikukus. Hal ini
disebabkan karena pelenturan jaringan yang ada dalam tomat akibat
proses blansing. Selain itu, juga karena proses perebusan lebih banyak
menyerap air, sehingga tomat menjadi lebih lunak.
B. Pasteurisasi Pasteurisasi adalah perlakuan panas yang lebih ringan dari
sterilisasi, biasanya suhu yang digunakan dibawah 1000C. Tujuan dari
pasteurisasi adalah 1). Membunuh semua bakteri patogen (penyebab
penyakit) yang umumnya dijumpai pada bahan pangan yaitu bakteri-
bakteri patogen yang berbahaya ditinjau dari kesehatan masyarakat; 2).
Memperpanjang daya tahan simpan bahan panagn dengan jalan
mematikan bakteri pembusuk dan menonaktifkan enzim pada bahan
pangan yang asam (pH
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
menyebabkan timbulnya flavor susu masak dan lapisan tipis disekitar
butiran lemak kemungkinan rusak sehingga mengurangi kecenderungan
susu membentuk krim. Selama proses pemasakan, susu harus terus
diaduk untuk menghindari pecahnya protein susu. Setelah pemasakan,
susu harus segera didinginkan untuk mencegah terkontaminasinya susu
oleh bakteri. Kemungkinan kerusakan pada laktosa kasein dan unsur
lemak sangatlah kecil, tetapi vitamin C akan mudah rusak bila tidak
segera didinginkan. Umur simpan susu pasteurisasi tidak lama sehingga
lebih baik disimpan dalam lemari es.
Pada praktikum ini, susu yang digunakan dibedakan dua jenis yaitu
susu pasteurisasi dan susu tanpa pasteurisasi. Kedua jenis susu ini
dibedakan dalam hal penyimpanannya, yakni dalam lemari es dan dalam
suhu ruang. Kedua susu akan memperlihatkan perbedaan dari segi aroma,
warna dan tebal lapisan krim. Hasil pengamatan dari susu pasteurisasi
pada suhu dapat dillihat pada tabel 6.
Tabel 6. Susu Pasteurisasi pada Suhu Ruang (240C)
Pengamatan Sebelum Sesudah 2 hari
Warna Putih Terdapat 2 fase, fase bawah
berwarna putih susu sedangkan fase
atas berwarna putih susu yang lebih
pekat.
Aroma Khas susu Berbau susu basi (tengik)
Tebal
lapisan krim
Belum terdapat
lapisan krim
0,8 cm. Warna krim lebih pekat dari
pada warna susunya
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah 2 hari, susu
mengalami perubahan warna, aroma dan tebal lapisan krim. Semula susu
berwarna putih, namun setelah 2 hari warna susu berubah dan terdapat 2
fase yakni fase bawah yang berwarna putih susu dan fase atas yang
berwarna putih susu lebih pekat dari pada fase bawah. Tekstur susu
bagian atas menjadi menggumpal sedangkan bagian bawah tetap cair
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
karena kasein tidak terdegradasi pada temperatur proses pasteurisasi, tapi
terkoagulasi (tergumpalkan) pada saat dididihkan dan beberapa enzim
inaktif dan sebagian protein whey tidak larut. Aroma susu setelah 2 hari
menjadi bau basi (tengik). Aroma susu menjadi bau basi karena pada
penyimpanan suhu ruang lemak susu mudah sekali menyerap bau di
sekitarnya (sifat lemak susu). Selain itu, terdapat lapisan krim setebal 0,8
cm. Perubahan-perubahan yang terjadi pada susu ini menunjukkan
adanya pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Walaupun telah
dipasteurisasi, tetapi bakteri tetap dapat tumbuh, namun waktu
pertumbuhannya lebih lambat karena daya tahan simpan susu
diperpanjang oleh adanya pasteurisasi. Selain susu pasterurisasi, susu
tanpa pasterusisasi pun disimpan pada suhu ruang yang digunakan
sebagai perbandingan. Hasil pengamatan pada susu tanpa pasteurisasi
dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Susu Tanpa Pasteurisasi pada Suhu Ruang (240C)
Pengamatan Sebelum Sesudah 2 hari
Warna Putih Terdapat 3 fase. Fase paling bawah
berwarna bening agak keruh (seperti
air kelapa), fase kedua berwarna
putih susu dan fase paling atas
berwarna putih kekuningan.
Aroma Khas susu Berbau susu basi (tengik) sangat
menyengat.
Tebal lapisan
krim
Belum terdapat
lapisan krim
5 6,5 cm (lapisan krim tidak
merata)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa susu tanpa
pasteurisasi yang disimpang pada suhu ruang mengalami perubahan
warna, aroma dan tebal lapisan krim setelah disimpan selama 2 hari.
Warna susu menjadi 3 fase dari semula berwarna putih, yakni fase paling
bawah berwarna bening agak keruh seperti air kelapa, fase kedua
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
berwarna putih susu dan fase ketiga atau fase paling atas berwarna putih
kekuningan. Semula susu beraroma khas susu namun setelah 2 hari
aroma susu menjadi bau basi atau tengik yang sangat menyengat karena
lemak susu menyerap bau di sekitarnya. Selain itu terdapat lapisan krim
yang cukup tebal. Karena lapisan krim tidak merata maka tebal lapisan
krim tersebut berkisar antara 5 - 6,5 cm.
Apabila dibandingkan dengan susu pasteurisasi, aroma pada susu
tanpa pasteurisasi setelah dua hari lebih menyengat. Tebal lapisan krim
pada susu tanpa pasteurisasi lebih tinggi dari pada susu pasteurisasi. Hal
ini disebabkan bakteri susu tanpa pasteurisasi tetap bertahan sehingga
pembusukannya lebih cepat. Sedikitnya kadar gumpalan pada susu
pasteurisasi dimungkinkan karena selama proses pasteurisasi, sebagian
krim susu telah mengalami penguraian dan pemecahan. Selain susu yang
disimpan pada sushu ruang, ada pula susu yang disimpan pada lemari es
atau suhu refrigerator. Hasil pengamatan dari susu pasteurisasi pada suhu
refrigerator dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Susu Pasteurisasi pada Lemari Es
Pengamatan Sebelum Sesudah 5 hari
Warna Putih Terdapat 3 fase. Fase paling bawah
berwarna putih, fase kedua
berwarna putih kekuningan dan fase
paling atas berwarna kuning.
Aroma Khas susu Aroma susu
Tebal lapisan
krim
Belum terdapat
lapisan krim
1 cm
Tekstur Cair Lembut, lunak, susu menjadi beku
Suhu Suhu awal : 30C Suhu akhir : 20C
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi perubahan
pada susu setelah disimpan dalam lemari es selama 5 hari. Perubahan
tersebut diantaranya warna susu sebelum dimasukkan ke dalam lemari es
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
berwarna putih, tapi setelah dimasukkan ke dalam lemari es selama 5 hari
berubah warna yakni terdapat 3 fase, fase paling bawah berwarna putih,
fase kedua berwarna putih kekuningan dan fase paling atas berwarna
kuning. warna susu lama kelamaan menjadi putih kekuningan karena
lemak dan karoten dalam susu terlarut dan tergumpalkan. Terdapat tebal
lapisan krim setinggi 1 cm, dan tekstur susu pun berubah. Semula susu
bertekstur cair, setelah dimasukkan ke dalam lemari es berubah menjadi
lembut, lentur dan susu menjadi memadat (beku). Baik sebelum maupun
sesudah disimpan dalam lemari es selama 5 hari aroma susu tidak
berubah yaitu aroma khas susu. Aroma susu tetap sama kerena sebagian
besar mikroorganisme dalam susu mati karena proses pasteurisasi
(mikroorganisme mati pada suhu tinggi).
Jika dibandingkan dengan susu pasteurisasi yang disimpan pada
suhu ruang, susu pasteurisasi yang disimpan di dalam lemari es memiliki
daya tahan simpan yang lebih lama, hal ini dapat dilihat dari perbedaan
aroma diantara keduanya. Susu pasteurisasi yang disimpan pada suhu
ruang selama dua hari menimbulkan bau tengik, sedangkan susu
pasteurisasi yang disimpan pada lemari es yang disimpan selama 5 hari
tidak menimbulkan bau tengik. Aroma susu tetap seperti susu biasa.
Apabila dibandingkan dengan susu tanpa pasteurisasi, susu yang
disimpan dalam lemari es tetap memiliki daya tahan simpan yang lebih
lama. Susu tanpa pasteurisasi yang disimpan pada suhu ruang selama dua
hari menimbulkan bau tengik, sedangkan susu pasteurisasi yang disimpan
pada lemari es yang disimpan selama 5 hari tidak menimbulkan bau
tengik. Serta lapisan krim yang terbentuk pada susu pasteurisasi yang
disimpan pada lemari es lebih tipis dari pada susu tanpa pasteurisasi yang
disimpan pada suhu ruang. Bakteri pada susu tanpa pasteurisasi lebih
cepat berkembang dari pada susu pasteurisasi yang disimpan pada lemari
es sehingga lebih cepat terjadinya pembusukan yang akhirnya
menimbulkan bau tengik. Selain susu pasteurisasi yang disimpan pada
lemari es, susu tanpa pasteurisasi pun disimpan didalam lemari es. Hasil
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
pengamatan dari susu tanpa pasteurisasi yang disimpan pada lemari es
dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Susu Tanpa Pasteurisasi pada Lemari Es
Pengamatan Sebelum Sesudah 5 hari
Warna Putih Putih
Aroma Khas susu Aroma susu tidak menyengat
Tebal lapisan
krim
Belum terdapat
lapisan krim
1,3 cm
Suhu Suhu awal : 40C Suhu akhir : 20C
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa warna susu tanpa
pasteurisasi sebelum dan dedudah dimasukkan ke dalam lemari es tidak
begitu mengalami perubahan, susu tetap berwarna putih. Aroma susu
berubah namun tidak menyengat. Tebal lapisan krim 1,3 cm.
Apabila dibandingkan dengan susu tanpa pasteurisasi yang di
simpan pada suhu ruang, susu tanpa pasteurisasi yang disimpan dalam
lemari es memiliki daya tahan simpan lebih lama. Hal ini dapat terlihat
dari tebal lapisan krim, lapisan krim susu tanpa pasteurisasi yang
disimpan pada suhu ruang lebih tebal dari pada susu tanpa pasteurisasi
yang disimpan di dalam lemari es. Tebal lapisan krim susu tanpa
pasteurisasi pada suhu ruang antara 5 6,5 cm sedangkan tebal susu
tanpa pasteurisasi yang disimpan di dalam lemari es 1,3 cm.
Jika dibandingkan dengan susu pasteurisasi yang disimpang pada
suhu ruang, susu tanpa pasteurisasi yang disimpan di dalam lemari es
memiliki daya tahan simpan yang lebih pendek. Hal ini terjadi karena
susu tanpa pasteurisasi tidak mengalami pemanasan pada suhu 650C,
sehingga bakteri pembusuk yang terdapat dalam susu tersebut tetap dapat
bertahan hidup dan berkembang biak lebih cepat.
Susu tanpa pasteurisasi jika dibandingkan dengan dengan susu
pasteurisasi yang sama-sama disimpan di dalam lemari es selama 5 hari
memiliki daya tahan simpan yang lebih pendek. Hal ini dapat terlihat dari
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
perbedaan tebal lapisan krim. Lapisan krim pada susu tanpa pasteurisasi
lebih tinggi dari pada suhu pasteurisasi. Tebal lapisan krim pada susu
tanpa pasteurisasi adalah 1,3 cm sedangkan tebal lapisan krim pada susu
pasteurisasi adalah 1 cm. Selain itu, susu tanpa pasteurisasi pun tidak
mengalami pemanasan pada suhu 650C sehingga enzim yang terdapat
dalam susu tersebut tetap aktif dan bakteri pembusuk pun tetap hidup dan
dapat berkembang biak. Pada dua susu yang disimpan pada suhu ruang,
pembusukkan jauh lebih cepat terjadi dibandingkan dengan yang
disimpan dalam lemari es.
Dari keempat tabel diatas, semua susu mengalami pengendapan
dan koagulasi susu yaitu berupa lapisan krim, karena di dalam susu
terdapat protein susu. Protein susu ini mengendap dan terkoagulasi
karena protein mempunyai titik isoelektrik protein dimana jika protein
diberi pemanasan protein akan terdenaturasi (pecah) dan disimpan pada
pH dibawah 4,6 muatan listriknya menjadi nol. Di dalam susu
terkandung protein total 3,3%. Protein susu mengandung sembilan asam
amino esensial yang dibutuhkan tubuh manusia. Terdapat dua kategori
utama protein susu yang dibedakan dari sisi komposisi kimia dan sifat
fisiknya yaitu kasein dan whey. Kasein adalah protein yang paling
banyak tersedia di susu. Protein ini relatif tidak bisa larut dan cenderung
membentuk struktur yang disebut misel yang meningkatkan kelarutannya
di air. Whey adalah limbah dari pembuatan keju atau limbah pembuatan
mentega. Whey adalah serum susu yang terdiri dari komponen utamanya
adalah laktosa (4-7 %) dan protein (0.6 1.0 %).
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
VI. KESIMPULAN
Sayuran yang telah diblansing, baik blansing kukus maupun blansing
rebus umumnya memiliki warna yang lebih cerah dari pada sayuran
sebelum diblansing.
Untuk beberapa sayuran tertentu blansing rebus dapat mempermudah
untuk pengupasan kulit.
Susu pasteurisasi memiliki daya tahan simpan yang lebih lama dari pada
susu tanpa pasteurisasi.
Susu yang disimpan di dalam lemeri es memiliki daya tahan simpan lebih
lama dari pada susu yang di simpan pada suhu ruang.
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
DAFTAR PUSTAKA
Tjahjadi, C dan Herlina Marta. 2011. Pengantar Teknologi Pangan. Universitas Padjajaran, Bandung.
Tjahjadi,C. dkk. 2009. Praktikum Bahan Pangan dan Dasar-Dasar Pengolahan. Universitas Padjajaran, Bandung.
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
Jawaban Pertanyaan
A. Sterilisasi 1. Apa sebabnya menonaktifkan enzim penting dalam proses pengolahan
sayuran dan buah-buahan?
Jawab: Sebab inaktivasi enzim penting dalam proses pengolahan sayuran
dan buah-buahan karena enzim mengahasilkan perubahan-
perubahan pada bahan makanan salah satunya yaitu pencoklatan,
perubahan flavor, aroma dan pembusukkan
2. Faktor apa saja yang kiranya dapat memengaruhi lama blansing?
Jawab:
1. Suhu
Jika suhunya tinggi maka sayuran dan buah-buahan yang telah
diblansing tidak mudah membusuk
2. Waktu
Waktu blansing dapat memengaruhi kelembutan tekstur, daya
pengupasan kulit dan kemudahan untuk memotong daging buah dan
sayuran.
3. Volume air
Volume air yang banyak membuat buah dan sayuran menyerap air
lebih banyak. Sehingga kandungan air dalam buah dan sayuran lebih
banyak. Dan daging buah dan sayuran lebih mudah untuk dipotong.
3. Apa keuntungan dan kerugian dari blansing menggunakan medium air dan
uap air?
Jawab:
a. Mengguinakan medium air
Keuntungan : Memerlukan waktu yang singkat karena penetrasi
panas lebih cepat terjadi pada medium uap air
Kerugian : Kehilangan komponen terlarut bahan
b. Menggunakan medium uap air
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
Keuntungan : Kehilangan komponan terlarut bahan masih bisa
diminimalkan
Kerugian : Lebih sulit mencapai suhu seragam jika blanshing
dalam jumlah banyak/berukuran besar.
B. Pasteurisasi 1. Mengapa selama proses pemasakan harus dilakukan pengadukan?
Jawab: Selama proses pemasakan harus dilakukan pengadukan Agar
protein dalam susu tidak menggumpal dan dengan pecahnya
molekul-molekul protein.
2. Apa yang terjadi bila suhu lebih tinggi dan waktu yang sama?
Jawab: kelebihan batas suhu akan menyebabkan timbulnya flavor susu
masak dan lapisan tipis disekitar butiran lemak kemungkinan rusak
sehingga mengurangi kecenderungan susu membentuk krim. Selain itu,
yang terjadi bila digunakan suhu tinggi dan waktu yang sama adalah
menjadi tidak efisien dan terlalu lama. Karena suhu tinggi waktu yang
dihabiskan harusnya lebih sedikit.