bioteika 2

3
Secara bioetik yang memiliki empat prinsip, yaitu beneficence, non maleficence, justice, dan otonomy, kolusi dalam sistem peredaran obat akibat dokter yang berkerja sama dengan perusahan farmasi bertentangan dengan nilainilaidokterdalammengusungnilai-nilaikemanusiaan. 1. Dilihat dari sisi benefieence Merupakan prinsip bahwa tindakan dokter adalah baik dan membawa kebaikan bagi pasien. Dengan adanya kontrak/ kolusi bahwa nantinya dokter akan membantu proses penjualan obat- obatan dari pihak perusahaan farmasi dalam waktu dan jumlah tertentu, maka ada waktu dimana mendekati target waktu pasien yang tidak mengindikasikan diberikan resep atas obat tersebut akhirnya malah diresepkan. Begitupula saat mendiagnosis maka dokter akan terpaku bagaimana agar obat tersebut dapat berhasil habis teresepkan kepada pasien dalam waktunya nanti. Peresepan yang tidak rasional dapat memberikan efek buruk bagi pasien, sehingga dapat dikatakan dengan jelas bahwa ini tidak sesuai dengan prinsip benefience. 2. Dilihat dari sisi Non Maleficence Telah dijelaskan di atas, bahwa dokter yang tidak memenuhi kaidah peresepan yang benar akibat intervensi dari perusahaan farmasi agar obat yang ditentukan habis dalam jangka waktu dan jumlah tertentu, menyebabkan pasien mendapatkan peresepan yang irasional. Peresepan yang irasional dapat berwujud polifarmasi (pemberian kandungan zat yang sama dalam jumlah yang berlebih, biasanya akibat kekurang pahaman mengenai kandungan zat obat), salah dalam pemberian obat (obat yang seharusnya tidak diberikan ikut diberikan), dan pemberian dalam kadar dois yang tidak tepat dan justru dapat membahayakan pasien. Maka pihak pasien lah yang akan menjadi korban akibat dokter dan perusahaan yang tidak profesional dan melanggar garis-garis kode etiknya.

Transcript of bioteika 2

Page 1: bioteika 2

Secara bioetik yang memiliki empat prinsip, yaitu beneficence, non maleficence, justice, dan otonomy, kolusi dalam sistem peredaran obat akibat dokter yang berkerja sama dengan perusahan farmasi bertentangan dengan nilainilaidokterdalammengusungnilai-nilaikemanusiaan.

1. Dilihat dari sisi benefieence

Merupakan prinsip bahwa tindakan dokter adalah baik dan membawa kebaikan bagi pasien. Dengan adanya kontrak/ kolusi bahwa nantinya dokter akan membantu proses penjualan obat-obatan dari pihak perusahaan farmasi dalam waktu dan jumlah tertentu, maka ada waktu dimana mendekati target waktu pasien yang tidak mengindikasikan diberikan resep atas obat tersebut akhirnya malah diresepkan. Begitupula saat mendiagnosis maka dokter akan terpaku bagaimana agar obat tersebut dapat berhasil habis teresepkan kepada pasien dalam waktunya nanti. Peresepan yang tidak rasional dapat memberikan efek buruk bagi pasien, sehingga dapat dikatakan dengan jelas bahwa ini tidak sesuai dengan prinsip benefience.

2. Dilihat dari sisi Non Maleficence

Telah dijelaskan di atas, bahwa dokter yang tidak memenuhi kaidah peresepan yang benar akibat intervensi dari perusahaan farmasi agar obat yang ditentukan habis dalam jangka waktu dan jumlah tertentu, menyebabkan pasien mendapatkan peresepan yang irasional. Peresepan yang irasional dapat berwujud polifarmasi (pemberian kandungan zat yang sama dalam jumlah yang berlebih, biasanya akibat kekurang pahaman mengenai kandungan zat obat), salah dalam pemberian obat (obat yang seharusnya tidak diberikan ikut diberikan), dan pemberian dalam kadar dois yang tidak tepat dan justru dapat membahayakan pasien. Maka pihak pasien lah yang akan menjadi korban akibat dokter dan perusahaan yang tidak profesional dan melanggar garis-garis kode etiknya.

3. Dilihat dari sisi Justice

Dapat diartikan sebagai prinsip kedilan, perataan, atau perlakuan yang sama antar semuanya. Dari perilaku yaitu melakukan kontrak denganpabrik obat (perusahaan farmasi), maka dokter akan berusaha memberikan obat tersebut kepada semua pasien. Hal ini bertentangan dengan prinsip keadilan, dikarenakan pasien merupakan berbagai orang dengan keluhan kesehatan yang datang kepada dokter dari berbagi kalangn status ekonomi baik rendah, sedang, dan tinggi. Kondisi pasien berada dalam posisi yang sulit karena ketidak tahuan mereka mengenai ilmu kesehatan, disini dokter yang sehrusnya memiliki peran sebagai pemberi nasehat untuk memperbaiki diri pasien dan mengupayakan kesembuhan pasien, berubah mind set nya dengn orientasi bisnis. Maka keadilan yang seharusnya pasien mendapatkan perawatan dan obat yang seharusnya dia dapat, mungkin tidak akan dia dapatkn jika tidak membewa keuntungan bagi diri sang dokter. Selain itu pasien dari golongan status ekonomi rendah disetarakan obat dan biaya pasien dengan status ekonomi di atasnya agar semakin meraup keuntungan.

Page 2: bioteika 2

4. Dilihat dari sisi Otonomy

Pengertiaan di atas berarti kehendak. Di dalam proses pengambilan tindakan medis, sudah menjadi suatu kewajiban bahwa dokter harus meminta surat persetujuan medik yang akan dia jalankan (kecuali kondisi- kondisi tertentu). Dokter yang telah melakukan kontrak dengan pabrik obat akan bersifat tertutup dan mengada-ada terhadap pengobatan yang akan diberikan agar pasien mau membeli obat dan konsultasi terus kepada dokter tersebut. Selain itu bisa juga dokter memberikan keterangan informasi obat yang tidak lengkap agar cenderung memilih obat yang ingin dokter habiskan. Dan yang lebih parahnya lagi, pasien tidak diberikan informasi atau persetujuan medik sebelumnya, dan tiba-tiba mendapatkan kwitansi pembayaran pada akhir terapi. Sehingga dari penjelasan di atas kita bisa mengerti bahwa prinsip otonomy berlawanan dengan kolusi dalam kerja sama dokter dengan pihak perusahaan farmasi.