Bisinosis(RTS)

15
Bisinosis PENDAHULUAN Bisinosis dikenal lebih dari 100 tahun, kata bisinosis di kemukakan oleh dokter Perancis berasal dari bahasa Yunani bysos yang berarti kain atau rami yang dihasilkan oleh tanaman kapas, hamp atau flax. Salah satu bahaya kesehatan yang ditimbulkan karena penghisapan debu kapas, hemp atau flax sebagai bahan dasar tekstil adalah penyakit bisinosis. Kapas adalah serat alam berasal dari tanaman spesies Gossypium, merupakan tanaman subtropics yang lebih tahan terhadap cuaca buruk dibandingkan dengan tanaman komersil lainnya. Tanaman ini mulai berbunga sesudah empat bulan, mula-mula timbul bunga putih susu, kemudian berubah jadi ungu kemerahan lalu jatuh dalam dua hari dan menjadi bola-bola kapas yang tumbuh jadi besar. Serabut putih yang muncul dari bola kapas yang pecah disebut kapas dan sudah bisa dipetik. Debu kapas adalah debu yang dilepas ke udara pada saat pengolahan serat kapas. Debu kapas pada waktu panen, pengangkutan dan pengolahan tidak hanya mengandung bahan yang berasal dari serat kapas saja tetapi tercemar oleh bahan lain dari tanaman seperti daun, ranting, biji, berbagai organisme seperti virus, bakteri, jamur dan bahan lain dari tanah. Bisinosis disebut juga brown lung disease, cotton bract atau cotton lung disease. DEBU KAPAS

Transcript of Bisinosis(RTS)

Page 1: Bisinosis(RTS)

Bisinosis

PENDAHULUAN

Bisinosis dikenal lebih dari 100 tahun, kata bisinosis di kemukakan oleh dokter Perancis berasal

dari bahasa Yunani bysos yang berarti kain atau rami yang dihasilkan oleh tanaman kapas, hamp

atau flax. Salah satu bahaya kesehatan yang ditimbulkan karena penghisapan debu kapas, hemp

atau flax sebagai bahan dasar tekstil adalah penyakit bisinosis. Kapas adalah serat alam berasal

dari tanaman spesies Gossypium, merupakan tanaman subtropics yang lebih tahan terhadap cuaca

buruk dibandingkan dengan tanaman komersil lainnya. Tanaman ini mulai berbunga sesudah

empat bulan, mula-mula timbul bunga putih susu, kemudian berubah jadi ungu kemerahan lalu

jatuh dalam dua hari dan menjadi bola-bola kapas yang tumbuh jadi besar. Serabut putih yang

muncul dari bola kapas yang pecah disebut kapas dan sudah bisa dipetik.

Debu kapas adalah debu yang dilepas ke udara pada saat pengolahan serat kapas. Debu kapas

pada waktu panen, pengangkutan dan pengolahan tidak hanya mengandung bahan yang berasal

dari serat kapas saja tetapi tercemar oleh bahan lain dari tanaman seperti daun, ranting, biji,

berbagai organisme seperti virus, bakteri, jamur dan bahan lain dari tanah. Bisinosis disebut juga

brown lung disease, cotton bract atau cotton lung disease.

DEBU KAPAS

Pengukuran kadar debu kapas dalam lingkungan kerja dapat menggunakan alat yang disebut

vertical elutriator, dapat mengukur……………………………………………… dust sampler

(PDS) yang dapat diikat pada ikat pinggang karyawan sehingga kadar debu yang diukur lebih

banyak berhubungan dengan lama pejanan debu pada karyawan.

Debu kapas di bagi menurut ukurannya sebagai berikut :

a. Halus atau respirabel berukuran < 7 um

b. Sedang dengan ukuran antara 7 um-2mm

c. Kasar berukuran > 2 mm yang terutama terdiri dari serat kapas.

Page 2: Bisinosis(RTS)

Kadar debu di lingkungan kerja ditentukan oleh beberapa faktor seperti kualiti kapas, cara

pengolahan, kecepatan mesin serta sirkulasi udara ditempat kerja. Beberapa peneliti

mempelajari hubungan antara kadar debu respirabel dan bisinosis.

Kelompok studi World Health Organisation (WHO) untuk recommended healthy based

occupational exposure limits for selected vegetable dust tahun 1983 di Geneva menemukan

ambang kadar debu respirabel berbagai jenis pengolahan kapas.

a. Pemilahan 0,5 mg/m3

b. Pemilihan 0,2 mg/m3

c. Petenunan 0,75 mg/m3

d. Kapas sisa sementara 0,5 mg/m3 (sampai ada ketentuan lebih lanjut)

e. Biji kapas sementara 0,1 mg/m3 (sampai ada ketentuan lebih lanjut)

Lama pajanan denga debu kapas juga berpengaruh terhadap prevalens bisinosis. Secara

umum pajanan debu kapas, hemp dan flax dapat menimbulkan 4 hal :

1. Rasa berat didada serta sesak napas pada hari pertama masuk kerja

2. Penurunan kapasiti ventilasi shift kerja pertama

3. Peningkatan kekerapan bronchitis yang ditandai dengan batuk persisten disertai sputum

Pekerja yang akan bekerja atau yang sudah lama…………….. memepunyai keluhan seperti

demam, nyeri sendi serta keluhan lain yang menyerupai infeksi oleh endotoksin gram

negative.

PATOGENESIS

Penyebab bisinosis sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Teori tentang mekanisme

debu kapas dapat menimbulkan gangguan saluran napas antara lain adalah teori alergi atau

imunologi, teori pelepasan histamine dan mediator lainnya, nekanisme kemotaktik, aktivasi

endotoksin serta teori enzim.

a. Teori alergi atau imunologi

Hubungan antara reaktiviti kulit dan asma menyebabkan beberapa peneliti menduga

bisinosis berhubungan dengan alergi beberapa komponen debu kapas. Reaksi imunologi

Page 3: Bisinosis(RTS)

tipe I Gell dan Coombs adalah timbulnya bronkokonstriksi karena pelepasan histamine

sebagai mediator utama. Hal tersebut terjadi karena reaksi antara allergen dan antibody

jenis immunoglobulin E(IgE). Reaksi ini hanya terjadi pada sebagian orang saja yang

mampu membentuk IgE yaitu golongan orang atopic, yang juga terjadi pada asma alergi.

Mekanisme imunologis digunakan untuk menerangkan gejala bisinosis termasuk

immediate hypersensitivy (IgE mediated), pembentukan kompleks imun dan aktiviti

komplemen. Hubungan reaksi imun memerlukan waktu senitasi cukup lama, bertahun-

tahun sebelum pekerja tekstil kapas menunjukkan gejala hari Senin. Penelitian klinis

menunjukan pajanan debu kapas menimbulkan obstruksi saluran napas disertai reaksi

kulit tipe lambat, berarti penurunan VEP berlangsung perlahan-lahan

Peran kompleks imun sebagai penyebaba bisinosis belum dibuktikan. Ekstrak debu kapas

dapat mengaktivasi kaskade komplemen invitro namun pengukuran invivo komplemen

selama pergantian waktu kerja tidak menunjukkan aktivasi komplemen. Uji kulit

menggunakan ekstrak tanaman kapas memberikan hasil yang berbeda sehingga tidak

menjelaskan hubungan bisisnosis dengan alergi.

Beberapa peneliti mengajukan hipotesis bahwa bisinosis merupakan kelainan

hipersensitivi tipe III tetapi hanya sedikit penelitian ilmiah yang mendukung hipotesis ini.

Taylor dkk. Mengisolasi polifenol 5,7,3,4 tetrahidroksi flavan 3,4 diol (THF) dari ekstrak

tanaman kapas yang diduga sebagai penyebab bisinosis tetapi pada percobaan tidak

menginduksi penurunan VEP. Kutz dkk. Membuktikan hipotesis hipersensitiviti tipe III

secara lebih detail tetapi hasil penelitiannya tidak meyakinkan.

b. Teori pelepasan histamine dan mediator lainnya

Ekstrak debu kapas diduga mengandung kompleks polisakarida yang dapat menginduksi

pelepasan histamine dari trombosit dan sel mast. Antweiler tahun 1961 menjelaskan

bahwa debu kapas dapat melepaskan histamine. Percobaan dengan inhalasi ekstrak debu

kapas menunjukkan penurunan VEP. Antihistamin yang diberikan sebelum percobaan

tersebut dapat mencegah bronkokonstriksi. Kadar histamine darah meningkat pada

pekerja permintaan kapas, kadar tersebut bermakna lebih besar dari pada hari pertama

pajanan setelah absen dari pekerjaan, diduga histamine endogen dilepaskan setelah

pajanan debu kapas, kerja histamine biasanya tidak berlangsung lama.

Page 4: Bisinosis(RTS)

Teori pelepasan histamine ini mempunyai kelemahan yaitu waktu tejadinya reaksi dan

perubahan pada kapasiti ventilasi tidak cukup serta tidak dapat dijelaskan hanya karena

histamine saja. Bukti penggunaan antagonis histamine tidak spesifik dan masih

dipertanyakan.

Kemungkinan mediator lain selain histamine berperan pada pathogenesis bisiinosis perlu

dipelajari lebih lanjut. Slow-reacting substance of anaphylaxis (SRS-A) diketahui tidak

saja menginduksi bronkokonstriksi tetapi juga menyebabkan kemotaktik eosinofil.

………………………………………………leukotrien C dan E sebagai erivat asam

arakidonat yang dilepaskan oleh permukaan sel leukosit polimorfonuklear (PMN), fagosit

mononuclear dan basofil mempunyai kekuatan 200-2000 kali lebih kuat dibanding

histamine dalam menginduksi kontraksi otot polos. Mediator lain yang potensial

menyebabkan bronkokonstriksi otot polos adalah faktor aktivasi platelet yang juga

berasal dari paru.

Eosinofil dan sel mast melepaskan platelet activating factor (PAF) ke jaringan paru dan

menginduksi bronkokonstriksi serta mengaktivasi eosinofil melepaskan radikal bebas

ozon. Debu kapas melepaskan 5 hydroxy tryptamine receptor agonist yang menyebabkan

penurunan platelet dalam sirkulasi pekerja pemintal kapas, bila terinduksi oleh ekstrak

debu kapas netrofil akan melepas serotonin sebagai hasil PAF.

c. Mekanisme kemotaktik

Ekstrak debu kapas dapt menggerakkan leokosit PMN ke jaringan paru melalui

mekanisme kemotaktik oleh bahan yang terdapat di dalamnya seperti polifenol,

quercetin, lancenelin. Bahan-bahan ini dapat menarik leokosit PMN ke dalam saluran

napas binatang percobaan. Pendapatlain mengatakan kemotaktik merupakan respon tubuh

terhadap inhalasi debu kapas. Pemerikasaan cairan kurasan bronkoalveolar pada

percobaan inhalasi dengan ekstrak tanaman kapas menunjukkan peningkatan leokosit

PMN pada orang normal, leokositosis yang terjadi berhubungan dengan beratnya

bronkokonstriksi.

Beberapa komponen tanaman kapas mengkin menyebabkan penarikan leokosit PMN

tetapi aktivasi komplemen C5a sebagai salah satu faktor kemotaktik yang potensial

tampaknya paing berperan dalam mekanisme ini. Faktor lain adalah interleukin-8 dan

beberapa substansi dnegan berat molekul rendah yang tedapat pada tanaman kapas.

Page 5: Bisinosis(RTS)

Makrofag alveoli yang memfagosit komponen serat kapas akan teraktivasi dan

melepaskan faktor kemotaktik selanjutnya mengindukdi invasi netrofil dan sel-sel radang

lain ke saluran napas. Beberapa polifenolik, lancinilene C dan E-7 metil eter yang

diekstraksi dari ranting kapas juga sebagai faktor kemotaktik dapat menarik leukosit

polimorfonuklear.

d. Aktivasi endotoksin

Rylander dan Lundholm mendapatkan bahwa gejala bisinosisnberhubungan dengan

tingkat endotoksin yang terdapat pada debu kapas tetapi tidak berhubungan dengan

ukuran debu kapasnya. Kontaminasi kapas dengan kuman gram negative yang

mengandung substansi toksik berupa polisakarida (LPS) yang terdiri dari fraksi lipid dan

hidrofilik dapat menyababkan bisisnosis. Pajanan dengan ekstrak bahan ini dapat

menimbulkan fenomena hari Senin, menurunkan faal paru dan menimbulkan demam.

Beberapa pembuktian bahwa endotoksin menyebabkan bisisnosis adalah

1. Pengukuran kadar endotoksin dapat dideteksi pada debu kapas

2. Inhalasi endotoksin dapat menginduksi inflamasi saluran napas pada binatang

percobaan dan manusia

3. Percobaan control kadar endotoksin berhubungan dengan derajat penurunan aliran

udara pada simulais di ruang carding

4. Inhalasi endotoksinberulang menghasilkan penurunan respons saluran napas yang

hampir sama dengan yang dialami pasien bisinosis

5. Pengukuran terhadap pengurangan kadar endotoksin menurunkan insidens bisisnosis

e. Teori enzim

Beberapa peneliti menemukan enzim proteolitik berasal dari berbagai organisme seperti

Bacillus dan Aspergillus yang terdapat di dalam debu kapas. Kadar enzim proteolitik

didalam udara berhubungan dengan gejala dan tanda fisiologis pada bisinosis bila

dibandingkan dengan kadar debu kapas. Prevalens bisinosis berhubungan dengan aktiviti

protease yang terkandung diudara. Enzim ini berperan pada etiologi bronchitis kronik dan

emfisema paru yang terjadi pada pekerja kapas. Enzim proteolitik dan endotoksin diduga

bekerja sinergis. Enzim dapat bekerja melalui tiga mekanime:

a. Enzim berperan sebagai allergen dan mengakibatkan pembentukan IgE yang dapat

menimbulkan gejala asma bronchial dan rhinitis……………………

Page 6: Bisinosis(RTS)

b. …………………..

c. Enzim dapat merusak jaringan secara langsung.

Tidak semua karyawan yang terpajan enzim menderita bisinosis, mungkin antiprotase

sberum alfa 1- antitrypsin (SAT) berperan dan mampu menonaktiflkan enzim

proteolitik yang dilepas makrofag atau sel PMN selama fagositosis. Defisiensi SAT

telah ditemukan pada penderita bisisnosis.

GEJALA KLINIS

Keluhan yang dapat ditimbulkan akibat pajanan sebu kapas seperti iritasi saluran nafas berupa

batuk kering yang mula-mula masih dapat hilang bila pekerja dipindahkan dari tempat berdebu.

Gambaran klinis bisinosis ditandai dengan gejala berupa rasa berat atau sempet di dada (chest

tighness), batuk dan sesak napas saat hari ertama kembali masuk kerja setelah istirahat akhir

pecan. Gejala yang timbul seperti bstuk, kering, mill fever, weaver cough bisa terjadi sendiri atau

bersamaan. Setelah batuk erring yang mempunyai hubungan dengan lama pajanan lama

kelamaan timbul dahak yang persisten pada beberapa hari selama tiga bulan atau lebih.

Mill fever atau factory fever ditandai dengan meriang, batuk, lemah, pilek pada pajanan debu

kapas pertama kali. Gejala biasanya ringan dan menghilang dalam beberapa jam tetapi dapat pula

berlangsung beberapa hari dan hllang meski pajanan tetap berlangsung. Weafer cough adalah

gejala saluran napas bseperti asma reaksi lambat tetapi disertai pans dan lemah. Hal ini terjadi

pada penenun yang menggunakan bahan kanji. Beberapa penulis membagi bisisnosis menjadi

dua yaitu :

1. Bisisnosis ……….

2. Bisisnosis kronik

Disebut dengan bentuk klasik bisisnosis dan ditandai dengan rasa berat di dada dan sesak

napas yang bertambah berat pada hari pertama masuk kerja dalam satu minggu. Awitan

gejala terjadi setelah pajanan debu kapas beberapa tahun, biasanya setelah lebih dari

sepuluh tahun dan jarang terjadi pada pekerja dengan masa kerja kurang dari 10 tahun.

Bronchitis kronik juga banyak terjadi pada pekerja tekstil katun terutama yang merokok.

Schilling membagi bisisnosis berdasarkan gejala klinis :

Derajat C 0 : tidak ada keluhan dada terasa berat atu sesak napas.

Page 7: Bisinosis(RTS)

Derajat C ½ : kadang timbul perasaan dada tertekan atau keluhan akibat iritasi saluran

napas pada hari pertama kembali kerja.

Derajat C 1 : keluhan timbul setiap hari pertama bekerja

Derajat C 2 : keluhan timbul setiap hari pertama kembali bekerja dan hari kerja lain

Derajat C 3 : derajat C2 disertai gangguan atau penurunan fungsi paru yang menetap.

Sedangkan WHO membuat klasifikasi bisisnosis sebagai berikut :

Derajat B1 : rasa tertekan didada dan atau sesak napas pada hari pertama kembali bekerja

Derajat B2 : rasa tertekan didada dan atau sesak napas pada hari pertama kembali bekerja

selanjutnya.

FAAL PARU PADA BISISNOSIS

Occupational Safety and Health Administration (OSHA) melaporkan pajanan

debu kapas yang dapat menimbulkan penurunan VEP setelah perubahan waktu kerja

sebasar 5% atau 200 ml merupakan dugaan kuat terjadi bisinosis. Bouhuys, Gybson dan

Schilling tahun 1970 mengusulkan untuk membagi efek akut akibat pajanan debu kapas

dengan membandingkan nilai VEP sebelum dan sesudah pekerja terpajan.

Derajat F0 : tidak ada penurunan VEP dan tanda obstruksi kronik

Derajat F1/2 : efek akut ringan, terdapat penurunan VEP sebesar 5-10%, tidak ada

gangguan ventilasi

Derajat F1 : efek akut sedang, penurunan VEP sebesar 10-20 %

Derajat F2 : efek akut berat, penurunan VEP >20%

Beberapa peneliti membagi efek akut menurut penurunan VEP dalam liter seperti hasil

kesepakatan OSHA tentang bisinosis :

1. Tidak ada efek : VEP turun 0,06 liter

2. Efek akut ringan : VEP turun 0,06-0,2 liter

3. Efek akut berat : VEP turun >0,2 liter

Page 8: Bisinosis(RTS)

GAMBARAN RADIOLOGIS

Gambaran radiologis paru bisinosis tidak menunjukkan kelainan yang khas. Terdapat

gambaran bronchitis dan atau emfisema bila disertai kelainan atau penyakit paru lain.

Schilling memebandingkan pekerja yang terdiri dari 15 orang bisisnosis, 15 pekerja

tekstil tanpa bisisnosis dan 15 orang normal sebagai control. Tidak ditemukan perbedaan

radiologis paru kecuali gambaran diafragma yang excursion pada kelompok bisinosis.

Baratawijaya melaporkan tidak ada kelainan radio,ogik yang khas pada pekerja yang

menunjukkan bisisnosis, obstruksi akut maupun bronchitis kronik. Penelitian Widjaja di

abrik pemintalan kapas Lawang Malang hasil foto thoraks tidak menunjukkan kelainan

sehingga disimpulkan tidak menunjang diagnosis bisisnosis.

PENGOBATAN

Penderita bisinosis yang mengalami bronkospasme diberikan bronkodilator, apabila

kelainannya berlanjut menjadi bronchitis dan emfisema maka penataleksanaan yang

diberikan saperti enyakit paru obstruksi pada umumnya. Tindakan yang paling pentinga

adalh memindahkan yang terkena bisinosis dari pabrik tekstil atau seidaknya

memindahkan dari bagian pabrik yang terkena pajanan debu kapas. Zuskin dan Bouhuys

menneliti vitamin C dan sodium kromoglikat dapat menncegah bronkokonstriksi pada

sebagian karyawan, mereka juga meneliti bahwa isoprotelenol dan beta adrenergic

memperbaiki faal paru karyawan dengan bisinosis lanjut. Bouhuys tahun 1963

menemukan bahwa penurunan VEP pada hari pertama masuk kerja atau hari Senin dapat

ihambat dengan anti histamine……………………………..obat terakhir hanya efektif

untuk jangka waktu tiga jam. Croffton dan Douglas menganjurkan pengobatan bisinosis

lanjut sama dengan bronchitis kronik.

PENCEGAHAN DAN ANJURAN

Meski kadar debu diturunkan serendah mungkin namun bisisnosis masih dapat terjadi

dengan prevalens yang masih tinggi sekitar 26,9%. Menurunkan kadar debu antara lain

dengan menutup mesin-mesin untuk opening, blowing, dan carding yang mengeluakan

bayak debu. Pemakain alat pelindung diri sepeorti respirator digunakan untuk member

proteksi sementara pada pekerja yang terpajan debu kapas di atas ambang yang

Page 9: Bisinosis(RTS)

ditentukan misalnya pekerjaan dengan resiko tinggi seperti stripper, grinder yang

melakukan perbaikan mesin-mesin carding dan bukan sebagai pengganti usaha perbaikan

lingkungan kerja. Pemebrsihan kapas dengan mencuci kapas atau membersihkan dengan

uap panas sebelum diolah bertujuan untuk menghilangkan bahan pencemar yang diduga

mangandunng bahan penyebab bisinosis. Pemetikan kapas sebaikanya dilakukakn

sebelum bola kapas terbuka untuk mengurangi kejadian pencamaran oleh bahan

sekitarnya.

Pemeriksaan calon karyawan di mulai pada wktu melamar untuk bekerja dan diuji

kesehatannya. Calon karyawan yang menunjukkan gejala bronchitis kronik dan obstruksi

saluran napas atau kelainan paru lain harus dipertimbangkan resiko bahaya debu kapas

terhadap kesehatannya. Karyawan yang dierima bekerja diberi penjelasnnya tentang

bahaya debu kapas, gejala dini bisinosis, pengaruh merokok dan maksud program

pengawasan bisinosis. Pemeriksaan medis secara…………………

Control kadar debu kapas dan pencegahan di lingkungan tempat kerja perlu dilakukan

misalnya konstruksi tempat kerja atau pabrik harus didesain aman, pemeriksaan berkala

terhadap bahan bahaya dilingkunngan kerja, ada kebijaksanaan terhadap kesehatan,

keamanan dan lingkungan, penyediaan air, ruang ganti pakaian, air minum dan

sebagainya.

KESIMPULAN

1. Pajanan debu kapas untuk waktu lama pada pekerja industry tekstil katun dapat

menimbulkan penyakit saluran napas yang disebut bisinosis

2. Beberapa teori atau hipotesis menunjukan etiologi atau pathogenesis bisinosis

mungkin disebabkan multi komponen berbagai agen yang saling memperberat sat

sama lain mencakup aspek farmakologis, fisiologis dan imunologis. Teori yang paling

banyak dianut adalah karena endotoksin yang dihasilkan oleh bakteri

mengkontaminasi tanaman kapas

3. Pengobatan gejala obstruksi saluran napas yang terjadi adalah dengan menggunakan

bronkodilator, apbila kelainanya berlanjut seperti terjadi bronchitis dan emfisema

pada umumnya

Page 10: Bisinosis(RTS)

4. Pencegahan bisinosis dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain pengukuran

kadar debu kapas di ruang kerja atau dngan PDS, ventilasi ruangan yang baik,

pemeriksaan medic berkala dan sebagainya perlu dikerjakan.