Biosepari Minyak Kayu Putih

13
5/19/2018 BiosepariMinyakKayuPutih-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/biosepari-minyak-kayu-putih 1/13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional semakin mendapat banyak perhatian selama dekade terakhir,  baik dari kalangan medis maupun kalangan industri. Hal ini dikarenakan potensinya sebagai obat alternatif maupun prospek yang cukup menjanjikan bagi industri jamu, food supplemen maupun industri farmasi (Krisnaningrum, 2011). Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat adalah tanaman kayu putih (Melaleuca leuncandendra l). Tanaman kayu putih (  Melaleuca leucadendra l ) , merupakan salah satu tumbuhan penghasil minyak atsiri yang mana daun tumbuhan ini mengandung minyak atsiri sekitar 0,5 –  1, 5 % tergantung efektivitas penyulingan dan kadar minyak yang terkandung terhadap bahan yang disuling ( Astuti dan Aphari, 2013). Minyak atsiri dalam tanaman ini sering disebut minyak kayu putih yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti anti septic dan bakteri, Insektisida dan vermifuge, decongestant dan expetorant, kosmetik dan tonik ,  perangsang dan sudororific, analgesik ,  panas, dan anti sakit saraf (Krisnaningrum, 2011). Minyak kayu putih sudah dikenal luas penggunaanya oleh masyarakat di Indonesia untuk rumah tangga maupun kebutuhan industri farmasi dan kosmetika. Kenyataan menunjukkan bahwa produksi dalam negeri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik. Pada saat ini Indonesia termasuk salah satu pengimpor terbesar minyak kayu putih, umumnya berasal dari Cina dan Vietnam. Berdasarkan data yang ada kebutuhan domestik minyak kayu putih adalah 1.500 ton per tahun namun saat ini Indonesia hanya memproduksi kurang dari 500 ton setahun. Karena itu sisanya harus di impor. Sebuah kajian cepat tentang aspek sosial dan ekonomi kayu putih di pulau Jawa dan Nusa Tenggara Timur sudah dilakukan oleh Pusat Penelitian Kehutanan Bidang Sosial Ekonomi dan Budaya. Kenyataan menunjukan bahwa industri minyak kayu  putih yang ada di Indonesia belum menunjukan hasil yang optimal, karena kurang taunya para petani cara mengolah daun dan ranting kayu putih saat akan diproses,

description

bioseparasi

Transcript of Biosepari Minyak Kayu Putih

  • 5/19/2018 Biosepari Minyak Kayu Putih

    1/13

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Obat tradisional semakin mendapat banyak perhatian selama dekade terakhir,

    baik dari kalangan medis maupun kalangan industri. Hal ini dikarenakan potensinya

    sebagai obat alternatif maupun prospek yang cukup menjanjikan bagi industri jamu,

    food supplemen maupun industri farmasi (Krisnaningrum, 2011).

    Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat adalah tanaman kayu putih

    (Melaleuca leuncandendra l). Tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendra l) ,

    merupakan salah satu tumbuhan penghasil minyak atsiri yang mana daun tumbuhan

    ini mengandung minyak atsiri sekitar 0,51, 5 % tergantung efektivitas penyulingan

    dan kadar minyak yang terkandung terhadap bahan yang disuling ( Astuti dan

    Aphari, 2013).

    Minyak atsiri dalam tanaman ini sering disebut minyak kayu putih yang

    digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti anti septic dan bakteri,

    Insektisida dan vermifuge, decongestant dan expetorant, kosmetik dan tonik ,

    perangsang dan sudororific, analgesik, panas, dan anti sakit saraf (Krisnaningrum,

    2011).

    Minyak kayu putih sudah dikenal luas penggunaanya oleh masyarakat di

    Indonesia untuk rumah tangga maupun kebutuhan industri farmasi dan kosmetika.

    Kenyataan menunjukkan bahwa produksi dalam negeri tidak cukup untuk memenuhi

    kebutuhan domestik. Pada saat ini Indonesia termasuk salah satu pengimpor terbesar

    minyak kayu putih, umumnya berasal dari Cina dan Vietnam. Berdasarkan data yang

    ada kebutuhan domestik minyak kayu putih adalah 1.500 ton per tahun namun saat

    ini Indonesia hanya memproduksi kurang dari 500 ton setahun. Karena itu sisanya

    harus di impor.

    Sebuah kajian cepat tentang aspek sosial dan ekonomi kayu putih di pulau Jawa

    dan Nusa Tenggara Timur sudah dilakukan oleh Pusat Penelitian Kehutanan Bidang

    Sosial Ekonomi dan Budaya. Kenyataan menunjukan bahwa industri minyak kayu

    putih yang ada di Indonesia belum menunjukan hasil yang optimal, karena kurang

    taunya para petani cara mengolah daun dan ranting kayu putih saat akan diproses,

  • 5/19/2018 Biosepari Minyak Kayu Putih

    2/13

    kebanyakan dilakukan secara turun temurun tanpa merubah bentuk alat maupun

    merubah perlakuan bahan (Guntur, 2006).

    1.2

    Perumusan Masalah

    Adapun yang menjadi permasalah dalam tugas ini adalah bagaimana usaha

    yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan dan memanfaatkan potensi dari

    kayu putih sebagai tanaman obat yang dapat diproses menjadi minyak kayu

    putih, serta bagaimana proses pengolahan yang dilakukan untuk menghasilkan

    minya kayu putih

    1.3

    Tujuan Percobaan

    tujuan dari tugas bioseparasi ini adalah :

    1. Untuk mengetahui potensi dari tanaman kayu putih

    2. Untuk mengetahui proses pembuatan minyak kayu putih

    3. Untuk mempelajari cara pembuatan minyak kayu putih

    1.4 Manfaat Percobaan

    Manfaat dari tugas ini adalah mahasiswa dapat mengetahui potensi dari tanaman

    kayu putih untuk dimanfaatkan sebagai obat yang dapat diproduksi menjadi

    minyak kayu putih serta mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan minyak

    kayu putih.

  • 5/19/2018 Biosepari Minyak Kayu Putih

    3/13

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Minyak Atsiri

    Indonesia merupakan negara yang cukup berpotensi dalam produksi minyak

    atsiri. Penggunaan minyak atsiri dari bahan alam sebagai obat semakin diminati

    masyarakat, seiring dengan gerakan kembali ke alam (back to nature) ynag

    dilakukan masyarakat. Tanaman obat makin penting peranannya dalam pola

    konsumsi makanan, minuman, dan obat-obatan (Arniputri, dkk., 2007).

    Minyak atsiri atau disebut juga minyak eteris, minyak menguap merupakan

    suatu zat yang berbau yang terdapat dalam berbagai tanaman. Minyak atsiri ini

    mempunyai peperian, antara lain: Tidak berwarna dalam keaadaan segar dan berbau

    seperti tanaman asalnya. Minyak atsiri ini dalam penyimpanan yang lama akan

    teroksidasi menjadi resin, yang berwarna gelap. Penyimpanan sebaiknya diisi penuh

    dan tertutup rapat, disimpan dalam tempat yang sejuk dan kering terhindar dari sinar

    matahari (Krisnaningrum, 2011).

    Minyak atsiri pada industri banyak digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik,

    parfum, antiseptik dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atsiri mampu bertindak

    sebagai bahan terapi (aromaterapi) atau bahan obat suatu jenis penyakit. Fungsi

    minyak atsiri sebagai bahan obat tersebut disebabkan adanya bahan aktif, sebagai

    contoh bahan anti radang, hepatoprotektor, analgetik, anestetik, antiseptik, psikoaktif

    dan anti bakteri (Agusta, 2000). Adapun sifat - sifat minyak atsiri yang lain adalah

    sebagai berikut :

    a. Memiliki bau khas, umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya

    b. Memiliki rasa getir, berasa tajam, menggigit, memberi rasa hangat sampai

    panas atau justru dingin ketika dikulit, tergantung dari jenis komponen

    penyusunnya

    c. Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak berubah menjadi bau

    tengik, ini berbeda dengan minyak lemak

    d. Tidak dapat bercampur dengan air, tetapi dapat memberikan baunya pada air

    walaupun kelarutannya sangat kecil

    e. Sangat mudah larut dalam pelarut organik

    (Djani, 2006).

  • 5/19/2018 Biosepari Minyak Kayu Putih

    4/13

    Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna.

    Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk

    mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna

    gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk

    (Gunawan & Mulyani, 2004). Adapun Faktor yang mempengaruhi rendemen minyak

    atsiri :

    a. Perajangan

    Proses perajangan ini bertujuan agar supaya kelenjar minyak dapat terbuka

    sebanyak mungkin. Bila bahan dibiarkan utuh, minyak atsiri hanya dapat

    diekstraksi, apabila uap air berhasil melalui jaringan tanaman dan

    mendesaknya ke permukaan

    b. Penyimpanan bahan olah

    Tempat penyimpanan bahan olah sebelum perajangan juga mempengaruhi

    penyusutan minyak atsiri, namun pengaruhya tidak terlalu besar seperti pada

    perajangan. Penguapan secara bertahap selama penyimpanan mengakibatkan

    kehilangan minyak atsiri, yang disebebkan oleh proses oksidasi dan

    resinifikasi. Jika bahan harus disimpan sebelum diproses, maka penyimpanan

    dilakukan pada udara kering yang bersuhu rendah dan udara tidak

    disirkulasikan, jika mungkin ruangan dilengkapi dengan air conditioned.

    Kehilangan (loss) minyak dalam bahan tersebut dapat dihindari, jika bahan

    diproses dengan segera

    c. Kondisi bahan

    Pada umumnya, kecuali jenis bahan olah tertentu seperti bunga, daun dan

    herbs tidak dapat disimpan lama, namun sebaliknya bahan berupa biji, kulit

    pohon, akar. Kayu lebih tahan disimpan lama, karena jumlah minyak yangmenguap lebih kecil. Metode penyimpanan (dibungkus rapat, disebar diatas

    lantai atau ditimbun) merupakan faktor berperan dan perlu mendapat

    perhatian. Sirkulasi dan kelembapan udara yang ekstrim selama penyimpanan

    mengakibatkan proses resinifikasi, penguapan dan terutama proses oksidasi.

    Penyimpangan bahan olah dalam waktu lebih lama membutuhkan suhu

    penyimpanan yang rendah dan ruangan yang kelembapannya dapat diatur

  • 5/19/2018 Biosepari Minyak Kayu Putih

    5/13

    d. Metode penyulingan yang digunakan

    Metode penyulingan uap dan penyulingan air dengan uap menghasilkan

    rendemen relatif tinggi dibandingkan penyulingan dengan air karena dalam

    penyulingan air komponen minyak yang titik didih tinggi dan bersifat larut

    air tidak dapat menguap secara sempurna sehingga banyak minyak yang

    hilang atau tidak tersuling

    e. Kehilangan minyak atsiri dari bahan tanam sebelum penyulingan

    Minyak atsiri yang terdapat dalam jaringan tanaman sering hilang karena

    proses pengeringan setelah panen. Beberapa macam tanaman yang masih

    segar dengan kadar air tinggi akan kehilangan sebagian minyak atsiri selama

    pengeringan udara sedangkan pada beberapa jenis yang lain besarnya minyak

    yang hilang relative kecil. Kehilangan minyak terutama disebabkan oleh

    penguapan, oksidasi dan resinifikasi

    Dalam kehidupan sehari-hari minyak atsiri dapat bermanfaat sebagai berikut :

    a. Bahan pewangi atau penyedap (flavoring) masakan

    b. Bahan anti septic (zat yang dapat menghambat pertumbuhan dan

    perkembangan mikroorganisme) dan bakterisida (zat yang dapat membunuh

    bakteri)

    c. Obat cacing

    d. Bahan pewangi kosmetik atau sabun

    e. Bahan untuk menetralisir bau yang tidak sedap atau tidak enak

    (Krisnaningrum, 2011).

    2.2 Kayu Putih

    Kayu putih dalam bahasa latin dikenal dengan nama Melaleuca leucadendronLinn, termasuk dalam familiaMyrtaceae dan tergolong keluargaMelaleuca(Lukito,

    2011). Tumbuhan kayu putih (Melaluca leucadendra l) merupakan salah satu

    tumbuhan penghasil minyak atsiri yang mana daun tumbuhan ini mengandung

    minyak atsiri sekitar 0,5 1,5 % tergantung efektivitas penyulingan dan kadar

    minyak yang terkandung terhadap bahan yang disuling (Astuti dan Aphari, 2013).

    Kingdom : Plantae

    Super Divisi : Spermathophyte

  • 5/19/2018 Biosepari Minyak Kayu Putih

    6/13

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Magnoliophyta

    Ordo : Myrtales

    Family : Myrtaceaegrum

    Genus : Melaleuca

    Species :Melaleuca leucandendra

    (Krisnaningrum, 2011)

    Tanaman kayu putih berasal dari asutralia dan saat ini sudah tersebar di Asia

    Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia, namun. Di Indonesia tanaman ini

    banyak ditemukan di pulau Jawa, kepulauan Maluku, kepulauan Nusa Tenggara

    Timur dan Pulau Sulawesi. Diperkirakan, luas tanaman kayu putih di Indonesia

    sekitar 248.756 hektar. Pada awalnya, tanaman ini merupakan tanaman yang tumbuh

    liar, namun kemudian diusahakan secara teratur sebagai tanaman hutan non kayu

    untuk menghasilkan minyak atsiri dan merehabilitasi tanah tanah kritis serta tanah

    tanah yang kurang produktif karena dapat tumbuh baik pada lahan yang tidak

    subur (Sumanto, 2003)

    Kayu putih (Melaleuca leucadendron L.) merupakan tanaman yang tidak asing

    bagi masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan minyak kayu putih (cajuputoil) yang berkhasiat sebagai obat, insektisida, dan wangi-wangian. Sebagai

    komoditas perdagangan, minyak kayu putih dapat diperoleh dengan mudah di

    warung-warung dan toko-toko. Selain dapat diambil minyaknya, pohon kayu putih

    juga dapat digunakan untuk berbagai keperluan kecuali sebagai bahan bangunan.

    Meskipun harganya lebih rendah dibandingkan dengan ini minyak atsiri

    lainnya, minyak kayu putih masih tetap merupakan salah satu hasil yang perlu

    diperhatikan (Krisnaningrum, 2011). Dari beberapa komponen penyusun minyak

    kayu putih yang diperoleh dari penyulingan daun kayu putih, terdapat 7 komponen

    penyusun utama minyak kayu putih dari daun segar, yaitu:

    1. a-pinene

    2. Sineol

    3. a-terpineol

    4. Kariofilen

    5. a-karyofilen

    6. Ledol

  • 5/19/2018 Biosepari Minyak Kayu Putih

    7/13

    7. Elemol (Siregar dan Nopelena 2010)

    Menurut Guenther (1990), menyebutkan bahwa komponen utama penyusun

    minyak kayu putih adalah sineol (C10H18O), pinene (C10H8), benzaldehide (CHO),

    limonene (C10H16) dan sesquiterpentes (C15H). Komponen yang memiliki

    kandungan cukup besar di dalam minyak kayu putih yaitu sineol sebesar 50% sampai

    dengan 65%. Dari berbagai macam komponen penyusun minyak kayu putih hanya

    kandungan komponen sineol dalam minyak kayu putih yang dijadikan penentuan

    mutu minyak kayu putih. Sineol merupakan senyawa kimia golongan ester turunan

    terpen alkohol yang terdapat dalam minyak atsiri, seperti pada minyak kayu putih

    (Astuti dan Alphari, 2013). Cineol yaitu suatu bahan yang menyebabkan minyak

    kayu putih terasa hangat bila dioleskan pada kulit. Dalam perdagangan, besar

    kecilnya kadar cineol menentukan kualitas minyak kayu putih. Semakin besar

    kandungan bahan sineol maka akan semakin baik mutu minyak kayu putih

    (Krisnaningrum, 2011).

    2.3 Proses Pembuatan Minyak Kayu Putih

    2.3.1Teknik Penanaman

    Penanaman kayu putih sebaiknya dilakukan pada saat curah hujan tinggi

    sehingga tidak perlu dilakukan penyiraman (November-Februari). Penanaman

    tanaman kayu putih dilakukan secara monokultur ataupun tumpang sari.

    Penanaman secara monokultur menggunakan jarak tanam satu meter sedangkan

    penanaman secara tumpang sari menggunakan jarak antar tanaman dalam satu

    larikan sebesar tiga meter. Jarak tanaman yang sangat dekat digunakan untuk

    mempertahankan tanaman kayu putih tetap pendek sehingga pemetikan daun

    mudah dilakukan. Penanaman secara tumpang sari biasanya dilakukan dengantanaman semusim. Karena tanaman kayu putih merupakan komoditas

    kehutanan, istilah tumpang sari disebut dengan istilah agroforestry (tumpang

    sari antara tanaman kayu putih dengan tanaman pangan) dan sylvapasteur

    (tumpang sari antara tanaman kayu putih dengan tanaman hijauan ternak).

  • 5/19/2018 Biosepari Minyak Kayu Putih

    8/13

    Penanaman bibit tanaman kayu putih dilakukan melalui langkah-langkah sebagai

    berikut:

    1. Lubang tanam yang telah diisi media tanam digali kembali dengan ukuran

    yang kurang lebih sama dengan polybag yang berisi bibit tanaman kayu

    putih.

    2. Bibit tanaman kayu putih yang sudah mempunyai ketinggian antara 10 cm

    hingga 15 cm dikeluarkan dari polybag. Polybag didekatkan pada lubang

    tanam, kemudian dilepaskan secara hati-hati dengan cara digunting.

    3. Selanjutnya, bibit tanaman kayu putih ditanam pada lubang tanam dan

    perakaran ditimbun dengan media tanam sampai penuh. Media tanam di

    sekitar batang pokok bibit tanaman perlu ditekan-tekan dengan tangan atau

    diinjak-injak agar bibit tanaman dapat selalu tegak dan media tanam langsung

    melekat pada perakaran.

    4. Setelah penanaman segera dilakukan penyiraman secukupnya. Namun, jika

    tanaman masih dalam keadaan basah karena hujan, tanaman muda tidak perlu

    disirami.

    2.3.2

    Pemanenan

    Tanaman kayu putih dapat dipungut daunnya setelah berumur empat

    tahun, kemudian untuk panen berikutnya dapat dilakukan tiap enam bulan sekali

    sampai tanaman berusia 30 tahun. Pemanenan daun kayu putih dapat dilakukan

    dengan dua cara, yaitu diragut dan dipangkas rantingnya. Pemetikan daun kayu

    putih dengan cara diragut (afritsen) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

    berikut: pangkal ranting tanaman kayu putih yang berdaun lebat dipegang erat-

    erat dengan kedua tangan, kemudian dipluntur ke arah pucuk ranting sehinggadaun-daun yang sudah tergenggam dimasukkan ke dalam keranjang yang sudah

    disiapkan. Dengan cara ini akan diperoleh daun-daun kayu putih tanpa tercampur

    ranting tanaman kayu putih.

    Pengambilan daun kayu putih juga dapat dilakukan dengan memotong

    ranting-ranting tanaman tempat tumbuh daun-daun yang akan diambil. Setelah

    terkumpul cukup banyak, potongan cabang dan ranting beserta daun-daunnya

    diangkut ke tempat penyulingan.

  • 5/19/2018 Biosepari Minyak Kayu Putih

    9/13

    Pada umumnya pemanenan daun kayu putih dilakukan pada awal musim

    kemarau, sehingga tidak mengganggu pekerajaan pemetikan daun. Di samping

    itu, jika pemetikan dilakukan pada awal musim kemarau, pada akhir musim

    hujan tiap tanaman telah menumbuhkan daun dalam jumlah yang cukup banyak.

    Dengan demikian, pemetikan daun kayu putih dapat dilakukan sekali atau dua

    kali dalam setahun, jika pertumbuhan tanaman subur. Pemungutan daun kayu

    putih sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena pada pagi hari daun mampu

    menghasilkan rendemen atsiri lebih tinggi dengan kualitas baik. Setelah

    pemungutan daun yang pertama, pohon kayu putih dipangkas agar bisa tumbuh

    tunas baru dan akan menghasilkan daun yang lebih banyak.

    2.3.3Penyimpanan Daun

    Daun kayu putih segar yang baru dipetik sebaiknya langsung diolah

    karena penundaan yang lama akan menyebabkan daun kehilangan minyak.

    Namun, dalam prakteknya, penyulingan daun yang segar sulit dilakukan.

    Seringkali jumlah daun kayu putih yang dipanen tidak sesuai dengan kapasitas

    ketel penyulingan, sehingga daun harus disimpan terlebih dahulu.

    Penyimpanan dilakukan dengan menebarkan daun di lantai yang kering

    dan memiliki ketinggian sekitar 20 cm, dengan kondisi suhu kamar dan sirkulasi

    udara terbatas. Daun-daun kayu putih tidak boleh disimpan dalam karung,

    karena akan mengakibatkan minyak yang dihasilkan berbau dan kadar sineol

    dalam minyak menjadi rendah. Penyimpanan ini dilakukan maksimal selama

    satu minggu dari pemetikan daun.

    2.3.4

    Penyulingan Minyak Kayu PutihMinyak atsiri dari hasil penyulingan daun kayu putih dikenal dengan

    minyak kayu putih. Kandungan utama minyak kayu putih adalah sineol. Kualitas

    minyak kayu putih dipengaruhi oleh kadar sineol, semakin besar kadar sineol,

    kualitas minyak kayu putih semakin tinggi.

    2.3.4.1 Cara Penyulingan

    Penyulingan didasarkan pada sifat minyak atsiri yang dapat

    menguap jika dikenai uap panas. Jika uap yang terjadi diembunkan akan

  • 5/19/2018 Biosepari Minyak Kayu Putih

    10/13

    diperoleh air dan minyak yang masing-masing terpisah. Penyulingan

    minyak dapat dilakukan dengan tiga cara, diantaranya:

    a. Penyulingan dengan Perebusan (Kohobasi)

    Cara penyulingan ini merupakan cara yang paling sederhana dan

    membutuhkan biaya yang paling kecil. Daun dan air dicampur dalam satu

    ketel (biasanya terbuat dari bahan tembaga atau besi). Kelemahan cara ini

    adalah daun yang dekat dengan api akan lebih cepat hangus, sementara

    suhu dan tekanan udara tidak dapat diatur.

    b. Penyulingan dengan Pengukusan (Water and Steam Distillation)

    Penyulingan dengan cara ini mengakibatkan adanya pemisahan antara

    air dan daun, berupa sekat berlubang-lubang. Keuntungan dari cara ini

    adalah dapat menghindarkan hangusnya daun dan memperkecil terjadinya

    hidrolisis daun karena tidak terjadi kontak langsung antara air dan daun.

    c. Penyulingan Langsung dengan Uap (Direct Steam Distillation)

    Pada penyulingan dengan cara ini dilakukan pemisahan antara ketel uap

    dan ketel daun sehingga tekanan uap yang diperlukan dapat diatur dan

    disesuaikan menurut kegunaannya. Penyulingan langsung dapat dilakukan

    pada keadaan tekanan 2-4 atm, tergantung pada bentuk dan kapasitas ketel

    daun. Semakin tinggi tekanan uap, proses penyulingan akan semakin

    cepat. Untuk mendapatkan tekanan uap optimum, dapat dilakukan

    percobaan empiris pada masing-masing pabrik sehingga diperoleh kualitas

    dan kuantitas yang tinggi.

    2.3.4.2 Proses Penyulingan

    a. Pengisian DaunPengisian daun ke dalam ketel perlu diatur agar timbunan daun

    dalam ketel merata dan tidak terlalu padat. Timbunan daun yang

    terlalu padat akan menghalangi uap air dan menyebabkan daun

    menjadi basah sehingga kualitas minyak rendah akibat proses

    hidrolisis.

    Untuk mendapatkan kepadatan daun yang merata, pengisian

    daun ke dalam ketel dilakukan secara bertahap. Mula-mula,

  • 5/19/2018 Biosepari Minyak Kayu Putih

    11/13

    lapisan pertama diisikan dan ditekan, kemudian diisikan lapisan

    kedua dan ditekan. Demikian seterusnya sehingga ketel terisi

    penuh.

    b. Penyulingan Daun

    Penyulingan daun dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu perebusan,

    pengukusan, ataupun penggunaaan uap langsung.

    c. Pembersihan Minyak

    Kegiatan pembersihan minyak terdiri dari dua tahapan, yaitu pemisahan air dan

    penyaringan kotoran dari distilat hasil penyulingan. Pemisahan air dapat

    dilakukan dengan alat yang disebut labu florentina. Akibat gaya gravitasi,

    distilat yang masuk akan terpisah menjadi dua bagian, yaitu minyak yang

    terapung di permukaan dan air yang keluar melalui saluran. Setelah itu, kotoran

    dan air yang masih terdapat dalam minyak dapat dihilangkan dengan cara

    penyaringan menggunakan filter kertas merang ataupun dengansentrifuse.

    d. Penghentian Penyulingan

    Dari pengamatan rendemen dan kualitas minyak, dapat diketahui bahwa lama

    penyulingan minyak kayu putih yang optimum adalah 3 hingga 4 jam. Jika lama

    penyulingan diperpanjang menjadi lebih dari empat jam, akan diperoleh

    tambahan sedikit minyak, namun berkualitas rendah.

    2.4 Penentuan Standar Kualitas Minyak

    Selama penyulingan berlangsung, kuantitas maupun kualitas minyak yang

    tersuling akan terus menurun. Penurunan kuantitas disebabkan oleh semakin

    berkurangnya minyak yang terkandung dalam daun, sedangkan penurunan

    kualitas disebabkan oleh kadar sineol yang sebagian besar sudah tersuling padaawal penyulingan. Jika penyulingan tidak disertai dengan proses pemisahan

    fraksi-fraksi menurut waktu penyulingan, akan diperoleh campuran minyak

    dengan kadar sineol tinggi sampai rendah sehingga tidak memenuhi syarat untuk

    diekspor. Adapun standar kualitas minyak kayu putih Indonesia menurut Balai

    Penelitian Kimia adalah sebagai berikut:

  • 5/19/2018 Biosepari Minyak Kayu Putih

    12/13

    Tabel 1. Standar Mutu Minyak Kayu Putih (Crude Oil) di Indonesia Menurut

    Balai Penelitian Kimia

    Minyak Kayu Putih Karakteristik

    Berat Jenis 0,915-0,935

    Indeks Bias 1,466-1,472

    Putaran Optik -4osampai 0o

    Kelarutan dalam alkohol 80% Jernih dan selanjutnya tetap bersih

    Kadar Sineol 50%-65%

    Kadar Pelikan Negatif

    Kadar Lemak Negatif

  • 5/19/2018 Biosepari Minyak Kayu Putih

    13/13

    DAFTAR PUSTAKA

    Guntur, Sri S. 2006. Proses Penyulingan Minyak Atsiri Kayu Putih (Melaleuca

    capujuti) di Tinjau dari Persiapan Bahan Baku. Universitas Gadjah Mada:

    Yogyakarta

    Astuti, Fajar Lestari dan Ibnu Majah Aphari. 2013. Ekstraksi Daun Kayu Putih

    (melaleuca leucadendra (l) Menggunakan Pelarut Etanol dengan Metode

    Ekstraksi Maserasi. Jurusan Teknik Kimia. Universitas Sultan Ageng

    Tirtayasa : Banten

    Krisnanigrum, Windhi. 2011. Pengambilan Minyak Atsiri Daun Kayu Putih

    (Melaleuca leucadendron l.) dengan Metode Destilasi Air di Balai Besar

    Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

    Tawangmangu. Jurusan Agribisnis Minat Agrofarmaka. Universitas Sebelas

    Maret : Surakarta

    Arniputri, Retna Bandriati, Amalia Tetrani Sakya dan Muji Rahayu. 2007.

    Identifikasi Komponen Utama Minyak Atsiri Temu Kunci (Kaemfria

    pandurata Roxb) pada Ketinggian Tempat yang Berbeda. Jurusan Agronomi.

    Universitas Sebelas Maret : Surakarta. Jurnal Biodiversitas. Volume 8,

    Nomor 2 Hal : 135137

    Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika. Penerbit ITB. Bandung.