biologi

download biologi

of 6

Transcript of biologi

Spesies Cacing Ditemukan di Laut DalamSaat ini telah ditemukan kesimpulan baru tentang cacing dalam laut yang disebut Enteropneusts, sebuah kelompok organisme kecil yang misterius. Cacing saat akan pergi, ternyata membuang pasir dan sedimentasi dari usus, kemudian mengikuti arus laut. Sebelumnya, para peneliti berpikiran bahwa spesies ini hidup dalam air dangkal, namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa puluhan spesies tersebut hidup dalam laut sedalam 12.972 kaki atau 3.954 meter. Enteropneusts juga dikenal sebagai cacing acorn, karena bentuknya yang menyerupai acorn atau biji pohon ek. Studi baru tersebut lalu dimuat di jurnal ilmiah, Proceedings of the Royal Society B, yang menampakkan keragaman warna dan bentuk cacing yang tinggal di laut dalam ini. Hingga 1965, para peneliti berpikir bahwa cacing acorn hidup di perairan dangkal. Tapi tahun ini, sebuah spesies laut dalam yang telah diambil gambar videonya, mengubah persepsi tersebut. Dengan menggunakan operasi remote kendaraan dalam laut (ROVs) dari Monterey Bay Aquarium Research Institute (MBARI) dan Pusat Oceanografi nasional Inggris, Southampton, peneliti menemukan banyak misteri dari cacing ini. Dalam banyak kasus, para ilmuwan yang dipimpin oleh Karen Osborn dari Institut Smithsonian, didukung oleh misi peneliti lain, mengambil gambar video cacing-cacing ini, dan spesies lain kemana pun kendaraan ini bergerak. Sejak tahun 2000 hingga sekarang, peneliti mengambil 498 pengamatan terpisah dari cacing ini, peneliti berhasil mengungkap dasar laut yang belum pernah terlihat sebelumnya. Cacing diketahui hidup di Samudera Atlantik dan Pasifik. Selain cacing acorn, para ilmuwan ini juga menemukan setidaknya sembilan spesies baru. Mungkin sesuatu yang mengejutkan bahwa cacing bisa pindah kemana-mana. Untuk pertama kalinya, dari jarak yang sangat dangkal sampai 66 kaki atau 22 meter di dasar laut, peneliti mengamati cacing biji mengapung di lautan mana saja. Kamera video menangkap cacing memutar dan mengapungkan badan mereka, yang menunjukkan bahwa mereka sengaja meluncurkan diri mereka ke dalam arus di sekeliling mereka. Saat cacing makan di dasar laut, perut cacing dipenuhi dengan pasir dan sedimen. Tapi dalam satu rekaman video, peneliti mengamati cacing benar-benar mengosongkan perut sebelum menghilang dari lokasi makan. Video menunjukkan bahwa cacing menggunakan pasir sebagai pemberat untuk menjaga mereka di dasar laut ketika mereka makan, dan kemudian meringankan beban mereka untuk memudahkan perjalanan.

Cacing Tumbuh Normal di Luar Angkasa

enis cacing Caenorhabditis elegans beberapa saat lalu dikirim ke luar angkasa sebagai bagian proyek mempelajari efek gravitasi nol pada manusia. Cacing itu dipilih karena memiliki 20.000 gen yang sama serta otot dan sistem saraf yang hampir serupa dengan manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa caing tersebut berhasil survive di luar angkasa, di International Space Station. Tak hanya itu, cacing yang pendek itu juga berhasil memproduksi 24 generasi selama berada di luar angkasa. Setelah dibekukan dan kembali dibawa ke Bumi untuk diteliti, cacing juga menunjukkan perkembangan normal. Tim Universitas Nottingham, Inggris, yang melakukan penelitian itu juga mengatakan bahwa cacing punya pola makan dan reproduksi normal. Hasil penelitian ini bisa memberi pencerahan pada ilmuwan tentang efek gravitasi nol pada manusia. Selama ini, kondisi gravitasi nol diduga menyebabkan gangguan pada otot akibat pengurangan level protein myosin yang menguatkannya. Bagi Dr Nathaniel Szewczyk, pimpinan studi ini, hasil penelitian juga punya nilai lebih. Jika manusia berpikir tentang menghuni Mars, manusia bisa mulai menggunakan cacing ini sebagai kelinci percobaan untuk meneliti efek ketika makhluk hidup Bumi hidup di Mars. "Sementara ini terdengar seperti fiksi ilmiah. Beberapa ilmuwan yakin bahwa kita nanti bisa menghuni planet lain dan kita perlu melakukannya jika manusia ingin mencegah kepunahan," kata Szewczyk seperti dikutip Daily Mail, Rabu (30/11/2011). "Karena tingginya biaya misi manusia dan tingginya tingkat kegagalan ketika menjalani misi ke Mars, kami mengusulkan cacing ini sebagai model tes yang murah untuk penelitian dampak biologis perjalanan jauh luar angkasa," imbuh Szewczyk. Szewczyk memulai eksperimen pada cacing itu pada tahun 2009. Saat itu, ia mengirimkan cacing ke luar angkasa dan membiarkannya hidup selama empat hari. Setelahnya, cacing dibekukan untuk dipelajari ketika dikembalikan ke Bumi.

Tiga Keuntungan Sekaligus dengan Beternak CacingDua inovator asal Gunung Kidul membudidayakan cacing tanah untuk berbagai keperluan. Tak hanya menyuburkan tanah, cacing bisa diolah untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak, penyediaan pupuk kompos hingga obat penyakit tipus. Gagasan untuk berternak cacing tanah ini muncul ketika Adhita Sri Prabakusuma dan Artina Prastiwi mengetahui kesulitan penduduk Gunung Kidul mencari pakan ikan yang sanggup menggemukkan badan ikan. Tepung ikan yang selama ini menjadi pakan utama ternyata hanya mengandung protein 50 persen.

Keduanya menemukan bahwa cacing tanah memiliki kandungan protein lebih tinggi yaitu mencapai 76 persen. Binatang ini juga dikenal sebagai santapan lezat bagi ikan.

"Kami berpikir kenapa tidak memberikan cacing tanah sebagai pakan ikan," ujar Adhita kepada wartawan saat di jumpai di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu, 30 November 2011. Mereka mencari cara agar bisa menghasilkan cacing dalam jumlah besar. Pilihan pun jatuh pada sampah sebagai medium pembiakan cacing.

Percobaan dilakukan dengan meletakkan cacing di dasar kotak sampah dan memeriksa hasilnya beberapa hari kemudian. Benar saja, cacing berkembang baik di medium sampah. Untungnya lagi, selain mendapatkan cacing tanah dalam jumlah besar, sampah yang terdegradasi alami berubah menjadi material vermikompos yang mengandung 13,88 persen humus dan 1,68 persen nitrogen. Material melampaui batas subur yang diharapkan pada standar nasional. "Vermikompos ini sangat lebih subur dari material pupuk kompos kebanyakan," tambah dia. Kini, harga cacing melonjak di daerah tersebut. Setiap kilogram cacing dihargai sebesar Rp 166 ribu. Harga dan permintaan yang tinggi membuat warga berlomba-lomba berternak cacing. Padahal, awalnya warga menjauhi pekerjaan ini dan menyebutnya sebagai sesuatu yang menjijikkan dan kotor. Adhita punya trik jika warga ingin meningkatkan produksi cacing. Caranya dengan memakai medium pembiakan tertentu seperti kotoran kerbau, batang pisang lapuk, ampas tahu, dan bubuk kayu. Cacing tanah ternyata memiliki kegunaan lain. Binatang ini dikenal bisa dipakai sebagai penyembuh penyakit tipus. Caranya, dengan mengeringkan cacing dan menumbuknya hingga halus. Hasil tumbukan kemudian dimasukkan ke dalam kapsul lalu dimakan. Menurut Adhita, penderita yang mengkonsumsi kapsul berisi cacing tanah bisa sembuh dari demam yang menyertai penyakit tipus dalam waktu satu hari. "Jadi ada tiga kegunaan dalam sekali berternak cacing," ujar dia. Inovasi yang diciptakan kedua inovator ini membuat mereka terpilih sebagai pemenang dalam lomba Greennovation Award 2011 yang diadakan oleh BPPT.

Cacing Gelang Bisa Bikin Awet Muda

Makin banyak cara untuk menjaga penampilan agar tetap terlihat awet muda di usia senja. Bukan hanya botoks, operasi plastik atau menjalani prosedur laser. Tapi, juga dengan memanfaatkan cacing gelang. Seorang ahli biokimia asal San Fransisco, Amerika Serikat, kini sedang dalam proses pengembangan obat yang bisa memperlambat proses penuaan. Adalah Cynthia Kenyon dengan timnya dari Hillblom Center for the Biology of Aging, berhasil memperpanjang hidup cacing gelang sebanyak enam kali lipat. Cacing gelang diketahui memiliki umur yang sangat pendek, yaitu hanya 10 hari dan mati dalam waktu dua minggu. Namun, Kenyon dan tim berhasil memperlambat proses penuaan cacing gelang hingga usianya bisa mencapai 84 hari. Mereka melakukan manipulasi gen pada DNA cacing gelang, yang dikenal dengan nama daf-2. Ini mutasi gen yang sama dan ditemukan pada manusia yang usianya mencapai 100 tahun. Mutasi daf-2 bisa menjelaskan alasan mengapa beberapa hewan memiliki harapan hidup yang berbeda. "Cacing gelang seharusnya mati beberapa waktu lalu. Tapi tidak mati, bahkan bergerak dan terlihat muda," kata Kenyong, seperti dikutip dari Daily Mail. Nantinya, manipulasi gen pada cacing gelang, akan diolah menjadi obat awet muda. Kenyon mengklaim, obat ini akan tersedia dalam waktu 15 tahun mendatang.

Cacing Unik dari Kedalaman Laut 4 KilometerIlmuwan mempelajari spesies cacing dari laut dalam yang secara ilmiah disebut enteropneusts. Spesies tersebut memiliki kenampakan unik mirip dengan biji pohon ek sehingga dijuluki cacing acorn.

Mulanya, cacing ini diduga hidup di wilayah laut dangkal. Namun, observasi pada tahun 1965 menunjukkan, jenis cacing tersebut hidup di wilayah laut sedalam hampir 4 km. Upaya mempelajari jenis cacing ini dimulai sejak tahun 2000 lalu hingga saat ini. Hingga kini, mereka berhasil melakukan 498 observasi untuk mempelajari cacing itu. Observasi dilakukan dengan kendaraan laut dalam di Monterey Bay Aquarium Research Institute dan National Oceanography Center di Southamptom, Inggris. Dalam observasi yang dipimpin Karen Osborn dari Smithsonian Institute di Amerika Serikat, video tentang cacing acorn telah diperoleh. Tak cuma itu, sembilan spesies baru juga ditemukan. Seperti diuraikan di LiveScience, Selasa (15/11/2011), hasil paling menarik dari studi adalah cara cacing bergerak. Cacing diketahui memiliki cara yang unik untuk menambah berat dirinya, hampir serupa dengan sistem kapal selam. Saat makan di dasar laut, cacing ini diketahui juga menelan pasir dan sedimen hingga memenuhi perutnya. Ini untuk menjaga agar badannya lebih berat dan bisa bertahan di dasar laut. Sementara saat ingin bergerak, cacing mengeluarkan semua pasir dan sedimen. Kemudian mereka berusaha mengangkat diri beberapa sentimeter hingga 20 meter di atas laut. Setelah itu, mereka memanfaatkan arus untuk bergerak. Pemanfaatan arus membuat cacing bisa bermigrasi ke wilayah jauh, bahkan hingga wilayah laut dangkal tanpa banyak mengeluarkan energi. Hasil studi ini dipublikasikan di Proceeding of the Royal Society B.

Daftar pustaka http://teknologi.vivanews.com/news/read/265162-spesies-cacing-ditemukan-dilaut-dalam http://sains.kompas.com/read/2011/11/30/18434993/Cacing.Tumbuh.Normal.d i.Luar.Angkasa

http://www.fajar.co.id/read-20111121121438-cacing-gelang-bisa-bikin-awetmuda http://www.tempo.co/read/news/2011/11/30/095369298/Tiga-KeuntunganSekaligus-dengan-Beternak-Cacing